TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DI BPM AL-FIRDAUS KISMOYOSO NGEMPLAK BOYOLALI
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
Erna Fitrianingsih B 12073
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali ”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Retno Wulandari, S.ST selaku Ketua Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Arista Apriani, S.ST.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis. 4. Ibu Dyah Widya S.,Amd.Keb, selaku Pimpinan BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali yang telah berkenan memberikan ijin pada penulis dalam mengadakan penelitian. 5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan. 6. Semua teman tingkat III Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang sudah membantu dan mendukung untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
iv
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta,
Juni 2015
Penulis
v
Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015 Erna Fitrianingsih B 12.073 TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DI BPS AL-FIRDAUS KISMOYOSO NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN 2015 xiii + 59 halaman + 17 lampiran + 8 tabel + 2 gambar ABSTRAK Latar Belakang : Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan suatu negara. Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) angka kematian ibu tahun 2012 adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup. Terjadinya bendungan ASI di Indonesia terbanyak adalah pada ibu-ibu pekerja, sebanyak 16 % dari ibu yang menyusui (Depkes RI, 2006). Adanya kesibukan keluarga dan pekerjaan menurunkan tingkat perawatan dan perhatian ibu untuk melakukan perawatan payudara sehingga akan cenderung mengakibatkan terjadinya Bendungan ASI. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 31 Oktober 2014 dengan mengadakan wawancara tidak terstruktur kepada 10 ibu nifas didapatkan hasil 2 ibu nifas bisa menjawab 3 pertanyaan dengan benar, 3 ibu nifas bisa menjawab 2 pertanyaan dengan benar dan 5 ibu nifas tidak bisa menjawab semua pertanyaan tentang bendungan ASI yang diberikan. Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali pada tingkat baik, cukup dan kurang. Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dilakukan di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali pada bulan April Mei 2015. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 35 ibu nifas, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Alat pengumpul data adalah kuesioner, untuk analisis data menggunakan analisis univariat dengan distribusi frekuensi dengan bantuan program SPSS. Hasil Penelitian : Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali diperoleh hasil pengetahuan baik sebanyak 5 responden (14%), pengetahuan cukup sebanyak 23 responden (66%) dan pengetahuan kurang sebanyak 7 responden (20%). Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM AlFirdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali sebagian besar berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 23 responden (66%). Faktor-faktor pendorong dang penghambat tingkat pengetahuan ibu nifas adalah umur, pendidikan dan pekerjaan. Kata kunci : Pengetahuan, Ibu Nifas, Bendungan ASI. Kepustakaan : 19 literatur (Tahun 2005 s/d 2015) vi
MOTTO 1. “We can succeeed if we learn from mistakes” kita dapat sukses apabila kita belajar dari kesalahan. 2. Jangan menilai orang dari masa lalunya karena kita semua sudah tidak hidup di sana, semua orang bisa berubah biarkan mereka membuktikannya (Mario Teguh) 3. “Sesungguhnya setelah ada kesulitan ada kemudahan”. (Q.S.Al-Insyirah : 6) 4. Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus belajar akan menjadi pemilik masa depan. 5. Melihat keatas untuk bermimpi, melihat kebawah untuk bersyukur serta beribadahlah kamu seakan-akan kamu akan mati besuk dan bekerjalah seakanakan kamu hidup untuk selamanya.
PERSEMBAHAN Dengan segala rendah hati, karya tulis ini penulis persembahkan: 1.
Bapak, ibu, adik dan keluarga besarku tercinta yang memberiku kasih sayang, mendukung dan mendoakanku.
2.
Keluarga kos ragil, bapak kos (Bp.Samsi), ibu kos (Bu.Nuning Widyastuti), mbak Irna wati, Priyanti Ningsih, Kristiani Utami, Erni Novitasari, Uswatun Khasanah yang menjadi keluarga ke-2 terimakasih kalian selalu ada di waktu susah maupun senang. Terimakasih untuk dukungan, bantuan, nasihat, waktu dan ilmu serta kesediaan dalam mendengarkan keluh kesahku.
3.
Sahabat-sahabatku Dheny Ermawati, Hesty Handayani, Ike Nurjannah, Peni Wijayanti, Nusaibah, Dinda Novitasari, Paryanti, Heni Eka, Sri Handayani, Ningtyas dan semua sahabat-sahabatku yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
4.
Untuk seseorang yang spesial yang menemani, memberikan kasih sayang, motivasi, perhatian dan doanya.
5.
Almamaterku tercinta, STIKes KUSUMA HUSADA SURAKARTA.
vii
viii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
iv
ABSTRAK .....................................................................................................
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii CURICULUM VITAE ................................................................................... viii DAFTAR ISI ...................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...........................................................................
1
B. Perumusan Masalah ...................................................................
3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................
3
D. Manfaat Penelitian .....................................................................
4
E. Keaslian Penelitian ....................................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ...........................................................................
7
1.
Pengetahuan.......................................................................
7
2.
Nifas .................................................................................. 14
3.
Laktasi ...............................................................................
4.
Bendungan Air Susu Ibu ................................................... 22
19
B. Kerangka Teori .......................................................................... 34 C. Kerangka Konsep ...................................................................... 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................. 36 ix
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 36 C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................. 37 D. Variable penelitian ..................................................................... 38 E. Definisi Operasional .................................................................. 38 F. Instrumen Penelitian .................................................................. 39 G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 43 H. Metode Pengolahan Dan Analisis Data ..................................... 44 I. Etika Penelitian .......................................................................... 47 J. Jadwal Penelitian ...................................................................... 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ....................................... 50 B. Hasil Penelitian ......................................................................... 50 C. Pembahasan .............................................................................. 53 D. Keterbatasan ............................................................................. 57 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan … ....................................................................... 58 B. Saran………. . .......................................................................... 58 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 TFU dan berat uterus menurut masa involusio ................................ 16 Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 39 Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner ........................................................................... 40 Tabel 4.1 Karateristik responden berdasarkan umur ....................................... 51 Tabel 4.2 Karateristik responden berdasarkan pendidikan ............................. 51 Tabel 4.3 Karateristik responden berdasarkan pekerjaan ............................... 52 Table 4.4 Mean dan Std. Deviation ................................................................. 52 Tabel 4.5 Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Bendungan ASI di BPM AlFirdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali ......................................... 53
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar. 2.1. Kerangka Teori .......................................................................... 34 Gambar. 2.2. Kerangka Konsep ....................................................................... 35
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Jadwal Penelitian
Lampiran 2.
Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3.
Surat Balasan Studi Pendahuluan
Lampiran 4.
Surat Permohonan Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 5.
Surat Balasan Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 6.
Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 7.
Surat Balasan Penggunaan Lahan
Lampiran 8.
Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 9.
Surat Persetujuan Responden (Informed Consent)
Lampiran 10. Kuesioner Penelitian Lampiran 11. Kunci Jawaban Kuesioner Lampiran 12. Data Tabulasi Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 13. Data Hasil Uji Validitas Lampiran 14. Data Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 15. Data Tabulasi Hasil Penelitian Lampiran 16. Dokumentasi Penelitian Lampiran 17. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan suatu negara. Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015 AKI diharapkan turun menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2012). Penyebab kematian ibu saat kehamilan sebesar 23,89 %, persalinan sebesar 26,99 % dan nifas sebesar 40,12 %. Penyebab kematian ibu paling banyak terjadi pada saat nifas, yaitu karena perdarahan persalinan, eklamsia, infeksi, mastitis dan postpartum blues. Berdasarkan survei kejadian kematian ibu paling banyak terjadi pada masa nifas, oleh karena itu masa nifas memerlukan pemantauan yang ketat sehingga dapat mengurangi angka kematian ibu (Dinkes Jateng, 2009). Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu setelah melahirkan (Marmi, 2014). Terjadinya bendungan ASI di Indonesia terbanyak adalah pada ibu-ibu pekerja, sebanyak 16 % dari ibu yang menyusui (Depkes RI, 2006). Adanya
1
2
kesibukan keluarga dan pekerjaan menurunkan tingkat perawatan dan perhatian ibu untuk melakukan perawatan payudara sehingga akan cenderung mengakibatkan terjadinya Bendungan ASI. Bendungan air susu ibu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. Bendungan ASI dapat terjadi karena adanya penyempitan duktus laktiferus pada payudara ibu dan dapat terjadi bila ibu memiliki kelainan puting susu misalnya puting susu datar, terbenam, dan cekung. Kejadian ini biasanya disebabkan karena air susu yang terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga menjadi sumbatan. Gejala yang sering muncul pada saat terjadi bendungan ASI antara lain payudara bengkak, payudara terasa panas dan keras, payudara terasa nyeri saat ditekan, payudara berwarna kemerahan, dan suhu tubuh ibu sampai 38oC. Apabila kejadian ini berkelanjut, dapat mengakibatkan terjadinya mastitis dan abses payudara. Bendungan ASI tersebut dapat dicegah dengan cara perawatan payudara yang dapat dilakukan oleh ibu. Selain perawatan payudara
dapat
mencegah
terjadinya
bendungan
ASI
juga
dapat
memperlancar proses laktasi (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 31 Oktober 2014 didapatkan data pada bulan Januari–September 2014 di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali terdapat 315 ibu nifas dan peneliti mengadakan wawancara tidak terstruktur kepada 10 ibu nifas dengan mengajukan 3 pertanyaan tentang pengertian, penyebab, penatalaksanaan
3
bendungan ASI. Dari 10 ibu nifas didapatkan hasil 2 ibu nifas bisa menjawab 3 pertanyaan dengan benar, 3 ibu nifas bisa menjawab 2 pertanyaan dengan benar dan 5 ibu nifas tidak bisa menjawab semua pertanyaan tentang bendungan ASI yang diberikan. Berdasarkan latar belakang di atas dimana kejadian bendungan ASI merupakan masalah penting yang perlu diatasi dan dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Bendungan ASI di BPM AlFirdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali Tahun 2015”.
B. Rumusan Masalah “Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI di BPM AL-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali?”
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM AL-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali.
2.
Tujuan Khusus a.
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM AL-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali pada tingkat baik.
4
b.
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM AL-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali pada tingkat cukup.
c.
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM AL-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolalipada tingkat kurang.
d.
Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong dan penghambat tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM AL-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali.
D. Manfaat Penelitian 1.
Bagi ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pustaka untuk menambah wawasan dan pengetahuan berkaitan dengan bendungan ASI.
2.
Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan peneliti dalam melakukan suatu penelitian terutama tentang Bendungan ASI.
3.
Bagi institusi pendidikan Dapat menjadi bahan bacaan dan referensi tambahan bagi mahasiswa kebidanan tentang bendungan ASI.
4.
Bagi masyarakat / Ibu nifas Sebagai informasi yang berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang bendungan ASI.
5
E. Keaslian Penelitian Penelitian serupa tentang tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI antara lain: 1.
Anik Nur Hastuti (2013), STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan judul Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen Tahun 2013 menggunakan metode Deskriptif Kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling. Hasil gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI yang masuk dalam kriteria baik 8 responden (23,5 %), cukup 20 responden (58,8 %) dan kurang 6 responden (17,67 %).
2.
Sutarni dan Herdini Widyaning Pertiwi (2014), Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali dengan judul Hubungan antara Post Natal Breast Care dengan Terjadinya Bendungan ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Wuryantoro Wonogiri menggunakan metode analitik dengan metode cross sectional. Hasil penelitian bahwa post natal breast care di BPS wilayah Kerja Puskesmas Wuryantoro Wonogiri termasuk baik sebesar 43,3 %, kategori cukup 33,3 % dan kategori kurang 23,3 %. Sebagian besar responden 66,7 % tidak mengalami Bendungan ASI dan 33, 3 % mengalami Bendungan ASI. Dengan demikian ada hubungan antara Post Natal Breast Care dengan Terjadinya Bendungan ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Wuryantoro Wonogiri.
6
Dari penelitian yang lalu dan penelitian sekarang di dapat perbedaan anatara lain lokasi, waktu penelitian, jumlah sampel, hasil penelitian, teknik pengambilan sampel. Sedangkan kesamaan antara lain sama-sama meneliti tentang Bendungan ASI untuk ibu nifas dan menggunakan metode deskriptif kuantitatif.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2011). b. Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2011) tingkat pengetahuan ada enam tingkat yaitu : 1) Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mempelajari antara
lain
menyebutkan,
menguraikan,
mendefinisikan,
menyatakan, dan sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan tandatanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
8
2) Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh,
menyimpulkan,
meramalkan,
dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi. 3) Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). 4) Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6) Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran
pengetahuan
dapat
dilakukan
dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman
9
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Mubarak (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain : 1) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya, jika seseorang memeliki tingkat pendidikan rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. 2) Pekerjaan Lingkungan
pekerjaan
dapat
membuat
seseorang
memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. 3) Umur Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar, pertumbuhan fisik terdiri atas empat kategori prubahan yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama
10
dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa. 4) Minat Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba
dan
menekuni
suatu
hal,
sehingga
seseorang
memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. 5) Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik. Sebaliknya, jika pengalaman tersebut menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang. Pengalaman baik ini akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupannya. 6) Kebudayaan lingkungan sekitar Lingkunggan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat
11
mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai siakp selalu menjaga kebersihan lingkungan. 7) Informasi Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. d. Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2012), untuk memperoleh pengetahuan ada 2 macam cara, yaitu : 1) Cara Memperoleh Kebenaran Nonilmiah a) Cara coba salah (trial and error) Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila
kemungkinan
tersebut
tidak
berhasil,
dicoba
kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba lagi dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) dan eror (gagal atau salah) atau metode coba salah (coba-coba). b) Secara kebetulan Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.
12
c) Cara kekuasaan atau otoritas Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan
turun-temurun
dari
generasi
ke
generasi
berikutnya. Pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintah, tokoh agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai
mekanisme
yang sama dalam
penemuan
pengetahuan. Prinsip inilah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik
berdasarkan
fakta
empiris
ataupun
berdasarkan
penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang dikemukakannya adalah sudah benar. d) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman adalah guru yang baik, pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan. e) Cara akal sehat (comman sense) Akal sehat atau (comman sense) kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan
13
berkembang, orang tua jaman dahulu menggunakan cara hukuman fisik agar anaknya menuruti keinginan orang tuanya. Ternyata cara ini berkembang menjadi teori, bahwa hukuman adalah metode bagi pendidikan anak. f)
Kebenaran melalui wahyu Ajaran adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para nabi. Kebenaran ini harus di terima dan diyakini oleh pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.
g) Kebenaran secara intuitif Kebenaran ini secara intitutif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses diluar kesadaran tanpa melalui proses penalaran atau berfikir. h) Melalui jalan pikiran Dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara manusia ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh kebenaran pengetahuannya. i)
Induksi Induksi adalah proses penariakan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan umum. Kemudian disimpulkan kedalam konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala.
14
j)
Deduksi Deduksi
adalah
pembuatan
kesimpulan
dari
pernyataan-pernyataan yang khusus. Di dalam proses berfikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu. 2) Cara Modern atau Cara Ilmiah Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penlitian ilmiah.
2. Nifas (Puerperium) a.
Pengertian Masa nifas (Puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009).
15
b.
Tahapan masa Nifas Menurut Marmi (2014), tahapan masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan yaitu : 1) Puerperium Dini Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan. 2) Puerperium Intermedial Suatu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih 6-8 minggu. 3) Remote Puerperium Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.
c.
Perubahan Sistem Reproduksi Pada Masa Nifas Menurut Marmi (2014), Dalam masa nifas alat-alat genetalia interna maupun ekterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum
hamil.
Perubahan
alat-alat
genetalia
ini
disebut involusi. a) Involusi Uterus Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke keadaan sebelum hamil dengan berat hanya 60 gram.
16
Tabel 2.1 TFU dan berat uterus menurut masa involusi Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat uteri Uterus Plasenta Setinggi pusat 1000 gram Lahir 7 hari Pertengahan pusat 500 gram dan simpisis 14 hari Tidak teraba 350 gram 6 minggu Normal 60 gram Sumber: Marmi (2014)
Diameter Uterus 12,5 cm 7,5 cm 5 cm 2,5 cm
b) Involusi tempat plasenta Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus, luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut karena disebabkan luka ini sembuh dengan cara dilepaskan dari dasarnya tetapi diikuti pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka. c) Perubahan ligamen Ligamen-ligamen dan diagfragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah jalan lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sedia kala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun”setelah
17
melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendor. d)
Perubahan pada Serviks Setelah persalinan, bentuk serviks agak menyangga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensi lunak, kadang-kadang terdapat luka kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim dan setelah 8 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
e) Lochea Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa atau alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya, diantaranya : (1) Lochea Rubra Lochea ini muncul pada hari ke-1 sampai hari ke-3 masa setelah melahirkan. Cairan yang keluar berwarna merah kehitaman karena berisi darah dari perobekan atau luka pada plasenta dan serabut dari deciduas dan chorion.
18
(2) Lochea Sangulenta Lochea ini berwarna putih bercampur merah karena mengandung sisa darah dan bercampur lendir. Berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 setelah melahirkan. (3) Lochea Serosa Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan robekan atau laserasi plasenta. Muncul pada hari ke-7 sampai hari ke-14 setelah melahirkan. (4) Lochea Alba Lochea
ini
berwarna
putih,
mengandung
leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa berlangsung selama 2 minggu sampai 6 minggu setelah melahirkan. f)
Perubahan Vulva, Vagina dan Perineum Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu setelah melahirkan. Setelah melahirkan perenium menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang
19
bergerak maju. Perenium akan kembali sebagian besar tonusnya pada hari ke-5 setelah melahirkan.
3. Laktasi a.
Pengertian Laktasi Menurut Marmi (2014), laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi, disekresi, dan pengeluaran ASI sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI.
b.
Fisiologi Laktasi Selama masa kehamilan, hormon estrogen dan progesteron menginduksi perkembangan alveoli dan ductus lactiferus didalam payudara, serta merangsang produksi kolostrum. Penurunan produksi hormon akan terjadi dengan cepat setelah plasenta dilahirkan. Hormon hipofise anterior yaitu prolaktin yang terjadi dihambat oleh kadar estrogen dan progesteron yang tinggi dalam darah, kini dilepaskan. Prolaktin akan mengaktifkan sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. Setelah pelepasan ASI, akan memberikan rangsangan sentuhan pada payudara (bayi menghisap) sehingga merangsang
produksi
oksitosin
yang
mempengaruhi
sel-sel
mioepitelial yang mengelilingi alveoli mammae sehingga alveoli tersebut berkontraksi dan mengeluarkan air susu yang sudah disekresikan oleh kelenjar mammae. Pada saat bayi menghisap, ASI didalam sinus tertekan keluar ke mulut bayi. Gerakan tersebut
20
dinamakan let down reflect atau pelepasan. Pelepasan akan dipacu tanpa rangsangan hisapan, tapi dapat terjadi bila ibu mendengar bayi menangis
atau
sekedar
memikirkan
tentang
bayinya
(Sulistyawati, 2009). c.
Masalah dalam Laktasi Menurut Nugroho dkk (2014), masalah yang sering terjadi dalam pemberian ASI antara lain : 1) Puting susu terbenam Puting payudara terbenam (retracted nipple), sehingga tidak mungkin bayi dapat menghisap dengan baik. Keadaan ini dapat dicegah bila ibu melakukan kontrol teratur selama kehamilan sehingga bidan atau dokter dapat memberi perawatan dengan cara mengurut ujung puting susu dan sedikit menariknariknya dengan jari-jari tangan atau dengan pompa khusus. 2) Puting Susu Lecet Rangsangan mulut bayi terhadap puting susu dapat berakibat puting susu lecet sehingga terasa perih. Puting susu lecet dapat dikurangi dengan cara membersihkan puting susu dengan air hangat setiap kali selesai menyusui. Bila terjadi lecet pada sekitar puting susu jangan diberi sabun, salep, minyak, atau segala jenis krim. Pengobatan terbaik untuk puting susu lecet adalah dengan membuatnya senantiasa kering dan sebanyak mungkin membiarkan payudara terkena udara bebas.
21
3) Payudara Bengkak Dalam keadaan normal payudara akan terasa kencang bila tiba saatnya bayi minum, karena kelenjar payudara telah penuh terisi dengan ASI. Namun apabila payudara telah kencang dan untuk beberapa waktu tidak dihisap oleh bayi atau dipompa, maka payudara mengalami pembengkakan yang menekan saluran ASI sehingga terasa sangat tegang dan sakit. 4) Mastitis Mastitis (radang pada payudara) adalah infeksi jaringan payudara yang disebabkan oleh bakteri. Gejala pada mastitis adalah payudara menjadi merah, bengkak, terkadang diikuti rasa nyeri dan panas serta suhu tubuh yang meningkat. Mastitis terjadi pada 1-3 minggu setelah melahirkan yang diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI dihisap atau dikeluarkan, dapat juga karena penggunaan bra yang ketat, serta penegluaran ASI yang kurang baik.
22
4. Bendungan Air Susu Ibu a.
Pengertian Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Bendungan ASI adalah kejadian di mana pengeluaran air susu terhalang duktus laktoferi yang menyempit karena pembesaran vena dan pembuluh limfe (Sulistyawati, 2009).
b.
Etiologi Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010), bendungan air susu ibu disebabkan oleh : 1) Pengosongan mammae yang tidak sempurna Selama masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI yang berlebihan. Apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu dan payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI. 2) Hisapan bayi tidak aktif Pada masa laktasi, jika bayi tidak aktif menghisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.
23
3) Posisi menyusui yang tidak benar Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI. 4) Puting susu yang terbenam Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu, karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola. Akibatnya bayi tidak mau menyusu dan terjadi bendungan ASI. 5) Puting susu terlalu panjang Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang
sinus
laktiferus
untuk
mengeluarkan
ASI.
Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI. c.
Patofisiologi Selama 24 jam hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lacteal, payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol. Sekresi lacteal terjadi pada 2-3 hari pertama setelah melahirkan. Jadi bendungan ASI terjadi 3-5 hari pertama setelah melahirkan. Keadaan ini yang disebut dengan bendungan air susu “caked breast”, sering menimbulkan rasa nyeri pada payudara dan kadang menimbulkan kenaikan suhu badan. Keadaan tersebut menggambarkan adanya aliran darah vena normal yang berlebihan
24
dan mengembangkan limfatik pada payudara yang merupakan prekusor regular untuk terjadinya laktasi (Suherni dkk, 2009). d.
Tanda dan Gejala Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010), ibu yang mengalami bendungan ASI ditandainya dengan payudara bengkak panas serta keras pada perabaan, puting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit menyusu, pengeluaran susu kadang terhalang oleh ductuli laktiferi menyempit, payudara terasa nyeri bila ditekan, payudara berwarna kemerahan, dan suhu tubuh sampai 38 oC.
e.
Pencegahan Menurut Marmi (2014), perawatan payudara dapat mencegah terjadinya bendungan ASI yaitu sebagai berikut : 1) Massase Payudara untuk Pemeliharaan Payudara Perawatan payudara adalah suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar dengan lancar. Perawatan payudara dapat dilakukan dengan pengurutan. Pengurutan sebaiknya dilakukan setelah melahirkan sebanyak 2 kali sehari. Langkah-langkah perawatan payudara antara lain : a) Cuci tangan sebelum massase payudara. b) Mengompres kedua puting susu dengan menggunakan kapas yang telah dibasahi minyak kelapa / baby oil. c) Tuangkan minyak kelapa / baby oil ke kedua telapak tangan secukupnya.
25
d) Sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan kanan, mulai dari pangkal payudara dan berakhir dengan gerakan spiral pada daerah puting susu. e) Selanjutnya buatlah gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu diseluruh bagian payudara. Lakukan gerakan seperti ini pada payudara kanan. f)
Gerakan selanjutnnya letakkan kedua telapak tangan diantara dua payudara. Urutlah dari tengah payudara keatas sambil
mengangkat
kedua
payudara
dan
lepaskan
keduannya secara perlahan lakukan gerakan ini kurang lebih 30 kali. g) Lalu posisi tangan paralel, sangga payudara dengan satu tangan sedangkan tangan lain mengurut payudara dengan menggunakan sisi jari kelingking dari arah pangkal kearah puting susu. Lakukan gerakan ini kurang lebih 30 kali secara bergantian payudara kanan dan payudara kiri. h) Semua gerakan itu dapat melancarkan reflek pengeluaran ASI, selain itu juga merupakan cara efektif meningkatkan volume ASI dan mencegah bendungan pada payudara.
26
2) Pijat Oksitosin Pijat oksitosin adalah menjaga kebersihan dan menjaga kelancaran aliran ASI. Langkah-langkah pijat oksitosin : a) Mencuci tangan b) Menstimulir puting susu : menarik puting susu dengan pelan-pelan memutar puting susu dengan perlahan dengan jari-jari. c) Mengurut atau mengusap ringan payudara dengan ringan menggunakan ujung jari. d) Ibu duduk bersandar ke depan, melipat lengan diatas meja di depannya dan meletakkan kepalanya diatas lengannya. Payudara
tergantung
lepas,
tanpa
baju,
handuk
dibentangkan diatas pangkuan pasien. Bidan menggosok kedua sisi tulang belakang dengan menggunakan ibu jari. Bidan menekan dengan kuat, membentuk gerakan lingkaran kecil dengan kedua ibu jari dengan menggosok kearah bawah kedua sisi tulang belakang, pada saat yang sama dari leher kearah tulang belikat selama 2-3 menit. 3) Posisi menyusui yang di ubah-ubah Menurut Nugroho dkk (2014), ada beberapa macam posisi menyusui pada bayi sebagai berikut :
27
a) Posisi Duduk Langkah-langkah menyusui yang benar dengan posisi duduk adalah: (1)
Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu, areola dan sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai disinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
(2)
Ibu duduk menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar kursi, bayi dipegang dengan satu tangan kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan dan ditahan dengan telapak tangan ibu. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang dan satunya didepan, perut bayi menempel badan ibu kepala bayi menghadap payudara, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
(3)
Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari lain menopang dibawah.
(4)
Bayi diberikan rangsangan dengan cara : menyentuh pipi dengan puting susu atau dengan menyentuh sisi mulut bayi.
(5)
Setelah bayi membuka mulut dengan cepat kepala bayi diletakkan ke payudara ibu dengan puting susu
28
berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah areola. Setelah bayi mulai menghisap payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi. (6)
Bayi disusui secara bergantian dari susu sebelah kiri kemudian kanan sampai bayi kenyang.
(7)
Setelah selesai menyusui mulut bayi dan kedua pipi dibersihkan dengan kapas yang telah direndam dengan air hangat.
(8)
Sebelum ditidurkan bayi disendawakan terlebih dahulu supaya udara yang terhisap bisa keluar.
b) Posisi berbaring Pada posisi berbaring miring, ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Posisi ini merupakan posisi paling nyaman bagi ibu yang menjalani penyembuhan dari pelahiran melalui pembedahan. Langkah-langkah untuk menyusui dengan posisi berbaring adalah sebagai berikut: (1) Bayi harus mencari puting dan areola ibu dengan mulut terbuka lebar. (2) Agar dapat menganga lebar, hidung bayi harus sejajar dengan puting susu ibu.
29
(3) Ibu menyangga kepala dan leher bayi dengan lembut, dengan meletakkan tangannya pada tulang oksipital bayi, dan membuat kepala bayi bergerak ke belakang dengan posisi seperti mencium bunga. (4) Saat rahang bawah membuka, ibu menggerakkan bayi mendekati payudara dengan perlahan, menggarahkan bibir bawah bayi ke lingkar luar areola. (5) Setelah bayi mulai menghisap usahakan agar mulutnya tidak hanya menghisap puting susu ibu, melainkan harus menghisap seluruh areola. (6) Setelah selesai menyusui mulut bayi dan kedua pipi dibersihkan dengan kapas air hangat. (7) Sebelum ditidurkan, bayi disendawakan terlebih dahulu agar udara yang terhisap bisa keluar. 4) Menggunakan bra yang menyangga, bukan yang menekan Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010), ibu menyusui sebaiknya menggunakan BH yang sesuai dengan pembesaran payudara yang sifatnya menyangga payudara dari bawah suspension bukan menekan dari depan. 5) Melakukan pengosongan payudara Menurut Marmi (2014), pengosongan payudara perlu dilakukan agar payudara tidak terasa penuh untuk mengurangi bendungan ASI serta memperlancar produksi ASI. Pengosongan
30
payudara atau pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : a) Pengeluaran ASI dengan tangan (1)
Cuci tangan sampai bersih
(2)
Pegang cangkir yang bersih untuk menampung ASI
(3)
Condongkan badan ke depan dan sangga payudara dengan tangan
(4)
Letakkan ibu jari pada batas areola mammae bagian atas dan jari telunjuk pada batas areola bawah sehingga berhadapan
(5)
Tekan kedua jari ini kedalam kearah dinding dada tanpa menggeser letak kedua jari tadi
(6)
Pijat daerah diantara kedua jari tadi kearah depan sehingga akan memeras dan emngeluarkan ASI yang berada didalam sinus lactiferus
(7)
Ulangi gerakan tekan, pijat dan lepas beberapa kali
(8)
Setelah pancaran ASI berkurang pindahkan posisi ibu jari dan jari telunjuk tadi dengan cara diputar pada sisi lain dari batas areola dengan kedua jari selalu berhadapan
(9)
Lakukan hal yang sama pada setiap sehingga ASI akan terperah dari semua bagian.
(10) Jangan menekan, memijat atau menari puting susu
31
karena
tidak
akan
mengeluarkan
ASI
dan
menyebabkan rasa sakit. (11) Peras setiap 3-4 jam sekali secara teratur agar produksi ASI tetap terjaga (12) Pilih waktu dimana payudara dalam keadaan penuh b) Pengeluaran ASI dengan pompa Pengeluaran ASI dengan pompa jika payudara terbendung, payudara terasa nyeri, dan ASI benar-benar penuh. Ada dua macam bentuk pompa : (1)
Pompa manual atau tangan Pompa
manual
atau
tangan
sering
dipergunakan karena murah, mudah dibersihkan dan umumnya mudah digunakan. Ada beberapa tipe pompa manual yaitu: (a) Tipe silinder Pompa tipe ini efektif dan mudah dipakai, kekuatan tekanan isapan mudah dikontrol. Baik kedua silinder maupun gerakan memompa berada dalam garis lurus. Terbuat dari plastik dengan tempat
penampungan
ASI dibagian
bawah
silinder. (b) Tipe silinder berkerucut Tipe ini sama dengan tipe silinder, tetapi silinder
32
bersudut kebawah. ASI akan ditampung dibotol yang ditempelkan dipompa. (c) Tipe kerucut gelas atau plastik dan bola karet atau tipe terompet Tipe ini tidak dianjurkan untuk dipakai karena menyakitkan dan dapat menyebabkan kerusakan putting susu serta jaringan payudara. Kekuatan tekanan isap sukar diatur, skar dibersihkan dan disterilkan secara efektif. (2) Pompa elektrik Beberapa macam pompa listrik sudah ada dibeberapa kota besar. Karena umumnya harganya sangat mahal sehingga penggunaannya terbatas di rumah sakit-rumah sakit besar. f.
Penatalaksanaan Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010), bila payudara ibu terjadi bendungan ASI dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut : 1) Menyusui bayi secara on demand / tanpa di jadwal sesuai kebutuhan bayi 2) Mengeluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek 3) Mengeluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan ASI
33
4) Mengompres payudara dengan air hangat dan dingin secara bergantian 5) Untuk memudahkan bayi menghisap atau menangkap puting susu berikan kompres hangat sebelum menyusui 6) Untuk mengurangi bendungan di vena dan pembuluh getah bening dalam payudara lakukan pengurutan payudara atau perawatan payudara 7) Bila perlu memberikan parasetamol 500 mg per oral tiap 4 jam 8) Menurut Sulistyawati (2009), selain penatalaksanaan di atas ada penatalaksanaan lain jika ibu mengalami bendungan ASI antara lain menyangga payudara dengan BH yang menyokong dan memberikan analgetik atau kodein 60 mg per oral.
34
B. Kerangka Teori Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan 2. Tingkatan Pengetahuan 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 4. Cara memperoleh pengetahuan
Nifas
1. Pengertian Nifas 2. Tahapan Masa Nifas 3. Perubahan Sistem Reproduksi Pada Masa Nifas
Laktasi
1. Pengertian Laktasi 2. Fisiologi Laktasi 3. Masalah dalam Laktasi
Bendungan ASI
1. Pengertian Bendungan ASI 2. Etiologi Bendungan ASI 3. Patofisiologi Bendungan ASI 4. Tanda dan Gejala Bendungan ASI 5. Pencegahan Bendungan ASI 6. Penatalaksanaan Bendungan ASI
Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : Notoatmodjo (2011), Mubarak (2012), Notoatmodjo (2012), Sulistyawati (2009), Marmi (2014), Nugroho dkk (2014), Rukiyah dan Yulianti (2010)
35
C. Kerangka Konsep Penelitian Baik Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Bendungan ASI
Cukup Kurang
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan : 1. Pendidikan
2. Pekerjaan 3. Umur 4. Minat 5. Pengalaman 6. Kebudayaan lingkungan sekitar 7. Informasi 8. Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Keterangan : : Diteliti : Tidak diteliti
36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini akan menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk mendiskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi didalam masyarakat. Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Kuantitatif adalah data yang berhubungan dengan angka-angka, baik yang diperoleh dari hasil pengukuran, maupun dari nilai suatu data yag diperoleh dengan jalan mengubah data kualitatif kedalam data kuantitatif, misalnya skor dari hasil tes, atau hasil perhitungan (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini akan mendiskripsikan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Lokasi penelitian adalah tempat yang akan dilakukan oleh penelitian
dan
sekaligus
membatasi
ruang
lingkup
penelitian
(Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dilakukan di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali.
36
37
2. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dilakukan mulai pada bulan Desember 2014 - Juni 2015.
C. Populasi , Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1.
Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang ada di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali. Jumlah populasi ibu nifas bulan Januari – September 2014 adalah 35 ibu nifas.
2.
Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Jika populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semua, tetapi jika populasi lebih dari 100 dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih (Arikunto, 2013). Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 35 ibu nifas.
38
3.
Teknik Pengambilan Sampel Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2010). Penelitian ini menggunakan “accidental sampling”. Menurut Notoatmodjo (2012), accidental sampling dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan konteks penelitian.
D. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali.
E. Definisi Operasional Definisi operasional adalah mengidentifikasikan variable secara operasional berdasarkan karateristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2010).
39
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali Variabel Definisi Skala Kategori Alat Operasional Ukur Ukur Tingkat Segala sesuatu yang Ordinal a. Baik, bila nilai Kuesione pengetahuan diketahui ibu nifas responden (x) > r ibu Nifas tentang bendungan mean + 1 SD tentang ASI antara lain : b. Cukup, bila 1. Pengertian nilai mean – 1 Bendungan 2. Penyebab ASI SD x mean 3. Tanda dan gejala + 1 SD 4. Pencegahan c. Kurang, bila 5. Penatalaksanaan nilai responden (x) < mean – 1 SD (Riwidikdo,2013)
F. Instrumen Penelitian Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yaitu memberikan suatu serangkaian pertanyaan yang telah ditulis dan responden tinggal memilih jawaban benar atau salah (Notoatmodjo, 2012). Instrumen ini ada 35 soal, dengan menggunakan Skala Guttman. Skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan atau pernyataan: ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Di mana permasalahan soal tersebut mengenai tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI. Skala Guttman ini umumnya dibuat seperti checklist dengan interpretasi penilaian pertanyaan dengan kriteria positif (favorable) yaitu bila menjawab benar nilainya 1 jika menjawab salah nilainya 0 dan kriteria negatif
40
unfavorable bila menjawab salah nilainya 1 dan jika menjawab benar nilainya 0. Pengisian kuisioner tersebut dengan memberi tanda cetang ( ) pada jawaban yang dianggap benar (Hidayat, 2010). Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali Pernyataan Jumlah Variabel Sub variabel soal Favorable Unfavorable Tingkat 1. Pengertian 1, 2, 3* 4,5 5 pengetahuan Bendungan ASI 6,9*,10,12 7,8,11 7 ibu Nifas 2. Penyebab Bendungan ASI tentang 3. Tanda dan gejala 13,14,15, 16,18 7 Bendungan Bendungan ASI 17*,19 ASI 4. Pencegahan 20,21,22, 24,25,26,2 10 Bendungan ASI 23, 28,29 7 5. Penatalaksanaan 30,31,35 32,33,34 6 Bendungan ASI 14 Jumlah 21 35 Keterangan: * (pernyataan yang tidak valid) Sebelum kuesioner diberikan pada responden, kuesioner diuji kevaliditas dan reliabilitasnya terlebih dahulu. Uji coba dilakukan untuk mendapat instrumen yang benar-benar valid dan reliabel. Instrumen penelitian sebelumnya diuji validitas dan realibilitas kemudian data diolah dan dianalisa dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution). Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan pada tanggal 09 Maret sampai 12 April 2015 di BPM Ririn Yunianti Amd.keb Ngemplak Boyolali dengan jumlah 30 reponden.
41
1.
Uji Validitas Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid sejauh mana mampu mengukur instrumen ini (Notoatmodjo, 2012). Menurut Riwidikdo (2012), untuk melakukan uji validitas minimal dilakukan terhadap 30 responden. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus product moment dengan bantuan program komputer SPSS for Windows, dikatakan valid jika nilai rxy hitung > rxy tabel atau bila nilai p-value < dari 0,05 (Riwidikdo, 2013). Menurut Riwidikdo (2013), rumus product moment adalah :
Keterangan : r : Korelasi antara masing – masing butir pernyataan N : Jumlah responden x : Skor pertanyaan y : Skor total pertanyaan xy : Skor pernyataan dikalikan skor total Dari uji coba validitas yang telah dilakukan dari 35 pernyataan didapatkan 32 pernyataan valid dan terdapat 3 pernyataan yang tidak valid yaitu nomor 3, 9, 17 dan pernyatan yang tidak valid tersebut
42
dihilangkan karena sudah ada yang mewakili indikator pernyataan dalam kuesioner. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat atau instrumen pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2012). Kuesioner atau angket dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha ( ) minimal 0,7 (Riwidikdo, 2013). Untuk menguji realibilitas instrument peneliti menggunakan Alpa Chronbach dengan bantuan program computer SPSS for Windows. Rumus Alpha Chonbach adalah sebagai berikut:
Keterangan : r
: Reliabilitas Instrument
k
: Banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal : Jumlah varian butir t
2
: Varians total Dengan menggunakan Alfa Cronbach, kuesioner dikatakan
reliabel apabila nilai alfa > 0,7 (Riwikdikdo,2012). Sedangkan hasil dari uji realibilitas yang telah dilakukan diketahui bahwa nilai alfa Cronbach sebesar 0,967 dengan demikian kuesioner dapat dikatakan reliabel.
43
G. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data akan dilakukan dengan cara memberikan lembar pertanyaan persetujuan dan membagikan kuesioner atau angket pada ibu nifas yang menjadi pasien di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali, kemudian menjelaskan tentang cara mengisinya. Responden diminta untuk mengisi kuesioner sampai selesai dan kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Menurut Riwidikdo (2013), cara memperoleh data dibagi menjadi 2 yaitu data primer dan data sekunder: 1. Data Primer Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari subjek atau objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari jawaban pertanyaan ibu nifas tentang tanda Bendungan ASI yang disediakan melalui kuesioner. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapat data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak dengan berbagai cara metode baik secara komersial maupun non komersial. Dalam penelitian ini data sekunder berupa data jumlah ibu nifas yang berkunjung ke BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali.
44
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data 1.
Pengolahan Data Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Menurut Notoatmodjo (2012), proses pengolahan data adalah : a.
Editing (Memeriksa Data) Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahalu. Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner.
b.
Coding Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng”kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
c.
Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing Data, yakni jawaban–jawaban dari masing–masing responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau “software” komputer.
d.
Pembersihan Data (Cleaning) Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan,
perlu
dicek
kembali
untuk
melihat
kemungkinan– kemungkinan adanya kesalahan–kesalahan kode,
45
ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. 2.
Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis univariat. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata–rata, median dan standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2012). Menurut Riwidikdo (2013), untuk membuat 3 katagori yaitu baik, cukup dan kurang maka menggunakan parameter : a. Baik, apabila nilai responden yang diperoleh: (x) > Mean + 1 SD (x) > 24,3 + (1 x 6,5) (x) > 30,8 Jadi tingkat pengetahuan responden baik bila nilai (x) > 30,8 b. Cukup, apabila nilai responden yang diperoleh: Mean – 1 SD < x < Mean + 1 SD 24,3 – (1 x 6,5) < x < 24,3 + (1 x 6,5) 17,8 < x < 30,8 Jadi
tingkat
pengetahuan
(x) 17,8 < (x) < 30,8
responden
cukup
bila
nilai
46
c. Kurang, apabila nilai responden yang diperoleh: (x) < Mean – 1 SD (x) < 24,3 – (1 x 6,5) (x) < 17,8 Jadi tingkat pengetahuan responden kurang bila nilai (x) < 17,8 Menurut Riwidikdo (2013) instrument dikatakan reliabel bila nilai Alpha Chonbach > r kriteria (0,7). Menurut Riwidikdo (2013), rumus mean yaitu :
X =
=
x n 853 35
= 24,3 Keterangan: X
: Mean atau nilai rata-rata
n
: Jumlah responden
∑xi
: Jumlah nilai yang diperoleh tiap responden Menurut Riwidikdo (2013), simpangan baku (standard deviation)
adalah ukuran yang dapat dipakai untuk mengetahui tingkat penyebaran nilai-nilai data terhadap rata-ratanya. Rumus : xi2
SD
=
( x) 2 n n 1 727609 72 35 35 1
22245
= =
22245
20788 ,8 20 34
47
=
1456 ,2 34
=
42,8
= 6,5 Keterangan : SD
: simpangan baku
x
: Nilai responden
n
: Jumlah responden Menurut Riwidikdo (2013), rumus untuk mengetahui skor
prosentase tiap responden adalah sebagai berikut: Skor Prosentase =
I.
Skor yang diperoleh responden x 100% Total skor maksimal yang seharusnya diperoleh
Etika Penelitian 1.
Prinsip – prinsip Petunjuk Etika Penelitian Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Menurut Hidayat (2010), prinsip penelitian pada manusia yang harus dipahami antara lain :
a.
Prinsip Manfaat Dengan berprinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk penelitian yang dilakukan memiliki harapan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia.
48
b.
Prinsip menghormati manusia Manusia memiliki hak dan makhluk yang mulia yang harus dihormati, karena manusia memiliki hak dalam menentukan pilihan antara mau dan tidak untuk diikutsertakan menjadi subjek penelitian.
c.
Prinsip keadilan Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia dengan menghargai hak.
2.
Masalah etika penelitian Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian (Hidayat, 2010). Menurut Hidayat (2010), masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut : a.
Informed consent Bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan
lembar persetujuan. Informed
consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.
b.
Anonimity (Tanpa Nama) Masalah
etika
kebidanan
merupakan
masalah
yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama.
49
c.
Confidentiality (Kerahasiaan) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah–masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
J.
Jadwal Penelitian Jadwal kegiatan adalah uraian langkah–langkah kegiatan dari mulai menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta
waktu
berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut
(Notoatmodjo, 2012). Jadwal penelitian ini terlampir.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali yang merupakan salah satu BPM yang berada di Kabupaten Boyolali. Lokasi BPM Al-Firdaus terletak di Desa Tambas RT. 03 RW. VIII Kismoyoso, Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali dipimpin oleh seorang bidan, jenis pelayanan yang diberikan antara lain kesehatan ibu dan anak yang meliputi pemeriksaan ANC, pelayanan KB, pemeriksaan balita sakit, pijat bayi serta pertolongan persalinan dan pengobatan umum. BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali memiliki 4 ruang, yaitu ruang persalinan, ruang periksa dan ruang nifas, jumlah tenaga kesehatan 2 orang. BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali terletak di Kecamatan Ngemplak.
B. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Mei 2015 di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali. Responden dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang tercatat di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali yang berjumlah 35 responden
50
51
1. Analisis Deskriptif a. Karakteristik responden berdasarkan umur Karateristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.1 No. 1. 2. 3.
Karakteristik responden berdasarkan umur Responden Frekuensi Prosentase (%) 20 – 25 tahun 10 29 26 – 30 tahun 18 51 31 – 35 tahun 7 20 Total 35 100% Sumber: Data primer Berdasarkan tabel 4. 1 di atas, kelompok umur responden 20 – 25 tahun sebanyak 10 responden (29%), 26 – 30 tahun sebanyak 18 responden (51%) dan 31 – 35 tahun sebanyak 7 responden (20%). Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa umur responden terbanyak adalah 26 – 30 tahun yaitu sebanyak 18 responden (51%). b. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Karateristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.2 No. 1. 2. 3. 4.
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Responden Frekuensi Prosentase(%) SD 3 9 SMP 10 29 SMA 17 49 Perguruan Tinggi 5 14 Total 35 100% Sumber: Data primer Berdasarkan
tabel
4.2
di
atas
kelompok
responden
berpendidikan SD sebanyak 3 responden (9%), SMP sebanyak 10 responden (29%), SMA sebanyak 17 responden (49%) dan Perguruan
52
Tinggi sebanyak 5 responden (14%). Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan terakhir responden yang paling banyak adalah SMA yaitu sebanyak 17 responden (49%). c. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Karateristik responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.3 No. 1. 2. 3. 4.
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Responden Frekuensi Prosentase(%) IRT 12 34 5 14 PNS 15 43 Swasta Buruh 3 9 Total 35 100% Sumber: Data primer Berdasarkan tabel 4.3 di atas kelompok responden bekerja
sebagai IRT sebanyak 12 responden (34%), PNS sebanyak 5 responden (14%), swasta sebanyak 15 responden (43%) dan buruh sebanyak 3 responden (9%). Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pekerjaan responden yang paling banyak adalah swata yaitu sebanyak 15 responden (43%). 2. Analisis Data Hasil Penelitian a. Tabel 4.4 Mean dan Std. Deviation Variabel Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI
Mean 24,3
Std. Deviation 6,5
Berdasarkan nilai Mean dan Std. Deviation, tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso
53
Ngemplak Boyolali dikategorikan menjadi 3 tingkat dan dapat dilihat pada tabel 4. 5 di bawah ini: b. Tabel 4.5 Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali No. 1. 2. 3.
Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total Sumber: Data primer
Frekuensi 5 23 7 35
Prosentase (%) 14 66 20 100%
Berdasarkan tabel di atas tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali pada kategori pengetahuan baik sebanyak 5 responden (14%), pengetahuan cukup sebanyak 23 responden (66%) dan pengetahuan kurang sebanyak 7 responden (20%). Jadi tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali yang paling banyak dikategorikan dalam pengetahuan cukup, yaitu sebanyak 23 responden (66%).
C. Pembahasan Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2011).
54
Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010), ibu yang mengalami bendungan ASI ditandainya dengan payudara bengkak panas serta keras pada perabaan, puting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit menyusu, pengeluaran susu kadang terhalang oleh ductuli laktiferi menyempit, payudara terasa nyeri bila ditekan, payudara berwarna kemerahan, dan suhu tubuh sampai 380 C. Berdasarkan hasil penelitian yang tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali pada kategori pengetahuan baik sebanyak 5 responden (14%), pengetahuan cukup sebanyak 23 responden (66%) dan pengetahuan kurang sebanyak 7 responden (20%). Jadi tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM AlFirdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali yang paling banyak dikategorikan dalam pengetahuan cukup, yaitu sebanyak 23 responden (66%). Hal ini sesuai dengan hasil peneliitan yang dilakukan oleh Anik
Nur
Hastuti (2013),
dengan judul Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen Tahun 2013, berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden berpengetahuan cukup yaitu 20 responden (58,8 %). Menurut Mubarak (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan antara lain pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan lingkungan sekitar dan informasi.
55
Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden memiliki rentang umur antara 26-30 tahun sebanyak 18 responden (51%), dengan rentang umur tersebut dimungkinkan responden sudah cukup untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri termasuk pengetahuan tentang bendungan ASI. Menurut Mubarak (2012), dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar, pertumbuhan fisik terdiri atas empat kategori prubahan yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa. Berdasarkan penelitian ini, pendidikan responden yang paling besar adalah SMA yaitu sebanyak 17 responden (49%). Menurut Mubarak (2012), pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya, jika seseorang memeliki tingkat pendidikan rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden dengan pekerjaan swasta sebanyak 15 responden (43%). Menurut Mubarak (2012),
56
lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. Berdasarkan
hasil
penelitian
di
atas,
sebagian
responden
berpengetahuan cukup tentang bendungan ASI, hal ini faktor-faktor pendorong dan penghambat adalah umur , tingkat pendidikan dan pekerjaan. Pengetahuan tentang bendungan ASI sangat penting bagi ibu nifas, hal ini dikarenakan tingkat pengetahuan dapat mempengaruhi ibu nifas untuk dapat menangani dan mencegah apabila terjadi bendungan ASI.
57
D. Keterbatasan Penelitian 1. Kendala Penelitian Kendala yang dihadapi peneliti pada saat melakukan penelitian adalah waktu untuk bertemu dengan responden sangat sulit, karena di tempat penelitian tidak setiap hari ada ibu nifas yang berkunjung, sehingga penulis membutuhkan waktu untuk datang ke rumah ibu nifas untuk mengumpulkan data kuesioner penelitian. 2. Kelemahan/ Keterbatasan a. Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal, sehingga hasil penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan ibu tentang bendungan ASI. b. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup, sehingga responden hanya bisa menjawab “benar” dan “salah” serta jawaban responden belum bisa untuk mengukur pengetahuan secara mendalam. c. Penelitian ini univariat dengan satu variabel sebatas menganalisis kemudian menyimpulkan faktor pendorong dan faktor penghambat penelitian dari teori dan analisis deskriptif karakteristyik responden sehingga pengaruhnya tidak diujikan secara statistik.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut: 1. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali dalam kategori baik sebanyak 5 responden (14%). 2. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali dalam kategori cukup sebanyak 23 responden (66%). 3. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali dalam kategori kurang sebanyak 7 responden (20%). 4. Jadi faktor-faktor pendorong dan penghambat tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali adalah umur, pendidikan dan pekerjaan.
B. Saran 1. Bagi Responden atau Ibu Nifas Diharapkan ibu nifas dapat meningkatkan pengetahuan tentang bendungan ASI dengan mengikuti penyuluhan dari tenaga kesehatan, mencari informasi melalui media massa dan elektronik. 58
59
2. BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali Diharapkan dapat menjaga mutu kualitas pelayanan dengan memberikan
penyuluhan
secara
intensif
pada
ibu
nifas
untuk
meningkatkan pengetahuan ibu tentang bendungan ASI. 3. Institusi Pendidikan Diharapkan dapat menambah atau melengkapi sumber bacaan khususnya tentang bendungan ASI. 4. Tenaga Kesehatan Diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan penyuluhan tentang bendungan ASI, sehingga pengetahuan ibu nifas menjadi baik. 5. Peneliti Selanjutnya Diharapkan peneliti selanjutnya mengadakan penelitian dengan metode yang berbeda, mengembangkan variabel penelitian dan kuesioner, sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta DepkesRI, 2012. Angka Kematian Ibu. http://www.depkes.go.id/article/print/ 201404300001/jadilah-kartini-indonesia-yang-tidak-mati-muda pencanangan-kampanye-peduli-kesehatan-ibu-2014.html. Diakses taggal 12 November 2014 DepkesRI, 2006. Angka Kejadian Bendungan ASI. http://www.angka-kejadianbendungan-ASI-di-jawa-barat.html. Diakses tanggal 28 November 2014 Dinkesjateng, 2009. Penyebab kematian ibu. http://www.Dinkes jateng prov. go.id/profil /2009/profil_2009br.pdf. Diakses tanggal 12 November 2014 Hastuti Anik Nur, 2013. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen Tahun 2013. Surakarta : STIKes Kusuma Husada Surakarta. Karya Tulis Ilmiah Hidayat, A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Surabaya : Salemba Medika Marmi, 2014. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas Puerperium care. Yogyakarta : Pustaka Belajar Mubarak, W. 2012. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan.Jakarta: Salemba Medika Notoatmodjo, S. 2011. Kesehatan Masyarakat . Jakarta : Rineka Cipta ___________, S. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nugroho, T dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas. Yogyakarta : NuhaMedika Riwidikdo, H. 2012. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika ___________. 2013. Statistik untuk Penelitian Kesehatan.Yogyakarta : Pustaka Rihama Rukiyah, A. Y, Yulianti, L. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi). Jakarta : CV Trans Info Medika
Sugiyono. 2012.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta : CV Andi Offset Sutarni, Pertiwi Herdini W. 2014. Hubungan Antara Post Natal Breast Care dengan Terjadinya Bendungan ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Wuryantoro Wonogiri. Jurnal Kebidanan. Vol.VI, No. 01, Juni 2014. Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali. Boyoalali Dewi, V.N.L, Sunarsih T. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika