UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
RAHMI RAMDANIS, S.Farm 1206313583
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
RAHMI RAMDANIS, S.Farm 1206313583
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013
ii
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Rahmi Ramdanis S.Farm
NPM
: 1206313583
Tanda Tangan
:
Tanggal
:
Juli 2013
iii
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh : Nama : Rahmi Ramdanis, S. Farm (1206313583) Program Studi : Apoteker-Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Mediko Farma Jl. Pinang Raya No. 10 Pondok Labu Cilandak Jakarta Selatan Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I
: Dra. Farida Indyastuti,S.E., Apt., MM.
Pembimbing II : Dra. Azizahwati, M.Si, Apt. Penguji I
: Dr. Harmita, Apt.
Penguji II
: Nadia Farhanah Syafhan, M.Si, Apt.
Penguji III
: Sutriyo M.Si, Apt.
Ditetapkan di : Depok Tanggal : 6 Juli 2013
iv
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan
laporan
Praktek
Kerja
Profesi
Apoteker di Apotek Mediko Farma. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Apoteker pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Dra. Farida Indyastuti, S.E., Apt., M.M., selaku Apoteker Pengelola Apotek Mediko Farma sekaligus dosen pembimbing yang telah memberikan kesempatan PKPA di Apotek Mediko Farma serta menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan ini;
2.
Dra. Azizahwati, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan ini;
3.
Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia;
4.
Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia;
5.
Bapak dan Ibu staf pengajar serta seluruh karyawan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia;
6.
Seluruh karyawan di Apotek Mediko Farma yang telah banyak membantu dalam PKPA dan usaha memperoleh data yang penulis perlukan;
7.
Orang tua, saudara dan seluruh keluarga atas segala kasih sayang, dukungan, kesabaran, perhatian, semangat, dorongan dan do’a yang diberikan.
8.
Dian, Kak Eci dan sahabat-sahabat apoteker angkatan LXXVI atas semangat, dukungan dan kerja sama selama ini;
v
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Akhir kata, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama kegiatan PKPA ini dapat berguna bagi penulis dan pembaca di masa mendatang.
Penulis
2013
vi
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NPM Program Studi Departemen Fakultas Jenis karya
: Rahmi Ramdanis : 1206313583 : Profesi Apoteker : Farmasi : Farmasi : Karya Ilmiah: Laporan Kerja Praktek
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Mediko Farma Jl. Pinang Raya No. 10 Pondok Labu Cilandak Jakarta Selatan beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : Juli 2013 Yang menyatakan
( Rahmi Ramdanis )
vii
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv DAFTAR ISI ......................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix DAFTAR TABEL ........................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi BAB 1.
PENDAHULUAN ........................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1 1.2. Tujuan ...................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN UMUM APOTEK ..................................................... 2.1. Definisi Apotek ....................................................................... 2.2. Landasan Hukum Apotek ........................................................ 2.3. Tugas dan Fungsi Apotek ...................................................... 2.4. Persyaratan Apotek ............................................................. 2.5. Tata Cara Perizinan Apotek ..................................................... 2.6. Tenaga Kerja Apotek .......................................................... 2.7. Pengelolaan Apotek ................................................................. 2.8. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek ............................. 2.9. Penggolongan Obat yang Beredar di Indonesia ...................... 2.10. Pencabutan Surat Izin Apotek ................................................. 2.11. Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker ................................... 2.12. Pelayanan Swamedikasi .......................................................... 2.13. Obat Wajib Apotek ................................................................. 2.14. Pelayanan Informasi Obat ....................................................... 2.15. Konseling .................................................................................
3 3 3 4 4 6 7 9 12 14 22 23 24 25 26 27
TINJAUAN KHUSUS APOTEK MEDIKO FARMA ................ 3.1. Sejarah Apotek Mediko ........................................................... 3.2. Lokasi dan Tata Ruang ............................................................ 3.3. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia ..................... 3.4. Pengelolaan Perbekalan Farmasi ............................................. 3.5. Pelayanan Apotek .................................................................... 3.6. Pengelolaan Obat Golongan Narkotika .................................... 3.7. Pengelolaan Obat Golongan Psikotropika ...............................
29 29 29 31 31 35 37 38
BAB 3.
viii
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
3.8. Kegiatan Non Teknis Kefarmasian ......................................... 39 BAB 4.
PEMBAHASAN .............................................................................. 4.1. Lokasi dan Bangunan Apotek ................................................ 4.2. Sumber Daya Manusia di Apotek ............................................ 4.3. Pengelolaan Perbekalan Farmasi .............................................. 4.4. Pelayanan Kefarmasian di Apotek ...........................................
42 42 44 44 47
BAB 5.
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 51 5.1. Kesimpulan ............................................................................. 51 5.2. Saran ........................................................................................ 51
DAFTAR ACUAN ........................................................................................... 53
ix
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Penandaan Golongan Obat .......................................................... 15 Gambar 2.2. Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas (P1-P6) ......................... 16 Gambar 3.1. Bangunan Apotek Mediko Farma ............................................... 55 Gambar 3.2. Ruang Tunggu dan Etalase di Apotek Mediko Farma ............... 55 Gambar 3.3. Ruang Peracikan di Apotek Mediko Farma ............................... 56 Gambar 3.4. Alat-alat Peracikan Puyer di Apotek Mediko Farma ................. 56
x
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1. Pembagian Shift Asisten Apoteker.................................................. 44
xi
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Peta Lokasi Apotek Mediko Farma Pondok Labu ..................... 57 Lampiran 2. Denah Bangunan Apotek Mediko Farma ................................... 58 Lampiran 3. Bagan Struktur Organisasi Apotek Mediko Farma .................... 59 Lampiran 4. Format Surat Pesanan Apotek Mediko Farma ........................... 60 Lampiran 5. Tanda Terima Faktur .................................................................. 61 Lampiran 6. Alur Penerimaan Resep .............................................................. 62 Lampiran 7. Salinan Resep ............................................................................. 63 Lampiran 8. Kuitansi Pembelian Obat Resep ................................................. 64 Lampiran 9. Kuitansi Pembelian Obat Bebas ................................................. 65 Lampiran 10. Format Surat Pesanan Obat Golongan Narkotika ...................... 66 Lampiran 11. Format Surat Pesanan Obat Golongan Psikotropika .................. 67
xii
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Presiden RI, 2009b). Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan. Salah satu tenaga kesehatan yang berperan penting dalam mewujudkan peningkatan derajat kesehatan bagi masyarakat adalah apoteker. Apoteker sebagai salah satu tenaga kefarmasian dapat menjalankan praktek kefarmasiannya pada berbagai fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat. Salah satu fasilitas pelayanan kefarmasian yang erat hubungannya dengan apoteker adalah apotek. Tugas dan fungsi apotek adalah sebagai tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan; sebagai sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat dan sebagai sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata (Presiden RI, 2009c). Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek wajib mengikuti
paradigma
pelayanan
kefarmasian
dan
perkembangan
ilmu
pengetahuan serta teknologi. Pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) merupakan bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kefarmasian telah terjadi pergeseran orientasi pelayanan kefarmasian dari pengelolaan obat sebagai komoditi (drug oriented) kepada pelayanan yang komprehensif (pharmaceutical care) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien (Presiden RI, 2009c). 1
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Universitas Indonesia
2
Dalam menanggapi perubahan orientasi tersebut, maka apoteker sebagai long life learner dituntut untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar mampu melakukan pelayanan kefarmasian dengan baik sesuai standar pelayanan yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia
Nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004
tentang
Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Dalam standar pelayanan tersebut, selain mampu berinteraksi secara langsung dengan pasien, apoteker juga harus mampu berkomunikasi aktif dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan dan pelatihan aktual di suatu apotek, agar calon apoteker dapat menjadi apoteker yang memiliki kompetensi melalui Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Dalam hal ini, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia menyelenggarakan PKPA di Apotek Mediko Farma yang berlangsung dari tanggal 18 Februari sampai tanggal 28 Maret 2013 dengan harapan agar calon apoteker dapat memahami secara langsung mengenai peranan dan tanggung jawab seorang apoteker di apotek dalam pelaksanaan pekerjaan kefarmasian.
1.2. Tujuan a. Mempraktekkan teori yang telah didapat selama kuliah dengan keadaan yang sebenarnya di Apotek. b. Memahami fungsi, tugas, dan peranan apoteker di apotek sesuai dengan peraturan dan etika yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. c. Mengetahui pengelolaan apotek, baik dalam pelayanan kefarmasian maupun dalam sistem manajerial.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
3
BAB 2 TINJAUAN UMUM APOTEK
2.1. Definisi Apotek Berdasarkan
Keputusan
No.1332/Menkes/SK/X/2002 dan
Menteri Keputusan
Kesehatan
Republik
Indonesia
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia No.1027/Menkes/SK/IX/2004, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No.51 Tahun 2009, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Presiden RI, 2009b). Menurut PP No.51 tahun 2009, yang dimaksud dengan pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan, harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin.
2.2. Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam: a. Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. b. Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. c. Undang-undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. d. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
4
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP No. 26 tahun 1965 tentang Apotek. f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 695/ MENKES/ PER/ 2007 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 184/MENKES/PER/II/1995 tahun tentang penyempurnaan pelaksanaan masa bakti dan izin kerja apoteker. g. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/ MENKES/ PER/ X/ 1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. h. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. i. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/ MENKES/ SK/ X/ 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
2.3. Tugas dan Fungsi Apotek Tugas dan fungsi apotek berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, adalah: a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. b. Sarana
farmasi
yang
melaksanakan
peracikan,
pengubahan
bentuk,
pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata.
2.4. Persyaratan Apotek Persyaratan yang harus dipenuhi oleh apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 adalah sebagai berikut: a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker, atau apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
5
b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/Menkes/SK/ IX/2004, disebutkan bahwa: a. Sarana apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat. b. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek. c. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. d. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi risiko kesalahan penyerahan. e. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. f. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, bebas dari hewan pengerat, serangga. g. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pedingin. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/ IX/2004, disebutkan bahwa apotek harus memiliki: a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien. b. Tempat untuk menampilkan informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur/materi informasi. c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien. d. Ruang racikan. e. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun untuk pasien. Perlengkapan dan peralatan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rakrak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun rapi, terlindung dan debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan. Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
6
2.5. Tata Cara Perizinan Apotek Ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek diatur dalam keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MenKes/Per/X/1993. Izin apotek diberikan oleh Menteri, yang kemudian wewenang pemberian izin dilimpahkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Adapun ketentuannya adalah sebagai berikut: a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dengan menggunakan contoh Formulir APT-1. b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota selambat-lambatnya 6(enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota atau Kepala Balai POM selambat lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan Formulir APT-3. d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud di dalam butir (b) dan butir (c) tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat
dengan
tembusan
kepada
Kepala
Dinas
Propinsi
dengan
menggunakan Formulir APT-4. e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud butir (c), atau pernyataan butir (d) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek (SIA) dengan menggunakan Formulir APT-5. f. Dalam hal hasil pemeriksaan, Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/kota atau Kepala Balai POM dimaksud butir (c) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan Formulir APT-6. g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam butir (f), apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
7
selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan. h. Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerjasama antara apoteker dan pemilik sarana. i. Pemilik sarana yang dimaksud butir (h) harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan. j. Terhadap permohonan izin apotek dan Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau lokasi tidak sesuai dengan pemohon, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib mengeluarkan
surat
penolakan
disertai
dengan
alasannnya
dengan
menggunakan Formulir APT-7. Dalam mendirikan apotek, apoteker harus memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yaitu surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana apotek untuk mendirikan apotek di suatu tempat tertentu.
2.6. Tenaga Kerja Apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri dari apoteker dan tenaga teknis kefarmasian dan non teknis kefarmasian. Tenaga teknis kefarmasian yaitu sarjana farmasi, ahli madya farmasi rumah sakit dan tenaga menengah farmasi/asisten apoteker yang sudah disumpah. Tenaga kefarmasian untuk kegiatan pelayanan kefarmasian di suatu apotek, antara lain:
2.6.1. Apoteker Pengelola Apotek (APA) Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002, Apoteker Pengelola Apotek adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek. Apoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan yang berlangsung di apotek, juga bertanggung jawab kepada pemilik modal (jika bekerja sama dengan pemilik sarana apotek). Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
8
Sebelum melaksanakan kegiatannya, seorang APA wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih memenuhi
persyaratan.
Sesuai
dengan
Permenkes
RI
No.
922/MENKES/PER/X/1993, Apoteker Pengelola Apotek (APA) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan Republik Indonesia. b. Telah mengucapkan sumpah/ janji Apoteker. c. Memiliki Surat Izin Kerja/ Surat Penugasan dari Departemen Kesehatan melalui dinas kesehatan daerah masing - masing. d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai apoteker. e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain. Tugas dan Kewajiban apoteker di apotek adalah sebagai berikut: a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku. b. Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi. c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset, mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin. d. Melakukan pengembangan apotek. Seorang Apoteker Pengelola Apotek apabila berhalangan melakukan
tugasnya
pada jam buka apotek, maka Apoteker Pengelola Apotek harus menunjuk apoteker pendamping serta apabila Apoteker pengelola Apotek dan apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker pengelola Apotek menunjuk Apoteker pengganti. Penunjukan dimaksud
harus
dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas kesehatan propinsi setempat. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 : a. Apoteker Pendamping, yakni apoteker yang bekerja di apotek selain APA dan/ atau menggantikan APA pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
9
b. Apoteker Pengganti adalah apoteker yang menggantikan APA jika APA berhalangan hadir selama lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di tempat lain.
2.6.2. Asisten Apoteker Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002, asisten apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker dibawah pengawasan Apoteker.
2.7. Pengelolaan Apotek Pengelolaan apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan apoteker untuk melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek. Kegiatan dalam pengelolaan apotek dibagi menjadi dua, yaitu pengelolaan teknis kefarmasian dan pengelolaan non teknis kefarmasian. Pengelolaan non teknis kefarmasian tersebut meliputi kegiatan administrasi, keuangan, pajak, personalia, kegiatan bidang material dan bidang lain yang berhubungan dengan apotek.
2.7.1. Pengelolaan Persediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004, pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan pelayanan. Pengeluaran obat memakai sistem First In First Out (FIFO) dan First Expire First Out (FEFO).
2.7.1.1. Perencanaan Kegiatan perencanaan meliputi penyusunan rencana keperluan yang tepat, mencegah terjadinya kekurangan dan sedapat mungkin mencegah terjadinya kelebihan perbekalan farmasi yang
tersimpan
lama
dalam
gudang
serta
meningkatkan penggunaan perbekalan farmasi. Pengelolaan perbekalan farmasi yang beragam memerlukan suatu perencanaan yang dilakukan secara cermat Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
10
sehingga pengelolaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat perencanaan pengadaan perbekalan farmasi yaitu: pola penyakit, daya beli masyarakat dan budaya masyarakat.
2.7.1.2. Pengadaan Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi. Penentu utama terhadap tersedianya obat dan total biaya kesehatan adalah pengadaan perbekalan farmasi yang efektif. Untuk meningkatkan pelayanan yang efektif dan efisien kepada pasien, maka pengadaan yang meliputi ketersediaan, keamanan, dan jaminan mutu perbekalan tersebut harus diterapkan sebaik mungkin. Prinsip pengadaan tidak hanya sekedar membeli barang, tetapi juga mengandung pengertian meminta kerja sama pemasok dalam menyediakan barang yang diperlukan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengadaan antara lain: a. Harus sesuai dengan keperluan yang direncanakan sebelumnya. b. Harus sesuai dengan kemampuan atau kondisi keuangan yang ada. c. Sistem atau cara pengadaannya harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2.7.1.3. Penyimpanan Tata cara penyimpanan perbekalan farmasi dan penataannya disesuaikan dengan ketentuan peraturan yang berlaku dan sifat obat serta bentuk perbekalannya. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyimpanan perbekalan farmasi diantaranya: a. Obat/ bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Ketika isi harus dipindahkan ke dalam wadah lain (pengecualian), maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru yang memuat sekurang-kurangnya nomor bets dan tanggal kadaluarsa. b. Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai untuk menjamin kestabilan bahan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
11
2.7.1.4. Pelayanan Apotek Peraturan yang mengatur tentang pelayanan apotek adalah Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/SK/X/1993, yang meliputi : a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek, sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. b. Apotek wajib menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan yang bermutu baik dan absah. c. Apotek tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat bermerek dagang, namun resep dengan obat bermerek dagang atau obat paten boleh diganti dengan obat generik. d. Apotek wajib memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dengan membuat berita acara. Pemusnahan ini dilakukan dengan cara dibakar atau dengan ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Badan POM. e. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang lebih tepat. f. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat. g. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep. h. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker. i. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu 3 tahun. j. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
12
kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku. k. Apoteker Pengelola Apotek, apoteker pendamping atau apoteker pengganti diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek, yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. l. Apoteker Pengelola Apotek turut bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker pendamping, Apoteker Pengganti didalam pengelolaan apotek.
2.7.2. Administrasi Dalam menjalankan pelayana kefarmasia di apotek, perl dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi : a. Administrasi Umum Pada bagian ini dilakukan pencacatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b. Administrasi Pelayanan Pada bagian ini dilakukan pengarsipan resep, pengarsipan cacatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat.
2.8. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical Care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi
tersebut,
apoteker
dituntut
untuk
meningkatkan
pengetahuan,
ketrampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat dan mengetahui tujuan akhir apakah sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
13
Sebagai upaya agar para apoteker dapat melaksanakan pelayanan kefarmasian dengan baik, Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) menyusun standar pelayanan kefarmasian di apotek untuk menjamin
mutu pelayana kefarmasian kepada masyarakat. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek disebutkan bahwa pelayanan di apotek meliputi:
2.8.1. Pelayanan Resep (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004) 2.8.1.1. Skrining Resep Apoteker
melakukan
skrining
resep
yang
meliputi,
persyaratan
administratif (nama, SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda tangan/ paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; nama obat, potensi, dosis dan jumlah yang diminta; cara pemakaian yang jelas serta informasi lainnya yang diperlukan); kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama
pemberian); pertimbangan klinis (adanya alergi, efek samping, interaksi, serta kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat, dan lain-lain).
2.8.1.2. Penyiapan Obat Hal-hal yang diperhatikan dalam penyiapan obat adalah peracikan (kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah) dengan suatu prosedur tetap memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar, etiket harus jelas dan dapat dibaca, obat dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya, dan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai dengan pemberian informasi obat kepada pasien dan tenaga kesehatan. Informasi obat pada pasien sekurangkurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
14
Apoteker juga harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien
atau
yang bersangkutan terhindar dari
bahaya,
penyalahgunaan atau salah penggunaan sediaan farmasi atau perbekalan farmasi lainnya. Setelah obat diserahkan oleh apoteker kepada pasien, maka apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat dan konseling berkelanjutan terutama untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.
2.8.2. Promosi dan Edukasi Dalam kegiatan ini apoteker dapat berperan dalam penyebaran leaflet/ brosur, poster, penyuluhan dan lain-lainnya.
2.8.3. Pelayanan Residensial (Home Care) Apoteker diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk geriatric dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk kegiatan ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan.
2.9. Penggolongan Obat yang Beredar di Indonesia Obat adalah suatu zat yang digunakan dengan dosis tertentu untuk diagnosis, pengobatan, peringanan, penyembuhan atau pencegahan penyakit pada manusia atau hewan. Obat-obat yang beredar di Indonesia, digolongkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan ke dalam 5 (lima) kategori, yakni obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat golongan psikotropika, dan obat golongan narkotika. Penggolongan ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap peredaran dan pemakaian obat-obat tersebut. Setiap golongan obat diberi tanda/ logo pada kemasan yang terlihat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
15
Obat Bebas
Obat Keras
Obat Bebas Terbatas
Golongan Narkotika
Gambar 2.1. Penandaan Golongan Obat
2.9.1. Obat OTC Obat-obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter adalah obat OTC (OverThe Counter). Obat OTC terdiri dari :
2.9.1.1. Obat Bebas Obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter disebut obat bebas (Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, 2006). Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Gambar 2.1).
2.9.1.2. Obat Bebas Terbatas Obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan disebut dengan obat bebas terbatas. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam (Gambar 2.1). Komposisi obat bebas terbatas mengandung bahan yang relatif toksik, sehingga dalam wadah atau kemasannya perlu dicantumkan tanda peringatan (P No.1 – P No.6) dan penyerahannya harus dalam bungkus aslinya.Tanda peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (atau
disesuaikan
dengan
kemasannya)
dan
diberi
tulisan
peringatan
npenggunaannya dengan huruf berwarna putih (Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, 2006).
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
16
Gambar 2.2. Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas (P1-P6)
2.9.2. Obat Ethical Obat yang hanya dapat diperoleh dengan mempergunakan resep dokter disebut ethical seperti obat keras termasuk obat golongan psikotropika dan obat golongan narkotika.
2.9.2.1. Obat Keras Obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter disebut dengan obat keras. Kemasan obat keras ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat huruf K yang menyentuh tepi lingkaran yang berwarna hitam dengan latar warna merah. Obat-obat yang masuk ke dalam golongan ini antara lain obat jantung, antihipertensi, antihipotensi, obat diabetes, hormon, antibiotika, beberapa obat tukak lambung dan semua obat injeksi (Departemen Kesehatan RI, 2006b).
2.9.2.2. Obat Golongan Psikotropika Pengertian psikotropika menurut UU No. 5 tahun 1997 adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam UU No. 5 tahun 1997 adalah segala yang berhubungan dengan psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan ketergantungan. Tujuan dari pengaturan Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
17
psikotropika adalah untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika dan memberantas peredaran
gelap
psikotropika. Kemasan obat
psikotropik ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat huruf K yang menyentuh tepi lingkaran yang berwarna hitam dengan latar warna merah. Psikotropika dibedakan ke dalam 4 golongan, yakni: a. Psikotropika golongan I, yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya brolamfetamina, lisergida (LSD), meskalin dan psilosibin. b. Psikotropika golongan II, yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potens yang kuat dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya amfetamin, metamfetamin dan metilfenidat. c. Psikotropika golongan III, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
dalam
mengakibatkan
ketergantungan,
misalnya
amobarbital,
siklobarbital, dan pentazosina. d. Psikotropika golongan IV, yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya derivat diazepam, alprazolam, dan fenobarbital. Secara garis besar, kegiatan pengelolaan psikotropika di apotek meliputi pemesanan, penyimpanan, pelaporan, pelayanan dan pemusnahan (Presiden RI, 1997): a. Pemesanan psikotropika Obat-obat golongan psikotropika dipesan apotek dari Pedagang Besar Farmasi (PBF), dengan menggunakan surat pesanan (SP) psikotropika 3 (tiga) rangkap dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek yang dilengkapi nomor SIK dari apoteker dan stempel apotek. Satu surat pesanan dapat digunakan untuk beberapa jenis psikotropika.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
18
b. Penyimpanan psikotropika Obat-obat
golongan
psikotropika
ini
cenderung
disalahgunakan
sehingga disarankan agar menyimpan obat-obatan tersebut dalam suatu rak atau lemari khusus. c. Penyerahan psikotropika Penyerahan obat-obat golongan psikotropik oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan kepada pengguna/ pasien. d. Pelaporan psikotropika Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan kegiatan
yang
berhubungan dengan psikotropika dan melaporkan kepada Direkorat Jenderal Binfar
Alkes
Kementerian
Kesehatan
secara
online
melalui
website
www.sipnap.binfar.depkes.go.id. Pelaporan dilakukan setiap bulan, paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dengan tembusan kepada Balai Besar POM. e. Pemusnahan Psikotropika Pada pemusnahan psikotropika, apoteker wajib membuat berita acara dan disaksikanoleh pejabat yang ditunjuk dalam tujuh hari setelah mendapat kepastian. Menurut pasal 53 UU No.5 tahun 1997, pemusnahan psikotropika dilakukan apabila berkaitan dengan tindak pidana, psikotropika yang diproduksi tidak memenuhi standar dan persyaratan bahan baku yang berlaku, kadaluarsa, serta tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau pengembangan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika yang berkaitan dengan tindak pindana dilakukan oleh suatu tim yang terdiri dari pejabat yang mewakili Departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Kejaksaan sesuai dengan Hukum Acara Pidana yang berlaku, dan ditambah pejabat dari instansi terkait dengan tempat terungkapnya tindak pidana tersebut, dalam waktu tujuh hari setelah mendapat kekuatan hokum tetap. Untuk psikotopika khusus golongan I, wajib dilaksanakan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah dilakukan penyitaan. Pemusnahan psikotropika yang disebabkan karena kadaluarsa serta tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
19
pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dilakukan oleh apoteker yang bertanggung jawab atas peredaran psikotropika dengan disaksikan oleh pejabat departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan, dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah mendapatkan kepastian.
2.9.2.3. Obat Golongan Narkotika Pengertian narkotika menurut Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Kemasan golongan narkotika ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat palang berwarna merah (Departemen Kesehatan RI, 2006b). Narkotika dibedakan ke dalam 3 golongan yaitu: a. Narkotika golongan
I, yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk mengakibatkan ketergantungan, misalnya opium, kokain, dan ganja. b. Narkotika golongan II, yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi, dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi untuk mengakibatkan ketergantungan, misalnya morfin dan petidin. c. Narkotika golongan III, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan untuk menimbulkan ketergantungan, misalnya kodein. UU No. 35 tahun 2009 telah mengatur tata cara ekspor-impor, produk, penanaman, peredaran, penyediaan, penyimpanan dan penggunaan narkotika, untuk mencegah dan menanggulangi bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh efek samping penggunaan dan penyalahgunaan, memulihkan kembali penderita kecanduan narkotika, serta untuk memberantas peredaran gelap narkotika. Secara garis besar pengelolaan narkotika di apotek meliputi pemesanan, penyimpanan, Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
20
pelaporan, pelayanan dan pemusnahan. a. Pemesanan Narkotika Kegiatan ini dilakukan ke PBF Kimia Farma dengan menggunakan surat pesanan narkotika empat rangkap yang ditandatangani oleh APA (tiga rangkap untuk PBF Kimia Farma dan satu rangkap untuk arsip apotek), dilengkapi nomor SIK dan stempel apotek. Satu lembar surat pesanan hanya digunakan untuk memesan satu jenis narkotika. b. Penyimpanan Narkotika Di dalam Permenkes No. 28/Menkes/Per/1978 pasal 5 dan 6 dijelaskan bahwa apotek harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika, yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat; harus mempunyai kunci ganda yang berlainan; lemari dibagi dua sekat, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garamnya serta persediaan narkotika, sedangkan bagian kedua digunakan untuk penyimpanan narkotika lainnya yang digunakan sehari-hari; lemari khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran lebih kurang 40 x 80 x 100 cm dan harus dibaut pada tembok atau lantai; lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan; anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh pegawai yang diberi kuasa; lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan yang tidak diketahui oleh umum. c. Pelayanan Resep yang mengandung Narkotika Menurut UU No. 35 tahun 2009, disebutkan bahwa narkotika hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep dokter. Selain itu, berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (sekarang Badan POM) No. 336/E/SE/1997 disebutkan bahwa apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika. Resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. Salinan resep dari narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambahkan tulisan iter pada resep-resep yang mengandung narkotika. Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
21
Selain kepada pasien, penyerahan obat golongan narkotika dapat dilakukan apotek kepada rumah sakit, puskesmas, apotek lain, balai pengobatan, dan dokter. d. Pelaporan Narkotika Undang-undang No. 22 tahun 1997 pasal 11 ayat 2, menyatakan bahwa importir,
eksportir, pabrik obat, pabrik farmasi, PBF, apotek, rumah sakit,
puskesmas, balai pengobatan, dokter dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan atau pengeluaran narkotika yang ada dalam penguasaannya. Laporan penggunaan narkotika ini harus dilaporkan setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya yang ditujukan kepada Direkorat Jenderal Binfar
Alkes
Kementerian
Kesehatan
secara
www.sipnap.binfar.depkes.go.id setiap bulan
online
pada
paling lambat
website
tanggal
10
bulandengan tembusan kepada Balai Besar POM. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika biasa disebut dengan SIPNAP adalah sistem yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika
dan Psikotropika
dari Unit Layanan
(Puskesmas, Rumah Sakit, dan Apotek). e. Pemusnahan Narkotika Sesuai dengan Permenkes RI No.28/Menkes/Per/I/1978 mengenai
pemusnahan
narkotika,
Apoteker
Pengelola
pasal
Apotek
9
dapat
memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa, atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan dan atau untuk pengembangan Ilmu Pengetahuan. Pemusnahan narkotika dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurangkurangnya memuat: tempat dan waktu (jam, hari, bulan, dan tahun), nama pemegang izin khusus, APA atau dokter pemilik narkotika, nama, jenis, dan jumlah narkotika yang dimusnahkan, cara pemusnahan, tanda tangan, dan identitas lengkap penanggung jawab apotek, serta saksi-saksi pemusnahan. Pemusnahan
narkotika
harus
disaksikan oleh petugas Direktorat
Pengawasan Obat dan Makanan untuk importir, pabrik farmasi dan unit pergudangan pusat; petugas Kantor Wilayah Departemen Kesehatan untuk pedagang besar farmasi penyalur
narkotika, lembaga dan unit pergudangan
propinsi, petugas DinasKesehatan Daerah Tingkat II untuk apotek, rumah sakit, Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
22
puskesmas dan dokter. Berita acara pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan kepada kepala kantor Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Balai/ Balai Besar POM, dan sebagai arsip.
2.10. Pencabutan Surat Izin Apotek Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1332/Menkes/SK/X/2002, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat wajib melaporkan pemberian izin, pembekuan izin,
pencairan
izin,
dan
pencabutan izin apotek dalam jangka waktu setahun sekali kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dapat mencabut surat izin apotek apabila : a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai APA. b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian. c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terusmenerus. d. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika (sekarang UU No. 35 tahun 2009), Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-undang No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan atau ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. e. Surat Izin Kerja (SIK) Apoteker Pengelola Apotek dicabut f. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat. g. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik merupakan milik sendiri atau pihak lain. Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/
Kota
sebelum
melakukan
pencabutan berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2009, pelaksanaan pencabutan izin apotek dilakukan setelah dikeluarkan: a. Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing dua bulan dengan Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
23
menggunakan contoh Formulir Model APT-12. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya enam bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan di apotek dengan mengunakan contoh Formulir Model APT-13. Keputusan pencabutan Surat Izin Apotek dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota kepada Apoteker Pengelola Apotek dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-15 dan tembusan disampaikan kepada Menteri Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi serta Kepala Balai POM setempat. Apabila surat izin apotek tersebut dicabut, APA atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi yang dilakukan dengan cara: a. Seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di apotek diinventarisasi. b. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melapor secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau petugas yang diberi wewenang tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud di atas. Pembekuan
izin
apotek dapat
dicairkan
kembali
apabila apotek
tersebut telah membuktikan memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan menggunakan contoh Formulir APT-14. Pencairan izin apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari tim pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat. Selama pembekuan izin, apotek dilarang menjalankan kegiatan kefarmasian, namun diberi waktu maksimal 6 bulan untuk membuktikan bahwa apotek memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan yang ada.
2.11. Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang pengalihan tanggung jawab apoteker : a. Pada setiap pengalihan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA kepada apoteker pengganti, wajib Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
24
dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Pada kegiatan serah terima tersebut wajib dibuat berita acara serah terima sesuai dengan bentuk
yang telah ditentukan dalam rangkap empat yang
ditandatangani oleh kedua belah pihak. b. Apabila Apoteker Pengelola Apotek (APA) meninggal dunia, dalam jangka dua kali dua puluh empat jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada kepala wilayah atau petugas
yang diberi
wewenang olehnya. c. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat apoteker pendamping, maka pelaporan oleh ahli waris tersebut wajib disertai penyerahan resep, narkotika psikotropika, obat keras dan kunci tempat
penyimpanan
narkotika dan
psikotropika. d. Pada penyerahan resep, narkotika, psikotropika dan obat keras serta kunci tersebut, dibuat berita acara serah terima dengan kepala kantor wilayah atau petugas yang diberi wewenang olehnya, selaku pihak yang menerima.
2.12. Pelayanan Swamedikasi Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal dengan istilah swamedikasi. Tindakan pengobatan sendiri biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag, kecacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain. Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Walaupun pengobatan sendiri dilakukan oleh dan untuk diri sendiri, swamedikasi harus dilakukan secara rasional. Ini berarti bahwa tindakan pemilihan dan penggunaan produk bersangkutan sepenuhnya merupakan tanggung jawab bagi para penggunanya. Swamedikasi dilakukan dengan menggunakan obat tanpa resep yaitu golongan obat bebas, bebas terbatas, dan obat wajib apotek. Pemerintah juga turut berperan serta dalam meningkatkan upaya pengobatan sendiri
dengan
mengeluarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
No.
347/Menkes/SK/VII/ 1990 tentang Obat Wajib Apotek. Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
25
2.13. Obat Wajib Apotek Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di apotek. Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun. b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit. c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. d. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. e. Obat
dimaksud
memiliki
rasio
khasiat
keamanan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri. Dalam melayani pasien yang memerlukan OWA, apoteker di apotek diwajibkan untuk : a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam OWA yang bersangkutan b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan c. Memberikan informasi, meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien. Obat wajib apotek didasarkan pada tiga surat Keputusan Menteri Kesehatan yaitu: a. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek No. 1 yang terdiri dari 7 kelas terapi yaitu, oral kontrasepsi, obat saluran cerna, obat mulut dan tenggorokan, obat saluran napas, obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular, antiparasit, dan obat topikal. a. Perubahan
golongan
OWA
No.1
berdasarkan
PerMenKes
No.925
Tahun1993 memuat beberapa obat yang semula OWA berubah menjadi obat bebas terbatas atau obat bebas, selain itu juga ada keterangan pembatasannya. b. Keputusan Menkes RI No. 924/Menkes/PER/IX/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 2 yang terdiri dari 34 jenis obat generik sebagai tambahan Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
26
lampiran Keputusan Menkes RI No. 347/MENKES/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek No 1. Daftar obat wajib apotek No. 2 tersebut antara lain terdiri dari albendazol, basitrasin, karbinoksamin, klindamisin, deksametason, dan dekspantenol. c. Keputusan Menkes RI No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3 yang terdiri dari 6 kelas terapi yaitu, saluran pencernaan dan metabolisme, obat kulit, antiinfeksi umum, sistem muskuloskeletal, sistemn saluran pernafasan, dan organ-organ sensorik.
2.14. Pelayanan Informasi Obat Pekerjaan kefarmasian di apotek tidak hanya pada pembuatan, pengolahan, pengadaan, dan penyimpanan perbekalan farmasi, tetapi juga pada pelayanan informasi obat. Tujuan diselenggarakannya PIO di apotek adalah demi tercapainya penggunaan obat
yang rasional,
yaitu tepat indikasi, tepat
pasien, tepat
regimen (dosis, cara, saat dan lama pemberian), tepat obat, dan waspada efek samping. Dalam memberikan informasi obat, hendaknya seorang apoteker mempunyai ciriciri sebagai berikut: a.
Mandiri, artinya bebas dari segala bentuk keterikatan dengan pihak lain yang dapat mengakibatkan informasi yang diberikan menjadi tidak objektf.
b.
Objektif, artinya memberikan informasi dengan sejelas-jelasnya mengenai suatu produk obat tanpa dipengaruhi oleh berbagai kepentingan.
c.
Seimbang, artinya informasi diberikan setelah melihat dari berbagai sudut pandang yang mungkin berlawanan
d.
Ilmiah, yang artinya informasi berdasarkan sumber data atau referensi yang dapat dipercaya.
e.
Berorientasi pada pasien, maksudnya informasi tidak hanya mencangkup informasi produk seperti ketersediaan, kesetaraan generik, tetapi juga harus mencangkup informasi yang mempertimbangkan kondisi pasien.
Oleh sebab itu peranan terhadap keberadaan apoteker di apotek dalam pemberian informasi obat tersebut kepada pasien, dokter, maupun tenaga medis lainnya sangat penting.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
27
2.15. Konseling Pengertian dari konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya (Menteri Kesehatan RI, 2004). Tujuan dari kegiatan konseling yaitu (Menteri Kesehatan RI, 2004): a. Tujuan umum 1. Meningkatkan keberhasilan terapi. 2. Memaksimalkan efek terapi. 3. Meminimalkan resiko efek samping. 4. Meningkatkan cost effectiveness. 5. Menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi. b. Tujuan khusus 1. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dengan pasien 2. Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien 3. Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obatnya 4. Membantu
pasien
untuk
mengatur
dan
menyesuaikan
dengan
penyakitnya 5. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan. 6. Mencegah atau meminimalkan Drug Related Problem 7. Meningkatkan kemampuan pasien untuk memecahkan masalahnya sendiri dalam hal terapi 8. Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan 9. Membimbing dan mendidik pasien dalam menggunakan obat sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien Pemberian konseling ditujukan baik untuk pasien rawat jalan maupun Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
28
pasien rawat inap. Konseling dapat diberikan kepada pasien langsung atau melalui perantara. Perantara yang dimaksud disini adalah keluarga pasien, pendamping pasien, perawat pasien, atau siapa saja yang bertanggung jawab dalam perawatan pasien. Pemberian konseling melalui perantara diberikan jika pasien tidak mampu mengenali obat-obatan dan terapinya, pasien pediatrik, pasien geriatrik. Pemberian konseling untuk pasien rawat jalan dapat diberikan pada saat pasien mengambil obat di apotik, puskesmas dan di sarana kesehatan lain. Kegiatan ini bisa dilakukan di counter pada saat penyerahan obat tetapi lebih efektif bila dilakukan di ruang khusus yang disediakan untuk konseling. Pemilihan tempat konseling tergantung dari kebutuhan dan tingkat kerahasian / kerumitan akan hal-hal yang perlu dikonselingkan ke pasien. Konseling pasien rawat jalan diutamakan pada pasien yang : 1. Menjalani terapi untuk penyakit kronis, dan pengobatan jangka panjang (Diabetes, TBC, epilepsi, HIV/ AIDS). 2. Mendapatkan obat dengan bentuk sediaan tertentu dan dengan cara pemakaian yang khusus, misalnya supositoria, inhaler, injeksi insulin, dan lain-lain. 3. Mendapatkan obat dengan cara penyimpanan yg khusus, misalnya insulin dll 4. Mendapatkan obat-obat dengan aturan pakai yang rumit, misalnya pemakaian kortikosteroid dengan tapering down. 5. Golongan pasien yang tingkat kepatuhannya rendah, misalnya geriatrik, pediatri. 6. Mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, fenitoin, dll). 7. Mendapatkan terapi obat-obat dengan kombinasi yang banyak (polifarmasi).
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK MEDIKO FARMA
3.1. Sejarah Apotek Mediko Farma Apotek Mediko Farma didirikan pada tanggal 14 September 1976 berdasarkan akta notaris Mintarsih Natamihardja, SH. Pemilik sarana Apotek Mediko Farma adalah Dr. Sri Soesilastoeti sedangkan Apoteker Pengelola Apotek (APA) di Mediko Farma saat ini adalah Dra. Farida Indyastuti, S.E., Apt., MM dengan SIA: 153/kanwil/SIA-78/92.
3.2. Lokasi dan Tata Ruang 3.2.1. Lokasi Apotek Mediko Farma terletak di Jalan Pinang Raya No. 10, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Apotek Mediko Farma berlokasi di perempatan jalan dengan badan jalan satu arah yang tidak terlalu lebar dan berada disamping pusat perbelanjaan di dekat kawasan pemukiman penduduk yang mudah dijangkau oleh kendaraan dan dilalui oleh angkutan umum. Apotek Mediko Farma dilengkapi pula dengan laboratorium klinik yang bersebelahan dengan apotek dan praktek dokter yang berada di lantai atas apotek. Praktek dokter terdiri dari dokter umum, dokter THT, dokter anak serta dokter kulit dan kelamin, sehingga dapat meningkatkan penerimaan resep di apotek. Papan nama apotek disertai nama laboratorium klinik dan praktek dokter nampak jelas di perempatan jalan dan di tempat parkir apotek sehingga membantu pelanggan baru untuk mencari lokasi Apotek Mediko Farma.
3.2.2. Tata Ruang Bangunan apotek terdiri dari tempat parkir pada halaman depan apotek, ruang bagian depan, dan ruang bagian belakang. Selain itu, apotek juga dilengkapi kamar mandi dan mushola untuk karyawan yang berada di bagian belakang apotek. Gambar bangunan apotek Mediko Farma, dapat dilihat pada Gambar 3.1. Ruang bagian depan terdiri dari ruang tunggu dilengkapi kursi-kursi yang ditata rapi dan nyaman serta mesin dispenser untuk para pengunjung, tempat 29 Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
30
penerimaan resep dan pemberian harga obat bebas, tempat pembayaran obat resep maupun obat bebas (kasir), serta tempat pemajangan obat bebas (OTC) dan obat-obat fast moving. Penataan produk OTC dikelompokkan berdasarkan indikasi/ tujuan penggunaannya (batuk; flu; demam; sakit kepala; sakit perut; vitamin; sakit
cacingan) dan bentuk sediaannya (solid, semisolid dan cair).
Sediaan-sediaan yang banyak diminati pembeli diletakkan di bagian tengah etalase dan sejajar pandangan mata agar eye catching sehingga langsung dilihat oleh pengunjung yang masuk ke apotek. Selain itu, pada bagian paling atas lemari etalase terdapat beberapa box kosong berukuran besar dan mencolok yang dititipkan oleh perusahaan untuk dipajang di Apotek Mediko Farma sebagai bagian dari promosi pada setiap pelanggan yang datang ke apotek. Selain produk OTC, apotek juga menjual perlengkapan bayi, produk-produk susu, produk-produk herbal, produk-produk kosmetik yang digunakan sehari-hari, serta alat-alat kesehatan lainnya seperti masker, sarung tangan, dan alat tes kehamilan yang ditata dietalase bagian depan. Gambar ruang tunggu apotek, dapat dilihat pada Gambar 3.2. Ruang bagian belakang terdiri dari ruang peracikan, tempat administratif serta tempat pencucian. Ruang peracikan digunakan untuk kegiatan verifikasi resep, penyiapan obat, peracikan, pemberian etiket, penulisan kopi resep dan kuitansi pembayaran obat. Ruang ini terdiri dari sebuah meja besar yang diletakkan di tengah ruangan dan dikelilingi dengan lemari obat keras yang berderet membentuk huruf L di sekeliling ruangan. Penataan ruang peracikan dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat dimanfaatkan sebaik mungkin dengan memperhatikan
ruang
gerak
bagi
para
pekerja.
Penataan
obat
keras
dikelompokkan berdasarkan obat generik dan obat nama dagang, berdasarkan bentuk sediaannya, dan obat yang biasa diresepkan oleh dokter yang berpraktek di lantai atas apotek. Gambar ruang peracikan apotek dapat dilihat pada Gambar 3.3. Di ruang peracikan juga terdapat lemari narkotika, lemari pendingin untuk menyimpan obat-obat termolabil seperti supositoria, meja untuk menimbang disertai peralatan menimbang, lemari untuk menyimpan buku-buku literatur (Farmakope Indonesia, ISO, dan MIMS) serta wastafel. Selain itu, dirungan ini juga terdapat tempat untuk kegiatan administrasi seperti Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
31
pemesanan obat kepada distributor dan pendataan perbekalan farmasi yang harus dipesan. Oleh sebab itu, ruang peracikan juga dilengkapi dengan dua buah computer, printer, telepon dan mesin fax. Denah tata ruang Apotek Mediko Farma terdapat pada Lampiran 2.
3.3. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia Apotek Mediko Farma memiliki 12 tenaga kerja, terdiri atas tenaga teknis farmasi dan tenaga non-teknis farmasi. Tenaga teknis farmasi terdiri dari satu orang Apoteker Pengelola Apotek sebagai pimpinan, satu orang apoteker pendamping yang merangkap manager keuangan dan tiga orang asisten apoteker. Tenaga non-teknis farmasi terdiri dari dua orang bagian administrasi (satu orang bagian pembelian dan satu orang bagian faktur), dua orang tenaga kasir, satu orang petugas kebersihan dan dua orang petugas keamanan. Bagan struktur organisasi apotek Mediko Farma dapat dilihat pada Lampiran 3. Apotek Mediko Farma beroperasi setiap hari Senin sampai Sabtu mulai pukul 07.30 – 21.30 WIB, hari Minggu mulai pukul 08.00 - 20.00 WIB, sedangkan hari libur nasional tutup.
3.4. Pengelolaan Perbekalan Farmasi 3.4.1. Pengadaan Perbekalan farmasi Apotek Mediko Farma melakukan perencanaan setiap hari Minggu dan Kamis berdasarkan stok minimum dan penjualan di minggu sebelumnya. Perbekalan farmasi yang sudah hampir habis di buat daftar rencana pembelian pada buku defecta/buku pemesanan kemudian di serahkan ke bagian pembelian untuk
dibuatkan surat pesanan. Pemesanan dilakukan menggunakan surat
pesanan langsung kepada petugas PBF yang bersangkutan atau melalui telepon langsung ke PBF yang dimaksud. Contoh surat pesanan dapat dilihat pada Lampiran 4. Pemesanan dan pembelian dilakukan setiap hari Senin dan Kamis oleh bagian pembelian yang bertanggung jawab langsung kepada APA. Surat pesanan perbekalan farmasi untuk obat keras, obat bebas terbatas dan obat bebas ditandatangani oleh Asisten Apoteker, sedangkan untuk obat psikoropik dan narkotik ditandatangani oleh APA. Pengadaaan perbekalan farmasi pada apotek Mediko Farma dilakukan dengan cara : Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
32
a. Cash Order Delivery (COD) COD merupakan pembelian yang pembayarannya dilakukan langsung pada saat perbekalan farmasi yang dipesan datang. Metode ini dilakukan pengadaan perbekalan farmasi yang baru dan/atau sangat dibutuhkan oleh apotek pada keadaan tertentu. b. Kredit Kredit merupakan pembelian yang pembayarannya dapat dilakukan hingga batas waktu jatuh tempo yang telah ditetapkan oleh PBF pemasok yang telah disepakati bersama dengan pihak apotek. c. Konsinyasi Konsinyasi merupakan titipan perbekalan farmasi dari pemilik kepada apotek dimana apotek bertindak sebagai Agen Komisioner yang menerima komisi bila perbekalan farmasi tersebut terjual sampai batas waktu kadaluarsa atau batas waktu yang disepakati, dan bila perbekalan farmasi tersebut tidak laku maka perbekalan farmasi tersebut dapat dikembalikan kepada pemiliknya. Biasanya konsinyasi dilakukan untuk obat-obat yang masih baru dan belum dijual di apotek dan sedang dalam masa promosi, pembayaran dilakukan hanya terhadap perbekalan farmasi yang telah terjual. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan kerjasama dengan PBF adalah ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan, bertanggung jawab terhadap pesanan perbekalan
farmasi apabila terjadi kerusakan,
memberikan jaminan terhadap perbekalan farmasi pesanan, ada kepastian memperoleh perbekalan farmasi yang dipesan, diskon yang diberikan, dan lamanya tanggal jatuh tempo pembayaran.
3.4.2. Penerimaan Perbekalan farmasi Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan setiap hari Senin dan Kamis pada jam operasional apotek oleh Asisten Apoteker. Pada saat penerimaan dilakukan pemeriksaan dokumen berupa kesesuaian antara surat pesanan dengan faktur, serta pemeriksaan fisik perbekalan farmasi yang diterima (tanggal kadaluarsa, keadaan fisik perbekalan farmasi, kode produksi/batch, dan lainlain). Apabila perbekalan farmasi yang diterima sesuai dengan surat pesanan, Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
33
maka bagian pembelian atau asisten apoteker menandatangani dan memberi stempel apotek pada faktur. Selanjutnya, faktur asli diserahkan kembali ke PBF dan salinan faktur disimpan di apotek. Setiap hari Selasa dan Jum’at PBF melakukan tukar faktur yaitu PBF memberikan faktur asli disertai faktur pajak kepada apotek untuk kemudian dibayarkan oleh apotek berdasarkan tanggal jatuh tempo faktur tersebut dan untuk contoh tanda terima faktur dapat dilihat pada Lampiran 5.
3.4.3. Penyimpanan Perbekalan farmasi Data mengenai perbekalan farmasi yang diterima kemudian dimasukkan ke dalam sistem komputer pada formulir penerimaan pesanan yang berisi antara lain tanggal pembelian, nama PBF, perbekalan farmasi yang diterima, tanggal kadaluarsa, potongan harga, dan harga. Setelah itu, perbekalan farmasi di tempatkan di etalase atau rak penyimpanan sediaan sesuai dengan kategori penyimpanannya. Apotek Mediko Farma melakukan penyimpanan perbekalan farmasi berdasarkan jenis perbekalan farmasi, penggolongan obat bebas dan obat resep (ethical), serta bentuk sediaan obat kemudian disusun menurut abjad. Penyimpanan obat bebas dikelompokkan pula berdasarkan indikasi/ farmakologi obat dan disusun sedemikian rupa dalam lemari kaca atau rak dengan perpaduan warna yang sesuai sehingga menarik perhatian pasien yang datang ke apotek. Obat resep (ethical) dikelompokkan pula berdasarkan generik, nama dagang dan obat yang sering diresepkan oleh dokter yang berpraktek di lantai atas apotek sehingga memudahkan pengambilan obat saat peracikan. Penyusunan perbekalan farmasi tersebut juga menggunakan sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Penempatan obat sistem First In First Out (FIFO) yaitu perbekalan farmasi yang masuk lebih dulu diletakkan pada bagian yang paling depan dan/atau paling atas, agar memudahkan dalam pengambilan sehingga yang terlebih dahulu masuk akan keluar terlebih dahulu. Pada penyusunan obat berdasarkan sistem FEFO (First Expired First Out) yaitu perbekalan farmasi yang memiliki tanggal kadaluarsa terlebih dahulu diletakkan di bagian yang paling depan dan/atau paling atas, sehingga yang batas kadaluarsa lebih dulu akan keluar terlebih dahulu. Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
34
Penyimpanan obat-obat khusus dilakukan pada tempat terpisah yaitu untuk obat golongan psikotropika dan narkotik disimpan di dalam lemari terkunci dan untuk jenis obat yang termolabil seperti supositoria disimpan dalam lemari pendingin.
3.4.4. Pengeluaran Perbekalan farmasi Apotek Mediko Farma melakukan pengeluaran perbekalan farmasi dengan sistem FEFO (First Expired First Out), yaitu perbekalan farmasi yang dikeluarkan terlebih dahulu adalah perbekalan farmasi yang memiliki batas kadaluarsa lebih awal.
3.4.5. Pembuatan Sediaan Standar (aanmaak) Apotek Mediko Farma juga melakukan pembuatan sediaan standar dan pengemasan kembali sediaan standar ke dalam wadah yang lebih kecil. Sediaan standar adalah obat-obat yang dibuat oleh apotek berdasarkan resep- resep standar dalam buku resmi untuk dijual bebas ataupun berdasarkan resep dokter. Sediaan standar ini dibuat untuk menyediakan sediaan yang jarang atau tidak terdapat di pasaran. Beberapa sediaan standar yang dibuat di Apotek Mediko Farma adalah obat batuk hitam, salep 24, AAV (Asam salisilat, Asam benzoat, dan Vaselin album), boorschudmixtuur (BSM), ichtyol zalf, rivanol, alkohol 70% dan bedak salisilat. Adapula sediaan standar yang dibeli dalam skala besar lalu dikemas kembali dalam skala kecil seperti minyak cengkeh, minyak sereh, garam inggris, dan vitamin. Sediaan standar ini ditempatkan di rak obat bebas dan disusun berdasarkan abjad.
3.5. Pelayanan Apotek Apotek Mediko Farma melakukan pelayanan resep dan pelayanan obat bebas dan komoditi lain di luar sediaan farmasi (perlengkapan bayi, produkproduk susu, produk-produk herbal, produk-produk kosmetik, serta alat-alat kesehatan). Pembayaran dapat dilakukan secara tunai, debit, ataupun kredit. Pembayaran secara tunai sama dengan pembayaran secara kredit, tetapi untuk pembayaran secara kredit, kuitansi pembayarannya tidak diserahkan ke pasien tetapi disimpan Apotek untuk dilakukan penagihan pada awal bulan berikutnya. Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
35
3.5.1. Pelayanan Obat Bebas Apotek Mediko Farma melakukan pelayanan untuk obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat DOWA (Daftar Obat Wajib Apotek) yaitu penjualan obat tanpa menggunakan resep dokter. Obat bebas ditandai dengan logo lingkaran berwarna hijau, obat bebas terbatas ditandai dengan logo lingkaran berwarna biru, sedangkan obat DOWA merupakan obat dengan logo lingkaran berwarna merah dengan huruf K ditengah yang tercantum didalam Daftar Obat Wajib Apotek. Jika pasien menginginkan kuitansi pembelian obat bebas apotek dapat memberikannya. Contoh kuitansi dapat dilihat pada Lampiran 9.
3.5.2. Pelayanan Obat Dengan Resep Apotek Mediko Farma melakukan pelayanan resep yaiu Asisten Apoteker menerima resep dari pasien, kemudian diperiksa ketersediaan obat dan dilakukan verifikasi resep (skrining resep) baik kelengkapan administratif, kesesuaian farmasetika dan kesesuaian farmakologi. Pelayanan resep dilakukan sesuai dengan HTKP (Harga, Timbang, Kemas, Penyerahan). Resep yang diterima diberikan harga berdasarkan harga yang terdapat pada sistem komputer, dimana untuk resep yang berasal dari dokter untuk dipakai sendiri atau pada keadaan tertentu lainnya, harga yang telah dihitung kemudian dikurangi diskon sejumlah yang ditentukan. Resep yang telah diberi harga diberikan kepada kasir untuk dibayar oleh pasien serta diberikan nomor urut resep. Resep dibawa ke bagian peracikan untuk disiapkan atau diracik oleh asisten apoteker. Resep yang telah selesai dikerjakan dikemas, diberi etiket, dan dilakukan pemeriksaan akhir oleh apoteker atau asisten apoteker. Kemudian obat yang telah siap diserahkan kepada pasien oleh apoteker atas asisten apoteker disertai dengan penyampaian informasi yang berkaitan dengan obat tersebut. Pada saat penyerahan obat apoteker atau asisten apoteker meminta nomor telepon dan alamat pasien untuk data tambahan. Bagan alur penerimaan resep dapat dilihat pada Lampiran 6. Resep yang obatnya hanya diambil sebagian akan diberi salinan resep yang ditandatangani oleh apoteker/asisten apoteker dan diberi stempel apotek. Contoh salinan resep dapat dilihat pada Lampiran 7. Jika pasien menginginkan Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
36
kuitansi pembayaran obat resep, apotek akan memberikannya. Contoh kuitansi pembelian obat resep dapat dilihat pada Lampiran 8. Resep yang telah selesai diracik dikumpulkan dan disusun berdasarkan nomor urut resep per hari lalu disimpan selama 3 tahun.
3.5.3. Pelayanan Informasi Obat Pelayanan informasi obat di Apotek Mediko Farma sudah berjalan baik secara pasif maupun secara aktif namun masih terbatas. Pemberian informasi obat secara pasif yaitu pasien menanyakan tentang obat dan asisten apoteker/apoteker menjawab. Sedangkan secara aktif yaitu pemberian informasi pada saat penyerahan obat mengenai nama obat/ zat aktif yang terkandung didalamnya, kekuatan obat (mg/g), bentuk sediaan, indikasi obat, efek samping, interaksi obat, jadwal dan cara pemakaian, cara penyimpanan serta dosis obat.
3.5.4. Swamedikasi Kegiatan swamedikasi saat ini telah dilakukan di Apotek Mediko Farma. Obat-obat yang digunakan dalam swamedikasi meliputi Obat Wajib Apotek, obat bebas terbatas, dan obat bebas. Obat Wajib Apotek merupakan obat dengan lingkaran merah dengan huruf K pada bagian tengah yang masuk dalam daftar obat wajib apotek. Penyerahan obat DOWA dilakukan oleh apoteker dan harus disertai dengan pemberian informasi tentang penggunaan, manfaat dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat, namun yang sering bertindak dalam swamedikasi adalah asisten apoteker.
3.5.5. Pelayanan Lain Pelayanan lainnya di Mediko Farma untuk meningkatkan pendapatan apotek antara lain: a. Penjualan produk-produk herbal dan kosmetik b. Penjualan alat-alat kesehatan c. Penjualan makanan ringan. d. Praktek dokter umum, dokter spesialis anak, dokter THT, dan dokter spesialis kulit dan kelamin. Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
37
e. Laboratorium
3.6. Pengelolaan Obat Golongan Narkotika 3.6.1. Pengadaan Obat Golongan Narkotika Pemesanan obaat-obat golongan narkotika dilakukan oleh bagian pembelian ke PBF Kimia Farma. Pembelian dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan Narkotika rangkap 4 yang telah ditandatangi oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, nomor SIA, jabatan, nama apotek serta stempel apotek. Dalam satu Surat Pesanan hanya berlaku untuk satu jenis narkotika. Contoh surat pesanan narkotika dapat dilihat pada Lampiran 10.
3.6.2. Penerimaan dan Penyimpanan Obat Golongan Narkotika Penerimaan narkotika yang dipesan, diterima oleh Apoteker/ Asisten Apoteker dengan mencantumkan nama jelas, SIK, tanda tangan, stempel apotek dan disertai tanggal dan waktu penerimaan narkotika. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Obat-obat golongan narkotika disimpan dalam lemari kayu khusus yang terkunci berukuran panjang 19,5 cm, lebar 15,5 cm dan tinggi 39 cm. Penyimpanan obat golongan narkotika dipisahkan untuk penggunaan seharihari dan untuk persediaan, namun lemari penyimpanan obat golongan narkotika pada Apotek Mediko Farma masih diletakan pada area yang sering dilalui di dalam area apotek. Contoh sediaan narkotika yang terdapat di apotek adalah Codein tablet 10 dan 20 mg, Codipront® dan
Codipront® cum expectorant
kapsul serta Codipront® dan Codipront® cum expectorant sirup.
3.6.3. Pelayanan Obat Golongan Narkotika Apotek Mediko farma hanya melayani resep asli yang mengandung narkotika atau salinan resep yang berasal dari Apotek Mediko Farma sendiri untuk mengambil sisa obat dengan terlebih dahulu diskrining kelengkapan resepnya serta harus disertai stempel dokter yang jelas. Pada saat penyerahan obat kepada pasien harus dicantumkan nama, nomor telepon yang dapat dihubungi, dan alamat pasien yang jelas. Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
38
3.6.4. Pelaporan Obat Golongan Narkotika Laporan pemakaian obat-obat golongan narkotika dibuat setiap bulan dan dilaporkan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Pelaporan dilakukan langsung ke Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan (Ditjen Binfar Alkes) secara online melalui situs sipnap.binfar.depkes.go.id. Sistem pelaporan ini merupakan sistem baru dimana apotek terlebih dahulu membuat account pada situs tersebut dan mengunduh form pelaporan narkotika yang dibuat Ditjen Binfar Alkes. Setelah laporan dikirim akan ada surat balasan dari Ditjen Binfar Alkes yang menyatakan telah menerima laporan. Pelaporan narkotika yang dilakukan di Mediko Farma hanya berupa laporan narkotika untuk sediaan jadi.
3.7. Pengelolaan Obat Golongan Psikotropika 3.7.1. Pengadaan Obat Golongan Psikotropika Pemesanan obat-obatan golongan psikotropika dilakukan oleh bagian pembelian ke PBF dengan menggunakan Surat Pemesanan Psikotropika rangkap 3 yang telah ditandatangi oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, nomor SIA, jabatan, nama apotek serta stempel apotek. Dalam satu Surat Pesanan boleh lebih dari satu jenis obat. Secara lengkap Surat Pesanan Psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 11.
3.7.2. Penerimaan dan Penyimpanan Obat Golongan Psikotropika Penerimaan psikotropika dapat dilakukan oleh apoteker/asisten apoteker yang mempunyai SIK dan bukti penerimaan psikotropika ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek/ Asisten Apoteker. Obat golongan psikotropika ini kemudian disimpan di dalam lemari khusus dan terjamin keamanannya, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi penyalahgunaan. Contoh sediaan psikotropika yang terdapat di apotek Mediko Farma adalah analsik® tablet, braxidin® tablet, esilgan® 2 mg, frisium® 10 mg, frixitas® 0,25 mg, lexotan® 5 mg, stesolid 5 mg, stesolid® rectal 5 dan 10 mg, valium® 2 mg, valisanbe®, xanax®, bellaphen® tablet, cetalgin®, danalgin®, diazepam 2 mg, librax®, neurodial® 5 mg, luminal 30 mg, proneuron® dan spasmium® 5 mg.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
39
3.7.3. Pelayanan Obat Golongan Psikotropika Obat psikotropika dapat diserahkan kepada pasien berdasarkan resep dokter atau salinan salinan resep dengan terlebih dahulu diskrining kelengkapan resepnya serta harus disertai stempel dokter yang jelas. Pada saat penyerahan obat kepada pasien harus dicantumkan nama, nomor telepon yang dapat dihubungi, dan alamat pasien yang jelas.
3.7.4. Pelaporan Obat Golongan Psikotropika Laporan penggunaan psikotropika di Apotek Mediko Farma sama seperti laporan narkotika dimana di laporkan paling lambat tanggal 10 d i bulan berikutnya. Pelaporan dilakukan langsung ke Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan secara online melaui situs sipnap.binfar.depkes.go.id. Sistem pelaporan ini merupakan sistem baru dimana apotek terlebih dahulu membuat account pada situs tersebut dan menngunduh form pelaporan narkotika yang dibuat Ditjen Binfar Alkes. Setelah laporan dikirim akan ada surat balasan dari Ditjen Binfar Alkes yang menyatakan telah menerima laporan.
3.8. Kegiatan Non teknis Kefarmasian Dalam melaksanakan kegiatannya, Apotek tidak hanya menjalankan fungsi kefarmasian, tetapi juga menjalankan fungsi bisnis, yaitu melakukan kegiatan administrasi yang berfungsi untuk mencatat segala proses kegiatan kerja yang ada di apotek. Pengelolaannya dilakukan oleh bagian administrasi dan dibantu oleh bagian pembelian, kasir serta Asisten Apoteker yang kemudian diperiksa oleh manajer. 3.8.1. Kegiatan Administrasi Kegiatan administrasi yang dilakukan di Apotek Mediko Farma meliputi: a. Administrasi Personalia Apotek Mediko Farma melakukan kegiatan administrasi personalia yang berkaitan dengan semua hal mengenai urusan pegawai yang meliputi absensi, gaji, hak cuti, dan fasilitas lain yang berhubungan dengan karyawan. b. Administrasi Penjualan Apotek Mediko Farma melakukan kegiatan administrasi penjualan dengan Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
40
melakukan pencatatan
baik
menggunakan sistem komputer maupun
pencatatan manual terhadap semua penjualan obat bebas dan obat bebas terbatas (OTC) maupun obat keras (ethical) serta perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) secara tunai atau debit. Selain itu, dilakukan juga pengaturan terhadap penentuan harga jual yang dimasukkan kedalam system komputer. Daftar harga jual inilah yang dijadikan sebagai acuan dalam pemberian harga jual pada pasien dan apabila terdapat perubahan harga pembelian dari PBF (Pedagang Besar Farmasi) maka harga yang terdapat pada daftar harga jual juga akan diubah. c. Administrasi Pembelian Kredit atau Hutang Dagang Apotek Mediko Farma melakukan pembelian produk dari PBF dengan cara tunai, kredit dan konsinyasi. Setiap PBF memberikan kebijaksanaan mengenai
harga
obat
maupun
diskon
yang
berbeda-beda
kepada
apotek. Pencatatan terhadap pembelian kredit dibuat berdasarkan faktur hutang yang masuk dari PBF ke apotek dan di buat dalam sebuah laporan oleh bagian administrasi untuk memudahkan pengawasan.
3.8.2. Sistem Administrasi Apotek Mediko Farma memiliki sistem administrasi untuk pengelolaan perbekalan farmasi mulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, pelayanan dan pelaporan perbekalan farmasi yang masuk dan keluar. Pengelolaan ini dilakukan
oleh
bagian
pembelian,
administrasi
dan
asisten
Apoteker.
Kelengkapan administrasi di Apotek Mediko Farma meliputi : a. Buku Defekta Daftar nama obat atau sediaan yang habis atau hampir habis dicatat dalam buku defekta untuk segera dipesan agar dapat memenuhi kebutuhan di apotek. Keuntungan buku ini adalah dapat digunakan untuk mengecek perbekalan farmasi yang sudah atau hampir habis dan mempercepat proses pemesanan sehingga ketersediaan perbekalan farmasi di apotek dapat terkontrol dan terjamin dengan baik. b. Surat Pesanan (SP) Surat yang digunakan untuk memesan perbekalan farmasi yang diperlukan Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
41
oleh apotek disebut Surat Pesanan yang terdiri dari 2 rangkap, dimana yang asli diserahkan pada pihak distributor sedangkan salinannya merupakan SP pertinggal di apotek untuk menyesuaikan perbekalan farmasi yang datang dengan perbekalan farmasi yang dipesan. Surat Pesanan ditandatangani asisten apoteker apabila akan melakukan pemesanan perbekalan farmasi. Dalam surat pesanan, terdapat tanggal pemesanan serta nama PBF yang ditunjuk. c. Daftar harga sediaan farmasi di apotek Daftar harga jual apotek berasal dari harga yang diberikan PBF ditambah dengan pajak dan margin. Harga ini dapat diketahui dari daftar harga pada sistem komputer dan sistem manual/ hardcopy. Pada sistem ini tercantum nama obat (merk dagang atau generik) yang disusun secara alfabetis serta spesifikasi produk sperti kekuatan dan volume sediaannya. d. Sistem administrasi pembelian dan faktur Penerimaan perbekalan farmasi diinput dalam sistem komputer dengan mencantumkan tanggal, nama perbekalan farmasi, jumlah perbekalan farmasi, nama PBF, nomor faktur, tanggal jatuh tempo faktur, nomor batch, tanggal kadaluarsa, harga satuan, diskon yang diperoleh, total harga dan total pembayaran. Pencatatan ini dilakukan saat perbekalan farmasi datang berdasarkan faktur pengiriman perbekalan farmasi dari PBF. Nomor faktur dari pembelian pada PBF berisikan nomor faktur, tanggal pembelian, nama PBF, tanggal jatuh tempo, dan jumlah pembelian. Ketika dilakukan pembayaran faktur, maka ditulis tanggal dan waktu pembayaran pada faktur yang sudah dibayar. e. Buku catatan penggunaan narkotika dan psikotropika Buku ini berfungsi untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran obat-obat golongan narkotika dan psikotropika, yang berisikan nama obat, bulan, persediaan awal, penambahan jumlah yang meliputi tanggal pembelian, jumlah, nama PBF, pengurangan dan sisa serta keterangan lain jika ada. Catatan harian narkotika dan psikotropika meliputi nomor resep, nama pasien, alamat pasien, nama dokter, alamat dokter, jumlah obat yang diresepkan dan sisa obat (dalam satuan tablet). Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
BAB 4 PEMBAHASAN
Apotek adalah suatu jenis bisnis eceran (retail) yang komoditasnya (barang yang diperdagangkan) terdiri dari perbekalan farmasi (obat dan bahan obat) dan perbekalan kesehatan (alat kesehatan). Seorang apoteker dalam menjalankan profesi apotekernya di apotek tidak hanya pandai sebagai penanggung jawab teknis kefarmasian saja. Apoteker juga dituntut dapat mengelola apotek sesuai dengan prinsip-prinsip bisnis yang dapat memberikan keuntungan kepada pihakpihak yang memiliki kepentingan (stake holder) tanpa harus menghilangkan fungsi sosialnya di masyakat).
4.1. Lokasi dan Bangunan Apotek Apotek Mediko Farma berlokasi di Jalan Pinang Raya nomor 10, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Apotek ini telah beroperasi melayani masyarakat selama hampir 36 tahun. Apotek ini dilengkapi dengan laboratorium klinik dan beberapa praktek dokter, mulai dari dokter umum dan dokter spesialis (spesialis anak, spesialis kulit dan kelamin, dan spesialis THT). Lokasi apotek dinilai cukup strategis. Apotek ini terletak dipertigaan jalan yang cukup ramai karena berada disamping pusat perbelanjaan yang difasilitasi oleh ATM dan dilalui kendaraan, termasuk kendaraan umum, sehingga mudah untuk dicapai pembeli. Lokasi yang strategis juga didukung dengan keberadaan sarana kesehatan lain di sekitar apotek, seperti Rumah Sakit Fatmawati, Rumah Sakit Bersalin Bina Sehat, Rumah Sakit Umum Prikasih, pemukiman penduduk yang cukup padat, serta keberadaan apotek pesaing yang cukup jauh letaknya. Desain eksterior Apotek Mediko Farma sudah cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari papan nama petunjuk keberadaan apotek yang cukup jelas dan besar. Meskipun bangunan apotek sudah lama, namun bangunan apotek tetap terlihat bersih dan terawat. Selain itu, apotek ini memiliki halaman yang cukup luas yang dapat digunakan sebagai tempat parkir dengan kapasitas dua buah mobil dan beberapa sepeda motor. Adanya beberapa tanaman di halaman membuat apotek 42 Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
43
terasa sejuk, asri, dan hijau. Bagian depan apotek terdiri dari jendela yang terbuat dari kaca yang bening namun agak tertutup dengan adanya beberapa banner produk sehingga alangkah baiknya jika banner produk tidak diletakkan di depan jendela agar pembeli dapat melihat desain interior apotek dan produk-produk yang ada di dalam apotek. Dari segi desain interior, Apotek Mediko Farma dapat dinilai memiliki desain yang baik. Bangunan apotek terbagi menjadi dua ruangan, yaitu ruang bagian depan dan ruang bagian belakang. Ruangan dalam Apotek Mediko Farma diberi cat warna putih sehingga memberi kesan bersih dan tenang. Penerangan yang ada pun sudah cukup baik dan tidak menyebabkan panas. Ruang bagian depan apotek digunakan sebagai counter untuk penerimaan resep, penyerahan obat, kasir, penerimaan pembelian dari PBF, dan ruang tunggu yang memiliki 16 buah kursi. Jumlah kursi ini sudah cukup untuk menampung pasien yang menunggu karena jumlah pelayanan resep per hari yang cukup banyak terutama saat sore hari ketika praktek dokter sudah dimulai. Ruang tunggu juga terjaga bersih, sudah dilengkapi pendingin ruangan atau air conditioner (AC), jam dinding, dan tersedia pula brosur dan majalah kesehatan serta air minum gratis untuk meningkatkan kenyamanan pelanggan selama menunggu obat. Penempatan obat bebas dan obat bebas terbatas pada etalase di ruang depan apotek sudah baik. Produk yang eye catching diletakkan dibagian yang dapat terlihat jelas oleh konsumen. Sedangkan, untuk obat bebas dan obat terbatas lain disusun berdasarkan farmakologi dan bentuk sediaan sehingga memberikan kenyaman dan kemudahan bagi karyawan maupun pembeli. Ruang bagian belakang digunakan untuk lemari penyimpanan obat keras (generik maupun paten), ruang racik dan ruang kerja dengan luas yang cukup untuk pekerjaan meracik. Ruang bagian belakang juga dilengkapi AC yang menjaga suhu ruangan untuk menjamin stabilitas obat selama penyimpanan dan kenyamanan
tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Desain ruang
racik Apotek Mediko Farma menempatkan meja racik pada bagian tengah di antara lemari obat akan mempermudah pekerjaan peracikan obat. Meja kerja diletakkan di sudut ruangan agar tidak mengganggu pekerjaan meracik obat. Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
44
Pada ruang racik juga dilengkapi dengan wastafel yang dapat digunakan sebagai tempat pencucian alat dan kulkas yang berada disamping meja kerja untuk menyimpan obat-obat yang stabil pada suhu dingin sedangkan toilet untuk karyawan berada dibelakang ruang racik.
4.2. Sumber Daya Manusia di Apotek Apotek Mediko Farma memiliki 12 tenaga kerja, terdiri atas tenaga teknis farmasi dan tenaga non-teknis farmasi. Tenaga teknis farmasi terdiri dari satu orang Apoteker Pengelola Apotek sebagai pimpinan, satu orang apoteker pendamping yang merangkap manager keuangan dan tiga orang asisten apoteker. Tenaga non-teknis farmasi terdiri dari dua orang bagian administrasi (satu orang bagian pembelian dan satu orang bagian faktur), dua orang tenaga kasir, satu orang petugas kebersihan dan dua orang petugas keamanan. Bagan struktur organisasi apotek Mediko Farma dapat dilihat pada Lampiran 3. Tenaga kerja Apotek Mediko Farma bekerja secara bergantian berdasarkan jam kerja yang telah dibagi menjadi dua shift, yaitu shift pertama pukul 07.30 - 14.30 WIB dan shift kedua pukul 14.30 - 21.30 WIB. Sedangkan untuk hari minggu hanya ada satu shift selama 12 jam dan tenaga kerja dianggap lembur. Tabel 4.1. Pembagian Shift Asisten Apoteker
Senin - Sabtu Minggu
Pagi (07.30 - 14.30 WIB) 1 orang -
Siang (14.30 - 21.30 WIB) 2 orang -
Lembur (08.00 - 20.00 WIB) 1 orang
Berdasarkan pembagian shift tersebut, terdapat perbedaan jumlah sumber daya manusia yaitu pada jumlah asisten apoteker yang bertugas, pembagian jumlah asisten apoteker pada masing-masing shift dapat dilihat pada Table 4.1. Pembagian shift ini sudah cukup efektif mengingat jam ramai apotek berkisar pada waktu sore hingga malam karena adanya praktek dokter sehingga sumber daya manusia pada shift kedua lebih banyak dibandingkan shift pertama.
4.3. Pengelolaan Perbekalan Farmasi Proses pengadaan perbekalan farmasi di Apotek Mediko Farma dilakukan melalui
pembelian
secara
kredit,
tunai
ataupun
konsinyasi,
dengan
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
45
memperhatikan arus barang (slow moving atau fast moving) dan arus uang. Setiap hari dilakukan pemeriksaan terhadap jenis persediaan obat yang mulai menipis dan mencegah stok kosong (stock out). Pembuatan defekta dilakukan setiap hari Minggu dan Kamis dan dibuat berdasarkan stok minimum serta penjualan pada minggu sebelumnya. Perbekalan farmasi yang akan atau sudah habis tersebut kemudian dicatat kedalam buku defekta/buku pemesanan lalu disusun berdasarkan PBF yang menyediakan obat-obat tersebut dengan tujuan untuk mempermudah pemesanan dan melakukan pemilihan PBF. Jika suatu obat tersedia pada lebih dari satu PBF, maka dasar pemilihan P B F yang diterapkan adalah faktor harga (potongan harga) dan kecepatan pengiriman. Buku defekta/buku pemesanan kemudian di serahkan ke bagian pembelian untuk dibuatkan Surat Pesanan. Pemesanan perbekalan farmasi dilakukan setiap hari Senin dan Kamis tetapi untuk obat-obat keperluan mendesak (cito) dan fast moving dapat dilakukan kapan saja saat persediaan menipis karena perputaran barang lebih cepat dan untuk mencegah stok kosong maupun adanya death stock (stok mati) atau obat yang kadaluarsa (akibat terlalu lama disimpan) sehingga kerugian apotek dapat ditekan. Pemesanan obat ke distributor dilakukan melalui telepon maupun melalui sales yang datang ke apotek. Pemesanan seminggu dua kali memberikan keuntungan bagi apotek dalam hal mengurangi penumpukan yang dapat mengganggu aliran kas. Umumnya lama pengiriman barang dari distributor ke apotek kurang dari satu hari sehingga tidak ada waktu tenggang (lead time) yang panjang. Apotek Mediko Farma tidak menyediakan stok pengaman (buffer stock) bagi perbekalan famasi yang dijual kecuali untuk obat generik. Berdasarkan hasil pengamatan, pengadaan perbekalan farmasi di Apotek Mediko Farma sudah berjalan cukup baik dan efektif. Namun, belum adanya perencanaan dalam penyediaan stok pengaman (buffer stock) dan perhitungan stok minimum sebagai acuan pemesanan terkadang menyebabkan adanya kekosongan perbekalan farmasi.
Dalam mengatasi hal tersebut, apotek menawarkan obat
pengganti namun atau menawarkan kepada pelanggan untuk memesan terlebih dahulu kemudian mengambilnya keesokan hari penawaran
ini
tidak selalu
diterima oleh seluruh pelanggan. Hal ini dapat merugikan apotek karena apotek Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
46
kehilangan penjualan dan membuat pelanggan kecewa. Selain itu, tidak adanya stok pengaman menyebabkan peningkatkan
beban
kerja apotek dan biaya
administrasi karena pembelian barang dalam jumlah sedikit sehingga tidak mendapatkan diskon dari distributor. Oleh sebab itu, sebaiknya dilakukan perhitungan stok minimum sebagai acuan pemesanan dan pemilahan perbekalan farmasi yang dapat disediakan stok pengamannya sehingga dapat menekan kekosongan perbekalan farmasi dan memperlancar kegiatan pelayanan . Penyimpanan perbekalan farmasi di Apotek Mediko Farma telah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, yaitu persediaan farmasi harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik dan semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai untuk menjamin kestabilannya. Hal ini dilakukan agar mudah dilakukan identifikasi dan penarikan obat jika ada informasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan terhadap obat yang tidak sesuai dengan persyaratan; mengetahui waktu kadaluarsa dan obat dapat dikembalikan kepada distributor dengan wadah asli pabrik sesuai perjanjian. Sistem penyimpanan perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan sistem FEFO (First Expired First Out) atau FIFO (First In First Out). Gudang untuk penyimpanan stok obat hanya ada untuk obat generik. Gudang ini berada di lemari yang sama dengan penyimpanan obat generik tersebut, hanya saja lokasinya berada di bagian bawah. Untuk narkotika dan psikotropika, harus memiliki lemari penyimpanan khusus. Akan tetapi, di Apotek Mediko Farma, penyimpanan narkotika dan psikotropika masih digabung dalam satu lemari meskipun letaknya dipisahkan. Lemari penyimpanan tersebut terbuat dari kayu namun hanya terdapat satu pintu dengan satu kunci. Hal ini masih belum sesuai dengan Permenkes No. 28/Menkes/Per/1978 pasal 5 dan 6 dijelaskan bahwa apotek harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika, yang seharusnya lemari tersebut mempunyai kunci ganda yang berlainan; lemari dibagi dua sekat, masingmasing dengan kunci yang berlainan. Pengontrolan tanggal kadaluarsa secara visual belum diberlakukan di apotek ini. Pengontrolan tanggal untuk obat-obat yang disimpan di ruang peracikan dilakukan dua kali seminggu saat pendataan defekta. Sedangkan, Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
47
pengontrolan tanggal kadaluarsa untuk produk OTC hanya dilakukan saat penerimaan barang dari distributor. Hal tersebut berisiko menimbulkan kerugian akibat tidak terkontrolnya obat yang telah mendekati kadaluarsa dan belum terjual. Persediaan farmasi yang telah kadaluarsa dikumpulkan pada awal tahun untuk dihitung kerugiannya. Selanjutnya, produk kadaluarsa ini dimusnahkan dengan disaksikan oleh karyawan apotek. Penataan di apotek ini dilakukan untuk memberikan kemudahan dan efisiensi karyawan apotek dalam bergerak karena semua produk yang dijual di apotek hanya bisa dijangkau oleh karyawan apotek. Untuk produk-produk yang dijual di apotek ini tidak terbatas pada obat-obat bebas, terbatas maupun keras. Produk-produk yang dijual dapat berupa persediaan farmasi maupun non farmasi. Persediaan farmasi yang dijual meliputi obat, alat kesehatan, dan produk herbal.Sedangkan, produk non farmasi yang dijual di apotek yaitu kosmetik, produk kebersihan, serta kebutuhan bayi. Penataan produk-produk tersebut berada di area produk OTC yang mudah terlihat oleh pengunjung dan disusun berdasarkan kegunaannya. Adanya alat kesehatan dan produk non farmasi menjadi salah satu keunggulan bagi apotek, selain untuk memudahkan pelangan mendapatkan kebutuhannya, juga dapat meningkatkan pendapatan apotek diluar pelayanan obat resep.
4.4. Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pekerjaan kefarmasian lainnya yang dilakukan di apotek adalah pelayanan atas resep dokter. Pada bagian peracikan sediaan diperlukan ketepatan, ketelitian dan kecepatan dari SDM untuk melayani resep dengan baik. Dalam pelaksanaannya asisten apoteker yang melakukan peracikan, penyerahan obat hingga pelayanan informasi obat ke pasien. Apotek Mediko memiliki alur pelayanan untuk pelayanan atas resep dokter, yaitu 1.
Resep dokter yang diterima diberikan kepada AA atau Apoteker.
2.
AA atau Apoteker memasukkan daftar obat dan jumlah yang dibutuhkan sesuai resep ke dalam sistem komputer untuk memberikan penomoran dan melihat biaya atas resep tersebut.
3.
Biaya atas resep diinformasikan kepada pasien. Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
48
4.
Jika pasien setuju dengan harganya, maka dilakukan pembayaran oleh pasien ke kasir. Pada tahap ini kasir memberikan nomor antrian, satu lembar diberikan ke pasien, satu lembar ditempel di resep. Jika pasien tidak setuju, resep dikembalikan ke pasien.
5.
Resep yang sudah dibayar, diberikan kepada AA.
6.
AA menyiapkan obat sesuai resep dalam satu wadah. Saat awal penyiapan, terlebih dahulu resep di-cap dengan cap HTKP.
7.
Penyerahan obat dengan terlebih dahulu mencocokkan antara nomor yang dipegang oleh pasien dan nomor yang tertempel di resep.
8.
Pemberian informasi obat terkait nama obat, kegunaan dan cara penggunaan.
9.
Pencatatan nomor telepon pasien untuk semua jenis resep dan dilengkapi pencatatan alamat pasien untuk resep yang menuliskan obat psikotropika dan narkotika.
10. Resep asli disimpan oleh pihak Apotek, namun untuk reep yang dapat diulang, diberikan kopi resepnya ke pasien. Metode peracikan yang dilakukan sangat berpengaruh terhadap ketepatan dosis dan efek farmakologis yang akan dihasilkan dari obat yang diberikan pada pasien tersebut. Penggunaan alat penggerus pada peracikan puyer atau kapsul yang tidak teliti, yaitu mortir dan tablet crusher (mesin penghancur tablet), dapat mengurangi jumlah serbuk obat yang diracik. Pada peracikan puyer dan kapsul di apotek ini selalu menggunakan tablet crusher, sedangkan mortar dipakai untuk peracikan sediaan semi solid. Apabila sediaan puyer atau kapsul yang diracik dengan tablet crusher memiliki jumlah yang sedikit dan memiliki kandungan zat aktif yang juga sedikit, adanya kemungkinan ketidaktepatan dosis dari sediaan obat racikan menjadi lebih besar. Hal tersebut seharusnya dapat diminimalisir dengan pemilihan alat penggerus yang sesuai ketika dilakukan peracikan obat. Pada saat peracikan masih terjadi kesalahan seperti digunakannya sediaan salut, baik salut gula maupun salut enterik untuk kemudian diracik menjadi sediaan kapsul atau puyer. Solusi yang seharusnya dilakukan yaitu menghubungi dokter penulis resep untuk merekomendasikan pergantian bentuk sediaan obat dalam resep menjadi sediaan konvensional. Dalam proses peracikan sediaan juga harus diperhatikan faktor kebersihan dan keamanan bagi tenaga teknis Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
49
kefarmasian yang melakukan peracikan sediaan. Dalam pelaksanaannya, tenaga teknis kefarmasian sudah melengkapi diri dengan alat pelindung diri seperti masker. Namun, penggunaan alat pelindung diri lain saat peracikan seperti sarung tangan belum dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian di apotek ini. Pemberian informasi obat pada saat penyerahan obat di apotek seringkali hanya meliputi kegunaan obat, aturan pakai, dan cara penggunaan obat. Hal ini dikarenakan banyaknya obat yang harus diberikan kepada pasien dalam waktu yang sama dan pasien biasanya menghendaki penyampaian informasi yang cepat. Namun, alangkah lebih baik lagi jika pemberian informasi obat pada saat penyerahan obat kepada pasien, sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi sehingga dapat mempercepat kesembuhan pasien dan sesuai dengan standar pelayanan di apotek yang ditetapkan. Apotek Mediko Farma dilengkapi dengan dua buah komputer dengan sistem yang tersambung pada internet dan sudah disesuaikan untuk keperluan apotek untuk membantu dalam pelayanan. Sistem komputer ini yang menjadi acuan dalam pemberian harga jual obat kepada pasien dan melihat stok obat. Berdasarkan pengamatan, sistem ini sudah efektif dalam membantu pelayanan di apotek. Namun, terkadang sistem ini mengalami masalah yang membuat loading menjadi lama dan hal ini berpengaruh pada pelayanan karena pasien perlu menunggu hingga sistem kembali normal. Hal ini tentunya memerlukan perhatian karena menyebabkan pembeli menunggu cukup lama dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan terhadap kinerja apotek. Oleh sebab itu, alangkah lebih baik jika sistem komputer di-upgrade agar kecepatan pelayanan meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan kepuasan konsumen dan membawa keuntungan bagi apotek. Konseling atau disebut juga dengan konsultasi, dilakukan ketika pasien meminta untuk berkonsultasi. Konseling dilakukan di tempat penyerahan obat biasanya oleh AA. Konseling bertujuan untuk dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Kegiatan Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
50
pelayanan yang dilakukan di Apotek ini terbatas pada pemberian informasi obat dan konseling. Pelayanan berupa monitoring terapi baru dimulai dengan menuliskan riwayat pengobatan pasien di suatu formulir yang diisi oleh AA. Namun, untuk pemantauan secara rutin terhadap penggunaan obat oleh pasien tertentu belum dilakukan. Selain dengan resep, apotek juga memberikan pelayanan pembelian obat tanpa resep sebagai pelayanan pengobatan swamedikasi melalui UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri) sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/Menkes/SKA/ll/1990 tentang Obat Wajib Apotik, Keputusan Menteri Kesehatan No. 924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotik No. 2, dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No.3. Pelayanan yang ramah dan cepat merupakan salah satu faktor penting untuk kemajuan suatu apotek. Dalam hal kepuasan pasien mengenai waktu pelayanan, setiap karyawan apotek menjaganya dengan selalu memberitahukan kepada pasien tentang pelayanan resep yang agak lama jika terdapat racikan pada resep. Adanya program PKPA di Apotek Mediko Farma yang dilaksanakan selama 6 (enam) minggu telah banyak memberikan gambaran kepada calon apoteker tentang bagaimana seorang Apoteker seharusnya menjalankan profesinya di apotek. Tugas dan fungsi seorang apoteker di apotek tidak hanya berperan sebagai penanggung jawab teknis kefarmasian melainkan juga berperan dalam manajemen pengelolaan Apotek.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan program PKPA di Apotek Mediko selama 6 minggu, penulis dapat menyimpulkan: a. PKPA di apotek merupakan kegitatan yang tepat dan efektif untuk mengaplikasikan ilmu kefarmasian. b. Apoteker di apotek berperan sebagai penanggung jawab teknis kefarmasian sekaligus berperan dalam manajemen pengelolaan Apotek sehingga apotek dapat terus bertahan dan memberikan keuntungan bisnis. c. Kegiatan pengelolaan apotek di Apotek Mediko Farma sudah berjalan baik dalam segi pelayanan kefarmasian meliputi pelayanan resep dan nonresep hingga pemberian
informasi kepada pasien, maupun sistem manajerial
meliputi kegiatan
menejemen pengadaan, penyimpanan, penjualan,dan
sumber daya manusia.
5.2. Saran Untuk mempertahankan kinerja serta meningkatkan mutu pelayanan di apotek diperlukan upaya-upaya antara lain: a. Sebaiknya banner produk yang diletakkan di dekat jendela apotek dipindahkan agar pembeli dapat melihat desain interior apotek dan produk yang ada di dalam apotek sehingga dapat menarik pelanggan baru dan pada akhirnya meningkatkan penjualan apotek. b. Pengadaan perbekalan farmasi yang sudah berjalan dapat berjalan lebih baik dan efektif bila dilakukan perhitungan stok minimum sebagai acuan pemesanan dan pemilahan perbekalan farmasi yang dapat disediakan stok pengamannya sehingga dapat menekan kekosongan perbekalan farmasi dan memperlancar kegiatan pelayanan . c. Pengadaan lemari khusus tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika agar sesuai dengan peraturan yang berlaku. 51
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Universitas Indonesia
52
d. Sistem komputer perlu diupgrade kinerjanya sehingga pasien tidak perlu menunggu lama untuk mengetahui berapa jumlah uang yang harus dibayar untuk meningkatkan efisiensi kerja dan kepuasan pelanggan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
53
DAFTAR ACUAN Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006a). Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006b). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Sistem Pelaporan Penggunaan Sediaan Jadi Narkotika dan Psikotropika Nasional. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/Menkes/Per/I/1978 tentang Tata Cara Penyimpanan Narkotika. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :347/Menkes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotik. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993a). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 919/Menkes/Per/X/1993. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993b). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993c). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 924/ Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Obat Wajib Apotik No.2. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993d). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 925/ Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Perubahan Golongan Obat No. 1. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1999). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 1176/ Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Obat Wajib Apotik No. 3. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MenKes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MenKes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
54
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009a). Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009b). Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009c). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
55
Gambar 3.1. Bangunan Apotek Mediko Farma
Gambar 3.2. Ruang Tunggu dan Etalase di Apotek Mediko Farma
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
56
Gambar 3.3. Ruang Peracikan di Apotek Mediko Farma
Keterangan : (a) Tablet crusher (mesin penghancur tablet) (b) Sealing machine (mesin pengemas) (c) Medicine packet (pembungkus puyer) (d) Plastic spoon (sendok plastik) Gambar 3.4. Alat-Alat Peracikan Puyer di Apotek Mediko Farma
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
57
Lampiran 1. Peta Lokasi Apotek Mediko Farma Pondok Labu
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
58
Lampiran 2. Denah Bangunan Apotek Mediko Farma
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
59
Lampiran 3. Bagan Struktur Organisasi Apotek Mediko Farma
Pemilik Sarana Apotek
Apoteker Pengelola Apotek
Apoteker Pendamping (Manager Apotek)
Asisten Apoteker
Administrasi
Kasir
Petugas Kebersihan
Petugas Keamanan
Bagian Pembelian
Bagian Faktur
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
60
Lampiran 4. Format Surat Pesanan Apotek Mediko Farma
Apotek Mediko Farma
Kepada
Yth. Jl. Pinang Raya No. 10 Pondok Labu Cilandak, Jakarta Selatan …………………… ……… Telp. 7505486, 7656337 …………………… ……… No.
Nama Obat
Packing
Banyaknya
Jakarta, ……………………………………… 20 ………….. AP A
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
61
Lampiran 5. Tanda Terima Faktur
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
62
Lampiran 6. Alur Penerimaan Resep
Penerimaan resep (Verifikasi resep dan pengecekan ketersediaan obat)
Pemberian harga
Pasien menerima nomor resep dan membayar di kasir
Peracikan obat - Obat racikan - Obat jadi
Pemberian etiket dan salinan resep
Pemerikasaan kesesuaian obat
Penyerahan obat
Obat diterima pasien
Resep disimpan oleh petugas
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
63
Lampiran 7. Salinan Resep
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
64
Lampiran 8. Kuitansi Pembelian Obat Resep
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
65
Lampiran 9. Kuitansi Pembelian Obat Bebas
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
66 Lampiran 10. Format Surat Pesanan Obat Golongan Narkotika
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
67
Lampiran 11. Format Surat Pesanan Obat Golongan Psikotropika
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR R OBAT AP APOTEK MEDIKO FARMA MA BESER BESERTA DATA INTERAKSI AKSI OBA OBAT DAN MANAJEMEN PENANGAN PENANGANANNYA
TUGAS S KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI OFESI APO APOTEKER
RAHMI RAMDANIS, S. Farm. 1206313583
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROG PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ iii BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................1 1.1 Latar Belakang..................................................................................1 1.2 Tujuan ...............................................................................................2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................3 2.1 Apotek ..............................................................................................3 2.2 Formularium dan Daftar Obat ..........................................................4 2.3 Interaksi Obat ...................................................................................5 BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN ...........................................................9 3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian .........................................................9 3.2 Metode Pengkajian ...........................................................................9 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................10 4.1 Hasil ................................................................................................10 4.2 Pembahasan ....................................................................................10 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................12 5.1 Kesimpulan .....................................................................................12 5.2 Saran ...............................................................................................12 DAFTAR ACUAN................................................................................................13
ii
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Interaksi Obat dan Manajemen Penanganannya ....................14
iii
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No.
51
tahun
2009, apotek
merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker yang berperan dalam mewujudkan peningkatan derajat kesehatan bagi masyarakat melalui pekerjaan kefarmasian. Pekerjaan kefarmasian yang dilakukan di apotek meliputi pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter serta pelayanan informasi obat. Apotek Mediko Farma dilengkapi dengan praktek dokter yang terdiri dari dokter umum, dokter gigi, dokter kulit dan dokter anak. Hal ini menyebabkan permintaan resep di apotek ini cukup tinggi. Akan tetapi, kadang terdapat obat yang diresepkan oleh dokter klinik tersebut tidak tersedia di apotek sehingga tidak dapat dilakukan pelayanan obat atas resep dokter secara optimal. Oleh karena itu, diperlukan daftar obat yang ada di apotek yang digunakan sebagai acuan peresepan untuk dokter yang melakukan praktek di klinik mediko. Salah satu masalah terkait obat yang sering ditemukan adalah penggunaan obat tidak rasional yaitu polifarmasi atau pengobatan dengan beberapa obat sekaligus. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya peningkatan efek samping dan timbulnya interaksi obat. Insiden interaksi obat yang penting dalam klinik sukar diperkirakan karena dokumentasinya masih kurang dan seringkali lolos dari pengamatan karena kurangnya pengetahuan akan mekanisme dan kemungkinan terjadinya interaksi obat, sehingga interaksi obat berupa peningkatan toksisitas seringkali dianggap sebagai reaksi idiosinkrasi terhadap salah satu obat, sedangkan interaksi berupa penurunan efektivitas seringkali diduga akibat bertambahnya penyakit. Selain itu, terlalu banyak obat yang saling berinteraksi sehingga sulit untuk diingat (Setiawati, A, 2007). Berdasarkan hal yang telah disebutkan sebelumnya, kami menyusun daftar obat di Apotek Mediko Farma beserta interaksi obat dan manajemen penanganannya. Interaksi obat yang dicantumkan adalah interaksi yang diketahui 1
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Universitas Indonesia
2
bermakna secara klinik sehingga diharapkan interaksi obat tersebut dapat dihindari atau ditangani dengan benar sehingga efek terapi dapat dicapai secara maksimal.
1.2 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan daftar obat ini adalah mengetahui daftar obat yang ada di Apotek Mediko Farma beserta interaksi obat yang mungkin terjadi dan manajemen penanganannya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Apotek Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Hal ini ditegaskan dalam pasal 19 PP 51 tahun 2009 yang menyebutkan bahwa apotek merupakan salah satu fasilitas pelayanan kefarmasian. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002 dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027/Menkes/SK/IX/2004, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan (Presiden Republik Indonesia, 2009). Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi untuk manusia. Obat-obat yang beredar digolongkan dalam empat kategori, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, dan obat golongan narkotika. Penggolongan ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap peredaran dan pemakaian obat-obat tersebut. Setiap golongan obat diberi tanda pada kemasan yang terlihat. Pelayanan obat di apotek meliputi pelayanan obat OTC (Over The Counter) dan obat Ethical. Obat-obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter adalah obat OTC, termasuk didalamnya obat bebas dan obat bebas terbatas. Obat ethical adalah obat yang hanya dapat diperoleh dengan menggunakan resep dokter, termasuk didalamnya obat keras, obat golongan psikotropika dan obat golongan narkotika. Apotek mengutamakan
sebagai
salah
kepentingan
satu
sarana
masyarakat
dan
pelayanan
kesehatan
berkewajiban
perlu
menyediakan,
menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik. Dalam 3 Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
4
pengelolaannya, apotek harus dikelola oleh apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan dan dapat dibantu oleh apoteker pendamping serta tenaga teknis kefarmasian.
2.2 Formularium dan Daftar Obat 2.2.1 Formularium Obat (Kementerian Kesehatan RI, 2012) Formularium obat adalah buku yang memuat daftar obat terpilih yang paling dibutuhkan dan harus tersedia di Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Formularium merupakan kompilasi sediaan obat yang digunakan sebagai acuan untuk penulisan resep oleh dokter di suatu unit pelayanan kesehatan. Bagi praktisi medik, formularium ini membantu dalam proses pemilihan obat yang rasional. Dengan formularium maka obat yang digunakan adalah obat yang benar-benar diperlukan sehingga menghindari pemborosan biaya atas pembelanjaan obat-obat yang tidak diperlukan. Dalam seleksi obat ini, juga bermakna memilih drug of choice saja, sedangkan obat yang tidak dibutuhkan tidak harus disediakan, apalagi jika tidak didukung oleh bukti ilmiah yang meyakinkan. Melalui formularium yang baik maka fasilitas pelayanan kesehatan secara tidak langsung memberikan jaminan bahwa hanya obat yang memiliki bukti efikasi dan keamanan yang terbaiklah yang akan tersedia. Sedangkan obat yang manfaatnya meragukan tidak perlu disediakan. Sistem ini akan menaikkan kepercayaan pasien kepada praktisi medik karena mengerti bahwa obat yang diresepkan merupakan obat pilihan yang telah mengalami pengkajian mendalam dalam hal manfaat, mutu, dan keamanannya.
2.2.2 Daftar Obat Daftar obat merupakan buku yang memuat daftar obat yang terdapat di pelayanan kesehatan. Daftar obat di apotek memiliki fungsi yang sama dengan formularium obat yang terdapat di rumah sakit yaitu membantu dalam pemilihan obat yang rasional dan dapat disediakan oleh apotek. Daftar obat ini juga dapat membantu apoteker dalam menjalankan swamedikasi di apotek. Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
5
Daftar obat hanya berupa data obat yang tersedia di apotek dan hal ini berbeda dengan formularium yang pada penyusunannya melibatkan proses seleksi obat yang disesuaikan dengan daftar obat esensial serta didukung bukti ilmiah. Daftar obat di apotek ini hanya berlaku dalam jangka pendek karena bergantung pada permintaan dari dokter dan permintaan pasar terutama untuk produk OTC yang seringkali berubah dengan cepat sehingga diperlukan penyesuaian daftar obat secara berkala. Selain itu, pelanggan yang datang atau resep yang ditebus di apotek tidak hanya berasal dari dokter di satu tempat sehingga permintaan obatnya pun pasti berbeda.
2.3 Interaksi Obat Obat dapat berinteraksi dengan makanan, zat kimia yang masuk dari lingkungan, atau dengan obat lain. Interaksi antar obat dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Interaksi obat yang menguntungkan misalnya kombinasi sulfametoksazol dan trimetoprim meningkatkan aktivitas sedangkan interaksi yang merugikan misalnya antasida dapat mengurangi absorbsi fenitoin dan beberapa obat lainnya (Setiawati, A, 2007). Interaksi obat dianggap penting secara klinik jika berakibat meningkatkan toksisitas dan/atau mengurangi efektivitas obat lainnya. Mekanisme interaksi obat secara garis besar dapat dibedakan atas tiga mekanisme, yakni: interaksi farmasetik
atau
inkompabilitas,
interaksi
farmakokinetik
dan
interaksi
farmakodinamik (Setiawati, A, 2007).
2.3.1 Interaksi Farmasetik (Inkompatibilitas) Interaksi ini terjadi di luar tubuh (sebelum obat diberikan) antara obat yang tidak dapat dicampur (inkompatibel). Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau kimiawi yang hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan warna dan lain-lain, atau mungkin juga tidak terlihat. Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat (Setiawati, A, 2007).
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
6
2.3.2 Interaksi Farmakokinetik (Setiawati, A, 2007 dan Katzung, B.G. 2009) Interaksi farmakokinetik terjadi jika salah satu obat mempengaruhi absorpsi, distribusi, metabolisme, atau ekskresi obat kedua sehingga kadar plasma obat kedua meningkat atau menurun. Akibatnya terjadi peningkatan toksisitas atau penurunan efektivitas obat tersebut. Interaksi farmakokinetik tidak dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan karena antar obat terdapat variasi sifat-sifat fisikokimia yang menyebabkan variasi sifat-sifat farmakokinetiknya. Absorpsi obat di saluran cerna dapat dipengaruhi oleh penggunan bersamaan dengan zat lainnya diantaranya: a. Agen yang memiliki permukaan yang besar sehingga obat dapat diadsorbsi b. Agen yang memiliki ikatan atau kelat c. Agen yang mempengaruhi pH lambung d. Agen yang mempengaruhi motilitas saluran cerna e. Agen yang mempengaruhi transport protein seperi P-glikoprotein dan transporter anion organik Satu hal yang harus dibedakan adalah efek terhadap laju absorpsi dan efek terhadap jumlah yang di absorpsi. Penurunan laju absorpsi obat sangat jarang yang memiliki makna secara klinik, sedangkan penurunan jumlah yang diabsorpsi bermakna secara klinik jika menghasilkan kadar serum di bawah kadar terapi. Mekanisme interaksi obat yang mempengaruhi distribusi obat adalah kompetisi untuk berikatan dengan protein plasma, penggantian dari sisi yang berikatan dengan jaringan dan efek terhadap sawar jaringan lokal seperti penghambatan P-glikoprotein dalam sawar darah otak. Penggantian dari sisi ikatan jaringan dapat meningkatkan konsentrasi obat dalam darah. Metabolisme obat dapat ditingkatkan atau dihambat oleh penggunaan bersama obat lain dan makna secara klinik sangat bervariasi. Induksi isozim sitokrom P450 pada hati dan usus halus dapat disebabkan oleh obat seperti barbiturat, bosentan, karbamazepin, efavirenz, nevirapin, fenitoin, primidon, rifampin, rifabutin, dan St. John's wort. Penginduksi enzim dapat juga meningkatkan aktivitas metabolisme fase II seperti glukuronidase. Efek dari induksi enzim biasanya muncul secara bertahap, biasanya efek maksimal muncul setelah 7-10 hari dan memerlukan waktu yang sama atau lebih lama untuk Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
7
menghentikannya. Tetapi, Rifampin menginduksi enzim hanya setelah beberapa dosis. Penghambatan metabolisme secara umum terjadi lebih cepat dibandingkan dengan induksi enzim dan dapat mulai setelah konsentrasi penghambat di jaringan telah cukup. Jika obat yang dipengaruhi memiliki waktu paruh yang panjang, diperlukan seminggu atau lebih (tiga atau empat kali waktu paruh) untuk mencapai konsentrasi steady-state. Obat yang menghambat sitokrom P450 diantaranya
amiodaron,
androgen,
atazanavir,
kloramfenikol,
simetidin,
ciprofloxacin, klaritromisin, siklosporin, delavirdin, diltiazem, difenhidramin, disulfiram,
enoxacin,
eritromisin,
flukonazol,
fluoxetine,
fluvoxamine,
furanocoumarins (kandungan dalam grapefruit juice), indinavir, isoniazid, itrakonazol, ketokonazol, metronidazol, mexiletine, mikonazol, nefazodone, omeprazol, paroxetine, propoxyphene, kuinidin, ritonavir, sulfamethizole, verapamil, voriconazole, zafirlukast, dan zileuton. Ekskresi renal dari obat aktif dapat dipengruhi oleh penggunaan secara bersamaan dengan obat lain. Ekskresi renal dari obat yang merupakan asam lemah atau basa lemah dapat dipengaruhi oleh obat lain yang mempengaruhi pH urin. Hal ini terjadi akibat perubahan dalam ionisasi obat. Untuk beberapa obat, sekresi aktif ke dalam tubulus ginjal merupakan jalur eliminasi yang penting. Pglikoprotein, transporter anion organik dan transporter kation organik yang berperan dalam sekresi tubular aktif pada beberapa obat dan penghambatan terhadap trransporter tersebut dapat menghambat eliminasi ginjal yang menyebabkan peningkatan konsentrasi obat dalam serum.
2.3.3 Interaksi Farmakodinamik (Katzung, B.G. 2009) Ketika obat yang memiliki efek farmakologi diberikan secara bersamaan, respon aditif atau sinergis dapat muncul. Kedua obat tersebut dapat memiliki reseptor yang sama atau tidak untuk menghasilkan efek tersebut. Secara teori, obat yang memiliki reseptor yang sama umumnya memiliki efek aditif seperti benzodiazepin dan barbiturat. Obat yang memiliki reseptor berbeda atau proses yang berkesinambungan dapat menghasilkan efek sinergis seperti nitrat dan sildenafil atau sulfonamid dan trimetoprim. Sebaliknya, obat dengan efek Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
8
farmakologi yang berlawanan dapat menurunkan respon salah satu atau kedua obat. Interaksi obat secara farmakodinamik relatif banyak terjadi di klinik, tetapi efek samping dapat dikurangi jika efek farmakologi satu obat telah diketahui. Oleh karena itu, interaksi ini dapat dicegah dan diwaspadai.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 18 Februari 2013 – 28 Maret 2013 yang bertempat di Apotek Mediko Farma.
3.2 Metode Pengkajian Metode yang digunakan dalam pengkajian adalah melalui pengamatan jenis obat yang ada di apotek dan penelusuran literatur (studi pustaka). Data yang ada digunakan untuk menyusun daftar obat yang ada di Apotek Mediko Farma dan mengkaji parameter interaksi obat dan manajemen penanganannya. Selanjutnya dilakukan analisis data dan permasalahan serta solusi yang dapat dilakukan.
9
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Universitas Indonesia
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Daftar obat Apotek Mediko Farma beserta data interaksi obat dan manajemen penanganannya dapat dilihat pada Lampiran 1.
5.2 Pembahasan Apotek
merupakan
salah
satu
sarana
yang
digunakan
untuk
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Salah satu pelayanan kefarmasian adalah pelayanan obat yang meliputi penyiapan, penyerahan obat dan pemberian informasi obat. Daftar obat di Apotek Mediko Farma (lihat Lampiran 1) merupakan data obat yang terdapat di apotek baik berupa ethical maupun OTC. Daftar obat ini dilengkapi dengan interaksi obat dan manajemen penanganannya. Data interaksi obat yang terdapat pada daftar obat tersebut merupakan interaksi yang diketahui bermakna secara klinik sehingga dapat digunakan untuk membantu proses pelayanan obat di Apotek Mediko Farma. Daftar obat tersebut terdiri dari 242 jenis obat. Berdasarkan daftar obat tersebut terdapat beberapa sediaan obat yang memiliki lebih dari tiga nama dagang, misalnya Parasetamol dan Amoksisilin memiliki delapan nama dagang, sediaan kombinasi Metampiron dan Diazepam memiliki empat nama dagang serta sediaan kombinasi obat batuk yang terdiri dari Dekstrometorfan HBr dan Difenhidramin memiliki tujuh nama dagang. Jumlah sediaan dengan nama dagang berbeda tersebut mempengaruhi stok obat yang ada di apotek. Obat dengan nama dagang tertentu lebih mudah terjual daripada obat dengan merek lain. Akibatnya terjadi penumpukan stok obat yang kurang laku terjual. Untuk mengatasi masalah tersebut, sebaiknya dipilih batas jumlah nama dagang misalnya tiga nama dagang untuk menyederhanakan jumlah sediaan dengan nama dagang berbeda tersebut. Pemilihan dapat didasarkan pada perputaran nama dagang tersebut yaitu yang lebih cepat laku di pasaran. Sisa modal pembelian obat nama dagang tersebut dapat digunakan untuk membeli sediaan farmasi lainnya atau dikembalikan ke modal apotek. Berdasarkan daftar interaksi obat tersebut, sediaan topikal relatif tidak 10 Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
11
memiliki interaksi obat. Hal ini disebabkan belum ada data yang tersedia dan belum ada laporan yang signifikan mengenai interaksi obat topikal. Selain itu, penelitian interaksi obat jarang dilakukan dengan menggunakan sediaan topikal. Pada prinsipnya, dapat terjadi interaksi obat dengan sediaan topikal jika obat tersebut terabsorpsi secara sistemik. Sediaan topikal dapat diabsorpsi secara sistemik tetapi jumlah yang diabsorpsi umumnya kurang signifikan dan tidak menimbulkan interaksi obat. Absorpsi sistemik dari sediaan topikal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya konsentrasi sediaan, alat yang digunakan untuk pemakaian sediaan, luas area pemakaian, integritas kulit, dan durasi penggunaan. Penggunaan pembalut pada area yang diolesi juga dapat meningkatkan absorpsi perkutan (Baxter, K. 2010). Meskipun interaksi obat sediaan topikal jarang ditemukan, praktisi medik tetap harus waspada terhadap kemungkinan adanya interaksi obat tersebut.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Daftar obat Apotek Mediko Farma terdiri dari 245 jenis obat dan terdapat beberapa obat dengan nama dagang lebih dari tiga. Interaksi yang bermakna secara klinik umumnya terjadi pada obat untuk penggunaan sistemik. Data interaksi obat untuk sediaan topikal masih terbatas. Sediaan topikal tersebut dapat berinteraksi dengan obat lain jika di absorpsi secara sistemik. Absorpsi sistemik dari sediaan topikal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu konsentrasi sediaan, alat yang digunakan untuk pemakaian sediaan, luas area pemakaian, integritas kulit, dan durasi penggunaan.
5.2 Saran 5.2.1 Penyederhanaan obat yang sama dengan nama dagang berbeda diperlukan untuk mencegah adanya penumpukan obat di apotek sehingga perputaran sediaan di apotek berjalan dengan baik. 5.2.2 Kegiatan pemberian informasi obat termasuk interaksi obat sebaiknya dilaksanakan oleh apoteker untuk memaksimalkan terapi obat.
12
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Baxter, K. (Ed.). (2008). Stockley’s Drug Interaction 8th Ed. London: Pharmaceutical Press. Baxter, K. (Ed.). (2010). Stockley’s Drug Interaction Pocket Companion 2010. London: Pharmaceutical Press. Drug Interaction. 10 April 2013. http://www.drugs.com/drug interactions/carbidopa-entacapone-levodopa-with-citicoline-514-0-3325 0.html?professional=1 Katzung, B.G. (Ed). (2009). Basic & Clinical Pharmacology, Eleventh Edition. China: The McGraw-Hill Companies, Inc. Kementerian Kesehatan RI. (2012). Modul Penggerakan Penggunaan Obat Rasional. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. Redaksi ISO Indonesia Vol. 47 Tahun 2012-2013. (2012). ISO Indonesia Volume 47. Jakarta: PT ISFI Penerbitan. Setiawati, A. (2007). Interaksi Obat. In Sulistia Gan Gunawan (Ed.). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia. 862-875.
13
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Lampiran 1. Daftar Interaksi Obat dan Manajemen Penanganannya No
Nama Obat Nama Dagang
Komposisi
Indikasi
Dosis
Interaksi Obat
Manajemen Penanganan
1. ANALGESIK, ANTIPIRETIK, ANTIPIRAI 1.1 ANALGESIK NON NARKOTIK 1
Analsik (kaplet)
Metampiron 500 mg dan Diazepam 2 mg
Sakit kepala,nyeri pinggang,nyeri otot dan sendi
Dewasa: sehari 3x 1 kaplet, Anak: sehari 3 x kaplet
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Jika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS. Jika tetap dikombinasikan dengan furosemid (diuretik kuat), fungsi ginjal harus selalu dimonitor. Hindari penggunaan bersamaan dengan metotreksat. Penggunaan bersama fenitoin tidak perlu dihindari, tetapi harus selalu dimonitor level fenitoin serum. Dosis diazepam dikurangi jika dikombinasikan dengan valproat, disulfiram, simetidin, valdecoxib, kontrasepsi oral dan isonazid
14
Penggunaan bersama AINS lainnya meningkatkan resiko perdarahan GIT, peningkatan resiko tersebut semakin terlihat. jika dikombinasikan dengan antikoagulan. Meningkatkan AUC metotreksat sehingga dapat meningkatkan toksisitas (MTX) dan menambah efek samping MTX yaitu depresi sumsum tulang dan agranulositosis. Menurunkan klirens furosemid. Alkohol meningkatkan level plasma diazepam dan mempercepat absorpsi diazepam sehingga meningkatkan toksikasi diazepam. Diazepam menghambat metabolisme ketamin. Diazepam meningkatkan
2
Antalgin (tablet)
Antalgin 500 mg
Sakit kepala, nyeri pinggang
Dewasa: sehari 3 x 1 tablet.
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Diperlukan kontrol rutin jika diberikan bersama siklosporin. Jika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS, jika tetap dikombinasikan dengan furosemid (diuretik kuat), fungsi ginjal harus selalu dimonitor. Hindari penggunaan bersamaan dengan metotreksat.
15
konsentrasi plasma maksimum bupivacaine, tetapi laju eliminasinya juga meningkat. Penggunaan bersama opiat dan benzodiazepin lain meningkatkan efek sedasi, analgetik dan depresi pernapasan, opiat mengurangi laju absorpsi diazepam. Diazepam mengurangi efek levodopa, fenitoin mengurangi level serum diazepam. Valproat, disulfiram, dan simetidin meningkatkan level plasma diazepam. Diazepam dihambat metabolismenya oleh valdecoxib, kontrasepsi oral dan isonazid Penggunaan bersamaan dengan siklosporin dapat menurunkan kadar siklosporin. Antalgin dan alkohol mungkin memberikan pengaruh yang berlawanan dari efeknya. Penggunaan bersama AINS lainnya meningkatkan resiko perdarahan GIT, peningkatan resiko tersebut semakin terlihat
3
Artrilox (tablet)
Meloksikam 7,5 mg dan 15 mg
Terapi jangka pendek eksaserbasi osteo artitis akut, arthritis rhematoid
Dosis yang dianjurkan sehari 15 mg
jika dkombinasikan dengan antikoagulan. Meningkatkan AUC metotreksat sehingga dapat meningkatkan toksisitas (MTX) dan menambah efek samping MTX yaitu depresi sumsum tulang dan agranulositosis. Resiko perdarahan meningkat jika obat ini digunakan bersama AINS lain, meliputi salisilat, antikoagulan oral, tiiklopidin, heparin, trombolitik. Meningkatkan kadar litium serum. Meningkatkan toksisitas hematologik dari metotreksat. Eliminasi obat ditingkatkan oleh kolestiramin. Mengurangi efek pentoksifilin dari antihipertensi. Meningkatkan nefrotoksisitas dari siklosporin.
Jika diberikan dengan diuretik, fungsi ginjal harus dimonitor. Hindari penggunaan kolestiramin.
16
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
4
Asam Mefenamat (kaplet)
Asam Mefenamat 250 mg/kaplet dan 500 mg/kaplet
Meredakan rasa nyeri
5
Aspilets (tablet)
Asetosal 80 mg
Meredakan demam dan rasa nyeri
6
Aspirin (tablet)
Asetosal 500 mg
Meredakan rasa nyeri, demam, antikoagulan
Dewasa dan anak > 14 thn, awal 500 mg, dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam.
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Jika diinginkan efek analgesik yang cepat, hindari penggunaan bersamaan dengan antasida yang mengandung Al. Monitor penggunaan bersamaan dengan antikoagulan dan jika perlu dosis antikoagulan dapat dikurangi. Monitor level serum litium, Lihat Aspirin
Sesuaikan dosis salisilat berdasarkan kebutuhan; monitor konsentrasi plasma salisilat ketika menambahkan atau menghentikan penggunaan kortikosteroid. Natrium bikarbonat: Dosis asetosal yang dibutuhkan lebih tinggi dari dosis normal. Monitor konsentrasi plasma asetosal dan ukur pH urin untuk menentukan dosis. Monitor konsentrasi plasma MTX; sesuaikan dosis MTX.
17
Penggunaan bersamaan dengan antikoagulan oral dapat memperpanjang protrombin. Antasida yang mengandung Al mengurangi absorbsi asam mefenamat. Aantasida yang mengandung Mg meningkatkan absorbsi asam mefenamat Meningkatkan toksisitas litium Jika perlu dapat di Lihat Aspirin berikan tiap 3 jam : bayi: tablet, 2-3 tahun 1 tablet, 4-5 tahun 2 tablet, 6-9 tahun 4 tablet. Dewasa : sehari Kortikostreoid dapat 1-3 tablet, anak > menurunkan konsentrasi serum dan efektivitas salisilat. 5thn tablet, Penghentian kortikosteroid maksimal sehari 1 dapat meningkatkan -3 tablet. konsentrasi salisilat. Natrium bikarbonat dapat meningkatkan klirens renal dan penurunan konsentrasi serum asetosal. Asetosal meningkatkan toksisitas metotreksat (MTX). Carbenicillin, cefamendazole, cefoerazone,
cefotetan, dipiramol, depakote, heparin, pentoxifilline, klopidogrel, asam valproat: menyebabkan peningkatan perdarahan. Menyebabkan efek hipoglikemik antidiabetik oral meningkat.
Monitor parameter koagulasi dan tanda-tanda pendarahan, obati gejala yang timbul jika terjadi pendarahan atau hindari penggunaan asetosal jika Carbenicillin, cefamendazole, cefoferazone, cefotetan, dipiramol, depakote, heparin, pentoxifilline, klopidogrel, asam valproat digunakan. Perubahan dosis antidiabetik oral diperlukan.
18
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
7
Betalgin (kaplet)
Metampiron 500 mg
Lihat Antalgin
Lihat Antalgin
Penggunaan bersama ACE Inhibitor dapat menyebabkan Efek hipotensif dan vasodilator dapat menurun. Interaksi dengan warfarin dapat menyebabkan aktivitas antikoagulan dapat meningkat. Efek penurunan tekanan darah beta blocker melemah. Efek menguntungkan beta blocker pada fraksi ejeksi ventrikel kiri pada pasien gagal jantung kronik melemah. Garam aluminium atau magnesium (Antasida) menyebabkan konsentrasi serum salisilat dapat menurun. Lansoprazole dan omeprazole: menyebabkan Asetosal enteric-coated larut lebih cepat sehingga meningkatkan efek samping pada lambung. Lihat Antalgin
ACE inhibitor: Monitor tekanan darah dan parameter hemodinamik atau tetap berikan asetosal dan ganti terapi antihipertensi dari ACE inhibitor menjadi Angiotensin Receptor Blocker. Monitor INR rutin dan atur dosis warfarin sesuai hasil monitor ketika memulai atau menghentikan terapi salisilat. Beri tahu pasien untuk melaporkan kejadian pendarahan atau memar. Monitoring konsentrasi serum asetosal dan atur dosis ketika antasida dimulai atau dihentikan. Hindari penggunaan dengan lansoprazole dan omeprazole secara bersamaan.
Lihat Antalgin
19
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
8
Biogesic (tablet)
Parasetamol 500 mg
Meredakan rasa nyeri, demam
sehari 3 x 1-2 tablet
9
Bodrex (tablet)
Parasetamol 600 mg dan Kafein 50 mg
Meredakan rasa nyeri, demam
Dewasa : sehari 3 - 4 x 1 tablet. Anak 6-12 tahun sehari 3-4 x - 1 tablet
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Lakukan pemantauan jika digunakan dengan antikoagulan. Parasetamol merupakan analgesik yang lebih aman dibanding aspirin dan AINS lainnya jika diberikan bersama antikoagulan. Hindari penggunaan alkohol. Dosis Parasetamol dikurangi bila diberikan bersama dengan isoniazid Lihat Biogesic. Hindari penggunaan kafein minimal 12 jam sebelum dilakukan infus adenosin untuk myocardial imaging. Monitor level serum klozapin. Hindari penggunaan dengan alkohol, disulfiram, kontrasepsi oral dan pseudoefedrin
20
Absorpsi melambat dengan obat antikolinergik atau analgesik opioid. Toksisitas meningkat bila digunakan bersama alkohol, isoniazid, atau obat antiepilepsi. Meningkatkan respon antikoagulan kumarin dan kloramfenikol konsentrat. Rifampisin dapat mengurangi efikasi parasetamol Lihat Biogesic. Alkohol menghambat metabolisme hepatik kafein. Kafein dapat meningkatkan bioavailabilitas, laju absorbsi, dan konsentrasi plasma aspirin. Penggunaan kafein dengan diklofenak dapat meningkatkan efikasinya dalam terapi migrain. Kafein dan teofilin mengurangi peningkatan denyut jantung dan dan perubahan tekanan darah yang disebabkan oleh infus adenosin. Kafein mengurangi bahkan menghilangkann efek hipnotik
10
Bodrexin (tablet) Lihat Aspilets
Lihat Aspilets
Lihat Aspilets
11
Cataflam (tablet)
Nyeri ringan hingga sedang, rheumatoid arthritis dan osteoathritis
Dewasa : awal 100-150 mg sehari.
Kalium diklofenak 25 mg dan 50 mg
pentobarbital. Kafein meningkatkan level serum klozapin sehingga meningkatkan resiko efek samping. Efek kafein meningkat dengan adanya MAOI. Fenitoin meningkatkan metabolisme kafein. Disulfiram mengurangi klirens kafein. Kontrasepsi oral memperpanjang waktu paruh kafein. Penggunaan kafein dan pseudoefedrin secara bersamaan meningkatkan resiko hipertensi. Lihat Aspilets Lihat Aspilets
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Jika digunakan bersama diuretik hemat kalium perlu dilakukan pengamatan terhadap kadar kalium dalam serum. Dianjurkan untuk dilakukan pemantauan yang ketat terhadap pasien yang menggunakan kombinasi diklofenak dan antikoagulan. Perhatian harus diberikan apabila digunakan bersama
21
Apabila diberikan bersamaan dengan preparat yang mengandung litium atau digoksin, diklofenak dapat meningkatkan konsentrasi litium dalam plasma tetapi tidak ada tanda klinis dosis berlebih pada kasus-kasus tertentu yang telah dijumpai. Beberapa obat antiinflamasi non steroid dapat menghambat
aktivitas dari diuretik. Pengobatan bersamaan dengan diuretik hemat kalium mungkin disertai dengan kenaikan kadar kalium dalam serum. Pemberian bersama antiinflamasi non steroid sistemik dapat menambah terjadinya efek samping. Meskipun pada penelitianpenelitian klinik tidak menunjukkan bahwa diklofenak mempengaruhi efek dari antikoagulan, sangat jarang dilaporkan adanya penambahan resiko perdarahan, dengan penggunaan kombinasi diklofenak dan antikoagulan
antiinflamasi non steroid. Diklofenak diberikan kurang dari 24 jam sebelum atau setelah pengobatan dengan metotreksat
22
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Seperti antiinflamasi nonsteroid lainnya, digunakan dalam dosis tinggi (200 mg) dapat menghambat agregasi platelet untuk sementara. Penelitian penelitian klinik memperlihatkan bahwa diklofenak dapat diberikan bersamaan dengan oral diabetik tanpa mempengaruhi efek klinik dari masing-masing obat. Sangat jarang dilaporkan efek hipoglikemik dan hiperglikemik dengan adanya diklofenak dimana diperlukan untuk menyesuaikan dosis obat-obat hipoglikemik. Konsentrasi metotreksat dalam darah dapat meningkat dan toksisitas obat ini bertambah. Penambahan nefrotoksisitas siklosporin mungkin trerjadi oleh karena efek obat-obat antiinflamasi non steroid terhadap prostaglandin ginjal.
23
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Celebrex (kapsul)
Selekoksib 100 mg dan 200 mg
Osteoaartitis, dan Rematik arthtitis pada orang dewasa
Sehari 1 x 200 mg atau 2 x 200 mg untuk rematik artritis 2 x 100 mg
13 14
Cetalgin (tablet) Cetalgin-T (tablet/kapsul)
Lihat Analsik Metampiron 500 mg, diazepam 2 mg, vitamin B6 dan Kafein 50 mg
Lihat Analsik Sakit kepala neuralgia, sakit pinggang, ketengangan, rasa sakit lainnya
Lihat Analsik Dewasa: sehari 3x1 setelah makan Anak 8-12 tahun sehari 1-2 x ½ kapsul/tablet
Rifampisin mengurangi level plasma selekoksib, Flukonazol meningkatkan AUC selekoksib sebesar 130%, Selekoksib meningkatkan konsentrasi serum litium sebesar 17% 350%, Resiko perdarahan terutama pada geriatri meningkat jika diberikan dengan warfarin dan clopidogrel, Meningkatkan toksisitas fenitoin, Menghambat metabolisme metoprolol, Selekoksib mengurangi efek diuretik dan antihipertensi dari diuretik kuat, Penggunaan bersamaan dengan ACE inhibitor meningkatkan kreatinin serum, hiperkalemia, dan keparahan gagal jantung kongestif, Penggunaan bersamaan dengan furosemid meningkatkan resiko gagal ginjal Lihat Analsik Lihat Analsik
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Selekoksib dimulai dari dosis rendah atau hanya setengah dosis jika digunakan bersama flukonazol, Berikan profilaksis GIT seperti AH2 atau PPI jika clopidogrel diberikan dengan selekoksib, Hindari penggunaan selekoksib dengan litium atau lakukan monitoring level litium setiap beberapa hari atau lakukan penurunan dosis litium, pasien harus diinformasikan mengenai tanda atau gejala toksisitas litium, Monitor efek antikoagulan jika diberikan bersamaan, hindari penggunaan selekoksib dengan diuretik kuat, jika tetap digunakan, maka dosis diuretik dapat ditingkatkan tapi fungsi ginjal harus dimonitor dengan baik terutama pada pasien geriatri atau pasien dengan sirosis hati, gagal jantung atau gangguan ginjal Lihat Analsik Lihat Analsik
24
12
Counterpain PXM (krim)
Piroksikam 5mg, Metil salisilat 102 mg, Mentol 54,3 mg, Euginol 13,7 mg
Nyeri otot, dan Oleskan Tidak interaksi obat yang sendi, inflamasi 3 - 4 x sehari pada dilaporkan daerah yang menderita.
-
16
Contrexin (tablet) Danalgin (tablet) Dumin (sirup, tablet)
Lihat Aspilets
Lihat Aspilets
Lihat Aspilets
Lihat Aspilets
Lihat Aspilets
Lihat Analsik Parasetamol 120 mg/5ml (sirup), 500 mg (tablet)
Lihat Analsik Menurunkan demam dan meredakan rasa nyeri pada otot, sakit kepala dan sakit gigi
Lihat Analsik Dewasa sehari 3-4x 0,5-1g, maks sehari 4 g. Anak 1-6 tahun sehari 3-4x125mg maks sehari 750 mg. Anak <1thn sehari 3-4 x 60 mg
Dumin RT Hufagrip (sirup) Hufagrip TMP (sirup)
Lihat Dumin Lihat Dumin Ibuprofen
Lihat Dumin Lihat Dumin Menurunkan demam, meringankan nyeri ringan sampai sedang.
Lihat Dumin Lihat Dumin Dewasa sehari 3-4x 10 ml. Anak 1-2 tahun 2,5 ml, 3-7 tahun 5 ml
Lihat Analsik Absorpsi melambat dengan obat antikolinergik atau analgesik opioid. Toksisitas meningkat bila digunakan bersama alkohol, isoniazid, atau obat antiepilepsi. Meningkatkan respon antikoagulan kumarin dan kloramfenikol konsentrat. Rifampisin dapat mengurangi efikasi parasetamol Lihat Dumin Lihat Dumin Terjadi interaksi dengan obat: Alendronat Na (Bon-one) dan risendronat Na (actonel): Risiko ulkus lambung dapat meningkat. Fluoksetin HCl, Sertralin HCl, Esitalopram oksalat : Risiko pendarahan saluran cerna bagian atas dapat
Lihat Analsik Lakukan pemantauan jika digunakan dengan antikoagulan. Parasetamol merupakan analgesik yang lebih aman dibanding aspirin dan AINS lainnya jika diberikan bersama antikoagulan. Hindari penggunaan alkohol. Dosis parasetamol dikurangi bila diberikan bersama dengan isoniazid Lihat Dumin Lihat Dumin fluoksetin, setralin, esitalopram Gunakan secara hati-hati ketika menggunakan obat tersebut secara bersamaan. Monitor pasien secara teliti terhadap kemungkinan efek samping GI, terutama ulkus lambung. Jika kombinasi tidak dapat dihindari, maka
17 18
19 20 21
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
25
15
meningkat. Flukonazol, Itrakonazol dapat menyebabkan Konsentrasi plasma NSAID dapat meningkat, sehingga meningkatkan efek farmakologi dan efek samping. Itrakonazol dapat menurunkan kadar plasma NSAID, sehingga mengurangi efikasi. Probenesid menyebabkan Toksisitas NSAID meningkat. Tidak ada intervensi segera yang diperlukan. Konsentrasi plasma aminoglikosida (gentamisin, amikasin, netilmisin, streptomisin, tobramisin) dapat meningkat.
26
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
pertimbangkan untuk mempersingkat durasi pengobatan menggunakan NSAID , menurunkan dosis NSAID, atau mengganti NSAID dengan asetaminofen (misalnya, tylenol) atau SSRI (fluoksetin, setralin, esitalopram) dengan antidepresi trisiklik. Jika terjadi efek samping GI, pertimbangkan terapi intervensi (misalnya proton pump inhibitor) atau menghentikan SSRI (fluoksetin, setralin, esitalopram) atau NSAID dan berikan terapi alternative. Amati respon klinik pasien dan sesuaikan dosis NSAID berdasarkan kebutuhan. Sesuaikan dosis probenesid secara tepat jika terjadi toksisitas. Jika penggunaan secara bersamaan tidak bisa dihindari, maka kurangi dosis aminoglikosida sebelum memulai penggunaan NSAID. Monitor fungsi renal dan kadar serum aminoglikosida. Sesuaikan dosis aminoglikosida berdasarkan pada parameter yang dimonitor
22
Maxicam (kapsul)
Piroksikam 20 mg
Terapi simptomatik pada reumotoid, gangguan encok akut.
Dewasa awal 20 mg dan sehari 40 mg dosis tunggal atau terbagi selama 2 hari selama 7-14 hari
Konsentrasi plasma piroksikam berkurang jika diberikan bersama kolestiramin, Meningkatkan resiko perdarahan jika diberikan bersama warfarin, Piroksikam menyebabkan kegagalan terapi antihipertensi, Meningkatkan toksisitas litium
23
Mefinal (kaplet) Mevilox (tablet) Metaneuron (tablet) Movicox (tablet) Neorhemacyl (tablet)
Lihat Asam Mefenamat Lihat Artrilox Lihat Antalgin
Lihat Asam Mefenamat Lihat Artrilox Lihat Antalgin
Lihat Asam Mefenamat
24 25
Lihat Asam Mefenamat Lihat Artrilox Lihat Antalgin
Hindari kombinasi dengan kolestiramin, Penggunaan bersama warfarin tetap dapat dilakukan, tetapi harus dilakukan monitor dan antisipasi jika dosis antikoagulan harus diturunkan, Dosis terendah piroksikam digunakan pada pasien yang menggunakan antihipertensi, lakukan monitoring level litium setiap beberapa hari atau lakukan penurunan dosis litium, pasien harus diinformasikan mengenai tanda atau gejala toksisitas litium Lihat Asam Mefenamat
Lihat Artrilox Lihat Antalgin
Lihat Artrilox Lihat Antalgin
Lihat Artrilox Ibuprofen 200 mg, Parasetamol 350 mg
Lihat Artrilox Meringankan nyeri ringan sampai sedang pada otot dan sendi, nyeri haid.
Lihat Artrilox 1 tablet tiap 4-6 jam atau sehari 3-4 x
Lihat Artrilox Lihat Biogesic dan Hufagrip TMP
Lihat Artrilox Lihat Biogesic dan Hufagrip TMP
26 27
27
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
28
Neorhemacyl cream (krim)
Metilsalisilat 150 mg, mentol 50 mg, kamfer 15 mg, dan euginol 20 mg Natrium diklofenak 25 mg dan 50 mg
29
Neurofenac (tablet)
30 31
Nerodial (kaplet) Lihat Analsik Novagesic Lihat Dumin (sirup, tablet)
Meredakan nyeri otot dan nyeri sendi, keseleo dan pegal-pegal
Dioleskan atau digosokan pada bagian yang sakit.
Tidak ada interaksi yang dilaporkan
-
Antirematik non steroid
Dewasa: 50 mg (2x1 tab 25 mg) s/d 150 mg (3x1 tab 50 mg)/ hari. Anak > 6 tahun: 2-3mg/kgBB/hari. Dosis pemeliharaan 3 x 25 mg/hari
Lihat Analsik Lihat Dumin
Lihat Analsik Lihat Dumin
Lihat Cataflam. Voriconazole meningkatkan level diklofenak, menyebabkan kegagalan agen antihipertensi, Sikolosporin meningkatkan level serum diklofenak hingga dua kali lipat, Colestipol dan Kolestiramin mengurangi absorbsi oral diklofenak, Rifampisin mengurangi level plasma diklofenak, Peningkatan resiko perdarahan GIT jika diberikan bersama aspirin, Misoprostol meningkatkan resiko nyeri abdomen, nausea, dispepsia, dan diare jika diberikan bersama diklofenak, Lihat Analsik Lihat Dumin
Lihat Cataflam. Gunakan dosis terendah jika diberikan bersama voriconazole, Dosis terendah digunakan pada pasien hipertensi dan pasien yang menggunakan siklosporin, Diklofenak diberikan 1 jam sebelum atau 4 jam setelah Colestipol, Diklofenak diberikan 1 jam sebelum atau 4-6 jam setelah Kolestiramin tetapi lebih baik hindari penggunaan kombinasi obat ini, Hindari kombinasi dengan aspirin, Informasikan kepada pasien tentang kemungkinan terjadi nyeri abdomen atau diare jika menggunakan kombinasi diklofenak dan misoprostol, Lihat Analsik Lihat Dumin
28
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
32
Novalgin (tablet, sirup)
Metampiron 500 mg/tablet; 250 mg/5 mL sirup
33
Pamol (tablet, sirup) Panadol (kaplet, sirup) Paracetamol (tablet, kaplet, sirup) Ponstan (kaplet) Progesic (sirup, tablet) Voltadex (kaplet) Voltaren (tablet)
34 35
36 37 38 39
Dewasa 1-2 tablet 3 x sehari. Sirup 2-4 sendok makan 3 x sehari
Lihat Antalgin
Lihat Antalgin
Lihat Dumin
Nyeri berat terkait dengan sakit kepala, sakit gigi, paska kecelakaan atau paska operasi. Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Asam Mefenamat
Lihat Asam Mefenamat
Lihat Asam Mefenamat
Lihat Asam Mefenamat
Lihat Asam Mefenamat
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Neurofenac Lihat Neurofenac
Lihat Neurofenac Lihat Neurofenac
Lihat Neurofenac
Lihat Neurofenac
Lihat Neurofenac
Lihat Neurofenac
Lihat Neurofenac
Lihat Neurofenac
29
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
I.2 ANTIPIRAI 40 Allopurinol (Tablet)
41
Zyloric (Tablet)
Allopurinol 100 mg; 300 mg
Hiperurisemia primer, dan hiperurisemia sekunder (mencegah pengendapan asam urat dan kalsium oksalat).
Dewasa: Awal sehari 100300 mg, dosis pemeliharaan sehari 200-600 mg, dosis tunggal maks 300 mg.
Lihat Allopurinol
Lihat Allopurinol
Lihat Allopurinol
Anestetik lokal
1 ampul, maksimal 2 mL
Memperpanjang kerja 6-Merkaptopurin atau Azatioprin bila diberikan bersamaan. Meningkatkan waktu paruh adenine arabinoside dalam plasma. Efek obat ini dikurangi (ekskresi dipercepat) oleh urikosurik dan salisilat dosis tinggi, Penggunaan bersama klorpropamid saat kondisi ginjal buruk meningkatkan efek hipoglikemik yang lebih lama, Lihat Allopurinol
Gunakan hanya dosis 6-Merkaptopurin atau Azatioprin bila diberikan bersamaan. Perhatian khusus harus dilakukan jika diberikan bersama adenin arabinosid untuk mengawasi adanya efek toksik,
Lidokain plasma meningkat saat digunakan bersama propranolol, Simetidin menurunkan klirens lidokain (pada beberapa kasus), Barbiturat menurunkan level plasma lidokain,
lakukan monitoring beta bloker dan lidokain, monitoring level lidokain jika diberikan bersama simetidin dan lakukan penurunan dosis jika perlu, jika perlu lakukan peningkatan dosis lidokain pada pasien yang menggunakan barbiturat,
Lihat Allopurinol
2. ANESTETIK 2.1 ANESTETIK LOKAL 42 Lidodex Lidocaini HCl
30
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
2.2 ANESTETIK UMUM 43
Miloz (Injeksi)
Midazolam 15 mg/3 mL
lihat pada dosis
Aprepitant menghambat metabolisme midazolam dann meningkatkan level midazolam oral dua kali lipat setelah 5 hari penggunaan secara bersamaan sehingga memperpanjang efek midazolam yaitu sedasi dan amnesia, Itrakonazol, flukonazol, ketokonazol meningkatkan bioavailabilitas midazolam oral sehingga meningkatkan dan memperpanjang efek sedasi dan amnesia, Efek midazolam dan level serum midazolam ditingkatkan oleh verapamil dan protease inhibitor, Karbamazepin dan fenitoin menurunkan AUC dan level serum midazolam hingga 90% sehingga efek midazolam menurun, Eritromisin meningkatkan efek dan level serum midazolam, Delavirdine meningkatkan level plasma midazolam dengan menghambat CYP3A4, Rifampisin menurunkan AUC midazolam sampai 96%,
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Kurangi dosis midazolam dan monitor penggunaan kombinasi midazolam dan aprepitant. Penggunaan bersama golongan azole, protease inhibitor dan Delavirdine dikontraindikasikan, Lakukan monitoring penggunaan midazolam dan verapamil (Calcium Channel Blocker) dan sebaiknya dosis midazolam dikurangi setidaknya 50%, Dosis midazolam ditingkatkan jika digunakan bersama karbamazepin dan fenitoin, alternatif hipnotik lain mungkin diperlukan, Dosis dikurangi 5075% jika digunakan bersama eritromisin, Jangan digunakan bersama rifampisin karena efek benzodiazepin akan menghilang,
31
IM medikasi pra op. Dosis lazim 5 mg. Dewasa: 0,07-0,1 mg/kgBB. Lanjut usia dan pasien dalam kondisi lemah 0,025-0,5 mg/kgBB. IV induksi anestesi dan sedasi 10 mg. Dosis pemeliharaan pada anestesi umum: dosis bersifat individual, Sedasi basal: awal 2,5 mg 5-20 menit sebelum operasi. pemberian sesudah itu dapat dilakukan bila perlu. maks: 5 mg.
3. ANTIALERGI DAN OBAT UNTUK ANAFILAKSIS 44 Cetirizine Cetirizin HCl Alergi rhinitis Kapsul 10 mg, yang kronik sirup 5 mg/ml 45
46
47 48 49
Chloramphenira- Chloramphenira- Rinitis, mine (tablet) min maleat 4 mg ultikaria, Mengobati keadaan alergi, seperti gatalgatal, dermatitis. CTM Lihat Lihat Chloramphenira Chloramphenimine ramine Decadryl (Sirup) Difenhidramin Antialergi HCl 10 mg/ml Incidal (tablet, sirup) Loratadine (sirup)
Dewasa dan anak > 12 tahun : sehari 1x 10 mg saat makan Dewasa: Sehari 3-4 x tablet 2-6 tahun: Sehari 3-4 x tablet.
Mempotensiasi efek alkohol,
Hindari penggunaan alkohol
Mempotensiasi efek alkohol,
Hindari penggunaan alkohol
Lihat Chlorampheniramine 10-50 mg/hari
Lihat Chlorampheniramine
Lihat Chlorampheniramine
Mempotensiasi efek alkohol
Hindari penggunaan alkohol
Lihat Cetirizine
Lihat Cetirizine
Lihat Cetirizine
Lihat Cetirizine
Loratadin 10 mg/ml
Pengobatan simptomatis pada alergi rhinitis dan berbagai jenis alergi pada kulit
Dewasa dan anak anak > 12 thn: sehari 10 mg. Anak 2-12 thn : > 30 kg: sehari 10 mg
ketokonazol meningkatkan level loratadin sehingga efek loratadin meningkat, penggunaan bersamaan eritromisin dan loratadin meningkatkan interval QT, simetidin meningkatkan AUC loratadin dan metabolitnya sebesar 103% dan 6% tetapi hal ini tidak mengubah keamanan loratadin
Tidak ada perhatian khusus pada pemberian bersamaan ketokonazol atau eritromisin dengan loratadin, Pemberian antihistamin harus dihentikan < 48 jam sebelum prosedur uji kulit.
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
32
Lihat Cetirizine
4. ANTIDOT DAN OBAT LAIN UNTUK KERACUNAN 4.1 KHUSUS 50
Ethyol
Amifostin 500 mg
Mengurangi toksisitas kumulatif ginjal
Dewasa: Sehari 1x740- 910mg/m2 sebagai invus IV selama 15 menit yg dimulai 30 menit sebelum kemoterapi secara infus cepat.
Meningkatkan resiko hipotensi postural jika diberikan bersama eplerenon
Lakukan monitoring efek samping
Fenitoin Na 100 mg; 100mg/2 ml
antikonvulsan
Dewasa: awal 1 kaps 3 x/hari. Pemeliharaan: 3-4 kaps/hari. Anak: awal 5 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 dosis, maks. 300 mg/hari. Status epileptikus 150-250 mg secara IV lambat (dengan kecepatan tidak melebihi 50 mg/menit), bila perlu dapat dilanjutkan
Penggunaan bersama asetazolamid meningkatkan kadar serum fenitoin dan resiko osteomalasia dan riketsia, Fenitoin menurunkan level plasma albendazol, mebendazol, voriconazole dan posaconazole hingga 50% dan itrakonazol serta ketokonazol hingga 90%, Voriconazole meningkatkan kadar serum maksimum dan AUC fenitoin sebesar 67% dan 81%, Alkohol, asam folat, rifampisin menurunkan konsentrasi serum fenitoin, Allopurinol, benzodiazepin, diltiazem, nifedipin,
Penggunaan bersama asetazolamid, harus dipantau tanda atau gejala kekurangan vitamin D, osteomalasia atau toksisitas fenitoin (penglihatan kabur, ataksia, nistagmus, mengantuk), Asetazolamid dihentikan jika gejala osteomalasia muncul, Penggunaan bersama diltiazem, nifedipin, benzodiazepin, capecitabine, kloramfenikol, kotrimoksazol, disulfiram, etosuksimid, isoniazid harus dipantau gejala atau tanda toksisitas fenitoin, Bila diberikan bersama albendazol, mebendazol, tingkatkan dosis
5. ANTIEPILEPSI 51
Phenytoin (kapsul, ampul)
33
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
dengan 100-150 mg 30 menit kemudian. Pencegahan kejang selama prosedur bedah saraf: 100-200 mg IV dengan interval 4 jam selama pembedahan dan dilanjutkan pasca operasi
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
albendazol atau mebendazol dan monitor penggunaannya, Hindari penggunaan bersama itrakonazol, ketokonazol, voriconazole dan posaconazole, disopiramid, Dosis fenitoin perlu ditingkatkan pada pengguna alkohol, rifampisin, asam folat (hati-hati dengan pasien yang mengalami gangguan pada hati, pasien tsb biasanya diberikan fenitoin dosis rendah), Perlu pemantauan gejala toksisitas fenitoin pada penggunaan bersama allopurinol, Dosis fenitoin dikurangi 25-30% pada pasien yang menggunakan fenitoin 2-4 mg/kgBB per hari jika digunakan bersama amiodaron (perlu diingat perubahan kecil pada dosis fenitoin dapat menyebabkan perubahan besar pada kadar fenitoin karena kinetika fenitoin adalah non linier), Monitor level fenitoin jika diberikan bersama flukonazol, mikonazol, klorpromazin, proklorperazin, dan thioridazin, Penggunaan bersama antipsikotik,
34
capecitabine, kloramfenikol, kotrimoksazol, disulfiram, etosuksimid, isoniazid, amiodaron, flukonazol, mikonazol, meningkatkan kadar serum fenitoin, Kadar serum klozapin, haloperidol, aripiprazole, sertindole, risperidone, caspofungin menurun jika diberikan bersama fenitoin, Fenitoin meningkatkan klirens quetiapine, etoposid, Kadar serum fenitoin dapat menurun atau meningkat jika diberikan bersama klorpromazin, proklorperazin, dan thioridazin, Level dan efikasi aprepitant diturunkan oleh fenitoin dan kadar fenitoin juga dapat turun, Fenitoin menurunkan AUC (90%) dan level serum puncak (95%) midazolam, level verapamil dan felodipin (BA berkurang lebih dari 90%), level serum siklosporin (37%), kortikosteroid, darifenacin, disopiramid, efek furosemid (50%), kuinidin, teofilin, doksisiklin
52
Neurontin (kapsul)
Gabapentin 300 mg
Nyeri neuropati pada pasien dewasa di atas 18 tahun
Dewasa dan anak > 12 tahun sehari
Antasida yang mengandung Al atau Mg yang diberikan bersama atau dua jam setelah gabapentin menurunkan bioavailabilitas hingga 20%
verapamil, diltiazem, siklosporin, kortikosteroid, darifenacin, furosemid, kuinidin, teofilin, doksisiklin harus dimonitor untuk mengetahui keefektifannya, dosis dapat dinaikkan jika diberikan bersama fenitoin dan harus diturunkan kembali jika fenitoin sudah tidak diberikan, Aripiprazol dinaikkan dosisnya dua kali lipat jika diberikan dengan fenitoin, Hindari penggunaan bersama aprepitant, Dibutuhkan peningkatan dosis midazolam jika digunakan bersama fenitoin atau gunakan alternatif hipnotik lain, caspofungin dinaikkan 50-70 mg per hari jika diberikan dengan fenitoin Gabapentin diberiikan dua jam setelah pemberian antasida
35
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
6. ANTELMINTIK 6.1 ANTELMINTIK INTESTINAL 53 Albendazole Albendazol (Kaplet) 400 mg
54
Combantrin (sirup, kaplet)
55
Upixon
Pirantel pamoat setara pirantel, Sirup rasa caramel 50mg/ml, rasa jeruk: 25/ml, 250 mg kaplet, 125 mg kaplet Lihat Combantrin
7. ANTIMIKROBA 7.1 ANTIBAKTERI 7.1.1 GOLONGAN PENISILIN 56 Amoksisilin Amoksisilin (sirup, kaplet) trihidrat 250 mg; 500 mg (kaplet): 125 mg/5ml (sirup)
Dewasa dan anak > 2 thn: 1 kaplet
Karbamazepin, fenitoin menurunkan level albendazol hingga 50%, Fenobarbital menurunkan level albendazol,
Sebagai infeksi tunggal atau ganda
Dosis tunggal 10mg/kgBB atau 250 mg/25kgBB
piperazin melawan aksi antihelmintik pirantel pamoat
Untuk mengatasi infeksi sistemik, dosis albendazol dinaikkan jika diberikan bersama karbamazepin, fenobarbital, fenitoin, Hindari penggunaan bersama dengan piperazin
Lihat Combantrin
Lihat Combantrin
Lihat Combantrin
Lihat Combantrin
Infeksi saluran nafas, saluran cerna,saluran kemih,kulit dan jaringan lunak.
Dewasa: 250-500 mg tiap 8 jam. Anak: 20 mg/kgBB/hari terbagi tiap 8 jam. Infeksi berat: Dosis ganda. GO akut: 2-3 dosis tunggal
Penggunaan bersamaan dengan allopurinol dapat meningkatkan terjadinya reaksi kulit. Probenesid memperlambat ekskresi amoksisilin. Menurunkan efektivitas kontrasepsi oral
Penggunaan bersama allopurinol masih dapat dilakukan tetapi efek reaksi kulit harus dimonitor, Hindari penggunaan bersama probenesid dan kontrasepsi oral
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
36
Infeksi tunggal atau campuran dari cacing
Amoxan
58
Amoxil
59
Ampisilin (kapsul)
60
Capsinat
61
Decamox
62
Intermoxil
63
Kalmoxilin
64
Nufamox
Lihat Amoksisilin Lihat Amoksisilin Ampisilin trihidrat
Lihat Amoksisilin Lihat Amoksisilin Lihat Amoksisilin Lihat Amoksisilin Lihat
Lihat Amoksisilin Lihat Amoksisilin Infeksi yang di sebabkan oleh bakteri gram positif, atau gram negatif yang peka terhadap ampisilin, infeksi saluran pernapasan, infeksi alat kelamin wanita, infeksi saluran pencernaan. Lihat Amoksisilin Lihat Amoksisilin Lihat Amoksisilin Lihat Amoksisilin Lihat
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Dewasa dan anakanak dengan BB > 20 kg sehari 3-4 x 250-500mg. Anak – anak dengan BB < 20 kg: 50-100 mg/kgBB di bagi 4 dosis setiap 6 jam.
Pemberian bersamaan dengan Allopurinol dapat mengakibatkan meningkatnya reaksi kulit. Dapat menurunkan efektivitas oral kontrasepsi. Pemberian bersamaan dengan Probenesid dapat meningkatkan toksisitas Ampisilin
Penggunaan bersama allopurinol masih dapat dilakukan tetapi efek reaksi kulit harus dimonitor, Hindari penggunaan bersama probenesid dan kontrasepsi oral,
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
37
57
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Amoksisilin
Amoksisilin
7.1.2 GOLONGAN AMINOGLOKOSIDA 65 Gentamisin Gentamisin Infeksi oleh (ampul) sulfat 10 mg dan pseudomonas 40 mg/ml aerogunosa.
66
Sagestam
Lihat Gentamisin 7.1.3 GOLONGAN KLORAMFENIKOL 67 Biothicol Tiamfenikol (kapsul, sirup) 250 mg, 500mg, 125 mg/ 5ml sirup kering, 250 mg/ 5ml sirup kering.
Sehari 3-4 mg/kgBB/hari terbagi dalam 6-8 jam anak 6-7,5 mg terbagi tiap 8 jam, bayi 7,5 mg/kgBB sehari tiap 8 jam.
Lihat Gentamisin
Lihat Gentamisin
Tifus, paratifus, infeksi yang di sebabkan oleh salmonella.
Dewasa, anak dan bayi >2 minggu: 50mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 dosis
meningkatkan nefrotoksisitas jika diberikan bersama dengan sefalosporin atau amfoterisin B, Gentamisin meningkatkan kadar serum digoksin hingga dua kali lipat pada pasien yang menderita gagal jantung kongestif dan diabetes, indometasin meningkatkan kadar serum gentamisin Lihat Gentamisin
Monitor fungsi ginjal dan level gentamisin jika diberikan dengan siklosporin atau amfoterisin B atau indometasin, Pasien harus dimonitor gejala toksisitas digoksin jika diberikan bersama gentamsin,
Efek hipoglikemik tolbutamid meningkat jika digunakan bersama tiamfenikol, Fenobarbital menurunkan kadar serum tiamfenikol, Meningkatkan kadar serum fenitoin (hingga 2-4 kali lipat) dan efek antikoagulan dikumarol. Penggunaan bersama klormfenikol dapat menyebabkan resistensi silang. Tiamfenikol mempunyai efek antagonis dengan penisilina dan aminoglikosida.
Penggunaan bersama tolbutamid perlu dimonitor karena mungkin menyebabkan hipoglikemia akut, jika perlu dosis tolbutamid dapat diturunkan, Penggunaan bersama fenobarbital perlu dimonitor untuk mengetahui kadar serum tiamfenikol, Penggunaan bersama fenitoin harus dimonitor terutama tanda dan gejala toksisitas fenitoin, Hindari penggunaan bersama dikumarol, kloramfenikol, penisilina dan aminoglikosida.
38
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Lihat Gentamisin
68
Chloramphenicol (kapsul, sirup)
Kloramfenikol 250 mg
Tifus
Dewasa dan anak sehari 50 mg/kgBB dalam dosis terbagi.
Meningkatkan efek hipoglikemik tolbutamid dan klorpropamid, Fenobarbital, rifampisin, menurunkan kadar serum klormfenikol, Meningkatkan kadar serum fenitoin (hingga 2-4 kali lipat), siklosporin, tacrolimus, efek antikoagulan dikumarol, Menyebabkan kegagalan kontrasepsi, kegagalan pengobatan menggunakan Fe atau vitamin B12 untuk anemia karena efek samping kloramfenikol pada supresi sumsum tulang belakang,,
69
Thiamfenicol
Lihat Biothicol
Lihat Biothicol
Lihat Biothicol
Lihat Biothicol
Penggunaan bersama tolbutamid atau klorpropamid perlu dimonitor karena mungkin menyebabkan hipoglikemia akut, jika perlu dosis tolbutamid atau klorpropamid dapat diturunkan, Penggunaan bersama fenobarbital peru dimonitor untuk mengetahui kadar serum kloramfenikol cukup adekuat, Penggunaan bersama fenitoin harus dimonitor terutama tanda dan gejala toksisitas fenitoin, Monitor penggunaan bersama siklosporin, tacrolimus, Gunakan antibiotik lain pada pasien anemia, Hindari penggunaan bersama rifampisin, dikumarol (antikoagulan), Lihat Biothicol
39
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
7.1.4 GOLONGAN KUINOLON 70 Baquinor (tablet Siprofloksasin salut selaput, HCl 250 mg, kaplet salut 500 mg, selaput forte) siprofloksasin laktat 2 mg/ml
71
Ciprofloxasin
Lihat Baquinor
Pengobatan infeksi oleh strain yang sensitif dari mikroorganisme pada infeksi saluran nafas bawah, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi tulang dan persendian, saluran kemih dan saluran cerna.
Lihat Baquinor
Infeksi saluran kemih yang ringan atau sedang 2 x 250 mg sehari. Infeksi saluran kemih berat: 2 x 500 mg sehari. Infeksi saluran nafas, kulit dan jaringan lunak, tulang dan sendi yang ringan /sedang: 2 x 500 mg sehari. Infeksi yang berat: 2 x 750 mg. sehari. Infeksi saluran cerna: 2 x 500 mg Lihat Baquinor
Meningkatkan kadar klozapin, AUC ropinirole (84%), rasagiline (83%), tizanidine, teofilin, zolmitriptan, Pada beberapa pasien mungkin menyebabkan peningkatan level dan efek nefrotoksik siklosporin, Menghambat metabolisme cinacalcet di CYP1A2 sehingga menurunkan klirens dan meningkatkan kadar cinacalcet, Absorpsi diturunkan oleh preparat Fe, sukralfat, antasida yang mengandung Al atau Mg
Lihat Baquinor
Monitor penggunaan bersama klozapin (terutama reaksi efek samping klozapin), siklosporin, rasagiline, teofilin (dosis teofilin dapat diturunkan 3050% jika perlu), Monitor hormon paratiroid dan kalsium serum jika digunakan bersama cinacalcet, Lakukan penyesuaian dosis ropinirole jika digunakan bersama sifrofloksasin, Siprofloksasin diminum 2 jam sebelum preparat Fe, 1-2 jam sebelum atau 4 jam setelah sukralfat, Hindari penggunaan bersama tizanidine, Lakukan penurunan dosis zolmitriptan sampai maksimum 5 mg dalam 24 jam pada pasien yang menggunakan siprofloksasin, Ciprofloksasin diminum 1-2 jam sebelum atau minimal 4 jam setelah Antasida yang mengandung Al atau Mg Lihat Baquinor
40
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
7.1.5 GOLONGAN MAKROLIDA 72
Erythromisin (kapsul, suspensi)
Erythromisin stearat setara eritromisin 250 mg, eritromisin suksinat setara eritromisin 500mg/kapsul, 200mg/5ml suspensi.
Infeksi ringansedang, saluran fernapasan atas dan bawah, infeksi kulit dan jaringan.
Dewasa 300 mg tiap 6 jam atau 500 mg tiap 12 jam, anak 30-50 mg/kgBB sehari dalam 3-4 dosis
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Penggunaan bersama astemizol, terfenadin, ebastine, mizolastine, pimozide, sertindole, disopiramid, ergotamin, dikontraindikasikan, Monitor penggunaan bersama itrakonazol, siklosporin (terutama efek fungsi ginjal), buspiron (dosis buspiron dapat diturunkan), digoksin (terutama tanda dan gejala toksisitas digoksin), bromokriptin (dosis bromokriptin dapat diturunkan 50%), sildenafil, Gunakan darifenacine 7,5 mg per hari dan jika dosis tersebut dapat ditoleransi, dosis dapat ditingkatkan sampai 15 mg per hari, Hindari penggunaan bersama karbamazepin kecuali kadar karbamazepin dimonitor dengan baik, Dosis cilostazol diturunkan 50%, Dosis maksimum eplerenon yang digunakan adalah 25 mg per hari, Monitor kadar teofilin setelah 48 jam dan sesuaikan dosis, Gunakan warfarin/ antikoagulan dosis rendah
41
Pada beberapa kasus, menyebabkan akumulasi astemizol atau terfenadin yang memicu aritmia, meningkatkan AUC darifenacine dengan menghambat metabolismenya oleh CYP3A4 (2 kali lipat), kadar dan AUC buspiron (5 dan 6 kali lipat), kadar serum maksimum dan AUC cilostazol (47% dan 73%), AUC eplerenon (2-9 kali lipat), AUC sildenafil (2-3 kali lipat), kadar itrakonazol (44%), karbamazepin (5 kali lipat), siklosporin (4-5 kali lipat atau lebih), digoksin (2-4 kali lipat), bromokriptin (>4 kali lipat), ebastine, mizolastine, pimozide, sertindole, calcium channel blocker, disopiramid, teofilin, warfarin, menyebabkan kegagalan kontrasepsi, meningkatkan resiko iskemia perifer jika diberikan bersama ergotamin
73
Lincomycin (tablet)
Linkomisin 250 mg, 500 mg
Infeksi oleh stroptokokus, stafilokokus
74
Osmycin (tablet)
Spiramisin 500 mg
75 76
Spiramycin Zibramax (tablet)
Lihat Osmycin Azitromisin 500 mg, 250 mg
Infeksi saluran pernapasan antara lain tonsillitis, faringitis, otitis media, bronchitis, pneumonia dan pertusis Lihat Osmycin Infeksi saluran pernafasan bagian atas dan bawah, infeksi kulit dan jaringan, penyakit kelamin
500 mg tiap 6-8 jam, anak dan bayi >1 bulan: 30-60 mg/kgBB per hari dibagi dalam 3-4 dosis. Sehari 3x 1 tablet selama 5 hari, anak 50 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis terbagi selama 5 hari.
Absorbsi diturunkan oleh kaolin-pektin, linkomisin diserap oleh kaolin yang menyebabkan bioavailabilitas linkomisin berkurang sehingga efeknya juga berkurang Pada beberapa kasus menyebabkan kegagalan kontrasepsi, Mengurangi kadar plasma levodopa,
linkomisin diberikan 2 jam setelah kaolin-pektin
Lihat Osmycin Dosis total 1,5 g selama 5 hari dengan dosis awal 500 mg, kemudian sehari 250 mg pada hari kedua sampai hari ke 5, anak-anak sehari 1x10 mg/kgBB selama 3 hari
Lihat Osmycin Antasida, garam aluminium dan magnesium dapat menurunkan kadar puncak azithromisin. Meningkatkan kadar digoksin serum (2-4 kali lipat), disopiramid, warfarin, AUC dan kadar azitromisin serum ditingkatkan dua kali lipat oleh nelfinavir
Lihat Osmycin azithromycin diminum 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah antasida, garam alumunium dan magnesium, Monitor penggunaan bersama digoksin (terutama tanda dan gejala toksisitas digoksin), nelvinafir (peningkatan khasiat dan efek samping azitromisin), Penggunaan bersama disopiramid dikontraindikasikan, Gunakan warfarin/antikoagulan dosis rendah
42
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Monitor penggunaan bersama levodopa
7.1.6 GOLONGAN SEFALOSPORIN Cefadroxil (kaplet, sirup kering)
Sefadroksil 500 mg, 125 mg/5 ml
Infeksi saluran nafas, kulit jaringan lunak, saluran cerna,saluran kemih.
Dewasa: Sehari 1-2 g dalam sekali dosis atau 2 dosis terbagi. Anak 30 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis terbagi.
78
Trodoxil
Lihat Cefadroxil
Lihat Cefadroxil
Lihat Cefadroxil
ISK,usus, saluran nafas, kulit dan jaringan lunak,infeksi sistemik, infeksi pada mata.
Dewasa : Sehari 4x1 kapsul Anak: 25mg/kgBB/hari dalam 4 dosis, 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan.
Infeksi saluran nafas, saluran cerna, kulit dan jaringan lunak mata,oral dan gigi.
Sehari 1-2 g, anak 20-25 mg/kgBB.
7.1.7 GOLONGAN TETRASIKLIN 79 Cendocyclin Tetrasiklin HCl (kapsul) 250 mg
80
Tetramycin
Oksitetrasiklin HCl 250 mg, 50 mg/ml
menyebabkan kegagalan kontrasepsi (jarang), meningkatkan resiko perdarahan jika diberikan bersama antikoagulan/warfarin, Probenesid meningkatkan kadar serum cefadroksil Lihat Cefadroxil
sesuaikan dosis warfarin/antikoagulan dan monitor penggunaannya, Monitor penggunaan bersama probenesid
Pemakaian tetrasiklin bersama preparat yang mengandung kalsium, magnesium, iron, alumunium atau susu tidak dianjurkan karena kation bivalen dan polivalen dapat membentuk kelat dengan tetrasiklin serta menghambat penyerapannya. Pemberian bersama kontrasepsi oral dapat mengurangi efektivitas kontrasepsi oral Lihat Cendocyclin
Tetrasiklin diminum 1 jam sebelum atau 2 jam setelah preparat yang mengandung kalsium, magnesium, iron, alumunium atau susu.
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Lihat Cefadroxil
Lihat Cendocyclin
43
77
7.1.8 GOLONGAN LAIN-LAIN 81 Bactricid (tablet) Trimetoprim 80 mg, Sulfametoksazol 400 mg.
Infeksi saluran nafas atas dan bawah, saluran kemih,saluran cerna dan infeksi lainnya.
Sehari 2x2 tablet.
Meningkatkan resiko toksisitas hematologi pada pasien transplantasi ginjal yang menggunakan azathioprine, Kadar serum dapson dan trimetoprim meningkat jika digunakan bersamaan, Rifampisin menurunkan AUC trimetoprim (56%) dan sulfametoksazol (28%) pada penderita HIV/AIDS, Trimetoprim meningkatkan kadar digoksin serum (>22%), fenitoin, prokainamid dan metabolit aktifnya, Cotrimoksazol meningkatkan efek antikoagulan warfarin, acenocoumarol, phenprocoumon, sehingga meningkatkan resiko perdarahan
Bactrim
Lihat Bactricid
Lihat Bactricid
Lihat Bactricid
Lihat Bactricid
83
Clindamycin
Klindamisin 150 mg, 300mg.
Infeksi serius bakteri anaerob, streptokokus,
Dewasa infeksi serius 150-300 mg tiap 6 jam, anak-anak
Klindamisin memiliki sifat penghambat neuromukular yang dapat meningkatkan efek obat penghambat
Hati-hati pada pasien yang menggunakan obat penghambat neuromuskular. Karena kemungkinan bermakna klinis,
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
44
82
Waspada terhadap toksisitas dapson (methemoglobinemia). Monitor penggunaan bersama digoksin, fenitoin, atau prokainamid, terutama pada geriatri, penyesuaian dosis mungkin diperlukan, Dosis rifampisin dapat ditingkatkan pada pasien HIV/AIDS yang menggunakan cotrimoksazol, Perdarahan dapat dihindari dengan memonitor INR dan mengurangi dosis warfarin, acenocoumarol, atau phenprocoumon, direkomendasikan dengan mengurangi dosis warfarin terlebih dahulu sebesar 10-20%, Akan tetapi, sebaiknya penggunaan cotrimoksazol dihindari dan diganti dengan antibakteri lain yang tepat dan tidak berinteraksi seperti Phenindione Lihat Bactricid
84 Cotrimoxazole Lihat Bactricid 7.2 ANTITUBERKULOSIS 85 Ethambutol Etambutol (tablet) 250 mg, 500 mg
pneumokokus.
dengan infeksi serius: 8-16 jam
Lihat Bactricid
Lihat Bactricid
Anti tuberklosis.
15 mg/kgBB/hari pada pasien yang tidak mendapat terapidengan banyak anti tuberkulosa
neuromuskular. Secara in vitro telah ditunjukkan adanya antagonisme antara klindamisin dengan eritromisin. Lihat Bactricid
eritromisin dan klindamisin tidak boleh diberikan secara bersamaan.
Antasida yang mengandung Al atau Mg dapat mengurangi absorbsi etambutol (AUC berkurang 10%)
Antasida yang mengandung Al atau Mg diminum minimal 4 jam setelah etambutol
45
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
86
INH (tablet)
Isoniazid 100 mg, 300 mg
Anti tuberklosis.
3-4 x 1 tablet sehari atau menurut petunjuk dokter.
87
Isoniazid (Tablet)
Lihat INH
Lihat INH
Lihat INH
Absorbsi dikurangi oleh antasida, Isoniaazid memperlambat metabolisme beberapa obat yang diberikan secara bersaman sehingga toksisitas meningkat, obat-obat tersebut antara lain hidantoin (fenitoin, ethatoin, mephenytoin), karbamazepin, primidone dan asam valproat. Penggunaan bersama disulfiram dapat menyebabkan gangguan mental, mekanisme ini belum diketahui. Penggunaan bersama halotan dan isoniazid (mungkin rifampisin) meningkatkan resiko hepatotoksik. Intoleransi alkohol menurun. Lihat INH
Dosis hidantoin (fenitoin, ethatoin, mephenytoin), karbamazepin, primidone dan asam valproat harus diturunkan. Penggunaan bersamaan disulfiram dan isoniazid tidak disarankan. Monitor fungsi liver perlu dilakukan jika digunakan bersama halotan. Minuman beralkohol harus dihindari karena metabolisme isoniazid meningkat pada alkoholik kronik.
Lihat INH
46
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
88
Rifampicin (Tablet)
Rifampisin 300 mg , 450 mg/tablet, 600 mg/tablet, salut.
Tuberkulosis.
Sehari 10-20 mg/kgBB
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Rifampisin diminum beberapa jam sebelum antasida, opiat, antikolinergik dan ketokonazol, Penggunaan obat yang diinduksi metabolismenya oleh rifampisin harus dinilai kembali dosisnya selama dan setelah terapi dengan rifampisin. Tes bromsulftalein harus dilakukan pada pagi hari sebelum meminum rifampisin untuk mencegah positif palsu.
47
Antasida, opiat, antikolinergik dan ketokonazol menurunkan bioavailabilitas rifampisin jika digunakan bersamaan dalam mulut. Hal ini juga terrjadi pada sediaan PAS yang mengandung bentonit. Rifampisin meningkatkan metabolisme obat-obat yang diberikan bersamaan sehingga efek obat tersebut turun. Obatobat tersebut antara lain: antikoagulan oral, antidiabetes oral, sediaan digitalis, agen antiaritmia (disopiramid, primenol, kuinidin, mexiletine, ttocainide, larcainid, propafenone), methadone (dapat menyebabkan withdrawal), hidantoin (fenitoin, ethatoin, mephenytoin), hexobarbital, nortriptilin, benzodiazepin, kortikosteroid (penderita Addison dapat mengalami krisis, terapi untuk penderita asma yang bergantung kortikosteroid akan sulit bahkan tidak mungkin),
Pyrazinamide (Tablet)
Pyrazinamide 500 mg
Terapi tuberkulosis diberikan bersama tuberkulostatik lainnya
20-30 mg/kgBB/hari dalam dosis tunggal atau terbagi (maksimum 2 g/hari)
90
Streptomycin (Tablet)
Streptomisin sulfat 1g, 5g/vial.
Infeksi Karena mikrobaktrium tuberculosis.
Tuberkulosis: sehari 1g dosis tunggal atau dalam 2 dosis terbagi selama 6-12 g, dosis
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Hati-hati penggunaan pada pasien dengan hiperurisemia, asam urat dan diabetes melitus
Lihat Erythromisin
48
89
hormon sex (dapat muncul gangguan menstruasi), kontrasepsi oral (efektivitas menurun), teofilin, dapson, kloramfenikol, antifungi golongan azol (ketokonazol, itrakonazol), siklosporin A, azatioprin (dapat terjadi penolakan transplantasi), beta bloker, calcium channel blockers (nifedipin, verapamil), analapril, cimetidine). Rifampisin menghambat kompetitif ekskresi bromsulftalein secara sementara Pirazinamid mengantagonis efek obat urikosurik seperti probenesid dan sulphinpyrazone. Allopurinol meningkatkan konsentrasi plasma pirazinamid. Pirazinamid dapat mengganggu efek antidiabetik oral Lihat Erythromisin
tunggal atau dalam dosis terbagi secara terus menerus tanpa interval. 7.3 ANTIFUNGI Candistin (Drops, Tablet)
Nistatin 100.000 UI
Terapi kandiasis pada rongga mulut
92
Flagystatin (Ovula)
Metronidazol 500 mg, nistatin 100.000 UI.
Infeksi vagina yang di sebabkan oleh trikomoniasis dan kandidiasis.
93
Ketoconazol (Tablet)
Ketokonazol 200 mg.
Infeksi pada kulit, rambut dan kuku yang di sebabkan oleh dermatofit
Bayi: sehari 4x1-2 ml sehari . anak dan dewasa: sehari 4x1-6 ml diteteskan ke dalam mulut dan di tahan beberapa waktu sebelum di telan. Ovula : selama 7-19 hari, krim: 1 aplikator perhari selama 10 hari
Infeksi kulit, sal cerna dan sistemik, sehari 1x1 tablet, pada waktu
Tidak ada interaksi yang dilaporkan
-
Penggunaan pada pengguna alkohol dapat menyebabkan reaksi seperti disulfiram. Penggunaan bersama disulfiram dapat menimbulkan psikosis dan kebingungan. Metronidazol meningkatkan kadar serum warfarin.
Informasikan kepada pasien mengenai resiko jika mengkonsumsi alkohol dan menggunakan metronidazole. Hindari penggunaan bersama disulfiram kecuali jika dapat dimonitor dengan sangat baik. Monitor INR jika diberikan bersama warfarin, dosis warfarin dapat diturunkan. Hindari penggunaan alkohol. Dikontraindikasikan dengan alfa bloker, pimozide dan sertindole, midazolam, triazolam, eplerenon. Antasid
Timbul reaksi disulfiram pada pengguna alkohol. Meningkatkan AUC dan level maksimum alfuzosin 3,2 dan 2,3 kali lipat. Meningkatkan
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
49
91
makan
94
Mycostatin
Lihat Candistin
Lihat Candistin
Lihat Candistin
efek hipoglikemik tolbutamid, dan diprediksi memiliki efek yang sama terhadap risoglitazon dan pioglitazon. Antasida menurunkan absorbsi ketokonazol. Meningkatkan pimozide dan sertindole yang dapat menyebabkan aritmia. Meningkatkan AUC aprepitant (4 kali lipat), AUC cilostazol (2 kali lipat). Meningkatkan bioavailabilitas midazolam dan triazolam (AUC meningkat 3,5-15 kali lipat), kadar karbamazepin hingga 30%, kadar cinacalcet (2 kali lipat), AUC eplerenon (2,2 kali), kadar derivat ergot. Menurunkan klirens dan metabolisme metilprednisolon. AH2 menurunkan AUC ketokonazol hingga 60% bahkan 95%. Rifampisin menurunkan kadar ketokonazol 50-80% Lihat Candistin
diminum 2-3 jam sebelum atau setelah ketokonazol. Pasien harus diinformasikan mengenai tanda dan gejala hipoglikemia dan dosis tolbutamid dapat diturunkan jika perlu. Dosis aprepitant, karbamazepin sebaiknya dikurangi dan monitor penggunaannya. Dosis cilostazol diturunkan menjadi sehari dua kali 50 mg jika digunakan bersama ketokonazol. Monitor hormon paratiroid dan kalsium serum saat ketokonazol dimulai atau diakhiri pada pasien yang menggunakan cinacalcet. Dosis ketokonazol diturunkan hingga 50% jika diberikan bersama metilprednisolon. Monitor tanda ergotism. Ketokonazol diberikan dengan minuman bersifat asam seperti cola jika diberikan dengan AH2. Monitor dan lakukan peningkatan dosis ketokonazol jika perlu jika digunakan bersama rifampisin. Lihat Candistin
50
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
7.4 ANTIVIRUS 95
Acyclovir
Asiklovir 200 mg, 400 mg/tab, 5% krim.
7.5 ANTIRETROVIRAL 96 Videx (Tablet) Didanosin 50 mg, 100 mg.
8. ANTIMALARIA 97 Sulfadoxine (Tablet)
Dewasa: Sehari 5x800 mg selama 7-10 hari, anak 2-12 thn: sehari 4x400-800 mg selama 5 hari, anak < 2 thn sehari 4x20 mg/kgBB selama 5 hari.
Meningkatkaan resiko nefrotoksisitas dan kadar siklosporin, menurunkqn klirens teofilin sekitar 30%
Monitor fungsi ginjal terutama jika asiklovir dosis tinggi diberikan bersama siklosporin,Waspada terhadap toksisitas teofilin (nausea, tremor, sakit kepala)
Infeksi HIV yang sudah berkelanjutan, yang sudah dapat pengobatan
BB >60 kg, 200 mg; BB<60 kg, 125 mg, dosis harus dimakan sehari 2 tablet.
Absorbsi ditingkatkan oleh allopurinol (69% jika ginjal berfungsi normal dan >2 kali lipat jika terdapat gangguan ginjal). Menghilangkan efek ketokonazol. Ganciclovir meningkatkan kadar maksimum didanosin sekitar 70% bahkan saat diberikan dengan selisih 2 jam
Hindari penggunaan bersama allopurinol. Ketokonazol diberikan setidaknya 2 jam sebelum didanosin atau gunakan didanosin enteric coated. Waspadai toksisitas didanosin jika diberikan bersama ganciclovir.
Pencegahan dan pengobatan malaria yang telah resisten terhadap klorokuina.
Dosis tunggal dewasa: 2-3 tab, anak 9-14 tahun: 2 tab, 4-8 thn: 1 tab, <4 thn: ½ tab.
Meningkatkan resiko pancytopenia dan anemia megaloblastik jika diberikan bersamaa kotrimoksazol atau sulfonamida.
Hindari penggunaan bersama kotrimoksazol atau sulfonamida.
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
51
Sulfadoksin 500 mg, pirimetamin 25 mg.
Simpleks pada kulit dan selaput lendir.
9. ANTIMIGRAIN, ANTIVERTIGO 9.1 ANTIMIGRAIN 98 Bodrex migrain Parasetamol (Tablet) 350 mg, profipenazon 150 mg, kofein 50 mg. 99 Bodrex extra Paracetamol (Tablet) 350 mg, ibuprofen 200 mg, kofein 50 mg. 9.2 ANTIVERTIGO 100 Mertigo (Tablet)
101
Frego (Tablet)
Betahistin mesilat 6 mg.
Meringankan sakit kepala pada migrain
Meredakan sakit kepala,mencen gkram, tegang, kaku di kepala belakang.
Lihat Bodrex
Lihat Bodrex
Lihat Bodrex dan Hufagrip TMP
Lihat Bodrex dan Hufagrip TMP
1-2 tablet 3 x sehari bila perlu
Penggunaan bersama terfenadin dapat menyebabkan sindrom labyrinthine
Hati-hati penggunaan betahistin dengan antihistamin
Dosis yang dianjurkan adalah 10 mg per hari. Bila terjadi efek samping dosis diturunkan menjadi 5 mg. Sebaiknya diminum secara teratur satu kali sehari pada
Obat-obatan seperti alkohol, antiepilepsi, obat tidur, antidepresan dan obat penenang dapat mempengaruhi kerja Flunarizin atau meningkatkan terjadinya efek samping. Galaktore dapat terjadi jika digunakan bersama kontrasepsi oral
Hatti-hati pada penggunaan bersama alkohol, antiepilepsi, obat tidur, antidepresan dan obat penenang, kontrasepsi oral
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
52
Gangguan ke seimbangan yang terjadi pada gangguan sirkulasi darah. Flunarizine 5mg; Pencegahan 10 mg migren, mengurangi frekuensi serangan dan meringankan gejalanya. Terapi pada gangguan vestibular sentral maupun
Dewasa: Sehari 3-4x ½ -1 tab, anak 6-1 thn: sehari 3-4x ½ -1 tab. Dewasa: 3-4x1 tab, anak 6-12 thn: sehari 3-4x ½ -1 tab.
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Penggunaan bersama HRT dikontraindikasikan. Monitor penggunaan bersama tamoxifen dengan warfarin atau antikoagulan oral. Dosis
53
perifer seperti malam hari untuk pusing, tinitus menghindari efek dan vertigo. sedatif Pengobatan pada penurunan konsentrasi dan kebingungan, gangguan ingatan, iritabilitas dan gangguan irama tidur. Pengobatan kejang pada saat berjalan maupun saat berbaring parestesi, ekstremitas, dingin dan gangguan tropik 10. ANTINEOPLASTIK, IMUNOSUPRESAN DAN OBAT UNTUK TERAPI PALIATIF 10.1 ANTIHORMON 102 Taxen Tamoksifen Terapi paliatif Sehari 20-40 mg. Meningkatkan efek 10 mg, 20 mg knker payudara antikoagulan dari antiestrogen stadium lanjut dan warfarin/antikoagulan pada wanita oral. HRT menurunkan efek pasca tamoxifen
menopause. Sebagai terapi penunjang setelah op atau radioterapi kanker payudara dini pada wanita pasca menopause 10.2 IMUNOSUPRESAN 103 Imuran Azathioprine 50 mg
Penerima transplan organ, hepatitis aktif kronik, AR berat, LES, dermatomiositi s, pemfigus vulgaris, poliarteritis nodosa, anemia hemofilik yangg didapat, pionerma gangrenosum, purpura trombositopenia idiopatik
warfarin dikurangi ½ sampai 2/3 nya. US mengkontraindikasikan penggunaan tamoxifen dan warfarin.
Supresi reaksi penolakan transplantasi: awal: 3-5 mg/kgBB lalu dilanjutkan dengan 1-3 mg/kgBB/hari untuk dosis rumat Terapi untuk semua kondisi: Dosis lazim: 2-2,5 mg/kgBB per oral. Hepatitis aktif kronik: 1-1,5 mg/ kgBB per hari
Meningkatkan resiko hepatotoksik dan toksisitas hematologik jika diberikan bersama Leflunomide. Toksisitas hematologik meningkat jika diberikan bersama mesalazine, sulfasalazine, olsalazine. Menurunkan efektivitas vaksin. Meningkatkan kebutuhan dosis terapi warfarin.
Hindari penggunaan bersama Leflunomide. Hati-hati penggunaan bersama mesalazine, sulfasalazine, olsalazine, vaksin. Monitor efek warfarin/antikoagulan saat azathioprine digunakan atau dihentikan, dosis warfarin dapat disesuaikan.
54
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
10.3 ANTINEOPLASTIK 104 Zoladex Goserelin asetat steril setara goserelin 3,6 mg.
Pengobatan peliatif pada kanker prostat dan kanker payudara.
1 depot injeksi SK tiap 28 hari.
Tidak ada interaksi yang dilaporkan
-
Penyakit parkinson dan gejala parkinsonisme kecuali sindrom parkison karena obatobatan. Glaucoma sudut sempit, psikosis.
Awal sehari 3-4x ½ tab. ditingkatkan menjadi sehari 3x1 tab dan di naikan 1 tab dengan interval tiap minggu sampai tercapai dosis pengobatan individual
Antimuskarinik menurunkan laju absorbsi levodopa. Antagonis dopamin sentral seperti antipsikotik, metoklopramid dapat mengantagonis efek levodopa. Rekasi efek samping (halusinasi, kebingungan, nausea, sakit kepala) dan keparahan gejala parkinsonism muncul saat diberikan bersama baclofen. Resiko efek samping meningkat saat diberikan bersama bupropion. Absorbsi levodopa berkurang 30-50% saat diberikan bersama feri sulfat karena terbentuk kelat. Diskinesia yang diinduksi levodopa ditingkatkan oleh isoniazid. Resiko hipertensi serius, cepat dan membahyakan muncul saat
Waspada terhadap penurunan efek levodopa menurun saat digunakan bersama antimuskarinik dan toksisitas levodopa saat antimuskarinik dihentikan. Hindari penggunaan bersama Antagonis dopamin sentral seperti antipsikotik, metoklopramid atau monitor secara teratur untuk mengetahui kefektifan levodopa. Perhatian pada penggunaan bersama baclofen. Berikan dosis awal bupropion yang rendah kemudian ditingkatkan secara bertahap. Hindari penggunaan bersama feri sulfat. Diperlukan penyesuaian dosis jika digunakan bersama isoniazid. Penggunaan bersama MAOI dikontraindikasikan, pasien tidak boleh diberi levodopa saat
11. ANTIPARKISON/ DEMENTIA 11.1. ANTIPARKISON 105
Pardoz (Tablet)
Levodopa 100 mg, benzeraside 25 mg.
55
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
11.2 DEMENTIA 106 Aldomer 5 (Tablet)
Donepezil HCL 5 mg
Gejala demensia ringan atau sedang pada penyakit Alzheimer
Dewasa atau lansia : dimulai dengan sehari 5 mg menjelang tidur malam selama 1 bulan , kemudian di tingkatkan sampai 10 mg perhari.
levodopa diberikan bersama MAOI. Metildopa meningkatkan efek levodopa. Penisilamin meningkatkan kadar plasma levodopa. Piridoksin menurunkan bahkan menghilangkan efek levodopa.
diterapi dengan MAOI, sampai 2-3 minggu setelah MAOI dihentikan. Dosis levodopa diturunkan 30-50% jika diberikan dengan metildopa. Monitor gejala efek samping levodopa jika diberikan bersama penisliamin. Hindari penggunaan bersama piridoksin atau gunakan carbidopa atau benserazide.
Efek donepezil mengantagonis efek antimuskarinik
Monitor penggunaan bersama antimuskarinik terutama gejalagejala yang tidak diinginkan
56
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
12. OBAT YANG MEMPENGARUHI DARAH 12.1 ANTIANEMIA 107 Sangobion Besi II glukonat Anemia yang di sebabkan (kapsul, sirup) 250 mg, defisiensi besi mangan sulfat dan mineral 0,2 mg, tembaga II sulfat lainnya yang berperan dalam 0,2 mg, pembentukan vit C 50 mg, asam folat 1 mg, darah. vit-B12 dengan faktor intriksi 7,5 mg, besi II glikonat 129,5 mg, vit-B1 1 mg, vit-B2 1 mg, vit- B6 5 mg, nikotinamid 15 mg, biotin 0,3 mg.
Sehari satu kap selama atau setelah makan, anak sehari 1 sendok takar, dewasa 2 sendok takar.
Penggunaan bersama antasida akan mengurangi absorbsi dan efek hematologik yang diinginkan. Mengurangi absorbsi oral biposfonat secara signifikan. Kloramfenikol dapat menyebabkan depresi sumsum tulang yang melawan efek preparat besi untuk terapi anemia. Efek levodopa dan metildopa diturunkan oleh preparat besi. Mengurangi absorbsi penisilamin. Preparat besi mengurangi absorbsi quinolone. Absorbsi tetrasiklin dan preparat besi berkurang jika diberikan bersamaan.
Obat diminum dengan selang waktu 2-3 jam dengan antasida. Alendronate diminum 30 menit sebelum preparat Besi, clodronate dapat diminum 1 jam sebelum atau sesudah preparat besi, ibandronate diminum 30 menit sampai 1 jam sebelum preparat besi, risedronate diminum 30 menit sebelum preparat besi dan selang 2 jam dengan preparat besi selanjutnya, etidronate dan tiludronate diminum dengan selang 2 jam dengan preparat besi. Gunakan antibiotik selain kloramfenikol. Pemberian metildopa atau levodopa dengan preparat besi diberi selang waktu 2 jam. Preparat besi diminum 2 jam setelah penisilamin. Quinolone diminum 2 jam sebelum preparat besi. Preparat besi diminum 2 jam sebelum atau 2-3 jam setelah tetrasiklin.
57
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
12.2 ANTIKOAGULAN, ANTI PLATELET DAN TROMBOLITIK 108 Procardin Asetosal 100 mg Mengurangi Sehari 1x1 tab (Tablet) resiko kematian, strok pada penderita laki-laki dengan riwayat iskimia otak. 109 Trombogel Heparin Cedera akibat Gunakan sehari 20.000 IU olah raga dan 2-3x. kecelakaan
Meningkatkan resiko perdarahan jika diberikan bersama warfarin atau antikoagulan lain. Meningkatkan resiko perdarahan GIT jika diberikan bersama AINS Resiko hiperkalemia meningkat jika diberikan bersama ACE inhibitor. Meningkatkan resiko perdarahan jika diberikan bersama clopidogrel, ketorolac, AINS, ticlopidine
Pada terapi jangka panjang dengan warfarin/antikoagulan, dosis asetosal dibatasi 81 mg/hari. Jika asetosal digunakan dengan AINS, pertimbangkan penggunaan agen gastroprotektif seperti PPI Kadar kalium diperiksa sebelum menggunakan heparin terutama pada pasien dengan faktor resiko (gangguan ginjal, diabetes melitus) dan monitor secara reguler setiap 4 hari terutama pada pasien dengan penggunaan lebih dari 7 hari. Hindari penggunaan bersama clopidogrel, ketorolac. Monitor penggunaan bersama AINS, monitor secara klinik dan laboratorium jika digunakan bersama ticlopidine
58
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
110
Thrombo aspilets (tablet)
Asetosal 80 mg.
111
Trombophop (salep, gel)
Heparin 20.000 IU/gel, heparin 5.000 IU, nicotinid acid benzylester 250 mg/salep
12.3 HEMOSTATIK 112 Kalnex (Kaplet)
Asam traneksamat 250 mg/kap, 500mg/ tab,
Pengobatan dan pencegahan proses pembekuan dalam pembuluh darah dan paska strok. hipersensitif, tukak lambung, sering mengalami perdarahan di bawah kulit. Cedera karena olah raga dan kecelakaan.
Lihat Procardin
Lihat Procardin
Oleskan sehari 2-3x.
Lihat Trombogel
Lihat Trombogel
Sehari 3-4x 1-2 kap.
asam traneksamat merupakan agen antifibrinolitik, pemberian bersama kontrasepsi oral yang mengandung estrogen dapat meningkatkan resiko kejadian trombotik, termasuk
Jangan diberikan ke dalam darah tranfusi atau injeksi yang mengandung penisilin, Hindari penggunaan kontrasepsi oral yang mengandung estrogen
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
59
Pendarahan abnormal setelah operasi, pendarahan setelah ekstaksi gigi pada pasien
Sehari 1x1-2 tab.
hemofili.
113 Transamin Lihat Kalnex 12.4 HEMATOPIOTIK 114 Leucogen Filgrastim 300 mg.
Lihat Kalnex
Memperpendek masa neutropenia pada pasien dengan kanker tumor padat. 13. PRODUK DARAH DAN PENGGANTI PLASMA 115 Plasbumin Human albumin Syok,luka 5%, 20 % bakar.
14. DIAGNOSTIK 116 Uktrvist
Lihat Kalnex
5 mcg/kgBB dosis tunggal di berikan sehari 2 minggu.
-
1 vial 25%/100ml dapat menaikan 0,4-0,5 % hipoalbuminimia.
Menimbulkan hipotensi akut jika diberikan bersama ACE inhibitor, albumin menstimulasi produksi bradikinin yang menyebabkan vasoldilatasi dan hipotensi sehingga mempotensiasi efek ACE inhibitor
Gunakan albumin sintetis jika diberikan pada pasien yang menggunakan ACE inhibitor
Visualisasi rongga tubuh.
Sesuai dengan BB dan jenis pemeriksaannya.
-
-
Mencegah biang keringat,
Taburkan dengan gosokkan pada
-
-
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
60
Ultravist 240 mg, 499 mg, iopromida tiap 1 ml. 15. ANTISEPTIK DAN DESINFEKTAN 117 Bedak salicyl Asam salisilat 2%,
Lihat Kalnex
tromboembolisme vena, trombosis arteri seperti stroke dan infark myocardial Lihat Kalnex
talk dan parfum.
118
Betadine
Larutan atau salep: povidon iodine 1%.
119
Icthtiyol
Icthamol 10 %
16. OBAT UNTUK GIGI DAN MULUT 120 Daktarin oral gel Mikonazol 20 mg/g
melindungi kulit dari gatalgatal dan mencegah bau badan. Desinfektan dan setelah operasi, mencegah timbulnya infeksi pada luka, pengobatan pada infeksi kulit, kompres luka bernanah. Abses pada kulit.
bagian kulit yang di kehendaki , sehari 2-3 x setiap habis mandi.
Sariawan
-
-
Oleskan secukupnya pada bagian yang sakit.
-
-
Dewasa dan anak >4 tahun: sehari 4x ½ sdt, bayi sampai dengan 4 tahun, sehari 4x ¼ sdt.
Meningkatkan efek pimozide dan sertindole, bioavailabilitas midazolam dan triazolam oral (AUC 3,5 sampai 15 kali). Mikonazol oral gel dosis maksimum dapat meningkatkan level lercanidipin, Mikonazol dapat meningkatkan konsentasi plasma dan efek
Pemakaian bersama pimozide dan sertindole, midazolam dan triazolam oral dikontraindikasikan. Penggunaan bersama lercanidipin harus diawasi kemungkinan dosisnya harus diturunkan atau monitor efek samping seperti hipotensi, sakit kepala, kemerahan dan edema. Monitor penggunaan
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
61
Digunakan pada bagian luka
121
Enkasari
122
Fg Troches
Tiap 45 ml cairan: sari daun segar setara bubuk daun kering 75 mg, sari daun sirih setara daun segar 450 mg, sari akar kayu manis setara bubuk akar kering 20 mg, menthol 10 mg. Fradiomisin sulfat 2,5 mg, garamisidin-s HCl 1 mg.
Mencegah dan mengobati sariawan, menghilangkan nyerih karena radang sariawan dan menyegarkan mulut.
Sehari 3-4 x sdm 45 ml, dikumur dan di minum, anak sehari 2x1 sdm 15 ml, dikumur dan di minum.
Gingifitis, stomatitis, laringitis, bronkhitis, tonsilitis dan infeksi di dalam mulut.
Dewasa:1-2 tablet Anak: 1 tab Diberikan 4-5 kali/hari
hipoprotrombinemik warfarin/antikoagulan oral. Hal ini disebabkan mikonazol menghambat CYP450 2C9, isoenzim yang bertanggung jawab atas klirens metabolisme enantiomer warfarin S(-) yang lebih aktif -
bersama warfarin/antikoagulan oral.
-
-
-
62
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
17. DIURETIK 123 Furosemide
124
H.C.T
Furosemid 40 mg/tab, 10 mg/ml inj.
Udema karena gangguan jantung, sirosis hati, gangguan ginjal, hipertensi ringan dan sedang.
Dewasa: Sehari 1-2x 1-2 tab, maksimal 5 tab sehari.
Hidroklorotiazid 25 dan 50 mg.
Diuretika, edema, terapi tambahan pada hipertensi.
Sehari 50- 200 mg.
Aliskerin menurunkan konsentrasi plasma furosemid (50%). Respon diuretik 4 jam furosemid diturunkan sebesar 58% dan 77% oleh colestipool dan colestiramin. Efek furosemid diturunkan sebanyak 50% oleh fenitoin. Sevelamer menghilangkan efek furosemid pada pasien hemodialisis Meningkatkan resiko nefrotoksisitas jika diberikan bersama siklosporin. Absorpsi diturunkan oleh colestipol hingga lebih dari 30% dan 60 % oleh colestiramin
Monitor tekanan darah dan/atau sesuaikan dosis terapi jika diberikan dengan aliskerin. Furosemid diberikan 2 atau 3 jam sebelum colestiramin atau colestipol. Monitor penggunaan furosemid dan fenitoin. Furosemid diberikan 1 jam sebelum atau 3 jam setelah sevelamer Monitor kadar kalium dan fungsi ginjal jika diberikan bersama siklosporin. HCT diberikan dengan selang waktu 6 jam dengan colestipool atau colestiramin
63
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
18. HORMON, ENDOKRIN LAIN DAN KONTRASEPSI 18.1 ANTIDIABETIK 18.1.1 ANTIDIABETIK ORAL Amaryl (Tablet)
Glimepirid 1mg, 2 mg, 3 mg, 4 mg.
126
Glucovance (Tablet)
Glibenklamid , metformin hidroklorida tiap tab 1,25 /250 mg: 2,5/500, 5/500 mg.
Diabetes mellitus tipe 2 yang tidak cukup terkontrol oleh diet, latihan fisik dan penurunan berat badan saja, insulin. Diabetes mellitus tergnatung insulit tipe 1. Gangguan ginjal, disfungsi hati, wanita hamil dan menyusui. Terapi tahap 2 untuk diabetes tipe 2 bila diet.
1-8 mg per hari, dosis awal: 1 mg 1x sehari. dosis harus dapat ditingkatkan dengan interval 1-2 minggu.
Rifampisin menurunkan level dan efek penurunan glukosa darah dari glimepirid
Monitor kadar gula darah dan sesuaikan dosis glimepirid, biasanya dibutuhkan peningkatan dosis glimepirid jika diberikan dengan rifampisin
Dosis di gunakan secara individu dengan mempertimbangk an ke efektifan dan toleransi, dosis sehari tidak
Simetidin menurunkan klirens metformin dan dapat berkontribusi menyebabkan asidosis laktat yang disebabkan oleh metformin. Penggunaan glibenklamid bersama mikonazol dapat
Dosis metformin diturunkan jika diberikan bersama simetidin. Penggunaan bersama mikonazol harus dimonitor dan jika perlu dosis glibenklamid diturunkan. Hindari penggunaan bersama bosentan. Glibenklamid
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
64
125
127
128
Glumin (Tablet)
Metformin HCL 500 mg, 850 mg.
Metformin Lihat Glumin (Tablet) 18.1.2 ANTIDIABETIK PARENTERAL 129 Novoravid Insulin aspart 100 iu/ml
NIDDM. Koma diabetikum, kerusakan ginjal, gagal jantung, hipersensitif, syok. Lihat Glumin
Terapi DM tipe I dan II
boleh dari 20 mg, glibenklamid dan 200 mg metformin.dosis awal yang direkomendasikan : sehari 1-2x1,25/2,50 mg. Tab 500 mg. Sehari 3x 1 tab, tab 850 mg, awal sehari 1x, pemeliharaan sehari 2x.
Lihat Glumin
menyebabkan hipoglikemia. Meningkatkan hepatotoksisitas jika digunakan bersama bosentan. Colesevelam menurunkan AUC glibenklamid (32%)
diberikan 4 jam sebelum colesevelam
Simetidin menurunkan klirens metformin dan dapat berkontribusi menyebabkan asidosis laktat yang disebabkan oleh metformin.
Dosis metformin diturunkan jika diberikan bersama simetidin.
Lihat Glumin
Lihat Glumin
0,1-1 iu/kgBB/hari. Penggunaan bersama antidiabetik lain, MAOI meningkatkan efek hipoglikemia. Ocreotide menurunkan resistensi insulin
Gunakan dosis awal yang rendah jika digunakan bersama ADO dan hindari kombinasi pada pasien gagal jantung akut. Tingkatkan monitor kadar glukosa darah pada penggunaan bersama MAOI. Jika digunakan ocreotide, antisipasi penurunan dosis insulin (umumnya 50%)
65
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
18.2 HORMON KELAMIN DAN OBAT YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS 18.2.1 GNRH ANALOG, FSH/LH 130
Androlon
Mesterolon 25 mg.
Defisiensi androgen dan enfetilitas pada laki-laki. Lihat Androlon
Awal 3-4x 1 tab, selama beberapa bulan di lanjutkan 2-3x 1 tab. Lihat Androlon
-
-
-
Gunakan kontrasepsi alternatif atau kombinasi pada pengguna aprepitant dan selama 2 bulan setelah terapi aprepitant. Gunakan kontrasepsi lain atau kombinasi jika digunakan bersama bosentan. Gunakan implan progesteron pada pengguna modafinil. Hindari penggunaan bersama St John’s wort, selegilin, penisilin, rifampisin, tetrasiklin. Penggunaan kontrasepsi alternatif atau tambahan tetap digunakan 4-8 minggu setelah rifampisin dihentikan -
Lihat Androlon
132
Diane (pil)
Estradiol valerat 2 mg/tab.
Simtomatik gejala klimakterik, dan pengganti estrogen.
1 tab/hari dimulai pada hari ke1 dari siklus menstruasi s/d hari ke 21 diikuti masa istirahat selama 7 hari
Aprepitant menurunkan kadar etinilestradiol. Bosentan, modafinil menurunkan kadar etinilestradiol yang dapat menyebabkan kegagalan efek kontrasepsi. Penggunaan bersama St John’s wort menyebabkan perdarahan dan kegagalan kontrasepsi. Meningkatkan bioavailabilitas selegilin. Penisilin, rifampisin, tetrasiklin menyebabkan kegagalan kontrasepsi
133
Renodiol (pil)
Metilestrenolon 5 mg, metilestrediol 0,3 mg.
Pengobatan tidak terjadinya masa haid pada kasus tertentu.
1 tab selama 2 hari berturut-turut
-
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
66
131 Proviron 18.2.2 ESTROGEN
18.2.3 PROGESTERON 134 Premaston Allilesteron 5 mg.
Aborsi habitual atau gawat.
Aborsi gawat sehari 3x1 tab selama 5-7 hari.
-
-
Kontrasepsi oral.
Sehari 1 tab mulai pada hari pertama siklus haid.
Lihat Diane
Lihat Diane
Kontrasepsi oral
Sehari 1 tab mulai hari pertama haid, mengikuti arah panah sampai kemasan kosong.
Lihat Diane
Lihat Diane
Kontrasepsi oral dengan afek anti mineral kartikoid dan antiadrogenik.
Mulai pada hari pertama mentruasi, sehari 1 tab selama 21 hari, lalu 7 hari tanpa tab, dan seterusnya.
Lihat Diane
Lihat Diane
18.2.4 KONTRASEPTIK 135
Microginon (pil)
136
PIL KB
137
Yasmin
Etinilestradiol 0,03 mg, levonorgestrel 0,15 mg, plus 7 tab besar plasebo. Levonogestrel 0,15mg, etinestradiol 0,03 mg, tiap 21 tab salut gula ukuran lebih kecil, tiap 7 tab salut gula lebih besar,. Drospirenon 3 mg, etinelistradiol 0,03 mg.
67
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
18.2.2 INDUKTOR 138
Fensipros
Klomifen sitrat 50 mg.
Pengobatan infertilitas pada wanita dan pria.
18.3 HORMON TEROID DAN ANTITIROID 18.3.1 ANTIHIPERTIROIDESME 139 Thyrozol Tiamazol 5mg, Hipertirodisme 10mg, 20mg. terutama pasien usia muda, persiapan operasi.
Infertelitas pada wanita: sehari 1 tab selama 5 hari, di mulai pada hari ke-5 siklus mentruasi.
-
-
25-40 mg perhari, kasus ringan, sehari 2x 1 tab 20 mg.
Defisiensi yodium akan meningkatkan dan sebaliknya kelebihan yodium akan menurunkan respon kelenjar tiroid. Meningkatkan efek antikoagulan sehingga dapat menyebabkan perdarahan
Sesuaikan dosis antikoagulan, monitor INR
Sehari 0,75-9 mg.
Aminoglutetimid menurunkan dan menghilangkan efek deksametason. Absorbsi diturunkann 75% oleh Mg trisilikat. Aprepitant meningkatkan AUC deksametason hingga 60%. Karbamazepin meningkatkan klirens deksametason. Efek diturunkan oleh fenobarbital, fenitoin, rifampisin
Tingkatkan dosis dexametason 2 kali lipat jika diberikan aminoglutetimid. Pemberian deksametason dan antasid diberi selang waktu 2-3 jam. Dosis deksametason diturunkan 50% jika diberikan bersama aprepitant. Dosis deksametason dapat ditingkatkan jika diberikaan bersama karbamazepin. Monitor
18.3.2 ANTIHIPOTIROIDISME 18.4 KORTIKOSTEROID DAN KORTIKOTROPIN 140
Dexamethasone (Tablet)
Dexametason 0,5 mg; 0,75 mg
Anti alergi, anti inflamasi, reumatik, pernapasan.
68
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Lihat Dexamethasone
Lihat Dexamethasone
Lihat Dexamethasone
penggunaan bersama fenobarbital, fenitoin, rifampisin terutama pada pasien transplant Lihat Dexamethasone
Lihat Dexamethasone
Lihat Dexamethasone
Lihat Dexamethasone
Triamsinolon 4 mg.
Lihat Dexamethasone Demam, reumatik.
Dewasa: Sehari 4-48 mg.
Monitor kadar kalium pada penggunaan bersama diuretik
Ketricin (Tablet)
Lihat Kenacort
Lihat Kenacort
Lihat Kenacort
Meningkatkan resiko hipokalemia jika diberikan bersama diuretik Lihat Kenacort
Methylprednisolone OGB DEXA (Tablet)
Metilprednisolon 4 mg; 8 mg; 16 mg per tab.
Abnormalitas fungsi adrenokortikal penyakit kolagen keadaan alergi dan peradangan pada kulit dan saluran pernapasan tertentu penyakit hematologic, hiperkalsemia.
Dws sehari 448mg. Anak sehari 0,117 mg/kgBB atau sehari 3,33mg/m2 luas permukaan dalam dosis terbagi 3.
AUC ditingkatkan 2,5 kali oleh aprepitant. Metabolisme dan klirens diturunkan oleh ketokonazol, klaritromisin, eritromisin. Diltiazem meningkatkan AUC metilprednisolon. Klirens ditingkatkan oleh karbamazepin, Efek diturunkan oleh fenobarbital, fenitoin, rifampisin
Dosis metilprednisolon iv diturunkan 25%, dan oral 50%, pada penggunaan bersama aprepitant. Turunkan dosis metilprednisolon hingga 50% jika diberikan bersama ketokonazol. Monitor efek samping metilprednisolon jika digunakan bersama diltiazem. Tingkatkan dosis metilprednisolon jika digunakan bersama karbamazepin. Dosis metilprednisolon diturunkan jika diberikan dengan klaritromisin, eritromisin, Monitor
141
Kalmethason (Tablet)
142
Kemotason (Tablet)
Dexametason 4mg/amp, 5mg/amp, 20mg/vial. Lihat Dexamethasone
143
Kenacort (Tablet)
144 145
69
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Lihat Kenacort
146
Omedoson (Tablet)
Lihat Dexamethasone
147
Prednisone (Tablet)
Prednisone 5 mg
148
Sanexon (Tablet)
Lihat Methylprednisolone
Lihat Dexamethasone Pengobat kolagen dan kulit dengankaitaan untuk kasus alergi, inflamasi, rematik,
Lihat Dexamethasone
Lihat Dexamethasone
penggunaan bersama fenobarbital, fenitoin, rifampisin terutama pada pasien transplant Lihat Dexamethasone
Sehari 1-4 tablet
Lihat Methylprednisolone
Lihat Methylprednisolone
Metabolisme dan klirens diturunkan oleh ketokonazol, klaritromisin, eritromisin Efek diturunkan oleh fenobarbital, fenitoin, rifampisin, absorpsi diturunkan oleh antasida yang mengandung Al atau Mg dosis besar, Klirens ditingkatkan oleh karbamazepin, Lihat Methylprednisolone
Dosis prednison diturunkan jika diberikan dengan klaritromisin, eritromisin, ketoknazol Monitor penggunaan bersama fenobarbital, fenitoin, rifampisin terutama pada pasien transplant. Pemberian antasida dan prednison diberi selang waktu 2-3 jam, Tingkatkan dosis prednison jika digunakan bersama karbamazepin Lihat Methylprednisolone
70
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
18.5 OBAT MEMPENGARUHI TULANG 149
Calanatil (Tablet)
Ca karbonat (setara dengan 500 mg, kolekalsiferol 133 iu)
150
Osteocal (Tablet) Osvion plus (kapsul)
Lihat Calanatil
151
Vitamin C,Vitamin D mono sulfat, Zn sulfat selenium dioksida HCl, Metsufonilmetan at, kondroitin sulfat 19. OBAT KARDIOVASKULAR
Sebagai supelmen kalsium selama masa pertumbuhan kehamilan dan menyusui. Pencegahan oestoreoporosis pada wanita monopouse. Lihat Calanatil
Sehari 1-3 tablet kehamilandan menyusui sehari 1-2 tablet. Hiperfosfatemia sehari 2-3 tablet
Meningkatkan resiko alkalosis metabolik dan hiperkalemia jika diberikan bersama diuretik. Menurunkan efek levotiroksin
Monitor kadar kalsium. Levotiroksin dan Ca carbonat diberikan denggan selang waktu 4 jam
Lihat Calanatil
Lihat Calanatil
Lihat Calanatil
Memelihara kesehatan fungsi persendiaan dan bermanfaat bagi penderita osteoartritis
Sehari 1 kapsul
Efek diturunkan oleh fenitoin, karbamazepin, fenobarbital
Monitor penggunaan bersama fenitoin, karbamazepin, fenobarbital, dosis vitamin D dapat ditingkatkan
Terapi dan propilaksis insufiensi kororner akut dan kronik
Dosis tunggal sehari 3x5-10mg
Menurunkan klirens sertindole sekitar 20%. Kadar ditingkatkan oleh itrakonazol, flukonazol, cilostazol, simetidin. Kadar diturunkan
Dikontraindikasikan dengan sertindole,rifampisin (beberapa produsen) monitor penggunaan bersama itrakonazol, flukonazol, cilostazol,
19.1 ANTIANGINA 152
Adalat (Tablet)
Nifedipin 5 mg,10 mg
71
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
oleh karbamazepin, rifampisin, bioavailabilitas diturunkan oleh St. John’s Wort, bioavailabilitas ditingkatan oleh eritromisin. Fenobarbital menurunkan AUC nifedipin (60%)
153
Gyliseryl Trinitrate DBL
154
Isodril (Tablet sublingual)
Gliseril trinitrat 50mg/amp
eritroomisin jika perlu turunkan dosis nifedipin. Monitor penggunaan bersama karbamazepin, St. John’s Wort, fenobarbital, jika perlu dosis nifedipin dapat ditingkatkan. Dosis nifedipin dikurangi 40-50% jika diberikan bersama simetidin Sildenafil, vardenafil digunakan dengan selang waktu 24 jam dengan nitrat, nitrat diberikan minimal 48 jam setelah dosis terakhir tadalafil
Mengontrol hipertensi sebelum, selama dan sesudah operasi, mengontrol hipotensi Isosorbid dinitrat Angina 5m, 10 mg pectoris
Larutkan dalam NaCl 5% atau Glukosa 5%. Kadar maks 400mcg/ml.
sildenafil, tadalafil dan vardenafil meningkatkan resiko infark miokard dan hipotensi,
1-2 tablet sublingual 5mg setiap 2-3 jam
sildenafil, tadalafil dan vardenafil meningkatkan resiko infark miokard dan hipotensi,
Sildenafil, vardenafil digunakan dengan selang waktu 24 jam dengan nitrat, nitrat diberikan minimal 48 jam setelah dosis terakhir tadalafil
Amiodaron HCl 200mg
Sehari 3x1 tab selama seminggu
Meningkatkan efek depresi jantung jika diberikan dengan diltiazem atau verapamil. Meningkatkan kadar serum siklosporin yang menyebabkan nefrotoksisitas, digoksin (2 kali lipat), fenitoin
Hindari penggunaan bersama diltiazem atau verapamil. Monitor kadar siklosporin dan fungsi ginjal, kurangi dosis awal digoksin sepertiga atau setengahnya jika diberikan dengan amiodaron, kurangi dosis
19.2 ANTIDISRITMIA 155
Kendaron
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
72
Pengobatan fibrilasi verikular yang berulang dan tarkikardia ventricular yang tidak
stabil secara hemodinamik
(4 kali lipat), meningkatkan resiko miopati pada pengguna simvastatin
fenitoin 25%-50%, gunakan simvastatin maksimal 20 mg/hari jika menggunakan amiodaron
Pemberian bersama obat diuretik hemat kalium dan preparat kalium menyebabkan hiperkalemia. Efek dihambat oleh penghambat enzim siklooksigenase seperti indometasin. Pemberian bersama simetidin dapat menyebabkan disfungsi neurologik Penggunaan bersama beta bloker dapat menyebabkan gejala putus obat jika clonidin dihentikan tiba-tiba. Efek diturunkan atau dihilangkan oleh antidepresan trisiklik
Hati-hati pemberian bersama obat diuretik hemat kalium dan preparat kalium, simetidin, indometasin. Kombinasi dengan allopurinol tidak dianjurkan terutama dengan gagal ginjal kronik
19.3 ANTIHIPERTENSI 19.3.1 GOLONGAN ACE INHIBITOR 156 Captropil Kaptropil tab (Tablet) 12,5mg, 25mg, 50mg
Hipertensi ringan samapai dengan sedang
Dosis sehari awal 2x12,5mg, dosis maksimum sehari 3x50mg. Anak 0,3mg/kgBB/hari maks 0,6mg/kgBB/hr
157
Clonidin (Tablet)
Klonidin HCl 0,25 mg
Hipertensi ringan -sedang
Sehari 2x tablet
158
Dexacap (Tab)
Lihat Captopril
Lihat Captopril
Lihat Captopril
Lihat Captopril
Efek ini dikontrol dengan menghentikan beta bloker beberapa hari sebelum memulai penghentian klonidin secara bertahap. Monitor penggunaan bersama antidepresan trisiklik, dosis klonidin dapat ditingkatkan Lihat Captopril
73
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
19.4 GLIKOSIDA JANTUNG 159
Digoksin (Tablet)
Digoksin 0,25 mg
Jantung Dewasa sehari 3-6 tablet kongestif, fibrilasi atrium proksimal dan filter atrium. Blok AV total, dan BLOK AV total aritmia supra ventikuler yang disebabkan oleh sindrom wolf Parkinson, hipersensitif
Kadar serum ditingkatkan oleh gentamisin, amiodaron, itrakonazol, verapamil, siklosporin, kotrimoksazol, indometasin. Kortikosteroid meyebabkan penurunan kalium yang dapat meningkatkan resiko toksisitas digoksin. Kadar diturunkan oleh St. John’s worth sekitar 33%, penisilamin (40-60%), AUC diturunkan neomisin sekitar 50%
Monitor gejala toksisitas digoksin jika diberikan dengan gentamisin, itrakonazol, siklosporin, kortikosteroid, kotrimokszol, indometasin. Kurangi dosis awal digoksin sepertiga atau setengahnya jika diberikan dengan amiodaron, dosis awal digoksin dikurangi 33%-50% jika digunakan dengan verapamil. Kadar digoksin dimonitor saat St. John’s worth dimulai atau dihentikan. Monitor kadar digoksin saat digunakan neomisin, penisilamin dan sesuaikan dosis jika perlu
Memperbaiki keseimbangan hemodinamik pada kondisi syndrome syok Pendukung terapi inotropik parenteral jangka pendek
Dosis rata-rata 50-120 mcg/mnt
Efek diantagonis oleh antipsikotik termasuk proklorperazin, Klirens diturunkan oleh simetidin
Hindari penggunaan bersama antipsikotik. Pertimbangkan penurunan dosis dopamin jika digunakan dengan simetidin
Infuse IV 2,510mcg/kgBB/mnt diencerkan menjadi 50 ml.
Meningkatkan resiko hipertensi jika diberikan dengan linezolid
Monitor peningkatan tekanan darah
19.5 OBAT UNTUK SYOK 19.5.1 INOTROPIK 160
Dopamin
Dopamine HCl 10 mg, 20 mg/ml
161
Inotrop
Dobutamin HCl 25mcg/ml ampul
74
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
19.6 PENURUN KOLESTEROL 162
Simvastatin (Tablet)
Simvastatin 10mg 20 mg
Mengurangi kadar kolesterol total dan LDL sebagai antikolesterol primer ataupun sekunder
Sehari 1x10 mg (malam hari), sehari 1x5 mg maksimal sehari 40 mg
meningkatkan resiko miopati pada pengguna amiodaron. Kadar plasma ditingkatkan oleh diltiazem, verapamil, kadar diturunkan oleh karbamazepin (80%)
gunakan simvastatin maksimal 20 mg/hari jika menggunakan amiodaron, verapamil dan 40 mg/hari jika menggunakan diltiazem. Peningkatan dosis simvastatin mungkin diperlukan pada pengguna karbamazepin
Kehilangan kesadaran akibat kerusakan otak, dan trauma serebal, bedah otak
1-2x100-500 mg
Citicoline dapat meningkatkan efek levodopa, carbidopa, entacapone. Mekanisme belum diketahui, tetapi uji praklinik menunjukkan citicoline dapat meningkatkan kadar dopamin dalam otak dan atau meningkatkan pertahanan sel dopaminergik. -
Monitor penggunaan bersama levidopa, carbidopa, entakapone
-
-
19.7 VASODILATOR 163
Citicoline
Sitikolin 125 mg/ml
164
Vasodistal
Sinepazid maleat Arthritis 80 mg/2 ml
Sehari 2 ampul
-
20. OBAT TOPIKAL UNTUK KULIT 20.1 ANTIAKNE 165
Bioacne (gel)
Setrimid 5 gr, Sulpur 5 mg
Dioleskan 2-3x sehari
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
75
Baik utuk mencegah dan menghilangkan jerawat
166
Medi-Klin (gel)
167
Medi Klin (gel)
Solution gel klindamisin fosfat 1,2 % Klindamisin Fosfat 1,2%, Tritinoin 0,025%
Mengobati akne vulgaris
Dioleskan pada yang berjerawat 1-2x sehari Dioleskan pada yang berjerawat 1xsehari
-
-
-
-
Pengobatan dermatitis atopic Infeksi-infeksi kulit yang disebabkan oleh mikroorganisme
Dioleskan pada bagian kulit yang radang Dioleskan sehari 2-3 kali pada bagian kulit yang sudah dibersihkan
-
-
-
-
Pengobatan topical candida albicans Dermatosis Mikosi dan berbagai infeksi jamur superinfeksi
Sehari 2-3 kali dioleskan
-
-
Dioleskan tipis sehari 2x
Lihat Daktarin Oral Gel
Lihat Daktarin Oral Gel
Mengobati anti vulgaris yang disertai lesi inflamasi dan komedo tertutup dan terbuka
20.2 ANTIBAKTERI 168
Cordeson
Desomedo 5mg/gr (krim)
169
Oxytetracyclne
Oksitetrasiklin HCl setara dengan Oksitetrasiklin HCl 30mg/g
20.3 ANTIFUNGI 170
Canesten
Krim dan cairan clotrimazole 1%
171
Daktarin
Mikonazol nitrit 2%
76
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
172
Mycostatin
Nistatin 100000 UI/g
karena infeksi gram + Terapi pencegahan kandidiasis pada kulit
Dioleskan tipis sehari 2x
-
-
20.4 ANTIVIRUS 173
Likovir
Asiklovir 50%
Infeksi herpes simpleks
Dioleskan sampai menutup lesi selama 3jam
-
-
Hidrokortisaone asetat 2,5%
Menekan reaksi radang pada kulit yang bukan disebabkan infeksi, alergi kulit
Dioleskan sehari 2-3x sehari
Efikasi hipoglikemik oral dan insulin dapat dihilangkan oleh kortikosteroid topikal terutama pada penggunaan jangka panjang. Kortikosteroid dapat meningkatkan kadar glukosa darah dengan mengantagonis dan menekan sekresi insulin, yang menyebabkan penghambatan ambilan glukosa perifer dan meningkatkan glukoneogenesis. Kortikosteroid topikal dapat diabsorpsi secara sistemik, hal ini dipengaruhi oleh alat dan konsentrasi sediaan, luas area
Gunakan selama maksimal 2 minggu. Monitoring kontrol glikemik jika hidrokortisson diberikan pada jangka panjang dan pada area pemakaian yang luas pada pasien diabetes
20.5 ANTIINFLAMASI 20.5.1 ANTIEKZEM 174
Hydrocortisone
77
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
pemakaian, integritas kulit, dan durasi penggunaan. Penggunaan pembalut pada area yang diolesi kortikosteroid juga dapat meningkatkan absorpsi perkutan. 20.6 ANTISKABIES 175
Talacyn
Balsam peru 20mg sulphur precipitatum 32 mg
Gatal karena biang dan penyakit kulit
Sekali pemakaian
-
-
Sesuai pemakaian
-
-
sehari beberapa kali, ditaburkan pada tempat yang sakit setelah di bersihkan.
-
-
20.7 Lain-lain 176
Albothyl
177
Herocyn
Plikrosulen 3,6 mg/ml, 90 mg/ovula, 18 mg/ml gel
untuk keputihan, epikstatits, stokmatitis, polipektomi, tonsilektomi Balsem peru 2%, Untuk mengobati gangguan seperti biang keringat.
78
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
178
Kalpanax
179
Konicare
180
Melanox forte
Cairan: asam salisilat 4%, asam benzoate 4%, povidon iodida 0,5%, salep: asam salisilat 4%, asam benzoate 4%, povidon iodide 10%. Perubalsem 20%, mentol 1,2 %, seng oksida 4,5%, asam salisilat 0,8%, sulphur presipitat 3,2%, kamfer 0,18%, kalamin 10%, mentol 0,01%, seng oksida 2%, kamfer 0,05%. Hidrokuinon 4%.
Dioleskan pada kulit yang suda dibersihkan
-
-
Gatal-gatal, biang keringat, serta gangguan kulit lain.
Oleskan bagian yang nyeri merata, gosok sampai meresap ke dalam kulit, bila perlu pemakaian dapat di ulang sampai sehari 3x.
-
-
Hiperpegmenta si kulit, noda hitam.
Oleskan sehari 1x pada malam hari, gunakan krim pelindung sinar matahari pada siang hari.
-
-
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
79
Cairan: panu, kadas dan lainlainnya,jamur pada kulit, salep: kutu air, panu, kadas atau kurap.
181
Minyak angin cap kapak.
Mentol 20%, kamfer 5%, minyak eucalyptus 15%, minyak esensial 12%, metil salisilat 15%.
182
Minyak telon
183
Neu ultrasin
Cajuput oil 0,45ml, coconut oil 0,5ml, anise oil 0,05ml/ml Klorfenesin 5mg/g serbuk.
Menghilangkan dengan segala rasa sakit pada rematik, mual dalam perjalana ,pilek,keselio,i nfluenza, sakit urat saraf, sakit gigi,sakit otot, badan lesu, gatal digigit serangga. Menghangatkan kulit dan menghilangkan rasa pegelpegel.
Oleskan 1-2 tetes pada bagian yang sakit.
-
-
Gunakan secukupnya.
-
-
Biang keringat,gatal mencegah kulit lecet karna terlalu lama berbaring.
Taburkan atau gosokkan pada bagian kulit yang di kehendaki, sehari 2-3 kali atau sehabis mandi.
-
-
80
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
21. LARUTAN ELEKTROLIT NUTRISI DAN LAIN LAIN 21.1 ORAL 184 Oralit
natrium klorida 0,52 g, kalium klorida 0,3g, trinatrium sitrat hidrat 0,58g, glukosa anhidrat2,7g untuk 1 gelas air.
Mencegah dan mengobati kurang cairan akiat diare, mencret dan muntaber.
Anak di bawah 1 thn, sampai 3 jam pertama 1½ gelas, selanjutnya ½ gelas setiap kali mencret.
-
-
Asam amino 8%, rasio fischer 37,5 osmolaritas 700 mOsmol/L,.
Terapi ensolopati hepatica pada penderita penyakit hati kronis.
Dewasa 500 ml-1000 ml/dosis.
-
-
Membantu kesehatan mata.
Sehari 2-3 x 1 tab. -
-
21.2 PARENTERAL 185
Renosan
22. OBAT UNTUK MATA 22.1 SISTEMIK 186
Opibright
Ekstrak billberry 80 mg, beta karoten 5 mg, retinol 1,600 UI, vit-E 40 mg.
81
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
22.2 TOPIKAL 22.2.1 ANTIMIKROBA 187 Baquinor tetes Siprofloksasin mata 3 mg/ml.
Tukak kornea disebabkan S. aureus, S. epidermidis.
Cendoxitrol
Deksametason 0,1 %, neomisin 3,5 mg polimiksin –Bsulfat 6000 UI/ml.
Infeksi bakteri peka neomisin dan polimiksin, tidak bernanah, tukak kornea.
189
Gentamycin
Gentamisin sulfat 0,3 % mata.
Infeksi mata yang sensitive terhadap gentamycin.
190
Kloramixin
Kloramfenikol 0,2%, polimiksin B sulfat 2,500 IU/ml.
Pengobatan infeksi mikroba yang pekak terhadap kloramfenikol dan polimiksin pada mata.
-
tiap 4 jam 1-2 tetes pada mata yang sakit, dapat di tingkatkan 2 tetes tiap jam. Sehari 4-6 x1-2 tetes.
-
-
Chloramphenicol dapat meningkatkan kadar fenitoin dalam serum sehingga dapat menyebabkan toksisitas. Selain itu, fenitoin juga dapat meningkatkan atau menurunkan kadar serum kloramfenikol. Absorpsi
Hindari kombinasi dengan fenitoin jika mungkin. Pasien harus dimonitor tanda dan gejala toksisitas hidantoin seperti gangguan penglihatan, mengantuk, perubahan status mental, kejang, nausea atau ataksia dan monitor kadar
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
-
82
188
2 tetes tiap 15 menit, untuk 6 jam pertama, selanjutnya 2 tetes tiap 30 menit untuk hari pertama, hari ke dua 2 tetes tiap jam. 1-2 tetes 6 kali sehari
191
sistemik sediaan ophtalmik secara signifikan mungkin dapat menyebabkan hal yang sama. Lihat Gentamycin
fenitoin.
Sagestam tetes Lihat mata Gentamycin 22.2.2 ANTIINFLAMASI
Lihat Gentamycin
Lihat Gentamycin
Lihat Gentamycin
192
Flamar
Natrium diklofenak 1mg/ml.
Pengobatan inflamasi setelah operasi katarak.
Penggunaan bersama kortikosteroid ophtalmik dapat memperlambat penyembuhan
Hindari penggunaan bersama kortikosteroid ophtalmik
193
Insto
Tetrahidrozolin HCL 0,05%, benzalkonium chloride 0,01%.
-
-
194
Rohto
Lihat Insto
Mata lelah, mata merah, mata perih dan mata gatal karena iritasi debu,asap ,angin,banyak membaca,setel ah berenang, menonton tv,lama mengemudi. Lihat Insto
Dewasa: Sehari 3x1 tetes segera setelah di operasi, kemudian sehari 3-5x1 tetes jika di perlukan. 2-3 tetes pada setiap mata, sehari 3-4x.
Lihat Insto
Lihat Insto
Lihat Insto
195
Visine
Lihat Insto
Lihat Insto
Lihat Insto
Lihat Insto
Lihat Insto
83
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
22.2.3 MIDRIATIK 196 Cendocarpine
Pilokarpin HCl 1%,2%,4%
Antiglaucoma simplek kronis.
2 tetes 3-4 kali sehari
-
-
Sehari 3-4 x 2 tetes.
-
-
1 tab kedua dapat dimasukan setelah 6-8 jam jika kelahiran tidak terjadi.
Penggunaan bersama agen oxytocic dapat menimbulkan hipertonus rahim yang dapat menyebabkan ruptur rahim atau cervical laceration. Prostaglandin, terutama tipe E, dapat mempotensiasi respon uterin terhadap oksitosin dan meningkatkan resiko hiperstimulasi uterin dan ruptur. Mekanismenya belum diketahui
Penggunaan bersama agen oxytocic dikontraindikasikan. Infus Oksitosin tidak boleh dimulai setidaknya 6-12 jam setelah penggunaan dinoprostone vaginal gel (6-12 jam untuk Prepidil Gel dan 12-24 jam untuk Prostin E2 Vaginal Gel) atau 30 menit setelah pelepasan dinoprostone vaginal insert.
21.2.5. LAIN-LAIN 197
Vitrasin
Mata lelah,mata merah, mata perih dan gatal, iritasi debu, asap, angin, banyak membaca, setelah berenang. 23. UTEROTONIK DAN RELAKSAN UTERUS 23.1 UTEROTONIK 198 Prostin E2
Tetrahidrozolin HCl 0,5 mg/ml tts mata.
Dinoproston 3mg.
Induksi persalinan
84
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
23.2 RELAKSAN UTERUS 199
Yutopar
Ritodrin HCl 10mm/tab, 10g/ml.
Persalinan prematur (setelah minggu ke 16).
Infus IV awal 0,05 mg/mnt. dosis efektif: 0,15-0,35mg/mnt.
Penggunaan beta bloker nonselektif dengan ritodrine (beta-2 agonis) dapat menimbulkan efek antagonis, menghilangkan efikasi salah satu atau kedua obat. Meningkatkan resiko aritmia ventrikular jika diberikan bersama agonis beta-2 adrenergik
Secara umum, penggunaan beta bloker dan ritodrine sangat jarang. Beta bloker selektif (e.g. acebutolol, atenolol, betaxolol, bisoprolol, metoprolol) dapat digunakan jika penggunaan beta bloker tidak dapat dihindarkan. Monitor ECG dan kadar elektrolit serum jika diberikn dengan agonis beta-2
<6 thn: 3x1-2 mg/hari, 6-14 thn: 3x2-4 mg/hari, Dewasa: dosis lazim: 3x2-5 mg/hari bila perlu dosis dapat ditingkatkan sampai maksimal 3x10 mg
Alkohol meningkatkan level plasma diazepam dan mempercepat absorpsi diazepam sehingga meningkatkan toksikasi diazepam, diazepam menghambat metabolisme ketamin, diazepam meningkatkan konsentrasi plasma maksimum bupivacaine, tetapi laju eliminasinya juga meningkat, penggunaan bersama opiat dan benzodiazepin lain meningkatkan efek sedasi, analgetik dan depresi pernapasan, opiat mengurangi
Penggunaan bersama fenitoin tidak perlu dihindari, tetapi harus selalu dimonitor level fenitoin serum, dosis diazepam dikurangi jika dikombinasikan dengan valproat, disulfiram, simetidin, valdecoxib, kontrasepsi oral dan isonazid
24. PSIKOFARMAKA 24.1 ANTIANSIETAS DAN ANTIINSOMNIA 200
Diazepam (Tablet)
Diazepam 2mg, 5mg/tab, 5 mg/ml inj.
Kejang otot.
85
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
201
Renaquin (Tablet)
Lorazepam 1mg.
Trankuilizer minor.
Sehari 2-3x 1mg.
202
Xanax (Tablet)
Alprazolam 0,25 mg, 0,5mg, 1 mg.
Gangguan ke Kecemasan dosis cemasan, gejala awal: sehari 3x kecemasan. 0,25-0,50 mg, dosis biasa sehari 0,50-4mg, di berikan dalam beberapa kali pemberian.
laju absorpsi diazepam, diazepam mengurangi efek levodopa, fenitoin mengurangi level serum diazepam, valproat, disulfiram, dan simetidin meningkatkan level plasma diazepam, diazepam dihambat metabolismenya oleh valdecoxib, kontrasepsi oral dan isonazid Moxonidine meningkatkan gangguan kognitif yang disebabkan oleh lorazepam Efek benzodiazepin ditingkatkan dan diperlama oleh ketokonazol, itrakonazol. Karbamazepin meningkatkan klirens oral dan waktu paruh alprazolam. Kadar alprazolam ditingkatkan oleh eritromisin, indinavir. Delavirdine meningkatkan kadar alprazolam dengan menghambat CYP3A4
Informasikan kepada pasien mengenai efek potensial, hindari mengemudikan kendaraan. Monitor penggunaan bersama ketokonazol, itrakonazol, bila perlu turunkan dosis alprazolam, Agen hipnotik lain mungkin diperlukan atau tingkatkan dosis alprazolam jika diberikan bersama karbamazepin. Alprazolam dapat diturunkan dosisnya 50-75% jika diberikan bersama eritromisin. Dikontraindikasikan dengan delavirdine, indinavir
86
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
24.2 ANTIDEPRESI DAN ANTIMANIA 203
Kalxetin
Fluoksetin HCl setara dengan fluoksetin 10 mg,20mg.
Depresi
Sehari 20 mg, maksimal sehari 80 mg.
Meningkatkan efek hipoglikemia dari antidiabetik. Menyebabkan kardiotoksisitas jika diberikan bersama antihistamin. Menyebabkan delirium jika diberikan bersama antimuskarinik. Meningkatkan kadar bupoprion, karbamazepin. Menyebabkan sindrom serotonin jika diberikann dengan linezolid, MAOI
Monitor kadar gula darah saat awal dan ketika fluoksetin dihentikaan jika digunakan bersama antidiabetik. Hindari penggunaan bersama antihistamin. Monitor penggunaan bersama antimuskarinik. Bupoprion dimulai dengan dosis rendah. Monitor kadar karbamazepin. Hindari penggunaan bersama linezolid, atau monitor tekanan darah dan gejala sindrom serotonin. Penggunaan MAOI setelah fluoksetin dihentikan diberi jangka waktu 5 minggu dan 2 minggu jika MAOI dihentikan dan fluoksetin dimulai.
Trifluoperazina HCL setara dengan trifluoperazine 1mg, 5 mg/tab.
Cemas, tegang, gelisah pada neurosis
Sehari 2x1-2 mg maks 6 mg
Meningkatkan efek samping neurotoksisitas dan keparahan ekstrapiramidal jika diberikan dengan litium
Monitor penggunaan bersama litium, jika keparahan neurotoksisitas muncul, hentikan salah satu obat
24.3 ANTIPSIKOSIS 204
Trizine
87
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
24.4 ANTI ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD) 205
Prohiper 10
Metilfenidat HCL 10 mg.
Pada orang yang kurang perhatian, sindrom prilaku.
Anak <6 thn: dosis awal sehari 2x5 mg, dewasa 20-30 mg dalam 2-3 dosis terbagi, dianjurkan 30-40 menit sebelum makan. 25. RELAKSAN OTOT PERIFER DAN PENGHAMBAT KOLINESTERASE
Alkohol meningkatkan kadar metilfenidat dan meningkatkan efek terhadap CNS. Efek antihipertensi guanetidin dikurangi atau dihilangkan oleh metilfenidat
Hindari penggunaan alkohol, guanetidin
25.1 PENGHAMBAT NEUROMUSKULAR 206
Rizonax (Tablet)
Eperison HCL 50 mg.
Terapi simtomatik pada kondisi yang berhubungan dengan spasme muskuloskeletal
Dewasa: Sehari 3x1 tab.
Dengan metokarbamol dan tolperison dapat menyebabkan gangguan akomodasi visual
Hindari penggunaan bersama metokarbamol dan tolperison
Meastenia gravis
Dewasa: Sehari 30-120 mg, anak 6-12 thn sehari 60 mg.
Meningkatkan kerja derivat morfin dan barbiturat
Hindari penggunaan bersama derivat morfin dan barbiturat, atau sesuaikan dosis.
25.2 OBAT UNTUK MISTENIA GRAVIS 207
Mestinon (Tablet)
Piridostigmin Br 60 mg.
88
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
26. OBAT UNTUK SALURAN CERNA 26.1 ANTASIDA DAN ULKUS 208 Alucol dan Al –hidroksida magnesium koloidal 250 mg, trisilikat Mg-trisilikat 250 mg.
Mengurangi asam lambung, tukak usus 12 jari.
Dewasa: 3x1 tab sebelum makan atau 1-2 jam setelah makan.
Lihat Mylanta
Lihat Mylanta
Antasida Doen
Aluminium hidroksida gel kering yang setara dengan aluminium hidroksida 200 mg, magnesium hidroksida 200 mg.
Obat sakit maag, untuk mengurangi nyeri lambung yang di sebabkan oleh kelebihan asam lambung dengan gejalah mual dan perih.
Dewasa: Sehari 3-4x 1-2 tab, anak 6-12 thn sehari 3-4 x ½ -1 tab.
Lihat Mylanta
Lihat Mylanta
210
Cimetidine
Simetidin 200 mg.
Pengobatan jangka pendek tukak usus 12 jari, tukak lambung, pencegahan perdarahan saluran cerna atas.
Untuk tukak husus 12 jari : 800mg/hari saat makan dan malam sebelumpemelihar aan tukak usus 12 jari: 400mg malam hari sebelum tidur, tukak lambung, 800mg 1x sebelum tidur.
Meningkatkan kadar warfarin, fenitoin, teofilin, lignokain, antiaritmia, benzodiazepin, beta bloker, vasodilator dalam darah
Monitor penggunaan bersama benzodiazepin, ingat efek sedasi dapat bertambah. Monitor penggunaan bersama beta bloker, dosis beta bloker dapat disesuaikan atau gunakan famotidin, ranitidin sebagai pengganti simetidin, Monitor toksisitas lignokain, Monitor kadar fenitoin dan sesuaikan dosis, Monitor kadar teofilin saat simetidin dimulai atau dihentikan atua gunakan ranitidin atau
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
89
209
211
Dexanta
212
Magalat
213
Magasida
Tukak lambung dan perut kembung, dan nyeri ulu hati.
Sehari 5-10 ml susp, diantara makan dan akan tidur.
Lihat Mylanta
Gangguan lambung karena hiperasiditas dengan atau tanpa rasa kembung.
1-2 tab atau 1,2 sdt sehari 3-4x.
Lihat Mylanta
Lihat Mylanta
Tukak lambung dan usus 12 jari, perut kembung karna gas di dalam perut.
1-2 tab Setelah makan dan sebelum tidur.
Lihat Mylanta
Lihat Mylanta
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
90
Al- hidroksida 200 mg, Mg- hidroksida setara dengan Mg-oksida 200 mg, dimetilpolisiloks an aktif 20mg/5ml atau tiap tab. Magaldrat 480 mg, simetikon 20 mg/tab, magaldrat 540 mg, simetikon 20 mg/ml. Aluminium, magnesium hidroksida gel kering 461 mg, simetikon 20 mg, tiap tab kunyah atau 5 ml suspensi.
famotidin. Monitor INR saat simetidin dimulai atau dihentikan jika diberikan dengan warfarin atau gunakan ranitidin atau famotidin Lihat Mylanta
214
Mylanta
Al- hidroksida gel kering 200 mg, Mg- hidroksida 200 mg, simetikon 20 mg/ml atau tab.
Mengurangi gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam lambung, nyeri ulu hati.
215
Omeprazol
Omeprazol 20 mg.
Pengobatan jangka panjang tukak husus, dan tukak lambung.
216
Promag
Hidrotalsit 200mg, mghidroksida 15 mg, simetikon.
Kelebihan asam lambung, perut kembung, perut sakit dan kolik,
Dewasa: 1-2 sdtk atau 1-2 tab, sehari 3-4x. Anak 6-12 thn, ½ -1 sdtk atau ½ -1 tab, sehari 3-4x, diminum 1 jam setelah makan dan menjelang tidur. Dewasa: Sehari 1x 20-40 mg.
Mempengaruhi absorbsi Fe, tetrasiklin, INH, digoksin, Peningkatan pH urin menyebabkan retensi kuinidin yang dapat menyebabkan toksisitas
Tetrasiklin diminum 1 jam sebelum atau 2 jam setelah antasida, Jangan minum antasida dengan sediaan Fe bersamaan, Antasida diminum 1 jam setelah INH, pemberian dengan digoksin diberi selang waktu 1-2 jam, Sesuaikan dosis kuinidin,
Menurunkan bioavailabilitas ketokonazol(AUC berkurang 80%), Meningkatkan AUC 3,4-dehydro-cilostazol (metabolit yang 4-7 kali lebih aktif dari cilostazol) sekitar 70%. Mengurangi kadar atazanavir dan nelfinavir. Fluvoxamine menghambat metabolisme omeprazol, Meningkatkan kadar escitalopram sebesar 50%
Dewasa:1-2 tablet kunyah Anak: ½-1 tablet kunyah diberikan 3-4 kali sehari
Mengurangi absorpsi simetidin dan tetrasiklin
Tingkatkan dosis ketokonazol. Turunkan dosis cilostazol hingga 50%. Hindari penggunaan bersama atazanavir atau gunakan dosis atazanavir 400 mg dan 20 mg omeprazol atau omeprazol diberikan 12 jam sebelum atazanavir. Nelfinavir dikontraindikasikan dengan omeprazol. Monitor efek samping jika digunakan bersama Fluvoxamine, dosis escitalopram disesuaikan Antasida diminum 1 jam setelah simetidin. Tetrasiklin diminum 1 jam sebelum atau 2 jam setelah antasida
91
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
217
Ranitidine
Ranitidine 150 mg/ tab, 25mg/ml inj.
Ulkus duodenum aktif, gaster benigna aktif, refluks esofagitis
Dewasa: Oral: sehari 2x1 tab.menjelang tidur malam hari selama 4-8 minggu. Lihat Omeprazole
Menurunkan klirens warfarin, prokainamid, Nasetilprokainamid. Meningkatkan absorbsi midazolam tetapi menurunkan absorbsi cobalamin
Monitor toksisitas prokainamid, N-asetilprokainamid, midazolam cobalamin, Monitor INR saat ranitidin dimulai atau dihentikan jika digunakan bersama warfarin.
218
Zeprazol
Lihat Omeprazole
Lihat Omeprazole
Lihat Omeprazole
Lihat Omeprazole
Dimenhidrinat 50 mg, dimenhidrinat 12,5 mg/sachet. Domperidon 10 mg.
Mabuk perjalanan
Dewasa: 1 tab 8-12 thn: ½ tab 5-8 thn: ¼ tab.
Meningkatkan efek sedasi dari obat penekan SSP
Hindari penggunaan bersama obat penekan SSP
Mual dan Muntah
Sehari 3x1 tab.
Mengurangi efek bromokriptin dalam penurunan prolaktin,
Lihat Domperidone
Lihat Domperidone
Lihat Domperidone
Lihat Domperidone
Monitor efikasi bromokriptin dan agonis dopamin lain. Domperidon merupakan antiemetik pilihan untuk Parkinson Lihat Domperidone
Klordiazepoksid 5 mg, klidinum bromida 2,5 mg, 279 mg karbohidrat.
Terapi tambahan paska pengobatan tukak petik dan sindrom perut.
Lazim oral: sehari 1-4x1 atau 2 tab sebelum makan.
Meningkatkan kadar fenitoin. Efek dapat dihilangkan oleh rifampisin
26.2 ANTIEMETIK 219
Antimo
220
Domperidone
221
Vometa
26.3 ANTIPASMODIK 222
Librax
92
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Monitor gejala toksisitas fenitoin. Hindari penggunaan bersama rifampisin, dapat digunakan tonazepam, lorazepam, dan oxazepam sebagai pengganti klordiazepoksid.
26.4 OBAT UNTUK DIARE Biodiar
Attapulgit 630 mg.
Antidiare.
Dewasa: Maksimum sehari 6 tab.
224
Diapet
Mengobatkan mencret dan memadatkan kembali feces yang cair, mengatasi rasa mulas.
Dws dan anak sehari 2-3x2 kap, untuk penyembuhan diare akut 2x2 kap.
225
Nifural
Ekstrak psidii folium 23,5 %, ekstrak curcumadomesti cae rhizome 12,5%, \ ekstrak coix lacrima jobi semen 18%, ekstrak phellodendri radix 23 %, ekstrak coptidis rhizome 23%. Nifuroxazide 250 mg/5ml sirup.
Diare akut pada dewasa, diare yang di sebabkan oleh E. coli.
Sehari 3-4x 1-2 sdtk, anak lebih dari 6 bulan sehari 3x1 sdtk , kurang dari 6 bulan
Menurunkan kerja ipecacuanha dan emetik lainnya, hipoglikemik oral, antikoagulan, antagonis vitamin K, PABA, prokain, Menyebabkan potensiasi efek antikolinergik dari antihistamin, antidepresan, antipsikotik, antiparkinson -
Hindari penggunaan attapulgite dengan obat lain secara bersamaan atau dengan selang waktu 2 jam
-
-
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
-
93
223
sehari 2x1 sdtk. 26.5 LAKSATIF 226
Dulcolax
Bisakodil 10 mg/suppos, 5 mg/suppos.
Sembelit, menghilangkan rasa nyeri pada buang air besar, sebelum dan setelah operasi.
Dewasa: Sehari 1x1 supositoria, jika perlu.
Pada dosis tinggi, resiko gangguan keseimbangan elektrolit meningkat pada penggunaan bersama diuretik dan adenokortikoid
Hati-hati pada penggunaan bersama diuretik dan adenokortikoid
Mengatur sistem imun, memperbaiki flora usus.
Maksimal Sehari 6 tab.
-
-
Asma bronchial, asma bronchitis, kejang bronkus, alergi.
Dewasa: Sehari 3x1-2 tab, anak sehari 2-3x ½ -1 tab.
Klirens dikurangi oleh asiklovir (30%), disulfiram. Klirens ditingkatkan rifampisin (45%), Efek ditingkatkan oleh allopurinol, kadar serum ditingkatkan simetidin (1/3), eritromisin, mexiletine, Pentoxifyllin (30%), kuinolon, fluvoxamine, Kadar litium serum dikurangi 20- 30% oleh
Waspada toksisitas teofilin jika diberikan dengan asiklovir, simetidin, allopurinol, kuinolon, Pentoxifyllin, fluvoxamine, Gunakan famotidin atau ranitidin sebagai pengganti simetidin. Monitor kadar teofilin jika digunakan bersama disulfiram dan dosis teofilin dapat diturunkan. Monitor kadar litium. Monitor
26.6 LAIN-LAIN 227
Laktobion
Laktoferin 100 mg, laktulosa 100 mg, bifidobacteria 100 juta sel. 27 OBAT UNTUK SALURAN NAFAS 27.1 ANTIASMA 228 Asmadex
Teofilin anhidrat 130 mg, efedrin HCL 10 mg.
94
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
teofilin dimana dapat menyebabkan relaps. Kadar diturunkan oleh fenobarbital, fenitoin, ritonavir (57%),
Ephedrine HCL
Efedrin HCL
Asma, bronchitis, emfisema.
Dewasa: sehari 1 - 3 tablet
Kadar kalium harus dimonitor terutama pasien dengan dosis besar iv
Lihat Asmadex
Efek antihipertensi guanethidine dapat dikurangi atau dihilangkan oleh ephedrine. Menyebabkan krisis hipertensi jika diberikann bersama penghambat MAOB, MAOI, moclobemide Penggunaan bersama teofilin merupakan pilihan pada manajemen asma dan penyakit obstruksi paru kronik, tetapi potensiasi efek samping juga muncul. Efek samping paling serius adalah hipokalemia dan takikardia, terutama jika digunakan teofilin dosis besar Lihat Asmadex
230
Lasal
Salbutamol sulfat 2 mg. 4 mg,/kap, 2 mg/5 ml sirup, 0,5 mg/ml inj.
Asma bronchial, dan penyakit paru lain.
Kap sehari 3-4x, dws 2-4 minggu, anak 6-12 thn, 0,1-0,2 mg/kgBB/hari.
231
Neo napacin
Lihat Asmadex
Lihat Asmadex
232
Salbutamol
Lihat Lasal
Lihat Lasal
Lihat Lasal
Lihat Lasal
Lihat Lasal
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Lihat Asmadex
95
229
kadar teofilin setelah 48 jam dan sesuaikan dosis jika diberikan dengan eritromisin. Dosis teofilin diturunkan 50% jika diberikan bersama mexiletine. Monitor kadar teofilin saat fenobarbital dimulai atau dihentikan. Monitor kadar teofilin jika digunkan bersama rifampisin, ritonavir, Pemberian teofilin dan fenitoin diberi jangka waktu 1-2 jam Hindari penggunaan bersama guanethidine, penghambat MAO-B, MAOI, moclobemide
27.2 ANTITUSIF 233 Benadryl DMP
234
Decadryl DHB
235
Dextromethorphan
236
Ikadryl DMP
237
Komix
238
Konidin
239
Sanadryl DMP
240
Wood antitusif
241
Yekadryl extra
Meringankan batuk dan pilek.
Lihat Benadryl DMP Lihat Benadryl DMP Lihat Benadryl DMP Lihat Benadryl DMP Lihat Benadryl DMP Lihat Benadryl DMP
Lihat Benadryl DMP Lihat Benadryl DMP Lihat Benadryl DMP Lihat Benadryl DMP Lihat Benadryl DMP Lihat Benadryl DMP
Lihat Benadryl DMP Meringankan batuk tidak berdahak, atau menimbulkan rasa sakit.
Tiap 4-6 jam. Dws 10 ml, 4-12 thn: 5-10 ml, 2-4 thn:2,5ml. Lihat Benadryl DMP Tab dws dan anak >12 thn, sehari 3x 1 tab, anak6-12 thn 3x ½ -1 sendok teh sehari.
Lihat Benadryl DMP Lihat Benadryl DMP Lihat Benadryl DMP Lihat Benadryl DMP Lihat Benadryl DMP Lihat Benadryl DMP
Lihat Dextromethorphan. Meningkatkan efek sedasi jika diberikan dengan alkohol
Lihat Dextromethorphan. Hindari aktivitas mengemudi
Lihat Benadryl DMP
Lihat Benadryl DMP
Menyebabkan sindrom serotonin jika diberikan dengan penghambat MAO-B non selektif, MAOI. Moclobemide menghambat metabolisme dextromethorphan dan dapat menyebabkan reaksi CNS parah. Kadar plasma ditingkatkan oleh kuinidin Lihat Benadryl DMP
Kontraindikasi dengan rasagiline, MAOI, Moclobemide. Monitoring penggunaan bersama kuinidin
Lihat Benadryl DMP
Lihat Benadryl DMP
Lihat Benadryl DMP
Lihat Benadryl DMP
Lihat Benadryl DMP
Lihat Benadryl DMP
Lihat Benadryl DMP
Lihat Benadryl DMP
Lihat Benadryl DMP
Lihat Benadryl DMP
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Lihat Benadryl DMP
96
Difenhidramin HCL 5 mg, Dekstrometorfan HBr 7,5 mg/5ml. Lihat Benadryl DMP Dekstromethorp han HBr 15 mg/tab dan 10 mg/5 ml sirup.
27.3 MUKOLITIK DAN EKSPEKTORAN 242
Bisolvon
Bromheksin HCL 4 mg/5 ml. Eliksir 2 mg/5 ml, inj 8 mg.
Paru meradang kronik, merangsang pembentukan dahak.
Eliksir dws sehari 3x10 ml, anak sehari 3x 5 ml, bayi dan anak kecil sehari 3 x 2,5 ml.
-
-
97
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013