5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Keragaan Unit Penangkapan Ikan
5.1.1 Unit penangkapan ikan multigear (Kapal PSP 01) Penangkapan ikan Kapal PSP 01 menggunakan alat tangkap multigear, yaitu mengoperasikan alat tangkap lebih dari satu unit alat tangkap. Alat tangkap yang terdapat di Kapal PSP 01 antara lain adalah pancing tonda, pancing ulur (handline), dan gillnet.
1)
Kapal Kapal PSP 01 merupakan kapal yang dimiliki oleh Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, yang terbuat dari bahan kayu. Dimensi Kapal PSP 01 adalah panjang total (LOA) 14,3 meter, lebar maximum (Bmax) 3,12 meter, dan kedalaman (D) 1,2 m, Dengan ukuran kapal sekitar 9,5 GT (Gross tonase). Jenis kayu yang digunakan dalam pembuatan Kapal PSP 01 adalah kayu kitamiang , laban (Vitex pubesceus vahl), dan bayur (Pterospermum javanicum). Kapal PSP 01 digunakan sebagai unit usaha perikanan di Palabuhanratu. Selain untuk usaha Kapal PSP 01 digunakan sebagai kapal penelitian dan latihan bagi para mahasiswa. Kapal PSP 01 mulai beroperasi di Palabuhanratu terhitung mulai bulan Mei 2008 hingga sekarang.
Mesin yang digunakan untuk
mengoperasikan Kapal PSP 01 adalah mesin motor dengan merk Mitsubishi 4D30 80 PS/2100 rpm yang menggunakan bahan bakar solar. Dalam pengoperasiannya kapal PSP 01 membawa bahan bakar solar sebanyak 4 drum, yang satu drumnya berisi 100 liter bensin dan membawa air tawar sebanyak 3 blong, yang satu blongnya berisi 100 liter air tawar. Kapal PSP 01 mempunyai 3 buah palka yang terdiri dari satu palka untuk menyimpan alat tangkap (gillnet) sedangkan dua palka yang lain dipergunakan untuk menyimpan hasil tangkapan. Kedua palka yang dipergunakan untuk menyimpan hasil tangkapan mempunyai dimensi ukuran yang berbeda. Palka yang pertama untuk menyimpan hasil tangkapan ukuran dimensinya adalah panjang 125 cm, lebar 240 cm dan dalam 90 cm, sedangkan
34
palka ke dua untuk menyimpan hasil tangkapan ukuran dimensinya adalah panjang 125 cm, lebar 210 cm dan dalam 90 cm.
Gambar 4 Kapal PSP 01 tahun 2010.
2)
Alat tangkap Kapal PSP 01 mengoperasikan beberapa jenis alat penangkapan ikan
(multigear), yaitu pancing tonda, pancing ulur (tomba) dan gillnet. Pengoperasian alat tangkap dilakukan berdasarkan musim dan keadaan daerah penangkapan ikan.
a.
Pancing tonda (Troll line) Pancing tonda adalah alat penangkap ikan yang dioperasikan secara aktif
dengan cara ditarik oleh perahu motor atau kapal kecil. Pancing tonda terdiri dari beberapa bagian yaitu panjang tali utama, mata pancing, pemberat, dan umpan. Berikut penjelasan dari bagian-bagian dari pancing tonda, yaitu: •
Tali utama Tali utama pancing tonda terbuat dari bahan nylon yang memiliki panjang
sekitar 50-70 m. Jarak antar tali utama sekitar setengah depa atau 1,5 m. Dalam sekali setting pancing tonda, dapat mengoperasikan 5-8 pancing.
35
•
Mata pancing Mata pancing yang digunakan untuk pancing tonda adalah mata pancing
berkait ganda terbuat dari stainless. Nomor mata pancing yang digunakan oleh Kapal PSP 01 pancing tonda yaitu antara nomor 07 – 08.
Gambar 5 Mata pancing untuk tonda. •
Pemberat Pemberat yang digunakan untuk alat tangkap pancing tonda terbuat dari
timah atau semen. Jumlah pemberat yang digunakan untuk setiap unit pancing tonda adalah satu unit dengan berat 20 gram. •
Umpan Umpan yang digunakan dalam pengoperasian pancing tonda menggunakan
umpan buatan. Karena dinilai lebih efisien dibandingkan dengan umpan alami berupa ikan segar atau hidup. Selain itu, keunggulan dari umpan buatan adalah tidak mudah rusak dan dapat digunakan berulang kali.
Gambar 6 umpan buatan (plastik).
Gambar 7 umpan buatan (benang sutera).
36
50 0 – 70 m 2 cm
b
a
c
Ketterangan :
a. Tali utamaa
c. Pemberat
b. Mata panccing
Gambar 8 Pancing to onda saat diioperasikan
d pancingg tonda adallah mata panncing, tali uutama, pemb berat, Bagian utama dari dan umpaan. Spesifikkasi alat tanngkap panccing tonda Kapal K PSP 01 dapat dilihat d pada Tabeel 5.
Tabel 5 Spesifikasi S a tangkapp pancing to alat onda Kapal PSP P 01 Komponenn alat tangkkap Jumlah maata pancingg Nomor maata pancing Tali utamaa (m) Diameter pancing p (m mm) Bahan talii utama Bahan maata pancing Pemberat Jenis umppan Sumber: Data D primer,2010
Bahan, uku uran dan jum mlah pancinng tonda 5-8 7-8 50-70 2 Nylon Tembaga (pancing gaanda) Timahh (20 gram)) Buataan (plastik)
37
b.
Pancing ulur (Hand line) Alat tangkap pancing ulur yang digunakan oleh Kapal PSP 01 disebut juga
sebagai pancing tomba karena pengoperasian pancing ulur dimodifikasi dengan menggunakan jerigen. Secara umum deskripsi alat tangkap pancing tomba dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Deskripsi pancing tomba yang digunakan Kapal PSP 01.
Pancing tomba adalah alat penangkapan ikan yang berbentuk jerigen yang pengoperasiannya dilakukan dengan cara mengaitkan umpan pada mata pancing yang telah diberi tali kemudian menenggelamkannya kedalam air, dan menaruh jerigen di permukaan air. Ketika umpan dimakan ikan, maka jerigen bergerak, kemudian jerigen diangkat ke atas kapal. Pancing tomba terdiri dari beberapa bagian yaitu jerigen, mata pancing, tali utama, pemberat dan umpan. Berikut penjelasan dari bagian-bagian tersebut:
38
•
Jerigen Jerigen yang digunakan pada Kapal PSP 01 berukuran 35 x 10 x 25 cm.
Adapun penggunaan jerigen adalah sebagai pelampung pada saat pancing tomba di operasikan.
Gambar 10 Alat tangkap pancing ulur menggunakan jerigen (pancing tomba). •
Tali utama Tali utama yang digunakan oleh Kapal PSP 01 biasanya terbuat dari nylon.
Panjang tali utama yang digunakan sampai 100 meter, namun yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan umumnya sekitar 20-50 m tergantung dari kondisi perairan daerah penangkapan ikan, Diameter tali utamanya adalah 2 mm. Pancing
tomba
dalam
setiap
setting,
nelayan
pancing
tomba
dapat
mengoperasikan 7-9 unit pancing tomba. •
Mata pancing Mata pancing yang digunakan untuk pancing tomba terbuat dari stainless
atau baja. Nomor mata pancing yang digunakan oleh Kapal PSP 01 antara nomor 02 – 03.
Gambar 11 Mata pancing untuk pancing tomba.
39
•
Umpan Umpan yang digunakan untuk pancing tomba adalah ikan segar. Umumnya
ikan segar yang digunakan oleh Kapal PSP 01 diperoleh dari hasil tangkapan pancing tonda seperti ikan tongkol. Ikan tongkol hasil tangkapan pancing tonda nantinya dijadikan umpan pada saat pengoperasian pancing tomba. Hal ini dilakukan supaya memperoleh hasil tangkapan ikan tuna. Spesifikasi alat tangkap pancing tomba Kapal PSP 01 disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Spesifikasi alat tangkap pancing tomba Kapal PSP 01. Komponen alat tangkap Jumlah mata pancing Nomor mata pancing Tali utama (m) Diameter pancing (mm) Bahan tali utama Bahan mata pancing Pemberat Jenis Umpan Sumber: Data primer,2010
c.
Bahan, ukuran dan jumlah pancing tomba 7-9 02-03 100 2 Nylon monofilament Baja (J-Type) Timah (100 gram) Ikan Segar (tongkol)
Jaring insang (Gillnet) Jenis gillnet yang dioperasikan di Kapal PSP 01 ada dua macam jenis yaitu
drift gillnet dan jaring bloon. Drift gillnet adalah jaring yang dibiarkan hanyut disuatu perairan terbawa arus, drift gillnet digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis, sedangkan jaring bloon dioperasikan untuk menangkap udang atau ikan demersal. Drift gillnet yang di memiliki Kapal PSP 01 memiliki panjang total kurang lebih 800 depa (1200 meter), dengan jumlah mata jaring sebanyak kurang lebih 18000 mesh. Ukuran mata jaring sebesar 4 inci, Bahan jaring terbuat dari bahan PA multifilamen hijau. Dan tali ris terbuat dari tambang PE dengan diameter 0,8 cm. Berikut ini deskripsi gambar gillnet yang terdapat pada Kapal PSP 01, dapat dilihat pada Gambar 12.
40
Panjang totaal = 1.200 m
d a
c b e
ukuran mata jaring = 4 inchi
Keterangan :
a. Pelam mpung tanda
d. Tali pelampung p
b. Tali ris r atas
e. Pemb berat
c. Pelam mpung
Gambar 122 Deskripssi gillnet yan ng digunakaan Kapal PS SP 01. 3)
Nelaayan Nelaayan yang teerdapat di Kapal K PSP 01 0 umumnyya berasal dari nelayan lokal
di Palabuhhanratu. Neelayan yangg mengoperrasikan Kappal PSP 01 antara 5-6 orang o per trip. Pembagian P t tugas nelayaan adalah seebagai berikkut : satu orrang sebagaai juru mudi untuuk mengatuur jalannya kapal, 4-5 5 orang sebbagai pemanncing atau yang mengoperrasikan gillnnet serta melakukan m peersiapan sebbelum operrasi penangk kapan ikan berlanngsung, sepperti menyiaapkan umpaan dan menyyalakan petrromaks. Tabel 7 Juumlah nelayyan dan keddudukannyaa dalam operasi penanggkapan. Keddudukan Juru Mudii Nelayan Jumlah Sumber: Data D primer,2010
Jum mlah 1 4 5
41
4)
Metode pengoperasian alat tangkap Kapal PSP 01 Sebelum berangkat menuju fishing ground nelayan PSP 01 melakukan
persiapan terlebih dahulu yaitu mempersiapkan perbekalan, pemeriksaan mesin dan perahu, serta penyusunan alat tangkap di perahu. Nelayan Kapal PSP 01 meninggalkan fishing base sekitar pukul 17.00 WIB dan akan kembali dari fishing ground 7 hari kemudian pukul 09.30 WIB.
Waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai fishing ground tergantung dari jarak fishing ground yang akan dituju. Penentuan fishing ground ini ditentukan berdasarkan pengalaman nelayan. Nelayan Kapal PSP 01 cenderung memiliki fishing ground yang tetap, kalaupun berpindah tempat tidak akan jauh dari fishing ground sebelumnya. Tahapan selanjutnya yaitu setting alat tangkap drift gillnet, yang dimulai dengan penurunan pelampung tanda.
Setelah pelampung tanda diturunkan
kemudian dilanjutkan dengan penurunan jaring satu per satu. Setting di lakukan pada waktu malam hari sekitar pukul 20.00 WIB lamanya setting kurang lebih 1 jam, setelah setting dilakukan proses selanjutnya dihanyutkan (drifting) jaring selama 2-3 jam dan tahap terakhir hauling selama 3 jam. Untuk pengoperasian drift gillnet dan jaring bloon berbeda pada lokasi daerah penangkapannya, jaring gillnet dilakukan di tengah laut, sedangkan jaring bloon di sekitar teluk. Cara operasional pancing tonda adalah dengan cara menonda (menarik) pancing secara horizontal di permukaan perairan. Sementara tahapan untuk alat tangkap pancing tonda yang pertama dilakukan yaitu memasang umpan pada mata pancing, dan menurunkan pancing satu persatu ke perairan. Kemudian mengikat ujung tali pada salah satu ujung kanan atau kiri dan bagian buritan kapal. Tali pancing yang telah direntangkan di sisi kanan atau kiri perahu ditarik terus menerus menyusuri daerah penangkapan dengan tujuan umpan buatan yang dipakai bergerak-gerak seperti ikan mangsa. Pada saat salah satu umpan dimakan ikan, pemancing langsung memberitahukan juru mudi untuk menaikkan kecepatan perahu. Juru mudi akan mempercepat laju perahu dengan tujuan agar ikan yang memakan umpan cepat tersangkut pada mata pancing dan mencegahnya terlepas kembali. Persiapan setting dilakukan sekitar 30 menit lamanya dan setting sekitar 5 jam/hari. Alat tangkap pancing tonda menggunakan umpan dalam pengoperasiannya. Umpan yang digunakan adalah umpan buatan (artificial bait),
42
yang terbuat dari bulu ayam, kain yang berwarna menarik, dan bahan-bahan yang terbuat dari plastik yang menyerupai bentuk asli hewan laut seperti cumi, ikanikan kecil, dan sebagainya. Umumnya dalam sekali operasi penangkapan dapat menghabiskan hingga 300-400 liter solar.
5)
Daerah penangkapan ikan Daerah penangkapan Kapal PSP 01 dilakukan di daerah rumpon wilayah
selatan dan daerah rumpon wilayah barat. Adapun rumpon yang terdapat di Palabuhanratu merupakan rumpon yang dibuat oleh pemerintah maupun pihak swasta. Satu rumpon di wilayah Palabuhanratu umumnya digunakan oleh 1 – 8 kapal. Lokasi daerah penangkapan Kapal PSP 01 berada di perairan selatan Jawa Barat. Daerah tersebut meliputi 07o LS – 09o LS dan 105o BT – 107o BT. Dari data yang didapat, fishing ground Kapal PSP 01 antara lain di daerah Ujung Kulon, Binuangeun, perairan Legundi, perairan Selat Panaitan, Cisokan, Karang Bolong.
Kegiatan operasional Kapal PSP 01 di Palabuhanratu berlangsung
sepanjang tahun mulai dari tahun 2008 hingga sekarang. Kapal PSP 01 dalam sekali operasi penangkapan ikan melakukan trip sebanyak 3 kali per bulan dengan lama 1 trip antara 5 sampai dengan 7 hari.
6)
Komposisi hasil tangkapan Berdasarkan data Kapal PSP 01, komposisi hasil tangkapan yang didapatkan
cukup beranekaragam tergantung dari alat tangkap yang di operasikan pada waktu penangkapan. Ketika Kapal PSP 01 mengoperasikan alat tangkap gillnet, hasil tangkapan yang didapatkan berupa ikan pelagis seperti cakalang (Katsuwonus pelamis), layur (Trichiurus sp.), tenggiri (Scomberomorus sp.), jangilus (Istiophorus sp.), dan tongkol (Auxis sp.). Sementara ketika alat tangkap pancing yang dioperasikan hasil tangkapan yang didapatkan adalah tuna madidihang (Thunnus albacores), albakora (Thunnus alalunga), tuna mata besar (Thunnus obesus), dan tongkol (Auxis sp.). Ketika Kapal PSP 01 mengoperasikan jaring bloon atau bubu maka didapatkan udang karang dan lobster seperti udang mutiara (Penaeus sp.), dan lobster hijau pasir (Panulirus versicolor).
43
5.1.2 Unit penangkapan ikan yang menggunakan satu alat tangkap (single gear) Pada penelitian ini alat tangkap single gear yang diamati atau diteliti adalah alat tangkap payang dan alat tangkap pancing tonda yang terdapat di PPN Palabuhanratu. Unit penangkapan ikan terdiri dari kapal, alat dan nelayan kapal itu sendiri. Penjelasan dari alat tangkap payang dan pancing tonda disajikan pada bab dibawah ini.
1)
Pancing tonda
a.
Kapal Kapal yang digunakan untuk mengoperasikan pancing tonda adalah jenis
kapal motor yang memiliki dimensi utama LOA = 12 meter, B = 2,8 meter, dan D = 1,2 meter, maka dapat di ketahui GT untuk kapal pancing tonda sebesar 8 GT. Mesin yang digunakan berkekuatan 22 PK dengan bahan bakar solar. Umumnya kapal yang digunakan di palabuhanratu adalah jenis kapal kayu yang memiliki umur teknis sekitar 10 tahun. Perawatan kapal dilakukan kurang lebih 6 bulan sekali yang meliputi pengecetan, penambalan bagian yang bocor, dan menghilangkan teritip.
Gambar 13 Kapal pancing tonda di PPN Palabuhanratu tahun 2010.
44
b.
Alat tangkap Pancing jenis ini termasuk kedalam jenis pancing rumpon.
Karena
pengoperasian pancing tonda di lakukan di daerah sekitar rumpon. Pancing tonda terdiri atas dua bagian utama yaitu tali pancing, mata pancing dan pemberat. Jumlah mata pancing yang digunakan nelayan Palabuhanratu berjumlah antara 5-7 unit mata pancing. Mata pancing umumnya terbuat dari kawat baja, kuningan, atau bahan tahan karat dan tembaga. Nomor mata pancing tonda adalah 07-08 dan panjangnya sekitar 3 cm.
Tali pancing tonda terbuat dari bahan PA
monofilament no. 60 dengan panjang sekitar 40 meter per unit dan umpan yang digunakan berupa umpan buatan.
c.
Nelayan Nelayan yang mengoperasikan kapal pancing tonda ini berkisar 4-5 orang
per unit. Pembagian tugas nelayan antara lain, seorang nelayan mengatur jalannya perahu sekaligus sebagai pemancing. Nelayan lainnya sebagai pemancing dan melakukan persiapan sebelum operasi penangkapan berlangsung. Tabel 8 Jumlah nelayan dan kedudukannya dalam operasi penangkapan. Kedudukan Juru Mudi Nelayan/ ABK Jumlah Sumber: Data primer,2010
d.
Jumlah 1 4 5
Metode pengoperasian alat Dalam pengoperasian alat tangkap pancing tonda, digunakan beberapa alat
bantu penangkapan seperti gacok untuk mematikan ikan, lampu untuk penerangan, serta umpan buatan yang berupa cumi-cumi palsu atau kain perca. Alat bantu lainnya yang sangat penting dalam pengoperasian alat tangkap pancing tonda di wilayah Palabuhanratu yaitu rumpon yang digunakan untuk mengumpulkan ikan. Pengoperasian alat tangkap pancing tonda yaitu mengulur alat tangkap perlahan-lahan ke perairan dan mengikat ujung tali pada salah satu ujung kanan atau kiri perahu dan buritan dengan jarak tertentu. Pengoperasian biasanya
45
dilakukan sebanyak 2 – 4 trip dalam satu bulan, dimana dalam satu kali trip nelayan menghabiskan waktu 7 – 10 hari. Adapun hari yang tidak dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan melaut adalah hari Jum’at karena para nelayan melakukan kegiatan ibadah sholat Jum’at sekaligus dimanfaatkan untuk beristirahat.
e.
Daerah penangkapan ikan Daerah penangkapan ikan untuk pancing tonda di wilayah Palabuhanratu
berada di sekitar rumpon.
Rumpon digunakan untuk mengumpulkan ikan.
Terdapat beberapa daerah di Teluk Palabuhanratu yang terdapat rumpon yang biasa didatangi oleh nelayan pancing tonda. Salah satu daerah tersebut yaitu ujung genteng yang berjarak 50 mil dari PPN Palabuhanratu atau sekitar 3,5 – 4 jam perjalanan menggunakan kapal. Adapun nelayan pancing tonda di Palabuhanratu sering pula menyebutkan daerah lintang 7 – 8 sebagai daerah penangkapan ikan.
f.
Komposisi hasil tangkapan Hasil tangkapan utama dari alat tangkap pancing tonda selama penelitian
adalah ikan jenis tuna seperti Big eye tuna (Thunnus obesus), dan tuna madidihang (Thunnus albacares) yang berada di sekitar rumpon. Selain itu terdapat pula hasil tangkapan sampingan pancing tonda yaitu cakalang (Katsuwonus pelamis), dan tongkol (Auxis sp.). Adapun hasil tangkapan nelayan pancing tonda pada saat musim puncak dapat mencapai sekitar 800 kg dan pada saat musim paceklik hanya mencapai sekitar 150 kg.
2)
Payang
a.
Kapal Berdasarkan dari hasil wawancara nelayan payang di Palabuhanratu, kapal
yang digunakan untuk pengoperasikan payang adalah jenis kapal motor tempel yang terbuat dari kayu. Dimensi kapal payang adalah panjang total (LOA) 12 m, lebar (B) 2 m dan dalam (D) 0,8 m, Maka kapal payang yang terdapat di PPN Palabuhanratu diketahui ukuran GT kapal sebesar 6,77 atau rata-rata 7 GT.
46
Umumnya kapal payang yang digunakan di Palabuhanratu memiliki umur teknis 20 tahun. Perawatan kapal dilakukan 4-6 bulan sekali yang meliputi pengecatan, penambalan bagian yang bocor.
Kapal payang umumnya menggunakan satu
mesin tempel yang berkekuatan 40 PK. Bahan bakar yang digunakan bensin, dan minyak tanah.
Gambar 14 Kapal payang di PPN Palabuhanratu tahun 2010.
b.
Alat tangkap Payang merupakan alat tangkap yang memiliki tali penarik yang sangat
panjang dengan cara melingkari wilayah seluas-luasnya dan kemudian menariknya ke kapal yang tidak bergerak.
Alat tangkap payang termasuk
kedalam pukat kantong lingkar. Pukat kantong lingkar adalah suatu jaring yang terdiri dari kantong (bunt or bag), badan (body), kaki atau sayap(wing) yang dipasang pada kedua sisi (kiri dan kanan) mulut jaring. Pada payang terdiri atas kantong, dua sayap, dua tali ris, tali selambar, serta pelampung dan pemberat. Kantong yang terdapat pada payang merupakan satu kesatuan yang berbentuk kerucut. Semakin ke ujung kantong jumlah mata jaring semakin berkurang dan ukuran mata jaringnya semakin mengecil, hal ini dilakukan untuk menghindari lolosnya ikan yang telah masuk kedalam kantong.
47
Berikut inni deskripsi gambar payyang yang terdapat t di PPN Palabuuhanratu, seeperti dapat dilihhat pada Gaambar 15.
Gambar 15 Deskrippsi alat tanggkap payang g yang terdaapat di PPN Palabuhanrratu.
Tali ris terbuat dari bahan PE multifila ament mem mpunyai diam meter sekitaar 3-4 mm dengaan panjang tali antara 300-400 3 m. Sementaraa tali ris baw wah diameteer 5-6 mm denggan panjangg tali kuranng lebih 24 40-350m. Tali T selambbar atau peenarik terbuat daari bahan PE E dengan diameter 16 mm. m Panjanng tali depann dibagian sayap s kiri sekitaar 15-20 m dan untuk bagian belaakang sekittar 120-2000 m. Pelam mpung terdapat dua macam m bambu dan plastiik, dengann ukuran ssilinder pan njang sekitar1000-120 cm, plastik berrukuran 20 liter. Pem mberat timaah dengan berat sekitar 1,55-2 kg. Baggian dan fuungsi dari jaaring payanng secara lenngkap di saajikan pada Tabeel 9. Tabel 9 Bagian B jarinng payang. Fungsi Penggiring g atau penggurung ikan Tempat beerkumpulnyya ikan yangg tertangkap p Untuk merentangkan jaring sertaa mengikat 3 Talli ris pelampung g dan pembberat 4 Sellambar Penarikan n jaring saat setting dann hauling Menjaga jaring tetap terapung daan mempertaahankan benntuk jaring 5 Pellampung Merendam m bagian baw wah jaring supaya 6 Pem mberat bukaan jarring maksim mal Sumber : Monintja M (11991) vide Yulia Y (2006) No 1 2
Bagian jaringg payang B Sayyap Kantong
48
c.
Nelayan Pengoperasian alat tangkap payang memerlukan tenaga yang besar baik
pada saat menurunkan jaring (setting) maupun pada saat menarik jaring (hauling). Hal inilah yang menyebabkan alat tangkap payang banyak menyerap tenaga kerja, dimana untuk satu unit alat tangkap dibutuhkan 15-20 orang per unit. Tabel 10 berikut ini menjelaskan rincian dari jumlah nelayan dan kedudukannya pada satu unit alat tangkap. Tabel 10 Jumlah nelayan dan kedudukannya dalam operasi penangkapan. Kedudukan Juru mudi Motoris Pedaga dewasa Pedaga kecil Jumlah Sumber: Data primer,2010
Jumlah 1 1 (8-14) (2-3) (15-20)
Juru mudi adalah orang yang memimpin jalannya operasi penangkapan, menentukan lokasi daerah penangkapan, menentukan melaut atau tidaknya dan membagi-bagi pendapatan antar nelayan. Keberhasilan operasi penangkapan payang banyak ditentukan oleh juru mudi, karena turunnya pelampung tanda dan tali selambar pada saat pengoperasian ditentukan oleh juru mudi, untuk itu juru mudi harus tahu dengan pasti kapan tali selambar diturunkan. Motoris adalah orang yang bertanggung jawab untuk persiapan operasi penangkapan seperti perawatan kondisi mesin, menangani kerusakan-kerusakan kecil yang terjadi pada saat operasi. Keberhasilan dalam penangkapan ditentukan oleh kemampuan juru mudi dalam mengatur kecepatan mesin pada saat pengoperasian. Pendega dewasa adalah orang yang bekerja pada saat setting dan hauling, serta menangani hasil tangkapan. Pada waktu tidak operasi/docking, mereka bekerja memperbaiki jaring dan bagian-bagian kapal yang rusak.
Sementara
pendega kecil, bertugas membantu pendega dewasa saat pengoperasian serta menyiapkan konsumsi untuk keperluan seluruh nelayan.
49
d.
Metode pengoperasian alat Operasi penangkapan payang dapat dilakukan baik siang maupun malam
hari. Namun pengoperasian umumnya dilakukan pada siang hari, sedangkan operasi malam hari dilakukan pada musim Barat, dimana pengoperasian siang hari pada musim Barat ini sering tidak memberi hasil. Sebelum berangkat ke fishing ground, nelayan payang terlebih dahulu mempersiapkan perbekalan yang dibutuhkan seperti bensin, oli, air tawar dan makanan. Nelayan payang meninggalkan fishing base sekitar pukul 06.00 WIB dan kembali lagi dari fishing ground sekitar pukul 18.00 WIB. Waktu yang di butuhkan untuk mencapai fishing ground sekitar 2-3 jam atau tergantung dari fishing ground yang dituju. Penentuan fishing ground ini ditentukan berdasarkan pengalaman nelayan dan tanda-tanda alam. Nelayan payang cenderung memiliki fishing ground yang tetap, karena pengoperasian payang hanya di sekitar Teluk Palabuhanratu. Menurut Sainsbury (1971), payang biasanya dioperasikan di lapisan permukaan air (water surface), dengan tujuan menangkap ikan pelagis yang membentuk kelompok (schooling). Dasar dari seine net adalah melingkari area perairan dengan. Prinsip pengoperasian alat ini adalah membatasi gerak ikan sehingga terkurung pada bagian sayap dan selanjutnya ikan masuk kedalam kantong. Penarikan dua sisi sayap dilakukan secara bersama, sehingga kelompok ikan tergiring masuk kedalam jaring.
Umumnya dalam sekali operasi
penangkapan dapat menghabiskan hingga 10-30 liter bensin
e.
Daerah penangkapan ikan Daerah penangkapan payang ditentukan berdasarkan pengalaman nelayan
dan tanda-tanda alam. Umumnya payang dioperasikan di lapisan permukaan air bagian atas dengan tujuan menangkap ikan pelagis yang membentuk kelompok (schooling). Selain itu payang dioperasikan di daerah-daerah yang terlihat terdapat keberadaan gerombolan ikan. Tiga hal sebagai indikator adanya gerombolan ikan, seperti yang dikemukakan oleh Ayodhyoa (1981), yaitu: (1) Adanya lompatan-lompatan ikan dipermukaan laut;
50
(2) Burung-burung
yang
menukik-nukik
dan
menyambar-nyambar
permukaan laut; (3) Adanya buih-buih dipermukaan laut.
f.
Komponen hasil tangkapan Hasil tangkapan yang diperoleh payang tergantung pada kondisi daerah
penangkapan ikan dan musim. Namun umumnya jenis ikan dari hasil tangkapan payang adalah layang ( Decapterus spp. ), selar (Selaroides sp.), kembung ( Rastrelliger spp. ), lemuru ( Sardinella sp. ), dan tembang ( Sardinella fimbriata ).
5.2 Analisis Tingkat Produktivitas Unit Penangkapan Ikan. Tingkat produktivitas suatu unit penangkapan dapat diestimasi dengan pendekatan hasil tangkap per satuan upaya atau catch per unit effort (CPUE). Oleh karena itu, pendekatan CPUE ini selanjutnya digunakan untuk mengetahui tingkat produktivitas unit penangkapan ikan multigear (Kapal PSP 01) dan single gear (payang dan pancing tonda).
5.2.1 Unit penangkapan multigear (Kapal PSP 01) Kapal PSP 01 mulai beroperasi di Palabuhanratu terhitung mulai bulan Mei tahun 2008 hingga sekarang. Upaya penangkapan ikan alat tangkap multigear yang dilakukan oleh Kapal PSP 01 pada tahun 2010 tercatat sebanyak 5 trip . hal ini karena data upaya pada tahun tersebut baru diperoleh untuk 2 bulan, yakni Januari dan Februari. Produksi penangkapan Kapal PSP 01 cenderung mengalami perubahan setiap tahunnya, terlihat pada tahun 2008-2009 mengalami peningkatan. Namun jika dilihat dari rata-rata hasil tangkapan per upaya tertinggi didapat pada tahun 2008, sebesar 462,1695 kg/trip. Terjadinya peningkatan hasil tangkapan per upaya pada tahun 2008, disebabkan pertambahan jumlah produksi lebih tinggi dibandingkan pertambahan jumlah effort. Namun pada tahun 2010 hasil tangkapan Kapal PSP 01 menurun hingga 215,00 kg/trip. Menurunnya hasil tangkapan pada tahun 2010 dikarenakan data yang diperoleh dari Kapal PSP 01 terhitung sejak bulan Januari-Februari, padahal musim banyak ikan di palabuhanratu umumnya dimulai bulan April hingga bulan Oktober, sehingga
51
seolah-olah hasil tangkapannya menurun dan demikian juga dengan nilai CPUEnya. Perkembangan CPUE Kapal PSP 01 (multigear) dari tahun 2008-2010, dapat dilihat pada Tabel 11. Data perhitungan CPUE lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 2,3,4. Tabel 11 Perkembangan hasil tangkapan per upaya Kapal PSP 01 (multigear). Tahun Produksi (kg) 2008 9.705,56 2009 11.594,00 2010 1.075,00 Rata-Rata 7458,18 Sumber: Data primer,2010
Effort (trip) 21 31 5 19
CPUE ( kg/trip) 462,16 374,00 215,00 350,38
Tabel 11 menjelaskan bahwa hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan Kapal PSP 01 setiap tahun mengalami penurunan. Terjadinya penurunan dapat disebabkan faktor eksternal atau internal. Jika dilihat dari faktor eksternal diduga karena adanya penurunan ketersedian sumberdaya ikan yang sedikit setiap tahunnya, faktor cuaca yang berbeda-beda mempengaruhi kondisi penangkapan ikan saat melaut dan faktor musim ikan. Sementara faktor internal disebabkan pengetahuan terhadap ruaya ikan, pengetahuan nelayan terhadap daerah penangkapan yang menyangkut aspek oseanografi, serta penggunaan rumpon hanya satu unit.
Dari data hasil upaya penangkapan ikan Kapal PSP 01
(multigear), maka dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah produksi hasil tangkapan dari tahun 2008-2010 sebesar 7.458,18 kg, sedangkan hasil tangkapan persatuan upaya (CPUE) per trip rata-rata sebesar 350,38 kg/trip.
5.2.2 Unit penangkapan single gear (kapal payang) Hasil tangkapan atau produksi ikan dengan menggunakan alat tangkap payang di Perairan Teluk Palabuhanratu cenderung berfluktuasi, selama periode tahun 2005-2009.
Hasil tangkapan alat tangkap payang di perairan Teluk
Palabuhanratu disajikan pada Tabel 12.
52
Tabel 12 Perkembangan upaya penangkapan ikan kapal payang. Tahun Produksi (kg) effort (trip) 2005 3.106.329 4.238 2006 1.687.489 2.657 2007 1.451.120 2089 2008 206.679 446 2009 216.043 294 Rata-Rata 1.333.532 1.945 Sumber: Data Statistik PPN Palabuhanratu, 2009
CPUE(kg/trip) 732,97 635,11 694,64 463,40 734,84 652,19
Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2005, sebesar 3.106.329 kg dan hasil tangkapan terendah terjadi pada tahun 2008 sebesar 206,679 kg. Sementara untuk jumlah upaya penangkapan effort cenderung menurun selama periode tahun tersebut (2005-2009). Menurunnya jumlah effort dipengaruh oleh berkurangnya jumlah alat tangkap payang yang beroperasi di PPN Palabuhanratu. Hal ini di karenakan kapal payang banyak yang tidak beroperasi atau beralihnya alat tangkap payang ke alat tangkap lain seperti rumpon.
Namun untuk hasil
tangkapan per upaya nilai catch/effort (CPUE) pada tahun terakhir (2009) menunjukan peningkatan yang berarti atau cukup signifikan walaupun pada 4 tahun sebelumnya (2005-2008) cenderung menurun.
Hal ini diduga karena
adanya prakiraan panen raya 5 tahun sekali.
5.2.3 Unit penangkapan single gear (kapal pancing tonda) Produksi ikan yang didarat di Palabuhanratu dengan alat tangkap pancing tonda cenderung fluktuasi, selama periode tahun 2005-2009. Sementara untuk jumlah upaya penangkapan jumlah effort cenderung menurun selama periode tahun tersebut (2005-2009), seperti dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Perkembangan hasil tangkapan per upaya kapal pancing tonda. Tahun Produksi Effort (trip) 2005 198,804 188 2006 309,329 264 2007 284,068 286 2008 292,167 350 2009 601,221 940 Rata-Rata 337,118 405,60 Sumber: Data Statistik PPN Palabuhanratu, 2009
CPUE 1057,47 1171,70 993,24 834,76 639,60 939,35
53
Kapal pancing tonda dari tahun ke tahun produksi hasil tangkapan ikan cenderung semakin fluktuasi dengan rata-rata produksi sebesar 337,11 kg dan rata-rata CPUE sebesar 939,35 kg/trip. Terlihat dari Hasil tangkapan yang di dapat oleh pancing tonda tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebanyak 601,221 kg dan hasil tangkapan terendah terjadi pada tahun 2005 sebesar 198,804 kg. Begitu juga dengan hasil tangkapan per upaya pada tahun 2006 kapal pancing tonda meningkat hingga 1171,70 kg/trip. Pada tahun 2007-2009 upaya penangkapan ikan cenderung menurun.
Namun pada tahun 2009 menunjukan upaya
penangkapan ikan sebesar 639,59 kg/trip. Penurunan CPUE pada tahun 2009 diduga karena laju pertambahan effort lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertambahan produksi.
5.3 Analisis Efisiensi Teknis Analisis efisiensi teknis dilakukan untuk untuk mendapat nilai semua kriteria yang digunakan suatu nilai tukar atau nilai standar. Unit usaha yang memperoleh skor tertinggi berarti lebih baik dari pada yang lainnya. Untuk mendapatkan nilai tukar ini digunakan fungsi nilai (V) yang merupakan nilai perbandingan relatif.
Alternatif yang terbaik adalah alternatif yang dapat
memberikan nilai V(x) tertinggi. Hal ini dapat dilihat dari aspek produksi per kapal per tahun, produksi per trip, produksi per BBM, produksi per tenaga kerja, dan produksi per GT. Jumlah tenaga kerja atau ABK yang terdapat pada Kapal PSP 01 berjumlah 5 orang nelayan.
Jumlah tersebut relatif tetap setiap tahunnya, sementara
penggunaan BBM cenderung mengalami fluktuasi. Keragaan spesifikasi tenaga kerja dan penggunaan BBM dapat dilihat pada Tabel 14 . Rincian penggunaan BBM tiap bulannya dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 14 Spesifikasi tenaga kerja dan BBM Kapal PSP 01. Tahun 2008 2009 2010 Rata-Rata Sumber: Data primer,2010
Tenaga kerja (orang)
BBM (liter)
5 5 5 5
4800,00 8400,00 1700,00 4966,67
54
Produksi BBM yang digunakan Kapal PSP 01 setiap tahunnya mengalami penurunan. Terlihat pada tahun 2008-2010 BBM yang digunakan mengalami perubahan dengan rata-rata jumlah BBM yang digunakan sebesar 4.966,67 liter. Jumlah BBM yang digunakan terbesar pada tahun 2009 sebesar 8.400 liter dan terkecil pada tahun 2008 sebesar 4.800 liter. Namun besarnya penggunaan BBM pada tahun 2009 tidak seimbang dengan hasil tangkapan yang di peroleh pada tahun 2009. Hal ini dikarenakan adanya musim ikan yang menyebabkan Kapal PSP 01 melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan tidak hanya di daerah rumpon namun kedaerah penangkapan lain, sehingga terjadi penggunaan jumlah BBM yang besar. Sedikitnya jumlah hasil tangkapan pada tahun 2009 yang diperoleh Kapal PSP 01 dibandingkan dengan jumlah BBM yang digunakan, mengakibatkan BBM yang digunakan Kapal PSP 01 tidak efisien dibandingkan tahun 2008. Jumlah nelayan payang yang terdapat di Palabuhanratu berkisar antara 1219 orang dalam 1 unit penangkapan ikan. Oleh karena itu untuk mengetahui penghitungan efisiensi tenaga kerja pada nelayan payang, maka menggunakan rata-rata jumlah nelayan 15 orang dalam satu unit penangkapan kapal payang. Keragaan spesifikasi tenaga kerja dan penggunaan BBM dapat dilihat pada Tabel 15. Rincian penggunaan BBM tiap bulannya dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 15 Spesifikasi tenaga kerja dan penggunaan BBM kapal payang. Tahun Tenaga kerja (orang) BBM (liter) 2005 15 2006 15 2007 15 2008 15 2009 15 Rata-Rata 15 Sumber: Data Statistik PPN Palabuhanratu, 2009
205,17 342,22 322,94 579,98 362,57
Tabel 15 menjelaskan bahwa Produksi BBM alat tangkap payang menggunakan bahan bakar bensin. rata-rata BBM yang digunakan alat tangkap dari tahun 2005-2009 sebesar 362,57 liter. Jumlah BBM yang digunakan kapal payang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2005 jumlah BBM untuk kapal payang sebesar 205,17 liter. Pada tahun 2009 jumlah BBM yang
55
digunakan kapal payang meningkat hingga 579,98 liter. Meningkatnya produksi BBM yang digunakan kapal payang dikarenakan jauhnya lokasi daerah operasional dan juga lamanya waktu pengoperasian alat tangkap. Penurunan atau peningkatan jumlah upaya penangkapan ikan kapal pancing tonda yang berada di PPN Palabuhanratu disebabkan adanya musim ikan yang tidak menentu, dan faktor cuaca saat melakukan melaut atau operasi penangkapan ikan. Jumlah nelayan pancing tonda yang terdapat di PPN Palabuhanratu rata-rata sekitar 3-5 orang dalam satu unit penangkapan ikan. Namun berdasarkan hasil wawancara jumlah kapal pancing tonda sama dengan jumlah nelayan kapal PSP 01 sebanyak 5 orang dalam satu unit penangkapan. Keragaan spesifikasi CPUE, dan Penggunaan BBM dapat dilihat pada Tabel 16. Rincian penggunaan BBM tiap bulannya dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 16 Spesifikasi tenaga kerja dan penggunaan BBM kapal pancing tonda. Tahun Tenaga kerja (orang) 2005 5 2006 5 2007 5 2008 5 2009 5 Rata-Rata 5 Sumber: Statistik PPN Palabuhanratu, 2009
BBM 51,90 105,60 76,50 76,52 325,20 127,14
Jumlah BBM yang digunakan kapal pancing tonda mengalami perubahan setiap tahunnya. Terlihat pada tahun 2005 jumlah BBM yang digunakan sebesar 51,90 liter. Meningkat pada tahun 2006 sebesar 105,60 liter dan menurun pada tahun 2007-2008 sebesar 75,50-75,52 liter.
Namun pada tahun 2009 jumlah
penggunaan BBM meningkat hingga 325.20 liter. Meningkatnya jumlah BBM yang digunakan kapal pancing tonda dikarenakan jauhnya lokasi daerah penangkapan ikan.
5.3.1 Produksi hasil tangkapan per kapal per tahun Produksi hasil tangkapan per kapal per tahun digunakan untuk mengetahui jumlah produksi hasil tangkapan yang terdapat di kapal, selama satu tahun operasi
56
penangkapan ikan. Produksi hasil tangkapan per kapal per tahun disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Produksi hasil tangkapan ikan kapal PSP 01, payang dan pancing tonda. Kapal PSP 01* Payang** Pancing tonda** Tahun Produksi (kg) Produksi (kg) Produksi (kg) 2005 30.755,73 22.089,33 2006 10.165,60 15.466,45 2007 9.126,54 9.795,45 2008 4.592,87 7.304,18 2009 11.594,00 1.785,48 30.061,05 2010 Rata-Rata 11.594,00 11.285,24 16.943,29 Sumber: *Data primer,2010 **Data statistik PPN Palabuhanratu,2009 Berdasarkan Tabel 17 bahwa produksi hasil tangkapan ikan terbesar terdapat pada alat tangkap single gear (pancing tonda) dengan rata-rata sebesar 16.943,29 kg. Namun jika dibandingkan Kapal PSP 01 dengan kapal single gear payang, maka produksi hasil tangkapan Kapal PSP 01 lebih besar dari kapal payang dengan rata-rata sebesar 11.594,00 kg. Produksi Kapal PSP 01 yang digunakan untuk perbandingan dengan kapal payang dan kapal pancing tonda yaitu tahun 2009. Hal ini di karenakan Kapal PSP 01 dalam melakukan operasi penangkapan ikan terhitung mulai bulan Mei 2008 hingga sekarang. Namun yang beroperasi penuh selama satu tahun yaitu pada tahun 2009. Besarnya produksi Kapal PSP 01 dibandingkan kapal payang karena Kapal PSP 01 menggunakan alat bantu rumpon sehingga hasil tangkapan yang diperoleh lebih besar dari pada payang yang cara pengoperasian alatnya berdasarkan tandatanda alam. Hasil tangkapan yang didapat diduga tidak menentu dibandingkan yang menggunakan alat bantu rumpon. Menurun hasil tangkapan ikan Kapal PSP 01 dibandingkan dengan kapal pancing tonda karena Kapal PSP 01 hanya menggunakan satu rumpon sedangkan kapal pancing tonda diduga lebih dari satu rumpon.
Kurang pengetahuan
keberadaan ruaya ikan dan faktor musim ikan merupakan salah satu faktor
57
produksi hasil tangkapan Kapal PSP 01 lebih sedikit dibandingkan alat tangkap single gear (pancing tonda). 5.3.2 Produksi per trip Produksi per trip digunakan untuk mengetahui laju pertambahan produksi hasil tangkapan (catch) dengan laju pertambahan upaya penangkapan atau effort (trip). Hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan Kapal PSP 01, payang dan pancing tonda. Tahun
Kapal PSP 01*
Payang**
Pancing tonda**
CPUE(kg/trip) CPUE (kg/trip) CPUE (kg/trip) 1057,46 2005 732,97 1171,70 2006 635,11 993,24 2007 694,64 834,76 2008 462,16 463,40 639,59 2009 374,00 734,84 2010 215,00 Rata-Rata 350,38 652,19 939,35 Sumber: *Data primer,2010 ** Data Statistik PPN Palabuhanratu, 2009 Tabel 18 diatas dapat dilihat bahwa CPUE diperoleh dari produksi hasil tangkapan yang didapat dibagi dengan jumlah trip (effort) pengoperasian alat. Hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan Kapal PSP 01 cenderung menurun dari tahun 2008-2009 dengan rata-rata sebesar 350,38 kg/trip, begitu juga dengan alat tangkap pancing tonda (single gear) cenderung menurun dari tahun 20052009 dengan rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan sebesar 939,35 kg/trip. Namun untuk alat tangkap payang (single gear) cenderung berfluktuasi setiap tahunnya dengan rata-rata sebesar 652,19 kg/trip.
Besarnya CPUE
pancing tonda (single gear) dibandingkan kapal payang dan Kapal PSP 01 (multigear). Hal ini diduga karena kapal pancing tonda menggunakan rumpon lebih dari satu rumpon sehingga hasil tangkapan yang diperoleh lebih banyak dibandingkan dengan Kapal PSP 01. Selain itu faktor keberadaan ruaya ikan dan faktor daerah penangkapan merupakan salah satu faktor hasil tangkapan pancing tonda lebih besar dari pada Kapal PSP 01 dan kapal payang (single gear).
58
5.3.3 Produksi per BBM Bahan bakar minyak merupakan salah satu faktor yang penting untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Lamanya kapal beroperasi atau jauhnya daerah penangkapan bergantung pada jumlah BBM yang digunakan saat beroperasi. Untuk mengetahui efisiensi BBM yang digunakan oleh kapal, Maka dapat dihitung dengan cara CPUE yang diproduksi satu unit kapal selama 1 tahun dibagi dengan jumlah BBM yang digunakan oleh kapal dalam 1 tahun. Perbandingan Pengunaan BBM yang digunakan Kapal PSP 01, kapal payang dan pancing tonda, seperti dapat dilihat pada Tabel 19. Data yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 19 Perbandingan pengunaan BBM yang digunakan Kapal PSP 01, kapal payang dan pancing tonda. Kapal PSP 01*
Payang**
Pancing tonda**
Tahun
Penggunaan Penggunaan Penggunaan BBM(kg/trip/liter) BBM(kg/trip/liter) BBM(kg/trip/liter) 2005 0,0036 0,0204 2006 0,0111 2007 0,0020 0,0130 2008 0,0963 0,0014 0,0109 2009 0,0445 0,0013 0,0020 2010 0,1265 Rata-Rata 0,089 0,0021 0,0115 Sumber: *Data primer,2010 **Data Statistik PPN Palabuhanratu, 2009 Tabel 19 menjelaskan bahwa penggunaan BBM untuk Kapal PSP 01 lebih baik dari pada kapal payang atau kapal pancing tonda. Terlihat dari rata-rata BBM yang digunakan Kapal PSP 01 sebesar 0,0891 kg/trip/liter. Dibandingkan dengan kapal payang sebesar 0,0021 kg/trip/liter dan kapal pancing tonda sebesar 0,0115 kg/trip/liter. Hal ini dikarenakan Kapal PSP 01 dalam pengoperasian alat tangkap berada di daerah rumpon sehingga lokasi daerah penangkapan tidak perlu berpindah-pindah. Tenaga kerja atau ABK merupakan faktor penentu keberhasilan dalam operasi penangkapan ikan.
Seperti bagaimana mereka mengoperasikan alat
tangkap, bagaimana mereka mengetahui adanya daerah penangkapan dan menentukan keberadaan ruaya ikan. Oleh karena itu mengetahui penggunaan
59
tenaga kerja atau ABK dalam satu unit kapal sangat penting, maka perlu dilakukan perhitungan efisien tenaga kerja atau ABK. Dengan cara menghitung jumlah upaya penangkapan ikan yang dihasilkan (kg/trip) dibagi dengan jumlah tenaga kerja dalam satu unit kapal.
5.3.4 Produksi per tenaga kerja Tabel 20 Perbandingan penggunaan tenaga kerja yang digunakan Kapal PSP 01, kapal payang dan pancing tonda. Kapal PSP 01*
Payang**
Pancing tonda**
Tahun
Penggunaan Penggunaan Penggunaan ABK(kg/trip/orang) ABK(kg/trip/orang) ABK(kg/trip/orang) 211,49 2005 48,86 234,34 2006 42,340 198,64 2007 46,30 166,95 2008 92,43 30,89 127,91 2009 74,80 48,98 2010 43,00 Rata-Rata 70,07 43,47 187,87 Sumber: *Data primer,2010 **Data Statistik PPN Palabuhanratu, 2009 Tabel 20 diketahui bahwa tenaga kerja yang dilakukan oleh nelayan kapal PSP 01 setiap tahunnya semakin menurun. Pada tahun 2008 penggunaan tenaga kerja tertinggi sebesar 92,43 kg/trip/orang, Sedangkan jumlah terendah terdapat pada tahun 2009 sebesar 74,80 kg/trip/orang, Untuk data pada tahun 2010 penggunaan tenaga kerja nelayan Kapal PSP 01 tidak dapat di katakan menurun karena pengoperasian pada tahun 2010 dilakukan belum sampai satu tahun. Sedangkan untuk kapal payang penggunaan tenaga kerja cenderung fluktuasi, tertinggi terdapat pada tahun 2009 sebesar 48,98 kg/trip/orang. penggunaan terendah terdapat pada tahun 2008 sebesar 30,98 kg/trip/orang. Untuk kapal pancing tonda penggunaan tenaga kerja cenderung menurun. Tertinggi pada tahun 2006 sebesar 234,34 kg/trip/orang dan terendah pada tahun 2009 sebesar 127,91 kg/trip/orang. Jika dilihat dari rata-rata penggunaan tenaga kerja maka untuk Kapal PSP 01 sebesar 70,07 kg/trip/orang. Sedangkan untuk kapal payang sebesar 43,47 kg/trip/orang dan untuk kapal pancing tonda sebesar 187,87 kg/trip/orang. Maka
60
dapat dijelaskan bahwa untuk efisiensi tenaga kerja yang terbaik terdapat pada kapal pancing tonda. Hal ini diduga karena tenaga kerja/ABK kapal pacing tonda dalam melakukan operasi penangkapan ikan (waktu dan setting) dan penentuan daerah penangkapan lebih baik. Besarnya penggunaan tenaga kerja nelayan Kapal PSP 01 dibandingkan dengan nelayan payang, karena jumlah tenaga kerja yang dibutuhan nelayan payang lebih besar dibandingkan Kapal PSP 01.
Dengan
demikian CPUE yang dihasilkan kapal payang dibagi dengan jumlah nelayan yang terdapat di satu unit menghasilkan produksi per tenaga kerja lebih kecil dari pada Kapal PSP 01. Data yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 7.
5.3.5 Produksi per GT Tabel 21 Perbandingan ukuran GT yang digunakan Kapal PSP 01 dan payang dan pancing tonda. Kapal PSP 01*
Payang**
Pancing tonda**
ukuran kapal ukuran kapal ukuran kapal (kg/trip/GT) (kg/trip/GT) (kg/trip/GT) 2005 104,71 132,18 2006 90,73 146,46 2007 92,18 124,16 2008 48,65 60,80 104,35 2009 39,37 103,07 79,95 2010 22,63 Rata-Rata 36,88 90,30 117,42 Sumber: *Data primer,2010 **Data Statistik PPN Palabuhanratu, 2009 Tahun
Berdasarkan Tabel 21 menjelaskan bahwa rata-rata efisiensi untuk kapal PSP 01 sebesar 36,88 kg/trip/GT. Sedangkan untuk kapal payang efisiensi ukuran kapal sebesar 90,30 kg/trip/GT dan kapal Pancing tonda sebesar 117,42 kg/trip/GT. Data yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 8. Maka dapat dijelaskan bahwa efisiensi kapal yang terbaik adalah kapal pancing tonda, karena dengan ukuran kapal sebesar 8 GT dapat memproduksi hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan dengan rata-rata sebesar 939,35 kg/trip (dapat dilihat pada Tabel 13). Dibandingkan dengan Kapal PSP 01 dengan ukuran kapal sebesar 9,5 GT rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan sebesar 350,38 kg/trip (dapat dilihat pada Tabel 11) dan Ukuran payang sebesar 7 GT, dengan hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan rata-rata
61
sebesar 652,19 kg/trip. Maka dapat diketahui bahwa besarnya ukuran kapal tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan yang di dapat. Tabel 22 Produksi tangkapan berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan Kapal PSP 01 (multigear) dan single gear (payang, pancing tonda). Jenis unit penangkapan ikan
Produksi/kapal /tahun
Produksi/
Multigear (PSP 01) single gear (Payang) single gear (Pancing Tonda)
trip
Produksi trip/BBM
Produksi trip/ABK
Produksi trip/GT
11.594,00
350,38
0,089
70,07
36,88
11.285,24
652,19
0,002
43,47
90,30
16.943,29
939,35
0,011
187,87
117,42
Sumber: Data diolah,2010 Berdasarkan Tabel 22 hasil produksi tangkapan ikan pertahunnya menggunakan alat tangkap multigear yang digunakan Kapal PSP 01 lebih kecil 11.594,00 kg dari pada alat tangkap single gear pancing tonda 16.943 kg. Namun lebih besar dari pada alat tangkap payang (single gear). Kecilnya produksi hasil tangkapan PSP 01 di pengaruhi oleh penggunaan rumpon yang hanya satu unit rumpon dibandingkan kapal pancing tonda yang diduga lebih dari satu rumpon. Namun jika dilihat dari produksi/trip (CPUE) maka kapal single gear pancing tonda lebih besar 939,35 kg/trip dari pada alat tangkap payang sebesar 652,19 kg/trip dan Kapal PSP 01 sebesar 350,38 kg/trip. Kecilnya upaya penangkapan ikan (CPUE) Kapal PSP 01 disebabkan menurunnya produksi hasil tangkapan yang diperoleh Kapal PSP 01 setiap tahunnya dibandingkan kapal payang atau kapal pancing tonda. Efisiensi BBM untuk Kapal PSP 01 sebesar 0,089 kg/trip/liter sedangkan untuk kapal payang sebesar 0,002 kg/trip/liter. Pada kapal pancing tonda sebesar 0.011 kg/trip/liter.
Tingginya efisiensi penggunaan BBM Kapal PSP 01
disebabkan daerah penangkapan ikan yang sudah pasti dilakukan disekitar daerah rumpon, Dibandingkan kapal payang yang pengoperasian alat tangkap dilakukan berdasarkan tanda-tanda alam untuk mengetahui keberadaan ikan sehingga membutuhkan BBM yang lebih besar. Kapal pancing tonda pengoperasian alat tangkap sama dengan Kapal PSP 01 yaitu dilakukan didaerah rumpon. Namun kapal pancing tonda diduga menggunakan rumpon lebih dari satu rumpon
62
sehingga penggunaan BBM kapal pancing tonda lebih besar dibandingkan Kapal PSP 01. Jumlah nelayan Kapal PSP 01 sebanyak 5 orang, sedangkan jumlah nelayan kapal payang sebanyak 15 orang, dan jumlah kapal pancing tonda sama dengan jumlah Kapal PSP 01 yaitu sebanyak 5 orang. Penggunaan tenaga kerja dapat dihitung dengan cara jumlah upaya penangkapan ikan (CPUE) yang dihasilkan dibagi dengan jumlah nelayan yang berada dalam satu unit kapal. Jika dilihat dari rata-rata penggunaan tenaga kerja, maka untuk Kapal PSP 01 sebesar 70,07 kg/trip/orang. Sedangkan untuk kapal payang sebesar 43,47 kg/trip/orang. Dan untuk kapal pancing tonda sebesar 187,87 kg/trip/orang. Hal ini menunjukan bahwa untuk efisiensi tenaga kerja pancing tonda lebih efisien dari pada Kapal PSP 01 atau kapal payang. Efisiensi ukuran kapal didapat dari upaya penangkapan ikan (CPUE) dibagi dengan jumlah GT kapal. Untuk Kapal PSP 01 ukuran kapal sebesar 9,5 GT sedangkan untuk kapal payang ukuran kapal sebesar 7 GT dan untuk kapal pancing tonda ukuran kapal sebesar 8 GT. Jika dilihat dari efisiensi kapal maka rata-rata untuk Kapal PSP 01 sebesar 36,88 kg/trip/GT, sedangkan untuk kapal payang rata-rata sebesar 90,30 kg/trip/GT. Sementara untuk kapal pancing tonda rata-rata sebesar 117,42 kg/trip/GT. Unit Penangkapan ikan terbaik di tentukan dengan menggunakan fungsi nilai tertinggi. Tabel 22 di atas, maka dapat diketahui tingkat produktivitas dan efisiensi teknis suatu alat tangkap. Dengan menghitung fungsi nilai dari produksi trip/bbm, produksi trip/tenaga kerja, produksi trip/ABK dan produksi trip/ GT. Dengan rumus fungsi nilai dapat diketahui produktivitas dan efisiensi teknis unit penangkapan ikan yang lebih baik untuk dioperasikan di PPN Palabuhanratu yaitu multigear atau single gear.
63
Tabel 23 Fungsi nilai unit penangkapan ikan. Jenis unit penangkapan ikan Multigear (PSP 01) Single gear (Payang) Single gear (Pancing Tonda)
Produksi/ kapal /tahun
Produksi/ trip
Produksi trip /BBM
Produksi trip /ABK
Produksi trip /GT
0,04
0
1
0,5
0
0
0,5
0,1
0
0,6
1
1
0
1
1
Jumlah
1,54 1,2 4
Sumber: Data diolah, 2010 Mengetahui efisien atau tidaknya alat tangkap yang digunakan oleh Kapal PSP 01 (multigear) dapat dilakukan dengan perbandingan antara alat tangkap single gear payang dan pancing tonda.
Berdasarkan Tabel 23, maka dapat
dijelaskan bahwa Kapal PSP 01 lebih baik dibandingkan dengan kapal single gear payang, terlihat dari aspek produksi per kapal per tahunnya, produksi trip per BBM, dan produksi trip per ABK. Namun jika dibandingkan dengan alat tangkap single gear pancing tonda Kapal PSP 01 masih lebih rendah, terlihat dari aspek produksi per kapal per tahunnya, produksi per trip dan produksi trip per ABK, produksi trip per GT alat tangkap pancing tonda (single gear) lebih baik dari pada kapal PSP 01. Sementara untuk alat tangkap Kapal PSP 01 fungsi nilai tertinggi diperoleh dari produksi trip/BBM. Tingginya efisiensi BBM yang digunakan Kapal PSP 01 dikarenakan lokasi daerah penangkapan Kapal PSP 01 dilakukan dengan menggunakan alat bantu rumpon.
Pengoperasian alat tangkap sangat
dipengaruhi oleh keberadaan dan posisi rumpon.
Pengoperasian alat bantu
rumpon sudah banyak digunakan oleh nelayan pancing di Palabuhanratu (Handriana 2007). Rumpon berfungsi sebagai alat untuk menarik perhatian agar ikan berkumpul pada suatu tempat tertentu yang kemudian dilakukan operasi penangkapan (Subani dan Barus, 1989). Pengumpulan ikan dengan rumpon umumnya untuk ikan bermigrasi yang secara tidak sengaja melewati keberadaan rumpon, lalu tertarik untuk beruaya di sekitar rumpon baik untuk sementara maupun permanen. Rumpon pada hakekatnya dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan ikan agar sekumpulan ikan
64
mudah ditangkap dengan alat tangkap yang dikehendaki (Subani, 1986 vide Effendi, 2002). Sedangkan untuk alat tangkap payang hanya beroperasi di teluk palabuhanratu dan bergerak aktif dalam mencari gerombolan ikan. Ayodhyoa (1981) menjelaskan bahwa indikator dalam menentukan gerombolan ikan pada siang hari dapat dilakukan dengan melihat perubahan permukaan air laut, seperti terlihatnya buih-buih di permukaan air laut akibat udara yang dikeluarkan ikan, terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan yang berenang dekat permukaan laut dan adanya burung-burung yang menukik menyambar permukaan laut. Besarnya produktivitas dan efisiensi teknis unit penangkapan ikan kapal PSP 01 (multigear) kurang efisien dibandingkan kapal single gear.
Hal ini
dikarenakan adanya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu rumpon PSP 01 hanya satu unit, pengetahuan nelayan terhadap ruaya ikan, dan waktu setting yang tepat. Sedangkan faktor eksternal yaitu adanya musim ikan, dan cuaca yang tidak mendukung untuk kegiatan penangkapan ikan.