fnaialab llrniab
AGR,IPLf]S
ISSN Og5+ ^, O72g
Adoutlah, Nla'ruf Tafsln, Amlnuddln Parakkasl, Andt Nlurft
: PENGARUH
SUPLEMENTASI BERBAGAI SERAT KOMERSIL TERHADAP KADAR KOLESTEROL SERUM DAN DAGING PADA MENCIT (Musmusculuc)
A. Bahrun z RESPON TANAIvIAN
KEDELAI (Glyicine max L. Merr) TERHADAP SISTEM
PENGAIRAN. NIuhIdTn : TOLERAT{SI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP CEKAMAI{ ALU. MINIUM PADA STADIA BIBIT
Takdlr Salll, Nlohamad Agvs Settadt, Srlhadl Agungprlyono, Nlozes R. Toehhere dan Artef Boedtono : PENGARUH PENGERINGBEKUAN TERHADAP PERUBAHAI{ MORFOLOGI SPERMATOZAA DOMBA Nluhammod Tauftk dan Syalr : ISOLASI DNA PLASMID DENGAN METODE MINIPREP QIAPREP (ISOLATING BACTEARIA PLASMID BY MINIPREP QIAPREP) IUIuKhtaT : PROSPEK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KARAMBA JARING APUNG IKAI{ KERAPU TIKUS (Cromileptes altiuelis) DI KECAMATAN SOROPIA
Gusno Ff.S. dan Abdul Rahman: AIIALISIS PROTEIN DAN ISOZIM PLANLET PISAhIG BARAT.IGA}I HASIL INDUKSI FILTRAT FOC DAN BDB SECARA IN-YITRO
L.IW. HaTofah : PRODUKTIVITAS PEKERJA DAN STRATEGI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN (STUDI PADA MASYARAKAT PEDESAAN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA) Hg/MflTUI Ho,dTN' : DESKRIPSI DAN KLASIFIKASI PISANG LOKAL ASAL KABUPATEN BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA
ISKAndaT : PENGARUH PENYAJIAN PESAN PUPUK AGRODYKE DAN PENGGUNAI{N VISUALISASI MELALUI VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAI{ PETAI{I
Ayub NI. Padanssran : ANALISIS PERTUMBUHAN DAN KEBUTUHAI{ INVESTASI OPTIMAL SEKTOR PERTANIAN DI SULAWESI TENGGARA
Husna, Robtatul Adau:tyah, Ls Ode Altmuddtn dan Fatsol Danu Tuheteru : STATUS KEANEKARAGAMAN CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) PADA EMPAT TANAMAN LOKAL SULAWESI TENGGARA
DAFTAR ISI Halaman
PENGARUH SUPLEMENTASI Bf,RBAGAI Sf,RAT KOMERSIL TERHADAP KADAR KOLESTEROL SERUM DAN DAGING PADA MENCIT (Mus masculus) Adawtyah, Ma'ruf Tafsln, Amlnuddln Parakkasi, Andi
RESPON TANAMAN KEDELAI (Glyictne max
L
Murfi
* 89
'85
Merr) TORIIADAP SISTEM
PENGA,IRAN. A.
Bahrun
90-97
TOLERANSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP CEKAMAN ALUMINIUM PADA STADIA BIBIT
Muhidln.....
98
H Pf, NG ERING BI]KUAN TERHADAP PERU BAHAN MORI'OLOG I SPERMATOZOA DOMBA TaWir Saill, Mohamad Agus Setiodi, Srlhadi Agungpriyono, Mozes R.Toelihere dan Arlef Boedlono. ..........
107
TSOLASI DNA PLASMID DENGAN METODDE MINIPREP QIAPREP (ISOLATING BACTEARIA PLASMID BY MINIPREP QIAPREP) MahantmadTautihdanSyair ........
ll8-122
-
106
Pf, NGARU
_tt7
PROSPEK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KARAMBA JARING APUNG IKAI{ KERAPU TIKUS (Cromilqta altlvelis) DI Kf,CAMATAN SOROPIA
Mukhtar
123
-
133
- 137
138
-
148
149
*
157
158-
166
167
-
172
173
- lg2
132
ANALISIS PROTDIN DAN ISOZIM PLANLET PISANG BARANGAN HASIL INDUKSI FILTRATFOC DAN BDBSECARA IN-VITRO
Rahman................... PRODUKTIVITAS PEKERJA DAN STRATEGI Gusna H.S, dan Abdul
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN (STUDI PADA MASYARAKAT PEDESAAN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA) L.M. Harafah
..................
DESKRIPSI DAN KLASIFIKASI PISANG LOKAL ASAL KABUPATEN BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA Hamlrul Hadini .. .... ..... . ... PENGARUH PENYAJIAN Pf,SAN PUPUK AGRODYKE DAN PENGGUNAAN VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PETANI
VISUALISASI MELALUI Is
kandar..........
ANALISIS PERTUMBUHAN DAN KEBUTUHAN INVE.STASI OPTIMAL SEKTOR PERTANIAN DI SULAWESI TENGGARA Ayub M.
Padangaran
...........:..........
STATUS CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) PADA EMPAT TANAMAN LOKAL SULAWEST TENGGARA Husna, Robidul Adowiyah, La Ode Albnuddin dan Faisol Danu
Tuhderu
AGRIPLUS, Volume 16 Nomor: 02 Mei 2006, ISSN 085+0U8
PROSPEK PENGEMBAI\G.AIY AGRIBISNIS KARAMBA JARING APUNG IKAII KERAPU TIKUS (Cromileptes altivelis)
DI KECAI\{ATAN SOROPIA Oleh : Mukhtart)
ABSTRACT Purpose of this research: (l) to know profit investment on floating cage business of Polka dot grouper and, (2) prospect expansion of floating cage business of Polka dot grouper. This research done at territorial water area of Soropia district of Kendari Regency. The area is the first location of growing cultivation for floating cage of Polka dot grouper at South East Sulawesi. Responders of this research included all business organizer of floating cage of Polka dot grouper, 3 fishermen, I entrepreneur of raw material compiler and I exporter entrepreneur. Total ofresponders area 8 penons. Result ofresearch showed that (l) finance analysis result from all offloating cage business ofPolka dot grouper at Soropia District has value R-C ratio amounted l,E5 meant every expenditure amounted Rp. 1.000 product acceptance Rp. 1.850. The highest cost component in its operation business of floating cage of Polka dot grouper at Soropia District is seed and feed usage because more demand and more limited supply, and (2) business expansion of floating cage of Polka dot grouper at Soropia District of Kendari Regency was prospective. lts prospective of the the business supported by available production medium especially ikan rucah (feed of grouper) and marketing support (particularly abroad marketing) that wide opened in a long term.
Key words: agribusiness, prospect, polka dot grouper.
PENDAIIULUAN
Potensi perikanan dan kelautan Indonesia apabila dikelola dengan baik maka perekonomian nasional akan jauh melebihi pertumbuhan ekonomi negara-negara tetangga di Asia Tenggara (Dahuri, 2002). Salah satu potensi perikanan yang dapat dikembangkan adalah budidaya ikan kerapu. Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki sejumlah kawasan yang potensial bagi pengembangan budidaya
ikan kerapu. Wilayah yang
berpotensi dalam pengembangan ikan kerapu
seperti wilayah perairan di sekitar jaziratr bagian Tenggara Pulau Sulawesi, dua pulau besar (Pulau Buton dan Muna), 48 pulau
berukuran sedang,
3 gugus kepulauan
(Wakatobi, Tiworo dan Padamarang serta 100 buah pulau kecil yang pada umumnya belum berpenghuni (Bappeda Sultra dalam La Sarq 2003).
Usaha budidaya ikan
bidang usaha yang masih baru dikenal (kurang
dari 5 tahun) oleh
masyarakat melalui
pengusaha menengah dan
LSM.
Walaupun
produk dari usaha ini memiliki nilai jual yang
tinggi (+US$ 35 kg'') namun
dalam
operasionalnya memerlukan biaya yang cukup besar dan waktu panen cukup lama yakni antara l2-18 bulan. Untuk satu rakit (empat
jaring) kerapu tikus membutuhkan operasional sekitar Rp.
biaya
6l juta (pengalaman
BBL dalam Sinaga" dan Parawidjaja, 1999). Tujuan menjalankan suatu kegiatan usaha (KJA ikan kerapu) adalah untuk menghasilkan penerimaan yang sekurangkurangnya dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan (biaya tetap dan biaya variabel).
Ada beberapa perlakuan yang perlu diperhatikari dalam pertumbuhan dan mortalitas budidaya ikan kerapu dalam KJA
kerapu
khususnya untuk kerapu tikus dibudidayakan dengan beberapa car4 salah satunya melalui usaha KJA. Usaha budidaya KJA ikan kerapu
t
tikus telah dilakukan di Kecamatan Soropia. Usaha KJA di kecamatan tersebut merupakan
yaitu pemilihan lokasi, pemberian
pakan,
pengendalian penyakit (Sutar dkk., 2002).
Pada jangka pendek
peluang
komoditas ikan kerapu tikus masih besar. Tapi
) Snf Pengaiar pada Juruwr fusial Ekonomi Pertaniot Fabultss Penetion (Jniversitas Haluoleo. Kendari.
t23
124
pada jangka panjang diperlukan informasi pengukuran permintaan pasar. Informasi penting yang harus diketahui lebih awal agar kepastian pasar lebih terjamin antara lain (1)
harga satuan pembelian dan
system
pembayaran, (2) ukuran dan mutu produk, (3) sistim pengemasan dan transportasinya (4) aspek lingkungan hidup yang disyaratkan serta (5) potensi produksi dibanding dengan jumlah
permintaan persatuan waktu. Dengan mengetahui informasi tersebut pimpinan perusahaan
dapat
merencanakan produksi
yang harus dihasilkan persatuan waktu tertentu (Kotler, 2000). Menurut
Prakosa
(2002) untuk meningkatkan daya saing produk dengan mutu tertentu ada empat strategi secara
simultan yang dapat dilakukan, yaitu: (l) penetrasi pasar, (2) pengembangan pa-sar, (3) pengembangan produk dan (4) diversifikasi.
KJA
Dalam proses pelaksanaan agribisnis ikan kerapu tikus agar memiliki
keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif ada dua kategori input yang mempengaruhi yakni input yang terkendali (penggunaan tenaga kerja dan bahan baku) dan input yang tidak terkendali (pasar yang meliputi waktu tunggu penjualan, volume produksi dan jumlah permintaan). Pengelolaan input-input tersebut pada agribisnis KJA ikan kerapu tikus menghasilkan dua kategori keuntungan yaitu keuntungan langsung
(diukur melalui analisa pendapatan, titik impas dan R/C ratio) dan keuntungan tidak langsung (diukur secara deskriptif tentang jumlah tenaga kerja yang diserap dan pembelian ikan rucah dari hasil tangkapan nelayan untuk pakan ikan kerapu tikus).
Berdasarkan uraian di atas, dalam rangka menilai prospek pengelolaan usaha KJA ikan kerapu tikus maka tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui: (l) keuntungan investasi pada usaha KJA ikan kerapu tikus, dan (2) prospek pema^saran ikan kerapu tikus.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Konawe. Daerah tersebut merupakan lokasi
perairan Kecamatan Soropia pengembangan
awal budidaya KJA
kerapu tikus/bebek
di
ikan Sulawesi Tenggara.
Kecamatan Soropia juga merupdkan salah satu
kawasan yang termasuk lokasi Marine and Coastal Management Area (MCMA) dalam
proyek Marine and Coastal Resources Management (MCRM) yang didanai oleh Asian Development Bonk (ADB). Program tersebut telah dirumuskan dalam Rensfa Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Sulawesi Tenggara tahun 2002-2006. Obyek
penelitian ini terletak di Desa Sorue, Tapulaga dan Toli-Toli. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April2004. Responden penelitian mencakup semua pengelola usaha KJA ikan kerapu tikus di desa Sorue, Tapulaga dan Toli-Toli. Hal ini disebabkan karena jurnlah perusahaan yang mengelola usaha tersebut baru 3 unit (yang sudah beroperasi minimal 1 tahun). Jumlah responden pengusaha KJA 3 orang. Selain responden tersebut diperlukan pula responden
lain yakni 3 orang nelayan (l orang untuk setiap hamparan ekosistem), 1 orang pengusaha pemasok bahan baku (pakan/ bibit/bahan penolong) dan 1 orang pengusaha eksportir. Total responden adalah 8 orang. Jenis data yang diperlukan dibagi dalam dua kategori yakni: (1) data primer dan (2) data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumen yang relevan dengan penelitian ini dari Kantor Des4 Kecamatan, Dinas Kelautan
dan Perikanan, Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Konawe, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Konawe serta laporan hasil-hasil penelitian dari Unhalu dan pihak lain.
ACRIPLUS, Volume 15 Nomor
: 02 Mei 2ffi6, ISSN 0854-0U8
t25
Variabel yang diteliti meliputi: (l) Variabel poko( terdiri dari: (a) Manfaat langsung (kelayakan finansial), seperti biaya yang digunakan, volume produksi yang dihasilkan, dan nilai produksi; (b) Manfaat ikutan, seperti jumlah tenaga kerja yang diserap KJA, jumlah hasil tangkapan nelayan (ikan rucah) yang dijual ke KJA, dan harga ikan rucah; dan (c) Prospek pasar seperti, waktu tunggu penjualan produksi, volume produksi ekspor (trend), dan jumlah permintaan; (2) Variabel penunjang berupa identitas responden (pengusaha KJA, nelayan, eksportir ikan kerapu dan pengusaha bahan
ikan kerapu tikus. (b) Cambaran jumlalr dan harga ikan rucah yang dibuiuhkan untuk pakan ikan kerapu tikus.
(3) Prospek pasar dianalisa
secara dcskriptif yaitu: (a) Uraian wakru tunggu pcnjualan dari saat setelah panen sampai dengan produksi tcrjual, (b) Keadaan volume
produksi ikan kcrapu asal Sulawesi 'l'enggara yang dapat di ekspor persatuan waktu tertentr.l dun (c) Keadaan jumlah permintaal puiar clan harga ikan kerapu tikus.
baku).
I{ASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa data dilakukan menurut variabel yang telah ditentukan:
Investasi KJA lkan Kerapu'I'ikus
(1) Untuk kelayakan finansial dianalisa dari tahun pertama sampai dengan tahun ke
Pembuaton Karambu
tiga
Investasi KJA kerapu tikus pada lokasi yang sesui di Kecamatan Soropia,
dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Endhay, 2003): (a) Pendapatan =
TR
-
(TC + Tax) dimana TR = total TC = total
diawali dengan kegiatan pembuatan karamba yang menyerupai rakit dengan bentuk segi empat. Bahan-bahan dan biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan KJA kerapu ^ tikus ukuran 196 m2 disajikan pada Tabel L Berdasarkan pengakuan responden
penerimaan (total revenue);
biaya (total cost) terdiri dari
biaya
variabel (Variable cost) dan biaya tetap (Fixed cost); Tax = pajak. Biaya tetap yang masuk dalam total biaya mencakup biaya penyusutan karamba dan peralatan ditentukan dengan menggunakan rumus yang dikemukan oleh prawirokusuno HAw - HAk (1990) sebagai berikut: D =
bahwa pembuatan kararnba yang ada sekarang akan mampu berlungsi selama l0 tahun (umur teknis) yakni berdasarkan pengalaman pada operasional peralru/bagang yang terbuat dari
bahan yang sama. Sedangkan pemanfaatan tanpa biaya rehabilitasi yang besar (umur
WP
dimana: D = depresiasi; HAw = nilai awal barang; HAk = nilai akhir barang; Wp = waktu pakai (5 tahun).
(b)R-Cratio
ekonomis) hanya sampai pada waktu operasional selama 5 tahun, mengingat tidak
ada jaminan kualitas kayu yang digunakan terutama daya tahannya. Besarnya jumlah biaya pembuatan KJA setiap responden
IY'rY IX-Px
dimana: R = penerimaan; C = biaya;
y
disajikan pada Tabel 2.
=
jumlah produk; Py = harga produk per unit; X = faktqr produksi; px = harga per unit faktor produksi. Jika R-C ratio>l
berarti usaha yang
bersangkutan
menguntungkan, bila R-C ratio
merugi dan bila R-C ratio
< I berarti
=I
berarti
break even.
(2) Manfaat ikutan akan dianalisa secara deskriptif yaitu: (a) Gambaran jumlah tenaga kerja dan upah pada usaha KJA
AG&IPLaS, Yolume 16 Nomor
:
02 Mei 2006, ISSN 0854-0125
t26
Tabel
l.
Biaya Pembuatan Karamba Jaring Apung Kerapu 'l'ikus Ukuran 196 rnz di Kecamatan Soropia Tahun 2004.
Nn.fo,npol.n lnvcstasr
Jurlah !1.8u
(Rp)
r. g
Total Nilai (Kp)
2. Papan 3 mr 75o.ooo 2.25o.ooo 3. Paku l0 cm I5 10.000 I 50.000 4. Baut 77 154.000 5. Drum 76 bh 150.000 I1.400.000 6. TaliNilon: a. Ukuran 4 mm 4.5 16.889 76.000 b. Ukuran 8 mm 6 250.000 1.500.000 c. Ukuran l0 mm 2 300.000 600.000 7. Waring 240.000 r.200.000 .5 8. Jaring 108 kg 50.000 5.400.000 9. Pemberat r2 bh r00.000 r.200.000 I 0.Pondok jaga 3 65.000 t 95.000 I l.Biaya Keria 3.250.000 Total 29.2s0.000 Rata-rata 149.243.69 Keterangan: a) rata-rata per m'; gl = gulung
plastik
kg kg 2.000
gl gl sl gl
bh
Tabel 2. Jumlah biaya pembuatan KJA kerapu tikus pada setiap responden di Kecamatan Soropia tahun 2004.
Nomor Lokasi Respondcn
ol 02 03 Total
r-Jkuran/Luas
Jumlah Biaya
Peralaran Penunjang
Peralatan penunjang yang dimaksud dapat digunakan secara berulang dan tetap menimbulkan biaya walaupun tidak difungsikan. Peralatan yang mutlak dan biaya yang digunakan dalam kegiatan budidaya KJA ikan kerapu tikus ukuran 196 m2 disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Biaya Penunjang KJA Kerapu Tikus
Ukuran 196
m' di
Kecamatan
Soropia Tahun 2004 No.
Komponen Jumlah Harga Penunjang satuan (Rp)
Total
Nilai (Ro)
1. Sampan 3 buah 329.000 987.000 2. Wadahpenampungan 7 buah 24.500 171.500 3. Lampu 3 buah I 1.500 34.500 4. Senter 3 buah 44.000 132.000 5. Parang 3 buah 17.200 51.600 6. Penggiling daging 3 unit 64.000 192.000 7. Masker mata 3 buah 48.500 145.500 8. Bundre (scope net) 6 buah 9.900 59.400 9. Alat-alat dapur 3 paket 75.000 225.000 Total
Rata-rata')
1.998.500 10.196,43
(Desa) Karamba "tTfiff""
m2 Toli-Toli 6x6m=36 m2
Tapulaga 8x8md4 196 m
Rata-rata'
ftroo10.247.000 7.881.000 29.250.000 149.234.69/m
Keterangan : a) rata-rata per m
Banyaknya unit peralatan pendukung untuk usaha KJA ikan kerapu tikus di Kecamatan Soropia tidak dipengaruhi besar kecilnya karamba. Setiap unit KJA memerlukan jenis peralatan yang relatif samaTotal peralatan yang digunakan hampir
Umur ekonomis pembuatan karamba dengan ukuran 196 nr2 adalah 5 tahun dan setelah itu masih ada komponen yang masih
layak pakai misalnya drum plastik
dan
pemberat yang nilainya Rp 1.945.000 (Rp 1.900.000 untuk drum pla^stik dan Rp 45.000 untuk prernberat).
sama yakni sebesar Rp. 657.000 Rp. 684.000 per unit KJA. Berdasarkan umur ekonomis dan nilai sisa di atas maka biaya penyusutan investasi yang merupakan biaya tetap dali usaha KJA, maka nilai penyusutan karamba dan peralatan dapat disajikan pada Tabel 4. Total nilai penyusutan karamba dan peralatan Rp 4.314.100 per tahun. Nilai penyusutan karamba dan peralatan KJA ikan kerapu tikus diperoleh dari nilai penyusutan masing-masing responden.
AGRIPI.US, Volume
.16
Nomor
: 02 Mei 20(M, ISSN 0854-0nS
r27
Tabel 4. Biaya Penyusutan Karamba dan Peralatan Usaha KJA lkan Kerapu 'f ikus Ukuran 196 di Kecamatan Tahun 2004
Uraian Karamba
Nilai Awal
NilaiAkhir
(Rp)
(Rp)
Umur
m2
Penyu-sutan
Ekonornis
(Rp tahun'')
(tahun
29.2s0.000
9.000.000
5
4.050.000
987.000
33s.000
5
171.500 34.500 132.000 51.600 192.000 145.s00 59.400
58.000 12.000
5
t30.400 22.7A0
45.000
5
4.500 17.400
Peralatan:
a. Sampan b. Wadah Penampungan c. Lampu d. Senter e. Parang f. Penggiling Daging g. Masker Mata h. Budre (scope net) i. Alat-alat Sub Total Total
5
18.000
5
6.724
6s.000 49.000
5
25.400
5
19.300
5
225.000
20.000 76.000
1.998.500
678.000
7.880 29.800 264.100
5
Keterangan: a) rata-rata per m Proses Produksi
Operasional usaha KJA ikan kerapu tikus di Kecamatan Soropia telah berlangsung selama 3 tahun. Namun demikian frekuensi panen ikan kerapu tikus baru dua kali yakni KJA yang dilaporkan dari Desa Sorue Jaya karena sebelumya bukan kerapu tikus. Usaha KJA ikan kerapu tikus di desa lainnya baru berlangsung satu tahun (Desa Tapulaga) dan Desa Toli-Toli baru enam bulan. Komponen kegiatan dan biaya-biaya tidak tetap (variabel cost) pada setiap tahap/proses produksi KJA
ikan kerapu tikus ukuran 196 m2 disajikan pada Tabel 5.
Bibit kerapu tikus yang
digunakan
pengusaha KJA di Kecamatan Soropia berasal dari balai Loka Penelitian Perikanan Pantai (LP3) Gondol Bali yang dipesan langsung atau melalui cabangrya yang berlokasi di Desa Tapulaga. Selain itu ada juga bibit ikan kerapu tikus berasal dari Loka Budidaya Air Payau
(LBAP) Situbondo.
Pakan ikan kerapu tikus
yang
utamanya pada saat hasil tangkapan nelayan
sekitar nihil. Biaya pengadaan ikan rucah berkisar antara Rp. 3.000 sampai Rp. 5.000 kg-'. Frekuensi pemberian pakan 2-3 kali sehari dengan jumlah pakan 3-5 kg hari'r
tergantung pada:
(l)
stadia pertumbuhan, (2) yang
jumlah populasi ikan kerapu tikus dibesarkan, dan (3) ketersediaan pakan,
Tabel 5. Biaya Variabel KJA Kerapu Tikus Ukuran 196 m2 di Kecamatan Soropia Tahun 2004 Jurnlah Harga TotalNiiai No. Komponen tslaya satuan (Rp) (Ro) l. Benih 2450 ekor 20.000 49,000.000 2. Pakan 5 185 kg 3.250 16.851.250
3. Minyak Tanah 4. Baterai 5. Kayu Bakar 6. Tenaga kerja 7.
tetap Tenaga
450
liter 1.300
120
buah
L95 4
585.000
2.300 il\276.000
mr 80.000 156.000
orang 300.000
kerja o tidakietap' 9orane
1.200.000
170'000 1'530'000
dibudidayakan responden berupa ikan rucah.
Total
69.598.2s0
Sumber ikan rucah sebagian berasal dari tempat pendaratan ikan (TPI) Kota Kendari,
Rata-ratao)
355.093,I
AGRIPLUS, Volume 16 Nomor
Keterangan: a) rata-rata tiap m
: 02 Mei 200d, ISSN 0854-0Ug
I
r28
Pengusaha KJA yang menggunakarr obat-obatan dan vitarnin. baru pada responden di Desa Sorue. Jenis obat-obatan yang digunakan berupa obat berwarna biru (obat biru) dan obat berwarna merah (obat merah) dalam wujud padat/powder. Khasiat obat biru
adalah untuk mengobati luka akibat gigitan kutu dan obat merah untuk membunuh kuman
kelas baby, (2) kelas super, dan (3) kelas up. Kelas baby merupakan kelas terendah dengan
ukuran bobot tubuh < 0,5 kg ekorr. Kelas super yang memiliki ukuran bobot 0,5 - l,2kg ekorr dan kelas up adalah ikan kerapu tikus yang bobot tubuhnya > 1,2 kg ekor-r. Kelas tertinggi dan memiliki harga.jual termahal t). adalah kelas super (0,5-1,2 kg ekor
Produksi yang dihasilkan
penyakit yang menyerang ikan kerapu tikus. Total biaya variabel yang digunakan oleh setiap responden pengusaha KJA dalam proses produksinya tidak dipengaruhi oleh
luas KJA. Besar kecilnya biaya tidak tetap (biaya operasional) tersebut sangat tergantung pada jumlah penggunaan bibit dan pakan. Jumlah biaya tersebut bcrkisar Rp. 17.868.000
responden pengusaha
di
Kecamatan Soropia bervariasi antara satu dengan yang lainnya tergantung padq (1)
jumlah bibit yang ditebarkan, (2) jumlah pakan yang digunakan, (3) perawatan ikan, dan (4) lama (umlah waktu) pembesaran. Sebagian besar produksi yang diperoleh pada semua responden, tergolong kelas baby walaupun waktu pembesaran telah mencapai 12 bulan. Penerimaan usaha KJA ikan kerapu tikus disajikan pada Tabel 6.
- 29.292.000. Produ ksi dan Penerimaon
Produksi usaha KJA dikelompokkan dalam 3 kelas ikan kcrapu tikus yang masih tetap hidup pada saat penjualan, yakni: (1)
Tabel
6.
oleh
KJA ikan kerapu tikus
Produksi, Harga dan Penerimaan KJA lkan Kerapu Tikus di Kecamatan Soropia Tahun 2004
No.
Produksi(kg)
Harga (Rp
kg')
Baby
Super
Baby
Super
01
105
247
02
215
28
03
139
Total Rata-ratau)
Keterangan:
Penerimaan (Rp)
Baby
Super
150.000 250.000 150.000 250.000
32.250.000 7.000.000
150.000
20.850.000
15.750.000 61.750.000 77.500.000
68.850.000
459 275 2.34 1.40 rata-rata per m
351.275,51
Harga produksi lokal ikan kerapu tikus yang tergolong kelas baby sebesar Rp. 150.000 kg-r, sedangkan untuk kelas super sebesar Rp. 250.000 kg''. Harga-harga tersebut berlaku sejak bulan Maret 2004
39.250.000
20.850.000 137.600.000 350.765,31 702.040,82
68.750.000
350 kg-t. Di tingkat lokal pada waktu yang sama bjsa mencapai Rp. 300.000 kg't. Sedangkan harga pokok produksi secaxa umum tanpa membedakan klas produksi t. adalah Rp f 87.500 kg Syarat mutlak yang harus dipenuhi adalah setiap ekor ikan kerapu tikus yang akan diekspor bebas dari gangguan
sampai dengan penelitian ini selesai dilaksanakan (Mei 2004). Pada bulan Desember sampai dengan Januari atau menjelang hari raya "lmlek", responden
hama penyakit dan limbah membahayakan kesehatan konsumen.
memperkirakan nilai jual ekspor ikan kerapu tikus meningkat hingga mencapai level US$
AGRIPLUS, Yolume 16 Nomor
Total
:
02 Mei 2006, ISSN 085*01%l
yang
r28
Pengusaha KJA yang menggunakarr obat-obatan dan vitamin. baru pada responden di Desa Sorue. Jcnis obat-obatan yang digunakan berupa obat berwarna biru (obat biru) dan obat berwarna merah (obat merah) dalam wujud padaVpowder. Khasiat obat biru
adalah untuk mengobati luka akibat gigitan kutu dan obat merah untuk membunuh kuman penyakit yang menyerang ikan kerapu tikus. Total biaya variabel yang digunakan oleh setiap responden pengusaha KJA dalam proses produksinya tidak dipengaruhi oleh
luas KJA. Besar kecilnya biaya tidak tetap (biaya operasional) tersebut sangat tergantung pada jumlah penggunaan bibit dan pakan. Jumlah biaya tersebut berkisar Rp. 17.868.000 - 29.292.000. Proclu ksi dan Penerimaa n
Produksi usaha KJA dikelompokkan dalam 3 kelas ikan kcrapu tikus yang masih tetap hidup pada saat penjualan, yakni: (l)
Tabel
6.
kelas baby, (2) kelas super, dan (3) kelas up. Kelas baby merupakan kelas terendah dengan
ukuran bobot tubuh < 0,5 kg ekorr. Kelas super yang memiliki ukuran bobot 0,5 - 7,2kg ekorl dan kelas up adalah ikan kerapu tikus yang bobot tubuhnya > 1,2 kg ekor'r. Kelas tertinggi dan memiliki harga jual termahal adalah kelas super (0,5-1,2 kg ekort).
Produksi yang dihasilkan
responden pengusaha
oleh
KJA ikan kerapu tikus
di Kecamatan Soropia bervariasi
antara satu dengan yang lainnya tergantung pada; (l) jumlah bibit yang ditebarkan, (2) jumlah pakan yang digunakan, (3) perawatan ikan, dan (4) lama fiumlah waktu) pembesaran. Sebagian besar produksi yang diperoleh pada semua responden, tergolong kelas baby walaupun waktu pembesaran telah mencapai 12 bulan. Penerimaan usaha KJA ikan kerapu tikus disajikan pada Tabel 6.
Produksi, Harga dan Penerimaan KJA Ikan Kerapu Tikus di Kecamatan Soropia Tahun 2004
No.
Produksi
(kg)
Baby
Super
01
105
247
02
215
28
03
r39
Penerimaan (Rp)
Harga (Rp kg'')
Baby
Baby
Super
150.000 250.000 150.000 250.000
32.254.000
150.000
20.8s0.000
15.750.000
Total
68.850.000
Rata-rata")
351.275,51
275 459 1.40 2.34 Keterangan: ") rata-rata per m'
tikus yang tergolong kelas baby sebesar Rp. 150.000 kg-r, sedangkan untuk kelas super sebesar Rp. 250.000 kg-'. Harga-harga tersebut berlaku sejak bulan Maret 2004
ini
selesai
dilaksanakan (Mei 2004). Pada bulan Desember sampai dengan Januari atau menjelang hari raya "lmlek", responden memperkirakan nilai jual ekspor ikan kerapu
tikus
61.750.000 7.000.000
77.500.000 39.250.000
-
20.850.000 137.600.000 68.7s0.000 350.765,31 702.040,82
hama penyakit dan limbah membahayakan kesehatan konsumen.
meningkat hingga mencapai level US$
AGRIPLUS, Volume 16 Nomor
Total
350 kg't. Di tingkat lokal pada waktu yang sama bisa mencapai Rp. 300.000 kg't. Sedangkan harga pokok produksi secara umum tanpa membedakan klas produksi adalah Rp 187.500 kg-r. Syarat mutlak yang harus dipenuhi adalah setiap ekor ikan kerapu tikus yang akan diekspor bebas dari gangguan
Harga produksi lokal ikan kerapu
sampai dengan penelitian
Super
:
02 Mei 2)06' ISSN 085+012u
yang
t29
kan biaya melipuri
Analisis Manfaat Usaha KJA Ikan Kerapu Tikus Manfaat Finansial Penerimaan usaha KJA ikan kerapu tikus berupa hasil perkalian antara jumlah produksi dengan harga yang sama dari produksi berdasarkan klasifikasinya, sedang-
biaya-biaya proses produksi serta penyusutan keramba dan peralatan yang digunakan. Kornposisi penerimaan dan biaya-biaya yang dikeluarkan
pada usaha KJA ikan kerapu rikus responden di Kecarratan Soropia pada Tabel 7.
di
oleh sajikan
Tabel 7' Jumlah Penerimaan, Biaya-Biaya dan Pendapatan Usaha KJA lkan Kerapu Tikus di Kecamatan Soropia
No. 01
02 03
Total
Penerimaan R
Biaya Tetap
77.500.000 39.2s0.000 20.850.000
1.751.100 1.690.200 1.312.800 4.764.10Q
137.600.000 702.04Q,92
Ratarata
Biaya Variabel
Total Biaya
R
29.292.000 22.438.2s0
24.306,63
Pendapatan
(R
R
3 L053. 1 00
17.868.000
19.
69.598.2s0 355.093,10
t 4.362.350
46.446.900 15. t2 r .s50 t.669.200 63.23'7 .650
379.399,74
322.64t,07
24.t?8.450 t80.800
Keterangan: rata-rata per
Berdasarkan data pada Tabel 8 jumlah pendapatan/keuntungan yang diperoleh responden No.l lebih besar dibandingkan dengan respenden lainnya.
Tabel 8. Jumlah Penerimaan, Biaya-Biaya
dan
Pendapatan Usaha KIA Ikan Kerapu Ukuran 196 m2 di Kecamatan Soropia.
No'
uraian
Jumlah (Rp tahun-r) D
2. Biaya: Biaya Variabel Biaya Tetap Penyusutan Karamba
69.s98.250
4.050.000 264,100 Pajak(sumbanganpembangunan) 450.000 74.?62.350 Pe.ndapat*n (l 63.?37.650 ,3.. .. ,. Penyusutan Alat
..T.ot?lBiaya(2)_ _ 2) -. -
Berdasarkan hasil perhitungan R-C ratio diperoleh gambaran kelayakan usatra dari setiap responden pengusatra KJA ikan kerapu
tikus di
Kecamatan Soropia
secara
keseluruhan, usaha KJA ikan kerapu tikus yang dikelola ketiga responden di Kecamatan
Soropia dapat dikatakan layak secara finansial dengan nilai R{ ratio sebesar 2,18 (lebih besar dari l) yang berarti usaha tersebut cukup menguntungkan.
Monfaat Ikutan (Fungsi Sosia| Kontribusi KJA ikan kerapu tikus terhadap kesempatan kerja terdapat pada kegiatan pembuatan karamba dan kegiatan operasional usaha KJA. Tenaga kerja yang terlibat pada kegiatan pembuatan setiap unit KJA rata-rata 3 orang dengan jumlah upah borongan antara Rp 1.000.00G-Rp 1.500.000 yang dikerjakan selama 7 hari. Untuk 3 unit KJA berarti membutuhkan tenaga kerja sejumlah 9 orang dengan jumlah upah antara Rp 3.000.000 - Rp 4.500.000. Berarri terdapat
kesempatan memperoleh
pendapatan
tambahan setiap hari sebesar Rp 48.00G-Rp 72.000 oleh setiap anggota masyarakat sekitar
KJA dari
pekerjaan pembuatan karamba. I unit KJA equivalen dengan 2l hari kerja pria (HKP) sehingga unruk 3 unit KJA
Jumlah curahan kerja untuk pembuatan
membutuhkan 63 HKP.
AGRIPLAS, Yolume 16 Nomot : 02 Mei 2006 ISSN 085+0U8
130
Kesempatan ker.ia selanjutnya berupa
seleksi penerimaan tenaga kerja tetap dan tidak tetap dalam kegiatan opcrasional (proses produksi) KJA ikan kerapu tikus. Setiap unit KJA rnembutuhkan l-2 orang tenaga kerja tetap dan 3 orang tidak tetap. Untuk 3 unit KJA ikan kerapu tikus membutuhkan tenaga kerja tetap sebanyak 4 orang dan tidak tetap sebanyak 9 orang. l)cngan.jumlah upah sekitar Rp 250.000 - Rp 300.000 untuk tenaga kerja tctap maka pcndapalan scbcsar Rp 1.000.000
- ltp L200.000 tiap bulan atau sekitar Rp 12.000.000-Rp 14.400.000 tiap tahun bagi 4 orang anggota masyarakat. Sclain itu terdapat pula kcscmpatan pcrrdapatan sebesar Rp
675,000 tiap tahun urrtLrk 9 orang tenaga kerja tidak tctap. Pckcrjaan utarna tcnaga kerja tetap yang dilaksanakan sctiap hari dari pagi hingga pagi berikutnya selama proses produksi, berupa: (l) Pengawasan keamanan KJA, (2) Penyiapan/ pemberian pakan, dan (3) Perawatan kesehatan ikan kerapu tikus, sedangkan tenaga kerja tidak tetap hanya terlibat dalam pekerjaan penggantian dan pembersihan waring/jaring secara periodik (3 bulan sekali). Selain penyerapan tenaga kerjq usaha
KJA kerapu tikus bcrfungsi pula dalam pembelian hasil tangkapan nelayan sekitar berupa ikan rucah yang
sebelumnya
tidak/kurang memiliki nilai ekonomis karena
Analisis Pasar ll/aktu dan Proses Penjualan Hasil Total waktu penjualan mulai dari transaksi harga sampai dengan pemindahan ikan kerapu tikus dari KJA ke kapal eksportir dan dibayar lunas hanya berlangsung selama 3
hari. Masih langkahnya produksi ikan kerapu tikus hidup yang memenuhi kualitas ekspor, maka eksportir dan pedagang pengumpul yang
terdapat dilokasi penelitian sangat aktif mencari produsen. Ikan kerapu tikus yang belum tergolong kelas super terlebih dahulu ditampung dan dibesarkan dalam karamba pembesaran seperti pada KJA penampungan yang ada di Pulau Bokori. Rantai pemasaran ikan kerapu tikus di Kecamatan Soropia disajikan pada Gambar 3.
fg1_l--[ffil--tl
H""gk"sI
Gambar 3. Rantai Pemasaran Ikan Kerapu Tikus di Kecamatan Soropia Tahun 2004
Ikan kerapu tikus dari produsen (KJA) dijual ke eksportir dengan harga Rp 250.000 kg-t, selanjutnya eksportir menjual ke Hongkong dengan harga Rp 315.000 kg-l. Nilai margin pemasaran sebesar Rp65.000kg-1. Berdasarkan gambar rantai pemasaran ikan kerapu yang pendek mengakibatkan margin pemasaran rendah.
mudah rusak dan tidaklturang digemari
Bisnis Ekspor lkan Kerapu Hidup Sulawesi
konsumen. Pada tahap awal pengembangan KJA di Kecamatan Soropia. harga ikan rucah sebesar Rp 1.500 kg'' (Rp 4.000 emberr = 3-4 kg). Setelah tahap selanjutnya nilai ikan rucah
Tenggara
bertambah menjadi Rp 3.750 kg'' karena kebutuhan semakin banyak. Peningkatan nilai ikan rucah per kilogram dalam kurun waktu 2 tahun sebesar 150%. Selama ini jumlah uang beredar di masyarakat untuk pembelian ikan rucah oleh 3 unit KJA ikan kerapu tikus telah mencapai jumlah Rp I 9. 1 44.250.
Volume produksi ekspor ikan kerapu hidup hasil tangkapan nelayan dari Sulawesi Tenggara dari tahun 2002 sampai bulan April 2004 dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel
9.
Realisasi ekspor ikan kerapu hidup dari Sulawesi Tenggara sejak tahun 2002 sampai dengan April 2004
N". f"r,", 1. 2.
2002
,il;*T*.,
Ni'l;it',p"'
101.350
505800
77.950 389s00 3. 2004 (s/d April) 29.950 149750 2003
Sumber:Dinas Peridustrian
dan
Sulawesi Tenggara
AGRIPLUS, Volume 16 Nomor
: 02 Mei 2006, ISSN 0854-0128
Perdagangan
l3l Berdasarkan data pada Tabel 9 harga ikan kerapu hidup yang diekspor sejak tahun
kerapu tikus memiliki nilai religius tertentu (Sinaga dan Parawidjaja 1999). Prospek usaha KJA ikan kerapu tikus
2002 sampai dengan April 2004 relatif 5 kg-t, sementara harga kerapu tiger dilokasi penelitian sekitar Rp 40.00G-Rp 50.000 kg-t dan kerapu tikus sekitar Rp 200.000-Rp. 250.000 kgr, hargakonstan yaitu US$
kedepan, terkait pula dengan kecenderungan
kebutuhan pasar terhahap tingkat konsumsi
ikan oleh masyarakat. Menurut Syaukani (2004), konsumsi ikan sc-cara nasional pada tahun 1999 sebanyak l9 kg kapita'r dan meningkat menjadi 22 kg/kapita nrenjelang tahun 2004, sclringgu jurnlah kebutuhan diperkirakan akarr rricrrcapai 4,4 juta ton. Sedangkan kebutuhan ikan dunia tahun 1999 berjumlah 126 jura ron dan pada rahurr 2004 mencapai 140 juta torr. lrAO mencatat t"rahrva kebutuhan ikan scgar dunia akan rrieningkat rata-rata sebesar 4Sozi, rahun-r dari jurnlah tersebut untuk kurun rvuktu 5 tahu keclepan. Pertumbuhan kebutuhan konsumsi ikan dunia ternyata belum signitikan dengan murket share lndonesia yang baru mencapai 3,57%o, sementara itu potensinya sangat besar. Khusus untuk bisnis ikan kerapu tikus Indonesia baru mampu memasok ke butuhan intpor ikan kerapu hidup untuk llongkong Cina sebesar 9,39Vo dari total kc.butuhan impor negara tersebut (lma 2000 tlulun Subianto 2004).
harga yang berlaku pada pengumpul lokal (pada bulan Maret-Juni 2004).
Kondisi Permintaan Pasar Terhadap Ikon Kerapu
Kerapu tikus yang merupakan jenis ikan termahal harganya dalam dunia bisnis perdagangan makanan, ternyata memiliki beberapa nama selain nama latinnya Cromileptes altivelis. Di Indonesia dikenal pula dengan nama kerapu bebek karena moncongnya mirip bebek. Menurut Sinaga dan Purawidjaja (1999), pada restoran-
restoran kelas' eksklusif
di
Singapira,
Hongkong, Jepang dan Bangkok menyebut kerapu tikus dengan nama ikan panther. Konsumen yang memesan jenis ikan tersebut memperoleh status sosial yang lebih tinggi dibanding dengan konsumen ikan lainnya karena satu porsi ikanpanther mencapai harga lebih dari satu juta rupiah. Dalam dunia perdagangan ikan hias kerapu bebek ukuran 5-10 cm diberi nama Grace Kelly atau "permaisuri Monaco". Harga per ekor dalam negeri ikan hias kerapu tikus berkisar antara Rp 10.000-Rp 25.000
ekor-r dan
di
pasar intemasionil
KESIMPIJLAN DAN SARAN Berdasarkan ha^sil penelitian dan pembahasan rnaka disirnpulkan sebagai berikut: (a) lla-sil analisis llnansial dari keseluruhan usaha KJA ikan kerapu tikus di Kecamatan Soropia nrerniliki nilai R-C ratio
dapat
mencapai US$ 19 - US$ 29 ekort. Kerapu tikus dewasa yang sudah layak konsumsi sejak
tahun1999 memiliki nilai jual yang relatif stabil yakni sekitar Rp 200.000-Rp 300.000 kgt. Sedangkan kerapu tikus yang sudah tua (kelas up) dengan ukuran 2,5kg- 3,5kg ekorr diperlukan untuk menjadi induk. Nilai satu ekor induk kerapu tikus dengan ukuran tersebut dapat mencapai Rp 1.800.000 Rp 2.600.000 ekorr. Masyarakat keturunan Tionghoa yang kaya selalu berusaha menyajikan hidangan kerapu tikus menjelang hari raya. Disamping rasanya yang lezat juga masyarakat Tionghoa beranggapan bahwa mengkonsumsi ikan
AGRIPLUS, Yolume 16 Nomor
sebesar 2,18, yang berarti setiap pengeluaran sebesar Rp 1.000 menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2.180. Komponen biaya terbesar dalam operasional usaha KJA ikan kerapu tikus adalah pada penggunaan bibit dan pakan karena permintaan seniakin banyak dan suplay semakin terbatas, dan (b) Pengembangan usaha KJA ikan kerapu tikus di Kecamatan
Soropia Kabupaten Konawe cukup prospektif. Prospektifnya usaha rersebut ditunjang oleh dukungan masyarakat lokal dan ketersediaan sarana produksi terutama pakan ikan rucah yang cukup serta dukungan pasar (terutama
:
02 Mei 2006, ISSN 0g54-0128
t32
pasar luas negeri) yang terbuka luas dalam jangka panjang.
Prawirokusumo, S., 1990. Ilmu Usahatani. BpFE.
Disarankan bahwa dalam rangka peningkatan manfaat sosial ekonomi dan bisnis KJA ikan kerapu tikus khususnya di K.ecamatan Soropia pcrlrr cliupayakan segera
Prakosa, M., 2002. Pendekatan C orp orate For ming Dalam Pengembangan Agribisnis. Pusat Penelitian dan Pengembangan SOSEK
Yogyakarta.
Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertaniai. Monograph
suatu rencana tcrpaclrr tcntang
strategi pengcmbangan industri bcnih ikan kerapu tikus sccara lokal (Sulawcsi I'enggara) agar
harga dan ketersediaannya lcbih stabil untuk skala yanr lebih besar.
Seri No.22.
Sinaga,
M., dan Partawidjaja D, 1999.
Rezeki
Besar Dari Si Moncong Tikus, Peluang Bisnis Budidaya Kerapu Tikus Nan Menggiurkan. www.kontan-online.conL
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri, R., 2002. Kebijakan dan
Srategi Pembangunan Kelautan dan Perikanan.
Supranto, 1988. Riset Operasi untuk Pengambilan Keputusan. Penerbit Universitas Indonesia
(UI Press).
Nlakalah Seminanr Nasional Potensi Biologi Kelautan Sebagai Sumber Keragaman Genetik dan Strategi Pemenfaatanya Secara Berkelanjutan. Diselengarakan Dalam Rangka Dies Natalis Unhalu XXt di Kcndari, 26 - 27
Sutar T., Hanafi A., dan Kawahara S., 2002. Budidaya Kerapu Bebek di Karamba
Kotler, P.. 2002. Manaicnrcn Pcmasaran Edisi Bahasa lndonesia. l)t'ur,son Education
Sutojo, S.n 2000. Studi Kelayakan Proyek ( Konsep, Tehnik dan Kasus). Damar Mulia
Juli 2002.
.l.sitt Itte.l.td cian P.T Prenhallindo. J a
k
Jaring Apung. Penerbit Balai Besar Riset
Perikanan Budidaya Laut, Gondol, Departemen Kelautan dan Perikanan Bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency.
Pustaka Jakarta.
arta.
La Sara.2003. Kondisi
Pcnrbangunan Sektor
Kclautan dan Pcrikanan di Sulawesi Tcnggara. Potensi. lsu. dan Upaya
Subiyanto, 2004. Analisis Penerapan Paket Teknologi Budidaya Ikan Kerapu. www.IotekNet.com.
Pcmberdayaan Nclayan dan Pembudidaya lkan, Disampaikan Pada Seminar Nasional Dalam l.okakarya Regional
"Percepatan
dan
Pemerataan
Pembangunan Menu.iu Sultra 2020" Dalam Rangka l-lLJ'f XXXIX Propinsi Sulawesi Tenggara. Tanggal 25 *28 April 2003.
AGRIPLUS, Volume 16 Nomor
: 02 Mei 2006, ISSN 0854-0128