77
5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Komponen Bioaktif Propolis Berdasarkan analisis fitokimia, didapatkan hasil secara kualitatif senyawa yang terkandung dalam propolis Indonesia (PI) hampir sama dengan propolis Brasil (PB), kecuali kandungan saponinnya dimana PB tidak mengandung saponin (Tabel 6). Selain itu dapat dilihat bahwa kandungan flavonoid serta senyawa fenolik dari PI lebih tinggi dua kali lipat dibanding PB. Hal ini menunjukkan bahwa PI mirip dengan kandungan propolis Cina yang banyak mengandung flavonoid dan asam fenolat. Negara lainnya yang terbukti mempunyai kandungan flavonoid tinggi pada propolisnya adalah Argentina, Australia, Bulgaria, Hungaria, New Zealand, dan Uruguay. Sedangkan kandungan PB terutama mengandung terpenoid, turunan prenylated (Bankova et al. 2008; Kumazawa et al. 2004). Hasil analisis fitokimia secara kualitatif PI ditemukan tanin, flavanoid, steroid. Kandungan tersebut juga ditemukan pada propolis Pandeglang dalam penelitian Tukan (2009). Namun propolis pada penelitian Tukan tidak mengandung alkaloid yang dikandung pada PI di penelitian ini. Tabel 6. Hasil analisis fitokimia secara kualitatif Golongan
Ekstrak Etanol PI
Ekstrak Etanol PB
1. Flavonoid & senyawa fenolik 2. Tanin 3. Minyak Atsiri 4. Steroid & Triterpenoid 5. Saponin 6. Alkaloid 7. Glikosida 8. Gula Produksi
++
+
+ + + + + + +
+ + + + + +
Keterangan: Tanda + menunujukkan ada kandungan, dan tanda – menunjukkan tidak ada atau tidak terdeteksi. Tanda ++ menunjukkan lebih banyak dari tanda +
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
78
Uji komponen bioaktif propolis untuk mencari komponen bioaktif CAPE dan Artepillin C dilakukan secara kromatografi cair kinerja tinggi. Komponen Artepillin C hanya ditemukan pada PB dan tidak pada PI. Sedangkan komponen bioaktif CAPE tidak ditemukan pada kedua propolis tersebut. Hal ini mendukung penemuan Sforcin dan Bankova (2011) dan Salatino et al. (2005) yang menyatakan bahwa kandungan utama PB (Green Brazilian) adalah prenylated pcoumaric acid dimana Artepillin C merupakan komponen bioaktif dari kandungan ini. Sedangkan komponen bioaktif CAPE biasanya ditemukan pada jenis propolis “poplar” yaitu yang berasal dari Eropa, Amerika Utara, beberapa daerah non-tropis di Asia, dan New Zealand (Sforcin & Bankova 2011; Bankova et al. 2000). Tidak ditemukannya CAPE dan Artepillin C pada PI juga sejalan dengan penelitian lain yang menggunakan juga PI yaitu penelitian Tukan (2009) dengan menggunakan propolis dari Pandeglang, penelitian Syamsudin et al. (2009) yang menggunakan propolis dari tiga tempat yang berbeda di Jawa dan penelitian Trusheva et al. (2011) menggunakan propolis di Jawa Timur. Uji komponen bioaktif kemudian dilanjutkan dengan menggunakan teknik kromatografi gas spektrometri massa (KG-SM). Berdasarkan teknik KGSM, ditemukan komponen bioaktif utama dalam PI yaitu α Amyrin, cyclolanost, turunan fenol (termasuk senyawa resorcinol), senyawa eudesmane, senyawa ethyl acridine, senyawa lupeol, senyawa friedoolean, senyawa pyrimidine. Sedangkan komponen bioaktif utama dari PB adalah α Amyrin, β Amyrin, hydrocinnamic ethyl ester, Cyclolanost, turunan fenol, dan senyawa pyrimidine (Tabel 7). Komponen bioaktif propolis yang hanya ditemukan pada PI dan tidak pada PB adalah senyawa lupeol, senyawa friedooleanan, 5 heptyl resorcinol, senyawa eudesmane, dan senyawa ethyl acridine. Sedangkan β Amyrin dan Hydrocinnamic ethyl ester hanya ditemukan pada PB dan tidak pada PI. Semua komponen bioaktif yang ditemukan pada PI dan PB, terlihat bahwa PI mempunyai kandungan lebih besar daripada PB yaitu α Amyrin (1.5 kali),
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
79
cyclolanost (8.7 kali), turunan fenol (1.2 kali) dan senyawa pyrimidine (2 kali) (Lampiran 8, 9 dan 10) Dari semua kandungan bioaktif yang ditemukan pada PB dan PI, kandungan kimia yang pertama kali ditemukan pada propolis adalah senyawa friedoolean, senyawa eudesmane, ethyl acridine dan senyawa pyrimidine. Semua temuan baru ini berbeda dengan penelitian Syamsudin et al. (2009) menggunakan PI dari tiga tempat yang berbeda di Indonesia (Batang, Lawang, dan Sukabumi) yaitu menemukan 1,3-bis(trimethylsilylloxy)-5,5-proyllbenzene, 3,4-dimethylthio quinoline, 4-oxo-2-thioxo-3-thiazolidinepropionic acid, D-gluco furanuronic acid, dofuranuronic acid, patchoulene dan 3-quinolinecarbox amine. Komponen α Amyrin, β Amyrin, lupeol, senyawa friedooleanan dan cyclolanost merupakan senyawa triterpenoid. Ditemukannya komponen α Amyrin, β Amyrin dan lupeol pada PB sejalan dengan penelitian yang dilakukan Furukawa et al. (2002). Sedangkan pada PI ditemukan komponen α Amyrin, senyawa lupeol dan senyawa friedoolean. Ditemukannya komponen α Amyrin dan cyclolanost pada PI sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tukan (2009). Komponen α, ß-Amyrin dan lupeol diketahui mempunyai khasiat antiinflamasi (Pinto et al. 2007; Akihisa et al. 2010) dan antitumor (Akihisa et al, 2010; Akihisa et al. 2001; Saleem et al. 2001). Senyawa friedooleanan juga mempunyai aktifitas antiinflamasi (Akihisa et al. 1994) dan anti tumor (Akihisa et al. 2001; Tanaka 2008). Senyawa cyclolanost yang ditemukan pada PI lebih besar 8 kali lipat dibanding dengan PB. Senyawa cyclolanost yaitu suatu senyawa saponin cycloartane yang telah diteliti oleh Shen et al. (2008) secara in vitro berkhasiat sitotoksik terhadap human prostate tumor cell line. Penelitian yang dilakukan oleh Tukan (2009), menemukan bahwa senyawa cyclolanost mempunyai aktifitas antibakteri yaitu dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang diisolasi dari usus halus sapi. Cyclolanost merupakan senyawa saponin cycloartane yang
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
80
ditemukan pertama kali pada propolis oleh Trusheva et al. (2011) yang menggunakan propolis dari Jawa Timur. Tabel 7. Hasil analisis komponen bioaktif dengan KGSM/GCMS Komponen bioaktif Terpenoid α Amyrin
Propolis Indonesia PI (%)
Propolis Brasil - Perbandingan PI PB dan PB (PI/PB) (%)
4.32
2.87
1.5
-
1.40
-
Senyawa lupeol
0.68
-
-
Senyawa friedooleanan
3.92
-
-
Cyclolanost
15.75
1.81
8.7
Senyawa eudesmane
0.66
-
-
0.57
0.47
1.2
9.33
-
-
-
9.70
-
Senyawa Nitrogen Senyawa ethyl acridine
1.93
-
-
Senyawa pyrimidine
0.81
0.40
2
β Amyrin
Senyawa Polifenol Turunan fenol 5 heptyl resorcinol Prenylated p-coumaric acid Hydrocinnamic ethyl ester
Senyawa terpen lainnya adalah komponen eudesmane yang merupakan suatu senyawa sesquiterpen lakton eudesmane dan hanya ditemukan pada PI. Pada penelitian Zhang et al. (2010) komponen ini mempunyai sifat sitotoksik terhadap beberapa cell line kanker.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
81
Berbagai penelitian menunjukkan komponen fenol seperti flavonoid, asam aromatik dan benzopiren mempunyai efek biologis yang sangat bermanfaat untuk pengobatan (Bankova et al. 2000; Burdock 1998; Sforcin 2007). Propolis diketahui mempunyai kandungan flavonoid yang tinggi (Ahn et al. 2007; Bankova et al. 2008; Chen et al. 2004; Coneac et al. 2008; Kumazawa et al. 2004; Salatino et al. 2005; Sheng et al.2007). Pada penelitian secara in vitro diketahui bahwa flavonoid mempunyai efek antiimflamasi, antialergi, antiviral, dan antikarsinogenesis (Middleton 1998; Middleton et al. 2000; Benavente & Castillo, 2008; Moon et al. 2006; González-Gallego et al. 2010). Pada PI banyak mengandung senyawa polifenol seperti turunan fenol dan senyawa resorcinol. Senyawa 5 heptyl resorcinol, merupakan kandungan yang pertama kali ditemukan pada PI. Senyawa resorcinol juga ditemukan pada penelitian Trusheva et al. (2011) yang tepatnya menemukan empat kandungan alk(en)ylresorcinol. Penemuan ini merupakan yang pertama kali di dunia. Resorcinol merupakan turunan dari fenol (WHO 2006). Senyawa resorcinol ditemukan secara luas di berbagai produk seperti pada broad bean (Vicia faba), komponen pembentuk rasa pada honey mushroom (Armillaria mellea) dan ditemukan pada eksudat bibit bunga lili (Nuphar lutea). Senyawa polifenol merupakan senyawa yang berkhasiat terutama sebagai antioksidan (Nijveldt et al. 2001). Komponen Hydrocinnamic ethyl ester adalah bentuk ester hydrocinnamic acid yang merupakan senyawa prenylated p-coumaric acids. Senyawa ini hanya ditemukan pada PB. Hal ini memang mendukung pembuktian dari Bankova et al. (2008) yaitu turunan prenylated terutama berasal dari PB. Senyawa ini mempunyai efek antibakteri dan antiparasit (Marcucci et al. 2001), hepatoprotektif dan antitumor (Bankova 2005a) Komponen ethyl acridine adalah turunan dari acridine merupakan salah satu komponen yang baru ditemui pada propolis. Komponen ini tidak ditemukan pada penelitian lainnya yang menggunakan PI. Ethyl acridine mempunyai efek anti tumor pada murine Lewis lung carcinoma (Finlay et al. 1993; Finlay &
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
82
Bagulay 1989), antitumor pada tumor solid (Kestel et al. 1999), dan leukemia (Finlay et al. 1996). Komponen ini merupakan agen antitumor yang berikatan dengan Topoisomerase II DNA dan mempunyai DNA binding properties. Pyrimidine merupakan senyawa aromatik heterosiklik organik yang mirip dengan benzene dan pyridine. Penelitian terhadap senyawa pyrimidine seperti oleh Dao dan Grinberg (1963) ditemukan bahwa pyrimidine berkhasiat pada pengobatan pasien kanker payudara. Penelitian lain yang dilakukan oleh Saad (2001) menemukan bahwa pyrimidine berkhasiat pada pengobatan solid tumor. Perbedaan kandungan bioaktif antara PI dan PB ini sekali lagi mendukung pernyataan Bankova (2005b) yaitu bahwa kandungan propolis sangat dipengaruhi oleh letak geografis, jenis lebah, jenis tanaman habitatnya, dan musim. 5.2.Analisis Kandungan Vitamin dan Mineral Propolis Berdasarkan hasil analisis kandungan vitamin dan mineral didapatkan bahwa kedua jenis propolis mengandung zat gizi vitamin A, C, E, B1, B2, B6, dan mineral Cu, Zn, Mn, Fe, Na, Ca, dan Mg. Temuan berbagai jenis vitamin dan mineral pada PI mendukung penelitian sebelumnya yang telah menemukan kandungan
vitamin dan mineral pada propolis (Bankova et al. 2000; Hegazi
1998; Syamsudin et al. 2009). Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang mengkaji kandungan gizi vitamin dan mineral dari PI. Hampir semua kandungan vitamin dan mineral pada PI lebih tinggi dari PB kecuali kadar vitamin A (Tabel 8). Beberapa kandungan vitamin dan mineral PI jauh melebihi PB yaitu terutama berturut-turut vitamin B2 (115.6 kali lipat), vitamin B1 (44 kali lipat), magnesium (43 kali lipat), vitamin C (27.6 kali lipat), vitamin B6 (17.5 kali lipat) dan vitamin E (10.2 kali lipat), hal tersebut kemungkinan disebabkan karena untuk analisa PI digunakan ekstrak propolis segar yang baru dibuat sedangkan untuk analisa PB digunakan ekstrak propolis yang sudah dilarutkan dalam propilenglikol sehingga mempengaruhi kadar dari
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
83
vitamin yang seperti diketahui vitamin adalah zat organik sehingga dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan (Almatsier 2006). Tabel 8. Hasil uji zat gizi vitamin dan mineral Propolis Indonesia dan Brasil
Vitamin A
IU/100 gram
Propolis Indonesia (PI) < 0.5 tt/tt
Vitamin B1
mg/100 gram
1.10 1.14/1.07
0.05
<0.025 tt/tt
-
>44
Vitamin B2
mg/100 gram
2.89 2.92/2.88
0.03
<0.025 tt/tt
-
>115.6
Vitamin B6
mg/100 gram
0.35 0.33/0.36
0.02
<0.02 tt/tt
-
>17.5
Vitamin C
mg/100 gram
5.51 5,51/-
-
<0.2 tt/tt
-
>27.6
Vitamin E
mg/kg
4.09 4.61/3.56
0.74
0.40 0.41/0.39
0.01
10.2
Tembaga (Cu)
mg/kg
4.51 4.55/4.47
0.06
1,07 1.17/0.98
0.13
4.2
Seng (Zn)
mg/kg
35.2 35.6/34.7
0.64
1.61 1.87/1.36
0.36
21.9
Mangan (Mn)
mg/kg
5.98 5.98/5.83
0.11
0.30 0.28/0.31
0.02
20
Besi (Fe)
mg/kg
5.32 5.78/4.86
0.65
3.22 3.22/-
-
1.7
Natrium (Na)
mg/100 gram
56.6 -
-
34.0 34/-
-
1.7
Kalsium (Ca)
mg/100 gram
69.6 -
-
1.04 1.04/-
-
67
Magnesium ((Mg)
mg/100 gram
80.6 -
-
1.86 1.84/1.88
0.03
43.3
Parameter
Satuan
Propolis Brasil (PB)
SD (PB)
-
445 448.5/441.35
5.06
Perbandingan PI dan PB (PI/PB) <0.001
SD (PI)
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
84
Vitamin B merupakan koenzim dalam proses reaksi reduksi oksidasi metabolisme karbohidrat (B1 atau tiamin), protein (B6 atau piridoksin) dan lemak (B3 atau niasin) untuk menghasilkan energi (Disckinson 2002). Vitamin A, C, E, tembaga, dan Zn berperan sebagai antioksidan dan dapat mencegah kerusakan sel akibat radikal bebas (Maggini 2007; Winarsi 2007). Magnesium bersama dengan kalsium, mangan, vitamin D, fosfor, dan fluoride berperan dalam metabolisme tulang (Dickinson, 2002), membantu dalam pembentukan formasi tulang dan secara tidak langsung terlibat dengan hormon pengatur metabolisme tulang (Cotter et al. 2007). Selain berguna dalam pembentukan tulang, mangan (Mn) merupakan komponen esensial dalam enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak (Dickinson 2002). Kegunaan mineral tembaga adalah untuk memepertahankan kesehatan tulang, pembuluh darah dan saraf (Fernandez & Adams 2007). Sedangkan kegunaan besi (Fe) adalah sebagai komponen pembentuk hemoglobin yang berguna dalam transportasi oksigen ke seluruh jaringan tubuh, dan juga sebagai komponen dalam berbagai protein dan enzim (Dickinson 2002). 5.3.Analisis Aktifitas Antioksidan Metode yang digunakan untuk menguji aktifitas antioksidan ada beberapa yaitu dengan menggunakan metode β-carotene bleaching, ferric thiocyanate (FTC), ferric reducing ability assay (FRAP), chemoluminescenscence assay dan dengan assay antiradikal 1,1-diphenyl-2-pierylhydrazyl (DPPH). Pada penelitian ini digunakan metode yang ke-dua untuk menguji aktifitas antioksidan pada PI dan PB. Metode penelitian DPPH merupakan metode yang paling sering digunakan dan telah berhasil baik dalam mengukur aktifitas antioksidan (Sawaya et al. 2011). Penelitian ini merupakan yang pertama kali dalam hal pengujian efek antioksidan yang terkandung dalam PI. Efek antioksidan dipengaruhi oleh kandungan polifenol dalam propolis yaitu salah satunya adalah flavonoid. Kumazawa et al. (2004) meneliti
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
85
kandungan polifenol dan flavonoid yang berasal dari 16 negara menemukan bahwa propolis dari negara Argentina, Australia, Cina, Hungaria dan New Zealand mempunyai aktifitas antioksidan yang tinggi dan berkorelasi dengan kandungan polifenol dan flavonoidnya. Matsushige et al. (1996) mengisolasi komponen ekstrak Baccharis dracunculifolia propolis yang menunjukkan adanya aktifitas antioksidan lebih kuat dari vitamin C dan E. Pada penelitian ini ditemukan bahwa kandungan flavonoid dan senyawa fenol dari PI lebih tinggi dua kali lipat dibanding PB. Namun, uji aktifitas ditemukan bahwa PB mempunyai aktifitas antioksidan 1.2 kali lipat lebih kuat dari PI yaitu PB 55451.95 dan PI 44656.8 (Tabel 9). Hal tersebut mungkin dipengaruhi oleh kandungan aktif dari propolis PB yang mempunyai aktifitas antioksidan selain flavonoid. Namun lebih jauh lagi Kumazawa et al. (2003), menemukan bahwa komponen caffeic acid, quarcetin, kaempferol, phenetyl caffeate, cinamyl caffeate dan artepillin C mempunyai aktifitas antiradikal DPPH kuat melebihi 60%. Pada penelitian ini diketahui bahwa PB mempunyai kandungan bioaktif utama yang tidak dimiliki oleh PI yaitu Artepillin C. Hasil uji t-student aktifitas antioksidan PI dan PB menyatakan bahwa ada perbedaan yang bermakna diantara PI dan PB dengan p=0.02 (p< 0.05) yang menunjukkan bahwa PB mempunyai kekuatan antioksidan lebih kuat dari PI. Tabel 9. Hasil uji aktifitas antioksidan PI dan PB No. 1
Jenis Contoh PI in Alkohol 20%
Unit μg/g AAE
Aktifitas Antioksidan 44656.8±574.17
2
PB in Alkohol 21%
μg/g AAE
55451.95±1286.23
Keterangan : AAE = Ascorbic Acid Equivalent Activity PI in alkohol 20 %= 20 % Propolis Indonesia dilarutkan dalam alkohol 70 % PB in alkohol 21 %= 21 % Propoils Brasil dilarutkan dalam alkohol 70 %
Selain itu jenis ekstraksi dari propolis juga dapat mempengaruhi kandungan flavonoid dan aktifitas antioksidannya. Penelitian Sheng et al (2007) dengan menggunakan PB, menemukan bahwa aktifitas antioksidan PB lebih kuat jika menggunakan metode ekstraksi ethanol dibanding dengan metode
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
86
petroleum. Penelitian Banskota et al. (2000) menemukan bahwa aktifitas antioksidan PB lebih kuat dengan menggunakan ekstraksi dari air dibanding dengan methanol. Lebih jauh lagi penelitian Jun (2006) membandingkan ektraksi ethanol dengan menggunakan metode ekstraksi yang berbeda yaitu ekstraksi tekanan hidrostatik tinggi, leaching pada suhu ruang, dan ekstraksi heat reflux. Penelitian tersebut menemukan bahwa metode ekstraksi dengan menggunakan tekanan hidrostatik tinggi mempunyai aktifitas paling tinggi dibanding 2 metode ekstraksi lainnya. Jenis metode pemeriksaan aktifitas antioksidan juga ikut mempengaruhi. Misalnya, metoda penelitian DPPH berhasil membuktikan korelasi dengan kandungan flavonoid pada ekstraks propolis dari Brazil Selatan namun tidak jika menggunakan metoda penelitian
FRAP.
Sedangkan kandungan fenol
berkorelasi baik dengan kedua metode penelitian tersebut (Cottica et al. 2011). Metode lain yaitu chemoluminescenscence assay yang diaplikasikan pada green propolis, dan ditemukan bahwa 3-prenyl-4-hydroxycinnamic acid mempunyai aktifitas antioksidan paling tinggi jika menggunakan metode ini. Oleh karena banyaknya metode yang menjadi pilihan dalam memeriksa aktifitas antioksidan, direkomendasikan untuk menggunakan lebih dari 1 metode (Sawaya et al. 2011). 5.4.Uji Sitotoksik (Daya Hambat) Propolis pada MCF-7 cell line. Uji sitotoksik PI dan PB dengan menggunakan teknik MTT assay terhadap cell line kanker payudara MCF-7. Uji ini menghasilkan bahwa bahwa PI memiliki potensi menghambat pertumbuhan cell line MCF-7 lebih kuat dari PB (Tabel 10) yaitu hampir dua kali lipat. Jika dibandingkan dengan kontrol positif yaitu cisplatin, PI mempunyai daya hambat seperlima kalinya dan PB hanya sepersepuluhnya. Penelitian sitotoksisitas propolis dari beberapa negara telah dilakukan, di banyak negara. Di Indonesia, penelitian sejenis telah dilakukan oleh Nugrahaningsih (2009) yang menguji sitotoksisitas berbagai ekstrak dan fraksi
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
87
propolis Malang terhadap sel HeLa (kanker serviks) dan MCF-7. Hasil yang di dapat adalah sebagai berikut, ekstrak metanol dan fraksi etil asetat propolis merupakan bahan uji yang paling sitotoksik terhadap sel HeLa dengan IC 50 164.83±4.34 dan 155.87±10.45 µg/ml. Namun selektivitasnya terhadap sel HeLa rendah dengan IS-nya berturut-turut 9.15±0.88 dan 6.33±0.59. Sitotoksisitas ekstrak metanol dan fraksi etil asetat propolis melalui jalur apoptosis ditunjukkan dengan EC 50 berturut-turut 398.11±24.43 dan 109.75±6.47 µg/ml. Disimpulkan bahwa ekstrak dan fraksi propolis tidak sitotoksik terhadap sel HeLa dan MCF-7 tetapi mampu menginduksi apoptosis dan gen p53 pada sel HeLa. Penelitian Luo et al. (2001) dengan menggunakan PB telah menemukan PM-3 (3-[2-dimethyl-8-(3-methyl-2-butenyl)benzopyran]-6-propenoic acid) yang diisolasi dari PB secara bermakna mempunyai efek menghambat pertumbuhan sel kanker payudara manusia MCF-7. Efek ini berhubungan dengan penghambatan pada progresi siklus sel dan induksi apoptosis. Terapi sel MCF-7 dengan PM-3 akan menghentikan sel pada fase G1 dan ditandai dengan penurunan protein siklin D1 dan siklin E. PM-3 juga menghambat ekspresi siklin D1 pada level traskripsi. Induksi apoptosis oleh PM-3 muncul 48 jam setelah pemberian terapi. Sel MCF-7 yang diterapi juga memperlihatkan adanya penurunan level reseptor estrogen dan menghambat aktifitas promoter estrogen response element (ERE). Hormon estrogen mempunyai peran dalam memperkuat proses perkembangan kanker dengan meningkatkan pembelahan sel yang sudah mengalami mutasi pada beberapa gen onkogen (sel kanker). Untuk memulai aksinya hormon estrogen harus berikatan dengan reseptor estrogen di sitoplasma. Kemudian kompleks hormon-reseptor yang terbentuk kemudian bergerak menuju nukleus dan kemudian berikatan dengan DNA spesifik sehingga membentuk estrogen-response element (ERE) dan mengaktifkan transkripsi di nukleus (Henderson et al. 1997). Penelitian Najafi et al. (2007), dengan menggunakan ekstrak air propolis dari Iran menemukan bahwa propolis dapat menghambat pertumbuhan beberapa sel kanker seperti McCoy, HeLa, SP2/0 dan BHK21. Selain itu propolis juga
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
88
dapat menstimulasi pertumbuhan sel normal seperti limfosit manusia, ginjal tikus, liver tikus, dan limpa tikus. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa meskipun ekstrak air hanya mengandung beberapa bagian yang larut air, namun dapat menghambat pertumbuhan berbagai sel kanker dan meningkatkan pertumbuhan beberapa jenis sel normal. Penelitian sejenis lainnya yang juga menghasilkan efek daya hambat propolis terhadap berbagai jenis sel kanker seperti sel K-562 (Aliyazicioglu et al. 2005) sel HL-60 (Mishima et al. 2005), sel leukemia (Hamblin 2006, Kimoto et al. 2001a), Melanoma (Chen et al. 2004a), Glioblastoma (Borges et al. 2011). Menurut hasil dari beberapa penelitian pada sel kultur, sangat diduga kuat bahwa propolis dengan berbagai tipe komponen bioaktif di dalamnya, khususnya asam fenolat dan flavonoid, yang dapat mengkontrol pertumbuhan sel dan membedakan sel normal dari sel kanker. Terdapat beberapa laporan yang mengindikasikan adanya beberapa kandungan kimia spesifik dalam propolis seperti caffeic acid phenethyl ester (CAPE) yang dapat menghambat pertumbuhan sel yang telah mengalami mutasi tanpa menganggu sel normal (Guarini et al. 1992; Rao et al. 1993). Di dalam propolis juga ditemukan komponen lain yang juga mempunyai kemampuan sitotoksik dan sitostatik secara in vitro yaitu Artepillin C. Artepillin C, telah terbukti mempunyai efek sitotoksik pada sel kanker gaster manusia, kanker paru manusia dan sel kanker usus besar tikus (Kimoto et al. 2001b). Lebih jauh lagi, peneliti lainnya (Kimoto et al. 2001c) melaporkan bahwa Artepillin C mengiduksi apoptosis dari sel kanker leukemia, namun dengan efek inhibisi yang terbatas pada limfosit normal. Hasil yang sejenis juga didapatkan oleh peneliti lain yaitu Matsuno et al. (1997) yang menemukan bahwa Artepillin C mempunyai kemampuan apoptosis-like DNA framntation. Komponen tersebut mempertihatkan efek antitumor yang lebih efektif dibanding 5-fluorouracil (salah satu obat kemoterapi). Pada penelitian ini, senyawa flavonoid dan fenol dari PI lebih tinggi dua kali lipat dibanding dengan PB. Kandungan komponen tersebut sejalan dengan
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
89
daya hambat PI yang hampir dua kali lipat dibanding PB. Tampak jelas bahwa kandungan Artepillin C yang dikandung dalam PB memberikan kontribusi dalam hal efek daya hambat terhadap sel kanker MCF-7. Sedangkan pada PI tidak mengandung kedua komponen tersebut, nampaknya ada komponen lain yang mempunyai kemampuan antitumor yang setara atau bahkan melebihi CAPE dan Artepillin C. Ini merupakan tantangan bagi penelitian selanjutnya untuk menemukan komponen bioaktif yang terkandung dalam PI. Hasil uji t-student aktifitas/daya hambat PI dan PB terhadap MCF7 cell line menghasilkan perbedaan yang sangat bermakna dengan p=0.000 (p< 0.005). Hasil tersebut menunjukkan bahwa PI mempunyai aktifitas sititoksik/daya hambat terhadap MCF7 cell line secara bermakna lebih kuat daripada PB. Tabel 10. Hasil uji sitotoksik terhadap MCF-7 PI dan PB No. 1.
Nama Sampel Propolis Brasil
2.
Sampel Propolis Indonesia
IC50 (μg/ml) 115.74±2.39 67.3±1.20
Keterangan: Pada uji sitotoksik ini dipakai Kontrol (+) Cisplastin dengan nilai IC50 sebesar 12.47 μg/ml dan Kontrol (-) DMSO dengan IC50 sebesar 137931.93 μg/ml
5.5.Uji Keamanan Propolis Indonesia Produk kesehatan dari bahan alami dipromosikan ke tengah-tengah masyarakat sama efektifnya atau bahkan lebih dengan toksistas yang kurang jika dibandingkan dengan obat-obatan konvensional. Propolis merupakan salah satu produk alami dari lebah yang mempunyai banyak komponen, sehingga merupakan masalah yang sangat menantang dalam hal penentuan dosis dan keamanan (Boukraâ & Sulaiman 2009). Uji keamanan propolis Indonesia (PI) dilakukan menggunakan mencit, PI mempunyai toksisitas oral akut yang rendah, pada penelitian sebelumnya terhadap propolis luar negri dengan mengggunakan mencit membuktikan bahwa propolis tidak toksik dan mempunyai LD50 2000 sampai 7300 mg/kg, kadar
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
90
NOEL (No Effect Level) pada mencit adalah 1400mg/kg (Hunter 2006). Jadi LD50 propolis dari luar negeri termasuk Brazil pada penelitian sebelumnya setara dengan 120000 mg-438000 mg. Tabel 11. Hasil uji toksisitas /keamanan propolis Indonesia LD50
Gram/kg BB
Tikus jantan
6.15
Potensi dari Toksisitas Akut Hampir tidak toksik
Tikus betina
6.32
Hampir tidak toksik
Toksisitas akut potensial berdasarkan LD50 (berdasarkan buku panduan laboratorium farmakologi UI Depok) : < 1mg= sangat tinggi, 1-50 mg/kg BB= tinggi, 50-500 mg/kg BB= menengah, 500-5000 mg/kg BB= agak toksik, 5-15 g/kg BB= hampir tidak toksik, >15 g/kg BB = relatif tidak berbahaya.
Dari hasil uji coba diketahui bahwa potensi dari toksisitas akut PI adalah Hampir Tidak Toksik (Tabel 11). Angka tersebut diatas setara dengan 6.32 gram x 60= 379.2 gram (379200 mg) perhari dan manusia tidak mungkin mengkonsumsi propolis sedemikian banyak (379.2 g/hari) karena harga yang mahal dan rasa yang tidak enak oleh karena itu PI aman untuk dikonsumsi. Sedangkan efek samping yang pernah dilaporkan pada beberapa penelitian adalah berupa kejadian alergi dan dermatitis kontak (Sforcin 2007). Sebuah surveilens di Italia sejak April 2002 sampai Agustus 2007, terdapat 18 kasus efek simpang yang berhungan dengan produk yang mengandung propolis dilaporkan ke national surveillance system of natural health products. Enam belas kasus di antaranya adalah kejadian alergi (dengan gejala pada kulit dan saluran nafas), dan 2 kasus adalah gejala saluran cerna. Beberapa kasus merupakan kasus serius yaitu 6 pasien harus ke Rumah Sakit atau ke Gawat Darurat dan 2 dari 6 pasien dilaporkan mengancam nyawa. Pada 7 pasien (4 diantaranya adalah anak-anak), terdapat predisposisi alergi. Meskipun propolis telah digunakan untuk berbagai tujuan (dermatitis, laringitis, oral ulcer), namun sebaiknya propolis tidak digunakan untuk pasien yang mempunyai riwayat
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
91
alergi, khususnya alergi terhadap serbuk sari. Dan pada tahun 2010, laporan kasus efek simpang propolis meningkat menjadi 20 kasus (Anonim 2010). Pada tahun 2005 dilaporkan untuk pertama kalinya sebuah kasus gagal ginjal akut yang diinduksi oleh propolis. Laki-laki berusi 59 tahun membutuhkan hemodialisa untuk gagal ginjalnya. Pasien ini mempunyai cholangiosarkoma dan telah mengkonsumsi propolis 2 minggu sebelum kejadian gagal ginjal. Fungsi ginjal membaik setelah penghentian propolis, dan memburuk kembali saat reekposur, dan kemudian kembali normal setelah penghentian propolis untuk kedua kalinya. Kasus ini mengindikasikan bahwa propolis dapat mendinduksi gagal ginjal akut dan membutuhkan pengawasan khusus jika propolis digunakan sebagai terapi atau suplemen (Li et al. 2005). 5.6.Uji Efek Imunomodulator, Kadar SOD, Kadar Vitamin dan Mineral Propolis pada Pasien Kanker Payudara. Karakteristik Subyek Penelitian Karakteristik sampel yang diambil dari penelitian ini meliputi usia saat mengikuti penelitian, pendidikan terakhir, status kawin, berat badan, tinggi badan, jumlah kelahiran, penggunaan KB atau tidak, berolahraga atau tidak, stadium kanker payudara dan kadar glukosa darah. Jumlah subyek penelitian dalam penelitian ini berjumlah 20 orang, setelah dikurangi 10 orang yang drop out. Karakteristik umum sampel yang digunakan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 12. Usia Rata-rata usia subyek dalam penelitian ini adalah 47.2 tahun, usia paling muda adalah 27 tahun dan yang paling tua adalah 56 tahun. Mengacu pada klasifikasi oleh Ugnat et al. (2004), usia subyek dibagi menjadi usia 0-39 tahun, 40-49 tahun dan diatas sama dengan 50 tahun. Sebaran sampel berdasarkan kategori ini didapatkan sebanyak 3 orang (15%) berusia antara 0-39
tahun,
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
92
7 orang (35%) berusia antara 40-49 tahun dan 10 orang (50%) berusia diatas sama dengan 50 tahun. Terlihat bahwa hasil penelitian ini mirip dengan penelitian Ugnat et al. (2004) yang menemukan bahwa pasien kanker payudara di Kanada paling banyak berusia diatas 50 tahun yaitu sebanyak 72.8%. Usia sangat terkait dengan sistem imunitas dimana secara umum aktifitas sistem imunitas menurun sejalan dengan bertambahnya usia, terutama mengganggu sell mediated immunity (CMI) khususnya fungsi sel T limfosit (Fuente 2002). Pendidikan Sebaran
karakteristik
subyek
penelitian
berdasarkan
pendidikan
bervariasi mulai dari tamat SD sampai tamat perguruan tinggi (PT) atau akademi. Hanya sedikit subyek yang berpendidikan rendah yaitu tamatan SD yaitu hanya 2 orang (10%), dan 1 orang tamatan SLTP (5%). Sedangkan untuk subyek tamat SLTA sebanyak 9 orang (45%), dan 8 orang tamat perguruan tinggi atau akademi (40%). Hasil ini menandakan bahwa sebagian besar subyek penelitian mempunyai tingkat pendidikan yang cukup tinggi dan sudah memenuhi wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh Pemerintah RI. Pendidikan secara tidak langsung dapat mempengaruhi sistem imun yaitu melalui status gizi (Tada et al. 2002). Indeks Massa Tubuh (Status Gizi) Indeks massa tubuh (IMT) digunakan untuk mengukur status gizi dari subyek penelitian (Depkes 1996). Berdasarkan IMT, didapatkan hanya 1 subyek (5%) yang mempunyai status gizi kurang, sebagian besar subyek mempunyai status gizi baik yaitu sebanyak 13 orang (65%), dan sisanya sebanyak 6 orang (30%) mempunyai status gizi lebih dan obesitas. Malnutrisi (status gizi kurang) merupakan hal yang sering terjadi pada pasien kanker yaitu terjadi pada 40-80% pasien kanker (Berrera 2002). Kejadian malnutrisi ini paling sering dialami oleh pasien dengan kanker pankreas (83%),
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
93
gaster (83%), esofagus (79%) dan kepala leher (72%) (Laviano et al. 2006). Sedangkan kejadian malnutrisi pada pasien kanker payudara tidak terlalu sering. Pressoir et al. (2010) menemukan kejadian malnutrisi pada pasien kanker payudara hanya 18.3%. Survei gizi yang dilakukan oleh bagian gizi RS. Kanker Dharmais tahun 2008 (Sutandyo & Hariani 2008) menemukan bahwa kejadian malnutrisi pasien kanker payudara hanya 10.4%. Hasil-hasil tersebut mendukung hasil penelitian ini yang mendapatkan kejadian malnutrisi pada kanker payudara sangat kecil. Keadaan malnutrisi sangat mempengaruhi sistem imun (von Meyenfeldt 2005). Villa et al. (1991) meneliti dampak malnutrisi terhadap sistem imun pada pasien kanker dibanding dengan orang sehat. Hasil yang ditemukan adalah pada pasien kanker dengan malnutrisi mengalami penurunan aktifitas sel natural killer (NK) dan produksi sitokin IL2 dibanding dengan orang sehat. Status Pernikahan Sebanyak 18 subyek yang telah kawin (90%) dan hanya 2 subyek yang belum kawin (10%). Status pernikahan secara tidak langsung mempengaruhi sistem imun melalui status gizi (Tada et al. 2002; Dodor 2008). Penelitian Kim et al. (2000) menemukan bahwa status pernikahan secara bermakna berhubungan dengan asupan nutrisi dan suplemen yang berimplikasi pada kanker. Jumlah Kelahiran Dari 18 orang yang telah menikah, 14 orang di antaranya mempunyai anak 0-3 anak. Hal ini berarti dalam satu keluarga terdapat 2-5 orang. Sedangkan 4 subyek mempunyai 4-7 anak, yang berarti dalam satu keluarga terdapat 6-9 orang. Banyaknya anggota keluarga secara tidak langsung dapat mempengaruhi status gizi (Tada et al. 2002; Dodor 2008).
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
94
Tabel 12. Karakteristik subyek penelitian Variabel Klasfikasi Usia 0-39 40-49 >50 Pendidikan Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat PT/Akademi Indeks Massa Tubuh (IMT) IMT < 18.5 (gizi kurang) IMT 18.5-24.9 (gizi baik) IMT 2.0-27.0 (gizi lebih/overweight) IMT >27 (obesitas) Status Kawin Kawin Tidak Kawin Jumlah Kelahiran 0-3 4-7 Mengikuti KB Ya Tidak Olah Raga Ya Tidak Stadium Kanker I II III IV
n
Persen (%)
3 7 10
15.0 35.0 50.0
2 1 9 8
10 5 45 40
1 13 5 1
5 65 25 5
18 2
90 10
16 4
80 20
3 17
15 85
10 10
50 50
3 11 6 0
15 55 30 0
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
95
Penggunaan KB Lebih dari tigaperempat subyek (85%) tidak mengikuti KB sehingga berdampak dengan semakin banyaknya melahirkan anak, yang kemudian akan memeperbesar jumlah anggota keluarga dan akhirnya akan mempengaruhi status gizi. Selain itu penggunaan KB hormonal (pil, suntik, susuk) terutama pil KB merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara premenopause terutama jika pil KB digunakan sebelum kehamilan pertama (Kahlenborn et al. 2006). Aktifitas Olah raga Sebanyak 50% subyek mengaku berolahraga secara teratur dan 50% tidak berolahraga sama sekali. Aktifitas fisik berupa olah raga dapat mempengaruhi sistem imun. Nieman (1998) mengemukakan bahwa olah raga mempengaruhi jumlah dan fungsi sel natural killer (NK), neutrofil, dan makrofag. Namun respon tersebut bergantung pada banyak faktor seperti intensitas, durasi dan tipe olah raga, status hidrasi, perubahan temperatur tubuh dan posisi tubuh. Stadium Pembagian stadium kanker payudara mengacu pada Ugnat et al. (2004), yang membagi stadium menjadi stadium I, II, III, dan IV (metastasis jauh). Sebaran subyek berdasarkan klasifikasi stadium adalah sebagai berikut, 3 subyek (15%) mempunyai stadium I, 11 subyek (55%) mempunyai stadium II, dan 6 subyek (30%) mempunyai stadium III, serta tidak ada satupun yang mengalami metasatasis jauh (stadium IV). Jadi sebagian besar subyek merupakan kanker payudara stadium dini (Ia-IIIa). Pasien kanker telah terbukti mengalami gangguan dalam sistem imun. Pada kanker yang semakin lanjut ditemukan produksi sitokin Th2 yang lebih banyak dibanding Th1, sehingga sistem imun seluler semakin lemah dan pada akhirnya memungkinkan kanker semakin berkembang (Fearon et al. 1990; Goto et al. 1999; Sato et al. 1998). Keadaan ini ditemukan pada berbagai macam
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
96
kanker seperti kanker mulut (Agarwal et al. 2003), multipel mieloma (Frassanito et al. 2001), kanker prostat (Filella et al. 2000), gastrointestinal (Nakayama et al. 2000), kanker buli-buli (Agarwal et al. 2006), kanker nasofaring (Sparano et al. 2004), kanker paru (Huang et al. 1995; Puturel et al. 1998), kanker otak (Kumar et al. 2006), kanker serviks (Sharma et al. 2007), dan kanker esofagus (Johanna et al. 2003). Campbell et al. (2005) menemukan bahwa pada kanker payudara terjadi penurunan persentase sel T (CD4+ dan CD8+) yang memproduksi sitokin intraselular tipe 1 (IL2, IFNγ, atau TNF α) dan tipe 2 (IL4) dibanding dengan orang sehat. Pasien kanker payudara dengan tumor yang besar, respon sitokin akan semakin tersupresi. Disfungsi sistem imun ini bahkan juga teramati pada pasien dengan stadium dini (Standish et al. 2008). Kejadian Diabetes Melitus Tidak ada satupun subyek yang menderita Diabetes Mellitus ditandai dengan semua subyek mempunyai kadar glukosa sewaktu dalam batas normal (<200 mg/dl). Penetapan tidak adanya diabetes melitus sebagai kriteria penelitian adalah atas dasar pemikiran adanya hubungan sistem imun dengan diabetes melitus. Pickup dan Crook (1998) menyebutkan bahwa diabetes melitus tipe II berhubungan dengan peningkatan konsentrasi penanda acute-phase response yaitu salah satunya adalah interleukin-6 (IL6) yang merupakan sitokin mediator utama dalam respon fase akut. Hal tersebut mungkin diakibatkan adanya gangguan toleransi glukosa jangka panjang dan stimulasi dari lingkungan sehingga menyebabkan hipersensitifitas respon fase akut. 5.6.1. Kadar CD8+ dalam Darah Pasien Cluster of Differentiation (CD) adalah istilah untuk molekul permukaan leukosit yang merupakan epitop dan dapat diidentifikasi dengan antibodi monoklonal. Sel limfosit yang ada dalam berbagai fase pematangan dapat dibedakan dari ekspresi molekul membran yang dapat ditentukan dengan
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
97
menggunakan antibodi monoklonal yang spesifik untuk epitop tunggal antigen. Secara internasional telah dibuat nomenklatur standar untuk antigen permukaan sel. Kelas limfosit dengan fungsi tertentu mengekspresikan protein permukaan tertentu pula. Molekul permukaan tersebut disebut antigen Cluster of Differentiation (CD) atau nomor molekul. Istilah antigen digunakan oleh karena dapat diproduksi antibodi terhadapnya. Sistem imun yang berguna untuk melawan kanker adalah sistem imun seluler yaitu sel T sitotoksik (sel T CD8+) (Abbas 2000; Male et al. 1996; Baratawidjaja & Rengganis 2009b). Fungsi utama sel CD8+ adalah menyingkirkan sel terinfeksi virus, menghancurkan sel ganas dan sel histoin kompatibel yang menimbulkan penolakan pada transplantasi. Sel CD8+ menimbulkan sitolisis melalui perforin/granzim, FasL/Fas (apoptosis), TNFα dan memacu produksi sitokin (Baratawidjaja & Rengganis, 2009b). Produksi sel CD8+ ini dipengaruhi oleh pelepasan sitokin IL-2 dan IFN-γ yang dikeluarkan oleh sel CD4+ ( sel T helper 1), dan IL12 yang dikeluarkan oleh sel makrofag dan sel dendritik (Baratawidjaja & Rengganis 2009c) Hasil yang didapat dari pemeriksaan kadar CD8+ dalam darah tepi ada 2 jenis yaitu CD8+ absolut dan CD8+ %. CD8+ absolut adalah jumlah sel CD8+ per μl darah, sedangkan CD8+ % adalah persentase sel CD8+ dibanding dengan limfosit. Baik kadar sel CD8+ absolut dan CD8+% pada saat baseline berada pada range nilai normal. Hal ini menandakan bahwa pada subyek penelitian ini tidak mengalami gangguan sistem imun yang ditandai dengan sel CD8+ yang normal. Berdasarkan uji normalitas tidak bermakna yaitu p= 0.856 yang berarti baik grup propolis dan plasebo mempunyai baseline sel CD8+ yang sama. Kadar sel CD8+ absolut pada saat baseline adalah berturut-turut 327.4+135.6 sel/μl untuk grup propolis dan 436.7+219.1 sel/μl untuk grup plasebo. Sedangkan setelah perlakuan adalah kadar CD8+ absolut mengalami perubahan pada kedua grup (propolis/plasebo) yaitu kenaikan pada grup propolis menjadi 462+155.3 sel/μl, dan pada grup plasebo mengalami penurunan menjadi
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
98
372.5+247 sel/μl. Hasil uji kedua kelompok tersebut mengalami perbedaan yang bermakna yaitu p= 0.0192 (p<0.05) (Tabel 13). Tabel 13. Kadar CD8+ absolut sebelum dan setelah perlakuan Fase
CD8+ absolut (sel/μl) Propolis (x+SD)
Plasebo (x+SD)
Sebelum
327.4+135,6
436.7+219.1
Setelah
462.0+155,3
372.5+247.0
41.1 0.0048
14.7 0.3715
% selisih p-value
p
0,0192
Kadar CD8+ absolut normal 190-1140 sel/µl (Laboratorium Rumah Sakit Kanker Dharmais)
Sedangkan kadar CD8+ % pada kedua grup (propolis/plasebo) sebelum perlakuan adalah berturut-turut 21.4+9.4% dan 23.6+6.4%. Setelah perlakuan, kedua grup mengalami perubahan yaitu pada grup propolis meningkat menjadi 31.8±7% dan pada grup plasebo mengalami penurunan menjadi 19.7±9.5%. Hasil uji statistik diantara kedua grup tersebut menghasilkan perbedaan yang sangat bermakna dengan p=0.0008 (p<0,001) (Tabel 14). Tabel 14. Kadar CD8+ % sebelum dan sesudah perlakuan Fase
CD8+% (%)
p
Propolis (x+SD)
Plasebo (x+SD)
Sebelum
21.4+9.4
23.6+6.4
Setelah
31.8+7.0
19.7+9.5
48.6
16.5
0.0007
0.2132
% selisih p-value
0.0008
Kadar CD4+% normal 13-41 % (Laboratorium Rumah Sakit Kanker Dharmais)
Hasil tersebut menunjukkan bahwa intervensi propolis dapat meningkatkan baik kadar CD8+ absolut maupun kadar CD8+% dalam darah tepi pasien kanker payudara secara bermakna dibanding dengan plasebo. Propolis dapat menaikkan
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
99
kadar CD8+ absolut pada pasien kanker payudara sebanyak 41.1 % dan kadar CD8+% sebanyak 48.6 %. Penelitian ini merupakan penelitian yang pertama kali meneliti efek propolis terhadap sistem imun pada manusia. Secara in vivo dan in vitro, propolis telah terbukti dapat memodulasi respon imun, yaitu dapat meningkatkan maupun menurunkan respon imun (Sforcin & Bankova 2011; Sforcin 2007). Misalnya penelitian Misima et al. (2005) pada mencit dengan melanoma yang diinduksi stress akut. ditemukan bahwa propolis menstimulasi IFN-γ dan IL-2 yang dikeluarkan oleh sel T CD4+ yang berguna untuk mengaktifkan respon imun seluler. Park et al. (2004) menemukan bahwa pemberian CAPE (5, 10, 20 mg/kg) yang diekstraksi dari propolis mempunyai efek imunomodulator pada mencit BALB/c. Pemberian CAPE 20 mg/kg dapat meningkatkan secara bermakna subpopulasi sel T CD4 namun tidak meningkatkan sel B. Selain itu produksi IL2. IL-4 dan IFN-γ juga meningkat secara bermakna pada kelompok CAPE 20 mg/kg.
Hasil
tersebut
menunjukkan
bahwa
CAPE
mempunyai
efek
imunomodulator secara in vivo. Sitokin IL2 dan IFN-γ yang dikeluarkan oleh CD4+ diketahui dapat meningkatkan produksi sel CD8+ dan kemudian mengaktivasi antitumour cell-mediated immunity. Sedangkan penelitian propolis terhadap manusia. pertama kali dilakukan oleh Bratter et al. (1999) yang merupakan uji klinik pendahuluan (clinical pilot study). Penelitian ini dilakukan pada 10 orang sehat usia antara 18-45 tahun yang diberikan kapsul propolis 500 mg selama 13 hari. Hasil yang ditemukan adalah peningkatan lebel sitokin pada plasma darah yaitu TNFα, IL6, dan IL8. Namun peningkatan sitokin-sitokin ini tidak bermakna secara statistik. Hal ini mungkin diakibatkan oleh jumlah subyek penelitian yang terlalu sedikit. Namun dari penelitian awal ini dapat diketahui bahwa pada manusia propolis juga mempunyai efek pada respon imun. Saat ini telah banyak penelitian-penelitian herbal yang diklaim dapat memodulasi sistem imun. Sebanyak 80% pasien kanker menggunakan CAM. dan
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
100
54% diantaranya menggunakan herbal untuk meningkatkan sistem imun mereka. yang dipercaya mempunyai efek untuk menghambat pertumbuhan tumor (Cassileth & Deng 2004; Bernstein & Grasso 2001). Dari semua herbal yang dikenal sebagai imunostimulan. 3 herbal yang paling populer adalah echinacea. ginseng dan astralagus (Block & Mead 2003). Echinacea banyak diteliti di Amerika Serikat dan Eropa, sedangkan ginseng dan astralagus banyak diteliti di Asia terutama di Cina. Ketiga herbal tersebut direkomendasikan sebagai CAM untuk pasien kanker dan telah diteliti pada manusia (uji klinik) (Block & Mead 2003). Uji klinik echinacea telah dilakukukan pada berbagai kondisi. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Lersch et al. (1992) menemukan adanya peningkatan aktifitas lymphokine-activated killer (LAK) sebesar 180% dengan pemberian kombinasi E. purpura, thymostimulant, dan siklofosfamid dosis rendah pada kasus kanker hati stadium lanjut. Namun pada penelitian tersebut tidak dapat diketahui pengaruh echinacea terhadap modulator imun lainnya dan diperlukan sebuah uji klinik yang melibatkan banyak subyek. Penelitian yang dilakukan Lin et al. (1995) merandomisasi 63 pasien kanker gaster menjadi kelompok kemoterapi kombinasi dengan injeksi herbal yang mengandung gingseng (Shenmai) dan kelompok kemoterapi saja (kontrol). Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan kelompok Shenmai mengalami peningkatan sel T dan NK (natural killer) secara bermakna. sedangkan pada kelompok kontrol mengalami penurunan sel-sel imun tersebut. Penelitian lain menemukan bahwa pemberian ginseng merah pada pasien kanker gaster stadium 3 mempunyai kesintasan hidup 5 tahun lebih banyak daripada kontrol. Ginseng juga berhubungan dengan mengembalikan level CD4 ke sebelum operasi pada pasien yang mendapat kemoterapi setelah operasi (Suh et al. 2002). Pada penelitian randomisasi (Li 1992) melibatkan 120 pasien. pemberian astralagus secara intravena bersama dengan kemoterapi pada pasien kanker saluran cerna. Pada kelompok yang diberikan astralagus menunjukkan insiden progresi yang lebih kecil, kejadian penurunan sel darah putih akibat kemoterapi
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
101
lebih kecil, peningkatan rasio CD4/CD8 dan peningkatan level IgG dan IgM dibanding dengan kelompok kontrol. Sedangkan di Indonesia, ada uji klinik herbal yang melibatkan 15 pasien kanker nasofaring di RS. Kanker Dharmais (Reksodiputro et al. 2011). Herbal yang digunakan adalah kombinasi dari ekstrak 14 herbal yang sudah digunakan sebagai suplemen selama 10 tahun untuk pasien kanker bernama Tien-Hsien Liquid (THL). Penelitian ini menunjukkan efek THL meningkatkan sitokin intraselular dari sel CD8+ yaitu TNFα dan IFNγ. Namun penelitian ini tidak menggunakan kontrol sebagai pembanding sehingga peningkatan sitokin tidak dapat dibandingkan dengan kelompok tanpa THL. 5.6.2. Kadar SOD dalam Darah Pasien Di
dalam
tubuh
secara
normal
terdapat
keseimbangan
antara
pembentukan radikal bebas/reactive oxygen species (ROS) dengan antioksidan endogen seperti katalase. glutation redoktase. dan superoksida dismutase (SOD). maupun antioksidan endogen seperti β-carotene, vitamin C, vitamin E, selenium, dan flavonoid. Tapi jika keseimbangan ini terganggu maka akan menghasilkan stres oksidatif. Stres oksidatif ini dapat mengkibatkan kerusakan pada semua komponen selular penting seperti protein. DNA dan membran lipid yang berakhir pada kematian sel (Brambilla et al. 2008; Tandon et al. 2005). Diet yang mengandung antioksidan bersama dengan antioksidan endogen dapat membantu mempertahankan efek ROS yang tidak diinginkan (Seifried et al. 2003). Sebelum perlakuan, rata-rata kadar SOD pada grup propolis adalah 32.876+4.614 dan pada kelompok plasebo adalah 21.811+11.263. Setelah perlakuan selama 21 hari, terlihat penurunan pada kedua grup secara bermakna pada masing-masing grup yaitu menjadi 13.636±6.618 pada grup propolis dan 11,27+10.069 pada grup plasebo. Hasil uji statistik yang membandingkan kedua grup tersebut didapatkan hasil yang tidak bermakna yaitu p= 0.6245 (p> 0.05). karena penurunan kadar SOD terjadi pada kedua grup (tabel 15).
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
102
Tabel 15. Hasil analisis kadar SOD dalam darah pasien Fase
SOD (unit/ml) Propolis (x+SD) Plasebo (x+SD)
Sebelum
32.876+4.614
31.811+11.263
Setelah
19.240+4.319
20.541+8.103
41.5
35.4
0.0001
0.0259
% selisih p-value
p
0.6245
Penelitian ini merupakan penelitian yang pertama kali meneliti efek propolis terhadap kadar SOD pada manusia. Enzim SOD adalah salah satu dari jenis enzim antioksidan endogen yang berperan melindungi sel dari kerusakan oksidatif dan merupakan pertahanan pertama untuk menghindari terbentuknya radikal bebas. Enzim SOD sudah ada dalam tubuh namun untuk bekerja enzim ini membutuhkan bantuan zat-zat seperti lain Cu, Mn, dan Zn (Harris 1992). Suplemenatasi zat-zat tersebut terbukti dapat meningkatkan kadar SOD di dalam darah menurut penelitian Ernawati (2009). Kandungan Cu, Mn, dan Zn dalam propolis sangat kecil sehingga tidak mampu meningkatkan kadar SOD dan pada plasebo sama sekali tidak mengandung ketiga mineral tersebut. Penurunan yang terjadi pada kedua kelompok tersebut menandakan bahwa SOD digunakan untuk melawan radikal bebas yang dihasilkan dalam tubuh. Pada beberapa kondisi patologis yaitu pada saat stress oksidatif, maka level antioksidan akan menurun. Aricioglu et al. (2001) meneliti pada tikus yang diradiasi ultraviolet B (UVB) secara akut dapat menurunkan kadar SOD dibanding dengan kontrol. Sel kanker sendiri merupakan stres oksidatif karena memproduksi ROS lebih banyak dibanding dengan sel normal (Szatrowski & Nathan 1991). Vieira et al. (2011) meneliti bahwa faktor yang meningkatkan stres oksidatif pada pasien kanker payudara adalah meningkatnya usia dan diet (daging ayam, minyak, produk susu tinggi lemak, lemak hewan, dan makanan manis).
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
103
5.6.3. Kadar Vitamin dan Mineral dalam Darah Pasien Hasil pemeriksaan retinol (vitamin A) pada kedua grup sebelum perlakuan adalah 1.518+0.393 μmol/L (propolis) dan 1.571+0.304 μmol/L (plasebo). Setelah 21 hari perlakuan, hasil pemeriksaan retinol (vitamin A) mengalami perubahan yaitu pada grup propolis mengalami penurunan menjadi 1.232+0.392 μmol/l dan pada grup plasebo juga mengalami penurunan menjadi 1.299+0.465 μmol/l. Hasil uji statistik tidak menemukan perbedaan bermakna pada sebelum dan sesudah perlakuan pada grup propolis dan plasebo (p= 0.9542). Hal ini terjadi kemungkinan karena pada penderita kanker radikal bebas yang terbentuk lebih banyak daripada orang normal dan untuk menetralkannya diperlukan viamin A sehingga kadar vitamin A dalam darah grup perlakuan dan plasebo menurun, sedangkan kadar vitamin A dalam propolis tidak cukup banyak untuk menangkal radikal bebas yang terbentuk Pada hasil pemeriksaan kadar vitamin C pada kedua grup sebelum perlakuan adalah 5.066+1.762 mg/ml (propolis) dan 5.253+2.020 mg/mL (plasebo). Setelah 21 hari perlakuan, hasil pemeriksaan vitamin C mengalami penurunan pada kedua grup yaitu menjadi 4.519+1.479 mg/ml pada grup propolis dan 5.205+2.143 mg/ml pada grup plasebo. Hasil uji statik tidak menemukan perbedaan bermakna pada sebelum dan sesudah perlakuan pada grup propolis dan plasebo (p= 0,3662). Hal ini mungkin disebabkan karena vitamin C dalam propolis tidak cukup banyak untuk menetralkan radikal bebas yang terbentuk pada penderita kanker payudara sehingga menggunakan vitamin C yang ada yang akibatnya menurunkan kadar vitamin C dalam darah. Demikian juga yang terjadi pada kadar vitamin E dimana hasil pemeriksaan kadar vitamin E sebelum perlakuan pada grup propolis adalah 16.096+6.627 μmol/l dan pada grup plasebo adalah 18.549+4.133 μmol/l. Setelah 21 hari perlakuan, hasil pemeriksaan vitamin E mengalami penurunan pada kedua grup yaitu menjadi 13.817+3.812 μmol/l pada grup propolis dan 17.994+3.356 μmol/l pada grup plasebo. Hasil uji statistik tidak menemukan perbedaan bermakna pada sebelum dan sesudah perlakuan pada grup propolis dan plasebo (p= 0,6045). Disini juga
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
104
terjadi penggunaan vitamin E yang ada dalam darah untuk menetralkan radikal bebas yang terbentuk karena vitamin E dalam propolis tidak cukup banyak sehingga kadar vitamin E dalam darah menurun baik pada grup perlakuan maupun pada grup plasebo. Dan terakhir adalah hasil pemeriksaan kadar mineral seng (Zn) sebelum perlakuan pada grup propolis adalah 5.891+1.739 μmol/l dan pada grup plasebo adalah 5.646+2.103 μmol/l. Setelah 21 hari perlakuan, hasil pemeriksaan mineral seng (Zn) mengalami penurunan pada grup propolis menjadi 5.753+1.549 μmol/l dan peningkatan pada grup plasebo menjadi 5.860+2.318 μmol/l. Hasil uji statistik tidak menemukan perbedaan bermakna pada sebelum dan sesudah perlakuan pada grup propolis dan plasebo (p= 0.7607). Hal ini berarti bahwa Zn dalam propolis sebagai antioksidan tidak cukup kuat untuk menetralkan radikal bebas yang terbentuk sehingga kadar Zn dalam darah pasien kanker payudara digunakan untuk menetralkan radikal bebas tersebut yang akibatnya adalah penurunan dari kadar Zn dalam darah pada grup perlakuan sedangkan adanya kenaikan sedikit kadar Zn pada grup plasebo kemungkinan sampel dari grup plasebo mengkonsumsi makanan yang kaya Zn/antioksidan sehingga kadar Zn dalam darah meningkat . Dari semua hasil pemeriksaan di atas menujukkan bahwa pemberian propolis 900 mg selama 21 hari tidak mempunyai efek meningkatkan kadar vitamin (vitamin A, C, E) dan mineral (Zn), dan sebaliknya malah sedikit menurunkan kadar kadar vitamin (vitamin A, C, E) dan mineral (Zn) di dalam darah (Tabel 16). Meskipun propolis telah terbukti mengandung beberapa zat gizi dan vitamin, namun kandungannya sangat kecil dan bahkan kadarnya jauh melampaui dibawah
angka kecukupan gizi (AKG). Angka kecukupan gizi
(AKG) untuk orang Indonesia (Depkes 2004) untuk perempuan sehat pada rentang usia 19 sampai di atas 60 tahun dapat dilihat pada Tabel 17. Untuk mineral natrium (Na) dan tembaga (Cu) tidak tersedia pada tabel AKG orang Indonesia. Berdasarkan Recommended Daily Allowance yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat untuk usia 31-50 tahun (Fernandez & Adams 2007). Dan untuk
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
105
kebutuhan natrium, ahli merekomendasikan asupan natrium kurang dari 2.3 gram setiap hari karena berefek meningkatkan tekanan pembuluh darah (Read 2007). Vitamin A, vitamin C, vitamin E dan Zn adalah termasuk dalam golongan antioksidan yang dapat membantu menghambat kerusakan sel tubuh dari radikal bebas dan kerusakan sel ini berperan dalam berkembangnya penyakit kanker (Doyle et al. 2006). Pada penderita kanker terbentuknya radikal bebas lebih banyak daripada orang sehat sehingga kebutuhan vitamin dan mineral dari pasien kanker lebih banyak daripada orang sehat karena itu intervensi propolis yang mengandung vitamin dan mineral tidak cukup untuk menaikkan kadar vitamin dan mineral dalam darah pasien kanker payudara.
Tabel 16. Hasil analisis kadar vitamin A (retinol), C, E, dan Zn Parameter Retinol (μmol/l)
vit C (mg/ml)
vit E (μmol/l)
Zn (μmol/l)
Fase
Propolis (x+SD)
Plasebo (x+SD)
sebelum setelah % selisih p-value sebelum setelah % selisih p-value sebelum setelah % selisih p-value sebelum setelah % selisih p-value
1.518+0.393 1.232+0.392 18.8 0.1125 5.066+1.762 4.519+1.479 10.8 0.0865 16.096+6.627 13.817+3.812 14.2 0.4564 5.891+1.739 5.753+1.549 2.3 0.8735
1.571+0.304 1.299+0.465 17.3 0.2118 5.253+2.020 5.205+2.143 0.9 0.9186 18.549+4.133 17.994+3.356 3.0 0.7120 5.646+2.103 5.860+2.318 3.8 0.7863
p
0.9542
0.3662
0.6045
0.7607
Untuk dapat meningkatkan kadar vitamin dan mineral di dalam darah maka propolis perlu disuplementasi dengan beberapa vitamin dan mineral yang terbukti bermanfaat sebagai antioksidan seperti vitamin A, B kompleks, C, E dan
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
106
mineral Zn serta Se tapi waktu intervensi harus diperpanjang agar didapat efek yang diinginkan seperti yang telah dilakukan oleh Ernawati (2009) dalam penelitiannya yang memberikan suplementasi mutivitamin dan mineral pada para pekerja wanita di sebuah pabrik, dapat meningkatkan kadar vitamin A, E, mineral Zn dan Se dalam darah setelah suplementasi selama 10 minggu.
Tabel 17. Kandungan vitamin dan mineral pada PI dosis 900 mg dan angka kecukupan gizi Kandungan Parameter vitamin/mineral dalam AKG AKG (%) PI Dosis 900 mg Vitamin A <0.005 IU 500 IU 0.001 Vitamin B1
0.01 mg
1 mg
1
Vitamin B2
0.03 mg
1.1 mg
2.7
Vitamin B6
0.004 mg
1.3-1.5 mg
0.3
Vitamin C
0.05 mg
75 mg
0.1
Vitamin E
0.004 mg
15 mg
0.03
Tembaga (Cu)
0.004 mg
0.9 mg
0.4
Seng (Zn)
0.03 mg
9.3 -9.8 mg
0.3
Mangan (Mn)
0.005 mg
1.8 mg
0.3
Besi (Fe)
0.005 mg
12-26 mg
0.02-0.04
Natrium (Na)
0.5 mg
2.4 gr
0.02
Kalsium (Ca)
0.6 mg
800 mg
0.08
Magnesium (Mg)
0.7 mg
240-270 mg
0.03
Berdasarkan fakta diatas propolis Indonesia yang berasal dari Wonosobo mempunyai potensi anti kanker yang lebih atau setara dengan propolis Brasil
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
107
bahkan propolis Indonesia mengandung zat bioaktif yang tidak terdapat pada propolis Brasil yaitu senyawa eudesmane. senyawa friedooleanan, senyawa lupeol, dan senyawa ethyl acridine, propolis Indonesia juga dapat meningkatkan kadar CD8+ dalam darah pasien kanker payudara yang berarti dapat meningkatkan sistem imun seluler/ mempunyai efek imunomodulator, yang dapat digunakan untuk pengobatan komplementer alternatif pada penderita kanker pada umumnya dan penderita kanker payudara pada khususnya.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/