27
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi 121 km. Secara geografis Kabupaten Ciamis berada pada koordinat 108020' sampai dengan 108040' Bujur Timur dan 7140'20" sampai dengan 7°41'20" Lintang Selatan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan
Sebelah Barat
: Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya
Sebelah Timur
: Propinsi Jawa Tengah dan Kota Banjar
Sebelah Selatan
: Samudera Hindia
Luas wilayah Kabupaten Ciamis secara keseluruhan mencapai 244.479 Ha dengan ketinggian antara 0-1000 meter di atas permukaan laut. Struktur wilayah kabupaten Ciamis secara garis besar terdiri dari dataran tinggi, dataran rendah, dan pantai. Bagian utara merupakan pegunungan dengan ketinggian 500-1000 meter di atas permukaan laut, bagian tengah kearah barat merupakan perbukitan dengan ketinggian 100-500 meter di atas permukaan laut, sedangkan bagian tengah ke timur merupakan daerah daratan rendah dan rawa dengan ketinggian 20-100 meter di atas permukaan laut serta bagian selatan merupakan daerah rawa adan pantai dengan ketinggian 0-25 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Ciamis memiliki wilayah pesisir dan laut dengan panjang garis pantai mencapai 91 km dengan luas laut mencapai 67.340 ha yang meliputi 6 (enam) kecamatan yaitu Kecamatan Kalipucang, Kecamatan Pangandaran, Kecamatan parigi, Kecamatan Cijulang, dan Kecamatan Cimerak. Kecamatan Pangandaran secara geografis berada pada koordinat 108º 41 109⁰ Bujur Timur dan 07⁰ 41
- 07⁰ 50
-
Lintang Selatan memiliki luas wilayah
mencapai 61 km² dengan luas laut dan pantai dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Kota Madya Banjarsari
Sebelah Barat
: Kecamatan Parigi
Sebelah Timur
: Kecamatan Padaherang
28
Sebelah Selatan
: Samudera Hindia
Secara umum Pangandaran beriklim tropis dengan 2 musim yaitu musim kemarau (musim timur) dan musim penghujan (musim barat) dengan curah hujan rata-rata per tahun sekitar 1.647 mm, kelembapan udara antara 85-89% dengan suhu 20-30⁰C. Musim timur dan musim barat secara langsung akan mempengaruhi musim penangkapan ikan di perairan Pangandaran. Musim timur terjadi pada bulan Mei sampai Oktober, dimana pada saat musim ini laut tidak berombak besar dan perairan dalam keadaan tenang, sehingga operasi penangkapan ikan di laut tidak terganggu. Musim barat terjadi pada bulan November sampai April, dimana pada saat musim ini banyak sebagian nelayan tidak melakukan operasi penangkapan ikan di laut karena kondisi laut dengan ombak yang besar dan curah hujan yang relatif banyak.
4.2 Musim Penangkapan Ikan Musim penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis dipengaruhi oleh 2 (dua) musim, yaitu musim puncak dan musim paceklik. Musim puncak terjadi pada bulan-bulan tertentu yang terdapat di musim timur yang berlangsung pada bulan Mei – Oktober, sedangkan musim paceklik terjadi pada bulan-bulan tertentu yang terdapat di musim barat yang berlangsung pada bulan November – April (DKP Kabupaten Ciamis, 2011). Kondisi armada penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis yang didominasi oleh perahu motor tempel sehingga kegiatan penangkapan ikan sangat dipengaruhi oleh musim timur dan musim barat. Kegiatan penangkapan ikan sebagian besar dilakukan pada musim timur. Pada musim barat nelayan hanya menangkap ikan dalam jumlah yang sedikit bahkan pada waktu-waktu tertentu tidak mendapatkan ikan sama sekali, hal ini disebabkan gelombang dan angin yang besar sehingga nelayan mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan, bahkan tidak sedikit nelayan yang memilih untuk tidak melaut. Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), nelayan di Kabupaten Ciamis biasa menangkap ikan di perairan Teluk Pananjung, Teluk Parigi, Karapyak, Nusakambangan dan Cilacap. Jarak yang ditempuh nelayan dari fishing base ke fishing ground berkisar antara 1 – 5 mil dengan waktu tempuh antara 40 – 60 menit. Nelayan menentukan daerah penangkapan ikan berdasarkan pengalaman,
29
kebiasaan nelayan, tanda-tanda yang terdapat di alam serta informasi dari nelayan lainnya. Jenis ikan yang tertangkap oleh nelayan di Kabupaten Ciamis sangat beragam seperti udang jerbung, lobster, manyung, bawal hitam, bawal putih, kakap merah, kakap putih, kembung, tongkol, tenggiri, layur, cucut, pari dan lainlain (DKP Kabupaten Ciamis, 2011). 4.3 Unit Penangkapan Ikan 4.3.1 Nelayan Nelayan merupakan pelaku utama dalam proses penangkapan ikan, tetapi kesejahteraan nelayan hingga saat ini masih begitu rendah salahsatunya nelayan yang berada di Pangandaran. Nelayan di Pangandaran tergolong kedalam nelayan tradsional hanya mengandalkan pengalaman saja tanpa alat bantu dalam penentuan daerah penangkapan ikan serta penggunaan kapal yang masih kecil dengan ukuran 1-5 GT. Perkembangan jumlah nelayan ikan di Kabupaten Ciamis disajikan pada Tabel 2 Tabel 2 Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Ciamis Tahun Jumlah (orang) 2006 4.619 2007 4.619 2008 4.860 2009 4.860 2010 3.826 4.054 2011 Rata-rata pertumbuhan per tahun (%)
Pertumbuhan (%) 0,0% 0,0% 5,2% 0,0% -21,3% 6,0% -2,0%
Sumber : Statistk Perikanan Kabupaten Ciamis 2011 (diolah kembali)
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa pertumbuhan nelayan setiap tahunnya mengalami penurunan sebesar 2,0% dengan penurunan pertumbuhan paling drastis terjadi pada tahun 2010 dengan penurunan 21,3% dan pertumbuhan yang paling tinggi terjadi pada tahun2011 dengan pertumbuhan 6,0%. 4.3.2 Armada penangkapan Armada penangkapan terdiri dari kapal alat tangkap dan ABK dengan adanya armada penangkapan ini dapat membantu para pelaku kegiatan perikanan dalam memperoleh hasil tangkapan yang maksimal. Data perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis disajikan pada Tabel 3.
30 Tabel 3 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis Tahun No
Jenis Armada Tangkap 2006
2007
2008
2009
2010
2011
4
4
4
4
1
2
1
Kapal Motor (KM)
2
Motor Tempel (MT)
962
2071
1863
1863
1863
1863
3
Perahu Tanpa Motor
114
114
33
33
33
33
1080
2189
1900
1900
1897
1898
Jumlah
Sumber : statistik perikanan Kabupaten Ciamis 2011 (diolah kembali)
Berdasarkan Tabel 3 menunjukan bahwa tidak ada kenaikan jumlah armada penangkapan yang signifikan terjadi di Kabupaten Ciamis. Kenaikan terjadi pada tahun 2007 karena adanya bantuan penambahan armada penangkapan setelah pasca tsunami. 4.3.3 Alat tangkap Alat tangkap merupakan suatu alat yang dapat membantu dalam proses pengkapan hasil tangkapan. Alat tangkap dan pengoprasiannya yang berada di Pangandaran masih tergolong tradisional. Data perkembangan jumlah alat tangkap di Kabupaten Ciamis disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Perkembangan jumlah alat tangkap di Kabupaten Ciamis No
Jenis Alat Tangkap
1
Jaring Arad
2
Tahun 2006
2007
2008
2009
2010
2011
32
43
27
27
27
27
Gill Net
926
2806
2395
2395
2395
2395
3
Tramell Net/Ciker
144
276
303
303
303
303
4
Pancing Rawai Tetap
153
205
469
469
469
469
5
Dogol
97
110
201
201
201
201
6
Bagan
16
20
20
20
20
20
1368
3460
3415
3415
3415
3415
Jumlah
Sumber : Statistik Perikanan Kabupaten Ciamis 2011 (diolah kembali)
Berdasarkan hasil Tabel 4 diperoleh kenaikan jumlah alat tangkap terjadi pada tahun 2007 dengan jumlah alat tangkap 3460 dan pada tahun 2008 sampai dengan 2011 cenderung tetap tidak ada penambahan jumlah alat tangkap. 4.4 Sarana dan Prasarana Penangkapan Ikan Faktor pendukung perkembangan perikanan dan kelautan di Kabupaten Ciamis adalah adanya sarana dan prasarana yang lengkap dan digunakan secara maksimal. Pangkalan pendaratan ikan di Kabupaten Ciamis merupakan salah satu
31
faktor pendukung perkembangan perikanan dan kelautan. Pada saat ini ada lima buah PPI yang berada di Kabupaten ciamis yaitu PPI Karapyak di Kecamatan Kalipucang, PPI Pangandaran di Pangandaran, PPI Bojongsalawe di Parigi, PPI Batukaras di Cijulang, dan PPI Madasari di Cimerak. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangandaran merupakan salah satu PPI yang paling ramai dan banyak di kunjungi oleh para pembeli, karena di Pangandaran jumlah produksi hasil tangkapannya paling banyak diantara PPI yang lain. Selain itu juga karena PPI ini letaknya strategis yang menyatu dengan kegiatan pariwisata sehingga banyak wisatawan yang membeli produk hasil tangkapan laut. Adapun sarana dan prasarana yang ada di PPI Pangandaran pada saat ini diantaranya : 1) Gedung kantor PPI Pangandaran PPI Pangandaran saat ini memiliki satu gedung baru yang letaknya cukup jauh dari gedung lama dan tempat pendaratan ikan. Setelah bencana tsunami melanda Pangandaran dan sekitarnya yang mengakibatkan rusaknya beberapa bangunan fisik di Pangandaran termasuk gedung lama PPI Pangandaran sehingga pemerintah melakukan pembangunan gedung PPI baru yang letaknya di Desa Babakan. Fasilitas yang ada di sekitar gedung PPI sudah di bangun beberapa sarana diantaranya adalah fasilitas air bersih, mushola, dan gedung TPI. Letak lokasi yang jauh dan kolam pelabuhan yang belum selesai dibangun membuat para nelayan mendaratkan hasil tangkapan di Teluk Pananjung. Sehingga Pelabuhan Perikanan sampai saat ini belum bisa dioperaskan secara maksimal. PPI Pangandaran saat ini menjadi Unit Pelaksana Tenis Dinas (UPTD) Kabupaten Ciamis di bawah pengawasan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis. Aktivitas di gedung PPI Pangandaran digunakan para pegawai PPI, dan sesekali digunakan untuk kegiatan rapat bersama nelayan.
32
Sumber : Dokumentasi penelitian
Gambar 3 Gedung PPI Pangandaran 2) Tempat pendaratan ikan Pangkalan Pendaratan Ikan di PPI Pangandaran sampai saat ini belum mempunyai kolam khusus pelabuhan. Nelayan masih memanfaatkan daerah alami yaitu Teluk Pananjung sebagai tempat untuk mendaratkan hasil tangkapannya, baik itu nelayan pantai timur maupun nelayan pantai barat. Nelayan Pangandaran mendaratkan perahunya dengan cara mengikatkan tali tambang yang ujungnya di ikatkan pada tiang.
Sumber : Dokumentasi penelitian
Gambar 4 Tempat pendaratan ikan Proses pendaratan hasil tangkapan di PPI Pangandaran dilakukan di 2 tempat yang berbeda yaitu pendaratan hasil tangkapan di pantai timur dan pantai barat. Pendaratan hasil tangkapan yang diamati adalah pada lokasi pantai timur yang berdekatan dengan TPI Pangandaran. Proses pendaratan hasil tangkapan yang dilakukan nelayan Pangandaran hanya meliputi penurunan hasil tangkapan dari dek ke tepi pantai kemudian langsung di beli oleh pedagang atau pengolah ikan yang menunggu di tepi pantai dan sebagian hasil tangkapan diangkut dari tepi pantai ke TPI (Gambar 5).
33 Dibeli pedagang ikan Penurunan hasil tangkapan dari dek ke tepi pantai
Dibeli pengolah ikan Dijual ke TPI
Nelayan bersandar di pelabuhan
Gambar 5 Proses pendaratan hasil tangkapan Penggunaan perahu yang digunakan masih tergolong kecil sehingga tidak dilakukan pembongkaran hasil tangkapan dari palkah ke dek karena jenis perahu yang digunakan nelayan tidak memiliki palkah untuk menyimpan hasil tangkapan. Pembongkaran hasil tangkapan dari palkah ke dek hanya dilakukan oleh armada jenis kapal motor. Proses pendaratan hasil tangkapan armada perahu motor tempel di PPI Pangandaran dimulai ketika perahu nelayan merapat ke pinggir pantai. Proses pendaratan hasil tangkapan dilakukan oleh 2 – 3 orang nelayan. Wadah ikan berupa tong (blong) plastik, ember plastik atau keranjang bambu diangkut dari perahu ke pantai oleh nelayan itu sendiri yang berjumlah 1 – 2 orang, sedangkan nelayan lainnya mengangkut alat tangkap dan mesin ke pantai. Setelah pengangkutan selesai, perahu nelayan tetap dibiarkan berada di dalam air dan diikatkan ke batu groin agar tidak terbawa arus gelombang Gambar 6.
Sumber : Dokumentasi penelitian
Gambar 6 Perahu nelayan di pantai timur Pangandaran 3) KUD Minasari KUD Minasari didirikan pada tanggal 2 Januari 1962 dengan nama KPL (Koperasi Perikanan Laut). Dalam perkembangannya KUD ini mengalami tiga
34
kali perubahan nama, maka pada tanggal 2 November 2000 berubah nama menjadi Koperasi Unit Desa (KUD) Minasari. Dalam pelaksanaan KUD ini diawasi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nelayan, Kantor koperasi, dan intansi yang terkait Kabupaten Ciamis. Aktivitas KUD Minasari tidak hanya bertumpu pada aktivita perikanan laut, tetapi juga membantu dalam hal pelayanan nelayan seperti usaha simpan pinjam. KUD Minasari sebagai pengelola TPI Pangandaran memiliki peranan sebagai juru tawar, juru karcis, kasir, dan keamanan. Atas jasa tersebut KUD Minasari mendapatkan pemasukan dari pemotongan atau retribusi sebesar 5% dari setiap nelayan yang melakukan lelang. 4) TPI (Tempat Pelelangan Ikan) TPI Pangandaran didirikan pada tahun 1973 oleh pemerintah Jawa Barat melalui Dina Perikanan, TPI ini bertujuan untuk membantu pengembangan usaha perikanan tangkap di Pangandaran khusunya dalam pengaturan tata niaga. Dengan adanya TPI memudahkan nelayan untuk menjualkan hasil tangkapannya. Berdasarkan SK Pemda TK. II Kabupaten Ciamis No. 503. 3047/1993 maka mulai tanggal 1 Oktober 1987 TPI Pangandaran dikelola oleh KUD Minasari, yang bertindak sebagai penyelenggara pelelangan dan Dinas Kelautan dan Perikanan sebagai penanggung jawab TPI Pangandaran. Sesuai peraturan daerah Gubernur Jawa Barat No 15 tahun1984, pemerintah daerah melalui TPI menarik retribusi lelang sebesar 5%, dengan rincian 3% diperoleh dari hasil penjualan dari pembeli/bakul, dan retribusi sebesar 2% kepada nelayan atau penjual. PPI Pangandaran saat ini memiliki 2 gedung TPI yaitu TPI lama (Gambar 7) yang berlokasi di cukup strategis dengan tempat pendaratan ikan dan kantor KUD serta dekat dengan kawasan pemukiman nelayan, pengolah ikan serta pedagang. Aktifitas di TPI lama baru dioperasikan kembali sekitar 3 bulan yang lalu, dimana sebelumnya TPI ini berhenti beroperasi. Saat ini TPI beroperasi setiap hari mulai dari pagi hingga siang hari, adapun pembeli atau bakul yang datang ke TPI Pangandaran berasal dari daerah Kota Banjar, daerah Pangandaran sekitarnya. Pembeli tersebut umumnya menjual kembali ikan-ikan untuk dijual ke pasar dan ada juga yang menjadi pengelola rumah makan.
35
Sumber : Dokumentasi penelitian
Gambar 7 Gedung TPI lama Lokasi gedung TPI baru (Gambar 8) letaknya berdekatan dengan kantor PPI baru, dimana letak TPI ini kurang strategis dikarenakan lokasi yang jauh dari tempat nelayan mendaratkan ikan. Pembangunan PPI Pangandaran yang baru tersebut terhambat sehingga sampai saat ini TPI tersebut belum dioperasikan.
Sumber : Dokumentasi penelitian
Gambar 8 Gedung TPI baru 5) Pabrik es Pabrik es yang berada di Pangandaran terdiri dari 2 unit, yang berlokasi kurang lebih 3 km dari TPI Pangandaran. Pabrik es didirikan untuk menyediakan kebutuhan es para nelayan Pangandaran dalam melakukan penanganan terhadap hasil tangkapan. 6) Fasilitas air bersih Sampai saat ini kebutuhan air bersih bagi kebutuhan melaut para nelayan di Pangandaran di sediakan oleh KUD Minasari yang terletak di Belakang gedung TPI.