5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kajian Konstruksi Unit Penangkapan Cantrang 5.1.1 Alat tangkap cantrang Alat tangkap cantrang yang berbasis di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur terdiri atas tiga bagian utama yaitu: sayap, badan, dan kantong. Alat tangkap ini dilengkapi dengan tali selambar, pelampung, pemberat, danleno, tali ris atas dan tali ris bawah. Penjelasan lebih rinci mengenai bagian-bagian cantrang yang terdapat di PPN Brondong dijelaskan sebagai berikut: 1) Sayap (wings) Sayap pada cantrang terdiri atas dua bagian (double seam) yaitu: sayap atas dan sayap bawah. ukurannya.
Kedua sayap ini sama, baik bahan material maupun
Pada umumnya sayap terbuat dari bahan PE (polyethylene),
namun pada beberapa bagian sayap menggunakan bahan PA (polyamide). Bagian sayap ini terdiri dari 5 kisi (lembaran) jaring dengan ukuran mata jaring (mesh size) 160 – 190 mm. Bahan PA digunakan pada beberapa bagian kisi jaring karena bahan PA merupakan bahan yang lebih mudah tenggelam di dalam air dengan berat jenis 1,14 g/cm3 (Iskandar, 2009). Tujuan penggunaan bahan ini adalah agar jaring lebih cepat tenggelam pada saat pengoperasian. 2) Badan jaring (body) Badan jaring merupakan bagian yang terdapat antara mulut dengan kantong pukat. Bagian ini umumnya terdiri dari 15 kisi jaring dengan ukuran mata jaring (mesh size) dari 30 – 134 mm. Sebagian besar bagian badan ini terbuat dari bahan PE (polyethylene) kecuali pada kisi bagian depan terbuat dari bahan PA (polyamide). 3) Kantong (cod end) Bagian kantong merupakan bagian yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya hasil tangkapan pada alat tangkap cantrang. Panjang kantong adalah 3 meter dengan ukuran mesh size 30 mm yang terdiri dari 1 kisi jaring. Bagian kantong terbuat dari bahan polyethylene (PE) dengan diameter benang
32
jaring 18.
Bagian kantong cantrang dilengkapi dengan pemberat di bagian
ujung yang berfungsi agar posisi kantong tetap berada di dasar perairan sehingga memudahkan ikan hasil tangkapan masuk ke dalam kantong. 4) Tali selambar (warp) Tali selambar pada cantrang merupakan salah satu bagian yang berperan penting. Panjang tali selambar pada cantrang adalah 21 gulung pada masingmasing bagian. Satu gulung tali selambar berukuran panjang 32 depa. Jika satu depa sama dengan 1,5 meter maka panjang satu gulung tali selambar adalah 48 meter. Jadi panjang total tali selambar pada salah satu sisi sayap lebih kurang 1000 meter. Tali selambar pada alat tangkap cantrang memiliki keistimewaan, yaitu terdiri dari campuran beberapa bahan material (mixed rope). Pada bagian dalam terbuat dari bahan PP (polypropylene) dan PA (polyamide) yang kemudian dibalut dengan bahan tekstil (cotton). Desain tali selambar seperti ini membuat tali selambar kuat terhadap beban tarikan yang besar. Selain itu, dengan desain seperti ini diharapkan tali selambar lebih cepat tenggelam dalam pengoperasiannya. Bentuk dan bahan tali selambar yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Tali selambar cantrang. 5) Tali ris atas Tali ris atas terbuat dari bahan plastik (PL) dengan diameter 19 mm. Bahan ini digunakan karena merupakan bahan yang mudah terapung sehingga bagian mulut jaring dapat terbuka secara sempurna. Panjang tali ris atas pada alat tangkap cantrang adalah 51,30 meter. Gambar tali ris atas dapat dilihat pada Gambar 10.
33
Gambar 10 Tali ris atas cantrang. 6) Tali ris bawah Tali ris bawah terbuat dari bahan yang sama dengan tali selambar, yaitu bahan campuran (mixed rope) antara bahan PP (polypropylene), PA (polyamide) dan bahan tekstil (cotton) dengan diameter 29 mm. Namun, memiliki beberapa perbedaan desain antara tali ris bawah dengan tali selambar, yaitu bagian tali ris bawah memiliki pemberat.
Pemberat ini
terbuat dari bahan timah berbentuk lembaran yang dipasang dengan cara dibalutkan pada tali dengan jarak 50 – 100 cm yang kemudian dibalut kembali dengan bahan tekstil (cotton) dan ditandai dengan bahan plastik terpal berwarna-warni. Fungsi pemasangan pemberat pada tali ris bawah ini adalah agar pemberat tidak tersangkut pada substrat perairan saat dilakukan operasi penangkapan. Pada tali ris bawah ini terdapat 15 kg pemberat timah. Gambar tali ris bawah yang dilengkapi dengan pemberat timah dapat dilihat pada Gambar 11.
Tali ris bawah
Pemberat timah
Gambar 11 Tali ris bawah dan pemberat timah.
34
7) Pelampung (float) Pelampung pada alat tangkap cantrang terdiri dari tiga jenis, dengan rincian masing-masing sebagai berikut: a) pelampung tanda: terbuat dari gabus yang dilapisi dengan plastik terpal dan diberi tiang bendera setinggi 3 meter; b) pelampung pada bagian mulut pukat terdapat 2 buah, merupakan pelampung yang terbuat dari plastik (PL) dengan nomor 200 dan 600; c) pelampung pada masing-masing sayap merupakan pelampung yang terbuat dari bahan PL dengan nomor 200 dan berjumlah masing-masing 1 buah; 8) Pemberat (sinker) Pemberat pada alat tangkap cantrang dipasang pada beberapa bagian. Selain pemberat yang terdapat pada tali ris bawah, terdapat juga pemberat pada bagian mulut pukat yang terbuat dari batu atau dari semen dengan berat 5 kg. Selain itu, terdapat pemberat pada bagian sayap yang berada tepat di bawah pelampung (pemasangan pemberat ini tergantung kondisi arus pada setiap operasi penangkapan). Pemberat ini terbuat dari batu dengan berat 2 kg. Selain itu, terdapat pemberat pada bagian kantong (codend) seperti yang dijelaskan sebelumnya. Pemberat ini terbuat dari batu dengan berat lebih kurang 7 kg. Pemberat lain yang terdapat pada cantrang adalah di bagian danleno. Pemberat pada danleno ini masing-masing terdapat 2 buah dengan berat total 5 kg. 9) Danleno Danleno disebut juga dengan andem sebutan lokal nelayan Lamongan, merupakan rangka yang terbuat dari besi berbentuk segitiga yang berfungsi untuk mempertahankan posisi jaring dalam keadaan tegak. Danleno terdapat pada masing-masing bagian sayap cantrang. Spesifikasi teknis jaring cantrang yang terdapat di PPN Brondong yang didapatkan dari hasil pengukuran di lapangan dapat dilihat pada Tabel 12. Panjang bagian secara memanjang dan melintang merupakan hasil perkalian antara ukuran mata jaring (mesh size) dengan jumlah mata jaring tersebut. Gambar teknis dan bentuk konstruksi alat tangkap cantrang dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4.
35
Tabel 12 Spesifikasi teknis cantrang di PPN Brondong Bagian
Sayap
Badan
Kantong Total (m)
No. kisi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Mesh size (mm) 190 190 190 185 160 134 110 89 69 72 61 49 49 49 37 33 30 30 30 30 30 -
Jumlah mata Memanjang
Melintang
26 29 29 29 29 10 17 24 29 29 24 29 29 29 47 46 30 29 29 49 120
100 110 130 130 115 330 480 496 496 464 464 418 363 312 260 260 300 250 250 250 160
-
-
Panjang bagian kisi Memanjang Melintang (m) (m) 4,94 19,00 5,51 20,90 5,51 24,70 5,36 24,05 4,64 18,40 1,34 44,22 1,87 52,80 2,14 44,14 2,00 34,22 2,09 33,41 1,46 28,30 1,42 20,48 1,42 17,79 1,42 15,29 1,74 9,62 1,52 8,58 0,90 9,00 0,87 7,50 0,87 7,50 1,47 7,50 3,60 4,80 51,49 -
Total memanjang (m)
25,96
22,53
3,60 52,09
Berdasarkan hasil pengukuran alat tangkap cantrang di PPN Brondong didapatkan ukuran panjang masing-masing bagian seperti ditunjukkan pada Tabel 13. Tabel 13 Hasil pengukuran panjang setiap bagian konstruksi Nama bagian jaring a b c d e f g1 g2 h h1 h2 i i1 j j1 l m
Nama bagian Panjang mulut jaring Panjang total jaring Panjang bagian sayap atas Panjang bagian sayap bawah Panjang bagian badan jaring Panjang bagian kantong jaring Lebar ujung belakang sayap atas Lebar ujung depan sayap atas Setengah keliling mulut jaring Lebar ujung belakang sayap bawah Lebar ujung depan sayap bawah Lebar ujung depan badan Lebar ujung belakang badan Lebar ujung depan kantong Lebar ujung belakang kantong Panjang tali ris atas Panjang tali ris bawah
Panjang bagian (m) 55,0 52,1 25,9 25,9 22,6 3,6 18,4 19,0 27,5 18,4 19,0 44,6 7,5 4,8 4,8 51,3 51,3
36
Berdasarkan hasil perbandingan bagian-bagian jaring cantrang sesuai kriteria SNI 01-7236-2006 secara memanjang dan melintang didapatkan hasil seperti ditunjukkan pada Tabel 14 dan Tabel 15. Tabel 14 Hasil perbandingan bagian-bagian jaring secara memanjang Perbandingan memanjang l/m l/b m/b a/b c/b d/b Sqr/b e/b f/b
Standar SNI
Nilai aktual
0,890 - 1,035 0,935 - 1,090 0,970 - 1,130 1,095 - 1,275 0,535 - 0,625 0,535 - 0,625 0,340 - 0,395 0,050 - 0,060
1,000 0,996 0,996 1,068 0,504 0,504 0,438 0,058
Keterangan Sesuai Sesuai Sesuai Lebih kecil Sayap lebih pendek Lebih kecil Badan lebih panjang Sesuai
Tabel 15 Hasil perbandingan bagian-bagian jaring secara melintang Perbandingan melintang g2/h g1/h h2/h h1/h i/h i1/h j/h j1/h
Standar SNI
Nilai aktual
0,535 - 0,625 0,935 - 0,840 0,535 - 0,625 0,725 - 0,840 1 0,160 - 0,185 0,070 - 0,080 0,070 - 0,080
0,691 0,669 0,691 0,669 1,608 0,273 0,145 0,145
Keterangan Lebih besar Lebih kecil Lebih besar Lebih kecil Lebih besar Lebih besar Lebih besar Lebih besar
Berdasarkan hasil perbandingan bagian-bagian cantrang secara memanjang dapat diketahui bahwa nilai a/b yaitu perbandingan panjang mulut dengan panjang total jaring memiliki nilai yang lebih kecil daripada nilai SNI dengan selisih 0,027. Begitu juga dengan nilai c/b dan d/b yaitu perbandingan antara panjang sayap dengan panjang total jaring memiliki nilai yang lebih kecil 0,031. Hal ini berarti bahwa cantrang di PPN Brondong memiliki konstruksi yang sedikit lebih pendek pada bagian sayap dari standar SNI.
Sedangkan nilai e/b yaitu
perbandingan antara badan jaring dengan panjang total jaring memiliki nilai yang lebih besar 0,043.
Hal ini menunjukkan bahwa konstruksi cantrang di PPN
Brondong memiliki bagian badan yang lebih panjang daripada standar SNI. Tujuan pembuatan badan yang lebih panjang ini adalah agar ikan yang sudah tertangkap sulit untuk meloloskan diri.
37
Pada kriteria perbandingan melintang secara umum memiliki nilai yang lebih besar daripada standar SNI. Hal ini menunjukkan bahwa cantrang di PPN Brondong memiliki bentuk yang lebih lebar. Untuk melihat kesesuaian konstruksi memanjang cantrang di PPN Brondong dengan konstruksi baku SNI 01-72362006 dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12
Perbandingan cantrang PPN Brondong dengan SNI secara memanjang.
Untuk melihat kesesuaian konstruksi melintang cantrang di PPN Brondong dengan konstruksi baku SNI 01-7236-2006 dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13 Perbandingan cantrang PPN Brondong dengan SNI secara melintang.
38
Secara melintang konstruksi cantrang yang terdapat di PPN Brondong memiliki ukuran yang lebih besar daripada standar baku konstruksi SNI. Ukuran yang lebih besar ini bertujuan supaya mampu menghadang ikan dengan area sapuan yang lebih lebar. Perbandingan jumlah kisi yang digunakan pada masing-masing bagian alat tangkap cantrang yang terdapat di PPN Brondong dengan SNI 2006 disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Perbandingan jumlah kisi jaring yang digunakan pada setiap bagian Bagian jaring Bagian sayap atas Bagian sayap bawah Bagian square Bagian badan jaring Bagian kantong
Standar SNI 4-6 kisi jaring 4-6 kisi jaring 5-7 kisi jaring 1-2 kisi jaring
Nilai aktual 5 5 15 1
Keterangan Sesuai Sesuai Badan lebih panjang Sesuai
Perbandingan konstruksi cantrang berdasarkan jumlah kisi-kisi jaring menunjukkan bahwa secara umum cantrang di PPN Brondong sesuai dengan standar SNI, namun ada perbedaan pada bagian badan jaring yang memiliki jumlah kisi lebih banyak yaitu 15 kisi. Bagian badan jaring ini dibuat lebih banyak dengan tujuan agar ikan yang sudah tertangkap sulit untuk meloloskan diri. Perbandingan bahan material dan ukuran mesh size yang digunakan pada masing-masing bagian jaring dapat dilihat pada Tabel 17. Jenis bahan material dan mesh size pada masing-masing kisi jaring dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 17 Bahan material dan ukuran mata jaring Bahan material
Bagian jaring Bagian sayap atas Bagian sayap bawah Bagian square Bagian badan jaring Bagian kantong
Standar SNI PE 380 d/6 - d/9 Atau R 280-420 Tex Ø = 0,64 ~ 0,83 mm PE 380 d/6- d/9 Atau R 280-420 Tex Ø = 0,64 ~ 0,83 mm
Mesh size Nilai aktual
Standar SNI
Nilai aktual
PE 185 - PE 190 Ø 18 - 24 dan PA 160 Ø 1,5 mm
101,6 ~ 203,3 mm ( 4 ~ 8 inch) 101,6 ~ 203,3 mm ( 4 ~ 8 inch)
-
-
-
-
PE380d/9 –d12
PE Ø 12 - 18 PA Ø 1.5 mm
25,4 – 101,6 ( 1 ~ 4 inch)
30 - 134 mm
PE380d/9 –d12
PE Ø 18
19,1 ~ 25,4 mm ( ¾ ~ 1 inch)
30 mm
PE Ø 18 - 24 dan PA 160 Ø 1,5 mm
160 - 190 mm 160 - 190 mm
39
Berdasarkan bahan material yang digunakan, cantrang di PPN Brondong sebagian besar menggunakan jenis bahan PE (polyethylene), tetapi pada beberapa bagian kisi jaring menggunakan jenis bahan PA (polyamide). Penggunaan bahan PA karena bahan ini merupakan bahan yang tenggelam di dalam air. Tujuan penggunaan bahan ini adalah agar jaring lebih cepat tenggelam.
Sedangkan
berdasarkan ukuran mata jaring (mesh size) cantrang di PPN Brondong sesuai dengan SNI, bahkan pada bagian kantong memiliki mesh size yang lebih besar agar ikan yang kecil dapat meloloskan diri. 5.1.2 Kapal cantrang Kapal/perahu merupakan salah satu dari unit penangkapan ikan. Kapal yang digunakan untuk alat tangkap cantrang ini bermacam-macam, mulai dari ukuran kecil sampai besar tergantung pada ukuran alat tangkap yang digunakan. Kapal cantrang yang terdapat di PPN Brondong berkisar antara 3 – 20 GT. Gambar salah satu kapal cantrang di PPN Brondong dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14 Kapal cantrang KM. Semi Jaya. Kapal yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah KM. Semi Jaya dengan dimensi utama kapal yaitu: panjang (LOA) 10 meter; lebar (B) 5 meter; dan dalam (d) 1,25 meter. Kapal ini merupakan kapal kayu yang dibangun pada tahun 2005 dengan volume kapal 6 GT.
40
Pada umumnya kapal cantrang yang terdapat di PPN Brondong memiliki tiga buah mesin penggerak kapal. Fungsi penggunaan tiga buah mesin penggerak ini adalah agar kapal cantrang memiliki kemampuan olah gerak yang baik. Selain itu, mesin-mesin ini juga berfungsi sebagai mesin cadangan yang dapat digunakan sebagai mesin bantu penggerak gardan ketika mesin utama gardan mengalami kerusakan saat trip operasi penangkapan. Kapal cantrang KM. Semi Jaya memiliki tiga buah motor penggerak. Dua buah merupakan motor dengan merek Yanmar 30 PK dengan rpm mesin maksimum 2400 rpm. Sedangkan satu mesin lainnya adalah Yanmar 23 PK. Bahan bakar yang digunakan adalah solar. Dengan adanya tiga mesin penggerak, kapal ini memiliki tiga buah propeller yang disusun dengan tujuan agar dapat berolah gerak dengan sempurna dan mampu menahan beban penarikan jaring ketika operasi penangkapan berlangsung.
Kapal ini memiliki daun kemudi
manual berupa sebuah kayu yang dipasang tidak permanen. Selain digerakkan oleh mesin penggerak, kapal ini juga digerakkan dengan menggunakan layar. Layar ini hanya digunakan oleh nelayan ketika menuju fishing ground, agar dapat bergerak dengan lebih cepat. Kapal cantrang pada umumnya dilengkapi dengan palka ikan, kecuali untuk kapal cantrang ukuran kecil dengan trip one day fishing. Kapal tersebut tidak menggunakan palka tetapi menggunakan keranjang dan cool box tanpa menggunakan es. Hal ini dilakukan untuk menghemat biaya operasional. Palka yang digunakan untuk menampung ikan hasil tangkapan pada KM. Semi Jaya terdiri atas enam lubang palka.
Dengan dimensi masing-masing
panjang 1 meter; lebar 1,70 meter dan dalam 1,25 meter. Masing-masing palka ini mampu menampung 1 ton ikan. Posisi bagian-bagian yang terdapat di atas kapal KM. Semi Jaya dapat dilihat pada Gambar 15.
41
Gambar 15 Tata letak/layout KM. Semi Jaya. 5.1.3 Nelayan cantrang Nelayan merupakan unsur utama dalam suatu unit penangkapan ikan. Nelayan memiliki peranan yang sangat penting dalam proses operasi penangkapan. Anak buah kapal cantrang di PPN Brondong rata-rata terdiri dari 7 – 15 orang.
Nelayan cantrang di PPN Brondong dapat diklasifikasikan
berdasarkan lama trip penangkapan, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 18. Tabel 18 Jumlah ABK berdasarkan lama trip penangkapan Jenis cantrang Cantrang kecil Cantrang sedang Cantrang besar
Ukuran kapal < 5 GT 5 GT – 10 GT 10 GT – 20 GT
Lama trip 1 hari (one day fishing) 5 – 7 hari 10 – 15 hari
Jumlah ABK 5 – 7 orang 9 – 12 orang 10 – 15 orang
42
Untuk kelancaran dan efektivitas kinerja ABK pada kapal cantrang, masingmasing ABK memiliki tugas dengan deskripsi pekerjaan tertentu. Pembagian dan deskripsi pekerjaan masing ABK ditunjukkan pada Tabel 19. Tabel 19 Deskripsi pekerjaan ABK cantrang No.
Pekerjaan ABK
1
Kapten/ Fishing Master
2
Juru mudi
3
Juru mesin
4
6
Juru tambat Juru perbaikan alat Juru masak
7
ABK biasa
5
Deskripsi kerja Memimpin trip penangkapan, menentukan waktu dan tempat operasi penangkapan, mengemudikan kapal dalam waktu operasi, memantau kinerja ABK Mengemudikan kapal dari fishing base menuju fishing ground Menghidupkan dan mematikan mesin serta merawat mesin selama operasi Menambatkan kapal di dermaga pelabuhan Memperbaiki jaring ketika terjadi kerusakan selama operasi Menyediakan makanan untuk seluruh ABK. Menggulung tali selambar selama hauling, menyortir hasil tangkapan
Jumlah ABK 1 orang 1 – 5 orang 1 – 3 orang 1 – 2 orang 1 – 3 orang 1 – 2 orang Semua ABK
Kapten kapal biasanya sekaligus merangkap sebagai fishing master. Pada nelayan cantrang tradisional biasanya dilakukan langsung oleh pemilik kapal, tetapi pada skala usaha yang lebih besar kapten merupakan orang kepercayaan dari pemilik kapal. Selain itu, pekerjaan juru mudi yang banyak dilakukan oleh ABK, pada dasarnya adalah ABK biasa yang diberikan tugas tambahan oleh kapten kapal untuk mengemudikan kapal dari fishing base menuju fishing ground. Biasanya kapten memberikan pekerjaan juru mudi ini secara bergiliran. Pada jenis unit penangkapan cantrang skala kecil, dengan ukuran kapal <5 GT dan trip penangkapan one day fishing, pembagian tugas ABK lebih sedikit. Biasanya hanya terdiri dari kapten, juru mesin, dan ABK biasa. 5.2 Kajian Aspek Teknis Operasional Cantrang 5.2.1 Metode penangkapan ikan Penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap cantrang di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur dilakukan dengan beberapa jenis fishing trip, trip harian dan trip mingguan. Trip harian (one day fishing) dilakukan oleh nelayan cantrang tradisional dengan kapal yang lebih kecil. Trip mingguan dilakukan oleh nelayan cantrang yang memiliki ukuran kapal yang lebih besar sehingga mampu menampung perbekalan yang lebih banyak.
Untuk trip penangkapan harian,
43
biasanya keberangkatan dari fishing base pada pukul 02.00 dini hari dan kembali ke pelabuhan pada pukul 12.00 siang hari. Sedangkan untuk trip penangkapan yang dilakukan secara mingguan, biasanya nelayan berangkat dari fishing base pada pagi hari pukul 10.00 atau lebih pagi tergantung pada jarak ke fishing ground.
Biasanya nelayan baru melakukan operasi penangkapan ikan pada
keesokan harinya.
Beberapa tahapan metode penangkapan ikan dengan
menggunakan alat tangkap cantrang dijelaskan sebagai berikut: 1) Tahap persiapan Tahap persiapan meliputi tahap persiapan perbekalan melaut dari darat, kemudian perjalanan menuju fishing ground.
Operasi penangkapan ikan
dengan menggunakan cantrang dimulai dari pagi hari setelah subuh dan berakhir sore hari menjelang maghrib. Nelayan yang bertugas dalam operasi penangkapan ikan ini berjumlah sebanyak lebih kurang 7 - 12 orang dengan deskripsi pekerjaan seperti yang dijelaskan pada Tabel 19. Tahap persiapan operasi
penangkapan
ikan
dimulai
dari
persiapan
ABK
dengan
mempersiapkan jaring, tali selambar serta pelampung tanda. 2) Setting Tahapan setting atau pemasangan alat tangkap dimulai setelah kapten kapal (fishing master) memberi aba-aba kepada ABK bahwa kapal telah berada pada posisi daerah penangkapan yang baik. Anak buah kapal yang bertugas langsung menurunkan pelampung tanda dari haluan kapal sebelah kanan yang kemudian diikuti dengan menurunkan tali selambar sayap jaring bagian kanan. Pada saat penurunan tali selambar ini kapal bergerak dengan gerakan melengkung jauh dengan kecepatan rata-rata 6 – 7 knot. Ketika tali selambar bagian kanan selesai diturunkan, maka selanjutnya adalah proses penurunan bagian-bagian jaring. Bagian pertama yang diturunkan adalah sayap kanan dengan menurunkan danleno terlebih dahulu. Gerakan kapal pada posisi ini adalah membentuk setengah lingkaran dengan memposisikan kantong jaring tepat berada pada bagian tengah sudut perputaran kapal. Setelah sayap kanan selesai diturunkan, dilanjutkan dengan menurunkan bagian badan jaring. Selanjutnya dilakukan penurunan sayap jaring sebelah kiri, kemudian diakhiri dengan penurunan bagian kantong. Pada proses penurunan bagian-bagian
44
jaring, kapal bergerak dengan kecepatan rendah yaitu 3,3 knot.
Setelah
seluruh bagian jaring diturunkan, kapal menuju ke pelampung tanda dengan melanjutkan penurunan tali selambar bagian kiri. Ujung tali selambar bagian kiri ini telah dipasang pada gardan. Setelah kapal berhasil menuju pelampung tanda, ABK menaikkan pelampung tanda tersebut ke atas kapal dan menggulung tali selambar bagian kanan pada kapstan bagian kanan. Pada posisi ini tali selambar telah siap untuk ditarik.
Proses setting ini
menghabiskan waktu rata-rata 12 menit. Alur proses setting ini dapat dilihat pada Gambar 18. 3) Soaking Setelah alat tangkap terpasang sempurna di perairan, nelayan tidak langsung melakukan penarikan tali selambar, tetapi menunggu agar jaring tenggelam sempurna di dasar perairan. Waktu tunggu ini rata-rata berlangsung selama 5 menit. Pada kesempatan ini ABK bersiap-siap dengan menyalakan mesin gardan, mengatur posisi ABK di geladak kapal. Selain itu, waktu tunggu ini dimanfaatkan untuk penyortiran ikan hasil tangkapan pada hauling sebelumnya. 4) Hauling Setelah diperkirakan jaring telah terpasang di dasar perairan, dengan aba-aba dari kapten kapal, proses hauling (pengangkatan jaring) dimulai. ABK yang bertugas sebagai operator mesin gardan menjalankan gardan dengan kecepatan penarikan rendah.
Pada kondisi awal penarikan ini, beban
penarikan sangat besar. Oleh karena itu, untuk menghindari putusnya tali selambar, maka penarikan dilakukan dengan kecepatan rendah. Penarikan dengan
kecepatan rendah ini dilakukan hingga 7 gulung tali selambar.
Setelah 7 gulungan pertama, kecepatan mesin gardan dinaikkan.
Setiap
penambahan 1 gulung dilakukan penambahan kecepatan penarikan hingga kecepatan maksimum pada gulungan ke-12 hingga gulungan ke-21. Pada saat penarikan tali selambar dengan gardan, mesin kapal berada dalam keadaan hidup. Tujuan menghidupkan mesin utama kapal pada saat penarikan tali selambar ini tidak untuk menghela jaring, tetapi untuk mempertahankan
45
posisi kapal agar tidak terseret ke arah belakang karena beban penarikan yang sangat besar. Setelah seluruh tali selambar berhasil ditarik keatas kapal, saatnya untuk menarik jaring ke atas kapal. Penarikan jaring dilakukan oleh ABK secara manual (tanpa bantuan mesin gardan). Penarikan dilakukan pada sisi kapal sebelah kanan. Setelah bagian kantong jaring yang berisi hasil tangkapan berhasil dinaikkan, langsung dilakukan penyortiran hasil tangkapan oleh ABK.
Dalam selang
waktu yang cepat (sekitar 1 menit), pelampung tanda kembali diturunkan untuk melakukan operasi selanjutnya.
Secara keseluruhan waktu yang
dibutuhkan untuk hauling ini adalah rata-rata 36 menit. Secara normal, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu proses setting-hauling adalah 55 menit.
Namun, jika ada kecelakaan atau gangguan selama proses bisa
memakan waktu yang lebih lama. Perhitungan lama waktu pada tahapan operasi penangkapan ini dapat dilihat pada Lampiran 6.
Gambar 16 Proses hauling alat tangkap cantrang. 5) Sortir Penyortiran dilakukan oleh beberapa ABK.
Penyortiran yang dilakukan
berdasarkan jenis dan ukuran ikan hasil tangkapan. Jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi ditangani dengan lebih baik, dipisahkan dengan
46
menggunakan kantong plastik dan diberi es.
Khusus untuk jenis lobster
diberi perlakuan khusus dengan perawatan agar tetap hidup karena nilai jualnya yang sangat tinggi. Sedangkan untuk hasil tangkapan yang bernilai ekonomis rendah dibuang kembali ke laut. Kecuali jika pada hari ketiga operasi penangkapan jumlah ikan ekonomis yang tertangkap jumlahnya sedikit, maka hasil tangkapan sampingan dengan nilai ekonomis rendah ikut dimasukkan ke dalam palka. Proses penyortiran hasil tangkapan diatas kapal dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17 Proses penyortiran hasil tangkapan. Alur pengoperasian mulai dari setting hingga hauling pada alagt tangkap cantrang dapat dilihat pada Gambar 18. Proses ini berlangsung berulang kali pada saat operasi penangkapan dimulai pada pagi hari hingga berakhirnya penangkapan pada sore hari. Rata-rata dalam satu hari operasi penangkapan dapat dilakukan 10 – 12 kali setting-hauling.
Gambar 18 Alur pengoperasian alat tangkap cantrang.
47
5.2.2 Alat bantu penangkapan gardan/winch Gardan/winch adalah alat bantu penangkapan dengan menggunakan permesinan.
Gardan/winch sebagai alat bantu penangkapan berfungsi untuk
mempercepat proses penarikan tali selambar pada saat hauling. Dengan adanya permesinan gardan/winch membuat proses penangkapan berlangsung lebih cepat dan mudah. Berikut adalah spesifikasi mesin gardan yang digunakan untuk unit penangkapan cantrang di PPN Brondong. Mesin
:
Dongfeng
Kekuatan mesin
:
30 PK
rpm maksimum
:
2400
Lebar kapstan
:
2,65 m
Panjang roda penggulung
:
30 cm
Posisi gardan dari buritan kapal
:
5,93 m
Posisi gardan diatas kapal berada pada bagian tengah kapal. Penarikan dengan gardan/winch dapat dilakukan di bagian haluan maupun buritan kapal dengan menggunakan alat bantu tambahan, yaitu roller (dewi-dewi). Gambar gardan dan posisi gardan diatas kapal cantrang dapat ditunjukkan pada Gambar 19 dan Gambar 20.
Gambar 19 Gardan/winch sebagai alat bantu penangkapan pada cantrang.
48
Gambar 20 Spesifikasi ukuran dan posisi gardan/winch di atas kapal. Pengoperasian gardan/winch dilakukan setelah cantrang terpasang di perairan, tali selambar pada masing-masing ujung digulung pada penggulung gardan.
Kemudian mesin gardan dihidupkan dalam posisi stasioner (netral).
Setelah mendapat instruksi dari kapten kapal, ABK mulai menjalankan penarikan tali selambar dengan menjalankan porseneling mesin gardan. Pada tahap awal beban penarikan sangat besar karena tali selambar di perairan masih berbentuk melingkar dan terbuka. Pada tahap ini mesin dijalankan dalam kecepatan rendah dengan kecepatan putaran mesin rata-rata 419 rpm.
Kecepatan seperti ini
dipertahankan hingga 7 gulung tali selambar berhasil ditarik. Setelah gulungan ke-7 selesai, kecepatan penarikan ditambah sehingga kecepatan putaran mesin menjadi rata-rata 584,5 rpm. Kecepatan putaran mesin terus ditingkatkan setiap
49
penambahan 1 gulung tali selambar hingga pada gulungan ke-12 sampai akhir kecepatan putaran mesin pada posisi maksimal yaitu 985,1 rpm. Mekanisme kerja mesin gardan yaitu poros mesin gardan akan menggerakkan poros kapstan yang berfungsi untuk menarik tali selambar. Pada poros ini terjadi reduksi putaran untuk menggerakkan penggulung (kapstan). Perbandingan antara rpm motor penggerak dengan rpm penggulung (kapstan) yang diukur dengan menggunakan alat tachometer dapat dilihat pada Gambar 21.
1200 1000 800 600 400 200 0 1
2
3
4
5
6
RPM Motor penggerak
7
8
RPM Kapstan
Gambar 21 Perbandingan rpm motor penggerak dengan penggulung (kapstan). Perbandingan kecepatan putaran mesin motor penggerak gardan dengan putaran penggulung (kapstan), yaitu 10 : 1. Artinya, 10 kali putaran mesin motor penggerak menghasilkan satu kali putaran kapstan. Pengoperasian penarikan.
gardan/winch
memiliki
beberapa
tahapan
kecepatan
Tahapan pertama yaitu, tahap awal penarikan dengan kecepatan
rendah. Tahap kedua, yaitu penambahan kecepatan penarikan setiap penarikan satu gulung tali selambar dari gulungan ke-7 hingga gulungan ke-12. Tahap ketiga yaitu, penarikan dengan kecepatan penuh pada gulungan tali selambar ke12 sampai 20. Ilustrasi penarikan tali selambar dapat dilihat pada Gambar 22.
50
Gambar 22 Ilustrasi penarikan tali selambar. Untuk mengetahui kecepatan penarikan tali selambar dengan menggunakan gardan, maka dilakukan perhitungan kecepatan penarikan pada beberapa tingkatan kecepatan. Berdasarkan data pengukuran rpm pada Lampiran 7 didapatkan hasil perhitungan kecepatan penarikan gardan pada tingkat kecepatan penarikan yang berbeda-beda, hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Kecepatan penarikan tali selambar dengan gardan/winch Kondisi penarikan
rpm kapstan
Stasioner/netral Penarikan awal/rendah (7 gulung tali selambar) Penambahan kecepatan awal (gulungan 8-9) Penambahan kecepatan (gulungan 9-10) Penambahan kecepatan (gulungan 10-11) Penarikan kecepatan maksimum (gulungan 12-20) Penarikan akhir (gulungan 21)
0 42 58 76 84 98 42 Rata-rata
Kecepatan tarik kapstan = (π x d x n) 0,00 928,35 39,16 51,31 56,71 66,16 28,35 38,58 meter/menit
Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa rata-rata kecepatan penarikan dengan menggunakan gardan adalah 38,58
meter/menit
atau
0,64
m/detik.
Artinya bahwa untuk menggulung tali selambar sepanjang 1000 meter dalam keadaan normal dibutuhkan waktu rata-rata yaitu 26 menit.
51
Berdasarkan perhitungan waktu proses setting-hauling menghabiskan waktu rata-rata 55 menit. Jika waktu yang dibutuhkan untuk penarikan tali selambar adalah 26 menit maka penggunaan alat bantu gardan dalam kondisi normal mampu mempercepat proses operasi penangkapan. 5.2.3 Faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan Keberhasilan operasi penangkapan ikan pada suatu lokasi penangkapan sangatlah kompleks, hal ini dikarenakan banyaknya faktor yang saling mempengaruhi kegiatan operasi penangkapan ikan. Faktor-faktor tersebut secara garis besar adalah sumberdaya ikan, teknologi penangkapan ikan, serta kondisi lingkungan (Nelwan, 2004).
Faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan
penangkapan ikan dengan alat tangkap cantrang adalah: 1) Faktor internal Faktor internal berkaitan dengan unit penangkapan ikan.
Kinerja dari
masing-masing unit penangkapan menentukan keberhasilan penangkapan. Beberapa
faktor
internal
yang
mempengaruhi
keberhasilan
operasi
penangkapan ikan adalah: (1) Kekuatan dan ketahanan jaring dan tali selambar, Kekuatan dan ketahanan bagian jaring dan tali selambar sangat berperan penting dalam menentukan keberhasilan proses penangkapan. Jaring dan tali selambar mendapat beban yang sangat besar selama proses penarikan ke atas kapal, untuk itu dibutuhkan kekuatan dan ketahanan dalam penggunaan yang berulang-ulang. (2) Kemampuan fishing master dan ABK, Kemampuan fishing master dalam membaca dan menentukan posisi penangkapan, mengetahui arah arus dan angin sangat penting dalam menentukan keberhasilan upaya penangkapan. Begitu juga dengan kinerja ABK saling mempengaruhi dalam keberhasilan upaya penangkapan. (3) Kemampuan olah gerak dan ketahanan kapal Kemampuan kapal berolah gerak dalam proses setting dan ketahanan kapal selama proses penarikan tali selambar berpengaruh besar dalam proses operasi penangkapan.
52
2) Faktor eksternal Faktor eksternal berkaitan dengan hal-hal yang terdapat diluar unit penangkapan ikan, biasanya berupa faktor alamiah. Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan adalah: (1) Sumberdaya ikan Keberadaan sumberdaya ikan di suatu perairan menentukan keberhasilan upaya penangkapan. (2) Cuaca dan musim Cuaca dan musim berpengaruh dalam proses penangkapan. (3) Arus Nahkoda kapal harus memperhitungkan kondisi arus dalam proses penangkapan ikan.
Kesalahan dalam memperhitungkan arus dapat
menyebabkan jaring terbelit dan tidak terpasang secara sempurna. (4) Substrat perairan Kondisi substrat sangat berpengaruh terhadap pengoperasian alat tangkap terutama untuk jenis alat tangkap yang beroperasi di dasar perairan. Kondisi substrat pasir dan lumpur mempermudah proses operasi penangkapan, sedangkan substrat berkarang dan berbatu dapat merusak alat tangkap dan menyebabkan kegagalan operasi penangkapan. 5.2.4 Hasil tangkapan Hasil tangkapan cantrang adalah sumberdaya ikan demersal. Berdasarkan data hasil tangkapan selama trip operasi yang diikuti diperoleh sebanyak 40 jenis ikan dengan berbagai macam ukuran dengan total penjualan 3.315 kg. Hasil tangkapan dominan yang bernilai ekonomis cukup tinggi adalah jenis ikan kuningan (kurisi) dan golok merah (swanggi). Ikan petek merupakan jenis yang paling banyak tertangkap tetapi merupakan hasil tangkapan sampingan dan biasanya dibuang kembali oleh nelayan. Hasil tangkapan cantrang berdasarkan hasil operasi selama 4 hari penangkapan ikan dari trip yang diikuti disajikan pada Tabel 21.
53
Tabel 21 Jenis dan bobot hasil tangkapan cantrang KM. Semi Jaya No
Nama lokal
Nama Indonesia
Nama ilmiah
1 2 3 5 6 7 8 9 10 12 13 14 15 17 18 19 21 22 23 24 25 26 27 28 30 31
Kuningan Kapasan Kamojan Glomo Golok Merah Kerok Balak Kucul Kuniran Kakap merah Lengan besar Lengan susu Grubyak Putihan Tonang Bunteg Laosan Pari Sudu Cucut Cumi Cumi bentol Teropong kecil Pentolan Pepetek Lain-lain/campuran Total
Kurisi Kapasan Kamojan Gulamah Swanggi Lencam Beloso Barakuda Biji nangka Kakap merah Kerapu Kerapu Ikan sebelah Kwee Remang Buntal Laosan Pari Ikan terompet Cucut Cumi Cumi Sotong Sotong Petek -
Upeneus vittatus Gerres kapas Parupeneus sp Nibea albiflora Priacanthus tayenus Lutjanus spp. Synodus sp Sphyraena sp Upeneus sulphureus Lutjanus spp. Cephalopholis sp. Cephalopholis sp. Psettodes erumei Caranx sp Congresox talabon Tetraodon sp Terapon sp Aetobatus spp. Aulostomus sp Carcharhinus sp Loligo spp. Loligo spp. Sepia sp. Sepia sp. Leiognathus sp. -
Bobot total (kg) 867 213 37 179 232 14 147 25 13 16,5 2 12,5 41 7 25 49 5,5 5 14 8 83 9 5 6 1.200 99,5 3.315
Komposisi hasil tangkapan hasil operasi selama empat hari penangkapan ditunjukkan pada Gambar 23.
Gambar 23 Komposisi hasil tangkapan cantrang.
54
Komposisi hasil tangkapan cantrang pada Gambar 23 merupakan 10 jenis hasil tangkapan terbesar. Dapat dilihat bahwa hasil tangkapan yang dominan adalah jenis ikan petek (Leiognathus sp.) dan ikan kurisi (Upeneus vittatus). Namun, jenis ikan petek merupakan hasil tangkapan sampingan karena memiliki nilai ekonomis yang rendah. Ikan jenis ini mendominasi setiap hauling, namun pada hari pertama penangkapan jenis ikan ini dibuang kembali ke laut. Gambar jenis ikan hasil tangkapan dapat dilihat pada Lampiran 8. 5.2.5 Daerah penangkapan ikan Nelayan cantrang dengan trip operasi one day fishing melakukan operasi penangkapan ikan di daerah pesisir utara Kabupaten Lamongan. Dengan jarak tempuh menuju fishing ground rata-rata 3 jam dengan kecepatan kapal 6 knot. Sedangkan kapal cantrang dengan trip mingguan atau lebih memiliki daerah penangkapan yang lebih jauh. Berdasarkan hasil wawancara, daerah yang biasa dikunjungi oleh nelayan adalah daerah sekitar Kepulauan Bawean, Kepulauan Masalembo hingga daerah selatan Pulau Kalimantan.
Berdasarkan data trip
operasi yang diikuti (Lampiran 9), daerah penangkapan ikan yaitu di selatan perairan Bawean, dengan jarak tempuh dari PPN Brondong 9 jam dengan kecepatan kapal 9 knot. Peta lokasi fishing ground dapat dilihat pada Gambar 6 dan peta posisi setting – hauling dapat dilihat pada Lampiran 10. 5.3 Kajian Finansial Usaha Perikanan Cantrang Analisis usaha merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu kegiatan usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Analisis finansial usaha perikanan cantrang yang ingin diketahui meliputi analisis pendapatan usaha dan kriteria investasi yang mencakup Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP). Pada usaha perikanan cantrang khususnya pada unit KM. Semi Jaya diterapkan sistem bagi hasil antara pemilik kapal dengan ABK. Sistem yang diterapkan adalah 50% untuk pemilik dan 50% untuk gaji ABK. Pembagian ini dilakukan pada pendapatan bersih pada setiap trip penangkapan.
55
5.3.1 Investasi Biaya investasi usaha perikanan cantrang mencakup pembelian kapal beserta perlengkapannya dan pembelian alat tangkap.
Untuk lebih jelasnya
disajikan pada Tabel 22. Tabel 22 Aset investasi usaha cantrang KM. Semi Jaya Jenis
Jumlah
Kapal Motor penggerak Yanmar 30 PK Motor Penggerak Yanmar 23 PK Mesin bantu Alat tangkap Gardan Tali selambar Generator/solar system Lainnya/administrasi dll. Total Biaya Investasi
1 2 1 1 2 1 44 1 1 -
Harga Rp 175.000.000 Rp 24.300.000 Rp 11.000.000 Rp 10.300.000 Rp 2.000.000 Rp 9.500.000 Rp 340.000 Rp 5.500.000 Rp 5.000.000 -
Total Rp 175.000.000 Rp 48.600.000 Rp 11.000.000 Rp 10.300.000 Rp 4.000.000 Rp 9.500.000 Rp 14.960.000 Rp 5.500.000 Rp 5.000.000 Rp 283.860.000
Komponen biaya investasi yang terbesar adalah pembelian kapal beserta kelengkapannya dengan total Rp 264.900.000, sedangkan biaya lainnya yaitu biaya pembelian alat tangkap sebesar Rp 18.960.000. Total biaya investasi untuk unit usaha perikanan cantrang KM. Semi Jaya yaitu Rp 283.860.000. 5.3.2 Biaya tetap (fixed cost) Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dalam setiap periode tertentu. Komponen biaya tetap untuk KM. Semi Jaya meliputi biaya penyusutan dan biaya perawatan seperti yang disajikan pada Tabel 23. Tabel 23 Komponen biaya tetap usaha cantrang KM.Semi Jaya Aset investasi Kapal Motor Yanmar 30 PK Motor Yanmar 23 PK Mesin bantu Alat tangkap Gardan Tali selambar Generator Lainnya Jumlah Total Biaya Tetap
Umur teknis (tahun) 20 10 10 10 2 10 2 10 5 -
Biaya penyusutan
Biaya perawatan
Rp 8.750.000 Rp 4.380.000 Rp 4.860.000 Rp 1.000.000 Rp 1.100.000 Rp 500.000 Rp 1.030.000 Rp 450.000 Rp 2.000.000 Rp 750.000 Rp 950.000 Rp 100.000 Rp 7.480.000 Rp 100.000 Rp 550.000 Rp 200.000 Rp 1.000.000 Rp 27.720.000 Rp 7.480.000 Rp 35.200.000
56
Biaya tetap yang harus dikeluarkan setiap tahun oleh pemilik usaha perikanan cantrang KM. Semi Jaya berupa biaya penyusutan dan perawatan aset investasi sebesar Rp 35.200.000. Biaya penyusutan yang terbesar adalah kapal, sedangkan biaya penyusutan tali selambar dengan umur teknis 2 tahun cukup besar juga karena komponen ini cepat mengalami kerusakan akibat pemakaian. 5.3.3 Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan setiap kali akan melakukan trip penangkapan ikan. Biaya tidak tetap meliputi biaya perbekalan melaut; BBM, es, logistik bahan makanan, dan biaya-biaya administrasi. Komponen biaya tidak tetap ditunjukkan pada Tabel 24. Tabel 24 Komponen biaya tidak tetap usaha cantrang KM. Semi Jaya Jenis kebutuhan Perbekalan melaut Retribusi Biaya bongkar&sortir Total Biaya tidak tetap
Biaya per trip Rp Rp Rp Rp
7.478.050 20.000 500.000 7.998.050
Biaya per tahun Rp Rp Rp Rp
239.297.600 640.000 16.000.000 255.937.600
Biaya tidak tetap ini belum termasuk upah ABK, karena sistem usaha perikanan cantrang KM. Semi Jaya menggunakan sistem bagi hasil 50%. Total biaya sebelum upah ABK adalah Rp 35.200.000 + Rp 255.937.600 = Rp 291.137.600 Berdasarkan perhitungan pada pendapatan usaha dimana bagi hasil antara ABK dan pemilik sebesar masing-masing Rp 161.631.200. Maka biaya total yang dikeluarkan per tahun adalah penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya tidak tetap dan upah ABK, yaitu: TC = Rp 35.200.000 + Rp 255.937.600 + Rp 161.631.200 = Rp 452.768.800 5.3.4 Analisis pendapatan usaha Berdasarkan data penjualan hasil tangkapan dari trip penangkapan yang diikuti didapatkan hasil seperti yang ditunjukkan pada Tabel 25.
57
Tabel 25 Penjualan hasil tangkapan cantrang KM. Semi Jaya Hasil tangkapan Pepetek Kuningan Golok Merah Kapasan Gulamah Balak Cumi Buntal Ikan sebelah Lainnya (campuran) Kamojan Rambangan Kucul Tonang Togek Kerapu Kakap merah Kakap putih Sudu Kuniran Cucut Putihan Bukur Laosan Pari Sembilang Lobster Jumlah
Nama Indonesia Petek Kurisi Swanggi Kapasan Gulamah Beloso Cumi Buntal Sebelah Campuran Kamojan Rambangan Barakuda Remang Sotong Kerapu Kakap merah Kakap putih Terompet Biji nangka Cucut Kwee Barakuda Laosan Pari Sembilang Lobster
Jumlah (kg) 1.200 867 232 213 179 147 103 49 41 38 37 26 25 25 21 19,5 16,5 14 14 13 8 7 5,5 5,5 5 4 2.5 3.315
Hasil per trip (Rp) Rp 1.200.000 Rp 5.743.200 Rp 1.218.800 Rp 660.300 Rp 1.217.200 Rp 527.400 Rp 890.500 Rp 174.900 Rp 369.000 Rp 290.000 Rp 111.000 Rp 70.200 Rp 73.000 Rp 312.500 Rp 94.500 Rp 236.500 Rp 288.500 Rp 143.500 Rp 25.200 Rp 91.000 Rp 104.000 Rp 112.000 Rp 50.875 Rp 16.500 Rp 30.000 Rp 30.000 Rp 320.000 Rp 14.400.575
Berdasarkan penjualan hasil tangkapan pada trip tersebut didapatkan hasil Rp 14.400.575. Menurut pengakuan nelayan hasil tersebut adalah hasil yang sedikit dibandingkan dengan hasil yang biasa didapatkan pada trip sebelumnya. Berdasarkan hasil wawancara terhadap pemilik kapal KM. Semi Jaya diketahui bahwa pada trip tersebut termasuk dalam musim paceklik penangkapan, dimana rata-rata nelayan di PPN Brondong memperoleh hasil tangkapan yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan trip penangkapan pada bulan lain. Sehingga nilai penjualan hasil tangkapan rata-rata pada bulan musim penangkapan cenderung lebih rendah. Nilai penjualan rata-rata hasil tangkapan pada bulan musim penangkapan dapat dilihat pada Tabel 26.
58
Tabel 26 Rata-rata perdapatan per trip pada bulan musim penangkapan Musim Paceklik Mei Juni Juli Sedang Maret April Agustus Puncak September Oktober November Desemeber Januari Februari Rata-rata
Rata-rata penjualan/trip Rp Rp Rp
14.400.000 13.000.000 15.000.000
Rp Rp Rp
17.000.000 19.000.000 18.000.000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
25.000.000 23.000.000 23.000.000 22.000.000 21.000.000 20.000.000 19.200.000
Berdasarkan data penjualan pada musim penangkapan yang berbeda-beda didapatkan rata-rata hasil penjualan nelayan cantrang setiap trip adalah Rp 19.200.000,00. Dengan waktu per trip selama 6 – 7 hari, maka nelayan cantrang bisa melakukan trip maksimal sebanyak tiga kali setiap bulan. Dengan rata-rata trip per tahun menurut pengakuan nelayan sebanyak 32 trip. Maka perhitungan pendapatan nelayan cantrang selama satu tahun adalah Rp 19.200.000,00 x 32 trip = Rp 614.400.000,00 Pendapatan per tahun yang didapatkan sebelum bagi hasil 50% dengan ABK adalah (Kadariah et. al, 1999):
TR
TC
= Rp 614.400.000,00 - Rp 291.137.600,00 = Rp 323.262.400,00 Keuntungan bersih per tahun yang diterima oleh pemilik kapal setelah bagi hasil dengan ABK 50% adalah Rp 161.631.200.
59
5.3.5 Analisis kriteria investasi Analisis kriteria investasi usaha perikanan cantrang KM. Semi Jaya meliputi Net Present Value, Net Benefit - Cost Ratio, Internal Rate of Return, dan Payback Period. Perhitungan Net Present Value dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27 Perhitungan Net Present Value (NPV) KM. Semi Jaya Thn
Biaya (Ct)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rp 736.628.800 Rp 452.768.800 Rp 452.768.800 Rp 452.768.800 Rp 452.768.800 Rp 452.768.800 Rp 452.768.800 Rp 452.768.800 Rp 452.768.800 Rp 452.768.800 Rp 452.768.800
Penerimaan (Bt)
Net cash flow (Bt-Ct)
Rp Rp 614.400.000 Rp 614.400.000 Rp 614.400.000 Rp 614.400.000 Rp 614.400.000 Rp 614.400.000 Rp 614.400.000 Rp 614.400.000 Rp 614.400.000 Rp 614.400.000 NPV
Rp (736.628.800) Rp 161.631.200 Rp 161.631.200 Rp 161.631.200 Rp 161.631.200 Rp 161.631.200 Rp 161.631.200 Rp 161.631.200 Rp 161.631.200 Rp 161.631.200 Rp 161.631.200
Discount factor 12.5 % 1,00 0,89 0,79 0,70 0,62 0,55 0,49 0,44 0,39 0,35 0,31
Present value (discount factor 12.5%) Rp (736.628.800) Rp 143.672.177 Rp 127.708.602 Rp 113.518.757 Rp 100.905.562 Rp 89.693.833 Rp 79.727.851 Rp 70.869.201 Rp 62.994.845 Rp 55.995.418 Rp 49.773.705 Rp 158.231.157
Berdasarkan perhitungan Net Present Value menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh sesuai dengan umur ekonomis selama 10 tahun dan tingkat suku bunga 12,5% maka didapatkan nilai NPV sebesar Rp 158.231.157. Hal ini menunjukkan bahwa usaha perikanan cantrang KM. Semi Jaya memiliki nilai NPV benilai positif yang berarti usaha ini layak. Berdasarkan perhitungan (Lampiran 11) Net Benefit - Cost Ratio (Net B/C) untuk usaha perikanan cantrang KM. Semi Jaya adalah 1,21.
Artinya setiap
satuan biaya yang dikeluarkan mampu memberikan manfaat sebesar 1,21. Berdasarkan kriteria investasi (Kadariah et al., 1999), usaha perikanan cantrang KM. Semi Jaya layak. Untuk menilai tingkat pengembalian internal suatu usaha digunakan analisis Internal Rate of Return (IRR). Perhitungan IRR usaha perikanan cantrang KM. Semi Jaya dapat dilihat pada Tabel 28.
60
Tabel 28 Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) KM. Semi Jaya Tahun
Discount factor 15%
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1,00 0,87 0,76 0,66 0,57 0,50 0,43 0,38 0,33 0,28 0,25
Present value DF 15%
NPV
Rp (736.628.800,00) Rp 140.548.869,57 Rp 122.216.408,32 Rp 106.275.137,67 Rp 92.413.163,19 Rp 80.359.272,34 Rp 69.877.628,12 Rp 60.763.154,89 Rp 52.837.525,99 Rp 45.945.674,77 Rp 39.952.760,67 Rp 74.560.795,52
Discount factor 20%
Present value DF 20%
1,00 0,83 0,69 0,58 0,48 0,40 0,33 0,28 0,23 0,19 0,16
Rp (736.628.800,00) Rp 134.692.666,67 Rp 112.243.888,89 Rp 93.536.574,07 Rp 77.947.145,06 Rp 64.955.954,22 Rp 54.129.961,85 Rp 45.108.301,54 Rp 37.590.251,28 Rp 31.325.209,40 Rp 26.104.341,17 Rp (58.994.505,85)
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai NPV+ adalah Rp 74.560.795,52 untuk discount factor 15%, sedangkan nilai NPV- adalah Rp (58.994.505,85) untuk discount factor 20%. Berdasarkan perhitungan (Lampiran 12) didapatkan nilai IRR yaitu 17,79%. Nilai IRR ini berarti usaha ini mampu memberikan pengembalian atas investasi sebesar 17,79%. Menurut Gittinger (1986) nilai IRR ini adalah tingkat suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan karena proyek membutuhkan dana lagi untuk biayabiaya produksi dan investasi serta proyek baru sampai tingkat pulang modal. Nilai IRR 17,79% merupakan nilai yang cukup rendah, namun jika dibandingkan dengan kondisi sekarang dimana tingkat suku bunga tidak lebih besar dari 10% usaha perikanan cantrang KM. Semi Jaya ini layak. Periode pengembalian (payback period) didapatkan dengan perhitungan total nilai investasi dibagi dengan keuntungan bersih pertahun. PP = Rp 283.860.000/ Rp 161.631.200 = 1,76 tahun Artinya usaha ini akan mampu mengembalikan modal awal investasi pada setelah berjalan 1 tahun 9 bulan.