DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya
MODUL KHUSUS FASILITATOR Pelatihan Dasar 2
Membangun BKM/LKM
PNPM Mandiri Perkotaan
F13
Modul 1
Konsep BKM/LKM
1
Kegiatan 1:
Curah Pendapat Konsep BKM
2
Kegiatan 2:
Diskusi Kelompok Misi, Fungsi dan Tugas BKM/LKM
3
Modul 2
Membangun BKM/LKM
16
Kegiatan 1 :
Penjelasan dan Tanya Jawab Prinsip Pemilihan Anggota NKM/LKM
17
Kegiatan 2 :
Diskusi Kelompok Langkah – langkah Pembangunan BKM/LKM
17
Kegiatan 3 :
Simulasi Penyusunan AD, Penyusunan Tata Tertib dan Pemilihan Anggota BKM/LKM
19
Perangkat Organisasi BKM/LKM
27
Penjelasan dan Tanya Jawab Perangkat Organisasi BKM/LKM
28
Sosialisasi Siklus BKM/LKM
32
Kegiatan 1 :
Diskusi Kelompok Sosialisasi Kegiatan dan Hasil BKM/LKM
33
Kegiatan 2 :
Berlatih Menggunakan Media Sosialisasi BKM/LKM
34
Modul 3
Kegiatan 1 :
Modul 4
Modul 1 Topik: Konsep BKM/LKM
Peserta memahami dan menyadari: 1. Pengertian BKM/LKM 2. Fungsi BKM/LKM untuk membangun modal sosial 3. Tugas BKM/LKM 4. Kedudukan BKM/LKM di tengah masyarakat kelurahan
Kegiatan 1: Curah pendapat Konsep BKM/LKM Kegiatan 2: Diskusi kelompok tugas dan fungsi BKM/LKM
4 Jpl ( 180 ’)
Bahan Bacaan: 1. Organisasi Masyarakat Warga 2. BKM/LKM dan Modal Sosial 3. Pedoman Teknis Pembangunan BKM/LKM 4. Buku 5 Seri Siklus PNPM Mandiri Perkotaan – Panduan Pembangunan BKM/LKM
• Kerta Plano • Kuda-kuda untuk Flip-chart • LCD • Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
1
Curah Pendapat Konsep BKM/LKM 1) Beri salam dan jelaskan kepada peserta bahwa kita akan mulai membahas modul BKM/LKM, dengan tujuan: • Peserta memahami pengertian ‘BKM’/LKM • Peserta memahami dan meyakini fungsi BKM/LKM dalam membangun modal sosial • Peserta memahami tugas BKM/LKM • Peserta memahami kedudukan BKM/LKM di tengah masyarakat kelurahan 2) Mintalah peserta untuk membaca Pedoman Teknis Pembangunan BKM/LKM dan Buku 5 Seri Siklus PNPM Mandiri Perkotaan. :
3) Kemudian bahas bersama • • •
Apa yang dimaksud dengan BKM/LKM ? Mengapa BKM/LKMdiperlukan dalam penanggulangan kemiskinan? Apa hubungan BKM/LKM dengan Organisasi Masyarakat Warga ?
4) Tuliskan jawaban peserta dalam kertas plano, dan bahas secara mendalam. Apabila diperlukan gunakan Media Bantu Masyarakat Warga. BKM/LKM merupakan kepemimpinan kolektif dari organisasi masyarakat warga suatu kelurahan yang anggota – anggotanya dipilih berdasarkan kriteria kemanusiaan, sehingga berperan secara penuh sebagai pemimpin masyarakat warga. Kolektifitas kepemimpinan ini penting dalam rangka memperkuat kemampuan individu untuk dapat menghasilkan dan mengambil keputusan yang lebih adil dan bijaksana oleh sebab terjadinya proses saling asuh, saling asah dan saling asih antar anggota yang pada akhirnya akan menjamin terjadinya demokrasi, tanggung gugat, dan transparansi. Di samping itu pola kepemimpinan kolektif juga merupakan desinsentif bagi para pemimpin yang justru ingin mendapatkan kekuatan absolut di satu tangan yang pada gilirannya akan melahirkan tirani dan anarki yang mementingkan diri sendiri dan ketidakadilan. Masyarakat warga adalah terjemahan dari civil society, yaitu himpunan masyarakat yang diprakarsai dan dikelola secara mandiri, yang dapat memenuhi kebutuhan atau kepentingan bersama, memecahkan persoalan bersama dan atau menyatakan kepedulian bersama dengan tetap menghargai hak orang lain untuk berbuat yang sama dan tetap mempertahankan kemerdekaannya (otonomi) terhadap institusi negara, keluarga, agama dan pasar. Dengan demikian BKM/LKM merupakan alternatif pilihan bagi warga masyarakat, sebagai lembaga yang menjadi motor penggerak dalam penanggulangan kemiskinan seperti yang dibutuhkan oleh masyarakat.
2
Diskusi Kelompok Misi, Fungsi,Tugas BKM/LKM 1) Bahas bersama peserta , berdasarkan hasil diskusi dalam kegiatan 1 . :
Apakah misi BKM/LKM ? Apakah fungsi BKM/LKM ?
BKM/LKM sebagai kepemimpinan kolektif dari masyarakat warga, harus menggerakkan perubahan masyarakat, BKM harus membangun sikap dan perilaku masyarakat untuk menjadi masyarakat yang saling percaya di antara mereka, dan bisa dipercaya pihak luar karena kepercayaan merupakan salah satu unsur yang penting dalam membangun kebersamaan. Kepercayaan bisa tumbuh dan terbangun apabila dilandasi oleh kejujuran , keterbukaan, saling mengerti, saling menghargai, tidak mementingkan diri sendiri dan sebagainya. Masyarakat yang berhubungan atau membangun ikatan sosial seperti di atas, akan menjadi kuat dan mandiri khususnya dalam penanggulangan kemiskinan. Karena tingkat kemandirian yang paling tinggi apabila ada saling ketergantungan di antara berbagai pihak , dimana hubungan sosial antar berbagai pihak dilandasi oleh kesetaraan (keadilan). Kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai tujuan bersama di dalam berbagai komunitas disebut modal sosial. Modal sosial bisa dilembagakan (menjadi kebiasaan) dalam kelompok yang paling kecil ataupun kelompok masyarakat yang besar seperti negara. Oleh karena itu modal sosial yang • Menumbuhkan kerjasama • Menumbuhkan kerjasama • Menumbuhkan kerjasama • Menumbuhkan kerjasama pihak luar.
harus ditumbuhkan oleh BKM/LKM adalah : dan kepercayaan di antara anggota BKM/LKM dan kepercayaan antara BKM/LKM dengan masyarakat dan kepercayaan antar kelompok masyarakat dan kepercayaan antara BKM/LKM, masyarakat dan
2) Bagi peserta ke dalam 3 kelompok, beri tugas kelompok untuk mendiskusikan :
Kelompok 1 : apa yang harus dilakukan oleh BKM/LKM, agar tumbuh kerjasama dan kepercayaan antar anggota BKM/LKM
Kelompok 2 : apa yang harus dilakukan oleh BKM/LKM agar tumbuh kerjasama dan kepercayaan antara BKM dengan masyarakat.
Kelompok 3 : apa yang harus dilakukan oleh BKM/LKM agar tumbuh kerjasama dan kepercayaan antar kelompok masyarakat.
3
3) Lanjutkan hasil diskusi kelompok dalam pleno kelas, beri kesempatan kepada peserta untuk melakukan tanya jawab. 4) Berikan pencerahan dengan menggunakkan Media Bantu yang sudah disediakan.
4
Slide 1
Slide 2
Slide 3
Slide 4
Slide 5
Slide 6
5
Slide 7
Slide 8
Slide 9
Slide 10
Slide 11
Slide 12
6
Slide 13
Slide 14
Slide 15
7
Badan Keswadayaan Masyarakat dan Modal Sosial Marnia Nes Dalam proses pengorganisasian masyarakat untuk mengenali masalah (kebutuhan) dan melakukan upaya pemecahan masalah, intervensi yang dilakukan PNPM Mandiri Perkotaan adalah dengan menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya membangun organisasi masyarakat warga.Organisasi masyarakat yang dimaksud adalah organisasi dan lembaga yang dibangun (ataupun dimampukan) oleh masyarakat yang didorong oleh kebutuhan untuk menanggulangi persoalan bersama yaitu kemiskinan secara terorganisasi dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan di wilayah mereka misalnya BKM/LKM, Kelompok Kemitraan, UPK, KSM, Forum BKM /LKM dan lain-lain. Penggunaan istilah pembangunan dimaksudkan bahwa organisasi dan lembaga masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan tersebut terbentuk melalui serangkaian proses kegiatan dan kesepakatan yang dilandasi oleh kesadaran kritis masyarakat terhadap persoalan dan potensi mereka serta pemahaman akan makna organisasi masyarakat warga. Pada dasarnya pengorganisasian masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan menganut paham bahwa pengorganisasian masyarakat merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran kritis masyarakat akan kondisi yang dihadapi bersama termasuk persoalan, potensi dan peluangnya, sehingga kalau kemudian masyarakat membangun suatu wadah, maka hal tersebut terjadi akibat masyarakat yang berorganisasi sehingga muncul kebutuhan wadah organisasi.
Membangun BKM /LKM Persoalannya wadah organisasi yang bagaimana yang paling cocok dengan tujuan PNPM Mandiri Perkotaan? Organisasi dalam PNPM Mandiri Perkotaan adalah organisasi masyarakat warga yang dinamai secara generik sebagai BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) atau LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat). Organisasi masyarakat warga ini dibangun dan dibubarkan atas dasar kesepakatan warga penduduk kelurahan yang bersangkutan sehingga mampu mempertahankan kemerdekaan dan otonominya terhadap berbagai lembaga yang ada. Hal ini penting karena merupakan sifat dasar suatu organisasi masyarakat warga, oleh sebab itu benar-benar dimiliki oleh seluruh warga, dan bukan dimiliki sekelompok unsur/ perwakilan atau pihak-pihak diluar masyarakat. Pembangunan BKM/LKM haruslah didasarkan atas kebutuhan warga masyarakat. PNPM Mandiri Perkotaan mengajak masyarakat belajar menemukan kebutuhan akan organisasi masyarakat melalui refleksi – refleksi, yaitu :
8
Refleksi Kemiskinan, untuk menemukenali penyebab kemiskinan termasuk pola – pola pengambilan keputusan dalam masyarakat, dan keterlibatan warga miskin di dalamnya.
Refleksi Kelembagaan, untuk mengkaji lembaga – lembaga masyarakat yang ada apakah sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Masyarakat memahami substansi Organisasi Masyarakat Warga sebelum organisasi tersebut dibentuk, dimana keputusan masyarakat untuk kebutuhan pembangunan lembaga baru hanya bisa dilakukan apabila masyarakat memahami substansi dan organisasi masyarakat warga termasuk peran strategis, azas dan prinsip serta posisi, tugas dan fungsinya. Ini berarti bahwa sebelum keputusan pembangunan organisasi masyarakat warga, termasuk lembaga-lembaga yang dibutuhkan untuk mengelola organisasi tersebut ditetapkan, telah dilakukan kegiatan sosialisasi secara
intensif mengenai makna subtansif Organisasi Masyarakat Warga. Kebutuhan pembangunan organisasi dan lembaga masyarakat harus atas dasar penilaian warga masyarakat sendiri, tidak diatasnamakan atau diwakilkan kepada sekelompok orang atau sekelompok unsur/ perwakilan masyarakat tertentu. Fokus utama penggalian dan penjagaan kebutuhan masyarakat terutama pada aspirasi dari masyarakat miskin dan perempuan.
Refleksi kepemimpinan, sebagai penyadaran kritis terhadap kriteria pemimpin yang akan dipilih dan menjadi motor penggerak dalam BKM/LKM dan pembangunan masyarakat kelurahan.
Kerangka aturan main disusun bersama oleh warga masyarakat. Konsekuensinya pembahasan aturan main dan tata nilai organisasi masyarakat, misalnya AD/ ART, harus dibahas terlebih dahulu oleh warga masyarakat, karena menyangkut kepentingan dan kebutuhan seluruh warga sendiri. Aturan dasar organisasi masyarakat warga tidak dapat dibicarakan atau disepakati oleh hanya sekelompok orang atau malah perwakilan unsur dengan mengatasnamakan seluruh masyarakat
Melibatkan masyarakat seluas mungkin, khususnya masyarakat miskin dan termiskin, dalam keseluruhan proses pembangunan organisasi dan kelembagaan, sejak tahap penilaian lembaga yang ada, pembahasan aturan dasar, pemilihan anggota dan lain-lain.
Kriteria dan Pemilihan Pemimpin Kolektif BKM Dalam menentukan kriteria pemimpin, masyarakat diajak berdiskusi melalui FGD – FGD kepemimpinan dengan menggunakan beberapa tools yang sudah disiapkan berupa pertanyaan – pertanyaan kritis untuk menemukan bahwa pemimpin dipilih bukan atas golongan, jabatan, jenis kelamin dan lainnya akan tetapi berdasarkan kepada sifat – sifat baik. Dari diskusi yang berkembang biasanya masyarakat menemukan bahwa kriteria pemimpin yang diharapkan adalah yang jujur, adil, peduli dan ikhlas sedangkan kriteria yang menyangkut kemampuan intelektual biasanya tidak menjadi prioritas. Orang – orang yang mempunyai sifat – sifat baik, biasanya ditentukan atau bisa diidentifikasi dari ‘rekam jejak’ sikap perilakunya sehari – hari. Oleh karena itu dalam pemilihan anggota BKM/LKM sebagai pemimpin dari organisasi masyarakat warga dilakukan dari mulai komunitas terkecil seperti RT, karena hanya orang – orang yang mengenal dari dekat yang tahu sikap perilaku seseorang sehari – hari. Proses pemilihan anggota BKM/LKM juga tidak melalui pencalonan dan kampanye, karena biasanya orang – orang yang mempunyai kriteria seperti disebutkan di atas tidak suka menyombongkan diri dan dengan sengaja ingin dipilih. Selain itu kampanye dan pencalonan seringkali tidak memberikan kesempatan yang luas kepada semua warga untuk ‘muncul’ sebagai pemimpin. Orang yang dicalonkan oleh kelompok tertentu, pada saat terpilih harus menyuarakan aspirasi kelompok yang diwakilinya sehingga menyebabkan ketidakadilan dalam pengambilan keputusan. Anggota kepemimpinan kolektif BKM/.LKM bukanlah perwakilan golongan, akan tetapi merupakan perwakilan dari nilai – nilai (sifat – sifat baik). Dengan demikian mereka bertanggungjawab untuk mengambil keputusan berdasarkan sifat – sifat baik tadi,sehingga yang bisa me ‘re-call’ mereka adalah pengingkaran terhadap sifat – sifat baiknya. Untuk menjamin orang – orang baik yang muncul sebagai pemimpin kolektif, proses pemilihan dilakukan sebagai berikut :
Pemilihan di tingkat akar rumput , dilakukan di tingkat RT atau komunitas terkecil. Warga masyarakat yang mempunyai hak pilih (warga dewasa), diminta untuk menuliskan 3 – 5 nama yang menurut mereka sesuai dengan kriteria yang telah disepakati bersama pada saat refleksi kepemimpinan. Apabila sudah selesai maka dilakukan penghitungan suara di 9
depan seluruh pemilih dan ditentukan siapa yang akan masuk ke putaran pemilihan tingkat desa/kelurahan. Penentuan jumlah yang akan masuk ke pemilihan tingkat kelurahan/desa sudah ditentukan sebelumnya dalam proses penyusunan tata tertib pemilihan.
Pemilihan di tingkat kelurahan/desa. Semua orang yang sudah terpilih dalam komunitas terkecil menjadi calon di tingkat kelurahan/desa dan mempunyai hak pilih dan dipilih. Masing – masing calon diberi hak untuk menuliskan 3 – 5 nama yang dipilih dari daftar semua calon yang masuk ke tingkat kelurahan/desa.
Dengan pemimpin kolektif yang mempunyai kriteria sifat – sifat baik, diharapkan akan memunculkan keputusan yang adil dan didasarkan pada keikhlasan dan kejujuran, sehingga menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada lembaga dan pemimpin. Kepercayaan merupakan modal yang sangat berharga bagi BKM/LKM, dengan kepercayaan swadaya dan keterlibatan masyarakat bisa digalang dengan lebih mudah, di pihak lain juga akan menumbuhkan kepercayaan pihak luar untuk bermitra dan berjaringan dengan BKM/LKM dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Modal Sosial: Modal BKM/LKM dan Masyarakat Menanggulangi Kemiskinan
Apa Ikatan Sosial dan Modal Sosial itu? Sebuah komunitas terbangun karena adanya ikatan – ikatan sosial di antara anggotanya. Kita sering mendengar komunitas petani, komunitas tukang becak, perkumpulan nelayan, asosiasi insinyur dan sebagainya. Komunitas warga kelurahan merupakan ikatan sosial di antara semua warga kelurahan yang terdiri dari individu–individu dan atau kelompok – kelompok yang berinteraksi dalam sebuah hubungan sosial yang didasarkan kepada suatu tujuan bersama. Komunitas masyarakat kelurahan bisa digambarkan sebagai berikut :
10
Semua masyarakat kelurahan satu sama lain pasti saling berhubungan, hanya saja kualitas hubungan di antara masing – masing warga akan sangat berlainan. Kualitas ikatan sosial akan terbangun apabila di antara warga saling berinteraksi pada waktu yang relatif lama dan mendalam. Biasanya kualitas ikatan sosial tadi akan lebih baik apabila sesama warga tergabung untuk melakukan kegiatan – kegiatan bersama dalam berbagai kelompok atau organisasi atau kegiatan kegiatan yang sifatnya sesaat. Modal dasar dari adanya ikatan sosial yang kuat adalah adanya kerjasama di antara anggota kelompok atau organisasi dalam hal komunitas kelurahan ikatan sosial akan terbanguan apabila ada kerjasama di antara semua warga masyarakat. Kerjasama akan terbangun dengan baik apabila berlandaskan kepercayaan di antara para anggotanya.
Kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai tujuan bersama di dalam berbagai kelompok dan organisasi disebut MODAL SOSIAL. Kemampuan bekerjasama muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat atau di bagian – bagian paling kecil dalam masyarakat. Modal sosial bisa dilembagakan (menjadi kebiasaan) dalam kelompok yang paling kecil ataupun dalam kelompok masyarakat yang besar seperti negara.
Masyarakat yang mempunyai modal sosial yang kuat adalah masyarakat yang guyup (Jawa) dan dinamis. Di Indonesia modal sosial yang paling menonjol adalah gotong royong yang dalam masa sekarang terutama di daerah perkotaan sudah mulai luntur.
Untuk apa menumbuhkan modal sosial?
Kemampuan komunitas atau kelompok – kelompok untuk bekerjasama dan menumbuhkan kepercayaan baik di antara anggota – anggotanya maupun dengan pihak luar merupakan kekuatan yang besar untuk bekerjasama dan menumbuhkan kepercayaan pihak lain, karena itulah disebut ‘modal sosial’. Jika warga masyarakat saling bekerjasama dan saling percaya yang didasarkan kepada nilai – nilai universal yang ada , maka tidak akan ada sikap saling curiga, saling jegal, saling menindas dan sebagainya sehingga ketimpangan – ketimpangan antara kelompok yang miskin dengan yang kaya akan bisa diminimalkan. Di pihak lain komunitas kelurahan yang kuat dan mempunyai modal yang layak dipercaya akan memudahkan jaringan kerjasama dengan pihak luar.
Bagaimana Membangun Kepercayaan? Kepercayaan tidak akan tercapai dengan sendirinya, memerlukan proses untuk membangun kepercayaan secara terus menerus. Untuk menumbuhkan kepercayaan setiap kelompok (komunitas) paling tidak membutuhkan 4 hal yang mendasar, yaitu :
Penerimaan
Sejak awal hubungan, setiap orang membutuhkan jaminan bahwa mereka diterima sepenuhnya, termasuk rasa aman untuk mengemukakan pendapat dan berkontribusi dalam kegiatan kelompoknya. Membutuhkan suasana saling menghargai untuk tumbuhnya penerimaan dalam kelompok, sehingga kelompok tersebut akan tumbuh menjadi komunitas yang kuat. Dalam perkembangan ikatan sosial sebuah komunitas, saling mengenal dengan baik merupakan awal dari tumbuhnya komunitas tersebut, kepercayaan tidak akan tumbuh terhadap orang baru dengan begitu saja, perlu pembuktian dalam sikap dan perilaku masing–masing dalam waktu yang relatif lama.
11
Sikap dan perilaku yang berdasarkan kepada nilai–nilai universal yang diyakini sebagai nilai yang berlaku di seluruh tempat di dunia seperti jujur, adil, kesetiaan, saling melindungi di antara sesama semua warga komunitas. Apabila salah satu warga melakukan kecurangan, maka kepercayaan terhadap orang tersebut otomatis akan luntur.
Berbagi Informasi dan Kepedulian
Setiap orang yang berhubungan dalam satu komunitas, agar bisa memecahkan masalah bersama, membutuhkan informasi mengenai : • Kehidupan, pengalaman, gagasan, nilai masing–masing. • Masalah–masalah yang dianggap penting dalam kehidupan mereka. Untuk menumbuhkan kepercayaan,pertukaran informasi yang diberikan di antara warga haruslah informasi yang jujur dan terbuka. Informasi yang diberikan tidak akan berarti apabila dalam hubungan–hubungan tadi tidak didasari kepedulian. Setiap warga yang berhubungan dalam masyarakat akan menggunakan dan terlibat untuk memecahkan masalah di lingkungannya apabila ada kepedulian di antara mereka. Apabila warga masyarakat mempunyai kemampuan dan kemauan saling berbagi, saling peduli , maka kepentingan–kepentingan individu akan mengalah kepada kepentingan–kepentingan komunitas kelompok.
Menentukan Tujuan
Kebutuhan yang ketiga adalah untuk menentukan tujuan bersama. Setiap anggota (warga) tidak akan tertarik dan memberikan komitmen yang dibutuhkan apabila tidak terlibat dalam perumusan tujuan. Proses pengambilan keputusan akan menentukan komitmen warga dalam pelaksanaan pemecahan masalah bersama.
Pengorganisasian dan Tindakan
Pada tahap awal dalam menentukan tujuan yang hendak dicapai oleh seluruh anggota (warga masyarakat), memastikan ada yang akan bertanggung jawab untuk menggerakan semua kegiatan untuk mencapai tujuan, untuk itu diperlukan seorang atau sekelompok pemimpin. Dalam organisasi, kelompok, atau komunitas warga masyarakat peranan sikap dan perilaku pemimpin sangat dominan untuk menumbuhkan kepercayaan anggotanya. Perilaku pemimpin yang jujur, adil, peduli dan melindungi anggotanya (warga), akan menumbuhkan kepercayaan dari semua unsur komunitasnya. Setelah tujuan ditetapkan, harus ada perencanaan untuk melaksanakan keputusan–keputusan yang sudah dibuat. Adalah penting untuk mengetahui kebutuhan– kebutuhan apa yang dirasakan oleh anggotanya untuk memecahkan masalah.Untuk itulah perlunya keterlibatan (partisipasi) warga masyarakat dalam proses menemukenali masalah (kebutuhan) mereka yang akan menjadi dasar perencanaan.Kebutuhan yang ditentukan oleh pemimpin tanpa melibatkan warga masyarakat, sering tidak menjawab masalah yang sebenarnya ada sehingga dapat menghilangkan kepercayaan warga kepada niat baik pemimpinnya. Untuk memastikan bahwa rencana yang sudah dibuat efektif dalam pelaksanaannya, dan semua orang melaksanakan yang menjadi tanggung jawabnya maka harus dilakukan pemantauan dan evaluasi secara terbuka dengan semua warga.
12
Bagaimana BKM/LKM membangun modal sosial? BKM/LKM, sebagai dewan pimpinan kolektif , yang bertanggung jawab untuk menggerakan potensi warga masyarakat kelurahan untuk menanggulangi kemiskinan, mempunyai tugas untuk membangun modal sosial di wilayahnya. Modal sosial yang dibangun akan menjadi modal (potensi) yang sangat besar bagi seluruh warga kelurahan untuk berjaringan di antara sesama warga, maupun dengan pihak luar.
Modal sosial yang harus dibangun oleh BKM/LKM:
Menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan di antara anggota BKM/LKM Menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan antara BKM/LKM dengan warga masyarakat Menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan antar kelompok masyarakat Menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan antara BKM/LKM, warga masyarakat dan pihak luar.
Menumbuhkan Kerjasama dan Kepercayaan antar Anggota BKM/LKM
Keterbukaan dan kejujuran di antara anggota BKM/LKM, merupakan unsur yang paling penting untuk bekerjasama. Oleh karena itu BKM/LKM harus menerapkan pola – pola hubungan yang jujur dan terbuka, dengan cara: Merumukan semua keputusan dan tindakan bersama, tidak ada anggota yang memutuskan sendiri berdasarkan kepentingannya. Menjalin dialog terbuka dengan diskusi – dikusi secara berkala, saling memberikan informasi dan bertukar pengalaman. (transparansi informasi) Mencatat semua kegiatan yang dilakukan dan informasi yang diterima, agar semua anggota bisa mengakses informasi tersebut. (transparansi informasi) Memberikan kesempatan yang sama kepada semua anggota untuk berpendapat dan mengemukakan perasaan – perasaannya dalam suasana saling menghargai.
13
Menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan antara BKM/LKM dengan masyarakat Sebagai pemimpin kolektif dari masyarakat warga, BKM/LKM harus mendapat kepercayaan warganya. Untuk kepentingan tersebut, BKM/LKM harus mengembangkan pola – pola hubungan yang timbal balik antara BKM /LKM dengan masyarakat. Beberapa cara menumbuhkan kepercayaan masyarakat yang bisa dilakukan oleh BKM/LKM adalah: Menjalankan tugas yang diamanahkan oleh masyarakat dengan pengelolaan yang jujur dan adil. Adil bukan berarti bagi rata, akan tetapi menentukan prioritas berdasarkan kebutuhan yang nyata, bukan untuk kepentingan pribadi. Contohnya dalam menentukan penerima manfaat langsung, harus berdasarkan data KK/Jiwa miskin berdasarkan hasil PS, bukan atas dasar kekeluargaan atau kedekatan. Tidak mencari keuntungan pribadi, akan tetapi menjalankan tugas dan tanggung jawab semata – mata untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat. Mampu melindungi masyarakatnya (terutama warga miskin), tidak memihak kepada kelompok tertentu akan tetapi memberikan kesempatan kepada semua warga untuk terlibat dalam keseluruhan kegiatan. Memberikan kesempatan seluas – luasnya kepada warga mayarakat untuk berpartisipasi dalam proses dari menemukenali masalah (refleksi kemiskinan dan pemetaan swadaya,merencanakan (menyusun PJM) dan monitoring evaluasi kegiatan, walaupun keputusan terakhir BKM/LKM yang menentukan sebagai pengambil kebijakan. Memberikan informasi mengenai kegiatan BKM/LKM, keuangan dan informasi lain yang dibutuhkan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi tanggung jawab BKM/LKM (transparansi). Transparansi informasi tersebut bisa melalui informasi terbuka di kantor BKM/LKM, papan pengumuman yang ditempatkan di tempat strategis, rapat tahunan atau rapat lain apabila diperlukan, melalui media warga dan sebagainya. Mempertanggung jawabkan pengelolaan keuangan dengan audit independen dan lainnya ,kegiatan – kegiatan yang dilakukan dalam rapat pertanggungjawaban dan kebijakan yang dikeluarkan (akuntabilitas).
Menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan antar warga masyarakat
Dalam mencapai tujuan penanggulangan kemiskinan, masyarakat tidak bisa bergerak sendiri – sendiri, akan tetapi perlu kerjasama di antara mereka. Untuk dapat bekerjasama diperlukan hubungan sosial yang kuat dan guyup (Jawa). Oleh karena itu BKM/LKM perlu menggerakan modal sosial di masyarakat dengan menciptakan hubungan – hubungan tadi dengan berbagai cara di antaranya : Menumbuhkan kepedulian warga dengan menggerakan kesadaran kritis masyarakat terhadap permasalahan bersama terutama yang menyangkut kemiskinan dengan cara melakukan refleksi kritis dengan berbagai pihak, misal melalui Komunitas Belajar Kelurahan; melibatkan seluruh unsur masyarakat di dalam setiap tahapan program dari mulai identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan sampai monitoring evaluasi. Menggalang kegiatan yang bisa menumbuhkan kebersamaan melalui kelompok – kelompok seperti KSM, sehingga KSM dibentuk bukan hanya sekedar untuk kepentingan pencairan dana BLM akan tetapi menjadi sarana kegiatan bersama. Saling menghargai, saling percaya di antara anggota kelompok akan tumbuh apabila kelompok tersebut dibangun dalam suasana keterbukaan, kejujuran, keikhlasan dan saling peduli di antara anggotanya. Dalam kelompok yang seperti ini yang menjadi hal utama adalah tujuan kelompok bukan tujuan pribadi. Kejujuran dalam pengelolaan KSM juga akan menjadi modal untuk dapat dipercaya oleh kelompok masyarakat yang lain baik warga kelurahan setempat atau pihak lain, sehingga kemungkinan untuk bermitra dengan berbagai pihak menjadi sangat terbuka. Misal: pengembalian dana
14
bergulir dari KSM, akan menumbuhkan kepercayaan dari warga lain, juga BKM/LKM terhadap KSM tersebut.
Menumbuhkan kerjasama antara BKM/LKM dengan pihak luar
Apabila kerjasama dan kepercayaan dalam ketiga hal di atas dapat terwujud, hal tersebut merupakan modal bagi BKM /LKMuntuk dapat dipercaya oleh pihak luar. Apabila kepercayaan pihak luar sudah tumbuh, merupakan keniscayaan bagi para pihak baik itu lembaga swasta, pemerintah maupun individu–individu untuk mau bermitra denngan BKM/LKM. BKM/LKM yang menjunjung tinggi kejujuran, keterbukaan, keadilan, tidak mementingkan kepentingan pribadi dan bekerja untuk kepentingan penanggulangan kemiskinan merupakan modal sosial yang sangat besar untuk dapat memperoleh kepercayaan dari berbagai pihak baik masyarakat kelurahan maupun pihak luar. Dengan demikian modal sosial ini akan menjadi modal yang sangat penting untuk mengembangkan jaringan dengan berbagai pihak, sehingga masyarakat dapat semakin maju dan sejahtera.
15
Manado, 31 Agustus 2007
Pendidikan Usia Dini bagi Warga Miskin
Pendidikan anak usia dini sudah selayaknya mendapatkan prioritas. Berbagai hasil studi menunjukkan, jika pada masa usia dini seorang anak mendapat stimulasi maksimal, maka potensi anak akan tumbuh dan berkembang secara optimal. Pemerintah pun menaruh perhatian besar terhadap hal tersebut. Terbukti, dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, diatur masalah pendidikan anak. UU ini menegaskan, setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya, serta kecerdasan. Namun, kenyataannya, tidak semua anak bisa mendapatkan pendidikan usia dini. Terutama bagi masyarakat miskin. Jangankan pendidikan usia dini, untuk menyekolahkan anak ke bangku sekolah dasar saja, banyak yang tidak mampu. Sadar akan masalah tersebut, BKM Sehati mencoba memberikan solusi dengan mendirikan playgroup gratis.
Playgroup yang mengkhususkan pada pendidikan usia dini ini diperuntukan bagi anak warga miskin. Setidaknya, ada 365 warga miskin yang menjadi target sasaran. Sebanyak 20 anak warga miskin berusia 4 - 6 tahun, mengikuti playgroup tahap pertama yang diselenggarakan dari bulan Februari hingga Juni 2007.
“Tahap awal ini, memang kita terlambat mengadakan playgroup, padahal akhir tahun ajaran jatuh pada bulan Juni. Karenanya, waktu pendidikan hanya beberapa bulan saja. Tahap kedua dan selanjutnya, proses pendidikan diselenggarakan selama satu tahun, sesuai dengan tahun ajaran pendidikan,” papar Koordinator BKM Sehati, sekaligus pengelola playgroup, Dolfie Pandara. Dalam menyelenggarakan playgroup ini, BKM Sehati bekerjasama dengan SDN 86 Kelurahan Tumumpa Dua, Kota Manado. Pihak sekolah menyediakan salah satu ruang kelasnya secara cuma-cuma, untuk digunakan kegiatan playgroup. Sebagai tenaga pengajar, BKM Sehati “menggandeng” Ibu Ribka Rahel Kobis, seorang pegawai negeri yang sehariharinya mengajar di TK GMIM Torsina. “Setiap bulan kita memberi Ibu Ribka insentif sebesar Rp 400.000, yang diambil dari hasil dana bergulir,” jelas Dolfie. Waktu kegiatan playgroup dimulai pukul 15.00 hingga 17.00 WITA, sebab di pagi hari ruangan digunakan oleh murid SDN 86 untuk belajar. “Kepala Sekolah SDN 86, Ibu Patinama, hanya menyediakan ruang kelas. Sedangkan, bangku dan meja plastik untuk siswa kita yang menyediakan,” ujar Dolfie. BKM Sehati juga menyediakan seluruh keperluan proses belajar mengajar. Misalnya, paket buku pelajaran, alat-alat tulis, lemari buku, beragam mainan anak dan ayunan. Bagi siswa playgroup diberikan peralatan tulis menulis secara gratis. Dana pengadaan sarana belajar ini, menurut Dolfie, diambil dari uang Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) sebesar Rp 12,1 juta. Saat ini, BKM Sehati tengah mempersiapkan pelaksanaan playgroup angkatan kedua. Rencananya, proses pendidikan akan dilaksanakan bulan September 2007 dengan jumlah peserta didik sebanyak 20 anak. Berbeda dengan angkatan pertama, proses belajar playgroup dilaksanakan selama satu tahun. Usia anak juga
16
diturunkan menjadi minimal 3 tahun. “Proses pendaftarannya melalui ketua RT/RW setempat. Nanti setelah datanya diserahkan ke BKM, kita akan cek lagi apakah mereka benar berasal dari warga miskin,” kata Dolfie. Tak hanya mengadakan playgroup gratis, BKM Sehati juga menyedikan taman baca di lokasi playgroup. Taman baca dibuat dengan tujuan menumbuhkan minat baca masyarakat. Selain itu, taman baca bisa dimanfaatkan para orang tua yang sedang menunggu anaknya belajar di playgroup. Setidaknya lebih dari 30 judul buku dan majalah tersedia di taman bacaan. Namun, bahan bacaan tersebut hanya boleh dibaca di tempat dan tidak boleh dibawa pulang. Tujuannya, agar tidak hilang dan cepat rusak. “Kebanyakan buku dan majalah yang ada, berkaitan dengan kewanitaan. Karena, memang taman bacaan ini dikhususkan bagi ibu-ibu dari warga miskin yang menunggu anaknya belajar di playgroup,” kata Dolfie. Adapun BKM Sehati dibentuk sejak 19 Juni 2005, dan disahkan oleh notaris pada 7 Juli 2005. Saat ini anggota BKM Sehati berjumlah 13 orang, dengan komposisi dua perempuan dan 11 laki-laki. Total dana BLM yang telah diterima dalam tiga tahap adalah sebesar Rp 450 juta. Ke depannya, BKM Sehati berencana akan lebih mengembangkan pusat kegiatan belajar masyarakat melalui kegiatan kelompok bermain, kelas belajar, taman bacaan masyarakat, kursus komputer, melukis dan warnet. Semoga rencana tersebut segera terealisir. (Tim Sosialisasi KMP-2 P2KP/KMW V PNPM P2KP-2 Manado; Nina)
17
Semarang, 26 September 2007 Balai Pengobatan Tlogosari
Sebagai balai pengobatan yang terfokus kepada pelayanan untuk masyarakat miskin, Balai Pengobatan Tlogo Sehat, Jalan Tlogosari Raya 18, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang memang lebih dari sekadar balai pengobatan biasa. Apalagi, letak balai pengobatan ini strategis dan bisa diakses semua kalangan masyarakat. Berdirinya Balai Pengobatan Tlogo Sehat merupakan hasil Pemetaan Swadaya (PS) masyarakat. PS yang dilakukan mengidentifikasi adanya kebutuhan dari masyarakat terhadap pelayanan kesehatan murah, terjangkau, dan mudah diakses seluruh masyarakat. Hasil PS tersebut kemudian ditampung oleh BKM Tlogosari dan dimasukkan dalam Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis). Bak gayung bersambut, PJM Pronangkis tersebut mendapat dukungan dari Kelurahan Tlogosari Kulon. Pihak kelurahan pun kemudian mengumpulkan segenap potensi yang ada di Kelurahan Tlogosari Kulon, mulai dari tingkat RT, RW, PKK serta berbagi elemen masyarakat lainnya. Dicari pula dukungan dari sejumlah tenaga dokter di Kelurahan Tlogosari Kulon, yang mau mendedikasikan sebagian waktunya untuk warga miskin. Lokasi Balai Pengobatan sendiri disediakan lahan di sekitar Balai Kelurahan. Akhirnya, pada 24 April 2006, Balai Pengobatan Tlogo Sehat resmi berdiri, dengan dana awal sebesar Rp 25 juta yang digunakan untuk membangun gedung balai pengobatan, pengadaaan peralatan, dan obat-obatan. Balai pengobatan ini buka pada hari Senin-Sabtu, pukul 12.00 – 20.00 WIB, diperkuat dengan lima dokter yang selalu siap membantu masyarakat, yakni Dr. Bambang Darmawan, Dr. Purnomo, Dr. Fuad, Dr. Ema Sumamo, dan Dr. Atik Sulistiyati. “Dr. Bambang Darmawan, Dr. Purnomo dan Dr. Fuad adalah relawan. Jadi mereka sama sekali tidak dibayar. Sedangkan Dr. Ema dan Dr. Atik diberi uang transport Rp 700.000,” tutur seorang anggota BKM Tlogosari bernama Istiqomah. Saat ini, dana operasional Balai Pengobatan Tlogosari dianggarkan dari sebagian keuntungan pengelolaan KSM melalui UPK BKM. Guna mendukung pengadaan obat-obatan, BKM melakukan kerjasama dengan Perusahaan Farmasi PT. Berlico Mulia Farma, Kalasan, Yogyakarta. “Selama ini Perusahaan Farmasi PT. Berlico Mulia menyuplai kebutuhan obat bagi Balai Pengobatan Tlogo Sehat. Obat yang tidak tersedia di perusahaan farmasi tersebut kita beli sendiri. Hal ini dilakukan BKM untuk lebih meringankan beban keuangan,” papar Koordinator BKM Tlogosari, Ahmad Suseno. Ahmad menjelaskan, warga miskin yang berobat di Balai Pengobatan Tlogosari tidak dipungut uang sepeser pun. Sedangkan bagi anggota KSM dan keluarganya, hanya dikenakan biaya Rp 5.000 untuk biaya obat dan periksa. Sementara itu, bagi masyarakat umum dikenakan biaya normal. “Dana yang masuk kita putar lagi untuk pengadaan obat-obatan,” katanya.
18
Adapun BKM Tlogosari dibentuk tanggal 22 Juni 2003. Saat ini BKM Tlogosari beranggotakan 16 orang dengan komposisi satu perempuan dan 15 laki-laki. Di Kelurahan Tlogosari Kulon terdapat 236 RT dan 28 RW dengan jumlah warga sebanyak 34.326 jiwa. Dari jumlah tersebut, warga yang sudah menerima Askes Gakin hanya 549 jiwa. Sedangkan 3.372 warga miskin lainnya belum tersentuh Askes Gakin. p “Ini pilot project pemberdayaan partisipasi masyarakat di bidang kesehatan. Balai Pengobatan yang ada di Tlogosari Kulon ini cukup membanggakan. Tidak banyak BKM di Indonesia yang memiliki Balai pengobatan,” ujar Wakil Walikota Semarang Mahfudz Ali. Ia berharap partisipasi warga Kelurahan Tlogosari Kulon dapat ditiru di kelurahan-kelurahan lainnya. Bahkan, jika diperlukan Pemkot Semarang siap memberikan bantuan. Siapa lagi yang tertarik? (Suharto, TA Sosialisasi KMW Jateng/Tim Sosialisasi KMP P2KP-2; Nina)
19
Modul 2 Topik: Membangun BKM/LKM
Peserta memahami dan menyadari: 1. Prinsip – prinsip pemilihan anggota BKM/LKM 2. Langkah – langkah pembangunan BKM/LKM 3. Mekanisme pemilihan anggota BKM/LKM Peserta mampu memfasilitasi proses pemilihan anggota BKM/LKM
Kegiatan 1: Penjelasan dan tanya jawab prinsip pemilihan anggota Kegiatan 2: Diskusi kelompok langkah – langkah pembangunan BKM/LKM Kegiatan 3: Simulasi penyusunan AD dan tata tertib pemilihan anggota
9 Jpl ( 450 ’)
Bahan Bacaan: 1. Buku Panduan Teknis Pelaksanaan BKM/LKM 2. Buku 5 Seri Siklus PNPM Mandiri Perkotaan – Panduan Pembangunan BKM/LKM
• Kerta Plano • Kuda-kuda untuk Flip-chart • LCD • Metaplan • Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
20
Penjelasan dan Tanya Jawab Prinsip Pemilihan Anggota BKM/LKM 1. Beri salam dan jelaskan kepada peserta bahwa kita akan membahas modul Membangun BKM/LKM dengan tujuan • Peserta memahami dan meyakini prinsip – prinsip pemilihan anggota BKM/LKM • Peserta memahami langkah – langkah pembangunan BKM/LKM • Peserta memahami mekanisme pemilihan anggota BKM/LKM • Peserta mampu memfasilitasi proses pemilihan anggota BKM /LKM Jelaskan bahwa kita mulai dengan Kegiatan 1 yaitu memahami prinsip – prinsip anggota BKM/LKM . 2. Tanyakan kepada peserta apa kriteria yang harus dipunyai oleh anggota BKM/LKM, tuliskan jawaban peserta dalam kertas plano. Dalam melakukan curah pendapat segarkan kembali ingatan peserta pada bahasan modul sebelumnya . 3. Beri penjelasan kepada peserta mengenai kriteria dan prinsip pemilihan anggota dengan menggunakan Media Bantu 1 yang sudah disediakan. 4. Kemudian lanjutkan dengan membahas mengenai : • Mengapa anggota BKM/LKM harus dipilih bukan ditunjuk? • Mengapa tidak boleh perwakilan ? • Mengapa tidak boleh pencalonan dan kampanye ? • Mengapa harus relawan ?
Diskusi Kelompok Langkah – Langkah Pembangunan BKM/LKM 1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memulai dengan kegiatan 2 dalam Modul 2 yaitu mambahas langkah – langkah pembangunan BKM/LKM. 2) Ingatkan kembali peserta pada Buku Pedoman Pelaksanaan BKM/LKM dan Buku 5 Seri Siklus PNPM Mandiri Perkotaan yaitu Mengenal dan Membangun BKM/LKM. Mintalah mintalah mereka berdiskusi dalam kelompok ( 5 – 7 orang) dengan tema diskusi :
21
Kelompok 1 : • • •
Bagaimana tahapan pembangunan BKM/LKM ? Apa keluaran yang diharapkan dari setiap tahapan? Siapa penyelenggara untuk setiap tahapan ?
Kelompok 2 : • Panitia (pokja apa saja) yang harus ada? • Siapa saja yang menjadi panitia? • Apa yang menjadi tugas – tugas panitia ? Kelompok 3 • Siapa yang menyusun tata tertib pemilihan anggota? • Siapa yang menyusun AD? • Hal – hal apa saja yang harus termuat dalam AD? • Bagaimana mekanisme penyusunan AD? Kelompok 4 • Bagaimana tatacara pemilihan anggota BKM/LKM tingkat komunitas basis ? • Bagaimana tatacara pemilihan anggota BKM/LKM tingkat kelurahan ? 3) Setelah selesai mintalah kepada tiap kelompok menyajikan hasil masing-masing dan dorong untuk terjadi diskusi kelas. Gunakan MB 2- Langkah – langkah Pembangunan BKM/LKM dan Media Bantu 4 mengenai mekanisme pemilihan anggota BKM/LKM yang sudah disediakan, apabila diperlukan.
Dalam diskusi kelas, perhatikan hal – hal yang penting seperti : harus memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan dan laki – laki untuk menjadi panitia; penting untuk mendiskusikan konsep dan filosophi pembentukan dan pemilihan anggota BKM/LKM baik kepada anggota pokja maupun kepada masyarakat pada rembug warga sosialisasi, pada saat sosialisasi dengan menggunakan media sebar maupun media lainnya. Pada saat pemilihan anggota BKM/LKM harus dilakukan refleksi kepemimpinan, karena biasanya tidak semua pemilih yang hadir ikut dalam refleksi kepemimpinan yang sudah dilaksanakan dalam pemetaan swadaya sebelumnya.
4) Untuk memperjelas gambaran peserta terhadap mekanisme pamilihan anggota, tayangkan “kasus pemilihan anggota BKM/LKM di level RT di Daerah Bandung”, dalam Media Bantu Bahas bersama 5) Simpulkan bersama dan beri pengkayaan
22
Simulasi Penyusunan AD, Penyusunan Tata Tertib dan Pemilihan Anggota BKM/LKM 1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita memasuki kegiatan 3 dan akan mencoba mensimulasikan penyusunan AD, penyusunan Tata Tertib dan Pemilihan Anggota BKM/LKM. 2) Bagilah peserta ke dalam 5 kelompok, kemudian mintalah masing – masing kelompok untuk mempersiapkan simulasi :
Kelompok 1 : •
Simulasi rapat penyusunan tata tertib pemilihan anggota BKM /LKM
Kelompok 2 •
Simulasi rapat penyusunan AD BKM/LKM
Kelompok 3 •
Simulasi rembug warga sosialisasi draft tata tertib pemilihan dan draft AD
Kelompok 4 •
Simulasi pemilihan anggota BKM/LKM tingkat komunitas basis
Kelompok 5 •
Simulasi pengesahan AD tingkat kelurahan/desa dan pemilihan anggota BKM/LKM tingkat kelurahan/desa
3) Lakukan simulasi berdasarkan tahapan – tahapan pemilihan anggota BKM/LKM yang sudah dibahas di atas 4) Bahas bersama apa yang terjadi dalam simulasi, apa yang kurang dan apa yang seharusnya terjadi.
.
23
Slide 1
Slide 2
Slide 3
Slide 4
24
Slide 5
Slide 6
Slide 7
Slide 8
Slide 9
25
Slide 1
Slide 2
Slide 3
Slide 4
26
Slide 5
Slide 6
Slide 7
Slide 8
Slide 9
Slide 10
Slide 11
27
Slide 1
Slide 2
Slide 3
Slide 4
28
Slide 5
Slide 6
Slide 7
29
Modul 3 Topik: Perangkat Organisasi BKM/LKM
Peserta memahami dan menyadari: 1. Perangkat organisasi BKM/LKM 2. Hubungan BKM/LKM dengan UP – UP 3. Tugas dan fungsi UP - UP
Penjelasan dan tanya jawab perangkat organisasi BKM/LKM
2 Jpl ( 90’)
Bahan Bacaan: 1. Buku Pedoman Umum PNPM Mandiri Perkotaan 2. Buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan BKM/LKM
• Kerta Plano • Kuda-kuda untuk Flip-chart • LCD • Metaplan • Papan Tulis dengan perlengkapannya • Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
30
Penjelasan dan Tanya Jawab Perangkat Organisasi BKM/LKM 1) Beri salam dan jelaskan kepada peserta bahwa kita akan mulai membahas modul Perangkat Organisasi BKM/LKM, dengan tujuan: • Peserta memahami perangkat organisasi BKM/LKM • Peserta memahami hubungan antara BKM/LKM dengan UP UP • Peserta memahami tugas dan fungsi UP UP 2) Beri peserta penjelasan mengenai perangkat organisasi BKM/LKM dengan menggunakan Media Bantu yang telah disediakan. Kemudian lakukan tanya jawab mengenai : • Tugas UPK – UPL dan UPS ? • Bagaimana mekanisme hubungan antara BKM/LKM dengan UP – UP ? • Bagaimana mekaniske pengambilan keputusan BKM/LKM? • Sumber dana dan pengelolaan keuangan? 3) Lebih lanjut bahas bersama peserta bagaimana hubungan BKM/LKM dengan lembaga – lembaga yang ada di Desa/kelurahan ? Bolehkah BKM/LKM digantikan oleh lembaga lain? 4) Berikan penegasan
.
31
Slide 1
Slide 2
Slide 3
Slide 4
32
Slide 5
Slide 6
Slide 7
Slide 8
Slide 9
Slide 10
33
Slide 11
Slide 12
Slide 13
Slide 14
Slide 15
Slide 16
34
Modul 4 Topik: Sosialisasi Siklus BKM/LKM
1. Peserta memahami dan menyadari Pentingnya mensosialisasikan kegiatan dan hasil BKM/LKM 2. Peserta mampu membuat perencanaan sosialisasi BKM/LKM
Kegiatan 1: Diskusi Kelompok sosialisasi kegiatan dan hasil BKM/LKM Kegiatan 2: Berlatih menggunakan media sosialisasi BKM/LKM
3 Jpl ( 135 ’)
Bahan Bacaan: 1. Buku Pedoman Pelaksanaan BKM/LKM
• Kerta Plano • Kuda-kuda untuk Flip-chart • LCD • Metaplan • Papan Tulis dengan perlengkapannya • Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
35
Diskusi Kelompok Sosialisai Kegiatan dan Hasil BKM/LKM 1) Jelaskan kepada peserta, bahwa kita akan membahas sosialisasi kegiatan dan hasil BKM/LKM 2) Bagilah peserta ke dalam 4 kelompok , dan beri tugas kelompok untuk mendiskusikan :
Kelompok 1 dan 2 mendiskusikan mengenai sosialisasi Kegiatan pembangunan BKM/LKM? •
Apa tujuan komunikasi (sosialisasi) kegiatan BKM/LKM ?
•
Apa yang harus disosilisasikan? (pesan apa yang harus disampaikan)
•
Media apa yang akan digunakan?
•
Dimana akan disosilisasikan?
•
Kapan waktunya ?
•
Siapa khalayak sasaran?
•
Siapa yang akan menyampaikan pesan (agen sosialisasi)
Kelompok 3 dan 4 mendikusikan mengenai sosialisasi hasil pembangunan BKM/LKM: •
Apa tujuan komunikasi sosialisasi hasil pembangunan BKM/LKM ?
•
Pesan – pesan apa yang harus disampaikan ?
•
Media apa yang bisa digunakan?
•
Dimana pesan tersebut akan disampaikan?
•
Kapan waktunya ?
•
Siapa khalayak sasaran?
•
Siapa yang akan menyampaikan pesan (agen sosialisasi)?
3) Mintalah wakil kelompok 1 dan kelompok 2 untuk mempresentasikan hasilnya, kemudian diskusikan bersama. 4) Kemudian mintalah kelompok 3 dan kelompok 4 untuk mempresentasikan hasilnya, dan bahas dalam diskusi kelas. 5) Refleksikan hasil diskusi bersama dan beri penegasan – penegasan oleh pemnadu dengan menggunakkan media bantu yang sudah disediakan sebagai acuan. 6) Jelaskan mengenai media sosialisasi yang disediakan oleh program untuk kegiatan BKM/LKM sebagai alat bantu fasilitator dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Penting ditegaskan bahwa media bantu ini adalah yang minimal bisa dipakai, mungkin fasilitator harus mengembangkan media – media lain yang sederhana sesuai kebutuhan dan karakteristik kelompok sasaran.
36
Catatan : Penting ditekankan bahwa dalam melakukan sosialisasi fasilitator harus melihat lagi hasil pemetaan yang sudah didapatkan pada tahap awal dan pengamatan selama pendampingan, terutama mengenai : o
Waktu luang masyarakat, baik laki – laki maupun perempuan
o
Tempat – tempat berkumpul masyarakat , untuk menentukan sosialisasi informal dan tempat menempel poster atau pengumuman. Informasi harus sampai juga kepada warga miskin dan perempuan, sehingga harus diperhatikan tempat menempel poster atau pengumuman yang bisa diakses oleh kedua kelompok masyarakat tersebut.
o
Orang – orang yang bisa digunakan sebagai simpul informasi, sehingga mereka bisa dijadikan agen sosialisasi dan media – medai cetakan (misal leaflet, booklet) yang terbatas diberikan kepada mereka agar pesannya bisa sampai kepada warga yang lain.
o
Media – media pertemuan warga yang bisa digunakan untuk ‘menitipkan’ pesan yang akan disampaikan. Pesan – pesan juga harus disampaikan lewat media pertemuan kaum perempuan dan warga miskin, agar mereka mendapatkan akses informasi.
Di setiap kelurahan diwajibkan untuk menyediakan papan informasi minimal di lima titik sebagai media untuk menyampaikan informasi kepada warga masyarakat dari kegiatan – kegiatan yang dilakukan. (lihat bahan bacaan : Kerangka Acuan Papan Informasi).
o o
Melibatkan relawan dalam sosialisasi yang dilakukan Capaian indikator sosialisasi BKM/LKM (lihat dalam Media Bantu yang sudah disediakan) dan bahas bersama.
Berlatih Menggunakan Media Sosialisasi BKM/LKM 1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memulai kegiatan 3 dalam modul ini yaitu berlatih menggunakan media sosialisasi BKM/LKM yang sudah disediakan. 2) Mintalah kepada peserta untuk memilih salah satu media yang akan disimulasikan penggunaannya. Pilihlah 2 orang sukarelawan yang akan bertindak sebagai fasilitator dalam simulasi penggunaan media. Jelaskan bahwa sosialisasi ini akan dilakukan pada kelompok khusus perempuan dalam sebuah pengajian. 3) Beri kesempatan kepada yang akan memfasilitasi untuk mempelajari panduan penggunaan media yang sudah disediakan. Sementara itu bagilah peserta lain menjadi :
37
Lima orang sebagai pengamat proses Sosialisasi BKM/LKM sebagai acuan)
(berikan LK – Pengamatan Simulasi
Lima orang menjadi ibu – ibu kaya
Tiga orang menjadi ibu – ibu tokoh masyarakat.
Satu orang sebagai provokator yang mencoba mempengaruhi yang lain untuk tidak mendukung program
Dua orang sebagai anggota PKK
Dua orang oerempuan warga miskin yang diam saja
Sisanya sebagai ibu – ibu lainnya
4) Bila sudah siap mintalah peserta untuk mulai melakukan simulasi. Ingatkan bahwa simulasi ini bukan untuk bermain – main, akan tetapi harus dilakukan suasana santai tapi serius. 5) Setelah selesai simulasi bahas hasilnya, mintalah kepada pengamat proses untuk menyampaikan hasil pengamatan mereka; tanyakan kepada yang menjadi fasilitator apa kesulitan – kesulitan yang dihadapi dalam memfasilitasi; tanyakan kepada yang menjadi peserta sikap apa yang kurang berkenan dari fasilitator.
38
.
LK – Lembar Pengamatan Simulasi Sosialisasi BKM/LKM Lembar Pertanyaan untuk Pengamat : Pertanyaan Pemandu 1) Secara umum apakah ada yang kurang dlm simulasi tersebut ?
Komentar Pengamat
2) Apakah fasilitator mengenalkan diri, mengemukakan tujuan diskusi ? 3) Sebagai apa dan dimana fasilitator memposisikan dirinya 4) Apakah bahasa yang digunakan oleh fasilitator sesuai dengan karakteristik peserta ? 5) Apakah media bantu yang digunakan sesuai dengan karakteristik peserta? 6) Bagaimana keterampilan fasilitator dalam menggunakan media bantu? 7) Apakah semua peserta terlibat ? Siapa yang tidak cukup terlibat ? Mengapa ? 8) Apakah ada peseta yang mendominasi ? Bagaimana fasilitator mengatasi orang yang mendominasi ? 9) Apakah peserta bisa menghargai dan menerima perbedaan pendapat ? Bagaimana fasilitator mengatasi hal tersebut ? 10) Apakah fasilitator masih dominan dibandingkan dengan peserta ? 11) Apakah fasilitator cukup ramah, bisa mengembangkan suasana yang akrab dan akomodatif ? Apakah ada hal-hal yg tdk boleh dilakukan tapi tetap dilakukan oleh fasiitator 12) Apa saja yg dicatat oleh perekam proses
39
Perkotaan
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya