33
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Lokasi dan Administrasi Kabupaten Pasaman Barat merupakan salah satu dari 19 Kabupaten/Kota yang ada di wilayah Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten Pasaman Barat mempunyai wilayah seluas 3.887,77 km2 yang terdiri dari 11 kecamatan dan 19 nagari dan 202 Jorong. Kabupaten Pasaman Barat dilintasi daerah Khatulistiwa yaitu pada 0033’ LU - 0011’ LS dan 990 10’ BT - 100004’ BT, dengan topografi yang datar dan landai serta beriklim panas. Ketinggian Kabupaten Pasaman Barat bervariasi antara 0 - 2912 meter di atas permukaan laut. Wilayah Kabupaten Pasaman Barat memiliki letak geografis di jalur koridor pantai dimana sebagian kawasannya memiliki tingkat perkembangan fisik yang relatif lamban dibandingkan dengan bagian kawasan lain yang letaknya relatif dekat dari jalur jalan lintas Sumatera. Secara administratif dan geografis batas-batas wilayah Kabupaten Pasaman Barat adalah : Sebelah Utara
Berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal Propinsi Sumatera Utara
Sebelah Barat
Berbatasan dengan Samudera Hindia
Sebelah Selatan
Berbatasan
dengan
Kecamatan
Palembayan
dan
Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Sebelah Timur
Berbatasan dengan Kec. Duo Koto, Kecamatan Panti, Kec. Lubuk Sikaping dan Kec. Tigo Nagari Kabupaten Pasaman
Luas Kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat yang terbesar adalah Kecamatan Koto Balingka 486,51 km2 (12,51%), dan Kecamatan terkecil luasnya adalah Kecamatan Sasak Ranah Pasisia 123,31 km2 (3,17%). Penyebaran luas wilayah menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 7.
34
Tabel 7. Luas Wilayah Per Kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat Persentase Luas Daerah (Km2) Luas (%) 1. Sungai Beremas 440,48 11,33 2. Ranah Batahan 354,88 9,13 340,78 8,77 3. Koto Balingka 4. Sungai Aur 420,16 10,81 263,77 6,78 5. Lembah Melintang 453,97 11,68 6. Gunung Tuleh 7. Talamau 324,24 8,34 8. Pasaman 508,93 13,09 9. Luhak Nan Duo 174,21 4,48 10. Sasak Ranah Pasisie 123,71 3,18 11. Kinali 482,64 12,41 Jumlah 3 887,77 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Pasaman Barat (2010) Kecamatan
Ketinggian (mdpl) 0 - 319 23 - 753 0 - 811 0 – 1.983 15 - 725 26 – 1.875 225 - 2.019 40 – 2.913 0 – 1.250 0-10 0 – 1.332
Untuk lebih jelasnya lokasi kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat dapat dilihat pada Peta Administrasi Gambar 4.
Gambar 4. Peta administrasi Kab. Pasaman Barat
35
Kondisi Geobiofisik Wilayah
Iklim dan Hidrologi Kabupaten Pasaman Barat secara geografis berada di tepi koridor barat pantai Sumatera atau berbatasan langsung dengan Samudera Hindia di sebelah Barat, hal ini menyebabkan suhu udara di Kabupaten Pasaman Barat selalu panas dan lembab. Sirkulasi musim Mansoon dan konfergensi Inter tropis sangat mempengaruhi iklim daerah Pasaman Barat. Suhu udara Kabupaten Pasaman Barat berkisar 200C-300C dengan kelembaban udara sekitar 88%. Kecepatan angin di wilayah darat minimal 4 km/jam dan maksimal 20 km/jam. Dari hasil pemantauan tempat terpilih pada tahun 2003 curah hujan tertinggi berada di bulan November, dimana rata-rata curah hujan sebesar 583 mm dengan hari hujan sebanyak 21 hari dan curah hujan terendah terjadi dibulan Maret sebesar 93 mm dengan hari hujan sebanyak 26 hari. Hidrologi yang dimiliki Kabupaten Pasaman Barat yaitu berupa sungai, yang berasal dari kesebelas kecamatan yang ada di Kabupaten Pasaman Barat. Kondisi air tanah dalam di Kabupaten Pasaman Barat memiliki potensi yang cukup besar bagi pemenuhan kebutuhan air baku masyarakat dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Sungai yang melintas di Kabupaten Pasaman Barat terdiri dari sungai besar dan sungai kecil yang berpola dentritik. Jumlah sungai yang mengalir di Kabupaten Pasaman Barat sebanyak 114 sungai. Sungai-sungai tersebut berupa sungai permanen yang setiap tahunnya selalu mengalir. Berdasarkan informasi yang diperoleh potensi cekungan air tanah (Hidrogeologi) yang terpantau, air tanah bebas 445 juta m3/tahun dan air tanah tertekan 65 juta m3/tahun. Umumnya sungai-sungai besar dan kecil yang ada di wilayah Kabupaten Pasaman Barat ketinggiannya tidak jauh berbeda dengan tinggi permukaan laut. Kondisi ini yang mengakibatkan cukup banyak
bagian wilayah Kabupaten Pasaman Barat yang rawan
terhadap
banjir/genangan. Unsur-unsur iklim meliputi curah hujan, suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan angin tertera pada Tabel 8. Data-data unsur iklim tersebut diperoleh dari Dinas PSDA Propinsi Sumatera Barat dengan stasiun klimatologi Sukamenanti dalam kurun waktu 2000-2005.
36
Tabel 8. Data Curah Hujan, Suhu Udara, Kelembaban Udara dan Kecepatan Angin di Daerah Sukamenanti dan Sekitarnya No o.
Bulan
Curah Hujan (mm) 369 89 205 67 254 96 452 450 430 413 773 485 4.083
Hari Hujan
Suhu Udara (0C) RataMaks Min rata 35,50 18,00 26,80 36,00 18,00 26,67 35,00 18,00 26,73 36,00 18,00 26,78 35,00 18,00 26,83 35,00 18,00 26,23 35,00 18,00 26,89 35,50 17,00 26,98 35,00 18,00 26,53 36,00 18,00 26,05 36,00 18,00 26,83 35,50 17,00 26,71
1, Januari 8 2. Februari 5 3. Maret 8 4. April 7 5. Mei 11 6. Juni 5 7. Juli 14 8. Agustus 16 9. September 17 10 Oktober 16 11 November 21 12 Desember 19 Jumlah Tahunan 147 Rata-rata 340 12 35,25 17,83 Bulanan Sumber : Dinas PSDA Propinsi Sumbar (2006)
26,58
91,20 91,78 91,80 92,16 91,60 90,10 91,74 91,29 90,33 89,19 91,17 92,50
Kecepatan Angin (km/hari) 8,47 13,71 6,58 3,60 8,31 0,83 16,22 6,81 5,93 3,85 3,15 6,17
91,24
6,97
Kelembapan Udara (%)
Kondisi Geologi Geologi wilayah Pasaman Barat dibentuk oleh endapan permukaan formasi batuan pegunungan, secara garis besar jenis informasi pegunungan yang membentuk endapan di Kabupaten Pasaman Barat tersebut adalah sebagai berikut: Formasi Kuantan Formasi Silungkang Anggota Batu Gamping Formasi Sihapas Formasi Kuantan Anggota Pawan Formasi Teluk Kido Formasi Kuantan Anggota Batu Gamping Formasi Tellisa Formasi Silungkang Selain formasi yang disebutkan di atas, secara umum daya dukung batuan yang ada di Kabupaten Pasaman Barat mengingat wilayah ini bervariasi dari rendah sampai tinggi. Berdasarkan peta geologi Kabupaten Pasaman Barat dan sekitarnya, maka wilayah ini dibagi menjadi beberapa secara genetik dan paratemis, yaitu: a. Satuan Geomorfologi lipat-patahan yang meliputi 40% daerah telitian, dari seluruh wilayah Kabupaten Pasaman Barat
37
b. Satuan Morfologi perbukitan Karts yang tersebar setempat-setempat yang mencover wilayah telitan sebanyak 10% coverage c. Satuan daratan pantai dan alluvial yang meliputi 50%, yang menyebar dari barat ke timur. Kualitas Air Sungai Adapun hasil pengukuran kualitas air sungai yang ada di Kabupaten Pasaman Barat seperti terlihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil Pengukuran Kualitas Air Sungai di Kabupaten Pasaman Barat Parameter FISIKA Residu Terlarut Residu Tersuspensi KIMIA ANORGANIK pH BOD COD DO Total Fospat sbg P NO 3 sebagai N NH3-N Arsen Kadmium Khrom (VI) Tembaga Besi Timbal Mangan Seng Khlorida Sianida Nitrit sbg N Sulfat Balerang sbg H2S MIKROBIOLOGI Fecal Coliform KIMIA ORGANIK Minyak dan Lemak Detergen
Satuan
Lokasi Sampling 3 4
1
2
5
6
Mg/L Mg/L
80,5 9,8
47,6 11,2
168,7 251,0
48,84 16,9
71,2 32
41,4 13,5
6-9 Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L
6,47 3,56 14,23 7,36 0,163 3,621 <0,01 <0,005 <0,002 <0,002 <0,002 1,481 <0,003 0,064 <0,01 9,319 <0,002 0,0365 20,693 <0,001
6,53 6,79 27,16 7,56 0,049 1,236 <0,01 <0,005 <0,002 <0,002 <0,002 0,254 <0,003 <0,038 <0,01 22,51 <0,002 0,0175 47,862 0,02
6,59 70,48 281,9 1,85 1,83 1,064 0,61 <0,005 <0,002 <0,002 <0,002 2,875 0,242 <0,038 <0,01 22,51 <0,002 0,0363 46,84 0,01
6,8 1,62 6,47 7,36 0,105 7,31 <0,01 <0,005 <0,002 <0,002 <0,002 0,589 <0,003 <0,038 <0,01 5,801 <0,002 0,0183 6,683 <0,001
6,86 5,18 20,69 6,56 0,25 5,363 0,19 <0,005 <0,002 <0,002 <0,002 0,789 <0,003 <0,038 <0,01 13,71 <0,002 0,0361 9,663 <0,001
6,95 1,29 5,17 7,35 0,071 0,311 <0,01 <0,005 <0,002 <0,002 <0,002 0,482 <0,003 <0,038 <0,01 5,487 <0,002 0,0192 5,86 <0,001
Jml/100ml
5x103
17x103
1600x103
13x103
13x103
-
Ug/L Ug/L
<0,1 <0,02
<0,1 <0,02
<0,1 <0,02
<0,1 <0,02
<0,1 <0,02
<0,1 <0,02
Sumber : Balai Laboratorium Kesehatan Padang Prop. Sumatera Barat (2011) Keterangan : (-) = Tidak dilakukan pengujian Lokasi Sampel : 1 Sungai Pasaman 4 Sungai Kapa 2 Sungai Sikabau 5 Sungai Rao 3 Sungai Sarik 6 Sungai Haluan
38
Kelerengan Kondisi
topografi
Kabupaten
Pasaman
Barat
secara
umum
dapat
dikategorikan menjadi 4 kondisi sebagai berikut: 1. “Lahan Pesisir” yaitu suatu daratan yang berawal dari garis pasang surut pada kontur elevasi 0 dengan kelerengan 0-3% menuju daratan pada ketinggian 5 meter dari permukaan laut. Satuan topografi ini terdiri dari endapan pantai dan alluvial yang membentuk daratan rendah dan rawarawa berlumpur seperti di daerah Sasak, Muara Bingung dan Air Bangis serta desa-desa lainnya dipinggir pantai. 2. “Lahan Rendah” dengan daratan bergelombang elevasi diatas 15 meter dari permukaan laut, dengan kelerengan 3-8% menuju kaki bukit yang terbebas dari areal pasang surut. 3. “Lahan Menengah” dengan daerah bergelombang yang berawal dari batas tertinggi “Lahan Rendah” menuju kawasan perbukitan dengan kelerengan 8-15% mencapai elevasi 50 m diatas permukaan laut. 4. “Lahan Tinggi” merupakan areal perbukitan mempunyai ketinggian hingga 2.912 m diatas permukaan laut, sebagian besar merupakan wilayah kawasan lindung. Topografi Kabupaten Pasaman Barat yang mempunyai bentang relatif datar adalah Kecamatan Sungai Baremas. Wilayah perbukitan terdapat di sebagian besar wilayah Kecamatan Pasaman, Kecamatan Lembah Melintang, Kinali dan Kecamatan Talamau. Berdasarkan data tingkat kemiringan lahan dapat dilihat komposisi kemiringan lahan (lereng) daerah studi dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Tingkat Kemiringan Lahan Kabupaten Pasaman Barat Simbol A B C D
Kelas Lereng
Tingkat kemiringan
Datar 0 –15% Berombak 15 – 25% Berbukit 25 – 40% Bergunung > 40% Jumlah Sumber : Bappeda Kabupaten Pasaman Barat (2005).
Luas ( ha ) 252.142 23.350 23.690 83.250 382.432
% 65,93 6,10 6,19 21,77 100
39
Ketinggian Topografi wilayah Kabupaten Pasaman Barat bervariasi antara datar, bergelombang dan bukit bergunung. Kabupaten Pasaman Barat berada pada ketinggian 0-2,912 m dpl. Berdasarkan letak ketinggian daerah Pasaman Barat dapat diuraikan sebagai berikut, seperti terlihat pada Tabel 11. Tabel 11. Letak Ketinggian Permukaan Laut Daerah Studi Pasaman Barat No
Letak Ketinggian
1 2 3 4 5 6 7
0 – 100 m 100 - 500 m 500 – 1000 m 1000 – 1500 m 1500 – 2000 m 2000 – 2500 m 2500 – 3000 m
ha 218.300 39.880 39.790 51.330 22.230 12.620 121 Jumlah 384.271 Sumber : Bappeda Kabupaten Pasaman Barat (2005) Klasifikasi Tanah
Luas % 56,81 10,38 10,35 13,36 5,79 3,28 0,03 100
Berdasarkan pada sistem klasifikasi tanah Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 2010) di Kabupaten Pasaman Barat terdapat 7 ordo tanah, yaitu Histosols, Entisols, Inceptisols, Andisols, Ultisols, Alfisols dan Oxisols. Pembagian ordo-ordo ini ke dalam kategori great group (jenis tanah) disajikan pada Gambar 5 dan Tabel 12.
Gambar 5. Peta Jenis Tanah
40
Tabel 12. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Soil Taxonomy (2010) di Kabupaten Pasaman Barat No. 1.
Ordo Histosols
2.
Entisols
Kategori Sub Ordo Hemists Saprists Fibritis Psamments Aquents
3.
Inceptisols
Udepts Aquepts
4.
Andisols
Udands
5.
Ultisols
Humults
6. 7.
Alfisols Oxisols
Udults Udalfa Udox
Great Group Haplohemists Haplosaprists Haplofibrist Quartaipsamments Udipsamments Sulfaquents Hydraquents Fluvaquents Humudepts Dystrudepts Humaquepts Epiaquepts Hapludands Melanudands Haplohumults Kandihumults Hapluddults Hapludalfs Hapludox Eutrudox
Kesetaraan tanah pada berbagai sistem klasifikasi tanah yang sering digunakan di Indonesia disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Kesetaraan Tanah Dalam Berbagai Sistem Klasifikasi Tanah yang Terdapat Di Kabupaten Pasaman Barat No.
Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 2010)
1.
Hemists
Pusat Penelitian Tanah (1983) Organosol Hemik
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Saprists Fibrists Quartaipsamments Udipsamments Sulfaquents Hydraquents Fluvaquents Humudepts Dystrudepts
Organosol Saprik Organosol Fibrik Regosol Regosol Aluvial Tionik Aluvial Aluvial Kambisol Kambisol
FAO-UNESCO (1990) Histosols Histosols Histosols Regosol Regosol Thionic Fluvisols Fluvisols Fluvisols Cambisols Cambisols
41
Tabel 13. (Lanjutan)
No.
Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 2010)
11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Humaquepts Epiaquepts Hapludands Melanudands Haplohumults Kandihumults Hapludults Hapludalfs Hapludox Eutrudox
Pusat Penelitian Tanah (1983) Gleisol Gleisol Andosol Andosol Podsolik Podsolik Podsolik Mediteran Oksisol Oksisol
FAO-UNESCO (1990) Gleysols Gleysols Andosols Andosols Acrisols Acrisols Acrisols Luvisols Ferralsols Ferralsols
Penduduk dan Tenaga kerja Penduduk Penduduk Kabupaten Pasaman Barat menurut hasil Sensus Penduduk 2010 berjumlah sebanyak 365.129 jiwa dengan komposisi 184.022 jiwa laki-laki dan 181.107 jiwa perempuan. Dengan rasio jenis kelamin 102 jiwa laki-laki setiap 100 jiwa perempuan. Penduduk tersebut tersebar pada 11 (sebelas) kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat. Jika kita melihat distribusi penduduk per kecamatan, jumlah penduduk terbesar berdomisili di Kecamatan Pasaman yakni 62.864 jiwa. Diikuti oleh Kecamatan Kinali dengan jumlah penduduk 60.791 jiwa dan Kecamatan Lembah Melintang 41.924 jiwa. Sedangkan Kecamatan Sasak Ranah Pasisie dengan jumlah penduduk 13.233 jiwa merupakan kecamatan terkecil jumlah penduduknya di Kabupaten Pasaman Barat. Namun jika dibandingkan dengan luas wilayah, penduduk terpadat berada di Kecamatan Luhak Nan Duo dengan kepadatan penduduk 215 jiwa/Km2. Diikuti oleh Kecamatan Lembah Melintang dengan 159 jiwa/Km2. Pada tahun 2010 jumlah rumah tangga di Kabupaten Pasaman Barat sebanyak 85.796 rumah tangga. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk didapat rata-rata penduduk per rumah tangga pada tahun 2010 di Kabupaten Pasaman sebanyak 4 jiwa/rumah tangga, dapat dilihat pada Tabel 14.
42
Tabel 14. Luas Daerah, Banyaknya Nagari, Rumah tangga dan Penduduk per Kecamatan tahun 2010 No 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kecamatan
Luas Daerah(km2)
2 Sungai Beremas Ranah Batahan Koto Balingka Sungai Aur Lembah Melintang Gunung Tuleh Talamau Pasaman Luhak Nan Duo Sasak Ranah Pasisie Kinali
3 440,48 354,88 340,78 420,16 263,77 453,97 324,24 508,93 174,21 123,71 482,64 3.887,77 Sumber : BPS Kab. Pasaman Barat (2010)
Nagari 4 1 2 1 1 1 2 3 3 2 1 2 19
Banyaknya Rumah Penduduk Tangga 5 6 4.921 22.345 5.908 23.983 6.258 26.048 7.440 30.846 9.281 41.924 5.022 20.315 5.963 25.871 14.870 62.864 8.909 37.409 3.038 13.233 14.186 60.791 85.796 365.129
Tenaga Kerja Dalam konsep tenaga kerja BPS penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas, sesuai dengan ketentuan batasan penduduk usia kerja dalam Undang-undang ketenagakerjaan. Batasan ini diberlakukan mengingat adanya pekerja anak yang mempunyai batasan umur 10 – 14 tahun, sehingga kekhawatiran mengenai pencampuran tenaga kerja dengan pekerja anak tidak perlu terjadi. Dalam konsep yang dipakai dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu penduduk berumur 15 tahun ke bawah dan penduduk berumur 15 tahun ke atas. Jadi pelaku kegiatan ekonomi di sini, dikhususkan pada penduduk berumur 15 tahun ke atas. Dari 234.258 jiwa penduduk berumur 15 tahun ke atas, tercatat sebanyak 166.592 jiwa sebagai Angkatan Kerja di Kabupaten Pasaman Barat. Terdiri dari bekerja sebanyak 157.742 jiwa dan mencari pekerjaan sebanyak 8.850 jiwa. Penduduk yang bukan angkatan kerja berjumlah 67.666 jiwa, terdiri dari yang bersekolah 23.389 jiwa, mengurus rumah tangga 36.182 jiwa dan lainnya sebanyak 8.095 jiwa dapat dilihat pada Tabel 15.
43
Tabel 15. Banyaknya Penduduk 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin No 1 1 2 3
Lapangan Usaha Laki-laki Perempuan 2 3 4 Pertanian 66.474 41.319 Manufaktur 11.820 1.674 Jasa-Jasa 17.851 18.604 Jumlah 96.145 61.596 Sumber : BPS Kab. Pasaman Barat Dalam Angka 2010
Jumlah 5 107.793 13.494 36.455 157.742
Lahan Sawah dan Produksi Padi Lahan Sawah Sebelum tahun 1990-an, daerah ini dulunya termasuk salah satu kawasan yang dikenal sebagai sentra produksi pangan, khususnya padi sawah dan kedelai di Sumatera Barat. Namun pengembangan program PIR-Bun OPHIR kelapa sawit dengan sistem inti (3.300 ha) dan plasma (4.800 ha) yang pembangunannya dimulai pada tahun 1981 merupakan awal pemicu berkembangnya areal perkebunan kelapa sawit rakyat secara besar-besaran. Saat ini luas areal perkebunan kelapa sawit telah hampir mencapai 200.000 ha dan dengan hamparan penanaman mulai dataran rendah sampai dataran tinggi serta telah merambah areal persawahan irigasi yang telah mapan. Kondisi ini mengkhawatirkan karena terjadinya penurunan areal persawahan yang selama ini berperan sebagai kantong penyangga produksi pangan (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Propinsi Sumatera Barat, 2011). Pada kurun waktu antara tahun 1990 - 2010 terjadi alih fungsi sawah produktif dan subur menjadi perusahaan perkebunan kelapa sawit, bahkan kalau terus dibiarkan lambat laun lahan sawah akan habis dengan sendirinya (Sawit Watch, 2010). Pencatatan penurunan luas areal persawahan ke pertanaman kelapa sawit baru dimulai pada tahun 2005-2010. Pada periode tersebut terjadi penurunan luas areal persawahan secara kumulatif sebesar 2.287 ha atau 450-500 ha/tahun (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan Kab. Pasaman Barat, 2010). Penurunan luas areal sawah secara riil seluas 2.287 ha dan tidak diikuti pencetakan sawah baru dalam jumlah yang sama di Kabupaten Pasaman Barat. Di lain pihak, peningkatan produktifitas sawah bukaan baru rata-rata membutuhkan waktu 4-5 tahun untuk mencapai kemapanannya. Dengan pengertian setiap
44
kehilangan 1 ha lahan sawah dibutuhkan kompensasi luas cetakan baru minimal 4 ha agar total produksi padi tidak mengalami penurunan. Pencetakan sawah bukaan baru merupakan salah satu cara untuk mempertahankan peningkatan produksi padi di daerah ini. Dari data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat (2006) diketahui bahwa luas potensi lahan yang tersedia untuk persawahan di Pasaman Barat mencapai 9.844 ha dan yang akan dijadikan areal persawahan hanya seluas 4.885 ha atau setara dengan 49,3 % dari potensi lahan tersedia. Lahan yang cukup tersedia untuk perluasan areal persawahan terdapat di Kecamatan Luhak Nan Duo dan Ranah Batahan dengan luas masing-masing sebesar 2.000 ha dan 2.365 ha. Areal persawahan yang berada di Kecamatan Kinali, Luhak Nan Duo, dan Pasaman di Kabupaten Pasaman Barat secara keseluruhan merupakan bagian dari Landform volkanik dari Gunung Talamau dan Gunung Pasaman. Berdasarkan hasil interpretasi peta topografi, citra landsat dan analisis citra landsat TM tahun 20002001 yang didukung dengan hasil identifikasi dan evaluasi potensi lahan di Nagari Kinali Balai Besar Penelitian dan Pengembangan sumber daya Lahan Pertanian (2007) terungkap bahwa areal persawahan terdiri dari dua grup landform Aluvial dan volkanik . Areal persawahan pada grup vulkanik secara luas terdapat di Kecamatan Pasaman dan Kinali dengan tingkat kesesuaiannya mulai dari cukup sesuai sampai sangat sesuai. Sebagian besar lahan sawah pada grup vulkanik ini masih dipertahankan petani, namun kebanyakan petani menerapkan pola tanam padi dan jagung. Proses pembentukan grup Aluvial kawasan ini dipengaruhi dataran banjir dari 32 buah sungai dan anaknya yang berukuran besar maupun kecil. Pembukaan areal persawahan pada grup Aluvial secara luas terbentuk di Kecamatan Kinali dan Luhak Nan Duo sejalan dengan program transmigrasi didaerah ini. Jenis tanah sawah yang terdapat di Kecamatan Kinali, Luhak Nan Duo, dan Pasaman didominasi Ordo Inceptisols, Andisols, dan Histosols. Berdasarkan proses terbentuknya, ordo tanah Inceptisols relatif masih muda dan belum mengalami proses pelapukan lanjut. Secara umum, lahan sawah pada Ordo Inceptisols berdrainase terhambat dan berdrainase baik. Sebagian lahan sawah berdrainase baik telah dimanfaatkan petani untuk pertanaman jagung dan kelapa sawit. Pada lahan basah yang
45
bedrainase terhambat, Inceptisols berkembang dari bahan aluvium dan dicirikan rejim kelembaban tanah aquic (hidromorfik) yang ditunjukkan warna tanah kelabu tanpa karatan dan adanya karatan. Andisols
yang
terbentuk
dari
bahan
volkan
bersifat
andik
yang
penyebarannya pada fisiografi volkanik dari bahan volkan Gunung Talamau dan Gunung Pasaman. Tanah ini bertekstur sedang sampai agak halus, pH agak masam, dan kandungan bahan organik cukup tinggi. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa produktifitas padi pada lahan ini cukup tinggi dengan rata-rata hasil varietas IR 42 di tingkat petani berkisar antara 4- 5 t/ha. Namun ketersedian lahan pada tanah Andisols untuk perluasan areal persawahan tidak lagi bisa diharapkan. Hal ini diperparah oleh makin menurunnya debit air sungai dalam 5 tahun terakhir sejalan dengan meluasnya areal perkebunan kelapa sawit di daerah ini (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2011) Pencetakan sawah bukaan baru seluas 400-500 ha pertahun di Pasaman Barat dalam jangka waktu 8 tahun diharapkan mampu mengatasi peralihan fungsi lahan. Berdasarkan beberapa hasil penelitian dan pengalaman petani diketahui bahwa dibutuhan waktu 4-5 tahun untuk mendapatkan produktifitas rata-rata 4 t/ha pada sawah bukaan baru. Petani membutuhkan biaya dan tenaga yang cukup besar untuk mencapai kemapanan produksi. Untuk itu, perlu ada pemberian bantuan ameliorasi lahan dan benih dari Pemerintah Daerah agar pencapaian peningkatan produksi tidak memberatkan petani. Program perluasan areal tanam akan menjawab permasalahan penyusutan lahan produktif yang kurang menguntungkan bagi kemandirian pangan daerah. Kesepakatan masyarakat nagari (desa) untuk mempertahankan lahan sawah seluas 700 ha sebagai lumbung pangan melalui hukum adat di Kecamatan Sungai Aur merupakan salah satu cara yang perlu dikembangkan di Pasaman Barat. Kepedulian masyarakat adat mengenai penyedian pangan lokal lebih efektif dalam menekan perubahan fungsi lahan sawah di daerah ini (Bappeda Kabupaten Pasaman Barat, 2011). Produksi Padi Gambar 6 dan Tabel 16, menggambarkan luas panen tanaman padi sawah irigasi dan tadah hujan serta perkembangan produksi padi. Pada tahun 2010 luas panen padi sawah irigasi tercatat 20.156 ha dengan produksi 93.067 ton. Padi sawah
46
tadah hujan luas panen 7.096 ha dengan produksi 16.142 ton. Atau rata-rata Produksi/ha untuk padi sawah irigasi 4,62 ton/ha dan padi sawah tadah hujan 2,27 ton/ha. 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 0
86.487
106.620 100.544
93.067
12.177
16.142
76.734 12.505
21.304
16.230 2006
2007
2008
padi sawah
2009
2010
padi ladang
Gambar 6. Perkembangan Produksi Padi Sawah irigasi dan Padi Sawah Tadah Hujan Tahun 2006-2010 Tabel 16. Perkembangan Produksi Padi Padi Sawah Irigasi No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kecamatan G.Tuleh Kinali Pasaman Talamau Luhak ND Sasak RP S.Aur L. Melintang K.Balingka R.Batahan S. Beremas Jumlah 2010 2009 2008 2007 2006
Padi Sawah Tadah Hujan
Tanam (ha) 722 3.058 367 1.715 3.870 1.533 3.157 2.892 1.672 325 2.547
Panen (ha) 603 2.602 429 1.490 3.223 1.313 2.799 3.222 1.692 270 2.513
Produksi (ton) 2.731 11.045 1.925 6.353 14.535 5.781 13.136 14.939 8.999 1.223 12.400
Tanam (ha) 283 2.231 1.438 569,0 867 1.101 41 196 47 222 334
Panen (ha) 342 2.294 1.446 670 683 883 42 218 26 197 295
Produksi (ton) 777 5.167 3.227 1.595 1.591 2.032 95 491 59 444 665
21.858 21.511 19.836 19.722 17.529
20.156 19.830 21.793 18.018 18.270
93.067 106.620 100.544 86.487 76.734
7.329 5.444 5.852 4.877 7.838
7.096 4.541 5.817 4.466 8.194
16.143 12.177 16.299 12.505 21.304
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura Kab. Pasaman Barat (2010)
47
Kelayakan Finansial Padi Sawah Pada umumnya petani di Kabupaten Pasaman Barat tidak mencatat dan menghitung secara rinci biaya dan penerimaan dari usahatani padi sawah. Hal ini disebabkan, pengetahuan petani yang masih rendah dan merasa tidak perlu. Akan tetapi untuk mengetahui tingkat pendapatan dan keuntungan yang diperoleh, maka perlu dilakukan analisis usahatani. Komponen analisis usaha tani dibedakan atas dua komponen yaitu : 1) komponen biaya, meliputi: a) sewa traktor dan pengolahan tanah, b) saprodi, c) tenaga kerja dan biaya lainnya (sewa pompa air), 2) komponen pendapatan, meliputi : a) produksi b) harga gabah kering giling (GKG) dan c) penerimaan. Keuntungan finansial usahatani diperoleh selisih penerimaan dengan total biaya produksi (Departemen Pertanian, 2010). Secara rinci analisis usahatani padi sawah Irigasi dan Tadah hujan disajikan pada Tabel 17 dan 18. Tabel 17. Analisis Usaha Tani Padi Sawah Irigasi No 1 A 1 2 3
4 5
6 7 B C D
Kegiatan 2 Biaya Produksi Sewa lahan Bibit/benih Pupuk - Urea - ZA - SP-36 - KCl - PPC/ZPT Pestisida Tenaga Kerja - Persemaian - Pengolahan tanah dengan mesin - Menanam - Penyiangan - Pemupukan - Pemberantasan OPT Panen dan Pascapanen - Merontok, keringkan, angkut - Ongkos angkut ke Pasar Bunga Bank Jumlah Biaya Produksi Pendapatan Keuntungan Parameter Kelayakan Usaha - B/C Ratio
Banyak 3
Satuan 4
Harga 5
Jumlah 6
1 25
ha kg
2.000.000 4.000
2.000.000 100.000
200 50 100 75 1 1
kg kg kg kg Ls Ls
3.000 2.800 3.500 7.000 150.000 1.200.000
600.000 140.000 350.000 525.000 150.000 1.200.000
5 15 20 15 9 4
HOK HOK HOK HOK HOK HOK
30.000 45.000 30.000 30.000 30.000 30.000
150.000 675.000 600.000 450.000 270.000 120.000
72 1
HOK Ls
30.000 100.000
6000
GKG
4.000
2.160.000 100.000 285.000 9.875.000 24.000.000 14.125.000 1,43
48
Tabel 18. Analisis Usaha Tani Padi Sawah Tadah Hujan No
Kegiatan
1 A 1 2 3
2 Biaya Produksi Sewa lahan Bibit/benih Pupuk - Urea - ZA - SP-36 - KCl - PPC/ZPT Pestisida Tenaga Kerja - Persemaian - Pengolahan tanah - Menanam - Penyiangan - Pemupukan - Pemberantasan OPT Panen dan Pascapanen - Merontok, keringkan, angkut - Ongkos angkut ke Pasar Bunga Bank Jumlah Biaya Produksi Pendapatan Keuntungan Parameter Kelayakan Usaha - B/C Ratio
4 5
6
7 B C D
Banyak Satuan 3
4
Harga
Jumlah
5
6
1 25
ha Kg
750.000 4.000
750.000 100.000
100 40 75 50 1 1
Kg Kg Kg Kg Ls Ls
3.000 2.800 3.500 7.000 100.000 1.000.000
300.000 112.000 262.500 350.000 100.000 1.000.000
5 15 10 10 9 4
HOK HOK HOK HOK HOK HOK
30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
150.000 450.000 300.000 300.000 270.000 120.000
55 1
HOK Ls
30.000 75.000
3800 GKG
1.650.000 75.000 285.000 6.574.500 4.000 15.200.000 8.625.500 1,31
Dari Tabel 17 dan 18, terlihat bahwa biaya bahan yang terdiri dari benih, pupuk dan herbisida selalu mengalami perubahan yang cenderung meningkat dengan signifikan. Usaha tani padi sawah layak dan efisien untuk dilaksanakan karena nilai Net B/C > 1 untuk 1 ha, yang berarti manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan dan berlaku sebaliknya. Akan tetapi yang menjadi permasalahan sekarang adalah keluarga petani di Kabupaten Pasaman Barat hanya memiliki luas lahan sawah 0,4 – 0,5 ha / KK petani.