PERBANDINGAN INDIKATOR KINERJA UNIT PENGELOLA KEUANGAN PADA PNPM MANDIRI PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN PAR, ROI DAN CCR Chendany Philoshopia Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma Email :
[email protected]
Abstrak : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri Perkotaan berada dibawah naungan Departemen Pekerjaan Umum sedangkan PNPM Mandiri Pedesaan di bawah naungan Departemen Dalam Negeri. Terdapat 2 program yang beroperasi pada PNPM Mandiri, PNPM Mandiri Perkotaan yang dikelola UPK Perkotaan dan PNPM Mandiri Pedesaan yang dikelola UPK pedesaan. Tujuan dari program ini antara lain meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. Pada PNPM Mandiri ini terdapat program ekonomi, sosial dan infrastruktur. Unit Pengelola Keuangan (UPK) adalah lembaga yang mengelola dana bergulir pada PNPM Mandiri tersebut. Data yang digunakan adalah 6 UPK Perkotaan dan 6 UPK Pedesaan pada 10 Kabupaten di Jawa Tengah. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi ke Kabupaten Boyolali, Rembang, Jepara, Sukoharjo, Magelang, Pekalongan, Wonogiri, Grobogan, Brebes dan Karanganyar. Variabel yang digunakan dalam penulisan ini adalah pinjaman berisiko (PAR), tingkat perputaran investasi (ROI), rasio pendapatan (CCr) dan secara keseluruhan variable tersebut. Hasil perhitungan menggunakan metode statistik Mean Whitney menunjukkan perbedaan signifikan hanya terdapat pada nilai pinjaman berisiko (PAR). Sehingga disimpulkan bahwa masih perlu adanya strategi penanganan pinjaman berisiko. Kata kunci : Perbandingan Kinerja Keuangan, PAR, ROI, CCr PENDAHULUAN Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Tujuan dari program ini antara lain meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. PNPM Mandiri secara nyata berdampak positif bagi perkembangan ekonomi masyarakat. Kegiatan PNPM Mandiri dan kegiatan pendukung Pengentasan Kemiskinan yang dijalankan di Jawa Tengah telah berhasil menurunkan angka kemiskinan sebesar 7,49%. (Ir. H. Muhammad Tamzil. 2010) Penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan memberdayakan masyarakat melalui tiga kegiatan pokok yaitu Infrastruktur, Sosial dan Ekonomi yang dikenal dengan Tridaya. Dalam kegiatan ekonomi, diwujudkan dengan kegiatan Pinjaman Bergulir, yaitu pemberian pinjaman dalam skala mikro kepada masyarakat miskin di wilayah kelurahan atau desa dimana LKM/UPK berada dengan ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan kegiatan Pinjaman Bergulir dalam PNPM Mandiri, dilakukan salah satu strategi yaitu menetapkan kriteria untuk kinerja memuaskan dan kinerja minimal
yang transparan dan mudah diukur oleh Unit Pengelola Keuangan (UPK), PMU dan PNPM Mandiri Perkotaan. Indicator utama untuk melihat kinerja pinjaman bergulir adalah PAR, ROI dan CCr. Nilai pinjaman berisiko (PAR) adalah rasio yang menunjukkan berapa persentase nilai pinjaman yang mengalami keterlambatan pengembalian selama beberapa hari dari tanggal pembayaran. Pada penulisan ini, digunakan PAR dengan keterlambatan 90 hari atau lebih. Rasio perputaran investasi (ROI) digunakan untuk mengetahui persentase nilai laba bersih yang dihasilkan dari modal investasi yang dimiliki. Dan rasio pendapatan (CCr) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar pendapatan yang dapat memenuhi biaya. Maka dari itu, judul penulisan ini adalah “Perbandingan Indikator Kinerja Unit Pengelola Keuangan (UPK) pada PNPM Mandiri Perkotaan dan Perdesaan di Jawa Tengah menggunakan PAR, CCR dan ROI” Rumusan dan Batasan Masalah 1. Apakah ada perbedaan yang signifikan pada nilai pinjaman berisiko (PAR) antara Unit Pengelola Keuangan di Program Nasional Pemberdayaan Mandiri (PNPM Mandiri) Perkotaan dengan Pedesaan 2. Apakah ada perbedaan yang signifikan pada tingkat perputaran investasi (ROI) antara Unit Pengelola Keuangan di Program Nasional Pemberdayaan Mandiri (PNPM Mandiri) Perkotaan dengan Pedesaan 3. Apakah ada perbedaan yang signifikan pada rasio pendapatan (CCr) antara Unit Pengelola Keuangan di Program Nasional Pemberdayaan Mandiri (PNPM Mandiri) Perkotaan dengan Pedesaan 4. Apakah ada perbedaan yang signifikan pada nilai pinjaman berisiko (PAR), tingkat perputaran investasi (ROI) dan rasio pendapatan (CCr) antara Unit Pengelola Keuangan di Program Nasional Pemberdayaan Mandiri (PNPM Mandiri) Perkotaan dengan Pedesaan Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai pinjaman berisiko (PAR), tingkat perputaran investasi (ROI), rasio pendapatan (CCr) dan keseluruhan rasio (PAR, ROI dan CCr) antara Unit Pengelola Keuangan di Program Nasional Pemberdayaan Mandiri (PNPM Mandiri) Perkotaan dengan Pedesaan TINJAUAN PUSTAKA Pinjaman Berisiko / Portfolio at Risk (PAR) Indikator yang menunjukkan berapa persentase (%) pinjaman yang tertunggak. Angka ini diperoleh dari hasil membandingkan antara jumlah pinjaman yang tertunggak > 3 bulan dengan total realisasi saldo pinjaman di Unit Pengelola Keuangan (UPK). Tujuan penggunaan variable ini adalah untuk melihat seberapa besar nilai pinjaman yang mengalami kendala pengembalian dari nilai pinjaman yang sudah digulirkan atau berapa presentase pinjaman yang mengalami penunggakan. Sehingga berguna untuk menentukan strategi penanganan kredit bermasalah.
Rasio ini adalah ukuran yang paling banyak diterima untuk menggambarkan kualitas portofolio pinjaman. Rasio ini menunjukkan portofolio yang “terkontaminasi” oleh tunggakan dan karena itu ada resiko tidak dibayar. Semakin lama keterlambatan, maka semakin kecil kemungkinan pinjaman akan dilunasi. Secara umum, setiap portfolio berisiko > 30 hari melebihi 10% harus menjadi perhatian, karena tidak seperti pinjaman komersial, kredit mikro tidak didukung oleh agunan. Perputaran Investasi / Return on Investment (ROI) Kemampuan UPK untuk menghasilkan laba dari modal yang digunakan untuk pinjaman bergulir. Angka ini diperoleh dari hasil membandingkan antara laba yang diperoleh Unit Pengelola Keuangan (UPK) dengan modal yang digunakan untuk pinjaman bergulir. Bagi lembaga keuangan mikro, keberlanjutan dari lembaga keuangan adalah penting. Dari tingkat perputaran investasi ini, dapat diketahui seberapa besar laba yang dapat dihasilkan dengan modal yang Unit Pengelola Keuangan dapatkan dari alokasi dana BLM untuk program pinjaman bergulir. Rasio Pendapatan / Cost Coverage (CCr) Kemampuan UPK untuk menutup biaya dari pendapatan yang diperolehnya. Angka ini diperoleh dari hasil membandingkan antara seluruh pendapatan yang diperoleh UPK dengan seluruh biaya yang dikeluarkan UPK. Masih menyangkut dengan keberlanjutan lembaga keuangan mikro, rasio pendapatan ini juga dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan Unit Pengelola Keuangan (UPK) untuk menutup biaya yang terjadi dengan pendapatan yang dimiliki. Pendapatan utama dari Unit Pengelola Keuangan (UPK) adalah dari bunga pinjaman
METODE PENELITIAN Objek Penelitian Unit Pengelola Keuangan (UPK) adalah pengelola dana bergulir pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. UPK pada PNPM Mandiri Perkotaan beroperasi pada tingkat Kelurahan atau Desa dan UPK pada PNPM Mandiri Pedesaan beroperasi pada tingkat kecamatan. Pada tahun 2010, dana bergulir terbesar disalurkan kepada masyarakat berada di Provinsi Jawa Tengah. Sasaran utama dari program PNPM Mandiri ini adalah masyarakat miskin dan dapat dilihat dari tingkat kepadatan penduduk. Maka pada penulisan ini, objek yang digunakan adalah UPK pada kabupaten yang memiliki kepadatan penduduk dibawah 1.000 penduduk per km2, 1.000-5.000 penduduk per km2 dan diatas 5.000 penduduk per km2. Dan UPK tersebut adalah : 1. UPK Perkotaan : a. b. c. d.
UPK Kel. Donohudan, Kec. Ngemplak, Kab. Boyolali UPK Kel. Sridadi, Kec. Rembang, Kab. Rembang UPK Kel. Brantaksekarjati, Kec. Welahan, Kab. Jepara UPK Kel. Gadingan, Kec. Mojolaban, Kab. Sukoharjo
2.
e. UPK Kel. Mertoyudan, Kec. Mertoyudan, Kab. Magelang f. UPK Kel. Panjang Wetan, Kec. Pekalongan Utara, Kab. Pekalongan UPK Pedesaan : a. b. c. d. e. f.
UPK Kec. Purwantoro, Kab. Wonogiri UPK Kec. Klambu, Kab. Grobogan UPK Kec. Losari, Kab. Brebes UPK Kec. Tasikmadu, Kab. Karanganyar UPK Kec. Grabag, Kab. Magelang UPK Kec. Slaman, Kab. Magelang
Data dan variable Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan berupa Neraca, Laba Rugi dan Laporan Kolektibilitas Unit Pengelola Keuangan (UPK) pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan dan Perkotaan periode 2009 dan 2010. Variable yang digunakan ada 3, yaitu : 1. Pinjaman berisiko / Portofolio at Risk (PAR) 2. Tingkat Perputaran Investasi / Return on Investment (ROI) 3. Rasio Pendapatan / Cost Coverage (CCr) Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan para pelaku Unit Pengelola Keuangan (UPK) dan observasi. Wawancara dilaksanakan dengan menurut daftar pertanyaan. Secara garis besar, wawancara dilakukan untuk mengetahui sejarah Unit Pengelola Keuangan, sumber daya manusia yang dimiliki pihak terkait, produk pinjaman, system akuntansi dan penanganan kredit bermasalah yang dijalankan. Observasi yang dilakukan untuk mendapatkan data berupa Laporan Keuangan berupa Neraca, Laba Rugi dan Laporan Kolektibilitas periode 2009 dan 2010. Studi pustaka juga dilakukan untuk memperkuat dan mendukung penelitian ini. Variabel Operasional 1. Pinjaman Berisiko / Portfolio at Risk (PAR) adalah indikator yang menunjukkan berapa persentase (%) pinjaman yang tertunggak Angka ini diperoleh dari hasil membandingkan antara jumlah pinjaman yang tertunggak > 3 bulan dengan total realisasi saldo pinjaman di Unit Pengelola Keuangan (UPK). Tujuan penggunaan variable ini adalah untuk melihat seberapa besar nilai pinjaman yang mengalami kendala pengembalian dari nilai pinjaman yang sudah digulirkan atau berapa presentase pinjaman yang mengalami penunggakan. Sehingga berguna untuk menentukan strategi penanganan kredit bermasalah.
2. Tingkat Perputaran Investasi / Return on Investment (ROI) adalah kemampuan UPK untuk menghasilkan laba dari modal yang digunakan untuk pinjaman bergulir. Angka ini diperoleh dari hasil membandingkan antara laba yang diperoleh Unit Pengelola Keuangan (UPK) dengan modal yang digunakan untuk pinjaman bergulir. Bagi lembaga keuangan mikro, keberlanjutan dari lembaga keuangan adalah penting. Dari tingkat perputaran investasi ini, dapat diketahui seberapa besar laba yang dapat dihasilkan dengan modal yang Unit Pengelola Keuangan dapatkan dari alokasi dana BLM untuk program pinjaman bergulir. 3. Rasio Pendapatan / Cost Coverage (CCr) adalah kemampuan UPK untuk menutup biaya dari pendapatan yang diperolehnya. Angka ini diperoleh dari hasil membandingkan antara seluruh pendapatan yang diperoleh UPK dengan seluruh biaya yang dikeluarkan UPK. Masih menyangkut dengan keberlanjutan lembaga keuangan mikro, rasio pendapatan ini juga dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan Unit Pengelola Keuangan (UPK) untuk menutup biaya yang terjadi dengan pendapatan yang dimiliki. Pendapatan utama dari Unit Pengelola Keuangan (UPK) adalah dari bunga pinjaman. Besar Indikator-indikator utama Kinerja Pinjaman Bergulir untuk kategori memuaskan, minimal dan ditunda adalah sebagai berikut : Tabel. Rumus Indikator Kinerja Keuangan Rumus Memua Minimal skan < 10 % < 20 % Pinj. tertunggak ≥ 3 bulan PAR Realisasi Saldo Pinjaman > 10 % >0% Laba Bersih ROI Modal Investasi > 125 % > 100 % Total Pendapatan UPK CCr Tota Biaya UPK Sumber : Pedoman Teknis Pembukuan UPK Indikator
Ditunda
> 20 %
<0%
< 100 %
Pembandingan ketiga rasio diatas adalah untuk mengetahui sustainability (keberlanjutan) diantara UPK Perkotaan dan UPK Pedesaan, adakah perbedaan yang signifikan dari kedua UPK tersebut. Alat Analisis yang digunakan 1.
Analisa Deskripsi
Analisa deskripsi digunakan untuk menggambarkan perbedaan nilai pinjaman berisiko (PAR), tingkat perputaran investasi (ROI) dan rasio pendapatan (CCr) pada Unit Pengelola Keuangan (UPK) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan dan Perkotaan dengan tabel dan grafik.
2.
Analisa Kuantitatif
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS untuk mengukuran apakah terjadi perbedaan signifikan nilai pinjaman berisiko (PAR), tingkat perputaran investasi (ROI), rasio pendapatan (CCr) dan secara bersama-sama antara Unit Pengelola Keuangan (UPK) pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan dan Perkotaan. Formulasi Hipotesis Karena alat analisis yang digunakan dalam mengolah data adalah test hipotesis dengan analisis perbandingan dua sample bebas (independent) pada statistik non-parametik menggunakan uji Mann-Whitney maka harus ada hipotesis yang merupakan langkah awal dalam pengujian hipotesis. Adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah : Metode Mann-Whitney H0-1 = Tidak ada perbedaan secara signifikan nilai pinjaman berisiko (PAR) antara UPK pada PNPM Mandiri Pedesaan dan UPK PNPM Mandiri Perkotaan Ha-1 = Ada perbedaan secara signifikan nilai pinjaman berisiko (PAR) antara UPK pada PNPM Mandiri Pedesaan dan UPK PNPM Mandiri Perkotaan H0-2 = Tidak ada perbedaan secara signifikan tingkat perputaran investasi (ROI) antara UPK pada PNPM Mandiri Pedesaan dan UPK PNPM Mandiri Perkotaan Ha-2 = Ada perbedaan secara signifikan tingkat perputaran investasi (ROI) antara UPK pada PNPM Mandiri Pedesaan dan UPK PNPM Mandiri Perkotaan H0-3 = Tidak ada perbedaan secara signifikan rasio pendapatan (CCr) antara UPK pada PNPM Mandiri Pedesaan dan UPK PNPM Mandiri Perkotaan Ha-3 = Ada perbedaan secara signifikan rasio pendapatan (CCr) antara UPK pada PNPM Mandiri Pedesaan dan UPK PNPM Mandiri Perkotaan H0-4 = Tidak ada perbedaan secara signifikan antara UPK pada PNPM Mandiri Pedesaan dan UPK PNPM Mandiri Perkotaan secara bersama-sama Ha-4 = Ada perbedaan secara signifikan antara UPK pada PNPM Mandiri Pedesaan dan UPK PNPM Mandiri Perkotaan secara bersama-sama Pengambilan keputusan Dasar pengambilan keputusan : Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak
PEMBAHASAN Pinjaman Berisiko (PAR) Pinjaman berisiko (PAR) merupakan rasio yang menunjukkan nilai pinjaman yang mengalami keterlambatan 90 hari atau lebih. Analisa berikut dilakukan dengan SPSS versi 16.0 untuk mengetahui apakah ada perbedaan signifikan nilai pinjaman berisiko (PAR) pada UPK perkotaan dan UPK pedesaan. NPar Tests [DataSet0]
Mann-Whitney Test Ranks
Klasifikasi
PAR
Mean Rank
N
Sum of Ranks
Perkotaan
12
15.33
184.00
Pedesaan
12
9.67
116.00
Total
24
Test Statisticsb
PAR
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
38.000 116.000 -2.038 .042 .052a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Klasifikasi
Dilihat dari hasil perhitungan statistik menggunakan metode Mean Whitney, nilai Asymp. Sig (2-tailed) menunjukkan 0,042 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (0,042 < 0,05) atau H0-1 ditolak atau ada perbedaan secara signifikan nilai pinjaman berisiko (PAR) antara UPK pada PNPM Mandiri Pedesaan dan UPK PNPM Mandiri Perkotaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya angka PAR atau tingginya nilai pinjaman beresiko adalah : 1. Pinjaman yang tidak sesuai dengan syarat pengajuan pinjaman. Syarat – syarat anggota kelompok mengajukan pinjaman antara lain anggota merupakan rumah tangga miskin seperti yang tertera dalam daftar rumah tangga miskin, 100% perempuan untuk PNPM Mandiri Pedesaan dan minimal 30% perempuan dalam satu kelompok untuk PNPM Mandiri Perkotaan dan mempunyai usaha produktif. Hal ini dikarenakan tujuan pemberian pinjaman ini adalah untuk modal kerja. Semua persyaratan
tersebut tertera pada formulir pengajuan pinjaman, baik pada PNPM Mandiri Pedesaan maupun PNPM Mandiri Perkotaan. Dari syarat-syarat tersebut, penggunaan pinjaman merupakan salah satu factor yang mempengaruhi tingginya nilai PAR. 2.
Sistem penanganan pinjaman bermasalah yang tidak efektif.
Cara penagihan yang kurang intensif menjadi salah satu alasan. Pada UPK pedesaan, sistem penagihan pinjaman bermasalah selain petugas UPK dan pihak yang terkait dengan program yang menangani juga bekerjasama dengan pihak pemerintahan seperti dengan kepala desa/kepala kelurahan bahkan terkadang kepala kecamatan ikut membantu. Beberapa UPK pedesaan menerapkan sanksi seperti surat peringatan atau surat penagihan yang dikeluarkan oleh UPK dan ditandatangani oleh kepala kecamatan. Sedangkan pada UPK perkotaan, penagihan pinjaman bermasalah hanya dilakukan oleh petugas UPK dengan cara pendekatan ke peminjam. 3.
Intensif yang diberikan
Pada UPK pedesaan, setiap petugas UPK diberi gaji bulanan yang mereka sepakati besarnya nilai gaji untuk setiap petugas bersama semua pihak pelaku program PNPM Mandiri. Sedangkan pada UPK perkotaan, petugas UPK bersifat relawan, namun tidak tertutup kemungkinan untuk member insentif kepada petugas UPK jika mereka mempunyai laba yang dirasa cukup. Hal ini juga tergantung dari kesepakatan bersama para pelaku program PNPM Mandiri perkotaan. Sehingga alasan insentif dan gaji itulah yang menyebabkan kinerja petugas UPK berbeda secara signifikan. Hal ini juga terlihat jelas dari besarnya perbedaan biaya honor petugas UPK pada masing-masing laporan laba rugi. Tingkat Perputaran Investasi (ROI) Tingkat perputaran investasi (ROI) digunakan untuk melihat seberapa besar laba bersih yang dihasilkan dari modal yang dimiliki. Perhitungan berikut menggunakan program statistic SPSS versi 16.0 untuk melihat apakah ada perbedaan siginifikan pada tingkat perputaran investasi UPK perkotaan dan UPK pedesaan. NPar Tests [DataSet0]
Mann-Whitney Test Ranks
Klasifikasi
ROI
Mean Rank
N
Sum of Ranks
Perkotaan
12
10.29
123.50
Pedesaan
12
14.71
176.50
Total
24
Test Statisticsb
ROI
45.500 123.500 -1.544 .123 .128a
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Klasifikasi
Dilihat dari hasil statistic menggunakan metode Mean Whitney, nilai Asymp. Sig (2tailed) menunjukkan 0,123 yang berarti lebih besar dari 0,05 (0,123 > 0,05) atau H0-2 diterima atau tidak ada perbedaan secara signifikan tingkat perputaran investasi (ROI) antara UPK pada PNPM Mandiri Pedesaan dan UPK PNPM Mandiri Perkotaan. Nilai laba bersih yang dihasilkan dari modal investasi yang dimiliki oleh UPK, jika dibandingkan antara UPK perkotaan dengan UPK pedesaan, tidak ada perbedaan signifikan. Jika dilihat pada nilai modal dan laba bersih yang dihasilkan pada kedua UPK tersebut, menunjukkan bahwa semakin besarnya modal yang dimiliki diiringi dengan meningkatnya laba bersih yang dihasilkan. Hal ini karena, modal yang mereka miliki, sebagian besar bahkan seluruhnya mereka salurkan kepada kelompok peminjam. Maka akan terjadi peningkatan pendapatan bunga dari pengembalian pinjaman, pendapatan dari provisi pinjaman dan alokasi pendapatan lain-lain dari penyaluran pinjaman. Rasio Pendapatan (CCr) Rasio pendapatan (CCr) adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar pendapatan menutup biaya yang terjadi. Perhitungan berikut menggunakan program statistic SPSS versi 16.0 dan untuk melihat apakah ada perbedaan signifikan rasio pendapatan pada UPK perkotaan dan UPK pedesaan. NPar Tests [DataSet0]
Mann-Whitney Test Ranks
Klasifikasi
CCr
Mean Rank
N
Sum of Ranks
Perkotaan
12
11.92
143.00
Pedesaan
12
13.08
157.00
Total
24
Test Statisticsb
CCr
65.000 143.000 -.404 .686 .713a
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Klasifikasi
Dilihat dari hasil statistic menggunakan metode Mean Whitney, nilai Asymp. Sig (2tailed) menunjukkan 0,686 yang berarti lebih besar dari 0,05 (0,686 > 0,05) atau H0-2 diterima atau tidak ada perbedaan secara signifikan rasio pendapatan (CCr) antara UPK pada PNPM Mandiri Pedesaan dan UPK PNPM Mandiri Perkotaan. Pada UPK perkotaan dan UPK pedesaan tidak ada perbedaan signifikan dalam mengatur pengeluaran atau biaya. Biaya rutin yang dikeluarkan setiap bulannya akan sama dan jika ada biaya yang bersifat insidentil, maka akan disesuaikan dengan pendapatan yang dimiliki. Sehingga setiap bulan diatur pengeluaran dengan adanya otorisasi biaya untuk menjaga kinerja UPK agar tetap menghasilkan laba. Secara Bersama-sama / Keseluruhan (PAR, ROI dan CCr) Perhitungan berikut bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan signifikan secara keseluruhan kinerja dilihat dari rasio nilai pinjaman berisiko (PAR), perputaran investasi (ROI) dan rasio pendapatan (CCr) pada UPK perkotaan dan UPK pedesaan. Program statistik SPSS versi 16.0 digunakan untuk membantu perhitungan. NPar Tests [DataSet0]
Mann-Whitney Test Ranks
Klasifikasi
Nilai
Mean Rank
N
Sum of Ranks
Perkotaan
36
37.04
1333.50
Pedesaan
36
35.96
1294.50
Total
72
Test Statisticsa
Nilai
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
628.500 1.294E3 -.220 .826
a. Grouping Variable: Klasifikasi
Dilihat dari hasil statistic menggunakan metode Mean Whitney, nilai Asymp. Sig (2tailed) menunjukkan 0,826 yang berarti lebih besar dari 0,05 (0,686 > 0,05) atau H0-2 diterima atau tidak ada perbedaan secara signifikan antara UPK pada PNPM Mandiri Pedesaan dan UPK PNPM Mandiri Perkotaan secara bersama-sama Secara keseluruhan, kinerja UPK perkotaan dan UPK pedesaan tidak ada perbedaan signifikan. Dilihat dari tingkat perputaran investasi dan rasio pendapatan, tidak ada perbedaan signifikan, dan perbedaan signifikan terjadi pada rasio pinjaman berisiko. Kesimpulan 1. Setelah pengolahan data menggunakan metode Mean Whitney, terlihat bahwa terdapat perbedaan signifikan pada nilai pinjaman berisiko antara UPK Perkotaan dan UPK Pedesaan. Ini dikarenakan terdapat perbedaan metode penagihan dan penanganan kredit bermasalah oleh petugas UPK. Alasan utama dari perbedaan ini adalah perbedaan status kepegawaian pada UPK Perkotaan dan UPK Pedesaan, hal ini mempengaruhi kinerja petugas UPK dalam penanganan kredit bermasalah. Pada UPK pedesaan, petugas UPK menerima gaji setiap bulan sedangkan pada UPK perkotaan, pertugas hanya bekerja paruh waktu dan bersifat relawan. 2. Tingkat perputaran investasi (ROI) pada UPK perkotaan dan UPK pedesaan, tidak memiliki perbedaan signifikan. Modal yang dimiliki berasal dari dana BLM pemerintah dan disalurkan kepada kelompok peminjam. Dan hal ini akan meningkatkan penerimaan pendapatan jasa pinjaman dan laba bersih. 3. Untuk rasio pendapatan pada UPK perkotaan dan UPK pedesaan juga tidak terlihat perbedaan signifikan. Hal ini dikarenakan pengaturan pengeluaran atau biaya yang ketat. Biaya yang dikeluarkan atas persetujuan ketua UPK dengan melihat pendapatan yang dimiliki. 4. Secara keseluruhan, tidak ada perbedaan signifikan kinerja pada UPK perkotaan dan UPK pedesaan. Hanya terlihat pebedaan signifikan pada penanganan pinjaman bermasalah.
DAFTAR PUSTAKA CGAP/The World Bank Group. 2003. Microfinance Consensus Guidelines. USA : CGAP Cull, Robert, Asli Demirgüç-Kunt and Jonathan Morduch. 2006. Financial Performance and Outreach: A Global Analysis of Leading Microbanks. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2009. Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan.Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum. Ejigu, Letenah.2009. Performance analysis of a sample microfinance institutions of Ethiopia.
http://pnpmjateng.blogspot.com
Tim Koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri PerdesaanPenjelasan X Pinjaman Bergulir. Jakarta : Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia Tor Jansson. 2003. Performance Indicators for Microfinance Institutions. Washington DC : Inter-American Development Bank. www.pnpm-mandiri.org
www.jstor.com