ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN PEMBIAYAAN DI SEKTOR PERTANIAN (Kasus: Anggota Koperasi Baytul Ikhtiar Kabupaten Bogor)
RATIH SEPTIYANTI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Pembiayaan di Sektor Pertanian (Kasus: Anggota Koperasi Baytul Ikhtiar Kabupaten Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2016 Ratih Septiyanti NIM H34120137
ABSTRAK RATIH SEPTIYANTI. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Pembiayaan di Sektor Pertanian (Kasus: Anggota Koperasi Baytul Ikhtiar Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh NETTI TINAPRILLA. Modal merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh pelaku usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam mengembangkan usahanya. Koperasi Baytul Ikhtiar (KBI) menjadi salah satu lembaga keuangan mikro syariah yang melakukan pembiayaan di sektor UMKM, salah satunya pertanian. Namun, alokasi pembiayaan sektor pertanian hanya sebesar 5.46 persen. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi besarnya permintaan pembiayaan yang diajukan oleh anggota di sektor pertanian. Penelitian ini melihat tiga karakteristik, yaitu karakteristik personal, pembiayaan, dan usaha. Karakterstik personal meliputi jumlah tanggungan, dan tabungan. Karakteristik pembiayaan terdiri dari total angsuran dan margin pembiayaan. Sedangkan karakteristik usaha anggota terdiri dari pendapatan usaha, dan aset usaha. Ada lima dari enam variabel tersebut yang berpengaruh nyata terhadap besarnya permintaan pembiayaan yaitu tabungan, total angsuran, margin pembiayaan, pendapatan usaha, dan aset usaha. Sehingga berdasarkan hasil penelitian pihak KBI dapat mempertimbangkan faktor yang berpengaruh nyata tersebut untuk meningkatkan alokasi pembiayaan dengan meningkatkan permintaan pembiayaan di sektor pertanian. Kata kunci: analisis regresi, lembaga keuangan, permintaan pembiayaan, UMKM
ABSTRACT RATIH SEPTIYANTI. Analysis of The Factors That Affect Demand of Financing in Agricultural Sector (Case: Members of Baytul Ikhtiar Cooperation Bogor Regency). Supervised by NETTI TINAPRILLA. Capital is one of problems that Micro, Small, and Medium Enterprise (MSME) face for improving their business. Koperasi Baytul Ikhtiar (KBI) is one of Islamic microfinance institutions that giving capital in MSME one of the sector is in agricultural sector. However, the allocation of financing in agricultural sector is only 5.46 percent. This research aimed to identify the factors that can affect the demand of financing in agricultural sector based on three characteristics. The characteristics were personal characteristic, financial characteristic, and business characteristic. The personal characteristic were number of families and amount of saving account. The financial characteristic were amount of payment every week and margin of financing. The business characteristic were business income, and business assets. This research showed that five variables significantly affected the demand of financing. The variables were amount of saving account, amount of payment every week, margin of financing, business income, and business assets. KBI should consider the variables that affect the demand of financing to improve allocation of financing in agricultural sector. Keywords: demand of financing, financial institution, MSMEs, regression analysis
3
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN PEMBIAYAAN DI SEKTOR PERTANIAN (Kasus: Anggota Koperasi Baytul Ikhtiar Kabupaten Bogor)
RATIH SEPTIYANTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
5
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2016 ini ialah pembiayaan dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Pembiayaan di Sektor Pertanian (Kasus: Anggota Koperasi Baytul Ikhtiar Kabupaten Bogor) Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing skripsi, Dr Ir Dwi Rachmina, MSi selaku dosen penguji utama dan Ir Popong Nurhayati, MM selaku dosen penguji departemen. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Syukur selaku staf pengurus pusat Koperasi Baytul Ikhtiar (KBI) serta seluruh Kepala dan staf di KBI cabang Dramaga, Tamansari, dan Ciampea. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga atas kasih sayangnya. Tak lupa juga ucapan terima kasih disampaikan kepada sahabat terbaik penulis Kak Perdi, Cahya, sahabat Daishop, dan sahabat agribisnis 49 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala dukungannya baik materi maupun doa. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2016 Ratih Septiyanti
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Pembiayaan KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Pembiayaan Konsep Permintaan Keseimbangan Kredit Hubungan Kredit terhadap Peningkatan Modal Kerja Penerapan Konsep Syariah dalam Koperasi Produk-produk Pembiayaan Syariah Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Penentuan Sampel Metode Pengolahan Data Analisis Kualitatif Analisis Kuantitatif Definisi Operasional GAMBARAN UMUM KOPERASI BAYTUL IKHTIAR Sejarah dan Struktur Organisasi Visi, Misi dan Budaya Organisasi Produk Layanan Pembiayaan Mekanisme Penyaluran Pembiayaan HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Karakteristik Personal Karakteristik Pembiayaan Karakteristik Usaha Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Pembiayaan Karakteristik Personal
viii viii ix 1 1 3 4 5 5 5 5 7 7 7 8 9 9 10 12 13 15 15 15 15 17 17 17 20 20 20 24 24 25 26 26 27 38 30 31 33
7
Karakteristik Pembiayaan Karakteristik Usaha Implikasi Kebijakan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
34 35 36 37 37 38 39 41 46
DAFTAR TABEL 1
Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar tahun 2012-2013 2 Perkembangan pembiayaan, asset dan portofolio di KBI tahun 2012-2013 3 Produk-produk pembiayaan syariah 4 Matriks pengolahan dan analisis data 5 Statistik deskriptif responden anggota KBI di sektor pertanian 6 Sebaran responden anggota KBI di sektor pertanian berdasarkan jumlah tanggungan 7 Sebaran responden anggota KBI di sektor pertanian berdasarkan tabungan 8 Sebaran responden anggota KBI di sektor pertanian berdasarkan total angsuran 9 Sebaran responden anggota KBI di sektor pertanian berdasarkan margin pembiayaan 10 Sebaran responden anggota KBI di sektor pertanian berdasarkan pendapatan usaha 11 Sebaran responden anggota KBI di sektor pertanian berdasarkan aset usaha 12 Hasil pengujian model regresi linier berganda faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pembiayaan di sektor pertanian
1 4 12 16 27 28 28 29 30 30 31 32
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kurva keseimbangan kredit Perputaran modal kerja Kerangka pemikiran operasional Struktur Organisasi Koperasi Baytul Ikhtiar Kartu angsuran anggota tampak depan Kartu angsuran anggota tampak belakang Surat permohonan pengajuan pembiayaan lembar 1 Surat permohonan pengajuan pembiayaan lembar 2 Surat permohonan pengajuan pembiayaan lembar 3 Lembar analisis usaha dari anggota Surat permohonan pengajuan pembiayaan lembar 4 Kegiatan rutin pelayanan setiap minggunya Kegiatan pelayanan pencairan pembiayaan untuk anggota Kegiatan rutin pelayanan setiap minggu
10 10 15 23 43 43 43 43 44 44 44 45 45 45
9
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3
Hasil output regresi linier berganda pada analisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pembiayaan di sektor pertanian KBI Hasil uji normalitas dan heterokedastisitas pada analisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pembiayaan di sektor pertanian Dokumentasi Penelitian
41 42 43
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu tumpuan perekonomian nasional. UMKM memiliki pangsa pasar sebesar 99.99 persen usaha di Indonesia pada tahun 2013, sedangkan usaha besar hanya menguasai 0.01 persen dari pangsa pasar usaha di Indonesia. Angka ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia hidup bertumpu pada UMKM. Selain itu, jumlah UMKM yang mencapai 57.9 juta unit mampu menyerap tenaga kerja hingga 114.14 juta orang di Indonesia. Hal tersebut memiliki pengaruh terhadap kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 57.56 persen. Tabel 1 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar tahun 2012-2013 Indikator
Jumlah usaha (unit)
Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Total UMKM Usaha Besar
Jumlah tenaga kerja (orang)
Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Total UMKM Usaha Besar
Tahun 2012 Proporsi Jumlah (%) 55 856 176 98.79 629 418 1.11
Tahun 2013 Proporsi Jumlah (%) 57 189 393 98.77 654 222 1.13
Perkembangan tahun 20122013 (%) 2.39 3.94
48 997
0.09
52 106
0.09
6.35
56 534 591 4 968
99.99 0.01
57 895 721 5 066
99.99 0.01
2.41 1.97
99 859 517 4 535 970
90.12 4.09
104 624 466 5 570 231
88.9 4.73
4.77 22.8
3 262 023
2.94
3 949 385
3.36
21.07
107 657 510 3 150 645
97.16 2.84
114 144 082 3 537 162
96.99 3.01
6.03 12.27
Usaha Mikro 790 825.6 31.32 807 804.50 Usaha Kecil 294 260.7 11.65 342 579.19 Usaha 366 373.9 14.51 386 535.07 Menengah Total UMKM 1 451 460.2 57.48 1 536 918.76 Usaha Besar 1 073 660.1 42.52 1 133 396.05 Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM, 2014 (diolah) *Atas Dasar Harga Konstan pada Tahun 2000
30.25 12.83
2.15 16.42
14.48
5.5
57.56 42.44
5.89 5.56
PDB ADHK 2000* (Rp Milyar)
UMKM memiliki kecenderungan perkembangan yang positif setiap tahunnya. Berkembangnya sektor UMKM berkaitan dengan sektor pertanian. Menurut Kementerian Pertanian (2015) kondisi petani secara umum memiliki lahan sempit dengan skala usaha kecil dan letaknya yang menyebar dan lebih banyak sebagai buruh tani sehingga lebih mudah dilayani oleh pelepas uang/sumber modal non formal. Berdasarkan jumlah unit tahun 2010, proporsi sektor UMKM didominasi oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan yaitu sebesar 49.58 persen. Berdasarkan Tabel 1, selama tahun 2012 hingga tahun 2013 jumlah UMKM memiliki perkembangan sebesar 2.41 persen
2 lebih besar dari perkembangan jumlah usaha besar yaitu hanya 1.97 persen. Total UMKM didominasi oleh jumlah usaha mikro yaitu sebesar 55 856 176 unit pada tahun 2012 dan sebesar 57 189 393 unit pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa usaha mikro memiliki peran yang besar karena jumlahnya yang mendominasi pangsa pasar di Indonesia. UMKM memberikan peningkatan kontribusi terhadap PDB dari tahun 2012 sebesar Rp1 073 660.1 milyar menjadi Rp1 536 918.76 milyar di tahun 2013 atau meningkat sebesar 5.89 persen terhadap PDB nasional. UMKM juga merupakan usaha yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan karena sifat usaha yang padat karya berbeda dengan usaha besar yang cenderung padat modal. Pada tahun 2012, UMKM menyerap tenaga kerja sebesar 107 657 510 orang sedangkan pada tahun 2012 meningkat sebesar 114 144 082 orang atau meningkat sebesar 6.03 persen. UMKM memiliki potensi yang besar namun belum dapat dioptimalkan karena menghadapi beberapa kendala, salah satunya rendahnya kemampuan UMKM dalam mengakses permodalan formal (Bank Indonesia 2010 dalam Kemenkop dan UMKM 2016). Salah satu indikatornya adalah jumlah rekening kredit UMKM di bank yang merupakan sumber pembiayaan formal utama hanya sebanyak 9 078 322 rekening pada tahun 2012. Angka tersebut hanya sebesar 16 persen dari total UMKM. Selain itu, proporsi kredit UMKM dalam total kredit pada tahun yang sama hanya sebesar 19.9 persen (Kemenkop dan UMKM 2016). Hambatan UMKM terhadap akses pendanaan adalah keterbatasan aset untuk jaminan, dan kurangnya pengetahuan mengenai pembiayaan formal (Bank Indonesia dalam Kemenkop dan UMKM 2016). Keterbatasan akses terhadap lembaga keuangan formal membuat pelaku usaha UMKM beralih kepada sumber pembiayaan lainnya. Salah satu sumber pembiayaan non formal yang memiliki peranan penting bagi UMKM adalah Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Secara kuantitas, KSP menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, dimana pada periode 2012-2013 menunjukkan pertumbuhan jumlah unit sebesar 11.3 persen, anggota sebesar 3.9 persen, tabungan 50.7 persen, dan pinjaman yang disalurkan 33.2 persen (Kemenkop dan UKM 2016). KSP sebagai penyedia layanan simpan pinjam bagi masyarakat yang tidak terjangkau oleh jasa keuangan formal. Peranan KSP ditunjukkan oleh hasil Survei Pengurus Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam yang dilakukan oleh Bank Dunia pada tahun 2015. Hasil survei menunjukkan bahwa 72 persen responden menyatakan memiliki anggota yang belum pernah meminjam di lembaga keuangan lain serta 71 persen responden menyatakan bahwa pinjaman yang diberikan adalah pinjaman produktif berskala mikro. Selain itu, KSP memiliki kemampuan memberikan pinjaman lebih banyak dari Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang merupakan lembaga keuangan formal. Pada tahun 2013, KSP dapat menyalurkan sebesar Rp66 Trilyun sedangkan BPR hanya sebesar Rp31 Trilyun (Kemenkop dan UKM 2016). Koperasi simpan pinjam dalam pelaksanaan aktivitasnya dapat mengkolaborasikan dengan beberapa model pembiayaan yang dapat merangkul pelaku usaha UMKM. Salah satu model pembiayaan yang dapat diterapkan adalah Grameen Bank. Grameen Bank yang diterapkan di negara Bangladesh ini dikenal sebagai salah satu inovasi bank bagi masyarakat miskin yang tidak memasukkan jaminan dalam model pembiayaannya (Khandker, 1996). Model ini diperkenalkan
3 pada tahun 1983 dan memiliki respon yang cukup baik dikalangan masyarakat miskin. Pada tahun 1994, Grameen Bank di Bangladesh sudah memiliki anggota mencapai 2 juta orang, serta mendistribusikan pinjaman lebih dari 1 Milyar US Dollar dan mengumpulkan uang dari masyarakat miskin sebesar 306 Juta US Dollar (Khandker, 1996). Selain itu, salah satu model alternatif yang memiliki respon positif di masyarakat adalah pembiayaan syariah. Model pembiayaan syariah ini diperkenalkan sebagai sebuah solusi yang sesuai dengan syariat Islam dan menjunjung nilai keadilan. Faktor demografis dimana masyarakat Indonesia didominasi oleh masyarakat beragama Islam menjadi salah satu potensi penerapan model pembiayaan syariah. Selain itu, sistem bagi hasil yang ada dalam pembiayaan syariah sudah diterapkan secara tidak langsung dalam kegiatan masyarakat pertanian. Perbedaan mendasar antara konsep pembiayaan syariah dengan konvesional terletak pada sistem pembagian keuntungan. Berdasarkan uraian tersebut, penting untuk melakukan penelitian terhadap KSP sehingga dapat meningkatkan kemampuan KSP sebagai sebuah lembaga keuangan mikro yang dapat menjangkau lebih banyak masyarakat yang belum terjangkau akses pembiayaan serta meningkatkan kemampuan dalam peningkatan alokasi pembiayaan, khususnya pembiayaan sebagai modal usaha di sektor pertanian. Perumusan Masalah Koperasi Baytul Ikhtiar (KBI) merupakan salah satu koperasi simpan pinjam di Kota Bogor, Jawa Barat yang berbasis syariah dengan menggunakan model Grameen Bank. Koperasi ini merupakan lembaga yang berdiri di bawah naungan Yayasan Perkembangan Masyarakat Mustadh’afiin (Peramu) yang bergerak dalam pelayanan simpan pinjam. Sasaran dari koperasi ini adalah masyarakat yang mengalami kesulitan dalam mengakses lembaga keuangan. Keseriusan KBI dalam menjangkau sasaran anggota di Provinsi Jawa Barat ditunjukkan dengan perluasan anggota pada tahun 2015 yang sudah menyebar di wilayah Kotamadya Bogor, Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur. Keseriusan ini dapat dilihat pada Tabel 2 dari perkembangan pembiayaan yang disalurkan oleh KBI memiliki peningkatan setiap tahunnya. Jumlah penyaluran pembiayaan pada tahun 2015 sudah mencapai Rp66 378 000 000 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 63.75 persen pertahunnya. Nilai aset yang dimiliki KBI mencapai Rp48 920 000 000 dan mengalami pertumbuhan sebesar 54.5 persen pertahunnya. Hal ini selaras dengan jumlah portofolio dalam penyaluran pembiayaan yang terus meningkat. Pada tahun 2015, jumlah portofolio mencapai 32 959 portofolio. Rata-rata pertumbuhan portofolio pertahunnya mencapai 35.75 persen.
4 Tabel 1 Perkembangan pembiayaan, asset dan portofolio di KBI tahun 2012-2015 Tahun Pertumbuhan 2012 2013 2014 2015 per tahun (%) Pembiayaan (Rp Milyar) 17 075 34 338 53 336 66 378 63.75 Aset (Rp Milyar) 14 986 27 113 41 049 48 920 54.5 Portofolio 16 615 26 733 29 341 32 959 35.75 Sumber: KBI 2015
KBI menyalurkan pembiayaan kepada anggota yang berada dalam sektor industri, jasa, pertanian, perdagangan, dan konsumtif. Melihat perkembangan pembiayaan di KBI yang memiliki tren meningkat, tentunya menjadi sebuah solusi dalam penyaluran pembiayaan untuk memberikan akses permodalan terhadap masyarakat. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (PERMEN KUKM) nomor 20 tahun 2008 bahwa salah satu penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit usaha simpan pinjam dapat dilihat dari rasio likuiditas. Rasio likuiditas terdiri dari rasio kas dan rasio pinjaman terhadap dana yang diterima. Berdasarkan rasio pinjaman terhadap dana yang diterima menunjukkan nilai rasio di KBI pada tahun 2015 sebesar 72.40 persen. Hal ini menunjukkan adanya indikasi rendahnya permintaan pembiayaan sehingga belum tersalurkannya secara penuh dana yang diterima dengan masih ada 27.6 persen dana yang mengendap di KBI. Maka, perlu ada peninjauan terkait permintaan pembiayaan di KBI. Selain itu, pada tahun 2015 penyaluran pembiayaan di KBI sebesar 60 persen berada dalam sektor non produktif atau bukan digunakan sebagai modal kerja (KBI 2015). Sehingga perlu adanya peningkatan jumlah anggota maupun pembiayaan yang lebih diarahkan untuk sektor produktif. Salah satu sektor produktif adalah sektor pertanian. Pada tahun 2015, sektor pertanian memberikan sumbangsih kontribusi pembiayaan sebesar Rp3 623 000 000 dari total pembiayaan yaitu hanya sebesar 5.46 persen. Dengan jumlah portofolio hanya sebesar 1 832 dari total portofolio, yaitu 5.56 persen (KBI 2015). Untuk meningkatkan alokasi pembiayaan di sektor pertanian perlu adanya pemahaman terkait faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan dari anggota sektor pertanian. Dengan diketahuinya faktor faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan menjadikan pertimbangan pihak KBI dalam melakukan penyaluran yang semakin efektif dalam sektor pertanian. Sehingga secara garis besar masalah yang akan dibahas dan dirumuskan adalah faktor apa saja yang memengaruhi permintaan pembiayaan anggota KBI di sektor pertanian? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi karakteristik anggota KBI yang melakukan pengajuan pembiayaan di sektor pertanian.
5 2. Menganalisis faktor – faktor yang memengaruhi permintaan pembiayaan bagi KBI di sektor pertanian. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi pihak Koperasi Baytul Ikhtiar, dapat menjadi bahan pertimbangan evaluasi dalam meningkatkan kinerja koperasi dan meningkatkan jumlah anggota di salah satu sektor produktif, yaitu sektor pertanian. 2. Bagi pemerintah, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memberikan solusi pembiayaan mikro di salah satu sektor produktif, yaitu sektor pertanian. 3. Bagi masyarakat yang ingin mengakses pembiayaan, dapat menjadi sumber informasi terkait model pembiayaan yang lebih adaptif terhadap karakteristik pelaku usaha pertanian. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini terkait faktor-faktor yang menjadi pertimbangan bagi anggota di sektor pertanian dalam melakukan pengajuan pembiayaan. Namun, hasil dari penelitian ini tetap ditujukan untuk peningkatan kinerja KBI sehingga disesuaikan dengan pertimbangan realisasi KBI. Objek penelitian ini dibatasi pada anggota yang mengambil pembiayaan sepanjang tahun 2015 dan disesuaikan dengan pengklasifikasian sektor pertanian berdasarkan pihak KBI.
TINJAUAN PUSTAKA Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Pembiayaan Penelitian yang berkaitan dengan permintaan pembiayaan dapat dilihat dari beberapa faktor baik internal lembaga keuangan maupun eksternal lembaga keuangan. Faktor-faktor eksternal yang memengaruhi permintaan kredit secara makro dipengaruhi oleh indikator ekonomi. Penelitian Danitsyo (2009) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan kredit UMKM di Indonesia dengan variabel makroekonomi, yaitu PDB, suku bunga, dan inflasi. PDB memiliki pengaruh yang siginifikan secara positif terhadap permintaan pembiayaan sedangkan suku bunga dan inflasi memiliki pengaruh negatif terhadap permintaan kredit. Habibi (2004) juga melakukan penelitian berjudul analisis permintaan dan penawaran kredit perbankan secara makro dan menunjukkan bahwa permintaan dipengaruhi secara positif oleh output sedangkan suku bunga memengaruhi secara negatif terhadap permintaan kredit. Penelitian terhadap permintaan kredit juga dilakukan oleh Pranita (2008) yang menganalisis permintaan kredit investasi. Penelitian Pranita (2008) berbeda dengan penelitian Danitsyo (2009) dan Habibi (2004) karena selain suku bunga, inflasi, dan GDP ada faktor lain yang memengaruhi, yaitu pengambilan kredit investasi sebelumnya. Penelitian Pranita (2008) menyatakan bahwa jumlah kredit sebelumnya memengaruhi peningkatan kredit investasi untuk periode kedepan.
6 Dalam kenyataan di lapang, permintaan kredit secara mikro dapat dilihat dari besarnya peminjam mengajukan nominal besar pinjaman sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan peminjam. Purnamasari (2011) melakukan penelitian terkait efektivitas dan faktor-faktor pengambilan pembiayaan usaha mikro dan kecil pada lembaga keuangan mikro syariah di Kospin Jasa Syariah. Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan adalah biaya administrasi dan tingkat pendidikan. Azzahra (2014) meneliti terkait faktor yang memengaruhi permintaan pembiayaan dan efektivitas BMT X Jakarta. Penelitian ini juga mengkategorikan secara kuantitatif dan kualitatif. Variabel yang berpengaruh signifikan yang digunakan meliputi pendapatan usaha, margin pembiayaan, dan besar agunan. Kedua penelitian ini menggunakan metode analysis path sehingga dapat melihat dampak secara timbal balik terhadap pendapatan usaha peminjam setelah mengambil pinjaman. Kedua penelitian ini menunjukkan bahwa ada karakteristik personal peminjam, karakteristik usaha anggota serta karakteristik yang ditawarkan oleh lembaga keungan sebagai faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap besar nominal pengajuan peminjam. Himmati (2010) meneliti faktor yang memengaruhi besarnya pengambilan pembiayaan pada KBMT Madani Pulo Empang Bogor. Penelitian dilakukan dengan mengolah variabel yang diduga menjadi faktor dari besaran pengambilan pembiayaan nasabah di KBMT Pulo. Berbeda dengan penelitian Purnamasari (2011) dan Azzahra (2014) penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda sebagai metode analisis. Faktor nisbah, pengalaman usaha, frekuensi pinjaman serta besar angsuran menjadi faktor yang berpengaruh signifikan terhadap besaran pengambilan pembiayaan nasabah. Rachmina (1994) meneliti terkait analisis permintaan kredit pada industri kecil. Pada penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Pernamasari (2011), Azzahra (2014) dan Himmati (2010), penelitian ini melihat permintaan kredit dengan dua pendekatan, yaitu langsung dan tidak langsung. Kedua pendekatan ini diuji menggunakan regresi linier berganda dengan model fungsi Cobb Douglas. Hasil pendekatan langsung menunjukkan bahwa tingkat bunga berpengaruh negatif, serta omset dan kelompok bank memiliki pengaruh positif secara nyata terhadap permintaan kredit. Sedangkan pendekatan tak langsung diukur dengan fungsi produksi untuk mengetahui sejauh mana peranan kredit dibutuhkan dalam suatu industri. Penelitian yang penulis lakukan menggunakan variabel signifikan yang diturunkan dari penelitian sebelumnya. Penelitian ini mengelompokkan variabel menjadi 3 karakteristik, yaitu karakteristik personal, pembiayaan, dan usaha. Pertimbangan ketiga karakteristik ini mengacu pada tinjauan penelitian sebelumnya. Selain itu, Udoh (2005) melakukan penelitian berjudul permintaan dan pengendalian kredit dari sumber informal oleh wanita penghasil beras di Nigeria yang menyatakan bahwa keputusan terhadap permintaan kredit merupakan fungsi dari atribut personal, atribut usaha, atribut lingkungan, dan atribut kredit tersebut. Penelitian tersebut menggunakan metode regresi berganda dengan model double log. Hasil penelitian tersebut adalah bunga, pengeluaran usahatani, pendapatan pribadi, pendapatan suami, dan tingkat pendidikan formal berpengaruh signifikan terhadap besarnya pengajuan pembiayaan.
7
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Pembiayaan Pembiayaan dalam perbankan biasa disebut sebagai kredit. Kredit berasal dari bahasa latin credere yang artinya kepercayaan. Menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang Pokok-pokok Perbankan, kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman-pinjaman antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. Beberapa pengertian mengenai kredit lainnya, antara lain: 1. Muljono (1993) mendefinisikan kredit sebagai kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pembelian atau peminjaman dengan janji pembayaran akan dilakukan atau ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati. 2. Menurut Kohler (1964), kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan pada suatu jangka waktu yang disepakati. 3. Firdaus (2004) mendefinisikan kredit merupakan pertukaran sesuatu yang berharga dengan barang lainnya baik itu berupa uang, barang maupun jasa dengan keyakinan bahwa yang bersangkutan akan bersedia dan mampu untuk membayar dengan harga yang sama dimasa yang akan datang. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kredit merupakan kemampuan dalam melakukan pinjaman yang dilakukan dengan tujuan saling menguntungkan antara pihak peminjam dan pihak yang meminjamkan dalam waktu yang telah disepakati. Pinjaman kredit memegang prinsip yang diharapkan saling menguntungkan untuk kedua belah pihak. Adapun kesimpulan unsur-unsur yang terkandung dalam kredit adalah sebagai berikut: 1. Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar diterima kembali dimasa tertentu yang akan datang. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap peminjam. 2. Kesepakatan, yaitu suatu perjanjian yang yang disetujui pihak peminjam dan pemberi pinjaman. 3. Jangka waktu, yaitu masa pengembalian kredit yang telah disepakati oleh pihka peminjam dan pemberi pinjaman. 4. Resiko, yaitu adanya suatu tenggang waktu pengembalian yang akan menyebabkan tidak tertagih atau macetnya pengembalian kredit yang telah disepakati. Resiko dapat berupa kejadian yang disengaja maupuan yang tidak sengaja dari pihak peminjam. 5. Balas jasa, yaitu berupa keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa yang dikenal dengan nama bunga.
8
Selain itu, pihak peminjam memiliki prinsip dalam mempertimbangkan pemberian kredit berupa prinsip 5C, yaitu: 1. Character, penilaian terkait kepribadian watak yang menunjukkan adanya calon peminjam secara jujur berusaha dalam memenuhi kewajiban untuk membayar kembali. 2. Capital, penilaian terkait kemampuan modal atau kekayaan yang dimiliki calon peminjam hakekatnya akan mengurangi resiko modal tersebut meliputi barang bergerak serta barang tidak bergerak yang ada digunakan oleh peminjam. 3. Condition, keadaan yang menunjukkan bahwa lembaga keuangan harus menilai seberapa jauh pengaruh dari adanya suatu kebijaksanaan ekonomi. 4. Capacity, penilaian secara subjektif terkait kemampuan calon peminjam dalam menggunakan fasilitas kredit yang diberikan serta mengendalikan usahanya dan mengembalikan pinjmannya. 5. Collateral, kemampuan calon peminjam memberikan jaminan kredit terhadap pihak lembaga keuangan. Pertimbangan ini dilakukan oleh pihak pemberi pinjaman untuk mengurangi resiko yang mungkin terjadi di masa yang akan datang dalam proses pengembalian. Konsep Permintaan Permintaan menggambarkan hubungan antara harga barang tertentu dengan jumlah yang diminta konsumen (Nicholson 2001). Lipsey et al (1997) menyatakan bahwa permintaan adalah hubungan menyeluruh antara kuantitas komoditi tertentu yang dibeli konsumen selama periode waktu tertentu dengan harga komoditi itu. Kurva permintaan menggambarkan hubungan antara kuantitas tertentu yang dibeli konsumen selama periode waktu tertentu dengan harga komoditi dengan asumsi faktor lainnya tetap (ceteris paribus). Teori permintaan menjelaskan mengenai hubungan antara jumlah yang diminta dengan harga. Hukum permintaan pada hakikatnya menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu barang, semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya semakin tinggi harga suatu barang, semakin sedikit permintaan terhadap barang (Lipsey et al 1997). Lipsey et al (1997), menjelaskan bahwa ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam konsep permintaan, yaitu: pertama, jumlah yang diminta merupakan kuantitas yang diinginkan yang menunjukkan berapa banyak yang ingin dibeli oleh rumah tangga mereka atas dasar harga barang tersebut, harga produk yang berkaitan (subtitusi), penghasilan rumah tangga, dan sebagainya. Kedua, jumlah barang yang diinginkan merupakan permintaan efektif bukan merupakan harapan kosong yang menunjukkan jumlah kuantitas yang bersedia membeli pada harga yang harus dibayar. Ketiga, jumlah kuantitas barang tersebut harus dinyatakan dalam banyaknya kuantitas per satuan waktu. Keseimbangan Kredit Dalam teori konvensional, nilai kredit ditunjukkan dengan nilai suku bunga. Sedangkan dalam prinsip syariah, pinjaman atau kredit lebih dikenal
9
Gambar 2 Kurva keseimbangan kredit dengan istilah pembiayaan dengan imbalan yang dibebankan terhadap peminjam sesuai dengan akad yang dilaksanakannya. Dalam akad Murabahah, istilah margin pembiayaan dikenal sebagai beban yang dibayarkan peminjam sebagai imbalan bagi pihak lembaga keuangan. Menurut Yarman (2009), dalam pasar kredit keseimbangan antara permintaan dan penawaran kredit ditentukan oleh jumlah kredit dan harga dari kredit yang dinilai dengan tingkat suku bunga. Kondisi perekonomian serta kondisi debitur menjadi faktor yang memengaruhi jumlah permintaan kredit. Tingkat suku bunga yang tinggi akan meningkatkan biaya modal yang semakin tinggi sehingga jumlah permintaan kredit akan semakin berkurang. Dengan asumsi faktor lainnya tetap, hubungan antara suku bunga bank dengan permintaan kredit berhubungan negatif. Menurut Agung et al. (2001), penurunan permintaan kredit secara makro disebabkan oleh kondisi perekonomian saat mengalami resesi dan secara mikro disebabkan oleh kemampuan debitur untuk mengurangi debt equity ratio yang meningkat akibat krisis. Penurunan permintaan kredit akan mendorong penurunan harga kredit yaitu menurunnya suku bunga maupun menurunnya persyaratan kredit seperti jumlah agunan dan jangka waktu. Jika penurunan kredit didorong oleh faktor struktural mikroekonomi akan memengaruhi penajaman kurva yang berarti permintaan menjadi kurang sensitif terhadap harga kredit. Gambar 3 menunjukkan bahwa keseimbangan awal antara permintaan dan penawaran kredit adalah pada titik A, dengan tingkat suku bunga kredit yang berlaku sebesar r1 dan jumlah kredit yang disalurkan sebesar L1. Jika terjadi penurunan tingkat suku bunga kredit, maka akan meningkatkan permintaan kredit sepanjang kurva permintaan DL1. Namun, jika terjadi perubahan faktor di luar suku bunga, seperti terjadinya perbaikan kondisi perekonomian maka akan mendorong naiknya jumlah kredit yang diminta. Jika penawaran diasumsikan tidak berubah, maka peningkatan permintaan kredit akan menyebabkan bergesernya (shifting) kurva permintaan kredit menjadi DL2, akibatnya terjadi kenaikan harga kredit yaitu suku bunga meningkat dari r1 menjadi r2, dan keseimbangan pasar kredit berada pada titik keseimbangan baru yaitu di titik B dengan jumlah kredit yang disalurkan sebesar L2. Hubungan Kredit terhadap Peningkatan Modal Kerja Kenyataan dilapang menunjukkan tidak semua pelaku usaha pertanian dapat memenuhi modalnya dari kekayaan yang dimilikinya karena itu pelaku usaha
10 pertanian memerlukan pinjaman atau kredit untuk mendapatkan modal yang mereka inginkan. Secara ekonomi dapat dikatakan modal pertanian berasal dari milik sendiri (equity capital) dan pinjaman dari pihak lainnya (pihak ketiga). Sedangkan penggunaan modal dialokasikan dalam kegiatan produksi pertanian. Menurut Tian (2013) produksi adalah suatu cara menghasilkan output yang sama dengan menggunakan kombinasi input yang berbeda. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa. Dalam kegiatan produksi dibutuhkan input produksi. Input produksi adalah semua yang dibutuhkan dalam proses produksi, meliputi jumlah tenaga kerja dan upah, jumlah bahan baku dan bahan penunjang beserta harga-harganya, serta faktor modal (Tian 2013). Pembiayaan kredit guna memperkuat modal digunakan untuk meningkatkan kamampuan operasional. Dari perspektif manajemen, modal kerja akan berputar terus menerus di dalam kegiatan usaha. Biaya yang dikeluarkan akan digunakan untuk pembelian bahan baku, biaya transportasi, dan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan operasional dan akan kembali menkadi uang kas setelah terjadi penjualan dan kemudian digunakan kembali untuk kegiatan operasional perusahaan. Siklus itu digambarkan oleh Sitio dan Halomoan (2001), sebagai berikut : Modal Kerja
Produksi
Penjualan (Omset) Output Produksi (Barang/Jasa) Gambar 1 Perputaran modal kerja
Penambahan kredit memiliki peranan dalam penambahan modal kerja sehingga meningkatkan penggunaan input yang memiliki pengaruh terhadap efisiensi kegiatan produksi. Hal ini meningkatkan hasil dari produksi yang berkaitan dengan peningkatan hasil penjualan. Hasil penjualan nantinya akan digunakan kembali dalam memenuhi kebutuhan modal kerja. Dari siklus ini, peningkatan hasil penjualan akan memacu dalam peningkatan modal kerja yang lebih besar sehingga digunakan peran kredit dalam meningkatkan modal kerja. Penerapan Konsep Syariah dalam Koperasi Dalam UU No.25/1992 disebutkan bahwa pengertian koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atasa asas kekeluargaan. Berdasarkan UU No 25/1992, koperasi disejajarkan dan diberlakukan sebagaimana badan usaha lainnya, yaitu terkena pajak, tidak boleh menjadi monopoli, dan kinerja keberhasilan yang diperbandingkan dengan jenis
11 badan usaha lainnya, misalnya besarnya SHU, volume usaha tanpa melihat partisipasi anggota, dan lain-lain (Baga 2009). Koperasi difokuskan sebagai lembaga sosial ekonomi yang dibentuk oleh anggota, dikelola oleh anggota, dan manfaatnya akan kembali kepada anggota. Prinsip operasional koperasi adalah mewujudkan kesejahteraan anggota dalam bentuk gotong royong atau dalam prinsip syariah disebut ta’awun ala birri dan mandiri dalam kelembagaannya. Konsep operasional koperasi syariah adalah menggunakan akad Syirkah Mufawadhoh yakni sebuah usaha yang didirikan secara bersama-sama oleh dua orang atau lebih, masing-masing memberikan proporsi dana yang sama besar dan berpartisipasi dalam kerja dengan bobot yang sama pula (Buchori, 2012). Bunga yang diterapkan dalam koperasi konvensional merupakan salah satu hal yang ditentang dalam koperasi syariah. Pada koperasi syariah, transaksi anatar sektor produktif dan konsumtif dibedakan dengan penggunaan akad. Akad yang digunakan didasarkan dengan kebutuhan anggota. Landasan dasar pendirian koperasi syariah merupakan penerapan nilai-nilai Islam yang tersurat di Al Qur’an dan Al Hadits. Buchori (2012) menyampaikan beberapa karakteristik koperasi syariah, yaitu: 1. Mengakui hak milik anggota terhadap modal usaha 2. Tidak melakukan transaksi dengan menetapkan bunga (riba) 3. Berfungsinya institusi ziswaf 4. Mengakui mekanisme pasar yang ada 5. Mengakui motif mencari keuntungan 6. Mengakui kebebasan berusaha 7. Mengakui adanya hak bersama Buchori (2012) menjelaskan mengenai peranan dan fungsi koperasi syariah, sebagai berikut: 1. Sebagai Manajer Investasi, koperasi syariah sebagai penyalur dana antara pemilik dana dengan penerima dana. 2. Sebagai Investor, pengelola dana yang diterima baik dari internal anggota maupun eksternal anggota yang akan digunakan untuk kebermanfaatan anggota. Prinsip pengelolaan dana ini disebut Mudharabah Mutlaqah, yaitu investasi dana yang dihimpun dari anggota maupun pihak lain dengan pola investasi yang sesuai dengan syariah. Investasi yang sesuai meliputi akad jual beli secara tunai (Al Musawamah). Seperti pendirian waserda dan jual beli tidak tunai (Al Murabahah), sewa menyewa (ijaroh), kerjasama penyertaan sebagian modal (Musyarakah) dan penyertaan modal seluruhnya (Mudharabah). Bagi hasil keuntungan dibagikan sevara proporsional sesuai kesepakatan nisbah dengan pihak pemilik dana. 3. Fungsi Sosial, koperasi syariah lebih mengedepankan prinsip tolongmenolong. Beberapa produk pinjaman terkait penyaluran terhadap anggota yang membutuhkan dapat berupa pinjaman kebajikan dengan hanya mengembalikan pokok pinjaman (Al Qard) yang sumber dananya berasal dari dana yang dihimpun maupun laba yang dihimpun. Bahkan bagi anggota yang tergolong dhuafa dapat diberikan pinjaman kebajikan tanpa pengembalian pokok (Qardhul Hasan) yang sumber dananya dari dana ZIS (Zakat, Infaq, dan Shadaqah). Hal ini berbeda dengan beban bunga yang diberikan oleh koperasi konvensional.
12 Produk Produk Pembiayaan Syariah Produk pembiayaan syariah memiliki keistimewaan dalam setiap akad dan tata aturannya sesuai dengan prinsip Islam. Prinsip pembiayaan islam meliputi, prinsip jual beli (ba’i), bagi hasil (syirkah), sewa (ijarah), pinjaman (Qardh), titipan (wadi’ah), anjak piutang (Hawalah Bil Ujroh), gadai (Rahn), perwakilan (wakalah), penjaminan (kafalah). Prinsip jual beli (ba’i) merupakan perpindahan kepemilikan barang dengan adanya margin keuntungan. Prinsip bagi hasil (syirkah) merupakan kerjasama yang telah disepakati dengan bagi hasil. Prinsip sewa (ijarah) merupakan prinsip pemindahan hak guna atas suatu barang atau jasa. Pinjaman (Qardh) merupakan peminjaman dana yang tidak dikhususukan terhadap modal usaha. Berikut adalah produk-produk pembiayaan dalam pembiayaan syariah dijelaskan oleh Buchori (2012) pada Tabel 3. Tabel 3 Produk-produk pembiayaan syariah No 1
Produk pembiayaan Prinsip jual beli (ba’i) a. Murabahah b. Salam
c. Istishna
2
Prinsip bagi hasil (syirkah) a. Musyarakah b. Mudharabah
3
Prinsip sewa (ijarah) a. Ijarah
b. IMBT 4
Keterangan Perpindahan kepemilikkan barang dengan adanya margin keuntungan Akad jual beli barang sebesar harga pokok barang dengan barang yang siap dipertukarkan Akad jual beli barang dengan pesanan dimana ketentuan harga dibayar dimuka namun barang diserahkan dalam jangka waktu yang telah disepakati Akad jual beli dalam bentuk pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antar pemesan dan pembeli. Ketentuan harga dapat dibayar diakhir atau per termin sesuai kesepakatan Investasi atau kerjasama yang telah disepakati nisbah (bagi hasil) Akad kerjasama dua orang atau lebih dengan penggabungan modal dari pihak yang bekerjasama Akad kerjasama dua orang atau lebih dimana ada yang berperan sebagai pemilik dana dan ada yang berperan sebagai pengelola dana Akad pemindahan hak guna atas barang atau pembayaran upah sewa tanpa diikuti kepemilikan atas barang itu sendiri Akad pemindahan hak guna atas barang atau pembayaran upah sewa diikuti pemindahan atas barang itu sendiri
jasa melalui pemindahan jasa melalui kepemilikan
Pinjaman (Qardh) a. Al-Qardh
b.Qardhul Hasan
Akad peminjaman sesuatu yang harus dikembalikan dengan nilai yang sama dengan dana berasal dari internal pemilik dana Akad peminjaman sesuatu yang harus dikembalikan dengan nilai yang sama dengan dana berasal dari dana ZIS (Zakat, Infaq, dan Shadaqah)
13 Tabel 3 lanjutan Produk-produk pembiayaan syariah No 5
Produk pembiayaan
Keterangan
Produk lainnya a. Wadi’ah (titipan)
b. Hawalah Bil Ujroh (anjak piutang)
c. Rahn (gadai)
d. Wakalah (perwakilan)
e. Kafalah (penjaminan)
Akad penitipan harta dari seseorang dengan memberikan wewenang kepada orang lain untuk menjaga hartanya. Pihak yang dititipkan diperbolehkan membebankan biaya administrasi Akad pengalihan kewajiban (hutang) dari seseorang terhadap pihak lain. Pihak yang menanggung pengalihan kewajiban diperbolehkan mengambil biaya administrasi Akad menahan suatu barang yang disebabakan ada transaksi pinjaman yang tidak secara tunai. Pihak penerima gadai diperbolehkan mengenakan tarif sewa penyimpanan Akad pendelegasian mandat atau kekuasaaan kepada orang lain dalam hal yang diwakilkan. Kedua belah pihak diperbolehkan menyepakati adanya imbalan. Akad dimana sebuah lembaga berperan dalam menjamin seseorang untuk mendapatkan fasilitas dari pihak lain. Lembaga diperbolehkan menerima imbalan dari yang dijamin.
Kerangka Pemikiran Operasional Koperasi Baytul Ikhtiar (KBI) merupakan salah satu koperasi simpan pinjam yang memiliki aktivitas berbasiskan hukum transaksi Islam dengan menggunakan pendekatan model pembiayaan Grameeen Bank. KBI juga memiliki pangsa pembiayaan yang tergolong besar bagi sektor konsumtif. Sedangkan untuk sektor produktif seperti sektor pertanian hanya mendapatkan alokasi sebesar 5.46 persen. Rendahnya alokasi pembiayaan di sektor pertanian diduga karena rendahnya minat anggota dalam mengajukan pembiayaan yang besar untuk kegiatan produktif. Untuk itu, penelitian mengenai faktor-faktor yang yang memengaruhi permintaan pembiayaan perlu dilaksanakan agar dapat melihat faktor yang berperan dalam meningkatkan permintaan pembiayaan di sektor produktif, salah satunya adalah sektor pertanian. Penelitian ini melihat dari ketiga karakteristik, diturunkan dari hasil tinjauan penelitian sebelumnya yaitu karakteristik personal, pembiayaan, dan usaha. Karakteristik personal berkaitan dengan pemenuhan proporsi modal usaha milik sendiri sehingga berpengaruh terhadap kebutuhan akan modal dari pihak luar. Karakteristik pembiayaan berkaitan dengan kesanggupan anggota terhadap penawaran dari pihak KBI. Sedangkan karakteristik usaha berkaitan dengan kebutuhan pemenuhan modal usaha untuk peningkatan keberhasilan usaha anggota. Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi pihak KBI dalam memperhatikan faktor faktor yang memengaruhi permintaan di sektor pertanian sehingga KBI dapat meningkatkan motivasi anggota dalam meningkatkan usaha dengan mengambil pembiayaan di KBI yang dapat berperan terhadap peningkatan modal kerja. Karakteristik personal dilihat dari variabel jumlah tanggungan keluarga dan tabungan yang dimiliki anggota. Jumlah tanggungan keluarga memiliki kaitan
14 dengan besar pengeluaran rumah tangga anggota sehingga memengaruhi pemenuhan modal sendiri dalam usaha anggota. Sedangkan tabungan yang dimiliki anggota memiliki kaitan sebagai representatif kekayaan anggota dalam memenuhi modal sendiri untuk usaha anggota. Karakteristik pembiayaan dilihat dari variabel total angsuran dan margin pembiayaan. Total angsuran dan margin pembiayaan memiliki kaitan dengan beban yang dibayarkan oleh anggota di masa mendatang sehingga menjadi pertimbangan anggota dalam mengajukan besar pinjaman sesuai dengan kesanggupan pemenuhan anggota. Karakteristik usaha dilihat dari variabel pendapatan dan aset usaha yang dimiliki oleh anggota. Pendapatan usaha anggota menjadi tolak ukur kemampuan anggota dalam mengelola usaha dan keberanian anggota dalam mengambil resiko. Sedangkan aset usaha anggota menjadi representatif dari besarnya usaha anggota sehingga memengaruhi kebutuhan modal yang harus dipenuhi oleh anggota.Variabel dalam ketiga karakteristik ini diduga memiliki pengaruh terhadap permintaan pembiayaan dengan mempertimbangkan realisasi dari pihak KBI sebagai rekomendasi untuk tindak lanjut KBI. Pembahasan dalam penelitian ini dibatasi berdasarkan kerangka operasional. Alur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3. Koperasi Baytul Ikhtiar sebagai salah satu lembaga keuangan mikro
Rendahnya alokasi pembiayaan untuk usaha sektor pertanian di Koperasi Baytul Ikhtiar
Karakteristik yang memengaruhi permintaan pembiayaan
Karakteristik personal: Jumlah tanggungan, tabungan
Karakteristik pembiayaan: Total angsuran, margin pembiayaan
Karakteristik usaha: Pendapatan usaha, aset usaha
Rekomendasi untuk meningkatkan alokasi pembiayaan di sektor pertanian Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional
15
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari – Maret 2016. Penelitian ini dilakukan di Koperasi Baytul Ikhtiar (KBI). Lokasi kantor pusat Koperasi Baytul Ikhtiar bertempat di Komplek Pertanian Jalan Siaga No. 25 RT 02 RW 10, Kelurahan Loji, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Sedangkan untuk pemilihan responden disesuaikan dengan sebaran anggota yang ada di berbagai cabang di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Taman Sari, Dramaga, dan Ciampea. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan mempertimbangkan koperasi ini sebagai salah satu koperasi simpan pinjam yang berbasis syariah dengan mengadaptasi model Grameen Bank dan menyalurkan pembiayaan terhadap sektor pertanian masih tergolong rendah. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pengisian kuisioner terhadap pihak KBI serta wawancara dengan anggota KBI di sektor pertanian yang menjadi responden. Data primer dalam penelitian ini yaitu data mengenai anggota KBI yang menjadi responden penelitian berupa data karakteristik personal, pembiayaan yang diterima anggota serta usaha anggota. Sedangkan data sekunder berupa data kinerja, sejarah dan organisasi KBI diperoleh dari laporan KBI tahun 2015. Data sekunder lainnya diperoleh dari instansi terkait, seperti Kementerian Koperasi dan UKM, jurnal, penelitian terdahulu dan penelusuran melalui internet. Penelitian ini menggunakan instrumen kuisioner. Metode Penentuan Sampel Berdasarkan data yang diperoleh dari KBI, anggota yang aktif mengambil pembiayaan selama tahun 2015 untuk sektor pertanian sebanyak 211 anggota, dimana 84 orang di wilayah ciampea, 81 orang di wilayah Dramaga, dan 46 orang di wilayah Taman Sari. Metode penentuan responden dari populasi anggota KBI sebagai pelaku usaha di sektor pertanian dilakukan dengan metode purposive sampling. Dalam penelitian ini adalah sampel yang diambil sebanyak 60 anggota KBI. Metode penentuan sampel yang dilakukan secara sengaja dan disproporsional menjadikan semua anggota tidak memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel dan jumlah sampel yang mewakili setiap wilayah dalam populasi tidak bersifat proporsional. Pemilihan sampel secara sengaja dan tidak proporsional ini dilakukan karena mempertimbangkan kendala di lapang yang mengharuskan penulis mengikuti kegiatan petugas koperasi di lapang sehingga sampel yang diambil adalah anggota yang relatif lebih mudah dijangkau dan lebih komunikatif berdasarkan referensi petugas KBI.
16 Metode Pengolahan Data Secara garis besar, pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Matriks pengoalahan dan analisis data Tujuan penelitian Metode analisis Mengidentifikasi karakteristik anggota KBI yang melakukan pinjaman untuk Analisis kualitatif bersifat deskriptif. pembiayaan di sektor pertsnian.
Menganalisis faktor – faktor yang memengaruhi permintaan pembiayaan bagi KBI di sektor pertanian.
Analisis kuantitatif dengan regresi berganda.
Analisis Kualititatif Analisis kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis deskriptif. Analisis deskriptif menggambarkan gambaran umum KBI yang didukung dengan penyajian data dalam bentuk tabulasi. Selain itu, analisis deskriptif juga digunakan untuk mengetahui karakteristik anggota yang mengambil pembiayaan di sektor pertanian. Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pembiayaan di KBI. Analisis ini mencakup dua buah variabel, yaitu: 1. Dependent variable (variabel terkait), sebuah ukuran yang menunjukkan akibat atau konsekuensi atas terjadinya variabel bebas. 2. Independent variable (variabel bebas), sebuah ukuran yang menyatakan sejauhmana variabel dapat memengaruhi variabel terikat. Model regresi linear berganda merupakan suatu model analisis yang digunakan untuk mengentahui pengaruh variabel-variabel independent yang berskala metrik terhdap variabel dependent yang juga berskala metrik. Model ini merupakan model yang baik digunakan untuk memprediksi arah, besar koefisien, dan sensitifitas perubahan variabel dependent atas perubahan variabel-variabel independent. Variabel independent terbagi menjadi tiga karakteristik, yaitu: karakteristik personal, pembiayaan dan usaha. Data yang diperoleh diolah dengan aplikasi program Microsoft Office Excel 2007 dan minitab 17. Estimasi model untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pembiayaan KBI di sektor pertanian adalah : Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + e
17 Dugaan nilai parameter: β1, β2, β3, β4 < 0 ; Β0, β5, β6, β7 > 0 adalah koefisien untuk setiap faktor Keterangan : Y = Variabel dependent, yaitu besarnya pembiayaan yang diajukan (rupiah) Β0 = Konstanta atau intercept model garis regresi X1 = Jumlah tanggungan keluarga (orang) X2 = Tabungan (rupiah) X3 = Total angsuran (rupiah) X4 = Margin pembiayaan (persen) X5 = Pendapatan usaha (rupiah per bulan) X6 = Aset usaha (rupiah) e = Kesalahan pengganggu (disturbance error) Dalam peneltian ini, hipotesis faktor-faktor yang diduga memengaruhi permintaan pembiayaan di sector pertanian adalah: 1. Jumlah tanggungan keluarga diduga memengaruhi secara negatif terhadap permintaan pembiayaan. Hal tersebut dikarenakan semakin banyak jumlah tanggungan keluarga dapat menurunkan biaya tenaga kerja dalam usaha anggota karena Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) yang terlibat semakin banyak sehingga modal yang diperlukan untuk usaha semakin kecil dan berimplikasi semakin kecil pembiayaan yang diajukan. Oleh karena itu, jumlah tanggungan keluarga diduga memiliki pengaruh negatif terhadap besarnya pengajuan pembiayaan. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan digunakan adalah: H0 = Koefisien jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh nyata H1 = Koefisien jumlah tanggungan keluarga berpengaruh nyata 2. Tabungan merupakan representatif dari kekayaan yang dimiliki oleh anggota. Tabungan diduga memengaruhi secara negatif terhadap permintaan pembiayaan. Semakin besar tabungan yang dimiliki oleh anggota artinya semakin besar kemampuan anggota dalam mengelola keuangan rumah tangganya sehingga dapat menyisihkan sebagian dari kekayaan rumah tangga dalam bentuk tabungan. Jika anggota sudah dapat menyimpan dalam tabungan yang semakin banyak diduga anggota tersebut sudah dapat menyisihkan uangnya untuk memenuhi modal keseluruhan dengan modalnya sendiri lebih besar sehingga tidak membutuhkan bantuan modal dari pihak luar terlalu besar. Hal tersebut menjadikan jumlah pembiayaan yang diajukan semakin kecil karena sudah dipenuhi dari kekayaan rumah tangganya. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan digunakan adalah: H0 = Koefisien aset rumah tangga tidak berpengaruh nyata H1 = Koefisien aset rumah tangga berpengaruh nyata 3. Total angsuran diduga memiliki implikasi negatif terhadap besarnya pembiayaan yamg diajukan anggota. Semakin tinggi total angsuran yang diterima akan semakin rendah pula permintaan pembiayaan oleh anggota. Hal tersebut dikarenakan presepsi anggota yang semakin berat dalam melakukan pengembalian. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan digunakan adalah: H0 = Koefisien total angsuran tidak berpengaruh nyata
18 H1 = Koefisien total angsuran berpengaruh nyata 4. Margin pembiayaan diduga memiliki pengaruh negatif terhadap permintaan pembiayaan anggota. Semakin tinggi margin yang ditawarkan pihak KBI, akan menurunkan minat anggota dalam mengajukan pembiayaan yang semakin besar. Sehingga anggota cenderung enggan mengajukan pembiayaan yang besar. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan digunakan adalah: H0 = Koefisien margin pembiayaan tidak berpengaruh nyata H1 = Koefisien margin pembiayaan berpengaruh nyata 5. Pendapatan usaha diduga memiliki pengaruh positif terhadap jumlah pembiayaan yang diajukan anggota. Semakin tinggi pendapatan usaha anggota akan berimplikasi terhadap peningkatan motivasi dan keinginan untuk melakukan ekspansi usaha sehingga membutuhkan bantuan modal dari pihak luar. Hal tersebut berimplikasi terhadap besarnya pembiayaan yang diajukan. H0 = Koefisien pendapatan usaha tidak berpengaruh nyata H1 = Koefisien pendapatan usaha berpengaruh nyata 6. Aset usaha diduga memiliki pengaruh positif terhadap permintaan pembiayaan. Aset usaha mewakili ukuran usaha yang dimiliki oleh anggota. Semakin besar skala usaha yang dimiliki anggota akan berimplikasi terhadap biaya input yang dikeluarkan untuk usaha tersebut. Sehingga diduga skala usaha memengaruhi besarnya pengajuan secara positif. H0 = Koefisien aset usaha tidak berpengaruh nyata H1 = Koefisien aset usaha berpengaruh nyata Uji Signifikansi Model Untuk menentukan faktor yang berpengaruh nyata dan tidak berpengaruh nyata digunakan uji sebagai berikut: 1. Uji Signifikansi Model Dugaan (Uji F) Pemeriksaan akurasi model dugaan, selain menggunakan ukuran deskriptif melalui R2 tersebut, juga dibutuhkan pemeriksaan inferensia statistika yakni melalui uji hipotesis.Berdasarkan hal tersebut digunakan pengujian serentak seluruh koefisien regresi (Uji F). Fhitung = Dimana: SSR = jumlah dari kuadrat regresi SSE = jumlah kesalahan kuadrat k = jumlah variabel bebas n = jumlah pengamatan hipotesa: H0 = β1 = β2 = ... = βj =... = βk = 0 H1 = Minimal ada satu Slope (β) yang ≠ 0 Krteria uji: H0 ditolak apabila : Fhitung> Ftabel atau P- value< α, derajat bebas tertentu H1 diterima apabila : Fhitung< Ftabel atau P- value< α, derajat bebas tertentu Uji F ini digunakan untuk mengetahui kemampuan dari sekelompok variabel bebas untuk menjelaskan perilaku variabel terikat Y.
19 Jika tolak H0 berarti seluruh variabel bebas X berpengaruh nyata terhadap variabel terikat Y. Sedangkan jika terima H0 berarti seluruh variabel bebas X tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat Y. 2. Uji Signifikansi Koefisien Model Dugaan (Uji T) Apabila model dugaan disimpulkan signifikan, maka perlu diperiksa lebih lanjut variabel independent mana saja yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent. Untuk memeriksa hal tersebut digunakan uji T, yaitu: Thitung = Dimana: bj= Koefisien model dugaan (slope) untuk variabel Xj βj(Ho)= Nilai koefisien model (slope) untuk variabel Xj di bawah H0 StDev(bj) = Standae deviasi koefisien regresi ke i Hipotesa: H0 : bj = 0 H1 : bj ≠ 0 Kriteria uji: H0 ditolak apabila : thitung> ttabel atau P-value< α, derajat bebas tertentu H1 diterima apabila : thitung< ttabel atau P-value< α, derajat bebas tertentu Uji T digunakan untuk melihat masing-masing koefisien regresi berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Jika tolak H0 berarti variabel bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel terikat, sedangkan jika terima H0 berarti variabel bebas yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Pengujian menggunakan tingkat kepercayaan 80 persen atau taraf nyata (α) sebesar 20 persen melihat keragaman data dilapang. Selain itu, makna dari signifikansi sebenarnya adalah kemampuan untuk digeneralisasikan dengan kesalahan tertentu (Sugiyono 2009). Sehingga dalam penelitian ini, untuk melihat kemampuan tersebut terhadap semua variabel dinaikkan nilai taraf nyata menjadi 20 persen. Selain itu, perlu diadakan beberapa pengujian penting lainnya terkait regresi linier berganda, yaitu: 1. Uji Normalitas Pengujian ini perlu dilakukan untuk mengetahui uji yang digunakan sebelumnya memberikan hasil yang valid. Kenormalan diketahui melalui sebaran regresi yang merata disetiap nilai. Cara untuk mengetahui normalitas data adalah dengan melihat plot garis dari standardized residual cummulative probability. Apabila sebaran data berada pada garis normal atau dekat dengan garis lurus melintang dalam grafik, maka data telah memiliki sebaran normal atau dilihat dari nilai standardized residual cummulative probability P-value > α, maka data menyebar normal. 2. Pengujian terhadap masalah autokorelasi, multikolinearitas, dan heterokedastisitas Autokolerasi timbul karena residu dalam regresi saling berkorelasi. Masalah autokorelasi dapat dilihat dengan pengujian Durbin-Watson. Jika nilai d berkisar pada angka dua, maka model tidak mengandung autokorelasi. Masalah
20 multikolinearitas terjadi karena adanya saling keterhubungan antar variabel. Multikolinearitasapat diuji dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factors). Jika nilai VIF lebih besar dari sepuluh menunjukkan adanya masalah multikolinearitas. Sedangkan, masalah heterokedastisitas terjadi ketika variasi di sekitar persamaan regresi bernilai berbeda untuk semua nilai variabel-variabel bebas. Masalah heterokedastisitas dapat dideteksi dengan membuat scatter plot dari persamaan model. Definisi Operasional 1. Anggota adalah pihak yang menggunakan jasa dari pihak KBI. Pada penelitian ini anggota yang dimaksud adalah penerima pinjaman untuk modal usaha pertanian. 2. Permintaan pembiayaan adalah besarnya pembiayaan yang diajukan oleh anggota yang ditujukan untuk alokasi usaha dihitung dalam satuan rupiah.. 3. Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang belum menikah dan masih menjadi beban tanggungan keluarga anggota dihitung dalam satuan orang. 4. Tabungan adalah total tabungan sukarela dalam buku tabungan yang dimiliki oleh anggota dihitung dalam satuan rupiah. 5. Total angsuran adalah jumlah plafond ditambah margin, tabungan wajib, pokok, dan cadangan yang dibayarkan setiap minggunya dihitung dalam satuan rupiah. 6. Margin pembiayaan adalah besarnya jumlah yang dibayarkan anggota sebagai imbalan bagi pihak koperasi dalam mengelola pembiayaan dihitung dalam rasio antara margin terhadap besarnya plafond. 7. Pendapatan usaha adalah jumlah keuntungan kotor usaha anggota yang dihitung dalam satuan rupiah per bulan. 8. Aset usaha adalah total kekayaan usaha aset tidak lancar yang merepresentasikan skala usaha anggota perhitungan meliputi lahan, bangunan, peralatan, dan lainnya dihitung dalam satuan rupiah.
GAMBARAN UMUM KOPERASI BAYTUL IKHTIAR Sejarah dan Struktur Organisasi Koperasi Baytul Ikhtiar (KBI) merupakan Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang berada di bawah Yayasan Pengembangan Masyarakat Mustadh’afiin (Peramu). Pada awalnya KBI terbentuk pada tahun 1998 ketika Yayasan Peramu bekerja sama dengan Yayasan Baytul Maal Bogor merintis program untuk melayani masyarakat lapisan bawah yang tidak tersentuh oleh lembaga keuangan. Program ini merupakan program awal dengan nama program Ikhtiar berpola Grameen Bank serta berprinsip syariah. Tahun 1999, program tersebut berganti nama menjadi Kelompok Ikhtiar Swadaya (KIS) kemudian ditahun 2003 menjadi Unit Pelayanan Keuangan (UPK) Ikhtiar. Tujuannya adalah untuk membangun kapasitas social dan ekonomi keluarga berpenghasilan rendah agar memiliki
21 kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar melalui pengelolaan aset ekonomi rumah tangga. Sampai dengan akhir tahun 2007, UPK Ikhtiar masih merupakan Unit Kerja Yayasan Peramu. Program ini diresmikan pada tahun 2008 berbadan hukum dalam bentuk koperasi simpan pinjam dengan no registrasi 518/169/bh/KPTS/KKUKM/2008 dengan nama Koperasi Baytul Ikhtiar (KBI). Saat ini aktivitas pelayanan dari KBI sudah menyebar kebeberapa wilayah, yaitu Kabupaten Bogor, Kota Madya Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Garut, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Cianjur. KBI sudah menjangkau 30 928 KK dalam 1 960 majelis yang tersebar di keenam wilayah tersebut. Setelah menjadi badan koperasi, tentunya perlu bagi KBI melakukan spesialisasi pekerjaan sumber daya manusia secara detail dan jelas. Hal ini penting untuk melakukan efisiensi dalam sebuah organisasi. KBI merupakan LKM yang dikelola oleh pengawas dan pengurus. Rapat anggota merupakan unsur tertinggi dalam struktur organisasi KBI. Terdapat badan pengawas serta badan pengurus yang dipimpin oleh direktur dan memiliki bendahara serta sekretaris. Badan pengurus membawahi General Manajer yang berhubungan langsung dengan divisi audit. Di bawah General Manajer terdapat Manajer Usaha dan Keuangan serta Manajer Operasional yang membawahi divisi. Struktur organisasi KBI terdiri dari struktur di kantor pusat serta struktur di kantor cabang.Adapun terkait struktur organisasi dapat dilihat dari Gambar 4: 1. Rapat Anggota Tahunan (RAT) Anggota memiliki kekuasaan tertinggi dalam koperasi dalam menetapkan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART). RAT dilaksanakan setiap tahun sebagai penentu kesepakatan bersama dalam menjalan arah kegiatan koperasi. RAT diwakilkan oleh setiap ketua majelis yang tersebar di wilayah pelayanan KBI. 2. Badan Pengawas Pengawas memiliki kewajiban untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan operasional dan kesepakatan kebijakan yang dilakukan oleh koperasi. 3. Badan Pengurus Pengurus memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan operasional koperasi pusat. Divisi di KBI terdiri dari divisi keuangan, usaha, R&D, HRD, PR dan umum, MIS, internal audit. Setiap divisi memiliki fungsi operasional masing masing. 4. Manajemen Usaha Manajemen usaha koperasi merupakan pengelolaan di setiap cabang koperasi yang berada di bawah naungan divisi usaha. Berikut peranan yang berada dalam cabang koperasi: Kepala Cabang Kepala Cabang berfungsi sebagai koordinator segala kegiatan internal dan eksternal dari cabang ke pusat atau sebaliknya. Kepala cabang memiliki tanggung jawab atas berjalannya semua kegiatan operasional di dalam cabang. Supervisor Supervisor berfungsi sebagai koordinator dan pengawas pelaksanaan kegiatan lapang. Supervisor unit, rintisan dan lapangan akan berkaitan dengan
22 pengelolaan sumber daya TPL. Sedangkan supervisor operasional akan fokus mengawasi pelaksanaan operasional di internal cabang. Tenaga Pendamping Lapang (TPL) TPL berfungsi sebagai pendamping dalam pelaksanaan transaksi anggota. TPL mempunyai tanggung jawab akan terlaksananya kegiatan transaksi dalam majelis setiap minggu sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, melakukan penagihan serta pencatatan transaksi baik pinjaman maupun tabungan anggota, terlibat dalam kegiatan rekrutmen anggota baru atau pembentukan majelis baru. Administrasi Pembiayaan (ADMP) ADMP memiliki tanggung jawab dalam melakukan persiapan prasyarat terkait keanggotaan, pinjaman, dan pembiayaan serta membuat laporan pinjaman atau pembiayaan yang dibutuhkan untuk kepentingan manajemen. ADMP memiliki kewajiban untuk menyediakan dokumentasi yang rapih terkait kelengkapan berkas administrasi pinjaman dan pembiayaan serta data keanggotaan. Kas Kas bertanggung jawab dalam melakukan pencatatan terkait bukti transaksi kas. Kas memiliki wewenang berkaitan dengan pemberian tunai setiap pencairan kepada TPL serta menerima setoran angsuran dari TPL.Kas harus memastikan bahwa seluruh transaksi dalam pencatatan sesuai dengan setoran yang diterima oleh koperasi dari setiap majelis. Pembukuan Pembukuan berfungsi sebagai penyedia laporan keuangan yang akurat yang dapat mencerminkan kinerja koperasi disetiap cabang. Pembukuan bertanggung jawab menyediakan laporan keuangan cabang secara menyeluruh dan secara periodik diberikan untuk kepentingan manajemen koperasi. 5. Anggota Anggota koperasi berperan sebagai pengguna jasa layanan koperasi secara aktif dapat mengawasi kegiatan koperasi. Anggota koperasi berkewajiban untuk mensukseskan pemanfaatan pelayanan yang digunakan dengan membayar kewajiban baik berupa angsuran maupun tabungan secara berkala.
23
RAT
M anaj er Usa ha Badan & Pengurus KBa dan Pen General Manajer guru s G
Manajer Usaha & Keuangan
Divisi Keuangan
Divisi Usaha
Badan Pengawas
Divisi R&D
Manajer Operasional
ener al Man ajer Divisi HRD e
Divisi PR
uan gan
Kepala wilayah
Kepala cabang
Supervisor unit
Supervisor rintisan
TPL
Supervisor lapangan
Supervisor operasional
ADM-P
Pembukuan
Umum dan keamanan
Gambar 4 Struktur organisasi Koperasi Baytul Ikhtiar
Divisi MIS
Divisi Internal Audit
24 Visi, Misi dan Budaya Organisasi KBI memiliki visi menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) terbaik. Visi ini dituangkan dalam misi yang sarat akan fungsi secara sosial. Misi KBI adalah memberdayakan perempuan miskin dan keluarganya melalui pelayanan jasa keuangan mikro berbasis syariah dan pendidikan yang berkelanjutan. KBI juga memiliki beberapa hal yang perlu ditingkatkan kembali, yaitu memperluas jangkauan pelayanan keuangan mikro syariah kepada masyarakat miskin, melakukan pendampingan dan pelayanan kelompok yang terorganisir, dan membangun jaringan untuk memperkuat pelayanan dan pendampingan dengan Non Government Organization (NGO), Lembaga Amil Zakat (LAZ), pemerintah, swasta, dan perorangan. KBI mengedepankan beberapa nilai yang menjadi cerminan budaya organisasi yang harus ada dalam cerminan SDM dalam bertindak, yaitu: Integritas, Kekeluargaan, Harmonis, Transparan, Istiqomah, Adil, Responsif. Dengan adanya penerapan nilai-nilai tersebut dalam kegiatan operasional, KBI menjadi sebuah organisasi yang menerapkan budaya organisasi yang berkarakter. KBI juga melandaskan gerakan koperasinya berdasarkan perintah agama Islam dalam Al-Qur’an. Produk Layanan Pembiayaan a. Produk Penyaluran Dana Pembiayaan di KBI tidak memiliki perbedaan mekanisme penyaluran tetapi yang membedakan setiap pembiayaan adalah akad syariah yang digunakan sesuai alokasi penyaluran pembiayaan. Adapun produk penyaluran dana, sebagai berikut: 1. Pinjaman Kebaikan (Qardhul Hasan) Produk ini dialokasikan oleh KBI bagi setiap anggota yang melakukan pinjaman pertama. Dana dari produk ini berasal dari dana hibah atau dana sosial sehingga produk ini tidak menuntut margin. Tujuan dari produk ini adalah mendidik anggota baru dalam mengenal sistem pembiayaan di KBI. 2. Produk Pembiayaan berprinsip jual beli (Ba’i) Produk pembiayaan yang dilakukan oleh KBI menggunakan akad alMurabahah untuk alokasi semua modal kerja baik sektor pertanian dan perdagangan. Pembiayaan ini meliputi pembelian input usaha, pembelian barang investasi usaha, dll. 3. Produk pembiayaan dengan prinsip sewa (Ijarah) Produk ini diberikan kepada anggota yang ingin membayar jasa dari suatu manfaat yang diterima. Pembiayaan dengan akad ini meliputi sewa peralatan pertanian, sewa tempat usaha, biaya sekolah dll. 4. Produk pembiayaan dengan akad utang piutang (al-Hiwalah) Produk ini merupakan pembiayaan dengan mengalihkan hutang anggota dengan dibayarkan oleh pembiayaan yang diberikan KBI sehingga beban anggota dialihkan kepada KBI.
25 b. Produk Penghimpunan Dana Tabungan menjadi salah satu bentuk pelayanan yang ditawarkan pihak KBI. Berikut 4 jenis tabungan didalam KBI diantaranya adalah : 1. Tabungan Wajib Tabungan wajib adalah tabungan yang wajib dibayarkan oleh anggota yang besarnya bervariasi tergantung dari besar pembiayaan yang diterima anggota. Tabungan wajib baru dapat dikembalikan atau diambil pada saat anggota majelis keluar dari keanggotaan KBI. 2. Tabungan Sukarela Tabungan sukarela adalah tabungan yang disetorkan oleh anggota dalam kegiatan pelayanan setiap minggunya dan besarannya tergantung dari kemampuan setiap anggota. Setoran awal membuka tabungan sukarela minimal sebesar Rp2 000. Tabungan ini tidak bersifat terikat dan dapat ditarik kapan saja sesuai dengan permintaan anggota. 3. Tabungan Cadangan Tabungan cadangan adalah tabungan yang dibayarkan bersamaan dengan angsuran tiap minggunya oleh anggota berdasarkan pembiayaan yang diberikan sesuai dengan kebijakan koperasi. Tabungan ini dapat dicairkan atau dialihkan ke tabungan sukarela setelah periode angsuran berakhir. 4. Tabungan Kelompok Tabungan kelompok adalah tabungan yang menjadi bukti keterikatan anggota terhadap majelis. Besaran nominal tabungan ditentukan pihak KBI berdasarkan besaran pembiayaan yang diberikan. Tabungan ini baru dapat dicairkan ketika anggota menyatakan mengundurkan diri dari majelis. 5. Tabungan Berencana Tabungan berencana adalah tabungan yang sudah direncanakan waktu dan alokasi penarikannya. Pencatatan tabungan berencana dibedakan dengan tabungan lainnya. Jumlah setoran tabungan berencana disetiap minggunya disesuaikan dengan kesepakatan perjanjian diawal dikeluarkannya kartu tabungan. Beberapa tabungan yang disediakan oleh KBI, yaitu: tabungan rencana pendidikan, tabungan syawal, tabungan ibu melahirkan, tabungan qurban, serta tabungan haji dan umrah. Jika habis masa tempo tabungan, dapat memilih untuk dicairkan atau diperpanjang sesuai keinginan anggota. Mekanisme Penyaluran Pembiayaan Pembiayaan yang dilakukan oleh KBI kepada anggotanya menggunakan pendekatan model Grameen Bank atau lebih dikenal dengan istilah group lending dalam koperasi syariah. Pembiayaan menggunakan model ini disalurkan tidak secara individu tetapi per kelompok atau majelis. Dalam satu majelis terdiri dari 10-15 anggota yang setiap majelisnya memiliki ketua anggota. Pemilihan ketua anggota diserahkan kepada anggota majelis. Pembiayaan disalurkan secara bergilir dan diatur oleh seorang Tenaga Pendamping Lapang (TPL) dari KBI. Model ini merupakan cara pendekatan dalam pembiayaan yang mengedepankan nilai kepercayaan dan norma sosial di masyarakat. Berikut beberapa tahapan yang harus dilalui oleh anggota saat menerima pembiayaan:
26 a. Pengajuan Permohonan Pembiayaan Dalam tahap pengajuan persetujuan dari anggota sangat penting karena dalam model pembiayaan grameen bank di KBI ini tidak menggunakan jaminan sehingga resiko gagal bayar ditanggung renteng oleh seluruh anggota dalam majelis. Pada tahap ini, anggota yang mengajukan pembiayaan harus memenuhi persyaratan administrasi, yaitu Kartu Tanda Penduduk (KTP) suami dan istri, Kartu Keluarga (KK), dan surat pengajuan berdasarkan akad yang sesuai dengan alokasi pembiayaan. Jika pengajuan diatas Rp5 000 000 anggota harus menyertakan surat terkait aset yang dimiliki semisal surat tanah atau surat bangunan bukan sebagai jaminan tetapi sebagai syarat yang menunjukkan kemampuan bayar dari anggota yang mengajukan pembiayaan. Pembiayaan yang diajukan untuk modal kerja perlu memberikan analisa usaha yang menunjukkan keuntungan yang diperoleh dalam usaha tersebut. Dilampirkan dengan surat pengajuan yang diberikan kepada pihak KBI. b. Analisis Kelayakan Pembiayaan Setelah pemenuhan administrasi, TPL dan ADMP akan melakukan diskusi terkait kelayakan anggota akan nominal pembiayaan yang diajukan. Standar penilaian meliputi prinsip 4C, yaitu Character, Capacity, Capital, dan Condition of Economy. Selain itu, indikator yang digunakan oleh pihak KBI dalam kelayakan keanggotan adalah tingkat kehadiran, prestasi angsuran, dan dinamika tabungan. c. Pencairan Pembiayaan Setelah nominal disetujui, proses pencairan akan dilakukan satu minggu setelah tahap pengajuan dilakukan. Penentuan margin pembiayaan dilakukan secara tawar menawar menurut prinsip pembiayaan syariah. Biaya administrasi dan asuransi dibebankan kepada anggota sebesar 2 persen dari total pembiayaan yang diberikan. d. Pemanfaatan Pembiayaan Setiap kali adanya pengajuan pembiayaan dari anggota majelis, TPL perlu melakukan On The Spot (OTS) kerumah dan atau usaha yang bersangkutan untuk memahami pemanfaatan atau alokasi pembiayaan yang diajukan oleh anggota. e. Pengembalian Pembiayaan Jangka waktu pengembalian pembiayaan adalah selama 50 minggu. Pembayaran angsuran dilakukan setiap minggu selama pelayanan yang dilakukan oleh TPL. Jumlah angsuran yang dibayarkan meliputi angsuran pembiayaan ditambah dengan margin, tabungan wajib, tabungan kelompok, dan tabungan cadangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan penggambaran karakter responden yang memiliki pengaruh terhadap besarnya pengambilan pembiayaan di KBI. Karakteristik responden penelitian ini meliputi karakteristik personal, pembiayaan
27 dan usaha. Rata-rata permintaan pembiayaan sebesar Rp3 388 333 per responden. Karakteristik personal meliputi jumlah tanggungan serta tabungan. Rata-rata jumlah tanggungan responden hanya memiliki jumlah tanggungan sebesar dua orang. Tabungan yang dimiliki oleh responden berkisar Rp625 125. Karakteristik pembiayaan dalam penelitian ini memasukkan nilai total angsuran dan margin pembiayaan. Total angsuran menunjukkan kemampuan bayar anggota rata-rata berkisar sebesar Rp81 217 per minggunya. Margin pembiayaan rata-rata dibebankan terhadap anggota sebesar 25.726 persen. Karakteristik usaha meliputi pendapatan usaha, dan aset usaha. Pendapatan usaha responden berkisar Rp1 296 705 per bulannya. Sedangkan aset usaha memiliki rata rata sebesar Rp35 178 317 per responden. Tabel 2 Statistik deskriptif responden anggota KBI di sektor pertanian Variabel Permintaan Pembiayaan (rupiah) Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) Tabungan (rupiah) Total Angsuran (rupiah/minggu) Margin Pembiayaan (persen) Pendapatan Usaha (rupiah/bulan) Aset Usaha (rupiah)
Mean
SE Mean
St Dev
Min
Max
3 388 333
200 382
1 552 155
1 000 000
7 000 000
2.017
0.172
1.334
0
5
625 125
231 591
1 793 900
0
9 641 000
81 217
5 504
42 632
15 000
180 000
25.726
0.159
1.234
24.000
30.000
1 296 705
308 772
2 391 738
2 000
17 628 500
35 178 317
16 864 576
130 632 440
60 000
1 000 060 000
Karakteristik Personal Dalam penelitian ini ada beberapa karakteristik personal anggota yang diduga memiliki pengaruh terhadap besarnya pengambilan permintaan pembiayaan di sektor pertanian KBI, yaitu jumlah tanggungan keluarga dan tabungan. 1. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga dapat menjadi salah satu penyebab besarnya permintaan pembiayaan dan diduga memiliki pengaruh yang negatif. Jumlah tanggungan keluarga yang semakin banyak diduga akan memengaruhi kontribusi terhadap biaya tenaga kerja sehingga menurunkan modal kerja secara keseluruhan. Penurunan biaya usaha akan berpengaruh terhadap modal yang dikeluarkan akan semakin menurun pula sehingga kebutuhan akan modal luar akan semakin kecil yang berimplikasi terjadi penurunan permintaan pembiayaan yang diajukan. Dalam penelitian ini, tabel 6 menunjukkan proporsi responden terbanyak adalah yang memiliki permintaan pembiayaan yang tergolong rendah dan memiliki jumlah tanggungan kurang dari empat orang, yaitu sebesar 63.33 persen. Hal tersebut mengindikasikan bahwa jumlah tanggungan yang sedikit tidak menunjukkan permintaan pembiayaan yang besar.
28 Tabel 3
Sebaran responden anggota KBI di sektor pertanian berdasarkan jumlah tangunggan
Permintaan Pembiayaan Tanggungan (orang) ≤4 5–7 >7 Total
Proporsi (%) 63.33 5 0 68.33
≥Rp 5 000 000 Jumlah (orang) 18 1 0 19
Proporsi (%) 30 1.67 0 31.67
Total Jumlah (orang) 56 4 0 60
Proporsi (%) 93.33 6.67 0 100
2. Tabungan Tabungan yang dimiliki anggota diduga berhubungan negatif terhadap permintaan pembiayaan. Hal tersebut dikarenakan semakin besar tabungan anggota, mengartikan bahwa anggota memiliki kekayaan yang semakin besar. Kemampuan anggota dalam mengelola keuangannya pun semakin baik sehingga anggota dapat menyisihkan sebagian kekayaan rumah tangganya dalam tabungan. Hal tersebut menunjukkan bahwa anggota memiliki kemampuan dalam memenuhi proporsi modal sendirinya. Pengaruh tersebut terhadap permintaan pembiayaan yang akan semakin kecil karena anggota sudah dapat memenuhi modal usaha dengan modalnya sendiri. Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa proporsi responden paling besar adalah yang memiliki tabungan kurang dari Rp500 000 dan mengajukan pembiayaan kurang dari Rp5 000 000 sebesar 53.33 persen. Hal ini menunjukkan kemampuan responden dalam penelitian ini dalam melakukan pengelolaan keuangan dengan menyisihkan kekayaannya kedalam tabungan masih kurang dari Rp500 000 sehingga permintaan pembiayaan masih tergolong rendah. Tabel 4
Sebaran responden anggota KBI di sektor pertanian berdasarkan tabungan Permintaan