PENGARUH FUNGSI SATUAN PENGAWASAN INTERNAL TERHADAP PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN DAMPAKNYA PADA TINGKAT KESEHATAN BANK (Sensus pada Kantor Pusat Bank Perkreditan Rakyat di wilayah Tasikmalaya)
Erna Anggraeni 123403202
[email protected] Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi
ABSTRACT The objectives of the research was to find out about: (1) the function of internal audit unit to implementation of the good corporate governance and its impact on the health of banks at BPR Home Office in Tasikmalaya, (2) the effect function of internal audit unit towards implementation of good corporate governance, (3) the effect of the function audit internal unit, and implementation of good corporate governance partial towards impact on the health of bank at BPR Home Office in Tasikmalaya, (4) the effect of the function audit internal unit to implementation of good corporate governance simultaneously towards impact on the health of bank at BPR Home Office in Tasikmalaya, The research method with descriptive analysis with oncoming census. Analysis instrument using path analysis. Result of the research showed that: the function of internal audit unit have a positive effect to implementation of good corporate governance. partially, the effect of the function audit internal unit, and implementation of good corporate governance gave a positive effect on the health of banks. In simultaneously, the function of audit internal unit, and implementation of good corporate governance haved influence on the health of banks at BPR Home Office in Tasikmalaya. Keyword: the function of internalaudit unit, implementation of good corporate governance, the health of banks.
PENDAHULUAN Bank merupakan sebuah lembaga yang mendukung proses terjadinya perekonomian masyarakat. Berdasarkan data statistika kinerja BPR Nasional yang dipublikasikan tiga tahun terakhir oleh Bank Indonesia, atas indikator CAR, LDR, BOPO, ROA, ROE dan NPL memperlihatkan perkembangan positif, sebagaimana pada Gambar 1.1.
100 76,7
80
81,77 2013
60 40 20
27,95 28,99 79,4 28,02 84,26 28,48
80,3 77,65
2014
24,58 2,99 2,69 3,38 31,71
4,76 5,4 4,45
2015
0 CAR
LDR
BOPO ROA
ROE
NPL
Sumber : Bank Indonesia Gambar 1.1 Kinerja BPR Nasional
Gambar 1.1 memberikan ilustrasi tentang kualitas kinerja BPR secara nasional semakin baik, artinya penguatan modal semakin meningkat dan operasional semakin semakin efisiensi. Dengan menggunkan indikator yang sama gambaran kinerja BPR di wilayah Kota dan Kabupaten Tasikmalaya disajikan dalam gambar 1.2 dan 1.3. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 -10
74,59
72,9
78,34 70,23 2013 2014
30,34
2015
20,39 26,07 19,17 19,02 84,03
CAR
1,850,2223,86
73,07
(0,45)
LDR BOPO ROA
9,51 5,99 3,22
ROE
NPL
Sumber : Bank Indonesia Gambar 1.2 Kinerja BPR di Wilayah Kota Tasikmalaya Gambar 1.2 mengilustrasikan bahwa kualitas kinerja BPR di wilayah Kota Tasikmalaya dalam tiga tahun terakhir menunjukan trend yang semakin baik, dapat dilihat dari penguatan modal semakin meningkat, operasional semakin efisien dan penghasilan atas modal yang di investasikan juga mengalami peningkatan. 120 100
81,63
80
67,84 2013
52,14
60
2014
40 20
82,74
2015
66,11
18,69
48,83
18,8 19,06 103,17
66,63
7,18 7,55 7,67 45,52
8,38 6,51 7,92
0 CAR
LDR
BOPO
ROA
ROE
NPL
Sumber : Bank Indonesia Gambar 1.3 Kinerja BPR di Wilayah Kab. Tasikmalaya Gambar 1.3 Mengilustrasikan bahwa kinerja BPR di wilayah Kab. Tasikmalaya masih
sangat amanwalau dalam tiga tahun terakhir menunjukan trend menurun pada indikator CAR, LDR, BOPO, ROA dan peningkatan NPL, BOPO dan ROE Nampak memperlihatkan kondisi yang baik. Dalam menjalankan fungsinya dua hal yang paling berat yang dihadapi oleh industri perbankan di Indonesia, yaitu : pertama adalah kegagalan bank dalam menjalankan prinsip kehati-hatian (prudential banking) dalam penyerapan pertumbuhan kredit. Hal ini ditambah dengan tidak transparansinya praktik kecurangan yang dilakukan pengurus dan pejabat bank. Kedua, yaitu kegagalan badan pengawas bank dalam menghadapi kelalaian, penipuan dan penggelapan yang dihadapi pengurus bank (Leo J. Susilo et.al, 2007 : 1). Menyadari eksistensi atau going concern suatu bank terletak pada trust masyarakat maka tatakelola yang baik adalah merupakan salah satu faktor kunci yang harus di capai oleh pihak manajemen. Banyak fakta menunjukan dengan tatakelola dan pengendalian yang buruk sangat berdampak pada ambrunya suatu perusahaan, misalnya terjadinya skandal Enron pada akhir tahun 2001 di Amerika Serikat, akibat terjadinya fraud, begitupula yang terjadi pada perusahaan kelas dunia lainnya seperti World Com, Global Crossing dan yang lainnya mengalami kemunduran sebagai akibat dari lemahnya peran auditor internal. Begitupula di Indonesia, misalnya kasus Kimia Farma, Bank Lippo atau Kasus L/C pada Bank BNI yang menjadi sorotan masyarakat karena menyebabkan kerugian Negara sebesar Rp. 1,7 triliun atau kasus Bank Century semua ini merupakan kasus akibat lemahnya praktik tata kelola yang baik sehingga menyebabkan terjadinya fraud dan kerugian yang luar biasa. Good corporate governance merupakan suatu mekanisme yang membentuk sistem kemudian struktur yang terdiri dari pemisahan tugas dan wewenang antara pemegang saham dan pengelola perusahaan dan bertujuan untuk mengoptimalkan kepentingan semua pihak (stakeholder) melalui pemenuhan hak,
kewajiban, dan tanggung jawab sebagaimana ditetapkan dalam peraturan yang dibuat. Untuk mengawasi jalannya pelaksanaan GCG serta menjaga asset atau harta di dalam suatu perusahaan harus ada suatu unit internal yang bersifat independen yang bertujuan mengurangi peluang terjadinya kesalahan pengelolaan (missmanagement) dan menciptakan nilai tambah perusahaan yang optimal kepada stakeholdernya, maka unit tersebut adalah Satuan Pengawasan Intern (SPI) (Yuliagustina, 2010). Melalui diterapkannya fungsi satuan pengawasan internal dan penerapan good corporate governance dengan prinsip-prinsip tata kelola perbankan yang sesuai standar pelaksanaan, peraturan dan norma yang berlaku diharapkan bank dapat menjaga kecukupan modal (Capital) , kualitas aktiva (Assets) produktif, kualitas Management, kemampuan perusahaan untuk menghasilkan Laba (Earning) dan menjamin Likuiditas perusahaan, sehingga akan memberikan dampak pada tingkat kesehatan bank itu sendiri baik secara langsung maupun tidak langsung. Satuan Pengawan Intern merupakan pengawas internal yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama atau Direktur yang membawahi tugas pengawas internal (Moh. Wahyudin Zarkasyi 2008 : 103). Good corporate governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku (KNKG). Penilaian kinerja keuangan perbankan sering dikaitkan dengan penilaian tingkat kesehatan bank yang bertujuan untuk menilai keberhasilan perbankan dalam perekonomian
Indonesia dan industri perbankan serta dalam menjaga fungsi intermediasi (Sindu Handhika, 2010). Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu Bank melalui Penilaian Kuantitatif dan atau Penilaian Kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar (Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004).
METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini penulis menggunakan deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2008:147). OPERASIONAL VARIABEL Dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel yang disesuaikan dengan judul yaitu “Pengaruh Fungsi Satuan Pengawasan Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance dan Dampaknya Pada Tingkat Kesehatan Bank”. Terdapat 3 variabel yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel tersebut adalah: 1. Variabel Independen (X) Adapun variabel independent atau variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah Fungsi Satuan Pengasasan Internal (X1) dan penerapan Good Corporate Governance (X2). 2. Variabel dependen (Y) Adapun yang menjadi variabel dependen atau variabel bebas (Y) pada penelitian ini adalah Tingkat Kesehaan Bank.
PEMBAHASAN Fungsi Satuan Pengawasan Internal Rekapitulasi Tanggapan Responden mengenai variabel Fungsi Satuan Pengawasan Internal No
Uraian
1
SPI mengevaluasi sejauh mana sasaran dan tujuan program serta kegiatan operasi telah ditetapkan sejalan dengan tujuan organisasi SPI memberikan masukan atas hasil-hasil yang diperoleh dari kegiatan dan program dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan kepada manajemen Setiap personil SPI memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas pengawasan internal SPI memberi masukan atas prosedur atau proses manajemen risiko SPI memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan risiko dan pengendalian kepada manajemen SPI telah melakukan kegiatan mengevaluasi kecukupan dan efektifitas sistem pengendalian intern yang diterapkan manajemen SPI melakukan evaluasi kepatuhan hanya berdasarkan peraturan perundang-undangan saja. SPI menyampaikan laporan hasil audit dan laporan kegiatan lainnya seperti risiko, governance, dan sebagainya kepada Direktur Utama SPI hanya memantau pelaksanaan tindak lanjut hasil audit SPI menilai kecukupan pelaksanaan tindak lanjut atas rekomendasi hasil audit
2
3
4 5
6
7 8
9 10
Skor yang ditargetkan
Skor yang diperoleh
Keterangan
11 x 5 = 55
49
Sangat Baik
11 x 5 = 55
50
Sangat Baik
11 x 5 = 55
51
Sangat Baik
11 x 5 = 55
49
Sangat Baik
11 x 5 = 55
50
Sangat Baik
11 x 5 = 55
46
Baik
11 x 5 = 55
43
Baik
11 x 5 = 55
49
Sangat Baik
11 x 5 = 55
47
Sangat Baik
11 x 5 = 55
50
Sangat Baik
484
Sangat Baik
Penerapan Good Corporate Goverance Rekapitulasi Tanggapan Responden mengenai variabel penerapan good corporate governance No
Uraian
1
Bank menyajikan laporan keuangan seperti kas, laporan laba rugi, laporan neraca, secara transparan. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh Bank tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan rahasia bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi. Kebijakan bank telah tertulis dan dikomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan (stakeholders) dan yang berhak
2
3
Skor yang ditargetkan
Skor yang diperoleh
Keterangan
11 x 5 = 55
52
Sangat baik
11 x 5 = 55
53
Sangat baik
11 x 5 = 55
50
Sangat baik
4 5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
memperoleh informasi tentang kebijakan tersebut. Bank menyampaikan informasi produk dan jasa dengan jelas Bank telah menetapkan tanggung jawab yang jelas dari masing-masing jajaran yang selaras dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan. Seluruh jajaran Bank mempunyai kompetensi sesuai dengan tanggung jawabnya dan memahami perannya dalam pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Bank memiliki ukuran kinerja dari seluruh jajaran Bank berdasarkan ukuran-ukuran yang disepakati konsisten dengan nilai perusahaan (corporate values), sasaran usaha dan strategi bank serta memiliki sistem pemberian penghargaan dan sanksi (reward and punishment system). Bank menjalankan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam setiap kegiatan usaha. Untuk menjaga kelangsungan usahanya, BANK berpegang pada prinsip kehati-hatian (prudential banking practices) dan menjamin dilaksanakannya ketentuan yang berlaku. Bank memiliki Pedoman, Sistem, dan Prosedur Kerja seluruh tingkatan atau jenjang organisasi Bank yang tersedia secara lengkap, kini, dan sesuai dengan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku. Bank telah bertindak sebagai warga perusahaan yang baik (Good Corporate Citizen/GCC) termasuk peduli terhadap lingkungan dan melaksanakan tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility/CSR) Bank memiliki kebijakan, sistem, dan prosedur penyelesaian mengenai benturan kepentingan yang mengikat seluruh jajaran bank. Seluruh jajaran Bank dapat mengambil keputusan dengan dipengaruhi oleh tekanan dari pihak manapun Bank mengungkapkan benturan kepentingan dalam setiap keputusan, dilengkapi dengan risalah rapat, telah diadministrasi dan didokumentasi dengan baik. Bank senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh pihak-pihak berkepentingan (stakeholders) berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran (equal treatment) Bank memberikan kesempatan kepada seluruh pihak-pihak berkepentingan (stakeholders) untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan bank serta mempunyai akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan.
11 x 5 = 55
52
Sangat baik
11 x 5 = 55
48
Sangat baik
11 x 5 = 55
49
Sangat baik
11 x 5 = 55
45
Baik
11 x 5 = 55
47
Sangat baik
11 x 5 = 55
50
Sangat baik
11 x 5 = 55
50
Sangat baik
11 x 5 = 550
49
Sangat baik
11 x 5 = 550
47
Sangat baik
11 x 5 = 550
48
Sangat baik
11 x 5 = 550
48
Sangat baik
11 x 5 = 55
47
Sangat baik
11 x 5 = 55
48
Sangat baik
783
Sangat baik
Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan data kesehatan bank melalui indikator camel BPR yaitu Capital dinilai berdasarkan rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) atau KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum), Assets dinilai atas rasio KAP (Kualitas Aktiva Produktif) dan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), Management atas penilaian manajemen umum dan penerapan sistem manajemen resiko, Earning menggunakan ROA (Return On Assets) dan BOPO (Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional), dan Liquidity menggunakan rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) dan CR (Cash Ratio) secara keseluruhan penggolongan nilai kredit tingkat kesehatan BPR di wilayah Tasikmalaya berada pada interval 81100 yang menggambarkan bahwa kesehatan BPR di wilayah Tasikmalaya dalam kondisi atau predikat sehat, meskipun ada diantaranya yang masih memerlukan peningkatan kesehatan yang di sebabkan karena fluktuatifnya rasio penunjang camel yang diperoleh oleh bank tersebut.
Tabel 1. Hasil Uji Pengaruh Fungsi SPI terhadap Penerapan GCG Model Summary Model
R
1
R Square .989
a.
a
Adjusted R Square .977
Std. Error of the Estimate
.975
.31144
Predictors: (Constant), Fungsi SPI Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Model 1
B
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
4.532
.978
Fungsi SPI
1.305
.066
Beta
t
.989
Sig. 4.633
.001
19.635
.000
a. Dependent Variable: Good Corporate Governance
Tabel 2. Hasil Uji Pengaruh Fungsi SPI dan Penerapan GCG terhadap Tingkat Kesehatan Bank Model Summary Model 1
R
R Square .914a
.836
Adjusted R Square .795
a. Predictors: (Constant), Good Corporate Governance, Fungsi SPI
Std. Error of the Estimate 2.51195
Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model
B
Std. Error
1
(Constant)
36.915
14.517
Fungsi SPI
1.431
3.550
Good Corporate Governance
1.514
2.689
Beta
Correlations t
Sig.
Zero-order Partial
Part
2.543
.035
.382
.403
.697
.911
.141
.058
.534
.563
.589
.912
.195
.081
a. Dependent Variable: Tingkat Kesehatan Bank
Tabel 3. Untuk Mencari Pengaruh langsung dan Tidak Langsung Antar Variabel Penelitian No Pengaruh PengaruhTidak Langsung Total Pengaruh Langsung 1. Variabel X1 (PYX1) 0,146 = (0,382)2 Melalui X1Y˂- X1n X2→Y (ρyx1. ρX2X1.ρyx2) + (ρyx1. ρX2X1. ρyx2) 0,404 (0,382)(0,989)(0,534) x 2 Total Pengaruh X1 0,550 →Y 2. Variabel X2 (PYX2) = (0,534)2 0,286 3. Total pengaruh X1 dan X2 → Y secara simultan (0,550 + 0,286) 0,836 4. Pengaruh faktor residu 2 → €0 dengan rumus (1-0,836) 0,164 Total Pengaruh 1 Hasil pengujian pada Tabel 1 Menunjukan bahwa besarnya pengaruh (R2) fungsi satuan pengawasn internal terhadap penerapan good corporate governance sebesar 97,7% , hal ini menunjkan bahwa penerapan good corporate governance dipengaruhi fungsi SPI sebesar 97,7%, sehingga faktor residu diketahui sebesar 2,3%. Koefisien beta (path coeffisient) di peroleh 0,989 berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa fungsi satuan pengawasan internal berpengaruh positif terhadap penerapan good corporate governance. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lawrance (2005), Hunger & Wheeelen (2007) dan Daniri (2005) bahwa audit internal merupakan salah satu elemen sangat penting dalam meningkatkan
pengawasan internal, optimalisasi mekanisme checks and balance, serta melakukan fungsi control dalam membantu manajemen mencapai tujuannya melalui terwujudnya good corporate governance, sedangkan secara empiris penelitian ini sesuai dengan penelitian Kusmayadi (2012) dan Tiko Fajar Kurnia (2012) menyatakan bahwa audit internal berpengaruh positif signifikan terhadap penerapan good corporate governance. Hasil pengujian pada Tabel 2. Menunjukkan bahwa besarnya pengaruh (R2) fungsi satuan pengawasan internal dan penerapan good corporate governance terhadap tingkat kesehatan bank secara simultan sebesar 83,6% sehingga dapat diketahui besarnya pengaruh faktor residu sebesar 16,4%. Determinasi parsial
untuk vaiabel fungsi satuan pengawasan internal sebesar 0,141 dan variabel peneraan good corporate governance sebesar 0,195. Koefisien beta untuk fungsi satuuan pengawasa internal sebesar 38,2% dan koefisien beta penerapan good corporate governance sebesar 53,4%. Bersadarkan hasil tersebut mennjukkan bahwa fungsi satuan pengawasan internal dan penerapan good corporate governance secara parsial dan simultan berpengaruh terhadap tingkat kesehatan bank. Hasil penelitian ini dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Eka Noviana Sari (2013) yang menyatakan bahwa audit internal berpengaruh terhadap kinerja keuangan Perbankan di Kota Gorontalo dan pengaruhnya bersifat positif. penelitian Adil Tobing, dkk (2013) yang menyatakan bahwa Penerapan GCG memberikan pengaruh yang signifikan terhadap beberapa sub elemen tingkat kesehatan (kinerja) pada bank dan penelitian Adil Tobing, dkk (2013) yang menyatakan bahwa Penerapan GCG memberikan pengaruh yang signifikan terhadap beberapa sub elemen tingkat kesehatan (kinerja) pada bank. Hasil pengujian Tabel 3 menunjukkan perhitunan langsung da tidak langsun serta perhitnan besarnya pengaruh variabel fungsi satuan pengawasan internal dan penerapan good corporate governance terhadap tingkat kesehatan bank. Besarnya total pengaruh fungsi satuan pegawasan internal terhadap tingkat kesehata bank sebesar 55,0%, terdiri dari pengaruh angsung sebesar 14,6% dan pengauh tidak langsung sebesar 40,4%, sedangkan total pengaruh penerapan god corporae governance terhadap tingkat kesehatan bank sebesar 28,6%. Sejalan dengan teori yang dikemukakan Ikatan Bankir Indonesia, Satuan Pengawasan Intern (SPI) merupakan suatu unit internal yang bersifat independent melakukan pemeriksaan dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan tata
kelola (corporate governance) untuk mencapai tujuan. Kusmayadi (2012) good corporate governance merupakan instrument pokok sebuah entitas dalam mencapai kinerja yang baik. SIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh fungsi satuan pengawasn internal dalam mewujudkan good corporate governance, menguji pengaruh secara parsial maupun simultan fungsi satuan pengawasan internal dan good corporate governance terhadap tingkat kesehatan bank. Hasil penelitian menunjukan bahwa : Fungsi satuan pengawasan internal memiliki hubungan positif terhadap penerapan good corporate governance. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin baik fungsi satuan pengawasan internal dilaksanakan, maka akan memberikan implikasi semakin baiknya penerapan good corporate governance, hal ini dapat menjelaskan adanya indikasi dari fungsi satuan pengawasan internal di pandang sebagai suatu unit penting dalam mewujudkan good corporate governance pada kantor pusat BPR yang berada di wilayah Tasikmalaya. Fungsi pengawasan internal dan penerapan good corporate governance secara parsial berpengaruh positif terhadap tingkat kesehatan bank pada Kantor Pusat BPR di wilayah Tasikmalaya. Hal tersebut menunjukkan indikasi fungsi satuan pengawasan internal pada kantor pusat BPR di wilayah Tasikmalaya memiliki peran dalam mendorong terwujudnya proses good corporate governance maupun pencapaian tingkat kesehatan yang dicapai oleh bank. Fungsi pengawasan internal dan penerapan good corporate governance secara parsial berpengaruh positif terhadap tingkat kesehatan bank pada Kantor Pusat BPR di wilayah Tasikmalaya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin baik fungsi satuan pengawasan internal dan penerapan good corporate governance akan memberikan
dampak terhadap kesehatan bank.
semakin
baiknya
tingkat
SARAN Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan yang telah dikemukakan di atas, penulis mencoba memberikan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kemajuan BPR yang berada di wilayah Tasikmalaya maupun pada peneliti selanjutnya. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bagi BPR di wilayah Tasikmalaya Disarankan BPR perlu meningkatkan dan menjaga prinsip kehati-hatian dan ketelitian dalam melaksanakan setiap aktivitas baik yang bersifat operasional maupun non operasional untuk mengurangi resiko kesalahan akibat human eror. Selain itu, BPR diharapkan dapat mengkatkan kondisi kesehatan Banknnya dengan menjaga efektivitas dan efisiensi rasio pembentuk skor camel seperti CAR, KAP, PPAP, Manajemen, ROA, BOPO, CR dan LDR dengan memanaj risiko yang dapat memengaruhi faktor yang dapat membentuh rasio tesebut. Hal ini sangat penting karena dapat memberikan pengaruh pada tingkat kepercayaan stakeholder perusahaan tersebut. 2. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan dapat melakukan penelitian pada bank yang sama dengan memperluas wilayah dan objek penelitian hingga keluar daerah Tasikmalaya misalnya pada se-wilayah Priangan Timur atau bahkan dapat dilakukan se-Jawa Barat sehingga hasil penelitian lebih dapat digeneralisasi, selain itu, untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat mempertimbangkan faktor lain untuk menambah variable misalnya kualitas SDM, ukuran organiasi, kredit macet, maupun variable lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Aditya, Yosep. 2014. Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi dan Penerapan Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan (Skripsi). Tasikmalaya : Universitas Siliwangi. Agoes,
Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik, Jilid 2 Edisi 3. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Asim, Muhammad Asy’ari, Prasetyono, dan Bambang Haryadi .2013. Peran dan Fungsi Satuan Pengawasan Intern dalam Pencegahan Fraud pada Perguruan Tinggi X. JAFFA. 01 (02) Oktober 2013, 99 – 112. Madura : Universitas Trunojoyo Madura. Badan
Pemeriksa Keuangan. 2007. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Pasal 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
Bank Indonesia, (2004), “Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum”, Jakarta. Bank Indonesia. 2006. Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum. Bank Indonesia, Surat Keputusan Direksi No.26/KEP/DIR tanggal 29 Mei 1999 Dharnaeny, A. Taufik. 2012. Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan BPR Hasa Mitra dengan Metode CAMEL
(Periode 2006-2010)(Skripsi). Makassar : Universitas Hasanuddin Dendawijaya, Lukman. 2001. Manajemen Perbankan. Jakarta : Ghalia Indonesia. Fahmi, Irham. 2014. Pengantar Perbankan Teori dan Aplikasi. Bandung : Cv. Alfabeta
Kusmayadi, Dedi. 2012. Determinasi Audit Internal dalam Mewujudkan Good Corporate Governance Serta Implikasinya Pada Kinerja Bank. Jurnal Keuangan dan Perbankan, 16 (1) 147-156 : http://jurkubank.wordpress.com. (10/3/2016)
Fajar, Tiko Kurnia. 2012. Pengaruh Audit Internal Terhadap Good Corporate Governance (Skripsi). Tasikmalaya : Universitas Siliwangi.
Leo J. Susilo dan Karlen Simarmata. 2007. Good Corporate Governance pada Bank: Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris dalam Melaksanakannya. Jakarta: PT Hikayat Dunia.
Febriyanto, Danang. 2013. Analisis Penerapan Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Kinerja Perusahaan (Skripsi). Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Menteri Badan Usaha Milik Negara. 2002. Keputusan Nomor: KEP117/MMBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada Badan Isaha Milik Negara (BUMN). Jakarta.
Fitri dan Doddy, 2007, “Pengaruh rasio keuangan CAMEL, tingkat inflasi, dan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan di BEJ”.
Oktafrida Anggraeni (2011) Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode CAMEL Pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah Tahun 2006 – 2009. Jurnal
Ikatan Bankir Indonesia. (2014). Memahami Audit Intern Bank. Edisi Pertama. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.Indonesia Institut Bankir Indonesia. 1999. Kamus Perbankan. Jakarta Kasmir. 2015. Manajemen Perbankan cetakan ke-13. PT. Raja Gravindo Persada : Jakarta. Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006. Prinsip Dasar dan Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance Perbankan di Indonesia
http://eprints.undip.ac.id/29357/1/JU RNAL.pdf Otoritas Jasa Keuangan. 2015. Laporan Profil Industri Perbankan (LPIP). Mengatur, Mengawasi, dan Melindungi Untuk Industri Keuangan Yang Sehat Payamta, M. Machfoedz. (1999). Evaluasi Kinerja Perusahaan Perbankan Sebelum dan Sesudah Menjadi Perusahaan Publik di BEI. Kelola, No.20/VII. Putu, Luh Ayu Ita Purnama Yanti, dkk (2014) Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode CAMEL. eJournal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen. 2
Tahun 2014. http://download.portalgaruda.org/artic le.php?article=138842&val=1350. (Diakses tanggal 10/3/2016). Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/1/Pbi/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Sawyer, dkk . 2003. Sawyer’s Internal Auditing, Edisi Kelima, Buku1, Penerjemah Desi Indhariani Jakarta : Salemba Empat Sinaga, Tiodora. 2013. SKRIPSI CAMEL KETIKAN TGL 28-9-2013 DORA. https://www.academia.edu/4662332/S KRIPSI_CAMEL_KETIKAN_TGL_ 28-9-2013_DORA (diakses 19/4/2016). Nirwana SK. Sitepu, 1994, Analisis Jalur (Path Analysis),Unit Pelayanan Statitika Jurusan Statistika, Bandung : FMIPA UNPAD. Sugiyono. 2007. Metode Sampling Jenuh. Bandung : CV Alfabeta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sudjana, 2000, Metode Statistik, Tarsito: Bandung. Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 Surat Edaran Bank Indonesia No.6/ 23 /DPNP tanggal, 31 Mei 2004 Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.7/SEOJK.03/2016 tentang
Standar Pelaksanaaan Fungsi Audit Internal Bank Perkreditan Rakyat
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.30/277/KEP/DIR tanggal 19 Maret 1998 tentang Perubahan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No 30/11/ KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang Tata Cara Penilaian Kesehatan Bank Umum. Thomas S. Kaihatu. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 8 No. 1 Ed Maret. diakses pada tanggal 10/3/2016 Tobing Adil, dkk .2013.Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Tingkat Kesehatan dan Daya Saing di Perbankan Indonesia. Jurnal Manajemen Teknologi. 12 (3) 2013, 298-318. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undangundang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Wahyudin, Moh. Zarkasyi. 2008. Good Corporate Governance. Alfabeta: Bandung. Yuliagustina. 2010. Peranan Fungsi Satuan Pengawasan Intern Terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance pada PT. Pupuk Kujang (Persero). Yusrina, Evelyn Sitmpul. 2008. Pengawasan Internal (SPI) Terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) pada PTPN II (Persero) (Skripsi). Medan : Universitas Sumatera Utara.
Zahara .2013.Analisis Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dengan Metode Camel. Jurnal
Akuntansi & Manajemen. 8 (2) Desember 2013.