ANALISIS PENGARUH IKLAN, BRAND IMAGE DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PEPSODENT ( Study Kasus pada masyarakat cipayung Ciputat)
Oleh
SRI WAHYUNI NIM: 204081002238
JURUSAN MANAJEMAN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M
ANALISIS PENGARUH IKLAN, BRAND IMAGE DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PEPSODENT ( Study Kasus pada masyarakat cipayung Ciputat)
Oleh
SRI WAHYUNI NIM: 204081002238
JURUSAN MANAJEMAN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M
ANALISIS PENGARUH IKLAN,BRAND IMAGE DAN KUALITAS PRODUKTERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PEPSODENT (Study kasus pada masyarakat Cipayung Rt. 003/02 Ciputat) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan ilmu Sosial untuk memenuhi syarat-syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi
Oleh SRI WAHYUNI NIM: 204081002238
Dibawah bimbingan Pembimbing 1
Pembimbing II
(Dr. Abdul Hamid, Ms) NIP: 131 474 891
(Heryanto, SE, M.Si) NIP: 131 569 931
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M
Lembar Pengesahan Komprehensif Hari ini jum’at tanggal 21 November 2008 telah dilakukan ujian komprehensif atas nama SRI WAHYUNI, Nim 204081002238 dengan skripsi yang berjudul “ ANALISIS PENGARUH IKLAN, BRAND IMAGE DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PEPSODENT” (studi kasus pada masyarakat Cipayung Ciputat). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah bisa dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana ekonomi pada jurusan manajemen Fakultas Ekonomi dan ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta 21 November 2008
Tim Penguji Komprehensif
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Ketua
Herni Ali HT, SE, MM Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli
ANALISIS PENGARUH IKLAN,BRAND IMAGE DAN KUALITAS PRODUKTERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PEPSODENT (Study kasus pada masyarakat Cipayung Ciputat) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan ilmu Sosial untuk memenuhi syarat-syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi
Oleh SRI WAHYUNI NIM: 204081002238
Dibawah bimbingan Pembimbing 1
Pembimbing II
(Dr. Abdul Hamid, Ms) NIP: 131 474 891
(Heryanto, SE, M.Si) NIP: 131 569 931
Penguji Ahli
Prof. Dr. Ahmad Rodoni NIP: 130 317 955
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1429 H/2008 M DAFTAR RIWAYAT HIDUP NAMA
: SRI WAHYUNI
TEMPAT/TANGGAL LAHIR
: KLATEN, 24 NOVENBER 1986
AGAMA
: ISLAM
JENIS KELAMIN
: PEREMPUAN
ALAMAT RUMAH
: Cimanggis Rt 03/002 Cipayung Ciputat
NO.TELP
: 085697754438
PENDIDIKAN 1992 – 1998
: SDN Nangsri Manisrenggo Klaten Jawa Tengah
1998 – 2001
:MTsN Prambanan Klaten Jawa Tengah
2001 – 2004
: SMK Muhammadiyah Cangkringan Sleman Yogyakarta
2004 – sekarang
: FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PELATIHAN-PELATIHAN Work shop Perbankan Syariah “Analisa peluang kerja diBank Syariah” 2006 Seminar dan simulasi pasar modal dan kunjungan keBEJ 2006 One Day Training : Syariah Marketing from strategi to implementasi 2007
Abstrac ANALYSIS OF ADVERTISING, BRAND IMAGE AND QUALITY PRODUCT TO PURCHASE DECISION OF PEPSODENT
BY SRI WAHYUNI
This research aims to know of advertising, brand image and quality product to purchase decision. This research is done on cipayung’s society with sample as much 100 person with statistic quiz that is multiple regression. Base on result of analysis multiple regression to be know that advertising, brand image and quality product influenced to purchase decision or pepsodent. As big as 28%. All three variable that influenced good partially and also as simultan to purchase decision. The most dominant influenced in this research is quality product.
Keyword: Advertising, Brand Image, Quality product, purchase decision
Abstrak\
ANALISIS PENGARUH IKLAN, BRAND IMAGE DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PEPSODENT
OLEH SRI WAHYUNI Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh iklan, brand image dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian. Penelitian ini dilakukan pada masyarakat cipayung dengan sampel sebanyak 100 orang dengan uji statistic yang digunakan adalah regresi linear berganda. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda diketahui bahwa iklan, brand image dan kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian pepsodent sebesar 28,1%. Ketiga variable tersebut berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap keputusan pembelian . pengaruh paling dominan dalam penelitian ini adalah kualitas produk.
Kata kunci: Iklan, Brand Image, Kualitas produk, keputusan pembelian
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripisi ini, yang merupakan tugas untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar sarjana Ekonomi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini berjudul “ANALISIS PENGARUH IKLAN, BRAND IMAGE DAN
KUALITAS
PRODUK
TERHADAP
KEPUTUSAN
PEMBELIANPEPSODENT” (Stusi kasus pada Masyarakat Cipayung Ciputat). Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Faultas ekonomi dan ilmu social yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar tentang ilmu ekonomi dan ilmu manajemen 2. Kedua orang tua yang tidak pernah berhenti mendoakan, memberi semangat, kasih sayang dan cinta yang tulus. Dan juga adikku Fitri yang selalu membuat hari-hariku ceria meskipun kadang nyebelin. 3. Keluarga besarku diklaten dan jogya yang selalu memberikan doa dan nasehat serta dukungannya. 4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid M.S selaku Dekan dan dosen pembimbing 1 yang telah banyak memberikan saran, nasehat, petunjuk, ilmu pengetahuan dan dengan sabar meluangkan waktunya hingga terselesaikan skripsi ini. 5. Bapak Heryanto SE. MSi selaku sekertaris dan dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan saran, nasehat, petunjuk dan ilmu pengetahuannya dan dengan sabar meluangkan waktunya hingga terselesaikan skripsi ini. 6. Bapak Indoyama Nasarudin, selaku ketua jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Kepada koordinasi tehnis dan sekertaris program Non Reguler
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial ibu Lis, ibu Cut, Pak Heryanto, Pak Herni, Ect yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama perkuliahan, terimakasih atas ilmu pemasarannya. 9. Kepada seluruh staff bagian akademik mba Ani, Mba Yuli dan Mba Isma serta bagian perpustakaan Mas Shandy, terimakasih atas segala bantuannya. 10. Sahabat-sahabatku itoh, Ella, hani dan rere makasih atas dukunganya dan waktunya menemani mencari bahan-bahan buat skripsi, makasih ya semuanyaaaaaa cepet lulus juga yaaaaa,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, 11. Sahabatku tantik, yanti dan yang lainnya diklaten makasih dukungan dan doanya selama penyusunan skripsi ini. 12. Seluruh angkatan 2004 khususnya Manajemen A 13. Buat Mba Erma dan Mba Ani makasih banyak yaaa udah diajarin SPSS. 14. Serta teman-teman dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sampaikan satu persatu, terima kasih banyak atas bantuannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna mengingt terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman penulis miliki. Meskipun demikian penulis berusaha sesuai kemampuan, dengan harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya penulis dan umumnya bagi para pembaca. Penulis juga mengharapkan adanya saran yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta,Desember 2008
Sri Wahyuni
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN KRIPSI ............................................................I LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ..............................II LEMBAR PENGESAHAN SIDANG .........................................................III DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................1V ABSTRACT ...............................................................................................V ABSTRAK .................................................................................................VI KATA PENGANTAR ................................................................................VII DAFTAR ISI ..............................................................................................VIII DAFTAR TABEL ....................................................................................... IX DAFTAR GA\MBAR .................................................................................. X DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................1X BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................1 A. Latar Belakang.........................................................................1 B. Identifikasi Masalah................................................................5 C. Pembatasan Masalah...............................................................5 D. Perumusan Masalah ................................................................6 E. Tujuan dan Manfaat ................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................8 A.Pengertian Manajemen..............................................................8 B.Periklanan .................................................................................12 C. Merek.......................................................................................18 D. Kualitas Produk........................................................................26
E. Keputusan Pembelian ...............................................................32 F. Kerangka Pemikiran Konseptual...............................................38 G. Penelitian Terdahulu ................................................................41 H. Hipotesis ..................................................................................42 BAB III METODE PENELITIAN..............................................................44 A. Ruang Lingkup Penelitian........................................................44 B. Metode Penentuan Sampel .......................................................44 C. Metod Pengumpulan Data .......................................................45 D. Metode Analisis Data..............................................................45 E. Operasional Variabel Penelitian ..............................................56 BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ...........................................59 A. Gambaran Umum PT. Unilever Indonesia Tbk........................59 1. Sejarah Singkat Perusahaan...............................................59 2. Visi dan Misi Perusahaan..................................................59 3. Sejarah Singkat Pepsodent ................................................60 B. Uji Validitas dan Reliabilitas ..................................................63 C. Penemuan dan Pembahasan.....................................................66 1. Iklan .................................................................................66 2. Brand Image .....................................................................77 3. Kualitas Produk ................................................................82 4. Keputusan Pembelian........................................................88 D. Hasil Analisis Data .................................................................102 1. Diskripsi ...........................................................................102
2. Uji Asumsi Klasik.............................................................103 a. Autokorelasi..................................................................103 b.Multi Kolinearitas..........................................................103 c.Heteroskedastisitas.........................................................105 d.Normalitas .....................................................................105 3. Analisis Regresi Berganda ................................................106 a. Koefisien Determinasi.................................................106 b. Uji t Hitung (Parsial)...................................................109 c. Uji f Hitung (simultan)................................................113
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI...............................................115 A. Kesimpulan ......................................................................................115 B. Implikasi ..........................................................................................117 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................118 LAMPIRAN
Daftar Tabel Tabel 3.1 Skala Likert
46
Tabel 3.2 Koefisien korelasi
49
Tabel 3.3 Tabel uji Durbin Watson
51
Tabel 3.4 Variabel operasional penelitian
56
Tabel 4.1 Uji Validitas
64
Tabel 4.2 Uji Reliabilitas
66
Tabel 4.3 Iklan melalui surat kabar (Koran)
67
Tabel 4.4 Iklan melalui majalah
68
Tabel 4.5 Iklan TV
69
Tabel 4.6 Iklan membujuk untuk menggunakan Pepsodent
70
Table 4.7 Iklan Pepsodent menarik
72
Tabel 4.8 Iklan Pepsodent tidak melanggar norma sosial
73
Tabel 4.9 Memanbah informasi
74
Tabel 4.10 Iklan dengan memberikan potongan harga
75
Tabel 4.11 Merek menggambarkan manfaat
77
Tabel 4.12 merek menggambarkan kualitas
78
Table 4.13 Merek mudah diingat
79
Tabel 4.14 Merek mempunyai ciri khas
81
Tabel 4.15 Kemudahan
82
Tabel 4.16 Keandalan dan ketahanan
83
Tabel 4.17 Kesesuaian produk
84
Tabel 4.18 Penampilan
85
Tabel 4.19 Operasi
87
Tabel 4.20 Harga
88
Tabel 4.21 Kemudahan didapatkan
89
Tabel 4.22 Bermanfaat
90
Tabel 4.23 Merek terkenal
91
Tabel 4.24 Banyak variasi dan ukuran
92
Tabel 4.25 Kebutuhan
93
Tabel 4.26 Tertarik menggunakan Pepsodent
94
Tabel 4.27 Pengaruh keluarga
95
Tabel 4.28 Pengaruh iklan
96
Tabel 4.29 Pengaruh iklan media
97
Tabel 4.30 Kebiasaan
98
Tabel 4.31 Keyakinan
100
Tabel 4.32 Pengaruh teman
101
Tabel 4.33 Diskriptive statistik
102
Tabel 4.34 Model Summary
103
Tabel 4.35 Multikolinearitas
104
Tabel 4.36 Koefisient Korelasi
106
Tabel 4.37 Tabel nilai koefisien korelasi
107
Tabel 4.38 Coeficient
108
Tabel 4.39 ANOVA
113
Daftar Gambar Gambar 2.1 Kerangka pemikiran
40
Gambar 4.1 Uji Heteroskedastisitas
105
Gambar Kurva Normalitas
106
Daftar Lampiran Kuesioner penelitian Hasil kuesioner penelitian Hasil output regresi
ANALISIS PENGARUH IKLAN, BRAND IMAGE DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PEPSODENT ( Study Kasus pada masyarakat cipayung Ciputat)
Oleh
SRI WAHYUNI NIM: 204081002238
JURUSAN MANAJEMAN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang Persaingan yang semakin tajam dalam usaha menjadi hal yang tidak dapat
dihindari. Bahkan saat ini kondisi persaingan telah menjadi Hypercompetition. Pemenang dalam kompetisi ini adalah perusahaan yang mampu memberikan kepuasan kepada pasar sasarannya secara lebih efektif dan efisien atau dengan kata lain ntuk memenangkan persaingan perusahaan dapat mengupayakan dengan Customer Satisfaction yang lebih besar dibandingkan dengan pesaing atau sering disebut Superior Customer Satisfaction. Dalam memberikan kepuasan kepada konsumen alah satu yang perlu dilakukan adalah dengan selalu memberikan yang terbaik untuk konsumen. Apalagi untuk produk yang tergolong barang konsumsi seperti pasta gigi. Pasta gigi merupakan produk konsumsi yang dalam pembeliannya hanya memerlukan usaha yang minim dalam membendingkannya dan membelinya. Pepsodent merupakan alah satu produk pasta gigi yang merupakan market leader dalam kelas produk tersebut. Pepsodent adalah merek terkemuka disebagian besar Negara Asia dengan Indonesia dan India sebagai pasar terbesar. Sekitar 1,3% penduduk Indonesia memiliki masalah gigi setiap bulannya yang mencapai rata-rata 3,86% sehari disekolah dan kantor ( Sumber: Lembaga penelitian dan Pengembangan Nasional, Dep-Kes-RI: Persepsi dan Motivasi dari masyarakat peduli Gigi – Survei ekonomi dan Sosial Nasional, 1998). Berbagai iklan ditayangkan oleh pepsodent untuk
meyakinkan masyarakat bahwa produk tersebut bia memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Sebagai market leader pepsodent harus bisa menjaga kualita produknya agar masyarakat selalu menggunakan produk pepsodent, selain itu agar posisinya tidak tergeser oleh para pesaingnya.kegiatan promosi merupakan salah satu variabel Marketing Mix yang digunakan untuk melakukan komunikasi dengan pasarnya. Berbagai kegiatan promosi dilakukan pepsodent untuk menarik perhatian masyarakat. Tujuan utama kegiatan tersebut adalah untuk menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk serta mengingatkan konsumen sasarannya tentang perusahaan dan bauran pemasarannya. Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan program pemasaran. Berbagai alternatif media digunakan untuk mendukung kelancaran kegiatan promosi. Meskipun suatu barang dikatakan bagus namun apabila konsumen belum pernah mendengarnya maka konsumen sulit untuk menerima dan melakukan keputusan pembelian. Secara umum promosi dalam hal ini Iklan berkaitan dengan upaya bagaimana orang dapat mengenal produk perusahaan lalu memahaminya, merubah sikap, menyukai, yakin, kemudian membeli dan selalu ingat akan produk tersebut. Berdasarkan hal tersebut masyarakat bisa terprovokasi iklan yang dibuat. Begitu juga dengan masyarakat yang ada dicipayung yang sebagian masyarakatnya bekerja secara part-time, jadi peluang mereka untuk melihat iklan terutama diTV semakin besar sehingga Brand Aware yang sengaja dibentuk oleh pepsodent lebih cepat terserap oleh masyarakat cipayung. Selain itu pepsodent yang diposisikan sebagai pasta gigi untuk keluarga dan memberikan perawatan gigi dan mulut akan memudahkan mereka untuk melakukan keputusan pembelian. Karena pepsodent
konsisten dengan visi dan misinya untuk memberikan perawatan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat indonesia terutama anak-anak. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya. Dalam jurnal Andrian D Hagijanto dan skripsi Dian Fardiana yang membahas tentang iklan memberikan hasil positif
yang artinya iklan memang berpengaruh terhadap
keputusan pembelian suatu produk. Begitu juga dengan teori yang dikemukakan oleh Frank Jefkins bahwa dalam melakukan sebuah periklanan jangan hanya sekedar memberikan informasi saja tetapi juga harus dapat mempengaruhi konsumen agar mereka mau melakukan keputusan pembelian terhadap produk yang diiklankan. Media yang digunakan dalam promosipun bermacam-macam diantaranya media cetak, media elektronik dan sebagainya. Promosi termasuk kedalam kegiatan pemasaran, promosi dapat dikatakan berhasil apabila produk perusahaan dapat masuk kedalam ingatan konsumen sasaran, media yang digunakan juga turut memberikan kontribusi dalam kegiatan promosi. Promosi tidak hanya dilakukan pada produk baru saja, bahkan produk yang sudah mempunyai posisi yang kuat seperti pepsodent pun harus melakukan promosi. Hal ini dilakukakan agar posisi yang sudah didapat tidak tergeser oleh pesaing. Selain itu juga untuk menunjukan serta mengingatkan konsumen akan kinerja perusahaan tentang produknya. Pesan yang disampaikan dalam setiap melakukan promosi tidak boleh berubah dari waktu ke waktu, karena kalau pesan yang disampaikan berubah konsumen akan bingung dan sanksi akan produk tersebut. Dengan promosi yang dilakukan pepsodent akan dikenal oleh masyarakat dan akan mendapatkan Image yang baik dari masyarakat,Image produk dapat terbentuk
dari kinerja produk terhadap konsumen, kemampuan produk dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen baik kebutuhan sosial maupun kebutuhan psikologis. Brand dapat diartikan sebagai nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan yang mempunyai maksud untuk mengidentifikasi barang atau jasa pesaing. Merk merupakan aset tak berwujud yang bernilai dan harus dikelola dengan baik. Keberhasilan dalam pengelolaan merek akan menghasilkan Brand Image pada perusahaan. Apabila perusahaan gagal dalam mempertahankan Brand Image maka perusahaan akan mengalami kerugian besar antara lain kehilangan konsumen. Kegagalan mempertahankan Brand Image dapat terjadi kalau produk gagal memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Brand Equity atau ekuitas merek dapat membantu suatu produk pada posisi yang kuat dalam persaingan. Namun kadangkadang hal ini tidak dipikirkan oleh perusahaan. Beberapa perusahaan menganggap merek pada produknya adalah “ Just a Name” hanya sekedar nama, apalah arti sebuah nama tersebut. Padahal sesungguhnya merek adalah sesuatu yang dibeli konsumen sedang produk hanyalah sesuatu yang dihasilkan oleh pabrik seperti apa yang diungkapkan oleh pakar pemasaran Indonesia Hermawan Kertajaya: perusahaan yang tidak mempedulikan Brand Name-nya seperti orang tidak mempedulukan nama baiknya. Lain halnya apabila perusahaan sadar bahwa Brand adalah Equity, maka Brand akan dibentuk secara benar. Suatu Brand bisa menjadi suatu kesimpulan bagi konsumen, selanjutnya apabila konsumen mendengar, melihat atau mengetahui ada pruduk baru yang menggunakan Merek tersebut dia sudah mempunyai kesimpulan tertentu. Itulah yang disebut Brand Dinasty. Merupakan keuntungan lanjut dari
pembentukan Brand Equity jika hal ini terjadi maka perusahaan akan memetik hasil yang berkelanjutan yaitu pembelian ulang (Repurchase) oleh konsumen jangka panjang. Dari penelitian ini diharapkan memberikan hasil bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi masyarakat melakukan keputusan pembelian adalah karena Brand Image dari pepsodent. Pepsodent berusaha meningkatkan kualitasnya dengan program kampanye kesehatanny berupa pemeriksaan gigi gratis, agar masyarakt mempunyai persepsi yang baik terhadap pepsodent. Hasil penelitian ini diharapkan sejalan dengan teori karena Brand Image merupakan salah satu Brand Asset yang harus dikelola dengan baik karena Brand Asset akan memberikan keuntungan bagi perusahaan dalam jangka panjang. Untuk itu perusahaan harus memberikan produk yang berkualitas agar konsumen merasa kebutuhannya terpenuhi. Untuk mengetahui sebuah produk berkualitas atau tidak hanya kosumen yang dapat memberikan penilaian tersebut. Kalau sebuah produk sesuai dengan yang diinginkan konsumen maka dapat dikatakan produk tersebut berkualitas, tapi kalau sebaliknya sebuah produk tidak sesuai dengan yang diinginkan konsumen maka produk tersebut bisa dikatakan tidak berkualitas. Untuk mengetahui produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan atau tidak maka konsumen perlu melakukan pembelian atas produk tersebut. Dalam melakukan pembelian suatu produk biasanya konsumen melakukan pencarian informasi suatu produk
yang
diinginkan
melalui
media,
keluarga
dan
sebagainya,
serta
mempertimbangkan beberapa alternatif yang tersedia. Dalam melakukan keputusan pembelian suatu barang, sering kali konsumen dipengaruhi oleh lebih dari dua pihak yang terlibat dalam proses pertukaran atau pembeliannya.
Kualitas produk merupakan faktor penting dalam menjalankan suatu usaha apabila pepsodent ingin terus bertahan dipasar. Pepsodent merupakan satu-satunya pasta gigi yang memberikan perawatan lengkap untuk perawatan gigi dan mulut diharapkan dapat memberikan produk yang berkualitas. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana kualitas produk pepsodent dari sisi konsumen sehingga masyarakat yakin bahwa pepsodent merupakan produk berkualitas dan memang pantas untuk digunakan. Dengan dasar pemikiran diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian guna mengetahui bagaimana konsumen melakukan pembelian dilihat dari iklan yang ditayangkan, image pepsodent dan kualitas produk pepsodent. Oleh karena itu penulis mengambil judul “ANALISIS PENGARUH IKLAN, BRAND IMAGE DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN” ( studi kasus pada masyarakat cipayung, ciputat).
B. Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara iklan, brand image dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian pepsodent ? 2. Apakah terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara iklan, brand image dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian pepsodent?
D. Tujuan dan Manfaat
Tujuan Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan penlitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis ada atau tidak hubungan pembelian pepsodent terhadap iklan, brand image dan kualitas produk. 2. Untuk menganalisis pengaruh paling doniman dari ketiga variabel tersebut yang mempengaruhi keputusan pembelian pepsodent Manfaat Berdasarkan tujuan penelitian diatas, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat: 1. Bagi penulis Dengan adanya penelitian ini penulis dapat melihat sejauh mana penerapan teori yang diperoleh selama kuliah dengan proaktek yang sebenarnya terjadi. 2. Bagi perusahaan Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perusahaan untuk lebih mengoptimalkan
persaingan.
Serta
dapat
digunakan
sebagai bahan
untuk
mengevaluasi kebijakan yang berkaitan dengan iklan, image pepsodent serta kualitas produk. 3. Bagi akademisi Penelitian yang penulis lakukan diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi dan dapat dijadikan studi leteratur untuk penelitian lebih lanjut bagi yang berminat 4. Bagi Konsumen Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada konsumen sebelum melakukan pembelian suatu produk.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemasaran 1. Pengertian Manajemen Pemasaran Pemasaran mempunyai pengertian yang meliputi segala usaha untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap barang atau jasa dengan tujuan memberikan kepuasan kepada kedua belah pihak.Oleh karena itu perusahaan harus memproduksi barang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen. Perusahaan yang memperhatikan kebutuhan konsumen akan lebih berhasil daripada yang tidak memperhatikan. Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat. Salah satu definisi pemasaran yang mudah diingat adalah memenuhi keinginan dan kebuthan secara menguntungkan. Menurut ( Joseph P Canon, dkk, 2008:6) Marketing is the performance of activities that seek to accomplish an organization’s objectives by anticipating customer or client needs and directing a flow of need – satisfaying goods and services from producer to customer or client. Asosiasi Pemasaran Amerika (2004) menawarkan Definisi pemasaran secara formal “Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan seperagkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan kepada pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemilik sahamnya”. Sedang menurut Kotller dan Killer (2007:6) Mendefinisikan Manajemen Pemasaran sebagai ilmu dan seni memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul. Dfinisi pemasaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu: Definisi secara sosial dan Definisi
secara Manajerial. Definisi sosial menunjukan peran yang dimaikan pemasar dalam masyarakat. Disini ada difinisi sosial yang menunjang tujuan seorang pemasar. Pemasaran suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Sedang definisi secara manajerial, Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penentuan harga, promosi dan distribusi gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan individu dan organisasi. Manajemen pemasaran merupakan untuk penting dalam perusahaan karena dapat menentukan keberhasilan dalam perusahaan. Definisi Pemasaran menurut Kottler dan Amstrong (2003:7) Pemasaran merupakan proses pemberian kepuasan terhadap konsumen untuk mendapatkan laba. Dua sasaran pemasaran utama adalah mendapatkan konsumen baru dengan menjanjikan nilai unggul dan mempertahankan konsumen saat ini dengan memberikan kepuasan. Sedangkan Definisi Pemasaran menurut Swastha dan Sukotjo (1998:179) Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun potensial. Dari definisi Pemasaran diatas dapat disimpulkan bahwa Pemasaran adalah proses penyampaian barang atau jasa kepada konsumen yang potensial dengan penetapan bauran pemasara yang tepat dengan memberikan nilai unggul kepada pelanggan dengan menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan dan memeberikan kepuasan. Pemasaran termasuk salah satu kegiatan perekonomian dan membantu
dalam menentukan harga barang atau jasa individu. Dalam kondisi pemasaran sekarang ini tanpa adanya pemasaran, organisasi sulit mencapai tujuan konsumsi yang memuaskan. 2. Pengertian Bauran Pemasaran Marketing Mix (Bauran Pemasaran) merupakan suatu perangkat yang akan menentukan tingkat keberhasilan pemasaran bagi perusahaan dan semuanya ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada segmen pasar atau konsumen yang dipilih. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) menurut Swastha dan Sukotjo (1998:193) dapat diartikan kombinasi dari empat variabel kegiatan yang merupakan inti dari pemasaran perusahaan yakni setiap perusahaan harus mampu memikat konsumen, baik konsumen baru maupun konsumen lama yang potensial. Untuk menarik konsumen baru perusahaan dapat melakukan kegiatan promosi yang dapat dilakukan dalam berbagai pilihan media baik media elektronik maupun media cetak. Dengan kegiatan promosi diharapkan perusahaan memperoleh konsumen yang lebih baik. Kotler (2004:18) Mendefinisikan Bauran Pemasaran (Marketing Mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya dipasar sasarannya. Kismono, Gugup mendefinisikan Bauran Pemasaran adalah kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran yang terdiri dari strategi produk (Product), Harga (Price), Promosi (Promotion), dan Distribusi (Place). Mc Charty dalam Husein (2003:31) mengklasifikasikan alat-alat pemasaran itu menjadi empat kelompok luas yang disebut Empat-P (4P). dalam pemasaran yaitu: 1. Produk (Product)
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi, yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Kismono, Gugup (2001:326) produk dalam istilah pemasaran adalah bentuk fisik barang yang ditawarkan dengan seperangkat Citra (Image) dan Servis (Service) yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan tertentu atau memberikan manfaat tertentu. Didalam produk terdapat bbeberapa atribut produk. Salah satunya adalah merek yang merupakan nama dari bentuk fisik suatu baran yang ditawarkan besera Citra (Image) yang menyertainya. 2. Harga (Price) Harga adalah sejumlah nilai suatu produk atau jasa yang ditukarkan dalam bentuk moneter. Nilai yang terkandung didalam suatu produk dalam manfaat ini memiliki ini memiliki dan menggunakan suatu produk. 3. Promosi (Promotion) Produk yang sudah jadi serta harga yang sudah ditentukan tahap selanjutnya adalah memperkenalkan kepada masyarakat dengan cara promosi sebagai suatu cara agar produk bisa dikenal oleh masyarakat luas. Kismono, Gugup (2001:314) promosi adalah sesuatu yang dilakukan pemasar untuk mempengaruhi pihak lain agar berpartisipasi
dalam
kegiatan
pertukaran.
Merupakan
suatu
usaha
mengkomunikasikan informasi yang bermanfaat tentang sesuatu perusahaan aau untuk mempengaruhi pembeli potensial. 4. Distribusi (Place) Setelah produk ditentukan harganya dan sudah dikenal masyarakat luas tugas pemasar selanjutnya adalah menyampaikan produk ketangan onsumen, sehingga
konsumen dapat menikmati produk yang mereka inginkan pada tempat dan wakt sesuai dengan yang mereka inginkan.
B. Periklanan Periklanan merupakan salah satu kegiatan yang banyak dilakukan oleh perusahaan maupun perseorangan. Dengan periklanan perusahaan dapat mencapai sasaran dan dapat menyampaikan produknya apalagi ditengah perkembanga teknologi yang semakin pesat. Iklan melalui media elektronik dapat menjadi salah satu alternatif media periklanan. Dalam periklanan pihak yang memasang iklan (Disebut Sponsor) harus mengeluarkan sejumlah biaya atas pemasangan iklan kepada masyarakat sasaran. Berita inilah yang disebut iklan. Iklan bisa membantu perusahaan mencapai hampir semua sasaran komunikasi. Iklan merupakan sasaran ampuh untuk membangun kesadaran konsumen, iklan dapat befungsi sedagai media pendidikan dan informasi. Misalnya, digunakan untuk memberitahukan adanya penarikan suatu produk karena merugikan kesehatanseperti rokok dan minuman keras. Iklan tersebut tentunya harus dapat membujuk, membangun reputasi serta meyakinkan kepada siapapun yang telah membeli produk tersebut. Dalam rangka memperkenalkan atau mempromosikan suatu produk agar mencapai sasaran yang telah ditentukan, iklan dapat menjadi suatu alternatif metode komunikasi yang sangat efektif karena bisa menjangkau audiens dalam jumlah besar. Kegiatan periklana dapat mempengaruhi penjualan dalam jangka pendek, namun apabila hal tersebut tidak segera terjadipenjualan pada hari iklan tersebut, berarti ada sesuatu yang tidak beres dengan iklan tersebut. Hal tersebut juga menandakan bahwa
pesan iklan tidak sampai kepada sasaran. Salah satu kekuatan terbesar periklanan yatu membangun dan mempertahankan nilai merek. Membangun nilai merek biasanya dilakukan pada produk yang masih baru dipasaran, sedangkan memeprtahankan nilai merek biasanya terjadi pada produk atau merek yang sudah terkenal. Iklan menggunakan suatu ide kreatif yang besar telah menjadi faktor terpenting untuk mempertahankan kelangsungan hidup merek. Disamping itu, iklan dapat memberikan nilai tambah dan prestise pada produk, merek dan perusahaan. Menurut Joseph P Canon, dkk (2008: 426) Advertising is any paid form of non personal presentatioin of ideas, goods or services by an identified sponsor. Sementara itu untuk tujuan pemasaran langsung,iklan juga bisa berfungsi sebagai tenaga pemasaran. Ia bahkan mampu mendorong konsumen untuk membeli suatu produk tanpa melihat atau mencobanya. Menurut Swastha dan Sukotjo (1998:223) Mendefinisikan periklanan adalah media komunikasi non individual dengan sejumlah biaya melalui berbagai media yang dilakukan perusahaan, lembaga non laba serta individu-individu. Sedangkan menurut Tom Branan (2005:51) Mendefinisikan Iklan sebagai sebuah pengiriman pesan melalui suatu media yang dibayar oleh pemasang iklan. Iklan merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi setiap lapisan atau anggota masyarakat. Ukuran yang digunakan juga sangat beragam, mulai dari Pers hingga iklan berwarna dengan ukuran raksasa.media yang sering digunakan juga sangat beragam mulai pers hingga kampanye yang membutuhkan anggaran besar ditelevisi nasional. Pemanfaatan iklan bisa menelan biaya dari iklan yang bernilai ratusan ribu saja hingga puluhan bahkan ratusan juta rupiah.
Menurut Ferdinan F Mauser dan David J Schward dalam bukunya American Bussiness mendefinisikan iklan sebagai berikut: “Advertising is any form of paid, impersonal presentation of goods, services, or ideas for the purpose or iducing people to buy or to act favorablion what is called to their attention”. (Mengiklankan produk adalah suatu bentuk bayaran presentasi personal atas barangbarang, jasa, atau ide-ide dengan jutuan membujuk konsumen untuk membeli atau berperilaku menguntungkan untuk menarik perhatian konsumen). Sedangkan menurut Frank Jefkins (1997:15) Periklanan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk memenuhi fungsi pemasaran dalam melakukakn periklanan hal yang harus diperhatikan bahwa kegiatan tersebut jangan hanya memberikan informasi semata tetapi juga harus mampu membujuk untuk melakukan pembelian. Kalau dalam kegiatan periklanan hanya mampu memberikan informasi semata tanpa mampu membujuk untuk membelinya meka perusahaan mengalami kerugian karena tujuan akhir dari kegiatan iklan tersebut adalah mempengaruhi perilaku konsumen agar mau melakukan pembelian. Untuk iti sebuah iklan harus dirancang dengan menarik agar dapat mempengaruhi perilaku konsumen sasarannya.
1. Tujuan Periklanan Tujuan
periklanan yang terutama adalah menjual atau meningkatkan
penjaulan berang atau jasa. Adanya kegiatan periklanan sering mengakibatkan penjaulan dengan segera, meskipun banyak juga penjualan yang baru, terjadi pada waktu mendatang. Menurut Swastha dan Sukotjo (1998) tujuan lain dari periklanan adalah : 1. Mendukung program personal selling dan kegiatan promosi yang lain
2. Mencapai orang-orang yang tidak dapat dicapai oleh salesman dalam jangka tertentu. 3. Mengaakan hubungan penyalur, misalnya dengan mencatumkan nama dan alamtnya. 4. Memasuki daerah pemasaran baru atau menarik langgan baru 2. Media Periklanan Untuk mencapai audiens sasaran, para pengiklan akan mempergunakan jenis media baik media elektronik maupun media cetak. Pemilihan jenis media yang akan digunakan merupakan salah satu keputusan penting bagi sponsor. Secara umum media yang tersedia dapat dikelompokkan menjadi media cetak. Media elektronik, media luar ruangan dan media ini bawah. 1) Media cetak yaiitu media yang statis dan mengutamakan pesan-pesan dengan sejumlah kata, gambar atau foto baik dalam tata warna maupun hitam putih. Bentuk iklan dalam media cetak biasanya berupa iklan baris, iklan display, suplemen, pariwara dan iklan layanan masyarakat. Jenis media cetak tersendiri atas: a. Surat kabar Surat kabar ini merupakan media periklanan yang dapat mencapai masyarakat luas karena harganya relative lebih murah. Surat kabar memungkinkan kita menyampaikan pesan lebih panjang ketimbang TV dan radio. b. Majalah Dapat dikatakan bahwa pembaca majalah ini relative selektif atau terbatas dibandingkan dengan surat kabar. Tidak semua orang ingin membaca majalah,
biasanya biaya iklan dimajalah lebih mahal daripada surat kabar, namun dapat dinikmati lebih serta dapat mengemukakan gambar berwarna yang lebih menarik. c. Tabloid, brosur, selebaran dan lain-lain 2) Media Elektronik yaitu media yang menggunakan teknologi elektronik dan hanya bisa digunakan bila ada jasa transmisi siaran. Bentuk iklan dalam media elektronik biasanya berupa sponsorship, iklan partisipasi (disisipkan ditengahtengah film atau acara), pengumuman acara atau film, iklan layanan masyarakat dan lain-lain. a. Televisi Televisi dapat digunakan baik sebagai media nasional media regional. TV sangat fleksibel dalam menyampaikan pesan sponsor. Mulai dari pemilihan waktu sampai adanya jaminan penyampaian ulasan berita secara khusus untuk audiens tertentu. TV merupakan media paling potensial diantara media lainnya kareja jangkauan lebih luas. b. Radio Radio sebagai media yang hanya bisa dinikmati melalui pendengaran saja. Radio dapat menjangkau daerah yang luas dan dapat diterima oleh segala lapisan masyarakat sampai pelosok desapun sekarang masyarakat desa sudah banyak yang memiliki radio. 3) Media Luar Rauangan yaitu media iklan (biasanya berukuran besar) yang dipasang ditempat-tempat terbuka seperti dipinggir jalan, dipusat keramaian atau tempat khusus lainnya seperti di dalam bis kota, pagr tembok dan
sebaginya. Jenis media luar ruangan meliputi billboard, baleho, poster, spanduk, umbul-umbul, balon raksasa. 4) Media Lini Bawah yaitu media-media minor yang digunakan untuk mengiklankan produk. Umumnya ada empat macam media yang digunakan dalam media ini bawah (Kasali, 1992, p. 142), yaitu a. Pameran Umumnya pameran terdiri atas 2 jenis yaitu pameran sambil berdagang dan pameran tanpa berdagang. b. Direct Mail Direct mail merupakan segala bentuk periklanan yang digunakan untuk menjual barang secara langsung kepada konsumen, baik melalui surat, kupon yang disebarkan diberbagai media cetak maupun melalui telepon. c. Point of Purchase Point of purchase merupakan display yang mendukung penjualan, dengan tujuan memberi informasi, mengingatkan, membujuk konsumen untuk membeli secara langsung dan menjajakan produk. d. Marchandising Schemes Merchandising Schemes berguna untuk mempertahankan pembelian lewat celah-celah yang dilupakan. Mislanya konsumen berbelanja diberikan hadiah ekstra, potongan harga yang dicetak pada kemasan dan kupon hadiah yang langsung dapat ditukarkan. e. Kalender
Kalender merupakan salah satu media ini bawah yang sangat populer. Karena kalender memiliki berbagai fungsi diantaranya sebagai penanggalan, untuk mencatat janji-janji dan lain-lain. Kalender yang banyak dijumpau antara lain kalender dompet, kalender meja, kalender buku (agenda), kalender dinding dan kalender perdagangan dan kalender harian.
C. Merk 1. Pengertian Merk Di dalam Merk terkandung berbagai muatan yang memberi makna pada produk bersangkutan. Merek indentik dengan produknya sendiri dan menjadi senjata ampuh bagi kesukses sebuah produk dalam merebut pasar. Merk dapat dipakai sebagai alat untuk menciptakan pandangan tertentu dari pembeli baik melalui periklanan maupun melalui kegiatan promosi lainnya. Menurut Swantha dan Sukotjo (1995:199) Merk (Brand) adalah suatu nama, istilah, symbol, atau desain (rancangan), pengenal barang atau jasa dari seorang penjual atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari barang-barang yang dihasilkan oleh pesaing. Menurut kamus istilah pemasaran (Besty-ann Toffler dan Jane Imber: 2002) mendefinisikan Merk adalah tanda, symbol, kata atau kombinasi dari semua itu yang membedakan produk atau jasa perusahaan lain. Merek adalah nama, sebutan, tnda, lambang atau kombinasinya yang dipakai penjual mengenai daro merk barang atau jasa penting (kamus manajemen, 1994) atau dapat diartikan sebagai metode untuk mengidentifikasikan dan membedakan berbagai produk dari pesaing (Jeff Madura, 2001:101). Sedangkan menurut Asosiasi
Pamasaran Amerika (AMA) (Marketing Magazine/09/V/September 2005:20) Mendefinisikan bahwa “Merk adalah sebagai nama, isitilah, tanda, symbol atau desain atau kombinasi dari hal tersebut yang dimaksudkan untuk membedakannya dari barang atau jasa yang disediakan pesaing”. Brand atau Merk adalah nama, istilah, tanda, symbol atau rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut, yaitu dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual untuk membedakannya dari pesaing. Menurut Joseph P Canon, dkk ( 2008: 237) Branding means the use of a name, term, symbol, or design or a combination of these identity a product. Definisi diatas menunjukan bahwa pada awalnya Brand diperlukan untuk membedakan dalam memasarkan suatu produk dengan produk lainnya yang sejenis. Selanjutnya Merk memegang peranan yang cukup lainnya yang sejenis, selanjutnmya Merk memegang peranan yang cukup penting dalam pemasaran, yang artinya tidak sekedar sebagai ciri atau identitas suatu produk yang mampu mendiferensiasikan terhadap produk pesaing, Merk juga merupakan janji
penjual untuk secara
konsistensi menyampaian serangkaian ciri, manfaat, dan jasa tertentu kepada para pembeli. Merek berkaitan erat dengan perseosi, sehingga pesaingan yang terjadi antar perusahaan adalah pertarungan persepsi dan bukan sekedar pertarungan produk. Merek yang baik juga menyampaikan jaminan tambahan berupa jaminan kualitas. Keller (1993) berpendapat bahwa pemahaman terhadap isi dan struktur suatu Merk penting dilakukan, karena mereka mempengaruhi munculnya ingatan ketika konsumen berfikir tentang suatu merk. Tanggapan konsumen adalah kesadaran Merk (dalam hubungannya dengan pesan dan pengenalan Merk), kebaikan, kelemahan dan Keunikan asosiasi merk dalam ingatan konsumen.
Merk merupakan suatu identitas suatu produk dari nama merek yang digunakan suatu produk konsumen bisa memakai produk tersebut baik atau tidak, merek mengidentifikasi sumber atau pembuat dan memungkinkan konsumen baik individual atau organisasi untuk menetapak tanggung jawab pada pembuat atau distributor tersebut. Konsumen bisa mengevaluasi produk tersebut identik secara berbeda, tergantung pada bagaimana produk tersebut diberi merek. Konsumen belajar tentang merek melalui pengalaman masa lalu dengan produk dan program pemasarannya. Mereka menemukan merek mana yang memuaskan kebutuhan mereka dan mereka yang tidak memuaskan kebutuhannya. Merek dapat menandakan suatu tingkat mutu tertentu, sehingga pembeli puas dapat lebih mudah memilih produk. Kesetiaan merek memberikan kemampuan untuk diramal dan keamanan permintaan bagi perusahaan sekaligus menciptakan hambatan perusahaan permintaan bagi perusahaan sekaligus menciptakan hambatan perusahaan lain memasuki pasar. Menurut Asosiasi pemasaran yang dikutip oleh Killer (2007) mendefinisikan meek (brand) sebagai “nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengedintifikasi barang atau jasa penjual atau kelompok penjual dna mendeferensiasikannya dari barang atau jasa pesaing. Merek tersebut dapat dipakai sebagai alat untuk menciptakan pandangan tertentu dari pembeli baik melalui periklanan maupun melalui kegiatan promosi lainnya. Pandangan tersebut didasarkan pada pengalaman masa lalu baik pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain. Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong
(2001:349) mendefinisikan merek adalah suatu nama, kata, tanda, simbol atau desain atau kombinasi dari semuanya yang mengidentifikasikan pembuatan atau penjualan. Dari definisi tentang merek tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa merek adalah nama, istilah, tanda, simbol atau kombinasi dari semuanya yang dimaksudkan untuk membedakannya dari produk yang dihasilkan oleh pesaing. Konsumen melihat merek sebagai bagian produk yang penting dan merek dapat menambah nilai produk. Nama merek membantu konsumen mengidentifikasi produk yang memberikan manfaat bagi mereka, merek juga memberitahu konsumen seberapa tinggi kualitas produk. Konsumen yang selalu memberi merek yang sama setiap kali mereka melakukan pembelian. Merek juga memberikan keuntungan bagi penjual. Nama merek menjadi dasar utama dalam mengenali kualitas khusus yang dimiliki produk tersebut. 2. Unsur Merk Unsur merek adalah alat yang memberi merk dagang yang berfungsi mengidentifikasi dan membedakan merk. Menurut Kotler dan Killer (2006:341) ada enam criteria dalam memilih Merk yaitu : a. Dapat diingat, seberapa mudah merk dapat diigat oleh konsumen b. Bermakna, sejauh mana unsure merk dapat dipercaya dan sugesti terhadap kategori yang berhubungan c. Disukai, bagaimana konsumen menemukan unsure merk itu menarik secara estetis, apakah disukai secara visual, verbal ataudalam hal lain. d. Dapat diubah, dapatkah unsure merk digunakan untuk memperkenalkan produk baru dalam kategori yang sama atau berbeda, sejauh mana unsure
Merk mempercaya ekuitas Merk sepanjang batas geografis dan segmen pasar sasaran e. Dapat diadaptasi, bagaimana cara mengadaptasikan dan memutakhirkan merk itu f. Dapat dilindungi, bagaimana cara melindungi unsure merk itu secara hukum, sejauhmana dapat dilindungi dari pesaingnya apakah mudah ditiru.
3. Manfaat Pemerkan (Branding) Pemerekan (Branding) atas suatu produk memberikan manfaat baik bagi pembeli maupun bagi penjual. a. Manfaat bagi pembeli 1. Membantu mengidentifikasi produk-produk yang disukai dan tidak disukai 2. Branding mempermudah dalam pengenalan produk baru yang memuat nama salah satu dari beberapa produk yang sudah ada 3. Membantu usaha promosi perusahaan 4. Melalui Branding (pemerekan) akan membantu mengusahakan loyalitas pelanggan pada merek Konsep dasar Branding dapat dilakukan dengan menggunakan dasar fungsi produk ( Funcional) atau citra brand ( Brand image). Pilihan sebuah konsep brand dipengaruhi oleh asumsi produsen atas tiga faktor: jenis produk itu sndiri, intensitas persaingan, dan bagimana konsumen memilih dan mengkonsumsi produk. Suatu
brand image dibangun denganmenciptakan citra dari suatu produk. Konsumen bersedia membayar lebih tinggi dan menganggapnya berbeda karena brand ini memancarkan asosiasi citra tertantu. Para perancang image dari brand berusaha memnuhi hasrat konsumen untuk menjadi bagian dari kelompok sosial tertentu yang lebih besar dan dipandang terhormat oleh orang lain, atau untuk mendefinisikan diri menurut citra yang diinginkan. Brand Image menjadi pilihan pada saat persaingan sudah menjadi taraf dimana produk-produk yang ditawarkan sudah tidak lagi memiliki perbedaan. 4. Ekuitas Merk (Brand Equity) Selain untuk memudahkan proses identifikasi dan diferensiasi antara satu produk dengan pilihan produk lainnya Merk mempunyai fungsi penting lainnya, yaitu sebagai factor yang turut mempengaruhi perilaku konsumen di dalam memilih suatu produk, baik berupa barang maupun jasa yang akan dikonsumsi. Menurut Joseph P Canon, dkk ( 2008: 251) Brand the value of a brand’s overall strength in the market. Suatu merk dapat mempengaruhi perilaku konsumen berdasarkan persepsi yang terbentuk di dalam benak konsumen mengenai brand image atau kesan merk yang dimiliki oleh merk tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan pengelolaan terhadap Brand Image, alasna lain yang turut mendukung bahwa Brand Image perlu diperhatikan adalah kenyataan bahwa Brand Image pada akhirnya akan mempengaruhi brand equity yang dimiliki oleh suatu merk untuk melihat pengaruh brand image tersebut perlu untuk diketahui terlebih dahulu mengenai pengertian Brand Equity.
Brand Equity concept atau konsep ekuitas merk dikemukakan oleh pakar merk dari Universitas California di Berkeley (Amarika Serikat) David A Aaker, yang menyatakan bahwa Brand Equity merupakan satu et brand asset dan liability yang berhubungan dengan sebuah merk, nama dan symbol yang disediakan sebuah produk atau servis terhadap seorang konsumen. Brand Equity yang tinggi memberikan sejumlah keuntungan kompetitif antara lain: 1. Perusahaan akan menikmati biaya pemasaran yang lebih kecil karena tingkat kesadaran dan kestiaan merk konsumen yang tinggi. 2. Perusahaan akan mempunyai pisusu yang lebih kuat dalam negosiasi dengan distributor dan pengecer karena pelanggan mengharapkan mereka menyediakan merk tersebut. 3. Perusahaan dapat mengenakan harga yang lebih tinggi dari pesaingnya karena merk tersebut memiliki kualitas yang diyakini lebih tinggi. 4. Perusahaan dapat lebih mudah meluncurkan perluasan merk karena merk tersebut memiliki kredibilitas tinggi. 5. Merk tersebut memberikan pertahankan terhadap persaingan harga yang tajam. Oleh sebab itu suatu merk perlu dikelola dengan cermat agar Brand Equity tidak mengalami penyusutan. Ini membutuhkan pemeliharaan atau peningkatan kesadaran merk, kualitas dan fungsi yang diyakini dari merk itu, Asosiasi merk yang positif, dan lain-lain secara terus menerus. 5. Kesan Merk (Brand Image)
Kesan merk (Brand Image) adalah merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan ingatan akan suatu merk tertentu. Brand Image terbentuk di dalam benak konsumen, yakni dimana konsumen menangkap dan menerjemahkan sinyal-sinyal yang dikirim oleh suatu merek melalui produknya, yaitu berdasarkan atribut karakteristik atau identitas fisik merk itu sendiri, seperti nama, symbol dan slogan sinyal itu kemudian dikirim dan disosialisasikan kepada konsumen melalui program komunikasi merk. Brand Image dimensi kedua dari pengetahuan tentang merek yang berdasarkan konsumen adalah citra dari sebuah merek. Citra merek dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul dalm benak konsumen ketika mengingat suatu merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemukiran atau citra tertentu yang dikaitakn dengan suatu merek, sama halnya ketika kita berfikir tentang orang lain. Asosiasi ini dpaat terkonseptualisasi berdasarkan jenis, dukungan, kekuatan, keunikan. Jenis asosiasi merek meliputi atribut, manfaat dan sikap. Atribut terdiri dari atribut produk, misalnya warna dan ukuran serta atribut yang tidak berhubungan dengan produk, misalnya harga, pemakai dan citra perusahaan. Sedangkan manfaat mencakup manfaat secar fungsional dan manfaat secara simbolis serta manfaat berdasarkan pengalaman 6. Strategi membangun Merek Strategi membangun merek dapat pula mengandalkan merek. Ekuitas merek berdasarkan perspektif konsumen atas merek tersebut dan menyimpannya dalam memori perspektif konsumen adalah pengenalan konsumen atas merek tersebut dan menyimpannya dalam memori mereka beserta asosiasi merek yang mendukung, kuat dan unik. Ekuitas merek berdasarkan perspektif konsumen terdiri dari kesadaran
merek (Brand Awareness) dan citra merek ( Brand Image). Kesadaran merek merupakan kemampuan merek untuk mucul dalam benak konsumen ketika mereka sedang memikirkan produk tertentu dan seberapa mudahnya nama tersebut dimunculkan.kesadaran merek merupakan dimensi dasar dalam ekuitas merek. Sebuah merek tidak mempunyai ekuitas sampai konsumen menyadari keberadaan merek tersebut. Merek baru harus mampu mencapai kesadaran merek dan mempertahankan kesadaran merek harus dilakukan semua merek. Tingkat kesadaran merek terdiri dari kenal akan merek sebagai kesadaran yang cenderung dangkal dan mengingat merek sebagai kesadaran yang lebih dalam. Citra merek merupakan jenis asosiasi yang muncul dibenak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi tersebut dapat mucul dalam bentuk citra atau pemikiran tertentu yang dikaitakn dengan suatu merek. Asosiasi ini dapat dikonseptualkan berdasarkan jenis, dukungan, kekuatan dan keunikan. Jenis asosiasi merek meliputi atribut, manfaat dan sikap. Atribut terdiri dari atribut yang berhubungan dengan produk, misalnya harga , pemakai dan citra penggunanya. Sedangkan manfaat mencakup manfaat secara fungsional, manfaat secara simbolis dan manfaat berdasarkan pengalaman. Untuk meningkatkan ekuitas merek dilakukan melalui pemilihan nama merek atau logo yang baik. Usaha yang paling sering dilakukan melalui program pemasaran dan komunikasi pemasaran agar tercipta asosiasi yang mendukung, kuat dan unik dibenak konsumen antara merek dan atribut atau manfaatnya. Produk berkualitas tinggi dan mempresentasikan nilai yang potensial mempunyai ekuitas merek yang
tinggi membutuhkan usaha komunikasi pemasaran yang efektif dan konsisten untuk membangun dan mempertahankan ekuitas merek.
D. Kualitas Produk 1. Pengertian Produk Menurut Tjiptono (1995:76) produk adalah pemahaman subyektif dari pridusen atas sesuatu sebagai usaha memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Menurut Sofyan Assauri
yang dikutif oleh Arif Isnaini (2005). Mendefinisikan
produk adalah barang atau jas ayang dihasilkan untuk digunakan oleh konsumen guna memenuhi kebutuhan dna memberikan kepuasan. Menurut Joseph P Canon, dkk ( 2008: 237) product means the need satisfaying offering of a firm. Sedangkan Quality menurut Joseph P Canon, dkk ( 2008: 251) Quality means a product’s ability to satisfy a cuntomer’s need or requirment. Definisi produk menurut William J Stanton yang dikutip oleh Arif Isnaini (2005) produk adalah sekumpulan atribut yang nyata (Tangible), dan tidak hanya nyata (intangible), di dalamnya sudah termasuk warna, harga kemasan, prestige pabrik, prestige pengencer dan pelayanan dari pabrik serta pengencer yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai sesuatu yang bisa memuaskan keinginannya. Menurut kamus istilah pemasaran (Besty-ann dan Toffler, 2002:863) merupakan sesuatu objek, jasa, kegiatan, seseorang, tempat, organsiasi atau gagasan yang mempunyai manfaat dan dapat ditawarkan kesuatu pasar untuk memenuhi kebutuhan dn keinginan. Sedangkan menurut (Teguh Budiarto 1993:62) produk adalah pemahaman prosedur sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Dari dedinisi di atas dapat disimpulkan bahwa produk merupakan alat pemenuhan kebutuhan, baik yang nyata maupun yang tidak nyata yang di dalam mengkonsumsinya konsumen mengharapkan kepuasan. Mutu produk didasrkan atas dasr cara pandang konsumen atas suatu produk. Ditinjau dari sudut pandang pemasaran mutu produk adalah kemampuan suatu produk untuk memenuhi kebutuhan dan keperluan konsumen, mutu produk tidak bisa dilihat hanya dengan melihat tampilannya saja tapi mutu suatu produk bisa dilihat dari manfaat yang diberikan. Pengertian produk menurut Philip Kotler (2004:448) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kesuatu pasar untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan. Produk merupakan unsur penting dari pemasaran karena merupakan tawaran nyata kepada konsumen dalam kegiatannya, yang meliputi kemasan, wujud produk, dan pelayanan. Tanpa adanya produk, maka tidak akan ada yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. 2. Pengklasifikasian Barang 1. Klasifikasi barang konsumen Barang konsumen adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen sendiri. Umumnya barang konsumen dilasifikasikan menjadu empat yaitu : a. Convenience goods Convenience goods merupakan barang yang pada umumnya memiliki frekuensi pembelian yang tinggi, dibutuhkan dalam waktu segera, dan
hanya memerlukan usaha yang minim dalam membandingkan dan pembeliannya. b. Shopping goods Shopping Gods adalah barang yang dalam proses pemilihan dan pembeliannya
dibandingkan oleh konsumen diantara berbagai
alternative yang terjadi. Kriteria perbandingan tersebut meliputi diantra berbagai alternative yang terjadi, kriteria perbandingkan tersebut meliputi harga, kualitas dan model masing-masing barang. c. Specialty goods Specialty goods adalah barang-barang yang memiliki karakteristik dan atau identifikasi merk yang unik dimana sekelompok konsumen bersedia melakukan usaha khsuus untuk membelinya. d. Unsought goods Unsought goods merupakan barang-barang yang tidak diketahui konsumen ataupun kalau diketahui tetapi pada umumnya tidak terpikirkan untuk membelinya. 2. Klasifikasi Barang Industri Barang industri adlah barang yang dikonsumsi oleh industriawan untuk keperluan lain yang untuk diubah dan untuk kembali. Barang industri dapat diklasifikasikan berdasarkan peranannya dalam proses produksi dan biaya relatifnya. Ada tiga kelompok barang industri yang dpat dibedakan (Koltler, 1994:436-438) a. Material and Parts
Yang tergolong dalam kelompok ini adalah barang yang seluruhnya atau sepenuhnya masuk ke dalam proses produk jadi. b. Capitals Items Capitals items adalah barang-barang tahan lama (Long Lasting) yang memberi kemudahan dalam mengembangkan dan atau mengelola produk jadi. Mislanya bangunan serta berbagai peralatan yang menunjang dalam proses produksi.
c. Supplies and Service Yang masuk dalam kelompok ini adalah barang-barang tidak tahan lama
(Short
Lasting)
yang
memberi
kemudahan
dalam
mengembangkan dan atau mengelola keseluruhan produk jadi. 3. Tingkat Produk Untuk merencanakan penawaran produk kepada konsumen, produsen perlu mengetahui tingkatan dari produk tersebut. Menurut Kotler (2002) terdapat lima tingkatan produk yaitu : a. Manfaat inti (Core Benefit) Yaitu manfaat dasar yang sesungguhnya dibeli oleh konsumen. Pemasar harus memandang dirinya sendiri sebagai manfaat. Mislanya seorang penumpang pesawat terbang membeli kenyamanan dalam perjalanan. b. Produk dasar (Basic Pruduct)
Pada level kedua, pemasar harus mengubah manfaat inti menjadi produk dasar. Mioslanya sebuah kamar hotel mencakup tempat tidur, kamar mandi, handuk, meja tulism meja rias, dan lemari pakaian. c. Produk yang diharapkan (Expected Product) Yaitu serangkaian atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan oleh pembeli ketika mereka membeli produk tersebut. Mislanya seorang penumpang pesawat dapat mengharapkan penerbangan yang nyaman, tempat duduk yang nyaman, pelayanan yang ramah, lingkungan yang bersih. d. Produk yang ditingkatkan (Aughmented Product) Pada level keempat pemasar menyiapkan produk yang ditingkatkan yang melampaui harapan pelanggan. Misalnya agen penjual tiket pesawat dapat meningkatkan produknya
dengan menyertakan
kemudahan dalam pemesanan tiket. e. Produk Potensial (Potensial product) Mencakup semua peningkatan dan transformasi yang pada akhirnya akan dialami oleh produk tersebut di masa depan. Pada level inilah perusahaan secara agresif mencari berbagai car abaru untuk memuaskan konsumennya dan membedakan tawarannya. 4. Pengertian Kualitas Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda-beda mengenai kualitas produk. Karena kualitas produk. Karena kualitas produk mempunyai banyak criteria
dan sangat tergantung pada konteksnya. Menurut Yamiz (2001:7), pengertian kualitas produk yang dikutip dari tiga pakar kualitas internasional adalah : 1. W. Edwads Deming, mendefinisikan kualitas adalah apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen. 2. Philip B Crosby, mempersepdikan kualitas sebagai nilai nihil cacat, kesempurnaan dan kesesuaian terhadap persyaratan. 3. Joseph M. Juran, mendefinisikan mutu sebagai kesesuaian terhadap spesifikasi. Kualitas produk suatu perusahaan merupakan hal yang penting karena persepsi konsumen terhadap suatu produk bentuk melalui kualitas produk dalam memuaskan kebutuhan konsumen. Untuk mempertahankan pelanggan baik pelanggan baru maupun pelanggan potensial sebuah perusahaan harus menciptakan produk yang berkualitas sesuai dengan yang telah ditetapkan. Kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat dai suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhannya. Jadi suatu produk dapat dikatakan berkualitas apabila dapat memenuhi kebutuhan. Apabila konsumen merasa puasa maka produk tersebut dapat dikatakan berkualitas. Tetapi apabila sebaliknya, konsumen merasa suatu produk tidak dapat memenuhi kebutuhan maka produk tersebut dikatakan tidak berkualitas. Kotler dan Amstrong (2003:347) mendefinisikan kualitas produk adalah kemampuan satu produk untuk melakukan fungsi-fungsintya, kemampuan itu meliputi daya tahan, keandalan, ketelitian yang dihasilkan, kemudahan dioperasikan dan diperbaiki dan atribut lain yang berharga pada produk secara keseluruhan.
Sedangkan menurut Heizer dan Render (2005:253) mendefinisikan kualitas sebagai kemampuan suatu prdoduk atau jasa memenuhi kebutuhan pelanggan. Sedangkan kualitas sebagaimana yang diambil oleh American Society for Quality adalah keseluruhan fitur dan karakteristik produk atau jasa yang mampu memuaskan kebnutuhan konsumen baik yang terlihat atau yang tersamar. Dalam setiap promosinya perusahaan akan selalu memperlihatkan kualitas produk yang dihasilkan. Menurut Heizer Rinder yang dikutip oleh Sarbi Djafri (1999), secara uum konsumen memandang kualitas suatu barang atau jasa dari enam dimensi, yaitu : a. Operasi Kualitas menurut konsumen dilihat dari bekerjannya atau operasinya produk setelah produk dipakai. b. Keandalan dan ketahanan Dalam hal ini kualitas menggambarkan kemungkinan suatu produk gagal atau menjadi cepat buruk atau rusak. c. Kesenian Kualitas dalam hal ini sangat berhubungan dengan tingkat dimana suatu produk memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya. d. Pelayanan Dimensi ini mengacu pada keramahan, kecepatan serta ketelitian dalam perbaikan. e. Penampilan
Dimensi kualitas ini lebih subyektif sifatnya, lebih menggambarkan perasaan pribadi, seperti variabel sentuhan, suara dan bau.
E. Keputusan Pembelian Keputusan membeli yang dilakukan oleh konsumen dipengaruhi oleh beberapa factor, demikian pola konsumen, konsumen terbentuk karena pengaruh lingkungan seperti (Buchari Alma 2004:97). a. Kebudayaan (Culture) Kebudayaan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya dengan demikian selera seorang individu akan mengikuti pola selera yang dilakukan oleh nenek moyangnya. b. Kelas social (Social Class) Ini merupakan kelompok mempunyai tingkat tertentu, yang memiliki nilai dan sikap yang berbeda dari kelompok tingkat lainnya. c. Keluarga (Family) Keluarga merupakan lingkungan terdekat dengan individu dan sangat mempengaruhi nilai-nilai serta perilaku seseorang dalam mengkonsumsi barang tertentu. d. Klub-klub (Referensi Klub)
Klub-klub seperti ini ialah klub arisan ibu-ibu, klub olahraga, klup rekreasi, klup profesi. Referensi group ini bisa merupakan group primer, sekunder atau pemberi aspirasi. Group primer adalah para anggota yang saling berkomuniksi satu sama lainnya, group sekunder adalah organsiasi yang tidak terlalu banyak berinteraksi, tatap muka dengan individu seperti organsiasi serikat pekerja, organsiasi keagamaan sedang group aspirasi adalah seseorang yang memberi aspirasi para indovidu untuk memiliki sesuatu. 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen Konsumen pembelian oleh konsumen sangat dipengaruhi oleh faktor budaya, kepribadian, sosial, psikologi, sebagian besr faktor itu tidak bisa dikendalikan oleh pemasaran, tetapi harus diperhitungkan sebagai karakteristik yang mempengaruhi perilaku pembelian (Kismoro, gugup 2001:315) 1. Faktor budaya Budaya merupakan penentu yang paling fundamenyal dalam membentuk keinginan dan perilaku seseorang. Anak yang dibesrkan dalam 5 buah masyarakat mempunyai nilai-nilai dasar, persepsi, perilaku melalui proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan lembaga lainnya. Kondisi sub budaya juga dipengaruhi turut berperan dalam pembentukan perilaku seperti kelompok, keagamaan, suku bangsa dan wilayah geografis, sementara itu kelas, sosial dalam masyarakat yang memiliki karakteristik nilai, minat dan tingkah laku yang sama, mempunyai beberapa dikantor yang ikut mmebentuk masyarakat, pendapat-pendapat wilayah tempat tinggal. 2. Faktor sosial
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kelompok referensi, keluarga, status dan peranan sosial dalam masyarakat, kelompok referensi memberi pengaruh secara langsung bagi pembentukan sikap dan prilaku kons sedangkan keluarga mereka sumber organsiasi dimana seseorang akan terlibat dalam pengambilan keputusan. 3. Faktor kepribadian Setiap orang memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda-beda sehingga berpengaruh terhadap tingkah lakunya. Pekerjaan dan keadaan ekonomi seseorang erat kaitannya dengan pola konsumsi dan pilihan produk. Hal tersebut juga membentuk suatu gaya hidup yang merupakan pola hidup seseorang sehari-hari yang dinytakan dalam kegiatan ekonomi minat dan opini. 4. Faktor psikologi Dilihat konsumsi seseorang secara psikologis untuk faktor motivasi, persepsi, pembelajaran
serta keyakinan dan sikap motivasi terbentuk karena dorongan
seseorang untuk mengejar kepuasan. Kepastian pembelian oleh konsumen merupakan suatu keputusan akhir diserangkaikan proses-proses sebelumnya, mulai dari persepsi tentang situasi. Proses pembelajaran melalui perubanahn pribadi maupun orang lain. Sampai pada keyakinan dan sikap terhadap perilaku yang akan dilakukannya. Tahap itulah yang secara psikologis
membentuk perilaku dan sikap seseorang dalam
menkonsumsi. Perilaku konsumen adalah hasil interaksi antara kepribadian dan situasi. Situasi yang relatif sama dalam kurun waktu tentang menghasilkan pola perilaku tentang yang disebut gaya hidup. Maka dapat diibaratkan bahwa prilaku Hons adalah
sebuah phon, budaya adalah batangnya kepribadian adalah dahannya dan gaya hidupnya adalah rantingnya.
2. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian 1. Pengenalan masalah Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal maupun eksternal individu. 2. Pencarian informasi Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Pencarian informasi suatu produk bisa diperoleh dari sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga), sumber komersial (jklan, wiraniaga, penyalur), sumber publik (media massa), sumber pengalaman (penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk). Melalui pengumpulan alternatif, konsumen mengetahui tentang merek-merek yang bersaing dan keistimewaan merek tersebut. 3. Evaluasi alternatif Para konsymen memiliki sikap yang berbeda dalam memandang atribut yang dipandang rlevan dan penting. Mereka akan memberikan perhatian terbesar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya. 4. Keputusan pembelian
Dalam tahap evaluasi. Dalam melaksanakan niat membeli konsumen dapat membuat 5 sub keputusan pembelian. Diantranya keputusan merek, keputusan pemasok, keputusan kuantitas, keputusan waktu dan keputusan pembayaran.
5. Perilaku Pasca Pembelian Setelah membeli produk konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidak puasan tertentu. Kepuasan pembeli merupakan seberapa dekat harapan pembeli atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan pembeli atas produk tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah dari pada harapan maka pelanggan akan kecewa, jika ternyata sesuai harapan pelanggan puas, jika melebihi harapan maka pembeli akan sangat puas. Hal ini sangat ditentukan oleh pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk yang ia beli. Apakah ia akan puas atau kecewa. Jadi tergantung pada jarak ekpektasi dengan kenyataan yang dihadapi. Jika kenyatannya ia tidak puas maka ia akan kecewa, jika sesuai antara apa yang diharapkannya dengan yang dialami berarti puas, dan jika kenyatannya lebih bagus dari yang ia harapkan mak aia akan sangat gembira.
F. Kerangka Pemikiran Konseptual Persaingan yang semakin tajam dalam dunia usaha menjadi hal tang tidak dapat dihindari. Pemenang dari persaingan ini adalah perusahaan yang mampu memberikan produk yang mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen.
Setiap perusahaan harus mampu menarik konsumen baru setiap saat dan harus mampu mempertahankan pelanggan yang suda ada. Karena mempertahankan pelanggan lebih sulit dan memerlukan biaya yang tidak sedikit dari pada menarik pelanggan lebih sulit dan memerlukan biaya yang tidak sedikit dari pada menarik pelanggan lebih sulit dan memerlukan biaya yang tidak sedikit dari pada menari pelanggan baru. Sesungguhnya persaingan yang terjadi antar perusahaan adalah pertarungan persepsi
bukan sekedar pertarungan produk. Merk yang baik juga
menyampaikan jaminan tambahan berupa jaminan kualitas. Persepsi yang baik oleh konsumen akan memberikan image yang baik pula terhadap produk. Sebaliknya konsumen memberikan persepsi yang buruk terhadap produk maka akan berakibat buruk terhadap produk. Maka perusahaan harus memberikan produk yang berkualitas yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Untuk menimbulkan tingkat kesadaran merk (Brand Awareness) salah satu strateginya
yaitu
mempromosikan
produk
dan
mebujuk
konsumen
untuk
mengkonsumsi produk, dan memahami akan beradaan suatu prosuk dipasar. Dalam mempromosikan suatu produk perusahaan harus memilih media yang harus digunakan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Agar tepat pada sasaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Agar tepat pada sasaran yang ditujukan konsumen bersedia melakukan pembelian terhadap peroduk sasaran yang tujuan konsumen bersedia melakukan pembelian terhadap produk yang dipromosikan.
Pepsodent
IKlan
Brand Image
Keputusan Pembelian
Uji Validitas dan Reliabilitas
Model regresi linear
Regresi linear berganda Uji Asumsi Klasik: 1. Autokorelasi 2. Multikolinearitas 3. Heteroskedastisitas 4. Normalitas
Uji Hipotesis: 1. Uji t (Parsial) 2. Uji f (Simultan)
Kesimpulan
Kualitas Produk
Gambar: 2.6 Kerangka pemikiran Konseptual
G. Penelitian Terdahulu Dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Diana Fardina yang membahas tentang “Analisis pengaruh kreativitas tayangan iklan dan pelayanan penjualan terhadap keputusan pembelian produk Suzuki”, dengan
hasil penelitian bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan sebesar 77,3% berdasarkan koefisien determinasi, dapat disimpulkan bahwa pengaruh iklan dan pelayanan penjualan terhadap keputusan pembelian produk Suzuki sebesar 59,8% dan selebihnya 40,2% ditentukan oleh variabel lain yang tidak diketahui dan tidak termasuk dalam analisis regresi ini. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ridwan yang membahas tentang “Analisis pengaruh kualitas produk dan Brand Image terhadap keputusan pembelian Ban Radial Bridgeston, dengan probalitas 0,000< α 0,05, maka kesimpulannya adalah kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian ban, sedangkan nilai t hitung untuk Brand Image adalah 0,551 dengan probabilitas (signifikansi) 0,583 < α 0,05, maka kesimpulannya brand image berpengaruh terhadap keputusan pembelian ban. Nilai f hitung aalah 13,494 sedang f tabel adalah (α 0,05, nume rator = 2, denumerator = 97) adalah 3,07. jadi 13,494 > 3,07, kesimpulannya kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian ban, kedua variabel tersebut berguna untuk memprediksi keputusan pembelian. R square (indeks determinasi) adalah 0,28, kondisi ini menunjukkan pengaruh kualitas produk dan Brand Image terhadap
keputusan pembelian adalah sebesar 22% sisanya 78% dijelaskan oleh variabel lain diluar analisis tersebut. Berdasarkan penelitian tersebut di atas penelitian ini membahas tentang analisis pengaruh iklan, brand image dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian Pepsodent. Dengan hipotesis bahwa ketiga variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan keputusan pembelian.
H. Hipotesis 1. Ho : β1 = 0, Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara iklan (X1) keputusan pembelian (Y) pepsodent. Ha : β1 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara iklan (X1) dengan keputusan pembelian (Y) pepsodent 2. Ho : β2 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara brand image (X2) dengan keputusan pembelian (Y) pepsodent. Ha : β2 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara brand image (X2) dengan keputusan pembelian (Y) 3. Ho : β 3 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan kualitas produk (X3) dengan keputusan pembelian (Y) pepsodent. Ha : β3 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas produk (X3) dengan keputusan pembelian (Y) pepsodent. 4. Ho : β = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara iklan (X1), brand image (X2) dan kualitas produk (X3) secara bersamaan ( simultan) terhadap keputusan pembelian (Y) pepsodent.
Ha : β ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara iklan (X1), brand image (X2) dan kualitas produk (X3) secara bersamaan ( simultan) terhadap keputusan pembelian (Y) pepsodent.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh iklan, Brand Image dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian produk Produk Pepsodent Pencegah Gigi Berlubang. Pemilihan lokasi penelitian (sampling) dilakukan secara sengaja dengan responden adalah masyarakat yang layak dijadikan obyek penelitian dan pernah menggunakan produk tersebut.
B. Metode Penentuan Sampel Sampel yang dipilih penulis sebagai sumber data yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah masyarakat yang mengetahui produk yang diteliti yaitu pasta gigi tersebut. Untuk mengetahui besaran sampel maka digunakan rumus slovin dengan persentase kelonggaran sebesar 10% Husein Umar, 2005: 53) yaitu: n=
N 1 + N (e 2 )
Dimana: n = Volume sampel N = Ukuran sampel e
= Persentasi kelonggaran
C. Metode Pengumpulan Data Dalam memperoleh data, penulis menggunakan data primer dan data sekunder: 1. Data primer yaitu melalui survei lapangan yaitu dengan cara menyebarkan angket (kuisioner) yang berisi pertanyaan yang berhubungan dengan topik penelitian kepada responden. Sebelum dilakukan penyebaran kepada 100 responden terlebih dahulu dilakukan try out untuk menguji pertanyaan mana saja yang valid. 2. Data sekunder yaitu dengan Riset Perpustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh bahan yang diperlukan antara lain melalui jurnal, buku, internet yang berkaitan dengan topik penelitian tersebut.
D. Metode Analisis Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan instrument yang disusun berbentuk kuisioner yang diisi oleh para responden. Kuisioner diberikan kepada para pengguna pepsodent pencegah gigi berlubang. Pedoman kuisioner disusun sesuai dengan jumlah variabel penelitian yaitu: 1. Variabel iklan 2. Variabel brand image 3. Variabel kualitas produk 4. Variabel keputusan pembelian
Untuk mengetahui pengaruh iklan, brand image dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian pepsodent dilakukan dengan menggunakan skala likert (RA Likert), mengembangkan prosedur penskalaan dimana suatu kontinum bipolar. Pada ujung kiri (dengan angka rendah) menggambarkan suatu jawaban negatif, sedang ujung kanan (dengan angka besar) menggambarkan positif, sebagai berikut: Tabel 3.1 Skala Likert Sangat Tidak Tidak Setuju
Ragu
Setuju
Sangat Setuju
(STS)
(TS)
(R)
(S)
(SS)
1
2
3
4
5
Setuju
Selanjutnya data diperoleh menggunakan kuisioner, dimana analisisnya akan dipresentasikan dalam bentuk tabel. Hasil dari tabel dianalisis berdasarkan variabel iklan, brand image dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian setelah dilakukan perhitungan atas hasil kuisioner pengolahan data yang diperoleh mengenai iklan, brand image dan kualitas produk serta keputusan pembelian, dilakukan pengujian statistik linier berganda dan analisis koefisiensi korelasi. 1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Uji validitas menunjukan sejauh mana alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur, instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (menukur) itu valid. Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel tertentu. Daftar pertayaan ini
umumnya mendukung suatu kelompok variabel tertentu. Hasil penelitian yang valid bila
tredapat
kesamaan
antara
data
yang
terkumpul dengan
data
yang
diujisesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Validitas suatu butir pertanyaan dapat dilihat dari hasil SPSS pada tabel engan judul item-total statistic. Menilai kevalidan masing-masing butirpertanyaan dapat dilihat dari nilai corrected item-total correlation masing-masing bitur pertanyaan. Dalam hasil analisis item ini bhuono agung, menyatakan bahwa validitas suatu butir pertanyaan dapat dilihat dari hasil out put SPSS pada tabel dengan judul itemtotal statistic. Menilai kevalidan masing-masing butir pertanyaan dapat dilihat dari nilai correct item-total correlation masing-masing butir pertanyaan. Suatu butir pertanyaan dinyatakan valid jika nilai r-hitung yang merupakan nilai Corected itemTotal Correlatoin > r-tabel atau uji validitas sebaiknya dilakukan secara terpisah dengan lembar kerja yang berbeda antara satu konstruk variabel yang lain sehingga dapat diketahuia butir pertanyaan mana yang paling banyak tidak valid. Apabila suatu alat ukur dinyatakan valid maka tahap selanjutnya yaitu pengukuran reliabilitas dari alat. Sebagai ukuran yang menunjukan konsistensi dari alat ukur dalam mengukur segala yang sama dilain kesempatan. Untuk melihat reliabilitas maka dihitung Cronchbach Alpha masing-masing instrument variabel. Variabel tersebut dikatakan reliabel bila Cronchbach alphanya lebih besar dari 0,06. Uji reliabilitas bertujuan untuk melihat konsistensi alat ukur yang digunakan yakni apakah alat ukur tersebut akurat, stabil dan konsisten. Tehnik yang digunakan untuk menguji reliabilitas adalah koefisien Alpha Cronchbach denganrumus.
2 K ∑σ b ri : 1 − σ 2t K − 1
Dimana: ri
: Reliabilitas Instrument
K
: Banyaknya butir pertanyaan
σ 2t : Varians total σ 2b : Varians butir 2. Analisis Koefisien Korelasi
Analisis statistik ini bertujuan untuk mengatahui ada atau tidak adanya hubungan antara dua variabel,yaitu nariabel bebas dan variabel terikat. Dalam hal ini yang akan dicari adalah hubungan antara Iklan, Brand Image dan Kualitas Produk sebagai variabel bebas dan keputusan pembelian sebagai variabel terikat. Rumus koefisien korelasi Rxy: ∑ x1y1 – (∑x1) (∑x2) {n∑ x1² - (∑x1)²} {n∑ y1² - ( ∑x)²} Dimana: R : koefisien korelasi N: jumlah sampel X: Pengaruh Iklan, Brand Image dan Kualitas Produk Y: keputusan pembelian Dengan ketentuan bahwa r = 0, berarti hubungan X dan Y tidak ada korelasi (hubungan yang ada sanga lemah)
r = 1 atau mendekati 1, berarti hubungan yang etrjadi sangan kuat (kuat sempurna) r = ( + ) positif , berarti kenaikan X yang diikuti oleh kenikan Y dan sebaliknya penurunan nilai X diikuti oleh penurunan nilai Y r = ( - ) negativ, berarti kenaikan nilai X akan diikuti oleh penurunan nila Y dan sebaliknya penurunan nilai X akan diikuti oleh kenaikan nilai Y. Tabel 3.2 Pedoman untuk memberikan koefisien korelasi Internal koefisien
Tingkat korelasi
0,00 - 0,199
Sangan rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 0,1000
Sangat kuat
Sumber: Sugiyono, metode penelitian, CV. Alfabeta, Bandung, 2002 3. Regresi Linear Berganda
Metode regresi linear dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengaruh antara variabel bebas (Independent) dengan variabel terikat (Dependent). Metode ini juga bias digunakan sebagai ramalan sehingga dapatdiperkirakan antara baik atau buruknya suatu variabel X terhadap naik dan turunnya suatu tingkat variabel Y bagitupun sebaliknya. Y = a + b1 x 1 + b2 x2 + b3 x3 + e
Dimana: Y = Keputusan Pembelian
a = Konstamta b = Regresi yang menunjukan angka peningkatan ataupun penurunan variabel independent, bila b (+) mana naik dan bila b (-) maka terjadi penurunan x1 = Iklan x2 = Brand Image x3 = Kualitas Produk e = Error Langkah selanjunya yaitu melakukan pengujian dan pembuktian terhadap hipotesisi yang telah dibuat pembuktian ini melalui perhitungan dengan menggunakan program SPSS. Dalam pengujian regresi agar menunjukan hubungan yang valid atau tidak maka perlu pengujian Asumsi Kalsik pada model Regresi yang digunakan. Adapun asumsi dasar yang harus dipenuhi antara lain adalah: a. Autokorelasi
Merupakan pengujian dalam regresi dimana dependent variabel tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Maksud korelasi dengan dirinya sendiri adalah bahwa nilai variabel terikat (Dependent Variabel) tidak berhubungan dengan nilai variabel itu sendiri, baik nilai periode sebelumnya atau nilai selanjutnya untuk mendeteksi gejala Autokorelasi kita menggunakan Uji Durbi Watson (DW). Uji ini menghasilkan nilai DW hitung dan nilai DW table. Hipotesisinya: Ho : Tidak ada korelasi, jika Durbin Wason -2 sampai 2 Autokorelasi positif jika DW > 2 maka terjadi Auokorelasi negative. Rumus Uji Durbin Wason adalah sebagai berkut:
D = ∑(en – en -1) ∑e²n
Criteria pengujian: Ho : Diterima jika nilai DW diantara angka -2
Kesimpulan
Kurang dari 1,10
Ada autokorelasi
1,10 dan 1,54
Tanpa Kesimpulan
1,55 dan 2,46
Tidak ada Autokorelasi
2,46 dan 3,90
Tanpa Kesimpulan
Lebih dari 2,91
Ada Autokorelasi
Sumber : Algifari, Analisis Regresi, CV. BPFE, Yogyakarta, Hal: 7-9 b. Multikolinearitas Adanya hubungan linear yang sempurna atau eksak diantara variabel-variabel dalam regresi. Model regresi yan g baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi antara variabel terikat maka variabel ini tidak orthogonal. Variabel onthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesame variabel bebas sama dengan nol. Menurut Bhuono (2005:58) untuk melihat ada tidaknya Multikolinearitas biasanya dengan melihat VIF (
Variansce Inflation Factor), ini tidak lebih dari 10 dan nilai toleransi kuang dari 0,1 untuk masing-masing variabel bebas. c. Heteroskedastisitas Asumsi ini digunakan apabila variasi dari factr penggangu selalu sama pada data pengamatan yang satu terhadap pengamatan lainnya. Jika ini dapat terpenuhi, berarti
variasi
factor
pengganggu
pada
kelompok
data
tersebut
bersifat
Homoskedastisitas. Jika asumsi ini tidak dapat terpenuhi maka dapat dikatakan terjadi penyimpangan . penyimpangan ini terdapat beberapa factor penggangga yang disebut sebagai Heteroskedastisitas. Kemudian menurut pandangan Bhuono (2005:62) untuk mengetahui ada atau tidaknya Heteroskedastisitas terdapat beberapa cara diantaranya: 1.
Dengan melihat grafik Plot antara prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residunya (SRESID). Deteksi ada atau tidaknya Heteroskedastisitas dengan melihat antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah yang diprediksi dan sumbu X adalah residunya.
2.
Dasar dari analisis ini, jika ada pola tertentu seperti titik yang tidak membentuk suatu
pola
yang
teratur,
maka
mengidentifikasikan
telah
terjadi
Heteroskedastisitas. Tetapi tidak ada pola yang jelas secara titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol. Maka tidak terjadi Heteroskedastisitas, artinya hal tersebut terbebas dari asumsi klasik Heteroskedastisitas dan layak dgunakan dalam penelitian d.Normalitas
Pengujian Normalitas adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam Variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah memiliki distribusi normal. Normalitas data dapat dilihat dengan beberapa cara diantaranya yakni dengan melihat kurva normal P-plot. Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titiktitik data yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. 4. Uji Hipotesis (Uji Signifikansi)
1) Uji t (secara parsial) Uji t dilaksanakan untuk melihat signifikansi dan pengaruh independent secara individu atau parsial terhadap variabel dependent dengan menganggap variabel lain bersifat konstan atau digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan antara varabel X dan variabel Y. Untuk menguji hipotesa: Ho = 0, maka langkah yang akan digunakan untuk menguji hipotesa tersebut dengan Uji t adalah sebagai berikut:
a. Menentukan Ho dan Ha Ho : β : 0 ( Koefisien regresi tidak signifikan) Ha : β # 0 ( Koefisien regresi signifikan ) b. Menentukan Level of Significance Level of significance yang digunakan sebesar 5 % atau (α) = 0,05 c. Menentukan nilai t (t hitung) Menentukan t hitung (t-test) dapat dirumuskan sebagai berikut:
T hitung:
bi – (βi) Sb d. Menentukan criteria penerimaan dan penolakan Ho
jika propabilitas > 0,05
Diterima Ho
Jika probabilitas < 0,05
Diterima Ho
2) Uji F (Uji Simultan) Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independent secara keseluruhan terhadap variabel dependent. Untuk menguji hipotesa: Ho : β1, β2, β3 = 0, maka langkah-langkah yang dignakan untuk menguji hipotesa tersebut dengan Uji f adalah sebagai berikut: a. Menentukan Ho dan Ha Ho : β1, β2, β3 = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Independent dengan Variabel Dependent) Ha : β1, β2, β3 ≠ 0 (Terdapat pengaruh yang signifikan antara Variabel Independent dengan Variabel Dependent) b. Menentukan Level of Significance Level of Significance yang digunakan adalah sebesar 5% (α) = 0,05 c. Menentukan nilai F (F hitung) Menentukan F hitung perumusannya adalah sebagai berikut: F = R² / 2 (1 - R²) / (n – k -1) n
Dimana: R² = Koefisien Determinasi N = Jumlah pengamatan atau sampel
K-1 = Jumlah variabel Independent d. Mentukan criteria penerimaan dan penolakan Jika probabilitas < 0,05 Maka menolak Ho Jika probabilitas > 0,05 Maka menerima Ho
E. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel bebas (independent variabel)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Iklan yang dikonotasikan dengan huruf (X1). Iklan adalah komunikasi individual dengan sejumlah biaya melalui berbagai media yang dilakukan oleh suatu perusahaan, lembaga non laba serta individu-individu. Dan Brand Image yang dikonotasikan dengan huruf (X2), Brand adalah nama, istilah, symbol atau rancangan atau kombinasi hal tersebut yang dimaksudkan
untuk
mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau
sekelompok penjual untuk membedakannya dari pesaing. Serta Kualitas Produk sebagai (X3), produk
adalah sesuatu
yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
memenuhi keinginan dan kebutuhan. Kualitas produk adalah produk
yang
menawarkan mutu, kinerja terbaik, atau hal-hal inovatif lainnya. 2. Variabel terikat (Dependet Variabel)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keputusan pembelian (Y) yaitu bagaimana seorang
konsumen melakukan pembelian atas suatu barang tertentu
berdasarkan berbagai pertimbangan. Tabel 3.2. Variabel Operasional Penelitian
Sub Variabel No.
Variabel
Sub Indocator
Skala Indikator
1.
Iklan
Media cetak
Surat
kabar
Ordinal
Majalah Tabloid brosur, selembaran dll Media elektronik TV, Radio
Ordinal
Media luar ruang
Ordinal
Media
lini Pameran
bawah
mail
Direct
Point
Ordinal
of
purchase Merchandising schemes Kalender 2.
Brand Image
Criteria merk
Ordinal
Merk menggambarkan mengenai manfaat
produk
Merk menggambarkan kualitas
dan
kegiatannya Merk mudah dan
diucapkan, dikenal
dan
diingat
Merk
mempunyai cirikhas 3.
Kualitas
Operasi
produk
keandalan
Ordinal dan
ketahan kesesuaian pelayanan penampilan 4.
Keputusan
Pengenalan
Harga
pembelian
masalah
kemudahan manfaat
Ordinal
Merk
terkenal Pencarian
Sumber
pribadi Keluarga
informasi
sumber komersial tetangga teman TV
Proses evaluasif
Harga manfaat variasi
iklan
Ordinal
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran umum PT. Unilever Indonesia Tbk 1. Sejarah singkat perusahaan
PT. Unilever Indonesia (Tbk) didirikan pada 5 desember 1923 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta no: 33 yang dibuat oleh Tn. A.H Van Ophuijsen, notaris dibatavia. Akta ini disetujui oleh gubernur jendral Van Negerlandsch – indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 desember 1953, terdaftar di Raad Van Justitie dibatavia dengan no. 302 pada tanggal 22 desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 januari 1934. Dengan akta No.171 yang dibuat oleh Notaris Ny. Kartini mulyadi tertanggal 22 juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT. Unilever Indonesia . dengan akta No. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 juni 1997 nama perusahaan diubah menjadi PT. Unilever Indonesia Tbk, akta ini disetujui oleh menteri kehakiman dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH. 98, tertanggal 23 februari 1998 dan diumumkan diberita negara No. 2620 tanggal 15 mei 1998. 2. Visi dan Misi perusahaan
Misi Unilever adalah peningkatan vitalitas hidup. Kami memenuhi akan nutrisi, kesehatan dan perawatan pribadi sehari dengan produk yang membuat para pemakainya nyaman, berpenampilan dan lebih menikmati hidup. Jalinan yang mengakar dalam budaya dan pasar setempat diseluruh dunia telah menghasilkan hubungan yang kuat dengan para pelanggan dan merupakan dasar yang
sangat berguna untuk pertumbuhan kami dimasa mendatang. Kami akan membawa kekayaan ilmu pengetahuan dan keahlian internasional kami untuk melayani konsumen setempat, multinasional, multilokal sesungguhnya dengan sebaik-baiknya. Keberhasilan jangka panjang kami memerlukan komitmen terhadap standar pelaksanaan dan produktivitas bermutu tinggi, terhadap kerjasama yang harus dilakukan secara efektif da terhadap keinginan untuk menerima gagasan baru dan belajar secara terus menerus. Kami juga yakin bahwa untuk mencapai keberhasilan diperlukan standar etika usaha pada masing-masing orang yang bekerja bersama kami, masyarakat yang berinteraksi dengan kami serta lingkungan tempat kami melakukan kegiatan usaha. Inilah
cara
yang
kami
lakukan
dalam
mancapai
pertumbuhan
secara
berkesinambungan dan menguntungkan, menciptakan nilai jangka panjang bagi para pemegang saham, karyawan dan mitra usaha kami. 3. Sejarah singkat Pepsodent
Pepsodent adalah pasta gigi yang paling terkenal dan tertua diindonesia. Sejak awal keberadaannya selalu memberikan lebih sekedar kemanjuran dasar. Pepsodent adalah pasta gigi pertama diindonesia yang kembali meluncurkan pasta gigi berflorida pada tahun 1980-an dan satu-satunya pasta gigi diindonesia yang secara aktif mendidik dan mempromosikan kebiasaan menyikat gigi secara benar melalui program sekolah dan layanan pemeriksaan gigi gratis. Sejak itu pepsodent telah melengkapi jajaran produknya mulai dari pembersih dasar hingga pasta gigi dengan manfaat lengkap. 1. Program pepsodent
Pepsodent adalah satu-satunya merek pasta gigi diindonesia yang benar-benar menjalankan misinya. Bekerja sama dengan Departemen pendidikan dan kesehatan pemerintah indonesia dan diakui oleh persatuan dokter gigi indonesia (PDGI), sejak tahun 1990-an, pepsodent telah menjalankan program sekolah yang hingga tahun 2006 telah menjangkau lebih dari 3,2 juta anak-anak berusia dibawah 12 tahun diseluruh indonesia dan jumlah ini terus meningkat. Program ini meningkatkan kebiasaan menyikat gigi secara benar dan semenjak dini untuk mencegah masalah gigi khususnya gigi berlubang. Pepsodent memahami bahwa banyak bagian diindonesia yang mengalami masalah gigi dan juga dihadapkan pada masalah rendahnya jumlah dokter gigi dan jumlah penduduk itu sendiri. Itulah sebabnya mengapa program pemeriksaan gigi gratis pepsodent khusus dirancang untuk menjangkau orang-orang ini dan memberikan perawatan dan pendidikan gigi dengan cara yang menyenangkan dan memungkinkan untuk dilaksanakan dengan program ini, seluruh keluarga dapat memiliki kebiasaan kesehatan mulut dan gigi yang lebih baik. Ini juga merupakan usaha untuk mendorong rakyat indonesia untuk mengunjungi dokter gigi secara rutn sebagai bagian dari kabiasaan pencegahan gigi berlubang. 2. Survei pepsodent Survei tentang kebiasaan dan sikap menunjukan hanya sekitar 34% dari rakyat indonesia yang menyikat gigi mereka sebelum tidur. Bahkan dari penelitian klinis ditemukan bahwa pada perhitungan bakteri dipagi hari jumlahnya berlipat ganda dua kali lebih cepat pada malam hari ketimbang pada siang hari. Ini menunjukan bahwa pertumbuhan bakteri meningkat paling pesat selama malam hari dan dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya lubang. Bukti yang ada dewasa ini juga mendukung menyikat gigi dengan pasta gigi berflorida sebelum tidur pada malam hari karena perlindungan tambahan yang diberikannya untuk waktu yang lebih lama pada malam hari. Oleh karena itu mengapa pepsodent merasa perlu untuk menggunakan tema menyikat gigi pada malam hari sebagai kampanye kesehatannya untuk membuat orang indonesia menyikat gigi mereka sebelum tidur pada malam hari sebagai bagian dari mencegah gigi berlubang. a. Menurut WHO pembusukan gigi masih menjadi masalah utama kesehatan disebagian besar negara industri karena masalah tersebut menyerang 60% 90% anak-anak usia sekolah dan sebagian besar orang dewasa. b. Sekitar 63% penduduk indonesia menderita masalah pembusukan gigi serius, rata-rata 1,89 pembusukan gigi perorang (Sumber: Sesanas 1998 dan SKRT 1995) c. Sekitar 1,3% penduduk indonesia memiliki masalah gigi setiap bulan yang mencapai rata-rata 3,86 sehari disekolah dan kantor (Sumber: Lembaga Penelitian dan Pengembangan Nasional, DepKes-RI: Persepsi dan Motivasi dari masyarakat peduli gigi-Survei Ekonomi dan Sos.Nas,1998) 3. Inovasi yang dilakukan pepsodent Pada tahun 2006 pepsodent telah meluncurkan kembali varian lengkap pepsodent barunya: 1. Pepsodent Complet 12, yang menawarkan manfaat yang lengkap dengan harga terjangkau.
Menawarkan
manfaat
yang
labih
banyak
kepada
konsumennya sebagai bagian dari upayanya untuk mencapai misinya
para
2. Pepsodent Sensitive, yang menawarkan bahan aktif yang menembus gigi untuk membebaskan rasa sakit akibat syaraf yang sensitif didalam gigi dan gusi 3. Pepsodent Fighter Toothbrush Dengan semua inovasi ini, pepsodent mancakup seluruh jangkauan perawatan kesehatan mulut para konsumennya. 4. Produk pepsodent 1. Pepsodent Complet 12 2. Pepsodent Complet Care 3. Pepsodent Gigi Susu Strawbery 4. Pepsodent Gigi susu Orange 5. Pepsodent Herbal 6. Pepsodent Sensitive 7. Pepsodent Whitening 8. Pepsodent White
B. Uji Validitas dan Reliabilitas
Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini, penulis menyebarkan kuesioner kepada masyarakat yang menggunakan produk pepsodent. Sebelum melakukan penyebaran kuesioner kepada respondent, terlebih dahulu dilakukan Try out terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut. Tujuannya yaitu untuk mengetahui pertanyaan mana saja yang valid dan pertanyaan mana saja yang tidak valid. Setelah dilakukan Try out
pertanyaan barulah dilakukan penyebaran kuesioner yang valid. Berikut ini adalah hasil Try Out dari tiap butir pertanyaan. Tabel 4.1 Hasil Try Out instrument Pengaruh Iklan, Brand Image dan Kualitas produk terhadap keputusan pembelian Cronchbach's
Pertanyaan
Corrected Item-Total
Alpha if item
Correlation
Deleted
Keterangan
Q_1
0.341
0.833
Valid dan Reliabel
Q_2
0.011
0.845
Valid dan Reliabel
Q_3
0.222
0.836
Valid dan Reliabel
Q_4
0.459
0.830
Valid dan Reliabel
Q_5
0.741
0.821
Valid dan Reliabel Tidak Valid dan
Q_6
-0.033
0.843
Reliabel
Q_7
0.450
0.830
Valid dan Reliabel
Q_8
0.260
0.836
Valid dan Reliabel Tidak Valid dan
Q_9
-0.181
0.520
Reliabel
Q_10
0.596
0.826
Valid dan Reliabel
Q_11
0.535
0.827
Valid dan Reliabel Tidak Valid dan
Q_12
-0.517
0.855
Reliabel
Q_13
0.263
0.836
Valid dan Reliabel
Q_14
0.304
0.835
Valid dan Reliabel
Q_15
0.423
0.832
Valid dan Reliabel
Q_16
0.722
0.827
Valid dan Reliabel
Q_17
0.581
0.829
Valid dan Reliabel
Q_18
0.150
0.836
Valid dan Reliabel
Q_19
0.016
0.840
Valid dan Reliabel
Q_20
0.295
0.835
Valid dan Reliabel
Q_21
0.189
0.837
Valid dan Reliabel
Q_22
0.652
0.823
Valid dan Reliabel
Q_23
0.487
0.829
Valid dan Reliabel
Q_24
0.624
0.829
Valid dan Reliabel
Q_25
0.232
0.836
Valid dan Reliabel
Q_26
0.552
0.830
Valid dan Reliabel Tidak Valid dan
Q_27
-0.452
0.851
Reliabel
Q_28
0.272
0.835
Valid dan Reliabel
Q_29
0.761
0.824
Valid dan Reliabel
Q_30
0.645
0.826
Valid dan Reliabel
Q_31
0.221
0.836
Valid dan Reliabel
Q_32
0.347
0.834
Valid dan Reliabel
Q_33
0.782
0.815
Valid dan Reliabel
Q_34
0.283
0.835
Valid dan Reliabel
Q_35
0.376
0.832
Valid dan Reliabel
Q_36
0.402
0.831
Valid dan Reliabel
Sumber: Output SPSS, 2008 Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa terdapat 4 pertanyaan yang tidak Valid karena nilai korelasinya negatif (-), maka penulis menghilangkan pertanyaan yang tidak Valid tersebut. Sehingga nilai korelasinya menjadi positif (+) semua. Karena semua pertanyaan sudah valid semua maka pertanyaan tersebut penulis anggap sudah
dapat dijadikan acuan untuk penelitian ini, kemudian disebarkan kepada konsumen pemakai produk pepsodent. Tabel 4.2 Reliabilitas Cronhbach Alpha Cronchbach
Cronchbach’s Alpha Based on Alpha
Standardized
N of Items
Items .838
.841
36
Sumber: Output SPSS, 2008
Ketentuan suatu data dikatakan reliabel apabila Cronchbach Alphanya adalah lebih dari 0,60. hasil Try Out kuesioner diatas mempunyan nilai Cronchbach Alpha sebesar 0.838, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan diatas reliabel karena nilai Alphanya lebih dari 0,60 C. Penemuan dan Pambahasan 1. IKLAN (X1)
Periklanan merupakan salah satu kegiatan promosi yang banyak dilakukan oleh perusahaan maupun perorangan. Sebuah iklan dapat membantu konsumen dalam memilih produk yang akan digunakan.
Tabel 4.3 Iklan melalui surat kabar (Koran)
Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
5
5%
TS
6
6%
R
10
10 %
S
68
68 %
SS
11
11 %
Jumlah
100
100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008 Dari table diatas dapat dilihat bahwa terdapat 5 responden yang belum pernah melihat iklan pepsodent disurat kabar (Koran) begitu juga dengan 6 responden lainnya mereka menyatakan tidak setuju. Mungkin mereka mengetahui pepsodent bukan melalui surat kabar tetapi melalui sumber lainnya. Sebanyak 10 responden menyatakan ragu-ragu. Sedangkan 68 responden menyatakan setuju mereka pernah melihat iklan pepsodent disurat kabar. Sebanyak 11 responden menyatakan sangat setuju. Surat kabar merupakan media periklanan yang dapat mencapai masyarakat luas, harganya relative lebih murah. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan pernah melihat iklan pepsodent disurat kabar. Ini berarti bahwa iklan pepsodent disurat kabar dapat mencapai sasaran yang labih luas. Namun dengan adanya responden yang menyatakan sangat tidak setuju maka pepsodent perlu memasang iklan melalui surat kabar local, agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Tabel 4.4 Iklan melalui majalah
Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
1
1%
TS
30
30 %
R
22
22 %
S
46
46 %
SS
1
1%
Jumlah
100
100 %
Sumber: Data promer, diolah oleh penulis, 2008 Dari table diatas dapat dilihat bahwa 1 orang responden yang menyatakan angat tidak setuju. Mereka tidak pernah melihat iklan pepsodent dimajalah, begitu juga dengan 30 responden yang menyatakan tidak setuju mereka juga tidak pernah melihat iklan pepsodent dimajalah. Dan 22 responden menyatakan ragu-ragu. Responden yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju dan ragu-ragu bahwa responden tersebut bukan termasuk target maeket dari majalah tersebut, sehingga wajar kalau mereka tidak pernah melihat iklan pepsodent dimajalah, karena memang mereka bukan merupakan target market majalah tersebut. Dapat dikatakan bahwa pembaca majalah ini relative selektif atau terbatas dibandingkan dengan surat kabar. Tidak semua orang ingin membaca majalah, biasanya biaya iklan dimajalah lebih mahal daripada surat kabar, namun dapat dinikmati lebih serta dapat mengemukakan gambar berwarna yang lebih menarik. Meskipun mereka bukan target market majalah tersebut ada nilai positivnya bahwa 50% lebih responden mengetahui iklan pepsodent dari sumber lain. Sehingga dapar dinilai bahwa pepsodent sangat aktif dalam melakukan kegiatan periklanan.
Berbeda dengan 46 responden yang menyatakan setuju dan 1 responden yang menyatakan sangat setuju, menurut penulis responden tersebut merupakan target pasar dari majalah tersebut, dan target pasar pepsodent itu sendiri. Responden yang tersebut penulis asumsikan sebagai responden yang selektiv, karena tidak semua orang ingin membaca majalah, selain harganya mahal berita yang disajikanpun hanya hal-hal tertentu.
Table 4.5 Iklan TV Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
9
9%
R
14
14 %
S
60
60 %
SS
17
17 %
Jumlah
100
100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008 TV merupakan media paling potensiel diantara media lainnya karena jangkauannya yang labih luas. Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat 9 respondent yang menyatakan tidak setuju. Mereka melihat iklan pepsodent pertama kali bukan dari TV. Bias saja mereka melihat iklan pepsodent pertama kali dari sumber lainnya. Bisa dari keluarga mereka yang sudah lama menggunakan pepsodent. Sedangkan 14 responden menyatakan ragu-ragu. Sedangkan 60 responden menyatakan setuju bahwa mereka malihat iklan pepsodent pertama kali dari TV. Dan
17 responden menyatakan sangat setuju. Mereka melihat iklan pepsodent pertama kali juga dari TV. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian responden menyatakan setuju bahwa mereka melihat iklan pepsodent pertama kali dari TV. Dijaman yang kemajuan teknologinya sangat tinggi seperti sekarang ini. TV sudah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat karena bisa dijadikan sebagai sumber informasi dan media hiburan. Jadi menurut penulis pepsodent sudah memilih media yang tepat dalam melakukan periklanan. Karena TV merupakan media paling efektif dan media yang paling disukai oleh mesyarakat. Sehingga kesempetan iklan tersebut dilihat oleh konsumen sasaran lebih besar.
Tabel 4.6 Iklan membujuk untuk menggunakan Pepsodent Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
14
14 %
R
37
37 %
S
41
41 %
SS
8
8%
Jumlah
100
100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008 Menurut Frank Jefkins (1997:15) dalam melakukan periklanan hal yang harus diperhatikan bahwa kegiatan tersebut jangan hanya memberikan informasi semata tetapi juga harus mampu membujuk konsumen untuk melakukan pembelian. Untuk
itu iklan harus dirancang secara menarik agar dapat mempengaruhi perilaku konsumen sasarannya. Dari table diatas dapat diketahui bahwa 61 responden menyatakan setuju dan 8 responden menyatakan sangat setuju. Bahwa iklan pepsodent mempengaruhi mereka dalam melakukan pembelian pasta gigi. Sedangkan 14 responden menyatakan tidak setuju bahwa iklan pepsodent tidak mempengaruhi mereka dalam melakukan keputusan pembelian pasta gigi yang akan digunakannya, tetapi karena memang mereka membutuhkan produk tersebut. Dan 37 responden menyatakan ragu-ragu. Mereka ragu apakah mereka membeli produk tersebut karena pengaruh iklan atau karena memang mereka membutuhkan produk tersebut. Iklan adalah sebuah komunikasi persuasif yang mampu mengubah perilaku khalayak. Sebuah iklan diciptakan untuk dapat menggiring pola pikir dan tindakan-tindakan yang diharapkan oleh pembuat iklan. Iklan pepsodent dibuat agar konsumen mau menggunakan pepsodent sehingga iklan dibuat dengan menarik.
Table 4.7 Iklan pepsodent menarik Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
8
8%
R
18
18 %
S
54
54 %
SS
20
20 %
Jumlah
100
100 %
Sumber: Dtaa primer, diolah oleh penulis, 2008 Sebuah iklan yang baik harus dirancang secara menatik agar konsumen selalu ingat akan produk tersebut. Karena iklan sendiri selain sebagai media komunikasi antara produsen da konsumen juga sebagai media untuk meningkatkan Brand Awareness, sebuah iklan yag menarik lebih mudah diingat. Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa 8 responden menyatakan tidak setuju,mereka merasa iklan pesodent kurang menarik dibandingkan merek lainnya. Dan 18 responden menyatakan ragu-ragu. Sementara itu 54 responden menyatakan setuju, mereka beranggapan bahwa iklan pepsodent lebih menarik dibandingkan pesaingnya. Sedangkan 20 responden menyatakan sangat setuju mereka juga beranggapan bahwa iklan pepsodent lebih menarik. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa lebih dari 70 % responden menyatakan bahwa iklan pepsoden sudah menarik. Meskipun demikian dengan adanya responden yang menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu maka hal tersbut bisa menjadi masukan bagi perusahaan agar terus meningkatkan kreativitas dalam membuat iklan. Tabel 4.8 Iklan pepsodent tidak melanggar norma social Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
R
17
17 %
S
56
56 %
SS
27
27 %
Jumlah
100
100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008 Sebuah iklan tidak boleh melanggar norma social ataupun menjatuhkan nama salah satu pihak. Dari table diatas terdapat 17 responden yang menyatakan ragu-ragu sedangkan 56 responden menyatakan setuju bahwa iklan pepsodent tidak melanggar norma social bahkan saat ini justru pepsodent telah menjalankan kegiatan social dengan pemeriksaan gigi gratis dan telah menjalankan program sekolah yang hingga tahun 2006 telah menjangkau lebih dari 3,2 juta anak berusia dibawah 12 tahun diseluruh Indonesia, yang bertujuan untuk meningkatkan kebiasaan menyikat gigi secara benar. Itulah salah satu bentuk kepedulian pepsodent terhadap kesehatan di Indonesia. Meskipun demikian dalam jurnal yang ditulis oleh Andrian D Hagijanto, ada satu iklan Pepsodent yang mendapatkan protes dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia ( YLKI ) yaitu pada versi iklan dialog seorang ibu dan kakak tentang ketidakmungkinan ia untuk sakit gigi dan menganggap iklan tersebut mengada-ada, sebab tidak mungkin orang tidak sakit gigi. Namun karen kepedulian Pepsodent terhadap konsumen, akhirnya iklan tersebut tidak ditayangkan lagi. Ini dapat menjadi pelajaran bagi Pepsodent agar lebih hati-hati dalam membuat sebuah iklan sehingga kejadian tersebut tidak terulang lagi diwaktu yang akan datang.
Table 4.9 Menambah informasi Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
19
19 %
R
14
14 %
S
55
55 %
SS
12
12 %
Jumlah
100
100 %
Sumber: Data primer, dioleh oleh penulis, 2008 Iklan merupakan sasaran ampuh untuk membangun kesadaran konsumen, iklan dapat membantu perusahaan dalam mencapai semua sasaran komunikasi, iklan juga berfungsi sebagai media pendidikan dan informasi. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 19 responden menyatakan tidak setuju. Mereka mendapat informasi tentang pepsodent bukan dari iklan tetapi bisa dari teman mereka atau dari sumber lainnya. Sedangkan 14 responden menyatakan ragu-ragu mereka menyatakan mendapatkan informasi mengenai pepsodent dari iklan atau dari teman mereka. Sementara itu 55 responden menyatakansetuju mereka mendapatkan informasi mengenai pepsodent dari iklan. Sebuah iklan yang baik harus mampu memberikan informasi mengenai manfaat produk yang ditawarkan. Dan 12 responden menyatakan sangat setuju mereka mendapatkan informasi mengenai pepsodent juga melalui iklan. Ini menandakan bahwa iklan Pepsodent sangat bermanfaat bagi asyarakat sehingga
mereka dapat mengetahui informasi serta keunggulan Pepsodent dibanding produk lainnya.
Tabel 4.10 Iklan dengan memberikan potongan harga Pernyataan
Persentase
Frekuensi
STS
5
5%
TS
8
8%
R
15
15 %
S
65
65 %
SS
7
7%
Jumlah
100
100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008 Potongan harga merupakan salah satu alternative yang digunakan perusahaan untuk mempengaruhi konsumen agar bersedia melakukan pembelian dengan segera. Menurut Fandy Tjiptono (1995: 148) adanya inflasi yang berkelanjutan dan tingkat harga semakin melonjak dapat menyebabkan konsumen menjadi selektif terhadap harga dan setiap alternatif produk yang ada. Mereka menjadi semakin selektif dalam berbelanja. Oleh karena itu untuk mendapatkan perhatian dari konsume perusahaan perlu menurunkan harga salah satunya dengan memberikan diskon atau potongan harga. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 responden yang menyatakan sangat tidak setuju. Mereka tidak pernah mendapat potongan harga dari pepsodent. Begitu juga dengan 8 responden lainnya mereka juga tidak mendapatkan
potongan harga dari pepsodent. Sedangkan 15 responden menyatakan ragu-ragu. Mereka lupa apakah pernah mendapatkanpotongan harga atau tidak ketika membeli pepsodent. Sedangkan 65 responden menyatakan setuju mereka pernah mendapatkan potongan harga saat membeli pepsodent. Begitu juga dengan 7 responden yang menyatakan sangat setuju. Dari pernyataan diatas sebagian besar responden pernah mendapatkan potongan harga meskipun jumlahnya hanya sedikit. Responden tersebut penulis asumsikan bahwamereka membeli pepsodent diswalayan bukan diwarungwarung. Karena biasanya yang sering memberikan diskon adalah swalayan dan sejenisnya.
2. Brand Image (X2)
Tabel 4.11 Merek menggambarkan manfaat Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
19
19 %
R
35
35 %
S
39
39 %
SS
7
7%
Jumlah
100
100
Sumber: Data primer dioleh oleh penulis, 2008 Dari tabel diatas tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju. Dan 19 responden menyatakan tidak setuju bahwa pepsodent tidak bisa mengatasi
masalah gigi dan mulut. Itu artinya bahwa pepsodent belum mempunyai imeg yang baik dimata konsumen tersebut. Sementara itu tersapat 35 responden yang menyatakan ragu-ragu terhadap pepsodent yang bermanfaat untuk mengatasi masalah gigi dan mulut. Mereka beranggapan bahwa merek lain juga mempunyai manfaat yang sama dengan pepsodent yaitu mengatasi masalah gigi dan mulut. Tredapat 39 responden yang menyatakan setuju dengan manfaat pepsodent untuk mengatasi masalah gigi dan mulut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pepsodent mempunyai image yang baik dimata konsumen tersebut. Dan terdapat 7 responden yang menyatakan sangat setuju bahwa pepsodent memang mempunyai manfaat untuk mengatasi masalah gigi dan mulut. Pepsodent mempunyai image yang sangat baik dimata konsumen tersebut. Dan responden tersebut beranggapan bahwa hanya pepsodent yang bisa mengatasi masalah gigi dan mulut. Dengan demikiandapat disimpulkan bahwa dengan adanya responden yang setuju dan sangat setuju maka image pepsodent dimata konsumen bisa dikatakan baik. Namun dengan adanya , maka pepsodent perlu meningkatkan kualitas produk tersebut. Sehingga konsumen yang tadinya tidak percaya akan manfaat pepsodent dengan adanya perbaikan kualitas, konsumen mau untuk menggunakan pepsodent. Tabel 4. 12 Merek menggambarkan kualitas dan kegiatan Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
1
1%
TS
7
7%
R
40
40 %
S
48
48 %
SS
4
4%
Jumlah
100
100 %
Sumber: Data primer, dioleh oleh penulis, 2008 Suatu produk dapat dikatakan berkualitas apabila dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumennya.apabila masyarakat menganggap suatu produk dirasakan dapat memenuhi kebutuhan maka dapat dikatakan produk tersebut berkualitas dan produk tersebut sudah mendapatkan perhatian khusus dimata konsumen dan mendapat image yang baik.selanjunya perusahaan yang bersangkutan yang harus menjaga image yang sudah terbentuk tersebut. Dari tabel diatas akan diketahui apakah pepsodent sudah memberikan produk yang berkualitas atau belum. Terdapat 1 responden yang menyatakan sangat tidak setuju, bahwa pepsodent masih sama kualitasnya dengan merek lainnya. Sementara itu 7 responden menyatakan tidak setuju. Dengan kesimpulan bahwa pepsodent mempunyai kualitas yang sama dengan merek lainnya. Dan 40 responden menyatakan ragu-ragu apakah pepsodent kualitasnya lebih bagus dari lainnya atau labih rendah. Sementara itu 48 responden menyatakan setuju bahwa pepsodent mempunyai kualitas yang lebih baik dari merek lainnya. Sedangkan 4 responden menyatakan sangat setuju mereka beranggapan bahwa pepsodent merupakan merek yang paling berkualitas. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa 50 % labih responden menyatakan setuju bahwa kualitas pepsodent sudah bagus, itu artinya responden mempunyai persepsi yang baik terhadap pepsodent. Tabel 4.13 Merek mudah diingat
Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
7
7%
R
22
22 %
S
49
49 %
SS
21
21 %
Jumlah
100
100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008 Semakin terkenal sebuah merek, akan semakin mudah konsumen mengingat nama merek tersebut apalagi jika didukung dengan pelayanan yang baik, maka selain namanya semakin diingat masyarakat juga akan mendapatkan image yang baik juga dari masyarakat. Nama suatu merek merupakan sebuah ekuitas merek, untuk meningkatkan ekuitas merek dilakukan melalui pemilihan nama merek dan logo yang baik. Agar konsumen mudah dalam mengingat nama produk tersebut. Sehingga akan menimbulkan tingkat kesadaran merek yang terdiri dari kenal akan merek tersebut sebagai kesadaran yang dangkal dan mengingat merek tersebut sebagai kesadaran yang lebih dalam. Dalam artikel yang ditulis M Sugiyanto ketua STMIK Amikom, untuk di Indonesia jika kita memikirkan merek pasta gigi yang dengan cepat muncl adalah nama Pepsodent akan muncul yang pertama adalah nama Pepsodent baru diikuti nama lain seperti Close-Up, Ciptadent dan lain-lain. Ini membuktikan bahwa nama Pepsodent lebih mudah diingat dan diucapkan dari pada nama merek lainnya. Dari tabel diatas terdapat 7 responden yang menyatakan tidak setuju bahwa pepsodent bukan satu-satunya merek yang terkenal, 22 responden menyatakan ragu-ragu apakah
pepsodent satu-satunya merek terkenal atau tidak dibandingkan nama formula atau lainnya. Dan 49 responden menyatakan setuju bahwa nama pepsodent lebih mudah diingat dan diucapkan dari pada merek lainnya. Begitu juga dengan 21 responden yang menyatakan sangat setuju. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa nama pepsodent lebih mudah diingat dibandingkan nama lainnya. Tabel 4.14 Merek mempunyai ciri khas Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
19
19 %
R
7
7%
S
39
39 %
SS
35
35 %
Jumlah
100
100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008 Untuk menjangkau semua lapisan masyarakat sasaran pepsodent mempunyai cirri khas berupa variasi dan ukuran, agar konsumen merasa puas dan tidak beralih dari pesaingnya. Pepsodent merupakan merek pasta gigi dengan konsep positioning sebagai pasta gigi keluarga indonesia. Pasta gigi ini mempunyai beragam varian sesuai dengan karakter penggunaan yang berorientasi kepada kepentingan konsumennya. Sehingga dipasar terdapat banyak jenis Pepsodent mulai dari tipe Urlium kemasan biasa (aluminium foil, dengan variasi ukuran tube), tipe tube
kemasan plastik, tipe rasa baking soda, tipe untuk kesehatan gigi dan gusi dan lainlain. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 19 responden menyatakan tidak setuju bahwa merek lainnya juga mempunyai banyak variasi dan ukurannya juga. Dan 7 responden menyatakan ragu-ragu apakah pepsodent mempunayi variasi atau tidak. Responden tersebut mungkin hanya menggunakan satu variasi saja sehingga mereka tidak perlu mengetahui variasi lainnya. Sementara itu 39 responden menyatakan setuju bahwa pepsodent memang mempunyai banyak variasi dan ukurannya. Sehingga mereka tidak perlu khawatir kalau sewaktu merekatidak mempunyai cukup uang untuk mambeli pepsodent ukuran besar maka mereka hanya perlu membeli pepsodent ukuran sedang atau kecil. Begitu juga dengan 35 responden yang menyatakan sangat tidak setuju. Mereka mempunyai pendapat yang sama bahwa pepsodent mempunyai banyak variasi dan ukurannya, sehingga semua lapisan masyarakat yang menjadi target market pepsodent dapat tercapai.
3. Kualitas Produk (X3) Tabel 4.15 Kemudahan Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
R
5
5%
S
57
57 %
SS
38
38 %
100
Jumlah
100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008 Kemudahan suatu produk pada saat didapatkan merupakan factor pendukung agar konsumen mau menggunakan produk yang bersangkutan. Kemudahan pepsodent untuk didapatkan tidak terlepas dari peran distributor. Meskipun barangnya baus, manajemennya bagus tetapi kalau tidak didukung oleh distribusi barang yang lancar maka akan menghambat sampainya barang ketangan konsumen, karena distribusi barang merupakan jalur utama yang harus dilalui suatu produk dan merupakan perantara antara produsen dan kunsumen. Apabila suatu poduk mudah didapatkan kemungkinan untuk dibeli lebih besar dari pada produk yang sulit didapatkan. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa 5 responden menyatakan ragu-ragu mereka kadang sulit mendapatkan pepsodent. Sementara itu 57 responden menyatakan setuju, bahwa mereka mudah mendapatkan pepsodent. Dan 38 responden menyatakan sangat setuju, mereka juga mudah mendapatkan produk pepsodent. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pepsodent mudah didapatkan oleh konsumen mereka.
Tabel 4.16 Keandalan dan Ketahanan Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
4
4%
R
15
15 %
S
65
65 %
SS
16
16 %
100
Jumlah
100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008 Dalam hal ini kualitas suatu produk digambarkan dari produk tersebut sampai kekonsumen dalam kedaan bagaimana, apakah masih dalam keadaan sempurna atau dalam keadaan cacat. Dari tabel diatas dapa disimpulkan bahwa 4 responden menyatakan sangat tidak setuju. Mereka mereka mendapatkan pepsodent dengan keasan tidak sempurna. Sementara itu 15 responden menyatakan ragu-ragu mereka kadang mendapatkan pepsodent yang kemasannya tidak sempurna. Kemasan dalm hal ini adalah mungkin pembungkusnya sobek dan kotor. Sementara itu 65 responden menyatakan setuju, mereka mendapatkan pepsodent dengan kemasan yang baik, begitu juga dengan 16 responden yang lain juga menyatakan sangat setuju dengan kesimpulan bahwa mereka selalu mendapatkan pepsodent dengan kemasan yang sempurna.
Tabel 4.17 Kesesuaian Produk Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
2
2%
TS
9
9%
R
43
43 %
S
36
36 %
SS
10
10 %
Jumlah
100
100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008
Kualitas dalam hal ini sangat berhubungan dengan tingkat dimana suatu produk dapat memenuhi spesifikasi yang telah ditatapkan sebelumnya. Pepsodent telah menetapkan sejak awal bahwa produk tersebut mempunyai spesifikasi sebagai produk yang memounyai manfaat untuk mencegah masalah gigi dan mulut. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa 2 responden menyatakan sangat tidak setuju bahwa pepsodent dapat mencegah dan mulut. Sementara itu 9 responden menyatakan tidak setuju bahwa pepsodent dapat mencegah masalah gigi dan mulut. Dan 43 responden menyatakan ragu-ragu, mereka masih ragu apakah pepsodent dapat mengatasi masalah gigi dan mulut atau tidak.sedangkan 36 responden menyatakan setujubahwa pepsodent dapat mencegah masalah gigi dan mulut. Dan 10 responden lainnya menyatakan sangat setuju bahwa pepsodent dapat mencegah masalah gigi dan mulut. Dari semua jawaban diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan masih ragu akan kemampuan pepsodent dalam hal mengatasi masalah gigi dan mulut. Meskipun demikian ada juga responden yang manyatakan bahwa pepsodent mempunyai kemampuan untuk mencegah masalah gigi dan mulut. Ini bisa menjadi masukan bagi perusahaan untuk terus melakukan inovasi dengan mencari kekurangan Pepsodent agar produk selanjutnya kualitasnya lebih baik lagi. Karena kalau hal tersebut dibiarkan maka akan mengurangi Image Pepsodent dimata konsumen dan bisa jadi konsumen tersebut akan berpindah keproduk lainnya. Kalau hal itu terjadi maka perusahaan akan mengalami kerugian karena biaya yang digunakan untuk menarik konsumen baru lebih mahal dari pada biaya untuk mempertahankan pelanggan. Tabel 4.18 Penampilan
Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
8
8%
R
26
26 %
S
57
57 %
SS
9
9%
Jumlah
100
100 %
Sumber: Data primer, oleh penulis, 2008 Penampilan disini lebih pada kemasan dari produk yang bersangkutan. Dari tabel diatas dapat dilihat dahwa 8 responden yang menyatakan tidak setuju dengan kesimpulan bahwa kemasan pepsodent tidak menarik. Sementara itu 26 responden menyatakan ragu-ragu dengan kemasan pepsodent, dengan kesimpulan bahwa kemasan pepsodent kurang menarik. Penulis asumsikan responden yang menjawab sangat tidak setuj, setuju dan ragu-ragu merasa kemasan Close-Up, Ciptadent dan yang lainnya lebih menarik daripad kemasan Pepsodent yang hanya berupa tulisan dan warna yang kurang menarik. Sementara itu 57 responden menyatakan setuju bahwa kemasan pepsodent menarik. Sedangkan 9 responden menyatakan sangat stuju dengan kesimpulan bahwa kemasan pepsodent sangat menarik. Ini mencerminkan bahwa pepsodent konsisten dengan apa yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu berupa nama, warna, tulisan dan lain-lain, sehingga akan lebih memudahkan konsumen dalam mengingat Pepsodent.
Tabel 4. 19 Operasi Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
6
6%
TS
16
16 %
R
25
25 %
S
35
35 %
SS
18
18 %
Jumlah
100
100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008 Kualitas menurut konsumen dilihat dari bekerjanya atau operasinya produk setelah dipakai. Apabila setelah produk dipakai dapat memberikan manfaat maka produk tersebut berkualitas. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 6 respoden menyatakan sangat tidak setuju bahwa pepsodent belum bisa beroperasi sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya. Begitu juga dengan 16 responden lainnya. Sementara itu 25 respondent menyatakan ragu-ragu apakah manfaat yang dirasakan sekarang merupakan hasil dari menggunakan pepsodent atau bukan. Sedangkan 35 responden menyatakan setuju bahwa manfaat yang didapat sekarang adalah hasil dari menggunakan pepsodent. 18 responden lainnya juga menyatakan sangat setuju. Mereka berpendapat bahwa manfaat yang didapat saat ini adalah hasil dari
menggunakan pepsodent.sehinga masalah gigi dan mulut yang mereka hadapai sebelum menggunakan pepsodent dapat terwujud setelah menggunakan pepsodent.
4. Keputusan pembelian (Y) Tabel 4.20 Harga Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
1
1%
TS
10
10 %
R
14
14 %
S
58
58 %
SS
17
17 %
Jumlah
100
100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008 Harga adalah sejumlah nilai suatu produk atau jasa yang ditukarkan dalam bentuk moneter. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat 1 responden yang yang menyatakan sangat tidak setuju dengan harga yang ditetapkan oleh pepsodent. Mereka berharap pepsodent memberikan harga yang lebih mdari harga yang ditawarkan saat ini. Begitu juga dengan 10 responden yang menyatakan tidak setju mereka berpendapat bahwa harga pepsodent masih lebih mahal dibandingkan pesaingnya. Sedangkan 14 responden menyatakan ragu-ragu, mereka tidak tahu apakah harga pepsodent lebih mahal atau lebih murah dibandingkan pesaingnya.. sementara itu 58 responden menyatakan setuju, bahwa harga pepsodent terjangkau oleh mereka. Begitu juga dengan 17 responden lainnya yang menyatakan sangat
setuju, mereka juga menyatakan bahwa harga yang ditawarkan pepsodent sudah sesuai dengan kemampuan mereka atau dengan kata lain harga pepsodent sudah terjangkau. Tabel 4.21 Kemudahan didapatkan Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
R
19
19 %
S
61
61 %
SS
30
30 %
Jumlah
100
100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis Kemudahan suatu produk untuk didapatkan mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian. Apabila sewaktu-waktu konsumen memerlukan produk tersebut mereka bisa langsung mendapatkannya. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 19 responden menyatakan ragu-ragu tentang kemudahan pepsodent didapatkan. Bisa jadi saat mereka ingin membeli pepsodent persediaan ditempat terseut sedang tidak ada. Sedangkan 61 responden menyatakan setuju tentang kemudahan pepsodent untuk didapatkan. Begitu juga dengan 30 responden yang menyatakan sangat setuju tentang kemudahan pepsodent untuk didapatkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju bahwa pepsodent mudah untuk didapatkan. Meskipun demikian dengan adanya responden yang menyatakan ragu-ragu maka perusahaan perlu mempercepat proses
pendistribusian produk tersebut agar konsumen menikmati produk tersebutsewaktuwaktu mereka membutuhkannya.
Tabel 4.22 Bermanfaat Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
6
6%
TS
15
15 %
R
13
13 %
S
35
35 %
SS
11
11 %
Jumlah
100
100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008 Dalam
melakukan
pembelian
biasanya
seorang
konsumen
akan
memperhitungkan menfaat yang akan didapatkan. Apabila manfaat yang mereka dapatkan lebih besar maka mereka akan membeli produk yang bersangkutan. Dari tabel 4.22 dapat dilihat bahwa terdapat 6 responden yang menyatakan sangat tidak setuju akan manfaat pepsodent dalam mengatasi masalah gigi dan mulut. Mereka beranggapan bahwa produk lain juga mempunyai manfaat yang sama. Begitu juga dengan 15 responden yang menyatakan tidak setuju, mereka juga beranggapan bahwa merek lain juga mempunyai manfaat yang sama dengan pepsodent. Konsumen tersebut akan mempertimbangkan berbagai hal misalnya: harga, sebelum mereka membeli pepsodent, Jika pepsodent mempunyai manfaat yang sama dengan pesaingnya. Sementara itu 13 responden menyatakan ragu-ragu akan manfaat
pepsodent dalam mengatasi masalah gigi dan mulut. Dan 35 responden menyatakan setuju bahwa pepsodent mempunyai manfaat untuk mengatasi masalah gigi dan mulut. Sedangkan 11 responden menyatakan sangat setuju bahwa pepsodent dapat mengatasi masalah gigi dan mulut. Dengan demikian responden tidak akan ragu untuk melakukan pembelian produk tersebut karena mereka mendapatkan manfaat dari mengkonsumsi produk tersebut. Tabel 4.23 Merek terkenal Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
5
5%
R
4
4%
S
52
52 %
SS
32
32 %
Jumlah
100
100 %
Sumber: Data primer, dolah oleh penulis,2008 Dari table diatas dapat dilihat bahwa 5 responden menyatakan tidak setuju, mereka membeli pepsodent bukan karena merek terkenal. Tetapi bias jadi karena manfaat yang didapat atau karena memang mereka membutuhkan produk tersebut. Mereka beranggapan bahwa merek lainnya juga sama terkenalnya dengan pepsodent. Sementara itu 11 responden menyatakan ragu-ragu dan 52 responden menyatakan setuju mereka menggunakan pepsodent karena mereknya yang sudah terkenal. Begitu juga denga 32 responden yang menyatakan sangat setuju, alas an lain mereka
menggunakan pepsodent karena merek tersebut merupakan salah satu merek yang terkenal. Pepsodent merupakan salah satu merek yang bernaung dibawah Unilever yang merupakan perusahaan terkenal diseluruh dunia terutama diIndonesia. Belajar dari pengalaman Unilever yangberhasil menjdai marker leader mereka yakin bahwa Pepsodent dapat memenuhi kebutuhan mereka dan penggunaan Pepsodent sebagai merek terkenal akan memberikan kesan tersendiri bagi pemakainya.
Table 4.24 Banyak variasi dan ukuran Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
22
22 %
R
31
31 %
S
43
43 %
SS
4
4%
Jumlah
100
100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008 Untuk menjangkau seluruh konsumennya diseluruh lapisan masyarakat, pepsodent menghadirkannya dalam bebrapa ukuran dan variasi produk. Jadi masyarakat tinggal memilih variasi mana yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dari table 2.24 dapat dilihat bahwa terdapat 22 responden yang menyatakan tidak setuju, mereka brkesimpulan bahwa merek lain juga mempunyai beberapa variasi dan ukurannya juga. Sementara itu 31 responden menyatakan ragu-ragu, mereka tidak tahu apakah hanya pepsodent yang memepunyai beberapa variasi dan ukuran.
Sedangkan 43 responden menyatakan setuju bahwa pepsodent memang mempunyai beberapa variasi dan ukuran. Jadi mereka bias menggunakan produk tersebut sesuai dengan yang mereka butuhkan begitu juga dengan 4 responden yang menyatakan sangat setuju. Sebagai produk pasta gigi yang berusaha menjangkau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sasarannya. Pepsodent menghadirkan beberapa variasi produk dan harga serta ukuran yang berbeda-beda. Sehingga dipasar terdapat beragam jenis Pepsodent mulai dari urlium kemasan biasa( aluminium foil dengan variasi ukuran tube ), tipe tube kemasan plastik, tipe rasa baking soda, tipe untuk kesehatan gigi dan gusi dan lain-lain. Ini semua dilakukan Pepsodent dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen sesuai target pasar Pepsodent. Tabel 4.25 Kebutuhan Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
4
4%
TS
26
26 %
R
10
10 %
S
41
41 %
SS
17
17 %
Jumlah
100
100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008 Pemasaran mempunyai pengertian yang meliputi segala usaha untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap barang dan jasa dengan tujuan memberikan kepuasan kepada kedua belah pihak. Kebutuhan merupakan tuntutan dasar manusia yang harus dipenuhi.
Dari table 4.25 merupakan proses pemenuhan kebutuhan konsumen akan pasta gigi yang akan digunakan. Dengan haparan bahwa setelah menggunakan produk tersebut konsumen mendapatkan manfaat berupa pncegahan masalah gigi dan mulut. 4 responden menyatakan sangat tidak setuju dan 26 responden menyatakan tidak setuju juga, mereka berpendapat mereka memang membutuhkan pasta gigi tetapi tidak harus menggunakan pepsodent untuk mendapatkan manfaat pencegahan masalah gigi dan mulut.sementara itu 10 responden menyatakan ragu-ragu apakah untuk mendapatkan manfaat
tersebut
harus menggunakan pepsodent atau
menggunakan merek linnya. Dan 41 responden menyatakan setuju dan 17 responden menyatakan sangat setuju, bahwa untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan gigi dan mulut mereka perlu menggunakan pepsodent. Table 4.26 Tertarik mengunakan pepsodent Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
2
2%
TS
16
16 %
R
33
33 %
S
41
41 %
SS
8
8%
Jumlah
100
100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008 Sebelum melakukan pembelian suatu produk biasanya konsumen terlebih dahulu tertarik terhadap salah satu alternative pilihan merek yang tersedia. Mereka biasanya membandingkan merek mana saja yang bersaing dan keistimewaan serta
kelebihan merek tersebut. Barulah mereka akan memberikan perhatian terbesar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya. Table 4.26 menberikan informasi mengenai ketertarikan responden untuk menggunakan pepsodent. Terdapat 2 responden menyatakan sangat tidak setuju. mereka sebenarnya tidak tertyarik menggunakan pepsodent, namun karena keluarga mereka menggunakan merek tersebut sehingga mereka juga ikut menggunakannya.mereka beranggapan bahwa pepsodent tidak mempunyai kelebihan diabndingkan merek lainnya, semua pasta gigi memberikan manfaat yang sama dengan merek lainnya sehingga mereka tidak tertarik untuk menggunakan merek tersebut. Begitu juga dengan 16 responden yang menyatakantidak setuju. sedangkan 33 responden menyatakan ragu-ragu terhadap keinstimewaan pepsodent diabndingkan merek lainnya. Sementara itu 41 responden menyatakan setuju bahwa pepsodent mempunyai keistimewaan jadi masih bias dipertimbangkan dalam pembelian pasta gigi. Dan 8 responden menyatakan sangat setuju bahwa mereka tertarik menggunakan pepsodent karena mempunyai keistimewaan dibanding pesaingnya. Table 4.27 Pengaruh keluarga Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
13
13 %
TS
41
41 %
R
23
23 %
S
15
15 %
SS
8
8%
100
Jumlah
100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008 Dari table diatas dapat disimpulkan bahwaterdapat 13 responden yang menyatakan sangat tidak setuju, bahwa mereka menggunakan pepsodent bukan karena keluarga mereka mengunakannya tetapi karena manfaat yang mereka harapkan dari menggunakan produk tersebut. Begitu juga dengan 41 responden yang menyatakan tidak setuju. sedangkan 23 responden menyatakan ragu-ragu apakah mereka menggunakan pepsodent karena pengaruh keluarga atau kerana alas an lainnya. Sementara itu 15 responden menyatakan setuju bahwa mereka menggunakan pepsodent karena pengaruh keluarga mereka yang juga menggunakan pepsodent. Begitu juga dengan 8 responden yang menyatakan sangat setuju. mereka menggunakan pepsodent karena pengaruh keluarga yang juga menggunakan pepsodent. Table 4.28 Pengaruh iklan Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
4
4%
TS
26
26 %
R
11
11 %
S
42
42 %
SS
7
7%
Jumlah
100
100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008
Periklanan merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan perusahaan maupun individu melalui media yang dipilih dengan tujuan untuk mempengaruhi konsumen agar mau melakukan pembelian. Dar table 4.28 menunjukan bahwa 42 responden menyatakan setuju bahwa iklan pepsodent mempengaruhi mereka dalam melakukan pembelian produk tersebut. Sementara itu 7 responden menyatakan sangat setuju bahwa iklan pepsodent merupakan factor pendekung dalam melakukan pembelian produk tersebut. Meskipun demikian terdapat 4 responden menyatakan sangat tidak setuju bahwa iklan pepsodent tidak begitu berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk tersebut. Begitu juga dengan 2 responden yang menyatakan tidak setuju mereka ridak begitu terpengaruh oleh iklan pepsodent. Tetapi bisa saja yang mempengaruhi mereka dalam melakukan pembelian produk tersebut adalah harga yang tejangkau, keandalan produk tersebut mengatasi maalah gigi dan mulut. Sementara itu 11 responden menyatakan ragu-ragu, apakah iklan pepsodent merupakan factor yang mempengaruhi mereka dalam melakukan pembelian produk tersebut. Table 4.29 Pengaruh Iklan Dimedia Massa Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
19
19 %
R
22
22 %
S
40
40 %
SS
19
19 %
Jumlah
100
100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008 Media massa seperti Koran dapat dijadikan salah satu alternative media periklanan karena harganya yang relative labih merah dan kemungkinan dapat menyampaikan pesan yang lebih panjang dan dapat memberikan informasi yang lebih jelas tentang produk yang bersangkutan sehingga dapat mempengaruhi konsumen dengan segera agar mau melakukan pembelian produk yang bersangkutan. Dari table diatas dapat dilihat pengaruh iklan media massa terhadap keputusan pembelian prpdofent. Terdapat 19 responden yang menyatakan tidak setuju terhadap iklan pepsodent dimedia massa mempangaruhi mereka dalam melakukan pembelian. Sementara itu 22 responden menyatakan ragu-ragu apakah dia memilih pepsodent karena pengaruh iklan atau karena factor lain seperti pengaruh keluarga, karena manfaat, karena harga dan lain-lain. Sedangkan 40 responden menyatakan setuju bahwa iklan media massa mempengaruhi mereka dalam melakukan pembelian, karena dari iklan media massa mereka bisa mendapatkan informasi terhadap produk tersebut dan selanjutnya membandingkan dengan merek lainnya dan setelah itu baru mereka melakukan pembelian. Bagitu juga dengan 19 responden yang enyatakan sangat setuju. Table 4.30 Kebiasaan Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
1
1%
TS
13
13 %
R
23
23 %
S
55
55 %
SS
8
8%
Jumlah
100
100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008 Apabla didalam memutuskan akan membeli suatu barang didasarkan atas kebiasaan maka konsumen tidak perlu melewati kelima tahap pembelian. Konsumen yang sudah terbiasa menggunakan produk tersebut biasanya telah mengetahui manfaat, keinstimewaan dari produk tersebut. Table 4.30 diketahui 55 responden manyatakan setuju bahwa mereka membeli pepsodent karena sudah terbiasa menggunakan produk terseut. Begitu juga dengan 8 responden juga menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan diatas bahwa mereka menbeli pepsodent karena sudah terbiasa menggunakannya sehingga untuk membeli pepsodent mereka tidak perlu membandingkan terhadap merek lainnya terlabih dahulu. Sementara itu 1 responden menyatakan sangat tidak setuju bahwa mereka menggunakan pepsodent bukan karena kebiasaan tetapi bisa karena cobc-coba atau karena hal lain. Dan 13 responden menyatakan tidak setuju mereka menggunakan pepsodent juga bukan karena kebiasaan menggunakan produk tersebut. Sedangkan 23 responden menyatakan ragu-ragu, biasanya responden yang menyatakan ragu-ragu adalah responden yang masih dalam tahap mancari alternative produk yang akan mereka gunakan.
Table 4.31 Keyakinan Penyataan
Frekuensi
Persentase
STS
1
1%
TS
10
10 %
R
30
30 %
S
48
48 %
SS
12
12 %
Jumlah
100
100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008 Pada tahap ini konsumen sampai pada level kepuasan atau ketidak puasan. Kepuasan pembeli merupakan seberapa dekat harapan pembeli atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan pembeli atas produk tersebut. Pada table 4.31 dapat diketahui bahwa 48 responden menggunakan pepsodent karena keyakinan akan produk tersebut artinya konsumen merasa puas akan kinerja produk yang bersangkutan dan sudah pada level loyalitas, begitu juga dengan 12 responden mereka menyatakan sangat setuju, mereka juga sudah smpai pada level kepuasan dan loyalitas. Meskipun demikian terdapat 1 responden menyatakan sangat tidak setuju bahwa mereka menggunakan pepsodent bukan karena keyakinan pepsodent dapat memberikan manfaat tetapi bisa jadi karena masih mencoba-coba. Sementara itu 10 responden menyatakan tidak setuju mereka membeli pepsodent bukan karena mereka yakin akan manfaat yang diberikan pepsodent. Dan terdapat 30 responden yang menyatakan ragu-ragu.
Table 4.32 Pengaruh Teman Pernyataan
Frekuensi
Persentase
STS
24
24 %
TS
57
57 %
R
12
12 %
S
2
2%
SS
5
5%
Jumlah
100
100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008 Seorang teman dapat memberikan pengaruh terhadap seseorang dalm melakukan pembelian suatu barang. Dan seorang teman dapat menjadi sumber informasi untuk teman yang lainnya. Dari table 4.32 akan diketahui seberapa besar pengaruh teman dalam pembelian pepsodent. Dapat diketahui bahwa terdapat 24 responden yang menyatakan sangat tidak setuju, mereka membeli pepsodent bukan karena pengaruh teman mereka yang juga menggunakan merek tersebut. Tetapi bisa karena kebiasaan, manfaat atau karena pengaruh keluarga. Sementara itu terdapat 57 responden yang menyatakan tidak setuju, mereka membeli pepsodent juga bukan karena ajakan teman. Dan terdapat 12 responden yang menyatakan ragu-ragu, bisa jadi akrena ajakan teman, tetapi bisa saja karena factor lain. Meskipun demikian terdapat 2 responden yang menyatakan setuju bahwa mereka membeli pepsodent karena alas an bahwa teman mereka menggunakan merek tersebut. Begitu juga dengan 5 responden lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat 70
% lebih responden yang membelai pepsodent bukan karena ajakan teman tetapi bisa jadi karena alas an kebiasaan, manfaat yang mereka dapatkan dan factor lainnya.
D. Hasil Analisis Data 1. Diskripsi Table 4.33 Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Iklan
100
25.00
39.00
32.6200
2.79531
Brnd.Imge
100
10.00
19.00
13.9900
1.86675
kwlts.prdk
100
16.00
27.00
21.6200
1.89513
kpt.pmbln
100
34.00
55.00
45.9500
4.26253
Valid N (listwise)
100
Sumber: Out put SPSS, diolah oleh penulis, 2008 Table diatas menunjukan diskripsi dari semua variable yang digunakan. Yakni keputusan pembelian (Y), iklan (X1), Brand Image (X2), Kualitas produk (X3). Ratarata keputusan pembelian (Y) sebesar 45,95 dengan standar deviasi 4,262. iklan (X1) mempunyi rata-rata sebesar 32,62 dengan standar deviasi sebesar 2,795. brand Image (X2) mempunyai rata-rata sebesar 13,99 dengan standar deviasi 1,866. dan kualitas produk (X3) mempunyai rata-rata 21,62 dengan standar deviasi 1,895.
2.
Uji Asumsi Klasik
a.
Autokorelasi Table 4.34 Model Summary(b) Adjusted R
Std. Error of
Model
R
R Square
Square
the Estimate
Durbin-Watson
1
.530(a)
.281
.259
3.66957
1.848
a Predictors: (Constant), kwlts.prdk, Brnd.Imge, Iklan b Dependent Variable: kpt.pmbln
Untuk mendeteksi adanya
gejala
autokorelasi dalam
penelitian ini
menggunakan uji durbin-watson (DW). Hasil uji durbin-watson dalam penelitian ini adalah 1,848. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam persamaan regresi dalam penelitian ini dan layak untuk digunakan karena criteria pengujian Ho diterima apabila nilai durbin-watson diantara angka -2
Dalam penelitian ini untuk melihat aa atau tidaknya gejala multikolinearitas dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor). Hasil uji multikolinearitas ditunjukan pad table 4.35
Table 4.35 Multikolinearitas
Model
Tolerance
VIF
Iklan
.952
1,050
Brand image
,956
1,046
Kualitas
,996
1,004
1
(Constant)
produk Sumber: Output SPSS, diolah oleh penulis, 2008 Pada regresi yang terbebas dari multi kolinearitas yaitu jika pada nilai VIF tidak lebih dari 10 (<10) dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 (>0,1). Dari table diatas dapat diketahui bahwa nilai VIF untuk klan adalah (X1) sebesar 1,050, Brand Image (X2) sebesar 1,046, dan kualitas produk (X3) sebesar 1,004. Sedangkan untuk setiap variadel nilai tolerancenya adalah variable iklan (X1) memiliki nilai tolerance sebesar 0,952, variable Brand Image (X2) memiliki nilai tolerance sebesar 0,956 dan variable kualitas produk (X3) memiliki nilai tolerance sebesar 0,996, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi terbebas dari multikolinearits.
c. Heteroskedastisitas
Scatterplot
Regression Standardized Predicted Value
Dependent Variable: kpt.pmbln
2
0
-2
-4 -3
-2
-1
0
1
2
3
Regression Studentized Residual
Gambar 4.1 Uji Heteroskedastisitas Sumber: Output SPSS, 2008
Pada gambar diatas bahwa data tersebar disekeliling garis lurus dan tidak teratur. Maka dapat dikatakan bahwa persyaratan regresi memenuhi asumsi heteroskedastisitas berdasarkan gambar diatas. Data tersebar disekitar itik nol dan tidak adanya duatu pola tertentu pada penyebaran data. d. Normalitas
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variable yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam pengujian normalitas kita dapat melihat kurva nomal P-plot.
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: kpt.pmbln
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 4.2 Kurva Normalitas Sumber: Output SPSS,2008
3. Analisis Regresi Berganda a. Koefisien Determinasi Table 4.36 Model Summary(b) Adjusted R
Std. Error of
Model
R
R Square
Square
the Estimate
Durbin-Watson
1
.530(a)
.281
.259
3.66957
1.848
a Predictors: (Constant), kwlts.prdk, Brnd.Imge, Iklan b Dependent Variable: kpt.pmbln
Sumber: Output SPSS, 2008
Berdasarkan table 4.36 diatas. Nilai korelasi antara variable keputusan pembelian dengan seluruh variable independent secara umum ( R ) sebesar 0,530. ini menunjukan bahwa antara variable iklan (X1), Brand Image (X2) dan kualitas produk (X3) terhadap keputusan pembelian mempunyai pengaruh yang sedang. Artinya variabel independen memang berpengaruh terhadap keputsan pembelian pepsodent. Namun masih terdapat banyak factor lain yang dapat mempengaruhi keputusan tersebut selain Iklan, Brand Image dan Kualitas Produk pepsodent sendiri. Iklan merupakan perangsang emosional yang dirancang agar dapat mempengaruhi perilaku konsumen dan sebagai peningkat brand aware terhadap pepsodent. Sedangkan Brand Image merupakan strategi penguat merek. Dan kualitas pepsodent merupakan jaminan perusahaan yang diberikan kepada konsumen. Table 4.38 Pedoman untuk memberikan interperstasi koefisien korelasi
Interval koefisien
Tingkat hubungan
0,00-0,199
Sangat rendah
0,20-0,399
Rendah
0,30-0,599
Sedang
0,60-0,799
Kuat
0,80-1,000
Sangat kuat Sumber: Sugiyono (2005:216)
Nilai R square sebesar 0,281 artinya iklan (X1), Brand Image (X2), dan kualitas produk (X3) berpengaruh terhadap keputusan pembelian sebesar 28 %
sedangkan sisanya 72 % disebabkanvariabel lain yang tidak diketahui dan diluar analisis ini. Bisa disebabkan oleh factor harga pepsodent yang terjangkau. Karena adakalanya seorang konsumen membeli suatu produk yang dilihat adalah harganya. Atau bisa karena manfaat yang diinginkan setelah menggunakan pepsodent, yaitu untuk perlindungan masalah gigi dan mulut. Untuk mengetahui persamaan regresi dalam penelitian ini, maka dapat dilihat pada table 4.39 dibawah ini. Table 4.39 Coefficients(a)
Model
1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
9.106
6.157
Iklan
.530
.135
Brnd.Imge
.515
kwlts.prdk
.571
Collinearity t
Sig.
Beta
Statistics B
Std. Error
1.479
.142
.348
3.922
.000
.952
1.050
.202
.226
2.549
.012
.956
1.046
.195
.254
2.928
.004
.996
1.004
a Dependent Variable: kpt.pmbln
Sumber: Output SPSS, 2008 Berdasarkan table diatas diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 9,106 + 0,530 (X1) + 0,515 (X2) + 0, 571 (X3)
Konstanta sedesar 9,106 menyatakan bahwa jika iklan, brand image dan kualitas produk = 0 maka menunjukan peningkatan keputusan pembelian sebesar 9,106. Variable iklan (X1) mempunyai pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian, dengan koefisien regresi sebesar 0,530 yang artinya apabila factor iklan
meningkat sebesar 1 satuan maka keputusan pembelian pepsodent akan meningkat sebesar 0,530. Variable Brand Image (X2) mempunyai pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian, dengan koefisien regresi sebesar 0,515 yang artinya apabila factor brand image meningkat sebesar 1 satuan maka keputusan pembelian akan eningkat sebbesar 0,515. Variable kualitas produk (X3) mempunyai pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian dengan koefisien regresi sebesar 0,571 yang artinya apabila kualitas produk lebih ditingkatkan 1 satuan maka akan meningkatkan keputusan pembelian sebesar 0,571. b. Uji T hitung (Uji parsial)
1. Hipotesis iklan (X1) terhadap keputusan pembelian Ho : β1 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Variabel X1 dengan variable Y Ho : β1 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variable X1 terhadap Variabel Y Dengan ketentuan probabilitas Ho : ditolak, jika probabilitas < α 0,05 Ho : Diterima, jika probabilitas > α 0,05 Variable iklan (X1) meniliki nilai t hitung sebesar 3,922 dengan menentukan tingkat kesalahan 5 % dan derajad kebebasan (df) = n- jumlah variable independent= 100-3 = 97, didapat t table 2,00 oleh karena nilai t hitung 3,922>2,00 dan jumlah nilai
signifikansi 0,000< 0,05 maka Ho ditolak dengan demikian hal ini berarti variable iklan (X1) secara signifikan berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y). Iklan merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi setiap lapisan anggota masyarakat. Iklan pepsodent diciptakan untuk dapat menggiring pola piker atau tindakan-tindakan yang diharapkan oleh pepsodent. Data pikat iklan pepsodent dibangun untuk mengingatkan masyarakat pada citraan tertentu. Iklan pepsodent ditayangkan diCommercial break, pada hamper semua stasiun TV. Sebab terpaku pada konsep pasta gigi untuk keluarga Indonesia. Maka Brand Aware diharapkan mampu mengendap pada segmennya ditingkat usia yang beragam. Sebyek yang paling berpengaruh terhadap hal ini adalah kaum perempuan dan anakanak, sebab mereka paling mudah perkena pengaruh iklan suatu produk. Maka kemungkinan iklan ini ditonton oleh anak-anak dan kaum perempuan sangat tinggi. Walaupun para pengambil keputusan adalah orang tua, namun tindakan orang tua untuk mencoba produk, seringkali karena dorongan dari anak yang terprovokasi iklan. 2. Hipotesis Brand Image (X2) terhadap keputusan pembelian (Y) Ho : β2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variable X2 terhadap variable Y Ho : β2 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variable X2 terhadap variable Y Dengan ketentuan probabilitas Ho : Ditolak jika probabilitas < α 0,05 Ho : Diterma jika probablitas > α 0,05
Variable Brand Image (X2) memiliki nilai t hitung 2,549. dengan menentukan tingkat kasalahan 5 % dan derajad kebebasan (df) = nilai hitung – jumlah variable independent = 100-3 = 97 didapat t table = 2,00. oleh karena nilai t hitung (2,549) > t table (2,00) dan nilai signifikansi (0,012) < (0,05). Hal ini berarti variable Brand Image (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap variable keputusan pembelian. Suatu merek dapat mempengaruhi konsumen berdasarkan persepsi yang terbentuk didalam benak konsumen mengenai Brand Image pepsodent atau kesan merek yang dimiliki oleh merek pepsodent. Kesadaran merek (Brand
Aware)
merupakan kemampuan merek untuk muncul dalam benak konsumen ketika mereka sedang memikirkan produk tetentu dan seberapa mudah nama tersebut dimunculkan. Tingkat kesadaran merek terdiri dari kenal akan merek sebagai kesadaran yang cenderung dangkal dan mengingat merek sebagai kesadaran yang lebih dalam, untuk di Indonesia, jika kita memikirkan merek pasta gigi yang dengan cepat muncul dikepala kita maka pepsodent akan muncul yang pertama, baru disusul dengan Ciptadent dan Close-up dan yang lainnya. Citra merek merupakan jenis asosiasi yang munsul dibenak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu.asosiasi tersebut dapat muncul dalam bentuk citra atau pemikiran tertentu yang dikaitkan dengan merek tertentu. Jenis asosiasi merek meliputi atribut manfaat dan sikap. Pepsodent sendiri diasosiasikan sebagai pasta gigi keluarga yang dapat mengatasi masalah serta melindungi gigi dan mulut. Image pepsodent yang baik
akan mendorong konsumen untuk terus menggunakan
pepsodent. 3. Hipotesis kualitas produk (X3) terhadap keputusan pembelian (Y)
Ho : β3 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variable X3 terhadap variable Y Ho : β3 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan anrata variable X3 terhadap variabel Y Dengan ketentuan probabilitas Ho : Ditolak jika probabilitas < α 0,05 Ho : Diterima jika probabilitas > α 0,05 Variable kualitas produk (X3) memiliki nilai t hitung sebesar 2,928. dengan menentukan tingkat kesalahan 5 %, derajad kebebasan (df) = n – jumlah variable independent = 100-3 = 97 didapat t table = 2,00. oleh karena nilai t hitung (2,928) . t table (2,00) dan nilai signifikansi (0,04) < 0,05. hal ini berarti variable kualitas produk (X3) secara signifikan berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Kualitas produk suatu perusahaan merupakan hal penting karena persepsi konsumen terhadap suatu produk terbentuk melalui kualitas produk dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Merek dapat menandakan suatu tingkat mutu, sehingga pembeli puas dapat lebih mudah memilih produk. Kalau dilihat dari perusahaan Unilever yang memproduksi pasta gigi pepsdent masyarakat akan memberikan penilaian positif terhadap kualitas pepsodent. Namun hal tersebut juga perlu dibuktikan dengan menggunakan pepsodent terlebih dahulu. Sehingga konsumen dapat memberikan penilaian tersendiri terhadap kualitas pepsodent. c. Uji F hitung (uji simultan) Table 4. 40 ANOVA(b)
Sum Model 1
of
Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Regression
506.038
3
168.679
12.527
.000(a)
Residual
1292.712
96
13.466
Total
1798.750
99
a Predictors: (Constant), kwlts.prdk, Brnd.Imge, Iklan b Dependent Variable: kpt.pmbln
Sumber: Output SPSS, Diolah oleh penulis, 2008 Dari hasil analisis diatas menghasilkan F hitung sebesar 12,527 dengan nilai signifikansi sebasar 0,000. karena nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka model regresi ini layak untuk digunakan dalam memprediksi keputusanpembelian. Selain itu diperolah nilai f hitung sebesar 12,527 dengan menentukan tingkat kesalahan 5 % dan derajad kebebasan df1 = 3 (k-1) variable independent (3+1)= 4-1= 3) dan df2 = 94 (n-k, 100-4)= 96, maka didapat f table sebesar 2,71. oleh karena nilai f hitung (12,527) > 2,71 maka dapat disimpulkan bahwa variable iklan (X1), Brand Image (X2), dan Kualitas Produk (X3) berpengaruh terhadapat keputusan pembelian. Hasil penelitian untuk iklan (X1) ini sesuai dengan teori maupun hasil penelitian sebelumnya bahwa iklan dapat mempengaruhi masyarakat untuk melakukan keputusan pembelian, tidak dilihat dari jenis produk apakah itu barang otomotif atau kebutuhan pokok. Untuk brand image (X2) hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa memang brand image berpengaru terhadap keputusan pembelian karena brand image merupakan brand equity yang harus selalu ditingkatkan terus menerus dan sesaui juga dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Verawati sinaga (2008) bahwa brand image berpengaruh terhadap keputusan pembelian berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Namun penelitian ini tidak searah dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ridwan(2007) dalam penelitian tersebut brand image tidak berpengaruh terhadap keputusan pembalin ban bridgestone. Hasil yang berbeda tersebut bisa disebabkan karena perbedaan objek penelitian dan bisa dikarenakan factor lainnya. Sementara itu untuk kualitas produk (X3) hasil penelitian ini sesuai dengan teori maupun penelitian terdahulu. Karena kualitas produk merupakan modal utama perusahaan untuk dapat bertahan dan terus bersaing dengan produk lain dipasar. Selain itu kualitas produk akan memberikan keuntungan jangka panjang baik untuk produk itu sendiri maupun untuk perusahaan. Kampanye iklan produk Unilever termasuk pepsodent begitu gencar. Sehingga masuk rangking ke-20 dari 25 pengiklan terbesar diASEAN, dengan Amirati puri lintas sebgaai biro iklannya. Sehingga Brand Aware yang ada diharapkan mengendap pada segmennya ditingkat usia yang beragam. Kesadaran merek merupakan kemampuan merek untuk muncul dalam benak konsumen ketika mereka sedang memikirkan proudk tertentu dan seberapa mudah nama tersebut dimunculkan. Kesadaran merek mwrupakan dimensi dasar dalam ekuitas merek. Untuk meningkatkan ekuitas merek dilakukan melalui pemilihan nama merek atau logo yang baik. Usaha yang paling sering dilakukan melalui program pemasaran dan komunikasi pemasaran agar tercipta Asosiasi yang mendukung kuat dan unik dibenak konsumen antara merek dan atribut atau manfaatnya. Produk berkualitas tinggi dan mempresentasikan nilai yang potensial mempunyai ekuitas merek yang tinggi dan membutuhkan komunikasi pemasaran yang efektif dan konsisten untuk membangun dan mempertahankan ekuitas merek.
Sehingga antara Iklan, Brand Image dan Kualitas Produk mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Iklan pepsodent dirancang dengan menarik dan segmen yang dibidik adalah menengah keatas dan diposisikan sebagai perangsang
yang
diharapkan
mampu
merubah
perilaku
konsumen
dalam
mengkonsumsi pasta gigi. Selan itu iklan pepsodent diciptakan untuk meningkatkan Brand Aware dibenak konsumen, dengan Brand Aware yang kuat akan menimbulkan Brand Image. Karena Brand Image dan Brand Aware merupakan ekuitas merek yang harus ditingkatkan secara terus menerus. Dengan iklan sebagai perangsang dan didukung dengan ekuitas merek yang selalu ditingkatkan serta kualitas produk yang baik, maka konsumen akan terus menggunakan pepsodent, sehingga posisi pepsodent sebagai market leader produk pasta gigi akan semakin kuat.
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. KESIMPULAN
Dari analisis dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dari Uji t variable iklan (X1) terhadap keputusan pembelian (Y). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu oleh Dian Fardiana( 2007) dan Hagijanto (2000). Sedangkan untuk brand image juga berpengaruh terhadap keputusan pembelian, namun hal ini tidak sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ridwan ( 2007). Namun penelitian terbaru yang dilakukan oleh Verawati Sinaga dan yulia hamdaini putri (2008) bahwa brand image berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Sementara itu kualitas produk juga berpengaruh terhadap keputusan pembelian., penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Ridwn( 2007) . hasil penelitian ini ada variable yang hasilnya berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu pad variable brand image hasil penelitian yang berbeda tersebut bisa disebabkan karena perbedaan daerah penelitian dan produk yang dijadikan objek penelitian 2. Secara bersama-sama variable iklan, brand image dan kualitas produk berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian. Variable yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian dalam penelitian ini adalah kualitas produk. Karena kualitas produk merupakan factor paling penting karena dalam sebuah bisnis karena dari kualitas produk tersebut konsumen akan menentukan produk mana yang akan mereka gunakan.
B. IMPLIKASI
Berdasarkan analisis data tersebut diketahuibahwa iklan. Brand Image dan Kualitas Produk adalah signifikan dan berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Model regresi ini telah diuji dan terbebas dari gejala Autokorelasi, Multikolinearitas, Heteroskedastisitas dan Normalitas. Implikasi yang didapat dari penelitian ini aghar perusahaan meningkatkan iklan baik pada media cetak maupun media elektronik dan iklan dibuat dengan menarik agar konsumen yang belum menggunakan pepsodent dapa tertarik untuk menggunakan pepsodent setelah mlihat iklan yang dibuat. Selain itu juga kegiatan social yang telah dilaksanakanagar terus dijalankan agar image pepsodent tetap baik dimata konsumen. Serta terus meningkatkan kualitas produk agar konsumen yang menggunakan pepodent terus bertambah.
DAFTAR PUSTAKA
Albary dan Anandyo Pramudito, “Jurnal: Asosiasi Merk Handphone Nokia, Siemens dan Sony Ericson”, pp 195-214, 2004. Alma, Buchari, “Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Retai”l, Edisi Revisi, Cetakan ke-7, Alfabeta, Bandung, 2005. Algifari, “Analisis Regresi”, CV. BPFE, Yogyakarta Branan, Tom, “Integrated Marketing Communication”, PPm, Jakarta: 2005 Canon, Joseph P, William D. Perreault, JF and E Jerome Mc Carthy, “ Basic Marketing: A Global Manajerial Aproach”, Sixteenth Edition, Mc Grawhill, New York: 2008. Dewi, Kinorika, “Jurnal: Menciptakan Brand Equity Melalui Kepuasan Pelanggan”, pp 16-30, 2003. Durianto, Darmadi, dkk, “Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merk”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: 2004. Fardiana, Dian, “Analisis Pengaruh Kreatifitas Tayangan Iklan Pelayanan Penjualan Terhadap Keputusan Pembelian Suzuki”, Jakarta: 2005. Ferdiand, F Mauser, :Selling: A Self Management Approach”, 2 nd ed, Harcourt Broce Javanovich inc (New York): 1982.
Frank, Jefkins, “Periklanan”, Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta: 1977 Hagijanto, D Andrian, “Trilogi Iklan Pastaa Gigi Pepsodent Sebuah Citraan Konflik sebagai Pembangkit Brand Aware pada Iklan TV”, 2000.
Hamid, Abdul, “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Perss, Jakarta: 2007.
Heizer, Jay dan Barry Render, “Manajemen Operasi”, Edisi 1 Buku 1, Salemba Empat, Jakarta: 2004. Isnaini, Arif, “Metode dan Strategi Pemasaran”, Mataram NTP Pers, 2005 Kamus Istilah Manajemen LPPM, “Kamus dan Aplikasinya di Indonesia”, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1992.
Kasali R, “Manajemen Periklanan, Konsep dan Aplikasinya di Indonesia”, Pusaka Utama Grafiti, Jakarta, 1992. Kotlerr, Philip, “Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian”, Jilid 1, Salemba Empat, Jakarta, 1999. Kotlerr, Philip dan Gary Amstrong, “Prinsip-prinsip Erlangga, Jakarta, 2001.
Pemasaran”, Edisi Ke-8,
Kotler, Philip dan Gary Amstrong, “Dasar-Dasar Pemasaran ”, Edisi 9 Jilid 1, PT. Indeks, Jakarta: 2002. Kotlerr, Philip dan Kevin Lane Keller, “Manajemen Pemasaran”, Edisi 12 Jilid 1, Indeks, Jakarta, 2007. Madura, Jeff, “Pengantar Bisnis”, Salemba 4, Jakarta: 2001. Ridwan, “Analisis Pengaruh Kualitas Produk dan Brand Image Terhadap Keputusan Pembalian Ban Bridgestone”, Jakarta: 2007. Sinaga, Herawati dan Yulia Hamdaini Putri,” Jurnal: Analisis pengaruh Brand Image terhadap Keputusan pembelian merek Avon dibandung”, 2008. Sugiyono, “Metode Penelitian Bisnis”, Cv. Alfabeta, Bandung: 2002 Sugiyono, “Metodologi Penelitian”,__________, 2004 Tjiptono, Fandy, “Strategi Pemasaran”, Andy Offset, Yogyakarta, 1995 www.uni lever.co.id