5.
Data Mono@
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu tahun 2000
memperlihatkan bahwa jumlah penduduk yang telah bekaja di Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara (didalam data ini hanya terdiri dari Kelurahan Pulau Kelapa dan Pulau Panggang mengingat Kelurahan Pulau Harapan belum terhtuk) addah sebanyak 4.877 orang. Dari jufnlah ini, yang hekerja sebagai
nelayan (dm petani ikan) adalah 3.483 orang atau 71,42 %.
Data mata
pencaharian penduduk Kepdauan Seribu ini selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 7. Mata Pencaharian Penduduk Kepulauan Seribu Tahun 2000
Sumber : DioIah dari Mono@
Kecamatan Kepulauan Seribu tahun 2000
Data pada Tabel 7 tersebut memperlihatkan bahwa baik di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, dimana Taman Nasional Kepdauan Seribu berada, maupun di seluruh Kabupaten Kepdauan Seribu mata pencaharian penduduk mayoritas adalah nelayan abu petani ikan (terrnasuk petani rumput laut).
Perekonomian masyarakat setempat kmamh pada sumberdaya kelautan dan
perikanan. Dengan demikian kondisi fllmberdaya alam kelautan dan perilcanan di Kepulauan Seribu akan sangat rnernpengaruhi kehidupan sosial-ekonomi masyarakat Kepulauan Seribu.
Perkembangan mid-ekonomi masyarakat di pulau-pulau kecil rnemang
dipengaruhi oleh kendala has pulau kecil. Pemhangunan pulau-pulau kecil menurut Fauzi (2002) menghadapi empat kendala utama yaitu isolasi daerah, ketergantungan terbdap daerah lain, terbatasnya lahan (smallness), dan
kerentanan ekologis mupun sosial-ekonomis. Pengaruh kendala pulau-pulau
kecil terhadap perkembangan sosial-ekonomi tersebut jelas terlihat dari pengamatan di lapangan. Masyarakat di Kelurahan Pulau K e l a p dan Pdau
Harapan sedikit b&&
dari rnasyamkat di Kelurahan Pulau Panggang dalam hal
hubungan antar individu dan solidaritas msial. Hubungan kekerabatan, semangat gotong royong, dan sdidaritas sosial masih t e r l i t cukup tinggi di Kelurahan
Pulau Kelapa d m Pdau Hampan. Namun demikiaa ha1 tersebut telah berkurang
di KelUratran Pulau Panggang. Ruyani (2003) juga menunjukkan realitas yang sama.
Intensifnya hubungan sosial-ekonomi masyarakat Keluraban Pulau
Panggang dengan rnasyarakat luar &bat
ditetapkannya Kelurahan Pulau
Panggang sebagai ibukota kabupaten menyebabkan pmingan individu maupun kelompok di Kelurahan Pdau Panggang menjadi Iebih meningkat sehingga sernangat gotong royong dan solidaritas sosial menjadi s e w menurun.
Kunjungan masyarakat luar baik dalam rangka kunjungan biasa ( r e h i ) ,
kunjungan dinas, maupun kunjungan yang berkaitan dengan pruyek-proyek pem-
yang semuanya kernhawa uangn mernaag iebih intensif terjadi di
Kelumhan Pulau Panggang dibandingkan dengan di dua kelurahan lainnya di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. Masuknya uang ini memang layak untuk
diperebutkan tetapi pada sisi lain dapat merubah kondisi sosial masyarakat setempat.
Rasa gotong royong dan solidaritas masyarakat menurun seperti
sebagian masyarakat tidak rnau membantu sesuatu k e a t a n jika tidak mendapatkan imbalan kmpa wag. Rasa persaingan sesarna masyarakat juga semakin tinggi dalam mendaptkan suatu kegiatan yang memperoleh imbalan tenrtama dari para pengunjung.
Data BPS DKI Jakarta (1997) memperlihatkan bahwa baik di seluruh Kepulauan Seribu maupun di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, mayoritas
kapd perikanan yztng digunakm penduduk adalah jenis kapd motor dengan b o b t kurang dari 5 GT. Infomasi lainnya adalah bahwa kapal perikanan ini mayoritas
adalah milik sendiri. Alat tangkap yang paling banyak digunakan baik di seluruh Kepulauan Seribu maupun di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara adalah pancing. Sementara itu pendidikan nelayan ini rnayoritas adalah tamat SD.
Data
wawancara terhadap responden yang dilakukan juga memperlihatkan bahwa
mayoritas nelayan di Kecamatan Kepulaum Seribu Utam (68,75 %) adalah tamatan SD.
B.
Pendapatan
Bdasarkan wawancara di lapangan, penghslsilan nelayan di Kaamatan
Kepulauan Seribu Utara berkisar antara Rp. 10.000,-
sekitar Rp. 300.000,-
- Rp.
- Rp. 60.000,- per hari atau
1 -800.000,per bulan. Secara rata-rata penghasilan
nelayan di wilayah ini adalah Rp. 34.286,- per hari.
Besamya penghasilan
nelayan ini kelihatannya cukup memadai. Secara lebih rinci, jumlah nelayan
responden yang berpenghasilan k m g aiau sama dengan Rp. 500.000,- per bdan adalah 7,14 %, yang bqxnghasilan antara Rp. 500.000,-
- Rp.1.000.000,-per
bdan adalah 46,43 %, sedangkan yang berpenghasilan lebih besar atau sama dengan Rp. 1.000.000,- per bulan addah 46,16 %. Hasil ini tidak jauh berbeda
dengan pengamatan Ruyani ( 2 0 3 ) Mwa penghasilan nelayan di Keluhan Pulau
K e l a p mayoritas (72 YO)berada pada selang Rp. 600.000,- - Rp. 800.000,- per
bdan.
Hail wawancara dalarn hal penghasilan masyarakat Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara tersebut sedikit kbeda dengan h i 1 wawancara yang
dilakukan oleh Sulistyowati (2003). Namun hal ini tmitama karena komposisi responden yang tercakup di dalam survei beheda Responden yang diwawancarai
oleh Sulistyowati (2003) mencakup juga mereka yang tidak bekerja (382 %).
Dari surveinya tersebut ia rnemperoleh realitas bahwa penghasilan mayoritas (54 Yo)penduduk (responden) di Kelurahan Pulau Kelapa dan Pulau Harapan adalah < Rp. 5.000,- pec hari.
C.
Fasilitas Pendidikan
Realitas sosial ekonomi b e d s a b n pakernbangan hilitas pendidikan di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara setelah adanya TNL Kepulauan Seribu cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan sebelurn adanya TNL Kepulauan
Seribu. Hal ini dapt d%bt pada Gambar 6.
Perhrmbuhan Fastlitas Pendidikan Sebelum TNL
Pertumbuhan Fasilktag Pendidikan Setelah T M
fP = 0.8836
5
52
2 .
= 0,4439
-E
- -0& 87 88 89 90 91 92 93 94 95
Tahun
Gambar 6.
95 96 97 98 99 00 01 02 03 I anun
Perkembangan Fasilitas Pendidikan Kecamatan Kepulaw Seribu Utara Sebelum dan Setelah Adanya TNL Kepulauan Seribu
Pada Cambar 6 terlihat bahwa slope perkembangan fasilitas pendidikan di Keamatan Kepulauaa Seribu Utara sebelum adanya TNL Kepulauan Seribu
adalah 0,674 semenbra setelah adanya TNL Kepulauan Seribu addah 1,128.
Bedasarkan realitas nilai slope ini maka di dalarn a d i s i s MPAEM pekembangan fasilitas pendidikan sebelum adanya TNL akan diberi skor 2 sedangkan setelah adanya TNL akan di beri skor 3.
Sementara itu perkembangan fasilitas pendidikan untuk seluruh Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dapat dilihat pada Gambar 7. Pada Gambar 7 ini
terIihat bahwa slope perkembangan fasilitas pendidikan di Kabupaten Kepulauan
Seribu sehlum adanya TNL Kepulauan Seribu adalah 0,983 sementara setelah
adsnya TNL Kepulauan Seribu adalah 0,393. Berdasarkan realitas nilai slope ini maka di daIam andisis MPAEM pekembangan fasilitas pendidikan sebelum adanya TNL akan diberi skor 2 sedangkan setelah adanya TNL akan diberi skor 1.
EtanVPknpFasilitPs Pendidikwr
Bmyaknya fasHltas bndidlkan Sebelm m
setdah mL 8
s-
z
7 R' = 0,8897
m P
4
utn
3
Pa
<"
3-
gQ
2
ie, 0
87 88 89 90 91 92 93 94 95
95 96 97 98 99 00 01 02 03
Tahun
Tahun
Gambar 7.
D
n
4
Perkernbangan Fasilitas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Seribu Sebelum d m Setelah Adanya TNL Kepulauan Seribu
Penerangan Pertumbuhan sarana penerangan listrik sebelwn dan sesudah adanya TNL
Kepulauan Seribu baik di Kecamatan Kepulauan Seribu Utam maupun di
Kab-
Adminidmsi Kepulauan Seribu b e m - t u r u t dapat dilihat pada
Gambar 8 dan Gambar 9. Pada GamW 8 terlihat brlhwa perkembangan sarana penerangan di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara setelah adanya TNL
Kepulauan Seribu memperlihahn realitas yang ti&
berbeda dibandingkan
dengan sebelum adanya TNL Kepulauan Seribu. Narnun demikian d i t a s yang
berbeda di perlihatkan untuk seluruh Kabupaten Adrninistrasi Kepulauan Seribu. Pada Gambar 9 terlihat bahwa perkembangan sarana penerangan di Kabupaten
Kepulauan Seribu setelah adanya TNL Kepulauan Seribu cenderung lebih baik
dibandingkan dengan sebelumnya.
Pwllmbuhanmsebhh mL
PmmnkhPnsmamPenorangan
%Mum TNL
8 ,
L
7
/
2
-
4 -
c
ff
y = 1,8282+1,2121~ $ = 0,8596
3
0
87 88 89
90 91
92 93 94 95
-
y=
. 04 95 96 97 98 99 00 01 02 03
Tahun
Gambar 8.
Tahun
Pertumbuhan Sarana Penerangan Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Seklum dan Setelah Adanya TNL Kepulauan Seribu
Perbmbuhsn -mRK 8 , c - 7
1
81 6 -
--w
rmfmarmn
y = 0,9246+0.91f 7x R' = 0,7595
sstsbh TML e
-
g s n A 87 88 89
E.
8 1
1
n 90 91 92 93 94 95 Tahun
Gambar 9
0,7258+ 1 ,14531 R' = 0,9504 -- - -
1
y = - O,t42+1,0345x Ft2 = 0,9861
95 96 97 98 99 00 01 02 03
Tahun
Pertumbuhan Sarana Penerangan Kabupaten Kepulauan Seribu Seklum dm Setelah Adanya TNL Kepdauan Seribu
Perurnahan
Perkernbangan kondisi perurnahan masyarakat di Kecamatan Kepulauan
Seribu Utara yang diukur berdasackan persentase jumlah rumah yang permanen
dan semipermanen dapat dilihat pada Crambar 10. Pada Gambar 10 ini terlihat W w a kondisi perurnahan setelah adanya TNL temyata lebih baik dari
seklumnya.
Perkembangan Kondlsi Perumahan Seblum TNL E
Perkembangan Kondisi Perumahan Setelah TNL
8 -
.i
8 7 6
t f a ,
*
..
Ob 87 88 89
* P"
.. .
90 91 92 93 94 95
o* 95 % 97 98 99 00 O t 02 03 -&
Ta hun
Ta hun
Gambar 10.
Perkemhangan Kondisi Perumahan di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara SekIum dan Setelah Adanya TNL Kepulauan Seribu
Pada Gambar 10 terlihat bahwa slope petkernbangan kondisi perumahan di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara seklum adanya TNL Kepulauan Seribu
addah 0,577; sementara setelah adanya TNL Kepulauan Seribu adalah 1,053. Berdasarkan realitas ini maka di dalam analisis MPAEM perkernbangan kondisi paumahrtn di Kecarnatan Kepulauan Seribu Utara sebelum adanya TNL akan
diberi skor 2 semen-
setelah d m y a TNL akan diberi skor 3.
Selanjutnya &embangan
kondisi perurnahan di seluruh Kabupaten
Kepulauan Seribu dapat dilihat pada Gambar 1 1. Ternyata perkembangan kondisi pernaban di se1uruh Kabupaten Kepulauan Seribu memperlihatkan d i t a s yang
servpa dengan yang terjadi di Kecamatan Kepualauan Seribu Utara.
---
I
~ K o n d i d P w u n a h w
seldah mt
Ssbolwn mt
-i *:t
y = -1,3514+1.1863~ R~ = 0,7906
5 y = 2,2547+037407x R' = 0.4767
2
1
"E P
0 4
0&
87 88 89 - 90 91 92- 93 94 95
Tahun
Gambar I I .
95 96 97 98 99 00 01 02 03 -2
Tahun
Perkembangan Kondisi Perumahan Kabupaten Kepulauan Seribu Sebelum dan Setelah Admya TNL Kepulauan Seribu
Pada Garnbar 11 terlihat bahwa slope perkembangan ,kondisiperurnahan di
Kabupakn A d m i n i m i Kepulauan Seribu sebelum admya TNL Kepulauan Seribu adalah 0,74 1. Dengan demikian perkembangan kondisi pertmaham ini
akm mendapat skor 2. Sementara itu perkembangan yang m a setelah adanya TNL Kepdauan Seribu mempunyai slope 1,186. Oleh karena itu perkembangan
kondisi pemmbn di Kepulauan Seribu setelah adanya TNL a h mendapatkan skor 3.
F.
Soram Ekonomi
Perkembangan smana ekonomi di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara sebelum dan setelah adanya TNL Kepulauan Seribu dapat dilihat pada Garnbar
12. Slope perkembangan sarana ekonomi sebelum adanyst TNL &ah
1,026
sementara slope perkembangan sarana ekonomi setelah adanya TNL adalah 0,933.
D e w demikian perkem-
sararma ekonomi di Kecamatan Kepulauan Seribu
Utara sebelum adanya TNL Kepulauan Seribu akan diberi &or 3 sementara
setelah adanya TNL Kepulauan Seribu akan diberi skor 2.
~buhansaamEkanomi Smbhrrn RIL
8
PertunbuhPn~naEkamnI m T m
8 7 -6 51 R'= 0.8099
r 87 88 89
90 91 92 93 94 95 Tahun
Gambar 12.
-1 95 96 97 98 99 00 01 02 03 Tahun
Pertumbuhan Sarana Ekonomi di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Sebelum clan Setelah Adanya TNL Kepulauan Seribu
Pertumbuhan sarana ekonomi di seluruh Kabupaten Kepulauan Seribu
sebelum dan setelah adanya TNL Kepulauan Seribu dapat dilihat pada Garnbar 13.
Perkembangan smma ekonomi di seluruh Kabupaten Kepulaw Seribu
temyata menunjukkan realitas yang sedikit k b e d a dibdingkan dengm yang
terjadi di Kecamabn Kepulauan Seribu Utara.
-n-e-
Psrlrsmbangenkilie s a b h h TNL 8
sutdwn mt 8
-
7 6
c
-
pa
-
k
d
7 6 5
5 1
b
y = - 0,4858+1,1429~ R? = 0,8009
95 96 97 98 99 00 01 02 03
87 88 89 9Q 91 92 93 94 95
Tahun
Tahun
Gambar 13.
-
Perkembangan Samm Ekonomi Kabupaten Kepulauan Seribu Sebelum dan Setelah Adanya TNL Kepulauan Seribu
Pada Gambar 13 terlihat bahwa slope perkemhangan sarana ekonorni di Kabupakn Kepulauan Seribu sebelum adanya TNL Kepulauan Seribu adalah 0,851 sementara setelah adanya TNL Kepulauan Seribu adaIah 1,143.
Oleh
karenanya perkembangan sarana ekonomi sebelum adanya TNL akan diberi skor 2 dan setelah adanya TNL akan diberi &or 3.
Ber&sarkau hasil pel-
pembangunan pemerintah daerah DKI yang
dicerminkan dalarn perkembangan beberap atribut pendukung sosial ekonomi
dilakukan dengart melihat skor slope tersebut. Skor slope perkembangan b e h p a atribut pendukung sosial ekonomi seklum dan setelah adanya TNL Kepulauan Seribu diringkas pada Tabel 8.
Dalam penilaian manfaat pendukung sosial
ekonorni maka hampir semua &but yang tercantum pada Tabel 8 rnengandung makna bahwa &or yang tinggi mernpunyai nilai yang lebih baik d m sebaliknya.
Tabel 8. Skor Perkembangan Bekmpa Atribut Pendukung Sosial Ekonomi di Daerah S M i
f
Skor pada lokasi daa periode sebelum .tau
Ketmaugan :
Sumber :Diolah dari Kecamatan Kepulauan Seribu Dalam Angka tahm 1987 - 2000 KSUb = Kemnatan Kepulauan Seribu Utara seklum adanya TNL Kepulauan Seribu KSUt = Kecamatan Kepuhuan Seri'bu Utarrt setelah adanya TNL Kepulauan Seribu KSb = Kabupam Adirninstrasi Kepulauan Seribu sebelum adanya TWL Kepulauan Seribu KSt = K a b u p a h Adiminstrasi Kepulauan Seribu setelah adanya TNL Kepulauan Seribu Bak = Skor -'but baik Buk = Skor atribul buruk
Trend total a i b u t pendukung sosial ekonomi diabs dapat dikelompokkan
menjadi 4 Ewrgian yaitu sesuai dengan penentuan skor a ~ b u t . Trend rneningkat tajarn (slope 2 I), rneningkat (0,5 < slope < l), doltar (0 5 slope 5 0,5) dan menurun (slope < 0). Prosentase trend sebelum KKL dan setelah KKL Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan
Kabupaten Adrninistrasi Kepulauan Seribu disajikan pads informasi berikut :
Kecamatan Kepulnnan Seribu Utara
Sebelum KKL Meningkat Tajam Meningkat Datar Menurun
Setelah KKL : 50% : 50% : OO/o : Wh
Meningkat Tajam Meningkat
: 75% : 25%
Datar
Menwn
: 0% : OO?
Setelah KKL Men ingkat Tajam Meningkat Dam Menurun
: 75% : 0% : 25% :O O h
Kabnpaten Admhhtrasi Kepalnnirn Seribu
Sebelum KKL Meningkat Tajam Meningkat Datar Menurun
: WO : lW? : O?? : P!
Trend meningkat tajam sebelum KKL Iebih kecil dibandingkan setelah KKL baik di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara maupun di Kabupaten
A d m i n i m i Kepulauan Seribu, ha1 ini rnenunjukkan bahwa perkembangan
atribut pendukung sosial ekonomi setelah KKL lebih cepat dibandingkan sebelum KKL. Perkembangan seklum KKL hanya sedikit meningkat bukan meningkat tajam seperti setelah KKL.
5.1 .l. Realitas Perkembangan Atribut Sosial
Realitas perkernbangan atribut sosial d a m penelitian ini terdiri dari perkemhanganjurnlah penduduk, tingkat pendidikan, tingkat kematian clan tingkat
migrasi. Berdasarkan data BPS Kota Jakarta Utara (1987) penduduk Kccamatan
Kepulauan Seribu Utara pada tahun 1987 berjumlah 8.812 jiwa yang terdiri dari 4.540 laki-laki dan 4.272 perempuan.
Selanjutnya pada tahun 2000 jumlah
penduduk di kecarnatan tersebut menjadi 10.759 jiwa yang t d i r i dari 5.592 lakilaki dan 5,167 perempuan (Monografi Kecamatan Kepulauan Seribu, 2000). Ihdmuhn data perkembangan p d u d u k tersebut di atas setelah
dilakukan standarisasi data (menjadi nilai skor) maka dapat dilihat "trend' perkembangannya baik sebelum adanya Tarnan Nasional Laut (TNL) Kepulauan
Seribu maupun setelah adanya TNL Kepulauan Seribu. Trend perkembangan
penduduk tersebut dapt dilihat pada Gambar 14. Pada Gambar 14 ini terlihat W w a slope perkembangan penduduk di Kecarnatan Kepulauan Seribu Utam
sebelum adanya TNL Kepulauan Seribu adaiah 0,889 sementara setelah adanya
TNL Kepulauau Seribu adalah 1,007. Bedasarkan reditas nilai slope ini maka di
d d m analisis MPAEM pekernbgan penduduk sebelum adanya TNL akan
diberi skor 2 h g k a n setelah adanya TNL akan diberi skor 3.
Perkernbangan Penduduk Sebelum TNL 8 -
8
Perkembangan Penduduk Setelah TNt
7
3
n
I
87 88 89 90 91 92 93 94 95
Tahun
Gambar 14.
I
95 96 97 98 99 00 01 02 03
Tahun
Perkernbangan hdeks JumIah Penduduk Kecarnatan Kepuiauan Seribu U t m Sebelum dan Setelah Adanya TNL Kepulauan Seribu
Perkernbangan penduduk pada tingkat Kabupaten Administmi Kepulauan Seribu memperlihatkan kecendenmgan yang hampir sama
Pada bhun I987
pendududuk di K e p u l a w Seribu tmjumlah 13.824 jiwa yang terdiri dari 7.094
laki-laki dan 6.730 perempuaa. Selanjutnya prtda tahun 2000 jumlah penduduk menjadi 17.891 orang yang terdiri dari 9.112 laki-laki dan 8.779 perempuan. Perkembangan indeks jumlah penduduk di Kepulam Seribu sebelurn dan setelah
adanya TNL Kepulauan Seribu dapat dilihat pada Gmbar 1 5.
!/
Jumlah Penduduk Setelah TNL
Jumlah Penduduk % M u m TNL
6
8
-3 9
2 1
y=
- 1,7786+1,0925x
95 96 97 98 99 00 01
0
02 03
87 88 89 90 91 92 93 94 95
Tahun
Tahun
15.
Perkembangan lndeks Jumlah Penduduk Kabupaten Administmi Kepulauan Seribu Sebelum dan Setelah Adanya TNL Kepulauan Seribu
Pada Garnbar 15 terlihat bahwa slope perkembangan indeks jumlah
penduduk di Kabupaten Administmi Kepdauan Seribu sebelum adanya TNL Kepulauan Seribu adalah 0 9 2 mentam setelah adanya TNL Kepulauan Seribu
adalah 1,093. krdasarkan d i t a s nilai slope ini maka di dalarn analisis MPAEM
perkemhangan penductuk sebelum adanya TNL a h diberi skor 2 M a n setelah danya TNL akan d i h i skor 3. Tingkat pendidikan penduduk di Kepulauan Seribu diukur melalui skor tingkat pdidikan. Metode pembuatan skor tingkat pendidikan ini mengacu pada Susilo (2003) dim-
pendduk yang tidak tamat SD d i k skor I , tamat SD
diberi skor 2, tamat SLTP diberi skor 3, tamat SLTA diberi skor 4 dan tamat
pendidikan tinggi diberi skor 5.
Sementara itu perkembangan skor trngkat
m d i h penduduk seklum dm setelah adanya TNL Kepulauan Seribu dapat dilihat pada G a m h 16.
-m-h
h r k e m b m ~ fingkat n PedtdUn SaWah TWL
w u n TNL 8
8 .
.-
Q
7
-
+
1 -1 87 88 89 90 91 92 93 94 95
Tahun
Gambar 16.
-1 95 96 97 98 99 00 01 02 03 Tahun
Perkembangan Skor Tingkat Pendidikan Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Sebelum dan Setelah Adanya TNL Kepulauan Seribu
Pada Gambar 16 terlihat bahwa slope perkembangan tingkat pendidikan di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara sebelurn adanya TNL Kepulauan Seribu adaiah 1,137 mentam setelah W y a TNL Kepulauan Seribu adalah 0,829.
Bedasarkan realitas nilai slope ini maka di dalam analisis MPAEM perkembangan tingkat pendidikan sebelum a b y a TNL akan diberi skor 3 sedar~gkansetelah adanya TNL akan d i k i skor 2.
Selanjutnya Gambar 17 memperlihatkan perkembangan skor tingkat
p e n d i h penduduk di seluruh Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Bedadcan ha1 ini terlihat bahwa slope perkemhgan tingkat pendidikan di
Kabupaten A d m i n i m i Kepulauan Seribu sebelum adanya TNL Kepulauan Seribu adalah 0,942 sementara seteiah adanya TNL Kepulauan Seribu adalah 1,059.
E h h a h n realitas nilai slope ini maka di dalam d i s i s MPAEM
perkembangan tingkat pendidikan sebelum adanya TNL akan diberi skor 2 sedangkan setelah adanya TNL akan diberi skor 3.
Perkanbsneanmngkstpendidikan
Perlrembansangngkapendwlltn
SeMwnTlYL 8
&el&
TNL
7 3
y = - O,526+1,059x
rr n
1
87 88 89
90 91 92 93 94 95
-1 95 96 97 98 99 00 01 02 03
Tahun
Garnbar 1 7.
Tahun
Perkembangan Skor Tingkat Pendidikan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Sebelum dan Setelah Adanya TNL Kepulauan Seribu
Walaupun kecendenmgan perkembangan tingkat pendidikan di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara kelihatannya menurun antara sebelum clan sesudah
adanya TNL Kepulauan Seribu, kecendermgm perkembangan h g k a t pendidikan
di seluruh Kepulauan Seribu ternyata meningkat. Perkernbangan tingkat kematian penduduk di Kscamatau Kepulauan Seribu U t m dapat dilihat pa& Gambar 1 8. Pada Gambar 1 8 ini terlihat W w a
slope perkembangan tingkat kernatian sebelum adanya TNL Kepulauan Seribu
&ah
4 , O 17 &gkan
setelah adanya TNL Kepulauan Seribu addah 4 5 3 1.
BerdasarZran malitas nilai slope ini maka di Urn analisis MPAEM
perkembangan tingkat kernatian sebelum adanya TNL akan diberi skor 0
sedangkan setelah adanya TNL akan diberi skor 0. Selanjutnya perkembangan tingkat kematian penduduk di Seluruh Kabupaten Kepulauan Seribu sebelum dm setelah adanya TNL Kepulauan Seribu &pat dilihat pada Gambar 19.
Pada Gambar 19 ini terlihat bahwa slope
pwkembangan tingkat kematian sebelurn adanya TNL Kepulauan Seribu adalah 0,174 dangkan setelah adanya TNL Kepulauan Seribu addah -1,192.
Berdasarkan realitas nilai slope ini maka di dalarn andisis MPAEM perkembangan tingkat kematian sebelum adanya TNL akan diberi skor 1
sedangkan setelah adanya TNL &an diberi skor 0.
Gambar 1 8.
Pertumbuhan Tingkat Kernatian Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Sebelum dan Setelah Adauya TNL Kepulauan Seribu 1
Pe rtum buhan Tingkat U r n a t h Sebelum T K
Pertumbuhan nngkat Kematian setelah TNL 9
I
7+
+ y = 8.5714-1,1925~
+ Y
0
y=3,&13+0,1743x @ = 0,0257 1
- -+.-
87 88 89
90 91 92 93 94 95
95 96 97 -
Tahun RelatW
Gambar 19.
98 99
-
00 01 .
-
02 03
Tahun
Palumbuhan Tingkat Kematian Kabupaten Kepulauan Seribu Sebeium dan Setelah Adanya TNL KepuIauan Seribu
Atribut lain yang dipertimbangkan dapat menjadi indikator pengamh
pernbentukm TNL Kepulauan Seribu terhadap kondisi sosid masyarakat setempat adalah perkembangan imigrasi ke wilayah tersebut.
Perkembangan jumlah
pendatang dari luar ini dapat mencaminkan daya tarik kawasan akibat
pembangunan di berbagai sektor yang dilaksanakan di wilayah hjian.
Fernbangman multisektor ini dihipotesiskan menjadi lebih intensif untuk mendukung keberadam TNL Kepulauan Seribu, dan pada akhirnya akan menjadi daya tarik para pendatang.
Perkembangan imigrasi di Kecamatan Kepdfluan Seribu Utara sebeium
dan setelah adanya TNL Kepdauan Seribu dapat dilihat pada Gambar 20. Sementara itu pakernbangan yang sama di selurufi Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dapat dilihat pada Gambar 2 1.
-bsnapnimlOrrrd seld.h TNL
-aPneanRniaRsi S b b d u m m
g
Fz
# '5
rrm
8
7 ,
y = 2.5183+0,2537x
6
7
+
~'=0,0486
5+
= cn 1 1 n .
87
+ 88
8 ;
90 91 92 93 94 95
l a hun
Gambar 20.
7
95 96 97 98 99 00 01 02 03
Tahun
Perkembangan lmigrasi di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Sebelwn dan Setelah Adanya TNL Kepulauan Seribu
Pada Gambar 20 terlihat Wwa slope perkembangan imigrasi di
Kecamatan Kepulauan Seribu Utara sebelum adanya TNL Kepdauan Seribu
adalah 0,254 sedangkan setelah adanya TNL Kepulauan Seribu adalah 1,138.
Berdasarkan realitas ini maka perkembangan imigrasi sebelum adanya TNI, akan
d i k i skor 1 sementara setelah adanya TNL akan diberi skor 3.
mwI r n m S.belum
-b;mgan-TNL
TNL 8
pg
8 7 -
m m
6
I
",
%;
c m
3J n
A
87 88 89 90 91 92 93 94 95
5,: 4 3 :
+ :-<0
L 95 96 97 98 99 00 01
Tahun
Gambar 2 1.
y = 1,82650,2735~ R' = 0,5871
02 03
Tahun
Perkembangan Lmigtasi Kabupaten Kepdauan Seribu Sebelurn dm Setelah Adanya TNL Kepulauan Seribu
Pads Gambar 21 terlihat bahwa slope perkembangan imigrasi di seluruh
Kabupaten Adrnirristrasi Kepulauan Seribu sebelum W y a TNL Kepulauan
Seribu adaIah 0,631 sedrmgkan setelah adanya TNL tersebut &dah
4,274.
Dengan d i t a s ini maka perkembangan imigrasi di Kabupatezl Kepulauan Seribu sebelum adanya TNL akm diberi skor 2 sedangkan setelah adanya TNL akar~
diberi skor 0. Realitas slope masing-masing atribut &al TNL dapat dilihat pada Tabel 9.
sebelurn dm setelah
Tabel 9. Rekapitulstsi Slope Perkembangan Atribut Sosial Sebelurn d m Setelah TNL Kepdauan Seribu No
Ketmmgam
hl~tth 2.
3. 4.
P d u k Tingkat
Pendidii
blmprtm A d m i n i i i Kcpubosn
K w U n Kcpul.uam Strib. U h n
Ssbrturn
sctcl.L
Y=0,36W,8893~ R%,WS Y=0,5393+1.1375~ ~3,9189
Y=-0,397+1,0071x R%,9397
Tingkat Kematian Tin*
Y=3,919&0,0175x
Migmsi
R%,W
&rib. .
Scbelrm
M a b
Y4,0943+0,9423x Y=-1.7786+1,0925x ~%,9484 R%,9768 Y=-0,4565+0,tt2Wx Y=O,OPQ3+0,9423x Y4,526+1,05hr ~10,9745 ~9,6867 ~%,9768 Y=-4,23354,5315x Y=3,8413+0,1743x Y=8,5714-1,1925~ ~%,2441 ~%,0257 Y= 1,0925+ 1,1382~ Y4,33I+0,63 1 2x ~%,43 3 1 ~9,7738
~%.#4 Y=2,5 18340,2537~
~%,795
Y=1,82654,2735x R%,587 1
hhngkan untuk skor slope perkernbangan beberap atribut sosial
sebelum dan setelah TNL Kepulauan Seribu dapat dilihat p d a Tabel 10 di bawah
Tabel 10.
1
Skor Perkembangan Be-
1
Atribut Sosial di Daerah Studi Skor pada Ldrasi dan periode scbelam atau
Ketmmgu: Sumber :Diolah dari Kecamatan Kepulauan Seribu Ddam Angka tahun 1987 - 2000 KSUb = K e m m h n Kepulauan Seribu Utara sebelum adanya TNL K e p u l m Seribu KSUt = Kecamatan Kepulauan Seribu Ulam setelah adanya TNL Kepulauan S e n i KSb = Kabupam Adiminstmi Kepulauan Seribu sebelw admya TNL Kepulauan Seribu KSt = Kabupaten Adiminstrasi Kepulauan Seribu setelah admya TNL Kepulauan Seniu Bak = Skor a t r i baik Buk = Skor atribut buruk
Perkembangan trend 4 atribut sosid menunjukkan haI yang sama dengan
perkembangan trend 4 A b u t p e n d h g sosial ekonomi yaitu trend perkemhangan meningkat tajam setelah KKL lebih besar dibandingkan sebelum adanya KKL.
Perbandingan prosentase perkernbangan atribut sebelum dan
setelah KKL Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kabupaten Administrsrsi Kepulauan Seribu disajikan pada data di b a d ini :
1
K-matan
Kepnlaurrn Seribu Utara
Sebelum KKL Meningkat Tajam Meningkat Datar
Menurun
: : : :
Setelah KKL Meningkat Tajarn Meningkat Dam Menurun
25%
25% 25% 25%
Kabepab Administrasi Kepulauam Seribr Sehlum KKL Meningkat Tajarn
Meningkat Datar Menurun
Setelah KKL : OO/o : 75% : 25% : OD!
Meningkat Tajam Meningkat Datar Menurun
5.13. Realitas Perkembangan Atribut Ekonomi
Selain analisis dari &but sosid yang bersifat tidak langsung keberadaan
Tarnan Nasional Kepulauan Seribu di atas juga dilakuh analisis terhadap atribut
ekonomi yang bersifat langwg terhadap manfaat yang diberikan dengan keberadaan TNL. Analisis terhadap atribut ekonomi ini juga dilakukan dengan metode MPAEM dan metode Mulri Criteria Analysis (MCA). Pendekatan atribut
ekonomi yang digunakan &ah
kondisi perikanan tangkap di Kepulauan Seribu
mengingat mata pencabrim terbesar di Kepulaurtn Seribu adalah nelayan dan
mempunyai pengaruh Iangsung dari d a a t spill over TNL. Atribut ekonomi yang di-
ada 7 antara lain produksi perikanan, harga jual perikanan, biaya
tangkapan, jurnlah nelayan, jumlah alat tangkap, produktivitas nelayan clan produktivitas alat tangkap.
Produksi sebelum TML
Produksi setelah TNL
6-
6
Gambar 22.
Perkernbangan Produksi Perikanan Kepulauan Seribu Sebelum dm Setelah Adanya TNL Kepulauan Seribu
Pada Gambar 22 terlihat bahwa slope perkembangan produksi perikanan
Kepulauan Seribu sebelum adanya TNL Kepulauan Seribu adalah 0,8861 sementara setelah adanya
TNL Kepulauan Seribu adalah
realitas nilai slope ini maka
1,1075. Berdasarkan
di dalarn analisis MPAEM produksi paikanan
sebelum akan diberi skor 2 dan setelah adanya TNL akan diberi skor 3.
-
Ham sabhml TWL --
Gambar 23.
I
--
Harsa-TNL
Perkembangan Harga Paikanan Kepdauan Seribu Sebelum dm Setelah Adanya TNL Kepdauan Seribu
Pada Gambar 23 terlihat bahwa slope perkembangan harga ikan di Kepulauan Seribu Utara sebelurn adanya TNL Kepulauan Seribu adalah 0,4802 mentara setelah adanya TNL Kepdauan Seribu adatlah 1,0212. Berdasarkan
realitas nilai slope ini maka di dalarn analisis MPAEM perkembangan tingkat harga sekIum adanya TNL akan diberi skor 1 sedangkan setelah adanya TNL
akan diberi skor 3. Selanjutnya Garnbar 24 mernpalihatkan perkembangan biaya untuk
penangkapan perikanan di Kepulaustn Seribu. E l d a w b n ha1 ini terlihat bahwa slop: perkembangan biaya penangkapan perkman di Kepulauan Seribu sebelum adanya TNL Kepulauan Seribu addah 1,0615 sementara setelah adanya TNL
Kepulauan Seribu adalab 1,0745. Berdasarkan realitas nilai slope ini maka di dalam analisis MPAEM perkembangan tingkat pendidikan sebelurn dan setelah
adanya TNL a h diberi skor 3.
,
-
.
.
-
.
.
.. ...
Blaya Tangkapan Sebelum TNL 6
--
.
-1
,
.-. .
Biya Tangkapan Setelah TNL
1
Gambar 24. Perkembangan Biaya Tangkapan Kepulauan Seribu Sebelum d m Setelah Adanya TNL Kepdauan Seribu
Pada Gambar 25 terlihat bahwa slope perkembangan jumlah nelayan yang
melakukan penan-
ikan di Kepulauan Seribu sebelum adanya TNL
Kepulauan Seribu adalah 1,0274 sementara setelah adanya TNL Kepulauaa
Seribu adalah -0,2549. Bedmarkan realitas nilai slope ini maka di dstlarn analisis
MPAEM perkernbangm jumlah nelayan sebelum adanya TNL akan diberi skor 3 h g k a n setelah admya TNL akan diberi skor 0.
Gambar 25.
Perkembangan Jumlah Nelayan Kepulauan Seribu Sebelum dan Setelah Adanya TNL Kepulauan Seribu
Pada Gambar 26 terlihat bahwa slope perkembangan jumlah alat tangkap yang d i o p i k a n
&ah
di Kepulauan Seribu sebelum adanya TNL Kepulauan Seribu
0,7246 sementara setelah adanya TNL Kepulauan Saibu addah 0,3904.
Berdasarkan realitas nilai slope ini maka di dalarn analisis MPAEM perkemhangan jumlah alat tangkap A l u m adanya TNL akan dikri skor 2
sedangkan setelah h y a TNL akan diberi &or 1.
Jumlah Alat Tangkap sebelum TNL
Jumlah A h t Tangkap setelah TNL
Gambar 26. Perkembangan Jurnlah Alat Tangkap Kepulauan Seribu Seklum dan Setelah Adanya TNL Kepulauan Seribu
Pada Garnbar 27 terlihat bahwa slope perkembangan produktivitas nelayan yang melakukan penangkapan di Kepulauar~ Seribu sebelum adanya TNL Kepulauan Seribu adalah 0,2799 sementara setelah admya TNL Kepulauan
Seribu adalah 0,9294. Bedasarkan reditas nilai slope ini maka di dalam analisis
MPAEM perkembangan produktivitas nelayan seklum adanya TNL akan diberi skor 1 sedangkan setelah adanya TNL akan diberi skor 2.
.--- -. I
Produktlvttas nelayan sebelum TNL
Produktlvitas nelayan sgtelah TNL
I
6
6
! 5 1
5
Garnbar 27.
Perkembangan Produktivitas Nelayan Kepulauan Seribu Sebelum dan Setelah Adanya TNL Kepulauan Seribu
Pada Gambar 28 terlihat bahwa slope perkernbangan produktivitas alat tan-
yang diopemsikan di Kepulauan Seribu sebe1um adanya TNL Kepulauan
Seribu addah -0,73 13 sementara setelah adanya TNL Kepulauan Seribu adalah -0,4779. Berdasarkan realitas nilai slope ini maka di dalarn analisis MPAEM
perkembangan produktivitas dat h g k a p sebelum adanya TNL akan diberi &or 0 kgitu juga dengan setelah adanya TNL diberi skor 0.
P&uktlvitas 6
Alat Tangkap
Sebelum TNL
i m 6
Produktivb Alat Tangkap Setelah TNL
Gambar 28. Perkembangan Praduktivitas Alat Tangkap Kepulauan Seribu Sebelum dm Setelah Adanya TNL Kepulauan Seribu
Realitas slope dari masing-masing &but ekonomi sebelurn dan setelah TNL d a p t dilihat pada Tabel 1 1.
Tabel 11. Rekapitulasi Slope Perkembangan Atribut Ekonomi Sebelwn dan Setelah TNL Kepulauau Seribu Ketemngau
No 1.
Wuksi
2.
Harga
3.
B i a y a P e m ~
4.
Jumlah Nelayan
5.
Jumlah Alat Tan-
6.
F d u k t i v h s Nelayan
7.
PdukiviEas Alat Tangkap
Setelah
SeWum
y =-0.1247+0.8861~ R~= 0.8308 Y = 0.9575 + 0.4802~
y =-0.029+ 1.1075~
R '
= 0.182
R'
y
= - 0.0149 + 1.0615~ = 0.819
R'
y =-0.8113+1.0274x
R'
= 0.7787
y =-0.813+0.7246x R' = 0.4745 y = 1.6645 + 0.27%
R~= 0.%5 1 y =-0.2956+1.0212~ =
0.9323
y = - 0.5768 + 1.0745~ It2= 0.%27 y = 2.8673 - 0.2549~
R~= 0.0678 y = 1.385 + 0.3904~ R~=0.1974 y =-0.0011 +0.9294x
R'
= 0.0958
R~= 0.7752
y
= 5.425
y = 3.4892 - 0.4779~ R*= 0.295
R~= 0.548
- 0.731 3 ~
Berdasarkan uraian realitas "slope" prkernbangan beberapa atribut ekonomi, maka analisis MPEAM dilakukan dengan melihat skor slope seperti
yang telah didefinisikan sebelumnya Skor yang diperoleh dari Gambar 24, 25, 26, 27, 28, 29 d m 30 atau Tabel 10, baik sebelum rnaupun setelah TNL
Kepulawm Seribu dapat dilihat pada Tab1 12.
T h l 12. Skor Perkembangan Beberapa Atribut Ekonomi di D
d Studi
Perkembangan trend 7 atribut ekonomi seperti yang tertaa pada Tabel 12, juga menunjukkan ha1 sama dengan perkembangan trend &but
pendukung sosial
ekonomi dan atribut sosial seperti yang telah diutEtikan sebelurnnya, Prosentase
trend atribut ekonomi sebe1um dan setelah KKI, disajikaxl, pula informasi &kut :
Seklum KKL Meningkat Tajam Meningkat Datar
Menurun
5.2,
Setelah KKL
: 28,57% : 28,57 % : 28,57 % : 14,290/0
Meningkat Tajam Meningkat Datar Menurun
: 42,85% : 14,29h :
14,29
: 28,57%
Manfaat Soshl Ekoaomi Keberadaan T N L Kepulauan Seribn
Berdasarkan realitas trend atau slope perkembangan behapa atribut
sosial dan ekonomi sebagaimana tercantum pada Tabel 9 dm Tabel 11, maka dilakukan analisis manfaat sosial ekonomi keberadaan TNL Kepulauan Seribu
bagi masyarakat setempat. Analisis dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu metode Marine Prozecred Area Evaluation Mmkl (MPAEM) sebagaimana yang dilakukan oleh Alder ef al. (2002) dengan rndifikasi di dalam metode
pemasukan data, dan metode Multikriteria Analisis (Nijkamp
et
ul., 1999; Fauzi
dan Anna, 200 1 ). Metode MPAEM yang digunakan di dalam penelitian ini juga mirip metode Rapsmile yang digunakan oleh Susilo (2003) walaupun cara pemasukan data, jenis data, dan penarikan kesimpulannya sangat berkda.
Sehgaimana telah disebutkan pada Bab terdahulu hahwa di dalarn penelitian ini data m a s W yang
digunrtkan adalah data time series dari tahun 1987 hingga
tahun 2000. Oleh karena itu hasil d i s k dihampkan dapat mencerminkan
kondisi sosial yang sebenarnya dan bukan sekedar "ptret'' sesaat sehagaimana pelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan metode serupa
Pada penelitian ini, kondisi perkembangan atribut sosial dibedakan menjadi 4 (empat) kategori, yaitu Kecamatan Kepulauan Seribu Utaa sebelurn
adanya TNL Kepulauan Seribu (KSUb), Kecamatttn Kepulauan Seribu Utam
setelah adanya TNL Kepulauan Seribu (KSUt), Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu sebelum adanya TNL Kepulauan Seribu (KSb), dan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu setelah adanya TNL Kepulauan Seribu (KSt). Hipotesis yang hendak diuji dalarn kaitan ini tentunya bahwa indeks pakernbangan ahibut sosid KSUt lebih besar dari indeks perkembangan &but
sosial KSUb, demikian pula indeks perkemhangan atribut sosial KSt lebih besar
dari indeks perkembangan atribut sosid KSb.
KSUb d m KSUt berads di
kawasan TNL Kepulauan Seribu, sementm KSb dan KSt rnencakup kawasan
yang lebih luas termasuk wiiayah di luar kawasan TNL K e p u l m Seribu. Hasil analisis indeks perkembangam beberap atribut sosial dengan
menggunakan metode MPAEM dapat dilihat pads Gambar 29. Sementara itu selang kepercayaan 95% terhadap hail ordinasi dengan metode Monte Carlo
dapat dilihat pada Gambar 30.
Pada Gambar 29 terlihat bahwa nilai indeks KSUb, KSUt, KSb, dan KSt htumt-turut adalah 6925; 89,89; 59,46;
dan 75,30. Hasil analisis MPAEM ini
menunjukkaa bahwa indeks perkemhangan beberap atribut sosial yang d i d di
Kecamatan Kepdauan Seribu Utara, dimana TNL Kepulauan Seribu berada, setelah adanya TNL Kepdauan Seribu (KSUt) sedikit lebih baik dibandingkan
dengan indeks serupa sebelum adanya TNL Kepulauan Seribu (KSUb). Hal ini
memberikan indikasi bahwa adanya TNL Kepulauan Seribu memang memberikan manfaat sosid bagi masymakat di &am kawasan TNL tersebut. Manfaat sosial
ini terlihat pada beberapa atribut sosial ymg secara konsisten tercatat (terdata) pada Laporan Biro Pusat Statistik (BPS) dalam bent& Kecamatan Kepulauan
Seribu Dalam Angka rnulai tahun 1987 hingga tahun 2000. P e r i d 1987 - 2000
ini telah mencakup Made sebelum dan setelah adanya TNL Kepdauan Seribu,
Jumlah atribut yang digunakan di Mam analisis ini memang sangat terbatas mengingat hanya h b u t tersebut ymg secara konsisten dari tahun ke
tahun dicatat di dalam Laporan BPS tersebut. Beberapa atribut sosial ekonomi yang lain hanya dicatat dalam bebenap tahun dan tidak tercatat pada tahun-tahun y m g lain.
Manfaat sosial keberadaan TNL Kepulauan Seribu terlihat lebih nyata di
seluruh wilayah
Kabupaten Administmi Kepulauan
Seribu.
Indeks
perkembangan bebaapa atribut sosial di Kabupaten Administrasi Kepulauan
Seribu e l a h adanya TNL Kepulauan Seribu (KSt) adalah 75,30; jauh lebih besar
dari indeksnya sebelum adanya TNL tersebut (KSb) yaitu 59,46. Selisih indeks antara KSUt dan KSUb lebih besar dibandingkan dengan selisih indeks mtara KSt
dan KSb.
Hal ini mengrndikasikan hahwa manfaat sosial kekadaan TNL
..
Kepulauan Seribu lebih besar drnrkmati oleh masyarakat yang bermukim di kawasan TNL tersebut.
Bedasarkan Perda DKl Jakarta No. 6 tahm 1999 tentang Rencaua Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI Jakarta kedudukan Kabupaten Administmi Kepulam Seribu ddm konstalasi pembangunan DKI Jakarta hanyalah bagian
dari Wilayah Pengembangan Utara bersama-sama dengan wilayah pantai ubra Jakarta (Suku Enas Tata Kota Jakarta Utara, 2001). Dengan RTRW seperti ini maka perhatian pemerintah tehahp rnasyarakat di dalarn TNL Kepdauan Seribu
tidak diperlakukan secara tersendiri. Masyarakat di seluruh Kabupaten Kepulauan
Seribu merupakan satu kesatuan di dalam konteks pembangunan sosial di Kepdauan Seribu. B a r n DKI Jakarta (200 1 ) menyebutkan bahwa tujuan pembangunan Kepulauan Seribu yang pertama adalah pelestarian Kepulauan
Seribu sebagai satu kesatuan gugus ekosistem. Dengan tujuan seperti ini rnaka sehanrsnya perhatian yang lebih besar ditujukan kepada rnasyarakat yang tinggal
di daiam TNL Kepulauan Seribu mengingat mereka yang paling ksar berpeluang dapat melindungi ekosistern alam yang dilindungi sekaligus mereka juga yang
berpeluang paling besar merusak ekosistem tersebut.
Bedasarkan analisis MPAEM tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa memang terdapat manfaat sosial keberadaan TNL Kepulauan seribu terhadap m a s y e yang tinggal
di Kepulauan Seribu. Hal ini terbukti dengan lebih
besarnya kecepatan perkembangan (slope atau trend) beberapa atribut sosial
setelah adanya TNL Kepulauan Seribu dibandingkan dengan sebelurn adanya TNL tersebut. Hasil d i s i s tersebut mernpunyai kepercztyaan yang cukup tinggi
terlihat dari analisis Monte Carlo (Garnbar 30) dimana selang kepercayaan 95 % terhsldap ordinasi MPAEM tersebut sangat sempit. Analisis manfaat sosial keberadaan TNL Kepulauan Seribu terhadap
WSA atau Weighed Sum Approuch) memperlikatkan hasil yang lebih tajam. Nilai indeks perkembangan beberapa atribut sosial terlihat krbeda lebih nyata
antara sebelum dan m d a h adanya TNL Kepulauan Seribu, baik di Kecmmhn Kepulauan Seribu Utara maupun di s e l d Kabupaten Administrasi Kepdauan
Seribu. Data masukan untuk analisis multikriteria ini d q a t dilihat pa& TabeI 1 3,
Tabel 13. Data M a s d m Metode Multibteria Analisis Manfaat Sosial Ekonorni Keberadaan TNL Kepulauan Seribu Merim Pemilpin (Atribat)
Max
Ldrnsi
KSUb
1
2 3
I
Max
1
I
Max
1
3
KSUt 3 2 KSb 2 1 I 2 I KSt 1 3 0 3 Ketemnm : Max/Min arIalah Arah ODtimisasi Dimana Max Adam Maksirnisasi
Min
0 0
1 0
1
Dan Min
Evaluasi pembangunan sejak tahun 1989 yang diiakukan oleh Bapekab Kepulauan Seribu (2002) juga menyimpdkan bahwa -pat
ber-
penin-
prasarana publik di seluruh Kepulauan Seribu. Kualitas surnberdaya
mmusia juga meningkat dilihat dari indikator tingkat pendidikan penduduk.
Evaluasi ini tidak membandingkan pembangunan pada @ode
sebe1um clan
setelah adanya TNL Kepulauan Seribu. Evaluasi hanya dilakukan bedasarkan &andingan
antam kondisi awal (1989) dan kondisi akhir periode (2001).
Dengan metode seperti ini tentu saja terjadi perbedm kondisi karena pernhngman terus d i l d a d a n dari tahun ke tahun. Namun demikian metode evalurtsi s q m b itu ti&
dapat menjawab pertanyaan &@a
perkembangan
kondisi tersebut makin cepat atau tidak. P d a analisis dengan menggunakan met&
multhiteria pendekatan
WSA, apabila data masukan yang digunakan adalah data slope atau trend dan
bukm skor dari slope tersebut maka hasil analisis juga tidak k b a h Data
masukan analisis multikriteria pada kasus ini dapt dilihat pada Tabel 14 dm hasil d i s i s n y a dapat dilihat pada Gambar 32.
Tahl 1 4. Data M a s h Metode Multikriteria Analisis Maafaat Sosial Ekonorni Keberadaan TNL Kepdauan Seribu Menggunakan Nilai S l a p (trend)
Lokasi
KSUb
Max
Max
Tingkat penduduk
Jmipi
0.889
0254
KSt 1 1,093 t -0,274 Keterangan : MaxMin adalah arah o p h k s i dimana max &I:
Max Tingkat Pendidikan
Min Tingkat Kemrrtian
1.137
4.017
-l,l!
Behapa &but
Seribu.
hanya memperlihatkan d a a t di Keamatan
Kepulauan Seribu Utara, dan ada beberapa atribut yang memperlihatkan adanya
manfaat W di K m t a n Kepulauan Seribu Utam maupun di seluruh Kabupaten Adminismi Kepulauan Seribu yang dapat dilihat pada Tabel 15.
Pada Tabel 15 ini teclihat bahwa indikasi manfaat mid yang terlihat baik di Kepulauan Seribu Utara maupun di seluruh Kabupaten Kepulauan
K -
Seribu addah perkembangan penduduk.
Sedangkan atribut perkernbangan
imigrasi dan atribut perkembangan fasilitas pendidikan menunjukkan indikasi adanya manfaat mial hanya di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.
Tabel IS.
Indikasi Manfaat Sosial Keberadaan TNL Kepuiauan Seribu Pada Berbagai Atribut
Kemudian berdasarkan reditas trend atau slope atribut ekonomi pada
Tabei 12, maka dapat dilihat andisis d a a t ekonomi keberadaan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu bag^ masyarakat yang sebagian ksar adalah
masyarakat nelayan. Hasil andisis indeks perkembangan (trend) atribut ekonomi dapat dilihat pada Gambar 33, sedangkan selang kepercayaan 95 % k b d a p hasil
ordinasi dengan metode Monte Carlo pada atribut ekonomi &pat dilihat pa& Garnbar 34.
Pada d i s i s MCA di atas menggunakm data input berdasarkan skor
dengan atribut ekonomi. Hasil andisis ini menunjukkm tidak ada pdxdaan dengan hasil analisis data slope atau trend, seperti yang telah dilakukan pada
atribut sosial. Input analisis MCA dengan atribut ekonomi ini dapat dilihat pada
Tabel 17 sedangkan hasil analisis MC A dapat dilihat pada Garnbar 36. Tabel 17.
Data Masukan Metode Multikriteria Adisis Manfaat Ekonomi Keberadaan TNL Kepulauan Seribu
Pada Gambar 36 menunjukkan hasil dengan menggunakan input slope atau trend y m g tmjadi di Kepulauan Seribu. Hasil yang diperoleh menunjukkan
sebelum dan setelah TNL dengan atribut ekonomi. Hasil sebelum TNL adalah 0,42857 sedangkau setelah TNL diperoleh 0,57 143. Hal ini menunjukkan bahwa
kebersadaan TNL memang memberikan manfaat secara ekonomi kepada masyarakat. Hasil yang diperoleh baik men-
data input s l o p maupun
skor menunjukkan bahwa terbentuknya Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu memang membwikm madbat.
Korwwasi swflberdaya dam hayati dan ekosistemnya bertujuan -nr
terwujudnya kelestarian sumkdaya hayati serta keseimbangan
ekosistemnya sehingga d a p t lebih mendukung upaya peningkatrtn kesejahteraan
masyarakat dan mutu kehidupn manusia. Kondisi yang ads di Kepulauan Seribu antara lain penurunan pendapatan rnasyarakat, pengelolaan yang buruk terhdap
ekosistem, penangkqan ikan ilegal dm cendemg merusak, tan-
ikan yang
berlebihan dan polusi. Kondisi inilah yang pada akhimya diperlukan adanya kebijakan konservasi .
Fauzi (2003) menyatakan bahwa untuk mengendalikan dm mengelola sumbedayst perikanan secant berkelanjutan ada beberapa instrumen yang dapat d i j d d d i a - y aaddah men&
jumlah tangkapan dengan sistem kuota
dan pembatasan e m serh meningkatkan insentif untuk pengelolaan. Meski instrumen ini cukup berhasil di beberap negara namun seringkali mengalami
kegagalan jika diterapkan negam-negam Membang.
dikernhangkan instrumen lain yang langsung
&pat
Sehingga perlu
diterapkan dalarn
wendalian sumbedaya berupa penentuan suatu kawasan sebagai Kawasan K o m a s i taut
m).Prinsip utarna dari Konservasi Kawasan Laut addah
spill over efeci dimana stok ikan akaTl tumbuh dengan baik pa& wilayah
konservasi dan darnpak dari limpahan ikan akan rnengalir ke wilayah di luar kawasan konservasi yang dapat dhadaatkan tanpa rnengurangi stok ikan sebagai
sumber pertumbuhan di daerah konservasi. Prinsip kerja dari spill over ini dapat
dilihat pada Garnbar 37.
Dalam jangka pendek kawztsau pemanfaatan perikanan di K e p u l m Seribu menghasilkan keuntungan ekonomi sesaat tanpa menyimpan stok ikan di mast rnendatang. Jika s e l d wilayah dan sumberdaya iaut merupakan daerah p e d a a t a n maka secara jangka p j a n g stok ikan di wilayah ini akan terus
menerus menurun bsthkan habis tanpa adanya restockng.
Lain halnya jika
wilayah dan sumkrdaya laut rnempunyai kawasan konservasi laut dimana dalam jangka menengah dan panjang kawasan konservasi laut ( n e t a h zone) merupakan investasi untuk memperoieh keuntungan ekonomi masa depan. Adanya kawasan
k o m a s i laut dapat digambarkan sebagai berikut : ikan-ikan d a r n KKL ini pada suatu saat akan melirnpah dan keluar ke k a w m m a a t a n karma berlirn-ya
stuk ikan di kawasan konservasi laut atau yang dikenal dengan spill
over yang drtpat dilihat psda Garnbar 3 7. Ikan-ikan yang melimpah keluar inilah yang kern*
&pat M a a t k a n secara berkelanjutan oleh pelaku perikanan.
Stok ikan di kawasan konservasi ini aka, tends terus menerus sehingga
produksi dapt kontinyu yang bemanfaat bagi masyarakat nelayan d a r n jangka panjang.
Menurut Fauzi (20031, beberapa studi rnenrmjukkan bahwa kawasan
komewasi laut memberikan manfaat yang b e d knrpa peningkatan biomass
dari sumberdaya perikanan.
Secara rata-rata kawasan konservasi telah
meningkatkan kelimpahan s e h dua kali lipat, kelimpahan dari biomas ikan dan
keaaekamgaman hayati me-
tiga kali lipat. Hal ini sesuai dengan kondisi
yang ada di Kawawu Koflsewasi b u t Kepulauan Seribu sepati terlihat pada
Tabel 18. Pad. kondisi sebelum KKL Kepulauan Seribu terjadi peningkatan produksi m u n tidak terlalu signifikan sedangkan pa& kondisi setelah TNKS
produksi p.enkanan cenderung terus meningkat tinggi terutarna pada tahun 1997 atau 2 tahuu setelah KKL Kepulauan Seribu.
Jenis-jenis ikan yang dapat ditangkap di perairan Kepulauan Seribu antara
lain yaitu ikan ekor kuning, kembung, kakap, tenggiri, tongkol, ternbang, selar,
layan& kerapu dan sejumlah ikan lainnya
Besaran jumlah h i 1
tatgkapan
nelayan tergantung pada m u s h yaitu musim barat atau musim timur. J d a h h i 1 tangkqan masing-masing jenis ikan dari tahun 1990 sarnpai dengan tahun 2001 disajikan pada Lampiran 6.
Tab1 18. Produksi dan Harga Tkan Kepulauan Seribu Tahun 1990 - 200 1
Sebelm KKL
Sumber : Data Sekunder diolah, 2003 dari data Dinas Petemakan, Perikanan dan Kehutan D M Jakarta (20031, BPS DKI Jakarta (20001, Momgmfi Kepulauan Seribu, LAP1 IT8 (200 1 ), Lapam Tahunan Kepulauan Seribu.
yang sangat signifikan sejak pembentukan Taman N a s i o d Laut Kepulauan
Seribu Dalam rnengurangi bias jika perkembangan produksi ini diikuti oleh peningkatan jumlah nelayan maka perlu dihitung produktivitas nelayan setiap tahwya.
Perhitungan produktivitas nehyan ini diperoleh dari produksi
perikanan di Kepulauan Seribu dibagi dengan jumlah nelayan yang beroperasi di Kepulauan Seribu dalam setiap tahunnya yang dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Jumlah Ndayan dan Produktivitas Nelayan yang Beroperasi di Kepulauan Seribu
Sebelum KKL Kepu-
Seribu
Setelah KKL
Seribu
1990 1991
3.171 3.339
1992
3.517 3.410
1W3
I
1994
5.225
1995
5.704 6.177
19% 1997
7.328
1 998 1W9 2000
5.506 5.71 1 5.076
2001
6.683
208,47 15625 188,43 2504 186,15 2 15,05 215,60
220,9 1 443,OO
5 19,38
698,60 542,19 Sumber : Data Sekunder diolah, 2003 dari data Dinas Peternakan, P e r b u n dan Kelautan DKI Jakarta (2003), BPS D M Jakarta (2000), Mono& Kepuiauan Seribu, LAP1 lTB (2001 ), Laporan T a h w Kepulauan Seribu.
setelah KKL Kepulauan Seribu, d i m sebelum KKL produktivitas nelayan
cenderung stagnan (peningkatan produksi diiringi dengan peningkatan jumlah nelayan yang bwoperasi) &&an
setelah KKL terjadi pnhgkatan cukup tinggi
(peningkatan produksi lebih tinggi dibandingkan penhgkatan jumlah nelayan).
Garnbar40.
Produktivitas Nelayan Sebelum dm Setelah KKL di Kepulauan Seribu T&un 1990-2001
K a m Kamxwasi Laut Kepulauan Seribu ini juga mengalami kendala
sebingga produktivitas sumbdaya perikanan terlihat menurun pada tahm 200 1. Hal ini disebabh oleh kadar pencemaran yang sangat tinggi akibat pembuangan m p a h dan limbah lainnya, baik yang terbawa dari Teluk Jakarta dm p i s i r
P u l a Jawa (Anna, 2003).
Melihat pecbedaan harga antar waktu (inter tempraI) harus rnenggunakan harga rid, yaitu dengan rnembag harga nominal (harga berlaku) tahun tertentu
dengan indeks harga konsumen untuk produk-pruduk perilcanan tahun yang sama dikdi 100.
Indeks harga kormmen diperoleh dari data statistik ekonomi
Indonesia dengan tahun dasar tahun 1995.
hdeks harga konsumen
menggambarkan pergerakan inflasi harga dari tahun ke tahun sesuai dengan tahun k .Sehingga dengan menggunakan indeks hmga konsumen akan diperoleh
harga dan nilai produksi yang tidak lagi terpengaruh oleh tingkat intlasi.
Selengkapnya indeks harga konsumen yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 20. Indeks Harga Konsumen dengan Tahun Dasar 1995 dari Tahun 1990 2001
2001
I
234,46
Sumber : Forex Rates & Prices, 2003
Pada Tabel 21 terdapat harga nominal dari p e d a m yang terdapat di Kepulauan Seribu.
Harga nominal (kolom 2) dibagi dengan indeks harga
konsumen (kolom 3) dikali 100 sehingga diperoleh harga riil (kolom 4) dari tahan
1990-2001 dengan tahun dasar 1995 seperti pada Tabel 21.
Tabel 2 1. Harga Riil lkan yang diproduksi di KKL Kepulauan Seribu
3.658,Ol
Sumber : data diolah, 2003
1
234,46
I
1669,40
Dari data yang telah diperoleh di atas yaitu data produksi KKL, harga ratarata setiap kg ikan yang ditangkap dan j d a h ne1ayan clapat digunakan untuk
menghitung kerusakan yang terjadi sebelum adanya KKL yaitu tahun 1W1995. Kenzsakan yang dihitung h h a r k a n nilai ekonomi yang hilang atau yang tidak
dapat d i p l e h oleh nelayan karena rendahnya pduktivitas nelayan. Rata-rata
produktivitas nelayan setelah KKL tahun 1996-2001 dijadikan dasar perhitungan untuk melihat rendahnya produktivitas sebeiurn KKL. Hasil ini d i b g i dengan
pmhhvitas ne1ayan setiap tahun sebelum adanya KKL. Rata-rata produktivitas nelayan setelah KKL yaitu 439,95 kg per tahun dapat dilihat pada Tabel 22
Tabel 22. Produktivitas dan Rata-rata Produktivitas Nelayan Setelah KKL Tahun Setehh KKL 19%
Produktivhs Nelayan (kRInelnyanItabun) 21 5.60
Sumber : data diolah, 2003 setelah KKL
dengan
produktivitas nelayan sebelum KKL disajikan pada Tabel 22.
Untuk
Perbedam rata-rata prduktivitas nelayan
mendapatkan nil& ekonomi yang hilang maka hams diperoleh nilai prduksi dari
masing-masing nelayan.
Nilai produksi didapatkan dari perkalian antara
perkdam produktivitas dengan harga riil. Perbedaan produktivitas tahun 1990 dengan rata-rata pduktivitas setelah KKL yaitu 23 1,47 kg. Harga riiI Rp.
1.214,18, sehmgga diperoleh nilai ekonomi yang hilang pada tahun 1990 dari masing-masing nelayan dalam satu tahun adalah Rp. 28 1.050,95, Perhitungan
nilai ekonomi yang hilmg ini dilakukan dengan cara yang sarna sampai tsthun 1 9 5 , Setelah phttungan dari tahun lggO sarnpsti 1995 ini dilakukan maka nil&
ekonomi yang hilang setiap tahun ini d i i - r a t a sehingga kehilangan ekonomi sebelurn adanya KKL didapatkan nilai Rp. 282.734,39 per nelayan per d u n .
Tak123. Hasil P e n g o b Valuasi Ekonorni dengan Pendekatan Lass of Productivify
b r a h M~~~ nibi tkouomi fibmn per nchyaw Thght sake bmnm 8% Surnber : Data Diolah, 2003
Z?t2.7343
]
3534.179,83
Menurut Fauzi (2003), aspek kedua ymg juga perlu diperhatikan adalah preferensi waktu atau time preference di mana tejdinya kecenderungan orang untuk mengekstrasi sumberdaya dam s e h g daripada waktu yang akan datang. Dengan kata lain, nilai sumberdaya dimasa mendatang sering di diskonto dengan tingkat discount rate yang tinggi, yang b e d nilainya di masa mendatang dinilai sangat rendah. Aspek discount rate (sering juga diwakili dengan tingkat suku
bunga berlaku) mencerminkan preferensi waktu tadi. Oleh karenanya untuk
rnenganalisis perubahan ddam waktu yang cukup panjang digumkan discount rate dimam nilainya s e k m g adalah 8 % per tahun dan dapat diukur dengan nilai masa kini atau Present Value (PV), dirnana nilai ini didapatkan dari nilai
kehihgan ~ & d u mKKL d i b dengan discount rate sehingga Present Vdue
dari pembahan nilai sumberdaya di atas addah Rp. 3 -534.179,83 per neiayan per tahun.
5.4
Laju Degcadasi P d u k s i Perikanan Kepaiauan Seribu Koefisien laju degradasi diperlukan untuk melihat hagamma laju
degradasi berpengaruh terhadap laju perkernbangan produksi. Untuk keperluan tersebut maka dilihat bagairnana hubungan antara laju degradas~i terfiadap
produksi perikanan (Anna, 2003) :
-
kt h
-
koefisien laju degradasi
=
rata-rata produksi p e r i b
praduksi perikanan pada tahun ke-t
Pada Tabel 24 berikut ini menyajikan bagaimana laju keadaan produksi
perilcanan, laju perkembangan praduksi dan laju degradasi perikanaa baik mode sebelum KKL q u n setelah KKL. Prsda Tabel 24 ini dapat dilihat jika laju degradasi meningkat maka laju produksi perikanan semakin kscil dan s e h d h y a
jika laju degradasi menurun maka laju produksi perikanan akan meningkat.
Taw 24.
Koefisien Laju Degmdstsi Praduksi Perikanan Sebelum dm Setelah KKL Kepulawn Seribu
PeWe
Tahua
i x
1990 1991 1992 1993 1994
$
d A 3
Q
m
flon)
661,Ol 52 1,74 662,65 854,07 972,69 1.226,5 7 1.331,77 1.61 8,79
1995
1 996 1997 1998 I999 2000 2001
Laju htarata Perkemhqyn Pduksi 0,39 0,3 1 0,39
Pduksi
1
Rata-mta
2.439,26 2.966,39 3.546,11 3.623,66 1.702-
I 1
0,50 0,5 7 0,72 0,78 0,95 1,43 1,74
Laju Degdasi 0,404 0,424 0,404 0,3 77 0,361 0,327 0,3 1 4
0,279 0, I93 0,149
2,08
0,111 0,106
2,13
Pada Tabel 24 dan Gambar 41 terlihat bahwa pada tahun 1991 tqadi
koefisien laju de-i
tertinggi yaitu sebesar 0,424 dengan laju perkembangan
p d u k s i terkecil yaitu s e h 0,3 1. Namun hal ini terjadi hal yang sebaliknya, dimam pada tahun 200 1 dengan kwrfisien laju degmdasi terkecil yaitu 0,106
memperoleh laju perkembangan p d u k s i terbesar mencapai 2,13.
Pada Gambar 41 juga rnenyatakan laju degradasi sangat tinggi pada periode seklum KKL. Rata-rata koefisien laju d-i
pada periode sebeium
KKL mencapai 3829 dengan rata-rata produksi seksar 8 16,46 ton sdangkan pada @ode setelah KKL rata-rata koefisien laju degradasi hanya sebesar 19,18 atau setengah dari koefisien
laju degmdasi sebelum KKL dengan rata-rata
produksi sebesar 2.587,66 ton.
Pada Tabel 24 dan Gambar 41 secara nyata menyabkan bahwa semakin tinggi koefisien laju degtadasi rnaka a h menyebabkan laju perkembangan
pduksi perilcanan semakin menurun begitu juga sebaliknya jika semakin rendah
menghitung berbagai rumus tersebut hams dilakukan tersendiri agar beberapa
parameter di Marn rumus tersebut &pat diketahui. Tab1 25.
M d e l Produksi Tangkapan Optirnufll Berkelanjutan dan Stok Perikanan dalam Kondisi Marine Protected Are0 (MPA)
1. Keuntlmgan Tangkapan Berkelanjm Secara
x semakin menunm dengan
Betkala (Swtained
adanya s {Decreases with s)
Periodic Hawest Projtr) 2. Nilai total perikanan yang
V akan meningkat menca.pai ti& optimal kemdian akan
diharapkan (Total L p d e d f~heryvalue)
menurun karena adanya s (Incremes then &cremes with s, an optimal marine reserve size s * mists)
3. Output tangkapan berkelanjutan (Sustairsed hamest ~ p t )
H akan menurun karena adanya s (decreues with s)
4. U p a y a r n W P n
berkelanjutan (Swtairsed h e s teJii) 5. Ulcuranstok berkelanjm (Sutuitwd
x
stok size)
XE
=l[lm] C
pqk 1-
akan meningkat -pi
X; akan menurun &ngan h y a s (&cremes with s but X: increme with s)
i clan Anna (2004)
Nilai-nilai dari variakl di atas sebenarnya telah diketahui dari penelitian yang telah dilakukan oleh Susilo (2003), dimana diketahui :
r
=
tingkat pertumbuhan biomas = 1 ,&I
k
=
dayadukunglingkungan=7.522.580,57kg
q
=
catchabili~(peluang tmmgkapnya ikm) = 0,000005
p
=
hargarata-ratrlikan=Rp.5.881,-
c
=
biaya pemgkapan ikan = Rp. 25.000 per orang per hari
s
=
persenluaskonsavasi= 108.OO0ha1700.OOOha= 15,43%
p
= diseoun~ rate = 8 % (suku bmga bank)
I
=
tingkat kerusakan stok = 1
Sehingga j ika nilai-nilai yang diperoleh dari penelitian Susilo (2003)
dimasukkan ke dalam formula pada Tabel 25, akan diperoleh nilai aktuaI s e w kiht:
1. Keuntungan tangkapan berkelaujutan secara berkala
=
=
Rp.
13.614.413.044,-
2. Total nib yang perikanan yang diharapkan = VS= Rp.14.707.154.634,3. Outputhgkapan berkelanjutan= H" = 2.314.982,M kg
4. Upaya tangkapan berkelanjutan = ES= 168.006,48
5. Stok berkelanjutan =P= 3.258.632,40 kg sampai 4.253.948 kg
Pada analisis sensitivitas yang dilakukan oleh Arnarson (2000) terhadap p e r u b Ililai s dapat dilihat pada Tabel 26 dan Gambar 42. Pada Tabel 26
diketahui s
=
0,15 merupakar~kondisi aktuaI yang terjadi sedangkan s lainnya
rnerupakm kondisi yang digunakan dalarn analisis sensitivitas.
Tabel 26. Analisis Sensitivitas Akibat Adanya Pembahan s
Gambar 44. Analisis Sensitivitas terhadap E Akibat Perubahan s
5.6.
Persepsi Masyarakat Setempat Mengeoai Manfaat Sosial Ekonomi Kebemdam TNL Kepulauan Seribu Di dalam penelitian ini, rnanfaat sosial ekonomi keberadaan TNL
Kepulauan Seribu terhadap rnasyarakat setanpat slain didasarkan pada data
sekunder, yaitu trend perkembangan kberqa atribut yang tercatat pada data Biro Pusat Statistik secara konsisten dari tahun 1987 hingga tahun 2000, juga
didasarkan pada data primer yaitu wawancara dengan penduduk setempat mengenai persepsinya yang berkaitan dengan keberadaan TNL tersebut. Wawancara diiakukan terhsedap 54 orang penduduk (semula direncanakan hanya 50 orang) di 3 kelurahan yang berada di dalarn kawasan TNL Kepulauan Seribu.
Bedmarkan kelurahan maka penyebaran responden adalah 24 orang di
Kelurahan Pulau Kelapa, 10 orang di Kelurahan Pulau Harapan, d m 20 orang di Kelurahan Pulau Panggang.
Sebaran responden k d a m k a n kelurahan ini
proporsiod terhadap jumiah penduduk dewasa di tiga kelurahan tersebut.
Sementara itu b m h a h n mata pendwian, responden dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok nelayan dan petmi rkan, keiornpok pegawai negeri
termasuk aparat kelurahan, dan kelompok laimya terrnasuk pedagang dan buruh.
Sebaran responden tier*
kelompok mata pencaharian ini adalah 36 orang
nelayanlptani ikan, 6 orang pegawai negeri, dan 12 orang yang h a t a pencaharian lainnya, Sebaran responden b e r k k a n mata pencaharian ini juga pmporsiod terhadap populasi yang sekmmya di Kecamatan Kepdauan Seribu Utam
Analisis koefisien korelasi peringkat Kendall dilakukan terhadap hasil wawaacara responden untuk mengetahui apakah aspimi antar kelompok mata pcahanan responden berkorelasi atau
ti&.
Apabila seluruh kelompok
responden tersebut berkorelasi maka seluruh kelompok responden dapat dianggap satu kelompok sajs (diagregasi) sehingga hasil wawancara ti&
dipisahkan
bedasarkan kelompok matst pencaharian. Sebaliknyaj ika terdrtpat satu atau lebih
kelompok yang tidak berkorelasi terhadap lainnya maka hasil wawancara h a m disimpulkan h d a d c a n kelompok yang terpisah.
Di dalam analisis pasepsi rnasyarakat tentang manfaat sosial ekonomi
ke-
TNL Kepulauan Seribu ini, terhadap responden diajukrtn 15
pedanyaan yang jawabannya secara mum addah ya, tidak, atau tidak tahu.
Persentas jawaban "yay' untuk setiap kelompok responden menjadi dasar
pembuatan skor dan peringkat (ranking)di dalarn analisis "concorciap~c:e'' atau korelasi pingkat KendaIl ini.
HasiI skor dm -&at
setiap jawaban
pertanyaan pada setiap kelompok responden ini clapat dilihat pada Tabel 27.
TaM 27.
I
Skor Dan Peringkat Persepsi Masyarakat Tentang Manfaat Sosial Ekonomi Kekadaan TNL Kepulauan Seribu
-.
Peningkatan pendapatan setelah adanya TNL Peningkatan h i 1 tanikm setelah TNL [ Peningkatan populasi dan jenis ikan setelah adanya TNL
Sosialisasi aparat mtuk kelestarian TNL
KecukupanqmyaapamtdalammenjagakelestarianTNL Kete~angm: R adalah peringkat.
i
j
22 j 4 j 17 j 2[5 j 25 j 1 1 9 1 3 1 3 3 1 4 , 5 1 17 1 3 1 47 ( 8 1 50 1 6,5 1 42 1 7,5
1 1
53 1101 67 14 1 2 1 17
1
I
9 2,5
1 1
50 8
] 10
1
Penjelasan p-hitungan skor di d a h teks.
Hipotesis di d a m analisis kesesuaian peringkat Kendall tersebut di atas
adalah bahwa terdapt kesesuaian persepsi masyarakat (responden) antam kelompok terhadap berbagai pertanyaan yang dimyakan sebagaimma tacanturn pada Tabel 27. Jika hipotesis tersebut benar maka jumlah peringkat pada masingmasing pertanyaan akan secara nyata berbeda-beds. Selain itu jika hipotesis tersebut benar maka tenlapat korelasi peringkat antar kelompok responden.
(Pertanyam secara statistik adalah J&
: tidak ada korelasi antar kelompok
responden; HI : terdapat korelasi antar kelompok responden).
Nilai hitung
statistik Kendall dEtri data yang t m t u m pada Tabel 27 dengan menggmakan
perangkat lunak "Statistican adalah W
=
0,926 dm nilai hitung X* = 38,908.
Seiain itu b a d a d a n analisis ini juga diperoleh nilai rata-rata koefisien korelasi
peringkat sebesar 0,890.
Melalui pendekatan "large sample approximation"
(Holander dm Wolfe, 1973), nilai x2menyebar menurut sebaran chi-spume ( X 2 )
2
1
dan oleh h m a n y a dapat diuji bedasarkan kriteria uji
2 pada derajat bebas 14
dan tingktt kepercayaan 95 % ( atau a = 0,05). Nilai bbel 23,685 sehgga nilai
X2bg
dan HI yang diterima,
> X2*l.
x2
(0,05; 14) adalah
Secara d s t i k ha1 ini be&
I& ditolak
yang berarti terdapat koreiasi atau kesesuaian pasepsi
diantara ke1ompok responden yang diwawanca. Hal ini juga terlihat dari nilai
koefisien korelasi peringkat rata-ratayang lebih besar dari 0,s. Berdasarkan hasil
analisis korelasi peringkat Kendall ini maka seluruh kelompok responden
diagregasi menjadi satu kelompok saja Analisis agregasi persepsi masyarakat seperti ini pemah dilakukan oleh Chuenpagdee et al. (2002) di Kawasan Lindung San Felipe, Yucatan, Mexico. T e d d a p pertanyam sederhaaa "apakah an& tahu tentang keberadaan TNL Kepulauan Seribu?" secara urnurn responden menjawab "ya".
Namun
demikian ternyata tenkipat beberapa (13 %) responden yang menjawab %dak tahun. Hasil jawaban responden terhadap w y a a n tersebut &pat dilihat pada
Gambar 45.
Walaupun di dalam responden ter-
temyata secara umum hanya
kelompok nelayan tetapi
d i k i t diantara responden yang penghasilannya
seluruhnya berasal dari penangkapan ikan.
Jumlah responden yang tidak
rnendqtlw penghasilan dari penangkapan ikan di laut mencapai 30 %.
Selengkapuya hal ini &pat dilihat pada Garnbar 46.
wawancara yang telab disajikan pada Gambar 59, kiranya upaya sosialisasi ini
masib dimggap belum cukup. Analisis terhadap persepsi masyarakat seternpat mengenai maafaat sosial ekonomi kebedaan TNL Kepulauan Seribu menghasilkan beberap isu penting yang patut dicatat, diantamnya adaiah : 1, M a s y m h t TNL Kepulauan Seribu merasa tidak adanya peningkatan
padaptan yang d q a t mensejahtemkan hidup rnereka Persepsi ini sesuai menurut Fauzi dan Buchary (2002), dimana masyarakat penduduk TN
Kepulauan Seribu merasa tidak mendapakkan manfaat keberadam TN Kepulauau Seribu.
Jika ditinjau Iebih jauh lagi kondisi sosial ekonomi
masyarakat Kepdauan Seribu baik pumaban, kesehahn, pdidikan, sarana d m prasarana penunjang lainnya setelah pernkntukan TNL jauh lebih
meningkat. Sebenarnya d a a t keberadaan tersebut bersifat ti&
langsung
(sekunder) dimma terjadi prioritas pembangunan sosid ekonomi di kawasan TNL Kepulauan Seribu untuk meningkatkan trlraf hidup masyarakat yang tin&
di kawasan tersebut;
2. Masyarakat telah cukup sadar akan fungsi TNL Kepulaustn Seribu bagi kehidupannya dan cukup sadar bahwa untuk menjaga kelestarian TNL tersebut masyamkat harus dilibatkan; 3. Sosidisasi aparat setempat tdadap masyarakat untuk menjaga kelestarian
TNL Kepulauan Seribu mernang telah dilakukan, tetapi upaya aparat untuk
melibatkan m a s y e di dalam menjaga kelestarian TNL ini masih dirasakan belurn cukup mernadai. Upaya yang lebih besar dan intensif untuk melibatkan
masyarakat di dalam proses tersebut sangat diperlukan agar mereka tidak hanya r n e d a a t k m tapi ikut melestarikan sumbadaya alam yang dimiliki.
5.7.
Aspek Kelembagaan da1am Pengelohan KKL
Dalam pengelol~tanTaman Laut Nasional Kepulaurtn Seribu d k p k a n terqahya pelestarian s m k r daya plasma nutfah, perlindungan proses ekologis
dan
tata
palindungan bahari, pariwisata, @anan,
perhubungan serta
sosial ekonomi masyarakat di dalarn dm sekitar kawasrtn. Adapun fungsi pokok adanya taman nasional diantaranya yaitu : ( I)
Fungsi k o n m a s i m b e r daya dam hay& dan ekosistemnya
(2)
Fungsi sebagai wahana penelitian ilmu pengetahuan dm teknologi
(3)
Fungsi sebagai wahana pendidikan dan pembinaan kepada masyardcat
4)
Fungsi sebagai wahana pananfaatan bagi masyarakat Untuk menstngani ha1 tersebut perlu admya koordinaSi dengan berbagai
instansi terkait seperti dengan Departemen Kehutanan, Pekerjaan Urnurn,
Pertambangan, Perhubungan, Badan Pertanahan Nasiod, Dinas Perikanan dan Pemerintah Daerah. Disamping itu dipedukan arus inforrnasi yang Imcar pada masyarakat luas tidak hanya masyarakat sekitar kawasan, dengan membentuk
kelornpok-kelompok cinta alam dan kader-kader k o w a s i . Dalam kaitan ini maka masalah kelembagaan merupakan h d yang penting di dalam pengelolaan Kawasan Konservasi Laut.
Untuk
meningkatkan
kondisi
sosial
ekonomi
masyarakat
dan
rneningkatkan apresiasi dan kepeddian rnasyarakat terhadap Taman N a s i o d
hut perlu diadakan pembinaan agar keberadaan Taman Nasional Laut akan dapat
memberikan manfaat d m &pat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. H d ini dapat dilakukan dengan melaksanakan peningkatan ketmnpilan yang dapat mendukung trngkat kehidupaunya (lqe skill). Pada tabun 1995, Taman
Nasional h u t Kepulauan Seribu dikelola oleh suatu UPT &am bentuk Proyek dengan nama Proyek Taman Nasional Taman Nasiod Laut Kepdauaa Seribu. Struktur organismi Proyek Tamrtn Nasional Laut (TNL) Kepulauaa Seribu dapat
dilihat pada Gambar 60.
I
Kepala Kantor Wilayah ~ h u t D K l l ~ Kepala Sub Bald KSDADKI Jakarta
I r--'--"------------------*
I
---------------------------a I
I
I
Sekretaris Proyek
Koordinator Perencaman
Koordhator PeMBnfaatan
I I
Ketua Satgas Per1indungan I I
r-------------------A-.--------------------1
1
Rayon Utara
Rayon Tengah
I I
r----
*---
-------,
I
L
r
Resort P. Penjdiran Barat
Resort P. Penjdiran
Timur
I I I I
I I
-
Resort P.
K~YU Angin Bira
Rayon Selatan I r-------"-*----7 t
I
Resort P. Pmuka
Resort P. Sernak Daun
Gambar 60. Stfilktur Orgmiwi Proyek Taman Nasional h u t Kepdauan Seribu
159
Strukm orgmisasi pengelolaan Taman Nasional Kepulauan Seribu
mengalami perubahan bedasarkan Surat Keputussn Menteri Keh-
No.
185/Kp&1I/lW7 tanggal 31 Maret tahm 1971 tentang pengelolaan Tarnan Nasional Kepulauan Seribu dilakukan o1eh suatu Balai yang disebut sebagai Balai Taman Nasional Kepdawn Saibu. Susuraan organisasi Mai Taman Nasional Kepdauan Seribu terdiri dari : 1. Kepala Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu
2. KepaIa Sub Bagan Tata Usaha 3. Kepala Seksi Konservasi
4. K&a
Sub Seksi Wilayah Konservasi
5 . Kelompok jabatan fungsional yang terdiri dari :
a Polisi Kehutanan
b. Teknisi Kehutanan bidang bina wisata darn
c. Teknisi Kehutanan Bidang konservasi jenis sumber daya alam hayati d. Teknisi Kehutanan Bidmg Konservasi Kawasan dan Lingkungan
Wilayah konservasi di Taman Nasional Kepulauan Seribu dibagr menjadi 3 yang masingmasing dikelola oleh suatu Iembaga setingkat subseksi konsavasi
di dalam balai tersebut. Sampai dengan tanggal 3 1 Desernkr 2001 jabatan Kepala Sub Seksi untuk ketiga wilayah konservasi telah ditunjuk pelaksana harian oleh K@a
Balai
Taman Nasional Kepulauan Seribu yaitu Wilayah k o w a s i P. Kelapa, P. Penjaringan dan Pulau P m u k a . Dengan swat keputusan Kepala Balai No. 3 5 N -
BTNKS/Sk/2001 tanggal 3 1 Agustus 200 1. Untuk kelompok jabatan fungsional
Polhut yang SK fungsionahya sudah diterbitkan sebanyak 42 omg, Struktur organisasi Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu tahun 2002 d a p t d i b t pada
Gambar 6 1. K@a
Balai -
1 Sub Seksi
Wil. Konservasi P,Penjaliran
1
1
Seksi Konservasi
Sub Bag. Tata Usaha
f
Sub Seksi Wil. Konservasi P. Kelapa
1 Sub Seksi Wil. Konswvasi P. Pramuka f
Golongan Jabatan Fungsional : - Polisi Kehutanan - Teknisi Kehutanan Bidang Bina Wisata Alam - Teknisi Kehutanan Bidang Konservasi Jenis Sumber Daya Alam Hayati - Teknisi Kehutanan Bidang Konservasi Kawasan dan Lingkungan
Garnbar 6 1. Struktur Organisasi Balai Taman Nasiod Kepulauan Seribu
Dalarn rangka otonomi m, UU No.22 tahun 19!W merupakm rujukan
utama mengenai kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah Kabupaten / Kota yang berkaitan dengan pengelolaan Surnber Daya Kelautan dan Perikanttn. Undang-undang No. 22 tahun 1 W!J pasal 3, menyatakan
bahwa wilayah daaah propinsi sebagaimana dimaksud d a m pasal 2 (1) terdiri
atas wilayah darat dan wilayah laut sejauh 12 mil yang diukur dari garis pantai
k
d laut lepas dan atau kearah perairan kepulauan. Undang-mdang No. 22
tahuu 1999 p a d 10, menjelaskan antara lain :
I. Daerah berwenang mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayahnya dan krhnggungiawab r n e m e b p e l d m lingkungan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan; 2. Kewenangan daerah di wilayah laut sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, meliputi :
a) Ekspbrasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut sebatas wilayah tersebut.
b) Pengaturn kepentingan administratif c) Pengalman tata ruang
d) Penegakkan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh pemerintah
penegakkan-k
dan bantuan
dan kedaulatan.
Kewenangan h r a h kabupaten dm daerah kota di wilayah laut sesuai
dengan yang telah ditetapkan aspek kelembgaan pengelolaan KKL pada tingkat pusat masih dibawah Departemen Kehutanan. Pada tahun 2003 telah dilakukan
kaqakatan bersama Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan dengan Direktur J e n M Pesisir dan Pulau pulau Kecil Deprtemen Kelautan dan Perikanan no. 396.1/OJD/IV/H0/2003dan no.
091KBDep.KP12003 tentang pelaksrtnaan kegiatan di 6 Taman Nasional k t , yaitu :
1. Mendukung pelaksanaan kegiatan melalui pemwaaam terpadu pada Taman N a s i o d Laut secara bersama. 2. Kegiatan dilaksansrkan melalui perencanam terpadu pada 6 Tarnan Nasiod
(TN Karimun Jawa, TN Teluk Cenderawas~h,TN Kep. Seribu, TN Wakatobi, TN Takabonerate, TN Bunaken) untuk tahun anggaran 2003 yaitu meliputi : a) Penguatan zonasi Taman Nasional
b) Paguatan pengembangan dan penelilkin Sumber Daya Alam Hayati c) Penguatan Sosial Ekonomi rnasyarakat sekitar Taman Nasional
d) Pengembangan wisata alam bahari
e ) Pengembangan Sumber Daya Alam Manusia f) Pengembangan i n f o m i clan promosi g) Peningkatan kapasitas pengawasan kawasan
3. Pelaksanaan kesephtan bersama dilaksanakanmelalui kegiatan pengelolaan 4. Monitoring dan evaluasai terbdap pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tugas
pokok dm h g s i masing-masing. 5. Kesepakatan bemama ini berlaku dalam jangka waktu 1 tahun mhitung sejak
ditandatangi kesepakatan dan
dapat diperpanjang sesuai kebutuhan
bmbafkan evaluasi para pihak.
Berdasrtrkan ha1 tersebut diatas, aspek pendekatan kelembagaan tingkat
pusat yang Waitan dengan KKL mash h i f a t semen-
dan belum
rnelembaga Oleh xbab itu perlu dimmuskan kelembagaan yang solid sehingga mampu melestarikan Taman NasionaI Laut secara berkelanjutan dan potensid. Di
dalarn disertasi ini disarankan adanya fllatu kelembagaan yang diharapkan untuk
dapt mengelola taman nasiod secara partisipatif yang ciapat dilihat pada
Garnbar 62.
Dep. Kelautan dan Perikanan I
4
Dep. Kehutanan A
1
+
4 TNL
Monitoring clan Evduasi
program KKL
1
Garnbar 62. Kelembagazm Taman Nasional yang Partisipatif
Pad. Garnbar 62 terlihat bahwa pemerintah (dalam haI ini Deparkmen Kelautan dan Perikamn dan Departemen Kehutanan) perlu rnelibatkan peran aktif masyarakat lokal dalarn kelestarian taman nasionaI karena masyarakatlah yang
paling dekat dan paham dalam pengawasan taman tasional. Nzunun masyarakat ini tidak bisa bergerak sendiri oleh karena itu periu dibentuk kelembagaan yang
mucul dari masy&t
lokal k b m t u k kelompk atau LSM yang dimotivasi dan
dibina oleh Dinas terkait. Kelompk atau LSM yang telah terbentuk inilah yang menjadi rnitra pemerintah
Departemen Kehutanan d m Departemen Kelautan Kelautan dan Perikanan
bekerja sama d a r n menyusun dan meiaksanakan Program KKL maka mengadakan monitoring dan evalmi bemama baik ditingkat pusat dan wilayah
TN. Kelembagaan ditingkat wilayah TN nantinya dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar TN. Pembentukan kelompok atau LSM secara partisipatif clapat menyusun program dan melaksanakan monitoring serta evaluasi bersarna
antara pemerintah pusat dau daerah di TN Kepulauan Seribu.
Penyusunan rencana Program KKL dhrapkan bersifat lokal spesifik, dan rnampu menumbuhkan aktivitas sosial ekonomi ditingkat kawasan
TN, adanya
gerakan perekonomian ditingkat kawasan TN maka lebih mayadarkan dan meni@atkan pengetahuannya terhadap kegunaan TN. Kegiatan itu antara lain
budidaya ikan hias (misalnya kuda laut, landak laut) dan pariwisab. Kegiatan tersebut disinergikan sehingga &pat membuat jaringan perekonomian di kawasan TN dan antar wilayah.
Kelemahan dibidang permodalan, pengetahuan budidaya, pengolahan
hasil, dan pemasaran dibantu dan dibina oleh Dinas Pekmakan, Perikanan dm Kelautan DKI Jakarta, sehingga keberadaan KKI, memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyamkat Selain itu Dinas Petemakan, Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta juga membina dan mernhantu masyarakat kawasan TN, sehingga secara
partisipatif mernbentuk kelompoWLSM yang secara sadar dan aktif mengelola
KKL yang dapat bermanfaat dan menin-
pendapatan masyarakat kawasan
TN. Masyarakat TNL berperan aktif dan presentatif menumbuhkan kelompok
fomd
dan
informal
yang
mampu
menolong
kebutuhan
hidupnya.
KelompoklLSM yang tumbuh di kawasan TN dhmpkan dapat bemanfaat bagi masyamkat kawasan TN.
Kelembagaan KPlLSM di kawrlsan TN mampu menyusun program d m
mel-
kegiatan yang rnenurnbuhkan aktifitas ekonomi diwilayah sekitar
kawasan.
Kerjasarna kelembagaan tingkat pusat, daerah dan wilayah TN
diharapkan dapat menghasilkan manfaat bagi rnasyarakat kawasan itu.
5.8.
Pemkrdayaan Nelayan Kawasan k o m i laut %tau MPA ini w
pernberdayaan masyarakat nelayan Kepulauan Seribu
a
d d a m program
MPA yang terjadi di
Kepulauan Seribu diharapkan dapat rneningkatkan produksi perikanan dengan r n e m d a a h n konsep spill over. Pemberdayaan m a s y h t nelayan Kepulauan Seribu Utara mtuk menhgkatkan pendapatan keluarganya dilaksanakan melalui
pemecahan mstsalah yang dihadapi masyarakat setempat. Kondisi yang dialami para nelayan di Kepulauan Seribu Utara untuk meningkakm hasil usahanya
cukup hanyak rnemerlukan modal. Untuk itu diperlukan pembentukm suatu
jaringan kelembagaan yang mampu mernbanglutkan perekommian wilayah atas dasar k-dirian
yang didukung oleh potensi yang dirniliki masing-masing
kelembagaan tersebut dan dapt dilihat pada Gambar 63. Tujuau kelembagaan tersebut adalah : A. Menggerakkan perekonomian di wilayah Kepulauan Seribu Utara
B. Menstirnulasi m b u h a n kelompok pelaku penggerak ekonomi di wilayah Kepulauan Seribu Utara C. Bantuan modal kepada kelompok nelayan
D. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para nelayan tentang mutu hasil
komoditi laut yang dibutuhkan oleh pasar. E. Meningkatkm pendapatan kel-
nelayan.
Kelembagaan penggerak perekommian di wilayah KepuIauan Seribu
Utara diperlukan kejasama yang sinergis antar para nelayan, asosiasi, koperasi, penyalur, Bank, domtur, pemerintah daerah, pemerintah pusat, swasta dan pasar y m g dapat digambarkan sebagai berikut :
YPA
-..............., :..........................
v
-
...
-
DAEU(swMA a -Am
4
-K
m *..
v
..........................................
m* RodJtci Psrkaan 7
4
5.9.
1
T
-
NELAYAN NELAYAN
f
Impiikasi kebijakan Pengertian kebijakan addah program yang diproyeksikan M e m a n
dengan tujuan nilai dan pmktek.
Kebijakan juga dapat diartikan sebagai
Pelaksanaan hasil analisa penelitian pa& Tabel 28 di atas, menunjukkan
k e b u t u h kebijakan yang ditetapkan untuk kawasan TN. Kepulauan Seribu sesuai dengan #ahan
yang dihadapi oleh masyarakat di sekitar TN
Kepulauan Seribu.
Kebijakan pengembangan h i l i t a s se@
tingkat pendidikan, fasilitas
kesehatan, penerangan listrik ekonomi, olah raga dan pariwisata, dhrapkan para nelayan dan masyarakat di kawasan TN Kepulauan Seribu serta rnembuka
lapangan kerja yang S a r a krkelanjutan dapat dilestarikan sehmgga mampu sehagai
dasar pembangunan di ka-
wilayah TN Kepulauan Seribu.
Kebijakan konservasi kawasan laut perlu didukung oleh seluruh pelaku ekonomi pe&anan
di Kepulauan Seribu dan ditingkadran peran pengelolaannya yang
bukan saja dari pemerintah tetapi dari masyarakatnya k n a KKL merupakan investasi masyarakat di masa &tang terhadap sumberdaya perikanan. Masyarakat kawasan TN Kepdauan Saibu mempunyai pengetahuan fungsi dm keberadaan TN yang cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dalarn hasil wamcara persepsi masyankit tentang manfaat sosial ekunomi keberadaan TNL
Kepdauan Seribu. Pengetahuan fungsi d m keberadaan TN ini &pat dijadikan
indikator pwtapan kebijakan kelembagaan, dalam pengelolaan TN Kepulauan Seribu yang melibatkan masyarakat sekitar Kawasan TN untuk dapat menciptakan keleshriannya.
Dengan potensi masyarakat TNL Kepulauan Seribu bersama-sama pemerintah I pengambil kebijaksanaan dapat melestarikan dan menciptakan pembangman berkelanjutan di sekitar kawasan Taman Nasional Laut.