ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU BERUTANG: STUDI KASUS TIGA KECAMATAN DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR
NINDYA ANDIKA
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis FaktorFaktor yang Memengaruhi Perilaku Berutang: Studi Kasus Tiga Kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016
Nindya Andika NIM H54110062
ABSTRAK NINDYA ANDIKA. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Berutang: Studi Kasus Tiga Kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh IRFAN SYAUQI BEIK. Utang di masyarakat meningkat dilihat dari meningkatnya jumlah debitur. Utang masyarakat seharusnya dapat digunakan untuk kegiatan yang produktif sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan seseorang. Namun pada kenyataannya persentase penduduk miskin juga masih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku utang dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi keputusan masyarakat untuk berutang. Penelitian ini dilakukan di tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor. Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan wawancara kepada 86 orang responden. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis faktor yang diolah dengan menggunakan SPSS 16 dan analisis deskriptif. Hasil penelitian dengan menggunakan metode analisis faktor menunjukkan terdapat lima faktor yang memengaruhi masyarakat dalam berutang. Faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat untuk berutang adalah faktor memenuhi kebutuhan, ibadah 1, ibadah 2, perilaku berutang dan eksternal. Hasil analisis deskriptif mengenai perilaku berutang menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat tidak setuju dengan perilaku berutang. Kata kunci: analisis faktor, Bogor, in-depth interview, perilaku utang
ABSTRACT NINDYA ANDIKA. Analysis of Factors Affecting Debt Behaviour: Case study three districs in Bogor city and regency. Supervised by IRFAN SYAUQI BEIK. The public debt increased as seen from the increasing number of borrowers. The public debt should be used to productive activities so that it can improve people’s welfare. But in fact, the percentage of poor people is still high. This study aims to analyze debt behaviors and factors that influence people's decision to get into debt. This research was conducted in three districs in Bogor city and regency. Data was obtained through questionnaires and interviews using 86 respondents. The analytical method is factor analysis method running with SPSS 16 and a descriptive analysis. The results show that there are five factors influencing people in debt. The factors are to meet the needs, worship 1, worship 2, debt behavior and external factors. The result of descriptive analysis about people behavior shows that average people do not agree about the debt behavior. Keywords: factor analysis, Bogor, in-depth interviews, behavioral debt
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU BERUTANG: STUDI KASUS TIGA KECAMATAN DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR
NINDYA ANDIKA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi Program Studi Ekonomi Syariah
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Berutang: Studi Kasus Tiga Kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor.” Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Depertemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan keluarga penulis, yaitu Ibu Lestari dan Bapak Nasikin, serta saudara dari penulis yaitu Indi Susanti, Hesti Pangesti, Herawan Primadi, Heri Purwanto, Ivan Fluorriyadi, Latifah Hevi Kinanti dan Khanifah Hevi Larasati atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Irfan Syauqi Beik, SP, M.Sc.Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, saran dan waktu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Jaenal Effendi, S.Ag, M.A selaku dosen penguji utama dan Ibu Dr. Eka Puspitawati selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan saran yang telah diberikan dalam memperbaiki skripsi ini. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan M. Sc yang telah bersedia menjadi narasumber dalam penelitian ini. 4. Ibu Laily Dwi Arsyianti SE, M.Sc yang telah banyak memberi saran dan arahan. 5. Para dosen, staf dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan untuk penulis. 6. Seluruh keluarga Ilmu Ekonomi, terutama Ilmu Ekonomi Syariah 47, 48 dan 49 atas doa serta dukungannya. 7. Teman-teman yang sudah banyak memberikan bantuan, doa, dukungan dan sarannya Nurkholish Ardi Firdaus, Azmi, Icha, Mimi, Rika, Rini, Anas, Angger Dini Wahyudi, Dina, Nida, Apri, Azka, Mega, Sandra, Kak Riki, Kak Sari, Kak Dani, Kak Rani, Apri Wijaya, Kiki Andriyani, Indriyani, Bayu Yudistira, Tri Wijiani, Henny, Reza Fitrian, Yuwana Eka, Ferry Fayyadh, Ginanjar, Gangsar dan teman-teman satu bimbingan. 8. Beasiswa Bidik Misi yang telah membantu sehingga penulis dapat menjalankan kuliah dan penelitian dengan lancar. 9. Rekan-rekan Ikatan Mahasiswa Cilacap (IMC), Sharia Economics StudentClub (SES-C), kos Citra Asri dan alumni SMA Negeri 1 Sampang atas doa serta dukungannya. 10. Para responden dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Maret 2016
Nindya Andika
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
6
Konsep Perilaku
6
Konsep Utang
6
Penelitian Terdahulu
11
Kerangka Pemikiran
13
METODE PENELITIAN
14
Jenis dan Sumber Data
14
Lokasi dan Waktu Penelitian
14
Metode Pengumpulan Data
14
Metode Pengolahan dan Analisis Data
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
17
Karakteristik Responden
17
Analisis Perilaku Utang pada Masyarakat di tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor
21
Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Masyarakat dalam Berutang
24
SIMPULAN DAN SARAN
31
Simpulan
31
Saran
31
DAFTAR PUSTAKA
31
LAMPIRAN
35
RIWAYAT HIDUP
50
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Skala likert Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Karakteristik responden berdasarkan usia Karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga Karakteristik responden berdasarkan pendapatan Porsi utang yang dimiliki responden Persepsi responden mengenai beban utang yang dimiliki Jumlah responden yang berutang berdasarkan jenis kreditur Jumlah responden yang menjawab pernyataan mengenai perilaku utang Rata-rata perilaku utang responden Tabel hasil uji realibilitas Tabel hasil uji KMO dan barlett’s test Tabel total variance explained Faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat dalam berutang Urutan faktor yang memengaruhi masyarakat dalam berutang
15 18 19 20 21 22 22 23 23 24 25 25 26 27 28
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8
Laporan perkembangan utang luar negeri berdasarkan jangka waktu Laporan perkembangan jumlah debitur Laporan posisi pinjaman rupiah yang diberikan Bank Umum berdasarkan jenis penggunaan di Kota Bogor Kerangka pemikiran Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Karakteristik responden berdasarkan status perkawinan Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan Jumlah responden yang memiliki dan tidak memiliki utang
1 2 4 13 18 19 20 21
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kuesioner penelitian Variabel asli Tabel r Hasil uji validitas Tabel anti-image correlation Tabel communalities Tabel total variance explained Tabel rotated component matrix Hasil wawancara In-depth interview dengan Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan M. Sc
35 40 40 41 42 43 44 45 46
PENDAHULUAN Latar Belakang Islam mengatur umatnya dalam setiap tindakan termasuk salah satunya dalam melakukan kegiatan konsumsi. Prinsip dasar konsumsi dalam Islam ada tiga yaitu prinsip halal, prinsip kebersihan dan menyehatkan (Thayyib) serta prinsip kesederhanaan (Chaudhry 2012). Perilaku konsumsi Islami menuntut seorang Muslim untuk bersikap sederhana dan tidak boros. Kebutuhan dan keinginan seorang Muslim juga harus disesuaikan dengan anggaran yang ada (Rozalinda 2014). Sesuai dalam sebuah hadis yang artinya “Allah akan memberikan rahmat kepada seseorang yang berusaha dari yang baik, membelanjakan dengan pertengahan, dan dapat menyisihkan kelebihan (surplus) untuk menjaga hari ia miskin dan membutuhkannya.”(H.R. Ahmad dan Muslim) Teori ekonomi konvensional menyatakan bahwa pendapatan adalah jumlah dari konsumsi dan tabungan. Berdasarkan teori tersebut dapat diperoleh persamaan konsumsi. Konsumsi adalah selisih antara pendapatan dan tabungan. Perilaku konsumen berdasarkan pendapatan dan jumlah uang yang digunakan untuk konsumsi pada prinsipnya ada tiga yaitu lender, borrower dan polonius point (Karim 2007). Salah satu perilaku konsumen adalah borrower. Borrower adalah keadaan dimana jumlah yang dikonsumsi lebih dari pendapatan (Karim 2007). Pada keadaan seperti ini biasanya seseorang akan meminjam uang dari pihak lain (berutang). Indonesia sebagai sebuah negara juga melakukan kegiatan konsumsi untuk memenuhi kebutuhannya. Indonesia melakukan berbagai macam cara untuk memenuhi kebutuhan belanja negara salah satunya dengan berutang. Laporan kajian stabilitas keuangan Bank Indonesia (2014a) memaparkan utang luar negeri Indonesia berdasarkan jangka waktu 2005 hingga Juni 2014 pada Gambar 1 berikut ini:
USD Miliar
120 94.8
100 80 60
40 20
101.5
83.2
36.5
40.5
10
7.9
2005
2006
40.3 10.3
44 12.9
50.9 13.1
57
12.4
67.9
20.4
20
23.1
24.6
0 2007
2008
2009
2010
2011
2012
Tahun Utang Jangka Pendek Utang Jangka Panjang
2013
Juni 2014
Sumber: BI 2014 (diolah)
Gambar 1 Laporan perkembangan utang luar negeri berdasarkan jangka waktu Gambar 1 menunjukkan perkembangan utang luar negeri Indonesia yang cenderung meningkat setiap tahunnya. Peningkatan utang luar negeri yang cukup besar terjadi pada utang jangka panjang dibandingkan dengan utang jangka pendek. Laporan perkembangan utang luar negeri Indonesia tersebut juga
2 menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki kecenderungan untuk melakukan utang. Tujuan Indonesia berutang adalah untuk menutupi defisit anggaran belanja negara yang belum bisa tertutupi oleh pendapatan dalam negeri Indonesia. Anggaran belanja tersebut dialokasikan untuk rencana pembangunan yang bertujuan akhir pada terpenuhinya kemakmuran dan kesejahteraan yang adil yang dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Namun disisi lain masyarakat juga harus ikut menanggung beban utang yang dilakukan oleh negara dengan cara membayar pajak tiap periodenya. Kemakmuran dan kesejahteraan yang diharapkan dari tindakan negara mengambil utang luar negeri pada akhirnya masih belum bisa terpenuhi. Terbukti tingkat kemiskinan di Indonesia masih tinggi. Tingkat kemiskinan di Indonesia pada bulan September 2014 sebesar 10.96% (BPS 2015a). Kegiatan berutang bukan hanya dilakukan negara saja namun masyarakat negara itu sendiri juga. Fitriani et al. (2009) melakukan penelitian mengenai perilaku berutang yang dilakukan oleh kalangan etnis Betawi. Masyarakat Betawi memiliki utang dalam jumlah yang banyak dan digunakan untuk kegiatan yang sifatnya tidak mendesak yang dapat dipamerkan kepada orang lain. Penelitian Meivani dan Arsal (2015) yang dilakukan kepada masyarakat desa Banjarsari Kulon Kabupaten Banyumas juga menjelaskan bahwa masyarakat desa Banjarsari Kulon memiliki kesepakatan yang khas yaitu melakukan transaksi jual beli di warung kelontong dengan sistem utang piutang. Penelitian pada masyarakat Betawi dan desa Banjarsari menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat sudah terbiasa dan menganggap utang sebagai hal yang wajar untuk dilakukan. Masyarakat sudah banyak yang menggantungkan kehidupannya pada utang, baik dalam jumlah berapa, kepada siapa dan untuk kepentingan apa. Perkembangan utang di Indonesia dapat dijelaskan oleh perkembangan jumlah debitur. Berdasarkan laporan statistik informasi debitur Bank Indonesia (2014b) jumlah debitur meningkat dari bulan Desember 2013 hingga Desember tahun 2014. Peningkatan jumlah debitur ini terjadi di semua lembaga keuangan. Gambar 2 menunjukkan peningkatan jumlah debitur setiap bulannya serta menunjukkan terdapat tiga lembaga keuangan yaitu bank umum, Bank Perkreditan Rakyat (BPR), dan perusahaan pembiayaan (PP). Masing-masing lembaga tersebut menunjukkan jumlah debitur yang semakin meningkat setiap bulannya. 80 Bank Umum BPR PP 60
Ribu
40 20 0
Bulan Sumber: BI 2014 (diolah)
Gambar 2 Laporan perkembangan jumlah debitur
3 Gambar 2 menunjukkan bahwa lembaga keuangan bank umum memiliki jumlah debitur tertinggi dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Ratarata persentase peningkatan debitur setiap bulan yaitu sebesar 6.3%. Berdasarkan laporan statistik informasi debitur Bank Indonesia tahun 2014 di atas, porsi jumlah debitur pada bank umum adalah sebesar 89% dari total debitur. Sedangkan pada lembaga keuangan seperti BPR sebesar 9% dan PP sebesar 2% dari total debitur. Islam menganggap utang adalah aplikasi dari tolong menolong sehingga berdasarkan ijma ulama utang diperbolehkan. Sesuai dengan firman Allah Swt. pada surat Al-Hadid [57] ayat 11 yang artinya “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.” Utang dalam Islam lebih dikenal dengan utang kebajikan atau biasa disebut dengan qardhul hasan. Qardhul hasan tidak mensyaratkan kelebihan atau tambahan jumlah pada saat pengembalian utang. Aplikasi utang saat ini juga semakin marak ditawarkan kepada masyarakat oleh lembaga-lembaga keuangan. Menurut Beik dan Arsyianti (2015) penyedia modal mungkin memiliki keterampilan yang kurang memadai, kemampuan manajemen yang kurang mumpuni dan waktu yang terbatas sehingga membutuhkan partner yang mampu menjalankan usaha, memiliki kemampuan manajemen yang baik dan waktu yang cukup untuk menjalankan operasional bisnis. Hal tersebut dapat dijadikan alat untuk menjamin adanya keseimbangan penguasaan aset dan kekayaan, agar kesenjangan yang muncul akibat perbedaan kemampuan manusia dapat diminimalisir (Beik dan Arsyianti 2015). Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa dengan adanya transaksi salah satunya utang piutang antara penyedia modal (kreditur) dengan masyarakat (debitur) maka akan terjadi distribusi kekayaan yang dapat digunakan masyarakat untuk melakukan aktivitas bisnis, sehingga dapat memampukan atau menaikkan kejahteraan di kalangan masyarakat. Utang memiliki beberapa manfaat positif terutama bagi sektor perekonomian. Menurut Manning (2004) sistem kredit dan utang merupakan salah satu kebijakan sistem ekonomi kapital agar proses produksi dan konsumsi tetap berjalan. Menurut hasil penelitian Supramono dan Putlia (2010) menjelaskan bahwa sebagian besar responden yang terdiri atas pelaku UKM menganggap keberadaan utang sebagai sumber pendanaan merupakan stimulator untuk memajukan usahanya karena utang dijadikan pemacu untuk bekerja lebih produktif dan disiplin. Manfaat lain utang selain memperlancar proses produksi dan konsumsi adalah dapat meningkatkan daya beli masyarakat (Ludvigson 1999). Perumusan Masalah Berdasarkan data statistik informasi debitur Bank Indonesia (2014b) dari bulan Januari hingga Desember 2014, provinsi Jawa Barat menempati posisi pertama provinsi dengan jumlah debitur terbanyak. Banyaknya debitur di provinsi Jawa Barat pada bulan Desember 2014 tercatat terdapat sebanyak 8 124 620. Jawa Barat juga menempati posisi provinsi paling tinggi pertama dengan netto pinjaman lebih besar dari pada netto simpanan dibandingkan dengan provinsi lainnya dari tahun 2012 hingga tahun 2014 berdasarkan laporan kajian stabilitas keuangan Bank Indonesia (2015).
4 Bogor adalah salah satu daerah yang berada di Jawa Barat dengan jumlah luas wilayah sebesar 3 108.86 km2 (BPS Jabar 2014a). Bogor juga memiliki jumlah rumah tangga terbesar kedua setelah Bandung (BPS Jabar 2014b). Menurut laporan Badan Pusat Statistik Kota Bogor (2015) Kota Bogor memiliki kepadatan penduduk sebanyak 1 030 720 jiwa pada tahun 2014 dengan jumlah rumah tangga sebanyak 253 934. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik Kota Bogor (2015) alokasi pinjaman yang diberikan Bank Umum dari jenis penggunaannya di Kota Bogor terbagi menjadi tiga yaitu modal kerja, investasi dan konsumsi. Gambar 3 menunjukkan jumlah pinjaman pada masing-masing jenis penggunaan semakin meningkat dari tahun 2010 hingga tahun 2014. 1500
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
Juta
1000 500 0 2010
2011
Tahun
2012
2013
2014
Sumber: BPS Kota Bogor 2015 (diolah)
Gambar 3 Laporan posisi pinjaman rupiah yang diberikan Bank Umum berdasarkan jenis penggunaan di Kota Bogor Gambar 3 menunjukkan bahwa dari ketiga jenis penggunaan pinjaman rupiah yang diberikan bank umum yang dilaporkan oleh BPS Kota Bogor mengenai jumlah pinjaman rupiah diketahui modal kerja memiliki jumlah pinjaman yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis pinjaman yang lainnya. Namun pada pergerakannya jumlah pinjaman modal kerja dari tahun 2012 hingga tahun 2014 selalu konsisten sebesar 1 miliar rupiah berbeda dengan pinjaman untuk konsumsi dan investasi. Pinjaman rupiah yang diberikan bank umum di Bogor untuk konsumsi dan investasi selalu meningkat tiap tahunnya. Tetapi pinjaman untuk konsumsi memiliki pergerakan yang selalu meningkat dan lebih tinggi dibandingkan dengan pinjaman untuk investasi. Berdasarkan laporan posisi pinjaman rupiah di atas dapat diketahui bahwa modal kerja memiliki jumlah pinjaman yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis pinjaman yang lainnya. Besar pinjaman dan pengalokasian pinjaman untuk modal kerja tersebut dapat digunakan oleh masyarakat Bogor untuk melakukan kegiatan yang produktif agar dapat meningkatkan kemampuan dan kesejahteraannya kearah yang lebih baik. Sehingga manfaat utang dapat dirasakan masyarakat tidak hanya dirasakan sekali habis namun dapat dirasakan dalam jangka yang panjang. Namun pada kenyataannya, persentase penduduk miskin Kabupaten Bogor pada tahun 2013 sebesar 9.58% sedangkan Kota Bogor sebesar 9.19% (BPS Jabar 2014b). Data tersebut menunjukkan masih banyak penduduk miskin yang seharusnya bisa diberdayakan dan dapat mengakses lembaga
5 keuangan melalui utang atau qardhul hasan untuk melakukan kegiatan berproduksi yang bertujuan pada peningkatan kehidupannya. Untuk itu, diperlukan sebuah studi yang mengidentifikasi tentang perilaku utang masyarakat dan faktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhi masyarakat dalam berutang. Berdasarkan penjelasan diatas maka permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perilaku utang pada masyarakat tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor? 2. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor dalam berutang? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis perilaku utang pada masyarakat tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor. 2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor dalam berutang. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis maupun pihak lain yang berkepentingan. Manfaat tersebut antara lain: 1. Sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai bahan acuan informasi bagi para peminat dan peneliti untuk bahan penelitian lanjutan. 2. Sebagai bukti empiris mengenai gambaran tentang perilaku berutang dan mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor dalam berutang. 3. Sebagai sumber informasi bagi para pembuat kebijakan untuk dijadikan rujukan dalam merancang strategi atau kebijakan terhadap program utang yang telah ditawarkan di masyarakat, sehingga manfaat kebijakan tidak hanya dirasakan oleh suatu pihak yang mendapatkan keuntungan saja namun seimbang manfaat yang dirasakan bagi masyarakat. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji perilaku utang dan faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat dalam berutang. Penelitian ini dilakukan pada masyarakat di tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor yang diambil secara acak dengan responden adalah para masyarakat tiga kecamatan tersebut baik yang memiliki dan tidak memiliki utang. Penelitian ini menggunakan kuesioner dan wawancara langsung kepada responden yang diambil secara acak melalui sampel non acak. Responden berjumlah 86 orang. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ranca Bungur, Tanah Sareal dan Bogor Tengah, Bogor pada bulan Agustus hingga September 2015.
6
TINJAUAN PUSTAKA Konsep Perilaku Para psikolog memandang perilaku manusia (human behavior) adalah suatu reaksi yang bisa bersifat sederhana ataupun kompleks. Menurut Azwar (2013) faktor lingkungan mempunyai kekuatan yang lebih besar dalam menentukan individu, bahkan terkadang kekuatan faktor lingkungan jauh lebih besar daripada karakteristik atau faktor individu itu sendiri. Muhamad (2008) menyatakan bahwa ekonomi adalah suatu studi tentang perilaku manusia yang berkaitan dengan pengalokasian sumber daya dalam rangka memenuhi kebutuhan. Bagaimana manusia memenuhi kebutuhan pengalokasian sumber daya tersebut sangat tergantung pada sistem nilai yang mengatur perilakunya. Konsep Utang Pengertian Utang Utang menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah uang yang dipinjam dari orang lain. Utang piutang (al- qardl) adalah memberikan sesuatu kepada seseorang dengan perjanjian dia akan membayar yang sama dengan itu (Huda et al. 2012). Utang (al-qardhu) menurut bahasa yaitu potongan, sedangkan menurut syar’i adalah menyerahkan uang kepada orang yang bisa memanfaatkannya, kemudian ia meminta pengembaliannya sebesar uang tersebut (Nawawi 2012). Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah qardh adalah penyediaan dana atau tagihan antar lembaga keuangan syariah dengan pihak peminjam untuk melakukan pembayaran secara tunai atau cicilan dalam jangka waktu tertentu. Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional No. 19 tentang Al-qardh menjelaskan pengertian alqardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh) yang memerlukan. Dasar Hukum Utang Utang sebagai salah satu bentuk kegiatan mu’amalah yang mengandung unsur sosial telah diterangkan secara jelas di dalam Al-Quran dan hadis. Mu’amalah adalah aturan-aturan (hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi dalam pergaulan sosial (Suhendi 2011). Mu’amalah yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan orang lain dalam hal tukar menukar harta, salah satunya adalah utang piutang (Ali 2009). Mu’amalah juga diartikan sebagai aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia (Mardani 2012). Oleh sebab itu utang dijadikan sebagai salah satu bentuk ibadah kepada Allah dengan cara saling menolong antara sesama manusia. Dasar hukum yang digunakan untuk menerangkan utang sebagai bentuk mu’amalah yaitu:
ََوتَ َع ََاونُواَعَ ََلَالْ ِ رِب ََوالتَّ ْق َو ٰىَ ََۖو ََلَت َ َع َاونُواَعَ ََل َْاَل ْ ِْث ََوالْ ُع ْد َو ِانَ ََۚوات َّ ُقوا ِ
7
ََِاَّلل ََش ِديدُ َالْ ِع َقاب َ َّ اَّللََۖا َّن َ َّ ِ Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (Q.S. Al-Maidah [5]: 2) Ayat Al-Quran lain yang menjelaskan bahwa Allah Swt mengajarkan hamba-Nya untuk meminjamkan sesuatu yang baik bagi agama Allah Swt. adalah:
ِ َّ َ َم ْنَ َذ ََاَّللَقَ ْرضً اَ َح َس نًاَفَ ُيضَ ا ِع َفه َََُل ََُو ََلَُ َأ ْج ٌرَ َك ِر ٌي َ َّ اَاَّليَيُ ْق ِر ُض Artinya: “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.”(Q.S. Al-Hadid [57]: 11) Al-Quran juga menjelaskan bagaimana tata cara dalam melakukan transaksi utang piutang dan salah satu ketentuannya tidak boleh mengandung unsur riba dalam transaksinya. Q.S. al-Baqarah [2]: 282 yang menyatakan bagaimana tata cara berutang agar dilakukan secara tertulis dan Q.S. al-Baqarah [2]: 279 menjelaskan larangan riba terhadap segala jenis transaksi termasuk utang piutang.
ِ َّ َ ََيَ َأُّيه ََۚاَاَّل َينَأ َمنُواَا َذاَتَدَ ايَن ْ ُ ُْتَبِدَ ْي ٍنَا َ َٰلَ َأ َج ٍلَ ُم َس ًّمىَفَا ْك ُت ُبو ُه ِ ِ َولْ َي ْك ُت ْبَبَيْنَ ُ ُْك َََكتِ ٌب َِِبلْ َع ْد َِل "Hai orang yang beriman! Jika kamu bermu'amalah tidak secara tunai sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis dan hendaklah seseorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar..."(Q.S. al-Baqarah [2]: 282)
ِ ِ َاَّلل ََو َر ُس ِ َّ اَِب ْر ٍبَ ِم َن َ ِ فَا ْنَلَ ْمَتَ ْف َعلُواَفَأْ َذنُو َوَلَ ََۖوا ْنَتُ ْب ُ ُْتَفَلَ ُ ُْك َُر ُء ُوس ِ ِ ون ََو ََلَت ُْظلَ ُمو ََن َ َأ ْم َوا ِل ُ ُْك َََلَت َْظ ِل ُم “Jika kamu tidak meninggalkan sisa-sisa riba maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangi kamu. Jika kamu bertaubat maka bagimu adalah pokok hartamu. Tidak ada diantara kamu orang yang menganiaya dan tidak ada yang teraniaya.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 279) Dasar hukum lain mengenai mu’amalah utang piutang juga banyak dijelaskan dalam hadis. Rasulullah Saw. menjelaskan bahwa menolong orang lain yang sedang membutuhkan utang besar pahalanya dapat dibandingkan dengan pahala bersedekah. Salah satu hadis menyatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
8 bersabda “Seseorang Muslim yang mempiutangi seorang Muslim dua kali, seolaholah ia telah bersedekah kepadanya satu kali.”(H.R. Ibnu Majah) Hal tersebut juga pernah dijelaskan Rasulullah Saw. dalam hadis lain yaitu diriwayatkan Anas bin Malik menjelaskan bahwa Rasulullah mengatakan selama perjalanan Mikraj, aku melihat tulisan pada pintu surga orang yang memberikan sedekah dihargai sepuluh kali lipat, orang yang memberikan pinjaman dihargai delapan belas kali lipat. Lalu aku bertanya kepada Jibril, Wahai Jibril mengapa orang yang memberikan pinjaman mendapat imbalan (pahala) yang lebih besar? Jibril menjawab, karena orang yang meminta (memerlukan sedekah) kadang memiliki (sesuatu yang diberikan kepadanya), akan tetapi orang yang memberikan pinjaman, pada dasarnya memberikan sesuatu karena memang benar-benar dibutuhkan.”(H.R. Ibnu Majah) Rasulullah Saw. semasa hidupnya juga pernah berutang. Hadis yang menyatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah berutang yaitu “Aisyah istri dari Rasulullah Saw. melaporkan bahwa Rasulullah wafat sedangkan baju perangnya masih di tangan seorang Yahudi sebagai jaminan utang beliau sebesar tiga puluh sha’bur.”(H.R. Bukhari). Hadis lain yang menyatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah berutang adalah Dari Abu Rafi’i: Sesungguhnya Nabi Saw. berutang dari seseorang anak sapi. Setelah datang pada beliau unta dari unta-unta sedekah (zakat), lalu beliau menyuruh Abu Rafi’i untuk melunasi utangnya kepada lelaki itu berupa anak unta yang tersebut. Kata Abu Rafi’i: tidak saya dapati selain unta yang baik yang berumur enam tahun masuk tujuh tahun (Raba’iyyah), lalu beliau bersabda: berilah dia unta yang baik dan besar itu, karena sesungguhnya sebaikbaiknya orang adalah orang yang paling baik cara melunasi utangnya.”(H.R. Muslim). Hadis tersebut selain menunjukkan bahwa Rasulullah Saw. pernah mempraktikkan mu’amalah dalam bentuk utang tetapi juga menjelaskan bahwa sesungguhnya beliau memberikan teladan untuk memiliki niat melunasi utang dan memilih cara yang paling baik dalam melunasi utangnya. Dasar hukum lain mengenai mu’amalah utang piutang didasarkan fiqh muamalah adalah segala bentuk muamalah dasarnya boleh kecuali ada dalil yang melarangnya.
ْ َ ا َأل ْص ُل َِِفَالْ ُم َعا َم َال ِتَ ْاَل َِب َح ُةَاَلََّأَ ْنَيَدُ ََّلَ َد ِل ْي ٌلَعَ ََل ََت ِريْ ِمهَا ِ ِ Ijma ulama menganggap utang dalam Islam adalah aplikasi dari tolong menolong, sehingga mereka menetapkan bahwa utang diperbolehkan. Konsep Qardh Hasan dalam Islam Menurut Nurhayati dan Wasilah (2013) qardhul hasan adalah pinjaman tanpa dikenakan tambahan biaya, pinjaman hanya diwajibkan untuk membayar sebesar pokok utangnya. Pinjaman qardhul hasan adalah pinjaman yang sesuai dengan ketentuan syariah karena tidak mengandung unsur riba didalamnya. Cara pelunasan dan waktu pelunasan pinjaman ditetapkan bersama antara pemberi dan penerima pinjaman. Pemberi pinjaman tidak boleh meminta pengembalian yang lebih besar dari pinjaman yang diberikannya, tetapi biaya administrasi diperkenankan untuk dibebankan kepada peminjam. Peminjam juga boleh memberikan kelebihan dari pokok pinjaman atas dasar kemauan sendiri bukan karena diperjanjikan di awal peminjaman (Nurhayati dan Wasilah 2013).
9 Syarat dan Rukun Utang Syarat utang (Al-qardhu) menurut Nawawi (2012) yaitu: 1. Besarnya pinjaman harus diketahui dengan takaran, timbangan atau jumlahnya. 2. Sifat pinjaman dan usianya harus diketahui jika dalam bentuk hewan. 3. Pinjaman tidak sah dari orang yang tidak memiliki sesuatu yang bisa dipinjam atau orang yang tidak normal akalnya. Rukun utang (Al-qardhu) menurut Nawawi (2012) yaitu: 1. Pemilik barang (muqridh) 2. Yang mendapatkan barang atau pinjaman (muqtaridh) 3. Serah terima (ijab qabul) 4. Barang yang dipinjamkan (qardh)
1.
2.
3.
Rukun dan syarat qardh menurut Mardani (2012) yaitu: Shighat Shighat adalah ijab dan kabul. Tidak ada perbedaan di antara fukaha bahwa ijab kabul itu sah dengan lafaz utang dan dengan semua lafaz yang menunjukkan maknanya. ‘Aqidain ‘Aqidain (dua pihak yang melakukan transaksi) adalah pemberi utang dan yang meminta utang. Syarat bagi ‘aqidain adalah merdeka, baligh, berakal sehat dan pandai (rasyid, dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk). Harta yang diutangkan Syarat harta yang diutangkan adalah: 1. Harta berupa harta yang ada padanya, maksudnya harta yang satu sama lain dalam jenis yang sama tidak banyak berbeda yang mengakibatkan perbedaan nilai, seperti uang, barang-barang yang dapat ditakar, ditimbang, ditanam dan dihitung. 2. Harta yang diutangkan disyaratkan berupa benda, tidak sah menggunakan manfaat (jasa). 3. Harta yang diutangkan diketahui, yaitu diketahui kadarnya dan sifatnya.
Hikmah dan Manfaat Utang Hikmah dan manfaat disyariatkannya utang (Mardani 2012) yaitu: 1. Melaksanakan kehendak Allah agar kaum muslimin saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan. 2. Menguatkan ikatan ukuwah (persaudaraan) dengan cara mengulurkan bantuan kepada orang yang membutuhkan dan mengalami kesulitan dan meringankan beban orang yang tengah dilanda kesulitan. Risiko dan Bahaya Utang IMF dan World Bank (2001) mengidentifikasi beberapa resiko yang dihadapi suatu negara terkait dengan jumlah utang yang besar yaitu: 1. Market risk adalah risiko yang berkaitan dengan fluktuasi suku bunga, nilai tukar mata uang, harga komoditas dan inflasi. 2. Funding risk adalah risiko ketika pemerintah memerlukan dana untuk pembiayaan anggaran ataupun roll-over utang pada tingkat yang dapat
10
3.
4. 5.
diterima. Risiko ini terkait dengan kemampuan pemerintah untuk melakukan pinjaman baru yang dibutuhkan. Liquidity risk adalah risiko yang berkenaan dengan manajemen kas pemerintah. Risiko likuiditas terjadi ketika okum (kas) menurun dengan cepat karena timbulnya kewajiban pembayaran yang tidak diantisipasi sebelumnya atau kesulitan dalam memperoleh kas melalui pinjaman jangka pendek. Credit risk adalah risiko yang berkaitan dengan kinerja yang rendah dari peminjam atas kesepakatan yang telah dituangkan dalam kontrak. Operational risk adalah berbagai jenis risiko seperti kemungkinan kesalahan berbagai tahapan pelaksanaan dan pencatatan transaksi, ketidakcukupan atau kegagalan okum, risiko reputasi, risiko okum, risiko keamanan dan risiko bencana alam yang memengaruhi aktivitas pemerintah.
Bahaya yang ditimbulkan dari semakin tingginya tingkat pinjaman atau utang menurut Jenkins (2008) yaitu debitur yang memiliki utang akibat penggunaan kredit secara berlebihan dan tidak mampu membayar konsekuensi kreditnya umumnya akan mengalami konsekuensi finansial negatif seperti penyitaan rumah, serta dapat mengalami stres dan depresi sebagai konsekuensi psikologis negatif. Sebuah hadis menyatakan bahwa “utang adalah suatu kehinaan yang akan menyibukan hati dan pikiran. Utang adalah suatu yang dapat membuat gelisah dan rendah hati di hadapan orang yang meminjamkan uang.” (Al-Jami Ahkamil Qur’an, Al Qurtubi) Prinsip Utang Prinsip utang menurut Beik (2009) antara lain: 1. Utang adalah alternatif terakhir ketika segala usaha untuk mendapatkan dana secara halal dan tunai mengalami kemandekan atau the last option. 2. Apabila terpaksa untuk berutang maka jangan berutang diluar kemampuan. 3. Apabila utang telah dilakukan maka harus ada niat untuk membayarnya.
1.
2. 3.
4.
5. 6.
Prinsip utang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis yaitu: Islam hanya mengenal adanya qardh hasanah (utang kebajikan). Utang boleh berbentuk apa saja berbentuk barang atau pun uang, besar atau kecil, untuk keperluan pribadi orang yang berutang atau untuk bisnis. Tetapi utang tidak boleh diberikan dengan bunga. Utang tidak dibenarkan kecuali karena adanya kebutuhan yang mendesak. Kreditur dan debitur melakukan kontrak utang dengan menggunakan kontrak tertulis dan disaksikan oleh dua orang saksi serta menetapkan syarat dan ketentuan pelunasannya karena utang dengan perjanjian verbal saja dapat menimbulkan perselisihan, penipuan, dan masalah hukum. Pemberi pinjaman atau kreditur boleh meminta jaminan dalam bentuk aset atau harta dari debitur sebagai jaminan pelunasan utang atau biasa disebut gadai (Rahn). Pelunasan utang adalah prioritas pertama sebelum harta almarhum dibagi di antara para ahli waris. Pelunasan utang yang lebih dari jumlah yang dipinjam halal, asalkan tidak diperjanjikan terlebih dahulu.
11 7. 8. 9.
10. 11.
12. 13.
Utang harus dilakukan dengan niat untuk melunasinya. Kreditur berhak untuk menggunakan kata-kata keras kepada debitur yang tidak mengembalikan utangnya. Apabila debitur berada dalam keadaan susah dan serba kurang serta posisi keuangannya tidak memungkinkan untuk mengembalikan utangnya, maka kreditur hendaknya menunda penagihan hingga posisi keuangan debitur membaik dan mampu melunasi utangnya. Debitur berhak menerima zakat untuk meringankan beban utangnya. Apabila terjadi perselisihan antara debitur dan kreditur mengenai pengembalian utang dan debitur tidak mampu memenuhi permintaan kreditur, maka penguasa atau hakim harus mencoba menengahi keduanya. Membebaskan debitur miskin adalah perbuatan yang amat terpuji yang akan mendapatkan pahala yang besar. Apabila seorang miskin meninggal dunia dan meninggalkan utang yang belum dibayar serta tidak memiliki harta untuk membayar utang tersebut, maka Negara Islam bertanggung jawab membayar utang tersebut jika Negara memiliki kemampuan finansial untuk melakukannya. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat dalam berutang dan perilaku masyarakat dalam berutang telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Namun, penelitian yang mengkaji perilaku dan faktor masyarakat dalam berutang yang dikaji dan dilihat dari sudut pandang perspektif Islam secara kuantitatif dengan metode analisis faktor masih jarang dilakukan. Beberapa penelitian yang dijadikan sebagai rujukkan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut. Penelitian Arsyianti dan Beik (2015) bertujuan menganalisis faktor yang memengaruhi rumah tangga berpenghasilan rendah untuk memiliki utang lebih dari atau sama dengan 50 persen. Metode yang digunakan adalah regresi logistik. Hasil penelitian menjelaskan bahwa rumah tangga yang paling mungkin memiliki utang lebih dari atau sama dengan 50 persen adalah rumah tangga yang kepala rumah tangga yang berusia 45 tahun ke atas, memiliki 5 atau lebih tanggungan dikeluarganya dan memiliki rumah. Sementara yang paling mungkin adalah ketika kepala rumah tangga berasal dari Jakarta, tidak khawatir tentang kondisi perekonomian domestik di masa mendatang dan memiliki pendapatan yang lebih dari 80 USD per bulan. Variabel-variabel lain seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, lembaga pembiayaan dan porsi amal per pendapatan terbukti tidak signifikan memengaruhi rumah tangga untuk memiliki utang. Penelitian Fitriani et al. (2009) menunjukkan dua hasil penelitian, yaitu (1) gambaran prioritas tipe nilai motivasional pada debitur orang Betawi menunjukkan bahwa debitur orang Betawi lebih menganggap penting nilai-nilai kolektivis dibandingkan nilai nilai individualis, serta (2) tidak terdapat hubungan yang signifikan antara prioritas tipe nilai motivasional dan perilaku berutang pada etnis Betawi. Renanita dan Hidayat (2013) melakukan penelitian pada masyarakat yang memiliki penghasilan tetap. Skala yang digunakan dalam penelitian ini ada lima yaitu skala sikap terhadap perilaku berutang, skala norma subjektif, skala
12 perceived behavioral control, skala intensi dan skala perilaku. Hasil penelitian ini adalah perilaku berutang dipengaruhi oleh intensi berutang. Intensi berutang dipengaruhi oleh norma subjektif. Penelitian Manara dan Hidayat (2011) menggunakan angket dan variabel demografi seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan, jumlah anak dan pendidikan. Hasil penelitian pada penelitian ini adalah tujuan konsumen berutang yaitu tujuan produktif dan konsumtif. Berdasarkan variabel-variabel demografi terdapat tiga variabel yang membedakan konsumen menerima dan menolak utang yaitu usia, status pekerjaan, dan pernah berutang atau tidak dalam sepuluh tahun terakhir. Semakin tua usia maka kecenderungan berutang semakin rendah. Berdasarkan status pekerjaan, pekerja honorer memiliki kecenderungan berutang yang lebih tinggi dibandingkan dengan PNS. Berdasarkan konsumen yang pernah atau tidak pernah berutang dalam sepuluh tahun terakhir hampir sebagian yang menerima dan sebagian yang menolak. Kecederungan tersebut dipengaruhi oleh sikap terhadap utang. Penelitian dilakukan oleh Anindika (2009) menggunakan responden yang dijadikan sebagai sampel sebanyak 70 orang. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, jangka waktu pengembalian kredit, penggunaan kredit untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga, tingkat pendidikkan berpengaruh positif dalam taraf signifikansi 5% terhadap besarnya pengambilan kredit di Perum Pegadaian Cabang Klaten. Sedangkan variabel rasio nilai taksiran dengan jumlah pinjaman ternyata berpengaruh negatif terhadap besarnya pengambilan kredit di Perum Pegadaian Cabang Klaten, berarti setiap penambahan rasio akan mengurangi besarnya pengambilan kredit. Penelitian dilakukan oleh Sumarwan (2002) bertujuan melihat sikap konsumen terhadap tabungan dan kredit serta melihat kepemilikan kartu kredit, kredit kendaraan dan kredit perumahan. Hasil penelitian disajikan dengan menggunakan persentase hasil jawaban responden pada kuesioner secara keseluruhan. Responden memiliki sikap yang positif terhadap kredit, dibuktikan oleh hasil kuesioner sebanyak 75% responden menyatakan bahwa bukanlah hal yang buruk untuk membeli sesuatu dengan kredit asalkan bisa membayarnya sesuai dengan kemampuan mereka. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa salah satu kredit konsumen yang paling popular adalah kartu kredit. Kartu kredit bukan hanya sudah menjadi bagian dari kelengkapan pribadi seorang konsumen tetapi juga keluarga. Penelitian dilakukan oleh Vendi (2014) menggunakan metode penelitian analisis faktor. Data yang digunakan adalah data primer dengan 50 orang responden. Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi muzakki Kabupaten Dharmasraya dalam membayar zakat, yaitu faktor kepuasan, keimanan, faktor kecakapan OPZ, sosialisasli dan publikasi, balasan dan faktor regulasi. Faktor yang sangat memengaruhi muzakki dalam membayar zakat adalah faktor kepuasan muzakki.
13 Kerangka Pemikiran Islam memandang utang diperbolehkan karena merupakan aplikasi kegiatan mu’amalah yaitu saling tolong menolong. Utang dalam cakupan negara bertujuan untuk menutupi defisit anggaran belanja negara yang dialokasikan untuk rencana pembangunan yang bertujuan akhir pada terpenuhinya kemakmuran dan kesejahteraan yang adil yang dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Kemakmuran dan kesejahteraan yang diharapkan dari tindakan negara mengambil utang luar negeri masih belum bisa terpenuhi. Terbukti masyarakat juga harus ikut menanggung beban utang dan tingkat kemiskinan di Indonesia masih tinggi. Kegiatan berutang dimasyarakat seharusnya dapat digunakan untuk kegiatan yang produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan seseorang. Namun pada kenyataannya persentase penduduk miskin juga masih tinggi. Penelitian ini difokuskan dalam menganalisis perilaku berutang dan faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor dalam berutang. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis faktor. Setelah dilakukan analisis terhadap perilaku berutang dan faktorfaktor yang memengaruhi masyarakat dalam berutang, diharapkan ada output yang dapat dijadikan sebagai saran atau rekomendasi terhadap pihak-pihak tertentu. Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4. Islam memandang utang diperbolehkan Tujuan utang yang dilakukan oleh negara maupun perorangan yaitu agar terpenuhinya kemakmuran dan kesejahteraan
Masyarakat ikut menanggung beban utang yang dilakukan oleh negara. Utang dimasyarakat seharusnya dapat digunakan untuk kegiatan yang produktif. Tingkat kemiskinan masih tinggi
Memiliki Utang
Tidak Memiliki Utang
Analisis faktor-faktor yang memengaruhi utang
Perilaku terhadap utang Analisis Deskriptif
Analisis Faktor Rekomendasi Kebijakan Gambar 4 Kerangka pemikiran
14
METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari penyebaran kuesioner dan wawancara secara langsung dengan masyarakat di tiga kecamatan yaitu Ranca Bungur, Tanah Sareal dan Bogor Tengah, Bogor. Data sekunder digunakan untuk melengkapi dan menunjang data primer. Sumber data sekunder diperoleh dari dokumen dan laporan Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, buku, tesis, skripsi, jurnal dan internet. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ranca Bungur, Tanah Sareal dan Bogor Tengah, Bogor. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data Bank Indonesia (2014b) dari bulan Januari hingga Desember 2014 provinsi Jawa Barat menempati posisi pertama provinsi dengan jumlah debitur terbanyak dan memiliki jumlah rumah tangga kota dan kabupaten terbesar kedua setelah kota dan kabupaten Bandung. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik Kota Bogor (2015) alokasi pinjaman yang diberikan Bank Umum dari jenis penggunaannya di Kota Bogor juga menunjukkan jumlah pinjaman pada masing-masing jenis penggunaan semakin meningkat baik dari pinjaman untuk modal kerja, investasi dan konsumsi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September 2015. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dilakukan melalui dua proses, yaitu kuesioner dan wawancara. Data diambil dengan metode wawancara kepada para masyarakat di tiga kecamatan yaitu Ranca Bungur, Tanah Sareal dan Bogor Tengah, Bogor yang menjadi responden dengan menggunakan kuesioner. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik pengambilan sampel non probabilitas (non acak). Pengambilan datanya dilakukan dengan purposive sampling, yaitu prosedur memilih sampel berdasarkan pertimbangan karakteristik yang cocok yang diperlukan untuk menjawab penelitian (Juanda 2009). Pemilihan responden dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa resonden adalah masyarakat yang memiliki dan tidak memiliki utang. Responden yang menjadi sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 86 responden. Metode wawancara mendalam (in-depth interview) juga digunakan untuk menganalisis pandangan dan solusi perilaku berutang oleh salah seorang pakar yaitu Prof. Ujang Sumarwan, Kepala Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi dan Manusia, Institut Pertanian Bogor. Hasil wawancara mendalam (in-depth interview) digunakan untuk mendukung dan memperjelas hasil penelitian analisis perilaku berutang maupun hasil analisis faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat dalam berutang.
15 Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Pendekatan analisis kuantitatif digunakan untuk menampilkan data dalam bentuk tabel, sedangkan pendekatan analisis kualitatif digunakan untuk mengumpulkan data-data fakta dari hasil wawancara dan kuesioner yang didapat dari responden. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan Statistical Package for Social Science (SPSS) 16. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis faktor. Persepsi Masyarakat terhadap Perilaku Utang Metode yang digunakan untuk menganalisis persepsi masyarakat di tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor terhadap perilaku utang adalah metode deskriptif, yaitu dengan melihat skor penilaian responden terhadap perilaku utang. Sampel dalam analisis ini adalah masyarakat yang memiliki dan yang tidak memiliki utang. Pengumpulan data primer mengenai persepsi masyarakat di tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor terhadap perilaku utang diperoleh melalui kuesioner. Pengisian kuesioner tersebut akan menghasilkan jawaban, dimana jawaban tersebut masing-masing memiliki bobot penilaian dari setiap pertanyaan yang telah ditentukan. Penilaian atas perilaku utang dinilai menggunakan skala likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, atau persepsi seseorang mengenai kejadian atau gejala sosial (Riduwan 2009). Skala likert digunakan untuk mengukur variabel yang akan dijabarkan menjadi sub variabel yang memiliki indikator terukur, yaitu contoh sebagai berikut (Tabel 1): Tabel 1 Skala likert Nilai Keterangan 5 Sangat Setuju 4 Setuju 3 Netral 2 Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju Analisis Faktor yang Memengaruhi Masyarakat dalam Berutang Metode yang digunakan untuk menganalisis faktor yang memengaruhi masyarakat tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor dalam berutang adalah metode analisis faktor. Analisis faktor merupakan suatu teknik untuk meringkas sejumlah variabel yang saling terkorelasi, menjadi beberapa kelompok (faktor) yang masing-masing menggambarkan suatu dimensi atau konsep tertentu (Firdaus et al. 2011). Analisis faktor berupaya mengelompokkan sejumlah variabel yang berkorelasi kuat diantara variabel sehingga akan terjadi pengelompokkan. Variabel yang memiliki korelasi tinggi akan membentuk satu kerumunan faktor. Jika sebuah variabel atau lebih berkorelasi lemah dengan variabel lainnya, maka variabel itu akan dikeluarkan dalam analisis. Proses analisis faktor tidak membutuhkan sebuah model khusus karena merupakan interdependence techniques, artinya tidak ada variabel dependen
16 maupun variabel independen dalam analisis tersebut. Berbeda dengan analisis dependence technique seperti regresi berganda yang mempunyai sebuah variabel dependen dan beberapa variabel independen. Dalam melakukan analisis faktor ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan (Santoso 2010) yaitu: 1. Menentukan variabel-variabel yang akan dianalisis. 2. Uji variabel a. Uji validitas dan realibilitas Variabel-variabel yang akan digunakan dalam analisis harus diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan realibilitas. Uji validitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengukur valid atau tidaknya variabel pertanyaan penelitian yang diteliti. Jumlah responden dalam uji validitas ini adalah 86 responden dengan 17 variabel pertanyaan. Pengujian validitas kuesioner pada penelitian ini menggunakan software SPSS 16 dengan metode Korelasi Pearson, yaitu dengan cara mengorelasikan skor variabel dengan skor totalnya. Skor total adalah penjumlahan dari seluruh variabel. Hasil uji validitas dilihat pada hasil output SPSS pada tabel Validitas Statistic. Kaidah keputusan validitas yaitu (Priyatno 2014): a. Jika rhitung
0.1 maka terima H0 Jika sig < 0.1 maka tolak H0 Narimawati (2008) menjelaskan besarnya angka (KMO-MSA) berkisar antara 0 hingga 1 dengan kriteria sebagai berikut: a. Jika bernilai = 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan. b. Jika bernilai ≥ 0.5, maka variabel tersebut masih dapat diprediksi dan dianalisis lebih lanjut.
17 c. Jika bernilai < 0.5, maka variabel tersebut tidak dapat diprediksi dan dianalisis lebih lanjut. 3. Factoring Setelah mendapatkan variabel-variabel yang telah memenuhi syarat, maka dilanjutkan dengan proses factoring atau yang lebih dikenal dengan proses ekstraksi variabel-variabel yang telah memenuhi syarat menjadi beberapa faktor. Metode yang digunakan dalam proses ekstraksi ini adalah Principal Component Analysis (PCA). Hasilnya menampilkan tabel communalities dan tabel Total Variance Explained (TVE). Semakin besar nilai communilities, maka semakin baik analisis faktor karena semakin besar karakteristik variabel asli yang dapat diwakili oleh faktor yang terbentuk. Kemudian di tabel TVE terdapat initial eigenvalues yang menggambarkan beberapa nilai. Pertama, total initial eigenvalues yang menunjukkan jumlah faktor yang terbentuk. Kedua, percent of variance yang menunjukkan keragaman yang dapat digambarkan oleh faktor yang terbentuk. Variabel yang sudah masuk kedalam beberapa faktor, perlu dilakukan proses rotasi terhadap seluruh variabel. Metode yang digunakan dalam proses rotasi ini adalah metode varimax. Proses ini dapat memperjelas kedudukan variabel terhadap faktor yang terbentuk (loading factor) nilainya (> 0.5) pada tabel rotated component matrix. Setelah mendapatkan faktor yang terbentuk beserta variabel-variabel yang menyertainya, maka melalui nilai percent of variance (tingkat keragaman) juga diperoleh faktor yang paling dominan berpengaruh. 4. Interpretasi faktor dengan memberikan nama atas faktor yang membentuk sesuai dengan nilai loading factor atribut variabel yang tertinggi dalam satu komponen atau faktor.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 86 orang. Responden adalah masyarakat di tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor yang memiliki dan tidak memiliki utang. Identifikasi karakteristik reponden dalam penelitian ini antara lain berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, usia, status perkawinan, jumlah anggota keluarga, jenis pekerjaan dan pendapatan. Berikut uraian karakteristik responden dalam penelitian ini. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden pada penelitian ini menunjukkan jumlah responden laki-laki yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden perempuan. Klasifikasi responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan 69 persen responden berjenis kelamin laki-laki dan 31 persen responden berjenis kelamin perempuan. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 5.
18
31% Laki-Laki Perempuan 69% Gambar 5 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Respoden jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada jumlah responden perempuan didukung dari data Statistik Informasi Debitur (2014b) mengenai perkembangan jumlah debitur per-jenis kelamin debitur. Data terakhir yaitu pada bulan Desember 2014 menunjukkan bahwa jumlah debitur laki-laki berjumlah 24 300 363 sedangkan jumlah debitur perempuan sebanyak 14 893 631. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan ≥ S1 yaitu sebanyak 61 orang atau dalam proporsi 71 persen. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan yang tinggi melihat mayoritas responden dengan pendidikan akhir perguruan tinggi. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Pendidikan Jumlah Responden (orang) Proporsi (%) ≥S1 61 71.00 D3 2 2.00 SMA 19 22.00 SMP 1 1.00 SD 3 3.00 Total 86 100.00 Respoden dengan pendidikan ≥ S1 lebih banyak dari pada jumlah responden lainnya juga didukung dari data Statistik Informasi Debitur (2014b) mengenai perkembangan jumlah debitur berdasarkan status pendidikan debitur perorangan yang menunjukkan data terakhir bulan Desember 2014 debitur dengan pendidikan S1 adalah jumlah debitur terbanyak kedua yaitu sejumlah 4 305 791 setelah debitur tanpa gelar (SMA, SMP, SD dan tidak sekolah). Wickramasinghe dan Gurugamage (2012) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan memungkinkan seorang individu untuk pro terhadap utang. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Berdasarkan kategori usia, responden dibagi menjadi beberapa kelompok tingkatan usia yaitu usia kurang dari 25 tahun, 25 sampai 34 tahun, 35 sampai 44 tahun, 45 sampai 54 tahun, dan lebih dari 54 tahun. Persentase usia responden terbanyak yaitu pada rentang usia 45 tahun sampai dengan 54 tahun yaitu 28 persen atau sebanyak 24 orang. Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 3.
19 Tabel 3 Karakteristik responden berdasarkan usia Umur Jumlah Responden (orang) Proporsi(%) Kurang dari 25 19 22.00 25 s.d. 34 18 21.00 35 s.d. 44 14 16.00 45 s.d. 54 24 28.00 Lebih dari 54 11 13.00 Total 86 100.00 Rata-rata jumlah responden berdasarkan tingkat umur memiliki jumlah yang hampir sama pada masing-masing tingkatan umurnya. Jumlah responden terendah terdapat pada tingkatan usia lebih dari 54 tahun yaitu sebanyak 11 orang. Berdasarkan hal tersebut menjelaskkan bahwa semakin tua usia seseorang maka kecenderungan terhadap utang semakin menurun. Hal ini didukung oleh penelitian Manara dan Hidayat (2011) yang menyatakan bahwa semakin tua usia seseorang maka kecenderungan untuk berutang semakin rendah. Orang tua cenderung memiliki anti-utang, dibandingkan dengan orang-orang muda (Livingstone dan Lunt 1992). Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan Gambar 6 menunjukkan status perkawinan responden terbanyak yaitu responden yang berstatus menikah. Responden menikah sebanyak 61 orang, responden yang berstatus lajang sebanyak 24 orang, dan responden yang berstatus bercerai ada 1 orang. Karakteristik responden berdasarkan status perkawinan dapat dilihat pada Gambar 6. 80 60
61
40 Jumlah Responden 20
24 1
0 Menikah
Lajang Cerai Status Perkawinan Gambar 6 Karakteristik responden berdasarkan status perkawinan Jumlah responden yang menikah lebih banyak dibandingkan dengan responden dengan status perkawinan lainnya. Menikah menjadi salah satu penyebab masyarakat dalam berutang dikarenakan tuntutan dan kebutuhan hidupnya lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat yang masih berstatus lajang. Masyarakat yang lajang kemungkinan kebutuhan hidupnya masih ditanggung oleh keluarganya atau seluruh hasil pendapatannya hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dirinya seorang. Browning dan Crossly (2001) menjelaskan bahwa komposisi keluarga (status perkawinan dan kehadiran anakanak) dapat mempengaruhi perilaku konsumsi dan pinjaman.
20 Karakteristik Responden Berdasarkan Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga responden dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga kelompok yaitu jumlah anggota keluarga yang kurang dari 5 orang, 5 sampai 10 orang dan lebih dari sepuluh orang. Responden sebagian besar memiliki jumlah anggota keluarga yang terdiri atas kurang dari 5 orang yaitu sebanyak 54 orang atau dalam proporsi 63 persen. Responden lain yang memiliki jumlah anggota keluarga yang terdiri atas 5 hingga 10 orang sebanyak 31 orang atau dalam proporsi 36 persen dan yang memiliki lebih dari 10 orang sebanyak 1 orang atau dalam proporsi 1 persen. Tabel 4 Karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga Jumlah Anggota Jumlah Responden (orang) Proporsi(%) Keluarga Kurang dari 5 54 63.00 5 s.d. 10 31 36.00 Lebih dari 10 1 1.00 Total 86 100.00 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan responden dikelompokan menjadi lima kategori PNS, karyawan swasta, pedagang, petani dan lainnya. Dari 86 responden, 40 persen responden bekerja pada kategori pekerjaan lainnya. Responden yang memilih jenis pekerjaan lainnya antara lain bekerja sebagai guru pengabdian, pekerja lepas, ibu rumah tangga dan pensiunan. Jenis pekerjaan pekerjaan responden terbanyak kedua adalah karyawan perusahaan swasta sebanyak 36 persen. Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 7. 13%
PNS, Pegawai di Kantor Pemerintah Karyawan Perusahan Swasta Pedagang
40%
36%
Petani,Nelayan dan Peternak Lainnya
2% 9% Gambar 7 Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan menunjukkan lebih banyak responden yang memiliki jenis pekerjaan lainnya. Pekerjaan lainnya antara lain yaitu bekerja sebagai guru pengabdian, pekerja lepas, ibu rumah tangga dan pensiunan. Jenis pekerjaan yang memiliki pendapatan yang tidak stabil cenderung memiliki utang. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Manara dan Hidayat (2011) bahwa status pekerjaan honorer mempunyai kecenderungan berutang yang tinggi dibandingkan dengan guru yang berstatus PNS yang sudah mempunyai pendapatan yang cukup stabil.
21 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Karakteristik responden berdasarkan pendapatan dikelompokkan menjadi lima yaitu pendapatan kurang dari sama dengan satu juta, 1.1 sampai 2 juta, 2.1 sampai 3 juta, 3.1 sampai 4 juta dan lebih dari 4 juta per bulan. Pendapatan dari rata-rata keseluruhan responden yang paling tinggi adalah pendapatan yang lebih dari 4 juta per bulan yaitu sebanyak 37 orang atau 43 persen. Tabel 5 Karakteristik responden berdasarkan pendapatan Pendapatan (juta/ bulan) ≤1 1,1 s.d. 2 2,1 s.d. 3 3,1 s.d. 4 Lebih dari 4 Total
Jumlah Responden 12 10 15 12 37 86
Proporsi (%) 14.00 12.00 17.00 14.00 43.00 100.00
Respoden dengan tingkat pendapatan lebih dari 4 juta/ bulan lebih banyak dari pada responden dengan tingkat pendapatan lainnya, utang banyak dimanfaatkan masyarakat bukan hanya pada golongan menengah kebawah untuk kebutuhan mendesaknya namun juga dimanfaatkan oleh masyarakat dengan golongan menengah ke atas. Hal tersebut didukung dengan penelitian Chien dan Devaney (2001) yang mengasumsikan bahwa utang yang sedang diambil digunakan untuk kenyamanan dan kemewahan disamping sebagai pemenuhan kebutuhan dasar. Penelitian lain juga menyatakan bahwa pendapatan yang tinggi juga memiliki kecenderungan untuk berutang yaitu penelitan yang dilakukan oleh Azman et al. (2015) yang menyatakan bahwa pendapatan yang tinggi akan menyebabkan orang cenderung akan menggunakannya secara berlebihan, terutama dalam hal penggunaan kartu kredit. Analisis Perilaku Utang pada Masyarakat di tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor Hasil olahan data dari Gambar 8 menunjukkan bahwa jumlah responden yang memiliki utang lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki utang. Sebanyak 59 orang atau 69 persen dari keseluruhan responden memiliki utang. Dan sisanya sebanyak 27 orang atau 31 persen responden tidak memiliki utang. 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
59 orang 27 orang
Memiliki Utang Tidak Memiliki Utang Persentase 69% 31% Gambar 8 Jumlah responden yang memiliki dan tidak memiliki utang
22 Porsi utang dari ke-86 responden didapat berdasarkan perbandingan pengeluaran untuk membayar utang dengan jumlah total pendapatan tiap bulan responden. Porsi utang dikelompokkan menjadi 5 yaitu kurang dari 20 persen, 21 sampai 30 persen, 31 sampai 40 persen, 41 sampai 50 persen dan lebih dari 50 persen. Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki porsi utang sebanyak kurang dari 20 persen dari total pendapatannya atau dalam proporsi 65 persen. Tabel 6 Porsi utang yang dimiliki responden Porsi Utang (dalam %) Jumlah Proporsi (%) < 20 56 65.00 21 s.d. 30 18 21.00 31 s.d. 40 1 1.00 41 s.d. 50 3 3.00 > 50 8 9.00 Total 86 100.00 Responden pada penelitian ini termasuk responden yang memiliki tingkat utang yang rendah. Karena dari lima kategori porsi utang yang disediakan, mayoritas responden memilih kategori porsi utang terendah yaitu pilihan porsi utang yang berada di bawah 20 persen. Persepsi responden mengenai utang yang dimilikinya terbagi menjadi tiga yaitu tidak memiliki beban, beban ringan dan beban utama. Sebagian besar responden menganggap utang yang dimilikinya adalah beban ringan yaitu sebanyak 37 persen. Selanjutnya sebanyak 35 persen responden menganggap bahwa utang yang mereka miliki tidak menjadi beban bagi kehidupan mereka. Dan yang terakhir sebanyak 28 persen responden menganggap bahwa beban utang yang dimilikinya adalah beban utama bagi kehidupannya. Tabel 7 menunjukkan persepsi responden berdasarkan utang yang dimilikinya. Tabel 7 Persepsi responden mengenai beban utang yang dimiliki Persepsi Beban Utang Jumlah Proporsi (%) Tidak Memiliki Beban 30 35.00 Beban Ringan 32 37.00 Beban Utama 24 28.00 Total 86 100.00 Berdasarkan Gambar 8 diketahui dari 86 responden sebanyak 59 responden menjawab memiliki utang. Dari 59 responden yang mengaku memiliki utang kepada beberapa kreditur. Kreditur dalam penelitian ini dibagi menjadi lima kelompok yaitu bank syariah, bank konvensional, BMT atau koperasi, bank syariah dan koperasi, serta kreditur lainnya. Tabel 8 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki utang pada kreditur yaitu bank syariah dan kreditur lainnya dengan porsi masing-masing sebesar 32 persen.
23 Tabel 8 Jumlah responden yang berutang berdasarkan jenis kreditur Jenis Kreditur Jumlah Proporsi (%) Bank Syariah 19 32.00 Bank Konvensional 11 19.00 BMT atau Koperasi 7 12.00 Bank Syariah dan Konvensional 3 5.00 Lainnya 19 32.00 Total 59 100.00 Sesuai dengan data laporan perkembangan jumlah debitur di Indonesia (BI 2014b) dari tiga jenis lembaga keuangan yang menjadi kreditur yaitu bank umum, bank perkreditan rakyat dan perusahan pembiayaan, bank umum adalah lembaga yang memiliki jumlah debitur tertinggi dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Bank umum tersebut salah satunya terdiri atas bank syariah. Analisis perilaku utang dilakukan dengan analisis deskriptif, yaitu dengan melihat jumlah total nilai dari keseluruhan pilihan responden dalam menjawab pernyataan mengenai perilaku utang. Pernyataan mengenai perilaku utang terdiri atas tujuh pernyataan. Pernyataan perilaku utang tertera pada tabel dibawah ini: Tabel 9 Jumlah responden yang menjawab pernyataan mengenai perilaku utang No. Variabel STS TS N S SS Harus membayar utang setiap bulan karena 1. 12 19 20 24 11 harus memenuhi kebutuhan dasar. Selalu memiliki utang karena berpikir 2. 38 31 10 6 1 pendapatan tidak pernah cukup. Mengambil utang lain setelah selesai 3. 53 21 4 8 0 membayar utang saat ini. 4. Tidak bisa hidup tanpa utang. 53 21 4 8 0 Menempatkan membayar utang pada daftar 5. prioritas karena termasuk kewajiban 15 7 6 29 29 memenuhi hak orang lain. 6. Membayar utang terlebih dahulu sebelum 7 4 6 38 31 menabung. 7. Suka menggunakan pembayaran non-tunai. 31 31 12 9 2 Keterangan: STS = Sangat Tidak Setuju TS = Tidak Setuju N = Netral S = Setuju SS = Sangat Setuju
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perilaku utang dikalangan masyarakat berdasarkan pernyataan-pernyatan perilaku utang sangat beragam. Pernyataan pertama menunjukkan bahwa responden paling banyak memilih poin ke empat yaitu responden setuju harus membayar utang setiap bulan karena harus memenuhi kebutuhan dasar sebanyak 24 orang. Pernyataan kedua menunjukkan bahwa responden paling banyak memilih poin pertama yaitu responden sangat tidak setuju selalu memiliki utang karena berpikir pendapatan mereka tidak pernah cukup sebanyak 38 orang. Pernyataan ke tiga dan keempat menunjukkan
24 bahwa kenderungan paling dominan responden untuk memilih poin pertama yaitu responden sangat tidak setuju untuk mengambil utang lain setelah selesai membayar utang saat dan tidak bisa hidup tanpa utang masing-masing sebesar 53 orang. Pernyataan ke lima menunjukkan bahwa proporsi responden memilih poin empat dan lima sebanding yaitu responden setuju dan sangat setuju untuk menempatkan membayar utang pada daftar prioritas karena termasuk kewajiban memenuhi hak orang lain. Pada pernyataan ke enam, responden paling banyak memilih setuju untuk membayar utang terlebih dahulu sebelum menabung sebanyak 38 reponden. Pernyataan terakhir mengenai kesukaan responden menggunakan pembayaran non-tunai, kebanyakan responden memilih sangat tidak setuju dan tidak setuju masing-masing sebanyak 31 orang. Berdasarkan pemaparan pernyataan mengenai perilaku utang pada Tabel 9 dilakukan perhitungan rata-rata perilaku utang responden. Berikut Tabel 10 menjelaskan rata-rata perilaku utang responden.
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tabel 10 Rata-rata perilaku utang responden Variabel Harus membayar utang setiap bulan karena harus memenuhi kebutuhan dasar. Selalu memiliki utang karena berpikir pendapatan tidak pernah cukup. Mengambil utang lain setelah selesai membayar utang saat ini. Tidak bisa hidup tanpa utang. Menempatkan membayar utang pada daftar prioritas karena termasuk kewajiban memenuhi hak orang lain. Membayar utang terlebih dahulu sebelum menabung. Suka menggunakan pembayaran non-tunai.
Rata-rata 3.03 1.80 1.80 1.61 3.58 3.95 2.04
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa rata-rata perilaku utang responden berada pada nilai kurang dari skala 3. Sehingga dapat diartikan ratarata responden masyarakat di tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor menyatakan bahwa tidak setuju dengan perilaku utang. Pernyataan yang mendapat nilai rata-rata terendah adalah pernyataan nomor 4 dengan nilai rata-rata sebesar 1.61 yaitu pernyataan masyarakat tidak bisa hidup tanpa utang. Pernyataan yang mendapat nilai rata-rata tertinggi adalah pernyataan nomor 6 yaitu masyarakat membayar utang terlebih dahulu sebelum menabung dengan nilai rata-rata sebesar 3.95. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Masyarakat dalam Berutang Hasil analisis faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat di tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor dalam berutang diperoleh dengan menggunakan analisis faktor. Tujuannya adalah untuk meredukasi variabel asli menjadi beberapa variabel baru yang disebut faktor atau komponen yang lebih sederhana dan sedikit jumlahnya sehingga memudahkan dalam menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat dalam berutang. Sebelum melakukan analisis faktor variabel asli yang digunakan (Lampiran 2) harus diuji terlebih
25 dahulu. Pengujian bertujuan agar variabel yang akan digunakan telah memenuhi syarat untuk dianalisis lebih lanjut. Pengujian variabel yang dilakukan yaitu: Uji Validitas dan Realibilitas Pengujian validitas dilakukan pada variabel asli dengan metode korelasi pearson. Variabel asli yang memenuhi syarat untuk dianalasis lebih lanjut pertama yaitu variabel tersebut memiliki kriteria valid. Variabel asli dikatakan valid yaitu apabila hasil uji validitas variabel menunjukkan Rhitung > Rtabel. Rtabel pada penelitian ini dapat diketahui menggunakan rumus degree of freedom (N-2) atau total responden dikurangi 2 sehingga Rhitung yang digunakan adalah R84. Diketahui Nilai Rtabel/ R84 (Lampiran 3) dengan tingkat signifikansi 0.05 pada tabel adalah sebesar 0.2120. Uji validitas dilakukan kepada semua variabel asli. Hasil uji validitas terhadap variabel tersebut (Lampiran 4) menunjukkan bahwa tidak terdapat nilai korelasi yang kurang dari Rtabel = 0.2120. Oleh karena itu variabel yang memiliki Rhitung > 0.2120 tergolong valid dan memenuhi syarat untuk dianalisis lebih lanjut. Selanjutnya, uji realibilitas dilakukan pada semua variabel yang telah valid dan layak untuk dianalisis lebih lanjut setelah dilakukannya uji validitas. Hasil uji realibilitas dapat dilihat dari nilai cronbach’s Alpha. Nilai cronbach’s Alpha > 0.6 maka dinyatakan sudah realible atau konsisten. Hasil uji realibilitas penelitian ini dapat dilihat dari nilai cronbach’s Alpha yaitu sebesar 0.640. Nilai cronbach’s Alpha sebesar 0.640 menunjukkan bahwa semua variabel dalam penelitian ini telah realiable atau konsisten. Berikut Tabel 11 menampilkan hasil uji realibilitas. Tabel 11 Tabel hasil uji realibilitas Cronbach's Alpha 0.640
N of Items 17
Analisis Faktor Pengujian variabel selanjutnya dilakukan dengan uji KMO dan barlett’s Test. Pengujian KMO dan barlett’s Test digunakan untuk menunjukkan koefisien antar variabel secara keseluruhan. Hasil uji KMO dan barlett’s Test (Tabel 12) pada penelitian ini menunjukkan nilai (KMO-MSA) sebesar 0.650 yang artinya telah terjadi adanya kecukupan sampel yang diambil. Hasil pengujian Bartlett's test of sphericity menunjukkan sig. sebesar 0.000 < 0.05 yang berarti tolak H0, artinya terdapat korelasi antar variabel dan analisis dapat dilanjutkan. Tabel 12 Tabel hasil uji KMO dan barlett’s test KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. 0.650 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 767.066 Df 136 Sig. 0.000 Setelah mengecek nilai KMO dilakukan pengujian MSA. Pada analisis uji MSA (Lampiran 5) bagain diagonal utama anti-image correlation, terlihat bahwa semua output nilai MSA yang memiliki tanda ‘a’ pada kolom Anti Image Correlation. Oleh karena itu, tidak ada satupun variabel yang harus dikeluarkan
26 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara partial variabel-variabel telah layak untuk di analisis dengan metode analisis faktor. Proses selanjutnya adalah factoring yaitu melakukan ekstraksi/ reduksi variabel asli menjadi beberapa faktor yang dapat mewakili seluruh variabel asli dengan menggunakan metode Principal Component Analisis (PCA). Hasil metode PCA menunjukkan tabel communalities dan tabel total variance explained. Tabel communalities (Lampiran 6) menunjukkan nilai masing-masing variabel. Nilai variabel salat lima waktu (var1) sebesar 0.939. Artinya sekitar 93.9% varians dari var1 dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Demikian seterusnya untuk variabel lainnya, dengan ketentuan bahwa semakin besar nilai communalities sebuah variabel maka semakin kuat hubungannya dengan faktor yang terbentuk. Hasil reduksi kedua menunjukkan tabel total variance explained dapat dilihat pada Tabel 13. Hasil total variance explained diperoleh nilai initial eigenvalue yang menunjukkan total initial enginevalue dan besarnya persentase keragaman total yang mampu diterangkan oleh keragaman faktor. Penentuan jumlah faktor yang terbentuk dapat dilihat pada nilai total eigenvalue yaitu yang > 1. Pada Tabel 13 terdapat 5 nilai total eigenvalue yang > 1 sehingga terbentuk 5 faktor masing-masing bernilai 4.393, 2.423, 2.120, 1.836 dan 1.123. Kelima faktor tersebut mampu menjelaskan keragaman total sebesar 69.973%, sehingga dapat disimpulkan kelima faktor sudah cukup mewakili keragaman variabel asli. Artinya 5 faktor yang terbentuk menurut persepsi respoden dalam penelitian ini dapat memengaruhi mereka dalam berutang sebesar 69.973% dan sisanya dapat dijelaskan oleh faktor lain yang belum terungkap dalam penelitian ini. Tabel 13 Tabel total variance explained Komponen Total
Initial Eigenvalues % of Variance Cumulative %
Rotation Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulative %
1
4.393
25.841
25.841
3.108
18.282
18.282
2
2.423
14.254
40.095
2.964
17.435
35.717
3
2.120
12.473
52.568
2.310
13.588
49.305
4
1.836
10.798
63.366
1.925
11.322
60.627
5
1.123
6.607
69.973
1.589
9.346
69.973
Langkah selanjutnya adalah mengelompokkan variabel sesuai dengan korelasinya terhadap masing-masing faktor dengan melihat dari tabel rotated component matrix hasil dari rotasi dengan metode varimax. Pada tabel rotated component matrix (Lampiran 8) menampilkan nilai loading factor yaitu angka yang menunjukkan besarnya korelasi tiap variabel dalam kelima faktor yang terbentuk. Terlihat bahwa korelasi var1 dengan faktor 1, 2, 3, 4 dan 5 sebesar 0.112, 0.957, -0.080, 0. 006 dan -0.064. Nilai korelasi var 1 dengan faktor ke 2 (0. 957) adalah yang paling besar, sehingga var 1 termasuk faktor 2. Demikian seterusnya nilai loading factor yang lebih dari 0.5 masuk ke dalam faktor tersebut. Berikut adalah pengelompokkan variabel dalam 5 faktor hasil reduksi (Tabel 14) yang sudah diberi nama berdasarkan nilai loading factor tertinggi. Tabel 14 adalah hasil rangkuman dari olahan rotated component matrix yang menampilkan nilai loading factor > 0.5.
27 Tabel 14 Faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat dalam berutang Faktor Faktor Memenuhi Kebutuhan Selalu memiliki utang karena selalu berpikir pendapatan tidak akan pernah cukup Mudah terpengaruh untuk mengambil utang untuk membeli sesuatu yang baru ketika teman dan tetangga juga mengambil dan merekomendasikannya Mengambil utang lain ketika selesai membayar utang saat ini, karena selalu berpikir pendapatan tidak akan pernah cukup Tidak bisa hidup tanpa utang karena selalu berpikir pendapatan tidak akan pernah cukup Lebih suka menggunakan pembayaran non tunai untuk konsumsi jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan dasar saat ini dan tidak apa-apa jika masih memiliki utang di masa depan karena keturunan akan membayar Faktor Ibadah 1 Melakukan shalat lima waktu Memberikan zakat fitrah Melakukan puasa selama Ramadhan Faktor Ibadah 2 Melakukan haji Melakukan umroh Memberikan infaq/ sedekah setiap hari Membaca Al- Quran setiap hari Faktor Perilaku Utang Menempatkan membayar utang didaftar prioritas karena itu adalah tanggung jawab untuk memenuhi hak orang lain Lebih suka membayar utang terlebih dahulu sebelum menabung uang karena itu adalah tanggung jawab untuk memenuhi hak orang lain Membayar utang setiap bulan karena harus memenuhi kebutuhan dasar Faktor Eksternal Suami/ Istri dan orang tua berpikir harus mengambil utang ketika ekonomi diperkirakan semakin baik di masa depan Suami/ Istri dan orang tua berpikir harus mengambil utang setiap kali kebutuhan baru muncul
Loading Factor
Variance (%) 25.841
0.810 0.792
0.729 0.650
0.517
14.254 0.957 0.926 0.911 12.473 0.902 0.899 0.603 0.517 10.798 0.851
0.842 0.627 6.607 0.834 0.591
28 Pemberian nama faktor pada Tabel 14 berdasarkan nilai loading factor variabel asli yang terbesar dari masing-masing faktor, sehingga didapatkan 5 faktor yang memengaruhi masyarakat di tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor dalam berutang. Urutan faktor yang paling dominan memengaruhi masyarakat dalam berutang dapat dilihat melalui nilai keragaman yang dapat dijelaskan oleh masing-masing faktor. Tabel 15 berikut menunjukkan urutan faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat dalam berutang. Tabel 15 Urutan faktor yang memengaruhi masyarakat dalam berutang No Faktor Variance (%) 1 Faktor Memenuhi Kebutuhan 25.841 2 Faktor Ibadah 1 14.254 3 Faktor Ibadah 2 12.473 4 Faktor Perilaku Berutang 10.798 5 Faktor Eksternal 6.607 Faktor Memenuhi Kebutuhan Faktor pertama yang terbentuk adalah faktor memenuhi kebutuhan. Faktor memenuhi kebutuhan menjadi faktor yang paling dominan dalam memengaruhi masyarakat dalam berutang dibuktikan dengan nilai keragaman yang tinggi yaitu sebesar 25.841%, artinya faktor memenuhi kebutuhan dapat menjelaskan keragaman variabel sebesar 25.841%. Faktor memenuhi kebutuhan terdiri atas variabel berpikir pendapatannya tidak akan pernah cukup sehingga perlu selalu mengambil utang, mudah terpengaruh untuk mengambil utang untuk membeli sesuatu yang baru ketika teman dan tetangga juga mengambil dan merekomendasikannya, mengambil utang lain ketika selesai membayar utang saat ini, karena berpikir pendapatan tidak akan pernah cukup, tidak bisa hidup tanpa utang karena selalu berpikir pendapatan tidak akan pernah cukup dan lebih suka menggunakan pembayaran non tunai untuk konsumsi jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan dasar saat ini dan tidak apa-apa jika masih memiliki utang di masa depan karena keturunan akan membayar. Dari kelima variabel yang terdapat pada faktor memenuhi kebutuhan, variabel yang memiliki korelasi yang cukup besar dengan faktor memenuhi kebutuhan adalah variabel berpikir pendapatannya tidak akan pernah cukup sehingga perlu selalu mengambil utang. Hal ini dapat dilihat melalui nilai loading factor yang besar, yaitu 0.810. Demos and Center for Responsible Lending (2005) melakukan penelitian pada responden pengguna kartu kredit dikalangan konsumen berpendapatan rendah dan menengah menjelaskan bahwa tujuh dari sepuluh rumah tangga melaporkan menggunakan kartu kreditnya sebagai alat berjaga-jaga dan pembayaran lain seperti untuk perbaikan mobil, biaya hidup dasar, biaya pengobatan, dan perbaikan rumah. Penulis setuju faktor memenuhi kebutuhan adalah faktor dominan yang bisa memengaruhi seseorang dalam berutang sesuai dengan pendapat Sumarwan (2016). “Faktor pemenuhan kebutuhan adalah pemicu utama seseorang dalam berutang, misalnya adanya kebutuhan darurat dan gaya hidup seseorang.”
29 Faktor Ibadah 1 Ibadah 1 menjadi faktor kedua yang memengaruhi masyarakat dalam berutang. Faktor ibadah 1 memiliki nilai keragaman sebesar 14.254%. Responden yang memberikan nilai yang tinggi pada faktor ini adalah responden yang melakukan shalat lima waktu, memberikan zakat fitrah dan melakukan puasa selama Ramadhan. Faktor ibadah 1 yang tinggi mampu memengaruhi perilaku responden terhadap keputusannya mengambil utang dan digunakannya untuk keperluan apa. Utang juga terkadang digunakan sebagai alternatif menyalurkan sifat konsumtif semata sehingga tidak boleh dalam agama karena termasuk ke dalam sifat yang boros dan tidak hidup secara sederhana. Namun ada juga orang yang belum sepenuhnya menerapkan prinsip agama sehingga dalam mengonsumsi atau memutuskan sesuatu tidak memikirkannya dalam persepsi agama terlebih dahulu. Menurut Baumeister dan Bushman (2011) religiusitas yang tinggi mampu meregulasi dan mengontrol diri dengan baik yang dapat digunakan untuk meminimalisir terbentuknya nilai materialistik. Komitmen yang tinggi terhadap nilai-nilai agama akan berfungsi sebagai regulasi diri maupun kontrol diri dalam berperilaku. Penulis setuju faktor ibadah 1 bisa memengaruhi dan bisa juga tidak memengaruhi seseorang dalam berutang sesuai dengan pendapat Sumarwan (2016). “Faktor ibadah 1 bisa menjadi faktor seseorang berutang dan tidak bisa menjadi faktor yang memengaruhi utang tergantung dari seseorang menyikapinya. Sesorang yang mempercayai dan mempertimbangkan semua kegiatan yang dilakukan agar sesuai dengan ketentuan syari’ah, maka akan mempertimbangkan berulang kali untuk memutuskan mengambil utang. Karena utang dapat digolongkan kepada sikap boros dan sikap boros dalam agama itu dilarang.”
Faktor Ibadah 2 Ibadah 2 termasuk faktor ketiga yang memengaruhi responden untuk berutang. Faktor ibadah 2 menerangkan keragaman data sebesar 12.473%. Variabel yang memiliki nilai loading tertinggi adalah variabel melakukan haji dengan nilai loading sebesar 0.902%. Saat ini, praktik utang dengan tujuan melaksanakan ibadah khususnya ibadah haji juga sudah banyak diterapkan khususnya pada lembaga keuangan syariah. Praktik utang untuk tujuan melakukan ibadah haji biasanya dikenal dengan dana talangan haji. Dana talangan haji adalah dana yang diberikan oleh lembaga keuangan syariah kepada calon jamaah haji untuk memenuhi persyaratan minimal setoran awal BPIH sehingga calon jamaah tersebut mendapat porsi haji sesuai dengan ketentuan kementerian agama. Praktik utang untuk tujuan berhaji bahkan sudah disahkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Dewan Syariah Nasional (DSN) dalam fatwa no. 29/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah. Pada ketentuan umum fatwa DSN MUI no. 29/DSN-MUI/VI/2002 yang kedua tertulis jelas bahwa LKS dapat membantu menalangi pembayaran BPIH nasabah dengan menggunakan prinsip al-Qardh sesuai Fatwa DSN-MUI nomor 19/DSN-MUI/IV/2001. Penulis setuju faktor ibadah 2 terutama pada nilai loading paling tinggi adalah ibadah haji
30 bisa memengaruhi seseorang dalam berutang sesuai dengan pendapat Sumarwan (2016). “Ibadah haji saat ini sudah banyak yang menggunakan perantara pembiayaan atau utang bank untuk menutupi biaya setoran awal untuk mendapatkan porsi haji. Kemampuan untuk berhaji saat ini konteksnya dianggap semakin melonggar. Pengertian kemampuan ibadah haji dari yang sebelumnya bagi seseorang muslim yang mampu baik dari segi materi, kesehatan, mental dan agama, namun saat ini pengertian kemampuan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menyicil.”
Faktor Perilaku Berutang Responden yang termasuk ke dalam faktor ini adalah responden yang melakukan menempatkan membayar utang didaftar prioritas karena itu adalah tanggung jawab untuk memenuhi hak orang lain, lebih suka membayar utang terlebih dahulu sebelum menabung uang karena itu adalah tanggung jawab untuk memenuhi hak orang lain, membayar utang setiap bulan karena harus memenuhi kebutuhan dasar. Faktor perilaku berutang mampu menerangkan keragaman data sebesar 10.798%. Perilaku berutang juga menjadi faktor yang memengaruhi seseorang dalam berutang. Misalnya, seseorang yang pernah melakukan utang cenderung memiliki perilaku berutang yang biasa terhadap utang. Penelitian Manara dan Hidayat (2011) menjelaskan bahwa seseorang yang tidak pernah berutang sama sekali dalam sepuluh tahun terakhir mayoritas menolak tawaran berutang, sedangkan seseorang yang pernah berutang hampir sebagian menerima dan sebagian menolak. Penulis setuju faktor perilaku berutang dapat memengaruhi seseorang dalam berutang sesuai dengan pendapat Sumarwan (2016). “Suatu perilaku dapat menimbulkan perilaku yang lainnya. Misalnya seseorang yang berutang akan menutupi utang sebelumnya dengan berutang ditempat lainnya. Contoh lain misalnya seseorang yang merasa bisa membayar utang maka akan berani untuk melakukan utang. Sebaliknya seseorang yang memiliki persepsi tidak bisa membayar utang maka orang tidak berani melakukan utang.”
Faktor Eksternal Faktor terakhir dalam penelitian ini yang memangaruhi responden dalam berutang adalah faktor eksternal. Faktor eksternal mencakup faktor lain di luar diri responden yang memengaruhi responden dalam berutang seperti pasangan, orang tua dan keluarga. Faktor eksternal memiliki nilai keragaman data sebesar 6.607%. Faktor ini terdiri atas dua variabel yaitu variabel suami/ istri dan orang tua berpikir harus mengambil utang ketika ekonomi diperkirakan semakin baik di masa depan dan variabel suami/ istri dan orang tua berpikir harus mengambil utang setiap kali kebutuhan baru muncul. Penelitian Djudiyah dan Sumantri (2015) menjelaskan bahwa faktor eksternal memengaruhi perilaku seseorang misalnya keluarga dianggap sebagai agen sosialisasi pertama yang mentransfer sikap konsumsi. Penulis setuju faktor eksternal dapat memengaruhi seseorang dalam berutang sesuai dengan pendapat Sumarwan (2016).
31 “Faktor eksternal bisa menjadi faktor yang memengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan berutang. Misalnya anak memiliki tuntutan untuk membayar biaya masuk kuliah, maka menuntut orang tua untuk mengambil utang.”
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1.
2.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa: Responden cenderung lebih banyak melakukan utang. Mereka biasanya meminjam utang kepada lembaga keuangan berupa bank syariah dan kreditur lainnya dalam hal ini seperti keluarga, kerabat, organisasi atau kantor. Responden sebagian besar memiliki porsi utang di bawah 20% dari total pendapatannya dan mereka menganggap bahwa porsi utang yang dimilikinya tersebut sebagai beban yang ringan dalam hidupnya. Perilaku berutang pada masyarakat tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat tidak setuju dengan perilaku berutang. Faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor untuk berutang adalah faktor memenuhi kebutuhan, faktor ibadah 1, faktor ibadah 2, faktor perilaku berutang dan faktor eksternal. Saran
1.
2.
3.
Masyarakat harus bijak dalam menggunakan uang dan membiasakan hidup sesuai dengan daya belinya. Apabila berutang sebaiknya digunakan untuk kegiatan produktif yang mampu menunjang dan meningkatkan kesejahteraan kehidupannya. Sehingga manfaat utang dapat dirasakan masyarakat tidak hanya dirasakan sekali habis namun dapat dirasakan dalam jangka yang panjang untuk menjaga keberlangsungan hidupnya. Pemerintah juga perlu memberikan sosialisasi dan pembelajaran kepada masyarakat mengenai manajemen keuangan agar masyarakat tidak melakukan konsumsi melebihi pendapatannya. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk memilih sampel masyarakat berutang untuk tujuan konsumsi, modal usaha atau investasi dan menambah atau mengganti dengan variabel faktor lain misalnya variabel demografi untuk menyempurnakan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Ali Z. 2009. Hukum Ekonomi Syariah. Jakarta (ID): Sinar Grafika. Anindika R. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Besarnya Pengambilan Kredit oleh Masyarakat pada Perum Pegadaian (Studi Kasus di Perum Pegadaian Cabang Klaten) [Skripsi]. Surakarta (ID): UNS. Arsyianti LD dan Beik IS. 2015. Debt Service of Low-Income Households in Indonesia. ResearchGate. [Jurnal].
32 Azman NS, Shari A, Gazali HM, Abdullah MA, Najwa MK. 2015. Urban Household Credit Card Debt Behaviour in East Malaysia: A Conseptual Framework. Prosiding Persidangan Kebangsaan Ekonomi Malaysia ke-10 (PERKEM 10): 519-528. [Jurnal]. Malaysia (MY). Azwar S. 2013. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar. Baumeister RF dan Bushman BJ. 2011. Social Psychology and Human Nature. Second Edition. Canada: Wadsworth Cengage Learning. Beik IS. 2009. Utang Negara dalam Syariah. http://irfansb.blogspot.com/2009/07/01/utang-negara-dalam-syariah.html. Diunduh tanggal 2016 Feb 26. Beik IS dan Arsyianti LD. 2015. Ekonomi Pembangunan Syariah. Bogor (ID): IPB Press. [BI] Bank Indonesia. 2014a. Kajian Stabilitas Keuangan No. 23 September 2014. [internet]. [diunduh 2015 Okt 14]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id//. ________________. 2014b. Statistik Informasi Debitur Desember 2014. [internet]. [diunduh 2015 Okt 14]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id//. ________________. 2015a. Kajian Stabilitas Keuangan No. 24 Maret 2015. [internet]. [diunduh 2015 Okt 14]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id//. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi, September 2014. [internet]. [diunduh 2016 Mar 7]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id//. [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2015. Kota Bogor dalam Angka 2015. [internet]. [diunduh 2015 Nov 21]. Tersedia pada: http://www.bogorkota.bps.go.id//. [BPS Jabar] Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2015a. Luas Wilayah Jawa Barat Menurut Kabupaten/ Kota. [internet] [diunduh 2015 Des 20]. Tersedia pada: http://www.jabar.bps.go.id//. ______________________________________________. 2015b. Jumlah Rumah Tangga Menurut Kabupaten/ Kota 2011-2014. [internet] [diunduh 2015 Des 20]. Tersedia pada: http://www.jabar.bps.go.id//. ______________________________________________. 2015c. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), Indeks Keparahan Kemiskinan (P2), dan Garis Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Barat, Tahun 2012-2013. [internet] [diunduh 2016 Mar 7]. Tersedia pada: http://www.jabar.bps.go.id//. Browning M and Crossley T. 2001. The life-cycle model of consumption and saving. The Journal of Economic Perspectives 15,3: 3-22 [Jurnal]. Chaudhry MS. 2012. Sistem Ekonomi Islam: Prinsip Dasar (Fundamental of Islamic Economic System). Jakarta (ID): Kencana Prenada Media Group. Chien YW dan Devaney SA. 2001. The effects of credit attitude and socioeconomic factors on credit card and instalment debt. Journal of Consumer Affairs 35, 1: 162-179 [Jurnal]. Demos and Center for Responsible Lending. 2005. The Plastic Safety Net: The Reality Behind Debt in America-Findings From a National Household Survey of Credit Card Debt Among Low- and Middle-income Households, Demos and Center for Responsible Lending. New York (NY).
33 Djudiyah dan Sumantri. 2015. Religiositas Sebagai Kendali Nilai Materialistik dan Belanja Pada Mahasiswa. Seminar Psikologi dan Kemanusiaan 78-84 [Jurnal]. [DSN MUI] Dewan Syariah Nasional MUI. 2016. DSN MUI No. 29 Pembiayaan Pengurusan Haji. [internet] [diunduh 2016 Jan 17]. Tersedia pada http://www.dsnmui.or.id//. __________________________________. 2016. DSN MUI No. 19 Qardh. [internet] [diunduh 2016 Jan 17]. Tersedia pada http://www.dsnmui.or.id//. Firdaus M, Harmini, Farid MA. 2011. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk Manajemen dan Bisnis. Bogor (ID): IPB Press. Fitriani A, Sjabadhyni B, Meinarno EA. 2009. Prioritas Tipe Nilai Motivasional dan Perilaku Berhutang pada Etnis Betawi. Jurnal Psikologi 3,1: 39-47 [Jurnal]. Depok (ID): UI. Hermawan A. 2006. Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta (ID): PT Gramedia Widia Sarana Indonesia. Huda N, Aliyadin A, Suprayogi A, Arbain DM, Aji H, Utami R, Andriyati R, Harmoyo T. 2012. Keuangan Publik Islam Pendekatan Teoretis dan Sejarah. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media Group. IMF dan World Bank. 2001. Guidelines for Public Debt Management. Juanda B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bogor (ID): IPB Press. Jenkins R. 2008. Debt, income and mental disorder in the general population. Psychological Medicine 38: 1485–1493 [Jurnal]. Karim A. 2007. Ekonomi Mikro Islami. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada. [KBBI] Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2015. [internet] [diunduh 2015 Des 28]. Tersedia pada http://www.kbbi.web.id//. Livingstone SM dan Lunt PK. 1992. Predicting Personal Debt and Debt Repayment: Psychological, Social and Economic Determinants. Journal of Economic Psychology 13, 1: 111-134 [Jurnal]. Ludvigson S. 1999. Consumption and Credit: A model of Time-Varying Liquidity Constraints. The Review of Economics and Statistics 81: 434-447 [Jurnal]. Manara dan Hidayat. 2011. Sistem Tujuan Konsumen pada Tawaran Berhutang. Psikoislamika, Jurnal Psikologi Islam (JPI) 8,1: 117-140 [Jurnal]. Manning RD. 2004. Globalization and the International Expansion of Consumer Debt: The Political Economy of Credit Card World. Conference Papers, Annual Meeting, American Sociological Assosiation [Jurnal]. Mardani. 2012. Fiqh Ekonomi Syariah. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media Group. Meivani dan Arsal. 2015. Sistem Hutang-Piutang di Warung Kelontong pada Masyarakat Pedesaan. Solidarity 4,2: 109-120 [Jurnal]. Muhamad. 2008. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam: Pendekatan Kuantitatif (Dilengkapi dengan Contoh-contoh Aplikasi: Proposal Penelitian dan Laporannya). Jakarta (ID): Rajawali Pers. Narimawati U. 2008. Teknik-Teknik Analisis Multivariat untuk Riset Ekonomi. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. Nawawi I. 2012. Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer. Bogor (ID): Ghalia Indonesia.
34 Nurhayati S dan Wasilah. 2013. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta (ID): Salemba Empat. Priyatno D. 2014. SPSS 22: Pengolahan Data Terpraktis. Yogyakarta (ID): Penerbit ANDI. Renanita dan Hidayat. 2013. Faktor-Faktor Psikologis Perilaku Berhutang pada Karyawan Berpenghasilan Tetap. Jurnal Psikologi 40, 1: 92-101 [Jurnal]. Riduwan. 2009. Pengantar Statistika Sosial. Bandung (ID): Alfabeta. Rozalinda. 2014. Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi. Depok (ID): Rajagrafindo Persada. Santoso S. 2010. Statistik Multivariat. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo. Suhendi H. 2011. Fiqh Muamalah: Membahas Ekonomi Islam. Jakarta (ID): Rajagrafindo Persada. Sumarwan U. 2002. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapanya Dalam Pemasaran. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Supramono dan Putlia N. 2010. Persepsi dan Faktor Psikologis dalam Pengambilan Keputusan Hutang. Jurnal Keuangan dan Perbankan 14, 1: 24-35 [Jurnal]. Salatiga (ID): Universitas Kristen Satya Wacana. Vendi RO. 2014. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Muzzaki dalam Membayar Zakat: Studi Kasus Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatra Barat [Skripsi]. Bogor (ID): IPB. Wickramasinghe V dan Gurugamage A. 2012. Effects of Social Demographic Attributes, Knowledge About Credit Cards and Perceived Lifestyle Outcomes on Credit Card Usage. International Journal of Consumer Studies 36: 80-89 [Jurnal].
35
LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner penelitian
KUESIONER PENELITIAN Assalamu’alaykum Wr. Wb Kepada Yth. Bapak/ Ibu/ Sdr./ Sdri. Saya Nindya Andika (H5411062) mahasiswa S1 Departemen Ilmu Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor sedang melakukan penelitian tugas akhir (skripsi) mengenai perilaku berutang pada masyarakat Bogor. Untuk memenuhi data penelitian yang saya butuhkan, saya mengharapkan kesediaan Bapak/ Ibu/ Sdr./ Sdri meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini. Masukan informasi yang jujur, benar, dan akurat sangat diharapkan demi tersedianya informasi ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan dan berguna bagi berbagai pihak. Informasi yang diterima dalam kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis semata. Atas kerjasama Bapak/ Ibu/ Sdr./ Sdri. Saya ucapkan terima kasih.
Petunjuk Umum: 1. Pengisian kuesioner ini dilakukan secara tertulis oleh responden. 2. Responden diharapkan melakukan pengisian kuesioner pada satu waktu untuk menghindari inkonsistensi antar jawaban. 3. Jawaban merupakan pendapat pribadi responden Hari / Tanggal Wawancara Pukul
: :
IDENTITAS RESPONDEN Nama Responden Jenis Kelamin 1. Laki-laki Alamat Lengkap Jalan Rt/Rw Kel/Desa Kecamatan No Hp Alamat email
2. Perempuan
36 BAGIAN 1: FAKTOR DEMOGRAFI Level pendidikan a) SD b) SMP c) SMA d) D3 e) Lebih atau setara S1 Jenis Kelamin a) Pria b) Wanita Umur (tahun) a) Kurang dari 25 b) 25-34 c) 35-44 d) 45-54 Status Perkawinan a) Lajang b) Menikah c) Cerai a) Kurang dari 5 Anggota Keluarga (orang) b) 5-10 (responden terhitung) c) Lebih dari 10 Pekerjaan a) PNS, pegawai di kantor pemerintah b) Karyawan perusahaan swasta c) Pedagang d) Petani, nelayan, peternak e) Lainnya: Asal Provinsi Faktor Sosial Ekonomi Akomodasi Rumah Porsi Utang (persen dari pendapatan)
Kreditur/ Pemberi Pinjaman (bisa > 1)
a) b) c) a) b) c) d) e) a) b) c) d) e)
Milik Pribadi Kontrakan Lainnya (sebutkan): Kurang dari 20% dari pendapatan 21-30% dari pendapatan 31-40% dari pendapatan 41-50% dari pendapatan Lebih dari 50% dari pendapatan Bank Syariah Bank Konvensional BMT dan/ atau Koperasi Rentenir, Bank Harian Pinjaman Lainnya (sebutkan):
Berapa banyak utang (Rp)?................................. bulan/ tahun (coret salah satu) Bagaimana menurut Anda beban utang Anda? () [ ] Beban Utama [ ] Beban Ringan [ ] Tidak Ada Beban Porsi Tabungan (persen dari pendapatan)
a) b) c) d)
Kurang dari 20% dari pendapatan 21-30% dari pendapatan 31-40% dari pendapatan 41-50% dari pendapatan
37
Bagaimana cara Anda menabung
e) a) b) c) d) e)
Lebih dari 50% dari pendapatan Bank Syariah Bank Konvensional BMT dan/ atau Koperasi Disimpan di rumah Lainnya (sebutkan):
Berapa banyak total tabungan Anda ( Rp )? Porsi Beramal (persen dari pendapatan)
Bagaimana cara Anda beramal
Wakaf Uang
a) b) c) d) e) a) b) c) d)
Kurang dari 2.5 % dari pendapatan 2.5-5 % dari pendapatan 6-10 % dari pendapatan 11-20 % dari pendapatan Lebih dari 20 % dari pendapatan Memberi langsung Via AMIL Ke masjid Lainnya (sebutkan) :
a) b) c)
Masjid Via Yayasan Lainnya (sebutkan):
Berapa banyak wakaf uang yang Anda keluarkan ( Rp )? Tingkat Pengeluaran (juta Rp per bulan)
Tingkat pendapatan (juta Rp per bulan)
Bagaimana perekonomian secara umum di Indonesia
a) b) c) d) e) a) b) c) d) e) a) b)
Kurang dari 1 juta per bulan 1,1 – 2 juta per bulan 2,1 – 3 juta per bulan 3,1 - 4 juta per bulan Lebih dari 4 juta per bulan Kurang dari 1 juta per bulan 1,1 – 2 juta per bulan 2,1 – 3 juta per bulan 3,1 - 4 juta per bulan Lebih dari 4 juta per bulan Sangat mengkhawatirkan Mengkhawatirkan
BAGIAN 2: KEPERCAYAAN DAN OPINI Keterangan : 1 sangat tidak setuju 3 netral 5 sangat setuju 2 tidak setuju 4 setuju Kegiatan Keagamaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Saya melakukan shalat lima waktu Saya memberikan zakat fitrah Saya memberikan infaq / sedekah setiap hari Saya melakukan puasa selama Ramadhan Saya melakukan haji Saya melakukan umroh Saya membaca Quran setiap hari
1
2
3
4
5
38
1.
2. 3.
4.
5.
6.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Keyakinan Normatif Suami/ Istri dan orang tua saya berpikir saya harus mengambil utang setiap kali kebutuhan baru saya muncul Suami/ Istri dan orang tua saya berpikir saya harus memberikan wakaf tunai Saya dapat dengan mudah terpengaruh untuk mengambil utang untuk membeli sesuatu yang baru ketika teman dan tetangga juga mengambil dan merekomendasikannya Saya dapat dengan mudah terpengaruh untuk memberikan wakaf tunai ketika teman dan tetangga juga memberi dan merekomendasikannya Suami/ Istri dan orang tua saya berpikir saya harus mengambil utang ketika ekonomi diperkirakan semakin baik di masa depan Saya memberikan wakaf tunai karena masyarakat akan mendapatkan keuntungan dari wakaf tersebut
1
2
3
4
5
Sikap terhadap Wakaf Tunai Saya memberikan wakaf tunai setidaknya sekali dalam seumur hidup Saya memberikan wakaf tunai sendiri Saya memberikan wakaf uang untuk keluarga saya Saya memberikan wakaf uang untuk kerabat saya Saya memberikan wakaf uang tunai untuk masyarakat Saya memberikan wakaf uang melalui lembaga formal
1
2
3
4
5
Kepuasan Keuangan Saya puas dengan porsi tabungan saya Saya puas karena saya bisa membayar utang Saya puas karena saya bisa memenuhi biaya darurat saya Saya puas karena saya bisa membahas mengenai masalah uang Saya puas karena uang yang tersedia untuk kebutuhan saat ini Saya puas dengan tingkat pendapatan saya Saya puas dengan gaya hidup saat ini Saya puas karena persediaan uang juga tersedia untuk kebutuhan masa depan Saya puas karena saya memiliki perencanaan pensiun Saya puas dengan kekayaan bersih saya
1
2
3
4
5
39
1. 2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2. 3.
4.
5.
6.
7.
Perilaku Utang Saya harus membayar utang setiap bulan karena saya harus memenuhi kebutuhan dasar Saya selalu memiliki utang karena saya selalu berpikir pendapatan saya tidak akan pernah cukup Saya akan mengambil utang lain ketika saya selesai membayar utang saat ini, karena saya selalu berpikir pendapatan saya tidak akan pernah cukup Saya tidak bisa hidup tanpa utang karena saya selalu berpikir pendapatan saya tidak akan pernah cukup Saya menempatkan membayar utang di daftar prioritas saya karena itu adalah tanggung jawab saya untuk memenuhi hak orang lain Saya lebih suka membayar utang saya terlebih dahulu sebelum menabung uang karena itu adalah tanggung jawab saya untuk memenuhi hak orang lain Saya lebih suka menggunakan pembayaran non tunai untuk konsumsi jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan dasar saat ini dan tidak apa-apa jika saya masih memiliki utang di masa depan karena keturunan saya akan membayar untuk saya
1
2
3
4
5
Perilaku Utang Saya memberikan wakaf uang tunai karena mencerminkan berlatih semangat Islam sejati dan kesejahteraan masyarakat adalah hal penting Saya memberikan wakaf uang tunai karena memfasilitasi kehidupan rohani saya Saya memberikan wakaf tunai karena memfasilitasi kebutuhan dasar keluarga saya adalah hal penting Saya memberikan wakaf tunai karena memfasilitasi kebutuhan dasar kerabat saya adalah hal penting Saya memberikan wakaf tunai karena memfasilitasi pendidikan masyarakat saya adalah hal penting Saya memberikan wakaf uang tunai karena penting untuk membuat fasilitas umum menjadi lebih baik Saya memberikan wakaf uang tunai karena penting untuk membuat kondisi keuangan orang lain menjadi lebih baik
1
2
3
4
5
40 Lampiran 2 Variabel asli No var1 var2 var3 var4 var5 var6 var7 var8 var9
var10 var11 var12 var13 var14 var15 var16 var17
Variabel Asli Melakukan shalat lima waktu Memberikan zakat fitrah Memberikan infaq/ sedekah setiap hari Melakukan puasa selama Ramadhan Melakukan haji Melakukan umroh Membaca Quran setiap hari Suami/ Istri dan orang tua berpikir harus mengambil utang setiap kali kebutuhan baru muncul Dapat dengan mudah terpengaruh untuk mengambil utang untuk membeli sesuatu yang baru ketika teman dan tetangga juga mengambil dan merekomendasikannya Suami/ Istri dan orang tua berpikir harus mengambil utang ketika ekonomi diperkirakan semakin baik di masa depan Harus membayar utang setiap bulan karena harus memenuhi kebutuhan dasar Selalu memiliki utang karena selalu berpikir pendapatan tidak akan pernah cukup Akan mengambil utang lain ketika selesai membayar utang saat ini, karena selalu berpikir pendapatan tidak akan pernah cukup Tidak bisa hidup tanpa utang karena selalu berpikir pendapatan tidak akan pernah cukup Menempatkan membayar utang di daftar prioritas karena itu adalah tanggung jawab untuk memenuhi hak orang lain Lebih suka membayar utang terlebih dahulu sebelum menabung uang karena itu adalah tanggung jawab untuk memenuhi hak orang lain Lebih suka menggunakan pembayaran non tunai untuk konsumsi jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan dasar saat ini dan tidak apa-apa jika masih memiliki utang di masa depan karena keturunan akan membayar
Lampiran 3 Tabel r Tabel r (80-85) Tingkat signifikansi untuk uji satu arah Df = (N-2) 0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005 Tingkat signifikansi untuk uji dua arah 0.1 0.05 0.02 0.01 0.001 80 0.1829 0.2172 0.2565 0.2830 0.3568 81 0.1818 0.2159 0.2550 0.2813 0.3547 82 0.1807 0.2146 0.2535 0.2796 0.3507 83 0.1796 0.2133 0.2520 0.2780 0.3487 84 0.1786 0.2120 0.2505 0.2764 0.3468
41 Lampiran 4 Hasil uji validitas Validitas Statistics
TOTAL Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
var1
var2
var3
var4
var5
var6
.381**
.324**
.629**
.402**
.845**
.819**
.000 .002 .000 .000 86 86 86 86 Validitas Statistics (lanjutan)
.000 86
.000 86
var7 TOTAL Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
TOTAL Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
var8
var9
var10
var11
var12
.837**
.703**
.738**
.677**
.618**
.000 .000 .000 .000 86 122 122 122 Validitas Statistics (lanjutan)
.000 86
.000 86
.642**
var13
var14
var15
var16
var17
Total
.673**
.598**
.658**
.500**
.482**
1
.000 86
.000 86
.000 86
.000 86
.000 86
86
-.081
-.687
.086
.041
-.291
.247
.016
-.064
.209
-.123
.092
-.348
.051
-.101
-.066
var3
var4
var5
var6
var7
var8
var9
var10
var11
var12
var13
var14
var15
var16
var17
-.025
.070
-.152
.332
-.316
.429
-.102
-.142
-.301
.006
.088
.054
.045
-.112
-.163
.670
-.563
var2
a
-.563
.645a
var1
var4
.680
a
.199
.174
.167
-.035
-.048
.253
-.131
.266
.219
.104
.078
.145
.227
-.093 -.220
-.208 -.268
-.033
.038
.099 -.182
-.216
-.087 -.033
-.197 -.226
.253
-.146
-.050
-.167
-.073
-.103
.116
.209
.106
.046
-.142
-.068
-.751
.553
a
-.226
-.197
.555a .253
.045
.086
var5
-.163 -.112
-.081 -.687
var3
Measures of Sampling Adequacy (MSA)
Antiimage Correlati on
var2
var1
Lampiran 5 Tabel anti-image correlation
42
var7
.088
.655 .232
.084
.061
.245
.051
.077
.159
.087
.073 -.176
.062
-.007 -.180
-.050
-.146
-.034 -.032
-.091
.111 -.212
-.106
.106
.174
-.034
.005
.112
-.088
.085
-.107
-.114
-.375
-.200 .732
a
.051
.011
.001
.010
.071 -.128 -.057
.092
.113
-.224 -.223
.113
-.428
-.028 -.027
.051
.737
-.200 -.375
.710a a
.232 -.032
-.091 -.034
.046
.167
.038 -.033
-.301 -.142
.092
.227
.266
.011
-.232
-.256
-.154
-.179
.006
.663
a
-.520
.204 -.126 -.101
-.030 -.061
-.133
.143 -.486
-.520
.672
a
.006 -.179
.616a
.011
.113
.085 .001
-.428
-.107
.084 -.180
-.050 -.007
.116 -.103
-.220
-.093
.429 -.316
-.123
-.027
-.028
-.114
.061
-.146
.209
-.268
-.208
-.102
.209
.070 .104
.010
.092
.005
.087
.077
.161
.210
-.252
-.198
-.489
.469
.817a
.138
.546a .138
-.198
.161
-.101
-.126
.011
-.057
-.128
-.034
.159
.051
-.146
.219
-.035
-.025
-.066
-.489
.210
-.252
.626a
a
.204 -.061
-.133 -.030
-.256 -.232
.071
.113
.112
-.176
.073
-.167 -.050
.078
.253 -.048
-.152
.051 -.101
-.486
.143
-.154
-.223
-.224
-.088
.245
.062
-.073
.145
-.131
.332
-.348
var10 var11 var12 var13 var14 var15 var16 var17
.016 -.064
var9
-.212
.111
a
.587a -.106
-.182 -.142
.199
.099
.006
.247
var8
-.751 -.068
-.033
-.087 -.216
.054
.041 -.291
var6
43 Lampiran 6 Tabel communalities Initial
Extraction
var1 Melakukan shalat lima waktu
1.000
0.939
var2 Memberikan zakat fitrah
1.000
0.872
var3 Memberikan infaq/ sedekah setiap hari
1.000
0.474
var4 Melakukan puasa selama Ramadhan
1.000
0.893
var5 Melakukan haji
1.000
0.849
var6 Melakukan umroh
1.000
0.840
var7 Membaca Quran setiap hari
1.000
0.583
1.000
0.535
1.000
0.692
1.000
0.743
1.000
0.603
1.000
0.690
1.000
0.653
1.000
0.620
1.000
0.741
1.000
0.739
1.000
0.430
var8 Suami/ Istri dan orang tua berpikir harus mengambil utang setiap kali kebutuhan baru muncul var9 Dapat dengan mudah terpengaruh untuk mengambil utang untuk membeli sesuatu yang baru ketika teman dan tetangga juga mengambil dan merekomendasikannya var10 Suami/ Istri dan orang tua berpikir harus mengambil utang ketika ekonomi diperkirakan semakin baik di masa depan var11 Harus membayar utang setiap bulan karena harus memenuhi kebutuhan dasar var12 Selalu memiliki utang karena selalu berpikir pendapatan tidak akan pernah cukup var13 Akan mengambil utang lain ketika selesai membayar utang saat ini, karena selalu berpikir pendapatan tidak akan pernah cukup var14 Tidak bisa hidup tanpa utang karena selalu berpikir pendapatan tidak akan pernah cukup var15 Menempatkan membayar utang di daftar prioritas karena itu adalah tanggung jawab untuk memenuhi hak orang lain var16 Lebih suka membayar utang terlebih dahulu sebelum menabung uang karena itu adalah tanggung jawab untuk memenuhi hak orang lain var17 Lebih suka menggunakan pembayaran non tunai untuk konsumsi jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan dasar saat ini dan tidak apa-apa jika masih memiliki utang di masa depan karena keturunan akan membayar Extraction Method: Principal Component Analysis.
44 Lampiran 7 Tabel total variance explained Co mpo nent
Initial Eigenvalues Total
% of Variance
Cumulative %
Extraction Sums of Squared Loadings % of Cumulative Total Variance %
Rotation Sums of Squared Loadings % of Cumulat Total Variance ive %
1
4.393
25.841
25.841
4.393
25.841
25.841
3.108
18.282
18.282
2
2.423
14.254
40.095
2.423
14.254
40.095
2.964
17.435
35.717
3
2.120
12.473
52.568
2.120
12.473
52.568
2.310
13.588
49.305
4
1.836
10.798
63.366
1.836
10.798
63.366
1.925
11.322
60.627
5
1.123
6.607
69.973
1.123
6.607
69.973
1.589
9.346
69.973
6
0.810
4.764
74.738
7
0.760
4.469
79.207
8
0.730
4.295
83.502
9
0.610
3.586
87.087
10
0.502
2.956
90.043
11
0.447
2.632
92.675
12
0.367
2.161
94.836
13
0.344
2.023
96.859
14
0.242
1.426
98.285
15
0.157
0.921
99.206
16
0.088
0.516
99.721
17
0.047
0.279
100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
45 Lampiran 8 Tabel rotated component matrix Component 1
2
3
4
5
var1
-0.112
0.957
0.080
0.006
-0.064
var2
-0.116
0.926
0.029
0.018
-0.004
var3
-0.192
0.118
0.603
-0.049
0.237
var4
-0.126
0.911
0.125
0.002
-0.177
var5
0.052
0.033
0.902
0.053
-0.166
var6
0.105
-0.012
0.899
-0.007
-0.145
var7
-0.480
0.166
0.517
0.094
0.221
var8
0.322
-0.270
0.070
-0.061
0.591
var9
0.792
0.010
-0.111
-0.159
0.163
var10
0.191
-0.042
-0.086
-0.041
0.834
var11
0.342
0.178
0.037
0.627
0.245
var12
0.810
-0.144
-0.024
0.090
0.065
var13
0.729
-0.165
0.008
0.161
0.261
var14
0.650
-0.013
-0.021
0.136
0.423
var15
0.069
-0.029
0.047
0.851
-0.089
var16
-0.132
-0.056
-0.042
0.842
-0.092
var17
0.517
-0.399
0.054
0.030
-0.013
Keterangan: Component 1: Faktor Memenuhi Kebutuhan Component 2: Faktor Ibadah 1 Component 3: Faktor Ibadah 2 Component 4: Faktor Perilaku Component 5: Faktor Eksternal
46 Lampiran 9 Hasil wawancara In-depth interview dengan Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan M. Sc 1.
Apakah pengertian utang ? Utang adalah cara meningkatkan daya beli pada saat sekarang.
2.
Alasan orang berutang? Seseorang tidak bisa menunda konsumsi saat ini atau dalam keadaan keadaan darurat sehingga perlu mencari pinjam, harga terlalu mahal dan seseorang ingin cepat mengonsumsinya.
3.
Menurut bapak, apakah kegiatan berutang itu baik atau buruk? Penilaian baik atau buruknya utang tergantung dari seseorang menyikapi utang tersebut. Apabila seseorang memiliki utang namun bersifat konsumtif dan tidak bisa mengelola keuangannya (pendapatan, konsumsi dan utang) maka utang tersebut dapat menimbulkan dampak yang buruk/ negatif. Apabila bisa mengelola sesuai pendapatannya maka tidak bisa dikatakan buruk.
4.
Bagaimana pandangan mengenai utang secara aspek syariah? Utang apa saja boleh diambil dan boleh diakukan masyarakat asalkan sesuai dengan kaidah, tidak boleh membebani, tidak boleh memberikan tambahan (riba) dan dari segi akad diubah.
5.
Bagaimana kegiatan berutang pada jaman dahulu dan berutang pada saat ini? Perbedaan utang pada jaman dahulu dan saat ini adalah pada tujuannya. Utang pada jaman dahulu tujuannya adalah untuk kegiatan konsumsi dan bersifat pribadi. Saat ini, tujuan utang berkembang misalnya untuk modal usaha.
6.
Bagaimana tren utang dikalangan masyarakat pada saat ini? Tren utang di masyarakat pada saat ini semakin meningkat terutama untuk tujuan konsumtif. Utang konsumtif untuk memiliki kendaraan adalah utang yang kecenderungannya selalu meningkat.
7.
Apa perbedaan utang dikalangan masyarakat golongan menengah ke atas dan menengah ke bawah? Jenis utang masyarakat pada golongan menengah ke atas dan menengah ke bawah pada dasarnya sama yaitu utang untuk memiliki kendaraan. Perbedaan utang pada masyarakat pada golongan menengah ke atas dan menengah ke bawah adalah pada jumlah utangnya. Pada masyarakat menengah ke atas, mereka mungkin berutang untuk mendapatkan kendaraan yang mewah dengan harga yang mencapai miliaran rupiah, sedangkan masyarakat yang berada pada golongan menengah ke bawah mungkin berutang untuk mendapatkan kendaraan yang biasa dengan harga puluhan atau ratusan juta rupiah.
47 8.
Apa dampak yang ditimbulkan dari berutang? Dampak negatif dapat terjadi apabila jumlah beban utang/ kewajiban melebihi pendapatan. Namun, apabila seseorang bisa mengelola keuangannya dengan baik maka utang dapat menimbulkan dampak yang baik.
9.
Apa manfaat yang didapat dari berutang? a. Secara ekonomi dapat meningkatkan kesejahteraan. Misalnya seseorang yang bekerja di Baranang Siang harus mengeluarkan uang untuk membayar angkutan umum pergi pulang setiap harinya sebesar Rp 20 000. Sebulan misalnya dia harus bekerja selama 20 hari kerja, maka biaya yang harus dia keluarkan untuk membayar angkutan umum sebulan sebesar Rp 400 000. Apabila dia memutuskan mengambil utang untuk membeli motor, maka dengan biaya Rp 400 000 dia dapat mengangsur utangnya tiap bulan untuk memiliki motor. Seseorang tersebut meningkatkan kesejahteraannya dengan berutang untuk membeli motor. b. Kesejahteraan subjektif. Kesejahteraan subjektif diartikan sebagai kesejahteraan seseorang dengan menganggap bahwa yang dirasa cepat dianggap memiliki kepuasan. Seseorang tidak perlu menunggu lama untuk mengonsumsi suatu barang, dengan berutang seseorang sudah memenuhi kepuasannya untuk memiliki dan mengonsumsi barang tersebut pada saat ini juga. c. Utang dijadikan sebagai sarana investasi. Misalnya seseorang memutuskan mengambil utang untuk tujuan membeli rumah. Nilai rumah semakin tahun semakin meningkat nilainya. Seseorang kemungkian akan sulit dan membutuhkan waktu yang lama untuk memiliki rumah apabila dengan mengunakan uang tunai oleh karena itu berutang adalah salah satu manfaat untuk mendapatkan rumah sebagai investasi.
10.
Masyarakat lebih banyak meminjam kepada kreditur formal atau non formal? Pinjaman ke kreditur non-formal sulit mencari dan mendapatkan datanya, tapi praktiknya di masyarakat pasti banyak dilakukan. Kreditur non formal contohnya orang per orang bahkan kepada rentenir. Jika pada kreditur formal seperti bank data sudah banyak dan telah dipublikasi berapa banyak debitur di masyarakat.
11.
Apakah keputusan berutang, proporsi utang, dan persepsi beban utang bagi seseorang termasuk sebagai perilaku berutang? Orang mengambil keputusan berutang termasuk perilaku termasuk juga berapa banyak jumlah persentase utang yang diambil dari anggaran, sikap subjektif seseorang dan persepsi seseorang tentang beban terhadap utang yang dimilikinya. Seseorang merasa bisa membayar utang maka orang tersebut berani untuk berutang. Sebaliknya seseorang yang memiliki persepsi tidak bisa membayar utang maka orang tidak berani melakukan kegiatan berutang.
12.
Bagaimana persepsi mengenai hasil penelitian analisis faktor yang memengaruhi masyarakat a. Faktor Pemenuhan Kebutuhan Faktor pemenuhan kebutuhan adalah pemicu utama seseorang dalam berutang. Misalnya adanya kebutuhan darurat dan gaya hidup seseorang.
48 b.
c.
d.
e.
13.
Faktor Ibadah 1 Faktor ibadah 1 mungkin bisa atau mungkin tidak bisa menjadi faktor yang memengaruhi utang. Konteks religiusitas menyangkut pada kepercayaan terhadap Tuhan. Sebagian orang ada yang mempertimbangkan keputusan duniawinya dengan kepercayaannya kepada Tuhan dan sebagian lain ada yang tidak mempertimbangkannya. Bagi sesorang yang mempercayai dan mempertimbangkan segala sesuatunya sesuai dengan syari’ah maka seseorang tersebut akan mempertimbangkan berulang kali untuk mengambil utang atau tidak, karena utang dapat digolongkan kepada sikap boros, sedangkan sikap boros dalam agama itu dilarang. Faktor Ibadah 2 Faktor ibadah 2 juga bisa menjadi faktor yang memengaruhi utang. Berdasarkan hasil penelitian variabel yang memiliki nilai loading factor terbesar pada faktor ibadah adalah ibadah haji. Menurut beliau, ibadah haji saat ini sudah banyak yang menggunakan perantara pembiayaan/ utang bank untuk menutupi biaya setoran awal untuk mendapatkan porsi haji. Rukun Islam menyatakan bahwa haji ditujukan bagi muslim yang mampu baik dari segi materi, kesehatan, mental dan agama, namun pada kenyataannya pada saat ini menurut beliau definisi mampu khususnya dalam hal materi semakin longgar. Melakasanakan ibadah haji bagi yang mampu mulai dianggap berbeda. Kemempuan saat ini ditunjukkan bisa dari kemampuan membayar tunai atau kemamupuan untuk menyicil. Faktor Perilaku Berutang Perilaku berutang dapat menjadi faktor yang memengaruhi seseorang dalam mengambil utang, perilaku yang satu menimbulkan perilaku yang lainnya. Kepemilikan suatu barang (perilaku) bisa menjadi faktor menumbuhkan/ mempengaruhi perilaku yang lain. Misalnya seseorang yang berutang akan menutupi utang sebelumnya dengan berutang ditempat lainnya. Faktor Eksternal Faktor eksternal bisa menjadi faktor yang memengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan berutang. Keluarga/ kerabat sedang membutuhkan sesuatu maka seseorang berutang untuk menolong orang lain Misalnya anak memiliki tuntutan untuk membayar biaya masuk kuliah, maka menuntut untuk mengambil utang. Anaknya akan melakukan pernikahan dan membutuhkan biaya banyak maka perlu mengambil utang.
Apakah solusi Bapak mengenai perilaku berutang? Solusi pertama mengenai perilaku utang ditujukan kepada masyarakat antara lain: a. Masyarakat harus bijak dalam menggunakan uang. b. Biasakan hidup sesuai dengan daya belinya. Total pendapatan harus bisa menutupi biaya hidup masyarakat. Alokasikan pendapatan 2.5% untuk zakat, konsumsi, sedekah dan minimal menyisihkan 10% untuk tabungan. c. Apabila memiliki utang, usahakan besar angsuran membayar utang maksimal adalah sebesar sisa alokasi uang. d. Masyarakat seharusnya jangan mudah berutang. Apabila berutang, maka prioritas dan tujuan berutang sebaiknya untuk investasi (rumah, pendidikan). e. Masyarakat hendaknya perlu memikirkan berulang kali sebelum memutuskan untuk berutang. Apabila sangat memerlukan utang untuk memenuhi
49 kebutuhannya, maka masyarakat perlu mengendalikan dirinya, jangan terlalu banyak memiliki utang dan jangan terlalu bersifat konsumtif. Solusi kedua ditujukan untuk pemerintah antara lain: a. Pemerintah harus mengeluarkan kebijakkan menetapkan kenaikkan nilai pembayaran dimuka (DP) untuk produk/ jasa menyediaan utang di produsen/ penyedia jasa utang (kreditur) bagi masyarakat, sehingga masyarakat dapat berpikir untuk mengurangi kecenderungannya untuk berutang. b. Pemerintah juga perlu memberikan sosialisasi dan pembelajaran kepada masyarakat mengenai manajemen keuangan agar masyarakat tidak melakukan konsumsi melebihi pendapatannya. c. Pemerintah harus memberikan kebijakan dan pengawasan kepada masyarakat mengenai kepemillikan kartu kredit yang tidak boleh lebih dari satu. Solusi ketiga ditujukan untuk produsen/ penyedia jasa utang (kreditur). Mereka biasanya cenderung kurang bertanggung jawab. Mereka hanya berorientasi pada penyerapan dana yang mereka miliki. Solusi yang dianjurkan untuk kreditur adalah meningkatkan kemampuan audit mereka dalam melihat nasabah (debitur). Apabila debitur sudah memiliki utang yang banyak atau kemungkinan pendapatannya tidak memungkinkan untuk mengangsur utang yang akan diberikan, maka seharusnya pihak kreditur menolaknya. Tanggung jawab sosial kreditur harus ditumbuhkan, agar kreditur tidak hanya menarik keuntungan dari kredit yang disalurkannya, tetapi tidak bertanggungjawab dan tidak peduli dengan masalah-masalah yang dihadapi debitur.
50
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Nindya Andika, lahir di Cilacap pada tanggal 31 Agustus 1994 dari ayah Nasikin dan ibu Lestari. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara. Pendidikan formal penulis dimulai dari TK Klapagada tahun 1998, setahun kemudian melanjutkan sekolah dasar di SD Negeri 1 Klapagada. Tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 2 Maos dan lulus pada tahun 2008. Setelah lulus dari sekolah menengah, penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Sampang. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sampang dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Talenta Masuk (UTM) IPB dan diterima di Departemen Ilmu Ekonomi, Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai staf Pundi Asnaf (PAS) Sharia Economics Student Club (SES-C) Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB pada masa kepengurusan 2013-2014. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan seperti Leadership and Entrepreneurship School (LES) angkatan ke VI dan Klub Asrama Mega Entrepreneur tahun 2011-2012, Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Cilacap tahun 2011-2016. Selain itu penulis juga aktif dalam mengikuti kepanitiaan antara lain sebagai staf Divisi Pertandingan The 6 th Sportakuler, staf Divisi Pertandingan Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) tahun 2013, staf Divisi BPK MPD Ilmu Ekonomi tahun 2013, staf Divisi Logistik dan Trasportasi Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) 2014, staf Divisi Humas SEASON 10, staf Divisi Acara Cavassing IPB di Cilacap tahun 2015. Bulan Januari hingga Februari 2014 penulis melaksanakan magang di Direktorat Pengembangan SDM, Manajemen Strategis IIA Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jakarta.