1
KAJIAN PERKEMBANGAN DAN DORMANSI PADA BIJI PADI (Oryza sativa L.)VARIETAS ARIZA DAN SUNGGAL SERTA PEMECAHANNYA
TESIS
DONNA SINAMBELA 067001001/Agr
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
2
KAJIAN PERKEMBANGAN DAN DORMANSI PADA BIJI PADI (Oryza sativa L.)VARIETAS ARIZA DAN SUNGGAL SERTA PEMECAHANNYA
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Agronomi Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
Donna Sinambela 067001001/Agr
SEKOLAH PASCASARJANA AGRONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
3
Judul Tesis
:
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi
: : :
KAJIAN PERKEMBANGAN DAN DORMANSI PADA BIJI PADI (Oryza sativa L.,) VARIETAS ARIZA DAN SUNGGAL SERTA PEMECAHANNYA Donna Sinambela 067001001 Agronomi
Menyetujui:
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B.MSc) Ketua
Ketua Program Studi
(Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc)
Tanggal Lulus
(Dr. Ir. Elisa Julianti, MS) Anggota
Direktur
(Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa, B. Msc)
: 09 September 2008
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
4
Telah diuji Pada Tanggal, 09 September 2008
Panitia Penguji Tesis : Ketua : Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa, B. MSc Anggota : Dr. Ir. Elisa Julianti, MS Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc Dr. Ir. Rosmayati, MS Dr. Ir. Hamida Hanum, MS Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
5
ABSTRAK Donna Kristina Sinambela.. Kajian perkembangan dan dormansi pada biji padi (Oryza sativa L.) varietas Sunggal dan Ariza Hibrindo R-1 serta pemecahannya, dibawah bimbingan Prof. Dr. T. Chairun Nisa, B. MSc selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Ir. Elisa Julianti, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola perkembangan benih padi varietas Sunggal dan Arize-hibrindo R-1, serta menetapkan fase matang fisiologis pada ke dua varietas tersebut. Untuk mengetahui penyebab serta pemecahan dormansi yang tepat dan efektif pada varietas sunggal dan arize hibrindo R-1 sehingga dapat diterapkan oleh analis benih Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) dan Produsen benih dalam pengujian perkecambahan, untuk mendukung program sertifikasi benih. Penelitian ini terdiri dari dua percobaan. Penelitian pertama tentang perkembangan fisiologis biji padi pada kedua varietas. Parameter yang diamati : berat segar biji dan berat kering biji, kadar air biji, dan kandungan hormon ABA dan IAA selama perkembangan biji. Analisis data disusun berdasarkan statistik deskriptif. Penelitian ke dua tentang mengkaji dormansi serta pemecahannya yang disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah varietas padi yang terdiri dari 2 taraf yaitu varietas : Sunggal, Hibrida (Arize-Hibrindo R-1) dan Faktor ke dua adalah Pemecahan Dormansi yang terdiri dari 7 taraf yaitu : 1. Benih tidak diberi perlakuan (kontrol); 2. Pengupasan sekam secara hati-hati; 3. Pengupasan sekam dan menggores endosperm; 4. Pemanasan benih dalam oven pada suhu 50°C selama dua hari; 5. Perendaman benih dalam larutan KNO3 3% masing-masing selama dua hari; 6. Pemanasan benih dengan oven pada suhu 50°C selama dua hari, diikuti perendaman dalam larutan KNO3 3% masing-masing selama 2 hari; 7. Perendaman benih dalam larutan giberelin 0.02% selama 2 hari. Pengujian daya berkecambah dilakukan dengan metode Roled Paper. Empat ratus (400) butir benih diambil dari masing-masing perlakuan dan ditabur dalam empat (4) ulangan. Parameter yang diamati : persentase daya berkecambah pada 0, 2, 4, 6 dan 8 minggu setelah panen, kadar lemak biji pada 0, 6 minggu setelah panen. Hasil penelitian pertama menunjukkan bahwa perkembangan benih padi pada kedua varietas menunjukkan pola/kurva perkembangan benih fisiologis secara normal untuk berat segar biji dan berat kering biji, kadar air biji, dan stadium masak fisiologis dicapai pada umur 27 hari setelah antesis. Kandungan hormon ABA pada biji semakin meningkat dengan meningkatnya stadia kemasakan biji. Selanjutnya kandungan hormon IAA pada perkembangan biji menurun dengan semakin meningkat stadia kemasakan biji. Hasil penelitian tahap kedua menunjukkan bahwa perlakuan varietas dan pemecahan dormansi berpengaruh sangat nyata terhadap persentase benih berkecambah. Varietas Ariza lebih cepat berkecambah, yaitu pada 0 dan 2 minggu Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
6
setelah panen memiliki perkecambahan yang lebih tinggi dari pada varietas Sunggal, sedangkan untuk varietas Sunggal perkecambahan yang tinggi mulai 4 minggu setelah panen. Pemecahan dormansi yang lebih cepat pada perlakuan Giberelin yang ditunjukkan oleh persentase benih berkecambah 98% pada 0 dan 2 minggu setelah panen. Pemanasan benih dengan oven pada suhu 500C selama 2 hari diikuti perendaman dalam larutan KNO3 3% masing-masing selama 2 hari dan perlakuan pemanasan benih dalam oven pada suhu 500C selama 2 hari mengakibatkan penurunan kandungan asam lemak yang nyata baik pada varietas sunggal maupun arize. Kata Kunci : Biji Padi, Dormansi Benih, Hormon ABA dan IAA
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
7
ABSTRACT Donna Kristina Sinambela. Studies on the development and dormancy of the rice seed, (Oryza sativa L,.) varieties Sunggal and Ariza Hibrindo-R1, and methods for breaking it, under supervision of Prof. Dr. T. Chairun, Nisa, B., MSc (Supervisor) and Dr. Ir. Elisa, Julianti, MS (Co- Supervisor). The first objective of the research was to study the development pattern of the two rice seed varieties in order to ascertain their physiological maturity stage, while the second objective was to obtain the most effective treatment for breaking their dormancy closely after harvest, in order to facilititate the seed analyst at BPSB to record the germination percentage for the seed certification programme. The research consisted of two experiments. The first was a descriptive experiment on the physiological development of both varieties of rice seeds. Parameters observed were fresh and dry seed weight, seed moisture content, and changes in the contents of the growth regulators ABA and IAA during seed development. Data were analyzed using the descriptive statical method. The second experiment was on dormancy breaking, using the Factorial Completely Randomized Design with two factors. The first factor was rice variety wich consisted of two levels, namely the sunggal variety and the ariza hibrindo R-1 variety. The second factor was seed treatments which consisted of seven levels : 1. without any treatment (control); 2. peeling the hull carefully; 3. peeling the hull and scratching the endosperm; 4. heating at 50°C for two-days; 5. soaking in 3% KNO3 for two-days; 6. heating at 50°C for two-days; followed soaking in 3% KNO3 for two-days each, soaking in 0.02 % gibberellin for two-days. After each treatment, germination test were carried out by the rolled paper towel method using 400 seeds with 4 replicates each. Parameters observed were germination percentages at 0, 2, 4, 6 and 8 week after sowing and fatty acid content of the seeds at 0 and 6 weeks after harvest. Results from the first experiment showed that seeds of both rice varieties followed normal physiological development curves for both fresh and dry seed weight, and seed moisture content, and that physiological maturity stage was obtained at 27 days after anthesis. ABA content increased with increase in seed maturity, while IAA content decreased with seed maturity. Results from the second experiement showed significant differences between the varieties and among seed treatments. Earlier germination at 0 and 2 weeks after harvest was obtainted for the variety ariza while for the variety sunggal high germination percentages started at 4 weeks after harvest. Highest germination percentages at 0 and 2 weeks after harvest of 98% each, was obtained from soaking in 0.02% gibberelin. Heating at 50°C followed by soaking in 3% KNO3 each for twodays, and heating at 50°C for two-days resulted in significant decreases of the fatty acid content of seed of both varieties. Key Words : Rice Seed, Seed Dormancy, Hormone ABA and IAA. Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
8
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di Kerajaan Surga atas kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Penulis
menyadari
sepenuhnya
dari
mulai
perencanaan
penelitian,
pelaksanaan penelitian hingga penulisan tesis ini, penulis banyak menerima bantuan dari banyak pihak, baik berupa doa, dorongan semangat, perhatian, bimbingan, tenaga, fasilitas, materi, dana dan sebagainya. Dalam tulisan ini penulis mencoba semampunya untuk menuangkan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian dan tulisan ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang terdalam kepada : 1. Ibu Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa, B. Msc., selaku Ketua Komisi Pembimbing sekaligus Direktur Sekolah Pasca Sarjana USU yang telah begitu banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 2. Ibu Dr. Ir. Elisa Julianti, MS., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang juga telah banyak membantu penulis dalam penulisan tesis ini. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc., selaku Ketua Program Studi Agronomi dan Bapak Prof. Dr. Chairuddin Lubis, selaku Rektor USU Medan yang telah menerima dan mendidik penulis sebagai mahasiswa di Sekolah Pasca Sarjana USU.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
9
4. Kepala Balai Pengawasan Dan Sertifikasi Benih Medan, Kepala Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis dalam mengikuti izin belajar pada Sekolah Pasca Sarjana USU. 5. Bapak Ir. Lalu Sukarno, selaku Kepala Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian Bogor, Ibu Dr. Ir. Elisa Julianti, selaku Kepala Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Medan, Bapak Kusnadi, selaku Asst. Kebun Percobaan Pasar Miring Medan, dan juga seluruh Staff dan Pegawai Kebun Percobaan Pasar Miring Medan yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu. 6. Spesial Thanks buat temanku yang sangat baik yaitu Lince Romauli Panataria yang telah banyak berkorban baik waktu maupun materi selama penulis menyelesaikan studi di Sekolah Pasca Sarjana USU Medan. 7. Sobatku yang baik Titir br. Butar-butar, Julia br. Hutahaean yang telah banyak membantu dan memberi dorongan kepada penulis selama study maupun selama penelitian berlangsung. Kalian adalah sobatku yang baik. 8. Thanks buat Bang Sabar Sinaga dan Rekan-rekanku yang ada di Laboratorium Kak Ir. Raulina Situmeang, Kak Herdeliana Manihuruk, Kak Bonur Situmorang, Kak Lusperia Butar-butar, Kak Liner Simanjuntak, Kak Purnama Hutasoit ’n Eka Ruliyani. 9. Buat teman-teman kuliahku stambuk 2006 yaitu Iwan Hasrizart, Syamsafitri, Julia. E. Hutahaean, Muhammad Nasir, Early Tiurlan. Irawati Rosalyne.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
10
10. Kepada kedua orang tua, Bapak K.R Sinambela dan Ibu S.T. Naiborhu yang memotivasi untuk melanjutkan pendidikam S2, dan semua adik-adikku, Elisabeth, Horas, Natalin, terima kasih atas semua dukungan doa dan perhatiannya. 11. Terima kasih yang terdalam kusampaikan kepada suami terkasih, Raja Marnangkok Siahaan, S.E., Ak., yang dengan setia memberi motivasi/dukungan moral dan materiil, juga kepada putra-putriku Gamaliel Bungaran Siahaan, Galvano Sosuharon Siahaan, Giovanni Serena Siahaan atas pengertian, waktu, dan dorongan sekolah. Kiranya karya ini, hadiah terindah buat kalian. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.
Medan,
Juli 2008
Penulis
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
11
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan RahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr. T. Chairun Nisa, B. MSc. Selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan kepada Ibu Dr. Ir.. Elisa Julianti, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini berjudul ”Kajian Perkembangan dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza dan Sunggal serta Pemecahannya”. Tulisan ini merupakan persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan terutama bagi para produsen benih, analis benih di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih untuk mendapatkan cara pemecahan dormansi yang tepat dan efektif. Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih belum sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak dalam penyempurnaannya.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
12
Akhir kata penulis berharap, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Medan,
Juli
2008
Hormat saya, Penulis
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
13
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................
Halaman i
ABSTRACT ...............................................................................................
iii
UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................
iv
KATA PENGANTAR ...............................................................................
vii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xii
PENDAHULUAN ........................................................................... ......... Latar Belakang .................................................................................... Perumusan Masalah ............................................................................ Tujuan Penelitian ................................................................................ Hipotesis .............................................................................................. Manfaat Penelitian ..............................................................................
1 1 3 4 4 5
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ Proses Pembentukan Biji dan Perkecambahan ................................... Dormansi Pada Benih Padi ................................................................. Perlakuan Pematahan Dormansi ......................................................... Perlakuan Mekanis .................................................................... Perlakuan Kimia ........................................................................ Perlakuan Hormon Giberelin .................................................. Peranan Beberapa Zat Pengatur Tumbuh dalam Perkecambahan ...... Hormon ABA (Asam Absisat) ................................................... Hormon IAA (Asam indol-3 asetat) ..........................................
6 6 9 12 12 14 14 16 16 16
METODE PENELITIAN ........................................................................... Tempat dan Waktu .............................................................................. Bahan dan Alat Penelitian ................................................................... Rancangan Penelitian ..........................................................................
18 18 18 19
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
14
Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ Benih ......................................................................................... Persiapan Lahan ........................................................................ Penyemaian Bibit ...................................................................... Penanaman Bibit ....................................................................... Pemupukan ............................................................................... Pemeliharaan Tanaman ............................................................. Perkecambahan ......................................................................... Penelitian Pertama .............................................................................. Pengamatan Kandungan Hormon pada Biji Padi ...................... 1. Analisisis Kandungan ABA .................................................. 2. Analisis Kandungan IAA ...................................................... Penelitian Kedua ................................................................................. a. Pemanenan ............................................................................. b. Pengujian ............................................................................... c. Pengamatan Daya Berkecambah ........................................... Variabel Yang Diamati pada Penelitian Pertama ............................... 1. Berat Segar Benih .................................................................. 2. Berat Kering Benih ................................................................ 3. Kadar Air Benih .................................................................... 4. Kekerasan Benih ................................................................... 5. Daya Berkecambah ............................................................... 6. Kandungan ABA ................................................................... Variabel yang Diamati pada Penelitian Kedua ................................... 1. Lemak .................................................................................... 2. Daya Berkecambah ................................................................
20 20 21 21 21 22 22 23 24 24 24 25 25 25 25 26 27 27 27 27 28 28 28 29 29 29
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ Hasil Penelitian Tahap Pertama .......................................................... Hasil Penelitian Tahap Kedua .............................................................
31 31 53
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ Kesimpulan ......................................................................................... Saran ...................................................................................................
62 62 63
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
64
LAMPIRAN ..............................................................................................
69
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
15
DAFTAR TABEL No 1.
Judul Halaman Rataan Berat Segar Biji, Berat Kering Biji, Kadar Air Biji, Kekerasan Biji, Daya Kecambah mulai dari 0 HSA (Awal Anthesis) sampai 30 HSA (Panen) .............. 31 ……..............................
2.
Perkembangan Bunga Padi Varietas Sunggal ....................................
40
3.
Perkembangan Biji Padi Varietas Sunggal .........................................
41
4.
Perkembangan Bunga Padi Varietas Ariza ……………….………...
43
5.
Perkembangan Biji padi Varietas Ariza .............................................
44
6.
Rataan Persentase Benih Berkecambah Pada Padi (%) Pada Perlakuan Varietas Dan Pemecahan Dormansi ……………………..
54
Rataan Persentase Kadar Asam Lemak Pada Padi (%) pada Perlakuan Varietas dan Pemecahan Dormansi ……………………...
59
7.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
16
DAFTAR GAMBAR No 1.
Judul Halaman Pertambahan Berat Basah Biji Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal Dan Varietas Ariza mulai dari 0 – 30 HSA …..................... 32
2.
Perubahan Berat Kering Biji Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal Dan Varietas Ariza dari 0 – 30 HSA ...................................
33
Perubahan Kadar Air Biji Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal Dan Varietas Ariza dari 0 – 30 HSA ……..........................................
34
Grafik Perubahan Berat Segar, Berat Kering, Kadar Air Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal dari 0 – 30 HSA ……….............
35
Grafik Perubahan Berat Segar, Berat Kering, Kadar Air Pada Tanaman Padi Varietas Ariza mulai dari 0 – 30 HSA……………....
35
Perubahan Kekerasan Biji Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal Dan Varietas Ariza dari 0 – 30 HSA …………..................................
36
Perubahan Daya Berkecambah Biji Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal danVarietas Ariza dari 0 – 30 HSA ………………………..
38
8.
Bagian – bagian Bunga Padi ………………………………………..
39
9.
Kurva Perubahan Kandungan Hormon ABA Dan IAA Pada Biji Padi Varietas Sunggal pada 28 sampai 77 HSA ……………………
50
Kurva Perubahan Kandungan Hormon ABA Dan IAA Pada Biji Padi Varietas Ariza pada 28 sampai 77 HSA ……………………...
51
3. 4. 5. 6. 7.
10.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
17
DAFTAR LAMPIRAN No. 1.
Judul Halaman Rata - Rata Persentase Benih Berkecambah Umur 0 Minggu Setelah Panen ……………………………………………………………….. 69
2.
Sidik Ragam Persentase Benih Berkecambah 0 Minggu Setelah Panen ………………………………………………………………..
69
Rata - Rata Persentase Benih Berkecambah Umur 2 Minggu Setelah Panen ..................................................................................................
70
Sidik Ragam Persentase Benih Berkecambah 2 Minggu Setelah Panen ..................................................................................................
70
Rata - Rata Persentase Benih Berkecambah Umur 4 Minggu Setelah Panen ..................................................................................................
71
Sidik Ragam Persentase Benih Berkecambah 4 Minggu Setelah Panen ..................................................................................................
71
Rata - Rata Persentase Benih Berkecambah Umur 6 Minggu Setelah Panen ..................................................................................................
72
Sidik Ragam Persentase Benih Berkecambah 6 Minggu Setelah Panen ..................................................................................................
72
Rata - Rata Persentase Benih Berkecambah Umur 8 Minggu Setelah Panen ..................................................................................................
73
Sidik Ragam Persentase Benih Berkecambah 8 Minggu Setelah Panen ..................................................................................................
73
11.
Rata - Rata Persentase Kadar Lemak Umur 0 Minggu Setelah Panen
74
12.
Sidik Ragam Persentase Kadar Asam Lemak Umur 0 Minggu Setelah Panen ……………………………………………………….
74
Rata - Rata Persentase Kadar Asam Lemak Umur 6 Minggu Setelah Panen ………………………………………………………………..
75
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
13. 14.
Sidik Ragam Persentase Kadar Asam Lemak Umur 6 Minggu
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
18
15.
16.
Setelah Panen .....................................................................................
75
Matriks Korelasi Berat Segar, Kadar Air, Kekerasan, Daya Berkecambah Berat Kering, Kandungan Hormon ABA dan Kandungan Hormon IAA Varietas Sunggal Sunggal ........................
76
Matriks Korelasi Berat Segar, Kadar Air, Kekerasan, Daya Berkecambah Berat Kering, Kandungan Hormon ABA dan Kandungan Hormon IAA Varietas Ariza Hibrindo R-1 …………….
76
17.
Matriks Korelasi Persentase Benih Berkecambah, Kadar Lemak Varietas Ariza .....................................................................................
76
18.
Matriks Korelasi Persentase Benih Berkecambah, Kadar Lemak Varietas Sunggal ................................................................................
77
19.
Perubahan Daya Berkecambah (%) Biji Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal dan Vaeietas Ariza dari 0-30 HSA ………………
77
Tranformasi Perubahan Daya Berkecambah (%) Biji Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal dan Vaeietas Ariza dari 0-30 HSA …………
77
Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Sunggal – 28 HAS …………………………..
78
Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Sunggal – 35 HAS …………………………..
79
Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Sunggal – 49 HAS …………………………..
80
Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Sunggal – 56 HAS ……………………..
81
Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Sunggal – 77 HAS ……………………..
82
Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Ariza Hibrindo R-1 – 28 HSA ……………...
83
Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Ariza Hibrindo R-1 – 35 HSA ……………...
84
20.
21. 22. 23. 24. 25. 26.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
19
27.
Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Ariza Hibrindo R-1 – 49 HSA ………………
85
Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Ariza Hibrindo R-1-56 HSA ………………...
86
Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Ariza Hibrindo R-1-77 HSA ………………...
87
30.
Deskripsi Varietas Ariza Hibrindo R-1 ..............................................
88
31.
Deskripsi Varietas Sunggal ................................................................
89
28. 29.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
20
PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi dalam rangka ketahanan pangan nasional adalah dengan mengembangkan padi varietas unggul bersertifikat dan memperbaiki teknik budidaya padi sawah.
Diantara padi varietas unggul
bersertifikat adalah varietas sunggal yang mempunyai umur panen 115 -125 hari, dan padi hibrida yang varietasnya telah banyak dilepas oleh pemerintah seperti varietas hibrida Ariza-hibrindo R-1 yang mempunyai umur panen 108-118 hari (Baihaki 2004, Sinambela, dkk, 2004, dan Mashur 2007). Sertifikasi benih telah diterapkan sebagai suatu mekanisme pengendalian mutu eksternal, untuk melindungi konsumen dalam memperoleh benih yang baik dan untuk membantu produsen dalam membangun kepercayaan konsumen terhadap mutu benih yang dihasilkan. Sampai saat ini produksi benih padi bersertifikat di Indonesia baru mencapai sekitar 25% dari kebutuhan total. Dari sekian banyak kendala dalam produksi benih padi bersertifikat, di antaranya berkaitan dengan dormansi benih (Sinambela, dkk, 2004). Pada perkembangan biji padi dimana, kandungan hormon ABA dalam biji semakin meningkat, dengan meningkatnya kemasakan biji. Sebaliknya kandungan hormon IAA selama perkembangan biji menurun, sejalan meningkat kemasakan biji. Hal ini menunjukkan bahwa, ABA merupakan penyebab dormansi, karena menurut
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
21
(Gardner, dkk, 1991), bahan perangsang pertumbuhan sering menurun selama pembentukan biji, sedangkan penghambat pertumbuhan seperti ABA meningkat. Akibatnya terjadi dormansi pada saat biji masak, karena adanya ketidak-seimbangan hormon. Dormansi, disatu pihak bersifat positif tapi dilain pihak bersifat negatif pada saat benih diperlukan untuk segera tumbuh. Dormansi pada benih padi menguntungkan produsen benih karena dapat menekan laju deteriorasinya pada masa prapanen maupun pascapanen (pengeringan, prosesing, dan penyimpanan). Dormansi pada lot benih menyulitkan analis, karena dapat menimbulkan kekeliruan dalam pengujian daya berkecambah benih. Pengujian daya berkecambah terhadap lot benih dorman tanpa didahului oleh pematahan dormansi yang efektif dapat menyebabkan daya berkecambah benih yang dihasilkan tidak menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Benih dorman yang tidak berkecambah akan dikelompokkan oleh analis ke dalam benih mati (Udin, 2001,Ade Santika, 2007). Ini menyebabkan kurangnya validitas hasil pengujian daya berkecambah. Dalam pengujian, dimana lot-lot benih dorman sering dinyatakan tidak lulus atau belum memenuhi syarat untuk sertifikasi karena daya berkecambah benih kurang dari 80%. Oleh sebab itu, daya berkecambah benih harus diuji ulang beberapa minggu kemudian. Selama menunggu pengujian ulang, benih yang disimpan dalam suhu kamar mengalami after-ripening. Kondisi ini dapat menyebabkan sebagian benih patah dormansinya secara alamiah. Sebagian benih lainnya yang sudah tidak dorman, vigornya menurun atau bahkan mati.
Penundaan kelulusan benih memberikan
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
22
kontribusi terhadap penurunan vigor atau daya simpan benih. Hal ini dapat diketahui dari seringnya dijumpai kasus-kasus penurunan daya berkecambah benih menjadi di bawah 80%, sementara label masih berlaku. Oleh karena itu, pemecahan dormansi yang efektif sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil pengujian daya berkecambah yang benar untuk menghindari penundaan sertifikasi yang dapat menurunkan vigor dan daya simpan benih. Bila pemecahan dormansi yang efektif sudah diketahui, maka kekeliruan dalam penilaian daya berkecambah benih dapat diatasi, atau waktu yang diperlukan untuk pengujian daya berkecambah menjadi lebih singkat. Berdasarkan faktor-faktor di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul ” Kajian Perkembangan dan Dormansi pada biji Padi (Oryza sativa L) varietas Arize dan varietas Sunggal serta pemecahannya”.
Perumusan Masalah Dormansi pada benih padi menyulitkan analis benih, karena dapat menimbulkan kekeliruan dalam pengujian daya berkecambah, dimana benih dorman yang tidak berkecambah akan dikelompokkan oleh analis ke dalam benih mati, sehingga hasil pengujian daya berkecambah tidak mencerminkan keadaan sesungguhnya. Belum adanya informasi rinci tentang penyebab dormansi, serta saat tercapainya fase matang fisiologis pada varietas unggul dan hibrida.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
23
Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pola perkembangan benih padi varietas Sunggal dan Arizehibrindo R-1, serta menetapkan fase matang fisiologis pada ke dua varietas tersebut. 2. Untuk mengetahui penyebab serta pemecahan dormansi yang tepat dan efektif pada padi varietas Sunggal dan Arize-hibrindo R-1 sehingga dapat diterapkan oleh analis benih Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) dan Produsen benih dalam pengujian perkecambahan, untuk mendukung program sertifikasi benih.
Hipotesis Penelitian 1. Fase matang fisiologis biji padi dicapai pada kisaran 26-28 HSA. 2. Penyebab dormansi terdapat peningkatan kandungan ABA (Asam Absisat) dan penurunan kandungan IAA (Indol Acetic Acid) pada benih padi dengan semakin meningkatnya stadia kemasakan benih. 3. Giberelin merupakan suatu cara pemecahan yang tepat dan efektif dalam pematahan dormansi padi yang dapat mempercepat perkecambahannya. 4. Ada perbedaan tanggap daya kecanbah dari dua varietas terhadap pemecahan dormansi.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
24
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan sebagai informasi bagi analis benih khususnya (BPSB) dan Produsen benih dimana hasil pengujian daya berkecambah dapat mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Penelitian ini juga ditujukan sebagai salah satu syarat penyelesaian program Magister Pertanian pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
25
TINJAUAN PUSTAKA Proses Pembentukan Biji dan Perkecambahan Setelah terjadi pembuahan atau peleburan diri antara inti sperma dengan inti sel telur, akan dihasilkan sebuah zygot atau embrio yang kelak akan menjadi tanaman baru, lalu zygot itu akan beristirahat dulu beberapa waktu. Peristiwa kedua adalah penggabungan diri antara inti sperma yang lain, dengan dua inti polar, dapat menyebabkan terjadinya endosperma yang mengandung zat makanan.
Setelah
endosperma terbentuk, maka inti endosperm akan membelah diri berulang kali dengan cepat, kadang-kadang dapat mendesak nucellus sedemikian hebatnya sehingga nucellus akhirnya hanya tinggal sebagai selaput yang tipis didalam biji. Pertumbuhan embryo di dalam biji pada permulaan berjalan lamban. Setelah embrio itu menyerap zat makanan yang tertimbun didalam endosperm maka tumbuhnya akan lebih cepat (Kamil, 1982, Santoso, 1992, Copeland dan Mc.Donald 2001, Sutopo, 2004) Zygot, kantong embrio dan ovul berkembang menjadi biji sementara ovarium di sekelilingnya berkembang menjadi buah (perikarp). Proses pertumbuhan, bahan kimia yang disebut zat tumbuh atau hormon tumbuh sangat berperan penting (Salisbury dan Ross 1995, Copeland dan Mc.Donald 2001). Buah pada saat masak fisiologis akan menghasilkan benih bermutu tinggi (Sadjad 1980, Kamil, 1982, Ismunadji, dkk, 1988, Santoso, dkk, 1990).
Proses
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
26
kemasakan benih terjadi sejak fertilisasi ditunjukkan dengan perubahan morfologi, fisiologi maupun biokimia. Salah satu faktor yang menentukan tingkat mutu benih adalah fase perkembangan dan kemasakan benih. Proses perkembangan dan kemasakan benih melalui tiga fase masing-masing 1) fase pertumbuhan, 2) fase menghimpun makanan, dan 3) fase pemasakan. Fase pertumbuhan terjadi beberapa hari sesudah penyerbukan dan pembuahan. Laju fase pertumbuhan mengikuti laju pembentukan jaringan yang berisi laju pembelahan sel dalam embrio dan kulit benih. Kadar air benih pada fase itu sekitar 75 – 80 %. Pada fase penghimpunan bahan makanan bobot kering benih meningkat hingga tiga kali sebaliknya kadar air
menurun sekitar 60%.
Akhir fase ini bobot kering benih
mencapai maksimum dan benih mencapai tingkat masak fisiologis. Benih yang sehat padat dan masak biasanya lebih awet disimpan dibandingkan dengan benih yang belum masak (Kamil, 1982, Ismunadji, dkk, 1988, Santoso, dkk, 1990). Pada fase perkembangan biji terjadi peningkatan berat kering benih. Peningkatannya mula-mula perlahan, kemudian lebih cepat, dan akhirnya lebih lambat lagi sampai titik berat kering maksimum tercapai. Berat kering maksimum tercapai pada saat benih masih relatif tinggi kadar airnya berkisar antara 25-35%, kemudian benih masuk pada fase pematangan dimana selama fase pematangan benih mengering. Pada fase ini terdapat sedikit peningkatan kandungan bahan. Berat kering konstan, tetapi kadar air turun sampai 10-20% (Copeland dan Mc Donald, 2001).
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
27
Sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sampai sekitar 20%, maka biji mencapai fase masak fisiologis, dimana tidak terjadi proses pertumbuhan pada biji sehingga biji tidak bertambah besarnya atau biji telah mencapai ukuran besar maksimum, berat kering maksimum, serta daya kecambah maksimum (Kamil, 1982). Perkecambahan biji, bagi ahli fisiologi benih adalah munculnya radikula melalui kulit benih, sedangkan bagi analis benih perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya struktur-struktur penting dari embrio benih. Proses metabolisme perkecambahan benih ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan.
Faktor
lingkungan yang berpengaruh adalah air, gas, suhu dan cahaya (Copeland dan Mc Donald, 2001). Air adalah kebutuhan dasar untuk perkecambahan benih yang penting untuk aktivitas enzim, penguraian, translokasi dan penggunaan cadangan makanan. Proses pertama yang terjadi selama perkecambahan adalah pengambilan air melalui proses imbibisi. (Copeland dan Mc Donald, 2001) menyatakan imbibisi tergantung pada komposisi kimia benih, permiabilitas kulit benih dan ketersediaan air. Sedangkan ketersediaan air tergantung pada kekuatan matrik dinding sel, konsentrasi osmotik sel, dan tekanan turgor sel. Dalam
kondisi
ketersediaan
air
optimum,
penyerapan
air
selama
perkecambahan benih berlangsung dalam tiga fase (Bewley dan Black, 1985). Fase pertama disebut imbibisi (Bewley dan Black, 1985; Come dan Thevenot, 1982; Hadas, 1982). Fase ke dua disebut fase transisi (Hadas, 1982) atau fase aktivasi (Come dan Thevenot, 1982) atau lag phase (Bewley dan Black, 1985). Fase terakhir Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
28
merupakan fase pertumbuhan (Come dan Thevenot, 1982; Hadas, 1982). Fase ini hanya dialami oleh benih non dorman. Fase aktivasi merupakan fase yang paling kritis karena fase ini berperan dalam proses pertumbuhan yang menuju pada pembentukan tanaman (Come dan Thevenot, 1982; Hadas, 1982).
Bewley dan Black, (1985) juga menekankan
pentingnya lag phase karena pada fase ini terjadi peritiwa-peristiwa metabolik untuk persiapan pemunculan akar.
Dormansi Pada Benih Padi Dormansi diartikan sebagai suatu fenomena fisiologis yang menunjukkan ketidakmampuan benih hidup untuk berkecambah pada kondisi optimum (Copeland dan Mc Donald, 2001, ISTA. 2005). Pada benih padi, dormansi telah terjadi sejak benih masih berada pada tanaman induknya setelah embrio berkembang penuh, sehingga disebut innate dormancy atau dormansi primer (Ellis dkk, 1985). Dormansi yang demikian dapat berperan dalam mencegah benih berkecambah pada malainya sebelum dipanen atau viviparous yang merugikan produsen benih (Ellis dkk, 1985). Benih dalam keadaan dorman bukan berarti mati, karena benih tersebut dapat dirangsang untuk berkecambah dengan berbagai perlakuan. Benih yang dorman dan benih yang mati dapat diketahui melalui uji perkecambahan. Bila volume benih pada akhir perkecambahan sama dengan keadaan sebelum dikecambahkan maka benih dalam keadaan dorman. Sebaliknya, bila volume benih menunjukkan perubahan,
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
29
misalnya mengecil, ditumbuhi cendawan dan atau bila dipijat terasa lembek, berarti benih tersebut mati (Saenong dkk. 1989). Benih dikatakan dorman apabila benih itu sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahannya (Schmidt, 2000, Viemont dan J. Crabbe, 2000). Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi benih adalah tidak sempurnanya embrio, embrio belum masak fisiologis, kulit benih yang tebal, kulit yang impermiabel dan adanya zat-zat penghambat perkecambahan (Schmidt, 2000, Copeland dan Mc.Donald 2001). Beberapa jenis benih tetap dorman disebabkan oleh kulit benihnya yang cukup kuat untuk menghalangi pertumbuhan dari embrio. Kulit benih tidak dapat dilalui air atau udara karena keras atau tertutup oleh gabus maupun lilin. Jika kulit benih dihilangkan maka akan terjadi perkecambahan.
Dormansi juga dapat
disebabkan keadaan fisiologi dari embrio antara lain akibat embrio yang rudimenter atau secara fisiologis belum masak, maksudnya belum mampu membentuk zat-zat yang diperlukan untuk perkecambahan misalnya zat tumbuh seperti Giberelin (Schmidt, 2000). Hambatan perkecambahan benih dapat terjadi karena kulit benih dan dapat pula karena kandungan bahan kimia.
Bahan kimia tersebut dapat menciptakan
suasana osmotik yang tidak menguntungkan pertumbuhan, dapat pula merangsang pembentukan zat-zat penghambat pertumbuhan, yang membatasi pertumbuhan, atau
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
30
dapat mengadakan sistem-sistem biokimia lebih kompleks yang berhubungan dengan kepekaan benih terhadap cahaya. Bahan perangsang pertumbuhan sering menurun selama pembentukan biji, sedangkan penghambat pertumbuhan seperti ABA meningkat. Akibatnya, terjadi dormansi pada saat biji masak, karena adanya ketidak-seimbangan hormon (Gardner, dkk, 1991). ABA merupakan zat penghambat tumbuh, yang dalam fase dormansi biji menyebabkan biji tidak berkecambah. Hal ini terutama disebabkan oleh hambatan terhadap proses pemanjangan radikel. Biji yang telah masak, waktu dikecambahkan ada yang tidak dapat berkecambah meskipun berada dalam lingkungan yang baik. Schmidt (2000) menyatakan bahwa terhalangnya perkecambahan biji dapat disebabkan faktor genetik dan lingkungan. Ketebalan sekam lemma dan palea pada benih padi diduga dapat menghambat perkecambahan. Dengan mengupas kulit biji, maka masa dormansi padi dapat dipatahkan (IRRI, 1997). Pada padi, masa dormansi benih beragam dari 0 sampai 11 minggu sesudah panen. Padi yang benihnya tidak memiliki dormansi memungkinkan untuk ditanam secara beruntun atau terus menerus.
Walau bagaimanapun, benih dapat segera
tumbuh apabila ditanam di musim hujan dan panen sewaktu masih banyak hujan, atau sewaktu disimpan sementara menjelang proses pengeringan. Namun hal ini berakibat turunnya mutu gabah/beras. Pada padi tipe indica, dormansi benih dapat disebabkan oleh perikarp yang impermiabel terhadap oksigen (Bewley dan Black, 1985), adanya zat penghambat Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
31
abscisic acid ( Hayashi, 1987), atau asam-asam lemak jenuh rantai pendek (IRRI, 1987). Schmidt, (2000) membagi usaha pematahan dormansi dalam empat kategori yaitu perlakuan secara mekanis, perlakuan dengan memakai cahaya, perlakuan dengan suhu dan perlakuan dangan bahan kimia.
Perlakuan Pematahan Dormansi Perlakuan Mekanis Beberapa cara perlakuan mekanis untuk memecahkan dormansi benih yang disebabkan oleh impermiabilitas kulit biji baik terhadap air atau gas yaitu : 1.
Skarifikasi. Skarifikasi dapat dilakukan dengan aberasi yaitu menggosok kulit benih
dengan benda yang kasar atau kikir, maupun kertas pasir. Tujuan untuk menipiskan kulit biji yang keras sehingga lebih permianel terhadap air atau gas (Salisbury dan Ross, 1995). Olivera, dkk (1982) dalam Gardner dkk (1991) menjelaskan, bahwa faktor utama yang bertanggung jawab atas kerasnya biji pada Leucaena (legum) adalah tertutupnya pleurogram. Banyak benih dapat diperbaiki perkecambahannya dengan menghilangkan atau menipiskan jaringan kulit benih terutama lapisan batu yang sering kali sangat menentukan peristiwa dormansi benih.
Hal ini sering
dilakukan secara luas terutama pada benih leguminosa yang mempunyai kulit tebal dan keras (Danoesastro, 1973).
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
32
Cooklebur dan oat liar merupakan contoh klasik dormansi biji yang diakibatkan oleh kulit biji kedap O2. Penghilangan sekam pada cooklebur dan oat liar meningkatkan perkecambahan (Gardner, dkk, 1991). Dormansi embrio pada barley dapat dipecahkan dengan membuang scutellum dan pada apel dengan membuang sebagian jaringan kotiledon. Penggerusan kulit biji pada palem dapat meningkatkan perkecambah sebesar 68.89% (Purba, 2000). 2.
Daging buah dikupas Daging buah yang menyelimuti biji sering mengandung zat penghambat yang
dapat menghalangi perkecambahan benih. Pada rotan diperoleh percepatan dan peningkatan daya kecambah dengan membuang kulit daging buah, dengan cara ini diperoleh daya kecambah diatas 80% (Schmidt, 2000). Ketebalan sekam lemma dan palea pada benih padi diduga dapat menghambat perkecambahan, dengan mengupas kulit biji, masa dormansi dapat dipatahkan (Nugraha, 2001).
3.
Perendaman dalam air panas Beberapa jenis benih perlu diberi perlakuan perendaman dalam air panas
dengan tujuan meningkatkan permeabilitas (Salisbury dan Ross, 1995). Perendaman biji dalam air panas bertujuan untuk memperbaiki permeabilitas kulit benih sehingga dapat mempermudah masuknya air dan gas, sehingga dapat Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
33
meningkatkan persentase biji berkecambah. Telah dilaporkan, bahwa pemanasan biji legum pada suhu 100 0C selama 1.5 menit atau pada air panas dapat mengurangi biji yang keras dan pemberian panas 100 0C selama 5-20 detik dapat menyebabkan terbukanya pleurogram dan menghasilkan perkecambahan 95-100% (Olvera, dkk, 1982 dalam Gardner, dkk, 1991). Demikian pula, pemanasan pada benih jati pada suhu 80 0C selama 2 hari menunjukkan peningkatan perkecambahan menjadi sebesar 56% (Haryati, 2002) Perlakuan Kimia Perlakuan dengan kimia sering dipakai untuk memecahkan dormasi pada benih, tujuannya agar kulit benih lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi.
Bahan kimia yang biasa dipakai adalah Potassium Nitrat, Potassium
hydroxide, asam Nitrat dan Thiourea (Schmidt, 2000, Sutopo, 2004 ). Perendaman dengan Potassium Nitrat pada benih Acacia nilotica pada konsentrasi 1%, telah menyebabkan perkecambahan meningkat dari 37% (kontrol) menjadi 79%, dan pada konsentrasi 2% meningkat menjadi 85%.
Pada benih
Casuarina equisetifolia perkecambahan meningkat dari 46% (kontrol) menjadi 65% setelah perendaman dalam 1.5% selama 36 jam (Schmidt, 2000). Demikian pula perendaman dengan Thiourea 1% selama 24 jam pada benih benih Ziziphus mauritiana, telah memperbesar persentase perkecambahan dari 41% (control) menjadi 78%. (Schmidt, 2000).
Perlakuan Hormon Giberelin Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
34
Amen (1963) dalam Gardner, dkk, 1991 menyatakan bahwa kebanyakan mekanisme dormansi dapat dihilangkan oleh bahan perangsang pertumbuhan. Kenyataan, bahwa perlakuan dengan GA3 (Giberelin Acid) dapat menggantikan kebutuhan akan cahaya pada banyak biji fotoblastik (selada, tembakau) dan mengganti kebutuhan akan suhu dingin pada spesis yang membutuhkan stratifikasi. Kandungan bahan perangsang pertumbuhan sering kali menurun selama pembentukan biji sedangkan penghambat pertumbuhan seperti ABA meningkat, akibatnya terjadi dormansi pada saat biji masak karena adanya ketidak seimbangan hormon. Penghambat pertumbuhan yang mengendalikan dormansi mungkin terdapat dalam embrio seperti pada beberapa rumput-rumputan ; dalam sekam seperti pada selada atau dalam buah seperti pada apel dan tomat (Abidin, 1987). Menurut Bewley dan Black (1985) ABA terdapat pada biji dorman, tapi kebanyakan sudah hilang jauh sebelum dormansi berakhir. Jadi ABA mungkin merupakan penghambat kuat bagi perkecambahan tetapi masih ada penghambat lainnya yang menyebabkan biji dorman. Pada biji, salah satu efek giberelin adalah mendorong pemanjangan sel sehingga radikula dapat mendobrak endosperm, kulit biji atau buah yang membatasi pertumbuhannya (Salisbury dan Ross, 1995).
Giberelin juga mendorong sekresi
enzim hidrolitik ke endosperm tempat enzim tersebut mencerna cadangan makanan dan dinding sel. Cadangan makanan menjadi lebih mudah tersedia (Gardner, dkk, 1991).
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
35
Giberelin terdapat pada banyak macam benih dimana apabila benih Avena fatua keluar dari dormansi, terbentuklah suatu zat perangsang pertumbuhan yang mirip giberelin. Benih ini juga dapat dipatahkan dormansinya apabila direndam dalam giberelin. Demikian juga peristiwa dormansi yang berhubungan dengan suatu zat penghambat dapat diatasi dengan cara merendam dalam larutan giberelin (Danoesastro, 1973). Pengaruh GA3 terhadap perkecambahan biji berbeda-beda tergantung pada jenis biji dan dormansinya. Pada biji yang masa dormansinya lama seperti Licuala grandis, dan masa dormansinya sedang seperti Archontophoenix alexandrae pemberian GA3 meningkatkan perkecambahan, tetapi tidak berpengaruh terhadap Livistonia chinensis dan Caryota mitis dan malah menurunkan perkecambahan Phytohosperma macarthurii (Lakitan, 1997).
Peranan Beberapa Zat Pengatur Tumbuh Dalam Perkecambahan Hormon ABA (Asam absisat) Semua jaringan tanaman mengandung hormon ABA yang dapat dipisahkan secara kromatografi. Senyawa tersebut merupakan inhibitor B- kompleks. Senyawa ini mempengaruhi proses pertumbuhan, dormansi dan absisi.
Beberapa peneliti
akhirnya menemukan senyawa yang sama yaitu asam absisat (ABA).
Peneliti
tersebut yaitu Addicott et al dari California USA pada tahun 1967 pada tanaman kapas dan Rothwell serta Wain pada tahun 1964 pada tanaman lupin (Wattimena 1992). Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
36
Menurut Salisbury dan Ross (1995) zat pengatur tumbuhan yang diproduksi di dalam tanaman disebut juga hormon tanaman. Hormon tanaman yang dianggap sebagai hormon stress diproduksi dalam jumlah besar ketika tanaman mengalami berbagai keadaan rawan diantaranya ABA.
Keadaan rawan tersebut antara lain
kurang air, tanah bergaram, dan suhu dingin atau panas. ABA membantu tanaman mengatasi dari keadaan rawan tersebut.
Hormon IAA (asam indol-3 asetat) Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frist Went seorang mahasiswa Pasca Sarjana di negeri Belanda pada tahun 1926 yang kini diketahui sebagai asam indol-3 asetat atau IAA (Salisbury dan Ross 1995). Senyawa ini terdapat cukup banyak diujung koleoptil tanaman oat kearah cahaya. Dua mekanisme sintesis IAA yaitu pelepasan gugus amino dan gugus karboksil akhir dari rantai triphtofan. Enzim yang paling aktif diperlukan untuk mengubah triphtofan menjadi IAA terdapat di jaringan muda seperti meristem tajuk, daun serta buah yang sedang tumbuh. Semua jaringan kandungan IAA paling tinggi karena disintesis di daerah tersebut. IAA terdapat di akar pada konsentrasi yang hampir sama dengan bagian tumbuhan lainnya (Salisbury dan Ross 1995). IAA dapat memacu pemanjangan akar pada konsentrasi yang sangat rendah. IAA adalah auksin endogen yang terdapat dalam tanaman.
IAA berperan dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan
tanaman yaitu perbesaran sel, yaitu koleoptil atau batang penghambat mata tunas samping, pada konsentrasi tinggi menghambat pertumbuhan mata tunas untuk Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
37
menjadi tunas absisi (pengguguran) daun aktivitas dari kambium dirangsang oleh IAA.
METODE PENELITIAN Penelitian pertama mengkaji perkembangan fisiologi biji padi serta kandungan hormon ABA dan IAA selama perkembangan. Penelitian ke dua untuk mengkaji dormansi serta pemecahannya pada biji padi varietas Hibrida (Arize-Hibrindo R-1), varietas unggul (Sunggal),
Tempat dan Waktu Pertanaman padi dilaksanakan di Kebun Percobaan Pasar Miring. Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara, pada bulan Desember 2007 hingga Mei 2008. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Analisis hormon ABA dan IAA dilaksanakan di Balitbiogen Bogor. Penelitian ini dimulai bulan April 2008 sampai dengan Juli 2008 Penelitian pemecahan dormansi dilaksanakan di Laboratorium UPT. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dimulai bulan April 2008 sampai dengan Juli 2008
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
38
Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah: benih padi dari 2 varietas yang meliputi varietas Hibrida (Arize-Hibrindo R-1), varietas unggul (Sunggal), kompos jerami, pupuk Urea, TSP, dan KCL, untuk pengendalian hama dan penyakit serta gulma dipakai insektisida, pestisida. Alat yang digunakan adalah etiket, tali rafia, spidol, mesin perontok padi, pinggan petri, kertas koran, gunting, gelas ukur, pinset, pensil, mistar, buku catatan data, bak plastik, alat penghitung (counter), dan germinator model ”IPB73-2A/B”. Prosedur kerja meliputi pengambilan sampel, pengujian, dan pengamatan. Rancangan Penelitian Penelitian pertama tentang perkembangan fisiologis biji dan kandungan hormon pada padi varietas Sunggal dan varietas Hibrida Ariza-Hibrindo R-1 Penelitian ke dua tentang mengkaji dormansi serta pemecahannya pada biji padi varietas Hibrida (Arize-Hibrindo R-1), varietas unggul (Sunggal), disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan model rancangan sebagai berikut : Yijk
= μ + αi + βj + ( αβ)ij + Єijk: dimana : i = 1,2,3,4 ; j = 1,2
Yijk
= nilai pengamatan pada ulangan ke-i, perlakuan varietas dan pemecahan dormansi
μ
= nilai rata-rata
αi
= pengaruh taraf ke-i dari faktor I
βj
= pengaruh taraf ke-j dari faktor II
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
39
= adanya perbedaan tanggap dari dua varietas terhadap pemecahan
( αβ)ij
Dormansi Єijk
= pengaruh sisa (galat percobaan) taraf ke-i dari faktor I dan taraf ke-j
dari faktor II pada ulangan ke-k
Faktor I adalah Varietas padi (V) V1
= Sunggal
V2
= Hbrida (Ariza Hibrindo R-1
Faktor II adalah Pemecahan Dormansi (P) Pemecahan Dormansi dilakukan dengan P0
= Benih tidak diberi perlakuan (kontrol).
P1
= Pengupasan sekam secara hati-hati,
P2
= Pengupasan sekam dan menggores endosperm
P3
= Pemanasan benih dalam oven pada suhu 50°C selama dua hari
P4
=
Perendaman benih dalam larutan KNO3 3% masing-masing selama dua
hari P5
= Pemanasan benih dengan oven pada suhu 50°C selama dua hari, diikuti perendaman dalam larutan KNO3 3% masing-masing selama dua hari
P6
= Perendaman benih dalam larutan giberelin 0.02%.selama dua hari Dengan demikian penelitian terdiri atas 2 x 7 = 14 kombinasi perlakuan dan
setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga seluruhnya diperoleh 14 x 3 = 42 kombinasi perlakuan
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
40
Pelaksanaan Penelitian Benih Benih yang digunakan adalah benih yang mempunyai kelas benih Pokok (BP ) dan berasal dari Balai Penelitian Tanaman Pangan (Balitpa) Sukamandi, Jawa Barat. Benih yang digunakan adalah varietas sunggal dan varietas Hibrida (arizeHibrindo R-1). Persiapan Lahan Petak penelitian dilakukan pada satu petakan seluas 425 m dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm Untuk perlakuan tradisionil tillage (TI) yaitu tanah sawah (petakan) digenangi dengan air sampai jenuh hingga tergenang selama 1 hari kemudian tanah dicangkul dengan ke dalam 20 cm dan di balik kemudian dibiarkan selama 2 hari, setelah itu tanah dicangkul kembali hingga halus dan diratakan kemudian bibit di tanam kelapangan dengan umur bibit 7 hari setelah semai.
Penyemaian Bibit Lahan persemaian di cangkul dan dihaluskan setelah itu diberi pupuk kompos setara 10 ton/ha. (5 kg untuk luas lahan 1 x 5m2 ). Kondisi lahan untuk persemaian dalam kondisi jenuh air.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
41
Sebelum benih disemai terlebih dahulu direndam dengan fungisida DitaneM45 lebih kurang 15 menit, lalu direndam dalam air mengalir lebih kurang 24 jam, setelah itu bibit disebar merata di persemaian, kemudian ditutup dengan tanah tipis.
Penanaman Bibit Bibit dipindahkan ke lapangan setelah berumur 7 hari setelah semai dengan 1 bibit/lubang tanam. Jarak tanam 30 cm x 30 cm. Pada saat penanaman bibit atau selama fase vegetatif (pertumbuhan) kondisi tanah di jaga agar tetap pada posisi jenuh air sehingga perkembangan akar dan anakan maksimal. Pemupukan Pupuk dasar (Urea, TSP dan KCL) diberikan sesuai dengan rekomendasi setempat yaitu, dosis anjuran pupuk Urea (150 kg urea/ha) pupuk urea diberikan 3 kali dengan dosis ⅓ dari dosis anjuran, pemberian pemupukan urea pertama dilakukan pada saat tanam sebanyak (1,44 kg), pemberian pupuk yang kedua pada saat 3 Minggu Setelah Tanam (3 MST) sebanyak (1.44 kg), dan pemberian pupuk yang ketiga pada 6 MST sebanyak (1,44 kg). Pupuk TSP dan KCL diberikan sekali yaitu pada saat tanam. Dosis anjuran untuk pupuk P (100 kg TSP/ha) pemberian pupuk P sebanyak (2.89 kg), dan untuk dosis anjuran untuk pupuk K (100 kg KCl/ha) pemberian pupuk K sebanyak (2.89 kg).
Pemeliharaan Tanaman Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
42
Kondisi tanah dijaga dalam kondisi jenuh air selama masa pertumbuhan vegetatif dengan cara mengatur air irigasi, bila terjadi hujan dibuat saluran pembuangan air sehingga kondisi tanah tetap jenuh air. Setelah tanaman memasuki masa pertumbuhan generatif yang ditandai dengan pembengkakan batang utama (bunting), tanah sawah diberikan air sampai tergenang dengan ketinggian air mencapai 5-7 cm yang bertujuan untuk mengendalikan gulma, menekan serangan hama wereng, dan untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman agar pertumbuhan generatif berjalan normal tidak terganggu. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara menyiangi rumput dari areal tanaman setelah tanaman berumur 3, 6 MST atau sehari sebelum aplikasi pemberian pupuk pada 3 dan 6 MST. Pemberantasan terhadap hama dan penyakit dilakukan penyemprotan dengan memakai beberapa jenis obat-obatan yang biasa dilakukan oleh petani setempat seperti hama keong mas disemprot dengan Samponen (2kg/rante), Kurater
atau
Furadan (17 kg/ha), hama putih, ulat penggulung daun disemprot dengan bestok, wereng disemprot dengan Aplaud, daun kuning disemprot dengan Bapistin, dan disesuaikan dengan jenis hama yang terdapat dilapangan. Setelah tanaman memasuki masa pematangan bulir/biji, air di areal sawah secara perlahan dikeluarkan sampai kondisi tanah mencapai jenuh air, terus mencapai kapasitas lapang dan akhirnya kering. Pengeringan ini bertujuan untuk mempercepat pematangan bulir padi secara serentak.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
43
Perkecambahan Empat ratus (400) butir benih diambil secara acak dari masing-masing perlakuan dan ditabur dalam empat (4) ulangan, satu (1) ulangan sebanyak 100 butir. Benih ditaburkan antara dua lapis kertas basah lalu digulung kemudian dimasukkan dalam kantong plastik dan diletakkan berdiri dalam germinator (UKDp).
Penelitian Pertama Pengamatan dilakukan sejak terjadinya antesis hingga mencapai masak fisiologis. Pengamatan dilakukan pada tanaman yang berbunga, pemasangan label setelah terjadinya antesis pada tanaman untuk setiap varietas, pengamatan dilakukan setiap minggu setelah terjadinya antesis, ke tiga pengambilan sampel untuk diamati. Parameter-parameter yang diamati sebagai berikut : perkembangan gabah mulai antesis sampai matang fisiologis, berat segar biji, berat kering biji, kadar air biji, kekerasan biji, daya berkecambah biji.
Pengamatan kandungan hormon pada biji padi 1.
Analisis kandungan ABA Analisis ABA menggunakan metode Synder dan Robertson dkk. (1987)
dengan alat High Performance Liquid Chromatography. Tahap analisis mencakup Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
44
penyimpanan ekstrak. Ekstrak dari jaringan benih padi yaitu bagian embrio dan kotiledonnya disimpan dalam nitrogen cair. Kemudian di purifikasi dengan larutan methanol: akuades : asam asetat ( 50 : 49 ; 1, v/v). Penetapan kandungan ABA, larutan contoh disuntikkan ke alat High Performance Liguid Chromatographi. Fase diam yang digunakan adalah kolom C 18 sedangkan fase cair adalah metanol : asam asetat : akuades. Detektor dengan λ 260 nm sedang kecepatan alir fase gerak adalah 1 ml/menit suhu detektor 25º C dengan attenuasi 0.02.
2. Analisis kandungan IAA Analisis kandungan IAA ini menggunakan metode Sandberg dkk. (1987). Tahap analisis mencakup penyimpanan ekstrak. Ekstrak dari jaringan benih padi yaitu bagian embrio dan kotiledonnya disimpan dalam larutan metanol 0.3 g/ml yang mengandung 0.02 % natrium dietikarbamat, selama 2 jam. Ekstrak metalonat dipurifikasi dengan kromatografi XAD, kemudian dicuci 5 ml etil asetat/hexana (3:1,v/v), dan disuntikkan pada alat High Performance Liquid Chromatographi.
Penelitian Ke Dua a. Pemanenan Biji padi yang dipetik hanya biji yang dipasang label yang tanggal penandaan labelnya sama dan pemetikan dilakukan pada biji yang telah masak fisiologis, yaitu biji mengisi penuh dan telah berwarna kuning. Malai dari tiap varietas diikat dengan tali rafia yang telah diberi etiket identitas varietas. Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
45
Selanjutnya, malai dibawa ke BPTP Pasar Miring untuk dirontok dengan menggunakan mesin perontok. b. Pengujian Gabah dirontok segera setelah panen, kemudian diambil sampel benih untuk pengamatan awal (daya berkecambah, kadar air). Sisa benih dikeringkan sampai kadar air ±11%, dibersihkan dan disortasi, kemudian dikemas dalam kantong plastik. Perlakuan meliputi: 1) pengupasan sekam secara hati-hati (P1), 2) pengupasan sekam dan menggores endosperm (P2), 3) benih tidak diberi perlakuan (kontrol) (P0), 4) pemanasan benih dalam oven pada suhu 50°C selama dua hari (P3), 5) perendaman benih dalam larutan KNO3 3% masing-masing selama dua hari (P4), 6) pemanasan benih dengan oven pada suhu 50°C selama dua hari, diikuti perendaman dalam larutan KNO3 3% masing-masing selama 2 hari (P5), 7) perendaman benih dalam larutan giberelin 0.02% (P6).
Benih
dinyatakan patah dormansinya apabila daya berkecambahnya 80% atau lebih. Pengujian daya berkecambah dilakukan dengan metode Rolled Paper. Setiap varietas padi dianalisis secara terpisah. c. Pengamatan Daya Berkecambah Pengamatan daya berkecambah benih masing-masing varietas dari tiap ulangan dilakukan pada hari ketujuh setelah pengecambahan, dengan cara menghitung benih yang berkecambah. Menurut Kamil (1982), benih dikatakan berkecambah bila radikula telah tampak keluar menembus koleorhiza diikuti munculnya koleoptil yang membungkus daun. Dengan menggunakan pinset, Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
46
benih diambil sambil dihitung menggunakan alat penghitung (counter) dan dikumpulkan pada bak plastik. Hasil pengamatan dicatat pada buku catatan data, kemudian dibuat nilai rata-ratanya.
Pengujian dilakukan setiap dua minggu,
dengan cara menyiapkan kembali benih yang diambil dari sampel benih yang tersisa masing-masing 100 butir, dengan tiga ulangan untuk tiap varietas. Benih dikecambahkan pada kertas koran. Kemudian diberi nomor urut varietas sesuai dengan buku catatan data. Setelah diberi air secukupnya, benih disimpan dalam germinator. Sisa benih yang telah dirontok disimpan dalam plastik transparan pada ruang terbuka dengan suhu udara 26-33ºC.
Pengujian dihentikan satu
minggu setelah varietas mencapai titik perkecambahan tertinggi.
Variabel Yang Diamati Pada Penelitian Pertama 1. Berat Segar Benih Pengujian Berat Segar benih (g) dilakukan pada saat 7 HSA 14 HSA, 21 HSA, 28 HSA Pengukuran dilakukan dengan cara menimbang benih sebanyak 100 butir. (ISTA Rules, 2005) 2. Berat kering Benih Pengujian Berat Kering benih (g), dilakukan pada saat 7HSA, 14HSA, 21HSA, 28HSA. Pengukuran dilakukan dengan cara benih dikering ovenkan selama 24 jam pada suhu 105 0C sebanyak 100 butir. Setelah 24 jam benih dimasukkan ke desikator selama 30 menit kemudian ditimbang. (ISTA Rules, 2005) Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
47
3. Kadar air benih (%) Penetapan kadar air dilakukan pada 7HSA, 14HSA,, 21HSA, 28HSA, Penetapan kadar air dilakukan dengan menghitung kadar air biji. Kadar air (KA) dihitung berdasarkan rumus yang terdapat dalam ISTA Rules, (2005), yaitu sebagai berikut: Berat Segar – Berat Kering Kadar Air
=
X 100% Berat Segar
4. Kekerasan Benih Kekerasan Benih (kg/cm2), diukur dengan cara mengukur kekerasan benih yang berumur 7HSA, 14HSA, 21HSA, 28HSA dengan menggunakan alat zwick. 5. Daya Berkecambah Pengujian daya berkecambah dilakukan pada saat 7HSA, 14HSA, 21HSA dan 28HSA. Daya berkecambah diukur berdasarkan persentase kecambah nomal pada hari ke – 7 setelah benih dikecambahkan.
Kriteria kecambah normal
berdasarkan pada kriteria kecambah normal benih padi yaitu; pada akar dimana akar primer tumbuh panjang, disertai dengan banyak akar sekunder,
pada
plumule dimana pertumbuhan daun pertama baik, biasanya muncul dari koleoptil atau paling sedikit berukuran kira-kira seperdua panjang koleoptil atau koleoptil mungkin pecah (terbuka), sehingga daun pertama tumbuh normal atau hanya sedikit membuka Kamil (1982).
Daya Berkecambah (DB) akhir dihitung
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
48
berdasarkan rumus yang terdapat dalam Copeland dan McDonald (2001) yaitu sebagai berikut : Σ benih yang berkecambah normal DB =
X 100% Σ benih yang dikecambahkan
6. Kandungan ABA Pengujian kandungan ABA dilakukan dengan menggunakan empat tingkat kemasakan 28HSA, 35HAS, 49HSA , 56 HAS.
Variabel Yang Diamati Pada Penelitian Kedua 1. Lemak Pengujian kadar lemak dilakukan pada 1MSP dan 6MSP Kadar lemak ditentukan dengan menggunakan Tecator Soxter System HT 1043 dan Extraction unit Apriyantono dkk (1989) sebanyak 2-3 gram sampel yang dihaluskan (W0) dimasukkan kedalam timbel lalu ditimbang dan diatasnya ditutup dengan kapas yang bebas lemak. Kemudian timbel ditempatkan kedalam thimbel holder dalam Extraction unit. Tambahkan 50 ml larutan alkohol dan chloroform dengan perbandingan 2 : 1 kedalam tiap cawan ektraksi yang telah ditimbang sebelumnya (W1). Ekstraksi berlangsung selama 15 menit dengan timbel dalam posisi mendidih dan dalam posisi rinsing selama 30 menit. Setelah pelarut diuapkan, cawan ektraksi dikeluarkan untuk dikeringkan pada suhu 105 0C selama 30 menit. Selanjutnya didinginkan dalam desikator dan ditimbang (W2). Bagian Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
49
yang terlarut dinyatakan sebagai kandungan lemak dalam sampel (crude fat) dihitung sebagai berikut : (W2 – W1)
Lemak = 2. Daya Berkecambah
X 100
W1
Pengujian daya berkecambah dilakukan pada saat 0 MSP, 2 MSP, 4 MSP, 6 MSP, 8 MSP, 10 MSP, (sampai Patah Dormansinya), dengan berbagai perlakuan. Daya berkecambah diukur berdasarkan persentase kecambah nomal pada hari ke – 7 setelah benih dikecambahkan.
Kriteria kecambah normal
berdasarkan pada kriteria kecambah normal benih padi yaitu; pada akar dimana akar primer tumbuh panjang, disertai dengan banyak akar sekunder,
pada
plumule dimana pertumbuhan daun pertama baik, biasanya muncul dari koleoptil atau paling sedikit berukuran kira-kira seperdua panjang koleoptil atau koleoptil mungkin pecah (terbuka), sehingga daun pertama tumbuh normal atau hanya sedikit membuka Kamil (1982).
Daya Berkecambah (DB) akhir dihitung
berdasarkan rumus yang terdapat dalam dalam Copeland dan Mc. Donald (2001) yaitu sebagai berikut :
Σ benih yang berkecambah normal DB =
X 100% Σ benih yang dikecambahkan
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
50
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tahap Pertama Kajian perkembangan fisiologi biji padi serta kandungan hormon ABA dan IAA selama perkembangan. Berat Segar Biji (g) Berat segar biji (g) diperoleh dari hasil penimbangan biji sebanyak 100 butir yaitu mulai dari umur 0 HSA sampai 30 HSA Data rataan berat segar biji pada tanaman padi varietas sunggal dan ariza terdapat pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan Berat Segar Biji, Berat Kering Biji, Kadar Air Biji, Kekerasan Biji, Daya Kecambah mulai dari 0 HSA (Awal Antesis) sampai 30 HSA (Panen) Hari Setelah Antesis (HSA) 0 7 14 21 23 25 27 28 30
Varietas Sunggal Berat Segar Biji (gr) 3.89 7.61 4.09 4.00 3.56 3.38 3.47 2.94 3.13
Berat Kering Biji (gr) 0.63 0.88 1.60 2.45 2.65 2.60 2.70 2.30 2.50
Kadar Air Biji (%) 83.93 88.51 60.96 38.79 25.50 23.05 22.22 21.74 20.00
Berat Daya Kekerasan Segar Kecambah Biji Biji (%) (kg/cm2) (gr) 9.50 0.71 2.57 21.00 0.71 5.42 146.00 0.71 1.01 508.75 1.22 3.45 571.25 1.22 3.39 663.25 1.22 3.34 922.25 2.35 3.38 984.75 2.35 3.17 1000.75 2.35 3.15
Varietas Ariza Berat Kering Biji (gr) 0.47 0.74 1.40 2.28 2.40 2.55 2.60 2.50 2.49
Kadar Air Biji (%) 81.83 86.40 61.43 34.09 29.17 23.54 23.08 21.2 20.88
Kekerasan Daya Biji Kecambah (kg/cm2) (%) 10.50 24.50 179.00 728.25 789.25 850.25 1065.5 1144.75 1163.25
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
0.71 0.71 1.87 3.24 3.24 3.24 3.39 3.39 3.94
51
Pada pengamatan pertama yaitu hari ke 0 HSA, diperoleh pengukuran berat segar biji padi untuk varietas sunggal 3.89 gram dan varietas ariza 2.57 gram. Berat segar maksimum diperoleh untuk varietas sunggal umur 7 HSA yaitu 7.61 gram dan untuk varietas ariza umur 7 HSA yaitu 5.42 gram. Pada umur 14 HSA kondisi berat segar biji untuk varietas sunggal menurun menjadi 4.09 gram, sedangkan untuk varietas ariza menurun menjadi 1.01, pada umur 21 HSA mulai menaik sebesar 3.45 sesuai dengan keadaan lingkungan. Agar lebih jelas pertambahan berat segar biji (g) pada varietas sunggal dan varietas ariza mulai dari 0 HSA sampai 30 HSA dapat dilihat pada Gambar 1. 8 7
Berat Segar Biji (gr)
6 5 Var. Sunggal
4
Var. Ariza
3 2 1 0 0
7
14
21
23
25
27
28
30
Hari Setelah Anthesis (HSA)
Gambar 1. Pertambahan Berat Basah Biji Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal dan Varietas Ariza mulai dari 0-30 HSA Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
52
Berat Kering Biji (g) Berat kering biji (g) diperoleh dari hasil penimbangan berat segar biji (g) kemudian dilanjutkan pengovenan untuk menimbang berat kering biji (g). Data rataan berat kering biji pada tanaman padi varietas sunggal dan ariza dapat dilihat
pada
Tabel 1. Dari Tabel 1 di atas terlihat bahwa pada umur 27 HSA, berat kering biji (g) untuk varietas sunggal dan ariza telah mencapai titik maksimum yang berarti biji telah mencapai fase matang fisiologis. Agar lebih jelas pertambahan berat kering biji (g) pada varietas sunggal dan varietas ariza mulai dari 0 HSA sampai 30 HSA dapat dilihat pada Gambar 2.
3
Berat Kering Biji (gr)
2.5
2
Var. Sunggal
1.5
Var. Ariza
1
0.5
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 0 USU Repository © 2008
0
7
14
21
23
25
Hari Setelah Anthesis (HSA)
27
28
30
53
Gambar 2. Perubahan Berat Kering Biji Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal dan Varietas Ariza dari 0-30 HSA Kadar Air Biji (%) Data hasil pengamatan kadar air biji dapat dilihat pada tabel 1. Kadar air biji diukur setelah kering ovenkan yang diukur dengan metode yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui rataan kadar air biji dapat dilihat pada Tabel 1. Kadar air biji yang terendah diperoleh pada pengamatan umur 30 HSA yaitu untuk varietas sunggal 20% dan varietas ariza 20.88%, sedangkan kadar air yang tertinggi diperoleh pada pengamatan umur 7 HSA sebesar 88.51 % untuk varietas sunggal dan 86.40% untuk varietas ariza. Agar lebih jelas kadar air biji mulai dari 0 HSA sampai 30 HSA dapat dilihat pada Gambar 3.
100 90 80
Kadar Air Biji (gr)
70 60 Var. Sunggal
50
Var. Ariza
40 30 20 10
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 0 © 2008 USU Repository
0
7
14
21
23
25
Hari Setelah Anthesis (HSA)
27
28
30
54
75 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
5 4.5 4 (gr)
3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
(%)
6 90 Gambar 3. Perubahan Kadar Air Biji Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal dan 85 5.5 Varietas Ariza dari 0-30 HSA 80
30
Hari Setelah Anthesis (HSA) Berat Segar Var. Ariza (gr) Berat Kering Var. Ariza (gr) Kadar Air Var. Ariza (%) Daya Kecambah (%)
8 7.5 7 6.5
(gr)
6 5.5 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan 0 Pemecahannya, 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 Sunggal Serta 2008 USU Repository © 2008 Hari Setelah Anthesis (HSA)
Berat Segar Var. Sunggal (gr) Kadar Air Var. Sunggal (%)
Berat Kering Var. Sunggal (gr) Daya Kecambah (%)
90 85 80 75 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
(%)
Gambar 4. Grafik Perubahan Berat Segar, Berat Kering, Kadar Air, Daya Kecambah Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal dari 0-30 HSA
55
Gambar 5. Grafik Perubahan Berat Segar, Berat Kering, Kadar Air, Daya Berkecanbah Pada Tanaman Padi Varietas Ariza dari 0-30 HSA Kekerasan Biji (kg/cm2) Kekerasan biji (kg/cm2) diperoleh dengan alat zwick. Data rataan kekerasan biji pada tanaman padi varietas sunggal dan ariza dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa pada pengamatan umur 0 HSA diperoleh kekerasan biji 9.50 kg/cm2 untuk varietas sunggal dan 10.50 kg/cm2 untuk varietas ariza.
Pengamatan selanjutnya sampai umur 30 HSA diperoleh kekerasan biji
1000.75 kg/cm2 untuk varietas sunggal dan 1163.25 untuk varietas ariza. Hal ini disebabkan karena tingkat kematangan biji, dimana dengan semakin matangnya biji maka komponen – komponen biji semakin padat dan kompak dan kekompakan komponen biji tersebut mencerminkan kekerasan biji. Agar lebih jelas perkembangan kekerasan biji (kg/cm2 ) dari 0 HSA sampai 30 HSA dapat dilihat pada Gambar 6. 1400
2
Kekerasan Biji (kg/cm )
1200 1000 800 600
Var. Sunggal Var. Ariza
400 200 0
Donna Sinambela : Kajian Dormansi sativa Ariza Dan 0 Perkembangan 7 14 Dan 21 23Pada Biji 25 Padi (Oryza 27 28 L.) Varietas 30 Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008 Hari S etelah Anthesis (HS A)
56
Gambar 6. Perubahan Kekerasan Biji Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal dan Varietas Ariza dari 0-30 HSA Perkembangan benih padi dalam penelitian ini menunjukkan pola yang normal dan sesuai dengan pola perkembangan benih secara umum, yaitu terdiri dari 3 fase.
(Copeland dan Mc. Donald, 2001).
Fase I., fase pembelahan sel (terjadi
pertambahan berat segar), fase II, akumulasi cadangan makanan atau fase menghimpun cadangan makanan (terjadi pertambahan berat kering, penurunan kadar air), fase III, fase pemasakan (terjadi penambahan kekerasan benih).
Daya Kecambah (%) Daya berkecambah diukur berdasarkan persentase kecambah nomal pada hari ke – 7 setelah benih dikecambahkan. Data rataan daya kecambah biji padi varietas sunggal dan ariza terdapat pada Tabel 1. Pada penelitian ini biji padi varietas sunggal sudah mulai berkecambah pada umur 21 HSA sebesar 1%, sedangkan biji padi varietas ariza sudah mulai berkecambah pada umur 14 HSA sebesar 3%. Ini membuktikan bahwa sebenarnya benih telah mampu berkecambah jauh sebelum mencapai masak fisiologi, sebagaimana dinyatakan
(Copeland dan Mc Donald, 2001) telah melaporkan bahwa
kedele mampu berkecambah pada kira-kira 38 hari setelah penyerbukan, sedangkan berat kering maksimumnya (masak fisiologisnya) baru dicapai pada 60-65 hari.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
57
Agar lebih jelas pertambahan daya berkecambah (%) pada varietas sunggal dan varietas ariza mulai dari 0 HSA sampai 30 HSA dapat dilihat pada Gambar 6.
5
Daya Kecambah (%)
4
3
Var. Sunggal Var. Ariza
2
1
0 0
7
14
21
23
25
27
28
30
Hari Setelah Anthesis (HSA)
Gambar 7. Perubahan Daya Berkecambah Biji Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal dan Varietas Ariza dari 0-30 HSA
Ciri-Ciri Perkembangan Bunga dan Biji Hasil pengamatan secara morfologi maupun fisiologi dari 10 stadia perkembangan biji padi dibagi ke dalam 2 stadia perkembangan bunga dan 8 stadia perkembangan biji, disajikan dalam Tabel 2,3,4,5. Kesepuluh stadia yang dihasilkan
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
58
pada penelitian ini maka dapat dibagi tiga fase (Ismunadji, dkk, 1988, Sadjad 1988, Santoso, dkk, 1990, Copeland dan Mc. Donald, 2001). Fase pertumbuhan terjadi dari stadium 2 hingga stadium 3, fase menghimpun cadangan makanan terjadi dari stadium 4 hingga stadium 6, dan fase pemasakan terjadi dari stadium 7 hingga stadium 10. Penelitian ini menunjukkan bahwa stadium masak fisiologi dicapai pada stadium 8 umur 27 HSA. Ciri-ciri masak fisiologis biji untuk varietas sunggal adalah sebagai berikut : kulit biji berwarna kuning, berat segar biji yaitu 3.47 gram, berat kering biji tertinggi yaitu 2.70 gram, kulit biji semakin mengeras, daya berkecambah 5%, kadar air biji 22.22% dan untuk varietas ariza adalah kulit biji berwarna kuning emas, berat segar biji yaitu 3.38 gram, berat kering biji tertinggi yaitu 2.60 gram kulit biji semakin mengeras, daya berkecambah 11%, kadar air biji 23.08%.
Awn Paleal apiculus Kepala sari Stamen Filamen Palea Lemma Kepala putik (stigma) Tangkai putik Pistil Bakal buah/ovary
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
59
Rachilla Liemma steril Glumerudimentary Penicel
Gambar 8. Bagian – bagian Bunga padi (Suyamto, 2006) Tabel 2. Perkembangan bunga padi varietas Sunggal Stadia perkembangan bunga (HSA)
Ciri-ciri
Stadium 1
Bunga masih kuncup, perikarp berwarna hijau muda
Stadium 2 (0)
Bunga sudah mekar, perikarp berwarna hijau terang, kepala sari berwarna kuning cerah. (antesis
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
60
Tabel 3. Perkembangan biji padi varietas sunggal Perkembangan Biji (HSA)
CIRI - CIRI Morfologi
Fisiologi
Stadium 3 (7)
Kulit biji berwarna hijau. Berat segar biji 7.61 gram. Berat kering biji 0.88 gram
Daya berkecambah 0 %. Kadar air biji 88.51 %
Stadium 4 (14)
Kulit Biji berwarna hijau gelap. Berat segar biji 4.09gram. Berat kering biji 1.60 gram
Daya berkecambah 0 %. Kadar air biji 60.96 %
Stadium 5 (21)
Kulit biji berwarna hijau kekuningan. Berat segar biji 4.00 gram. Berat kering biji 2.45 gram
Daya berkecambah 1 %. Kadar air biji 38.379%
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
61
Stadium 6 (23)
Kulit biji berwarna hijau kekuningan. Berat segar biji 3.56 gram. Berat kering biji 2.65 gram
Daya berkecambah 1 %. Kadar air biji 25.50 %
Stadium 7 (25)
Kulit biji berwarna kuning agak keputihan (kuning muda). Berat segar biji 3.38 gram. Berat kering biji 2.60 gram
Daya berkecambah 1 %. Kadar air biji 23.05 %
Stadium 8 (27)
Kulit biji berwarna kuning. Berat segar biji 3.47 gram. Berat kering biji 2.70 gram
Daya berkecambah 5 %. Kadar air biji 22.22 %
Stadium 9 (28)
Kulit biji berwarna kuning kusam. Berat segar biji 2.94 gram. Berat kering biji 2.30 gram
Daya berkecambah 5 %. Kadar air biji 21.74 %
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
62
Stadium10 30)
Kulit biji berwarna kuning kusam. Berat segar biji 3.13 gram. Berat kering biji 2.50 gram
Daya berkecambah 5 %. Kadar air biji 20.0 %
Tabel 4. Perkembangan bunga padi varietas ariza. Stadia perkembangan bunga (HSA)
Ciri-ciri
Stadium 1
Bunga masih kuncup, perikarp berwarna hijau muda keputihan
Stadium 2 (0)
Bunga sudah mekar, perikarp berwarna hijau terang, kepala sari berwarna kuning cerah. (antesis)
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
63
Tabel 5. Perkembangan biji padi varietas ariza Perkembangan CIRI - CIRI benih (HSA) Morfologi Fisiologi Stadium 3 (7)
Kulit biji berwarna hijau terang. Berat segar biji 5.42 gram. Berat kering biji 0.74 gram
Daya berkecambah 0 %. Kadar air biji 86.40 %
Stadium 4 (14)
Kulit biji berwarna hijau. Berat segar biji 1.01 gram. Berat kering biji 1.40 gram
Daya berkecambah 3 %. Kadar air biji 61.43 %
Stadium 5 (21)
Kulit biji berwarna hijau kekuningan. Berat segar biji 3.45 gram. Berat kering biji 2.28 gram
Daya berkecambah Kadar air biji 34.09 %
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
10 %.
64
Stadium 6 (23)
Kulit biji berwarna hijau kekuningan. Berat segar biji 3.39 gram. Berat kering biji 2.40 gram
Daya berkecambah Kadar air biji 29.17 %
10 %.
Stadium 7 (25)
Kulit biji berwarna kuning. Berat segar biji 3.34 gram. Berat kering biji 2.55 gram
Daya berkecambah Kadar air biji 23.54 %
10 %.
Stadium 8 (27)
Kulit biji berwarna kuning emas. Berat segar biji 3.38 gram. Berat kering biji 2.60 gram
Daya berkecambah Kadar air biji 23.08 %
11 %.
Stadium 9 (28)
Perikarp berwarna kuning emas. Berat basah benih 3.17 gram. Berat kering benih 2.50 gram
Daya berkecambah 11 %. Kadar air benih 21.20 %
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
65
Stadia 10 (30)
Perikarp berwarna kuning kusam. Berat basah benih 3.15 gram. Berat kering benih 2.49 gram
Daya berkecambah 15 Kadar air benih 20.88 %
Proses pembungaan mencakup beberapa proses yaitu terbukanya sekam kelopak, penaburan serbuk sari oleh kepala sari, penutupan sekam kelopak. Proses pembungaan terjadi pada pagi hari atau menjelang siang hari. Antesis telah mulai bila benang sari bunga paling ujung pada tiap cabang telah tampak keluar. Antesis terdiri dari beberapa peristiwa antara membukanya dan menutupnya bunga. Tiap bunga memiliki 6 benang sari yang menopang kepala sari yang berisi tepung sari yang berwarna kuning. Bagian – bagian bunga padi terdiri atas pedicel (tangkai padi), lemma mandul, rakhilla, ovary, urat sekam, lemma, putik, palea, awn (ekor gabah) dan benang sari. Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Tiap bunga pada malai terletak pada cabang-cabang bulir yang terdapat pada cabang primer dan sekunder. Tiap unit bunga padi terdiri dari satu bunga sehingga padi termasuk bunga monoeseus. Bunga tersebut mengadakan penyerbukan sendiri. Padi merupakan salah satu spesies dari famili Graminaceae, yang termasuk dalam monoeseus bunga, dimana bunga jantan dan betina, pada satu tanaman. Perkembangan bunga dan bagian-bagiannya diamati secara visual.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
%.
66
Bakal biji (ovary), dapat menjadi biji setelah mengalami pembuahan. Penyerbukan pada padi adalah penyerbukan sendiri tidak dibantu oleh serangga, umumnya ditunjukkan oleh warna bunga yang kuning. Setelah terjadi pembuahan atau peleburan diri antara inti sperma dengan inti sel telur, menghasilkan sebuah zygot atau embrio yang kelak akan menjadi tanaman baru maka zygot itu akan beristirahat dulu beberapa waktu.
Peristiwa kedua adalah
penggabungan diri antara inti sperma yang lain, dengan dua inti polar, dapat menyebabkan terjadinya endosperma yang mengandung zat makanan.
Setelah
endosperma terbentuk, maka inti endosperm akan membelah diri berulang kali dengan cepat, kadang-kadang dapat mendesak nucellus sedemikian kuatnya sehingga nucellus akhirnya hanya tinggal sebagai selaput yang tipis di dalam biji. Pertumbuhan embryo di dalam biji pada permulaan berjalan lamban. Setelah embrio itu menyerap zat makanan yang tertimbun di dalam endosperm maka tumbuhnya akan lebih cepat. Beberapa faktor yang menentukan perkembangan biji sehingga buah mencapai kemasakan yaitu : jumlah bunga yang dihasilkan oleh tanaman, persentase bunga yang mengalami penyerbukan, persentase bunga yang mengalami pembuahan, persentase buah muda yang mengalami pembuahan, dan persentase buah muda yang dapat tumbuh terus hingga menjadi buah masak.
Kegagalan buah muda untuk
menjadi buah masak ada beberapa sebab, yaitu keadaan kantung embrio di dalam biji tidak normal, embrio, dan endosperm berhenti tumbuh, tanahnya terlalu kering atau
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
67
terlalu basah, tanahnya kurang mengandung unsur hara, ada serangan hama dan penyakit, pengaruh jumlah buah dan pengaruh jumlah biji. Daei Tabel 1 terbukti bahwa pada stadium 8 pada padi varietas sunggal dan ariza, terdapat perkembangan yang sangat pesat pada berat kering benih dan daya berkecambah benih, yaitu hampir dua kali lipat dibandingkan dengan stadium 4. Pada stadium ini warna perikarp sudah kuning kulit biji sudah sangat keras, biji sudah bisa lepas dengan baik dari tangkai gabahnya. Stadium 2 hingga stadium 3 diduga sebagai fase perkembangan embrio, hal ini ditandai dengan kekerasan benih. Kadar air biji yang sedang mengalami proses fertilisasi kira-kira 80%, beberapa hari kemudian kadar air akan meningkat sampai kira-kira 85%, hal ini sesuai dengan pendapat Sadjad (1980) bahwa pada fase pertumbuhan benih lajunya mengikuti laju pembentukan jaringan kadar air benih tetap tinggi sebesar 75-80% khususnya untuk padi masih sekitar 80-85% Disimpulkan bahwa biji dari stadium 4 sampai dengan stadium 6 berada pada fase menghimpun cadangan makanan, yang dicirikan dengan perubahan fisiologi, meliputi penurunan kadar air biji, peningkatan berat kering biji, dan perkecambahan biji. Stadium 6 hingga 8 merupakan fase pematangan benih. Ini didukung oleh penelitian Ningrum (1994) yaitu, bahwa benih makadamia mencapai masak fisiologis pada stadium 10 (147 HSA) yang ditandai dengan daya berkecambah, sedangkan kadar air sudah mulai menurun secara teratur. Masak fisiologi dicapai pada saat kadar air sudah berkurang, berat kering biji mencapai maksimum.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
68
Umur panen yang tepat bagi suatu benih sehingga benih yang dihasilkan bermutu tinggi adalah pada saat masak fisiologis. Saat masak fisiologis menurut Sadjad (1980) mutu benih baik secara fisik, genetik, dan fisiologi mencapai nilai yang tertinggi. Pada penelitian ini fase masak fisiologis dicapai pada stadium 8 pada 27 hari setelah antesis. Ditambahkan oleh Sadjad (1980), bahwa proses kemasakan benih yang terjadi adalah sejak fertilisasi. Proses kemasakan benih ini ditunjukkan dengan adanya perubahan morfologi, fisiologi maupun biokimia benih. Umur panen juga mempengaruhi terhadap penurunan kadar air benih, sehingga mempengaruhi viabilitas benih. Pemanenan yang dilakukan oleh petani selama ini adalah dengan melihat ciri morfologi saja tanpa diuji secara fisiologinya. Stadium masak fisiologis benih, tidak hanya dilihat secara morfologi saja tetapi harus terbukti pula secara fisiologinya, diantaranya berat kering benih bisa meningkat. Dalam penelitian ini terjadi peningkatan sebesar 1.83 gram atau 210 % untuk varietas sunggal dan 1.86 gram atau 251 % untuk varietas ariza. Memasuki stadium 9 (28 HSA), terlihat adanya perubahan fisik benih yaitu warna biji/gabah berubah menjadi kuning emas, sedangkan perubahan fisiologi ditandai dengan penurunan kadar air, berat kering. Ciri-ciri tersebut diatas diduga bahwa mulai stadia 10 (30 HSA) benih sudah memasuki fase setelah pematangan benih. Hal inidi tunjukkan dengan berat kering turun, kadar air turun.. Dinyatakan pula oleh Ningrum (1994) bahwa pada saat pematangan, benih mengering, hilangnya air diikuti dengan perubahan-perubahan warna dalam benih,
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
69
dan klorofil menghilang, warna berubah dalam kisaran kuning coklat hitam pada buah macadamia, atau sesuai dengan spesiesnya.
Kandungan Hormon ABA dan IAA (ppm) Pada Tabel 6. menunjukkan kandungan ABA dan IAA varietas Sunggal dan Ariza pada 28 HSA, 35 HSA, 49 HSA, 56 HSA dan 77 HSA. Tabel 6. Kandungan hormon ABA dan IAA (ppm) pada biji padi varietas Sunggal dan Arize mulai dari 28 HSA sampai 77 HSA Sunggal Arize Stadia ABA IAA ABA IAA 28 HSA
38.24
11.4167
41.4133
11.68
35 HSA
41.96
9.88333
43.7833
10.1033
49 HSA
44.4333
7.93333
49.22
8.05667
56 HSA
49.29
4.06333
53.13
5.06333
77 HSA
46.10
8.40
50.83
6.60
Perkembangan kandungan hormon ABA dan IAA dari 28 HSA sampai 77 HSA pada biji padi varietas Sunggal terdapat pada Gambar 9. 60
y^ = 16.278 + 1.0047x -0.008x2 R2 = 0.9005
n Hormon (ppm)
50 Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 40 Repository © 2008 USU
30
70
^
^ ABA IAA
Gambar 9. Kurva Perubahan Kandungan Hormon ABA dan IAA pada biji Padi Varietas Sunggal pada 28 sampai 77 HSA Perkembangan kandungan hormon ABA dan IAA pada biji padi varietas Ariza terdapat pada Gambar 10. 2
y^ = 16.203 + 1.115x -0.0086x 2
Kandungan Hormon (ppm)
60
R = 0.9535
50 40 ABA IAA
30 20
^y = 24.6 -0.574x -0.0044x2 2
R = 0.9078
10 0 0
20
40
60
80
100
Hari Setelah Anthesis (HSA)
Gambar 10. Kurva Perubahan Kandungan Hormon ABA dan IAA pada biji padi Varietas Ariza pada 28 sampai 77 HSA
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
71
Pada Gambar 9 dan Gambar 10 terlihat bahwa, kandungan hormon ABA dalam biji semakin meningkat, dengan meningkatnya kemasakan biji. Sebaliknya kandungan hormon IAA selama perkembangan biji menurun, sejalan meningkat kemasakan biji. Hal ini menunjukkan bahwa, ABA merupakan penyebab dormansi, karena menurut (Gardner, dkk, 1991), bahan perangsang pertumbuhan sering menurun selama pembentukan biji, sedangkan penghambat pertumbuhan seperti ABA meningkat. Akibatnya terjadi dormansi pada saat biji masak, karena adanya ketidak-seimbangan hormon. Pada benih padi, dormansi telah terjadi sejak benih masih berada pada tanaman induknya, setelah embrio berkembang penuh, sehingga disebut innate dormancy atau dormansi primer.
Dormansi yang demikian dapat
berperan dalam mencegah benih berkecambah pada malainya sebelum dipanen atau viviparous yang merugikan produsen benih (Ellis dkk, 1985). Pada penelitian ini, pada saat biji sudah berkecambah pada 6 MSP untuk varietas Sunggal dan 4 MSP untuk varietas Ariza kandungan hormon ABA menurun dan hormon IAA meningkat. Ini sejalan dengan penelitian Hemberg (1997) dalam Lakitan untuk tunas kentang, bahwa pada tunas kentang yang dorman terdapat zat penghambat tumbuh, dimana konsentrasi zat ini akan menurun jika dormansi telah dipecahkan. Ini menunjukkan bahwa karena IAA berperan sangat penting dalam perkembangan akar suatu tanaman. Ini sesuai dengan pendapat Wattimena (1988) bahwa, IAA adalah auksin endogen yang mendorong pembentukan akar dan stek. Pada proses perbesaran sel-sel akar, IAA adalah satu-satunya fitohormon yang
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
72
mempengaruhi proses fisiologis seperti mendorong pembesaran sel pada batang, akar dan daun.
Hasil Penelitian Tahap Kedua Pemecahan Dormansi Persentase Benih Berkecambah Data rataan persentase benih berkecambah dari 0 – 8 minggu setelah panen disajikan pada Lampiran 1, 3, 5, 7, 9,11, 13 sedangkan hasil sidik ragam pada Lampiran 2, 4, 6, 8, 10, 12. Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan varietas dan pemecahan dormansi serta interaksi kedua faktor perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap persentase benih berkecambah. Rataan persentase perkecambahan biji padi dari umur 0 – 8 minggu setelah panen terdapat pada Tabel 6. Pada 0 minggu setelah panen interaksi kedua perlakuan menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata.
Persentase benih perkecambahan tertinggi
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
73
untuk padi varietas sunggal pada perlakuan V1P2, V1P5, dan V1P6 sedangkan untuk padi varietas ariza persentase benih perkecambahan tertinggi pada perlakuan V2P2, V2P4, V2P5 dan V2P6.
Pada 2 minggu setelah panen interaksi kedua perlakuan menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata.
Persentase benih perkecambahan tertinggi
untuk padi varietas sunggal pada perlakuan V1P1, V1P2 , V1P5 , V1P6 sedangkan untuk padi varietas ariza persentase benih perkecambahan tertinggi pada perlakuan V2P1, V2P2, V2P3, V2P4, V2P5 , V2P6 .
Tabel 6. Rataan Persentase Benih Berkecambah Pada Padi (%) pada Perlakuan Varietas dan Pemecahan Dormansi Perlakuan umur (MSP) 0 2 4 6 8 Varietas 59.00
68.57
92.48
96.14
97.52
76.24
89.86
94.67
95.57
96.48
11.00
44.50
78.50
91.00
97.17
P1
68.83
82.00
93.83
95.50
95.67
P2
85.67
88.50
95.17
95.83
96.17
P3
42.83
73.00
96.00
97.50
97.50
P4
82.00
82.50
96.50
96.17
97.50
P5
91.50
91.67
97.00
97.00
96.83
P6
91.50
92.33
98.00
98.00
98.17
V1P0
5.00iH
18.00kI
63.00gE
85.00gG
96.33cC
V1P1
70.00fF
83.33fE
97.00bcAB
97.67abcABC
98.00abAB
V1P2
80.67eE
85.00efDE
97.67abAB
97.67abcABC
98.00abAB
V1P3
18.00hG
52.00jH
96.00cB
99.00aA
98.00abAB
V1 V2 Pemecahan Drmansi P0
Interaksi
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
74
V1P4 V1P5
69.00fgF 85.33dD
69.00iG 86.00eD
97.00bcAB 98.00abA
97.00cdBCD 98.00abcAB
97.00bcABC 97.00bcABC
V1P6
85.00dD
86.67eD
98.67aA
98.67abAB
98.33aA
V2P0
17.00hG
71.00hG
94.00dC
97.00cdBCD
98.00abAB
V2P1
67.67gF
80.67gF
90.67fD
93.33fF
93.33dD
V2P2
90.67cC
92.00dC
92.67eC
94.00fEF
94.33dD
V2P3
67.67gF
94.00cBC
96.00cB
96.00deCD
97.00bcABC
V2P4
95.00bB
96.00bAB
96.00cB
95.33DE
98.00abAB
97.67aAB 97.33abA 96.00cB 96.00deCD 96.67cBC V2P5 98.00aA 98.00aA 97.33abcABC 97.33bcdABC 98.00abAB V2P6 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama, menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5% untuk huruf kecil, dan 1 % untuk huruf besar berdasarkan uji DMRT, sedangkan yang tidak bernotasi menunjukkan tidak berbeda nyata.
Pada 0 MSP menunjukkan varietas Ariza lebih respon terhadap perlakuan pemecahan dormansi, yang menunjukkan persentase perkecambahan yang tinggi pada perlakuan pematahan dormansi P2, P5, dan P6. Sedangkan untuk varietas Sunggal lebih respon terhadap P2, P4, P5 dan P6. . Pada 2 MSP menunjukkan varietas Ariza lebih respon terhadap perlakuan pemecahan dormansi, yang menunjukkan persentase perkecambahan yang tinggi pada perlakuan pematahan dormansi P1, P2, P3, P4, P5 dan P6. Sedangkan untuk varietas Sunggal lebih respon terhadap P1, P2, dan P6, Pada Tabel 6 Varietas Ariza lebih cepat berkecambah, yaitu pada 0 dan 2 MSP memiliki perkecambahan yang lebih tinggi dari pada Varietas Sunggal, sedangkan untuk varietas Sunggal mulai perberkecambahan yang tinggi mulai 4 MSP. Kemampuan benih berkecambah tergantung pada varietas dan perlakuan..
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
75
Dari Tabel 6 terlihat bahwa untuk kedua varietas, pemecahan dormansi yang lebih cepat terjasi pada perlakuan Gibberelin yang ditunjukkan oleh persentase benih berkecambah tertinggi pada 0 dan 2 MSP, sedangkan pada 4 MSP, pengupasan dengan penggoresan endosperm, perendaman dengan KNO3, pemanasan dan perendaman dengan KNO3 serta Giberelin menunjukkan pengaruh berbeda satu terhadap yang lainnya. Tingginya persentase perkecambahan pada 0 MSP yaitu 85% untuk sunggal dan 98% untuk ariza, pasa perendaman dalam giberelin, menunjukkan bahwa dengan pemberian giberelin dapat merangsang terjasinya perkecambahan biji. Ini sejalan dengan pernyataan sebelumnya bahwa, mekanisme dormansi dapat dihilangkan dengan menggunakan bahan peransang pertumbuhan. (Amen, 1963 dalam Gardner dkk 1991, Danoesastro, 1999). Pada biji salah satu efek Giberelin adalah mendorong pemanjangan sel sehingga radikulasi dapat mendobrak endosperm, kulit biji atau buah yang membatasi pertumbuhannya. Giberelin juga mendorong sekresi enzim hidrolitik ke endosperm tempat enzim tersebut mencerna cadangan makanan dan dinding sel. Cadangan makanan menjadi lebih mudah tersedia sehingga benih lebih mudah tumbuh (Gardner dkk, 1991). Pematahan dormansi benih Avena Fatua dilakukan dengan cara direndam dalam larutan Giberelin. Hal yang sama telah dilaporkan Dewi, dkk, (2007) bahwa penggunaan giberelin pada konsentrasi 0.1 μM, pada benih barley (Hordum vulgare L,.) dapat meningkatkan perkecambahan dari 50% menjadi 90%, dan dengan konsentrasi 10 μM perkecambahan menjadi 100%. Demikian pula Shun, dkk, (2007), telah menyatakan Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
76
bahwa penggunaan giberelin 200 ppm dan inkubasi pada temperatur 30/20 0C selama 12 minggu pada biji Myrica rubra menghasilkan perkecambahan sebesar 60%, sedangkan perlakuan selama 28 hari pada biji segar yang mempunyai endocarp hanya menghasilkan perkecambahan sebesar 22 %. Penggunaan Giberelin menonjol pada 0 dan 2 MSP, namun pada 4, 6 dan 8 MSP Giberelin berbeda tidak nyata dengan pengupasan, pengupasan dengan penggoresan endosperm, perendaman daengan KNO3, pemanasan dan perendaman dengan KNO3, hal ini adalah karena pada 6 MSP benih telah kehilangan dormansi secara alami. Dari Lampiran 15 dan Lampiran 16, terlihat bahwa hasil analisis korelasi antara berat kering dengan kadar air, berat segar dan hormon IAA pada perlakuan varietas Ariza dan Sunggal , dimana semakin menurun berat kering maka, semakin meningkat kadar air, berat segar dan hormon IAA, hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah konsentrasi bahan terlarut maka potensi air benih akan semakin tinggi. Sedikitnya bahan yang terlarut akan mengurangi daya tarik terhadap molekul air, sehingga kadar air benih meningkat maka, aktivitas beberapa enzim dan hormon juga meningkat. Sedangkan korelasi antara kadar air benih dengan kekerasan benih, daya berkecambah, hormon ABA, dimana dengan menurunnya kadar air benih maka, semakin meningkat kekerasan benih, daya berkecambah benih dan kandungan hormon ABA. Sedangkan korelasi antara kadar air benih dengan berat segar, kandungan hormon IAA, dimana dengan meningkatnya kadar air benih maka semakin meningkat juga berat segar dan kandungan hormon IAA, maka akan terjadi Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
77
reaksi yang diawali dengan proses hidrasi pada cadangan makanan, sehingga terjadi aktivitas biologi yang menyebabkan perubahan komposisi kimia pada semua bagian benih.
Sedangkan korelasi antara Berat kering dengan kekerasan benih, daya
berkecambah dan kandungan hormon ABA, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi berat kering benih maka semakin meningkat juga kekerasan benih, daya berkecambah dan kandungan hormon ABA. Tinggi rendahnya berat kering benih tergantung dari banyak atau sedikitnya bahan kering yang terdapat pada biji terutama pada endosperm yang merupakan cadangan makanan. Daya berkecambah, kekerasan biji meningkat dengan semakin meningkatnya kematangan biji dan mencapai maksimum bila berat kering maksimum tercapai. Korelasi antara daya berkecambah dengan ABA, dimana benih tidak berkecambah bila konsentrasi kandungan ABA meningkat didalam benih. Sedangkan korelasi antara daya berkecambah dengan hormon IAA menunjukkan bahwa semakin meningkat daya kecambah benih, apabila hormon perangsang pertumbuhan meningkat.. Hal ini menunjukkan bahwa, ABA merupakan peyebab dormansi, karena menurut (Gardner, dkk, 1991), bahan perangsang pertumbuhan sering menurun selama pembentukan biji, sedangkan penghambat pertumbuhan seperti ABA meningkat. Akibatnya terjadi dormansi pada biji masak, karena adanya ketidak-seimbangan hormon.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
78
Kadar Asam Lemak Tabel 7 Rataan Persentase Kadar Asam Lemak Pada Padi (%) pada Perlakuan Varietas dan Pemecahan Dormansi Umur (MSP) Perlakuan 0 6 Varietas V1 V2 Pemecahan Dormansi P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6
1.99 2.15
1.97 2.13
2.12 2.12 2.12 1.98 2.12 1.88 2.12
2.10 2.10 2.10 1.95 2.10 1.86 2.10
2.03 bB
2.01 bB
Interaksi V1P0
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
79
V1P1 V1P2 V1P3 V1P4 V1P5 V1P6 V2P0 V2P1 V2P2 V2P3 V2P4 V2P5 V2P6 Keterangan :
2.03 bB 2.03 bB 1.95 cC 2.03 bB 1.82 dD 2.03 bB 2.21 aA 2.21 aA 2.21 aA 2.01 bB 2.21 aA 1.94 cC 2.21 aA
2.01 bB 2.01 bB 1.93 cC 2.01 bB 1.80 dD 2.01 bB 2.19 aA 2.19 aA 2.19 aA 1.99 bB 2.19 aA 1.92 cC 2.19 aA
Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama, menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% untuk huruf kecil, dan 1% untuk huruf besar berdasarkan uji DMRT, sedangkan yang tidak bernotasi menunjukkan tidak berbeda nyata.
Pada saat panen (0 MSP) kadar asam lemak tertinggi sebesar 2.21 terdapat pada perlakuan V2P0, V2P1, V2P2, V2P4, dan V2P6 yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan V1P0, V1P1, V1P2, V1P3, V1P4, V1P5, V1P6, V2P3, dan V2P5. Kadar asam lemak terendah adalah pada V1P5 sebesar 1.82 yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan V1P0, V1P1, V1P2, V1P3, V1P4, V1P6, V2P0, V2P1, V2P2, V2P3, V2P4, V2P5 dan V2P6. Pada 6 MSP, persentase asam lemak berkurang, dan menunjukkan pola yang sama seperti pada 0 MSP. Kadar asam lemak tertinggi sebesar 2.19 % diperoleh pada perlakuan V2P0, V2P1, V2P2, V2P4 dan V2P6, yang berbeda sangat nyata dengan semua perlakuan lainnya. Kadar asam lemak yang terendah adalah pada perlakuan V1P5 yang berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya. Secara keseluruhan terlihat bahwa, kadar asam lemak pada 6 MSP berkurang sebanyak 0.021 dari kadar asam lemak pada saat panen (0 MSP). Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
80
Pemanasan benih dengan oven pada suhu 500C selama 2 hari diikuti perendaman dalam larutan KNO3 3% masing-masing selama 2 hari dan perlakuan pemanasan benih dalam oven pada suhu 500C selama 2 hari mengakibatkan penurunan kandungan asam lemak yang nyata baik pada varietas sunggal maupun arize. Perlakuan dengan suhu panas dapat memecahkan dormansi benih padi. Panjang pendeknya masa dormansi benih padi dapat disebabkan oleh asam lemak jenuh berantai pendek (IRRI, 1987 dalam Soejadi dan Udin S, 2001).
Hal ini
menunjukkan bahwa asam lemak jenuh berantai pendek yang menyebabkan dormansi pada benih, larut selama pemanasan. Sebaliknya pengupasan tidak mempengaruhi kandungan asam lemak karena pengupasan merupakan aktifitas fisik yang tidak mempengaruhi kondisi kimia benih. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan lemak biji bukan terdapat pada bagian sekamnya. Pada berbagai perlakuan pemecahan dormansi varietas menunjukkan perbedaan respon yang ditunjukkan oleh kandungan lemak yang berbeda. Dari data menunjukkan bahwa V2P0, V2P1, V2P2, V2P3, V2P4, V2P5 dan V2P6 lebih tinggi kandungan lemaknya dari pada V1P0, V1P1, V1P2, V1P3, V1P4, V1P5 dan V1P6 baik pada 0 maupun 6 minggu setelah panen. Hal ini menunjukkan bahwa V2 memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
81
Perbedaan varietas ternyata juga memberikan komposisi asam lemak walaupun tidak terlalu besar. Kandungan asam lemak dipengaruhi oleh varietas, derajat kematangan biji dan metode ekstraksi lemak. (Udin, 2001). Dari Lampiran 17 dan Lampiran 18, terlihat bahwa hasil analisis korelasi antara benih berkecambah dengan kadar lemak pada kedua varietas, dimana perbedaan varietas ternyata juga memberikan komposisi asam lemak walaupun tidak terlalu besar, namun persentase benih berkecambah tidak dipengaruhi oleh kandungan lemak yang terdapat pada kedua varietas.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Stadium masak fisiologi pada padi Varietas. Sunggal dan Hibrida Var. Ariza dicapai pada stadium 8 umur 27 HSA . 2.
Kandungan hormon ABA pada biji semakin meningkat dengan meningkatnya stadia kemasakan biji. Selanjutnya kandungan hormon IAA pada perkembangan biji mengalami penurunan dengan meningkatnya stadia kemasakan biji.
3. Cara pemecahan yang tepat dan efektif dalam pematahan dormansi padi pada umur 0 MSP untuk varietas sunggal adalah dengan perlakuan Pengupasan sekam dan menggores endosperm, Pemanasan benih dengan oven pada suhu 500C selama dua hari, diikuti perendaman dalam larutan KNO3 3% masing-masing Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
82
selama dua hari, dan Perendaman benih dalam larutan gibberelin 0.02% selama dua hari 4. Pada umur 2 MSP dengan perlakuan pemberian Pengupasan sekam secara hatihati, Pengupasan sekam dan menggores endosperm, Pemanasan benih dengan oven pada suhu 500C selama dua hari, diikuti perendaman dalam larutan KNO3 3% masing-masing selama dua hari, dan
Perendaman benih dalam larutan
gibberelin 0.02% selama dua hari 5. Pada umur 0 MSP untuk padi varietas ariza dengan perlakuan Pengupasan sekam dan menggores endosperm, Perendaman benih dalam larutan KNO3 3% masingmasing selama dua hari, Pemanasan benih dengan oven pada suhu 500C selama dua hari, diikuti perendaman dalam larutan KNO3 3% masing-masing selama dua hari, dan Perendaman benih dalam larutan gibberelin 0.02% selama dua hari 6. Sedangkan umur 2 MSP dengan perlakuan Pengupasan sekam secara hati-hati, Pengupasan sekam dan menggores endosperm , Pemanasan benih dalam oven pada suhu 500C selama dua hari,P Perendaman benih dalam larutan KNO3 3% masing-masing selama dua hari , P Pemanasan benih dengan oven pada suhu 500C selama dua hari, diikuti perendaman dalam larutan KNO3 3% masing-masing selama dua hari. 7. Terdapat perbedaan nyata dari tanggap kedua varietas terhadap pemecahan dormansi.
Saran Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
83
1. Perlakuan pemecahan dormansi dengan Giberelin 0.02 % selama 2x24 jam belum efektif, karena membutuhkan biaya yang cukup besar. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui lokasi keberadaan hormon ABA dan hormon IAA di dalam benih padi.
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z., 1987. Dasar-dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa. Bandung. Hal. 49-54. Ade Santika. : Jurnal: Litbang Deptan, 2007. htt://Litbang.deptan.go.id/ (diakses tanggal 3 September 2007). Admin, 2002 Respon Tanaman Padi (Oryza sativa L,.) Varietas IR 64 Terhadap Cara Pengolahan Tanah dan Dosis Pupuk Nitrogen. Apriyantono, A, D. Fardiaz, N.L. Puspitasari, Sedarmawati dan S. Budiyanto. 1989. Analisis Pangan. Petunjuk Praktikum. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB. Bogor. Association of Official Seed Analysts 1989. edition.
Rules for Testing Seed.
Revised
Baihaki, 2004. “Jurnal” . Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur. http://Diperta. Prop. Jatim.go.id. (diakses tanggal 2 Agustue 2007). Benyamin Lakitan, 1997. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja Grafindo Persada Jakarta. Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
84
Bewley , J.D. and M. Black, 1985. Seed : Physiology of Development and Germination. 367 p. Plenum Press, New York. Come. D. and Thevenot. 1982. Enviromental control of embryodormancy and germination p. 271-298. In A.A. Khan (ed). The Physiology and Biochemistry of Seed Development. Dormancy and Germination. Elsevier Biomedical Press. Amsterdam. New York. Oxford. Copeland. L.O. dan Mc. Donald. M.B. and 2001. Principles of Seed Science and Technology, Macmillan Publ. Coy, New York and Collier Macmillan Pebl. London. 321 p. Danoesastro, H. 1999. Zat Pengatur Tumbuh dalam Pertanian. Yayasan Pembinaan Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta. Hal. 5, 6-63. Delouche, J.C. and N.T. Nguyen 1984. Methods for overcoming seed dormancy in rice. Proc. AOSA. 54:41-49. 1996 . Dalam Proseding Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Balai Penelitian Tanaman Padi Sukamandi. Dewi,K. dan P.M. Chandier. 2007. didalam Proceeding of The Seed Ecology II Conference. The Role of Gibberellin in Breaking seed Dormancy in Barley (Hordeum vulgare L.) Ellis, R.H., Hong T.D. and Robert, E.H. 1985. Hand book of Seed Technology for Genebank Vol II. Compendium of spesific germination information and test recommendations. 667 p. IBPG. Rome. Fujino, 1978. didalam Buku 1 Padi. 1998. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor Gardner, F.P, R.B. Pearce dan R.L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya Terjemahan dari Physiiology of Crop Plants. Oleg Susilo, H. Universitas Indonesia, Jakarta. Hal 424. Gomez, K.A. dan A.A. Gomez, 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Penerjemah : Sjamsuddin, E.J.S. Baharsjah, dan A.H. Nasution. UI Pres. Jakarta. 698h. Hadas, A. 1982. Seed soil contact and germination p. 507-527. In A.A. Khan (ed). The Physiology and Biochemistry of Seed Development. Dormancy and Germination. Elsevier Biomedical Press. Amsterdam. New York. Oxford.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
85
Haryati, 2002. Pengaruh Perlakuan Pemanasan Pada Benih Jati. Tesis S-2 Program Pasca Studi Agronomi Kelompok Bidang Ilmu-ilmu Pertanian. Sekolah Pasca Sarjana. Universitas Sumatera Utara. Haryadi, 2006. Teknologi Pengolahan Beras. Seri Teknologi Pertanian Penerbit UGM Gajah Mada University Press. Hayashi, M. 1987. Relationship between endogenous germination inhibitors and dormancv in rice seeds. Japan Agr. Research Quarterly. 21 (3): 153-161. International Rice Research Institue. 1987. Annual Report for 1987.p. 188. International Rice Research Institue. 2003. Fase Pertumbuhan Tanaman Padi Dalam http:www.knowledgebank.irri.org/regionalsites/indonesia Annual Report for 1987.p. 188. Ismunadji, M, A. Widjono, 1988. Dormansi Benih Padi http://Jurnal Pusat Penelitian dan Tanaman Pangan.go.id> (diakses tanggal 15 Oktober 2007). IRRI, 1997. Rice Almanac, second edition IRRI, Los Banos, Philippines. 181.p. ISTA, 2005. International rules for seed testing. The International Seed Testing Association (ISTA), Bassersdorf, CH-Switzerland. 485 p. Jung, L. H., 1984. Germination Dormansi if Some Locally Available Palm Seeds. Project Report University Pertanian Malausia. Pp 44, 45, 56, 57. Kamil, J. 1982. Teknologi Benih P.T. Angkasa, Bandung, hal 164. Majumder, MK, Seshu, D.V. and Shenoy, V.Y. 1989. Implication of fatty acids and seed dormancy in a new screening procedure for cold tolerance in rice. Crop Sci., 29: 1298-1304. Mashur, 2007. Padi Tipe Baru, Padi Masa Depan Produksi lebih tinggi dari IR 64 dan Membrano, Dinas Pertanian Propinsi Nusa Tenggara Barat. Moore, T.C. 1979. Biochemistry and Physiology of Plant Hormones. Springer verlag, Berlin. In Peter J. Davies (ed). Plant Hormones and Their Role in Plant Growth and Development. Martinus Nujhoff Publishers, Netherlands. Pp 431-462. Purba Rosmadelina, 2000. Pengaruh Perlakuan Mekanis Dan Konsentrasi Giberelin Serta Lama Perendaman Terhadap Perkecambahan Biji Palem Kol Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
86
Rahman A, S., W, Hermawan dan Hartono, 1994. Sistem Tanpa Olah Tanah dengan Herbisida Glifosat. Prosiding Konfrensi HIGI XII.h.217-221. Sadjad S. 1980. Panduan Pembinaan Mutu Benih Tanaman Kehutanan Di Indonesia. Kerjasama Lembaga Aplikasi IPB dan Proyek Pusat Perbenihan Tanaman Kehutanan. Bogor. Dir. Reboisasi dan Rehabilitasi. Dirjen. Tan. Kehutanan. Bogor. Saenong, S., E. Murniati, dan F.A. Bahar. 1989. Teknik Pengujian Masa Dormansi Benih Padi (Oryza sativa L.) http://202.158.180/publikasi/bt.112067. pdf (diakses tanggal 10 Mei 2007. Salisbury, F.B dan Cleon. W. Ross. 1995, Fisiologi Tumbuhan Terjemahan. Terjemahan dari Plant Physiology. Oleh Lukman, D.R. dan Sumaryono. ITB, Bandung hal.186. Sanberg G, Crozier A, Chen Ch M, Hartley R D, and Smith L A. 1987. High Performance liquid chromatography in Plant sciences. Eddited by H.F. Linkens dengan J.F. Jakson Aspringer Verlag. Berlin. Heidelberg. New York. London. Paris. Tokyo. Santoso Harry, 1992. Biologi Benih. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat Istitut Pertanian Bogor. Schmidt. L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanama Hutan Tropis Dan Sub Tropis. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan Dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan. Silitonga, S. T. 1977. Dormansi Pada Biji Padi. Http://202.158.78.180/publikasi/bt112067.pdf. (diakses tanggal 26 September 2007). Sinambela Donna, Julia, H., Bonur S., Sangkot, S., 2004. Deskripsi Varietas Padi UPT Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas Pertanian Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, Medan. Singh, S.B. 1994. Hihg seed replacement rate underpins Indonesia” s rice program. Asian Seed 1(5):8-10 Prosiding Seminar Nasional Apresiasi Hasil Penelitian Tanaman Padi Sukamandi.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
87
Situmorang Sangkot, Sabar, S., Anshari, Abtigas, G. 2006. Drskripsi Varitas Padi dan Palawija, UPT Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas Pertanian Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, Medan. Soejadi dan U.S. Nugraha 2001 Persistensi benih beberapa varietas padi dan metode efektif untuk pematahannya. Prosiding Seminar Nasional Apresiasi Hasil Penelitian Tanaman Padi Sukamandi. Sutopo, L. 2004. Teknologi benih P.T. RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal 53-180. Suyamto, 2006. ”Jurnal” Petunjuk Teknis Produksi Padi. http://Pusat Penelitian Pengembangan Tanaman Pangan. Go.id. (diakses tanggal 9 Oktober 2007). Shun-Yung Chen dan Ching-Te Chien. 2007, didalam Proceeding of The Seed Ecology II Conference. The Role Of Gibberelin and Abscisic acid in Germination of Myrica rubra seeds. Synder and Robertson J.M. 1987. The determination of absisic acid by High performance liquid chromatography, In . H.H. Linshens and J.F. Jakson (Eds). High Performance liquid chromatography in Plant sciences. (Eds). High Performance liquid chromatography in Plant sciences. Spinger- Verlag. Berlin. Heidelberg. New York. London. Paris. Tokyo. P: 52-71. Takahashi, N. 1975 Dormansi Pada Biji Padi. Dalam Silitonga S.T. 1977. Http://202.158.78.180/publikasi/bt112067.pdf. (diakses tanggal 26 September 2007). Tesar, M.B. 1984. Physiological Basis of Crop Growth and Development American Society of Agronomy Crop Science Society of America Madison, Wisconsin. P63. Udin, 2001. “: Jurnal” Penelitian Tanaman Pangan. Vol22.N.0.2.2001. Studi Efikasi Metode Dormansi Benih Padi. Balai Penelitian Tanaman Panga Sukamdi. Vimont.J.D. dan J. Crabbe. 2000. Dormancy In Plants From Whole Plant Behaviour to Cellular Control. Weaver, R.J., 1972. Plant Growth Substance in Agriculture. W. G. Freeman and Co. San Fransisco. P127 Wattimena. G.A. 1992. ”Jurnal” Fenonema Vivipary Labu Siam. http://tumoutunet/702.05123/luluk prihastuti.e.htm. (diakses tanggal 19 Agustus 2008. Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
88
Yudi Adrian, 2006. ”Tesis” Kajian Derapan Hara, Pertunbuhan Dan Hasil Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa L). Pada Pemberian Beberapa Jenis Pupuk Organik dan Anorganik Tesis S-2 Program Studi Agronomi Kelompok Bidang Ilmu – ilmu Pertanian Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogjakarta.
Lampiran 1. Rata-rata Persentase Benih Berkecambah Umur 0 Minggu Setelah Panen. Perlakuan Ulangan Total Rataan I
II
III
V1P0
5,00
4,00
6,00
15,00
5,00
V1P1
70,00
72,00
68,00
210,00
70,00
V1P2
80,00
82,00
80,00
242,00
80,67
V1P3
18,00
17,00
19,00
54,00
18,00
V1P4
67,00
69,00
71,00
207,00
69,00
V1P5
84,00
86,00
86,00
256,00
85,33
V1P6
86,00
85,00
84,00
255,00
85,00
V2P0
15,00
17,00
19,00
51,00
17,00
V2P1
68,00
67,00
68,00
203,00
67,67
V2P2
90,00
92,00
90,00
272,00
90,67
V2P3
68,00
67,00
68,00
203,00
67,67
V2P4
95,00
95,00
95,00
285,00
95,00
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
89
V2P5
98,00
97,00
98,00
293,00
97,67
V2P6
98,00
98,00
98,00
294,00
98,00
Total
942,00
948,00
950,00
2840,00
67,62
Lampiran 2.Sidik Ragam Persentase Benih Berkecambah 0 Minggu Setelah Panen. SK FK Efek V Efek P Interaksi Galat Total Keterangan :
dB
JK
KT
192038,09524 3120,09524 32967,90476 2449,90476 40,00000
6 6 28
F Hit
3120,09524 5494,65079 408,31746 1,42857
2184,06667 ** 3846,25556 ** 285,82222 **
F-tabel 0,05 0,01 4,20 7,64 2,44 2,53 2,44 2,53
41 38577,90476 KK = (%) 1,77 tn = tidak beda nyata * = berbeda nyata pada taraf uji 5% ** = sangat berbeda nyata pada taraf uji 5%
Lampiran 3. Rata-rata Persentase Benih Berkecambah Umur 2 Minggu Setelah Panen. Perlakuan Ulangan Total Rataan I
II
III
V1P0
17,00
19,00
18,00
54,00
18,00
V1P1
82,00
84,00
84,00
250,00
83,33
V1P2
85,00
86,00
84,00
255,00
85,00
V1P3
50,00
52,00
54,00
156,00
52,00
V1P4
69,00
68,00
70,00
207,00
69,00
V1P5
86,00
86,00
86,00
258,00
86,33
V1P6
87,00
86,00
87,00
260,00
86,67
V2P0
72,00
70,00
71,00
213,00
71,00
V2P1
80,00
82,00
80,00
242,00
80,67
V2P2
92,00
92,00
92,00
276,00
92,00
V2P3
94,00
96,00
92,00
282,00
94,00
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
90
V2P4
96,00
96,00
96,00
288,00
96,00
V2P5
98,00
97,00
97,00
292,00
97,33
V2P6
98,00
98,00
98,00
294,00
98,00
Total
1106,00
1112,00
1109,00
3327,00
79,21
Lampiran 4.Sidik Ragam Persentase Benih Berkecambah 2 Minggu Setelah Panen. SK
dB
FK Efek V Efek P Interaksi Galat
1 6 6 28
Total Keterangan :
KT
F Hit
F-tabel 0,05 0,01
4757,35714 1675,65079 610,85714 1,09524
4343,67391 ** 1529,94203 ** 557,73913 **
4,20 7,64 2,44 2,53 2,44 2,53
JK 263545,92857 4757,35714 10053,90476 3665,14286 30,66667
41 18507,07143 KK = (%) 1,32 tn = tidak beda nyata * = berbeda nyata pada taraf uji 5% ** = sangat berbeda nyata pada taraf uji 5%
Lampiran 5. Rata-rata Persentase Benih Berkecambah Umur 4 Minggu Setelah Panen. Perlakuan
Ulangan
Total
Rataan
I
II
III
V1P0
62,00
63,00
64,00
189,00
63,00
V1P1
97,00
97,00
97,00
291,00
97,00
V1P2
98,00
97,00
98,00
293,00
97,67
V1P3
97,00
96,00
95,00
288,00
96,00
V1P4
97,00
98,00
96,00
291,00
97,00
V1P5
97,00
99,00
98,00
294,00
98,00
V1P6
98,00
99,00
99,00
296,00
98,67
V2P0
94,00
93,00
95,00
282,00
94,00
V2P1
90,00
92,00
90,00
272,00
90,67
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
91
V2P2
92,00
92,00
94,00
278,00
92,67
V2P3
96,00
96,00
96,00
288,00
96,00
V2P4
96,00
96,00
96,00
288,00
96,00
V2P5
96,00
96,00
96,00
288,00
96,00
V2P6
97,00
98,00
97,00
292,00
97,33
Total
1307,00
1312,00
1311,00
3930,00
93,57
Lampiran 6. Sidik Ragam Persentase Benih Berkecambah 4 Minggu Setelah Panen. SK
dB
JK
FK Efek V Efek P Interaksi Galat
1 6 6 28
367735,71429 50,38095 1653,61905 1498,95238 17,33333
41
3220,28571
Total
Keterangan :
KT
50,38095 275,60317 249,82540 0,61905
KK = (%)
F-tabel 0,05 0,01
F Hit
81,38462 ** 445,20513 ** 403,56410 **
4,20 7,64 2,44 2,53 2,44 2,53
0,84
tn = tidak beda nyata * = berbeda nyata pada taraf uji 5% ** = sangat berbeda nyata pada taraf uji 5%
Lampiran 7. Rata-rata Persentase Benih Berkecambah Umur 6 Minggu Setelah Panen. Perlakuan
Ulangan
Total
Rataan
I
II
III
V1P0
84,00
86,00
85,00
255,00
85,00
V1P1
97,00
98,00
98,00
293,00
97,67
V1P2
99,00
96,00
98,00
293,00
97,67
V1P3
99,00
99,00
99,00
297,00
99,00
V1P4
97,00
97,00
97,00
291,00
97,00
V1P5
98,00
98,00
98,00
294,00
98,00
V1P6
99,00
98,00
99,00
296,00
98,67
V2P0
98,00
97,00
96,00
291,00
97,00
V2P1
92,00
94,00
94,00
280,00
93,33
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
92
V2P2
94,00
94,00
94,00
282,00
94,00
V2P3
97,00
95,00
96,00
288,00
96,00
V2P4
95,00
96,00
95,00
286,00
95,33
V2P5
96,00
96,00
96,00
288,00
96,00
V2P6
97,00
97,00
98,00
292,00
97,33
Total
1342,00
1341,00
1343,00
4026,00
95,86
Lampiran 8.Sidik Ragam Persentase Benih Berkecambah 6 Minggu Setelah Panen. SK
dB
FK Efek V Efek P Interaksi Galat
1 6 6 28
Total Keterangan :
JK 385920,85714 3,42857 194,47619 287,23810 16,00000
KT
F Hit
F-tabel 0,05 0,01
3,42857 32,41270 47,87302 0,57143
6,00000 ** 56,72222 ** 83,77778 **
4,20 7,64 2,44 2,53 2,44 2,53
41 501,14286 KK = (%) 0,79 tn = tidak beda nyata * = berbeda nyata pada taraf uji 5% ** = sangat berbeda nyata pada taraf uji 5%
Lampiran 9. Rata-rata Persentase Benih Berkecambah Umur 8 Minggu Setelah Panen Perlakuan
Ulangan
Total
Rataan
I
II
III
V1P0
96,00
98,00
95,00
289,00
96,33
V1P1
98,00
98,00
98,00
294,00
98,00
V1P2
98,00
98,00
98,00
294,00
98,00
V1P3
98,00
98,00
98,00
294,00
98,00
V1P4
97,00
97,00
97,00
291,00
97,00
V1P5
97,00
97,00
97,00
291,00
97,00
V1P6
99,00
98,00
98,00
295,00
98,33
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
93
V2P0
98,00
98,00
98,00
294,00
98,00
V2P1
92,00
94,00
94,00
280,00
93,33
V2P2
94,00
95,00
94,00
283,00
94,33
V2P3
97,00
97,00
97,00
291,00
97,00
V2P4
98,00
98,00
98,00
294,00
98,00
V2P5
97,00
96,00
97,00
290,00
96,67
V2P6
98,00
98,00
98,00
294,00
98,00
Total
1357,00
1360,00
1343,00
4074,00
97,00
Lampiran 10. Sidik Ragam Persentase Benih Berkecambah 8 Minggu Setelah Panen. SK
dB
FK Efek V Efek P Interaksi Galat
1 6 6 28
395178,00000 11,52381 26,33333 48,80952 9,33333
41
96,00000
Total
Keterangan :
JK
KT
11,52381 4,38889 8,13492 0,33333
F Hit
34,57143 ** 13,16667 ** 24,40476 **
F-tabel 0,05 0,01 4,20 7,64 2,44 2,53 2,44 2,53
KK = (%) 0,60 tn = tidak beda nyata * = berbeda nyata pada taraf uji 5% ** = sangat berbeda nyata pada taraf uji 5%
Lampiran 11. Rata-rata Kadar Lemak Umur 0 Minggu Setelah Panen. Perlakuan
Ulangan
Total
Rataan
I
II
III
V1P0
2,03
2,01
2,04
6,08
2,033
V1P1
2,03
2,01
2,04
6,08
2,03
V1P2
2,03
2,01
2,04
6,08
2,03
V1P3
1,95
1,93
1,96
5,84
1,95
V1P4
2,03
2,01
2,04
6,08
2,03
V1P5
1,82
1,80
1,83
5,45
1,82
V1P6
2,03
2,01
2,04
6,08
2,03
V2P0
2,21
2,20
2,23
6,64
2,21
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
94
V2P1
2,21
2,20
2,23
6,64
2,21
V2P2
2,21
2,20
2,23
6,64
2,21
V2P3
2,00
2,01
2,03
6,04
2,01
V2P4
2,21
2,20
2,23
6,64
2,21
V2P5
1,94
1,93
1,96
5,83
1,94
V2P6
2,21
2,20
2,23
6,64
2,21
Total
28,91
28,72
29,13
86,76
2,07
Lampiran 12. Sidik Ragam Kadar Lemak Umur 0 Minggu Setelah Panen. SK
dB
JK
KT
FK Efek V Efek P Interaksi Galat
1 6 6 28
179,22137 0,27201 0,33943 0,02006 0,00653
0,27201 0,05657 0,00334 0,00023
Total Keterangan :
F-tabel 0,05 0,01
F Hit
1165,75510 ** 242,44898 ** 14,32653 **
4,20 7,64 2,44 2,53 2,44 2,53
41 0,63803 KK = (%) 0,74 tn = tidak beda nyata * = berbeda nyata pada taraf uji 5% ** = sangat berbeda nyata pada taraf uji 5%
Lampiran 13. Rata-rata Kadar Lemak Umur 6 Minggu Setelah Panen. Perlakuan
Ulangan
Total
Rataan
I
II
III
V1P0
2,01
1,99
2,02
6,02
2,01
V1P1
2,01
1,99
2,02
6,02
2,01
V1P2
2,01
1,99
2,02
6,02
2,01
V1P3
1,93
1,91
1,94
5,78
1,93
V1P4
2,01
1,99
2,02
6,02
2,01
V1P5
1,80
1,78
1,82
5,40
1,80
V1P6
2,01
1,99
2,02
6,02
2,01
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
95
V2P0
2,19
2,18
2,21
6,58
2,19
V2P1
2,19
2,18
2,21
6,58
2,19
V2P2
2,19
2,18
2,21
6,58
2,19
V2P3
1,98
1,98
2,01
5,97
1,99
V2P4
2,19
2,18
2,21
6,58
2,19
V2P5
1,92
1,91
1,93
5,76
1,92
V2P6
2,19
2,18
2,21
6,58
2,19
Total
28,63
28,43
28,85
85,91
2,05
Lampiran 14. Sidik Ragam Kadar Lemak Umur 6 Minggu Setelah Panen. SK
dB
JK
KT
FK Efek V Efek P Interaksi Galat
1 6 6 28
175,72686 0,26720 0,34116 0,02175 0,00673
0,26720 0,05686 0,00362 0,00024
F Hit
1111,13861 ** 236,44554 ** 15,072611 **
F-tabel 0,05 0,01 4,20 7,64 2,44 2,53 2,44 2,53
Total 41 0,63684 Keterangan : KK = (%) 0,76 tn = tidak beda nyata * = berbeda nyata pada taraf uji 5% ** = sangat berbeda nyata pada taraf uji 5%
Lampiran 15. Matrik Korelasi Berat Segar, Kadar Air, Kekerasan, Daya Betkecambah, Berat Kering, Kandungan Hormon ABA, dan Kandungan Hormon IAA Varietas Sunggal. BK-S KA-S K-S DB-S BS-S ABA-S IAA-S 1 BK-S -0.9664 1 KA-S 0.895575 -0.964 1 K-S 0.668892 -0.77978 0.897519 1 DB-S -0.63569 0.749797 -0.68268 -0.56549 1 BS-S 0.909125 -0.82664 0.837891 -0.69899 -0.26972 1 ABA-S -0.76981 0.679823 -0.69838 0.805753 0.278201 -0.94592 1 IAA-S Ket: BK-S: Berat Kering Var.Sunggal; KA-S: Kadar Air Var.Sunggal; K-S: Kekerasan Var.Sunggal; DB-S: Daya Berkecambah Var.Sunggal; BS-S: Berat Segar Var.Sunggal; ABA-S: Hormon ABA Var.Sunggal; IAA-S: Hormon IAA Var.Sunggal.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
96
Lampiran 16.
Matrik Korelasi Berat Segar, Kadar Air, Kekerasan, Daya Berkecambah, Berat Kering, Kandungan Hormon ABA, dan Kandungan Hormon IAA Varietas Ariza. BK-A KA-A K-A DB-A BS-A ABA-A IAA-A 1 BK-A -0.98871 1 KA-A 0.947414 -0.96849 1 K-A 0.980082 -0.98681 0.959043 1 DB-A -0.03025 0.091639 0.035718 -0.08954 1 BS-A 0.951677 -0.9177 0.874611 -0.95195 -0.19577 1 ABA-A -0.95773 0.919438 -0.90256 0.948088 0.07628 -0.9907 1 IAA-A Ket: BK-A: Berat Kering Var.Ariza; KA-A: Kadar Air Var.Ariza; K-A: Kekerasan Var.Ariza; DB-A: Daya Berkecambah Var.Ariza; BS-A: Berat Segar Var.Ariza; ABAS: Hormon ABA Var. Ariza; IAA-S: Hormon IAA Var. Ariza. Lampiran 17. Matrik Korelasi Persentase Benih Berkecambah, Kadar Lemak Varietas Ariza DB-A
KL-A
1 DB-A -0.26346 1 KL-A Ket: DB-A: Daya Berkecambah Var. Ariza; KL-A; Kadar Lemak Var. Ariza
Lampiran 18. Matrik Korelasi Persentase Benih Berkecambah, Kadar Lemak Varietas Sunggal DB-S
KL-S
1 DB-S -0.19523 1 KL-S Ket: DB-S: Daya Berkecambah Var. Sunggal; KL=S; Kadar Lemak Var. Sunggal
Lampiran 19. Perubahan Daya Berkecambah (%) Biji Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal dan Varietas Ariza dari 0-30 HSA. Hari Setelah Ul-1 Ul-2 Ul-3 Ul-4 Ul-5 Total Antesis (HAS) 0 0 0 0 0 0 0
Ratarata 0
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
97
7 14 21 23 25 27 28 30
0 0 1 1 1 5 5 5
0 0 1 1 1 5 5 5
0 0 1 1 1 5 5 5
0 0 1 1 1 5 5 5
0 0 1 1 1 5 5 5
0 0 5 5 5 25 25 25
Lampiran 20. Transformasi Perubahan Daya Berkecambah (%) Biji Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal dan Varietas Ariza dari 0-30 HSA. Hari Setelah Ul-1 Ul-2 Ul-3 Ul-4 Ul-5 Total Antesis (HAS) 0 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 3.55 7 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 2.84 14 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 2.84 21 1.22 1.22 1.22 1.22 1.22 4.88 23 1.22 1.22 1.22 1.22 1.22 4.88 25 1.22 1.22 1.22 1.22 1.22 4.88 27 2.35 2.35 2.35 2.35 2.35 9.4 28 2.35 2.35 2.35 2.35 2.35 9.4 30 2.35 2.35 2.35 2.35 2.35 9.4
Lampiran 21.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
0 0 1 1 1 5 5 5
Ratarata 0.71 0.71 0.71 1.22 1.22 1.22 2.35 2.35 2.35
98
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
99
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
100
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
101
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
102
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
103
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
104
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
105
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
106
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
107
Lampiran 31 Deskripsi Varitas Padi Hibrida (Ariza- Hibrindo R – 1) Nomor Seleksi Asal Perrsilangan
: :
Golongan Umur Tanaman Bentuk Tanaman Tinggi Tanaman (cm) Anakan Produktif Warna : Kaki Batang Helai Daun Telinga Daun Lidah Daun
: : : : : : : : : : :
92089 F1 dari persilangan induk betina (CMS) 6 CO2 dengan induk jantan (restor) M07 Indica 108 - 129 hari Tegak 84 – 118 cm 5 – 13 Hijau Hijau Hijau Hijau Tidak berwarna
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
108
Muka Daun Posisi Daun Daun Bendera Gabah Bentuk Warna Bobot 1000 Butir Nasi Kadar Amilosa Tekstur Panen Potensi Hasil Rata-rata Hasil Kerontokan Ketahanan Terhadap Rebah Hama Penyakit
: : : : : : : : : : : : : : : : : :
Keterangan Pengusul
: :
Kasar Semi erect Miring Ramping Kuning 21,4 – 27,4 (g) 15,67 – 22,03 % Pulen 9,32 t/ha 6,77 ton/ha GKG Tahan Tahan Peka terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Peka terhadap hawar daur bakteri strain IV dan VIII Cocok ditanam untuk lahan sawah irigasi PT. Sutowido Galang Pratama, Salim Group
Sumber : Deskripsi Varietas Padi UPT. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas Pertanian Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara, Medan 2004.
Lampiran 32. Deskripsi Varitas Sunggal Padi Sawah Nomor Seleksi Asal Perrsilangan Golongan Umur Tanaman Bentuk Tanaman Tinggi Tanaman (cm) Anakan Produktif Warna : Kaki Batang Helai Daun Telinga Daun Lidah Daun Muka Daun Posisi Daun
: : : : : : : : : : : : : : :
S3382-3f-1-3 S487b-75/IR19961//IR19661///IR64///IR64 Cere ( Indica) 115 - 125 hari Tegak 99 – 110 cm 16 – 18 malai Hijau Hijau Hijau Putih Putih Agak kasar Tegak
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
109
Daun Bendera Gabah Bentuk Warna Bobot 1000 Butir Nasi Kadar Amilosa Panen Potensi Hasil Ketahanan Terhadap Hama Penyakit
: : : : : : : : : : : :
Keterangan
:
Pemulia
:
Teknisi
:
Tegak Panjang ramping Kuning bersih 25 – 26 gr 23 % 5 – 8 ton/ha gabah kering giling (kadar air 14%) Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Tahan terhadap bakteri hawar daun strain III, dan IV Dapat ditanam pada musim penghujan dan musim kemarau dan cocok untuk ditanam pada lahan di bawah 600 m diatas permukaan laut Z.A. Simanullang, A.A. Daradjat, B. Suprihanto, Nafizah, U. Susanto, dan N. Yunani Edi Suwandi, Toyib S.M, M. Sailan, Nurul S, Maman S, Zaenal, Misbah A
Sumber : Deskripsi Varietas Padi UPT. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas Pertanian Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara, Medan 2004.
Lampiran 19. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Sunggal – 28 HSA Hasil Analisis No Jenis Analisis Satuan ABA IAA 1. Padi Sunggal – 28 HSA 36.21 12.12 ppm 2. Padi Sunggal – 28 HSA 39.24 11.04 ppm 3. Padi Sunggal – 28 HSA 39.27 11.09 ppm Sumber : Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Departemen Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
110
Lampiran 20. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Sunggal – 35 HSA Hasil Analisis No Jenis Analisis Satuan ABA IAA 1. Padi Sunggal – 35 HSA 40.51 9.55 ppm 2. Padi Sunggal – 35 HSA 42.42 10 ppm 3. Padi Sunggal – 35 HSA 42.95 10.1 ppm Sumber : Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Departemen Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian
Lampiran 21. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Sunggal – 49 HSA Hasil Analisis No Jenis Analisis Satuan ABA IAA 1. Padi Sunggal – 49 HSA 44.06 8.11 ppm 2. Padi Sunggal – 49 HSA 44.92 7.84 ppm 3. Padi Sunggal – 49 HSA 44.32 7.85 ppm Sumber : Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Departemen Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian
Lampiran 22. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Sunggal – 56 HSA Hasil Analisis No Jenis Analisis Satuan ABA IAA 1. Padi Sunggal – 56 HSA 49.04 4.02 ppm 2. Padi Sunggal – 56 HSA 49.11 4.11 ppm 3. Padi Sunggal – 56 HSA 49.72 4.06 ppm Sumber : Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Departemen Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian
Lampiran 23. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Sunggal – 77 HSA
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
111
No 1. 2. 3.
Jenis Analisis Padi Sunggal – 77 HSA Padi Sunggal – 77 HSA Padi Sunggal – 77 HSA
Hasil Analisis ABA 46 46.10 46.20
IAA 8.20 8.40 8.60
Satuan ppm ppm ppm
Sumber : Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Departemen Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian
Lampiran 24. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Hibrindo R-1-28 HSA No 1. 2. 3.
Jenis Analisis Ariza Hibrindo R-1-28 HSA Ariza Hibrindo R-1-28 HSA Ariza Hibrindo R-1-28 HSA
Hasil Analisis ABA 41.11 41.04 42.09
IAA 11.25 12.04 11.75
Satuan ppm ppm ppm
Sumber : Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Departemen Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian
Lampiran 25. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Hibrindo R-1-35 HSA Jenis Analisis 1. 2. 3.
Ariza Hibrindo R-1-35 HSA Ariza Hibrindo R-1-35 HSA Ariza Hibrindo R-1-35 HSA
Hasil Analisis ABA 43.12 44.04 44.19
IAA 10.91 10.21 10
Satuan ppm ppm ppm
Sumber : Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Departemen Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian
Lampiran 26. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Samprl Padi Varietas Hibrindo R-1-49 HSA No 1.
Jenis Analisis Ariza Hibrindo R-1-49 HSA
Hasil Analisis ABA IAA 49.41 8.04
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
Satuan ppm
112
2. 3.
Ariza Hibrindo R-1-49 HSA Ariza Hibrindo R-1-49 HSA
49.21 49.04
8.11 8.02
ppm ppm
Sumber : Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Departemen Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian
Lampiran 27. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Hibrindo R-1-56 HSA No 1. 2. 3.
Jenis Analisis Padi Hibrindo R-1 – 56 HSA Padi Hibrindo R-1 – 56 HSA Padi Hibrindo R-1 – 56 HSA
Hasil Analisis ABA 53.94 52.91 52.54
IAA 5.02 5.11 5.06
Satuan ppm ppm ppm
Sumber : Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Departemen Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian
Lampiran 28. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Hibrindo R-1-77 HSA No 1. 2. 3.
Jenis Analisis Padi Hibrindo R-1 – 77 HSA Padi Hibrindo R-1 – 77 HSA Padi Hibrindo R-1 – 77 HSA
ABA 50.4 51.1 51
Hasil Analisis IAA 6.5 6.4 6.9
Sumber : Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Departemen Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
Satuan ppm ppm ppm