IV.
4.1.
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Letak Kota Ambon berada sebagian di dalam wilayah Pulau Ambon. Secara
geografis Kota Ambon berada pada 3o – 4o Lintang Selatan dan 128o – 129o Bujur Timur, dimana pada bagian utara berbatasan dengan petuanan Desa Hitu, Hila dan Kaitetu (Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah), sebelah Timur berbatasan dengan petuanan Desa Suli (Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah), sebelah Barat berbatasan dengan petuanan Desa Hatu (Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah), dan sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Banda. Kota Ambon mencakup wilayah seluas 377 Km2 dengan luas wilayah daratan 359,45 Km2 yang membujur di sepanjang pantai mengelilingi perairan Teluk Ambon dan Teluk Dalam. Secara administratif, Kota Ambon terdapat di Provinsi Maluku, berdasarkan Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 2 Tahun 2006, terdiri dari 5 (lima) Kecamatan, yaitu Kecamatan Nusaniwe, Kecamatan Sirimau, Kacamatan Leitimur Selatan, Kecamatan Teluk Ambon Baguala, dan Kecamatan Teluk Ambon yang meliputi 20 Kelurahan dan 30 desa.
4.2.
Kondisi Fisik Dasar
4.2.1. Topografi Kota Ambon mempunyai wilayah yang sebagian besar terdiri dari daerah berbukit yang berlereng terjal dengan kemiringan di atas 20% seluas kurang lebih 186,9 Km2 atau 73%, dan daerah datar dengan kemiringan sekitar 10% seluas kirakira 55 Km2 atau 17% dari luas seluruh wilayah daratannya. Kondisi topografi Kota Ambon dikelompokkan dalam 7 lokasi, yaitu: °
Pusat Kota dan sekitarnya (sebagian petuanan Desa Amahusu sampai Desa Latta) dengan areal ketinggian 0 – 50 m dan kemiringan 3,36o seluas 13,5 Km2 atau 5,44%.
°
Rumah Tiga dan sekitarya dengan areal ketinggian 0 – 50 m dan kemiringan 3,19o seluas 4,5 Km2 atau 5,57%.
36
°
Passo dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 – 50 m dan kemiringan 3,3o seluas 14,75 Km2 atau 4,74%.
°
Laha dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 – 50 m dan kemiringan 3,93o seluas 4,25 Km2 atau 6,18%.
°
Hutumuri dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 – 50 m dan kemiringan 6,16o seluas 4,25 Km2 atau 9,70%.
°
Kilang dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 – 50 . dan kemiringan 5,66o seluas 3,5 Km2 atau 9,91%, sedangkan untuk ketinggian 5 – 250 m dengan kemiringan 6,56o seluas 3,25 Km2 atau 10,3%.
°
Latuhalat dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 – 50 m dan kemiringan 5,4o seluas 4 Km2 atau 8,57%. Di Kota Ambon terdapat 10 gunung, dan yang tertinggi adalah Gunung Nona,
yaitu 600 m diatas permukaan laut, serta dialiri oleh 15 buah sungai, dan sungai yang terpanjang adalah Sungai Sikula (Way Sikula), yaitu sepanjang 15,5 Km.
4.2.2. Geologi dan Tanah Berdasarkan peta Geologi dan Topografi Pulau Ambon oleh Veerbek dan Van Bos yang dibuat tahun 1898, jazirah Leitimur tersusun oleh dua bahan induk, yaitu Alluvium dengan luas 61,55 Ha atau 30,87% dari luas jasirah Leitimur, dan Koralkalk dengan luas 10,10 Ha atau 5,06%. Di jasirah Leitimur terdapat dua bahan asal, yaitu Alluvial dan Denudasional yang terbagi menjadi dataran alluvial, perbukitan denudasional terkikis kecil, perbukitan denudasional terkikis sedang, dan perbukitan denudasional terkikis kuat. Dataran alluvial merupakan bentuk lahan yang terdapat diantara daerah pantai dan daerah perbukitan.Formasi alluvium dan batu gamping merupakan bahan induk yang menyusun daerah ini dengan asosiasi jenis tanah serperti alluvial, regosol, rensina, podsolik, dan brunizem. Perbukitan denudasional merupakan bentuk lahan yang paling luas di jasirah Leitimur, yaitu 2589 Ha atau 90,33% yang tersebar di daerah berombak seperti berbukit, Bentuk lahan ini dipengaruhi oleh proses geomorfologi seperti gerakan dalam perut bumi.
37
4.2.3. Iklim Iklim di Kota Ambon adalah iklim laut tropis dan iklim musim, karena letak Pulau Ambon yang dikelilingi oleh laut. Oleh karena itu iklim disini sangat dipengaruhi oleh lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim musim di daerah ini, yaitu musim Barat atau Utara, dan musim Timur atau Tenggara. Kedua musim ini dikelilingi oleh musim pancaroba yang merupakan musim transisi dari kedua musim tersebut. Musim Barat pada umumnya berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret, sedangkan bulan April adalah masa transisi ke musim Timur. Musim Timur berlangsung dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober disusul oleh masa pancaroba pada bulan November yang merupakan transisi ke musim Barat. Berdasarkan data curah hujan, maka dalam tahun 2001 – 2005, curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar 3.674 mm dengan 208 hari hujan. Mengacu pada rata-rata curah hujan bulanan dalam 5 tahun terakhir, maka bulan basah (musim hujan) dengan curah hujan di atas 200 mm terjadi pada bulan April hingga Juli seiring dengan berlangsungnya Musim Timur, sedangkan bulan kering (musim panas) dengan curah hujan dibawah 200 mm terjadi dari bulan Oktober hingga Februari seiiring dengan berlangsungnya Musim Barat. Sementara itu berdasarkan data Stasiun Meteorologi Ambon tahun 2001 – 2005, maka rata-rata temperatur di Kota Ambon adalah 26,6oC dengan kisaran suhu minimum adalah 23,8oC dan suhu maksimum 30,4oC; rata-rata kelembaban nisbi sekitar 76,6%; rata-rata lama penyinaran matahari adaah 53,6% dan rata-rata tekanan udara adalah 76,6 MB. Kecepatan angin rata-rata 3 knot dan terbanyak bertiup dari arah Barat Laut dan Tenggara, dengan kecepatan terbesar adalah 20 knot.
4.2.4. Hidrologi 4.2.4.1.Air Permukaan Di Kota Ambon terdapat cukup banyak sungai yang mengalir dari pegunungan-pegunungan di tengah Pulau Ambon menuju ke arah perairan laut di sekeliling pulau namun kebanyakan sungai-sungai tersebut tidak terlalu besar, sehingga tidak semua sungai tercatat memiliki nama.
38
Banyak diantara sungai-sungai tersebut yang sudah mengalami pendangkalan akibat endapan pasir, yang sebagian diakibatkan oleh penggunaan lahan non pertanian di kawasan penyangga dan kawasan lindung yang kurang hati-hati sehingga mengakibatkan sedimentasi. Selain itu akibat berubahnya fungsi kawasan resapan air maka fluktuasi debit sungai pada musim kemarau dan musim hujan cukup besar, sehingga pada kawasan tertentu sering mengalami banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Penduduk yang bermukim di sepanjang jalur sungai tersebut pada awalnya memanfaatkan sungai untuk keperluan mandi dan cuci, namun dengan semakin menurunnya kualitas air sungai, pemanfaatan tersebut semakin berkurang. Saat ini sungai lebih banyak digunakan sebagai saluran drainase dan tempat pembuangan limbah rumah tangga, yang jika tidak dikendalikan akan semakin memperburuk kualitas air sungai. Sumber air baku yang sudah dimanfaatkan oleh PDAM Kota Ambon adalah mata air dan sumur dalam. Di Kota Ambon telah termanfaatkan 8 sumber mata air, yaitu: sumber air Wainitu, Air Keluar (Kusu-kusu), Air Besar (Soya), Air Panas Wainiu I dan Wainiu II, Air Besar (Halong), Wainitu, dan Waipompa. Sumber air yang potensial adalah sumber air Wainitu terletak di Kelurahan Wainitu Kecamatan Nusaniwe untuk daerah pelayanan sekitar Pusat Kota, dan sumber air Waipompa yang terletak di Desa Halong Kecamatan Teluk Ambon Baguala, untuk daerah pelayanan sekitar Desa Halong dan Desa Hative Kecil. Selain itu terdapat beberapa mata air lain dengan kualitas fisik yang relatif bagus. Debit mata air-mata air tersebut fluktuatif antara musim hujan dan musim kemarau, dimana pada musim kemarau debitnya hanya sekitar 60% dari debitnya pada musim hujan.
4.2.4.2.Air Tanah Penduduk yang yang bermukim pada daerah-daerah yang relatif datar, untuk kebutuhan sehari-harinya sebagian besar menggunakan sumur gali, sumur pompa tangan, atau pompa listrik. Air tanah dangkal pada daerah datar tersebut memiliki kedalaman muka air tanah yang bervariasi namun relatif rendah, yatu antara 1 – 5 meter, namun kualitas air tanah dangkal tersebut kurang baik, karena terindikasi
39
tercemar oleh limbah rumah tangga. Sementara untuk air tanah dalam banyak terdapat pada kedalaman lebih dari 50 meter dengan kualitas yang cukup baik.
4.2.4.3.Air Bersih Kota Ambon sudah terlayani oleh jaringan air bersih PDAM. Dari 9 deep weel yang ada, baru 7 yang beroperasi dengan kapasitas rata-rata 5 liter/detik, kecuali di Hative Kecil yang kapasitasnya 15 liter/detik, Rumah Tiga dengan kapasitas 10 liter/detik, serta untuk sumber dari mata air Waipompa di Halong Atas dengan kapasitas 25 liter/detik. Sambungan air bersih yang berasal dari PDAM berupa sambungan rumah tangga maupun sambungan non rumah tangga (sarana sosial, perniagaan, kantor pemerintah).
4.2.5. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kota Ambon sangat bervariasi dari yang mesih berupa hutan sampai kegiatan permukiman yang bercirikan perkotaan. Tercatat bahwa kawasan hutan dan belukar merupakan jenis penggunaan yang paling dominan yaitu mencapai 49% atau sekitar 17.685,60 ha. Sedangkan penggunaan lahan dengan presentase terkecil adalah untuk alang-alang yaitu 2,35% atau sekitar 842,96 ha. Penggunaan lahan untuk permukiman mencapai 5.393,40 ha atau sekitar 15% dari luas Kota Ambon. Perkembangan penggunaan lahan di Kota Ambon telah mengalami beberapa perubahan atau pergeseran peruntukan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, dimana presentase terbesar pada lahan perkebunan dan belukar yang sebelumnya seluas 26.590,91 ha menjadi 22.719,44 ha. Penggunaan lahan akibat pergeseran peruntukan tersebut dialihkan fungsi dan penggunaannya untuk permukiman dan daerah terbangun. Pergeseran penggunaan lahan menjadi permukiman banyak disebabkan oleh keberadaan pengungsi akibat konflik sosial yang melanda Kota Ambon. Kecenderungan perkembangan ini perlu mendapat perhatian khusus, terutama pada perkembangan permukiman dengan lereng >30% dan pada daerah pusat kota.
40
4.3.
Kependudukan Data kependudukan Kota Ambon sampai tahun 2006 masih meliputi data
yang tersaji dalam 3 kecamatan, sebelum dimekarkan menjadi 5 kecamatan dengan Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 2 Tahun 2006. Namun untuk memudahkan penelitian, data kependudukan dicatat berdasarkan desa dan kelurahan, untuk selanjutnya dikelompokkan dalam 5 kecamatan. Jumlah penduduk Kota Ambon pada tahun 2007 adalah 271.972 jiwa, yang tersebar di Kecamatan Sirimau 105.010 jiwa, Kecamatan Nusaniwe 82.760 jiwa, Kecamatan Leitimur Selatan 9.063 jiwa, Kecamatan Teluk Ambon Baguala 47.149 jiwa, dan Kecamatan Teluk Ambon 27.990 jiwa. Jumlah penduduk menunjukkan indikasi meningkat dari tahun ke tahun, dengan laju pertumbuhan sebesar 10,47 % terjadi pada tahun 2001 seiring dengan pulihnya keamanan pasca konflik sosial yang menyebabkan banyak penduduk yang mengungsi kembali lagi ke Kota Ambon. Tabel 8 Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk Kota Ambon tahun 2000-2007 Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Nusaniwe 67.082 69.796 73.671 77.496 81.820 83.315 82.550 82.760
Kecamatan Teluk Sirimau Ambon 73.326 17.952 89.351 18.598 84.361 19.637 91.094 22.956 98.029 23.411 99.831 23.992 100.903 26.315 105.010 27.990
TA Baguala 41.828 44.240 46.709 44.630 45.506 46.619 44.503 47.149
Leitimur Selatan 8.909 9.002 8.921 8.714 9.008 9.210 8.875 9.063
Kota Ambon 209.097 230.987 233.299 244.890 257.774 262.967 263.146 271.972
Laju Pertumbuhan (%) 10,47 1,00 4,97 5,26 2,01 0,07 3,35
Sumber: Kota Ambon Dalam Angka 2000-2008, BPS Kota Ambon (diolah).
4.4.
Industri dan Perdagangan Di Kota Ambon sebelumnya terdapat industri plywood di daerah Passo,
namun kegiatan industri tersebut telah terhenti karena pasokan bahan baku yang semakin sulit diperoleh. Saat ini di Kota Ambon tidak terdapat industri besar, namun ada beberapa industri kecil dan kerajinan rakyat yang menyebar merata di seluruh Kota Ambon. Jenis industri yang terdapat di Kota Ambon antara lain pembuatan cone-block, industri logam, mesin, dan kimia, industri hasil pertanian dan kehutanan, dan lainnya. Selain itu terdapat juga industri kerajinan rakyat seperti kerajinan
41
pengolahan kerang laut, pengolahan rotan dan kayu serta pengolahan minyak kayu putih. Tabel 9 Jumlah dan jenis industri di Kota Ambon menurut Kecamatan tahun 2007 Kecamatan / Kota
Industri Pangan
Industri Tekstil
Industri Bahan Bangunan
Nusaniwe Sirimau Teluk Ambon TA Baguala Leitimur Selatan Kota Ambon
16 52
7 11
2 7
Industri Mesin, Logam dan Elektronik 29 25
-
-
1
1
-
69
Industri Kerajinan Umum
Industri Kimia dan Percetakan
6 35
19 67
1
-
1
9
9
4
4
-
-
-
1
-
18
19
64
46
91
Sumber: Kota Ambon Dalam Angka 2008, BPS Kota Ambon.
4.5.
Peternakan Kota Ambon tidk memngkinkan adanya peternakan besar, namun demikian
peternakan dalam skala kecil banyak dilakukan oleh masyarakat. Jenis ternak yang diusahakan oleh peternak adalah sapi, kambing, ayam, itik, dan babi. Kebutuhan konsumsi sebenarnya cukup besar, namun potensi ini tidak dapat dipenuhi oleh masyarakat sendiri, sehingga ternak didatangkan dari luar Kota Ambon. Tabel 10 Jumlah dan jenis ternak di Kota Ambon menurut Kecamatan tahun 2007 Jenis Ternak Kecamatan Sapi Kerbau Kambing Babi Itik Ayam Nusaniwe 195 0 187 507 289 16725 Sirimau 79 65 145 221 157 10699 Teluk Ambon 139 0 167 107 123 3975 TA Baguala 140 0 110 168 106 5236 Leitimur Selatan 78 0 136 148 163 4737 TOTAL 631 65 745 1151 838 41372 Sumber: Kota Ambon Dalam Angka 2008, BPS Kota Ambon.
4.6.
Perkembangan Kota Arah perkembangan fisik Kota Ambon sampai saat ini dapat dilihat dari
kecenderungan perkembangan kawasan terbangun Kota Ambon. Dari pengamatan di lapangan dan peta penggunaan lahan yang ada, ternyata perkembangan kawasan
42
terbangun yang cepat mengarah dari kawasan Batu Merah ke arah Galala, Passo dan Poka mengikuti jalan arteri primer menyusuri pantai ke arah Bandar Udara Pattimura. Pembangunan kawasan terbagun antara lain untuk kegiatan permukiman, pemerintahan, perdagangan dan jasa serta industri. Khusus perkembangan kawasan terbangun ke arah daratan/perbukitan didominasi oleh kawasan permukiman yang berlokasi di sepanjang pantai di jalan arteri primer Ambon – Laha. Kawasan permukiman sebagian tidak sesuai dengan arahan rencana karena memanfaatkan lereng-lereng perbukitan dengan kemiringan >30% yang dapat merusak kelestarian lingkungan.
4.7.
Ruang Terbuka Hijau
4.7.1. Kawasan Hutan Lindung Di Kota Ambon terdapat dua areal konservasi yang ditetapkan sebagai Kawasan Hutan Lindung, yaitu Kawasan Hutan Lindung Gunung Nona dengan luas 877 Ha, berjarak 5 Km dari pusat kota, dan Hutan Lindung Gunung Sirimau dengan luas 2.963 Ha, berjarak 7 Km dari pusat kota. Penetapan Gunung Nona dan Gunung Sirimau sebagai kawasan lindung melalui SK Menteri Kehutanan RI No. 430 KPTSII/1996. Kebijakan ini ditujukan untuk melindungi vegetasi yang ada dalam areal hutan tersebut, sehingga wilayah-wilayah tangkapan air yang berada dalam areal hutan lindung tersebut dapat meningkatkan fungsinya untuk mendukung kebutuhan air bagi penduduk Kota Ambon. Hasil penelitian Tim Jurusan Kehutanan Universitas Pattimura (2003) menunjukkan bahwa 40% wilayah hutan terutama pada Hutan Lindung Gunung Nona berada dalam kondisi kritis, dan penyebab utamanya adalah aktivitas masyarakat untuk berladang dan konversi hutan untuk penanaman tanaman tahunan berupa kelapa, cengkih, dan tanaman buah-buahan. Kawasan Lindung Gunung Nona didominasi bentuk wilayah berbukit sampai bergunung dengan kelerengan 15 sampai >30%. Vegetasi tingkat pohon dengan Kerapatan Relatif tertinggi yang ditemukan di areal tersebut diantaranya Cemara (Casuarina
sp.),
Salawaku
(Paraserianthes
falcataria),
Cengkih
aromatica), Durian (Durio zibethinus) dan Pulai (Alstonia sholaris).
(Eugenia
43
4.7.2. Jalur Hijau Jalur hijau di Kota Ambon diantaranya terdapat di Jl. Pattimura dan Jl. Dr. Latumeten, yang merupakan salah satu jalan protokol di Kota Ambon. Jl. Pattimura merupakan kawasan perkantoran, perbankan, dan pendidikan. Perkantoran yang terdapat di ruas jalan ini diantaranya Instansi Pemerintah, yaitu Dinas Perhubungan Provinsi Maluku, dan Gedung Keuangan Negara Provinsi Maluku; Perbankan, yaitu Bank Mandiri, Bank Indonesia, Bank Maluku; dan beberapa instansi swasta. Selain itu terdapat juga kawasan pendidikan, dengan adanya Kompleks Persekolahan St.Fransiscus Xaverius dan SMU Negeri 1 Ambon. Selain itu di kawasan ini terdapat pula sarana peribadatan berupa Gereja Maranatha dan Gereja Kathedral, gedung pertemuan, dan hotel. Sebelum terjadinya konflik di Kota Ambon, jalur hijau di ruas Jl. Pattimura ini sangat rindang dan terawat sehingga membuat nyaman para pengguna jalan, maupun masyarakat yang beraktivitas di sepanjang jalan tersebut, namun setelah konflik merebak, jalur hijau yang berada di sepanjang trotoar Jl. Pattimura digunakan sebagai area perdagangan kaki lima, beberapa pohon ditebang oleh masyarakat untuk mendirikan kios-kios temporer. Seiring dengan makin kondusifnya Kota Ambon, maka pada Tahun 2007 Pemerintah Kota Ambon mulai mengembalikan jalur hijau Jl. Pattimura kepada fungsinya. Selain itu salah satu jalur hijau di pusat Kota Ambon juga terdapat di Jl. Dr. Latumeten, yang merupakan jalan utama bagi kendaraan yang akan menuju ke Kecamatan Nusaniwe dan Hutan Lindung Gunung Nona. Di sepanjang jalur jalan ini terdapat kompleks pendidikan PGSD Universitas Pattimura, Rumah Sakit Tentara, Kompleks Perumahan Perwira TNI-AD, dan Kompleks Persekolahan Kartika Chandra. Sama seperti pada ruas Jl. Pattimura, di sepanjang trotoar Jl. Dr. Latumeten, terutama di depan Kompleks pendidikan PGSD Unpatti juga terdapat perdagangan kaki lima setelah konflik sosial, namun pada tahun 2007, jalur hijau ini telah dikembalikan kepada fungsinya. Walaupun jalur hijau di Kota Ambon telah dikembalikan pada fungsinya, namun perawatan yang dilakukan terlihat belum maksimal.
44
Gambar 8 Kawasan Hutan Lindung Gunung Nona Luas: 877 Ha Area bervegetasi: 100% dari total luas. Vegetasi dominan: Pepohonan (cemara, cengkih, pulai)
Gambar 9 Pattimura Park Luas total: 2,8 ha Area bervegetasi: Taman Lapangan Merdeka: 732 m2 Taman Segitiga: 42 m2 Taman Pattimura: 3.881 m2
Gambar 10 TMP Kapahaha Luas: 11.000 m2 Area bervegetasi: 90% dari luas total Vegetasi dominan: rumput Vegetasi lainnya: Pohon palem, pohon cemara
Gambar 11 Taman Australia (Australian Cemetery War Park) Luas: 40.000 m2 Area bervegetasi: 100% dari total luas. Vegetasi dominan: Rumput Vegetasi lainnya: Pepohonan
45
4.7.3. Taman Makam Di Kota Ambon terdapat beberapa lokasi pemakaman, diantaranya TPU Benteng dan Taman Makam Pahlawan Kapahaha. TPU Benteng pada awalnya merupakan pemakaman Cina yang berlokasi di perbukitan yang menurut kepercayaan Cina harus menghadap ke laut, namun sampai saat ini telah menjadi pemakaman umat Kristen. Tanaman yang terdapat di TPU Benteng adalah tanaman semak dan rumput yang tampak tidak terawat. Sebaliknya di TMP Kapahaha, tampak rapi dikelilingi taman dan pepohonan dengan dominasi jenis palem (Crysalidocarpus indicus), dan cemara kipas (Thuja orientalis Linn), serta disekelilingnya ditumbuhi reruputan yang sangat terawat.
4.7.4. Lapangan Olah Raga Terdapat 2 (dua) lapangan terbuka yang dapat digunakan oleh masyarakat Kota Ambon untuk berolah raga. Yang pertama adalah Stadion Mandala Remaja yang terletak di Jalan InaTuni Kelurahan Karang Panjang, berjarak sekitar 2 km dari pusat kota. Stadion ini biasanya digunakan untuk pertandingan sepak bola dan atletik, selain itu juga untuk acara lainnya seperti konser musik. Fasilitas yang terdapat di Stadion Mandala Remaja adalah lapangan sepak bola, jogging track, dan lapangan atletik. Berikutnya adalah Lapangan Merdeka, yang baru saja selesai direnovasi, berada di Jalan Pattimura, tepat berhadapan dengan Kantor Gubernur Maluku. Fasilitas yang terdapat di lapangan ini bukan saja untuk berolah raga, seperti lapangan bola kaki, lapangan volly, lapangan basket, dan jogging track, tetapi juga terdapat taman Pattimura Park untuk tempat sosialisasi bagi masyarakat Kota Ambon.
4.7.5. Taman Kota Lainnya Selain taman kota yang dikelola oleh Pemerintah Kota Ambon, ada juga Taman yang dikelola oleh Pemerintah Australia, yaitu Taman Australia yang terdapat di Kelurahan Pandan Kasturi. Di taman ini terdapat tugu peringatan yang bertuliskan nama-nama para pejuang yang berasal dari Australia yang gugur saat berperang di Kota Ambon. Setiap tahun Taman Australia dikunjungi oleh perwakilan dari
46
Pemerintah Australia dan pihak keluarga korban yang gugur untuk melakukan upacara peringatan. Di taman ini terdapat berbagai jenis pohon yang rimbun dan tanaman hias yang indah dan terawat. Sepertinya di Kota Ambon, taman inilah yang sangat diperhatikan dan dirawat, walaupun bukan oleh Pemerintah Kota Ambon sendiri. Ironis sekali keadaannya dengan taman lainnya yang berada dan dikelola langsung oleh Pemerintah Kota Ambon.