KREDIT TANPA JAMINAN UNTUK PENGEMBANGAN EKONOMI UMAT: TELAAH ATAS PEMIKIRAN MUHAMMAD YUNUS
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.EI)
Oleh:
Ahmad Majdi Tsabit NIM: 204046102887
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
KREDIT TANPA JAMINAN UNTUK PENGEMBANGAN EKONOMI UMAT: TELAAH ATAS PEMIKIRAN MUHAMMAD YUNUS
Oleh:
Ahmad Majdi Tsabit NIM: 204046102887
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
KREDIT TANPA JAMINAN UNTUK PENGEMBANGAN EKONOMI UMAT: TELAAH ATAS PEMIKIRAN MUHAMMAD YUNUS
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.EI)
Oleh:
Ahmad Majdi Tsabit NIM: 204046102887
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag. NIP. 150 275 509
Pembimbing II
Dr. K.H.A. Juaini Syukri, LCS. MA NIP. 150 256 969
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul KREDIT TANPA JAMINAN UNTUK PENGEMBANGAN EKONOMI UMAT: TELAAH ATAS PEMIKIRAN MUHAMMAD YUNUS telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 04 Maret 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Jakarta, 04 Maret 2009 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof.DR.H.Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN 1. Ketua
: Prof.DR.H.M. Amin Suma, SH, MA, MM. NIP. 150 210 422
(...........................)
2. Sekretaris
: Drs. H. A. Yani, MA. NIP. 150 269 678
(...........................)
3. Pembimbing I : Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag. NIP. 150 275 509
(...........................)
4. Pembimbing II : Dr. K.H.A. Juaini Syukri, LCS. MA. NIP. 150 256 969
(...........................)
5. Penguji I
: Drs. H. Afifi Fauzi Abbas, MA. NIP. 150 210 421
(...........................)
6. Penguji II
: Drs. H. Zainul Arifin Yusuf, MPd. NIP. 150 204 484
(...........................)
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini, saya menyatakan bahwa 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya Atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 4 Maret 2009
Ahmad Majdi Tsabit
iii
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.EI) pada pogram studi Muamalat, konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam upaya memenuhi persyaratan tersebut, maka skripsi ini ditulis dengan judul “Kredit Tanpa Jaminan Untuk Pengembangan Ekonomi Umat: Telaah Atas Pemikiran Muhammad Yunus”. Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini terdapat banyak kesalahan, kekurangan dan kekhilafan didalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tanpa kontribusi pemikiran, gagasan serta dorongan berbagai pihak, sulit dibayangkan skripsi ini akan terselesaikan. Berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka sebagai ungkapan rasa hormat yang dalam, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Ummi dan Aba, yang tidak pernah berhenti mencintai dan mendoakan penulis di sepanjang siang dan malam. Semoga penulis masih diberi kesempatan dan kekuatan untuk berbakti.
iv
2. Bapak Prof. Dr .Drs. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum; Ibu Dr.Euis Amalia, M.Ag Selaku ketua Jurusan PS/ Perbankan Syariah dan Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag. sebagai sekretaris jurusan Perbankan Syariah. Beserta seluruh staf pengajar di jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. H.Mujar Ibnu Syarif, M.Ag dan Dr. K.H.A. Juaini Syukri, LCS. M.A. Selaku pembimbing skripsi, yang dengan sabar dan bijak terus membimbing, menasehati dan mengarahkan penulis untuk menghasilkan karya terbaik yang penulis miliki. 4. Prof. Dr. H. Hasanuddin AF, MA., sebagai dosen pembimbing akademik yang senantiasa sabar menyemangati penulis dan memberi perspektif metodologis yang mencerahkan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Penguji Skripsi: Bapak Drs. H. Afifi Fauzi Abbas, MA., dan Drs. H. Zainul Arifin Yusuf, MPd., atas pertanyaan kritis, masukan dan arahannya yang sangat berharga. 6. Para petugas di Bagian Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan layanan selama penulis menempuh studi. 7. Semua guru penulis, mulai dari guru ngaji, guru di Madrasah Ibtidaiyah, sampai perguruan tinggi. Juga mereka yang, tanpa terasa, menjadi guru
v
tanpa sikap menggurui. Ucapan terima kasih jelas tidak cukup imbang dengan jasa-jasa yang sudah mereka berikan. 8. Sudara-Saudariku; Fairuzah Tsabit, Ubaidillah Tsabit, Kak Hazim, Mbak Rahma, dan Adikku tercinta Ahmad Hassan Tsabit yang senantiasa memberikan
semangat
dan
dorongan
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi ini. 9. Lailatul Faizah atas dorongan, doa serta kesediaannya menemani penulis di setiap waktu tanpa mengenal lelah. Engkau adalah yang spesial dalam hidupku. 10. Sejumlah sahabat yang inspiratif dan mencerahkan serta banyak berjasa dalam proses penulisan skripsi ini: kak Musthafa dan bang Nabil yang telah membantu membenahi judul dan skripsi ini. Juga kepada bang Idris yang telah sudi meminjamkan skripsinya kepada saya, Ustd. Habibullah dan kak Yazid yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengoreksi skripsi ini dan membantu menerjemahkan beberapa teks Inggris. 11. Kawan-kawan yang senasib seperjuangan, Team Bero, Team Ganteng, Kholil, Faiq, Wasil, Kholili, Mahalli, Subairi, Imron, Joe, Robert, Basit, Rafi’i dan semua kawan-kawan yang tidak bisa penulis sebutkan satupersatu. Semoga kalian tetap semangat. Terimakasih atas dukungannya dan selamat berjuang menghadapi keterancaman.
vi
12. Semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung turut membantu dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya, dan bagi masyarakat pada umumnya. Akhirnya hanya do’a jualah yang dapat penulis mohonkan kepada Allah SWT. semoga senantiasa membimbing langkah kita menuju masa depan yang lebih baik. Amin.
Jakarta, 4 Maret 2009 Penulis
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... viii
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................
7
D. Review Studi Terdahulu ...........................................................
7
E. Metode Penelitian .....................................................................
15
F. Sistematika Penulisan ................................................................
15
SEKILAS TENTANG ENTREPRENEURSHIP A. Pengertian, Falsafah dan Sejarah Entrepreneurship ..................
17
B. Ciri-ciri Entrepreneurship.........................................................
27
C. Peran Entrepreneurship..............................................................
30
D. Pengertian Bisnis Sosial ............................................................
32
BIOGRAFI MUHAMMAD YUNUS A. Riwayat Hidup Muhammad Yunus ..........................................
37
B. Karya-karya Muhammad Yunus................................................
49
C. Pokok-pokok pikiran Muhammad Yunus..................................
55
PEMIKIRAN MUHAMMAD YUNUS TENTANG KREDIT TANPA JAMINAN A. Konsep Kredit Tanpa Jaminan Menurut Muhammad Yunus....
66
B. Kendala-kendala Yang Dihadapi dalam Pemberian Kredit Tanpa Jaminan........................................................................... C. Manfaat Pemberian Kredit Tanpa Jaminan Terhadap
viii
71
Pengembangan Ekonomi Umat .................................................
75
D. Kemungkinan Penerapan Konsep Kredit Tanpa Jaminan Dalam Konteks Indonesia .........................................................
BAB V
81
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... 101 B. Saran-Saran................................................................................ 102
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 103
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sudah begitu banyak analisa yang selalu menampilkan kesimpulan bahwa perekonomian kontemporer memiliki banyak kelemahan, bahkan ada yang mengkategorikan bahwa perekonomian kontemporer cenderung berbahaya secara jangka panjang bagi kehidupan manusia.1 Dari analisa yang bersifat kritis pada kebijakan-kebijakan yang di ambil oleh perekonomian dunia kontemporer (kapitalis), hasil pembangunan semu yang memanjakan sekelompok kecil manusia di dunia sampai pada sistem ekonomi dunia yang bukan hanya memporak-porandakan kehidupan ekonomi tapi juga merusak tatanan sosial-budaya dalam pergaulan umat manusia, telah menjadi hangat dalam diskusi-diskusi ekonomi saat ini.2 Sistem kapitalis memandang bahwa manusia adalah pemilik satu-satunya terhadap harta yang telah diusahakan. Tidak terdapat hak orang lain di dalamnya. Ia memiliki hak mutlak untuk membelanjakan sesuai dengan keinginannya.3 Sosok pribadi dipandang memiliki hak untuk memonopoli sarana-sarana produksi
1
Ali Sakti, Analisis Teoritis : Ekonomi Islam Jawaban atas kekacauan Ekonomi Modern, (Jakarta: Paradigma dan AQSA Publishing, 2007), Cet I, h. 22. 2
Ali Sakti, Analisis Teoritis, h. 22.
3
Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam; Prinsip, Dasar, dan Tujuan, (Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004), Cet I, h. 41.
1
2
sesuai kekuasaannya. Ia akan mengalokasikan hartanya hanya pada bidang yang memiliki nilai guna materi (profit oriented). Konsep kapitalisme terutama dapat ditelusuri dari tulisan para ahli teori sosialis. Karya Sombart adalah konsep kapitalisme yang secara pasti diakui sebagai dasar bagi sistem pemikiran ekonomi. Konsep ini menunjukkan bahwa kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi yang secara jelas ditandai oleh berkuasanya kapital. Seperti sistem ekonomi lainnya, kapitalisme juga mengandung unsur pokok yang merupakan semangat atau pandangan ekonomi – jumlah dari keseluruhan tujuan, motif dan prinsip. Motif dan prinsip ini didominasi oleh tiga gagasan: perolehan, persaingan dan rasionalitas.4 Sistem kapitalisme dinilai hanya semakin melahirkan ketimpangan sosial dan ekonomi antara negara-negara maju dengan negara berkembang dan terkebelakang.5 Hal ini dapat dilihat dari kegagalan menyelaraskan kepentingankepentingan individu dan masyarakat.6 Selain itu, sistem kapitalis juga dinilai hanya menghasilkan kecenderungan konsumeristik, materialistik dan individualistik dalam masyarakat dunia yang kemudian menggerogoti perekonomian, terlihat dari variabel-variabel seperti corak konsumsi, jenis dan variasi produk, tingkat kemiskinan dan pengangguran.7
4
M. Abdul Mannan, Toeri dan Praktek; Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, t.th.), Edisi Lisensi, h. 311. 5
Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam, h. 49.
6
M. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), Cet I,
7
Ali Sakti, Analisis Teoritis, h. 23.
h. 20.
3
Hingga kini kapitalisme belum mampu mengatasi masalah tersebut. Dapatkah sistem ekonomi yang kapitalistik menyelamatkan masyarakat dunia dari himpitan kemiskinan? Pertanyaan inilah yang terus mengusik Yunus dalam upayanya membangun sistem usaha alternatif yang diharapkan mampu menghapus kemiskinan yang kini telah mengglobal. Sistem kapitalis, menurut Yunus, bukan sebuah sistem yang dapat menyelamatkan manusia dari 'ancaman kemiskinan'. Dengan berbagai bencana dunia saat ini, seperti AIDS/HIV, flu burung, maupun bencana alam seperti banjir, tsunami, tanah longsor, dan kebakaran, mereka yang telah menjadi korban kemiskinan akan semakin miskin. Lalu apakah mempercayakan diri pada institusi-institusi keuangan dunia akan mampu meringankan beban mereka? Dengan sistem baku sekarang ini, nampaknya harapan itu sangatlah tidak mungkin. Sebab sistem bisnis sekarang ini memiliki prinsip profit maximizing business (PMB). Manusia menjadi mesin uang (money machine), tak lebih! Sehingga tujuan bisnis dalam sistem kapitalis adalah mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya, tanpa ingin tahu apakah itu masih mengikuti hati naluri manusia atau justeru sebenarnya telah mengorbankan harkat (kehormatan) manusia. Dari sinilah kemudian Yunus mulai membangun sebuah sistem bisnis yang dinamai 'Social Business'. Sebuah sistem bisnis yang tidak saja bertujuan
4
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Tapi lebih dari itu, juga merupakan suatu rangkaian upaya untuk mengangkat martabat manusia.8 Yunus
juga
membongkar
kepalsuan
kapitalisme
yang
jelas-jelas
diskriminatif terhadap orang miskin (khususnya kaum perempuan) seperti yang terlihat dari praktik perbankan, mulai dari bank lokal sampai bank-bank internasional. Apartheid (yaitu pembedaan ras. Apartheid tersebut merupakan kebijakan suatu bank yang digunakan di Afrika pada masa lalu) finansial adalah konsep yang cocok menggambarkan diskriminasi institusional yang dilakukan oleh sistem perbankan di mana-mana di dunia ini. Rasionalisme berlandaskan logika kapitalisme menjadi bagian dalam melaksanakan dan mempertahankan “politik apartheid” ini. Rasionalisme mungkin mencerahkan, tetapi logika tersebut belum pasti. Silogisme (yaitu bentuk, cara berpikir atau menarik kesimpulan yang terdiri atas premis umum, premis khusus, dan kesimpulan) kapitalisme perbankan mempunyai premis-premis yang sangat ketat: (i) Bank harus untung dari usaha deposito dan kredit, tanpa membedakan apakah uang itu didepositokan dan dipinjam oleh orang kaya atau orang miskin, pokoknya memenuhi prinsip-prinsip ekonomi yang sangat rasional. (ii) Dengan premis ini maka kredit yang dikucurkan adalah kredit dalam jumlah besar yang menguntungkan bank, yang hanya dapat dilakukan oleh orang-orang kaya saja. (iii) Oleh karena itu, adalah tidak rasional dan tidak ekonomis jika bank
8
M. Syamsi Ali, Galeri Opini: Kiat Yunus Hapus Kemiskinan, dalam http://www.inilah. Com. 16/02/2008. Diakses pada tanggal 05/08/2008.
5
meminjamkan uangnya dalam jumlah kecil. Kesimpulannya, karena alasan rasional dan ekonomis, tidak mungkin bank memihak kepada orang miskin.9 Kesalahan terbesar yang dilakukan bank-bank selama ini karena mereka hanya mau meminjamkan uang atau membuka kran kredit kepada orang yang sudah punya "uang" dalam arti penghasilan dan aset. Coba kita datang ke bank meminjam uang, mana mereka mau tanpa jaminan. Entah berupa surat motor, surat mobil, surat rumah atau tanah, dan lainnya. Pendeknya kita harus punya penghasilan dulu baru bisa dipinjami uang. Artinya, hanya orang yang punya uang bisa meminjam. Muncullah istilah "bankable" (dapat diterima bank), sebuah kata yang sangat menyesakkan bagi mereka yang tak punya uang, tak punya aset untuk dijadikan jaminan (kolateral) kepada bank agar bisa memiliki akses untuk meminjam. Pikiran bankir, pasti hanya orang yang sudah punya penghasilan yang bisa mengembalikan pinjamannya. Kalau pun ada penghasilan, namun pinjaman tersebut tidak dikembalikan, bank bisa menyita aset jaminan kita. Lalu siapa lagi yang mau meminjamkan orang yang belum punya penghasilan, orang yang miskin, orang yang tak punya aset untuk dijaminkan?10 Kesalahan cara pandang dan pola berpikir itulah yang hendak "diputar" oleh Yunus, yang meraih Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2006. Ia memang bukan
9
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin; Kisah Yunus dan Grameen Bank Memerangi Kemiskinan, Diterjemahkan oleh Irfan Nasution, (Jakarta: Margin Kiri, 2007), Cet III, h. XI. 10
“Sosok dan Bisnis: Muhammad Yunus, Pengemis pun Dipinjami”, http://kompas.com/kcm/, Senin, 30 Oktober 2006. Diakses pada tanggal 12/08/2008.
Dalam
6
bankir, tetapi seorang profesor ekonomi, yang sesak melihat kemiskinan di negerinya. Memperhatikan uniknya pemikiran Yunus dalam pengembangan ekonomi umat adalah penting bagi kita untuk mengkaji pemikirannya. Penulis berharap, pembahasan ini dapat memberi kontribusi bagi studi-studi ekonomi Islam yang telah ada. Studi ini juga perlu mengingat pentingnya pengaruh dari pemikiran Yunus bagi perkembangan ekonomi. Apalagi hingga kini belum ada yang membahas
secara
mendalam
pemikiran-pemikiran
Yunus
menyangkut
pengembangan ekonomi umat. Oleh karena itu, penulis mencoba untuk menulis skripsi ini dengan judul “Kredit Tanpa Jaminan Untuk Pengembangan Ekonomi Umat: Telaah Atas Pemikiran Muhammad Yunus”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Bertitik tolak dari pandangan di atas, maka penulis berusaha membatasi penulisan skripsi ini pada pemikiran Yunus tentang kredit tanpa jaminan. Untuk tidak terlalu menyimpang dari tujuan pokok dalam penulisan skripsi ini, masalah yang hendak difokuskan hanyalah dalam ruang lingkup seputar konsep dan pemikiran Yunus mengenai kredit tanpa jaminan. Adapun perumusan masalah yang akan dikaji dalam penulisan skripsi ini adalah : 1. Apa yang disebut kredit tanpa jaminan? 2. Dimana konsep tersebut diterapkan?
7
3. Siapa yang menerapkannya? 4. Bagaimana penerapan konsep kredit tanpa jaminan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, penulis berusaha memotret dan mengkaji profil Yunus serta pemikirannya tentang Perbankan, terutama kontribusinya terhadap perkembangan ekonomi. Penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis. Secara teoritis penulisan ini diharapkan memberi sumbangsih bagi pengembangan ekonomi Islam secara umum. Adapun secara praktis penulisan skripsi ini diharapkan menambah khazanah kepustakaan, khususnya mengenai pemikiran Yunus tentang Perbankan.
D. Review Studi Terdahulu/Tinjauan Pustaka Penelitian ini dapat dikatakan minimal membahas tentang pemikiran ekonomi Yunus, konsep kredit tanpa jaminan, serta kemungkinan penerapannya dalam konteks indonesia. Untuk persoalan kredit tanpa jaminan, dengan berbagai konteks dan perspektif kajian, telah cukup banyak literatur dan penelitian yang telah diterbitkan. Akan tetapi yang berkaitan dengan pemikiran Yunus, sejauh yang penulis dapatkan, tak banyak penelitian yang bisa dibaca. Dalam konteks pemikiran Yunus pula, yang menaruh perhatian begitu besar terhadap persoalan
8
kredit tanpa jaminan, tak banyak pula ekonom ataupun praktisi yang secara intensif mendiskusikan soal ini dalam karyanya. Dalam hal ini, penulis hanya menemukan beberapa karya tulis yang berbentuk artikel yang menjelaskan tentang pemikiran Yunus. Uraian berikut ini akan mencoba menjelaskan mengenai bahasan-bahasan tersebut, dengan memaparkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan, termasuk ruang dan celah yang ditinggalkan sehingga kemudian menjadi jelas bagaimana penelitian ini relevan dan penting dilakukan. Di antara beberapa artikel yang mencoba memperkenalkan sosok Yunus dan pemikirannya ke publik Indonesia antara lain adalah sebagai berikut: Artikel yang ditulis oleh Diannika D. Wardhani dengan tema Dari Muhammad Yunus Buat kaum Miskin, (http://www.halamansatu.net, 14-10-06). Menjelaskan tentang bagimana proses Yunus dalam menjalankan program kreditnya serta proses pendirian Grameen Bank. Selain itu, artikel yang ditulis oleh Prof. Dr. Mubyarto dengan tema Tantangan Ilmu Ekonomi Dalam Menanggulangi Kemiskinan (http://www. indonesia.com/, 2 Maret 2004) lebih banyak membahas mengenai kondisi Bangladesh daripada konsep yang diterapkan oleh Yunus. Namun tidak hanya itu saja, Prof. Dr. Mubyarto juga menjelaskan mengenai konsep social enterpreneur yang diterapkan Yunus serta menjelaskan beberapa kebijakan yang diterapkan oleh Grameen Bank.
9
Selanjutnya, artikel yang ditulis oleh Erwin dengan tema Nobel Perdamaian Jatuh ke Muhammad Yunus (http://www.Tempointeraktif.com. Jum'at, 13 Oktober 2006) lebih membahas tentang penghargaan nobel perdamaian yang diperoleh Yunus. Artikel yang ditulis oleh Mukhijab dengan tema Tidak Makan Bunga Bank dari Muhammad Yunus (Pikiran Rakyat, 18 Mei 2007, http://marjinkiri.com/). Membahas tentang perkembangan dan sistem yang diterapkan Grameen Bank. Yaitu mengenai kredit yang disalurkan oleh Grameen Bank serta menjelaskan tentang riba atau bunga. Artikel yang ditulis oleh Didit Ernanto dan Dina Sasti Damayanti dengan tema
Konsep
Muhammad
Yunus
Cocok
Diterapkan
di
Indonesia
(http://www.sinarharapan.co.id/, rabu 08 agustus 2007). Menjelaskan bahwa konsep Yunus sangat potensial diterpkan di Indonesia. Selain itu, artikel ini juga menjelaskan tentang pentingnya peran pemerintah dalam penerapan konsep kredit tersebu serta menjelaskan mengenai pentingnya pemberdayaan SME, yaitu Small and Medium-sized Enterprises yang merupakan kunci untuk mencapai kesejahteraan atau mengurangi kemiskinan. Artikel yang ditulis oleh Aris heru Utomo dengan tema Nobel Muhammad Yunus, (http://arishu.blogspot.com/, 16.10.06). Menjelaskan tentang hadiah nobel yang diterima Yunus. Komite Nobel memilih Muhammad Yunus dengan pertimbangan bahwa yang bersangkutan banyak membantu memberdayakan kemiskinan penduduk di negerinya dengan memberikan pinjaman lunak bagi
10
penduduk miskin. Hal tersebut tampaknya dinilai oleh Komite Nobel sebagai langkah yang lebih konkrit mengingat kemiskinan merupakan sumber dari banyak perselisihan. Sebagai orang awam, keputusan Komite Nobel tentu saja layak diamini. Apalagi ternyata berbagai kekerasan yang terjadi di berbagai kawasan dunia memang disebabkan oleh kemiskinan dan (juga) ketidakadilan. Aartikel yang ditullis oleh Safak Muhammad dengan tema Bertambah Kaya dengan Menyejahterakan Orang Lain, (diambil dari Majalah Nurul Hayat, Surabaya. http://bukubagus.com/, 09 Aug 07). Artikel ini lebih mellihat dari segi agama bahwa apa yang telah dilakukan Yunus sesuai dengan apa yang tertera dalam al-qur’an. Yaitu mengenai Hakikat orang memberi makan orang lain adalah memberi makan dirinya sendiri, karena pemberian itu merupakan amal yang akan bermanfaat di akhirat. Sedangkan manfaat di dunia, kita akan mendapatkan imbalan rejeki, karena orang yang kita beri makan biasanya akan mendo’akan kelancaran rejeki kita. Hakikat orang mengajar ilmu pengetahuan adalah mengajar dirinya sendiri karena dengan mengajar, ilmu yang diajarkan tidak akan lupa, malah semakin diingat dan berkembang. Hakikat orang membantu mencarikan pekerjaan bagi orang lain adalah meringankan pekerjaan bagi diri sendiri karena dengan kebaikan tersebut orang yang kita bantu biasanya balik membantu, memberikan peluang bisnis lain, dan sebagainya. Kalau pun tidak, Allah sendiri yang akan membantu dari jalan yang tidak disangka - sangka. Selain itu, artikel yang ditulis oleh Nurul Qomariyah yang bertema Muhammad Yunus: Program Kemiskinanan Bank Dunia Basi,(http://www.
11
detikfinance.com/index.php/detik.nakanal/idkanal/,Senin,05/11/07) menjelaskan bahwa program kemiskinan dunia sudah tidak berlaku. Sejak dibentuk 60 tahun silam, Bank Dunia sama sekali tidak memperbarui program kemiskinannya. Tak heran, program-program kemiskinan Bank Dunia kini terasa basi. Dalam artikel ini dijelaskan bahwwa ritikan tersebut disampaikan peraih Nobel perdamaian asal Bangladesh, Muhammad Yunus usai pertemuan dengan Presiden Bank Dunia Robert Zoellick. "Bank Dunia dibentuk hampir 60 tahun yang lalu. Dan sejak 60 tahun itu, dunia sudah banyak berubah, namun Bank Dunia sama sekali tidak mengubah gayanya," kritik Yunus seperti dikutip dari AFP, Senin (5/11/2007). Menurut Yunus, Bank Dunia sama sekali tidak melibatkan masyarakat untuk menghapus kemiskinan. Padahal bank tersebut diciptakan dengan tujuan untuk mengakhiri kemiskinan di berbagai belahan dunia Artikel yang ditulis oleh Bachtiar Hassan Miraza dengan tema Beda Bangladesh dengan Indonesia (http://www.waspada.co.id, 28 agustus 2007. selasa). Menjelaskan mengenai tanggapan pemerintah Indonesia berkaitan dengan pesan Yunus sewaktu berkunjung ke Indonesia. Indonesia yang selama kurang lebih 30 tahun mencoba menanggulangi kemiskinan dengan idenya, namun hingga saat ini belum nampak hasilnya. Indonesia selama ini hanya bisa menghasilkan ide namun tidak bisa menerapkannya.
12
Artikel yang ditulis oleh G. Budiwaluyo dengan tema Option For The Poor Versi Muhammad Yunus (http://gbudiwaluyo.wordpress.com/, Maret 4, 2008). Menjelaskan tentang kemiskinan secara umum. Dalam artikel ini dijelaskan bahwa masalah kemiskinan bukan masalah yang ringan yang hanya difokuskan pada data-data, tetapi masalah riil yang harus segera ditindak lanjuti. Selain itu juga menjelaskan mengenai pola yang digunakan untuk mengatasai kemiskinan di negara Indonesia. Pola yang digunakan bisa dilakukan dengan berbagai versi. Belajar dari pengetasan kemiskinan di Kalkuta India dan di Bangladesh sangat cocok dengan kondisi kemiskinan di Indonesia. Yang satu dengan pendekatan sosial dan yang satu lagi dengan pendekatan ekonomi. Lebih lanjut, G. Budiwaluyo dalam artikel ini menjelaskan mengenai kredit mikro. Dijelaskan bahwa kunci keberhasilan Muhammad Yunus dalam mengatasi kemiskinan di Bangladesh adalah dengan mengembangkan Kredit Mikro bagi masyarakat miskin Bangladesh dan menciptakan kerangka kerja yang secara hukum membawa pelayanan keuangan pada orang miskin. Selain itu, dalam artikel ini juga dijelaskan mengenai pandangan Yunus tentang kaum miskin. Pandangan Muhammad Yunus tentang orang miskin sangat perbeda dengan pandangan orang pada umumnya. Ada pendapat dikalangan teknik, intelektual dan politik, bahwa kaum miskin di dunia harus menunggu dengan sabar sampai kemajuan teknik, ekonomi, ilmu pengetahuan, perdagangan bebas secara global tercapai. Pandangan ini memperlihatkan bahwa kaum miskin itu sebagai objek bukan subjek dan terus menerus menjadi beban bagi negara-
13
negara kaya.Untuk itu Muhammad Yunus berjuang untuk membuktikan bahwa pandangan tersebut tidak benar. Tidak hanya itu saja, G. Budiwaluyo juga memaparkan bahwa konsep yang diterapkan Yunus bisa dijadikan pelajaran bagi Negara Indonesia. Belajar dari pengalaman Bangladesh mengatasi kemiskinan dengan kredit mikro, sebetulnya Indonesia melalui BRI juga memberikan kredit sektor mikro. Secara data program BRI cukup sukses tetapi secara realitas masih banyak UKM yang belum menikmati pinjaman tersebut. Kalau toh dapat harus ada jaminan yang secara hukum dapat dipertanggungjawabkan Untuk itu Presiden SBY mendukung gagasan Muhammad Yunus bahwa akses keuangan adalah kunci kemakmuran. Artinya jika kita kaya maka akan dapat akses yang lebih mudah pada pendanaan, dan itu bisa digunakan untuk menjadi lebih kaya lagi. Artikel yang ditulis oleh Muhammad Syamsi Ali, dengan tema Kiat Yunus Hapus Kemiskinan, Membangun Bisnis Sosial, (http://www.Inilah.com/rubrik. php,16/02/2008). Menjelaskan tentang tanggapan Yunus mengenai sistem kapitalis serta bagaimana pentingnya bisnis sosial. Tidak hanya itu saja, dalam artikel ini juga sedikit mengulas mengenai perkembanngan Grameen Bnak yang kini mulai melebarkan usahanya dengan cara bekerjasama dengan Danone, Yogurt dsbb. Dari berbagai artikel yang dipaparkan secara ringkas ini, terlihat bahwa baik pemikiran Yunus maupun telaah yang lebih bersifat praktis tentang konsep kredit
14
tanpa jaminan sama-sama masih belum cukup dikaji secara mendalam, sehingga membuat penelitian ini menjadi cukup relevan untuk dilakukan. Adapun perbedaan dari skripsi dan artikel tersebut adalah dalam skripsi, penulis menjelaskan semua yang berkaitan dengan Yunus, baik itu biografi, Grameen Bank yang didirikannya, konsep kredit tanpa jaminan yang digunkan Yunus, perkembangan Grameen Bank serta manfaat yang telah dihasilkan dari konsep kredit tanpa jaminan yang diterapkan oleh Yunus. Tidak hanya itu saja. Dalam skripsi ini, penulis juga menjelaskan mengenai kendala-kendala yang dihadapi Yunus dalam menerapkan konsep kredit tanpa jaminan dan penulis juga menjelaskan bagaimana jika konsep kredit tanpa jaminan tersebut diterapkan di Indonesia. Sedangkan artikel yang menulis tentang Yunus tidak selengkap penjelasan dari skipsi yang telah penulis paparkan. Dalam artikel-artikel tersebut, penejelasan mengenai Yunus hanya dari sebagaian kecilnya saja, misalnya menjelaskan mengenai penghargaan Nobel yang telah diterima Yunus, juga mengenai bisnis sosial yang semua itu hanya bagian kecilnya saja, tidak secara menyeluruh. Apalagi dalam menjelaskan mengenai konsep kredit tanpa jaminan. Dalam artikel tersebut hanya menjelaskan bahwa konsep tersebut adalah cara yang digunakan Yunus dalam memberantas kemiskinan, tanpa menjelaskan bagaimana penerapannya, kendala-kendalanya serta bagaiimana kemungkinan diterapkannya konsep tersebut di Indonesia.
15
E. Metode Penelitian Bertolak dari model penelitian yang bersifat literal maka sumber data dalam penelitian skripsi ini sepenuhnya disandarkan pada riset kepustakaan (library research). Artinya, data-datanya berasal dari sumber-sumber kepustakaan, baik berupa buku, jurnal, enseklopedi, majalah, surat kabar dan sebagainya. Dalam pengumpulan data diambil dan dipilih dari karya-karya Yunus atau tulisan dan karya lain yang memiliki relevansi dengan uraian skripsi ini. Dalam pembahasan tulisan ini, penulis menggunakan metode deskriptif, dan analitis kritis. Metode deskriptif diarahkan untuk menggambarkan keadaan obyek atau peristiwa di sekitarnya tanpa berpretensi membuat kesimpulan-kesimpulan yang berlaku secara umum. Metode deskriptif ini adalah langkah awal yang mempunyai signifikansi untuk mengkaji dan menelaah lebih jauh. Metode analisis kritis digunakan untuk berupaya mencermati kerangka pendekatan yang digunakannya serta corak pemikirannya terutama dalam mendiskusikan fenomena ekonomi. Sedangkan teknik skripsi ini, penulis merujuk pada buku panduan penulisan skripsi, tesis dan disertasi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008.
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dan pembahasan skripsi ini terdiri dari lima bab. Dan
16
masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab. Secara sistematis bab-bab tersebut adalah sebagai berikut: Bab pertama diawali dengan pendahuluan yang membahas antara lain latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, review studi terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua tentang landasan teoritis. Meliputi, pengertian, falsafah dan sejarah entrepreneurship, ciri-ciri entrepreneurship, peran entrepreneurship dalam pembangunan ekonomi dan pengertian bisnis sosial. Bab ketiga menguraikan tentang riwayat hidup Yunus, yang meliputi: riwayat hidup, karya-karya Yunus dan pokok-pokok pemikiran tentang ekonomi. Bab keempat adalah bab yang menguraikan pemikiran Yunus tentang kredit tanpa jaminan. Yang meliputi, konsep kredit tanpa jaminan menurut Yunus, kendala-kendala yang dihadapi dalam pemberian kredit tanpa jaminan, manfaat pemberian kredit tanpa jaminan terhadap pengembangan ekonomi Umat, dan kemungkinan penerapan konsep kredit tanpa jaminan dalam konteks Indonesia.
BAB II SEKILAS TENTANG ENTREPRENEURSHIP
A. Pengertian, Falsafah dan Sejarah Entrepreneurship Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menyaksikan berbagai aktivitas. Seperti misalnya seorang atau sekelompok orang mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli sejumlah barang, yang kemudian barang tersebut dipajang di suatu lokasi tertentu untuk dijual kembali kepada para konsumennya. Atau seseorang membeli sejumlah barang, kemudian diolah atau diproses lalu disajikan dalam bentuk makanan di suatu lokasi untuk dinikmati konsumennya. Atau seseorang membuka suatu usaha jasa, dan menunggu kedatangan konsumen yang membutuhkan pelayanan dengan balas jasa tertentu. Kemudian, pada suatu waktu atau suatu periode tertentu mereka mulai menghitung jumlah uang yang telah dikeluarkan dan jumlah uang yang masuk. Dari perhitungan ini ada kelebihan dan ada kekurangan. Jika uang yang masuk lebih besar daripada yang keluar, mereka menyebutnya sebagai keuntungan. Namun jika yang terjadi sebaliknya, mereka menyebutnya sebagai kerugian.1 Menjadi wirausaha berarti memiliki kemampuan menemukan dan mengevaluasi peluang-peluang, mengumpulkan sumber daya yang diperlukan serta bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluang-peluang itu.
1
Kasmir, S.E., M.M., Kewirausahaan, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada: 2007), Ed. 1-2, h.
15.
17
18
Berikut adalah beberapa definisi Entrepreneurship menurut berbagai ahli: Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu nilai yang berbeda dengan mencurahkan waktu dan upaya yang diperlukan, memikul risiko-risiko finansial, psikis dan sosial yang menyertai, serta menerima penghargaan /imbalan moneter dan kepuasan pribadi. Menurut Peter F Drucker, kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) . Menurut Thomas W Zimmerer, kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari. Sedangkan menurut Andrew J Dubrin, kewirausahaan adalah seseorang yang mendirikan dan menjalankan sebuah usaha yang inovatif (Entrepreneurship is a person who founds and operates an innovative business). Adapun Robbin & Coulter mendefinisikan kewirausahaan sebagai Entrepreneurship is the process whereby an individual or a group of individuals uses organized efforts and means to pursue opportunities to create value and grow by fulfilling wants and need through innovation and uniqueness, no matter what resources are currently controlled. Dari definisi tentang Entrepreneurship diatas terdapat 3 tema penting yang dapat di identifikasi: 1. the pursue of opportunities,
19
2. innovation, 3. growth. Pursuit of opportunities, (entrepreneurship adalah berkenaan dengan mengejar kecenderungan dan perubahan-perubahan lingkungan yang orang lain tidak melihat dan memperhatikannya). Innovation, (entrepreneurship mencakup perubahan perombakan, pergantian bentuk, dan memperkenalkan pendekatan-pendekatan baru…. Yaitu produk baru atau cara baru dalam melakukan bisnis). Growth (Pasca entrepreneur mengejar pertumbuhan, mereka tidak puas dengan tetap kecil atau tetap dengan ukuran yang sama. Entrepreneur menginginkan bisnisnya tumbuh dan bekerja keras untuk meraih pertumbuhan sambil secara berkelanjutan mencari kecenderungan dan terus melakukan innovasi produk dan pendekatan baru . Istilah kewirausahaan pada dasarnya merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin dihadapinya, maka definisinya adalah: Seorang pelopor bisnis baru atau manajer yang mencoba untuk memperbaiki suatu unit organisasi dengan memprakarsai perubahan produk. 2
2
Definisi Kewirausahaan (Entrepreneurship) Menurut Para Ahli. Dalam http://putracenter. wordpress.com/definisi-kewirausahaan- entrepreneurship- menurut-para-ahli/. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
20
Sedangkan definisi entrepreneurship yang terdapat dalam glosarium prentice hall untuk manajemen dan pemasaran adalah fenomena yang terputusputus, muncul dan hilang; muncul untuk mengawali perubahan dalam proses produksi misalnya, menghilang dan muncul lagi untuk mengawali perubahan dalam proses lainnya. Kewirausahaan selalu dengan perubahan. Wirausahawan mencari perubahan, menanggapinya dan memanfaatkannya sebagai satu kesempatan.3 Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa entrepreneur adalah seseorang yang mempunyai kreativitas suatu bisnis baru dalam menghadapi resiko dan ketidakpastian yang bertujuan untuk pencapaian laba dan pertumbuhan usaha berdasarkan identifikasi peluang dan mendayagunakan sumber-sumber serta memodali peluang tersebut Dalam kamus istilah ekonomi populer, entrepreneur adalah seseorang yang tergantung atas inisiatifnya dengan memperhatikan risiko kerugian keuangan yang mungkin dideritanya mendirikan suatu usaha yang dikelola sendiri.4 Entrepreneur menurut kamus Oxford : ”A person who undertakes an entreprise or business, with the chance of profit or loss”. Seorang yang bertanggung jawab atas sebuah bisnis dengan memikul risiko untung atau rugi. Entrepreneur dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu business
3
Benyamin Molan, Glosarium Prentice Hall untuk Manajemen dan Pemasaran, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 2002), h. 47. 4
Ralona M., Kamus Istilah Ekonomi Populer; Indonesia – Inggris, (Jakarta: Gorga Media, 2006), h. 335.
21
entrepreneur dan social entrepreneur. Perbedaan pokok keduanya utamanya terletak pada pemanfaatan keuntungan. Bagi business entrepreneur keuntungan yang diperloleh akan dimanfaatkan untuk ekspansi usaha, sedangkan bagi sosial entrepreneur keuntungan yang didapat (sebagian atau seluruhnya) diinvestasikan kembali untuk pemberdayaan ”masyarakat berisiko”. Namun dalam trend global dikotomi semacam itu kian kabur, sebab mereka (business entrepreneur dan social entrepreneur) sesungguhnya berbicara dalam bahasa yang sama. ”Kami bicara dalam bahasa yang sama yaitu : inovasi, manajemen, efektifitas, mutu dan kompetensi”5 Wirausaha adalah jenis usaha mandiri yang didirikan oleh seorang wirausahawan, atau sering pula disebut sebagai pengusaha. Wirausahawan adalah seseorang yang mampu menciptakan lapangan kerja baru dan mencari cara-cara atau teknik yang lebih baik dalam pemanfaatan sumber daya, memperkecil pemborosan, serta menghasilkan barang atau jasa dalam upayanya memuaskan kebutuhan orang lain. KBBI mendefinisikan wirausahawan sebagai "orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menyusun cara baru dalam berproduksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, mengatur permodalan operasinya,
serta
memasarkannya."
Sedangkan
Louis
Jacques
Filion
menggambarkan wirausahawan sebagai orang yang imajinatif, yang ditandai 5
// www.
Bambang Ismawan, Menjawab Persoalan Bangsa dengan Entrepreneurship, dalam, http: binaswadaya.org/index.php.com. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
22
dengan kemampuannya dalam menetapkan sasaran serta dapat mencapai sasaransasaran itu. Ia juga memiliki kesadaran tinggi untuk menemukan peluang-peluang dan membuat keputusan. Kata wirausaha dalam bahasa Inggris, yaitu entrepreneur, merupakan kata serapan dari bahasa Perancis yang mulanya berarti "pemimpin musik atau pertunjukan." Wirausaha dapat dikelompokkan dengan berbagai macam cara. Winarto menggolongkan aktifitas kewirausahaan menjadi dua, yaitu berwirausaha karena melihat adanya peluang usaha (entrepreneur activity by opportunity) dan kewirausahaan karena terpaksa tidak ada alternatif lain untuk masa depan kecuali dengan melakukan kegiatan usaha tertentu.6 Social entrepreneurship adalah sesuatu yang banyak kita butuhkan di dunia saat ini. Social entrepreneur, menurut Wikipedia adalah seseorang yang menyadari kehadiran masalah sosial, dan memanfaatkan prinsip-prinsip entrepreneurial dalam menciptakan/mengelola organisasi demi melakukan perubahan sosial.7 Sesungguhnya Social Entrepreneurship sudah dikenal ratusan tahun yang lalu diawali antara lain oleh Florence Nightingale (pendiri sekolah perawat pertama)
dan
Robert
Owen
(pendiri
koperasi).
Pengertian
Social
Entrepreneurship sendiri berkembang sejak tahun 1980 –an yang diawali oleh 6 7
http://id.wikipedia.org/wiki/Wirausaha. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
Social Entrepreneurship: MYC4, dalam http://vibizlearning.com/new/articles. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
23
para tokoh-tokoh seperti Rosabeth Moss Kanter, Bill Drayton, Charles Leadbeater dan Profesor Daniel Bell dari Universitas Harvard yang sukses dalam kegiatan Social Entrepreneurship karena sejak tahun 1980 berhasil membentuk 60 organisasi yang tersebar diseluruh dunia. Pengertian sederhana dari Social Entrepreneur adalah seseorang yang mengerti permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan entrepreneurship untuk melakukan perubahan sosial (social change), terutama meliputi bidang kesejahteraan (welfare), pendidikan dan kesehatan (healthcare). Jika business entrepreneurs mengukur keberhasilan dari kinerja keuangannya (keuntungan ataupun pendapatan) maka social entrepreneur keberhasilannya diukur dari manfaat yang dirasakan oleh masyarakat. Bagi disiplin ilmu ekonomi kata entrepreneur merupakan hal yang sudah mendarah daging karena sejak semester pertama sudah diperkenalkan dengan tokoh-tokohnya antara lain Richard Cantillon (1755), J.B. Say (1803) dan J. Schumpeter (1934). Cantillon menyatakan entrepreneur sebagai seseorang yang mengelola perusahaan atau usaha dengan mendasarkan pada akuntabilitas dalam menghadapi resiko yang terkait ( a person who undertakes and operates a new enterprise or venture and assumes some accountability for inherent risks); B. Say memberikan
pengertian
entrepreneur
sebagai
seseorang
yang
mampu
meningkatkan nilai sumber daya ekonomi ke tingkatan yang lebih tinggi, baik produktivitasnya maupun nilainya ( a person who creates value by shifting economic resources out of an area of lower and into an area of higher
24
productivity and greater yield), sedangkan
Schumpeter mendefinisikan
“unternehmer” atau entrepreneur sebagai an innovative force for economic progress, important in the process of creative destruction and therefore as a change agent. Dari berbagai pengertian tersebut maka Social Entrepreneur sesungguhnya adalah agen perubahan (change agent) yang mampu untuk : 1. Melaksanakan cita-cita mengubah dan memperbaiki nilai-nilai sosial 2. Menemu kenali berbagai peluang untuk melakukan perbaikan 3. Selalu melibatkan diri dalam proses inovasi, adaptasi, pembelajaran yang terus menerus 4. Bertindak tanpa menghiraukan berbagai hambatan atau keterbatasan yang dihadapinya 5. Memiliki
akuntabilitas
dalam
mempertanggungjawabkan
hasil
yang
dicapainya, kepada masyarakat. Yang menggembirakan bahwa akhir-akhir ini adalah terjadinya pergeseran social entrepreneurship yang semula dianggap merupakan kegiatan ”non-profit” (antara lain melalui kegiatan amal) menjadi kegiatan yang berorientasi bisnis (entrepreneurial private-sector business activities).8 Adapun falsafah dari entrepreneur adalah sebagai berikut:
8
Setyanto P. Santosa, Peran Social Entrepreneurship Dalam Pembangunan, dikutip dari acara dialog “ Membangun Sinergisitas Bangsa Menuju Indonesia Yang Inovatif, Inventif dan Kompetitif” diselenggarakan oleh Himpunan IESP FE-Universitas Brawijaya,Malang, 14 Mei 2007. dalam
[email protected]. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
25
Sampai tingkat tertentu keberhasilan sebagai seorang wirausaha tergantung kepada kesediaannya untuk bertanggungjawab atas pekerjaannya. Salah satunya adalah dengan cara mengenali diri sendiri. Hal tersebut dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan yang diinginkan dalam hidupnya. Kekuatannya datang dari tindakan-tindakannya dan bukan pada tindakan orang lain. Meskipun risiko kegagalan selalu ada, para wirausaha mengambil risiko dengan jalan menerima tangguungjawab atas tindakan mereka sendiri. Kegagalan harus diterima sebagai pengalamman belajar. Beberapa wirausaha berhasil setelah mengalami banyak kegagalan. Belajar dari pengalaman masa lalu akan membantunya untuk menyalurkan kegiatan-kegiatannya guna mencapai hasilhasil yang lebih positif, dan keberhasilan merupakan buah dari usaha-usaha yang tidak mengenal lelah. Mereka
harus
mengejar
tujuan-tujuan
yang
berhubungan
dengan
kemampuan-kemampuan dan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya. 9 Dengan spirit yang dimilikinya, entrepreneur dapat mengubah masyarakat bahkan dunia. Contoh berikut membuktikan hal itu. Pertama, Thomas Alva Edison (1847 – 1931) pada usia 22 tahun menemukan Telegraf, dan beberapa tahun kemudian menemukan Lampu Pijar pertama yang dapat menyala 40 jam. Ia terus berkarya hingga usia 84 tahun dan menghasilkan sekitar 1.300 paten atas namanya, serta telah memasarkan sebagian
9
Geoffrey G. Meredith et. al., Kewirausahaan; Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Pusaka Binaman Pressindo, 2000), Cet VI, h. 7.
26
besar produknya. Perusahaan yang didirikan untuk memasarkan produknya kita kenal dengan nama General Electric (GE). GE adalah perusahaan no. 5 di Amerika Serikat dan no. 9 di dunia yang mempekerjakan sekitar 325.000 karyawan. Kedua, Muhammad Yunus pendiri Grameen Bank dan peraih nobel perdamaian 2006 dari Bangladesh. Ekonom ini lulusan Vanderbilt University, AS ini sangat terusik dengan kemiskinan yang massive di negerinya, sementara teori-teori ekonomi yang dipelajarinya tidak bisa memecahkan persoalan kemiskinan. Akhirnya ia terjun langsung dengan memberikan pinjaman sekitar US$ 27 bagi 42 orang petani dan pengrajin. Upaya ini kemudian bertumbuh menjadi model lembaga keuangan pedesaan yang terkemuka di dunia. Model pelayanan keuangan yang dikembangkannya telah direplikasikan di 58 negara. Lembaga keuangan tersebut dikenalsebagai Grameen Bank (bank desa) yang kini melayani sekitar 7 juta orang (7.309.335 per 30 September 2007) dan sebagian besar(97 %) adalah perempuan. Jumlah outstanding credit US$ 500,67 juta dan tingkat pengembalian 98,40 %. Karya Yunus membuktikan, bahwa orang-orang miskin, atau pengusaha mikro (economically active poor) adalah bankable. Bina Swadaya Entrepreneruship. Bina Swadaya merupakan lembaga pemberdayaan masyarakat yang lahir pada 24 Mei 1967 oleh sejumlah aktivis Ikatan Petani Pancasila (IPP) yang merasa terpanggil untuk memberdayakan masyarakat miskin dan terpinggirkan. Bina Swadaya pun berupaya menjadi wahana pemberdayaan masyarakat yang
27
mandiri dan konsisten, serta hadir secara kontekstual. Mandiri berarti adanya tekad untuk membangun dan menjaga kemandirian keuangan, dengan tidak bergantung pada bantuan lembaga dana. Konsisten dibuktikan dengan tetap berpegang teguh pada visi – misi pemberdayaan masyarakat miskin dan terpinggirkan. Kontekstual berarti hadir untuk menjawab kebutuhan dan mengantisipasi tantangan dan peluang yang ada.10
B. Ciri-ciri Entrepreneurship Dalam membuka usaha baru banyak unsur ketidakpastian antara ide wirausaha dengan peluang, ketidakpastian antar sumber daya dengan peluang dan ketidakpastian antara sumber daya dengan ide wirausaha. Oleh karena itu seorang wirausaha dituntut siap menghadapi tantangan dan mampu mengambil resiko, mempunyai sifat optimis serta sigap dalam pengambilan keputusan. Untuk memberi gambaran tentang wirausaha, penulis kemukakan pendapat dari Geoffrey G. Meredith et al. ”Para wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan bisnis, mengumpulkan sumbersumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses” sementara Howard H.Stevenson, mengatakan ”Kewirausahaan merupakan suatu pola tingkah laku manajerial terpadu dimana merupakan upaya pemanfaatan peluang-peluang yang
10
Bambang Ismawan, Menjawab Persoalan Bangsa dengan Entrepreneurship, dalam, http: // www. binaswadaya.org/index.php.com. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
28
tersedia tanpa mengabaikan sumber daya yang dimilikinya”. Dan H. Leibenstein mendifinisikan entrepreneur sebagai seorang atau sekelompok individu yang memiliki karakteristik, mampu menggandengkan peluang-peluang menjadi pasar, mampu
memperbaiki
kelemahan
pasar,
bisa
menjadi
seorang
input
complementer, dapat menciptakan atau memperluas time bending dan input transforming entitities. Dengan mengacu pada beberapa pengertian tersebut jelas bahwa seorang intrepreneur atau wirausaha dituntut mempunyai ciri-ciri tertentu yang dapat menunjang keberhasilannya dalam menekuni dunia usaha.11 Para wirausaha adalah individu-individu yang berorientasi kepada tindakan, dan bermotivasi tinggi yang mengambil risiko dalam mengejar tujuannya. Ada beberapa ciri-ciri dan sifat-sifat yang dimiliki oleh para wirausaha, yaitu: 1. Percaya diri. Hal ini terkait dengan keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, dan optimisme. 2. Berorientasikan tugas dan hasil. Yang meliputi kebutuhan akan prestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energitic, dan inisiatif. 3. Pengambil risiko
11
Erge, March 23rd, 2008, Ciri-ciri wirausahawan, dalam file:///D:/tugas-makalah-judulskripsi/mata-kuliah/kewirausahaan. Diakses pada tanggal 03/03/2009.
29
Maksudnya adalah kemampuan dalam mengambil risiko serta suka terhadap tantangan. 4. Kepemimpinan Yaitu bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain serta menanggapi saran-saran dan kritik. 5. Keorisinalan Maksudnya adalah inovatif dan kreatif, fleksibel, punya banyak sumber, serba bisa dan mengetahui banyak hal. 6. Berorientasi ke masa depan Maksudnya adalah mempunyai pandangan ke depan dan perseptif. Ciri-ciri tersebut meliputi watak-watak yang sebaiknya dimiliki dan dikembangkan untuk menjadi seorang wirausaha.12 Selain ciri-ciri di atas, seorang wirausaha juga harus mempunyai beberapa hal, yaitu: 1. Semangat Berprestasi 2. Sibuk Mencari Peluang 3. Think Big & Whole 4. Intuisi Tajam dalam Berbisnis 5. Berani dan Siap Mengambil Risiko 6. Toleran terhadap Ambiguitas
12
Geoffrey G. Meredith et. al., Kewirausahaan; Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Pusaka Binaman Pressindo, 2000), Cet VI, h. 7.
30
7. Optimis dan Segera’Bangun’ saat Jatuh 8. Cepat Berhitung & Mengambil Keputusan 9. Terpacu untuk lebih ‘Sejahtera’13
C. Peran Entrepreneurship Dalam Pembangunan Ekonomi Social Entreprenuers makin berperan dalam pembangunan ekonomi karena ternyata mampu memberikan daya cipta nilai–nilai sosial maupun ekonomi, yakni: 1. Menciptakan kesempatan kerja Manfaat ekonomi yang dirasakan dari Social Entrepreneurship di berbagai negara adalah penciptaan kesempatan kerja baru yang meningkat secara signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh John Hopkins University pada tahun 1998 di 13 negara menunjukan bahwa tenaga kerja yang bekerja disektor ini berkisar antara 1 – 7 %. Selain itu memberikan pula peluang kerja kepada penyandang cacat untuk dilibatkan dalam kegiatan produktif. 2. Melakukan inovasi dan kreasi baru terhadap produksi barang ataupun jasa yang dibutuhkan masyarakat. Berbagai inovasi terhadap jasa kemasyarakatan yang selama ini tidak tertangani oleh pemerintah dapat dilakukan oleh kelompok Social
13
Eileen Rachman & Sylvina Savitri, Entrepreneur: Pejuang Bisnis, 25-Feb-2007, dalam http://jobs.experd.com/. Diakses pada tanggal 03/03/2009.
31
Entrepereneurship seperti misalnya : penanggulangan HIV dan narkoba, pemberantasan buta huruf, kurang gizi. Seringkali standar pelayanan yang dilakukan pemerintah tidak mengenai sasaran karena terlalu kaku mengikuti standar yang ditetapkan. Sedangkan Social Entrepreneurs mampu untuk mengatasinya karena memang dilakukan dengan penuh dedikasi. Menurut Bill Drayton (2006): social entrepreneurs need and deserve loyalty. Their work is not a job, it is their life. 3. Menjadi modal sosial. Modal sosial merupakan bentuk yang paling penting dari berbagai modal yang dapat diciptakan oleh social entrepreneur karena walaupun dalam kemitraan ekonomi yang paling utama adalah nilai -nilai : saling pengertian (shared value), trust (kepercayaan) dan budaya kerjasama ( a culture of cooperation), kesemuanya ini adalah modal sosial. Keberhasilan negara Jerman dan Jepang adalah karena akar dari long-term relationship dan etika kerjasama yang mampu untuk menumbuhkan inovasi dan mengembangkan industri di negara masing-masing. Bank Dunia menyatakan pula bahwa permasalahan yang kritis dalam penanggulangan kemiskinan adalah modal sosial yang tidak memadai. Dibawah ini digambarkan “virtous circle of social capital” yang diawali dengan penyertaan awal dari modal sosial oleh social entrepreneurs. Selanjutnya dibangun jaringan kepercayaan dan kerjasama yang makin meningkat sehingga dapat akses kepada pembangunan fisik,
32
aspek keuangan dan sumber daya manusia. Pada saat unit usaha dibentuk (organizational capital) dan saat usaha sosial mulai menguntungkan maka makin banyak sarana sosial dibangun. 4. Peningkatan Kesetaraan (equity promotion) Salah satu tujuan
pembangunan
ekonomi adalah
terwujudnya
kesetaraan dan pemerataan kesejahteraan masayarakat. Dan melalui social entrepreneurship tujuan tersebut akan dapat diwujudkan, karena para pelaku bisnis yang semula hanya memikirkan pencapaian keuntungan yang maksimal, selanjutnya akan tergerak pula untuk memikirkan pemerataan pendapatan agar dapat dilakukan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Contoh keberhasilan Grameen Bank adalah salah satu bukti dari manfaat ini.14
D. Pengertian Bisnis Sosial Krisis global seharusnya cukup mencelikkan mata kita dari kebutaan dan melihat “jalan lain” agar kita bisa hidup berkecukupan dan beradab. Dan salah satu “jalan lain” tersebut terdapat dalam bisnis sosial. Di bawah ini adalah penjelasan tentang bisnis sosial dan bagaimana bisnis sosial bisa diciptakan dimana saja mulai dari lingkungan yang berpengaruh. Definisi dari bisnis sosial tersebut adalah:
14
Setyanto P. Santosa, Peran Social Entrepreneurship Dalam Pembangunan, dikutip dari acara dialog “ Membangun Sinergisitas Bangsa Menuju Indonesia Yang Inovatif, Inventif dan Kompetitif” diselenggarakan oleh Himpunan IESP FE-Universitas Brawijaya,Malang, 14 Mei 2007. dalam
[email protected]. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
33
1. Bisnis Sosial adalah bisnis yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhankebutuhan sosial, misalnya untuk mengurangi kemiskinan, menyediakan makanan bergizi bagi kaum miskin, asuransi kesehatan, pendidikan dan perumahan bagi warga menengah ke bawah, dst. Bisnis sosial bisa juga bergerak di segala bidang, misalnya dari property sampai financial, namun dimiliki oleh sesama anggota. 2. Seperti layaknya lembaga bisnis, seluruh biaya yang dikeluarkan harus diperhitungkan dan didanai dari mekanisme bisnis berjalan. 3. Digerakkan oleh cause-driven, bukan profit-driven. Sedangkan model-model bisnis sosial adalah sebagai berikut: 1. Model 1: Perusahaan yang berorientasi pada penyediaan pelayanan sosial, bukan mencari keuntungan bagi pemilik atau investor, dan dimiliki oleh investor untuk tujuan sosial seperti pengurangan kemiskinan, kesehatan bagi kaum miskin, pendidikan, keadilan sosial, keberlanjutan lingkungan hidup dan seterusnya. 2. Model 2: Bisnis profit yang dimiliki oleh kaum miskin. Keuntungan perusahaan dikembalikan untuk kesejahteraan kaum miskin. 3. Perbedaan model 1 dan 2: Pada model 1, barang, jasa dan system yang bekerja menciptakan keuntungan sosial. Pada model 2, barang dan jasa yang diproduksi bisa menciptakan atau tidak menciptakan keuntungan sosial. Keuntungan sosial terletak pada kepemilikan oleh kaum miskin. Keuntungan finanasial dikembalikan kepada mereka yang membutuhkan. Bisnis sosial
34
juga bisa gabungan kedua model itu: perusahaan yang menciptakan keuntungan sosial dan sekaligus dimiliki oleh kaum miskin. Bisakah gabungan bisnis profit dan bisnis sosial? Teorinya bisa. Misalnya keuntungan dibagi, misalnya 60% untuk tujuan sosial dan 40% untuk tujuan keuntungan pribadi atau sebaliknya. Pada prakteknya sangat sulit karena tujuannya saling berlawanan satu dengan yang lain. Management akan lebih realistik mengelola perusahan bisnis sosial murni atau bisnis profit murni. Sekedar menyebut beberapa nama sebagai contoh: Grameen Bank dan perusahaan-perusahaan lain yang berafiliasi dengan Grameen (dalam kurun waktu kurang dari 3 dekade Grameen sudah memiliki 24 perusahaan dan semua adalah bisnis sosial model 1, 2 dan campuran keduanya), Credit Union yang mulai pada abad 19 di German dan mengglobal sampai masuk ke kampung-kampung nusantara. Bina Swadaya yang menyandang nama NGO terbesar pada tahun 70/80-an kini sudah memiliki beberapa (sebuah sumber menyebut belasan) perusahaan bisnis sosial. Bisnis sosial tersebut bisa tercipta apabila: a. Perusahaan-perusahaan yang ada yang ingin menggerakkan bisnis sosial. Mereka bisa mengalokasikan sebagian keuntungan untuk bisnis sosial sebagai bagian dari Corporate Social Responsibility atau dengan menciptakan bisnis sosial sendiri atau bekerja-sama dengan perusahaan lain atau social business entrepreneurs tertentu.
35
b. Yayasan-yayasan sosial karitatif, lembaga-lembaga keagamaan atau lembagalembaga karitatif menciptakan dana untuk bisnis sosial sambil tetap menjalankan proyek-proyek karitatif. c. Usahawan individual yang sukses dalam binis profit yang tertantang menggunakan kreatifitasnya untuk menciptakan bisnis sosial. d. Badan donor bilateral atau multilateral memberikan dukungan bisnis sosial kepada negara-negara penerima utang. e. Pemerintah nasional maupun lokal. f.
Para pensiunan bisa menyisihkan sebagian dananya untuk investasi di bisnis sosial.
g. Kaum muda yang masih sekolah atau yang sudah lulus bisa memilih untuk menciptakan bisnis sosial didorong oleh idealisme menciptakan kesejahteraan dan keadilan dan peluang untuk mengubah dunia.15 Bisnis sosial adalah bisnis seperti bisnis saat ini, tetap mengambil keuntungan agar roda perusahaan tetap berjalan, mampu memperbesar usaha, membuka cabang baru, menggaji professional dengan gaji sesuai pasaran, menjalankan promosi dan strategi marketing. Ukuran keberhasilan bukan pada berapa keuntungan materi tapi berapa banyak orang yang telah dibantu dan mendapatkan manfaatnya, serta dampak positif apa yang ditimbulkan. Investor, Pemilik perusahaan boleh menarik kembali modal yang ditanam dari keuntungan 15
J. Sudrijanta, SJ on December 16th, 2008, Bisnis Sosial sebagai Jalan Alternatif terhadap Krisis Global, dalam http://gerejastanna.org/bisnis-sosial-sebagai-jalan-alternatif-terhadap-krisisglobal/. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
36
sampai 100%, setelah itu tidak boleh ambil lagi. Keuntungan berikut akan diputar kedalam perusahaan. Ini menarik. Para donatur yang biasanya menyumbang tak harap kembali, bisa mendapatkan uangnya kembali dari konsep Bisnis Sosial. Donatur bisa mengivestasikan lagi ke Binis Sosial lainnya, terus dan terus. Dengan demikian orang miskin tidak selalu mengharapkan uang dari donatur karena ada mesin uang yang sudah berjalan. Pemberian uang tunai sangat tidak mendidik dan tidak memacu orang untuk berkarya lebih keras. Ciri-ciri Binis Sosial bisa beraneka ragam dengan visi dan misi yang sama. Mereka merancang, menjual produk yang dibutuhkan kalangan miskin dengan harga murah tapi perusahaan harus tetap bisa untung. Memberikan keringanan dalam membayar jika barangnya tidak bisa dibuat murah. Produk yang dijual umumnya yang berdampak meningkatkan kesehjateraan orang miskin misalnya makanan sehat bagi anak-anak, solar cell untuk pembangkit listrik 50 watt, kredit mikro. Semakin banyak orang menjalankan Bisnis Sosial, lambat laun kemiskinan akan terkikis dengan sendirinya.16
16
Bisnis Sosial Jadi Pilihan para Donatur, July 23rd, 2008 dalam http://www. andaisaja.com/?cat=8. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
BAB III BIOGRAFI MUHAMMAD YUNUS
A. Riwayat Hidup Muhammad Yunus Yunus lahir pada 28 Juni 1940, adalah seorang bankir dan ekonom. Dia adalah profesor ekonomi yang terkenal dengan keberhasilan penerapan kredit mikronya; yaitu perluasan pinjaman kecil. Pinjaman ini diberikan pada pengusaha-pengusaha yang terlalu miskin untuk memenuhi syarat atas peminjaman bank tradisional. Yunus juga pendiri bank Grameen. Dia adalah ketiga tertua dari sembilan saudaranya. Yunus lahir 28 Juni 1940 dari sebuah keluarga muslim di desa Bathua, sekitar Boxirhat Road di Hathazari, Chittagong, Bangladesh. Ayahnya adalah Hazi Dula Mia Shoudagar, seorang penjual permata dan ibunya adalah Sofia Khatun. Dia menghabiskan awal masa kanak-kanaknya di desa pada 1944, lalu keluarganya pindah ke kota Chittagong dan diapun pindah sekolah dari SD di desanya ke SD Lamabazar. Pada 1949, ibunya menderita penyakit kejiwaan. Dia melewati ujian masuk perguruan tinggi di kampus Chittagong Collegiate School dan berada di posisi ke 16 dari 39 ribu siswa yang beruji di Pakistan Timur. Selama tahun-tahun dia sekolah, dia adalah anggota pramuka yang aktif, dan sudah berjalan ke Pakistan Timur dan India pada 1952, dan ke Kanada pada 1955 untuk mengikuti Jambore-Jambore. Lalu saat Yunus kuliah di Chittagong College, dia menjadi aktifis dalam 37
38
aktifitas-aktifitas budaya dan memenangkan penghargaan untuk aksi panggung. Pada 1957, dia mengambil jurusan ekonomi di Dhaka University dan menyelesaikan BA nya, pada tahun 1960 dan MA pada 1961. Yunus bergabung dalam Bureau of Economics sebagai asisten peneliti dalam penelitian-penelitian masalah ekonominya Profesor Nurul Islam dan Rehman Sobhan. Lalu dia ditunjuk sebagai penceramah dalam bidang ekonomi di Chittagong College pada 1961. Selama waktu itu, dia juga mulai usaha di pabrik pembungkus yang menguntungkan. Dia pun ditawari beasiswa Fulbrighat untuk belajar di US pada tahun 1965. Dia memperoleh gelar Ph.D. dibidang ekonomi di Vanderbilt University, US melalui jurusan Economic Development pada 1969. Dari tahun itu hingga 1972 Yunus menjadi profesor asisten ekonomi di Middle Tennessee State University di Murfreesboro, TN. Selama perang pembebasan Bangladesh pada 1971, Yunus mendirikan komisi warga dan bergegas ke Bangladesh Information Center, dengan beberapa orang Bangladesh lain yang tinggal di US, untuk memberikan dukungan atas kebebasan. Dia juga mempublikasi Bangladesh Neswletter dari rumahnya di Nashville. Setelah perang, Yunus kembali ke Bangladesh dan di tetapkan sebagai anggota Goverment Planning Commission yang di ketuai oleh Nurul Islam, lalu dia merasa bosan dengan pekerjaaan itu dan pindah ke Chittagong University sebagai kepala bagian Ekonomi. Dia menjadi terlibat dalam penurunan kemiskinan setelah mengamati
39
kelaparan yang terjadi tahun 1974, dan mendirikan program ekonomi pedesaan sebagai proyek riset. Pada 1975, dia mengembangkan Nabajug (New Era (Masa baru)) Tebhaga Khamar (three share farm (pertanian bagi tiga)) yang diadopsi pemerintah sebagai perogram masukan pembungkus. Agar proyek itu bisa lebih efektif,
Yunus
dan
kelompoknya
mengajukan
program
Gram
Sarkar
(pemerintahan desa). Dikenalkan oleh presiden Ziaur Rahman pada akhir tahun 1970-an, pemerintah mendirikan 40,392 pemerintahan-pemerintahan desa sebagai pemerintah lapisan ke empat pada tahun 2003. 2 Agustus 2005, dalam menjawab surat permohonan dari Bangladesh Legal Aids dan Services Trust (BLAST) akhirnya Hakim Agung mengumumkan bahwa Gram Sarkar adalah Ilegal dan tidak sesuai dengan konstitusi. Pada 1976, selama kunjungan ke wilayah perumahan termiskin di desa Jobra dekat Chittagong University, Yunus menemukan bahwa pinjaman yang sangat sedikit bisa membuat ketidakseimbangan pada orang miskin. Wanitawanita Jobra yang membuat peralatan rumah tangga dari bambu telah mengambil pinjaman yang banyak untuk membeli bambu, untuk membayar keuntungannya kepada tukang kredit. Pinjaman pertamanya 27 dolar dari sakunya yang dikeluarkan untuk 42 wanita di desa, yang membayar keuntungan bersihnya 0.52 (0.02 dolar) dalam tiap pinjaman. Konsep penyediaan kredit bagi orang miskin sebagai alat untuk mengurangi kemiskinan bukanlah hal yang unik. Dr. Akhtar Hameed Khan, pendiri Academy for Rural Development (sekarang menjadi Bangladesh
40
Academy for Rural Development), dihargai karena memelopori ide. Dari pengalamannya di Jobra, Yunus dan Dr. Hameed, menyadari bahwa pembuatan suatu institusi dibutuhkan untuk memberikan pinjaman pada mereka yang tak punya apa-apa. Sementara bank-bank tradisional tidak tertarik untuk memberikan pinjaman berjumlah kecil dalam tingkat bunga yang tidak masuk akal bagi orangorang miskin karena resiko pembayaran yang tinggi, Yunus percaya bahwa memberikan kesempatan kepada orang miskin untuk melunasi uang yang dipinjam oleh karena itu kredit kecil merupakan model bisnis yang dapat terus berjalan Yunus dan koleganya menghadapi tantangan dari kelompok konservatif aliran kiri radikal yang mengatakan kepada para wanita bahwa mereka akan ditolak di pekuburan muslim jika mereka meminjam uang dari Grameen Bank. Pada bulan juli 2007, Grameen Bank telah mengeluarkan 6.39 miliyar dolar untuk 7.4 juta peminjam. Untuk memastikan pengembalian pinjaman, bank menggunakan sistem grup solidaritas. Kelompok informal ini bersama-sama mengunakan dana pinjaman dan -bersama anggotanya- bertindak sebagai penjamin
akan
pengembalian
pinjaman
dan
saling
mendukung
pada
pengembangan ekonomi itu sendiri. Akhirnya Yunus sukses dalam pengamanan pinjaman dari Bank Janata Pemerintah untuk meminjamkannya kepada orang miskin di Jobra Desember 1976. Sebuah lembaga melanjutkan operasinya dengan pinjaman keamanan dari
41
bank lain untuk proyeknya. Tahun 1982, Bank mempunyai 2.800 anggota.Pada tanggal 1 Oktober 1983 pemimpin proyek mulai mengoperasikan sebagai fullfledged bank dan berganti nama menjadi Grameen Bank (Bank Desa) untuk memberikan pinjaman kepada orang miskin Bangladesh. Yunus dan rekan kerjanya mengalami segalanya dari seorang radikal yang jahat.1 Grameen Bank mulai membuka cabang pada akhir tahun 1980 ketika ia mulai memanfaatkan tambak ikan yang terlantar dan tak terpakai, begitu juga pompa irigasi seperti turbin. Pada tahun 1989, semua itu mulai berkembang menjadi organisasi tersendiri, seperti proyek perikanan menjadi Grameen Motsho (yayasan perikanan grameen) dan proyek irigasi menjadi
Grameen Krishi
(yayasan Agrikultur Grameen). Selanjutnya, inisiatif Grameen telah berkembang menjadi beberapa kelompok usaha profit dan non profit, termasuk proyek besar seperti Grameen Trust dan Grameen Fund yang berjalan setara dengan Grameen Sofwar Limited, Grameen Cybernet Limited, dan Grameen Knitwear Limited, begitu juga Grameen Telecom yang memiliki saham di Grameenphone (GP), sektor perusahaan telepon swasta terbesar di Banglades. Proyek Village phone (polli phone) milik GP telah membawa kepemilikan cell-phone hingga mencapai 260 ribu kampung miskin di 50 ribu desa sejak awal proyek tersebut, bulan Maret 1997. Keberhasilan model microfinasial Grameen telah memberi inspirasi dan ditiru oleh ratusan negera berkembang bahkan negara maju termasuk US banyak, 1
http://www.grameen.com/index.php.com . Diakses pada tanggal 22/09/2008
42
tapi tidak semua, proyek kredit mikro yang menekankan pinjamannya khususnya pada wanita. Lebih dari 94% pinjaman 2 loan telah keluar untuk wanita, yang menderita ketimpangan kerena miskin dan yang lebih memungkinkan untuk menghabiskan penghasilannya pada keluarga. Karena kerjanya di Grameen Bank, Yunus diberi nama: Ashoka: Pendiri Public Academy Member tahun 2001 Tahun 2006 Yunus dan bank itu di anugerahi Nobel Perdamaian, "atas usaha mereka untuk membuat pengembangan sosial ekonomi dari bawah." Yunus menerima beberapa penghargaan tingkat nasional dan internasional lainnya. Dia adalah pengarang buku Banker to the Poor dan mendirikan anggota dewan yang mendirikan Grameen Foundation. Pada awal tahun 2007, Yunus mulai tertarik terjun ke partai politik yang bernama Nagorik Shakti (kekuatan warga), tapi kemudian membatalkan rencananya, dia juga adalah salah seorang anggota Global Elder (Sesepuh purba dunia ) Yunus dianugerahi hadiah Nobel Perdamaian bersama dengan Bank Grameen pada tahun 2006 atas usaha mereka mengembangkan sosial ekonomi masyarakat jelata. Dalam penyambutan penganugerahan Norwegian Nobel Committe, disebutkan; Yunus telah membuktikan kepada dirinya sendiri untuk menjadi pemimpin yang telah berusaha untuk memaknai visi kedalam aksi nyata demi keuntungan berjuta umat manusia, tidak hanya di Bangladesh, tapi juga di banyak negara lainnya. Pinjaman pada kaum miskin tanpa adanya jaminan keamanan finansial tampak menjadi ide yang memungkinkan. Dari kerendahan-hati yang berawal tiga puluh tahun yang lalu, Yunus, pertama dan terutama melalui Bank Grameen, telah mengembangkan kredit mikro ke dalam sarana penting dalam perjuangan ke dalam kemiskinan.
43
Yunus adalah orang Bangladesh pertama dan orang Bengali ketiga yang pernah mendapatkan hadiah Nobel. Setelah mendapat kabar dari hadiah itu, Yunus mengumumkan bahwa dia akan menggunakan bagiannya atas hadiah 1.4 juta dolarnya untuk membuat perusahaan makanan bernutrisi tinggi murah meriah untuk dikonsumsi rakyat jelata, sementara sisanya akan dipakai untuk memulai membangun rumah sakit mata untuk orang miskin di Bangladesh. Mantan President US, Bill Clinton, adalah seorang pendukung atas peraihan hadiah nobel terhadap Yunus. Dia mengekspresikannya dalam majalah Rolling Stone sebagaimanapula di ungkapkan dalam autobiografinya My Life. Dalam pidatonya di University of California, Berkeley 2002, President Clinton menggambarkan Yunus sebagai "manusia yang jauh sebelumnya telah pantas memenangkan hadiah Nobel (dan) saya akan terus mengatakan hal itu hingga akhirnya hadiah itu sampai padanya." Dia juga memenangkan sejumlah penghargaan lainnya, termasuk penghargaan Ramon Magsaysay Award, World Food Prize, Sydney Peace Prize, dan pada desember 2007, Ecuadorian Peace Prize. Disamping itu, Yunus telah dianugerahi 26 gelar doktor kehormatan, dan 15 penghargaan spesial. Pemerintah Bangladesh mengeluarkan prangko peringatan untuk menghormati Nobelnya. Pada Januari 2008, Houston, Texas mengumumkan tanggal 14 Januari sebagai hari “Yunus.” Di awal 2006, dia bersama anggota masyarakat lainnya termasuk Prof Rehman Sobhan, Justice Muhammad Habiburrahman, Dr Kamal Hossain, Matiur
44
Rahman, Mahfuz Anam dan Debapriya Bhattchariya berpartisipasi dalam kampanye kejujuran dan kebersihan salah satu calon dalam pemilu nasional. Dia mempertimbangkan memasuki partai politik di akhir tahun itu. Pada
11
Februari
2007,
Yunus
menulis
surat
terbuka,
mempublikasikannya di surat kabar Daily Star. Disana, dia meminta seluruh warga agar melihat rencananya untuk bergabung dalam partai politik untuk mendirikan niat baik politis, kepemimpinan yang pantas dan pemerintahan yang baik. Dalam surat itu dia meminta setiap orang untuk memberi sedikit gambaran bagaimana dia harus mengerjakan tugasnya dan bagaimana meraka bisa berkonstribusi di dalamnya. Akhirnya Yunus mengumumkan berdirinya partai baru yang sementara yang di sebut Nagorik Shakti (citizen power) pada 18 Februari 2007. Ada spekulasi bahwa tentara mendukung masuknya Yunus ke politik. Tanggal 3 Mei, Yunus mengumumkan bahwa dia memutuskan untuk meninggalkan karir politik setelah mengikuti pertemuan dengan kepala pemerintah sementara Fakhruddin Ahmed Pada 18 July 2007, di Johannesburg, Afrika selatan, Nelsen Mandela, Graca Machel dan Desmond Tutu memanggil sebuah kelompok pemimpin dunia, untuk mengkonstribusikan kebijaksanaannya, kepemimpinan yang independen, dan integritas bersama terhadap dunia. Nelson Mandela mengumumkan grup baru ini sebagai, The Global Elders dalam pidato yang dia sampaikan dalam
45
kesempatan ulang tahunnya yang ke-89. Uskup Tutu menjabat sebagai Kepala The Elders. anggota kelompok yang berdiri dalam group ini adalah Machel, Kofi Annan, Ela Bhatt, Gro Harlem Brundtland, Jimmy Carter, Li Zhaoxing, Mary Robinson dan Yunus. The Elder didirikan secara independen oleh sejumlah pendiri yaitu: Richard Branson, Peter Gabriel, Ray Chambers; Michael Chambers; Bridgeway Foundation; Pam Omidyar, Humanity United; Amy Robbins; Shashi Ruia, Dick Tarlow; dan The United Nations Foundation. Pada tahun 1967, Saat Yunus menghadiri Universitas Vanderbilt, dia bertemu dengan Vera Forostenko, seorang mahasiswa sastra Rusia di kampus itu dan seorang anak Rusia yang pindah ke Trenton, New Jersey, US. Tahun 1970 Merekapun menikah. Pernikahannya dengan Vera berakhir beberapa bulan setelah kelahiran bayi mereka Monica Yunus (1979 Chittagong), ketika Vera kembali ke New Jersey dan mengatakan bahwa Bangladesh bukanlah tempat yang baik untuk membesarkan anak. Kemudian Yunus menikahi Afrozi Yunus, seorang gadis yang kemudian menjadi peneliti di Fisika di Manchester University. Afrozi kemudian di tunjuk sebagai profesor fisika di Jahangirnagar Universtity. Anak mereka Deena Afroz Yunus lahir 1986. Saudaranya juga seorang yang aktif di kampus. Muhammad Ibrahim, saudara Yunus ini, adalah seorang profesor fisika di Dhaka University dan perdiri The Center for Mass Education in Science (CMES), yang menyediakan
46
pendidikan sains untuk gadis-gadis remaja desa. Adiknya Muhammad Jahangir adalah presenter televisi terkenal. Monica anak pertama Yunus, adalah penyanyi soprano America berdarah Bangladesh-Russia, bekerja di New York.2 Adapun beberapa penghargaan internasional yang telah di terima Yunus antara lain adalah sebagai berikut : Ramon Magsaysay Award (1984) from Philippines; Aga Khan Award for Architecture (1989) from Switzerland; Mohamed Shabdeen Award for Science, Socio Economic (1993) from Sri Lanka; World Food Prize (1994) from U.S.A.; Simon Bolivar Prize (1996) from Venezuela; Man for Peace Award (1997) from Italy, Prince of Austurias Award for Concord (1998) from Spain; Ozaki (Gakudo) Award (1998) from Japan; Indira Gandhi Award (1998) from India; Sydney Peace Prize (1998) from Australia, Rotary Award for World Understanding (1999) from U.S.A., Golden Pegasus Award (1999) from Italy, Roma Award for Peace and Humanitarian Action (1999) from Italy, King Hussein Humanitarian Leadership Award (2000) from Jordan, International Cooperation Prize Caja de Granada (2001) from Spain, NAVARRA International Aid Award (2001) from Spain, Grand Prize of the Fukuoka Asian Culture Prize (2001) from Japan, Mahatma Gandhi Award (2002) from U.S.A., Volvo Environment Prize (2003) from Sweden, Citta di Orvieto Award (2004) from Italy, Nikkei Asia Prize (2004) from Japan, The Economist Award for Social and Economic Innovation (2004) from U.S.A., Golden Cross of the Civil Order of the Social Solidarity (2005) from Spain, 2
Lihat http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad Yunus. Diakses pada tanggal 05/09/2008.
47
Freedom Award (2005) from U.S.A., Prize Il Ponte (2005) from Italy, Foundation of Justice (2005) award from Valencia, Spain, Neustadt Award (2006) from U.S.A, Global Citizen of the Year Award (2006) from U.S.A., Franklin D. Roosevelt Freedom Award (2006) from Netherlands, ITU World Information Society Award (2006) from Switzerland, Seoul Peace Prize (2006) from Korea, Convivencia (Good Fellowship) of Ceuta Award (2006) from Spain, Nobel Peace Prize (2006) from Norway, Disaster Mitigation Award (2006) from India, SHERA BANGALEE Award (2006) from Kolkata, India, Global Trailblazer Award (2007) from USA, ABICC Award For Leadership in Global Trade (2007) from U.S.A., Social Entrepreneur Award (2007) from U.S.A., Global Entrepreneurship Leader Award (2007) from U.S.A., Red Cross Gold Medal (2007) from Spain, Rabindra Nath Tagore Birth Centenary Plaque (2007) from Kolkata, India, EFR-Business Week Award (2007) from Netherlands, Nichols-Chancellorâ, Medal (2007) from U.S.A., Vision Award (2007) from Germany, BAFI Global Achievement Award (2007) from U.S.A. Sedangkan di Bangladesh, Yunus menerima beberapa penghargaan berupa: President's Award (1978); Central Bank Award (1985); dan Independence Day Award (1987), penghargaan nasional tertinggi. Dia menduduki kursi pertama kelompok penasehat politik dari organisasi CGAP (Consultative Group to Assist the Poorest (kelompok penasehat untuk membantu orang-orang yang paling miskin)). Dia telah ditunjuk untuk menjadi Goodwill Ambassador untuk UNAIDS oleh PBB. Dia juga dilantik menjadi anggota
48
Legion d'Honneur oleh Presiden Perancis, Chirac. Yunus juga telah menerima gelar kehormatan doktor dari Universitasuniversitas berikut ini : University of East Anglia, U.K. (1992), Oberlin College, U.S.A. (1993), University of Toronto, Canada (1995), Haverford College, U.S.A. (1996), Warwick University, U.K.(1996), Saint Xaviers' University, U.S.A. (1997), University of the South, U.S.A. (1998), Katholieke Universiteit Leuven, Belgium (1998), Yale University, U.S.A. (1998). Brigham Young University, U.S.A. (1998), University of Sydney, Australia (1998), Queensland University of Technology, Brisbane, Australia (2000), University of Turin, Italy (2000), Colgate University, Hamilton, U.S.A. (2002), University Catholique of Louvain, Belgium (2003), Universitad Nacional De Cuyo, Argentina (2003), University of Natal, South Africa (2003), Bidhan Chandra Krishi Viswayvidyalaya, India (2004), Asian Institute of Technology, Thailand (2004), University of Florence, Italy (2004), University of Bologna, Italy (2004), University of Complutense, Spain (2004), University of Venda, South Africa (2006), American University of Beirut, Lebanon (2006), University of Alicante, Spain (2006), University of Valencia, Spain (2006), University of Jaume I, Spain (2006). Yunus mengabdikan diri sebagai dewan pengurus dari beberapa organisasi internasional. Selain Bank Grameen, dia juga mendirikan beberapa perusahaan di Bangladesh untuk address berbagai macam persoalan kemiskinan dan pengembangan. Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain : Grameen Phone (sebuah pabrik telepon selular), Grameen Cybernet (Penyedia layanan (server)
49
Internet), Grameen Communications (penyedia layanan Internet untuk pedesaan), Grameen Software company (perusahaan pembuat peranti lunak), Grameen Information Technology Park, Grameen Fund (penyedia modal usaha sosial), Grameen Capital Management company, Grameen Textile company, Grameen Knitwear company, Grameen Renewable Energy company, Grameen Health company, Grameen Education company, Grameen Agriculture company, Grameen Fisheries and Livestock company (perikanan dan peternakan), Grameen Business Promotion company dan lain sebaginya.3
B. Karya-karya Yunus Sebagai seorang praktisi, karya tulis yang telah dihasilkan Yunus bisa dibilang produktif, baik yang berbentuk buku, ataupun yang berbentuk artikel. Karya-karya ilmiah umumnya ditulis dengan menggunakan bahasa Perancis dan Inggris. Yunus telah mempublikasikan beberapa buku dalam bahasa Inggris (yang telah diterjemahkan kedalam beberapa bahasa, termasuk Indonesia). Bukubukunya berkenaan dengan ekonomi, sosial, kemiskinan, dan Gramen Bank yang didirikannya. Antara tahun 1976 dan 2008 banyak artikel yang telah ditulisnya. Buku-buku yang telah dihasilkannya antara lain adalah: 1. Banker to the Poor: The Autobiography of Muhammad Yunus, Founder of Grameen Bank, Oleh Muhammad Yunus, Alan Jolis, Kontributor Alan Jolis, Diterbitkan oleh Oxford University Press, 3
http://www.grameen.com/index.php.com . Diakses pada tanggal 22/09/2008.
50
2001. Buku ini menceritakan tentang autobiografi Yunus dan Grameen bank yang didirikannya. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa sosok seorang Yunus adalah hal yang jarang: visioner yang bonafid. Impiannya adalah menghapus kemiskinan secara total dari dunia. Pada tahun 1983, dengan
menentang
saran
perbankan
dan
pemerintah,
Yunus
mendirikan Grameen, sebuah bank yang ditujukan untuk menyediakan pinjaman
kecil
kepada
masyarakat
miskin.
Grameen
Bank,
berdasarkan kepercayaan bahwa kredit adalah hak asasi manusia, bukanlah hak istimewa beberapa gelintir orang, sekarang telah menyediakan lebih dari 2,5 miliar dolar pinjaman mikro untuk lebih dari dua juta keluarga di daerah pedesaan Banglades. 94 persen klien Yunus adalah wanita, rata-rata pembayarannya adalah seratus persen. Di seluruh dunia, program pinjaman mikro yang digagas Grameen Bank sedang berkembang, dengan lebih dari tiga ratus program yang didirikan di USA sendiri. Bank untuk orang miskin adalah memoar Yunus tentang bagaimana dia memutuskan untuk merubah hidupnya agar bisa membantu kemisikinan dunia. Di dalamnya dia telah meninggalkan jejak perjalanan intelektual dan spritual yang menggiringnya secara fundamental untuk memikirkan ulang hubungan ekonomi antara yang
51
kaya dengan yang miskin, serta tantangan yang dia hadapi bersama koleganya dalam membangun Grameen Bank. Dia juga menyediakan petunjuk bijak lagi bermanfaat bagi siapapun yang ingin bergabung dengannya di dalam “Memuseumkan kemiskinan sehingga suatu hari anak-anak kita akan mengunjunginya dan bertanya bagaimana kita bisa membiarkan hal yang mengerikan tersebut begitu lama.” Bank to the Poor adalah buku penting dan merupakan bacaan yang penuh inspirasi bagi siapapun yang tertarik kepada ekonomi, kebijakan publik dan pilantropi, sejarah sosial dan bisnis. Yunus dilahirkan di Banglades dan mendapatkan gelar Ph. D dalam ekonomi di universitas Vanderbilt USA, dimana dia sangat dipengaruhi oleh gerakan hak-hak sipil. Dia masih tinggal di Banglades dan mengelilingi dunia demi Grameen Bank dan konsep mikro kredit. Yunus di lahirkan pada tahun 1940 di Chittagong, sebuah pelabuhan di Banglades, anak ketiga dari empat belas bersaudara, lima diantaranya meninggal ketika masih kecil. Dia menempuh pendidikan di universitas Dhaka dan mendapatkan beasiswa Fulbright untuk belajar ekonomi di uniniversitas vanderbilt. Tahun 1972 dia menjadi ketua jurusan ekonomi di universitas Chittagong. Dia adalah pendiri dan direktur Grameen Bank.
52
2. Creating A World Without Poverty: Social Business and the Future of Capitalism, Oleh Muhammad Yunus, Diterbitkan oleh PublicAffairs, 2008, 296 halaman. Buku
ini
menggambarkan
bagaimana
Yunus
dalam
kemitraannya dengan beberapa pemimpin bisnis dunia paling visioner telah meluncurkan bisnis yang dirancang demi tujuan sosial pertama kali di dunia. Menurut Yunus, Bagaimana anda bisa menggunakan kekuatan pasar bebas untuk memecahkan masalah kelaparan, keimiskinan dan ketidak adilan? Untuk beberapa kalangan, hal tersebut terdengar mustahil. Akan tetapi peraih nobel perdamaian, Yunus, justru sedang Mempraktekannya. Sebagai pendiri Grameen Bank, Yunus memprakarsai mikrokredit, program bank innovatif yang menyediakan pinjaman kecil bagi masyarakat miskin, utamanya wanita, sebagai modal bisnis demi mengangkat keluarga mereka dari kemisikinan. Selama tiga puluh tahun, mikrokredit telah menyebar ke setiap benua dan memberikan manfaat kepada lebih 100 juta keluarga. Tetapi Yunus masih belum puas. Dia percaya, Masih banyak yang bisa dikerjakan,
jika
dinamika
kapitalisme
bisa
diterapkan
untuk
menghadapi tantangan kemanusiaan terbesar. Sekarang, dalam bukunya Creating World Without Poverty, Yunus melampui mikrokredit untuk memprakasai gagasan bisnis social sebagai cara yang benar-benar baru untuk menggunakan bisnis
53
demi mengatasi masalah kemiskinan masarakat dan polusi hingga masalah perawatan kesehatan yang tidak memadai serta kurangnya pendidikan. Buku ini menggambarkan bagaimana Yunus dalam kemitraannya dengan beberapa pemimpin bisnis dunia paling visioner telah meluncurkan bisnis yang dirancang demi tujuan sosial pertama kali di dunia. Dengan bekerja sama dengan Danone untuk memproduksi yogurt bernutrisi dengan harga terjangkau bagi anakanak kurang gizi di Bangladesh dan membangun rumah sakit perawatan mata yang menyelamatkan ribuan orang miskin dari kebuataan, Creating A World Without A Poverty memberikan pandangan sekilas yang mengagumkan. Di masa yang akan datang Yunus memperkirakan sebuah dunia yang dirubah oleh ribuan bisnis sosial. Gagasan Yunus besar selanjutnya adalah menawarkan sebauh model bisnis baru dan lebih manusiawi dari pada kapitalisme.4 Karya-karya di atas memperlihatkan keahlian, ketekunan dan kedisiplinan
terhadap
ilmu
yang
ditekuninya.
Ini
sekaligus
mencerminkan bahwa beliau pantas meraih penghargaan berupa Nobel perdamaian. Sedangkan buku-bukunya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia di antaranya adalah: 4
lihat http://www.grameen-info.org/book/index.htm. Diakses pada tanggal 22/09/2008.
54
1. “Bank Kaum Miskin : Kisah Yunus dan Grameen Bank Memerangi Kemiskinan. Diterjemahkan oleh Irfan Nasution. Jakarta: Marjin Kiri, 2007, Cet III.” 2. “Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan ; Bagaimana Bisnis Sosial Mengubah Kehidupan Kita. Diterjemahkan oleh Rani R. Moediarta. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 2008, h. 119” Sementara artikel-artikel dalam bahasa Inggris yang telah dihasilkannya antara lain adalah: 1. A national strategy for economic growth and poverty reduction. http://bids.sdnbd.org. 2. Grameen Bank's Struggling (Beggar) Members Programme, July, 2005. http://www.grameen-info.org/index.html. 3. Grameen Bank II Designed to Open New Possibilities, October 2002. 4. Expanding
Microcredit
Outreach
to
Reach
the
Millennium
Development Goal- Some Issues for Attention. Resented at the International Seminar on Attacking Poverty with Microcredit, organized
by
PKSF
in
Dhaka,
January
8-9,
2003.
http://www.grameen-info.org/index.html. 5. Social Business Entrepreneurs Are the Solution. 20-August, 2005. http://www.grameen-info.org/index.html. 6. Ten
Indicators
to
Assess
Poverty
http://www.grameen-info.org/index.html.
leve.
August,
2006.
55
7. What is Microcredit ? February, 2008. 8. Commonwealth Lecture, 2003. http://www.grameen.com/index.html. 9. Is Grameen Bank Different From Conventional Banks? 20 April – 2008. http://www.grameen.com/index.html. 10. Business Week has named Dr. Yunus as one of "The Greatest Entrepreneurs of All Time." http://www.businessweek.com.
C. Pokok-pokok pikiran Yunus Yunus sangat yakin bahwa semua manusia memiliki keterampilan bawaan lahir. Yunus menyebutnya sebagai keterampilan bertahan hidup. Fakta bahwa kaum miskin bisa hidup jelas membuktikan kemampuan itu. Mereka tidak perlu diberi pelajaran bagaimana cara untuk bertahan hidup; mereka sudah tahu bagaimana caranya. Jadi, daripada membuang waktu mengajari mereka keterampilan baru, Yunus mencoba memanfaatkan semaksimal mungkin keterampilan yang sudah mereka miliki. Memberi akses kredit kepada kaum miskin menjadikan mereka segera mempraktikkan keterampilan yang sudah mereka pahami: menenun, menumbuk padi, beternak sapi, dan mengayuh becak. Uang yang mereka peroleh selanjutnya menjadi alat, kunci yang membuka sejumlah kemampuan lain dan memberi mereka peluang menggali potensi dirinya. Para peminjam seringkali saling mengajari teknik-teknik baru yang membuat mereka bisa lebih memanfaatkan keterampilannya bertahan hidup. Mereka mengajarkan jauh lebih baik dari yang pernah bisa Yunus lakukan.
56
Para pengambil kebijakan di pemerintahan, ornop-ornop, dan konsultankonsultan internasional biasanya memulai kerja pengentasan kemiskinan dengan menyelenggarakan program-program pelatihan besar. Mereka melakukan itu karena dari awal mereka berasumsi bahwa orang menjadi miskin karena tidak terampil. Pelatihan tersebut juga mengekalkan sesuatu yang konkret. Berkat aliran dana bantuan dan anggaran kesejahteraan, sebuah industri raksasa berkembang dengan tujuan tunggal menyediakan pelatihan. Para ahli pengentasan kemiskinan bersikeras bahwa pelatihan mutlak diperlukan oleh kaum miskin untuk meningkatkan jenjang perekonomiannya. Tapi bila kita berada di dunia nyata, tidak bisa tidak kita akan melihat bahwa kaum miskin menjadi miskin bukan karena tidak terampil atau buta huruf, tapi karena mereka tidak bisa menyisihkan hasil yang di peroleh dari kerja mereka. Mereka tidak memiliki kontrol atas modal, dan kemampuan mengontrol modallah yang memberi orang kekuatan untuk lepas dari kemiskinan. Laba tak pelak lagi bias terhadap modal. Dalam kondisi tak berdaya, kaum miskin bekerja untuk keuntungan orang lain yang memiliki kontrol atas aset produktif. Mereka tidak bisa memiliki kontrol atas modal karena mereka tidak mewarisi modal atau kredit dan tak ada yang memberi mereka akses modal atau kredit karena dianggap tidak layak kredit.5 Pandangan Yunus tentang orang miskin sangat berbeda dengan pandangan orang pada umumnya. Ada pendapat di kalangan teknik, intelektual dan politik, 5
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h.141.
57
bahwa kaum miskin di dunia harus menunggu dengan sabar sampai kemajuan teknik, ekonomi, ilmu pengetahuan, perdagangan bebas secara global tercapai. Pandangan ini memperlihatkan bahwa kaum miskin itu sebagai objek bukan subjek dan terus menerus menjadi beban bagi negara-negara kaya. Untuk itu, Yunus berjuang untuk membuktikan bahwa pandangan tersebut tidak benar. Perjuangan untuk membuktikan bahwa orang miskin bukan beban adalah perjuangan yang heroik. Ia membongkar seluruh arogansi yang menempelkan stigma, mendiskriminasi, dan mengintimidasi orang miskin. Beliau yakin orangorang miskin itu orang cerdas, yang dibutuhkan mereka hanya akses saja bukan sedekah yang membuat mereka kurang kreatif.6 Orang miskin bisa berarti banyak hal. Bagi sebagian, istilah itu bisa mengacu pada pengangguran, orang buta huruf, orang tunakisma, atau orang tunawisma. Bagi yang lain, orang miskin adalah orang yang tidak bisa mendapatkan cukup pangan untuk menghidupi keluarganya selama setahun penuh. Yang lainnya berpikir orang miskin adalah orang yang memiliki rumah gubuk beratap rumbia, yang menderita gizi buruk, atau yang tidak bisa menyekolahkan anak-anaknya. Ketidakjelasan konseptual semacam ini sangat merugikan upaya-upaya Yunus dan Bank Grameen mengentaskan kemiskinan. Satu hal, kebanyakan definisi kemiskinan mengabaikan perempuan dan anak-
6
G. budiwaluyo, Option For The Poor versi Muhammad Yunus, dalam http://gbudiwaluyo. wordpress.com/2008/03/04/option-for-the-poor-versi-muhammad-yunus/, Diakses pada tanggal 06/08/2008.
58
anak. Dalam pekerjaannya, Yunus merasa berguna memakai tiga definisi luas kemiskinan untuk menggambarkan situasi di Bangladesh.7 P1–20 persen paling bawah dari populasi. (“sangat miskin”/ miskin mutlak) P2–35 persen paling bawah dari populasi. P3–50 persen paling bawah dari populasi. Pada setiap kategori miskin, Yunus sering tambahkan klasifikasi berdasarkan wilayah, pekerjaan, agama, latar belakang etnis, jenis kelamin, umur, dsb. Kriteria pekerjaan atau wilayah mungkin tidak bisa seterukur kriteria aset-pendapatan, tetapi membantu kami dalam membuat sebuah matriks kemiskinan yang multidimensi. Ibarat marka-marka navigasi di laut lepas, kemiskinan perlu didefinisikan secara pasti dan tidak ambigu. Sebuah definisi yang tidak tepat sama buruknya dengan tanpa definisi sama sekali. Dalam mendefinisikan norang miskin, Yunus akan memasukkan perempuan-perempuan pengirik gabah di Pertanian Tiga Pihak, perempuan pembuat kursi bambu, dan pedagang kecil yang harus meminjam dengan bunga 10 persen per bulan atau kadang per minggu. Yunus juga akan memasukkan yang lainnya seperti mereka yang memperoleh upah sedemikian kecil dari mengayam keranjang dan tikar, sampai seringkali mereka
7
Tahun 1995, Kelompok Konsultatif untuk Membantu Kaum Termiskin (CGAP) dan Komite Kampanye Pertemuan Puncak Kredit Mikro (MSCC) secara formal mendefinisikan orang “miskin” sebagai orang yang hidup di bawah garis kemiskinan dan orang “paling miskin” adalah mereka yang berada di paruh paling bawah dari populasi yang hidup di bawah garis kemiskinan.
59
mengambil jalan mengemis. Orang-orang ini sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk memperbaiki basis ekonominya. Masing-masing terperangkap dalam kemiskinan.8 Akal sehat Yunus, tidak terima masalah kemiskinan terus berlangsung di negerinya, Bangladesh. Menurutnya, orang-orang menjadi miskin karena lembaga-lembaga finansial di negerinya tidak membantu mereka memperluas basis ekonominya. Tidak ada struktur finansial formal yang tersedia untuk melayani kebutuhan kredit kaum miskin. Pasar kredit ini, oleh karena keterbatasan lembaga-lembaga finansial formal, telah diambil alih oleh rentenir lokal. Bagi Yunus, yang awalnya seorang akademisi dan bukan seorang bankir, kredit untuk kaum miskin, orang-orang papa, atau bahkan para perempuan pengemis yang buta huruf dan sudah barang tentu tidak punya agunan untuk diberi kredit produktif oleh bank, bukan cuma soal layak atau tidak layak. Seperti halnya masalah pangan, kredit untuk kaum miskin adalah keniscayaan yang sudah sampai pada batas akhir eksistensi manusia: hidup atau mati. Ia menyangkut hak hidup manusia, hak asasi manusia. Nyawa adalah taruhannya. Kredit untuk orang miskin adalah pinjaman dengan jaminan nyawa. Yunus mengkritik para ekonom yang menurut dia secara konsisten gagal memahami kekuatan sosial kredit. ”Kredit menciptakan hak pada sumberdaya. Dengan demikian, kredit menciptakan kekuatan ekonomi, yang akhirnya 8
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h.42.
60
mnghasilkan kekuatan sosial,” katanya. Yunus berkeyakinan kredit adalah alat yang netral. Orang miskin tetap miskin, sebab mereka tidak dapat mempertahankan hasil kerja mereka. Mereka bekerja untuk keuntungan orang lain yang mengontrol modal, dan orang miskin tidak memiliki kontrol terhadap modal. Karena itu, ia menghubungkan orangorang miskin dengan bank. Namun bank mengatakan mereka tidak dapat membantu, karena orangorang miskin tidak memiliki kolateral (jaminan). Dengan kata lain, orang-orang tersebut tidak layak bank. Orang-orang miskin adalah manusia yang paling tidak berharga di mata bank. Tidak berharga karena mereka tidak bisa dijadikan debitur maupun kreditor. Apalagi menjadi pemilik bank. Orang-orang miskin tidak memiliki harta untuk dijadikan kolateral, untuk dijadikan jaminan, dan karena itu mereka tidak layak mendapat kredit. Bank tetaplah bank yang butuh jaminan, biar pun orang miskin mati bergeletakan di depan mata mereka. Dan orang-orang miskin tentu saja tidak mempunyai apa pun untuk ditabung di bank, sehingga dari sudut apa pun, mereka sepenuhnya bukan dan tidak layak menjadi nasabah bank. Tapi Yunus, sosok pria yang puritan, dengan Grameen Bank-nya, melawan semua pikiran konservatif itu, semua skema kehati-hatian perbankan (prudential banking), dengan menjadikan orang-orang miskin justru sebagai stakeholder, dalam arti yang paling esensial, yakni baik sebagai nasabah maupun
61
sebagai pemilik bank. Grameen Bank bukan sekadar bank tradisional yang kebetulan mengurus orang miskin. Untuk berhasil sebagai program mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan sebagai bank, Grameen Bank melakukan dua hal: pertama, menjangkau orang miskin, dan kedua, memastikan disiplin dalam pengembalian kredit. Hal yang kedua menjadi keharusan karena Yunus yakin kredit bukan kegiatan amal yang akhirnya tidak menyelesaikan masalah kemiskinan. 9 Membuat daftar kriteria menjadi syarat paling penting dalam program anti kemiskinan yang efektif. Akan tetapi, dari mana program itu harus dimulai? Apakah pendidikan lebih dulu? Bagaimana dengan infrastruktur? Layanan kesehatan? Teknologi informasi dan komunikasi? Sanitasi? Perumahan? Kebutuhan-kebutuhan itu tanpa batas dan sulit dibuat prioritas. Semua tentu saja penting. Jika memungkinkan, yang terbaik ialah memulai semua sekaligus. Namun, di Bank Grameen, Yunus beserta rekanrekannya berkonsentrasi pada kredit–harfiahnya ialah menyerahkan uang kontan kepada orang miskin sebagai langkah pertama membantu mereka keluar dari kemiskinan. Strategi ini lain dari biasa sampai perlu penjelasan, terutama sejak sebagian besar program anti kemiskinan muncul di mana-mana. Yunus sangat yakin bahwa setiap manusia punya keterampilan bawaan
9
Budhi Wuryanto, Serba-Serbi; Inspirasi dari orang miskin, MediaBPR no.18 September – oktober 2007. Diakses pada tanggal 24/07/2008.
62
tetapi umumnya tidak disadari–keterampilan untuk bertahan hidup. Persis fakta bahwa orang miskin tetap bertahan hidup merupakan bukti nyata mereka punya kemampuan ini. Pihak Bank Grameen tidak mengajari mereka cara bertahan hidup–karena mereka sudah tahu caranya! Daripada membuang waktu mengajari mereka keterampilan baru, upaya Yunus langsung fokus untuk mencoba membantu memanfaatkan keterampilan yang ada semaksimal mungkin. Memberi akses kredit pada orang miskin memungkinkan mereka langsung menerapkan keterampilan yang sudah mereka miliki–menenun, menyosoh padi, memelihara ternak, atau mengayuh becak. Uang kontan yang mereka hasilkan dari berbagai upaya tersebut kemudian jadi sarana, sebagai kunci untuk membuka kemampuan lain. Ini bukan berarti orang miskin selalu menyadari keterampilan yang mereka miliki. Ketika Yunus beserta Bank Grameen menawari kredit pada perempuan miskin desa, mereka takut mengambil uang dan bilang entah mereka sudah mengalami begitu banyak ketakutan dan ancaman setelah bertahun-tahun kedapatan tertindas oleh sikap sosial yang bahkan tidak mereka sadari. Dengan banyak memberi dorongan semangat dan menunjukkan beberapa contoh sukses di antara mereka sendiri, Yunus beserta rekannya pelan-pelan akhirnya mengikis rasa takut. Segera mereka sadar atas keterampilan yang memadai untuk menggunakan uang itu untuk mendatangkan uang lagi. Pengambil kebijakan di pemerintahan, konsultan internasional, dan LSM biasanya mulai dengan asumsi sebaliknya–orang miskin karena mereka tidak
63
punya keterampilan. Berdasarkan asumsi ini mereka memulai berbagai upaya anti kemiskinan lewat program pelatihan bertele-tele. Sepintas tampak logis, berdasar pada asumsi mendasar–dan ini juga melestarikan kepentingan ahli anti kemiskinan. Ini menciptakan banyak pekerjaan dengan dukungan anggaran harus besar dan pada saat bersamaan melepaskan mereka dari tanggung jawab menunjukkan hasil konkret. Mereka juga selalu dapat menunjuk ribuan orang yang sudah ikut pelatihan dan menyatakan “keberhasilan” berdasarkan angka itu–tidak peduli apa orang itu dan keluarganya sedah berhasil keluar dari kemiskinan. Sejujurnya, mayoritas ahli anti kemiskinan bermaksud baik. Mereka memilih pelatihan karena itu yang didiktekan oleh asumsi keliru. Namun, jika seseorang menghabiskan cukup banyak waktu untuk hidup di antara orang miskin, dia akan tahu bahwa kemiskinan disebabkan oleh fakta mereka gagal mempertahankan pendapatan asli dari kerja mereka. Penyebabnya jelas: Mereka tidak punya kendali atas modal. Orang miskin bekerja untuk orang lain yang mengendalikan modal. Ia bisa rentenir seperti orang yang mengeksploitasi warga miskin di desa Jobra, tempat Yunus memulai kerja, mungkin juga tuan tanah, pemilik pabrik, atau agen yang merekrut orang miskin untuk bekerja dengan kondisi nyaris seperti perbudakan. Kesamaan mereka ialah kemampuan mencuri kerja produktif buruh untuk keuntungan sendiri. Hal itu disebabkan karena orang miskin tidak mewarisi modal, dan orang yang ada dalam sistem konvensional tidak pula memberi akses terhadap modal
64
atau kredit. Dunia sudah diciptakan untuk meyakini bahwa orang miskin tidak layak mendapatkan pinjaman. Yunus merasa yakin bahwa mengubah asumsi ini merupakan langkah pertama untuk mengatasi masalah kemiskinan. Menurut Yunus, pelatihan kerja juga tidak ada salahnya untuk diberikan. Sebab, pelatihan bisa menjadi sangat penting bagi orang untuk mengatasi kesulitan ekonomi. Akan tetapi, pelatihan hanya bisa diberikan kepada beberapa orang. Untuk mengatasi kebutuhan begitu banyak orang miskin, strategi terbaik ialah memberikan kemampuan alamiah orang berkembang sebelum Yunus dan rekan-rekannya mengenalkan keterampilan baru pada mereka. Memberi pinjaman kepada orang miskin dan membiarkan mereka menikmati buah kerja keras–sering untuk pertama kali dalam hidup mereka–membantu menciptakan situasi yang membuat mereka mulai merasa membutuhkan pelatihan, mencari sendiri, bahkan bersedia membayar untuk itu (meski tidak lebih dari jumlah anggaran.) Inilah kondisi yang memungkinkan pelatihan dapat benar-benar bermakna dan efektif.10
10
Muhammad Yunus, Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan ; Bagaimana Bisnis Sosial Mengubah Kehidupan Kita, Diterjemahkan oleh Rani R. Moediarta, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 2008), h. 119.
BAB IV PEMIKIRAN EKONOMI MUHAMMAD YUNUS
A. Konsep Kredit Tanpa Jaminan Menurut Muhammad Yunus Pada awalnya, Yunus tidak tahu apa-apa soal cara menjalankan bank untuk kaum miskin, jadi Yunus harus belajar dari nol. Pada Januari 1977, saat Grameen mulai berjalan, Yunus mempelajari cara bank lain memberikan pinjaman dan memetik hikmah dari kesalahan-kesalahan mereka. Bank konvensional dan koperasi kredit biasanya meminta pembayaran sekaligus. Menyisihkan sejumlah besar uang tunai saat pinjaman jatuh tempo seringkali dirasa sulit secara psikologis oleh peminjam. Sebisa mungkin mereka mencoba menunda pembayaran, yang dalam proses berikutnya membuat pinjaman itu makin lama semakin membengkak. Akhirnya, mereka putuskan untuk tidak membayarnya sekali. Pembayaran berjangka panjang dan sekaligus macam ini juga mendorong peminjam dan kreditur mengabaikan kesulitan-kesulitan yang muncul di awal. Alih-alih mengatasi masalah pada saat kemunculannya, mereka berharap masalah-masalah itu akan berlalu saat pinjaman jatuh tempo. Dalam menerapkan program kreditnya, Yunus memutuskan melakukan halhal yang benar-benar berlawanan dengan yang umumnya dilakukan oleh bank. Untuk mengatasi hambatan psikologis bagi masyarakat karena pinjaman uang dalam jumlah besar, Yunus memutuskan untuk melembagakan program cicilan pinjaman harian. Yunus membuat cicilan pinjaman tersebut sedemikian kecil agar 65
66
si peminjam hampir tidak merasa kehilangan uangnya. Dan demi memudahkan akunting, Yunus memutuskan waktu pengembalian pinjaman sepenuhnya dilakukan dalam satu tahun.1 Adapun mekanisme pembayaran kembali yang digunakan oleh Yunus beserta kawan-kawannya adalah sebagai berikut: 1. Masa pinjaman satu tahun. 2. Cicilan dibayar tiap minggu. 3. Pembayaran cicilan dimulai satu minggu setelah pinjaman dikucurkan. 4. Tingkat suku bunga 20 persen. 5. Besarnya cicilan sebanyak 2 persen dari total pinjaman perminggu selama 50 minggu. 6. Pembayaran bunga sebesar 2 taka per minggu untuk setiap pinjaman sebesar 1.000 taka.2 Strategi-strategi yang diterapkan Grameen Bank amat berbeda dengan bankbank konvensional: memberikan kredit tanpa jaminan serta berbunga rendah3 kepada kaum miskin, sistem cicilan setiap hari sehingga tidak memberatkan saat jatuh tempo, mengkhususkan diri pada nasabah kaum perempuan, membentuk sistem kelembagaan berupa ’kelompok lima’, menjadikan nasabah juga sebagai
1
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h. 61.
2
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h. 70.
3
Ada tiga jenis kredit yang disalurkan oleh Bank Grameen, yaitu: kredit mata pencaharian (dengan suku bunga 20 persen), kredit perumahan (dengan suku bunga 8 persen), dan kredit pendidikan tinggi anak-anak Grameen (dengan suku bunga 5 persen).
67
pemegang saham dan komisaris, dan sebagainya. Menurut Yunus, menjadikan perempuan sebagai nasabah merupakan strategi yang sangat menarik. Dengan memberikan
pinjaman kepada kaum
perempuan Bangladesh ternyata memberikan dampak yang sangat besar bagi peningkatan ekonomi keluarga dibandingkan kepada laki-laki.4 Sebab, kelaparan dan kemiskinan yang terjadi di Bangladesh lebih merupakan masalah perempuan daripada laki-laki. Perempuan mengalami kelaparan dan kemiskinan lebih hebat daripada laki-laki. Jika ada anggota keluarga yang harus mengalami kelaparan, hukum tak tertulis mengatakan ibulah yang petama-tama akan mengalaminya. Ibu juga akan menderita pengalaman traumatis karena tidak mampu menyusui bayinya selama masa kelaparan dan paceklik. Yunus juga memandang bahwa kaum perempuan miskin di Bangladesh memiliki kedudukan sosial yang paling rawan. Meskipun demikian, kaum perempuan terbukti lebih cepat menyesuaikan diri dan lebih baik dalam proses membangun kemandirian daripada laki-laki. Meski mereka tidak bisa baca tulis, dan jarang sekali diizinkan keluar rumah sendirian, kaum perempuan memandang jauh ke depan dan bekerja keras untuk membebaskan diri dan keluarganya dari kemiskinan. Selain itu, Yunus melihat bahwa kaum perempuan lebih besar perhatiannya dalam menyiapkan kehidupan yang lebih baik bagi anak-anaknya, dan
4
Budhi Wuryanto, Serba-Serbi; Inspirasi dari orang miskin, MediaBPR no.18 september – oktober 2007. Diakses pada tanggal 24/07/2008.
68
perilakunya lebih konsisten dibanding laki-laki. Ketika seorang ibu dari keluarga miskin mulai memperoleh pendapatan, impian keberhasilannya selalu terpusat terhadap anak-anaknya. Adapun prioritas seorang perempuan yang kedua adalah rumah tangganya. Dia ingin membeli perkakas rumah tangganya, memperbaiki rumahnya, atau membeli tempat tidur untuk diri dan keluarganya. Sedangkan laki-laki memiliki prioritas yang sangat berbeda. Ketika seorang bapak dari keluarga miskin memperoleh pendapatan lebih, dia lebih memusatkan perhatiannya pada dirinya sendiri. Oleh karena itu, uang yang masuk ke rumah tangga melalui perempuan lebih bermanfaat bagi keluarga secara keseluruhan. Hal itulah yang menjadi alasan utama mengapa Yunus menjadikan kaum perempuan sebagai nasabah sebagai strategi yang sangat menarik 5 Selain
strategi
tersebut,
pembentukan
kelembagaan
dalam
bentuk
’kelompok lima’ juga merupakan kunci lain bagi keberhasilan program kredit Grameen Bank. Para nasabah diwajibkan membuat kelompok sebanyak 5-6 orang. Dua di antara mereka yang termiskin mendapat pinjaman pertama. Tiga yang lain belum akan mendapatkan pinjaman sampai dua yang pertama mengembalikan pinjaman secara rutin.6 Jika seseorang tidak mampu membayar kembali pinjamannya, kelompoknya akan dianggap tidak layak memperoleh kredit yang lebih besar di tahun berikutnya sampai masalah pembayaran bisa ditanggulangi. 5 6
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h. 74.
Budhi Wuryanto, Serba-Serbi; Inspirasi dari orang miskin, MediaBPR no.18 september – oktober 2007. Diakses pada tanggal 24/07/2008.
69
Cara tersebut membangun jejaring dukungan atau tekanan kelompok: anggota kelompok akan menekan anggota yang sengaja melanggar kesepakatan dengan Grameen Bank, dan akan mendukung bila ada anggota yang kesulitan dalam kegiatan ekonominya. Dengan cara ini, tercipta insentif yang sangat kuat bagi peminjam untuk saling membantu memecahkan masalah dan mencegah timbulnya masalah. Sistem ini juga mendorong tanggung jawab pribadi yang besar untuk mengembalikan pinjaman.7 Untuk itu, Yunus beserta kawan-kawannya perlahan-lahan membangun mekanisme delivery-recovery sendiri. Mereka terapkan gagasan mereka dan mengubah prosedurnya sesuai perkembangan. Sebagai contoh, ketika yunus beserta kawan-kawannya menemukan bahwa kelompok dukungan itu sangat penting bagi operasinya, mereka mewajibkan setiap pemohon bergabung dalam sekelompok orang yang memiliki pemikiran sama dan hidup dalam kondisi sosial-ekonomi serupa. Menurut Yunus, solidaritas akan terjalin lebih kuat apabila kelompok itu dibentuk oleh para peminjam sendiri, dan Yunus beserta kawankawannya tidak ikut campur dalam mengelola mereka, akan tetapi mereka menciptakan insentif yang bisa mendorong para peminjam itu saling membantu demi keberhasilan usaha masing-masing. Keanggotaan kelompok ini tidak hanya menciptakan rasa aman dan saling dukung tetapi juga mengurangi pola perilaku
7
Dito, Pustaka Bank Kaum Miskin, dalam http://www.blogger.com/navbar. Diakses pada tanggal 20/08/2008.
70
yang tidak sehat dari individu anggota, dan membuat setiap peminjam jadi lebih bisa diandalkan dalam prosesnya. Tekanan kelompok secara halus ini (dan kadang tidak begitu halus) membuat setiap anggotanya tetap segaris dengan tujuan program kredit yang lebih luas. Rasa persaingan antar kelompok maupun dalam kelompok juga memicu setiap anggota menjadi orang yang berhasil. Menggeser tugas pengawasan awal pada kelompok tidak hanya mengurangi beban kerja bank tetapi juga meningkatkan kepercayaan diri masing-masing individu peminjam. Karena kelompoklah yang menyutujui permohonan pinjaman setiap anggota, maka kelompok memikul tanggung jawab moral atas setiap pinjaman. Jika ada anggota kelompok yang menghadapi masalah, kelompok biasanya datang membantu.8 Agar calon peminjam mudah untuk mengorganisir dirinya ke dalam kelompok-kelompok, seorang calon peminjam pertama-tama harus mengambil inisiatif dan menjelaskan cara kerja bank pada orang kedua. Ini bisa menjadi sangat sulit bagi seorang perempuan desa. Dia sering menghadapi kendala dalam meyakinkan temannya, hal itu disebabkan karena ketakutan, skeptis, atau karena dilarang oleh suaminya agar tidak berurusan dengan uang. Tetapi ketika akhirnya orang kedua terkesan oleh apa yang telah dilakukan Grameen terhadap rumah tangga lain, ia akan langsung bergabung dalam kelompok ini. Kemudian keduanya akan pergi mencari anggota ketiga, lalu yang keempat, dan yang kelima. Begitu kelompok dengan lima anggota tersebut terbentuk, Yunus beserta 8
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h. 62.
71
kawan-kawannya akan mengulurkan pinjaman kepada dua anggotanya. Jika pinjaman tersebut dibayar secara reguler selama enam minggu berikutnya, dua anggota berikutnya bisa mengajukan pinjaman sedangkan ketua kelompok biasanya menjadi peminjam terakhir di antara kelimanya.9 Selain beberapa strategi yang telah dilakukannya, Yunus juga memasang iklan yang bertuliskan ”Perhatian Bagi Ibu-Ibu: Selamat Datang Ke Bank Kami Dengan Program Pinjaman Khusus Perempuan.” hal itu dilakukan untuk menarik para perhatian para peminjam perempuan.10
B. Kendala-kendala Yang Dihadapi dalam Pemberian Kredit Tanpa Jaminan. Kendala-kendala yang dihadapi oleh Yunus berupa hambatan riil yang datang dari struktur sosial masyarakat Bangladesh, yaitu agama, kebudayaan, pemerintah dan birokrasinya, dan tidak jarang pula dari kalangan dunia internasional.11 Tentangan pertama dan paling hebat datang dari para suami, yang umumnya menginginkan pinjaman itu untuk dirinya sendiri. Selain itu, program yang dilakukan oleh Yunus sangat dicurigai oleh para tokoh keagamaan. Dan rentenir melihat bahwa Yunus beserta Bank Grameennya sebagai ancaman langsung terhadap kekuasaan mereka di pedesaan. Tantangan-tantangan ini sudah Yunus
9
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h. 63.
10
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h. 75.
11
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h. XV.
72
duga sebelumnya, namun Yunus terkejut mendengar perlawanan yang datang dari pegawai negeri dan kaum profesional. Mereka berpendapat bahwa meminjamkan uang kepada perempuan itu tidak masuk akal, sementara begitu banyak laki-laki menganggur dan tidak punya pendapatan. Mereka juga berpendapat bahwa perempuan hanya akan menyerahkan pinjaman kepada suaminya dan bahkan akhirnya akan lebih dieksploitir ketimbang sebelumnya.12 Untuk itu, Yunus harus merancang serangkaian trik dan teknik untuk mendapatkan peminjam perempuan. Diantaranya adalah mencari jalan keluar untuk mengatasi ketentuan purdah13. Sebab, dalam ketentuan tersebut, para lelaki tidak diizinkan dengan lancang memasuki rumah seorang perempuan di desa. Purdah tersebut mengacu pada serangkaian praktik yang menjunjung perintah AlQur’an untuk menjaga kesopanan dan kesucian perempuan. Dalam penafsiran yang paling konservatif, purdah melarang perempuan meninggalkan rumah atau berinteraksi dengan laki-laki kecuali laki-laki dari keluarga dekatnya.14 Oleh karena itu, saat proses meyakinkan para perempuan untuk menjadi peminjam Grameen Bank, Yunus menyadari bahwa memiliki pegawai perempuan akan membuat pekerjaan jauh lebih mudah. Proses meluluhkan ketakutan selalu menjadi tantangan terbesar bagi Yunus dan itu menjadi lebih mudah dengan 12
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h.75.
13
Adat purdah, yang secara harfiah berarti ”tirai”, ”cadar”, ”kerudung”, atau ”jilbab”. Purdah juga bermakna ketentuan syariah Islam yang melarang perempuan dewasa terlihat di depan umum. Kalau pun keluar rumah, maka ia harus menutup seluruh bagian tubuhnya kecuali mata dan telapak tangan, atau kalau ia harus berbicara dengan tamu lawan jenis di rumahnya, hanya bisa dilakukan dari balik tirai rumahnya. 14
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h. 77.
73
ketelatenan kerja dan suara lembut para pegawai perempuan. Tetap saja, hasilnya berjalan lamban. Setiap senja hari, Yunus mengadakan rapat dengan para mahasiswanya. Seringkali pegawai perempuan datang dengan nama-nama calon peminjam yang dicatatnya dibalik bungkus rokok. Akhirnya, Yunus mengangkat tiga perempuan muda untuk bekerja di proyek percontohannya. Mereka adalah Nurjahan Begum, dan Jannat Quanine, dua sarjana yang baru lulus, dan Priti Rani Barua, yang tinggal di lingkungan pemeluk Budha di Jobra dan hanya berpendidikan SMP. Yunus memilih pegawai perempuan karena mereka lebih mudah dalam membangun hubungan dengan para perempuan di pedesaan daripada pegawai laki-laki, meski mereka juga menghadapi banyak tantangan. Menurut Yunus, perjuangan melawan penindasan dan segregasi perempuan yang dilakukannya berlangsung tidak hanya untuk kepentingan nasabah, tetapi juga untuk kepentingan pegawai perempuan.15 Akan tetapi, kendala yang dihadapi adalah sulitnya mempertahankan pegawai perempuan. Biasanya, jika seorang pegawai perempuan Grameen menikah, kerabat suami menekannya untuk berhenti bekerja. Mereka tidak ingin seorang perempuan muda ”bermartabat” berjalan kaki sendirian keliling desa. Mereka juga khawatir bila ia tidak bisa membela diri jika ada masalah. Sesudah kelahiran anak pertama, tekanan untuk berhenti bekerja meningkat. Dan sesudah kelahiran anak kedua atau ketiga, pegawai perempuan sering berkeinginan 15
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h.80.
74
menggunakan lebih banyak waktunya bersama anak-anaknya. Dan jalan kaki berkilo-kilo meter yang dilakukannya saat masih gadis tidak lagi mudah bagi dirinya. Pada tahun 1994, dimana program pensiun yang meliputi pilihan pensiun dini diumumkan, Yunus beserta rekan-rekannya merasa sedih – meski tidak terlalu kaget – karena banyak pegawai perempuan yang memilih meninggalkan Grameen. Di konfrensi-konfrensi internasional, Yunus beserta rekan-rekannya sering diritik karena tidak cukup memiliki pegawai perempuan. Yunus yakin bahwa mereka yang mengkritiknya tidak memahami realitas sosial di Bangladesh, namun Yunus mengakui bahwa kritik mereka telah mendorongnya untuk melipatgandakan
upaya-upaya
serta
memikirkan
cara
baru
dalam
mempertahankan pegawai perempuan. Pada tahun 1997, Yunus beserta rekanrekannya merayakan promosi seorang perempuan ke posisi manajer wilayah, posisi paling senior di Grameen untuk tingkat lapangan. Tetapi kehilangan banyak pegawai perempuan di semua lapisan akibat program pensiun dini sejak tahun 1994 cukup mematahkan semangat.16 Selain itu, Yunus juga menghadapi kendala-kendala dalam mekanisme delivery-recovery (pembentukan kelompok yang terdiri dari 5-6 orang). Hal itu terjadi ketika kelompok tersebut sudah terbentuk. Sering kali salah satu anggota dari kelima kelompok itu berubah pikiran dan berkata, ”Tidak, suami saya tidak setuju. Dia tidak mau jika saya bergabung dengan bank.” Hal itu menyebabkan 16
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h.81.
75
berkurangnya kelompok dari lima menjadi empat, tiga, atau kadang kembali menjadi satu orang. Dan yang seorang itu harus memulai dari awal lagi.17
C. Manfaat Pemberian Kredit Tanpa Jaminan Terhadap Pengembangan Ekonomi Umat. Di Bangladesh 80 persen keluarga miskin sudah terjangkau kredit mikro. Yunus berharap pada tahun 2010, 100 persen keluarga miskin bisa terjangkau. Tiga tahun lalu Yunus dan kawan-kawannya memulai program eksklusif yang berfokus pada pengemis. Bagi mereka tak diterapkan satupun aturan Grameen Bank. Pinjamannya bebas bunga; mereka bisa membayar berapa saja, dan kapan saja. Mereka diberikan ide untuk membawa dagangan kecil-kecilan seperti jajanan, mainan, atau barang-barang rumah tangga saat mereka pergi dari satu rumah ke rumah untuk mengemis. Ide ini berjalan. Sekitar 5.000 orang sudah sama sekali berhenti mengemis. Rata-rata pinjaman untuk seorang pengemis sebesar AS$12. Yunus beserta kawan-kawannya mendorong dan mendukung langkah intervensi apapun yang mungkin untuk membantu kaum miskin berjuang keluar dari kemiskinan. Yunus juga selalu mengadvokasikan kredit mikro dengan argumen bahwa kredit mikro akan membuat intervensi itu berjalan lebih baik.18 Selain itu, teknologi informasi dan komunikasi mengubah dunia dengan 17
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h.63.
18
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h.266.
76
cepat, menciptakan dunia tanpa jarak, tanpa batas, dengan komunikasi instan. Biayanya pun makin lama semakin murah. Yunus melihat peluang bagi masyarakat miskin untuk mengubah hidup mereka bila teknologi ini bisa dihadirkan pada mereka untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagai langkah pertama menghadirkan TI bagi kaum miskin, Yunus mendirikan perusahaan ponsel, Grameen Phone. Yunus menyalurkan kredit melalui Grameen Bank kepada kaum perempuan miskin untuk membeli ponsel guna berjualan jasa telepon di desa-desa. Yunus melihat sinergi antara kredit mikro dengan TI. Bisnis telepon tersebut sukses dan menjadi perusahaan idaman bagi peminjam Grameen. Ibu-ibu penjaja jasa ponsel tersebut dengan cepat belajar dan berinovasi dalam bisnis telepon, yang telah menjadi cara tercepat untuk keluar dari kemiskinan dan memperoleh kedudukan sosial. Saat ini terdapat hampir 300.000 orang ibu-ibu ponsel yang menyediakan layanan telepon di semua desa Bangladesh.19 Tidak hanya itu saja, saat ini Bangladesh merupakan laboratorium hidup – salah satu negeri termiskin di dunia yang secara bertahap diubah oleh pemikiran inovatif bisnis dan sosial. Lebih dari dua dasawarsa kondisi msyarakat miskin Bangladesh sudah membaik secara pelan tapi pasti. Berdasarkan statistik menunjukkan antara lain sebagai berikut:
19
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h.267.
77
1.
Angka kemiskinan (diukur oleh organisasi bantuan internasional seperti Bank Dunia) sudah menurun dari perkiraan 74 persen pada 1973–74 jadi 57 persen pada 1991–92, lantas jadi 49 persen pada 2000, dan kemudian jadi 40 persen pada 2005. Meski masih terlalu tinggi, angka ini terus menurun satu persen tiap tahun, dengan setiap angka persentase menggambarkan perbaikan berarti dalam keidupan ratusan ribu rakyat Bangladesh. Negara ini ada di jalur tepat mencapai Tujuan Pembangunan Milenium untuk mengurangi kemiskinan hingga separo pada 2015.
2.
Lebih istimewa lagi, pertumbuhan ekonomi Bangladesh hanya dibarengi sedikit peningkatan ketidaksetaraan. Indeks ketidaksetaraan yang umum digunakan sudah berubah dari hanya 0,30 pada 1995 menjadi 0,31 pada 2005. Juga pantas dicatat bahwa sejak 2000 pendapatan per kapita 10 persen populasi di garis paling bawah, telah tumbuh secara sama dengan 10 persen populasi di lapisan paling atas, yaitu sebesar 2,8 persen.
3.
Penurunan tajam kemiskinan ini terlihat di berbagai perubahan pertumbuhan ekonomi, pola serapan tenaga kerja, dan struktur ekonomi. Pertumbuhan mencapai rata-rata 5,5 persen sejak 2000, dibandingkan hanya 4 persen pada 1980-an, sedangkan pertumbuhan per kapita sudah naik dari satu persen pada 1980-am jadi 3,5 persen saat ini. Ketergantungan pada penghidupan pertanian menurun perlahan-perlahan: pada 2005, tenaga kerja nontani lebih banyak dari pertanian sebagai nafkah utama di pedesaan, dan persis 50 persen dari PDB nasional kini berasal dari sektor jasa.
78
4.
Pertumbuhan penduduk menurun tajam. Pertumbuhan penduduk merupakan masalah utama di Bangladesh, yang termasuk salah satu negara paling padat di bumi. Dari 3 persen per tahun pada 1970-an jadi 1,5 persen pada 2000– mendekati India dengan pertumbuhan 1,4 persen, serta jauh lebih rendah dari Pakistan dengan pertumbuhan 2,5 persen. Penurunan ini berarti lebih banyak keluarga punya sumber daya untuk memperhatikan anak dan memberi mereka peluang berharga mendapat pendidikan. Berarti pula pembebasan jutaan perempuan dari siklus melahirkan dan merawat anak; memberi mereka kesempatan membantu meningkatkan standar kehidupan melalui kerja produktif.
5.
Penurunan pertumbuhan penduduk sebagian besar sudah dipicu oleh peningkatan layanan kesehatan. (Bila lebih banyak anak dapat terus hidup, orangtua tambah mantap ikut keluarga berencana; mereka tak lagi percaya perlu
melahirkan
lima
atau
enam
anak
dengan
harapan
dapat
mempertahankan dua anak.) Selama 1990-an, persentase ibu Bangladesh yang menerima perawatan pranatal naik dua kali lipat. Sebagian hasilnya ialah angka kematian bayi di Bangladesh turun separo (dari 100 jadi 54 bayi per 1.000 anak) antara 1990 dan 2005. pada 2005 sekitar 81 persen anak sudah divaksinasi cacar air, bandingkan dengan hanya 58 persen di India. Meski gizi buruk masih merupakan masalah parah, persentase anak tumbuh terhambat sudah turn dari hampir 70 persen pada 1985-86 jadi 43 persen pada 2004.
79
6.
Kesempatan pendidikan untuk anak juga makin baik. Persentase anak yang menamatkan kelas lima sudah naik jadi 49 persen pada 1990 jadi 74 persen pada 2004. Angka melek huruf secara nasional meningkat dari 26 persen pada 1981jadi 34 persen pada 1990 dan 41 persen pada 2002. Pada 1990-an terjadi lonjakan jumlah anak memasuki sekolah lanjutan pertama. Lebih banyak anak perempuan kini sekolah ketimbang anak lelaki, suatu lompatan tiada tanding di Asia Selatan dan merupakan prestasi luar biasa atas fakta bahwa di Bangladesh pada awal 1990-an jumlah murid laki-laki tiga kali lipat murid perempuan di sekolah lanjutan.
7.
Kualitas perumahan, akses ke sanitas dasar, dan jasa telekomunikasi meningkat signifikan pada tahun terakhir ini. Pada 2000, delapan belas persen rumah beratapkan daun; pada 2005 persentase turun jadi 7 persen. Kampanye kebersihan telah meningkatkan akses pada MCK (mandi-cucikakus) yang aman dari 54 persen pada 2000 jadi 71 persen pada 2005. Revolusi telepon seluler meningkatkan sebagian kecil warga terhadap akses pada telepon dari 1,8 persen pada 2000 menjadi 14,2 persen akhir-akhir ini.
8.
Kapasitas Bangladesh menghadapi bencana alam meningkat signifikan. Pasca banjir besar 1998, PDB per kapita turun tajam, tapi dampak banjir berskala sama pada 2004 bisa diabaikan pada pertumbuhan PDB. Ketangguhan ini berkat ekonomi yang sudah lebih didiversifikasi dan kemampuan merespons kondisi darurat meningkat, termasuk sistem peringatan dini dan penampungan korban badai topan di seluruh negeri.
80
9.
Antara 1980 dan 2004, Human Development Index (ukuran yang digunakan secara luas untuk menandai standar kehidupan di negara berkembang) meningkat 45 persen di Bangladesh dibandingkan 39 persen di India dan 16 persen di Srilanka meskipun kenyataannya pada 2004 PDB per kapita di India 68 persen lebih tinggi dibandingkan Bangladesh, dan lebih tinggi 200 persen di Srilanka.20 Sebagaimana ditunjukkan angka-angka tersebut, masalah kemiskinan di
Bangladesh sudah makin baik, meski jauh dari tuntas. Bangladesh masih merupakan negara termiskin di dunia dengan puluhan juta rakyat yang hidup di atas garis kemiskinan. Namun, tren sosial ekonomi bergerak ke arah yang tepat. Untuk pertama kali banyak orang Bangladesh merasa penuh harapan akan masa depan. Kini Gramen Bank siap memosisikan diri ke jalur pencapaian beberapa target penting: melampaui pendapatan per kapita tahunan US$1.000; mencapai pertumbuhan 8 persen dalam PDB (dibandingkan dengan angka pertumbuhan 6,7 persen yang sudah sehat sekarang ini); dan megurangi tingkat kemiskinan hingga di bawah 25 persen. Bila Grameen Bank mengambil langkah yang tepat, Yunus yakin semua target ini akan tercapai dalam sepuluh tahun ke depan.21
20
Muhammad Yunus, Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan, h. 111.
21
Muhammad Yunus, Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan, h. 114.
81
D. Kemungkinan Penerapan Konsep Kredit Tanpa Jaminan dalam Konteks Indonesia. Kredit mikro bukanlah barang ”aneh dan baru” di Indonesia. Kita mengenal beragam jenis aktivitas yang bisa dikategorikan sebagai kredit mikro, mulai dari arisan, kredit usaha tani, kredit usaha kecil, dan lain sebagainya. Keberagaman dan panjangnya masa perkembangan kredit mikro di Indonesia telah didokumentasikan oleh Bank Dunia dalam dua jilid buku Microfinance Revolution (2001), yang jilid keduanya khusus diberi judul: Lessons from Indonesia. Oleh PBB, Bank Rakyat Indonesia (BRI) bahkan dinobatkan sebagai laboratorium dunia untuk kredit mikro. Lebih dari itu, sejak 20 tahun lalu Indonesia selalu memiliki Kementrian/Departemen yang mengurusi koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang didukung kewajiban bank-bank untuk menyisihkan 20 persen dari total kreditnya untuk UMKM, kewajiban BUMN menyisihkan sebagian labanya untuk pembinaan UMKM, dan lain sebagainya. Hal tersebut terdengar indah. Namun praktiknya, kewajiban menyisihkan kredit untuk UMKM tidak pernah terpenuhi karena sudah jamak diketahui bahwa bank lebih suka menyalurkan kreditnya untuk konsumsi (menengah atas).22 Banyak pejabat tinggi pemerintah Indonesia termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terperangah ketika pemenang penghargaan Nobel Perdamaian 2006, Yunus, memaparkan keberhasilan Grameen Bank mengangkat 22
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h. V.
82
harkat orang miskin di Bangladesh. Pasalnya, konsep yang dipakai bank itu cukup spektakuler, dan merupakan terobosan strategis dunia perbankan yang sekaligus mengubah paradigma yang berlaku selama ini. Bank pada umumnya dapat menyalurkan pinjaman asalkan ada agunan (collateral), di samping aspek penilaian lainnya yang mencakup karakter calon peminjam, kapasitas dan kelayakan prospek usahanya. Namun paradigma bank yang lama ini ternyata tidak berlaku bagi Grameen Bank, bahkan mampu memberikan kredit kepada pengemis di negeri itu. Gagasan dan pola penyaluran pinjaman mikro tersebut memberikan inspirasi bagi pimpinan dan lembaga dunia yang tengah berjuang memerangi kemiskinan, termasuk Indonesia. Pemikiran revolusioner Yunus ternyata menabrak sistem dan prinsip bank konvensional. Aturan teknis perbankan (bankable) sama sekali tidak diterapkan, karena aturan itu dinilai menghambat negara dalam upaya mengentaskan kemiskinan. Uniknya lagi, Grameen Bank menetapkan suku bunga kredit sangat rendah yaitu 8% untuk perumahan, 5% untuk pinjaman belajar dan 0% (bebas bunga) untuk pengemis. Meskipun mungkin perbankan Indonesia menerapkan konsep seperti itu, namun sangatlah sulit. Sebab, kredit candak kulak atau KIK/KMKP yang pernah ada waktu lalu, itupun masih mensyaratkan adanya agunan, walau hanya berupa surat perintah kerja (SPK). Bank Rakyat Indonesia (BRI) maupun bank lainnya tidak mungkin mampu melaksanakan praktik model Grameen Bank. Selain teknis perbankan, memang perlu suatu perubahan perilaku (mental switch) yang radikal
83
terhadap para bankir lokal jika Indonesia ingin meniru keberhasilan Grameen Bank Perubahan sikap radikal perlu dimulai dari kalangan petinggi Bank Indonesia (BI), jika memang pemerintah benar-benar serius mau mengangkat derajat dan harkat kaum miskin di negeri ini. Misalnya perlu keberanian menciptakan peraturan BI yang berfokus untuk meminta bank umum dapat memberikan kepada pengemis dengan syarat tidak mempunyai catatan kriminal atau aktivitas ilegal yang dilarang pemerintah. Selain perubahan di tingkat kebijakan, perubahan radikal juga perlu dilakukan bank pelaksana dalam hal pelayanan nasabah. Bukan calon nasabah yang mendatangi bank, melainkan pegawai bank yang mendatangi rumah nasabah menanyakan kebutuhannya. Yang ada di Indonesia baru pada tahap jasa penagihan utang melalui debt-collector (penagih utang) yang datang ke rumah debitur, dan customer service yang menawarkan kartu kredit dan kredit tanpa agunan (KTA) melalui telepon. Bank-bank asing yang marak menawarkan fasilitas KTA, umumnya persyaratan masih perlu dilengkapi jaminan pembayaran berupa surat keterangan gaji di mana calon peminjam bekerja. Ini tentu saja jauh dari harapan pengemis mendapatkan KTA di Indonesia. Sebab kredit apapun namanya di negeri ini harus melalui sistem hukum perdata peninggalan kolonial. Begitu pula dengan namanya kredit candak kulak atau KIK/KMKP, pada prinsipnya bank selalu ingin safety supaya pinjaman yang disalurkan bisa aman kembali pada waktu yang disepakati
84
sesuai perjanjian akad kredit. Yunus menilai hukum perbankan konvensional diibaratkan seperti sebuah arsitektur kapal tanker besar yang beroperasi di lautan luas, dengan kargo yang sangat besar. Jadi hukum itu hanya baik jika diaplikasikan untuk bank-bank berskala besar. Namun hukum tersebut tidak berlaku bagi kredit mikro karena metodologinya hanya sebuah kapal kecil yang dapat bergerak ke manapun dan di permukaan air yang landai. Model kredit mikro yang disalurkan BRI maupun bank lainnya tampaknya tidak jauh beda dengan fasilitas kredit umum, hanya skalanya lebih kecil dan tetap mensyaratkan adanya agunan. Keliru besar jika menafsirkan kredit mikro BRI mampu mengentaskan kemiskinan di Indonesia, karena prinsip yang digunakan sama dengan persyaratan Small Medium Enterprise Project (SMEP) yang diadopsi dari ADB maupun Bank Dunia. Indonesia sama sekali belum ada fasilitas pinjaman untuk orang miskin yang diberikan secara terarah atau kredit untuk skim bisnis wirausaha sosial (Social Business Entreprenuership—SBE).23 Selain presiden Indonesia, Wakil Presiden Jusuf Kalla juga menyatakan bahwa konsep penyaluran kredit yang diterapkan oleh Yunus, untuk rakyat miskin Bangladesh sebenarnya sudah pernah diterapkan di Indonesia. Konsep Yunus ini, kata Kalla, Jaman dulu persis dengan kredit Candak Kulak di Indonesia.
23
Firdaus Baderi, Perlu Perubahan Radikal Konsep Perbankan Indonesia, dalam www.mediakonsumen.com, Jumat, 14 September 2007. Diakses pada tanggal 14/09/2008.
85
Apa yang disampaikan Yunus tersebut seperti Kredit candak Kulak jaman dulu, itu sudah ada dan bukan barang baru di Indonesia, meskipun akhirnya candak kulak itu berhenti. Bedanya, kata Kalla, apa yang dilakukan oleh Yunus ini dilakukan secara simultan dan meletakkan unsur kejujuran dan kepercayaan terhadap orang miskin dalam menyalurkan kredit lebih besar ketimbang kredit Candak Kulak di Indonesia. ”Namun, ini akan tetap kita pelajari meskipun konsepnya sebenarnya lama,” kata dia. Gagasan dan pola penyaluran kredit ala Yunus, melalui Bank Grameen memberikan inspirasi bagi banyak orang dan lembaga di dunia yang tengah berjuang memerangi kemiskinan. Pola penyaluran kredit ini merupakan pola penyaluran kredit ringan kepada orang miskin di Bangladesh tanpa menggunakan jaminan sama sekali. Indonesia sendiri, kata kalla, sangat mampu untuk menerapkan apa yang pernah dilakukan oleh Yunus di Bangladesh. Namun, dengan karakteristik masyarakat dan tingkat kemiskinan di Indonesia yang lebih rendah di banding Bangladesh, konsep tersebut membutuhkan upaya yang lebih keras dan pencapaiannya memerlukan waktu yang tidak singkat. ”Jangan lupa, Indonesia dan Bangladesh itu berbeda,” kata Kalla. Dalam prakteknya, Konsep Yunus tersebut akan dipelajari dan mulai akan diadopsi meskipun tidak semuanya kedalam pola penyaluran kredit untuk Usaha Kecil dan Menengah melalui lembaga PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo)
86
dan Perum Sarana Pengembangan Usaha. Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2007, kedua lembaga ini diusulkan untuk menerima tambahan modal sebesar Rp 1,4 triliun.24 Meskipun Presiden dan Wakilnya berpendapat demikian, namun Yunus mengatakan bahwa sistem Grameen Bank yang didirikannya di Bangladesh dapat diterapkan di Indonesia, karena sistem tersebut bersifat visibel. Penerapan sistem Grameen Bank menggunakan prinsip antara lain tanpa surat perjanjian. Kepercayaan adalah hal utama dalam pelaksanaannya dan tidak ada pemberlakuan sanksi.25 Yunus juga menyatakan bahwa dirinya sangat bangga terhadap nuansa politik serta demokratisasi di Indonesia yang telah lebih maju dari sebelumnya. Yunus melihat bahwa dinamika kehidupan politik serta perekonomian di Indonesia sangat baik, sehingga sangat berpotensi untuk merubah kearah yang lebih maju. Dikatakan, Indonesia saat ini memiliki generasi muda yang sangat cakap serta tangguh dalam berbagai bidang, sehingga akan menjadi modal utama perkembangan bangsa Indonesia. Menurutnya, kepemimpinan seseorang sangat penting bagi kemajuan sebuah lembaga atau organisasi apapun, sehingga berbagai perencanaan dapat
24
Anton Aprianto, Kalla : Konsep Kredit Yunus Sudah Ada di Indonesia, dalam Tempo Interaktif. Com., Jakarta, Rabu, 08 Agustus 2007 | 14:02 WIB. Diakses pada tanggal 02/08/2008. 25
Muhammad Yunus: ”Grameen Bank” Bisa Diterapkan di Indonesia, dalam Gatra.Com, Yogyakarta , 11 Agustus 2007 14:18. Diakses pada tanggal 21/07/2008.
87
dilaksanakan hingga dengan hasil akhir yang memuaskan.26 Bangsa Indonesia tidak perlu pesimis dalam upaya mengentaskan kemiskinan. Maraknya korupsi di Indonesia juga tidak menjadi alasan bahwa upaya pemberantasan kemiskinan tidak bisa dilakukan. Menurut Yunus Bangladesh juga negara dengan tingkat korupsi yang sangat tinggi. Tetapi nyatanya dengan kerja keras pengentasan kemiskinan bisa dilakukan. Salah satu hal yang penting dalam pengentasan kemiskinan adalah pemberdayaan langsung kepada masyarakat, khususnya masyarakat miskin. Dan kelompok wanita, menurut Yunus, merupakan kelompok potensial untuk diberdayakan. Bersama Grameen Bank, Yunus telah membuktikan bahwa wanita tersebut adalah merupakan kelompok potensial. Cara yang Yunus lakukan adalah dengan cara memberi kredit pada wanita yang ternyata cukup efektif dalam meningkatkan ekonomi masyarakat karena kaum wanita mempunyai kelebihan dalam manajemen keuangan. Yunus juga menekankan perlunya perbaikan pada sistem perbankan. Karena sistem yang ada selama ini tidak memberi peluang kepada kelompok miskin untuk mendapatkan akses modal. Padahal, modal menjadi hal utama untuk kaum miskin dalam upaya bangkit dari keterpurukan ekonomi mereka. Untuk itu perlu perubahan pada sistem bank. Sistem harus dibuat agar akses
26
M Yunus Puji Nuansa Politik dan Demokrasi Indonesia, dalam Media Indonesia.Com, 4 Februari 2008. Diakses pada tanggal 27/09/2008.
88
masyarakat miskin lebih luas lagi. Namun diakui Yunus untuk merubah sistem harus diawali dengan perubahan pola pikir masyarakat, khususnya kalangan perbankan yang tidak sekedar memikirkan keuntungan mereka. Selama ini kalangan perbankan hanya berfikir bagaimana mencari uang tetapi tidak berfikir bagaimana agar uang itu berkembang sekaligus bermanfaat bagi kaum miskin. Menurut Yunus, kemiskinan bukan diciptakan oleh masyarakat miskin tapi diciptakan oleh sistem yang ada di masyarakat. Namun apabila kita semua tidak peduli terhadap kemiskinan, berarti kita juga sudah menjadi bagian dari sistem yang menciptakan kemiskinan itu sendiri, imbuhnya. Apa yang diungkapkan Yunus merupakan paradigma riil tentang ternciptanya kemiskinan. Jika dikembangkan, kita akan mendapatkan bahwa kemiskinan bisa terbentuk secara struktural atapun kultural. Dengan demikian, kemiskinan bukan ada secara alami. Ia ada karena diciptakan. Maka untuk mengentaskan kemiskinan juga dengan menciptakan program yang bisa memberdayakan kaum miskin. Untuk itu, kita jangan hanya sibuk mengerjakan hal-hal yang kecil saja tapi bagaimana kita bisa memikirkan dan mengerjakan hal-hal yang besar yang akan kita hadapi dalam beberapa tahun ke depan.27 Selain bebarapa asumsi di atas, penulis juga menemukan bukti bahwa konsep kredit tanpa jaminan bisa dan pernah dilakukan di Indonesia. Yaitu Credit
27
Muhammad Yunus : Kemiskinan diciptakan oleh Sistem, Yogya, dalam Universitas Gajah Mada. Com. Diakses pada tanggal 21/08/2008.
89
Union (CU28) atau juga dikenal dengan sebutan koperasi kredit. CU merupakan koperasi kredit yang dimiliki oleh sekumpulan orang dalam satu ikatan pemersatu (adanya kepentingan dan keperluan bersama) yang sepakat untuk membangun modal bersama guna dipinjamkan di antara mereka dengan bunga yang layak serta untuk tujuan produktif atau kesejahteraan. Pelayanan yang diberikan kepada anggota adalah untuk meningkatkan ekonomi dan prikehidupan sosial seluruh anggota, dengan cara menerapkan hidup hemat, meningkatkan saham, menyediakan pinjaman serta membangun stabilitas keuangan/ membangun kekuatan keuangan, termasuk cadangan yang memadahi dan pengawasan dari anggota yang memastikan pelayanan yang berkesinambungan. Sedangkan pilar CU adalah Pendidikan (CU tumbuh berkembang, dikontrol dan bergantung pada pendidikan), swadaya (dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota) dan Solidaritas. Sedangkan sejarah munculnya Gerakan CU ini adalah diawali di benua Eropa tepatnya di negara Jerman. Pada mulanya dirintis oleh seorang walikota Flammersfield yang bernama FREDERICH WILHELM RAIFFEISEN. Gerakan ini menyebar ke Canada yang dipelopori oleh Alphonse Desjardin seorang wartawan. Kemudian dibawa ke ke Amerika Serikat oleh Edward Filline. Pada tahun 1934 pada masa pemerintahan Presiden FD Rosevelt, gerakan ini mendapatkan legalitas perundang-undangan dan dibentuklah Biro Pengembangan 28
Credit berasal dari bahasa Latin Credere yang artinya percaya; Union berarti perkumpulan. Credit Union berarti kumpulan orang-orang yang saling percaya. “People helping people help themselves” adalah filosofi Credit Union.
90
Credit Union Sedunia dengan nama World Council Of Credit Union (WOCCU). Tahun 1971 WOCCU beranggotakan 70 negara dengan 7 konfederasi besar yang berpusat di Madison, Wisconsin, Amerika Serikat (USA). Di tingkat Asia dibentuk the Asia Confederation of Credit Union (ACCU) dan Credit Union di Indonesia bernaung di bawahnya. Tahun 1967 Mr. A.A. Baily, perwakilan WOCCU, diundang ke Indonesia untuk memperkenalkan gagasan Credit Union. Tahun 1970 dibentuk Credit Union Counceling Office (CUCO). Pada tahun 1981 CUCO menjadi Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia (BK3I) atau Induk Koperasi Kredit (INKOPDIT) di Jakarta. Perintis CU di Indonesia adalah Pater Karl Albrecth SJ yang dikenal dengan nama pastor Karim Arbi. SJ, mantan Pastor Paroki gereja St. Anna (meninggal di Dili tertembak oleh milisi Timor Timur pro-Indonesia, tanggal 11 September 1999). BK3I memiliki 3 region BK3D (Badan Koordinasi koperasi Kredit
Daerah)
DKI,
Kalimantan
dan
Bogor.
Tahun
1975
BK3I
menyelenggarakan kursus dasar Credit Union di Nyarumkop dan Sanggau Kalimantan Barat, yang melahirkan Credit Union Lantang Tipo dan beberapa Credit Union lain yang kemudian bergabung di jaringan BK3D Kalimantan dengan jumlah anggota hingga ratusan ribu orang. Gerakan CU di Kalimantan berkembang sangat pesat dengan mengikuti standard ACCU. Untuk memperkuat gerakan CU secara nasional, KWI
91
berinisiatif membentuk Credit Union primer yang berskala nasional.29 Sistem yang diterapkan CU berbeda dengan Grameen bank. Jika Grameen Bank memberi penekanan pada bank (yakni bagaimana memberi pijaman kepada orang miskin). Sedangkan CU lebih menekankan pada pengumpulan dana oleh orang miskin itu sendiri. Jadi, CU adalah milik anggota seluruhnya. Keberhasilan CU dapat terlihat di beberapa tempat di Indonesia. Sebagai contoh adalah Koperasi Kredit (CU) Melati. Adapun visi, misi, tujuan dan struktur kepengurusan dari Koperasi Kredit Melati tersebut adalah sebagai berikut: Visi Swadaya Modal Berdasarkan Nilai - Nilai Jatidiri Koperasi Kopdit Melati yang Kuat, Profesional, Mengutamakan Pelayanan, Pendidikan Misi 1. Membantu Terciptanya Lapangan Pekerjaan Bagi Anggota 2. Meningkatkan Bertambahnya Anggota dengan Syarat Pendidikan yang Memadai 3. Memperkokoh Struktur Organisasi Kopdit dengan Pelayanan di Segala Bidang Sedangkan tujuandari Koperasi Kredit melati adalah: 1. Terwujudnya kepercayaan masyarakat terhadap kopdit CU. Melati
29
Economy, marketvalas.blogspot.com. Selasa, 2008 November 11. Diakses pada tanggal 03 Januari 2009.
92
2. Tercapainya pangsa pasar Kopdit CU. Melati 3. Terwujudnya pengembangan organisasi pemasaran 4. Terlaksananya diversifikasi produk produk inti Kopdit 5. Terus dipertahankanya produk - produk inti Kopdit 6. Tersesuainya peralatan operasi agar bisamengikuti perkembangan teknologi 7. Terwujudnya peningkatan SHU bagi Kopdit 8. Tercapainya rasio - rasio PEARLS 9. Terealisasi tingkat potensi Sumber Daa manusia ang potensial dan Inovatif 10. Terwujudnya Tempat Pelayanan Anggota (TPA) 30 Adapun susunan kepengurusan Koperasi Kredit Melati Periode 2004 – 2009 adalah sebagai berikut: a. Penasehat a.1. Induk Koperasi Kredit (Inkopdit) di Jakarta a.2. Puskopdit Bogor - Banten di Cibadak b. Pedamping Koperasi Kredit b.1. Kordinator Kopdit Wilaah Bogor dan Depok c. Pengurus Ketua
: Drs. Christ Srie Harinto SSn
Wakil Ketua
: Dra. E. Cepakawati
Sekretaris
: AS. Handoko, SPd
Bendahara
: Ing Suryanto, Spd
30
http://kopditmelati.wordpress.com/profil-koperasi/visi&Misi/
93
Anggota
: Th N Luck Indiani SE
Bidang Pendidikan
: ( Wakil Ketua )
d. Pengawas Ketua
: Sari Hidayat, SE, MM
Sekretaris
: Drs. A. Bambang J. Sumitro, MBA
Anggota
: Setiawan Kriswanto, SE, MM
e. Pengelola Harian Manager
: Ray Soesilo SE
Kabag Keuangan
: Dra. AMS. Soedarsiyah
Kabag Perkreditan
: Doso Priyono
Administrasi Umum
: Feny Resmiyati, SPd
Administrasi Keu.
: Anastasia Tri Krismarina, SIP
Administrasi Keu.
: FX. Rudy Haryanto
Adm. Data & Komp.
: B. Sumadi, Bsc
Seksi Penagihan
: Tati Supriati
Petugas Lapangan
: 1. Bernadus Isdaryanto 2. Cristian Hadiyono
f. Ketua TPA f.1. TPA Kartini Pelaksana
: Etty Rachmawati
Area
: Daerah BSI (Bumi Sawangan Indah) dan sekitarnya
94
Alamat
: Komplek BSI Blok B No. 4 Pengasinan Sawangan - Depok Tlp. 0813 8111 1304
f.2. TPA Salon Susan Pelaksana
: Y. Susanti
Area
: Daerah PU. Atang Sanjaya, Bogor Barat dan sekitarnya
Alamat
: Jln Surajim No.10 Blok B Lanud PU. Atang Sanjaya Semplak Bogor Tlp.(0251)7531205.31
Koperasi tersebut berupaya memberikan solusi kepada para anggota dan pengusaha yang bergerak di bidang usaha kecil menengah untuk mengembangkan usahanya dengan memberikan kredit dan pinjaman lunak serta produk-produk dan simpanan yang menguntungkan bagi para anggota. Anggota berasal dari Depok dan sekitarnya juga meliputi Jabotabek, maupun luar kota. Bagi anggota yang berdomisili di luar kota, memanfaatkan bank to bank link guna membayar kewajiban kewajibannya atau transfers uangnya. Semua data anggota Kopdit Melati diolah secara komputerisasi, sehingga kebutuhan analisa anggota dapat diperoleh secepatnya, termasuk anggota anggota yang sudah meninggal dunia, keluar dan catatan catanan lain lain tentang anggota, pekerjaan, umur, dll. Sejak tahun 2004 Kopdit Melati memperbaiki Badan Hukumnya dari 31
http://kopditmelati.wordpress.com/profil-koperasi/struktur-manajemen/
95
koperasi serba usaha menjadi kredit (Credit Union) dengan nomor : 116/BH/PAD/KUKM/1.2/IV/2004. Komunikasi antar anggota, kopdit melati menerbitkan buletin bulanan guna menyebarkan informasi ke anggota serta sarana pendidikan secara tak langsung dan pertanggungjawaban pengurus/manajemen atas kinerja bulanannya. Komposisi anggota pada intinya merangkul berbagai segmen seperti berikut: 1.
Wiraswasta - Pegawai Swasta
2.
Ibu Rumah Tangga - Pegawai Negeri sipil
3.
Guru - Pelajar, dll
Kopdit Melati bergabung dengan 54 kopdit lain se-Bogor Banten, dipusat Koperasi Kredit (Puskopdit) di jalan Perintis Kemerdekaan 8 Cibadak, Sukabumi. Maksud menjadi anggota adalah bisa ikut pendidikan teratur di Puskopdit, bisa ikut Daperma (semacam asuransi kematian) ikut aktif silang pinjam Daerah (semacam asuransi kematian) ikut aktif Silang Pinjam Daerah (SPD) dan mendapat pelayaan audit ekstern setahun sekali, membayar dalam ikut pendidikan tadi kita bayar iuran solidaritas Pada tahun 1985 berdiri Koperasi Kredit Simpan Pinjam (KOSIPA) yang merupakan cikal bakal Credit Union Melati. Pada tahun 1987 beberapa anggota koperasi simpan pinjam mendapatkan pendidikan dasar manajemen koperasi kredit dari puskopdit Bogor Banten di Cilangkap/Cibinong. Beberapa tahun kemudian tepatnya tahun 1990 berdiri Credit Union Melati di Depok dengan anggota semua peralihan dari KOSIPA. Kopdit melati didirikan
96
dengan suatu dorongan kuat dari anggota nggota untuk swadaya dalam keuangan, berpendidikan koperasi kredit serta solidaritas antar sesama. Produk Pinjaman terdiri dari : a.
Pinjaman Biasa ( PISA ) Sejak Koperasi Melati berdiri tahun 1990, pinjaman biasa, yang kita singkat dengan PISA telah kita luncurkan. Saat itu sangat banyak anggota yang membutuhkan pinjaman dengan cara cepat. mudah, dan murah
Sangat
disayangkan
saat
1990-1995
itu,
uang
tabungan/simpanan anggota masih sedikit sekali, sehingga terkadang untuk meminjam diperlukan waktu atau antrian yang panjang/lama. Selanjutnya, sejak tahun 1995-2000, tabungan mulai mengalir ke kas Kopdit Melati, dan ini memudahkan untuk anggota meminjam ke koperasi. Namun demikian, jalannya koperasi pada sektor pinjaman masih tersendat sendat dengan birokrasi. Ketiadaan kantor, tempat tinggal pengurus yang terpencar, waktu yang sempit bagi anggota yang mau meminjam dll, menyebabkan bertumpuknya masalah untuk sektor pinjaman. Semua hambatan di evaluasi, dipangkas, di sederhanakan, tetapi tetap harus pada rel AD-ART. Sekarang ini, yaitu sejak tahun 2000, pinjaman anggota dipermudah, dipangkas hal hal yang tak perlu, tak lagi antri, meskipun tetap harus melalui prosedur baku mengisi permohonan pinjaman serta wawancara, dan diputuskan oleh yang
97
mempunyai otoritas dalam, jumlah pinjaman. 32 b.
Pinjaman Darurat ( PIJAT )
c.
Pinjaman Angsuran Harian ( PIJAR )
d.
Pinjaman Angsuran Harian Mikro ( PINJARO )
Sedangkan produk simpanan terdiri dari: a.
Simpanan Pokok ( SP )
b.
Simpanan Wajib ( SW )
c.
Simpanan Sukarela ( SS )
d.
Simpanan Khusus Berjangka ( SIKHUJANG ) 1. Kopdit melati meluncurkan produk baru pada tanggal 24 April 2001 yaitu ”Simpanan Khusus Berjangka” (SIKHUJANG) 2. Tabungan
Simpanan
Sikhujang
adalah
sarana
/
tempat
penyimpanan uang yang terbuka untuk anggota dan non anggota yang mau menitipkan uangnya di Kopdit Melati Depok 3. Penabung dapat menabung di Sikhujang Kopdit Melati dan diberi tanda terima berupa sertifikat bermaterai dan merupakan surat berharga 4. Tabungan Sikhujang tidak dikaitkan dengan kelipatan hak pinjaman anggota dan tidak diasuransikan ke Daperma (Dana Perlindungan Bersama)
32
Lihat http://kopditmelati.wordpress.com/2007/11/28/pinjaman-biasa-pisa/, diakses pada 22 Desember 2008.
98
5. Penabung Sikhujang dapat mengambil tabungan sikhujang setiap jatuh tempo Sikhujang, minimal menabung 1 tahun, pengambilan di Kopdit Melati Depok. 6. Semua pelayanan tabungan Sikhujang hanya di kantor Kopdit Melati dan tercatat dengan nomor Sertifikat 7. Bunga Sikhujang dihitung secara bulanan dari setiap akhir bulan, bunga bisa diambil atau dimasukan ke simpanan Sukarela atau Sibuhar, besar bunga sikhujang adalah 15% per tahun 8. Sebelum jatuh tempo Sikhujang tidak dicairkan, dan sebulan sebelum jatuh tempo tidak memberitahukan untuk dicairkan, maka dianggap Sikhujang tersebut diperpanjang ( Roll Over ) 33 e.
Simpanan Biasa (PISA)
f.
Simpanan Bunga Harian (SIBUHAR)
g.
Simpanan Manfaat Masa Depan (SIMAPAN )
h.
Simpanan Kapitalisasi (SIPITA).
i.
Simpanan Dana Sehat (SISEHAT )
j.
Simpanan Swadaya Berhadiah (SISWADA )34 Simpanan Swadaya (SISWADA) sangat membantu Kopdit Melati untuk memupuk Modal Lembaga Kopdit. Siswada bisa terlaksana bila semua aggota Kopdit berpartisipasi aktif. Siswada
33
http://kopditmelati.wordpress.com/2007/11/26/, Diakses pada 22 Desember 2008.
34
Lihat http:// www.CU-melati.com. Diakses pada tanggal 22 Desember 2008.
99
membantu Kopdit agar bisa swadaya dalam permodalan. Menabung di Siswada berarti punya simpanan untuk masa depan, sambil bisa ikut maraup kupon-kupon, guna meraih hadiah yang diundi setiap akhir tahun. Hadiah cukup menarik, mulai dari TV berwarna, Kulkas, Dispenser, sampai Sepeda Motor. Tidak hanya itu saja, SISWADA juga mempunyai beberapa produk, yaitu: 1. SISWADA, atau Simpanan Swadaya adalah bentuk pelayanan keuangan yang mengarah pada prinsip Koperasi Kredit dalam bidang keuangan agar swadaya. 2. SISWADA bisa diwariskan kepada anggota keluarga yang ditinggalkan, seandainya yang bersangkutan meninggal dunia. 3. SISWADA, memupuk rasa solidaritas antar anggota Koperasi Kredit guna sedikit demi sedikit tertumpuk simpanan swadaya. 4. SISWADA, merupakan penangkal yang ampuh melawan dana mahal dari luar Kopdit. Penyediaan dana murah dari anggota Kopdit diperuntukkan bagi anggota Kopdit yang membutuhkan.35 Berikut adalah beberapa indikator yang menunjukkan perkembangan dari CU36:
35
Lihat http://kopditmelati.wordpress.com/2007/12/04/simpanan-swadaya-siswada/ diakses pada 22 Desember 2008. 36
Diambil dari “Data Perkembangan Kopdit Per BK3D/PRA/Puskopdit per Juni 2006.” Diakses pada 03 Januari 2009.
100
Jumlah CU di seluruh Indonesia
:
1.011
Jumlah anggota keseluruhan
:
668.346
Jumlah anggota llaki-laki
:
339.502
Jumlah anggota perempuan
:
268.844
Saham
:
Rp.1.118.165.288.613
Simpanan non saham
:
Rp.791.834.460.114
Pinjaman beredar
:
Rp.1.865.877.600.438
Kekayaan
:
Rp.2.304.181.285.362
Cadangan
:
Rp.70.649.587.542
SHU
:
Rp.46.506.664.916
CU tersebut adalah buah dari kerja keras civil society selama tiga puluh tahun, waktu yang sama dengan yang dibutuhkan Yunus untuk mencapai Grameen Bank II saat ini. Selain itu, melalui Kementerian Negara Koperasi dan UKM, pemerintah telah mendorong koperasi wanita di Indonesia. Sebagian sudah menunjukkan hasilnya, dan sebagian lagi masih membutuhkan pembenahan yang lebih intensif , yang karena desentralisasi yang sangat sulit untuk memperoleh data yang dapat dipercayai.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari berbagai uraian yang telah penulis paparkan, dapat disimpulkan bahwa kredit tanpa jaminan yang dihasilkan Yunus bisa dikatakan bukan konsep yang baru lagi. Hanya saja, cara atau konsep yang digunakannya yang berbeda. Dalam konsepnya, ada beberapa pendekatan yang digunakan oleh Yunus, yaitu dengan menggunakan konsep “mata cacing” yang melihat tanah dari jarak yang sangat dekat, hampir-hampir menyatu dengan tanah yang dijelajahinya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui serta mempelajari budaya, struktur sosial dan agama masyarakat. Selain itu, Yunus juga mengggunakan strategi yang benar-benar baru dalam dunia perbankan. Yaitu dengan cara memberikan kredit tanpa jaminan berbunga rendah kepada kaum miskin, sistem cicilan setiap hari agar tidak memberatkan saat jatuh tempo, mengkhususkan diri pada nasabah kaum perempuan, membentuk sistem kelembagaan berupa kelompok lima, dan juga menjadikan nasabah sebagai pemegang saham dan komisaris. Strategi-strategi di atas adalah konsep yang digunakan Yunus dalam menerapkan Kredit Tanpa Jaminan.
101
102
B. Saran-saran 1.
Kepada para akademisi, praktisi dan juga peneliti agar dapat mempelajari, memahami serta menerapkan konsep Kredit Tanpa Jaminan yang diterapkan oleh Yunus. Itu semua tidak akan tercapai apabila tidak membaca, mengulas dan memahami karya-karya Yunus, khususnya yang berkaitan dengan kredit tanpa Jaminan, sehingga konsep tersebut bisa diterapkan di Indonesia yang selama ini selalu didera oleh berbagai macam krisis ekonomi.
2.
Para peneliti, akademisi dan juga praktisi harusnya lebih bisa memahami kondisi dan keadaan masyarakat miskin yang terdapat di Indonesia. Dalam hal ini, konsep yang cocok adalah konsep mata cacing yang diggunakan oleh Yunus.
3.
Kepada pemerintah dan para mahasiswa sebagai agen perubahan harus bisa bersikap tegas dan berani mengambil keputusan.
4.
Penulis ucapkan semoga bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa yang lebih baik dari bangsa-bangsa lain, termasuk Bangladesh. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari konsep kredit tanpa jaminan yang diterapkan Yunus untuk akhirnya dapat diterapkan di Indonesia, sehingga rakyat miskin Indonesia dapat diatasi. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Abdul Husain at-Tariqi, Abdullah. Ekonomi Islam : Prinsip, Dasar, dan Tujuan, Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004, Cet I. Amalia, Euis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam : Dari masa Klasik Hingga Kontemporer, Jakarta: Pustaka Asatruss, 2005, Cet I. Chapra, M. Umer. Islam dan Pembangunan Ekonomi, Jakarta: Gema Insani Press, 2000, Cet I. _______________ Islam dan Tantangan Ekonomi, Jakarta: Gema Insani Press, 2000, Cet I. Echols, John M. Dan Hassan Sadily: Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002, Cet XXVI. Meredith, Geoffrey G., Kewirausahaan; Teori dan Praktek, Jakarta: PT Pusaka Binaman Pressindo, 2000, Cet VI. Karim, Adimarwan A, Ekonomi Islam; Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema Insani, 2003, Cet. II. Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada: 2007), Ed. 1-2. M. A. Mannan. Toeri dan Praktek : Ekonomi Islam, Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, Edisi Lisensi. Molan, Benyamin, Glosarium Prentice Hall untuk Manajemen dan Pemasaran, Jakarta: PT. Prenhallindo, 2002. M., Ralona, Kamus Istilah Ekonomi Populer, Jakarta: Gorga Media, 2006. Sakti, Ali. Analisis Teoritis : Ekonomi Islam Jawaban atas kekacauan Ekonomi Modern, Jakarta: Paradigma dan AQSA Publishing, 2007, Cet I. Yunus, Muhammad. Bank Kaum Miskin : Kisah Yunus dan Grameen Bank Memerangi Kemiskinan. Diterjemahkan oleh Irfan Nasution. Jakarta: Marjin Kiri, 2007, Cet III.
103
104
_________________, Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan ; Bagaimana Bisnis Sosial Mengubah Kehidupan Kita. Diterjemahkan oleh Rani R. Moediarta. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 2008, h. 119. Internet Ali,
M. Syamsi. Galeri Opini: Kiat Yunus Hapus Kemiskinan, dalam http://Inilah.Com. 16 Februari 2008. Diakses pada tanggal 05/08/2008.
Aprianto, Anton, Kalla : Konsep Kredit Yunus Sudah Ada di Indonesia, dalam Tempo Interaktif. Com., Jakarta, Rabu, 08 Agustus 2007 | 14:02 WIB. Diakses pada tanggal 02/08/2008. Baderi, Firdaus, Perlu Perubahan Radikal Konsep Perbankan Indonesia, dalam http://www.mediakonsumen.com, Jumat, 14 September 2007. Diakses pada tanggal 14/09/2008. Bisnis
Sosial Jadi Pilihan para Donatur, July 23rd, 2008 http://www.andaisaja.com/?cat=8. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
dalam
“Data Perkembangan Kopdit Per BK3D/PRA/Puskopdit per Juni 2006.” Dalam http:// www.CU-melati.com. Diakses pada tanggal 22 Desember 2008 Definisi Kewirausahaan (Entrepreneurship) Menurut Para Ahli. Dalam http://putracenter. wordpress.com/definisi-kewirausahaan- entrepreneurshipmenurut-para-ahli/. Diakses pada tanggal 02/03/2009. Dito, Pustaka Bank Kaum Miskin, dalam http://www.blogger.com/navbar. Diakses pada tanggal 20/08/2008. Economy, dalam http://Marketvalas.Blogspot.com. Selasa, 2008 November 11. Diakses pada tanggal 03 Januari 2009. Erge, March 23rd, 2008, Ciri-ciri wirausahawan, dalam file:///D:/tugas-makalahjudul-skripsi/mata-kuliah/kewirausahaan. Diakses pada tanggal 02/03/2009. G. Budiwaluyo, Option For The Poor versi Muhammad Yunus, http://gbudiwaluyo. wordpress.com/2008/03/04/option-for-the-poor-versi-muhammad-yunus/. Diakses pada tanggal 06/08/2008. Ismawan, Bambang, Menjawab Persoalan Bangsa dengan Entrepreneurship, http://www.binaswadaya.org/index.php.com. Diakses pada tanggal 02/03/ 2009.
105
Mubyarto. Tantangan ilmu ekonomi dalam menanggulangi kemiskinan, dalam http://Indonesia.Com. Januari 2007. M. Yunus Puji Nuansa Politik dan Demokrasi Indonesia, dalam http://Media Indonesia.Com, 4 Februari 2008. Diakses pada tanggal 27/09/2008. Muhammad Yunus : Kemiskinan diciptakan oleh Sistem, Yogya, dalam Universitas Gajah Mada. Com. Diakses pada tanggal 21/08/2008. Santosa, Setyanto P. , Peran Social Entrepreneurship Dalam Pembangunan, dikutip dari acara dialog “ Membangun Sinergisitas Bangsa Menuju Indonesia Yang Inovatif, Inventif dan Kompetitif” diselenggarakan oleh Himpunan IESP FEUniversitas Brawijaya,Malang, 14 Mei 2007. dalam
[email protected]. Diakses pada tanggal 02/03/2009. “Sosok dan Bisnis: Muhammad Yunus, Pengemis pun Dipinjami”, Dalam http://kompas.com/kcm/, Senin, 30 Oktober 2006. Diakses pada tanggal 12/08/2008. Social
Entrepreneurship: MYC4, dalam Diakses pada tanggal 02/03/2009.
http://vibizlearning.com/new/articles.
Sudrijanta, SJ, J., on December 16th, 2008, Bisnis Sosial sebagai Jalan Alternatif terhadap Krisis Global, dalam http://gerejastanna.org/bisnis-sosial-sebagaijalan-alternatif-terhadap-krisis-global/. Diakses pada tanggal 02/03/2009. Wuryanto, Budhi, Serba-Serbi; Inspirasi dari orang miskin, http://MediaBPR no.18 september – oktober 2007. Diakses pada tanggal 24/07/2008. Yunus, Muhammad: "Grameen Bank" Bisa Diterapkan di Indonesia, dalam http://Gatra.Com, Yogyakarta , 11 Agustus 2007 14:18. Diakses pada tanggal 21/07/2008. http:// www.CU-melati.com. Diakses pada tanggal 22 Desember 2008. http://www.grameen.com/index.php.com. Diakses pada tanggal 22/09/2008. http://www.grameen-info.org/book/index.htm. Diakses pada tanggal 22/09/2008. http://kopditmelati.wordpress.com. Diakses pada 22 Desember 2008. http://id.wikipedia.org/wiki/ Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Wirausaha. Diakses pada tanggal 02/03/2009.