ANALISIS PENGARUH RASIO AKTIVITAS, PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN RASIO PENILAIAN PASAR TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI (Studi Empiris di Bursa Efek Indonesia)
Oleh: Aris Kurniawan NIM:103081029182
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
ANALISIS PENGARUH RASIO AKTIVITAS, PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN RASIO PENILAIAN PASAR TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI (Studi Empiris di Bursa Efek Indonesia) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Aris Kurniawan NIM:103081029182
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM NIP. 150317955
Pembimbing II
Indo Yama Nasarudin, SE, MAB NIP. 150317593
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 14230 H/2009 M
ANALISIS PENGARUH RASIO AKTIVITAS, PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN RASIO PENILAIAN PASAR TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI (Studi Empiris di Bursa Efek Indonesia) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Aris Kurniawan NIM:103081029182
Di Bawah Bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM NIP. 150317955
Indo Yama Nasarudin, SE, MAB NIP. 150317593
Penguji Ahli
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 131474891
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
Hari ini Rabu Tanggal 8 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Tujuh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Aris Kurniawan NIM: 103081029182 dengan judul Skripsi “ANALISIS PENGARUH RASIO AKTIVITAS,
PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN RASIO PENILAIAN PASAR TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI” (Studi Empiris di Bursa Efek Indonesia). Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 Agustus 2007
Tim Penguji Komprehensif
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Ketua
Heryanto, SE, MSi Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama
: Aris Kurniawan
Tempat Tanggal Lahir
: Bandung, 11 November 1984
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat
: Kp. Baribis Rt 04/01 Ds. Ciburial Kec. Cimenyan Kab. Bandung Jawa Barat 40198
Telepon
: 0852 94 777 557
E-mail
:
[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
SDN Sukaakur Bandung
: 1990-1996
SLTPN 35 Bandung
: 1996-1999
SMU Plus Babussalam Bandung
: 2000-2003
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
: 2003-2009
Jakarta, 10 Februari 2009
Aris Kurniawan
ABSTRACT
This research was aimed to analys the influence of activity ratio, profitability, leverage and appraisal ratio of market toward stock return of the telecommunications company in Indonesia Stock Exchange. The data that used was from the financial report quarterly of the telecomunication company from 2003 up to year 2007. This research was free from the classic assumption so that the regression linear method can be used to test the independent variable influence toward dependent variable. The result of the regression test revealed an influence at the some time between independent variable toward dependent variable with indicated Fcount > F tabel. Based on the result of the regression test according to the partial in this analysis showed the significance influence between independent variable debt to equity ratio toward variable dependent stock return of the telecomunication companies as the object of the research and registered in Indonesia Stock Exchange. Keyword: Activity Ratio, Profitability, Leverage, Appraisal ratio, Return Stock
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh rasio aktivitas, profitabilitas, leverage dan rasio penilaian pasar terhadap return saham perusahaan telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan bersumber dari laporan keuangan triwulanan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Penelitian ini terbebas dari asumsi klasik sehingga metode regresi linier berganda layak digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat dengan indikasi Fhitung > Ftabel. Berdasarkan hasil uji regresi secara parsial dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independent debt to equity ratio terhadap variabel dependent return saham perusahaan-perusahaan telekomunikasi yang menjadi objek penelitian dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kata kunci: Rasio Aktivitas, Profitabilitas, Leverage, Rasio Penilaian, Return Saham
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang memberikan nikmat sehat dan iman-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan tauladan kepada seluruh umat manusia menuju jalan kebenaran. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan penulis baik dalam pengetahuan maupun dalam teknik penulisannya, oleh karena itu dengan kerendahan hati dan lapang dada penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari kontribusi berbagai pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini. Dengan sepenuh hati penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak secara langsung, mendorong serta memberikan inspirasi sehingga skripsi ini bisa selesai. Secara khusus penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Ayah, Ibu serta adik-adik tercinta yang senantiasa memberikan doa, bimbingan, kesabaran, keikhlasannya dan bantuan baik secara moril maupun materil. Semoga Allah SWT selalu memberikan hidayah serta rahmat-Nya pada Ayah dan Ibu tercinta. 2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku dosen pembimbing I, yang telah meluangkan waktu dan fikirannya dalam membimbing saya, dari proses review hingga selesai skripsi ini beliau banyak membantu meskipun ditengah kesibukannya tetapi beliau tidak pernah lelah untuk memberikan solusi kepada penulis. 3. Bapak Indo Yama Nasarudin, SE, MAB selaku dosen pembimbing II, yang telah membantu dan meluangkan waktu serta fikirannya dalam membimbing penulisan skripsi ini, hingga skripsi ini selesai.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Terima kasih pada seluruh Dosen, Karyawan dan Petugas perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial atas semua curahan ilmu, bantuan, perhatian dan pelayanannya. 6. Teman-teman seperjuangan di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2003 khususnya manajemen A yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan tak akan pernah terbalaskan semua kebaikanmu kawan. Semoga semuanya selalu dalam lindungan Allah SWT. 7. Yayasan Babussalam Bandung yang telah memberikan kesempatan dan membantu baik moril maupun materil kepada penulis untuk melanjutkan kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, karena keterbatasan ruang dan waktu. Penulis ucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya dan hanya iringan do’a yang dapat penulis berikan untuk setiap kebaikan yang telah di berikan. Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Amiin
Jakarta, 10 Februari 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................. i Abstract ....................................................................................................... ii Abstrak ........................................................................................................ iii Kata Pengantar ............................................................................................ iv Daftar Isi...................................................................................................... vi Daftar Tabel ................................................................................................ ix Daftar Gambar............................................................................................. x BAB
I.
PENDAHULUAN.............................................................. 1 A. Latar Belakang Penelitian ............................................. 1 B. Perumusan Masalah ...................................................... 11 C. Tujuan dan Manfaat ...................................................... 11 1. Tujuan Penelitian .................................................... 11 2. Manfaat Penelitian .................................................. 12
BAB
II.
TINJAUAN PUSTAKA ................................................... 13 A. Laporan Keuangan ........................................................ 13 1. Pengertian Laporan Keuangan ................................ 13 2. Bentuk-bentuk Laporan Keuangan ......................... 17 3. Analisis Laporan Keuangan .................................... 19 B. Rasio Keuangan ............................................................ 21 1. Pengertian Rasio Keuangan .................................... 21 C. Analisis Rasio Keuangan .............................................. 22 1. Rasio Likuiditas ...................................................... 24 2. Rasio Aktivitas ........................................................ 25 3. Rasio Profitabilitas ................................................. 29 4. Financial Leverage Ratio ........................................ 30 5. Rasio Penilaian........................................................ 33 D. Return Sahan ................................................................. 34 1. Pengertian Pendapatan Saham ............................... 34 2. Rumus Return Saham…………………………….. 34
E. Pengaruh Rasio Keuangan Bagi Pemegang Saham ...... 35 F. Penelitian Terdahulu ..................................................... 36 G. Kerangka Pemikiran...................................................... 37 H. Hipotesis........................................................................ 40 BAB
III.
METODE PENELITIAN ................................................. 41 A. Ruang Lingkup Penelitian............................................. 41 B. Metode Pengumpulan Data ........................................... 41 1. Riset Kepustakaan................................................... 41 2. Dokumentasi ........................................................... 42 C. Metode Analisis ............................................................ 42 1. Metode Analisis Regresi Berganda......................... 42 2. Uji Asumsi Klasik................................................... 44 a. Uji Autokorelasi ................................................ 44 b. Uji Normalitas................................................... 44 c. Uji Multikolineritas........................................... 45 d. Uji Heterokedastisitas ....................................... 46 3. Uji Regresi Berganda .............................................. 47 a. Uji Simultan dengan F-Test .............................. 47 b. Uji Parsial dengan T-Test ................................. 47 c. Koefesien Determinasi (R2) .............................. 48 D. Operasional Variabel Penelitian.................................... 48
BAB
IV.
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN............................... 52 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian.................. 52 1. Sejarah Singkat Perusahaan .................................... 52 a. Bursa Efek Indonesia ........................................ 52 b. PT Indosat Tbk.................................................. 56 c. PT Telekomunikasi Indonesia........................... 58 B. Penemuan dan Pembahasan .......................................... 59 1. Uji Model Regresi ................................................... 60 2. Uji Asumsi Klasik................................................... 63 a. Autokorelasi ...................................................... 63
b. Uji Normalitas................................................... 64 c. Uji Multikolinearitas ......................................... 64 d. Uji Heterokedastisitas ....................................... 65 3. Pengujian Hipotesis................................................. 66 a. Uji Simultan dengan F-Test .............................. 66 b. Uji Parsial dengan T-Test ................................. 67 c. Koefisien Determinasi (R2)............................... 72 BAB
V.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................. 74 A.. Kesimpulan ................................................................... 74 B. . Implikasi........................................................................ 75
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 76
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Hal
2.1
Kerangka Pemikiran
39
4.1
Normalitas Data
64
4.2
Heteroskedastisitas
66
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Hal
4.1
Hasil Analisi RegresiLinier Berganda
60
4.2
Uji Mulikolinearitas
65
4.3
Hasil Uji-F Simultan
72
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Rasio keuangan merupakan salah satu alat ukur untuk mengetahui kondisi keuangan sebuah perusahaan, sehingga menjadi sangat relevan apabila rasio keuangan di analisis pengaruhnya terhadap pendapatan saham perusahaan. Dalam penelitian ini penulis akan menganalisisa pengaruh rasio aktivitas, profitabilitas, leverage dan rasio penilaian pasar terhadap return saham perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan–perusahaan
telekomunikasi menjadi pilihan karena selain
mempunyai kapitalisasi pasar besar juga merupakan perusahaan yang memiliki pangsa pasar yang luas. Perusahan-perusahaan telekomunikasi di Indonesia mempunyai sejarah perjalan yang panjang. Sejarah telekomunikasi Indonesia berawal dari tahun 1884, pemerintah kolonial Belanda mendirikan perusahaan swasta yang menyediakan jasa pos domestik dan jasa telegram internasional. Jasa telepon tersedia pertama kalinya di Indonesia pada tahun 1882 dan sampai dengan tahun 1906, disediakan oleh perusahaan swasta dengan lisensi pemerintah selama 25 tahun. Tahun 1906, pemerintah kolonial Belanda membentuk departemen yang mengendalikan semua jasa pos dan telekomunikasi di Indonesia. Tahun 1961, beberapa dari jasa ini dipindahkan ke perusahaan milik negara. Tahun 1965, pemerintah memisahkan jasa pos dan telekomunikasi ke dua perusahaan
negara, yaitu: PN Pos dan Giro, dan PN Telekomunikasi. Tahun 1974, PN Telekomunikasi dipecah lagi menjadi dua yaitu: Perusahaan Umum Telekomunikasi dan PT Inti. Tahun 1980, bisnis telekomunikasi internasional dipindahkan dari Perumtel ke Indosat. Pada tahun 1991 pemerintah merubah Perumtel dari "Perusahaan Umum" menjadi "Persero" yaitu PT TELKOM. Tahun 1993, berdiri PT Satelindo
yang merupakan joint venture dari beberapa perusahaan
telekomunikasi yaitu: TELKOM, Indosat, PT Bimagraha Telekomindo, dan DeTeMobil. Pada tahun ini juga berdiri PT Ratelindo yang merupakan joint venture antara TELKOM dan PT Bakrie Electronics. Tahun 1995 dan tahun berikutnya berdiri beberapa perusahaan telekomunikasi lainnya, yang di dalamnya PT TELKOM mempunyai bagian saham, yaitu: Telkomsel, Komselindo, Mobisel, Metrosel, Pasifik Satelit. Selain itu masih ada perusahaan telekomunikasi yang masih dalam tahap proposal, yang bergerak dalam bidang multimedia. Jumlah pelanggan telekomunikasi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Sebagai contoh, proyeksi P.T. Telkom untuk tahun 1997 permintaan telepon diperkirakan mencapai 1,3 juta, namun ternyata baru bisa dipasok sekitar 1,2 juta dengan pembangunan sebanyak 184.000 SST. Artinya dengan penduduk sebanyak 33,5 juta jiwa, maka diproyeksikan pada akhir tahun nanti densitas telepon akan mencapai 2,45 SST per 100 penduduk. Target pemerintah sampai akhir pelita VII (2005) akan memasang 14 juta saluran telepon, berarti rasio telepon akan mencapai 6,3 untuk 100 orang.
Sedangkan untuk akhir pelita VIII (2009) akan memiliki 21 juta saluran telepon dengan ratio sembilan per seratus orang. Jika dibandingkan misalnya pada tahun 1996 Swedia (tertinggi dunia) sudah mencapai 68 per seratus orang dan hongkong 54 per seratus orang, maka peluang pasar di Indonesia sangat terbuka luas. Bulan Desember 2006 jumlah pelanggan TELKOM sebanyak 48,5 juta pelanggan yang terdiri dari pelanggan telepon tidak bergerak kabel sejumlah 8,7 juta, pelanggan telepon tidak bergerak nirkabel sejumlah 4,2 juta pelanggan dan 35,6 juta pelanggan jasa telepon bergerak. Pertumbuhan jumlah pelanggan TELKOM di tahun 2006 sebanyak 30,73% telah mendorong kenaikan Pendapatan Usaha TELKOM dalam tahun 2006 sebesar 23% dibanding tahun 2005. Sejalan dengan visi TELKOM untuk menjadi perusahaan InfoComm terkemuka di kawasan regional serta mewujudkan TELKOM Goal 3010 maka berbagai upaya telah dilakukan TELKOM untuk tetap unggul dan leading pada seluruh produk dan layanan. Selama tahun 2006 TELKOM telah menerima beberapa penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri, di antaranya The Best Value Creator, The Best of Performance Excellence Achievement, Asia’s Best Companies 2006 Award dari Majalah Finance Asia. Saham TELKOM per 31 Desember 2006 dimiliki oleh pemerintah Indonesia (51,19%) dan pemegang saham publik (48,81%), yang terdiri dari investor asing (45,54%) dan investor lokal (3,27%). Sementara itu harga saham TELKOM di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2006 telah meningkat sebesar 71,2% dari Rp 5.900,- menjadi Rp
10.100,-. Kapitalisasi pasar saham TELKOM pada akhir 2006 sebesar USD 22,6 miliar. Dengan pencapaian dan pengakuan yang diperoleh oleh TELKOM, penguasaan pasar untuk setiap portofolio bisnisnya, kuatnya kinerja keuangan, serta potensi pertumbuhannya di masa mendatang, menjadikan TELKOM sebagai model korporasi terbaik Indonesia. Seiring dengan semakin derasnya arus globalisasi, yang didalamnya dituntut adanya pertukaran informasi yang semakin cepat antar daerah dan negara, membuat peranan telekomunikasi menjadi sangat penting. Telekomunikasi sebagai wahana bagi pertukaran informasi akan semakin memperhatikan aspek kualitas jasa. Selain itu perkembangan di bidang dunia informasi saat ini begitu cepat, baik dilihat dari isi maupun teknologi yang digunakan untuk menyampaikan informasi. Masyarakat dunia informasi menyadari hal tersebut sehingga mereka berupaya keras menciptakan infrastruktur yang mampu menyalurkan informasi secara cepat, artinya mereka sangat membutuhkan jaringan telekomunikasi yang memiliki kualifikasi sebagai information superhighway. PT Telekomunikasi Indonesia merupakan pemegang hak monopoli telekomunikasi domestik di Indonesia, untuk sambungan lokal sampai dengan tahun 2001 dan sambungan jarak jauh sampai dengan tahun 2006. Sedangkan untuk jasa sambungan internasional saat ini dilayani oleh dua perusahaan yaitu PT Indosat dengan kode akses 001 dan PT Satelindo dengan kode akses 008. Sesuai dengan UU N0.3/1989, Kepres No.8/1993, serta Kepmen N0.39/1993 yang mengatur bentuk kerjasama antara perusahaan swasta dan BUMN (dalam
hal ini PT TELKOM dan PT Indosat), bahwa perusahaan swasta dapat menyelenggarakan jasa telekomunikasi dasar melalui kerjasama patungan (joint venture), kerjasama operasi (KSO), dan kontrak manajemen. Sehingga atas perusahaan-perusahaan swasta telekomunikasi di Indonesia, PT TELKOM mempunyai bagian saham di dalamnya. Pelanggan di Indonesia pada umumnya tidak mempunyai daya tawar yang cukup kuat terhadap jasa telekomunikasi dasar ataupun jasa sambungan langsung internasional, karena tidak punya pilihan sarana telekomunikasi dan untuk jasa sambungan bergerak, pelanggan memang cukup banyak mempunyai pilihan, tetapi hanya terbatas pada pilihan-pilihan tertentu serta kurang bisa memuaskan pelayanan atas jasanya. Jika melihat dari data-data di atas maka akan terlihat jelas potensi pasar jasa telekomunikasi yang cukup besar dan meningkat dari tahun ke tahun , apalagi di Indonesia banyak potensi pelanggan yang belum digarap. PT Telkom dan PT Indosat sebagai penyelenggara jasa saluran langsung internasional (SLI) memakai kabel serat optik, tidak saja untuk jaringan darat, tapi juga di laut. Dengan kemajuan teknologi yang sudah sedemikian pesat, jaringan kabel lama (tembaga) sudah tidak memadai lagi baik untuk mengakomodasi data maupun informasi.Kebutuhan dalam negeri pada tahun 1997 mencapai kurang lebih 500.000 single core kilometer, sebenarnya produsen kabel serat optik dalam negeri telah mampu memasok kebutuhan nasional. Namun demikian kenyataannya lain, karena hampir sekitar 90% kebutuhan kabel serat optik dalam negeri masih diimpor dari luar
negeri sehingga pasokan untuk memenuhi kebutuhan kabel serat optik masih tergantung pada produsen luar negeri. Kondisi daya tawar PT TELKOM tidak terlalu lemah, karena pemasoknya terdiri dari banyak perusahaan, akan tetapi jika fluktuasi nilai tukar mata uang dalam negeri tidak stabil hal ini yang menjadi bumerang terhadap perusahaan telekomunikasi di Indonesia seandainya nilai tukar rupiah melemah. Bisnis pertelekomunikasian merupakan bisnis yang dinamik, menarik, multi aspek dan pelopor dalam ekspansi global. Di sisi lain berbagai bukti empirik secara tak langsung telah membuktikan bahwa sektor telekomunikasi merupakan sektor bisnis yang paling diminati oleh perusahaan multi nasional dalam kerangka ekspansi dan globalisasinya Ini terjadi baik dalam rangka swastanisasi maupun dalam konteks aliansi strategis antar pelaku di negara maju maupun dalam ekspansi ke negara berkembang. Berdasarkan kebijakan pemerintah struktur pasar jasa telekomunikasi sudah diatur sedemikian rupa sehingga perusahaan-perusahaan yang akan masuk dalam industri ini akan mengalami kesulitan. Di samping itu perusahaan-perusahaan yang ada sudah memiliki identitas merek yang biasanya merupakan nama dari perusahaan itu sendiri ataupun jasa yang ditawarkan sebagai unggulan. Misalnya: 001 Indosat, 008 Satelindo, Satelindo GSM, Telkomsel GSM, Pasopati, dan lainlainnya. Modal yang dibutuhkan untuk memasuki industri ini sangat besar, mengingat mahalnya teknologi yang digunakan dan biaya pembangunan jaringan yang luas. Sehingga yang dapat masuk ke industri ini adalah
pengusaha-pengusaha bermodal besar ataupun perusahaan-perusahaan raksasa yang telah mapan. Jadi dengan kondisi tersebut di atas, maka kecil kemungkinannya pendatang baru untuk dapat memasuki industri ini, karena banyaknya barrier to entry, yang sengaja dibuat agar tidak meruntuhkan pemain yang sudah ada. Pada tahun 1999, dengan desakan yang sangat kuat dari IMF, disahkanlah Undang-undang nomor 36/1999, tentang penghapusan monopoli penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan munculnya perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang telekomunikasi yang coba meraih pasar Indonesia yang besar. Pada 2002 jumlah pelanggan sebanyak 5 juta pelanggan, Telkomsel merupakan market leader di bisnis telekomunikasi mobile di Indonesia. Bahkan sampai saat ini Telkomsel masih merupakan market leader untuk bisnis telekomunikasi padahal jumlah penduduk Indonesia hampir sekitar 200 juta jiwa lebih sehingga peluang di bisnis ini masih terbuka lebar. Ini menjadi sebuah landasan untuk melakukan penelitian tentang pengaruh rasio keuangan terhadap pendapatan saham perusahaan-perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia hingga mengakibatkan ketertarikan bangsa asing untuk berinvestasi di bidang ini. Kita bisa lihat pada kepemilikan perusahaan besar seperti Indosat yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh pihak asing STT, yaitu sebanyak 39,96% dan saham SingTel singapura di Telkomsel bertambah menjadi 35%. Perusahaan didirikan dengan tujuan mendapatkan laba, meningkatkan penjualan serta maksimisasi nilai perusahaan. Dengan nilai perusahaan yang
tinggi, maka perusahaan akan dapat meningkatkan jumlah kekayaan para pemilik modal. Oleh karena itu dalam teori manajemen keuangan modern disebutkan bahwa tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalkan kekayaan para pemegang saham (to maxsimize the wealth of it stockholder) dalam arti bertujuan untuk memaksimalkan harga saham. Sementara itu tujuan investasi adalah untuk mendapatkan pengembalian tingkat pendapatan yang akan diterima dimasa yang akan datang. Pemilihan investasi yang tepat akan mencerminkan perusahaan sebagai tempat penanaman modal yang baik bagi investor, sehingga hal ini akan membantu mempertinggi nilai perusahaan. Disamping itu, bila
perusahaan berkembang baik, maka nilai perusahaan
meningkat sehingga nilai investasi pada perusahaan itu juga meningkat dan akibatnya harga saham akan meningkat serta pendapatan saham juga meningkat. “Kalau para pemodal membeli saham, berarti mereka membeli prospek perusahaan. Kalau prospek perusahaan membaik harga saham tersebut meningkat” (Husnan, 1994:29). Sebagai upaya dalam mewujudkan pasar modal yang teratur, wajar dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, yaitu dengan memberikan perlindungan yang maksimal kepada masyarakat pemodal. Salah satu bentuk perlindungan tersebut diantaranya adalah dengan berusaha memastikan bahwa seluruh investor (publik) selaku pihak eksternal dapat memperoleh informasi dan fakta-fakta material yang sama dengan yang diperoleh oleh pihak internal perusahaan, seperti informasi kinerja perusahaan
sebagai salah satu dasar pertimbangan pengambilan keputusan. Informasi seputar kinerja suatu perusahaan bisa dilihat dari berbagai media, diantaranya adalah melalui laporan keuangan secara periodik dari perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan pada dasarnya adalah merupakan sebuah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan dan aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Untuk menentukan tingkat kinerja keuangan perusahaan, diperlukan suatu metode analisis rasio yang bertujuan menganalisa posisi keuangan suatu perusahaan. Oleh sebab itulah rasio keuangan perusahaan menjadi faktor penting untuk diketahui pengaruhnya terhadap pendapatan saham perusahaan telekomunikasi yang saat ini menjadi bisnis yang menjanjikan dengan jumlah pangsa pasar Indonesia yang begitu besar dan masih terbukanya peluang untuk mengembangkan perusahaan telekomunikasi di Indonesia. Apabila memang pengaruh dari analisis rasio keuangan ini signifikan terhadap pendapatan saham perusahaan, maka sudah bisa dipastikan bahwa dengan menganalisa rasio keuangan perusahaan kita sudah bisa menentukan di perusahaan mana kita harus berinvestasi. Rasio yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah rasio aktivitas, profitabilitas, leverage dan rasio penilaian pasar. Rasio aktivitas terdiri dari perputaran persediaan yang merupakan rasio antara harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan dan perputaran yang merupakan rasio antara penjualan dengan total aktiva, rasio profitabilitas
terdiri atas return on asset yang merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva, selanjutnya adalah rasio leverage yang terdiri dari debt to equity ratio yang merupakan rasio antara total kewajiban dengan modal sendiri dan debt to total asset yang merupakan rasio antara total kewajiban dengan total aktiva dan terakhir adalah rasio penilaian pasar yang terdiri dari price earning ratio yang merupakan rasio antara harga saham dengan laba per lembar saham serta price to book value yang merupakan rasio total ekuitas saham biasa dengan jumlah saham biasa yang beredar. Berdasarkan pada latar belakang tersebut penulis berpikir bahwa ternyata begitu pentingnya meneliti pengaruh rasio keuangan terhadap return saham perusahaan yang berdasarkan pada laporan keuangan perusahaan sebagai dasar penentuan penghitungan rasio keuangan, apalagi sampel perusahaan yang diambil adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang pertelekomunikasian di Indonesia yang sekarang telah menjadi bisnis yang cukup menggiurkan serta mempunyai pasar yang cukup luas sehingga pada akhirnya penulis menjadikan judul penelitian “ANALISIS PENGARUH RASIO AKTIVITAS, PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN RASIO PENILAIAN PASAR TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI” (Study Empiris Di Bursa Efek Indonesia) sebagai judul penelitian yang akan diteliti.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah diatas, penulis dapat mengajukan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah variable Perputaran Persediaan (X1), Perputaran Total Aktiva (X2), Return on Asset (X3), Debt to Total Assets (X4), Debt to Equity Ratio (X5), Price Earnig Ratio (X6) dan Price to Book Ratio (X7) berpengaruh terhadap return saham perusahaan Telekomunikasi? 2. Variable independent manakah yang paling berpengaruh terhadap return saham perusahaan Telekomunikasi?
C. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka dapat dikemukakan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk menganalisa pengaruh variable Perputaran Persediaan (X1), Perputaran Total Aktiva (X2), Return on Asset (X3), Debt to Total Assets (X4), Debt to Equity Ratio (X5), Price Earnig Ratio (X6) dan Price to Book Ratio (X7) terhadap return saham perusahaan Telekomunikasi. b. Untuk menganalisa pengaruh variable independen secara parsial terhadap return saham perusahaan Telekomunikasi.
2. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat atau kegunaan penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan untuk dapat lebih memperhatikan dan meningkatkan performa keuangan perusahaan supaya dapat memberikan referensi tepat bagi para investor untuk investasi. b. Bagi Penulis Kegiatan penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk menambah pengetahuan teoritis serta memperluas wawasan untuk mempelajari secara langsung dan menganalissa pengaruh rasio keuangan terhadap return saham perusahaan telekomunikasi. c. Bagi Akademisi Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi
penulis
yang
lainnya,
dan
memberikan
masukan
bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang keuangan. d. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk menentukan arah kebijakan pemerintah di bidang telekomunikasi di Indonesia.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan yang dihasilkan oleh pihak manajemen suatu perusahaan merupakan hasil akhir dari proses atau kegiatan-kegiatan akuntansi
yang
dilakukan
perusahaan.
Laporan
dibuat
untuk
mempertanggungjawabkan kegiatan perusahaan terhadap pemilik dan memberi informasi mengenai posisi keuangan yang telah dicapai perusahaan. Laporan keuangan adalah suatu laporan tertulis yang merupakan bentuk pandangan secara wajar mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan menggunakannya dalam rangka membuat
keputusan-keputusan
ekonomi
serta
menunjukkan
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka (IAI, 2002). Laporan keuangan adalah laporan yang menyajikan angka akuntansi dari operasi dan posisi keuangan (Dewi Astuti, 2004). Adapun jenis laporan keuangan yang pokok adalah neraca dan laporan rugi laba. Neraca adalah laporan yang memberikan informasi mengenai jumlah harta, hutang dan modal perusahaan pada saat tertentu. Informasi tersebut dapat bersifat operasional atau strategis, baik kebijaksanaan modal kerja,
investasi maupun kebijaksanaan struktur permodalan secara garis besar, neraca memberikan informasi mengenai sumber dan penggunaan dana perusahaan (Sawir, 2001:3). Laporan keuangan melaporkan prestasi historis dari suatu perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis ekonomi untuk membuat proyeksi dan peramalan masa depan (Weston dan Copeland, 1995:24). Financial statement (laporan keuangan) merupakan suatu bentuk laporan bagi pemakai yang berisi segala informasi pencatatan dan pengikhtisaran transaksi (Warren, 2005:19). Menurut Myer dalam bukunya ”Financial Statement Analysis” yang diterjemahkan oleh Munawir (1995:5) dalam Andree Boy (2008:17) laporan keuangan adalah “dua daftar yang disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan, kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar rugi-laba. Pada akhir-akhir ini sudah menjadi suatu kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar laba yang tak dibagikan (laba ditahan)”. Malalui laporan keuangan itu, secara periodik dilaporkan informasi penting mengenai suatu perusahaan yang berupa : a. Informasi mengenai sumber-sumber ekonomi, kewajiban dan modal perusahaan. b. Informasi mengenai perubahan-perubahan dalam sumber daya ekonomi netto atau kekayaan bersih yang muncul dari aktivitas usaha perusahaan dalam rangka memperoleh laba.
c. Informasi mengenai hasil usaha perusahaan yang dapat dipakai sebagai dasar untuk menilai dan membuat estimasi tentang kemampuan perusahaan dalam memnghasilkan laba. d. Informasi mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi dan kewajiban, yang disebabkan oleh aktivita pembelanjaan dan investasi. e. Informasi penting lainnya yang berhubungan dengan laporan keuangan,
seperti
kebijkasanaan
akuntansi
yang
dianut
oleh
perusahaan. Ikatan
Akuntansi
Indonesia
dalam
Standar
Akuntansi
Keuangan tentang kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan paragraph 7 mengemukakan pengertian sebagai berikut : 1) Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. 2) Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan atau laporan arus kas, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa yang diamaksud dengan laporan keuangan adalah suatu media untuk menyajikan informasi yang telah dikumpulkan dan diolah dengan akuntansi keuangan yang kemudian disusun dalam bentuk laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan posisi keuangan serta laporan laba ditahan yang nantinya akan dikomunikasikan secara periodik kepada pemakainya.
Laporan laba rugi merupakan laporan mengenai pendapatan, biayabiaya dan laba perusahaan selama periode tertentu. Biasanya laporan ini disusun dengan dua pendekatan, yakni pendekatan kontribusi dan pendekatan fungsional. Pendekatan kontribusi membagi biaya-biaya kedalam dua sifat pokok, yakni biaya variable dan biaya tetap. Pendekatan ini biasanya dipergunakan dalam pengambilan keputusan manajemen berkenaan dengan perencanaan biaya, dan laba. Laporan laba rugi yang disusun dengan pendekatan fungsional memberikan informasi mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan oleh setiap fungsi utama dalam perusahaan (fungsi produksi, pemasaran, sumber daya manusia dan umum, serta fungsi keuangan) (Sawir, 2001:4). Menurut standar Akuntansi Keuangan (buku satu:5) tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut : a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. b. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu. c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atau
pertanggungjawaban
dipercayakan kepadanya.
manajemen
atas
sumberdaya
yang
2. Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan Ada tiga laporan keuangan dasar yang biasa digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan dan kinerja perusahaan: neraca, laporan laba-rugi dan laporan arus kas (Keown dkk., 2001:17). Neraca menggambarkan mengenai aktiva, utang dan ekuitas para pemilik perusahaan
untuk
tanggal
tertentu,
sedangkan
laporan
laba-rugi
mengambarkan pendapatan bersih dari kegiatan operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan arus kas menggabungkan informasi dari neraca dan laporan laba-rugi untuk menggambarkan sumber dan penggunaan kas selama periode tertentu dalam sejarah hidup perusahaan. a. Neraca Menurut Graham Mott (1996:32) dalam Andree Boy (2008:22) neraca merupakan suatu gambaran keuangan perusahaan pada satu saat, biasanya pada hari terakhir bulan atau tahun. Satu sisi neraca menunjukkan nilai semua aktiva yang dimiliki perusahaan, dan sisi yang lain menunjukkan sumber-sumber dana untuk memperoleh aktiva tersebut. Amin Widjaja Tunggal (1997:17) dalam bukunya “Akuntansi Untuk Perusahaan Kecil dan Menengah” menyatakan neraca sebagai suatu gambaran posisi keuangan suatu badan usaha pada saat tertentu yang lazimnya disajikan dalam bentuk, aktiva, hutang dan modal. Menurut definisi akuntansi, neraca dalam keadaan “seimbang” karena adanya sifat: Aktiva = Kewajiban + Ekuitas.
Posisi keuangan disusun berdasarkan saldo perkiraan buku besar sebagai hasil atas berlangsungnya transaksi-transaksi yang berkaitan dengan kegiatan usaha sepanjang masa tertentu yang diolah sedemikian rupa, sehingga pengolahan data transaksi kegiatan usaha tersebut tidak saja dicatat secara historis, tetapi juga harus memenuhi prinsip-prinsip akuntansi. b. Laporan Laba (Rugi) Laporan laba atau rugi adalah laporan yang memuat ikhtisar dari pendapatan dan biaya-biaya suatu kesatuan usaha untuk satu periode tertentu. Laporan laba/rugi digunakan pada perusahaan utuk mengukur kinerja perusahaan dalam periode tertentu dan meramal kondisi perusahaan yang akan datang, oleh karena itu arti laba menjadi sangat penting didalam laporan keuangan (Amin Widjadja Tunggal, 1997:21). c. Laporan Arus Kas Arus Kas adalah kas yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dan digunakan untuk membayar kepada kreditur dan pemegang saham (Rosss dan Westerfield dalam Andree Boy, 2008:26). Laporan arus kas adalah alat perencanaan yang akan membantu kita pada masa yang akan datang, menentukan kapan uang tunai diperlukan untuk membayar tagihan-tagihan, membantu manajer membuat keputusan usaha dan membantu kita dalam mengatur segala sesuatu aktivitas kas sebelum kas benar diperlukan (Gill dan Chatton, 2003:22).
3. Analisis Laporan Keuangan Untuk mengetahui kondisi dan prestasi keuangan perusahaan, bisa dilakukan dengan analisa laporan keuangan. Analisa yang dilakukan mempunyai tekanan yang berbeda antara kreditor jangka pendek, kreditor jangka panjang dan pemilik perusahaan. Ada yang lebih tertarik pada posisi likuiditas dan ada yang tertarik pada profitabilitaas. Alat analisa yang bisa digunakan untuk mengetahui kondisi dan prestasi keuangan perusahaan adalah analisa rasio dan proporsional. Pada umumnya rasio keuangan yang dihitung bisa dikelompokkan menjadi enam jenis yaitu : a. Rasio Likuiditas Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya. Rasio likuiditas yang sering digunakan adalah current ratio, quick ratio (acid test ratio) dan cash ratio. b. Rasio Leverage Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak dana yang disupply oleh pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan dana yang diperoleh dari kreditur perusahaan. Rasio ini mempunyai beberapa implikasi, pertama, para pemberi kredit akan melihat kepada modal sendiri untuk melihat batas keamanan pemberian kredit. Kedua, dengan menggunakan hutang, memberi dampak yang positif bagi pemilik, karena perusahaan memperoleh dana tetapi pemilik tidak kehilangan kendali atas perusahaan. Ketiga, apabila perusahaan
mendapat keuntungan yang lebih besar dari beban bunga, maka keuntungan bagi pemilik modal sendiri akan menjadi lebih besar. Di dalam praktek rasio ini dihitung dengan dua cara. Pertama, dengan memperhatikan data yang ada dineraca. Kedua, mengukur resiko hutang dari laporan laba rugi, yaitu seberapa banyak beban tetap hutang bisa ditutup oleh laba operasi. umumnya para analis menggunakan keduanya. Analisa ini terdiri dari Debt Ratio, Times Interest Karned, Fixed Charger Coverage dan Debt Service Coverage. c. Rasio Aktivitas Rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen dalam
menggunakan
sumber
dayanya.
Semua
rasio
aktifitas
melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis harta. Rasio ini terdiri dari inventory turn over, periode pengumpulan piutang, fixed asset turn over, dan total asset turn over. d. Rasio Profitabilitas Rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen yang dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini terdiri dari profit margin on sales, return on total asset, return on net worth. e. Rasio Pertumbuhan Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya pertumbuhan ekonomi dan industri.
f. Rasio Penilaian Rasio ini merupakan ukuran prestasi perusahaan yang paling lengkap oleh karena rasio tersebut mencemirkan kombinasi pengaruh dari rasio resiko dengan rasio hasil pengembalian.
B. Rasio Keuangan 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan adalah alat utama untuk menganalisis keuangan, rasio dapat menstandarisasi informasi keuangan yang dapat dipakai sebagai alat pembanding antar perusahaan dengan ukuran yang berbeda (Keown dkk., 2001:108). Rasio keuangan adalah suatu cara untuk melakukan perbandingan data keuangan perusahaan agar menjadi lebih berarti. Rasio keuangan menjadi dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan penting mengenai kesehatan keuangan dari perusahaan. Pertanyaan
tersebut
meliputi
likuiditas
perusahaan,
kemampuan
manajemen memperoleh laba dari penggunaan aktiva perusahaan dan kemampuan manajemen mendanai investasinya serta hasil yang dapat diperoleh pemegang saham dari investasi yang dilakukannya kedalam perusahaan. Pengggunaan rasio keuangan dapat dikriteriakan sebagai berikut : a. Bagi manajemen perusahaan Rasio
keuangan
dipergunakan
untuk
perencanaan
dan
mengevaluasi performance (prestasi) manajemen dikaitkan dengan rata-rata prestasi industri.
b. Bagi manajer kredit Rasio keuangan dipergunkan untun memperkirakan resiko potensial yang dihadapi oleh para peminjam (debitur) dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran tingkat keuntungan yang diminta. c. Bagi para investor Rasio keuangan ini digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi nilai saham dan obligasi berbagai perusahaan. d. Bagi manajer perusahaan Rasio
keuangan
dipergunakan
untuk
mengidentifikasi
kemungkinan melakukan merger (penggabungan) dengan perusahaan lain (Sartono, 1997:21). Sejumlah rasio yang tidak terbatas banyaknya dapat dihitung, akan tetapi pada prakteknya cukup digunakan beberapa jenis rasio saja. Walaupun rasio-rasio merupakan alat ukur yang sangat berguna, tetapi tidak terlepas dari beberapa kelemahan dan harus digunakan dengan hatihati (J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham, 1997). Oleh sebab itulah dalam penelitian ini dipergunakan beberapa rasio saja yang berguna bagi penelitian ini.
C. Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan laba/rugi satu dengan yang lainnya, dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini. Analisis
rasio juga memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi para kreditor dan investor serta memberikan pandangan kedalam tentang bagaimana kira-kira dana dapat diperoleh. Rasio analisis keuangan meliputi dua jenis perbandingan. Pertama, analisis dapat memperbandingkan rasio sekarang dengan yang lalu dan yang akan datang untuk perusahaan yang sama. Jika rasio keuangan disajikan dalam bentuk suatu daftar untuk periode beberapa tahun, analisis dapat mempelajari komposisi perubahan-perubahan dan menetapkan apakah telah terdapat suatu perbaikan atau bahkan sebaliknya didalam kondisi keuangan dan prestasi perusahaan selama jangka waktu tertentu. Kedua, perbandingan meliputi perbandingan rasio perusahaan dengan perusahaan lainnya yang sejenis atau dengan rata-rata industri pada satu titik yang sama. Perbandingan tersebut dapat memberikan gambaran relatif tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan. Rasio keuangan adalah hal penting yang harus ada, karena hanya dengan cara membandingkan rasio keuangan satu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis seorang analis dapat memberikan pertimbangan yang realistis (Sawir, 2001:6-7). Pada dasarnya rasio keuangan dikelompokkan dalam 5 kelompok yaitu: 1. Rasio Likuiditas 2. Rasio Aktivitas 3. Rasio Profitabilitas 4. Rasio Leverage 5. Rasio Penilaian (Rasio Pasar)
Sejumlah rasio yang tidak terbatas banyaknya dapat dihitung, akan tetapi dalam prakteknya cukup digunakan beberapa jenis rasio saja. Walaupun rasio-rasio merupakan alat yang sangat berguna, tetapi tidak terlepas dari beberapa kelemahan dan harus digunakan dengan hati-hati (J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham, 1997). Karena perbedaan tujuan dan harapan yang ingin dicapai, maka analisis keuangan juga beragam. Bagi pemilik (pemegang saham) dan calon investor akan melihat dari segi profitabilitas dan resiko, karena kestabilan harga saham tergantung dengan tingkat keuntungan yang diperoleh dan dividen dimasa datang. Bagi manajemen akan lebih memperhatikan semua aspek analisis keuangan apakah yang sifatnya jangka pendek ataupun jangka panjang, karena tanggungjawabnya untuk mengelola operasi perusahaan setiap hari dan memperoleh laba yang kompetitif. Maka agar kebijakan yang diambil manajer tepat, maka rasio-rasio keuangan akan menjadi landasan para manajer dalam pengambilan keputusannya untuk mencapai tujuan perusahaan. Lima kelompok rasio keuangan dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Rasio Likuiditas Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan.
Dengan menggunakan laporan keuangan yang terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal maka rasio-rasio tersebut adalah: Current Ratio =
Aktiva Lancar Utang Lancar
Semakin tinggi current ratio berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Aktiva lancar yang dimaksud adalah termasuk kas, piutang, surat berharga dan persediaan. Dari aktiva lancar tersebut, persediaan merupakan aktiva lancar yang kurang likuid dibandingkan dengan kas, piutang dan surat berharga (Sartono, 1996:121).
Acid Test Rasio = Rasio
ini
Aktiva Lancar Persediaan Utang Lancar
seperti
halnya
current
ratio,
tetapi
hanya
memperhitungkan aktiva lancar yang benar-benar likuid saja, yakni aktiva lancar diluar persediaan. Pengertian likuiditas sebenarnya mengandung dua dimensi yaitu waktu yang diperlukan untuk mengubah aktiva menjadi kas serta kepastian harga yang akan terjadi. Dengan demikian diantara ketiga elemen aktiva lancar tersebut memang piutang lebih likuid dibandingkan dengan persediaan dan memerlukan waktu lebih pendek untuk mengubahnya menjadi kas (Sartono, 1996:122). 2. Rasio aktivitas Rasio aktivitas adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan investasi dan
sumber
daya
ekonomis
untuk
menghasilkan
penjualan
yang
menguntungkan . Oleh karena itu penjualan yang menguntungkan memerlukan pelaksanaan investasi yang sehat. Salah satu tujuan manajer keuangan adalah menentukan seberapa besar efisiensi investasi pada berbagai aktiva. Dengan kata lain rasio aktivitas menunjukkan berbagai sumber daya telah dimanfaatkan secara optimal, kemudian dengan cara membandingkan rasio aktivitas dengan standar industri maka dapat diketahui tingkat efisiensiperusahaan dalam industri (Sartono, 1996:125). Rasio aktivitas meliputi : a. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) Adalah rasio antara harga pokok penjualan atau penjualan dengan rata-rata persediaan yang mengukur efisiensi pengguna persediaan. Perputaran persediaan yang tinggi menunjukkkan bahwa perusahaan tidak mempertahankan persediaan yang berlebihan. Pola tersebut
perlu
disesuaikan
apabila
usaha
perusahaan
sangat
dipengaruhi oleh faktor musim (seasonal) atau sangat berfluktuasi dari waktu ke waktu dalam satu periode tertentu. Rumus Perputaran Persediaan adalah :
Perputaran Persediaan =
Penjualan Kredit Rata rata Persediaan
Atau
Perputaran Persediaan =
Harga Pokok Penjualan Rata rata Persediaan
Perusahaan yang perputaran persediaannya makin tinggi berarti makin efisien, tetapi perputaran yang terlalu tinggi juga tidak baik, untuk itu perlu ditentukan keseimbangan (Sartono, 1997:23). b. Rata-rata periode pengumpulan piutang (Periode penagihan rata-rata atau average collection period) Adalah rasio antara piutang dengan penjualan per hari. Rasio ini mengukur efisiensi dalam pengumpulan piutang perusahaan dengan membandingkan persyaratan penjualan yang telah ditentukan. Periode penagihan piutang rata-rata dihitung dalam dua langkah yaitu penjualan tahunan dibagi dengan 360 untuk menentukan penjualan harian rata-rata dan piutang dagang dibagi dengan penjualan harian untuk mendapatkan jumlah hari penjualan terikat dalam piutang (Sartono, 1997:24). Rumus rata-rata penagihan piutang :
Perputaran Piutang =
Penjualan Piutang Rata rata
Rata rata Penagihan =
360 Hari Perputaran Piutang
Terlalu tinggi periode pengumpulan piutang berarti bahwa kebijakan kredit terlalu bebas, akibatnya timbul bad-debt dan investasi dalam piutang menjadi terlalu besar akibatnya keuntungan akan menurun. Sebaliknya periode pengumpulan piutang yang terlalu pendek berarti kebijakan kredit terlalu ketat dan besar kemungkinan
perusahaan
akan
kehilangan
kesempatan
untuk
memperoleh
keuntungan. Untuk itu standar kredit perlu diperlonggar. c. Perputaran Aktiva Tetap ( Fixed Asset Turnover ) Adalah rasio antara penjualan dengan aktiva tetap yang mengukur efisiensi penggunaan aktiva tetap atau perputaran aktiva tetap. Rasio ini menunjukkan bagaimana perusahaan menggunakan aktiva tetapnya seperti gedung, kendaraan, mesin-mesin, perlengkapan kantor. Rumus Perputaran Aktiva Tetap :
Perputaran Aktiva Tetap =
Penjualan Aktiva Tetap Bersih
d. Perputaran Total Aktiva ( Total Asset Turnover ) Perputaran Total Aktiva adalah rasio antara penjualan dengan total aktiva yang digunakan untuk mengukur efisiensi perusahaan secara keseluruhan. Rasio yang rendah merupakan indikasi bahwa perusahaan tidak beroperasi pada volume memadai bagi kapasitas investasinya.
Perputaran
total
aktiva
menunjukkan
bagaimana
efektifitas perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dan memperoleh laba (Sartono, 1997:24). Rumus Perputaran Total Aktiva :
Perputaran Total Aktiva =
Penjualan Total Aktiva
3. Rasio Profitabillitas Rasio Frofitabillitas adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, investasi maupun modal sendiri. Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan diantaranya adalah: a. Margin laba terhadap penjualan ( Net Profit Margin ) Net profit margin adalah rasio antara laba bersih setelah pajak dengan penjualanyang mengukur laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan (Sartono, 1997:24 ). Profit margin digunakan untuk menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini dapat dipengaruhi oleh intensitas modal dalam industri tempat perusahaan bergerak. Untuk menghasilkan hasil pengembalian atas modal, diperlukan hasil pengembalian atas penjualan yang lebih tinggi. Semakin tinggi net profit margin, semakin baik kinerja operasional perusahaan. Rumus margin laba bersih:
Net Profit Margin =
Laba Bersih Penjualan
b. Return On Investment atau Return On Asset (ROI / ROA) Adalah rasio keuangan yang mennunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunkan. Semakin tinggi rasio return on asset, semakin baik keadaan suatu perusahaan (Syamsudin, 1998:63)
Rumus ROA :
Return On Asset =
Laba Bersih Setelah Pajak Total Aktiva
c. Return On Equity (ROE) Adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba atas modalnya sendiri (Tjiptono dan Hendy, 2006:200). Rumus ROE =
Return On Equity
=
Laba Bersih Setelah Pajak Modal Sendiri
4. Financial Leverage Ratio Financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti menggunakan modal sendiri semuanya yaitu sebesar 100% modal usahanya tidak di biayai oleh hutang. Pengguna utang itu sendiri bagi perusahaan mengandung tiga dimensi yaitu : a. Pemberi kredit akan menitik beratkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan. b. Dengan menggunakan hutang, maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik perusahaan keuntungannya akan meningkat. c. Menggunakan hutang maka agar memperoleh dana dan tidak kehilangan pengendalian perusahaan.
Rasio-rasio hutang antara lain : 1) Debt total assets Adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara total hutang atau kewajiban dengan total aktiva. Rasio ini juga akan menjadi variabel bebas dalam penelitian ini. Rumus : Debt
to Total Asset
Total Kewajiban Total Aktiva
2) Debt to equity ratio Adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara total hutang atau kewajiban dengan modal sendiri. Rumus : Debt
to Equity Ratio
Total Kewajiban Modal Sendiri
Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar resiko yang dihadapi dan investor akan meminta keuntungan yang semakin tinggi. Rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva (Sartono, 1996:127). 3) Time interest earned ratio Adalah rasio antara laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan beban bunga. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga, atau mnegukur seberapa jauh laba dapat berkurang tanpa perusahaan mengalami kesulitan keuangan karena tidak mampu membayar bunga. Oleh karena itu rasio ini
penting dalam menganalisis pengaruh rasio keuangan terhadap pendapatan saham pada sebuah perusahaan. Rumus : Time Interest Earned Ratio
EBIT Beban Bunga
4) Fixed charge coverage ratio Adalah rasio yang mengukur berapa besar kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk pembayaran deviden saham preferen, bunga, angsuran pinjaman dan sewa. Karena tidak jarang perusahaan menyewa aktivanya dari perusahaan leasing dan harus membayar angsuran tertentu. Rumus : Fixed Charge Coverage
EBIT Bunga Pembayaran Sewa Bunga Pembayaran Sewa
5) Debt service coverage Adalah
rasio
yang
mengukur
kemampuan
perusahaan
memenuhi beban tetapnya termasuk angsuran pokok pinjaman. Jadi sama dengan leverage yang lain, hanya dengan memasukkan angsuran pokok pinjaman. (Sartono, 1996:129). Rumus Debt service coverage : Debt Service coverage
Keterangan:
i = Bunga T = Pajak
EBIT Angsuran pokok pinjaman i Sewa 1 T
5. Rasio Penilaian Rasio penilaian adalah ukuran kinerja yang paling menyeluruh untuk suatu perusahaan karena mencerminkan pengaruh gabungan dari rasio hasil pengembalian dan resiko (Weston dan Copeland, 1995:244). Rasio penilaian merupakan suatu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai pada pemegang saham. Rasio ini terdiri dari : a
Price Earning Ratio (PER) Adalah rasio yang menunjukkan perbandingan harga pasar per saham terhadap laba per saham. Semakin tinggi rasio price earning ratio, maka semakin tinggi pula tingkat pertumbuhan laba yang diharapkan, sehingga semakin tinggi tingkat kepercayaan investor terhadap masa depan perusahaan. Rumus :
Price Earning Ratio = b
Harga Saham Laba Per Saham
Price to Book Value (PBV) Rasio Price to Book Value adalah rasio yang dipergunakan untuk mengetahui seberapa besar harga saham yang ada di pasar dibandingkan dengan nilai buku sahamnya. Rumus :
Price to Book Value =
Harga Saham Nilai Buku Per Saham
D. Return Saham 1. Pengertian Return Saham Saham merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). pemilik saham suatu perusahaan disebut sebagai pemegang saham. Saham merupakan surat berharga yang mempunya return paling tinggi dengan resiko yang paling tinggi pula. Semakin tinggi resiko maka akan semakin tinggi tingkat return yang diharapkan.
Seorang
pemegang
saham
pada
prinsipnya
lebih
berkepentingan dengan keuntungan saat ini dan dimasa-masa yang akan datang, dengan stabilitas keuntungan tersebut dan perbandingannya dengan perusahaan lain. Pendapatan saham adalah perubahan nilai saham antara periode t1 dengan periode t dibandingkan dengan periode t. Investor yang melakukan investasi pada saham dapat memperoleh pendapatan yang tinggi, melalui pemilihan saham perusahaan yang berprospek cerah, sehingga investor mempunyai kemungkinan lebih tinggi untuk memperoleh pendapatan saham lebih besar dimasa mendatang. 2. Rumus Return Saham Pt - Pt - 1 Pt - 1
Ri
=
Ri
= Return saham
Pt
= Harga saham pada periode tertentu
Pt-1
= Harga saham pada periode sebelumnya
E. Pengaruh Rasio Keuangan Bagi Pemegang Saham Para pemegang saham sebagai investor sangat berkepentingan pada analisis rasio keuangan perusahaan. Secara teoritis pemegang saham sebenarnya merupakan pemodal yang menjadi pemilik sebuah perusahaan, namun dalam kenyataannya para investor memiliki motif yang berbeda-beda. Sebagian investor membeli saham sebuah perusahaan untuk tujuan spekulasi dengan harapan akan mempeoleh keuntungan dari selisih perubahan harga saham jangka pendek. Kelompok investor ini lebih mengharapkan keuntungan dari selisih harga beli dengan harga jual saham di pasar modal, sehingga kelompok investor ini lebih suka menggunakan rasio profitabilitas yang meliputi return on investment (ROI), return on asset (ROA) dan margin laba terhadap penjualan. Sedangkan kelompok investor lain lebih cenderung bertujuan untuk memiliki saham perusahaan dalam jangka panjang dengan tujuan khusus untuk menguasai perusahaan. Kelompok investor ini lebih suka menggunakan rasio earning power yaitu hasil kali net profit dengan perputaran aktiva. Earning power merupakan tolok ukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang digunakan. Rasio ini menunjukkan pula tingkat efisiensi investasi yang nampak pada perputaran aktiva. Apabila perputaran aktiva meningkat dan net profit margin tetap maka earning power juga akan meningkat. Hingga pada akhirnya rasio keuangan perusahaan yang akan menjadi salah satu acuan memilih oleh para investor untuk melakukan investasi.
F. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang “Pengaruh rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio leverage, dan rasio penilaian terhadap pendapatan saham perusahaan Automotif and Allied product di BES” telah dilakukan oleh Sonang Sitohang (2003). Sonang Sitohang adalah seorang staff pengajar sebuah perguruan tinggi dan praktisi pasar modal. Penelitian tersebut dilakukan dengan menguji hipotesis penelitian menggunakan analisis regresi berganda. Dengan hasil pengujian, variabel yang dominant berpengaruh terhadap pendapatan saham adalah price to book value (X7) dan dari pengujian secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel Return on Asset (X3), Debt to Equity (X4) serta Price to Book Value (X7) secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap pendapatan saham (Y). Secara bersama-sama juga variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat dengan hasil uji Fhitung > Ftabel. Yarnest (2002) meneliti mengenai “Pengaruh Variable Kinerja Keuangan Suatu Perusahaan Terhadap Return Saham (study kasus di Bursa Efek Surabaya)”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui apakah kinerja kinerja keuangan perusahaan yang terdiri dari EPS, EVA, ROA, ROE, dan Financial Leverage secara simultan mempunyai pengaruh yang berarti terhadap return saham dan untuk mengetahui variable kinerja keuangan manakah yang mempunyai pengaruh dominan terhadap return saham. Hasil dari peneltian tersebut menunjukkan bahwa variable kinerja keuangan yang terdiri dari EPS, EVA, ROA, ROE, dan Financial Leverage secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham,
variabel return on asset (ROA) mempunyai pengaruh yang dominan terhadap return saham di Bursa Efek Surabaya. Penelitian yang dilakukan Almilia dan kristijadi (2003) mengenai “Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Penelitian ini menggunakan 24 perusahaan sampel yang dikategorikan mengalami financial distress dan 37 yang tidak mengalami financial distress. Metode yang digunakan adalah metode analisis statistik regresi logistik dan membentuk 12 kali persamaan regresi logit untuk mengkombinasikan setiap rasio keuangan. Hasil dari penelitian ini adalah rasio NI/S, CL/TA, CA/CL dan growth NI/TA merupakan varibel yang signifikan untuk memprediksi financial distress perusahaan. Variabel NI/S berpengaruh signifikan pada tingkat 5% dan berpengaruh negative pada financial distress suatu perusahaan, CL/TA signifikan pada tingkat 10% dan berpengaruh negatif pada financial distress suatu perusahaan, CA/CL signifikan pada tingkat 5% dan berpengaruh negative pada financial distress sedangkan variabel growth NI/TA signifikan pada tingkat 5% dan berpengaruh secara positif pada financial distress suatu perusahaan.
G. Kerangka Berpikir Penulis berpikir bahwa langkah awal yang harus ditempuh adalah mencari data dari mengenai laporan keuangan, index statistic serta harga saham perusahaan telekomunikasi yang sudah terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Kemudian mengolah data yang telah didapat yang berupa laporan keuangan dan harga saham beserta data index statistic dari perusahaanperusahaan yang menjadi objek penelitian. Setelah itu kemudian menghitung rasio keuangan yang dijadikan sebagai variabel bebas serta return saham sebagai variabel terikatnya. Setelah itu barulah dilakukan pengujian model regresi serta melakukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui apakah model regresi yang digunakan baik. Selanjutnya melakukan pengujian regresi berganda, sampai pada akhirnya melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-F secara simultan, uji-t untuk pengujian secara parsial, dan koefisien Determinasi. Setelah itu maka dengan menggunakan metode tersebut akan diketahui pengaruh rasio keuangan terhadap return saham dan dapat digambarkan dengan bagan pada gambar 2.1 tentang kerangka pemikiran sebagai berikut:
Analisis Rasio Keuangan dan Return Saham
Rasio Aktivitas
Perputaran Persediaan
Rasio Profitabilitas
ROA
Rasio Leverage
Rasio Penilaian
DER
PER
DTA
PBV
Perputaran Total Aktiva
Uji Model Regresi
Uji Asumsi Klasik
Uji Regresi Berganda
Uji F
Uji t
Koefesien Determinasi R²
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
H. Hipotesis Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar atau salah. Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ho : βj = 0 ; Perputaran persediaan (X1), perputaran total aktiva (X2), Return on Asset (X3), Debt to Total Assets (X4), Debt to Equity Ratio (X5), Price Earnig Ratio (X6) dan Price to Book Ratio (X7) tidak berpengaruh terhadap return saham perusahaan Telekomunikasi. Ha : βj ≠ 0 ; Perputaran persediaan (X1), perputaran total aktiva (X2), Return on Asset (X3), Debt to Total Assets (X4), Debt to Equity Ratio (X5), Price Earnig Ratio (X6) dan Price to Book Ratio (X7) berpengaruh terhadap return saham perusahaan Telekomunikasi. 2. Ho : βj = 0 ; Perputaran persediaan (X1), perputaran total aktiva (X2), Return on Asset (X3), Debt to Total Assets (X4), Debt to Equity Ratio (X5), Price Earnig Ratio (X6) dan Price to Book Ratio (X7) secara parsial tidak berpengaruh terhadap return saham perusahaan Telekomunikasi. Ha : βj ≠ 0 ; Perputaran persediaan (X1), perputaran total aktiva (X2), Return on Asset (X3), Debt to Total Assets (X4), Debt to Equity Ratio (X5), Price Earnig Ratio (X6) dan Price to Book Ratio (X7) secara parsial berpengaruh terhadap return saham perusahaan Telekomunikasi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang telekomunikasi di Indonesia dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) serta memiliki laporan keuangan triwulanan secara berturut-turut dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.
B. Metode Penentuan Sampel Sampel yang di ambil dalam penelitian ini adalah keseluruhan populasi yang akan diteliti yaitu perusahaan-perusahaan yang termasuk kedalam perusahaan yang bergerak dibidang telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mempunyai laporan keuangan secara berturut-turut dari tahun 2003 sampai tahun 2007.
C. Metode Pengumpulan Data Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan, teknik pengumpulan data sekunder adalah sebagai berikut : 1. Riset kepustakaan Yaitu teknik pengumpulan data yang didasarkan pada teori-teori dari berbagai literature yang berhubungan dengan obyek penelitian. Data yang diperlukan untuk penelitian diperoleh dari buku-buku yang
berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Data yang dibutuhkan dapat juga diambil dari internet sebagai salah satu media riset kepustakaan. 2. Dokumentasi Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencatat data dari dokumen yang berkaitan dengan obyek penelitian di Bursa Efek Indonesia. Data sekunder tersebut adalah : a. Data berupa laporan keuangan yang diterbitkan setiap tahun dan prospectus perusahaan di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2003 sampai dengan 2007 serta data index statistic dari Bursa Efek Indonesia. b. Data berupa informasi harga saham perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2003 sampai dengan 2007.
D. Metode Analisis 1. Metode Analisis Regresi Berganda Regresi bertujuan untuk menguji hubungan pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lain. Variabel yang dipengaruhi disebut variabel tergantung atau dependen, sedangkan variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas atau variabel independen. Regresi yang memiliki satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel independen disebut regresi berganda. Model regresi linier berganda dikatakan model yang baik jika
model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik, baik itu multikolineritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Adapun persamaan dari regresi berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = a + b X1 + bX2+ bX3+ bX4+ bX5+ bX6+ bX7+е
Dimana: Y
= Return saham
x1
= Perputaran Persediaan
x2
= Perputaran Total Aktiva
x3
= Return on Asset
x4
= Debt to Total Assets
x5
= Debt to Equity Ratio
x6
= Price Earnig Ratio
x7
= Price to Book Ratio
a
= Konstanta
b
= Koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan atau penurunan variabel terikat yang didasarkan pada hubungan nilai variabel bebas
е
= Error
2. Uji Asumsi Klasik Suatu model regresi berganda dapat dikatakan sebagai model yang baik jika model tersebut terbebas dari asumsi-asumsi klasik, baik itu multikolineritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. a. Uji Autokorelasi Autokorelasi akan terjadi apabila terdapat korelasi antara residu (ei) dengan variabel tergantung (Y). untuk mendeteksi terjadi/tidaknya auto korelasi dapat dilihat dari nilai koefesien Durbin-watson test (DWT). Autokorelasi sering terjadi pada sampel dengan data time series dengan n–sampel adalah periode waktu. Sedangkan untuk sampel data section dengan n-sampel item seperti perusahaan, orang, wilayah dan yang lain sebagainya jarang terjadi, karena variabel penggangu item sampel yang satu berbeda dengan yang lain. b. Uji Normalitas Uji normalitas data ini bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang yang memiliki distribusi normal. Normalitas data dapat dilihat dengan beberapa cara, diantaranya: 1) Nilai skewness Nilai skewness digunakan untuk mengetahui bagaimana distribusi normal data dalam variabel dengan menilai kemiringan kurva. Dan nilai skewness yang baik adalah mendekati angka 0.
Jika kemiringan dilihat dari nilai skewness, nilai skewness ini bersifat mutlak (+/-), ketinggian kurva dilihat dari nilai kurtosis. Nilai kurtosis tidak berpengaruh terhadap penilaian distribusi normal. 2). Normal P-Plot Uji normalitas data dengan Normal P-Plot, suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. c. Multikolineritas Uji multikolineritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam suatu model (Nugroho, 2005 : 58). Artinya, uji ini melihat adakah hubungan linier antara variabel dependen dan independen pada sebuah regresi. Deteksi multikolineritas pada suatu model dapat dilihat dari beberapa hal (Nugroho:2005:58): a. Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0.1, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolineritas VIF = 1/Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance = 1/10 = 0.1. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah Tolerance.
b. Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel independen kurang dari 0.7, maka model dapat dinyatakan bebas dari asumsi klasik multikolineritas. Jika lebih dari 0.7 maka diasumsikan terjadi korelasi yang sangat kuat antar variabel independen sehingga terjadi multikolineritas. c. Jika nilai koefisien determinan, baik dilihat dari R2 maupun R-Square diatas 0.60 namun tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen, maka model terkena multikolineritas. d. Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain, atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki persamaan variance residual suatu periode pengamatan dengan periode pengamatan yang lain. Cara mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar Scatterplot yang menyatakan model linier berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika : a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau disekitar angka 0 (Nol). b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
c. Penyebaran titik-titik data yang di peroleh tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali. d. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola. 2. Uji Regresi Berganda a. Uji Simultan dengan F-Test Uji F-test bertujuan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil F-test ini pada output SPSS 16.0 dapat dilihat pada tabel ANOVA. Hasil F-test menunjukan variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen jika p-value (pada kolom Sig.) lebih kecil dari level of significant yang ditentukan, atau F hitung (pada kolom F) lebih besar dari F tabel. F tabel dihitung dengan cara df1 = k-1, dan df2 = n- k, k adalah jumlah variabel dependen dan independen. Jika nilai F hitung lebih besar dari pada nilai F tabel yang telah di peroleh berarti pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama adalah signifikan. b. Uji Parsial dengan T-Test Uji t-test bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen. Pada output SPSS 16.0 dapat dilihat pada tabel Coefficientsa. Nilai dari uji t-test dapat dilihat dari p-value (pada kolom Sig.) pada masing-masing variabel independen, jika p-value
lebih kecil dari level of significant yang ditentukan, atau t-hitung (pada kolom t) lebih besar dari t-tabel. c. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Nilai R Square dikatakan baik jika diatas 0.5 karena nilai R Square berkisar antara 0 sampai 1. Pada output SPSS koefisien determinasi terletak pada tabel Model Summaryb dan tertulis R Square.
E. Operasional Variabel Penelitian Definisi Operasional Variabel 1. Yang menjadi variabel bebas (X) adalah rasio keuangan Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel terikat (Sugiono, 2005) (X). Di dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah rasio keuangan karena variabel tersebut mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel terikat. Variabel bebas (X) yaitu: a. Rasio Aktivitas Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan investasi dan sumberdaya ekonomis untuk menghasilkan penjualan yang menguntungkan. Rasio ini menunjukkan seberapa cepat aktiva lancar dapat sikonversikan kedalam kas.
Pengukuran rasio aktivitas meliputi : 1). Perputaran persediaan (X1) Adalah rasio antara harga pokok penjualan atau penjualan dengan rata-rata persediaan dengan rata-rata persediaan yang mengukur efisiensi penggunaan persediaan. 2). Perputaran total aktiva (X2) Adalah rasio antara penjualan dengan total aktiva yang mengukur efisiensi pengguanaan aktiva secara keseluruhan. b. Rasio Profitabilitas Menurut Dewi Astuti didalam bukunya menyatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio profitabilitas terdiri atas rasio marjin laba atas penjualan, rasio pengembalian atas total aktiva yang dikenal dengan return on asset ratio, rasio pengembalian atas ekuitas saham biasa atau return on equity ratio. Pengukuran rasio profitabilitas yang digunakan adalah : Return on Asset (X3) Adalah rasio antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva yang menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. c. Rasio Leverage Adalah rasio keuangan yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai dengan hutang.
Pengukuran rasio leverage meliputi : 1). Debt to Equty Ratio (X4) Adalah rasio antara total hutang dengan modal sendiri yang dinyatakan dengan prosentase. 2). Debt to total asset (X5) Adalah rasio antara total hutang dengan total aktiva yang dinyatakan dengan prosentase. d. Rasio Penilaian (pasar) Adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai pada masyarakat atau investor (pemegang saham). Pengukuran rasio penilaian meliputi : 1). Price Earning Ratio (PER) (X6) Adalah rasio antara harga saham dengan laba per saham (EPS) yang dinyatakan dalam bentuk rasio. 2). Price to Book Value (PBV) (X7) Nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas saham biasa dibagi dengan jumlah saham biasa yang beredar.
2. Yang menjadi variabel terikat (Y) adalah return saham Variabel terikat dalam penelitian ini adalah return saham yang merupakan variabel terikat karena return saham dipengaruhi oleh adanya variabel bebas. Return saham adalah nilai perubahan saham antara periode tertentu dengan periode sebelumnya dibandingkan dengan periode tertentu
yang dinyatakan dalam bentuk prosentase dan merupakan prosentase kekayaan pemegang saham untuk suatu jangka waktu. Peningkatan dalam rupiah adalah sama dengan dividen tunai yang diterima dalam suatu jangka waktu ditambah dengan perubahan dalam nilai saham yang berlaku pada jangka waktu tersebut. Pada penelitian ini yang menjadi varibel terikat atau variabel dependennya adalah return saham.
BAB IV PENEMUAN DAN HASIL PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Perusahaan a. Bursa Efek Indonesia Efektif tanggal 1 Desember 2007, kita akan memasuki satu babak baru dalam perjalanan Bursa Efek di Indonesia, yaitu dengan adanya penggabungan (merger) Bursa Efek Surabaya kedalam Bursa Efek Jakarta. Penggabungan tersebut di ikuti dengan kehadiran entitas baru yang mencerminkan kepentingan pasar modal secara nasional yaitu Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange). Bursa Efek Indonesia memfasilitasi perdagangan saham (equity), surat utang (fixed income), maupun perdagangan derivatif (derivative instruments). Hadirnya bursa tunggal ini diharapkan akan meningkatkan efisiensi industri pasar modal di Indonesia dan menambah daya tarik untuk berinvestasi. Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar
modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan
sebagimana
mestinya.
Pemerintah
Republik
Indonesia
mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut: 1) 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda. 2) 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I 3) 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya. 4) Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup. 5) 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II. 6) 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950).
7) 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif. 8) 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum. 9) 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. 10) 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal. 11) 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87)
yang
memberikan
kemudahan
bagi
perusahaan
untuk
melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia. 12) 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat. 13) 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer. 14) Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go
public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal. 15) 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. 16) 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. 17) 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems). 18) 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. 19) 1995 :
Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek
Surabaya. 20) 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia. 21) 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). 22) 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
b. PT Indosat Tbk PT Indosat Tbk., sebelumnya bernama PT Indonesian Satellite Corporation Tbk., adalah sebuah perusahaan penyelenggara jalur telekomunikasi
di
Indonesia.
Indosat
merupakan
perusahaan
telekomunikasi dan multimedia terbesar kedua di Indonesia untuk jasa seluler (Mentari, Matrix, IM3, StarOne). Saat ini, komposisi kepemilikan saham Indosat adalah: Publik (45,19%), Qatar Telecom QSC (40,37%), serta Pemerintah Republik Indonesia (14,44%), termasuk saham Seri A. Indosat juga mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, Bursa Saham Singapura, serta Bursa Saham New York. Indosat didirikan pada tahun 1967 sebagai Perusahaan Modal Asing, dan memulakan operasinya pada tahun 1969. Pada tahun 1980 Indosat menjadi Badan Usaha Milik Negara yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Hingga sekarang, Indosat menyediakan layanan telekomunikasi internasional seperti SLI dan layanan transmisi televisi antarbangsa. PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) didirikan pada tahun 1993 di bawah pengawasan PT Indosat. Ia mula beroperasi pada tahun 1994 sebagai operator GSM. Pendirian Satelindo sebagai anak perusahaan Indosat menjadikan ia sebagai operator GSM pertama di Indonesia yang mengeluarkan kartu prabayar Mentari dan pascabayar Matrix. Pada tahun 1994 Indosat memperdagangkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan New York Stock Exchange.
Indosat merupakan perusahaan pertama yang menerapkan obligasi dengan
konsep
syariah
pada
tahun
2002.
Setelah
itu,
pengimplementasian obligasi syariah Indosat mendapat peringkat AA+. Nilai emisi pada tahun 2002 sebesar Rp 175.000.000.000,00. dalam tenor lima tahun. Pada tahun 2005 nilai emisi obligasi syariah Indosat IV sebesar Rp 285.000.000.000,00. Setelah tahun 2002 penerapan obligasi syariah tersebut di ikuti oleh perusahaan-perusahaan lainnya. Memasuki abad ke-21, Pemerintah Indonesia melakukan deregulasi di sektor telekomunikasi dengan membuka kompetisi pasar bebas. Dengan demikian, Telkom tidak lagi memonopoli telekomunikasi Indonesia. Pada tahun 2001 Indosat mendirikan PT Indosat Multi Media Mobile (IM3) dan ia menjadi pelopor GPRS dan multimedia di Indonesia, dan pada tahun yang sama Indosat memegang kendali penuh PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo). Pada akhir tahun 2002 Pemerintah Indonesia menjual 41,94% saham Indosat ke Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd.. Dengan demikian, Indosat kembali menjadi PMA. Pada bulan November 2003 Indosat mengakuisisi PT Satelindo, PT IM3, dan Bimagraha. Penjualan 41,94% saham Indosat tersebut menimbulkan banyak kontroversi. Pemerintah RI terus berupaya untuk membeli kembali (buyback) saham Indosat tersebut agar pemerintah menjadi pemegang saham yang mayoritas dan menjadikan kembali Indosat sebagai BUMN, namun hingga kini upaya pemerintah tersebut belum terealisasi akibat banyaknya kendala.
c. PT Telekomunikasi Indonesia PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM) merupakan perusahaan penyelenggara informasi dan telekomunikasi (InfoComm) serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap (full service and network provider) yang terbesar di Indonesia. TELKOM (yang
selanjutnya
disebut
juga
Perseroan
atau
Perusahaan)
menyediakan jasa telepon tidak bergerak kabel (fixed wire line), jasa telepon tidak bergerak nirkabel (fixed wireless), jasa telepon bergerak (cellular), data & internet dan network & interkoneksi baik secara langsung maupun melalui perusahaan asosiasi. Sejalan dengan visi TELKOM untuk menjadi perusahaan InfoComm terkemuka di kawasan regional serta mewujudkan TELKOM Goal 3010 maka berbagai upaya telah dilakukan TELKOM untuk tetap unggul dan leading pada seluruh produk dan layanan. Hasil upaya tersebut tercermin dari market share produk dan layanan yang unggul di antara para pemain telekomunikasi. Selama tahun 2006 TELKOM telah menerima beberapa penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri, di antaranya The Best Value Creator, The Best of Performance Excellence Achievement, Asia’s Best Companies 2006 Award dari Majalah Finance Asia. Saham TELKOM per 31 Desember 2006 dimiliki oleh pemerintah Indonesia (51,19%) dan pemegang saham publik (48,81%), yang terdiri dari investor asing (45,54%) dan investor lokal (3,27%).
Sementara itu harga saham TELKOM di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2006 telah meningkat sebesar 71,2% dari Rp 5.900,- menjadi Rp 10.100,-. Kapitalisasi pasar saham TELKOM pada akhir 2006 sebesar USD 22,6 miliar.
B. Penemuan dan Pembahasan Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh perusahaan yang bergerak di bidang pertelekomunikasian di Indonesia
yaitu PT.
BAKRIE TELECOM TBK yang berdiri pada 13 Agustus 1993 dan listing di bursa 03 Februari 2006, PT. EXCELCOMINDO PRATAMA TBK yang berdiri pada 06 Oktober 1989 dan listing di bursa pada 29 September 2005, PT. INDOSAT TBK yang berdir pada 10 November 1967 dan listing di bursa 19 Oktober 1994, PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK yang berdiri pada 11 Januari 1901 dan listing di bursa 14 November 1995. Dari empat perusahaan yang bergerak di bidang pertelekomunikasian dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia hanya dua perusahaan yang memiliki laporan keuangan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Perusahaan tersebut adalah PT. INDOSAT TBK dan PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK yang menjadi sampel dalam penelitian ini karena memiliki laporan keuangan triwulanan secara berturut-turut dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Setelah
data di dapat maka selanjutnya adalah melakukan analisis data
dengan menggunakan program SPSS 16.0 dan di peroleh hasil sebagai berikut:
1. Uji Model Regresi Tabel 4.1 Hasil Uji Model Regresi Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model
B
1 (Constant)
18.773
3.268
-3.816
3.262
-.126
.078
ROA
.510
1.060
DER
3.248
1.182
DTA
6.031
8.606
PER
-6.911
2.661
PBV
.582
1.859
Perputaran Persediaan Perputaran Total Aktiva
Std. Error
a. Dependent Variable: Return Saham
Berdasarkan pada tabel 4.1 dapat dimasukkan kedalam persamaan regresi adalah sebagai berikut : Y = 18,773 – 3,816X1 - 126X2 + 0,510X3 + 3,248X4 + 6,031X5 – 6,911X6 +0,582X7 + 3,268 Sifat dari hubungan antara variabel tergantung (Y) dengan variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7) adalah konstan, hal ini dapat dilihat pada koefesien regresi bila bertanda positif (+) berarti perubahan variabel X searah dengan perubahan variabel Y, bila bertanda negatif (-) berarti antara variabel X dan variabel Y berlawanan arah. Dalam persamaan regresi tersebut diatas angka huruf bo (konstanta) adalah 18,773. Hal ini
dapat diartikan bahwa peningkatan return saham pada perusahaan telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia tanpa dipengaruhi oleh variabel perputaran persediaan, perputaran total aktiva, return on asset, debt to equity ratio, debt to total asset ratio, price earning ratio dan price book ratio tetap ada sebesar 18,773 satuan. Koefesien regresi variabel perputaran persediaan (b1) mempunyai nilai yang negatif yaitu sebesar -3,816, yang berarti kecenderungan peningkatan return saham perusahaan pertelekomunikasian di Bursa Efek Indonesia dipengaruhi oleh variabel perputaran persediaan berlawanan arah. Setiap peningkatan X1 sebesar 1 satuan akan di ikuti oleh penurunan Y sebesar -3,816 satuan dengan anggapan variabel lain konstan dan begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai dengan landasan teori yang ada dimana perputaran persediaan mempunyai pengaruh yang positif terhadap return saham. Koefesien regresi variabel perputaran total aktiva (b2) mempunyai nilai yang negatif yaitu sebesar -0,126. Hal ini berarti kecenderungan peningkatan return saham dipengaruhi oleh variabel perputaran total aktiva berjalan berlawanan. Bila variabel X2 naik sebesar 1 satuan maka akan di ikuti penurunan Y sebesar -126 satuan dengan anggapan variabel yang lain konstan dan begitu juga sebaliknya. Koefesien regresi variabel return on asset (b3) mempunyai nilai yang positif yaitu sebesar 0,510. Hal ini berarti kecenderungan peningkatan return saham dipengaruhi oleh variabel return on asset
berjalan searah. Bila variabel X3 naik sebesar 1 satuan maka akan di ikuti kenaikan Y sebesar 0,510 satuan dengan anggapan variabel yang lain konstan dan begitu juga sebaliknya. Koefesien regresi variabel debt to equity ratio (b4) mempunyai nilai yang positif yaitu sebesar 3,248, yang berarti kecenderungan peningkatan return saham perusahaan pertelekomunikasian di Bursa Efek Indonesia dipengaruhi oleh variabel debt to equity ratio secara searah. Setiap peningkatan X4 sebesar 1 satuan akan di ikuti oleh peningkatan Y sebesar 3,248 satuan dengan anggapan variabel lain konstan dan begitu juga sebaliknya. Koefesien regresi variabel debt to total asset (b5) mempunyai nilai yang positif yaitu sebesar 6,031 hal ini berarti kecenderungan peningkatan return saham dipengaruhi oleh variabel debt to total asset berjalan searah. Bila variabel X5 naik sebesar 1 satuan maka akan di ikuti peningkatan Y sebesar 6,031 satuan dengan anggapan variabel yang lain konstan dan begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai dengan landasan teori yang menjelaskan bahwa debt to total asset mempunyai pengaruh negatif terhadap return saham. Koefesien regresi variabel price earning ratio (b6) mempunyai nilai yang negatif yaitu sebesar -6,911 yang berarti kecenderungan peningkatan return saham perusahaan pertelekomunikasian di Bursa Efek Indonesia dipengaruhi oleh variabel price earning ratio berlawanan arah. Setiap peningkatan X6 sebesar 1 satuan akan di ikuti oleh penurunan Y
sebesar -6,911 satuan dengan anggapan variabel lain konstan dan begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai dengan landasan teori yang menjelaskan bahwa price earning ratio mempunyai pengaruh yang positif terhada return saham. Koefesien regresi variabel price to book value (b7) mempunyai nilai yang positif yaitu sebesar 0,582 hal ini berarti kecenderungan peningkatan return saham dipengaruhi oleh variabel price to book value berjalan searah. Bila variabel X5 naik sebesar 1 satuan maka akan di ikuti peningkatan Y sebesar 0,582 satuan dengan anggapan variabel yang lain konstan dan begitu juga sebaliknya.
2. Uji Asumsi Klasik a. Autokorelasi Cara mudah mendeteksi autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin Watson. Model regresi linier berganda terbebas dari autokorelasi jika nilai Durbin Watson hitung terletak di daerah No Autokorelasion. Penemuan letak tersebut dibantu dengan tabel dl dan du, dibantu dengan nilai k (jumlah variabel independen). Dalam penelitian ini nilai DWT adalah 2,24 berada pada daerah No Autokorelation sehingga berdasarkan uji dapat disimpulkan bahwa model regresi linier terbebas dari asumsi klasik statistik autokorelasi dengan du 0,56 dan dl 2,22.
b. Normalitas Dengan menggunakan uji normal p-plot dalam penelitian ini yang dapat dilihat pada lampiran 1 data di olah, maka diperoleh kesimpulan bahwa variabel dikatan normal karena gambar distribusi dengan titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. Gambar 4.1 Normalitas Data
c. Multikolinearitas Dalam penelitian ini nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 sehingga model terbebas dari asumsi klasik multikolinearitas. Hasil uji melalui Variance Inflation Factor (VIF) pada hasil output SPSS tabel Coefficient, masing-masing variabel independen memiliki VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0.1. maka dapat dinyatakan model regresi linier berganda terbebas dari asumsi klasik
statistik da dapat digunakan dalam penelitian. Deteksi dari output SPSS 16.0 pada tabel 4.2 Coefficient yang menjelaskan rinci pendeteksian
terbebasnya
model
regresi
berganda
dari
multikolinearitas: Tabel 4.2 Uji Multikolinearitas Coefficients
a
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) Perputaran
.577
1.734
.742
1.347
ROA
.655
1.528
DER
.791
1.264
DTA
.694
1.440
PER
.774
1.293
PBV
.582
1.718
Persediaan Perputaran Total Aktiva
a. Dependent Variable: Return Saham
d. Heteroskedastisitas Untuk mengetahui terjadinya heterokedatisitas atau tidak dapat dilihat dari gambar scatterplot pada hasil analisis regresi linier berganda pada gambar 4.2 yang menunjukkan tidak terjadi heteroskedastisitas karena titik-titik data menyebar di atas dan di
bawah atau disekitar angka 0 (Nol), titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja, penyebaran titik-titik data yang di peroleh tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali dan penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
Gambar 4.2 Heteroskedastisitas
3. Pengujian Hipotesis a. Uji Simultan dengan Uji F Untuk mengetahui pengaruh secara keseluruhan variabel bebas (X) terhadap variabel tergantung (Y) digunakan uji F, memakai uji satu sisi dengan x = 0,05 dan DF pembilang (K) = 7 serta menghitung DF penyebut (n – k – 1) = 13. Hipotesis statistik adalah Ho; b1, b2, b3,
b4, b5, b6, b7 = 0, artinya variabel (X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7) secara bersama-sama tidak mempengaruhi Y dan Ha; b1, b2, b3, b4, b5, b6, b7 ≠ 0, artinya variabel (X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7) secara bersamasama mempengaruhi Y. Sedangkan
kriteria penerimaan dan
penolakan hipotesis dapat dilihat dari F-hitung dan F-tabel apabila F-hitung < F-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sebaliknya, apabila F-hitung > F-tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dalam penelitian ini, F-tabel sebesar 3,57 dan F-hitung sebesar 4,170 yang di tunjukkan pada tabel 4.3, maka F-hitung > F-tabel yaitu 4,170 > 3,57, jadi Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh secara bersama-sama antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) ditolak, dan hipotesis yang menyatakan ada pengaruh secara bersama-sama antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) diterima.
b. Uji Parsial dengan Uji t Untuk mengetahui pengaruh secara parsial variabel bebas (X) terhadap variabel tergantung (Y) digunakan uji t. Langkah-langkah pengujian dengan memakai uji dua sisi dengan x = 0,05 dan DF pembilang (K) = 7 ; DF penyebut 13. Hipotesis statistik: Ho; b1, b2, b3, b4, b5, b6, b7 = 0, artinya variabel (X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7) secara parsial tidak mempengaruhi Y dan Ha; b1, b2, b3, b4, b5, b6, b7
≠ 0, artinya variabel (X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7) secara parsial mempengaruhi Y. Pengaruh secara parsial antara variabel perputaran persediaan (X1) terhadap return saham (Y) dapat dilihat dari hasil perhitungan program SPSS 16.0 pada lampiran 1 data di olah diperoleh t-hitung sebesar -1,170. Pada x = 0,05 dengan uji dua sisi diperoleh nilai t-tabel = 1,77, maka
t-hitung < t-tabel sehingga Ho diterima dan Ha ditolak.
Dengan demikian dikatakan secara parsial variabel perputaran persediaan (X1) mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai variabel X1 adalah tidak signifikan, karena dalam hal ini variabel X1 tidak dipertimbangkan oleh investor untuk membeli saham. Selain itu didukung oleh penelitian terdahulu dengan judul “pengaruh rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio leverage dan rasio penilaian terhadap return saham perusahaan automotive and allied products di BES” menyatakan bahwa variabel solvabilitas tidak signifikan terhadap return saham. Pengaruh secara parsial antara variabel perputaran total aktiva (X2) terhadap return saham (Y) dapat dilihat dari hasil perhitungan program SPSS 16.0 pada lampiran 1 data di olah diperoleh t-hitung sebesar -1,611. Pada x = 0,05 dengan uji dua sisi diperoleh nilai t-tabel = 1,77, maka t-hitung < t-tabel sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian dikatakan secara parsial variabel perputaran total aktiva (X2) mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Dalam hal ini
pendapatan penjualan perusahaan tidak seluruhnya digunakan untuk membiayai total aktiva dan operasional perusahaan tetapi hanya sebagian kecil saja, selain itu kondisi total aktiva perusahaan yang masih
bagus,
sehingga
tidak
terlalu
mempengaruhi
efisiensi
penggunaan aktiva dalam meningkatkan penjualan dan mendapatkan laba sehingga investor tidak terlalu mempertimbangkan kondisi total aktiva perusahaan dalam mengambil keputusan untuk membeli saham. Dalam hal ini investor juga tidak menilai kinerja perusahaan dari sisi efisiensi penggunaan hasil penjualan yang dialokasikan dalam aktiva lancar dan aktiva tetap. Pengaruh secara parsial antara variabel return on asset (X3) terhadap return saham (Y) dapat dilihat dari hasil perhitungan program SPSS 16.0, diperoleh t-hitung sebesar 0,481. Pada x = 0,05 dengan uji dua sisi diperoleh nilai t-tabel = 1,77, maka t-hitung > t-tabel, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dikatakan secara parsial variabel return on asset (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan. Hasil penelitian menunjukkan nilai untuk variabel X3 adalah signifikan. Pengaruh secara parsial antara variabel debt to equity ratio (X4) terhadap return saham (Y) dapat dilihat dari hasil perhitungan program SPSS 16.0 pada lampiran 1 data di olah diperoleh t-hitung sebesar 2,748. Pada x = 0,05 dengan uji dua sisi diperoleh nilai t-tabel 1,77, maka t-hitung > t-tabel, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan
demikian dikatakan secara parsial variabel debt to equity ratio (X4) mempunyai pengaruh yang signifikan. Hasil penelitian menunjukkkan nilai untuk variabel X4 adalah signifikan. Pengaruh secara parsial antara variabel debt to total asset (X5) terhadap return saham (Y) dapat dilihat dari hasil perhitungan program SPSS 16.0 pada lampiran data di olah dimana diperoleh t-hitung sebesar 0,701. Pada x = 0,05 dengan uji dua sisi diperoleh nilai t-tabel 1,77, maka t-hitung < t-tabel, sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan secara parsial variabel debt to total asset (X5) mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Hasil penelitian untuk variabel X5 menunjukkan nilai yang signifikan karena dalam hal ini variabel X5 tidak dipertimbangkan oleh investor dalam membeli saham. Pengaruh secara parsial antara variabel price earning ratio (X6) terhadap return saham (Y) dapat dilihat dari hasil perhitungan program SPSS 16.0 pada lampiran 1 data di olah diperoleh t-hitung sebesar 2,597. Pada x = 0,05 dengan uji dua sisi diperoleh nilai t-tabel 1,77, maka t-hitung < t-tabel , sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan secara parsial variabel price earning ratio (X6) mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Hasil penelitian menunjukkan nilai untuk variabel X6 adalah tidak signifikan, karena investor sangat besar perhatiannya terhadap pendapatan tunai dari saham yang mereka miliki berupa deviden. Investasi surat berharga
pada dasarnya adalah membeli prospek. Dengan demikian meskipun laba per lembar saham tinggi tetapi apabila deviden yang mereka terima kecil, maka akan berpengaruh terhadap keinginan investor untuk menanamkan saham. Selain itu kekuatan permintaan dan penawaran harga saham menyebabkan pasar modal yang kompetitif, dalam hal ini tidak ada investor yang secara individu mampu mempengaruhi harga saham pasar. Akibatnya investor tidak dapat memperoleh keuntungan secara konsisten, sehingga variabel ini tidak terlalu di pertimbangkan oleh investor. Pengaruh secara parsial antara variabel price to book value (X7) terhadap return saham (Y) dapat dilihat dari hasil perhitungan program SPSS 16.0 pada lampiran 1 data di olah dimana diperoleh t-hitung sebesar 0,313. Pada x = 0,05 dengan uji dua sisi diperoleh nilai t-tabel = 1,77, maka t-hitung < t-tabel, sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan secara parsial variabel price to book value (X7) mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai untuk variabel X7 adalah tidak signifikan.
Tabel 4.3 Hasil Uji-F Simultan b
ANOVA Sum of Model 1
Squares
Df
Mean Square
Regression
273.813
7
39.116
Residual
112.554
12
9.379
Total
386.366
19
F 4.170
Sig. .015
a
a. Predictors: (Constant), PBV, DTA, DER, ROA, Perputaran Total Aktiva, Perputaran Persediaan, PER
c. Koefesien Determinasi Berganda Dalam penelitian ini, koefesien determinasi simultan (R² Square) sebesar 0,623. Ini berarti bahwa secara bersama-sama seluruh variabel bebas (X) berpengaruh terhadap variabel tergantung (Y) sebesar 62,3% dan sisanya sebesar 37,7% ditentukan atau dipengaruhi oleh variabel diluar model. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai pertimbangan investor dalam membeli saham tidak hanya berdasarkan faktor kinerja keuangan perusahaan saja, tetapi juga mempertimbangkan faktor eksternal, seperti faktor harga emas, nilai tukar dollar, tingkat suku bunga bank yang selalu berfluktuasi setiap waktu dan kondisi ekonomi secara makro maupun situasi politik secara serta kebijakan pemerintah dalam industri dan dunia usaha. Investor cenderung menanamkan modalnya dalam bentuk saham dengan harapan untuk mendapatkan return expectasi yang tinggi dimasa yang akan datang.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis pertama atau Ho yang diajukan “bahwa tidak terdapat pengaruh antara perputaran persediaan (X1), perputaran total aktiva (X2), Return on Asset (X3), Debt to Total Assets (X4), Debt to Equity Ratio (X5), Price Earnig Ratio (X6) dan Price to Book Ratio (X7) secara bersma-sama berpengaruh terhadap return saham perusahaan Telekomunikasi” tidak terbukti, karena F-hitung > F-tabel yaitu 4,170 > 3,57. Hal ini berarti Ha1 diterima yaitu “terdapat pengaruh antara perputaran persediaan (X1), perputaran total aktiva (X2), Return on Asset (X3), Debt to Total Assets (X4), Debt to Equity Ratio (X5), Price Earnig Ratio (X6) dan Price to Book Ratio (X7) secara bersama-sama terhadap return saham perusahaan Telekomunikasi. Sedangkan variabel debt to equity ratio memiliki nilai p-value 0,018 < 0,05 yang artinya signifikan dan dalam penelitian ini variabel tersebut adalah variabel yang paling dominan, serta memilik nilai t-hitung 2,748 > t-tabel 1,77 berarti signifikan dan Ha2 diterima. Dalam penelitian ini, koefesien korelasi berganda (Multiple R/korelasi simultan) mendekati +1 yaitu sebesar 0,789. Ini berarti menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara variabel perputaran persediaan (X1), perputaran total aktiva (X2), Return on Asset (X3), Debt to Total Assets (X4), Debt to Equity Ratio (X5), Price Earnig Ratio (X6) dan Price to Book Ratio (X7) secara bersama-sama terhadap variabel terikat (return saham).
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan metode regresi linier berganda menunjukkan bahwa pengaruh secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel tergantung (uji F) diperoleh Fhitung 4,170. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat dapat diterima. Dari hasil pengujian secara parsial, maka diketahui bahwa variabel debt to equity ratio (X4) secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham (Y) dengan nilai t-hitung > t-tabel (2,748 > 1,77) dan nilai signifikansi 0,018 < 0,05. Hal ini berarti secara parsial variabel debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pertelekomunikasian serta terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil uji statistik, diperoleh nilai R Square sebesar 62,3%. Ini berarti secara bersama-sama seluruh variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat sebesar 62,3% dan sisanya sebesar 37,7% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model. Dari hasil uji pula diperoleh nilai multiple R (korelasi simultan mendekati +1 yaitu sebesar 0,789. Hal ini berarti menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Oleh karena itu, maka terjadi pengaruh yang signifikan antara variabel independen dan variabel dependen secara bersama-sama pada
perusahaan yang bergerak di bidang pertelekomunikasian di Indonesia serta terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
B. Implikasi Dari kesimpulan diatas, maka dapat menimbulkan implikasi terhadap semua
pihak
terutama
pertelekomunikasian
di
investor
yang
Indonesia.
akan
Memilih
berinvestasi
dibidang
investasi
dibidang
pertelekomunikasian harus mempertimbangkan rasio antara total hutang dengan modal sendiri yaitu debt to equity ratio sesuai dengan penelitian yang dilakukan bahwa rasio tersebutlah yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap
return
saham
perusahaan
yang
bergerak
di
bidang
pertelekomunikasian di Indonesia. Dengan adanya penelitian ini diharapkan calon investor akan terbantu dalam menentukan investasi di bidang pertelekomunikasian di Indonesia dengan: 1. Investor langsung melihat rasio debt to equity ratio apabila akan memilih investasi di bidang pertelekomunikasian, karena hal inilah yang berpengaruh dominan terhadap return saham perusahaan walaupun analisis terhadap rasio keuangan saja tidaklah cukup untuk memilih suatu investasi. 2.
Analisis rasio keuangan ini menjadi sebuah bahan rujukan dan memberi sumbangan positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
3. Menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk menentukan rencana strategis perusahaan kedepan.
Daftar Pustaka Almilia, dan Kristijadi. “Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”, JAAI, Vol.7 No.2, Desember, STIE Perbanas Surabaya, 2003. Astuti, Dewi. “Manajemen Keuangan Perusahaan”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002. Boy, Andree. “Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Darmadji, Tjiptono dan Fakhruddin, M, Hendry. “Pasar Modal Di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab”, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta, 2006. Gill, James O., dan Moira Chatton. “Memahami Laporan Keuangan”, Diterjemahkan oleh Dwi Prabaningtyas, Jakarta, PPM, 2003. Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007. Hartono, “SPSS 16.0 Analisis Data Statistik dan Penelitian”, Edisi ke-2, Pustaka Pelajar, 2008. Higgin C Robert. “Analysis For Financial Manajemen”, Sevent Edition, Mc Graw-Hill Companies, New York, 2004. Ikatan Akuntansi Indonesia. “Standar Akuntansi Keuangan”, Salemba Empat, Jakarta, 2002. Keown, Arthur. J., David F. Scott Jr., Jhon D. Martin, J William Petty, “ DasarDasar Manajemen Keuangan”, edisi ke tujuh jilid satu, Di terjemahkan oleh D. Djakman, Chaerul, Salemba Empat, Jakarta, 2001. Mott, Graham. “Accounting For Managers”, Elex Media Komputindo, Jakarta, 1996. Nachrowi D, Nachrowi dan Usman, Hardius. “ Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006. Nugroho, Bhuono Agung. “Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS”, Edisi Pertama, CV Andi Offset, Yogyakarta, 2005.
Ross & Jaffe, Westerfield, “ Corporate Finance”, McGraw Hill, 1996. S, Munawir. “Analisis Laporan Keuangan”, Liberty, Yogyakarta, 1995. Sitohang, Sonang. “Pengaruh rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio leverage, dan rasio penilaian terhadap pendapatan saham perusahaan Automotif and Allied products di BES”, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 2003. Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”, CV Alfabeta, Bandung, 2005. Tunggal, Amin Widjadja, “ Akuntansi Untuk Perusahaan Kecil Dan Menengah”, Rineke Cipta, Jakarta, 1997. Weston, J. F & Thomas E.Copeland. “Manajemen Keuangan”, Edisi Kesembilan, Binarupa Aksara, Jakarta, 1995. Yarnest, “Analisis Pengaruh Variabel Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Return Saham (Studi Di Bursa Efek Surabaya), Jurnal Ekonomi dan Manajemen, 2002. http//: www.IDX.com 2008 http//: www.Telkom.co.id 2008 http//: www.Google.com 2008
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Olah data SPSS 16.0 Hasil analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program SPSS 16.0
Variables Entered/Removed Variables
Variables
Entered
Removed
Model 1
b
Method
PBV, PER, Perputaran Total Aktiva, DTA,
. Enter
DER, ROA, Perputaran Persediaan
a
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Return Saham
b
Model Summary
Model
R
1
.789
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square a
.623
.403
Durbin-Watson
3.48444
2.245
a. Predictors: (Constant), PBV, DTA, DER, ROA, Perputaran Total Aktiva, Perputaran Persediaan, PER b. Dependent Variable: Return Saham
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
273.813
7
39.116
Residual
112.554
12
9.379
Total
386.366
19
F 4.170
a. Predictors: (Constant), PBV, DTA, DER, ROA, Perputaran Total Aktiva, Perputaran Persediaan, PER
Sig. .015
a
Coefficients
a
Standardized Coefficients
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
Collinearity Statistics t
Beta
18.773
3.268
-3.816
3.262
-.126
ROA
Sig.
Tolerance
VIF
5.745
.000
-.273
-1.170
.265
.577
1.734
.078
-.332
-1.611
.133
.742
1.347
.510
1.060
.105
.481
.639
.655
1.528
DER
3.248
1.182
-.548
2.748
.018
.791
1.264
DTA
6.031
8.606
.149
.701
.497
.694
1.440
PER
-6.911
2.661
-.523
-2.597
.023
.774
1.293
PBV
.582
1.859
.073
.313
.759
.582
1.718
Perputaran Persediaan Perputaran Total Aktiva
a. Dependent Variable: Return Saham
Collinearity Diagnostics
a
Variance Proportions Condition Model Dimension Eigenvalue 1
Index
Perputaran
Perputaran
(Constant) Persediaan Total Aktiva ROA DER DTA PER PBV
1
5.870
1.000
.00
.00
.00
.00
.01
.00
.01
.00
2
.903
2.549
.00
.01
.00
.00
.10
.00
.40
.01
3
.511
3.390
.00
.00
.00
.02
.48
.01
.37
.01
4
.287
4.524
.00
.00
.00
.01
.15
.37
.01
.17
5
.182
5.673
.03
.00
.12
.59
.05
.00
.14
.02
6
.117
7.085
.05
.51
.13
.26
.01
.09
.03
.05
7
.092
7.994
.01
.42
.04
.12
.06
.37
.03
.66
8
.038
12.462
.91
.05
.70
.00
.14
.17
.01
.07
a. Dependent Variable: Return Saham
a
Residuals Statistics Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
Predicted Value
4.0544
16.5443
11.4809
3.55906
20
Std. Predicted Value
-2.087
1.423
.000
1.000
20
1.451
2.794
2.183
.308
20
.2356
17.7716
11.6333
4.06765
20
-4.85218
6.38437
.00000
2.76915
20
Std. Residual
-1.393
1.832
.000
.795
20
Stud. Residual
-1.719
2.015
-.017
1.010
20
-7.39599
7.72368
-.15235
4.59623
20
-1.896
2.372
-.012
1.087
20
Mahal. Distance
2.345
11.269
6.650
2.031
20
Cook's Distance
.000
.361
.086
.107
20
Centered Leverage Value
.123
.593
.350
.107
20
Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual
Deleted Residual Stud. Deleted Residual
a. Dependent Variable: Return Saham
Histogram
Dependent Variable: Return Saham 8
Frequency
6
4
2
Mean =5.9E-16 Std. Dev. =0.795 N =20
0 -2
-1
0
1
Regression Standardized Residual
2
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Return Saham
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Scatterplot
Dependent Variable: Return Saham
Regression Studentized Residual
3
2
1
0
-1
-2 -3
-2
-1
0
Regression Standardized Predicted Value
1
2