5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Teknik Reparasi di Galangan Kapal KPNDP 5.1.1 Tata cara pelayanan reparasi Proses reparasi di lingkungan UPT BTPI Muara Angke terdiri atas administrasi perizinan dan proses reparasi kapal.
Pemilik kapal yang telah
melakukan reparasi mendapat Surat Keterangan Naik Dok (SKND) dari galangan kapal. SKND tersebut menjadi persyaratan untuk memperpanjang pas tahunan. Contoh Surat Keterangan Naik Dok (SKND) dapat dilihat pada Lampiran 3. Waktu yang dibutuhkan untuk reparasi adalah tiga sampai lima belas hari, bahkan dapat mencapai satu bulan terhitung dari proses penaikkan sampai penurunan kapal tergantung dari kerusakan yang dialami kapal. Perincian waktu reparasi kapal disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Waktu pelayanan reparasi kapal di galangan kapal KPNDP No
Kegiatan
Waktu
1
Permohonan naik dok
1 hari
2
Surat persetujuan naik dok
1 hari
3
Reparasi kapal di atas dok
Ringan : 3 hari Berat : 15 hari
4
Surat Keterangan Naik Dok
1 hari
Tahapan administrasi dalam kegiatan reparasi adalah sebagai berikut: 1) Pengurus atau pemilik kapal melapor ke pos terpadu dengan membawa: a. Surat Penangkapan Ikan (SPI); b. Ijin Usaha Penangkapan Ikan (IUP); dan c. Pas Tahunan Kapal. 2) Pos terpadu mengeluarkan surat pengantar doking sebanyak dua lembar; 3) Pengurus atau pemilik kapal menyerahkan surat pengantar doking yang asli ke UPT BTPI sedangkan fotokopinya dibawa ke galangan kapal yang dituju; 4) Pemilik galangan mengajukan permohonan persetujuan naik dok kepada UPT BTPI dengan melampirkan surat-surat kapal;
41
5) UPT BTPI mengeluarkan surat persetujuan naik dok dengan ketentuan wajib membayar retribusi alur maupun fasilitas sesuai dengan PERDA No.1 tahun 2006 tentang Retribusi Daerah, atau disesuaikan dengan Peraturan Daerah yang berlaku; 6) Setelah selesai reparasi, pemilik atau pengurus kapal membawa fotokopi surat pengantar doking yang sudah diketahui oleh galangan kapal ke UPT BTPI untuk memperoleh surat keterangan selesai doking; dan 7) Pengurus atau pemilik membawa surat keterangan doking kembali ke pos terpadu untuk memperoleh surat izin berlayar. Secara sistematis, tahapan administrasi reparasi kapal di lingkungan UPT BTPI disajikan pada Gambar 7.
Sumber: UPT BTPI Muara Angke, 2008
Gambar 7 Tata cara pelayanan reparasi di UPT BTPI.
42
5.1.2 Tahapan reparasi kapal Reparasi tiap kapal berbeda-beda tergantung dari kerusakan yang dialami oleh kapal.
Proses reparasi di galangan kapal KPNDP terdiri atas dua jenis
reparasi, yaitu reparasi ringan dan reparasi berat.
Reparasi ringan biasanya
dilakukan untuk memperbaiki kapal yang mengalami kerusakan ringan. Prosesproses dalam reparasi ringan diantaranya adalah: penambalan pada bagian-bagian yang rusak, penambalan ke rongga antar papan dengan memasukan serat goni (mak’jun), penggantian paku, pendempulan, pengecatan. Reparasi berat biasanya dilakukan untuk mengganti bagian konstruksi kapal yang mengalami kerusakan berat. Proses-proses dalam reparasi berat diantaranya adalah: penggantian lunas, gading-gading, papan lambung kapal, linggi haluan, dan linggi buritan. Kapal dengan bobot di bawah 30 GT dan akan melakukan reparasi berat diletakkan di bagian depan karena membutuhkan waktu reparasi yang lebih lama dibandingkan dengan kapal yang melakukan reparasi ringan.
Hal ini dilakukan agar tidak
mengganggu antrian kapal yang akan melakukan reparasi. Secara umum kegiatan reparasi kapal di galangan kapal KPNDP dilakukan dalam delapan tahapan kegiatan yang terdiri atas: persiapan, pemeriksaan, pembersihan, penggantian kayu yang rusak berat, pemakalan, pembakaran, pendempulan, dan pengecatan. Tahapan reparasi disajikan pada Gambar 8.
43
Persiapan
Reparasi ringan
Pemeriksaan
Reparasi berat
Pembersihan
Pembersihan
Pemakalan
Penggantian kayu yang rusak berat (pecah, retak, lapuk)
Pembakaran Pemakalan Pendempulan Pembakaran Pengecatan
Ya Proses Laminasi Pendempulan
Tidak Pelapisan Fiber Pendempulan
Pengecatan Selesai (kapal siap diturunkan)
Gambar 8 Diagram alir proses reparasi kapal kayu di galangan kapal KPNDP.
44
Deskripsi setiap tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Persiapan Proses persiapan dilakukan dengan mempersiapkan kapal dan alat yang akan digunakan untuk menarik kapal. Hal ini bertujuan untuk memperlancar proses penarikan kapal. Langkah awal untuk melakukan reparasi kapal yaitu mempersiapkan kapal yang akan di reparasi dengan menaikkan kapal di atas kereta luncur (lori) yang terdapat pada slipway.
Proses persiapan ini
membutuhkan beberapa komponen untuk menaikan kapal ke atas landasan tarik (slipway). Komponen yang dibutuhkan dalam proses penaikkan kapal yaitu: a. Mesin penarik (Yanmar 4TDGEC 4 silinder 52 PK); b. Winch; c. Sling; d. Lori; e. Loper; f. Rantai (penghubung antar lori); dan g. Klem sling. Gambar peralatan yang digunakan untuk menaikan kapal ke atas slipway disajikan pada Gambar 9. Bantalan
Rantai
Lori
Gambar 9 Peralatan yang digunakan untuk menaikkan kapal ke atas slipway.
45
Mesin
Klem sling
Winch
Loper
Sling
Gambar 9 Lanjutan. Sebelum dinaikkan ke atas slipway posisi kapal tidak boleh miring, tangkitangki perbekalan dalam keadaan kosong, dan perlengkapan kapal yang mudah bergerak diturunkan dari kapal. Pengosongan perbekalan melaut dimaksudkan untuk mengurangi beban dan menghindari terjadinya kecelakaan pada waktu reparasi. Langkah selanjutnya adalah persiapan landasan tarik (slipway) dengan kereta peluncur (lori) dan bantalan untuk menaikkan kapal ke atas galangan. Sebelumnya juru selam masuk ke dalam air untuk memeriksa landasan tarik dan memastikan tidak ada sesuatu yang dapat mengakibatkan kereta luncur macet. Setelah itu, juru selam memasang loper ke lori di dalam air. Kapal diposisikan tegak lurus dengan lori dan dinaikkan ke atas lori sesuai ukurannya. Sebagai contoh, apabila kapal yang akan dinaikkan memiliki length over all (LOA) 13 meter, maka jarak linggi lunas ke lori sebesar 0,5 meter dengan jarak antara lori depan dan belakang sebesar 5 meter dan disesuaikan dengan panjang kapal. Pengukuran ini didapatkan berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari pekerja galangan. Ilustrasi posisi kapal di atas slipway disajikan pada Gambar 10.
46
13 m
5m
0,5 m
Gambar 10 Posisi kapal di atas slipway. Bagian haluan kapal diposisikan pada lori bagian depan. Lunas harus berada tepat di titik tengah lori depan agar kapal tidak terguling saat naik ke atas slipway. Ketika posisi lunas sudah tepat di tengah lori depan, kapal ditarik menggunakan mesin penarik, dan berhenti pada saat lori depan (bagian haluan) berada di atas permukaan air. Selanjutnya dilakukan pengganjalan antara badan kapal dengan lori bagian depan agar posisi kapal tidak miring, kemudian kapal ditarik lagi sampai bagian buritan kapal kandas pada lori belakang, tepat di tengah lori. Setelah itu, dilakukan pengganjalan kembali antara sisi kiri kanan badan kapal dengan lori bagian belakang, kapal ditarik lagi sampai keseluruhan badan kapal berada di atas permukaan air. Kapal besar atau kapal yang memiliki bobot diatas 30 GT membutuhkan tiga buah lori, satu lori untuk bagian haluan dan dua lori untuk bagian buritan kapal. Penarikan kapal dihentikan dan kereta luncur (lori) dikunci setelah kapal berada di atas slipway. Posisi pengganjal diperbaiki dan ditambah balok penyangga samping yang dipasang pada lambung kanan dan kiri kapal.
Pengganjalan ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan kapal dan
menjaga keselamatan pekerja selama melakukan reparasi.
47
2) Pemeriksaan Pemeriksaan dilakukan dengan teliti terhadap konstruksi kapal secara menyeluruh. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi dan tingkat kerusakan konstruksi kapal baik di atas maupun di bawah garis air. Hasil pemeriksaan ini dijadikan dasar untuk tindakan reparasi lebih lanjut dan menentukan kapal masuk dalam reparasi ringan atau reparasi berat. Blangko pemeriksaan atau pengecekan kapal dapat dilihat pada Lampiran 4. 3) Pembersihan Proses pembersihan dilakukan dengan membersihkan badan kapal dari binatang yang menempel dengan menggunakan alat.
Pembersihan bertujuan
untuk membersihkan badan kapal dari binatang laut, tumbuhan laut yang menempel dan sisa cat yang sudah rusak. Bagian-bagian kapal yang mengalami kerusakan akan terlihat ketika kapal sudah dalam keadaan bersih. Peralatan yang digunakan untuk proses pembersihan terdiri atas: sekrap (sekop kecil), sapu ijuk, sikat baja, sikat kuningan, dan gerinda mesin. Peralatan yang digunakan dalam aktivitas pembersihan kapal disajikan pada Gambar 11. Sekrap
Sikat kawat baja
Gerinda mesin
Gambar 11 Aktivitas dan peralatan yang digunakan pada saat pembersihan.
48
Sekrap digunakan untuk menyekrap atau membersihkan bagian-bagian yang berkarat, berteritip, atau untuk merontokkan cat-cat lama yang sudah rusak. Sapu ijuk digunakan untuk menyikat bagian-bagian tertentu yang tidak terjangkau dengan tangan. Sikat kawat baja digunakan untuk membersihkan bagian-bagian kapal yang berkarat. Sikat kuningan digunakan untuk menyikat bagian-bagian yang halus, misalnya as, baut kuningan, atau bagian-bagian yang lebih lunak dibandingkan dengan bahan baja. Gerinda mesin digunakan untuk membersihkan kapal dari teritip yang menempel pada kulit atau badan kapal. 4) Penggantian kayu pada reparasi berat Kapal yang mengalami kerusakan berat seperti kerusakan badan kapal, akan dilakukan reparasi berat. Pada reparasi berat biasanya dilakukan penggantian kayu pada bagian-bagian tertentu kapal seperti penggantian lunas, gading-gading, papan lambung kapal, linggi haluan, linggi buritan, dan pondasi mesin. Proses ini terdiri atas beberapa jenis operasi, diantaranya adalah: a. Pemotongan; dilakukan untuk memotong kayu atau papan yang rusak atau rapuh dengan menggunakan gergaji; b. Pembengkokkan; dilakukan untuk membengkokkan papan yang digunakan untuk mengganti papan pada lambung kapal.
Sebelum dilakukan
pembengkokkan, dibuat pola menggunakan mal lengkung agar hasil pembengkokkan sesuai dengan yang dibutuhkan; dan c. Penekanan/pendesakan; jenis operasi ini biasanya dilakukan pada saat proses penggantian papan lambung kapal.
Gambar 12 Penggantian kayu pada lambung kapal.
49
5) Pemakalan Pemakalan dilakukan dengan cara memasukkan serat goni (mak’jun) ke dalam celah-celah papan, baik papan lambung maupun papan geladak. Bersamaan dengan proses ini juga dilakukan penggantian paku yang sudah aus. Penggantian paku dilakukan dengan memaku tepat disamping bagian paku yang sudah aus atau membuat lubang yang baru. Pemasangan paku baru pada badan kapal, harus tembus ke gading-gading kapal. Jika lubang terlalu lebar, maka mak’jun dapat dililitkan pada paku untuk memperkecil rongga di sekitar paku. Proses pakal bermanfaat untuk menutup sambungan antar papan dan mengganti paku yang sudah aus. Alat dan bahan yang digunakan dalam proses pemakalan adalah sebagai berikut: a. Martil; digunakan untuk memasang paku baru pada badan kapal dan mengangkat bagian yang berkarat pada kapal; b. Pahat besi; digunakan untuk memasang pakal atau mak’jun pada sela-sela sambungan kayu geladak atau lambung; c. Mak’jun; digunakan untuk mengisi celah antar papan serta melilitkan paku yang digunakan untuk mengganti paku yang sudah aus; dan d. Bor listrik; digunakan untuk melubangi badan kapal sebagai tempat paku baru yang akan digunakan. Alat dan bahan yang digunakan pada proses pemakalan disajikan pada Gambar 13.
Pahat
Bor listrik
Gambar 13 Alat dan bahan pada aktivitas pemakalan.
50
Martil
Mak’jun
Paku
Gambar 13 Lanjutan. 6) Pembakaran Proses ini dilakukan untuk membakar teritip, lumut dan binatang laut lainnya yang masih menempel dan tersisa pada lambung kapal. Sekeliling kulit pada lambung kapal di bakar secara perlahan sampai binatang yang menempel terlepas atau mati. Manfaat dari proses pembakaran ini adalah untuk mematikan kutu kayu (teritip) dan menghilangkan lumut yang masih menempel pada badan kapal. Pembakaran menggunakan daun kelapa yang sudah kering atau karung yang direndam minyak tanah atau solar yang disambungkan ke pipa besi (untuk sepuluh karung membutuhkan dua puluh liter solar). Selain dengan menggunakan alat tersebut, proses pembakaran juga bisa menggunakan pipa yang dihubungkan ke tabung gas. Aktivitas pembakaran disajikan pada Gambar 14.
Gambar 14 Aktivitas pembakaran permukaan kayu pada badan kapal.
51
7) Pendempulan Bagian-bagian yang telah dipakal selanjutnya dilapisi dengan dempul. Pendempulan pada bagian yang mengalami kerusakan ringan dilakukan dengan menggunakan serbuk dempul yang dicampur dengan solar secukupnya. Sedangkan pendempulan pada bagian yang mengalami kerusakan berat menggunakan campuran semen putih dan lem kayu karena campuran tersebut memiliki daya rekat yang lebih tinggi. Tujuan dari proses pendempulan ini adalah untuk meratakan permukaan kayu dan mendapatkan hasil kerja yang lebih rata dan rapi. Aktivitas pendempulan disajikan pada Gambar 15.
Gambar 15 Aktivitas pendempulan pada badan kapal. Setelah proses ini selesai, apabila pemilik kapal menginginkan kapalnya tersebut melakukan proses laminasi maka kapal-kapal tersebut dilaminasi. Laminasi dilakukan dengan melapisi badan atau lambung kapal menggunakan fiber. Pelapisan ini dimaksudkan untuk menambah kekuatan kulit atau lambung kapal dari korosi air laut dan melindungi kulit kapal dari binatang yang menempel pada badan kapal yang dapat merusak kulit kapal. Proses laminasi ini dapat menambah biaya dan waktu perbaikan kapal, sehingga hanya sebagian kapal saja yang melakukan proses laminasi. Biasanya kapal yang dilaminasi adalah kapal berbobot di atas 30 GT dan kapal yang melakukan reparasi berat. Aktivitas laminasi disajikan pada Gambar 16.
52
Gambar 16 Aktivitas laminasi pada badan kapal. 8) Pengecatan Permukaan konstruksi kapal yang sudah bersih dapat segera dilakukan pengecatan. Proses pengecatan bertujuan untuk melapisi dan menjaga agar papan tidak tembus air serta untuk memberi dasar dan perlindungan terhadap kulit kapal dari korosi air laut dan penimbunan jasad laut. Alat yang digunakan dalam proses pengecatan yaitu kuas cat dan kuas rol. Prosedur dalam proses pengecatan adalah sebagai berikut: a. Cat yang digunakan khusus untuk kapal (marine paint); b. Cat dasar berupa meni (anti karat); Lapisan pertama untuk 1 liter cat kayu dapat digunakan untuk pengecatan seluas kurang lebih 4 m2, untuk lapisan kedua setiap 1 liter cat dapat digunakan mengecat permukaan seluas kurang lebih 7 m2. c. Cat pelindung; Cat ini dikenal dengan nama cat protektif (protective paint). Seperti halnya cat meni pengecatan ini pun menggunakan warna lain, sehingga memperoleh kepastian agar permukaan yang sudah dicat meni telah tertutup oleh cat pelindung ini. d. Cat anti fouling; dan Cat ini mempunyai formula khusus agar teritip tidak menempel, sehingga tepat digunakan pada bagian konstruksi di bawah garis air. e. Cat luar Cat luar dikenal dengan cat top side, digunakan untuk menutup konstruksi kapal yang sudah dicat dengan cat pelindung.
53
Kuas rol
Gambar 17 Aktivitas pengecatan pada badan kapal. Berakhirnya proses pengecatan, berarti proses reparasi kapal sudah selesai. Kapal siap diluncurkan untuk beroperasi kembali. Namun sebelumnya pemilik kapal harus mengurus proses administrasi. Pemilik atau pengurus kapal dapat mengambil Surat Keterangan Naik Dok (SKND) dari UPT BTPI. Persyaratan administrasi untuk memperoleh SKND, sebagai berikut: 1) Fotokopi surat-surat kapal (IUP, SPI, Pas tahunan) Tujuan dilampirkannya fotokopi surat-surat kapal adalah: a. Untuk menentukan besarnya retribusi alur dan fasilitas; b. Untuk mengetahui bahwa kapal tersebut tidak bermasalah; c. Untuk pendataan kapal yang melakukan kegiatan reparasi; d. Untuk membantu mengingatkan para pemilik atau pengurus kapal agar segera memperpanjang surat-surat kapalnya apabila masa berlaku suratsurat kapal tersebut sudah habis; dan e. Arsip. 2) Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan Kapal (STBLK) 3) Surat Pengantar Doking 5.2 Tingkat Teknologi di Galangan Kapal KPNDP Penentuan tingkat teknologi di galangan kapal KPNDP menggunakan metode scoring berdasarkan penilaian subyektif terhadap kriteria komponen technoware, humanware, infoware, dan orgaware. Kemudian untuk selanjutnya barulah dihitung nilai kontribusi masing-masing komponen menggunakan model teknometrik.
Model teknometrik digunakan untuk menghitung nilai TCC
54
(technology contribution coefficient). Nilai TCC merupakan nilai total kontribusi keempat komponen teknologi dalam proses transformasi di galangan kapal KPNDP. Terdapat lima langkah untuk mengestimasi nilai TCC. 5.2.1 Estimasi derajat kecanggihan Penilaian hasil estimasi derajat kecenggihan mengacu pada Tabel 3. Berdasarkan hasil penilaian derajat kecanggihan diperoleh nilai pada masingmasing komponen seperti terlihat pada Tabel 17. Tabel 17 Penilaian batas bawah dan batas atas komponen teknologi Limit Komponen
Lower
Upper
Technoware
1
4
Humanware
1
7
Infoware
1
6
Orgaware
2
4
Berdasarkan tinjauan di lapangan, diketahui bahwa fasilitas produksi di galangan yang terkait dengan komponen technoware terdiri dari fasilitas manual (manual facilities), dan fasilitas tenaga penggerak (power facilities). Mengacu pada Tabel 3 maka nilai derajat kecanggihan komponen technoware galangan kapal KPNDP berada pada batas bawah 1 dan batas atas 4. Ini menunjukkan bahwa meskipun fasilitas galangan telah menggunakan tenaga penggerak, akan tetapi masih terdapat fasilitas galangan yang dioperasikan secara manual. Fasilitas yang sudah menggunakan tenaga penggerak diantaranya adalah mesin penarik, bor listrik, gergaji listrik, gerinda mesin, mesin las, genset dan kompressor.
Fasilitas transformasi yang masih menggunakan tenaga manual
adalah fasilitas yang digunakan dalam proses skrap, pengecatan dan pemakalan seperti alat skrap, kuas cat dan palu. Terdapat keragaman kemampuan pada komponen teknologi humanware. Komponen humanware pada galangan memiliki kemampuan mengoperasikan (operating abilities), kemampuan memasang (setting-up abilities), kemampuan mereparasi (repairing abilities), kemampuan reproduksi (reproducing abilities), dan kemampuan mengadaptasi (adaptation abilities). Mengacu pada Tabel 3
55
maka nilai derajat kecanggihan komponen humanware galangan kapal KPNDP berada pada batas bawah 1 dan batas atas 7.
Hal ini menunjukan bahwa
kemampuan yang dimiliki oleh pekerja sudah sampai pada kemampuan mengadaptasi. Walaupun tidak semua pekerja memiliki kemampuan tersebut. Para pekerja yang memiliki kemampuan sampai batas merawat/mereparasi fasilitas galangan yaitu sekitar 64,7 %. Dengan tingkat pendidikan menengah ke bawah, kemampuan ini mereka miliki berdasarkan atas pengalaman mereka selama bekerja.
Selain itu pekerja yang sudah sampai batas kemampuan
reproduksi, sekitar 17,6 %.
Kemampuan tersebut didapat berdasarkan
pengalaman dan tingkat pendidikan yang mereka tempuh.
Kemampuan
mengadaptasi dimiliki oleh beberapa orang yang bekerja di galangan, kemampuan tersebut berdasarkan atas tingkat pendidikan yang sudah ditempuh. Kemampuan mengadaptasi dimiliki oleh manajer galangan, staft administrasi, dan koordinator lapangan. Kemampuan mengadaptasi sangat dibutuhkan dalam sebuah proses transformasi sehingga galangan dapat mengaplikasikan teknik baru untuk proses transformasi yang lebih baik. Berdasarkan tinjauan di lapangan terhadap komponen infoware diketahui bahwa pada galangan tersebut terdapat fakta pengenalan, fakta penguraian, fakta pengkhususan, dan fakta penggunaan. Mengacu pada Tabel 3 maka nilai derajat kecanggihan komponen infoware pada galangan tersebut berada pada batas bawah 1 dan batas atas 6. Hal ini menunjukkan bahwa galangan kapal KPNDP sudah dalam tahap kemampuan menggali informasi untuk penggunaan fasilitas secara efektif dengan pemahaman yang baik karena cukup tersedianya informasi di dalam perusahaan. Berdasarkan tinjauan di lapangan terhadap komponen orgaware diketahui kerangka kerja di galangan kapal KPNDP merupakan kerangka kerja ikatan. Mengacu pada tabel kriteria pemberian skor derajat kecanggihan maka nilai derajat kecanggihan komponen orgaware pada galangan tersebut berada pada batas bawah 2 dan batas atas 4. Hal ini menunjukkan adanya kerangka kerja ikatan galangan kapal KPNDP dengan KPNDP pusat, sehingga perizinan untuk pendanaan kegiatan operasional galangan dan peningkatan fasilitas produksi
56
membutuhkan persetujuan dari KPNDP pusat. Galangan kapal KPNDP wajib melaporkan peningkatan usaha dan produktivitas galangan kepada KPNDP pusat. Jika dilihat dari penilaian batas atas (upper limit) dan batas bawah (lower limit) di atas. Maka rentang nilai terbesar diperoleh oleh komponen humanware dan infoware. Rentang nilai yang besar tersebut menunjukkan variasi yang tinggi pada kemampuan sumberdaya manusia yang ada di galangan dan galangan KPNDP sudah mampu menggali informasi untuk penggunaan fasilitas secara efektif. Komponen technoware dan komponen orgaware memiliki rentang nilai yang paling kecil di antara keempat komponen teknologi.
Hal tersebut
dikarenakan fasilitas yang dimiliki oleh galangan belum didukung oleh fasilitas mutakhir yang dapat melancarkan kegiatan di galangan. Selain itu organisasi atau kelembagaan galangan kapal KPNDP masih bergantung kepada KPNDP pusat, baik dalam perizinan maupun dalam hal pendanaan. Hal ini disebabkan, tidak adanya kerjasama dengan pemasok maupun dengan pihak lain yang mampu melancarkan kegiatan di galangan, dalam hal ini peningkatan fasilitas dan pemasokan bahan baku untuk kegiatan reparasi kapal. 5.2.2 Pengkajian state of the art (SOTA) Berdasarkan hasil kuisioner diperoleh nilai state of the art pada masingmasing
komponen
technoware,
humanware,
infoware,
dan
orgaware,
sebagaimana terlihat pada Tabel 18, 19, 20 dan 21. Hasil kuisioner yang lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 5. Dapat dilihat pada tabel matriks hasil penilaian kriteria komponen technoware (Tabel 18), menunjukkan bahwa kriteria komponen technoware yang tertinggi terdapat pada kriteria keahlian teknis operator yang dibutuhkan untuk mengoperasikan mesin. Kriteria tersebut mencapai spesifikasi tertinggi dengan nilai 9. Hal ini menunjukkan bahwa para pekerja di galangan kapal KPNDP dapat mengoperasikan mesin dengan baik.
Sedangkan spesifikasi terendah terdapat
pada kriteria pengukuran pada setiap pekerjaan dengan nilai 2. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pengukuran dan perencanaan kerja pada galangan masih sederhana, tidak menggunakan pengukuran dan perencanaan yang kompleks serta terkomputerisasi. Hal inilah yang diduga menjadi sebab masih adanya timbul kesalahan pada saat pengerjaan.
57
Tabel 18 Matriks hasil penilaian kriteria komponen technoware No Kriteria Komponen Technoware 1 Tipe mesin yang digunakan 2 Tipe proses yang diterapkan
3
4 5
6
7 8 9
Tipe operasi yang diselenggarakan
Rata-rata kesalahan yang terjadi pada saat reparasi kapal Frekuensi untuk perawatan mesin
Keahlian teknis operator yang dibutuhkan untuk mengoperasikan mesin Pemeriksaan pada setiap pekerjaan Pengukuran pada setiap pekerjaan Tingkat keselamatan dan keamanan kerja Jumlah Rata-rata SOTA
Keterangan Mekanik Kombinasi lebih dari satu operasi berbeda pada suatu pekerjaan Pemotongan, pembengkokkan, penggambaran, dan penekanan < 2% Tidak secara rutin, namun tujuannya preventif Hampir semua mesin tidak perlu keahlian teknis Pemeriksaan manual Sederhana dan sketsa tangan Cukup aman
Skor 5,00 7,50
7,50
7,50 7,50
9,00 5,00 2,00 7,50 58,50 6,50 0,650
Skor rata-rata dari seluruh kriteria komponen technoware sebesar 6,50 menunjukkan bahwa kriteria-kriteria komponen technoware memiliki skor yang cukup tinggi. Sebanyak 66,7 % kriteria komponen technoware berada di atas nilai rata-rata. Faktor-faktor yang menyebabkan skor tersebut cukup tinggi adalah kemudahan mengoperasikan mesin, tipe proses yang diterapkan, tipe operasi yang diselenggarakan, kesalahan pada saat reparasi kapal, frekuensi untuk perawatan mesin, serta tingkat keselamatan dan keamanan kerja yang lebih tinggi daripada nilai rata-rata. Kriteria yang berada di bawah nilai rata-rata yaitu tipe mesin yang digunakan, pemeriksaan pada setiap pekerjaan, dan pengukuran pada setiap pekerjaan. Tipe mesin utama yang digunakan di galangan adalah mesin yang dioperasikan secara mekanik, yaitu mesin penarik Yanmar 4TDGEC 4 silinder 52 PK.
Mesin tersebut digunakan untuk menaikkan kapal ke atas slipway dan
58
menurunkan kapal dari slipway. Seluruh proses reparasi dilakukan di galangan kapal KPNDP dengan kombinasi lebih dari satu operasi berbeda pada suatu pekerjaan, sehingga dalam melakukan suatu operasi tidak harus menunggu operasi yang lainnya selesai. Jika dilihat dari rata-rata kesalahan dalam proses reparasi, kesalahan tersebut sangat jarang terjadi. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata kesalahan yang terjadi kurang dari 2%. Kesalahan tersebut berupa kebocoran kapal setelah selesai direparasi.
Frekuensi untuk perawatan mesin ada yang
dilakukan secara periodik dan ada yang dirawat tidak secara periodik. Tujuan dari perawatan ini adalah untuk menghindari terjadinya kerusakan mesin. Jika dilihat dari keahlian teknis operator yang dibutuhkan dalam mengoperasikan mesin, maka kriteria tersebut mendapat nilai yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan hampir semua pekerja di galangan mampu mengoperasikan mesin dengan baik. Pemeriksaan yang dilakukan pada setiap pekerjaan dilakukan secara manual oleh koordinator lapangan. Berdasarkan ketetapan yang sudah diberlakukan oleh galangan kapal KPNDP, tingkat keselamatan dan keamanan kerja yang sudah cukup aman. Akan tetapi tidak semua pekerja di galangan memakai semua alat keselamatan kerja, seperti: helm, sarung tangan, sepatu boot, wearpack dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan masih kurangnya tingkat kesadaran para pekerja dalam pentingnya alat keselamatan. Salah satu kecelakaan yang pernah terjadi seperti tergulingnya kapal, sling terputus yg mengakibatkan tembok rusak dan dapat membahayakan pekerja. Kriteria pada komponen technoware masih mempunyai nilai yang masih rendah. Upaya untuk meningkatkan nilai pada kriteria tersebut dapat dilakukan dengan cara otomatisasi mesin-mesin yang digunakan dalam proses transformasi. Hal ini berhubungan dengan investasi yang dimiliki oleh galangan harus ditingkatkan. Selain itu galangan harus meningkatkan kompleksitas pada tingkat pemeriksaan dan pengukuran kerja. Salah satu fasilitas yang harus dimiliki oleh galangan yaitu dengan penyediaan komputer sebagai sarana untuk dapat meningkatkan
pemeriksaan dan pengukuran pekerjaan lebih terkomputerisasi.
Namun tetap disesuaikan dengan kemampuan sumberdaya yang ada.
59
Tabel 19 Matriks hasil penilaian kriteria komponen humanware No Kriteria Komponen Humanware 1 Kesadaran dalam tugas Kesadaran kedisiplinan dan tanggung 2 jawab Kreativitas dan inovasi dalam 3 menyelesaikan masalah Kemampuan memelihara fasilitas 4 produksi 5 Kesadaran bekerja dalam kelompok Kemampuan untuk memenuhi tanggal 6 jatuh tempo Kemampuan untuk menyelesaikan 7 masalah perusahaan 8 Kemampuan bekerja sama 9 Kepemimpinan Jumlah Rata-rata SOTA
Keterangan Cukup tinggi
Skor 7,50
Tinggi
8,00
Cukup tinggi
7,00
Rata-rata
6,00
Sangat tinggi
10,00
Sangat tinggi
9,00
Rata-rata
6,00
Tinggi Tinggi
8,00 8,00 69,5 7,72 0,772
Tabel di atas menunjukkan hasil skoring dari kriteria komponen humanware. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa kesadaran bekerja dalam kelompok mendapat skor tertinggi sebesar 10. Nilai ini menunjukkan bahwa kesadaran karyawan galangan kapal KPNDP dalam bekerja secara kelompok sangat tinggi.
Hal ini terlihat dari kecenderungan mereka
menyelesaikan pekerjaan dan masalah-masalah pada saat melakukan pekerjaan secara bersama-sama. Kriteria kemampuan memelihara fasilitas produksi dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah perusahaan merupakan kriteria yang mendapat skor terendah sebesar 6. Skor tersebut menunjukkan bahwa kemampuan karyawan masih rata-rata dalam menyelesaikan masalah perusahaan.
Hanya beberapa
karyawan yang memiliki kemampuan cukup tinggi untuk kriteria tersebut. Skor rata-rata untuk seluruh kriteria komponen humanware sebesar 7,72 menunjukkan bahwa kemampuan sumberdaya manusia di galangan kapal KPNDP tinggi. Dari kriteria komponen humanware, sebanyak 7 kriteria memiliki nilai di atas rata-rata sebesar 77,8 %. Faktor-faktor yang menyebabkan skor tersebut tinggi adalah kesadaran kedisiplinan dan tanggung jawab, kesadaran bekerja dalam kelompok, kemampuan untuk memenuhi tanggal jatuh tempo, kemampuan
60
bekerjasama, kepemimpinan yang berada di atas skor rata-rata, serta sumberdaya manusia di galangan kapal KPNDP sudah mampu berfikir kritis terhadap lingkungan kerjanya dan memiliki kesadaran tinggi terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Kriteria yang berada di bawah skor rata-rata yaitu kesadaran dalam tugas, kreativitas dan inovasi dalam menyelesaikan masalah, kemampuan karyawan memelihara fasilitas produksi, serta kemampuan untuk menyelesaikan masalah perusahaan. Nilai-nilai pada komponen humanware masih memungkinkan untuk ditingkatkan lagi. Upaya untuk meningkatan nilai pada kriteria-kriteria tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan sumberdaya manusia seperti meningkatkan intensitas pelatihan soft skill agar para pekerja mampu berfikir lebih kritis serta mengadakan pelatihan penggunaan dan pemeliharaan fasilitas produksi.
Pelatihan-pelatihan tesebut berguna untuk meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia yang ada. Tabel 20 Matriks hasil penilaian kriteria komponen infoware No 1
2
3 4 5 6
Kriteria Komponen Infoware Bentang informasi manajemen
Perusahaan menginformasikan masalah dan kondisi internal dengan segera pada karyawan di dalam perusahaan Jaringan informasi di dalam perusahaan Prosedur untuk komunikasi antar anggota di perusahaan Sistem informasi perusahaan untuk mendukung aktivitas perusahaan Penyimpanan dan pengambilan informasi kembali
Jumlah Rata-rata SOTA
Keterangan Bentang informasi tidak termasuk perusahaan eksternal Selalu
Skor 0,00
10,00 offline Mudah dan transparan Akses nasional
0,00 10,00
Data tersimpan dengan rapi tetapi tidak terkomputerisasi
5,00
7.50
32,50 5,42 0,542
Hasil scoring dari kriteria komponen infoware pada tabel di atas menunjukkan bahwa kriteria perusahaan menginformasikan masalah dan kondisi internal dengan segera pada karyawan di dalam perusahaan serta kriteria prosedur
61
untuk komunikasi antar anggota di perusahaan sistem informasi perusahaan untuk mendukung aktivitas perusahaan mendapat skor tertinggi yaitu 10.
Skor ini
menunjukkan bahwa galangan kapal KPNDP selalu menginformasikan masalah dan kondisi internal dengan segera kepada karyawan serta prosedur untuk komunikasi antar anggota mudah dan transparan.
Kriteria bentang informasi
manajemen dan jaringan komunikasi di perusahaan mendapat skor terendah sebesar 0. Hal ini menunjukkan bahwa bentang informasi manajemen di galangan tersebut tidak termasuk galangan di luar galangan kapal KPNDP dan jaringan komunikasi di dalam galangan masih offline. Penyimpanan dan pengambilan data mengenai galangan kapal KPNDP sudah dilakukan dengan baik dan rapi tetapi tidak terkomputerisasi. Skor rata-rata dari seluruh kriteria komponen infoware sebesar 5,42. Nilai tersebut masih rendah dibandingkan dengan skor rata-rata kriteria komponen teknologi lainnya. Berdasarkan Tabel 20, terlihat bahwa 3 kriteria dari 6 kriteria komponen infoware yang memiliki nilai skor di atas rata-rata. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan dengan memperbaiki jaringan informasi di galangan dengan jaringan online, memperluas bentang informasi manajemen serta meningkatkan penyimpanan dan pengambilan data secara terkomputerisasi. Tidak adanya komputer di galangan kapal KPNDP sangat berpengaruh besar terhadap penilaian dan sistem administrasi serta untuk aktivitas hal-hal penting lainnya, sehingga perlu adanya fasilitas komputer pada galangan kapal KPNDP. Matriks
hasil
penilaian
kriteria
komponen
orgaware
(Tabel 21)
menunjukkan bahwa kriteria komponen orgaware yang mempunyai skor tertinggi adalah kriteria visi perusahaan dan kriteria kemampuan perusahaan untuk menjalin hubungan dengan pelanggan sebesar 10. Skor tersebut menunjukkan visi galangan sudah berorientasi pada masa depan dan kemampuan galangan menjalin hubungan dengan pemilik kapal sangat tinggi. Visi dari galangan adalah meningkatkan teknologi di galangan demi mengefisienkan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan reparasi dan untuk mempercepat antrian. Kemampuan menjalin hubungan dengan pelanggan yang sangat tinggi dapat ditunjukkan dengan fakta bahwa kapal-kapal yang melakukan reparasi di galangan kapal KPNDP sangat banyak.
Umumnya kapal-kapal yang menjadi pelanggan di galangan kapal
62
KPNDP berasal dari daerah sekitar galangan, pulau Jawa, bahkan sampai luar pulau.
Kriteria yang mendapat skor terendah adalah kriteria kemampuan
perusahaan untuk membina hubungan dengan supplier dengan skor 0. Hal ini menunjukkan kemampuan galangan untuk menjalin kerjasama dengan supplier sangat rendah, terlihat dari tidak adanya kerjasama galangan dengan supplier dalam hal memasok kebutuhan reparasi kapal.
Hal ini disebabkan yang
berhubungan dengan supplier adalah pemilik kapal. Tabel 21 Matriks hasil penilaian kriteria komponen orgaware No Kriteria Komponen Orgaware 1 Otonomi perusahaan 2
Visi perusahaan
3
Kemampuan perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mengadakan perbaikan dan peningkatan produktivitas Kemampuan perusahaan untuk memotivasi karyawan dengan kepemimpinan yang efektif Kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan bisnis yang berubah dan permintaan eksternal Kemampuan perusahaan untuk bekerjasama dengan supplier Kemampuan perusahaan untuk memelihara hubungan dengan pelanggan
4
5
6 7
8
Kemampuan perusahaan untuk mendapat dukungan sumberdaya dari luar Jumlah Rata-rata SOTA
Keterangan Kebijakan manajemen diatur sendiri Mengorientasi masa depan Rata-rata
Skor 7,50 10,00
5,00 Tinggi 7,50 Rata-rata 5,00 Sangat rendah
0,00
Sangat tinggi 10,00 Rata-rata 5,00 50,00 6,25 0,625
Skor rata-rata dari seluruh kriteria komponen orgaware sebesar 6,25. Mengacu pada nilai rata-rata tersebut, maka sekitar 50 % dari kriteria komponen orgaware masih berada di bawah nilai rata-rata. Nilai tersebut di nilai masih rendah, sehingga perlu dilakukan peningkatan untuk memperbesar nilai rata-rata
63
kriteria komponen orgaware.
Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
mengambil alih pemenuhan kebutuhan material untuk reparasi, sehingga dapat langsung bekerjasama dengan supplier. Dengan demikian, kebutuhan bahan baku untuk mereparasi kapal dapat disediakan tepat waktu dan ada kemudahan dalam proses pembayaran bahan baku tersebut. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah penyesuaian kebijakan di dalam galangan dengan kondisi lingkungan bisnis. 5.2.3 Penentuan kontribusi komponen Penilaian kontribusi setiap komponen diperoleh dengan menggunakan nilai batasan derajat kecanggihan dan rating state of the art. Nilai tersebut didapatkan dengan menggunakan rumus (6), (7), (8), (9).
Nilai kontribusi komponen
teknologi untuk masing-masing komponen terlihat pada Tabel 22.
Hasil
penghitungan kontribusi komponen dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 22 Nilai kontribusi komponen teknologi Komponen
Kontribusi
Technoware
0,328
Humanware
0,626
Infoware
0,412
Orgaware
0,361
Nilai kontribusi komponen technoware sebesar 0,328 menjadi nilai kontribusi yang paling kecil bila dilihat dari pentingnya komponen technoware dalam proses transformasi pada galangan. Penyebab kecilnya nilai kontribusi tersebut karena masih digunakannya fasilitas manual dalam kegiatan reparasi walaupun terdapat fasilitas-fasilitas yang sudah menggunakan tenaga penggerak dan dioperasikan secara mekanik.
Tidak adanya fasilitas komputer sebagai
fasilitas serbaguna berpengaruh terhadap tipe operasi yang diselenggarakan. Nilai kontribusi tertinggi terdapat pada komponen humanware sebesar 0,626.
Hal ini disebabkan karena sumberdaya manusia di galangan tersebut
memiliki loyalitas yang tinggi terhadap tempat kerja.
Loyalitas tersebut
ditunjukkan dengan kepekaan untuk bekerja dengan baik dan mampu untuk
64
memelihara dan merawat fasilitas produksi.
Selain itu, suasana kerja yang
berbasis kekeluargaan dan gotong royong membuat para pekerja mampu bekerja secara kelompok dengan baik. Pekerja yang ada di galangan kapal KPNDP selalu bekerja tepat waktu, karena hampir sebagian besar para pekerja tinggal di mess karyawan yang terdapat di galangan.
Para pekerja sangat menyadari bahwa
bekerja di galangan kapal KPNDP sangat beresiko besar jika terjadi kesalahan sekecil apapun. Oleh karena itu, pentingnya kerja tim yang baik di antara para pekerja galangan. UPT BTPI sering mengadakan pelatihan untuk para pekerja galangan mengenai tata cara reparasi serta management team work. Pelatihanpelatihan tersebut memberikan dampak yang sangat baik terhadap peningkatan kemampuan sumberdaya manusia di galangan. Hal itu terbukti dengan tingginya nilai kontribusi komponen humanware. Nilai kontribusi komponen infoware sebesar 0,412. Nilai yang cukup besar tersebut dikarenakan
pihak
galangan
selalu
menginformasikan masalah
perkembangan galangan kepada karyawannya.
Prosedur komunikasi antar
anggota di galangan mudah dan langsung. Penyimpanan dan pengambilan data rapi. Jaringan informasi di dalam perusahaan masih offline dan informasi manajemen terbatas dalam lingkup UPT BTPI. Namun pada galangan ini perlu adanya fasilitas komputer untuk penyimpanan dan pengambilan data galangan. Nilai kontribusi orgaware sebesar 0,361 menjadi nilai kontribusi yang cukup dikarenakan pihak galangan dapat mengatur sendiri kebijakan manajemen untuk mengembangkan fasilitas galangannya.
Terdapat visi perusahaan yang
mengorientasikan masa depan dengan mengefektifkan teknologi. dinilai mampu untuk memelihara hubungan baik dengan pelanggan.
Galangan Namun
untuk perluasan galangan sendiri sudah tidak bias, disebabkan karena lahan di sekitar galangan sudah tidak ada yang kosong.
Adapun kemampuan untuk
beradaptasi dengan lingkungan bisnis dinilai kurang. Hal ini dikarenakan pihak galangan tidak melakukan promosi untuk menjaring pelanggan. Berdasarkan nilai kontribusi pada setiap komponen di atas, kontribusi komponen teknologi dapat diurutkan sebagai berikut: H > I > O > T. Nilai kontribusi komponen orgaware dan technoware perlu dilakukan peningkatan, yaitu dengan cara pembenahan struktur organisasi, mengkaji ulang kesepakatan
65
kerjasama, membeli fasilitas produksi yang memiliki tenaga penggerak dan halhal lainnya yang dapat meningkatkan nilai kontribusi komponen orgaware dan technoware.
Selain itu, kontribusi komponen humanware dan infoware juga
dapat ditingkatkan dengan terus melaksanakan pelatihan sumberdaya manusia yang dapat meningkatkan kemampuan pekerja di galangan dan pengunaan sistem informasi manajemen sehingga kontribusi komponen humanware dan infoware dapat meningkat. 5.2.4 Pengkajian intensitas kontribusi komponen Penentuan intensitas kontribusi setiap komponen teknologi dilakukan menggunakan Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Prosess).
Nilai
intensitas kontribusi komponen teknologi untuk masing-masing komponen terlihat pada Tabel 23. Hasil penilaian intensitas kontribusi komponen dapat dilihat pada Lampiran 7. Tabel 23 Nilai intensitas kontribusi komponen teknologi Komponen
Intensitas
Technoware
0,399
Humanware
0,304
Infoware
0,082
Orgaware
0,215
Consistency ratio
0,050
Nilai intensitas komponen teknologi memiliki nilai yang berbeda setiap komponennya. Komponen technoware memiliki nilai intensitas terbesar yaitu 0,399 dan nilai intensitas terendah pada komponen infoware sebesar 0,082. Adapun intensitas komponen humanware dan orgaware masing-masing sebesar 0,304 dan 0,215. Penentuan intensitas kontribusi berdasarkan hasil penilaian kepentingan oleh manajer galangan. Bila diurutkan, maka nilai intensitas masingmasing komponen menurut manajer galangan tersebut sebagai berikut: βt > βh > βo > βi. Berdasarkan penilaian manajer galangan, technoware memiliki tingkat kepentingan yang paling tinggi di antara keempat komponen teknologi.
66
Nilai Consistency ratio sebesar 0,05 menunjukkan bahwa penilaian tingkat kepentingan yang dilakukan telah konsisten karena nilai tersebut ≤ 0,1. 5.2.5 Penghitungan TCC Berdasarkan hasil perhitungan estimasi derajat kecanggihan, state of the art, kontribusi komponen dan intensitas kontribusi komponen diperoleh nilai koefisien kontribusi teknologi (technology contribution coefficient) yang disebut TCC, yang disajikan pada Tabel 24. Tabel 24 Hasil penghitungan derajat kecanggihan, pengkajian SOTA, kontribusi komponen, intensitas komponen, dan nilai TCC galangan kapal KPNDP Limit TCC Komponen SOTA Kontribusi Intensitas Lower Upper Technoware
1
4
0,650
0,328
0,399
Humanware
1
7
0,772
0,626
0,304
Infoware
1
6
0,542
0,412
0,082
Orgaware
2
4
0,625
0,361
0,215
0,415
Nilai TCC sebesar 0,415 menunjukkan bahwa tingkat teknologi di galangan kapal KPNDP berada pada tingkat wajar bila dibandingkan dengan Tabel 9. Sedangkan bila dibandingkan dengan Tabel 10 maka dapat dikatakan tingkat teknologi di galangan kapal KPNDP sudah berada pada tingkat semi modern. Pengkajian mengenai nilai TCC pernah dilakukan pada Dok Pembinaan UPT BTPI. Berdasarkan Achmad Fauzan et al. (2009), hasil penilaian TCC pada Dok Pembinaan UPT BTPI disajikan pada Tabel 25. Tabel 25 Hasil penghitungan derajat kecanggihan, pengkajian SOTA, kontribusi komponen, intensitas komponen, dan nilai TCC Dok Pembinaan Limit Komponen SOTA Kontribusi Intensitas TCC Lower Upper Technoware
1
5
0,678
0,412
0,355
Humanware
1
7
0,733
0,600
0,316
Infoware
1
6
0,583
0,435
0,087
Orgaware
2
4
0,563
0,347
0,242
0,447
67
Jika nilai pada Tabel 24 dan Tabel 25 dibandingkan, maka terlihat bahwa nilai TCC galangan kapal KPNDP memiliki nilai yang lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai TCC Dok Pembinaan UPT BTPI yang memiliki nilai TCC 0,447. Nilai-nilai dari komponen TCC (nilai estimasi derajat kecanggihan, state of the art dan kontribusi) pada komponen technoware dan komponen infoware pada Dok Pembinaan UPT BTPI memiliki nilai yang lebih besar. Nilainilai tersebut dipengaruhi oleh tersedianya komputer pada galangan.
Hal ini
berpengaruh terhadap jaringan informasi di dalam perusahaan dan tipe operasi yang diselenggarakan.