5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Aspek Teknik
5.1.1
Unit penangkapan payang Unit penangkapan payang merupakan kesatuan dari tiga unsur yang tidak
dapat dipisahkan antara satu dan lainnya.
Ketiga unsur tersebut adalah alat
penangkapan ikan, kapal dan nelayan yang mengoperasikan. Berikut merupakan penjelasan lebih rinci mengenai unit penangkapan payang di Palabuhanratu. 1)
Alat penangkapan ikan Alat tangkap payang termasuk dalam klasifikasi pukat kantong lingkar
(Subani dan Barus 1989).
Payang terdiri atas jaring, tali ris, tali selambar,
pelampung dan pemberat. Jaring payang terdiri atas sayap, badan dan kantong. Bahan yang digunakan yaitu nilon atau Polyamide (PA) multifilamen. Konstruksi payang di Palabuhanratu secara rinci dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Konstruksi payang di Palabuhanratu
Panjang total payang sekitar 202,5 m, terdiri atas panjang sayap sekitar 148,5 m, panjang badan sekitar 34 m dan panjang kantong sekitar 20 m. Ukuran bukaan mata jaring antara sayap, badan dan kantong berbeda satu sama lain.
29
Semakin ke arah bagian kantong maka ukurannya semakin kecil. Pada bagian sayap, ukuran mata jaring mencapai 33-34,5 cm. Badan jaring memiliki ukuran mata berkisar antara 18,8-30 cm, sedangkan bagian kantong berkisar 1,1-17,8 cm. Tali ris terdiri atas tali ris atas dan tali ris bawah. Bahan yang digunakan yaitu Polyethylene (PE) multifilamen. Tali ris atas mempunyai diameter 3-4 mm dan tali ris bawah berdiameter 5-6 mm. Panjang tali ris atas sekitar 200 m dan tali ris bawah sekitar 175 m. Tali selambar terbuat dari bahan Polyethylene (PE) multifilamen panjang 300 m dengan diameter 15-16 mm. Tali selambar berfungsi sebagai tali penarik payang ke atas kapal. Pelampung terbuat dari potongan bambu sepanjang 1 m atau 2 ruas bambu dengan diameter 8-12 cm. Pelampung bambu yang digunakan berjumlah 30 buah pada satu unit payang. Selain itu, terdapat pelampung busa berukuran 49,5 m3 atau derigen berukuran 5 liter sebanyak 4 buah. berdekatan dengan pelampung jerigen 30 liter.
Pelampung ini diletakkan Pelampung jerigen 30 liter
diletakkan di tengah bibir jaring bagian atas. Pada ujung tali selambar terdapat pelampung tanda berbentuk bola dari plastik berdiameter sekitar 30-50 cm. Pelampung tanda ini digunakan saat tali selambar pertama kali diturunkan. Pemberat yang digunakan terbuat dari bahan timah berjumlah 26-30 buah dengan bobot 2 kg. Pemasangan pemberat bersilangan dengan pelampung untuk menentukan bukaan mulut jaring saat dioperasikan. Selain itu terdapat 1 buah batu cakel dengan bobot 2 kg di tengah bibir jaring bagian bawah. 2)
Kapal Kapal yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan terbuat dari
material kayu dan fiber. Jenis kayu yang digunakan biasanya kayu bungur dan meranti. Kapal payang mempunyai kekhususan yaitu adanya kakapa. Kakapa terbuat dari beberapa batang bambu. Fungsi kakapa sebagai tempat fishing master untuk mencari gerombolan ikan. Kapal payang yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.
30
Kapal bermaterial fiber
Kapal bermaterial kayu
Gambar 4 Kapal payang di Palabuhanratu
Dimensi kapal dengan material kayu biasanya memiliki panjang 10,4-12 m, lebar 2,65-3 m dan tinggi 1-1,2 m. Dimensi kapal dengan material fiber umumnya lebih kecil, memiliki panjang 11-11,5 m, lebar 1,5-1,6 m dan tinggi 0,71,8 m. Kapal payang material fiber memiliki cadik di sebelah kiri dan kanan badan kapal. Kapal payang tidak memiliki palkah untuk tempat hasil tangkapan, hasil tangkapan langsung dimasukkan ke dalam blong.
Kapal payang
menggunakan mesin tempel (outboard engine) berkekuatan 15 PK, 25 PK dan 40 PK sebagai tenaga penggerak.
Bahan bakar yang digunakan yaitu bensin.
Perlengkapan lain yang ada di perahu adalah box untuk es dan ban sebagai peralatan dalam tugas juru batu. 3)
Nelayan Jumlah nelayan untuk kapal payang material kayu berbeda dengan kapal
payang material fiber. Jumlah nelayan kapal payang material kayu berkisar antara 13-23 orang, sedangkan jumlah nelayan kapal payang material fiber biasanya 8-15 orang. Anak buah kapal payang memiliki peran dan tugas masing-masing yaitu: 1) Juru mudi, bertugas memegang kemudi kapal, baik saat menuju maupun kembali dari fishing ground; 2) Juru batu, bertugas untuk melabuhkan kapal serta bertanggung jawab jaring payang terbuka sempurna di dalam perairan; 3) Pengawas, bertugas mencari gerombolan ikan serta menentukan arah operasi penangkapan ikan; 4) Petawuran, bertugas untuk menurunkan jaring; dan 5) Anak payang, bertugas berenang untuk menakut-nakuti ikan serta menggiring ikan ke arah mulut jaring.
31
Selain peran dan tugas yang disebutkan di atas, kadang-kadang ada anak payang yang bertugas sebagai asisten juru mudi. Pada saat proses penarikan jaring, semua anak buah kapal saling membantu dalam proses hauling kecuali juru mudi. 5.1.2 Metode pengoperasian payang Operasional payang biasanya dimulai pukul 05.15 WIB untuk persiapan perbekalan, mesin, es dan anak buah kapal. Unit penangkapan payang beroperasi setiap hari, kecuali hari Jumat. Pada saat musim barat, sumberdaya ikan dilaut banyak, tetapi cuaca dilaut tidak mendukung untuk operasi penangkapan ikan, sehingga nelayan tidak melaut. Kapal meninggalkan fishing base sekitar pukul 06.15 WIB. Kegiatan operasi penangkapan ikan dimulai dengan pencarian gerombolan ikan. Kegiatan ini dilakukan oleh fishing master serta ABK lainnya dengan melihat tanda-tanda keberadaan ikan. Tanda-tanda tersebut antara lain lompatan ikan di permukaan air, adanya buih-buih di permukaan air, banyaknya ikan berukuran kecil di permukaan air, sehingga banyak burung-burung laut yang menukik ke permukaan air, dan warna perairan terlihat keruh. Setelah terlihat ada gerombolan ikan, kemudian setting dilakukan. Setting diawali dengan pelemparan pelampung tanda, jaring, pelampung dan pemberat.
Kemudian pembentukan lingkaran jaring untuk mengitari
gerombolan ikan dengan kecepatan kapal. Proses ini memerlukan waktu sekitar 15 menit atau bergantung pada kecepatan gerombolan ikan yang mempengaruhi kecepatan kapal, kemudian beberapa anak payang berenang ke dalam lingkaran jaring dengan menggunakan bambu untuk menakut-nakuti gerombolan ikan dan menggiringnya ke arah mulut jaring. Setelah ikan terkurung, selanjutnya dilakukan proses hauling atau penarikan jaring ke atas kapal. Penarikan dilakukan oleh sejumlah ABK tanpa menggunakan alat bantu.
Dalam proses hauling, mesin kapal dimatikan.
Penarikan jaring dimulai dari tali selambar dan selanjutnya kedua sayap, proses ini dilakukan secara serempak dan cepat. Pada bibir jaring bagian bawah, batu cakel diangkat terlebih dahulu, sehingga bentuk jaring mengerucut ke arah kantong untuk menghindari lolosnya ikan. Setelah proses hauling selesai, hasil
32
tangkapan dikeluarkan dari jaring dan disortir berdasarkan jenisnya. Kegiatan setting-hauling dilakukan di lambung kiri kapal. Pada satu trip penangkapan ikan, biasanya dilakukan 10-12 kali setting dan hauling, bergantung pada jumlah hasil tangkapan yang diperoleh serta bahan bakar yang tersedia. Kapal kembali ke fishing base sekitar pukul 17.21 WIB.
Lebih rinci mengenai alokasi waktu
pengoperasian payang, mulai menuju ke fishing ground hingga kembali ke fishing base, dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Alokasi waktu keberangkatan pengoperasian payang, mulai menuju fishing ground hingga kembali ke fishing base No Kegiatan 1 Keberangkatan ke fishing ground 2 Setting-hauling 3 Kembali ke fishing base Sumber : Diolah dari data primer
5.1.3
Durasi (menit) Pukul (WIB) 169 06.15-09.04 328 09.04-14.32 169 14.32-17.21
Hasil tangkapan payang Ikan yang menjadi tangkapan utama yaitu tongkol (Auxis thazard). Jenis
ikan lainnya yang tertangkap adalah cakalang (Katsuwonus pelamis), kantong semar (Mene maculata), layur (Lepthuracanthus savala), teri (Stolephorus sp), pepetek (Leioghnatus lineolatus), tenggiri (Scomberomorus commersonii) dan madidihang (Thunnus albacares). Hasil tangkapan payang didominasi oleh jenis ikan pepetek dengan jumlah 21.678 kg atau 60,07% dari total hasil tangkapan yang diperoleh.
Jumlah hasil tangkapan rata-rata alat tangkap payang dapat
dilihat pada Tabel 12 dan komposisi hasil tangkapan dapat dilihat pada Gambar 5. Tabel 12 Jumlah hasil tangkapan rata-rata alat tangkap payang per unit Tahun 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Ikan
Jumlah (kg per unit per tahun) 5.333 Tongkol (Auxis thazard) 4.367 Kantong semar (Mene maculata) 2.800 Cakalang (Katsuwonus pelamis) 115 Layur (Lepthuracanthus savala) 667 Teri (Stolephorus sp) 21.678 Pepetek (Leioghnatus lineolatus) 90 Tenggiri (Scomberomorus commersonii) 1.033 Madidihang (Thunnus albacares) Jumlah 36.083 Sumber: Diolah dari data primer
33
Gambar 5 Komposisi hasil tangkapan unit penangkapan payang
5.1.4 Daerah dan musim pengoperasian payang Payang dioperasikan di kedalaman sekitar 40-200 m dalam keadaan perairan yang tenang. Pada saat gelombang besar, payang tertarik gelombang sehingga dioperasikan pada kedalaman sekitar 30-170 m. Daerah pengoperasian payang di Palabuhanratu yaitu di Perairan Teluk Palabuhanratu bagian dalam (Lampiran 1). Daerah pengoperasian payang lebih dekat ke arah pantai sekitar 34 mil dari pantai. Musim penangkapan ikan dibagi menjadi dua musim, yaitu musim ikan dan tidak musim ikan. Berdasarkan wawancara dengan nelayan payang, musim ikan terjadi sekitar Bulan Agustus–November dan tidak musim ikan terjadi sekitar Bulan Desember–Juli.
Namun, musim-musim tersebut tidak sama sepanjang
tahun, bergantung perubahan cuaca. 5.1.5 Produktivitas Produktivitas adalah kemampuan suatu alat tangkap untuk memperoleh hasil tangkapan. Produktivitas per alat tangkap sebanyak 36.083 kg per unit dalam setahun, produktivitas per trip sebanyak 424,51 kg per trip, produktivitas per nelayan sebanyak 28,30 kg per orang, produktivitas per setting sebanyak 38,59 kg per setting. Produktivitas unit penangkapan payang disajikan pada Tabel 13.
34
Tabel 13 Produktivitas alat tangkap payang No Produktivitas 1 Per alat tangkap (kg/unit/tahun) 2 Per trip (kg/trip) 3 Per nelayan (kg/orang) 4 Per setting (kg/setting) Sumber: Diolah dari data primer
5.2
Jumlah 36.083 424,51 28,30 38,59
Karakteristik Nelayan Responden Rumah tangga yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah rumah
tangga nelayan pemilik dan nelayan buruh alat tangkap payang yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu. Berikut merupakan penjelasan lebih rinci mengenai karakteristik nelayan responden.
5.2.1
Umur Data umur nelayan responden dikelompokkan menjadi lima kelompok
umur, yaitu kelompok umur kurang dari 30 tahun, 30-34 tahun, 35-39 tahun, 4044 tahun dan di atas 45 tahun. Persentase umur tertinggi kelompok nelayan buruh ada pada kelompok umur di atas 45 tahun (Tabel 13). Menurut BPS, umur produktif manusia adalah umur 15-64 tahun. Berdasarkan Lampiran 2 dan 3, umur produktif nelayan buruh sebanyak 90% dan nelayan pemilik sebanyak 100%. Umur tertua responden nelayan pemilik yaitu 53 tahun, sedangkan umur termuda yaitu 38 tahun. Umur tertua responden nelayan buruh yaitu 66 tahun, sedangkan umur termuda yaitu 40 tahun. Pengalaman melaut nelayan buruh lebih lama daripada nelayan pemilik. Sebaran responden nelayan berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Sebaran umur nelayan responden Nelayan pemilik Jumlah Persentase (orang) (%) <30 30-34 35-39 1 20,00 40-44 2 40,00 >45 2 40,00 Jumlah Total 5 100,00 Sumber: Diolah dari data primer Kelompok umur (tahun)
Nelayan buruh Jumlah Persenrtase (orang) (%) 3 30,00 7 70,00 10 100,00
35
5.2.2 Tingkat pendidikan Sebagian besar tingkat pendidikan nelayan pemilik adalah tamat SMP, yaitu 60%. Tingkat pendidikan nelayan buruh sebagian besar adalah tamat SD, sebanyak 7 orang atau 70%. Tingkat pendidikan nelayan payang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Tingkat pendidikan nelayan responden Nelayan pemilik Tingkat pendidikan
Nelayan buruh
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Tidak tamat SD
-
-
1
10,00
Tamat SD
2
40,00
7
70,00
Tidak tamat SMP
-
-
-
-
Tamat SMP
3
60,00
-
-
Tidak tamat SMA
-
-
-
-
Tamat SMA
-
-
2
20,00
5
100,00
10
100,00
Jumlah
Sumber: Diolah dari data primer
5.2.3
Tanggungan keluarga Tanggungan keluarga nelayan pemilik berkisar antara 3-7 orang,
sedangkan nelayan buruh berkisar antara 1-6 orang.
Tanggungan keluarga
nelayan pemilik paling banyak adalah berkisar antara 3-4 orang, sebanyak 60%. Tanggungan keluarga nelayan buruh paling banyak berkisar antara 1-2 orang, yaitu sebanyak 50%. Secara lengkap mengenai tanggungan keluarga nelayan payang dapat dilihat pada Tabel 16, Lampiran 2 dan 3. Tabel 16 Jumlah tanggungan rumah tangga nelayan responden Jumlah tanggungan (orang)
Nelayan pemilik
Nelayan buruh
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
0 1-2 3-4 5-6 >6
3 1 1
60,00 20,00 20,00
5 3 2 -
50,00 30,00 20,00 -
Jumlah
5
100,00
10
100,00
Sumber: Diolah dari data primer
36
5.2.4 Pendapatan total Pendapatan rumah tangga terdiri atas pendapatan perikanan dan non perikanan dari seluruh anggota rumah tangga. Total pendapatan nelayan pemilik sebesar Rp 104.160.000,00 per tahun, sedangkan total pendapatan nelayan buruh sebesar Rp 18.136.800,00 per tahun. Total pendapatan rumah tangga nelayan responden dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Total pendapatan rumah tangga nelayan responden No
Kategori nelayan
Total pendapatan (Rp per tahun)
1
Pemilik
104.160.000,00
2
Buruh
18.136.800,00
Sumber: Diolah dari data primer
5.3
Deskripsi Alokasi Waktu Kerja Alokasi waktu kerja terdiri atas waktu kerja melaut dan non melaut pada
musim ikan dan tidak musim ikan. Pada saat musim ikan waktu kerja nelayan buruh (96%) lebih banyak dari pada nelayan pemilik (28%), sedangkan pada saat tidak musim ikan waktu kerja nelayan buruh adalah sebaliknya. Total alokasi waktu kerja nelayan buruh pada saat musim ikan sebesar 341,13 jam per bulan, sedangkan alokasi waktu kerja nelayan pemilik sebesar 251,75 jam per bulan. Total alokasi waktu kerja nelayan buruh pada saat tidak musim ikan sebesar 115,78 jam per bulan, sedangkan alokasi waktu kerja nelayan pemilik sebesar 202,57 jam per bulan. Alokasi waktu kerja rata-rata per bulan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Alokasi waktu kerja nelayan responden Kegiatan nelayan Dalam jam : Kerja melaut Kerja non melaut Total kerja Dalam persen : Kerja melaut Kerja non melaut Total kerja Sumber: Diolah dari data primer
Musim ikan Pemilik Buruh
Tidak musim ikan Pemilik Buruh
70,88 180,97 251,75
329,88 15,25 341,13
21,6 180,97 202,57
100,53 15,25 115,78
28,00 72,00 100,00
96,00 4,00 100,00
11,00 89,00 100,00
87,00 13,00 100,00
37
Total alokasi waktu pada saat melaut dalam satu hari adalah 731 menit, sedangkan total alokasi waktu pada saat non melaut dalam satu hari adalah 679 menit. Sebagian besar kegiatan melaut dalam satu hari digunakan untuk hauling (19%), sedangkan sebagian besar kegiatan non melaut dalam satu hari digunakan untuk tidur (25%). Kegiatan nelayan responden dalam satu hari untuk melaut dan non melaut dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Kegiatan nelayan responden dalam satu hari untuk melaut dan non melaut
Kegiatan Persiapan Perjalanan menuju fishing ground Setting Hauling Perjalanan menuju fishing base
Melaut Waktu (menit) 46
Bongkar Muat Jumlah
Non melaut Waktu (menit) 30
Persentase (%) 3
Ibadah
169
12
Makan
25
2
55 273
4 19
Istirahat Nonton TV
20 119
1 8
169
12
Tidur
365
25
49
3
35
2
761
43
45 40 679
3 3 57
Kegiatan
Perjalanan rumahfishing base Persiapan melaut Lain-lain Jumlah
Persentase (%) 2
Sumber : Diolah dari data primer
Sebagian besar kegiatan nelayan responden di luar penangkapan ikan dalam satu hari digunakan untuk tidur sebesar 35,61% dan menonton TV sebesar 18,15%. Kegiatan nelayan responden apabila tidak melaut dalam satu hari dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Kegiatan nelayan responden dalam satu hari apabila tidak melaut Kegiatan Waktu (menit) Persentase (%)
Ibadah
Tidur
Makan
Melihat perbaikan jarring
Perbaikan jaring
Istirahat
Perjalanan TPIrumah
Nonton TV
Kerja bakti
Bertani
Lainlain
Jumlah
57
513
58
15
49
68
5
261
33
106
275
1440
3,98
35,61
4,01
1,01
3,41
4,73
0,35
18,15
2,27
7,39
19,13
100
Sumber : Diolah dari data primer
5.4
Indikator Tingkat Kesejahteraan Keluarga Penjelasan mengenai 11 indikator tingkat kesejahteraan keluarga nelayan
responden seperti diuraikan lebih lanjut.
38
5.4.1 Pendapatan rumah tangga nelayan responden Rata-rata total pendapatan dihitung dengan menjumlahkan seluruh pendapatan kemudian dibagi dengan jumlah responden. Rata-rata pendapatan perikanan nelayan pemilik lebih besar dari pada rata-rata pendapatan non perikanan.
Rata-rata
pendapatan
perikanan
nelayan
pemilik
sebesar
Rp87.120.000,00 per tahun, sedangkan rata-rata pendapatan non perikanan sebesar Rp17.040.000,00 per tahun. Rata-rata pendapatan non perikanan nelayan buruh lebih besar dari pada rata-rata pendapatan perikanan. Rata-rata pendapatan non perikanan nelayan buruh sebesar Rp11.820.000,00 per tahun, sedangkan ratarata pendapatan perikanan sebesar Rp6.316.800,00 per tahun.
Rata-rata total
pendapatan rumah tangga nelayan responden dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Rata-rata total pendapatan rumah tangga nelayan responden Kategori nelayan
Rata-rata Pendapatan (Rp per tahun)
Rata-rata total pendapatan (Rp per tahun)
Perikanan
Non perikanan
Pemilik
87.120.000,00
17.040.000,00
104.160.000,00
Buruh
6.316.800,00
11.820.000,00
18.136.800,00
Sumber: Diolah dari data primer
Rata-rata pendapatan per kapita nelayan pemilik sebesar Rp19.824.000,00 per tahun, sedangkan rata-rata pendapatan per kapita nelayan buruh sebesar Rp5.218.850,00 per tahun. Rata-rata pendapatan per kapita nelayan responden dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Rata-rata pendapatan per kapita nelayan responden
Pemilik
104.160.000,00
Rata-rata Jumlah anggota keluarga (orang) 5
Buruh
18.136.800,00
3
Kategori nelayan
Rata-rata total pendapatan (Rp per tahun)
Rata-rata pendapatan per kapita (Rp per tahun) 19.824.000,00 5.218.850,00
Sumber: Diolah dari data primer
Konsep kemiskinan Sajogyo memberikan gambaran hubungan antar tingkat pendapatan dengan tingkat kemiskinan.
Hubungan antara tingkat
pendapatan dengan tingkat kemiskinan berbanding terbalik. Harga beras rata-rata yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rp 9.375,00 per kilogram, yaitu pada
39
bulan Maret 2012 saat penelitian berlangsung. Harga beras tersebut dihubungkan dengan sejumlah beras yang dikonsumsi masyarakat perkotaan berdasarkan konsep Sajogyo dan disetarakan dengan pendapatan per kapita keluarga nelayan. Daerah Palabuhanratu merupakan daerah perkotaan. Seluruh responden nelayan pemilik termasuk dalam golongan tidak miskin, 5 responden nelayan buruh termasuk golongan tidak miskin, 3 responden nelayan buruh termasuk golongan miskin, 1 responden nelayan buruh termasuk golongan miskin sekali dan 1 responden nelayan buruh lainnya termasuk golongan paling miskin. Penjelasan lebih rinci mengenai indikator pendapatan rumah tangga nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Sajogyo dapat dilihat pada Tabel 23 dan kriteria kemiskinan nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Sajogyo dapat dilihat pada Gambar 6. Tabel 23 Indikator pendapatan rumah tangga nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Sajogyo Kriteria
Skor
Tidak miskin 4 Miskin 3 Miskin sekali 2 Paling miskin 1 Jumlah Sumber: Diolah dari data primer
Nelayan pemilik Jumlah Persentase (orang) (%) 5 100,00 5 100,00
Nelayan buruh Jumlah Persentase (Orang) (%) 5 50,00 3 30,00 1 10,00 1 10,00 10 100,00
Gambar 6 kriteria kemiskinan nelayan responden menurut kriteria kemiskinan
Sajogyo
40
5.4.2 Pengeluaran rumah tangga nelayan responden Pengeluaran rumah tangga terdiri atas pengeluaran untuk pangan dan non pangan. Pengeluaran untuk pangan merupakan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan keluarga. Pengeluaran pangan nelayan payang lebih besar dibandingkan pengeluaran untuk non pangan. Pengeluaran pangan dan non pangan nelayan pemilik lebih besar dibandingkan nelayan buruh. Pengeluaran secara rinci dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24 Rata-rata total pengeluaran rumah tangga nelayan responden Non pangan (Rp per tahun)
Kategori nelayan
Pangan (Rp per tahun)
Sandang
Papan
Lain-lain
Pemilik Buruh
37.094.400,00 14.534.400,00
360.000,00 -
3.878.400,00 1.008.600,00
19.613.300,00 5.392.600,00
Rata-rata total pengeluaran (Rp per tahun) 60.946.000,00 20.935.600,00
Sumber: Diolah dari data primer
Tabungan merupakan nilai selisih antara rata-rata total pendapatan dengan rata-rata total pengeluaran.
Tabungan per kapita nelayan pemilik sebesar
Rp7.191.734,00 per tahun, sedangkan nelayan buruh memiliki hutang per kapita sebesar Rp898.252,00 per tahun. Lebih rinci mengenai tabungan disajikan pada Tabel 25 dan Gambar 7. Tabel 25 Selisih pendapatan dengan pengeluaran rumah tangga nelayan responden Kategori nelayan
Rata-rata total pendapatan (Rp per tahun)
Pemilik Buruh
104.160.000,00 18.136.800,00
Rata-rata pendapatan per kapita (Rp per tahun) 19.824.000,00 5.218.850,00
Rata-rata total pengeluaran (Rp per tahun) 60.946.000,00 20.935.600,00
Rata-rata pengeluaran Per kapita (Rp per tahun) 12.714.800,00 6.116.800,00
Tabungan (Rp per tahun) 43.213.920,00 -2.798.760,00
Sumber: Diolah dari data primer
Gambar 7 Tabungan per kapita nelayan responden
Tabungan per kapita (Rp per tahun) 7.191.734,00 -898.252,00
41
Standar kebutuhan hidup tersebut dibandingkan dengan pengeluaran per kapita per tahun. Besarnya standar kebutuhan hidup per tahun per kapita di Palabuhanratu berdasarkan harga Sembilan bahan pokok adalah Rp2.116.500,00. Rincian kebutuhan hidup tersebut dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26 Harga sembilan bahan pokok berdasarkan harga di Palabuhanratu No
Satuan
Harga
Ketentuan
Total
1
Beras
Kg
9.375
100
937.500
2
Ikan asin
Kg
18.000
15
270.000
3
Minyak goring
Kg
11.000
6
66.000
4
Minyak tanah
Liter
11.000
60
660.000
5
Gula pasir
Kg
11.000
6
66.000
6
Garam
Kg
3000
9
27.000
7
Sabun cuci
Batang
1000
20
20.000
8
Batik kasar
Meter
15.000
2
30.000
9
Kain kasar
Meter Jumlah
10.000
4
40.000 2.116.500
Sumber: Diolah dari data primer
Pengeluaran per kapita merupakan total pengeluaran dibagi dengan banyaknya anggota keluarga dalam rumah tangga. Rata-rata pengeluaran per kapita nelayan pemilik sebesar Rp12.714.800,00 per tahun, sedangkan rata-rata pengeluaran per kapita nelayan buruh sebesar Rp6.116.800,00 per tahun. Pengeluaran per kapita secara rinci dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27 Rata-rata pengeluaran per kapita rumah tangga nelayan responden Kategori nelayan
Rata-rata total pengeluaran (Rp per tahun)
Pemilik 60.616.000,00 Buruh 20.935.600,00 Sumber: Diolah dari data primer
Jumlah anggota keluarga (orang)
Rata-rata pengeluaran per kapita (Rp per tahun)
5 3
12.714.800,00 6.116.800,00
Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah mengklasifikasikan tingkat kemiskinan berdasarkan nilai konsumsi total sembilan bahan pokok dalam setahun yang dinilai dengan harga setempat. Rumah tangga nelayan pemilik sebanyak 100% termasuk kedalam kategori tidak miskin, sedangkan nelayan buruh sebanyak 90% termasuk kedalam kategori tidak miskin dan 10% termasuk
42
kedalam kategori hampir miskin. Indikator pengeluaran per kapita rumah tangga nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Dirjen Tata Guna Tanah dapat dilihat pada Tabel 28 dan kriteria kemiskinan nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Dirjen Tata Guna Tanah dapat dilihat pada Gambar 8. Tabel 28 Indikator pengeluaran per kapita rumah tangga nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Dirjen Tata Guna Tanah Kriteria
Skor
Tidak miskin Hampir miskin Miskin Miskin sekali Jumlah
4 3 2 1
Nelayan pemilik Jumlah (orang) Persentase (%) 5 100 5 100
Nelayan buruh Jumlah (orang) Persentase (%) 9 90 1 10 10 100
Sumber: Diolah dari data primer
Gambar 8 kriteria kemiskinan nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Dirjen Tata Guna Tanah
5.4.3 Keadaan tempat tinggal Keadaan tempat tinggal nelayan pemilik seluruhnya menggunakan atap genting, bilik tembok, status rumah milik sendiri dan lantainya menggunakan ubin. Sebanyak 3 responden memiliki luas rumah dengan kategori luas dan 2 responden lainnya memiliki luas rumah dengan kategori sedang. Keadaan tempat tinggal 5 responden nelayan pemilik dapat dimasukkan dalam kategori permanen. Keadaan ini menggambarkan bahwa perhatian nelayan pemilik terhadap keadaan tempat tinggal cukup besar. Keadaan tempat tinggal nelayan buruh sebagian besar menggunakan atap genting, yaitu 9 responden dengan persentase 90%, dan sisanya masih
43
menggunakan atap asbes.
Bilik rumah dari 8 responden sudah terbuat dari
tembok dan sisanya terbuat dari setengah tembok. Status kepemilikan rumah dari 9 responden merupakan milik sendiri dan sisanya merupakan sewa. Keadaan lantai rumah dari 9 responden memakai ubin dan sisanya memakai plester. Luas lantai rumah dari 3 responden masuk dalam kategori sedang dan 7 responden lainnya memiliki luas rumah dengan kategori sempit. Keadaan tempat tinggal seluruh responden nelayan buruh dapat dimasukkan dalam kategori permanen. Keadaan tempat tinggal nelayan responden dapat dilihat pada Tabel 29. 5.4.4 Fasilitas tempat tinggal Fasilitas tempat tinggal juga merupakan indikator keadaan sosial ekonomi rumah tangga. Sebagian besar responden nelayan buruh mempunyai pekarangan yang sempit, yaitu 90%, dan sisanya 10% tidak mempunyai pekarangan rumah. Fasilitas hiburan yang dimiliki oleh sebagian besar responden adalah mempunyai TV, sebanyak 70%, sedangkan 10% responden mempunyai radio dan 20% responden tidak mempunyai alat hiburan. Sebagian besar rumah tangga nelayan buruh (80%) memanfaatkan alam sebagai alat pendingin, sedangkan sisanya 20% responden mempunyai lemari es. Sumber penerangan yang digunakan masingmasing rumah tangga seluruhnya memanfaatkan listrik.
Bahan bakar yang
digunakan adalah gas (40%), kayu bakar (40%), minyak tanah 10% dan tidak menggunakan bahan bakar apapun 10%.
Namun, jenis bahan bakar yang
digunakan tidak selalu tetap, bergantung pada ketersediaan uang untuk membelinya.
Sebagian besar nelayan buruh (40%) memanfaatkan air sumur
sebagai sumber air, sedangkan sisanya yaitu memanfaatkan air PAM (20%), memanfaatkan mata air (20%) dan memanfaatkan air sungai (20%). Sebagian besar (80%) nelayan buruh mempunyai kamar mandi sendiri dan sisanya 20% menggunakan kamar mandi umum.
44
Tabel 29 Keadaan tempat tinggal rumah tangga nelayan responden Nelayan pemilik Keadaan tempat tinggal
Skor
Nelayan buruh
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1. Atap Genting
5
5
100,00
9
90,00
Asbes
4
-
-
1
10,00
Seng
3
-
-
-
-
Sirap
2
-
-
-
-
Daun
1
-
-
-
-
5
100,00
10
100,00
Jumlah 2. Bilik Tembok
5
5
100,00
8
80,00
Setengah tembok
4
-
-
2
20,00
Kayu
3
-
-
-
-
Bambu kayu
2
-
-
-
-
Bambu
1
-
-
-
-
5
100,00
10
100,00
Jumlah 3. Status Milik sendiri
3
5
100,00
9
90,00
Sewa
2
-
-
1
10,00
Numpang
1
-
-
-
-
5
100,00
10
100,00
Jumlah 4. Lantai Porselin
5
-
-
-
-
Ubin
4
5
100,00
9
90,00
Plester
3
-
-
1
10,00
Papan
2
-
-
-
-
Tanah
1
-
-
-
-
5
100,00
10
100,00
3
3
60,00
-
-
Sedang (50-100 m )
2
2
40,00
3
30,00
Sempit (>50 m ) Jumlah
1
Jumlah 5. Luas lantai Luas (< 100 m2) 2
2
Sumber: Diolah dari data primer
-
-
7
70,00
5
100,00
10
100,00
45
Tabel 30 Fasilitas tempat tinggal rumah tangga nelayan responden Fasilitas tempat tinggal 1. Pekarangan Luas (< 100 m2) Sedang (50-100 m2) Sempit (>50 m2) Jumlah 2. Hiburan Video TV Tape recorder Radio Jumlah 3. Pendingin
Skor
3 2 1
Nelayan pemilik
Nelayan buruh
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1 4 5
20,00 80,00 100,00
9 9
90,00 90,00
4
-
-
-
-
3 2 1
5 5
100,00 100.00
7 1 8
70,00 10,00 80.00
AC
4
-
-
-
-
Lemari es
3
5
100,00
2
20,00
2 1
5
100,00
8 10
80,00 100,00
3 2
5 -
100,00 -
10 -
100,00 -
1
5
100,00
10
100,00
3
5
100,00
4
40,00
2 1
5
100.00
4 1 9
40,00 10,00 90,00
6 5
1 -
20,00 -
2 -
20,00 -
Sumur
4
1
20,00
4
40,00
Mata air
3
2
40,00
2
20,00
Air hujan
2
-
-
-
-
Sungai
1
1
20,00
2
20,00
5
100,00
10
100,00
Kipas angin Alam Jumlah 4. Sumber penerangan Listrik Petromak Lampu temple Jumlah 5. Bahan bakar Gas Kayu Minyak tanah Jumlah 6. Sumber air PAM Sumur bor
Jumlah 7. MCK Kamar mandi sendiri
4
4
80,00
8
80,00
Kamar mandi umum
3
1
20,00
2
20,00
Sungai/laut Kebun Jumlah
2 1
5
100,00
10
100,00
Sumber: Diolah dari data primer
Sebanyak 80% responden nelayan pemilik mempunyai pekarangan yang sempit, sedangkan sisanya 20% mempunyai pekarangan yang luas.
Seluruh
46
rumah tangga nelayan pemilik mempunyai fasilitas hiburan TV dan alat pendingin lemari es. Seluruh rumah tangga nelayan pemilik menggunakan listrik sebagai sumber penerangan dan gas untuk bahan bakar. Sumber air yang dimanfaatkan oleh sebagian besar rumah tangga nelayan pemilik (40%) adalah dari mata air, sedangkan sisanya 20% memanfaatkan air PAM, 20% memanfaatkan air sumur dan 20% lainnya memanfaatkan air sungai.
Sebagian besar rumah tangga
responden nelayan pemilik (80%) mempunyai kamar mandi sendiri dan sisanya 20% menggunakan kamar mandi umum.
Fasilitas tempat tinggal nelayan
responden lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 30. Berdasarkan Tabel 30 dapat dilihat bahwa sebanyak 5 responden nelayan pemilik memiliki rata-rata skor fasilitas tempat tinggal sebanyak 21, artinya bahwa fasilitas keadaan tempat tinggal responden nelayan pemilik dapat dikategorikan ke dalam fasilitas keadaan tempat tinggal yang lengkap. Sebanyak 10 responden nelayan buruh memiliki rata-rata skor fasilitas tempat tinggal sebanyak 16, artinya bahwa fasilitas keadaan tempat tinggal responden nelayan buruh dapat dikategorikan ke dalam fasilitas keadaan tempat tinggal yang cukup. 5.4.5
Kesehatan anggota rumah tangga Seluruh responden rumah tangga nelayan pemilik termasuk dalam kategori
bagus, artinya dalam satu bulan kurang dari 25% anggota rumah tangga nelayan pemilik sering sakit. Sebagian besar responden nelayan buruh (80%) termasuk dalam kategori bagus, sisanya 10% termasuk dalam kategori cukup dan 10% lainnya termasuk dalam kategori kurang.
Kesehatan anggota rumah tangga
nelayan responden dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31 Kesehatan anggota rumah tangga nelayan responden Kesehatan anggota rumah tangga
Skor
Nelayan pemilik Jumlah Persentase (orang) (%) 5 100,00
Nelayan buruh Jumlah Persentase (orang) (%) 8 80,00
Bagus (<25% sering sakit)
3
Cukup (25%-50% sering sakit)
2
-
-
1
10,00
Kurang (>50% sering sakit)
1
-
-
1
10,00
5
100,00
10
100,00
Jumlah
Sumber: Diolah dari data primer
47
5.4.6 Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan Secara keseluruhan nelayan pemilik dan 90% rumah tangga nelayan buruh menyatakan bahwa jarak rumah sakit terdekat dari masing-masing rumah adalah antara 0,01 sampai 3 km. Sementara 10% rumah tangga nelayan buruh menyatakan bahwa jarak rumah sakit terdekat dari rumah lebih dari 3 km. Sebagian besar reponden nelayan pemillik (60%) menyatakan bahwa jarak ke poliklinik lebih dari 2 km dan 40% diantaranya menyatakan bahwa jarak ke poliklinik antara 0,01 sampai 2 km. Sebagian besar responden nelayan buruh (70%) menyatakan bahwa jarak ke poliklinik lebih dari 2 km dan 30% menyatakan bahwa jarak ke poliklinik antara 0,01 sampai 2 km. Seluruh nelayan pemilik menyatakan bahwa biaya berobat sudah terjangkau. Tidak demikian dengan nelayan buruh, 30% responden menyatakan bahwa biaya berobat sudah terjangkau, 50% responden menyatakan bahwa biaya berobat cukup terjangkau dan 20% responden menyatakan bahwa biaya berobat sulit terjangkau. Seluruh nelayan pemilik menyatakan bahwa penanganan berobat dari tenaga medis di daerah Palabuhanrau dan sekitarnya sudah baik. Sementara 30% responden nelayan buruh menyatakan sudah baik, 50% menyatakan cukup baik dan 20% responden masih kesulitan dalam hal penanganan berobat dari tenaga medis. Permasalahan keluarga berencana, alat kontrasepsi dan konsultasi KB tergolong mudah didapat di daerah Palabuhanratu dan sekitarnya, akan tetapi baik nelayan pemilik maupun nelayan buruh tidak menggunakan alat kontrasepsi. Sementara untuk konsultasi KB, 60% responden nelayan pemilik dan 30% responden nelayan buruh menyatakan mudah dalam konsultasi KB, 20% nelayan pemilik tidak konsultasi KB, sisanya 20% responden nelayan pemilik tergolong sulit dalam konsultasi KB dan 70% responden nelayan buruh tidak konsultasi atau tidak menggunakan KB. Seluruh nelayan pemilik dan 30% reponden nelayan buruh menyatakan harga obat-obatan sudah terjangkau, sedangkan 70% responden nelayan buruh menyatakan cukup terjangkau. Kemudahan anggota rumah tangga dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dapat dilihat pada Tabel 32.
48
Tabel 32 Kemudahan rumah tangga nelayan responden mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medis dan paramedis Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medis dan paramedic
Sk or
Nelayan pemilik
Nelayan buruh
Jumlah (orang)
Persentas e (%)
Jumlah (orang)
Persentas e (%)
1. Jarak RS terdekat 0 km
4
-
-
-
-
0,01-3 km
3
5
100,00
9
90,00
>3km
2
-
-
1
10,00
5
100,00
10
100,00
4
-
-
-
-
0,01-2 km
3
2
40,00
3
30,00
>2km
2
3
60,00
7
70,00
1
5
100,00
10
100,00
3
5
100,00
3
30,00
Cukup terjangkau
2
-
-
5
50,00
Sulit terjangkau
1
-
-
2
20,00
5
100,00
10
100,00
Jumlah 2. Jarak ke Poliklinik 0 km
Missing Jumlah 3. Biaya berobat Terjangkau
Jumlah 4. Penanganan berobat Baik
3
5
100,00
3
30,00
Cukup
2
-
-
5
50,00
Sulit
1
-
-
2
20,00
5
100,00
10
100,00
Jumlah 5. Alat Kontrasepsi Mudah didapat
3
-
-
-
-
Cukup didapat
2
-
-
-
-
Sulit didapat
1
-
-
-
-
-
-
-
-
Jumlah 6. Konsultasi KB Mudah
3
3
60,00
3
30,00
Cukup
2
-
-
-
-
Sulit
1
1
20,00
-
-
4
80,00
3
30,00
Jumlah 7. Harga obat-obatan Terjangkau
3
5
100,00
3
30,00
Cukup
2
-
-
7
70,00
Sulit terjangkau
1
-
-
-
-
5
100,00
10
100,00
Jumlah
Sumber: Diolah dari data primer
49
5.4.7 Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan Seluruh responden nelayan pemilik menyatakan bahwa biaya sekolah dan prosedur penerimaannya mudah terjangkau. Bagi responden nelayan pemilik, jarak tempuh ke sekolah antara 0,01 sampai 3 km. Artinya nelayan pemilik termasuk ke dalam kriteria mudah dalam memasukkan anak ke jenjang pendidikan. Sebanyak 10% responden nelayan buruh termasuk mudah terjangkau dalam biaya sekolah, biaya sekolah bagi 60% responden cukup terjangkau dan 30% responden lainnya tidak memberikan jawaban karena tidak ada tanggungan keluarga yang masuk ke jenjang pendidikan. Sebanyak 70% responden nelayan buruh menyatakan bahwa jarak tempuh ke sekolah tidak terlalu jauh antara 0,01 sampai 3 km. Prosedur penerimaan sekolah bagi 50% responden nelayan buruh tergolong mudah terjangkau dan 20% responden nelayan buruh tergolong cukup terjangkau.
Dari penilaian tersebut dapat dikatakan bahwa nelayan buruh
termasuk ke dalam kriteria mudah dalam memasukkan anak ke jenjang pendidikan. Kemudahan rumah tangga nelayan responden memasukkan anak ke jenjang pendidikan dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33 Kemudahan rumah tangga nelayan responden memasukkan anak ke jenjang pendidikan Kemudahan memasukan anak ke jenjang pendidikan
Skor
Nelayan pemilik Jumlah Persentase (orang) (%)
Nelayan buruh Jumlah Persentase (orang) (%)
1. Biaya sekolah Mudah terjangkau
3
5
100,00
1
10,00
Cukup
2
-
-
6
60,00
1
5
100,00
7
70,00
4
-
-
-
-
0,01-3 km
3
5
100,00
7
70,00
> 3 km
2
5
100,00
7
70,00
3 2 1
5 5
100,00 100,00
5 2 7
50,00 20,00 70,00
Sulit terjangkau Jumlah 2. Jarak ke sekolah 0 km
Jumlah 3. Prosedur penerimaan Mudah Cukup Sulit Jumlah
Sumber: Diolah dari data primer
50
5.4.8 Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi Seluruh rumah tangga nelayan pemilik terjangkau dalam hal ongkos dan biaya transportasi dengan fasilitas kendaraan yang sudah tersedia. Namun, dalam hal kepemilikan kendaraan, 60% responden nelayan pemilik telah memiliki kendaraan sendiri dan 40% lainnya menggunakan kendaraan umum. Menurut 40% nelayan buruh, ongkos dan biaya transportasi sudah terjangkau dan 60% responden cukup terjangkau. Apabila dilihat dari fasilitas kendaraan yang ada, 30% responden nelayan buruh menyatakan sudah tersedia dan 70% responden nelayan buruh menyatakan cukup tersedia.
Nelayan buruh yang memiliki
kendaraan sendiri berjumlah 20%, sedangkan 80% lainnya menggunakan kendaraan umum. Indikator kemudahan mendapatkan sarana transportasi secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34 Kemudahan rumah tangga nelayan responden mendapatkan transportasi Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi
Sk or
Nelayan pemilik Jumlah Persentase (orang) (%)
Nelayan buruh Jumlah Persentase (orang) (%)
1. Ongkos dan biaya Terjangkau Cukup Sulit
3 2 1
5 5
100,00 100,00
4 6 10
40,00 60,00 100,00
3 2 1
5 5
100,00 100,00
3 7 10
30,00 70,00 100,00
3 2 1
3 2 5
60,00 40,00 100,00
2 8 10
20,00 80,00 100,00
Jumlah 2. Fasilitas kendaraan Tersedia Cukup Sulit Jumlah 3.Kepemilikan Sendiri Sewa Ongkos Jumlah
Sumber: Diolah dari data primer
5.4.9
Kehidupan beragama Sebagian besar penduduk di daerah Palabuhanratu beragama Islam.
Sebanyak 80% nelayan pemilik memiliki toleransi antar umat beragama yang cukup, sedangkan 20% lainnya memiliki toleransi antar umat beragama yang rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan buruh, diketahui bahwa
51
80% responden memiliki toleransi antar umat beragama yang cukup dan 20% responden memiliki toleransi antar umat beragama yang rendah. Selengkapnya mengenai indikator kehidupan beragama nelayan payang dapat dilihat dalam Tabel 35. Tabel 35 Kehidupan beragama rumah tangga nelayan responden Kehidupan beragama
Skor
Toleransi tinggi 3 Toleransi cukup 2 Toleransi rendah 1 Jumlah Sumber: Diolah dari data primer
Nelayan pemilik Jumlah Persentase (orang) (%) 4 80,00 1 20,00 5 100,00
Nelayan buruh Jumlah Persentase (orang) (%) 10 100,00 10 100,00
5.4.10 Rasa aman dari gangguan kejahatan Indikator rasa aman dari gangguan kejahatan dilihat dari sering tidaknya responden mengalami tindak kejahatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan responden menyatakan bahwa 80% responden nelayan pemilik dan 90% responden nelayan buruh menyatakan merasa aman dari gangguan kejahatan, sedangkan 20% responden nelayan pemilik dan 10% responden nelayan buruh merasa cukup aman karena nelayan tersebut pernah menjadi korban pencurian. Rasa aman rumah tangga nelayan responden dari gangguan kejahatan dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 36 Rasa aman rumah tangga nelayan responden dari gangguan kejahatan Rasa aman dari gangguan kejahatan
Sk or
Aman 3 Cukup aman 2 Kurang aman 1 Jumlah Sumber: Diolah dari data primer
Nelayan pemilik Jumlah Persentase (orang) (%) 4 80,00 1 20,00 5 100,00
Nelayan buruh Jumlah Persentase (orang) (%) 9 90,00 1 10,00 10 100,00
5.4.11 Kemudahan dalam melakukan olahraga Kemudahan dalam melakukan olahraga dilihat dari sering tidaknya responden melakukan olahraga.
Sebanyak 20% responden nelayan pemilik
52
menyatakan sering olahraga, 40% menyatakan cukup sering olahraga dan 40% lainnya menyatakan kurang olahraga. Sebanyak 20% responden nelayan buruh menyatakan cukup sering olahraga dan 80% responden menyatakan kurang olahraga.
Kemudahan rumah tangga nelayan responden dalam melakukan
olahraga dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 37 Kemudahan rumah tangga nelayan responden dalam melakukan olahraga Kemudahan dalam melakukan olahraga
Skor
Nelayan pemilik Jumlah Persentase (orang) (%) 1 20,00
Nelayan buruh Jumlah Persentase (orang) (%) -
Sering olahraga
3
Cukup sering olahraga
2
2
40,00
2
20,00
kurang olahraga
1
2
40,00
8
80,00
5
100,00
10
100,00
Jumlah
Sumber: Diolah dari data primer
5.5
Klasifikasi Tingkat Kesejahteraan Nelayan Responden Seluruh nelayan pemilik termasuk dalam tingkat kesejahteraan tinggi.
Sementara sebanyak 60% responden nelayan buruh termasuk dalam tingkat kesejaheraan tinggi dan 40% responden lainnya termasuk dalam tingkat kesejahteraan sedang. Klasifikasi tingkat kesejahteraan nelayan responden dapat dilihat pada Tabel 38. Tabel 38 Klasifikasi tingkat kesejahteraan nelayan responden Nelayan pemilik Klasifikasi Total tingkat Jumlah Persentase skor kesejahteraan (orang) (%) 5 100,00 Tinggi 27-35 Sedang 19-26 Rendah 11-18 Jumlah 5 100,00 Sumber: Diolah dari data primer
5.6
Nelayan buruh Jumlah Persentase (orang) (%) 6 60,00 4 40,00 10 100,00
Pembahasan Alat tangkap payang banyak digunakan di Perairan Teluk Palabuhanratu.
Secara teknik, operasional alat tangkap payang efektif menangkap ikan. Produktivitas payang meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu menjadi 36.083 kg per unit per tahun. Meningkatnya produktivitas payang disebabkan pengurangan
53
jumlah unit penangkapan payang, sehingga mengurangi persaingan dalam perolehan hasil tangkapan.
Hasil tangkapan payang umumnya ikan pelagis,
seperti tongkol, kantong semar, cakalang dan madidihang. Pada saat tidak musim ikan, kadang-kadang bagian kantong payang diganti menggunakan jaring dengan ukuran mata lebih kecil. Hal ini dimaksudkan untuk menangkap ikan teri. Saat tidak musim ikan, dengan payang yang sama, kadang-kadang tertangkap ikan layur, tenggiri dan pepetek. Tahun 2007 dan sebelumnya, payang lebih banyak menangkap jenis-jenis ikan pelagis kecil seperti tembang, hanya sesekali secara kebetulan menangkap ikan pelagis besar seperti cakalang. Hal ini menimbulkan pertanyaan terhadap kesediaan sumberdaya ikan di Perairan Palabuhanratu bahwa telah terjadi pengurangan sediaan jenis ikan tertentu.
Keadaan ini dapat dijawab melalui
penelitian tentang sumberdaya ikan di Perairan Palabuhanratu. Metode penangkapan ikan yang dilakukan yaitu dengan cara melingkari gerombolan ikan dengan jaring.
Pengoperasian payang, terutama pada saat
hauling, memerlukan tenaga nelayan dengan energi yang lebih tinggi, terlebih saat mendapatkan banyak hasil tangkapan.
Hasil penelitian bahwa hauling
memerlukan porsi waktu yang paling banyak saat nelayan melaut. Jika hal ini dikaitkan dengan umur nelayan buruh, yaitu di atas 45 tahun walaupun masih termasuk dalam kriteria umur produktif, akan lebih baik jika payang dioperasikan oleh nelayan yang lebih muda. Nelayan yang lebih muda umumnya memiliki energi yang lebih besar, sehingga hauling dapat dilakukan lebih cepat. Artinya semakin cepat jaring payang mencapai kapal, maka akan semakin baik dan peluang lolosnya ikan hasil tangkapan semakin kecil. Tingkat pendidikan nelayan buruh tampaknya tidak begitu berpengaruh terhadap pelaksanaan operasi penangkapan ikan, karena operasi penangkapan ikan bergantung pada hasil tangkapan yang diperoleh. Hasil tangkapan yang diperoleh menentukan pendapatan yang diterima nelayan buruh. Pendapatan yang diterima nelayan buruh bergantung pada sistem bagi hasilnya. Porsi melaut nelayan buruh lebih tinggi dibandingkan nelayan pemilik, sehingga alokasi waktu kerja nelayan buruh lebih banyak digunakan untuk melaut. Hal ini yang menyebabkan pendapatan nelayan buruh di luar sektor
54
penangkapan ikan tidak ada.
Keadaan ini terkait dengan tingkat pendapatan
nelayan buruh yang rendah, sehingga nelayan buruh tidak bisa menabung. Hal ini ditunjukkan dengan 50% nelayan buruh masuk dalam kategori miskin, miskin sekali dan paling miskin. Kategori miskin hingga paling miskin ini pula yang menyebabkan nelayan buruh lebih banyak memilih tidur dan menonton TV saat tidak melaut.
Keadaan ini yang menyebabkan nelayan buruh tidak memiliki
pendapatan pada saat tidak melaut, sehingga nelayan buruh memilih berhutang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan nelayan buruh adalah menciptakan lapangan kerja untuk rumah tangga nelayan buruh, misalnya menciptakan usaha sampingan rumah tangga. Nelayan buruh dapat melakukan pekerjaan ini saat tidak melaut, namun istri atau anak nelayan buruh dapat melakukannya setiap hari. Usaha sampingan yang diciptakan seharusnya dapat dilakukan oleh rumah tangga. Hasil penelitian bahwa pendapatan nelayan pemilik lebih besar dibandingkan nelayan buruh.
Pendapatan semakin besar maka 10 indikator
kesejahteraan lainnya semakin baik. Artinya semakin besar pendapatan maka 10 indikator kesejahteraan lainnya mudah terpenuhi, sehingga tingkat kesejahteraan semakin baik. Hal ini menyebabkan tingkat kesejahteraan nelayan pemilik lebih tinggi dibandingkan nelayan buruh.