4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Pandeglang 4.1.1 Keadaan geografis dan topografi Wilayah Kabupaten Pandeglang secara geografis terletak antara 6°21´-7°10´ Lintang Selatan dan 104°48´-106°11´ Bujur Timur dengan luas wilayah 2.747 km² atau sebesar 29,98 persen dari luas wilayah Propinsi Banten. Kabupaten yang berada di Ujung Barat dari Propinsi Banten ini mempunyai batas administrasi sebagai berikut : Utara
: Kabupaten Serang
Selatan : Samudera Indonesia Barat
: Selat Sunda
Timur
: Kabupaten Lebak
Perbatasan di atas menunjukan wilayah ini memiliki potensi pengembangan yang cukup prospektif karena menghadap wilayah perairan yang kaya potensi sumberdaya ikan, yakni Selat Sunda dan Samudera Indonesia. Sejak bulan Juli 2007 Kabupaten Pandeglang dibagi menjadi 35 kecamatan dan 335 desa/kelurahan dengan 2 (dua) tambahan kecamatan, yaitu Kecamatan Majasari dan Kecamatan Sobang. Kecamatan Cikeusik merupakan kecamatan terluas di Kabupaten Pandeglang dengan luas 322,76 km² sedangkan Kecamatan Labuan merupakan kecamatan terkecil dengan luas 15,66 km². Bentuk topografi wilayah Kabupaten Pandeglang di daerah Tengah dan Selatan pada umumnya merupakan dataran dengan ketinggian gunung-gunungnya yang relatif rendah yaitu Gunung Payung (480 m), Gunung Honje (620 m), Gunung Tilu (562 m), dan Gunung Raksa (320 m). Luas wilayah ini sekitar 85,07 % dari luas Kabupaten.
Sedangkan di daerah Utara Kabupaten Pandeglang
memiliki luas sekitar 14,93 % dari luas kabupaten dan merupakan dataran tinggi karena memiliki gunung-gunung yang tinggi seperti Gunung Karang (1.778 m), Gunung Pulosari (1.346 m) dan Gunung Aseupan (1.174 m) (Bappeda Pandeglang, 2007). Kabupaten Pandeglang memiliki lokasi yang strategis untuk pemasaran hasil tangkapan karena dikelilingi oleh kota-kota besar. Jarak Kota Pandeglang sebagai ibukota Kabupaten Pandeglang terletak pada jarak 111 km dari Ibukota
20
Negara yaitu Jakarta, Rangkasbitung (20 km), Tigaraksa (25 km), Tangerang (86 km), Serang (21 km), Cilegon (41 km), Bekasi (140 km), dan Bandung (298 km) (Bappeda Pandeglang, 2007). Kabupaten Pandeglang mempunyai panjang pantai kurang lebih 230 km dan luas daratan kurang lebih 274.689,91 ha termasuk 10 pulau kecil yang tersebar di perairan Selat Sunda. Perairan Selat Sunda selain memiliki potensi sumberdaya ikan yang belum tereksploitasi dengan baik juga sebagai jalur pemasaran yang cukup baik karena berdekatan dengan kota besar seperti Propinsi Lampung. Sebagai kabupaten yang memiliki daerah pantai yang cukup panjang, Kabupaten Pandeglang memiliki sembilan TPI (Tempat Pelelangan Ikan) untuk pendukung sarana kegiatan perikanan laut, diantaranya yaitu : 1.
TPI Carita
2.
TPI Labuan
3.
TPI Sidamukti
4.
TPI Panimbang
5.
TPI Citeureup
6.
TPI Sumur
7.
TPI Taman Jaya
8.
TPI Cikeusik
9.
TPI Sukanagara
4.1.2 Keadaan iklim Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan topografi, dan pertemuan/perputaran arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak pos pengamatan. Rata-rata curah hujan selama tahun 2007 berkisar antara 133,67 mm (Bojong) sampai 300,92 mm (Cibaliung).
Suhu udara minimum dan maksimum yang terjadi di wilayah
Kabupaten Pandeglang berkisar antara 27,00° C-30,65° C dengan suhu udara ratarata 27,88° C (Bappeda, 2007). 4.1.3 Daerah penangkapan ikan dan musim Daerah penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang berada sekitar perairan Selat Sunda, Selatan Jawa, hingga ke Samudera Hindia dan Laut Jawa. Musim
21
penangkapan terbagi dalam tiga musim, yaitu musim barat, musim timur, dan musim peralihan. Musim-musim ini akan berdampak kepada tingkat aktivitas melaut para nelayan dan jumlah produksi hasil tangkapannya.
Musim timur
biasanya terjadi sekitar bulan Mei-Agustus. Musim peralihan terjadi dalam dua kali dalam setahun, yaitu musim peralihan awal yang terjadi sekitar bulan MaretApril dan musim peralihan akhir yang terjadi sekitar bulan September-Oktober. Musim paceklik umumnya terjadi sekitar bulan November-Februari. 4.1.4 Unit penangkapan Kabupaten Pandeglang Unit penangkapan ikan merupakan satu kesatuan teknis dalam operasi penangkapan yang meliputi kapal/perahu, alat tangkap dan nelayan. (1) Kapal Kapal atau perahu yang ada di daerah Kabupaten Pandeglang digolongkan ke dalam tiga jenis, yaitu perahu tanpa motor (PTM), perahu motor tempel (PMT), dan kapal motor (KM). Tabel 5 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang periode 2004-2008 Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
Jumlah armada (unit) PTM 156 156 156 156 163 157,4
PMT 115 115 105 105 119 111,8
KM 506 506 482 482 514 498
Pertumbuhan (%) 777 777 0 743 -4,38 743 0 796 7,13 773,25 0,69
Total
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, 2008
Jumlah armada penangkapan di Kabupaten Pandeglang ini setiap tahunnya didominasi oleh Kapal Motor (KM) dengan rata-rata 498 unit. Sedangkan perahu tanpa motor (PTM) dan perahu motor tempel (PMT) masing-masing 157 unit dan 112 unit. Pada periode 2004-2008 perkembangan jumlah armada penangkapan ikan secara keseluruhan berfluktuasi tetapi pada tahun 2004-2005 dan 2006–2007 cenderung tidak mengalami perkembangan. Penurunan terjadi pada tahun 2005– 2006, jumlah armada penangkapan ikan menurun sebesar -4,38 % dari 777 unit menjadi 743 unit.
Penurunan drastis ini terjadi pada Kapal Motor dari 506
22
menjadi 482. Pada tahun 2008, jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang mengalami peningkatan sebanyak 796 unit atau mengalami pertumbuhan sebesar 7,13 % dari tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut sejalan dengan pengembangan skala usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Pandeglang dengan memperbesar jumlah armada
Jumlah Armada (Unit)
penangkapan. 600 500 400 300 200 100 0
PTM PMT KM 2004
2005
2006
2007
2008
Tahun
Gambar 1 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang periode 2004-2008. (2) Alat tangkap Alat tangkap yang ada di Kabupaten Pandeglang beragam jenisnya seperti payang, purse seine, jaring rampus, gillnet, pancing, pancing rawai, bagan rakit, bagan perahu, bagan tancap, arad, dogol, dan gorek. Pada tahun 2008 jenis alat tangkap yang mendominasi di Kabupaten Pandeglang adalah pancing sebesar 218 unit, bagan rakit 201 unit, bagan tancap 174 unit, arad 133 unit, dan jaring rampus
Jumlah (unit)
126 unit. 250 200 150 100 50 0
218
201
174 133
126 120
84
76 28
11
18
42
Alat tangkap
Gambar 2 Jenis dan jumlah alat tangkap yang dioperasikan di Kabupaten Pandeglang tahun 2008
23
(3) Nelayan Berdasarkan Tabel 6, terlihat jumlah nelayan setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Pada tahun 2004 jumlahnya mencapai 5.527 orang dan menurun drastis pada tahun 2006 sebesar 5.221 orang. Hal ini dikarenakan oleh menurunnya jumlah armada penangkapan di Kabupaten Pandeglang pada tahun yang sama. Jumlah nelayan di Kabupaten Pandeglang didominasi oleh nelayan lokal walaupun setiap tahunnya mengalami penurunan yang relatif besar terjadi tahun 2005 turun sebesar -3,13 % dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2008, meningkat kembali mencapai jumlah 5.351 orang atau 2,49 % dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini sejalan dengan penambahan jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang. Tabel 6 menunjukan perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Pandeglang rata-rata mengalami penurunan sebanyak -0,78 %. Tabel 6 Perkembangan jumlah nelayan Kabupaten Pandeglang periode 20042008 Tahun
Nelayan (Jiwa) Lokal Pendatang
2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
5.032 4.960 4.827 4.827 4.810 4.891
Total
495 394 394 394 410 417,4
Pertumbuhan
(%) 5.527 5.354 5.221 5.221 5.351 5.335
-3,13 -2,48 0,00 2,49 -0,78
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, 2008 5.600 Nelayan (jiwa)
5.400 5.200
495 394
5.000 4.800
5.032
4.600
4.960
394
394
410
4.827
4.827
4.810
2006
2007
2008
4.400 2004
2005
Tahun Lokal
Pendatang
Gambar 3 Perkembangan jumlah nelayan lokal dan pendatang di Kabupaten Pandeglang periode 2004-2008.
24
4.1.5 Produksi hasil tangkapan Jenis hasil tangkapan di Kabupaten Pandeglang sangat beragam mencapai 28 jenis ikan. Pada tahun 2008, 5 jenis hasil tangkapan yang terbanyak menurut jumlahnya adalah ikan tembang, tongkol, tenggiri, kembung, dan peperek. Berdasarkan nilai jualnya terdapat 5 jenis ikan dominan yaitu tenggiri (Scomberomorus commerson), bambangan (Lutjanus rivulatus), tongkol (Auxis sp), kembung (Rastrelliger kanagurta), dan layur (Trichiurus spp ). Harga nilai jual ini didekati menggunakan rasio (Rp/kg). Tabel 7 Jenis hasil tangkapan dominan berdasarkan volume dan nilai ekonomis tinggi di Kabupaten Pandeglang tahun 2008 No
Jenis ikan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tembang Tongkol Tenggiri Kembung Peperek Biji Nangka Ikan Lainnya Selar Kurisi Layang Tiga Waja Layur Sebelah Bambangan Tetengkek Jumlah
2008 Ton 2.548,6 2.141,7 1.917,6 1.775,9 1.499,0 1.486,6 1.179,7 1.177,3 1.167,4 995,8 980,1 971,2 875,3 799,8 738,7 20.254,70
Rp. 000 3.962.030 16.645.200 38.391.200 13.767.900 2.248.440 2.829.690 3.597.700 3.199.300 3.904.750 4.471.350 2.163.300 7.018.200 1.688.100 11.997.000 3.530.100 119.414.260
Rasio (Rp/kg) 1.554,59 7.771,96 20.020,44 7.752,63 1.499,96 1.903,46 3.049,67 2.717,49 3.344,83 4.490,21 2.207,22 7.226,32 1.928,60 15.000,00 4.778,80 -
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, 2008
Tabel 8 Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan di Kabupaten Pandeglang periode 2004-2008 Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
Volume produksi (ton) 25.354,7 25.659,5 23.606,7 23.842,8 26.864,2 25.065,6
Pertumbuhan (%) 1,20 -8,00 1,00 12,67 1,72
Nilai Produksi (Rp) 93.555.275 94.248.000 134.726.870 136.074.550 178.657.710 127.452.481
Pertumbuhan (%) 0,74 42,95 1,00 31,29 19
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, 2008
Jumlah produksi hasil tangkapan yang didaratkan di Kabupaten Pandeglang selama periode 2004-2008 berfluktuasi. Pada tahun 2006, volume produksi ikan
25
mengalami penurunan sebesar -8 % dari tahun sebelumnya. Tetapi dari segi nilai produksinya semakin meningkat tajam sebesar 42,95 %.
Peningkatan ini
disebabkan oleh harga jual ikan-ikan ekonomis penting yang semakin tinggi (Lampiran 2). Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2008, volume produksi yang didaratkan mencapai 26.864,2 ton dan mengalami pertumbuhan sebesar 12,67 % dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan semakin bertambahnya jumlah armada yang tersedia di Kabupaten Pandeglang sehingga menambah volume produksi yang didaratkan di daerah tersebut. Jumlah nilai produksi hasil tangkapan di Kabupaten Pandeglang selama periode 2004-2008 cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya (Gambar 5). Dapat dilihat pada Tabel 8, rata-rata petumbuhannya 19 % dengan kisaran 0,74 % - 42,95 %. Volume produksi (ribu ton)
28 27 26 25 24 23 22 2004
2005
2006
2007
2008
Tahun
Nilai Produksi (Juta Rp)
Gambar 4 Perkembangan volume produksi ikan yang didaratkan di Kabupaten Pandeglang periode 2004-2008. 190 180 170 160 150 140 130 120 110 100 90 80 2004
2005
2006
2007
2008
Tahun
Gambar 5 Perkembangan nilai produksi ikan yang didaratkan di Kabupaten Pandeglang periode 2004-2008.
26
4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Labuan 4.2.1 Lokasi PPP Labuan Secara geografis PPP Labuan berada di Desa Teluk Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang-Propinsi Banten. Posisi PPP Labuan berada pada wilayah perairan Selat Sunda yang merupakan Alur Laut Kepulauan Indonesia 1 (ALKI – 1). Berdasarkan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Indonesia, lokasi PPP Labuan berada pada wilayah WPP 3. Lokasi PPP Labuan berada pada titik koordinat 06º 24’ 30” LS dan 105º 49’ 15” BT.
Jarak lokasi PPP Labuan dengan ibukota propinsi sekitar 64 km,
sedangkan dari ibu kota kabupaten berjarak 42 km dengan kondisi jalan yang cukup baik. 4.2.2 Daerah penangkapan ikan dan musim Lokasi penangkapan ikan di PPP Labuan adalah Selat Sunda, Selatan Jawa/Samudera Hindia dan Laut Jawa. Berdasarkan wawancara dengan nelayan daerah penangkapan Labuan yaitu disekitar perairan Selat Sunda, Tanjung Panaitan, dan Kepulauan Seribu. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan dan pihak pengelola PPP Labuan terdapat tiga musim penangkapan yang sama dengan musim penangkapan di Kabupaten Pandeglang yaitu musim timur, musim peralihan, dan musim barat. Pada musim timur, aktivitas penangkapan ikan di PPP Labuan sangat tinggi. Alat tangkap pancing dan gillnet menggunakan perahu motor tempel dan daerah penangkapan dilakukan sekitar Teluk Labuan dengan jarak tempuh sekitar 1-2 jam perjalanan. Sedangkan penangkapan ikan dengan alat tangkap payang, dogol, dan jaring arad juga dilakukan secara harian, lokasi penangkapannya di daerah Teluk dan sekitar perairan Selat Sunda dengan jarak tempuh 2-3 jam perjalanan. Proses penangkapan ikan tersebut dilakukan dalam satu hari dari mulai jam 05.00 dan tiba di tempat pendaratan sekitar jam 12.00 atau 17.00-18.00. Penangkapan yang dilakukan dengan kapal motor berukuran 8-10 GT biasanya menggunakan mini purse seine.
Pengoperasiannya dilakukan selama 3-6 hari dari mulai
perjalanan ke fishing ground hingga ke kembali ke pelabuhan. penangkapan ikan di Selat Sunda atau Samudera Hindia.
Lokasi
27
4.2.3 Unit penangkapan ikan di Labuan (1) Kapal Jumlah armada penangkapan yang mendaratkan hasil tangkapan di PPP Labuan mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya. Jenis kapal motor yang dioperasionalkan di PPP Labuan berukuran dari 0-5 GT dan > 5 GT. Tabel 9 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPP Labuan periode 2004-2008 Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
Jumlah armada (unit) PTM PMT KM 22 22 22 22 22 22
4 5 5 5 5 4,8
248 248 248 248 256 249,6
Total
Pertumbuhan (%)
274 275 275 275 283 276,4
0,36 0,00 0,00 2,91 0,82
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, 2008
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat, bahwa pada tahun 2005-2007 jumlah armada seperti perahu tanpa motor, perahu motor tempel, dan kapal motor tidak mengalami pertumbuhan. Hal ini disebabkan oleh belum adanya perkembangan skala usaha yang dilakukan oleh dinas setempat. Selain itu, jumlah perahu tanpa motor dan perahu motor tempel cenderung lebih kecil dibandingkan dengan kapal motor. Salah satu penyebabnya adalah terjadinya pendangkalan di wilayah PPP Labuan sehingga mengakibatkan kapal-kapal motor sulit untuk keluar masuk wilayah Labuan. Berbeda pada tahun 2008, jumlah armada penangkapan di PPP Labuan mengalami pertumbuhan sebesar 2,91 % dibanding tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan jumlah kapal motor yang mengalami pertumbuhan dari 248 unit menjadi 256 unit. Hal ini dikarenakan oleh mulai adanya perbesaran skala usaha dengan meningkatkan ukuran armada penangkapan ikan. Peningkatan ini secara umum juga terjadi di Kabupaten Pandeglang (Tabel 5).
(2) Alat tangkap Berdasarkan Gambar 6, terlihat ada tujuh jenis alat tangkap yang beroperasi di Labuan yaitu payang, purse seine, jaring rampus, gillnet, pancing, jaring arad, dan dogol. Alat tangkap yang terbanyak yaitu jaring arad, pancing, dan gillnet;
28
masing-masing berjumlah 119 unit, 68 unit, dan 65 unit. Alat tangkap jaring arad merupakan alat tangkap dominan di PPP Labuan karena harga alat tangkap ini relatif lebih murah dibandingkan alat tangkap lainnya. Selain itu, komoditas yang ditangkap bernilai ekonomis penting seperti udang mutiara dan udang jerbung. 119 120 Jumlah (unit)
100 80 60
65
68 48
45 35
40
18
20 0 Payang Purse Jaring Gillnet Pancing Jaring seine rampus Arad
Dogol
Alat Tangkap
Gambar 6 Jenis dan jumlah alat tangkap di PPP Labuan tahun 2008. Perkembangan jumlah alat tangkap di PPP Labuan yang beroperasi selama periode 2004-2008 mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Jumlah alat tangkap yang memiliki tingkat operasional tinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 409 unit sedangkan untuk yang terendahnya pada tahun 2004 sebesar 371 unit (Tabel 10). Adanya penurunan jumlah alat tangkap dari tahun 2007 ke tahun 2008 diikuti hilangnya alat tangkap bagan rakit dan bagan tancap di PPP Labuan. Hal ini disebabkan oleh usaha penangkapan bagan ini dipindahkan ke TPI Panimbang dan TPI sumur
29
Tabel 10 Perkembangan jumlah alat tangkap di PPP Labuan periode 2004-2008 No
Alat tangkap
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Payang Dogol Arad Purse seine Gillnet Jaring rampus jaring klitik Bagan tancap Bagan rakit Pancing Jumlah
2004 45 48 125 16 40 30 10 8 17 32 371
2005 44 49 130 20 40 32 4 8 17 65 409
Tahun 2006 43 49 121 20 65 32 0 8 17 68 423
2007 43 49 121 20 65 32 0 8 17 68 423
2008 45 48 119 18 65 35 0 0 0 68 398
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, 2008
(3) Nelayan Mayoritas nelayan yang menetap di PPP Labuan merupakan penduduk lokal (asli). Pada tahun 2008, jumlah nelayan terbanyak di PPP Labuan berjumlah 2.284 atau sekitar 42,68 % dari total keseluruhan jumlah nelayan di Kabupaten Pandeglang. Berdasarkan wawancara dengan para nelayan, di PPP Labuan ini lebih berkembang daripada di PPI yang lain terutama dari segi jumlah hasil tangkapan yang didaratkan dan kondisi fasilitas pelabuhan yang ada sehingga banyak nelayan yang menetap di PPP Labuan (Tabel 1).
Selain itu,
kecenderungan nelayan untuk mendaratkan hasil tangkapannya berdasarkan pertimbangan kedekatan relatif jarak lokasi pelabuhan dengan pemukiman nelayan. Nelayan pendatang kebanyakan berasal dari Jawa Tengah seperti Tegal. Nelayan di PPP Labuan terdiri dari nelayan pemilik, tetap, dan sambilan.
30
Tabel 11 Jumlah nelayan Kabupaten Pandeglang di setiap PPI tahun 2008 PPI 1. Labuan 2. Carita 3. Sukanegara 4. Panimbang 5. Citeureup 6. Sidamukti 7. Sumur 8. Tamanjaya 9. Cikeusik Jumlah
Nelayan Lokal
Jumlah
Pendatang
1.909 469 144 649 198 817 526 98 131 4.941
(jiwa)
375 15 20 410
2.284 469 144 649 198 832 546 98 131 5.351
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, 2008
4.2.4 Kelengkapan fasilitas dan kelembagaan Fasilitas pokok yang dimiliki PPP Labuan hingga saat ini dapat diuraikan menjadi 3 (tiga) kategori sebagai berikut : A. 1)
Fasilitas pokok Fasilitas pelindung : Breakwater/ Turap Breakwater atau pemecah gelombang adalah suatu bangunan kelautan yang
berfungsi khusus untuk melindungi pantai atau daerah sekitar pantai terhadap pengaruh gelombang laut (Lubis, 2005), sedangkan turap adalah suatu struktur bangunan yang berfungsi untuk melindungi pantai atau daerah sekitar pantai dari abrasi. Fasilitas ini juga dilengkapi dengan bollard untuk mengaitkan tali kapal yang sedang bertambat. Panjang breakwater yang sudah dibangun sampai dengan tahun 2006 adalah : Breakwater sisi kiri sepanjang 213,5 m dan breakwater sisi kanan sepanjang 420 m (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2008). 2)
Fasilitas tambat : dermaga Dermaga adalah suatu bangunan kelautan yang berfungsi sebagai tempat
labuh dan bertambatnya kapal, bongkar muat hasil tangkapan dan mengisi bahan perbekalan untuk keperluan penangkapan ikan di laut (Lubis, 2005). Dermaga di PPP Labuan berbentuk batu bersemen dengan panjang yang dimiliki PPP Labuan adalah 350 meter. 3)
Fasilitas perairan : kolam pelabuhan Kolam pelabuhan adalah daerah perairan pelabuhan untuk masuknya kapal
yang akan bersandar di dermaga (Lubis, 2005). Pada wilayah kolam pelabuhan
31
ini direncanakan akan dilakukan pengerukan/pendalaman seluas 8,55 hektare dengan kedalaman yang memungkinkan kapal berukuran sampai dengan 50 GT dapat masuk ke kolam pelabuhan dengan kedalaman 2-2,5 m (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2008). Daya tampung kolam pelabuhan sekitar 50 unit perahu. Tapi saat ini rencana tersebut belum direalisasikan. Salah satu fungsi kolam pelabuhan yakni adanya alur pelayaran yang merupakan pintu masuk kolam pelabuhan sampai ke dermaga (navigational channels).
Alur pelayaran di PPP Labuan
berupa alur sungai dengan panjang kurang lebih 5000 m dari pantai. Lebar sungai sekitar 5 m dengan kedalaman muara 2 m. 4)
Fasilitas penghubung Fasilitas jalan utama masuk ke pelabuhan sudah tersedia dengan ukuran
panjang ± 800 m dan lebar 3 m, jalan ini langsung menuju ke TPI 2 dan di sepanjang jalan ini dipenuhi rumah-rumah nelayan. Jalan menuju TPI 1 melewati pasar tradisional melalui sungai dengan alat transportasi rakit. 5)
Fasilitas lahan : Lahan pelabuhan Lahan yang dimiliki seluas 74.710 meter persegi termasuk penambahan
lahan seluas 3 hektare yang diadakan pada tahun 2006 (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2008).
B.
Fasilitas fungsional
1) Fasilitas penanganan hasil tangkapan dan pemasarannya : gedung TPI, pasar ikan, dan cold storage. Gedung TPI yang dimiliki PPP Labuan berjumlah 2 (dua) unit masing– masing : TPI 1 berukuran 25 m x 30 m yang memiliki cabang TPI unit yang berada dekat dengan pasar ikan dan TPI 2 berukuran 25 m x 30 m. Penyelenggara TPI adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang dan sejak akhir 2007 hingga sekarang pengelolaan TPI dikelola oleh swasta yaitu CV. Abdi Bahari Pratama. Pasar ikan di PPP Labuan berada di dekat TPI unit. Pasar ikan ini berdekatan dengan pasar tradisional dan memiliki kurang lebih 15 lapak. Cold Storage di PPP Labuan telah memiliki 1 set cold storage dengan kapasitas daya tampung ikan sebanyak 10 ton. Tetapi saat ini tidak berjalan karena alat rusak dan biaya operasional yang tinggi.
32
2) Fasilitas suplai air bersih, es, tangki BBM Pelayanan kebutuhan air bersih didapatkan dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) setempat dan sumur dekat TPI. Air bersih ini digunakan untuk membersihkan lantai TPI yang kotor, sedangkan untuk operasi penangkapan ikan nelayan mendapatkan air bersih dari rumahnya masing-masing. Depot es merupakan tempat penyimpanan balok-balok es sementara sebelum disalurkan ke nelayan.
Depot es di PPP labuan dikelola secara
perorangan oleh penduduk setempat. Ada sekitar 15 unit depot es yang tersebar di sepanjang jalan PPP Labuan. Rata-rata ukurannya sekitar 2,5 m x 3,5 m x 2 m. Biasanya satu depot es menampung 50 balok es/hari tergantung permintaan nelayan. Harga satu balok es sekitar Rp. 16.000/balok. Tangki BBM di PPP Labuan berjumlah satu unit. Kapasitas dari tangki BBM 16.000 liter. Solar dipasok dari pertamina bekerjasama dengan PT. Elnusa Petrovin. Frekuensi pengiriman 4-5 hari sekali. Pemasokan solar mulai berjalan dari tahun 2005, tetapi saat ini belum kembali beroperasi karena mengalami kebangkrutan. 3) Fasilitas pemeliharaan kapal dan alat penangkapan ikan seperti dock/slipway, bengkel, dan tempat perbaikan jaring, Sarana perbaikan mesin-mesin kapal nelayan di PPP Labuan berupa bengkel-bengkel kecil. Ada sekitar 10 unit bengkel kecil di PPP Labuan yang diusahakan secara perorangan oleh penduduk setempat.
Bengkel-bengkel ini
hanya bisa memperbaiki kerusakan-kerusakan kecil saja, sedangkan untuk perbaikan mesin kapal tersedia 2 unit bengkel khusus yang diusahakan perorangan. 4) Fasilitas perkantoran seperti kantor administrasi pelabuhan dan kantor swasta lainnya, Kantor syahbandar PPP Labuan terletak kurang lebih 20 m dari gedung TPI ke arah utara. Ukuran kantor syahbandar 382 m² dan kondisi baik. Kantor syahbandar ini melayani izin kapal-kapal yang akan melakukan operasi penangkapan ikan.
33
5) Fasilitas transportasi seperti alat-alat angkut ikan es, dan Alat angkut yang tersedia PPP Labuan berupa kereta dorong yang berfungsi untuk mengangkut ikan-ikan yang ada di blong dan jumlahnya yang banyak. 6) Fasilitas pengolahan limbah seperti IPAL. Saluran limbah air berfungsi sebagai tempat saluran pembuangan limbah cair terutama limbah dari TPI. Saluran limbah air di PPP berbentuk selokan kecil yang lebarnya kurang dari 30 cm. Tempat pengolahan limbah tidak berfungsi dengan baik karena petugas kurang mengetahui fungsi dari fasilitas tersebut. Saluran ini pun menjadi sering mampet karena banyaknya sampah dan sisa-sisa pencucian ikan sehingga menimbulkan bau tidak enak.
C. Fasilitas penunjang a.
MCK Keberadaan MCK sangat dibutuhkan untuk tempat mandi, cuci, dan kakus.
PPP Labuan mempunyai MCK seluas 3 x 4 m², terdapat di luar dan di dalam gedung TPI. Kondisinya baik dan bisa dimanfaatkan sebagaimana mestinya. b.
Mesjid PPP Labuan mempunyai sarana ibadah yang terletak di belakang tangki
BBM. Ukurannya 10 x 10 m². Mesjid ini dikelola oleh pihak DKM setempat dan dimanfaatkan sebagaimana mestinya. c.
Puskesmas Puskesmas berfungsi sebagai pelayanan kesehatan masyarakat. Puskesmas
ini berada di daerah kampung nelayan dekat dengan TPI I. d.
Kedai pesisir Kedai pesisir merupakan kios bahan-bahan unit penangkapan ikan di PPP
Labuan yang dikelola oleh KUD Mina Sejahtera. Kedai pesisir ini berada dekat TPI I.