69
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Bio-Geografis Kabupaten Tanah Bumbu merupakan salah satu kabupaten dalam wilayah administrasi Provinsi Kalimantan Selatan yang memiliki potensi perikanan laut dan wilayah pesisir. Kabupaten ini merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Kotabaru. Secara geografis terletak diantara 2º52' - 115º15' Lintang Selatan dan 115º15' - 116º04' Bujur Timur. Menurut letak geografis, Kabupaten Tanah Bumbu berbatasan dengan : Sebelah Utara Kecamatan Kelumpang Hulu Kabupaten Kotabaru, Sebelah Selatan
Laut Jawa, Sebelah Barat Kecamatan
Kintap, Kabupaten Tanah Laut dan Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar dan Sebelah Timur Kecamatan Pulau Laut Barat, Kabupaten Kotabaru. Kabupaten Tanah Bumbu memiliki luas wilayah 5.006,96 km² atau 13,56% dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten Tanah Bumbu yang beribukota di Batulicin ini memiliki 10 (sepuluh) Kecamatan yaitu Kusan Hilir, Sungai Loban, Satui, Kusan Hulu, Batulicin, Karang Bintang, Simpang Empat, Mantewe, Kuranji dan Angsana. Lima kecamatan yang terakhir disebutkan adalah kecamatan hasil pemekaran pada pertengahan tahun 2005. Kecamatan Kusan Hulu merupakan kecamatan terluas yang mencakup 31,76% dari luas keseluruhan Kabupaten Tanah Bumbu, sedangkan Kecamatan Kuranji memiliki luas wilayah terkecil sebesar 110,42 Km2 atau hanya 2,18% dari wilayah Kabupaten Tanah Bumbu. Kecamatan yang mempunyai wilayah pantai atau pulau kecil adalah Satui, Angsana, Sungai Loban, Kusan Hilir, Batulicin dan Simpang Empat. Kecamatan Sungai Loban yang terletak diantara bujur timur 115º40'41”115º50'53” dan lintang selatan 003º31'32”- 003º41'12”, secara geografis Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kusan Hulu dan Kecamatan Kuranji; Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa; Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kusan Hilir; Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Angsana (Kecamatan Sungai Loban; BPS Kabupaten Tanah Bumbu 2009). Desa Sebamban Baru merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Sungai Loban, Batas-batas wilayah Desa Sebamban Baru secara administratif
70 meliputi : Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kusan Hulu, Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa, Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Trimartani, Desa Indraloka Jaya dan Desa Sebamban Lama sedangkan Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Angsana. 4.1.1 Biofisik Secara umum nilai rata-rata parameter kualitas air pada perairan pesisir Desa Sebamban Baru masih layak atau mendukung bagi kegiatan usaha pertambakan. Hal ini dapat dilihat dari nilai hasil pengukuran kualitas air pada perairan pesisir Desa Sebamban Baru, memberikan petunjuk bahwa kisarannya masih berada pada kisaran baku mutu air untuk biota laut yang ditetapkan oleh Kepmen Negara LH No. 51 tahun 2004. Kondisi kualitas air pada perairan pesisir Desa Sebamban Baru dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Kondisi kualitas perairan pesisir Desa Sebamban Baru Parameter Nilai*) Baku mutu**) Temperatur (ºC) 28,4 – 31,8 alami pH 6,09 – 8,41 7 – 8,5 Salinitas (‰) 17,43 – 30,8 alami DO (mg/l) 5,54 – 8,48 >5 NH3-N 0,0025 – 0,47 0,3 Sumber: *)Hasil pengukuran lapangan,**) Baku mutu air laut untuk biota laut (Kepmen Negara LH No. 51 tahun 2004)
Dari 5 parameter yang diukur (Tabel 8), hanya pada saat tertentu saja terjadi kenaikan nilai NH3-N yang melebihi atau melewati ambang batas baku mutu air laut untuk biota laut, sesuai Kepmen Negara LH No. 51 tahun 2004. Kondisi kualitas perairan ini tidak terlepas dari aktifitas budidaya tambak yang memasukkan dan mengeluarkan air dari tambak dan di alirkan ke sungai yang bermuara ke laut, pada saat pengeluaran air dari tambak yaitu pada saat air mulai surut terjadi kenaikan NH3-N dan akan kembali menurun pada saat pasang naik. Sedangkan dari parameter temperatur, pH, Salinitas dan DO mengindikasikan bahwa perairan di sekitar pertambakan di desa Sebamban Baru dalam kondisi masih baik. Menurut peta jenis tanah yang dipublikasikan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat tahun 1999, Kabupaten Tanah Bumbu memiliki variasi grup
71 kajian wilayah dengan jenis tanah yang kompleks. Grup tanah yang dijumpai di daerah tersebut adalah tanah hasil proses Alluvial, Marin, Fluvio-Marin dan Struktural/Tektonik (Bakosurtanal 2003). 4.1.2 Kondisi Mangrove dan Tambak Kawasan pesisir Desa Sebamban Baru Kecamatan Sungai Loban termasuk dalam tipe pantai berhutan mangrove, yang tumbuh disepanjang pantai atau sungai yang dipengaruhi pasang surut dengan perpaduan air berasal dari air sungai dan air laut yang mengandung garam. Kawasan ekosistem mangrove di wilayah ini dengan kondisi fisik lahan di pesisir di depan mangrove ke arah laut merupakan pantai berlumpur dan berpasir, hal ini dapat dilihat dari delta yang menjorok dimuara sungai berupa pasir yang tidak ditumbuhi mangrove (hasil pengamatan lapangan dan dapat dilihat pada peta Gambar 11). Menurut Bakosurtanal (2003) Secara geomorfologis pantai di daerah ini merupakan pantai berlumpur dengan topografi datar. Arus laut yang berinteraksi di daerah ini sangat lemah yang ditunjukkan dengan adanya lumpur yang terendapkan di sepajang pantai. Tipologi pantai seperti ini apabila berada dalam kondisi tidak terjaga akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan terumbu karang dan padang lamun. Kondisi sebaliknya yang terjadi yaitu perkembangan hutan mangrove sangat kondusif di daerah ini. Lokasi penelitian dapat dicapai dari jalan raya Kabupaten Batulicin dalam waktu tempuh kurang lebih 30 menit dengan mobil, melalui jalan rintisan perkebunan kelapa sawit milik rakyat, perjalanan dapat dilanjutkan menggunakan kapal kecil menuju muara sungai dengan waktu tempuh kurang lebih 30 menit. Berdasarkan hasil survei lapangan dan penafsiran citra landsat ETM+ Band 453 tahun 2001 dan tahun 2010, diketahui perubahan luas mangrove di Desa Sebamban Baru akibat perluasan tambak selama kurun waktu tahun 2001-2010. Pada tahun 2001 luas mangrove 482,32 ha dan luas tambak 254,73 ha, terjadi penurunan luas mangrove dengan meningkatnya luas tambak pada tahun 2010, luas mangrove turun menjadi 346,81 ha dan tambak meningkat menjadi 368,54 ha. Perubahan luas akibat pemanfaatan tambak terhadap lahan mangrove dari tahun 2001-2010 menyebabkan jumlah mangrove menurun seluas 135,51 ha
72 dan terjadi peningkatan luas tambak 135,51 ha. Menurut data DKP Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2009 panjang garis pantai Desa Sebamban Baru sepanjang 5 km. Dari garis pantai lebar mangrove ke arah daratan bervariasi, berdasarkan hasil pengukuran pada citra Landsat 7 ETM tahun 2010, lebar maksimal mangrove 651 m dan yang terendah dengan lebar 35 m, sedangkan pada garis sempadan sungai ke arah daratan bervariasi dari yang paling lebar yaitu 1 km,
34 m sampai tidak
ada mangrove sama sekali dipinggir sungai. Panjang sungai mencapai 12,037 km. Jenis mangrove pada dominan lokasi penelitian adalah Rhizophora mucronata (bakau laki), Rhizophora apiculata (bakau bini), Bruguiera gymnorrbiza (salak-salak), Bruguiera parviflora (langadai), Avicennia alba (apiapi), Sonneratia spp (rambai laut) dan Nypa fructicans (nipah). Jenis mangrove ini umum ditemukan disepanjang pesisir Kabupaten Tanah Bumbu, seperti hasil penelitian yang telah dilakukan oleh DKP Propinsi Kal-Sel (2009a), jenis yang sama juga ditemukan di Desa Batulicin, Desa Segumbang, Desa Kersik putih, Desa Sepunggur dan Desa Betung. Pada hutan mangrove Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu jenis dominan tingkat semai adalah bakau laki dengan INP 80%, pada tingkat pancang juga didominasi oleh jenis bakau laki. dengan INP 111,1% pada tingkat tiang dan pohon juga didominasi jenis bakau laki dengan INP 204,53%. Nilai nilai ini menunjukan bahwa pada masing-masing tingkat pertumbuhan
pada
bakau laki menunjukan pertumbuhan yang baik dengan kriteria cukup baik hingga sangat baik, sedangkan pertumbuhan jenis lainnya dinyatakan kurang atau sangat kurang. Sedangkan berdasarkan tingkat kekritisan hutan mangrove di pesisir kabupaten Tanah Bumbu dengan nilai berkisar antara 220-280 secara keseluruhan dinyatakan dalam kriteria rusak (DKP Kal-Sel 2009). Perubahan pemanfaatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 11 dan Gambar 12. Total serasah pada hutan mangrove Desa Pagatan Besar Kabupaten Tanah Laut yang letaknya bersisian dengan Kabupaten Tanah Bumbu, didominasi oleh tegakan Avicennia adalah 6,691 ton/ha/th yang terdiri dari serasah komponen daun 4,661 ton/ha/th, komponen serasah ranting/cabang 1,258 ton/ha/th, komponen serasah buah 0,772 ton/ha/th (Perdana 1998).
73
73
Gambar 11 Pemanfaatan lahan tambak dan mangrove tahun 2001
74 74
115°39'30"
115°40'00"
115°40'30"
9590000 mU
115°39'00"
115°41'00"
115°38'30" BT
3°42'30" LS
KABUPATEN
TANAH
116°41'30" BT
3°42'30" LS
BUMBU
:
Skala 1:19.00 0
500
500 meter
KECAMATAM SUNGAI LOBAN DIAGRAM LOKASI
Sebamban Baru
9589000
3°43'00"
3°43'00"
114°00'
115°00'
116°00'
1°30'
1°30'
2°00'
2°00'
2°30'
2°30' PROV. KALIMANTAN S ELATAN
3°00'
3°00'
3°30'
3°30'
4°00'
4°00' LA U T JA WA
KECAMATAM ANGSANA 114°00'
9588000
3°43'30"
3°43'30"
115°00'
116°00'
Proyeksi : ...................Transverse Mercartor Sistem G ri d : ...................G rid G eografi dan G rid UT M Datum Horizontal : ...................Datum Indonesia 1995 (DG N-95) Datum V ertikal : ...................Muka Laut di T akisung K alsel
KETERANGAN # Y
Ibu K ota Kabupaten
Sungai
Y #
Ibu K ota Kecamatan
Garis Pantai
Jalan
Pemukiman
S.
S
am b an eb
Batas Kecamatan
3°44'00"
3°44'00"
Batas Kabupaten
Luas Tu tup an L ah an
9587000
3°44'30"
3°44'30"
9586000 mU
J A W A 116°41'30" BT
115°38'30" BT
L A U T
3°45'00" LS
3°45'00" LS 115°39'00"
350000 mT
115°39'30"
351000
115°40'00"
352000
115°40'30"
353000
115°41'00"
354000 mT
400000 m T
Gambar 12 Pemanfaatana luas tambak dan mangrove tahun 2010
Mangrove (346.814 ha) Tambak (368.542 ha)
Gambar : PETA LUAS MANGROVE DAN TAMBAK DESA SEBAMBAN BARU KABUPATEN TANAH BUMBU TAHUN 2010 FATMAW ATI/C261050021 Program Studi SPL Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 2010 Sumber : - Peta Digital RB I, BAK OSUR TAN AL, 2004 - Google E arth, 2009 - Citra Landsat 7 ETM+, T ahun 2010 - Survei Lapangan, 2010
75 Hasil penimbangan berat basah komponen serasah daun adalah 13,916 ton/ha/th, serasah ranting 2,201 ton/ha/th dan buah sebesar 1,380 ton/ha/th. Sedangkan unsur N, P dan K daun pada tegakan Avicennia diperoleh hasil 3,82 kg/ha/th mengandung unsur nitrogen dan 0,093 kg/ha/th unsur phosphor serta 0,139 kg/ha/th unsur Kalium (K) (Perdana 1998). Sedangkan menurut Bengen (2003) pada serasah mangrove di Kabupaten Berau Kalimantan Timur kandungan N sebesar 11,17-108,07 kg/ha/th dan P sebesar 0,14-9,02 kg/ha/th. Hasil serasah yang ada di Kalimantan Selatan lebih rendah dibandingkan dengan serasah yang ada di Kalimantan Timur, hal ini disebabkan oleh kondisi hutan mangrove di Kalimantan Selatan yang secara keseluruhan dalam kriteria rusak berdasarkan nilai tingkat kekritisan yang telah diteliti oleh tim peneliti DKP Kal-Sel tahun 2009. 4.2. Kondisi Sosial Ekonomi dan Kependudukan 4.2.1 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan yang diukur dari besaran PDRB baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun dasar 2000, menunjukkan perkembangan yang terus meningkat selama periode tahun 20062008. Nilai PDRB Provinsi Kalimantan Selatan atas dasar harga berlaku tahun 2008 mencapai 45.86 triliun rupiah atau naik sebesar 6,42 triliun rupiah dibanding tahun 2007, sedangkan tahun 2007 naik sebesar 4,77 triliun rupiah dibanding tahun 2006 yang tercatat 34,67 triliun rupiah (BPS Kal-Sel 2009). Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan dengan minyak bumi pada tahun 2006 adalah 4,98%, pada tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi 6,01%, kemudian pada tahun 2008 menjadi 6,23% dan sampai kumulatif triwulan 3 tahun 2009, perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tumbuh sebesar 5,04%. Sementara pertumbuhan perekonomian Nasional sampai pada triwulan 3 sebesar 4,23%. Pertumbuhan yang positif ini dikarenakan adanya pertumbuhan positif pada hampir semua sektor terutama dari sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan air minum, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pertumbuhan pada sektor primer (pertanian dan pertambangan) masih
76 merupakan sektor yang paling besar sumbangannya pada perekomonian Provinsi Kalimantan Selatan dengan trend yang stabil pada kisaran 43-44%. Kemudian sektor tersier (perdagangan, angkutan, keuangan dan jasa-jasa) merupakan sektor terbesar kedua dengan trend yang meningkat, dari sekitar 36% pada tahun 2005 menjadi 38% pada tahun 2008 (BPS Kal-Sel 2009). Dalam kurun waktu tahun 2006 sampai triwulan 3 tahun 2009, komponen konsumsi menjadi pendorong utama ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan (termasuk di dalamnya adalah konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan lembaga nirlaba). Bertambahnya penduduk dan meningkatnya daya beli masyarakat
menyebabkan
konsumsi
rumah
tangga
juga
meningkat
(BPS Kal-Sel 2009). Kabupaten Tanah Bumbu selama tiga tahun terakhir, dari segi perekonomian daerah menunjukan trend meningkat, hal ini terlihat dari PDRB Kabupaten Tanah Bumbu atas dasar harga konstan (Tahun 2000), dari tahun 2007-2009 produksi barang dan jasa Kabupaten Tanah Bumbu atas dasar harga konstan berturut-turut sebesar 2,7 trilyun rupiah, 2,9 trilyun rupiah dan 3 trilyun rupiah (PDRB Tanah Bumbu Tahun 2007-2009; BPS Tanah Bumbu 2009). Besaran tersebut menjadi lebih besar apabila dilihat dari PDRB atas dasar harga berlaku (current price), karena ada pengaruh perubahan harga (inflasi). Menurut catatan empiris PDRB Kabupaten Tanah Bumbu atas dasar harga berlaku, terus terjadi peningkatan dalam tiga tahun terakhir, mulai dari level 4,1 trilyun rupiah tahun 2007 menjadi 4 trilyun rupaiah di tahun 2009 (PDRB Tanah Bumbu Tahun 2007-2009; BPS Tanah Bumbu 2009). Peranan Kabupaten Tanah Bumbu dalam kancah perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan juga cukup strategis. Pangsa produksi barang dan jasa Kabupaten Tanah Bumbu di Kalimantan Selatan pada tahun 2009 sekitar 10,8%, atau menduduki peringkat ke empat setelah Kabupaten Kotabaru, Kota Banjarmasin dan Kabupaten Banjar (PDRB Tanah Bumbu Tahun 2007-2009; BPS Tanah Bumbu 2009). Selama empat tahun terakhir perekonomian Kabupaten Tanah Bumbu terus tumbuh. Pertumbuhan tahun 2008 (8,02%).
yang paling cepat
terjadi
77 Tabel 9 PDRB Kabupaten Tanah Bumbu atas dasar harga berlaku tahun 2007-2009 (Juta rupiah) No.
Lapangan Usaha
1 2
Pertanian Pertambangan dan Penggalian 3 Industri Pengolahan 4 Listrik, gas dan air bersih 5 Bangunan 6 Perdag.,Hotel dan Restoran 7 Pengangkutan 8 Keu.Persewaan dan Jasa Perusahaaan 9 Jasa-jasa PDRB dengan Migas PDRB Tanpa Migas
2006 574.269,56 1.630.194,39
PDRB (Juta rupiah) 2007 2008 637.768,87 719.167,88 1.718.569,89 1. 989.490,97
2009 812.616,99 2.225.301,21
308.026,29 10.625,41 192.520,21 359.647,71
333.473,89 11.430,42 232.844,03 402.080,43
363.295,94 12.392,94 272.166,95 449.287,25
401.493,97 13.427,66 341.444,08 524.778,07
513.499,41 44.755,92
558.457,48 63.843,97
650.279,41 82.867,60
741.061,68 94.028,09
114.528,82 3.748.067,72 3.748.067,72
133.390,32 4.091.859,29 4.091.859,29
190.016,17 4.728.964,73 4.728.964,73
227.094,89 5.381.246,65 5.381.246,65
Sumber: BPS Kal-Sel 2010
Pada tahun 2009, meskipun perekonomian Tanah Bumbu tetap tumbuh 5,67%, akan tetapi melambat dibandingkan dengan tahun 2008. Meskipun demikian pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanah Bumbu selama dua tahun terakhir lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan, Nasional dan Dunia. Ada dua faktor utama yang dianggap sebagai faktor penyebab mengapa penggerak ekonomi Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2009 tidak secepat pertumbuhan pada tahun sebelumnya. Pertama akibat pengaruh dinamika perekonomian dunia yang melambat di tahun 2009, sehingga permintaan dunia terutama permintaan akan bahan bakar energi menurun. Hal ini akan mempengaruhi kinerja perekonomian Negara/daerah yang mengandalkan ekspor energi, seperti batubara dan minyak bumi. Sebagai daerah penghasil batubara terbesar kedua Nasional, tentunya dampak penularan tersebut mempengaruhi juga ke Provinsi Kalimantan Selatan, terutama di daerah kantongkantong produksi batubara, seperti Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan. Indonesia merupakan Negara produsen batubara terbesar ke tujuh dunia. Meskipun cadangan batubara Indonesia terbukti hanya sebesar 0,5% dari cadangan (PDRB Tanah Bumbu Tahun 2007-2009; BPS Tanah Bumbu 2009). Sementara itu, sektor pertanian Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2009 tumbuh 4,18%. Hal ini didukung oleh peningkatan produktivitas pertanian tanaman bahan makanan, seperti padi dan palawija. Pertumbuhan subsektor
78 tanaman bahan makanan pada tahun 2009 sebesar 4,67%. Peningkatan tersebut tidak lepas dari adanya kenaikan produksi pertanian di kantong-kantong lumbung padi daerah seperti di Kecamatan Kusan Hilir dan Kusan Hulu. Capaian pertumbuhan sektor pertanian tertinggi terjadi di subsektor perkebunan, yang mencapai level 6,45%. Peningkatan tersebut didukung oleh mulai membaiknya harga komoditas perkebunan (karet dan sawit), yang pada masa sebelumnya sempat turun. Sebagai salah satu leading sektor dalam perekonomian daerah, sektor perkebunan perlu terus dijaga kinerjanya. Meskipun ekspansi masih dimungkinkan mengingat masih luasnya tanah yang menganggur, akan tetapi ke depannya perlu mulai diupayakan untuk membangun agar multiflier effect di sektor perkebunan semakin besar (PDRB Tanah Bumbu Tahun 2007-2009; BPS Tanah Bumbu 2009). Tabel 10 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tanah Bumbu atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha pertanian tahun 2006-2009 (Jutaan rupiah dan persentase) No.
Lapangan Usaha
Pertanian 1
4
Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan hasilhasilnya Kehutanan
5
Perikanan
2 3
2006
2007
2008
2009
Juta Rupiah
%
Juta Rupiah
%
Juta Rupiah
%
Juta Rupiah
%
574.269,56
100,00
637.768,87
100,00
719.167,88
100,00
812.616,99
100,00
157.483,41
27,42
167.724,66
26,298
197.655,46
27,48
231.768,31
28,52
236.209,79
41,13
275.070,69
43,130
301.875,03
41,96
343.930,32
42,32
38.405,22
6,69
44.278,14
6,943
50.834,84
7,07
57.301,66
7,05
48.754,11
8,49
52.549,15
8,239
59.368,23
8,25
65.843,55
8,10
93.417,03
16,27
98.146,23
15,389
109.434,32
15,22
113.773,15
14,00
Sumber : BPS Tanah Bumbu 2010
Sementara itu, subsektor perikanan pada tahun 2009
mengalami
konstraksi sebesar -2,76%. Penurunan ini disebabkan karena produksi perikanan tidak lagi optimal. Karena cuaca kurang mendukung dan gelombang besar, jumlah hari kerja melaut dalam setahun menurun dibandingkan dengan tahun sebelummya. Selain itu sebagian nelayan beralih profesi menjadi petani tanaman bahan makanan (padi/palawija) (PDRB Tanah Bumbu Tahun 2007-2009; BPS Tanah Bumbu 2009).
79 Walaupun terjadi penurunan sumbangan PDRB dari sub bidang perikanan pada tahun 2009. Subsektor ini memberikan peranan nyata bagi perkembangan pembangunan ekonomi Kabupaten Tanah Bumbu, Pada Gambar 13 grafik menunjukan bahwa subsektor perikanan memberikan sumbangan pada peringkat ketiga dalam bidang pertanian secara luas. Pada tahun 2009 memberikan sumbangan PDRB sebesar 14% dari total bidang pertanian secara keseluruhan
PDRB (%)
bagi pembangunan ekonomi Kabupaten Tanah Bumbu.
50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Tahun 2006
2007
Tan Bahan Makanan Peternakan Perikanan
2008
2009 Tan Perkebunan Kehutanan
Gambar 13 Grafik Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tanah Bumbu bidang pertanian atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha (%). 4.2.2 Kependudukan dan Mata Pencaharian Jumlah penduduk Kecamatan Sungai Loban 18.168 jiwa yang menyebar pada 12 Desa. Data Jumlah penduduk Desa Sebamban Baru mengacu pada perhitungan BPS Tanah Bumbu tahun 2009 yaitu berjumlah 1.509 jiwa yang terdiri dari laki-laki 851 jiwa dan perempuan 658 jiwa, diantaranya terdapat 598 jiwa penduduk miskin, jumlah kepala keluarga sebanyak 402 jiwa. Jumlah penduduk usia 0-14 tahun 495 jiwa, usia 15-49 tahun 782 jiwa, usia 50 tahun ke atas 232 jiwa. Jumlah penduduk pada setiap desa yang ada di Kecamatan Sungai Loban dapat dilihat pada Tabel 11 berikut.
80 Tabel 11 Jumlah penduduk setiap Desa di Kecamatan Sungai Loban No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Desa Sebamban Baru Sebamban Lama Dwi Marga Utama Sungai Dua Laut Sungai Loban Marga Mulya Sari Mulya Tri Mulya Kerta Buana Tri Martani Batu Meranti Sari Utama Kecamatan Sungai Loban
Jumlah Penduduk (jiwa) 2.024 957 1.898 762 1.565 1.726 1.991 1.602 1.339 692 2.221 1.391 18.168
Persentase (%) 11,14 5,27 10,45 4,19 8,61 9,50 10,96 8,82 7,37 3,81 12,22 7,66 100
Sumber: BPS Tanah Bumbu 2009
Mata Pencaharian masyarakat desa Sebamban Baru terdiri dari petani, buruh tani, buruh bangunan, PNS,TNI, ABRI, pedagang dan lain-lain, dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Jenis mata pencaharian penduduk Desa Sebamban Baru No. 1 2 3 4 5 6
Jenis Mata Pencaharian Petani Buruh Tani Buruh Bangunan PNS/TNI/ABRI Pedagang Lain-lain Jumlah
Jumlah 50 225 35 8 31 433 782
Satuan Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang
Sumber: Monografi Desa Sebamban Baru 2009
Mata pencaharian bidang perikanan tidak tercatat dalam monografi desa Sebamban Baru pada Tabel 12, mata pencaharian budidaya perikanan tambak menurut DPK Kal-Sel (2009), di Desa Sebamban baru sebanyak 104 jiwa dengan total luas tambak yang diusahakan sebanyak 384,5 ha. 4.2.3 Sosial Masyarakat Penduduk yang ada di Kecamatan Sungai Loban terdiri dari berbagai etnis yaitu Banjar, Jawa, Bugis, dan Bali. Pada wilayah pesisir lebih banyak ditinggali oleh etnis Bugis dan Jawa sedangkan Suku Banjar lebih banyak tinggal ke arah
81 daratan. Mayoritas etnis penduduk setiap Desa yang ada di Kecamatan Sungai Loban dapat dilihat pada Tabel 13 berikut. Tabel 13 Mayoritas etnis penduduk setiap Desa di Kecamatan Sungai Loban No. 1 2 3 4
Desa Sebamban Baru, Sebamban Lama Sungai Dua Laut, Sungai Loban Marga Mulya, Kerta Buana Dwi Marga Utama, Sari Mulya, Tri Mulya, Batu Meranti, Sari Utama, Tri Martani Sumber: BPS Tanah Bumbu 2009
Suku Banjar Bugis Bali Jawa
Tingkat pendidikan masyarakat secara formal memberikan gambaran tentang kemampuan masyarakat dalam menyerap ilmu pengetahuan (knowledge) yang bersifat teknis dan ketrampilan dalam melakukan usaha produktif, tingkat pendidikan formal di Desa Sebamban Baru dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 14 Klasifikasi tingkat pendidikan masyarakat Desa Sebamban Baru No. 1 2 3 4 5 6
Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Tidak tamat SD 400 Tamat SD/ sederajat 200 Tamat SLTP/Sederajat 50 Tamat SLTA/Sederajat 30 D1/D2/D3 (Diploma) 8 S1/S2 3 Jumlah 671 Sumber: Monografi Desa Sebamban Baru Tahun 2009
Persentasi (%) 59,61 29,81 7,45 4,47 1,19 0,45 100
Dari Tabel 14 diatas diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk setempat di dominasi oleh pendidikan rendah, hal ini terlihat dari banyaknya responden yang tidak tamat maupun yang tamat
SD sebanyak 600 orang
(89,42%), sedangkan yang mengikuti pendidikan SLTP sebanyak 50 orang (7,45%), tamat SLTA sebanyak 30 orang (4,47%) dan pendidikan perguruan tinggi sebanyak 11 orang (1,64%). 4.2.4 Prasarana dan Sarana Umum (1) Perhubungan Darat Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka akan menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk
82 memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain. Adanya akses jalan akan mempercepat pemerataan pembangunan dan meningkatkan aktifitas ekonomi. Panjang jalan di seluruh wilayah Kabupaten Tanah Bumbu pada tahun 2008 adalah 1.426,03 km, dengan rincian 118,80 km merupakan jalan Provinsi dan 1.307,23 km merupakan jalan Kabupaten. Kondisi jalan yang baik diharapkan akan memperlancar aktifitas perekonomian, baik hubungan dengan Kota Banjarmasin sebagai pusat perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan dengan Kabupaten Batulicin, maupun antara Kabupaten Batulicin sebagai pusat perekonomian Kabupaten Tanah Bumbu dengan kecamatan lainnya (BPS Tanah Bumbu 2009). Pulau Kalimantan dikenal dengan banyaknya sungai, sehingga di Kabupaten Tanah Bumbu ini terdapat banyak jembatan, jumlah jembatan mencapai 622 buah. Terdiri dari 73 buah jembatan dengan konstruksi beton, 11 buah jembatan besi, 227 buah jembatan kayu serta 311 buah jembatan selain ketiga jenis tersebut. Jumlah jembatan terbanyak dibangun di Kecamatan Satui dengan jumlah 112 buah jembatan. Sebaliknya Kecamatan Batulicin hanya memiliki 26 buah jembatan. (BPS Tanah Bumbu 2009). (2) Perhubungan Laut Pelabuhan adalah pintu gerbang keluar masuknya kapal, baik yang mengangkut penumpang orang maupun barang ke suatu wilayah tujuan. Di Kabupaten Tanah Bumbu terdapat beberapa jenis dan jumlah pelabuhan, diantaranya pelabuhan samudera, penyeberangan ferry, pelabuhan speedboat, pelabuhan pendaratan dan pelelangan ikan, serta pelabuhan khusus batu bara. Khusus untuk pelabuhan samudera yang berada di bawah wilayah kerja kantor administrasi pelabuhan Kotabaru terdiri dari Pelabuhan Batulicin di Kabupaten Batulicin, Pelabuhan Pagatan di Kecamatan Pagatan dan Pelabuhan Sungai Danau di Kecamatan Satui (BPS Tanah Bumbu 2009). Selama kurun waktu tahun 2008, tercatat jumlah kapal yang masuk ke pelabuhan Batulicin sebanyak 4.135 buah dengan barang yang dibongkar seberat 761.533 ton, dan barang yang dimuat seberat 7.874.402 ton, sedangkan jumlah kapal masuk ke Pelabuhan Pagatan sebanyak 493 buah dengan barang
83 yang dibongkar seberat 12.982 ton, dan barang yang dimuat seberat 549.025 MT (metrik ton) tujuan Suralaya. Di Pelabuhan Sungai Danau Kecamatan Satui terdapat aktifitas bongkar barang selama tahun 2007, dengan volume memuat barang mencapai 11.593.357 ton dan bongkar barang 56.580 ton (BPS Tanah Bumbu 2009). Di Kecamatan Batulicin terdapat pula aktifitas penyeberangan dengan menggunakan kapal motor
ferry
Batulicin – Tanjung Serdang (Kabupaten
Kotabaru). Selama tahun 2008 sebanyak 24.247 penumpang, 70.338 kendaraan roda dua dan 42.043 kendaraan roda empat telah diseberangkan menuju Tanjung Serdang melalui pelayanan penyeberangan ferry (BPS Tanah Bumbu 2009). (3) Perhubungan Udara Bandar udara Batulicin merupakan satu
satunya bandar udara yang
melakukan aktifitas penerbangan sipil dan komersil di Kabupaten Tanah Bumbu. Armada pesawat yang digunakan adalah pesawat perintis yang melayani rute perjalanan Batulicin – Banjarmasin. Pada tahun 2008, Selama tahun tersebut aktifitas penerbangan paling padat pada bulan April dengan frekuensi pesawat mendarat dan berangkat masing masing 53 kali (BPS Tanah Bumbu 2009). 4.3 Kondisi Perikanan 4.3.1 Pengembangan Perikanan Tangkap Potensi sektor perikanan tangkap di wilayah pesisir kabupaten Tanah Bumbu cukup tinggi, tetapi pengelolaan dan pemanfaatannya belum optimal. Hal ini disebabkan kurangnya kemampuan sumberdaya manusia dan permodalan dalam menjangkau daerah yang memiliki potensi sumberdaya di daerah pesisir. Pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah yang diatur dalam Undangundang Nomor 22 tahun 1999 pasal 10 ayat 3 menyatakan kewenangan daerah kabupaten dan daerah kota di wilayah laut sejauh sepertiganya dari batas laut daerah provinsi yaitu sebesar 12 mil laut, pengertiannya adalah bahwa batas kewenangan pengelolaan di laut kabupaten atau kota adalah sejauh 4 mil ke arah laut. Jenis alat penangkapan dan jenis kapal yang digunakan di Kabupaten Tanah Bumbu pada tahun 2008 (Statistik Perikanan Kal-Sel 2009) dalam kegiatan perikanan tangkap dapat dilihat pada Tabel 15.
84 Tabel 15 Jenis alat penangkap dan kapal yang digunakan di Kabupaten Tanah Bumbu Jenis Alat penangkap ikan
Jumlah (buah)
Jenis dan ukuran kapal penangkap Perahu tanpa Motor Kapal motor motor (buah) tempel (buah) Tonase (buah) <5GT 2.239,48 16.059,26 78.548,05 0 0 21.043,91
Jumlah trip penangkapan ikan 96.846,79 Dogol (termasuk 21.043,91 Pukat lampara dasar, kantong cantrang) Jaring insang 28.744,84 0 Jaring hanyut insang Jaring tiga lapis 2.456,07 0 Jaring Bagan tancap 24.562,07 0 angkat Pancing Pancing 8.510,03 2.239,48 Bubu (termasuk 3.756,55 0 Perangkap bubu ambal) Perangkap 4.132,21 0 lainnya Alat Alat penangkap 2.275,60 0 pengumpul kepiting dan alat penangkap Sumber: Data Statistik Perikanan DKP Kal-Sel 2009b
4.132,21
24.612,64
1.762,69 0
2.058,88 24.562,07
0 3.756,55
6.270,55 0
4.132,21
0
2.275,60
0
Tabel 16 Jenis ikan dan alat tangkap yang digunakan di Kabupaten Tanah Bumbu Jenis ikan No.
Jenis alat tangkap Jaring insang hanyut
Jaring tiga lapis
Bagan tancap
Perangkap lainnya
Nama lokal Dogol Pancing Bubu Manyung − − − − − Bawal hitam − − − − − Bawal putih − − − − − Kakap putih − − − Tembang − − − − − Teri − − − − − Peperek − − − Kakap merah − − − Belanak − − − − − Biji nangka − − − − − Kuro/Senangin − − − − − Gulamah/Tigawaja − − − − − Tenggiri − − − − − − Kerapu sunu − − − − Pari − − − − − − Ikan lainnya − Udang 17 putih/Jerbung − − − 18 Kepiting − − − − − − 19 Rajungan − − − − − 20 Cumi-cumi − − − Sumber: Data Statistik Perikanan DKP Kal-Sel 2009b diolah; (-) tidak ada, () ada 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Alat penangkap kepiting
− − − − − − − − − − −
− − − − − − − − − − − − − − − −
− − − −
− − −
85 Adanya ketentuan batas wilayah pengelolaan laut tersebut di satu sisi memberikan kewenangan yang lebih luas bagi daerah kabupaten atau kota namun adanya batasan tersebut memiliki potensi konflik antar kabupaten atau kota di sekitarnya. Jenis jenis ikan yang tertangkap di Kabupaten Tanah Bumbu dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 17 Rumah tangga perikanan tangkap pada setiap desa Di Kabupaten Tanah Bumbu No. 1
Nama Kusan Hilir
Desa
Pagatan Batuah Sepunggur Betung Sungai Lembu Beringin Tenete Muara Pagatan Tengah Gusunge Pejala Wiritasi Juku Eja Rantau Panjang Hilir Kampung Baru Ranatau Panjang Hulu Muara Ujung 2 Simpang Empat Sungai Dua Persiapan Pulau Panjang Persiapan sejahtera Persiapan gunung besar Persiapan Batu Ampar Tungkaran Pangeran 3 Batulicin Batulicin Segumabang Kersik Putih 4 Sungai Loban Sungai Loban Sungai Dua Laut Sebamban Lama 5 Angsana Bunati Angsana 6 Satui Sungai Cuka Satu Barat Setarap Sumber: Data Podes Perikanan Tanah Bumbu 2009
Banyaknya RTP (Rumah Tangga Perikanan) 15 33 18 19 57 23 10 24 60 51 128 46 32 20 19 20 40 38 15 103 17 6 6 45 160 70 84 6 29 11 295
Alat penangkapan ikan sebagai sarana perlengkapan yang digunakan untuk menangkap ikan, di Kabupaten Tanah Bumbu beroperasi berbagai alat tangkap diantaranya dogol/lampara dasar, pukat cincin, jaring insang hanyut, jaring tiga lapis, bagan tancap perangkap dan penangkap kepiting, sedangkan kapal
86 perikanan yang dominan digunakan di Kabupaten Tanah Bumbu adalah perahu tanpa motor (jukung), motor tempel dan kapal motor dengan kekuatan mesin kurang dari 5 GT, dengan kekuatan mesin kapal yang rendah ini berarti juga bahwa kapal motor ini jelajah hanya terbatas di sekitar pantai, dan biasanya hanya digunakan oleh nelayan bagan tancap, jermal dan pancing (Tabel 16). Desa desa dengan kegiatan penangkapan dan Jumlah RTP perikanan tangkap dapat dilihat pada Tabel 17. Kondisi usaha penangkapan ikan di kabupaten Tanah Bumbu ini sebagian besar masih bersifat tradisional, yaitu dalam melakukan usaha penangkapan ikan areal penangkapan masih berada di wilayah 3 mil laut. Jenis ikan yang tertangkap antara lain berdasarkan tempat hidupnya yaitu (1) ikan demersal terdiri dari ikan manyung (Arius venosus, Arius sagor, dan Arius thalassinus), bawal hitam (Parastromateus niger), belanak (Mugil cephalus), kakap merah (Lutjanus erythopterus dan Lutjanus malabaricus) dan pari kembang (Amphotistius kuhlii); (2) pelagis kecil terdiri dari tembang (Clupea sp, Amblygaster sim), selanget (Anodontostoma chacunda), lemuru (Sardinella sim); (3) pelagis besar terdiri dari ikan kembung (Rastelliger kanagurta), tenggiri (Scomberomorus guttatus) dan tongkol (Auxis thazard); (4) ikan karang terdiri dari ikan ekor kuning (Caesio cuning, Caesio teres) dan pisang-pisang (Pterocaesio diagramma, Pterocaesio tile dan Pterocaesio pisang) namun karena jumlah jenis ikan karang hanya sedikit maka dimasukan ke dalam jenis ikan lainnya. Sedangkan jenis non ikan terdiri dari udang putih (Penaeus indicus), kepiting (Scylla serrata), rajungan (Portunus pelagicus) dan cumi-cumi (Loligo sp). Rumah tangga perikanan tangkap pada setiap Desa Di Kabupaten Tanah Bumbu, berdasarkan urutan banyaknya (Tabel 17) berturut turut dari RTP yang paling besar jumlahnya adalah Kecamatan Satui di desa Setarap terdapat 250 RTP, Kecamatan Sungai Loban di Desa Sungai Dua Laut terdapat 160 RTP, Kecamatan Kusan Hilir, Desa Wiritasi terdapat 128 RTP, Kecamatan Simpang Empat pada Desa Tungkaran Pangeran terdapat 103 RTP, Kecamatan Angsana di Desa Bunati terdapat 84 RTP, Kecamatan Satui terdapat 29 RTP, Kecamatan Batulicin Desa Batulicin terdapat 17 RTP.
87 4.3.2 Pengembangan Perikanan Budidaya Kegiatan usaha perikanan budidaya di wilayah pesisir kabupaten Tanah Bumbu ini pada umumnya adalah kegiatan tambak dan kegiatan usaha pembenihan ikan/udang. Jenis komoditas perikanan budidaya yang dipelihara adalah ikan bandeng (Chanos-chanos) dan udang windu (Penaeus monodon). Usaha budidaya dilakukan dikawasan mangrove di pesisir pada daerah sempadan sungai di sekitar muara sungai dan pada sempadan pantai. Kegiatan budidaya tambak pada umumnya adalah dengan mengeksploitasi tanaman mangrove yang tumbuh di wilayah pesisir, kemudian membangun tambak di atasnya. Tabel 18 Desa desa yang melakukan kegiatan budidaya perikanan tambak di Kabupaten Tanah Bumbu No. Kecamatan 1 Batulicin
2
Kusan Hilir
3
Satui
4
Sungai Loban
5.
Angsana
Nama Desa perikanan Batulicin Kersik Putih Segumbang Sepunggur Muara Pagatan Muara Pagatan Tengah Api-api Rantau Panjang Hilir Tanete Setarap Sungai Cuka Satui Barat Sungai Loban Sebamban Lama Sebamban Baru Bunati
Sumber: Data Podes Perikanan Tanah Bumbu 2009
Kondisi pertambakan di wilayah kabupaten Tanah Bumbu ini sebagian besar di kelola secara tradisional yaitu pengelolaannya hanya mengandalkan pakan alami dan pasang surut air laut untuk keluar masuknya air tambak, tanpa pemberian pakan buatan (artificial feed), tetapi masih menggunakan pupuk, kapur dan saponin. Konstruksi tambak yang ada biasanya tidak beraturan dengan luasan yang besar, atau hanya dengan penggalian caren (parit keliling) sehingga tanaman mangrove masih tumbuh pada bagian tengah tambak, atau bila mangrove sudah ditebang, akar tanaman masih dibiarkan berada ditengah-tengah tambak, namun
88 sebagian dari tambak sudah mulai terjadi perbaikan ke arah model tambak yang lebih baik yaitu terdapat pintu pemasukan dan pengeluaran air. Pada beberapa kawasan tertentu di temukan kondisi kawasan mangrove habis dieksploitasi secara besar-besaran berubah menjadi tambak, sehingga mangrove sebagai sabuk hijau (Green belt) tidak berfungsi lagi. Desa desa yang melakukan kegiatan budidaya tambak di Kabupaten Tanah Bumbu dapat dilihat pada Tabel 18. Disamping adanya kegiatan usaha budidaya tambak, terdapat pula usaha pembenihan udang. Usaha ini kurang berkembang dengan baik. Saat ini hanya dilakukan oleh beberapa pembudidaya yaitu dengan memelihara udang yang masih berbentuk larva (PL 12 – 20), dipelihara mulai 1 - 2 bulan sampai menjadi ukuran juvenil untuk selanjutnya dipelihara dalam petak pembesaran di tambak. Namun jumlah benih udang (benur) yang dihasilkan oleh hatchery belum mampu memenuhi jumlah permintaan usaha pertambakan di Kabupaten Tanah Bumbu. Keperluan nener dan benur biasanya didatangkan dari luar daerah seperti dari Kabupaten Sitobondo dan Gondol Jawa Timur. Kegiatan budidaya perikanan di Kabupaten Tanah Bumbu berdasarkan luas lahan, produksi, RTP, jumlah petani, dan jenis produksinya (tahun 2004-2009) dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Keragaan budidaya perikanan di Kabupaten Tanah Bumbu berdasarkan luas lahan, produksi, RTP, jumlah petani, dan jenis produksinya Keterangan
2004
2005
Tahun 2006 2007
Luas lahan (ha) 1.913,6 2.066,2 3.457,0 Produksi (ton) 670,6 390,9 370,3 Nilai produksi 32.850,0 14.734,0 13.400,0 (Rp,1000) 289,0 340,0 341,0 RTP (buah) 1.033,0 1.334,0 1.331,0 Petani 1.756,0 2.268,0 2.263,0 Ikan bandeng 114,7 96,5 109,2 (Ton/MT) Udang windu 555,9 273,8 211,8 (Ton/MT) Udang putih 20,6 (Ton/MT) Udang vaname 28,2 (Ton/MT) Udang lain 21,1 26,8 (Ton/MT) Sumber: Statistik Perikanan DKP Prov. Kal-Sel (2009b)
2008
2009
3.457,0 1.306,1 39.417,0 356,0 1.331,0 2.263,0 654,9
3.458,5 687,5 22.779,0 623,0 1.331,0 2.263,0 273,5
3.458,5 1.212,2 30.775,0 154,0 1.334,0 2.226,8 801,5
624,4
399,2
409,3
-
-
-
-
-
-
26,8
14,9
1,4
89 Luas lahan budidaya tambak dari kurun tahun 2005-2009, setiap tahunnya terlihat
terjadi peningkatan, sedangkan perkembangan produksi
tambak
berfluktuasi dan produksi tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 1.306,1 ton dan produksi terendah pada tahun 2006 sebesar 370,3 ton. Pada tahun 2009 produksi perikanan budidaya tambak di Kabupaten Tanah Bumbu mulai memperlihatkan kenaikan, hal ini mengindikasikan bahwa aktivitas perikanan budidaya tambak berangsur pulih, akibat adanya serangan penyakit dan banjir pada tahun 2008. Berdasarkan Tabel 19 jenis hasil produksi tambak di Kabupaten Tanah Bumbu terdiri dari bandeng, udang windu, udang putih, udang vaname dan udang lainnya.