ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) TERHADAP IMBAL HASIL SAHAM (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2003-2006)
IBRAHIM STIE YPUP Makassar
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap imbal hasil saham dan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap imbal hasil saham. Faktor-faktor yang dimaksud disini adalah faktor kinerja keuangan earnings yang diproksikan dengan Economic value added (EVA). Penelitian ini menggunakan data sekunder perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan metode purposive sampling. Berdasarkan kriteria pengambilan sampel yang digunakan, perusahaan yang memenuhi kriteria sebanyak 21 perusahaan dengan periode tahun pengamatan selama 4 tahun yaitu 2003 – 2006. Dilihat dari waktu pengambilan data (observasi), data diambil secara pooling, yaitu gabungan data runtut waktu (time series) dan cross section sehingga menghasilkan 84 observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varaibel berpengaruh signifikan terhadap imbal hasil saham. Dari hasil uji ANOVA atas uji F diperoleh nilai F hitung sebesar 6.739 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Dari hasil uji determinasi, diperoleh nilai R Square sebesar 0.202, yang artinya dengan memasukkan EVA ke dalam faktor model, dapat digunakan untuk menjelaskan 20.2% perubahan yang terjadi pada imbal hasil saham. Sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak masuk dalam model. Kata Kunci: Economic Value Added (EVA), imbal hasil saham PENDAHULUAN Latar Belakang Pada dasarnya, pengukuran kinerja perusahaan dikelompokkan dalam tiga kategori (Helfert yang dikutip Pradhono & christiawan: 2004), yaitu (1) Earnings Measures, yang mendasarkan kinerja pada accounting profit. Termasuk dalam kategori ini adalah earning per share (EPS), return on investment (ROI), return on net assets (RONA), return on capital employed (ROCE), dan return on equity (ROE) (2) Cash Flow Measures, yang mendasarkan kinerja pada arus kas operasi (operating cash flow). Termasuk dalam kategori ini adalah free cash flow (FCF), cash flow return on investment (CFROI), total shareholders returns (TSR) dan total business return (TBR) (3) Value Measures, yang mendasarkan kinerja pada nilai (Value Based Management). Termasuk dalam katergori ini adalah economic value added (EVA), market value added (MVA), cash flow added (CVA) dan shareholder value (SHU).
Tahun 1991, Lembaga Konsultan Stern Stewart & Co mencetuskan konsep Ekonomic Value Added (EVA). EVA merupakan alat analisis kinerja keuangan suatu perusahaan yang mengukur laba ekonomi perusahaan. Prinsip dasar Economic Value Added (EVA) menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan cost of capital. Economic Value Added (EVA) merupakan ukuran yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan untuk menentukan apakah suatu investasi yang ada dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap kekayaan pemegang saham. Pertumbuhan Economic Value Added (EVA) merupakan tanda-tanda yang baik bahwa suatu saham harganya akan membumbung tinggi. Ukuran kinerja keuangan yang digunakan dalam kompensasi manajerial harus berkorelasi dengan perubahan kekayaan pemegang saham (shareholders wealth) dan berhubungan erat dengan harga pasar saham. Economic Value Added (EVA) sebagai pengukur kinerja memiliki tingkat hubungan dan pengaruh tertentu dengan Imbal hasil saham. EVA mampu memeperhitungkan laba ekonomi yang sebenarnya pada suatu perusahaan sehingga memberikan pengukuran yang lebih baik atas nilai tambah yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham (Sartono, 2001 : 104). Beberapa penelitian sebelumnya menemukan bahwa Economic Value Added (EVA) memilki korelasi positif dengan tingkat pengembalian investasi dalam saham (stock return). Penelitian ini mencoba meneliti pengaruh Economic Value Added (EVA) yang berpengaruh terhadap Imbal hasil saham pada perusahaan manufaktur yang go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari tiga kategori pengelompokan kinerja perusahaan yang dikemukakan oleh Helfert, peneliti mencoba mengambil beberapa variable kinerja dari masing-masing kategori. Dari kategori earning measures yaitu economic value added (EVA) sebagai wakil dari value measures. Kategori alat ukur ini sangat erat kaitannya dalam memberikan tingkat pengembalian saham (return) dimana earning measures mengukur kinerja dari perspektif pemegang saham dan gambaran laba yang akan diterima, cash flow operation merupakan aktivitas perusahaan yang terkait dengan laba serta arus kas masuk dan arus kas keluar bersih yang berasal dari aktifitas operasi terkait seperti pemberian kredit kepada para pelanggan, investasi dalam persediaan dan perolehan kredit dari pemasok sedangkan EVA (Economic Value added) akan mengarahkan seluruh usaha perusahaan dalam penciptaan nilai untuk para pemegang saham dan menyelaraskan tujuan manajer dengan tujuan para pemegang saham. Rumusan Masalah Apakah EVA berpengaruh signifikan terhadap imbal hasil saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI? Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh EVA terhadap imbal hasil saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi kepada Emiten khususnya Top Management tentang kinerja perusahaan dengan melihat faktor-faktor yamg berpengaruh terhadap Imbal hasil saham sehingga diharapkan akan dapat bermanfaat dalam membuat perencanaan kebijakan dalam usaha memaksimalkan nilai saham. 2. Memberikan masukan bagi investor dalam melakukan investasi saham dengan melihat kondisi faktor–faktor yang berpengaruh sebagai pengukur kinerja keuangan terhadap Imbal hasil saham perusahaan. 3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai studi perbandingan untuk penelitian yang sejenis. LANDASAN TEORI Telaah Penelitian Terdahulu James Dodd dan Shimin Chen (Dodd, Chen 1996) yang meneliti korelasi antara tingkat pengembalian saham dengan berbagai pengukur profitabilitas untuk 566 perusahaan Amerika dalam rentang waktu mulai tahun 1983 hingga 1992. Dodd dan Chen mendapat hasil R2 dari tingkat pengembalian saham dengan ROI sebesar 24,5%, sedangkan dengan EVA 20,2%, residual income 19,4%, EPS 5%, dan ROE 7%. Sehingga dari penelitian Dodd dan Chen ini dapat disimpulkan bahwa di antara berbagai pengukur profitabilitas yang telah disebutkan di atas, ROI memiliki korelasi yang paling besar dengan tingkat pengembalian saham. Penelitian mengenai hubungan EVA sebagai pengukur kinerja dengan Imbal hasil saham diungkapkan oleh Lehn dan Makhija (yang dikutip sutjipto: 1997) yang menemukan bahwa EVA memiliki korelasi yang positif dengan tingkat pengembalian investasi dalam saham. Pemegang saham akan memperoleh penghasilan yang lebih besar bila EVA perusahaan mereka meningkat. Penelitian ini dilakukan terhadap 241 perusahaan yang ada di USA dengan tahun pengamatan 1987, 1988, 1992, dan 1993 dengan metode korelasi. Biddle et al (1999) menyelidiki pengaruh EVA dengan Imbal hasil saham dan nilai perusahaan dibandingkan Net Income (NI) dan Cash Flow Operation (CFO). Penelitian ini mengambil sample 6174 perusahaan dengan periode pengamatan 10 tahun dan menggunakan metode analisis regresi berganda. Hasil penelitian membuktikan bahwa EVA tidak memiliki hubungan yang sangat erat terhadap Imbal hasil saham. Penelitian terhadap pengaruh EVA dengan Imbal hasil saham di Indonesia antara lain dilakukan oleh Aji (2003) dengan menggunakan 60 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ sebagai sample. Periode pengamatan yang digunakan adalah satu tahun (2001) dengan metode analisis regresi linear sederhana. Hasil penelitiannya bahwa pengaruh EVA terhadap perubahan Imbal hasil saham sangat besar yakni 88%. Yustiyanto (2003) menyelidiki pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap Imbal hasil saham perusahaan-perusahaan di sektor food and beverage yang terdaftar di BEJ sebagai sampel dengan periode pengamatan empat tahun (1998-2001). Penelitian ini menggunakan analisis regresi dari variabel EVA terhadap Imbal hasil saham dan juga pengujian terhadap uji-t dan uji R2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel EVA memberikan pengaruh positif yang signifikan sebesar 5% terhadap Imbal hasil saham dengan koefisien determinasi 9,1%.
Telaah Teori 1. Analisis Kinerja Keuangan Pada dasarnya, pengukuran kinerja perusahaan dikelompokkan dalam tiga kategori (Helfert yang dikutip christiawan:2005), yaitu (1) Earnings Measures, yang mendasarkan kinerja pada accounting profit. Termasuk dalam kategori ini adalah earning per share (EPS), Return on investment (ROI), return on net assets (RONA), return on capital employed (ROCE), dan return on equity (ROE) (2) Cash Flow Measures, yang mendasarkan kinerja pada arus kas operasi (operating cash flow). Termasuk dalam kategori ini adalah free cash flow (FCF), cash flow Return on investment (CFROI), total shareholders returns (TSR) dan total business return (TBR) (3) Value Measures, yang mendasarkan kinerja pada nilai (Value Based Management). Termasuk dalam katergori ini adalah economic value added (EVA), market value added (MVA), cash flow added (CVA) dan shareholder value (SHU). Van Horne (1995 : 712) mengemukakan bahwa analisis rasio adalah untuk memudahkan penganalisaan dalam mendapatkan gambaran tentang kondisi dan kebijaksanaan pembelanjaan suatu perusahaan, atau dengan kata lain bahwa analisa rasio memudahkan untuk mengetahui keadaan suatu perusahaan apakah telah menggunakan sumber dananya secara efisien atau tidak. Akhir tahun 1980-an Stean Steward & Co, terutama George Bennet Steward III datang dengan formula baru yaitu EVA (Ekonomic Value Added) yang menyatakan bahwa EVA yang berhasil diciptakan oleh perusahaan adalah faktor yang paling relevan dan menentukan dalam pembentukan nilai perusahaan. 2. Definisi EVA EVA (Economic Value Added) dapat diartikan sebagai nilai tambah ekonomis yang dihasilkan perusahaan dengan mengoptimalkan beban bunga pinjaman atas struktur permodalan. Sartono (2001 : 103), EVA adalah “Keuntungan operasional setelah pajak (after taks operating income) dikurangi dengan total biaya modal (total cost of capital) dari seluruh modal yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut. EVA merupakan pengukuran pendapatan sisa (residual income) yang mengurangkan biaya-biaya modal terhadap laba operasi. Pengertian EVA sendiri menurut Tunggal (2001 : 1) “EVA adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital)”. 3. Keunggulan EVA Kelebihan EVA (Syakir, 2001 : 65) yaitu : “Pertama, dapat difokuskan penilaiannya pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban biaya modal sebagai konsekuensi investasi; kedua perhitungannya relatif lebih mudah dilakukan, tetapi perhitungan biaya modal tersebut memerlukan data yang lebih banyak dan analisis yang lebih mendalam; ketiga tidak diperlukan adanya suatu analisis kecenderungan sehingga dalam satu tahun
anggaran dapat diketahui apakah didalam perusahaan telah terjadi penciptaan nilai atau belum; keempat tidak diperlukan perbandingan antara perusahaan dengan perusahaan sejenis yang mempunyai tingkat resiko hampir sama. Menurut Christiawan (2004 : 144) keunggulan EVA sebagai pengukur kinerja terletak pada kemampuannya untuk menyatukan tiga fungsi penting manajemen, yaitu: capital budgeting, performance appraisal dan incentive discounted EVA, kinerja unti bisnis EVA relatif terhadap target yang tepat. 4. Kelemahan EVA Menurut Steward (1995 : 85-86) yang dikutip oleh Syakir (2001 : 66) beberapa kesalahan berikut sering dilakukan badan-badan usaha, sehingga keuntungan dari EVA tidak dapat diperoleh secara penuh. “Pertama, they don’t make EVA a way of life. Mengadopsi EVA bukanlah sekedar menghitung EVA. EVA merupakan centre place dari sistem manajemen keuangan yang komprehensif, berhubungan dengan bagaimana badan usaha menentukan tujuan keuangan secara keseluruhan, mengkomunikasikannya didalam badan usaha dan luar kepada pihak-pihak yang melakukan investasi, mengevaluasi kesempatan untuk mengembangkan usaha, dan menginvestasikan modal. Kedua, most manager try to implement EVA too fast. Mengimplemen-tasikan EVA dibutuhkan waktu yang cukup lama. Dimulai dari manajemen puncak yang menggunakan dari hari ke hari, lalu secara bertahap didorong turun ke level yang lebih bawah. Ketiga, the boss lacks conviction. Mengimplementasikan EVA (Economic Value Added), komitmen pemimpin sangatlah penting agar tidak terjadi kebingungan dan perpecahan diantara bawahan. Keempat, managers fuss tooo much EVA (Economic Value Added) tidak perlu dianggap sebagai isu filosofis yang besar sehingga perlu mencari cara untuk mencapainya melalui debat yang berkepanjangan. Kelima, training gets short shrift penting untuk melatih setiap orang dalam organisasi agar setiap pekerjaan terkecil pun dapat membantu menciptakan nilai.” 5. Perhitungan EVA Analisis ini merupakan alat pengukur kinerja keuangan perusahaan yang sedang dikembangkan saat ini. Menurut Tunggal (2001 : 6) langkah-langkah dalam menyusun EVA yaitu: 1. Menghitung NOPAT ( Net operating Profit After Tax) 2. Mengidentisifikasi Invested capital. 3. Menghitung WACC (Weighted Avarage Cost Of Capital) 4. Menentukan Capital Cost rates. 5. Menghitung EVA perusahaan 6. Imbal Hasil Saham Setiap investor, dalam hal ini pembeli saham atau pemegang saham suatu perusahaan pasti mempunyai keinginan untuk memperoleh keuntungan dari investasi yang dilakukannya dalam bentuk Capital Gain dan deviden. Jumlah dari kedua sumber pendapatan tersebut merupakan peningkatan total kekayaan dari investasi saham biasa pada suatu perusahaan selama periode tersebut dan merupakan alasan utama investor untuk menanamkan sahamnya.
Imbal hasil saham dapat diketahui dengan menjumlahkan perubahan harga saham dengan deviden yang diterima, dibagi dengan harga saham periode sebelumya. Imbal hasil saham dapat dirumuskan sebagai berikut (Jogiyanto 2000,109) Rit =
Dit ( Pit Pi(t 1) ) Pi(t 1)
Dimana : Rit : Imbal hasil saham Dit : deviden Pit : harga saham sekarang Pi(t-1): harga saham periode lalu Besarnya Imbal hasil saham tergantung pada bagaimana perusahaan dapat meningkatkan nilai saham pertama sehingga dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap saham yang akan dibeli apakah akan memberikan return yang tinggi atau tidak sehingga mempengaruhi fluktuasi harga saham beserta peningkatan kemakmuran bagi stock holder dan kinerja perusahaan. Imbal hasil saham ini menjadi penentu apakah perusahaan itu akan bisa bertahan atau tidak sebab bila menurun, investor akan menjual sahamnya dari perusahaan tersebut. Kerangka Pikir Gambar 1 Kerangka Pikir Kinerja Perusahaan
Economic Value Added (X1)
Investor
Imbal hasil saham (Y)
Berdasarkan gambar, dapat dilihat variable penelitian ini yang dikelompokkkan sebagai berikut: (1) Variabel terikat (Dependen Variable = Y) adalah imbal hasil saham yang diterima pemegang saham (2) Variabel bebas (Independen Variable = X) pengukuran kinerja yaitu, Economic Value Added/ EVA (X1). Definisi Operasional Variabel 1. Net Operating Profit After Tax (NOPAT) Net Operating Profit After Tax (NOPAT) merupakan laba operasi setelah pajak tetapi sebelum dikurangi biaya penggunaan modal. Besarnya laba operasi setelah pajak yang diperoleh setelah penyesuaian ini tidak akan mempengaruhi profitabilitas dan tingkat resiko sekarang dari bisnis perusahaan karena biaya operasional untuk menghasilkan laba sudah dikurangkan.
2. Capital Modal merupakan salah satu bentuk faktor produksi berupa sejumlah uang tunai yang diinvestasikan dalam aktiva bersih suatu perusahaan. Perhitungan modal dapat dilakukan dengan pendekatan operasi yaitu dengan memperkurangkan jumlah aktiva dengan hutang jangka pendek yang tidak berbeban bunga. 3. Cost Of Capital (Biaya Modal) Biaya modal merupakan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh penyedia dana sebagai imbalan atas kesediaannya untuk menanamkan dananya pada suatu perusahaan. Dengan kata lain biaya modal merupakan opportunity cost. 4. Weight Average Cost Of Capital (WACC) Biaya modal rata-rata tertimbang adalah tingkat biaya penggunaan modal perusahaan secara keseluruhan meliputi biaya hutang, saham preferent dan modal sendiri. 5. Biaya Hutang (Cost of Debt) Biaya hutang adalah biaya yang ditanggung perusahaan karena menggunakan sumber dana yang berasal dari pinjaman. Biaya hutang (Kd) dihitung dengan membagi antara biaya bunga yang terjadi pada tahun tersebut dengan total hutang yang merupakan penjumlahan antara hutang jangka panjang dan hutang jangka pendek perusahaan (tidak termasuk minority interest to subsidiaries). 6. Biaya Modal Saham Preferent (Cost of Prefered Stock) Saham preferent adalah surat bukti kepemilikan saham yang memberikan penghasilan tetap berupa deviden yang besarnya telah ditentukan prosentasenya terhadap harga sahamnya. 7. Biaya Modal sendiri (Cost of Equity) Saham biasa merupakan surat bukti kepemilikan perusahaan oleh pemegang saham yang tidak mempunyai hak istimewa pada saham preferent. Penelitian ini tanpa mengurangi keakuratan data digunakan pendekatan indeks tunggal. Menghitung biaya modal sendiri (Ke) yaitu dengan meregres antara Imbal hasil saham dengan return pasar untuk menghasilkan α dan β perusahaan. Hipotesis Penelitian Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan dan hasil-hasil penemuan penelitian sebelumnya, maka mengemukakan hipotesis sebagai berikut: H1 : H2 :
Economic Value Added (EVA) sebagai pengukur kinerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Imbal hasil saham perusahaan-perusahaan manufaktur yang go public yang terdaftar di BEI. Economic Value Added (EVA) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Imbal hasil saham perusahaan-perusahaan manufaktur yang go public yang terdaftar di BEI. METODE PENELITIAN
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan, IHSG dan harga saham perusahaan manfaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan jenis penelitian yaitu asosiasi yang bertujuan mengetahui pengaruh EVA terhadap imbal hasil saham -5 dan +5 publikasi pada perusahaan sektor manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI). Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) cabang Makassar dengan waktu penelitian selama tiga bulan yaitu bulan mei sampai bulan juli 2008. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Sampel Sampel yang diambil untuk keperluan penelitian ini menggunakan metode purposif sampling dari seluruh populasi yang ada. Kualifikasi sampel yang diambil dengan kriteria sebagai berikut : 1) Tercatat sebagai emiten aktif sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2006 secara terus menerus (tidak terkena delisting). 2) Menggunakan laporan keuangan setiap tahun berupa laporan neraca, dengan dasar periode tahun kalender yang berakhir tanggal 31 Desember. 3) Memperoleh laba selama periode estimasi. Instrumentasi Data yang diambil merupakan data sekunder berupa laporan keuangan dan perdagangan saham perusahaan manufaktur yang go public terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2003-2006. Teknik analisis 1. Regresi Analisis regresi digunakan untuk menunjukkan hubungan variable faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Imbal hasil saham perusahaan manufaktur yang go public terdaftar di BEJ dengan menentukan koevisien regresi (b) bila nilai b positif maka garis regresi akan mempunyai lereng positif yang berarti hubungan dua variabel x dan y searah atau positif. Koefisien regresi negatif maka garis regresi akan mempunyai lereng yang negatif, maka berarti hubungan dua variable x dan y berlawanan arah. Persamaan garis regresi dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = β0+ β1.X1 + u Dimana : β : koevisien regresi X1 : nilai EVA
Y
: Imbal hasil saham
2. Melakukan Analisis Determinasi Analisis determinasi digunakan untuk melihat sejauh mana atau seberapa besar pengaruh faktor-faktor yang berpengaruh terhadap imbal hasil saham dengan menentukan koevisien determinasi yaitu hasil koevisien korelasi yang dikuadratkan R2 dan dinyatakan dalam persen. 3. Uji Hipotesis Uji hipotesis yang digunakan penulis disini adalah bertujuan untuk menguji tingkat signifikan pengaruh EVA terhadap Imbal hasil saham perusahaan di BEI. Langkah pengujian: 1. Rumuskan hipotesis Ha1 : EVA berpengaruh terhadap Imbal hasil saham. 2. Menentukan tingkat signifikan α dari uji hipotesis yaitu 0,05 dan derajat kebebasan (v) 3. Menghitung t observasi (to) 4. Kesimpulan Tolak Ha1, Ha2, Ha3, Ha4 bila t < t tabel Terima Ha1, Ha2, Ha3, Ha4 bila t > t tabel ANALISA DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Penelitian Proses pemilihan sampel menghasilkan 84 observasi dengan 21 perusahan sampel selama periode 4 tahun yaitu tahun 2003 – 2006. Berikut ini merupakan prosedur pemilihan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu: Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Keterangan
Jumlah sampel
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2003 – 2006 yang tercantum di ICMD 2007
148
Perusahaan yang sahamnya tidak aktif beroperasi sampai bulan Desember 2006
(15)
Perusahaan yang mempublikasikan keuangan secara rutin
133
laporan
Data tidak tersedia dan laporan tahunan tidak lengkap
(22)
Perusahaan pengamatan
(82)
mengalami
rugi
selama
tahun
Perusahaan mengalami delisting selama periode estimasi
(8)
Perusahaan yang memenuhi Kriteria
21
Berdasarkan kriteria pengambilan sampel pada tabel diatas dapat dilihat bahwa perusahaan yang memenuhi kriteria sebanyak 21 perusahaan dengan periode tahun pengamatan selama 4 tahun yaitu 2003 – 2006. Dilihat dari waktu pengambilan data (observasi), data diambil secara pooling, yaitu gabungan data runtut waktu ( time series) dan cross section sehingga menghasilkan 84 observasi. Berikut ini adalah tabel perusahaan sampel yang memenuhi kriteria: 1. Data Sampel Tabel 2 Tanggal Publikasi Perusahaan Manufaktur Tahun 2004 – 2007
IPO
2004
2005
2006
2007
PT. Arwana Citramulia Tbk.
17/07/2001
24/04/2004
08/04/2005
21/03/2006
29/03/2007
BATA
PT. Sepatu Bata Tbk.
24/03/1982
24/04/2004
01/04/2005
31/03/2006
30/03/2007
BRAM
PT. Branta Mulia Tbk.
05/09/1990
06/03/2004
31/03/2005
22/03/2006
30/03/2007
BUDI
PT. Budi Acid Jaya Tbk.
29/03/1983
01/02/2005
02/05/2005
31/03/2006
16/04/2007
5
FASW
PT. Fajar Surya Wisesa Tbk.
27/02/1984
24/04/2004
30/03/2005
31/03/2006
29/03/2007
6
GJTL
PT. Gajah Tunggal Tbk.
08/05/1990
20/06/2004
21/04/2005
31/03/2006
20/06/2007
7
IGAR
PT. Kageo Igar Jaya Tbk.
15/08/1990
24/04/2004
30/03/2005
09/06/2006
28/03/2007
8
INAF
PT. Indofarma Tbk.
14/07/1994
24/04/2004
15/04/2005
09/06/2006
30/03/2007
9
KAEF
PT. Kimia Farma Tbk.
30/07/1991
24/04/2004
01/04/2005
27/03/2006
20/03/2007
10
KLBF
PT. Kalbe Farma Tbk.
04/07/2001
24/04/2004
01/04/2005
31/03/2006
02/04/2007
11
MLBI
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
23/07/1981
24/04/2004
29/03/2005
29/03/2006
30/03/2007
12
MRAT
PT. Mustika Ratu Tbk.
15/12/1981
20/06/2004
01/04/2005
31/03/2006
30/03/2007
13
MYOR
PT. Mayora Indah Tbk.
27/07/1995
24/04/2004
02/05/2005
31/03/2006
05/04/2007
14
PYFA
PT. Pyridam Farma Tbk.
16/10/2001
24/04/2004
31/03/2005
27/03/2006
29/03/2007
15
RICY
PT. Ricky Putra Globalindo Tbk.
14/05/1990
24/04/2004
01/04/2005
31/03/2006
09/04/2007
16
SMSM
PT. Selamat Sempurna Tbk.
08/07/1991
20/06/2004
02/05/2005
31/03/2006
30/03/2007
17
SOBI
PT. Sorini Corporation Tbk.
03/08/1992
06/03/2004
01/03/2005
07/03/2006
27/03/2007
18
TBLA
PT. Tunas Baru Lampung Tbk.
30/10/1990
02/02/2005
02/05/2005
07/04/2006
30/03/2007
19
TOTO
PT. Surya Toto Indonesia Tbk.
02/07/1990
24/04/2004
19/04/2005
20/04/2006
19/04/2007
20
TRST
PT. Trias Sentosa Tbk.
14/02/2000
05/10/2004
01/04/2005
12/04/2006
05/04/2007
21
ULTJ
PT. Ultra Jaya Milk Tbk.
02/07/1990
24/04/2004
13/04/2005
29/03/2006
27/03/2007
NO
Kode
PERUSAHAAN
1
ARNA
2 3 4
Sumber : Laporan Keuangan, Data diolah
Penelitian ini menggunakan data publikasi 2004 - 2007 dengan menganalisis laporan keuangan pada tahun sebelumnya yaitu 2003 – 2006. Data publikasi ini digunakan untuk mencari nilai imbal hasil saham pada periode -5 dan +5 publikasi. Nilai imbal hasil saham ini akan digunakan sebagai variable dependen (variable terikat) yang dipegaruhi oleh EVA sebagai variable independen (variable bebas). 2. Imbal Hasil Saham Tabel 3 Imbal Hasil Saham -5+5 Publikasi Perusahaan Manufaktur
Periode 2004 – 2007 NO
Kode
PERUSAHAAN
2004
2005
2006
2007
1
ARNA
PT. Arwana Citramulia Tbk.
0.1228
0.0488
0.0000
0.0000
2
BATA
PT. Sepatu Bata Tbk.
-0.1209
0.0574
0.0000
0.0000
3
BRAM
PT. Branta Mulia Tbk.
0.0714
0.0000
0.1062
0.0000
4
BUDI
PT. Budi Acid Jaya Tbk.
0.1404
0.1145
0.0882
0.0141
5
FASW
PT. Fajar Surya Wisesa Tbk.
-0.0256
-0.0520
0.0000
-0.0517
6
GJTL
PT. Gajah Tunggal Tbk.
0.1600
-0.1552
-0.0124
0.0000
7
IGAR
PT. Kageo Igar Jaya Tbk.
0.0323
0.0375
0.0093
-0.0254
8
INAF
PT. Indofarma Tbk.
0.0250
0.0250
0.1071
0.0103
9
KAEF
PT. Kimia Farma Tbk.
-0.0208
0.0394
0.0823
0.0522
10
KLBF
PT. Kalbe Farma Tbk.
0.0168
0.0552
0.0037
0.0294
11
MLBI
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
0.0506
-0.0343
0.0081
0.0000
12
MRAT
PT. Mustika Ratu Tbk.
0.0099
0.0704
0.0000
0.0325
13
MYOR
PT. Mayora Indah Tbk.
-0.0147
0.0389
0.0513
0.0000
14
PYFA
PT. Pyridam Farma Tbk.
-0.0159
0.0000
0.0625
0.0957
15
RICY
PT. Ricky Putra Globalindo Tbk.
-0.0148
0.0500
0.0726
0.0000
16
SMSM
PT. Selamat Sempurna Tbk.
0.2568
0.0505
0.0563
0.0455
17
SOBI
PT. Sorini Corporation Tbk.
-0.0684
0.0532
0.0000
0.0121
18
TBLA
PT. Tunas Baru Lampung Tbk.
0.0208
0.0375
0.0409
0.0449
19
TOTO
PT. Surya Toto Indonesia Tbk.
0.0000
0.0000
0.2752
0.0000
20
TRST
PT. Trias Sentosa Tbk.
-0.0514
0.0338
0.0676
0.0745
21
ULTJ
PT. Ultra Jaya Milk Tbk.
0.0268
0.0212
0.0687
0.2000
Sumber : Laporan Keuangan, Data diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 14 observasi atau sekitar 16.6% dari total observasi yang memiliki nilai imbal hasil saham negative. Nilai maximum imbal hasil saham -5 dan +5 Publikasi sebesar 24,5 % yang dihasilkan oleh PT. Surya Toto Indonesia pada tahun 2006. Tbk sedangkan nilai minimum imbal hasil saham -5 dan +5 publikasi sebesar -15.52% yang dihasilkan PT. Gajah Tunggal. Tbk pada tahun 2006. 3. EVA Tabel 4 Perhitungan Rasio EVA/ Total Asset Perusahaan Sampel Periode 2003 - 2006
NO
Kode
1
ARNA
2
BATA
3
PERUSAHAAN
2003
2004
2005
2006
PT. Arwana Citramulia Tbk.
0.0348
0.0257
0.0289
-0.0114
PT. Sepatu Bata Tbk.
0.1085
0.0728
0.0184
-0.0185
BRAM
PT. Branta Mulia Tbk.
0.0383
-0.0136
0.0256
-0.0506
4
BUDI
PT. Budi Acid Jaya Tbk.
-0.0438
-0.0678
-0.0599
-0.0560
5
FASW
PT. Fajar Surya Wisesa Tbk.
-0.0183
-0.0342
-0.0458
-0.0288
6
GJTL
PT. Gajah Tunggal Tbk.
0.1383
0.0385
-0.0184
-0.0436
7
IGAR
PT. Kageo Igar Jaya Tbk.
0.0358
0.0684
0.0076
-0.0272
8
INAF
PT. Indofarma Tbk.
-0.2758
-0.0405
0.0225
0.0520
9
KAEF
PT. Kimia Farma Tbk.
-0.0063
0.0202
-0.0229
-0.0491
10
KLBF
PT. Kalbe Farma Tbk.
0.1178
0.1055
0.1015
0.0913
11
MLBI
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
0.1539
0.1214
0.1168
0.0797
12
MRAT
PT. Mustika Ratu Tbk.
-0.0101
-0.0185
-0.0494
-0.0733
13
MYOR
PT. Mayora Indah Tbk.
0.0027
-0.0008
-0.0340
-0.0233
14
PYFA
PT. Pyridam Farma Tbk.
-0.0503
-0.0472
-0.0611
-0.0793
15
RICY
PT. Ricky Putra Globalindo Tbk.
-0.0287
0.0188
0.0156
-0.0170
16
SMSM
PT. Selamat Sempurna Tbk.
0.0667
0.0570
0.0411
0.0237
17
SOBI
PT. Sorini Corporation Tbk.
0.0534
0.0642
0.0569
0.0268
18
TBLA
PT. Tunas Baru Lampung Tbk.
-0.0433
-0.0530
-0.0681
-0.0525
19
TOTO
PT. Surya Toto Indonesia Tbk.
0.0332
0.0150
0.0434
0.0388
20
TRST
PT. Trias Sentosa Tbk.
0.0561
-0.0264
-0.0423
-0.0614
21
ULTJ
PT. Ultra Jaya Milk Tbk.
-0.0636
-0.0846
-0.0829
-0.0873
Sumber : Laporan Keuangan, Data diolah
Berdasarkan tabel diatas, terdapat 44 observasi yang memiliki nilai negative, hal ini menyatakan bahwa 52 % observasi yang memiliki nilai Eva negative. Nilai maximum EVA sebesar 15,39 % yang dihasilkan oleh PT. Multi Bintang Indonesia. Tbk pada tahun 2003 sedangkan nilai minimum EVA sebesar -27,58%. yang juga Pt. Indofarma. Tbk pada tahu 2003. Hal ini disebabkan turunnya nilai NOPAT dan juga meningkatnya nilai biaya modal( lihat lampiran 7.4). HASIL PENELITIAN Analisis dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda. Sebelum memasukkan data dalam program SPSS 13, dilakukan tranformasi data kedalam nilai logaritma natural untuk menghasilkan data yang linear dan memiliki nilai standar error yang rendah sehingga diperoleh data yang yang memenuhi syarat BLUE ( best linear unbiased estimator). Syarat BLUE yaitu harus memenuhi uji asumsi klasik yaitu normalitas, multikolinearitas, heterokedastisitas dan autokorelasi. 1. Uji Normalitas Untuk menguji data yang berdistribusi normal, akan digunakan alat uji normalitas, yaitu Nilai Skewness. Nilai skewness digunakan untuk mengetahui bagaimana distribusi normal data dalam variable dengan menilai kemiringan kurva. Nilai skewness yng baik adalah mendekati angka nol. Pengujian normalitas data dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5 Pengujian Normalitas Descriptive Statistics
N Statistic
skewness Statistic
Std. Error
Ln Imbal HasilSaham Ln EVA Valid N (Listwise)
84 84 84
-.684 -.110
.263 .263
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai skewness masing-masing variable yaitu Ln EVA sebesar -0.110 dan Ln Imbal hasil saham sebesar -0.684. Keempat nilai skewness variable mendekati angka nol sehingga dapat dikatakan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi secara normal. 2. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas dilakukan untuk melihat adanya keterkaitan antar variabel independent, atau dengan kata lain setiap variabel independen dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Untuk melihat apakah ada kolinieritas dalam penelitian ini, maka akan dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Batas nilai VIF yang diperkenankan adalah maksimal sebesar 10. Dengan demikian nilai VIF yang lebih besar dari 10 menunjukkan adanya kolinieritas yang tinggi. Nilai VIF dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : Tabel 6 Pengujian Multikolinearitas Coefecients a Collinearity Statistics Model Tolerance 1 Ln EVA .540 a. Devendent Variable; Ln Imbal Hasil Saham
VIF 1.853
Pada bagian Coefficient terlihat untuk ketiga variabel independen, angka VIF yaitu sebesar 1.861; 1.046; 1.853. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak terdapat masalah multikolinieritas karena Variance inflation factor (VIF) lebih kecil dari 10. 3. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain, atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan studentized Delete Residual nilai tersebut. Cara memprediksi ada tidaknya heterokedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi berganda tidak terdapat heterokedastisitas jika : 1. Titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0. 2. Titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja 3. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali. 4. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola. 4.
Uji Autokorelasi
Menguji autokorelasi dalam suatu model penelitian bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variable pengganggu (et) pada periode tertentu dengan variable pengganggu periode sebelumnya (et-1). Pada penelitian ini dalam mendeteksi autokorelasi menggunakan uji Durbin Watson. Model regresi linear berganda terbebas dari autokorelasi jika nilai durbin Watson hitung terletak di daerah No Autokorelasi. Penentuan letak tersebut dibantu dengan table dl dan du, dibantu dengan nilai k (jumlah variable independen). Jika nilai Durbin Watson hitung mendekati angka 2 maka model tersebut terbebas dari asumsi klasik autokorelasi, karena angka 2 pada uji Durbin Watson terletak di daerah No Autocorrelation. Tabel 7 Model
R
Adjusted R Std. Error of DurbinSquare the Estimate Watson 449a .202 .172 2.560354 1.736 a. Predictirs (Constant), Ln Eva b. Dependent Variable Imbal Hasil Saham
1
R Square
Dari tabel diatas dapat dilihat nilaiDurbin Watson 1.736. Dari table batas bawah (dl) dan batas atas (du), dengan jumlah variable bebas (k) = 3, dengan jumlah sampel (n) = 84, maka dl = 1,56 dan du = 1,72.
Negatif Autocorelation
No Autocorelation
dl
du 1,56
1,72
Positif Autocorelation
1.736
4-du 2
4-dl 2,28
2,44
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa model regresi berganda terbebas dari penyimpangan asumsi klasik autocorelasi dimana nilai dw hitung 1.834 berada dalam batas no autocorelasi. 5. Uji Model Regresi Uji model dilakukan untuk memastikan bahwa model penelitian yang telah dirumuskan dapat diterapkan dalam penelitian ini. Uji model dilakukan dengan menggunakan statistik F, dimana hasil signifikansi dari F hitung harus dibawah tingkat signifikansi alpha yang ditetapkan, yaitu 5%. Hasil Pengujian model regresi dapat dilihat pada tabel ANOVA dibawah ini: Tabel 8 Pengujian Model
1
Model
Sum of Squares
df
Regression Residual Total
132.531 524.433 656.964
3 80 83
Mean Square 44.177 6.555
F
Sig
6.739
0008
a. Predictors : (Constant), Ln EVA b. Dependent Ln Imbal Hasil Saham
Dari hasil uji ANOVA atas uji F diperoleh nilai F hitung sebesar 6.739 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai p-value 0,000 lebih kecil dari 0.05, artinya signifikan sedangkan nilai F hitung 6.739 > dari F table 2.72, artinya signifikan (df1 = 41 = 3 dan df2 = 84-4 = 80), atau Ha4 diterima. Artinya, EVA berpengaruh signifikan terhadap imbal hasil saham. Tabel 9. Pengujian Determinasi Model
R
1
449
R Squre
Adjusted Std. Error of R Square The Estimate 202 172 2.560354 B. Predictors (Constant), Ln EVA C. Dependent variable Imbal Hasil Saham
DurbinWatson 1.736
Di dalam tabel 4, diperoleh nilai R Square sebesar 0.202, yang artinya dengan memasukkan variabel EVA ke dalam faktor model, dapat digunakan untuk menjelaskan 20.2% perubahan yang terjadi pada imbal hasil saham. Sisanya dijelaskan oleh faktorfaktor lain yang tidak masuk dalam model. 6.Uji Hipotesis Hasil pengujian statistik regresi linear berganda, dengan menggunakan software SPSS 13 disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 10 Uji Hipotesis T Model
Unistandardized Stanrized Coefesients Coefesents B Std. Error Beta 1 (Constant) 606 .432 Ln EVA 2.212 .178 .291 .380 a. Dependent Variabel : Ln Imbal Hasil Saham
t
Sig
-3.648 3.139
.000 .005
b.
Tabel coefficients dapat dijelaskan sebagai berikut: Variable EVA memiliki nilai p-value 0,035 < 0,05 artinya signifikan, sedangkan t-hitung 2.139 < dari t-tabel 1,671 artinya signifikan. Signifikan disini berarti Ha3 diterima, artinya EVA secara parsial berpengaruh signifikan terhadap imbal hasil saham. Di dalam tabel 10 dapat dilihat hubungan antara variabel EVA terhadap Imbal hasil saham dalam bentuk faktor model yaitu : Imbal hasil saham = -2.212 + 0,380 Ln EVA Interpretasi dari persamaan regresi linear berganda diatas adalah sebagai berikut: a. Jika segala sesuatu pada variabel-variabel independent dianggap konstan maka nilai imbal hasil saham (Y) adalah sebesar -2.212.
b. Jika terjadi penambahan nilai Ln EVA sebesar 10 %, maka akan meningkatkan imbal hasil saham sebesar 3.80%. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tolok ukur kinerja berdasarkan EVA mempunyai kontribusi yang cukup signifikan terhadap imbal hasil saham. Hal ini menunjukkan bahwa investor dalam memutuskan saham mana yang akan dibeli akan menilai kinerja perusahaan secara keseluruhan, baik dari sisi laba, kas maupun nilai tambah perusahaan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis dan pengujian yang dibahas pada bab sebelumnya, maka dalam bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran. a. Kesimpulan Dari hasil analisa dan pengujian hipotesis dalam bab empat, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Variable EVA memiliki nilai p-value 0,035 < 0,05 artinya signifikan, sedangkan thitung 2.139 < dari t-tabel 1,671 artinya signifikan. Signifikan disini berarti Ha3 diterima, artinya EVA secara parsial berpengaruh signifikan terhadap imbal hasil saham. 2. Varaibel EVA berpengaruh signifikan terhadap imbal hasil saham. Dari hasil uji ANOVA atas uji F diperoleh nilai F hitung sebesar 6.739 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai p-value 0,000 lebih kecil dari 0.05, artinya signifikan sedangkan nilai F hitung 6.739 > dari F table 2.72, artinya signifikan (df1 = 4-1 = 3 dan df2 = 84-4 = 80), atau Ha4 diterima. Artinya, EVA berpengaruh signifikan terhadap imbal hasil saham. b.
Saran 1. Perlu dimasukkan variabel – variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap imbal hasil saham. 2. Perlu menambah waktu pengamatan yang lebih lama DAFTAR PUSTAKA
Aji, S. B. Agustus 2003, Rasionalitas Investor di Bursa Efek Jakarta didasarkan pada pengaruh Ekomic Value Added (EVA) terhadap return saham Wahana JurnalEkonomi, manajemen dan Akuntansi, Volume 6, No. 2 : AA YKPN Aprianti, D. 2003 Pengarug Analisis Ecomoic Value Added Guna Mengukur Kinerja Keuangan Pada PT. Semen Sermani STEEL Skripsi UNHAS. Christiawan, Y.G. Pengarug Ekonomi Value Added, Residual Income, Earnings dan Arus kas Operasi Terhadap Return yang diterima oleh pemegang Saham. Jurnal akuntansi dan Keuangan Vol, 6 no. 2 november 2004: 140-166. Dodd et al. 1996, EVA : A New Panacea? Busineess and Economic Review, Volume 42 (Juli/September), PP : 26 – 28). Gujarati, D. 2000. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Helfrert, E. A. 2000. Teknik Analisis keuangan. Terjemahan Herman Wibowo, Edisi kesepuluh. Erlangga.
Horne, J.VH.1998. Financial Manajemen and Policy. 11 Edition. Prentice Hall, Inc. Engglewoood Clift, New Jersey. Juniarti & Limanjaya, R. 2005. Mana yang memiliki Value Relevan: Net Income atau Cash Flow (studi pada siklus hidup organisasi). Jurnal Akuntansi & keuangan, vol. 7, no. 1, 7 mei 2005 : 22 – 42. Jogiyanto, 2001. Teori Portopolio dan Analisis Investasi. Edisi kedua. BPFE> Yogyakarta. Lehn K dan Kakhija, 1996. EVA dan MVA : As Performance measure and sinals for strategic change. Strategic ang leadership. Juni. PP : 34 – 38. Riyanto, Bambang. 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan perusahaan, edisi keempat, BPFE, Yogyakarta. Sartono, A. 2001. manajemen keuangan, ediisi pertama, Penerbit BPFE, yogyakarta. Sudjipto, B. W. 1997. EVA : Fakta dan Permasalahan. Manajemen Usahawan Indonesia. No 04/Tahun XXVI April 1997, Hal. 14 –15. Syakir, I. 2001. Analisis Prenari Operasional Keuangan perbankan Benda Serta Economic Value Added (EVA) : jurnal ilmu Pengetahuan sosial, Fakultas ekonomi universitas Negeri Malang. Tunggal, A. W. 2001 Memahami Konsep economic Value Added (EVA) dan Value Based management (VMB). Harvarindo. Jakarta. Watson, Jodi dan Wells. P. 2005. Association Between Various Earnings and cash flow Measures of Firm performance and Stock Returns : Some Australian Evidence. Http: Papers. Weston & Copelland. 1997. manajemen keuangan. Tewrjemahan jaka Wasana, Edisi Kembilan. Bina Aksara. Wild, john et al. 2005. Analisis Laporan keuangan. Terjemahan Yanifi dan Nurwahyu, Edisi kedelapan. Salemba Empat. Young. S. D dan O”byrne, S. F. 2001. Eva dan manajemen berdasarkan nilai. Salemba Empat. Yustiyanto, E. S. 2003. Analisis Pengaruh Kinerja perusahaan terhadap Retuern Saham. (Studi pada Sektor food and Beverage). Skripsi UMM. Indonesia Capital Market Directory. 2003 – 2006. Pusat Informasi Pasar modal (PIPM) Cabang makassar.