36
4 KEADAAN UMUM PPS BUNGUS 4.1
Lokasi Penelitian, Sejarah dan Struktur Organisasi Organisasi
4.1.1 Lokasi penelitian Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bungus terletak dikelurahan Bungus Barat Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang Provinsi Sumatera Barat. Secara geografis, PPS Bungus berada pada koordinat 01-02‟ – 15” LS dan 100 – 23‟ – 34” BT. Letak geografis PPS Bungus sangat strategis karena berada di pertengahan pulau Sumatera, berada dekat dengan daerah penangkapan ikan, sehingga mutu ikan hasil tangkapan dapat dipertahankan karena hari penangkapan (catching day) menjadi lebih pendek. Kondisi perairan PPS Bungus sangat tenang dan dengan kolam pelabuhan yang sangat dalam tanpa pernah mengalami pendangkalan (pengerukan). Kondisi perairan disekitar PPS Bungus juga cukup tenang karena terlindung dan dikelilingi oleh peraiaran Kepulauan Mentawai. Keadaan cuaca secara umum sama dengan cuaca disekeliling equator, angin beraturan, dan curah hujan yang cukup tinggi (PPS Bungus 2011). Jarak dari PPS Bungus dengan pusat Kota Padang sekitar 16 km dan ± 30 km dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Keberadaan PPS Bungus di Kota Padang juga sangat memberikan kemudahan bagi nelayan dalam memperoleh kebutuhan melaut seperti BBM, air tawar, es, ransum maupun logistik lainnya. Kondisi jalan dari dan menuju lokasi pelabuhan cukup baik sehingga mudah dijangkau oleh sarana transportasi yang ada.
4.1.2 Sejarah Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus adalah Unit Pelaksana Teknis Kementrian Kelautan dan Perikanan yang bertanggung jawab langsung dengan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap. Pembangunan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bungus diawali proyek pembangunan dan pengembangan perikanan sumatera atau lebih dikenal dengan nama “Sumatera Fisheries Development Project” (SFDP) yang dimulai sejak tahun 1981 dan selesai pada tahun 1989 dengan sumber dana berasal dari pinjaman Bank Pembangunan Asia
37
(ADB Loan 474-INO) sebesar US$ 9,3 juta dan dana pendamping setiap tahun anggaran dari APBN. Periode ini SFDP telah berhasil membebaskan tanah luas 14 ha dan membangun beberapa fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang. Periode berikutnya 1990-2001 kegiatan SFDP berakhir dan dilanjutkan oleh UPT Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap yang disebut dengan Pelabuhan Perikanan Nusantara Bungus berdasarkan SK. Mentan Nomor : 558/Kpts/OT.210/8/90 tanggal 4 Agustus 1990 (Vide Persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : B.590/I/90 tanggal 2 Juli 1990) dengan status eselon III/b. Perkembangan selanjutnya terhitung mulai tanggal 1 Mei 2001 Pelabuhan Perikanan Nusantara Bungus ditingkatkan statusnya menjadi eselon II/b dengan klasifikasi Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus (PPSB) berdasarkan SK. Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : 26.I/men/tahun 2001 (Vide Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 86/M.PAN/4/2001 tanggal 4 April 2001) (PPS Bungus 2011). Kedudukan PPS Bungus berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : PER. 19 / MEN / 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan, PPS Bungus diklasifikasikan sebagai Pelabuhan Perikanan Samudera yang belum diusahakan.
4.1.3 Organisasi 1) Struktur organisasi Berdasarkan SK Menteri Kelautan dan Perikanan No. 26.I/MEN/2001 tahun 2001, struktur organisasi PPS Bungus terdiri atas (PPS Bungus 2006) : (1) Kepala Pelabuhan; (2) Kepala Bagian Tata Usaha, yang terdiri dari Kepala Bagian Keuangan dan Kepala Bagian Umum; (3) Kepala Bagian Pengembangan, yang terdiri dari Kepala Seksi Sarana dan Kepala Seksi Pelayanan dan Pengembangan Usaha; (4) Kepala
Bagian
Tata
Operasional,
yang terdiri
dari Kepala seksi
Kesyahbandaran dan Kepala Seksi Pemasaran dan Informasi;
38
(5) Kelompok Jabatan Fungsional, yang terdiri dari Pemangku Jabatan Fungsional dibidang Pengawasan Sumberdaya Perikana dan Pemangku Jabatan Fungsional lainnya yang diatur berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Kepala Pelabuhan
Bagian Tata Usaha
Subbagian Keuangan
Bidang Pengembangan
Subbagian Umum
Bidang Tata Operasional
Seksi Sarana
Seksi Kesyahbandaran Perikanan Seksi Pemasaran & Informasi
Seksi Pelayanan & Pengembangan Usaha
Kelompok Fungsional
Gambar 2 Struktur organisasi PPS Bungus 2) Tugas pokok dan fungsi PPS Bungus Mengingat kekuasaan dan tanggung jawabnya PPS Bungus memiliki visi, misi, tujuan pokok dan fungsi sebagai berikut. Visi dari PPS Bungus adalah Menjadikan PPS Bungus sebagai “Pusat Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Perikanan Indonesia Bagian Barat”. Sedangkan Misi dari PPS Bungus adalah :
39
(1) Meningkatkan investasi penangkapan dan pengolahan hasil perikanan; (2) Menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha perikanan; (3) Pembinaan usaha masyarakat perikanan, peningkatan kemampuan SDM perikanan serta pembinaan keselamatan pelayaran; (4) Meningkatkan peran pusat informasi pelabuhan perikanan (PIPP); (5) Mensejahhterakan masyarakat nelayan sekitar pelabuhan perikanan dan nelayan Sumatera Barat pada umumnya. Berdasarkan Permen KP No. PER.19/MEN/2008 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri KP No. PER.06/MEN/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan, PPS Bungus memiliki tugas pokok yang harus dijalani adalah melaksanakan fasilitas produksi dan pemasaran hasil perikanan di wilayahnya, pengawasan pemanfaatan sumberdaya ikan untuk pelestariannya, dan kelancaran kegiatan kapal perikanan, serta pelayanan kesyahbandaran di pelabuhan perikanan. Dalam pelaksanaan tugasnya sesuai UU Nomor 45 Tahun 2009, PPS Bungus dalam mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya berupa : (1)
Pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan;
(2)
Pelayanan bongkar muat;
(3)
Pelayanan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan;
(4)
Pemasaran dan distribusi ikan;
(5)
Pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan;
(6)
Tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan;
(7)
Pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan;
(8)
Tempat pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumber daya ikan;
(9)
Pelaksanaan kesyahbandaran;
(10) Tempat pelaksanaan fungsi karantina ikan; (11) Publikasi hasil pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas kapal perikanan; (12) Tempat publikasi hasil riset kelautan dan perikanan; (13) Pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari; dan/atau
40
(14) Pengendalian lingkungan. 4.2
Fasilitas di PPS Bungus PPS Bungus memberikan pelayanan dan kemudahan kepada masyarakat
nelayan mulai dari persiapan penangkapan ikan sampai proses pemasarannya dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Fasilitas yang ada di pelabuhan perikanan umumnya meliputi fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang, namun tidak semua fasilitas tersebut harus dimiliki oleh pelabuhan perikanan, tergantung dari tipe dan tingkat kebutuhan dari pelabuhan tersebut. Fasilitas yang dimiliki oleh PPS Bungus dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut.
Tabel 4 Jenis fasilitas di PPS Bungus Jenis Fasilitas FASILITAS POKOK Fasilitas Tambat a. Dermaga Bongkar (100 m x 11,5 m) b. Dermaga Bungker (35 m x 10 m) c. Dermaga Labuh/Tambat (180 m x 4) d. Dermaga Jetty (8 m x 100 m) Fasilitas Perairan a. Kolam Pelabuhan b. Alur Pelayaran Fasilitas Penghubung a. Jalan - Jalan Utama - Jalan Kompleks - Jalan Lingkungan I - Jalan Lingkungan II b. Drainase di belakang kantor administrasi Drainase di gedung dry ice c. Gorong-gorong
Tanah a. Tanah bangunan kantor permanen b. Tanah hasil reklamasi c. Lahan industri Dimanfaatkan pihak ke-3 Sisa yang masih dapat dimanfaatkan
Satuan
1.150 m2 350 m2 720 m2 800 m2
Kondisi
Baik Baik Baik Baik
4 Ha
6.220 m2 464 m2 621 m2 254 m2 220 m2 200 m2 1 Pkt 146.591 m2 55.190 m2 7,5 m2 1,4 Ha 6,1 Ha
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
41
FASILITAS FUNGSIONAL Fasilitas Pemasaran Ikan a. Receiving Hall dan Tempat Processing b. Gedung Processing Tuna c. Transit Sheed d. Keranjang Ikan Kapasitas 50 Kg e. Fish Boxes @ Kapasitas 2 ton f. Ice Cruiser g. Kereta Dorong h. Mesin Packing Box i. Abrik Dry Ice Fasilitas Navigasi Pelayaran dan Komunikasi a. Lampu Suar b. Rambu-Rambu Papan Pengumuman Papan Petunjuk Papan Perhatian Portal c. CCTV d. SSB e. Netware Interface External/LAN Peningkatan kapasitas LAN dengan Hotspot f. Telepon
3.342 m2 450 m2 200 m2 200 Unit 6 Unit
Baik Baik Baik Baik Baik
1 Unit 2 Unit 1 Unit 1 Unit
Baik Baik Baik Baik
2 Unit
Baik Baik
7 Unit 4 Unit 3 Unit 2 Unit 2 Unit 1 Unit 1 Unit
Baik Baik Baik
3 Unit
Baik
Fasilitas Pemeliharaan Kapal dan Alat Penangkap Ikan a. Areal Docking - Galangan Kapal/Hanggar Terbuka - Vessel Lift - Hanggar Vessel Lift b. Bengkel - Forklift c. Tempat perbaikan jaring/Net loft d. Gedung dry Ice
2.500 m2 1 Unit 80 m2
Baik Baik Baik
1 Unit 525 m2 825 m2
Baik Rusak Alih fungsi dari gedung pengepakan
FASILITAS PENUNJANG Fasilitas Pembinaan Nelayan a. Balai Pertemuan Nelayan (Dialihfungsikan untuk gedung Satker BRKP)
243 m2
Baik
1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit
Baik Baik Baik Baik Baik
Fasilitas Pengelolaan Pelabuhan a. Mess Tamu b. Pos Jaga Pintu Gerbang c. Pos Jaga Depan d. Pos Jaga Pas Masuk e. Pos Jaga depan kantor administrasi
42
f. g. h. i. j. k. l.
Pos Pelayanan Terpadu Rumah Kepala Pelabuhan Rumah Dinas Tipe C Rumah Dinas Tipe D Kantor Administrasi Kantor Bengkel Gudang Kantor
1 Unit 1 Unit 9 Unit 8 Unit 270 m2 250 m2 30 m2
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Fasilitas Sosial dan Umum a. Tempat Peribadatan b. MCK c. Kios BAP Tahap I d. Kios BAP Tahap II
50 m2 50 m2 250 m2 250 m2
Baik Baik Baik Baik
Fasilitas Kendaraan a. Roda Empat b. Roda Dua
10 Unit 5 Unit
Baik Baik
75 m2 1.522 m2 350 m2 169 m2 10 Ltr/dtk 1 Pkt
Baik Baik Baik Baik Baik Baik
1.522 m2
Baik
1 Unit 1 Unit
Baik Baik
75 m2
Baik
10 Unit 2 Unit 2 Unit 1 Unit
Baik Baik Baik Baik
1 Unit 4.000 M 1 Unit 1300 m2 1 Unit
Baik Baik Baik Baik Baik
Fasilitas Air Bersih, Es, Listrik dan Bahan Bakar a. Air : - Tandon air Mineral - Tanki Air + Instalansi - Ground Receivor Air - Bak Pengolahan Air - Bangunan Intake - Sumur artesis dan instalansinya b. Es : - Pabrik es (swasta) c. Listrik : - Genset 35 KVA - Genset 15 KVA d. Bahan Bakar : -Tangki BBM + Instalansi Fasilitas K3 a. Mesin Pemotong Rumput b. Motora c. Bak Sampah d. Mesin Penyemprot Rumput Fasilitas Penunjang Lainnya a. Timbangan Kapasitas 1 Ton b. Pagar Keliling c. Timbangan ikan kapasitas 100 g d. Kolam Pemancingan e. Sound System Sumber : PPS Bungus 2011
43
4.3
Perikanan Tangkap PPS Bungus
4.3.1 Unit penangkapan ikan 1) Kapal Kapal perikanan yang berkunjung di PPS Bungus umumnya melakukan kegiatan bongkar muat ikan, mengisi perbekalan melaut (es, solar, air, dan lainlain), perbaikan mesin dan alat tangkap serta beristirahat menunggu musim penangkapan. Selama tahun 2009 terdapat penurunan frekuensi kunjungan kapal perikanan sebesar 28,9%, dengan jumlah kapal yang berkunjung di PPS Bungus sebanyak 5.109 kali. Pada tahun 2005 jumlah kunjungan kapal sangat sedikit sebanyak 1430 kunjungan, hal ini dikarenakan nelayan-nelayan di PPS Bungus pada tahun tersebut sebagian mendaratkan ikannya pada TPI-TPI yang ada disekitar PPS Bungus. Selain hal tersebut nelayan merasa tidak nyaman dengan adanya pungutan liar yang dilakukan oleh oknum-oknum atau preman sehingga sangat membebankan nelayan. Pada tahun 2006 mengalami kenaikan yang sangat tinggi mencapai 9172 kunjungan, pada tahun ini nelayan-nelayan penangkap ikan kembali produktif melakukan kunjungan di PPS Bungus dan ditambah dengan adanya armada penangkap tuna yang juga aktif mendaratkan hasil tangkapan tuna di PPS Bungus. Pada tahun 2006 kunjungan kapal menigkatnya juga dikarenakan salah satunya untuk kegiatan perbekalan yaitu pengisian solar dan tidak selalu sekaligus untuk kegiatan pendaratan ikan. Penurunan yang sangat drastis terjadi pada tahun 2007 , hal ini disebabkan tidak adanya nelayan yang mendaratkan kapalnya di PPS Bungus. Sebagian nelayan kembali memilih untuk mendaratkan kapal dan hasil tangkapannya pada TPI-TPI yang terdapat disekitar PPS Bungus, kondisi yang tidak kondusif di PPS Bungus merupakan penyebab nelayan tidak melakukan kunjungan di PPS Bungus. Pada tahun 2007 hanya terdapat beberapa kali saja kapal-kapal penangkap tuna yang mendaratkan hasil tangkapannya yaitu pada bulan Juli. Ditetapkannya PPS Bungus sebagai sentra tuna merupakan salah satu penyebab banyaknya kapalkapal kecil yang mulai mengalihkan pendaratan hasil tangkapannya di PPS Bungus. Pada tahun 2008 hingga 2009 kembali terjadi peningkatan kunjungan
44
kapal dan didominasi oleh kapal-kapal penangkap tuna dan kapal pukat cincin. Berikut adalah grafik kunjungan kapal di PPS Bungus tahun 2005-2009. 10000
Ton
8000 6000 4000 2000
0 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 3 Grafik kunjungan kapal 2005-2009 Kapal yang melakukan kunjungan ke PPS Bungus tidak selalu melakukan aktivitas pendaratkan ikan atau kegiatan bongkar muat hasil tangkapan. Namun juga melakukan aktivitas seperti mengisi perbekalan solar, mengisi perbekalan air, mengisi perbekalan es, dan perbaikan kapal jaringan. Aktivitas kunjungan kapal di PPS Bungus dari tahun 2005 hingga tahun 2009 tercatat sebanyak 2.575 kapal. Pada Tabel 5 dijelaskan aktivitas kapal perikanan di PPS Bungus pada tahun 2005-2009.
Tabel 5 Aktivitas kapal perikanan di PPS Bungus periode 2005-2009 No 1 2 3 4 5
Kegiatan
Mendaratkan Ikan Mengisi Perbekalan Solar Mengisi Perbekalan Air Mengisi Perbekalan Es Perbaikan Kapal Jumlah – Total Sumber : PPS Bungus 2009
2005 868 332 230 1430
2006 277 1259 190 1726
Tahun 2007 140 93 188 421
2008 181 805 424 257 1667
2009 171 292 411 1358 343 2575
45
Kunjungan kapal perikanan menurut ukuran kapal yang dominan adalah yang berukuran 1–10 GT sebanyak 3.754 kali, selanjutnya 51–100 GT sebanyak 357 kali, 11–20 GT sebanyak 309 kali, 101–200 GT sebanyak 258 kali, 21–30 GT sebanyak 198 kali, 31–50 GT sebanyak 193 kali. Hal ini seperti terlihat pada Tabel 6 sebagai berikut.
Tabel 6 Kunjungan kapal perikanan di PPS Bungus periode 2005-2009 No
Tahun
Jumlah Total
Gross Tonage (GT)
1 -10 11 - 20 21 - 20 1 2005 1.430 1.142 36 13 2 2006 9.172 3.274 520 1.510 3 2007 8.138 3.790 504 525 4 2008 7.186 4.165 205 299 5 2009 5.109 3.754 309 198 Jumlah 31.035 16.125 1.574 2.545 Sumber : Laporan Tahunan PPS Bungus 2009
31 - 50 0 426 476 398 193 1.493
51 - 100 31 1.979 1.321 1.794 397 5.522
101 - 200 208 1.463 1.522 325 258 3.776
2) Alat tangkap dan nelayan Armada penangkapan yang banyak melakukan kegiatan di PPS Bungus adalah kapal tuna yang berukuran > 30 GT dengan alat tangkapan dominan adalah rawai tuna. Pada umumnya jenis alat tangkap yang ada di PPS Bungus identik dengan jenis kapal yang digunakan. Alat penangkap ikan yang paling dominan di operasikan di PPS Bungus meliputi Rawai Tuna, Pancing Tonda, Pukat Cincin. Nelayan di PPS Bungus berasal dari nelayan lokal dan nelayan pendatang yang berasal dari daerah luar Sumatera Barat, umumnya berasal dari Jawa yang biasanya adalah nelayan dari kapal tuna. Berdasarkan jenis alat tangkap dominan yang beroperasi di PPS Bungus, jumlah nelayan yang paling dominan dari tahun 2008-2009 adalah nelayan kapal purse seine (pukat cincin), nelayan alat tangkap rawai tuna dan nelayan alat tangkap pancing tonda. Jumlah nelayan berbeda-beda disesuaikan dengan alat tangkap yang dioperasikan. Berdasarkan jenis alat tangkap yang beroperasi di PPS Bungus, jumlah nelayan yang paling dominan adalah pada tahun 2008-2009 adalah nelayan kapal tuna
dan nelayan kapal purse seine. Pada tahun 2008 nelayan yang paling
46
dominan adalah nelayan kapal tuna sebanyak 1.405 orang dan pada tahun 2009 sebanyak 935 orang.
Tabel 7 Jumlah nelayan berdasarkan alat tangkap dominan yangdi PPS Bungus periode 2008-2009 No
Jenis Alat Tangkap
Jumlah Nelayan (orang) 2008
2009
Pertumbuhan (%)
1 2
Pukat Cincin Rawai Tuna
636 1405
940 935
47,80 -33,45
3
Pancing Tonda
135
213
57,78
2176
2088
-4,04
Jumlah – Total
Sumber : Laporan Tahunan PPS Bungus 2009
Pada Tabel 7 dapat diketahui bahwa jumlah nelayan di PPS Bungus tahun 2008-2009 secara umum tidak mengalami penurunan yang signifikan, dimana penurunan tersebut jumlah nelayan hanya 88 nelayan dengan tingkat pertumbuhan sebesar -4,04%. Penurunan yang drastis hanya terjadi pada nelayan rawai tuna yang mencapai -33,45% dengan penurunan jumlah nelayan sebesar 470 nelayan. Nelayan pukat cincin dan nelayan tonda mengalami peningkatan jumlah nelayan, dimana terlihat nelayan tonda mengalami peningkatan > 50%. Alat tangkap tonda mengalami peningkatan jumlah nelayan sebesar 57,78% dengan peningkatan jumlah nelayan sebesar 78 nelayan. Sedangkan alat tangkap pukat cincin mengalami peningkatan nelayan sebesar 47,80% dengan jumlah peningkatan nelayan sebanyak 304 nelayan.
4.4 Hasil Tangkapan di PPS Bungus Produksi hasil tangkapan di PPS Bungus berasal dari hasil tangkapan nelayan yang melakukan pendaratan ikan di PPS Bungus. Produksi ikan yang didaratkan di PPS Bungus didominasi oleh jenis ikan pelagis besar antara lain jenis tuna (Thunnus Sp.), cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol (Euthynus Sp.), setuhuk hitam (Makaira indica) dan beberapa jenis lainnya dalam jumlah yang relatif kecil. Berdasarkan keragaman alat tangkap yang digunakan oleh nelayan, pada tahun 2009 produksi ikan terbesar dihasilkan oleh alat tangkap rawai tuna
47
sebanyak 73% dari total produksi ikan dan terendah oleh alat tangkap pancing tonda yaitu 3%.
Tabel 8 Produksi ikan laut yang didaratkan di PPS Bungus periode 2005-2009 No
Tahun
Bulan 2005
2006
1 Januari 81,00 58,49 2 Februari 101,55 100,65 3 Maret 38,13 94,15 4 April 59,88 189,89 5 Mei 45,99 252,41 6 Juni 23,20 429,34 7 Juli 69,70 257,13 8 Agustus 34,26 194,12 9 September 72,14 124,89 10 Oktober 29,49 106,40 11 November 28,50 113,04 12 Desember 45,08 92,39 Jumlah - Total 628,92 2012,90 Rata-Rata 52,41 167,74 % Pertumbuhan 220,06 Sumber : Laporan Tahunan PPS Bungus 2009
2007 80,63 91,49 99,90 64,50 143,00 8,00 20,11 32,51 97,87 34,48 70,82 53,67 796,98 66,42 -60,41
2008 86,95 43,84 30,43 63,98 24,90 38,90 97,36 110,96 96,52 63,21 43,73 123,04 823,82 68,65 3,37
2009 97,28 56,13 69,26 114,77 118,55 140,26 77,25 67,49 62,41 72,67 52,79 58,62 987,48 82,29 19,87
Pada Tabel 8 terlihat produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPS Bungus selama periode 2005-2009 mengalami penurunan drastis pada tahun 2007. Pada tahun 2006 produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPS Bungus mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan sebesar 220,06% dengan jumlah kenaikan sebesar 1.383,99 ton. Namun pada tahun 2007 mangalami penurunan yang sangat tajam dari tahun sebelumnya yaitu dengan pertumbuhan sebesar 60,41%, hal ini sangat berkaitan dengan penurunan jumlah kapal penangkap ikan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPS Bungus. Dan pada tahun 2008 volume produksi hasil tangkapan di PPS Bungus kembali mengalami peningkatan secara perlahan hingga tahun 2009. Berdasarkan pada tabel di atas dapat digambarkan grafik volume produksi ikan yang didaratkan di PPS Bungus dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (20052009) yang terlihat pada gambat berikut:
48
2500 2000
2012,90
Ton
1500 1000
987,48
823,82 796,98
500
628,92
0 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 4 Perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPS Bungus periode 2005-2009 Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan di PPS Bungus periode 2005-2009 sangat fluktuatif. Pada tahun 2009, produksi perikanan di PPS Bungus sebesar 987,48 ton dengan nilai produksi Rp. 51.280.763.169,00 dan harga rata-rata per kg Rp. 51.931,00 mengalami peningkatan produksi 19,87% dan nilai produksi sampai 80,64% dari tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2008, volume pendaratan ikan sebesar 823,82 ton dengan nilai produksi Rp. 28.389.103.500,00. 80,000,000,000 70,000,000,000 60,000,000,000 50,000,000,000
Milyar
40,000,000,000 30,000,000,000 20,000,000,000 10,000,000,000 0 2005
2006
2007
Tahun
2008
2009
Gambar 5 Nilai produksi ikan di PPS Bungus periode 2005-2009