fnaialab llrniab
AGR,IPLf]S
ISSN Og5+ ^, O72g
Adoutlah, Nla'ruf Tafsln, Amlnuddln Parakkasl, Andt Nlurft
: PENGARUH
SUPLEMENTASI BERBAGAI SERAT KOMERSIL TERHADAP KADAR KOLESTEROL SERUM DAN DAGING PADA MENCIT (Musmusculuc)
A. Bahrun z RESPON TANAIvIAN
KEDELAI (Glyicine max L. Merr) TERHADAP SISTEM
PENGAIRAN. NIuhIdTn : TOLERAT{SI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP CEKAMAI{ ALU. MINIUM PADA STADIA BIBIT
Takdlr Salll, Nlohamad Agvs Settadt, Srlhadl Agungprlyono, Nlozes R. Toehhere dan Artef Boedtono : PENGARUH PENGERINGBEKUAN TERHADAP PERUBAHAI{ MORFOLOGI SPERMATOZAA DOMBA Nluhammod Tauftk dan Syalr : ISOLASI DNA PLASMID DENGAN METODE MINIPREP QIAPREP (ISOLATING BACTEARIA PLASMID BY MINIPREP QIAPREP) IUIuKhtaT : PROSPEK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KARAMBA JARING APUNG IKAI{ KERAPU TIKUS (Cromileptes altiuelis) DI KECAMATAN SOROPIA
Gusno Ff.S. dan Abdul Rahman: AIIALISIS PROTEIN DAN ISOZIM PLANLET PISAhIG BARAT.IGA}I HASIL INDUKSI FILTRAT FOC DAN BDB SECARA IN-YITRO
L.IW. HaTofah : PRODUKTIVITAS PEKERJA DAN STRATEGI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN (STUDI PADA MASYARAKAT PEDESAAN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA) Hg/MflTUI Ho,dTN' : DESKRIPSI DAN KLASIFIKASI PISANG LOKAL ASAL KABUPATEN BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA
ISKAndaT : PENGARUH PENYAJIAN PESAN PUPUK AGRODYKE DAN PENGGUNAI{N VISUALISASI MELALUI VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAI{ PETAI{I
Ayub NI. Padanssran : ANALISIS PERTUMBUHAN DAN KEBUTUHAI{ INVESTASI OPTIMAL SEKTOR PERTANIAN DI SULAWESI TENGGARA
Husna, Robtatul Adau:tyah, Ls Ode Altmuddtn dan Fatsol Danu Tuheteru : STATUS KEANEKARAGAMAN CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) PADA EMPAT TANAMAN LOKAL SULAWESI TENGGARA
DAFTAR ISI Halaman
PENGARUH SUPLEMENTASI Bf,RBAGAI Sf,RAT KOMERSIL TERHADAP KADAR KOLESTEROL SERUM DAN DAGING PADA MENCIT (Mus masculus) Adawtyah, Ma'ruf Tafsln, Amlnuddln Parakkasi, Andi
RESPON TANAMAN KEDELAI (Glyictne max
L
Murfi
* 89
'85
Merr) TORIIADAP SISTEM
PENGA,IRAN. A.
Bahrun
90-97
TOLERANSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP CEKAMAN ALUMINIUM PADA STADIA BIBIT
Muhidln.....
98
H Pf, NG ERING BI]KUAN TERHADAP PERU BAHAN MORI'OLOG I SPERMATOZOA DOMBA TaWir Saill, Mohamad Agus Setiodi, Srlhadi Agungpriyono, Mozes R.Toelihere dan Arlef Boedlono. ..........
107
TSOLASI DNA PLASMID DENGAN METODDE MINIPREP QIAPREP (ISOLATING BACTEARIA PLASMID BY MINIPREP QIAPREP) MahantmadTautihdanSyair ........
ll8-122
-
106
Pf, NGARU
_tt7
PROSPEK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KARAMBA JARING APUNG IKAI{ KERAPU TIKUS (Cromilqta altlvelis) DI Kf,CAMATAN SOROPIA
Mukhtar
123
-
133
- 137
138
-
148
149
*
157
158-
166
167
-
172
173
- lg2
132
ANALISIS PROTDIN DAN ISOZIM PLANLET PISANG BARANGAN HASIL INDUKSI FILTRATFOC DAN BDBSECARA IN-VITRO
Rahman................... PRODUKTIVITAS PEKERJA DAN STRATEGI Gusna H.S, dan Abdul
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN (STUDI PADA MASYARAKAT PEDESAAN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA) L.M. Harafah
..................
DESKRIPSI DAN KLASIFIKASI PISANG LOKAL ASAL KABUPATEN BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA Hamlrul Hadini .. .... ..... . ... PENGARUH PENYAJIAN Pf,SAN PUPUK AGRODYKE DAN PENGGUNAAN VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PETANI
VISUALISASI MELALUI Is
kandar..........
ANALISIS PERTUMBUHAN DAN KEBUTUHAN INVE.STASI OPTIMAL SEKTOR PERTANIAN DI SULAWESI TENGGARA Ayub M.
Padangaran
...........:..........
STATUS CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) PADA EMPAT TANAMAN LOKAL SULAWEST TENGGARA Husna, Robidul Adowiyah, La Ode Albnuddin dan Faisol Danu
Tuhderu
AGRIPLUS, Volume 16 Nomor: 02 Mei 2006, ISSN 085+0U8
RESPON TAI\IAMAN KEDELAI (Glyicine
maxl. Men)
TERHADAP SISTEM PENGAIRAN. Oleh : A. Bahrun
I)
ABSTRACT Irrigation systems may affect biomass and yield of field grown soybean. ffre oUjective of this study was to determine the effect of irrigation systems on biomass and yield of field grown soybean. The experiment was conducted from September to November 2002 at the Experimental Farm of Agricultural Faculty of Haluoleo University Kendari. The experiment was designed as a randomized complete block design with four replications and a 4m x 3m plot size. Partial root zone irrigation was compared with full irrigation and droughted over a period of l4 days from late vegetative until the late flowering stage in soybean cv.Bromo. Partial root zone irrigation (PRZI) was obtained by irrigation of the altemate furrows between row of the plant. ln fully irrigated plots the whole root zone was kept close to field capacity. The results showed that drought stress during late vcgetative until the late flowering stage significantly reduced in roots dry weight, shoot dry wcight, leal'area and yield. Howcver, the PRZI treatment maintained relative leaf water content, biomass production and yield at the level of fully inigated treatment.. Key words: Growth, irrigation, soybean, root zone, water content and yield
PENDAHULUAN Faktor pembatas dalam upaya peningkatan produksi tanaman kedelai antara lain ketersediaan air yang terbatas. Suplai air merupakan salah satu penyebab utama adanya
variasi hasil tanaman (Ritchie, 1983). Kekurangan air dapat menurunkan tekanan turgor dan pertumbuhan daun tanaman (Bahrun et al. 2000 dan 2002), mengurangi areal transpirasi melalui daun dan mengurangi luas stomata yang terbuka/sempit (Dodd et al. 1996; Hartung and Jeschke, 1999), terjadi penurunan biomasa tanaman (Bahrun et al. 2003) serta terjadi kehilangan hasil yang signifikan (Balarios and Edmeades, 1993; Bahrun dan Af-a, 2005). Tanaman yang mengalami cekaman air pada fase vegetatif mengakibatkan penurunan jumlah polong, biji kering tanaman dan berat biji kering total masing-masing sebesar 30yo, 29,4yo dan 3l,4yo dibanding dengan kontrol (Bahrun, 2001). Cekaman kekeringan menjelang atau segera setelah pembungaan mengurangi potensial air bunga sccara signifikan sehingga dapat mempengaruhi fungsi ovule yang pada gilirannya mengakibatkan memperlambat bahkan berhentinya perkembangan polong
t)
(Westgate dan Peterson, 1993; Kokubun et a/. 2001) Dengan demikian untuk dapat memperbaiki pertumbuhan dan untuk meningkatkan produksi tanaman secara maksimal, dibutuhkan ketersediaan air yang cukup. Ada beberapa sistem pengairan tanaman yang diterap-
kan petani untuk memenuhi kebutuhan air tanaman mulai sistem pengairan konvensional sampai dengan yang berteknologi tinggi. Oleh
karena itu upaya untuk menemukan sistem pengairan yang efisien dan menguntungkan terus dilakukan. Salah satu hasil penelitian tentang sistem irigasi pada tanaman dalam kondisi ling-
kungan terkontrol (rumah kaca) menunjukkan bahwa perlakuan separuh akar yang dikeringkan dan separuhnya lagi selalu disirami air telah memberikan hasil yang menggembirakan dalam qpaya efisiensi penggunaan air. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
perlakuan pengeringan separuh akar tidak hanya meningkatkan efisiensi penggunaan air tetapi juga telah meningkatkan kualitas buah tanaman tomat (Mingo et al.200l ). Penelitian ini memberikan harapan yang cerah bagi pengembangan pertanian yang produktif dan hemat air terutama pada daerah dengan sumber air terbatas terutama dalam rangka
StafPengdjor pada Jurusan Budidaya Pertanian Fakulus Perlanian llniversilas Haluoleo, Ketdari.
90
9l untuk mendesain sistem pengairan tanaman. Sampai saat ini kajian efektivitas sistem pengairan masih jarang dilakukan dan khususnya penelitian tentang sistem pengairan pada kondisi lapang. Sehubungan dengan hal tersebut maka studi tentang sistem pengairan perlu dilakukan pada kondisi lapang khu-
perakaran tanaman pada akhir fase vegetatif
sampai akhir fase pembungaan.
semua tanaman dengan perlakuan
perakaran tanaman (penyiraman yang sama dengan perlakuan DSPSA) ses.uai kebutuhan tanaman sampai panen. Volume air selama periode perlakuan yang digunakan adalah 48 -
METODOLOGI
60 liter per petak per hari untuk tanaman kontrol sedangkan untuk SPSA volume air yang cligunak:rn scparuh rlirri konlr
Penelitian ini dilaksanakan di Kcbtrn Percobaan Fakultas Pertalrian Urrhalu Anduonohu Kendari dari bulan Septernber sampai dengan Desember 2002. Untuk
30 litcr per pclak pcr hari.
14 m. Suhu
dalam rumah plastik selama periode perlakuan pagi hari 23"-26"C, siang hari 33" 38"C dan -
sore hari 32" -34'C. Bahan yang digunakan pada penelitian adalah sebagai berikut: benih kedelai varietas
Bromo, pupuk (pupuk kandang, Ure4 Sp36 dan KCI), pestisida dan bahan pembuatan rumah plastik. Sedangkan alat yang digunakan adalah sebagai berikut: timbangan, handsprayer, meteran, cawan petri, gelas ukur, oven, dan alat tulis n.enulis.
Penelitian
ini
menggunakan RanI faktor yang dicobakan yaitu Sistem pengairan dengan 4 ulangan. Penggunaan pupuk kandang dilakukan I bulan sebelum tanam dengan dosis 9 kg per petak percobaan. Sedangkan penggunann pupuk Ure4 SP36 dan KCI masingcangan Acak Kelompok dengan
produksi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot kering pupus, akar dan rasio akar pupus
Tabel I menunjukkan bahwa sistem pengairan pada periode akhir fase fegetatif sampai akhir fase pembungaan berpengaruh nyata terhadap bobot kering pupus dan akar tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap rasio akar pupus. Sistem pengairan seluruh daerah
masing sebanyak 90 gram per petak, 180 gram per petak dan 90 gram per petak. Ketigajenis
pupuk tersebut diberikan dua kali yaitu 2/3 diberikan sehari sebelum tanam dan l/3 bagian diberikan pada 3 minggu setelah tanam. Sedangkan perlakuan sistem pengairan
yaitu dengan sistem pengairan seluruh daerah
akar (DSPSA) dilakukan dengan
perakaran (DSPSA) dan sistem pengairan separuh daerah perakaran (SpSl) tidak berbeda nyata terhadap bobot kering pupus dan akar. Hal ini menunjukkan adanya efek kompensasi daerah perakaran yang basah dalam absorbsi air dan unsur hara dan proses fisiologi tanaman dalam mendukung proses
selalu
diadakan penyiraman air untuk seluruh daerah perakaran tanaman berdasarkan evapotrans-
pirasi potensial dan sistem pengairan separuh daerah akar (SPSI) dilakukan dengan meniadakan penyiraman air pada separuh daerah AGRIPLUS, Volume 16 Nonor
Sedangkan
pengairan scbelum dan setelah perlakuan volume air yang digunakan sama dengan kontrol yaitu 48 liter per petak. Jarak tanam yang digunakan yaitu 35 cm x 25 cm dengan benih kedelai yang digunakan 3 biji per lubang dan tananran yang dipelihara dalam penelitian yaitu 2 tanaman per lubang. Selama penelitian ini, tanaman kedelai diserang oleh hama penggerek daun, penghisap polong dan penggerek polong. Pengendalian hama tersebut dilakukan secara mekanik/fisik dan secara kimia dengan menggunakan pestisida Decis 2.5 EC dengan dosis 0.4 ml l-t dan Matador dengan dosis 0.25 ml l-r. Dalam penelitian ini diamati adalah kandungan air relatif daun, bobot kering tanaman, luas daun, jumlah bunga" jumlah polong, jumlah biji dan
menghindari hujan secara langsung pada areal penelitian ini telah dibangun kontruksi rumah.
x
SPSA
diadakan penyiraman air untuk seluruh daerah
susnya tanaman kedelai.
plastik dengan ukuran 14 m
Setelah
periode perlakuan tersebut maka selanjutnya
:
02 Mei 2006, ISSN 0gfi,t-012g
92
hara pada tanaman yang mengalami cekaman kekeringan (Bahrun et a\.2002), yang kemungkinan besar terhambatnya absorbsi unsu{
pertumbuhan akar dan bagian atas tanaman
kedelai selama periode perlakuan. Sistem pengairan separuh daerah perakaran meru-
diakibatkan oleh adanya pori-pori tanah yang
pakan suatu metode pengairan dimana separuh
sebelumnya terisi air diganti oleh udara terutama pada lapisan top soil sehingga mengurangi difusi ion dan aliran massa dari nutrien ke permukaan akar (Barber, 1984: Chapin, 1991). Kondisi demikian akan menyebabkan tanaman yang mengalami cekaman kekeringan, dalam jangka waktu tertentu akan
daerah perakaran selalu basah dan bagian lainnya tidak diairi atau mengalami kekeringan. Teknik ini tenyata memiliki potensi yang besar untuk mengurangi penggunaan air' meningkatkan vigor kanopi dan menjamin hasil jika dibandingkan dengan metode pengairan yang normal atau konvensional (Dry dan Lovey, 1998). Demikian pula sistem pengairan pada periode akhir fase fegetatif sampai akhir fase pembungaan berpengaruh tidak nyata terhadap rasio akar dan pupus. Hal ini mungkin disebabkan oleh periodq perlakuan yang relatif singkat sehingga meka-
mempengaruhi proses absorbsi unsur hara dan
proses fisilogis tanaman (tidak
nisme adapatasi tanaman terhadap kekurangan air dengan dominannya pertumbuhan akar belum signifikan. Tabel I juga menunjukkan
bahwa perkembangan sistem perakaran tanaman yang mengalami cekaman kekeringan
yang mengalami cekaman kekeringan selama periode penelitian tetap lebih rendah. Hal ini agak kontras dengan beberapa literatur bahwa salah satu strategi tanaman ketika mengalami cekaman kekeringan adalah dengan meningkatkan laju pertumbuhan akar sehingga rasio akar pupus lebih tinggi. Rendahnnya rasio
(TPSA) terganggu sehingga dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman
kedelai. Tanaman kedelai yang rnengalami cekaman kekeringan akhir lase vegetatif sampai akhir fase pembungaan menunjukkan penurunan bobot kcring akar 33.44o/n Kondisi
akar pupus diatas terjadi karena
periode cekaman kekeringan hanya terjadi pada akhir fase vegetatif sampai akhir fase pembungaan serta hanya dalam periode yang tidak lama
demikian akan mempcngaruhi proses absorbsi
air dan unsur hara. Hal ini seperti
pernah
dilaporkan sebelumnya bahwa ketika terjadi cekaman kekeringan akan mengakibatkan ketersediaan nutrien terbatas (Bacon et al. 1998), konsentrasi beberapa komposisi kimia dalam xylem lebih rendah sebagai akibat Tabel
l.
sempat
diamati) yang pada gilirannya akan mempengaruhi bobot kering bagian atas tanaman. Hal ini nampak pada hasil penelitian ini bahwa bobot kering pupus tanaman yang mengalami cekaman kekeringan (TPSA) berkurang 28% dibanding dengan kontrol (Tabel l). Pada Tabel I juga ditunjukkan bahwa rata-rata rasio akar pupus tanaman
dan/atau periode cekaman kekeringan tidak sejak awal fase vegetatif,
Pengaruh sistcm pengairan terhadap bobot kering pupus, akar dan rasio akar pupus.
Perlakuan
Bobot kering pupus (gram)
Bobot kering akar
I19.43 I13.31
22.25 a 23.19 a
DSPSA SPSA
TPSA
86.03
(gnim)
a a
b
,
Akar/pupus 0.1 88
0.205
,, ,
0:115
,
,
:
02 Mei 2006, ISSN 0854-0128
14.91
,b
,
imenunjukkanberbedatidaknyatamenurutujiJarakDuncan pada taraf 0.05.
AGnIPL(tS, Volune 16 Nonor
9J
Kadar air daun relatif dan luas daun Sistem pengairan pada periode akhir fase fegetatif sampai akhir fase pembungaan berpengaruh tidak nyata terhadap kadar air daun relatif tetapi berpengaruh nyata terhadap luas daun. Tabel2 menunjukkan bahwa status air daun tetap terjaga selama periode perlakuan dan perlakuan SPSI tidak berbeda nyata dengan DSPSA terhadap luas daun, hal ini diduga karena adanya peran yang dimediasi oleh adanya phytohormon seperti ABA yang diproduksi akar/bagian akar tanaman yang mengalami kekeringan baik pada
tanaman seperti daun tetap turgit. Pada Tabel 2 juga sangat jelas bahwa cekaman kekeringan (TPSA) dapat menyebabkan penurunan luas
daun 47,60yo dibanding dengan kontrol (DSPSA). Terhambatnya pertumbuhan tanaman khususnya perkembangan daun tanaman ini karena cekaman kekeringan.pada
tanaman proses
akan menyebabkan terhambatnya
pembelahan sel pada jaringan meristem yang aktif tumbuh. Fitter dan Hay (1991) mengatakan bahwa kekurangan air pada titik tumbuh akan menyebabkan berkurangnya laju
pembelahan
dan pembesaran sel
sehingga
perlakuan ,SPSI maupun TPSA selama periode perlakuan yang dicobakan.
pertumbuhan daun tanaman terhambat. Hal ini seperti yang pemah dilaporkan pada tanaman
Tabel 2. Pengaruh sistem pengairan terhadap. kadar air daun relatifdan luas daun
kedelai (Bahrun, 1996, Fulai et al. 2003a), jagung (Ben dan'l'ardieu, 1997; tlahrun, 2002: Bahrun et al. 2002) bahwa pertumbuhan daun sangat sensitif terhadap cekaman kekeringan.
Rata-rata kadar Luas daun renaKuan (cm') arr daun DSPSA 0.77 70,11 a SPSA 0.78 48.09 ab TPSA 0.78 36.74 b Keterangan: angka yang diikuti huruf' yang sama
relatrl
menunjukkan berbeda
tidak
Jumlah bunga, polong isi, jumlah biji dan produksi Sistem pengairan pada periode akhir fase fegetatif sampai akhir fase pembungaan
berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga, polong isi dan jumlah biji yang terbentuk.
nyata
menurut uji Jarak Duncan pada taraf
Tabel 3 menunjukkan bahwa sistem pengairan seluruh daerah perakaran (DSPSA) dan sistem pengairan separuh daerah perakaran (SpM) tidak berbeda nyata terhadap jumlah bunga, polong isi dan jumlah biji yang terbentuk.
0.05.
Hal ini
menunjukkan bahwa akar
tanaman yang mengalami kekeringan dapat memproduksi signal kimia seperti peningkatan konsentrasi asam absisat (ABA) yang dapat
Keadaan ini memberikan gambaran bahwa bagian akar yang tidak diairi memproduksi signal kimia atau phytohorrnon seperti ABA yang memiliki kontribusi penting dalam membuka dan menutupnya stomata. Ide pokoknya adalah fitohormon yang diproduksi ujung akar selama periode cekaman air dan diangkut melalui rylem ke daun tanaman akan menyebabkan pertumbuhan daun dan konduktansi stomata berkurang (Henson e/ a/. l989a"b; Jensen et al. 1989; Davies dan Zhang, l99l; Bahrun et al: 2002). OIeh karena itu, dengan adanya peranan fitohormon dalam mengontrol stomata maka hormon ini dapat dimanfaatkan dalam upaya pemanfaatan air yang efisien terhadap budidaya tanaman, tetapi sayangnya dalam penelitian ini tidak dapat mengamati
mempengaruhi proses fisiologi tanaman (Davies dan Zhang, 1991; Jeffrey dan Jerome,
1998; Hoffrnan et al. 1999; Bahrun et al. 2002; Bahrun et aI. 2003; Bahrun, 2004). Mekanisme tersebut nampak pada hasil penelitian ini (Tabel 2) yaitu dengan adanya perlakuan sistem pengairan pada penelitian ini
tidak terjadi perubahan keadaan air di daun (kandungan air daun relatif) dan merupakan suatu mekanisme adaptasi tanaman terhadap ketersediaan air dalam tanah. Seperti penelitian awal tentang separuh akar yang mengalami kekeringan oleh Blackman dan Davies (1985) menunjukkan bahwa bagian akar yang
mengalami kekeringan dapat menghambat terbukanya stomata pada beberapa tingkat tetapi dapat mempertahankan bagian ata-s AGRIPLaS, Volume 16 Nomor
kandungan
:
ABA. Scpcrti diielaskan pada
02 Mei 2006, ISSN 0SS+0129
94
paper sebelumnya (Kang et al. 19981. 1999), metode sistem pengairan separuh akar dapat memungkinkan tetap berlangsungnya proses
sebab meningkatnya resistensi stomata untuk difusi (Jones, 1992; Kang et al. 1997;. Liang et
a|.1997). Perlakuan cekaman kekeringan/tanpa pengairan (TPSA) menunjukkan perbedaan yangnyata (Tabel 3) dengan sistem pengairan
fotosintesis seperti yang terjadi pada perlakuan kontrol atau seluruh daerah perakaran
diairi, dan pada saat yang sama dapat menghambat kehilangan air atau transpirasi. Stomata terbuka dengan ukuran sempit/kecil dari kondisi maksimum kemungkinan akan
lebih
seluruh daerah perakaran dan siStem pengairan
separuh daerah perakaran (SPSI). Hal ini menunjukkan bahwa air sangat penting untuk proses pembentukan bunga, polong dan biji, seperti yang ditunjukkan oleh hasil penelitian
mengurangi transpirasi dibanding
dengan fotosintesis (Jones, 1992). Hal ini berarti bahwa setiap pembatasan terbukanya stomata mungkin dapat menghemat penggunaan air dengan sedikit pengaruhnya pada proses fotosintesis. Mekanisme demikian mengakibatkan fotosintesis tidak terpengaruh secara substansial karena penutupan stomata secara terbatas atau sempit, tetapi laju transpirasi dapat terhambat secara substansial
bahwa tanaman kedelai yang mengalami cekaman kekeringan mengakibat berkurangnya bunga yang terbentuk, jumlah polong isi, jumlah biji per rumpun dan produksi. Kondisi tingkat cekaman kekeringan selama periode perlakuan ditunjukkan dengan kandungan air tanah pada kedalaman l0cm dan 20 cm yaitu 1.69% dan 5.91%o (data tidak ditampilkan).
Tabel 3. Pengaruh sistem pengairan terhadap jumlah bunga, polong isi, dan jumlah biji yang terbentuk Jumlah bunga (bunga) 80.58 a
Perlakuan
DSPSA SPSA TPSA
Jumlah Polong
isi
Jumlah biji
(oolong;
29.92 a 85.92 a 29.25 a 57.58 b 17.42 Keterangan: angka yang diikuti hurufyang sama menunjukkan berbeda
(biii)
Produksi (ton ha-r)
116.83 a
111.54a 72.085 b
1.92 a 1.74 a r.05 b
tidak nyata menurut dji Jarak Duncan
pada taraf 0.05.
Pada kondisi demikian menyebabkan berkurangnya jumlah bunga yang terbentuk, jumlah polong isi. jurnlah biii dan produksi
(2001) pernah melaporkan bahwa kehilangan hasil akibat cekaman kekeringan diakibatkan oleh berkurangnya jumlah polong per tanaman yang terbentuk. Selanjutnya studi sebelumnya dilaporkan bahwa berkurangnya jumlah polong per tanaman diakibatkan oleh meningkatnya aborsi bunga pada tanaman yang mengalami cekaman kekeringan (Momen e/ al. 1979). Hal ini mirip dengan yang dilaporkan. pada penelitian sebelumnya pada tanaman kedelai bahwa cekaman kekeringan pada fase pembungaan mengakibatkan kehilangan hasil yang signifikan (Bahrun, 2001). Penelitian lain melaporkan bahwa cekaman
kedelai masing-masing 28,54yo, 41.78%, 38J0%, 45,31oA dibanding dengan kontrol (Tabel 3). Dengan demikian akhir lase vegetatif sampai akhir fase pembungaan cukup sensitif terhadap kekurangan air sebab ter-
jadinya cekaman kckeringan dapat menghambat proses pertumbuhan daun seperti diuraikan diatas akan memperkecil daerah tempat berlangsungnya proses fotosintesa. Keadaan
ini
akan mcngakibatkan rendahnya
hasil fotosintat yang akan ditranspor ke polong dan biji. Disamping itu rendahnya produksi juga diakibatkan oleh terhambatnya pem-
kekeringan menjelang fase pembungaan mengakibatkan berkurangrya jumlah polong (Frederick et al.l99l). Cekaman kekeringan
bentukan polong dan mungkin terjadi aborsi bunga dan biji yang terbentuk. Kokubun et al.
AGRIPLUS, Volume 16 Nomor
menjelang dan/atau segra setelah pembungaan
:
02 Mei 2006, ISSN 085,t-0128
95
produksi biomasa dan hasil pada level yang
secara signifikan menurunkan potensial air bungit yang clapat tncrttsak lirrrgsi tlvttlc sehingga menghambat pembentukan polong (Westgate dan Peterson, 19931' Kokubun el a/. 2001). Demikian pula Brown et al. (1985)
tlillcrrrlolr patl:t pcrrlakttatt sislcttr lrcttgttiratt sclurulr daeralr pcrakaralt atau kontrol.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih disamPaikan
menunjukkan bahwa cekaman kekeringan pada fase pembungaan dan pemanjangan polong menyebabkan kehilangan hasil tanaman kedelai secara signifikan. Sedangkan sumber lain mengatakan bahwa jika ketersediaan air terbatas pada saat atau pisca pollinasi, sering terjadi aborsi embrio, telah menyebabkan kehilangan jumlah biji yang dihasilkan (Westgate dan Boyer, 1986; Westgate dan Petersen, 1993). Pengaruh ini terutama diakibatkan oleh terbatasnya karbohidrat ketika proses fotosintesis terhambat
kepada Pengelola Proyek Due-.Like. Batch II tjnhalu atas bantuan dana untuk terselenggaranya penelitian. Selanjutnya ucapan terima kasih kepada La Ode Afa Ramlan, Ali Ilamza dan Harianti Wear atas bantuan teknis pelaksanaan penelitian di lapangan dan di Laboratorium.
DAFTAR PUSTKA Bacon, M.A., Wilkinson.S. dan Davies, W.J. 1998. pl{-regulated leaf cell expansion in
akibat cekaman kekeringan.
droughted plants
Dengan demikian sistem pengairan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Sistem pengairan separuh peluang sebagian akar mcngalami kckcringan dari
akar yang dapat mengatur mekanisme membuka dan menutupnya stomata (transpirasi berkurang, sementara fotosintesis daun tidak terpengaruh secara berarti), sementara bagian akar yang selalu basah dapat menjaga suplai air sehingga daun tetap segar dan tidak terjadi
Department
Bahrun, A., Jensen, C.R., Asch, F., and Mogensen,
V.O. 2000. Morning-xylem-[ABA] of drought field grown maize is insufficient to cause stomatal closure. ln Book of Abstracts: 3d Internalional Crop Science
('ongress 2000, 17-22 August 2000, Hamburg, Germany.
A. 2001. Efek kekeringan pada fase pembungaan terhadap hasil tanaman kedelai (Glycine mac L. Men.). Agriplus,
Bahrun,
KESIMPULAN
31:175-184. Bahrun, k.2002a. Pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L. Merr.) yang mengalami cekaman kekeringan pada fase vegetatif. Agriplus, 32 : 67-7 3:
Sistem pengairan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai.
Cekaman kekeringan selama periode akhir fase vegetatif sampai akhir fase pembungaan mengakibatkan penurunan secara signifikan bobok kering akar, bobot kering pupus, luas
Bahrun, A., Jensen, C.R., Asch, F., and Mogensen, V.O. 2002b. Drought-induced changes in
xylem pH, ionic composition and ABA concentration act as early signals in field grown maize (Zea mays L.). Journal of
daun dan hasil brji kering dibandingkan dengan kontrol. Namun demikian, sistem pengairan separuh daerah akar temyata dapat
I'sperimental Botany, 53, I -l 3.
air daun relatif,
AGRIPLaS, Volume 16 Nomor
of Agricultural Sciences The
Agricultural University, Copenhagen -Denmark.
ringan (perlakuan tanpa pengairan) menyebabkan penurunan luas daun dan kehilangan hasil tanaman yang signifi kan.
kadar
acid 1507-1515.
Royal Veterinary and
kehilangan hasil yang signifikan dibanding dengan kontrol sehingga dapat mengemat penggunaan air, sedangkan cekaman keke-
mempertahanhan
l8:
Bahrun,A. 1996. Water Relations of Soybean During Soil Dryng; The Effects of Soil Drying on Stonrattrl Conductance, Leaf (lrowtlr, arrd Watcr ll.clations in Soybean (Glycine Llux (L\. Merr). M.Sc 'l'hesis.
daerah akar G9PSI) dapat memberikan dan menghasilkan signal (titolronnon)
is abscisic
dependent. Plant Physiol. I
:
02 Mei 2008 ISSN 085+0128
96
llahntn, A. 200,1. Signirllirrg arrd pltysiological responses ol'licld grown tllitize (Zea nlays L.) in relation to soil physical condition
.lnntt. l?ev. l'lon! l'hv.siol. lllol. Iliol. 42:55- 76.
Dodd, 1.C., Stikic, R., dan Davies, w.J. 1996. Chemical regulation of gas exchange and
during soil drying: Agriplus 14 :57-69.
Bahrun,
Bahrun;
A., Jensen, C.R., and Mogensen, V.O. 2003. Water stress detection in field grown maize (Zea mays L.) by using
growth of plants in drying soil in the field. Journal of Experimental Botany, 47 :147 5-
reflectance vegetation index. Communication in Soil Science and Plant Analysis 34 (t&2):65-79.
Dry,P.R., dan Loveys, B.R. 1998. Factors influencing grapevine vigour and the
A
dan Afa,
L.
2005. Efek
r
potential dor control with partial root zone drying. Aust. J. Grpae Wine Res. 4: 140-
cekaman
kekeringan terhadap pertumbuhan, hasil dan kualitas biji kedelai varietas Bromo pada kondisi lapang. Agriplus: 67-74.
1
Faisal,
selection lbr drought tolerance in lowland tropical maize.l. Responses in grain yield, biomass, and radiation
of
dan Pengelolaan Pusat Penelitian
Lingkungan Tanaman.
UGM
Press.
Yogyakarta.
Frederick, J.R., Camp, C.R., dan Bauer, P.J. 2001.
Barber, S.A. 1984. Soil Nutrient Bioavailability. New York: Wiley
Drought-stress effects
mainstem seed
Ben, H.S., dan Tardieu, F. 1997. Control of leaf
on
branch
yield and
and
yield
components of determinate soybean. Crop
of droughted maize plants rundcr llrrclrratirtg cvaporitlivc dcntantl. Plant l'hysiol. I l4: tl9-l-900.
Sci.4l:759-763.
expansion rate
lirrlai 1,.. Jcnscn. ('.|t.. d:rn lrtttlcrscrt. M.N. 2003a. I lydraulic and chemical signals in the
control
of leaf expansion
and stomatal soybean exposed to drought stress. Funct. Plant Biol. 30: 65-
Blackman, P.G. dan Davies, W.J. 1985. Root to shoot communication in maize plants of the effects of soil drying. J. Exp. Bot. 36: 39-48.
conductance
in
73.
Fulai L., Endersen, M.N., dan Jensen, C.R. 2003b. Loss ofpod set caused by drought stress is
Boyer, J.S, 1983. Environmental stress and crop yield. ln ' ('rop rcactions to water and temperature stress in humid, temperate climates' (eds. C.D Raper Jr and P.J.
associated
content
with water status and ABA
of
reproductive structures in
soybean. Funct. Plant Biol. 30: 271-280.
Press:
Boulder, CO).
Hartung, W., dan Jescke, W.D. 1999. Abscisic acid: A long-distance stress signal in saltstressed plants. In: Lerner HR., ed. Plant Responses to Environmental Stresses:
Brown, 8.A., Caviness, C.E., and Brown, D.A. 1985. Response of selected soybean J.
From
77:274-278.
Chapin
A. 1991. Permasalahan Air di Lahan Kering,
Fitter, A.l-1., dan Hay. R.K.M. 1991. Fisiologi
utilization. I,'ield Crops Res. 3 I :233-252.
cultivars to soil moisture deficit. Agron.
48.
Universitas Andalas, Padang.
Balarios, J. dan Edmeades, G.O. 1993. Eight cycles
Kramer) pp. 3-7. (West View
490.
lll, F.S. 1991. tillccts ol'multiple environmental stress on nutrient availability and use. In: Mooney, HA, Winner, WE, Pell EJ, eds. Response of Plants to Multiple Stresses. San Diego:
Dekker,333-348.
Henson, I.E., Jensen, C.R., dan Turner, N.C. 1989a. Leaf gas exchange and water relations of lupin and wheat. I. Shoot responses to soil water deficits. Aust. J.
Acedemic Press, 67-88.
Plant Physiol. 16, 401 -413.
Davies, W.J and Zhang. J. 1991. Root signal and the regulation of plant growth and development of plants in drying soil.
AGRIPLUS, Volume 16 l{omor
to Genome New York: Marcel
Phytohormones
R'eorganization.
:
02 Mei 2006' ISSN 0854'0128
97
Henson, I.E., Jensen, C.R., dan Turner, N.C. 1989b. Leaf gas exchange and water
lll.
Abscisic
drought-induccd
st()nlatal
relations of lupin and wheat.
acid and
Kokubun, M., Shimada, S., dan Takahashi, M.
L Flower abortion causod by prcanthcsis walcr dclicit is not attributed ttl irrrpirirruent ol'pollcn in soybclrr. ('rop Scionccs, 4l : l5 I 7 -1521. 200
closure. Aust.J. Plant Physiol. 16: 429442.
Hoffman,
A., Shock, C., dan Feibert, E.
l,iang,2., Kang, S., Hu, W., dan 7.hang, J. 1997. Ill'l-ect of controllcd altcrnatc watcring on
1999.
rnaizc water usc. 'li'arrs. ('SAU, l3 (4): 58-
Taxane and ABA production in yew undcr different soil water regimes. HortScience,
63.
34: 882-885.
Mingo, D.M., Bacon, M.A dan Davies, W.J. 200 l.
Jeffrey, L., dan Jerome, C. 1998. Abscisic acid signal transduction. Annu. Rev. Plant Physiol. Plant Mol. Biol. 49: 199-222.
water relations of lupin and wheat. Il. Root and shoot water relations of lupin during drought-induced stomatal closure.
Plant Physiol ogy,2"d Edition. Cambridge University Press, Cambridge.
cultivars. Agronomy Journal
relations bctween biomass production and cvapotranspiration. ln: Linritations to efficient Water Use in Crop Production. Eds. H.M Taylor, W.R Jordan dan T.R Sinclair. American Society of Agronomy
Area
controlled
Wisconsin, USA:29-44.
alternate irrigation on root-devided maizc plants. Agric. Water Mgmt. 311: G9-76.
Wcsl.gatc,
of soil water content and on plant root hydraulic
temperature
1985.
Westgate, M.8., dan Peterson, C.M. 1993. Flower
conductivity. Acta Phytoecologica Sinica, 23 (3):211-219.
AGRIPLUS, Yolume 16 lYomor
M.li., dan lloycr, J.S.
()arbohydrato rcscrvcs and rcproductive development at low leaf water potentials in maize. Crop Sci. 25:.762-769.
Kang, S., Zhang, J., dan Liang, Z. 1999. Combined
effects
86-90.
of
Kang, S., Liang,2., Hu, W., dan Zhang, J. 1998.
Water use efficiency of
7l:
Ritchie, .1.T. 1983. l,illicicncy watcr use in crop production: idscussion on the generality
Kang, S., Zhang,.l., t,iang,2., llu, X., dan Cai, ll. 1997. 'I'he controlled alternate irrigation: a new approach for water saving regulation
Arid
fruit
Momen, N.N., Carlson, R.8., Shaw, R.H., dan Arjmond, O. 1979. Moisture-stress effects on the yield components of two soybean
H.G. 1992. Plants and Microclimate: A Quantitative Approach to Environmental
farmland. Agric. Res. (Chinese), l5 (l):l-6.
and
Suppl.
Aust.J. Plant Physiol. 16: 415-428.
in
soil-drying
quality by utilizing the plants own chemical signaling mechanisms. In: Abstracts: Socicty fbr Experimental Biology; Annual Mecting 2"r-6'h April 200 l; Canterbury tiK, Joumal of Experimental Botany 52. March 2001
Jensen, C.R., Henson, 1.8., Jensen, C.R., dan Tumer, N.C. 1989. Leaf gas exchange and
Jones,
Plant conditioning using
treatments increascs WUE
:
and pod development
in
soybean (Glycine max Exp. Bot. 44:109-117.
L. Merr.). Journal
02 Mei 2006, ISSN 0g14-012g
water-deficient