ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TANGERANG
OLEH TEUKU FAJAR AKBAR H14103035
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
RINGKASAN
TEUKU FAJAR AKBAR. Analisis Peranan Industri Makanan dan Minuman dalam Perekonomian Kabupaten Tangerang (dibimbing oleh DEWI ULFAH WARDANI). Industri makanan dan minuman merupakan subsektor dari industri manufaktur (non migas) yang memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Sebagaimana dalam konteks nasional, keberadaan industri makanan dan minuman diduga juga memberikan dampak positif bagi perekonomian Kabupaten Tangerang. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Menganalisa kontribusi industri makanan dan minuman dalam perekonomian Kabupaten Tangerang, (2) Menganalisa keterkaitan industri makanan dan minuman dengan sektor-sektor lainnya di Kabupaten Tangerang, (3) Menganalisa dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh industri makanan dan minuman dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan, dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja berdasarkan efek pengganda (multiplier) output, pendapatan dan tenaga kerja, (4) Menganalisa dampak penyebaran antara industri makanan dan minuman dengan sektor lainnya serta penetapan prioritas sektor, dan (5) Menganalisa perkembangan industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang dalam kurun periode 2000 hingga 2006 dilihat sisi realisasi investasi dan penyerapan tenaga kerja. Penelitian ini menggunakan dua metode analisis utama yakni analisis Input-Output (I-O) dan analisis deskriptif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu Tabel Input-Output (I-O) Kabupaten Tangerang tahun 2000 klasifikasi 40 sektor dan data investasi industri di Kabupaten Tangerang tahun 2000 hingga 2006 hasil monitoring Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Kabupaten Tangerang. Khusus untuk keperluan analisis Input-Output, tabel I-O diagregasi menjadi 19 sektor. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan peranti lunak (software) GRIMP for Windows Versi 1.0.1 dan Microsoft Excel 2003. Berdasarkan hasil analisis kontribusi, industri makanan dan minuman dalam perekonomian Kabupaten Tangerang dilihat dari kontribusi yang diberikannya terhadap permintaan akhir total dan pembentukan output total menduduki peringkat kedua, sedangkan terhadap pembentukan permintaan antara total menempati peringkat ketiga. Impor dan konsumsi masyarakat untuk subsektor industri ini adalah yang terbesar dibanding sektor lainnya. Dalam hal pembentukan nilai tambah bruto total berada pada peringkat kelima, sedangkan dalam hal ekspor ia berada pada peringkat keenam. Dilihat dari hasil analisis keterkaitan langsung dan langsung tidak langsung ke depan, industri makanan dan minuman menempati peringkat kedua. Untuk keterkaitan langsung dan langsung tidak langsung ke belakang, industri makanan dan minuman berada pada peringkat kelima. Hal tersebut didukung pula oleh hasil analisis yang menunjukkan bahwa indutri makanan dan minuman menyerap output dari sektor pertanian terbesar dibanding sektor perekonomian lainnya. Dengan kata lain, industri makanan dan minuman merupakan sektor yang paling berpotensi dalam hal membangun dan mendayagunakan sektor pertanian dan sektor agroindustri di Kabupaten Tangerang. Berdasarkan hasil analisis pengganda, industri makanan dan minuman memiliki pengganda output tipe I peringkat kelima dan pengganda output tipe II peringkat pertama.
Jika dilihat dari hasil analisis pengganda pendapatan, industri makanan dan minuman hanya menempati peringkat kedelapanbelas baik tipe I maupun tipe II. Peran industri makanan dan minuman dalam penciptaan lapangan pekerjaan baru di Kabupaten Tangerang tergolong cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari nilai pengganda tenaga kerja tipe I dan tipe II yang menduduki peringkat kedua. Hasil analisis dampak penyebaran diperoleh industri makanan dan minuman memiliki kemampuan yang tinggi dalam hal mendukung pertumbuhan output sektor hulu dan hilirnya. Sedangkan dari hasil penetapan sektor prioritas, industri makanan dan minuman tergolong salah satu sektor prioritas (sektor unggulan). Sesuai dengan hasil analisis deskriptif diperoleh bahwa industri makanan dan minuman dalam periode 2000 hingga 2006 mengalami pertumbuhan investasi dan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja meski nilainya cenderung berfluktuatif dari tahun ke tahun. Industri makanan dan minuman skala investasi besar memiliki peranan terbesar dalam hal pembentukan barang modal (investasi) dan penyerapan tenaga kerja. Jenis industri makanan dan minuman skala investasi besar yang memiliki peranan terbesar (lebih dari 50 persen) dalam hal pertumbuhan penyerapan tenaga kerja industri makanan dan minuman adalah industri penghasil kue kering (1.758 orang) dan industri penghasil coklat dan kembang gula (1.578 orang). Keduanya merupakan golongan dari industri makanan lainnya. Sedangkan untuk industri makanan dan minuman skala investasi kecil, penyerapan tenaga kerja terbesar juga dikontribusi oleh golongan industri makanan lainnya yakni: industri penghasil roti (113 orang), industri penghasil kue kering (74 orang) dan industri penghasil tempe (46 orang). Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka sudah semestinya pemerintah daerah (pemda) Kabupaten Tangerang mengembangkan industri makanan dan minuman sebagai salah satu sektor unggulan Kabupaten Tangerang. Hal ini karena peranannya yang besar dalam perekonomian di Kabupaten Tangerang mengingat ia dapat diandalkan untuk mendorong peningkatan output wilayah dan penciptaan lapangan pekerjaan baru. Selain itu, upaya pemda Kabupaten Tangerang untuk memajukan sektor pertanian harus secara bersamaan mengembangkan industri makanan dan minuman. Hal ini dikarenakan industri makanan dan minuman adalah sektor terbesar dalam hal penyerapan output pertanian dibanding sektor-sektor lainnya.
ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TANGERANG
Oleh TEUKU FAJAR AKBAR H14103035
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa
: Teuku Fajar Akbar
Nomor Registrasi
: H14103035
Program Studi
: Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi
: Analisis Peranan Industri Makanan dan Minuman dalam Perekonomian Kabupaten Tangerang
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Ir. Dewi Ulfah Wardani, M.Si NIP. 131 878 941
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan:
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke khadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmatnya, penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Peranan Industri Makanan dan Minuman dalam Perekonomian Kabupaten Tangerang” dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terimakasih kepada Ir. Dewi Ulfah. Wardani, M.Si yang telah memberikan bimbingan baik pada waktu persiapan, pengambilan data mapun penyusunan skripsi sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada instansi terkait dan pihak-pihak yang telah membantu penulis selama proses penelitian. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua dan saudara penulis atas kesabaran, doa dan dorongan yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan berguna bagi pihak yang memerlukannya. Bogor,
Agustus 2007
Teuku Fajar Akbar H14103035
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENARBENAR
HASIL
DIGUNAKAN
KARYA
SEBAGAI
SAYA SKRIPSI
SENDIRI ATAU
YANG KARYA
BELUM
PERNAH
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor,
Agustus 2007
Teuku Fajar Akbar H14103035
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Teuku Fajar Akbar, lahir pada tanggal 1 Oktober 1985 di Jakarta. Penulis adalah putra pertama dari dua bersaudara dari pasangan Drs.Teuku Darmawan dan Titien Sumarni. Pada saat tulisan ini dibuat kedua orang tua penulis sedang bertugas di luar negeri karena ayahanda penulis sedang mengemban tugas sebagai Konsul Jenderal RI di Hamburg, Republik Federal Jerman. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari pendidikan taman kanak-kanak di Sekolah Indonesia Bangkok (SIB), Bangkok, Thailand. Kemudian dilanjutkan pendidikan sekolah dasar di Sir William Osler Elementary School, Vancouver, Canada. Pendidikan sekolah menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000 dan pendidikan menengah umum pada tahun 2003 di Sekolah Indonesia Cairo (SIC), Cairo, Mesir. Pada tahun 2003, penulis melanjutkan pendidikan ke Fakultas Ekonomi dan Manajemen Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis aktif pada organisasi IPB English Debating Community (IDC) dan sering mewakili IPB dalam ajang lomba debat bahasa Inggris tingkat nasional yang kerap diadakan oleh universitas-universitas dari seluruh Indonesia. Diantara perlombaan debat bahasa Inggris yang penulis pernah ikuti adalah Indonesian Varsities English Debate (IVED 2005) yang diselenggarakan oleh Universitas Bina Nusantara (UBINUS) dan Java Overland Varsities English Debate (JOVED 2005) yang diselenggarakan oleh Universitas Padjajaran (UNPAD). Penulis juga pernah meraih penghargaan sebagai adjudicator with “very good” accreditation dalam ajang lomba debat bahasa Inggris JOVED 2005 yang bertempat di Bandung.
x
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ......................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xvi
I. PENDAHULUAN..................................................................................
1
1.1. Latar Belakang ................................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah ........................................................................
5
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................................
7
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ................
9
2.1. Golongan Industri Makanan dan Minuman Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2005............
9
2.1.1. Industri Pengolahan dan Pengawetan Daging, Ikan, Buah-buahan, Sayuran, Minyak dan Lemak (Kode KBLI: 151) ................................................................
9
2.1.2. Industri Susu dan Makanan dari Susu (Kode KBLI: 152) .................................................................
10
2.1.3. Industri Penggilingan Padi-Padian, Tepung, dan Pakan Ternak (Kode KBLI: 153)..........................................
10
2.1.4. Industri Makanan Lainnya (Kode KBLI: 154) .....................
10
2.1.5. Industri Minuman (Kode KBLI:155) ....................................
11
2.2. Kondisi Industri Makanan dan Minuman di Indonesia....................
11
2.3. Kondisi Industri Makanan dan Minuman di Negara Maju ..............
13
2.4. Tabel Input-Output...........................................................................
15
2.4.1. Konsep dan Definisi...............................................................
18
2.4.2. Kerangka Dasar Tabel Input-Output......................................
21
2.4.3. Analisis Keterkaitan ...............................................................
25
2.4.3.1. Keterkaitan Langsung ke Depan..............................
25
2.4.3.1. Keterkaitan Langsung ke Belakang...........................
25
2.4.3.2. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan .................................................................
25
2.4.3.3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang............................................................. 2.4.4. Analisis Dampak Penyebaran ............................................... . 2.4.4.1.Koefisien Penyebaran (coefficient on dispersion) .....
26 26 26
xi
2.4.4.2.Kepekaan Penyebaran (sensitivity of dispersion) ......
26
2.4.5. Analisis Pengganda (Multiplier) ...........................................
27
2.4.5.1. Pengganda Output.....................................................
27
2.4.5.2. Pengganda Pendapatan...............................................
27
2.4.5.3. Pengganda Tenaga Kerja............................................
28
2.4.5.4. Analisis Dampak Pengganda (Multiplier Effect) ......
28
2.5. Penelitian Terdahulu......................................................................
30
2.5.1. Derajat Kecenderungan Ekspor dan Impor Industri Makanan dan Minuman ................................
30
2.5.2. Distribusi Nilai Tambah dan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Makanan dan Minuman....................
32
2.5.3. Struktur Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (RT)...........
32
2.5.4. Koefisien Pengganda.............................................................
33
2.5.5. Dampak Peningkatan Pendapatan Sektoral pada Penerimaan Rumah Tangga ..................................................
34
2.6. Kerangka Pemikiran ........................................................................
35
III. METODE PENELITIAN......................................................................
39
3.1. Jenis dan Sumber Data ...................................................................
39
3.2. Metode Analisis..............................................................................
39
3.2.1. Koefisien Input ......................................................................
40
3.2.2. Analisis Keterkaitan ..............................................................
40
3.2.2.1. Keterkaitan Langsung ke Depan...............................
40
3.2.2.2.Keterkaitan Langsung ke Belakang ...........................
41
3.2.2.3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan ........................................
41
3.2.2.4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang ....................................
42
3.2.3. Analisis Pengganda (Multiplier) ...........................................
42
3.2.4. Analisis Dampak Penyebaran................................................
44
3.2.4.1. Koefisien Penyebaran (coefficient on dispersion) ....
44
3.2.4.2. Kepekaan Penyebaran (sensitivity of dispersion) .....
45
IV. GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN TANGERANG.............................................................
46
4.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)...................................
46
xii
4.1.1. PDRB Menurut Komponen Penggunaan .....................
46
4.1.2. PDRB dari Sisi Sektoral ..............................................
49
4.2. Kondisi Tenaga Kerja ...................................................................
51
V. HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................
54
5.1. Kontribusi Industri Makanan dan Minuman dalam Perekonomian Kabupaten Tangerang Tahun 2000.......................
54
5.1.1. Struktur Permintaan ............................................................
54
5.1.2. Ekspor dan Impor................................................................
58
5.1.3. Struktur Nilai tambah Bruto................................................
61
5.1.4. Struktur Output ...................................................................
64
5.2. Analisis Keterkaitan......................................................................
65
5.2.1. Keterkaitan Ke Depan.........................................................
65
5.2.2. Keterkaitan ke Belakang .....................................................
67
5.3. Analisis Pengganda (Multiplier) ...................................................
69
5.3.1. Pengganda Output...............................................................
70
5.3.2. Pengganda Pendapatan........................................................
71
5.3.3. Pengganda Tenaga Kerja ....................................................
73
5.4. Dampak Penyebaran .....................................................................
74
5.4.1. Koefisien Penyebaran .........................................................
74
5.4.2. Kepekaan Penyebaran.........................................................
75
5.4.3. Analisis Penetapan Prioritas Sektor ....................................
77
5.5. Perkembangan Industri Makanan dan Minuman di Kabupaten Tangerang ................................................................
79
5.5.1. Perkembangan (Δ) Investasi ......................................
80
5.5.2. Perkembangan (Δ) Penyerapan Tenaga Kerja .............
83
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................
87
6.1. Kesimpulan.....................................................................................
87
6.2. Saran...............................................................................................
89
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
90
LAMPIRAN................................................................................................
92
xiii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
2.1.
Kerangka Penyajian Tabel Input-Output.........................................
21
2.2.
Tabel Input-Output ........................................................................
23
2.3.
Derajat Kecenderungan Ekspor dan Impor Industri Manufaktur (dalam persentase) .........................................
31
Distribusi Nilai Tambah dan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Manufaktur......................................................................................
32
Struktur Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga untuk Industri Manufaktur ......................................................................................
33
Koefisien Pengganda SNSE Indonesia Tahun 1999 Sektor Industri .................................................................................
34
Dampak Peningkatan Pendapatan Sektoral terhadap Penerimaan Rumah Tangga ................................................................................
35
3.1.
Rumus Pengganda Output dan Pendapatan (Tipe I dan II).............
43
3.2.
Rumus Pengganda Tenaga Kerja (Tipe I dan II) ............................
44
4.1.
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Komponen Penggunaan di Kabupaten Tangerang Tahun 2001 hingga 2005 (Juta Rupiah) ...................................................................................
48
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tangerang Sektor Industri Manufaktur Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2002 hingga 2005 (Juta Rupiah) ..........................................
49
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tangerang Sektor Industri Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2002 hingga 2005 (Juta Rupiah dan Persen)........................
50
Penyerapan Tenaga Kerja Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2005 ...............................
52
Jumlah Perusahaan berdasarkan Status Perusahaan dan Tenaga Kerja pada Tahun 2005................................................
52
Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Tangerang Tahun 2000 (Juta Rupiah) ...................................................................................
55
2.4. 2.5. 2.6. 2.7.
4.2.
4.3.
4.4. 4.5. 5.1.
xiv
5.2.
5.3.
5.4. 5.5.
5.6. 5.7. 5.8. 5.9. 5.10.
5.11. 5.12. 5.13. 5.14.
5.15.
Struktur Permintaan Sektor Industri di Kabupaten Tangerang Tahun 2000 (Juta Rupiah) ......................
56
Konsumsi Rumah Tangga, Konsumsi Pemerintah, Pembentukan Modal Tetap dan Perubahan Stok Kabupaten Tangerang Tahun 2000 (Juta Rupiah) ..........................
57
Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Kabupaten Tangerang Tahun 2000 .....................................................................................
59
Sepuluh Sektor Terbesar Pembentuk Nilai Ekspor dan Nilai Impor di Kabupaten Tangerang Tahun 2000 (Juta Rupiah)...............................................................
60
Kontribusi Nilai Tambah Bruto Kabupaten Tangerang 2000, Klasifikasi 19 sektor (Juta Rupiah) .................................................
62
Lima Sektor Terbesar Menurut Peringkat Nilai Tambah Bruto, Kabupaten Tangerang Tahun 2000 .................................................
64
Sembilan Sektor Terbesar Pembentuk Output Kabupaten Tangerang Tahun 2000 (Juta Rupiah) ..........................
65
Keterkaitan Output ke Depan dan ke Belakang Sektor Perekonomian di Kabupaten Tangerang Tahun 2000 .........
66
Distribusi Output Sektor Pertanian terhadap Sektor Industri di Kabupaten Tangerang Tahun 2000 ....................................................................................
68
Pengganda Output Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Tangerang Tahun 2000 ...............................................
71
Total Pengganda Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Tangerang Tahun 2000 .........................
72
Total Pengganda Tenaga Kerja Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Tangerang Tahun 2000 ............................................
73
Koefisien dan Kepekaan Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Tangerang Tahun 2000 ..................................................................
75
Kriteria Penentuan Peringkat Prioritas Sektor ...............................
77
xv
5.16. 5.17.
5.18.
Kriteria Indeks Prioritas Pengembangan Sektor Perekonomian Kabupaten Tangerang Tahun 2000 ................................................
78
Perkembangan (Δ) Nilai Investasi Industri Makanan dan Minuman Berdasarkan Skala Investasi Perusahaan Tahun 2000 hingga 2006 (Juta Rupiah)......................
81
Perkembangan (Δ) Penyerapan Tenaga Kerja Subsektor Industri Makanan dan Minuman berdasarkan Komoditi Tahun 2000 hingga 2006 ..............................................................
83
xvi
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.1.
LPE dan Angka Pengangguran Kabupaten Tangerang...................
6
1.2.
Diagram Alir Kerangka Pemikiran ................................................
38
xvii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1.
Halaman Klasifikasi Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Tangerang .....................................................................
92
Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 40 Sektor (Juta Rupiah) ................................................
94
Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 19 Sektor (Juta Rupiah) ................................................
104
4.
Matrik Koefisien Teknis Klasifikasi 19 Sektor...............................
107
5.
Matrik Leontif Terbuka Klasifikasi 19 Sektor ................................
108
2.
3.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Industri makanan dan minuman yang dikenal juga dengan industri pangan merupakan subsektor dari industri manufaktur (non migas) yang memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Andil industri ini dalam memberikan lapangan kerja dapat dikatakan sangat besar. Mulai dari industri kecil dan rumah tangga, industri menengah, besar nasional sampai multinational company memberikan kontribusi yang cukup besar dalam menyerap tenaga kerja maupun pendapatan bagi pemerintah berupa pajak. Berdasarkan analogi di atas, dapat diketahui bahwa industri makanan dan minuman di Indonesia memiliki peranan penting karena memberikan kontribusi positif terhadap penyediaan lapangan pekerjaan dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional (Sibarani, 2004). Selain berperanan dalam hal penyerapan tenaga kerja, industri makanan dan minuman juga sangat berperanan dalam hal pembentukan output dan nilai tambah sektor industri nasional. Pada tahun 2004, industri makanan dan minuman memberikan nilai produksi terbesar diantara subsektor industri (kategori besar dan sedang) lainnya yaitu sekitar 18,06 persen dari total nilai produksi industri besar dan sedang pada tahun 2004. Kontribusi tersebut meningkat pada tahun 2005 menjadi 19,69 persen. Dalam hal pembentukan nilai tambah industri makanan dan minuman juga merupakan yang terbesar dibandingkan subsektor industri kategori besar dan sedang lainnya yaitu sekitar Rp 50 triliun pada tahun 2004. Pada tahun 2005
2
kontribusi industri makanan dan minuman terhadap pembentukan nilai tambah tersebut meningkat menjadi sekitar Rp 56 triliun (Badan Pusat Statistik, 2005). Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 menyadarkan pemerintah bahwa semakin penting untuk memberdayakan industriindustri yang mampu menyerap dan menggunakan bahan baku lokal yakni dikenal dengan agroindustri. Dengan melihat basis sumber daya alam (SDA) dan basis tingkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki Indonesia, upaya dalam mengembangkan agroindustri nasional sudah tidak dapat dielakkan lagi karena secara bersamaan juga dapat mempercepat upaya penanggulangan kemiskinan, peningkatan kesempatan kerja, peningkatan kesejahteraan rakyat dan peningkatan devisa. Industri makanan dan minuman adalah salah satu subsektor industri berbasis agro yang dimaksud dan terbukti mampu bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi, karena pada umumnya bahan pokok dalam pembuatan produk industri makanan dan minuman berasal dari sektor pertanian. Pada akhirnya, sektor pertanian juga ikut ditopang oleh kemandirian industri makanan dan minuman tersebut. Lebih dari itu, hasil bumi yang sudah mendapatkan nilai tambah diperdagangkan di pasar lokal maupun regional, sehingga tidak heran jika sektor perdagangan ikut menjadi tumbuh. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa nilai tambah yang diberikan juga tidak sedikit, baik kepada sektornya sendiri maupun kepada sektor hulu dan hilirnya. Dengan kata lain, tidak hanya sektor pertanian saja yang diuntungkan, tetapi juga sektor ekonomi lainnya, seperti perdagangan, jasa, transportasi dan sektor-sektor lainnya.
3
Usaha produksi makanan adalah sebuah usaha yang strategis bagi Indonesia. Ada dua alasan yang mendasarinya yaitu: Pertama, jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar merupakan pasar potensial. Kedua, sebagian besar industri pangan di Indonesia memakai bahan baku hasil pertanian lokal yang bisa memacu pengembangan sektor agroindustri nasional. Dengan memiliki industri turunan yang banyak, industri makanan mampu mendayagunakan sektor ekonomi lainnya dari sektor hulu hingga sektor hilirnya (Atantya, 2003). Industri makanan dan minuman banyak tersebar pada beberapa wilayah di berbagai penjuru tanah air, salah satunya di Kabupaten Tangerang. Kabupaten yang dikenal sebagai salah satu kantung industri Indonesia ini memiliki sejumlah perusahaan yang bergerak di industri makanan dan minuman dengan berbagai ukuran menurut skala usahanya (kecil dan rumah tangga, sedang dan besar) serta tersebar di berbagai kecamatan. Sebagaimana dalam konteks nasional, keberadaan industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang diduga juga memberikan dampak positif bagi perekonomian Kabupaten Tangerang. Dalam ruang lingkup perekonomian wilayah Kabupaten Tangerang, industri makanan dan minuman tentunya tidak lepas kaitannya dengan sektor lain yang ada di Kabupaten Tangerang, mulai dari proses produksi hingga proses distribusi hasil output. Dengan kata lain, sektor-sektor ekonomi yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung terhadap seluruh rangkaian produksi hingga pemasaran produk akhir seperti pertanian, perdagangan, jasa, transportasi dan sektor-sektor
4
ekonomi lainnya ikut diuntungkan melalui suatu mekanisme yang dikenal dengan mekanisme keterkaitan (linkage mechanism). Terkait dengan sektor pertanian di Kabupaten Tangerang, diketahui bahwa masih banyak masyarakat di Kabupaten Tangerang yang menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tangerang, pada tahun 2005 terdapat 85.571 penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja di sektor pertanian yakni sebagai petani atau buruh tani. Angka tersebut tidaklah sedikit, dan untuk itu perlu ada suatu upaya agar potensi pertanian di Kabupaten Tangerang dapat didayagunakan seoptimal mungkin. Salah satunya adalah dengan meningkatkan nilai tambah (added value) dari komoditi pertanian melalui serangkaian proses pengolahan lebih lanjut yang dilakukan oleh sektor industri terutama industri-industri yang berbasis agro. Industri makanan dan minuman adalah salah satu industri berbasis agro yang berpotensi untuk melakukan hal tersebut. Dengan berbagai pertimbangan yang telah dijabarkan di atas, dipandang penting untuk menganalisa beberapa hal terkait dengan keberadaan industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang. Hal ini dapat ditunjukkan melalui kontribusi industri makanan dan minuman terhadap perekonomian wilayah, keterkaitannya dengan sektor lainnya, dampak pengganda (multiplier effect) yang ditimbulkannya, serta perkembangannya dari tahun ke tahun dilihat dari sisi investasi, penyerapan tenaga kerja dalam konteks perekonomian Kabupaten Tangerang.
5
1.2. Perumusan Masalah Kontribusi dan peranan industri makanan dan minuman sebagai salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah terbukti handal. Industri ini merupakan salah satu yang memiliki nilai tinggi dalam output dan penyerapan jumlah tenaga kerja. Sejak bulan Maret 2002 hingga bulan Juli 2005, indeks produksi dari industri makanan dan minuman selalu di atas 100. Lebih dari itu, pada tahun 2005 andil industri makanan dan minuman dalam memberikan lapangan kerja dapat dikatakan besar, yakni berkisar 600 ribu orang (BPS, 2005). Dalam konteks perekonomian Kabupaten Tangerang, berdasarkan Gambar 1.1 menunjukkan pada tahun 2005 nilai Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Tangerang berada pada posisi tertinggi sejak tahun 2002 yakni sebesar 7,4 persen. Namun demikian, angka pengangguran berada pada posisi tertinggi pula yakni sebesar 13,51 persen (Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tangerang, 2005). Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Kabupaten Tangerang pada kurun periode ini tidak mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi para pencari pekerjaan (job seekers). Keberadaan industri makanan dan minuman Kabupaten Tangerang diharapkan dapat mengurangi proporsi angka pengangguran tersebut. Hal ini didasarkan pada konteks perekonomian nasional bahwa industri makanan dan minuman mampu menyerap tenaga kerja besar.
6
16 14
13,51
12 10,69
10
9,06
8 6 4
6,4 5,01 4,56
7,4
4,44
2 0 2002
2003
2004
2005
Sumber: Dinas Tenaga kerja Kabupetan Tangerang (2005) Keterangan: Pengangguran LPE
Gambar 1.1. LPE dan Angka Pengangguran Kabupaten Tangerang Selain itu, keberadaan industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang diharapkan juga dapat menjadi salah satu pemacu dalam memajukan dan mendayagunakan secara maksimal serta optimal potensi yang terdapat pada berbagai sektor perekonomian di Kabupaten mulai dari sektor hulu hingga sektor hilir karena pada dasarnya kemajuan pada suatu sektor ekonomi tertentu tidaklah bisa dipandang secara parsial. Dengan kata lain, peningkatan atau penurunan pertumbuhan ekonomi pada satu sektor akan berimbas pada sektor-sektor lainnya. Demikian juga dengan pertumbuhan yang pesat pada industri makanan dan minuman akan mendorong sektor perekonomian lainnya. Salah satu sektor yang diduga akan memperoleh manfaat adalah sektor pertanian. Berdasarkan uraian di atas, beberapa hal yang akan diidentifikasi dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
7
1. Berapa besar kontribusi industri makanan dan minuman dalam perekonomian di Kabupaten Tangerang? 2. Bagaimana keterkaitan industri makanan dan minuman dengan sektor-sektor lainnya di Kabupaten Tangerang dilihat dari keterkaitan input maupun outputnya? 3. Berapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh industri makanan dan minuman (peningkatan pendapatan, peningkatan penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi) ditinjau berdasarkan efek multiplier terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja? 4. Berapa besar dampak penyebaran industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang serta apakah industri makanan dan minuman tergolong sebagai sektor prioritas? 5. Bagaimana perkembangan industri makanan dan minuman dalam kurun tahun 2000 hingga 2006 dilihat dari sisi perkembangan investasi dan perkembangan penyerapan tenaga kerja? 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan latar belakang penulisan dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisa kontribusi industri makanan dan minuman dalam perekonomian di Kabupaten Tangerang.
8
2. Menganalisa keterkaitan industri makanan dan minuman dengan sektor-sektor lainnya di Kabupaten Tangerang, baik yang menyediakan input maupun yang menggunakan output dari industri makanan dan minuman. 3. Menganalisa dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh industri makanan dan minuman dalam meningkatkan pendapatan, meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi berdasarkan efek multiplier terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja. 4. Menganalisa koefisien dan kepekaan penyebaran industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang dengan sektor lainnya serta menentukan apakah industri makanan dan minuman tergolong sebagai sektor prioritas atau tidak. 5. Menganalisa perkembangan industri makanan dan minuman dalam kurun tahun 2000 hingga 2006 dilihat dari sisi perkembangan investasi dan perkembangan penyerapan tenaga kerja. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah Kabupaten Tangerang dalam usahanya memajukan seluruh sektor perekonomian di Kabupaten Tangerang pada umumnya, industri makanan dan minuman pada khususnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Golongan Industri Makanan dan Minuman Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2005 Industri makanan dan minuman pada KBLI tahun 2005 diberi kode 15 (berdasarkan Kode KBLI dua digit). Industri ini dikelompokkan menjadi lima pokok golongan berdasarkan Kode KBLI tiga digit yakni; industri pengolahan dan pengawetan daging, ikan, buah-buahan, sayuran, minyak dan lemak, industri susu dan makanan dari susu, industri penggilingan padi-padian, tepung, dan pakan ternak, industri makanan lainnya serta industri minuman. 2.1.1. Industri Pengolahan dan Pengawetan Daging, Ikan, Buah-buahan, Sayuran, Minyak dan Lemak (Kode KBLI: 151) Golongan ini mencakup usaha pemotongan hewan, pengolahan/pengawetan daging, ikan atau biota air dan buah-buahan atau sayuran serta pengolahan minyak makan dan lemak dari nabati atau hewani. Pengolahan dan pengawetan daging, ikan atau biota air dan buah-buahan atau sayuran dilakukan dengan cara pengalengan, pengasapan, pengeringan, pembekuan, pengasinan/pemanisan, pelumatan dan sebagainya. Pengolahan bahan-bahan dari lemak nabati maupun hewani menjadi minyak mentah (minyak makan), margarine, minyak goreng (dari minyak kelapa dan kelapa sawit), minyak goreng lainnya, minyak makan dan lemak lainnya. 2.1.2. Industri Susu dan Makanan dari Susu (Kode KBLI: 152) Golongan ini mencakup usaha pembuatan susu bubuk, susu kental, susu cair, susu asam dan susu kelapa termasuk usaha pengawetannya. Selain itu, usaha yang juga termasuk dalam golongan industri susu dan makanan dari susu adalah usaha
10
pembuatan mentega, keju, makanan bayi, bubuk es krim dan es krim yang bahan utamanya dari susu. 2.1.3. Industri Penggilingan Padi-Padian, Tepung, dan Pakan Ternak (Kode KBLI: 153) Golongan ini mencakup usaha penggilingan, pembersihan, pengupasan padipadian, biji-bijian, kacang-kacangan termasuk pembuatan kopra; pembuatan tepung terigu dan berbagai macam tepung dari padi-padian, biji-bijian, kacang-kacangan, umbi-umbian dan sejenisnya serta industri pati ubi kayu, industri berbagai macam pati palma, dan industri pati lainnya. Industri pakan ternak, seperti ransum dan konsentrat pakan ternak juga termasuk dalam golongan ini. 2.1.4. Industri Makanan Lainnya (Kode KBLI: 154) Golongan ini mencakup usaha pembuatan dan pengolahan makanan lainnya, seperti: pembuatan segala macam roti, kue kering dan sejenisnya, gula pasir, gula merah, gula lainnya, sirop, industri pengolahan gula lainnya selain sirop, pengolahan biji coklat, pembuatan bubuk coklat, makanan dari coklat dan kembang gula serta industri makaroni, mie, spagheti, bihun, so’un dan sejenisnya. Industri makanan lainnya yang belum tercakup dalam klasifikasi termasuk juga dalam golongan ini seperti; industri pengolahan teh dan kopi, es, kecap, tempe, makanan dari kedelai dan kacang-kacangan lainnya selain kecap dan tempe, kerupuk dan sejenisnya, bumbu masak dan penyedap masakan, kue-kue basah, serta industri makanan lainnya yang belum termasuk golongan manapun.
11
2.1.5. Industri Minuman (Kode KBLI: 155) Golongan industri minuman terdiri dari dua sub kategori utama yakni industri minuman keras (minuman berakohol) dan industri minuman ringan (soft drink). Industri pembuatan dan pengolahan minuman yang menggunakan bahan baku alkohol dilakukan dengan proses destilling, rectifying dan blending, seperti minuman keras jenis: whisky, brandy, rum dan pencampuran minuman keras. Industri pengolahan minuman secara fermentasi, industri pembuatan malt, serta minuman keras dari malt, seperti: bir, ale, porter, stout, temulawak dan legen termasuk juga dalam golongan industri minuman berakohol. Adapun usaha pembuatan minuman ringan (tidak mengandug alkohol) seperti; limun, air soda, krim soda, markisa, beras kecur, air tebu dan air minum dalam kemasan digolongkan pada industri minuman ringan (soft drink). 2.2. Kondisi Industri Makanan dan Minuman di Indonesia Total industri pangan Indonesia, baik berskala besar, kecil dan menengah, maupun rumah tangga pada tahun 2004 mencapai jumlah 944.948 industri, meningkat dibanding tahun 2003 dengan jumlah 883.880 industri. Akan tetapi, jumlah tersebut masih dibawah tahun 2002, dimana jumlahnya mencapai 972.784 industri. Industri makanan berskala besar dan menengah sejumlah 4.419 industri, yang berskala kecil 78.449 industri dan rumah tangga sebanyak 862.080 industri. Namun kalau dilihat nilai output dan penyerapan tenaga kerjanya, maka yang besar dan menengah mencapai Rp.173,9 triliun dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 653.930 orang, sedangkan yang skala kecil dan rumah tangga masing-masing mencapai Rp 13,2 triliun dan Rp. 20,1 trilun serta penyerapan tenaga kerja masing-masing mencapai
12
635.036 orang dan 1.764.421 orang (Darmawan dalam Buletin Industri Pangan Indonesia-Edisi Kesebelas, 2006). Omzet industri pangan baik skala besar, menengah, kecil dan rumah tangga selalu tumbuh dengan besaran 10-12 persen per tahun. Kalau pada tahun 2002 mencapai Rp 163,6 triliun, maka pada tahun 2003 telah meningkat menjadi Rp 207,3 triliun. Pada tahun 2004 total omzet industri pangan mencapai kira-kira Rp 800 triliun, dengan perincian 70 persen tidak diolah dan 30 persen diolah. Omzet industri pangan pada tahun 2005 sebanyak Rp 220 triliun sedangkan pada tahun 2006 menembus jumlah Rp 250 triliun (BPS, 2005). Angka peningkatan ini juga disumbangkan oleh banyaknya investor asing yang masuk ke Indonesia melalui kerjasama produksi dan pengambilalihan saham-saham industri pangan seperti yang terjadi pada awal krisis tahun 1998. Namun demikian, berbagai perusahaan multi nasional yang telah beroperasi bertahun-tahun di Indonesia telah mencapai kapasitas produksi
maksimum
sehingga
dibutuhkan
investasi
baru
seiring
dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan daya belinya. Sebagaimana halnya dengan industri pangan skala besar dan sedang, industri kecil menengah (IKM) atau usaha kecil menengah (UKM) pangan nasional dari waktu ke waktu juga menunjukkan suatu sumbangsih yang cukup berarti bagi perekonomian Indonesia. Situasi IKM makanan di Indonesia, pada umumnya dikerjakan dan dikendalikan oleh SDM yang berpengetahuan minim di bidang pengolahan dan mutu makanan, sehingga tidak diherankan ada banyak berita mengenai keracunan makanan. Mengacu pada data BPS, banyaknya industri kecil
13
menengah pangan (IKM) yang ada di seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2004 berjumlah 1.031.767 (80 persen dari industri yang ada di Indonesia). IKM pangan yang tumbuh di masyarakat umumnya adalah sebagai antisipasi masalah krisis ekonomi dan pada umumnya pula skala usaha, sarana produksi dan manajemennya dirancang pada skala kecil dan tidak memenuhi standar manajemen pangan yang ada. Strategi usaha demikian memang paling tepat dan fleksibel untuk menghadapi situasi tak menentu (fluktuatif) sehingga pola usaha dapat dijalankan dalam pola yang fleksibel tanpa harus menanggung risiko keuangan yang besar. Selain itu, pada umumnya IKM pangan Indonesia memanfaatkan bahan baku lokal dalam pelaksanaan produksinya. Oleh karena itu, tidak diherankan bahwa pada saat terjadi krisis ekonomi di Indonesia, IKM pangan mampu bertahan (Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia, 2006). 2.3. Kondisi Industri Makanan dan Minuman di Negara Maju Kehidupan industri makanan dan minuman tiap tahunnya selalu mengalami perkembangan. Tidak hanya di tanah air saja, secara global industri makanan dan minuman memiliki peranan penting dalam hal memajukan perekonomian suatu negara. Salah satunya dapat dilihat pada dua negara maju yang telah memiliki reputibilitas baik dalam hal keamanan pangan (food safety) yaitu Kanada dan Selandia Baru. Industri makanan dan minuman di Kanada menghasilkan omzet per tahunnya sebesar US $ 32 miliar. Selain itu, lebih dari 700.000 orang bekerja di sektor tersebut pada tahun 2004. Pada tahun 2005, industri makanan dan minuman di Kanada mempekerjakan 213.000 tambahan orang dari tahun sebelumnya. Subsektor industri
14
makanan dan minuman juga memainkan peran sebagai pemberi kerja bagi orangorang muda yang baru masuk ke dunia pekerjaan (Canadian Trade and Enterprise, www.cthrc.ca, 2006). Di Selandia baru, sektor industri makanan dan minuman merupakan tulang punggung perekonomian dan pemberi kesejahteraan bagi masyarakatnya. Sebagai salah satu negara yang memiliki akreditasi keamanan pangan (food safety) terbaik di dunia, sektor industri makanan dan minuman merupakan subsektor industri manufaktur terbesar dilihat dari total output. Lebih dari itu, industri makanan dan minuman juga turut berkontribusi dalam membentuk neraca perdagangan yang positif dan ekspor yang nilainya selalu berlipat ganda tiap tahunnya semenjak tahun 1990 dengan tambahan US $ 14 miliar per tahun. Industri makanan dan minuman di Selandia Baru menyumbang lebih dari separuh nilai ekspor Selandia Baru per tahun. Negara ini menyadari bahwa sektor ini sangatlah krusial bagi perekonomiannya, dan senantiasa berinovasi seiring dengan perkembangan tren dunia dan menambah added value (nilai tambah) dari produk-produk industri makanan dan minumannya sehingga dapat bersaing dengan negara-negara lain dalam kancah perdagangan internasional (New Zealand Trade and Enterprise, www.nzte.govt.nz, 2006). Adapun yang telah diidentifikasi sebagai mega trends dalam perindustrian makanan dan minuman global adalah sebagai berikut: a. Makanan yang sehat : Kesehatan dan makanan dewasa ini tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Mayoritas konsumen sekarang ini lebih menginginkan makanan yang sehat dan bergizi dibandingkan makanan-makanan yang tidak baik bagi kesehatan.
15
b. Kepuasan: Konsumen sudah tidak lagi hanya memikirkan kandungan dari makanan tetapi lebih menginginkan makanan yang bervariasi. c. Demografik: Pertumbuhan masyarakat yang berpenghasilan tinggi di negaranegara barat dan kelas menengah di Asia. d. Isu-isu Sosial dan Lingkungan: Teknis produksi industri yang tidak bersahabat dengan lingkungan dan masyarakat sekitar mempengaruhi sikap konsumen untuk tidak membeli hasil industri tersebut. e. Keamanan Pangan (Food Safety/Food Security): Konsumen maupun produsen pangan semakin menghendaki produk yang terjamin keamanannya. 2.4. Tabel Input-Output Tabel Input-Output (I-O) pada dasarnya hanyalah merupakan sistem penyajian data statistik tentang transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi yang terjadi di suatu wilayah. Namun demikian, tabel I-O tidak mampu memberikan informasi tentang persediaan dan arus barang dan jasa secara rinci menurut komoditi. Semua informasi yang dimuat dalam suatu tabel input-output terbatas pada informasi untuk sektor ekonomi, yang merupakan gabungan dari berbagai kegiatan ekonomi atau komoditi. Dengan kata lain, tabel I-O bukan merupakan model atau perangkat yang mampu memberikan informasi secara rinci tentang berbagai stok dan arus barang dan jasa yang terjadi pada suatu entitas ekonomi. Akan tetapi, dengan menggunakan asumsi sederhana memang dapat disusun dan dikembangkan suatu model ekonomi yang cukup andal. Kenyataan terakhir inilah yang menjadikan tabel Input-Output diperhitungkan sebagai salah satu bagian dari
16
sistem neraca nasional yang dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan suatu analisis ekonomi secara komprehensif (BPS, 2000). Tabel Input-Output sebagai suatu sistem penyajian data dikembangkan pertama kali oleh Profesor Wassily Leontif pada akhir dekade 1930-an. Berdasarkan kerangka yang dikembangkan oleh Leontif, informasi yang dimuat dalam suatu tabel Input-Output pada hakikatnya merupakan transaksi barang dan jasa yang terjadi antar industri atau sektor ekonomi di suatu perekonomian. Inilah yang menyebabkan tabel Input-Output populer juga disebut sebagai tabel transaksi antar industri. Pemberian nama terakhir ini sejalan dengan tujuan dasar dari penyusunan suatu tabel InputOutput, yaitu untuk melakukan analisis saling ketergantungan atau keterkaitan antar industri dalam suatu perekonomian. Konsep dasar yang dikembangkan oleh Leontif adalah: 1. Struktur perekonomian tersusun dari berbagai ”sektor” (industri) yang satu sama lain berinteraksi melalui transaksi jual beli. 2. Output suatu sektor dijual kepada sektor-sektor lainnya dan untuk memenuhi permintaan akhir. 3. Input suatu sektor dibeli dari sektor-sektor lainnya, dan rumah tangga (dalam bentuk jasa tenaga kerja), pemerintah (misalnya pembayaran pajak tidak langsung, penyusutan), surplus usaha serta impor. 4. Hubungan input dengan output bersyarat linier. 5. Dalam suatu kurun waktu analisis (biasanya 1 tahun) total input sama dengan total output.
17
6. Suatu sektor terdiri dari satu atau beberapa perusahaan dan output tersebut diproduksikan oleh satu teknologi (Richardson, 1972; Miernyk, 1965; Isard; 1975 dalam Budiharsono, 2001) Berbagai asumsi dasar yang perlu diperhatikan dalam penggunaan model I-O adalah: 1. Homogenitas.
Asumsi
ini
menyatakan
bahwa
suatu
sektor
hanya
menghasilkan barang melalui satu cara dengan satu susunan input. 2. Proporsionalitas. Asumsi ini menyatakan bahwa perubahan suatu tingkat output selalu didahului oleh perubahan penggunaan input yang seimbang. 3. Additivitas. Asumsi ini menyatakan bahwa akibat total dari pelaksanaan produksi di berbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah. Keuntungan yang diperoleh dalam menggunakan model I-O dalam perencanaan pengembangan wilayah yaitu: 1. Model I-O dapat memberikan deskripsi yang detail mengenai perekonomian nasional ataupun perekonomian regional dengan mengkuantifikasikan ketergantungan antar sektor dan asal (sumber) dari ekspor dan impor. 2. Untuk suatu set permintaan akhir dapat ditentukan besarnya output dari setiap sektor, dan kebutuhannya akan faktor produksi dan sumber daya. 3. Dampak perubahan permintaan terhadap perekonomian baik yang disebabkan oleh swasta maupun pemerintah dapat ditelusuri dan diramalkan secara terperinci.
18
4. Perubahan-perubahan teknologi dan harga relatif dapat diintegrasikan ke dalam model melalui perubahan koefisien teknik. Sedangkan kelemahan model I-O ini antara lain: (a) asumsi-asumsi yang agak restriktif, (b) biaya pengumpulan data yang besar dan (c) hambatan-hambatan dalam mengembangkan model dinamik. Hambatan terbesar yang dihadapi oleh lembaga-lembaga perencanaan, teutama di daerah, dalam menggunakan analisis I-O antara lain adalah: (1) biaya yang relatif besar dalam pengumpulan data; (2) data pokok yang belum memadai dan (3) keterbatasan kemampuan teknis. Akan tetapi kalau kendala-kendala tersebut dapat diatasi maka model I-O ini merupakan model yang canggih untuk merencakan pembangunan ekonomi suatu wilayah secara terintegrasi. Walaupun model InputOutput mengandung berbagai kelemahan seperti yang telah diuraikan, namun model Input-Output masih tetap merupakan alat analisis yang handal dan bermanfaat, terutama karena kemampuannya untuk digunakan dalam analisis ekonomi yang lengkap dan komprehensif (Budiharsono, 2001). 2.4.1. Konsep dan Definisi Untuk lebih mempermudah pemahaman dalam membaca tabel I-O, berikut ini diuraikan beberapa pengertian yang berkaitan dengan pengertian-pengertian pokok yang sering digunakan (BPS, 2000). a. Output Output adalah nilai dari seluruh produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah
19
(negara, propinsi dan sebagainya) dalam suatu periode waktu tertentu (umumnya satu tahun), tanpa memperhatikan asal-usul pelaku produksinya. b. Input Antara Input antara mencakup penggunaan berbagai barang dan jasa oleh suatu sektor dalam kegiatan produksi. Barang dan jasa tersebut berasal dari produksi sektor-sektor lain dan juga produksi sendiri. Barang-barang yang digunakan sebagai input antara biasanya habis sekali pakai, seperti bahan baku, bahan penolong, bahan bakar dan sejenisnya. c. Input Primer Input primer atau lebih dikenal dengan nilai tambah merupakan balas jasa yang diberikan kepada faktor-faktor produksi yang berperan dalam proses produksi. Balas jasa tersebut mencakup upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung. d. Permintaan Antara Permintaan antara merupakan permintaan barang dan jasa untuk memenuhi proses produksi. Dengan kata lain, permintaan antara menunjukkan jumlah penawaran output dari suatu sektor ke sektor lain yang digunakan dalam proses produksi. e. Permintaan Akhir dan Impor Permintaan akhir adalah permintaan atas barang dan jasa yang digunakan untuk konsumsi akhir. Sesuai dengan pengertian ini maka permintaan akhir tidak mencakup barang dan jasa yang digunakan untuk kegiatan produksi. Permintaan akhir
20
terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor. (i) Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri dari pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dan badan-badan yang tidak mencari untung dikurangi nilai netto penjualan barang bekas dan barang sisa. Akan tetapi, pembelian rumah baru oleh rumah tangga dimasukkan sebagai pembentukan modal tetap sektor usaha persewaan bangunan dan tanah (real estate). (ii) Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk konsumsi kecuali yang sifatnya pembentukan modal, termasuk pengeluaran untuk kepentingan angkatan bersenjata. (iii) Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Pembentukan modal tetap bruto mencakup semua pengeluaran untuk pengadaan barang modal baik dilakukan oleh pemerintah maupun perusahaanperusahaan swasta. Barang modal dapat terdiri dari bangunan/konstruksi, mesin dan peralatan, kendaraan dan angkutan serta barang modal lainnya. (iv) Perubahan stok Perubahan stok sebenarnya juga merupakan pembentukan modal (tidak tetap) yang diperoleh dari selisih antara stok akhir dan stok awal periode penghitungan. Stok biasanya dipegang oleh produsen merupakan hasil produksi yang belum sempat dijual dan oleh konsumen sebagai bahan-bahan (inventory) yang belum sempat digunakan.
21
(v) Ekspor dan Impor Ekspor dan impor merupakan kegiatan atau transaksi barang dan jasa antara penduduk di suatu daerah dengan penduduk di luar daerah tersebut, baik penduduk kota lain maupun luar negeri. Transaksi tersebut terdiri dari ekspor dan impor untuk barang dagangan, jasa pengangkutan, komunikasi, asuransi dan berbagai jasa lainnya. 2.4.2. Kerangka Dasar Tabel Input-Output Tabel Input-Output disajikan dalam bentuk matriks, yaitu sistem penyajian data yang menggunakan dua dimensi: baris dan kolom. Isian sepanjang baris tabel Input-Output menunjukkan pengalokasian/pendistribusian dari output yang dihasilkan oleh suatu sektor dalam memenuhi permintaan antara oleh sektor lainnya dan permintaan akhir. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam kegiatan produksinya. Sesuai dengan sifat dan jenis transaksinya, secara umum matriks yang disajikan dalam tabel input-output dapat dikelompokkan menjadi 4 sub matriks (kuadran) dengan kerangka penyajian seperti pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Kerangka Penyajian Tabel Input-Output Kuadran I Kuadran II (n x n) (n x m) Kuadran III Kuadran IV (p x n) (p x m) Sumber: Badan Pusat Stratistik Jakarta (2000) Keterangan: Simbol-simbol di dalam tanda kurung menunjukkan ukuran (ordo) matriks pada kuadran yang bersangkutan. Simbol pertama adalah banyaknya baris dan simbol kedua adalah banyaknya kolom
Kuadran I, sering disebut juga sebagai input atau permintaan antara yang berisi informasi tentang transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam kegiatan
22
produksi. Dengan kata lain, kuadran ini menunjukkan saling keterkaitan antar sektor ekonomi dalam melakukan kegiatan produksi. Kuadran II mencakup dua jenis transaksi, yaitu transaksi permintaan akhir dan komponen penyediaan (supply). Permintaan akhir yang dimaksudkan dalam hal ini adalah permintaan atas barang dan jasa selain yang digunakan dalam kegiatan proses produksi. Permintaan akhir pada umumnya dirinci lebih lanjut ke dalam komponenkomponen pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. Sementara itu, informasi pada kuadran III adalah tentang input primer atau nilai tambah bruto (NTB), sehingga kuadran ini sering disebut sebagai kuadran Nilai Tambah Bruto atau input primer. Input primer adalah input atau biaya yang timbul karena pemakaian faktor produksi dan terdiri dari upah gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Kuadran IV memuat informasi tentang input primer yang langsung didistribusikan ke sektor-sektor permintaan akhir. Meskipun demikian, dalam penyusunan Tabel Input-Output Indonesia, kuadran ini diabaikan oleh karena bukan merupakan tabel pokok dan beberapa alasan lainnya. Untuk memperjelas gambaran tentang penyajian tabel input-output, berikut ini diberikan ilustrasi tabel Input-Output pada sistem perekonomian yang terdiri dari n sektor produksi, yaitu sektor 1, 2, ..., n. Ilustrasi tabel I-O dapat dilihat pada Tabel 2.2 sebagai berikut:
23
Tabel 2.2. Tabel Input-Output Alokasi Output
Sektor Produksi
Permintaan
Jumlah
Sektor Produksi
akhir
output
1
Susunan input
Input Antara
Permintaan Antara 2
..........
X 12 X 22
..........
1
X 11
2
X 21
.
.
.
.
.
.
.
n
X n1
Jumlah Input Primer Jumlah Input
n
X 1n X 2n
F1
X1
F2
X2
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
X n2
..........
X nn
...........
V1
V2 ...........
X1
X2
Fn
Xn
Vn Xn
...........
Sumber : Badan Pusat Statistik Jakarta (2003)
Tabel di atas menunjukkan bahwa susunan angka-angka dalam bentuk matriks memperlihatkan suatu jalinan yang kait mengait di antara beberapa sektor. Dalam tabel I-O ada suatu patokan yang amat penting, yaitu jumlah output suatu sektor harus sama dengan jumlah inputnya. Dari Tabel 2.2 akan diperoleh beberapa hubungan persamaan sebagai berikut: Kalau dibaca menurut baris X 11 + X 12 + ... + X 1n + F 1 = X 1 X 21 + X 22 + ... + X 2 n + F 2 = X 2 :
:
:
:
X n1 + X n 2 + ... + X nn + F n = X n
24
Secara umum persamaan di atas dapat dirumuskan kembali menjadi: ∑X ij + F i = X i ; untuk i = 1, 2, ..., n.
(2.1)
Dimana: X ij = output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j Fi Xi
= permintaan akhir terhadap sektor i = jumlah output sektor i
Pembacaan angka-angka pada tabel 2.2 menurut kolom menunjukkan penggunaan input yang disediakan oleh sektor lain untuk aktivitas produksi. Persamaan matematisnya dapat ditulis sebagai berikut: X 11 + X 21 + ... + X n1 + V 1 = X 1 X 12 + X 22 + ... + X n 2 + V 2 = X 2 :
:
:
:
:
X 1n + X 2 n + ... + X nn + V n = X n Persamaan di atas dalam bentuk persamaan umum dapat dirumuskan kembali menjadi: ∑ X ij +V j = X j ; untuk j = 1, 2, ..., n. Dimana: = output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j X ij Vj
= input primer dari sektor j = (L j + M j + G j )
Lj
= upah dan gaji rumah tangga
Mj
= impor
Gj
= nilai tambah lainnya
(2.2)
25
Isian sepanjang baris pada tabel tersebut memperlihatkan komposisi penyediaan dan permintaan pada suatu sektor. Penyediaan dapat berasal dari output domestik (X i ) dan impor untuk produk sejenis (M i ). Sedangkan permintaannya terdiri dari permintaan antara (X ij ) dan permintaan akhir (F i ). Isian sepanjang kolom tabel tersebut menunjukkan susunan input yang digunakan dalam proses produksi oleh suatu sektor. Input tersebut dari input antara (X ij ) dan input primer (V i ). 2.4.3.
Analisis Keterkaitan
2.4.3.1. Keterkaitan Langsung ke Depan Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. 2.4.3.2. Keterkaitan Langsung ke Belakang Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. 2.4.3.3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan merupakan alat untuk mengukur akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan output bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tak langsung per unit kenaikan permintaan total.
26
2.4.3.4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menyatakan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tak langsung per unit kenaikan permintaan total. 2.4.4. Analisis Dampak Penyebaran 2.4.4.1. Koefisien Penyebaran (coefficient on dispersion) Analisis ini menunjukkan koefisien kaitan yang memberikan gambaran tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir untuk semua sektor di dalam perekonomian. Koefisien penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tak langsung ke belakang yang dinormalkan dengan jumlah sektor dan jumlah seluruh koefisien matriks kebalikan Leontif (Rassmusen, 1956 dan Bulmer Thomas, 1982 dalam Budiharsono, 2001). 2.4.4.2. Kepekaan Penyebaran (sensitivity of dispersion) Kepekaan penyebaran ini merupakan gambaran tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir untuk semua sektor di dalam perekonomian. Kepekaan penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tak langsung ke depan yang dinormalkan dengan jumlah sektor dan jumlah seluruh koefisien matriks kebalikan Leontif (Rassmusen, 1956 dan Bulmer Thomas, 1982 dalam Budiharsono, 2001).
27
2.4.5. Analisis Pengganda (Multiplier) 2.4.5.1. Pengganda Output Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sampai berapa jauh pengaruh kenaikan permintaan akhir suatu sektor di dalam perekonomian suatu wilayah terhadap output sektor yang lain baik secara langsung atau tidak langsung maupun induksi (Budiharsono, 2001). 2.4.5.2. Pengganda Pendapatan Menurut Miller dan Blair, 1985 dalam Budiharsono 2001, terdapat empat jenis pengganda pendapatan, yaitu: (1) pengganda pendapatan sederhana; (2) pengganda pendapatan total; (3) pengganda pendapatan tipe I; dan (4) pengganda pendapatan tipe II. Pengganda pendapatan sederhana merupakan penjumlahan pengaruh langsung dan tak langsung. Pengganda pendapatan total merupakan penjumlahan antara pengaruh langsung ditambah pengaruh tak langsung dan pengaruh induksi/imbasan (induce). Pengganda Pendapatan Tipe I adalah besarnya peningkatan pendapatan pada suatu sektor akibat menigkatnya permintaan akhir output sektor tersebut sebesar satu unit. Pengganda ini merupakan penjumlahan pengaruh langsung dan tidak langsung dibagi dengan pengaruh langsung. Sedangkan Pengganda Pendapatan Tipe II, selain menghitung pengaruh langsung dan tak langsung juga menghitung pengaruh induksi (induce effects).
28
2.4.5.3. Pengganda Tenaga Kerja Pengganda tenaga kerja adalah besarnya kesempatan kerja yang tersedia pada sektor tersebut sebagai akibat penambahan permintaan akhir dari sektor yang bersangkutan sebesar satu satuan rupiah (Budiharsono, 2001). Berbeda halnya dengan pengganda output dan pendapatan, pengganda tenaga kerja tidak diperoleh dari elemen-elemen dalam tabel I-O. Hal ini dikarenakan pada tabel I-O tidak mengandung elemen-elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja. Pengganda tenaga kerja tipe I berguna untuk mengetahui besarnya lapangan kerja yang tercipta jika output suatu sektor meningkat sebesar satu unit uang akibat terjadi peningkatan permintaan akhir di sektor tersebut. Pada pengganda tenaga kerja tipe II menunjukkan dampak dari peningkatan penyerapan tenaga kerja di seluruh sektor jika konsumsi rumah tangga rumah tangga yang bekerja di suatu sektor meningkat sebesar satu unit uang. 2.4.5.4. Analisis Dampak Pengganda (Multiplier Effect) Guna mengukur efek pengganda dari pendapatan, output maupun tenaga kerja pada setiap sektor ekonomi dalam suatu wilayah atau negara yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah pendapatan, output dan tenaga kerja digunakan pengganda tipe I dan II. Adapun pengklasifikasian efek pengganda (pendapatan, output dan tenaga kerja) tersebut adalah sebagai berikut: a.
Dampak awal (Initial Impact), yaitu besarnya perubahan baik peningkatan maupun penurunan satuan peubah pada masing-masing sektor ekonomi bila permintaan akhir berubah sebesar satu-satuan.
29
b.
Dampak Pertama (first round effect), yaitu besarnya pembelian input yang dibutuhkan suatu sektor dari sektor lain untuk meningkatkan produksinya sebesar satu unit. Di lihat dari sisi output, dampak putaran pertama ditunjukkan oleh koefisien langsung. Sedangkan dari sisi pendapatan, dampak putaran pertama menunjukkan adanya penyerapan tenaga kerja akibat adanya dampak putaran pertama dari sisi output.
c.
Dampak Dukungan Industri (Industrial Support Effect), menunjukkan adanya dampak peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya stimulus ekonomi tepatnya dukungan industri yang menghasilkan output.
d.
Dampak Induksi Ekonomi (Consumption Induces Effect), menunjukkan adanya suatu pengaruh induksi (peningkatan konsumsi rumah tangga) akibat pendapatan rumah tangga yang meningkat. Dengan kata lain, dampak induksi ekonomi
merupakan
pengaruh
pengeluaran
rumah
tangga
terhadap
perekonomian wilayah atau penerimaan rumah tangga sebagai pembayaran upah tenaga kerja dalam memproduksi tambahan output suatu sektor. e.
Dampak Lanjutan (Flow on Effect), yaitu dampak keseluruhan dari pendapatan, output dan tenaga kerja yang terjadi pada setiap sektor perekonomian dalam suatu wilayah akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor.
30
2.5. Penelitian Terdahulu Selama ini belum ada penelitian yang mengukur peranan dan keterkaitan industri makananan dan minuman baik dalam konteks nasional maupun wilayah dengan menggunakan analisis Input-Output. Meskipun demikian, telah ada penelitian yang berhubungan berupa analisis terhadap Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) tahun 1999 yang dilakukan oleh Priyarsono, Daryanto dan Herliana dalam AgroEkonomika No.1 Tahun XXXV April, 2005. Adapun tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk melihat apakah sektor pertanian dapat menjadi mesin pertumbuhan ekonomi nasional atau tidak. Teknis
penelitian
dilakukan
dengan
mengidentifikasi
seluruh
sektor
perekonomian dilihat dari beberapa sudut, yaitu: 1) Kontribusi terhadap nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja, 2) Derajat Kecenderungan Ekspor dan Impor, 3) Struktur pengeluaran konsumsi rumah tangga, 4) Koefisien Pengganda, dan 5) Dampak peningkatan pendapatan sektoral pada penerimaan rumah tangga. Penelitian ini tidak secara khusus melihat peranan industri makanan dan minuman melainkan keseluruhan sektor perekonomian yang ada di Indonesia. Guna melihat secara spesifik peran industri makanan dan minuman secara relatif terhadap subsektorsubsektor industri non migas (manufaktur) lainnya maka disajikan beberapa potongan penelitian dari SNSE tahun 1999 sebagai berikut: 2.5.1. Derajat Kecenderungan Ekspor dan Impor Industri Makanan dan Minuman Derajat kecenderungan ekspor menggambarkan perbandingan antara ekspor dari suatu sektor ekonomi dengan nilai produksi total dari sektor tersebut. Notasi untuk
31
ukuran ini adalah Ei/Yi. Ei adalah nilai ekspor, Yi adalah nilai total produksi, sedangkan subskrip i menyatakan sektor. Dengan demikian semakin tinggi derajat kecenderungan ekspor suatu sektor mengindikasikan bahwa semakin besar bagian produksi sektor tersebut yang diekspor. Analog dengan definisi tersebut adalah derajat ketergantungan impor (Mi/Yi), kontribusi ekspor (Ei/E), dan kontribusi impor (Mi/M). Tabel 2.3. Derajat Kecenderungan Ekspor dan Impor Sektor Industri Manufaktur (dalam persentase) Subsektor Ei/Yi Mi/Yi Ei/E Mi/M Ind.Makanan&Minuman 13,0 2,4 17,9 8,7 Ind. Pemintalan, Tekstil & 18,8 21,7 5,2 15,6 Kulit Ind. Kimia, Pupuk, Barang 27,2 12,5 18,3 22,0 dari Logam dan Semen Ind. Lainnya 26,3 14,8 11,6 17,2 Sumber: SNSE Indonesia (1999) dalam Priyarsono, Daryanto dan Herliana (2005) Keterangan: Ei/Yi = derajat kecenderungan ekspor sektor i, Mi/Yi = derajat ketergantungan impor sektor i, Ei/E = kontribusi ekspor sektor i, Mi/M = kontribusi impor sektor i
Secara umum derajat kecenderungan ekspor subsektor-subsektor dalam sektor industri manufaktur bernilai tinggi (lihat Tabel 2.3). Artinya, ada sebagian produk sektor ini dikonsumsi di luar negeri. Namun dapat dilihat, untuk industri makanan dan minuman meski memiliki derajat kecenderungan ekspor yang terkecil dibandingkan subsektor industri lainnya (Ei/Yi = 13,0 persen), derajat ketergantungan impor subsektor tersebut merupakan yang terkecil di antara subsektor industri yang lain (Mi/Yi = 2,4 persen).
Hal ini menandakan bahwa industri makanan dan
minuman di Indonesia sudah mampu mencukupi sebagian besar kebutuhan pangan nasional tanpa terlalu harus mengandalkan impor dari negara lain.
32
2.5.2. Distribusi Nilai Tambah dan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Makanan dan Minuman Dapat dilihat pada Tabel 2.4, berdasarkan kontribusi nilai tambah, industri makanan dan minuman memberikan sumbangan terbesar diantara subsektor industri manufaktur lainnya (10,9 persen), sedangkan dalam hal penyerapan tenaga kerja industri makanan dan minuman berada pada urutan kedua setelah industri kimia, pupuk, barang dari logam dan semen (3,6 persen). Tabel 2.4. Distribusi Nilai Tambah dan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Manufaktur Subsektor Industri Makanan & Minuman Industri Pemintalan, Tekstil & Kulit Industri Kimia, Pupuk, Barang dari Logam & Semen
Nilai Tambah (Rp Miliar) 120 363.22 24 411.34
Persentase per Sektor 45,5 9,2
Persentase Total 10,9 2,2
TK (%) 3,6 2,3
79 618.90
30,1
7,2
4,4
3,6 23,9
2,8 13,0
Industri Lainnya 40 393.10 15,3 Total (Industri Manufaktur) 264.786.56 100,0 Sumber: SNSE Indonesia (1999) dalam Priyarsono, Daryanto, dan Herliana (2005)
2.5.3. Struktur Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (RT) Pada Tabel 2.5 terlihat bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk barang-barang hasil industri yang terbesar adalah untuk belanja pada industri makanan dan minuman. Rumah tangga yang mengkonsumsi komoditi industri makanan dan minuman tertinggi adalah rumah tangga desa berpendapatan rendah, buruh tani dan petani yang memiliki lahan kurang dari 1 ha. Hal ini mengidikasikan bahwa komoditi yang berasal dari industri makanan dan minuman relatif dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Di satu sisi juga merupakan suatu kebutuhan hidup sehari-hari yang tidak bisa dielakkan.
33
Tabel 2.5. Struktur Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga untuk Sektor Industri Manufaktur (dalam persentase) Subsektor
Buruh Tani
Petani 0.1-1 Ha
Pedesaan Petani > 1 Ha
RT Desa Rendah
RT Desa Tinggi
Perkotaan RT RT Kota Kota Rendah Tinggi
Industri Makanan & 39,5 31,3 27,0 31,9 28,0 Minuman Industri Pemintalan, 5,7 3,0 2,6 6,6 5,4 Tekstil & Kulit Industri Kimia, 3,3 5,8 7,1 4,4 2,9 Pupuk, Barang dari Logam & Semen Industri Lainnya 2,6 3,0 3,2 2,8 3,4 Sumber: SNSE Indonesia (1999) dalam Priyarsono, Daryanto, dan Herliana (2005)
26,7
28,3
6,5
2,9
2,3
3,5
4,9
6,1
2.5.4. Koefisien Pengganda Industri Makanan dan Minuman Tabel 2.6 menunjukkan bahwa industri makanan dan minuman mempunyai koefisien pengganda sebesar 7,0779 (untuk output bruto), 4,1265 (untuk tingkat keterkaitan), 1,8638 (untuk nilai tambah), dan 1,4312 (untuk pendapatan rumah tangga). Maknanya, tiap Rp 1 milyar injeksi ke subsektor ini akan meningkatkan output bruto bagi perekonomian Indonesia sebesar Rp 7,0779 milyar, meningkatkan pendapatan di sektor-sektor lainnya sebesar Rp 4,1265 milyar, memberikan nilai tambah sebesar Rp 1,8638 milyar, dan meningkatkan pendapatan rumah tangga sebesar Rp 1,4312 milyar. Sangat mencolok bahwa koefisien-koefisien pengganda industri makanan dan minuman lebih besar daripada koefisien-koefisien pengganda sebsektor-subsektor industri manufaktur lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa industri makanan dan minuman, yang juga tergolong ke dalam sektor agroindustri cenderung menggunakan input produksi lokal (bukan impor). Besarnya koefisien pengganda dapat memberikan petunjuk tentang arah kebijakan pembangunan ekonomi. Secara teoritis, sektor-sektor yang berkoefisien
34
pengganda tinggi semestinya memperoleh prioritas tinggi untuk menerima injeksi seperti investasi publik berupa perbaikan produktivitas melalui pembangunan infrastruktur maupun upaya-upaya lainnya. Tabel 2.6. Koefisien Pengganda SNSE Indonesia Tahun 1999 Sektor Industri Manufaktur Subsektor
Output Bruto 7,0779
Tingkat Keterkaitan 4,1265
Nilai Tambah
Industri Makanan & 1,8638 Minuman Industri Pemintalan, 4,2531 2,0639 0,9168 Tekstil & Pakaian Industri Kimia, Pupuk, 5,0170 2,9781 1,3566 Barang dari Logam & Semen Industri Lainnya 5,2825 3,1906 1,2731 Sumber: SNSE Indonesia (1999) dalam Priyarsono, Daryanto, dan Herliana (2005)
Pendapatan RT 1,4312 0,6940 0,9452 0,9540
2.5.5. Dampak Peningkatan Pendapatan Sektoral pada Penerimaan Rumah Tangga Tabel 2.7 menyajikan temuan tentang distribusi peningkatan pendapatan pada berbagai kelompok rumah tangga. Temuan yang tertuang pada tabel tersebut juga berimplikasi bahwa untuk meningkatkan pendapatan kelompok miskin di pedesaan, subsektor industri manufaktur yang paling efektif diinjeksi adalah industri makanan dan minuman. Begitu juga di perkotaan, industri makanan dan minuman memberikan dampak yang terbesar dalam memberikan kenaikan pendapatan bagi golongan miskin.
35
Tabel 2.7. Dampak Peningkatan Pendapatan Sektoral terhadap Penerimaan Rumah Tangga Subsektor Buruh Tani
Petani 0.1-1 Ha
Pedesaan Petani > 1 Ha
RT Desa Rendah
RT Desa Tinggi
Perkotaan RT RT Kota Kota Rendah Tinggi
Industri Makanan & 0,10 0,21 0,07 0,25 0,18 Minuman Industri Pemintalan, 0,04 0,09 0,03 0,12 0,08 Tekstil & Kulit Industri Kimia, 0,06 0,12 0,04 0,16 0,12 Pupuk, Barang dari Logam & Semen Industri Lainnya 0,06 0,12 0,04 0,16 0,12 Sumber: SNSE Indonesia (1999) dalam Priyarsono, Daryanto, dan Herliana (2005)
0,34
0,28
0,18
0,16
0,23
0,22
0,25
0,21
2.6. Kerangka Pemikiran Kabupaten Tangerang merupakan suatu kabupaten yang memiliki banyak industri. Berbagai industri, mulai dari industri kecil dan rumah tangga, industri menengah, besar nasional sampai multinational company beroperasi di Kabupaten Tangerang demi mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dan di satu sisi juga memberikan kontribusi yang cukup besar dalam penyerapan tenaga kerja maupun pendapatan bagi pemerintah daerah berupa pajak. Namun satu hal yang perlu diketahui yaitu bahwa masyarakat di Kabupaten Tangerang tidak hanya mengandalkan sektor industri sebagai pekerjaan dan sumber pendapatan. Masih banyak masyarakat di Kabupaten ini yang menggantungkan hidupnya di sektor pertanian yang juga merupakan sektor peringkat tiga besar dalam hal kontribusi terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Tangerang dari tahun ke tahun. Berdasarkan data BPS Kabupaten Tangerang, pada tahun 2005 terdapat 85.571 penduduk usia 10 tahun ke atas yang berkerja di sektor pertanian yakni sebagai petani atau buruh tani. Angka tersebut tidaklah sedikit, dan untuk itu perlu ada suatu upaya
36
agar potensi pertanian di Kabupaten Tangerang dapat didayagunakan seoptimal mungkin. Diantara subsektor industri yang bisa mendorong dan memajukan sektor pertanian tiada lain adalah industri makanan dan minuman. Sebagai salah satu industri yang berlandaskan agro, industri makanan dan minuman diyakinkan akan banyak menyerap tenaga kerja dan sumber daya lokal. Nilai tambah (added value) yang akan diberikan juga tidak sedikit, baik kepada sektornya sendiri maupun kepada sektor hulu dan sektor hilirnya. Dengan kata lain, tidak hanya sektor pertanian yang diuntungkan, tetapi juga sektor ekonomi lainnya, seperti perdagangan, jasa dan sektor-sektor lainnya. Untuk itu diperlukan suatu analisis keterkaitan (linkage analysis) antar industri makanan dan minuman dengan seluruh sektor perekonomian di Kabupaten Tangerang, sehingga metode I-O dipergunakan dalam penelitian ini. Tabel I-O yang digunakan adalah Tabel I-O Kabupaten Tangerang yang terakhir, yakni tahun 2000 dengan klasifikasi 40 sektor yang kemudian diagregasi menjadi tabel I-O dengan klasifikasi 19 sektor (matrik 19x19). Dalam pengagregasian, industri makanan dan minuman dipisahkan dari subsektor industri lainnya. Subsektor industri selain industri makanan dan minuman dikelompokkan menjadi satu menjadi sektor industri lainnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengklasifikasian atau penggabungan subsektor industri selain industri makanan dan minuman menjadi subsektor industri lainnya bukan mencerminkan kondisi atau peranan masing-masing sektor industri (selain industri makanan dan minuman) terhadap perekonomian Kabupaten Tangerang melainkan kondisi atau peranannya secara akumulatif. Hal ini ditujukan untuk melihat secara jelas peranan yang
37
disumbangkan industri makanan dan minuman secara relatif terhadap sektor-sektor ekonomi
lainnya
yang
ada
di
Kabupaten
Tangerang.
Tujuan
lain
dari
pengklasifikasian ini adalah untuk memfokuskan proses analisis peranan industri makanan dan minuman terhadap sektor tertentu yang menjadi bahan pertimbangan atau concern penelitian sehingga tercapai tujuan penelitian yakni mengidentifikasi peranan industri makanan dan minuman dalam perekonomian Kabupaten Tangerang. Melalui penggunaan alat analisis I-O akan diperoleh berapa besaran kontribusi dalam perekonomian, keterkaitan antar sektor, multiplier antar sektor dan dampak penyebaran serta penetapan prioritas sektor. Sedangkan untuk menganalisa perkembangan industri makanan dan minuman dalam kurun periode 2000 hingga 2006 di Kabupaten Tangerang dilihat dari sisi perkembangan investasi dan perkembangan penyerapan tenaga kerja digunakan metode analisis deskriptif. Diagram alir kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.2.
38
Struktur Perekonomian Kabupaten Tangerang
Sektor Industri (manufaktur)
Sektor Pertanian
Sektor Lainnya
Subsektor Industri Makanan dan Minuman
Analisis Input-Output (Matrik 19X19) 1. menganalisis kontribusi dalam perekonomian 2. menganalisis keterkaitan 3. menganalisis efek pengganda 4. menganalisis dampak penyebaran dan penetapan prioritas sektor
Analisis Deskriptif 1.perkembangan investasi 2.perkembangan penyerapan tenaga kerja
Peranan Industri Makanan dan Minuman dalam Perekonomian Kabupaten Tangerang
Keterangan:
Ruang lingkup analisis Input-Output Arah fokus penelitian Metode analisis
Gambar 1.2. Diagram Alir Kerangka Pemikiran
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder serta hasil wawancara informal dengan berbagai pihak yang berhubungan dengan masalah penelitian. Sebagian besar data penelitian diperoleh dari Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang tahun 2000. Tabel I-O ini merupakan tabel I-O terbaru yang ada ketika tulisan ini dibuat. Selain Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang tahun 2000 digunakan juga beberapa data sekunder lainnya yang diperoleh dari beberapa instansi terkait seperti: Badan Pusat Statistik (BPS), Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), BPS Kabupaten Tangerang, Badan Koordinasi dan Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Kabupaten Tangerang, Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tangerang dan instansi terkait lainnya. Beberapa data dan informasi yang berhubungan dengan penelitian diperoleh dari literatur yang dikeluarkan oleh berbagai instansi, jurnal dan internet. 3.2. Metode Analisis Analisis data yang diperoleh dilakukan baik secara analisis Input-Output klasifikasi 19 sektor (matrik 19x19) maupun analisis deskriptif. Data dianalisis dengan menggunakan analisis Input-Output berdasarkan Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang tahun 2000 bertujuan untuk mengidentifikasi beberapa hal yang menjadi tujuan penelitian yakni; menganalisa kontribusi dalam perekonomian, menganalisa keterkaitan, menganalisa pengganda (multiplier) serta menganalisa dampak penyebaran dan penetapan prioritas sektor. Data dianalisis secara deskriptif
40
untuk menganalisa perkembangan realisasi investasi berdasarkan skala investasi dan perkembangan penyerapan tenaga kerja dalam periode 2000 hingga 2006 pada industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang. Pengolahan atau analisis data di komputer dilakukan dengan bantuan peranti lunak (software) GRIMP for Windows Versi 1.0.1 dan Microsoft Excel 2003. 3.2.1. Koefisien Input Koefisien input atau koefisien teknologi dalam tabel input-output diperoleh dari perbandingan antara sektor output sektor i yang digunakan dalam sektor j, atau (X ij ) dengan input total sektor j, (X j ).
α
ij
=
X ij Xj
3.2.2. Analisis Keterkaitan 3.2.2.1. Keterkaitan Langsung ke Depan Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Untuk mengetahui besarnya keterkaitan langsung ke depan, digunakan rumus sebagai berikut: n
Fi =
∑ X ij j =1
X
j
n
= ∑ α ij j =1
41
3.2.2.2.Keterkaitan Langsung ke Belakang Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian input antara bagi sektor tersebut secara langsung perunit kenaikan permintaan total. Untuk mengetahui besarnya keterkaitan langsung ke belakang, digunakan rumus sebagai berikut: n
Bj =
∑ X ij i =1
X
n
= ∑ α ij
j
i =1
Dimana: F i = keterkaitan langsung ke depan (direct forward linkage) B j = keterkaitan angsung ke belakang (direct backward linkage)
X ij Xi Xj
= banyaknya output sektor i yang digunakan oleh sektor j = total output sektor i = total input sektor j
α ij = unsur matriks koefisien teknis 3.2.2.3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan merupakan alat untuk mengukur akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan output bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tak langsung per unit kenaikan permintaan total. Untuk mengukur besarnya keterkaitan langsung dan tak langsung ke depan digunakan rumus sebagai berikut (Langham dan Retzlaff, 1982 dalam Budiharsono, 2001).
n
FLTLi = ∑ Cij j =1
Dimana: FLTL i = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan = unsur matriks kebalikan Leontif terbuka C ij
42
3.2.2.4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menyatakan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tak langsung per unit kenaikan permintaan total. Untuk mengukur besarnya keterkaitan langsung dan tak langsung ke belakang digunakakan rumus sebagai berikut (Langham dab Retzlaff, 1982 dalam Budiharsono, 2001). n
BLTL j = ∑ Cij i =1
Dimana: BLTL j = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang C ij
= unsur matriks kebalikan Leontif terbuka
3.2.3. Analisis Pengganda (Multiplier) Berdasarkan matrik kebalikan Leontif, baik untuk model terbuka ( α ij ) maupun untuk model tertutup ( α * ij ) dapat ditentukan nilai-nilai dari multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja berdasarkan rumus yang tercantum dalam Tabel 3.1 dan Tabel 3.2. Pengganda tipe I dan II digunakan untuk mengukur efek pengganda dari pendapatan, output maupun tenaga kerja pada setiap sektor ekonomi dalam suatu wilayah atau negara yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah pendapatan, output dan tenaga kerja.
43
Tabel 3.1. Rumus Pengganda Output dan Pendapatan (Tipe I dan II) Perubahan Exogenous Efek Awal (N) (Sektor j)
Pengganda Output ∆Y j = $1.00 Perubahan Output dalam sektor j = ΔX j = 1
Efek Langsung + Efek Tidak Langsung (D+I) (Semua Sektor)
Pengganda Pendapatan ∆Y j = $1.00 Perubahan Output dalam sektor j = ∆X j = 1
Perubahan Pembayaran untuk Pekerja = α n +1, j
n
∑a
n
∑ α ij
i =1
i =1
n
Pengganda Sederhana
n
O j = ∑ α ij ΔX j
Hj=
i =1
(pengganda output tipe I)
∑ an+1,iα ij ΔXj i =1
n
=
∑a i =1
Efek Langsung + Efek Tidak Langsung + Efek Induksi Konsumsi (D+I+I) (Semua Sektor) Total Pengganda
n +1,iα ij
n +1,i
n +1
− ∑ α ij
∑α
i =1
n +1
∑α i =1
− ij
ΔX j
i =1
(pengganda pendapatan tipe I)
α ij
n +1
n
Y j = ∑ a n +1,iα ij a n +1, j
i =1
n +1
H −j = ∑ a n +1,iα ij− ΔX j
(pengganda output tipe II)
i =1
Sumber: Miller dan Blair dalam Budiharsono (2001) Keterangan:
α − = matrik kebalikan Leontif model tertutup α ij = matrik kebalikan Leontif model terbuka aij = koefisien output hi = koefisien pendapatan rumah tangga wi = koefisien tenaga kerja
n +1,i
α ij −
Y −j = ∑ a n +1,iα ij
−
α n +1, j
(pengganda pendapatan tipe II)
44
Tabel 3.2. Rumus Pengganda Tenaga Kerja (Tipe I dan II) Pengganda Tenaga Kerja ΔY j = $1.00
Perubahan Exogenous Efek Awal (N) (Sektor j)
Perubahan Output dalam Sektor j = ΔX j = 1
Efek Langsung + Efek Tidak Langsung (D+I) (Semua Sektor)
n
∑W i =1
n +1,i
n
Pengganda Sederhana
Perubahan Tenaga Kerja dalam sektor j = W n +1, j
E j = ∑ Wn +1,iα ij ΔX j i =1
α ij
W j = ∑ Wn +1,iα ij Wn +1, j (pengganda tenaga kerja tipe I)
Efek Langsung + Efek Tidak Langsung + Efek Induksi Konsumsi (D+I+I) (Semua Sektor) Total Pengganda
[(D + I + I ) N ]
n +1
∑W i =1
E −j = ∑ Wn +1,iα ij− ΔX j
n +1,i
α ij−
n +1
W = ∑ Wn +1,iα ij− Wn +1, j − j
i =1
(pengganda tenaga kerja tipe II) Sumber: Miller dan Blair dalam Budiharsono (2001) Keterangan:
α−
= matrik kebalikan Leontif model tertutup
α ij
= matrik kebalikan Leontif model terbuka
aij = koefisien output hi = koefisien pendapatan rumah tangga wi = koefisien tenaga kerja 3.2.4. Analisis Dampak Penyebaran 3.2.4.1. Koefisien Penyebaran (coefficient on dispersion) Analisis ini menunjukkan koefisien kaitan yang memberikan gambaran tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir untuk semua sektor di dalam perekonomian. Koefisien penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tak langsung ke belakang yang dinormalkan dengan jumlah sektor dan
45
jumlah seluruh koefisien matriks kebalikan Leontif (Rassmusen, 1956 dan Bulmer Thomas, 1982 dalam Budiharsono, 2001) secara matematis dapat ditulis dalam bentuk rumus sebagai berikut:
n
n ∑ Cij
Bd j =
n
i =1 n
∑∑ C i =1 j =1
ij
Dimana: Bd j = koefisien penyebaran sektor ke j
C ij = unsur matriks kebalikan Leontif terbuka 3.2.4.2. Kepekaan Penyebaran (sensitivity of dispersion) Kepekaan penyebaran ini merupakan gambaran tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir untuk semua sektor di dalam perekonomian. Kepekaan penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tak langsung ke depan yang dinormalkan dengan jumlah sektor dan jumlah seluruh koefisien matriks kebalikan Leontif (Rassmusen, 1956 dan Bulmer Thomas, 1982 dalam Budiharsono, 2001) secara matematik dapat ditulis dalam bentuk rumus n
n∑ Cij
sebagai berikut: Fd i =
n
j =1 n
∑∑C i =1 j =1
ij
Dimana: Fd i = kepekaan penyebaran sektor ke i Apabila nilai indeks Bd dari sektor i > 1, hal ini menunjukkan bahwa sektor tersebut memperoleh pengaruh dari sektor lainnya tinggi. Dengan kata lain, sektor tersebut peka terhadap pengaruh sektor lain sedangkan apabila indeks Fd dari sektor
j > 1, berarti pengaruh sektor tersebut terhadap sektor lainnya tinggi (Bulmer Thomas, 1982 dalam Budiharsono, 2001).
IV. GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN TANGERANG
Kabupaten Tangerang terletak di bagian timur Propinsi Banten tepatnya 106°20 -106°43 bujur timur dan 6°00 – 6°20 lintang selatan. Kabupaten yang secara administratif berada di bawah Propinsi Banten mempunyai pemerintahan yang sama dengan kabupaten lainnya. Unit pemerintahan di bawah kabupaten adalah kecamatan, masing-masing kecamatan terdiri atas beberapa kelurahan dan desa. Kabupaten Tangerang terdiri dari 26 kecamatan dengan jumlah kelurahan sebanyak 77 dan desa sebanyak 251 serta 2.285 RW dan 10.223 RT (BPS Kabupaten Tangerang, 2005). 4.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 4.1.1. PDRB Menurut Komponen Penggunaan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menggambarkan kemampuan suatu wilayah dalam menciptakan output (nilai tambah) pada suatu waktu tertentu. PDRB dapat dilihat dari 2 sisi pendekatan, yaitu sektoral dan penggunaan. Keduanya menyajikan komposisi data nilai tambah dirinci menurut sumber pendapatan dan menurut komponen penggunaannya. PDRB dari sisi sektoral merupakan penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya, sedangkan dari sisi penggunaan menjelaskan tentang penggunaan dari nilai tambah tersebut (BPS Kabupaten Tangerang, 2005). PDRB menurut komponen penggunaan terdiri dari konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap (investasi), ekspor dan impor barang dan jasa. Dilihat dari jenis penggunaan terhadap PDRB berdasarkan atas harga
47
konstan tahun 2000, pengeluaran ekspor mendominasi penggunaan PDRB tersebut setiap tahunnya. Sebagaimana yang tertera pada Tabel 4.1, pada tahun 2005 nilai ekspor Kabupaten Tangerang mencapai Rp 11,03 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 9,16 persen dari tahun 2004. Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan komponen yang paling dominan kedua setelah komponen ekspor. Pada tahun 2001, berdasarkan harga konstan 2000, penggunaan PDRB untuk konsumsi rumah tangga mencapai 61,72 persen, kemudian dari tahun 2002 hingga 2004 terus mengalami peningkatan yaitu dari 61,81 persen pada tahun 2002, 62,38 persen di tahun 2003, dan terakhir pada tahun 2004 mengalami peningkatan menjadi 62,40 persen. Namun pada tahun 2005 mengalami penurunan menjadi 61,77 persen. Besarnya proporsi konsumsi rumah tangga terhadap PDRB yang selama kurun periode 2002 hingga 2005 berkisar 60-63 persen, dapat mengindikasikan bahwa perekonomian di Kabupaten Tangerang masih digerakkan oleh konsumsi masyarakatnya, bukan dari produksi di wilayah Kabupaten Tangerang itu sendiri. Selain itu, peningkatan nilai konsumsi masyarakat tersebut juga mengindikasikan bahwa semakin kuatnya kemampuan daya beli (Purchasing Power Parity) masyarakat Kabupaten Tangerang. Salah satu komponen PDRB dari sudut penggunaan yang masih relatif kecil kontribusinya adalah pengeluaran konsumsi lembaga non profit (LNPRT). Rendahnya pendapatan atau kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kegiatan LNPRT belum berkembang. Data yang tertera pada Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa pada tahun 2005, kontribusi LNPRT di Kabupaten Tangerang baru mencapai 0,56 persen terhadap perekonomian secara agregat.
48
Komponen pengeluaran PDRB Kabupaten Tangerang lainnya adalah investasi. Menurut Teori Harold Domar yang menyatakan bahwa semakin tinggi investasi yang ditanamkan, maka semakin besar output atau PDRB yang dapat dihasilkan dan akan mengakibatkan tingginya pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) merupakan gambaran riil investasi, bukan saja didorong penanaman modal asing dan dalam negeri, tetapi juga pengembangan usaha kecil, menengah, serta investasi skala rumah tangga. Sebagaimana data yang tertera pada Tabel 4.1, pembentukan modal tetap berdasarkan PDRB atas harga konstan tahun 2000 di Kabupaten Tangerang dalam kurun periode 2001 hingga 2005 terus mengalami pertumbuhan rata-rata 2 persen. Tabel 4.1. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Komponen Penggunaan di Kabupaten Tangerang Tahun 2001 hingga 2005 (Juta Rupiah) Jenis 2001*) 2002*) Pengeluaran 1.Konsumsi RT 8.005.001,42 8.382.681,33 2.Konsumsi 82.982,58 84.802,37 Lembaga 3. Konsumsi 463.600,44 562.596,77 Pemerintah 4. Pembentukan 2.165.359,87 2.258.494,46 Modal Tetap Bruto 5. Perubahan 320.602,13 348.621,95 Stok 6. Ekspor 8.228.470,72 8.564.165,10 7. Pengeluaran 19.226.017,16 20.201.361,97 Akhir [(7)= 1+...(6)] 8. Impor 6.295.369,36 6.638.738,06 9. PDRB 12.970.647,81 13.562.623,92 [(9) = (7) -(8)] Sumber: BPS Kabupaten Tangerang (2005) ** Angka Sementara * Angka Perbaikan
2003*)
2004**)
2005**)
8.836.079,17 85.862,74
9.404.958,09 88.283,50
9.998.058,05 90.932,23
660.921,17
799.519,64
973.739,38
2.400.443,79
2.594.096,10
2.777.493,80
380.007,65
400.700,86
416.029,60
9.283.784,64 21.647.099,14
10.102.695,67 23.390.253,87
11.031.301,73 25.287.554,79
7.482.213,42 14.164.885,72
8.318.762,52 15.071.491,35
9.101.461,74 16.186.093,05
49
4.1.2. PDRB dari Sisi Sektoral Struktur ekonomi Kabupaten Tangerang tahun 2005 didominasi oleh tiga sektor utama yakni sektor industri sebagai motor penggerak utama perekonomian Kabupaten Tangerang dengan kontribusi (terhadap PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000) sebesar 55,54 persen; sektor perdagangan, hotel dan restoran yang menyumbang 12,53 persen serta sektor pengangkutan dan komunikasi dengan kontribusi 9,43 persen. Pertumbuhan sektor industri menjadi Rp 16,19 triliun pada tahun 2005 atau meningkat Rp 1,11 triliun dari tahun 2004 dan peranannya sebesar 55,54 persen terhadap total Nilai Tambah Bruto (NTB) klasifikasi sembilan lapangan usaha menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tangerang pada tahun 2005 mencapai 7,40 persen. Tabel 4.2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tangerang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2002 hingga 2005 (Juta Rupiah) Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan & galian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Bangunan Perdagangan, Hotel, Restoran Angkutan & Komunikasi Keuangan, Sewa, Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB
2002 1.396.758,73 11.180,75 7.629.597,04 826.570,46 246.700,01 1.667.879,91 910.554,83 323.720,47
2003 1.415.559,75 12.252,30 7.935.598,41 878.553,03 263.621,22 1.730.386,88 984.677,21 345.471,66
2004*) 1.470.644 12.597 8.370.263 946.300 285.067 1.878.403 1.084.697 381.079
2005**) 1.527.190 12.859 8.990.704 1.001.925 306.272 2.027.500 1.178.599 422.546
549.201,87 13.562.623,92
597.765,27 14.164.885,72
641.731 15.070.780
718.865 16.186.459
Sumber: BPS Kabupaten Tangerang (2005) ** Angka Sementara * Angka Perbaikan
Di Kabupaten Tangerang tidak terdapat industri migas (minyak dan gas) dan hanya terdiri dari industri-industri tanpa migas (manufaktur). Seperti yang telah dijelaskan, sumbangan sektor industri menyumbang lebih dari setengah bagian
50
terhadap pembentukan Nilai Tambah Bruto (NTB) total pada tahun 2005. Oleh karena itu, dapat dikatakan pula bahwa sektor industri merupakan tulang punggung perekonomian Kabupaten Tangerang. Tabel 4.3. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tangerang Sektor Industri Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2002 hingga 2005 (Juta Rupiah dan Persen) Subsektor Makanan,Minuman&Tembakau
Tekstil,Brg Kulit&Alas Kaki Brg Kayu&Hsl Hutan Lainnya Kertas&Brg Cetakan Pupuk, Kimia&Brg dr Karet Semen&Brg Galian non Logam Logam Dasar,Besi&Baja Alat Angk.Mesin,Peralatannya Barang Lainnya Total
2002 307.002 (-)
2003 528.747 (72,23)
2004*) 551.427 (4,29)
2005**) 642.495 (16,51)
3.349.792 (-) 138.154 (-) 287.530 (-) 2.256.847 (-) 210.691 (-) 426.599 (-) 471.904 (-) 181.079 (-) 7.629.597 (3,04)
3.389.681 (1,19) 192.992 (39,69) 374.616 (30,29) 2.006.505 (-11,09) 307.404 (45,90) 513.077 (20,27) 551.111 (16,78) 271.464 (49,91) 7.935.598 (4,01)
3.397.273 (0,22) 202.958 (5,16) 390.570 (4,26) 2.096.467 (4,48) 320.248 (4,18) 548.812 (6,96) 575.343 (4,40) 287.166 (5,78) 8.370.263 (5,48)
3.486.267 (2,62) 305.702 (50,62) 449.134 (14,99) 2.230.644 (6,40) 473.068 (47,72) 600.565 (9,43) 586.853 (2,00) 215.976 (-24,79) 8.990.704 (7,41)
Sumber: BPS Kabupaten Tangerang (2005) ** Angka Sementara * Angka Perbaikan ( ) Laju Pertumbuhan PDRB dalam Persentase
Tabel 4.3 memuat data mengenai sumbangan masing-masing subsektor industri dalam pembentukan PDRB Kabupaten Tangerang dari tahun 2002 hingga 2005. Subsektor industri yang memiliki kontribusi terbesar terhadap pembentukan PDRB dari tahun ke tahun adalah subsektor industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki yang pada tahun 2005 menyumbang Rp 3.486.267 juta atau menyumbang 38,78 persen dari seluruh kontribusi sektor industri terhadap pembentukan PDRB
51
Kabupaten Tangerang pada tahun 2005. Di urutan kedua adalah subsektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet sebesar Rp 2.230.644 juta. Subsektor industri makanan, minuman dan tembakau menempati urutan ketiga dengan sumbangan sebesar Rp 642.495 juta atau 7,15 persen dari seluruh kontribusi sektor industri. Terlihat pula bahwa laju pertumbuhan kontribusi subsektor indutri makanan terhadap PDRB dari tahun 2002 hingga 2005 selalu menunjukkan angka pertumbuhan yang positif, bahkan pada tahun 2003 laju pertumbuhan kontribusi subsektor industri makanan dan minuman adalah yang tertinggi bila dibandingkan dengan subsektor industri lainnya yakni sebesar 72,23 persen. Perlu diketahui bahwa di Kabupaten Tangerang tidak terdapat industri tembakau sehingga pengklasifikasian subsektor industri makanan, minuman dan tembakau pada tabel PDRB pada dasarnya hanya merupakan subsektor industri makanan dan minuman saja (BPS Kabupaten Tangerang, 2005). 4.1. Kondisi Tenaga Kerja Tabel 4.4 menyajikan informasi mengenai jumlah penyerapan tenaga kerja penduduk usia 10 tahun ke atas menurut sembilan lapangan usaha utama di Kabupaten Tangerang pada tahun 2005. Berdasarkan data yang terdapat pada tabel tersebut, sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar adalah sektor industri yakni sebanyak 370.867 orang atau 28,64 persen dari penyerapan tenaga kerja total usia 10 tahun ke atas di Kabupaten Tangerang. Penyerapan tenaga kerja terbesar kedua dipegang oleh sektor perdagangan dengan jumlah penyerapan tenaga kerja sebanyak 282.314 orang atau 21,80 persen dari jumlah keseluruhan penyerapan tenaga kerja usia 10 tahun ke atas. Merujuk pada informasi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
52
sektor industri dan sektor perdagangan merupakan dua sektor andalan utama dalam perekonomian Kabupaten Tangerang oleh karena andilnya yang terbesar dalam hal penyerapan tenaga kerja khususnya tenaga kerja usia 10 tahun ke atas. Tabel 4.4. Penyerapan Tenaga Kerja Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2005 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Lapangan Usaha Utama Pertanian Pertambangan dan Galian Industri Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Transportasi dan Komunikasi Keuangan Jasa Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Sumber: BPS Kabupaten Tangerang (2005)
Tenaga Kerja 85.571 10.996 370.867 3.464 61.586 282.314 138.720 85.170 256.214 1.294.902
Persentase 6,61 0,85 28,64 0,27 4,76 21,80 10,71 6,58 19,79 100,00
Berdasarkan Tabel 4.5, jumlah perusahaan yang terdapat di Kabupaten Tangerang pada tahun 2005 berjumlah 3.659 perusahaan. 2.341 diataranya merupakan perusahaan swasta nasional, 530 perusahaan PMA, 459 perusahaan PMDN dan sisanya 329 merupakan perusahaan perseorangan. Tabel 4.5. Jumlah Perusahaan berdasarkan Status Perusahaan dan Tenaga Kerja pada Tahun 2005 No
Status Perusahaan
Jumlah Perusahaan WNI 1. PMA 530 71.607 2. PMDN 459 75.292 3. Swasta Nasional 2.341 162.889 4. Perorangan 329 11.215 Jumlah (seluruh perusahaan) 3.659 321.003 Sumber: Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tangerang (2005)
Tenaga Kerja WNA 858 189 533 6 1.586
Jumlah 72.465 75.481 163.422 11.221 322.589
Dilihat dari sisi penyerapan tenaga kerja, perusahaan swasta nasional juga memberikan andil terbesar yakni sebanyak 163.422 orang atau lebih dari 50 persen terhadap penyerapan tenaga kerja total berdasarkan status perusahaannya. Sementara
53
itu, perusahaan-perusahaan yang berstatuskan Penanam Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang tergolong sebagai perusahaan fasilitas memiliki kontribusi sebesar 45,86 persen. Menurut Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tangerang, jumlah pencari kerja pada tahun 2005 sebanyak 39.858 orang. Sebagian besar adalah tamat SLTA sebanyak 24.919 orang atau sekitar 62,52 persen dari total pencari kerja. Jumlah pencari kerja yang ditempatkan sebanyak 1.789 orang (750 laki-laki dan 1.039 perempuan).
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kontribusi Industri Makanan dan Minuman dalam Perekonomian Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Sebagai salah satu instrumen data yang bersifat lengkap dan komprehensif, Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang 2000 mampu memberikan besaran kontribusi industri makanan dan minuman terhadap komponen pembentuk struktur perekonomian Kabupaten Tangerang. Pada tabel I-O tersebut, terdapat beberapa variabel yang menyusun struktur ekonomi Kabupaten Tangerang yakni struktur permintaan, ekspor dan impor, struktur nilai tambah bruto serta struktur output. Hal ini sekaligus dapat memberikan gambaran mengenai kontribusi industri makanan dan minuman dalam perekonomian Kabupaten Tangerang. 5.1.1. Struktur Permintaan Sesuai dengan data yang tertera pada Tabel 5.1, total permintaan terhadap barang dan jasa domestik yang dihasilkan oleh Kabupaten Tangerang pada tahun 2000 adalah sebesar Rp 32.108.646 juta. Permintaan barang dan jasa oleh sektor produksi dalam rangka kegiatan produksinya (biasa disebut permintaan antara) mencapai Rp 12.660.784 juta atau sekitar 28,28 persen dari seluruh permintaannya. Sektor industri memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan permintaan antara. Kontribusi sektor ini mencapai 65,75 persen. Industri makanan dan minuman menyumbang 11,91 persen terhadap pembentukan permintaan antara sektor industri tersebut, dan 7,83 persen terhadap pembentukan permintaan antara total (domestik). Tingginya permintaan antara terhadap sektor industri menunjukkan kecenderungan digunakannya output yang dihasilkan sektor industri untuk digunakan sebagai input
55
oleh sektor-sektor perekonomian lainnya di Kabupaten Tangerang. Dengan kata lain, sebagian besar output yang dihasilkan sektor industri digunakan sektor lain untuk proses produksi. Tabel 5.1. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Perekonomian di Kabupaten Tangerang Tahun 2000
Sektor-sektor
Permintaan Antara Permintaan Akhir Total Permintaan Jumlah % Jumlah % Jumlah % (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) T.Pangan 282.572 2,23 536.235 2,76 818.807 2,55 Perkebunan 71.160 0,56 42.560 0,22 113.720 0,35 Peternakan 281.853 2,23 324.409 1,67 606.262 1,89 Perikanan 75.969 0.60 99.629 0,51 175.598 0,55 Pertamb&Gali 6077 0,05 7.048 0,04 13.125 0,04 Ind.Mak&Min 991.369 7,83 1.875.570 9,64 2.866.936 8,93 Ind.Lainnya 7.332.544 57,92 10.874.667 55,92 18.207.211 56,71 Listrk,Gas&Air 867.182 6,85 985.049 5,07 1.852.231 5,77 Bangunan 128.807 1,01 387.938 1,99 516.745 1,61 Perd.Besar 814.049 6,43 1.116.031 5,74 1.930.080 6,01 Perd.Eceran 346.273 2,74 474.735 2,44 821.008 2,56 Rest/Rmh Mkn 369.977 2,92 1.021.269 5,25 1.391.246 4,33 Hotel 116 0,0009 2.038 0,01 2154 0.007 Transportasi 488.280 3,86 946.572 4,87 1.434.852 4,47 Komunikasi 28.460 0,22 16.316 0,08 44.776 0,14 Keu&Js.Perush 259.518 2,05 81.559 0,42 341.077 1,06 Js.Sos&Masy 22.397 0,18 79.810 0,41 102.207 0,32 Js.Perorang&RT 292.022 2,31 146.074 0,75 438.096 1,36 Js.lainnya 2162 0,02 430.353 2,21 432.515 1,35 Total (domestik) 12.660.784 100,00 19.447.862 100,00 32.108.646 100,00 Sumber: Tabel I-O Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Klasifikasi 19 Sektor (diolah) Sektor
Sebagaimana halnya terhadap permintaan antara, sektor industri memiliki kontribusi terbesar terhadap pembentukan permintaan akhir yaitu sebesar 65,56 persen. Industri makanan dan minuman menyumbang 14,71 persen terhadap pembentukan permintaan akhir sektor industri, dan 9,64 persen terhadap pembentukan permintaan akhir total (domestik). Berdasarkan hasil analisis terhadap struktur permintaan ini, didapatkan jumlah permintaan akhir lebih besar dibandingkan jumlah permintaan antaranya. Hal ini
56
mengindikasikan bahwa output di Kabupaten Tangerang cenderung digunakan untuk memenuhi konsumsi langsung (masyarakat, pemerintah dan ekspor) dibandingkan untuk keperluan produksi sebagai input bagi sektor lain. Tabel 5.2. Struktur Permintaan Sektor Industri di Kabupaten Tangerang Tahun 2000 (Juta Rupiah dan Persen) Subsektor
Permintaan Permintaan Total Antara Akhir Permintaan Industri Makanan dan Minuman 991.369 1.875.570 2.866.939 (7,83) (9,64) (8,93) Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Kulit dan Alas Kaki 3.239.715 5.610.658 8.850.373 (25,59) (28,85) (27,56) Industri Kayu, Bambu, Rotan dan Furniture 178.425 766.163 944.588 (1,41) (3,94) (2,94) Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan 421.720 365.716 787.436 dan Penerbitan (3,33) (1,88) (2,45) Industri Barang Kimia, Karet dan Barang dari Plastik 1.907.824 637.933 2.545.757 (15,07) (3,28) (7,93) Industri Barang Galian Non Logam 172.955 1.131.291 1.304.246 (1,37) (5,82) (4,06) Industri Dasar dari Logam 370.142 305.664 675.806 (2,92) (1,57) (2,10) Industri Barang Logam, Mesin dan Perlengkapan 660.294 912.447 1.572.741 (5,22) (4,69) (4,90) Industri Lainnya 381.469 1.144.795 1.526.264 (3,01) (5,89) (4,75) Total (domestik) 12.660.784 19.447.862 32.108.646 (100,00) (100,00) (100,00) Sumber: Tabel I-O Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Klasifikasi 40 Sektor Keterangan: Angka-angka di dalam tanda kurung menunjukkan persentase struktur permintaan terhadap permintaan antara/permintaan akhir total domestik.
Pada Tabel 5.2 dapat dilihat permintaan antara dan permintaan akhir pada masing-masing subsektor industri di Kabupaten Tangerang. Dalam hal kontribusi terhadap permintaan antara sektor industri maupun permintaan antara total, industri makanan dan minuman menempati peringkat ketiga setelah industri tekstil, pakaian jadi dan alas kaki serta industri barang kimia, karet dan barang dari plastik dengan nilai Rp 991.369 juta atau sebesar 7,83 persen.
57
Terhadap pembentukan permintaan akhir sektor industri maupun permintaan akhir total, industri makanan dan minuman menempati peringkat kedua setelah industri tekstil, pakaian jadi dan alas kaki dengan nilai sebesar Rp 1.875.570 atau 9,64 persen dari total permintaan akhir domestik. Sebagian besar permintaan akhir industri makanan dan minuman diciptakan oleh konsumsi rumah tangga yang secara kontinu mengkonsumsi salah satu barang kebutuhan pokok ini. Tabel 5.3. Konsumsi Rumah Tangga, Konsumsi Pemerintah, Pembentukan
Modal Tetap dan Perubahan Stok Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Konsumsi Rumah Konsumsi Pembentukan Perubahan Stok Tangga Pemerintah Modal Tetap Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) T.Pangan 532.404 6,69 0 0 0 0 3727 0,92 Perkebunan 18.950 0,24 0 0 0 0 4871 1,20 Peternakan 280.144 3,52 0 0 30.026 1,48 4058 1,00 Perikanan 73.395 0,92 0 0 0 0 3732 0,92 Pertamb&Gali 0 0 0 0 0 0 51 0,01 Ind.Mak&Min 1.443.168 18,14 0 0 0 0 25.741 6,34 Ind.Lainnya 2.030.238 25,52 47.500 10,60 1.375.750 67,76 371.336 91,45 Listrik,Gas&Air 937.551 11,78 0 0 0 0 0 0 Bangunan 0 0 0 0 387.941 19,11 0 0 Perd.Besar 445.349 5,60 0 0 137.985 6,80 0 0 Perd.Eceran 189.440 23,18 0 0 58.695 2,89 0 0 Rest/Rmh Mkn 898.756 11,30 0 0 0 0 0 0 Hotel 271 0,003 0 0 0 0 0 0 Transportasi 767.795 9,65 0 0 36.460 1,80 0 0 Komunikasi 13.926 0,18 0 0 42 0,002 0 0 Keu&Js.Perush 75.758 0,95 0 0 0 0 0 0 Js.Sos&Masy 49.904 0,63 29.781 6,65 0 0 0 0 Js.Perorang&RT 140.462 1,77 0 0 3461 0,17 0 0 Js.Lainnya 59.320 0,75 370.795 82,75 26 0,001 0 0 Total (domestik) 7.956.832 100,00 448.076 100,00 2.030.386 100,00 406.052 100,00 Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Klasifikasi 19 Sektor (diolah) Sektor
Tabel 5.3 menjelaskan besaran masing-masing komponen penyusun permintaan akhir (terkecuali ekspor yang pembahasannya digabung dengan impor pada sub judul 5.1.2) yakni konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap serta perubahan stok. Sesuai dengan data yang tertera pada
58
tabel tersebut, konsumsi rumah tangga di Kabupaten Tangerang pada tahun 2000 adalah sebesar Rp 7.956.832 juta. Pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk sektor industri, tepatnya industri makanan dan minuman adalah yang terbesar dibandingkan sektor-sektor ekonomi lainnya. Pengeluaran konsumsi rumah tangga pada industri makanan dan minuman mencapai lebih dari 70 persen dari konsumsi rumah tangga pada sektor industri atau 18,14 persen dari total konsumsi rumah tangga pada keseluruhan sektor ekonomi. Konsumsi pemerintah di Kabupaten Tangerang pada tahun 2000 adalah sebesar Rp 448.076 juta. Namun dari jumlah tersebut, tidak ada yang dialokasikan untuk industri makanan dan minuman. Modal tetap yang berhasil dibentuk di Kabupaten Tangerang pada tahun 2000 adalah sebesar Rp 2.030.386 juta. Namun demikian, pada industri makanan dan minuman tidak ada pembentukan modal tetap. Hal ini menandakan bahwa tidak ada investasi baru (barang modal baru) yang ditanamkan pada industri makanan dan minuman pada tahun tersebut. Kontribusi industri makanan dan minuman terhadap perubahan stok di Kabupaten Tangerang pada tahun 2000 adalah sebesar Rp 25.741 juta atau 6,34 persen dari keseluruhan perubahan stok. Kondisi ini menunjukkan bahwa masih ada barang-barang bahan baku atau hasil produksi yang belum digunakan oleh produsen maupun yang belum terjual. 5.1.2. Ekspor dan Impor Sesuai dengan data yang tertera pada Tabel 5.4, total nilai ekspor Kabupaten Tangerang pada tahun 2000 adalah sebesar Rp 8.606.517 juta dan total nilai impor
59
sebesar Rp 4.802.211 juta. Nilai ekspor Kabupaten Tangerang didominasi oleh sektor industri (industri makanan dan minuman + industri lainnya) dengan nilai sebesar Rp 7.504.000 juta atau 87,19 persen dari keseluruhan nilai ekspor. Industri makanan dan minuman pada tahun 2000 memiliki nilai ekspor sebesar Rp 406.658 juta atau 4,73 persen dari keseluruhan ekspor. Tabel 5.4. Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Sektor
Total Ekspor Total Impor Neraca Perdagangan Jumlah % Jumlah % (Juta Rp) (Juta Rp) T.Pangan 103 0,001 130.535 2,72 -130.432 Perkebunan 18.740 0,22 7367 0,15 11.373 Peternakan 10.181 0,12 36.488 0,76 -26.307 Perikanan 29.965 0,35 6412 0,13 23.553 Pertamb&Gal 6.996 0,08 1946 0,04 5.050 Ind.Mak&Min 406.658 4,73 1.050.938 21,88 -644.280 Ind.lainnya 7.097.342 82,46 2.476.057 51,56 4.621.285 Listrik,Gas&Air 0 0 484.966 10,10 -484.966 Bangunan 0 0 40723 0,85 -40.723 Perd.Besar 532.700 6,19 176.500 3,68 356.200 Perd.Eceran 226.597 2,63 21.983 0,46 204.614 Rest/Rmh Mkn 122.512 1,42 86.534 1,80 35.978 Hotel 1.767 0,02 167 0,003 1.600 Transportasi 142.316 1,65 180.731 3,76 -38.415 Komunikasi 2351 0,03 5091 0,11 -2740 Keu&Js.Perush 5802 0,07 22.200 0,46 -16.398 Js.Sos&Masy 123 0,001 3253 0,07 -3130 Js.Perorang&RT 2151 0,02 22.110 0,46 -19.959 Js.Lainnya 213 0,002 48.210 1,00 -47.997 Total 8.606.517 100 4.802.211 100 3.804.306 Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Klasifikasi 19 Sektor (diolah)
Demikian halnya dengan impor, sektor industri (industri makanan dan minuman + industri lainnya) berada pada peringkat teratas dalam pembentukan nilai impor di Kabupaten Tangerang pada tahun 2000 yakni sebesar Rp 3.526.995 juta. Impor yang besar sektor industri disebabkan karena keterbatasan produksi domestik atau juga disebabkan oleh tidak tersedianya komoditi tertentu untuk menunjang
60
proses produksi (BPS Kabupaten Tangerang, 2000). Industri makanan dan minuman memiliki kontribusi terhadap pembentukan impor total sebesar 21,88 persen atau sekitar 30 persen dari total nilai impor sektor industri. Tabel 5.5 memuat informasi mengenai 10 sektor terbesar pembentuk nilai ekspor dan nilai impor di Kabupaten Tangerang pada tahun 2000. Berdasarkan data yang terdapat pada tabel tersebut, industri makanan dan minuman berada pada peringkat keenam dalam hal pembentukan nilai ekspor yakni sebesar Rp 406.658 juta atau 4,73 persen dari total nilai ekspor seluruh sektor. Tabel 5.5. Sepuluh Sektor Terbesar Pembentuk Nilai Ekspor dan Nilai Impor di Kabupaten Tangerang Tahun 2000 (Juta Rupiah) 10 Sektor Terbesar Ekspor Sektor Nilai Ekspor 1. Industri Tekstil, Pakaian 4.563.810 Jadi, Kulit dan Alas Kaki 2. Industri Barang Galian non 789.395 Logam 3. Industri Kayu, Bambu, 544.049 Rotan dan Furniture 4. Perdagangan Besar 532.700 5. Industri Lainnya 468.541 6. Industri Makanan dan Minuman 7. Industri Barang Kimia, Karet dan Barang dari Plastik 8. Perdagangan Eceran 9. Industri Barang dari Logam, Mesin dan Perlengkapan 10. Angkutan Darat
406.658
10 Sektor Terbesar Impor Sektor Nilai Impor 1. Industri Makanan dan 1.050.938 Minuman 2. Industri Tekstil, Pakaian Jadi, 939.791 Kulit dan Alas Kaki 3. Industri Barang Kimia, Karet 774.901 dan Barang dari Plastik 4. Listrik, Gas dan Air 484.966 5. Industri Kayu, Bambu, Rotan 367.495 dan Furniture 6. Perdagangan Besar 176.500
326.156
7. Angkutan Darat
174.981
226.597 192.725
8. Sayuran dan Buahan 9. Industri Dasar dari Logam
115.992 97.574
137.583
10. Industri Barang Galian non Logam Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Klasifikasi 40 Sektor
94.620
Dilihat dari sisi impor yang dilakukan oleh keseluruhan sektor, industri makanan dan minuman berada pada peringkat teratas dengan nilai impor sebesar Rp 1.050.938 juta disusul subsektor industri tekstil, pakaian jadi dan alas kaki sebesar Rp
61
939.791 juta. Nilai impor yang besar industri makanan dan minuman diduga salah satunya merupakan dampak dari maraknya pembukaan restoran dan rumah makan waralaba dari luar negeri di Kabupaten Tangerang (BPS Kabupaten Tangerang, 2000). Nilai impor yang besar ini pula yang membuat neraca perdagangan negatif yakni sebesar Rp -644.280 juta sebagaimana yang dapat dilihat pada Tabel 5.4. 5.1.3. Struktur Nilai Tambah Bruto Nilai tambah bruto adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Dapat diketahui pada Tabel 5.6 bahwa dari seluruh komponen nilai tambah bruto di Kabupaten Tangerang pada tahun 2000, surplus usaha memiliki kontribusi terbesar dengan nilai Rp 8.268.011 juta. Upah dan gaji yang dibentuk sebesar Rp 4.748.721 juta, penyusutan sebesar Rp 1.162.591 juta, dan pajak tak langsung sebesar Rp 466.228 juta. Sektor yang memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan upah dan gaji adalah sektor industri yakni sebesar 64,44 persen. Begitu pula terhadap pembentukan surplus usaha, sektor industri berada pada peringkat teratas dengan kontribusi sebesar 57,62 persen. Kontribusi industri makanan dan minuman terhadap pembentukan upah gaji sektor industri adalah sebesar 8,39 persen atau sebesar 4,99 persen dari pembentukan upah dan gaji keseluruhan sektor perekonomian di Kabupaten Tangerang. Dalam hal pembentukan surplus usaha sektor industri, industri makanan dan minuman berkontribusi sebesar 8,69 persen atau 5,00 persen dari seluruh sektor perekonomian yang ada.
62
Tabel 5.6. Kontribusi Nilai Tambah Bruto Kabupaten Tangerang 2000 Klasifikasi 19 sektor Sektor
Upah dan Gaji
Surplus Usaha
Rasio Upah
Penyusutan
Pajak tak Langsung Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) 1 100.008 2,11 382.790 4,63 0,261 5870 0,50 2586 0,61 2 17.012 0,36 69.947 0,85 0,243 2496 0,21 2087 0,45 3 80.971 1,71 336.836 4,07 0,240 12.751 1,10 3007 0,64 4 32.879 0,69 108.555 1,31 0,303 5149 0,43 5809 1,25 5 1675 0,04 7621 0,09 0,220 487 0,04 19 0,004 6 236.773 4,99 413.997 5,00 0,572 54.786 4,71 94.684 20,74 7 2.823.073 59,45 4.350.310 52,62 0,649 512.678 44,10 182.600 39,17 8 194.379 4,09 411.117 4,97 0,473 182.555 15,70 855 0,18 9 88.544 1,86 122.701 1,48 0,722 15.873 1,37 11.326 2,43 10 227.499 4,79 460.495 5,57 0,494 39.859 3,43 50.210 10,77 11 99.222 2,09 235.297 2,85 0,422 30.022 2,58 29.718 6,37 12 204.372 4,30 498.183 6,03 0,410 86.081 7,40 52.090 11,17 13 290 0,006 742 0,009 0,391 179 0,02 71 0,02 14 213.743 4,50 460.899 5,57 0,464 148.309 12,76 17.434 3,74 15 10.436 0,22 11.256 0,14 0,927 9657 0,83 480 0,10 16 93.765 1,97 154.118 1,86 0,608 18.664 1,61 11.115 2,38 17 16.732 0,35 45.201 0,55 0,370 6235 0,54 229 0,05 18 74.857 1,58 193.800 2,34 0,386 17.092 1,47 1506 0,32 19 232.491 4,90 4146 0,05 56,08 13.848 1,19 402 0,09 Total 4.748.721 100 8.268.011 100 0,574 1.162.591 100 466.228 100 Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Klasifikasi 19 Sektor (diolah) Keterangan: 1. Tanaman Pangan 2. Perkebunan 3. Peternakan 4. Perikanan 5. Pertambangan dan Penggalian 6. Industri Makanan dan Minuman 7. Industri Lainnya 8. Listrik, Gas & Air Bersih 9. Bangunan
10. Perdagangan Besar 11. Perdagangan Eceran 12. Restoran dan Rumah Makan 13. Hotel 14. Transportasi 15. Komunikasi 16. Keuangan dan jasa Perusahaan 17. Jasa Sosial dan Masyarakat 18. Jasa Perorangan dan Rumah Tangga 19. Jasa Lainnya
Jika diperbandingkan antara nilai upah dan gaji terhadap surplus usaha (U/G), akan diperoleh nilai rasio upah gaji dengan surplus usaha. Salah satu informasi penting yang dapat dibaca pada Tabel 5.6 adalah bahwa terdapat ketidakmerataan dalam hal distribusi pendapatan antara pemilik modal dan pekerja di Kabupaten
63
Tangerang sehingga terjadi ketimpangan pendapatan. Hal ini dapat dilihat pada rasio upah gaji dan surplus usaha yang jauh dari angka keseimbangan, yaitu 1. Rasio upah dan gaji dengan surplus usaha termasuk kategori baik jika rasionya mendekati keseimbangan (mendekati 1) yang berarti bahwa proporsi penerimaan dalam bentuk upah dan gaji bagi pekerja dan surplus usaha bagi produsen relatif berimbang (Setyawan, 2005). Berdasarkan hasil analisis rasio upah dan gaji dengan surplus usaha, diperoleh bahwa hampir seluruh sektor perekonomian di Kabupaten Tangerang mempunyai rasio upah dan gaji surplus usaha yang relatif jauh dari angka keseimbangan (1). Industri makanan dan minuman sendiri memiliki rasio upah dan gaji dengan surplus usaha yang masih dapat dikategorikan tidak berimbang yakni sebesar 0,57. Kondisi ini menunjukkan bahwa distribusi pendapatan antara pemilik modal dan pekerja tidak merata. Dengan kata lain, pada industri makanan dan minuman terjadi ketimpangan pendapatan yang mungkin disebabkan oleh adanya eksploitasi tenaga kerja oleh pemilik modal terhadap tenaga kerja dimana pemilik modal mendapatkan proporsi yang lebih besar dibandingkan pekerja. Andil pemerintah sangatlah diperlukan dalam mengatasi permasalahan ini dengan membenahi sistem pengupahan dan penggajian yang ditetapkan melalui Upah Minimum Regional (UMR) agar lebih sesuai dengan standar keperluan hidup para pekerja serta memberikan fasilitas penunjang lainnya seperti jaminan sosial, keamanan dalam pekerjaan, transportasi, dan lain sebagainya. Apabila diperbandingkan dengan kinerja sektor lain dalam hal pembentukan nilai tambah secara keseluruhan (per komposisi pembentukan nilai tambah), industri makanan dan minuman berada pada peringkat kelima. Tabel 5.7 menunjukkan lima
64
sektor terbesar menurut peringkat nilai tambah bruto di Kabupaten Tangerang pada tahun 2000. Tabel 5.7. Lima Sektor Terbesar Menurut Peringkat Nilai Tambah Bruto, Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Peringkat
Nama Sektor
Nilai (Juta Rp) 1 Ind. Tekstil, Pak.Jd, Kulit dan Alas Kaki 3.652.028 2 Ind. Logam, Mesin dan perlengkapannya 1.114.868 3 Restoran/Rumah Makan 840.726 4 Industri Barang Galian non Logam 826.640 5 Industri Makanan dan Minuman 800.240 Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Klasifikasi 40 sektor
Distribusi (%) 29.94 7.61 5.74 5.64 5.46
5.1.4. Struktur Output Berdasarkan data yang termuat pada Tabel 5.8, total pembentukan output Kabupaten Tangerang pada tahun 2000 adalah sebesar Rp 32.108.646 juta. Peranan sektor industri dalam pembentukan output Kabupaten Tangerang adalah yang terbesar dibanding sektor-sektor lainnya yakni Rp 21.074.145 juta atau 65,63 persen dari output total domestik. Dalam hal pembentukan output, industri makanan dan minuman menunjukkan peranan yang cukup signifikan. Industri makanan dan minuman merupakan sektor terbesar kedua setelah subsektor industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki dalam hal kontribusi terhadap pembentukan output secara keseluruhan di Kabupaten Tangerang. Dapat dilihat pada Tabel 5.8, sumbangan industri makanan dan minuman adalah sebesar Rp 2.866.936 juta, atau memberikan andil sebesar 8,93 persen terhadap total output Kabupaten Tangerang pada tahun 2000.
65
Tabel 5.8. Sembilan Sektor Terbesar Pembentuk Output Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Sektor
Output Jumlah (Juta Rp) % 1. Industri Tekstil 8.850.373 2. Industri Makanan dan Minuman 2.866.935 3. Industri Barang Kimia 2.545.757 4. Perdagangan Besar 1.930.082 5. Listrik, Gas dan Air 1.852.232 6. Industri Barang dari Logam 1.572.741 7. Industri Lainnya 1.526.263 8. Restoran/Rumah Makan 1.391.246 9. Angkutan Darat 1.337.085 Total (sektor industri) 21.074.145 Total (domestik) 32.108.646 Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Klasifikasi 40 Sektor
27,56 8,93 7,93 6,01 5,77 4,90 4,75 4,33 4,16 65,63 100,00
5.2. Analisis Keterkaitan 5.2.1. Keterkaitan Ke Depan Keterkaitan output ke depan (forward linkage) menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total (Budiharsono, 2001). Keterkaitan output langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara ditunjukkan oleh koefisien langsung, sedangkan keterkaitan output langsung dan tidak langsungnya ditunjukkan dari matrik kebalikan Leontif terbuka dimana rumah tangga sebagai faktor eksogen (exogenous) dari model. Pada Tabel 5.9 tersaji hasil analisis keterkaitan output ke depan dan ke belakang baik langsung maupun langsung dan tidak langsung. Dapat dilihat bahwa industri makanan dan minuman meduduki peringkat kedua dalam hal keterkaitan langsung ke depan setelah sektor industri lainnya dengan nilai 0,031. Nilai ini (0,031) mengandung arti bahwa setiap satu-satuan nilai output industri makanan dan minuman dialokasikan kepada sektor lainnya maupun sektor itu sendiri sebesar 0,031
66
satuan. Hal ini menunjukkan peranan industri makanan dan minuman dalam penyediaan output yang dihasilkan untuk digunakan sebagai input oleh sektor-sektor lainnya dalam proses produksi maupun untuk memenuhi permintaan akhir cukup besar. Tabel 5.9. Keterkaitan Output ke Depan dan ke Belakang Sektor Perekonomian di Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Sektor
Keterkaitan ke Depan Keterkaitan ke Belakang Langsung Lsg & Tdk Lsg Langsung Lsg & Tdk Lsg T.Pangan 0,009 1,264 0,241 1,399 Perkebunan 0,002 1,047 0,130 1,211 Peternakan 0,009 1,243 0,225 1,347 Perikanan 0,002 1,088 0,096 1,155 Pertamb&Gali 0,000 1,007 0,105 1,161 Ind. Mak&Min 0,031 2,169 0,354 1,520 Ind Lainnya 0,228 4,448 0,432 1,738 Listrk,Gas&Air 0,027 1,731 0,312 1,508 Bangunan 0,004 1,232 0,460 1,788 Perd.Besar 0,025 1,513 0,505 1,772 Perd.Eceran 0,011 1,218 0,493 1,752 Rest/Rmh mkn 0,012 1,440 0,333 1,504 Hotel 0,000 1,000 0,327 1,499 Transportasi 0,015 1,428 0,288 1,454 Komunikasi 0,001 1,073 0,176 1,265 Keu&Js.Per Lain 0,008 1,387 0,121 1,176 Js.Sos&masy 0,001 1,069 0,299 1,467 Js.perorang&RT 0,009 1,321 0,294 1,487 Js.Lainnya 0,000 1,007 0,309 1,485 Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Klasifikasi 19 Sektor (diolah)
Dibandingkan dengan keterkaitan langsung, nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke belakang selalu memiliki nilai yang lebih besar dari satu. Hal ini karena nilainya telah diperhitungkan perubahan output yang bersangkutan sebesar satu-satuan. Sebagaimana halnya dengan keterkaitan langsung ke depan, pada keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan industri makanan dan minuman juga menduduki peringkat kedua dengan nilai 2,169. Nilai tersebut (2,169) mengandung arti jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada industri
67
makanan dan minuman sebesar satu-satuan, maka kenaikan output dari industri makanan dan minuman yang dialokasikan baik kepada sektor itu sendiri maupun kepada sektor-sektor lain secara langsung dan tidak langsung akan meningkat sebesar 2,169 satuan. 5.2.2. Keterkaitan ke Belakang Berdasarkan Tabel 5.9, industri makanan dan minuman menempati peringkat lima besar dalam hal keterkaitan langsung ke belakang dengan nilai sebesar 0,354. Nilai ini (0,354) dapat diartikan bahwa setiap perubahan atau kenaikan permintaan akhir sebesar satu-satuan pada industri makanan dan minuman akan membutuhkan input sebesar 0,354 dari sektor-sektor lain yang menyediakan input secara langsung termasuk dari sektor itu sendiri. Dengan kata lain industri makanan dan minuman memiliki kemampuan yang cukup besar dalam menarik industri hulunya yaitu sebesar 0,354 setiap satu-satuan kenaikan permintaan akhirnya. Bila dikaitkan dengan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang, industri makanan dan minuman juga berada peringkat kelima dengan nilai 1,520. Nilai tersebut (1,520) menunjukkan apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu-satuan pada industri makanan dan minuman, maka akan dibutuhkan input untuk proses produksi yang disediakan secara langsung dan tidak langsung dari sektor lainnya maupun industri makanan dan minuman sendiri sebesar nilai keterkaitannya itu. Salah satu sektor penyedia input produksi bagi industri makanan dan minuman adalah sektor pertanian. Berdasarkan Tabel I-O Kabupaten Tangerang tahun 2000 klasifikasi 19 sektor, jumlah distribusi output sektor pertanian untuk
68
memenuhi proses produksi seluruh sektor ekonomi termasuk sektor pertanian sendiri adalah Rp 711.554 juta. Meskipun dalam hal keterkaitan ke belakang, industri makanan dan minuman menempati peringkat kelima namun dapat dikatakan bahwa industri makanan dan minuman memiliki kemampuan yang paling tinggi dalam hal mengembangkan sektor pertanian dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Kondisi ini dibuktikan oleh distribusi output sektor pertanian kepada industri makanan dan minuman merupakan yang terbesar dibandingkan sektor-sektor perekonomian lainnya yakni sebesar Rp 507.306 juta atau sekitar 71 persen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.10. Tabel 5.10. Distribusi Output Sektor Pertanian terhadap Sektor Industri di Kabupaten Tangerang Tahun 2000 (Juta Rupiah) Subsektor Pertanian (i) Tanaman Pangan Perkebunan Peternakan Perikanan Total
Ind.Makanan & Minuman Ind.Lainnya (j) (j*) 218.228 246 37.439 24.548 207.735 26.611 43.904 1.105 507.306 52.510 (Xij) (Xij) Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang tahun 2000 Klasifikasi 19 Sektor (diolah) Keterangan: i = sektor i (pertanian) j = sektor j (industri makanan dan minuman) j* = sektor j* (industri lainnya) Xij = banyaknya output sektor i yang dipergunakan sebagai input oleh sektor j
Pada tabel di atas dapat dilihat pula perbandingan relatif antara industri makanan dan minuman dengan gabungan subsektor industri lainnya yang terdapat di Kabupaten Tangerang berdasarkan Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang tahun 2000 klasifikasi 19 Sektor. Berdasarkan data yang terdapat pada tabel tersebut, penyerapan output dari sektor pertanian oleh industri makanan dan minuman adalah jauh lebih besar dibandingkan dengan penyerapan output sektor pertanian oleh
69
gabungan subsektor industri lainnya. Industri makanan dan minuman menyerap 90,62 persen dari output sektor pertanian yang dialokasikan kepada sektor industri secara keseluruhan. Subsektor pertanian yang merupakan sumber input utama bagi industri makanan dan minuman adalah subsektor tanaman pangan dan subsektor peternakan, masing-masing dengan nilai output yang disalurkan kepada subsektor industri makanan dan minuman sebesar Rp 218.228 juta dan Rp 207.735 juta. Dari realita fakta yang tersajikan melalui data bahwa dalam konteks perekonomian wilayah Kabupaten Tangerang dapat dikatakan bahwa industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang bukan merupakan suatu footloose industry karena industri tersebut memiliki support atau dukungan yang relatif bagus terhadap salah satu sektor penyedia inputnya (hulu) tersebut. Dengan kata lain, industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang merupakan subsektor industri yang paling berpotensi dalam hal membangun dan mendayagunakan sektor pertanian di Kabupaten Tangerang. 5.3. Analisis Pengganda (Multiplier) Tujuan analisis ini adalah untuk melihat dampak perubahan atau peningkatan permintaan akhir suatu sektor ekonomi terhadap semua sektor yang ada tiap satusatuan perubahan jenis pengganda. Ada dua jenis tipe pengganda yaitu pengganda tipe I dan pengganda tipe II. Keduanya digunakan untuk analisis pengganda output, pengganda pendapatan dan pengganda tenaga kerja. Pengganda tipe II diperoleh dari pengolahan lebih lanjut matrik kebalikan Leontif tertutup dengan memasukkan rumah tangga sebagai variabel endogenous model.
70
Jika diperhatikan lebih rinci pengganda tipe I maupun tipe II, keduanya merupakan hasil dari proses mekanisme dampak yang terdiri dari efek awal, efek putaran pertama, efek dukungan industri dan efek induksi konsumsi. Pengganda tipe I diperoleh dengan cara menjumlahkan efek awal, efek putaran pertama dan efek dukungan industri kemudian dibagi dengan efek awal. Pengganda tipe II diperoleh dari penjumlahan semua tahap dalam proses mekanisme pengganda tipe I ditambah dengan efek induksi konsumsi. Pada angka pengganda output baik tipe I maupun tipe II, dampak diukur setiap satu-satuan output, sedangkan pengganda pendapatan dan tenaga kerja tipe I dan tipe II, keduanya diukur tiap satu-satuan perubahan pendapatan. 5.3.1. Pengganda Output Nilai pengganda output klasifikasi 19 sektor Kabupaten Tangerang disajikan pada Tabel 5.11. Berdasarkan hasil analisis, industri makanan dan minuman memiliki pengganda output tipe I sebesar 1,520 dan merupakan peringkat lima besar. Nilai 1,520 berarti jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada industri makanan dan minuman sebesar satu-satuan maka output semua sektor akan meningkat sebesar 1,520 kalinya. Analisis pengganda output tipe II memasukkan rumah tangga sebagai variabel endogenous dari model, sehingga nilai pengganda tipe II nilainya selalu lebih besar dibandingkan dengan pengganda output tipe I. Dilihat dari pengganda tipe II, industri makanan dan minuman berada pada peringkat teratas diantara sektor-sektor ekonomi lainnya yakni sebesar 2,473. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan dalam pengeluaran rumah tangga yang bekerja pada industri makanan dan minuman sebesar
71
satu-satuan, akan meningkatkan output disemua sektor perekonomian sebesar 2,473. Pengganda output tipe II yang terbesar ini, disebabkan oleh tingkat konsumsi masyarakat pada industri makanan dan minuman yang terbesar pula dibandingkan dengan sektor-sektor perekonomian lainnya yakni sebesar 0,953. Tabel 5.11. Pengganda Output Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Sektor
Initial
First Indust Consumption Total Type Round Sup I T. Pangan 1,000 0,241 0,158 0,452 1,851 1,399 Perkebunan 1,000 0,130 0,081 0,188 1,399 1,211 Peternakan 1,000 0,225 0,122 0,289 1,636 1,347 Perikanan 1,000 0,096 0,059 0,128 1,282 1,155 Pertamb&Gali 1,000 0,105 0,056 0,352 1,513 1,161 Ind. Mak&Min 1,000 0,354 0,166 0,953 2,473 1,520 Ind Lainnya 1,000 0,432 0,306 0,502 2,240 1,738 Listrk,Gas&Air 1,000 0,312 0,195 0,697 2,204 1,508 Bangunan 1,000 0,460 0,328 0,390 2,178 1,788 Perd.Besar 1,000 0,505 0,267 0,511 2,283 1,772 Perd.Eceran 1,000 0,493 0,259 0,373 2,125 1,752 Rest/Rmh mkn 1,000 0,333 0,171 0,353 1,858 1,504 Hotel 1,000 0,327 0,172 0,354 1,853 1,499 Transportasi 1,000 0,288 0,165 0,368 1,822 1,454 Komunikasi 1,000 0,176 0,089 0,307 1,572 1,265 Keu&Js.Per Lain 1,000 0,121 0,055 0,187 1,363 1,176 Js.Sos&masy 1,000 0,299 0,167 0,210 1,676 1,467 Js.perorang&RT 1,000 0,294 0,193 0,249 1,736 1,487 Js.Lainnya 1,000 0,309 0,176 0,370 1,855 1,485 Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang tahun 2000 Klasifikasi 19 Sektor (diolah)
Type II 1,851 1,399 1,636 1,282 1,513 2,473 2,240 2,204 2,178 2,283 2,125 1,858 1,853 1,822 1,572 1,363 1,676 1,736 1,855
5.3.2. Pengganda Pendapatan Terlihat pada Tabel 5.12 berdasarkan klasifikasi 19 sektor, nilai pengganda pendapatan tipe I terbesar dimiliki oleh sektor perdagangan eceran sebesar 6,603. Di urutan kedua ditempati oleh sektor jasa sosial kemasyarakatan sebesar 3,124. Industri makanan dan minuman hanya menempati urutan kedua dari terakhir (delapan belas) dengan nilai sebesar 1,231. Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan pendapatan tenaga kerja yang bekerja pada sektor-sektor tersebut karena
72
kenaikan permintaan akhir sebesar satu-satuan pada sektor-sektor yang bersangkutan akan meningkatkan pendapatan rumah tangga diseluruh sektor perekonomian lainnya. Tabel 5.12. Total Pengganda Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Sektor
Initial
First Indust Consumption Total Type Round Sup I T. Pangan 0,159 0,032 0,023 0,075 0,290 1,344 Perkebunan 0,065 0,013 0,011 0,031 0,121 1,377 Peternakan 0,060 0,057 0,020 0,048 0,185 2,274 Perikanan 0,037 0,015 0,009 0,021 0,082 1,655 Pertamb&Gali 0,148 0,011 0,008 0,059 0,225 1,125 Ind. Mak&Min 0,367 0,057 0,027 0,159 0,610 1,231 Ind Lainnya 0,136 0,058 0,044 0,084 0,322 1,750 Listrk,Gas&Air 0,262 0,040 0,028 0,116 0,446 1,261 Bangunan 0,079 0,059 0,047 0,065 0,250 2,346 Perd.Besar 0,091 0,108 0,043 0,085 0,327 2,648 Perd.Eceran 0,027 0,107 0,043 0,062 0,239 6,603 Rest/Rmh mkn 0,062 0,077 0,028 0,059 0,226 2,690 Hotel 0,078 0,063 0,027 0,059 0,226 2,160 Transportasi 0,126 0,025 0,023 0,061 0,236 1,385 Komunikasi 0,114 0,020 0,012 0,051 0,197 1,280 Keu&Js.Per Lain 0,065 0,015 0,008 0,031 0,120 1,361 Js.Sos&masy 0,032 0,043 0,025 0,035 0,134 3,124 Js.perorang&RT 0,050 0,040 0,028 0,041 0,160 2,339 Js.Lainnya 0,111 0,038 0,026 0,062 0,237 1,573 Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang tahun 2000 Klasifikasi 19 Sektor (diolah)
Type II 1,816 1,860 3,073 2,236 1,521 1,663 2,364 1,704 3,170 3,578 8,923 3,636 2,919 1,871 1,730 1,839 4,222 3,161 2,126
Jika variabel rumah tangga dimasukkan dalam model, akan diperoleh nilai pengganda pendapatan tipe II dengan nilai yang lebih besar dari pengganda pendapatan tipe I. Sebagaimana halnya dengan pengganda pendapatan tipe I, industri makanan dan minuman hanya menempati peringkat kedelapanbelas (kedua dari terakhir) dengan nilai sebesar 1,663. Angka ini (1,663) menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada industri makanan dan minuman sebesar satu-satuan maka pendapatan rumah tangga sektor ini yang dibelanjakan ke semua sektor lainnya akan meningkat sebesar 1,663.
73
5.3.3. Pengganda Tenaga Kerja Berdasarkan analisis pengganda tenaga kerja (dapat dilihat pada Tabel 5.13), industri makanan dan minuman berada pada peringkat kedua terbesar setelah sektor listrik, gas dan air bersih dengan nilai pengganda tenaga kerja tipe I sebesar 3,601 dan tipe II sebesar 7,830. Kondisi ini mengindikasikan bahwa industri makanan dan minuman dapat diandalkan untuk mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten Tangerang. Tabel 5.13. Total Pengganda Tenaga Kerja Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Tangerang Tahun 2000. Sektor
Initial
First Indust Consumption Total Type Round Sup I T. Pangan 0,050 0,007 0,004 0,017 0,079 1,236 Perkebunan 0,062 0,007 0,002 0,007 0,078 1,162 Peternakan 0,055 0,006 0,005 0,011 0,076 1,190 Perikanan 0,074 0,004 0,002 0,005 0,084 1,076 Pertamb&Gali 0,352 0,009 0,002 0,013 0,375 1,030 Ind Mak&Min 0,008 0,016 0,006 0,035 0,065 3,601 Ind Lainnya 0,015 0,010 0,009 0,018 0,052 2,207 Listrk,Gas&Air 0,002 0,015 0,006 0,026 0,048 14,618 Bangunan 0,099 0,012 0,009 0,014 0,134 1,212 Perd.Besar 0,059 0,018 0,010 0,019 0,106 1,477 Perd.Eceran 0,060 0,017 0,010 0,014 0,101 1,449 Rest/Rmh mkn 0,073 0,011 0,007 0,013 0,104 1,236 Hotel 0,067 0,014 0,006 0,013 0,101 1,308 Transportasi 0,068 0,019 0,005 0,013 0,106 1,363 Komunikasi 0,106 0,015 0,003 0,011 0,136 1,171 Keu&Js.Per Lain 0,170 0,009 0,002 0,007 0,188 1,068 Js.Sos&masy 0,090 0,017 0,006 0,008 0,121 1,261 Js.perorang&RT 0,094 0,010 0,006 0,009 0,119 1,170 Js.Lainnya 0,295 0,018 0,006 0,014 0,333 1,083 Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang tahun 2000 Klasifikasi 19 Sektor (diolah)
Type II 1,565 1,274 1,382 1,139 1,067 7,830 3,398 31,224 1,356 1,795 1,676 1,413 1,500 1,561 1,276 1,108 1,347 1,267 1,129
Nilai 3,601 pada pengganda tenaga kerja tipe I menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan output pada industri makanan dan minuman sebesar satu-satuan, maka subsektor industri ini akan menciptakan lapangan pekerjaan bagi 3,601 orang untuk semua sektor perekonomian. Nilai pengganda tenaga kerja tipe II (7,830)
74
menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar satu satuan (orang) pada industri makanan dan minuman, maka akan berdampak terhadap peningkatan lapangan pekerjaan sebesar 7,830 satuan di seluruh sektor perekonomian dengan memperhitungkan efek induksi konsumsi. 5.4. Dampak Penyebaran 5.4.1. Koefisien Penyebaran Analisis ini menunjukkan koefisien kaitan yang memberikan gambaran tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir untuk semua sektor di dalam perekonomian. Koefisien penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tidak tidak langsung ke belakang yang dinormalkan dengan jumlah sektor dan jumlah seluruh koefisien matriks kebalikan Leontif (Rassmusen, 1956 dan Bulmer Thomas, 1982 dalam Budiharsono, 2001). Dengan kata lain, koefisien penyebaran ini diperoleh dari nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke belakang yang dikalikan dengan jumlah sektor kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor dengan rumah tangga sebagai exogenous dalam model. Koefisien penyebaran sering disebut sebagai daya penyebaran ke belakang. Pada Tabel 5.14 berdasarkan klasifikasi 19 sektor, dapat dilihat bahwa industri makanan dan minuman memiliki koefisien penyebaran terbesar kelima setelah sektor industri lainnya dengan nilai sebesar 1,043. Nilai ini (1,043) berarti bahwa jika permintaan akhir setiap sektor perenonomian naik satu-satuan, maka dari total produksi seluruh sektor perekonomian, ditumbuhkan oleh kenaikan permintaan akhir industri makanan dan minuman sebesar 1,043.
75
Nilai koefisien penyebaran hasil analisis ini terdiri dari nilai-nilai yang lebih kecil dari satu dan yang lebih besar dari satu. Untuk nilai koefisien yang lebih besar dari satu berarti sektor yang bersangkutan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk membangun industri hulunya secara keseluruhan atau dengan kata lain keterkaitan dengan industri hulunya besar, berlaku sebaliknya bagi yang bernilai lebih kecil dari satu (Bulmer Thomas dalam Budiharsono, 2001). Berdasarkan teori ini, maka dapat dikatakan bahwa industri makanan dan minuman mempunyai kemampuan yang tinggi dalam mendorong dan meningkatkan pertumbuhan output sektor hulunya. Tabel 5.14. Koefisien dan Kepekaan Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Sektor Koefisien Penyebaran Kepekaan Penyebaran T. Pangan 0,960 Perkebunan 0,831 Peternakan 0,924 Perikanan 0,793 Pertamb&Gali 0,796 Ind Mak&Min 1,043 Ind Lainnya 1,193 Listrk,Gas&Air 1,035 Bangunan 1,227 Perd.Besar 1,216 Perd.Eceran 1,202 Rest/Rmh mkn 1,032 Hotel 1,029 Transportasi 0,998 Komunikasi 0,968 Keu&Js.Per Lain 0,807 Js.Sos&masy 1,007 Js.perorang&RT 1,020 Js.Lainnya 1,019 Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang tahun 2000 Klasifikasi 19 Sektor (diolah)
0,867 0,719 0,853 0,747 0,691 1,489 3,053 1,188 0,846 1,038 0,836 0,988 0,686 0,980 0,736 0,952 0,734 0,907 0,691
5.4.2. Kepekaan Penyebaran Kepekaan penyebaran merupakan gambaran tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir untuk semua sektor di dalam
76
perekonomian (Rassmusen, 1956 dan Bulmer Thomas, 1982 dalam Budiharsono, 2001). Kepekaan penyebaran sering disebut juga sebagai daya penyebaran ke depan, yaitu suatu indeks yang menunjukkan efek relatif yang disebabkan oleh perubahan suatu sektor yang akan menimbulkan perubahan output sektor-sektor lain yang menggunakan output dari sektor tersebut baik langsung maupun tidak langsung. Kepekaaan penyebaran ini merupakan keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan yang diboboti dengan jumlah sektor yang ada dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Berdasarkan Tabel 5.14, dapat dilihat bahwa industri makanan dan minuman memiliki nilai kepekaan penyebaran terbesar kedua setelah sektor industri lainnya dengan nilai sebesar 1,489. Kondisi ini menunjukkan bahwa output subsektor tersebut pada umumnya merupakan komoditi antara (intermediate) atau komoditi yang dipakai sebagai input untuk proses produksi lebih lanjut bagi sektor-sektor ekonomi lainnya. Sektor-sektor yang memiliki nilai kepekaan kurang dari satu menunjukkan bahwa produk dari sektor tersebut cenderung digunakan sebagai konsumsi langsung. Sebaliknya apabila indeks kepekaan penyebaran lebih besar dari 1, berarti pengaruh sektor tersebut terhadap sektor lainnya juga tinggi (Bulmer Thomas dalam Budiharsono, 2001). Maka berdasarkan teori ini pula, dapat dikatakan bahwa industri makanan dan minuman memiliki kemampuan yang tinggi dalam mendorong dan meningkatkan pertumbuhan output sektor hilirnya.
77
5.4.3. Analisis Penetapan Prioritas Sektor Hasil dari analisis kepekaan dan koefisien penyebaran dapat digunakan untuk menentukan sektor prioritas (Rasmussen dalam Mustikasari, 2005). Penentuan sektor prioritas ini dapat ditentukan berdasarkan indeks keterkaitan ke depan dan ke belakang (lihat Tabel 5.15). Sektor prioritas adalah sektor-sektor yang memiliki nilai keterkaitan ke depan maupun ke belakang lebih tinggi dengan sektor-sektor lainnya. Pengembangan terhadap sektor-sektor prioritas tersebut akan memicu pertumbuhan bagi perkembangan sektor-sektor lain dalam perekonomian di Kabupaten Tangerang. Sektor yang memiliki keterkaitan tinggi berarti memiliki potensi menghasilkan output produksi yang tinggi pula. Tinggi rendahnya keterkaitan didasarkan pada peringkatnya. Kategori tinggi jika berada pada peringkat 1-10, sedangkan kategori rendah jika berada pada peringkat 10-20. Tabel 5.15. Kriteria Penentuan Peringkat Prioritas Sektor Kriterian Penentuan Peringkat Prioritas Sektor Kunci Keterkaitan ke Depan Keterkaitan ke Belakang Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Sumber: Rasmussen dalam Mustikasari, 2005
Prioritas I II III IV
Kelanjutan Penentuan sektor prioritas dapat dilihat pada Tabel 5.16. Berdasarkan hasil analisis penetapan prioritas sektor pada Tabel I-O Kabupaten Tangerang klasifikasi 19 sektor, diperoleh bahwa industri makanan dan minuman berada pada prioritas pertama bersama sektor gabungan industri lainnya, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan besar, sektor restoran atau rumah makan serta sektor jasa perorangan dan rumah tangga. Penentuan sektor prioritas ini
78
juga sekaligus menunjukkan bahwa industri makanan dan minuman tergolong sebagai salah satu sektor unggulan di Kabupaten Tangerang. Upaya pemda Kabupaten Tangerang dalam membangun dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayahnya seyogyanya harus mengutamakan sektor-sektor unggulan tersebut, yang antara lainnya adalah industri makanan dan minuman. Dengan demikian, industri makanan dan minuman patut ditumbuh kembangkan karena mampu mendorong perkembangan sektor-sektor perekonomian lainnya sehingga pada akhirnya tercipta pertumbuhan ekonomi daerah yang tinggi dan berkesinambungan (sustainable) di Kabupaten Tangerang. Tabel 5.16. Kriteria Indeks Prioritas Pengembangan Sektor Perekonomian Kabupaten Tangerang Tahun 2000 sektor T. Pangan Perkebunan Peternakan Perikanan Pertamb&Gali Ind. Mak&Min Ind Lainnya Listrk,Gas&Air Bangunan Perd.Besar Perd.Eceran Rest/Rmh mkn Hotel Transportasi Komunikasi Keu&Js.Per Lain Js.Sos&masy Js.perorang&RT Js.Lainnya
Keterkaitan ke Depan Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah
Keterkaitan ke Belakang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi
Prioritas II II IV IV IV I I I III I III I III II IV II IV I III
79
5.5. Perkembangan Industri Makanan dan Minuman di Kabupaten Tangerang Berdasarkan hasil analisis I-O dengan menggunakan Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang tahun 2000 klasifikasi 40 sektor dan 19 sektor diperoleh bahwa industri makanan dan minuman tergolong sebagai salah satu sektor unggulan di Kabupaten Tangerang. Kondisi ini menunjukkan bahwa industri makanan dan minuman berpotensi untuk mendukung perkembangan sektor-sektor lain yang ada di Kabupaten Tangerang. Sebagai sektor unggulan, industri makanan dan minuman memiliki keterkaitan (ke belakang dan ke depan) yang tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa ia mampu menghasilkan output produksi yang tinggi pula. Selain itu, hasil analisis pengganda tenaga kerja menunjukkan bahwa industri makanan dan minuman memiliki kemampuan yang tinggi dalam hal menciptakan lapangan pekerjaan baru di seluruh sektor perekonomian yang ada di Kabupaten Tangerang. Dengan kata lain, industri makanan dan minuman merupakan suatu sektor ekonomi yang mampu memberikan efek pertumbuhan lapangan pekerjaan bagi sektor-sektor yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dalam seluruh rangkaian proses produksinya. Berdasarkan pemaparan di atas mengenai beragam potensi yang dimiliki industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang pada tahun 2000, maka dipandang penting untuk melihat perkembangan industri makanan dan minuman dilihat dari dua sisi, yaitu sisi perkembangan investasi dan sisi perkembangan penyerapan tenaga kerja. Analisis perkembangan investasi ditujukan untuk melihat perkembangan pembentukan modal tetap pada industri makanan dan minuman yang pada Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang tahun 2000 bernilai nol (tidak ada
80
investasi). Analisis perkembangan penyerapan tenaga kerja dimaksudkan untuk melihat perkembangan penyerapan tenaga kerja seiring dengan penanaman modal atau investasi yang ditanamkan di Kabupaten Tangerang. Data yang digunakan dalam pembahasan berikut adalah data resmi hasil monitoring Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Kabupaten Tangerang dari periode 2000 hingga 2006 terhadap perusahaan-perusahaan makanan dan minuman yang masih eksis serta memiliki izin usaha tetap (IUT). Dengan kata lain, perusahaan-perusahaan makanan dan minuman dalam pembahasan ini merupakan perusahaan yang memiliki legalitas dan sah secara hukum untuk melakukan kegiatan produksi di Kabupaten Tangerang. 5.5.1. Perkembangan (Δ) Investasi Dilihat dari sisi perkembangan realisasi investasi dari periode 2000 hingga 2006, industri makanan dan minuman terus mengalami pertumbuhan meski nilainya cenderung berfluktuatif dari tahun ke tahun. Data yang tertera pada Tabel 5.17 menunjukkan bahwa secara statistik, terjadi perkembangan nilai investasi yang sangat signifikan pada tahun 2001, 2004 dan 2005. Pertumbuhan investasi pada ketiga tahun tersebut terhadap total pertumbuhan investasi industri makanan dan minuman adalah 31,1 persen (tahun 2001), 25,3 persen (tahun 2002) dan 48,1 persen (tahun 2005). Pada tahun 2006, pertumbuhan investasi menurun secara drastis, yaitu sekitar 7,5 kali lebih rendah dari tahun 2005 dengan pertumbuhan sekitar Rp 18,3 miliar. Penurunan pertumbuhan investasi pada tahun 2006 tidak hanya terjadi pada industri makanan dan minuman, namun juga terjadi pada subsektor-subsektor industri lainnya (BKPMD Kabupaten Tangerang, 2006). Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sebanyak dua kali pada tahun 2005 industri diduga merupakan salah
81
satu penyebab penurunan pertumbuhan investasi ini. Tingginya tarif listrik industri juga merupakan penyebab tambahan investasi baru di Kabupaten Tangerang pada beberapa industri makanan dan minuman terhambat. Salah satu dari beberapa investasi yang terhambat tersebut adalah pabrik minuman ringan di Kabupaten Tangerang (GAPMMI, 2006). Tabel 5.17. Perkembangan (Δ) Nilai Investasi Industri Makanan dan Minuman Berdasarkan Skala Investasi Perusahaan Tahun 2000 hingga 2006 (Juta Rupiah) No
Tahun
Δ Nilai Investasi Δ Nilai Investasi Total Sedang Besar 1. 2000 381,8 381,8 2. 2001 389,4 81.166 81.555,4 3. 2002 972,5 16.000 16.972,5 4. 2003 1.459,9 10.942 12.401,9 5. 2004 2.848,6 1.028 62.669,4 66.546,0 6. 2005 2.360,2 123.939,3 126.299,5 7. 2006 2.264,4 352 15.747,3 18.363,7 Pertumbuhan 10.676,8 1.380 310.464 322.520,8 Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Kabupaten Tangerang (2006) Keterangan: Investasi Kecil = Nilai investasi perusahaan di bawah 200 juta Rupiah. Investasi Sedang = Nilai investasi perusahaan antara 201-500 juta Rupiah. Investasi Besar = Nilai investasi perusahaan di atas 500 juta Rupiah. = Tidak ada (kosong) Kecil
Total nilai pertumbuhan investasi industri makanan dan minuman berada pada posisi atau nilai terendah yakni sebesar Rp 381,8 juta pada tahun 2000. Nilai pertumbuhan investasi tersebut hanya disumbangkan oleh industri skala investasi kecil (usaha rakyat) tanpa adanya investasi dari industri skala investasi sedang dan besar. Hal ini diduga karena belum pulihnya kondisi perekonomian di Kabupaten Tangerang pasca krisis ekonomi yang bermula melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997. Kondisi ini juga mengindikasikan bahwa industri kecil ataupun rumah tangga memiliki daya tahan atau resistensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
82
industri-industri yang bermodalkan sedang dan besar. Terbukti pada awal-awal krisis ekonomi terjadi, tidak sedikit perusahaan besar harus mengurangi produksinya untuk sementara waktu yang berakibat pada pemutusan hubungan kerja secara besarbesaran di Kabupaten Tangerang (Profil Daerah Kabupaten dan Kota Jilid 2: 215218). Akan tetapi, seiring dengan membaiknya iklim investasi dan pulihnya perekonomian Kabupaten Tangerang, investasi pada industri makanan dan minuman terus mengalami peningkatan yang sangat berarti hingga tahun 2005. Pada umumnya, pertumbuhan investasi pada industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang lebih didominasi oleh pertumbuhan investasi skala besar ketimbang investasi skala kecil dan sedang. Hal ini berarti bahwa industri makanan dan minuman skala investasi besar lebih berperan dalam hal pembentukan PDRB (added value) Kabupaten Tangerang dibandingkan dengan industi makanan dan minuman skala investasi kecil dan sedang. Namun, dapat dilihat pada Tabel 5.17 bahwa pertumbuhan industri makanan dan minuman skala investasi kecil lebih menunjukkan suatu kenaikan secara teratur dan proporsional dibandingkan dengan industri makanan dan minuman skala investasi sedang dan besar yang cenderung berfluktuatif secara cepat (volatile) dari tahun ke tahun. Kondisi ini juga menandakan bahwa dari segi ketahanan dan kesinambungan, industri makanan dan minuman skala investasi kecil lebih tahan terhadap berbagai guncangan ekonomi (dari dalam maupun luar negeri) dibandingkan industri makanan dan minuman skala investasi sedang dan besar. Investasi pada subsektor industri makanan dan minuman skala kecil dari tahun 2000 hingga tahun 2004 terus mengalami peningkatan dan hanya sedikit mengalami penurunan pada tahun 2005 dan 2006.
83
5.5.2. Perkembangan (Δ) Penyerapan Tenaga Kerja Seiring dengan perkembangan investasi yang terus mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun, industri makanan dan minuman dalam kurun periode 2000 hingga 2006 juga mengalami pertumbuhan penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 5.18, menunjukkan bahwa industri makanan dan minuman memberikan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja yang cukup besar dalam periode tahun 2000 hingga tahun 2006 yakni sebesar 6.617 orang. Dari jumlah pertumbuhan penyerapan tenaga kerja tersebut, sekitar 87 persennya dikontribusi oleh industri makanan dan minuman yang bermodalkan besar atau memiliki investasi besar. Tabel 5.18. Perkembangan (Δ) Penyerapan Tenaga Kerja Industri Makanan dan Minuman berdasarkan Komoditi Tahun 2000 hingga 2006 No
Kode KBLI
Δ Jumlah Perusahaan (buah) Δ Penyerapan T.K (orang) Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar 1. 151 19 2 197 255 2. 152 4 1 32 6 3. 153 1 2 3 122 4. 154 49 3 31 429 51 4.671 5. 155 18 1 8 122 20 709 Total/Jumlah 91 4 44 783 71 5.763 Total Seluruh 139 6.617 Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Kabupaten Tangerang (2006) Keterangan: 151 = Pengolahan dan pengawetan daging ikan buah-buahan, sayuran, minyak dan lemak 152 = Industri susu dan makanan dari susu 153 = Industri penggilingan padi-padian, tepung dan pakan ternak 154 = Industri makanan lainnya 155 = Industri minuman - = Tidak ada (kosong)
Industri makanan dan minuman skala investasi skala kecil berada pada urutan kedua setelah industri makanan dan minuman skala investasi besar dengan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja sebanyak 783 orang atau sekitar 12 persen dari
84
pertumbuhan total penyerapan tenaga kerja industri makanan dan minuman. Jumlah penyerapan tenaga kerja ini tentunya bisa jadi lebih besar, mengingat terdapat banyak perusahaan makanan dan minuman skala investasi kecil (usaha rakyat dan rumah tangga) yang tidak memiliki surat izin usaha (BKPMD Kabupaten Tangerang, 2006). Berdasarkan output akhir atau komoditi daripada perusahaan makanan dan minuman yang terdapat di Kabupaten Tangerang, penyerapan tenaga kerja terbesar dikontribusi oleh golongan industri makanan lainnya (kode KBLI 154) khususnya yang skala investasi besar. Diantara jenis industri makanan lainnya skala investasi besar yang memiliki peranan terbesar dalam hal penyerapan tenaga kerja adalah industri penghasil kue kering dan industri penghasil coklat dan kembang gula. Industri penghasil kue kering menyerap 1.758 tenaga kerja atau berkontribusi sebesar 26,57 persen terhadap penyerapan tenaga kerja industri makanan dan minuman secara keseluruhan. Sedangkan industri penghasil coklat dan kembang gula menyerap 1.587 tenaga kerja atau 23,98 persen. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kedua industri makanan tersebut memiliki kontribusi atau peranan terbesar lebih dari 50 persen dalam hal pertumbuhan penyerapan tenaga kerja industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang pada periode tahun 2000 hingga tahun 2006. Golongan industri makanan lainnya skala investasi besar di Kabupaten Tangerang terdapat 10 jenis dengan jumlah penyerapan tenaga kerja sebagai berikut: 1. Industri penghasil roti (1 buah perusahaan dengan tenaga kerja 122 orang). 2. Industri penghasil kue kering (10 buah perusahaan dengan tenaga kerja 1.758 orang).
85
3. Industri penghasil coklat dan kembang gula (5 buah perusahaan dengan tenaga kerja 1.587 orang). 4. Industri penghasil kembang gula (2 buah perusahaan dengan tenaga kerja 375 orang). 5. Industri penghasil coklat, permen dan es krim (1 buah perusahaan dengan tenaga kerja 50 orang). 6. Industri penghasil kembang gula dan teh instan (1 buah perusahaan dengan tenaga kerja 254 orang). 7. Industri pengolahan teh dan kopi (1 buah perusahaan dengan tenaga kerja 119 orang). 8. Industri pengolahan kopi (1 buah perusahaan dengan tenaga kerja 106 orang). 9. Industri penghasil bumbu masak (2 buah perusahaan dengan tenaga kerja 141 orang). 10. Industri penghasil mie (4 buah perusahaan dengan tenaga kerja 159 orang). Industri makanan dan minuman golongan industri makanan lainnya skala investasi kecil juga lebih banyak menyerap tenaga kerja dibandingkan dengan golongan-golongan lain dari industri makanan dan minuman skala investasi kecil, yakni 429 tenaga kerja. Adapun jenis dari golongan industri makanan lainnya skala investasi kecil yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah industri penghasil roti (10 buah perusahaan), industri kue kering (6 buah perusahaan) dan industri tempe (9 buah perusahaan). Masing-masing jenis industri makanan tersebut menyerap tenaga kerja sebanyak 113 orang (industri penghasil roti), 74 orang (industri penghasil kue kering) dan 46 orang (industri penghasil tempe).
86
Selain golongan industri makanan lainnya, golongan industri minuman (kode KBLI 155) juga memberikan kontribusi yang cukup besar dalam hal penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Tangerang yakni sebesar 851 orang. Sekitar 83 persen dari jumlah tersebut disumbangkan oleh golongan industri minuman skala investasi besar. Ada 4 jenis dari golongan industri minuman yang terdapat di Kabupaten Tangerang yaitu industri minuman ringan (soft drink), industri minuman berakohol, industri minuman kesehatan dan industri minuman dalam kemasan. Dari segi penyerapan tenaga kerja, industri minuman ringan memberikan kontribusi penyerapan tenaga kerja terbesar yakni sebanyak 521 orang (skala investasi kecil 121 orang dan skala investasi besar 400 orang).
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis I-O terhadap Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang tahun 2000 klasifikasi 19 sektor serta analisis deskriptif mengenai perkembangan investasi dan perkembangan penyerapan tenaga kerja industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Kontribusi industri makanan dan minuman dalam perekonomian Kabupaten Tangerang terhadap pembentukan permintaan akhir total dan pembentukan output total menduduki peringkat kedua, sedangkan terhadap pembentukan permintaan antara total menempati peringkat ketiga. Impor dan konsumsi rumah tangga untuk industri makanan dan minuman adalah yang terbesar dibanding sektor-sektor lainnya. Dalam hal pembentukan nilai tambah bruto total, industri makanan dan minuman berada pada peringkat kelima serta peringkat keenam dalam hal ekspor.
2. Dilihat dari analisis keterkaitan langsung dan langsung tidak langsung ke depan, industri makanan dan minuman menempati peringkat kedua. Berdasarkan hasil analisis keterkaitan langsung dan langsung tidak langsung ke belakang, industri makanan dan minuman berada pada peringkat kelima. Meskipun dalam hal keterkaitan ke belakang peringkat kelima, industri makanan dan minuman menyerap jumlah output dari sektor pertanian terbesar dibandingkan dengan sektor-sektor perekonomian lainnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang memiliki kemampuan yang besar dalam hal mendukung perkembangan sektor agroindustri di Kabupaten Tangerang.
88 3. Hasil analisis pengganda pada Tabel I-O klasifikasi 19 sektor menunjukkan bahwa industri makanan dan minuman memiliki pengganda output tipe I peringkat kelima dan pengganda output tipe II peringkat pertama. Jika dilihat dari hasil analisis pengganda pendapatan, industri makanan dan minuman hanya menempati peringkat kedelapanbelas baik tipe I maupun tipe II. Peran industri makanan dan minuman dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan baru di Kabupaten Tangerang tergolong cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari nilai pengganda tenaga kerja tipe I dan tipe II yang menduduki peringkat kedua. Kondisi ini juga mengindikasikan bahwa industri makanan dan minuman dapat diandalkan untuk mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten Tangerang. 4. Sesuai dengan hasil analisis dampak penyebaran, industri makanan dan minuman memiliki nilai koefisien penyebaran peringkat kelima dan nilai kepekaan penyebaran peringkat kedua. Nilai koefisien dan kepekaan penyebaran yang lebih besar dari 1 mengindikasikan bahwa industri makanan dan minuman memiliki kemampuan yang tinggi dalam hal mendukung pertumbuhan output sektor hulu dan hilirnya. Hal ini pula yang menjadikan industri makanan dan minuman tergolong sebagai salah satu sektor prioritas (sektor unggulan) di Kabupaten Tangerang. 5. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh bahwa industri makanan dan minuman dalam kurun periode 2000 hingga 2006 mengalami pertumbuhan investasi dan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja meski nilainya cenderung berfluktuatif dari tahun ke tahun. Industri makanan dan minuman skala investasi besar memiliki peranan terbesar dalam hal pembentukan barang modal (investasi) dan penyerapan tenaga kerja.
89 6.2. Saran Pemerintah daerah (pemda) Kabupaten Tangerang seyogyanya memberikan perhatian khusus untuk mengembangkan industri makanan dan minuman mengingat ia dapat diandalkan untuk mendorong peningkatan output wilayah dan peningkatan lapangan pekerjaan. Selain itu, upaya pemda Kabupaten Tangerang untuk memajukan sektor pertanian harus secara bersamaan mengembangkan industri makanan dan minuman. Hal ini dikarenakan industri makanan dan minuman adalah sektor terbesar dalam hal penyerapan output pertanian dibanding sektor-sektor lainnya. Dengan kata lain, diperlukan suatu sinergi atau upaya saling dukung antara sektor pertanian dan industri makanan dan minuman yang ada di Kabupaten Tangerang. Lebih dari itu, mengingat pula industri makanan dan minuman tergolong sebagai salah satu sektor prioritas (sektor unggulan) di Kabupaten Tangerang oleh karena memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang yang tinggi, maka sangatlah beralasan jika pemda Kabupaten Tangerang untuk menumbuh kembangkan industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang.
DAFTAR PUSTAKA
Atantya,.2003. “Kendali Mutu Industri Makanan dan Minuman”. Sinar Harapan, Jakarta. Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Kabupaten Tangerang. 2006. Data Investasi Kabupaten Tangerang Tahun 2006. BKPMD, Tangerang. __________. 2006. Data Investasi Industri Non Fasilitas Kabupaten Tangerang Tahun 2000- 2006. BKPMD, Tangerang. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tangerang. 2000. Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang 2000. Tangerang. __________. 2002. Kabupaten Tangerang Dalam Angka Tahun 2002. BPS, Tangerang. __________. 2003. Kabupaten Tangerang Dalam Angka Tahun 2003. BPS, Tangerang. __________. 2004. Kabupaten Tangerang Dalam Angka Tahun 2004. BPS, Tangerang. __________. 2004. Kontribusi Usaha Kecil Menengah dan Usaha Besar Kabupaten Tangerang. BPS, Tangerang. __________. 2005. Kabupaten Tangerang Dalam Angka Tahun 2005. BPS, Tangerang. Badan Pusat Statistik. 2000. Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input Output. BPS, Jakarta. Badan Pusat Statistik Kota Cilegon. 2002. Interpretasi Tabel Input Output Kota Cilegon. BPS, Cilegon Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Basri, F. 2005. Kita Harus Berubah! Penerbit Buku Kompas, Jakarta. Canadian Trade and Enterprise. 2006. Food and Beverage in Canada. www.cthrc.ca Departemen Perindustrian. 2007. Media Industri. Departemen Perindustrian, Jakarta. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia. 2006. Buletin Industri Pangan Indonesia Edisi Keduabelas, April-Juni 2006. GAPMMI, Jakarta. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia. 2006. Buletin Industri Pangan Indonesia Edisi Kesebelas, Januari-Maret 2006. GAPMMI, Jakarta. Ghalib, R. 2005. Ekonomi Regional. Penerbit Pustaka Ramadhan, Bandung.
91
Jhingan, M. L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Mustikasari, D. Y. 2005. Peran Sektor Industri Pengolahan Dalam Perekonomian di Propinsi Jawa Tengah: Analisis Input Output [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Bogor. Mubyarto. 2005. A Development Manifesto (The Resilience of Indonesian Ekonomi Rakyat During the Monetary Crisis). Penerbit Buku Kompas, Jakarta. New Zealand Trade and Enterprise. 2006. Food Beverage, Sector Engagement Strategy 2005-2006. www.nzte.govt.nz Noertjahyo, J. A. 2005. Dari Ladang sampai Kabinet. Penerbit Buku Kompas, Jakarta. Priyarsono, D. S., A. Daryanto dan L. Herliana. 2005. “Dapatkah Pertanian Menjadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi Indonesia?: Analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi”. Agro Ekonomika, Vol. No. 1: Profil Daerah Kabupaten dan Kota Jilid 2. 2000. Penerbit Buku Kompas, Jakarta. Philip, M. C. 2001. Urban and Regional Economics. Oxford University Press, New York. Paul, S. A dan W. D. Nordhaus. 2001. Economics Seventeenth Edition. McGraw-Hill, New York. Setyawan, S. A. 2005. Analisis Peranan Sektor Industri Pengolahan dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Kabupaten Jepara [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Bogor. Sibarani, MA. F. 2004. “Industri Makanan dan Minuman Banyak Serap Tenaga Kerja”. Sinar Harapan, Jakarta. Sahara dan B. P. Resosudarmo. ____. ”Peran Sektor Industri Pengolahan terhadap Perekonomian Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta: Analisis Input-Output. Sahara. 2005. Kerangka Teori Model Input-Output [Transparansi Kuliah Ekonomi Regional]. Bogor. Soekartawi. 1994. Pembangunan Pertanian. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Todaro, M. P dan S. C. Smith. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Penerbit Erlangga, Jakarta. Wie, T.K. 2004. Pembangunan, Kebebasan dan Mukjizat Orde Baru. Penerbit Buku Kompas, Jakarta.
92 Lampiran 1. Klasifikasi Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Tangerang No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Klasifikasi 40 sektor Tabel I-O Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Padi Jagung Tanaman umbi-umbian Sayur-sayuran dan buah-buahan Tanaman bahan makanan lainnya Kelapa Tanaman hasil perkebunan lainnya Kehutanan (tidak ada transaksi) Ternak dan hasil-hasilnya Unggas dan hasil-hasilnya Ikan laut dan hasil-hasilnya Udang Hasil perikanan darat lainnya Pertambangan dan penggalian Industri makanan dan minuman Industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki Industri kayu, bambu, rotan dan furnitur Industri kertas dan barang-barang dari kertas Industri barang-barang kimia Industri galian non logam Industri dasar dari logam Industri barang dari logam, mesin dan perlengkapannya Industri lainnya Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan besar Perdagangan eceran Restoran/rumah makan Hotel Angkutan darat Angkutan lainnya Jasa penunjang angkutan Jasa Komunikasi Bank dan lembaga keuangan lainnya Persewaan dan jasa perusahaan lainnya Jasa sosial kemasyarakatan Jasa perorangan dan rumah tangga Jasa pemerintahan Jasa hiburan dan rekreasi Kegiatan yang tidak jelas batasannya (tidak ada transaksi)
No
Klasifikasi dalam penelitian (19 sektor)
1
Tanaman Pangan
2
Perkebunan
3
Tidak dimasukkan Peternakan
4
Perikanan
5 6
Tambang dan galian Industri makanan dan minuman
7
Industri lainnya
8 9 10 11 12 13 14
Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan besar Perdagangan eceran Restoran/rumah makan Hotel Transportasi
15 16
Komunikasi Keuangan dan jasa peusahaan lainnya
17 18 19
Jasa sosial dan masyarakat Jasa perorangan dan rumah tangga Jasa lainnya
-
Tidak dimasukkan
93 Lanjutan Lampiran 1. Klasifikasi Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Tangerang 190: Jumlah input antara 200: Impor 201: Upah dan gaji 202: Surplus usaha 203: Penyusutan 204: Pajak tak langsung 205: Subsidi 209: Nilai Tambah Bruto 210: Jumlah input 180: Jumlah permintaan antara 301: Konsumsi rumah tangga 302: Konsumsi pemerintah 303: Pembentukan modal tetap 304: Perubahan stok 305: Ekspor 309: Jumlah permintaan akhir 310: Total Permintaan
Lampiran 2. Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 40 Sektor (Juta Rupiah) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 216 0 0 0 0 0 19 247 0 0 0 0 0 0 0 50 0 0 11.235 0 230 9 0 170 79 1.262 537
2
3 0 1 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33 0 0 0 0 0 1 4 2
0 0 60 0 0 0 0 18 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 108 0 8 92 0 0 6 25 11
4 0 1 0 32.764 0 145 0 3.488 432 0 0 0 0 0 0 1.410 1.408 211 104.616 0 1.839 383 10 3.868 554 15.871 6.751
5 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 1 1 0
6
7
0 0 0 0 0 47 45 38 0 0 0 0 0 0 0 276 460 68 897 0 273 137 2 213 1.015 199 84
0 0 0 0 0 0 91 19 3 0 0 0 0 0 0 29 46 46 1.988 7 1.264 202 4 116 478 395 168
8 2.130 24 20 984 0 0 68 10.049 1.551 0 0 0 0 0 34.749 59 12 156 2.919 94 567 782 21 1.047 586 5.564 2.367
9 20 36 80 360 5 0 24 337 2.050 0 61 62 0 0 40.204 43 1.211 535 4.219 23 162 573 54 5.884 958 5.754 2.448
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11
12
13
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 404 29 117 0 1.076 852 484 129 1.742 0 1 749 630 290 356 665 283
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 21 12 6 0 689 54 52 0 1.156 0 0 475 51 75 0 259 110
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 29 5 80 0 1.202 194 25 7 465 0 0 459 200 46 339 281 119
94
28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 190 200 201 202 203 204 205 209 210
0 0 475 0 11 0 0 0 0 0 0 186 0 14.727 13.389 20.369 96.537 1.933 279 0 119.118 147.234
0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 48 72 49 273 1 1 0 324 443
3 0 13 0 0 0 0 0 0 0 0 28 0 374 1.064 391 2.178 17 39 0 2.625 4.063
969 0 5.371 0 136 56 19 1.285 0 0 0 275 0 181.861 115.992 79.165 283.664 3.918 2.265 0 369.011 666.865
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 19 33 138 2 1 0 175 202
39 0 527 0 2 8 26 0 0 0 0 4.002 0 8.358 3.015 9.162 48.322 656 1.080 0 59.221 70.595
22 0 1.063 0 3 9 54 51 0 0 0 392 0 6.453 4.352 7.849 21.625 1.840 1.007 0 32.321 43.126
74 0 1.792 0 127 80 125 409 0 0 0 901 0 67.255 20.976 41.839 182.762 8.397 52 0 233.051 321.281
88 0 1.829 0 49 281 23 367 0 0 0 1.213 0 68.954 15.513 39.131 154.075 4.354 2.955 0 200.515 284.981
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
366 0 195 0 6 31 59 537 0 0 0 229 0 9.230 3.265 16.844 44.254 2.207 4.269 0 67.574 80.069
76 0 78 0 3 5 8 0 0 0 0 30 0 3.163 1.436 4.011 27.181 1.619 873 0 33.685 38.283
289 0 147 0 2 8 69 372 0 0 0 63 0 4.400 1.711 12.024 37.120 1.323 667 0 51.134 57.244
95
Lanjutan Lampiran 2. Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 40 Sektor (Juta Rupiah) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 29 5 80 0 1.202 194 25 7 465 0 0 459 200 46 339 281
14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23 0 61 1 29 184 0 12 208 24 13 116 47
15 144.685 150 3.247 69.974 168 16.775 20.686 170.116 37.642 0 23.364 13.303 7.244 7 224.299 488 17 26.049 26.865 6.960 2.634 24.020 1.584 14.425 7.258 73.251
16 0 0 0 0 0 0 15.419 1.042 0 0 0 0 0 3 93 2.968.428 12 19.421 590.742 565 5.108 34.616 11.098 81.545 14.816 261.719
17 0 0 0 0 0 20 55 0 0 0 0 0 0 2 401 38.838 136.825 55 19.053 487 1.030 56.807 25.820 32.494 2.408 20.009
18 102 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 11 352 3 226.828 46.495 11 1.174 194 1.553 538 949 40.728
19 7 0 0 136 0 129 5.728 19 53 0 11 11 0 26 18.450 113.575 67 3.067 598.063 2.264 3.076 45.362 87 60.699 7.740 78.139
20 0 0 0 0 0 0 0 226 0 0 0 0 0 32 201 1.997 11 48.941 70.956 38.160 3.521 10.821 11.142 128.139 1.053 20.275
21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1.242 0 482 11 3.980 15.478 775 166.676 13.389 540 45.325 1.101 22.919
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 3.559 35 15.676 16.962 20.363 47.650 195.827 7.445 20.111 6.718 24.940
96
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 190 200 201 202 203 204 205 209 210
119 289 0 147 0 2 8 69 372 0 0 0 63 0 4.400 1.711 12.024 37.120 1.323 667 0 51.134 57.244
20 25 0 171 0 0 2 26 326 0 0 0 90 0 1.376 1.946 1.675 7.621 487 19 0 9.802 13.124
31.159 2.591 7 24.475 0 10.231 811 56 16.593 0 19 11 14.592 0 1.015.759 1.050.938 236.773 413.997 54.786 94.684 0 800.239 2.866.936
111.328 125 5 91.645 0 42.837 1.189 1.175 3.841 0 1.771 6 4 0 4.258.554 939.791 1.496.966 1.857.438 201.155 96.469 0 3.652.028 8.850.373
8.511 1.461 2 7.835 0 868 673 181 2.348 0 177 13 689 0 357.062 367.495 77.849 123.919 12.020 6.243 0 220.031 944.588
17.325 874 3 10.505 0 557 105 30 195 0 88 17 2.054 0 350.694 90.383 109.463 196.810 31.995 8.091 0 346.359 787.436
33.238 10.848 6 23.052 0 3.280 5.971 348 1.162 0 2.300 0 4.292 0 1.021.204 774.901 300.580 386.420 61.065 1.588 0 749.652 2.545.757
8.625 10.728 8 13.291 0 344 270 339 11.725 0 763 0 1.416 0 382.986 94.620 253.770 487.637 84.901 333 0 826.640 1.304.246
9.749 4.263 3 6.729 0 301 521 631 57 0 180 0 1.043 0 295.396 97.574 90.848 162.319 18.680 10.989 0 282.836 675.806
10.609 5.508 8 15.190 0 948 2.227 218 9.985 0 174 0 11.935 0 416.092 41.781 280.061 735.876 62.267 36.664 0 1.114.868 1.572.741
97
Lanjutan Lampiran 2. Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 40 Sektor (Juta Rupiah) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
23 0 0 0 0 0 2.630 514 18.900 6.300 0 378 703 0 2 1.536 76.478 1 183 75 8.225 63.876 129.743 272.730 23.181 7.041 62.427
24 0 0 0 209 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.725 0 9.331 0 20.322 200.390 113 1.510 97.537 333 60.477 28.777 31.927
25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 262 27.870 2.892 14.544 90.551 44.587 14.517 436 2.956 2.524 14.937
26 23 0 0 939 0 11 0 0 16 0 14 8 3 0 296.730 1.130 284 3.687 53.951 237 21.489 1.315 130 230.365 2.137 44.799
27 0 0 0 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 141.363 944 0 604 853 0 0 1.098 108 86.077 1.785 17.278
28 0 30 445 25.696 17 8.631 70 6.750 22.526 0 13.078 3.765 13.220 0 224.428 3.843 124 10.610 6.198 3.294 791 4.620 296 21.883 5.999 40.656
29 0 0 1 25 0 2 1 6 22 0 7 5 28 0 217 35 0 6 3 28 0 8 9 77 42 43
30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 115 3.640 126 5.547 102.048 266 86 2.731 4.199 3.042 4.299 12.903
31 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 89 857 100 393 1.634 5 77 3.300 873 1.104 5.758 654
98
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 190 200 201 202 203 204 205 209 210
26.555 186 11 26.503 0 703 251 25 29.561 0 8 0 21.779 0 780.504 69.512 213.538 399.889 40.595 22.225 0 676.247 1.526.263
13.581 3.384 4 15.510 0 320 1.335 140 73.316 0 3.370 187 11.560 0 578.359 484.966 194.379 411.117 182.555 855 0 788.907 1.852.232
6.354 1.006 1 7.220 0 133 266 113 5.402 0 546 73 382 0 237.578 40.723 88.544 122.701 15.873 11.326 0 238.444 516.745
19.056 172.984 5 68.070 0 1.131 1.274 5.692 38.433 0 448 116 10.941 0 975.418 176.500 227.499 460.495 39.859 50.310 0 778.164 1.930.082
7.349 107.969 2 26.776 0 1.631 435 366 0 0 374 0 9.736 0 404.765 21.983 99.222 235.297 30.022 29.718 0 394.259 821.007
17.294 2.014 1 17.349 0 602 1.060 261 6.641 0 172 1.000 622 0 463.985 86.534 204.372 498.183 86.081 52.090 0 840.726 1.391.246
18 11 0 21 0 2 18 0 29 0 26 5 9 0 706 167 290 742 179 71 0 1.282 2.155
5.489 13.279 10 10.523 0 16.361 1.040 585 8.344 0 5.947 265 190.407 0 391.254 174.981 198.089 416.181 139.680 16.900 0 770.850 1.337.085
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
278 288 7 933 0 1.958 175 34 2.315 0 907 26 718 0 22.483 5.749 15.654 44.718 8.629 534 0 69.535 97.767
99
Lanjutan Lampiran 2. Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 40 Sektor (Juta Rupiah) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 78 18 737 257 73 28 414 33 821 1.445 188 80
34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 22 4 13 256 49 10 16 80 42 295 278 62 27
35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 158 645 26 14 25 8 167 1.587 2.404 9.192 1.210 531 226
36 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 996 460 8.818 20.252 99 0 0 2.305 4.107 15.371 16.376 4.525 1.925
37 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.153 2.667 48 3.430 45 0 0 1.104 441 2.320 2.620 1.343 571
38 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 153 23 16 23 49 0 8 48 21 682 18 37 16
39 0 0 0 0 0 0 50 0 0 0 0 0 0 1 29 8.569 300 7.564 13.425 435 2.282 14.783 35.039 14.342 1.963 9.431 4.012
40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
180 147.183 244 3.852 131.103 191 28.390 42.770 211.259 70.594 0 37.368 17.902 20.699 6.078 991.369 3.239.715 178.425 421.720 1.907.824 172.955 370.142 660.294 381.469 867.181 128.804 814.047 346.275
100
28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 190 200 201 202 203 204 205 209 210
83 2 200 0 44 1.223 94 1.506 0 310 35 183 0 7.857 5.091 10.436 11.256 9.657 480 0 31.829 44.777
230 1 277 0 16 95 149 668 0 131 13 190 0 2.924 2.743 5.527 7.516 620 145 0 13.807 19.474
6.550 4 3.435 0 410 426 977 9.351 0 865 82 0 0 38.291 19.457 88.238 146.602 18.044 10.971 0 263.855 321.603
21.699 23 16.055 0 750 7.985 1.365 8.102 0 257 0 0 0 131.470 47.560 230.815 0 13.015 0 0 243.830 422.860
1.694 1 3.051 0 43 308 40 3.215 0 2.795 104 566 0 30.557 3.253 16.732 45.201 6.235 229 0 68.397 102.207
112 0 25 0 0 27 11 293 0 98 210 77 0 1.947 650 1.676 4.146 833 402 0 7.058 9.655
139 1 3.819 0 320 292 5 9.845 0 670 0 1.415 0 128.731 22.110 74.857 193.800 17.092 1.506 0 287.255 438.096
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
369.977 116 404.154 0 84.128 28.458 13.243 246.274 0 22.398 2.162 292.022 0 12.660.783 4.802.211 4.748.723 8.268.011 1.162.591 466.328 0 14.645.654 32.108.646,91
101
Lanjutan Lampiran 2. Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 40 Sektor (Juta Rupiah) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
301 0 186 177 532.031 10 18.598 351 66.886 213.258 0 38.597 11.334 23.464 0 1.443.168 938.549 144.779 189.743 344.119 162.395 42.081 50.649 157.923 937.551 0 445.349 189.440
302 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 47.500 0 0 0
303 0 0 0 0 0 0 0 30.026 0 0 0 0 0 0 0 1.929 11.208 0 0 2.317 139.170 706.752 514.374 0 387.941 137.985 58.695
304 51 14 34 3.627 1 4.866 5 2.929 1.129 0 157 (4.721) 832 51 25.741 106.370 66.127 89.828 (32.342) 177.184 (2.108) (37.680) 3.956 0 0 0 0
305 0 0 0 103 0 18.740 0 10.181 0 0 3.947 13.768 12.250 6.996 406.658 4.563.810 544.049 86.145 326.156 789.395 126.521 192.725 468.541 0 0 532.700 226.597
309 51 200 211 535.761 11 42.204 356 110.022 214.387 0 42.701 20.381 36.546 7.046 1.875.567 5.610.658 766.163 365.716 637.933 1.131.291 305.664 912.447 1.144.795 985.051 387.941 1.116.035 474.732
310 147.234 443 4.063 666.865 202 70.595 43.126 321.281 284.981 0 80.069 38.283 57.244 13.124 2.866.936 8.850.373 944.588 787.436 2.545.757 1.304.246 675.806 1.572.741 1.526.263 1.852.232 516.745 1.930.082 821.007
102
28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 190
898.756 271 760.071 0 7.724 13.926 3.079 72.679 52.066 49.904 7.254 140.462 0 7.956.832
0 0 0 0 0 0 0 0 370.795 29.781 0 0 0 448.076
0 0 35.277 0 1.182 42 0 0 0 0 26 3.461 0 2.030.386
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 406.052
122.512 1.767 137.583 0 4.733 2.351 3.152 2.650 0 123 213 2.151 0 8.606.518
1.021.268 2.038 932.931 0 13.640 16.319 6.231 75.329 422.860 79.808 7.493 146.074 0 19.447.864
1.391.246 2.155 1.337.085 0 97.767 44.777 19.474 321.603 422.860 102.206 9.655 438.096 0 32.108.647
103
Lanjutan Lampiran 2. Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 190 200 201 202 203 204 205 209 210
304 3.727 4.868 4.057 3.731 51 25.740 371.153 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 413.328 0 0 0 0 0 0 413.328 0
305 103 18.729 10.180 29.959 7.060 406.635 7.093.844 0 0 532.508 226.515 122.511 1.767 142.288 2.351 5.831 123 2.152 213 8.602.769 0 0 0 0 0 0 8.602.769 0
309 818.806 113.721 606.262 183.061 13.124 2.866.933 18.254.710 1.804.733 516.748 1.930.083 821.005 1.391.245 2.154 1.434.851 44.779 341.078 102.205 438.096 432.516 32.116.111 4.796.829 4.752.867 8.274.016 1.159.506 467.055 0 51.566.383 1.062.311
`Lampiran 3. Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 19 Sektor (Juta Rupiah) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 190 200 201 202 203 204 205 209 210
1 33.044 164 4.189 0 0 0 121.597 4.039 643 17.158 7.299 973 0 6.007 56 1.311 0 490 0 196.971 130.545 100.015 382.819 5.870 2.586 0 818.806 41.189
2 0 183 60 0 0 0 5.698 329 1.496 593 252 61 0 1.595 18 132 0 4.396 0 14.812 7.367 17.012 69.947 2.496 2.087 0 113.721 7.006
3 3.660 92 13.984 123 0 74.950 11.425 6.933 1.546 11.314 4.812 162 0 3.796 361 929 0 2.115 0 136.202 36.489 80.972 336.841 12.751 3.007 0 606.262 33.348
4 0 0 0 735 0 3.093 8.047 429 725 1.256 535 762 0 450 46 1.095 0 337 0 17.509 6.684 34.276 113.168 5.368 6.056 0 183.061 13.541
5 0 0 0 0 23 0 518 13 116 47 20 25 0 171 2 354 0 90 0 1.379 1.946 1.675 7.619 487 19 0 13.124 4.620
6 218.228 37.439 207.735 43.904 7 224.291 88.576 14.429 7.267 73.226 31.148 2.591 7 34.700 811 16.733 19 14.598 11 1.015.720 1.050.958 236.778 414.005 54.787 94.686 0 2.866.933 23.641
7 246 24.548 26.611 1.105 1.330 20.749 6.210.878 393.222 41.991 532.434 226.484 34.086 47 245.218 11.240 62.299 5.481 43.350 35 7.881.353 2.482.912 2.830.889 4.362.354 514.097 183.106 0 18.254.710 281.875
8
9
10
11
204 0 0 0 4.645 0 320.879 58.933 28.067 31.092 13.226 3.297 4 15.419 1.301 71.917 3.285 11.266 182 563.717 472.458 189.365 400.513 177.846 833 0 1.804.733 2.772
0 0 0 0 7 0 195.592 2.957 2.527 14.934 6.353 1.006 1 7.352 266 5.543 546 382 73 237.540 40.729 88.557 122.719 15.875 11.328 0 516.748 51.140
961 11 16 25 0 296.684 82.174 230.404 2.139 44.778 19.047 172.965 5 69.181 1.274 44.340 448 10.944 116 975.514 176.483 227.477 460.450 39.855 50.305 0 1.930.083 113.578
17 0 0 0 0 141.354 3.605 86.099 1.787 17.272 7.346 107.967 2 28.402 435 368 374 9.740 0 404.768 21.983 99.221 235.294 30.022 29.718 0 821.005 49.536
12 26.188 8.696 29.272 30.058 0 224.418 29.763 21.889 6.006 40.642 17.288 2.014 1 17.948 1.060 6.936 172 622 1.000 463.973 86.535 204.375 498.189 86.082 52.091 0 1.391.245 102.032
104
Lanjutan Lampiran 3. Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 19 Sektor (Juta Rupiah) . Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 190 200 201 202 203 204 205 209 210
13 26 3 28 40 0 217 90 77 42 43 18 11 0 23 18 29 26 9 5 705 167 290 742 179 71 0 2.154 145
14 0 0 0 0 0 203 125.813 4.147 10.069 13.552 5.765 13.566 17 29.768 1.215 11.332 6.859 191.192 292 413.790 180.721 213.732 460.874 148.301 17.433 0 1.434.851 97.366
15 0 0 0 0 0 4 1.638 821 1.446 188 80 83 2 244 1.223 1.607 310 183 35 7.864 5.090 10.435 11.254 9.656 480 0 44.779 4.754
16
17
18
19
0 0 0 0 0 179 5.342 9.488 1.489 594 252 6.779 5 4.136 521 11.200 997 190 94 41.265 22.196 93.750 154.093 18.661 11.113 0 341.078 57.820
0 0 0 0 0 4.152 7.729 2.320 2.623 1.342 571 1.694 1 3.092 308 3.271 2.796 566 104 30.568 3.252 16.729 45.193 6.234 229 0 102.205 9.187
0 50 0 0 1 29 82.355 14.346 1.965 9.427 4.010 139 1 4.138 292 9.899 670 1.416 0 128.738 22.110 74.855 193.796 17.092 1.506 0 438.096 41.103
0 0 0 0 0 1.148 36.208 16.056 16.411 4.560 1.939 21.808 23 16.825 8.013 9.819 355 77 210 133.452 48.205 232.465 4.146 13.846 402 0 432.516 127.658
180 282.573 71.186 281.895 75.989 6.013 991.471 7.337.927 866.931 128.356 814.452 346.444 369.988 116 488.463 28.459 259.113 22.340 291.963 2.157 12.665.837 4.796.829 4.752.867 8.274.016 1.159.506 467.055 0 32.116.110 1.062.311
301 532.403 18.939 280.108 73.381 0 1.443.087 2.029.237 937.802 0 445.188 189.372 898.746 271 767.646 13.927 76.135 49.940 140.518 59.321 7.956.021 0 0 0 0 0 0 7.956.021 0
302
303
0 0 0 0 0 0 47.477 0 0 0 0 0 0 0 0 0 29.802 0 370.799 448.078 0 0 0 0 0 0 448.078 0
0 0 30.022 0 0 0 1.375.072 0 388.392 137.935 58.674 0 0 36.453 42 0 0 3.462 26 2.030.078 0 0 0 0 0 0 2.030.078 0
105
Lanjutan Lampiran 3. Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 19 Sektor (Juta Rupiah) . Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 190 200 201 202 203 204 205 209 210
304 3.727 4.868 4.057 3.731 51 25.740 371.153 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 413.328 0 0 0 0 0 0 413.328 0
305 103 18.729 10.180 29.959 7.060 406.635 7.093.844 0 0 532.508 226.515 122.511 1.767 142.288 2.351 5.831 123 2.152 213 8.602.769 0 0 0 0 0 0 8.602.769 0
309 818.806 113.721 606.262 183.061 13.124 2.866.933 18.254.710 1.804.733 516.748 1.930.083 821.005 1.391.245 2.154 1.434.851 44.779 341.078 102.205 438.096 432.516 32.116.111 4.796.829 4.752.867 8.274.016 1.159.506 467.055 0 51.566.383 1.062.311
106
Lampiran 4. Matrik Koefisien Teknis Klasifikasi 19 Sektor Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Total
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Total
0,040 0,000
0,000 0,002
0,006 0,000
0,000 0,000
0,000 0,000
0,076 0,013
0,000 0,001
0,000 0,000
0,000 0,000
0,000 0,000
0,000 0,000
0,019 0,006
0,012 0,001
0,000 0,000
0,000 0,000
0,000 0,000
0,000 0,000
0,000 0,000
0,000 0,000
0,009 0,002
0,005 0,000
0,001 0,000
0,023 0,000
0,000 0,004
0,000 0,000
0,072 0,015
0,001 0,000
0,000 0,000
0,000 0,000
0,000 0,000
0,000 0,000
0,021 0,022
0,013 0,019
0,000 0,000
0,000 0,000
0,000 0,000
0,000 0,000
0,000 0,000
0,000 0,000
0,009 0,002
0,000 0,000
0,000 0,000
0,000 0,124
0,000 0,017
0,002 0,000
0,000 0,078
0,000 0,001
0,003 0,000
0,000 0,000
0,000 0,154
0,000 0,172
0,000 0,161
0,000 0,101
0,000 0,000
0,000 0,000
0,000 0,001
0,000 0,041
0,000 0,000
0,000 0,003
0,000 0,031
0,149 0,005
0,050 0,003
0,019 0,011
0,044 0,002
0,039 0,001
0,031 0,005
0,340 0,022
0,178 0,033
0,379 0,006
0,043 0,119
0,004 0,105
0,021 0,016
0,042 0,036
0,088 0,003
0,037 0,018
0,016 0,028
0,076 0,023
0,188 0,033
0,084 0,037
0,228 0,027
0,001 0,021
0,013 0,005
0,003 0,019
0,004 0,007
0,009 0,004
0,003 0,026
0,002 0,029
0,016 0,017
0,005 0,029
0,001 0,023
0,002 0,021
0,004 0,029
0,020 0,020
0,007 0,009
0,032 0,004
0,004 0,002
0,026 0,013
0,004 0,022
0,038 0,011
0,004 0,025
0,009 0,001
0,002 0,001
0,008 0,000
0,003 0,004
0,002 0,002
0,011 0,001
0,012 0,002
0,007 0,002
0,012 0,002
0,010 0,090
0,009 0,132
0,012 0,001
0,008 0,005
0,004 0,009
0,002 0,002
0,001 0,020
0,006 0,017
0,009 0,000
0,004 0,050
0,011 0,012
0,000 0,007
0,000 0,014
0,000 0,006
0,000 0,002
0,000 0,013
0,000 0,012
0,000 0,013
0,000 0,009
0,000 0,014
0,000 0,036
0,000 0,035
0,000 0,013
0,000 0,011
0,000 0,021
0,000 0,005
0,000 0,012
0,000 0,030
0,000 0,009
0,000 0,039
0,000 0,015
0,000 0,002 0,000
0,000 0,001 0,000
0,001 0,002 0,000
0,000 0,006 0,000
0,000 0,027 0,000
0,000 0,006 0,000
0,001 0,003 0,000
0,001 0,040 0,002
0,001 0,011 0,001
0,001 0,023 0,000
0,001 0,000 0,000
0,001 0,005 0,000
0,008 0,014 0,012
0,001 0,008 0,005
0,027 0,036 0,007
0,002 0,033 0,003
0,003 0,032 0,027
0,001 0,023 0,002
0,019 0,023 0,001
0,001 0,008 0,001
0,001 0,000
0,039 0,000
0,003 0,000
0,002 0,000
0,007 0,000
0,005 0,000
0,002 0,000
0,006 0,000
0,001 0,000
0,006 0,000
0,012 0,000
0,000 0,001
0,004 0,002
0,133 0,000
0,004 0,001
0,001 0,000
0,006 0,001
0,003 0,000
0,000 0,000
0,009 0,000
0,241
0,130
0,225
0,096
0,105
0,354
0,432
0,312
0,460
0,505
0,493
0,333
0,327
0,288
0,176
0,121
0,299
0,294
0,309
0,394
200
0,159
0,065
0,060
0,037
0,148
0,367
0,136
0,262
0,079
0,091
0,027
0,062
0,078
0,126
0,114
0,065
0,032
0,050
0,111
0,149
201
0,122
0,150
0,134
0,187
0,128
0,083
0,155
0,105
0,171
0,118
0,121
0,147
0,135
0,149
0,233
0,275
0,164
0,171
0,537
0,148
202
0,468
0,615
0,556
0,618
0,581
0,144
0,239
0,222
0,237
0,239
0,287
0,358
0,344
0,321
0,251
0,452
0,442
0,442
0,010
0,258
203
0,007
0,022
0,021
0,029
0,037
0,019
0,028
0,099
0,031
0,021
0,037
0,062
0,083
0,103
0,216
0,055
0,061
0,039
0,032
0,036
204
0,003
0,018
0,005
0,033
0,001
0,033
0,010
0,000
0,022
0,026
0,036
0,037
0,033
0,012
0,011
0,033
0,002
0,003
0,001
0,015
205
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
209
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
210
0,050
0,062
0,055
0,074
0,352
0,008
0,015
0,002
0,099
0,059
0,060
0,073
0,067
0,068
0,106
0,170
0,090
0,094
0,295
0,033
107
Lampiran 5. Matrik Leontif Terbuka Klasifikasi 19 Sektor Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Total
1 1,043 0,001 0,007 0,000 0,000 0,010 0,246 0,017 0,002 0,031 0,013 0,007 0,000 0,013 0,000 0,004 0,000 0,004 0,000 1,399
2 0,000 1,002 0,001 0,000 0,000 0,003 0,102 0,009 0,014 0,010 0,004 0,003 0,000 0,017 0,000 0,003 0,000 0,042 0,000 1,211
3 0,018 0,002 1,035 0,003 0,000 0,146 0,054 0,019 0,004 0,027 0,011 0,005 0,000 0,011 0,001 0,005 0,000 0,007 0,000 1,347
4 0,002 0,000 0,002 1,005 0,000 0,022 0,075 0,007 0,004 0,011 0,005 0,006 0,000 0,005 0,000 0,007 0,000 0,003 0,000 1,155
5 0,000 0,000 0,000 0,000 1,002 0,003 0,073 0,005 0,009 0,007 0,003 0,004 0,000 0,015 0,000 0,029 0,000 0,009 0,000 1,161
6 0,088 0,015 0,083 0,017 0,000 1,107 0,091 0,016 0,004 0,037 0,016 0,007 0,000 0,019 0,001 0,009 0,000 0,010 0,000 1,520
7 0,002 0,002 0,004 0,001 0,000 0,016 1,541 0,044 0,005 0,049 0,021 0,011 0,000 0,025 0,001 0,009 0,001 0,008 0,000 1,738
8 0,001 0,001 0,001 0,000 0,003 0,009 0,302 1,048 0,018 0,029 0,012 0,008 0,000 0,016 0,001 0,046 0,002 0,010 0,000 1,508
9 0,001 0,001 0,002 0,001 0,000 0,015 0,597 0,029 1,007 0,050 0,021 0,011 0,000 0,026 0,001 0,016 0,002 0,007 0,000 1,788
10 0,018 0,003 0,017 0,005 0,000 0,196 0,136 0,138 0,005 1,040 0,017 0,098 0,000 0,046 0,001 0,034 0,001 0,015 0,000 1,772
11 0,021 0,004 0,020 0,006 0,000 0,223 0,079 0,122 0,006 0,038 1,016 0,139 0,000 0,045 0,001 0,010 0,001 0,021 0,000 1,752
12 0,035 0,009 0,036 0,025 0,000 0,192 0,071 0,027 0,006 0,040 0,017 1,008 0,000 0,020 0,001 0,009 0,000 0,005 0,001 1,504
13 0,023 0,003 0,023 0,021 0,000 0,123 0,112 0,048 0,022 0,031 0,013 0,011 1,000 0,018 0,009 0,019 0,013 0,008 0,002 1,499
14 0,001 0,000 0,001 0,000 0,000 0,008 0,189 0,016 0,009 0,020 0,009 0,013 0,000 1,027 0,001 0,014 0,005 0,138 0,000 1,454
15 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000 0,004 0,090 0,025 0,035 0,009 0,004 0,005 0,000 0,009 1,028 0,041 0,008 0,006 0,001 1,265
16 0,001 0,000 0,001 0,001 0,000 0,006 0,041 0,032 0,006 0,005 0,002 0,022 0,000 0,015 0,002 1,036 0,003 0,003 0,000 1,176
17 0,005 0,001 0,005 0,001 0,000 0,056 0,159 0,034 0,028 0,023 0,010 0,022 0,000 0,038 0,004 0,038 1,029 0,012 0,001 1,467
18 0,001 0,001 0,001 0,000 0,000 0,010 0,310 0,048 0,006 0,034 0,014 0,007 0,000 0,017 0,001 0,028 0,002 1,007 0,000 1,487
19 0,003 0,001 0,003 0,001 0,000 0,019 0,179 0,049 0,041 0,021 0,009 0,055 0,000 0,046 0,019 0,029 0,002 0,008 1,001 1,485
Total 1,264 1,047 1,243 1,088 1,007 2,169 4,448 1,731 1,232 1,513 1,218 1,440 1,000 1,428 1,073 1,387 1,069 1,321 1,007 27,685
108