PERANAN SEKTOR PARIWISATA DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI DKI JAKARTA: ANALISIS INPUT-OUTPUT
OLEH PUTRI NILAM KENCANA H14070033
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN
PUTRI NILAM KENCANA. Peranan Sektor Pariwisata Dalam Perekonomian Provinsi DKI Jakarta: Analisis Input-Output (dibimbing oleh D.S. PRIYARSONO).
Pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat nasional menghadapi berbagai masalah seperti masalah kemiskinan dan pengangguran. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan upaya pemerataan distribusi pendapatan. Dalam rangka mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta dan publik perlu mengetahui informasi mengenai sektor-sektor apa saja yang mampu menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tinggi dan sektor mana yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Salah satunya adalah sektor pariwisata. Provinsi DKI Jakarta yang merupakan ibukota dari Negara Republik Indonesia memegang peranan yang penting dalam pengembangan sektor pariwisata di Indonesia. DKI Jakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata karena letaknya yang cukup strategis, mudah dijangkau, dan daya tariknya sebagai ibukota negara. Pengembangan dan pemanfaatan kegiatan pariwisata diharapkan mampu meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi DKI Jakarta serta meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan pendapatan sehingga dapat mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran. Penelitian ini bertujuan menganalisis sejauh mana peran sektor pariwisata dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta. Metode yang digunakan adalah analisis Input-Output dengan menggunakan program IOAP (Input Output Analysis for Practitioners) dan Microsoft Excel. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, klasifikasi 87 sektor. Analisis yang dilakukan terdiri dari analisis keterkaitan, analisis dampak penyebaran, dan analisis pengganda (multiplier). Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa subsektor jasa hiburan dan rekreasi mempunyai nilai tertinggi untuk masing-masing nilai pengganda. Dapat dikatakan subsektor ini merupakan subsektor prioritas yang dapat dijadikan acuan untuk pengembangan sektor pariwisata di Provinsi DKI Jakarta karena merupakan subsektor yang paling berpotensi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan juga mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak. Pengembangan pada subsektor jasa hiburan dan rekreasi ini dapat mengurangi kemiskinan dan pengangguran di DKI Jakarta. Dengan mempertimbangkan besarnya kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian Provinsi DKI Jakarta, pengembangan sektor pariwisata untuk masa mendatang perlu mendapat prioritas. Pemerintah DKI Jakarta diharapkan dapat mengatasi kendala yang disebabkan oleh minimnya anggaran yang dialokasikan untuk pengembangan dan promosi sektor pariwisata.
PERANAN SEKTOR PARIWISATA DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI DKI JAKARTA: ANALISIS INPUT-OUTPUT
Oleh PUTRI NILAM KENCANA H14070033
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul Skripsi
: Peranan Sektor Pariwisata dalam Perekonomian Provinsi DKI Jakarta: Analisis Input-Output
Nama
: Putri Nilam Kencana
NRP
: H14070033
Menyetujui, Dosen Pembimbing
D.S. Priyarsono, Ph.D NIP. 19610501 198601 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP. 19641022 198903 1 003
Tanggal Kelulusan:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, April 2011
Putri Nilam Kencana H14070033
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Putri Nilam Kencana, lahir pada tanggal 22 Januari 1989 di Jakarta. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan H. Rinaldi Ismail dan Hj. Yufliana. Penulis mengawali pendidikannya pada tahun 1995 sampai dengan tahun 2001 di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 2001 sampai tahun 2004 di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMA Negeri 34 Jakarta dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) kemudian terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) pada Program Studi Ilmu Ekonomi dan mengambil minor Manajemen Fungsional. Selama menjadi mahasiswa, penulis mencoba mengaktualisasi diri bergabung dengan HIPOTESA (Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan) sebagai staf pada Divisi Kerjasama dan Hubungan Eksternal dan organisasi IMEPI (Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indonesia) sebagai anggota. Selain itu, penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan seperti Hipotex-R 2009, Studi Banding dan Riset (Stubandrie) FEUI-IPB 2009, Latihan Kepemimpinan dan Organisasi (LKO) IMEPI Jabagbar 2010, Hipotesa Social Responsibility (HSR) 2010, Economic Trip (E-trip) 2010, Economic Work (E-work) 2010, Panitia Perpisahan Ilmu Ekonomi 44 2011, dan kegiatan kepanitiaan lainnya. Tahun 2011 penulis melakukan penelitian dengan judul “Peranan Sektor Pariwisata dalam Perekonomian Provinsi DKI Jakarta: Analisis Input-Output” untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Peranan Sektor Pariwisata dalam Perekonomian Provinsi DKI Jakarta: Analisis Input-Output”. Pariwisata merupakan topik yang sangat menarik karena berdampak positif terhadap pembangunan di daerah dan perkembangan perekonomian. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini, khususnya di daerah Provinsi DKI Jakarta. Disamping hal tersebut, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, khususnya kepada: 1. Dominicus Savio Priyarsono, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis, teoritis maupun moril dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Manuntun Parulian Hutagaol, Ph.D sebagai dosen penguji utama dalam sidang skripsi yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Alla Asmara, M.Si sebagai dosen penguji dari komisi pendidikan yang memberikan banyak informasi mengenai tata cara penulisan skripsi yang baik. 4. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi FEM-IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis selama menjalani studi di Departemen Ilmu Ekonomi. 5. Kedua Orangtua tercinta Papa H. Rinaldi Ismail dan Mama Hj. Yufliana, adik Patricia Bebby Yolla serta segenap keluarga besar, yang telah
memberikan kasih sayang, perhatian, motivasi, dukungan baik moril maupun material serta doa bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Sahabat-sahabatku Restystika Dianeswari, Nur Najmi Laila dan Sartika Wulandari atas sharing, motivasi, dukungan, dan doanya untuk penulis selama ini. 7. Teman-teman seperjuangan satu bimbingan Hesti Ayu Hapsari, Fatmawati dan Ni Luh Putu Aria Permanasari atas semangat, motivasi, doa, dan perjuangan yang luar biasa ini. 8. Sahabat-sahabatku di Ilmu Ekonomi 44: Ranty Purnamasari, Putri Pamungkas, Sari Maulidyawati, Resti Anditya, Dyah Pramita Raharti, Hilman Kurniawan, Nhimas Antyan, Retno Khairunnisa, Novia Handayani, Ajeng Endartrianti, Michelia Widya Agri, Merry Veronica, dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, atas bantuan, semangat dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Kakak kelas Ilmu Ekonomi 43: Kak Fazlur, Kak Dina, Kak Ayu, Kak Agnes, Kak Intan atas bantuan dan dukungan semangatnya bagi penulis. 10. Hipotesa dan CER 2010, atas kebersamaannya yang luar biasa. 11. Ibu Susi Metinara dari BPS Pusat dan Bapak Hasbullah dari BPS Provinsi DKI Jakarta yang telah membantu penulis memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini. 12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih terdapat kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pihak lain yang membutuhkan. Bogor, April 2011
Putri Nilam Kencana H14070033
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ......................................................................................... i DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix I.
PENDAHULUAN ....................................................................................
1
1.1. Latar Belakang .…………………………....................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ………………………………………............
5
1.3. Tujuan Penelitian ..………………………………………...............
7
1.4. Manfaat Penelitian ………………………………………………... 8 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………… 8 II.
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .................. 10 2.1
Tinjauan Pustaka................................................................................ 10 2.1.1. Definisi Kepariwisataan .......................................................... 10 2.1.2. Definisi Wisatawan ................................................................ 12 2.1.3. Usaha-Usaha Pariwisata ......................................................... 13 2.1.4. Tujuan Pembangunan Pariwisata Nasional ............................ 15 2.1.5. Peran Sektor Pariwisata dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta.............................................................. 17
2.2. Tinjauan Empiris .............................................................................. 18 2.3. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 22 2.3.1. Kerangka Teoritis : Model Input-Output ................................ 22 2.3.2. Asumsi-Asumsi, Keuntungan dan Keterbatasan dalam Model Input-Output .................................................... 24 2.3.3. Struktur Tabel Input-Output ................................................... 27 2.3.4. Analisis Keterkaitan................................................................. 32 2.3.5. Analisis Dampak Penyebaran................................................... 34 2.3.6. Analisis Pengganda (Multiplier)............................................... 35
2.4. Kerangka Pemikiran Konseptual ....................................................... 38 2.5. Tahap-tahap Analisis.......................................................................... 42 III.
METODE PENELITIAN .......................................................................... 44 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 44 3.2. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 44 3.3. Metode Analisis ................................................................................ 45 3.3.1. Analisis Keterkaitan ................................................................ 45 3.3.2. Analisis Dampak Penyebaran .................................................. 47 3.3.3. Analisis Pengganda (Multiplier) .............................................. 49 3.4. Analisis Simulasi Investasi Publik .................................................... 51 3.4.1. Peningkatan Anggaran Sektor Pariwisata dalam APBD ......... 52 3.4.2. Peningkatan Investasi Publik ................................................... 52 3.5. Konsep dan Definisi Operasional Data ............................................. 53
IV.
GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA .............................. 63 4.1. Sektor Pariwisata di Provinsi DKI Jakarta ........................................ 65 4.2. Objek Wisata di Provinsi DKI Jakarta .............................................. 67 4.3. Perkembangan Kunjungan Wisatawan ke Provinsi DKI Jakarta .................................................................... 72 4.4. Kontribusi terhadap Tenaga Kerja dan Pendapatan .......................... 73
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 74 5.1. Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ......................................................................... 74 5.1.1. Struktur Permintaan ................................................................ 74 5.1.2. Struktur Konsumsi Rumah Tangga ......................................... 77 5.1.3. Struktur Konsumsi Pemerintah ............................................... 78 5.1.4. Struktur Investasi .................................................................... 79 5.1.5. Struktur Ekspor dan Impor ..................................................... 81 5.1.6. Struktur Nilai Tambah Bruto .................................................. 83 5.2. Analisis Keterkaitan .......................................................................... 85 5.2.1. Keterkaitan ke Depan ............................................................. 85 5.2.2. Keterkaitan ke Belakang ......................................................... 87 5.3. Analisis Dampak Penyebaran .............................................................. 90 5.3.1. Koefisien Penyebaran .............................................................. 90
5.3.2. Kepekaan Penyebaran ............................................................. 92 5.4. Analisis Pengganda (Multiplier) ....................................................... 94 5.4.1. Pengganda Output .................................................................. 94 5.4.2. Pengganda Pendapatan ........................................................... 96 5.4.3. Pengganda Tenaga Kerja ......................................................... 98 5.4.4. Analisis Penetapan Sektor Prioritas ...................................... 100 5.5. Analisis Simulasi Investasi Publik .................................................. 101 5.5.1. Peningkatan Anggaran Sektor Pariwisata dalam APBD..... . 102 5.5.2. Peningkatan Investasi Publik ............................................... 104 VI.
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 107 6.1. Kesimpulan .................................................................................... 107 6.2. Saran .............................................................................................. 109
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 110 LAMPIRAN ..................................................................................................... 112
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah) ........................
2
1.2. Jumlah Tenaga Kerja Sektor-sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006.....................................................................
3
2.1. Kerangka Penyajian Tabel Input-Output ...............................................
27
2.2. Ilustrasi Tabel Input-Output ................................................................
29
3.1. Rumus Pengganda Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja ................
49
4.1. PDRB Sektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah) ...................................
66
4.2. Jumlah Wisatawan untuk Masing-masing Objek Wisata Unggulan di Provinsi DKI Jakarta ...............................
72
5.1. Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Provinsi DKI Jakarta ............................................................................
76
5.2. Konsumsi Rumah Tangga Terhadap Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ....................................................
77
5.3. Konsumsi Pemerintah Terhadap Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ....................................................
79
5.4. Investasi Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ..............
80
5.5. Ekspor dan Impor Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ............................................................................
82
5.6. Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ............................................................................
84
5.7. Keterkaitan Output ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ....................................................
86
5.8. Keterkaitan Output ke Depan Subsektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta ..........................................................
87
5.9. Keterkaitan Output ke Belakang Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta .................................................... .. 88 5.10. Keterkaitan Output ke Belakang Subsektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta ............................................................ 89 5.11. Koefisien Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ...................................................... 91 5.12. Koefisien Penyebaran Subsektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta ....... 91
5.13. Kepekaan Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ..................................................... 93 5.14. Kepekaan Penyebaran Subsektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta ...... 93 5.15. Pengganda Output Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ..................................................... 95 5.16. Pengganda Output Subsektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta ............ 96 5.17. Pengganda Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ..................................................... 97 5.18. Pengganda Pendapatan Subsektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta ..... 98 5.19. Pengganda Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ..................................................... 99 5.20. Pengganda Tenaga Kerja Subsektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta .............................................................................. 100 5.21. Indeks Pengganda Aktual Subsektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta .............................................................................. 101 5.22. Dampak Peningkatan APBD Pariwisata pada Output, PDRB, dan Tenaga Kerja, Tahun 2006 ............................ 103 5.23. Dampak Peningkatan Investasi Publik untuk Sarana dan Prasarana Pariwisata pada Output, PDRB, dan Tenaga Kerja, Tahun 2006 ........... 105
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
2.1. Skema Kerangka Pemikiran Konseptual .............................................
41
4.1. Peta Wilayah Provinsi DKI Jakarta .....................................................
63
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Klasifikasi Sektor-sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006.....112
2.
Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 13 Sektor (dalam juta Rupiah) .............................................................................117
3.
Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 9 Sektor (dalam juta Rupiah) .............................................................................119
4.
Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 13 Sektor .................................. 121
5.
Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 9 Sektor .................................. 123
6.
Matriks Kebalikan Leontief Klasifikasi 13 Sektor ............................. 125
7.
Matriks Kebalikan Leontief Klasifikasi 9 Sektor ................................ 126
8.
Pengganda (Multiplier) Output Klasifikasi 13 Sektor ........................ 127
9.
Pengganda Output Klasifikasi 9 Sektor .............................................. 128
10. Pengganda Pendapatan Klasifikasi 13 Sektor ..................................... 129 11. Pengganda Pendapatan Klasifikasi 9 Sektor ....................................... 130 12. Pengganda Tenaga Kerja Klasifikasi 13 Sektor ...................................131 13. Pengganda Tenaga Kerja Klasifikasi 9 Sektor .....................................132
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat nasional menghadapi berbagai masalah seperti masalah kemiskinan dan pengangguran. Analisis tentang kedua hal yang saling berkaitan tersebut telah menjadi bahan perdebatan yang sangat menarik terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan pemilihan strategi kebijakan yang pantas untuk diterapkan. Untuk mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran diperlukan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, akan tetapi pertumbuhan ekonomi saja dinilai belum cukup efektif, diperlukan upaya lain seperti upaya pemerataan distribusi pendapatan agar dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan pendapatan harus dilakukan secara berkesinambungan sehingga menjadi suatu bagian yang terintegrasi. Hal tersebut diharapkan dapat mengurangi kemiskinan dan pengangguran serta akan meningkatkan kesejahteraan yang berkelanjutan. Masalah kemiskinan dan pengangguran tidak hanya terjadi di daerah atau pedesaan tetapi juga banyak terdapat di perkotaan, bahkan kota-kota besar. Kota besar seperti DKI Jakarta mempunyai masalah tersendiri tentang kemiskinan dan pengangguran yang sampai saat ini belum dapat terpecahkan. Dalam rangka mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi agar dapat mengurangi kemiskinan dan pengangguran tersebut, Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta dan publik perlu mengetahui informasi mengenai sektor-sektor apa saja yang
mampu menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tinggi dan sektor mana yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah) SEKTOR Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Pariwisata Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa TOTAL PDRB
2006 Jumlah 293.874
% 0,09
2007 Jumlah 298.415
% 0,09
2008 Jumlah 300.720
% 0,08
2009 Jumlah 301.754
% 0,08
933.061
0,30
937.343
0,28
940.367
0,27
899.561
0,24
53.721.724
17,17
56.195.163
16,88
58.367.314
16,50
58.447.652
15,73
2.075.804 31.166.114 52.156.072 45.009.944
0,66 9,96 16,67 14,39
2.183.806 33.600.764 55.735.700 50.502.886
0,66 10,09 16,74 15,17
2.321.902 36.178.854 59.619.003 56.412.878
0,66 10,23 16,86 15,95
2.428.265 38.422.395 61.590.550 63.545.427
0,65 10,34 16,58 17,11
94.342.479 33.127.640 312.826.712
30,16 10,59 100
98.558.328 34.958.850 332.971.255
29,60 10,50 100
102.707.651 36.845.368 353.694.057
29,04 10,42 100
106.788.434 38.975.265 371.399.303
28,75 10,49 100
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, 2010
Dari Tabel 1.1 di atas dapat diketahui PDRB yang dihasilkan oleh sektorsektor perekonomian di Provinsi DKI Jakarta. Dari tabel tersebut diperoleh informasi sektor-sektor apa saja yang menghasilkan jumlah PDRB tinggi di antaranya sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan dan sektor pariwisata. Selain informasi mengenai sektor-sektor penghasil PDRB tinggi, diperlukan pula informasi mengenai sektor-sektor yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Data pada Tabel 1.2 berikut ini menyajikan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh sembilan sektor perekonomian di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2006.
Tabel 1.2. Jumlah Tenaga Kerja Sektor-sektor Perekonomian Provinsi Jakarta Tahun 2006 Sektor Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Pariwisata Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa TOTAL Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, 2010
Jumlah Tenaga Kerja (000) 27.093 9.093 636.490 18.517 178.142 1.053.828 688.104 285.060 916.263 3.812.590
DKI
Persen 0,71 0,24 16,69 0,49 4,67 27,64 18,05 7,48 24,03 100
Dari tabel 1.2 tersebut dapat diketahui sektor-sektor yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah cukup besar di Provinsi DKI Jakarta, di antaranya sektor perdagangan, sektor jasa-jasa dan sektor pariwisata. Dari informasi PDRB yang dihasilkan sektor-sektor perekonomian di Provinsi DKI Jakarta beserta jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh tiap-tiap sektor tersebut, dapat diketahui bahwa sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang cukup potensial untuk dikembangkan karena menghasilkan PDRB cukup tinggi dan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang relatif besar. Oleh karena itu, perlu dilakukan tinjauan yang lebih dalam mengenai sejauh mana peran sektor pariwisata dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta. Menurut Wahab (1992), pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan dan standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Banyak sekali manfaat yang dapat diambil dari pengembangan sektor pariwisata salah satunya adalah menggalang persatuan bangsa yang rakyatnya memiliki daerah yang berbeda, bahasa, adat istiadat dan cita rasa yang beraneka ragam pula. Selain itu pariwisata tidak akan menimbulkan masalah
polusi dan akan terus mengalami perkembangan tanpa harus merusakkan sumber daya alam di suatu wilayah. Suwantoro (1997) berpendapat bahwa terdapat beberapa alasan sektor pariwisata perlu dipacu untuk dijadikan sumber pendapatan andalan di samping migas sebagai komoditi pendukung kelangsungan pembangunan nasional, antara lain yaitu frekuensi perjalanan wisata di dunia yang terus menerus meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu pariwisata dapat meningkatkan kegiatan ekonomi daerah dan pariwisata tidak mengenal proteksi atau quota seperti komoditi lainnya. Potensi pariwisata Indonesia tersebar di seluruh wilayah dan beraneka ragam macamnya. Pariwisata sudah menjadi kebutuhan hidup manusia pada umumnya. Semakin sejahtera seseorang maka semakin banyak peluang dan keinginan untuk melakukan kegiatan wisata. Dari waktu ke waktu kehidupan seseorang akan semakin sejahtera, sehingga akan semakin banyak peluang dan keinginan untuk berwisata, oleh karena itu sektor pariwisata sangat potensial untuk dikembangkan. Di samping sebagai salah satu daerah tujuan wisata utama, Jakarta juga merupakan pintu gerbang Indonesia. Perkembangan Provinsi DKI Jakarta sebagai daerah tujuan wisata semakin pesat dan meluas khususnya jenis wisata belanja, kuliner, alam, seni, budaya dan sejarah. Perkembangan wisata tersebut baik langsung maupun tidak langsung memiliki pengaruh terhadap perekonomian Provinsi DKI Jakarta (Budhiman, 1996). Pariwisata bagi kota Jakarta merupakan salah satu kategori kegiatan ekonomi yang memberi kontribusi besar terhadap perputaran roda perekonomian daerah. Konsep kepariwisataan menyangkut berbagai kategori kegiatan ekonomi
(lintas kategori kegiatan ekonomi), sehingga kontribusi ekonominya, baik mengenai pertumbuhan, pemerataan pendapatan, kesempatan kerja, dan pola investasi makin meluas. Luasnya ruang lingkup kegiatan yang termasuk dalam kategori kegiatan ekonomi ini, beragamnya jenis usaha serta keterkaitannya (baik keterkaitan ke belakang/backward linkages maupun keterkaitan ke depan/forward linkages) yang sangat erat dengan kategori kegiatan ekonomi lainnya, merupakan indikator
yang
menunjukkan
pentingnya
sektor
pariwisata
ini
dalam
perekonomian kota Jakarta (Neraca Satelit Pariwisata Daerah DKI Jakarta, 2004).
1.2. Perumusan Masalah Sektor pariwisata yang merupakan salah satu sektor yang mampu memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Provinsi DKI Jakarta diharapkan mampu mengatasi permasalahan ekonomi yang selama ini menjadi permasalahan struktural yang dihadapi oleh Ibukota Negara Republik Indonesia ini. Salah satu permasalahan ekonomi utama yang dihadapi Kota Jakarta adalah masalah kemiskinan dan pengangguran. Pada dasarnya kunjungan wisatawan ke Provinsi DKI Jakarta cukup tinggi, hal ini dapat terlihat dari jumlah kunjungan wisatawan pada 5 (lima) obyek wisata unggulan di DKI Jakarta yang pada tahun 2006 mencapai 17.733.151 kunjungan, angka ini mengalami peningkatan dari jumlah kunjungan pada tahun 2005. Lima obyek wisata unggulan ini antara lain Taman Impian Jaya Ancol, Taman Mini Indonesia Indah, Kebun Binatang Ragunan, Monumen Nasional (Monas) dan Museum Nasional (Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta, 2006).
Pembangunan yang dilakukan di sektor pariwisata ditujukan untuk meningkatkan
laju
pertumbuhan perekonomian
daerah.
Dalam
hal ini
pengembangan kepariwisataan di Provinsi DKI Jakarta sangat penting dalam rangka memperluas lapangan kerja serta mengurangi angka kemiskinan. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan kebijakan-kebijakan yang tepat bagaimana mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang salah satunya adalah sektor pariwisata agar mampu mengurangi tingkat pengangguran dan jumlah penduduk miskin tersebut. Keberadaan suatu sektor tentunya tidak akan lepas dari keberadaan sektor lain. Begitu pula dengan sektor pariwisata di Provinsi DKI Jakarta yang memiliki keterkaitan dengan sektor lainnya. Perubahan yang terjadi pada sektor pariwisata akan berpengaruh terhadap sektor lainnya, dan begitu pula sebaliknya, perubahan sektor lain akan berpengaruh terhadap sektor pariwisata. Perkembangan sektor pariwisata diharapkan dapat menjadi sektor kunci bagi perkembangan sektor lainnya dan dapat mengurangi jumlah pengangguran di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian mengenai seberapa besar peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Provinsi DKI Jakarta sangat diperlukan untuk mengetahui kemampuan
sektor
pariwisata
dalam
menyumbang
kontribusinya
pada
perekonomian Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan uraian tersebut, dirumuskan beberapa permasalahan yang menjadi fokus utama penelitian ini. Permasalahan tersebut antara lain sebagai berikut:
1.
Bagaimana peranan sektor pariwisata dalam pembentukan permintaan, konsumsi
rumah
tangga,
konsumsi
pemerintah,
investasi,
surplus
perdagangan dan nilai tambah bruto Provinsi DKI Jakarta? 2.
Bagaimana keterkaitan antara sektor pariwisata dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta?
3.
Bagaimana
dampak
penyebaran
sektor
pariwisata
terhadap
sektor
perekonomian lainnya di Provinsi DKI Jakarta? 4.
Bagaimana efek multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja sektor pariwisata dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut: 1.
Menganalisis peran sektor pariwisata dalam pembentukan permintaan, konsumsi
rumah
tangga,
konsumsi
pemerintah,
investasi,
surplus
perdagangan dan nilai tambah bruto Provinsi DKI Jakarta. 2.
Menganalisis keterkaitan antara sektor pariwisata dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta.
3.
Menganalisis dampak penyebaran sektor pariwisata dan bagaimana pengaruhnya terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya di Provinsi DKI Jakarta.
4.
Menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor pariwisata dalam pertumbuhan ekonomi, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja dilihat berdasarkan efek multiplier terhadap output, pendapatan, dan tenaga kerja.
1.4. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam melakukan perencanaan pengembangan pariwisata di Provinsi DKI Jakarta.
2.
Sebagai bahan pustaka, informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan serta sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya.
3.
Sebagai wawasan mengenai peranan pariwisata terhadap perekonomian Provinsi DKI Jakarta bagi para pembaca.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisis terhadap data pada Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta tahun 2006 klasifikasi 87 sektor yang kemudian diagregasi menjadi tiga belas sektor dan sembilan sektor. Agregasi menjadi tiga belas sektor dilakukan untuk melihat dampak penyebaran dan keterkaitan subsektor pariwisata (subsektor restoran, subsektor hotel, subsektor transportasi dan komunikasi, subsektor jasa biro perjalanan wisata, subsektor jasa hiburan dan rekreasi) satu sama lain. Sedangkan agregasi menjadi sembilan sektor dilakukan untuk melihat dampak penyebaran dan keterkaitan sektor pariwisata secara keseluruhan terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya. Data yang dianalisis dari Tabel Input-Output tersebut adalah data transaksi domestik atas dasar harga produsen. Sektor pariwisata dalam penelitian ini terdiri dari lima subsektor, yaitu subsektor restoran, subsektor hotel, subsektor transportasi dan komunikasi, subsektor jasa biro perjalanan wisata, dan subsektor jasa hiburan dan rekreasi.
Dalam penelitian ini, metode analisis input-output yang digunakan adalah metode analisis input-output terbuka. Artinya, salah satu komponen permintaan akhir yaitu konsumsi rumah tangga dianggap sebagai faktor eksogen.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Definisi Kepariwisataan Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan dijelaskan sebagai berikut: 1.
Wisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi, dalam jangka waktu sementara.
2.
Wisatawan adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan wisata. Wisatawan dapat berasal dari dalam negeri atau yang dikenal dengan sebutan wisatawan domestik dan adapula wisatawan yang berasal dari luar negara tujuan yang disebut wisatawan mancanegara (wisman).
3.
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
4.
Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.
5.
Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
6.
Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
7.
Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
8.
Pengusaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata. United Nations dan World Tourism Organization (1994) dalam Profil
Hotel DKI Jakarta (2006) mendefinisikan pariwisata sebagai suatu kegiatan baik perorangan maupun kelompok orang yang bepergian dan tinggal di suatu tempat di luar lingkungan mereka selama kurang dari setahun untuk berlibur, bisnis atau tujuan lain. Industri pariwisata yang berkembang dengan baik akan mendorong berkembangnya aktivitas perekonomian lainnya, diantaranya: penginapan/hotel (accomodation), makanan dan minuman (bar and restaurant), pengangkutan wisata (tourist bus), perencana perjalanan (tour operator), industri kerajinan (souvenir shop), pramuwisata (guiding and english course), tenaga terdidik (academy
of
tourism),
telekomunikasi
termasuk
teknologi
informasi
(telecommunication and information technology), dan bisnis pertunjukan (entertainment). Dengan kata lain, pertumbuhan pariwisata akan memberikan
kontribusi yang besar terhadap perkembangan sektor lain seperti industri, perdagangan, jasa, dan lain-lain. Terdapat beberapa ciri-ciri pariwisata, diantaranya adalah sebagai berikut: seseorang yang melakukan perjalanan meninggalkan tempat tinggalnya, perjalanan itu dilakukan keluar jauh dari lingkungan tempat tinggalnya semula, perjalanan itu dilakukan sendirian atau bersama-sama dengan orang lain (berkelompok atau grup), perjalanan itu dilakukan hanya untuk sementara waktu dan bisa melebihi 24 jam atau sehari semalam penuh, perjalanan itu dilakukan dengan tujuan rekreasi
dan usaha-usaha untuk menyenangkan dirinya
sendiri/kegiatan bersenang-senang (leisure), orang-orang yang melakukan kegiatan wisata tidak untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, selama dalam perjalanan tinggal atau menetap di suatu tempat/akomodasi, dan dalam melakukan perjalanan tersebut, menggunakan alat transportasi darat, laut atau udara (Rahayu, 2006). 2.1.2. Definisi Wisatawan Menurut Ismayanti (2010) definisi wisatawan itu sendiri terbagi dalam 3 (tiga) kategori : 1.
Visitor Visitor atau pengunjung adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan ke daerah lain di luar dari lingkungan kesehariannya dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan berturut-turut dan tujuan perjalanan tidak untuk mencari nafkah di daerah yang dituju.
2.
Tourist Tourist atau wisatawan adalah pengunjung yang menginap atau pengunjung yang tinggal di daerah tujuan setidaknya satu malam di penginapan umum ataupun akomodasi pribadi yang diusahakannya sendiri.
3.
Same day visitor Same day visitor atau pengunjung harian adalah pengunjung yang tidak bermalam di penginapan (akomodasi) umum atau pribadi di daerah tujuan. Nama lain dari same day visitor adalah pelancong (ekskursionis). Sedangkan wisatawan itu sendiri antara lain memiliki tiga kelompok
tujuan kunjungan yaitu pertama, tujuan vakansi dan rekreasi (leisure and recreation), yang meliputi tujuan liburan yang termasuk kategori bersenangsenang dan melakukan kegiatan konsumtif, tujuan kesehatan, olahraga dan mengunjungi event-event budaya tertentu. Kedua, tujuan kategori bisnis dan profesional (business and professional), yang meliputi perjalanan untuk rapat, misi tertentu, perjalanan insentif dan perjalanan untuk bisnis yang berhubungan dengan pekerjaan. Ketiga, tujuan wisata lain (other tourism purposes) yaitu tujuan wisata untuk belajar dan penelitian, pemulihan kesehatan, transit, kunjungan kepada kerabat dan saudara, ziarah, dan perjalanan religi atau keagamaan. 2.1.3.
Usaha-Usaha Pariwisata Menurut Suwantoro (1997), dalam industri pariwisata terdapat berbagai
usaha pariwisata, yaitu usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. Usaha pariwisata merupakan kegiatan bisnis yang berhubungan langsung dengan kegiatan wisata sehingga tanpa keberadaannya, pariwisata tidak dapat berjalan
dengan baik. Usaha pariwisata atau sering juga disebut sebagai fasilitas wisata atau sarana wisata (superstructure) meliputi antara lain: a. Daya tarik wisata, merupakan usaha yang kegiatannya mengelola daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, dan daya tarik wisata buatan manusia. b. Jasa transportasi wisata, merupakan usaha khusus yang menyediakan angkutan untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata. c. Jasa biro perjalanan wisata, yaitu perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan paket wisata dan agen perjalanan. Kegiatan-kegiatan usaha biro perjalanan wisata antara lain: menyusun dan menjual paket wisata, menyelenggarakan pelayaran wisata (cruise), menyelenggarakan pemanduan wisata, menyediakan fasilitas untuk wisatawan, menjual tiket/karcis sarana angkutan, mengadakan pemesanan sarana wisata dan mengurus dokumen-dokumen perjalanan sesuai dengan peraturan yang berlaku. d. Jasa makanan dan minuman, yaitu usaha jasa penyediaan makanan dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan yang berupa restoran, kafe, jasa boga, dan bar atau kedai minum. e. Penyediaan akomodasi, merupakan usaha yang menyediakan pelayanan penginapan. Usaha penyediaan akomodasi dapat berupa hotel, vila, pondok wisata, bumi perkemahan, persinggahan, karavan, dan akomodasi lain yang digunakan untuk tujuan pariwisata. f. Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi merupakan usaha yang ruang lingkup kegiatannya berupa usaha seni pertunjukan, arena permainan, karaoke, bioskop, dan kegiatan hiburan serta rekreasi lain yang bertujuan untuk pariwisata.
g. Jasa informasi pariwisata, merupakan usaha yang menyediakan data, berita, foto, video, dan hasil penelitian mengenai kepariwisataan yang disebarkan dalam bentuk bahan cetak maupun elektronik. h. Jasa pramuwisata adalah usaha yang menyediakan dan mengkoordinasikan tenaga pemandu wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. 2.1.4.
Tujuan Pembangunan Pariwisata Nasional Pembangunan
pariwisata
dilakukan
dengan
mengembangkan
dan
mendayagunakan sumber dan potensi kepariwisataan nasional menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan untuk memperbesar penerimaan devisa sehingga sesuai dengan perkembangan dalam rangka pembangunan nasional, guna meningkatkan
kesejahteraan
rakyat.
Penyelenggaraan
kepariwisataan
dilaksanakan berdasarkan asas manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, perikehidupan dalam keseimbangan, dan kepercayaan pada diri sendiri. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990, penyelenggaraan kepariwisataan bertujuan untuk: a. Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan mutu obyek dan daya tarik wisata b. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa c. Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja d. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat e. Mendorong pendayagunaan produksi nasional. Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, kepariwisataan berfungsi memenuhi
kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan
serta
meningkatkan
pendapatan
negara
untuk
mewujudkan
kesejahteraan rakyat. Selain memiliki fungsi, kepariwisataan juga mempunyai tujuan, yaitu untuk: a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi b. meningkatkan kesejahteraan rakyat c. menghapus kemiskinan d. mengatasi pengangguran e. melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya f. memajukan kebudayaan g. mengangkat citra bangsa h. memupuk rasa cinta tanah air i. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa j. mempererat persahabatan antarbangsa. Sesuai dengan tujuan tersebut, berbagai program yang digalakan seperti pembangunan obyek dan daya tarik wisata baru, disamping itu juga tetap memperhatikan kemampuan untuk mendorong peningkatan pengembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya, nilai-nilai agama, adat istiadat, serta pandangan dan nilai - nilai kehidupan dalam masyarakat.
2.1.5. Peran Sektor Pariwisata dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta Menurut Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta (2006), pariwisata mempunyai peran yang penting dalam pembangunan nasional maupun regional, khususnya dalam pembangunan ekonomi. Secara umum peranan pariwisata dalam pembangunan perekonomian di Provinsi DKI Jakarta adalah: (1) Memperluas kesempatan kerja atau dapat memperkecil pengangguran (2) Meningkatkan penerimaan pajak dan retribusi daerah (3) Meningkatkan pendapatan nasional (national income) (4) Memperkuat posisi neraca pembayaran (net balance payment) (5) Memberikan efek multiplier dalam perekonomian setempat. Selain itu terdapat tiga peran pariwisata saat ini, antara lain adalah: pertama, peranan ekonomi, yaitu sebagai sumber devisa negara, pariwisata dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah dan pengembangan pariwisata juga berpengaruh positif pada perluasan peluang usaha dan kerja; kedua, peranan sosial, yaitu sebagai penciptaan lapangan pekerjaan, karena sarana dan prasarana seperti hotel, restoran, dan biro perjalanan wisata adalah usahausaha yang “padat karya” yaitu untuk menjalankan jenis usaha ini dibutuhkan banyak tenaga kerja sehingga makin banyak wisatawan yang berkunjung, makin banyak pula lapangan kerja yang tercipta; ketiga, peranan kebudayaan, yaitu memperkenalkan kebudayaan dan kesenian, mendorong pelestarian budaya dan peninggalan
sejarah
(Rahayu, 2006).
serta
mendorong
terpeliharanya
lingkungan
hidup
2.2. Tinjauan Empiris (Penelitian Terdahulu) Penelitian tentang peran dan keterkaitan dengan menggunakan alat analisis Input-Output telah banyak dilakukan. Penelitian yang sudah dilakukan selama ini dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: penelitian terhadap seluruh sektor perekonomian, penelitian terhadap sektor pariwisata, dan penelitian terhadap salah satu sektor perekonomian misalnya industri pengolahan, pertanian, dan sebagainya. Penelitian mengenai sektor pariwisata telah banyak dilakukan, karena sektor pariwisata merupakan sektor dengan tingkat kontribusi tinggi terhadap perekonomian. Beberapa penelitian mengenai sektor pariwisata antara lain: Heriawan (2004) dalam disertasinya menganalisis tentang peran sektor pariwisata terhadap perekonomian di Indonesia. Metode yang digunakannya adalah Input-Output Indonesia dan SAM (Social Accounting Matrix). Dalam penelitiannya, dia mendefinisikan pariwisata adalah sebagai sektor hotel, restoran, angkutan dan jasa serta sektor industri kerajinan. Hasil penelitiannya yaitu: mengenai peranan pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sektoral pada tahun 2000 yaitu sebesar Rp 106.9 triliun dari total PDB nasional sebesar Rp 1.366,5 triliun atau sebesar 7,83 persen. Untuk tahun 2003 Produk Domestik Bruto (PDB) sektoral yaitu sebesar Rp 103,6 triliun dari total PDB nasional sebesar Rp 1.921,5 triliun atau sebesar 5,39 persen. Kemudian untuk nilai total output sektor pariwisata pada tahun 2000 adalah sebesar Rp 226,9 triliun atau sebesar 8,40 persen dari total output nasional yang mencapai sebesar Rp 2.701,1 triliun. Kemudian untuk tahun 2003, nilai total
output sektor pariwisata yaitu sebesar Rp 220,5 triliun atau sebesar 5,81 persen dari total output nasional. Adapun pengaruh sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja pada tahun 2000 yaitu sebanyak 7,45 juta orang dari total 89,82 juta orang atau sebesar 8,29 persen, kemudian pada tahun 2003 pengaruh sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja yaitu sebesar 7,21 juta orang dari total 90,8 juta orang atau sebesar 7,94 persen. Rahayu (2006) menganalisis mengenai peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian kota Bogor yang menggunakan Tabel Input-Output Kota Bogor tahun 2002, diperoleh hasil sektor pariwisata memiliki peranan yang cukup penting terhadap pembentukan Nilai Tambah Bruto, penyerapan tenaga kerja serta struktur permintaan antara dan permintaan akhir. Jumlah permintaan antara di Kota Bogor pada tahun 2002 yaitu sebesar Rp 1,653 triliun dan untuk sektor pariwisata, subsektor yang memiliki kontribusi paling besar dalam pembentukan permintaan antara adalah sektor restoran yaitu sebesar Rp 44,9 milyar atau 2,72 persen. Jumlah permintaan akhir Kota Bogor pada tahun 2002 sebesar Rp 3,282 triliun dan untuk sektor pariwisata, subsektor yang memiliki kontribusi paling besar dalam pembentukan permintaan akhir adalah sektor restoran yaitu sebesar Rp 253 milyar atau sebesar 7,72 persen terhadap total permintaan akhir. Sedangkan berdasarkan hasil analisis keterkaitan sektor pariwisata maka dapat dilihat bahwa keterkaitan output langsung ke depan sektor pariwisata yang memiliki nilai paling besar adalah subsektor jasa-jasa, kemudian untuk nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan sektor pariwisata yang paling besar juga diduduki oleh sektor jasa-jasa. Untuk keterkaitan ke belakang
sektor pariwisata yang memiliki nilai paling besar dalam keterkaitan langsung ke belakang adalah subsektor jasa angkutan, kemudian untuk keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang terbesar juga diduduki oleh subsektor jasa angkutan. Multiplier standar untuk sektor pariwisata yang tergolong dalam sektor kunci adalah sektor jasa angkutan, sektor hotel dan sektor restoran. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Rahayu antara lain: (1) penelitian ini berlokasi di Provinsi DKI Jakarta, sedangkan penelitian Rahayu berlokasi di Kota Bogor; (2) sektor pariwisata dalam penelitian ini terdiri dari subsektor restoran, subsektor hotel, subsektor transportasi dan komunikasi, subsektor jasa biro perjalanan wisata dan subsektor jasa hiburan dan rekreasi, sedangkan pada penelitian Rahayu, subsektor pariwisata terdiri dari subsektor hotel, restoran dan jasa angkutan. Santri (2009) menganalisis mengenai potensi sektor pariwisata untuk meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat Provinsi Bali yang menggunakan Tabel Input-Output (updating) tahun 2007 transaksi domestik atas harga produsen, diperoleh hasil sektor pariwisata memiliki peran yang relatif besar terhadap struktur perekonomian Provinsi Bali. Hal ini dapat dilihat dari permintaan total sektor pariwisata pada tahun 2007 mencapai 36,00 persen dari jumlah total permintaan seluruhnya. Dalam permintaan akhir, sektor pariwisata memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 40,25 persen dari total permintaan akhir. Sedangkan dalam pengeluaran konsumsi rumah tangga, sektor pariwisata juga menempati posisi tertinggi sebesar 30.75 persen dari total pengeluaran rumah tangga terhadap output domestik. Untuk investasi, sektor pariwisata berada di urutan kedua yaitu sebesar 8.79 persen dari total investasi provinsi Bali. Dalam
struktur ekspor dan impor, pariwisata juga menempati posisi tertinggi dengan nilai ekspor sebesar 69.30 persen, dan nilai impor 26.29 persen. Secara keseluruhan, sektor pariwisata memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung yang tinggi baik sektor pengguna input maupun output, sehingga dapat dikatakan bahwa sektor ini dapat diandalkan untuk mendorong sektor-sektor lain baik hulu maupun hilirnya. Pada keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan nilai terbesarnya ditempati oleh subsektor hotel bintang. Sedangkan pada keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang, subsektor travel dan biro yang memiliki nilai terbesar. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Santri antara lain: (1) penelitian ini berlokasi di Provinsi DKI Jakarta, sedangkan penelitian Santri berlokasi di Provinsi Bali; (2) sektor pariwisata dalam penelitian ini terdiri dari subsektor restoran, subsektor hotel, subsektor transportasi dan komunikasi, subsektor jasa biro perjalanan wisata dan subsektor jasa hiburan dan rekreasi, sedangkan dalam penelitian Santri, sektor pariwisata terdiri dari subsektor restoran, rumah makan, warung, hotel berbintang, hotel non bintang, angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya, angkutan carter darat, angkutan laut antar pulau/negara, angkutan wisata, angkutan penyebrangan, angkutan udara, travel biro, jasa penunjang angkutan lainnya, komunikasi, pos dan giro, money changer, atraksi budaya, jasa hiburan lainnya, serta jasa perorangan, rumah tangga lainnya termasuk pramuwisata.
2.3. Kerangka Pemikiran 2.3.1. Kerangka Teoritis : Model Input-Output Analisis input-output merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk melihat hubungan dan aliran keterkaitan antarsektor dalam suatu perekonomian. Analisis ini merupakan suatu peralatan analisis keseimbangan umum. Keseimbangan dalam analisis input-output didasarkan pada arus transaksi antar pelaku perekonomian. Analisis ini juga dapat digunakan untuk menentukan sektor unggulan berdasarkan 3 (tiga) kriteria utama, yaitu kemampuan sektor tersebut dalam menciptakan output, pendapatan dan tenaga kerja (Nazara, 2008). Daryanto (2010) menyatakan bahwa konsep dasar Model Input-Output Leontief didasarkan atas: (1) struktur perekonomian tersusun dari berbagai sektor (industri) yang satu sama lain berinteraksi melalui transaksi jual-beli, (2) output suatu sektor dijual kepada sektor lainnya untuk memenuhi permintaan akhir rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal dan ekspor, (3) input suatu sektor dibeli dari sektor lainnya, dan rumah tangga dalam bentuk jasa dan tenaga kerja, pemerintah dalam bentuk pajak tidak langsung, penyusutan, surplus usaha dan impor, (4) hubungan input-output bersifat linear, (5) dalam suatu kurun waktu analisis, biasanya satu tahun, total input sama dengan total output, dan (6) suatu sektor terdiri dari satu atau beberapa perusahaan. Suatu sektor hanya menghasilkan suatu output, dan output tersebut dihasilkan oleh suatu teknologi. Menurut BPS (2007) dalam Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, tabel Input-Output pada dasarnya merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan antara sektor yang satu dengan sektor lainnya, dalam suatu
wilayah pada suatu periode waktu tertentu. Dengan menggunakan tabel InputOutput dapat dilihat bagaimana output dari suatu sektor ekonomi didistribusikan ke sektor-sektor lainnya dan bagaimana pula suatu sektor memperoleh input yang diperlukan dari sektor-sektor yang lainnya. Namun demikian, tabel Input-Output tidak mampu memberikan informasi tentang persediaan dan arus barang dan jasa secara rinci menurut komoditi. Semua informasi yang dimuat dalam suatu tabel Input-Output terbatas pada informasi untuk sektor ekonomi, yang merupakan gabungan dari berbagai kegiatan ekonomi dan komoditi. Dengan kata lain, tabel Input-Output bukan merupakan model atau perangkat yang mampu memberikan informasi secara rinci tentang berbagai stok dan arus barang dan jasa yang terjadi pada suatu entitas ekonomi. Akan tetapi, dengan menggunakan asumsi sederhana memang dapat disusun dan dikembangkan suatu model ekonomi yang cukup andal. Kenyataan inilah yang menjadikan tabel Input-Output diperhitungkan sebagai salah satu bagian dari sistem neraca nasional yang dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan suatu analisis ekonomi secara komprehensif (BPS, 2007). Isian sepanjang baris tabel Input-Output menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Di samping itu, isian pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral, sedangkan isian sepanjang kolomnya menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer.
Tabel Input-Output memberikan gambaran yang menyeluruh dalam analisis ekonomi. Sebagai model kuantitatif, tabel Input-Output ini memberikan gambaran menyeluruh tentang beberapa hal berikut ini: 1.
Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor.
2.
Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektorsektor produksi.
3.
Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor yang berasal dari luar wilayah tersebut.
4.
Struktur permintaan barang dan jasa, baik itu berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor.
2.3.2. Asumsi-Asumsi, Keuntungan dan Keterbatasan dalam Model InputOutput Dalam suatu model Input-Output apalagi yang bersifat terbuka dan statis (static model), transaksi-transaksi yang digunakan dalam penyusunan tabel InputOutput harus memenuhi 3 (tiga) asumsi atau prinsip dasar, yaitu sebagai berikut (BPS, 2006): 1.
Keseragaman (Homogenitas) Suatu prinsip dimana output hanya dihasilkan secara tunggal, yang berarti bahwa setiap sektor ekonomi hanya memproduksi satu jenis barang dan jasa dengan susunan input tunggal (seragam) dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dan output sektor yang berbeda.
2.
Kesebandingan (Proporsionalitas) Suatu prinsip dimana hubungan antara output dan input pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linier, artinya kenaikan dan penurunan output suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan dan penurunan input yang digunakan oleh sektor tersebut.
3.
Penjumlahan (Additivitas) Suatu asumsi bahwa total efek dari kegiatan produksi berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek pada masing-masing kegiatan secara terpisah. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan model Input-
Output menurut Badan Pusat Statistik (2007) antara lain : 1.
Model Input-Output dapat digunakan untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, penerimaan pajak, impor, dan penyerapan tenaga kerja dalam berbagai sektor produksi.
2.
Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya.
3.
Untuk menganalisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh secara langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output.
4.
Untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi, dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan ekonomi.
5.
Memberikan deskripsi mengenai keadaan suatu perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasi karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah
6.
Perubahan-perubahan teknologi dan harga relatif dapat diintegrasikan ke dalam model melalui perubahan koefisien teknik.
7.
Dapat digunakan sebagai bahan untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja dan modal dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah. Menurut Badan Pusat Statistik (2007), masih banyak permasalahan yang
dihadapi dalam penyusunan Tabel Input-Output. Tabel Input-Output sebagai model kuantitatif memiliki keterbatasan-keterbatasan: 1. Koefisien input atau koefisien teknis diasumsikan tetap konstan selama periode analisis atau proyeksi. Teknologi dalam proses yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi pun dianggap konstan karena koefisien teknis dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas harga output. 2.
Besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam penyusunan Tabel InputOutput dengan menggunakan metode survey. Hambatan terbesar yang dihadapi oleh lembaga perencanaan, terutama di daerah, dalam menggunakan analisis input-output antara lain adalah biaya yang relatif besar dalam pengumpulan data, data pokok yang belum memadai, dan keterbatasan kemampuan teknis.
3. Semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor yang ada akan menyebabkan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap asumsi homogenitas dan akan semakin banyak informasi ekonomi yang terperinci tidak tertangkap dalam analisisnya. Apabila berbagai hambatan yang muncul dapat diatasi dengan baik, maka model Input-Output merupakan model yang canggih untuk merencanakan
pembangunan ekonomi suatu wilayah secara terintegrasi. Cara tepat mengatasi hambatan tersebut juga dapat menutupi kelemahan-kelemahan dalam analisis tabel Input-Output, sehingga tabel Input-Output dapat tetap menjadi model andal dalam menganalisis perokonomian secara lengkap dan komprehensif. 2.3.3. Struktur Tabel Input-Output Menurut Glasson (1977) dalam BPS (2006), format dari tabel InputOutput terdiri dari suatu kerangka matriks berukuran “n x n” dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendeskripsikan suatu hubungan tertentu. Tabel 2.1. Kerangka Penyajian Tabel Input-Output KKuadran
Kuadran I
Kuadran II
(nxn)
(nxm)
Kuadran III (pxn)
Kuadran IV (pxm)
Sumber : BPS, 2005 dalam Tabel Input Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006 Berdasarkan tabel di atas, empat kuadran yang terdapat dalam suatu tabel Input-Output diberi nama kuadran I, II, III, dan IV. Simbol-simbol di dalam tanda kurung menunjukkan ukuran (ordo) matriks pada kuadran yang bersangkutan. Simbol pertama adalah banyaknya baris dan simbol kedua adalah banyaknya kolom. Kuadran pertama (Intermediate Quadrant) menunjukkan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antar sektor produksi dalam suatu perekonomian. Dalam analisis Input-Output, kuadran ini memiliki
peranan yang sangat penting karena kuadran inilah yang menujukkan keterkaitan antar sektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya. Kuadran kedua (Final Demand Quadrant) menunjukkan permintaan akhir (final demand) dan impor, serta menggambarkan penyediaan barang dan jasa. Penggunaan barang dan jasa bukan untuk proses produksi digolongkan sebagai permintaan akhir. Permintaan akhir ini biasanya terdiri atas konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor. Kuadran ketiga (Primary Input Quadrant) memperlihatkan pembelian input yang dihasikan di luar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto (nilai tambah bruto) yang dihasilkan oleh wilayah tersebut. Kuadran keempat (Primary Input-Final Demand Quadrant) merupakan kuadran input primer permintaan akhir atau input primer yang langsung didistribusikan ke sektor-sektor permintaan akhir, dan menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara. Informasi di kuadran empat ini bukan merupakan tujuan pokok, sehingga dalam penyusunan tabel Input-Output seringkali diabaikan. Matriks-matriks yang disajikan dalam tabel Input-Output dibedakan sesuai dengan sifat dan jenis transaksinya. Untuk memperjelas gambaran mengenai penyajian tabel Input-Output, berikut ini diberikan ilustrasi tabel Input-Output dalam perekonomian yang terdiri dari n sektor produksi, yaitu sektor 1,2,………n. Ilustrasi tabel Input-Output dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Ilustrasi Tabel Input-Output Alokasi Output Struktur Input
Permintaan Antara Sektor Produksi
Permintaan Akhir
Jumlah Output
1
1 X11
2 X12
3 X13
F1
X1
2
X21
X22
X23
F2
X2
3
X31
X32
X33
F3
X3
Input Primer
V1
V2
V3
Jumlah Input
X1
X2
X3
Input Sektor Antara Produksi
Sumber : BPS, 2005 dalam Tabel Input Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006 Pada Tabel 2.2, untuk menghasilkan output X1, sektor (1) membutuhkan input dari sektor (1), (2), dan (3) masing-masing sebesar X11, X21, dan X31. Input primer yang dibutuhkan sebesar V1. Gambaran di atas menunjukkan bahwa susunan angka-angka dalam bentuk matriks memperlihatkan suatu jalinan yang saling terkait diantara beberapa sektor. Isian angka sepanjang baris (horisontal) memperlihatkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan, sebagian untuk memenuhi permintaan antara sebagian lagi untuk memenuhi permintaan akhir. Isian angka menurut kolom (vertikal) menunjukkan pemakaian input antara maupun input primer yang disediakan oleh sektor lain untuk kegiatan produksi suatu sektor. Dalam tabel Input-Output terdapat suatu patokan yang sangat penting yaitu jumlah output suatu sektor harus sama dengan jumlah inputnya. Apabila Tabel 2.2 dilihat secara baris maka alokasi output secara keseluruhan dapat ditulis dalam bentuk persamaan aljabar berikut:
X11 + X12 + … + X1n + F1 = X1 X21 + X22 + … + X2n + F2 = X2 .
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Xn1 + Xn2 + … + Xnn + Fn = Xn
(2.1)
dan secara umum persamaan di atas dapat dirumuskan kembali menjadi: i
j =i
Xij + Fi = Xi ; untuk i = 1, 2, 3 dan seterusnya
(2.2)
dimana Xij adalah banyaknya output sektor i yang dipergunakan sebagai input oleh sektor j dan Fi adalah permintaan akhir terhadap sektor i serta Xi adalah jumlah output sektor i. Sebaliknya jika Tabel 2.2 tersebut dibaca secara kolom, terutama di sektor produksi, angka-angka itu menunjukkan susunan input suatu sektor. Dengan mengikuti cara-cara membaca seperti secara baris di atas, maka persamaan secara aljabar menurut kolom dapat dituliskan menjadi: X11 + X21 + … + Xn1 + V1 = X1 X12 + X22 + … + Xn2 + V2 = X2 .
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
X1n + X2n + … + Xnn + Vn = Xn
(2.3)
dan secara ringkas dapat ditulis menjadi: i
i =i
Xij + Vj = Xj ; untuk j = 1, 2, 3 dan seterusnya
Keterangan : Xij
= output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j
Fi
= permintaan akhir terhadap sektor i
(2.4)
Xi
= total output sektor i
Vj
= input primer (nilai tambah bruto) dari sektor j
Xj
= total input sektor j Berdasarkan persamaan (2.1) di atas, jika diketahui matriks koefisien
teknologi, aij sebagai berikut: 2.5 dan jika persamaan (2.5) disubstitusikan ke persamaan (2.1) maka didapat persamaan (2.6) sebagai berikut:
α11X1 + α12X2 + … + α1nXn + F1 = X1 α21X1 + α22X2 + … + α2nXn + F2 = X2 .
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
αn1X1 + αn2X2 + … + αnnXn + Fn = Xn
(2.6)
Jika dituliskan dalam bentuk matriks, maka didapatkan : α11 α12 ....... α1n
X1
α21 α21…… α2n
X2
..........................
......
αn1αn2 ....... αnn
Xn
A
X
+
F1
X1
F2
X2
.....
=
Fn +
F
....... Xn
=
X
AX + F = X atau (I - A) X = F atau X = (I - A)-1 F
(2.7)
Dimana: I
= matriks identitas yang elemennya memuat angka satu pada diagonalnya dan nol pada selainnya
F
= permintaan akhir
X
= jumlah output
(I-A)
= matriks Leontief
(I - A)-1
= matriks kebalikan Leontief
Dari persamaan (2.7) di atas terlihat bahwa output setiap sektor memiliki -1
hubungan fungsional terhadap permintaan akhir, dengan (I - A) sebagai koefisien antaranya. Matriks kebalikan Leontief ini mempunyai peranan penting sebagai alat analisis ekonomi karena menunjukkan adanya saling keterkaitan antara tingkat permintaan akhir terhadap tingkat produksi.
2.3.4. Analisis Keterkaitan Konsep keterkaitan biasa digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu sistem perekonomian. Konsep keterkaitan yang biasa dirumuskan meliputi keterkaitan ke belakang (backward linkage), yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi. Keterkaitan ke depan (forward linkage) menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya. Berdasarkan konsep keterkaitan ini, dapat diketahui besarnya pertumbuhan sektor yang dapat menstimulasi pertumbuhan sektor lainnya. Keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara ditunjukkan oleh koefisien teknis, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsungnya ditunjukkan dari matriks kebalikan Leontief.
Keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara dapat ditunjukkan oleh koefisien teknis. Oleh karena itu, keterkaitan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi (Daryanto, 2010): 1. Keterkaitan Langsung ke Depan (Direct Forward Linkage) Menunjukkan akibat sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. 2. Keterkaitan Langsung ke Belakang (Direct Backward Linkage) Menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan sebagian input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan total.
2.3.5. Analisis Dampak Penyebaran Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke belakang yang telah diuraikan di atas belum memadai dipakai sebagai landasan pemilihan sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan setiap sektor tidak sama. Membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata dampak seluruh sektor adalah cara untuk menormalkan kedua indeks tersebut. Analisis ini disebut dengan dampak penyebaran. Analisis dampak penyebaran merupakan pengembangan dari indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung, agar indikator antar sektor yang ada dapat
diperbandingkan.
Pengembangan
tersebut
dilakukan
dengan
cara
membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan
rata-rata dampak seluruh sektor dalam perekonomian. Analisis dampak penyebaran ini dibagi menjadi dua macam, yaitu 1.
Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran ke Belakang/Daya Menarik) Koefisien ini digunakan untuk mengetahui distribusi manfaat dari
pengembangan suatu sektor terhadap pengembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar input. Hal ini berarti, kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan produksi sektor hulunya. 2.
Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran ke Depan/Daya Mendorong) Konsep ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor
terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Artinya, kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai output dari sektor ini sebagai inputnya.
2.3.6. Analisis Pengganda (Multiplier) Analisis
pengganda
digunakan
untuk
menghitung
dampak
yang
ditimbulkan akibat peningkatan atau penurunan variabel suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya. Berdasarkan analisis pengganda input-output, pendorong perubahan ekonomi (pendapatan dan tenaga kerja) pada umumnya diasumsikan sebagai peningkatan penjualan sebesar satu-satuan mata uang kepada permintaan akhir suatu sektor. Analisis pengganda terbagi menjadi tiga, yaitu: a.
Pengganda Output Penghitungan pengganda output dilakukan per unit perubahan output
sebagai efek awal (initial effect), yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Setiap elemen dalam matriks kebalikan Leontief
menunjukkan total pembelian input, baik langsung maupun tidak langsung dari suatu sektor sebesar satu satuan unit moneter ke permintaan akhir, sehingga matriks tersebut mengandung informasi penting tentang struktur perekonomian, yang dipelajari dengan menentukan tingkat keterkaitan antar sektor dalam perekonomian suatu wilayah/negara. Koefisien matriks ini menunjukkan besarnya perubahan aktivitas dari suatu sektor yang akan mempengaruhi tingkat output dari sektor-sektor lain. b.
Pengganda Pendapatan Pengganda pendapatan mengukur penerimaan pendapatan akibat adanya
perubahan output dalam perekonomian. Dalam tabel Input-Output, yang dimaksud dengan pendapatan adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga. c.
Pengganda Tenaga kerja Pengganda tenaga kerja menunjukkan perubahan tenaga kerja yang
disebabkan oleh perubahan awal di sisi output. Pengganda tenaga kerja tidak diperoleh dari elemen-elemen pada tabel Input-Output, seperti pada pengganda output dan pendapatan, karena pada tabel Input-Output tidak mengandung elemen-elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja. Pengganda tenaga kerja diperoleh dengan menambahkan baris pada tabel Input-Output yang menunjukkan jumlah dari tenaga kerja untuk masing-masing sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Penambahan baris ini untuk mendapatkan koefisien tenaga kerja. Cara memperoleh koefisien tenaga kerja adalah dengan membagi setiap jumlah tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian di suatu wilayah atau negara dengan jumlah total output dari masing-masing sektor tersebut.
d.
Pengganda Tipe I dan II Pengganda Tipe I dan Pengganda Tipe II digunakan untuk mengukur efek
dari output, pendapatan maupun tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan dan tenaga kerja yang ada di suatu negara atau wilayah. Respon atau efek pengganda output, pendapatan dan tenaga kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut: i)
Dampak Awal (Initial Impact) Dampak awal merupakan stimulus perekonomian yang diasumsikan sebagai peningkatan atau penurunan penjualan dalam satu unit satuan moneter. Dari sisi output, dampak awal ini diasumsikan sebagai peningkatan dari penjualan ke permintaan akhir sebesar satu satuan unit moneter. Peningkatan output itu memberi efek pada peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Efek awal dari sisi pendapatan ditunjukkan oleh koefisien pendapatan rumah tangga. Efek awal dari sisi tenaga kerja ditunjukkan oleh koefisien tenaga kerja.
ii) Efek Putaran Pertama (First Round Effect) Efek putaran pertama menunjukkan efek langsung dari pembelian masingmasing sektor untuk setiap peningkatan output sebesar satu unit satuan moneter. Dari sisi output, efek putaran pertama ditunjukkan oleh koefisien langsung, sedangkan efek putaran pertama dari sisi pendapatan menunjukkan adanya peningkatan pendapatan dari setiap sektor akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output. Sementara efek putaran pertama dari sisi tenaga kerja menunjukkan peningkatan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output.
iii) Efek Dukungan Industri (Industrial Support Effect) Efek dukungan industri dari sisi output menunjukkan efek dari peningkatan output putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya stimulus ekonomi. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek dukungan industri menunjukkan adanya efek peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya dukungan industri yang menghasilkan output. iv) Efek Induksi Konsumsi (Consumption Induced Effect) Efek induksi konsumsi dari sisi output menunjukkan adanya suatu pengaruh induksi (peningkatan konsumsi rumah tangga) akibat pendapatan rumah tangga yang meningkat. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek induksi konsumsi diperoleh dengan mengalikan efek induksi konsumsi output dengan koefisien pendapatan rumah tangga dan koefisien tenaga kerja. iv) Efek Lanjutan (Flow-on-Effect) Efek lanjutan merupakan efek total (dari output, pendapatan dan tenaga kerja) yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu wilayah atau negara akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor. Efek lanjutan dapat diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal.
2.4. Kerangka Pemikiran Konseptual Menurut Rahayu (2006), perekonomian suatu daerah dapat diketahui dengan melihat seberapa besar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) itu sendiri merupakan suatu data statistik yang di dalamnya merangkum perolehan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah. Berhasil tidaknya
pembangunan ekonomi di suatu wilayah dapat dilihat dari seberapa besar PDRB yang diperoleh oleh wilayah tersebut. Oleh karena itu, Provinsi DKI Jakarta harus memiliki
strategi
untuk
meningkatkan
PDRB,
caranya
yaitu
dengan
memanfaatkan sektor-sektor perekonomian yang ada di Provinsi DKI Jakarta. Salah satu sektor perekonomian tersebut adalah sektor pariwisata. Perkembangan Provinsi DKI Jakarta sebagai daerah tujuan wisata semakin pesat dan meluas khususnya jenis objek wisata alam, objek wisata seni, objek wisata budaya, objek wisata belanja dan kuliner serta objek wisata sejarah. Perkembangan wisata tersebut baik langsung maupun tidak langsung memiliki pengaruh terhadap perekonomian Provinsi DKI Jakarta yang dapat dilihat dari kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi DKI Jakarta. Upaya untuk menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu andalan penghasil devisa negara sangat memungkinkan, mengingat berbagai peran yang dimiliki oleh Provinsi DKI Jakarta sebagai ibukota negara, pusat pemerintahan, pusat perekonomian/bisnis, pusat pendidikan/kebudayaan dan sebagainya. Hal ini dapat dijadikan sebagai kekuatan kepariwisataan DKI Jakarta. Perkembangan
kepariwisataan
dewasa
ini
lebih
ditujukan
pada
peningkatan peran pariwisata dalam kegiatan ekonomi yang dapat menciptakan lapangan kerja serta kesempatan berusaha dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Upaya yang telah dilakukan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah adalah melalui pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan yang ada. Keberhasilan di bidang kepariwisataan di DKI Jakarta terpantau (tercermin) dari semakin meningkatnya arus kunjungan
wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnus) dari tahun ke tahun yang berkunjung ke DKI Jakarta. Perkembangan sektor pariwisata tentunya tak lepas dari dukungan sektor lain. Sektor pariwisata dan sektor-sektor lain tersebut memiliki hubungan keterkaitan. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor pariwisata akan berdampak pada sektor lain, demikian pula sebaliknya, setiap perubahan pada sektor lain akan berdampak pada sektor pariwisata. Peningkatan penyerapan tenaga kerja pada sektor pariwisata diharapkan dapat memberi dampak positif pada penyerapan tenaga kerja seluruh sektor perekonomian di Provinsi DKI Jakarta. Analisis Input-Output dapat digunakan untuk menganalisis keterkaitan dan dampak perubahan pada sektor pariwisata dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta. Selain itu, analisis Input-Output dapat pula digunakan untuk menganalisis peranan sektor pariwisata dalam pembentukan output, nilai tambah bruto, permintaan antara dan permintaan akhir Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan analisis keterkaitan, analisis dampak penyebaran, dan analisis multiplier. Dalam penelitian ini, akan diteliti dan dilihat sejauh mana peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Provinsi DKI Jakarta.
Permasalahan dalam Perekonomian Provinsi DKI Jakarta - Kemiskinan - Pengangguran
Perlu Peningkatan Pertumbuhan
Perlu Upaya Pemerataan
Perlu Perluasan Lapangan Kerja
Identifikasi Sektor-sektor yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan perluasan kesempatan kerja
Peranan Sektor Pariwisata
Analisis Input Output
Keterkaitan sektor Pariwisata dengan sektor lain (Analisis Penyebaran)
Dampak terhadap Pertumbuhan Output (Analisis Pengganda Output)
Dampak terhadap Pendapatan (Analisis Pengganda Pendapatan)
Dampak terhadap Kesempatan kerja (Analisis Pengganda Tenaga Kerja)
Strategi pembangunan Provinsi DKI Jakarta melalui pengembangan sektor pariwisata
Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Konseptual
2.5. Tahap-tahap Analisis
Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisis
terhadap data pada Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta tahun 2006. Data yang dianalisis dari Tabel Input-Output tersebut adalah data transaksi domestik atas dasar harga produsen. Menurut BPS dalam Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen menunjukkan hubungan langsung antara sektor penghasil produksi dalam negeri dengan sektor pemakainya, tanpa dipengaruhi lagi oleh margin perdagangan dan biaya pengangkutan, oleh karena itu koefisien teknis yang diturunkan dari jenis tabel ini lebih memiliki keunggulan analisis karena setiap kenaikan permintaan dapat diukur langsung pengaruhnya terhadap kenaikan produksi dalam negeri. Sektor pariwisata dalam penelitian ini terdiri dari lima subsektor, yaitu subsektor restoran, subsektor hotel, subsektor transportasi dan komunikasi, subsektor jasa biro perjalanan wisata serta subsektor jasa hiburan dan rekreasi. Adapun tahap-tahap analisis pada penelitian ini secara garis besar antara lain: 1.
Mengagregasikan sektor-sektor pada tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen. Menurut BPS dalam Tabel Input Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, agregasi sektor adalah proses penggabungan beberapa sektor Input-Output menjadi satu sektor yang lebih besar. Agregasi sektor harus memperhatikan sifat masing-masing sektor. Dalam Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta tahun 2006 klasifikasi 87 sektor kemudian sektor-sektor tersebut diagregasi menjadi tiga belas sektor dan sembilan sektor. Agregasi menjadi tiga belas sektor dilakukan untuk melihat dampak penyebaran dan keterkaitan subsektor pariwisata (subsektor restoran, subsektor hotel,
subsektor transportasi dan komunikasi, subsektor jasa biro perjalanan wisata, subsektor jasa hiburan dan rekreasi) satu sama lain. Sedangkan agregasi menjadi sembilan sektor dilakukan untuk melihat dampak penyebaran dan keterkaitan sektor pariwisata secara keseluruhan terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya. 2.
Mengelompokkan sektor-sektor yang telah diagregasi ke dalam tabel di Microsoft Excel dan memberi nama atau kode sesuai dengan yang tercantum dalam Tabel Input-Output DKI Jakarta tahun 2006.
3.
Melakukan proses input data dari tabel di Microsoft Excel pada software IOAP 1.0.1 (Input Output Analysis for Practitioners) untuk kemudian data diolah oleh software tersebut.
4.
Setelah data selesai diolah selanjutnya dilakukan analisis terhadap hasil olahan data tersebut.
III. METODE PENELITIAN
3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Provinsi DKI Jakarta terhitung dari bulan
Januari 2011 sampai dengan bulan Maret 2011. Pemilihan Provinsi DKI Jakarta sebagai lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan beberapa hal. Pertimbangan tersebut yaitu (1) Provinsi DKI Jakarta dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata karena letaknya yang strategis dan mudah dijangkau serta daya tariknya sebagai ibukota Negara Republik Indonesia, (2) ketersediaan datadata pendukung penelitian, yaitu Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta dan data-data lainnya (3) belum ada penelitian mengenai peranan sektor pariwisata dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta. 3.2.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta tahun 2006 klasifikasi 87 sektor yang kemudian diagregasikan menjadi tiga belas dan sembilan sektor. Selain Tabel Input-Output digunakan juga data pendukung lainnya yang juga merupakan data sekunder. Data tersebut diperoleh dari berbagai sumber dan instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik Pusat, Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, dan dari berbagai sumber pendukung lainnya seperti media cetak maupun media elektronik. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah IOAP 1.0.1 (Input Output Analysis for Practitioners) dan Microsoft Excel.
3.3. Metode Analisis 3.3.1. Analisis Keterkaitan Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor. Keterkaitan ini terdiri dari, keterkaitan langsung ke depan, keterkaitan langsung ke belakang, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, serta keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang. Keterkaitan ke depan digunakan untuk melihat derajat keterkaitan antara suatu sektor yang menghasilkan output yang digunakan sebagai input di sektor lain. Keterkaitan ke belakang digunakan untuk melihat derajat keterkaitan suatu sektor terhadap sektor lain yang memasok input padanya. 1. Keterkaitan Langsung Ke Depan Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut :
∑ Dimana :
F (d)i = keterkaitan langsung ke depan sektor i
n
= unsur matriks koefisien teknis = jumlah sektor
(1)
2. Keterkaitan Langsung Ke Belakang Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut :
∑ Dimana :
B (d)j
n 3.
(2)
= keterkaitan langsung ke belakang sektor i = unsur matriks koefisien teknis
= jumlah sektor
Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan akibat
dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total.
Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut :
∑ Dimana :
F (d + i)i = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i
αij n
= unsur matriks kebalikan Leontief terbuka
= jumlah sektor
(3)
4.
Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukkan akibat
dari suatu sektor yang diteliti terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total.
Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut :
∑
Dimana :
(4)
B (d + i)j = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor i
αij n
= unsur matriks kebalikan Leontief terbuka
= jumlah sektor
3.3.2. Analisis Dampak Penyebaran Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke belakang belum memadai jika dipakai sebagai landasan pemilihan sektor-sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan akhir setiap sektor tidak sama. Oleh karena itu, kedua indeks tersebut harus dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak seluruh sektor. Analisis ini disebut dengan analisis dampak penyebaran yang dibagi menjadi dua, yaitu koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. 1. Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran Ke Belakang/Daya Menarik) Konsep koefisien penyebaran (daya penyebaran ke belakang/daya menarik) bermanfaat untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor
terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor j dikatakan mempunyai koefisien penyebaran yang tinggi apabila Pd mempunyai nilai lebih besar dari satu, j
dan sebaliknya jika nilai Pd lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk j
mencari nilai koefisien penyebaran adalah :
Dimana :
n
= koefisien penyebaran sektor j = unsur matriks kebalikan Leontief
= jumlah sektor
2. Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran Ke Depan/Daya Mendorong) Konsep kepekaan penyebaran (daya penyebaran ke depan/daya mendorong) berguna untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang tinggi apabila nilai Sd lebih besar dari satu, dan sebaliknya jika nilai i
Sd lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai kepekaan i
penyebaran adalah :
Dimana : = kepekaan penyebaran sektor i
n
= unsur matriks kebalikan Leontief
= jumlah sektor
3.3.3. Analisis Pengganda (Multiplier) Berdasarkan matriks kebalikan Leontief, baik untuk model terbuka (αij ) maupun untuk model tertutup (α*ij ) dapat ditentukan nilai-nilai dari pengganda output, pendapatan dan tenaga kerja berdasarkan rumus yang tercantum dalam tabel 3.1 berikut. Tabel 3.1. Rumus Pengganda Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Pengganda Pendapatan
Tenaga Kerja
hi ∑iaij hi ∑iαij hi - hi - ∑iaij hi ∑iα*ij hi - ∑iαij hi ∑iα*ijhi ∑iα*ij hi - hi
ei ∑iaij ei ∑iαij ei - ei - ∑iaij ei ∑iα*ij ei - ∑iαij ei ∑iα*ij ei ∑iαij ei - ej
Output
Nilai Efek Awal Efek Putaran Pertama Efek Dukungan Industri Efek Induksi Konsumsi Efek Total Efek Lanjutan
1 ∑iaij ∑iαij -1-∑iaij ∑iα*ij - ∑iαij ∑iα*ij ∑iα*ij - 1
Sumber: Daryanto, 2010 dimana:
aij
= koefisien output
hi
= koefisien pendapatan rumah tangga
ei
= koefisien tenaga kerja
αij
= matriks kebalikan Leontief terbuka
α*ij
= matriks kebalikan Leontief tertutup
Sedangkan untuk melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan, dan tenaga kerja, maka dihitung dengan menggunakan rumus pengganda tipe I dan tipe II sebagai berikut: Tipe I =
efek awal + efek putaran pertama + efek dukungan industri efek awal
Tipe II = efek awal + efek putaran pertama + efek dukungan industri + efek konsumsi efek awal
Koefisien Pendapatan ( ) Koefisien pendapatan rumah tangga merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah pendapatan yang diterima oleh pekerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien pendapatan dirumuskan sebagai berikut:
dimana:
hi
= koefisien pendapatan sektor i
Si
= jumlah upah dan gaji sektor i
Xi
= jumlah output total sektor i
Koefisien Tenaga Kerja (ei) Koefisien tenaga kerja merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien tenaga kerja dapat dirumuskan sebagai berikut:
ei =
Ti X
i
dimana:
3.4
ei
= koefisien tenaga kerja sektor i
Ti
= jumlah tenaga kerja sektor i
Xi
= jumlah output total sektor i
Analisis Simulasi Investasi Publik Walaupun dengan menggunakan analisis Input-Output dapat dihitung dan
dianalisis peranan dan dampak sektor pariwisata terhadap perkonomian Provinsi DKI Jakarta tahun 2006, tetapi akan lebih lengkap bila dapat disimulasikan dengan analisis investasi publik. Dengan merangkum dampak dari analisis simulasi investasi publik tersebut kemudian dapat diperbandingkan dampak dari masing-masing analisis simulasi terhadap pengembangan sektor pariwisata di Provinsi DKI Jakarta. Terdapat beberapa analisis dalam simulasi investasi publik, antara lain analisis peningkatan anggaran sektor pariwisata dalam APBD dan peningkatan investasi publik.
3.4.1. Peningkatan Anggaran Sektor Pariwisata dalam APBD Pengeluaran belanja pemerintah daerah Provinsi DKI Jakarta (APBD) untuk sektor pariwisata tahun 2006 adalah Rp 30,88 milyar, dengan alokasi Rp 30,49 milyar untuk kegiatan promosi pariwisata dan Rp 393,62 juta untuk investasi. Dengan asumsi terjadi kenaikan anggaran pariwisata (ekspansi fiskal) sebesar 15 persen, maka jumlah anggaran pariwisata menjadi Rp 35,51 milyar. Dengan proporsi yang sama antara kebutuhan promosi dan investasi maka dampak kenaikan anggaran tersebut pada perekonomian keseluruhan dapat diperkirakan melalui instrumen pengganda (multiplier) Input-Output yang hasilnya telah diperoleh pada penelitian ini.
3.4.2. Peningkatan Investasi Publik Investasi
publik
digunakan
untuk
pengambilan
keputusan
untuk
mendukung pelaksanaan program, kegiatan, dan fungsi yang menjadi prioritas kebijakan. Investasi publik berkaitan erat dengan penganggaran modal/investasi. Penganggaran investasi merupakan proses untuk menganalisis proyek-proyek dan memutuskan apakah proyek tersebut dapat diakomodasi oleh anggaran investasi. Penentuan kebutuhan investasi publik berkaitan dengan jumlah anggaran yang akan ditetapkan bagi masing-masing sektor (Mardiasmo, 2002). Jumlah investasi publik dalam pengembangan pariwisata tahun 2006 mencapai Rp 142,49 milyar. Semua jumlah investasi ini dialokasikan untuk pengembangan subsektor jasa hiburan dan rekreasi. Pada simulasi ini, dilakukan skenario untuk meningkatkan investasi publik sebesar 10 persen. Dengan peningkatan sebesar 10 persen, jumlah investasi publik pada pariwisata akan menjadi Rp 156,74 milyar. Peningkatan pengeluaran investasi pariwisata yang diwujudkan dalam bentuk pengeluaran belanja barang modal pada konstruksi, mesin dan peralatan di subsektor jasa hiburan dan rekreasi kemudian dapat dihitung dampaknya pada output, PDRB, dan kesempatan kerja di sektor pariwisata.
3.5.
Konsep dan Definisi Operasional Data Konsep dan definisi menjelaskan konsep serta definisi dari pariwisata,
output, transaksi antara, permintaan akhir (pengeluaran rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, ekspor dan impor) dan input primer (upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan
pajak tak langsung netto) yang sesuai dengan Tabel Input-Output (Daryanto, A. dan Hafizrianda, Y., 2010). 1.
Pariwisata Pariwisata dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, yang diantaranya termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Dalam penelitian ini mencakup hotel, restoran, transportasi dan komunikasi, jasa biro perjalanan wisata, serta jasa hiburan dan rekreasi.
2.
Output Output adalah seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektorsektor produksi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah (negara, provinsi, dan sebagainya) dalam periode tertentu tanpa memperhatikan asal-usul pelaku produksi maupun usahanya. Sepanjang kegiatan produksinya dilakukan pada wilayah yang bersangkutan maka produksinya dihitung sebagai bagian dari output wilayah tertentu. Oleh karena itu, output sering dikatakan sebagai produk domestik. Unit usaha yang produksinya berupa barang outputnya merupakan hasil perkalian kuantitas produksi barang yang bersangkutan dengan harga produsen per unit barang tersebut. Unit usaha yang bergerak di bidang jasa, outputnya merupakan nilai penerimaan dari jasa yang diberikan kepada pihak lain.
3.
Input Antara Input antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa yang digunakan habis dalam proses produksi. Komponen input antara lain terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang dapat berupa hasil produksi
dalam negeri atau impor. Barang tidak tahan lama, adalah barang yang habis dalam sekali pakai, atau barang yang umur pemakaiannya kurang dari satu tahun. Contoh dari input antara adalah bahan baku, bahan penolong, jasa perbankan dan sebagainya, sedangkan balas jasa untuk pegawai (upah dan gaji) dimasukkan ke dalam input primer. Penilaian dari barang dan jasa yang digunakan berdasarkan transaksi atas dasar harga pembeli, yaitu harga yang dibayarkan pada saat menggunakan barang dan jasa tersebut. 4.
Input Primer
Input primer adalah balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input primer disebut juga nilai tambah bruto dan merupakan selisih antara nilai output dengan input antara. a. Upah dan Gaji Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain pekerja keluarga yang tidak dibayar. b. Surplus Usaha Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan modal. Surplus usaha terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha sama dengan nilai tambah bruto dikurangi dengan upah dan gaji, penyusutan dan pajak tak langsung netto.
c. Penyusutan Penyusutan adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan merupakan nilai penggantian terhadap penurunan nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. d. Pajak Tak Langsung Netto Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. Subsidi adalah bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen. Subsidi disebut juga sebagai pajak tak langsung negara. 5.
Permintaan Antara Permintaan antara merupakan permintaan barang dan jasa untuk memenuhi proses produksi. Dengan kata lain, permintaan antara menunjukkan jumlah penawaran output dari suatu sektor ke sektor lain yang digunakan dalam proses produksi.
6. Permintaan Akhir Permintaan akhir merupakan permintaan akan barang dan jasa selain permintaan untuk sektor produksi juga terdapat permintaan untuk konsumsi akhir. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukkan modal tetap bruto, perubahan stok, dan ekspor-impor. (i) Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri dari pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dan badan-badan yang tidak
mencari untung, dikurangi nilai netto penjualan barang bekas dan barang sisa. Akan tetapi, pembelian rumah baru oleh rumah tangga dimasukkan sebagai pembentukkan modal tetap sektor usaha persewaan tanah dan bangunan (real estate). Barang dan jasa juga mencakup konsumsi yang dilakukan di dalam dan di luar negeri. (ii) Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran barang dan jasa pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, untuk konsumsi kecuali yang sifatnya pembentukkan modal, termasuk pengeluaran untuk kepentingan angkatan bersenjata (pertahanan). (iii) Pembentukkan Modal Tetap Bruto (PMTB) Pembentukkan modal tetap bruto mencakup semua biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan, pembuatan atau pembelian barang-barang modal baru baik dari dalam maupun impor. Barang modal dapat terdiri dari bangunan/konstruksi, mesin dan peralatan, kendaraan dan angkutan, serta barang modal lainnya. (iv) Perubahan Stok Perubahan stok juga merupakan pembentukkan modal (tidak tetap) yang diperoleh dari selisih antara stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok barang awal tahun. Stok biasanya dipegang oleh produsen yang merupakan hasil produksi yang belum sempat dijual oleh konsumen sebagai bahan-bahan (inventory) yang belum sempat digunakan. Perubahan stok dapat digolongkan menjadi: (1) perubahan stok barang setengah jadi yang disimpan oleh produsen, termasuk perubahan ternak
dan unggas serta barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, (2) perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, (3) perubahan stok di sektor perdagangan yang terdiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual. (v) Ekspor dan Impor Ekspor dan impor merupakan kegiatan atau transaksi barang dan jasa antara penduduk di suatu daerah, dengan penduduk di luar daerah tersebut, baik penduduk kota lain maupun luar negeri. Ada dua aspek penting dalam ekspor dan impor yaitu transaksi ekonomi dan penduduk. Transaksi ekonomi meliputi transaksi barang, jasa pengangkutan, jasa pariwisata, jasa komunikasi, jasa asuransi, dan berbagai jasa lainnya. Transaksi ini melibatkan seluruh penduduk yang meliputi badan pemerintahan pusat dan daerah, perorangan, perusahaan, dan lembaga lainnya. Termasuk pula dalam transaksi ekspor adalah pembelian langsung di pasar domestik oleh penduduk daerah lain. Sebaliknya pembelian langsung di pasar luar daerah oleh penduduk domestik dikategorikan sebagai transaksi impor. 7. Margin Perdagangan dan Biaya Transportasi Margin perdagangan dan biaya transportasi adalah selisih antara transaksi pada tingkat harga konsumen atau pembeli dengan tingkat harga produsen. oleh karena itu, selisih nilai transaksi mencakup: (1) Keuntungan pedagang, baik pedagang besar maupun pedagang eceran, (2) Biaya transportasi yang timbul dalam menyalurkan barang produsen sampai ke tangan pembeli akhir.
8.
Sektor Pertanian Kegiatan yang dilakukan di sektor ini meliputi pengolahan lahan untuk bercocok tanam dan kegiatan pengolahan hasil-hasil pertanian. Subsektor yang termasuk ke dalam sektor ini antara lain subsektor peternakan, kehutanan dan perikanan yang kegiatannya meliputi pemeliharaan dan penangkapan ikan, peternakan, kehutanan, dan perikanan yang dilakukan secara sederhana yang masih menggunakan peralatan tradisional.
9.
Sektor Pertambangan dan Penggalian Pertambangan
dan
penggalian
mencakup
seluruh
usaha
kegiatan
penambangan, penggalian dan penggaraman oleh rakyat. Pada dasarnya usaha kegiatan sektor ini dimaksudkan untuk memperoleh segala macam barang tambang, mineral dan barang galian berbentuk padat, cair dan gas, baik yang terdapat di dalam maupun di permukaan bumi. Sifat dan tujuan pengusahaan benda-benda tersebut adalah untuk menciptakan nilai guna dari barang tambang dan galian sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan, diproses lebih lanjut, dijual kepada pihak lain, ataupun diekspor ke luar negeri. 10. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan meliputi semua kegiatan produksi yang bertujuan meningkatkan mutu barang dan jasa. Proses produksi dapat dilakukan secara mekanik, kimiawi ataupun proses lainnya dengan menggunakan alat-alat sederhana dan mesin-mesin. Proses tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan industri, perusahaan pertanian, pertambangan, dan perusahaan lainnya.
11. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor listrik meliputi kegiatan pembangkit dan distribusi tenaga listrik baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) maupun non PLN. Cakupannya termasuk pula tenaga listrik produksi sampingan yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan, pertambangan, industri dan sektor lain kecuali dibangkitkan untuk digunakan oleh sektor itu sendiri. Produksi listrik merupakan jumlah kWh tenaga listrik yang dibangkitkan dan meliputi tenaga listrik terjual, digunakan sendiri dalam transmisi dan distribusi. Sektor gas mencakup kegiatan produksi dan penyediaan gas kota untuk dijual kepada sektor lain maupun ke rumah tangga. Gas kota diperoleh dari pembakaran batu bara dan residu kilang minyak serta proses penyaluran gas alam. Produksi utama berupa gas dan produknya berupa kokas dan ter. Sektor air bersih mencakup kegiatan pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air bersih, termasuk penyalurannya melalui pipa baik ke rumah tangga, ataupun ke sektor lain sebagai pemakai. 12. Sektor Bangunan Sektor bangunan mencakup kegiatan konstruksi yang dilakukan baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain, maupun oleh kontraktor khusus, yaitu unit usaha dan individu yang melakukan kegiatan konstruksi untuk dipakai sendiri seperti misalnya kantor pemerintah, kantor swasta, rumah tangga dan unit-unit perusahaan bukan perusahaan bangunan. 13. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Kegiatan perdagangan meliputi pengumpulan barang dari produsen atau pelabuhan, impor dan mendistribusikannya kepada konsumen tanpa mengubah bentuk barang tersebut. Kegiatan restoran pada umumnya menyediakan makanan dan minuman jadi yang dapat dinikmati langsung. Kegiatan perhotelan meliputi usaha penyediaan akomodasi untuk umum berupa tempat penginapan jangka waktu relatif singkat. 14. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi meliputi kegiatan angkutan, jasa penunjang angkutan dan komunikasi. Kegiatan pengangkutan umumnya mengangkut barang dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain atas dasar suatu pembayaran. Komunikasi meliputi usaha jasa pos dan giro, komunikasi telepon, faksimili, telepon seluler, kegiatan pengiriman surat, wesel, dan lain-lain. 15. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Terdiri dari subsektor bank, lembaga keuangan lainnya (lembaga keuangan bukan bank), jasa penunjang keuangan bukan bank, sewa bangunan dan jasa perusahaan. Subsektor bank mencakup kegiatan bank sentral dan bank komersil baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta yang memberikan jasa keuangan pada pihak lain. Subsektor lembaga keuangan lainnya mencakup kegiatan asuransi, dana pensiun, pegadaian, koperasi simpan pinjam, dan lembaga pembiayaan. Selain itu, kegiatan pasar modal, valuta asing, dan jasa penunjang misalnya pialang dan penjamin emisi juga merupakan kegiatan dari subsektor ini. Subsektor sewa bangunan mencakup kegiatan usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut
bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan, apartemen, serta usaha persewaan tanah persil. Subsektor jasa perusahaan mencakup kegiatan pemberian jasa hukum, jasa akuntansi, jasa arsitek dan teknik, jasa periklanan, jasa riset pemasaran, serta jasa persewaan mesin dan peralatan. 16. Sektor Jasa-jasa Jasa-jasa yang dimaksud meliputi kegiatan-kegiatan: (1) jasa pemerintahan umum dan pertahanan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, (2) jasa sosial kemasyarakatan yang meliputi jasa pendidikan, kesehatan, riset, rumah ibadah, dan sebagainya, (3) jasa hiburan dan rekreasi yang meliputi kegiatan produksi dan distribusi film, jasa bioskop, studio radio, museum, gedung olahraga, taman hiburan, dan sebagainya, (4) jasa perbengkelan yang meliputi bengkel kendaraan bermotor maupun tidak bermotor, (5) jasa perorangan dan rumah tangga, yaitu jasa yang berkaitan erat dengan kepentingan perorangan dan rumah tangga seperti tukang cukur, binatu, salon kecantikan, pembantu rumah tangga, pengasuh bayi, dan lain sebagainya.
IV.
GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA
Provinsi DKI Jakarta adalah ibukota negara Republik Indonesia yang terletak di pantai utara bagian barat Pulau Jawa. Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata kurang lebih 7 meter di atas o
o
permukaan laut, terletak pada posisi 6 12’ Lintang Selatan dan 106 48’ Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta berdasarkan SK Gubernur Nomor 171 Tahun 2007 adalah adalah berupa daratan seluas 662,33 km2 dan berupa lautan seluas 6.977,5 km2.
Gambar 4.1. Peta Wilayah Provinsi DKI Jakarta Wilayah administratif Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi lima wilayah kota administrasi dan satu kabupaten administratif, yaitu kota administratif Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara,
masing-masing dengan luas daratan seluas 141,27 km2, 188,03 km2, 48,13 km2, 129,54 km2, dan 146,66 km2 serta kabupaten administratif Kepulauan Seribu (8,70 km2) (BPS, 2009).
Wilayah Provinsi DKI Jakarta memiliki sekitar 110 buah pulau yang
tersebar di Kepulauan Seribu dan sekitar 27 buah sungai yang digunakan sebagai sumber air minum, usaha perikanan dan usaha perkotaan. Di sebelah utara membentang pantai barat sampai ke timur sepanjang kurang lebih 35 km yang menjadi tempat bermuaranya 9 buah sungai dan 2 buah kanal. Batas wilayah Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai berikut: Sebelah Selatan : Kota Depok Sebelah Timur : Provinsi Jawa Barat Sebelah Barat
: Provinsi Banten
Sebelah Utara
: Laut Jawa
Daerah sebelah Selatan dan Timur Jakarta cocok digunakan sebagai daerah resapan air, dengan iklimnya yang lebih sejuk sehingga ideal dikembangkan sebagai wilayah penduduk. Adapun wilayah Jakarta Barat masih tersedia cukup lahan untuk dikembangkan sebagai wilayah perumahan. Kegiatan industri lebih banyak terdapat di Jakarta Utara dan Jakarta Timur sedangkan untuk kegiatan usaha dan perkantoran banyak terdapat di Jakarta Barat, Jakarta Pusat, dan Jakarta Selatan.
4.1.
Sektor Pariwisata di Provinsi DKI Jakarta Sektor
pariwisata
merupakan
salah
satu
sektor
strategis
dalam
pengembangan perekonomian suatu daerah. Pariwisata dengan segala aspeknya dapat memberikan kontribusi kepada berbagai aspek kehidupan, baik secara ekonomi maupun non ekonomi. Secara ekonomi, kontribusi pariwisata menjadi potensi yang besar dalam penerimaan devisa negara berupa konsumsi wisatawan mancanegara atas produk barang dan jasa DKI Jakarta. Wisatawan nusantara pun tidak kalah pentingnya, memberi porsi besar dalam penciptaan aktifitas ekonomi DKI Jakarta, khususnya domestic inbound tourism (warga Indonesia luar Jakarta yang berwisata ke kota Jakarta). Pengembangan sektor pariwisata di Provinsi DKI Jakarta dirasakan semakin penting karena selain mampu meningkatkan perkembangan ekonomi juga mampu memperluas kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan. Dalam upaya membantu menciptakan kesempatan kerja bagi penduduk usia kerja, kegiatan pariwisata memiliki peran yang cukup strategis. Beroperasinya usahausaha dalam bentuk hotel-hotel berbintang ataupun penginapan-penginapan, restoran, obyek-obyek wisata, usaha-usaha jasa pariwisata, usaha transportasi dan komunikasi, serta usaha-usaha jasa hiburan dan rekreasi akan memberi kontribusi dalam bentuk kesempatan bekerja bagi masyarakat dan hal ini tentu akan berperan dalam mengurangi angka pengangguran. Dengan demikian, kedatangan wisatawan ke suatu daerah dalam hal ini Provinsi DKI Jakarta akan membuka peluang bagi masyarakat untuk menjadi pengusaha atau pengelola hotel, restoran, usaha transportasi, pengelolaan obyek
wisata dan jasa hiburan sehingga peluang tersebut akan memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk bekerja dan nantinya masyarakat akan memperoleh pendapatan dari pekerjaan tersebut. Dilihat dari data pada Tabel 4.1, sektor pariwisata DKI Jakarta memiliki peran yang cukup penting terhadap pembentukan PDRB. Kontribusinya cukup
stabil, hal ini dapat dilihat dari persentasenya yang dari tahun ke tahun cenderung mengalami kenaikan. Tabel 4.1. PDRB Sektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah) Tahun
Hotel
Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Jasa Hiburan dan Rekreasi
Total PDRB Pariwisata
Total PDRB seluruh sektor
%
2002
2.653.028
9.409.109
16.215.672
2.073.034
30.350.843
250.331.157
12,12
2003
2.873.601
9.921.305
18.254.714
2.239.584
33.289.204
263.624.242
12,63
2004
2.979.888
10.520.516
20.559.713
2.458.573
36.518.690
278.524.822
13,11
2005
3.155.633
11.239.868
23.290.709
2.667.486
40.353.696
295.270.544
13,67
2006
3.327.299
12.114.526
26.636.288
2.931.831
45.009.944
312.826.713
14,39
2007
3.475.905
13.038.101
30.697.406
3.291.474
50.502.886
332.971.255
15,17
2008
3.597.101
13.848.282
35.248.562
3.718.933
56.412.878
353.694.057
15,95
2009
3.766.061
14.797.511
40.758.582
4.223.273
63.545.427
371.399.302
17,11
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, 2010.
4.2.
Objek Wisata di Provinsi DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta yang merupakan ibukota Negara Republik Indonesia
sekaligus sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian memiliki objek dan daya tarik wisata yang cukup beragam. Objek dan daya tarik wisata tersebut terdiri atas wisata alam, wisata budaya, wisata belanja, wisata kuliner, wisata sejarah dan lain sebagainya. Hal ini tentu semakin memperkaya khazanah kepariwisataan di DKI Jakarta. Demikian pula dengan beragamnya wisatawan yang berkunjung ke Jakarta, mulai dari wisatawan “sandal jepit”, penyandang ransel, hingga peserta MICE (Meeting, Incentive, Conference and Exhibition). Berdasarkan data-data tentang kepariwisataan, terdapat 7 (tujuh) objek wisata unggulan, yaitu objek-objek wisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan (Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta, 2010). Ketujuh objek wisata tersebut antara lain: 1.
Taman Impian Jaya Ancol Taman Impian Jaya Ancol merupakan sebuah objek wisata di Jakarta Utara. Sejak awal berdirinya di tahun 1966, Taman Impian Jaya Ancol sudah ditujukan sebagai sebuah kawasan wisata terpadu oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Taman Impian Jaya Ancol memiliki beragam jenis usaha pariwisata, diantaranya: • Pantai dan taman pantai (Pantai Festival, Indah, Elok, Ria dan Carnival Beach Club) sepanjang kurang lebih 5 km, dengan promenade sepanjang 4 km.
• Dunia Fantasi, yang dibuka untuk umum pada 29 Agustus 1986, dan populer dengan sebutan Dufan, merupakan theme park pertama yang dikembangkan oleh Ancol. Dufan merupakan pusat hiburan outdoor terbesar di Indonesia yang memanjakan pengunjung dengan Fantasi Keliling Dunia. • Atlantis Water Adventure (AWA) merupakan theme park kedua yang dikembangkan oleh Ancol dan berdiri di atas lahan seluas 5 hektar. AWA merupakan hasil revitalisasi Taman Rekreasi Air Gelanggang Renang Ancol. • Gelanggang Samudra Ancol merupakan theme park ketiga yang dikembangkan oleh Ancol. Gelanggang Samudra merupakan edutainment
theme
park
bernuansa
konservasi
alam
yang
memberikan pengalaman kepada pengunjung untuk mengenal lebih dekat dan menyayangi aneka satwa. • Sea World, merupakan underwater aquarium pertama dan satusatunya di Indonesia, dengan area seluas 2 Ha. • Berbagai usaha pariwisata lainnya seperti Putri Duyung Cottages, penginapan tepi pantai bergaya unik berbentuk cottages, Padang Golf Ancol, yaitu padang golf bernuansa pantai di tengah-tengah kawasan wisata, Pasar Seni yang merupakan pusat kegiatan seni dan kerajinan yang memberikan inspirasi serta wawasan bagi penikmat dan kolektor seni, Pulau Bidadari yang merupakan sebuah pulau di
Kepulauan Seribu, serta berbagai tempat wisata kuliner dengan fasilitas resto dan cafe. 2.
Taman Mini Indonesia Indah Taman Mini Indonesia Indah diresmikan sejak April 1975. Taman wisata yang diprakarsai oleh mendiang Ibu Tien Soeharto ini merupakan taman yang
menggambarkan
secara
utuh
Indonesia
yang
besar
dalam
penampilannya yang mini dan indah. Fasilitas yang ada antara lain: 26 Anjungan Daerah, Arsipel Indonesia, Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP IPTEK), Istana Anak-anak Indonesia, 11 Unit Taman antara lain Taman Burung, Taman Akuarium Air Tawar, Taman Bunga Keong Emas dan museum. Ada 15 unit museum di TMII diantaranya Museum Indonesia, Museum Transportasi, Museum Minyak & Gas Bumi, serta berbagai sarana hiburan yang menarik seperti Teater Imax Keong Emas, Kereta Gantung, Aeromovel, Kereta Api Mini dan yang saat ini sedang dibangun yaitu Taman Budaya Tionghoa Indonesia. 3.
Kebun Binatang Ragunan Kebun Binatang Ragunan adalah sebuah kebun binatang yang terletak di daerah Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Indonesia. Kebun binatang seluas 140 hektar ini didirikan pada tahun 1864. Di dalamnya, terdapat berbagai koleksi yang terdiri dari 295 spesies dan 4040 spesimen, termasuk satwa yang langka dan terancam punah dari Indonesia maupun dari sebagian dunia. Jumlah keseluruhannya adalah 3122 ekor satwa.
4.
Monumen Nasional (Monas) Monumen Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 di bawah perintah Presiden Soekarno. Monumen Nasional terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat.
5.
Museum Nasional Museum Nasional Republik Indonesia atau Museum Gajah, adalah sebuah museum yang terletak di Jakarta Pusat dan persisnya di Jalan Merdeka Barat. Museum Nasional sebagai sebuah lembaga studi warisan budaya dan pusat informasi edukatif, kultural, dan rekreatif, mempunyai kewajiban menyelamatkan dan melestarikan benda warisan budaya bangsa Indonesia. Hingga saat ini koleksi yang dikelola berjumlah 141.899 benda, terdiri atas 7 jenis koleksi yaitu prasejarah, arkeologi, keramik, numismtik-heraldik, sejarah, etnografi dan geografi. Jumlah koleksi itulah yang membuat museum ini dikenal sebagai yang terlengkap di Indonesia.
6.
Museum Satria Mandala Museum Satria Mandala adalah museum sejarah perjuangan Tentara Nasional Indonesia yang terletak di Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Dalam museum ini dapat ditemui berbagai koleksi peralatan perang di Indonesia, dari masa lampau sampai modern seperti koleksi ranjau, rudal, torpedo,
tank, meriam bahkan helikopter dan pesawat terbang. Selain itu museum ini juga menyimpan berbagai berbagai benda bersejarah yang berkaitan dengan TNI seperti aneka senjata berat maupun ringan, atribut ketentaraan, panjipanji dan lambang-lambang di lingkungan TNI. 7.
Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah) Museum Fatahillah yang juga dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia adalah sebuah museum yang terletak di Jalan Taman Fatahillah, Jakarta Barat. Objek-objek yang dapat ditemui di museum ini antara lain perjalanan sejarah Jakarta, replika peninggalan masa kerajaan Tarumanegara dan Pajajaran, hasil penggalian arkeologi di Jakarta, mebel antik mulai dari abad ke-17 sampai 19, yang merupakan perpaduan dari gaya Eropa, Republik Rakyat Cina, dan Indonesia. Juga ada keramik, gerabah, dan batu prasasti. Ketujuh objek wisata diatas memiliki jumlah pengunjung yang berbeda-
beda. Semakin banyak jumlah pengunjung yang datang, menunjukkan objek wisata tersebut semakin banyak diminati. Objek wisata di DKI Jakarta yang paling banyak didatangi oleh para wisatawan adalah Taman Impian Jaya Ancol.
4.3.
Perkembangan Kunjungan Wisatawan ke Provinsi DKI Jakarta Tabel 4.2 di bawah ini memperlihatkan jumlah kunjungan wisatawan pada
tujuh objek wisata unggulan di Provinsi DKI Jakarta selama beberapa tahun terakhir. Tabel 4.2. Jumlah Kunjungan Wisatawan untuk Masing-masing Objek Wisata Unggulan di Provinsi DKI Jakarta Tahun No.
Objek Wisata
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
1
Taman Impian Jaya Ancol
12.051.106
10.088.300
10.121.251
10.795.273
13.377.011
13.567.630
12.920.733
2
Taman Mini Indonesia Indah
4.217.896
4.874.089
601.275
2.849.823
3.808.176
4.510.679
4.822.945
3
Kebun Binatang Ragunan
3.121.677
3.358.740
2.050.055
2.553.087
3.392.223
3.319.186
3.545.212
4
Monumen Nasional
614.840
554.628
586.250
663.864
708.757
924.445
2.112.217
5
Museum Nasional
105.786
800.114
24.268
871.104
157.905
104.739
165.907
6
Museum Satria Mandala
72.123
74.132
59.247
138.002
48.591
77.525
53.769
7
Museum Sejarah Jakarta
52.321
45.303
43.992
69.708
75.067
119.641
245.682
20.235.749
19.795.306
13.486.338
17.940.861
21.567.730
22.623.845
23.866.465
Jumlah/Total
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta, 2010. Jumlah kunjungan wisatawan ke Provinsi DKI Jakarta cukup tinggi. Pada tahun 2003, jumlah wisatawan yang mengunjungi objek wisata unggulan di DKI Jakarta mencapai 20.235.749 wisatawan. Namun pada tahun 2004, jumlah kunjungan wisatawan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh adanya serangkaian peristiwa peledakan bom di DKI Jakarta antara lain ledakan bom di Hotel JW Marriot dan bom di Kedutaan besar Australia (bom Kuningan) dan penyebaran wabah penyakit SARS dan flu burung di beberapa kawasan Asia
sehingga menyebabkan penurunan jumlah wisatawan yang datang ke DKI Jakarta, penurunan jumlah kunjungan tersebut terus berlangsung hingga tahun 2005. Pada tahun 2006 dan seterusnya, jumlah kunjungan wisatawan ke DKI Jakarta kembali meningkat, hingga mencapai jumlah tertinggi pada tahun 2009, yaitu sebanyak 23.866.465 wisatawan (Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta, 2010). 4.4.
Kontribusi terhadap Tenaga Kerja dan Pendapatan Pengembangan kepariwisataan di Provinsi DKI Jakarta sangat penting
dalam rangka memperluas lapangan kerja serta pemerataan pendapatan. Perkembangan sektor pariwisata ini perlu diimbangi dengan penyediaan kamarkamar hotel, restoran, jasa transportasi, jasa pemandu wisata, serta akomodasi lainnya sehingga tidak menimbulkan kesenjangan antara permintaan dan penawaran untuk akomodasi tersebut. Sektor pariwisata mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 688.104 orang atau sekitar 18,05 persen dari total 3.812.590 orang yang bekerja di sembilan lapangan pekerjaan utama pada tahun 2006. Selain memiliki peran terhadap penyerapan tenaga kerja, sektor pariwisata Provinsi DKI Jakarta ini juga memiliki kontribusi terhadap pendapatan. Sektor pariwisata ini telah mampu memberikan kontribusinya sebesar Rp 45,01 triliun pada tahun 2006 dan kemudian kontribusinya meningkat menjadi sebesar Rp 50,51 triliun pada tahun 2007 (Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta, 2007).
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Provinsi DKI Jakarta 5.1.1. Struktur Permintaan Berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta tahun 2006 klasifikasi 87 sektor, total permintaan Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2006 adalah sebesar Rp 990,45 triliun. Total permintaan tersebut merupakan hasil penjumlahan dari permintaan antara sebesar Rp 267,59 triliun dan permintaan akhir sebesar Rp 722,86 triliun. Nilai permintaan dari masing-masing sektor perekonomian Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa sektor yang memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan permintaan antara di Provinsi DKI Jakarta adalah sektor industri pengolahan, yaitu sebesar Rp 89,58 triliun atau sekitar 33,47 persen dari total permintaan antara Provinsi DKI Jakarta. Sektor keuangan, perbankan, dan jasa perusahaan menempati urutan kedua dengan kontribusi sebesar Rp 64,78 triliun atau sekitar 24,21 persen dari total permintaan antara Provinsi DKI Jakarta. Urutan ketiga ditempati oleh sektor perdagangan dengan kontribusi sebesar Rp 36,01 triliun atau sekitar 13,46 persen dari total permintaan antara Provinsi DKI Jakarta. Sektor pariwisata menempati urutan keempat dengan kontribusi sebesar Rp 28,57 triliun atau sekitar 10,68 persen dari total permintaan antara Provinsi DKI Jakarta. Dalam pembentukan permintaan akhir Provinsi DKI Jakarta, sektor keuangan, perbankan, dan jasa perusahaan menempati urutan pertama dengan
nilai sebesar Rp 154,64 triliun atau sekitar 21,39 persen dari total permintaan akhir Provinsi DKI Jakarta. Sementara sektor jasa-jasa berada di urutan kedua dengan kontribusi sebesar Rp 148,99 triliun atau sekitar 20,61 persen dari total permintaan akhir Provinsi DKI Jakarta. Di urutan ketiga, sektor industri pengolahan memberikan kontribusinya sebesar Rp 134,25 triliun atau sekitar 18,57 persen dari total permintaan akhir Provinsi DKI Jakarta. Sedangkan sektor pariwisata berada di urutan keempat dengan nilai kontribusi sebesar Rp 122,24 triliun atau sekitar 16,92 persen dari total permintaan akhir Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan kontribusi masing-masing sektor terhadap permintaan antara dan permintaan akhir Provinsi DKI Jakarta, dapat diketahui bahwa empat sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan total permintaan Provinsi DKI Jakarta adalah sektor industri pengolahan dengan nilai sebesar Rp 223,83 triliun atau sekitar 22,60 persen, sektor keuangan, perbankan, dan jasa perusahaan dengan nilai sebesar Rp 219,42 triliun atau sekitar 22,15 persen, sektor jasa-jasa dengan nilai sebesar Rp 164,69 triliun atau sekitar 16,63 persen dan sektor pariwisata dengan nilai sebesar Rp 150,81 triliun atau sekitar 15,23 persen dari total permintaan Provinsi DKI Jakarta.
Tabel 5.1. Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Provinsi DKI Jakarta Sektor 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan PARIWISATA 7. Restoran 8. Hotel 9. Transportasi dan Komunikasi 10. Jasa Biro Perjalanan Wisata 11. Jasa Hiburan dan Rekreasi 12. Keuangan, Perbankan dan Jasa Perusahaan 13. Jasa-jasa TOTAL
Permintaan Antara Jumlah (juta Persen Rupiah) 261.558 0,10 819.015 0,31
Permintaan Akhir Jumlah (juta Persen Rupiah) 1.146.738 0,16 3.147.825 0,43
Jumlah Permintaan Jumlah (juta Persen Rupiah) 1.408.296 0,14 3.966.840
0,40
223.830.567
22,60
12,20 8,90 16,92 5,53 0,84 9,03
19.733.243 106.199.958 100.378.008 150.810.692 48.273.985 6.692.603 81.635.216
2,00 10,72 10,13 15,23 4,87 0,68 8,24
1.590.383
0,22
1.859.111
0,19
1,13
9.323.837
1,30
12.349.777
1,25
64.781.762
24,21
154.645.182
21,40
219.426.944
22,15
15.698.355 267.592.872
5,86 100,00
148.999.325 722.859.446
20,61 100,00
164.697.680 990.452.228
16,63 100,00
89.580.363
33,47
134.250.204
18,57
13.885.275
5,19
5.847.968
0,81
17.986.259 36.013.871 28.566.324 8.280.552 599.309 16.391.795
6,72 13,46 10,68 3,09 0,22 6,13
88.213.699 64.364.137 122.244.368 39.993.433 6.093.294 65.243.421
268.728
0,11
3.025.940
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 13 Sektor (diolah)
Sektor Pariwisata menempati urutan keempat dalam pembentukan total permintaan Provinsi DKI Jakarta. Tabel 5.1 memperlihatkan bahwa sektor pariwisata terdiri dari lima subsektor, yaitu subsektor restoran, subsektor hotel, subsektor transportasi dan komunikasi, subsektor jasa biro perjalanan wisata, dan subsektor jasa hiburan dan rekreasi. Dari kelima subsektor tersebut, subsektor transportasi dan komunikasi merupakan subsektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan total permintaan sektor pariwisata Provinsi DKI Jakarta, yaitu sebesar Rp 81,63 triliun atau sekitar 8,24 persen dari total permintaan Provinsi DKI Jakarta.
5.1.2. Struktur Konsumsi Rumah Tangga Berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta tahun 2006, jumlah konsumsi rumah tangga Provinsi DKI Jakarta adalah sebesar Rp 195,29 triliun. Tabel 5.2 di bawah ini menunjukkan bahwa sektor keuangan, perbankan, dan jasa perusahaan memiliki nilai konsumsi rumah tangga tertinggi yaitu sebesar Rp 53,81 triliun atau sekitar 27,55 persen dari total konsumsi rumah tangga. Sektor pariwisata berada pada urutan kedua dengan konsumsi rumah tangga sebesar Rp 43,86 triliun atau sekitar 22,46 persen dari total konsumsi rumah tangga Provinsi DKI Jakarta. Tabel 5.2. Konsumsi Rumah Tangga Terhadap Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta Sektor 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan PARIWISATA 7. Restoran 8. Hotel 9. Transportasi dan Komunikasi 10. Jasa Biro Perjalanan Wisata 11. Jasa Hiburan dan Rekreasi
Konsumsi Rumah Tangga Jumlah (Juta Rupiah) Persen
138.830 0 36.707.619 5.847.968 0 18.576.905 43.860.590 17.055.893 164.065 23.028.713 571.973 3.039.946
0,07 0,00 18,80 2,99 0,00 9,51 22,46 8,73 0,08 11,79 0,29 1,56
12. Keuangan, Perbankan dan Jasa Perusahaan 53.814.199 27,55 13. Jasa-jasa 36.353.706 18,61 TOTAL 195.299.817 100,00 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 13 sektor (diolah)
Di antara lima subsektor pembentuk sektor pariwisata, subsektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah subsektor transportasi dan komunikasi dengan nilai sebesar Rp 23,02 triliun atau sekitar 11,79 persen dari total konsumsi
rumah tangga Provinsi DKI Jakarta. Di urutan kedua, subsektor restoran memberikan kontribusi sebesar Rp 17,05 triliun atau sekitar 8,73 persen dari total konsumsi rumah tangga Provinsi DKI Jakarta. Subsektor jasa hiburan dan rekreasi berada pada urutan ketiga dengan nilai sebesar Rp 3,03 triliun atau sekitar 1,56 persen, selanjutnya sektor jasa biro perjalanan wisata berada pada urutan keempat dengan kontribusi sebesar Rp 571,97 milyar atau sekitar 0,29 persen, dan sektor hotel di urutan kelima yang kontribusinya relatif kecil yaitu sebesar Rp 164,06 milyar atau sekitar 0,08 persen dari total konsumsi rumah tangga Provinsi DKI Jakarta. 5.1.3. Struktur Konsumsi Pemerintah Jumlah konsumsi pemerintah berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta tahun 2006 adalah sebesar Rp 72,01 triliun. Tabel 5.3 menunjukkan bahwa Rp 72,01 triliun atau 100 persen dari total konsumsi pemerintah dialokasikan pada sektor jasa-jasa. Sektor jasa-jasa pada Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta tahun 2006 sebelum agregasi (klasifikasi 87 sektor) terdiri dari berbagai jenis jasa, diantaranya jasa pemerintahan umum dan jasa swasta, dan konsumsi pemerintah ini dialokasikan untuk subsektor pemerintahan umum, subsektor jasa pendidikan pemerintah, subsektor jasa kesehatan pemerintah, dan subsektor jasa pemerintah lainnya.
Tabel 5.3 Konsumsi Pemerintah Terhadap Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta Sektor 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan PARIWISATA 7. Restoran 8. Hotel 9. Transportasi dan Komunikasi 10. Jasa Biro Perjalanan Wisata 11. Jasa Hiburan dan Rekreasi
Konsumsi Pemerintah Jumlah (Juta Rupiah) Persen 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
12. Keuangan, Perbankan dan Jasa Perusahaan 0 0,00 13. Jasa-jasa 72.011.120 100,00 TOTAL 72.011.120 100,00 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 13 sektor (diolah)
5.1.4. Struktur Investasi Jumlah investasi Provinsi DKI Jakarta berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta tahun 2006 adalah sebesar Rp 145,12 triliun. Jumlah investasi merupakan selisih antara pembentukan modal tetap dengan perubahan stok dari setiap sektor perekonomian di Provinsi DKI Jakarta.
Tabel 5.4. Investasi Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta Sektor 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan PARIWISATA 7. Restoran 8. Hotel 9. Transportasi dan Komunikasi 10. Jasa Biro Perjalanan Wisata 11. Jasa Hiburan dan Rekreasi
Pembentukan Modal Tetap (juta Rupiah) 48
Perubahan Stok (juta Rupiah) 46
Investasi (juta Rupiah)
1.914 30.488.368 0 88.213.699 27.368.412 142.490 0 0 0
6.696 1.753.057 0 0 0 0 0 0 0
-4.782 28.735.311 0 88.213.699 27.368.412 142.490 0 0 0
-0,0033 19,80 0,00 60,78 18,86 0,10 0,00 0,00 0,00
0
0
0
0,00
142.490
0
142.490
0,10
Investasi (persen) 2 0,0000013
12. Keuangan, Perbankan dan Jasa Perusahaan 0 0 0 0,00 13. Jasa-jasa 668.705 0 668.705 0,46 TOTAL 146.883.636 1.759.799 145.123.837 100,00 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 13 Sektor (diolah)
Tabel 5.4 di atas memperlihatkan bahwa sektor bangunan memiliki jumlah investasi terbesar yaitu sebesar Rp 88,21 triliun atau sekitar 60,78 persen dari total investasi Provinsi DKI Jakarta. Sektor pariwisata hanya memiliki nilai sebesar Rp 142,49 milyar atau sekitar 0,10 persen dari total investasi Provinsi DKI Jakarta. Dari tabel 5.4 juga dapat diketahui bahwa semua jumlah investasi pada sektor pariwisata Provinsi DKI Jakarta berasal dari subsektor jasa hiburan dan rekreasi dengan nilai Rp 142,49 milyar atau 100 persen dari jumlah investasi sektor pariwisata Provinsi DKI Jakarta (0,10 persen dari total investasi Provinsi DKI Jakarta). Sementara subsektor restoran, hotel, transportasi dan komunikasi, dan jasa biro perjalanan wisata tidak memiliki kontribusi terhadap investasi Provinsi DKI Jakarta (nilai investasinya nol persen).
5.1.5. Struktur Ekspor dan Impor Jumlah net ekspor Provinsi DKI Jakarta berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta tahun 2006 adalah sebesar Rp 168,75 triliun. Nilai positif dari nilai net ekspor tersebut mengindikasikan adanya surplus perdagangan dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta. Tabel 5.5 menunjukkan kontribusi ekspor dan impor dari masing-masing sektor perekonomian Provinsi DKI Jakarta. Sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap jumlah surplus perdagangan Provinsi DKI Jakarta adalah sektor keuangan, perbankan dan jasa perusahaan dengan nilai kontribusi sebesar Rp 80,01 triliun atau sekitar 47,42 persen dari total surplus perdagangan. Sektor pariwisata berada pada urutan kedua sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam surplus perdagangan Provinsi DKI Jakarta dengan nilai sebesar Rp 41,95 triliun atau sekitar 24,86 persen dari total surplus perdagangan. Sementara sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor bangunan memiliki nilai negatif, yang berarti bahwa input yang digunakan oleh sektor tersebut cenderung lebih banyak diimpor dari daerah lain.
Tabel 5.5. Ekspor dan Impor Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta Ekspor Sektor 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan PARIWISATA 7. Restoran 8. Hotel 9. Transportasi dan Komunikasi 10. Jasa Biro Perjalanan Wisata 11. Jasa Hiburan dan Rekreasi 12. Keuangan, Perbankan dan Jasa Perusahaan 13. Jasa-jasa TOTAL
Impor
Net Ekspor Jumlah (juta Persen Rupiah)
Jumlah (juta Rupiah)
Persen
Jumlah (juta Rupiah)
Persen
1.007.814
0,33
168.496
0,09
839.318
0,50
3.139.215
1,02
521.017
0,29
2.618.198
1,55
65.301.160
21,28
47.770.546
26,52
17.530.614
10,39
0 0 18.418.820 78.241.288 22.937.540 5.929.229 42.214.708
0,00 0,00 6,00 25,49 7,48 1,93 13,75
8.470.153 23.062.107 11.398.057 36.285.247 16.175.272 570.030 16.819.896
4,70 12,80 6,33 20,15 8,98 0,31 9,34
-8.470.153 -23.062.107 7.020.763 41.956.041 6.762.268 5.359.199 25.394.812
-5,02 -13,67 4,16 24,86 4,00 3,18 15,05
1.018.410
0,33
320.075
0,18
698.335
0,41
6.141.401
2,00
2.399.974
1,33
3.741.427
2,22
100.830.983 39.965.794 306.905.074
32,85 13,02 100,00
20.814.170 31.613.520 180.103.313
11,56 17,55 100,00
80.016.813 8.352.274 168.757.802
47,42 4,95 100,00
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 13 Sektor (diolah)
Tabel 5.5 memperlihatkan bahwa di antara kelima subsektor pembentuk sektor pariwisata, subsektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap surplus perdagangan Provinsi DKI Jakarta adalah subsektor transportasi dan komunikasi dengan nilai sebesar Rp 25,39 triliun atau sekitar 15,05 persen dari total surplus perdagangan. Sektor restoran berada pada urutan kedua dengan nilai kontribusi sebesar Rp 6,76 triliun atau sekitar 4,00 persen dari total surplus perdagangan. Peringkat ketiga dan seterusnya ditempati oleh sektor hotel dengan kontribusi sebesar Rp 5,35 triliun (3,18 persen), lalu sektor jasa hiburan dan rekreasi dengan nilai sebesar Rp 3,74 triliun (2,22 persen) dan sektor jasa biro
perjalanan wisata berada di peringkat terakhir dengan nilai sebesar Rp 698,33 milyar (0,41 persen). 5.1.6. Struktur Nilai Tambah Bruto Nilai tambah bruto merupakan balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Jumlah Nilai Tambah Bruto berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta tahun 2006 adalah sebesar Rp 542,75 triliun. Nilai tambah bruto dalam Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta terdiri dari lima komponen, yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, pajak tak langsung, dan subsidi. Tabel 5.6 menunjukkan bahwa di antara kelima komponen pembentuk nilai tambah bruto, surplus usaha memberikan kontribusi terbesar dengan nilai sebesar Rp 292,16 triliun atau sekitar 53,83 persen dari total nilai tambah bruto. Kontribusi terbesar kedua dalam pembentuk nilai tambah bruto diberikan oleh upah dan gaji, dengan nilai sebesar Rp 181,41 triliun atau sekitar 33,43 persen dari total nilai tambah bruto. Penyusutan menempati peringkat ketiga dengan kontribusi sebesar Rp 55,54 triliun atau sekitar 10,23 persen dari total nilai tambah bruto.
Tabel 5.6. Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta
Sektor
Upah dan Gaji (juta Rupiah)
Surplus Usaha (juta Rupiah)
Rasio Upah Gaji dan Surplus Usaha (juta rupiah)
Nilai Tambah Bruto Penyusutan (juta Rupiah)
Pajak Tak Langsung (juta Rupiah)
Subsidi (juta Rupiah)
Jumlah (juta Rupiah)
Persen
1.
238.671
831.894
0,29
26.422
12.816
-4
1.109.799
0,20
2.
464.888
2.365.106
0,19
184.734
124.860
0
3.139.588
0,58
3.
25.453.136
48.831.371
0,52
9.150.684
2.638.973
-139.824
85.934.340
15,83
4.
1.536.706
2.226.446
0,69
1.265.237
463.870
-785.242
4.707.017
0,87
5.
17.087.301
36.776.367
0,46
3.886.532
1.822.264
0
59.572.464
10,97
6.
22.957.109
43.727.955
0,52
5.593.872
3.052.024
0
75.330.960
13,88
Pariwisata
28.243.902
35.367.682
0,80
16.996.852
2.046.639
-164.610
82.490.465
15,20
7.
8.191.180
9.602.785
0,85
2.776.936
789.597
0
21.360.498
3,93
8.
1.732.122
3.147.722
0,55
372.203
330.049
0
5.582.096
1,03
9.
15.507.057
19.649.201
0,79
12.582.920
736.281
-81.343
48.394.116
8,92
10.
409.991
376.944
1,09
246.405
22.478
0
1.055.818
0,19
11.
2.403.552
2.591.030
0,93
1.018.388
168.234
-83.267
6.097.937
1,12
12.
38.290.798
98.163.027
0,39
9.609.453
2.715.523
0
148.778.801
27,41
13.
47.144.036
23.875.461
1,97
8.828.013
1.845.189
0
81.692.699
15,05
TOTAL
181.416.547
292.165.309
0,62
55.541.799
14.722.158
-1.089.680
542.756.133
100,00
33,43
53,83
2,71
-0,20
100,00
Persen terhadap Nilai Tambah Bruto
10,23
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 13 Sektor (diolah)
Tabel 5.6 juga memperlihatkan bahwa sektor yang memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan nilai tambah bruto Provinsi DKI Jakarta adalah sektor keuangan, perbankan dan jasa perusahaan dengan nilai sebesar Rp 148,77 triliun atau sekitar 27,41 persen dari total nilai tambah bruto. Sektor industri pengolahan berada di peringkat kedua, dengan kontribusi sebesar Rp 85,93 triliun atau sekitar 15,83 persen dari total nilai tambah bruto. Sektor pariwisata sendiri
menempati peringkat ketiga dengan kontribusi sebesar Rp 82,49 triliun atau sekitar 15,20 persen dari total nilai tambah bruto. Di antara kelima subsektor pembentuk sektor pariwisata, subsektor transportasi dan komunikasi merupakan subsektor yang memiliki kontribusi terbesar terhadap nilai tambah bruto sektor pariwisata dengan nilai sebesar Rp 48,39 triliun atau sekitar 8,92 persen dari total nilai tambah bruto Provinsi DKI Jakarta. Di urutan kedua, subsektor restoran memberikan nilai kontribusinya sebesar Rp 21,36 triliun atau sekitar 3,93 persen dari total nilai tambah bruto Provinsi DKI Jakarta. Sementara subsektor hotel, subsektor jasa biro perjalanan wisata serta subsektor jasa hiburan dan rekreasi memiliki nilai kontribusi yang kurang dari dua persen. 5.2. Analisis Keterkaitan 5.2.1. Keterkaitan ke Depan (forward linkage) Keterkaitan ke depan dibagi menjadi dua, yaitu keterkaitan langsung ke depan dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan. Nilai keterkaitan langsung ke depan menunjukkan apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan, maka output suatu sektor yang dialokasikan secara langsung ke sektor tersebut dan juga sektor-sektor lainnya akan meningkat sebesar nilai keterkaitannya, sedangkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki keterkaitan baik langsung maupun tidak langsung ke depan terhadap sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri. Keterkaitan ke depan merupakan keterkaitan sektor produksi hulu terhadap sektor produksi hilirnya. Nilai keterkaitan langsung ke depan diperoleh dari nilai
koefisien teknis, sedangkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan diperoleh dari matriks kebalikan Leontief terbuka. Besarnya nilai keterkaitan output ke depan baik langsung maupun tidak
langsung dari masing-masing sektor perekonomian Provinsi DKI Jakarta diperlihatkan pada tabel 5.7. Dalam tabel tersebut, sektor pariwisata memiliki nilai keterkaitan ke depan secara langsung sebesar 0,0288, nilai tersebut berarti bahwa apabila terjadi peningkatan pada permintaan akhir sebesar Rp. 1 juta, maka output sektor pariwisata yang langsung dijual atau dialokasikan ke sektor lainnya termasuk sektor pariwisata itu sendiri akan mengalami peningkatan sebesar Rp 28.800. Sektor pariwisata juga memiliki nilai keterkaitan ke depan secara langsung dan tidak langsung sebesar 1,29714, nilai tersebut berarti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar Rp 1 juta, maka output sektor pariwisata yang dijual atau dialokasikan baik secara langsung maupun tidak langsung ke sektor lain termasuk sektor pariwisata sendiri akan meningkat sebesar Rp 1.297.140. Tabel 5.7. Keterkaitan Output ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta Sektor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Keterkaitan ke Depan Langsung Langsung dan Tidak Langsung 0,0003 1,00391 0,0008 1,01693 0,0904 1,82568 0,0140 1,27761 0,0182 1,21941 0,0364 1,34713 0,0288 1,29714 0,0654 1,64891
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Pariwisata Keuangan, Perbankan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 0,0158 1,15962 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 9 sektor (diolah)
Di antara subsektor pembentuk sektor pariwisata, subsektor yang memiliki nilai keterkaitan ke depan secara langsung terbesar adalah subsektor transportasi dan komunikasi yaitu dengan nilai sebesar 0,01655. Subsektor restoran menempati peringkat kedua dengan nilai keterkaitan sebesar 0,00836. Peringkat ketiga subsektor jasa hiburan dan rekreasi dengan nilai keterkaitan 0,00306, kemudian subsektor hotel dengan nilai keterkaitan sebesar 0,00061, dan terakhir subsektor jasa biro perjalanan wisata dengan nilai keterkaitan sebesar 0,00027. Untuk keterkaitan ke depan secara langsung dan tidak langsung, nilainya untuk masing-masing subsektor pariwisata: subsektor transportasi dan komunikasi (1,25141), subsektor restoran (1,12607), subsektor jasa hiburan dan rekreasi (1,11122), subsektor jasa biro perjalanan wisata (1,01165), dan subsektor hotel (1,00678). Tabel 5.8. Keterkaitan Output ke Depan Subsektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta Keterkaitan ke Depan Langsung Langsung dan Tidak Langsung 1. Restoran 0,00836 1,12607 2. Hotel 0,00061 1,00678 3. Transportasi dan Komunikasi 0,01655 1,25141 4. Jasa Biro Perjalanan Wisata 0,00027 1,01165 5. Jasa Hiburan dan Rekreasi 0,00306 1,11122 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 13 sektor (diolah) Subsektor
5.2.2. Keterkaitan ke Belakang (backward linkage) Keterkaitan ke belakang juga dibagi menjadi dua, yaitu keterkaitan secara langsung ke belakang dan keterkaitan secara langsung dan tidak langsung ke belakang. Nilai keterkaitan ke belakang menunjukkan seberapa besar nilai input yang dibutuhkan oleh suatu sektor baik dari sektor lain maupun dari sektor itu
sendiri apabila terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan. Keterkaitan ke belakang merupakan keterkaitan sektor produksi hilir terhadap sektor-sektor produksi hulunya. Tabel 5.9 menunjukkan bahwa sektor pariwisata mempunyai keterkaitan ke belakang secara langsung sebesar 0,2124. Nilai ini memiliki arti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar Rp 1 juta, maka sektor pariwisata akan secara langsung meningkatkan permintaan inputnya terhadap sektor lainnya termasuk sektor pariwisata sendiri sebesar Rp 212.400. Sedangkan untuk nilai keterkaitan ke belakang secara langsung dan tidak langsung, sektor pariwisata memiliki nilai sebesar 1,28935, hal ini dapat diartikan bahwa apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar Rp 1 juta, maka sektor pariwisata akan meningkatkan permintaan inputnya terhadap sektor lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung sebesar Rp 1.289.350. Tabel 5.9. Keterkaitan Output ke Belakang Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta Sektor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Keterkaitan ke Belakang Langsung Langsung dan Tidak Langsung 0,0923 1,12858 0,0772 1,09966 0,4027 1,59149 0,3322 1,46459 0,2219 1,31158 0,1360 1,18085 0,2124 1,28935 0,2271 1,30121
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Pariwisata Keuangan, Perbankan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 0,3120 1,42903 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 9 sektor (diolah) Pada tabel 5.10, dapat dilihat bahwa di antara subsektor pembentuk sektor
pariwisata, subsektor yang memiliki nilai keterkaitan ke belakang langsung
terbesar adalah subsektor jasa hiburan dan rekreasi yaitu dengan nilai sebesar 0,31190. Subsektor jasa biro perjalanan wisata menempati peringkat kedua dengan
nilai keterkaitan sebesar 0,25992. Peringkat ketiga adalah subsektor restoran dengan nilai keterkaitan 0,22244, kemudian subsektor transportasi dan komunikasi dengan nilai keterkaitan sebesar 0,20115, dan terakhir subsektor hotel dengan nilai keterkaitan sebesar 0,08076. Untuk keterkaitan ke belakang secara langsung dan tidak langsung, nilainya untuk masing-masing subsektor pariwisata: subsektor jasa hiburan dan rekreasi (1,44089), subsektor jasa biro perjalanan wisata (1,34709), subsektor restoran (1,30348), subsektor transportasi dan komunikasi (1,27239), dan subsektor hotel (1,11408). Nilai
keterkaitan
ke
belakang
yang
besar
dari
suatu
sektor
mengindikasikan bahwa sektor tersebut masih bergantung pada output yang dihasilkan oleh sektor di dalam Provinsi DKI Jakarta itu sendiri, sebaliknya nilai keterkaitan ke belakang yang kecil mengindikasikan besarnya ketergantungan sektor tersebut terhadap output yang berasal dari luar Provinsi DKI Jakarta. Tabel 5.10. Keterkaitan Output ke Belakang Subsektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta Keterkaitan ke Belakang Langsung Langsung dan Tidak Langsung 1. Restoran 0,22244 1,30348 2. Hotel 0,08076 1,11408 3. Transportasi dan Komunikasi 0,20115 1,27239 4. Jasa Biro Perjalanan Wisata 0,25992 1,34709 5. Jasa Hiburan dan Rekreasi 0,31190 1,44089 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 13 sektor (diolah) Subsektor
5.3. Analisis Dampak Penyebaran Dengan menggunakan analisis dampak penyebaran, dapat diketahui sektor-sektor mana saja yang mempunyai kemampuan untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor hulu dan hilirnya melalui mekanisme transaksi pasar output dan input. Dampak penyebaran dianalisis berdasarkan koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. 5.3.1. Koefisien Penyebaran Nilai koefisien penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang terboboti dengan jumlah sektor kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Koefisien penyebaran menunjukkan efek relatif yang ditimbulkan oleh keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang antar suatu sektor dengan seluruh sektor yang ada dalam suatu perekonomian. Hal ini dapat diartikan bahwa koefisien penyebaran adalah efek yang ditimbulkan oleh suatu sektor karena peningkatan output sektor tersebut terhadap output sektor-sektor lain yang digunakan sebagai input oleh sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung (sektor hulu). Tabel 5.11 di bawah ini menunjukkan nilai koefisien penyebaran dari masing-masing sektor perekonomian yang ada di Provinsi DKI Jakarta. Tabel tersebut menunjukkan bahwa sektor pariwisata memiliki nilai koefisien penyebaran yang kurang dari satu yaitu sebesar 0,949318. Nilai koefisien penyebaran yang lebih besar dari satu memiliki arti bahwa sektor tersebut mampu meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya, sementara nilai koefisien penyebaran yang kurang dari satu dapat diartikan bahwa sektor tersebut kurang mampu untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya.
Tabel 5.11. Koefisien Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta Sektor Koefisien Penyebaran 1. Pertanian 0,412545 2. Pertambangan dan Penggalian 0,345008 3. Industri Pengolahan 1,799486 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,484788 5. Bangunan 0,991675 6. Perdagangan 0,607689 7. Pariwisata 0,949318 8. Keuangan, Perbankan dan Jasa Perusahaan 1,014974 9. Jasa-jasa 1,394514 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 9 sektor (diolah)
Pada tabel 5.12 di bawah ini, dapat dilihat bahwa subsektor pariwisata yang memiliki nilai koefisien penyebaran tertinggi adalah subsektor jasa hiburan dan rekreasi yaitu dengan nilai sebesar 1,409054. Pada peringkat kedua terdapat
subsektor jasa biro perjalanan wisata dengan nilai 1,174230, kemudian yang menduduki peringkat ketiga adalah subsektor restoran dengan nilai 1,004927, selanjutnya subsektor transportasi dan komunikasi di peringkat keempat dengan nilai 0,908747, dan yang menduduki peringkat akhir adalah subsektor hotel dengan nilai 0,364836. Berdasarkan nilai-nilai koefisien penyebaran tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa subsektor jasa hiburan dan rekreasi, subsektor jasa biro perjalanan wisata dan subsektor restoran mampu meningkatkan pertumbuhan sektor-sektor hulunya, sementara subsektor hotel serta subsektor transportasi dan komunikasi kurang mampu untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya. Tabel 5.12. Koefisien Penyebaran Subsektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta Subsektor Pariwisata Koefisien Penyebaran 1. Restoran 1,004927 2. Hotel 0,364836 3. Transportasi dan Komunikasi 0,908747 4. Jasa Biro Perjalanan Wisata 1,174230 5. Jasa Hiburan dan Rekreasi 1,409054 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 13 sektor (diolah)
5.3.2 Kepekaan Penyebaran Nilai kepekaan penyebaran diperoleh dari keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan yang diboboti dengan jumlah sektor kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Kepekaan penyebaran menunjukkan efek relatif yang ditimbulkan oleh keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan antara suatu sektor dengan seluruh sektor yang menggunakan output sektor tersebut sebagai inputnya (sektor hilir), dengan kata lain kepekaan penyebaran menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang menggunakan output dari sektorsektor tersebut (sektor hilir). Tabel 5.13 di bawah ini menunjukkan nilai kepekaan penyebaran dari masing-masing sektor perekonomian yang ada di Provinsi DKI Jakarta. Tabel tersebut menunjukkan bahwa sektor pariwisata memiliki nilai kepekaan penyebaran sebesar 0,654630. Nilai kepekaan penyebaran suatu sektor yang lebih besar dari satu mengandung arti bahwa sektor tersebut mampu mendorong pertumbuhan sektor hilirnya, sementara nilai kepekaan penyebaran yang kurang dari satu dapat diartikan bahwa sektor tersebut kurang mampu untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Dengan nilai kepekaan penyebaran yang kurang dari satu dapat diartikan bahwa sektor pariwisata kurang mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilirnya.
Tabel 5.13. Kepekaan Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta Sektor Kepekaan Penyebaran 1. Pertanian 0,641871 2. Pertambangan dan Penggalian 0,713544 3. Industri Pengolahan 1,383143 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 2,431810 5. Bangunan 0,585315 6. Perdagangan 1,239952 7. Pariwisata 0,654630 8. Keuangan, Perbankan dan Jasa Perusahaan 1,020320 9. Jasa-jasa 0,329412 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 9 sektor (diolah)
Berdasarkan tabel 5.14, dapat diketahui bahwa subsektor pariwisata yang memiliki nilai kepekaan penyebaran tertinggi adalah subsektor jasa hiburan dan rekreasi dengan nilai 0,975222. Pada peringkat kedua terdapat subsektor transportasi dan komunikasi dengan nilai 0,799192. Peringkat ketiga dan seterusnya ditempati oleh subsektor restoran (0,682729), subsektor jasa biro perjalanan wisata (0,575320), dan subsektor hotel (0,356417). Subsektorsubsektor ini memiliki nilai kepekaan penyebaran kurang dari satu, yang berarti bahwa subsektor-subsektor ini dianggap kurang mampu mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Tabel 5.14. Kepekaan Penyebaran Subsektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta Subsektor Pariwisata Kepekaan Penyebaran 1. Restoran 0,682729 2. Hotel 0,356417 3. Transportasi dan Komunikasi 0,799192 4. Jasa Biro Perjalanan Wisata 0,575320 5. Jasa Hiburan dan Rekreasi 0,975222 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 13 sektor (diolah)
5.4.
Analisis Pengganda (Multiplier) Analisis pengganda digunakan untuk melihat dampak perubahan dari
variabel-variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan dalam variabelvariabel eksogen. Terdapat dua jenis pengganda, yaitu Pengganda Tipe I dan Pengganda Tipe II. Pengganda tipe I diperoleh dari pengolahan lebih lanjut matriks kebalikan Leontief terbuka, sedangkan pengganda tipe II diperoleh dari matriks kebalikan Leontief tertutup. Baik pengganda tipe I maupun tipe II merupakan hasil dari proses mekanisme dampak yang terdiri dari efek awal (initial effect), efek putaran pertama (first round effect), efek dukungan industri (industrial support effect), dan efek induksi konsumsi (consumption induced effect). Nilai pengganda tipe I menunjukkan bahwa apabila terjadi kenaikan variabel eksogen sebesar satu satuan, maka variabel endogen di seluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar nilai tersebut. Nilai pengganda tipe II menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan variabel eksogen maka variabel endogen akan meningkat setelah adanya efek induksi dari rumah tangga. 5.4.1. Pengganda Output Tabel 5.15 di bawah ini memperlihatkan nilai pengganda output masingmasing sektor perekonomian Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan tabel tersebut, sektor pariwisata memiliki nilai pengganda tipe I sebesar 1,289354. Nilai tersebut dapat diartikan jika terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap sektor pariwisata sebesar Rp 1 juta, maka output pada sektor-sektor lainnya akan meningkat sebesar Rp 1,289354 juta.
Selanjutnya jika efek konsumsi masyarakat diperhitungkan dengan memasukkan rumah tangga ke dalam model, maka akan diperoleh nilai pengganda tipe II yang nilainya selalu lebih besar dari nilai pengganda tipe I. Berdasarkan tabel 5.15, sektor pariwisata memiliki nilai pengganda output tipe II sebesar 1,723955. Artinya, dengan memasukkan efek konsumsi rumah tangga, jika terjadi peningkatan permintaan akhir di sektor pariwisata sebesar Rp 1 juta, maka output seluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar Rp 1,723955 juta. Tabel 5.15. Pengganda Output Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta Tipe I
Tipe II
1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian
Sektor
1,000000
Awal
Pertama 0,092311
Industri 0,036278
Konsumsi 0,348085
1,476674
Total
Elastisitas 1,056845
1,128589
1,476674
1,000000
0,077199
0,022464
0,246126
1,345789
1,067930
1,099663
1,345789
3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih
1,000000
0,402651
0,188845
0,365534
1,957030
0,852850
1,591497
1,957030
1,000000
0,332235
0,132361
0,261199
1,725795
0,000000
1,464596
1,725795
5. Bangunan
1,000000
0,221896
0,089691
0,384849
1,696436
1,409124
1,311587
1,696436
6. Perdagangan
1,000000
0,135976
0,044877
0,474441
1,655294
0,755059
1,180853
1,655294
7. Pariwisata 8. Keuangan, Perbankan dan Jasa Perusahaan
1,000000
0,212419
0,076936
0,434601
1,723955
0,896025
1,289354
1,723955
1,000000
0,227110
0,074107
0,418220
1,719437
0,790115
1,301216
1,719437
9. Jasa-jasa
1,000000
0,312035
0,116999
0,653007
2,082041
1,424020
1,429034
2,082041
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 9 sektor (diolah)
Tabel 5.16 berikut ini menyajikan nilai pengganda output subsektor pembentuk sektor pariwisata. Berdasarkan tabel tersebut, nilai pengganda output tipe I tertinggi dari subsektor pembentuk sektor pariwisata diraih oleh subsektor jasa hiburan dan rekreasi dengan nilai sebesar 1,440889. Nilai tersebut berarti jika terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap output subsektor jasa hiburan dan rekreasi sebesar Rp 1 juta, maka output pada seluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar Rp 1,440889 juta. Jika efek konsumsi rumah tangga dimasukkan ke dalam model, maka akan diperoleh nilai pengganda output tipe II
yang nilainya selalu lebih besar dari pengganda output tipe I. Tabel 5.16 juga menunjukkan bahwa subsektor jasa hiburan dan rekreasi memiliki pengganda output tipe II tertinggi diantara subsektor-subsektor pembentuk sektor pariwisata yang lain, yaitu dengan nilai sebesar 1,931773. Artinya, dengan memasukkan efek konsumsi rumah tangga, jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada subsektor jasa hiburan dan rekreasi sebesar Rp 1 juta, maka output seluruh sektor akan meningkat sebesar Rp 1,931773. Tabel 5.16. Pengganda Output Subsektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta Awal
Pertama
Industri
Konsumsi
1. Restoran
1,000000
0,222443
0,081036
0,399972
1,703450
2. Hotel 3. Transportasi dan Komunikasi 4. Jasa Biro Perjalanan Wisata 5. Jasa Hiburan dan Rekreasi
1,000000
0,080757
0,033322
0,506053
1,000000
0,201153
0,071238
1,000000
0,259919
1,000000
0,311898
Subsektor Pariwisata
Total
Elastisitas
Tipe I
Tipe II
0,809400
1,303479
1,703450
1,620133
1,435337
1,114080
1,620133
0,440132
1,712524
0,885570
1,272391
1,712524
0,087176
0,515371
1,862466
1,020248
1,347094
1,862466
0,128992
0,490884
1,931773
0,982937
1,440889
1,931773
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 13 sektor (diolah)
5.4.2. Pengganda Pendapatan Berdasarkan hasil analisis pengganda pendapatan pada Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta tahun 2006 klasifikasi 87 sektor yang diagregasi menjadi sembilan sektor dapat diketahui nilai pengganda pendapatan dari masing-masing sektor perekonomian. Tabel 5.17 memperlihatkan nilai-nilai pengganda pendapatan dari tiap sektor-sektor perekonomian Provinsi DKI Jakarta. Nilai pengganda pendapatan tipe I dari sektor pariwisata adalah sebesar 1,2704961. Nilai tersebut berarti jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor pariwisata sebesar Rp 1 juta, maka akan meningkatkan pendapatan rumah tangga di semua sektor perekonomian sebesar Rp 1,2704961 juta. Tabel 5.17 juga memperlihatkan
nilai-nilai
pengganda
pendapatan
tipe
II
sektor-sektor
perekonomian Provinsi DKI Jakarta. Nilai pengganda pendapatan tipe II dari
sektor pariwisata adalah sebesar 1,6935819. Artinya, dengan memasukkan efek pengeluaran rumah tangga, jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor pariwisata sebesar Rp 1 juta, maka pendapatan di seluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar Rp 1,6935819 juta. Tabel 5.17. Pengganda Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta Sektor
Pertama
Industri
Konsumsi
Tipe I
Tipe II
0,1694750
Awal
0,0154332
0,0056645
0,0634623
0,2540350
Total
Elastisitas 1,0727904
1,1244886
1,4989527
0,1171935
0,0137343
0,0038233
0,0448733
0,1796245
1,2162636
1,1498176
1,5327165
0,1137161
0,0581224
0,0282871
0,0666435
0,2667691
1,0223238
1,7598706
2,3459223
0,0778740
0,0449497
0,0201796
0,0476213
0,1906245
0,0000000
1,8363422
2,4478595
0,1608974
0,0358299
0,0139729
0,0701649
0,2808652
1,4499749
1,3095314
1,7456163
0,2287066
0,0234594
0,0075853
0,0864993
0,3462506
0,6905858
1,1357401
1,5139511
0,1872805
0,0380818
0,0125768
0,0792357
0,3171749
0,8802383
1,2704961
1,6935819
0,1745036
0,0416978
0,0127695
0,0762492
0,3052202
0,8037350
1,3121272
1,7490766
0,2862459
0,0525906
0,0186776
0,1190552
0,4765694
1,1387115
1,2489757
1,6648951
1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan 7. Pariwisata 8. Keuangan, Perbankan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 9 sektor (diolah)
Tabel 5.18 di bawah ini menyajikan nilai-nilai pengganda pendapatan subsektor yang membentuk sektor pariwisata. Dari tabel tersebut, diketahui bahwa subsektor yang memiliki nilai pengganda pendapatan tipe I tertinggi adalah subsektor jasa hiburan dan rekreasi yaitu dengan nilai sebesar 1,380365. Nilai tersebut berarti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada subsektor jasa hiburan dan rekreasi sebesar Rp 1 juta, maka akan meningkatkan pendapatan rumah tangga di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 1,380365 juta. Sementara itu untuk nilai pengganda pendapatan tipe II tertinggi juga diraih oleh subsektor jasa hiburan dan rekreasi dengan nilai sebesar 1,838330. Nilai tersebut berarti bahwa dengan memasukkan efek pengeluaran rumah tangga, jika terjadi
peningkatan permintaan akhir pada subsektor jasa hiburan dan rekreasi sebesar Rp 1 juta, maka akan meningkatkan pendapatan di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 1,838330 juta. Tabel 5.18. Pengganda Pendapatan Subsektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta Subsektor Pariwisata
Awal
Pertama
Industri
Konsumsi
Total
0,169681
0,036074
0,013142
0,072624
0,291520
0,258811
0,013004
0,005137
0,091885
0,189955
0,039054
0,011866
0,220531
0,047000
0,194623
0,053249
Elastisitas
Tipe I
Tipe II
0,816336
1,290047
1,718048
0,368838
1,262.569
1,070095
1,425122
0,079916
0,320791
0,873287
1,268064
1,688771
0,014522
0,093577
0,375630
0,933057
1,278972
1,703298
0,020779
0,089131
0,357782
0,935391
1,380365
1,838330
1. Restoran 2. Hotel 3. Transportasi dan Komunikasi 4. Jasa Biro Perjalanan Wisata 5. Jasa Hiburan dan Rekreasi
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 13 sektor (diolah)
5.4.3. Pengganda Tenaga Kerja Tabel 5.19 memperlihatkan hasil analisis pengganda tenaga kerja pada sektor-sektor perekonomian Provinsi DKI Jakarta. Tabel tersebut menunjukkan bahwa sektor pariwisata memiliki nilai pengganda tenaga kerja tipe I sebesar 1,2238581. Nilai tersebut berarti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor pariwisata sebesar Rp 1 juta, maka akan terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja sebanyak 1 orang di seluruh sektor perekonomian. Dari tabel 5.19 juga diketahui bahwa sektor pariwisata memiliki nilai pengganda tenaga kerja tipe II sebesar 1,5922169. Artinya, dengan memasukkan efek pengeluaran rumah tangga, jika terjadi peningkatan permintaan akhir di sektor pariwisata sebesar Rp 1 juta, maka akan terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja sebanyak 2 orang di seluruh sektor perekonomian.
Tabel 5.19. Pengganda Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta Sektor
Pertama
Industri
Konsumsi
Tipe I
Tipe II
0,0192381
Awal
0,0004215
0,0001426
0,0013461
0,0211484
Total
Elastisitas 0,7867595
1,0293249
1,0992970
0,0022923
0,0002509
0,0000769
0,0009518
0,0035718
1,2365059
1,1429873
1,5582255
0,0028436
0,0018101
0,0007690
0,0014136
0,0068363
1,0476727
1,9069743
2,4040902
0,0009384
0,0007653
0,0004077
0,0010101
0,0031215
0,0000000
2,2500729
3,3265405
0,0016774
0,0009923
0,0003397
0,0014883
0,0044977
2,2272207
1,7940794
2,6813380
0,0104986
0,0003032
0,0001424
0,0018348
0,0127790
0,5552277
1,0424447
1,2172093
0,0045627
0,0007528
0,0002686
0,0016807
0,0072648
0,8275539
1,2238581
1,5922169
0,0012991
0,0005622
0,0002322
0,0016174
0,0037109
1,3126199
1,6115280
2,8565048
0,0055633
0,0011550
0,0004295
0,0025253
0,0096731
1,1892185
1,2848118
1,7387407
1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan 7. Pariwisata 8. Keuangan, Perbankan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 9 sektor (diolah)
Tabel 5.20 di bawah ini menyajikan nilai-nilai pengganda tenaga kerja subsektor yang membentuk sektor pariwisata. Dari tabel tersebut, diketahui bahwa subsektor yang memiliki nilai pengganda tenaga kerja tipe I tertinggi adalah subsektor jasa hiburan dan rekreasi dengan nilai sebesar 1,771254. Nilai tersebut mengandung arti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan sebesar Rp 1 juta di subsektor jasa hiburan dan rekreasi, maka akan terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja sebanyak 2 orang di seluruh sektor perekonomian. Sementara itu untuk nilai pengganda tenaga kerja tipe II tertinggi juga diraih oleh subsektor jasa hiburan dan rekreasi dengan nilai sebesar 2,865317. Nilai tersebut berarti bahwa dengan memasukkan efek pengeluaran rumah tangga, jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada subsektor jasa hiburan dan rekreasi sebesar Rp 1 juta, maka akan terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja sebanyak 3 orang di seluruh sektor perekonomian.
Tabel 5.20. Pengganda Tenaga Kerja Subsektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta Subsektor Pariwisata
Awal
Pertama
Industri
Konsumsi
Total
0,006541
0,000765
0,000270
0,001553
0,009130
0,005266
0,000397
0,000128
0,001965
0,003783
0,000691
0,000250
0,003624
0,000660
0,001742
0,000893
Elastisitas
Tipe I
Tipe II
0,663147
1,158195
1,395649
0,007757
1,305027
1,099833
1,473046
0,001709
0,006432
0,879294
1,248552
1,700388
0,000303
0,002001
0,006589
0,995891
1,265771
1,818003
0,000451
0,001906
0,004993
1,457948
1,771254
2,865317
1. Restoran 2. Hotel 3. Transportasi dan Komunikasi 4. Jasa Biro Perjalanan Wisata 5. Jasa Hiburan dan Rekreasi
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 13 sektor (diolah)
5.4.4. Analisis Penetapan Sektor Prioritas Dari hasil analisis pengganda standar untuk subsektor-subsektor pembentuk sektor pariwisata, yaitu subsektor restoran, subsektor hotel, subsektor transportasi dan komunikasi, subsektor jasa biro perjalanan wisata dan subsektor jasa hiburan dan rekreasi dapat ditetapkan sektor-sektor kunci dan prioritas yang dapat dijadikan acuan untuk pengembangan sektor pariwisata di Provinsi DKI Jakarta. Pembangunan harus diprioritaskan pada sektor-sektor kunci ini karena perkembangan dari sektor kunci akan mendorong perkembangan sektor-sektor lain dalam perekonomian. Tabel 5.21 dibawah ini memperlihatkan bahwa subsektor prioritas pertama adalah subsektor jasa hiburan dan rekreasi dengan nilai total pengganda 11,227928, yang menduduki peringkat kedua adalah subsektor jasa biro perjalanan wisata dengan nilai sebesar 9,275604, sedangkan subsektor transportasi dan komunikasi berada di peringkat ketiga dengan nilai sebesar 8,890690. Peringkat keempat diduduki oleh subsektor restoran dengan nilai sebesar 8,568868, dan subsektor hotel di peringkat kelima dengan nilai sebesar 7,802309.
Tabel 5.21. Indeks Pengganda Aktual Subsektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta Subsektor 1. Restoran 2. Hotel 3. Transportasi dan Komunikasi 4. Jasa Biro Perjalanan Wisata
TOM 3,006929 2,734213
TIM 3,008095 2,495217
TEM 2,553844 2,572879
Total Prioritas 8,568868 4 7,802309 5
2,984915
2,956835
2,948940
8,890690
3
3,209560
2,982270
3,083774
9,275604
2
5. Jasa Hiburan dan Rekreasi
3,372662
3,218695
4,636571 11,227928
1
Keterangan: TOM = Total Output Multiplier (Total Pengganda Output), TIM = Total Income Multiplier (Total Pengganda Pendapatan), TEM = Total Employment Multiplier (Total Pengganda Tenaga Kerja).
5.5. Analisis Simulasi Investasi Publik Seperti yang telah dijelaskan pada Bagian 3.4, terdapat dua analisis simulasi investasi publik yang dikaitkan dengan persoalan pariwisata. Kalkulasi awal dari dampak kedua simulasi tersebut dapat dirangkum ke dalam suatu matriks analisis simulasi sebagai berikut: Kondisi Awal Kondisi Shock 2006 (1) (2) (3) Simulasi 1 : Peningkatan APBD pariwisata sebesar APBD pariwisata naik APBD pariwisata sebesar Rp 30,88 milyar sebesar Rp 4,63 milyar 15 persen Analisis Simulasi
Simulasi 2 : Peningkatan Investasi publik pada Investasi publik investasi publik pada pariwisata sebesar Rp mengalami peningkatan sarana dan prasarana 142,49 milyar sebesar Rp 14,25 milyar pariwisata sebesar 10 persen Selanjutnya
bagaimana
masing-masing
analisis
simulasi
di
atas
mempengaruhi perubahan output, PDRB, dan tenaga kerja dan bagaimana memaknai hasil-hasilnya, akan dijelaskan pada uraian berikut ini:
5.5.1. Peningkatan Anggaran Sektor Pariwisata dalam APBD Pada simulasi ini, peningkatan APBD sektor pariwisata ditetapkan sebesar 15 persen dan hampir seluruhnya dialokasikan pada kegiatan promosi kepariwisataan. Kegiatan promosi kepariwisataan ini meliputi pengembangan produk pariwisata, pengembangan pasar pariwisata, pengembangan sarana dan pelayanan pariwisata, peningkatan informasi dan promosi budaya, dan peningkatan sarana dan prasarana seni budaya (Bappeda dalam Lampiran Perda APBD DKI Jakarta, 2006). Selanjutnya dengan mensimulasikan peningkatan APBD ini ke dalam model Input-Output dapat diperkirakan dampaknya pada kenaikan output, PDRB, dan kesempatan kerja. Hasil dari simulasi peningkatan APBD pariwisata (simulasi 1) dapat dilihat pada tabel 5.22, kenaikan APBD sektor pariwisata sebesar 15 persen atau sebesar Rp 4,63 milyar, dapat menciptakan kenaikan output sebesar Rp 5,97 milyar, kenaikan PDRB sebesar Rp 5,88 milyar, serta kenaikan kesempatan kerja sebesar 6 ribu orang. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kenaikan APDB pariwisata sebesar 15 persen ini tidak banyak mempengaruhi perubahan ekonomi pariwisata.
Tabel 5.22. Dampak Peningkatan APBD Pariwisata pada Output, PDRB, dan Tenaga Kerja, Tahun 2006 Uraian (1) - Ekonomi Pariwisata Tahun 2006 (nilai dasar) - Dampak simulasi 1 (Rp milyar) 1) - Kontribusi simulasi, (2) : (1), (%) - Efektivitas simulasi 2) 1) 2) 3)
236.720
82.490
Tenaga Kerja (000) (4) 689
5,97
5,88
6
0,003
0,007
0,82
1,29
1,27
1220 3)
Output (Milyar Rupiah)
PDRB (Milyar Rupiah)
(2)
(3)
Dihitung dengan mengalikan nilai masing-masing pengganda dengan kenaikan APBD, Rp 4,63 milyar. Dihitung dengan membagi hasil dampak simulasi terhadap kenaikan APBD, Rp 4,63 milyar. Jumlah tenaga kerja per satu milyar rupiah kenaikan APBD.
Berdasarkan tabel 5.22, kontribusi simulasi di atas hanya mampu menaikkan output pariwisata sebesar 0,003 persen, menaikkan PDRB pariwisata sebesar 0,007 persen, serta menaikkan kesempatan kerja 0,82 persen. Namun demikian tetap dapat dievaluasi bahwa simulasi menaikkan APBD sektor pariwisata sebesar 15 persen cenderung teralokasi pada sektor-sektor yang memiliki kemampuan menyerap tenaga kerja relatif tinggi (pro labor) tetapi kurang teralokasi pada sektor-sektor yang memiliki kemampuan menciptakan PDRB yang tinggi (tidak pro growth). Dalam kaitannya dengan efektivitas simulasi, dapat dilihat pula bahwa kemampuan simulasi peningkatan APBD pariwisata ini dalam menciptakan output adalah 1,29, artinya setiap kenaikan APBD sebesar Rp 1 milyar akan mampu menciptakan Rp 1,29 milyar output di berbagai sektor. Sedangkan untuk menciptakan PDRB, efektivitasnya adalah 1,27, artinya untuk setiap kenaikan APBD sebesar Rp 1 milyar akan menciptakan Rp 1,27 milyar PDRB di berbagai sektor. Selanjutnya efektivitas dalam menciptakan kesempatan kerja mencapai
1220, artinya untuk setiap kenaikan APBD sebesar Rp 1 milyar akan tercipta kesempatan kerja 1220 orang. 5.5.2. Peningkatan Investasi Publik Peningkatan investasi publik sebesar 10 persen akan berdampak langsung pada sarana dan prasarana subsektor jasa hiburan dan rekreasi, dan berdampak tidak langsung pada sektor-sektor yang terkait dengan subsektor tersebut. Dengan mensimulasikan peningkatan investasi publik tersebut ke dalam model InputOutput dapat diperkirakan dampaknya pada peningkatan output, PDRB, dan kesempatan kerja. Hasil dari simulasi peningkatan investasi publik (simulasi 2) dapat dilihat pada tabel 5.23, peningkatan investasi publik pada sarana dan prasarana pariwisata sebesar 10 persen atau sebesar Rp 14,25 milyar, dapat menciptakan peningkatan output sebesar Rp 18,37 milyar dan peningkatan PDRB sebesar Rp 18,10 milyar. Sementara itu, dampak terhadap peningkatan kesempatan kerja mencapai 17 ribu orang.
Tabel 5.23. Dampak Peningkatan Investasi Publik untuk Sarana dan Prasarana Pariwisata pada Output, PDRB, dan Tenaga Kerja, Tahun 2006 Uraian (1) - Ekonomi Pariwisata Tahun 2006 (nilai dasar) - Dampak simulasi 2 (Rp milyar) 1) - Kontribusi simulasi, (2) : (1), (%) - Efektivitas simulasi 2) 1) 2) 3)
236.720
82.490
Tenaga Kerja (000) (4) 689
18,37
18,10
17
0,008
0,02
2,47
1,28
1,27
1193 3)
Output (Milyar Rupiah)
PDRB (Milyar Rupiah)
(2)
(3)
Dihitung dengan mengalikan nilai masing-masing pengganda dengan peningkatan investasi publik, Rp 14,25 milyar. Dihitung dengan membagi dampak simulasi terhadap peningkatan investasi publik, Rp 14,25 milyar. Jumlah tenaga kerja per satu milyar rupiah peningkatan investasi publik.
Peningkatan investasi publik sebesar 10 persen tidak terlalu berpengaruh besar pada peningkatan ekonomi pariwisata. Berdasarkan tabel 5.23, kontribusi simulasi di atas hanya mampu menaikkan output pariwisata sebesar 0,008 persen, menaikkan PDRB pariwisata sebesar 0,02 persen, serta menaikkan kesempatan kerja 2,47 persen. Dari angka-angka persentase ini dapat dilihat bahwa simulasi ini kurang pro pertumbuhan dan juga kurang pro tenaga kerja, karena dampak simulasi pada PDRB dan kesempatan kerja lebih rendah dibanding dampaknya terhadap output. Selanjutnya, dalam kaitannya dengan efektivitas simulasi, dapat dilihat pula bahwa kemampuan simulasi peningkatan investasi publik ini dalam menciptakan output adalah 1,28, artinya setiap peningkatan Rp 1 milyar investasi publik mampu menciptakan output sebesar Rp 1,28 milyar, Sedangkan untuk menciptakan PDRB, efektivitasnya adalah 1,27, artinya untuk setiap peningkatan Rp 1 milyar investasi publik akan menciptakan Rp 1,27 milyar PDRB.
Selanjutnya efektivitas dalam menciptakan kesempatan kerja adalah sebesar 1193, artinya untuk setiap peningkatan investasi publik sebesar Rp 1 milyar akan tercipta kesempatan kerja 1193 orang. Secara keseluruhan, efektivitas penciptaan output pada simulasi 1 lebih baik jika dibandingkan dengan simulasi 2 (1,29 dibanding 1,28). Demikian juga halnya dalam hal efektivitas penciptaan kesempatan kerja pada simulasi 1 lebih baik daripada simulasi 2 (1220 dibanding 1193). Sedangkan dalam hal penciptaan PDRB, kedua simulasi memiliki efektivitas yang sama nilainya, yaitu sebesar 1,27.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006 klasifikasi 87 sektor, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Peranan sektor pariwisata dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta relatif besar. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor pariwisata untuk struktur permintaan sebesar 15,23 persen dari total permintaan Provinsi DKI Jakarta, kontribusi terhadap konsumsi rumah tangga sebesar 22,46 persen dari total konsumsi rumah tangga, kontribusi terhadap investasi sebesar 0,10 persen dari total investasi, kontribusi terhadap surplus perdagangan atau ekspor netto kontribusinya sebesar 24,86 persen dari total surplus perdagangan dan nilai tambah bruto sebesar 15,20 persen dari total nilai tambah bruto.
2.
Sektor pariwisata secara keseluruhan memiliki keterkaitan yang cukup tinggi dengan sektor-sektor lainnya. Hal ini berarti sektor pariwisata dapat diandalkan untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor lain baik sektor hulu maupun hilirnya. Subsektor transportasi dan komunikasi memiliki nilai terbesar pada keterkaitan langsung ke depan maupun keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan. Sedangkan untuk keterkaitan langsung ke belakang maupun keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang, nilai terbesarnya dimiliki oleh subsektor jasa hiburan dan rekreasi.
3.
Berdasarkan hasil analisis dampak penyebaran di mana dampak penyebaran itu dibagi menjadi koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran, dapat
71
disimpulkan bahwa secara umum sektor pariwisata tersebut memiliki nilai koefisien penyebaran yang relatif lebih besar dibandingkan dengan nilai kepekaan penyebarannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pariwisata ini mempunyai kemampuan menarik yang lebih besar terhadap pertumbuhan output sektor hulunya dibandingkan dengan kemampuan sektor pariwisata untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Dalam penelitian ini, subsektor jasa hiburan dan rekreasi memiliki nilai koefisien penyebaran tertinggi sekaligus memiliki nilai kepekaan penyebaran tertinggi. 4. Berdasarkan hasil analisis pengganda output, pendapatan dan tenaga kerja dapat diketahui bahwa subsektor jasa hiburan dan rekreasi mempunyai nilai tertinggi untuk masing-masing nilai pengganda. Dengan demikian dapat dikatakan subsektor ini merupakan subsektor prioritas yang dapat dijadikan acuan untuk pengembangan sektor pariwisata di Provinsi DKI Jakarta karena merupakan subsektor yang berpotensi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan juga mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak bagi masyarakat Provinsi DKI Jakarta.
72
6.2. Saran Melihat hasil analisis Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006 tentang sektor pariwisata, maka saran penelitian yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut: 1.
Dengan mempertimbangkan besarnya kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian Provinsi DKI Jakarta, baik ditinjau dari sisi output, PDRB, pendapatan maupun penyerapan tenaga kerja, pengembangan sektor pariwisata (industri kepariwisataan) untuk masa mendatang perlu mendapat prioritas. Pemerintah DKI Jakarta diharapkan dapat mengatasi kendala yang disebabkan oleh minimnya anggaran yang dialokasikan untuk pengembangan dan promosi sektor pariwisata.
2.
Subsektor jasa hiburan dan rekreasi merupakan subsektor yang mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan merupakan subsektor yang mampu menyerap banyak tenaga kerja. Pemerintah diharapkan dapat memperbaiki fasilitas serta sarana dan prasarana penunjang subsektor ini, menambah jenis usaha yang termasuk kategori subsektor jasa hiburan dan rekreasi dan menambah inisiatif penyelenggaraan atraksi yang masih minim.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Statistik Kunjungan Wisatawan Domestik dan Mancanegara di Indonesia 2004 - 2009.www.budpar.go.id [4 Februari 2011]. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta. 2003. Jakarta dalam Angka Tahun 2002. Jakarta. . 2004. Jakarta dalam Angka Tahun 2003. Jakarta. . 2005. Jakarta dalam Angka Tahun 2004. Jakarta. . 2006. Jakarta dalam Angka Tahun 2005. Jakarta. . 2007. Jakarta dalam Angka Tahun 2006. Jakarta. . 2008. Jakarta dalam Angka Tahun 2007. Jakarta. . 2009. Jakarta dalam Angka Tahun 2008. Jakarta. . 2010. Jakarta dalam Angka Tahun 2009. Jakarta. . 2007. Tabel Input-Output DKI Jakarta Tahun 2006. Jakarta. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi DKI Jakarta. 2006. Lampiran Perda APBD DKI Jakarta Tahun 2006. Jakarta. Budhiman, A. 1996. Kebijaksanaan Pembangunan Kepariwisataan dan Persepsi Wisatawan di DKI Jakarta [tesis]. Program Pasca Sarjana Ilmu Administrasi, Universitas Indonesia. Daryanto, A. dan Y. Hafizrianda. 2010. Analisis Input-Output dan Social Accounting Matrix untuk Pembangunan Ekonomi Daerah. Penerbit IPB Press, Bogor.
Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta. 2005. Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) DKI Jakarta Tahun 2004. Jakarta. . 2007. Direktori Hotel dan Akomodasi Lainnya DKI Jakarta 2006. Jakarta. . 2010. Buku Data Pariwisata Tahun 2006. Badan Pusat Statistik, Jakarta. . 2010. Profil Hotel di DKI Jakarta 2006. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Glasson, J. 1977. Pengantar Perencanaan Regional. Paul Sihotang [penerjemah]. Program Perencanaan Nasional FEUI-Bappenas. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Heriawan, R. 2004. Peranan dan Dampak Pariwisata pada Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Model Input-Output dan SAM [disertasi]. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Grasindo, Jakarta. Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi, Yogyakarta. Nazara, S. 2008. Analisis Input Output. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Nurbaiti, S. 2009. Analisis Kontribusi Sektor-sektor Unggulan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi DKI Jakarta (Periode 2003-2007) [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rahayu, F. 2006. Analisis Pengaruh Sektor Pariwisata terhadap Perekonomian Kota Bogor [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Republik Indonesia. 1990. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan. Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Suwantoro, G. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Penerbit Andi, Yogyakarta. Wahab, S. 1992. Manajemen Kepariwisataan. Pradnya Paramita, Jakarta.
LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1. Klasifikasi Sektor-sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006 KODE KLASIFIKASI 87 SEKTOR KODE KLASIFIKASI 13 SEKTOR KODE KLASIFIKASI 9 SEKTOR 1 Padi dan Palawija 2 Sayur-sayuran 3 Buah-buahan 4 Hasil perkebunan 5 Tanaman hias 1 Pertanian 1 Pertanian 6 Ternak dan hasil-hasilnya (kec. Susu segar) 7 Susu segar 8 Unggas dan hasil-hasilnya 9 Kayu dan hasil hutan lainnya 10 Perikanan 11 Pertambangan dan Penggalian 2 Pertambangan dan 2 Pertambangan dan Penggalian Penggalian 12 Industri Pengolahan dan Pengawetan hewan, ikan, sayur2an dan buah2an 13 Industri makanan dan minuman terbuat dari susu 3 Industri Pengolahan 3 Industri Pengolahan 14 Industri minyak dari nabati dan hewani 15 Industri tepung 16 Industri roti, biskuit, mie dan sejenisnya 17 Industri makanan lainnya 18 Industri pakan ternak 112
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Industri minuman Industri tembakau dan rokok Industri benang, tekstil dan sejenisnya Industri tekstil jadi kecuali pakaian dan industri permadani, tali & tekstil lainnya Industri barang-barang rajutan Industri pakaian jadi Industri kulit samakan serta alas kaki dan barang dari kulit Industri penggergajian kayu, bahan bangunan kayu, kayu lapis dan sejenisnya Industri perabot rumah tangga dari kayu, bambu dan rotan Kertas, karton serta barang-barang dari kertas dan karton Industri barang-barang cetakan dan penerbitan Industri kimia dasar Industri cat, vernis, lak dan barang-barang kimia lainnya Industri obat-obatan dan jamu Industri komestik Industri sabun dan bahan pembersih Industri barang-barang hasil kilang minyak Industri karet dan barang-barang lainnya dari karet
113
37 38 39
Industri barang-barang dari plastik Industri kaca dan barang-barang dari kaca Barang dari tanah liat, keramik dapur dan semen termasuk bahan bangunan Logam dasar, besi dan baja Industri barang-barang dari logam dasar bukan besi Industri barang dari logam Industri mesin Industri motor listrik, mesin listrik dan perlengkapannya Industri barang-barang elektronik Industri perlengkapan listrik lainnya Industri kapal, kereta dan kapal terbang Industri kendaraan bermotor Industri alat angkutan lainnya Industri alat ukur, fotografi dan perhiasan Industri alat-alat musik, olahraga dan industri lainnya Listrik Gas Air bersih Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal Bangunan lainnya Perdagangan besar Perdagangan eceran
40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
5
Bangunan
5
Bangunan
6
Perdagangan
6
Perdagangan
114
59 60 61 62 63 64 65 66 67 69 70 71 68 84 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 85
Restoran Hotel Angkutan kereta api Angkutan jalan raya Angkatan laut Angkatan sungai dan danau Angkutan udara Jasa pergudangan/bongkar muat Penunjang angkutan Jasa pengiriman Komunikasi Jasa penunjang komunikasi Jasa biro perjalanan wisata Jasa hiburan dan rekreasi Bank Lembaga keuangan lainnya Asuransi dan dana pensiun Real estate Jasa perusahaan Pemerintahan umum Jasa pendidikan pemerintah Jasa kesehatan pemerintah Jasa pemerintah lainnya Jasa pendidikan swasta Jasa kesehatan swasta Jasa kemasyarakatan swasta lainnya Perbengkelan
7 8
Restoran Hotel
9
Transportasi dan Komunikasi 7
Pariwisata
10 11
Jasa Biro Perjalanan Wisata Jasa Hiburan dan Rekreasi
12
Keuangan, Perbankan, Jasa Perusahaan
8
Keuangan, Perbankan, Jasa Perusahaan
13
Jasa-jasa
9
Jasa-jasa
115
86 87 180 190 200 201 202 203 204 205 209 210
Jasa perorangan Barang & jasa yang tidak termasuk manapun Total permintaan antara Total input antara Total input antara impor Upah dan gaji Surplus usaha Penyusutan Pajak tak langsung Subsidi Nilai tambah bruto Total input
180 190 200 201 202 203 204 205 209 210
301 302 303 304 305 DN 305 LN 309 310
Permintaan konsumsi rumah tangga Permintaan konsumsi pemerintah Pembentukan modal tetap bruto Perubahan stok Ekspor ke provinsi lain Ekspor ke luar negeri Jumlah permintaan akhir Jumlah permintaan
301 302 303 304 305 DN 305 LN 309 310
Total permintaan antara Total input antara Total input antara impor Upah dan gaji Surplus usaha Penyusutan Pajak tak langsung Subsidi Nilai tambah bruto Total input Permintaan konsumsi rumah tangga Permintaan konsumsi pemerintah Pembentukan modal tetap bruto Perubahan stok Ekspor ke provinsi lain Ekspor ke luar negeri Jumlah permintaan akhir Jumlah permintaan
180 190 200 201 202 203 204 205 209 210 301 302 303 304 305 DN 305 LN 309 310
Total permintaan antara Total input antara Total input antara impor Upah dan gaji Surplus usaha Penyusutan Pajak tak langsung Subsidi Nilai tambah bruto Total input Permintaan konsumsi rumah tangga Permintaan konsumsi pemerintah Pembentukan modal tetap bruto Perubahan stok Ekspor ke provinsi lain Ekspor ke luar negeri Jumlah permintaan akhir Jumlah permintaan
116
Lampiran 2. Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 13 Sektor (dalam juta Rupiah) SEKTOR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 190 200 201 202 203 204 205 209 210 Employment
2503 0 45899 3041 19561 21073 20754 0 983 0 0 7313 8874 130001 168496 238671 831894 26422 12816 -4 1278295 1408296 27093
0 40037 9345 4829 45927 13496 59703 438 26262 238 0 77696 28264 306235 521017 464888 2365106 184734 124860 0 3660605 3966840 9093
70774 705754 59146385 2813344 150621 19983834 1082337 19883 1144128 24561 498838 3824741 660481 90125681 47770546 25453136 48831371 9150684 2638973 -139824 133704886 223830567 636490
0 1430 642826 2776648 778885 374679 147215 1937 315233 3032 0 1203419 310769 6556073 8470153 1536706 2226446 1265237 463870 -785242 13177170 19733243 18517
0 71351 10408673 472296 257461 5871615 263238 6785 570954 11086 0 5187205 444723 23565387 23062107 17087301 36776367 3886532 1822264 0 82634571 106199958 178142
0 0 388683 1113501 2280462 156398 580502 33043 1298287 10805 11392 6862433 913485 13648991 11398057 22957109 43727955 5593872 3052024 0 86729017 100378008 1053828
127791 0 2619597 811193 78546 1623052 45404 0 527455 0 376 4806539 98262 10738215 16175272 8191180 9602785 2776936 789597 0 37535770 48273985 315784
3118 113 245570 19422 4603 128904 31348 654 37216 599 3097 47506 18327 540477 570030 1732122 3147722 372203 330049 0 6152126 6692603 35242
9087 330 1163331 1030051 2450837 516682 393077 61329 3456652 100366 51993 3286393 3901076 16421204 16819896 15507057 19649201 12582920 736281 -81343 65214012 81635216 308821
0 0 8095 36071 165719 3092 4767 1541 66184 14886 189 117341 65333 483218 320075 409991 376944 246405 22478 0 1375893 1859111 6738
8048 0 966427 113539 232444 285604 55117 2902 54214 3788 1029492 910754 189537 3851866 2399974 2403552 2591030 1018388 168234 -83267 8497911 12349777 21519
0 0 1351568 1695405 4511425 736163 1583958 50972 4790495 25734 1173835 28335060 5579358 49833973 20814170 38290798 98163027 9609453 2715523 0 169592971 219426944 285060
40237 0 12583964 2995935 7009768 6299279 4013132 419825 4103732 73633 256728 10115362 3479866 51391461 31613520 47144036 23875461 8828013 1845189 0 113306219 164697680 916263
117
Lanjutan Lampiran 2. Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 13 Sektor (dalam juta Rupiah) SEKTOR 180 301 302 303 304 305 1 261558 138830 0 48 46 1007814 2 819015 0 0 1914 6696 3139215 3 89580363 36707619 0 30488368 1753057 65301160 4 13885275 5847968 0 0 0 0 5 17986259 0 0 88213699 0 0 6 36013871 18576905 0 27368412 0 18418820 7 8280552 17055893 0 0 0 22937540 8 599309 164065 0 0 0 5929229 9 16391795 23028713 0 0 0 42214708 10 268728 571973 0 0 0 1018410 11 3025940 3039946 0 142490 0 6141401 12 64781762 53814199 0 0 0 100830983 13 15698355 36353706 72011120 668705 0 39965794 190 267592782 195299817 72011120 146883636 1759799 306905074 200 180103313 201 181416547 202 292165309 203 55541799 204 14722158 205 -1089680 209 542756133 210 990452228 Employment 3812590 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 13 Sektor (diolah)
309 1146738 3147825 134250204 5847968 88213699 64364137 39993433 6093294 65243421 1590383 9323837 154645182 148999325 722859446
310 1408296 3966840 223830567 19733243 106199958 100378008 48273985 6692603 81635216 1859111 12349777 219426944 164697680 990452228
118
Lampiran 3. Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 9 Sektor (dalam juta Rupiah) SEKTOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 190 200 201 202 203 204 205 209 210 Employment
1 2503 0 45899 3041 19561 21073 21737 7313 8874 130001 168496 238671 831894 26422 12816 -4 1278295 1408296 27093
2 0 40037 9345 4829 45927 13496 86641 77696 28264 306235 521017 464888 2365106 184734 124860 0 3660605 3966840 9093
3 70774 705754 59146385 2813344 150621 19983834 2769747 3824741 660481 90125681 47770546 25453136 48831371 9150684 2638973 -139824 133704886 223830567 636490
4
5
6
0 0 0 1430 71351 0 642826 10408673 388683 2776648 472296 1113501 778885 257461 2280462 374679 5871615 156398 467417 852063 1934029 1203419 5187205 6862433 310769 444723 913485 6556073 23565387 13648991 8470153 23062107 11398057 1536706 17087301 22957109 2226446 36776367 43727955 1265237 3886532 5593872 463870 1822264 3052024 -785242 0 0 13177170 82634571 86729017 19733243 106199958 100378008 18517 178142 1053828
7 8 9 148044 0 40237 443 0 0 5003020 1351568 12583964 2010276 1695405 2995935 2932149 4511425 7009768 2557334 736163 6299279 5942646 7624994 8867050 9168533 28335060 10115362 4272535 5579358 3479866 32034980 49833973 51391461 36285247 20814170 31613520 28243902 38290798 47144036 35367682 98163027 23875461 16996852 9609453 8828013 2046639 2715523 1845189 -164610 0 0 118775712 169592971 113306219 150810692 219426944 164697680 688104 285060 916263
119
Lanjutan Lampiran 3. Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 9 Sektor (dalam juta Rupiah) SEKTOR 180 301 302 303 304 305 1 261558 138830 0 48 46 1007814 2 819015 0 0 1914 6696 3139215 3 89580363 36707619 0 30488368 1753057 65301160 4 13885275 5847968 0 0 0 0 5 17986259 0 0 88213699 0 0 6 36013871 18576905 0 27368412 0 18418820 7 28566324 43860590 0 142490 0 78241288 8 64781762 53814199 0 0 0 100830983 9 15698355 36353706 72011120 668705 0 39965794 190 267592782 195299817 72011120 146883636 1759799 306905074 200 180103313 201 181416547 202 292165309 203 55541799 204 14722158 205 -1089680 209 722859446 210 990452228 Employment 3812590 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 9 Sektor (diolah)
309 1146738 3147825 134250204 5847968 88213699 64364137 122244368 154645182 148999325 722859446
310 1408296 3966840 223830567 19733243 106199958 100378008 150810692 219426944 164697680 990452228
120
Lampiran 4. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 13 Sektor SEKTOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 TOTAL P1 P2 P3 P4 P5 P6 TOTAL EMPLOYMENT
1 0,00178 0,00000 0,03259 0,00216 0,01389 0,01496 0,01474 0,00000 0,00070 0,00000 0,00000 0,00519 0,00630 0,09231 0,16948 0,59071 0,01876 0,00910 0,00000 0,11965 1,00000 0,01924
2 0,00000 0,01009 0,00236 0,00122 0,01158 0,00340 0,01505 0,00011 0,00662 0,00006 0,00000 0,01959 0,00713 0,07720 0,11719 0,59622 0,04657 0,03148 0,00000 0,13134 1,00000 0,00229
3 0,00032 0,00315 0,26425 0,01257 0,00067 0,08928 0,00484 0,00009 0,00511 0,00011 0,00223 0,01709 0,00295 0,40265 0,11372 0,21816 0,04088 0,01179 -0,0006 0,21342 1,00000 0,00284
4 0,00000 0,00007 0,03258 0,14071 0,03947 0,01899 0,00746 0,00010 0,01597 0,00015 0,00000 0,06098 0,01575 0,33223 0,07787 0,11283 0,06412 0,02351 -0,0398 0,42923 1,00000 0,00094
5 0,00000 0,00067 0,09801 0,00445 0,00242 0,05529 0,00248 0,00006 0,00538 0,00010 0,00000 0,04884 0,00419 0,22190 0,16090 0,34629 0,03660 0,01716 0,00000 0,21716 1,00000 0,00168
6 0,00000 0,00000 0,00387 0,01109 0,02272 0,00156 0,00578 0,00033 0,01293 0,00011 0,00011 0,06837 0,00910 0,13598 0,22871 0,43563 0,05573 0,03041 0,00000 0,11355 1,00000 0,0105
7 0,00265 0,00000 0,05427 0,01680 0,00163 0,03362 0,00094 0,00000 0.01093 0,00000 0,00001 0,09957 0,00204 0,22244 0,16968 0,19892 0,05752 0,01636 0,00000 0,33507 1,00000 0,00654
8 0,00047 0,00002 0,03669 0,00290 0,00069 0,01926 0,00468 0,00010 0,00556 0,00009 0,00046 0,00710 0,00274 0,08076 0,25881 0,47033 0,05561 0,04932 0,00000 0,08517 1,00000 0,00527
9 0,00011 0,00000 0,01425 0,01262 0,03002 0,00633 0,00482 0,00075 0,04234 0,00123 0,00064 0,04026 0,04779 0,20115 0,18996 0,24070 0,15414 0,00902 -0,0010 0,20604 1,00000 0,00378
10 0,00000 0,00000 0,00435 0,01940 0,08914 0,00166 0,00256 0,00083 0,03560 0,00801 0,00010 0,06312 0,03514 0,25992 0,22053 0,20275 0,13254 0,01209 0,00000 0,17217 1,00000 0,00362
11 0,00065 0,00000 0,07825 0,00919 0,01882 0,02313 0,00446 0,00023 0,00439 0,00031 0,08336 0,07375 0,01535 0,31190 0,19462 0,20980 0,08246 0,01362 -0,0067 0,19433 1,00000 0,00174
12 0,00000 0,00000 0,00616 0,00773 0,02056 0,00335 0,00722 0,00023 0,02183 0,00012 0,00535 0,12913 0,02543 0,22711 0,17450 0,44736 0,04379 0,01238 0,00000 0,09486 1,00000 0,0013
13 0,00024 0,00000 0,07641 0,01819 0,04256 0,03825 0,02437 0,00255 0,02492 0,00045 0,00156 0,06142 0,02113 0,31204 0,28625 0,14497 0,05360 0,01120 0,00000 0,19195 1,00000 0,00556
121
Lanjutan Lampiran 4. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 13 Sektor SEKTOR TOTAL F1 F2 F3 F4 1 0,00026 0,00071 0,00000 0,00000 0,00003 2 0,00083 0,00000 0,00000 0,00001 0,00380 3 0,09044 0,18796 0,00000 0,20757 0,99617 4 0,01402 0,02994 0,00000 0,00000 0,00000 5 0,01816 0,00000 0,00000 0,60057 0,00000 6 0,03636 0,09512 0,00000 0,18633 0,00000 7 0,00836 0,08733 0,00000 0,00000 0,00000 8 0,00061 0,00084 0,00000 0,00000 0,00000 9 0,01655 0,11791 0,00000 0,00000 0,00000 10 0,00027 0,00293 0,00000 0,00000 0,00000 11 0,00306 0,01557 0,00000 0,00097 0,00000 12 0,06541 0,27555 0,00000 0,00000 0,00000 13 0,01585 0,18614 1,00000 0,00455 0,00000 TOTAL 0,27017 1,00000 1,00000 1,00000 1,00000 P1 0,18317 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 P2 0,29498 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 P3 0,05608 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 P4 0,01486 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 P5 -0,00110 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 P6 0,18184 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 TOTAL 1,00000 1,00000 1,00000 1,00000 1,00000 EMPLOYMENT 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 13 Sektor (diolah)
F5 0,00328 0,01023 0,21277 0,00000 0,00000 0,06001 0,07474 0,01932 0,13755 0,00332 0,02001 0,32854 0,13022 1,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 1,00000 0,00000
TOTAL 0,0008 0,0023 0,1306 0,0115 0,0619 0,0585 0,0281 0,0039 0,0476 0,0010 0,0072 0,1280 0,0961 0,5780 0,10580 0,17050 0,03240 0,00850 -0,00060 0,10510 1,00000 0,00000
122
Lampiran 5. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 9 Sektor SEKTOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TOTAL P1 P2 P3 P4 P5 P6 TOTAL EMPLOYMENT
1 0,0018 0,0000 0,0326 0,0022 0,0139 0,0150 0,0154 0,0052 0,0063 0,0923 0,1695 0,5907 0,0188 0,0091 -0,0000 0,1196 10,000 0,0192
2 0,0000 0,0101 0,0024 0,0012 0,0116 0,0034 0,0218 0,0196 0,0071 0,0772 0,1172 0,5962 0,0466 0,0315 0,0000 0,1313 10,000 0,0023
3 0,0003 0,0032 0,2642 0,0126 0,0007 0,0893 0,0124 0,0171 0,0030 0,4027 0,1137 0,2182 0,0409 0,0118 -0,0006 0,2134 10,000 0,0028
4 0,0000 0,0001 0,0326 0,1407 0,0395 0,0190 0,0237 0,0610 0,0157 0,3322 0,0779 0,1128 0,0641 0,0235 -0,0398 0,4292 10,000 0,0009
5 0,0000 0,0007 0,0980 0,0044 0,0024 0,0553 0,0080 0,0488 0,0042 0,2219 0,1609 0,3463 0,0366 0,0172 0,0000 0,2172 10,000 0,0017
6 0,0000 0,0000 0,0039 0,0111 0,0227 0,0016 0,0193 0,0684 0,0091 0,1360 0,2287 0,4356 0,0557 0,0304 0,0000 0,1136 10,000 0,0105
7 0,0010 0,0000 0,0332 0,0133 0,0194 0,0170 0,0394 0,0608 0,0283 0,2124 0,1873 0,2345 0,1127 0,0136 -0,0011 0,2406 10,000 0,0046
8 0,0000 0,0000 0,0062 0,0077 0,0206 0,0034 0,0347 0,1291 0,0254 0,2271 0,1745 0,4474 0,0438 0,0124 0,0000 0,0949 10,000 0,0013
9 0,0002 0,0000 0,0764 0,0182 0,0426 0,0382 0,0538 0,0614 0,0211 0,3120 0,2862 0,1450 0,0536 0,0112 0,0000 0,1919 10,000 0,0056
123
Lanjutan Lampiran 5. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 9 Sektor SEKTOR TOTAL F1 F2 F3 F4 1 0,0003 0,0007 0,0000 0,0000 0,0000 2 0,0008 0,0000 0,0000 0,0000 0,0038 3 0,0904 0,1880 0,0000 0,2076 0,9962 4 0,0140 0,0299 0,0000 0,0000 0,0000 5 0,0182 0,0000 0,0000 0,6006 0,0000 6 0,0364 0,0951 0,0000 0,1863 0,0000 7 0,0288 0,2246 0,0000 0,0010 0,0000 8 0,0654 0,2755 0,0000 0,0000 0,0000 9 0,0158 0,1861 10,000 0,0046 0,0000 TOTAL 0,2702 10,000 10,000 10,000 10,000 P1 0,1832 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 P2 0,2950 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 P3 0,0561 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 P4 0,0149 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 P5 -0,0011 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 P6 0,1818 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 TOTAL 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000 EMPLOYMENT 0,0038 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 9 Sektor (diolah)
F5 0,0033 0,0102 0,2128 0,0000 0,0000 0,0600 0,2549 0,3285 0,1302 10,000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 10,000 0,0000
TOTAL 0,0008 0,0023 0,1306 0,0115 0,0620 0,0586 0,0880 0,1281 0,0961 0,5781 0,1059 0,1705 0,0324 0,0086 -0,0006 0,1051 10,000 0,0000
124
Lampiran 6. Matriks Kebalikan Leontief Klasifikasi 13 Sektor SEKTOR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
TOTAL
1
1,00184
0,00005
0,00046
0,00006
0,00006
0,00003
0,00269
0,00050
0,00016
0,00004
0,00078
0,00005
0,00037
1,00707
2
0,00017
1,01023
0,00435
0,00032
0,00112
0,00006
0,00026
0,00018
0,00013
0,00015
0,00041
0,00008
0,00041
1,01788
3
0,04879
0,00762
1,36396
0,06310
0,13680
0,01241
0,07843
0,05166
0,03277
0,02639
0,12432
0,01919
0,11842
2,08386
4
0,00419
0,00255
0,02247
1,16724
0,00910
0,01472
0,02285
0,00488
0,01809
0,02620
0,01582
0,01230
0,02627
1,34666
5
0,01529
0,01318
0,00625
0,05061
1,00648
0,02630
0,00694
0,00216
0,03625
0,09628
0,02561
0,02693
0,04910
1,36138
6
0,02117
0,00592
0,12361
0,03237
0,06889
1,00554
0,04246
0,02457
0,01446
0,01223
0,03962
0,00922
0,05468
1,45474
7
0,01549
0,01579
0,00811
0,01069
0,00436
0,00706
1,00294
0,00536
0,00726
0,00508
0,00723
0,00962
0,02708
1,12607
8
0,00004
0,00015
0,00020
0,00023
0,00014
0,00040
0,00008
1,00013
0,00095
0,00101
0,00037
0,00038
0,00270
1,00678
9
0,00208
0,00825
0,01063
0,02337
0,00925
0,01638
0,01585
0,00698
1,04796
0,04190
0,00963
0,02794
0,03118
1,25141
10
0,00002
0,00008
0,00019
0,00025
0,00015
0,00015
0,00006
0,00011
0,00134
1,00817
0,00039
0,00020
0,00054
1,01165
11
0,00021
0,00020
0,00359
0,00075
0,00075
0,00068
0,00094
0,00072
0,00124
0,00079
1,09190
0,00687
0,00258
1,11122
12
0,01215
0,02708
0,04075
0,09238
0,06675
0,08423
0,12287
0,01285
0,05833
0,08731
0,10339
1,15700
0,08847
1,95355
13
0,00738
0,00867
0,00734
0,02307
0,00773
0,01276
0,00712
0,00398
0,05344
0,04156
0,02142
0,03201
1,02703
1,25351
TOTAL
1,12880
1,09976
1,59191
1,46444
1,31159
1,18072
1,30348
1,11408
1,27239
1,34709
1,44089
1,30180
1,42883
16,98577
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 13 Sektor (diolah)
125
Lampiran 7. Matriks Kebalikan Leontief Klasifikasi 9 Sektor SEKTOR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
TOTAL
1
1,00181
0,00002
0,00045
0,00006
0,00006
0,00003
0,00105
0,00006
0,00035
1,00391
2
0,00016
1,01028
0,00434
0,00032
0,00111
0,00005
0,00019
0,00008
0,00041
1,01693
3
0,04846
0,00742
1,36379
0,06333
0,13685
0,01257
0,05572
0,01916
0,11834
1,82568
4
0,00412
0,00249
0,02245
1,16722
0,00909
0,01471
0,01897
0,01230
0,02623
1,27761
5
0,01554
0,01337
0,00627
0,05054
1,00645
0,02625
0,02491
0,02678
0,04927
1,21941
6
0,02093
0,00574
0,12355
0,03244
0,06891
1,00560
0,02608
0,00929
0,05455
1,34713
7
0,01822
0,02481
0,02264
0,03530
0,01464
0,02467
1,04776
0,04460
0,06445
1,29714
8
0,01155
0,02660
0,04058
0,09245
0,06676
0,08430
0,08136
1,15710
0,08816
1,64891
9
0,00775
0,00893
0,00739
0,02291
0,00767
0,01264
0,03326
0,03180
1,02724
1,15962
TOTAL
1,12858
1,09962
1,59149
1,46459
1,31158
1,18085
1,28935
1,30121
1,42903
1,79638
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 9 Sektor (diolah)
126
Lampiran 8. Pengganda (Multiplier) Output Klasifikasi 13 Sektor Sektor
Awal
Pertama
Industri
Konsumsi
Total
Elastisitas
Tipe I
Tipe II
1
1,000000
0,092311
0,036487
0,347704
1,476502
1,056722
1,128798
1,476502
2
1,000000
0,077199
0,022560
0,245739
1,345498
1,067699
1,099758
1,345498
3
1,000000
0,402651
0,189261
0,365659
1,957572
0,853085
1,591912
1,957572
4
1,000000
0,332235
0,132209
0,261121
1,725564
0,000000
1,464444
1,725564
5
1,000000
0,221896
0,089690
0,384952
1,696538
1,409208
1,311586
1,696538
6
1,000000
0,135976
0,044743
0,474536
1,655254
0,755041
1,180719
1,655254
7
1,000000
0,222443
0,081036
0,399972
1,703450
0,809400
1,303479
1,703450
8
1,000000
0,080757
0,033322
0,506053
1,620133
1,435337
1,114080
1,620133
9
1,000000
0,201153
0,071238
0,440132
1,712524
0,885570
1,272391
1,712524
10
1,000000
0,259919
0,087176
0,515371
1,862466
1,020248
1,347094
1,862466
11
1,000000
0,311898
0,128992
0,490884
1,931773
0,982937
1,440889
1,931773
12
1,000000
0,227110
0,074685
0,418585
1,720380
0,790548
1,301795
1,720380
13
1,000000
0,312035
0,116791
0,652841
2,081667
1,423764
1,428826
2,081667
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 13 Sektor (diolah)
127
Lampiran 9. Pengganda Output Klasifikasi 9 Sektor Sektor
Awal
Pertama
Industri
Konsumsi
Total
Elastisitas
Tipe I
Tipe II
1
1,0000000
0,0923108
0,0362776
0,3480852
1,4766736
1,0568454
1,1285885
1,4766736
2
1,0000000
0,0771987
0,0224642
0,2461259
1,3457888
1,0679301
1,0996629
1,3457888
3
1,0000000
0,4026514
0,1888453
0,3655337
1,9570303
0,8528495
1,5914966
1,9570303
4
1,0000000
0,3322349
0,1323611
0,2611985
1,7257945
0,0000000
1,4645960
1,7257945
5
1,0000000
0,2218964
0,0896910
0,3848485
1,6964358
1,4091237
1,3115873
1,6964358
6
1,0000000
0,1359759
0,0448773
0,4744412
1,6552944
0,7550593
1,1808532
1,6552944
7
1,0000000
0,2124185
0,0769358
0,4346009
1,7239552
0,8960248
1,2893543
1,7239552
8
1,0000000
0,2271096
0,0741067
0,4182203
1,7194367
0,7901149
1,3012163
1,7194367
9
1,0000000
0,3120351
0,1169990
0,6530073
2,0820414
1,4240203
1,4290341
2,0820414
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 9 Sektor (diolah)
128
Lampiran 10. Pengganda Pendapatan Klasifikasi 13 Sektor Sektor
Awal
Pertama
Industri
Konsumsi
Total
Elastisitas
Tipe I
Tipe II
1
0,169475
0,015176
0,005641
0,063133
0,253424
1,070212
1,122828
1,495350
2
0,117194
0,013497
0,003798
0,044619
0,179108
1,212765
1,147575
1,528307
3
0,113716
0,058077
0,028325
0,066393
0,266512
1,021337
1,759806
2,343658
4
0,077874
0,044873
0,020159
0,047412
0,190318
0,000000
1,835097
2,443929
5
0,160897
0,035809
0,013970
0,069896
0,280573
1,448466
1,309384
1,743799
6
0,228707
0,023420
0,007577
0,086162
0,345866
0,689820
1,135534
1,512271
7
0,169681
0,036074
0,013142
0,072624
0,291520
0,816336
1,290047
1,718048
8
0,258811
0,013004
0,005137
0,091885
0,368838
1,262569
1,070095
1,425122
9
0,189955
0,039054
0,011866
0,079916
0,320791
0,873287
1,268064
1,688771
10
0,220531
0,047000
0,014522
0,093577
0,375630
0,933057
1,278972
1,703298
11
0,194623
0,053249
0,020779
0,089131
0,357782
0,935391
1,380365
1,838330
12
0,174504
0,041689
0,012891
0,076003
0,305087
0,803383
1,312772
1,748312
13
0,286246
0,052437
0,018604
0,118538
0,475825
1,136933
1,248183
1,662294
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 13 Sektor (diolah)
129
Lampiran 11. Pengganda Pendapatan Klasifikasi 9 Sektor Sektor
Awal
Pertama
Industri
Konsumsi
Total
Elastisitas
Tipe I
Tipe II
1
0,1694750
0,0154332
0,0056645
0,0634623
0,2540350
1,0727904
1,1244886
1,4989527
2
0,1171935
0,0137343
0,0038233
0,0448733
0,1796245
1,2162636
1,1498176
1,5327165
3
0,1137161
0,0581224
0,0282871
0,0666435
0,2667691
1,0223238
1,7598706
2,3459223
4
0,0778740
0,0449497
0,0201796
0,0476213
0,1906245
0,0000000
1,8363422
2,4478595
5
0,1608974
0,0358299
0,0139729
0,0701649
0,2808652
1,4499749
1,3095314
1,7456163
6
0,2287066
0,0234594
0,0075853
0,0864993
0,3462506
0,6905858
1,1357401
1,5139511
7
0,1872805
0,0380818
0,0125768
0,0792357
0,3171749
0,8802383
1,2704961
1,6935819
8
0,1745036
0,0416978
0,0127695
0,0762492
0,3052202
0,8037350
1,3121272
1,7490766
9
0,2862459
0,0525906
0,0186776
0,1190552
0,4765694
1,1387115
1,2489757
1,6648951
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 9 Sektor (diolah)
130
Lampiran 12. Pengganda Tenaga Kerja Klasifikasi 13 Sektor Sektor
Awal
Pertama
Industri
Konsumsi
Total
Elastisitas
Tipe I
Tipe II
1
0,019238
0,000450
0,000143
0,001350
0,021181
0,787986
1,030821
1,101011
2
0,002292
0,000275
0,000077
0,000954
0,003599
1,245767
1,153565
1,569897
3
0,002844
0,001809
0,000769
0,001420
0,006842
1,048511
1,906634
2,406014
4
0,000938
0,000768
0,000406
0,001014
0,003126
0,000000
2,250117
3,330794
5
0,001677
0,000993
0,000338
0,001495
0,004504
2,230125
1,793603
2,684835
6
0,010499
0,000304
0,000140
0,001843
0,012786
0,555531
1,042339
1,217874
7
0,006541
0,000765
0,000270
0,001553
0,009130
0,663147
1,158195
1,395649
8
0,005266
0,000397
0,000128
0,001965
0,007757
1,305027
1,099833
1,473046
9
0,003783
0,000691
0,000250
0,001709
0,006432
0,879294
1,248552
1,700388
10
0,003624
0,000660
0,000303
0,002001
0,006589
0,995891
1,265771
1,818003
11
0,001742
0,000893
0,000451
0,001906
0,004993
1,457948
1,771254
2,865317
12
0,001299
0,000544
0,000230
0,001626
0,003699
1,308502
1,596236
2,847544
13
0,005563
0,001181
0,000426
0,002535
0,009706
1,193199
1,288837
1,744561
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 13 Sektor (diolah)
131
Lampiran 13. Pengganda Tenaga Kerja Klasifikasi 9 Sektor Sektor
Awal
Pertama
Industri
Konsumsi
Total
Elastisitas
Tipe I
Tipe II
1
0,0192381
0,0004215
0,0001426
0,0013461
0,0211484
0,7867595
1,0293249
1,0992970
2
0,0022923
0,0002509
0,0000769
0,0009518
0,0035718
1,2365059
1,1429873
1,5582255
3
0,0028436
0,0018101
0,0007690
0,0014136
0,0068363
1,0476727
1,9069743
2,4040902
4
0,0009384
0,0007653
0,0004077
0,0010101
0,0031215
0,0000000
2,2500729
3,3265405
5
0,0016774
0,0009923
0,0003397
0,0014883
0,0044977
2,2272207
1,7940794
2,6813380
6
0,0104986
0,0003032
0,0001424
0,0018348
0,0127790
0,5552277
1,0424447
1,2172093
7
0,0045627
0,0007528
0,0002686
0,0016807
0,0072648
0,8275539
1,2238581
1,5922169
8
0,0012991
0,0005622
0,0002322
0,0016174
0,0037109
1,3126199
1,6115280
2,8565048
9
0,0055633
0,0011550
0,0004295
0,0025253
0,0096731
1,1892185
1,2848118
1,7387407
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 9 Sektor (diolah)
132