PERBEDAAN BIAYA PRODUKSI DAN R/C ANTARA USAHATANI PEMBESARAN IKAN NILEM DENGAN IKAN NILA
YENI ANGGRAENI Program Studi Ekonomi Pertanian (Agribisnis) Program Pasca Sarjana Universitas Siliwangi Tasikmalaya 2012 ABSTRAK Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui jumlah biaya produksi dan R/C usahatani pembesaran ikan nilem dan usahatani pembesaran ikan nila yang telah dilaksanakan oleh para petani pembesar ikan nilem dan pembesar ikan nila di Kelurahan Singkup Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan bagi para petani untuk menambah informasi dalam hal usahatani ikan nilem dan ikan nila juga untuk menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan ilmu Ekonomi Produksi Pertanian. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan mengambil kasus pada petani di Kelurahan Singkup Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya. Responden merupakan petani yang aktif dalam mengelola dan mengusahakan ikan. Responden berjumlah 32 orang, 19 orang mengusahakan ikan nilem dan 13 orang mengusahakan ikan nila. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Pengujian menggunakan uji kelayakan R/C dari usahatani pembesaran ikan nilem dan usahatani pembesaran ikan nila secara monokultur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata biaya produksi usahatani pembesaran ikan nilem mencapai Rp. 2.698.421,58/0,14 hektar/periode (tiga bulan) atau Rp. 19.795.370,66/ha/periode, sedangkan rata-rata biaya produksi usahatani pembesaran ikan nila mencapai Rp. 1.750.048,61/0.16 hektar/periode atau Rp. 10.833.634,28/ha/periode. Rata-rata penerimaan usahatani pembesaran ikan nilem yaitu sebesar Rp. 4.044.210,53/0,14 hektar/periode (tiga bulan) atau Rp. 29.667.953,67/ha/periode, sedangkan untuk rata-rata penerimaan usahatani pembesaran ikan nila Rp. 1.993.846,15/0,16 hektar/periode atau Rp. 10.914.285,71/ha/periode. Rata-rata R/C untuk pembesaran ikan nilem per satu periode (3 bulan) sebesar 1,48 sedangkan untuk pembesaran ikan nila sebesar 1,15. Selain itu juga, terdapat perbedaan yang signifikan (nyata) antara biaya produksi dan R/C pada usahatani pembesaran ikan nilem dengan usahatani pembesaran ikan nila.
1
ABSTRACT The research was conducted with the aim to find the production cost and R/C farming enlargement Nilem fish and farming enlargement Nila fish which has been carried out by fish farmer especially Nilem fish magnifier and Nila fish magnifier in Singkup sub Purbaratu Tasikmalaya. The research expected to be useful as inputs to farmers to add to the information in term of farm Nilem fish and nila fish also to increase the depth of knowledge and science especially relating to the economics of agricultural production. The experiment using case study method by taking the case to the farmer at Singkup sub Purbaratu Tasikmalaya. Respondent is a farmer who is active in managing and commercialize fish. Respondents amounted to 32 farmers. 19 farmers commercialize Nilem fish and 13 farmers commercialize Nila fish. Data that accumulated in this experiment cover primary data and secondary data. Testing the feasibility of using the test R/C from farm enlargement Nilem fish and enlargement Nila fish in monoculture. The results showed that the average farm production cost enlargement Nilem fish is Rp. 2.698.421,58/0,14 hectare/period (three months) or Rp. 19.795.370,66/ha/period, while average farm production cost enlargement Nila fish is Rp. 1.750.048,61/0,16 hectare/period or Rp. 10.833.634,28/hectare/period. Average revenue of farm enlargement Nilem fish is Rp. 4.044.210,23/0,14 hectare/period (three months) or Rp. 29.667.953,67/hectare/period, while the average revenue of farm enlargement Nila fish is Rp. 1.993.846,15/0,16 hectare/period or Rp. 10.914.287,71/hectare/period. Average R/C for enlargement Nilem fish per period (three months) is 1,48, while for enlargement Nila fish per period is 1,15. In addition there significant differences (real) between production cost and R/C on farm enlargement Nilem fish with farm enlargement Nila fish.
PENDAHULUAN Sumberdaya perikanan di Indonesia memiliki keanekaragaman hayati perairan yang sangat potensial, baik dalam jenis maupun habitatnya. Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas dan strategis, dengan sumberdaya alam yang kaya akan keanekaragaman hayati baik di darat maupun di perairan tawar dan perairan laut. Pada umumnya usahatani ikan di Indonesia masih dilakukan dengan cara tradisional di kolam-kolam, meskipun di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah sudah dilakukan dengan Keramba Jaring Apung (KJA) di waduk dan perairan umum. Semakin bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya pendapatan masyarakat, maka kebutuhan konsumsi untuk tambahan pangan akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Sektor pertanian dituntut agar terus dapat menghasilkan produk pangan terutama ikan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan seiring dengan perkembangan penduduk. Karena permintaan terhadap 2
ikan sebagai tambahan pangan sebagian besar penduduk Indonesia pada saat ini mengalami peningkatan. Salah satu sentra budidaya ikan nilem dan ikan nila di Kota Tasikmalaya adalah di Kecamatan Purbaratu (Dinas Peternakan Perikanan Kota Tasikmalaya, 2010). Di Kecamatan Purbaratu budidaya ikan nilem dan ikan nila telah dilaksanakan secara turun temurun dari beberapa generasi. Produksi ikan nilem dan ikan nila dipasarkan di daerah sendiri bahkan sampai ke luar Kota Tasikmalaya. Produksi dan nilai produksi ikan nilem dan ikan nila di Kecamatan Purbaratu sampai dengan tahun 2010, seperti tersaji dalam Tabel 2. Tabel 2. Hasil Produksi dan Nilai Produksi Ikan Nilem dan Ikan Nila Pada Perairan Umum dan Budidaya Tahun 2010 No.
Jenis Ikan
Produksi % Nilai Produksi (ton) (Rp) 1. Ikan Nilem 9 29,03 126.000.000,2. Ikan Nila 22 70,97 187.000.000,Jumlah 31 100,00 313.000.000,Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan, 2010.
% 40,26 59,74 100,00
Bila dilihat dari kenyataan di atas, ternyata budidaya ikan nila merupakan primadona hasil perikanan di Kecamatan Purbaratu. Hal ini menunjukkan bahwa petani ikan telah memberikan pilihan yang bijak. Menurut Arie Usni (2000), pertumbuhan ikan nila lebih cepat daripada pertumbuhan ikan nilem. Ikan nila bisa tumbuh mencapai ukuran 0,5 kg per ekor dalam waktu 4 (empat) bulan, sedangkan ikan nilem pada ukuran yang sama ditempuh dalam waktu 6 (enam) bulan. Hal ini pun berpengaruh terhadap biaya atau modal yang dipergunakan, karena perbedaan waktu pemeliharaan juga akan berpengaruh terhadap pendapatan petani ikan. Keputusan untuk membudidayakan ikan nilem dan ikan nila dipandang sebagai keputusan kelompok bukan keputusan opsional, yaitu keputusan yang dibuat seseorang (petani itu sendiri) namun tidak terlepas dari keputusan yang dibuat oleh sistem sosial (kelompok tani) di daerah tersebut. Faktor yang bersumber pada karakteristik individu, karakteristik sosial ekonomi, dan komunikasi di kalangan kelompok tani berperan dalam memutuskan seorang petani menerapkan atau tidak menerapkan suatu inovasi.
Identifikasi Masalah Bertitik tolak pada latar belakang tersebut di atas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : 1) Berapa besarnya biaya produksi dan R/C pada usahatani pembesaran ikan nilem dan pembesaran ikan nila dalam satu periode produksi? 2) Apakah terdapat perbedaan biaya produksi dan R/C pada usahatani pembesaran ikan nilem dengan pembesaran ikan nila dalam satu periode produksi? 3
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Biaya produksi dan R/C usahatani pembesaran ikan nilem dan pembesaran ikan nila dalam satu periode produksi. 2) Perbedaan antara biaya produksi dan R/C pada usahatani pembesaran ikan nilem dan pembesaran ikan nila dalam satu periode produksi.
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk : 1) Penulis (peneliti) sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan dan masukan dalam menambah wawasan keilmuan juga sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya agar penelitian dapat lebih mendalam. Khususnya yang berkaitan dengan ilmu-ilmu pertanian dalam konteks pembangunan pertanian. 2) Petani, sebagai informasi bagi para pelaku usahatani perikanan agar dapat mempertimbangkan hal terbaik apa yang harus dilakukan agar produksi terus meningkat. 3) Pemerintah, sebagai masukan pada pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan dalam upaya mengembangkan usahatani pembesaran ikan nilem dan usahatani pembesaran ikan nila.
Kerangka Pemikiran Usaha perikanan budidaya berperan sangat besar sebagai pengembangan produksi total perikanan di Indonesia serta mampu menyerap tenaga kerja petani. Perikanan budidaya di pedesaan memiliki ciri-ciri khusus, yaitu umumnya menggunakan teknologi sederhana (tradisional), modal kecil, skala kecil dan ada pula yang bersifat untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Adapun input yang mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas usahatani antara lain adalah : 1). Luas garapan suatu lahan 2). Jenis benih yang digunakan 3). Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan 4). Banyaknya pakan yang digunakan 5). Keadaan air 6). Tingkat pengetahuan dan keterampilan petani 7). Tingkat kesuburan tanah 8). Iklim 9). Modal Perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan, dan sikap mental petani itu sendiri. Perubahan perilaku yang diusahakan oleh penyuluhan pertanian pada diri petani pada umumnya berjalan lambat, hal ini disebabkan : 1) Tingkat pengetahuan, kecakapan, dan mental petani yang relatif rendah.
4
2) Hal-hal yang disampaikan hanya akan diterima dan dipraktekkan (diadopsi) setelah para petani mendapat gambaran nyata atau keyakinan bahwa hal-hal baru yang diterima dari penyuluhan akan berguna memberikan keuntungan dan meningkatkan hasil bila dipraktekkan atau tidak menimbulkan kerugian terhadap apa yang sedang dilakukan. Pelaksanaan kegiatan usaha budidaya ikan agar mencapai produk yang tinggi, khususnya pada usaha pembesaran ikan nilem dan ikan nila, perlu ditunjang dengan adanya suatu pengelolaan lahan, penebaran serta pemeliharaan yang baik dan intensif. Semua itu dalam pengelolaan yang dilakukan petani dan tidak lepas dari modal (biaya) yang dipakai. Usahatani pembesaran ikan nilem dan ikan nila yang termasuk biaya tetap di antaranya pajak dan penyusutan alat, sedangkan yang termasuk biaya tidak tetap atau biaya variabel di antaranya; benih ikan, pakan, pupuk, kapur, obatobatan dan upah kerja. Soekartawi (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: a. Faktor biologis seperti: lahan pertanian dengan macam dan tingkat kesuburan kolam, benih, strain, pupuk dan sarana produksi lainnya. Faktor sosial ekonomi seperti biaya produksi, harga sarana produksi, tenaga kerja, pendidikan, tingkat pendapatan, risiko ketidakpastian, kelembagaan, tersedianya kredit dan lain sebagainya. Ukuran pendapatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendapatan bersih yang melaksanakan usahatani pembesaran ikan nilem dan ikan nila di Kelurahan Singkup, Kecamatan Purbaratu, Kota Tasikmalaya. Soedarsono Hadisaputro (1973) menyatakan , bahwa yang dimaksud pendapatan bersih adalah bagian dari pendapatan kotor yang dianggap sebagai bunga seluruh modal yang dipergunakan dalam usahatani. Pendapatan Bersih dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor oleh biaya mengusahakan, Biaya mengusahakan yaitu biaya alat-alat luar ditambah dengan upah yang dibayarkan kepada tenaga luar dan dalam keluarga sendiri. Mubyarto (1977) menyatakan, petani akan memperhitungkan dan membandingkan antara penerimaan dan biaya, karena semakin tinggi rasio usahatani maka akan semakin menguntungkan bagi petani.
Hipotesis Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut : 1) Terdapat perbedaan antara biaya produksi usahatani pembesaran ikan nilem dengan biaya produksi pembesaran ikan nila. 2) R/C usahatani pembesaran ikan nilem berbeda dengan R/C usahatani pembesaran ikan nila dalam satu periode produksi.
5
METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode studi kasus di Kelompok Tani Kelurahan Singkup Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya. Alasan mengambil lokasi tersebut adalah karena potensi lahan sangat mendukung dibandingkan dengan seluruh desa yang berada di Kecamatan Purbaratu. Jenis ikan yang diusahakan adalah ikan nilem dan ikan nila secara monokultur. Teknik penentuan responden menggunakan metode sensus yaitu dengan mengambil seluruh petani yang terdiri dari 19 orang petani pembesar ikan nilem dan 13 orang petani pembesar ikan nila.
Jenis dan Sumber Data Berdasarkan jenisnya, data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari petani ikan yang melaksanakan usahatani pembesaran ikan nilem dan ikan nila tahun 2012 yang terpilih menjadi responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur dan dari dinas/instansi yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Data primer diperoleh melalui kuisioner, wawancara dan observasi langsung yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang dipersiapkan sebelumnya, sedangkan data sekunder diperoleh melalui pencatatan langsung dari instansi yang ada kaitannya dengan usahatani perikanan.
Operasionalisasi Variabel Variabel-variabel yang diukur pada penelitian ini meliputi biaya produksi, penerimaan dan R/C rasio melalui konsep seperti berikut: 1) Biaya mengusahakan atau biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan petani selama berlangsungnya proses produksi mencakup : a. Biaya tetap (Fixed Cost) Biaya tetap (Fixed cost) adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada jumlah produksi dan sifatnya tidak habis dalam satu kali proses produksi, yang terdiri dari pajak atau sewa, penyusutan alat dan bunga modal tetap. Biaya tetap dalam penelitian ini meliputi : a) Pajak adalah suatu kewajiban yang harus dibayar oleh pemilik kekayaan atau perusahaan seseorang maupun Negara kepada Kas Negara sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan sewa adalah kewajiban yang harus dibayar oleh penyewa kepada pemilik lahan maupun perusahaan untuk penerimaan dalam pemilikan/pengelolaan dari pemilik untuk penyewa berdasarkan kesepakatan penyewa dan yang menyewakan lahan/perusahaan tersebut. b) Biaya penyusutan adalah biaya yang dikeluarkan dipengaruhi oleh pengurangan nilai ekonomis dan teknis peralatan yang digunakan dalam usahatani dan diukur dalam satuan rupiah selama satu periode.
6
Untuk menghitung besarnya penyusutan alat dengan menggunakan metode garis lurus (Straight line method) dengan rumus: Nilai beli – Nilai sisa Penyusutan = _______________________ Umur ekonomis c) Bunga modal tetap adalah bunga yang dihitung dalam satuan rupiah per musim tanam berdasarkan bunga bank yang berlaku pada saat penelitian. b. Biaya variabel ( Variable cost) a) Benih ikan adalah ikan ukuran kecil 3 – 5 cm yang ditabur dan dipelihara (pembesaran) oleh petani dalam kolam, diukur dalam satuan rupiah (Rp/kg). b) Pakan adalah makanan ikan yang diberikan selama proses produksi yang berbentuk pelet atau dedak (gilingan kulit padi) yang diberikan terhadap ikan yang dipelihara dalam kolam dan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). c) Pupuk adalah unsur hara baik organik maupun anorganik untuk menambah kesuburan tanah dalam kolam guna merangsang pertumbuhan, makanan alami plankton dalam penyediaan makanan ikan secara alami yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). d) Kapur atau Ca adalah sebagai bahan untuk menetralisir pH tanah/air serta penanggulangan hama/penyakit ikan yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). e) Obat-obatan adalah sarana atau bahan untuk pencegahan/ penanggulangan gangguan hama penyakit untuk ikan yang diusahakan yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). f) Tenaga kerja yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga luar keluarga yang diukur dalam hari kerja pria (HKP) dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp/HKP). g) Bunga modal variabel adalah bunga yang dihitung dengan satuan rupiah per musim tanam berdasarkan bunga bank yang berlaku pada saat penelitian. 2) Penerimaan yaitu jumlah total produksi ikan dikalikan dengan harga produk diukur dalam satuan rupiah (Rp). 3) Pendapatan yaitu nilai penerimaan dikurangi dengan biaya produksi, diukur dalam satuan rupiah (Rp). 4) R/C rasio, yaitu diukur berdasarkan perbandingan penerimaan dan biaya produksi. 5) Usaha tani pembesaran ikan nilem dan ikan nila dianalisis untuk satu periode produksi yaitu 3 (tiga) bulan. 6) Produktivitas berarti jumlah produksi per satuan luas. Berdasarkan pengertian tersebut, pengertian produktivitas dalam penelitian ini berarti jumlah produksi 7
ikan per luas lahan. Produktivitas dinyatakan dalam satuan kuintal per hektar (kw/ha).
Kerangka Analisis Data Data yang diperoleh ditabulasi, setelah diketahui rata-rata produksi, biaya produksi, penerimaan. Kemudian untuk mengetahui tingkat kelayakan dari usahatani pembesaran Ikan Nilem dan usahatani pembesaran Ikan Nila secara monokultur dianalisis dengan R/C rasio. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: Total penerimaan = _______________________ Total Biaya Produksi
R/C rasio
Dengan kaidah keputusan R/C = R/C = 1, maka usahatani tidak mendapatkan keuntungan dan tidak rugi ; R/C < 1, maka usahatani tidak layak untuk diusahakan ; R/C > 1, maka usahatani layak diusahakan dan dapat dilanjutkan. Untuk menguji apakah terdapat perbedaan biaya produksi dan R/C antara usahatani pembesaran ikan nilem dengan ikan nila, maka diuji dengan menggunakan uji t-student tidak berpasangan. Formulasi yang digunakan menurut Sudjana (1996) adalah sebagai berikut :
X1 X 2 Sd Keterangan : X 1 = Nilai rata-rata produktivitas ikan nila X 2 = nilai rata-rata produktivitas ikan nilem Sd = galat baku diperoleh dari selisih dua nilai Uji t-student tidak berpasangan ini berhubungan dengan varians dari dua populasi , maka perlu diketahui apakah dari dua tersebut mempunyai varians sama atau berbeda, dapat digunakan rumus sebagai berikut : t
F
Jika F
(hit )
(hit )
(hit )
=
Sb 2 (var iansbesar ) = Sk 2 (var ianskecil ) maka 1 = 2 2
(tabel)
2
8
Pengujian perbedaan harga rata-rata dari kedua populasi dengan varian yang tidak sama, maka untuk menghitung galat baku menggunakan rumus sebagai berikut :
Sd =
1 1 S 2 n1 n2
dengan derajat bebas (df) yaitu:
S12
+ S22 n1
n2
df = S12
S2 2
+ n1
n1
n2
- 1
n2
- 2
H0 : µ1 = µ2
Tidak ada perbedaan biaya produksi kelayakan pada usahatani pembesaran Ikan Nilem dan Ikan Nila
H1 : µ1 ≠ µ2
Ada perbedaan biaya produksi kelayakan pada usahatani pembesaran Ikan Nilem dan Ikan Nila
Kriteria keputusan t hit < t tab tolak H0 t hit > t tab terima H0
Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2011 sampai bulan Mei 2012. Lokasi dilaksanakannya kegiatan penelitian ini di Kelurahan Singkup Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya. Tahapan kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1). Tahap persiapan, yaitu tahap awal dari mulai survey pendahuluan dan penyusunan penulisan Usulan Penelitian rencana Tesis yang dilaksanakan dari bulan Desember 2011 sampai Maret 2012. 2). Tahap kegiatan lapangan, yaitu tahap pengumpulan data primer dan data sekunder di lapangan yang dilaksanakan selama bulan April 2012. 3). Tahap terakhir yaitu pengelolaan data dan penulisan hasil penelitian (Tesis) yang dilaksanakan dari bulan Mei 2012 sampai dengan bulan Juni 2012.
9
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Umur Responden Tingkat umur akan mempengaruhi produktivitas kerja seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeharjo dan Dahlan Patong (1973) bahwa umumnya seseorang yang berumur relatif muda dan sehat cenderung mempunyai produktivitas kerja yang tinggi dibandingkan dengan seseorang yang berumur tua. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian penyebaran umur responden dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Struktur Umur Responden Petani Pembesaran Ikan Nilem dan Pembesaran Ikan Nila di Kelurahan Singkup Kecamatan Purbaratu Tahun 2009 Interval Umur (Tahun)
Petani Ikan Nilem Petani Ikan NIla Orang Persen (%) Orang Persen (%) 26 – 35 1 5,26 36 – 45 6 31,57 2 15,38 46 – 55 12 63,17 10 76,92 ≥ 56 1 7,70 Jumlah 19 100,00 13 100,00 Tabel 8 menunjukkan bahwa umur petani responden pembesar ikan nilem dan pembesar ikan nila berkisar antara 35 tahun sampai 56 tahun.
Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang umumnya diukur dengan tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuhnya (Soeharjo dan Dahlan Patong, 1973). Selanjutnya dikemukakan pula bahwa pendidikan formal adalah pengetahuan yang diperoleh dari bangku sekolah. Berdasarkan pernyataan tersebut maka tingkat pendidikan petani responden pembesar ikan nilem dan ikan nila di Kelurahan Singkup Kecamatan Purbaratu dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Identitas Responden Pembesar Ikan Nilem dan Pembesar Ikan Nila Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan
Petani Ikan Nilem Petani Ikan Nila Orang Persen (%) Orang Persen (%) SD 11 57,90 6 46,15 SMP 5 26,31 3 23,07 SMA 3 15,79 4 30,78 Jumlah 19 100,00 13 100,00 Tabel 9 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden petani pembesar ikan nilem 57,90% lulusan SD, 26,31% lulusan SMP dan 15,79% lulusan SMA. Sedangkan pada responden petani ikan nila sebagian besar lulusan SD yaitu 46,15%. Berdasarkan kenyataan tersebut, dapat dikategorikan bahwa tingkat pendidikan petani responden di lokasi penelitian termasuk kategori 10
sedang. Semakin tinggi pendidikan para petani ada kecenderungan hasil produksi akan semakin meningkat. Kenyataan ini dikarenakan mereka akan lebih cepat menyerap informasi dari luar melalui pergaulan, maka inovasi dalam bidang pertanian terutama perikanan akan semakin meningkat.
Pengalaman Usahatani Fadholi Hernanto (1989) menyatakan, bahwa pengalaman merupakan salah satu sumber pengetahuan bagi seseorang dalam upaya memperbaiki suatu usaha yang dikelolanya, karena seseorang dapat memperoleh pengetahuan dari pengalamannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden mengenai pengalaman berusaha pembesaran ikan nilem dan pembesaran ikan nila diperoleh data sebagaimana pada Tabel 10. Tabel 10. Identitas Responden Pembesar Ikan Nilem dan Pembesar Ikan Nila Berdasarkan Pengalaman Pengalaman Usahatani (Tahun) <5 5-7 8 – 10 >10 Jumlah
Petani Ikan Nilem Orang Persen (%) 2 10,52 4 21,05 5 26,31 8 42,12 19 100,00
Petani Ikan NIla Orang Persen (%) 2 15,38 2 15,38 2 15,38 7 53,86 13 100,00
Tabel 10 memperlihatkan bahwa sebagian besar petani responden pembesar ikan nilem dan pembesar ikan nila mempunyai pengalaman rata-rata 5 tahun dan terbanyak dengan pengalaman lebih dari 10 tahun masing-masing 8 orang (42,12%) untuk petani pembesar ikan nilem dan 7 orang (53,86%) untuk petani pembesar ikan nila. Dengan demikian berarti bahwa kegiatan usahatani pembesaran ikan nilem dan dan pembesaran ikan nila sudah lama dilaksanakan oleh petani. Hal ini dapat dimengerti karena dalam usahatani pembesaran ikan nilem dan pembesaran ikan nila di samping kondisi lahan yang mendukung juga diperlukan keterampilan serta pengalaman.
Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah banyaknya jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggung jawab petani responden untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin banyak tanggungan keluarga, maka semakin besar pula biaya hidup yang harus dikeluarkan. Sehingga kebanyakan adanya dampak negatif yang mereka terima yaitu modal usaha mereka akan berkurang karena terpakai untuk biaya hidup sebelum panen dilakukan. Tetapi bagi para petani yang gigih, justru mereka akan termotivasi untuk berusaha lebih meningkatkan hasil produksinya, agar hasil keuntungan yang mereka dapatkan akan lebih untuk menutupi biaya hidupnya. Berdasarkan hasil penelitian pada petani responden, maka diperoleh data jumlah tanggungan 11
keluarga masing-masing kelompok responden seperti yang disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Jumlah Tanggungan Petani Responden Pembesar Ikan Nilem dan Pembesar Ikan Nila Tanggungan Petani Ikan Nilem Petani Ikan NIla Keluarga (orang) Orang Persen (%) Orang Persen (%) 3 4 21,05 5 38,46 4 9 47,36 5 38,46 5 2 10,52 2 15,38 6 3 15,81 1 7,70 7 1 5,26 Jumlah 19 100,00 13 100,00 Tabel 11 memperlihatkan bahwa jumlah tanggungan keluarga responden pada petani responden pembesar ikan nilem dan pembesar ikan nila terbesar yaitu 4 orang, dengan persentase masing-masing 47,36% pada responden pembesar ikan nilem dan 38,46% pada responden pembesar ikan nila.
Analisis Biaya Tetap Biaya tetap pada usahatani pembesaran ikan nilem dan ikan nila meliputi; sewa lahan, penyusutan alat dan bunga modal. Sewa lahan diperhitungkan walaupun kenyataan di lapangan, kolam pemeliharaan ikan milik petani sendiri. Penentuan harga sewa lahan ini berdasarkan kebiasaan petani jika kolamnya disewakan ke pihak lain. Penyusutan alat diperhitungkan dengan jumlah kepemilikan alat-alat perikanan yang dimiliki oleh petani responden, kemudian ditaksir lama usia ekonomisnya untuk menghitung biaya penyusutan alat setiap periode pemeliharaan. Bunga modal diperhitungkan dari biaya sewa lahan dan penyusutan alat, besarnya bunga modal adalah 18 persen per tahun sesuai dengan bunga bank (bunga pinjaman) yang berlaku pada saat penelitian. Nilai bunga modal diperhitungkan selama satu kali proses produksi yaitu 3 (tiga) bulan. Biaya tetap rata-rata petani responden pembesaran ikan nilem dan pembesaran ikan nila (Tabel 13) selengkapnya ada pada Lampiran 5 dan 6. Tabel 13. Rata-rata Biaya Tetap Responden Usahatani Pembesaran Ikan Nilem dan Usahatani Pembesaran Ikan Nila di Kelurahan Singkup Biaya Variabel
-Sewa Lahan - Penyusutan - Bunga Modal Jumlah
Petani Ikan Nilem Rata-rata/ Rata- rata/ 0,14 ha hektar 499.473,68 3.567.669,14 119.433,16 853.094,00 27.739,74 198.141,00 646.646,58 4.618.904,14 12
Petani Ikan NIla Rata-rata/ Rata-rata/ 0,16 ha hektar 546.538,46 3.415.865,38 51.859,62 324.122,25 43.905,92 274.412,00 642.304,00 4.014.399,63
Tabel 13 memperlihatkan bahwa biaya tetap untuk usahatani pembesaran ikan nilem mencapai Rp 646.646,58 per 0,14 hektar per musim (Lampiran 5) atau Rp 4.618.904,14 per hektar per musim. Sedangkan untuk usahatani pembesaran ikan nila rata-rata mencapai Rp 642.304,00 per 0,16 hektar per musim (Lampiran 6) atau 4.014.399,63 per hektar per musim. Data memperlihatkan bahwa biaya tetap rata-rata pada usahatani pembesaran ikan nila lebih kecil dari biaya tetap rata-rata pada usahatani pembesaran ikan nilem. Namun demikian biaya sewa lahan untuk usahatani pembesaran ikan nilem memerlukan debit air yang lebih besar dan biasanya lahan yang dekat dengan sumber air harganya lebih mahal. Sehingga mengakibatkan sewa lahannya berbeda dengan sewa lahan untuk pemeliharaan ikan nila, karena ikan nila dapat dipelihara pada kolam yang debit airnya biasa dan airnya tenang.
Analisis Biaya Variabel Pelaksanaan proses produksi pada pengelolaan usahatani, sudah barang tentu petani harus mengeluarkan biaya yang cukup. Penggunaan biaya tersebut seperti benih, pupuk, pakan maupun sarana lainnya serta alat-alat tentunya perlu diperhitungkan sebab biaya sarana produksi ini dapat berpengaruh terhadap pendapatan usahatani tersebut. Selain sarana produksi yang perlu dipertimbangkan dalam proses usahatani pembesaran ikan nilem dan pembesaran ikan nila yaitu masalah tenaga kerja, baik dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga perlu diperhitungkan. Adapun besarnya upah tenaga kerja pada saat penelitian yang berlaku di Kelurahan Singkup Kecamatan Purbaratu sangat variatif pada tiap-tiap kelurahan. Adapun upah tenaga kerja pada saat penelitian untuk satu hari kerja tenaga pria adalah antara Rp 15.000,- sampai dengan Rp 20.000 dan Rp 8.000,sampai dengan Rp 10.000,- untuk tenaga kerja wanita. Sedangkan untuk tenaga kerja dalam keluarga, upah tenaga kerjanya diperhitungkan sama seperti upah tenaga kerja dari luar keluarga. Input yang digunakan pada usahatani pembesaran ikan nilem dan pembesaran ikan nila adalah benih ikan, pakan (pelet dan dedak), pupuk kandang dan obat-obatan (Kalium Permanganat/PK). Rata-rata penggunaan input di tingkat petani seperti tertera pada Tabel 14.
13
Tabel 14. Satuan Input (Kuantitas) Usahatani Pembesaran Ikan Nilem dan Pembesaran Ikan Nila di Kelurahan Singkup Input Produksi
Petani Ikan Nilem (A) Rata-rata/ 0,14 ha
- Benih ukuran 5-12 cm (kg) - Pakan (kg) - Pelet - Dedak - Pupuk kandang - PK -
Tenaga kerja Bunga Modal Jomlah Total
Rata- rata/ hektar
Petani Ikan Nila (B) Rata-rata/ 0,16 ha
Rata- rata/ hektar
Selisih (A-B) Rata- rata/ hektar
375.554,53
2.682.532,35
181.506,42
1.134.415,13
1.548.117,22
455.752,76 137.554,66 68.261,03 5.245,44
3.255.376,85 982.533,28 487.578,78 37.467,43
244.544,72 51,426,54 33.575,66 4.758,78
1.528.404,50 321.415,87 209.847,87 29.741,13
1.726.972,35 661.117,41 277.730,91 7.726,30
921.052,63 88.353,95 2.051.775,00
6.578.947,35 631.099,65 14.655.535,71
544.230,77 47.701,92 1.107.744,61
3.401.442,32 298.137,00 6.923.403,82
3.177.505,03 332.962,65 7.732.131,89
Tabel 14 menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan biaya sarana produksi pembesaran ikan nilem sebesar Rp 1.042.368,42,- per 0,14 hektar (Lampiran 7). Atau Rp 7.646.718,15 per hektar, sedangkan untuk pembesaran ikan nila sebesar Rp 515.811,92 per 0,16 hektar (Lampiran 8) atau Rp 3.193.121,43 per hektar. Dari data tersebut menunjukkan bahwa biaya saprodi untuk usahatani pembesaran ikan nilem lebih besar daripada biaya saprodi untuk usahatani pembesaran ikan nila. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah perbedaan biaya pembelian pakan, hal ini karena ikan nilem lebih agresif, sehingga memerlukan pakan yang lebih banyak dan protein tinggi yang berakibat meningkatkan produksi daging sebesar 1.321 kg dengan menghabiskan pakan (pelet) sebanyak 930 kg/hektar berarti konversi pakan sebesar 1,4 kg artinya untuk setiap 1 (satu) kg pakan yang diberikan akan menghasilkan 1,4 kg daging ikan nilem. Sedangkan pada usahatani ikan nila, pakan (pelet) yang diberikan sebesar 486 kg/hektar menghasilkan daging sebanyak 1.356 kg. Jika menghitung konversi pelet saja akan mendapatkan nilai sebesar 2,7 kg. Namun pada ikan nila juga diberikan daun-daunan dan rumput-rumputan, sehingga konversi pelet tidak bisa dihitung dengan akurat. Biaya pembelian pelet (pakan ikan) merupakan biaya yang terbesar dalam usahatani pembesaran ikan nilem dan pembesaran ikan nila. Biaya tersebut nilainya 43,37 persen (pembesaran ikan nilem) dan 47,41 persen (pembesaran ikan nila) dari seluruh biaya variabel. Sedangkan dari seluruh jumlah total biaya variabel, biaya yang paling besar dikeluarkan oleh petani adalah biaya tenaga kerja, yaitu sebesar 44,89 persen untuk usahatani pembesaran ikan nilem dan 49,13 persen pada usahatani pembesaran ikan nila. Biaya pembelian pakan ikan (pelet) lebih besar pada usahatani ikan nilem daripada pembesaran ikan nila, karena ikan nilen tidak mengkonsumsi jenis pakan yang lain sehingga pakannya lebih banyak sedangkan ikan nila masih memakan pakan alami yang ada di dalam kolam dan hijauan yang tumbuh di sekitar kolam. Di samping itu, ikan nilem merupakan hewan pemakan tumbuhan (herbivore), sedangkan ikan nila merupakan hewan pemakan segala (omnivore). Sehingga jumlah tambahan (pelet) yang diberikan pada ikan nila lebih sedikit, karena jika diberikan sama dengan 14
dosis pemberian pada ikan nilem akan membuat banyak sisa pelet yang tidak termakan oleh ikan nila yang menyebabkan pakan menjadi busuk dan bisa menjadi racun bagi kehidupan ikan (Heru Susanto, 2007). Biaya tenaga kerja pada usahatani pembesaran ikan nilem rata-rata mencapai Rp 921.052,63 per 0,14 hektar (Lampiran 7) atau Rp 6.756.756,76 per hektar, sedangkan pada pembesaran ikan nila biaya tenaga kerja mencapai ratarata Rp 544.230,77 per 0,16 hektar (Lampiran 8) atau Rp 3.669.047,62 per hektar. Melihat data tersebut, maka biaya tenaga kerja usahatani pembesaran ikan nilem lebih besar daripada biaya tenaga kerja usahatani pembesaran ikan nila. Sedangkan biaya bunga modal untuk usahatani pembesaran ikan nilem mencapai Rp 88.353,95 per 0,14 hektar (Lampiran 7) atau Rp 648.156,37 per hektar dan untuk usahatani pembesaran ikan nila sebesar Rp 47.701,92 per 0,16 hektar (Lampiran 8) atau Rp 295.297,62 per hektar. Jumlah rata-rata total biaya variabel untuk usahatani pembesaran ikan nilem sebesar Rp 2.051.755,00 per 0,14 hektar (Lampiran 7) dan rata-rata total biaya untuk usahatani pembesaran ikan nila sebesar Rp 1.107.744,61 per 0,16 hektar (Lampiran 8) atau Rp 6.857.466,67 per hektar. Berdasarkan data tersebut, maka biaya variabel usahatani pembesaran ikan nilem lebih besar daripada biaya variabel pembesaran ikan nila atau biaya pembesaran ikan nila sebesar 47,24 persen dari biaya variabel pembesaran ikan nilem.
Analisis Biaya Total Jumlah biaya total yang harus dikeluarkan oleh petani ikan pada usahatani pembesaran ikan nilem dan usahatani pembesaran ikan nila rata-rata sejumlah Rp 2.698.421,58 per 0,14 hektar untuk pembesaran ikan nilem (Lampiran 9) dan Rp untuk pembesaran ikan nila Rp 1.750.048,61 per 0,16 hektar (Lampiran 10). Analisis biaya total untuk satu periode produksi lebih jelasnya ada pada Tabel 15. Tabel 15. Rata-rata Jumlah Biaya Total Per Hektar Usahatani Pembesaran Ikan Nilem dan Usahatani Pembesaran Ikan Nila di Kelurahan Singkup Biaya Biaya Tetap Biaya Variabel Biaya Total
Jenis Ikan Ikan Nilem (A) Ikan Nila (B) 646.646,58 642.304,00 2.051.775,00 1.107.744,61 2.698.421,58 1.750.048,61
Selisih (A-B) 4.342,58 944.030,39 948.372,97
Jumlah total biaya variabel untuk usahatani pembesaran ikan nilem ratarata sebesar Rp 2.051.755,00 per 0,14 hektar (Lampiran 7) dan untuk usahatani pembesaran ikan nila sebesar Rp 1.107.744,61 per 0,16 hektar (Lampiran 8) atau Rp 6.857.466,66 per hektar. Berdasarkan Tabel 15, terlihat bahwa biaya total pembesaran ikan nilem lebih besar daripada biaya total pembesaran ikan nila. Pada pembesaran ikan nila, terlihat bahwa biaya variabel lebih kecil daripada biaya variabel pada pembesaran ikan nilem, hal ini disebabkan karena penggunaan biaya variabel pada pembesaran ikan nila relatif lebih murah. Sedangkan untuk 15
biaya tetap relaif sama antara pembesaran ikan nilem dengan pembesaran ikan nila.
Analisis Penerimaan dan Keuntungan Usahatani Faktor yang mempengaruhi keuntungan adalah penerimaan dan biaya usahatani. Penerimaan pada usahatani ikan merupakan nilai produksi yang diperoleh dari perkalian antara jumlah produksi ikan yang dihasilkan dengan harga jual ikan. Pada saat penelitian, harga jual ikan nilem konsumsi sebesar Rp 20.000,- per kilogram, sedangkan untuk ikan nila konsumsi sebesar Rp8.000,- per kilogram. Namun untuk biaya tetap relatif sama antara pembesaran ikan nila dengan pembesaran ikan nilem. Produksi ikan nilem dan ikan nila pada usahatani pembesaran ikan yang dilaksanakan oleh petani responden rata-rata mencapai 2,02 kwintal/0,14 hektar untuk ikan nilem (Lampiran 11) dan 2,49 kwintal/0,16 hektar untuk ikan nila (Lampiran 12). Tabel 16. Rata-rata Produksi dan Penerimaan Per Hektar pada Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Nilem dan Pembesaran Ikan Nila di Kelurahan Singkup Jenis Usaha Pembesaran - Ikan Nilem - Ikan Nila
Produksi (Kwintal) 2,02 2,49
Harga Satuan Rata-rata (Rp/Kwintal) 2.002.084,42 800.741,42
Penerimaan (Rp) 4.044.210,53 1.993.846,15
Jumlah produksi ikan nila ternyata lebih besar dibandingkan dengan produksi ikan nilem. Namun harga jual ikan nilem lebih tinggi daripada harga jual ikan nila. Harga jual ikan akan menentukan penerimaan, sehingga penerimaan pada usahatani pembesaran ikan nilem lebih besar daripada penerimaan pada usahatani pembesaran ikan nila. Berdasarkan Tabel 16 diketahui jumlah penerimaan usahatani pembesaran ikan nilem dan usahatani pembesaran ikan nila yang dilaksanakan oleh responden, selanjutnya dapat dicari keuntungan dari masing-masing jenis usaha pembesaran ikan tersebut. Perbandingan antara usaha pembesaran ikan nilem dan ikan nila juga dapat dilakukan dengan membandingkan rasio penerimaan dan biaya (R/C rasio) usahataninya. Keuntungan dari usahatani pembesaran ikan nilem dan pembesaran ikan nila di Kelurahan Singkup Kecamatan Purbaratu secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 12, sedangkan analisis keuntungannya dan R/C rasio per hektar selengkapnya pada Tabel 17.
16
Tabel 17. Penerimaan, Biaya dan Keuntungan Usahatani Pembesaran Ikan Nilem dan Usahatani Pembesaran Ikan Nila per Periode Pemeliharaan (3 bulan) di Kelurahan Singkup Jumlah
Jenis Ikan Selisih (A-B) Ikan Nilem (A) Ikan Nila (B) /2,59 Ha /2,10 Ha Penerimaan 76.840.000,00 22.920.000,00 53.920.000,00 Biaya Total 51.270.010,00 22.750.631,98 28.519.378,02 Keuntungan 25.569.990,00 3.169.368,02 22.400.621,98 R/C 1,48 1,15 0,33 Tabel 17 menunjukkan bahwa keuntungan usahatani pembesaran ikan nilem per hektar per satu periode pemeliharaan lebih besar daripada usahatani pembesaran ikan nila disamping itu nilai R/C rasio juga lebih besar pada usahatani pembesaran ikan nilem daripada usahatani pembesaran ikan nila. Besarnya R/C rasio yang berbeda pada masing-masing usahatani pembesaran sangat dipengaruhi oleh adanya perbedaan penerimaan dan biaya total. Pada usahatani pembesaran ikan nilem, nilai penjualan sangat tinggi, sedangkan pada usahatani pembesaran ikan nila rendah. Dengan demikian maka usahatani pembesaran ikan nilem lebih menguntungkan daripada usahatani pembesaran ikan nila jika dilihat dari nilai R/C rasionya.
Perbedaan Biaya Total, Penerimaan dan R/C Rasio pada Pembesaran Ikan Nilem dan Pembesaran Ikan Nila Hasil perhitungan Uji hipotesis (Lampiran 17), terlihat bahwa nilai Sd (Standar Deviasi) menunjukkan angka 196.508,30 dengan thitung sebesar 36,79, sedangkan ttabel (30) (0,05) = 2,042. Dengan demikian t hitung lebih besar dari t tabel, Ho ditolak artinya terdapat perbedaan yang nyata antara biaya produksi usahatani pembesaran ikan nilem dengan biaya produksi usahatani pembesaran ikan nila. Hasil perhitungan uji hipotesis (Lampiran 18), terlihat bahwa nilai Sd (Standar deviasi) menunjukkan angka 0,040 dengan nilai t hitung sebesar 8,25, sedangkan ttabel (30) (0,05) = 2,042. Dengan demikian t hitung lebih besar dari t tabel, Ho ditolak artinya terdapat perbedaan yang nyata antara R/C usahatani pembesaran ikan nilem dengan R/C usahatani pembesaran ikan nila.
17
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada responden petani usahatani pembesaran ikan nilem dan usahatani pembesaran ikan nila, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Rata-rata biaya produksi untuk usahatani pembesaran ikan nilem mencapai Rp. 2.698.421,58/0,14 hektar atau Rp. 19.795.370,66/ha/periode, sedangkan rata-rata biaya produksi usahatani pembesaran ikan nila mencapai Rp. 1.750.048,61/0.16 hektar/periode atau Rp. 10.833.634,28/ha/periode. Ratarata penerimaan usahatani pembesaran ikan nilem yaitu sebesar Rp. 4.044.210,53/0,14 ha/periode (3 bulan) atau Rp. 29.667.953,67/ha/periode, sedangkan untuk rata-rata penerimaan usahatani pembesaran ikan nila Rp. 1.993.846,15/0,16 ha/periode atau Rp. 10.914.285,71/ha/periode. R/C untuk pembesaran ikan nilem sebesar 1,48 sedangkan untuk pembesaran ikan nila sebesar 1,15. 2) Terdapat perbedaan antara biaya produksi dan R/C pada usahatani pembesaran ikan nilem dengan usahatani pembesaran ikan nila. R/C usahatani pembesaran ikan nilem lebih besar daripada R/C usahatani pembesaran ikan nila. Sehingga usahatani pembesaran ikan nilem lebih layak diusahakan daripada usahatani pembesaran ikan nila. Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa di daerah Singkup kecamatan Purbaratu kota Tasikmalaya lebih layak mengusahakan ikan nilem daripada ikan nila.
Saran 1. Perlu adanya pembinaan dan bimbingan yang terus menerus melalui kegiatan pelatihan, penyuluhan serta kegiatan lain dari instansi terkait untuk meningkatkan penerapan teknologi yang tepat agar dapat menunjang pencapaian tujuan. 2. Para petani dianjurkan agar tidak terlalu buru-buru memulai penebaran benih untuk periode produksi selanjutnya. Namun harus dilakukan upayaupaya sebelum melakukan penebaran benih antara lain pengeringan kolam, pengapuran, pemupukan. 3. Kolam harus dilengkapi dengan sirkulasi air yang memadai, agar pasokan (supply) akan kebutuhan oksigen cukup. 4. Mencoba melakukan diversifikasi produk tidak hanya monokultur ikan nilem atau ikan nila saja untuk mendapatkan keuntungan dan hasil produksi yang lebih besar.
18
DAFTAR PUSTAKA
Abbas Tjakrawiralaksana. 1983. Usahatani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Amir D., Aczel. 1992. Complete Business Statistic. United States of America. Anwas Adiwilaga. 1979. Ilmu Usahatani. Offset. Bandung. Arie Usni. 2000. Budidaya Ikan Nila ( Oreoshromis Niloticus ). PT Penebar Swadaya. Jakarta. Bambang Riyanto. 1999. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yayasan Nadan. Gajah Mada. Yogyakarta. Dinas Kelautan dan Perikanan. 2005. Laporan Tahunan Statistik Perikanan. Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan. Jakarta. Dinas Kelautan dan Perikanan. 2007. Laporan Tahunan Statistik Perikanan. Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan. Jakarta. Effendi I. Oktoriza W. 2006. Manajemen Agribisnis Perikanan. PT Penebar Swadaya. Jakarta. Endi Ruswandi. 2009. Perbedaan Produktivitas dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Sistem PTT dan SRI. MP. Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Tasikmalaya. Evy R., Endang Mujiatun. dan Sujono. 2001. Usaha Perikanan Indonesia. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. Fadholi Hernanto. 1989. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Anggota IKAPI. Gunung Sahari. Jakarta. Hafrijal Syandri. 2004. Penggunaan Ikan NIlem ( Osteochilus Hasselti CV ) Sebagai Agen Hayati Pembersih Perairan Danau Maninjau Sumatra Barat. Herman Arsyad. 1990. Penuntun Praktis Budidaya Perikanan. PD Mahkota. Jakarta. Heru Susanto. 2006. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
19
I Njoman Sumerta Nuitja. 2010. Manajemen Sumber Daya Perikanan. IPB Press. Bogor. Indah Sulistyo Rahayu. 2006. Analisis Kelayakan Usahatani Ikan Sistim Karamba di Kabupaten Sukoharjo. Universitas Sebelas Maret. Karim A Solihin. 2005. Strategi Pembangunsn Kelautan dan Perikanan. Humoria. Bandung. Komar Sumantadinata. 1980. Pengembangbiakan Ikan Mas di Indonesia. Sastra Budaya. Bogor. Moh Nazir. 1998. Metode Penelitian. Ghalia. Jakarta. Mubyarto. 1998. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Sosial. Jakarta. Rahardi F., Regina Kristiawati., Nazmuddin. 2003. Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta. Said Rusli.1984. Ilmu Kependudukan. LP3ES. Jakarta. Soedarsono Hadisapoetro. 1973. Biaya dan Pendapatan dalam Usahatani. Departemen Ekonomi, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Soeharjo A., dan Dahlan Patong. 1973. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sofjan Assauri. 1980. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit FE UI. Jakarta. Tim Karya Tani Mandiri. 2009. Pedoman Budidaya Beternak Ikan Nila. Nuansa Aulia. Bandung. Zulian Yamit. 2002. Manajemen Produksi dan Operasi. Ekonosia. Jakarta.
20