UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT. APCO
LAPORAN MAGANG
ANGGITA MAYFRINA DWI PURNAMASARI 1006810510
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM S1-EKSTENSI AKUNTANSI JAKARTA JULI 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT APCO
LAPORAN MAGANG Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
ANGGITA MAYFRINA DWI PURNAMASARI NPM : 1006810510
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM S1-EKSTENSI AKUNTANSI JAKARTA JULI 2012
i Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
ii Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
iii Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya, Penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini. Penyusunan laporan magang ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana pada Program Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan laporan magang ini sangatlah sulit bagi Penulis untuk menyelesaikan laporan magang ini. Untuk itu Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Keluarga (Mama, Papa, Mas Angga dan Dik Pras) yang selalu memberikan dukungan, doa serta motivasi terbesar kepada Penulis sejak lahir sampai saat ini dan esok. 2. Spesial untuk mamaku, terima kasih atas semua perhatian dan dukungan mama selama ini, aku sangat beruntung memiliki orang tua sepertimu. ”My Mom is my hero and you are my everything for me” 3. Ibu Sri Nurhayati S.E, M.M., S.A.S selaku ketua program Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 4. Bapak Edward Tanujaya S.E., M.Sc. selaku dosen pembimbing yang sabar, dan telah banyak memberikan pengarahan, bimbingan serta bantuan kepada Penulis dalam menyelesaikan laporan magang ini. Terima kasih banyak Pak Edward, maaf apabila ada kesalahan yang tidak sengaja dibuat Penulis. 5. Bapak Johannes Mau selaku Managing Partner di BDO Tanubrata, Sutanto, Fahmi & Rekan yang telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk melakukan magang. 6. Senior di BDO, Kak Amel, terima kasih atas kesempatan dan ilmunya yang
sudah
diberikan
kepada
Penulis
sehingga
Penulis
dapat
menyelesaikan magang dan menyusun laporan magang sampai selesai. Serta, terima kasih juga Kak Amel, yang sudah memberikan Penulis dukungan moril dan motivasi untuk Penulis selama ini. Kak Amel sudah kuanggap seperti kakakku sendiri.
iv Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
7. Icha, mbak Ambar dan Kak Dian, teman satu tim audit dengan Penulis, terima kasih banyak atas ilmu, pengalaman serta motivasi yang sudah diberikan kepada Penulis selama ini. Terutama untuk Icha, yang sering kali dipusingkan oleh Penulis (makasih banyak ya Icul, baru kenal tapi udah berasa jadi temen yang deket banget..hehe) 8. Amy dan Yoyo, teman satu tim audit dengan Penulis sekaligus teman kuliah dari D3 sampai saat ini, teman seperjuangan. Terima kasih atas pertemanannya selama ini, senang dan sedih bersama. 9. Asih Winarsih dan keluarga, Adinda Fajarrini, Amelia, Aulia Lathifa dan Annisa Falaivi, sahabat saya, selama perkuliahan di Diploma dahulu. Kalian adalah teman-teman terbaikku, terima kasih untuk dukungannya selama ini 10. Bunga Nirmalasari, Azizi Nur Wicaksono, Hutami Kurnia, Adryan Hernando, Aryo Adiwoso, Anom Wicaksono, Ahmad Afwan, Megawati, Ayuningtyas Wulansari, Ari Kristian, Nova Amanda, Marcia Kambarwati sahabat saya, yang telah banyak memberi dukungan selama perkuliahan di Ekstensi. 11. Agustia Dwi Rahmawati, my partner in crime, teman seperjuangan dari D3 dan sesama penggila korea yang selalu memberikan motivasi kepada Penulis, juga sebagai tempat curahan hati Penulis (saat orang-orang sibuk mikirin skripsi, sempet-sempetnya kita nonton Super Show 4, mimpi untuk ke korea harus segera terwujud!) 12. Untuk seseorang yang telah mengisi hari-hariku, terima kasih atas dukungan dan perhatiannya selama ini. Terima kasih karena tanpa kau sadari, kau telah mengisi hatiku selama ini. Bahagia itu sederhana. 13. My silver, picantoku yang imut, terima kasih untuk selalu menemani harihari Penulis kemanapun Penulis pergi, juga untuk laptop kuningku, yang membantuku menyelesaikan laporan ini. 14. Seluruh teman-teman angkatan 2006 Diploma III FEUI dan 2010 Ekstensi FEUI.
v Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
vi Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
vii Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
ABSTRAK
Nama Program Studi Judul
: Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari : S1-Ekstensi Akuntansi : Analisis Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PTAPCO
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. Melalui perhitungan dan pelaporan yang baik, maka perusahaan dapat dikatakan telah memenuhi peraturan yang berlaku guna untuk meningkatkan anggaran pembangunan nasional Pemerintah. Mengingat pentingnya PPN, maka laporan magang ini akan membahas mengenai analisis penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT APCO, yang merupakan Perusahaan Jasa Pengendalian Hama. Melalui laporan magang ini akan diketahui mengenai penerapan PPN yang dilakukan oleh perusahaan seperti perhitungan PPN Keluaran, pengkreditan PPN Masukan serta penyajian PPN dalam Laporan Keuangan. Kesimpulan dari laporan magang ini adalah Perusahaan harus memperhatikan lebih baik mengenai pengkreditan PPN Masukan yang ada serta batas pelaporan PPN setiap masa pajak agar terhindar dari sanksi yang berlaku. Kata kunci: Pajak Pertambahan Nilai, Penerapan PPN, Perusahaan Jasa Pengendalian Hama ABSTRACT Name Study Program Title
: Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari : S1-Extension Accounting : Analysis of Value Added Tax Implementation on PT APCO
Value Added Tax (VAT) is tax that imposed on any appreciation in value of the goods or services in its circulation from producers to consumers. Through the calculation and reporting is good, then the Company may be said it has complied with the applicable rules in order to enhance the national development budget of the Government. Given the importance of VAT, then this internship report will discuss the value added tax analysis at the PT APCO, which is a Pest Control Service Company. Through this internship report will be known about the application of VAT to be done by the Company, such as calculating VAT output, input VAT crediting and presentation of VAT and its impact on Financial Statements. The conclusion of this internship report is the Company must pay attention better about crediting the existing VAT and VAT reporting limit each fiscal period to avoid penalties that apply. Key words: Value Added Tax, VAT implementation, Pest Control Service Company
viii
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............................. vii ABSTRAK ........................................................................................................... viii DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii BAB 1. PENDAHULUAN .....................................................................................1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................1 1.2 Tujuan Program Magang ..............................................................................2 1.3 Tempat dan Waktu Magang .........................................................................2 1.4 Kegiatan Magang .........................................................................................2 1.5 Latar Belakang Penulisan .............................................................................4 1.6 Tujuan Penulisan ..........................................................................................4 1.7 Manfaat Penulisan ........................................................................................5 1.8 Rumusan Masalah ........................................................................................5 1.9 Sistematika Penulisan ...................................................................................5 BAB 2. PROFIL PERUSAHAAN.........................................................................7 2.1 Gambaran Umum KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi & Rekan .....................7 2.1.1 Visi dan Misi KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi & Rekan ...................7 2.1.2 Jasa KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi & Rekan ..................................8 2.1.3 Struktur Organisasi KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi & Rekan ..........9 2.2 Gambaran Umum Perusahaan Klien ..........................................................10 2.2.1 Sejarah Singkat .................................................................................10 2.2.2 Profil Perusahaan Klien ....................................................................10 2.2.3 Kegiatan Magang ..............................................................................12 BAB 3. LANDASAN TEORI ..............................................................................13 3.1 Ketentuan Umum Perpajakan .....................................................................13 3.1.1 Pengertian PPN .................................................................................13 3.1.2 Objek PPN dan Non Objek PPN ......................................................15 3.1.3 Dasar Pengenaan Pajak .....................................................................25 3.1.4 Saat Terutangnya PPN ......................................................................26 3.1.5 Tarif PPN...........................................................................................30 3.1.6 Fasilitas PPN .....................................................................................30 3.1.7 Pengkreditan Pajak Masukan ............................................................30 3.1.8 Pajak Masukan yang Tidak Dapat Dikreditkan .................................32 ix
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
3.2 Dokumen yang terkait dengan PPN ...........................................................33 3.2.1 Faktur Pajak .......................................................................................33 3.2.2 Surat Setoran Pajak (SSP) .................................................................34 3.2.3 Surat Pemberitahuan (SPT) ...............................................................36 3.3 Jurnal atas transaksi terkait PPN pada PT APCO .......................................41 BAB 4. PEMBAHASAN DAN ANALISIS ........................................................43 4.1 Pencatatan PPN ..........................................................................................43 4.2 Penerbitan Faktur Pajak Keluaran .............................................................45 4.3 Mekanisme Perhitungan PPN Keluaran .....................................................46 4.4 Pengkreditan PPN Masukan .......................................................................50 4.5 Analisis Pelaporan SPT PPN ......................................................................52 4.6 Penyajian PPN pada Laporan Keuangan Perusahaan.................................52 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................57 5.1 Kesimpulan.................................................................................................57 5.2 Saran ...........................................................................................................58 DAFTAR REFERENSI .......................................................................................59 LAMPIRAN
x
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Daftar Omset Perusahaan .......................................................................45 Tabel 4.2 Rekap PPN Keluaran Tahun 2011 .........................................................47 Tabel 4.3 Pengkreditan PPN Masukan Tahun 2011 ..............................................49 Tabel 4.4 Nilai Utang PPN Perusahaan Tahun 2011 .............................................52
xi
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Bagan Dasar Pengenaan Pajak ...........................................................28 Gambar 3.2 Bagan Saat Terutangnya PPN ............................................................30 Gambar 3.3 Faktur Pajak........................................................................................36 Gambar 3.4 Surat Setoran Pajak ............................................................................39
xii
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Faktur Pajak PT APCO Lampiran 2. Laporan Posisi Keuangan PT APCO (Parsial) Lampiran 3. Formulir Induk SPT PPN 1111 Lampiran 4. Formulir AB SPT PPN 1111 Lampiran 5. Formulir A1 SPT PPN 1111 Lampiran 6. Formulir A2 SPT PPN 1111 Lampiran 7. Formulir B1 SPT PPN 1111 Lampiran 8. Formulir B2 SPT PPN 1111 Lampiran 9. Formulir B3 SPT PPN 1111
xiii
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Program Magang Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia menyelenggarakan suatu program magang sebagai salah satu mata kuliah yang dapat diikuti oleh mahasiswa yang telah menjalankan minimal 51 SKS. Program magang ini dimaksudkan untuk membuka kesempatan bagi mahasiswa dalam menerapkan teori dan pengetahuan yang diterima selama masa perkuliahan ke dalam kehidupan kerja nyata. Program magang dirancang secara terstruktur, sehingga mahasiswa peserta dalam kondisi terbimbing dan terkendali sebagai suatu latihan. Program ini juga dimaksudkan untuk menerapkan program link and match bagi mahasiswa agar ilmu yang telah dipelajarinya menjadi tepat guna dan berhasil guna di tempat kerja di masa mendatang. Program magang dapat dijadikan sebagai persiapan untuk terjun ke dunia kerja sebenarnya, baik persiapan mental maupun persiapan teknikal karena dapat menjembatani kehidupan kampus dengan dunia kerja yang sebenarnya. Hal ini merupakan sarana pembelajaran yang tepat untuk memulai beradaptasi dengan lingkungan kerja sekaligus mempraktekkan berbagai macam teori dan pengetahuan yang telah diperoleh selama duduk di bangku perkuliahan. Selain itu, dengan dilaksanakannya program magang ini, diharapkan mendapatkan kesempatan kerja yang lebih baik di masa mendatang serta lebih siap dan matang untuk mencapai keinginan untuk menjadi seorang profesional. Dalam program magang ini peserta magang diwajibkan untuk membuat sebuah laporan akhir magang. FEUI memberikan kebebasan bagi peserta magang dalam memilih topik yang akan dibuat dan diangkat dalam laporan magang, dengan syarat topik tersebut berhubungan dengan kegiatan atau pengalaman yang didapat peserta magang selama proses magang berlangsung. Oleh karena itu, laporan akhir magang ini mendokumentasikan beberapa kegiatan dan pengalaman selama proses magang sebagai junior auditor di salah satu Kantor Akuntan Publik yang berada di Jakarta. Manfaat penting yang diperoleh dari program magang yaitu memberikan kesempatan para mahasiswa untuk mengaplikasikan teori yang didapat selama
1 Universitas Indonesia Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
2
kuliah di dunia kerja. Dengan demikian, mahasiswa mendapatkan gambaran praktis bagaimana ilmu yang dimiliki, diaplikasikan di dunia kerja selain gambaran teoritis yang didapat selama kuliah.
1.2 Tujuan Program Magang Tujuan dari pelaksanaan program magang ini adalah untuk memenuhi kewajiban perkuliahan yang diselenggarakan oleh Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya siap dalam hal akademik, namun juga siap dalam dunia kerja terutama dalam ruang lingkup akuntansi, maka diadakan program magang untuk mahasiswa Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
1.3 Tempat dan Waktu Magang Penulis melaksanakan program magang selama tiga bulan mulai tanggal 6 Februari 2012 sampai dengan 30 April 2012 di Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi dan Rekan yang berlokasi di Prudential Tower, 17th Fl, Jl. Jend.Sudirman Kav.79, Jakarta 12910. Penulis berada dalam suatu tim audit sebagai Assistant Auditor. Selama pelaksanaan program magang, penulis tergabung ke dalam grup yang diketuai oleh Bpk. Indra Sri Widodo sebagai Partner Audit. Dalam penugasan audit, penulis berada di bawah pengawasan Manager Audit yaitu Bpk. Johannes Mau dan Auditor In-Charge Ibu Amelia Rahmawati.
1.4 Kegiatan Magang Penulis dipercaya untuk terlibat dalam dua penugasan audit selama periode magang, yaitu: 1. Audit PT AGC Dalam penugasan ini, penulis melakukan fieldwork audit di kota Bogor karena PT AGC berlokasi di daerah tersebut. Penulis melakukan full audit tahun 2010 karena tidak ada audit interim sebelumnya pada PT AGC. Penulis dipercayakan
untuk memegang akun-akun yang berhubungan
Universitas Indonesia Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
3
liabilitas. Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh penulis terkait penugasan audit tersebut adalah: 1. Membuat rekapitulasi. 2. Menghitung dan menganalisis perbedaan nilai suatu akun (kenaikan dan penurunan) tahun ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 3. Meminta rincian nilai atas suatu akun kepada pihak manajemen. 4. Melakukan perhitungan ulang (recalculation) atas perhitungan yang dilakukan manajemen. 5. Mencocokkan angka yang ada di General Ledger (G/L) ataupun Sub General Ledger. 6. Melakukan rekonsiliasi. 7. Membuat narasi tentang temuan audit yang dirasa tidak wajar. 8. Menyimpulkan apakah nilai dari akun tersebut telah disajikan secara wajar atau tidak. 9. Melakukan subsequent test. 10. Melakukan cut-off test. 11. Mengkonfirmasi nilai yang tertulis dalam laporan keuangan klien kepada pihak lain yang berhubungan dengan klien. 12. Vouching 13. Melakukan walkthrough dan TOC atas transaksi penjualan dan pembelian. 14. Melakukan pekerjaan yang bersifat administratif lainnya. 15. Membantu menyiapkan laporan audit.
2. Audit PT FNP Dalam penugasan ini, penulis melakukan fieldwork audit PT FNP yang berlokasi di Kawasan Industri Pulogadung. Penulis melakukan audit atas tahun 2010 karena sudah dilakukan audit interim sebelumnya pada PT FNP. Penulis dipercayakan
untuk memegang akun-akun yang
berhubungan liabilitas.
Universitas Indonesia Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
4
Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh penulis terkait penugasan audit tersebut adalah: 1. Membuat rekapitulasi 2. Melakukan subsequent test 3. Melakukan cut-off test 4. Mengkonfirmasi nilai yang tertulis dalam laporan keuangan klien kepada pihak lain yang berhubungan dengan klien. 5. Vouching 6. Melakukan pekerjaan yang bersifat administratif lainnya 7. Membantu menyiapkan laporan audit
1.5 Latar Belakang Penulisan Pajak merupakan penerimaan negara terbesar. Kurang lebih 2/3 penerimaan Negara saat ini bersumber dari pajak. Dominasi pajak sebagai sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat wajar, terlebih ketika sumber daya alam, khususnya minyak bumi tidak bisa lagi diandalkan. Penerimaan dari sumber daya alam mempunyai umur yang relatif terbatas, suatu saat akan habis dan tidak bisa diperbaharui. Hal ini berbeda dengan pajak; sumber penerimaan ini mempunyai umur tidak terbatas, terlebih dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk. Direktorat Jenderal Pajak berperan melakukan pengawasan atas pemenuhan kewajiban perpajakan sesuai yang telah ditentukan dalam UndangUndang Perpajakan.
1.6 Tujuan Penulisan Tujuan dari laporan magang ini adalah untuk memenuhi tuntutan akademik pada semester genap 2011/2012, yang merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan studi di program Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Selain itu, laporan ini dibuat untuk mengetahui mekanisme pencatatan, penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT APCO
Universitas Indonesia Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
5
1.7 Manfaat Penulisan Manfaat Teoritis Beberapa manfaat yang bersifat teoritis dari penelitian ini diantaranya: 1. Memberikan gambaran aktual mengenai penerapan perhitungan Pajak Pertambahan Nilai pada suatu perusahaan. 2. Mengidentifikasi beberapa kemungkinan defisiensi atau kelemahan dari penerapan pajak pada suatu perusahaan dengan peraturan perpajakan yang terkait.
Manfaat Praktis Manfaat yang bersifat praktis/aplikatif dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui bagaimana
pelaksanaan pemungutan atau pengenaan,
penyetoran dan pelaporan PPN di PT APCO. 2. Mendeskripsikan dan menganalisis mekanisme pengkreditan Pajak Masukan di PT APCO dikaitkan dengan perhitungan PPN terutang. 3. Mengetahui penerapan PPN dikaitkan dengan nilai yang tersaji pada laporan keuangan dan SPT PPN.
1.8 Rumusan Masalah Laporan in membatasi permasalahan sebatas pencatatan dan pengakuan nilai hutang pajak pertambahan nilai. Yang mana pencatatan atas nilai tersebut memiliki perbedaan antara nilai utang pajak penghasilan yang tercatat di buku besar dan Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) setiap bulannya. Hal ini dapat dibandingkan dengan peraturan perpajakan terkait PPN, untuk menentukan apakah perusahaan sudah menerapkan peraturan perpajakan tersebut.
1.9 Sistematika Penulisan Laporan Magang Laporan ini disusun ke dalam lima bagian, yaitu: BAB 1 Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang program magang, tujuan diselenggarakannya program magang, tempat dan waktu pelaksanaan magang, ruang lingkup pelaksanaan magang yang menjelaskan deskripsi
Universitas Indonesia Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
6
kegiatan selama masa magang, ruang lingkup laporan magang dan pembatasan masalah, dan sistematika penulisan laporan magang.
BAB 2 Profil Perusahaan Bab ini memaparkan gambaran umum KAP tempat program magang dilaksanakan dan PT APCO sebagai tempat penulis mengadakan audit yang merupakan klien dari KAP BDO.
BAB 3 Landasan Teori Dalam bab ini mencakup sistem perpajakan Indonesia yang berlaku mengenai PPN berdasarkan Peraturan Pemerintah dan mekanisme mengenai perhitungan, penyetoran dan pelaporan PPN dalam setiap masa pajak di tahun 2010.
BAB 4 Pembahasan dan Analisis Bab
ini
mencakup
tentang
pencatatan
PPN,
perhitungan
PPN,
pengkreditan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran, dan pelaporan PPN pada SPT Masa serta analisis kesesuaian penerapan dengan peraturan perpajakan yang berlaku
BAB 5 Kesimpulan dan Saran Bab terakhir dari laporan ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh isi laporan magang dan memuat yang ditujukan kepada perusahaan klien, kantor akuntan publik, serta Departemen Akuntansi FEUI.
Universitas Indonesia Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
BAB 2 PROFIL PERUSAHAAN 2.1. Gambaran Umum KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi dan, Rekan Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto dan Rekan pada tanggal 6 Desember 1979 oleh Drs. Richard Budisetia Tanubrata yang berlokasi langsung di rumahnya sendiri di Jl. Slamet Riyadi I. Pada awal berdirinya KAP ini, namanya hanya KAP Tanubrata dan Rekan. Pada tahun 1992, KAP Tanubrata, Sutanto dan Rekan resmi bergabung dengan BDO International yang sudah memiliki anggota lebih dari 107 negara di dunia termasuk di Indonesia. BDO International sendiri merupakan the big five kantor akuntan publik di dunia setelah Price Waterhouse Coopers, Accenture, Ernst and Young, dan Delloite. Anggota dari BDO Internasional disebut sebagai BDO member. Kemudian pada tahun 1998, bergabunglah Drs. Wawat Sutanto yang kemudian mengukuhkannya sebagai partner atau rekan dari KAP Tanubrata sehingga pada tahun 2007 nama KAP Tanubrata dan Rekan berubah menjadi KAP Tanubrata, Sutanto dan Rekan. Setelah tiga puluh tahun berdirinya, KAP Tanubrata, Sutanto dan Rekan semakin memiliki reputasi yang baik di Indonesia. KAP Tanubrata, Sutanto dan Rekan sudah mampu mensejajarkan dirinya dengan KAP lainnya. Seiring dengan berkembangnya KAP Tanubrata, Sutanto dan Rekan, maka KAP dipindahkan ke gedung Artamas, kemudian dipindahkan kembali ke Jl. Pangeran Jayakarta, dan terakhir KAP dipindahkan yang kini menjadi kantor pusat yang berada di Jl. Jatinegara Barat, Bukit Duri Permai Estate, No. 54E, Jakarta Timur. Kemudian KAP Tanubrata, Sutanto dan Rekan membangun dua cabang lainnya yang bertempat di Puri Imperium, Kuningan, Jakarta Selatan dan Bandung. Karena sulitnya koordinasi terhadap cabang-cabang KAP Tanubrata, Sutanto dan Rekan, pada 15 April 2009, KAP Tanubrata, Sutanto dan Rekan seluruhnya dipindahkan ke Prudential Tower lt. 17, Sudirman, Jakarta Selatan.
2.1.1. Visi dan Misi KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi dan Rekan KAP Tanubrata, Sutanto, dan Rekan memilki visi dan misi yaitu To be Spontaneous Choice yang dituangkan melalui beberapa misi: 1. Memberikan service dan advice yang terbaik. 2. Menjawab pertanyaan klien dengan baik dan cepat. 7 Universitas Indonesia Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
8 3. Selalu ada pada saat klien membutuhkan. 4. Mengetahui client bussiness dan mengetahui kebutuhannya. 5. Selalu up-to-date, mempersiapkan diri untuk masa depan – teknologi dan profesionalisme. 6. Menjadi pemimpin untuk klien kami dan bersama-sama meraih sukses.
2.1.2. Jasa KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi dan Rekan 1. Jasa Assurance a. Auditing of financial statements for closely held businesses. b. Auditing of financial statements for publicly held entities including initial public offerings and other filings with the Stock Exchange. c. Attestation examination. d. Compilation and reviewing of financial statements. e. Performance audit. f. Management audit / Internal audit. g. Consultation services. 2. Jasa Perpajakan a. Reviewing client's tax obligation. b. Helping clients in preparing and submitting their tax administration obligation (monthly and yearly) to the tax office. c. Analyzing the tax implications Representing our clients in the Tax Court when substantive tax issues have not been resolved with Tax Office. d. Representing our clients in the Tax Court when substantive tax issues have not been resolved with Tax Office. e. Assisting clients in matters of international taxation.
3. Jasa Manajemen
a. Management Information Systems b. Manufacturing Operations c. Quality Management d. Business Strategy dan Planning
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
9 e. Set-up a new Company 4. Jasa Coorporate Finance a. Merger and Acquisition. b. Restructuring. c. Private / Initial Public Offerings (IPOs). d. Reviewing Business Plan. e. Valuation. f. Finance Consultation. 5. Jasa Enterprise Risk Consulting 6. Jasa Teknologi Informasi 7. Jasa Manajemen Sumber Daya Manusia a. Executive Search. b. Remuneration System, Assessment System. c. Recruitment Policy and Procedures and Interviewing Techniques. d. Job Descriptions and Functional Grouping. e. Standardize Internal Information Stream. f. Expatriate Policy. g. Human Resources Training and Development. h. Study Policy. i. Establish Human Resources or Personnel Administration Department.
2.1.3
Struktur Organisasi KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi dan Rekan Struktur organisasi harus dirancang sesuai dengan visi dan misi yang ada dalam suatu
perusahaan. Dengan demikian, dalam kegiatan operasinya diharapkan perusahaan tersebut dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan terlihat jelas alur pertanggungjawaban, lalu lintas wewenang dan koordinasi tugas antar komponen yang ada dalam suatu perusahaan. BDO Tanubrata memiliki struktur organisasi yang berbentuk lini. Bentuk lini dalam struktur organisasi ini menggambarkan bahwa setiap pekerja bertanggung jawab kepada masingmasing atasannya dengan kekuasaan tertinggi dipegang oleh Direktur, yang dalam hal ini yang bertindak sebagi direktur adalah partner. Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
10 Dalam struktur organisasinya, Partner membawahi 5 (lima) divisi, yaitu General Office Manager, Audit Partner, Managing Advisory Service (MAS) Partner, Electronic Data Processing (EDP) Partner, dan Tax Partner. 2.2 Gambaran Umum Perusahaan Klien 2.2.1 Sejarah Singkat Berdiri sejak 1927 di Amerika Serikat, TMX adalah pelopor usaha jasa pengendalian rayap di dunia. TMX memperluas cakupan jasanya ke pengendalian tikus dan serangga pada 1969 dan kemudian tumbuh menjadi salah satu perusahaan pengendali hama dan rayap terbesar didunia, dengan lebih dari 4,1 juta pelanggan di 14 negara. Pada tahun 1995, PT AGC sebagai salah satu perusahaan agrochemical terbesar di Indonesia membeli lisensi TMX. Kemudian pada Desember 2002, berdirilah PT APCO sebagai pemegang lisensi TMX (Master License Holder) di Indonesia. Hingga kini, TMX dengan 15 cabang dan 4 sub-cabang telah melayani ribuan pelanggan di 16 kota besar Indonesia yakni Jakarta (3 cabang), Tangerang, Cikarang, Bogor, Bandung, Surabaya, Makassar, Denpasar, Medan, Lampung, Pekanbaru, Semarang, Timika, Malang, Manado, Padang, Yogyakarta yang juga mencakup wilayah Banten, Sukabumi, Cirebon, Tasikmalaya, Garut, Sidoarjo, Pasuruan, Kediri, Madura, Jember, Madiun, Kendari, Palu, Ambon, Gorontalo, Pare-Pare, Palembang, Wonosobo, Purwokerto, Magelang, dan Solo. 2.2.2 Profil Perusahaan Klien
Berawal dari fenomena rawannya produksi tanaman pangan di Indonesia, tanggal 17 April 1969 PT APCO berdiri sebagai perusahaan swasta nasional yang mengabdikan pelayanan di bidang usaha distribusi pestisida. Sampai saat ini, PT APCO telah banyak melakukan pengembangan usaha, peningkatan kualitas produk serta pelayanan bagi pelanggan. Pada awal berdiri, PT APCO hanya bergerak sebagai distributor pestisida terutama produk yang berasal dari PT ICIPI. Selanjutnya, perusahaan ini melakukan pengembangan usaha dengan mendirikan pabrik pestisida di daerah Gunung Putri, Cibinong Bogor. Pendirian pabrik pestisida pada tanggal 17 April 1994 inilah yang kemudian menjadi langkah awal PT APCO untuk tidak lagi bergerak sebagai distributor tetapi sebagai produsen pestisida, ini dibuktikan di saat krisis Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
11 ekonomi melanda Indonesia tahun 1997, PT APCO berhasil membuktikan dirinya tetap eksis dan berkarya menghasilkan produk-produk unggul dan bermutu bagi pertanian dan perkebunan di Indonesia. PT APCO sebagai produsen pestisida, berkonsentrasi pada penyediaan sarana produk pertanian dengan layanan yang berkualitas tinggi, mencakup mata rantai pertanian mulai dari pengolahan, hasil produksi, pendayagunaan hasil, distribusi, serta penyimpanan hasil pertanian. Dengan demikian, PT APCO akan siap untuk menjawab kebutuhan pelanggan pada setiap mata rantai pertanian. Atas tuntutan permintaan terhadap produksi hasil pangan yang bermutu tinggi, membuat PT APCO merasa bertanggung jawab terhadap kualitas sarana pertanian (pestisida) yang digunakan petani. Oleh karenanya, PT APCO juga memberikan edukasi tentang produk pestisida antara lain berupa teknis produk dan aplikasinya bagi para petani Indonesia dengan cara mengadakan Sekolah Lapang A di berbagai tempat di Indonesia, khususnya pulau Jawa-Sumatera-Bali. Hal ini dirasa sangat penting karena petani merupakan ujung tombak mata rantai produksi pangan. Jika petani memiliki kualifikasi yang baik dalam berproduksi maka sejalan dengan program peningkatan ketahanan pangan guna menunjang revitalisasi pertanian. Ini merupakan cara inovatif yang dilakukan PT APCO dalam peningkatan pangan di Indonesia. Sebagai perusahaan yang juga berorientasi pada kepuasan pelanggan, PT APCO memberikan pelayanan optimal dengan menghasilkan produk-produk unggul dan bermutu sesuai dengan kebutuhan pelanggan dari waktu ke waktu. Produk-produk ini dihasilkan dengan menggunakan tekhnologi terbaru dengan didukung oleh para tenaga profesional, dalam memberikan pelayanan optimal kepada para pelanggannya dengan tepat waktu. PT APCO memiliki cabang di kota-kota besar dengan saluran distribusi yang hampir meliputi seluruh daerah di Indonesia. Pola kemitraan bisnis PT APCO yang profesional, dinamis, dan inovatif telah membawa perusahaan ini pada sistem kemitraan dengan pengusaha-pengusaha mancanegara yang berasal dari Amerika, Eropa, dan Asia. Para peneliti tanaman pangan di Indonesia telah menemukan berbagai varietas padi jenis unggul baru yang menyebabkab perluasan penanaman yang diintegrasi dengan program perlindungan tanaman. Oleh karena itu, PT APCO ikut andil dengan menghasilkan produkproduk pestisida yang berteknologi tinggi dan ramah tanaman. Produk yang dihasilkan terdiri dari berbagai macam pestisida seperti insektisida (Spontan 400 SL, Meteor 25 EC, Abuki 50 SL, Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
12 Panzer 290 AS, Mospilan 30 EC, Applaud 400 F, Omite 570 EC), herbisida ( Crash 480 AS, Aladin 865 AS, Win 10 WP, Cyclon 290 AS, Breeze 270/120 AS, Wrapup 480 AS ), fungisida ( Bazoka 80 WP, Belkute WP, Nimrod 250 EC ), rodentisida jenis Ratgone 0.005 RMB. Tidak hanya menghasilkan produk-produk pertanian yang bermutu tinggi, PT APCO juga memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan petani serta masyarakat melalui edukasi dan media informasi yang diharapkan dapat memberikan bekal pengetahuan yang berguna di lapangan pekerjaan.
2.2.3 Kegiatan Magang Pelaksanaan magang berlangsung selama kurang lebih tiga bulan dari tanggal 6 Februari 2012 sampai dengan 30 April 2012. Penulis ditempatkan pada tim ISW dan bertugas untuk mengaudit PT AGC serta salah satu Entitas Anak yaitu PT APCO. Audit PT AGC dan Entitas Anak berlangsung di Bogor. Periode laporan keuangan yang diaudit oleh penulis adalah untuk tahun 2011 full year karena tidak ada audit interim pada PT AGC.
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
BAB 3 LANDASAN TEORI
3.1 Ketentuan Umum Perpajakan 3.1.1 Pengertian PPN Menurut Waluyo (2011), “pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi barang dan jasa di dalam negeri (di dalam Daerah Pabean) oleh orang pribadi atau badan” (p.9). Adapun karakteristik PPN adalah : 1.
PPN merupakan pajak tidak langsung Suatu jenis pajak yang beban pajaknya dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Kedudukan penanggung jawab pemungutan dan penyetoran pajak dengan kedudukan pemikul beban pajak berbeda.
2.
PPN merupakan pajak objektif Kewajiban
pajak
di
bidang
PPN
sangat
ditentukan
oleh
adanya
objek.Karakteristik PPN sebagai pajak objektif menimbulkan dampak regresif.Untuk mengurangi regresivitas PPN, maka dikenakanlah PPnBM. 3.
PPN bersifat multi - stage level PPN dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi dan jalur distribusi barang kena pajak atau jasa kena pajak. Contoh: Pengenaan PPN atas penyerahan benang oleh perusahaan industri benang ke perusahaan tekstil, selanjutnya perusahaan tekstil ke perusahaan garmen, perusahaan garmen ke pedagang besar, pedagang besar ke pedagang eceran, dan akhirnya pedagang eceran ke konsumen akhir.
13
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
14
4.
Penghitungan PPN menggunakan Indirect Substraction Method Nilai Tambah (Value Added), adalah suatu nilai yang merupakan penjumlahan biaya produksi atau distribusi yang meliputi penyusutan, bunga modal, gaji yang dibayarkan, sewa telepon, listrik dan pengeluaran lainnya serta laba yang diharapkan. Nilai tambah sama dengan harga jual dikurangi harga beli. Dalam menghitung pajak terutang atas nilai tambah dikenal dengan tiga metode: a. Addition Method Pada metode ini bahwa PPN dihitung dari tarif dikali dengan seluruh penjumlahan nilai tambah. Pada metode ini disyaratkan bahwa setiap Pengusaha Kena Pajak harus mempunyai pembukuan yang tertib dan rinci atas biaya yang dikeluarkan. b. Substraction Method Pada metode ini, PPN yang terutang dihitung dari tarif dikali selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian. c. Credit Method (Indirect Substraction Method) Pada metode ini, harus dicari selisih antara pajak yang dibayar saat pembelian dengan pajak yang dipungut saat penjualan. Dengan metode ini hasilnya lebih akurat karena dimungkinkan komponen harga beli terdapat komponen yang tidak terutang PPN. Dalam hal metode pengkreditan menggunakan substraction method yang menghasilkan pajak atas nilai tambah secara tidak langsung, disebut indirect substraction method. Demikian pula penyebutan invoice method sebagai akibat dituntut alat bukti berupa Faktur Pajak (tax invoice).
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
15
5.
PPN sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dilakukan atas konsumsi dalam negeri. Oleh karena itu, komoditi impor dikenakan PPN dengan persentase yang sama dengan produk domestik. Sebagai pajak atas konsumsi sebenarnya tujuan akhir PPN adalah mengenakan pajak atas pengeluaran untuk konsumsi, baik yang dilakukan perseorangan maupun oleh badan baik badan swasta maupun badan Pemerintah dalam belanja barang atau jasa yang dibebankan pada anggaran belanja negara. Karena konsumen tidak semata-mata mengkonsumsi barang tetapi juga mengkonsumsi jasa, maka agar beban pajak yang dipikul oleh konsumen dapat dihitung dengan baik, PPN dikenakan pada konsumsi atas barang dan jasa.
3.1.2 Objek PPN dan Non Objek PPN Menurut Pasal 4 UU No.42 Tahun 2009, yang menjadi Objek PPN dan Bukan Objek PPN adalah sebagai berikut : 1. Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas: a. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha. b. Impor Barang Kena Pajak. c. Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha. d. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. e. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. f. Ekspor BKP oleh Pengusaha Kena Pajak.
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
16
g. Kegiatan membangun sendiri. h. Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan. 2. Yang bukan menjadi objek PPN antara lain:
2.1 Barang yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai: a. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran, yang diambil
langsung dari sumbernya. b. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat
banyak. c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,
warung, dan sejenisnya yang meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat atau tidak, tidak termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau catering. d. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.
2.2 Jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai: a. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medis. Pada dasarnya, jasa di bidang kesehatan dibebaskan dari pengenaan PPN, namun pada berbagai kondisi tertentu juga akan terutang PPN. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medis yang dibebaskan dari PPN, diantaranya: 1. Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi. 2. Jasa dokter hewan. 3. Jasa ahli kesehatan seperti akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan fisioterapi.
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
17
4. Jasa kebidanan dan dukun bayi. 5. Jasa paramedis dan perawat. 6. Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan sanatorium b. Jasa di bidang pelayanan sosial. 1. Jasa pelayanan Panti Asuhan dan Panti Jompo. 2. Jasa pemadam kebakaran kecuali yang bersifat komersial. 3. Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan. 4. Jasa Lembaga Rehabilitasi kecuali yang bersifat komersial. 5. Jasa pemakaman termasuk crematorium. 6. Jasa di bidang olah raga kecuali yang bersifat komersial c. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko. Jasa pengiriman surat dengan perangko yang dilakukan oleh PT Pos Indonesia (Persero) merupakan jasa yang tidak dikenakan PPN. Jasa tersebut merupakan pelaksanaan tugas penyelenggaraan pos oleh negara, yang terdiri dari kegiatan menerima, membawa, atau menyampaikan surat yang merupakan kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan. d. Jasa perbankan Kegiatan jasa yang dilakukan oleh perbankan meliputi beberapa kegiatan jasa, seperti: 1.
Jasa Consumer Credit, Credit Card, dan Debit Card Bank, lembaga keuangan non bank, dan perusahaan pembiayaan (finance) diperkenankan melakukan kegiatan usaha kartu kredit dan pembiayaan konsumen. Jasa consumer credit, credit card, dan
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
18
debit card adalah usaha jasa pembiayaan yang dapat digolongkan ke dalam usaha jasa kartu kredit, pembiayaan konsumen, dan sejenisnya, yang termasuk jasa perbankan yang tidak dikenakan PPN. Atas penyerahan BKP/JKP yang harganya dilunasi dengan menggunakan fasilitas consumer credit atau credit card atau debit card tetap terutang PPN dan/atau PPnBM. 2.
Jasa Settlement Jasa settlement meliputi beberapa kegiatan berikut, seperti: a.
Penerimaan dan pengiriman sejumlah sekuritas milik pemodal dari/kepada pihak tertentu.
b.
Melakukan atau menerima pembayaran sejumlah uang milik pemodal dari/kepada pihak tertentu.
c.
Melaksanakan transaksi valuta asing dan pembayaran sehubungan dengan transaksi sekuritas tersebut.
3.
Jasa Corporate Actions Jasa corporate actions meliputi jasa yang diberikan untuk melindungi hak pemodal atas sekuritas yang dimiliki sehubungan dengan tindakan yang diambil oleh emiten, antara lain pembagian dividen, saham bonus, penawaran terbatas, dan lain-lain. Untuk pelaksanaan tugas ini digunakan jasa perbankan lainnya, seperti lalu lintas giro, remittance, foreign exchange, dan lain-lain.
4. Jasa Registrasi Jasa registrasi meliputi kegiatan registrasi saham atas permintaan pemodal untuk melindungi hak kepemilikan pemodal atas sekuritas. Pembayaran biaya registrasi kepada Biro Administrasi
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
19
Efek (BAE) juga dilakukan melalui lalu-lintas giro. Jasa settlement, jasa corporate actions, dan jasa registrasi (jasa perbankan yang tidak diperkenankan dilakukan oleh lembaga lainnya selain bank) tidak dikenakan PPN. e. Jasa di bidang asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi. Jasa di bidang asuransi, baik yang berkaitan dengan pembayaran premi maupun klaim serta penyerahan jasa dalam transaksi leasing dengan hak opsi, tidak dikenakan PPN. f. Jasa di bidang keagamaan. Jasa bidang keagamaan, seperti jasa berkaitan ibadah, pernikahan, ceramah agama, dan berbagai kegiatan jasa yang berkaitan dengan jasa di bidang keagamaan, tidak dikenakan PPN. g. Jasa di bidang pendidikan. Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaran pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional serta jasa penyelenggaraan pendidikan di luar sekolah seperti kursus-kursus, tidak dikenakan PPN. h. Jasa di bidang kesenian dan hiburan. Hiburan yang penyelenggaraannya dengan dipungut biaya bayaran adalah obyek pajak daerah, dan tidak termasuk yang tidak dipungut bayaran, seperti hiburan yang diselenggarakan dalam rangka pernikahan upacara adat, kegiatan keagamaan. Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang sudah dikenakan pajak daerah tidak dikenakan PPN.
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
20
i. Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan. Jasa penyiaran lewat media suara maupun televisi meliputi jasa penyiaran berita dan sejenisnya yang bukan merupakan iklan serta pengadaannya tidak melalui kontrak dengan pihak luar termasuk jasa yang tidak dikenakan PPN. j. Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air. Jasa angkutan umum di darat dan di air yang tidak dikenakan PPN adalah: 1. Angkutan umum di darat Atas penyerahan jasa angkutan umum di darat tidak dikenakan PPN. Penyerahan jasa angkutan umum di darat adalah penyerahan jasa angkutan umum di jalan dengan menggunakan kendaraan angkutan umum. 2. Angkutan umum kereta api Atas penyerahan jasa angkutan umum di darat tidak dikenakan PPN. Penyerahan jasa angkutan umum di darat adalah termasuk penyerahan jasa angkutan kereta api. Tidak termasuk dalam pengertian jasa angkutan umum Kereta Api adalah dalam hal jasa angkutan menggunakan Kereta Api yang disewa atau yang dicarter. 3. Angkutan umum di air Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angin, atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah. Jasa angkutan umum di air dapat terjadi
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
21
pada angkutan umum di laut dan angkutan umum di sungai dan danau. Jasa angkutan umum di laut adalah setiap kegiatan pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kapal, yang dilakukan oleh pengusaha angkutan laut dalam satu perjalanan atau lebih dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain dengan dipungut bayaran. Atas penyerahan jasa angkutan umum di air tidak dikenakan PPN. Penyerahan jasa angkutan umum di air adalah penyerahan jasa angkutan umum di laut, sungai dan danau, serta penyebrangan. k. Jasa di bidang tenaga kerja. Jasa di bidang tenaga kerja dapat dibedakan menjadi : 1. Jasa tenaga kerja Jasa tenaga kerja adalah jasa yang diberikan oleh perseorangan kepada pemakai jasa dalam bentuk tenaga kerja. Perseorangan atau pemberi jasa bertanggung jawab langsung kepada pemakai jasa atas jasa tenaga kerja yang diserahkan. Atas penyerahan jasa tenaga kerja tersebut, pemberi jasa memperoleh imbalan dalam bentuk upah, gaji, honorarium dan sejenisnya, tidak dikenakan PPN. 2. Jasa Penyedia Tenaga Kerja Jasa penyedia tenaga kerja adalah jasa yang diberikan oleh perusahaan apabila pengusaha hanya semata-mata menyerahkan jasa tenaga kerja. Penyediaan tenaga kerja yang dimaksud tidak terkait dengan pemberian jasa lainnya, seperti jasa pengurusan, perusahaan, manajemen, konsultasi, bongkar muat, dan lain-lain. Pengusaha penyedia tenaga kerja hanya memperoleh pembayaran karena
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
22
jasanya menyediakan tenaga kerja, pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil dari kerja tenaga kerja tersebut, dan tenaga kerjalah yang bertanggung jawab langsung kepada pemberi kerja, atas penyerahan jasa penyedia tenaga kerja tidak dikenakan PPN. l. Jasa di bidang perhotelan. Jasa perhotelan yang tidak dikenakan PPN, antara lain: 1. Jasa spa Jasa spa dalam rangka kegiatan hotel tidak dikenakan PPN, sepanjang merupakan pelayanan yang disediakan khusus untuk tamu hotel. 2. Jasa katering Berdasarkan PP No.144 tahun 2000, makanan dan minuman yang disajikan di hotel yang dikonsumsi di tempat atau tidak di tempat tidak dikenakan PPN termasuk yang diserahkan oleh jasa boga atau katering. 3. Jasa persewaan ruangan Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel tidak dikenakan PPN (PP No.144 tahun 2000). 4. Jasa telekomunikasi Penghasilan yang diterima hotel dari penyerahan jasa telekomunikasi (telepon, faksimili, dan internet) kepada tamu hotel yang menginap, sebagai fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan tidak terutang PPN (Surat Dirjen Pajak No.S-187/PJ.53/2004, tanggal 2 April 2004).
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
23
m. Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum adalah semua jenis jasa yang berasal dari semua kegiatan pelayanan yang hanya bisa dilakukan oleh Instansi Pemerintah melalui departemen dan lembaga non departemen dan tidak dapat dilakukan oleh bentuk usaha lainnya, tidak dikenakan PPN, tetapi apabila jasa yang disediakan Instansi Pemerintah tersebut juga dapat dilakukan oleh bentuk usaha lain, maka jasa tersebut dikenakan PPN, sepanjang tidak termasuk jasa yang tidak dikenakan atau dibebankan dari pengenaan PPN sesuai ketentuan yang berlaku. n.
Jasa penyediaan tempat parkir Pengertian jasa penyediaan tempat parkir yaitu jasa penyediaan tempat parkir yang dilakukan oleh pemilik tempat parker dan/atau pengusaha kepada pengguna tempat parkir dengan dipungut bayaran.
o.
Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam.
p.
Jasa pengiriman uang dengan wesel pos.
q.
Jasa boga atau catering.
r.
Jasa pelabuhan kapal pelayaran internasional Jasa pelabuhan kapal pelayaran internasional yang tidak dikenakan PPN: 1. Jasa pelayaran kapal. Seperti: jasa labuh, jasa tambat, jasa pandu, jasa tunda, dan jasa telepon kapal. 2. Jasa pelayanan barang yang terdiri dari jasa penumpukan dan jasa dermaga.
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
24
3. Jasa pelayanan alat-alat yang terdiri dari jasa kran darat, jasa kran apung, jasa forklift, jasa head truck, jasa chasis, jasa tongkang, jasa BKMP (Kapal Motor penggandeng tipe B), jasa towing tractor, jasa timbangan, dan jasa pemadam kebakaran. 4. Jasa
pelayanan
terminal,
yang
terdiri
dari:
steverdoring,
cargodoring, receiving, deliver, dan overbrengen. 5. Jasa pelayanan peti kemas, yang terdiri dari jasa bongkar muat, jasa gerakan container, jasa penumpukan, dan jasa mekanis. 6. Jasa pelayanan rupa-rupa, seperti: pas pelabuhan, retribusi kendaraan, dan telepon extension. s.
Jasa perdagangan Jasa perdagangan yang tidak dikenakan PPN adalah kegiatan jasa dalam berbagai kegiatan ini, diantaranya: 1.
Pengusaha jasa perdagangan dan pembeli barang berada di dalam Daerah Pabean, sedangkan penjual barang selaku penerima jasa perdagangan berada di luar Daerah Pabean, sepanjang penjual barang tersebut tidak mempunyai BUT di Indonesia dan pembayaran jasa tersebut dilakukan secara langsung oleh penjual barang tersebut kepada pengusaha jasa perdagangan. Pengusaha jasa perdagangan dan penjual barang berada di dalam Daerah Pabean, sedangkan pembeli barang, selaku penerima jasa perdagangan berada di luar daerah Pabean, sepanjang pembeli barang tersebut tidak mempunyai BUT di Indonesia dan pembayaran jasa tersebut dilakukan secara langsung oleh pembeli barang tersebut kepada pengusaha jasa perdagangan.
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
25
2.
Pengusaha jasa perdagangan dan penjual barang, selaku penerima jasa perdagangan berada di luar Derah Pabean, sedangkan pembeli barang berada di dalam Daerah Pabean.
3.
Pengusaha jasa perdagangan dan pembeli, selaku penerima jasa perdagangan berada di luar Daerah Pabean, sedangkan penjual barang berada di dalam Daerah Pabean.
3.1.3 Dasar Pengenaan Pajak Untuk menghitung
besarnya pajak yang terutang, diperlukan adanya
Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan Dasar Pengenaan Pajak. Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual atau Penggantian atau Nilai Impor atau Nilai Ekspor atau Nilai Lain yang ditetapkan dengan Undangundang Pasal 1 No. 42 Tahun 2009 yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang dimana : a.
Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut undang-undang PPN dan PPnBM dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
b.
Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak Berwujud karena pemanfaatan
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
26
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. c.
Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut menurut UndangUndang.
d.
Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.
e.
Nilai Lain sebagai DPP adalah nilai yang diterapkan oleh Keputusan Menteri Keuangan, yang digunakan sebagai dasar penghitungan pajak yang terutang, seperti pemakaian sendiri Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, pemberian cuma-cuma Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, penyerahan media rekaman suara atau gambar, penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film, jasa pengiriman paket dll.
Penjelasan mengenai Dasar Pengenaan Pajak dijelaskan lebih rinci dalam bagan pada Gambar 3.1. 3.1.4
Saat Terutangnya PPN
Menurut pasal 11 UU No. 42 Tahun 2009, saat terutangnya PPN pada saat: a. Penyerahan Barang Kena Pajak Terutangnya PPN atas penyerahan BKP dapat terjadi seperti berikut ini: 1. Pada saat dilakukan penyerahan Barang Kena Pajak PPN terutang pada saat barang diserahkan oleh penjual kepada pembeli, meskipun pembayaran atas penyerahan barang tersebut belum diterima atau
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
27
belum sepenuhnya diterima, sehingga saat pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah menganut prinsip akrual.
Gambar 3.1 Bagan Dasar Pengenaan Pajak Sumber : Hasil Olahan Penulis 2. Pada saat pembayaran sebelum penyerahan Barang Kena Pajak PPN juga dapat terutang pada saat pembayaran, apabila dalam hal pembayaran diterima sebelum terjadi penyerahan Barang Kena Pajak atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak, atau apabila pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean, saat terutangnya pajak adalah pada saat pembayaran.
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
28
3. Pada saat lain Terutangnya PPN juga dapat terjadi dengan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak apabila saat terutangnya pajak sulit ditetapkan atau terjadi perubahan ketentuan yang dapat menimbulkan ketidakadilan. Saat terutangnya PPN atas BKP yang ditentukan pada saat lain, dalam art sebelum penyerahan barang maupun pembayaran, antara lain terjadi pada BKP, seperti penebusan pita cukai (rokok, hasil rekaman suara dan gambar), kegiatan fisik (kegiatan membangun sendiri), pemakaian BKP (pemakaian sendiri BKP). b.
Impor Barang Kena Pajak Terutangnya Impor BKP adalah saat impor BKP dilakukan, yaitu saat Pemberitahuan
Impor
Barang
(PIB)
ditandatangani,
sehingga
saat
pemungutan PPN dan PPnBM dilakukan oleh Direktorat Bea dan Cukai sesuai saat PIB ditandatangani. c.
Penyerahan Jasa Kena Pajak Terutangnya PPN atas JKP adalah pada saat penyerahan JKP dilakukan, meskipun pembayaran atas penyerahan tersebut belum diterima atau belum sepenuhnya diterima, sehingga saat pemungutan PPN dan PPnBM menganut prinsip akrual.
d.
Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean Terutang PPN atas BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean adalah pada saat BKP tidak berwujud tersebut dimanfaatkan oleh PKP, yaitu pada saat terjadinya penyerahan tidak berwujud tersebut.
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
29
e.
Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean Terutangnya PPN atas JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean adalah pada saat pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean, yaitu pada saat terjadinya penyerahan JKP dari luar Daerah Pabean.
f.
Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak. Terutangnya PPN pada ekspor adalah pada saat ekspor dilakukan, yaitu pada saat dokumen PEB ditandatangani.
Penjelasan mengenai Saat Terutangnya PPN dijelaskan lebih rinci dalam bagan pada Gambar 3.2 di bawah ini :
Gambar 3.2 Bagan Saat Terutangnya PPN Sumber : Hasil Olahan Penulis
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
30
3.1.5 Tarif PPN Menurut pasal 7 UU No. 42 Tahun 2009, “Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen)”. Sedangkan “Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan ekspor Jasa Kena Pajak.” Serta “Tarif PPN dapat diubah menjadi paling rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi 15% (lima belas persen) yang perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah”. 3.1.6
Fasilitas PPN Untuk lebih menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dan
meningkatkan program pembangunan di bidang kesejahteraan rakyat dan pertahanan-keamanan, atas impor dan penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak tertentu, Pajak Pertambahan Nilai yang terutang ditanggung. 3.1.7
Pengkreditan Pajak Masukan Menurut Undang-Undang PPN No. 42 Tahun 2009 Pasal 1, “Pajak
Masukan adalah PPN seharusnya sudah dibayar oleh PKP berkaitan dengan perolehan Barang Kena Pajak, penerimaan Jasa Kena Pajak, pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan impor Barang Kena Pajak”. Pajak Masukan yang seharusnya sudah dibayar ketika memperoleh Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak tersebut diperlakukan sebagai kredit pajak terhadap Pajak Keluaran. Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran untuk masa yang sama. Berbagai permasalahan dalam pengkreditan Pajak Masukan, antara lain : a.
Belum terdapat Pajak Keluaran
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
31
Menurut UU No.42 tahun 2009 pasal 9 ayat (2a) menerangkan bahwa “Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum berproduksi sehingga belum melakukan penyerahan yang terutang pajak, Pajak Masukan atas perolehan dan/atau impor barang modal dapat dikreditkan”. Berdasarkan undang-undang tersebut, dapat disimpulkan bahwa PKP yang belum melakukan penjualan ataupun penyerahan BKP/JKP dalam hal ini bisa dikatakan bahwa PKP tersebut merupakan perusahaan yang baru berdiri, maka Pajak Masukan yang telah dibayar pada saat perolehan BKP/JKP tetap dapat dikreditkan. b.
Pengkreditan pada masa yang tidak sama Apabila Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan pada masa yang sama,
maka Pajak Masukan tersebut dapat dikreditkan sampai dengan tiga bulan dari masa yang seharusnya sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan. c.
Penyerahan BKP yang terutang dan tidak terutang pajak Perlakuan
Pajak
Masukan
oleh
PKP
yang
melakukan
penjualan/penyerahan BKP yang terutang PPN atau tidak terutang PPN dapat dibedakan menjadi : 1. Diketahui secara pasti Pengusaha Kena Pajak yang dalam suatu Masa Pajak melakukan penyerahan yang terutang pajak dan penyerahan yang tidak terutang pajak, maka Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah berkenaan dengan penyerahan BKP atau JKP yang terutang pajak dapat diketahui dengan pasti dari pembukuan Pengusaha Kena Pajak. 2. Tidak dapat diketahui secara pasti Pengusaha Kena Pajak yang menggunakan Barang Modal untuk kegiatan usaha yang menghasilkan BKP dan/atau JKP yang atas penyerahannya
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
32
terutang PPN dan kegiatan lain yang tidak terutang PPN dan/atau dibebaskan dari pengenaan PPN dapat mengkreditkan Pajak Masukan atas perolehan barang modal tersebut, yang besarnya sebanding dengan persentase penggunaan barang modal yang digunakan untuk kegiatan usaha yang menghasilkan BKP dan/atau JKP, yang atas penyerahannya terutang PPN. Pajak Masukan yang telah dikreditkan dari PKP yang melakukan penyerahan BKP yang terutang PPN dan tidak terutang PPN dapat berasal dari Pajak Masukan penggunaan barang modal dan Pajak Masukan penyerahan BKP. 3.1.8 Pajak Masukan yang Tidak Dapat Dikreditkan Pengkreditan Pajak Masukan sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (8) UU No.42 Tahun 2009, tidak dapat diberlakukan bagi pengeluaran untuk: a. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak; b. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha; c. perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan; d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak; e. dihapus; f. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat (9) atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
33
g. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6); h. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak; i. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan; dan j. perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha Kena Pajak berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2a). 3.2
Dokumen yang terkait dengan PPN
3.2.1 Faktur Pajak Menurut Waluyo (2011), “faktur pajak adalah faktur yang dapat digunakan sebagai bukti pemungutan pajak sebagai sarana untuk mengkreditkan pajak masukan” (p.84). Apabila terjadi banyak transaksi kepada satu pembeli atau penerima JKP atau BKP yang sama, maka dapat digunakan faktur pajak gabungan. Menurut PER-65/PJ/2010, pengertian dari faktur pajak gabungan adalah faktur pajak yang meliputi semua penyerahan BKP atau penyerahan JKP yang terjadi selama satu bulan kalender kepada pembeli yang sama atau penerima JKP yang sama. Menurut Pasal 13 ayat 5 UU PPN dan PPnBM, faktur pajak harus memuat keterangan-keterangan tentang penyerahan BKP atau penyerahan JKP. Nama, alamat, NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP. Nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP.
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
34
Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang dipungut. Kode, Nomor Seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak. Nama, jabatan, dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak. Bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak, yang dapat dilihat pada Gambar 3.3, dapat disesuaikan dengan kepentingan PKP. Keterangan lain dapat ditambahkan apabila dibutuhkan. Menurut PER.No.13/PJ/2010, faktur pajak harus dibuat paling lambat: Saat terjadinya penyerahan BKP dan/atau JKP. Pada saat penerimaan pembayaran dalam hal pembayaran terjadi sebelum penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP. Pada saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan. Pada saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada Bendaharawan Pemerintah sebagai Pemungut PPN. Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan tersendiri. 3.2.2 Surat Setoran Pajak Menurut PER 01/PJ./2006 Pasal 1 ayat (2) “Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas negara melalui Kantor Penerima
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
35
Pembayaran”. Dalam melakukan pembayaran PPN, WP mencantumkan jumlah yang akan di bayar dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). SSP ini, seperti terlihat pada Gambar 3.4 harus memuat antara lain : 1. Identitas WP antara lain : NPWP, Nama WP dan alamat WP; 2. MAP / Kode Jenis Pajak, Kode Setoran dan Uraian Pembayaran; 3. Masa dan Tahun Pajak; 4. Jumlah pembayaran baik dalam angka maupun terbilang; 5. Tempat dan waktu pembayaran; 6. Tandatangan penyetor dan cap perusahaan.
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
36
Gambar 3.3 Faktur Pajak Sumber: ortax.org
Menurut UU PPN No.42 Tahun 2009 Pasal 15A ayat (1), “Penyetoran PPN dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan”. Keterlambatan atas penyetoran PPN akan dikenakan denda sebesar 2% (dua persen) dari nilai yang terutang. 3.2.3 Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa) PPN
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
37
Menurut Waluyo (2011), “Surat Pemberitahuan Masa PPN dan PPnBM merupakan laporan bulanan yang harus disampaikan oleh Pengusaha Kena Pajak meskipun Nihil, mengenai penghitungan Pajak Masukan yang berasal dari pembelian Barang Kena Pajak atau penerimaan Jasa Kena Pajak;Pajak Keluaran yang berasal dari penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak; dan penyetoran pajak atau kompensasi” (p.31). Menurut UU PPN No. 42 Tahun 2009 Pasal 15A ayat (2), “Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak”. Bentuk dan isi Surat Pemberitahuan Masa serta keterangan dan dokumen yang harus dilampirkan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. Apabila Surat Pemberitahuan Masa tidak atau tidak sepenuhnya dilampiri dengan keterangan dan dokumen yang telah ditetapkan, maka Surat Pemberitahuan Masa tersebut dianggap tidak disampaikan. Dalam hal pelaporan masa PPN untuk tahun 2011 sebagai bagian dari pelaksanaan UU PPN dan PPnBM yang baru perlu mengakomodasi ketentuan baru tersebut, sehingga harus ada penyesuaian formulir SPT Masa sesuai UU PPN yang baru. Formulir SPT Masa PPN atau formulir 1107 yang digunakan sejak Januari 2007 dianggap tidak layak lagi. Dengan terbitnya PER 44/Pj/2010 Tanggal 6 Oktober 2010 bahwa mulai Masa Pajak Januari 2011 Pengusaha Kena Pajak (PKP) menggunakan formulir SPT Masa PPN 1111 (Lihat Lampiran 3 s/d 9). Dengan peraturan tersebut, Formulir 1107 dan 1108 tidak dipergunakan lagi dan digunakan formulir baru yang berlaku mulai 1 Januari 2011. Jenis formulir pelaporan yang digunakan SPT Masa PPN yaitu: 1. Formulir 1111 yaitu formulir yang digunakan oleh PKP yang menggunakan mekanisme Pajak Masukan dan Pajak Keluaran secara umum.
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
38
2. Formulir 1111 DM yaitu formuir yang digunakan oleh Pengusaha Kena
Pajak
yang
menggunakan
Pedoman
Penghitungan
Pengkreditan (deemed) Pajak Masukan. 3. Formulir 1107 PUT seperti pada formulir yang lama dan tidak ada perubahan. Penyesuaian bentuk Lampiran SPT tetap mencantumkan identitas Pemungut PPN dan memperhatikan unsur-unsur kolom yang ada dalam Lampiran SPT SPT PPN juga dapat berbentuk media elektronik. Dalam hal ini, Pemungut PPN harus menggunakan e-SPT yang telah disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan induk SPT tetap disampaikan dalam bentuk hard copy. SPT PPN dapat disampaikan oleh PKP dengan cara : 1.
Manual Penyampaian SPT dengan cara manual adalah penyampaian SPT yang induk
SPT-nya disampaikan dalam bentuk formulir kertas (hard copy), sedangkan Lampiran SPT disampaikan dalam bentuk hard copy atau dalam bentuk media elektronik. Dihimbau bagi PKP yang melakukan transaksi per bulan tidak lebih dari 30 faktur pajak. Penyampaian SPT PPN secara manual dapat dilaksanakan melalui:
Langsung ke KPP tempat PKP dikukuhkan.
KP2KP setempat.
Melalui kantor pos secara tercatat.
Melalui perusahaan jasa ekspedisi.
Melalui perusahaan jasa kurir, ke KPP tempat PKP dikukuhkan atau KP2KP-nya.
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
39
2. Elektronik Penyampaian SPT PPN secara elektronik, yaitu melalui e-Filling, melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP). Dalam hal SPT disampaikan dalam bentuk data elektronik, Pemungut PPN harus menggunakan e-SPT yang telah disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan induk SPT tetap disampaikan dalam bentuk hard copy. SPT PPN merupakan SPT masa, yang setiap masanya harus dilaporkan paling lambat akhir bulan berikutnya. Misalnya SPT PPN masa April 2012 paling lambat dilaporkan tanggal 31 Mei 2012.
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
40
Gambar 3.4 Surat Setoran Pajak
Sumber: ortax.org
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
41
3.3 Jurnal atas transaksi terkait PPN pada PT APCO Pada umumnya, pembayaran yang diterima oleh Perusahaan adalah satu bulan setelah penagihan sehingga pencatatan yang dilakukan oleh Perusahaan pada saat penyerahan JKP adalah : Unbilled
XXX
Service Revenue
XXX
Jurnal pada saat penerbitan invoice: Account Receivable
XXX
Unbilled
XXX
VAT - Out
XXX
Jika penerimaan pembayaran dari Bukan Pemungut Pajak: Bank/Cash
XXX
Account Receivable
XXX
Pencatatan pada saat pelunasan piutang adalah sebagai berikut, jika transaksi penjualan dilakukan ke Pemungut Pajak : Bank/Cash
XXX
VAT-Out
XXX
Account Receivable
XXX
Perbedaan jurnal pelunasan piutang untuk transaksi ke Pemungut dan Bukan Pemungut di atas adalah jurnal pelunasan piutang dari Pemungut terdapat pendebetan akun Hutang PPN Keluaran. Hal ini dikarenakan PPN Keluaran telah dipungut dan disetor oleh klien ke Kas Negara sehingga tidak akan mempengaruhi perhitungan PPN kurang/lebih bayar Perusahaan. Sesuai dengan Pasal 2 KMK No.549 Tahun 2000 yang menyatakan bahwa PPN Keluaran dilaporkan
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
42
Perusahaan rekanan apabila Perusahaan rekanan telah menerima pembayaran dari Pemungut. Pembelian dilakukan dengan waktu pembayaran adalah paling lambat akhir bulan transaksi, sehingga pencatatan yang dilakukan oleh Perusahaan pada saat pembelian BKP atau JKP adalah: Inventory
XXX
VAT-In
XXX Account Payable
XXX
Sedangkan pencatatan yang dilakukan pada saat pembayaran adalah: Account Payable Cash/Bank
XXX XXX
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1
Pencatatan PPN Dalam kegiatan bisnisnya, Perusahaan melakukan transaksi baik penyerahan JKP
dan pembelian BKP atau perolehan JKP. Pencatatan PPN yang dilakukan Perusahaan secara umum adalah sebagai berikut: 1. PPN Keluaran (VAT-Out) PPN Keluaran diperoleh Perusahaan atas transaksi penyerahan JKP kepada kliennya. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, klien perusahaan sebagian besar adalah pemungut PPN. Besarnya nilai PPN Keluaran ditentukan dari nilai penyerahan JKP kepada kliennya. Berikut contoh transaksi yang dilakukan oleh Perusahaan, misalnya nilai kontrak Rp 12.000.000 per tahun (Rp 1.000.000 per bulan) dengan jadwal perjanjian pengerjaan per bulan sebanyak 4 kali. Berarti nilai 1 kali pengerjaan Rp 250.000. Setiap selesai satu kali pengerjaan, diterbitkan service ticket oleh teknisi yang melakukan pengerjaan di lapangan. Service ticket tersebut diserahkan ke bagian accounting untuk dijurnal sebagai dasar pengakuan pendapatan. Jurnal saat selesai dilakukan 1 kali pengerjaan : Unbilled
250.000
Service Revenue
250.000
(untuk mencatat pendapatan aktual satu kali pengerjaan) Pada saat akhir satu masa pengerjaan (30 hari), maka diterbitkan invoice dan faktur pajak sebagai dasar penagihan kepada pelanggan bahwa satu term pengerjaan telah diselesaikan. Jurnal saat terbit invoice : Account Receivable
1.100.000
43
Universitas Indonesia
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
44
Unbilled
1.000.000
VAT-Out
100.000
(untuk mencatat tagihan satu term pengerjaan (4 x Rp 250.000)) Perusahaan melakukan kerjasama dengan klien yang merupakan “Bukan Pemungut Pajak”. Dari transaksi tersebut dapat diperoleh informasi sebagai berikut: Nilai Kontrak = DPP = Rp 1.000.000 PPN = 10% X Rp 1.000.000,- = Rp 100.000 Lalu dilakukan penagihan kepada pelanggan, jika pelanggan sudah melakukan pembayaran, maka akan dicatat sebagai berikut: Bank/Cash
1.100.000
Account Receivable 2.
1.100.000
PPN Masukan (VAT-In) PPN Masukan diperoleh Perusahaan atas transaksi pembelian BKP atau
perolehan JKP kepada vendor. Besarnya nilai PPN Masukan adalah 10% dari DPP yang dikenakan oleh vendor, sehingga nilai yang dibayarkan oleh Perusahaan adalah DPP ditambah dengan PPN Masukan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Perusahaan menjurnal PPN Masukan pada posisi debet atas transaksi pembelian yang telah dilakukan. Berikut contoh transaksi pembelian barang seharga Rp 10.000 dan nilai PPNnya 10% dari harga barang tersebut: Perusahaan pada saat pembelian BKP atau JKP adalah: Inventory
10.000
VAT – In
1.000
Account Payable
11.000
Universitas Indonesia Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
45
Sedangkan pencatatan yang dilakukan pada saat pembayaran adalah: Account Payable
11.000
Bank/Cash 3.
11.000
Jurnal Penyesuaian PPN pada akhir masa pajak Berdasarkan penelusuran ke buku besar Perusahaan, diketahui bahwa dalam
setiap Masa Pajak pada umumnya, SPT PPN Perusahaan dinyatakan berstatus Kurang Bayar, sehingga PPN Masukan langsung di net-off dengan PPN Keluarannya. Jurnal penyesuaian PPN pada akhir masa pajak : VAT – Out
1.000
VAT – In
1.000
Dan jurnal pada saat Perusahaan melakukan pembayaran PPN adalah : VAT – Out
99.000
Bank/Cash
99.000
Berikut adalah contoh perhitungan PPN Keluaran dan PPN Masukan untuk Masa Desember 2011: Jumlah PPN Keluaran yang dapat diperhitungkan
: Rp 555.428.811
PPN disetor di muka dalam masa pajak yang sama
: (Rp
PPN Masukan yang dapat diperhitungkan
: (Rp 79.112.317)
Jumlah PPN yang harus dibayar pada bulan Des 2011
: Rp 476.043.767
4.2
272.727)
Penerbitan Faktur Pajak Keluaran Faktur Pajak Keluaran diterbitkan oleh Perusahaan atas transaksi penjualan
JKP baik kepada Bukan Pemungut maupun kepada Pemungut PPN. Dalam hal ini, penerbitan Faktur Pajak Keluaran telah sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No.13 Tahun 2010 (Lihat Lampiran 1) yaitu:
Universitas Indonesia Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
46
1. PTAPCO membuat Faktur Pajak Keluaran sebanyak dua rangkap, dimana lembar ke-1 diserahkan kepada penerima JKP dan lembar ke-2 dijadikan arsip PTAPCO sebagai Faktur Pajak Keluaran. 2. Faktur Pajak Keluaran yang dibuat oleh PT APCO mencantumkan hal-hal sebagai berikut : a. Nama, alamat, dan NPWP PT APCO; b. Nama, alamat, dan NPWP penerima JKP; c. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga; d. Nilai PPN yang dipungut; e. Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; f. Nama dan tanda tangan Direktur PT APCO 3. PT APCO membuat Faktur Pajak Keluaran pada saat : a. Penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan BKP dan/atau sebelum penyerahan JKP; b. Penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau c. Menyampaikan tagihan kepada klien yang merupakan Pemungut PPN. Kecuali dalam hal penyerahan Jasa Kena Pajak, Perusahaan tidak memenuhi Peraturan Direktur Jenderal Pajak No.13 Tahun 2010 dan UU PPN Pasal 11 ayat (1c), “Terutangnya pajak terjadi pada saat penyerahan Jasa Kena Pajak”, serta UU PPN Pasal 13 ayat (1b), “Pengusaha Kena Pajak wajib membuat faktur pajak untuk setiap penyerahan Jasa Kena Pajak”.
4.3
Mekanisme Perhitungan PPN Keluaran Sebagaimana yang telah dibahas dalam bab tiga, nilai PPN Keluaran
merupakan bagian dari nilai kontrak, maka hal yang pertama dilakukan adalah
Universitas Indonesia Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
47
mengetahui nilai kontrak dan termin penyelesaiannya untuk dapat diketahui saat terhutangnya PPN Keluaran dalam satu Masa Pajak. Berikut ini akan dijabarkan besarnya nilai penjualan jasa selama tahun 2011 : Tabel 4.1 Daftar Omset Perusahaan No. Akun 4101.01.01 4101.01.02 4101.01.03 4101.01 4101.02.01 4101.02.02 4101.02 4101.03.01 4101.03 4101
Nama Akun Penjualan Jasa PC – Onetime Penjualan Jasa PC – Initial Penjualan Jasa PC – Reguler Jasa Pest Control (Jasa PC) Penjualan Jasa CBS Penjualan Jasa TBS Jasa Termite Control Penjualan Jasa Fumigasi Jasa Fumigasi Penjualan Jasa Pengendalian Hama Sumber : Data Buku Besar Perusahaan
Jumlah 1.704.254.181 3.531.669.032 37.494.534.568 42.730.457.781 9.478.461.692 5.424.859.048 14.903.320.740 3.679.481.029 3.679.481.029 61.313.259.550
Tabel diatas merupakan penjelasan atas total penjualan jasa PT APCO selama tahun 2011 yang dijadikan sebagai Dasar Pengenaan Pajak untuk perhitungan Pajak keluaran yang harus dibayarkan oleh Perusahaan selama tahun 2011. Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan adalah pengakuan penjualan berdasarkan SPT dengan penjualan berdasarkan buku besar perusahaan pada tahun 2011 memiliki selisih yang sangat signifikan. Penjualan (jumlah seluruh penyerahan) berdasarkan SPT pada tahun 2011 sebesar Rp 61.092.336.891 dan penjualan perusahaan yang tercatat di dalam buku besar adalah sebesar Rp 61.313.259.550 (Lihat Tabel 4.1), sehingga selisih antara angka penjualan berdasarkan SPT dan buku besar Perusahaan adalah Rp 220.922.659. Selisih tersebut muncul karena terdapat beberapa penjualan yang belum diterbitkan faktur pajaknya sedangkan penyerahan tersebut sudah diakui sebagai penjualan dalam buku besar.
Universitas Indonesia Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
48
Berdasarkan perhitungan PPN (Lihat Tabel 4.2), Perusahaan melakukan penyerahan JKP yang dipungut sendiri selama tahun 2011 sebesar Rp 58.006.855.922 dan Pajak Keluaran yang muncul dari transaksi tersebut sebesar Rp 5.800.684.908. Hal ini telah sesuai dengan Pasal 7 ayat 1 UU No.42 tahun 2009 yang berbunyi, “ Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen)”. Dari data diatas, dapat diuraikan bagaimana mekanisme perhitungan PPN Keluaran yang dilakukan oleh Perusahaan, yaitu ; a. Jika transaksi dilakukan bukan dengan Pemungut : PPN = 10% x Nilai DPP (Nilai Kontrak) b. Jika transaksi dilakukan ke Pemungut Pajak: PPN + 10% x Nilai DPP (Nilai Kontrak/1,1) Perhitungan ini digunakan apabila jumlah yang tertera pada kontrak sudah termasuk PPN. Adapun nilai PPN Keluaran dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut :
Universitas Indonesia Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
49
Tabel 4.2. Rekap PPN Keluaran Tahun 2011
Masa Pajak
Penyerahan yang PPNnya harus dipungut sendiri
Jumlah seluruh Penyerahan
Jumlah PPN Keluaran (terutang)
PPN keluaran yang dapat diperhitungkan
Januari Pembetulan 1
3.943.386.886
4.164.277.736
416.427.752
394.338.667
Februari Pembetulan 1
4.645.415.398
4.925.120.839
492.511.997
464.541.453
Maret Pembetulan 1
5.063.804.158
5.310.403.759
531.040.317
506.380.358
April Pembetulan 1
4.832.717.467
5.045.195.717
504.519.495
483.271.670
Mei Pembetulan 1
4.882.313.819
5.149.330.920
514.933.003
488.231.294
Juni Pembetulan 1 Pembetulan 2
4.542.477.084 4.542.477.084
4.846.115.503 4.846.115.503
484.611.501 484.611.501
454.247.660 454.247.660
Juli Pembetulan 1 Pembetulan 2
4.731.201.652 4.729.056.182
4.951.847.843 4.949.702.373
495.184.730 494.970.183
473.120.111 472.905.564
Agustus Pembetulan 1 Pembetulan 2 Pembetulan 3
4.623.391.872 4.622.868.327 4.598.428.327
4.858.537.064 4.858.013.519 4.833.573.519
485.853.644 485.801.289 483.357.289
462.339.126 462.286.771 459.842.771
September Pembetulan 1 Pembetulan 2
4.772.346.403 4.760.126.403
5.064.350.052 5.052.130.052
506.434.924 505.212.924
477.234.562 476.012.562
Oktober Pembetulan 1 Pembetulan 2
5.533.980.172 5.521.760.172
5.759.182.743 5.746.962.743
575.918.245 574.696.245
553.397.989 552.175.989
November Pembetulan 1 Pembetulan 2
4.946.142.476 4.933.081.386
5.213.911.806 5.200.850.716
521.391.150 520.085.040
494.614.219 493.308.109
Desember
5.554.288.640
5.868.673.014
586.867.248
555.428.811
91.779.263.908
96.644.295.421
9.664.428.477
7.812.664.868
Total
Sumber: Data PT APCO yang telah diolah kembali oleh penulis
Universitas Indonesia Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
50
Tabel di atas menjelaskan bahwa jumlah utang PPN Keluaran yang terhutang menurut SPT Masa PPN Desember pada tahun 2011 adalah sebesar Rp 586.867.248. Sedangkan utang PPN Keluaran yang dapat diperhitungkan menurut SPT Masa PPN Tahun 2011 Perusahaan sebesar Rp 555.428.811. Selisih saldo antara angka yang tertera pada jumlah PPN Keluaran yang terhutang dengan PPN Keluaran yang dapat diperhitungkan karena adanya penyerahan atas barang dan jasa yang tidak terhutang PPN sebesar Rp 31.301.812 (Rp 313.018.123 x 10%) dan penyerahan barang dan jasa yang tidak dipungut PPN sebesar Rp 136.625 (Rp 1.366.251 x 10%), sehingga tidak dapat dimasukkan dalam Utang PPN Keluaran yang dapat diperhitungkan. 4.4
Pengkreditan PPN Masukan Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab tiga, Perusahaan wajib
menghitung nilai PPN Keluaran dan PPN Masukan yang ada. Tujuan dari pengkreditan PPN Masukan adalah untuk mengetahui apakah ada PPN terhutang yang harus disetorkan ke Kas Negara dalam hal PPN Keluaran lebih besar dari PPN Masukan, atau apakah ada nilai PPN yang dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya jika PPN Keluaran lebih kecil dari PPN Masukan. PPN Masukan yang dikreditkan umumnya diperoleh atas transaksi pembelian peralatan yang digunakan untuk penyemprotan hama, seragam untuk para pekerja, bahan-bahan persediaan yang digunakan untuk penyemprotan hama dan alat tulis kantor. Dalam hal pengkreditan PPN Masukan sesuai dengan pasal 9 UU No.42 Tahun 2009 yaitu syarat PPN Masukan yang dapat dikreditkan antara lain berdasarkan Faktur Pajak yang memenuhi syarat dan tidak termasuk dalam pengecualian dalam UU tersebut.
Universitas Indonesia Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
51
Tabel 4.3 Pengkreditan PPN Masukan tahun 2011
Masa Pajak
PPN Masukkan yang dapat diperhitungkan
Januari Pembetulan 1
2.021.977 75.606.583
Februari Pembetulan 1
516.819 80.740.997
Maret Pembetulan 1
1.030.582 66.228.856
April Pembetulan 1
1.154.654 62.718.406
Mei Pembetulan 1
658.239 69.783.603
Juni Pembetulan 1 Pembetulan 2
3.668.820 49.787.592 89.335.625
Juli Pembetulan 1 Pembetulan 2
1.688.098 90.015.322 129.517.099
Agustus Pembetulan 1 Pembetulan 2 Pembetulan 3
367.994 55.411.459 55.411.459 55.411.459
September Pembetulan 1 Pembetulan 2
1.315.866 67.630.160 67.630.160
Oktober Pembetulan 1 Pembetulan 2
2.170.558 53.620.843 53.620.843
November Pembetulan 1 Pembetulan 2
1.508.282 74.797.580 74.797.580
Desember
79.112.317
Sumber: Data PT APCO yang telah diolah kembali oleh penulis
Universitas Indonesia Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
52
Tabel diatas menjelaskan bahwa Jumlah PPN Masukan yang dapat diperhitungkan oleh Perusahaan pada tahun 2011 adalah sebesar Rp 79.112.317. Dari Tabel 4.4 di bawah ini dapat diketahui nilai Utang PPN setiap bulan yang seharusnya dibayarkan oleh Perusahaan. 4.5
Analisis Pelaporan SPT PPN SPT Masa PPN PTAPCO hampir setiap bulannya mengalami pembetulan
karena setiap bulan pembayaran PPN dilakukan oleh kantor cabang, dimana staff pajak dalam kantor cabang tidak begitu memahami mekanisme perpajakan yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan. Hal ini menyebabkan pengawasan atas nilai PPN yang terhutang tiap bulan sulit dilakukan oleh kantor pusat. Pada saat akhir bulan tiap cabang mengirimkan laporan keuangannya kepada kantor pusat, barulah diketahui kalau nilai PPN yang dilaporkan mengalami kesalahan dan kantor pusat yang melakukan pembetulan atas SPT yang telah dilaporkan tersebut. Pada umumnya SPT Masa normal yang dilaporkan oleh kantor cabang mengalami Lebih Bayar, namun setelah dilakukan pemeriksaan ulang oleh kantor pusat, SPT Masa tersebut seharusnya Kurang Bayar, sehingga PT APCO harus melakukan pembetulan atas SPT PPN tersebut dan membayar pajak yang seharusnya dibayarkan. 4.6
Penyajian PPN pada Laporan Keuangan Perusahaan Berdasarkan data Perusahaan, diperoleh angka Utang PPN Keluaran per
Desember 2011 sebesar Rp 1.489.268.475 (Lihat Lampiran 2) dan angka PPN Masukan yang dapat dikreditkan menurut Perusahaan sebesar Rp 792.316.618 (Lihat Lampiran 2). Penyajian pada Neraca Perusahaan tidak di nett-off antara nilai PPN Masukan dan Utang PPN Keluaran. Sehingga, apabila di net-off kan, diperoleh angka Utang PPN berdasarkan Laporan Keuangan Perusahaan sebesar Rp 696.951.857. Nilai tersebut tidak sama dengan nilai yang tertera pada SPT Masa pada akhir tahun 2011, nilai yang seharusnya disajikan sebagai Utang PPN Masa Desember 2011
Universitas Indonesia Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
53
berdasarkan SPT Perusahaan adalah Rp 476.043.767 (Lihat Tabel 4.4). Terdapat selisih yang cukup signifikan sebesar Rp 220.908.090 atas Utang pajak PPN yang tersaji di dalam buku besar dengan SPT Perusahaan. Angka Utang PPN yang tersaji di dalam Neraca sebelum audit adalah sebesar Rp 476.043.767, sedangkan angka yang seharusnya disajikan dalam Neraca auditan per 31 Desember 2011 adalah Rp 494.234.065. Utang PPN Keluaran
18.190.298
Bank Mandiri 18.190.298 (Jurnal atas pembayaran PPN yang kurang disetor pada bulan Desember 2011) Kesalahan penyajian angka Utang PPN Keluaran sebesar Rp 1.489.268.475, menimbulkan munculnya beberapa jurnal penyesuaian yang dapat menjelaskan salah saji tersebut. Beberapa jurnal penyesuaian yang dilakukan oleh Perusahaan adalah : 1. Utang PPN Keluaran
39.314.921
PPh 23 dibayar di muka
39.314.921
(Jurnal untuk mengoreksi kesalahan pencatatan PPh 23 dibayar di muka yang seharusnya dicatat sebagai PPN Keluaran) 2. Utang PPN Keluaran 18.190.298 Bank Mandiri 18.190.298 (Jurnal atas pembayaran PPN yang kurang disetor pada bulan Desember 2011) 3. Rugi Penjualan Aktiva Utang PPN Keluaran Piutang Kary.Pusat
13.636.364 1.363.636 15.000.000
(Untuk mengoreksi kesalahan catat penjualan kendaraan Mercedes Benz C240 F 60 – HO)
Universitas Indonesia Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
54
Tabel 4.4 Nilai Utang PPN Perusahaan tahun 2011
Masa Pajak
PPN keluaran yang dapat diperhitungkan
PPN Masukkan yang dapat diperhitungkan
PPN yang dapat diperhitungkan Kurang / Lebih Bayar
Januari Pembetulan 1
394.338.667
2.021.977 75.606.583
(2.021.977) 318.732.084
Februari Pembetulan 1
464.541.453
516.819 80.740.997
(516.819) 383.800.456
Maret Pembetulan 1
506.380.358
1.030.582 66.228.856
(1.030.582) 440.151.502
April Pembetulan 1
483.271.670
1.154.654 62.718.406
(1.154.654) 420.553.264
Mei Pembetulan 1
488.231.294
658.239 69.783.603
(658.239) 418.447.691
Juni Pembetulan 1 Pembetulan 2
454.247.660 454.247.660
3.668.820 49.787.592 89.335.625
(3.668.820) 404.460.068 364.912.035
Juli Pembetulan 1 Pembetulan 2
473.120.111 472.905.564
1.688.098 90.015.322 129.517.099
(1.688.098) 383.104.789 343.388.465
Agustus Pembetulan 1 Pembetulan 2 Pembetulan 3
462.339.126 462.286.771 459.842.771
367.994 55.411.459 55.411.459 55.411.459
(367.994) 406.927.667 406.875.312 404.431.312
September Pembetulan 1 Pembetulan 2
477.234.562 476.012.562
1.315.866 67.630.160 67.630.160
(1.315.866) 409.604.402 408.382.402
Oktober Pembetulan 1 Pembetulan 2
553.397.989 552.175.989
2.170.558 53.620.843 53.620.843
(2.170.558) 499.777.146 498.555.146
November Pembetulan 1 Pembetulan 2
494.614.219 493.308.109
1.508.282 74.797.580 74.797.580
(1.508.282) 419.816.639 418.510.529
Desember
555.428.811
79.112.317
476.316.494
5.800.684.908
904.503.528
4.896.181.380
Total
Sumber: Data PT APCO yang telah diolah kembali oleh penulis
Universitas Indonesia Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
55
4. Rugi Penjualan Aktiva
18.181.818
Utang PPN Keluaran
1.818.182
Piutang lain-lain
20.000.000
(Untuk mengoreksi kesalahan catat penjualan 3 kendaraan Panther Double Cabin) 5. Rugi Penjualan Aktiva
13.636.364
Utang PPN Keluaran
1.363.636
Piutang Kary.Pusat
15.000.000
(Untuk mencatat kesalahan catat penjualan 3 kendaraan Panther Double Cabin) 6. Utang PPN Keluaran
806.880.677
PPN Masukan dibayar di muka
806.880.677
(Jurnal netoff PPN)
7. Utang PPN Keluaran
126.103.059
Pendapatan lain-lain
126.103.059
(Jurnal kelebihan PPN) Sehingga angka Utang PPN Keluaran yang diperoleh berdasarkan jurnal koreksi di atas menurut audit sebesar Rp 494.234.065. Berikut adalah jurnal atas transaksi Utang PPN trademark yang belum dibayarkan Perusahaan 8. Beban pajak PPN Royalti Hutang pajak Royalti
655.631.347 655.631.347
Jurnal-jurnal tersebut telah menjelaskan adanya kesalahan saji atas Utang PPN Perusahaan. Nilai Utang PPN yang seharusnya tersaji dalam Laporan Keuangan : Utang PPN Kurang Bayar auditan
: Rp 494.234.065
Utang PPN Keluaran BKP tidak berwujud di luar Daerah Pabean yang belum dibayar sebesar Rp 655.631.347. Sehingga total keseluruhan Utang PPN Kurang Bayar
Universitas Indonesia Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
56
adalah sebesar Rp 1.149.865.412. (Rp 655.631.347 ditambah dengan Rp 494.234.065). Penyelesaian yang dilakukan PT APCO atas saldo utang PPN Keluaran dan PPN Keluaran BKP Tidak Berwujud di Luar Daerah Pabean adalah dengan dilakukannya pelunasan pada awal tahun 2012.
Universitas Indonesia Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan Dari analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain : 1. Dalam setiap Masa Pajak tidak dilakukan penyesuaian (adjustment) terhadap nilai PPN Keluaran dan PPN Masukan yang dikreditkan maupun PPN Masukan yang dibiayakan karena setiap bulannya Perusahaan mengalami Kurang Bayar. 2. Jumlah penyerahan di SPT tidak sama dengan pendapatan karena terdapat transaksi yang belum dibuatkan faktur pajaknya. 3. Hampir tiap bulan Perusahaan melakukan pembetulan atas SPT Masa PPN karena SPT Masa PPN sebelumnya dibuat oleh kantor cabang, ternyata setelah dilakukan pemeriksaan oleh kantor pusat, seharusnya PPN pada bulan tersebut berada dalam posisi Kurang Bayar bukannya Lebih Bayar sehingga pembetulan tersebut hampir dilakukan tiap bulannya. Akibat lemahnya kontrol ini, Perusahaan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, sesuai dengan UU KUP yang berlaku.. 4. Staf yang dimiliki oleh Perusahaan di kantor cabang tidak begitu memahami tentang peraturan perpajakan dan tidak memiliki pengalaman yang cukup di bidang akuntansi. Sehingga dapat menimbulkan kesalahan-kesalahan yang berasal dari human error.
5.2
Saran Dari kesimpulan diatas, dapat diberikan beberapa saran antara lain : 1. Sebaiknya Perusahaan melakukan adjustment pengkreditan PPN Masukan terhadap PPN Keluaran dalam setiap Masa Pajak agar dapat mengetahui seberapa besar PPN Masukan yang dikreditkan dengan PPN Keluaran yang dilaporkan dalam SPT Masa PPN dan seberapa besar pula PPN Masukan yang sudah melewati batas pengkreditan yang ditambahkan menjadi biaya perolehan pada setiap Masa Pajak.
57 Universitas Indonesia Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
58 2. Sebaiknya Perusahaan harus memenuhi UU PPN yang berlaku, sesuai UU PPN Pasal 11 yang berbunyi “ Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak dalam hal pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean, saat terutangnya pajak adalah pada saat pembayaran”. Seharusnya ketika Perusahaan mengakui pendapatan dalam buku besarnya, Perusahaan juga wajib untuk menerbitkan faktur pajak, sehingga tidak terjadi perbedaan yang material antara SPT dengan G/L 3. Pembetulan SPT PPN yang hampir dilakukan tiap bulan seharusnya dapat dihindari oleh Perusahaan apabila perusahaan meningkatkan kontrol atau pengawasan tiap bulannya pada saat kantor cabang melakukan pelaporan SPT Masa PPN sehingga pembetulan atas SPT PPN dapat diminimalisasi dan Perusahaan juga tidak perlu membayar denda atas kesalahan tersebut. Dalam rangka peningkatan kontrol terhadap penyetoran dan pelaporan SPT Masa PPN tiap bulan, Perusahaan dapat mengurus perizinan kepada DJP untuk melakukan perhitungan PPN atas semua cabang di kantor pusat, sehingga penyetoran dan pelaporan SPT Masa PPN setiap bulan atas seluruh cabang, dipusatkan di kantor pusat. Menurut penulis, hal ini dapat meminimalisir kesalahan pada saat pelaporan SPT PPN, sehingga dapat menghindari adanya SPT Pembetulan PPN yang hamper setiap bulan dilakukan. 4. Sebaiknya Perusahaan memberikan training kepada staffnya di kantor cabang sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam perhitungan dan pelaporan kewajiban perpajakan dan pelaporan akuntansi.
Universitas Indonesia Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
59 DAFTAR REFERENSI Muljono,Djoko , Panduan Brevet Pajak, 2010, Penerbit Andi Yogyakarta Waluyo, 2011, Perpajakan Indonesia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta Undang-Undang Republik Indonesia No.42 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Undang-Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2009 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang Undang-Undang Republik Indonesia No.18 Tahun 2000 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03?2007 Tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran Dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, Dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran Dan Pelaporan Pajak, Serta Tata Cara Pengangsuran Dan Penundaan Pembayaran Pajak Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-13/PJ/2010 Tentang saat Pembuatan, Bentuk, Ukuran, Pengadaan, Tata Cara Penyampaian, Dan Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar
Universitas Indonesia Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
Lembar ke-1 :
Untuk Pembeli BKP/Penerima JKP sebagai bukti Pajak Masukan
FAKTUR PAJAK Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak :
010.000.11.00000001
Pengusaha Kena Pajak Nama
:
PT. APCO
Alamat
:
Jl. Mawar No. 12, Bogor
NPWP
:
01.000.123.4.567
Pembeli Barang Kena Pajak/ Penerima Jasa Kena Pajak Nama
:
PT. ABC
Alamat
:
Jl. Kamboja No.11, Bogor
NPWP
:
01.111.222.3.444
No. Urut
Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termin (Rp)
Nama Barang Kena Pajak/ Jasa Kena Pajak
Jasa penyemprotan insektisida termin 1
2.000.000
2.000.000
Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termin *) Dikurangi Potongan Harga
-
Dikurangi Uang Muka yang telah diterima
2.000.000
Dasar Pengenaan Pajak
200.000
PPN = 10% x Dasar Pengenaan Pajak Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Tarif
DPP
PPn BM
…….. %
Rp. ………………
Rp. ………………
…….. %
Rp. ………………
Rp. ………………
…….. %
Rp. ………………
Rp. ………………
…….. %
Rp. ………………
Rp. ………………
Jumlah
Bogor
, 3 Mei 2011
Rp. ……………… Nama
Anggita Mayfrina
*) Coret yang tidak perlu
Lampiran 1. Faktur Pajak PT. APCO Sumber : ortax.org
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
Lampiran 2. Laporan Posisi Keuangan PT. APCO (Parsial) PT. APCO Laporan Posisi Keuangan (Parsial) 31 Desember 2011 Aset Pajak dibayar di muka PPN Masukan PPh Pasal - 21 PPh Pasal - 23 PPh Pasal - 25 Total Pajak dibayar di muka
792.316.618 14.564.059 673.750.136 2.003.589.096 3.484.219.909
Aktiva Pajak Tangguhan Aktiva Pajak Tangguhan Total Aktiva Pajak Tangguhan
1.632.428.749 1.632.428.749
Kewajiban Utang Pajak PPh Pasal - 21 PPh Pasal - 23 PPh Pasal - 26 PPN Total Utang Pajak
Sumber : Data PT APCO yang telah diolah kembali oleh penulis
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
71.863.507 3.819.181 117.227.776 1.489.268.475 1.682.178.939
Lampiran 3. Formulir Induk SPT PPN 1111 Sumber : ortax.org
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
Lampiran 4. Formulir AB SPT PPN 1111 Sumber : ortax.org
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
Lampiran 5. Formulir A1 SPT PPN 1111 Sumber : ortax.org
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
Lampiran 6. Formulir A2 SPT PPN 1111 Sumber : ortax.org
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
Lampiran 7. Formulir B1 SPT PPN 1111 Sumber : ortax.org
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
Lampiran 8. Formulir B2 SPT PPN 1111
Sumber : ortax.org
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012
Lampiran 9. Formulir B3 SPT PPN 1111
Sumber : ortax.org
Analisa penerapan..., Anggita Mayfrina Dwi Purnamasari, FE UI, 2012