TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG INFEKSI LUKA PERINEUM DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan Uji Ujian Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh: CHRIS VALENTINE AYU OCTAVIANI NIM B09.070
PROGAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG INFEKSI LUKA PERINEUM DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
Diajukan Oleh :
CHRIS VALENTINE AYU OCTAVIANI NIM : B09070
Telah diperiksa dan disetujui Pada tanggal 28 Juni 2012
ii
HALAMAN PENGESAHAN TINGAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG INFEKSI LUKA PERINEUM DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
Karya Tulis Ilmiah Disusun Oleh : CHRIS VALENTINE AYU OCTAVIANI NIM: B09070 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Akhir Program D III Kebidanan Pada Tanggal
iii
Juli 2012
CURICULUM VITAE Foto 3×4
Nama
: Chris Valentine Ayu Octaviani
Tempat / Tanggal Lahir
: Ngawi, 24 Oktober 1991
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Banyumeneng Rt. 01/Rw. 02, Pucangan, Ngrambe, Ngawi.
Riwayat pendidikan 1. SDN Pucangan I
LULUS TAHUN 2001
2. SMP N I Ngrambe
LULUS TAHUN 2004
3. SMA N I Ngrambe
LULUS TAHUN 2009
4. Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta
iv
MOTTO
·
Sesungguhya, sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah SWT, Tuhan semesta alam (Q.S. Al.An’aam : 162)
·
Semua manusia berada dalam keadaan merugi apabila dia tidak mengisi waktunya dengan perbuatan – perbuatan baik (Q.S. Al’Ashr)
·
Aku adalah orang yang belum selesai dan aku menyelesaikan lewat anugerah – anugerah yang Tuhan berikan untukku (W.S. Rendra)
·
Banyak orang gagal karena tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan sukses ketika menyerah (Thomas Alpha Edison)
·
Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil (Mario Teguh)
PERSEMBAHAN ·
ALLAH SWT yang senantiasa melindungi dan selalu memberikan kemudahan dan kemudahan dalam setiap langkah ku.
·
Papah dan ibu tercinta yang selalu mencukupi kebutuhanku dengan usaha yang tak pernah mengenal kata lelah dan senantiasa memberikan aku do’a, kasih saying, semangat dan kepercayaan. I love you
v
·
Seluruh dosen dan staf STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA, terutama dosen akbid terima kasih atas bimbingan selama ini.
·
Kakakku (Mas Dian, Mbak Nana, Mbak Cory dan Mas Antok), adekku (Panji Bima) serta keponakanku (Ardhi dan Calista) yang senantiasa memberikan do’a, inspirasi serta semangat.
·
Mas Iwan yang selalu membantu, mendewasakanku, memberikan dukungan, do’a serta sabar dan setia menungguku.
·
Temen-temenku kost Trisakti 1 (Dayinta, Agnes, Krisha, Tika, Arum, Ola, Isni, Agustina).
·
Temen-temen seperjuangan yang selalu berjalan bersama.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbal’alamin, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Infeksi Luka Perineum di RSU Assalam Gemolong Sragen”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat ujian akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT selaku Ketua Prodi Diploma III Kebidanan STIKes Kusuma Husada. 3. Ibu Ambarsari, S.ST selaku Pembimbing yang telah memberikan bimbingan teori dan metode penelitian dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. 4. Ibu dr. Wiwiek Irawati, M.Kes selaku Direktur Rumah Sakit Umum Assalam Gemolong Sragen yang telah memberikan izin dalam pengambilan data awal. 5. Seluruh Dosen Prodi Diploma III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
iv
6. Seluruh ibu nifas di RSU Assalam Gemolong Sragen yang telah bersedia memjadi responden penelitian. 7. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan berupa doa dan kasih sayang kepada saya. 8. Teman-teman angkatan 2009 Prodi Diploma III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan-masukan dari semua pihak yang berupa masukan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
v
STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juli 2012 Chris Valentine Ayu Octaviani B09 070 “TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG INFEKSI LUKA PERINEUM DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN” xv + 54 halaman + 5 tabel + 2 gambar + 13 lampiran ABSTRAK Latar Belakang : Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia, Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi 228/100.000 kelahiran hidup tahun 2007, sedangkan target MDGs pada tahun 2015, AKI dapat diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes, 2011). Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (28%), eklamsi (24%), infeksi (11%), partus lama (5%), abortus (5%) (SDKI, 2007). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSU Assalam Gemolong Sragen dengan menggunakan 5 pertanyaan diperoleh data yaitu dari 10 ibu nifas, 3 ibu nifas yang mengetahui tentang infeksi masa nifas dan 7 ibu nifas kurang mengetahui tentang infeksi masa nifas. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka perineum di RSU Assalam Gemolong Sragen. Metode Penelitian : Jenis Penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di RSU Assalam Gemolong Sragen pada bulan 29 mei – 20 juni 2012 dengan sampel yaitu ibu nifas sebanyak 36 orang menggunakan teknik pengambilan sampel total sampling. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner tertutup sedangkan teknik analisis data dengan menggunakan analisis univariat. Hasil Penelitian : Berdasarkan tingkat pengetahuan ibu Nifas tentang infeksi luka perineum di RSU Assalam Gemolong Sragen dapat dikategorikan pengetahuan baik terdapat sebanyak 8 responden (22,2%), pengetahuan cukup tentang infeksi luka perineum sebanyak 22 responden (61,1%) dan pengetahuan kurang tentang infeksi luka perineum sebanyak 6 responden (16,7%).
Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka perineum di RSU Assalam Gemolong Sragen adalah cukup. Kata kunci : Pengetahuan, Nifas, Infeksi Luka Perineum. Kepustakaan : 25 literatur (2002 – 2011)
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iii
CURICULUM VITAE ...................................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................
v
KATA PENGANTAR ...................................................................................
vii
ABSTRAK .....................................................................................................
ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan ................................................
1
B. Rumusan Masalah ..................................................................
3
C. Tujuan Penelitian ....................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ..................................................................
4
E. Keaslian Penelitian .................................................................
5
F. Sistematika Penulisan……………………………………….
6
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ........................................................................
8
1. Pengetahaun ........................................................................
8
2. Nifas …………………………………………………... .....
16
x
3. Luka Robekan Perineum ......................................................
21
4. Infeksi Perineum……………………………………………
27
5. Pengobatan Infeksi Perineum ...............................................
32
B. Kerangka Teori .....................................................................
34
C. Kerangka Konsep ...................................................................
35
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian..............................................
36
B. Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………..
36
C. Populasi, Sampel dan Teknik pengambilan Sampling ...........
37
D. Alat / Instrumen Penelitian .....................................................
38
E. Teknik Pengumpula Data .......................................................
42
F. Variabel Penelitian .................................................................
42
G. Definisi Operasional ...............................................................
43
H. Pengolahan dan Analisis Data ................................................
43
I.
46
Etika Penelitian .......................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian .....................................
48
B. Hasil Penelitian .......................................................................
49
C. Pembahasan ............................................................................
50
D. Keterbatasan Penelitian ..........................................................
52
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ...............................................................................
53
B. Saran ......................................................................................
54
xi
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Involusio uteri ................................................................................
18
Tabel 3.1 Kisi – kisi Pertanyaan Kuesioner ...................................................
39
Tabel 3.2 Definisi Operasional ......................................................................
44
Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi .............................................................
50
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan ...................................................................
xiii
50
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori penelitian ..........................................................
31
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ......................................................
32
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Ijin Pengambilan Data Awal
Lampiran 2
Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3
Persetujuan Sebagai Responden
Lampiran 4
Kuesioner Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Infeksi Luka Perineum
Lampiran 5
Kunci Jawaban Kuesiner
Lampiran 6
Surat Ijin Uji Validasi
Lampiran 7
Surat Balasan Uji Validitas
Lampiran 8
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 9
Jadwal Penelitian
Lampiran 10 Surat Ijin Penggunaan Lahan Penelitian Lampiran 11 Surat Balasan dari Lahan Penelitian Lampiran 12 Hasil Analisis Data Lampiran 13 Lembar Konsultasi
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Derajat kesehatan suatu Negara ditentukan oleh beberapa indikator, salah satunya adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007), angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi 228/100.000 kelahiran hidup, sedangkan target MDGs pada tahun 2015, AKI dapat diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes, 2011). Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (28%), eklamsi (24%), infeksi (11%), partus lama (5%), abortus (5%) (SDKI, 2007). Masa nifas dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika organorgan reproduksi pulih seperti keadaan sebelum hamil. Infeksi nifas adalah infeksi pada traktus genitalis setelah persalinan (Saifuddin, 2002). Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman pathogen ke dalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi masa nifas (Saleha, 2009). Persalinan spontan sering terjadi robekan perineum yang merupakan luka dengan pinggir yang tidak teratur. Hal ini akan menghambat penyembuhan sesudah luka dijahit (Wiknjosastro, 2006). Fase penyembuhan akan tergantung pada beberapa faktor termasuk ukuran dan tempat luka, kondisi fisiologis umum pasien dan cara
1
2
perawatan luka perineum yang tepat. Laserasi atau episiotomi yang terinfeksi akan tampak kemerahan dan bengkak (Wheeler, 2004). Perawatan perineum yang tidak benar dapat mengakibatkan kondisi perineum yang terkena lokhea dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum. Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kencing ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kencing maupun infeksi pada jalan lahir. Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian ibu post partum mengingat kondisi ibu post partum masih lemah (Suwiyoga, (2004) dalam Sujiyatini, dkk (2010)). Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Wawan dan Dewi (2011), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, sehingga apabila pengetahuan ibu nifas tentang perawatan luka perineum rendah kemungkinan terjadinya infeksi akan lebih besar karena kesalahan dalam perawataan luka perineum. Menurut data yang diperoleh dari Rekam Medik di RSU Assalam Gemolong Sragen rata-rata jumlah ibu nifas tiap bulannya sekitar 35 orang, sedangkan data ibu nifas selama 1 tahun dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2010 terdapat 934 orang, dari ibu nifas tersebut
3
yang melahirkan dengan tindakan operasi caesar sebanyak 482 orang (52%) dan ibu yang melahirkan tanpa tindakan sebanyak 452 orang (48%), dari data keseluruhan ibu nifas diatas terdapat 19 orang (2%) ibu yang mengalami
infeksi
nifas,
antara
lain
yang
mengalami
infeksi
tromboplebitis 10 orang (1,1%), infeksi luka abdominal 5 orang (0,5%), infeksi septicemia 2 orang (0,2%), infeksi payudara 1 orang (0,1%), infeksi luka perineum 1 orang (0,1%) Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSU Assalam Gemolong Sragen dengan menggunakan 5 pertanyaan diperoleh data yaitu dari 10 ibu nifas, 3 ibu nifas yang mengetahui tentang infeksi masa nifas dan 7 ibu nifas kurang mengetahui tentang infeksi masa nifas. Berdasarkan masalah diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul Karya Tulis Ilmiah yaitu “TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG INFEKSI LUKA PERINEUM DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Infeksi Luka Perineum di RSU Assalam Gemolong Sragen?”.
4
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka perineum di RSU Assalam Gemolong Sragen. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahuai tingkat pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka perineum pada tingkat baik. b. Mengetahuai tingkat pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka perineum pada tingkat cukup. c. Mengetahuai tingkat pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka perineum pada tingkat kurang.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi ilmu pengetahuan Menambah informasi mengenai tingkat pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka perineum untuk penelitian selanjutnya. 2. Bagi diri sendiri Meningkatkan wawasan mengenai tingkat pengetahuan
ibu nifas
tentang infeksi luka perineum. 3. Bagi Institusi a. Lahan. Mambahan referensi bagi rumah sakit tentang peningkatan kualitas RSU Assalam Gemolong Sragen.
5
b. Pendidikan. Menambah sumber bacaan atau untuk meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya pada ibu nifas tentang infeksi luka perineum.
E. Keaslian Penelitian Dari penelusuran pustaka, peneliti menemukan penelitian yang serupa dengan penelitian yang akan dilakukan diantaranya : 1. Dwi Rahayu (2006) dengan judul “Pengetahuan Ibu Nifas tentang Infeksi Luka Jahitan Perineum di UPTD RSD Kota Surakarta”. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kuantitatif menggunakan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian dalam kategori baik sejumlah 56%, kategori cukup baik 32,35% dan kategori kurang baik sejumlah 11,77%, sedangkan berdasarkan umur responden rata – rata 21 – 23 tahun berjumlah 26,47% dengan tingkat pengetahuan baik 66,67%, pendidikan responden mayoritas adalah SLTA berjumlah 50% dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 60%, pekerjaan responden ibu rumah tangga berjumlah 61,7% dengan katagori baik sebanyak 52,36% dan didapatkan pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka jahitan perineum di UPTD RSD Kota Surakarta adalah baik 2. Tri Makarti (2006) dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Tanda Bahaya Ibu Nifas”. Penelitian ini menggunakan
6
sampling jenuh. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas di RSUD Kota Surakarta. Teknik pengumpulan data dengan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu nifas tentang infeksi nifas mayoritas katagori cukup yaitu 17 responden (68%), mayoritas usia responden antara 21-24 tahun ada 8 responden (32%), sebagian responden berpendidikan SMA 14 responden (56%), kehamilan yang pertama ada 15 responden (60%), serta responden bekerja sebagai IRT ada 12 responden (48%). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah perbedaan judul, waktu, tempat, responden, teknik pengumpulan data, dan hasil penelitian.
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri atas lima bab yaitu : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menguraikan gambaran tentang Proposal Karya Tulis Ilmiah, latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tinjauan teori yang meliputi: Pengetahuan mencakup
pengertian,
fungsi,
sumber,
faktor
yang
mempengaruhi, proses adopsi perilaku, cara memperoleh; Nifas
7
yang mencakup pengertian, tujuan asuhan masa nifas, perubahan fisiologis pada ibu nifas, tahap masa nifas; Luka robekan perineum yang mencakup robekan perineum, derajat robekan perineum, penanganan, perawatan luka perineum; Infeksi perineum yang mencakup pengertian, cara terjadinya infeksi, penyebeb infeksi, tanda dan gejala, factor yang mempengaruhi; Pengobatan luka perineum yang mencakup cara pengobatan luka perineum; Kerangka teori dan Kerangka konsep. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan metodologi yang akan digunakan dalam penelitian, jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, alat atau instrumen penelitian penelitian, teknik atau metode pengumpulan data, variabel penelitian, definisi operasional, pengolahan dan analisis data dan etika penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini berisi gambaran umum tempat penelitian, hasil penelitian, pembahasan, keterbatasan. BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Wawan dan Dewi (2010), pengetahuan merupakan hasil tahu dan hal ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Pengindraan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan perasa
dengan
sendiri.
Pada
waktu
pengindraan
sampai
menghasilkan pengetahuan manusia diperoleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. b. Fungsi Pengetahuan Mendorong manusia untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata, atau diubah sedemikian rupa, sehingga tercapai suatu konsisten (Azwar, 2007).
8
9
c. Sumber Pengetahuan Menurut Nur Salam (2003), sumber pengetahuan, terdiri dari : 1) Empirisme Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman dengan jalan observasi atau dengan penginderaan. 2) Rasionalisme Pengetahuan diperoleh dari pikiran (akal budi) manusia, sehingga mampu mengetahui kebenaran. 3) Intusionisme Secara etiomologi istilah intuisi berarti lagsung melihat. Intuisi dapat dipergunakan sehingga kita mengetahui diri kita, karakter, perasaan, dan motif orang lain serta kita mengetahui, mengalami hakikat sebenarnya tentang waktu, gerak, dan aspek yang mendasar dalam jagat raya. 4) Wahyu Allah Pengetahuan disampaikan oleh Allah S.W.T kepada manusia lewat para nabi yang diutusnya. d. Faktor yang Mempengaruhi pengetahuan Menurut Wawan dan Dewi (2011) faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu: 1)
Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
10
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. 2) Pekerjaan Pekerjaaan berhubungan dengan sosial ekonomi seseorang dan sosial ekonomi seseorang berpengaruh kepada pengetahuan. 3) Informasi/media masa Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. 4) Usia Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
11
pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. 5) Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. 6) Sosial budaya Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. e. Proses Adopsi Perilaku Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Wawan dan Dewi (2011) proses adopsi perilaku. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
12
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, sebelum orang mengadopsi perilaku baru berperilaku baru didalam diri seseorang terjadi proses berurutan yakni: 1) Awarrnes (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulant (objek). 2) Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus. 3) Evaluation
(menimbang-nimbang)
individu
akan
mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden lebih baik lagi. Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Wawan dan Dewi (2011) pengetahuan yang mencakup domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu : 1) Tahu (Know) Tahu diartika sebagai mengingatkan suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.
13
2) Memahami (Comprehention) Memahami
artinya
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat mengintreprestasikan secara benar. Orang yang telah paham menjelaskan,
terhadap
objek atau materi terus
menyebutkan
contoh,
dapat
menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen – komponen tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain. 5) Sintesis (synthesis ) Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis
14
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian
itu
berdasarkan
suatu
kriteria
yang
ditentukan sendiri dan menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. f. Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Wawan dan Dewi (2011) cara memperoleh pengetahuan. 1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan. Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum dikemukakan metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis : a) Coba – coba salah ( Trial And Eror ) Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba-coba salah ini dilakukan dengan mengunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
15
b) Cara Kekuasaan atau Otoritas Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinanpimpinan masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri. c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi di masa lalu. 2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara ini disebut metode penelitian ilmiah yang atau lebih popular atau disebut metodelogi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Devan. Akhirnya lahirlah suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.
16
2. Nifas a. Pengertian Nifas 1) Nifas adalah periode setelah melahirkan sampai pulihnya organ reproduksi seperti keadaan normal sebelum hamil, yang lamanya ± 6 minggu (6-8 minggu) (Kurniawati dan Mirzanie, 2009). 2) Nifas yaitu dimulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Wiknjosastro, 2008). b. Tujuan asuhan masa nifas. Semua kegiatan mempunyai tujuan agar kegiatan tersebut terarah dan diadakan evaluasi dan penilaian. Tujuan dari perawatan nifas ini adalah: 1) Memulihkan kesehatan umum penderita, dengan: a) Menyediakan makanan sesuai kebutuhan. b) Mengatasi anemia. c) Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan sterilisasi. d) Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk memperlancar peredaran darah. 2) Mempertahankan kesehatan psikologis. 3) Mencegah infeksi dan komplikasi.
17
4) Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI). 5) Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik. (Bahiyatun, 2009). c. Tahap Masa Nifas Menurut Suherni dkk (2009), tahapan masa nifas dibagi 3 tahap yaitu : 1) Puerpurium dini yaitu masa kepulihan, yakni saat-saat ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. 2) Puerpurium intermedial yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genetalia, kira-kira antara 6-8 minggu. 3) Remote puerpurium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa cepat bila kondisi sehat prima, atau bisa juga berminggu-minggu, bulan, bahkan tahunan, bila ada gangguan-gangguan kesehatan lainnya. d. Perubahan Fisiologi pada Ibu Nifas 1) Involusio Dalam masa nifas,alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan
alat
genetalia
ini
keseluruhanya disebut involusio (Wiknjosastro, 2008).
dalam
18
Tabel.2.1 Involusio uteri Involusi
Tinggi Fundus Uteri
Bayi Lahir Setinggi Pusat Uri lahir 2 jari bawah pusat 1 minggu Pertengahan Pusat Simpisis 2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 6 minggu Bertambah kecil 8 minggu Sebesar normal Wiknjosastro (2008).
Berat Uterus 1000 gram 750 gram 500 gram 350 gram 50 gram 30 gram
2) Involusio tempat plasenta Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta sekitar 6 minggu (Sujiyatini dkk, 2010). 3) Rasa nyeri atau mules-mules (After Pains) disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Perasaan mules ini lebih terasa bila sedang menyusui. Perasaan sakit pun timbul bila masih terdapat sisasisa selaput ketuban, sisa-sisa plasenta, atau gumpalan darah didalam kavum uteri (Wiknjosastro, 2008). 4) Lochea Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama nifas. Lochea mengalami perubahan karena proses involusio. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme
19
berkembang lebih cepat daripada kondisi asam pada vagina normal, baunya amis (anyir), meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita (Pusdiknakes, 2003). Menurut Sujiyatini dkk (2010) Jenis Lochea, yaitu : a) Lochea Rubra (Cruenta) Keluar pada hari pertama sampai hari ketiga, berwarna merah kehitaman. Terdiri dari darah segar bercampur sisasisa selaput ketuban, sel desidua, vernik caseosa, rambut lanugo dan mekoneum. b) Lochea Sanguinolenta Terjadi pada hari ketiga sampai hari ketujuh, berwarna merah kuning. Sisa darah bercampur lendir. c) Lochea Serosa Terjadi pada hari ketujuh sampai hari keempatbelas, berwarna kekuningan/kecoklatan. Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta. d) Lochea Alba Terjadi pada hari keempat belas ke atas, berwarna putih. Mengandung leukosit, selaput lendir serviks, dan serabut mati.
20
Sedangkan lochea patologi ada 2, yaitu: a) Lochea purulenta Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau. b) Lochiostasis Lokia tidak lancar keluarnya. 5) Servik Bentuk servik agak mengaga seperti corong, disebabkan oleh karena korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi sedangkan servik tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan servik uteri terbentuk seperti cincin. Warna servik sendiri menjadi merah kehitamhitaman karena penuh pembuluh darah (Wiknjosastro, 2008). 6) Endometrium Tempat
implantasi
plasenta
akan
timbul
thrombosis,
degenerasi, dan nekrosis. Pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 cm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin, setelah 3 hari permukaan endometrium akan rata akibat lepasnya sel-sel dari bagian yang mengalami degenerasi (Wiknjosastro, 2008). 7) Ligamen – ligamen Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak
21
jarang
ligamentum
rotundum
menjadi
kendor
yang
mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi. Tidak jarang pula
wanita
mengeluh
“kandungannya
turun”
setelah
melahirkan oleh karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor (Sujiyatinidkk, 2010). 8) Perubahan pada vulva, vagina dan perineum. Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali pada keadaan tidak hamil dan rugea dalam vagina
secara
berangsur-angsur
akan
muncul
kembali
sementara labia menjadi lebih menonjol. Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5 perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan (Sujiyatini dkk, 2010). 3. Luka robekan perineum a. Robekan perineum Robekan perineum bisa terjadi secara spontan maupun robekan melalui tindakan episiotomi. Episiotomi merupakan satu upaya untuk mempercepat persalinan dengan memperlebar jalan lahir
22
lunak dan mengendalikan robekan perineum untuk mempermudah menjahit (manuaba, 2009). Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga terjadi pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Menurut Wiknjosastro (2002), pada proses persalinan sering terjadi ruptur perineum yang disebabkan antara lain : 1) Kepala janin lahir terlalu cepat 2) Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya 3) Riwayat jahitan pada perineum 4) Pada persalinan dengan distosia bahu Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil dari biasanya sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih kebelakang, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dari pada sirkumferensia suboksipito-bregmatika, pembedahan vaginal.
atau
anak
yang dilahirkan
dengan
23
b. Tingkat / derajat robekan perineum Menurut Saifuddin (2002), robekan perineum dibagi atas empat tingkat/ derajat antara lain : 1) Derajat I Robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perineum. 2) Derajat II Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinei transversalis, tetapi tidak mengenai otot spingter ani. 3) Derajat III Robekan mengenai perineum sampai dengan otot spingter ani. 4) Derajat IV Robekan mengenai perineum sampai dengan ototsfingter ani dan mukosa rektum. c. Penanganan Robekan perineum yang melebihi robekan tingkat I harus dijahit. Hal ini dapat dilakukan sebelum plasenta lahir, tetapi apabila ada kemungkinan plasenta harus dikeluarkan secara manual, lebih baik tindakan itu ditunda sampai plasenta lahir. Penderita berbaring dalam posisi lithotomi, dilakukan pembersihan luka dengan cairan antiseptik dan luas robekan ditentukan dengan seksama. Adapun penanganan penjahitan perineum berdasarkan derajatnya seperti dibawah ini :
24
1) Derajat I Penjahitan tidak diperlukan jika tidak ada perdarahan dan jika luka teraposissi secara alamiah. 2) Derajat II Jahit dengan menggunakan teknik-teknik. Pada robekan perineum derajat II setelah diberi anesthesi lokal otot-otot diafragma urogenitalis dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan kemudian luka pada vagina dan kulit perineum ditutup dengan mengikutsertakan jaringan-jaringan dibawahnya. 3) Derajat III Menjahit robekan perineum derajat III harus dilakukan dengan teliti, mula-mula dinding depan rektum yang robek dijahit, kemudian fasia per-rektal ditutup dan muskulus sphingter ani eksternum yang dijahit. Selanjutnya dilakukan penutupan robekan seperti diuraikan untuk robekan perineum derajat II. Untuk mendapat hasil baik terapi pada robekan perineum total, perlu diadakan penanganan pasca pembedahan yang sempurna. Penderita diberi makanan yang tidak mengandung selulosa dan mulai hari kedua diberi paraffinum liquidum sesendok makan dua kali sehari dan jika perlu pada hari keenam di beri klisma minyak.
25
4) Derajat IV Perbaikan segera dengan benang yang dapat diserap perlu dilakukan. Robekan derajat ketiga dan keempat membutuhkan perhatian khusus
supaya
wanita dapat
mempertahankan
kontinensia fekal. Apabila wanita tidak merasa nyeri, ini akan membantu proses penyembuhan dan hal ini dapat dibantu dengan memastikan feses wanita lunak selama beberapa hari. Dalam beberapa kasus, obat antimikroba dapat digunakan (Wiknjosatro, 2008). Menurut Pogi (2008), kewenangan bidan dalam penjahitan luka ruptur perineum hanya pada derajat satu dan dua, sedangkan untuk derajat ketiga atau keempat sebaiknya bidan melakukan kolaborasi atau rujukan ke rumah sakit, karena ruptur ini memerlukan teknik dan prosedur khusus. d. Perawatan Luka Peineum 1) Pengertian Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil (Sujiyatini dkk, 2010).
26
2) Tujuan Perawatan Luka Perineum Menurut Sijiyatini dkk (2010), tujuan perawatan luka perineum: a) Mencegah terjadinya infeksi pada organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut) serta kontaminasi rektum. b) Meningkatkan kenyamanan ibu nifas dengan menjaga kebersihannya dan meningkatkan penyembuhan. 3) Cara Membersihkan Luka Perineum Menurut Sujiyatini dkk (2010), cara membersihkan luka perineum adalah sebagai berikut : a) Menyiapkan alat dan bahan seperti sabun, air hangat, baskom, handuk bersih dan pembalut nifas baru dan antiseptik. b) Mencuci tangan di kran atau air yang mengalir dengan sabun, sebelum membersihkan daerah perineum. c) Melepas pembalut yang kotor dan penuh dari depan ke belakang. d) Menyemprotkan atau cuci dengan betadin bagian perineum dari arah depan ke belakang. e) Mengeringkan dengan waslap atau handuk dari depan ke belakang.
27
f) Memasang pembalut dari arah depan ke belakang, posisikan dengan baik sehingga tidak bergeser. g) Setelah selesai, merapikan alat-alat yang digunakan pada tempatnya, mencuci tangan sampai bersih. h) Mencatat,
jika
ada
perubahan-perubahan
perineum,
khususnya tanda infeksi. i) Melakukan tidur dengan ketinggian sudut bantal tidak boleh lebih dari 30 derajat. 4. Infeksi Perineum a. Pengertian Infeksi nifas adalah infeksi pada traktus genitalis setelah persalinan (Saifuddin, 2002). Infeksi nifas adalah infeksi pada traktus genitalia setelah persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta (Saleha, 2009). Infeksi luka perineum adalah ifeksi yang disertai dengan pembengkakan dan perubahan warna pada luka perineum (sujiyatini dkk, 2010). b. Cara terjadinya infeksi Menurut Wiknjosastro (2008), cara terjadinya infeksi melalui: 1) Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus.
28
2) Droplet infection yaitu sarung tangan atau alat alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau pembantu-pembantunya. 3) Dalam rumah sakit biasanya banyak kuman – kuman pathogen berasal dari penderita – penderita dengan berbagai jenis infeksi. 4) Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban. 5) Infeksi intrapartum gejala - gejala dapat terlihat pada waktu berlangsunganya persalinan, biasanya terjadi pada partus lama, air ketuban sudah pecah, beberapa kali dilakukan pemeriksa. c. Penyebab infeksi karena bakteri 1) Streptococcus haemoliticus aerobicus Merupakan penyebab infeksi yang berat, khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya eksogen atau berasal dari penderita lain, alat atau kain yang tidak steril, infeksi tenggorokan orang lain. 2) Staphylococcus aureus Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang – kadang menjadi sebab infeksi umum. Stafilokokus banyak ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang–orang yang nampaknya sehat. 3) Esherichia coli Kuman ini umumya berasal dari kandung kencing atau rectum dan dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva,
29
dan endometrium. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius. 4) Clostridium welchiii Infeksi dengan kuman ini, yang barsifat anerobik jarang ditemukan, akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi lebih sering terjadi pada abortus kriminalis (Wiknjosastro, 2008). d. Tanda dan gejala infeksi perineum Menurut Sujiyatini dkk (2010), tanda dan gejala infeksi perineum adalah : 1) Infeksi lokal a) Pembengkakan luka episiotomi. b) Terjadi pernanahan. c) Perubahan warna lokal. d) Pengeluara lokia bercampur nanah. e) Mobilisasi terbatas karena nyeri. f) Temperature badan dapat meningkat. 2) Infeksi general a) Tampak sakit dan lemah. b) Temperature meningkat diatas 39°C. c) Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat. d) Pernafasan dapat meningkat dan terasa sesak. e) Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma. f) Terjadi gangguan involusi uterus.
30
g) Lokia, berbau, bernanah dan kotor. e. Faktor yang Mempengaruhi Kesembuhan Luka Menurut Sujiyatini dkk (2010) faktor yang mempengaruhi kesembuhan luka, yaitu : 1) Faktor - Faktor Eksternal : a) Pengetahuan Pengetahuan ibu tentang perawatan pasca persalinan sangat menentukan lama penyembuhan luka perineum. Apabila pengetahuan ibu kurang, terlebih masalah kebersihan maka penyembuhan lukapun akan berlangsung lama. b) Sarana prasarana Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana prasarana dalam perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptik. c) Penanganan petugas Pada saat persalinan, pembersihannya harus dilakukan dengan tepat oleh penanganan petugas kesehatan, hal ini merupakan salah satu penyebab yang dapat menentukan lama penyembuhan luka perineum.
31
d) Gizi Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan protein. e) Budaya dan keyakinan Misalnya kebiasaan makan telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka. f) Keturunan Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi kemampuan dirinya dalam penyembuhan luka. Salah satu sifat genetik yang mempengaruhi adalah kemampuan dalam sekresi insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan glokosa darah meningkat. Dapat terjadi penipisan protein-kalori. 2) Faktor - Faktor Internal : a) Usia Penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda dari pada orang tua. Orang yang sudah lanjut usianya tidak dapat mentolerir stress seperti trauma jaringan atau infeksi. b) Cara perawatan Perawatan yang tidak benar menyebabkan infeksi dan memperlambat penyembuhan. Karena perawatan yang kasar dan salah dapat mengakibatkan kapiler darah baru rusak dan
32
mengalami perdarahan. Kemungkinan terjadinya infeksi karena perawatan yang tidak benar dapat meningkat dengan adanya benda mati dan benda asing. Jika luka dirawat dengan baik maka kesembuhannya juga akan lebih cepat. c) Personal hygiene Personal hygiene (kebersihan diri) dapat memperlambat penyembuhan, hal ini dapat menyebabkan adanya benda asing seperti debu dan kuman. Adanya benda asing, pengelupasan jaringan yang luas akan memperlambat penyembuhan dan kekuatan regangan luka menjadi tetap rendah. Luka yang kotor harus dicuci bersih. Bila luka kotor, maka penyembuhan sulit terjadi. Kalaupun sembuh akan memberikan hasil yang buruk. d) Aktivitas berat dan berlebihan Menghambat
perapatan
tepi
luka.
Mengganggu
penyembuhan yang diinginkan. e) Infeksi Infeksi menyebabkan peningkatan inflamasi dan nekrosis yang menghambat penyembuhan luka. 5. Pengobatan Infeksi Perineum Menurut Sujiyatini dkk (2010), cara pengobatan perineum, yaitu : selulitis dan fasritis nekrotikon a. Jika terdapat pus atau cairan buka dan drain luka tersebut
33
b. Angkat kulit nekrotik dan jahitan subkutis dan lakukan debridement, jangan angkat jahitan fasia. c. Jika infeksi hanya superficial dan tidak meliputi jaringan dalam, pantau akan timbulnya abses dan berikan antibiotika. 1) Ampisilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 5 hari 2) Ditambah metronidazol 400 mg per oral 3 kali sehari selama 5 hari d. Jika infeksi cukup dalam, meliputi otot, menimbulkan nekrotik (fasritis nekrotikon), berikan kombinasi antibiotika sampai pasien bebas panas 48 jam. 1) Penisilin 6 sebanyak 2 juta unit I.V setiap 6 jam 2) Ditambah gentamisin 5mg/kg BB I.V setiap 24 jam 3) Ditambah metronidazol 500 mg I.V setiap 8 jam. e. Jika sudah bebas demam 48 jam diberikan 1) Ampisilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 5 hari 2) Ditambah metronidazol 400 mg per oral 8 kali sehari selama 5 hari Catatan: fasiitis nekrotikan membutuhkan debridement dan jahitan situasi. Lakukan jahitan reparasi 2-4 minggu kemudian, bila luka sudah bersih. 3) Jika infeksi parah pada fasiitis nekrotikan, rawat pasien untuk kompres 2 kali sehari.
34
Jika terdapat abses tanpa selulitis: a. Jika terdapat pus atau cairan buka dan drain luka tersebut b. Angkat kulit nekrotik dan jahitan subkutis dan buat jahitan situasi, jangan mengangkat jahitan fasia. c. Kompres luka dan anjurkan ibu menjaga kebersihan.
B. KERANGKA TEORI
Pengetahuan
Ibu Nifas
Infeksi Luka Perineum
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu : a. b. c. d. e. f.
Pendidikan Pekerjaan Informasi/ media Usia Lingkungan Sosial Budaya
Sumber: Wawan dan Dewi (2011).
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
35
C. KERANGKA KONSEP
Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka perineum
Baik Cukup Kurang
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu : a. b. c. d. e. f.
Pendidikan Pekerjaan Informasi/ media Usia Lingkungan Sosial Budaya
Ketetangan = variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu suatu metode penelitian yang digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran yang akurat dari seluruh karakteristik yang diteliti (Suyanto dan Salamah, 2008).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di RSU Assalam Gemolong Sragen. 2. Waktu. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 Mei - 20 Juni 2012.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Menurut (Notoatmodjo, 2005) populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah semua ibu nifas yang ada di RSU Assalam Gemolong Sragen dengan jumlah 36 orang.
36
37
2. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Menurut Danim dan Darwis (2003), sampel adalah sub unit populasi survey atau populasi survey itu sendiri, yang oleh peneliti dipandang mewakili populasi target. Sampel pada penelitian ini yaitu semua ibu nifas di RSU Assalam Gemolong Sragen dengan jumlah 36 orang. 3.
Teknik Pengambilan Sampel Menurut
Notoatmodjo
(2005),
teknik
pengambilan
sampel
merupakan cara atau teknik-teknik tertentu yang digunakan dalam mengambil sampel penelitian hingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya. Penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu semua populasi dijadikan sampel semua atau bisa juga penelitian populasi (Hidayat, 2007).
D. Instrumen Penelitian Menurut Notoatmodjo (2005), alat/instrument adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini alat yang digunakan adalah kuesioner, yaitu sejumlah pertanyaan atau peryataan tertulis yang dibaca dan dijawab oleh responden penelitian (Danim dan Darwis, 2003).
38
Penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup yaitu sejumlah pertanyaaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dengan menyediakan jawaban sehingga responden tinggal memilih (Notoatmodjo, 2005). Kuesioner digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu, yang menggunakan pilihan jawaban “Benar” atau “Salah”. Kuesioner ini menggunakan pernyataan favorable (pernyataan positif), apabila responden menjawab “Benar” pada jawaban yang benar, maka mendapat skor 1 dan jika menjawab “salah” mendapat skor 0 dan pernyataan unfavorable (pernyataan negetif), apabila responden menjawab “Salah” pada jawaban yang salah, maka mendapatkan skor 1 dan jika menjawab “benar” mendapatkan skor 0 yaitu pernyataan yang jawabanya ada yang benar dan ada yang jawabannya salah. Instrument ini ada 30 soal tentang infeksi nifas, infeksi perineum, cara terjadinya infeksi, penyebab infeksi, tanda dan gejala infeksi, faktor yang mempengaruhi kesembuhan luka, tujuan perawatan luka, perawatan luka perineum. Sebelum kuesioner digunakan akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
39
Tabel 3.1 Kisi – kisi Kuesioner Variabel Penelitian
Indikator
Pengetahu an ibu tentang infeksi luka perineum
a. Infeksi nifas b. Infeksi perineum c. Cara terjadinya infeksi d. Penyebab infeksi e. Tanda dan gejala infeksi f. Faktor yang mempengaruhi kesembuhan luka g. Tujuan perawatan luka h. Perawatan luka perineum Jumlah Item
No Item Vaforabel 1 3
Jumlah Item
Unfavorable 2 5, 9, 26
7 6, 8, 12, 14, 29 17, 30
4 10, 11, 13, 15 16, 18, 28
20 19, 22, 24, 27 15
2 1 3 2 9 5
1 21, 23, 25 15
7 30
1. Uji Validitas Menurut Suyanto dan Salamah (2008), validitas (kesahihan) alat pengumpulan data (instrusmen) sangat diperlukan sebelum digunakan dalam penelitian. Uji validitas untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut valid, valid artinya ketepatan mengukur, atau alat ukur tersebut tepat untuk mengukur sebuah variabel yang akan diukur Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur (Riwidikdo,2009).
40
Menurut Riwidikdo (2009) salah satu cara uji validitas yaitu dengan melakukan uji coba pada responden minimal dilakukan terhadap 30 orang (Riwidikdo, 2009). Untuk menguji validitas maka dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan skor total, dengan menggunakan rumus Pearson’s Product Moment :
rxy =
N(å XY) - (å X) (å Y)
{N.å X 2 - (å X) 2 }{N.å Y 2 - (å Y) 2 }
Keterangan: rxy
: koefisien korelasi Product Moment
N
: jumlah responden
X
: skor pertanyaaan
Y
: skor total pertanyaaan Parameter dari hasil uji rxy adalah besarnya koefisien korelasi
Pearson’s Product Moment, antara 0,0 sampai 1. Dikatakan valid bila besarnya rxy hitung lebih besar dari rxy tabel. Atau secara lebih mudah bila koefisien korelasinya lebih besar (>) dari 0,50 (Riwidikdo, 2010). Pengujian validitas dilakukan dengan data sebanyak 30 responden di RSD Kota Surakarta pada taraf signifikansi 0,05. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows 13.0. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 30 pertanyaan kuesioner terdapat 4 nomor yang tidak valid yaitu pertanyaan nomor 2, 15, 18 dan 23. Dengan demikian keempat pertanyaan tidak digunakan dalam kuesioner.
41
2. Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas digunakan untuk melihat apakah instrumen yang telah disusun handal bila digunakan, maka perlu dilakukan uji reliabilitas (Suyanto dan Salamah, 2008). Reabilitas adalah hal yang dapat dipercaya. Hasil pengukuran harus reliabel dalam artian harus memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan. (Riwidikdo, 2010). Banyaknya rumus uji yang dapat digunakan dalam uji reabilitas alat ukur, namun dalam penelitian ini menggunakan penguji reabilitas dengan SPSS. Menurut Djemari (2003) dalam Riwidikdo (2009) kuesinoner atau angket dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7. Rumus Alpha Cronbach : 2 æ k ö æ åsb ö ÷ = çç ÷÷ ç1 ç s t2 ÷ø è (k - 1) ø è
ri
Keterangan: ri
: reliabilitas instrument
k
: banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
ås s t2
2 b
: jumlah varians butir : varians total
(Riwidikdo, 2010) Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program SPSS for Windows 13.0 diperoleh nilai alpha sebesar 0,840. Oleh karena nilai alpha > 0,7 maka disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel.
42
E. Teknik Pengumpulan Data Menurut (Riwidikdo, 2010) pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh melalui: 1. Data Primer Data primer adalah data yang diambil secara langsung oleh peneliti, yaitu berupa jawaban pernyataan dari responden yang dituangkan dalam kuesioner pada saat penelitian. 2. Data sekunder Data sekunder adalah data penunjang yang diperoleh dari lingkungan penelitian yaitu data hasil dokumentasi dari hasil kegiatan selama penelitian, seperti dokumen dari Rekam Medik yaitu data jumlah ibu nifas di RSU Assalam Gemolong Sragen selama 1 tahun dari bulan Januari sampai Desember 2010.
F. Variabel Penelitian Menurut Suyanto dan Salamah (2008), variabel penelitian adalah ciri atau ukuran yang melekat pada obyek penelitian baik bersifat fisik (nyata) atau psikis (tidak nyata). Pengertian lain menyebutkan variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri-ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki oleh satuan penelitian dari sebuah teori, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit, dan sebagainya. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka perineum.
43
G. Definisi Operasional Menurut Hidayat (2007) definisi operasional adalah mendefinisikan secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena. Tabel 3.2 Definisi operasional Definisi Operasional
Alat ukur
Skala
Segala sesuatu yang diketahui ibu nifas tentang infeksi luka perinium yaitu infeksi nifas, infeksi perineum, cara terjadinya infeksi, penyebab infeksi, tanda dan gejala infeksi, faktor yang mempengaruhi kesembuhan luka, tujuan perawatan luka, perawatan luka perineum.
Kuesioner
Ordinal
Variabel Tingkat Pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka perinium
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data 1. Cara Pengolahan Data a. Editing
Kategori Baik (x) > mean + 1SD Cukup Mean – 1SD ≤ x ≤ mean + 1SD Kurang (x) < mean – 1SD
Riwidikdo (2010).
44
Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan (Hidayat, 2007). b. Coding Kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2007). c. Skoring Tahap ini dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban atau hasil observasi sehingga setiap jawaban responden atau hasil observasi dapat diberikan skor (Suyanto dan Salamah, 2008). d. Entering. Memasukkan data yang telah diskor kedalam komputer seperti ke dalam spread sheet program Exel atau ke dalam program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) (Suyanto dan Salamah, 2008). 2. Analisis Data Analisis data merupakan proses penataan secara sistematis atas transkrip wawancara, data hasil observasi, data dari daftar isian, dan materi lain untuk selanjutnya diberi makna, baik secara tunggal maupun simultan, dan disajikan sebagai temuan penelitian (Danim dan Darwis, 2003). Analisis data yang sering disebut uji hipotesis dapat dilakukan untuk menjawab atau membuktikan diterima atau ditolak hipotesa yang telah ditegakkan (Suyanto dan Salamah, 2008).
45
Variabel yang dianalisis secara univariat yaitu tingkat pengetahuan ibu tentang infeksi luka perineum. Menurut riwidikdo (2010), untuk membuat tiga kategori yaitu baik, cukup, kurang maka menggunakan parameter: 1) Baik, bila nilai responden (x) > mean + 1SD 2) Cukup, bila nilai responden mean – 1SD ≤ x ≤ mean + 1SD 3) Kurang, bila nilai responden (x) < mean – 1SD Untuk
mencari
rata-rata
(mean)
diperoleh
dengan
rumus:
n
åx
i
x =
i:1
n
Keterangan: xᵢ : nilai dari data n : jumlah data Sedangkan untuk mencari SD (Simpangan Deviasi) menggunakan: n
n
åx
2 i
SD =
-
(å x1 ) i =1
i =1
n
n -1
Menurut Riwidikdo (2010), untuk mengkategorikan data interval dalam beberapa kategori, dapat menjadi 3 kategori atau 4 kategori. Prosentase ini sering digunakan dalam analisis deskriptif tingkat
46
pengetahuan dengan rumus untuk memperoleh skor prosentasenya adalah sebagai berikut: P=
ே
x 100%
Keterangan : P : skor prosentase n : skor yang diperoleh responden N : total skor maksimum yang seharusnya diperoleh
I. Etika Penelitian Riset dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dan saling mendukung. Beberapa faktor pendukung tersebut agar riset dapat terlaksana antara lain seperti dana dan adanya obyek penelitian serta memperhatikan hak azazi manusia (Suyanto dan Salaman, 2008). Menurut Hidayat (2009), etika penelitian atau pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi : 1.
Informed consent Pemberian informed consent
ini bertujuan agar responden mengerti
maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia, maka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati keputusan tersebut. 2.
Anonymity (tanpa nama)
47
Bentuk penulisan kuesioner dengan tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data. 3.
Confidentiality (Kerahasiaan) Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSU Assalam Gemolong. Rumah sakit RSU Assalam Gemolong berdiri pada tahun 2003 dengan nama Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Assalam yang beralamat di Desa Ngembat Padas Gemolong Sragen Jawa Tengah. RSU Assalam Gemolong dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan berkualitas kepada masyarakat, maka RSIA Assalam pada akhir tahun 2008 berbenah untuk mengembangkan statusnya menjadi Rumah Sakit Umum (RSU). Pada tanggal 15 Juni 2011 status badan hukum RSU Assalam berpindah dari KOPINKES ASSALAM menjadi PT. Wahyu Isma Putra untuk menyelenggarakan Rumah Sakit Umum (RSU) Assalam selama 5 tahun. RSU Assalam melaksanakan pelayanan yaitu Pelayanan Medik Rawat Jalan, pelayanan Medik Rawat Inap terdiri dari bangsal umum / Anak terdiri dari Kamar VIP kelas I, II, III dan Ruang Isolasi, Bangsal Kebidanan dan Kandungan, Kamar bayi (Perinatologi), kamar bersalin dan kamar operasi. Pelayanan medik terdiri dari Laboratorium, Radiologi, Instalasi Farmasi (Apotik) dan Pemeriksaan EKG.
48
49
B. Hasil Penelitian Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas
tentang Infeksi Luka Perineum di RSU
Assalam Gemolong Sragen Tabel. 4.1 Mean dan Standar Deviasi Variabel Mean Standar Deviasi Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Infeksi Luka Perineum di RSU Assalam Gemolong Sragen
Baik
17,9
3,7
: Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean+1 SD (x) > 17,9 + 1 . 3,7 = x > 21,6 Jadi Pengetahuan baik jika nilai responden > > 21,6
Cukup
: Bila nilai responden mean -1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD 17,9 – 1 . 3,7 ≤ x ≤ 17,9 + 1 . 3,7 = x ≤ 14,2 – ≤ 21,6 Jadi Pengetahuan cukup jika nilai responden ≤ 14,2 – ≤ 21,6
Kurang
: Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean–1 SD (x) < 17,9 – 1 . 3,7 = x < 14,2 Jadi Pengetahuan kurang jika nilai responden < 14,2.
Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Infeksi Luka Perineum di RSU Assalam Gemolong Sragen No 1 2 3
Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total
Jumlah Responden 9 20 7 36
Persentase (%) 25,0 55,6 19,4 100
50
Berdasarkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka perineum di RSU Assalam Gemolong Sragen dapat dikategorikan pengetahuan baik sebanyak 9 responden (25%), pengetahuan cukup sebanyak 20 responden (55,6%) dan pengetahuan kurang sebanyak 7 responden (19,4%), jadi tingkat pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka perineum di RSU Assalam Gemolong Sragen kebanyakan pengetahuan cukup yaitu sebanyak 20 responden (55,6%).
C. PEMBAHASAN Menurut Notoatmodjo (2003), dalam Wawan dan Dewi (2010), pengetahuan merupakan hasil tahu dan hal ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka perineum sangat berpengaruh terhadap proses kesembuhan luka. Menurut Azwar (2007), fungsi pengetahuan yaitu mendorong manusia untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Sesuai dengan fungsi pengetahuan yaitu mendorongan untuk tahu tentang infeksi luka perineum. Hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai tingkat pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka perineum di RSU Assalam Gemolong Sragen dapat dikategorikan pengetahuan baik terdapat sebanyak 9 responden (25%), pengetahuan cukup sebanyak 20 responden (55,6%) dan pengetahuan kurang sebanyak 7 responden (19,4%). Responden yang berpengetahuan baik sudah dapat menjawab pertanyaan - pertanyaan yang diberikan dengan baik
51
kemudian responden yang berpengetahuan cukup sebagian besar responden kurang mengetahui tanda dan gejala infeksi, penyebab dari infeksi dan cara perawatan luka perineum. Tanda dan gejala infeksi menurut Sujiyatini dkk (2010) Infeksi lokal yaitu terjadi pembengkakan luka, terjadi pernanahan, perubahan warna lokal, pengeluara lochea bercampur nanah, mobilisasi terbatas karena nyeri, temperatur tubuh meningkat. Infeksi umum yaaitu tampak sakit dan lemah, temperature meningkat diatas 39°C, tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat, pernafasan dapat meningkat dan terasa sesak, gelisah, kesadaran menurun dan sampai koma, terjadi gangguan involusi uterus, lochea, berbau, bernanah dan kotor. Penyebab infeksi karena bakteri adalah Streptococcus haemoliticus aerobicus, Staphylococcus aureus, Esherichia coli, Clostridium welchiii. Cara perawatan luka menurut Sujiyatini dkk (2010) yaitu siapkan alatalat cuci seperti sabun yang lembut, air, baskom, waslap, kasa dan pembalut wanita yang bersih, cuci tangan di kran atau air yang mengalir dengan sabun, lepas pembalut yang kotor dari depan ke belakang, semprotkan atau cuci dengan betadin bagian perineum dari arah depan ke belakang, keringkan dengan waslap atau handuk dari depan ke belakang, setelah selesai, rapikan alat-alat yang digunakan pada tempatnya, cuci tangan sampai bersih, catat, jika ada perubahan-perubahan perineum, khususnya tanda infeksi, lakukan tidur dengan ketinggian sudut bantal tidak boleh lebih dari 30 derajat.
52
Dari pembahasan diatas diketahui bahwa
pengetahuan ibu nifas
tentang infeksi luka perineum di RSU Assalam Gemolong Sragen cukup. D. Keterbatasan Penelitian 1.
Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal, sehingga hasil penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka perineum saja dan faktor-faktor yang mempengaruhi yang tidak diteliti. Penelitian ini akan berbeda hasil jika faktor yang mempengaruhi diteliti.
2.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup sehingga responden hanya bisa menjawab ya atau tidak serta jawaban responden belum bisa untuk mengukur pengetahuan secara mendalam.
53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian ini mengambil judul Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Infeksi Luka Perineum di RSU Assalam Gemolong Sragen. Responden dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas di RSU Assalam Gemolong Sragen berjumlah 36 responden. Berdasarkan penelitian dari 36 responden tersebut didapatkan hasil: 1. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Infeksi Luka Perineum di RSU Assalam Gemolong Sragen pengetahuan baik sebanyak 9 responden (25%). 2. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Infeksi Luka Perineum di RSU Assalam Gemolong Sragen pengetahuan cukup sebanyak 20 responden (55,6%). 3. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Infeksi Luka Perineum di RSU Assalam Gemolong Sragen pengetahuan kurang sebanyak 7 responden (19,4%).
53
54
B. Saran 1. Bagi ilmu pengetahuan Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah informasi mengenai tingkat pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka perineum untuk penelitian selanjutnya. 2. Bagi diri sendiri Diharapkan hasil peneiltian ini dapat meningkatkan wawasan mengenai tingkat pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka perineum. 3. Bagi Institusi a. Lahan (RSU Assalam). Diharapkan hasil penelitian ini dapat mambahan referensi bagi rumah sakit tentang peningkatan kualitas RSU Assalam Gemolong Sragen. b. Pendidikan. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah sumber bacaan atau untuk meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya pada ibu nifas tentang infeksi luka perineum.