4. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Gambaran Wilayah Perbatasan di Provinsi Sulawesi Utara Luas Provinsi Sulawesi Utara adalah 15.472,98 kilometer, terdiri dan beberapa pulau, diantaranya adalah Pulau Manado Tua, Pulau Bangka, Pulau Talise, Pulau Bunaken, Pulau Mantehage, Pulau Lembeh, Pulau Siau, Pulau Tagulandang, Pulau Biaro, Pulau Karakelang, Pulau Kabaruan dan Pulau Salibabu. Sedangkan untuk panjang garis pantai Sulawesi Utara 1.837 km dengan luas daratan sekitar 2.200 km persegi. Wilayah perairan laut Sulawesi Utara memiliki 124 pulau yang terdiri atas tiga gugusan kepulauan, yaitu : (1) Gugusan Kepulauan Talaud yang letaknya paling utara masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Kepulauan Talaud, (2) Gugusan Pulau Sangir Besar masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Kepulauan Sangihe, dan (3) Gugusan Siau Tagulandang dan Biaro (disingkat Sitaro) masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sitaro. Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan 2 (dua) wilayah Provinsi Sulawesi Utara yang secara geografis dan administratif terletak di wilayah perbatasan negara. Provinsi Sulawesi Utara yang beribukota di Manado, terletak pada posisi 0
0 30 - 5035’ Lintang Utara dan 123030 - 127000’ bujur timur dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan Filipina;
Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Tomini
Sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Gorontalo; dan
Sebelah timur berbatasan dengan Laut Maluku Secara geografis Provinsi Sulawesi Utara berada di ujung utara
kepulauan nusantara sehingga berperan sebagai pembatas RI dengan negara Filipina. Hal ini menjadikan Provinsi Sulawesi Utara memiliki nilai strategis antara lain: (1) berada di bibir asia pasifik yang memungkinkan wilayah ini menjadi salah satu pusat kegiatan ekonomi regional kawasan timur Indonesia; (2) berada pada jalur lintasan Alur Laut Kepulauan Indonesia ALKI 2 dan ALKI 3; (3) didukung oleh pelabuhan. Dalam program pembangunan perekonomian Filipina Selatan, Filipina telah mengembangkan program pembangunan Mindanau Selatan yang dikenal dengan program “Mindanan 2000” atau Mindanau Economic Development Council”, yaitu program pembangunan dan pengembangan wilayah Mindanau Selatan sebagai pusat pengembangan agroindustri, pertanian, dan pariwisata.
54
Filipina menganggap wilayah di selatan Mindanau (perairan KTI) merupakan hinterland-nya. Pusat pengembangan Mindanau Selatan adalah Davao dan General Santos. Kota General Santos yang lebih dikenal sebagai Kota Tuna (Tuna Capitol) merupakan pusat industri pengolahan hasil pertanian dan hasil laut (ikan tuna) yang berasal dan perairan Indonesia (perairan KTI). Semua produk dan Mindanau Selatan ini akan di eksport melalui General Santos. Dan aspek geografi dan ekonomi regional, Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara sebagai kabupaten perbatasan mempunyai peran strategis. Jalur Sulawesi Utara ke Filipina Selatan (Davao, General Santos) melalui 2 (dua) pulau, yaitu Pulau Marore (Kepulauan Sangihe) dan Pulau Miangas (Kepulauan Talaud). Kedua pulau terluar ini sekaligus menjadi pintu gerbang bagi Indonesia dengan Filipina melalui jalur laut. Adapun wilayah kecamatan yang berbatasan laut dengan Filipina terdapat di 2 (dua) kabupaten, yaitu Kabupaten Kepulauan Talaud (Kecamatan Essang, Rainis, Beo, Lirung dan Nanusa); dan Kabupaten Kepulauan Sangihe (Kecamatan Manganitu, Manganitu Selatan, Kendahe, Tamako dan Tabukan Utara) bertaraf internasional. Dengan beberapa nilai strategis tersebut, menjadikan Provinsi Sulawesi Utara mempunyai kesempatan luas untuk mengembangkan potensi sumber daya alamnya, seperti pariwisata. Wilayah perbatasan Kabupaten Kepulauan Talaud dan Kabupaten Kepulauan Sangihe mempunyai predikat sebagai wilayah yang rawan bencana alam karena memiliki karakteristik sebagai berikut:
Wilayah ini merupakan gugusan pulau-pulau yang terletak pada rangkaian alur gunung api sehingga membentuk struktur tanah yang lebih hampir di seluruh wilayah, sehingga frekuensi gempa relatif tinggi disamping sangat rawan terhadap bahaya erosi dan abrasi.
Profil daratan yang sebagian besar adalah perbukitan/pegunungan dengan tingkat kemiringan curam menyulitkan masyarakat menentukan alternatif pilihan. Wilayah perbatasan di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten
Kepulauan Talaud pada posisi paling utara di nusantara, karena berbatasan dengan Filipina. Sesungguhnya kedua wilayah ini memiliki arti yang sangat penting bagi keutuhan dan kedaulatan NKRI. Pada sisi lain secara alamiah wilayah ini memiliki keunikan lokal yang sangat produktif dan memiliki daya saing yang tinggi (regional competitiveness), jika dibandingkan dengan daerah lainnya
55
di tanah air. Indonesia dengan Filipina telah mengembangkan kerjasama subregional dibawah payung Border Crossing Agreement (BCA) yang berfungsi memfasilitasi
kunjungan
kekeluargaan
antara
masyarakat
pulau-pulau
perbatasan di wilayah RI dengan wilayah Filipina bagian selatan. Ternyata kemudian telah berkembang secara negatif karena aturan-aturan yang disepakati dalam perjanjian lintas batas dimaksud antara pemerintah RI-Filipina yang menjadi subjek dan obyek kerjasama bilateral ini sehingga lalulintas orang, barang dan uang telah menjadi suatu kegiatan yang melanggar hukum (kegiatan illegal). Walaupun harus diakui bahwa melalui praktek perdagangan bebas illegal itu sangat merugikan Indonesia, namun di sementara penduduk wilayah BCA dan juga sebagian penduduk di wilayah perbatasan justru memperoleh manfaat ekonomi. Tabel 9 Pulau-pulau yang berbatasan langsung dengan Filipina No Nama Pulau Kabupaten Batas Negara 1 Pulau Bangkit Kepulauan Sangihe Filipina 2 Pulau Manterawu Kepulauan Sangihe Filipina 3 Pulau Makalehi Kepulauan Sangihe Filipina 4 Pulau Kawaluso Kepulauan Sangihe Filipina 5 Pulau Kawio Kepulauan Sangihe Filipina 6 Pulau Marore Kepulauan Sangihe Filipina 7 Pulau Batu Bawaikang Kepulauan Sangihe Filipina 8 Pulau Miangas Kepulauan Talaud Filipina 9 Pulau Marampit Kepulauan Talaud Filipina 10 Pulau Intata Kepulauan Talaud Filipina 11 Pulau Kokorotan Kepulauan Talaud Filipina 4.2 Letak dan Kondisi Wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud Kabupaten Kepulauan Talaud adalah bagian integral dan Provinsi Sulawesi Utara yang merupakan pulau-pulau kecil terluar bagian utara NKRI dan berbatasan langsung dengan Pulau Mindanao, Negara Filipina. Kabupaten Kepulauan Talaud mengalami pemekaran wilayah dari Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud pada tanggal 2 Juli 2002 melalui UU Nomor 8 tahun 2002 sebagai tindak lanjut dikeluarkannya UU Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah (sekarang telah diperbaharui dengan UU No 33 Tahun 2004). Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan wilayah Indonesia yang paling Utara yang berbatasan langsung dengan negara Phillipina. “Talaud” disebutsebut diturunkan dari kata “malaude” yang berarti “tak jauh dari laut”. Kata ini muncul pertama kali dalam catatan ekspedisi Loyasa 1537, yaitu kata “Talao”. Sebelumnya pada catatan pigaffeta yang muncul adalah nama-nama pulau di
56
Talaud. Begitupun pada catatan Huan (Salindeho 2008). Dulu nama lain Talaud yang disebut-sebut adalah talloda atau, taroda, atau talauda. Kabupaten kepulauan Talaud terbentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2002 Tentang Pembentukan Kabupaten Talaud di Provinsi Sulawesi Utara. Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki luas wilayah 27.061,16 km2 terdiri dari luas Perairan 25.772,22 km2 atau 95% dan Daratan 1.288,94 km2 atau 4,76% yang tersebar pada enam belas pulau. Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan daerah kepulauan yang memiliki 16 pulau yang terdiri dari 9 pulau tidak berpenghuni dan 7 pulau berpenghuni. Pulau-pulau tersebut adalah pulau Karakelang, pulau Salibabu, pulau Kabaruan serta pulau Karatung dan pulau-pulau terluar yaitu (menurut Perpres No. 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil (PPK) yaitu: pulau Miangas, pulau Marampit, pulau Intata dan pulau Kakorotan. Dari empat pulau tersebut terdapat dua pulau paling rawan di Indonesia yaitu pulau Kakorotan dan pulau Miangas (Perbatasan Indonesia-Filipina). Adapun nama-nama pulau dan luas wilayah seperti tertera pada Tabel 4.
Wilayah administratif Kabupaten
Kepulauan Talaud terletak antara 4001’Lintang Utara dan 1260 40’ Bujur Timur, dan berbatasan dengan :
Sebelah utara berbatasan dengan Negara Filipina;
Sebelah timur berbatasan dengan Lautan Pasifik;
Sebelah selatan berbatasan dengan Kepulauan Sangihe; dan
Sebelah barat berbatasan dengan Laut Sulawesi.
Tabel 10 Pulau dan gugusan pulau yang terdapat di wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud No 1
Gugusan Pulau Karakelang
2
Salibabu
3
Kabaruan
4
Nanusa
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Nama Pulau Karakelang Nusa Dolom Nusa Topor Salibabu Sara Besar Sara Kecil Kabaruan Napombalu Miangas Marampit Karatung Kakorotan Malo Mangupung Intata Garat
Luas Pulau (KM2) 1.000,07 0,25 1,01 98,07 2,03 1,02 115,61 0,02 3,15 34,15 12,00 7,00 0,40 1,80 0,15 1,30
Sumber: Kepulauan Talaud dalam Angka (2008)
Keterangan Dihuni Tidak dihuni Tidak dihuni Dihuni Tidak dihuni Tidak dihuni Dihuni Tidak dihuni Dihuni Dihuni Dihuni Dihuni Tidak dihuni Tidak dihuni Tidak dihuni Tidak dihuni
57
Jumlah penduduk Jumlah KK - Laki-laki
: 83.758 jiwa
: 21.950 KK : 42.580 jiwa
- Perempuan : 41.508 jiwa Jumlah KK Miskin
:
Tahun 2005 : 12.077 KK (59,0% ) Tahun 2006 : 10.698 KK (48,27%) Jumlah pencari kerja tahun 2006
: 3.145 Orang
Jumlah Pencari Kerja tahun 2008
:1.720 Orang.
-
Jumlah TKK
: 81 Unit
-
Jumlah SD
: 114 Unit
-
Jumlah SMP
: 30 Unit
-
Jumlah SMU
: 9 Unit
-
Jumlah SMK
: 5 Unit
-
Jumlah Perg. Tinggi : 2 Unit (Community College Talaud atau Sekolah Tinggi Ilmu Komputer dan Universitas Terbuka) Kabupaten Kepulauan Talaud berasal dari sebagian wilayah Kabupaten
Kepulauan Sangihe dan Talaud, Ibu kota Kabupaten Kepulauan Talaud yaitu Melonguane yang berada di Pulau Karakelang. Secara administratif kabupaten ini terdiri atas 19 kecamatan yaitu: Tabel 11 Kecamatan di Kabupaten Talaud No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Nama Kecamatan Kecamatan Melonguane Kecamatan Melonguane Timur Kecamatan Pulutan Kecamatan Rainis Kecamatan Tampa’namma Kecamatan Essang Kecamatan Essang Selatan Kecamatan Gemeh Kecamatan Beo Kecamatan Beo Utara Kecamatan Torohan Kecamatan Lirung Kecamatan Moronge Kecamatan Salibabu Kecamatan Kolongan Kecamatan Kabaruan Kecamatan Damau Kecamatan Nanusa Kecamatan Miangas
58
Kabupaten Kepulauan Talaud sebagai perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Negara Filipina dan Negara-Negara lainnya di kawasan Asia dan Pasifik sekaligus tentunya sebagai salah satu beranda depan NKRI di kawasan Asia Pasifik. Karakteristik ini telah dilandasi dan dipertegas dalam Peraturan Presiden Nomor Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional yang dinyatakan bahwa Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara adalah Kabupaten Perbatasan antar Negara (BAPPEDA 2005-2009). Wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud terdiri atas gugusan pulau-pulau yang ukurannya sangat variatif. Terdapat tiga gugusan pulau besar utama yaitu Pulau Karakelang, Pulau Salibabu dan Pulau Kabaruan, sedangkan untuk pulaupulau kecil ada sebagian yang menyatu dengan gugusan pulau besar, ada sebagian yang lagi yang tergabung dalam satu gugusan yaitu gugusan Pulau Nanusa. Salah satu gugusan Pulau Nanusa yaitu Pulau Miangas memiliki letak yang lebih dekat Pulau Mindanao, Filipina dibandingkan ke pusat Kepulauan Talaud yaitu Melonguane. Gugusan pulau-pulau kecil nanusa yang sebagian berpenghuni dan sebagain lainya kosong berada pada posisi yang sangat strategis sebagai kawasan perbatasan negara namun karena letak yang sangat jauh dan berjauhan antar pulau maka rawan terhadap beberapa kegiatan illegal, penyelundupan dan penyusupan. Secara
umum
wilayah
Kabupaten
Kepulauan
Talaud
memiliki
karakteristik yang unik dibandingkan dengan wilayah lainnya di Indonesia yaitu selain sebagai wilayah perbatasan dan kepulauan, Kabupaten Kepulauan Talaud juga sebagai wilayah tertinggal/terisolasi dan rawan bencana alam. Kondisi ini menjadi nilai strategis dan dilematis dalam pengembangan wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud. Kabupaten Kepulauan Talaud masih menghadapi berbagai keterbatasan terutama
keterbatasan
sarana
dan
prasarana
bidang
sosial,
ekonomi,
perhubungan (darat, laut, udara), telekomunikasi dan informasi serta keamanan dan pertahanan. Secara keseluruhan mengakibatkan wilayah kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi utara dikategorikan sebagai wilayah tertinggal/terisolasi. Kondisi ini telah diidentifikasi secara ilmiah dan ditetapkan oleh Pemerintah Pusat melalui Keputusan Menteri Pembangunan daerah Tertinggal Nomor 1 Tahun 2005. Semua wilayah tertinggal di Indonesia umumnya adalah wilayah yang masih terisolasi seperti pulau-pulau kecil terluar
59
sehingga perlu segera dilakukan pengelolaan serius secara keseluruhan dan berkelanjutan. (BAPPEDA 2005-2009). Selain sebagai wilayah terisolir, Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan wilayah rawan bencana alam karena terdiri dan pulau-pulau kecil yang memiliki daya dukung lingkungan daratan yang sangat terbatas, sementara jumlah penduduk semakin bertambah secara periodik dan dibarengi dengan dinamika pembangunan daerah yang makin meningkat namun dibalik itu kesadaran dan komitmen masyarakat, pemerintah dan pelaku usaha terhadap pentingnya kelestarian lingkungan terutama pada kawasan lindung yaitu kawasan sepadan pantai dan sepadan sungai, kawasan mata air, kawasan terjal, kawasan hutan suaka margasatwa serta hutan lindung relatif makin menurun yang semuanya telah berakibat pada kerusakan lingkungan. Hal ini telah diindikasikan dengan makin tingginya frekuensi terjadinya banjir besar, tanah longsor, menurunnya debit air, kritisnya lahan akibat pengikisan lapisan tanah dan meningkatnya suhu udara, serta bergesernya musim tanam. (BAPPEDA 2005-2009). Pada sisi lainnya dengan keterbatasan infrastruktur terutama transportasi darat, laut, dan udara serta infrastruktur usaha perikanan seperti alat tangkap yang masih tradisional (perahu berukuran kecil dan tanpa peralatan modern), tidak seimbang dengan gelombang laut di perairan Kapulauan Talaud yang sering
bergelombang
besar
mengakibatkan
tingginya
kecelakaan
laut
(tenggelam, hanyut, terdampar dan hilang di tengah laut). Berdasarkan BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) bahwa secara alamiah posisi Wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud berada pada posisi yang rawan bencana alam badai, tsunami dan gempa bumi maka wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud dikategorikan sebagai wilayah rawan bencana alam baik yang disebabkan oleh kelalaian manusia (human error) maupun karena proses alam. (BAPPEDA 20052009). 1. Iklim Iklim di daerah ini dipengaruhi oleh angin muson. Pada bulan Juli sampai dengan September terjadi musim kemarau dan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember terjadi musim penghujan. Tipeiklim di Kabupaten Kepaluan Talaud menurut Schmidt and Ferguson adalah tipe A (iklim basah). Antara curah hujan dan keadaan angin berhubungan erat satu dengan lainnya. Walaupun demikian, hubungan tersebut agaknya tidak selalu ada. Keadaan angin pada musim hujan biasanya lebih kencang dan angin bertiup dari
60
barat dan barat laut. Oleh karena itu musim tersebut dikenal juga dengan musim barat. 2. Topografi Kondisi topografi Kabupaten Kepulauan Talaud ada sebagian wilayah yang datar dan berbukit. Topografi berbukit terdapat di tiga pulau utama yaitu Pulau Karakelang, Pulau Salibabu dan Pulau Kabaruan.
Pulau Karakelang
topografi berbukit terdapat dibagian Utara, yaitu tepatnya di wilayah Kecamatan Tampanamma, Essang dan Gemeh serta di sebagian wilayah Kecamatan Rainis dan Beo. Puncak tertinggi terletak di Gunung Piapi, Kecamatan Rainis yaitu dengan tinggi sekitar 864 m. Kemudian topografi datar di Pulau Karakelang ada di wilayah Kecamatan Melonguane dan sebagian wilayah Kecamatan Rainis dan Beo. Di Pulau Salibabu sebagian besar wilayah memiliki topografi datar. Untuk topografi berbukit terdapat di wilayah Kecamatan Salibabu tepatnya di bagian selatan Pulau Salibabu yang sebarannya tidak terlalu luas dan topografi datar tersebar di wilayah Kecamatan Lirung dan Kalongan. Selanjutnya topografi berbukit di Pulau Kabaruan terdapat di tengah pulau dan topografi datar berada di sekelilingnya hingga kawasan pesisir. Kerapatan penutupan vegetasi pada wilayah berbukit cukup tinggi sehingga erosi relatif rendah. Wilayah berbukit di Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan kawasan lindung yang masih alami yaitu hutan lindung dan hutan suakamargasatwa. Wilayah yang datar penyebarannya cukup luas yang sebagian besar merupakan dataran alluvial yang umumnya oleh penduduk digunakan untuk kegiatan perkebunan kelapa, sedangkan kegiatan pertanian tanaman pangan jarang diusahan oleh penduduk setempat. Untuk kegiatan permukiman pada topografi datar tersebar di kawasan pesisir.
3. Hidrologi Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki 13 aliran sungai yaitu sungai Lobbo (16,80 km), sungai Kuma (8,65 kin), sungai Binalang (7,90 km), sungai Essang (7,60 km), sungai Teling (6,95 kin), sungai Tatou (6,80 kin), sungai Ammat (6,35 kin), sungai Buure (5,95 kin), sungai Awula (5,85 kin), sungai Tarun (5,85 1cm), sungai Dapihe (5,80 km), sungai Rawirung (5,75 km) dan sungai Lalue (5,55 km). Sebagian aliran sungai oleh penduduk digunakan sebagai sumber kebutuhan air bersih yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
61
4.3 Kondisi Demografis (Kependudukan) Penduduk merupakan salah satu aspek yang paling penting dalam perencanaan karena penduduk merupakan subyek dan obyek pembangunan suatu wilayah. Selain itu, gambaran mengenai karakteristik penduduk merupakan aspek penting dalam melakukan tinjauan tentang potensi sumberdaya manusia (SDM). Karakteristik kependudukan yang akan diuraikan adalah jumlah dan kepadatan penduduk serta komposisi penduduk menurut mata pencaharian. 1.
Jumlah, kepadatan dan distribusi penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Talaud pada tahun 2006 adalah
83.325 jiwa. Bila dibandingkan dengan tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 0,6 %, dimana jumlah penduduk tahun 2005 adalah 83.373 jiwa. Untuk kepadatan penduduk di Kabupaten Kepulauan Talaud mencapai 66,6 1 jiwa/km2. distribusi penduduk di 12 Kecamatan terlihat bervariasi, jumlah penduduk tertinggi berada di Kecamatan Beo, yaitu 12.554 jiwa atau sekitar 15,07 % dan jumlah penduduk keseluruhan. Lain halnya dengan jumlah penduduk yang menempati jumlah tertinggi, tingkat kepadatan di Kecamatan Beo cukup rendah, yaitu 45 jiwa/km2. Jumlah penduduk yang tinggi di Kecamatan Beo disebabkan oleh luas wilayah yang mencapai 279,65 km2. Luas wilayah ini merupakan luas wilayah Kecamatan terbesar di Kabupaten Kepulauan Talaud. Di Pulau Karakelang yang merupakan pulau terluas di Kabupaten Kepulauan Talaud didiami oleh sekitar 60,98 % dan total penduduk dengan tingkat kepadatan mencapai 52,03 jiwa! km2. untuk jumlah penduduk terendah berada di Kecamatan Kalongan yaitu 2.995 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 68,81 jiwa/km2. selanjutnya untuk tingkat kepadatan tertinggi berada di Kecamatan Lirung yaitu mencapai 298,80 jiwa/km2. Kepadatan penduduk yang tinggi ini disebabkan oleh kecilnya luas wilayah Kecamatan Lirung yang tidak sebanding dengan penduduk yang mendiami wilayah tersebut. Sedangkan untuk tingkat kepadatan terendah berada di Kecamatan Essang, yaitu 37,61 jiwa/km2. Tingkat kepadatan yang rendah di wilayah ini karena memiliki luas wilayah yang luas tetapi penduduk yang mendiami berjumlah sedikit.
Namun saat ini
Kabupaten Talaud telah
memekarkan diri menjadi 13 kecamatan. Tabel-9 berikut memperlihatkan persebaran jumlah dan kepadatan penduduk di setiap Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Talaud.
62
Tabel 12 Jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Kepulauan Talaud 2007 No
Kecamatan
1 Kabaruan 2 Damau 3 Lirung 4 Salibabu 5 Kalongan 6 Melonguane 7 Beo 8 Rainis 9 Tampanamma 10 Essang 11 Gemeh 12 Nanusa Jumlah 2006 2005 2004 2003
Luas Wilayah 2 (km ) 66,03 19,58 33,36 21,80 42,90 125,74 279,65 139,49 124,18 169,78 137,71 60,79 1.251,02 1.251,02 1.251,02 1.251,02
Jumlah Penduduk Laki-Laki Perempuan (jiwa) (jiwa) 2.869 2.705 2.242 2.093 5.098 4.870 2.755 2.678 1.551 1.444 5.515 5.534 6.504 6.050 4.798 4.429 3.027 2.927 3.158 3.228 2.825 2.819 2.073 2.133 42.415 40.910 42.440 40.933 40.486 38.329 38.826 37.648
Total (jiwa) 5.574 4.335 9.968 5.433 2.995 11.049 12.554 9.227 5.954 6.386 5.644 4.206 83.325 83.373 78.815 76.474
Kepadatan 2 (jiwa/km ) 84,42 87,43 298,80 249,22 69,81 87,87 44,89 66,15 47,95 37,61 40,98 69,19 66,61 66,64 63 61
Sumber: Kabupaten Kepulauan Talaud dalam Angka 2007 2.
Komposisi penduduk menurut mata pencaharian Sebagian
besar
penduduk
di
Kabupaten
Kepulauan
Talaud
bermatapencaharian di sektor pertanian, khususnya pada kegiatan perkebunan dan perikanan dengan persentase sebesar 73,32%. Pada sektor jasa juga menempati nilai tertinggi kedua yaitu sekitar 12,05%. Untuk selanjutnya secara berurutan berdasarkan persentase terbesar sampai terkecil mata pencaharian penduduk adalah kontruksi, perdagangan, hotel dan restoran, komunikasi, industri, keuangan, listrik, gas dan air minum dan lainnya seperti terlihat pada Tabel-7. Penduduk yang bekerja di sektor formal seperti PNS tercatat pada tahun 2006 sebanyak 2.849 orang yang tersebar di 12 Kecamatan. Selain itu, jumlah PNS pusat terbanyak 179 orang yang tersebar di instansi vertikal non TNT/P OLRI di wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud. Jumlah anggota POLRI di Kabupaten Kepulauan Talaud sebanyak 280 orang. Untuk anggota TNT AD yang bertugas di Kabupaten Kepulauan Talaud berjumlah 113.
3. PDRB Kabupaten Talaud Pendapatan Domestik Regional Bruto untuk sektor perikanan menempati posisi urut dua sesudah perkebunan dengan jumlah 38.150 lihat Tabel 10. Hal ini mendorong pemerintah untuk mengembangkan perikanan sebagai salah satu sektor unggulan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan di Kabupaten Keplualaun Talaud.
63
Tabel 13: PDRB Kabupaten Talaud atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha 1. PERTANIAN : 293.721.400 a. Tabama : 35.810.000 b. Perkebunan : 210.351.000 c. Peternakan : 8.283.000 d. Kehutanan : 1.156.000 e. Perikanan : 38.150.000 2. Pertambangan dan Penggalian : 13.693.000 3. Industri pengolahan : 13.158.000 4. Bangunan : 65.162.000 5. Listrik / Jasa : 1.835.000 6. Perdagangan hotel dan restoran : 63.054.000 7. Pengangkutan dan komunikasi : 33.288.000 8. Keuangan persewaan dan jasa perusahaan : 39.537.000 : 83.964.000 9. Jasa – jasa TOTAL : 607.438.000 Sumber : BPS Talaud Kabupaten Kepulauan Talaud (2008) 4.4 Keragaan Perikanan 1. Sumberdaya ikan Sumberdaya ikan di perairan Kepulauan Talaud banyak di dominasi dari jenis ikan layang dan ikan tongkol, ikan tuna dan ikan cakalang dari hasil produksi tahun 2008 didapatkan bahwa produksi ikan layang sebanyak 2.479,8 ton atau sebesar 32,41% dari total produksi ikan di perairan Kepulauan Talaud dan ikan tongkol sebanyak 2.139,9 ton atau sebesar 27,96% dari total produksi ikan. Adapun komposisi ikan berdasarkan jenis ikan pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Produksi ikan di Kabupaten Kepulauan Talaud tahun 2008 Jenis Ikan Produksi Persentase Cendro 34,5 0,45 1,02 Ekor kuning 78,3 Selar 383,8 5,02 Kuwe 22,8 0,30 Layang 2.479,8 32,41 0,30 Lencam 23,1 Tetengkek 0,5 0,01 Bawal hitam 3,2 0,04 Japuh 0,9 0,01 0,02 Tembang 1,2 Lemuru 0,6 0,01 Lemadang 72,0 0,94 Teri 2,1 0,03 0,36 Kakap merah 27,9 Belanak 1,1 0,01 Biji Nangka 19,8 0,26 Kurisi 58,4 0,76
64
Jenis Ikan
Produksi Persentase Swangi 2,6 0,03 Gulamah 1,5 0,02 10,08 Cakalang 771,5 Kembung 3,0 0,04 Tenggiri 24,2 0,32 Tuna 353,3 4,62 27,96 Tongkol abu-abu 2.139,9 Kerapu karang 19,1 0,25 Kerapu sunu 3,9 0,05 Baronang 66,5 0,87 0,01 Senuk 0,7 Cucut botol 323,8 4,23 Pari 0,9 0,01 Lainnya 731,5 9,56 Jumlah 7.652,4 100,00 Sumber: Laporan akhir tahun 2008 Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara 2.
Karakteristik nelayan di Kepulauan Talaud Berdasarkan data statistik, tahun 2003-2008 jumlah Rumah Tangga
Perikanan (RTP) di Kabupaten Kepulauan Talaud sebanyak 5.887 nelayan. Dari jumlah RTP tersebut pada umumnya memiliki kondisi social yang masih dibawah garis kemiskinan bila disbanding dengan masyarakat lainnya. Kemiskinan yang dihadapi tersebut meliputi material, pendidikan dan status sosial yang semua itu bukan disebabkan karena terbatasnya sumber daya ikan tetapi erat hubungannya dengan terjadinya perubahan ekonomi, belum meratanya pembangunan serta disebabkan oleh perilaku budaya sebagian besar nelayan yang belum mendukung kearah perubahan yang positif. Jumlah nelayan perikanan laut berdasarkan RTP menurut Katgori Usaha di Kabupaten Kepulauan Talaud disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15
Perkembangan rumah tangga perikanan (RTP) di tahun 2003-2008 Jumlah Rumah Kategori Tangga Tahun Tanpa Dengan Perahu Perikanan Perahu Tanpa Motor (RTP) 2003 5.415 1.308 3.685 2004 5.418 1.246 3.691 2005 5.478 1.246 3.732 2006 5.538 1.180 3.866 2007 5.588 1.130 3.876 2008 5.887 1.113 3.876 Sumber : Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Utara, tahun 2003-2008.
Kepulauan Talaud
Perahu dengan Motor Tempel 422 481 540 592 632 640 Provinsi Sulawesi
65
Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) pada tahun 2008 naik menjadi 5.887 RTP dibandingkan pada tahun 2007 yang berjumlah 5.588 RTP. Perkembangan jumlah RTP di Kabupaten Talaud terus meningkat hal ini dikarenakan potensi perikanan yang ada di kabupaten ini sangat besar. Adapun perkembangan kemampuan kapal motor dari tahun 2003-2008 disajikan pada Tabel 16. Perkembangan Kapal Motor (KM) dari Tahun 2003-2008 Tahun
Kapal Motor (GT) 6-10 11-20 21-30 10 5 1
2003
0-5 10
Total 26
2004
10
12
0
0
22
2005
11
141
1
0
26
2006
12
14
2
0
28
2007
12
14
2
0
28
2008
9
10
1
0
20
Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Talaud (2008) 3.
Kinerja Ekonomi dan Identifikasi Kinerja Sektor Kelautan dan Perikanan Tahun 2008 Berdasarkan data BPS Kabupaten Kepualuan Talaud pada tahun 2008
disebutkan sebagai berikut Tabel 17 Kinerja ekonomi Kabupaten Kepulauan Talaud Item Seluruh Sektor Sektor Perikanan Pendapatan perkapita 8.110.856 3.497.000 PDRB 607.438.300.000 38.150.500 PAD 6.000.000.000 47.000.000 Penyerapan tenaga kerja 1.720 orang 625 orang Dalam Tabel ini dapat dilihat bahwa pendapatan perkapita sektor perikanan 0.043% dari pendapatan perkapita total daerah, PDRB sektor perikanan adalah 6.28% daripada PDRB total daerah, pendapatan asli daerah (PAD) sektor perikanan 0.78% dari pendapatan perkapita total daerah, sedangkan penyerapan tenaga kerja daerah secara keseluruhan berjumlah 1720 orang dan khusus untuk sektor perikanan penyerapan tenaga kerjanya berjumlah 625 orang atau kurang lebih 0.36% namun dibandingkan dengan sektor lainnya (tabel 10) sektor kelautan perikanan sangat potensial unruk dikembangkan dalam meningkatkan kinerja ekonomi.
66
4. Rumah Tangga Perikanan (RTP) Adapun data Rumah Tangga Perikanan (RTP) di Kabupaten Talaud tahun 2003-2008 dengan kategori perahu tanpa motor dan perahu dengan motor tempel dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 18 Rumah tangga perikanan (RTP) Jumlah Rumah Kategori Tangga Tahun Tanpa Dengan Perahu Perikanan Perahu Tanpa Motor (RTP) 2003 5.415 1.308 3.685 2004 5.418 1.246 3.691 2005 5.478 1.246 3.732 2006 5.538 1.180 3.866 2007 5.588 1.130 3.876 2008 5.887 1.113 3.876 Sumber : Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Utara, tahun 2003-2008. Dari tabel 15 ini kita dapat melihat jumlah rumah
Perahu dengan Motor Tempel 422 481 540 592 632 640 Provinsi Sulawesi tangga perikanan
meningkat dari tahun ke tahun, jumlah perahu motor tempel terlihat cenderung meningkat, pemilikan perahu bertambah dan pemilikan motor tempel meningkat juga dari tahun ke tahun. 5. Perkembangan Kapal Motor Kategori perahu yang banyak digunakan di Kabupaten Talaud yaitu perahu tanpa motor 3,86 unit (tahun 2008) dan perahu dengan motor yang banyak temple 640 unit 9tahun 2008). Sedangkan kapal motor yang banyak digunakan adalah yang berukuran 6-10 GT yaitu 10 unit (2003) dan 12 unit (2004), 14 unit (2005, 2006, 2007) sedangkan tahun 2008 menjadi 20 unit. Selengkapnya perkembangan kapal motor di Kabupaten Talaud disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19 Perkembangan Kapal Motor Tahun
Kapal Motor (GT) 6-10 11-20 21-30 2003 10 10 5 1 2004 10 12 0 0 2005 11 141 1 0 2006 12 14 2 0 2007 12 14 2 0 2008 9 10 1 0 Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Talaud (2008) 0-5
Total 26 22 26 28 28 20
Di Kabupaten Talaud secara umum dikenal 3 (tiga) tipe perahu kapal yaitu :
67
1) Kapal/Perahu Purse Seine (Pajeko) terbuat dari kayu dengan konstruksi sebagai berikut: Jenis/tipe
: Kapal Purse seine
Ukuran Perahu (PxLxD)
: 9-13 m x 2,0 m x 1,3 m
Tenaga Penggerak -
Ukuran mesin
: 45 Pk
-
Merk
: Mitsubishi
-
Bahan bakar
: Bensin-solar
Alat tangkap yang digunakan disesuaikan dengan musim ikan, sehingga kapal ini menggunakan berbagai jenis alat tangkap dan sesuai target spesies ikan yang ditangkap yaitu: Poll and Line spesial menangkap cakalang, Pure seine spesial menangkap layang dan tongkol, Long line spesial menangkap tuna.
2) Kapal/Perahu Pan boat terbuat dari kayu mempunyai konstruksi sebagai berikut: Jenis/tipe
: Panboat (Longline)
Ukuran perahu (PxLxD)
: 7-9m x 60 cm x 70 cm
Tenaga penggerak Mesin
:
-
Ukuran mini
: 15 Pk
-
Bahan bakar
: Bensin, solar, minyak tanah
3) Perahu Tanpa Motor terbuat dari kayu dengan konstruksi sebagai berikut: Jenis/tipe
: Londe/ katinting
Ukuran perahu (PxLxD)
: 4,5 x 45 x 50 cm x 60 cm
Tenaga penggerak
:
- Layar - Penggayung (Punda) 6. Jumlah alat tangkap perikanan Kabupaten Talaud 2007-2008 Alat tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan di Kabupaten Talaud adalah: Pancing Tonda (1.137 unit), Pukat Cincin (47 unit), Jaring insang hanyut (718 unit) (tahun 2008). Selengkapnya jumlah alat tangkap dapat dilihat pada Tabel 20.
68
Tabel 20 Jumlah Alat Tangkap Perikanan Kabupaten Talaud 2008 JENIS ALAT TANGKAP
JUMLAH (UNIT) 2007
1. PUKAT CINCIN 25 2. JARING INGSANG - Hanyut 601 - Lingkar 122 - Tetap 280 3. PANCING - Rawai Hanyut selain 316 rawai Tuna 55 - Rawai tetap Dasar 1.029 - Pancing Tonda 518 - Pancing Ulur 340 - Pancing Tegak 56 - Pancing Cumi 450 - Pancing Lainnya 4. PERANGKAP 260 - Bubu 155 - Lainnya 5. ALAT TANGKAP LAINNYA 95 - Muro Ami 2 - Jala Tebar 150 - PenangkaP Teripang 171 - Garpu Tombak Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Talaud (2008)
2008 47 718 180 470 480 208 1.137 650 470 20 50 62 30
2 20 10 780
Peningkatan jumlah alat tangkap yang distandarisasi terlihat pada tabel 20 dimana pukat cincin tahun 2007 berjumlah 25 unit tahun 2008 menjadi 47 unit, jaring insang hanyut tahun 2007 berjumlah 607 pada tahun 2008 meningkat jadi 718 unit, demikian juga alat tangkap pancing tonda pada tahun 2007 berjumlah 1.029 unit menjadi 1.1.37 unit. 7. Produksi menurut jenis ikan tahun 2007-2008 Produksi perikanan tangkap di Kabupaten Talaud data tahun 2008 dari Dinas kelautan Perikanan digambarkan oleh jumlah produksi perikanan tangkap menurut jenis ikan, seperti disajikan pada Tabel 21.
69
Tabel 21 Produksi menurut Jenis Ikan Tahun 2008 JENIS IKAN Pelagis Besar • Tenggiri (Scomberomorus) • Ikan Layaran (Istiopharus Platypterus) • Tuna (Madidihang) (Thannus albacores) • Cakalang (Katsunlonus pelamis) • Lemadang (Cory phaenahippurus) • Sunglir (Elagatis bipinnuiatus) Pelagis Kecil • Tongkol (Auxis thazard) • Kembung (Rastrelliger brachysoma) • Cendro (Belonidae Tilosurus) • Ekor Kuning (Caesio cuning spp) • Selar (Seloroides spp) • Kuwe (Caranx spp) • Layang (Decapterus spp) • Japuh (Dussumieria acuta) • Tembang (Sardinella fimbriata) • Lemuru (Sardinella lemuru) • Teri (Stolephorus spp) • Ikan Terbang (Cypselurus spp) • Julung-julung (Hemirhampus spp) Demersal Gerot – gerot (Pomadasys maculatus) Lancam (Lethrinus spp) Kakap Merah (Lutjamus spp) Belanak (Mugil chephalus) Biji Nangka (Parupeneus indicus) Kurisi (Nemimterus hexodon) Swangi (Priacanthus tayenus) Gulamah (Nibea albiflora) Bawal Hitam (Formio niger) Tetengkek (Megalaspis cordyla) Kerapu Karang (Chephalohodis boenack) Kerapu Sunuk (Plectropomus leopardus) Beronang Senuk (Sphyraena jello) Cucut (Careharhinus spp) Pari (Mobulla spp) Jenis Ikan Lainnya Udang – Udangan (Panulirus versicolor) Udang Karang (Panulirus versicolor) Udang Lainnya (Panilirus versicolor) Moluska Cumi – Cumi (Loligo spp) Gurita (Octopus spp) Sotong (Sepia spp) Teripang (Stechopus spp) Sumber : DKP Kabupaten Talaud (2008)
PRODUKSI (TON) 24,2 12,9 353,3 771,5 72,0 42,5 2.139,9 3,0 34,5 78,3 383,8 22,8 2.479,8 0,8 1,3 0,6 2,1 102,8 112,6 7,6 23.1 27.9 1.1 19.8 58.4 2.6 1.5 1.2 0.5 19.1 3.9 6.5 0.7 328.8 0.9 731.5 83.1 103.0 1,9 1,7 1,6 1,7
8. Sumberdaya ikan utama Dari seluruh jenis ikan yang diproduksi perikanan tangkap Kabupaten Talaud, terpilih 4 jenis ikan unggulan: (1) Cakalang (Katsuwonus pelanis) (2) Tuna (Madidihang) (Thunnus albacares) (3) Tongkol (Enthynnus spp) (4) Layang (Decapterus spp) Keempat jenis ikan tersebut ditangkap oleh alat utama:
70
Tabel 22 Alat tangkap dan jenis ikan ALAT TANGKAP 1. Pukat cincin (Purse seine)
JENIS IKAN - Cakalang - Layang - Tongkol
2. Jaring insang hanyut (Gill nets) Mata jaring besar - (Cakalang, Madidihang, Tongkol) Mata jaring kecil - Layang 3. Pancing tonda (Troll line)
- Cakalang - Tuna ( Madidihang) - Tongkol
9. Alat Penangkapan Ikan yang menangkap Jenis Ikan Unggulan Alat tangkap yang dominan digunakan oleh nelayan Kabupaten Kepulauan Talaud adalah pukat cincin (Purse seine), jaring insang hanyut (Gill net) dan pancing tonda (Troll line). Spesifikasi dari ukuran masing-masing alat tangkap dapat dijelaskan sebagai berikut:
71
(1) Pukat cincin (Purse Seine)
Gambar 7 Desain Pukat Cincin (Sumber : Drs. Waluyo Subani dan Ir. H.R. Barus) Alat tangkap purse seine yang umum digunakan oleh nelayan Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara mempunyai konstruksi sebagai berikut: Panjang pukat cincin
: 382.5 m, lebar 99 m
Bahan jaring
: Polyethylene dan Polyamida
Ukuran mata jaring
: 1 inci dan 2 inci
Ukuran benan
: PA D9, PE D9 danPE D12
Panjang tali ris atas
: 422.5 m Ø 5 mm
Panjang tali ris bawah
: 422.5 m Ø 5 mm
Panjang tali pelampung
: 382.5 m Ø 5 mm
72
Pelampung:
-
Tipe pelampung
: pisang
-
Bahan pelampung
: plastik
-
Ukuran pelampung
: Ø 10 cm panjan 15 cm
Sinker/pemberat -
Ukuran pemberat
: Ø 10 cm
-
Bahan pemberat
: timah hitam
-
Berat
: 333 gram/timah
-
Ukuran cincin
: Ø dalam 4 cm, Ø luar 8 cm
-
Bahan cincin
: kuningan
Panjang tali kerut (purse line)
Bunt (kantong):
: 600 m Ø 30 mm
-
Ukuran mata
: 0.5 inci dan 1 inci
-
Panjang kantong
: 22.5 m
(2) Jaring insang hanyut (Drift Gill net
Gambar 8 Desain Jaring Insang Hanyut atau Soma giob (Sumber : Drs. Waluyo Subani dan Ir. H.R. Barus
73
Alat tangkap gillnet yang umum digunakan oleh nelayan mempunyai berbagai variasi konstruksi antara lain, sebagai berikut:
Ukuran jaring (PxL)
: 1.500 m x 18 m
Bahan jaring
: poliamida (D12) multifilamen
Ukuran mata (mesh size)
: 5 inci
Panjang tali ris
: 1.520 m bahan Polyethylene Ø 0,8 cm
Pelampung :
- Bentuk pelampung
: pisang
- Pelampung besar
: 30 bh dari PVC Ø 30 cm
- Pelampung kecil
: 525 bh dari sintetik Rubber Ø 6 cm
- Jarak antar pelampung
: 60 cm
Pemberat
: 70 kg dari batu kali
(3) Pancing Tonda (Troll line)
Gambar 9 Desain Pancing Tonda (Sumber : Drs. Waluyo Subani dan Ir. H.R. Barus
74
Banyak bentuk dan macam dari pancing tonda (troll line) mungkin terlalu banyak untuk disebutkan satu per satu namun pada prinsipnya adalah sama. Yaitu pancing tonda terdiri dari :
Tali utama, bahan umumnya dari benang plastik, panjang tali bervariasi tergantung keadaan, umumnya antara 50-100 m
Kili-kili (swivel)
Tali kawat (stainless steel)
Mata pancing (hook) mata pancing ini bisa tunggal bias juga ganda.
Umpan tiruan.
10 Sumber Daya Ikan Utama Berdasarkan data produksi tahun 2008, sumber daya ikan di perairan Kepulauan Talaud didominasi oleh kelompok jenis ikan pelagis, utamanya adalah ikan layang, tongkol, cakalang, dan tuna. Jumlah produksi dari keempat jenis ikan tersebut mencapai 5.129,4 ton atau sekitar 62,1% dari total produksi ikan yang didaratkan di Kabupaten Kepulauan Talaud. Kontribusi terbesar berasal dari jenis ikan layang yakni 27,3%, kemudian tongkol sebesar 22,3%, cakalang sebesar 8,9%, dan tuna sebesar 3,6% dari total produksi ikan yang dihasilkan tersebut. Selain itu, keempat jenis ikan pelagis ini juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan potensial sebagai komoditi ekspor. Dengan dasar dan fakta sepeti tersebut diatas, maka jenis sumber daya ikan utama yang terdapat di perairan laut Kepulauan Talaud adalah ikan layang, tongkol, cakalang, dan tuna. Selanjutnya, untuk pengelolaan yang berkelanjutan perlu diketahui mengenai potensi dari keempat jenis ikan pelagis tersebut, guna mengetahui seberapa besar tingkat pemanfaatan yang telah dilakukan terhadap keempat jenis ikan tersebut. Dari hasil pengamatan dilapang, diketahui bahwa keempat jenis ikan pelagis ini dihasilkan dari 3 jenis unit penangkapan ikan yang utama, yakni pukat cincin (purse seine), jaring insang hanyut (drift gillnet) dan pancing tonda (troll line).
Secara umum, ketiga jenis unit penangkapan ikan tersebut beroperasi
secara one day trip atau 1 kali dalam sehari. Waktu operasi penangkapannya, umumnya dilakukan antara pukul 05.00 sampai jam 14.00 untuk yang beroperasi pada siang hari dan antara pukul 18.00 sampai jam 03.00 dinihari untuk yang beroperasi pada malam hari.
Sementara jumlah nelayannya setiap kapal
75
tergantung dari jenis alat tangkap yang digunakan.
Untuk ketiga jenis alat
tangkap tersebut berkisar anatar 6 sampai 10 orang. Ukuran armada kapal yang digunakan antara 5-10 Gross Tonage (GT).
Namun demikian, untuk
mendapatkan keseluruhan jumlah effort dari ketiga jenis unit penangkapan ikan tersebut, perlu dilakukan standardisasi terlebih dahulu karena ketiga jenis unit penangkapan ikan yang dianalisis ini mempunyai kemampuan tangkap yang berbeda. 11. Produksi sumber daya ikan utama Perkembangan jumlah produksi ikan layang, tongkol, cakalang, dan tuna yang dihasilkan oleh alat tangkap pukat cincin, jaring insang hanyut, dan pancing tonda selama 6 tahun dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23 Perkembangan produksi sumber daya ikan utama di perairan laut Kepulauan Talaud yang dihasilkan oleh pukat cincin, jaring insang hanyut, dan pancing tonda tahun 2003-2008 (dalam ton) Tahun Pukat Jaring insang Pancing Total cincin hanyut tonda produksi 3367,0 130,7 862,4 4360,1 2003 3400,0 140,0 893,8 4433,8 2004 4402,6 152,5 957,4 5512,5 2005 4298,0 191,9 999,5 5489,4 2006 4412,5 186,7 836,6 5435,8 2007 4013,4 198,4 917,3 5129,1 2008 3982,3 166,7 911,2 5060,1 Rata-rata Sumber data: diolah dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan Tabel 23 dapat dilihat bahwa produksi sumber daya ikan utama, yakni: ikan layang, tongkol, cakalang, dan tuna memiliki trend produksi dari tahun 2003-2008 yang berfluktuasi naik turun dari hasil tangkapan ketiga alat tangkap pukat cincin, jaring insang hanyut, dan pancing tonda, dimana pada tahun 2005 produksi mengalami kenaikan yang tertinggi selama 6 tahun terakhir. Namun setelah tahun 2005 tersebut, jumlah total produksinya mengalami trend penurunan. Secara rata-rata dalam 6 tahun terakhir produksi yang dihasilkan purse seine sebesar 3.982,3 ton/tahun, jaring insang hanyut sebesar 166,7 ton/tahun, dan pancing tonda sebesar 911,2 ton/tahun. Adapun untuk total tangkapan ratarata pertahunnya dari ketiga jenis alat tangkap tersebut adalah sebesar 5.060,1 ton.
76
Kemudian jenis alat tangkap yang menghasilkan produksi tertinggi adalah alat tangkap purse seine, namun sebagian besar produksinya adalah ikan layang (Gambar-8). Sementara, alat tangkap yang secara spesifik khusus untuk menangkap ikan tongkol, cakalang, dan tuna adalah pancing tonda.