fnaialab llrniab
AGR,IPLf]S
ISSN Og5+ ^, O72g
Adoutlah, Nla'ruf Tafsln, Amlnuddln Parakkasl, Andt Nlurft
: PENGARUH
SUPLEMENTASI BERBAGAI SERAT KOMERSIL TERHADAP KADAR KOLESTEROL SERUM DAN DAGING PADA MENCIT (Musmusculuc)
A. Bahrun z RESPON TANAIvIAN
KEDELAI (Glyicine max L. Merr) TERHADAP SISTEM
PENGAIRAN. NIuhIdTn : TOLERAT{SI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP CEKAMAI{ ALU. MINIUM PADA STADIA BIBIT
Takdlr Salll, Nlohamad Agvs Settadt, Srlhadl Agungprlyono, Nlozes R. Toehhere dan Artef Boedtono : PENGARUH PENGERINGBEKUAN TERHADAP PERUBAHAI{ MORFOLOGI SPERMATOZAA DOMBA Nluhammod Tauftk dan Syalr : ISOLASI DNA PLASMID DENGAN METODE MINIPREP QIAPREP (ISOLATING BACTEARIA PLASMID BY MINIPREP QIAPREP) IUIuKhtaT : PROSPEK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KARAMBA JARING APUNG IKAI{ KERAPU TIKUS (Cromileptes altiuelis) DI KECAMATAN SOROPIA
Gusno Ff.S. dan Abdul Rahman: AIIALISIS PROTEIN DAN ISOZIM PLANLET PISAhIG BARAT.IGA}I HASIL INDUKSI FILTRAT FOC DAN BDB SECARA IN-YITRO
L.IW. HaTofah : PRODUKTIVITAS PEKERJA DAN STRATEGI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN (STUDI PADA MASYARAKAT PEDESAAN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA) Hg/MflTUI Ho,dTN' : DESKRIPSI DAN KLASIFIKASI PISANG LOKAL ASAL KABUPATEN BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA
ISKAndaT : PENGARUH PENYAJIAN PESAN PUPUK AGRODYKE DAN PENGGUNAI{N VISUALISASI MELALUI VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAI{ PETAI{I
Ayub NI. Padanssran : ANALISIS PERTUMBUHAN DAN KEBUTUHAI{ INVESTASI OPTIMAL SEKTOR PERTANIAN DI SULAWESI TENGGARA
Husna, Robtatul Adau:tyah, Ls Ode Altmuddtn dan Fatsol Danu Tuheteru : STATUS KEANEKARAGAMAN CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) PADA EMPAT TANAMAN LOKAL SULAWESI TENGGARA
DAFTAR ISI Halaman
PENGARUH SUPLEMENTASI Bf,RBAGAI Sf,RAT KOMERSIL TERHADAP KADAR KOLESTEROL SERUM DAN DAGING PADA MENCIT (Mus masculus) Adawtyah, Ma'ruf Tafsln, Amlnuddln Parakkasi, Andi
RESPON TANAMAN KEDELAI (Glyictne max
L
Murfi
* 89
'85
Merr) TORIIADAP SISTEM
PENGA,IRAN. A.
Bahrun
90-97
TOLERANSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP CEKAMAN ALUMINIUM PADA STADIA BIBIT
Muhidln.....
98
H Pf, NG ERING BI]KUAN TERHADAP PERU BAHAN MORI'OLOG I SPERMATOZOA DOMBA TaWir Saill, Mohamad Agus Setiodi, Srlhadi Agungpriyono, Mozes R.Toelihere dan Arlef Boedlono. ..........
107
TSOLASI DNA PLASMID DENGAN METODDE MINIPREP QIAPREP (ISOLATING BACTEARIA PLASMID BY MINIPREP QIAPREP) MahantmadTautihdanSyair ........
ll8-122
-
106
Pf, NGARU
_tt7
PROSPEK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KARAMBA JARING APUNG IKAI{ KERAPU TIKUS (Cromilqta altlvelis) DI Kf,CAMATAN SOROPIA
Mukhtar
123
-
133
- 137
138
-
148
149
*
157
158-
166
167
-
172
173
- lg2
132
ANALISIS PROTDIN DAN ISOZIM PLANLET PISANG BARANGAN HASIL INDUKSI FILTRATFOC DAN BDBSECARA IN-VITRO
Rahman................... PRODUKTIVITAS PEKERJA DAN STRATEGI Gusna H.S, dan Abdul
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN (STUDI PADA MASYARAKAT PEDESAAN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA) L.M. Harafah
..................
DESKRIPSI DAN KLASIFIKASI PISANG LOKAL ASAL KABUPATEN BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA Hamlrul Hadini .. .... ..... . ... PENGARUH PENYAJIAN Pf,SAN PUPUK AGRODYKE DAN PENGGUNAAN VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PETANI
VISUALISASI MELALUI Is
kandar..........
ANALISIS PERTUMBUHAN DAN KEBUTUHAN INVE.STASI OPTIMAL SEKTOR PERTANIAN DI SULAWESI TENGGARA Ayub M.
Padangaran
...........:..........
STATUS CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) PADA EMPAT TANAMAN LOKAL SULAWEST TENGGARA Husna, Robidul Adowiyah, La Ode Albnuddin dan Faisol Danu
Tuhderu
AGRIPLUS, Volume 16 Nomor: 02 Mei 2006, ISSN 085+0U8
DESKRIPSI DAI{ KLASIX'II(ASI PISAI\G LOKAL ASAL KABUPATEN BUTON PROVINSI SULAWESI TEN GGARA QIeh: Hamirul
Hodinil)
ABSTRACT The aims of this research were to describe and classifi the banana cultivars of guton Regency. The description method was used according to IBPGR Centre. The system of classification adopted here is based on Simmond and Shepherd cil. Stover and Simmonds (1987) who used a scoring method to indicate the relative contributions of the two wild species to the constitution of any given cultivars. By using 15 characters, each character in which the variety agreed with wild M. acuminatq the score of I was given; for each character in which the variety agreed with M balbisiana the score of 5 was given; and intermediate expression of the characteru/ere assigned a scone of 2,3, or 4 according to its intensity. The result showed that (l) the high variability of banana cultivars of Buton Regency, (2) Banana cultivars of Buton Regency can be clasified into four group: AA group (Kadese Burung and Kadese Jarum), AAA group (Kadese Kaghai, Kadese Susu Mopute, Kadese Susu Mokito, Kadese Saburo Banggai, and Kadese Saburo de), AAB group (Kadese Silaja, Kadese Walanda, and Kadese Kapasi), and ABB grovp (Kadese Diwaka Ciki and Diwaka Kaedupa)
Key words: description, classification, banana cultivars
PENDAHULUAI\I
negara pengimpor pisang terbesar adalah
Cara penanaman tanaman pisang yang mudah Serta syarat-syarat lingkungan tumbuh pada iklim tropis yang sesuai, menyebabkan banyak jenis pisang yang dibudidayakan dan tumbuh subur di Indonesia. Harga pisang yang
dan Jepang, yang masing-masing mencapai 40yo, 35o/o, dan l0% dari impor dunia.
kompetitif, nilai nutrisinya yang tinggi, dan cocok untuk diet karena tanpa lemak dan sangat sedikit garam, serta tersedia sepanjang tahun menyebabkan konsumen pisang sangat banyak dan tersebar dari kalangan bawah
Honduras, Panama"
sampai kalangan atas.
pisang dengan membuka kebun pisang ratusan sampai ribuan hektar yang ditujukan untuk konsumsi ekspor. Lokasi perkebunan tersebut diantaranya di Halmahera Maluku Utara (PT. Global Agronusa lndonesia), Lampung (Multi Agro Corp dan PT. Nusantara Tropical Fruit), Irian Jaya (PT. Hasfarm Product), Lurvuk Sulawesi Tengah (PT.Chiquita Banana Corp), Riau (PT. Khatulistiwa Agro Birna), dan di Jakarta (PT. Polytani dan PT. Fitotek Unggul) (Riq 1996 dan Jaya, 1996), sedangkan di
Amerika Serikat, negara-negara Ergpa Timur,
Buah pisang merupakan buah yang terbanyak diserap oleh pasar lokal, karena tingkat konsumsinya yang cukup tinggi.
Besamya tingkat konsumsi
masyarakat
lndonesia terhadap pisang terlihat jelas pada pola jajan dan makan sehari-hari. Hampir
setiap rumah makan mulai dari kelas atas sampai pada kelas pinggir jalan menyediakan pisang sebagai 'pencuci mulut', belum lagi yang disediakan di rumah tangga. Pada saat ini produk pisang tidak saja dibutuhkan oleh pasar lokal, tetapi sudah digunakan pula sebagai komoditi ekspor yang dapat menjadi sumber devisa negara. NegaraI)
Kebutuhan pasar Amerika Serikat dan negara-
di suplai oleh negaranegaxa Amerika Latin (Ecuador, Costa Rica, negara Eropa Timur
dan Guatemala), sedangkan kebutuhan pasar Jepang disuplai oleh Philipina (Murray, 1999). Untuk merebut pasar dunia, terutama Jepang, beberapa pengusaha besar kita mulai terjun ke bisnis
Sulawesi Tenggara sampai awal tahun 2006
ini belum ada investor yang
berminat
menanamkan modalnya pada perkebunan pisang.
St4f Pengajar padu Jttru*ar Budidasya Pertotiot Fafultos Pertatian IJniversitas Haluoleo, Kendari.
149
r50
Tanaman pisang dipercaya berasal Tenggara (Stover dan Simmonds, 1987) sehingga di daerah tersebut terdapat keragaman jenis pisang yang cukup banyak. Berdasarkan kedua hal tersebut didirikanlah Southeast Asian Banana Germplasm Resource Center (IBPGR) yang berkedudukan di Kota Davao, Philipina dengan tujuan utama mengoleksi semua plasma nutfah pisang yang ada di Asia Tenggara (Pascua et aI.,1996). Semua pisang yang dikenal dan dikoleksi berasal dari dua spesies diploid, yaitu Musa acuminata (AA) dan luIusa balbisiana (BB), yang hasil silangan alaminya diberi nama Musa paradisiaca. Pisang yang dibudidayakan pada umumnya adalah diploid (AA), triploid (AAA, AAB, ABB group), serta beberapa kultivar baru tetraploid (AAAA) (Israeli dan Lahav, 1986). Vuylsteke et al., (1993) melaporkan
dari daerah Asia
bahwa usaha pemuliaan pisang secara seksual sudah berlangsung selama 70 tahun, tetapi belum ada hibrida yang berhasil dikembangkan. Oleh karena itu, untuk memperoleh pisang dengan sifat-sifat yang diharapkan
seperti tahan terhadap serangan hama dan penyakit, tahan terhadap cekaman kekeringan, tahan terhadap genangan, dan lain sebagainya para pemulia hanya dapat memanfaatkan variasi-variasi tanaman pisang yang terbentuk karena persilangan dan seleksi alamiah, serta
mutasi somatik atau variasi
somaklonal
melalui kultur jaringan tanaman. Pengamatan penulis pada beberapa daerah sentra pengembangan tanaman pisang di Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara menunjukkan bahwa taanaman pisang di daerah tersebut cukup beragam, tumbuh subur, dan sudah lama diusahakan sehingga banyak
petaninya telah familiar dengan tanaman pisang dan menjadikannya sebagai komoditas
andalan untuk meningkatkan pendapatan. Kultivar pisang lokal yang sudah puluhan bahkan ratusan tahun dibudidayakan oleh petani Buton secara tradisional tersebut sampai saat ini belum disentuh oleh peneliti, baik dari perguruan tinggi maupun dari i
nstansi -instansi terkai t.
Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas, sebagai tahap awal dipandang perlu dilakukan penelitian tentang deslcripsi dan klasifikasi kultivar pisang lokal asal Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara.
METODOLOGI PEIYELITIAN Eklsplorasi kultivar pisang lokal asal Kabupaten Buton
16
Nomor:
dilaksanakan selama
Bau-Baq yaitu Kecamatan Pasarwajo, Kecamatan Lasalimq dan KecamaLn
Sampolawa. Batran dan alat yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman pisang yang dibudidayakan petani, timbangan, meterarl tangga palu, parang, dan alat tulis menulis. Berdasarkan informasi dari Penyuluh Pertanian Lapangan, literatur, dan dari
instansi-instansi terkait di setiap kecamatan atau desa ditentukan plot-plot pengamatan berupa kebun petani. Kemudian dilakukan pengambilan data awal berupa informasi dari
petani pemilik atau pengoleksi berupa nama lokal, alasan dibudidayakan, asal bibit, dan hambatan yang diperoleh dalam mengelola kebun pisangnya.
Pengamatan dan Analisis Data.
Variabel pengamatan pada penelitian berupa karakter morfologi dan agronomi. Deskripsi lengkap dari setiap kultivar pisang lokal asal Kabupaten Buton digunakan cara pengelompokkan berdasarkan kategori dan ciri setiap variabel dari IBPGR Centre sebagai berikut:
ini
Brgian vegetatif
(1) Tinggi batang semu: 3 : pendek (1,8 - 2,0 m), 5 = sedang (2,4 -2,6 m),7 = tinggi (3,0 -
3,2 m); (2) Tumbuhnya anakan
terhadap
tanaman induk 3 : terbuk4 5 : sedang; 7 = padat; (3) Bercak pada batang semu (adanya daerah hitam atau coklat): 0: tidak ad4 3 :
sedikit,
AGRIPLUS, Volume
telah
tiga bulan mulai Juni sampai dengan Agustus 2004 pada tiga kecamatan penghasil pisang terbesar di Kabupaten Buton dan merupakan pemasok utama kebutuhan pisang pada pasar sentral Kota Pasarwajo dan pasar sentral Kota
02
5 -
sedang,
7 -
Mei 2006 ISSN 0854-0129
banyak; (4)
l5l Bentuk penamnpang melintang buah: | = membulat ratan 2 = agak bersegi dan 3 = sangat bersegi (beralur); (17) Ujung buah: I = tumpul, 2 = agak mengkerut (leher botol) dan 3 = sangat mengkerut; ( 18) Warna daging buah masak: I = seperti susu, 2 = kuning, 3 = orunge - kuning dan 4 = yang lain; (19) Sifat daging buah saat masak: I = manis dan beraroma, 2 = manis dan ixam, 3 = bertepung
Pigmentasi merah atau ungu pada batang semu dan helaian daun: 0 = tidak ad4 J = sedikit, 5 = sedang, 7 : banyak; (5) Adanya lilin pada batang semu dan helaian daun: 0 : tidak ada,
3 = sedikit,5 = sedang,T =
banyak; (6) Bentuk pangkal helaian daun: I = bentuk baji/pasak, 2 = membulat, 3 : bertelinga; (7) Bentuk helaian daun (perbandingan panjang terhadap lebar) : 3 = pendek (2,2 - 2,4), 5 =
dan asam dan 4 = yang lain;
-2,9),7 = panjang (3,2- 3,4); (8) Warnah getah tanaman: 1 = pucat/putih, 2 : sedang (2,7
pink; (9) Tepi tangkai daun: I
:
melebar/
membentang 2 = tegailurus, 3 = menggulung.
pelindung pada aksis janran: 0 = tidak terdapat kuncup jantan, 3 -= pcrrdck tidak nrcnonjol sedikit, 5 = sedang; dan 7 = menonjol; (22) Penyirapan kuncup janran: 0 = tidak terdapat
Karangan bunga dan buah Sudut aksis karangan bunga betina: 3 = tegah 5 : mendatar, 7 = menggantung; (2) Adanya rambut pada ibu tangkai bunga: 0 = gundul, 3 = berambut halus, dan 7 = berambut kasar; (3) Jumlah kelompok buah (sisir): 3 = sedikit (6 * 7 sisir), 5 = sedang (8 - 9 sisir) dan 7 = banyak (10 - ll sisir); (4) Warna tenda bunga majemuk pada bunga jantan: I = hijav" 2 = putih, 3 - putih agak kuning samapai orange dan/atau merah muda dan 4 = yang lain; (5) Bentuk kuncup bunga: I = sempit - lanse! 2 = lanset dan 3 = bulat telur; (6) Ujung kuncup bunga jantan: 1 = tumpul; dan 2 = runcing; (7) Adanya lilin pada daun pelindung bunga jantan: 0 = tidak ad4 J = sedikit, 5 = sedang dan 7 = tebal; (8) Susunan bungajantan: 1 = I baris dan 2 =2 baris; (9) Warna kulit buah yang belum masak: I = hijau, 2 = pink dan 3 : yang lain; (10) Tekstur kulit buah yang belum masak: I = gundul/glabrous, 2 = glaucous dan 3 : berambut; (l l) Tekstur kulit buah yang masak: 1 = gundul/glabrous, 2 = glaucous dan 3 = berambut; (12) Warna kulit buah masak: 1 = hijau; 2 : hijau -kuning 3 = kuning, 4 = orange dan 5 = yang lain; (13) Perekahan buah masak: 0 = tidak merekah dan + : merekah dengan alur memanjang; (14) Penyisipan/ penempatan pangkal buah: 0 = duduk (tidak ada tangkai buah), 3 : bertangkai pendek dan 7 : bertangkai panjang; (15) Benruk buah (perbandingan panjang dan lebar, tidak termasuk tangkai bunga), 3 = pendek (Z -3), s = sedang (4 - 5) danT = panjang (6 - 7); (16)
(l)
AGRIPLaS, Volume
76
Nomot
(20)
biji dalam ruang bakal biji: I = dua baris, 2 = 2 - 4 baris, 3 = > 4 baris dan 4 = yang tain; (21) Bekas daun Susunan bakal
kuncupjantan, l-menggulung/tidak
menyirap, 2 = agak menyirap dan 3 = sangat menyirap; (23) Ketahanan daun pelindung bunga jantan: 0 = mudah gugur (tidak tahan) dan + = tahan, mengering pada aksis jantan; (24) Bentuk daun pelindung bungajantan:0 =
tidak ada kuncup janran, 3 : lanset (paling besar < 0,28 panjangnya dari pangkal), 5 = sedang (paling lebar 0,28 - 0,30 panjangnya dari pangkal), 7 = bular telur (paling lebar > 0,30 panjangnya dari pangkal); (25) Ujung daun pelindung bunga jantan: 0 = tidak ada kuncup jantan, 3 = runcing, 5 = sedang dan 7 = tumpul; (26) Aksis janran: 0 = tidak ada dan + = ada; (27) Sudut aksis karangan bunga jantan: 0 = tidak ada aksis jantan, 3 = tegak, 5 = mendatar dan 7 = ntenggantung; (28) Wama luar daun pelindung bunga jantan: 0 = tidak ada kuncup jantan, I = hijau - kuning, 2 = nterah - ungrl 3 = coklat - perunggu dan 4 =
yang lain; (29) Warna bagian dalam daun pelindung bunga jantan: 0 = tidak ada kuncup jantan, I : merah muda/pink pucat atau ungu memudar ke arah pangkal, 3 = merah tua terang sampai ke pangkal, 4 = kuning perunggu dan 5 = yang lain; (30) Warna bunga jantan: 0 = tidak ada bunga jantan, I = putih susu, 2 = sedikit mertah muda, 3 = pink kuaVmemerah, 4 = pucuknya kuning - orange pada tepala majemuk, 5 = yang lain; (31) Tekstur daun pelindung bunga jantan: I tumpul/berombak tumpul dan 2 = halus dan
:
02
Mei 2006
ISSN 0854-0129
152
mengkilat; (32) Wama kepala putik (dicatat untuk bunga jantan): 0 = tidak ada bunga jantan, I = spt susu./kuning pucat/pink pucat, 2 = orange - kuning kuat dan 3 = yang lain; (33) Fertilitas bunga jantan: 0 = pollen steril (tak ada bunga jantan) dan + = p6llen fertil. Tabel
l.
8. 9. 10. l. 12. 13. 14. 15.
I
(Stover dan Simmond,l 987).
Kriteria yang digunakan untuk menetapkan skor dari kultivar pisang
No. Karakter l. Warna batang semu 2. Petiolar 3. 4. 5. 6. 7.
Selanjutnya untuk mengklasifikasi kultivar pisang berdasarkan komponen dan susunan genomnya digunakan kriteria sebagai berikut
M. acurninata
M. balbisiana
Ada bercak coklat atau hitam Tep inya terbuka/ bersayap/tidak menutupi btg semu
Terang atau tidak ada bercak
Peduncle
Seperti rambut
Pedicels
Pendek
Ovule
Dua baris yang teratur
Daun pelindung rasio Penggulungan daun pelindung
Tinggi(<0,28)
Bentuk daun pelindung Ujung daun pelindung
Tepinya tertutup/tidak bersayap/menutupi batan g semu Glabrous Panjang 4 baris yang tidak teratur Rendah (>30)
Terlepas dan menggulung ke belakang
Terangkat dan tidak menggulung
Lanset- hampir ovate
Ovate
Tajam
Tumpul Luar: coklat
Luar: merah, ungu, atau kuning Dalarn: pink, ungu, atau kuning Warna daun pelindung saat layu Pucat - kuning ke arah pangkal Nampak jelas Bekas daun pelindung Mengkerut Tepal dari bungajantan Putih crem Warna bunga jantan Orange dan kuning cerah Wama stigma Warna daun pelindung
Setiap karakter yang diamati diberi skore 1 untuk M. acuminata dan 5 untuk M.balbisiana, sedangkan sifat antaral intermediat dari keduanya diberi skor 2, 3, atau 4. Selanjutnya ke I 5 skor dari satu kultivar tersebut dijumlahkan dan nilainya digunakan untuk menentukan penggolongan kultivar sebagai berikut: 15 * 24 bergenotipe AA sampai AAA, 25 - 44 bergenotipe AAB, 45 - 54 bergenotipe AAB samapi AB, 55 - 64 bergenotipe ABB, dan 65 - 74 bergenotipe ABBB.
terang
-
ungu, Dalam: krem
Pucat merata sampai pangkal
Kurang kelas
Tidak mengkerut Merah pink Crem, agak kuning, atau agak pink
IIASIL DAN PEMBAHASAI{ Identilikasi
Observasi
yang dilakukan pada
Kecamatan Pasarwajo, Kecamatan Lasalimu, dan Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton
telah berhasil mengidentifikasi 14 kultivar pisang yang secara kontinu dibudidayakan oleh masyarakat dengan berbagai alasan. Kultivar pisang hasil observasi tersebut ditunjukkan,pada Tabel 2.
AGRIPLUS, Volume 16 Nomot: 02 Mei 2M6 ISSN 085/14128
153
Tabel 2. Kultivar-kultivar pisang lokal hasil observasi di Kabupaten Buton No. Nama Lokal Kultivar
l.
Pisang
Sinonim
Kadese Tandu Usu Karambau Pisang Tanduk
2. Kadese Tandu 3. Kadese Kaghai 4. Kadese Silaja 5. Kadese Susu Mokito 6. Kadese Susu Mopute 7. Kadese Saburo Banggai 8. Kadese Saburo Ee 9. Kadese Burung
Pisang Tanduk Pisang Raja
l.
Kadese
yang sudah cukup langka dibudidayakan seperti Kadese Tandu Usu Karambau dan Kadese Tandu. Hal ini dapat terjadi karena pisang yang laku dan harga relatif tinggi di pasaran sehingga jenis-jenis pisang tertentu yang tidak atau kurang laku di pasaran akan tidak rnendapat perhatian bahkan cenderung ditebang dan diganti dengan jenis pisang yang lain, yang nantinya dapat menimbulkan erosi
Pisang Ambon Pisang Ambon Pisang Mas
Pisang Kepok Pisang Kepok
13. Kadese Walanda 14. Kadese Kapasi
Tabel di atas menunjukkan bahwa masih aukup banyak kultivar pisang lokal dibudidayakan
Ciki dan
Diwaka Kaedupa dan ada pula kultivar pisang
petani cenderung membudidayakan jenis-jenis
Kadese Diwaka Ciki
berkesinambungan di
seperti Kadese Diwaka
Pisang Susu
12. Kadese Dirvaka Kaedupa
yang
diamati bahwa distribusi penanaman kultivarkultivar pisang tersebut tidak merat4 yaitu ada jenis pisang yang penanamannya lebih luas
Pisang Susu
10. Kadese Jarum I
Namun demikian, nrelalui observasi ini
oleh petani
genetik pisang.
Deskripsi Berdasarkan hasil p€ngamatan dan evaluasi sifat masing-rnasing kultivar pisang asal Kabupaten Buton, maka dapat disusun deskripsi seperti pada Tabel 3.
secara
Kabupaten Buton.
AGRIPLAS, Yolume
76
Nomor:
02
Mei
2006, ISSN 0854-0128
154
Tabel 3. Deskripsi
No.
A.
l4 kultivar
pisang lokal hasil observasi di Kabupaten Buton Jenis kultivar pisang
Sifat Morfologi
ABCDE 7757 3335 3330 3730 3553 1311 7537 llll 3213
Bagian Vegetatif a. Tinggi batang semu b. Tumbuhnya anakan c. Bercak batang semu d. Pigmentasi batang & helaian daun e. Adanya
lilin
f. Pangkal helaian daun
B.
g. Bentuk helaian daun h. Warna getah i. Tepi tangkai daun
Sifat Buah a. Jumlah sisir
33 ll 22 22 22 ++ 77 75 23 23 ll 33
b.Warna kulit buah saat masak c. Tekstur kulit buah belum masak d. Tekstur kulit buah masak e. Warna kulit buah masak f, Perekahan Buah masak g. Penyisipan pangkal buah h. Bentuk buah i. Bentuk penampang melintang buah
j.
.
U.iung buah
k. Warna daging buah masak l. Sifat daging buah saat masak
7 J
3' J 5
I 7 1
3
I 2
I I 0 3 5
.,
77 33 JJ 33 33 ll 57 1l ))
5555 llll 2112 1112 3512 +++0 7337 5377 2212 t2t2 2lll 2ll1
Karangan Bunga a. Sudut aksis bunga betina b. Rambut ibu tangkai bunga c. Warna tenda bunga jantan d. Bentuk kuncup bunga e. Ujung kuncup bungajantan f. Lilin daun pelindung bunga jantan g. Susunan bungajantan h. Bekas daun pelindung bungajantan i. Penyiripan bunga jantan j. Ketahanan daun pelindung bungajantan k. Bentuk daun pelindung bungajantan l. Ujung daun pelindung bungajantan m. Sudut aksis bunga jantan n. Warna luar daun pelindung bunga jantan o. Warna dlm daun pelindung bunga jantan p. Warna bunga jantan q. Tekstur daun pelindung bunga jantan
7 0 4 1
2 J
I 7 2
+ J
5
7
I 3
4
I
r. Warna kepala putik
AGRIPLUS, Volume
1
16
Nomor:
02
* * *
7
5
7
3
0
0
*
2
J
5
I
I
2 2 7 2
* * * +
* * t .* * * *
* * rl
Mei 2006
2
1
5
7 2 7 2 0
2 7 2
+
5
2 0 J
5
3
J 7
7 7
5
3
J
3
4
3
I I I
4
7
1 1
ISSN 0854-0n8
77 00 32 2t 22 50 22 57 22 0+ 33 55 77 33 l3 1t 1l l1
r55
No.
A.
Sifat Morfologi Bagian Vegetatif a. Tinggi batang semu
B.
b. Tumbuhnya anakan c. Bercak batang semu d. Pigmentasi batang & helaian daun e. Adanya lilin f. Pangkal helaian daun g. Bentuk helaian daun h. Warna getah i. Tepi tangkai daun Sifat Buah a. Jumlah sisir b.Warna kulit buah saat masak c. Tekstur kulit buah belum masak d. Tekstur kulit buah masak e. Warna kulit buah masak
Jenis kultivar pisang
7577777 3533533 3075557 3 s 3 353'1 lll37tl 7777375 1llll11 2123322
3
0' 0 533
5
ss7t733 lllllll
",
1141)t
2222221 1323333 000++00 7331773 755s55s 222333r 222tlr2 t212222 12t232r
f. Perekahan buah masak
C.
M
H
g. Penyisipan pangkal buah h. Bentuk buah i. Bentuk penampang melintang buah j. Ujung buah k. Warna daging buatr masak L Sifat dagrng buah saat masak
Karangan Bunga
77573 00033 ?3223 2t233 22121 0337s 22222 73755 12r33 ++000 37775 53777 7.7775 32222 3431r I 4, I t22tl lllll
a. Sudut aksis bunga betina b. Rambut pd ibu tangkai bunga c. Warna tenda bunga jantan d. Bentuk kuncup bunga e. Ujung kuncup bungajantan f. Lilin daun pelindung bunga jantan
g. Susunan bungajantan h. Bekas daun pelindung bungajantan i. Penyiripan bunga jantan j. Ketahanan daun pelindung bungajantan k. Bentuk daun pelindung bunga jantan l. Ujung daun pelindung bunga jantan m. Sudut aksis karangan bungajantan n. Warna luar daun pelindung bunga jantan o. Warna dlm daun pelindung bunga jantan p. Warna bunga jantan q. Tekstur daun pelindung bungajantan r. Warna kepala putik
7
7
3
0
2
2
I
I 2
I 5
4
)
5
5
J
3
0
0
0
5
7
5
7
7
3
2
I
I
5
2
'I
4
I
I
l
I
I
Keterangan:*:Tidakberjantung;A=KadeseTanduUsuKarambau;J=KadeseJarum;B=Kadese Tandu;K=KadeseDiwakaCiki;C=KadeseKaghai;L:KadeseDiwakaKaedupa;D=KadeseSilaja;M= KadeseWalanda;E=KadeseSusuMokito;N=KadeseKapasi; F:KadeseSusuMopute; G=Kadese Saburo Banggai; H = Kadese Saburo Ee dan I = Kadese Burung.
AGRIPLUS, Yolume 76l{omor:
02
Mei 2006
ISSN 0851-0U8
156
l4
Deskripsi di atas menunjukkan bahwa pisang hasil identifikasi di Kabupaten
Buton ada yang mempunyai sedikit perbedaan deskripsi dan ada pula yang nampak menyolok perbedaannya. Hal ini dapat terjadi karena semua kultivar pisang merupakan hibridhibrid sehingga sifat-silat dari tetuanya yng dominan pada hibrid satu berbeda dengan hibrid yang lainnya. Stover dan Simmonds (1987) menyatakan bahwa kultivar pisang merupakan klon-klon yang terjadi dari mutasi somatik atau akibat persilangan secara alami yang telah terjadi dan bcrjalan sangat lama.
Klasifikasi
Stover dan Simmonds
jenis liar, yaitu dari Musa acuminata
oleh
ploidinya (Stover dan Simmonds, 1987) maka kultivar pisang lokal asal Kabupaten Buton
hasil eksplorasi dapat diklasifikasi pada Tabel 4.
faktor
lingkungan asalnya.
Tabel
4. Klasifikasi kultivar
pisang lokal asal Kabupaten Buton
No. Nama Lokal
Skor
Klasifikasi
I
KadeseTandu Usu Karambau
40
2
Kadese Tandu
41
3
Kadese Kaghai
24
4
Kadese Silaja
35
5
Kadese Susu Mokito
2t
6
Kadese Susu Mopute
23
7
Kadese Saburo Banggai
22
8
Kadese Saburo Ee
24
AAB Group AAB Group AAA Group AAB Group AAA Group AAA Group AAA Group AAA Group
9
Kadese Burung
t6
AA
Group
l0
Kadese Jarum
18
AA
Group
l1
Kadese Diwaka Ciki
59
Kadese Diwaka Kaedupa
63
r3
Kadese Walanda
JJ
t4
Kadese Kapasi
40
ABB ABB AAB AAB
Group
t2
AGRIPLUS, Volume 16 Nomor:
dan
Musa balbislnla. Berdasarkan proporsi sifat relatif dari kedua asal pisang tersebut serta
Poedjoarianto ( I 99a) menjelaskan bahwa perbedaan w€una pigmentasi dan lapisan lilin
kemungkinan disebabkan
(1937)
menyatakan bahwa sebagian besar pisang yang buahnya enak dimakan berasal dari dua
02
Mei m06
Group Group Group
ISSN 0854-0128
seperti
157
KESIMPULAI\I DAI\ SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (a) keragaman pisang lokal di Kabupaten Buton masih cukup tinggi dengan distribusi pembudidayaan yang tidak merata, (b) kultivar pisang lokal asal Kabupaten Buton dapat diklasifikasi menjadi empat kelompolq yaitu AA Group (Kadese Burung dan Kadese Jarum), AAA Group
Israeli, Y. and E. Lahav, 1986. Banana. .ln: S.P. Monselise (Ed), Handbook of fruit set and development. CRC Press, Florida.
Jay4 U., 1996. Perkebunan cavendish terbesar dan termodem di Indonesia. Trubus 7.
Murray, K.L., 1999. The U.S. Market for bananas.
Seminar Agribusiness
(Kadese Kaghai, Kadese Susu Mopute, Kadese Susu Mokito, Kadese Saburo Banggai, dan Kadese Saburo Ee), AAB Group ( Kadese
Disarankan hal-hal berikut: (a) perlu perhatian pemerintah dan swasta dalam menghindari erosi genetik pisang, seperti membuka Kebun Koleksi Pisang, (b) perlu
Bananas,
Pascua, O.C., M.C. Sabornido, and N.D. Beltran,
1996. Philippine banana cultivar: their morfological and agronomic characters. Davao Eksperimen Station, Philippines.
Pudjoarinto, A, 1994. Penelitian sistem informasi plasma nutfah pisang di Kebun Plasma Nutfah Pisang Kotamadya Daerah Tingkat
II Ygyakarta.
Kerjasama Dinas Pertanian Kotamadya Daerah Tingkat ll Yogyakarta dengan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
dilakukan penelitian serupa pada lokasi yang berbeda.
of
Jakarta.
Silaja Kadese Walanda dan Kadese Kapasi), dan ABB Group (Kadese Diwaka Ciki dan Diwaka Kaedupa).
318 : 4 -
fu4 A.,
1996. 12 Pisang Komersial. Trubus 318:
l0 Satuhu,
-
12.
S. dan A. Supriyadi, 2001.
Pisang:
Budidaya, pengolahan, dan prospek pasar.
Edisi
IX.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Stever, R.H., and N.W. Simmonds, 1987. Bananas. Third edition. John Wiley and Sons, New York.
D., R. Ortiz, C. Pasberg-Cauhl, C. Gold, S. Ferris, and P. Spenjer, 1993. Plantain and banana research at The International Institute of Tropical Agriculture. l'lort Science 28 (9) : 873-
Vuylsteke,
874 ;970-971
.
AGRIPLUS, Volume T6IYomor: 02 Mei 2006, ISSN 085*0U8