TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN BAYI DI RUMAH BERSALIN PERMATA HATI SRAGEN TAHUN 2012
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh : AYU PRIHARTANTI NIM : B09009
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
i
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Bayi Di Rumah Bersalin Permata Hati Sragen tahun 2012”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Anis Nurhidayati, SST. M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada peulis. 4. dr. Rahman, SpOG, selaku Direktur Rumah Bersalin Permata Hati Sragen. 5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan. 6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
iv
7. Seluruh ibu nifas di Rumah Bersalin Permata Hati Sragen yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan peneliti selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta,
Penulis
v
Juli 2012
STIKes Kusuma Husada Surakarta Prodi D III Kebidanan Karya Tulis Ilmiah, 05 Juli 2012 Ayu Prihartanti 09 009 TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN BAYI DI RUMAH BERSALIN PERMATA HATI SRAGEN Xiii+64 halaman+19 lampiran+3 gambar+ 7 tabel ABSTRAK Latar Belakang : Menurut SDKI (2010), angka kematian bayi di Indonesia tahun 2010 tercatat 26 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah prematuritas dan BBLR (29%), asfiksia (gangguan pernapasan) bayi baru lahir (27%), tetanus neonatorum (10%) dan (10%) masalah pemberian ASI (Sinar Harapan, 2009). Permasalahan kesehatan bayi dipengaruhi oleh faktor perawatan bayi yang tidak benar. Perawatan bayi sangat dibutuhkan kesabaran yang sangat tinggi dan pengetahuan bagaimana cara merawat bayi dengan benar. Tujuan : Mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan bayi di Rumah Bersalin Permata Hati Sragen pada kategori baik, cukup dan kurang. Metode Penelitian : Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di Rumah Bersalin Permata Hati Sragen pada bulan Mei – Juni 2012. Jumlah sampel dalam penelitian ini ialah 31 ibu nifas dengan teknik pengambilan sampel dengan cara Non Random Sampling dengan metode accidental Sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuisioner tertutup, jenis variabel tunggal dan analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil Penelitian : Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas di Rumah bersalin Permata Hati Sragen pada kategori baik sebanyak 10 orang (32,2%), kategori cukup sebanyak 17 orang (54,8%) dan kategori kurang sebanyak 4 orang (12,9%). Kesimpulan : Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas di Rumah Bersalin Permata Hati Sragen mayoritas pada kategori cukup yaitu sebanyak 17 orang (54,8%). Kata kunci : Pengetahuan, Ibu Nifas dan Perawatan bayi Kepustakaan : 23 literatur (Tahun 2004-2011)
vi
MOTTO v Setiap saat dalam kehidupan adalah ibarat gambar yang belum pernah terlihat, dan gambar yang tidak akan pernah terlihat lagi. Jadi, nikmatilah hidupmu dan jadikan setiap moment menjadi indah v Jika kamu berdo’a, jangan meminta kehidupan yang mudah, tetapi mintalah kepada Tuhan untuk menjadikanmu pribadi yang kuat v Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara. Bisa jadi anda rasakan hanya dalam semenit, sejam, sehari atau setahun. Namun jika menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya (Lance Armstrong) v Apa yang telah berlalu, sudah berlalu dan apa yang telah pergi tidak akan kembali. Oleh karena itu jangan pikirkan apa yang telah berlalu, karena sesungguhnya ia telah pergi dan tidak akan kembali (Khalil Gibran)
PERSEMBAHAN Dengan segala kerendahan hati, karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan : 1. Ayah dan Alm. Bunda tercinta, terimakasih atas doa restunya dan cinta kasihmu selama ini. 2. Kakak dan adikku tesayang yang selalu memberiku support dalam setiap langkah kakiku 3. Seseorang yang tersayang yang berada disana, terimakasih atas cinta, kasih dan support yang kau beri selama ini 4. Pembimbing Akademik (Bu Dheny) dan Pembimbing KTI ( Bu Anis) serta semua Dosen STIKes Kusuma Husada, terimakasih atas segala bimbingan dan tuntunan serta kesabaran dalam membimbing saya 5. Sahabat-sahabatku yang telah berpartisipasi dan support dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini. 6. Almamater tercinta vii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
iv
ABSTRAK......................................................................................................
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................
vii
CURICULUM VITAE ................................................................................. viii DAFTAR ISI ...................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................
1
B. Perumusan Masalah ................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ..................................................................
4
E. Keaslian Penelitian .................................................................
5
F. Sistematika Penelitian .............................................................
7
TINJUAN PUSTAKA A. Teori Dari Masalah Yang Diteliti ...........................................
9
1. Pengetahuan ........................................................................
9
2. Masa Nifas ........................................................................... 16
ix
3. Perawatan Bayi ................................................................... 19 B. Kerangka Teori ....................................................................... 42 C. Kerangka Konsep .................................................................. 43 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian ............................................. 44 B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ................................................. 44 C. Populasi, Sampel dan Tekni Pengambilan Sampel ................ 45 D. Instrumen Penelitian ............................................................... 46 E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 49 F. Variabel Penelitian ................................................................. 50 G. Definisi Operasional ............................................................... 50 H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................... 51 I. Etika Penelitian ....................................................................... 53 BAB IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ..................................... 55 B. Hasil Penelitian ....................................................................... 56 1. Karakteristik Umum Responden ......................................... 56 2. Hasil Penelitian ................................................................... 58 C. Pembahasan ........................................................................... 60 D. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 62
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 63 B. Saran ....................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel. 3.1 Kisi – kisi Kuesioner ....................................................................... 48 Tabel. 3.2 Definisi Operasional ...................................................................... 50 Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur ........................... 56 Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan ................. 57 Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan .................... 57 Tabel 4.4 Hasil Pengolahan Data ..................................................................... 58 Tabel 4.5 Kuantitas Responden berdasarkan 3 Kategori ................................. 59
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................................. 42 Gambar 2.2 Kerangka Konsep ......................................................................... 43 Gambar 4.3 Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Bayi ........... 60
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal KTI Lampiran 2. Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Studi Pendahuluan Lampiran 4. Surat Ijin Uji Validitas Lampiran 5. Surat Balasan Uji Validitas Lampiran 6. Surat Ijin Pengunaan Lahan Penelitian Lampiran 7. Surat Balasan Penggunaan Lahan Penelitian Lampiran 8. Surat Permohonan Responden Lampiran 9. Informed Consent Lampiran 10. Pertanyaan Studi Pendahuluan Lampiran 11. Kuesioner Lampiran 12. Jawaban Kuisioner Lampiran 13. Tabulasi Uji Validitas Lampiran 14. Hasil UjiValiditas Lampiran 15. Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 16. Tabulasi hasil Penelitian Lampiran 17. Nilai Mean dan Standar Deviasi Lampiran 18. Tabel r Product Moment Lampiran 19. Lembar Konsultasi
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar belakang Indonesia pada saat ini masih menghadapi berbagai kendala dalam pembangunan SDM (Sumber Daya Manusia), khususnya dalam bidang kesehatan. Hal itu tampak antara lain dari masih tingginya kelahiran dan kematian bayi. Dalam rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer, target dan dampak kesehatan untuk bayi baru lahir adalah menurunkan angka kematian bayi dari jumlah kelahiran bayi yang hidup (Kosim, 2005). Menurut SDKI (2010), angka kematian bayi di Indonesia tahun 2010 tercatat 26 per 1000 kelahiran hidup lebih tinggi dibandingkan di negara Malaysia 5,2 per 1000 kelahiran hidup dan di negara Filiphina 1,2 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di Jawa Tengah tahun 2009 tercatat 9,7 per 1000 kelahiran hidup dan meningkat menjadi 10,2 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2010. Sedangkan di kabupaten Sragen angka kematian bayi tahun 2009 ialah 6,54 per 1000 kelahiran hidup dan tahun 2010 menurun menjadi 4,37 per 1000 kelahiran hidup. Kematian bayi lahir sebesar 79% terjadi setiap minggu pertama kelahiran terutama pada saat persalinan. Sebanyak 54% terjadi pada tingkatan keluarga yang sebagian besar disebabkan tidak memperoleh layanan rujukan dan kurangnya pengetahuan keluarga akan kegawat daruratan pada bayi. Penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah prematuritas dan BBLR (29%), asfiksia (gangguan pernapasan) bayi baru
11 1
2
lahir (27%), tetanus neonatorum (10%) dan (10%) masalah pemberian ASI (Sinar Harapan, 2009). Dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia dipengaruhi oleh kualitas manusia sejak masih dalam kandungan hingga usia balita, yang merupakan masa kritis bagi kehidupan dari pertumbuhan dan perkembangan manusia. Untuk meningkatkan kualitas tersebut, perlu ditekankan dalam upaya pembinaan kesehatan prenatal termasuk perawatan bayi baru lahir. Agar kualitas manusia tercapai perlu diberikan pelayanan kesehatan sejak masa hamil dan saat persalinan, sehingga ibu dan bayi yang dilahirkan dalam kondisi sehat. Pemantauan janin dalam kandungan dilaksanankan selama proses kehamilan sampai berlangsungnya persalinan dan dilanjutkan dengan perawatan bayi sejak lahirnya kepala bayi dari jalan lahir (Depkes RI, 2005). Peran, tugas dan tanggung jawab orang tua dimulai sejak masa kehamilan dan semakin bertambah saat bayi dilahirkan yaitu merawat dan mengasuh bayi. Pada periode awal, orang tua harus mengenali hubungan ibudan bayi, bahwa bayi merupakan pribadi yang belum matang, tidak berdaya dan memiliki sifat tergantung, sehingga perlu perlindungan, perawatan, dan sosialisasi yang ditandai dengan masa pembelajaran yang intensif dan tuntutan untuk mengasuhnya (Bobak, 2005). Pada awalnya, perawatan bayi baru lahir sangat dibutuhkan kesabaran yang sangat tinggi. Selain itu diperlukan juga pengetahuan tentang bagaimana cara merawat bayi dengan benar. Dalam merawat bayi
12
3
membutuhkan perhatian yang khusus dan penuh kasih sayang. Untuk itu diperlukan penerimaan yang baik dan benar-benar diinginkan dari ibunya. Perawatan bayi menyangkut banyak hal, mulai dari memandikan, merawat kulit dan kuku, merawat tali pusat, kebersihan popok, memberikan ASI sebagai makanan utama bayi dan menjaga kehangatan bayi. Bayi dalam usia kurang dari satu tahun perlu perawatan dan perhatian khusus. Kurangnya dalam perawatan bayi baru lahir membuat perhatian kepada bayi menjadi minimal. Sehingga angka kematian bayi difokuskan kepada bayi yang masih berumur kurang dari satu tahun (McKenzie, 2007). Permasalahan kesehatan bayi dipengaruhi oleh faktor perawatan bayi yang tidak benar (Kosim, 2005). Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Rumah Bersalin Permata Hati Sragen pada bulan Maret 2012, jumlah ibu nifas dalam kurun waktu Januari-Februari 2012 adalah sebanyak 62 orang ibu nifas. Rata-rata ibu nifas setiap bulan di Rumah Bersalin Permata Hati Sragen ialah 31 orang. Hasil wawancara yang telah peneliti lakukan terhadap 10 orang ibu nifas didapatkan 6 orang ibu nifas (60%) yang berpengetahuan cukup tentang perawatan bayi, sedangkan 4 orang ibu nifas (40%) berpengetahuan kurang tentang perawatan bayi. Petugas kesehatan di Rumah Bersalin Permata Hati Sragen memberikan KIE kepada ibu nifas yang akan pulang tentang perawatan bayi terutama tentang cara memandikan dan perawatan tali pusat yang benar.
13
4
Berdasarkan latar belakang diatas, ibu nifas harus mengetahui dan mengerti tentang cara perawatan bayi yang benar, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Bayi Di Rumah Bersalin Permata Hati Sragen”. B.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “BagaimanaTingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Bayi Di Rumah Bersalin Permata Hati Sragen ?”
C.
Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan bayi di Rumah Bersalin Permata Hati Sragen. 2. Tujuan Khusus a.
Mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan bayi pada kategori baik
b.
Mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan bayi pada kategori cukup
c.
Mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan bayi pada kategori kurang
D.
Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pustaka untuk menambah wawasan dan pengetahuan berkaitan dengan perawatan bayi.
14
5
2. Bagi peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman dalam menerapkan ilmu kebidanan khususnya tentang perawatan bayi, metodologi penelitian, dan biostatistik 3. Bagi Institusi a. Bagi Rumah Bersalin Permata Hati Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberi masukan pada petugas
kesehatan
di
Rumah
Bersalin
Permata
Hatidalam
memberikan pendidikan kesehatan tentang cara perawatan bayi yang baik dan benar. b. Bagi Institusi pendidikan Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang perawatan bayi. E.
Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran perpustakaan yang telah penulis telusuri di dapatkan beberapa hasil penelitian yang mirip dengan penelitian penulis, yaitu : 1. Subiyati (2009), Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali pusat Pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Puskesmas Karanganyar Kabupaten Pekalongan. Populasi ibu nifas di wilayah Puskesmas Karanganyar Kabupaten Pekalongan sebanyak 63 orang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Pengambilan sampel dalam penelitian ini ialah sampel jenuh, sebanyak 63 orang ibu nifas. Hasil penelitian
15
6
pada 45 ibu nifas didapatkan 46 orang (85,2%) berpengetahuan baik tentang perawatan tali pusat meliputi 50 orang (92,6%) berpengetahuan baik tentang pengertian perawatan tali pusat, 43 orang (79,6%) berpengetahuan baik tentang tujuan perawatan tali pusat, 42 orang (77,8%) berpengetahuan baik tentang cara perawatan tali pusat, 50 orang (92,6%) berpengetahuan baik tentang hal-hal yang diperlukan dalam perawatan tali pusat. 2. Dewi Lestari (2011), Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di BPS Ny. Ari Wahyu Desa Tenggulunan. Metode penelitian ini ialah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu post partum di BPS Ny. Ari Wahyu Desa Tenggulunan pada bulan Juni-Juli yaitu sebanyak 17 responden dengan besar sampel sebanyak 17 responden yang diambil secara total sampling. Variabel penelitian ini adalah pengetahuan ibu post partum tentang perawatan bayi baru lahir. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisa distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 8 ibu post partum(47,1%) berpengetahuan kurang,5 orang ibu post partum (29,4%) berpengetahuan cukup dan 4 orang ibu post partum berpengetahuan baik (23,5%). Perbedaan penelitian yang telah peneliti lakukan dengan penlitian yang sudah ada ialah tempat dan waktu penelitian, teknik pengambilan sampel, jumlah responden yang digunakan dalam penelitian serta hasil penelitian.
16
7
F.
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah BAB I
PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang teori pengetahuan meliputi pengertian, cara
memperoleh
pengetahuan,
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pengetahuan, tingkat pengetahuan, pengukuran pengetahuan, teori masa nifas meliputi pengertian, periode masa nifas, kunjungan masa nifas, teori perawatan bayi meliputi pengertian dan perawatan bayi, tujuan perawatan bayi, faktorfaktor yang harus diperhatikan dalam perawatan bayi, perawatan bayi meliputi memandikan, merawat tali pusat, kebersihan popok, merawat kuku, merawat kulit, pemberian ASI, menjaga kehangatan bayi serta imunisasi, kerangka teori dan kerangka konsep. BAB III.
METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang jenis dan rancangan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, alat penelitian, pengumpulan data, jalannya penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, teknik pengolahan data, analisis data.
17
8
BAB IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang gambaran umum Rumah Bersalin Permata Hati Sragen, hasil penelitian yang meliputi karakteristik umum responden dan hasil dari penelitian, pembahasan serta keterbatasan penelitian.
BAB V
PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang meliputi tingkat pengetahuan ibu nifas dalam kategori baik, cukup dan kurang serta saran yang menanggapi kesenjangan pada butirbutir kesimpulanyang berupa alternatif pemecahan masalah yang bersifat dapat diterima secara realita dan dapat dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
18
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a.
Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia, yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
b. Cara memperoleh pengetahuan Menurut
Notoatmodjo
(2010),
ada
beberapa
cara
untuk
memperoleh pengetahuan, yaitu: 1) Cara Coba-Salah (Trial and Error) Cara coba-salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil,
dicoba
kemungkinan
yang
lain.
Apabila
kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and errors (gagal atau salah) atau metode coba salah. 9
10
2) Cara Kekuasaan atau Otoritas Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaankebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa yang dikemukannya ádalah benar. 3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah
ini
mengandung
maksud
bahwa
pengalaman
itu
merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan. 4) Melalui Jalan Pikiran Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.
11
Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. 5) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”, atau lebih popular disebut metodelogi penelitian (research methodology). c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 1) Pengalaman Menurut Notoatmodjo (2010), merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, baik dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Hal tersebut dilakukan dengan cara pengulangan
kembali
pengalaman
yang
diperoleh
dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi. Bila berhasil maka orang akan menggunakan cara tersebut dan bila gagal tidak akan mengulangi cara itu. 2) Pendidikan Pendidikan itu menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupannya
untuk
mencapai
keselamatan
dan
kebahagiaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula menerima pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya pendidikan
12
yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan (Nursalam dan Pariani, 2008). Tingkat
pendidikan
yang
ditamatkan
oleh
ibu-ibu
mempunyai kemungkinan menyusui ASI eksklusif 6 kali lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang tidak tamat dan tamat SD. Ibu-ibu juga mempunyai kemungkinan menyusui ASI eksklusif 4 kali lebih banyak dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak tamat SLTP dan SLTA (Paiman dan Solehah, 2005). 3) Kepercayaan Kepercayaan
adalah
sikap
untuk
menerima
suatu
pernyataan atau pendirian tanpa menunjukkan sikap pro atau anti kepercayaan. Sering diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa
adanya
pembuktian
terlebih
dahulu.
Kepercayaan
berkembang dalam masyarakat yang mempunyai tujuan dan kepentingan yang sama. Kepercayaan dapat tumbuh bila berulang kali mendapatkan informasi yang sama (Notoatmodjo, 2010). 4) Pekerjaan Pekerjaan merupakan suatu keburukan atau tindakan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan diri sendiri dan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan
13
banyak tantangan. Sedangkan bekerja merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempengaruhi terhadap kehidupan keluarga (Nursalam dan Pariani, 2008). Pekerjaan berkaitan dengan pemberian ASI, ibu yang bekerja cenderung memiliki waktu yang sedikit untuk menyusui bayinya akibat kesibukan bekerja. Sedangkan ibu yang tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga) mempunyai waktu yang cukup untuk menyusui bayinya (Amiruddin, 2006). 5) Dukungan keluarga Dukungan atau support dari orang lain dan orang terdekat sangat berperan dalam kesuksesan menyusu. Semakin besar dukungan yang kita dapat untuk terus menyusui pada bayi semakin besar pula kemampuan kita untuk dapat bertahan terus menyusui. Dukungan suami maupun keluarga mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku untuk menyusui. Ada beberapa ibu menyusui
yang
kurang
didukung
dan
ditakut-takuti
atau
dipengaruhi oleh suami, ibu, mertua, serta keluarga sehingga akhirnya ibu beralih ke susu formula (Nursalam dan Pariani, 2008). 6) Umur Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang
14
yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa (Nursalam dan Pariani, 2008). d. Tingkat pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010), dalam domain kognitif berkaitan dengan
pengetahuan
yang bersifat
intelektual
(cara
berpikir,
berintraksi, analisa, memecahkan masalah dan lain-lain) yang berjenjang sebagai berikut : 1) Tahu (Knowledge) Menunjukkan keberhasilan mengumpulkan keterangan apa adanya. Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan mengenali atau mengingat kembali hal-hal atau keterangan yang pernah berhasil di himpun atau dikenali (recall of facts). 2) Memahami (Comprehension) Pemahaman diartikan dicapainya pengertian (understanding) tentang hal yang sudah kita kenali. Karena sudah memahami hal yang bersangkutan maka juga sudah mampu mengenali hal tadi meskipun diberi bentuk lain. Termasuk dalam jenjang kognitif ini misalnya
kemampuan
menterjemahkan,
menginterpretasikan,
menafsirkan, meramalkan dan mengeksplorasikan. 3) Menerapkan (Aplication) Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan hal yang sudah dipahami ke dalam situasi dan kondisi yang sesuai.
15
4) Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi menjadi rincian yang terdiri unsur-unsur atau komponen-komponen yang berhubungan antara yang satu dengan lainnya dalam suatu bentuk susunan berarti. 5) Sintesis (Syntesis) Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun kembali bagianbagian atau unsur-unsur tadi menjadi suatu keseluruhan yang mengandung arti tertentu. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk membandingkan hal yang bersangkutan dengan hal-hal serupa atau setara lainnya, sehingga diperoleh kesan yang lengkap dan menyeluruh tentang hal yang sedang dinilainya. e. Pengukuran Pengetahuan Menurut Riwidikdo (2009), kedalamam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan kategori dibawah ini : 1) Tingkat pengetahuan baik bila nilai responden yang diperoleh (x) > Mean + 1 SD 2) Tingkat pengetahuan cukup bila nilai responden yang diperoleh Mean – 1 SD ≤ x ≤ Mean + 1 SD
16
3) Tingkat pengetahuan kurang bila nilai responden yang diperoleh (x) < Mean – 1 SD 2. Masa Nifas a. Pengertian 1) Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa Latin, yaitu puer yang artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkan, masa nifas berangsur kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009). 2) Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira – kira 6 minggu (Barry, 2006). 3) Nifas (Puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6-8 minggu (Prawirohardjo, 2005). b. Periode Masa Nifas Menurut Mansjoer (2003), nifas di bagi dalam 3 periode : 1) Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. 2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
17
3) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan. c. Kunjungan Masa Nifas Menurut Prawirohardjo (2005), paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. 1) 6 - 8 jam setelah melahirkan a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan rujuk bila perdarahan berlanjut. c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. d) Pemberian ASI awal. e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. 2) 6 (enam) hari setelah persalinan a) Memastikan involusi uterus berjalan baik (normal) uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus tidak ada perdarahan abnormal, tidak berbau. b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.
18
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat. d) Memastikan
ibu
menyusui
dengan
baik
dan
tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit. e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi seharihari. 3) 2 (dua) minggu setelah persalinan a) Memastikan involusi uterus berjalan baik (normal) uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus tidak ada perdarahan abnormal, tidak berbau. b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal. c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat. d) Memastikan
ibu
menyusui
dengan
baik
dan
tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyuIit. e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari hari.
19
4) 6 (enam) minggu setelah persalinan a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ibu atau bayi alami. b) Memberikan konseling untuk KB secara dini. 3. Perawatan bayi a. Pengertian 1) Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 12 bulan, namun tidak ada batasan yang pasti. Menurut psikologi, bayi adalah periode perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan (Wiknjosastro, 2007). 2) Bayi adalah anak berusia 0 - 12 bulan (Husaini, 2002) 3) Perawatan bayi adalah suatu tindakan merawat dan memelihara kesehatan
bayi
dalam
bidang
preventif
dan
kuratif
(Dep Kes. RI, 2005). b. Tujuan perawatan bayi Menurut Dep Kes. RI (2005), tujuan perawatan bayi adalah : 1) Memelihara perasaan aman dan nyaman pada bayi. 2) Menurunkan angka mortalitas dan morbiditas 3) Supaya bayi mendapatkan perawatan yang seoptimal mungkin untuk mendapatkan bayi yang sehat. 4) Supaya bayi dapat tumbuh dan berkembang secara normal.
20
c. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam perawatan bayi Menurut Dep Kes. RI (2005), faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam merawat bayi ialah : 1) Kasih sayang yang dapat membantu pembentukan bayi kearah positif dan membuat rasa aman, nyaman dan bahagia. 2) Makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi yang menunjang pertumbuhan otak. 3) Lingkungan yang higienis akan menunjang kesehatan dan mengurangi terjadinya infeksi kuman. 4) Tidur nyenyak sesuai dengan kebutuhan akan membantu produksi hormon pertumbuhan saat tidur. 5) Kesehatan kulit agar terhindar dari penyakit kulit. d. Macam-macam perawatan Bayi Macam-macam perawatan bayi meliputi : 1) Memandikan bayi a) Pengertian memandikan bayi (1) Memandikan bayi adalah suatu cara membersihkan tubuh bayi dengan air dengan cara menyiram, merendam diri dalam air berdasarkan
langkah-langkah
yang benar
(Choirunisa, 2009). (2) Memandikan bayi adalah cara yang tepat bagi ibu untuk mengajarkan cara membersihkan tubuh mereka sendiri (Iskarina, 2008)
21
Memandikan bayi baru lahir bukanlah hal yang mudah, terutama bagi ibu baru. Dibutuhkan ekstra hati-hati serta persiapan yang benar agar mandi bayi tidak hanya berjalan lancar namun juga menyenangkan bagi bayi (Naureh, 2009). Memandikan bayi memiliki tantangan tersendiri bagi orangtua terutama bila mereka baru pertama kali mempunyai seorang bayi. Tidak sedikit dari mereka yang tidak tahu bagaimana
cara
memandikan
bayi
sehingga
mereka
menyerahkan bayinya kepada pengasuh atau neneknya (Choirunisa, 2009). Memandikan bayi dengan cara
yang salah dapat
mengakibatkan kondisi yang buruk seperti celaka (jatuh dan tenggelam), air masuk ke dalam telinga atau hidung dan dapat mengalami hipotermi (Deswani, 2010). b) Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum memandikan bayi Menurut Feni (2010), hal-hal yang harus diperhatikan sebelum memandikan bayi ialah : (1) Mengukur suhu bayi sebelumnya, jika kurang dari 36,5⁰C sebaiknya hangatkan dulu karena saat mandi suhu tubuh akan turun (2) Sebelum memandikan siapkan perlengkapan mandi bayi, sehingga bayi tidak ditinggal sendirian
22
(3) Siapkan
air
hangat
secukupnya.
Cara
mengukur
kehangatan air dengan punggung tangan atau siku tangan. c) Tujuan memandikan bayi Menurut Feni (2010), tujuan memandikan bayi ialah : (1) Membersihkan tubuh bayi (2) Memberikan rasa nyaman (3) Menghindari terjadinya infeksi dan iritasi d) Bayi yang tidak boleh dimandikan Menurut Feni (2010), Bayi yang tidak boleh dimandikan ialah : (1) Bayi lemah (2) Bayi prematur (3) Suhu tubuh bayi > 38⁰C e) Langkah-langkah memandikan bayi Menurut Feni (2010), langkah-langkah memandikan bayi sebagai berikut : (1) Mempersiapkan perlengkapan mandi dan baju bayi (a) 1 ember berisi air hangat secukupnya (b) Sabun mandi dan sampo bayi (c) Handuk bayi (d) Kasa steril (e) Pakaian bayi lengkap ( baju, popok, gurita, sarung tangan, sarung kaki, gedong, topi ) (f) Minyak telon dan bedak (g) Sisir bayi
23
(2) Langkah-langkah memandikan bayi ialah : (a) Mencuci tangan dengan sabun kemudian mengerinkan tangan (b) Mendekatkan semua peralatan (c) Mempersiapkan pakaian bayi (d) Jika bayi masih tidur bangunkan bayi dengan cara memberikan rangsangan pada bayi, dengan cara menepuk perlahan pada telapak kaki (e) Membersihkan kotoran bayi ( jika ada ) dengan kapas yang sudah dibasahi air atau tisu basah (f) Meletakkan bayi pada tempat yang sudah disediakan yang sudah diberi handuk atau gedong bekas yang dipakai (g) Membersihkan mata dengan kapas yang sudah dibasahi dengan air bersih dan hangat, dari ujung mata kepangkal hidung (h) Membasuh dan membersihkan muka tanpa sabun (i) Membersihkan tubuh bayi dengan sabun mulai dari kepala, telinga, leher, dada, perut, lengan, punggung dan terakhir alat kelamin dengan menggunakan waslap dan sabun (j) Meletakkan bayi kedalam ember bayi secara pelanpelan. Cara memegang bayi dengan cara menyisipkan
24
lengan bayi pada sela-sela jari tangan dengan kepala bayi berada pada lengan bawah lipatan siku (k) Membilas tubuh bayi secara pelan-pelan sampai bersih, (l) Mengeringkan memperhatikan
bayi
dengan
kemungkinan
handuk adanya
sambil kelainan-
kelainan (m) Meletakkan bayi pada tempat yang sudah disiapkan ( gedong, baju, gurita, popok ) (n) Merawat talipusat dengan dibungkus kasa kering steril, (o) Memberi minyak telon pada tubuh bayi dan diberi bedak, pakaikan popok, gurita dan baju serta sarung tangan dan sarung kaki (p) Membedong bayi dengan benar, menyisir rambutnya dan kenakan topi pada kepala bayi (q) Meletakkan bayi di tempat yang nyaman atau bayi disusui oleh ibunya (r) Membereskan dan mengembalikan alat (s) Mencuci tangan 2) Perawatan Tali Pusat a) Pengertian Perawatan tali pusat adalah pengobatan dan pengikat tali pusat yang menyebabkan pemisahan pisik terakhir antara ibu
25
bayi, kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih, kering, puput dan terhindar dari infeksi tali pusat (IKA, 2005). b) Tujuan perawatan tali pusat Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus kedalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat steril, pemakaian obatobatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi (Depkes RI, 2009). c) Prinsip perawatan tali pusat Menurut Sodikin (2009), prinsip perawatan tali pusat ialah : (1) Jangan membungkus atau mengoleskan bahan atau ramuan apapun kedalam ujung tali pusat (2) Menyiapkan alkohol atau betadine, masih diperkenankan sepanjang tidak menyebabkan tali pusat basah atau lembab (3) Hal-hal yang perlu menjadi perhatian ibu dan keluarga memperhatikan popok dari daerah punung talipusat, jika puntung tali usat kotor, cuci secara hati-hati dengan air matang dan sabun kemudian mengeringkan secara seksama dengan kain basah dan bersih atau kapas
26
d) Langkah-langkah perawatan tali pusat Menurut Sodikin (2009), perawatan tali pusat meliputi : (1) Membiarkan tali pusat mengering dan hanya melakukan perawatan rutin setiap hari dengan menggunakan air matang merupakan cara yang lebih murah daripada cara perawatan tali pusat yang lain (2) Membiarkan tali pusat mengering dengan sendirinya dan hanya membersihkan setiap hari dengan air bersih yang tidak menyebabkan infeksi (3) Mengoleskan alkohol betadine dengan menggunakan lidi kapas (4) Mengusap tali pusat dari pangkal tali pust sampai ujung tali pusat dengan kassa steril yang sudah dibasahi dengan alkohol betadine (5) Menutup tali pusat dengan kassa kering steril Keadaan tali pusat harus selalu dilihat untuk memastikan apakah ada perdarahan atau tanda-tanda infeksi (kemerahan dan terdapat pus). Tanda-tanda infeksi paling dini tidak boleh diabaikan. infeksi umbilikus yang berat dapat menimbulkan kematian. Setiap ada kemerahan pada tali pusat segera melapor
kepada
tenaga
kesehatan
untuk
mendapat
penanganan yang lebih lanjut. Hal ini perlu mendapat
27
perhatian khusus karena vena umbilikus berhubungan langsung dengan hepar (Depkes RI, 2009). Bila tidak terlihat adanya kemerahan pada tali pusat, maka sering kali klem tali pusat dilepas pada hari ke 3. puntung tali pusat akan lepas sendiri setelah mengalami proses nekrosis menjadi kering pada hari ke 6 sampai hari ke 8. Tali pusat tidak boleh ditutup rapat dengan menggunakan apapun, karena akan menyebabkan tali pusat menjadi lembab. selain memperlambat lepasnya tali pusat, penutup tali pusat juga akan menyebabkan resiko infeksi. Bila terpaksa ditutup, menutup atau mengikat tali pusat secara longgar dengan kasa kering steril (Depkes RI, 2009). Bila bayi memakai popok sekali pakai, maka harus memilih popok khusus untuk bayi baru lahir (ada lekukan dibagian belakang popok). Bila bayi memakai popok kain, jangan memakai celana terlebih dahulu sebelum tali pusat lepas (Depkes RI, 2009). 3) Kebersihan Popok a) Jenis popok bayi Menurut Feni (2010), jenis popok bayi yaitu : (1) Popok kain Dalam mencuci popok kain dipisahkan antara popok yang kotor dengan pakaian yang lain. Mencuci popok
28
dengan sabun, jangan menggunakan deterjen, karena sabun
membuat
popok
lebih
lembut.
Jangan
menggunakan bahan pelembut popok, karena dapat menyebabkan ruam pada kulit yang muda dan sensitif. Gunakan air panas dan bilas 2x setelah dicuci. (2) Popok sekali pakai Popok sekali pakai jelas lebih nyaman daripada popok kain dalam beberapa hal, tetapi ada beberapa kekurangannya. Karena lapisan plastiknya, popok sekali pakai dapat melindungi seprai dan pakaian dengan baik, tetapi tidak memungkinkan udara keluar masuk seefisien popok kain serta karena popok sekali pakai menampung cairan didalam, maka akan meningkatkan risiko ruam popok. b) Hal-hal yang diperlukan dalam mengganti popok Menurut Feni (2010), hal-hal yang diperlukan dalam mengganti popok yaitu (1) Popok bersih (dengan pengikatnya jika digunakan popok kain) (2) Salep (jika bayi mengalami ruam popok)
29
c) Langkah-langkah mengganti popok Menurut Feni (2010), langkah-langkah mengganti popok yaitu (1) Melepas popok yang kotor dan menggulung pakaian atas agar tidak kotor. Gunakan kapas yang telah dibasahi dengan air hangat atau dengan tisu basah untuk membersihkan bagian tubuh bayi yang kotor (2) Jika bayi menggunakan popok kain, lepaskan popok kain dengan perlahan, dan jika bayi menggunakan popok sekali pakai, langsung lepaskan perekatnya pada sisi kanan dan kiri bayi (3) Memegang pergelangan kaki bayi dengan satu tangan dan angkat pantatnya. Lipat popok yang kotor (bagian yang kotor didalam) (4) Membersihkan pantat bayi dengan air hangat dan kapas atau kasa atau dengan tisu basah (5) Untuk bayi perempuan, bersihkan pantat bayi dari depan ke belakang supaya kuman tidak bisa masuk ke dalam saluran kencing bayi (6) Memasang popok bersih dan kencangkan perekat atau pasang pengikatnya dengan benar (7) Menggulung popok yang kotoragar kuman tidak keluar. Masukkan dalam kantong plastik dan buang ke tempat sampah
30
d) Ruam Popok Ruam popok adalah suatu istilah untuk menggambarkan suatu iritasi pada daerah yang ditutupi oleh popok. Tanda pertama dari ruam popok biasanya kemerahan atau benjolan kecil pada perut bagian bawah, bokong, genetalia dan lipatan paha, permukaan yang langsung berkontak dengan popok yang basah atau kotor. Jenis ruam popok ini jarang yang serius dan biasanya hilang dalam tiga atau empat hari jika ditangani dengan benar (Feni, 2010) (1) Penyebab utama ruam popok Menurut Feni (2010), penyebab utama ruam popok ialah : (a)
Membiarkan popok basah dipakai teralalu lama. Kelembaban mambuat kulit mudah terkelupas. Jika air kencing ditampung terlalu lama dalam popok, air akan
membentuk
zat-zat
kimia
yang
dpat
mengiritasi kulit (b)
Membiarkan popok yang kotor terlalu lama. Zat pencernaan dalam tinja akan menyerang kulit, membuatnya lebih rentan terhadap ruam
(c)
Penyebab lain ialah infeksi jamur
31
(2) Ruam popok lebih sering terjadi pada usia tertentu dan dalam kondisi tertentu. Menurut Feni (2010), Ruam popok lebih sering terjadi pada usia tertentu dan dalam kondisi tertentu ialah : (a)
Terjadi diantara bayi yang berusia 8 – 10 bulan
(b)
Jika bayi tidak dijaga kebersihannya
(c)
Ketika bayi sering BAB dan dibiarkan terlalu lama
(3) Langkah-langkah mengurangi resiko ruam popok Menurut Feni (2010), langkah–langkah mengurangi resiko ruam popok ialah : (a)
Mengganti popok dengan segara jika bayi BAK maupun BAB dan bersihkan tubuh bayi yang kotor dengan kapas atau tisu basah
(b)
Memaparkan bagian bawah bayi ke udara terbuka bila mungkin
4) Merawat Kuku a) Memotong kuku Kuku bayi kelihatan mungil, tipis dan lembut, sehingga banyak orang tua yang takut memotong kuku bayinya, karena takut melukai jari bayi (Khoirunisa, 2009). Sebenarnya, kuku lebih tahan serangan kuman. tetapi jika kuku selalu dalam keadaan lembap, jamur serta kuman senang bersarang dalam kuku. Apalagi kalau kebersihannya kurang
32
terjaga, sementara bayi gemar memasukkan jarinya kedalam mulut yang membuat kukunya terus-menerus lembap. Itu sebabnya, kuku bayi harus selalu dalam keadaan kering (Khoirunisa, 2009). b) Hal-hal yang harus diperhatikan saat memotong kuku Menurut Khoirunisa (2009), hal-hal yang harus diperhatikan saat memotong kuku bayi yaitu : (1) Selalu mengamati pertumbuhan kuku bayi, mengingat pertumbuhan kuku bayi jauh lebih cepat dari orang dewasa (2) Memotong atau menggunting kuku bayi jika terlihat panjang dan tajam. Meskipun tipis dan lemah, kuku yang panjang dapat melukai muka bayi (3) Memotong atau menggunting kuku bayi setelah mandi, karena masih lunak sehingga mudah digunting, tetapi kalau bayi yang aktif sebaikkan memotong kuku bayi saat bayi tidur lelap disiang hari c) Langkah-langkah dalam memotong kuku Menurut Khoirunisa (2009), langkah-langkah memotong kuku bayi adalah : (1) Menggunakan gunting kuku atau gunting yang dirancang khusus untuk bayi (2) Sebelum gunting kuku digunakan, sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu dengan alkohol 70%
33
(3) Memegang salah satu telapak tangan bayi dengan tangan kiri, kemudian lebarkan jarak jari-jari tangan bayi (4) Menggunting kuku bayi dengan tangan kanan secara perlahan dan hati-hati (5) Membersihkan kotoran yang ada dibalik kuku dengan menggunakan kapas yang sudah dibasahi dengan air hangat (6) Jangan terlalu sering menggunting kuku bayi, karena akan mempermudah terjadinya kerusakan kulit disekitar kuku (7) Jika saat memotong kuku bayi terjadi luka pada jari dan kuku bayi, bersihkan darah dengan kapas dan berikan obat antiseptik 5) Merawat kulit a)
Merawat kulit Kulit bayi masih sangat rentan terhadap ganguan kulit, hal ini
disebabkan karena sensitifnya kulit bayi. Untuk itu diperlukan adanya perawatan yang cermat terhadap kulit bayi. Ketidak cermatan dalam perawatan kulit bayi dapat menyebabkan berbagai ganguan terhadap kulit bayi yang disebabkan oleh biang keringat atau ruam popok (Khoirunisa, 2009). Biang keringat ditandai dengan timbulnya bintil merah yang disertai rasa gatal, biasanya timbul didaerah dahi, paha dan bagian tubuh lain yang tertutp oleh pakaian bayi. Biang keringat ini
34
disebabkan oleh udara yang panas dan pengap, sehingga menyebabkan tersumbatnya kelenjar keringat. Sedangkan ruam popok ditandai dengan timbulnya radang didaerah yang tertutup pokok, seperti dipangkal paha atau dipantat. Biasanya berwarna merah serta luka ringan (Khoirunisa, 2009). b)
Langkah-langkah merawat kulit bayi Menurut Khoirunisa (2009), langkah-langkah merawat kulit bayi ialah : (1)
Membiasakan bayi mandi secara teratur, sebaiknya 3 kali sehari dengan menggunakan sabun khusus untuk bayi
(2)
Setelah bayi selesai mandi, keringkan dengan handuk bayi yang lembut dan pastikan bahwa daerah yang tertutup maupun lipatan benar-benar kering
(3)
Menggunakan pakaian bayi yang tidak terlalu ketat dan tebal untuk menghindari timbunya keringat
(4)
Setiap bayi berkeringat usap daerah yang berkeringat dengan kain atau tisu yang basah dan lembut, kemudian keringkan dengan kain bersih dan menaburkan bedak bayi yang lembut secara tipis pada kulit bayi
(5)
Sebaiknya bayi diletakkan dalam ruang yang memiliki ventilasi yang cukup untuk pertukaran udara
35
(6)
Pada bayi gunakan popok yang lembut dan mudah menyerap air
(7)
Jangan memaksa bayi memakai popok terlalu lama, segera mengganti popok jika sudah basah dan penuh.
6) Pemberian ASI a)
Pengertian ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman lain. ASI eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan bayi (Depkes, 2005). Pemberian ASI pada bayi sebaiknya tidak dijadwal waktunya, berikan sesuai kebutuhan bayi. Diusahakan memberikan ASI eksklusif pada bayi selama 4-6 bulan dan dilanjutkan sampai dengan 2 tahun. Jika ibu tidak dapat memberikan ASI karena sesuatu hal, bayi diberi susu formula dengan jumlah cairan 60cc/kg BB dan setiap kali ditambah hingga pada hari ke 14 mencapai 200 cc/kgBB. Jumlah tersebut dapat berubah sesuai dengan kebutuhan bayi. Jika memberikan susu formula perhatikan kebersihan dan kesterilan alat-alat yang digunakan (Depkes, 2005).
b)
Manfaat ASI Menurut Susiati (2004), manfaat ASI ialah : (1)
Sebagai nutrisi
(2)
Sebagai daya tahan tubuh
36
(3)
Meningkatkan kecerdasan
(4)
Meningkatkan jalinan kasih sayang
(5)
Penghematan biaya obat, tenaga, sarana kesehatan
(6)
Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas
c)
Posisi dan Teknik Menyusui Ada beberapa posisi yang digunakan dalam pemberian makanan bayi. Ibu harus menemukan posisi yang paling sesuai baginya. Posisi tersebut antara lain (Varney, 2007). (1)
Posisi Madonna (menggendong) Pada posisi ini bayi berbaring miring, menghadap ibu. Kepala, leher dan punggung atas bayi diletakkan pada lengan bawah lateral payudara. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk menggendong payudara jika diperlukan.
(2)
Posisi menggendong menyilang Pada posisi ini bayi miring, menghadap ibu. Kepala, leher dan punggung atas bayi diletakkan pada telapak kontra lateral dan sepanjang lengan bawahnya. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.
(3)
Posisi Footbal ( Mengempit) Pada posisi ini bayi berbaring miring atau punggung melingkar antara tangan dan samping dada ibu. Lengan
37
bawah dan tangan ibu menyangga bayi, dan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan. (4)
Posisi Berbaring Miring Pada posisi ini ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Posisi ini merupakan posisi paling nyaman bagi ibu yang menjalani penyembuhan dari pelahiran melalui pembedahan.
d)
Posisi menyendawakan bayi yang benar Menurut Varney (2007), posisi menyendawakan bayi ialah (1)
Menggendong bayi dibahu Bayi digendong dibahu dengan posisi tegak, kemudian menggosok atau menepuk punggung bayi dengan lembut sampai bayi bersendawa. Jika perlu meletakkan selembar kain dibahu untuk menjaga pakaian agar tidak kotor.
(2)
Duduk dipangkuan Mendudukkan
bayi
dipangkuan
dan
sedikit
dicondongkan kedepan kemudian menggosok dan menepuk punggung bayi dengan lembut sampai bersendawa. Jangan lupa menopang kepala bayi dengan tangan karena lehernya masih lemah.
38
7) Menjaga kehangatan bayi Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukakan dengan cara melakukan kontak kulit, cara ini digunakan untuk semua bayi. Tempelkan kulit bayi langsung pada permukaan kulit ibu misalnya dengan merangkul, menempelkan payudara atau meneteki. Cara ini digunaka untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau menghangatkan bayi hipotermi (3236,4ºC) apabila cara lain tidak mungkin dilakukan (Depkes RI, 2007). Cara menghangatkan bayi dengan Kangaroo Mother Care (KMC) digunakan untuk menstabilkan bayi dengan berat badan <2,500 gram, terutama direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan berat badan <1,800 gram. Cara ini tidak untuk bayi yang sakit berat (sepsis, gangguan nafas berat) dan tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak dapat merawat bayinya. Pada ibu yang sedang sakit, cara ini dapat dilakukan oleh keluarga lain pengganti ibu (Depkes RI, 2007). Cara menghangatkan bayi dengan pemancar panas digunakan untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1,500 gram atau lebih untuk memeriksa awal bayi, selama dilakukan tindakan atau menghangatkan kembali bayi hipotermi (Depkes RI, 2007).
39
Lampu penghangat digunakan bila tidak tersedia pemancar panas, dapat digunakan lampu pijar maksimal 60 watt dengan jarak 60 cm (Depkes RI, 2007). Inkubator merupakan penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat <1,500 gram yang tidak dapat dilakukan KMC. Untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan nafas berat) (Depkes RI, 2007). Boks penghangat diigunakan bila tidak tersedia inkubator, dapat digunakan boks penghangat dengan menggunakan lampu pijar maksimal 60 watt sebagai sumber panas (Depkes RI, 2007). Ruangan hangat digunakan untuk merawat bayi dengan berat <2,500 gram yang tidak memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan, tidak untuk bayi sepsis (Depkes RI, 2007). 8) Imunisasi a)
Pengertian imunisasi Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin : BCG, DPT, dan Campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio) (Hidayat, 2009).
40
Imunisasi Masa bayi berlangsung selama 2 tahun pertama kehidupan setelah periode bayi baru lahir selama 2 minggu. Masa bayi sering dianggap sebagai keadaan tidak berdaya dimana bayi setiap hari belajar untuk semakin mandiri, sehingga di akhir masa bayi dikenal sebagai anak kecil yang baru belajar berjalan. Masa bayi adalah masa dasar yang sesungguhnya, meskipun seluruh masa anak–anak merupakan masa dasar (Proverawati, 2010) b)
Macam imunisasi Menurut Depkes RI (2005), Imunisasi Pada usia bayi perlu mendapatkan
imunisasi
untuk
menghindari
penyakit.
Imunisasi yang didapatkan adalah : (1)
Vaksin BCG Vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum umur 2 bulan (depkes 0-12 bulan). Vaksin disuntikkan intrakutan didaerah insersio m. deltoideus dengan dosis untuk bayi < 1 tahun sebanyak 0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml. Pada bayi perempuan dapat disuntikkan di paha kanan atas.
(2)
Vaksin DPT Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit difteria, pertusis, dan tetanus. Imunisasi dasar vaksin DPT dapat diberikan setelah
41
berusia 2 bulan sebanyak 3x (DPT I, DPT II, DPT III) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. (3)
Vaksin Hepatitis B Diberikan sedini mungkin, dapat diberikan bersamaan dengan pemberian imunisasi BCG. Dosis pemberian 0,5 ml diberikan secara IM pada antero lateral paha. Imunisasi berikutnya diberikan dengan interval 4 minggu. Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap
penyakit
hepatitis
B.
Imunisasi
dasar
diberikan 3x dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan pertama dan ke 2, dan 5 bulan antara suntikan ke 2 dan ke 3. (4)
Vaksin Polio Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. Imunisasi dasar vaksin polio diberikan 4 kali (polio I, II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang 4 minggu. Vaksin ini diteteskan 2 tetes (0,1 ml) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.
(5)
Vaksin Campak Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap
penyakit
campak.
Imunisasi
campak
dianjurkan satu dosis pada umur 9 bulan atau lebih. Vaksin disuntikkan subkutan dalam sebanyak 0,5 ml.
42
B. Kerangka Teori Tingkat Pengetahuan 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tahu Memahami Menerapkan Analisis Sintesis Evaluasi
Pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1. 2. 3. 4. 5.
Pengalaman Pendidikan Kepercayaan Pekerjaan Dukungan keluarga 6. Umur
Masa nifas
Perawatan bayi
Teori masa nifas meliputi :
Perawatan bayi meliputi :
1. Pengertian 2. Periode masa nifas 3. kunjungan masa nifas
1. Memandikan 2. Merawat tali pusat 3. Kebersihan popok 4. Merawat kuku 5. Merawat Kulit 6. Pemberian ASI 7. Menjaga kehangatan 8. Imunisasi
Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : Modifikasi Notoatmodjo (2010)
43
C. Kerangka Konsep Baik Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan bayi
Cukup
Kurang Faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pengalaman Pendidikan Kepercayaan Pekerjaan Dukungan keluarga Umur
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Keterangan : : Faktor yag diteliti
: Faktor yang tidak diteliti
44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan RancanganPenelitian Ditinjau dari segi tujuan penelitian yang hendak dicapai, penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Notoatmodjo (2010), deskritif kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau diskripsi suatu keadaan secara objektif. Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang atau yang sedang terjadi. Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data yang diangkakan (Sugiyono, 2007) Penelitian ini mendiskripsikan tentang tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan bayi. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah suatu teoritis yang dikaitkan dengan tata ruang suatu tempat yang akan digunakan untuk melakukan suatu kejadian atau peristiwa (KBBI, 2011). Penelitian dilakukan di Rumah Bersalin Permata Hati Sragen.
44 44
45
2. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung (KBBI, 2011). Penelitian ini dilakukan pada tanggal 07 Mei – 09 Juni 2012. C. Populasi, Sampel dan teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi
adalah
wilayah
generalisasi
yang
terdiri
atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemuadian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2011). Populasi yang digunakan dalam penelitan ini adalah ibu nifas 1-3 hari post partum di Rumah Bersalin Permata Hati Sragen yang berjumlah 31 responden. 2. Sampel Penelitian Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2011). Jika populasi kurang dari 100, maka diambil seluruhnya sebagai sampel, tetapi jika populasi lebih dari 100 , maka dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% (Arikunto, 2006). Pada penelitian ini sampel yang digunakan ialah 31 responden. 3. Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Non Random Sampling dengan metode accidental Sampling. Menurut Notoatmojdo (2010), pengambilan sampel secara aksidental (accidental) ini dilakukan dengan mengambil kasus atau responden
44
46
yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian. D. Instrumen Penelitian Alat yang dipergunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah kuisioner. Menurut Notoatmodjo (2010), kuisioner adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda – tanda tertentu. Dalam penelitian ini, kuisioner yang akan digunakan untuk mengetahui pengetahuan ibu adalah kuisioner tertutup dengan jawaban benar dan salah. Jika jawaban benar dengan pertanyaan positif (favorable) dan jawaban salah jika pertanyaan negatif (unfavorable) mendapat nilai 1. Jika jawaban yang salah dengan pertanyaan positif (favorable) dan jawaban benar dengan pertanyaan negatif (unfavorable) mendapatkan nilai 0. Pengisian kuisioner tersebut dengan memberi tanda centang (√) pada jawaban yang dianggap benar. Dalam instrumen ini terdapat 36 pertanyaan. Kuisioner penelitian ini terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Uji coba istrumen akan dilakukan di Rumah Bersalin Dentatama Sragen. Jumlah responden yang akan digunakan ialah 30 orang. Peneliti mengambil responden 30 orang karena kaidah umum penelitian agar diperoleh distribusi nilai hasil penelitian mendekati kurva normal (Mahfoed, 2007).
44
47
1. Uji Validitas Menurut Riwidikdo (2009), validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapacermat suatu test melakukan fungsi ukurnya. Jadi validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrumen pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas dengan menggunakan tehnik korelasi pearson product moment dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan : r
: Koefisien korelasi
N : Jumlah sampel X : Skor pertanyaan Y : Skor total Instrumen dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel (0,361) (Riwidikdo, 2009). Uji Validitas telah dilakukan di Rumah Bersalin Dentatama Sragen dengan jumlah responden 30 responden dan soal kuisioner 36 soal. Data yang diperoleh diolah dengan bantuan komputerisasi program SPSS dengan hasil 30 soal dinyatakan valid dan 6 soal tidak valid yaitu item 4, 7, 13, 19, 27 dan 33, karena r hitung < r table (0,361). Butir soal yang tidak valid tidak digunakan sebagai istrumen penelitian.
44
48
2. Uji Reliabilitas Menurut Riwidikdo (2009), reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal releabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrument dengan teknik tertentu. Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for Windows. Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:
Keterangan : = Reliabilitas instrumen k
= Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal = Jumlah varian butir = Jumlah varian Kuesioner atau angket dikatakan reliabel jika memiliki nilai
alpha minimal 0,7 (Riwidikdo, 2003)
44
49
Berdasarkan hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa nilai alpha 0,830, sehingga instrumen penelitian ini dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat pengukuran data.
3. Kisi-kisi kuesioner Tabel. 3.1 Kisi-kisi kuisioner
Variabel penelitian
Indikator
Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang keperawatan bayi
Pengertian perawatan bayi Memandidikan bayi
Nomor Nomor pertanyaan pertanyaan favorable unfavorable 1, 2 dan 3
Jumlah
4*, 5 dan 6 7*
4
Perawatan tali pusat 8, 10 dan 9 11
3
4
Kebersihan popok Merawat kuku
12, 13*, 14 25 dan 16 18 dan 20 17 dan 19*
5
Merawat kulit
21 dan 22
2
Pemberian ASI 23 dan 26
24, 25 dan 5 27*
Menjaga kehangatan bayi
28 dan 30
29 dan 31
Imunisasi
32, 35 dan 33* dan 34 36
Jumlah * Butir soal yang tidak valid
4
4
5 36
44
50
E. Teknik Pengumpulan Data Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar pertanyaan persetujuan dan membagikan kuesioner atau angket pada ibu nifas di Rumah Bersalin Permata Hati Sragen, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden disuruh mengisi kuesioner sampai selesai dan kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri dari: 1. Data Primer Data primer diperoleh secara langsung dari obyek penelitian oleh peneliti (Riwidikdo, 2009). Data primer diperoleh jawaban atas pertanyaan yang disediakan melalui pengisian kuesioner oleh responden tentang perawatan bayi. 2. Data Sekunder Data sekunder didapat tidak secara langsung dari obyek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun non komersial (Riwidikdo, 2009). Dalam penelitian ini data sekunder didapatkan dari kepala kepegawaian tentang jumlah ibu nifas dalam kurun waktu Januari-Februari 2012 di Rumah Bersalin Permata Hati Sragen. F. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
44
51
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan bayi. G. Definisi Operasional Menurut Notoatmodjo (2010), definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti. Tabel.3.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional
Skala
Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan bayi
Kemampuan Ordinal responden untuk menjawab pertanyaan tentang perawatan bayi meliputi memandikan bayi, perawatan tali pusat, kebersihan popok, merawat kulit, merawat kuku, menjaga kehangatan, pemberian ASI dan imunisasi.
Kategori a. Baik, bila nilai responden yang diperoleh (x) > Mean + 1.SD b. Cukup, bila nilai Mean – 1.SD ≤ x ≤ Mean + 1.SD c. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < Mean – 1.SD. (Riwidikdo, 2009)
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Setelah semua data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Proses pengolahan data secara manual menurut Notoatmodjo (2010), adalah:
44
52
a. Editing Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Jika ternyata masih ada data atau informasi yang tidak lengkap dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan (droup out) b. Coding Lembaran atau kartu kode adalah instrument berupa kolom-kolom untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomer responden dan nomor-nomor pertanyaan. c. Entry Memasukkan data ( data entry ) yakni mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan. d. Tabulating Tabulating adalah membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti. 2. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisa univariat. Menurut Notoatmodjo (2010), analisis univariat
bertujuan
untuk
menjelaskan
atau
mendiskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai
44
53
mean atau rata-rata, median dan standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel. Selanjutnya hasil untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas maka, ditunjukan dengan prosentase dengan keterangan sebagai berikut : a. Baik, bila nilai responden yang diperoleh adalah ( x ) > mean + 1.SD b. Cukup, bila nilai responden yang diperolehadalah mean – SD ≤ x ≤ mean + 1.SD c. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh adalah ( x ) < mean – 1.SD (Riwidikdo, 2009) I. Etika Penelitian Dalam penelitian ini mendapat rekomendasi dari pihak Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta, setelah disetujui oleh pembimbing I selaku pembimbing penelitian, kemudian peneliti meminta ijin ke direktur Rumah Bersalin Permata Hati Sragen, setelah mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian, peneliti akan melakukan penelitian dengan memperhatikan masalah etika antara lain sebagai berikut :
44
54
1. Informent Consent Saat akan melakukan pengambilan sampel, peneliti terlebih dahulu meminta ijin pada responden secara lisan, kesediaannya untuk menjadi responden dalam penelitian ini. 2. Anonimity (Kerahasiaan nama atau identitas) Pada lembar persetujuan maupun lembar kuisioner responden tidak menuliskan namanya melainkan hanya dengan inisial saja. 3. Confidentiality (Kerahasiaan hasil) Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti dan tidak akan disebarluaskan tanpa seijin responden.
44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Bersalin Permata Hati terletak di Jalan Letjen Sutoyo No. 618, Sragen Wetan, Sragen Rumah bersalin permata hati didirikan atas prakarsa dari dr Rahman, SpOG. Pada tanggal 8 Agustus 2005 bekerjasama dengan dr Oriono SpA mengembangkan fasilitas pemeriksaan ibu dan bayi serta rumah bersalin. Pada tanggal 23 Januari 2010 Rumah Bersalin Permata Hati meresmikan fasititas terbarunya yaitu Water Birth. Fasilitas yang terdapat di Rumah Bersalin Permata Hati Sragen yaitu pemeriksaan poliklinik kandungan dan kebidanan oleh dokter spesialis, IGD buka 24 jam, siap melayani kegawatdaruratan di bidang kandungan dan kebidanan, ruang bersalin dilengkapi CTG, pelayanan melahirkan selama 24 jam, ambulance siaga 24 jam dan kendaraan antar jemput pasien serta Water Birth. Jumlah staff dan karyawan yang terdapat di Rumah Bersalin Permata Hati Sragen yaitu 44 orang yang terdiri dari 2 orang dokter, 17 orang bidan, 3 orang perawat, 2 orang bagian gizi, 1 orang apoteker dan 1 orang asisten apoteker, 1 orang analis dan 1 orang ahli madya rekam medik, 1 orang tenaga operasi, 3 orang supir, 5 orang staf administrasi dan TU, 3 orang cleaning service, 2 orang satpam, 1 orang teknik listrik dan 1 orang pemelihara RS.
55
56
Ruang yang terdapat di Rumah Bersalin Permata Hati yaitu 4 kamar rawat inap yang terdiri dari kamar VIP ( Tulip ) 1 tempat tidur, kamar kelas I ( Anggrek ) 1 kamar 2 tempat tidur, kelas II ( Mawar ) 1 kamar 3 tempat tidur dan kelas III ( Seruni ) 1 kamar 6 tempat tidur, 2 kamar bayi ( bayi normal dan bermasalah ), ruang water birth, ruang operasi, ruang bersalin, ruang sterilisasi, laboratorium dan apotek. B. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Umum responden Responden dalam penelitian ini adalah ibu nifas pada hari pertama sampai ke-3 di Rumah Bersalin Permata Hati Sragen dengan jumlah responden 31 orang. Adapun data tentang karakteristik responden meliputi umur, pendidikandan pekerjaan yang dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi berikut ini : a. Karakteristik responden berdasarkan umur Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur ibu
1
Umur Responden 20 – 25
2
26 – 30
12
38,71 %
3
31 – 35
4
12,90 %
31
100 %
No
Total
Frekuensi
Prosentase
15
48,39 %
Sumber : Data primer Dari tabel 4.1 didapatkan 15 responden (48,39%) berusia antara 20 – 25 tahun, 12 responden (38,71%) berusia antara 26 – 30 tahun dan 4 responden (12,90%) berusia antara 31 – 35 tahun.
57
b. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan ibu No
Pendidikan
Frekuensi
Prosentase
1
SMP
7
22,58 %
2
SMA/SMK
21
67,74 %
3
Perguruan Tinggi
3
9,68 %
Total
31
100%
Dari tabel 4.2 didapatkan bahwa jumlah ibu yang berpendidikan SMP sebanyak 7 responden (22,58 %), SMA/SMK sebanyak 21 responden (67,74%) dan Perguruan Tinggi sebanyak 3 responden (9,68%). Dapat di simpulkan bahwa ibu nifas di Rumah Bersalin Permata Hati Sragen sebagian besar berpendidikan SMA/SMK yaitu 21 responden (67,74%) c. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan ibu No
Pekerjaan
Frekuensi
Prosentase
1
Ibu Rumah Tangga
18
58.06 %
2
Swasta
10
32,26 %
3
PNS
3
9,68 %
Total
31
100 %
Dari tabel 4.3 didapatkan bahwa jumlah ibu nifas yang bekerja sebagai IRT yaitu sebanyak 18 orang (58,06%), swasta sebanyak 10 orang (32,26%) dan PNS sebanyak 3 orang (9,68%). Pekerjaan ibu
58
nifas di rumah bersalin permata hati sragen kebanyakan yaitu ibu rumah tangga sebanyak 18 orang (58,06%). 2. Hasil Penelitian Setelah data penelitian terkumpul, langkah yang dilakukan selanjutnya adalah pengolahan data. Pengolahan data penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 16.0. Hasil perhitungan dengan program SPSS adalah sebagai berikut : Tabel 4.4 Hasil Pengolahan Data N Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Bayi Valid N (Listwise)
Minimum
Maximum
11
25
31
Mean 19,32
Std. Deviation 3,932
31
Berdasarkan table diatas Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Bayi dapat dikategorikan dalam 3 kagetori yaitu : 1. Baik
: ( x ) > mean + 1.SD ( x ) > 19,32 + 1. 3,932 ( x ) > 23,45 Jadi pengetahuan ibu nifas dikatakan baik apabila nilai ibu > 23,452
2. Cukup
: mean – SD ≤ x ≤ mean + 1.SD 19,32 – 3,932 ≤ x ≤ 19,32 + 1. 3,932 15,59 ≤ x ≤ 23,45
59
Jadi pengetahuan ibu nifas dikatakan cukup apabila nilai ibu 15,59 ≤ x ≤ 23,45 3. Kurang
: ( x ) < mean - 1.SD ( x ) < 19,32 – 1. 3,932 ( x ) < 15,59 Jadi pengetahuan ibu nifas dikatakan kurang apabila nilai ibu ( x ) < 15,59
Dari data yang diperoleh diatas, kemudian disajikan dalam sebuah tabel sebagai berikut : Tabel 4.5 Tabel Kuantitas Responden Berdasarkan 3 Kategori Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Bayi KATEGORI
PROSENTASE
BAIK
JUMLAH RESPONDEN 10
CUKUP
17
54,8%
KURANG
4
12,9%
JUMLAH
31
100%
32,3%
Berdasarkan penelitian dapat diuraikan bahwa dari 31 responden terdapat 10 responden (32,3%) memiliki pengetahuan baik tentang perawatan bayi, 17 responden (54,8%) memiliki pengetahuan cukup dan 4 responden (12,9%) memiliki pengetahuan kurang. Jadi dapat disimpulkan bahwa Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang perawatan bayi di Rumah Bersalin Permata Hati Sragen dalam kategori cukup. Selanjutnya dapat disajikan dalam bentuk grafik, sebagai berikut :
60
20 15 10
5 0 Baik
Cukup
Kurang
Gambar 5.1 Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentag Perawatan Bayi C. Pembahasan Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian diketahui bahwa tingkat pengetauan ibu nifas tentang perawatan bayi pada kategori baik sebanyak 10 responden (32,3%), pada kategori cukup sebanyak 17 responden (54,8%) dan pada kategori kurang sebanyak 4 responden (12,9%). Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu nifas dirumah bersalin permata hati sragen yang terbanyak adalah dalam kategori cukup yaitu sebanyak 17 responden (54,8%). Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia, yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Faktorfaktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah pengalaman, pendidikan, kepercayaan, pekerjaan, dukungan keluarga dan umur (Nursalam dan Pariani, 2008).
61
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula menerima pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan Demikian pula dengan umur dan pekerjaan, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya, sedangkan pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak cara mencari nafkah yang membosankan, berulang serta banyak tantangan dan bekerja merupakan kegiatan yang menyita waktu. sehingga bekerja bagi ibu-ibu akan mempengaruhi terhadap kehidupan keluarga (Nursalam dan Pariani, 2008). Perawatan bayi merupakan suatu tindakan merawat dan memelihara kesehatan bayi dalam bidang preventif dan kuratif (Dep Kes. RI, 2005). Pada awalnya, perawatan bayi baru lahir sangat dibutuhkan kesabaran yang sangat tinggi. Selain itu diperlukan juga pengetahuan tentang bagaimana cara merawat bayi dengan benar. Dalam merawat bayi membutuhkan perhatian yang khusus dan penuh kasih sayang. Untuk itu diperlukan penerimaan yang baik dan benar-benar diinginkan dari ibunya. Perawatan bayi menyangkut banyak hal, mulai dari memandikan, merawat kulit dan kuku, merawat tali pusat, kebersihan popok, memberikan ASI sebagai makanan utama bayi dan menjaga kehangatan bayi. Bayi dalam usia kurang dari satu tahun perlu perawatan dan perhatian khusus. Kurangnya dalam perawatan bayi baru lahir
62
membuat perhatian kepada bayi menjadi minimal. Sehingga angka kematian bayi difokuskan kepada bayi yang masih berumur kurang dari satu tahun (McKenzie, 2007). Permasalahan kesehatan bayi dipengaruhi oleh faktor perawatan bayi yang tidak benar (Kosim, 2005). Bayi yang baru lahir masih sangat rentan akan penyakit dan infeksi, untuk itu lah di perlukan perawatan yang optimal pada bayi untuk mendapatkan bayi yang sehat dan kuat. Maka dari itu bagi seluruh ibu nifas wajib mengetahui tentang perawatan bayi yang baik dan benar. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu nifas tentang perawatan bayi di Rumah Bersalin Permata Hati Sragen mayoritas pada kategori cukup sebanyak 17 orang (54,8%). Hal tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh faktor pendidikan, umur dan pekerjaan ibu. D. Keterbatasan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis memiliki beberapa kendala dan keterbatasan yaitu : 1. Kendala Penelitian a. Ada beberapa responden yang kurang paham dengan pernyataan didalam kuisioner. b. Ada beberapa responden yang kesulitan dalam pengisian kuisioner, dikarenakan faktor rasa sakit setelah melahirkan.
63
2. Keterbatasan Penelitian a. Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal, sehingga tingkat pengetahuan saja yang diteliti. b. Kuisioner dalam penelitian ini menggunakan kuisioner tertutup dengan jawaban benar dan salah, sehingga responden hanya dapat memberi tanda contreng dan responden tidak dapat memberikan jawaban atau pendapat tentang pernyataan dalam kuisioner tersebut.
64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Bayi dapat dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu : 1. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Bayi di Rumah Bersalin Permata Hati Sragen dalam kategori baik sebanyak 10 responden ibu nifas (32,3%) 2. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Bayi di Rumah Bersalin Permata Hati Sragen dalam kategori cukup sebanyak 17 responden ibu nifas (54,8%) 3. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Bayi di Rumah Bersalin Permata Hati Sragen dalam kategori kurang sebanyak 4 responden ibu nifas (12,9%) 4. Tingkat pengetahuan ibu nifas di Rumah Bersalin Permata Hati Sragen mayoritas dalam kategori cukup sebanyak 17 orang (54,8%).
B. Saran 1. Bagi Rumah Bersalin Petugas kesehatan yang berada di rumah bersalin diharapkan untuk mengadakan penyuluhan tentang perawatan bayi secara lebih mendalam 64
65
sebelum pasien dipulangkan, dengan tujuan agar ibu nifas
mendapat
informasi serta pengetahuan yang lengkap seputar perawatan bayi, sehingga ibu nifas tidak kebingungan dan tidak merasa khawatir dalam merawat bayi mereka. 2. Bagi responden Diharapkan meningkatkan pengetahuan tentang perawatan bayi dapat diperoleh dengan mengikuti penyuluhan dan membaca buku tentang panduan merawat bayi, mencari sumber-sumber informasi di media masa misalnya majalah, serta berkonsultasi pada bidan, dokter maupun orangorang yang lebih berpengalaman dalam merawat bayi. 3. Bagi peneliti lain Bagi peneliti lain yang tertarik dan berminat untuk melakukan penelitian tentang perawatan bayi diharapkan melakukan penelitian dengan mengembangkan variabel penelitian serta menggunakan metode dan teknik yang berbeda sehingga didapatkan hasil yang lebih baik.