4 4.1
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Letak Geografis Desa Blanakan Desa Blanakan merupakan daerah yang secara administratif termasuk ke
dalam Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan letak geografisnya, Desa Blanakan berada pada posisi 1070 30’ BT – 1070 53’ BT dan 060 10’ LS - 060 22’ LS dengan luas wilayah 980,46 ha. Daerah ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kecamatan Ciasem di selatan, Desa Langensari di timur, serta Desa Jayamukti di barat.
Gambar 3 Peta lokasi penelitian
4.2 Keadaan Umum PPI Blanakan Di Desa Blanakan terdapat pelabuhan perikanan bertipe D, yaitu Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan. PPI Blanakan merupakan sebuah pelabuhan alami yang terletak di tepi sungai dan bermuara langsung ke Laut Jawa. PPI Blanakan dikelola oleh KUD Mandiri Mina Fajar Sidik yang diketuai oleh H. Mochamad Ali. Aktivitas perekonomian di PPI Blanakan cukup tinggi, ditandai dengan terdapat berbagai unit penangkapan ikan dan ramainya aktivitas pelelangan di lokasi tersebut. Aktivitas perekonomian di lokasi tersebut didominasi oleh nelayan
25
pendatang, sehingga keberadaan mereka sangat mempengaruhi perekonomian Desa Blanakan. 4.2.1 Fasilitas PPI Blanakan Dalam pelaksanaan fungsi dan peranannya, PPI Blanakan dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Fasilitas tersebut terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu : 1)
Fasilitas Pokok
: Dermaga, kolam pelabuhan dan alat navigasi;
2)
Fasilitas Fungsional
: TPI (Tempat Pelelangan Ikan), pabrik es, fasilitas komunikasi, tempat perbaikan kapal dan tempat pemasaran;
3)
Fasilitas Penunjang
: MCK, kantin, tempat ibadah, rumah nelayan, kantor pengelola dan syahbandar.
4.2.2 Kelembagaan perikanan di Desa Blanakan 1)
KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik Kelembagaan koperasi perikanan yang terdapat di Kabupaten Subang
berjumlah empat koperasi yang tersebar di empat desa. Di Desa Blanakan terdapat satu koperasi yang dipercaya oleh pemerintah untuk dikelola secara mandiri yaitu KUD Mandiri Mina Fajar Sidik. KUD Mandiri Mina Fajar Sidik berdiri pada tahun 1958 yang dirintis oleh H. Dirman Abdurahman. Beliau juga merupakan tokoh yang memprakarsai gerakan koperasi di Desa Blanakan.
Pada tahun 1966 beliau beserta tokoh
masyarakat Desa Blanakan dan pemerintah setempat memanfaatkan aliran Sungai Blanakan untuk dijadikan Koperasi Perikanan Laut Misaya Laksana (KPL Misaya Laksana) tepatnya pada tanggal 23 Mei 1966 yang diketuai oleh H. Fajar Sidik. Berselang ± 2 tahun KPL Misaya Laksana mendapat badan hukum dengan nomor 3928 tertanggal 14 November 1968. Tahun 1974 KPL Misaya Laksana berganti nama menjadi KPL Misaya Fajar Sidik dengan Badan Hukum nomor 3928 A. Nama Fajar Sidik diambil dari nama almarhum H. Fajar Sidik sebagai penghargaan selama menjabat sebagai ketua. Empat tahun kemudian KPL Misaya Fajar Sidik diganti namanya menjadi ‘Koperasi Unit Desa Mina Fajar Sidik’ dibawah instruksi Presiden RI nomor 2/1978, Badan Hukum No 3928 B. Pada tahun 1989 KUD Mina Fajar Sidik menyusun kembali anggaran dasarnya dengan penyesuaian terhadap perundang-
26
undangan dengan Badan Hukum No: 3928 C/BH/KWK.10/11 tepatnya pada tanggal 24 April 1989. Berdasarkan
surat
keputusan
menteri
koperasi
RI
Nomor:
344/KPTS/M/III/1990 tepatnya pada tanggal 26 Maret 1990 KUD Mina Fajar Sidik menjadi KUD Mandiri. Tidak hanya sampai disitu, perubahan nama terus terjadi sampai tahun 1994 tepatnya pada tanggal 24 Desember 1994 ditetapkan sebagai KUD Mandiri Inti berdasarakan surat kakanwil Depkop dan PPK Propinsi Jawa Barat. Tahun 1996 mendapatkan Badan Hukum No 3928/BH/PAD/KWK.10 berdasarkan Surat Kakanwil Depkop dan PPK Jawa Barat tanggal 28 April 1996. Lalu pada tahun 1997 tepatnya pada tanggal 30 Juli 1997 adalah akhir dari penentuan nama serta badan hukum KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik dengan Badan Hukum No 3928/BH/PAD/KWK.10/VII-1997 berdasarkan surat kakanwil Depkop dan PPK Propinsi Jawa Barat. 2)
Pengawas Perikanan (PSDKP) Berdasarkan SK Dirjen PSDKP Nomor : KEP.307/DJ-PSDKP/2011 tentang
Penetapan Pengawas Perikanan pada Unit Pelaksana Teknis Satuan Kerja dan Pos Pengawasan Sumber daya Kelautan dan Perikanan, maka Tugas Pengawas Perikanan adalah melakukan pengawasan untuk kegiatan: (1)
Penangkapan ikan
(2)
Pembudidayaan ikan, pembenihan
(3)
Pengolahan, distribusi keluar masuk ikan
(4)
Distribusi keluar masuk obat ikan
(5)
Konservasi
(6)
Pencemaran akibat perbuatan manusia
(7)
Plasma nutfah
(8)
Penelitian dan pengembangan perikanan
(9)
Ikan hasil rekayasa genetika
(10) Pengusahaan dan pemanfaatan pasir laut (11) Pemanfaatan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta benda berharga assal muatan kapal tenggelam (BMKT) berkoordinasi dengan instansi terkait
27
Di Desa Blanakan terdapat juga sepuluh kelembagaan pengusaha yang bergerak dibidang pengolahan ikan dan berada di bawah pengawasan PSDKP Kabupaten Subang (Lampiran 4). Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.12/Men/2012 Tentang Usaha Perikanan Tangkap di Laut Lepas, maka setiap pelaku usaha perikanan tangkap diharuskan memiliki dokumen perizinan resmi. Dokumen tersebut diantaranya adalah: (1) Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) merupakan dokumen yang harus dimiliki pemilik usaha perikanan sebelum melaksanakan usaha perikanan. Tarif yang dikenakan untuk perizinan usaha perikanan tangkap sebesar Rp 1.500.000,00 dengan masa berlaku 5 (lima) tahun; (2) Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) merupakan dokumen yang secara khusus diperuntukkan dalam melakukan penangkapan ikan. Tarif yang dikenakan untuk kapal purse seine sebesar Rp 250.000,00 dengan masa berlaku 3 (tiga) tahun; (3) Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) merupakan dokumen yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan pengangkutan hasil tangkapan. Tarif yang dikenakan untuk kapal purse seine sebesar Rp 250.000,00 dengan masa berlaku 3 (tiga) tahun. 3)
Syahbandar Berdasarkan Keputusan Menteri perhubungan nomor KM 64 Tahun 2010
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Syahbandar Pasal 3, Kantor Syahbandar mempunyai tugas dan Fungsi sebagai berikut: (1)
Pelaksanaan pemeriksaan, pengujian dan sertifikasi kelaik lautan kapal sesuai dengan kewenangannya
(2)
Pengawasan bongkar muat barang berbahaya, limbah bahan berbahaya dan beracun dan pengisian bahan bakar
(3)
Pengawasan laik layar dan kepelautan, alih muat di perairan pelabuhan, keselamatan pengerukan, reklamasi dan pembangunan fasilitas pelabuhan sesuai dengan kewenangannya serta penerbitan Surat Persetujuan Berlayar
(4)
Koordinasi dan pelaksanaan penanggulangan pencemaran dan pemadaman kebakaran di pelabuhan serta pengawasan perlindungan lingkungan maritim
(5)
Pelaksanaan
bantuan
pencarian
dan
penyelamatan
(Search
and
Rescue/SAR), di Daerah Lingkungan Kerja (LDKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) pelabuhan
28
(6)
Pelaksanaan Ketertiban dan Patroli, penyidikan tindak pidana pelayaran di dalam Daerah Lingkungan Kerja (LDKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) pelabuhan, serta pengawasan Pekerjaan Bawah Air (PBA), salvage, penundaan dan pemanduan kapal
(7)
Pengelolaan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan, hukum dan hubungan masyarakat Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak syahbandar di daerah setempat,
dibutuhkan beberapa dokumen resmi yang harus dimiliki setiap kapal untuk memperoleh perizinan dalam pelaksanaan operasi penangkapan. Dokumen tersebut diantaranya adalah: (1) Surat Persetujuan Berlayar (SPB) yang diterbitkan syahbandar setiap kapal akan berlayar. Tidak dikenakan tarif untuk penerbitan dokumen tersebut; (2) Gross Akte, merupakan dokumen yang diterbitkan syahbandar apabila kapal telah menggunakan jasa pelabuhan perikanan dan terif yang dikenakan tergantung jenis jasa yang digunakan. Perhitungan tarif untuk berlabuh adalah GT x kunjungan x Rp 250,00 sedangkan untuk tambat adalah GT x etmal x Rp 250,00. 4.3.3 Unit penangkapan Kapal yang terdapat di PPI Blanakan Subang dapat diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan tenaga penggeraknya, yaitu: motor luar (outboard engine) dan motor dalam (inboard engine). Berdasarkan hasil wawancara terhadap pihak KUD Mina Fajar Siddik selaku pengelola PPI Blanakan, ukuran kapal yang terdapat di lokasi tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan kapasitas kapalnya, yaitu: kapal berukuran besar 20-35 GT, kapal berukuran sedang 10-20 GT dan kecil 5-10 GT. Berdasarkan alat tangkap yang digunakan, maka kapal berukuran besar merupakan kapal dengan alat tangkap pukat cincin (purse seine), kapal berukuran sedang merupakan kapal dengan alat tangkap dogol/cantrang (seine net), jaring kantong (trammel net) dan pancing (hook and lines), sedangkan kapal berukuran kecil merupakan kapal dengan alat tangkap jaring bondet (beach seine), tegur (half encircling net) dan jaring sontong (cast net). Perkembangan jumlah kapal yang terdapat di PPI Blanakan Subang dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 4.
29
Alat tangkap yang terdapat di PPI Blanakan Subang dapat dibedakan menjadi tujuh jenis, yaitu: pukat cincin (purse seine), dogol/cantrang (seine net), jaring kantong (trammel net), jaring bondet (beach seine), tegur (half encircling net), pancing (hook and lines), jaring sontong (cast net). Perkembangan jumlah alat tangkap yang terdapat di PPI Blanakan Subang dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 5. Nelayan yang terdapat di PPI Blanakan dibagi menjadi lima kelompok, pembagian kelompok ini dilakukan agar memudahkan saat pembagian sembako pada musim paceklik dan pembagian kaos serta topi pada saat pesta laut. Nama tiap kelompok diambil dari nama ketua yang memimpinnya, adapun nama dari tiap kelompok tersebut yaitu: Iwang, Sanda, Tata, Tamir dan Wardi. Selain nelayan setempat yang merupakan penduduk asli Kecamatan Blanakan dan masyarakat pesisir Kota Subang, terdapat juga nelayan pendatang yang berasal dari Indramayu, Jakarta, Cirebon, Tegal, Eretan dan Cilamaya. Tabel 2 Perkembangan jumlah kapal di PPI Blanakan Subang tahun 2002-2011 Ukuran Kapal Jumlah Tahun Besar (20-35 GT) Sedang (10-20 GT) Kecil (5-10 GT) (unit) 2002 44 245 25 314 2003 46 250 23 319 2004 48 256 38 342 2005 37 198 29 264 2006 30 161 24 215 2007 30 159 24 213 2008 29 160 25 214 2009 28 162 26 216 2010 22 128 21 171 2011 24 142 23 189 Sumber: KUD Mina Fajar Sidik (diolah)
30
350 300 250 200
20-35 GT
150
10-20 GT 5-10 GT
100 50 0 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Gambar 4 Histogram perkembangan jumlah kapal di PPI Blanakan Subang tahun 2002-2011 Dari Tabel 2 dan Gambar 4 di atas terlihat bahwa jumlah kapal yang terdapat di PPI Blanakan cenderung menurun, hal ini terkait kemampuan pelayanan PPI terhadap kapal yang mendaratkan hasil tangkapannya. Ukuran kapal yang sangat mendominasi di PPI Blanakan adalah kapal berukuran sedang yang berarti kapal dengan alat tangkap dogol/cantrang (seine net), jaring kantong (trammel net) dan pancing (hook and lines) merupakan armada penangkapan ikan yang dominan di PPI Blanakan. Tabel 3 Perkembangan jumlah alat tangkap di PPI Blanakan Subang tahun 20032011 Tahun No Jenis Alat Tangkap 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 1 Purse seine 46 48 37 30 30 32 28 22 24 2 Dogol/cantrang 60 62 48 39 39 42 39 31 34 3 Trammel net 145 145 112 91 90 97 94 75 83 4 Beach seine 13 15 12 10 10 11 11 9 10 5 Half encircling net 12 12 9 7 7 8 8 6 7 6 Pancing 49 49 38 31 30 32 29 22 24 7 Cast net 11 11 9 7 7 8 7 6 7 Jumlah 336 342 265 215 213 230 216 171 189 Sumber: KUD Mina Fajar Sidik (diolah)
31
Gambar 5 Histogram perkembangan jumlah alat tangkap di PPI Blanakan Subang tahun 2003-2011 Dari Tabel 3 dan Gambar 5 di atas terlihat bahwa alat tangkap yang dominan digunakan oleh nelayan di daerah tersebut adalah trammel net. Alat tangkap tersebut banyak digunakan oleh nelayan dikarenakan biaya operasional yang dibutuhkan relatif tidak besar dan banyak memperoleh hasil tangkapan berupa ikan cucut (Sphyma sp.)yang sangat bernilai ekonomis. Tabel 4 Perkembangan jumlah nelayan di PPI Blanakan Subang tahun 2002-2011 Nelayan Tahun Nelayan Lokal Jumlah Pendatang 2002 554 4305 4859 2003 537 4331 4868 2004 528 4384 4912 2005 535 3269 3804 2006 465 2637 3102 2007 501 2587 3088 2008 509 2573 3082 2009 502 2583 3085 2010 497 2537 3034 2011 495 2867 3362 Sumber: KUD Mina Fajar Sidik (diolah)
32
5000 4500 4000 3500 3000 Nelayan Lokal
2500
Nelayan Pendatang
2000 1500
1000 500 0 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Gambar 6 Histogram perkembangan jumlah nelayan di PPI Blanakan Subang tahun 2002-2011 Dari Tabel 4 dan Gambar 6 diatas terlihat bahwa jumlah nelayan pendatang yang terdapat di PPI Blanakan mengalami fluktuasi tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan nelayan tersebut datang hanya untuk menjual hasil tangkapannya pada skala waktu tertentu dan tidak tinggal menetap di sekitar wilayah pemukiman nelayan setempat. Selain itu faktor kecelakaan dan musibah yang dialami nelayan dapat dijadikan alasan terjadinya fluktuasi tersebut. Tabel 5 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Blanakan Subang tahun 2002-2011 Tahun Volume Produksi (kg) Nilai Produksi (Rp) 2002 5.559.672 25.650.308.500 2003 5.035.876 24.543.868.500 2004 5.294.010 27.467.237.000 2005 3.917.940 21.273.731.000 2006 2.994.785 17.349.948.000 2007 3.124.200 17.282.733.000 2008 3.370.470 18.648.828.000 2009 3.183.100 18.586.292.000 2010 2.523.300 17.081.767.000 2011 2.276.400 18.926.624.000 Sumber: KUD Mina Fajar Sidik (diolah)
Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa volume produksi paling tinggi terjadi pada tahun 2002 sebesar 5.559.672 kg dan nilai produksi paling tinggi terjadi pada tahun 2004 sebesar Rp 27.467.237.000. Berfluktuasinya
33
volume dan nilai produksi hasil tangkapan yang didaratkan tak lepas dari peran kapal nelayan pendatang yang menjual hasil tangkapannya di PPI Blanakan. Tabel 6 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan purse seine KM. Hasil Karya Menor yang didaratkan di PPI Blanakan Subang tahun 2011 Bulan Volume Produksi (kg) Nilai Produksi (Rp) Januari 0 0 Februari 800 6.670.413 Maret 2.500 20.845.041 April 3.200 26.681.652 Mei 14.500 120.901.236 Juni 23.000 191.774.374 Juli 11.360 94.719.865 Agustus 15.000 125.070.244 September 24.000 200.112.391 Oktober 17.000 141.746.277 November 14.500 120.901.236 Desember 12.000 100.056.195 Jumlah : 137.860 1.149.478.923 Sumber: KUD Mina Fajar Sidik (diolah)
Berdasarkan Tabel 6 di atas terlihat bahwa volume produksi paling tinggi terjadi pada bulan September sebesar 24.000 kg dan nilai produksi paling tinggi juga terjadi pada bulan September sebesar Rp 200.112.391. Sedangkan pada bulan Januari kapal tidak melakukan operasi penangkapan dikarenakan musim Barat dan cuaca buruk. Pada bulan Februari hingga April hasil tangkapan tidak banyak dikarenakan pada waktu tersebut masih berlangsung musim Barat dan tidak setiap waktu kapal beroperasi.