UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI – 8 JUNI 2012
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
MUTIA ANGGRIANI, S.Farm 1106047215
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENNGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JUNI 2012
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI – 8 JUNI 2012
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
MUTIA ANGGRIANI, S.Farm 1106047215
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENNGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JUNI 2012 v
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 1 Jl. Garuda No. 47, Jakarta Pusat Periode 1 Mei – 8 Juni 2012. Laporan ini merupakan hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan di Apotek Kimia Farma No.1 dan disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1.
Bapak Asep Dasuki S., S.Si., Apt., selaku pembimbing dari Apotek Kimia Farma No. 1 yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini.
2. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S, Apt., selaku Ketua Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia. 3. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia dan pembimbing PKPA dari Program Pendidikan Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan bantuan dalam penyusunan laporan ini. 4. Karyawan dan staf Apotek Kimia Farma No. 1 yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini. 5. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta segenap karyawan Departemen Farmasi FMIPA UI. 6. Orang tua, kakak, dan adik yang selalu memberi dukungan, semangat, dan doa kepada penulis. 7. Semua teman-teman Program Profesi Apoteker angkatan 74 serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis selama pelaksanaan PKPA ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan PKPA ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani kerja praktek profesi apoteker ini iv
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang memerlukan.
Depok, Juni 2012
Penulis
v
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv DAFTAR ISI .................................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2 Tujuan............................................................................................ 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4 2.1 Definisi Apotek ............................................................................. 4 2.2 Tugas dan Fungsi Apotek ............................................................... 4 2.3 Landasan Hukum Apotek ............................................................... 5 2.4 Persyaratan Apotek......................................................................... 5 2.5 Tata Cara Perizinan Apotek ............................................................ 8 2.6 Pengalihan Tanggungjawab Pengelolaan Apotek ............................ 10 2.7 Pelanggaran Apotek........................................................................ 11 2.8 Pencabutan Surat Izin Apotek ......................................................... 12 2.9 Pengelolaan Apotek ........................................................................ 13 2.10 Pelayanan Apotek ........................................................................... 14 2.11 Sediaan Farmasi.............................................................................. 18 2.12 Obat Wajib Apotek ......................................................................... 20 2.13 Pengelolaan Narkotika .................................................................... 21 2.14 Pengelolaan Psikotropika ................................................................ 24 2.15 Pelayanan Informasi Obat (PIO) di Apotek...................................... 26 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS ......................................................................... 30 3.1 PT Kimia Farma (Persero) Tbk. .................................................... .. 30 3.2 PT Kimia Farma Apotek ............................................................... .. 34 3.3 PT Kimia Farma Trading and Distribution ................................... .. 38 3.4 Apotek Kimia Farma No. 1 Jakarta ............................................... .. 38 BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................. 57 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 66 5.1 Kesimpulan.................................................................................... 66 5.2 Saran .............................................................................................. 66 DAFTAR REFERENSI ................................................................................. 67
vi
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Struktur Organisasi Kantor Pusat PT Kimia Farma Apotek .. 69
Lampiran 2
Struktur Organisasi Apotek Unit Bisnis Manager Jaya 2 ....... 70
Lampiran 3
Struktur Oranisasi Apotek Kimia Farma No.1 Jakarta ........... 71
Lampiran 4
Alur Pelayanan Resep di Apotek Kimia Farma No.1 Jakarta
Lampiran 5
Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) ............................... 73
Lampiran 6
Kartu Stok Apotek Kimia Farma No.1 Jakarta ...................... 74
Lampiran 7
Surat Pesanan Narkotika......................................................... 75
Lampiran 8
Surat Pesanan Psikotropika .................................................... 75
Lampiran 9
Laporan Penggunaan Narkotika ............................................. 76
72
Lampiran 10 Laporan Penggunaan Psikotropika ......................................... 77 Lampiran 11 Penomoran Resep dan Tanda Terima Resep Kredit ............... 78 Lampiran 12 Kertas Pembungkus Puyer ...................................................... 78 Lampiran 13 Label Obat .............................................................................. 79 Lampiran 14 Denah Apotek Kimia Farma No.1 .......................................... 80
vii
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang dapat
diwujudkan melalui pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan besar artinya bagi pembangunan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia serta sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional. Dengan memperhatikan peranan kesehatan tersebut maka diperlukan upaya yang memadai bagi peningkatan derajat kesehatan dan pembinaan penyelenggaraan upaya kesehatan secara menyeluruh dan terpadu (PP No. 51, 2009). Penyelenggaraan berbagai upaya pembangunan kesehatan dilakukan diantaranya dengan pemerataan dan peningkatan pelayanan kesehatan yang didukung oleh penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai, penyediaan jumlah obat yang mencukupi, bermutu baik dan terdistribusi merata dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat luas. Apotek sebagai salah satu sarana kesehatan dan penyedia layanan kesehatan merupakan suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian yang memberikan suatu pelayanan terpadu kepada masyarakat untuk memperoleh perbekalan farmasi yang bermutu dan terjamin serta terjangkau harganya. Pekerjaan kefarmasian di Apotek tidak hanya meliputi pembuatan, pengolahan, peracikan dan pencampuran, tetapi juga termasuk pengendalian mutu dan pengamanan sediaan farmasi, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Sebagai suatu bentuk usaha, apotek memiliki keunikan tersendiri dibandingkan usaha lain. Sebuah apotek tidak hanya berjalan berdasarkan nilai bisnisnya, tetapi juga mempunyai fungsi sosial, terutama berkaitan dengan perannya dalam menunjang upaya kesehatan dan sebagai penyalur perbekalan farmasi kepada masyarakat. Dalam menjalankan kedua fungsi apotek tersebut, disinilah apoteker sebagai penanggung jawab sebuah apotek, memiliki peranan 1
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
2
yang besar untuk dapat menyelaraskan kedua fungsi tersebut agar berjalan sebaikbaiknya. Perkembangan tingkat ekonomi dan kemudahan mendapatkan informasi menjadikan masyarakat belakangan ini makin kritis dalam menjaga kesehatan dirinya. Saat ini mereka tidak hanya ingin datang ke apotek untuk menebus obat, tetapi juga ingin mendapat informasi yang lengkap tentang obat yang mereka terima. Terlebih lagi, saat ini semakin marak didengungkan slogan “self medication” (pengobatan sendiri), dimana masyarakat harus tetap dibina dan diberikan penyuluhan tentang penggunaan obat yang benar, untuk mencapai kerasionalan penggunaan obat. Untuk itu, apotek sebagai sarana yang bergerak di bidang jasa pelayanan harus mampu memberikan pelayanan kefarmasian secara tepat dan bermutu. Untuk mempersiapkan para apoteker yang profesional maka perlu dilakukan praktek kerja di Apotek sebagai pelatihan untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan di masa kuliah serta dapat mempelajari segala kegiatan dan permasalahan yang ada di suatu apotek. Dengan dilatarbelakangi hal tersebut maka diadakan kerjasama antara Program Pendidikan Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia dengan PT. Kimia Farma Apotek, berupa Pelatihan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma yang dilaksanakan pada tanggal 1 Mei 2012 sampai dengan 8 Juni 2012, sehingga diharapkan
para calon apoteker dapat mengenal, mengerti, serta menghayati
peran dan tanggung jawab seorang apoteker di apotek meliputi fungsi profesional, retailer, dan manajer. Selain itu juga dapat menambah pengetahuan serta meningkatkan keterampilan dalam pekerjaan kefarmasiannya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
3
1.2
Tujuan Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia
Farma No. 1 Jakarta, adalah : 1. Mengetahui peran, tugas, dan fungsi apoteker di apotek dalam pengelolaannya sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di apotek. 2. Mengetahui pengelolaan apotek dalam pelayanan kesehatan, meliputi kegiatan
administrasi,
pengadaan,
penyimpanan,
pelayanan,
dan
manajemen di Apotek Kimia Farma No. 1.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Apotek Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian
dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Pengertian ini didasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Pekerjaan kefarmasian menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Apotek mengutamakan
sebagai
salah
kepentingan
satu
sarana
masyarakat
dan
pelayanan
kesehatan
berkewajiban
perlu
menyediakan,
menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. Apotek dapat diusahakan oleh lembaga atau instansi pemerintah dengan tugas pelayanan kesehatan di pusat dan daerah, perusahaan milik negara yang ditunjuk oleh pemerintah dan apoteker yang telah mengucapkan sumpah serta memperoleh izin dari Suku Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat sebagai apotek profesi.
2.2
Tugas dan Fungsi Apotek Apotek adalah suatu tempat atau terminal distribusi obat dan perbekalan
farmasi yang dikelola oleh apoteker dan menjadi tempat pengabdian profesi apoteker sesuai dengan standar dan etika kefarmasian. Berdasarkan PP No. 25 Tahun 1980, tugas dan fungsi apotek adalah: a.
Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan.
b.
Sarana farmasi yang melakukan pengubahan bentuk dan penyerahan obat atau bahan obat. 4
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
5
c.
Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.
d.
Sarana pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya.
2.3
Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang
diatur dalam: a.
Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
b.
Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika
c.
Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
d.
Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
e.
Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 149/Menkes/Per/II/ 1998
f.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek
g.
Keputusan Menteri Kesehatan No.
1332/Menkes/SK/X/2002 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek h.
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/Menkes/SIK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
2.4
Persyaratan Apotek Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apotek
(SIA). Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (melalui dinas kesehatan di tingkat daerah masing-masing) kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana apotek untuk menyelenggarakan pelayanan apotek di suatu tempat tertentu. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/SK/X/1993, disebutkan bahwa persyaratan-persyaratan apotek adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
6
1.
Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
2.
Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi.
3.
Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi. Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah
apotek adalah: 1.
Tempat/ Lokasi Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Persyaratan jarak minimum antar apotek pun tidak dipermasalahkan lagi, akan tetapi ketentuan ini dapat berbeda, sesuai dengan kebijakan/ peraturan daerah masing-masing, lokasi apotek pun dapat dipilih dengan mempertimbangkan segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, jumlah praktek dokter, sarana dan pelayanan kesehatan lain, sanitasi dan faktor lainnya.
2.
Bangunan Apotek harus mempunyai luas bangunan yang cukup dan memenuhi persyaratan teknis, sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsinya. Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari ruang tunggu, ruang peracikan, ruang administrasi dan kamar kerja apoteker serta ruang tempat pencucian alat dan kamar kecil. Bangunan apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang memadai, alat pemadam kebakaran, ventilasi dan sanitasi yang baik serta papan nama apotek.
3.
Perlengkapan Apotek Perlengkapan apotek yang harus dimiliki antara lain: a. Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortir, alu dan lain-lain.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
7
b. Perlengkapan dan tempat penyimpanan alat perbekalan farmasi seperti lemari obat, lemari es dan lemari khusus untuk narkotika dan psikotropika. c. Wadah pengemas dan pembungkus. d. Alat administrasi seperti blanko pesanan, salinan resep, dan kuitansi, faktur, kartu stok, dan lain-lain. e. Buku standar yang diwajibkan dan kumpulan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek yaitu Farmakope Indonesia, ISO, MIMS, UU Narkotika, UU Psikotropika. 4.
Tenaga Kerja/ Personalia Apotek Berdasarkan Permenkes RI No. 922/MENKES/PER/X/1993, personil apotek terdiri dari: a. Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu Apoteker yang telah memiliki Surat Izin Apotek (SIA). b. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek dan atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka Apotek. c. Apoteker Pengganti adalah apoteker yang menggantikan APA, selama APA tersebut tidak berada di tempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai APA di Apotek lain. Dalam hal ini apabila APA tersebut tidak memiliki Apoteker Pendamping. d. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundangundangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker. Sedangkan tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek terdiri dari: a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker. b. Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat penerimaan, dan pengeluaran uang. c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan apotek. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
8
5.
Perbekalan Farmasi/Komoditi Sesuai dengan Permenkes RI No. 922/MENKES/PER/X/1993, pasal 6 tentang persyaratan apotek, apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi farmasi.
2.5
Tata Cara Perizinan Apotek Dalam mendirikan apotek, apoteker harus memiliki Surat Izin Apotek
(SIA) yaitu surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana apotek untuk mendirikan apotek di suatu tempat tertentu. Wewenang pemberian SIA dilimpahkan oleh Menteri Kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes).Selanjutnya Kepala Dinkes wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin dan pencabutan izin apotek kepada Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Sesuai
dengan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut: a.
Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir model APT-1.
b.
Dengan
menggunakan
Formulir
APT-2
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c.
Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh formulir APT-3.
d.
Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (2) dan (3) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh formulir model APT-4. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
9
e.
Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh formulir model APT-5.
f.
Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir model APT-6.
g.
Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan.
h.
Apabila Apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka pengunaan sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara Apoteker dan pemilik sarana.
i.
Pemilik sarana yang dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perudang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam Surat Pernyataan yang bersangkutan.
j.
Terhadap permohonan izin apotek dan APA atau lokasi yang tidak sesuai dengan pemohon, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya dua belas hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model APT-7. Bila Apoteker menggunakan sarana milik pihak lain, yaitu mengadakan
kerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek, maka harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a.
Pengguna sarana yang dimaksud, wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara apoteker dan pemilik sarana.
b.
Pemilik sarana yang dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
10
c.
Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan Apoteker Pengelola Apotek dan persyaratan apotek atau lokasi apotek yang tidak sesuai dengan permohonan maka Kepala Kantor Dinas Kesehatan Kota/ Kabupaten dalam jangka waktu dua belas hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasan-alasannya.
2.6
Pengalihan Tanggungjawab Pengelolaan Apotek Pengalihan tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek (APA) dapat
terjadi apabila APA tidak bertindak sebagai Apoteker pada apotek tersebut atau Apoteker meninggal dunia. Aturan-aturan tentang pengalihan tanggung jawab tersebut
dapat
dilihat
pada
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
922/MENKES/PER/X/1993 pasal 23 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 pasal 24. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MENKES/PER/X/1993 pasal 23 adalah sebagai berikut: a.
Pada setiap pengalihan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA kepada Apoteker pengganti, wajib dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika.
b.
Pada serah terima dimaksud ayat 1, wajib dibuat berita acara serah terima sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap empat yang ditandatangani oleh kedua tempat belah pihak, yang melakukan serah terima dengan menggunakan formulir model AP-10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002
pasal 24 adalah sebagai berikut: a.
Apabila apoteker pengelola apotek meninggal dunia, dalam jangka waktu 2x24 jam, ahli waris apoteker pengelola apotek wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada kepala kantor wilayah atau petugas yang diberi wewenang olehnya.
b.
Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat apotek pendamping, pada pelaporan dimaksud ayat 1, wajib disertai penyerahan resep, narkotika,
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
11
psikotropika, obat keras dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. c.
Pada penyerahan dimaksud ayat 1 dan 2, dibuat berita acara surat terima sebagaimana dimaksud pasal 23 ayat 2 dengan kepala kantor, dengan kepala kantor wilayah atau petugas yang diberi wewenangnya, selaku pihak yang menerima dengan menggunakan contoh.
2.7
Pelanggaran Apotek Pelanggaran apotek dapat dikategorikan dalam dua macam, berdasarkan
berat dan ringannya pelanggaran tersebut. Kegiatan yang termasuk pelanggaran berat apotek meliputi: a.
Melakukan kegiatan tanpa ada tenaga teknis farmasi
b.
Terlibat dalam penyaluran atau penyimpangan obat palsu atau gelap
c.
Pindah alamat apotek tanpa izin
d.
Menjual narkotika tanpa resep dokter
e.
Kerjasama dengan Pedagang Besar Farmasi (PBF) dalam menyalurkan obat kepada pihak yang tidak berhak dalam jumlah besar
f.
Tidak menunjuk apoteker pendamping atau apoteker pengganti pada waktu APA keluar daerah Kegiatan yang termasuk pelanggaran ringan apotek meliputi:
a.
Tidak menunjuk Apoteker Pendamping pada waktu APA tidak bisa hadir pada jam buka apotek
b.
Menjual obat daftar G kepada yang tidak berhak
c.
Melayani resep yang tidak jelas dokternya
d.
Menyimpan
obat
rusak,
tidak
mempunyai
penandaan
atau
belum
dimusnahkan e.
Salinan resep yang tidak ditandatangani oleh apoteker
f.
Melayani salinan resep narkotika dari apotek lain
g.
Lemari narkotika tidak memenuhi syarat
h.
Resep narkotika tidak dipisahkan
i.
Buku narkotika tidak diisi atau tidak bisa dilihat atau diperiksa
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
12
j.
Tidak mempunyai atau mengisi kartu stok hingga tidak dapat diketahui dengan jelas asal usul obat tersebut Setiap pelanggaran apotek terhadap ketentuan yang berlaku dapat
dikenakan sanksi, baik sanksi administratif maupun sanksi pidana. Sanksi administratif
yang
diberikan
menurut
keputusan
Permenkes
No.922/MENKES/PER/X/1993 adalah: a.
Peringatan secara tertulis kepada APA secara tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing – masing dua bulan.
b.
Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama – lamanya enam bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan izin apotek. Keputusan pencabutan SIA disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Menteri Kesehatan RI di Jakarta.
c.
Pembekuan izin apotek tersebut dapat dicairkan kembali apabila apotek tersebut dapat membuktikan bahwa seluruh persyaratan yang ditentukan dalam keputusan Menteri Kesehatan RI dan Permenkes tersebut telah dipenuhi. Sanksi pidana berupa denda maupun hukuman penjara diberikan bila
terdapat pelanggaran terhadap: a.
Undang – undang Obat Keras (St.1937 No.541).
b. Undang – undang Kesehatan No.36 Tahun 2009. c.
2.8
Undang – undang Narkotika No.35 Tahun 2009.
Pencabutan Surat Izin Apotek Apotek harus berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, jika tidak, Kepala Dinas Kesehatan dapat mencabut Surat Izin Apotek (SIA) apabila (Kemenkes RI, 1993): a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA). b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian. c. Apoteker Pengelola Apoteker berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus-menerus. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
13
d. Terjadi pelanggaran yang berhubungan dengan narkotika dan psikotropika. e. Surat Izin Kerja (SIK) APA tersebut dicabut. f. Pemilik Sarana Apotek (PSA) terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat. g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apotek. Pelaksanaan pencabutan SIA dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-12 dan pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya Penetapan Pembekuan Kegiatan Apotek dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-13 (Kemenkes RI, 1993). Pembekuan SIA dapat dicairkan kembali apabila apoteker telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-14. Pencairan izin apotek tersebut dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan setempat (Kemenkes RI, 1993). Keputusan Pencabutan SIA oleh Kepala Kantor Wilayah disampaikan langsung kepada yang bersangkutan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-15 dan tembusan kepada Direktur Jenderal dan Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan setempat. Apabila SIA dicabut, APA atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku (Kemenkes RI, 1993).
2.9
Pengelolaan Apotek Pengelolaan Apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan Apoteker untuk
melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek. Pengelolaan apotek dapat dibagi menjadi 2, yaitu pengelolaan teknis farmasi dan pengelolaan non teknis farmasi. Pengelolaan teknis kefarmasian meliputi: a.
Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
14
b.
Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, penyerahan perbekalan farmasi lainnya.
c.
Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi: 1) Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun kepada masyarakat. 2) Pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan atau mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya. Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi,
keuangan, personalia, pelayanan komoditi selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek. Agar dapat mengelola apotek dengan baik dan benar, seorang APA dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai yang tidak hanya dalam bidang farmasi tetapi juga dalam bidang lain seperti manajemen. Prinsip dasar manajemen yang perlu diketahui oleh seorang APA dalam mengelola apoteknya adalah: a.
Perencanaan, yaitu pemilihan dan penghubungan fakta serta penggunaan asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
b.
Pengorganisasian, yaitu menyusun atau mengatur bagian-bagian yang berhubungan satu dengan lainnya, dimana tiap bagian mempunyai suatu tugas khusus dan berhubungan secara keseluruhan.
c.
Kepemimpinan, yaitu kegiatan untuk mempengaruhi dan memotivasi pegawainya agar berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
d.
Pengawasan, yaitu tindakan untuk mengetahui hasil pelaksanaan untuk kemudian dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan kerja agar segala kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
2.10
Pelayanan Apotek Peraturan yang mengatur tentang Pelayanan Apotek adalah Peraturan
Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/SK/X/1993, yang meliputi: Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
15
a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek, sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. b. Apotek wajib menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan yang bermutu baik dan absah. c. Apotek tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat bermerek dagang. Namun resep dengan obat bermerek dagang atau obat paten boleh diganti dengan obat generik. d. Apotek wajib memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dengan membuat berita acara. Pemusnahan ini dilakukan dengan cara dibakar atau dengan ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Badan POM. e. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang lebih tepat. f. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat. g. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep. h. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker. i. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu 3 tahun. j. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
16
k. APA, apoteker pendamping atau apoteker pengganti diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek, yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/MENKES/SK/2004, pelayanan apotek meliputi: 1.
Pelayanan Resep a. Skrining resep Apoteker melakukan skrining resep meliputi: 1) Persyaratan administratif: nama, SIPA dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda tangan/paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien; nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta; cara pemakaian yang jelas; informasi lainnya. 2) Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian. 3) Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan. b. Penyiapan obat Penyiapan obat meliputi: 1) Peracikan Merupakan
kegiatan
menyiapkan,
menimbang,
mencampur,
mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. 2) Etiket Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
17
3) Kemasan obat yang diserahkan Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. 4) Penyerahan Obat Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan. 5) Informasi Obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. 6) Konseling Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan
dan
perbekalan
kesehatan
lainnya,
sehingga
dapat
memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan. 7) Monitoring Penggunaan Obat Setelah
penyerahan
obat
kepada
pasien,
apoteker
harus
melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya. c. Promosi dan edukasi Dalam
rangka
pemberdayaan
masyarakat,
apoteker
harus
berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lainnya. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
18
2.
Pelayanan Residensial (Home Care) Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan
kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).
2.11
Sediaan Farmasi Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik.
Untuk menjaga keamanan penggunaan obat oleh masyarakat, maka pemerintah menggolongkan obat menjadi (Peraturan Menteri Kesehatan No. 917 Tahun 1993 Tentang Wajib Daftar Obat Jadi):
2.11.1 Obat Bebas Obat golongan ini adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan warna hijau disertai brosur yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis, atau aturan pemakaiannya, nomor bets, nomor registrasi, nama pabrik, dan alamat serta cara penyimpanannya.
Gambar 2.1 Penandaan Obat Bebas
2.11.2 Obat Bebas Terbatas Obat golongan ini adalah obat keras yang diberi batas pada setiap takaran dan kemasan yang digunakan untuk mengobati penyakit ringan yang dapat dikenali oleh penderita sendiri.Obat ini dapat dibeli tanpa resep dokter.Obat bebas terbatas ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan warna biru yang ditulis pada etiket dan bungkus luar.
Gambar 2.2 Penandaan Obat Bebas Terbatas Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
19
Disamping itu ada tanda peringatan P.No.1 sampai dengan P.No.6, dan penandaan penandaan pada etiket atau brosur terdapat nama obat yang bersangkutan, daftar bahan khasiat serta jumlah yang digunakan, nomor bets dan tanggal daluarsa, nomor registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk penggunaan (indikasi) dan cara pemakaian, peringatan, serta kontraindikasi. Tanda peringatan pada kemasan dibuat dengan dasar hitam dan tulisan berwarna putih.
Gambar 2.3 Tanda Peringatan Pada Obat Bebas Terbatas
2.11.3 Obat Keras Obat golongan ini adalah obat-obatan yang tidak digunakan untuk keperluan
teknis,
yang
mempunyai
khasiat
mengobati,
menguatkan,
mendesinfeksi dan lain-lain pada tubuh manusia, baik dalam bungkusan atau tidak yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Tanda khusus lingkaran merah dengan garis tepi hitam dan huruf K didalamnya yang ditulis pada etiket dan bungkus luar. Psikotropik termasuk dalam golongan obat keras
Gambar 2.4 Penandaan Obat Keras
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
20
2.11.4 Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (UU No.35, 2009).
Gambar 2.5.Penandaan Obat Narkotika
2.12
Obat Wajib Apotek Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa
resep dokter oleh Apoteker di Apotek (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 347 Tahun 1990 Tentang Obat Wajib Apotek). Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 1.
Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun.
2.
Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit.
3.
Penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.
4.
Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.
5.
Obat
dimaksud
memiliki
rasio
khasiat
keamanan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri. Dalam melayani pasien yang memerlukan OWA, Apoteker di Apotek diwajibkan untuk : 1.
Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam OWA yang bersangkutan.
2.
Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.
3.
Memberikan informasi, meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
21
2.13
Pengelolaan Narkotika Berdasarkan Undang-undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika,
narkotika dibedakan ke dalam golongan-golongan yaitu: 1.
Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dalam jumlah terbatas dan tidak dalam
terapi,
serta
mempunyai
potensi
sangat
tinggi
dan
dapat
mengakibatkan ketergantungan. 2.
Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
3.
Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta
ketergantungan.
mempunyai
Contohnya
potensi
antara
ringan
lain
kodein,
yang
mengakibatkan
dekstropropoksifen,
etilmorfin, propiram, buprenorfin. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. merupakan satu-satunya perusahaan yang diizinkan oleh pemerintah untuk mengimpor, memproduksi, dan mendistribusikan narkotika di wilayah Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengawasan oleh pemerintah, karena sifat negatifnya yang dapat menyebabkan ketagihan
yang
sangat
merugikan.
Pengelolaan
narkotika
meliputi
kegiatankegiatan: 1.
Pemesanan Narkotika Undang-undang No. 9 tahun 1976 menyatakan bahwa Menteri Kesehatan memberikan izin kepada apotek untuk membeli, meracik, menyediakan, memiliki atau menyimpan untuk persediaan, menguasai, menjual,
menyalurkan,
menyerahkan,
mengirimkan,
membawa
atau
mengangkut narkotika untuk kepentingan pengobatan. Pengadaan narkotika di apotek dilakukan dengan pesanan tertulis melalui Surat Pesanan Narkotika (model N.9 rangkap 4) kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT.Kimia Farma (Persero) Tbk. Surat Pesanan narkotika harus ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
22
nomor SIK, SIA, dan stempel apotek. Berdasarkan surat pemesanan tersebut, PBF mengirimkan narkotika beserta faktur ke apotek. SP yang berwarna putih, kuning, dan biru (SP asli dan dua lembar salinan SP) diserahkan ke PBF yang bersangkutan, dan satu lembar sebagai arsip apotek. Pada satu lembar surat pemesanan narkotik hanya dapat untuk memesan satu jenis obat narkotika. 2.
Penyimpanan Narkotika Narkotika yang ada di apotek harus disimpan sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan (Pasal 16 Undang-undang No. 9 tahun 1976). Sebagai pelaksanaan pasal tersebut telah diterbitkan Permenkes RI No. 28/MENKES/PER/I/1978 tentang Tata Cara Penyimpanan Narkotika, yaitu pada pasal 5 yang menyebutkan bahwa apotek harus mempunyai tempat khusus untuk penyimpanan narkotika yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. b. Harus mempunyai kunci yang kuat. c. Lemari dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan, bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam garamnya, serta persediaan narkotika; bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari. d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari ukuran kurang dari 40x80x100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai. Pada pasal 6, dinyatakan sebagai berikut: a. Apotek dan rumah sakit harus menyimpan narkotika pada tempat khusus sebagaimana yang dimaksud pada pasal 5, dan harus dikunci dengan baik. b. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika. c. Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh penanggung jawab/asisten kepala atau pegawai lain yang dikuasakan. d. Lemari khusus harus ditaruh pada tempat yang aman dan tidak boleh terlihat oleh umum.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
23
3.
Pelaporan Narkotika Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Dalam laporan tersebut diuraikan mengenai pembelian/ pemasukan dan penjualan/ pengeluaran narkotika yang ada dalam tanggungjawabnya, dan ditandatangani oleh APA. Laporan tersebut ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dengan tembusan: a. Balai POM/ Balai Besar POM Propinsi setempat b. Dinas Kesehatan Propinsi setempat c. Arsip apotek. Laporan penggunaan narkotika tersebut terdiri dari: a. Laporan pemakaian bahan baku narkotika. b. Laporan penggunaan sediaan jadi narkotika. c. Laporan penggunaan morfin dan petidin.
4.
Pelayanan resep yang mengandung Narkotika Dalam Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika disebutkan: a. Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan dan atau ilmu pengetahuan. b. Narkotika dapat digunakan untuk kepentingan pengobatan hanya berdasarkan resep dokter. Untuk salinan resep yang mengandung narkotika dan resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali, apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang menyimpan resep asli.
5.
Pemusnahan Narkotika yang rusak atau tidak memenuhi syarat Pada pasal 9 Permenkes RI No. 28/MENKES/PER/I/1978 disebutkan bahwa APA dapat memusnahkan narkotika yang rusak atau tidak memenuhi syarat lagi. Pelaksanaan pemusnahan narkotika di apotek, yang rusak atau
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
24
tidak memenuhi syarat harus disaksikan oleh petugas dari Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II. APA yang memusnahkan narkotika harus membuat berita acara pemusnahan narkotika yang memuat: a. Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan. b. Nama Apoteker Pengelola Apotek. c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari apotek tersebut. d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. e. Cara pemusnahan. f. Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi. Berita acara tersebut dibuat minimal 3 rangkap dan berita acara tersebut dikirimkan kepada Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dengan tembusan: a. Balai POM/ Balai Besar POM Propinsi setempat. b. Kantor Dinas Kesehatan Propinsi setempat.
2.14
Pengelolaan Psikotropika Psikotropika
menurut
Undang-undang
No.5
tahun
1997
tentang
Psikotropika, adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibagi menjadi beberapa golongan: 1.
Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya brolamfetamina.
2.
Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan digunakan dalam terapi, dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi
kuat
mengakibatkan
sindroma
ketergantungan.
Contohnya amfetamina.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
25
3.
Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi, dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya pentobarbital.
4.
Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi, dan/atau atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya alprazolam, barbital dan diazepam. Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam UU No. 5 tahun 1997
adalah segala hal yang berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Tujuan pengaturan psikotropika sama dengan narkotika, yaitu: 1.
Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan
2.
Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika
3.
Memberantas peredaran gelap psikotropika
Pengelolaan psikotropika di Apotek meliputi kegiatan-kegiatan: 1.
Pemesanan Psikotropika Pemesanan psikotropika dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan Psikotropika yang ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK dan stempel apotek. Satu lembar surat pemesanan dapat digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropika dan boleh dilakukan ke PBF selain Kimia Farma..
2.
Penyimpanan Psikotropika Psikotropika disimpan terpisah dengan obat-obat lain dalam suatu rak atau lemari khusus dan tidak harus dikunci.Pemasukan dan pengeluaran psikotropika dicatat dalam kartu stok psikotropika.
3.
Penyerahan Psikotropika Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya,rumah sakit, puskesmas, Balai pengobatan dan dokter kepada pengguna/pasien berdasarkan resep dokter.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
26
4.
Pelaporan psikotropika Tata cara pelaporan menggunakan psikotropika sama dengan tata cara pelaporan narkotika, namun pelaporannya dilakukan setiap tiga bulan sekali.
2.15
Pelayanan Informasi Obat (PIO) di Apotek Pekerjaan kefarmasian di apotek tidak hanya pada pembuatan, pengolahan,
pengadaan, dan penyimpanan perbekalan farmasi, tetapi juga pada pelayanan informasi obat.Tujuan diselenggarakannya PIO di apotek adalah demi tercapainya penggunaan obat yang rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat regimen (dosis, cara, saat dan lama pemberian), tepat obat, dan waspada efek samping. Dalam memberikan informasi obat, hendaknya seorang apoteker mempunyai ciriciri sebagai berikut: 1.
Mandiri, artinya bebas dari segala bentuk keterikatan dengan pihak lain yang dapat mengakibatkan informasi yang diberikan menjadi tidak objektf.
2.
Objektif, artinya memberikan informasi dengan sejelas-jelasnya mengenai suatu produk obat tanpa dipengaruhi oleh berbagai kepentingan.
3.
Seimbang, artinya informasi diberikan setelah melihat dari berbagai sudut pandang yang mungkin berlawanan
4.
Ilmiah, yang artinya informasi berdasarkan sumber data atau referensi yang dapat dipercaya.
5.
Berorientasi pada pasien, maksudnya informasi tidak hanya mencakup informasi produk seperti ketersediaan, kesetaraan generik, tetapi juga harus mencakup informasi yang mempertimbangkan kondisi pasien. Oleh sebab itu peranan terhadap keberadaan apoteker di apotek dalam
pemberian informasi obat tersebut kepada pasien, dokter, maupun tenaga medis lainnya sangat penting. Pelayanan obat di apotek terbagi menjadi 2 (dua) macam, yakni pelayanan obat resep dan pelayanan obat non resep. Tindakan atau inisiatif masyarakat dengan mengkonsumsi obat non resep tanpa pengawasan dari tenaga medis disebut swamedikasi (self medication). Konsumen memerlukan bantuan dalam membuat keputusan terhadap swamedikasi. Apoteker adalah orang yang ideal
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
27
dalam membantu konsumen memilih obat yang aman dan efektif dalam mengobati penyakit yang dideritanya. Pada tahun 1966, American Pharmacist Association (APhA) menerbitkan seri artikel pada berbagai kelompok obat-obat non resep, dan menjadi dasar dalam pembuatan Handbook of Non Prescription Drug pada tahun 1967. Tahap-tahap yang dilalui dalam pemberian informasi obat-obat non resep sama dengan tahap pada konseling obat resep. 1.
Pembukaan diskusi Bertujuan untuk membangun hubungan yang baik dengan pasien, sehingga mereka merasa nyaman dalam mendiskusikan masalah kesehatan yang mereka alami. Proses pemberian informasi dapat dimulai dengan beberapa cara, yaitu: a. Pasien datang ke apoteker untuk meminta rekomendasi terhadap permasalahan kesehatan b. Pasien mendatangi apoteker untuk menanyakan suatu produk c. Apoteker mendatangi pasien guna menawarkan bantuan dalam memilih produk
2.
Diskusi untuk mengumpulkan informasi dan mengidentifikasi masalah Salah satu tujuan dari pemberian informasi obat non resep kepada pasien adalah menskrining guna mengetahui self treatment yang tepat. Tahap pengumpulan informasi menjadi tahap yang lebih ekstensif dibandingkan dengan obat resep. Informasi yang harus diperoleh adalah sebagai berikut: a. Identifikasi pasien b. Deskripsi pasien c. Riwayat pengobatan d. Diagnosis dan/ atau pengobatan terhadap gejala-gejala sebelumnya e. Evaluasi gejala
3.
Diskusi untuk mencegah atau memecahkan masalah dan memberikan informasi Apoteker selanjutnya harus membuat rencana pengobatan yang dapat berupa beberapa rekomendasi. Jika gejala yang diderita pasien ringan, penggunaan obat mungkin tidak perlu disarankan. Sementara jika keluhan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
28
yang dialami berat, apoteker dapat merekomendasikan agar pasien tersebut berobat ke dokter. 4.
Penutupan diskusi Pemberian informasi obat non resep harus diakhiri dengan meringkas hal-hal penting dan berusaha untuk mendapat feedback dari pasien untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan pengertian.
5.
Tindak lanjut Apoteker juga harus melakukan konsultasi lanjut untuk memastikan bahwa keluhan-keluhan pasien sudah hilang dan pengobatan yang dilakukan efektif. Swamedikasi
dasar
hukumnya
adalah
permenkes
No.919/MENKES/PER/X/1993, secara sederhana swamedikasi adalah upaya seseorang dalam mengobati gejala sakit atau penyakit tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Swamedikasi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan secara tepat, aman, dan rasional. Oleh sebab itu peran apoteker di apotek dalam pelayanan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) serta pelayanan obat kepada masyarakat perlu ditingkatkan dalam rangka peningkatan pengobatan sendiri. Obat untuk swamedikasi meliputi obat-obat yang dapat digunakan tanpa resep yang meliputi obat wajib apotek (OWA), obat bebas terbatas (OBT) dan obat bebas (OB). Untuk memantapkan dan menegaskan pelayanan swamedikasi, pemerintah juga menetapkan jenis obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dengan membuat beberapa SK diantaranya: SK Menteri No. 347/MENKES/SK/VII/1990 tentang obat wajib apotek. Obat-obat yang terdaftar pada lampiran SK tersebut digolongkan menjadi obat wajib apotek No.1 yang selanjutnya disebut OWA No.1. Karena perkembangan bidang farmasi yang menyangkut khasiat dan keamanan obat maka dipandang perlu untuk ditetapkan daftar OWA No.2 sebagai revisi dari daftar OWA sebelumnya. Daftar OWA No.2 ini kemudian dilampirkan pada keputusan menteri kesehatan No. 924/MENKES/PER/X/1993. Dari peraturan di atas dengan jelas diterangkan bahwa seorang apoteker hanya bisa
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
29
menyerahkan obat keras tanpa resep dokter atau swamedikasi obat keras apabila obat yang diserahkan merupakan obat keras yang termasuk dalam OWA. Obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di apotek (OWA No.1) antara lain: a.
Oral Kontrasepsi (1 siklus).
b.
Obat saluran cerna (maksimal 20 tablet).
c.
Obat mulut dan tenggorokan (maksimal 1 botol/tube).
d.
Obat saluran napas (maksimal 3 supp/20 tablet/1 botol/1 tabung inhaler).
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
PT Kimia Farma (Persero) Tbk.
3.1.1 Sejarah PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Sejarah Kimia Farma (KF) dimulai sekitar tahun 1957, pada saat pengambilalihan perusahaan milik Belanda yang bergerak di bidang farmasi oleh Pemerintah Republik Indonesia (Pengenalan Perusahaan PT Kimia Farma (Persero) Tbk, 2012). Perusahaan-perusahaan yang mengalami nasionalisasi antara lain N.V. Pharmaceutische Hendel vereneging J. Van Gorkom (Jakarta), N.V. Chemicalier Handle Rathcamp & Co., (Jakarta), N.V. Bavosta (Jakarta), N.V. Bandoengsche Kinine Fabriek (Bandung), dan N.V. Jodium Onderneming Watoedakon (Mojokerto). Berdasarkan Undang-Undang No. 19/Prp/tahun 1960 tentang Perusahaan Negara dan PP No. 69 tahun 1961 Kementerian Kesehatan mengganti Bapphar menjadi BPU (Badan Pimpinan Umum) Farmasi Negara dan membentuk Perusahaan Negara Farmasi (PNF). Perusahaan Negara Farmasi tersebut adalah PNF Radja Farma, PNF Nurani Farma, PNF Nakula Farma, PNF Bio Farma, PNF Bhineka Kina Farma, PNF Kasa Husada dan PNF Sari Husada. Pada tanggal 23 Januari 1969, berdasarkan PP No. 3 Tahun 1969 perusahaan-perusahaan negara tersebut digabung menjadi PNF Bhineka Kimia Farma dengan tujuan penertiban dan penyederhanaan perusahaan-perusahaan negara. Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971, Perusahaan Negara Farmasi Kimia Farma mengalami peralihan bentuk hukum menjadi Badan Usaha Milik Negara dengan status sebagai Perseroan Terbatas, sehingga selanjutnya disebut PT Kimia Farma (Persero). Pada tahun 1998, terjadi krisis ekonomi di ASEAN yang mengakibatkan APBN mengalami defisit anggaran dan hutang negara semakin besar. Untuk mengurangi beban hutang, Pemerintah mengeluarkan kebijakan privatisasi BUMN. Berdasarkan Surat Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN No. S-59/M-PM. BUMN/2000 tanggal 7 Maret 2000, PT Kimia Farma diprivatisasi. Pada tanggal 4 juli tahun 2000 PT Kimia Farma Tbk. resmi terdaftar 30 Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
31
di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) sebagai perusahaan publik. Pada tanggal 4 Januari 2002 didirikan 2 anak perusahaan yaitu PT Kimia Farma Apotek dan PT Kimia Farma Trading & Distribution untuk dapat mengelola perusahaan lebih terarah dan berkembang dengan cepat. Saat ini PT Kimia Farma Apotek memiliki 34 unit bisnis dan 362 Apotek yang tersebar di seluruh Indonesia, sedangkan PT Kimia Farma Trading & Distribution memiliki 3 wilayah pasar (Sumatera, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah, Jawa Timur dan Indonesia wilayah timur), dan 34 cabang PBF (Pedagang Besar Farmasi). 3.1.2 Visi dan Misi 3.1.2.1 Visi Menjadi korporasi bidang kesehatan terintegrasi dan mampu menghasilkan pertumbuhan nilai yang berkesinambungan melalui konfigurasi dan koordinasi bisnis yang sinergis (PT Kimia Farma Tbk, 2011). 3.1.2.2 Misi Menghasilkan pertumbuhan nilai korporasi melalui usaha di bidang-bidang (PT Kimia Farma Tbk, 2011): 1.
Industri kimia dan farmasi dengan basis penelitian dan pengembangan produk yang inovatif.
2.
Perdagangan dan jaringan distribusi.
3.
Pelayanan kesehatan yang berbasis jaringan retail farmasi dan jaringan pelayanan kesehatan lainnya.
4.
Pengelolaan
aset-aset
yang dikaitkan
dengan
pengembangan
usaha
perusahaan.
3.1.3 Tujuan dan Fungsi 3.1.3.1 Tujuan Tujuan PT Kimia Farma (Persero) Tbk. adalah turut serta dalam melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya kegiatan usaha di bidang industri kimia, farmasi, biologi, dan kesehatan serta industri makanan dan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
32
minuman. Selain itu juga bertujuan untuk mewujudkan PT Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai salah satu pemimpin pasar (market leader) di bidang farmasi yang tangguh. 3.1.3.2 Fungsi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. mempunyai tiga fungsi yaitu: 1.
Mendukung setiap kebijaksanaan pemerintah di bidang kesehatan terutama di bidang pengadaan obat, mengingat PT Kimia Farma (Persero) Tbk. merupakan salah satu badan usaha milik negara dalam bidang industri farmasi.
2.
Memupuk laba demi kelangsungan usaha.
3.
Sebagai “agent of development” yaitu menjadi pelopor perkembangan kefarmasian di Indonesia.
3.1.4 Budaya Perusahaan Budaya
perusahaan
PT
Kimia
Farma
(Persero)
Tbk.
Adalah
mengembangkan dan mewujudkan pikiran, ucapan serta tindakan untuk membangun Budaya Kerja berlandaskan pada tiga sendi, yaitu (Pengenalan Perusahaan PT Kimia Farma (Persero) Tbk., 2012): 1.
Profesionalisme a. Bekerja secara cerdik (smart and creative) dan giat (hard). b. Berkemampuan memadai untuk melaksanakan tugas, dengan bekal pengetahuan, keterampilan dan semangat. c. Dengan perhitungan matang, berani mengambil resiko.
2.
Integritas a. Dilandasi iman dan taqwa. b. Jujur, setia, dan rela berkorban. c. Menunjukkan pengabdian. d. Tertib dan disiplin. e. Tegar dan bertanggung jawab. f. Lapang hati dan bijaksana.
3.
Kerja sama a. Menghormati dan menghargai pendapat orang lain. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
33
b. Memupuk saling pengertian dengan orang lain. c. Memahami dan menghayati dirinya sebagai bagian dari sistem.
PT Kimia Farma juga mempunyai motto perusahan yaitu I-CARE yang merupakan singkatan dari: 1.
Innovative (I): memiliki budaya berpikir “out of the box” dan membangun produk unggulan.
2.
Customer First (C): mengutamakan pelanggan sebagai rekan kerja atau mitra.
3.
Accountability (A): bertanggung jawab atas amanah yang dipercayakan oleh perusahaan dengan memegang teguh profesionalisme, integritas, dan kerjasama.
4.
Responsibility (R): memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja tepat waktu, tepat sasaran, dan dapat diandalkan.
5.
Eco Friendly (E): menciptakan dan menyediakan produk maupun jasa layanan yang ramah lingkungan.
3.1.5 Struktur Organisasi Perusahaan PT Kimia Farma (Persero) Tbk., dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang membawahi empat Direktorat, yaitu Direktorat Pemasaran, Direktorat Produksi, Direktorat Keuangan dan Direktorat Umum dan SDM (Pengenalan Perusahaan PT Kimia Farma (Persero) Tbk., 2012). Dalam upaya perluasan, penyebaran, pemerataan, dan pendekatan pelayanan kefarmasian pada masyarakat, PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Telah membentuk suatu jaringan distribusi yang terorganisir. PT Kimia Farma (Persero) Tbk. mempunyai 2 anak perusahaan, yaitu PT Kimia Farma Trading & Distribution dan PT Kimia Farma Apotek yang masing-masing berperan dalam penyaluran sediaan farmasi, baik distribusi melalui PBF maupun pelayanan kefarmasian melalui apotek. PT Kimia Farma Trading & Distribution (T&D) membawahi PBF-PBF yang tersebar di seluruh Indonesia. Wilayah usaha PT Kimia Farma T&D dibagi menjadi 3 wilayah yang keseluruhannya membawahi 34 PBF di seluruh Indonesia. PBF mendistribusikan produk-produk baik yang berasal dari PT Kimia Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
34
Farma (Persero) Tbk. maupun dari produsen-produsen yang lain ke apotek-apotek, toko obat, dan institusi pemerintahan maupun swasta. PT Kimia Farma Apotek membawahi Apotek Kimia Farma (KF) wilayah usahanya, terbagi menjadi 34 wilayah Unit Bisnis yang menaungi sejumlah 390 Apotek di seluruh Indonesia. Tiap-tiap Unit Bisnis (Business Manager) membawahi sejumlah Apotek pelayanan yang berada di wilayah usahanya. Untuk wilayah Jabotabek dibagi menjadi 5 Unit Bisnis, yaitu: 1.
Unit Bisnis Jaya I (Jakarta Selatan dan Jakarta Barat)
2.
Unit Bisnis Jaya II (Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Utara, dan Bekasi)
3.
Unit Bisnis Rumah Sakit (RSCM, RSPAL, dsb
4.
Unit Bisnis Bogor (Bogor dan sekitarnya)
5.
Unit Bisnis Tangerang (Tangerang, Cilegon, Banten, Serang, dan sekitarnya) Berbagai produk yang telah dihasilkan PT Kimia Farma (Persero) Tbk.,
antara lain: 1.
Produk ethical, dijual melalui apotek dan rumah sakit. Contohnya Lipitor.
2.
Produk OTC (Over The Counter), dijual bebas di toko obat, supermarket dan sebagainya. Contohnya Omepoz.
3.
Produk generik berlogo. Contohnya OGB Dexa.
4.
Produk lisensi, merupakan hasil kerja sama dengan beberapa pabrik farmasi terkemuka di luar negeri. Contohnya Lactacyd.
5.
Produk bahan baku, misalnya kalium iodat (untuk menanggulangi kekurangan yodium) dan garam-garam kimia (komoditi ekspor).
6.
Produk kontrasepsi Keluarga Berencana, contohnya Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).
7.
Produk-produk yang merupakan penugasan dari Pemerintah, contohnya narkotika, dan obat-obat Inpres
3.2
PT Kimia Farma Apotek PT. KFA adalah anak perusahaan PT. Kimia Farma Tbk. yang didirikan
berdasarkan akta pendirian Nomor 6 tanggal 4 Januari 2003 yang dibuat dihadapan notaris yang telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia. PT. KFA memiliki tujuan untuk memberikan layanan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
35
prima atas penjualan produk farmasi, serta solusi jasa layanan kefarmasian untuk seluruh rakyat Indonesia (PT. Kimia Farma Tbk., 2011). Jumlah outlet Apotek Kimia Farma saat ini berjumlah 390 yang terkoordinasi dalam 34 Bisnis Manager, sehingga sangat memungkinkan terwujudnya penyebaran dan pemerataan obat-obatan baik untuk sektor swasta maupun pemerintah (PT. Kimia Farma Tbk., 2011). Upaya peningkatan pelayanan di Apotek Kimia Farma dilakukan dengan cara: a.
Menciptakan suasana aman dan nyaman.
b.
Personil yang terampil dan ramah tamah.
c.
Harga yang bersaing.
d.
Kecepatan pelayanan dan kelengkapan resep. Selain apotek, bidang usaha PT. KFA juga mencakup swalayan farmasi
atau Hand Verkoop (HV) yang berisi obat-obat bebas dan bahan-bahan kebutuhan sehari-hari; pelayanan kacamata (optik) yang didukung peralatan modern untuk pembuatan kacamata; serta klinik. Klinik Kimia Farma menyediakan layananan berupa klinik dasar, klinik spesialis, dan klinik gigi. Saat ini klinik kesehatan Kimia Farma berjumlah 9 buah (PT. Kimia Farma Tbk., 2011). Pada tahun 2010 dibentuk anak perusahaan PT. KFA, yaitu PT. Kimia Farma Diagnostika (PT. KFD). Tujuannya adalah agar bisnis jasa layanan kesehatan dapat lebih fokus sehingga makin berkembang mendukung layanan one stop health care service. PT. KFD menyediakan layanan laboratorium klinik. Untuk meningkatkan penjualan, PT. KFD melakukan kerja sama dengan beberapa perusahaan BUMN dan swasta untuk medical check up karyawan. Saat ini terdapat 38 laboratorium klinik yang dikelola oleh PT. KFD (PT. Kimia Farma Tbk., 2011). PT. KFA yang dahulu terkoordinasi dalam Unit Apotek Daerah (UAD) sejak bulan Juli tahun 2004 dibuat dalam orientasi bisnis manajer dan apotek pelayanan sebagai hasil restrukturisasi organisasi yang dilakukan. Manajemen PT. KFA melakukan perubahan struktur (restrukturisasi) organisasi dan sistem pengelolaan SDM dengan pendekatan efisiensi, produktivitas, kompetensi dan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
36
komitmen dalam rangka mengantisipasi perubahan yang ada. Salah satu perubahan yang dilakukan adalah dengan mengubah persepsi dan citra lama tentang Kimia Farma. Dengan konsep baru bahwa setiap apotek Kimia Farma bukan lagi terbatas sebagai gerai untuk jual obat tetapi menjadi pusat pelayanan kesehatan atau health center, yang didukung oleh berbagai aktivitas penunjang seperti laboratorium klinik, optik, praktik dokter, dan gerai untuk obat-obatan tradisional Indonesia seperti herbal medicine. Perubahan yang dilakukan secara fisik antara lain dengan memperbarui penampilan eksterior dan interior dari apotek-apotek Kimia Farma yang tersebar di seluruh Indonesia. Bersamaan itu diciptakan pula budaya baru di lingkungan setiap apotek untuk lebih berorientasi kepada pelayanan konsumen, dimana setiap apotek Kimia Farma haruslah mampu memberikan servis yang baik, penyediaan obat yang baik dan lengkap, berikut pelayanan yang cepat dan terasa nyaman. Pada saat ini, unit Business Manager (BM) dan Apotek Pelayanan, merupakan garda terdepan dari PT. KFA dalam melayani kebutuhan obat kepada masyarakat. Unit BM membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah tertentu, dengan tugas menangani administrasi permintaan barang dari apotek pelayanan yang berada di bawahnya, administrasi pembelian/ pemesanan barang, administrasi piutang dagang, administrasi hutang dagang, dan administrasi perpajakan. Fokus dari apotek pelayanan adalah pelayanan perbekalan farmasi dan informasi obat pasien, sehingga layanan apotek yang berkualitas dan berdaya saing mendukung dalam pencapaian laba melalui penjualan setinggi-tingginya.
3.2.1 Logo PT. Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek sama dengan PT. Kimia Farma Tbk, yaitu matahari dengan jenis huruf italic.
Gambar 3.1, Logo PT. Kimia Farma Apotek
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
37
Maksud dari simbol matahari tersebut adalah: a. Paradigma baru Matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru kehidupan yang lebih baik. b. Optimis Matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya tersebut adalah penggambaran optimisme Kimia Farma dalam menjalankan bisnisnya. c. Komitmen Matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam dari arah barat secara teratur dan terus menerus memiliki makna adanya komitmen dan konsistensi dalam menjalankan segala tugas yang diemban oleh Kimia Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan. d. Sumber energi Matahari sumber energi bagi kehidupan dan Kimia Farma baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi kesehatan masyarakat. e. Semangat yang abadi Warna oranye berarti semangat, warna biru berarti keabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna yaitu semangat yang abadi. Jenis huruf yang digunakan dirancang khusus untuk kebutuhan Kimia Farma disesuaikan dengan nilai dan image yang telah menjadi energi bagi Kimia Farma, karena prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang telah ada. Adapun sifat huruf tersebut adalah: a. Kokoh Memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar dalam bidang farmasi yang memiliki bisnis hulu hilir dan merupakan perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia. b. Dinamis Dengan jenis huruf italic, memperlihatkan kedinamisan dan optimisme c. Bersahabat Dengan jenis huruf kecil dan lengkung, memperlihatkan keramahan Kimia Farma dalam melayani konsumennya dalam Konsep Apotek Jaringan. Konsep apotek jaringan sendiri telah dicanangkan pada tahun 1998 yang artinya sudah kurang lebih 7 tahun kebijakan itu diberlakukan untuk menjadikan beberapa Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
38
Apotek bergabung ke dalam grup yang pada akhirnya diharapkan menjadi suatu jaringan apotek yang kuat.
3.3
PT Kimia Farma Trading and Distribution Dulu, bidang perdagangan dan distribusi dikelola oleh Divisi Pedagang
Besar Farmasi (PBF) dari PT. Kimia Farma Tbk. Berbekal kemampuan dan pengalaman dalam menangani pendistribusian produk-produk PT. Kimia Farma Tbk., pada tanggal 4 Januari 2003 Divisi PBF berkembang menjadi anak perusahaan dengan nama PT. Kimia Farma Trading and Distribution (PT. KFTD) (PT. Kimia Farma Tbk., 2011). Tugas utama PT. KFTD adalah mendistribusikan produk-produk Kimia Farma ke berbagai jaringan yang tersebar di seluruh nusantara, yang mencakup 33 provinsi dan 466 kabupaten/ kota. Saat ini terdapat 41 cabang PT. KFTD yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia (PT. Kimia Farma Tbk., 2011).
3.4
Apotek Kimia Farma No. 1 Jakarta Apotek Kimia Farma No.1 Jakarta merupakan salah satu apotek pelayanan
(APP) dari Bisnis Manajer (BM) wilayah Matraman. Dengan adanya BM, apotek melakukan kegiatan penjualan dan pelayanan keprofesian sedangkan kegiatan administrasinya dilakukan oleh Bisnis Manajer (BM) yang berada di area Apotek Kimia Farma No. 48 Matraman. BM Jaya II mengelola administrasi, pengadaan/ pembelian, piutang dagang, hutang dagang, pajak, kas, personalia, dan kasir besar untuk kepentingan seluruh APP yang berada di bawah BM wilayah Jakarta dan Bekasi. 3.4.1 Lokasi dan Tata Ruang Apotek 3.4.1.1 Lokasi Apotek Apotek Kimia Farma No. 1 terletak di jalan Garuda No. 47 Jakarta, bila ditinjau dari lokasinya cukup strategis karena berada tepat di pinggir jalan selain itu dekat dengan tempat-tempat umum seperti pusat perbelanjaan, pertokoan, pemukiman penduduk, stasiun kereta disertai dengan tempat praktek dokter,
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
39
laboratorium klinik, mushola serta tersedia tempat parkir yang cukup luas dan nyaman.
3.4.1.2 Tata Ruang Apotek Pembagian ruang atau tempat yang terdapat di dalam apotek antara lain: 1.
Ruang tunggu Ruang tunggu di Apotek Kimia Farma No. 1 dilengkapi dengan kursi tunggu, fasilitas AC, brosur, koran, majalah kesehatan, dan minuman ringan sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi pasien yang menunggu.
2.
Swalayan farmasi Ruangan ini berada di sebelah kiri dari pintu masuk apotek, berada di dekat ruang tunggu, sehingga sehingga mudah dilihat oleh pengunjung, baik pengunjung yang bertujuan langsung membeli obat swalayan, maupun pengunjung yang sedang menunggu pelayanan resep. Ruangan ini terdiri atas rak-rak dan lemari kaca untuk meletakkan obat-obat bebas, suplemen kesehatan, alat kesehatan, kosmetika, dan susu.
3.
Area apotek Area apotek terdiri dari tempat penerimaan resep, tempat penyiapan resep, tempat penyerahan obat, dan tempat pembelian HV (hand verkoop) atau obatobat OTC (over the counter). Tempat ini dibatasi oleh suatu meja yang tingginya sebatas pinggang yang membatasi ruang dalam apotek dengan pasien. Di area apotek terdapat tempat penyimpanan obat yang disusun di rak obat berdasarkan golongan obat, stabilitas obat, bentuk sediaan, farmakologi, dan abjad. Obat-obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan di lemari terpisah yang terbuat dari kayu, memiliki dua pintu dan terkunci.
4.
Tempat peracikan Ruangan ini terletak di bagian samping lemari narkotik. Di ruangan ini dilakukan penimbangan, peracikan, dan pengemasan obat-obat yang dilayani berdasarkan resep dokter. Ruangan ini dilengkapi fasilitas untuk peracikan seperi timbangan, lumpang dan alu, bahan baku, cangkang kapsul, kertas puyer berlogo, kertas perkamen, plasticspoon, mesin press, dan mesin penggerus (pulverizer). Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
40
5.
Ruang Apoteker Pengelola Apotek Ruangan ini digunakan oleh Apoteker Pengelola Apotek untuk melakukan tugas dan tanggung jawabnya.
6.
Ruang administrasi Ruangan ini digunakan untuk kegiatan administrasi apotek khususnya Apotek Kimia Farma No.1 Jakarta.
7.
Ruang praktek dokter Ruangan ini digunakan untuk praktek dokter yang terdiri dari praktek dokter gigi dan dokter umum.
8.
Laboratorium klinik Laboratorium klinik terletak di sebelah kanan pintu masuk.
9.
Ruang penunjang lainnya Ruang ini terdiri dari ruang penyimpanan arsip resep, ruang tunggu dokter, toilet, dapur kecil, tempat bermain anak, dan mushola.
3.4.2 Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No. 1 Struktur organisasi Apotek Kimia Farma No.1 berpedoman pada susunan organisasi yang telah ditetapkan oleh direksi PT Kimia Farma Apotek, dimana terdiri dari MAP (Manajer Apotek Pelayanan) selaku pimpinan apotek (APA), Asisten Apoteker (AA), petugas administrasi, petugas pengadaan, juru resep, kasir, dan pekarya. Tiap bagian memiliki fungsi dan tugas yang berbeda agar apotek dapat berjalan dengan baik. Tenaga kerja yang terlibat di Apotek Kima Farma No. 1 terdiri dari: 1.
Apoteker Pengelola Apotek (APA)/Manajer Apotek Pelayanan (MAP)/ Kepala Apotek berjumlah 1 orang
2.
Apoteker Pendamping (Aping) berjumlah 1 orang
3.
Asisten Apoteker berjumlah 6 orang
4.
Juru resep berjumlah 4 orang
5.
Administrasi keuangan berjumlah 1 orang
6.
Pengadaan berjumlah 1 orang
7.
Kasir HV berjumlah 2 orang
8.
Pekarya berjumlah 2 orang Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
41
3.4.2.1 Manajer Apotek Pelayanan (MAP) / Apoteker Pengelola Apotek (APA) Pimpinan Apotek bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan di apoteknya serta bertanggungjawab langsung kepada BM PT Kimia Farma Apotek wilayah Matraman. Selain itu, ia harus menguasai kemampuan manajemen, yaitu perencanaan, koordinasi, kepemimpinan, dan pengawasan disamping kemampuan dibidang farmasi baik teknis maupun non teknis. Tugas dan Tanggung jawab pimpinan Apotek adalah: 1.
Memimpin, menentukan kebijaksanaan, dan melaksanakan pengawasan dan pengendalian Apotek sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
2.
Menyusun program kerja karyawan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan.
3.
Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan oleh perusahaan antara lain menentukan target yang akan dicapai, kebutuhan sarana, personalia, dan anggaran dana yang dibutuhkan.
4.
Menguasai dan melaksanakan peraturan perundang-undangan farmasi yang berlaku, seperti pelaporan bulanan narkotika.
5.
Memberikan pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi kepada pasien, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya.
6.
Memberikan laporan berkala secara keseluruhan tentang kegiatan apotek kepada kantor pusat.
7.
Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan apotek.
3.4.2.2 Apoteker Pendamping Apoteker Pendamping bertanggungjawab langsung kepada pimpinan Apotek dalam menjalankan tugasnyz. Apoteker pendamping adalah seorang apoteker yang bertugas memberi pelayanan farmasi ketika apoteker pengelola apotek tidak berada ditempat. Apotek Kimia Farma No. 1 Jakarta Pusat mempunyai seorang apoteker pendamping yang melaksanakan pekerjaan kefarmasiannya sesuai jadwal.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
42
3.4.2.3 Asisten Apoteker Asisten Apoteker bertanggungjawab langsung kepada pimpinan Apotek dalam menjalankan tugasnya. Adapun tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut: 1.
Menyiapkan (menimbang), meracik, mengubah bentuk, mengemas, dan memberi etiket sesuai dengan permintaan resep.
2.
Membuat faktur penjualan resep, resep kredit dari instansi yang telah disepakati.
3.
Memeriksa kebenaran obat sebelum diserahkan kepada pasien.
4.
Membuat salinan resep untuk obat yang perlu diulang, obat yang yang baru diserahkan sebagian, obat yang belum diserahkan atau atas permintaan pasien dari instansi yang sesuai dari perjanjian yang disepakati.
5.
Mengontrol persediaan obat di ruang peracikan.
6.
Mencatat/ menghitung harga resep-resep kredit.
7.
Mengisi bon permintaan barang yang dibutuhkan di ruang peracikan.
8.
Memberikan bimbingan kepada juru racik dalam melaksanakan tugasnya.
9.
Turut berpartisipasi dalam melaksanakan pemeliharaan sanitasi/ kebersihan di ruang peracikan.
3.4.2.4 Petugas Administrasi Petugas Administrasi bertanggung jawab langsung kepada Apoteker Pengelola Apotek. Tugas dan tanggung jawab petugas administrasi adalah sebagai berikut: 1.
Memeriksa BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek) yang dibuat oleh Asisten Apoteker berdasarkan permintaan dari masing-masing penanggungjawab lemari.
2.
Mentransfer BPBA yang telah diperiksa kebagian pembelian di Bisnis Manager.
3.
Memeriksa kesesuaian LIPH (Laporan Ikhtisar Penjualan Harian) dengan setoran kasir, dan menstransfer LIPH yang telah diperiksa ke bisnis manager.
4.
Melaksanakan Administrasi surat menyurat baik internal maupun eksternal. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
43
5.
Membuat kuitansi penagihan diserahkan ke BM Jaya II untuk melakukan penagihan sesuai dengan waktu penagihan yang disepakati.
6.
Membuat laporan ikhtisar penjualan harian (LIPH) yang dikirim ke Bisnis Manager (BM).
3.4.2.5 Petugas Pengadaan Tugas dan tanggung jawab petugas pengadaan adalah: 1.
Mengentri BPBA yang akan dipesan sesuai dengan permintaan barang dari masing-masing penanggung jawab lemari.
2.
Memeriksa kesesuaian barang yang datang dengan faktur BPBA yang dibuat.
3.4.2.6 Supervisor Tanggung jawab utama dari supervisor layanan farmasi antara lain: 1.
Mengkoordinasikan kegiatan pelayanan di apotek untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan sesuai dengan standar dan prosedur.
2.
Mengelola pembagian tugas dan menyusun jadwal tugas karyawan serta mengatur cuti karyawan untuk memastikan pengalokasian karyawan yang optimal dan sesuai dengan kebutuhan.
3.
Mengkoordinasikan pembagian tanggung jawab lemari obat serta melakukan verifikasi permintaan barang dari penanggungjawab lemari obat untuk memastikan tingkat persediaan barang yang optimal
4.
Melakukan kegiatan rekapitulasi penggunaan narkotika dan psikotropik dari tiap loket sebelum dilaporkan ke Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan dan Suku Dinas Kesehatan, untuk memastikan tingkat penggunaan yang sesuai dengan kebutuhan, standar, dan prosedur yang berlaku.
5.
Mengkoordinasikan kegiatan pemasukan data penerimaan barang serta stok opname, yaitu mencocokkan barang yang ada dengan catatan pada kartu dan komputer, untuk memastikan kesesuaian data barang dalam sistem dan barang secara aktual.
6.
Mengkoordinasikan kegiatan pemasukan resep kredit untuk mendukung kelancaran proses penagihan lebih lanjut. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
44
7.
Melakukan pembatalan transaksi obat dari pelanggan, untuk memastikan pemberian layanan yang sesuai dan memenuhi standar dan prosedur yang berlaku.
8.
Mengelola persiapan Bon Penerimaan Barang Apotek (BPBA) dapat diselesaikan sesuai dengan target waktu dan ketentuan serta prosedur yang berlaku.
3.4.2.7 Kasir Kasir kecil bertanggung jawab kepada supervisor peracikan dan mempunyai tugas antara lain: 1.
Menerima uang pembayaran atas hasil penjualan tunai, yaitu resep tunai, penjualan bebas dan penjualan alat-alat kesehatan.
2.
Mencatat semua hasil penjualan tunai setiap harian pada laporan penjualan harian.
3.
Menghitung dan menyetorkan semua hasil penjualan tunai harian selama bertugas
pada
kasir
besar
melalui
supervisor
peracikan
sebagai
penanggungjawab.
3.4.2.8 Juru Resep Juru resep mempunyai tugas sebagai berikut: 1.
Membantu tugas Asisten Apoteker untuk menyiapakan obat, yaitu dengan mengerjakan obat-obat racikan yang bahannya telah disiapkan oleh Asisten Apoteker sesuai dengan bentuk sediaan yang diminta.
2.
Membuat obat-obat Anmaak dibawah pengawasan Asisten Apoteker.
3.
Menjaga kebersihan di lingkungan Apotek, melaporkan sediaan obat yang sudah jadi kepada Asisten Apoteker.
3.4.2.9 Panitia Stok Opname Stok opname dilakukan oleh semua pegawai di Apotek yang bertanggungjawab langsung kepada Apoteker Pengelola Apotek. Stok opname dilakukan setiap tiga bulan. Tugas pokok panitia stok opname antara lain:
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
45
1.
Melakukan stok opname terhadap seluruh perbekalan farmasi di Apotek yang akan dijual. Hasil dari stok opname ini kemudian dicatat di buku besar.
2.
Meneliti kembali kebenaran hasil stok opname tersebut.
3.
Melaporkan hasil stok opname.
4.
Memberikan informasi kondisi dan nilai barang stok opname tersebut.
5.
Memberikan usulan alternatif penyelesaian masalah dan melakukan upaya pemecahan masalah penumpukan stok barang terutama barang yang kurang dan tidak laku.
3.4.2.10 Pekarya Bertanggung jawab langsung kepada Apoteker Pengelola Apotek. Tugas dan tanggungjawab adalah menjaga kebersihan dan kenyamanan pada tiap ruang dan fasilitas lain yang ada di Apotek Kimia Farma No.1 Jakarta.
3.4.3 Kegiatan Apotek Kimia Farma No. 1 Jakarta Apotek Kimia Farma No. 1 Jakarta merupakan apotek pelayanan. Pelayanan terbagi dalam 3 shift yaitu shift pagi pukul (08.00 – 14.30 WIB), shift siang pukul (14.30 – 21.00), dan shift malam pukul (21.00 – 08.00 WIB). Kegiatan utama yang dilakukan Apotek Kimia Farma No. 1 Jakarta meliputi kegiatan teknis kefarmasian (pengadaan barang, penerimaan barang, penyimpanan barang, pembuatan anmaak, dan penjualan) maupun kegiatan non teknis kefarmasian.
3.4.3.1 Kegiatan Teknis Kefarmasian Kegiatan teknis kefarmasian meliputi: 1.
Pengadaan Barang Pengadaan barang baik berupa obat dan perbekalan farmasi lainnya dilakukan
oleh
petugas
perencanaan
pengadaan
barang
yang
bertanggungjawab kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA). Pengadaan barang dilakukan berdasarkan data yang tercatat pada buku defekta, sifat mutasi barang, dan kebutuhan konsumen yang sebelumnya harus mendapat
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
46
persetujuan dari APA. Kebutuhan barang tersebut direkap oleh pegawai perencana pengadaan barang pada Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA). Pengadaan barang di Apotek Kimia Farma No. 1 Jakarta dilakukan melalui Bisnis Manajer wilayah Matraman (BM Jaya II). Permintaan barang Apotek KF No. 1 dilakukan dengan mentransfer Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) melalui KIS (Kimia Farma Information System) atau sistem informasi Kimia Farma ke BM Jaya II. Bagian pengadaan/ pembelian di BM Jaya II akan membuat Surat Pesanan (SP) sesuai BPBA ke distributor. Barang yang dipesan oleh apotek pelayanan akan diantar dari gudang BM Jaya II ke Apotek KF No. 1. Khusus untuk pengadaan narkotika dan psikotropika, pemesanan dilakukan oleh masing-masing apotek pelayanan melalui surat pemesanan (SP) yang telah ditandatangani oleh apoteker pengelola apotek. Pembelian/ pengadaan barang (selain narkotika dan psikotropika) dengan cara tersebut dinamakan sentralisasi pembelian (pooling system). Dengan adanya sentralisasi pembelian barang ini, bagian pengadaan BM Jaya II memiliki posisi yang kuat untuk melakukan penawaran pada distributor. Volume permintaan yang besar membuat distributor berpikir ulang untuk tidak meluluskan permintaan bagian pengadaan BM Jaya II. Kelebihan dari sistem ini adalah menghemat jumlah tenaga sehingga personil APP dapat fokus melakukan kegiatan pelayanan dan penjualan barang. Apotek pelayanan dapat melakukan pembelian mendesak (cito) jika obat atau perbekalan farmasi lainnya dibutuhkan segera tetapi tidak ada persediaan. Pembelian obat dan perbekalan farmasi lainnya tidak saja berasal dari Pedagang Besar Farmasi Kimia Farma tetapi juga dari Pedagang Besar Farmasi atau distributor lainnya. Adapun dasar pemilihan Pedagang Besar Farmasi atau distributor adalah sebagai berikut: a. Ketersediaan barang. b. Kualitas barang yang dikirim dapat dipertanggung jawabkan. c. Besarnya potongan harga (diskon) yang diberikan. d. Kecepatan pengiriman barang yang tepat waktu. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
47
e. Cara atau kriteria pembayaran (atas dasar masa kredit/ jatuh tempo hutang dagang). Prosedur pembelian barang melalui bisnis manajer adalah: a. Bagian pembelian di bisnis manajer mengumpulkan data barang yang harus dipesan berdasarkan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) dari apotek pelayanan. Pemesanan dilakukan oleh bisnis manajer setiap hari. b. Bagian pembelian Bisnis Manajer membuat surat pesanan yang berisi nama distributor, nama barang, kemasan, jumlah barang, dan potongan harga yang kemudian ditandatangani oleh bagian pembelian dan apoteker pengelola apotek. Surat pesanan dibuat rangkap dua untuk dikirim ke distributor dan untuk arsip apotek. c. Setelah membuat pesanan, bagian pembelian langsung memesan barang ke distributor. Bila ada pesanan mendadak maka bagian pembelian akan melakukan pemesanan melalui telepon dan surat pesanan akan diberikan pada saat barang diantarkan. b. Pedagang Besar Farmasi akan mengantar langsung barang yang dipesan oleh apotek pelayanan ke apotek yang bersangkutan. 2.
Penerimaan Barang Setelah barang yang dipesan datang dilakukan penerimaan dan pemeriksaan barang. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain pemeriksaan nama, kemasan, jumlah, tanggal kadaluarsa, dan kondisi barang serta dilakukan pencocokan antara faktur dan salinan faktur dengan surat pesanan yang meliputi nama, kemasan, jumlah, harga barang serta nama distributor. Kemudian faktur ditandatangani dan diberi stempel apotek. Faktur asli diserahkan kembali kepada petugas pengantar barang atau distributor untuk kelengkapan syarat dalam proses pembayaran hutang dagang. Faktur umumnya berjumlah 4 lembar, 2 lembar dibawa oleh distributor, sedangkan 2 lembar disimpan oleh Apotek pelayanan untuk kepentingan administrasi dan pembayaran hutang dagang.
3.
Penyimpanan Barang Barang yang telah diterima kemudian disimpan dalam lemari di ruang gudang atau ruang penjualan bebas. Penyimpanan obat di Kimia Farma No.1 Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
48
disusun berdasarkan golongan keamanan obat, stabilitas, bentuk sediaan, farmakologi, dan alfabetis. Sistem yang digunakan dalam penyimpanan barang adalah sistem FEFO (First Expired First Out), yaitu barang yang pertama masuk maka barang itu yang pertama dikeluarkan. a. Penyimpanan barang di ruang gudang Penyimpanan obat atau pembekalan farmasi di ruang gudang dilakukan oleh Asisten Apoteker. Setiap pemasukan dan penggunaan obat atau barang harus dimasukkan ke dalam komputer dan dicatat pada kartu stok yang meliputi tanggal penambahan atau pengurangan, nomor dokumennya, jumlah barang yang diisi atau diambil, sisa barang dan paraf petugas yang melakukan penambahan atau pengurangan barang. Kartu stok ini diletakkan di masing-masing obat atau barang. Setiap Asisten Apoteker bertanggung jawab terhadap stok barang yang ada di lemari masing-masing. Penyimpanan barang disusun berdasarkan golongan keamanan obat, stabilitas, bentuk sediaan, farmakologi, dan alfabetis. Penyimpanan obat atau barang di ruang gudang disusun sebagai berikut: 1) Lemari penyimpanan obat ethical atau prescription drugs. 2) Lemari penyimpanan obat generik. 3) Lemari penyimpanan antibiotika. 4) Lemari penyimpanan obat psikotropika. 5) Lemari penyimpanan bahan baku. b. Obat narkotika disimpan dalam lemari khusus yang dilengkapi dengan kunci ganda c. Lemari penyimpanan sediaan sirup atau suspensi. d. Lemari penyimpanan obat tetes atau drops. e. Lemari penyimpanan sediaan topikal. f. Lemari penyimpanan infus dan spuit. g. Lemari es untuk penyimpanan obat yang termolabil seperti suppositoria. h. Penyimpanan obat atau barang yang dapat dibeli bebas
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
49
Obat atau barang yang dijual di ruang penjualan obat bebas diletakkan pada rak yang diatur sedemikian rupa dan disusun secara alfabetis supaya memudahkan dan memberi kebebasan pelanggan untuk memilih obat atau barang yang diinginkan. Obat atau barang yang dijual diantaranya adalah obat bebas terbatas, obat bebas, alat kesehatan, vitamin, susu, produk bayi, kosmetika, jamu serta makanan dan minuman kesehatan. Setiap obat atau barang yang masuk atau keluar dicatat pada kartu stok sama seperti pada penyimpanan barang di ruang peracikan. Untuk melakukan pengawasan dan kontrol terhadap persedian barang, maka tiap 3 bulan sekali dilakukan stock opname yaitu dengan mencocokkan jumlah barang yang ada dengan catatan kartu stok dan saldo yang ada di KIS (Kimia Farma Information System). 4.
Pembuatan Obat Anmaak Pembuatan obat Anmaak dilakukan berdasarkan permintaan resep dan pasien yang sudah biasa menggunakan atas dasar resep sebelumnya. Prosesnya dilakukan oleh asisten apoteker dibawah pengawasan apoteker.
5.
Penjualan Penjualan yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma No. 1 Jakarta meliputi: a. Penjualan obat dengan resep tunai Penjualan obat dengan resep tunai dilakukan terhadap pasien yang langsung datang ke apotek untuk menebus obat yang dibutuhkan, dibayar secara tunai dan SOP nya adalah sebagai berikut: 1) Ucapkan salam pembuka. 2) Periksa keabsahan resep (nama dan alamat dokter, nomor Surat Izin Praktek dan paraf dokter). 3) Periksa persediaan barang dengan mengentry nama obat dalam resep di komputer. 4) Tandai dengan garis merah untuk obat-obat narkotika. 5) Bila obat yang tersedia tidak sesuai dengan yang dibutuhkan:
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
50
Lakukan pengecekan secara manual ke rak obat. Bila obat tersebut ada, segera lakukan entry barang masuk sehingga dapat dilakukan proses penjualan. Bila tidak ada di rak, hubungi APP lain di BM wilayah Matraman untuk menanyakan ketersediaan barang. Pegawai akan menjemput obat tersebut ke APP yang memiliki persediaan barang yang dibutuhkan. Bila tidak ada di APP lain, hubungi apotek lain yang terdekat untuk menanyakan ketersediaan barang dan melakukan pembelian barang di apotek tersebut. Bila obat tidak ada tapi bisa diperoleh segera, janjikan pada pasien mengenai waktu pembelian obat kapan dapat dilakukan.Tawarkan jasa pengantaran obat pada pasien ke alamat rumahnya. Bila obat tidak ada, tawarkan pada pasien supaya apotek bisa menghubungi dokter yang menulis resep. Pada dokter diusulkan pengganti obat dengan obat merek lain yang sama zat aktifnya atau obat dengan cara kerja yang serupa atau diganti dengan OGB (produk KF). Informasikan pada pasien bahwa atas saran dokter obat dapat diganti dengan merek lain. Bila dokter tidak setuju informasikan kepada pelanggan bahwa obat tidak dapat dilayani, dan ucapkan terima kasih. 6) Bila pelanggan tidak setuju (harga mahal). Tawarkan ½ resep kecuali untuk antibiotik atau obat yang tidak mungkin diberikan separuhnya. Informasikan harga obat pada pelanggan. Bila persediaan obat ada dan pelanggan setuju, masukkan data pasien dengan lengkap (nama, alamat, nomor telepon, umur), masukkan data dokter/ rumah sakit (nama, alamat, nomor telepon), khusus untuk resep anak agar catat data umur, nama dan alamat orang tua pasien. Untuk resep pengobatan hewan tanyakan nama pemiliknya. Terima uang dan cetak bukti pembayaran, serahkan kepada pelanggan, ucapkan “ Mohon Bapak / Ibu menunggu, obat akan kami siapkan ” (dengan ketentuan 15 menit, dan obat racikan selama 30 - 60 menit). Tanyakan pada pelanggan apa perlu kuitansi atau copy resep. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
51
Print-out blanko pemeriksaan proses layanan kemudian tempelkan pada resep selanjutnya paraf pada kolom harga dari formulir pemeriksaan proses resep. Serahkan resep beserta formulir pemeriksaan proses resep kepada petugas di peracikan untuk disiapkan obatnya. Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal resep dan disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun. Pada setiap tahapannya, petugas apotek wajib membubuhkan paraf atas apa saja yang dikerjakan pada resep tersebut, jika terjadi sesuatu dapat dipertanggung jawabkan atas pekerjaan yang dilakukan. b. Penjualan obat dengan resep kredit Penjualan obat dengan resep kredit sistem pelayanan resep kredit merupakan resep tertulis dari dokter yang bertugas pada suatu instansi atau perusahaan untuk pasien dari instansi yang telah mengadakan kerja sama dengan apotek. Sistem pembayaran ditanggung instansi atau perusahaan dengan persyaratan atau perjanjian yang telah disepakati. Prosedur pelayanan resep kredit pada dasarnya sama dengan pelayanan resep tunai, perbedaan hanya pada waktu pembayaran. Pasien tidak membayar secara langsung akan tetapi cukup menunjukkan kartu identitas
kepegawaian
kepada
petugas
apotek
guna
memenuhi
kelengkapan administrasinya yang disesuaikan dengan kartu kontrol (khusus askes). Pada saat penyerahan obat, petugas akan meminta tanda tangan pasien pada bukti penerimaan obat. Resep kredit tersebut dipisahkan berdasarkan masing-masing instansi atau perusahaan dan dibuat alat tagih sesuai dengan format yang diminta untuk dilakukan penagihan pada saat jatuh tempo pembayaran yang telah disepakati bersama. SOP untuk resep kredit adalah sebagai berikut: 1) Ucapkan salam pembuka. 2) Periksa keabsahan resep (nama dan alamat dokter, nomor Surat Izin Praktek dan paraf dokter).
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
52
3) Periksa data penunjang sesuai dengan ketentuan masing-masing pelanggan, misal: Surat Rujukan, Fotokopi kartu pegawai dll, serta persetujuan bagian instansi yang berwenang. 4) Bila telah sesuai ketentuan, entri data pasien dengan lengkap (nama, alamat dan nomor telepon), entri data dokter (nama, alamat) dan entri data sesuai formulir instansi. 5) Masukkan nama dan jumlah obat (sesuai ketentuan masing-masing pelanggan). 6) Cetak blanko pemeriksaan proses layanan, kemudian tempel pada resep. 7) Berikan resep pada bagian peracikan untuk disiapkan obatnya. c. Penjualan obat bebas Penjualan bebas yang dimaksud adalah penjualan obat dan perbekalan farmasi lainya yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter yang terletak di Swalayan Farmasi. Prosedur penjualan bebas yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Petugas penjualan swalayan farmasi mengikuti atau menghampiri pelanggan dan sambil tersenyum menyapa dengan mengucapkan salam pembuka. 2) Jika obat yang dicari ada dalam produk KF, tawarkan produk KF dan informasikan keunggulannya dibanding produk lain. 3) Tunjukan tempat rak dimana obat yang diperlukan itu berbeda. 4) Jika pelanggan membutuhkan obat untuk mengatasi keluhan, lakukan komunikasi dengan 5 pertanyaan menggunakan Metode WWHAM: (Who) Siapa yang akan menggunakan obat tersebut? (What) Apa gejala yang dialami ? (How Long) Berapa lama gejala tersebut berlangsung ? (Action) Apa yang sudah dilakukan terhadap gejala tersebut ? (Medicine) Obat lain apa yang sedang digunakan ? 5) Tentukan dan tawarkan obat yang sesuai indikasi keluhan tersebut, disertai alternatif pilihan lain, informasikan khasiat, kegunaan dan gejala yang mungkin timbul jika meminum obat tersebut. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
53
6) Tawarkan kepada pelanggan, produk-produk lain yang mungkin diperlukan. 7) Entri nama dan jumlah obat, informasikan jumlah harga. 8) Bila setuju, lakukan transaksi penjualan dan cetak bon penjualan. 9) Kemas barang, serahkan beserta bon penjualan sampaikan “Bila gejala menetap sampai 3 hari segera konsultasi ke dokter” 10)
Ucapkan salam penutup.
11)
Catat pengeluaran jumlah barang yang dijual, sesuai SOP
pengeluaran barang. d. Penjualan Obat Wajib Apotik (OWA) Penjualan Obat Wajib Apotik (OWA) merupakan penjualan atau penyerahan obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh Apoteker Pengelola Apotik (APA). Pasien yang membeli OWA digolongkan sebagai pasien Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS). Prosedur OWA adalah sebagai berikut: 1) Pasien menyebutkan OWA yang diinginkan. 2) Asisten Apoteker memeriksa apakah obat yg diminta pasien termasuk dalam Daftar Obat Wajib Apotik (DOWA) atau tidak. 3) Pasien membayar harga obat dikasir, kemudian asisten apoteker memberikan obat disertai dengan informasi tentang obat tersebut. 4) Asisten apoteker mencatat nama, nomor telepon, alamat pasien di kartu UPDS. 5) Setiap penjualan dicatat dalam laporan penjualan harian. e. Penjualan Alat-alat Kesehatan (Alkes) Apotek Kimia Farma No.1 menyediakan alat-alat kesehatan seperti termometer digital, tongkat penyangga, tabung oksigen dll. Pelayanan penjualan alat-alat kesehatan diberikan penjelasan tentang cara penggunaan alat-alat kesehatan tersebut oleh Apoteker atau Asisten Apoteker kepada pasien (konsumen).
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
54
3.4.3.2 Kegiatan Non Teknis Kefarmasian Kegiatan non teknis kefarmasian yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma No. 1 Jakarta berupa pencatatan atau administrasi harian dalam bentuk pembuatan laporan harian baik penjualan tunai dan kredit, laporan serta penyerahan bukti-bukti administrasi ke Bisnis Manajer.
3.4.4 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika 3.4.4.1 Pengelolaan Narkotika Pengelolaan narkotika diatur secara khusus mulai dari pengadaan sampai pemusnahan untuk menghindari terjadinya kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan pengelolaan narkotika di Apotek Kimia Farma No. 1 Jakarta meliputi: 1.
Pemesanan narkotika Pemesanan sediaan narkotika dilakukan oleh bagian perencanaan pengadaan barang dengan menggunakan Surat Pesanan Narkotik (model N.9 rangkap 4) yang ditandatangani oleh APA. Pemesanan dilakukan ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma tertentu selaku distributor tunggal, yang telah ditentukan oleh Menteri Kesehatan. Berdasarkan surat pemesanan tersebut, PBF mengirimkan narkotika beserta faktur ke apotek. SP yang berwarna putih, kuning, dan biru (SP asli dan dua lembar salinan SP) diserahkan ke PBF yang bersangkutan, dan satu lembar sebagai arsip apotek.
2.
Penerimaan narkotika Penerimaan Narkotika dari PBF harus diterima oleh APA atau dilakukan dengan sepengetahuan APA. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang dipesan.
3.
Penyimpanan narkotika Obat-obat yang termasuk golongan narkotika di Apotek Kimia Farma No. 1 Jakarta disimpan dalam lemari 2 pintu yang dilengkapi dengan kunci yang kuat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
55
4.
Pelayanan narkotika Apotek Kimia Farma No. 1 Jakarta hanya melayani resep narkotika dari dokter atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma No.1 Jakarta sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani permintaan obat narkotika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain. Resep narkotik yang masuk dipisahkan dari resep lainnya.
5.
Pelaporan narkotika Pelaporan penggunaan narkotika dibuat setiap bulan. Laporan berisi tanggal, nomor, lampiran, perihal dan ditandatangani oleh apoteker pengelola apotek dengan mencantumkan nama jelas, alamat apotek, dan stempel apotek yang kemudian dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Jakarta. Laporan
meliputi
laporan
pemakaian
narkotika
untuk
bulan
yang
bersangkutan meliputi nomor urut, nama bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan, pemasukan yang terdiri dari nomor dan tanggal SP, nomor dan tanggal faktur, asal dan jumlahnya, jumlah keseluruhan, pengeluaran yang terdiri dari resep, pembuatan, lain-lain dan jumlahnya, persediaan akhir bulan serta keterangan; laporan penggunaan amfetamin injeksi untuk bulan yang bersangkutan; dan laporan khusus penggunaan morfin, petidin, dan derivatnya meliputi nomor urut, nama bahan/sediaan, nomor dan tanggal resep, tanggal penyerahan, jumlah, nama dan alamat, nama dan alamat dokter serta keterangan. Laporan dikirim selambat-lambatnya pada tanggal 10 bulan berikutnya ke dinas kesehatan kabupaten/ kota dengan tembusan dinas kesehatan provinsi, balai besar POM, PBF PT Kimia Farma dan arsip.
3.4.4.2 Pengelolaan Psikotropika Pengelolaan psikotropika di Apotek Kimia Farma No. 1 Jakarta meliputi: 1.
Pemesanan Psikotropika Pemesanan Psikotropika di Apotek Kimia Farma 1 Jakarta dilakukan melalui Surat Pemesanan yang ditandatangani oleh APA yang dikirimkan ke Bisnis Manager. Surat pemesanan dibuat rangkap 2, yang masing-masing
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
56
diserahkan ke Pedagang Besar Farmasi yang bersangkutan dan sebagai arsip di apotek. 2.
Penerimaan Psikotropika Penerimaan Psikotropika dari PBF harus diterima oleh APA atau dilakukan dengan sepengetahuan APA. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang dipesan.
3.
Penyimpanan Psikotropika Penyimpanan obat Psikotropika dilakukan di lemari khusus yang dibedakan dari sediaan yang lain.
4.
Pelayanan Psikotropika Apotek dapat melayani salinan resep psikotropika yang ditulis oleh apotek lain dengan syarat resep tersebut rasional dan berada dalam satu area dengan Apotek Kimia Farma No. 1 Jakarta Pusat.
5.
Pelaporan Psikotropika Tata cara pelaporan menggunakan psikotropika sama dengan tata cara pelaporan narkotika, namun pelaporannya dilakukan setiap tiga bulan sekali.
6.
Pemusnahan Psikotropika Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan narkotika. Dalam pelaksanaannya pemusnahan Psikotropika dapat dilakukan bersamaan dengan pemusnahan narkotika.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
BAB 4 PEMBAHASAN
Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker dan juga merupakan suatu toko pengecer (retailer) karena apotek juga menjual barang farmasi secara eceran, maka apotek identik dengan toko, akan tetapi barang dagangannya adalah perbekalan farmasi, yang menurut peraturan yang berlaku. Begitu juga halnya dengan cara pengelolaan dan strategi penjualan atau pelayanan apotek, tidak berbeda dengan pelayanan toko. Hanya saja, dalam pengelolaan apotek, ada peraturan pemerintah yang mengatur mengenai tata cara pendiriannya, yang berwewenang mengelola apotek sampai dengan tata cara pembelian dan penyerahan barang dagangannya kepada konsumen, harus dilakukan oleh seorang apoteker (APA) yang dibantu oleh asisten apotekernya. Apotek Kimia Farma No. 1 Jakarta dipimpin oleh Asep Dasuki S., S.Si, Apt. sebagai Manajer Apotek Pelayanan selaku pimpinan apotek (APA) yang dibantu oleh Apoteker Pendamping (Aping), Asisten Apoteker (AA), petugas administrasi, petugas pengadaan, juru resep, kasir, dan pekarya. Ditinjau dari letaknya Apotek Kimia Farma No. 1 berada di Jalan Garuda No. 47 Jakarta, memiliki lokasi yang cukup strategis karena berada pada jalan utama, daerah ini cukup ramai, baik dari banyaknya usaha-usaha lain yang ada seperti pertokoan, klinik, dan tempat perbelanjaan, serta banyak dilalui oleh masyarakat karena terletak dekat dengan stasiun. Daerah ini cukup ramai, aman dan mudah dijangkau oleh masyarakat dengan kendaraan umum maupun dengan kendaraan pribadi. Selain apotek bangunan ini juga terdapat adanya tempat praktek dokter yang berada dalam kawasan apotek seperti dokter umum dan dokter gigi, serta dilengkapi dengan laboratorium klinik. Halaman parkir yang luas, serta tersedianya mushola akan meningkatkan kemudahan bagi pengunjung, sehingga menjadikan apotek ini ramai dikunjungi. Dari segi penataannya, desain eksterior dan interior apotek dibuat menarik dengan tetap memperhatikan kenyamanan dan keamanan dari pengunjung. Untuk memperjelas keberadaan apotek, pada bagian depan gedung terdapat papan 57
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
58
bertuliskan logo Kimia Farma. Dinding depan gedung berupa kaca tembus pandang sehingga dapat terlihat dari luar dan ini dapat menarik perhatian pelanggan. Desain interior apotek memberikan kesan rapi dan bersih. Perabotan apotek, seperti timbangan, mortir, alu, dan buku-buku referensi tertata dengan rapi. Bagian dalam apotek terdapat ruang tunggu yang nyaman. Ruang tunggu terdiri dari kursi tunggu, bahan bacaan dan tempat untuk display informasi bagi pasien seperti brosur atau materi informasi sehingga pelanggan yang menunggu obat disiapkan tidak merasa bosan. Hal lain yang cukup menarik perhatian pelanggan adalah penataan swalayan farmasi dimana pasien dapat memilih produk yang dapat dibeli tanpa resep. Pada daerah ini selain kosmetik, herbal product, obat-obat bebas, beberapa merk suplemen, baby care (kebutuhan bayi), juga dijual alat kesehatan yang disusun pada masing-masing rak. Apotek Kimia Farma No. 1 memiliki susunan tata letak dan ruang yang telah memenuhi persyaratan apotek yaitu adanya pembagian ruang tunggu, ruang peracikan obat, ruang administrasi, ruang APA, ruang penyimpanan obat, ruang praktek dokter, toilet serta tempat parkir. Ruang peracikan di apotek ini sudah memenuhi syarat kelengkapan ruang peracikan yaitu adanya tempat untuk menimbang, meracik, menggerus dan membagi serbuk, tempat untuk menulis dan menempel etiket. Lemari penyimpanan obat tertata cukup rapi. Penyimpanan obat disusun berdasarkan golongan obat, stabilitas sediaan, bentuk sediaan, farmakologi, dan abjad. Selain itu dibedakan antara obat generik dan obat paten. Rak-rak khusus disediakan untuk menyimpan obat bentuk sediaan drop, generik, sirup dan cream, salep, dan tetes mata. Obat-obat golongan psikotropik dan narkotik sesuai dengan peraturan yang berlaku, penyimpanan dilakukan dalam sebuah lemari khusus yang terletak di dekat meja peracikan dan kondisi penyimpanannya sudah memenuhi persyaratan, dimana seluruhnya terbuat dari kayu, terbagi dua bagian dengan masing-masing kunci yang berlainan. Selain itu penyimpanan khusus juga dilakukan terhadap sediaan yang bersifat termolabil seperti supossitoria yang disimpan dalam lemari pendingin. Setiap barang atau obat diberi kartu stok yang mana setiap pengambilan maupun pengisian harus ditulis di kartu stok baik tanggal, jumlah obat, nomor resep, dan paraf petugas. Kartu stok ini diletakkan di sebelah kanan masing-masing barang atau di dalam Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
59
kotak obat pada rak. Pencatatan umumnya langsung dilakukan pada saat barang disimpan dan pada saat pengambilan barang. Pencatatan di kartu stok berfungsi untuk mengetahui tingkat persediaan barang dan menghindari kehilangan barang. Kontrol persediaan barang dan obat di apotek dilakukan dengan melakukan stock opname setiap akhir tiga bulan untuk menyesuaikan keberadaan barang yang terdapat pada sistem komputer dengan keadaan yang sebenarnya. Stock opname yang dilakukan setiap tiga bulannya, dapat mengantisipasi terjadinya obat-obat yang melampaui waktu kadaluwarsa, juga dapat diketahui obat-obat slow moving di apotek. Suatu jenis obat dapat saja tergolong slow moving untuk suatu apotek Kimia Farma, namun dapat pula fast moving untuk apotek Kimia Farma yang lain, sehingga adanya stock opname ini dapat menjadi informasi untuk apotek Kimia Farma lain untuk saling melengkapi kekurangan obat serta mengatasi jumlah obat yang berlebih. Kegiatan manajemen yang terjadi di Apotek Kimia Farma 1 meliputi proses kegiatan pengadaan, pembelian, dan pendistribusian. Kegiatan perencanaan meliputi penyusunan rencana kebutuhan yang tepat, mencegah terjadinya kekurangan dan sedapat mungkin mencegah terjadinya kelebihan perbekalan farmasi yang tersimpan lama serta untuk meningkatkan penggunaan perbekalan farmasi secara efektif dan efisien. Pengadaan barang di apotek Kimia Farma 1 dilakukan secara terpusat dengan menggunakan sistem distribution center (DC). Dengan sistem ini, semua kebutuhan barang seluruh apotek pelayanan Bisnis Manager (BM) Jaya II ditangani secara terpusat oleh DC. Barang-barang yang akan atau sudah habis persediaannya akan terbaca di kantor DC melalui KIS (Kimia Farma Information System) atau sistem informasi Kimia Farma. Kemudian kantor DC akan membuat Surat Pesanan (SP) permintaan barang yang ditujukan kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) untuk diantarkan ke gudang DC. Barang-barang yang tiba di gudang DC kemudian dipisahkan dan didistribusikan ke masing-masing apotek pelayanan. Khusus untuk pengadaan narkotika dan psikotropika, pemesanan dilakukan oleh masing-masing apotek pelayanan melalui surat pemesanan (SP) yang telah ditandatangani oleh apoteker pengelola apotek. Barang-barang narkotika dan psikotropika yang dipesan melalui DC tersebut akan diantar Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
60
langsung oleh Padagang Besar Farmasi (PBF) bersangkutan ke apotek Kimia Farma No. 1 tanpa perantara DC. Di samping menggunakan sistem DC, apotek Kimia Farma 1 masih menggunakan sistem yang lama yaitu Bon Pemesanan Barang Apotek (BPBA). Pemesanan dimulai dengan mencatat jenis dan jumlah barang yang akan atau sudah habis persediaannya. Pencatatan terhadap tiap barang yang akan dipesan dilakukan dalam sebuah buku yang disebut buku defekta. Pencatatan ini dapat dilakukan setiap saat yaitu setiap kali diketahui adanya barang yang sudah atau akan habis. Petugas di apotek kemudian akan melakukan rekapitulasi jumlah dan jenis barang yang tercatat dalam buku dan memasukkan data tersebut ke dalam komputer sebagai BPBA kemudian akan disampaikan ke Bisnis Manajer melalui KIS. Jadwal pendistribusian barang untuk apotek Kimia Farma No. 1 dilakukan setiap hari Senin dua minggu sekali tetapi dapat berubah sesuai persediaan obat. Apabila jumlah persediaan obat sudah mendekati jumlah minimal atau stok obat habis ketika pelayanan maka dapat dilakukan pemesanan langsung ke DC atau dikenal dengan permintaan CITO. Sistem DC memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungannya adalah apotek pelayanan dapat memfokuskan diri dalam pelayanan kepada konsumen, penyediaan barang lebih terkoordinir baik dalam jumlahnya maupun sistem pembayaran karena dilakukan oleh BM, jika terdapat kelebihan barang tertentu dapat dialihkan ke Apotek Kimia Farma lainnya sehingga dapat dimanfaatkan oleh apotek yang bersangkutan. Kerugiannya adalah diperlukan waktu yang lama dalam pendistribusian obat atau barang ke apotek pelayanan. Penentuan jenis dan jumlah barang yang dibeli menggunakan analisis Pareto untuk mengetahui barang yang
benar-benar
dibutuhkan.
Perkiraan
adanya
waktu
tunggu
perlu
diperhitungkan untuk mencegah terjadinya kekosongan stok. Bagian pengadaan harus mengatur sedemikian rupa agar obat dan barang yang laku keras disediakan lebih banyak dan beragam, adanya item-item baru, fluktuasi dokter dalam menulis resep, tingkat kebutuhan, keuangan apotek, pola penyakit dan kesigapan dalam menentukan stok minimum agar barang tersedia lengkap tetapi tidak berlebih. Dalam mendukung tersedianya perbekalan farmasi maka harus dipilih distributor yang telah terbukti yakni distributor resmi yang sudah bekerjasama
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
61
dengan baik, memberikan pelayanan yang cepat, diskon yang besar, kualitas barang terjamin dan pembayaran barang secara kredit. Pengeluaran persedian farmasi memakai sistem FIFO (First In First Out) yang menerapkan bahwa obat-obat yang terlebih dulu masuk dikeluarkan terlebih dahulu untuk pemakaian. Jadi pada penempatan obat yang lebih dulu masuk diletakkan di depan, sedangkan obat yang belakangan masuk diletakkan dibelakangnya. Selain itu dilakukan pencatatan di kartu stok untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran barang serta mempermudah pengontrolan persediaan barang, sehingga dapat mencegah terjadinya barang rusak atau kadaluarsa. Dalam rangka memajukan kualitas pelayanan apotek yang sangat mempengaruhi tingkat kepuasan dan loyalitas pelanggan yang akhirnya mempengaruhi nilai penjualan (omset) dilakukan analisa kebutuhan konsumen. Usaha memahami kebutuhan konsumen penjual harus melakukan apakah konsumen membutuhkan kecepatan dalam pelayanan obat, atau informasi lengkap mengenai obat, atau keramahan petugas dalam melayani pasien, atau kenyamanan dan kelengkapan obat dari apotek. Dengan cara ini maka penjual dapat meningkatkan kualitas pelayanan sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen. Di apotek Kimia Farma dilakukan diskusi bersama secara berkala untuk menganalisa kegiatan sehari-hari demi meningkatkan pelayanan kepada konsumen. Pengelola apotek dalam rangka memenuhi fungsi pelayanan yang baik maka perlu memperhatikan beberapa syarat yang sangat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan apotek. Syarat tersebut adalah memenuhi standar Good Pharmacy Practice yang merupakan suatu pedoman yang digunakan untuk menjamin bahwa layanan yang diberikan farmasis kepada setiap pasien telah memenuhi kualitas yang tepat. Dengan adanya pedoman tersebut diharapkan, bahwa masyarakat dapat menggunakan obat-obatan dan produk jasa kesehatan dengan lebih tepat, yang pada akhirnya akan tercapai tujuan terapi yang diinginkan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama masa PKPA, pelayanan apotek Kimia Farma No. 1, telah dijalankan dengan baik dan telah ada pembagian yang jelas di masing-masing tahap pelayanan tersebut, dan untuk itu ada lembar Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
62
harga yang memuat harga, timbang, kemas, kuitansi, salinan resep (copy resep) yang harus diparaf oleh setiap petugas yang mengerjakan tiap tahapan, sehingga itu dapat dijadikan sebagai pengawasan terhadap kesalahan di setiap tahapan. Adanya beberapa tahapan yang harus dilalui ini untuk memastikan bahwa obat yang tiba di tangan pasien adalah tepat dan benar. Apotek Kimia Farma 1 melayani resep dokter (tunai dan kredit) dan non resep. Penjualan obat dengan resep tunai dilakukan terhadap pelanggan yang langsung datang ke apotek untuk menebus obat yang dibutuhkan. Sedangkan pada pelayanan resep kredit, pelayanan dan pembayarannya berdasarkan atas kerjasama serta perjanjian yang disetujui antara apotek dengan instansi/perusahaan. Prosedur pelayanan resep tunai dimulai dari pasien datang dengan membawa resep yang kemudian akan diterima oleh asisten apoteker di kasir penerimaan resep, asisten apoteker akan memeriksa keabsahan resep tersebut. Jika sudah lengkap, asisten apoteker akan memasukkan nama obat yang terdapat dalam resep ke dalam komputer untuk mengecek jumlah persediaan obat dan juga memberikan harga bila ternyata obat tersebut ada dalam persediaan. Kemudian asisten apoteker akan menginformasikan total harga yang perlu dibayar oleh pasien, jika pasien setuju maka asisten apoteker akan memasukkan data dari pasien berupa nama pasien, alamat, nomor telepon, dan nama dokter atau rumah sakit. Asisten apoteker akan memberikan print out bukti pembayaran kepada pasien sebagai nomor urut untuk mengambil obat, dan print out bukti pembayaran yang lain dilampirkan pada resep asli. Asisten apoteker akan memberikan resep tersebut pada petugas di bagian peracikan, yang kemudian petugas akan menyiapkan, mengemas, dan memberikan etiket. Setelah selesai asisten apoteker akan memeriksa kembali kelengkapan obat, dari segi etiket, jumlah obat. kemudian memanggil nama pasien dan memberikan informasi tentang cara penggunaan obat yang diperlukan. Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal resep dan disimpan. Bila obat hanya diambil sebagian oleh pasien maka petugas akan membuat salinan resep untuk pengambilan sisanya. Bagi pasien yang memerlukan kuitansi dapat pula dibuatkan kuitansi dan salinan resep dibelakang kuitansi tersebut. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
63
Adapun prosedur pelayanan resep kredit dimulai dari pasien datang dengan membawa resep yang kemudian akan diterima oleh asisten apoteker di kasir penerimaan resep, asisten apoteker akan memeriksa keabsahan resep tersebut dan data penunjang sesuai dengan ketentuan masing-masing pelanggan. Jika semua telah memenuhi dan sudah lengkap, asisten apoteker akan memberikan nomor urut secara manual kepada pasien untuk mengambil obat, dan nomor urut yang lain dilampirkan pada resep asli. Jika terdapat obat yang tidak masuk dalam daftar formularium instansi tersebut maka petugas dapat menawarkan agar pasien membeli secara tunai atau dapat diganti dengan obat dengan merek dagang berbeda tetapi masuk dalam daftar tersebut. Asisten apoteker akan memberikan resep tersebut pada petugas di bagian peracikan, yang kemudian petugas akan menyiapkan, mengemas, dan memberikan etiket. Setelah selesai asisten apoteker akan memeriksa kembali kelengkapan obat, ketepatan jumlah obat, dan jenis obatdalam bungkus dengan etiket yang tertera pada resep kemudian memanggil nama pasien beserta nomor urut dan memberikan informasi tentang cara penggunaan obat yang diperlukan. Apotek Kimia Farma 1 juga menerima pelayanan obat tanpa resep dokter meliputi penjualan obat bebas dan melayani permintaan OWA atau UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri). Penjualan obat bebas adalah penjualan obat dan perbekalan farmasi lainnya yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter seperti OTC (Over The Counter) baik obat bebas maupun bebas terbatas. Pelayanan ini dikenal sebagai pelayanan HV (Hand Verkoop) dan pelayanan yang diberikan sama halnya pada saat menerima resep dokter tapi hanya berbeda karena tidak dituliskan etiket dan copy resep, dalam hal ini biasanya pasien sudah mengetahui cara penggunaan obat dan untuk obat yang rutin dikonsumsi oleh pasien, terutama untuk pasien yang mengalami penyakit degeneratif, sehingga pasien bisa menebus obat tanpa harus ke dokter terlebih dahulu (swamedikasi). Apoteker berkewajiban memberikan informasi tentang obat yang dibeli pasien. Pada layanan UPDS, apotek menjual obat-obat yang telah diizinkan oleh pemerintah (obat yang termasuk dalam Daftar Obat Wajib Apotek) untuk digunakan oleh pasien yang telah mengetahui khasiat dan cara menggunakan obat-obat tersebut untuk pengobatan dirinya sendiri (swamedikasi). Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
64
Tersedia alat-alat kesehatan seperti tabung oksigen, termometer digital, tongkat penyangga, pispot, dan lain-lain. Pelayanan penjualan alat-alat kesehatan diberikan penjelasan tentang cara penggunaan alat-alat kesehatan tersebut oleh Apoteker atau Asisten Apoteker kepada pasien (konsumen). Untuk mempermudah pelayanan, Apotek Kimia Farma No.1 telah menggunakan sistem komputerisasi. Sistem komputerisasi ini digunakan untuk melihat semua daftar harga yang ada di apotek serta mempercepat diketahuinya jumlah uang yang harus dibayar pasien setelah data obat dalam resep dimasukkan ke dalam komputer. Setiap transaksi yang dilakukan, dimana pasien membeli atau menebus obat di apotek selain obat bebas, petugas apotek mencatat nama dan alamat pasien dan data tersebut menjadi medical record. Data ini digunakan untuk kepentingan tertentu bagi APA, seperti konseling, penelitian, selain itu nama dan alamat pasien yang tercatat juga akan mempermudah Apotek menghubungi pasien jika terjadi kesalahan pemberian obat yang kurang atau kepentingan lain. Selain hal-hal diatas, sistem komputerisasi ini juga digunakan untuk laporan data keuangan dan data pasien apotek Kimia Farma. Dalam hal manajemen perbekalan farmasi telah baik, hal ini dapat dilihat dari kesesuaian obat yang terdapat di kartu stok, komputer, serta pada lemari, hal ini tidak lepas dari kerjasama yang baik antara semua petugas apotek dalam menjaga kelancaran kegiatan penyaluran obat. Waktu pemesanan obat yang tidak terus menerus atau secara tiba-tiba dikarenakan kurangnya pengawasan akan ketersediaan obat, kecuali bila ada permintaan pasien yang tiba-tiba. Adapun masalah yang masih sering terjadi di Apotek Kimia Farma 1 adalah waktu pelayanan yang lama. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti waktu praktek dokter dan kedatangan pasien yang hampir bersamaan, jumlah petugas tidak seimbang, seperti jumlah kasir yang hanya berjumlah dua orang juga dapat memperpanjang waktu dalam proses pembayaran sedangkan resep dapat disiapkan apabila pasien sudah membayar, petugas khusus di swalayan farmasi yang tidak ada setiap hari sehingga melibatkan petugas apotek di bagian pelayanan resep dalam melayani pembeli. Pelayanan swamedikasi di Apotek Kimia Farma No. 1 masih sangat kurang. Konsultasi diberikan sesekali kepada pasien bila dirasa perlu. Pelayanan apotek mengarah pada patient oriented menuntut agar apoteker mampu Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
65
memberikan informasi, edukasi dan konsultasi pengobatan sesuai kebutuhan pasien. Oleh karena itu, perlu adanya penataan mengenai tempat khusus untuk konseling, agar tempat khusus tersebut dibuat terpisah sehingga lebih menjaga privasi pasien. Konsultasi, informasi dan edukasi (KIE) di apotek ini masih kurang optimal dilakukan, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan tenaga, waktu apoteker yang tersedia, dan tidak adanya ruangan khusus untuk melakukan pelayanan swamedikasi dan konseling. Informasi biasanya diberikan sewaktu penyerahan obat yang berkaitan dengan cara penggunaan, waktu penggunaan, dosis, dan penyimpanan obat. Pada umumnya, petugas yang bekerja di bagian pelayanan atau penjualan telah melayani dengan baik (ramah, sigap, dan mau membantu mengatasi kesulitan pelanggan). Selain itu, petugas juga cukup informatif dalam melayani pelanggan, berbicara dengan bahasa yang mudah dimengerti pasien dan cepat tanggap dalam mengatasi keluhan konsumen. Dalam rangka meningkatkan omset penjualan hendaknya promosi yang mungkin bisa dilakukan seperti adanya potongan harga tertentu pada event-event tertentu agar diterapkan seperti pemasangan pamflet, flyer di tempat penyerahan obat sehingga memicu minat pembeli.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan 1. Apoteker memiliki fungsi dan peranan yang penting di apotek. Apoteker di Apotek berperan sebagai profesional, retailer, dan manajer. Sebagai profesional, apoteker harus menjamin mutu dan rasionalitas pengobatan yang diterima pasien. Sebagai retailer, apoteker harus dapat memuaskan pelayanan kepada pelanggan sehingga dapat meningkatkan omset apotek. Sedangkan sebagai manajer, apoteker harus dapat mengelola sistem manajerial apotek dengan baik untuk kelangsungan apoteknya. 2. Manajemen pengelolaan perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma No. 1 Jakarta Pusat terdiri dari perencanaan dengan menggunakan metode defekta dan pareto, pengadaan berdasarkan BPBA yang dibuat, penyimpanan sesuai dengan ketentuan, pendistribusian obat dengan tunai dan kredit, pelaporan, dan pemusnahan obat yang rusak, kadaluarsa, serta tidak memenuhi syarat.
5.2
Saran 1. Apotek Kimia Farma 1 sebaiknya melakukan evaluasi mutu pelayanan terhadap kecepatan peracikan dan penyiapan obat, kepuasan pelanggan terhadap pelayanan apotek untuk mengetahui kekurangan pelayanan yang selama ini diberikan. 2. Perlu ditingkatkan upaya pengelolaan pelanggan dengan memberikan pelayanan yang lebih cepat dan ramah untuk mencapai tingkat kepuasan pelanggan yang optimal. 3. Tersedia poster yang berisi tentang cara pemakaian alat kesehatan, misalnya penggunaan tabung oksigen, serta informasi obat, misalnya tentang cara pemakaian obat tertentu (insulin, inhaler, suppositoria, dan lain sebagainya).
66
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
67
DAFTAR REFERENSI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta: Direksi PT. Kimia Farma Tbk. (2009). Surat Keputusan Direksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. No. KEP. 12 A/ DIR/ VI/2009 tentang Struktur Organisasi PT Kimia Farma Persero Tbk. Jakarta: PT. Kimia Farma Tbk. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No. 922 Tahun 1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 922 Tahun 1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027 Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Kimia Farma. (2012). Profil Perusahaan. PT. Kimia Farma Trading and Distribution. http://www.kftd.biz/. Tanggal 1 Juni 2012. Pukul 20.13 WIB. Pemerintah Republik Indonesia. (1997). Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta: Lembar Negara Republik Indonesia.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
68
Pemerintah Republik Indonesia. (2009a). Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta: Lembar Negara Republik Indonesia. Pemerintah Republik Indonesia. (2009b). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasiaan. Jakarta: Lembar Negara Republik Indonesia. PT. Kimia Farma Tbk. (2011). 40 Tahun Kimia Farma, Melayani Sepenuh Hati. Jakarta: PT. Kimia Farma Tbk.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
69
Lampiran 1. Struktur Organisasi Kantor Pusat PT Kimia Farma Apotek
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
70
Lampiran 2. Struktur Organisasi Apotek Unit Bisnis Manager Jaya 2
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
71
Lampiran 3. Struktur Oranisasi Apotek Kimia Farma No.1 Jakarta
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
72
Lampiran 4. Alur Pelayanan Resep di Apotek Kimia Farma No.1 Jakarta Penerimaan Resep
Resep Kredit
Resep Tunai
Pemeriksaan kelengkapan administrasi
Pemeriksaan kelengkapan administrasi Pemberian harga
Pemberian harga Pasien membayar di kasir dan diberi nomor resep
Pemberian nomor urut
Bagian Penyiapan obat
Obat Jadi
Obat Racikan
Pemberian etiket
Pemeriksaan kesesuaian obat
Penyerahan obat disertai pelayanan informasi obat
Obat diterima oleh pasien
Resep disimpan petugas
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
73
Lampiran 5. Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA)
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
74
Lampiran 6. Kartu Stok Apotek Kimia Farma No.1 Jakarta
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
75
Lampiran 7. Surat Pesanan Narkotika
Lampiran 8. Surat Pesanan Psikotropik
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
76
Lampiran 9. Laporan Penggunaan Narkotika
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
77
Lampiran 10. Laporan Penggunaan Psikotropika
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
78
Lampiran 11. Penomoran Resep dan Tanda Terima Resep Kredit
Lampiran 12. Kertas Pembungkus Puyer
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
79
Lampiran 13. Label Obat
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
80
Lampiran 14. Denah Apotek Kimia Farma No.1
Keterangan : A : gondola-gondola produk OTC B : meja kasir C : meja penyiapan obat bukan racikan D : rak penyimpanan obat E : ruang arsip F : lemari pendingin G : tempat cuci alat-alat peracikan obat H : ruang obat racikan I : lemari narkotik J : ruang Apoteker Pengelola Apotek
K : ruang bermain anak L : loker dan musholla M : toilet N : ruang praktek dokter gigi O : gudang obat P : gudang perkakas Q : ruang praktek dokter umum R : laboratorium S : ATM T : tempat parkir
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
PEMBUATAN POSTER PENYAKIT DIARE
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
MUTIA ANGGRIANI, S.Farm 1106047215
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENNGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JUNI 2012
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
PEMBUATAN POSTER PENYAKIT DIARE
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
MUTIA ANGGRIANI, S.Farm 1106047215
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENNGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JUNI 2012
ii
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... DAFTAR TABEL .......................................................................................... BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1.2 Tujuan............................................................................................
ii iii iv v 1 1 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 2.1 Definisi Penyakit ........................................................................... 2.2 Patofisiologis ................................................................................. 2.3 Penyebab Diare ............................................................................. 2.4 Akibat Diare .................................................................................. 2.5 Klasifikasi Diare ............................................................................ 2.6 Terapi Non Farmakologi ............................................................... 2.7 Terapi Farmakologi .......................................................................
2 2 2 3 6 7 10 10
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 19 3.1 Hasil ............................................................................................ .. 19 3.2 Pembahasan ................................................................................ .. 20 BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 21 4.1 Kesimpulan.................................................................................... 21 4.2 Saran .............................................................................................. 21 DAFTAR REFERENSI ................................................................................. 22
iii
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
Mekanisme kerja diare diakibatkan makanan atau minuman yang terkontaminasi .......................................................................
3
Gambar 2.2
Pembuatan Larutan Alternatif ...............................................
12
Gambar 2.3
Algoritma Diare .....................................................................
18
Gambar 3.1
Hasil pembuatan poster diare ................................................
19
iv
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel derajat dehidrasi Metoda Pierce yang berdasarkan keadaan klinis .........................................................................
v
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
9
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Seperti yang telah kita ketahui bahwa diare merupakan penyakit yang
dapat menyerang semua kalangan, dari mulai bayi sampai manula dapat terserang oleh penyakit ini. Diare termasuk dalam penyakit mematikan ke-3 di dunia. Angka penderita diare di Jakarta cenderung tinggi. Selama tahun 2011, tercatat 16.938 orang menderita penyakit diare. Tingginya penderita diare ini diduga diakibatkan tercemarnya sumber air minum. Data Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyebutkan, dari total penderita diare tahun 2011, 6.652 kasus diare dengan dehidrasi dan 10.286 kasus diare tanpa dehidrasi. Sedangkan kasus diare selama 2010 mencapai 19.470 kasus. Bahkan 12 orang di antaranya meninggal dunia. Sebanyak 8.455 kasus merupakan kasus diare dengan dehidrasi dan 11.015 kasus diare tanpa dehidrasi (Rakyat Merdeka Online, 2011). Untuk itu karena melihat kasus-kasus tersebut saya ingin turut serta berpartisipasi dalam penanganan penyakit ini melalui pembuatan poster, yang akan berisikan tentang pengertian diare itu sendiri, mengenal berbagai macam penyebabnya, cara pengobatannya serta cara pencegahannya.
1.2
Tujuan Tujuan dibuatnya poster ini adalah untuk menyosialisasikan penyakit diare
beserta upaya-upaya penanganan dan pengobatannya agar masyarakat dapat menangani penyakit diare tersebut.
1
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Penyakit Diare didefinisikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja
yang lebih banyak dari biasanya, tinja tidak berbentuk atau dalam konsistensi cair dengan frekuensi yang meningkat, umumnya frekuensi > 3 kali/ hari, atau dengan perkiraan volume tinja > 200 gram/ hari. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal, bervariasi dalam dan antar individu. Sebagai contoh, beberapa individu defekasi tiga kali sehari, sedangkan yang lainnya hanya dua atau tiga kali seminggu (Iskandar dkk, 2009 dan Priyanto, 2009).
2.2
Patofisiologis Mekanisme patofisiologis yang mengganggu keseimbangan air dan
elektrolit yang mengakibatkan terjadinya diare yaitu (Iskandar dkk, 2009): Transport aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit. Meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal. Peningkatan osmolaritas luminal Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan
2
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
3
Gambar 2.1 Mekanisme kerja diare diakibatkan makanan atau minuman yang terkontaminasi 2.3
Penyebab Diare Menurut teori klasik, diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus
hingga pelintasan kimus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja. Penelitian dalam tahun-tahun terakhir
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
4
menunjukkan bahwa penyebab utamanya adalah bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya resorpsi air dan atau terjadinya hipersekresi. Pada keadaan normal proses resorpsi dan sekresi dari air dan elektrolitelektrolit berlangsung pada waktu yang sama di sel-sel epitel mukosa. Proses ini diatur oleh beberapa hormon yaitu resorpsi oleh enkafalin dan sekresi diatur oleh prostaglandin dan neurohormon VIP (Vasoactive Intestinal Peptide). Biasanya, resorpsi melebihi sekresi tetapi karena sebab tertentu sekresi menjadi lebih besar daripada reabsorpsi maka terjadilah diare. Berdasarkan definisi diketahui bahwa diare merupakan suatu gejala dari berbagai kondisi berikut: a. Diare sebagai manifestasi klinis dari penyakit infeksi 1)
Diare akibat virus Diare ini disebabkan oleh virus yang melekat pada sel-sel mukosa usus yang menjadi rusak sehingga kapasitas resorpsi menurun. Diare ini akan berlangsung selama beberapa hari sampai virus hilang dengan sendirinya, biasanya 3-6 hari. Contoh virusnya antara lain: rotavirus, adenovirus, norwalk
2)
Diare akibat bakteri Diare ini disebabkan oleh kurangnya higiene. Bakteri masuk ke dalam mukosa dan memperbanyak diri serta membentuk toksin-toksin yang dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan gejala hebat seperti demam tinggi, nyeri kepala dan kejang disamping mencret berdarah dan berlendir. Contohnya antara lain: Salmonella, Shigella, Champhylobacter dan E.Coli.
3)
Diare akibat parasit Diare akibat parasit ini biasanya ditandai dengan mencret cairan yang intermitan dan bertahan lebih lama dari satu minggu. Gejala lainnya dapat berupa nyeri perut, demam, anoreksia, nausea, muntah-muntah dan rasa letih (malaise). Contoh parasitnya antara lain: protozoa Entamoeba histolytica, Giardia Llambia, Cryptosporidium, Cyclospora.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
5
4)
Diare akibat enterotoksin Diare ini disebabkan oleh kuman-kuman yang membentuk enterotoksin. Toksin melekat pada sel-sel mukosa dan merusaknya. Diare ini akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan dalam waktu lebih kurang lima hari setelah sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa yang baru. Contohnya adalah enterotoksin dari E. coli dan Vibrio cholera; jarang: Shigella, Salmonella, Camphylobacter, dan Entamoeba histolytica.
b. Diare sebagai efek samping obat misalnya antibiotika berspektrum luas, sitostatika, reserpin, kinidin dan sebagainya, juga penyinaran dengan sinar X. Berikut adalah obat-obat yang dapat menyebabkan diare :
Antasid mengandung magnesium
Antineoplastik
Antibiotik : klindamisin, tetrasiklin, sulfonamida, antibiotik spektrum luas
Antihipertensi : reserpin, guenitidin, metildopa, guanarenz, guanadrel
Kolinergik: betanechol, Neostigmine
Zat-zat cardiac: quinidine, digitalis, digoksin
Nonsteroidal anti inflamantory
Prostaglandin
Kolsikin
Obat kanker
c. Diare disebabkan karena pengaruh psikis seperti keadaan terkejut, ketakutan, dan stress. Stress secara fisiologis mengacu pada gaya/kekuatan fisik atau psikologis yang diterapkan pada seseorang yang menimbulkan suatu respon/tanggapan. Suatu stress menjadi patologis apabila stress tersebut melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya. Sebagai respon terhadap stress beberapa hormon dan neurotransmiter dikeluarkan oleh tubuh. Stress dapat menstimulasi saraf simpatis atau parasimpatis, kemungkinan bergantung pada jenis stress yang dialami. Pada jenis stress tertentu, seperti rasa cemas dan takut, terjadi Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
6
stimulasi saraf parasimpatis yang menyebabkan peningkatan motilitas usus. Meningkatnya motilitas usus mengakibatkan penyerapan atau pencernaan nutrien dari makanan tidak berjalan dengan baik. Hal inilah yang menyebabkan diare pada beberapa orang yang mengalami stress.
2.4
Akibat Diare Akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
a.
Kehilangan air (dehidrasi) Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis). Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
b.
Hipoglikemia Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP (kekurangan kalori dan
protein).
Hal
ini
terjadi
karena
adanya
gangguan
penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40% pada bayi dan 50% pada anak-anak. c.
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh: • Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat. • Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
7
d.
Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi pasien akan meninggal.
2.5
Klasifikasi Diare Berdasarkan awal dan lamanya, diare dibagi menjadi dua, yaitu diare akut
dan diare kronik. Umumnya episode diare akut hilang dalam waktu 72 jam dari onset. Diare kronis melibatkan serangan yang lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang (Iskandar dkk, 2009). 1)
Diare Akut a. Etiologi Diare akut banyak disebabkan oleh banyak penyebab antara lain : Virus, protozoa, Giardia lambia, Entamoeba hystolitica, bakteri: yang memproduksi enterotoksin (S aureus, C perfingens, E coli, V cholera, C difficile) dan yang menimbulkan inflamasi mukosa usus (Shigella, Salmonella sp, Yersinia), iskemia intestinal, inflammatory Bowel Disease (acute on chronic), colitis radiasi. b. Patogenesis Yang berperan pada terjadinya diare akut terutama karena infeksi yaitu faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri dari faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan internal saluran cerna antara lain keasaman lambung, motilitas usus, imunitas dan juga lingkungan mikroflora usus. Faktor kausal yaitu daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus halus serta daya lekat kuman. Patogenesis diare karena infeksi bakteri/parasit terdiri atas:
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
8
i.
Diare karena bakteri Non-Invasif (Enterotoksigenik) Bakteri yang tidak merusak mukosa misal V. cholerae Eltor. Enterotoxigenic E. coli (ETEC) dan C. perfingens. V. cholerae Eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi vibrio. Enterotoksin ini menyebabkan kegiatan berlebih nikotinamid adenin dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan kadar adenosin 3’,5’-siklik monofosfat (siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium, dan kalium.
ii.
Diare karena bakteri/parasit Invasif (Enterovasif) Bakteri yang merusak (invasif) antara lain Enteroinvasif E.coli (EIEC), Salmonella, Shigella, Yersinia, C.perfingens tipe C. diare disebabkan oleh kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat tercampur lendir dan darah. Walau demikian infeksi kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai diare koleriformis. Kuman Salmonella yang sering menyebabkan diare yaitu S.paratyphi, Styphimurium, S. enterriditis, S. choleraesuis. Penyebab parasit yang sering yaitu E. histolitica dan G. lambia.
c. Pendekatan Diagnostik Pada umumnya diare akut disebabkan infeksi atau toksin bakteri. Adanya riwayat makan makanan tertentu (terutama makanan siap santap) dan adanya keadaan yang sama pada orang lain, sangat mungkin merupakan keracunan makanan yang disebabkan toksin bakteri. Adanya riwayat pemakaian antibiotika yang lama, harus dipikirkan kemungkinan diare karena C difficile. Diare yang terjadi tanpa kerusakan mukosa usus (non-inflamatorik) dan disebabkan oleh toksin bakteri (terutama E coli), biasanya mempunyai gejala feses benar-benar cair, tidak ada darah, nyeri perut terutama daerah umbilicus (karena kelainan terutama di daerah usus halus), Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
9
kembung, mual, dan muntah. Bila muntahnya sangat mencolok, biasanya disebabkan oleh virus atau S aureus dalam bentuk keracunan makanan. Bila diare dalam bentuk bercampur darah, lendir, dan disertai demam, biasanya disebabkan oleh kerusakan mukosa usus yang ditimbulkan oleh invasi Shigella, Salmonella atau amoeba. Daerah yang terkena adalah kolon.
2)
Diare Kronik Diare ini merupakan suatu sindrom yang penyebab dan patogenesisnya
sangat multi kompleks. Diare akut, sudah jelas baik dari segi patofisiologi maupun pengobatan lebih mudah, dimana penyebab terbanyak adalah infeksi. Sedangkan pada diare kronik, diagnosis, dan pengobatannya lebih rumit daripada diare akut. Umumnya etiologi diare kronik dapat dikelompokkan berdasarkan patogenesis terjadinya: 1. Diare osmotik Disebabkan oleh osmolaritas intra lumen usus lebih tinggi dibandingkan osmolaritas serum. Hal ini terjadi pada intoleransi laktosa, obat laksatif (laktulosa, magnesium sulfat), dan obat (antasida). 2. Diare sekretorik Terjadinya sekresi intestinal yang berlebihan dan berkurangnya absorpsi menimbulkan diare yang cair dan banyak. Pada umumnya disebabkan oleh tumor endoskrin, malabsorpsi garam empedu, laksatif katartik. 3. Diare karena gangguan motilitas Hal ini disebabkan oleh transit usus yang cepat atau justru karena terjadinya stasis yang menimbulkan perkembangan berlebih bakteri intralumen usus. Penyebab yang klasik adalah irritable bowel syndrome. 4. Diare inflamatorik Disebabkan oleh faktor inflamasi seperti Inflammatory Bowel Disease.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
10
5. Malabsorpsi Pada umumnya disebabkan oleh penyakit usus halus, reseksi sebagian usus, obstruksi limfatik, defisiensi enzim pancreas, dan pertumbuhan bakteri yang berlebihan. 6. Infeksi kronik Seperti Giardia lambia, E.hystolitica, Nematoda usus, atau pada keadaan immunocompromized
2.6
Terapi Non Farmakologi (Iskandar dkk, 2009). Pengaturan diet merupakan prioritas utama untuk pengobatan diare. Klinisi
merekomendasikan untuk menghentikan makanan padat selama 24 jam dan menghindari produk-produk yang mengandung susu. Apabila terjadi mual dan muntah tingkat sedang, diberikan diet makanan yang mudah dicerna slama 24 jam. Pemberian diet makanan lunak dimulai seiring adanya penurunan gerakan usus. Pemberian makanan sebaiknya diteruskan pada anak-anak dengan diare akibat bakteri akut.
2.7
Terapi Farmakologi Obat – obat yang digunakan untuk diare tidak menyembuhkan tetapi hanya
meringankan gejala diare. Obat – obat ini.dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu : 2.7.1
Larutan Elektrolit Oralit merupakan campuran garam dan gula dalam perbandingan mirip
dengan cairan tubuh. Larutan ini penting diberikan pada penderita diare, terutama pada penderita anak-anak atau lansia, guna menggantikan air yang hilang akibat diare, muntah, berkeringat. Pasangan glukosa dan garam Na dapat diserap baik oleh usus penderita diare. Na merupakan ion yang berfungsi allosterik (berhubungan dengan penghambatan enzim karena bergabung dengan molekul lain), dengan kemampuan meningkatkan pengangkutan dan meninggikan daya absorbsi gula melalui membran sel. Gula dalam larutan NaCl (garam dapur) juga berkhasiat meningkatkan penyerapan air oleh dinding usus secara kuat (sekitar 25 kali lebih banyak dari pada biasanya). Takaran umum oralit, 1 bungkus oralit 200 Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
11
cc dimasukkan ke dalam 1 gelas air, diaduk sampai larut. Oralit diberikan ke penderita sedikit demi sedikit dengan sendok, jangan sekaligus banyak. Jika penderita muntah, berikan 1 sendok oralit, tunggu 5-10 menit, lanjutkan lagi sedikit demi sedikit. Jika pasien dalam keadaan tidak bisa membeli atau membuat Oralit, dapat diberikan cairan alternatif yaitu air kelapa hijau, dan teh. Selain itu, Oralit juga dapat dibuat dengan melarutkan 8 sendok teh gula, 1 sendok teh garam, dalam 1 liter air.
Gambar 2.2 Pembuatan Larutan Alternatif
Pada orang dewasa, penatalaksanaan diare akut akibat infeksi atas rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan,terdapat empat hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu: a. Jenis cairan Pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan cairan Ringer laktat, bila tak tersedia dapat diberikan cairan NaCl isotonik ditambah satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml. b. Jumlah cairan Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan. Kehilangan cairan tubuh dapat dihitung dengan metoda Pierce. c. Jalan masuk atau cara pemberian cairan Rute pemberian cairan pada orang dewasa dapat dipilih oral atau intravena. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
12
Tabel 2.1 Metoda Pierce yang berdasarkan keadaan klinis: Derajat Dehidrasi
Kebutuhan cairan (X kg BB)
Ringan
5%
Sedang
8%
Berat
10%
d. Jadwal pemberian cairan Rehidrasi cairan diberikan pada 2 jam pertama. Selanjutnya dilakukan penilaian kembali status hidrasi untuk memperhitungkan kebutuhan cairan. Rehidrasi diharapkan pada akhir jam ke-3. Rehidrasi dan perbaikan air dan elektrolit adalah perawatan primer sampai diare berakhir. Apabila muntah dan dehidrasi tidak parah, pemberian makanan enteral merupakan metode yang terpilih.
2.7.2
Antimotilitas (Chisholm dan Jackson, 2005) Memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit. Contoh :
candu dan alkaloidnya, derivat-derivat petidine seperti difenoksilat dan loperamide (imodium, lodia, imomed), serta anti kolinergik (atropine, ekstrak belladone). a.
Loperamid Loperamid bekerja pada reseptor di sepanjang usus kecil untuk menurunkan aktivitas otot sirkular dan longitudinal. Loperamid memberikan efek antidiare dengan memperlambat transit usus dan meningkatkan waktu kontak, dan mungkin juga secara langsung menghambat cairan dan sekresi elektrolit dan atau
merangsang penyerapan air dan garam. Loperamide
tersedia dengan sediaan tablet 2 mg atau 1 mg/5 ml cairan yang dianjurkan untuk mengatur diare akut dan kronik. Efek sampingnya berupa mual, muntah, pusing, mulut kering, dan eksantem kulit. Loperamide mengandung narkotika tetapi tidak menimbulkan adiksi. Khasiatnya, menekan gerakan usus yang berlebihan dan memulihkan keseimbangan yang terganggu antara penyerapan dan pengeluaran air serta sel-sel dinding usus. Efek akan lebih baik kalau ditambah oralit. Dosis untuk Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
13
dewasa 2 tablet sekaligus, disusul dengan 1 tablet sehabis buang air besar. Dosis tidak melebihi dari 16 mg sehari (8 tablet/hari). Untuk anak (di bawah 8 tahun) biasanya berbentuk sirop, dengan takaran berdasarkan berat badan. Pemberian harus dihentikan bila tidak ada perbaikan setelah 48 jam. Jangan berikan obat ini pada bayi, anak-anak dan wanita hamil. b.
Difenoksilat Difenoksilat menyebabkan efek antidiare dengan menurunkan motilitas dari saluran cerna. Difenoksilat dapat diberikan dengan tablet 2,5 mg dan 2,5 mg/5mL larutan. Sejumlah kecil atropin (0,025 mg) juga ditambahkan untuk mencegah penyalahgunaan. Dosis maksimum per hari adalah 20 mg. Efek samping yang mungkin timbul adalah atropinisme (penglihatan kabur, mulut kering). Seperti loperamid, sebaiknya difenoksilat tidak digunakan untuk pasien dengan risiko bakteri entritis seperti Escherichia coli, Shigella, atau Salmonella.
c.
Difenoksin Difenoksin merupakan derivat difenoksilat yang juga dikombinasi dengan atropin mempunyai kegunaan dan efek samping yang sama dengan difenoksilat. Difenoksin dipasarkan dengan sediaan tablet 1 mg, untuk dewasa dosis awal diberikan 2 mg diikuti 1 mg setelah buang air besar, dan tidak melebihi 8 mg/hari.
d.
Kodein Kodein digunakan karena efek sampingnya yaitu konstipasi. Kodein dapat menyebabkan toleransi dan ketergantungan fisik dan psikologis. Kodein biasanya lebih sering digunakan sebagai obat batuk. Adanya sifat kodein seperti turunan opium lainnya yaitu antimotilitas, dapat dijadikan dasar bahwa morfin digunakan sebagai antidiare. Hanya saja penggunaan ini jarang karena dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis. Penggunaan kodein untuk antidiare adalah dengan dosis 15-60 mg 3x sehari.
2.7.3 Adsorben (Chisholm dan Jackson, 2005) Adsorben digunakan untuk mencegah kekambuhan gejala, obat ini tidak memerlukan
resep dokter, tidak toksik, tetapi keefektifannya masih belum Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
14
terbukti. Adsorben tidak spesifik dalam aksinya. Adsorben akan mengadsorbsi nutrisi, toksin, obat dan cairan lambung. Koadministrasi dengan obat lainnya akan menurunkan bioavaibilitas obat lain. Khasiat obat-obat ini adalah mengikat atau menyerap toksin, bakteri dan hasil-hasil metabolismenya, melapisi permukaan mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme tidak dapat merusak serta menembus mukosa usus. Kelemahan dari obat-obat golongan ini adalah biasanya baru diberikan setelah infeksi berlangsung sehingga mikroorganisme maupun toksinnya telah bekerja di sel-sel enterosit sehingga tidak dapat diikat lagi, makanan, cairan dan obat-obatan yang ada di dalam lumen usus dapat pula ikut terikat oleh adsorben sehingga merugikan penderita. a.
Polikarbofil FDA merekomendasikan polikarbofil sebagai adsorben efektif. Polikarbofil mengabsorbsi 60 kali beratnya dalam air dan dapat digunakan untuk diare dan konstipasi. Polikarbovil dijual dalam tablet kunyah 500 mg. Produk ini aman dan dapat dikonsumsi 4 kali sehari, hingga 6 g/ hari untuk dewasa.
b.
Attapulgit Attapulgit bekerja dengan menyerap (mengikat) sejumlah besar bakteri dan racun dan mengurangi hilangnya air. Attapulgit mengurangi jumlah buang air besar, meningkatkan konsistensi mencret, dan meringankan kram gastrointestinal yang sering dikaitkan dengan diare. Attapulgit terdapat dalam sediaan cair, atau suspensi: 600 mg atau 750 mg per sendok makan (15 ml) atau per sendok teh (5 ml). Attapulgit juga tersedia dalam tablet kunyah 600 mg dan tablet atau kaplet 600 mg dan 750 mg. Attapulgite digunakan untuk pengobatan jangka pendek diare. Efek sampingnya konstipasi.
c.
Karbo adsorbens Karbon adalah arang halus yang telah diaktifkan melalui suatu proses tertentu. Obat ini memiliki daya serap pada permukaannya (adsorpsi) yang kuat, terutama terhadap zat-zat yang molekulnya besar, seperti alkaloida, toksin bakteri atau zat-zat beracun yag berasal dari makanan. Begitu pula banyak obat dapat diadsorpsi pada karbo in vivo, antara lain asetosal, parasetamol, fenobarbital, glutetimida, fenotiazin, antidepresiva trisiklis, Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
15
digoksin, amfetamin, ferosulfat, propantelin dan alkohol. Oleh karena itu, obat-obat tersebut jangan diberikan bersamaan waktu, tetapi 2-3 jam setelah pemberian karbo. Karbo adsorben tersedia dalam tablet 125 mg dan 250 mg. Dosis biasa 3-4 kali, 0,5 – 1 g sehari.
2.7.4
Agen Antisekretori (Chisholm dan Jackson, 2005) Bismut subsalisilat mempunyai efek antisekretori, antiinflamasi, dan
antibakteri. Bismut subsalisilat tidak memerlukan resep dokter, digunakan untuk gangguan pencernaan, kram perut yang kambuh, dan mengontrol diare. Dosis bismut subsalisilat adalah tablet kunyah 262 mg, 262 mg/5 mL cairan dan 524 mg/15 mL cairan. Dosis dewasa biasanya 2 tablet atau 30 ml setiap 30 menit – 1 jam hingga 8 dosis per hari. Bismut subsalisilat mengandung komponen yang dapat bersifat toksik jika dberikan berlebihan untuk mencegah atau mengobati diare. Zat aktifnya adalah salisilat yang dapat berinteraksi dengan antikoagulan menghasilkan efek salisilism (tinitus, mual, dan muntah). Pasien mungkin akan komplain mengenai gigi yang menggelap dan feses gelap pada pemberian berulang. Salisilat dapat menginduksi serangan gout. Suspensi bismut subsalisilat telah dievaluasi dalam mengobati diare karena infeksi. Dalam dosis 30 mL setiap 30 menit selama delapan dosis, akan terjadi penurunan feses yang cair dalam 24 jam pertama.
2.7.5
Analog Oktapeptide, Sintesis Endogen Somatostatin (Chisholm dan Jackson, 2005)
a.
Okreotid Oktreotid, diresepkan untuk pengobatan simtomatik dari karsinoid tumor dan vasoaktif peptida usus
(VIP). Adanya
tumor akan
mensekresikan sejumlah berlebihan senyawa vasoaktif, termasuk histamin, bradikinin, serotonin, dan prostaglandin. Tumor terjadi sepanjang saluran pencernaan, dengan sebagian besar di ileum. Gejala dan tanda utama yang dialami oleh pasien dengan tumor ini adalah konsentrasi yang berlebihan dari 5-hydroxytryptophan dan serotonin. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
16
Oktreotid memblok pelepasan serotonin dan banyak peptida aktif lainnya dan efektif dalam mengontrol diare. Obat Ini dilaporkan memiliki efek inhibisi langsung terhadap sekresi usus dan efek stimulasi pada absorpsi usus. Dosis okreotid bervariasi sesuai indikasi, keparahan penyakit dan respon pasien. Dosis awalnya adalah 100 - 600 mcg/hari dalam 2 hingga 4 dosis terbagi secara subkutan selama 2 minggu. Untuk mengontrol sekret diare VIP, dosisnya 200 - 300 mcg/hari dalam 2-4 kali dosis terbagi selama 2 minggu. Obat ini dapat menyebabkan komplikasi kantong empedu dan saluran empedu seperti kolelitiasis. Sekitar 5% sampai 10% dari pasien mengeluh mual, diare, dan sakit perut. Dengan dosis tinggi, oktreotid dapat mengurangi penyerapan lemak dari makanan, yang mengarah ke steatorrhea. b.
Lanreotid Lanreotid diindikasikan untuk pasien dengan karsinoid tumor pada dosis 30 mg intramuskular (sebagai depot) setiap 14 hari. Jika perlu, dosis dapat ditingkatkan sampai 30 mg secara intramuskular setiap 7 sampai 10 hari.
c.
Vapreotid Vapreotid
adalah
obat
untuk
fistula
pankreas
dan
fistula
gastrointestinal.
2.7.6 a.
Produk Lainnya (WHO, 2006) Lactobacillus Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang membantu menjaga flora normal usus dan mencegah kolonisasi organisme patogen melalui berbagai mekanisme. Mekanisme aksi dari inhibisi kompetitif adhesi dinding usus mikroorganisme patogen, meningkatkan sistem imun dalam hal kemampuan probiotik mengikat sel epiteli, melepaskan senyawa yang mencegah pertumbuhan patogen dan memodulasi permeabilitas usus. Salah satu contoh probiotik adalah Lactobacillus yang akan menggantikan mikroflora kolon. Hal ini akan mendukung pengembalian fungsi usus Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
17
menjadi normal dan menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen. Diet produk susu yang mengandung 200 hingga 400 g laktosa atau dekstrin efektif dalam memproduksi rekolonisasi flora normal. Dosis bervariasi tergantung pada merek digunakan dan harus diberikan dengan susu, jus, air, atau sereal. b.
Antikolinergik Obat-obatan antikolinergik seperti atropin akan memperpanjang waktu transit usus. Efek obat ini masih dipertanyakan dan obat ini memiliki keterbatasan efek samping. Untuk menghentikan diare, dokter sering salah memberikan dosis hingga dapat menurunkan sekresi saliva dan keringat. Penyakit jantung dikontraindikasikan dengan antikolinergik.
c.
Enzim Laktase Produk enzim laktase sangat membantu pasien yang mengalami diare sekunder untuk laktosa intoleran. Laktase diperlukan untuk pencernaan. Ketika pasien tidak memiliki enzim ini, makan produk susu yang umumnya mengandung laktosa akan menyebabkan diare osmotik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
18
Gambar 2.3 Algoritma diare
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
Gambar 3.1 Hasil pembuatan poster diare 19
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
20
3.2
Pembahasan Seperti yang kita ketahui setiap orang pasti pernah terkena penyakit diare
dalam hidupnya. Diare tidak pernah pandang bulu, penyakit ini dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita, baik orang tua maupun orang muda, terutama pada anak. Diare mungkin bukan penyakit parah seperti penyakit jantung atau kanker, namun diare yang tidak ditangani dengan baik sangat berbaahaya karena dapat menyebabkan kematian akibat kekurangan cairan, terutama pada bayi dan balita. Untuk itu dibuat suatu poster mengenai penyakit diare yang mencakup definisi, penyebab, pengobatan serta pencegahan penyakit ini agar penderita diare dapat terbantu menangani penyakit ini dengan tepat. Poster dibuat ringkas agar masyarakat dapat mudah memahami langkahlangkah apa yang harus ia ambil untuk mencegah diare apabila belum terjadi dan menanggulanginya jika sudah terjadi. Pembuatan poster ini ditujukan untuk dipajang di dinding apotek kimia farma 1 agar mudah terlihat oleh pengunjung apotek sehingga informasi yang ada di dalam poster mudah tersalurkan kepada pasien, dalam hal ini pengunjung apotek. Jika pasien menginginkan informasi yang lebih mengenai penyakit diare maka dapat dengan mudah menanyakannya langsung kepada apoteker di apotek. Pembuatan poster kesehatan ini merupakan salah satu upaya untuk mengajak masyarakat hidup sehat. Dengan adanya poster-poster kesehatan semacam ini, diharapkan masyarakat dapat menyadari betapa pentingnya hidup sehat agar terhindar dari berbagai macam penyakit sekalipun bukan penyakit yang parah ataupun mematikan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan Poster dibuat dengan informasi yang ringkas untuk menyosialisasikan
penyakit diare beserta upaya-upaya penanganan dan pengobatannya agar masyarakat dapat menangani penyakit diare tersebut.
4.2
Saran Perlu dilakukan pembuatan poster-poster kesehatan mengenai penyakit-
penyakit lain untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat.
21
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012
22
DAFTAR REFERENSI
Elin Yulinah Iskandar, dkk. 2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan Priyanto. (2009). Farmakoterapi dan terminology klinis. Depok, Jawa Barat: Lembaga studi dan Konsultasi Farmakologi (lenskofi). Hal 108. Chisholm, M. A., & Jackson, M. W. (2005). Gastrointestinal disorders. Dalam J. T. DiPiro, Pharmacoteraphy, A Pathophysiologic Approach (hal. 677-684). United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc. Organization, W. H. (2006). Implementing the New Recommendations on the Clinical Management of Diarrhoea. Geneva: World Health Organization. Rakyat Merdeka Online. (2011). Hampir 17 Ribu Orang Kena Diare. http:// http://nusantara.rmol.co/read/2011/10/31/44173/Hampir-17-Ribu-OrangKena-Diare-. Tanggal 31 Oktober 2011. Pukul 05.34 WIB.
Laporan praktek..., Mutia Anggriani , FMIPA UI, 2012