“PERAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) DALAM MENGATASI KRISTENISASI YANG TERJADI DIKALANGAN MASYARAKAT MUSLIM KOTA DEPOK”
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh : DYNA FITHRIYA 103032227714
JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M
“PERAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) DALAM MENGATASI KRISTENISASI YANG TERJADI DIKALANGAN MASYARAKAT MUSLIM KOTA DEPOK”
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)
Oleh :
DYNA FITHRIYA NIM : 103032227714
Dibawah Bimbingan :
Dra. Ida Rosyidah, MA. NIP : 150 243 267
JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2009 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber sudah saya gunakan dalam penulisan ini telah dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakrta.
Depok, 27 Februari 2009
Dyna Fithriya
KATA PENGANTAR Alhamdulillah rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang telah memberikan segala rahmat-Nya bagi seluruh umat, sehingga kita selalu sukses menjalani hidup dalam lindungan-Nya. Shalawat serta salam tercurah bagi Nabi pahlawan umat, pembuka jalan terang dari kegelapan jahiliyah. Terima kasih yang tak terhingga serta rasa syukur, terucapkan kepada Allah SWT, Sang Mahahati, Sang Maha segalanya, Mahapengasih dan penyayang yang telah memberikan cinta tak terhingga, nikmat yang tak pernah berujung; terima kasih atas berjuta kesempatan untuk selalu menengok ke atas, melihat ke langit demi mensyukuri segala nikmat dan cobaan yang penuh dengan pelajaran yang sangat berharga; terima kasih atas segala doa yang telah membuat diriku bangga dan bahagia hadir sebagai makhluk-Mu di dunia ini. Terima kasih dan sembah sujud kepada baginda Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangan dan amanah yang tak pernah padam sampai akhir zaman. Dan penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan dan motivasi dari banyak pihak, dalam bentuk bimbingan; baik moril maupun materiil. Oleh karena itu, sudah selayaknya penulis ucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. M. Amin Nurdin, M.A., Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat serta seluruh staff akademik fakultas, pusat dan segenap akademik yang telah mengarahkan, membimbing dan melayani seluruh kebutuhan administratif dan akademis penulis selama penulisan skripsi ini. 2. Dra. Ida Rosyidah, M.A., Dosen pembimbing skripsi sekaligus ketua jurusan sosiologi agama, yang telah membimbing, mengarahkan dan membuka pikiran penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.
3. Dra. Jaurotul Jamilah, M.A., Dosen Pembimbing Akademik dan sekertaris jurusan sosiologi agama, yang banyak membantu dan memudahkan penulis dalam urusan akademik. 4. Ketua dan segenap staff Perpustakaan Utama dan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, yang telah banyak membantu dalam memberikan dan memudahkan diperolehnya bahan-bahan dalm penulisan skripsi ini. 5. Ayah dan Umi yang selalu memberikan penulis dukungan dan doa, serta omelan-omelan agar skripsi ini cepat terselesaikan. “Maaf ya Yah, Mi, baru bisa kelar sekarang skripsinya” . Serta untuk kakak-kakakku tersayang, “akhirnya adikmu ini lulus juga (Insya Allah), amien….” Makasih ya atas doa nya. Buat si Qiting, ponakan que yang lucu, yang selalu membuat keceriaan tersendiri disaat kebetean menghadang penulis. 6. Sahabat-sahabatku di Sosiologi 2003, terutama Ryan dan Toto, akhirnya kita bisa nyusul temen-temen yang sudah “mendahului” kita. Buat temen-temen yang masih asyik sama mata kuliahnya, semoga cepet nyusul kita juga. Amien…… ☺ Maaf ya pren nama kalian terlalu banyak, jadi yang ngerasa pernah sekelas ma Dyna. Makasih ya dah pernah menjadi bagian dari hidup gue. 7. Buat Banci Nong-nong ma Acap Gorbacap, akhirnya gue bisa juga kayak kalian yang pada ga setia kawan ninggalin gue sendirian disini. 8. Buat Cocom and Ijo lumut, thanks 4 our support. “Akhirnya status gue berubah dari mahasiswa menjadi calon pengacara”. Haahahahahha 9. Untuk BJ, thanks atas masukan-masukannya. Dan makasih dah menjadi seseorang yang selalu ada dihatiku. ☺
10. Anak-anak Arkadia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dari yang tua sampai yang muda, dari yang kenal ampe ga kenal T’Reet. Makasih dah nerima T’reet jadi anggota yang bisa dikatakan aktif dan ga aktif dalam segala kegiatan yang dah dibuat. 11. Seluruh anggota dan pengurus FKUB, yang telah memberikan penulis segala informasi yang dibutuhkan. Terima kasih juga atas pengertian dan segala kebijaksanaannya. 12. Seluruh Tim Independent Anti Pemurtadan (TIAP) khususnya pak Endang, makasih dah ditunjukin tempat kejadian perkaranya. Dan makasih juga atas segala informasi yang dibutuhkan penulis dalam penulisan skripsi ini. 13. Buat Atul dan Iis, makasih ya de’ atas informasinya. Jangan lupa cari ilmu setinggi-tingginya. Belajar terus ya biar jadi orang yang berguna bagi orang tua. Akhirnya penulis berdo’a semoga segala motivasi dalam bentuk moril maupun materiil mendapat balasan yang tak ternilai dari Allah SWT. Amien….. Depok, 10 Februari 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………………… i Daftar Isi ……………………………………………………………………………. iv BAB I.
PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………………………
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………….
6
D. Metode Penulisan dan Penelitian ....................................................... 7 E. Sistematika
Penulisan
.......................................................................
10 BAB II.
KAJIAN
TEORI
...................................................................................
12 A. Teori Tentang Peranan ..................................................................... 12 B. Kristenisasi
.......................................................................................
16 a. Pengertian
Kristenisasi
................................................................
16 b. Strategi
Kristenisasi .....................................................................
18 c. Faktor-faktor Penyebab Muslim Konversi Agama ....................... 24 BAB III. PROFIL FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB)
KOTA DEPOK DAN KOTA DEPOK ................................................... 28 A. Profil Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Depok ........ 28 a. Sejarah Terbentuknya FKUB ......................................................... 28 b. Susunan Kepengurusan dan Manajemen FKUB ............................ 35 c. Visi, Misi, dan Tupoksi .................................................................. 38 d. Program Kerja ................................................................................ 41 B. Kota Depok .......................................................................................... 43 a. Sejarah Terbentuknya Kota Depok................................................. 43 b. Gambaran Umum Kondisi Kota Depok.......................................... 48 b.1. Kondisi Geografis.................................................................... 48 b.2. Kondisi Demografi................................................................... 51 BAB IV. PERAN FKUB TERHADAP KRISTENISASI YANG TERJADI PADA MASYARAKAT MUSLIM
KOTA DEPOK ......................................................................................... 54 A. Kristenisasi yang terjadi di Depok ........................................................ 54 A.1. Melalui Bidang Pendidikan dan Sosial ......................................... 54 A.2. Melalui Bidang Pembangunan Rumah Ibadat ............................... 61 B. Upaya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dalam Mengatasi Kristenisasi di Kota Depok ....................................... 64 C. Tantangan dan hambatan yang Dihadapi .............................................. 69 D. Solusi yang Ditawarkan FKUB ............................................................ 72 BAB V.
PENUTUP
.................................................................................................
75 A. Kesimpulan
...........................................................................................
75 B. Saran-saran
...........................................................................................
77 Daftar Pustaka ............................................................................................................... Lampiran .......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, terdiri dari berbagai suku bangsa, adat istiadat, budaya, bahasa dan agama yang tersebar di berbagai pulau besar dan kecil. Kemajemukan bangsa Indonesia di satu sisi memang merupakan sumber potensi kekayaan budaya bangsa yang sangat berharga, tetapi disisi lain kemajemukan bangsa Indonesia juga dapat menjadi sumber potensi ketegangan dan konflik sosial. Diantara potensi konflik yang sangat mengancam integrasi nasional adalah konflik sosial yang bernuansa keagamaan, yang memang sejak masa lalu hubungan antar umat beragama yang berbeda tidak selalu harmonis.1 Disamping itu bangsa Indonesia juga merupakan bangsa yang sangat religius. Toleransi kerukunan umat beragama di Indonesia baik kerukunan intern umat beragama, antar umat beragama maupun antara umat beragama dengan pemerintah merupakan keberhasilan yang harus dipelihara dan dijaga terus menerus. Walaupun masih ditemukan kasus-kasus agama yang muncul, namun oleh para ahli dikatakan bahwa kasus-kasus yang sering memakai kedok keagamaan pada hakikatnya dipicu oleh ketimpangan sosial serta kesenjangan sosial ekonomi yang ada di masyarakat. Pandangan para ahli sosiologi mengatakan bahwa agama tidak hanya dimaknai sebagai ritus, liturgi, do’a dan pengalaman mistik yang bersifat personal dan unik, namun juga hadir dengan fungsi manifest dan latent yang kadang tidak dikehendaki oleh pemeluknya. Disatu sisi, agama dapat menjadi sarana integrasi 1
Dr. Imam Tholkhah, MA, Mewaspadai dan Mencegah Konflik Antar Umat Beragama, (Jakarta : Departemen Agama RI Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Hidup Umat Beragama, 2001), hal 1.
sosial, mengikat solidaritas sesama penganut dalam jamaah, Masjid, Gereja, Sangha dan komunitas-komunitas keagamaan, wahana pencipta pembangunan dan pemelihara perdamaian dan kedamaian. Akan tetapi sekaligus juga sebagai instrumen yang cukup efektif bagi disintegrasi sosial, menciptakan konflik, ketegangan, friksi, kontradiksi dan bahkan perang. Proses integrasi sosial tidak dapat menghindari kemungkinan-kemungkinan terjadinya ketegangan, perselisihan atau konflik. Konflik merupakan kesadaran yang tercermin dalam pembaharuan masyarakat. Karena itu, konflik tidak sematamata merupakan sesuatu yang bersifat destruktif atau patologis bagi kelompok sosial. Konflik lebih merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Agama dipandang sebagai salah satu lembaga sosial yang berperan melakukan interaksi dengan lembaga-lembaga sosial lainnya. Masyarakat pada dasarnya terintegrasi diatas kesepakatan para anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu. Mereka mempunyai suatu general agreements yang memiliki daya mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat dan kepentingan diantara anggotanya. Tiap-tiap agama menyuruh untuk menyiarkan agama mereka masing-masing. Salah satu yang akan Penulis bahas adalah tentang bagaimana umat Nasrani dalam mewartakan ajaran agamanya (Kristenisasi). Gerakan Kristenisasi biasanya dilakukan tidak secara terang-terangan. Mereka selalu menempuh jalur bawah tanah dan menggunakan segala cara untuk mewujudkannya. Yang dinamakan Kristenisasi ialah mengkristenkan orang atau membuat seseorang memeluk agama Kristen. Arti kata-kata itu menurut istilah ialah: mengkristenkan orang secara besar-besaran dengan segala daya upaya yang mungkin agar supaya adat dan pergaulan dalam masyarakat mencerminkan ajaran
agama Kristen. Masyarakat yang demikian akan lebih melancarkan tersiar luasnya agama Kristen. Akhirnya kehidupan rohani dan sosial penduduk diatur dan berpusat di Gereja. Kristenisasi tidak hanya dilancarkan terhadap orang-orang yang belum memeluk agama atau mereka yang memeluk agama animisme saja, tetapi juga ditujukan terhadap orang yang telah memeluk agama Islam. Pengkristenan dipercayai sebagai satu tugas suci yang dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh ditinggalkan. Kristenisasi yang terjadi di Aceh, dengan cara memberikan bantuan bencana alam pasca-tsunami dan
gempa,
mereka
mengatasnamakan pertolongan
kemanusiaan untuk melakukan Kristenisasi. Itu merupakan peluang yang sangat besar dan target yang empuk untuk mengkristenkan korban bencana alam tersebut. Pemerintah Indonesia nampaknya harus memberikan perhatian khusus pada ancaman Kristenisasi terhadap para korban tsunami di propinsi Nangroe Aceh Darussalam yang dilakukan oleh para misionaris. Harian Inggris “The Observer” menulis, para misionaris asing ini kini banyak berdatangan ke Aceh dengan kedok memberikan bantuan kemanusiaan. Para misionaris yang terkenal agresif menyebarkan agama Kristen, menurut “The Observer”, William Suhanda, pemimpin kelompok misionaris Light of Love for Aceh, mengatakan "Selain memberikan bantuan kami juga ingin mengenalkan nilai-nilai Kristen pada mereka, sehingga mereka bisa melihat sesuatu yang lain bahwa kita dekat dengan cinta Kristus,". Kelompok ini berharap bisa membawa sekitar 50 anak-anak Aceh ke panti asuhan Kristen di Jakarta. Informasi seputar misi Kristenisasi oleh kelompok misionaris asing, sudah menjadi berita hangat di kalangan media barat. Selain The Observer, Harian
Baltiomore Sun, juga menurunkan laporan tentang adanya kelompok misionaris dari aliran Kristen Evangelis yang menyusup ke tim-tim pengirim bantuan ke Aceh. Setelah sebelumnya, The Washington Post juga membuat laporan serupa tentang rencana kelompok misionaris yang ingin mengkristenkan sekitar 300 anak-anak Aceh2. Usaha Kristenisasi itu dilakukan dengan segala daya, biaya peralatan yang lengkap, rencana yang masak, tehnik yang tinggi, kemauan dan kesungguhan yang mantap dan kuat, keyakinan yang mendalam serta melalui segala jalan dan saluran yang meresap dalam hampir semua aspek kehidupan manusia: sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, politik dan segala macam hiburan. Seperti yang terjadi di Kota Depok, tepatnya menjelang Idul Adha 1427 H di Kampung Lio. Pasalnya seorang laki-laki bernama Sugito, yang selama ini dipercaya warga setempat, membawa 72 anak-anak muslim ke Gereja Bethel, Depok. Terjadilah proses Kristenisasi di Gereja tersebut. Tidak hanya itu saja, di Kelurahan Meruyung, Kota Depok, satu keluarga (yang terdiri dari satu orang ibu dan lima orang putra-putrinya) menjadi korban Kristenisasi yang dibawa para misionaris yang ada di Kota Depok3 Disamping itu, dengan adanya pembangunan tempat ibadah yang didirikan tanpa adanya surat Izin Membangun Bangunan (IMB) yang sah dari pemerintah dapat menyebabkan terjadinya suatu konflik yang memicu pada konflik agama. Banyaknya pembangunan rumah ibadah secara liar, menyebabkan warga sekitar resah akan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan di daerah tersebut.
2
”Misi dan Fakta Kristenisasi di Indonesia”, www.republika.com, www.google.com , www.myquran.com,www.mizan.com, www.swaramuslim.net , 24 Juli 2003, publikasi 17januari 2005. diambil pada bulan desember 2007. 3 ”Geger Kristenisasi di Depok”, www.hidayatullah.com, , Januari 2007. diambil pada bulan desember 2007
FKUB atau Forum Kerukunan Umat Beragama menjadi jembatan untuk menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan kerukunan baik kerukunan antar umat beragama, kerukunan intern umat beragama maupun kerukunan umat beragama dengan pemerintah. FKUB merupakan sebuah forum/wadah yang dibentuk untuk menampung seluruh aspirasi kepentingan umat beragama dan kerukunan umat beragama. FKUB bersifat independent dan tidak berafiliasi kepada salah satu organisasi politik manapun. Organisasi ini bertujuan untuk memelihara dan mengembangkan kerukunan umat beragama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Pada kasus ini Penulis membatasi masalah sebagai berikut : upaya apa yang dilakukan FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) dalam menyelesaikan persoalan-persoalan agama, seperti adanya upaya pengkristenisasian yang terjadi di Kota Depok, khususnya di Kampung Lio. Dan bagaimana peranan FKUB dalam kasus tersebut. Berdasarkan fokus di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana pola-pola Kristenisasi yang terjadi di Kota Depok? 2. Bagaimana FKUB mengatasi Kristenisasi yang terjadi di Kota Depok? 3. Bagaimana peran FKUB dalam menghadapi kasus seperti itu ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya Forum Kerukunan Umat Beragama
(FKUB)
terhadap proses Kristenisasi yang terjadi di Kota
Depok. Selain itu, sebagai tugas akhir akademik Strata 1 (S1) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain : 1. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi para peneliti atau calon peneliti untuk mengetahui bagaimana upaya FKUB dalam meminimalisir terjadinya konflik agama di Kota Depok khususnya dan di Indonesia pada umumnya. 2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lainnya yang akan meneliti masalah yang sama atau yang berkaitan dengan penelitian ini atau lainnya. 3. Sebagai laporan ilmiah kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Metode Penulisan dan Penelitian Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini bersifat deskriptif yang mana suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Menurut Whitney, metode deskriptif merupakan pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung, serta pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.4 Untuk mendapatkan data yang diperlukan, penulis mengambil langkahlangkah sebagai berikut :
4
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta : Galia Indonesia, 1999), hal. 63.
1. Tempat Penelitian Lokasi penelitian ini di Kota Depok, tepatnya di Margonda, Kampung Lio dan Cinere, dimana kejadian itu berlangsung. 2. Subjek Penelitian Subjek peneliti pada penulisan skripsi ini adalah seluruh anggota masyarakat Kota Depok. Untuk lebih memudahkan Penulis dalam memilih subjek sebagai informasi. Penulis mengelompokkan subjek sebagai berikut : para pengurus FKUB periode 2007-2012 yang terdiri dari berbagai macam tokoh-tokoh agama (Islam, Kristen, Budha, Hindu, Kong Hu Cu), tim pencari fakta, juga masyarakat yang mengalami hal tersebut (Korban Kristenisasi). Dengan demikian pengambilan bahan informasi untuk dijadikan analisis data lebih beragam. Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan serta informasi yang dibutuhkan sebagai bahan dalam rangka penelitian skripsi ini, maka teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan dua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (narasumber) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.5 Wawancara berarti proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatapan muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau narasumber dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (pedoman wawancara).6 Penulis berhasil mewawancarai 8 sumber, meliputi : 4 anggota sekaligus 5
Lexy J. Maloeng, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung : PT. Rosda Karya, 2000), hal.
6
Moh. Nazir, Metode Penelitian, hal. 234.
135.
pengurus Forum Kerukunan Umata Beragama (FKUB), 2 orang narasumber dari Tim Pencari Fakta dari TIAP dan 2 orang korban sekaligus saksi. 2. Observasi Observasi dalam suatu penelitian berarti pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap gejala yang diteliti.7 Teknik ini memungkinkan Penulis menarik kesimpulan ihwal makna dan sudut pandang responden, kejadian, peristiwa, atau proses yang diamati. Lewat teknik ini Penulis akan melihat sendiri pemahaman yang tidak terucapkan, bagaimana teori digunakan langsung dan sudut pandang narasumber atau responden yang mungkin tidak didapati dari wawancara.8 Observasi yang dilakukan Penulis adalah dengan cara melakukan pengamatan langsung ketempat kejadian. 3. Analisis Dokumen Teknik ini Penulis gunakan untuk melengkapi data (seconder file) dengan cara melihat-lihat dokumen dan arsip-arsip yang ada, baik di perpustakaan (library research) maupun instansi-instansi lain yang terkait dengan objek penelitian. Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Ia bisa merupakan rekaman atau dokumentasi tertulis seperti arsip database surat-surat, rekaman gambar, benda-benda peninggalan yang berkaitan dengan peristiwa.9
E. Sistematika Penulisan Dalam penyusun skripsi ini penulis menyusun sistematikanya dalam lima bab, dengan rincian sebagai berikut : 7
Lexy J. maloeng, Metode Penelitian Kuantitatif, hal. 54. A. Chaedar Alwasilah, Pokoknya Kuantitatif : Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian, (Jakarta : Pustaka Jaya, 2002), hal. 155. 9 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosiologi Agama, (Bandung : Rosda Karya, 2001), hal. 164. 8
Bab I : Pendahuluan. Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : Kerangka teoritik. Pada bab ini akan diuraikan tentang studi pustaka mengenai Teori Peranan; Pengertian Kristenisasi; strategi kristenisasi; serta faktor yang menyebabkan orang Muslim melakukan konversi agama. Bab III : Gambaran umum tentang objek penelitian. Pada bab ini akan diuraikan tentang profil Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Depok dan Sekilas tentang Kota Depok, yang terdiri atas latar belakang; susunan kepengurusan FKUB periode 2007-2012; tupoksi, visi dan misi; serta agenda kegiatannya. Dan sekilas tentang Kota depok; sejarah terbentuknya, kondisi geografis, dan kondisi demografi. Bab IV : Analisis hasil penelitian. Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian tentang Proses terjadinya Kristenisasi di Indonesia dan Kota Depok khususnya dan Bagaimana Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) mengatasi Kristenisasi yang terjadi di Kota Depok, tantangan dan hambatan yang terjadi serta solusi yang ditawarkan FKUB Bab V : Kesimpulan dan saran. Pada bab ini Penulis mengemukakan kesimpulan dari penulisan skripsi, serta saran-saran yang dianggap perlu.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Peranan Menurut teori peranan (Role Theory) peranan adalah sekumpulan tingkah laku yang dihubungkan dengan suatu posisi tertentu. Peran atau sering juga disebut ”role”, adalah seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu tertentu yang mempunyai kedudukan sosial tertentu. Menurut David Berry, harapan merupakan hubungan dari norma-norma sosial, oleh karena itu dapat dikatakan peran itu ditentukan oleh norma dalam masyarakat berarti seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakata di dalam pekerjaan dan tingkah laku.10 Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Artinya, seseorang yang menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah melaksanakan suatu peran. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan, karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan.11 Peranan mempunyai kaitan yang sangat erat dengan status atau kedudukan, sebab bagaimanapun juga seseorang tidak akan mampu mempunyai pengaruh hingga dapat berperan tanpa adanya kedudukan atau status. Seseorang dikatakan berperan karena seseorang tersebut mempunyai status. Peran yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi atau tempatnya dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi atau tempat seseorang dalam
10 David Berry, Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995) cet. 3, hal. 99-100. 11 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 243
masyarakat (sosial-position) merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu dalam organisasi masyarakat. Sedangkan peran lebih banyak menunjuk pada fungsi, artinya seseorang menduduki suatu posisi tertentu dalam masyarakat dan menjalankan suatu peran suatu peran paling sedikit mencakaup 3 hal, yaitu : pertama, peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat ; kedua, peran adalah suatu konsep ikhwal apa yang dapat dilakukuan oleh individu dalam masyarakat ; dan ketiga, peran dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.12 Analisis terhadap perilaku peranan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan : (1) Ketentuan Peranan Ketentuan peranan adalah pernyataan formal dan terbuka tentang perilaku yang harus ditampilkan oleh seseorang dalam membawa perannya. (2) Gambaran Peranan Gambaran peranan adalah suatu gambaran tentang perilaku yang sacara aktual ditampilkan sesorang dalam membawakan perannya, (3) Harapan Peranan Harapan peranan adalah harapan orang-orang terhadap perilaku yang ditampilkan seseorang dalam membawakan perannya. Seiring dengan adanya konflik antara kedudukan-kedudukan, maka ada juga konflik peran (conflict of role) dan bahkan pemisahan antara individu dengan peran yang sesungguhnya harus dilaksanakan (role-distance). Role-distance terjadi apabila si individu merasakan dirinya tertekan, karena merasa dirinya tidak sesuai untuk melaksanakan peran yang diberikan masyarakat kepadanya, sehingga 12
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi : Teks dan Terapan, (Jakrta : Kencana Prenada Media Group, 2007), hal 159
tidak
dapat
melaksanakan
peranya
dengan
sempurna
atau
bahkan
menyembunyikan diri. Peran dapat membimbing seseorang dalam berperilaku, karena fungsi peran sendiri adalah sebagai berikut : 1. Memberi arah pada proses sosialisasi; 2. Pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma dan pengetahuan; 3. Dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat; dan 4. Menghidupkan sistem pengendalian dan kontrol, sehingga dapat melestarikan kehidupan masyarakat. Peran sebagai sebuah konsep dalam ilmu sosial tak dapat dibandingkan dengan pertikel dasar dalam ilmu fisika. Tak mungkin membuat daftar semua peran dalam masyarakat tertentu karena tak ada prinsip yang jelas dalam menentukan posisi sosial. Sepanjang masyarakat menyadari bahwa diri mereka dan orang lain menduduki posisi yang memiliki berbagai hak dan kewajiban, maka perilaku mereka tidak dapat dipahami tanpa mengacu pada berbagai ekspektasi mereka tentang bagaimana seharusnya mereka berperilaku dan perilaku apa yang harus dilakukan orang lain dalam berhadapan dengan mereka.13 Peranan sosial yang ada dalam masyarakat dapat diklasifikasikan menurut bermacam-macam cara sesuai dengan banyaknya sudut pandang. Berdasarkan pelaksanaannya peranan sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Peranan yang diharapkan (expected roles) : cara ideal dalam pelaksanaan peranan menurut penilaian masayarakat. Masyarakat menghendaki peranan yang diharapakan dilaksanakan secermat-cermatnya dan peranan ini tidak
13
Adam Kuper dan Jessica Kuper, Ensiklopedia Ilmu-ilmu Sosial Edisi 2, (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2000) hal. 938
dapat ditawar dan harus dilaksanakan seperti yang ditentukan. Peranan jenis ini antara lain peranan hakim, peranan protokoler diplomatik dan sebagainya; 2. Peranan yang disesuaikan (actual roles), yaitu cara bagaimana sebenarnya peranan itu dijalankan. Peranan ini pelaksanaannya lebih luwes, dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi tertentu. Peranan yang disesuaikan mungkin tidak cocok dengan situasi setempat, tetapi kekurangan yang muncul dapat dianggap wajar oleh masyarakat. Sementara itu, berdasarkan cara memperolehnya, peranan bisa dibedakan menjadi : 1. Peranan bawaan (ascribed roles), yaitu peranan yang diperoleh secara otomatis, bukan karena usaha, misalnya peranan sebagai nenek, anak, bupati, dan sebagainya; 2. Peranan pilihan (achives role), yaitu peranan yang diperoleh atas dasar keputusannya sendiri, misalnya seseorang yang memutuskan untuk memilih kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga dan menjadi mahasiswa program studi sosiologi. Dari jenis-jenis peranan yang ada dalam masyarakat, kita dapat mengetahui bahwa setiap orang memegang lebih dari satu peranan, tidak hanya peranan bawaan saja, tetapi juga peranan yang diperoleh melalui usaha sendiri maupun peranan yang ditunjuk oleh pihak lain.
B. Kristenisasi a. Pengertian Kristenisasi Kristenisasi sudah tidak asing lagi bagi kita, khususnya umat Islam. Kristenisasi adalah suatu perbuatan yang mempengaruhi seseorang untuk masuk
ke agama Kristen dengan berbagai macam cara. Atau dengan kata lain mengkristenkan penganut agama lain. Sebagian besar yang menjadi korban Kristenisasi adalah umat Islam. Hal itu wajar karena Islam dan Kristen pernah terlibat lama dalam konflik Perang Salib dari tahun 1096 sampai dengan tahun 1292.14 Menurut Adolf Heuken dalam Ensiklopedia Gereja III, kristenisasi harus dibedakan dari penginjilan atau evangelisasi. Penginjilan berarti pewartaan (kabar gembira), yaitu Jesus sebagai wujud nyata kebaikan Allah. Setiap orang yang mendengar pewartaan ini, diajak supaya bertobat dan dengan rela membuka diri bagi Tuhan, Bapa semua orang.15 Sedangkan evangelisasi atau misionaris adalah orang yang senantiasa mensifati agama Kristen dengan hal-hal yang indah. Perbedaan antara misionaris dengan para penginjil terletak pada strategi pergerakan mereka. Misionaris bergerak di ranah propaganda halus, sedangkan penginjil mengajak untuk masuk agama mereka secara paksa dengan berbagai bentuk kekuatan. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa tidak ada misionarisme tanpa kehadiran orientalisme, dan tidak ada Kristenisasi tanpa imperialisme.16 Istilah Kristenisasi berkonotasi negatif, yaitu sebagai usaha menjadikan orang anggota Gereja dengan cara tidak wajar. Tuduhan kristenisasi biasanya bernada umum, tidak disertai bukti, tanpa alamat jelas, artinya tanpa menyebut jelas Gereja atau lembaga Kristen mana yang menjalankannya. 17
14
”Ensiklopedia Indonesia Edisi Khusus”, (Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1992), hal.
15
Adolf Heuken, Ensiklopedia Gereja Vol.III, (Jakarta : Yayasan Cipta Loka Caraka, 1993),
2661 hal. 32 16
Dr. Hasan Abdul Rauf dan Dr. Abdurrahman Ghirah, Orientalisme dan Misionarisme Menelikung Pola Pikir Umat Islam, ( Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2007), hal. 118-119 17 Adolf Heuken, Ensiklopedia Gereja, (Jakarta : Yayasan Cipta Loka Caraka, 1993)
Kristenisasi diisukan dengan alasan berbeda-beda, antara lain karena kekuatiran tentang iman umat beragama sendiri yang pindah agama, atau karena irihati terhadap perkembangan agama Kristen. Pewartaan – Injil yang wajar dan luhur juga dikecam antara lain karena merasa jengkel terhadap orang yang menjadi Kristen akibat amanat yang mereka dengar atau teladan serta perbuatan yang mereka lihat.
b. Strategi Kristenisasi Beberapa strategi
yang digunakan oleh para misionaris sekarang makin
beragam, berikut adalah beberapa pola yang berhasil Penulis dapatkan dari beberapa sumber, seperti : (1) Dengan penerbitan buku-buku berwajah Islam18 Hal ini dilakukan untuk mengelabuhi umat Islam yang masih dangkal pemahamannya, agar mau membaca lalu meyakini doktrin agama Kristen. Ini sangat ditekankan mereka (umat Kristen), sebab mereka melihat bahwa umat Islam awam tidak sudi membaca buku-buku yang berwajah Kristen. (2) Kristenisasi kepada pasien muslim Di beberapa rumah sakit, misalnya di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, kepada pasien Muslim dibagi-bagikan leaflet (brosur) tentang penghiburan dan penyembuhan Yesus Kristus kepada orang-orang sakit. Sedangkan di rumah sakit Advent Bandung, pasien Muslim diajak berdoa bersama oleh rohaniawan rumah sakit dengan tata cara peribadatan Kristen. 18
”Pola-Pola Pemurtadan Kaum Domba”, http://www.cybermq.com/index.php?forum/lihat_isi/1/2/2124, sumber diambil pada tanggal 26 Januari 2008.
(3) Kristenisasi melalui jalur pemerkosaan gadis-gadis muslimah Khairiyah Anniswah alias Wawah, siswi MAN Padang, setelah diculik dan dijebak oleh aktivis Kristen, diberi minuman perangsang lalu diperkosa. Setelah tidak berdaya, dia dibaptis dan dikristenkan. Kasus serupa juga menimpa Linda, siswi SPK Aisyah Padang. Setelah diculik dan disekap oleh komplotan aktivis Kristen, dia diperlakukan secara tidak manusiawi dengan teror kejiwaan supaya pindah agama19. (4) Kristenisasi melalui penyebaran narkoba Di desa Langensari, Lembang, Bandung, Yayasan Sekolah Tinggi Theologi (STT) Doulos menyebarkan Kristen dengan cara merusak moral terlebih dahulu. Di sana, para pemuda usia 15 tahunan dicekoki minuman keras dan obat-obat terlarang sampai kecanduan berat. Setelah kecanduan, para pemuda itu dimasukkan ke Panti Rehabilitasi Doulos untuk disembuhkan sambil dicekoki Injil supaya murtad dari Islam. (5) Kristenisasi melalui kesaksian-kesaksian Palsu via mantan Muslim (murtadin) 20
Tahun 1974, GPIB Maranatha Surabaya digegerkan oleh kasus pelecehan agama oleh Pendeta Kernas Abubakar Masyhur Yusuf Roni. Dalam ceramahnya, sang pendeta itu mengaku-ngaku sebagai mantan Kyai, alumnus Universitas Islam Badung dan pernah menjadi juri MTQ Internasional. Dia tafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an secara tidak benar. Kaset rekaman ceramah tersebut kemudian disebarkan secara luas kepada umat Islam. Setelah diusut
19
Lembaga Penelitian Dan Pengkajian Islam (LPPI), “Kristenisasi dan KejahatanKejahatannya”, http://www.perpustakaan-islam.com, sumber diambil pada tanggal 26 Januari 2008. 20 ”Pola-Pola Pemurtadan Kaum Domba”, http://www.cybermq.com/index.php?forum/lihat_isi/1/2/2124, sumber diambil pada tanggal 26 Januari 2008.
tuntas, ternyata pengakuan pendeta itu hanyalah bohong belaka Yusuf Roni teryata tidak bisa baca Al-Qur’an. (6) Kristenisasi berkedok sosial di desa-desa terpencil Kristenisasi dilancarkan kepada orang-orang miskin sambil menawarkan makanan (berisi, mie, gula, dll.) secara gratis, obat-obatan, pakaian bekas, alat-alat pertanian (bibit, pupuk, obat pembunuh serangga, dll. Setelah orang desa merasakan manfaatnya, maka barulah para misionaris menyatakan maksud yang sebenarnya, bahwa mereka itu sebagai pelayan dari Yesus Kristus. Dan bantuan yang mereka nikmati itu adalah dari Yesus. Maka, mana yang lebih baik, Islam atau Kristen? Selanjutnya, masyarakat desa dibaptis. Bagi yang tidak mau masuk Kristen maka dimulailah misi untuk menggoda iman untuk melemahkan ajaran Islam.21 (7) Kristenisasi berkedok Islam, yaitu memurtadkan akidah umat dengan strategi ‘Serigala Berbulu Domba’ Dengan memakai idiom-idiom keislaman dalam tata cara peribadatan serta menerbitkan buku-buku dan brosur (leaflet) berwajah Islam, tapi isinya memutarbalikan ayat-ayat Al Our’an dan Hadits, untuk mendangkalkan akidah. Dipermainkannya ayat-ayat Ilahi untuk meleceh Islam demi untuk menjunjung tinggi kekristenan. Tujuan akhirnya, agar kaum Muslimin meragukan ajaran Islam lalu pindah ke Kristen. (8) Bentuk-bentuk Kristenisasi yang dikemas dalam wajah Islam, antara lain: dengan meniru kebiasaan umat Islam dalam bangunan dan tata cara ritual. Di beberapa desa di Yogyakarta, misi Kristen meniru adat kebiasaan umat Islam, 21
”Pola-Pola Pemurtadan Kaum Domba”, http://www.cybermq.com/index.php?forum/lihat_isi/1/2/2124, sumber diambil pada tanggal 26 Januari 2008.
seperti tahlilan, pakai kopiah yang biasa dipakai oleh umat Islam, mengucapkan salam `Assalamu’alaikum’, dll. Dalam buku yang berjudul Membongkar Gerakan Pemurtadan Umat Islam, Dokumen Kristenisasi, Abu Deedat Syihab mencoba menulis tentang 9 Strategi Penghancuran Kaum Muslimin. Yang diantaranya adalah22 : (1) Pemiskinan23 ● APBN/APBD, aset negara, hasil pinkaman / bantuan luar negeri dikorupsi di atas dan di bawah. ● Negara dililit utang IMF, ADB, World Bank, rakyat dililit utang rentenir lokal / nasional. ● Harta Muslim dikuasai non-Muslim. ● Miskin harta, miskin ilmu (anggaran pendidikan dikorup, pendidikan tak dipedulikan), miskin aqidah, miskin kesehatan (akibat stress). ● Membudayakan jadi manusia konsumen dan importir serta menghambat produsen / eksportir. ● Senjata kuman / biologis : HIV, DBD, polio, flu burung, antraks, SARS, daging sapi gila. ● Menghancurkan petani dengan mengimpor macam-macam pangan meski mampu memproduksi sendiri. (2) Penguasaan kekayaan alam ● Pertambangan, migas, panas bumi. ● Hutan, perkebunan, laut, peternakan. ● Penguasaan usaha air minum Pemda dan AMDK / Aqua. 22
Abu Deedat Syihab MH, Membongkar Gerakan Pemurtadan Umat Islam Dokumen Kristenisasi, (Jakarta : Pustaka Tazkia Az-Zahra, 2006), hal. 4-5 23 Dalam Perang Candu abad 19 antara Cina dengan Inggris/Yahudi, agresi Inggris hanya menggunakan 3 senjata : candu untuk rakyat dan militer, demralisasi untuk wanita dan rangsangan korupsi untuk penguasa. Di Indonesia ada senjata-senjata IM 10, F7 dan D5.
(3) Penguasaan aset-aset ekonomi24 ● Kekayaan negara / nasional dikuasai asing (alat-alat produksi, transportasi, barang dan jasa) pasarnya pun mereka kuasai. ● Aset nasional (BUMN / BUMD) dijual untuk bayar hutang. (4) Penguasaan aset informasi Media cetak, elektronik dan film / VCD yang merusak dikuasai mereka untuk melegalisir, merekayasa, mengkampanyekan program-program mereka. (5) Penguasaan sistem politik dan hukum ● Berhukum dan berpolitik sesuai konsep barat/sekuler/imperalis dan sinis menentang hukum Islam. ● Penempatan pejabat-pejabat Kristen pembela Kristenisasi tapi pejabat Muslim yang tak peduli kepada Islam. ● Mengadu domba militer agar negara lemah. (6) Penghancuran moral ● Senjata kimia : macam-macam narkoba, miras dan nikotin. ● Senjata free sex, obral aurat, pornografi/pornoaksi. ● Membudayakan korupsi, suap, judi dan spekulasi. ● Membudayakan friksi, premanisme, tawuran, dan adu domba. ● Mengganti Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi keuangan yang maha kuasa. (7) Penghancuran militansi Islam ● Menghancurkan sikap kaaffah, istiqomah dan jihad. ● Mamberi gelar ”Teroris”, ”Ekstrimis” pada kelompok-kelompok yang kaaffah dan istiqomah dan memusuhinya. 24
Dana “Bantuan” luar negeri ada 21 lembaga non pemerintah (Ford Foundation, Rokeffeler Foundation, dll) dan hanya satu dari negeri muslim (Saudi) untuk keperlua dakwah Islam, tetapi lembaga Saudi telah difitnah Amerika sebagai dana “teroris”, yang ada adalah untuk deislamisasi.
● Memberi bantuan / beasiswa bagi yang mau mempelajari sekularisme / Islam Liberal dan ngaji di Chicago / New York. (8) Deislamisasi25 ● Kampanye anti syariat Islam oleh ”tokoh-tokoh” yang mengatasnamakan Jaringan Islam Liberal (JIL) koordinatornya Ulil Abshar Abdalla. ● Melecehkan Qur’an, Sunnah, halal dan haram. ● Menginfiltrasi NU, Muhammadiyah, IAIN, HMI, ICMI, Pesantren dengan kampanye sekularisme / Liberalisme / fikih lintas agama (seperti dulu Syariat Islam dengan Komunis dan Muhammadiyah oleh Ahmadiyah). (9) Konversi agama / pemurtadan ● Perkawinan beda agama, hamilisasi. ● Sekolah / beasiswa yang mereka selenggarakan. ● Pengobatan, hipnotisme, sihir / jin. ● Rumah yatim, anak jalanan, rumah jompo. ● Bagi-bagi sembako waktu ada musibah, dengan kedok sosial. ● Pendeta menyamar Ustadz / Ustadzah memurtadkan jamaah lemah di Masjid, Islamic Center untuk masuk Kristen.
c. Faktor-faktor Penyebab Muslim Konversi Agama Dalam menentukan faktor pendorong terjadinya konversi agama, para ahli dalam beberapa disiplin ilmu berbeda pendapat. Perbedaan pendapat tersebut disebabkan oleh kecenderungan para ahli yang didomonasi bidang ilmu yang mereka tekuni.26 Max Heirich membedakan 4 faktor yang mendorong terjadinya
25 26
Abu Deedat Syihab MH, Membongkar Gerakan Pemurtadan, hal. 5 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996) cet. Ke-1, hal. 247
konversi agama sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuni para ahli, yaitu sebagai berikut27 : 1. Kalangan ahli agama berpendapat bahwa yang menjadi faktor penyebab terjadinya konversi agama adalah petunjuk ilahi. Untuk berani menerima hidup baru dengan segala konsekuensinya diperlukan bantuan istimewa dari Tuhan yang sifatnya Cuma-Cuma. Pengaruh supranatural inilah yang berperan secara dominan dalam proses terjadinya konversi agama pada diri seseorang. 2. Kalangan ahli sosiologi berpendapat bahwa yang menyebabkan terjadinya konversi agama adalah pengaruh sosial. Variabel-variabel pengaruh sosial tersebut diantaranya adalah sebagai berikut28 : ● Pengaruh hubungan antar pribadi, baik pergaulan yang bersifat keagamaan maupun non-keagamaan (misalnya ilmu pengetahuan, kesenian, ataupun bidang kebudayaan lainnya). ● Pengaruh propaganda (ajakan atau anjuran) dari orang-orang dekat, misalnya keluarga, sahabat karib, famili dan sebagainya. ● Pengaruh rutinitas keagamaan. Kebiasaan (tradisi) keagamaan yang dilakukan secara berulang-ulang dapat mendorong seseorang untuk berubah kepercayaan, misalnya : menghadiri upacara-upacara keagamaan ataupun pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan baik pada lembaga formal maupun tidak formal. ● Pengaruh pemimpin keagamaan. Hubungan yang baik dengan pemimpin agama akan menciptakan perasaan dekat kepada Tuhan. ● Pengaruh perkumpulan berdasarkan hobi, baik yang bersifat keagamaan maupun non keagamaan. Motivasi yang berasal dari orang-orang yang 27 28
Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta : Kanisius, 1984) cet. Ke-2, hal. 80 Jalaluddin, Psikologi Agama, hal. 82
mempunyai kesamaan kecenderungan (hobi) akan lebih mudah dalam memberikan pengaruh dibanding yang lain. 3. Kalangan ahli pendidikan berpendapat bahwa konversi agama dipengaruhi oleh kondisi pendidikan. Penelitian ilmu sosial menampilkan data dan argumen bahwa suasana pendidikan ikut mempengaruhi konversi agama. 4. Kalangan ahli psikologi berpendapat bahwa yang menjadi pendorong terjadinya konversi agama adalah dorongan untuk membebaskan diri dari tekanan batin yang menyiksa. Adapun tekanan batin itu timbul dalam diri seseorang karena pengaruh faktor-faktor sebagai berikut29 : ● Keluarga. Faktor keluarga ini dapat berupa keretakan keluarga, ketidakserasian, berlainan agama, kesepian, kesulitan seksual, kurang mendapatkan pengakuan dari kerabat dan sebagainya. ● Keadaan lingkungan. Orang yang merasa terlempar dari lingkungannya atau tersingkir dari kehidupan di suatu tempat, dirinya akan merasa hidup sebatangkara dan gelisah. Keadaan yang demikian menyebabkan seseorang mendambakan
ketenangan
dan
mencari tempat
untuk
bergantung hingga kegelisahannya hilang. ● Perubahan status. Terutama perubahan status yang terjadi secara mendadak,
misalnya
perceraian,
keluar
dari
sekolah
atau
dari
perkumpulan, perubahan atau pemecatan pekerjaan dan sebagainya. ● Kemiskinan. Masyarakat awam yang miskin cenderung memeluk agama yang menjanjikan kehidupan dunia yang lebih baik. Kebutuhan sandang dan pangan dapat mempengaruhi perubahan keberagamaan seseorang.
29
Jalaluddin, Psikologi Agama,. hal. 80-81
Apabila faktor-faktor di atas mempengaruhi seseorang hingga menimbulkna gejala tekanan batin, maka seseorang akan terdorong untuk mencari jalan keluar yang berupa ketenangan batin. Dalam kondisi psikis yang demikian itulah kehidupan batin seseorang menjadi kosong dan tak berdaya, sehingga ada kemungkinan mencari perlindungan kepada kekuatan lain yang dianggap mampu memberikan kedamaian dan ketentraman. Secara psikologis, Prof. Dr. Zakiah Daradjat juga berpendapat bahwa latar belakang yang terpokok dari semua konversi agama adalah konflik jiwa (pertentangan batin) dan ketegangan perasaan yang mungkin disebabkan oleh berbagai keadaan.30
30
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1996) cet. Ke-15, hal. 146
BAB III PROFIL FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) KOTA DEPOK PERIODE 2007-2012 DAN KOTA DEPOK
A. PROFIL FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) KOTA DEPOK PERIODE 2007-2012 a. Sejarah Terbentuknya FKUB Hak beragama adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi keadaan apapun, setiap orang bebas beribadat menurut agamanya dan Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu31. Untuk menjamin hal tersebut, Pemerintah berkewajiban melindungi setiap usaha penduduk melaksanakan ajaran agama dan ibadat pemeluk-pemeluknya, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, tidak menyalahgunakan atau menodai agama, serta tidak mengganggu ketenteraman dan ketertiban umum. Pemerintah juga memberikan bimbingan dan pelayanan agar setiap penduduk melaksanakan ajaran agamanya sehingga dapat berlangsung dengan rukun, lancar, dan tertib. Arah kebijakan Pemerintah dalam pembangunan nasional di bidang agama antara lain peningkatan kualitas pelayanan dan pemahaman agama serta kehidupan beragama, dan peningkatan kerukunan intern dan antar umat beragama. Pemerintah Daerah, dalam rangka menyelenggarakan otonomi, mempunyai kewajiban melaksanakan urusan wajib bidang perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang serta kewajiban melindungi masyarakat, menjaga 31
Sesuai dengan isi UUD tahun 1945, pasal 29.
persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam rangka melaksanakan tugas dan wewenangnya mempunyai kewajiban memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat, khususnya kerukunan umat beragama yang merupakan bagian penting dari kerukunan nasional. Berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor
01/BER/MDN-MAG/1969
tentang
Pelaksanaan
Tugas
Aparatur
Pemerintahan Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh Pemeluk-pemeluknya, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006 dan 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, Dan Pendirian Rumah Ibadat, untuk pelaksanaannya perlu mendasarkan dan menyesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan32. Berikut bab khusus (bab 2) yang terdapat didalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri tersebut yang membahas tentang Tugas Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama33. Pasal 2 Pemeliharaan kerukunan umat beragama menjadi tanggung jawab bersama umat beragama, pemerintahan daerah dan Pemerintah. Pasal 3 (1) Pemeliharaan kerukunan umat beragama di provinsi menjadi tugas dan kewajiban gubernur. 32
”Sosialisasi Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri”, www.google.co.id. Diambil pada tanggal 12 April 2008. 33 Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri.
(2) Pelaksanaan tugas dan kewajiban gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh kepala kantor wilayah departemen agama provinsi. Pasal 4 (1) Pemeliharaan kerukunan umat beragama di kabupaten/kota menjadi tugas dan kewajiban bupati/walikota. (2) Pelaksanaan tugas dan kewajiban bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh kepala kantor departemen agama kabupaten/kota. Pasal 5 (1) Tugas dan kewajiban gubernur sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 meliputi : a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di provinsi; b. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di provinsi dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama; c. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati dan saling percaya di antara umat beragama; dan d. membina dan mengoordinasikan bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan beragama. (2) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d dapat didelegasikan kepada wakil gubernur. Pasal 6 (1) Tugas dan kewajiban bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 meliputi : a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di kabupaten/kota; b. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di kabupaten/kota dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama; c. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati dan saling percaya di antara umat beragama; dan d. membina dan mengoordinasikan camat, lurah atau kepala desa dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan beragama. e. Menerbitkan IMB rumah ibadat. (2) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d dapat didelegasikan kepada wakil bupati/wakil walikota (3) Pelaksaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf c di wilayah kecamatan dilimpahkan kepada camat dan di wilayah kelurahan/desa dilimpahkan kepada lurah/kepala desa melalui camat. Pasal 7 (1) Tugas dan kewajiban camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) meliputi :
a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di wilayah kecamatan; b. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati dan saling percaya di antara umat beragama; dan c. membina dan mengoordinasikan lurah dan kepala desa dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan beragama. (2) Tugas dan kewajiban lurah/kepala desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) meliputi : a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di wilayah kelurahan/desa; dan b. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati dan saling percaya di antara umat beragama.
Untuk pasal 3 dan pasal 5 dituliskan pada peraturan bersama, apa yang menjadi tugas dan kewajiban dari seorang gubernur. Sedangkan pada pasal 4 dan pasal 6 dijelaskan bagaimana tugas dan kewajiban dari seorang bupati/walikota. Dan pada pasal 7 dijelaskan tugas dan kewajiban dari seorang camat. Yang inti dari semua tugas serta kewajiban dari masing-masing kepala daerah adalah memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama diwilayah mereka masing-masing. Untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam upaya melaksanakan Peraturan Bersama tersebut, telah ditetapkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembentukan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Dan Dewan Penasehat Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Dan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat, yang dapat memberikan jaminan kepastian hukum bagi aparat pelaksana maupun masyarakat pada umumnya. Peraturan Gubernur ini telah ditetapkan dan diundangkan dalam Berita Daerah, sebagai payung hukum bagi pembentukan FKUB dan Dewan Penasihat FKUB baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota.
Beberapa hal yang diatur dalam Peraturan Gubernur ini adalah antara lain : •
Syarat calon anggota, kepengurusan, pengganti antarwaktu, masa bakti, dan tugas FKUB.
•
Syarat, susunan keanggotaan dan tugas Dewan Penasihat FKUB.
•
Pertanggungjawaban FKUB.
•
Sekretariat FKUB
Peraturan Gubernur itu mengacu pada Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 Tahun 2006 pada Bab III yang membahas tentang Forum Kerukunan Umat Beragama dan Dewan Penasihat FKUB, berikut adalah pasal-pasalnya 34 : Pasal 8 (1) FKUB dibentuk di provinsi dan kabupaten/kota. (2) Pembentukan FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah daerah. (3) FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki hubungan yang bersifat konsultif.
Pasal 9 (1) FKUB provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) mempunyai tugas : a. melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat; b. menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat; c. menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dala bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan gubernur ; dan d. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan dibidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat. (2) FKUB kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) mempunyai tugas : a. melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat; b. menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat; c. menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dala bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan bupati/walikota; d. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan dibidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat; dan e. memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian rumah ibadat. 34
Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri.
Pasal 10 (1) Keanggotaan FKUB terdiri atas pemuka-pemuka agama setempat. (2) Jumlah anggota FKUB provinsi paling banyak 21 orang dan jumlah anggota FKUB kabupaten/kota paling banyak 17 orang. (3) Komposisi keanggotaan FKUB provinsi dan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan berdasarkan perbandingan jumlah pemeluk agama setempat dengan keterwakilan minimal 1 (satu) orang dari setiap agama yang ada di provinsi dan kabupaten/kota. (4) FKUB dipimpin oleh 1 (satu) orang ketua, 2 (dua) orang wakil ketua, 1 (satu) orang sekretaris, 1 (satu) orang wakil sekretaris, yang dipilih secara musyawarah oleh anggota. Pasal 11 (1) Dalam memberdayakan FKUB, dibentuk Dewan Penasihat FKUB di provinsi dan kabupaten/kota. (2) Dewan Penasihat FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas : a. membantu kepala daerah dalam merumskan kebijakan pemeliharaan kerukunan umat beragama; dan b. memfasilitasi hubungan kerja FKUB dengan pemerintah daerah dan hubungan antar sesama instansi pemerintah di daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama. (3) Keanggotaan Dewan Penasihat FKUB provionsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh gubernur dengan susunan keanggotaan : a. Ketua : wakil gubernur; b. Wakil Ketua : kepala kantor wilayah departemen agama provinsi; c. Sekretaris : kepala badan kesatuan bangsa dan politik provinsi; d. Anggota : pimpinan instansi terkait. (4) Dewan Penasihat FKUB kabupaten/kota sebagaiamna dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh bupati/walikota dengan susunan keanggotaan : a. Ketua : wakil bupati/wakil walikota; b. Wakil Ketua : kepala kantor wilayah departemen agama kabupaten/kota; c. Sekretaris : kepala badan kesatuan bangsa dan politik kabupaten/kota; d. Anggota : pimpinan instansi terkait. Pasal 12 Ketentuan lebih lanjut mengenai FKUB dan Dewan Penasihat FKUB provinsi dan kabupaten/kota diatur dengan Peraturan Gubernur.
Bab III dari Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri membahas tentang FKUB, mulai dari pembentukan FKUB (tercantum pada pasal
8), tugas-tugas dari FKUB baik FKUB tingkat provinsi (pada pasal 9) maupun FKUB tingkat kabupaten (pada pasal 10), keanggotaan dari FKUB baik tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten/kota dan tugas dari dewan penasehat FKUB (pasal 11). b. Susunan Kepengurusan Dan Manajemen FKUB Sesuai Bab III Pasal 10 Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri yang mengatur tentang keanggotaan FKUB, berikut adalah 4 (empat) ayat yang terdapat pada pasal 10 tersebut35 : (1) Keanggotaan FKUB terdiri atas pemuka-pemuka agama setempat. (2) Jumlah anggota FKUB provinsi paling banyak 21 orang dan jumlah anggota FKUB kabupaten/kota paling banyak 17 orang. (3) Komposisi keanggotaan FKUB provinsi dan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan berdasarkan perbandingan jumlah pemeluk agama setempat dengan keterwakilan minimal 1 (satu) orang dari setiap agama yang ada di provinsi dan kabupaten/kota. (4) FKUB dipimpin oleh 1 (satu) orang ketua, 2 (dua) orang wakil ketua, 1 (satu) orang sekretaris, 1 (satu) orang wakil sekretaris, yang dipilih secara musyawarah oleh anggota. Keanggotaan FKUB terdiri dari beberapa pemuka agama, yang terdiri dari perwakilan-perwakilan agama-agama yang ada di Indonesia. Sedangkan, jumlah anggota FKUB di tingkat kabupaten/kota adalah 17 orang. Berikut adalah beberapa nama (susunan pengurus) FKUB Kota Depok periode 2007-2012 adalah sebagai berikut36 : Ketua
: Farid Hadjiry (Islam)
Wakil Ketua I
: Drs. Masdun Pranoto (Islam)
Wakil ketua II
: JB. Joko Suhono (Khatolik)
Sekertaris
: H. Ahmad Syaifuddin (Islam)
Wakil Sekertaris
: Abdy Idris (Islam)
35
Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri. Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor : 9 Tahun 2006 /Nomor : 8 Tahun 2006, (Depok : Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Depok, 2008), hal. 62 36
Anggota
: 1. Djonsiur (Budha) 2. H. Endang Mulyana (Islam) 3. Habib Hasyim Alkaf (Islam) 4. Idrus Yahya (Islam) 5. Lo Dewijk Gultom (Protestan) 6. Lukmanul Hakim (Islam) 7. Mahfudz Anwar (Islam) 8. Sri Maulana Sidqi (Islam) 9. Simon Todingalo (Protestan) 10. Slamet Riyadi (Islam) 11. W.S. Mulyadi (Kong Hu Cu) 12. I Nyoman Budiastra (Hindu)
Sementara Dewan Penasehat FKUB yang dibahas lebih lanjut pada Bab III Pasal 11, adalah sebagai berikut37 : (1) Dalam memberdayakan FKUB, dibentuk Dewan Penasihat FKUB di provinsi dan kabupaten/kota. (2) Dewan Penasihat FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas : c. membantu kepala daerah dalam merumuskan kebijakan pemeliharaan kerukunan umat beragama; dan d. memfasilitasi hubungan kerja FKUB dengan pemerintah daerah dan hubungan antar sesama instansi pemerintah di daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama. (3) Keanggotaan Dewan Penasihat FKUB provionsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh gubernur dengan susunan keanggotaan : a. Ketua : wakil gubernur; b. Wakil Ketua : kepala kantor wilayah departemen agama provinsi; c. Sekretaris : kepala badan kesatuan bangsa dan politik provinsi; d. Anggota : pimpinan instansi terkait. (4) Dewan Penasihat FKUB kabupaten/kota sebagaiamna dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh bupati/walikota dengan susunan keanggotaan : a. Ketua : wakil bupati/wakil walikota; b. Wakil Ketua : kepala kantor wilayah departemen agama kabupaten/kota; 37
Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri.
c. Sekretaris
: kepala badan kesatuan kabupaten/kota; : pimpinan instansi terkait.
d. Anggota
bangsa
dan
politik
Dewan Penasehat FKUB terdiri dari orang-orang yang telah ditetapkan oleh walikota, yang mempunyai tugas dalam membantu kepala daerah dalam merumuskan
kebijakan
pemeliharaan
kerukunan
umat
beragama
dan
memfasilitasi hubungan kerja FKUB dengan pemerintah daerah dan hubungan antar sesama instansi pemerintah di daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama. Sesuai dengan pasal tersebut maka berikut ini adalah susunan pengurus Dewan Penasihat FKUB Kota Depok periode 2007-201238 : Ketua
: Wakil Walikota
Wakil Ketua
: Kakandepag
Sekertaris
: Kakankesbang Linmas
Anggota
: 1. Asisten Pembangunan 2. Asisten Tata Praja 3. Kadis Tata Kota dan Bangunan 4. Kadis PU 5. Waka Polres 6. Kasdim 0508 7. Kabag Kesra
c. Visi, Misi dan Tupoksi39 1. Visi 38
Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor : 9 Tahun 2006 /Nomor : 8 Tahun 2006, (Depok : Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Depok, 2008), hal. 61 39 “Laporan FKUB Kota Depok (Maret-Agustus 2007)”, (Depok : FKUB Kota Depok, 2007). Tupoksi adalah Tugas Pokok dan Fungsi.
Visi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) adalah agar terwujudnya kerukunan umat beragama yang sesuai dengan aturan agama dana negara. 2. Misi Misi-misi yang digunakan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Depok, antara lain : 1) Mendorong
terwujudnya
pemberdayaan
Forum
Kerukunan
Umat
Beragama (FKUB). 2) Mendorong terwujudnya pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama. 3) Mendorong terwujudnya pelayanan rekomendasi pendirian rumah ibadah dan rekomendasi lainnya yang terkait dengan kerukunan umat beragama. 3. Tujuan Tujuan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Depok dalam melaksanakan tugasnya adalah agar : 1) Terwujudnya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Depok yang mampu berperan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. 2) Terwujudnya kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang kondusif melalui pemeliharaan kerukunan umat beragama. 3) Terwujudnya pelayanan dari FKUB dalam mengeluarkan rekomendasi tentang pendirian rumah ibadah dan rekomendasi lainnya yang terkait dengan kerukunan umat beragama sebagai bahan pertimbangan kebijakan walikota Depok. 4. Sasaran Sasaran dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Depok adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Depok. 2) Meningkatkan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat. 3) Meningkatkan upaya dalam menampung aspirasi Ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat. 4) Meningkatkan upaya menyalurkan aspirasi dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan Walikota Depok. 5) Meningkatkan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan dibidang keagamaan yang berkait dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat.
5. Tupoksi FKUB Kota Depok disusun/dilantik berdasarkan Keputusan Walikota Depok Nomor : 821-29/16/Kpts/Kesbanglinmas/Huk/2007 tanggal 16 Maret 2007 tentang : Susunan Dewan Penasehat Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Depok, dan Keputusan Walikota Depok, Nomor : 2129/17/Kpts/Kesbanglinmas/Huk/2007 tentang Susunan Pengurus Forum kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Depok. Tugas pokok Dewan Penasehat FKUB Kota Depok adalah : 1) Membantu kepala Daerah dalam merumuskan kebijakan pemeliharaan kerukunan umat beragama. 2) Memfasilitasi hubungan kerja FKUB dengan pemerintah daerah dan hubungan antar sesama instansi Pemerintah Daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama.
Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKUB) Kota Depok melaksanakan hubungan yang bersifat konsultatif dengan tugas : 1) Melakukan dialog interaktif dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat. 2) Menampung aspirasi Ormas Keagamaan dan aspirasi masyarakat. 3) Menyalurkan aspirasi dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan walikota Depok. 4) Melakukan
sosialisasi
peraturan
perundang-undangan
kebijakan
pemerintah dibidang Keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat. d. Program Kerja Sejalan dengan visi, misi, tujuan dan sasaran serta kebijakan FKUB dengan kebijakan yang diambil Kota Depok merencanakan program sebagai berikut yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu40 : 1. Program kerja Internal FKUB, yaitu : • Pemberdayaan FKUB Kegiatan yang dilakukan, diantaranya : 1) Mengefektifkan kesekertariatan FKUB. 2) Mengusahakan dana operasional Dewan Penasehat dan Pengurus FKUB. 3) Mengusahakan honor Dewan Penasehat dan Pengurus FKUB. 4) Mengadakan kendaraan roda empat untuk operasional FKUB. 5) Mengadakan kebutuhan Alat Tulis Kantor (ATK) dan Alat Perlengkapan Kantor (APK). 6) Menyusun dan menyampaikan laporan setahun FKUB kepada Walikota Depok.
40
“Setahun FKUB Kota Depok”, (Depok : FKUB Kota Depok, 2008)
2. Program kegiatan eksternal FKUB Kota Depok, diantaranya adalah : • Peningkatan dialog intern umat beragama, antar umat dan antar umat dengan pemerintah dan menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat.. Kegiatan yang dilakukan antara lain : 1) Mengadakan road show, kunjungan kerja silaturahmi FKUB Kota Depok dengan tokoh birokrat, pemuka agama dan tokoh masyarakat. 2) Mengadakan dialog tingkat Kota Depok dengan pemuka agama dan tokoh Kota Depok. 3) Mengadakan acara dialog tingkat Kota Depok dengan Ormas keagamaan dan masyarakat. 4) Menjadi narasumber dalam berbagai acara dialog mengenai FKUB di berbagai media massa. • Menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyrakat dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan bupati/walikota.. Kegiatan yang dilakukan antara lain : 1) Mengadakan kunjungan ke lokasi yang menjadi objek rekomendasi. 2) Menyelenggarakan forum pembahasan FKUB. 3) Mengadakan koordinasi dengan Dewan Penasehat FKUB. 4) Menerbitkan rekomendasi FKUB sebagai bahan pertimbangan kebijakan Walikota Depok. • Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragaman dan pemberdayaan masyarakat.. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain sebagai berikut :
1) Mencetak dan menyebarkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan dibidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat ditingkat Kecamatan Se-Kota Depok. 2) Menghadiri dan menyampaikan sosialisasi peraturan perundangundangan dan kebijakan dibidang keagamaan yang terkait dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat dalam forum atau acara yang diselenggarakan oleh berbagai pihak. 3) Memasangkan spanduk dan pamflet kegiatan maupun hari-hari besar keagamaan. • Memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian rumah ibadah, dan memberikan pendapat tertulis untuk izin sementara pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah ibadah yang diberikan oleh bupati/walikota. • Memberikan pendapat atau saran dalam hal penyelesaian perselisihan pendirian rumah ibadat kepada bupati/walikota.
B. KOTA DEPOK a. Sejarah Terbentuknya Kota Depok Kota Depok mulanya adalah sebuah kecamatan yang berada dalam lingkungan Kewedanan (Pembantu Bupati) Parung, Kabupaten Bogor, kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 43 tahun 1981 Depok menjadi Kota Administratif.41
Depok
pusat
pertumbuhan
baru
di
Jabotabek
akibat
perkembangan penduduk, fasilitas yang memadai dan pesatnya pertumbuhan 41 Kota administratif merupakan suatu wilayah pemerintahan yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan secara khusus, guna menjamin terpenuhinya tuntutan perkembangan dan kemajuan wilayah, sesuai dengan aspirasi masyarakat. (Yons Ar Manuswara, ”Menyongsong Peresmian Kotatif Depok”, Suara Pembaruan (Jakarta), 17 Maret 1982)
sosial-ekonomi.42 Dari keputusan pembentukan kotif Depok itu selanjutnya ditindak lanjuti dengan peresmian berdirinya Kotif Depok pada tanggal 18 Maret 1982 oleh Menteri Dalam Negeri ( waktu itu H. Amir Mahmud). Tanggal 18 Maret akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Kotif Depok.43 Tujuan pembentukan Kota Administratif Depok adalah untuk meningkatkan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan secara berhasil guna dan berdayaguna serta merupakan sarana utama bagi pembinaan wilayah, dan merupakan unsur pendorong yang kuat bagi usaha peningkatan laju pembangunan. Dengan dibentuknya Depok menjadi Kota Administratif, maka satu kecamatan yang semula dimilikinya bertambah menjadi tiga kecamatan, yakni : 5. Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam) desa, yaitu : Desa Depok, Desa Depok Jaya, Desa Pancoran Mas, Desa Mampang, Desa Rangkapan Jaya, Desa Rangkapan Baru. 6. Kecamatan Beji, terdiri dari 5 (lima) desa, Yaitu : Desa Beji, Desa Kemirimuka, Desa Pondok Cina, Desa Tanah Baru, Desa Kukusan. 7. Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 6 (enam) Desa, yaitu : Desa Mekarjaya, Desa Sukmajaya, Desa Sukamaju, Desa Cisalak, Desa Kalibaru, Desa Kalimulya. 44 Setelah ada penambahan daerah tersebut, luas wilayah kota Administratif Depok meliputi 5.980.539 Ha, dengan jumlah penduduk sebanyak 235.799 orang, berdasarkan angka tahun 1981/1982. angka tersebut merupakan kenaikan 48,7% dari angka tahun 1976, karena masuknya penghuni-penghuni perumnas.
42 Didik Prajoko dan Ade Iva Murti, ”Otonomi Depok Hanya Hiasan Kertas”, Suara Pembaruan (Jakarta), 2 April 1993 43 Didik Prajoko dan Ade Iva Murti, Otonomi Depok. 44 Peraturan Pemerintah Daerah Kota Depok, hal 27-28
Diperkirakan angka kenaikan penduduk ini akan terus bertambah, mengingat perkembangan kota administratif Depok kian berkembang.45 Selama kurun waktu 17 tahun Kota Administratif Depok berkembang dengan pesat baik dibidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Dalam bidang pemerintahan, semua desa berubah menjadi kelurahan dan adanya perluasan kelurahan Depok yang sebelumnya terdiri dari 3 (tiga) kecamatan dan 23 (dua puluh tiga) kelurahan, dengan luas Kotatif Depok adalah 794.981 Ha46, yaitu : 1.
Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam) kelurahan, yaitu Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Pancoran Mas, Kelurahan Mampang, Kelurahan Rangkapan Jaya, Kelurahan Rangkapan Baru.
2.
Kecamatan Beji terdiri dari 6 (enam) kelurahan, yaitu : Kelurahan Beji, Kelurahan Beji Timur, Kelurahan Pondok Cina, Kelurahan Kemirimuka, Kelurahan Kukusan, Kelurahan Tanah Baru.
3.
Kecamatan Sukmajaya terdiri dari 11 (sebelas) kelurahan, yaitu : Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan Sukamaju, Kelurahan Mekarjaya, Kelurahan Abadijaya, Kelurahan Baktijaya, Kelurahan Cisalak, Kelurahan Kalibaru,
Kelurahan
Kalimulya,
Kelurahan
Cilodong,
Kelurahan
Jatimulya, Kelurahan Tirtajaya.47 Dengan semakin pesatnya perkembangan dan tuntutan aspirasi masyarakat yang semakin mendesak agar Kota Administratif Depok ditingkatkan menjadi Kotamadya dengan harapan pelayanan menjadi maksimim. Disisi lain pemerintah 45
”Menjelang 1 tahun, Kotif Depok Mulai Membangun”, Suara Pembaruan (Jakarta), 28 Februari 1983 46 Yons, Ar dan Manuswara, ”Menyongsong Peresmian Kota Administratif Depok”, Sinar Harapan, 17 Maret 1982 47 Peraturan Pemerintah Daerah Kota Depok, hal. 28
Kabupaten Bogor bersama-sama pemerintah Propinsi Jawa Barat memperhatikan perkembangan tersebut dan mengusulkan kepada Pemerintahan Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 tahun 1999, tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok yang ditetapkan pada tanggal 20 April 1999 dan diresmikan pada tanggal 27 April 1999 berbarengan dengan pelantikan Pejabat Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Depok yang dipercayakan kepada Drs. H. Badrul Kamal yang pada waktu itu menjabat sebagai Walikota Kota Administratif Depok. Momentum peresmian Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan pelantikan Pejabat Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Depok dapat dijadikan Hari Jadi Kota Depok. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 tahun 1999 wilayah Kota meliputi wilayah Kota Administratif Depok terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan sebagaimana tersebut diatas ditambah dengan sebagian wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor, yaitu : 1. Kecamatan Cimanggis yang membawahi 1 (satu) Kelurahan dan 12 (dua belas) Desa, yaitu : Desa Cilangkap, Desa Pasir Gunung Selatan, Desa Tugu, Desa Mekarsari, Desa Cisalak Pasar, Desa Curug, Desa Hajarnukti, Desa Sukatani, Desa Sukamaju Baru, Desa Jatijajar, Desa Tapos, Desa Cimpaeun, Desa Luwinganggung. 2. Kecamatan Sawangan yang membawahi 14 (empat belas) kelurahan, yaitu : Kelurahan Sawangan, Kelurahan Sawangan Baru, Kelurahan Pasir Putih, Kelurahan Bedahan, Kelurahan Pengasinan, Kelurahan Duren Seribu, Kelurahan Curug, Kelurahan Bojongsari, Kelurahan Serua, Kelurahan
Pondok Petri, Kelurahan Duren Mekar, Kelurahan Bojong Sari Baru, Kelurahan Kedaung. 3. Kecamatan Limo yang membawahi 8 (delapan) Desa, yaitu : Desa Limo, Desa Meruyung, Desa Cinere, Desa Gandul, Desa Pangkalan Jati, Desa Pangkalan Jati Baru, Desa Krukut, Desa Grogol. 4. dan ditambah 5 (lima) Desa dari Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor, yaitu Desa Cipayung, Desa Cipayung Jaya, Desa Ratu Jaya, Desa Pondok Terong, Desa Pondok Jaya.48 Kota Depok selain merupakan pusat pemerintahan yang berbatasan langsung dengan wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta juga merupakan wilayah penyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk kota pemukiman, kota pendidikan, pusat pelayanan perdagangan dan jasa, kota pariwisata dan sebagai kota resapan air.
b. Gambaran Umum Kondisi Kota Depok b.1. Kondisi Geografis Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6o 19’ 00” – 6o 28’ 00” Lintang Selatan dan 106o 43’ 00” – 106o 55’ 30” Bujur Timur. Secara geografis, Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan wilayah Jabotabek. Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah - perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50 – 140 meter diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%. Kota Depok
48
Peraturan Pemerintah Daerah Kota Depok, hal. 30
sebagai wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km2. Kondisi geografisnya dialiri oleh sungai-sungai besar yaitu Sungai Ciliwung dan Cisadane serta 13 sub Satuan Wilayah Aliran Sungai. Disamping itu terdapat pula 25 situ. Data luas situ pada tahun 2005 sebesar 169,68 Ha, dengan kualitas air rata-rata buruk akibat tercemar.49 Kondisi topografi berupa dataran rendah bergelombang dengan kemiringan lereng yang landai menyebabkan masalah banjir di beberapa wilayah, terutama kawasan cekungan antara beberapa sungai yang mengalir dari selatan menuju utara: Kali Angke, Sungai Ciliwung, Sungai Pesanggrahan dan Kali Cikeas. a) Sumber Daya Lahan Sumber Daya Lahan Kota Depok mengalami tekanan sejalan dengan perkembangan kota yang sedemikian pesat. Sebagaimana kita ketahui berdasarkan data analisis Revisi RT/RW Kota Depok (2000-2010) dalam pemanfaatan ruang kota, kawasan pemukiman pada tahun 2005 mencapai 8.915.09 ha (44,31%) dari total pemanfaatan ruang Kota Depok. Pada tahun 2005 kawasan terbuka hijau tercatat 10.106,14 ha (50,23%) dari luas wilayah Depok atau terjadi penyusutan sebesar 0,93 % dari data tahun 2000. Meningkatnya tutupan permukaan tanah, berdampak terhadap penurunan kondisi alam Kota Depok, terutama disebabkan tekanan dari pemanfaatan lahan untuk kegiatan pemukiman yang mencapai lebih dari 44,31 % dari luas wilayah kota. Sementara luas kawasan terbangun tahun 2005 mencapai 10.013,86 ha (49,77%) dari luas wilayah Kota Depok atau meningkat 3,59 % dari data tahun 2000.
49
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”, www.depok.go.id, sumber diambil pada tanggal 25 Februaru 2009.
Luas kawasan terbangun sampai dengan tahun 2010 diproyeksikan mencapai 10.720,59 ha (53,28%) atau meningkat 3,63 % dari data tahun 2005. Sementara luas ruang terbuka (hijau) pada tahun 2010 diproyeksikan seluas 9.399,41 ha (46,72%) atau menyusut 3,63% dari tahun 2005. Diprediksikan pada tahun 2010, dari 53,28% total luas kawasan terbangun, hampir 45,49% akan tertutup oleh perumahan dan perkampungan. Jasa dan perdagangan akan menutupi 2,96% total luas kota, industri 2,08% total luas kota, pendidikan tinggi 1,49% total luas kota, dan kawasan khusus 1,27% total luas kota. Meningkatnya jumlah tutupan permukaan tanah tersebut, ditambah dengan berubahnya fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase, diprediksikan akan menyebabkan terjadinya genangan dan banjir di beberapa kawasan, yang berdampak terhadap penurunan kondisi Kota Depok. Diperkirakan pembangunan pertanian tanaman pangan di Kota Depok di masa yang akan datang akan menghadapi suatu kondisi, dimana lahan sawah yang semakin menyempit. Pada tahun 2010 diperkirakan lahan sawah akan mengecil bila dibandingkan kondisi sekarang. Penyempitan yang paling parah terjadi pada lahan sawah tadah hujan, disusul sawah irigasi sederhana PU. b) Sumber Daya Air Sumber Daya Air yang ada terdiri dari dua sumber yaitu sungai dan situ. Secara umum sungai-sungai di Kota Depok termasuk kedalam dua Satuan Wilayah Sungai besar, yaitu sungai Ciliwung dan Cisadane. Selanjutnya sungaisungai tersebut dibagi menjadi 13 Satuan Wilayah Aliran Sungai, yaitu sungai Ciliwung, Kali Baru, Pesanggrahan, Angke, Sugutamu, Cipinang, Cijantung, Sunter, Krukut, Saluran Cabang Barat, Saluran Cabang Tengah dan sungai Caringin.
Kota Depok memiliki 25 situ yang tersebar di wilayah Timur, Barat dan Tengah. Luas keseluruhan situ yang ada di Kota Depok berdasarkan data tahun 2005 adalah seluas 169,68 Ha1), atau sekitar 0,84 % luas Kota Depok. Kedalaman situ-situ bervariasi antara 1 sampai 4 meter, dengan kualitas air yang paling buruk terdapat pada Situ Gadog dan Rawa Besar. Selain penurunan kualitas air, kawasan situ juga mengalami degradasi luasan. Pembangunan perikanan di Kota Depok juga menghadapi masalah yang sama dengan pertanian tanaman pangan, yaitu penyempitan lahan air kolam. Berdasarkan data tahun 2005, luas areal air kolam adalah 242,21 ha dibandingkan pada tahun 2000 seluas 290,54 ha. b.2. Kondisi Demografi Sebagai Kota yang berbatasan langsung dengan Ibukota Negara, Kota Depok menghadapi berbagai permasalahan perkotaan, termasuk masalah kependudukan. Sebagai daerah penyangga Kota Jakarta, Kota Depok mendapatkan tekanan migrasi penduduk yang cukup tinggi sebagai akibat dari meningkatnya jumlah kawasan permukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa. a) Jumlah Penduduk Jumlah penduduk di Kota Depok tahun 2005 mencapai 1.374.522 jiwa, terdiri atas laki-laki 696.329 jiwa (50,66%) dan perempuan 678.193 jiwa (49,34%), Sedangkan luas wilayah hanya 200,29 km2, maka kepadatan penduduk Kota Depok adalah 6.863 jiwa/km2. Tingkat kepadatan penduduk tersebut tergolong “padat”, apalagi jika dikaitkan dengan penyebaran penduduk yang tidak merata.50 Dalam kurun waktu 5 tahun (2000 – 2005) penduduk Kota Depok mengalami peningkatan sebesar 447.993 jiwa. Pada tahun 1999 jumlah penduduk masih dibawah 1 juta jiwa dan pada tahun 2005 telah mencapai 1.374.522 jiwa, sehingga perkembangan rata-rata 4,23 % per tahun. Peningkatan tersebut disebabkan tingginya angka migrasi setiap tahunnya. Pada tahun 2010, diperkirakan jumlah penduduk akan
50
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”, www.depok.go.id, sumber diambil pada tanggal 25 Februari 2009.
mencapai jumlah 1.610.000 jiwa dan kepadatan penduduk mencapai 7.877 jiwa per km2. Adapun angka kelahiran penduduk dari tahun 1999 sampai 2004 senantiasa berfluktuasi, demikian juga angka kematian berfluktuasi hampir mendekati pola angka kelahiran. Pada tahun 2004, angka kelahiran sebesar 3.713 jiwa dan angka kematian 1,962
jiwa.
Meningkatnya jumlah penduduk Kota Depok disebabkan tingginya migrasi penduduk ke Kota Depok sebagai akibat pesatnya pengembangan kota yang dapat dilihat dari meningkatnya pengembangan kawasan perumahan. Angka kepergian penduduk Kota Depok tahun 2004 memperlihatkan pula pola yang berfluktuasi, dimana jumlah penduduk yang datang 11,899 jiwa dan penduduk yang pergi 4.503 jiwa, atau ratarata jumlah pendatang pertahun mencapai 7,396 jiwa. Berdasarkan perkembangan tersebut diperkirakan jumlah penduduk yang datang ke Kota Depok pada waktu mendatang akan meningkat, seiring dengan semakin banyaknya operasional kegiatan jasa dan niaga yang berkembang pesat. b) Ikllim Wilayah Depok termasuk dalam daerah beriklim tropis dengan perbedaan curah hujan yang cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim musim. Secara umum musim kemarau antara bulan April-September dan musim hujan antara bulan Oktober-Maret. • Temperatur : 24,3o-33o Celsius • Kelembaban rata-rata : 25 % • Penguapan rata-rata : 3,9 mm/th • Kecepatan angin rata-rata : 14,5 knot • Penyinaran matahari rata-rata : 49,8 % • Jumlah curah hujan : 2684 m/th • Jumlah hari hujan : 222 hari/tahun
BAB IV PERAN FKUB TERHADAP KRISTENISASI YANG TERJADI PADA MASYARAKAT MUSLIM KOTA DEPOK
E. Kristenisasi yang terjadi di Kampung Lio, Kota Depok A.1 Melalui Pendidikan dan Sosial Kristenisasi adalah suatu perbuatan yang mempengaruhi seseorang untuk masuk ke agama Kristen dengan berbagai macam cara, atau dengan kata lain mengkristenkan penganut agama lain. Pengertian ini sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Pak Sugito terhadap 119 anak muridnya di Rumah Singgah Bina Tulus Hati, Kampung Lio, Depok. Kristenisasi yang terjadi di kampung Lio tepatnya di Rt. 03/019, dimana ratarata warganya berada dibawah garis kemiskinan. Kenapa dikatakan demikian, karena mayoritas mata pencaharian mereka antara lain : sebagai pedagang kecil, pengamen, pemulung, bahkan pengemis. Kondisi perekonomian mereka yang dibawah garis kemiskinan inilah yang menjadi salah satu strategi kristenisasi yang dilakukan oleh para misionaris. Seperti yang dikatakan Abu Deedat Syihab dalam bukunya Membongkar Gerakan Pemurtadan Umat Islam, Dokumen Kristenisasi, bahwa salah satu strategi dalam menghancurkan umat muslim adalah dengan cara pemiskinan, baik itu miskin harta maupun miskin ilmu. Hal inilah yang terjadi di Kampung Lio karena mereka miskin ilmu dan miskin harta. Menurut para ahli psikologi pun penyebab terjadinya konversi agama atau pindah agama, salah satunya adalah karena faktor kemiskinan, karena masyarakat awam yang miskin cenderung memeluk agama yang menjanjikan kehidupan dunia
yang lebih baik. Kebutuhan sandang dan pangan dapat mempengaruhi perubahan keberagamaan seseorang.51 Meskipun para misionaris tidak secara terang-terangan melakukan aksi Kristenisasi terhadap warga kampung Lio, tetap saja yang namanya kristenisasi pasti merugikan umat agama lainnya. Tidak hanya agama kristen yang dapat melakukan hal seperti ini, agama lain pun dapat melakukan hal yang sama untuk mengajak orang lain masuk kedalam agama yang mereka anut. Hanya caranya saja yang berbeda. Awalnya mereka (misionaris) menarik simpati warga dengan kegiatan berkedok sosial. Yaitu dengan cara memberikan bantuan berupa sembako (sembilan bahan pokok), dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Lama kelamaan kegiatan seperti ini makin berkembang dan merambah jalur pendidikan, yaitu dengan mendirikan sebuah rumah singgah yang membantu anak-anak dalam baca – tulis. Menurut Pak Endang, “mereka membagi-bagikan sembako ke warga dengan dalih sebagai salah satu bentuk bakti sosial yang diadakannya”.52 Bu Sri menambahkan, “kami dibagi-bagikan kupon untuk ngambil sembako tersebut, awalnya saya mah nggak curiga apa-apa. Orang saya emang lagi butuh beras buat makan kok, namanya rezeki ga boleh ditolak”.53 Rumah Singgah ini awalnya dibentuk oleh sekelompok mahasiswa Universitas Indonesia, Fakultas Psikologi sebagai bagian dari kegiatan bakti sosial di wilayah tersebut. Prioritas bakti sosial ini lebih ditekankan untuk komunitas Boncel54,
51
Hendropuspito, Sosiologii Agama, (Yogyakarta : Kanisius, 1984) cet. Ke-2, hal. 81 Bapak Endang, orang tua korban sekaligus tokoh masyarakat, Wawancara Pribadi, Kampung Lio, 13 Agustus 2008. 53 Bapak Idris, Orang tua korban, Wawancara pribadi, Kampung Lio, 13 Agustus 2008. 54 Komunitas Boncel adalah nama untuk para warga. Komunitas ini terdiri dari mereka yang bekerja sebagai pengemis, pemulung, pengamen dan ada pula yang berdagang. 52
yaitu komunitas kumuh yang sebagian warganya merupakan penduduk urban dengan mata pencaharian yang tidak tetap diantaranya seperti pemulung, pengemis dan pengamen. Kegiatan bakti sosial yang dilakukan para mahasiswa tersebut dilakukan secara berkesinambungan dari waktu ke waktu sampai pada akhirnya tergagas untuk membentuk sebuah wadah tempat berkumpulnya anak-anak penduduk urban tersebut khususnya para gelandangan dan pengemis, hingga mereka memutuskan untuk membentuk sebuah wadah yang kemudian dikenal dengan nama “Rumah Singgah Bina Tulus Hati” dengan prioritas utamanya adalah pemberantasan buta huruf dengan melakukan pendidikan baca, tulis, pengetahuan umum (matematika, IPA, IPS, dll) serta pendidikan kerohanian (pengajian). Seiring dengan berjalannya waktu, keberadaan Rumah Singgah tersebut disalahgunakan oleh salah satu orang kepercayaan masyarakat.
Kecurigaan
pengurus rumah singgah sebagian besar diketahui ketika bapak Sugito sering melibatkan pihak luar yang beragama non muslim untuk membawa kurang lebih 119 anak ke sekolah khusus kristen (sekolah Mardiyuana). Hal ini jelas membuat marah pengurus dan warga Rt. 03/019, dan dari pengakuan beberapa warga sekitar rumah singgah tersebut mereka pernah mendapatkan bingkisan berupa parcel dari pendeta (kartu nama pendeta tersebut ada didalam bingkisan tersebut). Kontan saja hal ini tidak dibiarkan oleh Bapak Ust. Abdul Azis, dengan cepat bapak Ust. Abdul Azis langsung menegur bapak Sugito dalam kapasitas sebagai penasehat pengurus. Kemudian bapak Sugito menurut keterangan bapak Ust. Abdul Azis berjanji untuk tidak lagi mengajak anak-anak binaannya mendatangi tempat-tempat seperti itu.
Tapi ternyata peringatan yang diberikan sama sekali tak didengar. Perbuatan yang sama terjadi lagi, tepatnya pada hari rabu tanggal 26 Desember 2006, sekitar pukul 3 sore, anak-anak SD dan SMP berkumpul di Rumah Singgah Bina Tulus Hati, Kampung Lio, Depok. Mereka akan diajak jalan-jalan oleh Pak Sugito dan teman-temannya. Anak-anak yang berjumlah 72 orang itu berangkat dengan menggunakan Bus Metromini. Hal ini ditegaskan oleh Maryatul atau biasa dipanggil Atul, salah satu korban dan juga anak didik di Rumah singgah itu mengatakan : ”Awalnya kita kira itu cuma gedung biasa. Tapi pas liat dalemnya ternyata ada gambar salibnya, ternyata itu gereja. Gereja Bethel yang berada di Depok II”55 Tak jauh beda dari Atul, Iis juga mengakui hal tersebut : ”Pak Gito bilangnya ke gedung nggak bilang ke gereja, katanya mau ke rumah singgah yang lain, eh... pas sampe disana tau-tau dibawa ke gereja“56 Awalnya mereka diajak keliling dengan menggunakan bus kota ke daerah Fatmawati, lalu berhenti di sebuah tempat. Dari luar tempat tersebut terlihat seperti sebuah gedung tua tanpa tanda-tanda sebuah rumah ibadah. Tanpa kecurigaan apa-apa akhirnya mereka memasuki gedung tersebut yang ternyata adalah sebuah gereja. Sesampainya didalam, anak-anak tersebut sudah ditunggu oleh beberapa ibuibu dan bapak-bapak yang kemudian menyuruh mereka masuk. Setelah mereka masuk dan duduk, sebagian dari ibu-ibu tersebut mengajak mereka untuk bernyanyi nyanyian gereja dan berdoa ala umat Kristiani. Kemudian salah seorang ibu tersebut menempelkan telapak tangannya ke kening anak-anak tersebut sambil meminta mereka untuk tidak melaksanakan shalat dan melupakan Tuhannya 55 56
Maryatul, salah satu korban, Wawancara pribadi, Kampung Lio, 13 Agustus 2008. Iis, salah satu korban, Wawancara pribadi, Kampung Lio, 13 Agustus 2008.
seraya mengajak untuk bertuhan kepada Tuhan Yesus bila ingin menang. Seperti pengakuan Iis, mereka disuruh bernyanyi : ”Nyanyi Tuhan Yesus, Puji Yesus. Dia lahir untuk kami, dia mati bagi kami, dia raja diatas semua raja”. Dan secara tidak resmi melakukan ritual agama kristiani. ”Semoga Tuhan memberkati mu dan Roh Kudus melindungi mu. Kamu jangan mau kalah, Tuhan kamu nggak ingin kamu kalah, Tuhan Yesus ingin kamu menang, kalu kamu ikut Tuhan kamu, kamu kalah, kalau kamu ikut Tuhan Yesus, kamu menang!!!”.57 Kata-kata seperti ini biasa digunakan dalam peribadatan umat Kristiani. Dan suatu pembuktian bahwa ke 72 anak-anak tersebut sedang dalam proses Kristenisasi. Pada saat itu perasaan anak-anak yang lain jelas sangat ketakutan disamping itu mereka berada dibawah tekanan, sehingga mereka tidak bisa mengelak lagi dan menuruti semua perkataan dari Ibu tersebut. Setelah acara ritual tersebut selesai, mereka pulang kerumah masing-masing. Begitu sampai di rumah anak-anak tersebut bercerita pada orang tua mereka tentang apa yang terjadi pada mereka hari itu. Kontan saja hal itu membuat orang tua korban marah dan langsung mengadukan hal ini ke Ust. Abdul Azis selaku penasehat Rumah Singgah Bina Tulus Hati sekaligus tokoh agama dilingkungan tersebut dan tanpa dikomando mereka menunggu Bapak Sugito untuk ”membuat perhitungan”. Akhirnya begitu mereka melihat Bapak Sugito langsung saja mereka menghakiminya. Melihat kemarahan warga yang semakin panas, dengan cepat beberapa tokoh termasuk Ust. Abdul Azis ”mengamankan” Bapak Sugito untuk kemudian dibawa ke Polsek Pancoran Mas bersama Bapak Edy Mujiran
57
Iis, salah satu korban, Wawancara pribadi, Kampung Lio, 13 Agustus 2008.
selaku Babinkamtibmas kelurahan Depok. Akhirnya aksi warga yang akan main hakim sendiripun terhindar. Sebagai reaksi terhadap upaya Kristenisasi tersebut, maka dibentuklah Tim Independent Anti Pemurtadan oleh tokoh pemuda pada tanggal 28 Desember 2006. Mereka mengumpulkan seluruh elemen masyarakat seperti tokoh agama, tokoh masyarakat, aparatur kampung (RW – RT) dan tokoh pemuda lainnya untuk hadir di Masjid Jami’at-taqwa kampung Lio Rt. 03/019 kelurahan Depok, guna membahas kasus tersebut. Tugas pokok tim ini adalah melakukan somasi melalui pengumpulan tandatangan pernyataan keberatan atas tindakan Bapak Sugito tersebut. Tim ini pun melakukan pencarian bukti dengan menginterogasi korban dan saksi-saksi lainnya serta melakukan koordinasi dengan seluruh Ormas Islam yang ada di Kota Depok disamping pengacara muslim. Tim Anti Independent Anti Pemurtadan (TIAP) menanyakan kelanjutan kasus tersebut ke Polres Depok, ternyata tersangka (Bapak Sugito) sudah dibebaskan karena dianggap tidak ada laporan dari saksi korban, padahal sudah beberapa saksi korban di BAP oleh Polsek Pancoran Mas.
Sebagian masyarakat muslim kecewa dengan sikap polisi
dalam mengatasi masalah tersebut. Aparat kepolisian dinilai kurang tanggap dalam menangani kasus ini dan terkesan menutup-nutupi. Tersangka dibebaskan oleh aparat kepolisian karena dinilai tidak ada dari pihak korban yang melapor, padahal saksi-saksi sekaligus korban telah diinterogasi oleh pihak kepolisian pada malam harinya setelah kasus ini sampai di tangan kepolisian. Berbagai usaha sudah ditempuh Tim Independent ini demi terciptanya suatu keadilan, tapi banyak saja rintangan yang dihadapi. Mulai dari pengacara yang mau membantu kasus ini sampai pihak kepolisian yang menutup-nutupi kasus ini.
Ormas-ormas Islam yang ada di Depok tidak tinggal diam, mereka bergabung dengan TIAP agar kasus ini bisa cepat terselesaikan. Walaupun polisi sudah banyak yang turun ke TKP, tapi hasil yang didapat sangat minim. Karena masyarakat takut untuk memberikan keterangan, karena takut ditangkap. Karena masyarakat beranggapan mereka datang untuk menangkap seseorang bukannya untuk mencari kebenaran. Pertemuan demi pertemuan dilakukan TIAP dengan ormas-ormas Islam. Setelah banyak pengacara yang angkat tangan dengan kasus ini akhirnya TPM bersedia menjadi pengacara dan siap membela TIAP di ruang persidangan. Berbagai cara telah dilakukan TIAP mulai dari berdemonstrasi di depan polres Depok, mereka menuntut agar kasus ini cepat diusut. Pada akhirnya kasus ini diserahkan ke FKUB kota Depok setelah tidak adanya kepastian atas kasus ini. Pada akhirnya FKUB kembali membawa kasus ini ke Walikota agar dapat secepatnya diproses kembali, agar mencapai titik terang atau kebenaran dari kasus tersebut.(kronologis investigasi terlampir)
A.2 Melalui Bidang Pembangunan Rumah Ibadat Sehubungan dengan kasus yang terjadi di kampung Lio tersebut, para anggota Tim Independent Anti Pemurtadan bekerja sama dengan Badan Koordinasi Kesejahteraan Masjid (BKKM) Kecamatan Limo Kota Depok melayangkan surat perihal Pernyataan Sikap Menolak Pembangunan Gereja di Wilayah Kecamatan Limo, yang dirasa tidak memenuhi persyaratan untuk pendirian gereja tersebut. Beberapa gereja yang bermasalah adalah : Gereja Huria Batak Kristen (HKBP) di komplek perumahan Sabar Ganda Meruyung, Gereja Protestan Seteeoa Indonesia (GPSI) Kasih Kudus di komplek perumahan Sabar Ganda di kelurahan Meruyung,
Gereja Bethel Indonesia (GBI) Cinere, Gereja HKBP Cinere di Jl. Bandung Cinere, dan Gereja Pantekosta Serikat di Indonesia (GPSI) di Singkup Meruyung. Penduduk kecamatan Limo yang mayoritas beragama Islam (98 %) keberatan atas
keberadaan
gereja
tersebut
yang
berpotensi
untuk
merusak
kehidupan/kerukunan dan tatanan beragama karena kegiatan pemurtadan akan berlanjut. Lagipula pembangunan Gereja tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 8 dan 9 tahun 2006, khususnya pada bab IV pasal 1458, yang berisikan : (1) Pendirian rumah ibadat harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung. (2) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pendirian rumah ibadat harus memenuhi persyaratan khusus meliputi : a. daftar nama dan kartu tanda penduduk pengguna rumah ibadat paling sedikit 90 (sembilan puluh) orang yang disahkan oleh pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas wilayah sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (3) b. dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 (enam puluh) orang yang disahkan oleh lurah/kepala desa c. rekomendasi tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten / kota d. rekomendasi tertulis FKUB kabupaten / kota. (3) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terpenuhi sedangkan persyaratan huruf b belum terpenuhi, pemerintah daerah berkewajiban memfasilitasi tersedianya lokasi pembangunan rumah ibadat. Ketidak sesuaiannya adalah sebagai berikut : a. daftar nama pengguna rumah ibadah yang dibuat gereja tersebut diragukan keabsahannya karena belum diketahui oleh kepala kelurahan Meruyung dan khusus gereja HKBP nama penggunanya sebagian besar belum bertanda tangan dan tidak jelas alamatnya. b. Dukungan dari masyarakat setempat (harus beragama Islam) belum ada.
58
Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri.
c. Rekomendasi dari kepala Kantor Departemen Agama Depok belum ada, yang ada hanya ”Surat Keterangan Tanda Lapor” untuk Gereja HKBP dengan No. KD. 10.22/V/BA.00/1558/2006 tanggal 18 Juli 2006 yang ditanda tangani oleh penyelengggara Bimas Kristen oleh Sdr. Kantom Gultom, S.PK atas nama Kepala, sedangkan yang lainnya belum ada. d. Rekomendasi tertulis dari FKUB Kota Depok belum ada. Pendirian gereja tersebut bukan hanya di daerah perumahan ataupun ruko (rumah toko), tetapi di dalam pusat perbelanjaan pun bisa dijadikan tempat beribadah. Seperti di Depok Trade Center (DTC), Mall Cinere dan Depok Town Square (Detos). tempat tersebut dijadikan tempat untuk kebaktian tiap hari Sabtu maupun Minggu. Kebanyakan jemaatnya justru bukan berasal dari lingkungan sekitar, tapi dari daerah lain. Itulah yang menjadikan keresahan para warga. Dari kelima gereja yang bermasalah di daerah Cinere tersebut, hanya satu yang masih melakukan aktivitasnya. Keempat gereja lainnya sudah ditutup atau lebih tepatnya tidak digunakan lagi. Setelah dapat surat peringatan dari Walikota, keempat gereja tersebut tidak dibuka lagi karena mereka tidak memiliki IMB dan rekomendasi dari FKUB maupun Kepala Kantor Departemen Agama kota Depok. Dan pembangunan gereja-gereja tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri nomor 9 dan nomor 8 tahun 2006. Sedangkan gereja HKBP Cinere masih digunakan, padahal gereja tersebut juga tidak memiliki IMB dari pemerintah kota depok. Tapi pihak gereja tidak mau menutup tempat tersebut. Mereka masih diam-diam menggunakan tempat tersebut sebagai tempat beribadah umatnya.
F. Upaya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dalam Mengatasi Kristenisasi di Kota Depok Masalah pemurtadan ini menjadi agenda FKUB kota Depok, antara lain akrena adanya surat dari Tim Independent Anti Pemurtadan (TIAP) yang ditujukan kepada pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Depok, yang intinya mengadukan kejadian di kampung Lio yang dinilai oleh warga setempat sebagai kejadian Kristenisasi. Yang sangat memicu kemarahan warga antara lain adalah karena salah seorang pengurus Rumah Singgah dalam hal ini Pak Sugito yang mengajak anak asuhnya sebanyak 119 ke sekolah khusus kristen Mardiyuana dengan kegiatan-kegiatan yang dinilai masyarakat adalah sebagai upaya mengkristenkan anak-anak muslim. Tindakan seperti itu sangatlah tidak dibenarkan oleh agama manapun. Seperti yang dikatakan bapak J. B. Djoko Suhono, selaku pengurus FKUB sekaligus perwakilan dari pemuka agama Kristen Katolik : ”Tindak kekerasan atas nama agama adalah sesuatu yang dilarang, karena ajaran utama agama adalah mencintai sesama bukan melukai. Bahkan terhadap yang dianggap musuh”. Seperti dalam alkitab (Lukas 6 : 27-28) : ”Kasihanilah musuhmu, berbuat baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu, berdoalah bagi orang yang mencaci kamu”.59 TIAP berharap FKUB ikut berperan menangani masalah tersebut. Saran dari warga Lio yang terwakili pada TIAP direspon oleh FKUB dengan turut menggaris bawahi harapan TIAP agar pihak yang berwajib dalam hal ini kepolisian tegas dalam mengungkap hal ini. Pengurus
FKUB
merespon
kehendak
masyarakat
tersebut
dengan
pembahasan-pembahasan yang serius dan akhirnya mengeluarkan surat yang dilayangkan kepada Kapolres Depok agar menangani masalah ini secara
59
J.B. Djoko Suhono, Pengurus FKUB, Wawancara Pribadi, Margonda Depok, 24 Mei 2008
profesional. Setelah beberapa kali Tim FKUB mengadakan pembahasan dan tatap muka dengan pihak Polres Depok, didapat keterangan ternyata Pak Sugito yang dianggap sebagai pemicu masalah sudah tidak pernah kelihatan batang hidungnya. Dan ini pun menjadi pekerjaan rumah pihak kepolisian. Pihak Polres Metro Depok telah melakukan pemeriksaan terhadap 13 dari 15 saksi namun menurut Polres belum ditemukan bukti kuat secara hukum untuk menetapkan tersangka dan telah dikeluarkan surat mengembangkan penyelidikan. FKUB juga selalu berupaya melakukan pendekatan persuasif profesional kepada masyarakat / wilayah yang memiliki potensi konflik, baik karena masalah kelembagaan
maupun
keagamaan,
antara
lain
dengan
mengoptimalkan
fungsionaris yang mewakili agama Protestan atau Katolik yang ada di FKUB untuk berupaya menjaga kerukunan umat dan mencegah agar jangan terjadi kerusuhan. Disamping
itu
FKUB
juga
mensosialisasikan
konsep-konsep
dalam
melakukan pemeliharaan kerukunan umat beragama dalam bingkai negara NKRI. Yaitu dengan cara disetiap sosialisasi yang diselenggarakan, antara lain oleh kantor Kesbang Linmas Depok, di setiap kecamatan agar semua pihak berhati-hati dalam melaksanakan kegiatan keagamaannya, jangan memancing kemarahan umat lain seperti yang terjadi pada usaha-usaha pemurtadan suatu agama. Harus ada cara yang sangat hati-hati sekali, karena kadang-kadang kegiatan seperti bakti sosial yang nampaknya baik-baik saja tetapi bisa diartikan lain oleh masyarakat. Apalagi dengan tindakan seperti mengajak anak-anak ”jalan-jalan” di sekolah atau gereja tertentu, jelas ini merupakan cara yang gegabah. Bapak Farid Hadjiry, selaku ketua FKUB, mengatakan : ”Upaya yang dilakukan FKUB adalah memberikan sosialisasi kepada umat beragama. Perlunya menjaga kerukunan umat beragama dan juga pembinaan
kepada umat masing-masing yang dilakukan antara lain oleh fungsionarisnya dari 6 agama yang ada di Indonesia yang diwakili di FKUB”.60 Dialog dengan tokoh-tokoh masyarakat juga dilakukan oleh FKUB selain dalam
acara
sosialisasi
di
kecamatan-kecamatan,
dialog
tersebut
juga
dilaksanakan di kantor FKUB sebagaimana yang pernah dilakukan dengan warga Cinere beberapa waktu lalu, tegasnya pada tanggal 20 September 2008. Dialog juga dilakukan dengan utusan pengurus gereja-gereja setempat se-Depok, sebagai bukti peran dan upaya FKUB untuk terciptanya kerukunan umat beragama di Depok. Peran nyata dari FKUB Depok antara lain juga dengan memberikan rekomendasi kepada pemerintah kota untuk mengambil langkah-langkah tegas, tepat dan penuh kearifan. Seperti yang sudah dilakukan pada kasus pembangunan Gereja secara tidak benar di Depok. Kegiatan FKUB Depok yang sangat menonjol adalah dalam memberikan rekomendasi kepada walikota Depok, karena ini memang merupakan tugas pokok FKUB. Disamping dirapatkan di forum pleno FKUB, pengurus juga membentuk tim pencari fakta atau Pokja (Kelompok Kerja) yang terdiri dari 5 orang setiap kasus. Sebagai contoh dalam kasus penggunaan Depok Trade Center (DTC) perumahan Maharaja, Jalan Raya Sawangan ini merupakan produk pertama dalam bentuk rekomendasi kepada walikota Depok untuk menutup dan menegur pihak manajemen DTC terhadap penggunaan ruang mall di lantai III sebagai tempat kebaktian. Dalam hal ini FKUB berpedoman pada Bab V Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri nomor 9 dan nomor 8 tahun 2006, yaitu izin sementara pemanfaatan bangunan gedung. Pada pasal 18 berbunyi : 60
Farid hadjiry, Ketua FKUB, Wawancara Pribadi, Margonda Depok, 17 Mei 2008
Pasal 18 (1) Pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah ibadat sebagai rumah ibadat sementara harus mendapat surat keterangan pemberian izin sementara dari bupati/walikota dengan memenuhi persyaratan : a. laik fungsi; dan b. pemeliharaan kerukunan umat beragama serta ketenteraman dan ketertiban masyarakat. (2) Persyaratan laik fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mengacu pada peraturan perundang-undangan tentang bangunan gedung. (3) Persyaratan pemeliharaan kerukunan umat beragama serta ketenteraman dan ketertiban masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi : a. izin tertulis pemilik bangunan; b. rekomendasi tertulis lurah/kepala desa; c. pelaporan tertulis kepada FKUB kabupaten/kota; dan d. pelaporan tertulis kepada kepala kantor departemen agama kabupaten/kota. Sedangkan pasal 19 nya berbunyi : Pasal 19 (1) Surat keterangan pemberian izin sementara pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah ibadat oleh bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (1) diterbitkan setelah mempertimbangkan pendapat tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten/kota dan FKUB kabupaten/kota. (2) Surat keterangan pemberian izin sementara pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah ibadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku paling lama 2 (dua) tahun. Yang hampir sama dengan kasus DTC adalah pengaduan warga kelurahan Pondok Cina mengenai kebaktian di Depok Town Square (Detos). Dalam hal ini FKUB menekankan kepada walikota depok agar pihak Detos mengembalikan fungsi tempat tersebut, yaitu sebagai pusat perbelanjaan. Lagipula untuk pendirian suatu tempat peribadatan harus mengacu pada peraturan bersama menteri agama dan menteri dalam negeri nomor 9 dan nomor 8 tahun 2006. Sementara itu untuk kasus rumah ibadat yang terjadi di Cinere,
FKUB
mengacu pada isi dari Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 tahun 2006 pada Bab VI pasal 21 tentang Penyelesaian Perselisihan, yaitu 61 :
61
Peraturan Bersama Mneteri Agama dan menteri Dalam Negeri.
Pasal 21 (1) Perselisihan akibat pendirian rumah ibadat diselesaikan secara musyawarah oleh masyarakat setempat. (2) Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dicapai, penyelesaian perselisihan dilakukan oleh bupati/walikota dibantu kepala kantor departemen agama kabupaten/kota melalui musyawarah yang dilakukan secara adil dan tidak memihak dengan mempertimbangkan pendapat atau saran FKUB kabupaten/kota. (3) Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dicapai, penyelesaian perselisihan dilakukan melalui pengadilan setempat. Dalam kasus pendirian gereja HKBP Cinere Pangkalan Jati sebagai contoh, dimana terdapat keberatan yang sangat dari warga setempat yang diwakili oleh pengurus Masjid Jami Nurul Amin, pengurus FKUB mengeluarkan rekomendasi kepada Walikota agar bertindak tegas disamping pendekatan pada pihak terkait serta adanya penetapan solusi trial agar menolak, yang ternyata sudah berlangsung sejak lama, yaitu pada tahun 1982
penolakan pertama yang dilakukan oleh
masyarakat sekitar berakhir dengan damai. Dalam kasus ini semua pihak sedang berusaha mencari titik temunya, antara lain IMB sementara yang pernah dikeluarkan Pemda Bogor agar ditinjau ulang dan dibatalkan oleh Pemda Bogor sendiri bukan oleh Pemda Depok. Tetapi persoalan yang terjadi di wilayah Depok tidak sampai ke pengadilan. G. Tantangan dan Hambatan Yang Dihadapi Setiap persoalan yang dihadapi pasti mengalami hambatan maupun tantangan yang harus dihadapi. Berikut adalah tantangan dan hambatan yang dihadapi selama menangani kasus ini khususnya Tim Independent Anti Pemurtadan (TIAP) maupun dari FKUB nya sendiri adalah : pertama, masyarakat yang cenderung tertutup terhadap informasi yang mereka ketahui, karena mereka takut kalau-kalau ditangkap polisi, padahal mereka hanya dimintai keterangan. Hal ini terjadi pada kasus Rumah singgah di Kampung Lio, dimana masyarakat masih enggan
memberikan informasi. Menurut keterangan salah satu warga pada saat pihak kepolisian melakukan olah TKP, mereka memakai pakaian seragam lengkap, hal itu yang membuat masyarakat takut dan sedikit menutup-nutupi kejadian yang sebenarnya. Kedua, aparat keamanan atau pihak kepolisian cenderung tidak tegas dan terindikasi ”takut” untuk menyelesaikan kasus yang terkait dengan agama. Ini terlihat jelas ketika sang tersangka sudah ditangkap tapi tidak langsung diproses, sehingga tersangka dapat bebas dengan cepat tanpa prosedur yang benar. Ketiga, respon dari pemerintah dan penegak hukum di Kota Depok tidak serius untuk menuntaskan kasus yang terkait dengan masalah agama. Ini terlihat dari lambatnya atau tidak adanya kejelasan hukum atas kasus seperti ini. Hingga saat ini kasus ini masih menggantung, masih belum jelas penyelesaiannya. Berkait dengan pihak aparat kepolisian tersebut, bapak Endang Mulyana, selaku ketua TIAP, mengatakan : “ masyarakat cenderung tertutup karena takut kalau-kalau ditangkap polisi, padahal mereka hanya dimintai keterangan dan aparat keamanan cenderung tidak tegas dan terindikasi takut untuk menyelesaikan kasus yang terkait dengan agama”.62 Tantangan keempat terjadi di pihak FKUB nya sendiri. Karena anggota FKUB terdiri dari banyak kepala sehingga banyak pula persepsi yang keluar dari masingmasing kepala tersebut. Sehingga dibutuhkan waktu yang lama untuk mempersatukan persepsi diantara mereka. Kelima, sifat egoisme dari masingmasing anggota dalam setiap membahas suatu permasalahan masih ditonjolkan. Masing-masing anggota menyatakan dirinya yang paling benar.
62
Endang Mulyana, Ketua TIAP (Tim Independent Anti Pemurtadan), Wawancara Pribadi, Kampung Lio Depok, 9 Agustus 2008
Keenam, finansial, walau terdengar klasik tapi hal ini sangat penting. Ketika kebenaran ingin ditegakkan, ada saja halangannya seperti masalah pengacara yang tidak dapat membantu kasus ini karena mereka tidak dibayar, bersifat sukarela. Dari sekian banyak pengacara yang ditemui, banyak yang mengundurkan diri. Dan akhirnya tim pengacara dari TPM dapat membantu kasus ini dengan sukarela. Hambatan dan kendala yang di hadapi pihak FKUB menurut Bapak J.B. Djoko Suhono antara lain : “Konsolidasi organisasi yang belum tuntas, pemahaman PMB belum 100%, dukungan pemkot yang belum memadai dan juga sikap serta cara pandang yang belum sesuai”.63 Ketujuh, konsolidasi organisasi yang belum tuntas. Kedelapan, pemahaman PBM (Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri) yang masih belum 100%. Kesembilan, dukungan Pemerintah Kota yang belum memadai. Dan yang terakhir, sikap dan cara pandang yang belum sepenuhnya sesuai. Itulah beberapa tantangan maupun hambatan yang dialami oleh FKUB dan TIAP dalam mengatasi kasus kristenisasi ini. H. Solusi Yang Ditawarkan FKUB Solusi yang diberikan FKUB agar kejadian seperti ini tidak akan terulang dikemudian hari adalah sebagai berikut : pertama, agar semua pihak dalam masyarakat saling menghargai dan saling peduli terhadap keberadaan pihak lain, secara fungsional dan proporsional (sesuai dengan tugas, peran, posisi dan profesi masing-masing) sepanjang tidak terbukti ada upaya sengaja merugikan pihak lain Solusi kedua, mengadakan dialog antar pemeluk agama lain secara rutin. Hal ini didalam FKUB sudah menjadi agenda kegiatan, baik dialog dengan sesama pengurus FKUB yang terdiri dari enam agama yang sah dimata hukum di
63
J.B. Djoko Suhono, Pengurus FKUB, Wawancara Pribadi, Margonda Depok, 24 Mei 2008
Indonesia maupun dengan tokoh-tokoh agama dari luar FKUB. Dialog ini dilakukan agar tidak ada kesalah pahaman diantara agama-agama lain. Ketiga, bersama-sama mengembangkan komunikasi dan interaksi yang sehat dan penuh toleransi (tidak egoistis, memaksakan kehendak dan mau benar sendiri). Keempat, berlaku wajar, terbuka dan jujur kepada semua agama. Kelima, kedua belah pihak melakukan klarifikasi dengan pendekatan kekeluargaan apabila muncul masalah rawan yang mengandung potensi konflik. Musyawarah adalah suatu jalan yang aman dan sangat kekeluargaan. Keenam, dengan tidak mengintervensi (memasuki wilayah urusan) pihak lain adalah solusi yang tepat. Tidak ikut campur urusan orang lain saja sudah salah, apalagi mengurusi urusan agama lain. Dan yang ketujuh, sosialisasi PBM (Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri). Agar masyarakat mengetahui isi dari peraturan tersebut. Dan agar terciptanya kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat. Menurut ketua FKUB, Bapak Farid Hadjiry, solusi yang ditawarkan oleh FKUB hampir sama dengan apa yang ditulis oleh Pdt. Dr. Jan S. Aritonang dalam bukunya yang berjudul Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia, yaitu : pertama, pemahaman tentang Injil dan panggilan untuk memberitakan Injil64; kedua, umat Kristen perlu menjaga jatidiri (identitas), tanpa harus melecehkan agama atau umat beragama lain. Kaum Muslim lebih menghargai orang Kristen yang tetap jelas identitasny, ketimbang yang memerliharkan watak kompromistis dan munafik. Ketiga, kiranya umat Kristen benar-benar mempertimbangkan perasaan umat Islam ketika hendak mendirikan rumah ibadah. Keempat, kiranya umat Islam tidak membiasakan diri menyebut umat Kristen sebagai minoritas. 64
Injil adalah berita sukacita tentang keselamatan serta hidup kekal dan sejati yang ditawarkan oleh Tuhan Allah kepada manusia berdosa melalui kehadiran dan penjelmaan-Nya di dalam dan oleh Yesus Kristus.
Kelima, menyangkut pembangunan atau pengadaan tempat ibadah, kiranya umat Islam juga bersikap wajar. Keenam, kiranya kedua umat beragama ini (Islam dan Kristen) berlomba-lomba mengungkapkan keberagamaannya secara kontekstual dan tidak terus-menerus mengikatkan diri secara kaku dengan tradisi dan warisan, entah dari Barat ataupun dari Timur Tengah. Ketujuh, kiranya didalam kedua umat ini terus terbangun kesediaan untuk mengakui keterbatasan masing-masing dalam hal agama, bahkan dalam memahami wahyu, firman dan kehendak Tuhan Allah. Dengan demikian bisa membebaskan diri dari sikap memutlakkan. Kedelapan, kiranya masing-masing pihak tidak terus-menerus membenarkan diri dalam setiap permasalahan.65
65
Pdt. Dr. Jan S. Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam Di Indonesia, (Jakarta : Gunung Mulia, 2005), hal 605-621
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil pemaparan dalam skripsi ini, penulis menyimpulkan bahwa FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) mempunyai peranan yang sangat penting didalam kehidupan beragama. Dalam kasus ini FKUB berperan sebagai mediator atau jembatan antara kedua belah pihak yang bersengketa. Seperti contoh pada kasus Kristenisasi pada siswa-siswi Rumah Singgah Tuluh Hati. FKUB berusaha membantu pihak TIAP untuk melanjutkan kasus tersebut ke Walikota dan pihak kepolisian, dengan tujuan agar kasus tersebut cepat menemukan titik terang. Sedangkan untuk kasus gereja-gereja liar, FKUB menjembatani atau sebagai mediasi masyarakat yang merasa terganggu dengan kenyaman kehidupan beragamanya. Sebisa mungkin FKUB menjaga agar masyarakat hidup rukun. Upaya-upaya FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) untuk mengatasi kristenisasi yang terjadi di Kota Depok, adalah sebagai berikut : Pertama, melakukan pendekatan persuasif profesional kepada masyarakat / wilayah yang memiliki potensi konflik, baik karena masalah kelembagaan maupun keagamaan. Kedua, mensosialisasikan konsep-konsep dalam melakukan pemeliharaan kerukunan umat beragama dalam bingkai negara NKRI. Ketiga, menciptakan dialog dengan pemuka agama. Dan keempat, memberikan rekomendasi kepada pemerintah kota untuk mengambil langkah-langkah tegas, tepat dan penuh kearifan Adapun hambatan yang dihadapi FKUB selama menjalankan fungsinya sebagai mediator bagi masyarakat beragama, adalah sebagai berikut : pertama,
masyarakat masih cenderung tertutup karena takut kalau-kalau ditangkap polisi, padahal hanya dimintai keterangan. Kedua, aparat keamanan cenderung tidak tegas dan terindikasi ”takut” untuk menyelesaikan kasus yang terkait dengan agama. Disamping itu respon dari pemerintah dan penegak hukum di Kota Depok tidak serius dalam menuntaskan kasus yang berkaitan dengan masalah agama. dan dukungan Pemerintah Kota yang belum memadai juga menjadi salah satu hambatan. Terakhir masalah finansial, walaupun terkesan klise tapi yang namanya uang sangat dibutuhkan dan sangat penting demi lancarnya segala urusan. FKUB juga memberikan beberapa solusi agar masalah seperti ini tidak akan terulang lagi, diantaranya adalah : pertama, pemahaman tentang Injil dan panggilan untuk memberitakan Injil. kedua, umat Kristen perlu menjaga jatidiri (identitas), tanpa harus melecehkan agama atau umat beragama lain. Kaum Muslim lebih menghargai orang Kristen yang tetap jelas identitasny, ketimbang yang memerliharkan watak kompromistis dan munafik. Ketiga, kiranya umat Kristen benar-benar mempertimbangkan perasaan umat Islam ketika hendak mendirikan rumah ibadah. Keempat, kiranya umat Islam tidak membiasakan diri menyebut umat Kristen sebagai minoritas. Kelima, menyangkut pembangunan atau pengadaan tempat ibadah, kiranya umat Islam juga bersikap wajar. Keenam, kiranya kedua umat beragama ini (Islam dan Kristen) berlomba-lomba mengungkapkan keberagamaannya secara kontekstual dan tidak terus-menerus mengikatkan diri secara kaku dengan tradisi dan warisan, entah dari Barat ataupun dari Timur Tengah. Ketujuh, kiranya didalam kedua umat ini terus terbangun kesediaan untuk mengakui keterbatasan masing-masing dalam hal agama, bahkan dalam memahami wahyu, firman dan kehendak Tuhan Allah. Dengan demikian
bisa membebaskan diri dari sikap memutlakkan. Kedelapan, kiranya masingmasing pihak tidak terus-menerus membenarkan diri dalam setiap permasalahan.
B. Saran-saran Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka penulis memberikan saran-saran yang bertujuan agar kasus-kasus yang berkaitan dengan kristenisasi tidak terulang lagi dan dapat diselesaikan oleh pemerintah kota Depok secara baik. Saran untuk pemerintah kota Depok agar kasus seperti ini tidak dapat terulang lagi : pertama, kurangi angka kemiskinan di Kota Depok, dengan cara memberikan lapangan pekerjaan untuk masyarakat yang tingkat perekonomiannya rendah. Dengan begitu kedok Kristenisasi dengan jalan bakti social tidak akan terjadi. Kedua, cepat tanggap dalam menangani kasus seperti ini. Jangan memperlambat proses penyelesaian. Saran untuk FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) : pertama, tidak melihat persoalan dari satu sisi saja. Karena didalam kepengurusab FKUB terdiri dari 6 agama, lebih baik semua persoalan dipecahkan dengan bersama-sama. Kedua, agar semua kasus yang terjadi di Depok dapat terselesaikan dengan damai tanpa ada kekerasan. Karena tujuan FKUB adalah menciptakan masyarakat yang aman, tentram dan hidup rukun walaupun berbeda agama. Seperti Bhinneka Tunggal Ika, Berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan. Sedangkan saran untuk masyarakatnya sendiri adalah : pertama, perlunya pendidikan keagamaan sejak dini, agar nilai-nilai agama dapat tertanam kuat dalam diri setiap individu sehingga tidak mudah terbujuk untuk berpindah keyakinan. Dan jangan gampang terbujuk oleh sesuatu yang dapat merugikan dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA Abdul, Dr. Hasan, Rauf ,M. el-Badawiy dan Ghirah, Dr. Abdurrahman, Orientalisme dan Misionarisme Menikung Pola Pikir Umat Islam, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2007 Alwasilah, Chaedar, Pokoknya Kuantitatif : Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian, Jakarta : Pustaka Jaya, 2002 Aritonang, Pdt. Dr. Jan S., Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam Di Indonesia, Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia, 2005. Berry, David, Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995 Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 1996 Deedat, Abu, Syihab MH, Membongkar Gerakan Pemurtadan Umat Islam Dokumen Kristenisasi, Jakarta : Pustaka Tazkia Az-Zahra, 2006 de Vries, J.W., Jakarta Tempo Doeloe, Jakarta : Pustaka Antar Kota, 1989 Djamhur, Baharuddin Ibrahim, Syamsul Yakin, Jejak Langkah Islam Di Depok, Kembali Ke Akar Sejarah Kembali Ke Sumber Syariah, Depok : Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Depok, 2007 Edisi Revisi Djamhur, et al., Depok Bihari Depok Kiwari, Depok, 1985 Djamhur, ”Sekilas Sejarah Depok”, Buletin Info Depok edisi khusus, Depok : 1993 Hendropuspito, Sosiologi Agama, Yogyakarta : Kanisius, 1984 Heuken, Adolf, Ensiklopedia Gereja Vol.III, Jakarta : Yayasan Cipta Loka Caraka, 1993 Heuken, Adolf, Sejarah Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta, Jakarta : Yayasan Cipta Loka Caraka, 1997 Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996 J. Maloeng, Lexy, Metode Penelitian Kuantitatif, Bandung : PT. Rosda Karya, 2000 Kuper, Adam, dan Kuper, Jessica, Ensiklopedia Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2000 Narwoko, J. Dwi, dan Suyanto, Bagong, Sosiologi : Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2007 Nazir, Mohammad, Metode Penelitian, Jakarta : Galia Indonesia, 1999 Ramadhan, K.H., Bang Ali, Demi Jakarta (1966-1977), (Jakarta : Pusaka Sinar Harapan, 1992), Cet. Ke-1, hal. 366 Saidi, Ridwan, Profil Orang Betawi, Asal Muasal, Kebudayaan dan Adat Istiadatnya, Jakarta: PT. Gunara Kata, 2001 Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002 Suprayogo, Imam, dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosiologi Agama, Bandung : Rosda Karya, 2001 Media Cetak dan Media Elektronik : Jonathan, Fanny, Poyk, ”Ciri Khas Depok Hampir Musnah”, Suara Pembaruan (Jakarta), 5 Juli 1990 Jonathan, Fanny, ”Ciri Khas Depok Hampir Musnah”, Suara Pembaruan N, Arale, sejarah Kristenisasi di Indonesia”, http://www.cibuak.net, Pasaribu, Ellis, ”Cornelis Merenungkan Nasib Pribumi Depok Yang Tertindas (1)”, Suara Pembaruan (Jakarta), 24 April 2000
Pasaribu, Ellis,”Perbudakan di Depok dihapuskan pada 1860 (2)”, Suara Pembaruan (Jakarta), 25 April 2000 Prajoko, Didik, dan Ade Iva Murti, ”Otonomi Depok Hanya Hiasan Kertas”, Suara Pembaruan (Jakarta), 2 April 1993 Radjutuga, Dr. Ferdinand,”Agama Kristen di Indonesia, Sebuah Sejarah Singkat : (4) Gereja-gereja Indonesia pada abad 20”, http://members.chello.at/kkiawina/indonesisch/christentum_in_indonesien. htm. Tri Widiantoro, Bagus,”Provisialisasi Eropa dalam Budaya Kristen di Indonesia”, http://jbmd.info/2007/12/17/provisialisasi-eropa-dalam-budaya-kristen-diindonesia/, Yons, Ar dan Manuswara, ”Menyongsong Peresmian Kota Administratif Depok”, Sinar Harapan, 17 Maret 1982 “Gambaran Umum Kondisi Daerah”, www.depok.go.id., Februari 2009 ”Geger Kristenisasi di Depok”, www.hidayatullah.com, , Januari 2007 ”Ensiklopedia Indonesia Edisi Khusus”, Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1992 ”Pola-Pola Pemurtadan Kaum Domba”, http://www.cybermq.com/index.php?forum/lihat_isi/1/2/2124. Lembaga Penelitian Dan Pengkajian Islam (LPPI), “Kristenisasi dan KejahatanKejahatannya”, http://www.perpustakaan-islam.com. Peraturan pemerintah Daerah Kota Depok Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah DKI Jakarta, Jakarta : Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah, 1978 Undang-Undang Dasar tahun 1945 ”Kami Semua Orang Indonesia”, Jakarta : Suara Pembaruan Pemerintah Tingkat II Bogor, Sejarah Perjuangan di Kabupaten II Bogor (19421949), Bogor : 1986 ”Menjelang 1 tahun, Kotif Depok Mulai Membangun”, Suara Pembaruan (Jakarta), 28 Februari 1983 ”Kami Semua Orang Indonesia”, Suara Pembaruan, diterbitkan pada tanggal 31 Maret 2003. ”Sosialisasi Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri”, www.google.co.id. Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor : 9 Tahun 2006 /Nomor : 8 Tahun 2006, Depok : Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Depok, 2008 Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri. “Laporan FKUB Kota Depok (Maret-Agustus 2007)”, Depok : FKUB Kota Depok, 2007 “Setahun FKUB Kota Depok”, Depok : FKUB Kota Depok, 2008 Wawancara : Hadjiry, Farid, Wawancara pribadi, Margonda, Depok, 17 Mei 2008. Idris, Abdy, Wawancara pribadi, Margonda, Depok, 17 Mei 2008. Iis, salah satu korban, Wawancara pribadi, Kampung Lio, 13 Agustus 2008. Maryatul, salah satu korban, Wawancara pribadi, Kampung Lio, 13 Agustus 2008. Mulyana, Endang, Wawancara pribadi, Margonda, Depok, 19 April 2008.
Mulyana, Endang, Wawancara pribadi, Kampung Lio, Depok, 9 Agustus 2008. Pranoto, Masdun, Wawancara pribadi, Margonda, Depok, 19 April 2008. Suhono, Djoko, Wawancara pribadi, Margonda, Depok, 24 Mei 2008.
Lampiran
Kronologis Kejadian Tentang Reaksi Dugaan Pemurtadan 72 Anak Dari Rumah Singgah Bina Tulus Hati NO
HARI/TANGGAL
KEJADIAN
WAKTU 1
Selasa, 26 Desember 2006 (14.00 – 21.00 WIB)
72 anak dari Rumah Singgah Bina Tulus Hati
dibawa
ke
Gereja
Bethel,
Jl.
Kebahagiaan Depok II. 2
Selasa, 26 Desember 2006 (22.00 – 04.00 WIB)
Terjadi
kemarahan
masyarakat
atas
kejadian tersebut, dan ditangani oleh Polsek Pancoran Mas.
3
Kamis, 28 Desember 2006 (20.00 – 22.00 WIB)
Pembentukan
Tim
Independent
Anti
Pemurtadan (TIAP), di Masjid At-Taqwa (RW 013) yang dihadiri oleh tokoh ulama, tokoh masyarakat, dan ormas-ormas Islam.
4
Sabtu, 30 Desember 2006 (09.00 – 10.00 WIB)
TIAP
menanyakan
kelanjutan
kasus
tersebut ke Polres Depok, ternyata Bapak Sugito sudah dibebaskan, karena dianggap tidak ada laporan dari saksi korban, padahal sudah beberapa saksi korban di BAP oleh Polsek Pancoran Mas.
5
Minggu, 31 Desember 2006 Pertemuan (16.00 – 21.00 WIB)
Investigasi
di
Masjid
Baiturrahman (RW 019) yang dihadiri oleh pengurus masjid, Tim TIAP, Tim pencari fakta (majalah Sabili. DDII Kota Depok, FPI Kota Depok, HTI Kota Depok dan saksi-saksi korban)
6
Selasa, 2 Januari 2007
Konsolidasi dalam rangka mempersiapkan
(20.00 – 22.00 WIB)
tuntutan ke kepolisian, di Masjid At-
Taqwa (RW 013) yang dihadiri oleh tokoh ulama. 7
Kamis, 4 Januari 2007 (09.00 – 11.00 WIB)
Dialog Tim TIAP dan Ormas Islam dengan Kasat
Reskrim
sehubungan
dengan
pengajuan tuntutan tersebut. 8
Kamis, 4 Januari 2007
Tim TIAP Dan Ormas Islam Mengajukan
(19.00 – 22.00 WIB)
Tuntutan Berdasarkan UU Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 Bab XII Pasal 86 ke bagian Yanmas Polres Depok.
9
10
Senin s/d Jum’at
Pemanggilan saksi korban I, tanpa di
(8 s/d 12 Januari 2007)
dampingi pengacara.
Sabtu, 13 Januari 2007
Tim TIAP dan Ormas Islam meminta
(08.00 – 10.00 WIB)
aparat kepolisian untuk memanggil Sugito dan aktor Intelektual.
11
Minggu, 14 Januari 2007 (09.00 – 11.00 WIB)
Rapat
pembentukan pengurus
Rumah
Singgah yang baru dengan difasilitasi oleh FKAU RW 019, bertempat di Rumah Singgah.
12
13
Senin s/d Jum’at
Pemanggilan saksi korban II, dengan
(15 s/d 19 Januari 2007)
didampingi Tim Pengacara dari BKPRMI.
Senin s/d Jum’at
Pengurus Rumah Singgah yang baru
(15 s/d 19 Januari 2007)
menyelesaikan sekitar 30 % tunggakan sekolah
dari
anak-anak,
ke
sekolah
masing-masing. 14
Senin, 5 Februaru 2007 (20.00 – 23.00 WIB)
Rapat
persiapan
Demonstrasi
Damai
didepan Polres Depok yang dihadiri oleh ormas-ormas Islam (Tim TIAP, FPI, DDII, Formasi, HTI, NU, dll), bertempat di kantor MUI Depok.
15
Jum’at, 9 Februari 2007
Pertemuan klarifikasi antara MUI dengan
(20.00 – 22.00 WIB)
Nasrani, yang difasilitasi oleh Pemkot Depok dan Polres Depok tanpa disertai Tim TIAP dan Ormas-ormas Islam yang
sedang menangani kasus tersebut. 16
Sabtu, 10 Februari 2007
Demonstrasi Damai didepan Polres Depok
(09.00 – 11.30 WIB)
untuk mengusut tuntas secara hukum kasus tersebut, dan Kapolres berjanji akan mengusutnya.
17
Sabtu, 24 Februari 2007
Pertemuan Tim TIAP dengan TPM yang
(09.00 – 11.30 WIB)
dipimpin oleh Bapak Achmad Mihdan, dan siap menjadi tim pengacara kasus ini, bertempat di kantor TPM.
18
Sabtu, 24 Februari 2007
Pertemuan persiapan somasi ke Polres
(14.00 – 17.30 WIB)
Depok dan DPRD Kota Depok yang dihadiri oleh MUI Depok, DPW FPI Depok,
HTI
Depok,
DDII
Depok,
Arimatea Depok, Tim TIAP, Tim Pembela dari BKPRMI dan TPM. Bertempat di KBIH Al Idrus. 19
Maret 2007
Tim
Independent
Anti
Pemurtadan
membahas / membawa masalah ini ke FKUB 20
Sabtu, 14 Juli 2007
FKUB memeberikan surat rekomendasi
(14.00 – 18.00 WIB)
kepada TIAP yang terkait tentang kasus tersebut
BERITA WAWANCARA
DENGAN PERWAKILAN FKUB Nama Usia Jenis Kelamin LB Pendidikan
: Endang Mulyana : 34 tahun : Laki-laki : Sarjana
1. Bagaimana latar belakang keagamaan, sosial dan ekonomi anda ? Jawab : Saya lahir dari keluarga dengan pemahaman agama yang moderat dan mendapatkan anugerah dari Allah SWT berupa legitimasi dan legitimasi masyarakat sebagai tokoh masyarakat. Dalam keseharian saya habiskan di kantor sebagai Asisten Manager di sebuah perusahaan swasta di bidang property. 2. Dalam ajaran anda (agama yang dianut) apakah tindak kekerasan atas nama agama diperbolehkan atau tidak ? alasannya ? Jawab : Tindak kekerasan dengan atas nama apapun tidak dapat dibenarkan dan tidak ada ruang dalam agama Islam (karena saya muslim) karena Islam diturunkan Allah tidak dengan pendekatan kekerasan dan dalam pengembangan ajaran Islam disebarkan dengan pendekatan persuasif profesional. 3. Bagaimana anda menanggapi hal tersebut ? Jawab : Menanggapi maraknya tindak kekerasan dengan mengatasnamakan agama harus dilihat dari sebab musababnya dan menilainya secara objektif. Bagi sebagian orang dianggap bahwa tindak kekerasan dipandang sebagai tindakan efektif untuk menegakkan supremasi hukum melawan kezoliman dan atau ketidak adilan. Bagi saya, tindak kekerasan dengan motivasi apapun apabila masih dapat dihindari, hendaknya dihindari. 4. Bagaimana peran FKUB dalam menghadapi kasus seperti ini ? Jawab : Spektrum FKUB sebagai institusi keummatan yang didalamnya merupakan representasi pelbagai tokoh agama diharapkan dapat memberikan teladan dan pencerahan kepada masyarakat dalam rangka mengantarkannya kepada pemahaman agama yang diyakininya dengan benar. 5. Upaya apa saja yang sudah FKUB lakukan ? Jawab : a. sosialisasi konsep-konsep dalam melakukan pemeliharaan kerukunan umat beragama dalam bingkai negara NKRI. b. Pendekatan persuasif profesional kepada masyarakat / wilayah yang memiliki potensi konflik, baik karena masalah kelembagaan maupun keagamaan. 6. Bagaimana implementasinya ? Jawab : a. Dengan mengadakan seminar, diskusi dengan konsep kerukunan b. Dialog dengan pemuka agama
c. Mengadakan kegiatan / acara yang melibatkan semua unsur agama. 7. Efektif apa tidak ? dan bagaimana action plan nya ? Jawab : Tingkat keefektifannya sangat bergantung kepada kesungguhan para tokoh masyarakat untuk membina kerukunan umat beragama. Dalam action plannya dapat dilaksanakan secara berkala. 8. Apa kendala dan hambatan yang dihadapi ¿ Jawab : Yang paling mendasar adalah sisi finansial, karena sekalipun itu bukan masalah utama tapi sangat mendasar. Terkadang pemerintah rela anggarkan dana besara untuk kegiatan yang bersifat kesenian / olahraga sekalipun hal itu penting, tapi stabilitas keberagamaan masyarakat sangat urgen. 9. Bagaimana fakta yang terjadi menurut pengamatan anda terhadap kasus ”Kristenisasi” yang menghebohkan kota Depok ini ¿ Jawab : Faktanya sangat menyedihkan, disaat umat Islam sedang membangun toleransi kepada umat lain, justru dimanfaatkan untuk melakukan propaganda Kristenisasi. 10. Solusi yang ditawarkan oleh FKUB ? Jawab : Menghimbau kepada semua pihak untuk bersifat jujur dan mengedepankan toleransi yang tinggi, dengan tetap menjaga kerukunan dan tidak berbuat yang akan mengundang kecurigaan agama lain.
Depok, 19 April 2008 Hormat Saya,
(Endang Mulyana)
BERITA WAWANCARA DENGAN PERWAKILAN FKUB Nama Usia Jenis Kelamin
: Masdun Pranoto : 67 tahun : Laki-laki
LB Pendidikan (1968)
: Fakultas Publisistik Universitas Ibnu Chaldun Jakarta
1. Bagaimana latar belakang keagamaan, sosial dan ekonomi anda ? Jawab : Saya berasal dari keluarga muslim tradisional yang tergolong taat, hidup dalam kondisi sosial yang memprihatinkan. Sisi ekonominya menuntut perjuangan keras untuk bisa bertahan dalam hidup pas-pasan. Kenyataan itu mendorong orangtua mengirim saya ke Lembaga Pendidikan Guru dengan harapan kelak hidup layak. Namun ijazah Pendidikan Guru Agama Atas Negeri ditambah 1 tahun training centre, di tahun 1960-an ternyata tidak menjamin. Yang nampak hanyalah fatamorgana. Hidup layak apalagi memadai Cuma ada dalam mimpi. Itulah tantangan yang menjemput langkah pertama saya menapaki kehidupan nyata masyarakat. Itu pula yang kemudian membuat saya cepat melakukan alih profesi dari dunia pendidiakn ke dunia yang belum terpikirkan. Tekad kuat berhasil menerobos dunia kewartaan yang mengantar saya ke cakrawala baru. Pondasi keagamaan dan keteladanan orangtua menjadi pijakan kokoh mengarungi samudera kehidupan yang sarat misteri. Termasuk sisi ekonominya. 2. Dalam ajaran anda (agama yang dianut) apakah tindak kekerasan atas nama agama diperbolehkan atau tidak ? alasannya ? Jawab : Ajaran Islam tidak memperbolehkan tindak kekerasan, karena ia diturunkan sebagai rahmat bagi manusia dan alam seisinya. Sabar, jujur, santun, arif bijaksana dan sifat-sifat terpuji lainnya merupakan cerminan perilaku akhlak mulia yang menjadi misi penting kenabian Muhammad SAW. Islam melarang tindak kekerasan dalam bentuk apapun. 3. Bagaimana anda menanggapi hal tersebut ? Jawab : Tidak ada tempat bagi pelaku tindak kekerasan yang mengatasnamakan Islam. Tidak ada toleransi terhadap tindak kekerasan yang melecehkan agama samawi yang suci.
4. Bagaimana peran FKUB dalam menghadapi kasus seperti ini ? Jawab : Keberadaan FKUB diatur oleh tuntutan kebutuhan yang tertuang dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 9 dan 8 tahun 2006. Lembaga ini dikawal oleh para tokoh dan pemuka agama dengan misi jelas, yakni membangun toleransi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, turut mengkondisikan terciptannya kerukunan antar umat beragama dalam semua aspek kehidupan. Perannya jelas tetapi tidak
operasional. Ormas keagamaan dari masing-masing majlis agama yang bergerak di lapangan 5. Upaya apa saja yang sudah FKUB lakukan ? Jawab : FKUB Kota Depok baru berdiri Maret 2007 yang keberadaannya diatur oleh Undang-Undang (cek Peraturan Bersama). Karena itu upaya-upaya yang telah dilakukan bersifat normatif dengan mempertimbangkan realitas yang berkembang. 6. Bagaimana implementasinya ? Jawab : Implementasinya dengan memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Kota untuk mengambil langkah-langkah tegas, tepat dan penuh kearifan. FKUB Kota Depok mempunyai hubungan konsultatif dengan Pemerintah Kota. 7. Efektif apa tidak ? dan bagaimana action plan nya ? Jawab : Sejauh ini cukup efektif, alhamdulillah. Action plan FKUB Kota Depok digodog melalui musyawarah-musyawarah pleno. 8. Apa kendala dan hambatan yang dihadapi ¿ Jawab : Kalau boleh disebut kendala adalah ragam persepsi dalam FKUB terkait latar belakang pendidikan, sub kultur dan organisasi dari mana yang bersangkutan berasal. Hambatan yang muncul adalah egoisme yang sesekali mewarnai komunikasi dalam forum-forum pertemuan. 9. Bagaimana fakta yang terjadi menurut pengamatan anda terhadap kasus ”Kristenisasi” yang menghebohkan kota Depok ini ¿ Jawab : Sulit bagi saya memberikan jawaban tanpa dukungan data akurat dan fakta yang valid. Kehebohan yang disebutkan dalam pertanyaan itu menurut saya lebih cenderung sebagai berita sensasi yang sarat prasangka dan mengandung potensi konflik, sekurang-kurangnya menjadi stempel buruk bagi pihak terkait. Mengapa ¿ pihak-pihak yang terkait ternyata tidak tuntas menyelesaikan masalahnya dan ini menjadi pertanyaan misterius. Kesimpulannya, batasan ”Kristenisasi” harus jelas dan ilmiah, bersifat universal, bisa diterima dari perspektif mana pun. 10. Solusi yang ditawarkan oleh FKUB ? Jawab : a. Semua pihak dalam masyarakat saling menghargai dan saling peduli terhadap keberadaan pihak lain, secara fungsional dan proporsional (sesuai dengan tugas, peran, posisi dan profesi masing-masing) sepanjang tidak terbukti ada upaya sengaja merugikan pihak lain. b. Bersama-sama mengembangkan komunikasi dan interaksi yang sehat dan penuh toleransi (tidak egoistis, memaksakan kehendak dan mau benar sendiri).
c. Antar pihak melakukan klarifikasi dengan pendekatan kekeluargaan apabila muncul masalah rawan yang mengandung potensi konflik. d. Tidak mengintervensi (memasuki wilayah urusan) pihak lain. e. Berlaku wajar, terbuka dan jujur.
Depok, 19 April 2008 Hormat Saya,
(Masdun Pranoto)
BERITA WAWANCARA DENGAN PERWAKILAN FKUB Nama Usia Jenis Kelamin LB Pendidikan
: J B Djoko Suhono : Solo,16 September 1955 ( 52 tahun) : Laki – laki : S1 ( Pendidikan )
1. Bagaimana latar belakang keagamaan, sosial dan ekonomi anda ? Jawab : Beragama Katolik, aktif sebagai Prodiakon (orang awam, yg bertugas menggantikan tugas Pastor, dalam Liturgi Non Sakramental), Ketua Bidang
HAK (Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan), Paroki ST Herkulanus, Keuskupan Bogor. Masih Aktif bekerja di Perusahaan Swasta Nasional, sebagai Training Manager. 2. Dalam ajaran anda (agama yang dianut) apakah tindak kekerasan atas nama agama diperbolehkan atau tidak ? alasannya ? Jawab : Tindak kekerasan atas nama Agama adalah sesuatu yang dilarang, karena Ajaran Utama Agama Adalah mencintai sesesama,bukan melukai. Bahkan terhadap yang dianggap musuh. “ Kasihilah musuhmu, berbuat baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu, berdoalah bagi orang yang mencaci kamu” (LUKAS 6 :27-28) 3. Bagaimana anda menanggapi hal tersebut ? Jawab : Saya sangat setuju, bahwa kita harus menyayangi semua ciptaan Sang Pencipta, manusia adalah ciptaan-Nya. Saya mengaku beriman sejauh mana, saya mampu mencintai Sang Pencipta dan semua mahluk ciptaan-Nya 4. Bagaimana peran FKUB dalam menghadapi kasus seperti ini ? Jawab : FKUB sebaiknya berperan sbb: a. Sebagai Contoh/Teladan kerukunan dalam kehidupan orang-orang beriman. b. Sebagai ajang saling mengenal antar umat beragama / apapun agama dan keyakinannya. c. Sebagai Pelaksana langsung PBM No. 9 & 8, Menteri Agama – Menteri Dalam Negeri. d. Sebagai Pemecah Masalah, bila ada kesalahpahaman antar umat beragama, dengan adil dan tanpa memihak e. Mengutuk dengan keras, setiap tindak kekerasan atas nama agama.
5. Upaya apa saja yang sudah FKUB lakukan ? Jawab : Sebenarnya sudah banyak upaya yang diupayakan,diantaranya menciptakan Dialog.
sedang
dan
akan
6. Bagaimana implementasinya ? Jawab : Implementasinya memamg belum sepenuhnya bisa, tapi usaha-usaha pribadi anggota, maupun organisasi sudah kearah yang benar. 7. Efektif apa tidak ? dan bagaimana action plan nya ? Jawab : Cukup efektif, sedang digarap bersama.
8. Apa kendala dan hambatan yang dihadapi ? Jawab : Hambatan dan kendala memang masih banyak, misalnya : a. Konsolidasi organisasi belum tuntas b. Pemahaman yang sama tentang PBM belum 100 % c. Dukungan Pemkot belum memadai d. Sikap , cara pandang belum sepenuhnya sesuai. 9. Bagaimana fakta yang terjadi menurut pengamatan anda terhadap kasus ”Kristenisasi” yang menghebohkan kota Depok ini ? Jawab : Kristenisasi sebenarnya kadang hanya imajiner. Sama hal kalau saya dulu Timor Timor takut isu Islamisasi, kalau .saya di Bali ada isu Islamisasi dan Kristenisasi. Dan Strategi penginjilan modern sudah berbeda dengan dulu. Jika 72 anak dibawa ke gereja untuk Natalan, itu bukan salah satu cara Kristenisasi, tapi kreativitas yg kurang cerdas anak-anak muda Kristen. Saya tahu persoalannya, karena waktu itu terjadi saya menjabat SEKUM FKKUKD (Forum komunikasi dan kerjasama umat kristiani Depok). Tapi memang Monde (Monitor Depok) ”berhasil” membesarkan persoalannya. 10. Solusi yang ditawarkan oleh FKUB ? Jawab : a. Diadakan dialog yang teratur dan melibatkan banyak pihak, karena dari sisi kaum Kristiani sendiri ada : Katolik ( yang berpusat di Roma), Kristen Protestan (yang terdiri dari puluhan aliran). Hal inipun perlu pemahaman sendiri (jika masih ada diantara mereka yang melakukan langkah-langkah penginjilan dengan metode lama adalah menjadi kesulitan kita bersama). Pada sisi lain saling mengenal antar pribadi ( orang yang beriman, sesuai keyakinannya) sangat membantu dalam pemahaman yang keliru menjadi benar. b. Sosialisasi PBM c. Jalankan secara konsisten. d. Baik umat Islam maupun Kristiani harus saling mengenal dalam arti yang sesungguhnya, dan disadarkan secara edukatif melalui para tokohnya, bahwa kita semua adalah anak kandung bangsa, dan bangsa kita sangat menghormati toleransi antar umat beragama, bahkan sejak zaman Majapahit Raya.
Depok, 24 Mei 2008 Hormat Saya,
(J.B. Djoko Suhono)
BERITA WAWANCARA DENGAN PERWAKILAN FKUB Nama Usia Jenis Kelamin LB Pendidikan
: Farid Hadjiry : 58 tahun : Laki-laki : S2
1. Bagaimana latar belakang keagamaan, sosial dan ekonomi anda ? Jawab : Saya terpilih sebagai ketua FKUB Depok periode 2007-2012, dalam Muskot (Musyawarah Kota) FKUB bulan Maret 2007 di Kantor Walikota, yang dihadiri oleh perwakilan 6 agama di Indonesia. Saya dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Depok sebagai salah satu ketua. Saya karyawan Departemen Agama, sekarang sebagai Dosen UIN (Universitas Islam Negeri) Jakarta diperbantukan di STEI (Sekolah Tinggi Ekonomi Islam) SEBI (Syariat Economic Banking Institut) Ciputat. 2. Dalam ajaran anda (agama yang dianut) apakah tindak kekerasan atas nama agama diperbolehkan atau tidak ? alasannya ? Jawab :
Ajaran agama apapun umumnya tidak ada yang membenarkan tindak kekerasan. Khususnya dalam ajaran Islam yang saya peluk, tidak membenarkan kekerasan kecuali dalam peperangan untuk membela agama Islam yang diperangi. Islam mengajarkan pembalasan yang setimpal (Qishas). Islam juga mengajarkan untuk melawan agresi musuh, seperti Yahudi Israel menyerang Palestina, itu juga harus dilawan dengan kekerasan, disamping harus ada upaya lain seperti perdamaian. Bahkan dalam melaksanakan tugas ”Amar ma’ruf Nahi Munkar” juga ada proses dan tahapannya, memerangi kemungkaran serta wewenang dan tugas siapa, misalnya aparat, awam, tidak boleh melakukan kekerasan. Sedangkan tugas da’wah, penyiaran agama pada hakekatnya adalah juga tugas dan misi semua agama. Setidak-tidaknya agama Islam dan setahu saya agama Kristen yang memproklamirkan sebagai agama da’wah / misioner dan universal. Persoalannya adalah cara yang bagaimana yaitu yang bijaksana dan penuh hikmah yang harus dilakukan oleh agamaagama tersebut. 3. Bagaimana anda menanggapi hal tersebut ? Jawab : Cara yang bijaksana inilah yang harus difahami dan disepakati semua agama agar tidak terjadi benturan antar agama dalam tugas da’wah atau menyampaikan agama masing-masing. 4. Bagaimana peran FKUB dalam menghadapi kasus seperti ini ? Jawab : FKUB berusaha jangan sampai terjadi benturan antar agama baik karena kesalahan cara mendakwahkan atau menyampaikan misi agama atau benturan akibat kesalahpahaman karena tidak memperhatikan hal-hal yang dianggap sensitif oleh agama-agama. 5. Upaya apa saja yang sudah FKUB lakukan ? Jawab : Yang dilakukan FKUB adalah memberikan sosialisasi kepada umat beragama. Perlunya menjaga kerukunan umat beragama dan juga pembinaan kepada umatnya masing-masingdilakukan antara lain oleh fungsionarisnya dari 6 agama yang ada di Indonesia yang diwakili di FKUB. 6. Bagaimana implementasinya ? Jawab : Sosialisasi juga diadakan oleh kantor Kesbang Linmas di kecamatankecamatan di Depok, dan pimpinan FKUB menjadi nara sumbernya. 7. Efektif apa tidak ? dan bagaimana action plan nya ? Jawab : Mungkin efektif, buktinya setidak-tidaknya selama periode saya tidak terjadi tindak kekerasan yang cukup berarti, tidak terjadi kerusuhan seperti di Poso. 8. Apa kendala dan hambatan yang dihadapi ? Jawab :
Hambatannya, karena sosialisasi kadang-kadang sangat tergantung dengan anggaran, makanya kalau dapat dilaksanakan sosialisasi tanpa harus tergantung narasumber sepanjang kami masih mampu. 9. Bagaimana fakta yang terjadi menurut pengamatan anda terhadap kasus ”Kristenisasi” yang menghebohkan kota Depok ini ? Jawab : Kalau ”Kristenisasi” yang anda maksud adalah yang ditulis oleh Hidayatullah.com yaitu anak-anak muslim / TPA yang dibawa jalan-jalan oleh seorang yang bernama Sugito dan dibawa ke Gereja Bethel Depok, menurut saya, hal itu termasuk kecerobohan yang tidak boleh terulang kembali. Karena berda’wah atau menyampaikan misi harus dengan cara penuh hikmah dan bijak dan tidak ada pemaksaan dan bujukan. Membawa anak-anak muslim/TPA ke Gereja bukan suatu tindakan yang bijak bahkan termasuk ”kasus” dan ceroboh. Hal tersebut memicu masyarakat kampung Lio Depok menjadi marah, dan Tim Anti Pemurtadan mengirimkan surat kepada FKUB Depok. 10. Solusi yang ditawarkan oleh FKUB ? Jawab : Karena ada surat masuk ke FKUB tentunya oleh pengurus FKUB hal tersebut ditanggapi dengan baik dalam rapat-rapat yang diadakan secara rutin di kantor FKUB. Setelah FKUB membahas masalah tersebut maka FKUB memberi jawaban atau tanggapan kepada Tim Independen Anti Pemurtadan No : 007/BFKUB/VII/2007, tanggal 28 Juli 2007, yaitu bahwa FKUB Kota Depok dapat memahami dan menghargai upaya warga masyarakat Kampung Lio untuk menuntaskan kasus tersebut. Bahwa dari dua kali pertemuan Tim FKUB dengan pihak Polres Metro Depok tanggal 2 dan 27 Juli 2007 diperoleh penjelasan bahwa sesuai ketentuan Undang-undang, Polres Metro Depok telah melakukan pemeriksaan terhadap 13 dari 15 saksi. Namun hingga kini belum ditemukan bukti kuat secara hukum untuk menetapkan tersangka dan telah dikeluarkan surat pengembangan penyelidikan. Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas, FKUB kota Depok mendukung upaya-upaya Tim Independen Anti Pemurtadan yang dapat membantu penyelesaian masalah tersebut secara tuntas dengan memperhatikan ketentraman dan ketertiban umum serta menghindari terjadinya hal-hal yang dapat mengganggu kerukunan umat beragama di Kota Depok, khususnya di lingkungan masyarakat kampung Lio. Kedepan agar tidak terjadi hal-hal tersebut yang bisa mengarah kepada anggapan Kristenisasi, saya menawarkan kedepan solusi sebagaimana pernah ditulis oleh Pdt. Dr. Jan Aritonang dalam bukunya yang berjudul Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia. Yaitu : pertama, pemahaman tentang Injil dan panggilan untuk memberitakan Injil; kedua, umat Kristen perlu menjaga jatidiri (identitas), tanpa harus melecehkan agama atau umat beragama lain. Kaum Muslim lebih menghargai orang Kristen yang tetap jelas identitasny, ketimbang yang memerliharkan watak kompromistis dan munafik. Ketiga, kiranya umat Kristen benar-benar mempertimbangkan perasaan umat Islam ketika hendak mendirikan rumah ibadah. Keempat, kiranya umat Islam
tidak membiasakan diri menyebut umat Kristen sebagai minoritas. Kelima, menyangkut pembangunan atau pengadaan tempat ibadah, kiranya umat Islam juga bersikap wajar. Keenam, kiranya kedua umat beragama ini (Islam dan Kristen) berlomba-lomba mengungkapkan keberagamaannya secara kontekstual dan tidak terus-menerus mengikatkan diri secara kaku dengan tradisi dan warisan, entah dari Barat ataupun dari Timur Tengah. Ketujuh, kiranya didalam kedua umat ini terus terbangun kesediaan untuk mengakui keterbatasan masing-masing dalam hal agama, bahkan dalam memahami wahyu, firman dan kehendak Tuhan Allah. Dengan demikian bisa membebaskan diri dari sikap memutlakkan. Kedelapan, kiranya masingmasing pihak tidak terus-menerus membenarkan diri dalam setiap permasalahan.
Depok, 17 Mei 2008 Hormat Saya,
(Farid Hadjiry)
KESAKSIAN SISWA RUMAH SINGGAH BINA TULUS HATI KORBAN USAHA PEMURTADAN Nama Umur Sekolah Pekerjaan Ortu Penanya Iis Penanya Iis Penanya Iis
Penanya Iis Penanya Iis Penanya Iis Penanya Iis Penanya Iis Penanya Iis Penanya Iis Penanya Iis Penanya Iis Penanya Iis Penanya Iis Penanya Iis Penanya Iis Penanya Iis Penanya
: Iis : 15 Tahun (pada saat kejadian umur 12 tahun) : SMA Yapemri Depok : Pedagang Kecil
: ”Naik apa kesana ?” : ”Naik Bis” : ”Bis apa ?” : ”Bis Metromini” : “Dibawa kemana ?“ : “Pak Gito bilangnya ke gedung nggak bilang ke gereja, bilangnya mau ke rumah singgah yang lain, eh... pas sampe disana tau-tau dibawa ke gereja“ : “Gereja apa namanya ?“ : “Gereja Bethel“ : “Dimana?“ : “Di Depok II“ : “Tahu jalannya nggak ?” : “Nggak tau” : “Disana ngapain aja ?” : “Pertama diajakin duduk, terus nyanyi-nyanyi” : “Nyanyi apa ?” : “Nyanyi Tuhan Yesus, Puji Yesus” : ”Nyanyinya bareng-bareng ?” : ”Iyah” : ”Ada yang mimpin ?” : ”Ada” : ”Siapa ?” : ”Ibu-ibu, yang jelas bukan pendeta” : ”Pake kerudung ?” : ”Nggak” : ”Nyanyi nya sambil duduk ?” : ”Nggak..... Berdiri” : ”Bisa dihafalin nggak lagunya ?” : ”Dia lahir untuk kami, dia mati bagi kami, dia raja diatas semua raja” : ”Setelah nyanyi trus kamu disuruh apa ?” : ”Berdoa” : ”Berdoa gimana, yang mimpin siapa ?” : ”Yang mimpin Pendeta” : ”Yang mimpin ada berapa orang ?” : ”Mungkin ada dua” : ”Semuanya berjumlah 72 (koban), yang laki-laki berapa, yang perempuan berapa ?”
Iis Penanya Iis Penanya Korab Penanya Iis Penanya Iis Penanya Iis Penanya Iis Penanya Iis Penanya Iis
Penanya Iis Penannya Iis Penanya Iis
Penanya Iis Penanya Iis Penanya Iis Penanya Iis Penanya Iis Penanya Iis Penanya Iis
: ”Perempuan 20 (dua puluh), ehh.... perempuan berapa (berusaha bertanya kepada temannya), nggak tahu deh, pokoknya banyak” : ”Pakai jilbab ke gereja nggak ?” : ”Nggak” : ”Waktu ke gereja disuruh copot ?” (jilbab) : ”Dari rumah suruh dicopot.... dah ibilangin pake baju bebas” : ”habis nyanyi berdoa, berdoa apa ?” : ”Berdoa..... yaitu..... : ”Intinya doa gitu, apa?” : ”Bapak ibu di surga............ : ”Bapak kami yang ada di surga.......” : ”Yah gitu.....” : ”Terus setelah itu, setelah doa-doa?” : ”Disuruh milih, suruh milih ibu-ibu diantara ibu-ibu itu” (dari komunitas gereja) : ”Ada berapa banyak ?” : ”Ibu-ibunya banyak” : ”Semuanya berapa ? banyak yah ?” : ”Kurang lebih.....” Itu disuruh ungkapin perasaan, anggap aja ibu-ibu itu sebagai ibu kita sendiri, terus anak-anak pada nggak mau jadi dia (ibu-ibu tsb) yang maju, dia maju di giniin (sambil meletakkan tangan di atas kepala Iis) : ”Pake tangan, sambil ngomong apa dia ?” : ”Sambil ngomong.... nggak, kan anka-anak pada nggak mau, pada mundur, hadi dia yang maju” : ”Waktu itu kamu berdiri apa duduk ?” : ”Berdiri” : ”Terus diapain, ibu-ibu itu ngomong apa ?” : ”Semoga Tuhan memberkati mu dan roh kudus melindungi mu. Terus dia juga bilang kaya gini :... apa nama nya,.... kamu jangan mau kalah, Tuhan kamu nggak ingin kamu kalah, Tuhan Yesus ingin kamu menang, kalu kamu ikut Tuhan kamu, kamu kalah, kalau kamu ikut Tuhan Yesus, kamu menang!!!” Tapi semuanya pada kabur” : ”Pada kabur ?” : ”Yah, pada lari” : ”Kamu dicegah?” : ”Yah, ditarik tangannya” : ”Ditarik ?” : ”Yah!!!” : ”Terus diapain ?” : ”Habis itu udah, langsung pulang” : ”Dikasih apa aja ?” : ”Dikasih baju, baju biara... kaos” : ”Dapat duit nggak ?” : ”Dapat amplop..... (dapat cek, ceknya 3 juta) Pokoknya satu orang itu RP. 60.000,: ”3 juta itu nggak dibagikan ke anak-anak ?” : ”Nggak”
Penanya Iis Penanya Iis Penanya Iis Penanya Iis
: ”Tapi kamu dibagi nggak ?” : ”Nggak” : ”Waktu selesai itu ada pesen nggak ?” ”Yang bilang nggak boleh sholat ?” : ”Itu si Putri anak TK nanya sama saya, Kak Iis habis ini boleh sembahyang nggak ? kata saya boleh” : ”Kamu shalat nggak ?” : ”Saya shalat” : ”Selain duit apa ada makanan nggak yah ?” : ”Ada, kue ama makanan nasi”
Depok, 13 Agustus 2008 Hormat Saya,
(Iis)
KESAKSIAN SISWA RUMAH SINGGAH BINA TULUS HATI KORBAN USAHA PEMURTADAN
Nama Umur Sekolah
: Maryatul Hidayah : 12 Tahun (pada saat kejadian umur 10 tahun) : SMP PGRI I Depok
Pekerjaan Ortu Penanya Atul Penanya Atul Penanya Atul Penanya Atul Penanya Atul Penanya Atul Penanya Atul Penanya Atul Penanya Atul Penanya Atul Penanya Atul Penanya Atul Penanya Atul Penanya Atul Penanya Atul Penanya Atul Penanya Atul Penanya Atul Penanya Atul Penanya Atul Penanya Atul Penanya Atul
: Pedagang Kecil
: ”Naik apa kesana ?” : ”Naik Bis” : ”Bis apa ?” : ”Bis Metromini” : “Dibawa kemana ?“ : “Ke gedung, awalnya kita kira itu cuma gedung biasa. Tapi pas liat dalemnya ternyata ada gambar salibnya, ternyata itu gereja“ : “Gereja apa namanya ?“ : “Gereja Bethel“ : “Dimana?“ : “Di Depok II“ : “Tahu jalannya nggak ?” : “Nggak tau” : “Disana ngapain aja ?” : “Awalnya sih disuruh duduk, abis itu berdiri dan disuruh nyanyinyanyi” : “Nyanyi apa ?” : “Nyanyi Tuhan Yesus, Puji Yesus gitu deh” : ”Nyanyinya bareng-bareng ?” : ”Iyah” : ”Ada yang mimpin ?” : ”Ada” : ”Siapa ?” : ”Ibu-ibu, yang jelas bukan pendeta” : ”Pake kerudung ?” : ”Nggak” : ”Nyanyi nya sambil duduk ?” : ”Nggak..... Berdiri” : ”Bisa dihafalin nggak lagunya ?” : ”udah lupa” : ”Setelah nyanyi trus kamu disuruh apa ?” : ”Berdoa” : ”Berdoa gimana, yang mimpin siapa ?” : ”Yang mimpin Pendeta” : ”Yang mimpin ada berapa orang ?” : ”Mungkin ada dua” : ”Semuanya berjumlah 72 (koban), yang laki-laki berapa, yang perempuan berapa ?” : ”nggak Atul itungin, tapi yang jelas yang dibawa itu yang masuk siang sama sore” : ”Pakai jilbab ke gereja nggak ?” : ”Nggak” : ”Waktu ke gereja disuruh copot ?” (jilbab) : ”ssebelum berangkat disuruh pake baju bebas aja” : ”habis nyanyi berdoa, berdoa apa ?” : ”Lupa” : ”Intinya doa itu, apa?” : ”Bapak ibu di surga............”
Penanya Atul Penanya Atul Penanya Atul Penanya Atul Penanya Atul Penannya Atul Penanya Atul
Penanya Atul Penanya Atul Penanya Atul Penanya Atul Penanya Atul Penanya Atul Penanya Penanya Atul
: ”Bapak kami yang ada di surga.......” : ”Yah gitu.....” : ”Terus setelah itu, setelah doa-doa?” : ”Disuruh milih, suruh milih ibu-ibu diantara ibu-ibu itu” (dari komunitas gereja) : ”Ada berapa banyak ?” : ”Ada banyak” : ”Semuanya berapa ? banyak yah ?” : ”Ga tau, pokoknya banyak” Palanya diginiin (Tangan si Ibu diletakkan di kepala korban) : ”Pake tangan, sambil ngomong apa dia ?” : ”Sambil ngomong.... nggak, kan anak-anak pada nggak mau, pada mundur, jadi dia yang maju” : ”Waktu itu kamu berdiri apa duduk ?” : ”Berdiri” : ”Terus diapain, ibu-ibu itu ngomong apa ?” : ”Semoga Tuhan memberkati mu dan roh kudus melindungi mu. Terus dia juga bilang kaya gini :... apa nama nya,.... kamu jangan mau kalah, Tuhan kamu nggak ingin kamu kalah, Tuhan Yesus ingin kamu menang, kalu kamu ikut Tuhan kamu, kamu kalah, kalau kamu ikut Tuhan Yesus, kamu menang!!!” Tapi banyak yang pada kabur” : ”Kamu ikut kabur ?” : ”Ga berani, soalnya Atul duduk paling depan. Kalau yang duduk paling belakang hampir pada kabur semua” : ”Terus diapain ?” : ”Habis itu udah, langsung pulang” : ”Dikasih apa aja ?” : ”Dikasih baju, baju biara... kaos” : ”Dapat duit nggak ?” : ”Dapat amplop..... (dapat cek, ceknya 3 juta) Pokoknya satu orang itu RP. 60.000,: ”3 juta itu nggak dibagikan ke anak-anak ?” : ”Nggak” : ”Tapi kamu dibagi nggak ?” : ”Nggak” : ”Waktu selesai itu ada pesen nggak ?” ”Enggak” : ”Selain duit apa ada makanannya?” : ”Ada, kue ama nasi”
Depok, 13 Agustus 2008 Hormat Saya,
(Maryatul Hidayah)
BERITA WAWANCARA DENGAN TIM PENCARI FAKTA Nama Usia Jenis Kelamin LB Pendidikan
: Abdy Idris : 54 tahun : Laki-laki : S1
1. Bagaimana latar belakang keagamaan, sosial dan ekonomi anda ? Jawab : LB Keagamaan : Saya seorang muslim yang taat LB Sosial : Saya menjadi anggota beberapa organisasi, diantaranya : a. MUI Kota Depok sebagai Bendahara b. FKUB sebagai Sekretaris c. Badan Koordinasi Kesejahteraan Masjid (BKKM) seKecamatan Limo sebagai Ketua Umum LB ekonomi : Saya sebagai karyawan BUMN dengan penghasilan cukup. 2. Bagaimana proses terjadinya ”kristenisasi” (yang terjadi pada 1 keluarga di kec. Limo dan kasus 72 anak TPA) di kota Depok ? Jawab : a. Untuk kasus yang terjadi pada 1 keluarga di Limo adalah atas nama keluarga Ibu Lis Asmani beserta 5 orang anaknya (Lisnawati sekolah di SMA, Devi Lisnawati sekolah di SMP, Tri Maulana, Agung Pratama dan Octaviani sekolah di SD) yang tinggal di Kampung Singkut Gg. Musholla Ar-Rahman Jl. Tiga Putra RT 003/RW 04 No. 02 Kelurahan Merayung adalah keluarga yang miskin hanya mempunyai 1 buah rumah sederhana dengan 2 kamar tidur dan ada kamar tamu. Pada awal tahun 2006 suaminya dipenjara untuk jangka waktu 5 tahun karena terlibat kasus pengedaran narkoba. Sehari-harinya dirasakan tekanan ekonomi yang begitu berat untuk memenuhi kebutuhan. Makan sehari-hari saja sudah sulit apalagi untuk biaya sekolah anak-anak ditambah lagi tidak ada tetangga yang membantu mengulurkan tangan karena eksistensi suaminya sebagai pengedar narkoba. Dalam kondisi seperti itu mereka didatangi oleh oknum Kristen yang menawarkan jasa baiknya untuk membantu mengatasi masalah ekonomi dengan memberikan uang sejumlah Rp. 2.500.000,- dalam waktu tidak begitu lama karena merasa berutang budi maka Ibu Lis yang memang pengetahuan agamanya terhadap Islam sangat minim, maka dengan mudah saja mengikuti ajakan untuk pindah agama beserta 5 orang putra-putrinya. Alhamdulillah pada tanggal 21 September 2006 mereka telah di Islamkan kembali dan sekarang dibina oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ) PLN P3B Jawa Bali. b. Untuk kasus 72 anak TPA Pada tanggal 26 Desember 2006 dalam suasana lebaran Idul Adha sekitar pukul 15.00 WIB, anak-anak SD dan SMP berkumpul di Rumah Singgah
Bina Tulus Hati di RT 013/RW 019 Kampung Lio Depok, mereka diajak jalan-jalan oleh sdr. Sugito dan teman-temannya dengan menggunakan metromini tanpa memeberitahukan kemana mereka akan dibawa. Kendaraan yang mereka tumpangi berputar-putar mengelilingi kota Depok dan terakhir mereka diturunkan di sebuah Gereja Depok pada pukul 18.30 WIB. Didalam Gereja itu mereka diarahkan kepada acara pembaptisan, beberapa anak yang sudah merasa bahwa mereka tertipu melarikan diri dari Gereja tersebut dan mereka melaporkan kepada orang tua masingmasing. 3. Mengapa hal tersebut bisa terjadi ? Jawab : Hal itu bisa terjadi karena : a. Lemahnya iman keluarga Ibu Lis b. Tekanan ekonomi c. Ketidakpekaan sosial lingkungan d. Penipuan oleh pihak misionaris. 4. Apakah ada kontradiksi info antara satu agama dengan agama lain (Islam dengan Kristen) ? Jawab : Ya ada kontradiksi antara agama Islam dan Nasrani. Karena pihak Nasrani selalu melakukan aksi sosial yang secara langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, sementara umat Islam yang nilai-nilai ajarannya terkandung adanya perintah untuk berzakat, berinfak dan bersedekah tidak dilaksanakan dengan baik. 5. Bagaimana peranan tokoh-tokoh agama di berbagai lembaga Islam yang ada di Depok terhadap kasus tersebut ? Jawab : Peranan tokoh-tokoh agama diberbagai lemabga-lembaga Islam yang ada di Kota Depok cukup memberikan perhatian yang tinggi. 6. Bagaimana solusi yang anda tawarkan agar kasus seperti ini tidak terjadi lagi ? Jawab : a. setiap keluarga agar mengawasi dan menanamkan iman yang tinggi kepada anggota keluarganya yang lain. b. Tokoh agama agar memberikan bimbingan terus-menerus kepada warganya tentang keimanan dan ancaman Kristenisasi. 7. Adakah hambatan atau kendala yang dihadapi dalam pencarian fakta untuk kasus seperti ini ? sebutkan ! Jawab : Kendalanya adalah respon dari pemerintah dan penegak hukum di Kota Depok tidak serius untuk menuntaskan kasus tersebut.
8. Selain kasus yang disebutkan diatas, apakah ada kasus-kasus lain yang senada ? Jawab : Kasus lain yang senada diantaranya : seperti pendirian TK tanpa bayar di Daerah Limo, adanya pemberian beasiswa kepada anak tidak mampu di Kelurahan Pangkalan Jati, begitu juga pendirian rumah-rumah penampungan kekerasan keluarga dan lain-lain.
Depok, 17 Mei 2008 Hormat Saya,
(Abdy Idris)
BERITA WAWANCARA DENGAN TIM PENCARI FAKTA
Nama Usia Jenis Kelamin LB Pendidikan
: Endang Mulyana : 33 Tahun : Laki-laki : Sarjana
1. Bagaimana latar belakang keagamaan, sosial dan ekonomi anda ? Jawab : Saya lahir dari keluarga dengan pemahaman agama yang moderat dan mendapatkan anugerah dari Allah SWT berupa legitimasi dan legitimasi masyarakat sebagai tokoh masyarakat. Dalam keseharian saya habiskan di kantor sebagai Asisten Manager di sebuah perusahaan swasta di bidang property. 2. Bagaimana proses terjadinya ”kristenisasi” (yang terjadi pada 1 keluarga di kec. Limo dan kasus 72 anak TPA) di kota Depok ? Jawab : Berdasarkan fakta di lapangan upaya sistematis dan terorganisir pihak-pihak tertentu untuk mendangkalkan aqidah 72 anak TPA berawal dari penawaran pendidikan gratis, subsidi SPP, pemberian sembako sampai menyediakan fasilitas kesehatan gratis dan kendaraan kepada ”boneka” mereka. Pendekatan ekonomi yang mereka lakukan berhasil mengecoh dan menghilangkan kecurigaan para orangtua korban terhadap langkah yang sedang dilakukan oleh pihak-pihak tersebut. Saat hampir semua pihak (orangtua korban) lengah itulah ke 72 anak TPA tersebut diajak ke Gereja untuk dibaptis. 3. Mengapa hal tersebut bisa terjadi ? Jawab : Banyak faktor yang menyebabkan hal itu terjadi : a. Tingkat ekonimi masyarakat sekitar (para korban) yang berada di bawah garis kemiskinan b. Pekerjaan para orangtua korban yang umumnya sebagai Buruh kasar musiman sehingga himpitan ekonomi menyebabkan mereka sangat berharap berbagai bantuan-bantuan c. Propaganda menghilangkan kecurigaan masyarakat berhasil mereka lakukan dengan banyaknya kegiatan sosial dan pemberian bantuan kepada masyarakat sekitar d. Kurangnya pengawasan integral dari masyarakat, tokoh masyarakat dan tokoh agama. 4. Apakah ada kontradiksi info antara satu agama dengan agama lain (Islam dengan Kristen) ? Jawab : Sejauh pencarian fakta-fakta di lapangan, tidak ditemukan adanya hal dimaksud. Yang pasti Kristen memanfaatkan kondisi lemahnya ekonomi masyarakat untuk melancarkan serangkaian propaganda kristenisasinya. 5. Bagaimana peranan tokoh-tokoh agama di berbagai lembaga Islam yang ada di Depok terhadap kasus tersebut ? Jawab :
Pada prinsipnya mereka (tokoh-tokoh agama) sangat menentang dan sangat prihatin dengan kejadian itu dan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengawasan intensif dan pencerahan kepada masyarakat agar mengawasi putra-putrinya dan meminta kepada agama lain untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat menyulut konflik. 6. Bagaimana solusi yang anda tawarkan agar kasus seperti ini tidak terjadi lagi ? Jawab : a. kepada penganut agama lain agar menghormati hak asasi umat Islam dengan tidak melakukan provokasi / bujukan / ajakan untuk keluar dari Islam b. pemerintah harus menyediakan sarana / media komunikasi antar umat beragama c. aparat keamanan harus tegas terhadap orang (pihak) yang melanggar UU soal agama. 7. Adakah hambatan atau kendala yang dihadapi dalam pencarian fakta untuk kasus seperti ini ? sebutkan ! Jawab : a. Masyarakat cenderung tertutup karena ”takut” kalau-kalau di ”tangkap” polisi, padahal hanya dimintai keterangan b. Aparat keamanan cenderung tidak tegas dan terindikasi ”takut” untuk menyelesaikan kasus terkait dengan agama. 8. Selain kasus yang disebutkan diatas, apakah ada kasus-kasus lain yang senada ? Jawab : a. Pemurtadan berkedok pandidikan gratis b. Pemberian bantuan dengan syarat pindah agama c. Penyebaran brosur / buletin agama lain yang disebarkan di kalangan umat Islam.
Depok, 9 April 2008 Hormat Saya,
(Endang Mulyana)