PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS PADI SAWAH (Oryza sativa L.) PADA PERSIAPAN TANAH DAN JUMLAH BIBIT YANG BERBEDA
TESIS
Oleh Iwan Hasrizart 067001003/AGR
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS PADI SAWAH (Oryza sativa L.) PADA PERSIAPAN TANAH DAN JUMLAH BIBIT YANG BERBEDA
TESIS Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Agronomi pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh Iwan Hasrizart 067001003/AGR
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Judul Penelitian
Nama NIM Program Studi
: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS PADI SAWAH (Oryza sativa L.) PADA PERSIAPAN TANAH DAN JUMLAH BIBIT YANG BERBEDA. : Iwan Hasrizart : 067001003 : AGRONOMI
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. B. Sengli. J. Damanik, MSc) Ketua
(Ir. Edison Purba, MS, Ph.D) Anggota
Ketua Program Studi
Direktur
(Prof. Dr. Ir. B. Sengli. J. Damanik, MSc)
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, MSc)
Tanggal Lulus : 25 Agustus 2008
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Telah diuji Pada Tanggal, 25 Agustus 2008
PANITIA PENGUJI TESIS KETUA : Prof. Dr. Ir. B. Sengli. J. Damanik, MSc ANGGOTA : Ir. Edison Purba, MS, Ph.D
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Durian Pantai Labu. Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini berlangsung ± 3 bulan yang dimulai bulan Desember 2007 s/d Maret 2008. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah (RPPT) Rancangan Petak-Petak Terbagi (Split Split Plot Design) dengan menggunakan 3 faktor yaitu varietas (V) sebagai petak utama terdiri dari tiga varietas yaitu V1 = Hibrida (Arize-Hibrindo R-1), V2 = Mekongga, dan V3 = Cibogo. Persiapan tanah (P) sebagai anak petak terdiri dari 2 taraf yaitu P1= (TI) Olah Tanah Sempurna (OTS), dan P2 = (TOT) Tanpa Olah Tanah (No Tillage). Jumlah bibit (B) sebagai anak-anak petak terdiri dari 3 taraf yaitu B1 = 1 bibit/lubang tanam, B2 = 2 bibit/lubang tanam, B3 = 5 bibit/lubang tanam.Peubah yang diamati adalah: Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan, Jumlah Anakan Produktif, Bobot Kering Tanaman, Bobot Kering Akar Tanaman, Luas Daun Perumpun, Jumlah Gabah Permalai, Jumlah Gabah Hampa Pemalai, Jumlah Gabah Berisi Permalai, Bobot Kering Gabah Perplot, LAB (Laju Asimilasi Bersih), LTR (Laju Tumbuh Relatif). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan tertinggi dari tinggi tanaman terdapat pada Perlakuan (V3P2B1), rataan tertinggi jumlah anakan produktif terdapat pada Perlakuan (V3P2B1), rataan tertinggi bobot kering tanaman terdapat pada Perlakuan (V3P2B1), rataan tertinggi dari bobot kering akar tanaman terdapat pada Perlakuan (V3P2B1), rataan tertinggi luas daun perumpun terdapat pada Perlakuan (V3P2B3) tetapi berbeda tidak nyata untuk semua kombinasi, rataan tertinggi jumlah gabah permalai terdapat pada Perlakuan (V3P2B1), sedang rataan tertinggi untuk jumlah gabah hampa pemalai terdapat pada Perlakuan (V3P1B3), rataan tertinggi untuk jumlah gabah berisi permalai terdapat pada kombinasi Perlakuan (V1P2B1), untuk rataan tertinggi bobot kering gabah perplot terdapat pada kombinasi Perlakuan (V3P2B1), rataan tertinggi dari LAB (laju asimilasi bersih) terdapat pada Perlakuan kombinasi (V2P2B2), tetapi untuk semua interaksi Perlakuan menunjukkan berbeda tidaknya, dan rataan tertinggi dari LTR (laju tumbuh relatif) terdapat pada Perlakuan (V3P2B1). Kata Kunci : Padi Sawah, Olah Tanah, Tanpa Olah Tanah.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
ABSTRACT
This research is executed in Desa Durian Pantai Labu. Sub-Province Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. month of December 2007 to March 2008. The device used in this research is Split Split Plot Design by using 3 factor that is varietas (V) as especial check consist of three varietas that is V1 = Hibrida (Arize-Hibrindo R1), V2 = Mekongga, and V3 = Cibogo. Preparation of land ground (P) as check child consist of 2 level that is P1= Tillage (OTS), and P2 = No Tillage (TOT). Amount of seeds (B) as check children consist of 3 level that is B1 = 1 lip/hol to plant, B2 = 2 lip/hol to plant,B3 = 5 lip/hol to plant, Parameter the perceived is: High Plant, Same to bud Productive, Weight dry Plant, Weight dry root, Wide Leaf Clump, Same shell of rice Clump, Same Shell of Rice Emptyness Clump, Same Shell of Rice Contain Clump, Weight dry Shell of Rice from Plot, LAB (Accelerate Asimilasi Bersih), LTR (Accelerate Growth Relatif), Research result indicate that average highest from high of crop there are at treatment (V3P2B1), average highest of amount bud productive there are at treatment (V3P2B1), average highest of dry wight of crop there are at treatment (V3P2B1), average highest of dry wight of crop root there are at treatment (V3P2B1), average highest wide leaf clump there are at treatment (V3P2B3) but differing not real for all combinations, average highest of shell of rices amount Shell of Rice there are at treatment (V3P2B1), is rataan highest to the amount of of vacuous shell of rices Shell of Rice there are at treatment (V3P1B3), average highest to the amount of shell of rices contain Shell of Rice there are at combination treatment (V1P2B), to average highest of dry wight of shell of rice perplot there are at combination treatment (V3P2B1), = average highest from LAB (Accelerate Asimilasi Bersih) there are at treatment combination (V2P2B2), but for all interactions treatment show to differ don't him, and average highest from LTR (Accelerate Tumbuh Relatif) there are at treatment (V3P2B1). Key Word : Wet Rice Field, Tillage, No Tillage.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Puji dan sukur penulis panjatkan atas ke haribaan Allah SWT, yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian ini yang berjudul “PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS PADI SAWAH (Oryza sativa L.) PADA PERSIAPAN TANAH DAN JUMLAH BIBIT YANG BERBEDA”. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc. Selaku Pembimbing Utama, dan kepada Bapak Ir. Edison Purba, MS, Ph.D Selaku Anggota Pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tesis ini masih banyak kekurangannya, jauh dari sempurna. Untuk ini Penulis mengharapkan keritikan dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, demi kesempurnaan Tesis.
Medan, Agustus 2008 Wassalam,
Penulis
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur yang tidak terhingga penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan taufik dan hidayah serta rahmatNya penulis dapat meyelesaikan penulisan tesis ini. Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc. Selaku Pembimbing Utama, dan kepada Bapak Ir. Edison Purba, MS, Ph.D Selaku Anggota Pembimbing, atas segala bimbingan, petunjuk, koreksi dan saran yang diberikan sejak awal hingga akhir penelitian, dan penulisan tesis. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada : -
Rektor Universitas Sumatera Utara dan Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti Pendidikan Program Magister pada program Pascasarjana USU. Juga kepada seluruh staf dan pegawai PPs USU yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
-
Ketua Program Studi Agronomi PPs USU, Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc yang sekaligus sebagai Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis.
-
Bapak Ketua Yayasan Hajjah Rachmah Nasution H. Abdul Manan Muis yang telah memberikan dorongan moril dan motifasi kepada penulis.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
-
Rektor Universitas Al-Azhar yang telah memberikan rekomendasi kepada penulis untuk mengikuti kuliah di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
-
Ibu Dr. Ir. Rosmayati, MS sebagai Sekretaris Jurusan Program Studi Agronomi dan sekaligus dosen penguji penulis, yang telah memberikan dorongan dan motifasi sehingga penulis dapat menyelasikan Thesis tepat pada waktunya.
-
Ibu Dr. Ir. Chairani Hanum, MS, dan Ibu Dr. Ir. Hamidah Hanum, MS, sebagai dosen penguji, yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.
-
Serta penghargaan dan doa yang tulus penulis ucapkan kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta (alm) yang telah membesarkan penulis, semoga Allah SWT menggampuni segala dosa-dosa beliau, amiin.
-
Bapak dan ibu mertua Samidin Suprapto Damanik dan Sartik serta seluruh keluarga besar di Bah Aren yang telah memberikan motifasi dan doa yang senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT demi keberhasilan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan program Magister ini.
-
Istri tercinta Sukaryani Damanik, SPd, serta buah hati kami Fatiah Agustina. Penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang tulus atas segala doa, pengorbanan dan pengertiannya selama penulis mengikuti kuliah di Sekolah Pascasarjana USU hingga penyelesaian Tesis ini.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
-
Bapak Reban dan keluarga yang telah membantu penulis
dalam
pelaksanaan praktek Tesis mulai dari persiapan lahan sawah untuk penanaman padi hingga selesai pelaksanaan penelitian di lapangan. -
Rekan-rekan seakademis, khususnya rekan satu angkatan (Syam Safitri, Julia Hutahaean, Donna Sinambela, M. Nasir, Erli dan Ira) yang telah memberikan bantuan dan dukungan moril kepada penulis dalam menyelesaikan Tesis ini.
Akhirnya kepada semua yang terlibat dan membantu yang tak mungkin disebutkan satu persatu, penulis menghaturkan hormat dan terima kasih yang sebesarbesarnya sehingga apa yang didapat penulis dalam studi ini dapat bermanfaat untuk orang lain dan membuat kerendahan hati kepada penulis, bahwa banyak hal yang mungkin harus dipelajari dengan bantuan orang lain.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal, 18 Nopember 1968 di Desa Ledong Barat Kecamatan Ledong Barat, Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara. Sebagai anak ke lima dari tujuh bersaudara, dari ayah H. Hasan Sakum dan ibu Hj. Saidatul Akmal Lubis. Pada tahun 1982, 1985, 1988, penulis berturut-turut lulus dari SD Negeri 0812002, Aek kanopan, SMP Negeri 2 Medan, SMA Negeri 2 Medan. Pada Tahun 1988 kuliah di Universitas Al-Azhar Medan dan meraih gelar sarjana pertanian jurusan Agronomi pada tahun 1993. Pada tahun 1995 penulis diterima
sebagai dosen di Fakultas Pertanian
Universitas Al-Azhar Medan. Pada tahun 1997, penulis menikah dengan Sukaryani damanik, SPd. Dan dikarunia seorang putri yaitu Fatiah Agustina. Pada tahun 2007 penulis memperoleh kesempatan mengikuti
Program
Megister di Sekolah Pascasarjana USU pada Program Studi Agronomi dengan bantuan program BPPs Sekolah Pascasarjana USU.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ...................………………………………………………………… i ABSTRACT .................………………………………………………………… ii KATA PENGANTAR……….………………………………………………… iii UCAPAN TERIMA KASIH ..………………………………………………… iv RIWAYAT HIDUP ....………………………………………………………… vii DAFTAR ISI ..............………………………………………………………… viii DAFTAR TABEL ......………………………………………………………… ix DAFTAR GAMBAR .………………………………………………………… x DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………. xii PENDAHULUAN…………………………………………………………….. Latar Belakang ………………………………………………………… Perumusan Masalah …………………………………………………… Tujuan Penelitian ……………………………………………………… Hipotesis Penelitian …………………………………………………… Manfaat Penelitian ……………………………………………………
1 1 4 5 5 5
TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………….. Morfologi dan Syarat Tumbuh Padi …………………………………… Pertumbuhan Tanaman Padi …………………………………………… Varitas Padi Sawah …………………………………………………….. Persiapan Tanah OTS dan TOT ……………………………………….. Jumlah Bibit ……………………………………………………………
6 6 7 8 9 12
BAHAN DAN METODE …………………………..……………………….... Tempat dan Waktu …………………………………………………….. Bahan dan Alat .................……..……………………………………… Metode Penelitian ….………………………………………………….. Persiapan Lahan …..........……………………………………………… Peubah Yang Diamati ………………………………………………….
14 14 14 14 17 21
HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………………. Hasil .................…..........……………………………………………… Pembahasan ......…..........………………………………………………
25 25 88
KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………..…... Kesimpulan ...................…………………………………………..…... Saran .............................…………………………………………..…...
104 104 104
DAFTAR PUSTAKA ..………...………………………………………….......
105
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR TABEL
Nomor 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
J u d u l
Halaman
Rataan Tinggi Padi 3, 6, 9, dan 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah, Dan Jumlah Bibit, serta Kombinasinya......
27
Rataan Jumlah Anakan Padi 3, 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah, Jumlah Bibit, Serta Interaksinya..............
37
Rataan Bobot Kering Tanaman 3, 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Olah Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya .......................
43
Rataan Bobot Kering Akar 3, 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Olah Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya ......................
48
Rataan Luas Daun Perumpun 3, 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Olah Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya .......................
54
Rataan Anakan Produktif 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Olah Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya ………………………...
60
Rataan Jumlah Gabah Per Malai 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Olah Tanah, Jumlah Bibit, serta Interaksinya ........................
64
Rataan Gabah Hampa Per Malai 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Olah Tanah, Jumlah Bibit, Serta Interaksinya ........................
68
Rataan Gabah Berisi Per Malai 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Olah Tanah, Jumlah Bibit, Serta Interaksinya .........................
71
Rataan Bobot Gabah Kering Perplot 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Olah Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya ..........................................
75
Rataan LAB (Laju Asimilasi Bersih) 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Olah Tanah, Jumlah Bibit, Serta Interaksinya .....................................................................................
79
Rataan LTR (Laju Tumbuh Relatif) 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Olah Tanah, Jumlah Bibit, Serta Interaksinya............ 84
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR
Nomor 1.
T e k s
Halaman
Tinggi Tanaman Pada Perlakuan 3 Varietas Pada Umur 3 MST .......................................................................................
33
Tinggi Tanaman Terhadap Jumlah Bibit Pada Persiapan Tanah Yang Berbeda Umur 3 MST ..............................................................
34
3.
Tinggi Tanaman Terhadap Jumlah Bibit Pada Umur 3 MST. ..........
35
4.
Jumlah Anakan Terhadap Perlakuan Varietas dan Persiapan Tanah Pada Umur 3 MST ..............................................................................
39
Jumlah Anakan Terhadap Perlakuan Persiapan Tanah Pada Umur 12 MST ……………………………………………………….
40
Jumlah Anakan Terhadap Perlakuan Persiapan Tanah Pada Umur 12 MST ……………………………………………………….
41
7.
Bobot Kering Tanaman Terhadap Perlakuan Varietas Umur 6 MST..
45
8.
Bobot Kering Tanaman Pada Perlakuan Jumlah Umur 12 MST........
46
9.
Bobot Kering Akar Pada Perlakuan Jumlah Bibit Umur 6 MST ......
51
10.
Bobot Kering Akar Pada Persiapan Tanah Umur 12 MST ................
52
11.
Luas Daun Perumpun Pada Perlakuan Varietas Umur 6 MST...........
57
12.
Luas Daun Perumpun Pada Perlakuan Varietas Umur 6 MST ..........
57
13.
Luas Daun Perumpun Pada Persiapan tanah Umur 12 MST .............
58
14.
Anakan Produktif Pada Persiapan Tanah dan Jumlah Bibit Umur 12 MST ...........................................................................
61
15.
Jumlah Anakan Produktif Pada Persiapan Tanah Umur 12 MST .....
62
16.
Anakan Produktif Pada Kombinasi Varietas, Persiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Umur 12 MST ............................................
62
2.
5.
6.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Jumlah Gabah Per malai Terhadap Varietas Dan Jumlah Bibit Pada Umur 12 MST ......................................................................................
65
Jumlah Gabah Per Malai Terhadap Varietas Dan Jumlah Bibit Pada Umur 12 MST..............................................................................
66
Jumlah Gabah Per malai Terhadap Jumlah Bibit Dan Persiapan Tanah Pada Umur 12 MST …………………………………………………..
66
Jumlah Gabah Hampa Per malai Tanaman Terhadap Pengolahan Tanah Pada Umur 12 MST ..................................................................
69
Jumlah Gabah Hampa Per malai Tanaman Terhadap Jumlah Bibit Pada Umur 12 MST .............................................................................
70
Jumlah Gabah Berisi Per malai Terhadap Jumlah Bibit, Persiapan Tanah pada Umur 12 MST ...................................................................
72
Jumlah Gabah Berisi Per malai Terhadap Jumlah Bibit, Persiapan Tanah dan Jumlah Bibit pada Umur 12 MST ......................................
73
Jumlah Gabah Berisi Per malai Terhadap Jumlah Bibit Pada Umur 12 MST ......................................................................................
73
Bobot Gabah Kering Perplot Terhadap Persiapan Tanah Pada Umur 12 MST ....................................................................................
76
Bobot Gabah Kering Perplot Terhadap Dan Jumlah Bibit Pada Umur 12 MST ....................................................................................
76
LAB (Laju Asimilasi Bersih) Tanaman Pada Varietas (Hibrida, Mekongga dan cibogo) Umur 12 MST .............................................
81
LAB (Laju Asimilasi Bersih) Tanaman Pada Pengolahan Tanah Umur 12 MST ………………………………………………………
82
LTR (Laju Tumbuh Relatif) Tanaman Pada PengolahanTanah Pada Umur 9 MST .............................................................................
86
LTR (LajuTumbuh Relatif) Tanaman Dari Beberapa Varietas Pada Umur 12 MST ...........................................................................
87
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
T e k s
Halaman
1
Rataan Tinggi Tanaman (cm) Umur 3, 6, 9, dan 12 MST ……….
111
2
Daftar Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 3, 6, 9, dan 12 MST .............................................................................................
112
3
Rataan Jumlah Anakan Umur 3, 6, 9, dan 12 MST …………….....
113
4.
Daftar Analisis Sidik Ragam Jumlah Anakan Umur 3, 6, 9, dan 12 MST ....................................................................................
114
5
Rataan Bobot Kering Tanaman Umur 3, 6, 9, dan 12 MST …......
115
6
Daftar Analisis Sidik Ragam Bobot Kering Tanaman Umur 3, 6, 9, dan 12 MST .........................................................................
116
7
Rataan Bobot kering akar Umur 3, 6, 9, dan 12 MST .....................
117
8
Daftar Analisis Sidik Ragam Bobot Kering Akar Umur 3, 6, 9, dan 12 MST ............................................................................
118
9
Rataan Luas Daun Umur 3, 6, 9, dan 12 MST ................................
119
10
Daftar Analisis Sidik Ragam Luas daun Umur 3, 6, 9, dan 12 MST .....................................................................................
120
11
Rataan Anakan Produktif 12 MST ...................................................
121
12
Daftar Analisis Sidik Ragam Anakan Produktif Umur 12 MST ....
122
13
Rataan Jumlah Gabah Berisi Permalai 12 MST ...............................
123
14.
Daftar Analisis Sidik Ragam Jumlah Gabah Berisi Per malai Umur 12 MST ...................................................................................
124
Rataan Jumlah Gabah Hampa Permalai 12 MST ............................
125
15.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
16.
Daftar Analisis Sidik Ragam Jumlah Gabah Hampa Umur 12 MST
126
17.
Rataan Jumlah Gabah Berisi Permalai 12 MST .............................
127
18.
Daftar Analisis Sidik Ragam Bobot Gabah Kering Umur 12 MST
128
19.
Rataan Bobot Gabah Kering Perplot 12 MST ...............................
129
20.
Rataan Bobot Gabah Kering Perplot 12 MST ..............................
130
21
Rataan LAB (Laju Asimilasi Bersih, g.cm2.bulan) Umur 6, 9, dan 12 MST ...................................................................................
131
Daftar Analisis Sidik Ragam LAB (Laju Asimilasi Bersih) Umur 12 MST ................................................................................
132
23.
Rataan LTR (Laju Tumbuh Relatif) Umur 6, 9, dan 12 MST ........
133
24.
Daftar Analisis Sidik Ragam LTR (Laju Tumbuh Relatif) Umur 12 MST ............................................................................................
134
Matriks Korelasi Varietas Padi Sawah Pada Persiapan Tanah Dan Jumlah Bibit yang Berbeda ........………………………………….
135
26.
Denah Susunan Petak Percobaan ………………………………….
136
27.
Deskripsi Varietas Padi Hibrida (Arize-Hibrindo R-1) ……………
137
28 .
Deskripsi Varietas Mekongga …………………………..…………
138
29.
Deskripsi Varietas Cibogo ………………………………………..
139
22
25.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
PENDAHULUAN
Latar Belakang Tanaman padi (Oryza sativa L.) diduga berasal dari Asia. Terdapat lebih kurang 20.000 varietas padi di dunia. Pengenalan varietas-varietas padi hasil pemuliaan pada tahun 1960-an yang dikenal dengan varietas “Revolusi hijau” dengan ciri-ciri tanaman tegak pendek, dan tahan terhadap perubahan iklim, produksi tinggi dan tahan terhadap serangan hama penyakit (Haryadi, 2006). Dari arkeologi dan antropologi mutakhir menyatakan padi berasal dari dataran tinggi Assam (Timur Laut India) dan di Yung Nan (Barat Daya Cina), perbatasan Cina – India (Simanihuruk, dkk, 2002). Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM (Sony. 2007). Tanaman padi merupakan tanaman penting di Asia terutama di Indonesia. Padi menghasilkan beras menjadi makanan pokok menyediakan 35-80% dari total kalori yang dibutuhkan oleh manusia (IRRI, 1997). Penyediaan pangan yang cukup bagi penduduk dikenal dengan istilah Ketahanan Pangan (Andrian, 2006). Menurut UU Pangan Nomor 7 tahun 1996 pasal 1 ayat 17 ketahanan pangan adalah terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup dalam jumlah, mutu, aman dikonsumsi, merata dan terjangkau. Lebih dari 2 milyar penduduk bumi mengkonsumsi beras, 90% beras dunia ditanam dan dikonsumsi di Asia. Diperediksikan 1,4 milyar manusia bertambah sebagai pengkonsumsi baru beras sampai tahun 2025 (Simanihuruk, dkk, 2002).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Perkiraan jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 adalah 245,71 juta jiwa pada saat itu kebutuhan beras 36,42 juta ton, sedangkan produksi hanya 29,42 juta ton sehingga terjadi defisit produksi beras sebesar 6,72 juta ton (Suryana, 2002). Baihaki (2004), Sinambela (2004) dan Mashur (2007) menyatakan bahwa untuk meningkatkan produksi padi dalam rangka ketahanan pangan nasional adalah mengembangkan padi hibrida dan padi varietas unggul bersertifikat, seperti varietas mekongga, cibogo, padi hibrida seperti Arize-hibrindo R-1, atau memperbaiki teknik budidaya padi sawah juga termasuk salah satu upaya untuk meningkatkan produksi. Padi varietas unggul dan padi hidrida mempunyai sifat genetic seperti batang kokoh, malai
panjang dan lebat, umur pendek 110-145 hari, mempunyai jumlah
anakan yang banyak, daun lebar
berwarna hijau tua, produksi tinggi 6 - 12 ton/ha.
Padi varietas unggul sangat di anjurkan pindah tanam kelapangan umur muda 7 hari dengan penanaman satu bibit/lubang tanam (Berkelaar, 2001). Menurut Sumarno (2006) untuk mendapatkan produksi maksimal, padi varietas unggul dan padi hibrida harus ditanam pada lahan yang subur, unsur hara harus tersedia, pengairan yang cukup, pengendalian hama terpadu, dan pengelolaan tanaman harus dilakukan secara baik. Penggunaan benih padi varietas unggul dan padi hibrida bersertifikat sangat disarankan karena jumlah anakan maksimal, pertumbuhan akar yang banyak dan produksi tinggi (Suyamto, 2007). Tanah merupakan suatu lingkungan tempat hidup tanaman yang sangat kompleks, bagian tanaman yang berhubungan langsung dengan tanah adalah akar, akar mengambil air dan unsur hara dari dalam tanah (Nazira, 2007).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Olah Tanah Sempurna (OTS) yaitu tanah sawah diberi air hingga tergenang kemudian di teraktor/dicangkul, dihaluskan kemudian diratakan. OTS secara turun temurun masih dilakukan oleh petani terutama pada lahan sawah beririgasi teknis untuk setiap musim tanam. Menurut Rachman (1995) pengolahan tanah dapat menyebabkan rusaknya struktur, tekstur tanah, pemadatan tanah, kepekaan tanah terhadap erosi dan mempercepat pelapukan bahan organik tanah yang menyebabkan degradasi lahan. Admin (2002) pelaporkan bahwa tanpa olah tanah memberikan hasil untuk bobot kering batang, jumlah anakan dan produksi padi tidak menunjukkan perbedaan nyata bila dibandingkan dengan perlakuan olah tanah sempurna (OTS). Atman (2005), dan Uun (2007) BPTP Sumatera Barat menyatakan bahwa sejak beberapa tahun yang lalu Provinsi Sumatera Barat telah mengembangkan teknologi tanpa olah tanah (TOT) yang termasuk dalam pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan (Sustainable Agriculture). Tanpa olah tanah pada tanaman padi sawah merupakan teknologi hemat air, biaya produksi, waktu, dan tenaga kerja. Dari hasil penelitian Balai Penelitian Teknologi Pertanian (BPTP) di Subang menunjukkan bahwa dengan memakai teknologi tanpa olah tanah (TOT) secara finansial lebih menguntungkan dari (TI) tradisionil tillage (Surdianto, dkk, 2007). Tahun 1997 konferensi IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movement) membahas secara mendalam tentang pemanfaatan lahan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
seoptimal mungkin dan mengurangi degradasi lahan akibat perlakuan pengolahan secara tradisional (Nurmala, 2002).
Perumusan Masalah Ada beberapa faktor yang mengakibatkan produktifitas padi secara nasional masih rendah baik ditinjau dari segi produktifitas lahan maupun dari segi produktifitas hasil tananan per hektar hal ini disebabkan antara lain: Pertama petani masih menanam padi dengan jumlah bibit banyak dalam satu lubang tanam sehingga dibutuhkan bibit dalam jumlah banyak untuk setiap musim tanam. Kedua petani masih melakukan pengolahan tanah setiap musim tanam sehingga mengakibatkan degradasi lahan secara cepat. Ketiga petani belum memakai bibit varietas unggul bersertifikat, apalagi memakai bibit padi hibrida, padahal padi hibrida produksi tinggi dan tahan terhadap hama, penyakit, dan tersedia di pasar dengan harga terjangkau. Berdasarkan faktor-faktor di atas untuk meningkatkan produksi beras nasional, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza sativa L.) Pada Persiapan Tanah dan Jumlah Bibit Yang Berbeda”
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki pertumbuhan dan produksi beberapa varietas padi sawah (Oryza sativa L.) melalui persiapan tanah dan jumlah bibit yang tepat.
Hipotesis Penelitian 1. Pertumbuhan dan produksi varietas padi sawah berbeda pada jumlah bibit yang berbeda. 2. Pertumbuhan dan produksi varietas padi sawah berbeda pada persiapan tanah yang berbeda. 3. Ada interaksi jumlah bibit dan persiapan tanah terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas padi sawah.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk peningkatkan pertumbuhan dan produksi dari beberapa varietas padi sawah melalui penanaman jumlah bibit yang tepat, serta persiapan tanah yang tepat.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi dan Syarat Tumbuh Padi Sistem perakaran tanaman padi adalah akar serabut, yang terdiri dari 2 jenis akar yaitu, akar seminal dan akar adventif (Manurung dkk, 1988). Akar seminal yang tumbuh dari akar primer radikula sewaktu berkecambah dan bersifat sementara, dan akar yang kedua adalah akar adventif yaitu akar bercabang bebas dan tumbuh dari buku batang muda bagian bawah, akar adventif tersebut menggantikan akar seminal (Suharno, 2007). Anakan padi muncul pada batang utama (primer), batang sekunder, dan batang tersier dalam urutan yang bergantian, anakan primer tumbuh dari buku terbawah dari batang utama dan anakan primer berkembang akan memunculkan anakan sekunder, anakan sekunder ini pada gilirannya akan menghasilkan anakan tersier (Suharno, 2007). Pada batang tanaman padi terdapat nodus dan internodus yang urutannya bergantian selang seling. Batang tanaman padi terdiri dari ruas dan buku, ruas adalah bagian batang yang berongga, buku adalah sambungan antara ruas dan tidak berongga dan keras. Buku yang terletak bagian bawah memiliki sebuah daun dan sebuah mata tunas yang dapat tumbuh menjadi anakan. Ruas yang telah dewasa berongga dan bercelah sangat halus. Pada batang tersebut terdapat pelepah daun bunga determinit, yaitu bunga terletak pada bagian ujung tajuk atau daun bendrara. Pelepah daun bendera menentukan panjang malai (Suharno, 2007).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Pertumbuhan Tanaman Padi Pola pertumbuhan tanaman padi ada 3 fase yaitu fase vegetatif, fase generatif, dan fase pematangan gabah. Fase vegetatif dimulai dari saat berkecambah sampai dengan inisiasi primordia malai, fase generatif dimulai dari inisiasi primordia malai sampai pembungaan, dan fase pematangan gabah dimulai dari pembungaan sampai gabah matang. Lama fase vegetatif tidak sama untuk setiap varietas sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan umur panen, sedangkan fase generatif dan pematangan gabah umumnya sama untuk setiap varietas (BPTP Bengkulu, 2007). Manurung dkk, (1988) menyatakan bahwa fase vegetatif ditandai dengan pembentukan anakan yang aktif, bertambah tingginya tanaman dan daun tumbuh secara teratur. Sedang lama fase reproduktif dan pematangan gabah dipengaruhi oleh faktor genetik yaitu masing-masing 30 hari (De Datta, 1981). Fase pertumbuhan generatif adalah pembentukan malai sampai pembungaan dan pematangan biji. Pada fase generatif pertumbuhan dan perkembagan malai muda meningkat dan berkembang ke atas di dalam pelepah daun bendera menyebabkan pelepah daun bendera menggembung (bulge). Penggembungan pelepah daun bendera ini disebut dengan istilah bunting (BPTP Bengkulu, 2007). Pembungaan terjadi sehari setelah heading. Heading adalah stadia keluarnya malai yang ditandai dengan kemunculan ujung malai dari pelepah daun bendera. Malai terus berkembang sampai keluar seutuhnya dari pelepah daun, pada umumnya, floret (kelopak bunga) membuka pada pagi hari (IRRI, 2003).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Fase
pemasakan
gabah
merupakan
fase
akhir
dari
perkembangan
pertumbuhan tanaman padi, yang ditandai dengan menuanya daun dan terhentinnya pertumbuhan gabah, terjadi perubahan warna gabah menjadi menguning cerah. Ada tiga tahapan dalam pemasakan/pematangan gabah yaitu, tahap pertama gabah matang susu, yang kedua gabah setengah matang (dough grain stage) dan tahap ketiga gabah matang penuh dan siap untuk dipanen.
Varietas Padi Sawah Padi termasuk genus Oryza L. Yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar di daerah tropik dan sub trapik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza offinalis dan Oryza sativa spontania. Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi lahan kering (gogo) yang umumnya ditanam di dataran tinggi, dan padi sawah di tanam di dataran rendah yang memerlukan pengenangan air. Penggunaan varietas padi unggul dan padi hibrida harus mempunyai jaminan sertifikat yang mengacu pada produksi tinggi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, pohon jagur, untuk tanaman padi jumlah anakan yang banyak, dan umur tanaman singkat/genjah. Padi hibrida mulai dirintis oleh Puslitbang Tanaman pagan, sejak akhir tahun 1985. Tahun 2007 telah tersedia 17 varietas padi hibrida yang telah dilepas di Indonesia, empat diantaranya hasil penelitian Puslitbang tanaman pagan,
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
dan tiga belas lainya hasil dari penelitian perusaan benih swasta, namun minat petani untuk membudidayakannya masih sangat rendah (Sumarno, 2007). Menurut Suyamto (2007) dan Sumarno (2007) untuk mendapatkan produksi yang maksimal, dari padi varietas unggul dan padi hibrida harus ditanam pada lahan yang subur, unsur hara harus tersedia, pengairan yang cukup, tanah sebaiknya mengandung bahan organik, pengendalian hama yang terpadu, dan pengelolaan tanaman harus dilakukan secara baik (7 – 12 ton/ha).
Persiapan Tanah OTS dan TOT Tujuan pengolahan tanah adalah untuk memperbaiki sifat fisik, kima dan biologi tanah sehingga sesuai dengan perkembangan akar tanaman penerapan prinsipprinsip di atas dalam budi daya tanaman padi sangat perlu diperhatikan agar produksi tanaman padi optimal (Heddy, dkk, 1994). Sarwono dkk (2005) menyatakan bahwa tanah sawah (paddy soil) adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi atau berpotensi digunakan untuk menanan padi sawah. Hal ini senada dengan Kyuma (2004) tanah sawah merupakan tanah yang sangat penting di Indonesia karena merupakan sumber daya alam yang utama dalam produksi padi/beras. Degradasi lahan pertanian disebabkan oleh manusia maupun bencana alam cenderung meningkat. Hal ini apabila dibiarkan terus akan membahayakan bagi pertanian dan ketahanan pangan Indonesia (Surdianto, dkk, 2007).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Taslim dkk (1993) menyatakan bahwa pengolahan tanah sawah pada umumnya meliputi tiga hal yaitu penggenangan lahan sampai tergenang, pembajakan tanah sawah untuk pembalikan tanah, pemecahan dan menghaluskan sehingga tanah sawah menjadi lumpur. Rahman dkk (1994) menyatakan bahwa pengolahan tanah sawah yang dilakukan berulang-ulang setiap musim tanam dapat menyebabkan rusaknya struktur tanah, pemadatan tanah dan kepekaan tanah terhadap terhadap erosi, sehingga laju erosi dan pelapukan bahan organik tanah semakin tinggi pada akhirnya menyebabkan degradasi lahan. Admin (2002) menambahkan bahwa keadaan ini akan lebih parah lagi apabila waktu pengolahan tanah, air dibiarkan mengalir dari petak yang satu kepetak yang lain, karena bersamaan dengan itu agregat-agregat tanah akan tererosi ikut aliran air keluar petakan sawah. Menurut Poniman dkk (2001) olah tanah sempurna (OTS) berdampak pada pemberian pupuk nitrogen. pupuk N dapat mengalami mobilisasi yang tinggi melalui aliran permukaan (run off) menuju tempat lain, atau ikut larut kedalam lapisan tanah yang lebih dalam (infiltrasi). Meskipun pengolahan tanah dipandang dari sudut teori merupakan salah satu faktor yang berpengaruh langsung terhadap produksi padi, tapi dampaknya dapat menurunkan ketersedian unsur hara dan mikroba di dalam tanah tanah (Taslim, dkk, 1993)
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Utomo dalam Rachman (1995) menyatakan bahwa tanpa olah tanah (TOT) adalah membiarkan tanah sawah tanpa diganggu sama sekali. Sisa tanaman musim sebelumnya di babat dan dimanfaakan untuk menutupi permukaan tanah, atau sisa tanaman musim lalu dan gulma yang ada di areal disemprot dengan herbisida, setelah gulma kering/mati baru padi ditanam. Menurut Blevins and Frye (1994) ada sepuluh keuntungan atau keunggulan dari TOT yaitu: 1. Mengurangi tenaga kerja dan menghemat waktu, 2. Mengurangi biaya dan peralatan dalam pengolahan tanah, 3. Meningkatkan produktivitas tanah dan pendapatan petani, 4. Meningkatkan bahan organik tanah dan unsur hara, 5. Memperbaiki agregasi tanah, 6. Meningkatkan konservasi tanah, 7. Menekan aliran permukaan tanah dan erosi, 8. Meningkatkan bio diversitas tanah, 9. Memperbaiki kualitas sumber daya air dan tanah, 10. Memperbaiki kualitas udara tanah (aerase tanah).
Jumlah Bibit Sistem budidaya padi sawah umumnya memakai bibit 3 – 7 bibit/lubang tanam, terjadi persaingan unsur hara dan ruang gerak untuk perkembangan akar dan anakan yang pada akhirnya produktifitas rendah (Uphoff, 2001).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Berkelaar (2001) menyatakan bahwa metode SRI (The System Of Rice Intensification), dengan penanaman satu tanaman per lubang tanaman akan meningkatkan proses fiksasi nitrogen (Biological Nitrogen fixation- BNF) bakteri dan mikroba yang bebas hidup di sekitar akar padi dapat bersimbiosis dan menguraikan nitrogen sehingga tersedia bagi tanaman. Penanaman 1bibit/lubang tanam, sebelum keluar anakan pertama tumbuh pada batang primer, tanaman tersebut mempunyai waktu untuk recovery atau kembali menstabilkan diri di lapangan akhirnya anakan yang terbentuk akan maksimal. Anakan pertama tumbuh pada kondisi yang terbaik, sehingga terbentuk anakan yang banyak dan rumpun yang besar (Vallois dkk., 2000). Penanaman satu bibit per lubang tanam menunjukkan karakteristik fisiologi perkembangan akar lebih baik sehingga kandungan gula terlarut, nitrogen non protein, dan prolin pada daun meningkat sehingga tanaman tersebut lebih tahan terhadap kekeringan dan anakan yang terbentuk lebih banyak (Shao-hua, dkk, 2002). Sistem tanaman terpadu yang telah diterapkan di delapan
provinsi di
Indonesia juga telah mengembangkan teknologi SRI untuk meningkatkan produksi padi secara nasional yaitu, (1) penanaman satu bibit per lubang tanam, (2) umur pindah ke lapangan 7-12 hari setelah semai, (3) penghematan dalam penggunaan air, (4) pemberian pupuk organik. Untuk memaksimalkan hasil maka keempat komponen di atas diaplikasikan secara bersama (Gani dkk, 2002).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Ditambahkan oleh Vallois dkk (2000) bahwa setiap batang atau anakan akan berkembang menjadi anakan berikutnya. Jika salah satu anakan tidak terbentuk maka tanaman akan kehilangan fase eksponensial (berlipat). Penanaman bibit umur muda akan merangsang pertumbuhan akar, dengan aktifnya perkembangan akar maka tanaman lebih banyak menyerap air dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman, sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman maksimal (Zhu Defeng, 2002).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Desa Durian Pantai Labu. Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Penelitian berlangsung sejak Desember 2007 sampai dengan Maret 2008.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bibit padi Hibrida (ArizeHibrindo R-1), varietas Mekongga, dan varietas Cibogo, pupuk Urea, SP-36, dan KCL. Untuk pengendalian hama dan penyakit dipakai insektisida sedangkan pengendalian gulma dipakai herbisida berbahan aktif glifosat. Alat yang dipakai pada penelitian ini yaitu; timbangan, meteran, tali pelastik, bambu, parang, pisau, gunting, cangkul, babat, parang, kored, knapsack, sprayer oven, leaf area meter, alat tulis, buku, kantongan plastik, dan amplop besar.
Metode Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah (RPPT) Rancangan Petak-Petak Terbagi (Split Split Plot Design) dengan menggunakan 3 faktor yaitu varietas (V) sebagai petak utama, persiapan tanah (P) sebagai anak petak, jumlah bibit (B) sebagai anak-anak petak dan diulangan sebanyak 3 kali
(Gomez dan
Gomez, 1995).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Faktor perlakuannya adalah : Petak Utama (PU): Varietas terdiri dari yaitu, V1
= Hibrida (Arize-Hibrindo R-1)
V2
= Mekongga
V3
= Cibogo
Anak Petak (AP) : Persiapan tanah terdiri dari yaitu, P1
= (OTS) Olah Tanah Sempurna
P2
= (TOT) Tanpa Olah Tanah (No Tillage)
Anak-Anak Petak (AAP) : Jumlah bibit terdiri dari yaitu, B1
= 1 bibit/lubang tanam.
B2
= 3 bibit/lubang tanam.
B3
= 5 bibit/lubang tanam.
Dengan demikian diperoleh 18 kombinasi perlakuan, dan setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali, maka diperoleh 54 unit percobaan. Berdasarkan perlakuan petak utama, anak petak, dan anak-anank petak, maka kombinasi perlakuan adalah sebagai berikut:
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Kombinasi perlakuan/plot percobaan : Ulangan I V1
V3
Ulangan II V2
V3
V1
Ulangan III V2
V3
V2
V1
P2
P1
P2
P1
P1
P2
P2
P1
P1
P2
P1
P2
P2
P1
P2
P1
P1
P2
B3
B1
B3
B1
B3
B2
B3
B2
B1
B2
B1
B2
B3
B2
B1
B3
B3
B1
B2
B3
B2
B3
B2
B1
B1
B3
B2
B3
B2
B3
B1
B3
B2
B1
B2
B3
B1
B2
B1
B2
B1
B3
B2
B1
B3
B1
B3
B1
B2
B1
B3
B2
B1
B2
Keterangan : V = Varitas (Arize-Hibrindo R-1, Mekongga, Cibogo) P = Persiapan tanah (TOT, TI) B = Jumlah Bibit (1, 3, 5) Jumlah kombinasi plot dalam ulangan
=
18
Jumlah ulangan
=
3
Jumlah kombinas plot keseluruhan
=
54
Jumlah lubang tanaman per plot
=
60
Jumlah lubang tanaman keseluruhan
= 3.240
Jumlah tanaman sampel per plot
=
10
Jumlah tanaman sample destruktif per plot
=
9
Jumlah tanaman sample destruktif seluruhnya
= 486
Luas plot perlakuan
= 180 cm x 390 cm
Jarak antara tanaman dalam plot
=
30 cm x 30 cm
Jarak antar plot
=
50 cm
Jara antara ulangan
= 100 cm
Metode Analisis Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Petak Terpisah Pisah (RPTT) dalam RAK dengan model matematis adalah sebagai berikut: Yijkl
= µ + ρi + βj + εij +δk + (βδ) jk + εijk + τl + (βτ)jl + (δτ)kl + (βδτ)jkl + εijkl
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Dimana : Yijkl
= Nilai pengamatan karena pengaruh faktor V taraf ke-i, faktor P taraf ke-j faktor B taraf ke-l dan pada ulangan ke-k
µ
= Nilai tengah umum
ρi
= Pengaruh ulangan pada taraf ke-i
βj
= Pengaruh blok atau ulangan ke- j
δk
= Pengaruh perlakuan ke-k
(βδ)jk
= Pengaruh interaksi ke-ij
Εijk
= Pengaruh Galat Pada ulangan ke-i varietas, olah tanah taraf ke-k
(βτ)jl
= Pengaruh interaksi ke-ik
(δτ)kl
= Pengaruh interaksi ke-jk
(βδτ)jkl = Pengaruh interaksi ke-ijk εijkl
= Pengaruh sisa (residual effect) ulangan ke i taraf ke-i, pada ulangan ke-k
Data hasil pengamatan disusun dalam anova untuk masing-masing peubah. Jika pengaruh perlakukan terhadap peubah diamati menunjukkan pengaruh yang nyata dapat dilanjutkan dengan analisis regresi, korelasi dan uji beda rataan dengan uji DRMT pada taraf 5 % (Gomez K.A, 1995).
Persiapan Lahan Plot perlakuan dibuat dengan ukuran 180 cm x 390 cm jarak antar petak dalam ulangan 50 cm, jarak antar ulangan 100 cm dalam satu ulangan ada 18 plot perlakuan, setiap perlakuan dibuat dalam tiga ulangan. Jarak tanaman dalam plot 30 cm x 30 cm, jumlah lubang tanam per plot 5 x 12 = 60 (gambar dapat di lihat pada lampiran 2).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Hamparan petakan sawah relatif datar, kondisi tanah
sedikit agak keras
sehingga dapat dibedakan mana tanah yang diolah dan tidak diolah, lahan sawah diolah sesuai dengan perlakuan. Kondisi awal lahan praktek merupakan sawah irigasi yang umumnya ditumbuhi oleh gulma berdaun lebar seperti keladi- keladian dan genjer dan gulma berdaun pita seperti gulma padi-padian karena bentuknya seperti padi. Untuk perlakukan olah tanah sempurna (OTS) Plot digenangi dengan air sampai selama 1 hari kemudian tanah dicangkul dengan sedalam 20 cm dan di balik kemudian dibiarkan selama 2 hari, setelah itu tanah dicangkul kembali hingga halus dan diratakan kemudian bibit di tanam ke lapangan dengan umur bibit 7 hari setelah semai. Untuk perlakuan tanpa olah tanah (TOT) plot tidak diolah. Pengendalian gulma di plot di semprot dengan glifosat (Polaris) dengan dosis 6 l/ha, sepuluh hari setelah aplikasi herbisida, air dimasukkan ke plot percobaan setinggi 10 cm, 3 hari kemudian air dikeluarkan
sampai tanah kondisi macak-macak (tanah jenuh air)
kemudian bibit di tanam kelapangan dengan umur bibit 7 hari setelah semai.
Penyemaian Bibit Lahan persemaian dicangkul dan dihaluskan setelah itu diberi pupuk kompos setara 2 ton/ha (1 kg untuk luas lahan 1 x 5 m). Kondisi lahan persemaian dibuat dalam kondisi macak-macak.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Sebelum benih disemai terlebih dahulu benih padi direndam di dalam air mengalir lebih kurang 24 jam untuk mempercepat keluarnya akar, setelah itu bibit disebar merata di persemaian, kemudian disiram dengan pasir hingga tertutup.
Penanaman Bibit Bibit dipindahkan
ke lapangan atau ke plot percobaan setelah berumur 7
hari setelah semai (HSS) sesuai dengan perlakuan yaitu;
1 bibit/lubang tanam, 3
bibit/lubang tanam, dan 5 bibit/ lubang tanam. Jarak tanan dalam plot percobaan 30 cm x 30 cm. Pada saat penanaman bibit ke plot percobaan atau selama fase vegetatif kondisi tanah dijaga agar tetap pada posisi jenuh air sehingga perkembangan akar dan anakan maksimal.
Pemupukan Dosis anjuran pupuk Urea (250 kg urea/ha) diberikan 3 sebanyak kali yaitu ⅓ dari dosis anjuran (0,1755 kg/plot), pemberian pertama dilakukan pada waktu 1 hari sebelum tanam sebanyak (0,058 kg/plot), pemberian pupuk yang kedua pada saat 3 mst sebanyak (0,058 kg/plot), dan pemberian yang ketiga pada 6 mst sebanyak (0,058 kg/plot) (Anom, 1991). Pupuk SP 36 dan KCL diberikan sebagai pupuk dasar sesuai dengan dosis anjuran yaitu 100 kg/ha atau 0,0702 kg/plot (Anom, 1991).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Pemeliharaan Tanaman Kondisi tanah dijaga dalam kondisi jenuh air selama masa pertumbuhan vegetatif dengan cara mengatur air irigasi, bila terjadi hujan dibuat saluran pembuangan air sehingga kondisi tanah tetap jenuh air. Setelah tanaman memasuki masa pertumbuhan generatif yang ditandai dengan pembengkakan batang utama (bunting), tanah sawah diberikan air sampai tergenang dengan ketinggian air mencapai 5 – 7 cm. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara menyiangi rumput dari areal tanaman setelah tanaman berumur 3, 6 MST atau sehari sebelum aplikasi pemberian pupuk pada 3 dan 6 MST. Setelah tanaman memasuki masa pematangan bulir/biji, air di areal sawah secara perlahan dikeluarkan sampai kondisi tanah mencapai jenuh air, terus mencapai kapasitas lapang dan akhirnya kering. Pengeringan ini bertujuan untuk mempercepat pematangan bulir padi secara serentak.
Pemanenan Pemanenan gabah dapat dilakukan apabila daun tanaman padi sudah mulai menguning semuanya atau daun kuning sudah mencapai 90% hanya daun bendera saja yang masih terlihat berwarna hijau.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Peubah yang diamati 1. Tinggi Tanaman Pengukuran tinggi tanaman dilakukan saat tanaman berumur 3, 6, 9, dan 12 MST. Pengukuran dimulai dari pangkal rumpun sampai ujung daun terpanjang dengan menggunakan meteran.
2. Jumlah Anakan Pengamatan jumlah anakan dihitung saat tanaman berumur 3, 6, 9, dan 12 MST. Jumlah anakan dihitung per rumpun dari
tanaman sampel yang telah
ditetapkan pada setiap plot.
3. Jumlah Anakan Produktif Jumlah anakan produktif di hitung pada saat panen, yang dihitung hanya anakan yang memiliki malai. Jumlah anakan dihitung per rumpun dari tanaman sampel yang telah ditetapkan pada setiap plot.
4. Bobot Kering Tanaman Pengamatan bobot kering tanaman dihitung setelah tanaman berumur 3, 6, 9, dan 12 MST. Tanaman sampel destruktif dicangkul secara hati-hati agar akar jangan sampai putus kemudian dicuci di dalam ember kemudian air digoyanggoyang agar tanaman bersih dari tanah dan lumpur, setelah tanaman bersih lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 650C sampai bobotnya stabil.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
5. Bobot Kering Akar Tanaman Pengamatan bobot kering akar tanaman dihitung setelah tanaman berumur 3, 6, 9, dan 12 MST. Tanaman sampel destruktif dicangkul secara hati-hati agar akar jangan sampai putus kemudian dicuci di dalam ember kemudian air digoyang-goyang supaya akar bersih dari tanah dan Lumpur, setelah akar bersih lalu
dikeringkan anginkan setelah itu di masukkan ke dalam oven pada suhu
650C sam pai bobotnya stabil.
6. Luas Daun Perumpun Luas daun diukur dengan Leaf Area Meter pada tanaman berumur 3, 6, 9, dan 12 MST pengamatan dilakukan dengan mengambil semua helaian daun yang terbuka sempurna dari tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot.
7. Jumlah Gabah Per Malai Jumlah gabah per malai dihitung dengan mengambil semua gabah seluruh malai tanaman sample kemudian di rata-ratakan Penghitungan dilakukan pada saat panen, dari tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot.
8. Jumlah Gabah Hampa Per Malai Jumlah gabah hampa per malai dihitung dengan mengambil semua gabah hampa dari tanaman sample. Penghitungan dilakukan saat panen, dari tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
9. Jumlah Gabah Berisi Per Malai Jumlah gabah berisi per malai, dihitung dengan mengambil semua gabah berisi dari tanaman sample, dari tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot. Penghitungan dilakukan saat panen.
10. Bobot Kering Gabah Per Plot Pengamatan bobot kering gabah perplot dihitung pada saat panen. Gabah pisahkan dari malai kemudian dikeringkan dengan cara di jemur sampai kadar airnya mencapai 14 %.
11. LAB (Laju Asimilasi Bersih). (g.cm-2 bulan-1). Laju asimilasi bersih dinyatakan sebagai peningkatan bobot kering tanaman untuk setiap satuan luas daun dalam waktu tertentu. Harga LAB dihitung dengan rumus (Sitompul dan Guritno, 1995). Dari 3 tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot.
(W2 – W1) LAB =
(Ln A2 - Ln A1) x
(A2 – A1 )
(T2 – T1 )
Dimana :
W1 dan W2
= Total berat kering tanaman pengamatan ke-1 dan Ke-2
A1 dan A1
= Total luas daun pengamatan ke-1 dan ke-2
T2
dan T2
= Waktu pengamatan ke-1 dan ke-2
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
12. LTR (Laju Tumbuh Relatif). (g.cm-2 bulan-1). Laju tumbuh relatif dinyatakan sebagai peningkatan bobot kering tanaman untuk setiap satuan luas daun dalam waktu tertentu. Harga LTR dihitung dengan rumus (Sitompul dan Guritno, 1995). Dari 3 tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot. (Ln W2 - Ln W1) LTR = T2 – T1 Dimana :
W1 dan W2
= Berat kering tanaman pengamatan ke-1 dan ke-2
T1 dan T2
= Waktu pengamatan ke-1 dan ke-2
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL
Tinggi Tanaman Data pengamatan tinggi tanaman padi sawah pada pengamatan 3, 6, 9, dan 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan varietas (V) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 9 dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 3, dan 6 MST. Pada perlakuan persiapan tanah (P) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 3, 6, 9, dan 12 MST. Perlakuan jumlah bibit (B) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 6 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 3, 9, dan 12 MST. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan jumlah bibit (VxB) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 3, 9, dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 6 MST. Sedang kombinasi perlakuan persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 6, 9, dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 3 MST. Untuk kombinasi perlakuan varietas dengan persiapan tanah (VxP) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 6, 9, 12 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 3 MST. Sedang kombinasi
perlakuan varietas, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB)
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 3, 9, dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 6 MST. Berdasarkan hasil sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji beda ratarata dengan Uji Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 1, disajikan data rataan tinggi tanaman padi sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta kombinasinya.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 1. Rataan Tinggi Padi 3, 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah, Dan Jumlah Bibit, serta Kombinasinya Perlakuan Umur 3 MST Varietas (V) V1 (Hibrida) V2 (Mekongga) V3 (Cibogo) Persiapan Lahan P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah Interaksi (VxP) V1 P1 P2 V2 P1 P2 V3 P1 P2 Rataan Umur 6 MST Varietas (V) V1 (Hibrida) V2 (Mekongga) V3 (Cibogo) Persiapan Lahan P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah Interaksi (VxP) V1 P1 P2 V2 P1 P2 V3 P1 P2 Rataan Umur 9 MST Varietas (V) V1 (Hibrida) V2 (Mekongga) V3 (Cibogo) Persiapan Lahan P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah Interaksi (VxP) V1 P1 P2 V2 P1 P2 V3 P1 P2 Rataan Umur 12 MST Varietas (V) V1 (Hibrida) V2 (Mekongga) V3 (Cibogo) Persiapan Lahan P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah Interaksi (VxP) V1 P1 P2 V2 P1 P2 V3 P1 P2 Rataan
Jumlah Bibit Rataan B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit) - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - cm - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 17.08 17.38 17.32
16.31 16.58 16.90
15.65 16.58 16.97
16.35b 16.85a 17.06a
16.79c 17.73a
16.94e 16.24c
16.67d 16.13e
16.80 16.70
16.34 16.18 16.08 16.19d 17.81 16.43 15.23 16.49d 17.06 17.53 17.33 17.31a 17.70 15.62 15.84 16.39d 16.95 17.13 16.61 16.90c 17.69 16.67 17.32 17.23b 17.26c 16.59b 16.40a - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - cm - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 44.90abc 44.11abc 41.64d
43.84bc 41.06d 45.47ab
41.64d 43.34a 44.85abc
43.46b 42.83b 45.36a
45.23 44.62
44.08 42.84
44.26 42.30
44.52 43.26
45.18abc 43.13d 43.51cb 43.94bc 44.62abc 44.55abc 39.78f 42.99bcde 44.44abc 42.90e 43.42abc 43.59bcd 43.78abc 39.23f 43.27c 42.09e 46.06ab 46.20a 45.84abc 46.03a 45.47abc 44.7abc 43.87abc 44.69ab 44.93 43.46 43.28 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - cm - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 70.38 68.36 67.22
70.76 64.70 64.25
67.26 64.25 66.39
67.30 66.33 65.95
68.41 68.90
68.06 67.84
65.10 66.83
67.19 67.86
70.65 71.52 64.78 68.98 70.12 70.00 69.73 69.95 68.55 63.70 64.58 65.61 68.17 65.70 63.91 65.93 66.03 68.96 65.94 66.98 68.41 67.81 66.84 67.69 68.65a 67.95a 65.96c - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - cm - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 90.48 90.44 89.43
88.68 89.94 90.05
89.43 89.85 89.27
89.53 90.07 90.14
89.94 91.41
89.30 89.82
89.28 89.75
89.51 90.32
89.60 91.36 89.56 91.32 90.67 91.54 90.68a
88.34 89.03 90.24 89.64 89.31 90.79 89.56b
89.21 89.65 89.70 89.99 88.93 89.60 89.51b
89.05 90.01 89.83 90.32 89.83 90.32
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan varietas (V) umur 3 MST rataan tertinggi dari tinggi tanaman terdapat pada varietas Cibogo V3 (45.36 cm) yang diikuti oleh varietas Mekongga V2 (16.85 cm) dan Hibrida V1 (16.35 cm). Sedang kombinasi
varietas dan jumlah bibit (VxB), tidak berbeda nyata terhadap
pertambahan tinggi tanaman untuk semua kombinasi, tapi rataan tertinggi untuk tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi Mekongga dengan jumlah bibit 1/lubang V2B1 (17.38 cm), sedangkan rataan
terendah terdapat pada kombinasi Hibrida
dengan 5 bibit/lubang tanam V1B3 (16.13 cm). Pada perlakuan jumlah bibit (B) rataan tertinggi dari tinggi tanaman terdapat pada perlakuan jumlah bibit 1/lubang tanam B1 (17.26 cm) diikuti oleh 3 bibit/lubang tanam dan 5 bibit/lubang tanam. Pada persiapan tanah (P) tertinggi pada olah tanah sempurna (OTS) tidak menunjukkan penambahan terhadap tinggi tanaman. Sedang pada kombinasi persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB), rataan tertinggi dari tinggi tanaman pada kombinasi perlakuan tanpa persiapan tanah dengan perlakuan jumlah bibit jumlah 1 bibit/lubang tanam P2B1 (17.73 cm) berbeda nyata terhadap penambahan tinggi tanaman pada perlakuan tanpa olah tanah dengan jumlah 3 bibit/lubang tanam (P2B3,) dan berbeda nyata pada P1B1, P1B2, P1B3, P1B3, P2B2, P2B3, sedangkan rataan terendah terdapat pada P2B3 (16.13). Sedang kombinasi perlakuan varietas, persiapan lahan, dan jumlah bibit (VxPxB)
menunjukkan berbeda tidak nyata terhadap
penambahan tinggi tanaman untuk semua kombinasi perlakuan, tetapi rataan tertinggi
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
untuk tinggi tanaman terdapat pada V2 P2 B1 (17,70), sedang rataan terendah terdapat pada V1 P2 B3 (17,70). Pada umur 6 MST perlakuan varietas (V), rataan tertinggi diperoleh pada varietas Cibogo V3 (45.36 cm) berbeda nyata terhadap penambahan tinggi tanaman pada Hibrida V1, dan varietas Mekongga V2, tetapi rataan terendah tinggi tanaman diperoleh pada varietas Mekongga V2 (42.84cm). Sedang kombinasi
perlakuan
varietas dengan persiapan tanah (VxP) rataan tertinggi tinggi tanaman terdapat tinggi tanaman pada kombinasi
V3 P1 (46.03cm) berbeda nyata terhadap tinggi tanaman
pada kombinasi perlakuan V1P1, V1P2, V2P1, V2P2, berbeda tidak nyata dengan V3P2. Dari perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi diperoleh pada B1 (44.93 cm) berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada B2, dan B3, sedang rataan terendah pada B3 (43.28 cm). Dari kombinasi perlakuan varietas dan jumlah bibit (VxB), rataan tertinggi dari tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi perlakuan V2B3 (43.34 cm) berbeda tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada kombinasi perlakuan V1B1, V2B1, V3B2, V3B3, tetapi berbeda nyata terhadap penambahan tinggi tanaman pada kombinasi perlakuan V1B3, V1B2, V2B2, V1B3, sedang rataan terendah untuk tinggi tanaman pada kombinasi V2B2 (41.06). Dari perlakuan kombinasi persiapan lahan dengan jumlah bibit (PxB) menunjukkan berbeda tidak nyata terhadap penambahan tinggi tanaman pada semua kombinasi, untuk rataan tertinggi dari tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi perlakuan P2B1 (44.62 cm), sedang rataan terendah dari tinggi tanaman diperoleh
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
pada kombinasi perlakuan
V2B3 (42.30 cm). Tetapi dari perlakuan kombinasi
varietas, persiapan lahan, dan jumlah bibit (VxPxB) rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan
V3P1B2 (46.20) berbeda nyata terhadap penambahan tinggi
tanaman pada kombinasi
V1P1B2, V1P1B3, V1P2B3, V2P1B2, V2P2B2, V2P2B2, berbeda
tidak nyata dengan V1P1B1, V1P2B1, V1P2B2, V2P1B1, V2P1B3, V2P2B1, V3P1B1, V3P1B3, V3P2B1, V3P2B2, V3P2B3. Pada umur 6 MST perlakuan varietas (V), rataan tertinggi diperoleh pada padi Hibrida V1 (67.30) berbeda tidak nyata terhadap penambahan tinggi tanaman pada semua varietas, sedang rataan terendah untuk tinggi tanaman diperoleh pada varietas Cibogo V3 (65.95). Pada kombinasi varietas dengan jumlah bibit
(VxB),
rataan tertinggi tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi Hibrida dengan jumlah 1 bibit/lubang tanam V1B1 (90.48cm), berbeda tidak nyata terhadap penambahan tinggi tanaman pada semua kombinasi, sedang rataan terendah tinggi tanaman pada kombinasi
V1B2 (88.68 cm). Sedang pada kombinasi persiapan tanah dengan
jumlah bibit (PxB) berbeda tidak nyata terhadap penambahan tinggi tanaman pada semua kombinasi, tetapi rataan tertinggi terdapat pada kombinasi P2B1 (91.41 cm) dan rataan terendah terdapat pada kombinasi P1B3 (89.28 cm). Pada persiapan tanah P, rataan tertinggi dari tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi
P2 (87.86 cm)
berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada persiapan tanah, tetapi rataan terendah tinggi tanaman pada kombinasi
P1 (67.19 cm). Pada perlakuan jumlah
bibit B, rataan tertinggi tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi
B1 (68.66)
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada perlakuan B3 (65.97 cm), tetapi berbeda tidak nyata pada perlakuan B2 (67.95 cm), sedang rataan terendah tinggi tanaman pada kombinasi B3 (65.97 cm). Dari perlakuan kombinasi varietas, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) rataan tertinggi diperoleh pada V3P1B2
kombinasi perlakuan
(46.20 cm) berbeda nyata terhadap penambahan tinggi tanaman pada
kombinasi perlakuan V1P1B2, V1P1B3, V1P2B3, V2P1B2, V2P2B2, V2P2B2, berbeda tidak nyata dengan V1P1B1, V1P2B1, V1P2B2, V2P1B1, V2P1B3, V2P2B1, V3P1B1, V3P1B3, V3P2B1, V3P2B2, V3P2B3, rataan terendah tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi V1P2B2 (39.23). Pada umur 9 MST perlakuan varietas (V), persiapan tanah (P), kombinasi varietas dan jumlah bibit (VxB),
kombinasi perlakuan persiapan lahan dengan
jumlah bibit (PxB), kombinasi perlakuan (VxP), dan kombinasi perlakuan varietas, persiapan lahan dengan jumlah bibit (VxPxB) pada semua perlakuan berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Sedangkan perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi diperoleh pada B1 (68.65 cm) berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada B2, tetapi berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada pada B3, sedangkan rataan terendah pada B3 (43.28 cm). Pada umur 12 MST perlakuan varietas (V),
rataan tertinggi dari tinggi
tanaman diperoleh pada varietas Cibogo V3 (90.14 cm) berbeda tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada semua perlakuan varietas, sedang rataan terendah tinggi tanaman diperoleh pada padi Hibrida V1 (89.53 cm). Sedang kombinasi VxB,
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
rataan tertinggi tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi V1B1 (90.48 cm) berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada semua kombinasi, sedang rataan terendah dari tinggi tanaman pada kombinasi V3B3 (80.27 cm). tetapi pada kombinasi
PxB
menunjukkan berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada semua kombinasi, rataan tertinggi terdapat pada
kombinasi
P2B1 (91.41 cm) dan rataan terendah
terdapat pada kombinasi P1B3 (89.28). Pada persiapan tanah P, rataan tertinggi tinggi tanaman diperoleh pada
kombinasi
P2 (90.32 cm) berbeda tidak nyata
terhadap tinggi tanaman pada perlakuan P1 (89.51 cm), sedang rataan terendah tinggi tanaman pada perlakuan P1 (89.51 cm). Pada perlakuan jumlah bibit B, rataan tertinggi tinggi tanaman diperoleh pada perlakuan B1 (90.68 cm) berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada perlakuan B3 (89.51 cm), tetapi berbeda tidak nyata pada perlakuan B2 (89.56), sedang rataan terendah tinggi tanaman pada perlakuan B3 (89.51 cm). Dari kombinasi kombinasi
VxP rataan tertinggi tinggi tanaman diperoleh pada
V3P2 (90.32 cm), berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada
semua kombinasi, tetapi rataan terendah tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi V1P1 (89.05 cm). Sedang kombinasi perlakuan (VxPxB) rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi
V3P2B1 (91.54 cm) berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada
kombinasi semua kombinasi, tetapi rataan terendah tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi V1P1B2 (88.34 cm).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Tinggi Ta na m a n (c m )
18.00
17.00
16.00
15.00 Hibrida
Mekongga
Cibogo
Varietas
Gambar 1. Tinggi Tanaman Pada Perlakuan Ketiga Varietas Umur 3 MST
Gambar 1 menunjukkan tinggi tanaman varietas V1 (Hibrida), V2 (Mekongga) dan V3 (Cibogo) pada umur 3 MST. Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa tinggi tanaman tertinggi pada varietas Mekongga (V3), dan
tinggi tanaman terendah
terdapat pada padi Hibrida (V1). Hal ini menunjukkan bahwa varietas Cibogo memiliki kemampuan yang lebih baik bila dibandingkan dengan varietas V1 (Hibrida), dan V2 (Mekongga). Hal ini disebabkan banyak faktor salah satunya adalah faktor lingkungan. Padi varietas Hibrida harus beradaptasi terlebih dahulu dengan lingkungannya karena padi Hibrida ini di introduksi dari luar daerah sedangkan varietas Cibogo telah beradaptasi lama dengan lingkungannya, karena tetua Cibogo dan Mekongga ini berasal dari IR 64. dimana IR 64 ini telah lama dibudidayakan khusunya di Sumatera Utara.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
T in g g i T an am an C m )
18.00
(P2)
(P1) 17.00
(P1)
(P1) (P2)
(P2)
16.00
P1= (Olah Tanah Sempurna) P2= (Tanpa Olah Tanah ) 15.00 1
3
5
Jum lah Bibit
Gambar 2. Tinggi Tanaman Terhadap Jumlah Bibit Pada Persiapan Tanah Yang Berbeda Umur 3 MST
Gambar 2 dari gambar di atas dapat dilihat bahwa tinggi tanaman pada persiapan tanah tertinggi terdapat pada perlakuan (P2) tanpa olah tanah dan jumlah 1 bibit/lubang tanam (B1). Hal ini menunjukkan bahwa semakin sedikit jumlah bibit perlubang tanam dan tanpa olah tanah tinggi tanaman semakin tinggi. Hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah bibit perlubang tanam akan terjadi persaingan dalam mengambil unsur hara dari dalam tanah, dan perkembangan akar tidak sempurna akibat terjadinya tumpang tindih akar yang satu degan akar lainnya. Sedang pada perlakuan olah tanah sempurna (OTS) mengakibatkan tercucinya/hanyut unsur hara ke tempat lain yang diakibatkan oleh air yang mengalir dan terjadi menguap unsur hara akibat sinar matahari sehingga unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman menjadi tidak tersedia bagi tanaman.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Tinggi Tanaman (cm)
18.00
y = 17.61 - 0.4294x r = 0.9076
17.00
16.00 0
1
2
3
Jumlah Bibit
Gambar 3. Tinggi Tanaman Terhadap Jumlah Bibit Pada Umur 3 MST
Gambar 3 menunjukkan tinggi tanaman terhadap perlakuan jumlah bibit B1 (1 tanaman/lubang), B2 (3 tanaman/lubang) dan B3 (5 tanaman/lubang). Hal menunjukkan bahwa semakin sedikit bibit perlubang tanaman, tinggi tanaman semakin tinggi, demikian pula sebaliknya semakin banyak jumlah bibit perlubang tanaman maka tinggi tanaman semakin rendah. Tanaman padi memiliki daya tumbuh yang tinggi sehingga apabila ditanamam 1 bibit/lubang akan merangsang pertumbahan tinggi tanaman, tanaman lebih leluasa memperoleh unsur hara serta proses fotosintesis berjalan denan baik.
Jumlah Anakan Data pengamatan jumlah anakan padi sawah pada pengamatan
6, 9, 12
minggu setelah tanam (MST) dan analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa jumlah anakan pada perlakuan persiapan tanah (P) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
jumlah anakan pada umur 3, 6, dan 9 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah anakan umur 12 MST. Sedangkan kombinasi perlakuan dengan persiapan tanah (VxP) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan jumlah anakan pada umur 6, 9, dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata pada pertambahan jumlah anakan umur 3 MST. Sedangkan kombinasi perlakuan dengan jumlah bibit (VxB) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan jumlah anakan pada umur 3, 9, dan 12 MST, tetapi berpengaruh
nyata pada umur 6 MST. Sedangkan kombinasi
perlakuan persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan jumlah anakan pada umur 3, 6, dan 9, dan 12 MST. Sedangkan kombinasi perlakuan, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan jumlah anakan pada umur 3, 6, 9, dan 12 MST. Berdasarkan analisis sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji Jarak Ganda Duncan. Dapat dilihat pada Tabel 2,
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 2. Rataan Jumlah Anakan Padi 3, 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah Jumlah Bibit, serta Interaksinya Perlakuan
Jumlah Bibit Rataan B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit) - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - batang - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Umur 3 MST Varitas (V) V1 (Hibrida) 6.38 7.03 6.75 6.72 V2 (Mekongga) 6.90 7.23 6.77 6.97 V3 (Cibogo) 6.65 7.37 6.93 6.98 Persiapan Tanah (P) P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 6.44 7.27 6.64 6.79 P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 6.84 7.16 6.99 7.00 Interaksi (V x P) V1 P1 6.30 7.53 6.80 6.88b P2 6.47 6.53 6.70 6.57c V2 P1 6.80 7.03 7.03 6.77bc P2 7.00 7.43 7.07 7.17a V3 P1 6.23 7.23 6.67 6.71bc P2 7.07 7.50 7.20 7.26a Rataan 6.64b 7.21a 6.82a Umur 6 MST Varitas (V) V1 (Hibrida) 14.12b 13.78bc 13.62bc 13.84 V2 (Mekongga) 15.15a 13.80bc 13.47bc 14.14 V3 (Cibogo) 15.68a 14.18b 13.38c 14.42 Persiapan Tanah (P) P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 14.64 13.70 13.51 13.95 P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 15.32 14.14 13.47 14.31 Interaksi (V x P) V1 P1 13.23 13.37 13.67 13.42 P2 15.00 14.20 13.57 14.26 V2 P1 15.13 13.87 13.67 14.22 P2 15.17 13.73 13.27 14.06 V3 P1 15.57 13.87 13.20 14.21 P2 15.80 14.50 13.57 14.62 Rataan 14.98a 13.92b 13.49b Umur 9 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - batang - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Varitas (V) V1 (Hibrida) 37.97 36.68 35.90 36.85 V2 (Mekongga) 37.60 37.25 36.63 37.16 V3 (Cibogo) 38.30 37.10 36.45 37.28 Persiapan Tanah (P) P1 (Persiapan Tanah) 37.53 36.90 35.99 36.81 P2 (Tanpa Persiapan tanah) 38.38 37.12 36.67 37.39 Interaksi (V x P) V1 P1 37.77 36.70 35.57 36.68 P2 38.17 36.67 36.23 37.02 V2 P1 37.17 37.23 36.23 36.88 P2 38.03 37.27 37.03 37.44 V3 P1 37.67 36.77 36.17 36.87 P2 38.93 37.43 36.73 37.70 Rataan 37.96a 37.01b 36.33c Umur 12 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - batang - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Varitas (V) V1 (Hibrida) 38.53 37.32 36.95 37.60 V2 (Mekongga) 38.10 37.63 37.43 37.72 V3 (Cibogo) 38.68 37.80 37.15 37.88 Persiapan Tanah (P) P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 38.00 37.51 36.73 37.41b P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 38.88 37.66 37.62 38.05a Interaksi (V x P) V1 P1 38.27 37.33 36.43 37.34 P2 38.80 37.30 37.47 37.86 V2 P1 37.77 37.93 37.00 37.57 P2 38.43 37.33 37.87 37.88 V3 P1 37.97 37.27 36.77 37.33 P2 39.40 38.33 37.53 38.42 Rataan 38.44a 37.58b 37.18c Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata Pada Taraf Uji 5% Menurut Uji Jarak Duncan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Pada Tabel 2 umur 3 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan persiapan tanah (P), rataan tertinggi jumlah anakan diperoleh pada perlakuan (TOT) tanpa olah tanah P2 (7.00) berbeda nyata terhadap jumlah anakan pada perlakuan (OTS) olah tanah sempurna P1 (6.79), tetapi rataan terendah pada P1 (6.79). Sedang pada kombinasi perlakuan varietas dengan dengan persiapan tanah anakan diperoleh pada kombinasi anakan pada V1P1,
V1P2,
V2P1,
(VxP) rataan tertinggi jumlah
V3P2 (7.26), berbeda nyata terhadap jumlah V3P1, tetapi berbeda tidak nyata pada V2P2,
sedangkan rataan terendah pada V1 P2 (6.57). Dari perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi jumlah anakan diperoleh pada perlakuan 3 bibit/lubang tanam B2 (7.21) berbeda nyata terhadap jumlah anakan pada perlakuan B1, tetapi berbeda tidak nyata pada perlakuan 5 bibit/lubang tanam B3, sedangkan rataan terendah pada B1 (6.64). Pada umur 6 MST dapat dilihat perlakuan varietas (V), berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan. Sedang perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi jumlah anakan diperoleh pada perlakuan 1 bibit/lubang tanam B1 (14.98) berbeda nyata pada B2, dan B3, tetapi rataan terendah terdapat pada B3 (13.49). Pada kombinasi perlakuan varietas dengan jumlah bibit (VxB), rataan tertinggi jumlah anakan diperoleh pada kombinasi V3B1 (15.68) berbeda nyata terhadap penambahan jumlah anakan pada kombinasi
V1B1, V1B2, V2B2, V3B2, V1B3, V2B3, V3B3, berbeda
tidak nyata dengan V2B1, rataan terendah jumlah anakan diperoleh pada kombinasi V2B3 (13.38). Sedang pada kombinasi persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB), dan kombinasi varietas dengan persiapan tanah (VxP), serta kombinasi vaietas,
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
persiapan tanah dan jumlah bibit
(VxPxB) masing-masing berbeda tidak nyata
terhadap jumlah anakan pada. Pada umur 12 MST dapat dilihat bahwa perlakuan varietas (V), berbeda tidak nyata terhadap penambahan jumlah anakan, tetapi rataan tertinggi jumlah anakan terdapat pada varietas Cibogo V3 (37,88) yang diikuti oleh varietas Mekongga V2 (37,72), dan padi Hibrida V1 (37,60). Pada persiapan tanah (P), rataan tertinggi diperoleh pada P2 (38.05), tetapi rataan terendah pada P1 (37.41). Dari perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi jumlah anakan diperoleh pada B1 (38.44) berbeda nyata terhadap jumlah anakan pada B2 (37.58), dan B3 (37.18), sedangkan rataan terendah pada B3 (37.18). Sedang pada kombinasi (VxPxB) menunjukkan berbeda tidak nyata terhadap jumlah anakan pada semua perlakuan.
7.40
(P2) (P2)
Ju m lah A n akan
7.20 7.00
(P1) (P1) (P1)
6.80 6.60
(P2)
P1 = (Olah Tanah Sempurna) 6.40
P2 = (Tanpa Olah Tanah) 6.20 Hibrida
Mekongga
Cibogo
Varietas
Gambar 4. Jumlah Anakan Terhadap Perlakuan Varietas dan Persiapan Tanah Umur 3 MST
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Gambar 4 menunjukkan respon jumlah anakan terhadap kambinasi varietas dan persiapan tanah (VxP). Pada varietas Cibogo (V3) menunjukkan jumlah anakan teringgi terdapat pada perlakuan TOT dan yang terendah pada OTS. Pada varietas Mekongga (V2) menunjukkan jumlah anakan teringgi pada perlakuan TOT dan yang terendah pada OTS.
38.20
(P2)
Ju m lah A n akan
38.00 37.80 37.60
(P1)
37.40
P1 = (Olah Tanah Sempurna)
37.20
P2 = (Tanpa Olah Tanah)
37.00 P1 = (Olah Tanah Sempurna)
P2 = (Tanpa Olah Tanah)
Persiapan Tanah
Gambar 5. Jumlah Anakan Terhadap Perlakuan Persiapan Tanah Pada Umur 12 MST
Gambar 5 menunjukkan
respon jumlah anakan pada perlakuan olah (P),
jumlah anakan tertinggi terdapat pada perlakuan TOT (38,05) dan yang terendah pada perlakuan OTS (36,81), Hal ini dikarenakan pada tanah yang diolah sempurna telah terjadi degradasi lahan dan pencucian unsur hara dan memiliki pori-pori yang longgar hal demikian tidak sesuai dengan kondisi tanah yang diinginkan oleh perkembangan tanaman.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Jumlah Anakan
39.00
38.00 Ŷ = 38.994-0.6306x r = 0.9593
37.00 0
1
2
3
Jum lah Bibit
Gambar 6. Jumlah Anakan Terhadap Perlakuan Jumlah Bibit Pada Umur 12 MST
Gambar 6 menunjukkan jumlah anakan terhadap perlakuan jumlah bibit (B) umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa garis persamaan membentuk garis linier negatif, hal ini menggambarkan semakin banyak jumlah bibit maka jumlah anakan semakin menurun. Penurunan jumlah anakan ini diakibatkan adanya persaingan dalam mendaptkan unsur hara serta terbatasnya ruang gerak pertumbuhan.
Bobot Kering Tanaman Data pengamatan bobot kering tanaman padi sawah pada pengamatan 3, 6, 9, 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa bobot kering tanaman pada perlakuan
varietas (V) berpengaruh
tidak nyata terhadap
pertambahan bobot kering tanaman pada umur 3, dan 9 MST, tetapi berpengaruh
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
nyata terhadap bobot kering tanaman pada umur 6 dan 12 MST. Pada perlakuan persiapan tanah (P) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan bobot kering tanaman pada semua umur pengamatan. Pada perlakuan jumlah bibit (B) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan bobot kering tanaman pada umur 6, MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 3, 9, dan 12, MST. Sedangkan kombinasi perlakuan dengan jumlah bibit (VxB) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan bobot kering tanaman pada umur 3, dan 9 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap pertambahan pada umur 6, dan 12 MST. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 3, disajikan data rataan bobot kering tanaman padi sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta Kombinasinya Berikut notasi hasil uji bedanya.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 3. Rataan Bobot Kering Tanaman 3, 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya Perlakuan
Jumlah Bibit Rataan B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit) --------------------------(g)---- - --------------------
Umur 3 MST Varitas (V) V1 (Hibrida) 2.43 1.94 2.29 2.22 V2 (Mekongga) 2.31 2.45 2.17 2.31 V3 (Cibogo) 2.68 2.20 2.66 2.51 Persiapan Tanah (P) P1 (Persiapan Tanah) 2.35 2.19 2.39 2.31 P2 (Tanpa Persiapan tanah) 2.59 2.20 2.35 2.38 Interaksi (V x P) V1 P1 2.20 1.74 2.17 2.04 P2 2.65 2.13 2.40 2.39 V2 P1 2.23 2.66 2.27 2.39 P2 2.39 2.24 2.07 2.23 V3 P1 2.63 2.22 2.72 2.51 P2 2.74 2.22 2.59 2.52 Rataan 2.47a 2.20b 2.37a Umur 6 MST --------------------------(g)---- - -------------------Varitas (V) V1 (Hibrida) 35.75cd 35.29cd 35.76cd 35.60b V2 (Mekongga) 36.24abc 34.48d 37.24bcd 35.98b V3 (Cibogo) 38.46ab 37.81ab 36.06bcd 37.44a Persiapan Tanah (P) P1 (Persiapan Tanah) 36.48 36.42 37.03 36.65 P2 (Tanpa Persiapan tanah) 37.15 35.30 35.68 36.04 Interaksi (V x P) V1 P1 34.87 36.11 37.33 36.10 P2 36.63 34.48 34.20 35.10 V2 P1 35.55 33.88 37.19 35.54 P2 36.93 35.08 37.29 36.43 V3 P1 39.03 39.28 36.58 38.30 P2 37.88 36.35 35.54 36.59 Rataan 36.82 35.86 36.35 Umur 9 MST --------------------------(g)---- - -------------------Varitas (V) V1 (Hibrida) 161.67 153.11 157.61 157.46 V2 (Mekongga) 165.23 155.78 156.11 159.04 V3 (Cibogo) 161.58 157.62 155.53 158.24 Persiapan Tanah (P) P1 (Persiapan Tanah) 163.28 156.55 156.00 158.61 P2 (Tanpa Persiapan tanah) 162.37 154.45 156.83 157.89 Interaksi (V x P) V1 P1 162.15 154.46 160.41 159.01 P2 161.18 151.76 154.81 155.92 V2 P1 165.42 154.77 154.54 158.24 P2 165.04 156.79 157.69 159.84 V3 P1 162.26 160.42 153.07 158.58 P2 160.90 154.81 157.99 157.90 Rataan 162.83b 155.50b 156.42a Umur 12 MST --------------------------(g)---- - -------------------Varitas (V) V1 (Hibrida) 371.37abc 361.89bcd 348.52d 360.59 V2 (Mekongga) 351.61d 360.47cd 374.65ab 362.24 V3 (Cibogo) 384.09a 353.69d 367.77bc 368.52 Persiapan Tanah (P) P1 (Persiapan Tanah) 366.14 349.29 361.26 358.90 P2 (Tanpa Persiapan tanah) 371.91 368.08 366.03 368.67 Interaksi (V x P) V1 P1 368.79 354.92 340.66 354.79 P2 373.95 368.86 356.38 366.40 V2 P1 345.10 349.93 377.44 357.49 P2 358.12 371.02 371.87 367.00 V3 P1 384.52 343.03 365.69 364.42 P2 383.66 364.35 369.84 372.62 Rataan 369.02a 358.68b 363.65ab Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Pada Tabel 3 umur 3 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi bobot kering tanaman dijumpai pada perlakuan 1 bibit/lubang tanam B1 (2.47) diikuti oleh 3 bibit/lubang tanam B3 (2.37) dan 5 bibit/lubang tanam B2 (2.20). Pada umur 6 MST dapat dilihat bahwa perlakuan varietas V, rataan tertinggi bobot kering tanaman diperoleh pada varietas Cibogo V3 (37.44) berbeda nyata terhadap bobot kering tanaman pada padi Hibrida V1 (35.60), varietas Mekongga V2 (35.98), sedangkan rataan yang terendah terdapat pada padi Hibrida V1 (16.35). tetapi kombinasi varietas dengan jumlah bibit (VxB), rataan tertinggi bobot kering tanama diperoleh pada kombinasi
V3B1 (38.46) berbeda nyata terhadap bobot kering
tanaman pada V1B1, V1B2, V2B2, V1B3, tetapi berbeda tidak nyata dengan kombinasi V2B1, V3B2, V2B3, V3B3, rataan terendah bobot kering tanaman diperoleh pada kombinasi
V2B2 (34.48). Pada persiapan tanah dan kombinasinya menunjukkan
berbeda tidak nyata terhadap bobot kering tanaman pada semua pengamatan. Pada umur 9 MST dapat dilihat bahwa perlakuan varietas (V) rataan tertinggi terdapat pada perlakuan Mekongga V2 (157.46), dan rataan terendah perlakuan varietas terdapat pada perlakuan Hibrida V1 (159.04), sedang perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi bobot kering tanaman diperoleh pada B1 (162.83) berbeda nyata terhadap bobot kering tanaman pada B2 (155.50), B3 (156.42), sedangkan terendah
rataan
pada B2 (155.50). Pada persiapan tanah rataan tertinggi terdapat pada
perlakuan P1 (158,61), dan rataan terendah terdapat pada perlakuan P2 (157,89).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Sedang pada perlakuan kombinasi (VxPxB) rataan tertinggi terdapat pada perlakuan V2P1B1 (165,42), dan rataan terendah terdapat pada perlakuan V2P2B2 (158,61). Pada umur 12 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan varietas (V) rataan tertinggi bobot kering tanaman terdapat pada perlakuan Cibogo V3 (368.52) diikuti oleh Mekongga V2 (362,24) dan Hibrida V1 (360.59). Pada kombinasi vareitas dengan jumlah bibit (VxB), rataan tertinggi bobot kering tanaman diperoleh pada kombinasi V3B1 (384.09) berbeda nyata dengan V2B1, V1B2, V2B2, V3B2, V3B2, V3B3. Dari perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi diperoleh pada B1 (369.02) berbeda nyata pada B2 (358.68), berbeda tidak nyata pada B3 (363.65), sedangkan
rataan
terendah pada B2 (155.50).
Bobot Kering Tanaman
38.00 37.50 37.00 36.50 Hibrida
36.00
Mekongga
35.50
Cibogo
35.00 34.50 Hibrida
Mekongga
Cibogo
Varietas
Gambar 7. Bobot Kering Tanaman Terhadap Perlakuan Varietas Umur 6 MST
Gambar 7 menunjukkan bobot kering tanaman terhadap jumlah bibit dari beberapa varietas padi sawah pada pengolahan tanah yang berbeda umur 3 MST.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa bobot kering dari ketiga varietas yang tertinggi terdapat pada varietas Cibogo V3, diikuti oleh Mekongga dan Hibrida. Hal tersebut menunjukkan bahwa varietas Cibogo memiliki bobot kering tanaman yang tertinggi, dimana hal ini sejalan dengan jumlah anakan dan tinggi tanaman yang terbanyak terdapat pada varietas Cibogo.
Bobot Kering Tanam an
370.00 368.00 366.00 364.00 Ŷ = 369.16 - 2.6876x r = 0.2701
362.00 360.00 358.00 0
1
2
3
Jumlah Bibit
Gambar 8. Bobot Kering Tanaman Pada Perlakuan Jumlah Bibit Umur 12 MST
Gambar 8 menunjukkan bobot kering tanaman terhadap jumlah bibit pada umur 3 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa
bobot kering tanaman
membentuk garis linier negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin sedikit jumlah bibit perlubang tanaman, maka bobot kering tanaman semakin tinggi demikian pula sebaliknya semakin banyak jumlah bibit perlubang tanam maka bobot kering tanaman semakin rendah pada. Hal ini disebabkan jumlah anakan dan tinggi tanaman yang tertinggi terdapat pada perlakuan 1 bibit/lubang tanam (B1).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Bobot Kering Akar Data pengamatan bobot kering akar pada pengamatan 3, 6, 9, 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa bobot kering akar pada perlakuan Varietas (V) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan bobot kering akar pada umur 3, 6, 9 dan 12 MST. Pada perlakuan persiapan tanah (P) berpengaruh
tidak nyata terhadap
pertambahan bobot kering akar pada umur 3, 6, dan 9, MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 12 MST. Pada perlakuan jumlah Bibit (B) berpengaruh tidak nyata pada umur 3, MST, berpengaruh nyata terhadap pertambahan MST. Sedangkan perlakuan
kombinasi
pada umur 6, 9, dan 12
varietas dengan persiapan tanah (VxP)
berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan bobot kering akar tanaman pada umur 6, 9, dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 3, MST. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan jumlah bibit (VxB) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan bobot kering akar pada umur 9 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap pertambahan pada umur 3, 6, dan 12 MST. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 4, disajikan data rataan bobot kering akar pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta kombinasinya, berikut notasi hasil uji bedanya.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 4. Rataan Bobot Kering Akar 3, 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya Perlakuan
Jumlah Bibit B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit) --------------------------- g ---- ------------------
Rataan
Umur 3 MST Varitas (V) V1 (Hibrida) 0.74ab 0.35c 0.72abc 0.607 V2 (Mekongga) 0.80a 0.67abcd 0.37cd 0.615 V3 (Cibogo) 0.42bcd 0.46bcd 0.48abcd 0.450 Persiapan Tanah (P) P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 0.67 0.56 0.55 0.591 P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 0.64 0.43 0.50 0.524 Interaksi (V x P) V1 P1 0.91 0.41 0.94 0.753a P2 0.58 0.29 0.51 0.460b V2 P1 0.60 0.75 0.37 0.570ab P2 1.00 0.59 0.38 0.659ab V3 P1 0.49 0.52 0.34 0.449b P2 0.35 0.40 0.61 0.451b Rataan 0.65 0.49 0.52 Umur 6 MST --------------------------- g ---- -----------------Varitas (V) V1 (Hibrida) 13.52a 11.87b 11.86b 12.40 V2 (Mekongga) 11.77b 11.85b 12.58ab 12.06 V3 (Cibogo) 12.75ab 12.11b 12.36ab 12.41 Persiapan Tanah (P) P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 12.84 11.81 12.31 12.32 P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 12.52 12.07 12.21 12.27 Interaksi (V x P) V1 P1 13.77 11.54 11.77 12.36 P2 13.27 12.19 11.95 12.47 V2 P1 11.59 12.02 13.26 12.29 P2 11.96 11.67 11.90 11.84 V3 P1 13.16 11.87 11.92 12.32 P2 12.34 12.35 12.80 12.50 Rataan 12.68a 11.94b 12.26a Umur 9 MST --------------------------- g ---- -----------------Varitas (V) V1 (Hibrida) 24.31 21.85 25.87 24.01 V2 (Mekongga) 25.31 22.16 26.41 24.62 V3 (Cibogo) 24.79 25.59 25.45 25.28 Persiapan Tanah (P) P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 24.32 24.08 25.30 24.57 P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 25.29 22.32 26.51 24.71 Interaksi (V x P) V1 P1 24.20 22.68 25.03 23.97 P2 24.41 21.02 26.71 24.05 V2 P1 25.96 21.75 25.84 24.52 P2 24.66 22.57 26.97 24.73 V3 P1 22.79 27.80 25.04 25.21 P2 26.79 23.38 25.86 25.35 Rataan 24.80a 23.20b 25.91a Umur 12 MST --------------------------- g ---- -----------------Varitas (V) V1 (Hibrida) 46.52a 42.18c 47.23a 45.31 V2 (Mekongga) 45.67ab 43.51bc 47.40a 45.53 V3 (Cibogo) 44.83ab 46.28a 46.02ab 45.71 Persiapan Tanah (P) P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 44.50 43.94 46.45 44.97b P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 46.85 44.04 47.32 46.07a Interaksi (V x P) V1 P1 46.26 41.76 46.75 44.93 P2 46.79 42.60 47.71 45.70 V2 P1 45.53 43.31 46.15 45.00 P2 45.81 43.72 48.65 46.06 V3 P1 41.72 46.76 46.44 44.97 P2 47.94 45.80 45.60 46.45 Rataan 45.67 43.99 46.88 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Pada umur 3 MST dapat dilihat bahwa pada perlakuan varietas (V) rataan tertinggi bobot kering akar terdapat pada perlakuan Mekongga V2 (0,615), diikuti Hibrida V1 (0,607). Cibogo V3 (0,450), dari kombinasi varietas dengan jumlah bibit (VxB) rataan tertinggi bobot kering akar tinggi diperoleh pada kombinasi (0.80), berbeda nyata terhadap bobot kering akar pada V1B2, V2B3,
V2B1
V3B1, V3B2,
tetapi berbeda tidak nyata pada V1B1, V2B2, V1B3, V3B3, sedangkan rataan terendah terdapat pada V1B2 (0.451). Pada kombinasi perlakuan varietas dengan persiapan persiapan tanah (VxP) rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi
V1P1 (0.753),
berbeda nyata terhadap bobot kering akar tanaman pada V1P2, V3P1, V3P2, berbeda tidak nyata dengan V2 P1, V2 P2. sedangkan rataan terendah pada V3 P1 (0.449). Pada umur 6 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan varietas (V) rataan tertinggi bobot kering akar terdapat pada perlakuan Cibogo V3 (12,40), diikuti Hibrida V1 (12,40), Mekongga V2 (12,06), sedang kombinasi varietas dengan jumlah bibit (VxB), rataan tertinggi bobot kering akar diperoleh pada kombinasi
V1B1
(13.52) berbeda nyata terhadap bobot kering akar pada V1B1, V1B2, V2B2, V3B2, V1B3, berbeda tidak nyata dengan V3B1, V2B3, V3B3, rataan terendah bobot kering akar diperoleh pada kombinasi
V2B1 (11.77). Dari perlakuan jumlah bibit B, rataan
tertinggi diperoleh pada B1 (12.68) berbeda nyata dengan B2 (11.94), berbeda tidak nyata dengan B3 (12.26), sedangkan rataan terendah pada B2 (11.94). Pada umur 9 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan varietas (V) rataan tertinggi bobot kering akar terdapat pada perlakuan Cibogo V3 (24,01), diikuti Mekongga V2 (24,62), Hibrida V1 (24,01), sedang perlakuan jumlah bibit (B), rataan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
tertinggi diperoleh pada B3 (25.91) berbeda nyata dengan B2 (23.20),
berbeda
tidak nyata terhadap bobot kering akar pada B2 (23.20), tetapi rataan
terendah
pada B2 (23.20). Pada umur 12 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan varietas (V) rataan tertinggi bobot kering akar terdapat pada perlakuan Cibogo V3 (45,71), diikuti Mekongga V2 (45,53), Hibrida V1 (45,31), dari kombinasi perlakuan varietas dengan jumlah bibit (VxB), rataan tertinggi bobot kering akar diperoleh pada kombinasi V2B3 (47.40) berbeda nyata dengan V2B2, tetapi berbeda tidak nyata pada V1B1, V2B1, V3B1, V3B2, V1B3, V2B3, V3B3, sedang rataan terendah bobot kering akar diperoleh pada kombinasi
V1B2 (42.18). Dari perlakuan persiapan tanah P, rataan tertinggi
diperoleh pada P2 (46.07) berbeda nyata pada P1 (44.97).
Bobot Kering Akar
13.00
Ŷ = 12.713 - 0.2089x r = 0.3168
12.50
12.00
11.50 0
1
2
3
Jumlah Bibit
Gambar 9. Bobot Kering Akar Pada Perlakuan Jumlah Bibit Umur 6 MST
Gambar 9 menunjukkan bobot kering akar terhadap jumlah bibit pada umur 6 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa bobot kering tanaman membentuk
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
garis linier negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin sedikit jumlah bibit perlubang tanaman maka bobot kering tanaman semakin tinggi demikian pula sebaliknya semakin banyak jumlah bibit perlubang tanam maka bobot kering tanaman semakin rendah pada. Hal ini disebabkan jumlah anakan yang tertinggi terdapat pada perlakuan satu bibit/lubang tanam (B1) dan tinggi tanaman tertinggi juga terdapat pada perlakuan satu bibit/lubang tanam (B1), sehingga bobot kering yang tertinggi terdapat pada perlakuan jumlah bibit yang sama yaitu 1 bibit/lubang tanam (B1).
B obot K ering A kar
47.00
(P2) 46.00
(P1) 45.00
44.00 P1 = (Olah Tanah Sempurna)
P2 = (Tanpa Olah Tanah)
Olah Tanah
Gambar 10. Bobot Kering Akar Pada Persiapan Tanah Umur 12 MST
Gambar 10 menunjukkan bobot kering akar terhadap olah tanah sempurna (P1) dan tanpa olah tanah (P1) pada persiapan tanah dan jumlah bibit yang berbeda umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa bobot kering akar tanaman terhadap persiapan tanah dan jumlah bibit yang berbeda menunjukkan (P2) lebih tinggi bila di bandingkan dengan (P1). Hal ini menunjukkan bahwa (P2) memberikan respon yang lebih baik bila di bandingkan (P1).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Luas Daun Per Rumpun Data pengamatan luas daun perumpun tanaman padi sawah pada pengamatan 3, 6, 9, 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 9 dan10. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa tinggi tanaman pada perlakuan
Varietas (V) berpengaruh
tidak nyata terhadap
pertambahan luas daun perumpun pada umur 9 dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap pertambahan
pada umur 3 dan 6 MST. Pada persiapan tanah (P)
berpengaruh nyata terhadap pertambahan
pada umur 6 MST, berpengaruh nyata
terhadap luas daun perumpun pada umur 3, 9, dan 12 MST. Pada perlakuan jumlah Bibit (B) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan luas daun perumpun pada umur 6, dan 9, MST, berpengaruh nyata terhadap pertambahan pada umur 3 dan 12, MST. berpengaruh nyata pada umur 3, MST. Sedang kombinasi perlakuan dengan persiapan tanah (VxP) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan luas daun perumpun pada umur 3, 6, 9, dan 12 MST. Sedang perlakuan kombinasi dengan jumlah bibit (VxB) berpengaruh
tidak nyata terhadap luas daun perumpun pada
umur 6, dan 12 MST, berpengaruh nyata pada umur 3 dan 9 MST. Pada perlakuan kombinasi
persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB) berpengaruh tidak nyata
terhadap pertambahan luas daun perumpun pada umur 12 MST, berpengaruh nyata terhadap pertambahan
pada umur 3, 6, dan 9 MST. Sedang perlakuan kombinasi,
varietas, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan luas daun perumpun pada umur 3, 9, dan 12 MST, berpengaruh nyata pada umur 6 MST.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 5, disajikan data rataan luas daun perumpun tanaman padi sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta Kombinasinya. Berikut notasi hasil uji bedanya.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 5. Rataan Luas Daun Perumpun 3, 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya Perlakuan
Jumlah Bibit Rataan B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit) 2 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - cm - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Umur 3 MST Varitas (V) V1 (Hibrida) 25.75bcd 27.48abc 28.52ab 27.25a V2 (Mekongga) 26.87abcd 25.50bcd 29.18a 27.18a V3 (Cibogo) 24.90cd 21.24e 24.79de 23.64b Persiapan Tanah (P) P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 22.05d 21.59d 26.74c 23.40a P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 29.63ab 27.89bc 28.24ab 28.59b Interaksi (V x P) V1 P1 21.47 24.91 27.58 24.65 P2 30.03 30.04 29.45 29.84 V2 P1 23.10 20.67 27.46 23.74 P2 30.63 30.33 30.90 30.62 V3 P1 21.56 19.19 25.19 21.98 P2 28.24 23.28 24.38 25.30 Rataan 25.84b 24.74b 27.49a 2 Umur 6 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - cm - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Varitas (V) V1 (Hibrida) 108.74 107.70 112.62 109.69b V2 (Mekongga) 110.65 106.86 108.87 108.79b V3 (Cibogo) 114.74 114.43 114.00 114.39a Persiapan Tanah (P) P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 106.63c 106.87c 110.69b 108.06 P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 116.13a 112.46b 112.97c 113.85 Interaksi (V x P) V1 P1 105.38fg 101.14g 109.49ef 105.34 P2 112.10bcde 114.26abcde 115.74abc 114.03 V2 P1 104.08fg 103.89g 108.81ef 105.59 P2 117.21ab 109.84de 108.94ef 111.99 V3 P1 110.41cde 115.58abcd 113.76abcde 113.25 P2 119.07a 113.29abcde 114.25abcde 115.54 Rataan 111.38 109.67 111.83 Umur 9 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - cm2 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Varitas (V) V1 (Hibrida) 494.93bc 553.17a 512.34abc 520.15 V2 (Mekongga) 490.27bc 531.70ab 488.04bc 503.34 V3 (Cibogo) 496.41abc 458.73bc 514.02abc 489.72 Persiapan Tanah (P) P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 443.36c 496.57b 491.48b 477.14b P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 544.38a 532.50ab 518.12ab 531.66a Interaksi (V x P) V1 P1 459.59 551.55 508.48 506.54 P2 530.27 554.80 516.21 533.76 V2 P1 426.79 471.34 464.35 454.16 P2 553.76 592.06 511.73 552.52 V3 P1 443.72 466.82 466.82 470.72 P2 549.10 450.64 526.42 508.72 Rataan 493.87 514.53 504.80 Umur 12 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - cm2 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Varitas (V) V1 (Hibrida) 649.48 671.45 669.95 663.63 V2 (Mekongga) 616.78 664.10 630.88 637.25 V3 (Cibogo) 638.79 674.48 679.22 664.17 Persiapan Tanah (P) P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 593.28 647.16 646.71 629.05b P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 676.75 692.86 673.33 680.98a Interaksi (V x P) V1 P1 595.11 639.75 663.18 632.68 P2 703.85 703.16 676.73 694.58 V2 P1 588.32 652.38 625.13 621.94 P2 645.24 675.81 636.64 652.56 V3 P1 596.42 649.34 651.82 632.52 P2 681.17 699.62 706.63 695.81 Rataan 635.02b 670.01a 660.02a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Pada umur 3 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan varietas V, rataan tertinggi diperoleh pada V1 (27.25) berbeda nyata terhadap luas daun perumpun pada V3 (23.64), berbeda tidak nyata dengan V2 (27.18), sedangkan rataan yang terendah terdapat pada V3 (23.64). Dari kombinasi varietas dengan jumlah bibit (VxB), rataan tertinggi luas daun tanaman diperoleh pada kombinasi V2 B3 (29.18) berbeda nyata terhadap luas daun perumpun pada V1B1, berbeda tidak nyata dengan V3B1, V2B2, V3B2, V3B3, rataan terendah luas daun tanaman diperoleh pada kombinasi (21.24). Sedang perlakuan kombinasi
V3B2
PxB, rataan tertinggi luas daun perumpun
diperoleh pada kombinasi P2B1 (29.63) berbeda nyata terhadap terhadap luas daun perumpun pada P1B1, P1B2, dan berbeda nyata dengan P2B2, P3B2, sedangkan rataan terendah terdapat pada P2B2 (21.59). Dari perlakuan olah persiapan tanah P, rataan tertinggi diperoleh pada P2 (28.59) berbeda nyata terhadap luas daun perumpun pada P1 (23.46), sedangkan rataan terendah pada P1 (23.46). Dari perlakuan jumlah bibit B, rataan tertinggi diperoleh pada B3 (24.74) berbeda perumpun pada B1 (25.84), B2 (24.74), sedang kan
nyata terhadap luas daun rataan
terendah
pada B3
(24.74). Pada umur 6 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan varietas V, rataan tertinggi diperoleh pada V3 (114.39) berbeda nyata terhadap luas daun perumpun pada V1 (109.69), V2 (108.79), sedangkan rataan yang terendah terdapat pada V2 (108.79). Pada kombinasi diperoleh pada
kombinasi
(PxB), rataan tertinggi luas daun perumpun tanaman P2B1 (116.13) berbeda
nyata terhadap luas daun
perumpun pada P1B1, P1B2, dan berbeda nyata dengan P1B3, P2B2, P2B3, sedangkan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
rataan terendah terdapat pada P1B1 (106.63). Sedang kombinasi perlakuan varietas, persiapan persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi
V3P2B1 (119.07) berbeda nyata terhadap luas daun perumpun pada
kombinasi V1P1B1, V2P1B1, V1P1B2, V2P1B2, berbeda nyata dengan pada kombinasi V1P2B1, V3P1B1, V2P2B2, V1P1B3, V2P1B3, V2P2B3, berbeda tidak nyata dengan V2P2B1, V1P2B2, V3P1B2, V3P2B2, V1P2B3, V3P1B3, V3P2B3, Pada umur 9 MST dapat dilihat bahwa dari kombinasi VxB, rataan tertinggi luas daun tanaman diperoleh pada kombinasi V1B2 (553.17) berbeda nyata terhadap luas daun perumpun pada V1B1, V2B1, V3B2, V2B3, berbeda tidak nyata pada V3B1, V2B2, V1B3, V3B3, rataan terendah luas daun tanaman diperoleh pada kombinasi V3B2 (458.73). Sedangkan perlakuan kombinasi
PxB, rataan tertinggi tinggi
tanaman diperoleh pada kombinasi P2 B1 (544.38) berbeda nyata terhadap luas daun perumpun pada P1B1, P1B2, P1B3, dan berbeda tidak nyata dengan P2B2, P2B3, sedangkan rataan terendah terdapat pada P1B1 (443.36). Dari persiapan tanah P, rataan tertinggi diperoleh pada P2 (531.66) berbeda nyata dengan P1 (477.14), sedangkan rataan terendah pada P1 (477.14). Pada umur 12 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan persiapan tanah (P), rataan tertinggi diperoleh pada P2 (680.98) berbeda nyata dengan P1 (629.05), sedangkan rataan terendah pada P1 (629.05). Dari perlakuan jumlah bibit B, rataan tertinggi diperoleh pada B2 (670.01) berbeda nyata dengan B1 (635.02), tetapi berbeda tidak nyata pada perlakuan B3 (660.02), sedangkan
rataan
terendah
pada B1 (635.02).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Luas Daun Perum pun
116.00 114.00 112.00 110.00 108.00 106.00 104.00 Hibrida
Mekongga
Cibogo
Varietas
Gambar 11. Luas Daun Perumpun Pada Perlakuan Varietas Umur 6 MST
Gambar 11 menunjukkan luas daun perumpun terhadap jumlah bibit dari beberapa varietas padi sawah pada pengolahan tanah yang berbeda umur 6 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa luas daun perumpun dari ketiga varietas yang tertinggi terdapat pada varietas Cibogo V3, diikuti oleh Mekongga dan Hibrida.
120.00 115.00 110.00 105.00 100.00 95.00 90.00
V1 P V 1 1B P 1 V 1 1B P 2 V 1 1B P 3 V 1 2B P 1 V 1 2B P 2 V 2 2B P 3 V 2 1B P 1 V 2 1B P 2 V 2 1B P 3 V 2 2B P 1 V 2 2B P 2 V 3 2B P 3 V 3 1B P 1 V 3 1B P 2 V 3 1B P 3 V 3 2B P 1 V 3 2B P2 2 B3
Luas Daun Perumpun
125.00
Kombinasi
Gambar 12. Luas Daun Perumpun Pada Perlakuan Varietas Umur 6 MST
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Gambar 12 menunjukkan luas daun perumpun terhadap kombinasi perlakuan varietas, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) umur 6 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa luas daun perumpun terhadap varietas persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB), dari kombinasi perlakuan luas daun tertinggi terdapat pada kombunasi ((P3P2B1). 700.00 Luas Daun P erum pun
(P2) 680.00 660.00 (P1)
640.00 620.00 600.00
P1 = (Olah Tanah Sempurna)
P2 = (Tanpa Olah Tanah)
Olah Tanah
Gambar 13. Luas Daun Per rumpun Pada Persiapan tanah Umur 12 MST
Gambar 13 menunjukkan
luas daun perumpun terhadap Persiapan tanah
Sempurna (P1) dan Tanpa Persiapan tanah (P1) pada Persiapan Tanah dan jumlah bibit yang berbeda umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa luas daun perumpun terhadap persiapan
tanah dan jumlah bibit yang berbeda
menunjukkan (P2) lebih tinggi bila di bandingkan dengan (P2). Hal ini menunjukkan bahwa (P2) memberikan yang lebih baik bila di bandingkan (P1).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Jumlah Anakan Produktif Data pengamatan jumlah anakan produktif tanaman padi sawah pada pengamatan 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 12. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa jumlah anakan produktif pada perlakuan Varietas (V) berpengaruh tidak nyata pada umur 12 MST, sedang kombinasi perlakuan varietas dengan jumlah bibit (VxB) berbeda tidak nyata. Tetapi pada perlakuan kombinasi
persiapan tanah dan
jumlah bibit (PxB) berbeda nyata. Tetapi pada kombinasi perlakuan varietas, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) Berbeda nyata. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 6, disajikan data rataan anakan produktif tanaman padi sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta Kombinasinya Berikut notasi hasil uji bedanya.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 6. Rataan Anakan Produktif 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya Perlakuan Umur 12 MST
Jumlah Bibit B1 (1 bibit)
B2 (3 bibit)
B3 (5 bibit)
Rataan
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - batang - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V) V1 (Hibrida)
24.6
23.0
22.7
23.4
V2 (Mekongga)
25.7
22.8
23.5
24.0
V3 (Cibogo)
25.0
23.7
22.5
23.7
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna
24.5b
22.9c
22.7c
23.4
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah
25.6a
23.4c
22.9c
24.0
24.1c
22.3fgh
22.0gh
22.8
Persiapan Tanah (P)
Interaksi (V x P) V1 P1
25.0abc
23.5def
23.3defg
24.0
V2 P1
P2
25.6ab
22.8defgh
24.4bc
24.3
P2
25.7ab
22.7defgh
22.4efgh
23.7
V3 P1 P2 Rataan
23.8cd
23.7cde
21.8h
23.1
26.0a
23.6cde
23.1defg
24.3
25.1a
23.1b
22.8b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan
Pada umur 12 MST dapat dilihat bahwa dari kombinasi perlakuan persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB), rataan tertinggi jumlah anakan produktif diperoleh pada kombinasi P2B1 (25.6) berbeda nyata terhadap jumlah anakan produktif pada P1B1, P1B2, P2B2, P1B3, P2B3, sedangkan rataan terendah terdapat pada P1B3 (22.78), tetapi perlakuan persiapan tanah P, rataan tertinggi diperoleh pada P2 (23.97) berbeda nyata terhadap jumlah anakan produktif tanaman pada P1 (23.78), sedangkan rataan terendah pada P1 (23.78). Sedangkan kombinasi perlakuan VxPxB rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi
V3P2B1 (26.07) berbeda nyata terhadap jumlah anakan
produktif tanaman pada kombinasi V1P1B1, V2P2B1, V1P1B2, V1P2B2, V2P1B2, V2P2B2, V3P1B2, V3P2B2, V1P1B3, V1P2B3, V2P1B3, V2P2B3, V3P1B3, V3P2B3, berbeda tidak nyata
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
dengan pada kombinasi
V1P2B1, V2P1B1, V2P2B2, V1P1B3, V2P1B3, V2P2B3, berbeda
tidak nyata dengan V1P2B1, V2P1B1, V2P2B1, diperoleh pada kombinasi
rataan terendah luas daun tanaman
V1P1B2 (21.80). Dari perlakuan jumlah bibit B, rataan
tertinggi diperoleh pada B1 (25.08) berbeda
nyata dengan B2 (23.14), B3 (22.88),
sedangkan rataan terendah pada B3 (22.88). 26.00
P2
25.50
Ju m lah A n akan Pro d u ktif
25.00 24.50
P1
24.00
P2
23.50 P1
23.00
P2 P1
22.50
P1 = (Olah Tanah Sempurna)
22.00 21.50
P2 = (Tanpa Olah Tanah)
21.00 1
3
5
Jumlah Bibit
Gambar 14. Anakan Produktif Pada Persiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Umur 12 MST
Gambar 14 menunjukkan jumlah anakan produktif yang tertinggi terdapat pada perlakuan TOT (P2) dibanding dengan jumlah anakan produktif pada persiapan tanah sempurna OTS (P1) umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa jumlah anakan produktif tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan (P2B1) (Tabel 6). Hal ini dikarenakan pertumbuhan tanaman dan perkembangan akar yang terbaik pada perlakuan TOT pada jumlah 1 bibit/lubang.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Jumlah Anakan Produktif
23.9
23.6
23.3
23.0 P1
P2 Persiapan Tanah
Gambar 15. Jumlah Anakan Produktif Pada Persiapan Tanah Umur 12 MST
Gambar 15 menunjukkan jumlah anakan produktif Tanpa olah tanah (P2)
27.0 26.0 25.0 24.0 23.0 22.0 21.0 20.0 19.0 V1 P V1 1B P 1 V1 1B P 2 V1 1B P 3 V1 2B P 1 V1 2B P 2 V2 2B P 3 V2 1B P 1 V2 1B P 2 V2 1B P 3 V2 2B P 1 V2 2B P 2 V3 2B P 3 V3 1B P 1 V3 1B P 2 V3 1B P 3 V3 2B P 1 V3 2B P2 2 B3
Jumlah Anakan Produktif
lebih tinggi di banding dengan jumlah anakan produktif pada (P1).
Kombinasi perlakuan
Gambar 16. Jumlah Anakan Produktif Pada Kombinasi Varietas, Persiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Umur 12 MST
Gambar 16 menunjukkan anakan produktif pada kombinasi varietas persiapan Tanah dan jumlah bibit umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
anakan produktif tertinggi (26,07) terdapat pada perlakuan varietas Cibogo yang ditanam pada tanpa olah tanah (TOT) dengan perlakuan jumlah bibit 1 bibit/lubang tanam (V3P2 B1).
Jumlah Gabah Per Malai Data pengamatan jumlah gabah per malai tanaman padi sawah pada pengamatan 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 13 dan 14. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa jumlah gabah per malai pada perlakuan varietas (V) berpengaruh tidak nyata pada umur 12 MST, sedang kombinasi perlakuan varietas dengan jumlah bibit (VxB) berbeda tidak nyata. Tetapi pada persiapan tanah (P) berbeda tidak nyata. Pada pengamatan jumlah bibit (B) berbeda
nyata. Tetapi pada perlakuan kombinasi
persiapan tanah dan jumlah bibit (PxB) berbeda tidak nyata. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan jumlah bibit (VxB) berbeda tidak nyata. Tetapi pada kombinasi perlakuan varietas, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) Berbeda tidak nyata. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa jumlah gabah per malai pada ketiga varietas (V) berbeda tidak nyata. tetapi pada perlakuan persiapan tanah (P) dan perlakuan jumlah bibit (B), serta kombinasi persiapan tanah, dan jumlah bibit (PxB) menunjukkan berbeda nyata, jumlah gabah tertinggi (199,33) terdapat pada kombinasi perlakuan varietas Cibogo yang ditanam pada tanah yang tidak diolah (TOT) dengan perlakuan jumlah bibit satu bibit/lubang tanam (V3P2B1), dapat dilihat pada Tabel 7 .
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 7, disajikan data rataan jumlah gabah per malai tanaman padi sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta kombinasinya berikut notasi hasil uji bedanya. Tabel 7. Rataan Jumlah Gabah Per Malai 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah, Jumlah Bibit, Serta Interaksinya Perlakuan
B1 (1 bibit)
Jumlah Bibit B2 (3 bibit) B3 (5 bibit)
Rataan
- - - - - - - - - - - - - - - butir - - - - - - - - - - - - - - Umur 12 MST Varitas (V) V1 (Hibrida) 192.17 173.83 167.00 177.67 V2 (Mekongga) 190.00 167.67 160.17 172.61 V3 (Cibogo) 180.33 169.33 165.67 171.78 Persiapan Tanah (P) P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 173.33bc 164.00c 162.22c 166.52b P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 201.67a 176.56b 166.33bc 181.52a Interaksi (V x P) V1 P1 179.33 166.33 166.00 170.56 P2 205.00 181.33 168.00 184.78 V2 P1 179.33 161.33 152.67 164.44 P2 200.67 174.00 167.67 180.78 V3 P1 161.33 164.33 168.00 164.56 P2 199.33 174.33 163.33 179.00 Rataan 187.50a 170.28b 164.28b Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan
Tabel 7 ditampilkan bahwa rataan tertinggi jumlah gabah per malai (205,00 butir) diperoleh pada kombinasi
V1P2B1 (201.67) berbeda nyata terhadap jumlah
gabah Per malai pada P1B1, P1B2, P2B2, P1B3, P2B3,
sedangkan rataan terendah
terdapat pada P1B3 (162.22). Dari perlakuan persiapan tanah P, rataan tertinggi
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
diperoleh pada P2 (181.52) berbeda nyata terhadap jumlah gabah per malai pada P1 (166.52), sedangkan rataan terendah pada V2P1B3 (152,67 butir)). Dari perlakuan jumlah bibit B, rataan tertinggi diperoleh pada B1 (187.50) berbeda
nyata terhadap
jumlah gabah Per malai pada B2 (170.28), B3 (164.28), sedangkan rataan terendah pada B3 (164.28).
J um la h Ga ba h Pe rm a la i
250 P2
200
P1
P2
P1
P1
P2
150 100 P1 = (Olah Tanah Sempurna) 50 P2 = (Tanpa Olah Tanah) 0 1
3
5
Jumlah Bibit
Gambar 17. Jumlah Gabah Per malai Terhadap Varietas Dan Jumlah Bibit Pada Umur 12 MST
Gambar 17 menunjukkan jumlah gabah permalai yang tertinggi terdapat pada perlakuan TOT (P2) dan OTS (P1) pada Persiapan Tanah dan jumlah bibit yang berbeda umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa jumlah gabah tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan
(P2B1). Hal ini dikarenakan
pertumbuhan tanaman dan perkembangan akar yang terbaik pada perlakuan TOT pada jumlah 1 bibit/lubang.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Jumlah Gabah Permalai
185.00 180.00 175.00 170.00 165.00
P1 = (Olah Tanah Sempurna) 160.00
P2 = (Tanpa Olah Tanah) 155.00 P1 = (Olah Tanah Sempurna)
P2 = (Tanpa Olah Tanah)
Persiapan Tanah
Gambar 18. Jumlah Gabah Per Malai Terhadap Varietas Dan Jumlah Bibit Pada Umur 12 MST
Gambar 18 menunjukkan jumlah gabah per malai tertinggi terdapat pada perlakuan Tanpa Persiapan tanah (P2) 250.00
Gabah Berisi
200.00
P2 P1
P2 P1
150.00
P1
P2
100.00 P1 = (Olah Tanah Sempurna)
50.00
P2 = (Tanpa Olah Tanah)
0.00 1
3
5
Jumlah Bibit
Gambar 19. Jumlah Gabah Per malai Terhadap Jumlah Bibit Dan Persiapan Tanah Pada Umur 12 MST
Gambar 19 menunjukkan jumlah gabah Per malai terhadap jumlah bibit pada pengolahan tanah pada umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa jumlah gabah Per malai pada perlakuan persiapan tanah serta jumlah bibit tertinggi
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
pada perlakuan TOT dengan satu bibit/lubang tanam. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlakuan TOT lebih baik terhadap perlakuan persiapan tanah sempurna OTS, artinya semakin sedikit bibit perlubang tanaman maka jumlah gabah per malai semakin tinggi, demikian pula sebaliknya semakin banyak jumlah bibit perlubang tanam maka jumlah gabah Per malai semakin rendah.
Jumlah Gabah Hampa Per Malai Data pengamatan jumlah gabah hampa per malai tanaman padi sawah pada pengamatan 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 15 dan 16. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa tinggi tanaman pada perlakuan Varietas (V) berpengaruh tidak nyata. Pada persiapan tanah (P) berpengaruh nyata. Sedang kombinasi perlakuan dengan persiapan tanah (VxP) berpengaruh tidak nyata. Sedang kombinasi
perlakuan
dengan jumlah bibit (VxB) berpengaruh
kombinasi
persiapan tanah
nyata. Pada perlakuan
dengan jumlah bibit (PxB) berpengaruh
tidak nyata. Sedang
kombinasi perlakuan, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) berpengaruh nyata terhadap pertambahan. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 8, disajikan data rataan jumlah gabah hampa Per malai tanaman padi sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta Kombinasinya Berikut notasi hasil uji bedanya.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 8. Rataan Gabah Hampa Per Malai 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya Perlakuan Umur 12 MST Varitas (V) V1 (Hibrida) V2 (Mekongga) V3 (Cibogo) Persiapan Tanah (P) P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah Interaksi (V x P) V1 P1 P2 V2 P1 P2 V3 P1 P2
Rataan
Jumlah Bibit Rataan B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit) - - - - - - - - - - - - - - - - butir - - - - - - - - - - - - - - - - 7.83 7.50 8.50
10.83 10.67 13.00
11.83 12.33 12.83
10.17 10.17 11.44
9.67 6.22
13.56 9.44
13.89 10.78
12.37a 8.81b
8.67 7.00 10.33 4.67 10.00 7.00
13.67 8.00 13.00 8.33 14.00 12.00
13.67 10.00 14.33 10.33 13.67 12.00
12.00 8.33 12.56 7.78 12.56 10.33
7.94b
11.50a
12.33a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan
Pada umur 12 MST dapat dilihat dari perlakuan persiapan tanah P, rataan tertinggi diperoleh pada P1 (12.37) berbeda nyata terhadap jumlah gabah hampa per malai pada P2 (8.81), sedangkan rataan terendah pada P2 (8.81). Dari perlakuan jumlah bibit B, rataan tertinggi diperoleh pada B3 (12.33) berbeda jumlah gabah hampa per malai pada B1
nyata terhadap
(7.94), berbeda tidak nyata dengan B1
(7.94)B3 (164.28), sedangkan rataan terendah pada B2 (11.50).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
J u m l a h G a b a h P e rm a l a i
185.00
P2
180.00 175.00 170.00
P1
165.00 P1 = (Olah Tanah Sempurna) 160.00 P2 = (Tanpa Olah Tanah) 155.00 P1 = (Olah Tanah Sempurna)
P2 = (Tanpa Olah Tanah)
Persiapan Tanah
Gambar 20. Jumlah Gabah Hampa Per Malai Tanaman Terhadap Pengolahan Tanah Pada Umur 12 MST
Gambar 20 menunjukkan jumlah gabah hampa per malai terhadap olah tanah Sempurna (P1) dan Tanpa olah tanah (P2) pada persiapan tanah dan jumlah bibit yang berbeda umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa jumlah gabah hampa per malai terhadap persiapan
tanah dan jumlah bibit yang berbeda
menunjukkan (P1) lebih tinggi bila di bandingkan dengan (P2). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan OTS (P1) memberikan
gabah hampa per malai yang lebih tinggi,
dan sebaliknya perlakuan TOT (P2) memberikan
gabah hampa per malai yang lebih
rendah.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
G ab ah H am p a Per m alai
14.00 12.00 10.00 Ŷ = 2.1944x + 6.2037 r = 0.8863
8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 0
1
2
3
Jumlah Bibit
Gambar 21. Jumlah Gabah Hampa Per Malai Tanaman Terhadap Jumlah Bibit Pada Umur 12 MST
Gambar 21 menunjukkan jumlah gabah hampa per malai terhadap jumlah bibit umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa jumlah gabah hampa per malai membentuk linier positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin sedikit bibit perlubang tanaman maka jumlah gabah hampa per malai semakin rendah.
Jumlah Gabah Berisi Per Malai Data pengamatan jumlah gabah berisi per malai tanaman padi sawah pada pengamatan 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 17 dan 18. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa tinggi tanaman pada perlakuan Varietas (V) berpengaruh tidak nyata. Pada persiapan tanah (P) berpengaruh nyata. Sedang kombinasi perlakuan dengan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
persiapan tanah (VxP) berpengaruh tidak nyata. Sedang kombinasi
perlakuan
dengan jumlah bibit (VxB) berpengaruh tidak nyata. Pada perlakuan kombinasi persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB) berpengaruh nyata. Sedang kombinasi perlakuan, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) berpengaruh tidak nyata. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 9, disajikan data rataan Jumlah gabah berisi Per malai tanaman padi sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta Kombinasinya Berikut notasi hasil uji bedanya. Tabel 9. Rataan Gabah Berisi Per malai 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya Perlakuan
Jumlah Bibit Rataan B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit) - - - - - - - - - - - - - - - butir - - - - - - - - - - - - - - -
Umur 12 MST Varitas (V) V1 (Hibrida) 184.33 163.00 155.17 167.50 V2 (Mekongga) 182.50 157.00 147.83 162.44 V3 (Cibogo) 171.83 156.33 152.83 160.33 Persiapan Tanah (P) P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 163.67bc 150.44d 148.33d 154.15b P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 195.44a 167.11b 155.56cd 172.70a Interaksi (V x P) V1 P1 170.67 152.67 152.33 158.56 P2 198.00 173.33 158.00 176.44 V2 P1 169.00 148.33 138.33 151.89 P2 196.00 165.67 157.33 173.00 V3 P1 151.33 150.33 154.33 152.00 P2 192.33 162.33 151.33 168.67 Rataan 179.56a 158.78b 151.94b Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Pada umur 12 MST dapat dilihat dari kombinasi persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB), rataan tertinggi jumlah gabah per malai tanaman diperoleh pada kombinasi
P2B1 (195.44) berbeda nyata terhadap jumlah gabah berisi per malai
pada P1B1, P1B2, P2B2, P1B3, P2B3, Dari perlakuan persiapan tanah P, rataan tertinggi diperoleh pada P2 (172.70) berbeda nyata terhadap jumlah gabah berisi per malai pada P1 (154.15), sedangkan rataan terendah pada P1 (154.15). Dari perlakuan jumlah bibit B, rataan tertinggi diperoleh pada B1 (179.56) berbeda
nyata terhadap jumlah
gabah berisi per malai pada B2 (158.78), B3 (151.94). 250.00 P2
Gabah Berisi
200.00
P1
P2 P1
150.00
P1
P2
100.00 P1 = (Olah Tanah Sempurna)
50.00
P2 = (Tanpa Olah Tanah)
0.00 1
3
5
Jumlah Bibit
Gambar 22. Jumlah Gabah Berisi Per malai Terhadap Jumlah Bibit, Persiapan Tanah dan Jumlah Bibit pada Umur 12 MST
Gambar 22 menunjukkan jumlah gabah berisi per malai tertinggi terdapat pada perlakuan jumlah 1 bibit/lubang tanam dengan kombinasi tanpa olah tanah. Hal ini disebabkan tanaman padi memiliki pertumbuhan yang lebih baik bila ditanam dengan umur bibit yang muda dan 1 bibit/lubang tanam.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
P2
175.00 Jumlah Gabah Berisi
170.00 165.00 160.00
P1
155.00 150.00 145.00 140.00 P1 = (Olah Tanah Sempurna)
P2 = (Tanpa Olah Tanah)
Persiapan Tanah
Gambar 23. Jumlah Gabah Berisi Per Malai Terhadap Jumlah Bibit, Persiapan Tanah dan Jumlah Bibit pada Umur 12 MST
Gambar 23 menunjukkan jumlah gabah berisi per malai terhadap (P1) dan (P2) pada persiapan tanah umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa jumlah gabah berisi per malai tertinggi terdapat pada perlakuan (P2).
Jumlah gabah Berisi
190.00
160.00
Ŷ = 191.04 - 13.806x r = 0.9216
130.00
100.00 0
1
2
3
Jum lah Bibit
Gambar 24. Jumlah Gabah Berisi Per Malai Terhadap Jumlah Bibit Pada Umur 12 MST Gambar 24 Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa jumlah gabah berisi per malai terhadap jumlah bibit yang berbeda membentuk linier negatif. Hal tersebut
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
menunjukkan bahwa semakin banyak bibit perlubang tanaman maka jumlah gabah berisi Per malai semakin rendah, demikian pula sebaliknya semakin sedikit jumlah bibit perlubang tanam maka jumlah gabah per malai semakin tinggi.
Bobot Gabah Kering Per Plot Data pengamatan bobot gabah kering per plot tanaman padi sawah pada pengamatan 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 19 dan 20. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa bobot gabah kering per plot pada perlakuan Varietas (V) berpengaruh tidak nyata . Pada persiapan tanah (P) bobot gabah kering per plot berpengaruh nyata. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan persiapan tanah (VxP) bobot gabah kering per plot berpengaruh tidak nyata. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan jumlah bibit (VxB) bobot gabah kering per plot berpengaruh tidak nyata, tetapi Perlakuan jumlah bibit (B) bobot gabah kering per plot berpengaruh nyata. Pada perlakuan kombinasi persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB) berpengaruh tidak nyata. Pada kombinasi perlakuan, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) bobot gabah kering per plot berpengaruh tidak nyata.. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 10, disajikan data rataan bobot gabah kering per plot tanaman padi sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta Kombinasinya Berikut notasi hasil uji bedanya.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 10. Rataan Bobot Gabah Kering Per Plot 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah Jumlah Bibit, serta Interaksinya Perlakuan
B1 (1 bibit)
Jumlah Bibit B2 (3 bibit)
B3 (5 bibit)
Rataan
----------- ----- g ---- ------------Umur 12 MST Varitas (V) V1 (Hibrida) 139.25 118.27 113.05 123.53 V2 (Mekongga) 141.70 110.57 108.38 120.21 V3 (Cibogo) 132.78 116.43 111.40 120.21 Persiapan Tanah (P) P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 119.73b 106.06d 106.69cd 110.83b P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 156.09a 124.12b 115.20c 131.80a Interaksi (V x P) V1 P1 122.22 106.24 106.52 111.66 P2 156.28 130.31 119.59 135.39 V2 P1 130.51 104.04 105.58 113.37 P2 152.89 117.10 111.17 127.05 V3 P1 106.46 107.92 114.85 107.45 P2 159.10 124.95 114.85 132.97 Rataan 137.91a 115.09b 110.94b Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan
Pada umur 12 MST dapat dilihat dari kombinasi
persiapan tanah dengan
jumlah bibit (PxB), rataan tertinggi bobot gabah kering per plot diperoleh pada kombinasi P2B1 (156.09) berbeda nyata dengan kombinasi P1B1, P1B2, P2B2, P1B3, P2B3, sedangkan rataan
terendah terdapat pada P1B2 (106.06). Dari perlakuan
persiapan tanah (P), rataan tertinggi diperoleh pada P2 (131.80) berbeda nyata terhadap bobot gabah kering per plot pada P1 (110.83), sedangkan rataan terendah pada P1 (110.83). Dari perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi diperoleh pada B1 (137.91) berbeda
nyata terhadap bobot gabah kering per plot pada B2 (115.09), B3
(115.09), sedangkan rataan terendah pada B3 (115.09).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
P2
Jumalah G abah Kering Perplot
160.00 150.00 140.00 130.00
P2
P1
P2
120.00 P1
110.00
P1 = (Olah Tanah Sempurna)
P1
P2 = (Tanpa Olah Tanah) 100.00 1
3
5
Jumlah Bibit
Gambar 25. Bobot Gabah Kering Per Plot Terhadap Persiapan Tanah Pada Umur 12 MST
Gambar 25 dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa bobot gabah kering per plot terhadap varietas dan persiapan tanah serta jumlah bibit yang berbeda membentuk linier negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak bibit
Bobot Gabah Kering Perplot
perlubang tanaman maka jumlah bobot gabah kering per plot semakin rendah. 150.00 140.00 130.00
Ŷ =148.28 - 13.483x r = 0.8622
120.00 110.00 100.00 0
1
2
3
Jumlah Bibit
Gambar 26. Bobot Gabah Kering Per Plot Terhadap Dan Jumlah Bibit Pada Umur 12 MST
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Gambar 26 menunjukkan bobot gabah kering Per malai terhadap jumlah bibit pada umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa jumlah gabah berisi Per malai terhadap varietas dan persiapan tanah serta jumlah bibit yang berbeda membentuk linier negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah bibit perlubang tanaman, maka jumlah gabah berisi Per malai semakin rendah, demikian pula sebaliknya semakin sedikit jumlah bibit perlubang tanam maka jumlah gabah Per malai semakin tinggi.
LAB (Laju Asimilasi Bersih) Data pengamatan LAB (Laju Asimilasi Bersih) tanaman padi sawah pada pengamatan 6, 9, 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 21 dan 22. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa laju tumbuh relatif tanaman pada perlakuan varietas (V) berpengaruh tidak nyata pada umur
9 dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap
pertambahan pada umur 6 MST. Pada persiapan tanah (P) berpengaruh tidak nyata pada umur 6, 9, dan 12 MST. Sedang pada perlakuan jumlah Bibit (B) berpengaruh tidak nyata pada umur 6, 9, dan 12 MST. Pada kombinasi
perlakuan
dengan
persiapan tanah (VxP) berpengaruh tidak nyata pada umur 9, dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 6 MST. Sedang kombinasi perlakuan dengan jumlah bibit (VxB) berpengaruh tidak nyata pada umur 9 MST, tetapi berbeda nyata pada umur 6 dan 12 MST. Pada perlakuan kombinasi
persiapan tanah dengan jumlah
bibit (PxB) berpengaruh tidak nyata pada umur 6, dan 9 MST, tetapi berpengaruh
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
nyata terhadap pada umur 12 MST, sedang kombinasi perlakuan persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) berpengaruh tidak nyata pada umur 9, dan 12 MST, tetapi berbeda nyata pada umur 6 MST, Pada uji lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji Jarak Ganda Duncan. Dapat dilihat pada Tabel 11,
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 11. Rataan LAB (Laju Asimilasi Bersih) 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah, Jumlah Bibit, serta Interaksinya Jumlah Bibit
Perlakuan B1 (1 bibit)
Rataan
B2 (3 bibit) -2
B3 (5 bibit)
-1
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (g.m .h ) - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Umur 6 MST Varitas (V) V1 (Hibrida)
2.01abc
2.10ab
1.91bcd
2.00a
V2 (Mekongga)
1.90bcd
1.92cd
2.18a
2.00a
V3 (Cibogo)
1.82cd
1.80cd
1.71d
1.78b
Persiapan Tanah (P) P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna
1.98
1.98
1.98
1.98
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah
1.85
1.91
1.89
1.88
Interaksi (V x P) V1 P1 P2 V2 P1 P2 V3 P1 P2 Rataan
2.04ef
2.37a
2.09abc
2.17d
1.98bcdef
1.84cdef
1.72ef
1.85bcd
1.98bcdef
1.82cdef
2.09abcd
1.96bc
1.82cdef
2.01bcdef
2.27ab
2.04ab
1.91cdef
1.73ef
1.75def
1.80bcd
1.74ef
1.86cdf
1.69f
1.76d
1.91
Umur 9 MST
1.94 1.93 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (g.m-2.h-1) - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V) V1 (Hibrida)
0.58
0.49
0.49
0.52
V2 (Mekongga)
0.60
0.43
0.54
0.52
V3 (Cibogo)
0.49
0.50
0.49
0.49
Persiapan Tanah (P) P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna
0.60
0.48
0.51
0.53
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah
0.51
0.47
0.50
0.49
Interaksi (V x P) V1 P1
0.63
0.47
0.45
0.52
P2
0.53
0.51
0.53
0.52
V2 P1
0.62
0.48
0.57
0.56
P2
0.57
0.38
0.50
0.48
V3 P1
0.53
0.50
0.51
0.52
P2
0.44
0.50
0.47
0.47
Rataan
0.55
Umur 12 MST
0.47 0.50 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (g.m-2.h-1) - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V) V1 (Hibrida)
0.038ab
0.039a
0.036bc
0.038
V2 (Mekongga)
0.035c
0.039a
0.040a
0.038
V3 (Cibogo)
0.039a
0.037abc
0.039a
0.039
Persiapan Tanah (P) P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna
0.037bc
0.037c
0.038ab
0.037
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah
0.038ab
0.040a
0.038ab
0.039
V1 P1
0.038
0.038
0.035
0.037
P2
0.039
0.041
0.038
0.039
V2 P1
0.034
0.038
0.040
0.037
Interaksi (V x P)
P2
0.036
0.040
0.039
0.038
V3 P1
0.039
0.035
0.040
0.038
P2
0.039
0.039
0.039
0.039
Rataan 0.038 0.038 0.038 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Pada umur 6 MST dapat dilihat dari kombinasi varietas dengan jumlah bibit (VxB), rataan tertinggi LAB tanaman diperoleh pada kombinasi
V1 B2 (2.18)
berbeda nyata pada kombinasi V2B1, V3B1, V2B2, V3B2, V1B3, V3B1, berbeda tidak nyata dengan V1B1, V1B2, rataan terendah LAB tanaman diperoleh pada kombinasi V3B3 (1.71). Dari perlakuan varietas V, rataan tertinggi diperoleh pada V3 (114.39) berbeda nyata pada perlakuan V3 (1.78), berbeda tidak nyata dengan V2 (2.00), sedangkan rataan yang terendah terdapat pada V3 (1.78). Dari perlakuan kombinasi varietas, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi
V2P1B2 (2.37) berbeda nyata pada kombinasi V1P1B1, V1P2B1, V2P1B1,
V2P2B1, V3P1B1, V3P2B1, V1P2B2, V2P1B2, V2P2B2, V3P1B2, V3P2B2, V1P2B3, V3P1B3, V3P2B3, berbeda tidak nyata dengan V1P1B3, V2P1B3, V2P2B3, sedang rataan terendah LAB terdapat pada kombinasi V3P2B3 (1.68). Pada kombinasi perlakuan varietas dengan persiapan tanah (VxP) rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi
V1P1
(2.17), berbeda nyata terhadap pada kombinasi V1P2, V2P1, V3P1, V3P2, berbeda tidak nyata dengan V2 P2, sedangkan rataan terendah pada V3 P2 (1.76). Pada umur 9 MST dapat dilihat dari perlakuan varietas (V) serta kombinasinya menujukkan berbeda tidak nyata pada semua perlakuan. Pada persiapan
tanah (P) berbeda tidak nyata. Pada perlakuan jumlah bibit (B)
menujukkan berbeda tidak nyata, Pada umur 12 MST dapat dilihat dari kombinasi varietas dengan (VxB), rataan tertinggi LAB tanaman diperoleh pada kombinasi
V1 B2 (0.039) berbeda
nyata terhadap LAB pada V2B1, V3B1, berbeda tidak nyata dengan V1B1, V3B2, V2B3,
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
V3B2, V1B3, V2B3, V3B3,
rataan terendah LAB tanaman diperoleh pada kombinasi
V2B1 (0.035). Dari kombinasi PxB, rataan tertinggi LAB diperoleh pada kombinasi P2 B3 (156.09) berbeda nyata pada kombinasi P1B1, P1B2, berbeda tidak nyata dengan kombinasi P2B1, P1B3, P2B3, sedangkan rataan terendah terdapat pada P1B2 (0.037). 0.0388 0.0386
LAB
0.0384 0.0382 0.0380 0.0378 0.0376 0.0374 Hibrida
Mekongga
Cibogo
Varietas
Gambar 27. LAB (Laju Asimilasi Bersih) Tanaman Pada Varietas (Hibrida, Mekongga dan Cibogo) Umur 12 MST
Gambar 27 menunjukkan LAB terhadap jumlah bibit dari beberapa varietas padi sawah pada umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa LAB dari ketiga varietas yang tertinggi terdapat pada varietas Cibogo V3, diikuti oleh Hibrida dan Mekongga. Hal tersebut menunjukkan bahwa varietas Cibogo memiliki luas daun perumpun yang tertinggi, dimana hal ini sejalan dengan jumlah anakan yang terbanyak terdapat pada varietas Cibogo dan tinggi tanaman yang tertinggi juga terdapat pada varietas Cibogo.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
0.0390
LAB
0.0385 0.0380
P1 P2
0.0375 0.0370 0.0365 P1
P2 Persiapan Tanah
Gambar 28. LAB (Laju Asimilasi Bersih) Tanaman Pada PengolahanTanah Umur 12 MST
Gambar 27 menunjukkan LAB (Laju Asimilasi Bersih) terhadap Persiapan tanah Sempurna (P1) dan Tanpa Persiapan tanah (P1) pada umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa LAB (Laju Asimilasi Bersih) terhadap persiapan tanah dan jumlah bibit yang berbeda menunjukkan (P1) lebih rendah bila di bandingkan dengan (P2). Hal ini menunjukkan bahwa (P1) memberikan
LAB (Laju
Asimilasi Bersih) yang lebih rendah, dan sebaliknya (P2) memberikan
LAB (Laju
Asimilasi Bersih) yang lebih Tinggi.
LTR (LajuTumbuh Relatif) Data pengamatan LTR (LajuTumbuh Relatif)
tanaman padi sawah pada
pengamatan 6, 9, 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 23 dan 24. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa laju tumbuh relatif tanaman pada perlakuan varietas (V) berpengaruh
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
tidak nyata pada umur 6, 9, dan 12 MST. Pada persiapan tanah (P) berpengaruh tidak nyata pada umur 6 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap pertambahan pada umur 9, dan 12 MST. Pada perlakuan jumlah Bibit (B) berpengaruh tidak nyata pada umur 6, dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 9 MST. Pada kombinasi perlakuan dengan persiapan tanah (VxP) berpengaruh tidak nyata pada umur 6, 9, dan 12 MST. Sedang kombinasi perlakuan dengan jumlah bibit (VxB) berpengaruh nyata terhadap pertambahan pada umur 6 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 9, dan 12 MST. Pada perlakuan kombinasi
persiapan tanah dengan jumlah bibit
(PxB) berpengaruh tidak nyata pada umur 6, dan 9 MST, berpengaruh nyata terhadap pertambahan pada umur 12 MST. Sedang kombinasi perlakuan, varietas, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) berpengaruh tidak nyata pada umur 6, dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 9, MST, Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 12, disajikan data rataan LTR (LajuTumbuh Relatif) tanaman padi sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta Kombinasinya Berikut notasi hasil uji bedanya.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 12. Rataan LTR (Laju Tumbuh Relatif) 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah, Jumlah Bibit, serta Interaksinya Perlakuan
Jumlah Bibit B1 (1 bibit)
0.140
Umur 12 MST Varitas (V) V1 (Hibrida) V2 (Mekongga) V3 (Cibogo) Persiapan Tanah (P) P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah Interaksi (V x P) V1 P1 P2 V2 P1 P2 V3 P1 P2 Rataan
-1
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (g.tan .h ) - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Rataan
Rataan
Rataan
B3 (5 bibit) -2
Umur 3 MST Varitas (V) V1 (Hibrida) V2 (Mekongga) V3 (Cibogo) Persiapan Tanah (P) P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah Interaksi (V x P) V1 P1 P2 V2 P1 P2 V3 P1 P2 Umur 9 MST Varitas (V) V1 (Hibrida) V2 (Mekongga) V3 (Cibogo) Persiapan Tanah (P) P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah Interaksi (V x P) V1 P1 P2 V2 P1 P2 V3 P1 P2
B2 (3 bibit)
0.141abcd 0.141abcd 0.138cd
0.150a 0.138bcd 0.145abcd
0.142cd 0.146d 0.145d
0.144 0.142 0.140
0.143 0.138
0.146 0.143
0.142 0.141
0.143 0.140
0.146 0.137 0.143 0.140 0.139 0.136
0.157 0.143 0.134 0.142 0.146 0.144
0.146 0.138 0.144 0.148 0.135 0.137
0.150 0.139 0.140 0.143 0.140 0.139
0.144 0.141 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (g.tan-2.h-1) - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
0.065ab 0.066a 0.063cde
0.064bcde 0.065abc 0.063cde
0.064abcd 0.062e 0.063de
0.064 0.064 0.063
0.064 0.065
0.064 0.064
0.062 0.064
0.063b 0.064a
0.064bcd 0.066abc 0.067ab 0.065abcd 0.062d 0.065abcd
0.064bcd 0.064bcd 0.065bcd 0.065abcd 0.063d 0.063d
0.062d 0.067a 0.062d 0.062d 0.063d 0.063abc
0.063 0.066 0.064 0.064 0.062 0.063
0.065a 0.064a 0.063b - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (g.tan-2.h-1) - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.038ab 0.035c 0.039c
0.039a 0.039ab 0.037bc
0.036c 0.040a 0.039ab
0.038 0.038 0.039
0.037b 0.038b
0.037b 0.040a
0.038b 0.038ab
0.037b 0.039a
0.038 0.039 0.034 0.036 0.039 0.039
0.038 0.041 0.038 0.040 0.035 0.039
0.035 0.038 0.040 0.039 0.040 0.039
0.037ab 0.039a 0.037c 0.038c 0.038ab 0.039a
0.037
0.038
0.038
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Pada umur 6 MST dapat dilihat dari kombinasi varietas dengan jumlah bibit VxB, rataan tertinggi LTR tanaman diperoleh pada
kombinasi
V1 B2 (0.150)
berbeda nyata pada kombinasi V3B1, V2B2, V1B3, V2B3, V3B3, tetapi berbeda tidak nyata dengan V1B1, V2B1, V3B2, Pada umur 9 MST dapat dilihat dari kombinasi varietas dengan jumlah bibit V2B1 (0.066)
(VxB), rataan tertinggi LTR tanaman diperoleh pada kombinasi berbeda nyata pada kombinasi V1B2, V3B1, V3B2, V2B3, V3B3,
tetapi berbeda tidak
nyata dengan V2B2, V1B3, rataan terendah LTR diperoleh pada kombinasi (0.062). Dari perlakuan
kombinasi vareitas persiapan tanah
tertinggi diperoleh pada kombinasi pada kombinasi
V2B3
(VxPxB) rataan
V1P2B3 (0.067) berbeda nyata terhadap LTR
V1P1B1, V2P2B1, V1P1B2, V1P2B2, V2P1B2, V3P1B2, V3P2B2, V1P1B3,
V2P1B3, V2P2B3, V3P1B3, tetapi berbeda tidak nyata dengan V1P2B1, V2P1B1, V2P2B1, V3P2B1, V2P2B2, V3P2B3, rataan terendah LTR tanaman pada kombinasi (0.062).
V3P2B1
Dari perlakuan persiapan tanah (P), rataan tertinggi diperoleh pada P2
(0.064) berbeda nyata dengan P1 (0.063), sedangkan rataan terendah pada P1 (0.063). Sedang perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi diperoleh pada
B1 (0.065)
berbeda nyata dengan B3 (0.063), tetapi berbeda tidak nyata pada perlakuan B2 (0.064), sedangkan rataan terendah pada B3 (0.063). Pada umur 12 MST dapat dilihat bahwa kombinasi varietas dengan jumlah bibit (VxB), rataan tertinggi LTR tanaman diperoleh pada kombinasi V2B3 (0.040) berbeda nyata pada kombinasi V2B1, V1B3, V3B1, V3B2, berbeda tidak nyata dengan V1B1, V1B2, V3B3, rataan terendah LTR diperoleh pada kombinasi
V2B1 (0.035).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Dari kombinasi PxB, rataan tertinggi LTR diperoleh pada kombinasi P2 B2 (0.040) berbeda nyata terhadap LTR pada kombinasi P1B1, P1B2, P1B2, P1B3, berbeda tidak nyata dengan P2B3. Dari perlakuan persiapan tanah (P), rataan tertinggi diperoleh pada P2 (0.039) berbeda nyata pada P1 (0.037), sedangkan rataan terendah pada P1 (0.037). Dari kombinasi varietas dengan persiapan tanah (VxP) rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi V3P2 (0.039), berbeda nyata pada kombinasi V2P1, V2P2, berbeda tidak nyata dengan V1P1, V1P2, V3P1, V3P2, sedangkan rataan terendah pada V2P1 (0.037). Sedang perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi diperoleh pada B1 (0.065) berbeda nyata dengan B3
(0.063), tetapi berbeda tidak nyata pada
perlakuan B2 (0.064), sedangkan rataan terendah pada B3 (0.063). 0.0399
LTR
P2
0.0378
P1
0.0357 P1 = (Olah Tanah Sempurna)
P2 = (Tanpa Olah Tanah)
Olah Tanah
Gambar 29. LTR (Laju Tumbuh Relatif) Tanaman Pada PengolahanTanah Pada Umur 9 MST
Gambar 29 menunjukkan LTR (Laju Tumbuh Relatif) terhadap Persiapan tanah Sempurna (P1) dan Tanpa Persiapan tanah (P1) pada umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa LTR (LajuTumbuh Relatif) terhadap persiapan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
tanah
menunjukkan (P2) lebih tinggi bila di bandingkan dengan (P2). Hal ini
menunjukkan bahwa (P2) memberikan tinggi, dan sebaliknya (P1) memberikan
LTR (Laju Tumbuh Relatif) yang lebih LTR (LajuTumbuh Relatif) yang lebih
rendah. LTR tidak terlepas dari banyaknya jumlah anakan dan luas daun. Tanaman melakukan memproses pembentukan karbohidrat dan energi di daun dengan bantuan sinar matahari, energi yang dihasilkan dari hasil potosintesisi ini dipakai oleh tanaman untuk pertumbuhan vegetatifnya. Pada (tabel 5) dapat dilihat.
LTR
0.0399
0.0378
0.0357 Hibrida
Mekongga
Cibogo
varietas
Gambar 30. LTR (LajuTumbuh Relatif) Tanaman Dari Beberapa Varietas Pada Umur 12 MST
Gambar 30 dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa LTR dari ketiga varietas yang tertinggi terdapat pada varietas Cibogo V3, diikuti oleh Hibrida dan Mekongga. Hal tersebut menunjukkan bahwa varietas Cibogo LTR perumpun yang tertinggi, dimana hal ini sejalan dengan jumlah anakan yang terbanyak terdapat pada varietas Cibogo dan tinggi tanaman yang tertinggi juga terdapat pada varietas Cibogo.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
PEMBAHASAN
Dalam rangka meningkatkan produksi padi agar tercapai swasembada pangan salah satu cara yang dapat dilakukan adalah pengunaan tanaman unggul (www.bappenas, 2007). Pengolahan tanah secara konservasi yaitu tidak melakukan pengolahan tanah secara sempurna guna menghindari pencucian unsur hara, bahan mineral dan bahan organik penting bagi tanaman (www.syngenta). Serta hemat dalam pemakaian bibit, satu bibit/lubang tanam, bila memakai umur bibit relatif muda menghasilan anakan yang banyak (Wirajaswadi L, dkk. 2002).
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas (Hibrida, Mekongga dan Cibogo) Terhadap Persiapan Tanah Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa perlakuan (TOT) tanpa olah tanah (P2) berbeda nyata dengan perlakuan (OTS) olah tanah sempurna (P1)
Pada
pengamatan jumlah anakan, bobot kering akar, luas daun perumpun, jumlah gabah permalai, jumlah gabah hampa permalai, gabah berisi permalai, bobot gabah kering per plot, dan LTR, dapat dilihat pada (tabel 1 s/d 12). Penelitian ini sejalan dengan pendapat Utomo (1995) menyatakan bahwa tanah sawah tanpa olah tanah (TOT) memberikan hasil yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanah diolah secara sempurna (OTS), dimana TOT ini dapat diterapkan 4 kali musim tanam secara kontinyu setelah itu baru dilakukan olah tanah sempurna (OTS) kemudian dilanjutkan dengan TOT kembali.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Untuk pengamatan tinggi tanaman dari ketiga varietas yang tertinggi terdapat pada varietas Cibogo (90.14 cm), kemudian diikuti oleh Mekongga (90,07 cm) dan Hibrida (89,53cm) dapat dilihat pada (tabel 1). Tinggi tanaman ini sangat ditentukan oleh faktor genetik, bila dilihat dari deskripsi tinggi tanaman Cibogo (81-120) lebih tinggi bila dibandingkan dengan varietas Mekongga (91-106), padi Hibrida (84-118) dapat dilihat pada Lampiran 26, 27, 28. Dari hasil analisis bila dikorelasi antara parameter tinggi tanaman dengan jumlah anakan ada korelasinya semakin banyak jumlah anakan maka tinggi tanaman semakin tinggi, dapat dilihat pada lampiran 25 Matrik korelasi. Hal ini ada tendensi persaingan untuk mendapatkan sinar matahari sehingga semakin banyak anakan maka tinggi tanaman semakin tinggi. Etiolasi adalah fenomena tanaman untuk mencari cahaya dengan merangsang pemanjagan batang sehingga ruas ruas tanaman padi memanjang ke atas atau ke samping guna mendapatkan cahaya (Harjadi, 1988). Tanaman padi termasuk jenis rumput-rumputan yang aktif menumbuhkan anakan sehingga terbentuk rumpun. Jumlah anakan dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah sifat fisik tanah. Jumlah anakan dapat dilihat pada (Tabel 2) pada perlakuan persiapan tanah jumlah anakan tertinggi terdapat pada P2 (38,05) berbeda nyata dengan P1 (37,41). Dari hasil penelitian ini, anakan tertinggi terdapat pada varietas Cibogo V3 (37.88) yang diikuti oleh Mekongga V2 (37.72) Hibrida V1 (37.72).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Varietas Cibogo dan Mekongga memiliki beberapa keunggulan seperti bentuk tanaman tegak, tinggi tanaman antara 81 – 120, anakan produktif 12 –19 batang (Sinambella, 2004). Pada kombinasi perlakuan varietas dengan persiapan tanah (VxP) jumlah anakan tertinggi terdapat pada kombinasi V3P2 (38,42), yaitu varietas Cibogo pada perlakuan tanpa olah tanah memberikan jumlah anakan tertingi. Menurut Jawa
BPTP
Tengah (2008) varietas Cibogo dan Mekongga memiliki tetua yang sama
berasal dari varietas IR64, dimana varietas IR64 telah lama dibudidayakan di Indonesia sehingga adaptasinya lebih baik bila dibandingkan dengan padi hibrida yang harus memyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru. Akar tanaman berfungsi mengambil unsur hara dari dalam tanah, semakin banyak akar maka kemampuannya untuk menyerap unsur hara semakin tinggi (Wikipedia, 2008). Akar tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik apabila kondisi tanah stabil. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan bobot kering akar tertinggi (46.07 g) terdapat pada perlakuan (P2) TOT, dapat dilihat pada (Tabel 4). Dari hasil analisis bila dikorelasi antara parameter tinggi tanaman dengan jumlah anakan dan anakan produktif ada korelasinya semakin banyak jumlah anakan maka secara otomatis jumlah akar terbentuk semakin banyak. Akar tanaman padi munculdan tumbuh dari pangkal buku setiap anakan. Semakin banyak akar maka kemampuan tanaman untuk menyerap air dan unsur hara semakin tingggi, secara otomatis laju pembelahan sel meningkat sehingga tinggi tanamn akan bertambah.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Pelaksanaan pengolahan tanah pada prinsifnya adalah tindakan pembalikan, pemotongan, penghancuran, dan perataan tanah. Strukur tanah yang semula padat diubah menjadi gembur sehingga sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman (www.uns.ac.id, 2008). Meskipun tanah yang diolah lebih disenangi oleh akar tanaman, tapi pengolahan tanah dapat memberikan efek samping yaitu dapat merugikan tanaman dalam jangka panjang. Menurut Utomo (1997) tanah yang diolah secara intensif akan mengalami erosi serta pencucian unsur hara, pelapukan bahan organik semakin cepat, baik pada musim kemarau atau musim hujan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan pengolahan tanah secara konservasi yaitu menerapkan tanpa olah tanah (TOT). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian bahwa jumlah anakan lebih banyak terbentuk pada perlakuan tanpa olah tanah dibandingkan dengan perlakuan olah tanah sempurna. Tanaman merupakan suatu keutuhan yang terdiri dari akar, batang, daun dan malai produksi (buah). Apabila salah satu bagian tanaman terganggu maka bagian tanaman lain juga akan terganggu. Jumlah akar sangat tergantung kepada jumlah anakan, semakin banyak anakan, secara otomatis akar semakin banyak, karena akar tanaman padi tumbuh dari pangkal batang paling bawah dari setiap anakan (Soemartono, 2007). Dari penelitian ini dapat dilihat adanya korelasi antara jumlah anakan dengan bobot kering akar semakin banyak anakan terbentuk maka bobot kering akar semakin tinggi, hal ini dapat dilihat pada (Tabel 2 dan Tabel 4). Dari tabel tersebut dapat
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
dilihat jumlah anakan dan bobot kering akar tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa olah tanah (P2) berbeda nyata dengan perlakuan olah tanah sempurna (P1). Lebih tegas lagi Utomo (1995) menyatakan pengolahan tanah secara intensif pada musim kering akan menimbulkan degradasi lahan yang semakin cepat terutama pada daerah trofik basah seperti Indonesia dengan curah hujan yang tinggi mengakibatkan penghanyutan unsur hara dan bahan organik dan suhu yang terik sepanjang tahun pada bulan-bulan kering mengakibatkan penguapan air tanah serta hara yang terlarut (nitrogen) sangat tinggi. Menurut Atika (1997) dan Utomo, dkk (1997) keunggulan TOT adalah mampu mempertahankan arease tanah dan menjaga unsur hara tidak tercuci sehingga kesuburan tanah dalam jangka panjang. Menurut Yunus (2004) di dalam tanah akar tanaman tumbuh dan memanjang pada ruangan diantara padatan tanah. Ruang ini dikenal dengan pori tanah. Pergerakan air dan hara yang dibutuhkan oleh tanaman juga terjadi lewat ruang pori ini. Hal ini senada dengan pendapat Cannel dkk, (1981) menyatakan bahwa akar tanaman dapat tumbuh dengan bebas 100 μm. Jika diameter pori tanah lebih besar dari diameter akar maka akar akan mengalami pembesaran akar sehingga mencapai besar lubang pori tanah tersebut, begitu juga sebaliknya jika pori tanah lebih kecil maka akar tanaman memerlukan energi yang lebih besar untuk menembus pori tanah (Russel, 1977 dan Dexter, 1978).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Itulah sebabnya tanpa pengolahan tanah (TOT) memberikan pertumbuhan tanaman yang lebih baik, tanah yang terlau sering diolah dapat mengakibat rusaknya struktur tanah, pori-pori tanah tidak stabil sehingga akar tanaman tidak kokoh mencengram sehingga tanaman mudah rebah dan terjadinya pemadatan tanah akibat alat pengolahan tanah melintasi lahan pertanian. Dalam penelitian ini dapat dilihat bobot kering akar lebih tinggi pada tanah yang tidak diolah hal ini dapat di lihat pada tabel (Tabel 4). Akar tanaman berfungsi mengambil unsur hara dan air dari dalam tanah. Padi Hibrida merupakan hasil persilangan dari dua atau satu induk yang bersifat heterosis yang menyebabkan tanaman F1 umumnya lebih vigor, tumbuh lebih cepat, anakan lebih banyak dan produksi lebih tinggi dari tetuanya (Irsal, 2003). Sedangkan padi varietas unggul merupakan hasil persarian antara dua spesies yang memiliki sifat-sifat unggul dimana produksinya masih berada dibawah padi Hibrida, tapi bila padi unggul tersebut dirawat dengan benar produksinya bisa menyamai produksi padi Hibrida (Wirajaswadi, 2008). Dalam penelitian ini dapat dilihat pada (Tabel 10) bahwa bobot gabah kering ketiga varietas tersebut berbeda tidak nyata meskipun bobot kering gabah tertinggi terdapat pada padi Hibrida V1 (123,53 g) yang diikuti oleh varietas Mekongga V2 (120,21 g) dan Cibogo V3 (120,21 g). Pada (tabel 7) terlihat bahwa jumlah gabah permalai tidak berbeda nyata, tetapi jumalah gabah tertinggi terdapat pada padi Hibrida V1 (177,67 g) yang diikuti oleh Mekongga V2 (172,61 g) dan Cibogo V3 (171,78 g).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan persiapan tanah (VxP) pada (Tabel 7) menunjukkan berbeda nyata, terhadap jumlah gabah per malai terdapat pada perlakuan P1B1 (201.67 g). Varietas Hibrida memiliki potensi hasil dari pada varietas padi inbrida yang disebabkan oleh adanya pengaruh heterosis. Meskipun demikian pengaruh heterosis tersebut tidak selalu terekspresi tergantung kepada lingkungan dan teknik budidayanya. Menurut hasil penelitian (Suwarno, et al, 2002) tinggi tanaman pada padi Hibrida 105,17 cm, jumlah gabah permalai 154 butir, produksi 7,6 ton/ha, Dalam penelitian ini jumlah gabah malai tertinggi terdapat pada padi Hibrida 177.67 butir berbeda tidak nyata dengan varietas Mekongga (172.61) dan varietas Cibogo (171.78). Begitu juga dengan bobot gabah kering per plot tertinggi pada padi Hibrida (123.53), berbeda tidak nyata dengan varietas Mekongga (120.21) dan Cibogo (120.21). Seperti halnya penelitian di atas, dalam penelitian ini perlakuan varietas inhibrid bila mendapat perlakuan budidaya yang tepat menunjukkan hasil yang berbeda untuk tinggi tanaman dapat dilihat pada (Tabel 1), pada pengamatan bobot kering tanaman dapat dilihat pada (Tabel 3), pada pengamatan luas daun dapat dilihat pada (Tabel 5), pada pengamatan LAB dapat dilihat pada (Tabel 11), Adanya perbedaan dari ketiga varietas tersebut yaitu pada tinggi tanaman, bobot kering tanaman, luas daun dan pada LAB, hal ini dikarenakan adanya faktor lingkungan yang mempengaruhi genetik tanaman.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Pada dasarnya produksi padi Hibrida jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan varietas unggul lokal, kenyataaan hasil yang diperoleh dari penelian ini produksi Hibrida lebih tinggi tetapi tidak berbeda nyata, hal ini dikarenakan padi Hibrida ini memiliki sifat resesif yang unggul dari induknya (Akmal, kk. 2003). Sedang pada padi varietas unggul Mekongga dan Cibogo apabila mendapatkan perawatan yang tepat dan baik akan menghasilkan produksi yang maksimal. Untuk parameter luas daun tertinggi (680,98) terdapat pada perlakuan tanpa olah tanah (P2) dapat dilihat pada (Tabel 5). Untuk anakan produktif yang tertinggi (23,97) terdapat pada perlakuan tanpa olah tanah (P2), pada (Tabel 6) untuk gabah berisi, pada (Tabel 9) untuk bobot gabah kering, pada (Tabel 10) untuk LAB, dapat dilihat pada (Tabel 30), dan untuk LTR dapat dilihat pada (Tabel 31). Tanah yang diolah secara intensif akan menurunkan jumlah dan produktifitas bakteri di dalam tanah. Pada tanah yang tidak diolah proses fiksasi biologis nitrogen (Biological Nitrogen Fixation – BNF). Bakteri dan mikrobia yang hidup bebas di sekitar akar padi dapat menguraikan nitrogen yang diperlukan tanaman terutama pada tanaman padi dan yang termasuk famili rumput-rumputan (Berkelaar, 2001).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas (Hibrida, Mekongga dan Cibogo) Terhadap Jumlah Bibit
Jonhamas, dkk (2001) mengatakan dari hasil wawancaranya dengan petani di kabupaten Deli Serdang, Asahan, Simalungun dan Tapanuli selatan pada umumnya petani menabur benih 33,3 kg sampai 50 kg per hektar, kemudian ditanam 5 – 7 batang perlubang tanam. Sehingga dalam pemakaian bibit di sumatera utara tergolong tinggi dan boros dalam pemakaian bibit. Dari hasil penelitian Sembiring, dkk (2001) dari variabel tinggi tanaman dan produksi dengan melakukan penanaman satu bibit perlubang tanamam memberikan anakan sebanyak 27,88, dengan jumlah anakan produktif sebanyak 19 sampai 20 perumpun, antar varietas menunjukkan berbeda nyata hal ini berkaitan dengan kemampuan varietas umumnya tidak sama. Dalam penelitian Jonhamas. dkk
(2001) hasil analisi statistik perlakuan
jumlah bibit saat tanam tidak berinteraksi dengan varietas pada perameter tinggi tanaman diperoleh hasil tinggi tanaman rata-rata 104,8 cm, untuk parameter jumlah anakan tertingg 33,8 batang/rumpun. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa ada pengaruh jumlah bibit terhadap pertumbuhan dan produksi varietas padi sawah hal ini dapat dilihat pada (Tabel 1s/d 12). Sedang untuk pengamatan tinggi tanaman yang tertinggi terdapat pada pelakuan varietas Cibogo (90.14cm) dapat dilihat pada (Tabel 1).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Bibit padi ditanam satu bibit perlubang tanaman akan memiliki ruang gerak untuk menyebar serta masuk lebih dalam ke dalam tanah sehingga tanaman dapat mengambil air dan unsur hara lebih banyak. Tanaman padi yang ditanam satu bibit/lubang tanaman tidak mengalami persaingan dalam mengambil unsur hara dan penyerapan cahaya matahari untuk proses photosintesis, sehingga proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi lebih baik, yang pada akhirnya produktifitas tanaman padi akan meningkat. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa jumlah anakan tertinggi terdapat pada perlakuan satu bibit/lubang tanam (38,44) berbeda nyata dengan perlakuan tiga bibit/lubang tanam (37,58) dan perlakuan 5 bibit/lubang tanam (37,18). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Berkelaar (2001) telah mempelajari suatu metode penanaman padi yang mampu memberikan hasil panen yang jauh lebih tinggi dengan pemakaian bibit dan input yang lebih sedikit satu bibit perlubang tanam dari pada metode tradisional lebih dari lima bibit per lubang tanam. Bibit ditranplantasi satu bibit perlubang tanaman akan memiliki ruang untuk menyebar dan memperdalam perakaran. Sehingga tanaman tidak bersaing terlalu ketat untuk memperoleh ruang tumbuh, cahaya, atau nutrisi dalam tanah. Sistem perakaran menjadi lebih baik. Penelitian ini juga sejalan dengan metode SRI (System Rice of Intensification) yang menerapkan teknologi penaman satu bibit/lubang tanam dengan umur 7 hari setelah semai memberikan jumlah anakan lebih banyak bila dibandingkan dengan penanaman konfensional 7 batang/bibit dengan umur 21 hari setelah semai.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Semakin sedikit jumlah bibit/lubang tanam maka semakin banyak jumlah anakan produktif yang terbentuk. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa pada perlakuan penanaman bibit satu/lubang sejak awal pertumbuhan tanaman tidak mengalami persaingan sehingga tanaman lebih leluasa menumbuhkan anakan yang maksimal dan leluasa dalam penyerapan unsur hara dan didukung oleh tinggi tanaman yang tinggi sehingga penampang daun lebih leluasa menyerap sinar matahari untuk proses photosintesis (Masdar, 2001). Jumlah anakan produktif sangat dipengaruhi oleh umur bibit. Dengan bertambahnya bibit pertitik tanaman cendrung meningkatkan persaingan antar tanaman dalam satu rumpun maupun antar rumpun (Novia, 2005). Dalam penelitian ini untuk parameter jumlah anakan tertinggi terdapat pada perlakuan B1 (38,44), dapat dilihat pada (Tabel 2). Hal ini dikarenakan tanaman yang ditanam satu bibit perlubang tanaman memiliki kemampuan untuk membentuk anakan lebih banyak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Jonhamas. dkk
(2001) yang
menyatakan bibit yang ditanam dengan jumlah yang sedikit akan memiliki kemampuan yang lebih baik terhadap terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi. Jumlah gabah permalai (92,5), hasil panen 5,31 ton/ha. Pada parameter berat kering tanaman dapat dilihat pada (Tabel 9 s/d 12), untuk parameter luas daun dapat dilihat pada (Tabel 17 s/d 20), anakan produktif, pada (Tabel 21), untuk jumlah gabah permalai dapat dilihat pada (Tabel 22), jumlah gabah hampa permalai dapat dilihat pada (Tabel 23), untuk jumlah gabah berisi dapat
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
dilihat pada (Tabel 7), untuk bobot gabah kering perplot dapat dilihat pada (Tabel 10), untuk LAB dapat dilihat pada (Tabel 11), untuk LTR (laju tumbuh relatif) dapat dilihat pada (Tabel 12), Lebih jauh Berkelaar (2001) mengatakan tanaman padi dalam model SRI (satu bibit perlubang tanam) pada awalnya akan tampak kecil, kurus dan jarang di sawah selama sebulan atau lebih setelah transplantasi. Dalam bulan pertama, tanaman mulai menumbuhkan batang. Selama bulan ke-2 pertumbuhan batang mulai terlihat nyata. Dalam bulan ke-3, petak sawah tampak “meledak” dengan pertumbuhan batang yang sangat cepat. Untuk memahami hal ini, perlu dimengerti konsep phyllochrons, sebuah konsep yang diaplikasikan pada keluarga rumputrumputan, termasuk tanaman biji-bijian seperti padi, gandum, dan barley.
Lebih jelas lagi Berkelaar (2001) mengatakan bahwa phyllochron bukan suatu benda, tetapi periode waktu antara munculnya satu phytomer (satu set batang, daun, dan akar yang muncul dari dasar tanaman) dan perkecambahan selanjutnya. Ukuran phyllochrons ditentukan terutama oleh temperatur, tapi juga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti panjang hari, kelembaban, kualitas tanah, kontak dengan air dan cahaya serta ketersediaan nutrisi.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Phyllochrons
Batang baru Total batang Keterangan :
I 1
II 0
III 0
IV 1
V 1
VI 2
VII 3
VIII 5
IX 8
X 12
XI 20
XII 31
1
1
1
2
3
5
8
13
21
33
53
84
Batang pertama dan berikutnya menghasilkan batang baru yang menghasil kan batang baru lagi). Pada akhir seri, pertumbuhan tanaman meningkat secara eksponensial (berlipat) dan tidak satu-satu.
Sebaliknya, dalam kondisi miskin hara, phyllochrons berlangsung lebih lama, dan hanya sedikit yang mampu mencapai fase pembungaan. Yang perlu diingat : hanya beberapa batang yang tumbuh dalam fase awal phyllochrons (dan tidak ada sama sekali selama phillochrons kedua dan ketiga), namun setelah fase phillochrons ketiga setiap batang akan menghasilkan batang baru dari pangkalnya (dengan tenggang waktu satu phyllochrons sebelum proses malai) (lihat table 2). Dalam periode vegetatif berikutnya, dalam kondisi yang ideal, pertambahan batang tanaman menjadi berlipat (eksponensial) dan bukan aditif (sesuai dengan hukum Fibonacci dalam ilmu Biologi). Dalam praktek budidaya lama, periode produksi batang maksimum tercapai sebelum inisiasi malai, tapi dengan SRI keduanya bisa dicapai bersamaan.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Interaksi Pengolahan Tanah dan Jumlah bibit Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Varietas (Hibrida, Mekongga dan Cibogo) Dari hasil penelitan ini menunjukkan bahwa pengaruh masing-masing perlakuan memberikan pengaruh yang berimbang dan saling mendukung sehingga dari hampir semua pengamatan tidak berbeda kecuali pada jumlah anakan produktif Interaksi dari ketiga perlakuan dalam penelitian ini menunjukkan respon berbeda nyata terhadap para meter anakan produktif pada (Tabel 21). Dalam penelitian Lubis (2004) interaksi yang sangat kuat terdapat pada pengamatan tinggi tanaman dan bobot kering 1000 butir. Hal ini membuktikan bahwa maing-masing perlakuan memberikan respon yang positif terhadap tinggi tanaman, anakan produktif, dan luas daun. Dalam penelitian ini intraksi ketiga faktor memberikan tinggi tanaman pada interaksi V1P2B1 (91,54 cm). Hal ini sejalan dengan penelitian Jonhamas, dkk (2003) yang menyatakan dari 14 varietas yang diujikan memperlihatkan perbedaan yang sangat nyata pada tinggi tanaman berkisar antara 93,6 – 123,8 cm. Tinggi tanaman merupakan bagian dari pertumbuhan vegetatif, dimana pertumbuhan dan perkembanan vegetatif ini sangat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor genetis dan faktor lingkungan atau interaksi beberapa faktor pendukung lainnya. Dalam fase vegetatif ini tumbuhan mengalami tiga proses penting yaitu pembelahan sel, perpanjangan/perkembangan sel, dan pembentukan sel, dimana sebahagian besar karboidrat yang terbentuk dari hasil asimilat dipakai untuk
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
pertumbuhan vegetatif ini, apabila pertumbuhan vegetatif ini sangat mempengaruhi pada fase pertumbuhan generatif (Harjadi, 1996). Dalam penelitian ini intraksi dari ketiga faktor memberikan anakan produktif yang tertinggi dapat dilihat pada kombinasi perlakuan V3P2B1 (26,07). Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa ada korelasi positif antara persiapan tanah dengan perlakuan jumlah bibit terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas padi. Pengaruh perlakuan olah tanah (P2) yaitu (TOT) tanpa olah tanah terhadap varietas padi sawah memacu perkembangan akar yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Harjadi (1996) yang menyatakan bila kondisi tanah kering akar tanaman akan mengalami stress air atau kekurangan air, tanaman akan merespon dengan memperpanjang akar guna mencari air dan unsur hara jauh ke dalam tanah. Dengan semakin banyak dan panjang akar maka kemampuan akar menyerap air dan unsur hara akan lebih baik. Hal ini dapat dilihat dapat dilihat pada (Tabel 4) yang menunjukkan bobot kering akar tertinggi terdapat pada P2 (46.07 g) hal ini sejalan dengan hasil produksi gabah kering giling tertinggi juga terdapat pada ke tiga kombinasi perlakuan (V3P2 B1) yaitu (159.10 g). Dari kombinasi
persiapan tanah dengan jumlah bibit/lubang tanam (PxB)
rataan tertinggi LAB diperoleh pada kombinasi P2B3 (156.09) berbeda nyata pada kombinasi P1B1, P1B2.
Hal dapat dilihat dari uji matriks korelasi bahwa ada
hubungan antara persiapan tanah dengan jumlah bibit/lubang tanam terhadap berat kering tanaman. Hal ini ada korelasinya semakin tinggi laju asimilasi bersih (LAB), maka semakin banyak asimilat yang terbentuk hal ini ditunjukkan dengan berat
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
kering tanaman yang tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan (V3P2B1) yaitu (383.66 g). Menurut Salisbury (1995) bila tumbuhan atau bagian dari tumbuhan dicabut dan dikeringkan di dalam oven dengan suhu 70 – 80oC selama 1 atau 2 hari, maka hampir seluruh air yang terdapat pada tumbuhan tersebut telah menguap, bahan yang tertinggal disebut dengan bahan kering. Komponen utamanya adalah polisakarida dan lignin yang berasal dari dinding sel, sedang protein, lipid, asam amino, asam organik berasal dari sitoplasma. Kesemua ini adalah hasil dari hasil potosintesis yang bersumber dari unsur hara yang diserap oleh akar yang diproses di daun dengan bantuan sinar matahari yang dikenal dengan hasil fotosintat yang merupakan indikasi dari laju tumbuh relatif. Dari kombinasi varietas dengan persiapan tanah (VxP) rataan tertinggi LTR diperoleh pada kombinasi
V3P2 (0.039), Laju tumbuh relatif berkorelasi dengan
berat kering tanaman, dimana berat kering tanaman ini di pengaruhi oleh laju tumbuh relatif. Dimana hasil potosintat yang dihasilkan terakumulasi pada pertumbuhan tanam.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Dari hasil penelitian dan analisis data statistik serta analisis matriks korelasi dapat diambil kesimpulan sebagai berikut; 1. Mekongga dan Cibogo menujukkan pertumbuhan vegetatif yang lebih baik dibandingkan dengan Hibrida, tetapi dari segi produksi Hibrida lebih tinggi 0,81%. 2. Bibit padi yang ditanam 1 bibit/lubang tanam memberikan hasil yang lebih tinggi 0,5%, bila dibandingkan 3 bibit/lubang tanam
dan 5 bibit/lubang
tanam. 3. Perlakuan Tanpa Olah Tanah memberikan hasil yang lebih tinggi 0,95%, bila dibandingkan dengan Olah Tanah Sempurna. 4. Adanya interaksi dari ketiga kombinasi perlakuan tarhadap peningkatan anakan produktif.
Saran Untuk mendapatkan produksi padi sawah yang optimal dianjurkan memakai bibit unggul atau hibrida, dengan memadukan teknik tanpa olah tanah (OTS), serta pemakaian 1 bibit/lubang tanam dengan umur muda 7 HSS.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Admin, 2002. Respon Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Varietas IR 64 Terhadap Cara Pengolahan Tanah dan Dosis Pupuk Nitrogen. Adrian, Y. 2006. Kajian Serapan Hara, Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pemberian Beberapa Jenis Pupuk Organik Dan Anorganik Tesis S-2 Program Studi Agronomi Kelompok Bidang Ilmu – Ilmu Pertanian Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Akmal, Amrizal Yusuf, H. Sembiring, T. M. Gurning dan Rinaldi, 2003. Paket Teknologi Padi Hibrida Pada Lahan Sawah Irigasi Sipare-pare Kabupaten Asahan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara. Anom, 2001. Budidaya Tanaman Pangan Padi Tanpa Olah Tanah (Zero tillage) Distan Pangan Prop. Irja. Diakses tanggal 26 September 2007. Atika P, S., M. Utomo, dan Afandi, 1997. Pengaruh Berbagai Sistem Olah Tanah Dan Perlakuan Pupuk N Terhadap Kemantapan Agregat Tanah Dan Produksi Padi Gogo (Oryza sativa L.) Musim ke-13 di tanah Ultisol Hajimena, Bandar Lampung. Atman R, 2005. Mensiasati Langkanya Buruh Tani. BPTP Sumbar Sukaramai Solok. [diakses tanggal 3 September 2007]. Baihaki, 2004. “Jurnal”. Dinas Pertanian Propinsi Diperta.prop.Jatim.go.id. [diakses tanggal 2 Agustus 2007].
Jawa
Timur
Berkelaar, D, 2001. Sistem Intensifikasi Padi (The Sistem of Rice IntensificationSRI): Sedikit Dapat Memberi Lebih Banyak. Hal 7 Terjemahan Echo, Inc. 17391 Durrance Rd. North Ft. Myyers FL 33917. USA. http://www.elsppat.or.id/download/file/SRI-echo20note.htm Blevins, R. I, and W.W. Frye, 1994. Conservation Tillage, an Ecological Approach to Soil Management. Adv. Agronomy. Vol.51. 53p. BPTP
Bengkulu, 2007. “Jurnal”. http://www.Deptan.go.id/litbang/bptp/ Bengkulu/patekbaru. htm. [diakses tanggal 19 September 2007].
BPTP Jawa Tengah, 2008. “Jurnal” Penelitian Padi Verietas Mekongga di Pemulung Jawa Tengah. [diakses tanggal 2 Agustus 2007].
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Cannel, R. Q. and M. B. Jackson, 1981. Aleviating Aeration Stress, In Arkin. G. F. and H. M. Taylor (eds). Modifying The Root Environment To Reduce Crops Stress. ASAE aaamonograph No. 4 ASAE, St. Joseph. Berkelaar. D, 2001. Sistem Intensifikasi Padi (The System of Rice Intensification – SRI) : Sedikit dapat Memberi Lebih Banyak (Diambil dari Buletin ECHO Development Notes, January 2001, Issue 70, Halaman 1-6. Terjemahan bebas oleh Indro Surono, staf ELSPPAT. De Datta, S, K, 1981. Principles and Practices of Rice Production, John Wiley and Sons. New York (USA). Dexter, 1978. A. Stochastic Model for the Growth of Roots In Tilled Tilths. J. Terramechhanics p. Lubis E, 2004. Pengaruh Sistem Tanam dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oriza sativa L.) ”Thesis”. Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Hal 73. Gani T, Anischan, S. Kadir, A. Jatiharti, I. P. Wardhana, and I, Las. 2002. The Sistem of Rice Intensification In Indonesia, Research Institute for Rice, Agency for Agricultural and development. Bogor. Indonesia. Gomez, K.A, dan A.A. Gomez, 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Penerjemah : Sjamsuddin, E.J. S. Baharsjah, dan A.H. Nasution. UI Press. Jakarta. 698 h. Guritno Bambang dan S, M, sitompul, 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Penerbit Gajah Mada University Press. Haryadi, 2006. Teknologi Pengolahan Beras. Seri Teknologi Pertanian Penerbit UGM Gajah mada University Press. Heddy S, Wahono, H. S, K. Metty, 1994. Pengantar Produksi Tanaman dan Penanganan Pasca Panen, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. http://www.bappenas.go.id/.../PerpresRKP202007/Buku2/&view=Bab20182020Nara si.doc). http://www.uns.ac.id/~hamasains/BAB20VIIIdasgro.htm2008, diakses pada tanggal [1 Juli 2008]. International Rice Research Institud, 2003. Fase Pertumbuhan Tanaman Padi. Dalam http://www.knowledgebank.irri.org/regionalSites/indonesia.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
IRRI, 1997. Rice Almanac, second edition IRRI, Los Banos, Philippines. 181p. Irsal L, B. Abddullah, dan A. A. Darajat, 2003. Padi Tipe baru dan Hibrida Mendukung Ketahanan Pangan. Jonhamas S. B, dan T. Marbun, 2001. Pengaruh Jumlah Bibit Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara. Kyuma. K, 2004. Paddy Soil Science, Kyoto University Press Trans Pacific Press. 280pp. Manurung. S, dan M, Ismunadji, 1988. Morfologi dan Fisiologi Padi Dalam Budidaya Padi Sawah Buku 1 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Masdar. K, K. Musliar, B. Rusman, N. Hakim, dan Helmi. 2001. Tingkat Hasil dan Komponen Hasil Sistem Intensifikasi Padi (SRI) Tanpa Pupuk Organik di Daerah Curah Hujan Tinggi. Mashur, D. Praptomo, L. Wirajaswadi dan A. Muzani, 2008. Pengembangan Program Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu (P3t) Untuk Meningkatan Pendapatan Petani Di Nusa Tenggara Barat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat. Novia, C, Akmal, K. Romjali, dan H. Sembiring, 2005. Pengaruh Umur dan Jumlah Bibit padi dan Pupuk Kandang terhadap produksi padi sawah di Deli Serdang Sumatera Utara. Nazira L, 2007. Tanggap Beberapa Varietas Padi Gogo Terhadap Tingkat dan Interval Pemberian Air. “Thesis”. Sekolah Pascasarjana USU. Medan. Hal 35. Nurmala P, 2002. ”Jurnal” Kembali ke Pertanian Organik. Universitas Terbuka (UT). [di akses tanggal 25 Juli 2008]. Poniman E, S. Harsanti, Mulyana dan Suharijanto, 2001. Pengaruh Cara Pengolahan Tanah dan Penggunaan Bentuk Urea pada Pertanaman Padi Sistem Gadu. Prosiding Seminar Nasional Olah Tanah Konservasi dan Mendukung Agribisnis. UPN Veteran Yogyakarta. Rachman A, 1995. Budi Daya Padi Sawah Tanpa Olah Tanah. Prosiding Seminar Apresiasi Hasil Penelitian. Balitpa. Sukamandi hal: 15 – 24. Rahman, A. S., W, Hermawan dan Hartono, 1994. Sistem Tanpa Olah Tanah dengan Herbisida Glifosat. Prosiding Konfrensi HIGI XII. Hal. 217-221;.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Russel, 1977. Plant Root System. McGraw Hill Book Co. London. Salisbury F. B., and C. W. Rose, 1995. Plant Physiology. Colorado State University. Hal. 27. Sarwono Hardjowigeno, M. Luthfi, dan Rayes, 2005. Tanah Sawah Karakteristik, Kondisi dan Permasalahan Tanah Sawah di Indonesia. Bayumedia Publishing, Malang, Jawa Timur. Sembiring H, A. Hippi, dan L. Wirajaswadi, 2001. “Jurnal” Pengaruh Umur dan Jumlah Bibit Terhadap Produksi Padi Sawah Pada Tanah Entisol Dan Inseptisol Di Nusa Tenggara Barat. ntb.litbang.deptan.go.id/l00/8.pdf Setiadi S. H, dan Y. Sudirman, 1988. Fisiologi Stress Lingkungan. PAU B Bioteknologi Institut Pertanian Bogor. Shao-hua, W, C., Wexcing, J., Dong, D.Tingho, and Z, Yan, 2002. Physiological Characteristic and high-yiel Techniques With SRI Rice. Naanjing Agricultural University. China. Simanihuruk M, Damanik, 2002. Beras di Asia, Kisah Kehidupan Tujuh Petani. Penerbit Universitas Sumatera Utara Press. Sinambela D., J. Hutahaean, B. Saragih, S. Sangkot, 2004. Deskripsi Varietas Padi UPT Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas Pertanian Pemerintah Propinsi Sumatera Utara Medan. Soemartono, S. Bahrin, R. Harjono, 2007. Bercocok Tanam Padi Penerbit CV. Yasaguna Djakarta. Sony, 2007. Departemen Pertanian Jawa Timur. http://Diperta.prop.Jatim.go.id. [diakses tanggal 18 September 2007]. Suharno, 2007. Penyuluhan Pertanian Yogyakarta. http://www.distan.pemdadiy.go.id/index2.php?option=content&task=view&id=178&pop=1&page=0 [diakses tanggal 19 September 2007]. Sumarno, 2007. Mengapa Padi Hibrida Tidak Sesukses Jagung Hibrida. htt://www.Indonesia.go.id/id Badan Litbang Pertanian Bogor, Juknis Tentang budidaya Padi Hibrida. [diakses tanggal 13 Juli 2007].
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Surdianto, Y., Hendi, S., Sadeli, S., dan Agus G., 2007. “Jurnal” Adaptasi Teknologi Tanaman Padi Tanpa Olah Tanah(TOT) pada Lahan Sawah Irigasi. BPTP Lembang. www.bptpjb.netura.net.id/html/tp_027.html. [diakses tanggal 26 September 2007]. Suryana A., 2002. Ketahanan Pangan : Mati-hidupnya Bangsa Kita Dikemudian Hari. Makalah Seminar Nasional Forum WACANA Indonesia. Bogor. Suyamto, Sarlan. A., Putu. W., Hasil. S., I. Nyoman, W. 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Badan Penelitian dan Pengembagan Pertanian Departemen Pertanian. Taslim, H., S. Partohardjono dan Djuminah, 1986. Bercocok Tanam Padi Sawah. Buku 2 Pusbitbangtan Bogor. H. 481-505;. Uun J, 2007. Analisis Padi Sawah di Kabupaten Pandeglang. www.dispertanak. Pan deglang.go.id/artikel-07.htm. [diakses tanggal 19 September 2007]. Undang-Undang Repoblik Indonesia Nomor, 29. Tahun, 2000. Tentang Perlindungan Varietas Tanaman. Uphoff N. 2001. Oppurtunities for raising yields by changing management practices: The system of rice intensification in Madagascar: Agroecological Innovation: Increasing roof prodction With Participatory Development. Utomo, M. 1997. Produktivitas Lahan dibandingkan dengan Olah Tanah Intensif Pada Tanah Ultisol Bandar lampung. Utomo. M. 1995. ”Jurnal” Sitem Olah Tanah Konservasi (SOTK) dan Pertanian Berkelanjutan. UU Pangan Nomor 7 tahun 1996 pasal 1 ayat 17. Ketahanan Pangan. Vallois, P., N. Upphoff and A. Collick, 2000. Malagasy System of Rice Intensification (SRI). Early Rice Planting System. Miscellaneou. V.1.3I.P.N.R. Wikipedia, 2008. Fisiologi akar tanaman, Jenis akar tunggang, serabut fungsinya. http://WWW.Wikipedia.com [diakses tanggal 31 Juli 2008].
dan
Wirajaswadi L, 2008. Mempercepat Adoptasi Varietas Unggul Baru (VUB) Padi Melalui Pemilihan Varietas Secara Partisipatif.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Wirajaswadi L, Awaludin H, Mashur. 2002. Pengelolaan Tanaman Terpadu Budidaya Padi Sawah di Nusa tenggara Barat. Yunus Y. 2004. Tanah dan Pengolahan. Penerbit CV. Alfabeta. Bandung. Zhu Defeng C, Z. Shibua, Yuping, and L. Xiaqing, 2002. Tillering Pattrens and The Contribution of Tillers to Grain Yield With Hybrid Rice and Wide Spacing, China National Rice Research Institute, Hangzhou.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 26. Denah Susunan lubang tanam pada plot Percobaan:
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
180 cm
390 cm Jumlah Lobang tanam : 5 x 12 = 60 Jarak antar lobang tanam dalam plot percobaan : 30 cm x 30 cm
15 cm
*
30 cm
*
* 30 cm
*
*
*
. *
*
*
. 15 cm
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 27. Deskripsi Varitas Padi Hibrida (Arize-Hibrindo R-1) Nomor Seleksi Asal Persilangan Golongan Bentuk Tanaman Tinggi Tanaman (cm) Anakan Produktif Warna : Kaki Batang Helai Daun Telinga Daun Lidah Daun Muka Daun Posisi Daun Daun Bendera Gabah Bentuk Warna Bobot 1000 Butir (g) Jumlah Gabah/Malai Nasi Rasa Tekstur Kadar Amilosa Panen Potensi Hasil Rata-rata Hasil Umur (hari) Kerontokan Ketahanan Terhadap Rebah Hama Penyakit Keterangan Tahun Dilepas No. SK. Pelepasan Pengusul
: 92089 : F1 dari persilangan induk betina (CMS) 6 CO2 dengan Induk Jantan (restor) M07 : Indica : Tegak : 84 - 118 : 5 – 13 batang : Hijau : Hijau : Hijau : Hijau : Tidak berwarna : Kasar : Semi erect :Miring : Ramping : Kuning : 21,4 – 27,4 :: : Pulen : 15,67 – 27,4 : 9.32 ton/ha GKG : 6.77 ton/ha GKG : 108 – 129 : Tahan : Tahan : Peka terhadap wereng coklat biotip 2 dan 3 : Peka terhadap hawar daun bakteri strain iv dan VIII : Cocok di tanam untuk lahan sawah irigasi : 14 Pebruari 2003 : 118/Kpts/TP.240/2/2003 : PT. Sutowido Galang Pratama, Salim Group.
Sumber : Deskripsi Varitas Padi UPT Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas Pertanian Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, Medan 2004.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 28. Deskripsi Varitas Mekongga Nomor Seleksi Asal Persilangan Golongan Bentuk Tanaman Tinggi Tanaman (cm) Anakan Produktif Warna : Kaki Batang Helai Daun Telinga Daun Lidah Daun Muka Daun Posisi Daun Daun Bendera Gabah Bentuk Warna Bobot 1000 Butir (g) Jumlah Gabah/Malai Nasi Rasa Tekstur Kadar Amilosa Panen Potensi Hasil Rata-rata Hasil Umur (hari) Kerontokan Ketahanan Terhadap Rebah Hama Penyakit Keterangan Tahun Dilepas No. SK. Pelepasan Pengusul
: S4663-5D-Kn-5-3-3 : A2790/IR64/IR64 : Cere : Tegak : 91 - 106 : 15 –16 batang : Hijau : Hijau : Hijau : Putih : Putih : Agak kasar : Tegak : Tegak : Ramping panjang : Kuning Bersih : 27 – 28 :: Pulen : Pulen : 23 : 6 ton/ha GKG : : 116 – 125 : Sedang : : Agak peka terhadap wereng coklat biotip 2 dan 3 : Agak peka terhadap hawar daun bakteri strain IV : Cocok di tanam untuk lahan sawah Sulawesi : 4 Juni 2004 : 374/Kpts/LB.240/6/2004 :
Sumber : Deskripsi Varitas Padi UPT Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas Pertanian Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, Medan 2004.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 29. Deskripsi Varitas Cibogo Nomor Seleksi Asal Persilangan Golongan Bentuk Tanaman Tinggi Tanaman (cm) Anakan Produktif Warna : Kaki Batang Helai Daun Telinga Daun Lidah Daun Muka Daun Posisi Daun Daun Bendera Gabah Bentuk Warna Bobot 1000 Butir (g) Jumlah Gabah/Malai Nasi Rasa Tekstur Kadar Amilosa Panen Potensi Hasil Rata-rata Hasil Umur (hari) Kerontokan Ketahanan Terhadap Rebah Hama
: S3382-2D-PN-16—3-KP-1 : IR487B-752/IR19661-131-3-1//IR IR19661-131-3-1/// IR64////IR64 : Cere : Tegak : 81 - 120 : 12 –19 batang : Hijau tua : Hijau muda : Hijau : Putih : Putih : Kasar pada bagian permukaan sebelah bawah : Tegak (lebih tegak dari Konawe) : Tegak panjang (menutup malai) : Ramping panjang : Kuning Bersih : 27 – 30 :: : Pulen : 24 : 8,1 ton/ha GKG : 7,0 ton/ha GKG : 115– 125 : Agak Tahan
: Sedang : Tahan wereng coklat biotip 2. Agak tahan wereng coklat biotip 3 Penyakit : Agak tahan hawar daun bakteri strain IV rentan terhadap Penyakit virus tungro Keterangan : Rendengan giling dan rendengan beras kepala, dan ketera wangan lebih tinggi dari IR64, dapat di tanam lawan sawah sampai 800 m dpl Tahun Dilepas : 4 Juni 2004 No. SK. Pelepasan : 374/Kpts/LB.240/6/2004 Pengusul : Sumber : Deskripsi Varitas Padi UPT Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas Pertanian Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, Medan 2004.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda, 2008. USU e-Repository © 2008