KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak dan Luas Gunung Tampomas terletak di antara 6' 42' LS sampai dengan 6" 48' LS dan 107" 53' BT sampai dengan 108' 00' BT, atau di arah Timur laut Kota Sumedang dan merupakan gunung tertinggi di wilayah ini. Kawasan hutan Gunung Tampomas terdiri dari taman wisata alam di puncak gunung seluas 1 250 ha dan kawasan hutan Perhutani seluas 3.437,50 ha, keseluruhan kawasan hutan Gunung Tampomas adalah 4.687,50 ha. Berjarak lebii kurang 50 km dari Bandung dan 230 km dari Jakarta via Bandung dan dapat ditempuh dalam waktu lebii kurang 5 jam dari Jakarta.
Gambar 2. Puncak Tampornas Dilihat dari Lokasi Batu Kukus.
I
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian
Kondisi Fisik Jenis tanah di Gunung Tampomas adalah andosol coklat kekuningan dari bahan induk abulpasir volkan intermedier basis dan fisiografi volkan (Peta Tanah Tinjau, Lembaga Penelitian Tanah Deptan, 1989).
Tabel 1.
Data Curah Hujan di Lima Stasiun Klimatologi Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Kecamatan
I
CurahHujan
I
HariHujan
I
ICIIT*
Sumber : Buku Sumedang dalam Angka Tahun 2000 Keterangan : *) Indeks Curah Hujan Tahunan.
Berdasarkan klasifkasi Schmidt Ferguson, Iklim di daerah Gunung Tampomas termasuk ke dalam tipe hujan C (Schmidt Ferguson, dalam Handoko, 1995). Pada gambar 4 di bawah ini menunjukkan kelas kelerengan kawasan hutan Gunung Tampomas. Secara umum dapat diliiat bahwa sebagian besar kawasan hutan Gunung Tampomas mempunyai kelas kelerengan di atas 45%.
PETA KELERENGAN
Gambar 4. Peta Kelerengan Gunung Tampomas
Kondisi Biotik
Vegetasi
Vegetasi di Tampomas didominasi oleh nangsi (Villebrunea rubescens), kondang (Ficus variegata), dan cangcaratan (Uaucleapurpurescens). Di lokasi ini juga ditemukan beberapa jenis Anggrek (Ditjen PHPA, 1987). Fauna Selanjutnya dikemukakan juga beberapa jenis fauna yang dapat ditemui di daerah ini adalah monyet (Macaca fascicularis), lutung (Presbytis cristata), surili
(Presbytis Aycula). Beberapa jenis burung juga dapat ditemui seperti caladi
30
(Dimopium javanense), kasintu (Gallus varius), dan burung jalak (Sturnus contrajalla). Ada yang lnenarik dari fauna di Gunung Tampomas, beberapa yang ditemukan adalah satwa enden~ik yang dilindungi. Diantaranya elang jawa
(Spizaetus bartelsi). Pada tahun 1998 telah dipublilcasikan pejutnpaan dengar1 7 individu elang jawa di Puncak-Manik dan puncak Narimbang (Setiadi, 2000). Jenis burung lain yang ditemukan, diairtaranya; merak hijau, puyuh gonggong jawa, takur tohtor. Selain itu, macan tutu1 (Pantl7era pardzis) dan beberapa anggota keluarga primata; kera (Macacafascicularis) dan lutung (Presbytis cristata).
Sejarah dan Status Kawasan
Tarnan Wisata Alam Gunung Tampomas Sebelum ditetapkan sebagai taman wisata alam (TWA), kawasan hutan Gunung Tampomas adalah hutan alain lnurni yang ditetapkan sebagai hutan lil~dungberdasarkan Government Besluit pada tanggal 27 Juli 1927, No. 27. (Ditjen PHPA,1987). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian tanggal 5 Juli 1979 No. 423/KPTS/UN/7/1979, ditetapkan taman wisata alam Gunung Tampomas seluas 1.250 ha. Lokasinya di bagian puncak gunung dan berbatasan langsu~~g dengan kawasal~ hutan Perhutani yang mengelilinginya. Kawasan hutan ini pernal~ terbakar dan kondisinya cukup parall.
31 Selain menjadi tujuan wisata bagi para reniaja dari kota Sumedang dan sekitarnya, TWA Gunung Tampomas juga menjadi tujuan wisata religi bagi orang-orang Indrarnayu yang percaya bahwa di puncak Gunung Tampomas terletak makam Dalem Samiaji. Hampir setiap malam jumat sampai dengan beberapa hari setelahnya ada pengunjung yang menginap di lokasi makam yang dipercaya tersebut. Kawasan taman wisata alam Gunung Tampomas dikelola oleh Balai KSDA Jawa Barat I1 yang berkedudukan di Ciamis Jawa Barat. Sub Seksi KSDA Sumedang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Seksi yang berkedudukan di Sumedang dan mengkoordinir beberapa staf lapangan yang bertugas untuk kawasan TWA Gunung Tampomas dan taman buru Masigit - Kareumbi.
Gambar 5 . Makam Dalem Samiaji di Puncak Gunung Tampomas Gambar 6 . Papan Informasi di Pintu Gerbang ke TWA dari Desa Narimbang Inforrnasi mengenai jumlah pengunjung yang datang ke Gunung Tampomas dapat diliiat pada Tabel 2 di bawah ini.
32 Tabel 2.
Data Pengunjung Gunung Tampomas dalam 5 tahun terkahii.
.
No. 1 2 3 4 5
]
Tahun 1997 1998 1999 '2000 200 1
Jumlah 84 1 550 700 1.000 1.356
Keterangan Asal : Mancanegara: Belanda & Jepang Domestik : Irian, Bandung, Jakarta Subang, Indramayu, Bekasi, Majalengka
Sumber :Buku Tamu Juru Kunci Gunung Tampomas.
Kawasan Perhutani BKPH Tampomas Kawasan hutan di Gunung Tampomas selain taman wisata alanl adalah Kawasan Perhutani seluas 3.437,50 ha terdiri atas hutan produksi (Gambar 7) dan hutan lindung (Gambar 8). Kawasan hutan tersebut adalah bagian dari wilayah kerja Perhutani BKPH Tampomas, selain kawasan hutan lainnya di gunung Palasari dan gunung Kunci di selatan kota Sumedang serta blok Cijoho yang berada di utara Gunung Tampomas. kelas perusahaan yang diusahakan adalah pinus dengan tanarnan tertua saat ini (2002) adalah tanarnan tahun 1943 pada petak 9a seluas 14,20 ha dan petak 9d seluas 22,60 ha.
Gambar 7. Kawasan Hutan Produksi Gunung Tampomas
Gambar 8. Kawasan Hutan Lmdung Gunung Tampomas.
33
Kegiatan pokok pengelolaan hutan produksi Perhutani di Gunung Tampomas adalah penanaman, pemeliharaan dan penebangan dengan segenap komponen kegiatannya. Selain itu kegiatan produktif Iainnya adaIah penyadapan getah pinus, dan semua kegiatan tersebut dilaksanakan oleh masyarakat sekitar Gunung Tampomas. Kegiatan produktif lain yang terbilang baru (inkonvensional) dilakukan adalah kegiatan wisata alam pada lokasi-lokasi yang cocok dan kurang produktif untuk diusahakan sebagai areal produksi kayu. Kegiatan pemanfaatan hutan sebagai daerah kunjungan wisata kemungkinan akan banyak dikembangkan di kawasan ini karena areal Perhutani BKPH Tampomas di Gunung Tampomas tidak semuanya diusahakan sebagai hutan produksi, atau dalam istilah teknis Perhutani dikenal sebagai "Areal Bukan Untuk Penghasilan", karena selain topografi berat juga ada beberapa jenis satwa yang mutlak dilindungi keberadaannya. BKPH Tampomas dipimpin oleh seorang Asisten Perhutani yang merangkap sebagai kepala bagian kesatuan pemangkuan hutan (KBKPII) yang membawahi 3 kepala resort polisi hutan (KRPH), yaitu: KRPH Narimbang, KRPH Tanjungkerta dan KRPH Naluk.