21
4
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang merupakan ibu kota Kabupaten Sukabumi. Secara geografis, Kabupaten Sukabumi terletak pada posisi 06°57’-07°25’ LS dan 106°49’-107°00’ BT, sedangkan Palabuhanratu berada pada posisi pada 06°57’– 07°07’ LS dan 106°22’–106°33’ BT dengan luas wilayahnya + 27.210,130 Ha. Teluk Palabuhanratu berhubungan langsung dengan Samudera Hindia dan merupakan teluk terbesar sepanjang pantai Selatan Pulau Jawa (Handriana 2007). Teluk Palabuhanratu merupakan teluk terbesar sepanjang pantai selatan Pulau Jawa. Panjang garis pantai kurang lebih 105 km. Teluk Palabuhanratu berupa daerah berbukit, lereng gunung, dataran rendah dan banyak daerah aliran sungai.
Beberapa sungai yang bermuara di Teluk Palabuhanratu antara lain
sungai Cimandiri, Cibareno, Cisolok, Cimaja, Citepus, Cipalabuhan, dan sungai Cipatuguran. Banyaknya sungai yang bermuara di Teluk Palabuhanratu memberi pengaruh yang sangat besar terhadap kesuburan perairan Teluk Palabuhanratu (Prayitno 2006). Di Teluk Palabuhanratu terdapat dua musim yaitu musim barat dan musim timur, selain itu dikenal dikenal pula musim peralihan dari musim barat ke timur dan sebaliknya, biasa dikenal oleh penduduk setempat sebagai musim Liwung yang berlangsung pada bulan Maret sampai Mei dan bulan September sampai November (Prayitno 2006).
Periode musim barat merupakan musim hujan
dimana kondisi perairan relatif buruk yang ditandai dengan besarnya ombak di perairan Palabuhanratu, sehingga menyebabkan sebagian besar nelayan tidak melaut tetapi nelayan memanfaatkan kondisi ini untuk memperbaiki perahu, memperbaiki alat tangkap atau membangun usaha dibidang lainnya.
Periode
musim timur merupakan musim kemarau dimana kondisi perairan relatif tenang. Pada kondisi ini nelayan banyak turun ke laut dan melakukan operasi penangkapan ikan sehingga dalam periode ini hasil tangkapan yang diperoleh cukup tinggi (Hermawati 2005).
21
22
4.2 Keadaan Umum Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu diresmikan pada tanggal 18 Februari 1993. Sejak perkembangannya pada periode tahun 19932008, PPN Palabuhanratu telah mengalami dua tahap pembangunan yaitu pembangunan tahap pertama tahun 1993 dan beroperasi sampai 2002 kemudian pembangunan tahap kedua selama periode tahun 2003-2005 yang merupakan lanjutan pengembangan dari tahap pertama. Pembangunan pelabuhan perikanan tahap pertama ditujukan untuk menunjang aktivitas perikanan terutama untuk penangkapan ikan dengan ukuran kapal minimal 30 GT sampai dengan 150 GT (PPN Palabuhanratu 2008). Keberadaan PPN Palabuhanratu telah banyak dirasakan manfaatnya oleh para pengguna jasa Pelabuhan Perikanan dan juga oleh masyarakat sekitar. Selain itu keberadaan PPN Palabuhanratu juga mampu memberikan manfaat ganda bagi pembangunan sosial dan ekonomi dalam rangka menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD), antara lain: 1)
Sebagai tempat penghasil komoditi sumberdaya alam terutama sumberdaya ikan (SDI) yang cukup melimpah untuk memenuhi kebutuhan lokal maupun ekspor.
2)
Sebagai daerah tujuan wisata baik domestik maupun mancanegara.
3)
Mempunyai aset sumberdaya manusia terkait yang berprofesi sebagai nelayan, pedagang ikan, produsen pengolahan hasil perikanan laut pada berbagai sektor produksi yang berkualitas. Secara khusus, PPN Palabuhanratu menampung kegiatan masyarakat
perikanan, terutama pada aspek produksi, pengolahan dan pemasaran, serta pembinaan masyarakat nelayan (PPN Palabuhanratu 2008). 4.2.1 Kondisi perikanan PPN Palabuhanratu Dalam kurun waktu delapan belas
tahun (1993-2011) semenjak
diresmikan operasionalnya Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (PPNP) pada tanggal 18 Februari 1993, perkembangan produksi ikan terus mengalami fluktuasi. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan volume produksi ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu pada Tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 36,11% hal ini disebabkan meningkatnya
22
23
pasokan ikan dari luar daerah yang masuk ke pelabuhan melalui jalur darat. Sedangkan volume produksi ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu hanya mengalami penurunan sebesar 3,04%. Hal ini disebabkan terjadinya penurunan dari volume produksi hasil tangkapan alat tangkap tuna longline mencapai 21,09%,
purse seine sebesar 68,51% dan jaring rampus
sebesar 37,87%. Menurunnya hasil tangkapan tuna dan unit tuna longline yang didaratkan di PPN Palabuhanratu tentu sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan produksi ikan di Palabuhanratu baik untuk volume maupun nilai produksinya. Hal ini dikarenakan komoditi ikan hasil tangkapan tuna longline umumnya produk ekspor yang tergolong ekonomis penting dengan nilai jual tinggi. Selain kondisi alam seperti tidak menentunya musim penangkapan ikan, daerah penangkapan ikan di Samudera Hindia atau Selatan Jawa kini semakin jauh khususnya tuna longline hal ini menyebabkan rendahnya hasil tangkapan sedangkan biaya operasional semakin tinggi. Tabel 1
Jumlah produksi dan nilai produksi ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu periode tahun 2005-2011
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah Produksi dan Nilai Produksi Ikan di Pelabuhanratu Produksi (Kg) Nilai (Rp) 12.473.099 66.185.976.723 9.933.719 61.648.109.620 13.546.684 88.619.812.654 8.836.943 78.151.806.675 8.716.777 109.655.164.610 11.897.548 198.724.195.500 13.814.120 212.838.920.819
Sumber: PPN Palabuhanratu 2012
Nilai produksi Ikan yang didaratakan di PPN Palabuhanratu juga mengalami penurunan yaitu sebesar 16.84% ini disebabkan selain volume produksinya menurun khususnya pada tuna longline juga disebabkan banyaknya ikan-ikan tuna ukuran kecil hasil tangkapan pancing tonda sehingga harganya lebih rendah dibanding ikan tuna yang berukuran besar (ekspor). Sedang untuk nilai produksi ikan yang masuk ke Palabuhanratu melalui jalan darat mengalami kenaikan yang cukup besar yaitu 71,22% ini disebabkan selain meningkatnya produksi ikan lewat darat yang berarti permintaan kebutuhan pasar tinggi juga
23
24
disebabkan ikan-ikan yang masuk pelabuhan merupakan jenis ikan unggulan dengan kualitas jual yang tinggi (PPN Palabuhanratu 2012). Dilihat dari kondisi cuaca yang tidak menentu serta ditambah dengan musim ikan yang tidak menentu, perubahan alat tangkap payang dan gillnet menjadi pancing tonda sangat mempengaruhi peningkatan produksi hasil tangkapan terutama untuk menangkap ikan yang bergerombol. Dengan bantuan rumpon pancing tonda bisa menghasilkan produksi ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dengan cukup banyak seperti produksi cakalang, madidihang dan bigeye. Tabel berikut ini merupakan jumlah produksi ikan cakalang, madidihang dan bigeye yang tertangkap oleh alat tangkap pancing tonda yang di daratkan di PPN Palabuhanratu periode tahun 2005-2011 (Tabel 2). Tabel 2 Jumlah produksi ikan cakalang, madidihang dan big eye yang di daratkan di PPN Palabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu periode tahun 2005-2011 Tahun
Produksi cakalang (kg) 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1.09.438 2.00.410 1.32.534 1.28.786 1.79.371 2.46.152 3.92.443
Produksi Madidihang (kg) 88.341 97.542 89.782 1.21.302 3.05.652 5.24.485 3.69.467
Produksi Bigeye (kg) 491 7.399 53.188 35.488 88.175 58.594 2.08.682
Sumber: PPN Palabuhanratu 2012
4.2.2 Unit penangkapan ikan 1) Kapal penangkap ikan Kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan
untuk
melakukan
penangkapan
ikan,
mendukung
operasi
penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan penelitian atau ekplorasi perikanan. Kapal penangkap ikan adalah kapal perikanan yang secara khusus dipergunakan untuk menangkap ikan termasuk menampung, menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan. Kapal pengangkut ikan adalah kapal perikanan yang secara khusus dipergunakan untuk
mengangkut
ikan
termasuk
memuat,
menampung,
menyimpan,
mendinginkan, atau mengawetkan. Kapal atau perahu yang digunakan di PPN
24
25
Palabuhanratu terdiri dari dua macam, yaitu perahu motor tempel (PMT) yang digunakan dalam usaha perikanan skala kecil dan kapal motor (KM) yang umumnya digunakan untuk usaha perikanan yang mempunyai skala cukup besar (PPN Palabuhanratu 2011). Jumlah kapal perikanan yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu pada tahun 2011 mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2010 yaitu sebesar 15,27%. Bertambahnya jumlah kapal penangkapan ikan yaitu sebesar 30,23% tidak berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi bahkan jumlah frekuensi keluar masuk kapal pun mengalami penurunan, frekuensi keluar kapal turun sebesar 10,01% dan frekuensi masuk kapal sebesar 11,02% ini berarti banyak kapal penangkapan ikan yang tidak beroperasi. Pada tahun 2010 jumlah kapal perikanan yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu pada tahun 2010 mengalami kenaikan yaitu sebesar 10,42%. Kapal yang mengalami peningkatan sangat drastis yaitu kapal dengan alat tangkap pancing tonda (PPN Palabuhanratu). Tabel 3 Jumlah kapal/perahu perikanan yang digunakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu sebagai fishing base periode tahun 2005-2011
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Kapal/Perahu Perikanan (Kondisi Maksimum) Perahu Motor Tempel Kapal Motor (PMT) (KM) 428 248 511 287 531 321 416 230 364 394 364 491 461 629
Jumlah Kapal/perahu Perikanan (Unit) 676 798 852 646 758 837 1.090
Sumber: PPN Palabuhanratu 2012
2) Alat penangkap ikan Alat penangkapan ikan adalah sarana, perlengkapan, atau benda lain yang dipergunakan untuk menangkap ikan. Pada tahun 2011 terjadi penurunan jumlah alat penangkapan ikan yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu yaitu sebesar 15,27% tetapi jumlah nelayan mengalami kenaikan sebesar 2,12% (dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5). Kenaikan jumlah nelayan
25
26
dikarenakan bertambahnya jumlah kapal penangkapan ikan di pelabuhan (PPN Palabuhanratu 2012). Tabel 4 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu periode tahun 2005-2011 Kondisi Maksimum Alat (Unit)
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
733 846 1.329 774 593 491 416
Sumber: PPN Palabuhanratu 2012
3) Nelayan Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Nelayan merupakan salah satu komponen penting dalam unit penangkapan ikan, karena nelayan merupakan orang yang aktif melakukan pekerjaan dalam kegiatan penangkapan ikan (PPN Palabuhanratu 2012). Adapun nelayan yang ada di PPN Palabuhanratu pada periode tahun 2005-2011 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5
Jumlah nelayan yang berada di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu periode tahun 2005-2011 Jumlah Nelayan (Orang)
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
3.498 4.363 5.994 3.900 4.453 4.474 4.569
Sumber: PPN Palabuhanratu 2012
4.3 Fasilitas PPN Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu mempunyai fasilitas yang meliputi sarana dan prasarana pelayanan umum dan jasa yang digunakan untuk mendukung operasional pelabuhan memperlancar aktifitas usaha perikanan.
26
27
Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang (Lubis 2006). 4.3.1 Fasilitas pokok Fasilitas pokok adalah fasilitas fisik yang utama di pelabuhan perikanan. Fasilitas pokok yang ada di PPN Palabuhanratu antara lain: 1) Areal pelabuhan Areal pelabuhan merupakan bagian darat yang menampung seluruh fasilitas yang ada di pelabuhan. 2) Dermaga Dermaga merupakan fasilitas yang digunakan untuk melakukan tambat maupun labuh secara langsung untuk melakukan bongkar hasil tangkapan maupun mengisi perbekalan. Panjang dermaga PPN Palabuhanratu pada awal operasional adalah 509 meter. Dermaga yang dibangun di PPN Palabuhanratu terbagi dalam dermaga tambat dan dermaga bongkar dengan kapasitas areal tambat labuh seluas 310 m2 dan perbekalan seluas 106 m2. 3) Kolam pelabuhan Kolam pelabuhan sangat berperan penting karena memberikan perlindungan terhadap kapal-kapal yang sedang mengisi perbekalan, tambat dan melakukan bongkar hasil tangkapan ikan. Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu mempunyai kolam pelabuhan dengan luas sekitar 3 ha dan pada tahun 2002 bersamaan dengan dibangunnya dermaga 2, PPN Palabuhanratu juga membangun kolam pelabuhan baru (kolam 2) seluas 2 ha. 4) Breakwater atau pemecah gelombang Pemecah gelombang adalah suatu struktur bangunan kelautan yang berfungsi khusus untuk melindungi pantai atau daerah sekitar pantai terhadap gelombang laut. PPN Palabuhanratu mempunyai panjang breakwater 300 m dengan konstruksi sistem A-jack. 5) Alat bantu navigasi Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu memiliki alat bantu navigasi yaitu lampu suar tanda pelabuhan berfungsi sebagai tanda tempat keberadaan PPN Palabuhanratu sedangkan lampu suar tanda masuk kolam berfungsi sebagai penuntun kapal-kapal saat memasuki kolam.
PPN Palabuhanratu
27
28
memiliki lampu suar tanda pelabuhan sebanyak satu unit dengan ketinggian kurang lebih 20 m, lampu suar tanda masuk kolam I sebanyak 2 unit dengan tinggi masing-masing 12 m dan lampu suar tanda masuk kolam II sebanyak 2 unit dengan tinggi masing-masing 6 m. 4.3.2 Fasilitas fungsional Fasilitas
fungsional
merupakan
fasilitas
yang
berfungsi
untuk
meningkatkan nilai guna dari fasilitas pokok yang dapat menunjang aktifitas di pelabuhan.
Fasilitas ini disediakan sesuai dengan kebutuhan operasional
pelabuhan perikanan tersebut. PPN Palabuhanratu memiliki fasilitas fungsional yang meliputi: 1. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat pelelangan ikan merupakan tempat pertemuan antara penjual (nelayan) dan pembeli untuk melakukan transaksi lelang atau jual beli ikan dengan fasilitator proses lelang oleh penyelenggara lelang (KUD Mina Mandiri “Sinar Laut”). Bangunan ini dibangun pada tahun 1993 dengan luas 920 m2. 2. Pasar ikan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu memiliki pasar ikan dengan luas 352 m2 yang tempatnya bersebelahan dengan gedung TPI yang dimanfaatkan untuk memasarkan hasil tangkapan. 3. Menara air dan instalasi PPN Palabuhanratu memilik fasilitas air bersih berupa satu unit menara air dengan kapasitas 400 m3 yang tempatnya berada dekat dengan kantor PPN Palabuhanratu. 4. Tangki BBM Terdapat dua unit tangki BBM yang berkapasitas 320 m3 dan 280 m3 di PPN Palabuhanratu yang dipasok dari station package dealer (SPDN) untuk nelayan yang dikelola oleh KUD Mina Mandiri Sinar Laut. 5. Tempat perbaikan jaring Di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanaratu terdapat tempat untuk perbaikan jaring dengan luas bangunan 500 m2 dan areal untuk penjemuran dan perbaikan jaring seluas 3000 m2.
28
29
6. Balai pertemuan nelayan Balai pertemuan nelayan dimanfaatkan untuk pertemuan nelayan, rapat KUD, penyuluhan dan pelatihan-pelatihan dibidang perikanan, dengan luas 150 m2. 7. Fronklift, dump truck, truck folder crane Fasilitas ini berfungsi untuk alat bantu memindahkan barang dari dermaga ke tempat penumpukan barang. 4.3.3 Fasilitas penunjang Fasilitas penunjang yang ada di PPN Palabuhanratu merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan operasional pelabuhan perikanan yang meliputi: 1) Kantor administrasi pelabuhan 2) Pos pelayanan terpadu I dan II 3) Musholla 4) Toilet umum 5) Rumah dinas 6) Display informasi 7) Puskesmas nelayan 8) Syahbandar perikanan 9) Guest house 10) Pos dan alat peringatan dini bahaya tsunami
29