5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi 5.1.1 Letak geografis dan topografi wilayah Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Sukabumi ini terletak antara 6o 57’ Lintang Selatan dan 106o 41’-107o 00’ Bujur Timur dengan luas daerah 4.128 km2 atau 9,18 persen dari luas Jawa Barat (dengan Banten) atau 3,01 persen dari luas Pulau Jawa. Kabupaten Sukabumi merupakan Kabupaten terluas di Pulau Jawa dan Bali. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Ciemas yaitu 267 km2 atau 6,46 % dari luas kabupaten, kemudian Kecamatan Jampang Tengah 6,13 % dari luas kabupaten, sedangkan Kecamatan paling kecil adalah Kecamatan Kebonpedes seluas 10 km2 atau 0,25 %. Kabupaten Sukabumi berdasarkan data Potensi Desa Tahun 2005 yang dikeluarkan oleh Kantor Statistik Kabupaten Sukabumi secara administrasi terdiri atas 47 kecamatan dengan 347 desa. Sembilan kecamatan diantara 47 kecamatan merupakan kecamatan pesisir, yaitu Kecamatan Simpenan, Cikakak, Palabuhanratu, Cisolok, Ciemas, Ciracap, Surade, Cibitung, dan Tegalbuled. Ibukota Kabupaten Sukabumi saat ini adalah Palabuhanratu yang terletak di Kecamatan Palabuhanratu, sebuah kecamatan di wilayah selatan Kabupaten Sukabumi yang menawarkan pesona wisata alam dan pantai yang memikat. Batas wilayah
administratif
dari
Kabupaten
Sukabumi
adalah
sebagai
berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor - Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia - Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur Batas wilayah tersebut 40% berbatasan dengan lautan dan 60% merupakan daratan. Kondisi topografi wilayah Kabupaten Sukabumi pada umumnya meliputi permukaan yang bergelombang di daerah Selatan dan bergunung di daerah bagian Utara dan Tengah. Dengan adanya daerah pantai dan gunung-gunung antara lain Gunung Salak dan Gunung Gede yang masing-masing mempunyai puncak ketinggian
2.211 m dan 2.958 m dpl menyebabkan keadaan lereng sangat miring (lebih besar dari 35o) meliputi 29 persen dari luas Kabupaten Sukabumi, kemiringan antara [13o – 35o] meliputi 37 persen dan kemiringan antara [2o – 13o] meliputi 21 persen dari luas kabupaten. Sisanya daerah datar meliputi 13 persen dari luas kabupaten. Keadaan topografi yang demikian menyebabkan wilayah Kabupaten Sukabumi menjadi rawan terhadap longsor, erosi tanah dan lain-lain. Penanganan untuk mencegah terjadinya erosi yang luas pada lahan kering perlu dilakukan. Salah satu indikator daerah tertinggal adalah rawan bencana, karena itulah Kabupaten Sukabumi menjadi salah satu daerah tertinggal di Provinsi Jawa Barat. Sebagian wilayah Kabupaten Sukabumi (42%) terletak pada ketinggian 100 – 500 meter dpl. Ditinjau dari ketinggian letaknya sisa wilayah lainnya adalah sebagai berikut : 0 – 25 meter (3%), 25 – 100 meter (13%), 500 – 1000 meter (33%) dan lebih dari 1000 meter (9%). Struktur ketinggian di atas permukaan laut akan berpengaruh terhadap alokasi penggunaan lahan yang optimal untuk berbagai komoditas pertanian. Teh yang bermutu dapat ditanam di daerah-daerah yang letaknya lebih tinggi dari 500 m dpl, tetapi pohon cengkeh, karet dan kelapa tidak dapat tumbuh/menghasilkan dengan baik di atas ketinggian tersebut. Jenis tanah di bagian utara pada ummunya terdiri atas tanah Latosol, Andosol, Regosol dan Alluvial. Tanah Latosol bersifat netral sampai asam berwarna coklat, coklat kemerahan sampai merah. Produktivitasnya sedang sampai tinggi dan digunakan untuk lahan pertanian padi, tembakau, dan perkebunan. Jenis tanah Podsolik mengandung kapur dan tras yang bersifat netral sampai basa. Produktivitasnya rendah sampai sedang, biasanya digunakan sebagai lahan pertanian, perkebunan dan berpotensi sebagai lahan galian golongan C (pasir, kerikil, sirtu, bau kali dan tanah liat). Kedua jenis tanah ini tersebar terutama di wilayah bagian selatan dan merupakan jenis tanah yang mendominasi di Kabupaten Sukabumi. Jenis tanah Andosol dan Regosol bersifat asam dengan warna putih, coklat kekuning-kuningan, coklat atau kelabu serta hitam. Produktivitas tanah ini sedang sampai tinggi dan cocok untuk pertanian dan perkebunan. Jenis tanah ini umumnya
22
terdapat daerah pegunungan terutama daerah Gunung Salak dan Gunung Gede, dan pada daerah pantai. Jenis tanah Alluvial bersifat hidromorf dan berwarna kelabu, coklat dan hitam. Produktivitas tanah ini dari rendah sampai tinggi dan digunakan untuk pertambakan, pertanian padi dan palawija serta pemukiman. Jenis tanah ini umumnya terdapat di daerah lembah dan daerah sungai. Kabupaten Sukabumi mempunyai iklim tropik dengan tipe iklim Bi (Oldeman) dengan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2.805 mm dan hari hujan 144 hari. Suhu udara berkisar antara 20-30˚C dengan kelembaban udara 85-95 %. Curah hujan antara 3.000-4.000 mm per tahun terdapat di daerah utara, sedangkan curah hujan antara 2.000-3.000 mm per tahun terdapat di bagian tengah sampai selatan Kabupaten Sukabumi. 5.1.2 Kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2004 tercatat sebanyak 2.230.411 jiwa, dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak 1.144.663 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 1.085.748 jiwa. Jumlah penduduk terbesar di wilayah Kabupaten Sukabumi terdapat di Kecamatan Cisaat sebanyak 108.065 jiwa atau sebesar 4,93 % dari penduduk Kabupaten Sukabumi, sedangkan penduduk paling sedikit terdapat di Kecamatan Cidolog sebanyak 18.401 jiwa atau sebesar 0,84% dari jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi. Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) dari tahun 2000 sampai tahun 2003 rata rata mencapai 1,66% lebih tinggi dari rata rata Laju Pertumbuhan Nasional yang mencapai 1,49 persen. Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi disajikan pada Tabel 1.
23
Tabel 1. Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi Tahun 2000-2004 Tahun
Laki-laki (jiwa)
Perempuan (jiwa)
Jumlah (jiwa)
LPP (%)
2000
1.050.096
1.025.045
2.075.141
1,31
2001
1.052.254
1.032.765
2.104.608
1,42
2002
1.085.838
1.059.599
2.145.437
1,94
2003
1.104.440
1.074.410
2.178.850
1,96
2004 1.144.663 1.085.748 Sumber : Bappeda Kabupaten Sukabumi 2006
2.230.411
2,37
Berdasarkan struktur umur, keadaan penduduk Kabupaten Sukabumi masih tergolong penduduk usia muda, hal ini ditunjukkan oleh penduduk dengan usia di bawah 20 tahun pada tahun 2004 tercatat sebanyak 874.934 jiwa (39,23 %). Jumlah penduduk berdasarkan struktur umur dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah penduduk berdasarkan struktur umur dan jenis kelamin di Kabupaten Sukabumi Tahun 2004 Golongan Umur
Laki-laki (Jiwa)
Perempuan (Jiwa)
Jumlah
0-4
90.935
86.093
177.028
5-9
128.527
121.053
249.580
10 - 14
117.914
111.974
229.888
15 - 19
114.223
104.215
218.438
20- 24
110.514
111.427
221.941
25 - 29
99.237
98.925
198.162
30- 34
93.426
91.519
184.945
35 - 39
83.075
82.364
165.439
40- 44
78.242
73.767
152.009
45 - 49
58.757
50.748
109.505
50- 54
52.654
43.946
96.600
55 - 59
29.406
27.023
56.429
60 +
87.753
82.694
170.447
1.144.663
1.085.748
2.230.411
Jumlah
Sumber : Bappeda Kabupaten Sukabumi 2006
24
5.1.3. Sarana dan prasarana Pembangunan sarana dan prasarana adalah bagian integral dari pembangunan daerah, serta merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Jenis sarana dan prasarana daerah Kabupaten Sukabumi meliputi sumber daya air, transportasi dan perhubungan, energi, ketenagalistrikan, pos dan telematika, perumahan dan permukiman, dan kesehatan. 5.1.3.1 Sumber daya air Air merupakan kebutuhan pokok manusia untuk melangsungkan kehidupan dan meningkatkan kesejahteraannya. Pembangunan di bidang sumber daya air pada dasarnya adalah upaya untuk memberikan akses secara adil kepada seluruh masyarakat untuk mendapatkan air agar mampu berperikehidupan yang sehat, bersih, dan produktif. Selain itu, pembangunan di bidang sumber daya air juga ditujukan untuk mengendalikan daya rusak air agar tercipta kehidupan masyarakat yang aman. Dalam mendukung pembangunan pertanian khususnya dalam upaya peningkatan produksi padi/beras diperlukan penanganan irigasi yang dapat memenuhi kebutuhan areal sawah seluas 60.373 hektar. Kondisi irigasi di Kabupaten Sukabumi berupa Irigasi Teknis yang berada dalam keadaan baik sebesar 60% dan yang dalam kondisi rusak sebesar 40%. Irigasi Teknis tersebut digunakan untuk mengairi areal sawah seluas 20.792 hektar, sedangkan Irigasi Non Teknis dalam kondisi baik sebanyak 40% dan dalam kondisi rusak sebanyak 60%. Irigasi Non Teknis digunakan untuk mengairi sawah seluas 35.123 hektar. 5.1.3.2 Transportasi dan perhubungan Transportasi secara umum berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah, Pada umumnya infrastruktur transportasi mengemban fungsi pelayanan publik. Di sisi lain transportasi juga berkembang sebagai industri jasa. Untuk mendukung perwujudan kesejahteraan masyarakat, maka fungsi pelayanan umum transportasi adalah melalui penyediaan jasa transportasi guna mendorong pemerataan pembangunan, melayani kebutuhan
25
masyarakat luas dengan harga terjangkau baik di perkotaan maupun perdesaan, mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah pedalaman dan terpencil, serta untuk melancarkan mobilitas distribusi barang dan jasa dan mendorong pertumbuhan sektor-sektor ekonomi. Oleh sebab itu pembangunan transportasi diarahkan untuk meningkatkan pelayanan jasa transportasi secara efisien, andal, berkualitas, aman dan harga terjangkau. Jalan merupakan moda transportasi utama yang berperan penting dalam mendukung pembangunan daerah serta mempunyai kontribusi terbesar dalam melayani mobilitas manusia maupun distribusi komoditas perdagangan dan industri. Prasarana jalan semakin diperlukan untuk menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar-wilayah, antar-perkotaan dan antarperdesaan. Secara umum, panjang jalan di Kabupaten Sukabumi adalah sepanjang 1.903,43 km yang terdiri atas jalan nasional sepanjang 41,40 km, jalan provinsi 360,65 km, dan jalan kabupaten 1.492 km. Kondisi jalan nasional yang berada dalam keadaan baik sebesar 95% dan rusak sebesar 5%, kondisi jalan provinsi keadaan baik 60% keadan rusak 40%, kondisi jalan kabupaten keadaan baik 45% keadaan rusak 55%. Secara lebih rinci kondisi jalan di Kabupaten Sukabumi disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Kondisi jalan Kabupaten Sukabumi Tahun 2002-2004 2002 Panjang (km) 112,30
Tahun 2003 Panjang (km) 124,91
2004 Panjang (km) 153,27
Sedang
494,31
288,95
306,31
Sedang/Rusak
194,30
363,46
346,1
Rusak
35,20
67,3
45,94
Rusak Berat
38,80
42,8
35,8
874,91
889,42
887,42
Batu/Kerikil
508,10
496,1
510,73
Tanah
108,85
108,85
93,85
Total
1491,86
1491,86
1492
Jenis
Kondisi Baik
Aspal
Jumlah
Sumber : Bappeda Kabupaten Sukabumi 2006
26
5.1.3.3 Energi, ketenagalistrikan, pos dan telematika Ketersediaan energi saat ini merupakan isu nasional yang membutuhkan penanganan yang tepat. Potensi energi Panas Bumi di Kabupaten Sukabumi cukup besar, namun pemanfaatannya masih terbatas, sedangkan perkembangan program listrik masuk desa di Kabupaten Sukabumi saat ini hanya 15 Desa yang belum terlayani dari total 345 Desa dan 3 Kelurahan. Tenaga listrik merupakan salah satu bentuk energi vital yang memegang peranan penting dalam mendorong berbagai aktivitas sosial ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam era informasi, pos dan telematika mempunyai arti strategis karena tidak saja berperan dalam percepatan pembangunan ekonomi, tetapi juga dalam berbagai aspek lain seperti peningkatan kualitas hidup masyarakat, serta pendukung aspek politik dan pertahanan keamanan. Dalam rangka menjamin kelancaran arus informasi, perlu dilakukan perluasan jangkauan serta peningkatan kapasitas dan kualitas penyelenggaraan pos dan telematika. Ketersediaan sarana pos dan telematika di Kabupaten Sukabumi saat ini baru mencapai pada tingkat kecamatan, namun untuk menjangkau ke seluruh pelosok desa atau kelurahan perlu adanya upaya-upaya penanganan secara bertahap. 5.1.3.4 Perumahan dan permukiman Di Kabupaten Sukabumi, penyediaan perumahan khususnya untuk masyarakat berpendapatan menengah ke bawah, selama ini difasilitasi oleh Perum Perumnas sebagai developer milik pemerintah, namun di dalam melakukan pembangunan perumahannya masih terbatas. Pembangunan prasarana dan sarana pemukiman yang meliputi air bersih dan penyehatan lingkungan (air limbah, persampahan dan drainase) banyak kemajuan yang telah dicapai, namun demikian cakupan pelayanan air bersih dan penyehatan lingkungan di Kabupaten Sukabumi masih jauh dari memadai. Tingkat pelayanan air bersih perpipaan di kawasan perkotaan baru mencapai 11,29 persen, sedangkan di kawasan perdesaan baru mencapai 31,31 persen. Akses penduduk ke prasarana dan sarana pengolahan air limbah dasar (tidak diolah) mencapai 55 persen. Tingkat
27
pengelolaan persampahan masih sangat rendah (cakupan pelayanan baru mencapai 18 persen). Data menunjukkan bahwa jumlah sampah terangkut baru mencapai 30 persen. Terkait dengan pelayanan sistem drainase, hingga kini masih terdapat rumah tangga yang mendiami kawasan-kawasan rawan banjir akibat buruknya kualitas dan kuantitas sistem jaringan drainase. 5.1.3.5 Kesehatan Tenaga Medis dan paramedis di Kabupaten Sukabumi masih dirasakan kurang, khususnya bidan desa untuk memenuhi standar 1 bidan 1 desa. Apalagi status Dokter Umum maupun Dokter Gigi sebagian statusnya adalah pegawai tidak tetap (PTT) yang masa baktinya akan berakhir. Dengan demikian jumlah kekurangan tenaga kesehatan di atas akan bertambah pada tahun yang mendatang. Keadaan tenada medis dan dinas kesehatan yang ada di Kabupaten Sukabumi disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Keadaan tenaga dinas kesehatan Kabupaten Sukabumi tahun 2004 Jumlah yang Tempat Kerja Jenis Tenaga Standar Kurang Ada (orang) Puskesmas
Ka. Puskesmas Dokter umum Dokter Gigi Perawat Perawat Gigi Bidan Sanitarian AKZI Analis Kimia Ass. Apoteker
56 45 26 239 20 240 29 8 0 14
56 61 56 358 56 400 63 58 20 45
16 30 122 36 166 34 50 20 45
Sumber : Bappeda Kabupaten Sukabumi 2006 Seiring meningkatnya jumlah penduduk, pengembangan wilayah baru dan meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, jumlah Puskesmas telah mengalami peningkatan. Beberapa Puskesmas pembantu ditingkatkan statusnya
28
menjadi Puskesmas. Tabel 5, menyajikan jumlah sarana kesehatan di Kabupaten Sukabumi Tahun 2004.
Tabel 5. Jumlah sarana kesehatan Kabupaten Sukabumi tahun 2004 No Sarana Kesehatan Jumlah 1 Puskesmas 53 2 Puskesmas pembantu 89 3 Puskesmas DTP 5 4 Rumah Sakit 3 5 Balai Pengobatan 5 6 Rumah Bersalin 8 7 Dokter Praktek swasta 87 8 Dokter Gigi Praktek swasta 34 Sumber : Bappeda Kabupaten Sukabumi 2006 Rasio Puskesmas dan penduduk saat ini adalah 1:39 ribu yang berarti satu Puskesmas untuk melayani 39.000 orang. Secara administratif sarana Puskesmas saat ini pada semua kecamatan telah terjangkau pelayanan kesehatannya yang masingmasing disertai dengan sedikitnya dua Puskesmas dan Puskesmas keliling, namun bila dilihat dari segi bentang alam dan geografis Kabupaten Sukabumi memungkinkan adanya wilayah-wilayah yang jauh dari jangkauan sarana kesehatan yang ada. 5.2 Keadaan Perekonomian Kabupaten Sukabumi 5.2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan PDRB per kapita Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan gambaran kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya manusia yang dimiliki, ini dapat dilihat dari Nilai Tambah yang mampu diciptakan akibat timbulnya aktivitas ekonomi dalam daerah tersebut. Total dari Nilai Tambah tersebut dapat dilihat dari Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sukabumi atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha tahun 2000-2006 dapat dilihat pada Tabel 6.
29
Tabel 6. PDRB Kabupaten Sukabumi Atas Dasar Harga Konstan 2000, Menurut Lapangan Usaha Tahun 2000 – 2006 (Dalam Juta Rupiah) SEKTOR/LAPANG AN USAHA 1. Pertanian 1.1 Tanaman Bahan Makanan 1.2 Tanaman Perkebunan 1.3 Peternakan & Hasilnya 1.4 Kehutanan & Perburuan 1.5 Perikanan 2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas & Air Minum 5. Bangunan & Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7. Angk. & Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9. Jasa – jasa PDRB Dengan MIGAS PDRB Tanpa MIGAS
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
757.5580,27
822.041,42
886.990,99
2.510.532,02
2.581.652,11
2.653.509,35
2.660.968,67
456.866,51
496.505,01
498.143,48
1.512.942,70
1.541.680,61
1.578.534,97
1.585.766,88
125.497,61
129.413,14
133.813,19
396.244,23
421.088,75
438.942,91
443.420,13
111.090,04
127.419,25
185.032,95
427.736,59
438.150,59
447.594,21
440.355,12
16.803,60 47.300,51
17.070,78 51.633,24
17.134,10 52.867,27
53.246,83 120.361,67
56.803,72 123.948,44
58.911,14 129.526,12
60.566,31 130.860,24
97.594,30 372.928,85
101.291,43 400.246,31
102.983,45 433.426,73
329.311,90 1.144.156,12
342.524.79 1.19.167,30
362.693,75 1.246.733,58
365.039,13 1.336.373,72
20.873,38
23.830,91
25.051,39
68.582,59
73.977.98
78.358,13
82.410,64
31.109,58
34.412,76
38.201,60
114.728,78
133.681,98
149.750,56
157.327,94
399.661,28 136.796,70
411.749,02 146.116,94
422.250,45 152.745,76
1.101.605,86 348.121,94
1.168.145,84 372.516,23
1.210.891,59 389.268,33
1.326.199,11 416.448,81
105.507,47 326.608,41
111.635,88 343.201,31
115.291,82 354.251,01
242.384,56 708.835,41
249.298,84 727.355,44
283.326,92 751.067,69
287.001,32 773.101,13
2.248.638,24
2.394.525,98
2.531.193,20
6.568.259,18
6.828.320,51
7.125.599,90
7.404.870,48
2.228.057,30
2.373.387,30
2.509.274,50
6.451.324,68
6.707.000,97
6.997.619,91
7.276.404,16
Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi 2006
Berdasarkan pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa PDRB Kabupaten Sukabumi atas dasar harga konstan Tahun 2000 secara umum mengalami kenaikan yaitu 2,3 triliun rupiah pada Tahun 2000, pada Tahun 2001 sebesar 2,4 triliun rupiah, pada Tahun 2002 sebesar 2,5 triliun rupiah, pada Tahun 2003 sebesar 6,6 triliun rupiah dan terus naik menjadi 6,8 triliun rupiah pada Tahun 2004, pada Tahun 2005 meningkat menjadi 7,1 triliun rupiah dan terakhir pada Tahun 2006 menjadi 7,4 triliun rupiah. Hal ini memperlihatkan bahwa tingkat perekonomian Kabupaten Sukabumi terus membaik. Peningkatan terbesar terjadi pada Tahun 2003 yaitu sebesar 4,76 % dan terkecil pada Tahun 2004 yaitu sebesar 3,03 %. Berdasarkan hasil analisis trend terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi atas dasar harga konstan Tahun 2000 dengan persamaan garis trend
y = 850262 +
30
(1x106)x, terlihat bahwa PDRB Kabupaten Sukabumi dari Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2006 semakin meningkat. Trend perkembangan PDRB Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Gambar 2.
y = 1E+06x + 839062
9.000.000,00 8.000.000,00
PDRB(juta rupiah)
7.000.000,00 6.000.000,00 5.000.000,00 4.000.000,00 3.000.000,00 2.000.000,00 1.000.000,00 -
2000
2001
2002
2003 Tahun
2004
2005
2006
Gambar 2. Trend PDRB Kabupaten Sukabumi atas dasar harga konstan Tahun 20002006 Apabila dilihat berdasarkan sektor usaha, maka pada tahun 2006 sektor pertanian masih mempunyai peranan/sumbangan yang terbesar dalam perekonomian Kabupaten Sukabumi. Pada Tahun 2000 sektor pertanian mempunyai peranan di atas 38,27%, lalu pada Tahun 2006 turun menjadi 33,57%. Secara umum kondisi struktur perekonomian Kabupaten Sukabumi tidak banyak mengalami perubahan, sektorsektor yang mengalami peningkatan yaitu sektor Perdagangan, Hotel & Restoran dan sektor Pengangkutan & Komunikasi.
31
Bangunan & Konstruksi, 2,12%
Listrik,Gas&Air Minum, 1,11%
Industri Pengolahan, 18,05% Pertambangan & Penggalian, 4,93%
Perdagangan, 17,91% Angkutan&Komunikasi, 5,62%
Keuangan, 3,88%
Jasa-jasa, 10%
Pertanian, 35,94%
Gambar 3. Diagram pie kontribusi per sektor usaha dalam PDRB Kabupaten Sukabumi, Tahun 2006 Salah satu indikator untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu daerah adalah PDRB per kapita. PDRB per kapita yang tinggi mencerminkan keadaan ekonomi masyarakat yang lebih makmur, sebaliknya jika nilai PDRB per kapita rendah, maka dapat dikatakan keadaan ekonomi masyarakat masih rendah. Sesuai dengan konsep bahwa PDRB per kapita diperoleh dari hasil bagi antara PDRB dengan jumlah penduduk. Besarnya PDRB per kapita bervariasi antar kabupaten atau kota, karena selain dipengaruhi oleh potensi wilayah tersebut juga dipengaruhi oleh jumlah penduduk wilayah yang bersangkutan. Perkembangan dan trend PDRB per kapita Kabupaten Sukabumi atas dasar harga konstan 2000 dapat dilihat pada Tabel 7. dan Gambar 4.
Tabel 7. PDRB per kapita Kabupaten Sukabumi atas dasar harga konstan 2000, Tahun 2000-2006 No. Tahun PDRB per Kapita (Rp.) % Pertumbuhan 1 2001 2.886.923,68 1,94 2 2002 2.941.767,09 1,89 3 2003 2.993.044,08 1,74 4 2004 3.051.014,75 1,94 5 2005 3.122.967,46 2,36 6 2006 3.195.052,86 2,30 Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi 2006
32
Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa PDRB per kapita Kabupaten Sukabumi dari Tahun 2001 sampai Tahun 2006 terus mengalami peningkatan. Pada Tahun 2001 PDRB per kapita Kabupaten Sukabumi sebesar Rp2.886.923,68 dan meningkat pada Tahun 2006 menjadi sebesar Rp3.195.052,86. Peningkatan ini tidak terlepas dari kontribusi masing-masing sektor dan perkembangan jumlah penduduk di Kabuapten Sukabumi. Dari kondisi pertumbuhan PDRB per kapita di atas sudah cukup menggambarkan secara riil daya beli masyarakat yang ternyata hanya meningkat sebesar 2,03 persen per tahun.
y = 61206x + 3E+06
PDRB per Kapita
3300000 3200000 3100000 3000000 2900000 2800000 2700000 2001
2002
2003
2004
2005
2006
Tahun
Gambar 4. Trend PDRB per kapita Kabupaten Sukabumi atas dasar harga konstan 2000, Tahun 2000-2006 Dari analisis trend perkembangan PDRB per kapita Kabupaten Sukabumi, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Gambar 4, menunjukkan garis trend yang semakin meningkat dengan persamaan y = (3x106) + 61206x. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabuapten Sukabumi dari Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2006 cukup tinggi dan terus mengalami peningkatan. 5.2.2 Pertumbuhan ekonomi Laju Pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan adalah salah satu indikator pendekatan ekonomi suatu daerah. Indikator yang menunjukkan naik tidaknya produk
33
yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di daerah tersebut dan laju pertumbuhan tersebut. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Sukabumi atas dasar harga konstan menurut ektor Tahun 2001-2006 (Dalam Persen) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Sektor Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Minum Bangunan/Konstruksi Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa LPE
2001
2002
2003
2004
2005
2006
4,78
3,22
3,16
2,83
2,78
0,28
Ratarata 2,84
2,01
3,00
3,63
4,01
5,89
0,65
3,20
4,10
7,02
3,82
3,06
5,73
7,19
5,15
8,09
4,15
15,78
7,87
5,92
5,17
7,83
5,94
5,33
24,98
16,52
12,02
5,06
11,64
1,66
3,33
2,92
6,04
3,66
9,52
4,52
3,73
3,88
3,61
7,01
4,5
6,98
4,95
3,28
4,36
5,73
2,85
13,65
1,30
5,20
2,83 3,70
1,91 3,84
2,54 3,74
2,61 3,96
3,26 4,35
2,93 3,92
2,68 3,92
Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi 2006
Berdasarkan Tabel 8, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukabumi pada Tahun 2001 mengalami kenaikan sebesar 3,70% dan meningkat pada Tahun 2002 sebesar 3,84%. Kemudian pada Tahun 2003 turun menjadi sebesar 3,74%. Namun pada Tahun 2004 laju pertumbuhan ekonomi meningkat menjadi 3,95% dan naik lagi pada Tahun 2005 menjadi 4,14 % kemudian turun pada Tahun 2006 menjadi 3,92. Hal ini mengindikasikan perekonomian di Kabupaten Sukabumi yang mulai tidak stabil. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukabumi pada Tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 3,92% dibandingkan pada Tahun sebelumnya. Pada tahun tersebut laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukabumi sedikit lebih rendah dibandingkan dengan laju pertumbuhan Provinsi Jawa Barat yang mampu tumbuh sebesar 5,31%. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa Kabupaten Sukabumi dalam
34
pertumbuhannya belum mampu mendongkrak ke posisi di atas pertumbuhan di tingkat provinsi. Kecenderungan Laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sukabumi terus meningkat seperti yang terlihat dari hasil analisis garis trend perkembangannya yang terus meningkat dengan persamaan y = 0,0814x + 3,6333, sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 5.
y = 0,0814x + 3,6333 Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)
4,4 4,2 4 3,8 3,6 3,4 3,2 2001
2002
2003
2004
2005
2006
Tahun
Gambar 5. Trend Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sukabumi menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000, Tahun 2000-2006 Laju pertumbuhan ekonomi jika dilihat secara rinci per sektor maka dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata (3,86 %); kelompok kedua adalah sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan positif walaupun masih di bawah laju pertumbuhan rata-rata; kelompok ketiga adalah sektor yang mengalami pertumbuhan negatif. Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa yang termasuk kelompok pertama adalah sektor Bangunan/Konstruksi yang mampu tumbuh sebesar 11,64% diikuti sektor Listrik, Gas & Air Minum yaitu sebesar 7,83%, kemudian sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan dan Industri Pengolahan yaitu masing-masing sebesar 5,2 % dan 5,15 %. Kelompok kedua sektor Pertambangan dan Penggalian yang
35
mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 3,2 % diikuti sektor Pengangkutan & Komuniaksi, sektor Perdagangan, Hotel & Restoran, Sektor Pertanian dan sektor Jasa-jasa, sedangkan pada kelompok ketiga tidak ada karena tidak ada sektor yang mengalami pertumbuhan rata-rata minus. Hal ini berarti di semua sektor mengalami pertumbuhan ekonomi semakin ke arah yang lebih baik. 5.2.3 Peran dan dampak sektor perikanan terhadap pembangunan wilayah Kabupaten Sukabumi 5.2.3.1 Kontribusi sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Sukabumi Kontribusi sektor perikanan dan kelautan tidak terlalu besar terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi, jika dibandingkan dengan sektor usaha lainnya, meskipun demikian sektor usaha yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi adalah sektor pertanian (35,90 %), kemudian disusul oleh sektor industri pengolahan (18,03 %) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (17,89 %). Kontribusi persentase PDRB Kabupaten Sukabumi menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000, Tahun 2000-2006 dapat dilihat pada Tabel 9. Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat pada Tahun 2000 sektor perikanan dan kelautan menyumbang 2,10 % terhadap PDRB Kabuapten Sukabumi. Pada tahun berikutnya meningkat menjadi 2,16 %. Kemudian pada tahun berikutnya yaitu Tahun 2002 kontribusi sektor perikanan dan kelautan mengalami penurunan menjadi sebesar 2,09 % dan terus menurun pada Tahun 2003 yaitu sebesar 1,83 %. Begitu juga terjadi penurunan pada Tahun 2006 menjadi sebesar 1,77 %. Rata-rata penignkatan kontribusi sektor perikanan dan kelautan terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi dari Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2006 adalah sebesar 1,94 %.
36
Tabel 9. Kontribusi persentase PDRB Kabupaten Sukabumi menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000, Tahun 2000-2006 Kontribusi (%) 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Ratarata
Pertanian
33,69
34,33
35,04
38,22
37,81
37,24
35,94
36,04
Tanaman Bahan Makanan
20,32
20,74
19,68
23,03
22,58
22,15
21,42
21,42
Tanaman Perkebunan
5,58
5,40
5,29
6,03
6,17
6,16
5,99
5,80
Peternakan
4,94
5,32
7,31
6,51
6,42
6,28
5,95
6,10
Kehutanan
0,75
0,71
0,68
0,81
0,83
0,83
0,82
0,77
Perikanan
2,10
2,16
2,09
1,83
1,82
1,82
1,77
1,94
2.
Pertambangan&Penggalian
4,34
4,23
4,07
5,01
5,02
5,09
4,93
4,67
3.
Industri Pengolahan
16,58
16,72
17,12
17,42
17,27
17,50
18,05
17,24
4.
Listrik,Gas&Air Minum
0,93
1,00
0,99
1,04
1,08
1,10
1,11
1,04
5.
Bangunan
1,38
1,44
1,51
1,75
1,96
2,10
2,12
1,75
6.
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
17,77
17,20
16,68
16,77
17,11
16,99
17,91
17,20
7.
Angkutan&Komunikasi
6,08
6,10
6,03
5,30
5,46
5,46
5,62
5,72
8.
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
4,69
4,66
4,55
3,69
3,65
3,98
3,88
4,16
9.
Jasa-jasa
14,52
14,33
14,00
10,79
10,65
10,54
10,44
12,18
No. 1.
Lapangan Usaha
Sumber : Data Diolah dari Tabel 6
Sektor pertanian mampu memberikan kontribusi sebesar 36,04 % terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Sukabumi sebagian besar masih bergantung pada hasil pertanian. Sektor industri pengolahan menempati urutan kedua dalam memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi, hal ini dikarenakan di Kabupaten Sukabumi terdapat beberapa industri pengolahan sehingga dapat memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap PDRB. Di Kabupaten Sukabumi juga terdapat beberapa hotel yang cukup terkenal terutama di kawasan wisata, sehingga menjadikan sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati urutan ketiga dalam kontribusinya terhadap perekonomian Kabupaten Sukabumi. Kontribusi sektor perikanan dan kelautan terhadap PDRB mengalami penurunan pada Tahun 2006. Penurunan kontribusi ini juga terjadi pada sektor pertanian. Kontribusi sektor perikanan dan kelautan terhadap sektor pertanian secara
37
keseluruhan berada pada urutan keempat setelah sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, dan peternakan. Lebih jelasnya kontribusi seluruh sektor terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Gambar 5.
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13,18%
Angkutan&Komunikas i 4,14%
Keuangan, Persew aan dan Jasa Perusahaan 2,85%
Pertanian 26,44%
Bangunan 1,56%
Tanaman Bahan Makanan 15,75%
Listrik,Gas&Air Minum 0,82% Industri Pengolahan 13,28% Pertambangan&Pengg alian 3,63%
Jasa-jasa 7,68%
Tanaman Perkebunan 4,41% Perikanan 1,30%
Kehutanan 0,60%
Peternakan 4,37%
Gambar 6. Diagram pie kontribusi per sektor terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000, Tahun 2006 Berdasarkan hasil analisis trend pada Gambar 7, dengan persamaan y = 2,2201 – 0,07x, menunjukkan bahwa kontribusi sektor perikanan dan kelautan terhadap PDRB mengalami penurunan. Hal ini ditandai dengan nilai peningkatan yang negative yaitu sebesar – 0,07 per tahun.
38
y = -0,07x + 2,2201
2,50
Kontribusi (%)
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Tahun
Gambar 7. Trend kontribusi sektor perikanan dan kelautan terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi, Tahun 2000-2006 5.2.3.2 LQ sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Sukabumi Kontribusi sektor perikanan dan kelautan serta sektor ekonomi lainnya terhadap pendapatan wilayah menentukan kelayakan sektor tersebut untuk diprioritaskan dalam pembangunan daerah. Sektor ekonomi yang mampu memberikan kontribusi paling besar terhadap pendapatan wilayah merupakan penggerak utama sektor ekonomi lainnya. Sektor yang merupakan sektor basis dapat meningkatkan arus pendapatan daerah dengan menambah tingkat investasi dan tingkat konsumsi masyarakat, sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan yang baru. Gambaran umum mengenai LQ sektor perikanan dan kelautan berdasarkan pendapatan wilayah di Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 10. Berdasarkan Tabel 10, terlihat bahwa selama tujuh tahun terakhir, yaitu dari Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2006 sektor perikanan dan kelautan menjadi sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Sukabumi. Hal ini ditunjukkan oleh nilai LQ dari sektor perikanan dan kelautan yang lebih dari satu. Nilai LQ sektor perikanan mengalami perubahan dari tahun ke tahun antara 1,94 sampai dengan 2,66. Pada Tahun 2001 nilai LQ mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu dari 2,47 menjadi 2,41. Penurunan nilai LQ ini terus terjadi pada Tahun 2002 yaitu sebesar
39
2,22 dan pada Tahun 2003 menjadi sebesar 1,94. Mulai pada Tahun 2004 dan seterusnya nilai LQ mengalami peningkatan, yaitu 2,36 pada Tahun 2004 dan meningkat menjadi 2,43 pada Tahun 2005. Pada Tahun 2006 sektor perikanan dan kelautan tetap menjadi sektor basis dengan nilai LQ sebesar 2,66. Tabel 10. LQ Sektor perikanan dan kelautan berdasarkan indikator pendapatan wilayah, tahun 2000-2006
Tahun
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Total Pendapatan Sektor Perikanan dan Kelautan Kab. Sukabumi (vi) (juta rupiah) 47.300,51 51.633,24 52.867,27 120.361,67 123.948,44 129.526,12 130.860,24
Total Pendapatan Seluruh Sektor Kab. Sukabumi (VI) (juta rupiah) 2.248.638,24 2394.525,98 2.531.193,20 6.568.259,18 6.828.320,51 7.125.599,90 7.404.870,48
Total Pendapatan Sektor Perikanan dan Kelautan Jawa Barat (vt) (juta rupiah) 474.072,70 516.548,11 569.049,02 597.508,76 1.769.748,69 1.820.486,55 1.709.502,00
Total Pendapatan Seluruh Sektor Jawa Barat (VT) (juta rupiah) 55.660.204,92 57.824.843,16 60.594.235,36 63.249.926,50 230.003.495,86 242.935.199,00 257.535.975,00
LQ
Ket.
2,47 2,41 2,22 1,94 2,36 2,43 2,66
Basis Basis Basis Basis Basis Basis Basis
Sumber : Data Diolah
Hasil analisis trend terhadap LQ sektor perikanan dan kelautan dengan persamaan garis trend y = 2,2511 + 0,0263x sebagaimana terlihat pada Gambar 8, menunjukkan bahwa LQ sektor perikanan dan kelautan cenderung mendatar, meskipun ada sedikit peningkatan yaitu sebesar 2,63% per tahun. Hal ini tidak terlepas dari produksi perikanan yang juga mengalami peningkatan yang kecil dari tahun ke tahun. Nilai LQ yang lebih dari satu menunjukkan bahwa sektor perikanan dan kelautan menjadi kegiatan basis. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Sukabumi mampu memenuhi kebutuhan wilayah Kabupaten Sukabumi, serta dapat mengekspor hasilnya ke luar wilayah, yaitu Jakarta dan Bandung, bahkan sampai ke luar negeri yaitu Jepang dan Hongkong. Kondisi ini akan memperbesar arus pendapatan ke dalam wilayah Kabupaten Sukabumi,
40
sehingga mendorong peningkatan permintaan masyarakat baik terhadap produk perikanan maupun produk sektor lainnya. Dengan demikian, secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan wilayah.
y = 0,0263x + 2,2511 3,00 2,50
LQ
2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Tahun
Gambar 8. Trend LQ sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Sukabumi berdasarkan indikator pendapatan wilayah, tahun 2000-2006 5.2.3.3 Multiplier effect sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Sukabumi Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi wilayah dapat terjadi karena adanya efek pengganda dari pembelanjaan kembali pendapatan yang telah diperoleh melalui penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh wilayah yang bersangkutan, yang dipasarkan ke luar wilayah (ekspor). Besarnya tingkat efek pengganda tersebut mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi wilayah yang ditunjukkan oleh koefisien pengganda yang dihasilkan. Analisis efek pengganda perikanan dan kelautan berdasarkan indicator pendapatan terhadap PDRB atas dasar harga konstan 2000, dapat dilihat pada Tabel 11. Berdasarkan Tabel 11, dapat terlihat bahwa analisis Multiplier effect menunjukkan nilai yang fluktuatif selama periode analisis, dengan rata-rata nilai Multiplier effect sebesar 89,89. Secara berturut-turut nilai Multiplier effect adalah 33,67 pada Tahun 2001, 110,75 pada Tahun 2002, 59,81 pada Tahun 2003, 72,51
41
pada Tahun 2004, 53,30 pada Tahun 2005, dan 209,33 pada Tahun 2006. Berdasarkan nilai Multiplier effect tersebut, berarti bahwa setiap peningkatan Rp 1,00 pendapatan sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Sukabumi akan menghasilkan pendapatan wilayah, dari sebesar Rp33,67 pada Tahun 2001, Rp110,75 pada Tahun 2002, Rp59,81 pada Tahun 2003, Rp72,51 pada Tahun 2004, Rp53,30 pada Tahun 2005, Rp209,33 pada Tahun 2006. Tabel 11. Analisis multiplier effect sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Sukabumi berdasarkan pendapatan wilayah atas dasar harga konstan 2000, tahun 2000-2006
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Pendapatan Pendapatan Wilayah Wilayah Sektor Seluruh Perikanan dan Sektor (Rp.) Kelautan (Rp.) (∆Y) (Y) (Yb) 2.248.638,24 47.300,51 2.394.525,98 51.633,24 145.887,74 2.531.193,20 52.867,27 136.667,22 6.568.259,18 120.361,67 4.037.065,98 6.828.320,51 123.948,44 260.061,33 7.125.599,90 129.526,12 297.279,39 7.404.870,48 130.860,24 279.270,58
(∆Yb) 4.332,73 1.234,03 67.494,4 3.586,77 5.577,68 1.334,12
Multiplier effect (MSy) 33,67 110,75 59,81 72,51 53,30 209,33
Sumber : Data Diolah
Secara keseluruhan trend hasil analisa Multiplier effect mengikuti persamaan y = 18,031 + 20,532x, dengan kecenderungan garis yang terus meningkat. Trend analisis Multiplier effect sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Sukabumi berdasarkan indikator pendapatan wilayah dapat dilihat pada Gambar 9.
42
y = 20,532x + 18,031 250,00
Multiplier Effect
200,00 150,00 100,00 50,00 0,00 2000
2001
2002
2003
2004
2005
Tahun
Gambar 9. Trend analisis multiplier effect sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Sukabumi berdasarkan indikator pendapatan wilayah atas dasar harga konstan 2000, Tahun 2000-2006 Berdasarkan hasil analisis trend Multiplier effect pada Gambar 9, pembangunan sektor perikanan dan kelautan harus lebih ditingkatkan peranannya melalui peningkatan kualitas aparatur maupaun para pelaku perikanan, sehingga mampu tetap bertahan menjadi sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Sukabumi dan mendorong peningkatan komoditas kegiatan non basis lainnya. Sektor perikanan dan kelautan yang mampu menjadi sektor usaha yang basis tidak terlepas dari kerja sama yang baik antara pemerintah dan nelayan, sehingga dapat terbentuk dan terbina iklim usaha yang maju dan sehat di sektor tersebut. 5.3 Keadaan Perikanan Tangkap Kabupaten Sukabumi 5.3.1 Sarana dan prasarana Perikanan yang maju dan modern perlu didukung dengan sarana dan prasarana yang cukup dan memadai. Selain itu, sarana dan prasarana yang tersedia harus dilengkapi dengan fasilitas dasar, fasilitas fungsional dan fasilitas pendukung yang berfungsi untuk menunjang dan memperlancar beroperasinya armada perikanan serta arus penyaluran dan distribusi produk-produk perikanan, sehingga masyarakat
43
nelayan akan dapat terus bekerja dan berusaha lebih giat, karena tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan usahanya. Kegiatan perikanan tangkap terbesar di wilayah Kabupaten Sukabumi terletak di Kecamatan Palabuhanratu dan Cisolok. Di kedua Kecamatan tersebut terdapat dua fasilitas perikanan yang cukup besar, yaitu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu di Kecamatan Palabuhanratu dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Cisolok di Kecamatan Cisolok. Oleh karena itulah maka kedua kecamatan ini menjadi pusat fasilitas dan akifitas perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi. Sementara fasilitas perikanan yang terdapat di empat kecamatan lainnya, hanya berstatus Tempat Pelelangan Ikan (TPI), yaitu TPI Simpenan- Simpenan, TPI Ciwaru – Ciemas, TPI Ujunggenteng-Ciracap dan TPI Surade- Surade. Jumlah TPI/PPI yang ada di Kabupaten Sukabumi lebih rinci disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Jumlah TPI/PPI di Kabupaten Sukabumi berdasarkan kecamatan pesisir, Tahun 2005 NO Kecamatan Jumlah TPI/PPI 1 Cisolok 3 2 Ciemas 1 3
Surade
1
4
Ciracap
1
5 6
Palabuhanratu Simpenan
1 1
Jumlah Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi 2006
8
Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu terletak sangat strategis berada pada posisi dekat dengan daerah penangkapan (fishing ground) perairan Samudera Hindia (WPP-9) dan akses pemasaran domestik maupun ekspor. Perairan Samudera Hindia mempunyai potensi sumberdaya ikan (SDI) sebesar 911.572 ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan sebesar 43,85 % (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi 2005), sedangkan akses pemasaran dapat ditempuh selama 3-4 jam dari Palabuhanratu ke Bandung atau Jakarta.
44
Ada 2 (dua) kolam yang disediakan oleh PPN, yaitu kolam I diperuntukkan untuk jenis kapal yang berukuran kurang dari 30 GT, seperti perahu congkreng, payang dan diesel, sedangkan kolam II diperuntukan untuk kapal motor yang berukuran lebih dari 30 GT seperti perahu longline dan gillnet. Fasilitas untuk pendaratan ikan terbanyak terdapat di Kecamatan Cisolok, yaitu ada tiga tempat pendaratan ikan. Ketiga tempat pendaratan ikan tersebut berada di tiga tempat yang dibedakan berdasarkan fungsinya. (1) PPI tipe C terletak di kampung Pajagan Cikahuripan tempat dimana kapal yang diperbolehkan untuk tambat berukuran maksimal 20 GT, (2) TPI yang berada di kampung Cibangban merupakan TPI sub pendaratan dimana perahu yang mendarat hanya perahu pancing, congkreng atau bagan apung, dan (3) di kampung Cikembang yang merupakan pos pendaratan ikan yang fungsinya sama dengan Cibangban dengan didominasi oleh perahu pancing dan congkreng. 5.3.2 Unit Penangkapan Ikan Nelayan di Kabupaten Sukabumi umumnya menangkap ikan pada daerah Perairan Teluk Pelabuhanratu yang tidak jauh dari pantai, karena perahu dan kekuatan motornya tidak memungkinkan ke lautan lepas pantai. Jumlah rumah tangga perikanan laut Kabupaten Sukabumi tercatat pada akhir Tahun 2004 adalah 1.199 yang terdiri dari tanpa perahu sebanyak 87 rumah tangga, perahu tak bermotor sebanyak 66 rumah tangga, perahu motor temple sebanyak 880 rumah tangga, kapal motor sebanyak 166 rumah tangga. Teknologi penangkapan yang dimiliki nelayan Kabupaten Sukabumi, kecuali Palabuhanratu, umumnya belum berkembang dan masih terbilang tradisional. Daerah penangkapan ikan (Fishing ground) nelayan kabupaten ini umumnya dilakukan di sekitar perairan perairan artisanal (di bawah 3 mil) terutama di sekitar perairan yang membentuk satu kawasan teluk seperti Teluk Palabuhanratu, Teluk Ciletuh, dan beberapa teluk yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan kedua teluk tersebut. Jumlah dan jenis armada penangkapan yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten Sukabumi disajikan pada Tabel 13.
45
Tabel 13. Jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Sukabumi tahun 2005 NO Jenis/Ukuran Perahu/Kapal Jumlah (unit) % 1 Bagan 309 19,48 2 Congkreng 338 21,31 3 Payang 204 12,86 4 Dogol 42 2,65 5 Pancing 145 9,14 6 Jaring rampus 110 6,94 7 Jaring 128 8,07 8 Angkutan Ikan 70 4,41 9 < 10 GT 134 8,45 10 11-2- GT 9 0,57 11 21-30 GT 29 1,83 12 > 30-150 GT 68 4,29 Jumlah 1586 100 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi 2006
Kegiatan perikanan di sekitar perairan artisanal juga dapat dicerminkan oleh jenis alat tangkap yang digunakan nelayan kabupaten ini seperti Gillnet / Jaring Insang, Pukat pantai, Pancing, Anco, Bagan, dan jala lempar, terkecuali untuk nelayan yang domisili usahanya di Kecamatan Palabuhanratu yang mempunyai teknologi penangkapan yang lebih berkembang, seperti Gillnet / Jaring Insang, Payang, Jaring lingkar dan beberapa jenis alat tangkap lainnya yang biasa digunakan untuk menangkap tuna dan cakalang seperti rawai. Tabel 14, di bawah ini menyajikan beberapa jenis dan jumlah alat tangkap yang terdapat di wilayah Kabupaten Sukabumi pada Tahun 2005.
46
Tabel 14. Jumlah alat tangkap perikanan yang berkembang di Kabupaten Sukabumi tahun 2005 NO Alat Tangkap Jumlah (Unit) % 1 Payang 131 4,45 2 Jaring insang lingkar 212 7,20 3 Rampus 137 4,65 4 Trammel net 315 10,70 5 Bagan 994 33,75 6 Rawai tuna 33 1,12 7 Rawai hanyut selain rawai tuna 103 3,50 8 Pancing ulur 175 5,94 9 Pancing lainnya 845 28,69 Jumlah 2945 100 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi 2006
Penduduk pesisir Kabupaten Sukabumi berdasarkan agregasi jumlah penduduk sembilan kecamatan pesisir terhitung sebanyak 428.279 jiwa atau sebesar 20,43 persen dari total keseluruhan penduduk Kabupaten Sukabumi. Dari sekitar 400ribu jiwa penduduk pesisir diantaranya ada 12.421 (2,9%) orang yang bekerja atau bergerak di bidang penangkapan ikan baik sebagai rumah tangga perikanan (RTP) maupun sebagai rumah tangga buruh perikanan (RTBP). Secara rinci jumlah penduduk yang bekerja sebagai nelayan disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Jumlah nelayan di Kabupaten Sukabumi, tahun 2005 NO Kecamatan Jumlah (orang) 1 Cisolok 3152 2 Cikakak 100 3 Palabuhanratu 4656 4 Ciemas 1975 5 Simpenan 543 6 Surade 223 7 Ciracap 1661 8 Tegalbuled 59 9 Cibitung 52 12421 Jumlah Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi 2006
% 25,38 0,81 37,48 15,90 4,37 1,80 13,37 0,48 0,42 100
47
5.3.3 Produksi dan nilai produksi Kecamatan Palabuhanratu merupakan kecamatan perikanan tangkap yang paling produktif dibandingkan dengan kecamatan pesisir yang lainnya, dengan jumlah nelayan sekitar 4.656 orang pada Tahun 2005 mampu menghasilkan ikan sebayak sekitar 5.240,72 ton atau hanya 36.75 % dari MSY Perairan laut Kabupaten Sukabumi. Harga rata-rata ikan pada Tahun 2005 adalah Rp6.200,00 per Kg, sehingga nilai produksi yang diperoleh mencapai Rp32.492.402.000,00, artinya uang yang berputar di PPN Palabuhanratu untuk menggerakan perekonomian masyarakat dari sektor kelautan (perikanan tangkap) adalah 32 miliar lebih pada Tahun 2005. Produksi ikan terbesar kedua setelah Kecamatan Palabuhanratu adalah Kecamatan Ciemas. Dengan jumlah nelayan sekitar 1.975 orang produksi ikan yang dapat diperoleh pada Tahun 2005 adalah 1.330,9 ton atau dengan nilai produksi sekitar Rp.7.985.400.000,00 yang diperoleh dari hasil perikanan tangkap. Tabel 16 , menunjukkan produksi dan nilai produksi ikan dari beberapa kecamatan pesisir di Kabupaten Sukabumi.
Tabel 16. Produksi dan nilai produksi ikan di Kabupaten Sukabumi Tahun 2005 NO 1 2 3 4 5 6 7
Kecamatan Cisolok Palabuhanratu Ciemas Simpenan Surade Ciracap Cibitung Jumlah
Produksi (ton) 695.96 5240.72 1330.9 480 419.82 459.21 37.295 8663.905
% 8.03 60.49 15.36 5.54 4.85 5.30 0.43 100
Nilai Produksi (Rp) 4314952000 32492464000 7985400000 2880000000 2602884000 2847102000 231229000 53354031000
% 8.09 60.90 14.97 5.40 4.88 5.34 0.43 100
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi 2006 5.3.4 Jenis komoditas yang tertangkap Berdasarkan data yang diperoleh dari Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2006 bahwa ada dua puluh dua jenis ikan yang selalu tertangkap tiap tahunnya dengan jumlah yang berubah-ubah. Sebagian besar jenis ikan jumlah tangkapannya mengalami penurunan cukup drastis pada Tahun 2006, sedangkan untuk beberapa
48
jenis yang lain jumlahnya mengalami peningkatan. Data jumlah komoditas yang tertangkap di Kabupaten Sukabumi selama Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2006 secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Perkembangan jenis komoditas yang tertangkap di Kabupaten Sukabumi, Tahun 2000-2006 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Jenis Ikan Peperek Layang Selar Teri Japuh Tembang Lemuru Kembung Kuwe Manyung Kakap Cucut Pari Bawal hitam Layur Tenggiri Tuna Cakalang tongkol Udang-udangan Cumi-cumi Rumput Laut Jumlah
Jumlah (ton) 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 62,4 115,7 280,6 169,6 149 142,7 222,51 34,4 31 50,5 423,8 405,8 181,05 15,2 52,2 29,2 76,5 212,8 203,7 53,7 16,1 15 86,5 22 160,7 153,9 159,27 28,8 371,5 42,2 87,6 83,9 75,3 109,8 1241,7 160,9 26 24,9 756,21 17,4 33,7 28,1 54,2 51,9 27,6 136,2 39,1 199,5 840,3 804,6 321,63 61,8 101,8 90,5 56,5 54,1 237,63 10,3 30,8 19 45,1 166,6 159,5 27,87 11,1 56,8 42 83,3 190 181,9 72,23 562,8 446,4 148,2 654,4 636,3 609,3 567,55 284,2 345,9 86,5 506,8 1425,9 1365,4 108,46 16,6 24,3 71,7 68,7 31,79 593,9 685,6 76,1 1004,5 151,9 145,4 518,02 318,1 53,1 54,5 77,8 128,8 123,3 85,82 440,9 469,8 200,1 688,3 917,9 417,8 347,54 706,3 786 938,7 1151,6 865,9 829,1 578,59 566 497,6 1336,8 729,1 624,9 598,4 571,2 19,2 44,8 206 30,9 11,3 10,8 403,79 2,5 5,3 3,7 7,3 6,9 54,08 11 14,6 5,6 21 58 55,6 3737,8 4038,1 5300,2 5860,6 7267,4 6497,6 5298,94
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat 2006 Berdasarkan Tabel 17, diketahui jenis ikan yang dominan tertangkap di perairan Kabupaten Sukabumi adalah jenis – jenis Cakalang (Katsuonus pelmis), Cucut gergagi (Pritis cuspidiatus), Cucut martil (Sphyrna blochii)Layang (Decapterus sp), Layaran (Istiophorus orientalis), setuhuk (Makaira sp), Layur (Trichiurus sp), Peperek (Ceiognatthus sp), Tembang (Sardinella sp), tongkol (Auxis thazard) dan Tuna (Thunnus sp). Dari Tabel 17, juga dapat diketahui bahwa jenis komoditas yang selalu diproduksi dengan jumlah yang cukup tinggi dari Tahun 2000
49
sampai dengan Tahun 2006 diantaranya adalah Cucut, Pari, Layur, Tuna, Cakalang dan Tongkol. Pada Tahun 2006 jenis ikan yang paling banyak ditangkap adalah Tembang dengan jumlah 756,21 ton, kemudian disusul oleh Cakalang dengan jumlah sebesar 578,59 ton. Jenis komoditas lain yang termasuk ke dalam jenis komoditas penting adalah rumput laut, namun komoditas ini tidak diproduksi pada Tahun 2006 karena nelayan di Kabupaten Sukabumi lebih memilih untuk membudidayakan komoditas tersebut. 5.4 Peran dan Dampak Subsektor Perikanan Tangkap Kabupaten Sukabumi 5.4.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu indikator ekonomi yang digunakan untuk mengetahui dan mengevaluasi hasil – hasil pembangunan di suatu daerah dalam lingkup kabupaten adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha. Indikator tersebut juga dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan salah satu sektor di suatu daerah, khususnya dalam hal ini sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Sukabumi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Sukabumi atas dasar harga konstan dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. PDRB sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Sukabumi atas dasar harga konstan 2000, menurut lapangan usaha Tahun 2000 – 2006 (dalam juta rupiah) PDRB No
Subsektor 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
1
Perikanan Budidaya
36.761,87
39.832,82
37.412,20
96.563,77
94.847,39
69.632,93
72.858,21
2
Perikanan Tangkap
10.538,64
11.800,42
15.455,07
23.797,90
29.101,05
59.893,19
58.002,03
Total
47.300,51
51.633,24
52.867,27
120.361,67
123.948,44
129.526,12
130.860,24
Sumber: Data Diolah
50
Berdasarkan
Tabel 18, dapat dilihat bahwa PDRB sektor perikanan dan
kelautan Kabupaten Sukabumi Tahun 2000 – 2006 terus mengalami peningkatan terutama pada subsektor perikanan tangkap yang cenderung mengalami peningkatan. Pada Tahun 2000 – 2004 PDRB subsektor perikanan tangkap jauh lebih rendah dibandingkan subsektor perikanan budidaya. Baru pada Tahun 2005 dan 2006 PDRB subsektor perikanan tangkap hampir sama besarnya dengan subsektor perikanan budidaya yaitu sebesar 59,8 milyar rupiah pada Tahun 2005 dan sebesar 58 milyar rupiah pada Tahun 2006, sedangkan perikanan budidaya sebesar 69,6 milyar rupiah pada Tahun 2005 dan sebesar 72,8 milyar rupiah pada Tahun 2006. Hal ini menunjukkan bahwa subsektor perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi terus membaik. Berdasarkan hasil analisis trend terhadap PDRB subsektor perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi dengan persamaan garis trend y = -6233,3 + 9007,9x, terlihat bahwa PDRB subsektor perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi dari Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2006 semakin meningkat. Trend perkembangan PDRB subsektor perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Gambar 10.
y = 9007,9x - 6233,3
70.000,00 PDRB (Juta Rupiah)
60.000,00 50.000,00 40.000,00 30.000,00 20.000,00 10.000,00 2000
2001
2002
2003 Tahun
2004
2005
2006
Gambar 10. Trend PDRB subsektor perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi atas dasar harga konstan Tahun 2000-2006
51
5.4.2. Kontribusi subsektor perikanan tangkap Kontribusi subsektor perikanan tangkap terhadap sektor perikanan dan PDRB Kabupaten Sukabumi tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan subsektor perikanan budidaya. Akan tetapi, kontribusi subsektor perikanan tangkap terus meningkat selama Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2006. Kontribusi persentase PDRB subsektor perikanan tangkap Tahun 2000-2006 dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Kontribusi persentase PDRB subsektor perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi Tahun 2000-2006. Tahun
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Rata-rata
Kontribusi Terhadap Sektor Perikanan Kab. Sukabumi (%)
Kontribusi Terhadap Total PDRB Kab. Sukabumi (%)
Tangkap 22,28 22,85 29,23 19,77 23,48 46,24 44,32 29,74
Tangkap 0,47 0,49 0,61 0,36 0,43 0,84 0,78 0,57
Budidaya 77,72 77,15 70,77 80,23 76,52 53,76 55,68 70,26
Budidaya 1,63 1,66 1,48 1,47 1,39 0,98 0,98 1,37
Sumber: Data Diolah Berdasarkan Tabel 19, dapat dilihat pada Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2004 kontribusi subsektor perikanan tangkap terhadap sektor perikanan tidak terlalu besar dibandingkan dengan subsektor perikanan budidaya. Kemudian pada Tahun 2005 subsektor perikanan tangkap menyumbang sebesar 46,24% terhadap sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Sukabumi atau sebesar 0,84% terhadap total PDRB Kabuapten Sukabumi. Rata-rata kontribusi subsektor perikanan tangkap terhadap sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Sukabumi adalah sebesar 29,74% atau sebesar 0,57% terhadap total PDRB Kabupaten Sukabumi. Kondisi ini tidak berarti subsektor perikanan tangkap menjadi sektor yang kurang penting, namun justru dapat memberikan sumbangan besar terhadap sektorsektor lain yang ada di Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan data PDRB Kabupaten Sukabumi bahwa kontribusi terbesar berasal dari sektor pertanian, industri dan sektor
52
perdagangan, hotel dan restoran. Ketiga sektor ini dapat menjadi peluang besar bagi subsektor perikanan tangkap untuk menyumbangkan produksinya terutama kepada industri pengolahan ikan dan restoran yang banyak terdapat di Kabupaten Sukabumi. Kontribusi subsektor perikanan tangkap terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Gambar 11.
Perikanan Tangkap 44%
Perikanan Budidaya 56%
Gambar 11. Diagram pie kontribusi per subsektor terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi, Tahun 2006 Berdasarkan hasil analisis trend pada Gambar 12, dengan persamaan y = 0,3614+0,052x, menunjukkan bahwa kontribusi subsektor perikanan tangkap terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi mengalami peningkatan. Hal ini ditandai dengan garis trend yang meningkat dan nilai peningkatan sebesar 0,052 per tahun.
53
0,90 0,80
y = 0,052x + 0,3614
Kontribusi (%)
0,70 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Tahun
Gambar 12, Trend kontribusi subsektor perikanan tangkap terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi, Tahun 2000-2006 5. 4.3 LQ subsektor perikanan tangkap Untuk mengetahui sejauh mana kontribusi dan peranan perikanan tangkap terhadap pembangunan Kabupaten Sukabumi maka salah satu caranya adalah dengan mengetahui nilai LQ (Location Quotient). Analisis LQ digunakan untuk melihat apakah suatu sektor merupakan kegiatan basis atau non basis, sehingga dapat diketahui sektor mana yang merupakan sektor basis di dalam perekonomian dan selanjutnya dapat memfokuskan arah pembangunan pada sektor basis tersebut. Sektor basis adalah sektor yang mempunyai nilai LQ lebih dari satu, artinya suatu sektor telah mampu memenuhi kebutuhan akan sektor tersebut di daerahnya dan mempunyai potensi untuk diekspor ke luar daerah. Sebaliknya sektor non basis adalah sektor yang memiliki nilai LQ kurang dari satu dan berarti daerah yang bersangkutan harus mengimpor dari luar daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. LQ subsektor perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi berdasarkan pendapatan wilayah dapat dilihat pada Tabel 20.
54
Tabel 20. LQ Subsektor Perikanan Tangkap Kabupaten Sukabumi berdasarkan indikator pendapatan wilayah, Tahun 2000-2006
Tahun
Total Pendapatan Subsektor Perikanan Tangkap Kab. Sukabumi (vi) (juta rupiah)
Total Pendapatan Sektor Perikanan dan Kelautan Kab. Sukabumi (VI) (juta rupiah)
Total Pendapatan Subsektor Perikanan Tangkap Jawa Barat (vt) (juta rupiah)
Total Pendapatan Sektor Perikanan dan Kelautan Jawa Barat (VT) (juta rupiah)
LQ
Ket.
2000
10.538,64
47.300,51
344.745,39
474.072,70 0,31
Non Basis
2001
11.800,42
51.633,24
149.873,70
516.548,11 0,79
Non Basis
2002
15.455,07
52.867,27
204.419,14
569.049,02 0,81
Non Basis
2003
23.797,90
120.361,67
193.068,38
597.508,76 0,61
Non Basis
2004
29.101,05
123.948,44
588.959,26
1.769.748,69 0,71
Non Basis
2005
59.893,19
129.526,12
548.539,26
1.820.486,55 1,53
Basis
2006
58.002,03
130.860,24
364.802,00
1.709.502,00 2,08
Basis
Sumber : Data Diolah Berdasarkan Tabel 20, dapat terlihat bahwa selama 7 tahun terakhir baru pada Tahun 2005 subsektor perikanan tangkap menjadi sektor basis di Kabupaten Sukabumi, tidak seperti pada tahun-tahun sebelumnya subsektor ini tidak menjadi sektor basis. Hal ini ditunjukkan oleh nilai LQ yang kurang dari satu sejak Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2004. Sebaliknya subsektor perikanan budidaya justru menjadi sektor basis pada Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2004. Pada Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2006 nilai LQ subsektor perikanan tangkap mulai meningkat menjadi lebih dari satu. Nilai LQ subsektor perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi ini mengalami fluktuasi sejak Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2004. nilai LQ mengalami peningkatan pada Tahun 2002 dengan nilai sebesar 0,82 dari nilai sebesar 0,78 pada Tahun 2001. Pada Tahun 2003 nilai LQ mengalami penurunan menjadi sebesar 0,61, kemudian mulai pada Tahun 2004 sampai dengan Tahun 2006 nilai LQ mengalami peningkatan dengan nilai sebesar 0,74. Peningkatan ini terus terjadi pada tahun berikutnya sehingga menjadikan subsektor perikanan tangkap termasuk sektor basis di Kabupaten Sukabumi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai LQ yang lebih dari satu yaitu sebesar 1,53 pada Tahun 2005 dan sebesar 2,08 pada Tahun 2006.
55
Dari hasil analisis trend terhadap LQ subsektor perikanan tangkap ditunjukkan dengan persamaan garis trend y = 0,0199+0,2392x sebagaimana terlihat pada Gambar 13. Garis trend pada gambar tersebut mengindikasikan bahwa LQ subsektor perikanan tangkap cenderung meningkat. Kecenderungan peningkatan nilai LQ ini tidak terlepas dari produksi hasil laut di Kabupaten Sukabumi yang juga cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Nilai LQ ini juga menunjukkan bahwa sejak Tahun 2004 subsektor perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi berangsur-angsur meningkat hingga dapat menjadi sektor basis pada Tahun 2005. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin lama kebutuhan masyarakat Kabupaten Sukabumi akan hasil laut semakin tinggi dan semakin terpenuhi.
y = 0,2392x + 0,0199
2,50 2,00
LQ
1,50 1,00 0,50 0,00 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Tahun
Gambar 13. Trend LQ subsektor perikanan tangkap berdasarkan indikator pendapatan wilayah, Tahun 2000-2006 5.4.4 Multiplier effect subsektor perikanan tangkap terhadap pembangunan wilayah Kabupaten Sukabumi Analisis efek pengganda dilakukan untuk melihat koefisien efek pengganda, yang dilakukan karena adanya pertumbuhan pada subsektor perikanan tangkap. Analisis efek pengganda perikanan tangkap berdasarkan indikator pendapatan terhadap PDRB atas dasar harga konstan 2000, dapat dilihat pada Tabel 21.
56
Tabel 21. Analisis multiplier effect subsektor perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi berdasarkan indikator pendapatan wilayah atas dasar harga konstan 2000, Tahun 2000-2006 Tahun
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Pendapatan Wilayah Seluruh Sektor (Rp.) (Y) 2.248.638,24 2.394.525,98 2.531.193,20 6.568.259,18 6.828.320,51 7.125.599,90 7.404.870,48
Pendapatan Wilayah Subsektor Perikanan Tangkap (Rp.) (Yb) 10.538,64 11.800,42 15.455,07 23.797,90 29.101,05 59.893,19 58.002,03
(∆Y)
145.887,74 136.667,22 4.037065,98 260.061,33 297.279,39 279.270,58
(∆Yb)
1.261,78 3.654,65 8.342,83 5.303,15 30.792,15 1.891,16
Multiplier effect (MSy)
115,62 37,40 483,90 49,04 9,65 147,67
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan Tabel 21, dapat terlihat bahwa analisis Multiplier effect menunjukkan nilai yang fluktuatif selama periode analisis. Secara berturut-turut nilai Multiplier effect dari Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2006 adalah 115,62, 37,40, 483,90, 49,04, 9,65 dan 147,67 dengan rata-rata nilai Multiplier effect sebesar 140,55. Berdasarkan nilai tersebut berarti bahwa setiap peningkatan Rp1,00 pendapatan subsektor perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi akan menghasilkan pendapatan wilayah sebesar Rp115,62 pada Tahun 2001, Rp37,40 pada Tahun 2002, Rp483,90 pada Tahun 2003, Rp49,04 pada Tahun 2004, Rp9,65 pada Tahun 2005 dan Rp147,67 pada Tahun 2006. Secara keseluruhan trend hasil analisa Multiplier effect mengikuti persamaan y=176,33 – 10,224x, dengan kecenderungan garis trend yang menurun. Trend analisis Multiplier effect subsektor perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi berdasarkan indikator pendapatan wilayah dapat dilihat pada Gambar 14.
57
y = -10,224x + 176,33 600,00 Multiplier effect
500,00 400,00 300,00 200,00 100,00 0,00 2001
2002
2003
2004
2005
2006
Tahun
Gambar 14. Trend analisis multiplier effect subsektor perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi berdasarkan indikator pendapatan wilayah atas dasar harga konstan 2000, Tahun 2000-2006 5.5 Komoditas Unggulan Jenis komoditas yang menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Sukabumi pada penelitian ini dilihat berdasarkan kontinuitas produksinya selama Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2006. Untuk menentukan apakah komoditas tersebut menjadi komoditas basis atau unggulan dilakukan analisis LQ (Location Quotient) dan metode scoring pada masing-masing komoditas yang diproduksi di Kabupaten Sukabumi. Untuk memudahkan analsis, maka dalam penelitian ini dibagi menjadi empat kelompok yaitu pelagis kecil, pelagis besar, demersal dan kelompok udang-udangan, cumi-cumi dan rumput laut. 5.5.1 Pelagis Kecil Diantara sekian banyak jenis pelagis kecil yang ada di perairan Kabupaten Sukabumi, ternyata hanya 9 jenis yang selalu ada tiap tahunnya. Jenis ikan yang menjadi sektor basis di Kabupaten Sukabumi selama 7 tahun terakhir disajikan pada Tabel 22.
58
Tabel 22. LQ ikan pelagis kecil berdasarkan hasil tangkapan, Tahun 2000-2006 Tahun Jenis Ikan Peperek
2000 1,02866 -
Layang
2001 0,27951
2002 0,37574
2003 0,17242
2004 0,09777
2005 0,08383
2006 0,15951
0,17312
0,13294
0,35639
3,36706
2,93993
0,93004
Selar
0,39762
0,31618
0,15430
0,22834
0,77663
0,66330
0,23654
Teri
0,26377
0,06156
0,27832
0,16188
0,67051
0,56594
0,99036
1,13356
5,19648
0,38952
0,73838
0,64684
1,62094
0,23630
0,02857
0,02431
0,44648
0,53912
0,46055
-
Japuh
-
Tembang
0,82295
0,20602
Lemuru
0,64190
0,24411
Kembung
0,36573
0,38439
0,09670
0,71042
1,71556
1,49460
0,69273
9,65654
3,68857
3,67509
1,95237
2,18348
4,15424
Kuwe
-
-
0,83616 -
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan Tabel 22, jenis ikan yang mengalami peningkatan dan menjadi sektor basis yaitu ikan Kuwe dengan nilai LQ lebih dari satu mulai pada Tahun 2001 sampai dengan Tahun 2006. pada Tahun 2000 ikan Kuwe tidak diproduksi kemudian pada tahun berikutnya diproduksi dengan nilai LQ sebesar 9,65. Nilai LQ ikan Kuwe mengalami penurunan pada Tahun 2002 sampai dengan Tahun 2004 dengan nilai sebesar 3,68 pada Tahun 2002, 3,67 pada Tahun 2003, dan nilai LQ sebesar 1,95 pada Tahun 2004, kemudian mengalami peningkatan kembali pada Tahun 2005 yaitu dengan nilai sebesar 2,18 dan mengalami peningkatan yang cukup besar pada Tahun 2006 yaitu sebesar 4,15. Meskipun mengalami kenaikan dan penurunan, ikan Kuwe tetap menjadi sektor basis di Kabupaten Sukabumi. Hal ini berarti selama tujuh tahun ikan Kuwe mengalami surplus produksi atau terpusat di Kabupaten Sukabumi. Jenis ikan pelagis kecil lain yang juga menjadi sektor basis yaitu ikan Peperek, Layang dan Kembung. Dari tabel 22 terlihat bahwa ikan Peperek memiliki nilai LQ lebih dari satu hanya pada Tahun 2000 yaitu sebesar 1,03. Kemudian mengalami penurunan pada tahun berikutnya dan tidak menjadi sektor basis. Hal ini berarti ikan Peperek mengalami penurunan produksi, sedangkan ikan Layang menjadi sektor basis hanya pada Tahun 2004 dan Tahun 2005. Pada Tahun 2004 nilai LQ ikan
59
Layang mengalami peningkatan dengan nilai sebesar 3,36 dari nilai sebesar 0,3 pada tahun sebelumnya. Akan tetapi kondisi ini tidak bertahan lama karena pada tahun berikutnya yaitu pada Tahun 2005 nilai LQ ikan Layang turun dengan nilai sebesar 2,9. Penurunan ini terus dialami pada tahun-tahun berikutnya sampai dengan Tahun 2006. Begitu juga yang terjadi pada ikan Kembung. Jenis ikan ini menjadi sektor basis hanya pada Tahun 2004 dengan nilai LQ sebesar 1,7, kemudian mengalami penurunan pada Tahun 2005 dengan nilai sebesar 1,4. Penurunan ini tejadi juga pada tahun berikutnya bahkan hingga ikan Kembung tidak lagi termasuk sektor basis dengan nilai LQ kurang dari satu yaitu sebesar 0,69. Berdasarkan analisis trend LQ pada Gambar 15. terlihat bahwa dari 9 jenis ikan Pelagis kecil yang diproduksi di Kabupaten Sukabumi, hanya ikan Kuwe yang selalu menjadi sektor basis dan dapat dilihat pada Gambar 15, bahwa trend Ikan Kuwe mengalami peningkatan terutama pada Tahun 2006.
12,00000 10,00000 Peperek Layang
8,00000 LQ
Selar 6,00000
Teri Japuh
4,00000
Tembang Lemuru
2,00000
Kembung Kuw e
0,00000 2000
2001
2002
2003 Tahun
2004
2005
2006
Gambar 15. Trend LQ pelagis kecil di Kabupaten Sukabumi, Tahun 2000-2006 Berdasarkan hasil skoring yang dilakukan terhadap kelompok pelagis kecil maka diperoleh bahwa yang menjadi komoditas unggulan dengan skor 4 – 6 adalah Peperek, Layang, Selar, Teri, Kembung dan Kuwe. Hasil skoring kelompok pelagis kecil disajikan pada Tabel 23.
60
Tabel 23. Penentuan komoditas unggulan kelompok pelagis kecil Kabupaten Sukabumi No.
Jenis Ikan
1 Peperek 2 Layang 3 Selar 4 Teri 5 Japuh 6 Tembang 7 Lemuru 8 Kembung 9 Kuwe Sumber : Data Diolah
Bobot LQ
Pertumbuhan LQ
Total Bobot
3 3 1 2 1 2 1 3 3
1 3 3 3 1 1 2 3 1
4 6 4 4 2 3 3 6 4
Keterangan Unggulan Unggulan Unggulan Unggulan Bukan unggulan Bukan unggulan Bukan unggulan Unggulan Unggulan
Berdasarkan Tabel 23, dapat diketahui bahwa setelah diberikan skoring terdapat 6 jenis ikan yang termasuk ke dalam jenis unggulan. Hal ini dikarenakan keenam jenis ini merupakan sektor basis dengan nilai LQ lebih dari satu dan memiliki perkembangan LQ yang positif ditandai dengan trend LQ yang meningkat. Dari skoring ini dapat disimpulkan bahwa jenis ikan yang menjadi sektor unggulan dan penting untuk dikembangkan adalah ikan Peperek, Layang, Selar, Teri, Kembung dan Kuwe. Pengembangan yang dilakukan antara lain mengembangkan teknologi alat tangkap ataupun dengan menambah jumlah armadanya. Beberapa alat tangkap yang digunakan untuk menangkap komoditas unggulan tersebut adalah Gillnet, Purse Seine dan Payang . Pengembangan ini penting untuk dilakukan untuk menghasilkan komoditas yang bernilai tinggi agar dapat dijadikan komoditas ekspor dan mampu menjadi sumber pendapatan daerah. Untuk jenis ikan Kembung di Kabupaten Sukabumi tidak begitu bernilai tinggi. Hal ini bisa disebabkan oleh jumlah hasil tangkapan ikan Kembung yang sangat melimpah, sehingga harga jual ikan ini menjadi rendah. Kondisi ini dapat diatasi dengan mengembangkan produk pengolahan ikan yang berbahan baku ikan Kembung dan memiliki harga jual tinggi.
61
5.5.2 Pelagis besar Ikan pelagis besar yang diproduksi di Kabupaten Sukabumi sebagian besar adalah ikan yang bernilai ekonomi tinggi dan rata-rata telah menjadi sektor basis di Kabupaten Sukabumi. Hal ini berarti bahwa produksi ikan – ikan yang bernilai ekonomi tinggi terpusat di Kabupaten Sukabumi. Nilai LQ dari ikan pelagis besar disajikan pada Tabel 24. Tabel 24. LQ pelagis besar berdasarkan hasil tangkapan di Kabupaten Sukabumi, Tahun 2000-2006 Jenis Ikan
Tahun 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
6,20210
0,28167
0,22012
0,36148
0,42206
0,37486
0,28277
Tuna
92,49922
19,29578
16,30144
17,26327
14,35442
13,00001
3,30056
Cakalang
81,80902
21,06984
13,74116
13,08425
5,44142
8,87469
6,80476
Tongkol
7,87596
1,70781
1,97507
0,90269
0,58920
0,53010
0,70138
Tenggiri
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan Tabel 24, dapat terlihat ada 4 jenis ikan yang semuanya menjadi sektor basis. Dua jenis diantaranya adalah ikan Tuna dan Cakalang yang tiap tahunnya menjadi sektor basis selama Tahun 2000-2006. Nilai LQ terbesar terjadi pada Tahun 2000 yaitu sebesar 92,49 untuk Tuna dan 81,80 untuk Cakalang. Kemudian pada Tahun 2001 ikan Tuna mengalami penurunan dengan nilai LQ sebesar 19,3 dan terus mengalami penurunan pada tahun-tahun berikutnya. Begitu juga dengan Cakalang, pada Tahun 2001 mengalami penurunan dengan nilai LQ sebesar 21,06 kemudian turun drastis pada Tahun 2004 menjadi 5,4 dari nilai 13,08 pada Tahun 2003. Pada Tahun 2005 naik kembali dengan nilai sebesar 8,87 kemudian kembali turun pada Tahun 2006 menjadi 6,80. Dengan demikian, ikan Cakalang tetap menjadi komoditas terpenting di Kabupaten Sukabumi dan mengalami surplus produksi tiap tahunnya. Hal ini berarti Kabupaten Sukabumi menjadi salah satu daerah yang memiliki potensi ikan pelagis besar yang tinggi dan berpotensi untuk diekspor.
62
100,00000 90,00000 80,00000 70,00000
T enggiri
LQ
60,00000 50,00000
T una
40,00000
Cakalang
30,00000 T ongkol
20,00000 10,00000 0,00000 2000
2001
2002
2003 Tahun
2004
2005
2006
Gambar 16. Trend LQ pelagis besar di Kabupaten Sukabumi, Tahun 2000-2006 Berdasarkan analisis trend LQ pada Gambar 16, dapat dilihat bahwa nilai LQ ikan pelagis besar di Kabupaten Sukabumi mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat menjadi perhatian karena dengan kondisi yang demikian berarti dapat diindikasikan bahwa produksi pelagis besar di Kabupaten Sukabumi lama kelamaan tidak akan menjadi sektor basis dan ini berarti dapat menurunkan pendapatan wilayah Kabupaten Sukabumi. Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi besar sebagai penghasil komoditas perikanan dunia khususnya tuna. Posisi perairan Indonesia yang terletak di antara Samudera Indoneisa dan Samudera Pasifik merupakan tempat perlintasan ikan tuna. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan hasil tangkapan ikan pelagis besar di Kabupaten Sukabumi yang cukup melimpah dan menjadikan pelagis besar sebagai komoditas unggulan. Dari hasil skoring yang dilakukan terhadap pelagis besar didapatkan dua jenis ikan ini yang terdapat di Kabupaten Sukabumi merupakan komoditas unggulan. Dengan demikian, sudah selayaknya pemerintah lebih meningkatkan perhatian untuk dapat menaikkan kembali industri ikan yang bernilai ekonomi tinggi seperti ikan tuna sehingga mampu meningkatkan kontribusi dalam pendapatan wilayah. Hasil skoring terhadap pelagis besar di Kabupaten Sukabumi disajikan pada Tabel 25.
63
Tabel 25. Penentuan komoditas unggulan kelompok pelagis besar Kabupaten Sukabumi No.
Jenis Ikan
Bobot LQ
Pertumbuhan LQ
Total Bobot
Keterangan
1
Tenggiri
2
1
3
Bukan unggulan
2
Tuna
3
1
4
Unggulan
3
Cakalang
3
1
4
Unggulan
4 Tongkol Sumber : Data Diolah
2
1
3
Bukan unggulan
Berdasarkan Tabel 25, dapat diketahui bahwa keempat jenis ikan pelagis besar di Kabupaten Sukabumi merupakan komoditas unggulan. Hal ini dibuktikan dari bobot LQ sebesar 3 yang berarti memiliki nilai LQ lebih dari satu. Namun jika dilihat dari sisi pertumbuhan LQ, keempat jenis ikan ini bernilai 1 yang berarti memiliki trend yang menurun. Trend yang menurun tersebut menunjukkan bahwa produksi komoditas ini terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini mungkin disebabkan oleh teknologi alat tangkap yang kurang memadai. Selain itu karena teknologi alat tangkap yang dimiliki nelayan masih terbatas, maka akan terjadi kelebihan tangkapan di perairan sekitar pantai karena rata-rata nelayan hanya mampu menangkap sampai daerah pantai saja. Kondisi ini perlu menjadi perhatian bagi pemerintah Kabupaten Sukabumi agar penurunan produksi tidak terjadi di tahun-tahun selanjutnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan teknologi alat tangkap yang ada di Kabupaten Sukabumi agar nelayan dapat melakukan penangkapan sampai ke perairan yang jauh dari pantai. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan pelagis besar di Kabupaten Sukabumi antara lain
pancing dan
gillnet. 5.5.3 Demersal Ikan demersal yang diproduksi di Kabupaten Sukabumi ada 6 jenis, yaitu Manyung, Kakap, Cucut, Pari, Bawal Hitam dan Layur. Keenam jenis ikan inilah
64
yang selalu diproduksi sepanjang Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2006. Nilai LQ ikan Demersal ini disajikan pada Tabel 26.
Tabel 26. LQ ikan demersal di Kabupaten Sukabumi, Tahun 2000-2006 Jenis Ikan
Tahun 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Manyung
0,27359
0,16229
0,06565
0,13661
0,43625
0,37727
0,08021
Kakap
0,42317
0,42110
0,29111
1,50488
2,13149
2,05626
0,78270
Cucut
14,93207
2,12533
0,50422
2,62392
2,11462
1,86392
1,84464
7,45006
1,90329
0,32185
1,05221
1,94723
1,70098
0,50702
0,08664
-
0,10896
0,39280
0,34999
0,13791
2,66390
0,22972
3,37857
0,47077
0,50177
1,64453
Pari Bawal hitam Layur
19,92743
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan pada Tabel 26, dapat terlihat bahwa ada 6 jenis ikan demersal yang diproduksi tiap tahunnya, namun bila dilihat dari nilai LQ yang diperoleh, ratarata ikan demersal di Kabupaten Sukabumi belum menjadi sektor basis. Hanya ada 3 jenis ikan yang hampir tiap tahun menjadi sektor basis. Ikan yang rata-rata LQ-nya lebih dari satu adalah Cucut, Pari dan Layur. Nilai LQ tertinggi terdapat pada Tahun 2000 yaitu Layur dengan nilai sebesar 19,92 diikuti oleh Cucut dengan nilai LQ sebesar 14,93 kemudian disusul Pari dengan nilai sebesar 7,45. Pada Tahun 2001 nilai LQ mengalami penurunan yang cukup drastis. Ikan Layur pada Tahun 2001 mengalami penurunan nilai LQ menjadi 2,66 dari nilai 19,92 pada Tahun 2000. Kemudian turun kembali pada Tahun 2002 hingga mencapai nilai kurang dari satu yaitu sebesar 0,22 dan naik kembali dengan nilai lebih dari satu pada Tahun 2003 yaitu sebesar 3,37, akan tetapi turun lagi pada Tahun 2004 menjadi 0,47 dan 0,50 pada Tahun 2005 kemudian sedikit meningkat pada Tahun 2006 dan kembali menjadi sektor basis dengan nilai sebesar 1,64. Hal yang sama juga terjadi pada ikan Cucut yang mengalami penurunan nilai LQ pada Tahun 2001 menjadi 2,12 dari 14,93 pada Tahun 2000 kemudian turun pada Tahun 2002 menjadi 0,50, namun pada Tahun 2003 berhasil naik kembali dengan nilai 2,62 dan turun pada Tahun 2004
65
dengan nilai 2,11. Penurunan ini terus terjadi pada tahun berikutnya dengan nilai 1,86 pada Tahun 2005 dan nilai 1,84 pada Tahun 2006. Dari nilai LQ kelompok ikan demersal Kabupaten Sukabumi selama 7 tahun ada 4 jenis ikan yang memiliki nilai LQ lebih dari 1 yaitu ikan Kakap, Cucut, Pari dan Layur. Hal ini berarti keempat jenis ikan ini menjadi komoditas penting yang diproduksi di Kabupaten Sukabumi dan mengalami surplus produksi. Dengan demikian Kabupaten Sukabumi menjadi salah satu daerah yang memiliki potensi ikan demersal yang besar dan berpotensi untuk diekspor. Berdasarkan analisis trend pada Gambar 17, dapat dilihat bahwa secara umum ikan demersal yang mengalami peningkatan pada Tahun 2006 hanya ikan Layur. Sedangkan 5 jenis ikan lainnya mengalami penurunan pada Tahun 2006.
25,00000 20,00000
Manyung Kakap
LQ
15,00000
Cucut
10,00000
Pari Baw al Hitam Layur
5,00000 0,00000 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Tahun
Gambar 17. Trend LQ ikan demersal di Kabupaten Sukabumi, Tahun 2000-2006
Berdasarkan hasil skoring yang dilakukan terhadap ikan demersal maka didapatkan bahwa yang menjadi komoditas unggulan dari kelompok demersal di Kabupaten Sukabumi adalah ikan Kakap. Hasil skoring terhadap kelompok demersal di Kabupaten Sukabumi disajikan pada Tabel 27.
66
Tabel 27. Penentuan komoditas unggulan kelompok demersal Kabupaten Sukabumi No.
Jenis Ikan
1 Manyung 2 Kakap 3 Cucut 4 Pari 5 Bawal Hitam 6 Layur Sumber : Data Diolah
Bobot LQ
Pertumbuhan LQ
Total Bobot
Keterangan
1 3 3 3 1 3
3 3 1 1 3 1
4 6 4 4 4 4
Unggulan Unggulan Unggulan Unggulan Unggulan Unggulan
Berdasarkan Tabel 27, dapat diketahui bahwa diantara keenam jenis ikan demersal yang tertangkap di Kabupaten Sukabumi, ternyata seluruhnya menjadi komoditas unggulan. Hal ini ditunjukkan dengan total bobot yang dimiliki oleh seluruh jenis ikan demersal yaitu 4 dan 6. Selama ini kakap memang merupakan komoditas yang cukup bernilai tinggi di pasaran. Oleh Karena itu perlu diadakan pengembangan terhadap komoditas ini agar produksinya dapat ditingkatkan dengan kualitas yang tinggi pula tentunya. Selain itu, jenis ikan demersal lainnya yaitu Manyung, Cucut, Pari, Bawal Hitam dan Layur merupakan komoditas yang cukup banyak dihasilkan hampir di seluruh kecamatan pesisir yang ada di Kabupaten Sukabumi seperti Kecamatan Palabuhanratu, Simpenan, Ciemas, Ciracap, Surade dan Tegalbuled. 5.4.4 Udang-udangan, cumi-cumi dan rumput Laut Dalam klasifikasi jenis ikan, kelompok udang-udangan termasuk ke dalam kelompok binatang berkulit keras. Terdapat beberapa macam jenis udang yang diproduksi di Kabupaten Sukabumi namun dalam penelitian ini dijadikan satu jenis yaitu udang. Di Indonesia khususnya di Provinsi Jawa Barat, udang termasuk komoditas yang bernilai ekonomi tinggi, namun tingginya nilai udang ini ternyata tidak setinggi dengan hasil produksinya di Kabupaten Sukabumi. Hal ini mungkin karena produksi udang di Kabupaten Sukabumi belum dikembangkan terutama dari segi alat tangkapnya. Nilai LQ udang dapat dilihat pada Tabel 28.
67
Tabel 28. LQ Udang di Kabupaten Sukabumi, Tahun 2000-2006 Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Sumber : Data Diolah
LQ Udang 1,27590 0,15335 0,40125 0,09950 0,03154 0,02733 1,52164
Berdasarkan Tabel 28, dapat dilihat bahwa rata-rata nilai LQ udang adalah kurang dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa udang belum menjadi komoditas basis di Kabupaten Sukabumi. Udang menjadi komoditas basis hanya pada Tahun 2000 dan Tahun 2006 sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 26, yaitu nilai LQ udang yang lebih dari satu hanya terjadi pada Tahun 2000 dan 2006 selama 7 tahun terakhir. Pada Tahun 2000 udang menjadi sektor basis dengan nilai LQ sebesar 1,27 kemudian terus mengalami penurunan pada tahun-tahun berikutnya. Pada Tahun 2006 nilai LQ berhasil naik menjadi 1,52 dari nilai 0,02 pada tahun sebelumnya.
y = 0,0041x + 0,485
1,60000 1,40000 1,20000 LQ
1,00000 0,80000 0,60000 0,40000 0,20000 0,00000 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Tahun
Gambar 18. Trend LQ udang di Kabupaten Sukabumi, Tahun 2000-2006
68
Dari analisis trend pada Gambar 18, diketahui persamaan y = 0,485+0,0041x. hal ini menunjukkan bahwa hampir tidak ada peningkatan maupun penurunan yang signifikan yang terjadi selama Tahun 2000-2006. Kondisi ini ditunjukkan dengan bentuk trend yang cenderung mendatar, meskipun demikian, pada Tahun 2006 produksi udang
mengalami peningkatan. Hal ini berarti Kabupaten Sukabumi
mengalami surplus produksi pada Tahun 2006 dan berpotensi untuk diekspor. Komoditas cumi-cumi termasuk ke dalam kelompok binatang berkulit lunak. Produksi cumi-cumi di Kabupaten Sukabumi tidak begitu melimpah. Hal ini dibuktikan dengan nilai LQ yang disajikan pada Tabel 29. Dari Tabel 29, dapat dilihat bahwa tidak ada satupun nilai LQ yang lebih dari satu. Dengan demikian berarti cumi-cumi belum menjadi komoditas basis di Kabupaten Sukabumi selama Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2006, meskipun nilai LQ cumi-cumi tidak ada yang lebih dari satu namun dari tahun ke tahun nilai LQ yang dihasilkan selalu naik. Komoditas ini mengalami perkembangan mulai dari tidak diproduksi pada Tahun 2000 kemudian meningkat pada Tahun 2001 dengan nilai 0,02 begitu juga pada Tahun 2002. Pada Tahun 2003 meningkat lagi dengan nilai 0,03 dan nilai yang sama juga diperoleh pada Tahun 2004. Kemudian mengalami penurunan pada Tahun 2005 dengan nilai sebesar 0,02 dan meningkat kembali pada Tahun 2006 dengan nilai 0,41. Tabel 29. LQ cumi-cumi berdasarkan hasil tangkapan Tahun 2000-2006 Tahun 2000
LQ Cumi-cumi -
2001
0,0206744
2002
0,0275916
2003
0,0375421
2004
0,03
2005
0,02
2006 Sumber : Data Diolah
0,41
69
Berdasarkan hasil analisis trend yang disajikan pada Gambar 19, produksi cumi-cumi di Kabupaten Sukabumi senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan oleh trend yang menaik dari tahun ke tahun. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa terdapat peluang untuk meningkat pada tahun-tahun berikutnya setelah Tahun 2006 dan peluang bagi Kabupaten Sukabumi untuk menjadi salah satu daerah pengekspor cumi-cumi.
y = 0,0551x - 0,1017
0,5 0,4
LQ
0,3 0,2 0,1 0 2000
2001
2002
2003
2004
2005
-0,1 Tahun
Gambar 19. Trend LQ cumi-cumi di Kabupaten Sukabumi, Tahun 2000-2006
Komoditas lain yang diproduksi dari perairan Kabupaten Sukabumi adalah rumput laut. Rumput laut ini termasuk komoditas yang bernilai ekonomi cukup tinggi. Selain itu, komoditas ini juga banyak diminati karena kandungan gizinya yang tinggi dan bermanfaat untuk kesehatan tubuh, namun seiring waktu produksi rumput laut di perairan palabuhanratu mengalami penurunan. Hal ini mungkin disebabkan oleh kelebihan tangkapan (over fishing) yang terjadi di perairan Palabuhanratu. Perkembangan produksi rumput laut di Kabupaten Sukabumi disajikan pda Tabel 30.
70
Tabel 30. LQ rumput laut Kabupaten Sukabumi Tahun 2000-2006 Tahun
LQ Rumput Laut
2000
151,745721
2001
0,760838181
2002
0,036011062
2003
0,143878986
2004
0,31
2005
0,95
2006 Sumber : Data Diolah
-
Berdasarkan Tabel 30, dapat terlihat bahwa produksi rumput laut di Kabupaten Sukabumi mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Nilai LQ rumput laut pada Tahun 2000 sangat tinggi yaitu sebesar 151,74, akan tetapi hal ini tidak diikuti pada tahun berikutnya, pada Tahun 2001 justru mengalami penurunan nilai LQ menjadi 0,76 kemudian pada Tahun 2002 kembali turun menjadi 0,03. Pada Tahun 2003 nilai LQ rumput laut mengalami sedikit kenaikan menjadi sebesar 0,14 dan pada Tahun 2004 menjadi 0,31. kenaikan tertinggi terjadi pada Tahun 2005 yaitu dari 0,31 menjadi mendekati nilai 1 yaitu sebesar 0,95, namun tidak diikuti Tahun 2006 yang justru rumput laut tidak diproduksi pada tahun tersebut. y = -16,235x + 86,932
180 160 140
LQ
120 100 80 60 40 20 0 -20
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
-40 Tahun
Gambar 20. Trend LQ rumput laut di Kabupaten Sukabumi, Tahun 2000-2006
71
Berdasarkan analisis trend LQ pada Gambar 20, dapat terlihat bahwa produksi rumput laut cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini ditunjukkan dari garis trend yang cenderung menurun dari Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2006. Trend LQ rumput laut tersebut menunjukkan bahwa produksi rumput laut di Kabupaten Sukabumi selama 7 tahun mengalami penurunan. Hal ini mungkin disebabkan oleh alat tangkap yang digunakan untuk mengumpulkan rumput laut belum begitu berkembang di Kabupaten Sukabumi. Selain itu, masyarakat Kabupaten Sukabumi saat ini lebih memilih membudidayakan rumput laut sehingga data produksinya tidak masuk ke dalam aktivitas penangkapan melainkan ke subsektor budidaya. Untuk mengetahui mana yang menjadi komoditas unggulan diantara ketiga jenis komoditas tersebut, maka dilakukan skoring terhadap ketiganya. Dari hasil skoring diperoleh bahwa komoditas unggulan adalah kelompok udang. Hasil skoring secara lebih rinci disajikan pada Tabel 31.
Tabel 31. Penentuan ikan unggulan kelompok udang, cumi-cumi dan rumput laut No.
Jenis Ikan
1 Udang 2 Cumi-cumi 3 Rumput Laut Sumber : Data Diolah
Bobot LQ
Pertumbuhan LQ
Total Bobot
3 1 3
2 3 1
5 4 4
Keterangan Unggulan Unggulan Unggulan
Berdasarkan Tabel 31, diketahui bahwa seluruhnya menjadi komoditas unggulan. hal ini dapat dibuktikan dengan nilai LQ lebih dari satu dan hal itu menunjukkan bahwa udang menjadi sektor basis di Kabupaten Sukabumi, akan tetapi kondisi ini tidak diikuti oleh perkembangan produksinya yang cenderung tetap dari tahun ke tahun. Untuk itu perlu menjadi perhatian bagi pemerintah Kabupaten Sukabumi agar dapat meningkatkan produksi udang terutama dengan cara mengembangkan alat tangkap yang ada. Teknologi penangkapan yang dimiliki oleh nelayan kabupaten Sukabumi memang masih sangat terbatas. Oleh karena itu perlu adanya program bantuan dari pemerintah untuk meningkatkan teknologi penangkapan
72
khususnya alat untuk menangkap udang seperti pukat kantong dan jaring insang. Dengan adanya program peningkatan kualitas alat tangkap tersebut maka diharapkan dapat meningkatkan kualitas hasil tangkapan khususnya udang sehingga dapat menjadi sektor yang mampu menyumbang bagi pendapatan wilayah Kabupaten Sukabumi.
73