PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN ASIMETRI INFORMASI TERHADAP KESENJANGAN ANGGARAN (Studi pada Dinas-Dinas di Pemerintahan Daerah Kabupaten Tasikmalaya)
Tri Fauzi Andriyanto (113403051) E-mail:
[email protected] Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana (1) partisipasi anggaran, asimetri informasi, dan kesenjangan anggaran pada Dinas-Dinas di Pemerintahan Daerah Kabupaten Tasikmalaya (2) Pengaruh partisipasi anggaran dan asimetri informasi secara parsial terhadap kesenjangan anggaran pada Dinas-Dinas di Pemerintahan Daerah Kabupaten Tasikmalaya; (3) Pengaruh partisipasi anggaran dan asimetri informasi secara simultan terhadap kesenjangan anggaran pada Dinas-Dinas di Pemerintahan Daerah Kabupaten Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan sensus dan metode analisis dalam penelitian ini yaitu analisis koefisien korelasi dan analisis koefisien determinasi dengan bantuan software spss statistics 16.0 untuk mengolah data primer. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) a. partisipasi anggaran pada Dinas-Dinas di Pemerintahan Daerah Kabupaten Tasikmalaya baik; b. asimetri informasi pada Instansi Pemerintahan Daerah Kabupaten Tasikmalaya baik; c. kesenjangan anggaran pada Dinas-Dinas di Pemerintahan Daerah Kabupaten Tasikmalaya baik; (2) asimetri informasi terhadap partisipasi anngaran secara parsial berpengaruh tidak signifikan (3) partisipasi anggaran terhadap kesenjangan anggaran secara parsial berpengaruh tidak signifikan (4) asimetri informasi terhadap kesenjangan anggaran secara parsial berpengaruh signifikan (5) partisipasi anggaran dan asimetri informasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kesenjangan anggaran. Kata kunci : partisipasi anggaran, asimetri informasi, dan kesenjangan anggaran ABSTRACT
This research has done to know how (1) budgetary participation, asymmetry information, and budgetary slack on the government offices in the district Tasikmalaya; (2) Correlation among influence of the budgetary participation and asymmetry information partially to budgetary slack on the district goverment agencies Tasikmalaya; (3) Correlation among influence of the budgetary participation and asymmetry information simultaneously to budgetary slack on the government offices in the district Tasikmalaya. The research method used analysis descriptive method with census approach and analysis method in this research were correlation coefisien analysis and determination coefisien analysis by spss statisstics 16.0 software to process the primary data. The results of the research showed that : (1) a. The budgetary participation on the government offices in the district Tasikmalaya was good; b. The asymmetry information on the government offices in the district Tasikmalaya was good; c. The budgetary slack on the government offices in the district Tasikmalaya was good; Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 1
(2) Asymmetry information of no significant impact on budgetary participation. (3) Budgetary participation to budgetary slack as partially has no significant impact. (4) asymmetri information to budgetary slack as partially has significant impact. (5) The influence of budgetary participation and asymetri information to the budgetary slack by simultaneonsly is significant. Keyword : budgetary participation, asymmetri information, and the budgetary slack..
PENDAHULUAN Pemberlakuan UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah memberikan dampak perubahan pada sistem pemerintahan yang mulanya menganut pola pertanggungjawaban terpusat beralih menjadi pola desentralisasi, dimana daerah diberikan kewenangan luas untuk mengelola dan bertanggungjawab secara nyata atas potensi daerah yang dimiliki. Kewenangan luas tersebut tidak berlaku untuk urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan menjadi urusan pemerintah, meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional serta agama. Dengan adanya sistem otonomi daerah tersebut, mengakibatkan pergeseran orientasi pemerintah dari command and control menjadi berorientasi pada tuntutan dan kebutuhan publik. Salah satu tujuan diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia dimaksudkan sebagai strategi untuk memperkuat perekonomian daerah dalam rangka memperkokoh perekonomian nasional untuk menghadapi era perdagangan bebas. Tujuan otonomi daerah akan terealisasi apabila segenap lapisan melaksanakannya dengan sungguh-sungguh. Langkah awal untuk merealisasikan keberhasilan tersebut dapat dilakukan dengan perwujudan reformasi sektor publik. Dimensi reformasi sektor publik tersebut tidak hanya sekedar perubahan format lembaga akan tetapi mencakup pembaharuan alat-alat yang digunakan untuk mendukung berjalannya lembaga-lembaga publik tersebut secara ekonomis, efisien, efektif, transparan dan akuntabel sehingga cita-cita reformasi yaitu menciptakan good governance benar-benar tercapai. Anggaran tidak hanya penting bagi perusahaan swasta tetapi juga penting dalam pelaksanaan program-program pemerintah. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Dalam organisasi sektor publik, penganggaran merupakan suatu proses politis. Jika pada sektor swasta anggaran merupakan bagian dari perusahaan yang tertutup untuk publik, tetapi sebaliknya pada sektor publik anggaran justru harus diinformasikan kepada masyarakat untuk dikritik, didiskusikan dan diberi masukan. Anggaran sektor publik merupakan instrument akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik (Mardiasmo, 2009:61). Jika pada mulanya, pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) propinsi memerlukan pengesahan Menteri Dalam Negeri dan APBD
kabupaten/kota dengan
pengesahan Gubernur, maka saat ini pertanggungjawaban APBD hanya memerlukan pengesahan dari Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) melalui Peraturan Daerah (Perda). Anggaran dalam pemerintahan Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 2
merupakan dokumen/kontrak politik antara pemerintah dan DPRD untuk masa yang akan datang (Mardiasmo, 2009:68). Melalui sistem ini, bawahan yang bertindak sebagai pelaksana anggaran dilibatkan dalam penyusunan anggaran yang termasuk sub bagian di dalamnya sehingga mencapai kesepakatan antara atasan sebagai pemegang kuasa anggaran serta bawahan sebagai pelaksana anggaran. Diperlukan manajer yang memiliki kemampuan yang cukup dalam memprediksi masa depan, dengan mempertimbangkan berbagai faktor, yakni faktor lingkungan baik eksternal maupun internal organisasi, partisipasi dan cara penyusunan yang baik untuk menghasilkan sebuah anggaran yang efektif. Pada saat terciptanya partisipasi dari pelaksanaan anggaran dan memberi perkiraan yang bias pada pemegang kuasa anggaran inilah muncul kesenjangan anggaran (budgetary slack). Begitu pula dalam otonomi daerah yang terbentuk menciptakan kesenjangan dalam penganggaran daerah dimana kesenjangan terjadi antara divisi-divisi yang ada dalam pemerintahan atau antara bawahan dengan atasan. Berdasarkan pada kondisi tersebut di atas, maka kemudian muncul lah sistem penganggaran yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja manajer atau bawahan yaitu penganggaran partisipasi (budgetary participation). Anggaran partisipatif adalah sebuah proses yang menggambarkan dimana individu-individu terlibat dalam penyusunan anggaran dan mempunyai pengaruh terhadap target anggaran, dan perlunya penghargaan atas pencapaian tersebut (Brownell, 1982 dalam Falikhatum, 2007:2). Semakin tinggi keterlibatan individu dalam hal ini manajer tingkat bawah maka semakin tinggi pula rasa tanggungjawab mereka untuk melaksanakan keputusan yang dihasilkan bersama tersebut. Salah satu alasan diterapkannya anggaran partisipatif yaitu karena adanya informasi asimetri (asymmetry information) yaitu perbedaan informasi yang dimiliki bawahan dengan atasan. Hal ini disebabkan karena ada beberapa alasan di antaranya yaitu karena penetapan anggaran tidak dapat dilakukan seoptimal mungkin ketika sub ordinat atau manajemen tingkat bawah memiliki informasi yang lebih baik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerjanya dibandingkan superior atau manajemen tingkat atas. Oleh karena itu, diterapkanlah sistem anggaran partisipatif agar informasi yang dimiliki bawahan dapat dikomunikasikan dengan atasan. Perbedaan informasi antara bawahan dan atasan menjadi faktor utama terjadinya kesenjangan anggaran (budgetary slack). Penerapan anggaran partisipatif diharapkan dapat mengurangi perbedaan informasi yang dimiliki antara bawahan dengan atasan karena dalam anggaran partisipatif, informasi yang dimiliki bawahan dapat dikomunikasikan dengan atasan. Namun, kondisi tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya kesenjangan anggaran jika bawahan memberikan informasi yang bias kepada atasan (Falikhatun, 2007 dalam Apriyandi 2011:3). Beberapa peneliti menemukan bahwa kesenjangan anggaran akan menjadi lebih besar dalam kondisi informasi asimetri. Informasi asimetri adalah kondisi dimana bawahan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan atasan. Dalam konsep kesenjangan anggaran dapat dimulai dari pendekatan teori agensi yang merumuskan pemerintah sebagai agen dan masyarakat dalam hal ini diwakili oleh DPRD diartikan sebagai principal. Adanya hubungan agen dan principal tersebut diharapkan dapat memudahkan Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 3
proses pengawasan anggaran agar tidak terjadi prilaku-prilaku yang disfungsional, karena anggaran dalam pemerintahan merupakan wujud dari pembangunan untuk mencapai kesejahtraan masyarakat. Terjadinya kesenjangan anggaran, bawahan cenderung mengajukan anggaran dengan merendahkan pendapatan dan menaikan biaya dibandingkan dengan perkiraan terbaik yang diajukan sehingga target anggaran dapat mudah dicapai. Peneliti akuntansi menemukan bahwa kesenjangan anggaran dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk partisipasi anggaran bawahan dalam penyusunan anggaran (Yuwono, 1999 dalam Falikhatun, 2007:208). Kedua variabel di atas sangat erat kaitannya dalam terjadinya kesenjangan anggaran (Budgetary Slack). Saat ini proses penyusunan anggaran di Kabupaten Tasikmalaya melibatkan banyak partisipasi baik dari unsur pemerintah, legislatif maupun masyarakat. Penyusunan anggaran terdiri dari beberapa tahapan mulai dari penetapan skala prioritas program dan kegiatan, Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang), tahap penyusunan anggaran dari masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), penelitian oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD), pembahasan oleh legislatif dan diakhiri penetapannya oleh legislatif bersama pemerintah daerah. Proses yang demikian menuntut instansi-instansi pemerintahan bekerja lebih efektif dan efisien dalam menyusun anggaran agar terjadinya kesenjangan anggaran dapat diminimalisir dalam pelaksanaannya. Tabel 1.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Penulis Lakukan No (1) 1
2
3
Penelitian, tahun, tempat (2) Ramden, Collin, et al (2007), studi pada industri perhotelan
The Accounting Riview Vol. 7 (13) No. 7 April 2013, pp. 10861099, DOI: 10.5897/AJBM2 013.1641 ISSN 1993-8233 Faria and Silva Supanto (2010), Studi kasus pada Politeknik Negeri Semarang
Persamaan (3)
Perbedaan (4)
Hasil penelitian (5)
Sumber (6)
1.Variabel X1 dan X2 yaitu Budgetary Participation dan Asymmetry Information 2.Variabel Y yaitu Budgetary Slack 1. Variabel Y yaitu Budgetary Slack 2. Variabel X2 yaitu Asymmetry information
1.Variabel X3 yaitu Budget Emphasis 2.Tempat Penelitian
Ketiga variabel independen berpengaruh positif terhadap Budgetary Slack
Jurnal University of Nevada
1.Variabel X1 yaitu Budgetary Participation 2.Tempat Penelitian
Asymmetry Information sangat nerpengaruh positif terhadap Budgetray Slack
Jurnal of Business Management African
1.Variabel X1 dan X2 yaitu Partisipasi Anggaran dan Asimetri Informasi 2.Variabel Y yaitu Budgetary Slaack
1.Variabel Pemoderasi X4, X5 yaitu Motivasi, Budaya Organisasi 2.Tempat Penelitian
Partisipasi penganggaran dan informasi informasi memiliki pengaruh yang baik terhadap budgetary slack sedangkan motivasi dan budaya organisasi tidak begitu berpengaruh
Skripsi Universitas Diponegoro
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 4
(1) 4
5
(2) Dina Nur Afiani (2010), Studi kasus pada Pemerintahan Daerah Kabupaten Semarang
(3) 1.Variabel X1dan X3 yaitu Partisipasi Anggaran dan Asimetri Informasi 2.Variabel Y yaitu Senjangan Anggaran
(4) 1.Variabel X2 yaitu Penekanan ANggaran 2.Tempat Penelitian
(5) partisipasi anggaran, penekanan anggaran dan asimetri informasi berpengaruh signifikan terhadap senjangan anggaran
(6) Skripsi Universitas Diponegoro
Elizabeth Vyninca Pello (2014), Survei pada Hotel Berbintang di Kabupaten Bandung
1.Variabel X1 dan X2 = Partisipasi Anggaran dan Asimetri Informasi 2.Variabel Y yaitu Senjangan Anggaran
1.Variabel X3 yaitu Locus Of Control 2.Tempat Penelitian
informasi asimetri dan locus of control memiliki pengaruh negative pada hubungan penganggaran partisipatif dengan senjangan anggaran
Skripsi Universitas Udayana
Tri Fauzi Andriyanto (2015)
Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Asimetri Informasi Terhadap Kesenjangan Anggaran pada Instansi Pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya
METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data yang objektif, valid dan reliabel dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. Penelitian ini bersifat penjelasan (explanatory research), artinya penelitian akan menjelaskan secara mendalam hubungan sebab akibat antara variabel penelitian atau tentang suatu hal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dengan pendekatan sensus. Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan pertanyaan kepada orang-orang atau subjek dan merekam jawaban tersebut untuk kemudian dianalisis secara kritis. Berdasarkan perspektif dimensi/ horizon waktu, penelitian ini menggunakan jenis penelitian Cross sectional yaitu, tipe studi satu tahap yang datanya berupa beberapa subjek pada waktu tertentu. Studi cross sectional berbeda dengan studi time series yang menekankan pada data penelitian berupa data rentetan waktu.
Operasionalisasi Variabel Dalam penelitian ini penulis menggunakan 3 variabel, adapun variabel tersebut adalah : 1. Variabel Independen Adalah variabel yang tidak di prediksi oleh variabel lain dalam model. Bahkan variabel independen merupakan variabel yang keberadaannya menjadi faktor penyebab yang dapat mempengaruhi variabel lain. Dalam hal ini yang menjadi variabel independennya adalah : a) Partisipasi Anggaran (X1
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 5
b) Asimetri Informasi (X2) 2. Variabel Dependen Adalah variabel yang di prediksikan oleh satu atau beberapa variabel yang lain dalam model. Variabel dependen juga di pengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas, dalam hal ini variabel independen. Dalam penelitian ini yang dijadikan variabel dependen adalah Kesenjangan Anggaran (Y). Untuk lebih jelasnya mengenai variabel penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini dapat di lihat dalam Tabel 1.2
Tabel 1.2 Operasional Variabel Variabel Partisipasi Anggaran (X1)
Definisi variabel Partisipasi anggaran atau self imposed budget adalah anggaran yang dibuat dengan kerjasama dan partisipasi penuh dari manajer pada semua tingkatan dalam pembuatan estimasi anggaran. (Garrison dan Noreen, 2000 : 346)
Indikator - Keikutsertaan penyusunan anggaran - Besarnya pengaruh terhadap penetapan anggaran - Kebutuhan memberikan pendapat
Asimetri Informasi (X2)
Asimetri informasi muncul dalam situasi ketika pemilik/atasan tidak memiliki informasi yang mencukupi mengenai kinerja agen/bawahan, sehingga pemilik/atasan tidak dapat menentukan secara pasti bagaimana usaha agen memberikan kontribusi pada hasil aktual perusahaan (Anthony dan Govindarajan, 2006:270) Kesenjngan anggaran atau budgetary slack adalah perbedaan jumlah anggaran yang diajukan oleh bawahandengan jumlah estimasi yang terbaik dari organisasi. (Anthony dan Govindarajan, 2006:85)
Kesenjanga Anggaran (Y)
Ukuran Skor
Skala Interval
- Kinerja potensial - Teknis pekerjaan - Pencapaian bidang kegiatan - Hubungan inputoutput yang ada dalam operasi internal - Informasi yang dimiliki bawahan dibandingkan dengan atasan
Skor
Interval
- Perbedaan jumlah anggaran yang diajukan dengan estimasi terbaik - Kelonggaran dalam anggaran - Standar anggaran - Keinginan untuk mencapai target
Skor
Interval
Teknik Pengumpulan Data Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian meliputi dua jenis data : 1.
Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian. Sumber asli dan dikumpulkan secara khusus guna menjawab pertanyaan penelitian yang bersangkutan (Sugiama, 2008:20). Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 6
2.
Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak ketiga, dengan kata lain data sekunder adalah interpretasi dari data primer yang sumbernya antara lain buku teks, jurnal, buku pegangan, majalah, artikel surat kabar serta sumber sumber lain yang relevan dengan penelitian ini. Data sekunder umumnya diperlukan sebagai bahan rujukan (Sugiama, 2008:21).
Populasi
Populasi adalah wilayah genaralisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakterisitik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2013: 148). Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Dinas-Dinas yang berada di lingkungan Instansi Pemerintahan Daerah Kabupaten Tasikmalaya Prosedur Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis menggunakan prosedur data sebagai berikut:
1.
Penelitian Lapangan (Field Research), teknik ini dilakukan untuk memperoleh data primer, yang dilakukan melalui kuesioner (questionnaires), kuesioner yang penulis ajukan kepada responden mengacu kepada indikator dari variabel independen maupun variabel dependen. Penulis menggunakan kuesioner dengan pertanyaan tertutup (closed question). Kuesioner dengan pertanyaan tertutup meminta responden memilih salah satu atau mungkin beberapa jawaban dari satu set jawaban yang telah disediakan dan ditetapkan oleh peneliti (Sugiama, 2008:159).
2.
Studi Kepustakaan (Library and Internet Study) Teknik ini dilaksanakan untuk memperoleh data-data sekunder guna mendukung datadata primer yang diperoleh selama penelitian. Data sekunder ini diperoleh dari bukubuku serta referensi- referensi lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian. Pengumpulan data melalui data primer dan data sekunder ini dimaksudkan untuk
mendapatkan informasi yang relevan dengan tujuan penelitian serta untuk diperolehnya informasi dengan tingkat reliabilitas dan validitas memadai. Responden penelitian ini terdiri dari Kepala SKPD, Kepala Bagian/Bidang, Kepala Sub-Bagian/Sub-Bidang, Bendahara, dan staf yang terlibat dalam penyusunan anggaran dengan tujuan untuk memperoleh informasi melalui
kuesioner.
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 7
Model Penelitian Paradigma dalam penelitian ini yakni Paradigma Path Analysis, yaitu hubungan dua variabel, yakni variabel bebas (independent variable), yaitu Partisipasi Anggaran (X1) dan Asimetri Informasi (X2) dan variabel terikat (dependent variable) yaitu Kesenjangan Anggaran (Y). X1
ρYX1 Y
X2
ρYX2
ρYε
ε1 Gambar 1.1 Paradigma Penelitian Keterangan: X1 = Variable independen (Partisipasi Anggaran) X2 = Variable independen (Asimetri Informasi) Y = Variable dependen (Kesenjangan Anggaran) = Pengaruh faktor lain yang tidak diteliti ρYX1 = Koefisien jalur variabel X1 terhadap variabel Y ρYX2 = Koefisien jalur variabel X2 terhadap variabel Y ρYε = Koefisien jalur ε terhadap variabel Y
Teknik Analisis Data Teknik Pengolahan Data Data mentah yang diperoleh dari jawaban responden terhadap instrument penelitian (kuesioner) yang disebar harus diolah menjadi data baku, instrument penelitian yang dibuat bertujuan untuk mentransformasi data kualitatif agar dapat dianalisis dengan metode statistik yang diterapkan. Adapun perubahan instrumen meliputi: 1.
Pendefinisian operasionalisasi variabel kedalam indikatornya
2.
Menjabarkan indikator kedalam pernyataan
3.
Pemberian skala pengukuran untuk setiap jawaban responden Format kuesioner untuk memuat pernyataan responden berbentuk multiple choice, dengan
kelebihan mudah ditabulasi dan tepat untuk kuesioner yang diisi sendiri. Untuk analisis kuantitatif maka pemberian skor untuk setiap item kuesioner digunakan skala Likert yang jumlahnya ganjil dengan nilai 1 sampai 5. Pemberian skala pengukuran untuk setiap jawaban responden adalah menggunakan skala interval, yaitu skala yang menggunakan angka untuk suatu set objek dengan jarak yang sama antara satu ciri atau sifat objek maupun kejadian yang diukur (Sugiama, 2008:81). Pemberian skala ini
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 8
mengacu pada pernyataan Sugiyono (2013:172) : “Data yang diperoleh dari skala tersebut adalah berupa data interval”. Item-item yang disusun harus terdiri dari item positif dan negatif. Adapun daftar pernyataan dengan menetapkan skala likert pada alternatif jawaban yang didapat akan dinilai dengan skor sebagai berikut: Tabel 1.3 Skor untuk setiap pertanyaan Jawaban untuk nilai positif
Jawaban untuk nilai negatif
5 4 3 2 1 (Sumber: Sugiyono, 2013:168)
1 2 3 4 5
3.4.1.1 Metode Succesive Interval Untuk dapat diolah menjadi analisis regresi, data ordinal yang biasanya di dapat dengan menggunakan skala likert (skor kuesioner), maka terlebih dahulu data ini harus ditransformasikan menjadi data interval. Adapun langkah metode successive interval yaitu: 1. Menentukan banyak frekuensi (f) 2. Menghitung proforsi dengan rumus: Pi= 3. Menghitung proforsi kumulatif (PK)= pi-l+pl 4. Menetapkan nilai Z yang diperoleh dari table normal baku 5. Menghitung skala value (SV) dengan rumus: SV= 6. Merubah skala dari ordinal ke interval. Scale value yang nilainya terkecil (harga negative terbesar) diubah menjadi 1 (satu) dengan formula sebagai berikut: Transformed Skala Value (TSV): Y=SV+(SV Min)+1
Uji Kualitas Data Pengujian Validitas Alat Ukur (Test Of Validity) Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang di gunakan mengukur apa yang perlu di ukur. Suatu alat ukur yang validitasnya tinggi akan mempunyai tingkat kesalahan yang kecil, sehingga data yang terkumpul merupakan data yang memadai. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur, dengan menggunakan 3 (tiga) pendekatan yaitu : content validity, construct validity , dan pengujian validitas eksternal (Sugiyono, 2013:207). Uji validitas dilakukan dengan cara menghitung korelasi dari masing-masing pernyataan dengan skor total. Rumus yang digunakan adalah produk moment (product moment) sebagai berikut :
rxy
n XY X Y
n X
2
X n Y 2 Y 2
2
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 9
Keterangan : r
= Koefisien korelasi
X = Jumlah skor tiap item variabel x Y = Jumlah skor seluruh item variabel y n = Jumlah responden Jika dari hasil analisis tersebut diperoleh rhitung > rtabel pada α = 0.05 maka data tersebut adalah signifikan (valid) berarti layak untuk digunakan dalam pengujian hipotesis. Sebaliknya r hitung < rtabel maka data tersebut tidak signifikan (tidak valid) dan tidak dapat diikutsertakan dalam pengujian hipotesis penelitian. Pengujian Reliabilitas Alat Ukur (Test Of Realibility) Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data yang digunakan konsisten dalam mengungkapkan fenomena tertentu dari sekelompok individu meskipun dilakukan dalam waktu yang berbeda. Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas ialah teknik Cronbach’s Alpha. Pengujian reliabilitas dengan teknik Cronbach’s Alpha ini dilakukan untuk jenis data interval (Sugiama, 2008:199). Cronbach’s Alpha dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan : = Koefisien reliabilitas alpha = Banyak butir pertanyaan dan butir soal = Jumlah variasi butir = Variasi total Koefisien reliabilitas skala haruslah diusahakan setinggi mungkin, yang besarnya mendekati satu. Adapun kaidah keputusan menggunakan nilai kritis cronbach alpha yaitu jika nilai koefisien 0.70 maka instrument tersebut dinyatakan reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian (Hair et.al : 1998).
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 10
Teknik Analisis Data Untuk mengalanisis data yang diperoleh dalam rangka pengujian hipotesis, data tersebut diolah terlebih dahulu kemudian dianalaisis dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode statistik parametrik yaitu dengan menggunakan statistic t-test teknik statistik parametris yang digunakan untuk menguji komparasi rasio atau interval dan regresi sederhana untuk mengetahui pengaruh anatara variabel independen dan dependen (Sugiyono, 2013:242).
PEMBAHASAN Partisipasi Anggaran pada Instansi Pemerintahan Daerah Kabupaten Tasikmalaya Berdasarkan hasil penelitian dari keseluruhan jawaban responden mengenai partisipasi anggaran di rekap untuk dilihat skor total jawaban responden dan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1.4 Rekapitulasi Tanggapan Responden mengenai Variabel Partisipasi Anggaran No 1 2
3 4
5
6
Uraian
Skor yang ditargetkan
Skor yang dicapai
Kriteria
59 x 5 = 295
233
Baik
59 x 5 = 295
202
Baik
59 x 5 = 295
229
Baik
59 x 5 = 295
228
Baik
59 x 5 = 295
176
Cukup baik
59 x 5 = 295
184
Cukup baik
Apakah anda ikut serta dalam penyusunan anggaran? Apakah dalam proses penyusunan anggaran sangat membutuhkan pendapat anda? Menurut perasaan anda, seberapa banyak pengaruh anda dalam anggaran final? Bagaimana anda menilai kontribusi anda terhadap anggaran? Apakah atasan anda meminta pendapat dan atau usulan ketika anggaran sedang disusun kepada anda? Apakah anda menyatakan permintaan pendapat dan atau usulan tentang anggaran kepada atasan anda, tanpa diminta? Total
1253
Nilai tertinggi secara keseluruhan :
59 x 5 x 6 = 1.770
Nilai terendah secara keseluruhan :
59 x 1 x 6 = 354
Jumlah Kriteria pernyataan Nji =
: 5
1770 - 354 5
= 283.2 283
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 11
Klasifikasi penilaian untuk indikator partisipasi anggaran secara keseluruhan adalah sebagai berikut : Nilai
354
-
636
Sangat Buruk
Nilai
637
-
919
Buruk
Nilai
920
-
1202
Cukup Baik
Nilai
1203
-
1486
Baik
Nilai
1487
-
1770
Sangat Baik
Dari perhitungan di atas terhadap tanggapan responden atas partisipasi anggaran yang dilaksanakan adalah sebesar 1253 yang termasuk dalam kategori baik. Yang berarti responden yaitu Dinas-Dinas di Pemerintahan Daerah Kabupaten Tasikmalaya mempunyai sikap keikutsertaan (mengikuti proses penyusunan anggaran, dan dalam memberikan pendapat atau usulan). Dari beberapa kriteria yang diajukan, ternyata yang memiliki skor yang paling tinggi adalah pertanyaan mengenai Apakah anda ikut serta dalam penyusunan anggaran? dengan jumlah skor sebesar 233 termasuk dalam kategori baik, sedangkan yang memiliki skor yang paling rendah yaitu mengenai Apakah atasan anda meminta pendapat dan atau usulan ketika anggaran sedang disusun kepada anda? dengan jumlah skor sebesar 176 termasuk dalam kategori cukup baik. Asimetri Informasi pada Instansi Pemerintahan Daerah Kabupaten Tasikmalaya Berdasarkan hasil penelitian dari keseluruhan jawaban responden mengenai asimetri informasi di rekap untuk dilihat skor total jawaban responden dan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1.5 Rekapitulasi Tanggapan Responden mengenai Variabel Asimetri Informasi No (1)
1
2
3
4
5
Uraian (2) Dibandingkan dengan atasan anda, siapa yang lebih mampu menilai dampak potensial faktor eksternal terhadap kegiatan anda, dalam SKPD anda? Dibandingkan dengan atasan anda, siapa yang lebih mampu menilai dampak potensial faktor internal terhadap kegiatan anda, dalam SKPD anda? Dibandingkan dengan atasan anda, siapa yang lebih mengetahui teknik kerja SKPD anda? Apakah semua karyawan di SKPD tempat anda bekerja melaksanakan pekerjaan sesuai dengan SOP? Dibandingkan dengan atasan anda, siapa yang lebih memahami apa yang dapat dicapai SKPD anda?
Skor yang ditargetkan (3)
Skor yang dicapai (4)
Kriteria (5)
59 x 5 = 295
244
Baik
59 x 5 = 295
199
Cukup baik
59 x 5 = 295
249
Sangat baik
59 x 5 = 295
199
Cukup baik
59 x 5 = 295
186
Cukup baik
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 12
(1) 6
7
8
9
10
(2) Dalam pencapaian target pekerjaan, siapakah yang mempunyai peran penting? Dibandingkan dengan atasan anda, siapa yang lebih mengetahui hubungan input-ouput yang ada dalam operasi internal SKPD anda? Siapakah yang mengetahui semua informasi operasional internal di SKPD tempat anda bekerja? Siapakah yang memiliki informasi lebih baik mengenai kegiatan yang dilakukan di SKPD anda? Siapakah yang bertanggungjawab mengenai semua informasi yang ada di SKPD tempat anda bekerja? Total
(3)
(4)
(5)
59 x 5 = 295
244
Baik
59 x 5 = 295
249
Sangat baik
59 x 5 = 295
186
Cukup baik
59 x 5 = 295
199
Cukup baik
59 x 5 = 295
199
Cukup baik
2154
Nilai tertinggi secara keseluruhan :
59 x 5 x 10 = 2950
Nilai terendah secara keseluruhan :
59 x 1 x 10 = 590
Jumlah Kriteria pernyataan Nji =
: 5
2950 - 590 5
= 472 Klasifikasi penilaian untuk indikator asimetri informasi secara keseluruhan adalah sebagai berikut : Nilai
590
-
1061
Sangat Buruk
Nilai
1062
-
1532
Buruk
Nilai
1533
-
2005
Cukup Baik
Nilai
2006
-
2478
Baik
Nilai
2479
-
2950
Sangat Baik
Dari perhitungan di atas terhadap tanggapan responden atas asimetri informasi yang dilaksanakan adalah sebesar 2154 yang termasuk dalam kategori baik. Yang berarti responden yaitu Dinas-Dinas di Pemerintahan Daerah Kabupaten Tasikmalaya mengenai informasi yang dimiliki atasan lebih banyak dibandingkan dengan bawahan. Dari beberapa kriteria yang diajukan, ternyata yang memiliki skor yang paling tinggi ada 2 pertanyaan yaitu mengenai Dibandingkan dengan atasan anda, siapa yang lebih mengetahui teknik kerja SKPD anda?, Dibandingkan dengan atasan anda, siapa yang lebih mengetahui hubungan input-ouput yang ada dalam operasi internal SKPD anda? dengan jumlah skor sebesar 249 termasuk dalam kategori sangat baik, sedangkan yang memiliki skor yang paling rendah ada 2 pertanyaan yaitu mengenai Dibandingkan dengan atasan anda, siapa yang lebih memahami apa yang dapat dicapai SKPD anda?, Siapakah yang mengetahui semua informasi
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 13
operasional internal di SKPD tempat anda bekerja? dengan jumlah skor sebesar 186 termasuk dalam kategori cukup baik. Kesenjangan Anggaran pada Instansi Pemerintahan Daerah Kabupaten Tasikmalaya Berdasarkan hasil penelitian dari keseluruhan jawaban responden mengenai kesenjangan anggaran di rekap untuk dilihat skor total jawaban responden dan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1.6
Rekapitulasi Tanggapan Responden mengenai Variabel Kesenjangan Anggaran No (1)
1
2
3
4
5
6
7
8
Uraian (2)
Skor yang ditargetkan (3)
Skor yang dicapai (4)
Kriteria (5)
59 x 5 = 295
231
Baik
59 x 5 = 295
237
Baik
59 x 5 = 295
229
Baik
59 x 5 = 295
228
Baik
59 x 5 = 295
184
Cukup baik
59 x 5 = 295
196
Cukup baik
59 x 5 = 295
231
Baik
59 x 5 = 295
184
Cukup baik
Apakah penentuan standar dalam anggaran menghasilkan produktivitas tinggi di SKPD tempat anda bekerja? Apakah di SKPD tempat anda bekerja penentuan anggaran dirancang dan dipertimbangkan dengan baik? Apakah target anggaran di SKPD tempat anda bekerja dapat dicapai dengan mudah? Apakah di SKPD tempat anda bekerja menargetkan anggaran yang tinggi setiap periodenya? Apakah anda harus lebih memperhatikan penggunaan biayabiaya di SKPD tempat anda bekerja karena adanya batasanbatasan dalam anggaran? Apakah anggaran di SKPD tempat anda bekerja tidak banyak persyaratan? Apakah target anggaran tidak membuat anda lebih memperhatikan penggunaan anggaran dengan memperbaiki efisiensi di SKPD tempat anda bekerja? Apakah target organisasi dalam anggaran sulit dicapai selama realisasinya di SKPD tempat anda bekerja? Total
1720
Nilai tertinggi secara keseluruhan :
59 x 5 x 8 = 2360
Nilai terendah secara keseluruhan :
59 x 1 x 8 = 472
Jumlah Kriteria pernyataan
: 5
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 14
Nji =
2360 - 472 5
= 377.6 378 Klasifikasi penilaian untuk indikator asimetri informasi secara keseluruhan adalah sebagai berikut : Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai
472 849 1226 1604 1982
-
848 1225 1603 1981 2360
Sangat Buruk Buruk Cukup Baik Baik Sangat Baik
Dari perhitungan di atas terhadap tanggapan responden atas kesenjangan anggaran yang dilaksanakan adalah sebesar 1720 yang termasuk dalam kategori baik. Yang berarti responden yaitu Dinas-Dinas di Pemerintahan Daerah Kabupaten Tasikmalaya mengenai pencapaian target anggaran dan realisasinya. Dari beberapa kriteria yang diajukan, ternyata yang memiliki skor yang paling tinggi yaitu mengenai Apakah di SKPD tempat anda bekerja penentuan anggaran dirancang dan dipertimbangkan dengan baik? dengan jumlah skor sebesar 237 termasuk dalam kategori baik, sedangkan yang memiliki skor yang paling rendah ada 2 pertanyaan yaitu mengenai Apakah anda harus lebih memperhatikan penggunaan biaya-biaya di SKPD tempat anda bekerja karena adanya batasan-batasan dalam anggaran?, Apakah target organisasi dalam anggaran sulit dicapai selama realisasinya di SKPD tempat anda bekerja? dengan jumlah skor sebesar 184 termasuk dalam kategori cukup baik. Pengaruh secara parsial Asimetri Informasi Terhadap Partisipasi Anggaran pada Dinas-Dinas di Pemerintahan Daerah Kabupaten Tasikmalaya Untuk mengetahui pengaruh secara parsial asimetri informasi terhadap partisipasi anggaran, penulis mempergunakan path analysis. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS Versi 16.0 (terlampir), besarnya pengaruh asimetri informasi terhadap partisipasi anggaran dinyatakan dalam koefesien beta () atau koefisien standar (standardized coefficients). Nilai koefesien beta () untuk pengaruh asimetri informasi terhadap partisipasi anggaran adalah sebesar 0,143 yang artinya bahwa ketika asimetri informasi mengalami peningkatan maka akan menyebabkan peningkatan terhadap partisipasi anggaran sebesar 14,3%. Sedangkan koefisien determinasinya menunjukan besarnya pengaruh asimetri informasi terhadap partisipasi anggaran, yakni (rX1X2)2 sebesar (0,143)2 = 0,0205 atau 2,5% artinya bahwa, 2,5% variabilitas dari variabel terikat (X1) atau parisipasi anggaran dipengaruhi oleh variabel bebas (X2) yang dalam hal ini adalah aimetri informasi sebesar 2,5%. Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 15
Dari hasil perhitungan SPSS Versi 16.0 (terlampir), diperoleh nilai t hitung sebesar 1,094. Sedangkan nilai ttabel t ½ α df (n-2) adalah sebesar 2,002, sehingga thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak atau dengan melihat nilai sig 0,279 > α 0,05 yang artinya asimetri informasi secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap partisipasi anggaran. Secara teori semakin tinggi asimetri informasi maka partisipasi anggaran pun akan naik. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan informasi yang dimiliki bawahan dengan atasan, karena adanya beberapa alasan diantaranya adanya penetapan anggaran tidak dapat dilakukan seoptimal mungkin ketika sub ordinat atau manajemen tingkat bawah memiliki informasi yang lebih baik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerjanya dibandingkan superior atau manajemen tingkat atas. Oleh karena itu, diterapkanlah sistem anggaran partisipatif agar informasi yang dimiliki bawahan dapat dikomunikasikan dengan atasan. Dari penjelasan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa asimetri informasi berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap partisipasi anggaran. Hal ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Apriyandi (2011) yang menyatakan asimetri informasi berpengaruh signifikan terhadap partisipasi anggaran. Pengaruh Secara Parsial Partisipasi Anggaran Terhadap Kesenjangan Anggaran Untuk mengetahui hubungan antara Partisipasi Anggaran dengan Kesenjangan Anggaran dan untuk melihat besarnya pengaruh secara parsial antara Partisipasi Anggaran terhadap Kesenjangan Anggaran maka penulis melakukan perhitungan dengan menggunakan SPSS versi 16.0. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS Versi 16.0 (terlampir) untuk analisis jalur, besarnya pengaruh Partisipasi anggaran terhadap Kesenjangan anggaran dinyatakan dalam koefisien beta () atau koefisien standar (Standardized Coefficients). Nilai koefisien beta () untuk pengaruh partisipasi anggaran terhadap kesenjangan anggaran adalah sebesar 0,298. Hal ini berarti bahwa ketika partisipasi anngaran mengalami kenaikan maka akan menyebabkan penurunan terhadap kesenjangan anggaran sebesar 29,8%. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Peneliti akuntansi (Yuwono, 1999 dalam Falikhatun, 2007:208) menemukan bahwa kesenjangan anggaran dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk partisipasi anggaran. Sedangkan koefisien determinasinya menunjukan besarnya pengaruh partisipasi anggaran terhadap kesenjangan anggaran, yakni (YX1)2 sebesar (0,298)2 = 0,0888 atau 8,88%. artinya bahwa, 4,32% variabilitas dan variabel (Y) atau kesenjangan anggaran dipengaruhi oleh variabel (X1) yang dalam hal ini adalah partisipasi anggaran sebesar 8,88%. Sisanya √1-0,0888 sebesar 0,9112 atau 91,12% ini menunjukan pengaruh dari faktor lain selain partisipasi anngaran sangat besar. Faktor lain ini diduga oleh kecukupan anggaran, asimetri informasi, penekanan anggaran, komitmen organisasi, lingkungan eksternal dan lain-lain. Dari hasil perhitungan SPSS Versi 16.0 (terlampir), dapat dilihat dari analisa SPSS diperoleh nilai thitung sebesar -2,540, jika dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 2,002 (terlampir) sehingga Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 16
2,002 ≥ thitung ≤ 2,002 sama dengan -2,002 ≥ -2,540 ≤ 2,002, atau jika dibandingkan dengan signifikasi 0,014 lebih < dari α = 0,05. Karena thitung > ttabel atau karena nilai sig 0,014 < dari α= 0,05, maka dari hasil pengujian tersebut mengandung makna bahwa hipotesis diterima dan kaidah keputusan Ho ditolak dan Ha diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tingkat keyakinan 95% hipotesis alternatif diterima artinya bahwa partisipasi anggaran berpengaruh signifikan terhadap kesenjangan anggaran pada Dinas-Dinas di Pemerintahan Daerah Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis penelitian teruji bahwa pengaruh partisipasi anggaran terhadap kesenjangan anggaran pada Dinas-Dinas Pemerintahan Daerah Kabupaten Tasikmalaya berpengaruh signifikan. hasil penelitian sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Apriyandi (2011) secara parsial partisipasi anggaran berpengaruh signifikan terhadap kesenjangan anggaran. Pengaruh Secara Parsial Asimetri Informasi Terhadap Kesenjangan Anggaran Untuk mengetahui hubungan antara asimetri informasi dengan kesenjangan anggaran dan untuk melihat besarnya pengaruh secara parsial antara asimetri informasi terhadap kesenjangan anggaran maka penulis melakukan perhitungan dengan menggunakan SPSS versi 16.0. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS Versi 16.0 (terlampir), besarnya asimetri informasi terhadap kesenjangan anggaran dinyatakan dalam koefisien beta () atau koefisien standar (Standardized Coefficients). Nilai koefisien beta () untuk pengaruh asimetri informasi terhadap kesenjangan anggaran adalah sebesar -0,439. Hal ini berarti bahwa ketika asimetri informasi meningkat maka akan menyebabkan penurunan terhadap kesenjangan anggaran. Sedangkan koefisien determinasinya menunjukkan besarnya pengaruh asimetri informasi terhadap kesenjangan angaran, yakni (YX2)2 sebesar (-0,439)2 = 0,1927 atau 19,27%. Artinya bahwa, 19,27% variabilitas dari variabel Y (kesenjangan anggaran) dapat diterangkan dipengaruhi oleh variabel X2 yang dalam hal ini adalah (asimetri informasi). Sisanya √1-0,1927 sebesar 0,8073 atau 81,43% ini menunjukkan pengaruh dari faktor lain selain asimetri informasi. Faktor lain ini diduga oleh kecukupan anggaran, penekanan anggaran, komitmen organisasi, lingkungan eksternal dan lainlain. Dari hasil perhitungan SPSS Versi 16.0 (terlampir), dapat dilihat dari analisa SPSS nilai thitung -3,741 sedangkan nilai ttabel t ½ α df (n-2) = 2,002 sehingga -2,002 ≥ thitung ≤ 2,002 sama dengan 2,002 ≥ -3,741 ≤ 2,002, maka dari hasil pengujian tersebut mengandung makna bahwa hipotesis diterima dan kaidah keputusan Ho ditolak dan Ha diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tingkat keyakinan 95% hipotesis alternatif diterima artinya bahwa asimetri informasi berpengaruh negatif terhadap kesenjangan anggaran yang artinya ketika asimetri informasi mengalami peingkatan maka kesenjangan anggaran mengalami penurunan. Dengan kata lain asimetri informasi berpengaruh
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 17
signifikan terhadap kesenjangan anggaran pada Dinas-Dinas di Pemerintahan Daerah Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis penelitian teruji bahwa pengaruh asimetri informasi terhadap kesenjangan anggaran pada Instansi Pemerintahan Daearah Kabupaten Tasikmalaya berpengaruh signifikan. Dan sejalan dengan peneliti terdahulu yang dilakukan oleh Apriyandi (2011) yang mengkaji asimetri informasi terhadap kesenjangan anggaran, dimana asimetri informasi terbukti dapat menurunkan terjadinya kesenjangan anggaran. Pengaruh Secara Simultan Partisipasi Anggaran dan Asimetri Informasi Terhadap Kesenjangan Anggaran Pengaruh secara simultan dapat dilihat pada lampiran SPSS, dari hasil penelitian ini diperoleh nilai koefisien jalur (yX1X2) sebesar 0,473 dan koefisien determinasinya (yX1X2)2 yaitu (0,494)2 = 0,244 atau 24,4%. Hal ini dapat diartikan bahwa besarnya pengaruh total dari semua variabel yaitu partisipasi anggaran (X1) dan asimetri informasi (X2) secara simultan terhadap kesenjangan anggaran (Y) adalah sebesar 24,4% dengan nilai residu sebesar 100%-24,4% = 75,6%. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien jalur dan analisis dapat diketahui bahwa keikutsertaan manajer tingkat bawah, menengah, dan atas, kinerja potensial, teknis pekerjaan, dan informasi yang dimiliki atasan dibandingkan dengan bawahan mempengaruhi kesenjangan anggaran. Dari hasil perhitungan SPSS Versi 16.0 (terlampir), diperoleh nilai Fhitung sebesar 9,047 dengan kriteria penolakan Ho jika Fhitung > Ftabel, diperoleh dari tabel distribusi F- Snedecor diperoleh F α (n-k-1) = 59-2-1 adalah sebesar 3,16 atau dengan melihat nilai sig F yaitu 0,00 yang artinya 9,047 lebih besar dari 3,16 dan sig F sebesar 0,00, maka Ho ditolak dan Ha diterima atau dengan kata lain partisipasi anggaran (X1) dan asimetri informasi (X2) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kesenjangan anggaran (Y) sebesar pengaruh langsung 0,244 atau 24,4%. Sisanya √1-0,244 sebesar 0,756 atau 75,6% ini menunjukkan pengaruh dari faktor lain yang mempengaruhi laba operasional selain partisipasi anggaran dan asimetri informasi. Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis penelitian teruji bahwa partisipasi anggaran dan asimetri informasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kesenjangan anggaran pada Dinas-Dinas di Pemerintahan Daerah Kabupaten Tasikmalaya. Hal ini sejalan dengan penelitian Apriyandi (2011) yang menyatakan bahwa partisipasi anggaran dan asimetri informasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kesenjangan anggaran. Maka dapat disimpulakan bahwa kedua variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesenjangan anggaran. Semakin besar partisipasi anggaran dan asimetri informasi maka akan semakin besar mengurangi kesenjangan anggaran. Secara lengkap pengaruh antara variabel X1 dan variabel X2 secara simultan terhadap variabel Y dapat dilihat dalam Gambar 1.2 :
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 18
X1
YX1 =0,0888
rX1X2 = 0,0205
Y Y = 0,756 YX2 =0,1927
X2
Gambar 1.2 Struktur Pengaruh Antara Variabel X1 dan X2 Terhadap Y Secara Lengkap Untuk mengetahui besarnya pengaruh secara tidak langsung antara partisipasi anggaran dan asimetri informasi terhadap kesenjangan anggaran maka dilakukan analisis jalur yaitu: 1. Pengaruh partisipasi anggaran terhadap kesenjangan anggaran melalui asimetri informasi sebesar: YX1 * rX1X2 * YX2 = (-0,298) *(0,143) * (-0,439)= 0,0187 2. Pengaruh asimetri informasi terhadap kesenjangan anggaran melalui partisipasi anggaran sebesar: YX2 * rX1X2 *YX1 = (-0,439)*(0,143) * (0,298) = 0,0187 Dari gambar 4.1 tersebut dapat dilihat pengaruh langsung dan tidak langsung antara variabel, yang disajikan dalam Tabel 1.7 :
Tabel 1.7 Formula Untuk Mencari Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Antara Variabel Penelitian No. 1.
Pengaruh Langsung Y X1 Y =
ρ
2
YX1
Pengaruh Tidak Langsung Y X1 X2Y= (ρyx1.ρX2X1. ρyx2) = 0,0375
= 0,0888 2.
Total Pengaruh X1 Y =
0,0382
Y X2 Y = -
X2Y 0,1927
3.
Total pengaruh X1 dan X2 Y secara simultan
0,2440
4. 5.
Pengaruh luar Total
0,7560 1
ρ
2
YX 2
= 0,1927
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 19
Dari hasil analisis berdasarkan Tabel 4..2.4 menunjukan bahwa partisipasi anggaran terhadap kesenjangan anggaran secara langsung sebesar 8,88%, pengaruh tidak langsung sebesar 3,75% yang artinya pengaruh partisipasi anggaran terhadap laba operasional melalui asimetri informasi, dan pengaruh asimetri informasi secara langsung sebesar 19,27%, secara tidak langsung sebesar 3,75% yang artinya pengaruh asimetri informasi terhadap kesenjangan anggaran melalui partisipasi anggaran, dengan faktor luar atau faktor yang mempengaruhi kesenjangan anggaran selain partisipasi anggaran dan asimetri informasi seperti faktor kecukupan anggaran, penekanan anggaran, komitmen organisasi, lingkungan eksternal dan lain-lain sebesar 75,60%. Partisipasi anggaran dan asimetri informasi pada Instansi Pemerintahan Daerah Kabupaten Tasikmalaya berpengaruh signifikan terhadap kesenjangan anggaran dan memiliki keeratan yang rendah dan faktor lain 75,60% yang mempengaruhi kesenjangan anggaran dari pihak luar, adanya batasan anggaran, penentuan standar anggaran dan yang lainnya.
PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh pengaruh partisipasi anggaran dan asimetri informasi terhadap kesenjangan anggaran pada Instansi Pemerintahan Daerah Kabupaten Tasikmalaya dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
- Partisipasi anggaran menunjukan klasifikasi baik. Yang berarti pegawai atau karyawan pada Instansi Pemerintahan Daerah Kabupaten Tasikmalaya mempunyai sikap keikutsertaan (mengikuti proses penyusunan anggaran, dan dalam memberikan pendapat atau usulan) dalam anggaran. - Asimetri informasi menunjukan klasifikasi baik. Yang berarti dalam proses penyusunan anggaran di Instansi Pemerintahan Daerah Kabupaten Tasikmalaya mengenai informasi yang dimiliki atasan atau bawahan di informasikan dengan baik tetapi atasan memilki lebih banyak informasi mengenai penyusunan anggaran dibandingkan dengan bawahan. - Kesenjangan anggaran menunjukan klasifikasi baik. Yang berarti Instansi Pemerintahan Daerah Kabupaten Tasikmalaya mengenai pencapaian target anggaran dan realisasinya tidak mengalami kesenjangan anggaran yang berarti.
2.
Secara parsial asimetri informasi berpengaruh tidak signifikan terhadap partisipasi anggaran.
3.
Secara parsial partisipasi anggaran berpengaruh signifikan terhadap kesenjangan anggaran, dan asimetri informasi berpengaruh signifikan terhadap kesenjangan anggaran.
4.
Secara simultan partisipasi anggaran dan asimetri informasi berpengaruh signifikan terhadap kesenjangan anggaran.
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 20
Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data yang dilakukan, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut: 1.
Pemerintah daerah dapat meningkatkan partisipasi pegawai tingkat menengah ke bawah dalam penyusunan anggaran karena peningkatan partisipasi dalam penyusunan anggaran dapat mengurangi kesenjangan anggaran. Anggaran partisipatif juga dapat meningkatkan kinerja pegawai atau karyawan karena merasa bertanggungjawab terhadap anggaran yang disusun bersama, serta mengurangi tekanan terhadap pegawai atau karyawan karena tujuan yang ingin dicapai ditetapkan bersama sesuai kemampuan pegawai atau karyawan. Dengan adanya anggaran partisipatif, perbedaan informasi antara bawahan dengan atasan juga dapat berkurang karena para bawahan tidak segan mengungkapkan perbedaan informasi yang dimiliki untuk kepentingan bersama.
2.
Masih diperlukan penelitian pada bidang yang sama untuk mengetahui konsistensi hasil penelitian karena penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai kesenjangan anggaran memberikan hasil yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA Afiani, Dini Nur. 2010. “Pengaruh Partisipasi Anggaran, Penekanan Anggaran Dan Asimetri Informasi Terhadap Senjangan Anggaran (Studi Kasus Pada Pemerintahan Daerah Kabupaten Semarang)”. Skripsi Universitas Diponegoro Andrianto, Nico. “Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui e- Goverenment”. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Bayumedia Publishing. Malang. 2007. Anggraeni, Rika Sari. 2008. “Pengaruh Partisipasi Anggaran, Information Asymetry, dan Budget Emphasis terhadap Slack Anggaran (Studi Pada PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta)” . Skripsi. Universitas Islam Indonesia.Yogyakarta Anissarahma, Dini. 2008. “Pengaruh Partisipasi Anggaran, Informasi Asimetris, Budget Emphasis dan Komitmen Organisasi Terhadap Timbulnya Slack Anggaran (Studi Kasus Pada PT. Telkom Yogyakarta)”. Skripsi. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta Anthony, Robert N, dan Vijay Govindarajan. “Sistem Pengendalian Manajemen”,terjemahan FX. Kurniawan Tjakrawala. Salemba Empat. Jakarta. 2006. Apriyandi. 2011. “Pengaruh Informasi Asimetri Terhadap Hubungan Antara Anggaran Partisipatif Dengan Budgetary Slack”. Skripsi Universitas Hasanudin. Makassar Bastian, Indra. “Akuntansi Sektor Publik di Indonesia”, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2001. Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 21
Departemen Dalam Negeri.2008. Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). Jakarta Dunk, A.S. “The Effect of Budget Emhpasis and Information Assymetry on Relation Between Budgetary Participation and Slack”. The Accounting Review,Vol.68, No. 2, Halaman: 400410. 1993. Falikhatun.“Pengaruh Partisipasi Penganggaran Terhadap Budgetary Slack dengan Variabel Pemoderasi Ketidakpastian Lingkungan dan Kohesivitas Kelompok”.Jurnal Akuntansi dan Keuangan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Volume 6, No. 2, September 2007 Halaman 207 – 221 Falikhatun. “Interaksi Informasi Asimetri, Budaya Organisasi, dan Group Cohesiveness dalam Hubungan antara Partisipasi Penganggaran dan Budgetary Slack”. Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar. 2007 Fitri, Yulia. “Pengaruh Asimetri Informasi, Partisipasi Penganggaran, dan Komitmen Organisasi Terhadap Timbulnya Senjangan Anggaran (Studi Empiris pada Universitas Swasta di Kota Bandung)”. Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar, 2007. Garrison, Ray H, dan Eric W. Norren. (A. Totok Budisantoso, Penerjemah). 2000. Akuntansi Manajerial . Jakarta: Salemba Empat Ghozali Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 19”,edisi ke lima, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2009. Hafsah. 2005. “Pengaruh Asimetri Informasi dan Komitmen Organisasi Terhadap Hubungan Anggaran dengan Kesenjangan Anggaran”. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan Hansen, Don R. dan Maryanne M.Mowen. (Ancella A. Hermawan, Penerjemah). 2006. Management Accounting. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. . (Ancella A. Hermawan, Penerjemah). 2009. Akuntansi Manajemen. Edisi ke-4. Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Heir, J.F, Anderson, R.E., Tatham, R.L., dan Black, W.C. 1998. Multivariate Analysis. Fifth Edition: Prentice Hall International Inc. Juliano Almeida de Faria dan Sônia Maria Gomes da Silva. 2013. “The effects of information asymmetry on budget slack: An experimental research”. African Journal of Business Management.
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 22
Latuheru, Belianus Patria. “Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Kawasan Indusri Maluku)”. Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi, Volume 5, No. 1. Maluku. 2006. Mardiasmo. “Akuntansi Sektor Publik”, Cetakan ke empat, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2009. Mulyadi. 2001. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Yogyakarta: Aditya Media. Nafarin, M. “Penganggaran Perusahaan”. Edisi Revisi. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. 2004. Ompusunggu, Kriesler Bornadi, & Bawono, Icuk Rangga, 2006. “Pengaaruh Partisipasi Anggaran dan Job relevant information (JRI) Terhadap Asimetri Informasi (Studi pada Badan Layanan Umum Universitas Negeri di Kota Purwokerto Jawa Tengah)”, SNA IX, Padang. Pello, Elizabeth vyninca. “Pengaruh Asimetri Informasi Dan Locus Of Control Terhadap Hubungan Antara Penganggaran Partisipatif Dengan Senjangan Anggaran”. E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 2014 “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah”. Diperbanyak oleh Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta. 2005. Ramdeen, Collin, et al. 2007. “An Examination of Impact of Budgetary Participation, Budget Emphasis, and Information Asymmetry on Budgetary Slack in The Hotel Industry. Article. William F. Harrah of College of Hotel Administration University of Nevada, Las Vegas. Riansah, Lira Azhimatinnur. 2013. “Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran Dengan Asimetri Informasi Dan Kecukupan Anggaran Sebagai Variabel Moderarting”. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Siregar, Baldric dan Bonni Siregar. “Akuntansi Pemerintahan dengan Sistem Dana”. Edisi Ketiga. Cetakan Pertama. Bagian Penerbitan Sekolah Tingi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta. 2001. Sugiama, Gima. 2008. Metode Penelitian Bisnis Dan Manajemen. Bandung: Guardaya Intimarta. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. ___ . 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. . 2013. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 23
Sumarno, Sonny. “Manajemen Keuangan Pemerintah”, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010. Sunarto. 2003. “Corporate Governance dan Kinerja Saham”. Fokus Ekonomi Vol 4 No. 2. Desember Supanto. “Analisis Pengaruh Partisipasi Penganggaran terhadap Budgetary Slack dengan Informasi Asimetri, Motivasi, Budaya Organisasi sebagai Pemoderasi (Studi Kasus pada Politeknik Negeri Semarang)”. Tesis. Semarang. 2010. Triana, Maya. 2012. “Pengaruh Partisipasi Anggaran, Budget Emphasis, dan Locus of Control terhadap Senjangan Anggaran (Survei pada Hotel Berbintang di Kota Jambi)”. E-jurnal Binar Akuntansi, Vol. 1 No. 1. “Undang-undang Otonomi Daerah 2008”. Fokusmedia, Bandung. 2008. Young, S.M “Participative Budgeting: The Effect of Risk Aversion and Assymetric Information on Budgetary Slack”.Journal of Accounting Research, Vol. 23: 829-842.. 1985. Yuwono, Sony, dkk. “Penganggaran Sektor Publik (Pedoman Praktis Penyusunan, Pelaksanaan, dan Pertanggungjawaban
APBD
(Berbasis
Kinerja))”.Edisi
Pertama,
Cetakan
Pertama
Bayumedia Publishing. Malang. 2005. Özer , Gökhan, dan Emine Yılmaz. “Effects of Procedural Justice Perception, Budgetary Control Effectiveness and Ethical Work Climate on Propensity to Create Budgetary Slack”. Business and Economics Research Journal. Volume 2, No. 4. pp. 1-18. 2011. http://akuntabilitasuinjkt.wordpress.com/2014/07/30/pengaruh-asimetri-informasi-dan-sistemimbalan-terhadap-hubungan-antara-partisipasi-penganggaran-dan-budgetary-slack/
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 24