TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS HARI KE 1-6 TENTANG SENAM NIFAS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2013
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh: ENGGARI KURNIA NINGRUM NIM: B10 018
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2013
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS HARI KE 1-6 TENTANG SENAM NIFAS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2013
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh: ENGGARI KURNIA NINGRUM NIM: B10 018
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2013
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS HARI KE 1-6 TENTANG SENAM NIFAS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2013
Diajukan Oleh: ENGGARI KURNIA NINGRUM NIM B10 018
Telah diperiksa dan disetujui Pada tanggal 16 Mei 2013
Pembimbing
(DHENY ROHMATIKA, S.SiT) NIK. 200582015
ii
HALAMAN PENGESAHAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS HARI KE 1-6 TENTANG SENAM NIFAS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2013 Karya Tulis Ilmiah Disusun Oleh: ENGGARI KURNIA NINGRUM NIM B10 018 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Akhir Program D III Kebidanan Pada Tanggal 18 Juli 2013
PENGUJI I
PENGUJI II
(HUTARI PUJI ASTUTI, S.SiT., M.Kes) (DHENY ROHMATIKA, S.SiT) NIK. 200580012
NIK. 200582015
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan Mengetahui, Ka. Prodi DIII Kebidanan
(DHENY ROHMATIKA, S.SiT) NIK. 200582015 iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Hari Ke 1-6 Tentang Senam Nifas Di RSUD Pandan Arang Boyolali Tahun 2013”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi DIII Kebidanan Kusuma Husada Surakarta dan Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis. 3. dr. Endang Widayati, selaku Direktur RSUD Pandan Arang Boyolali, yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam pengambilan data. 4. Seluruh dosen dan staff Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan. 5. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
iv
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, 15 Mei 2013
Penulis
v
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Mei 2013 Enggari Kurnia Ningrum B10 018 TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS HARI KE 1-6 TENTANG SENAM NIFAS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2013 xvi + 63 halaman + 23 lampiran + 5 tabel + 14 gambar ABSTRAK Latar belakang: Senam nifas ini mempunyai manfaat yang berarti bagi ibu setelah melahirkan. Sebagian ibu sangat mengharapkan dapat mengembalikan penampilannya seperti semula. Senam ini berguna untuk mengembalikan kondisi kesehatan dan memperbaiki regangan otot-otot setelah kehamilan. Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD Pandan Arang Boyolali pada tanggal 5 November 2012 terhadap 8 ibu nifas tentang senam nifas didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan ibu nifas tentang senam nifas di RSUD Pandan Arang Boyoali masih kurang. Tujuan: Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali. Metode penelitian: Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Lokasi penelitian di RSUD Pandan Arang Boyolali pada tanggal 11 Maret – 1 April 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah 160 ibu nifas hari ke 1-6. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 40 ibu nifas hari ke 1-6, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, sedangkan untuk analisa data dilakukan dengan komputerisasi menggunakan program SPSS. Hasil penelitian: Dari pengolahan data didapatkan hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas adalah baik sebanyak 8 responden (20%), cukup sebanyak 26 responden(65%), dan kurang sebanyak 6 responden (15%). Kesimpulan: Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali sebagian besar berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 26 responden (65%) dari 40 responden. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh umur dan informasi.
Kata kunci
: Pengetahuan, Nifas, Senam Nifas
Kepustakaan : 21 literatur (2006 s/d 2012)
vi
MOTTO ·
Mungkin hasil yang paling berharga dalam pendidikan adalah kemampuan kita untuk mengajarkan hal-hal yang harus kita kerjakan, tidak peduli kita suka atau tidak pekerjaan tersebut (Thomas Henry Hexluy).
·
Jika kamu mengalami kegagalan janganlah berputus asa, tetapi gunakanlah pengalaman tersebut untuk menyalakan api semangat juangmu (Gufron Naba).
·
Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua (Aristoteles).
·
Keberhasilan tidak datang secara tiba-tiba, tetapi karena usaha dan kerja keras.
·
Berusahalah jangan sampai terlengah walau sedetik saja, karena atas kelengahan kita tak akan bisa dikembalikan seperti semula.
vii
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan untuk: ·
Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
·
Bapak dan ibu tercinta yang selalu memberikan doa, semangat, dukungan, kasih sayang dan perhatiannya kepadaku.
·
Nenekku tercinta dan keluarga besarku yang selalu memberikan doa dan semangatnya kepadaku.
·
Sahabat-sahabatku tercinta Dyah, Riski, dan Inang yang selalu memberikan dukungan dan semangat bahwa aku bisa melewati segala sesuatu dengan baik dan tepat pada waktunya.
·
Teman-teman STIKes Kusuma Husada Surakarta angkatan 2010 yang telah bersama-sama merasakan suka duka dalam meraih impian dan cita-cita.
·
Almamater tercinta Program Studi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
viii
CURICULUM VITAE
Nama
: Enggari Kurnia Ningrum
Tempat/tanggal lahir : Sukoharjo, 2 Agustus 1991 Agama
: Islam
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Perum Kopassus RT 4 / RW 3 Wirogunan Kartasura
Riwayat pendidikan : 1. SD Negeri Pucangan IV Kartasura
LULUS Tahun 2003
2. SMP Negeri 3 Kartasura
LULUS Tahun 2006
3. SMA Negeri 2 Sukoharjo
LULUS Tahun 2009
4. Program Satu Tahun Bina Sarana Informatika Solo Jurusan Akuntansi Komputer
LULUS Tahun 2010
5. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Angkatan Tahun 2010
ix
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL………………………………………………….
i
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………..
ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………...
iii
KATA PENGANTAR………………………………………………...
iv
ABSTRAK…………………………………………………………….
vi
MOTTO………………………………………………………………..
vii
PERSEMBAHAN………………………………….............................
viii
CURICULUM VITAE………………………………………………..
ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………..
x
DAFTAR TABEL……………………………………………………..
xiii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………….
xiv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….
xv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang………………………………………......
1
B. Perumusan Masalah……………………………………...
3
C. Tujuan Penelitian……………………………..................
3
D. Manfaat Penelitian………………………………............
4
E. Keaslian Penelitian………………………………............
5
F. Sistematika Penulisan……………………………...........
6
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori…………………………………………....
8
1. Pengetahuan………………………………………….
8
a. Pengertian pengetahuan………………………….. 8 b. Tingkat pengetahuan……………………………..
8
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan… 10 d. Cara memperoleh pengetahuan…………………..
12
e. Kriteria tingkat pengetahuan……………………..
15
x
2. Nifas………………………………………………….
15
a. Pengertian………………………………………... 15 b. Tahapan masa nifas………………………………
16
c. Kunjungan masa nifas……………………………
16
d. Perubahan fisiologis masa nifas………………….
18
e. Perubahan psikologis pada masa nifas…………...
23
f. Kebutuhan dasar ibu masa nifas…………………. 24 3. Senam nifas…………………………………………..
27
a. Pengertian………………………………………... 27 b. Tujuan senam nifas………………………………. 28 c. Manfaat senam nifas……………………………... 29
BAB III
BAB IV
d. Macam-macam senam nifas……………………...
29
B. Kerangka Teori…………………………………………..
42
C. Kerangka Konsep……………………………..................
43
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian………………………….
44
B. Lokasi dan Waktu Penelitian………………….................
44
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel…….
45
D. Instrumen Penelitian……………………………………..
47
E. Teknik Pengumpulan Data………………………............
50
F. Variabel Penelitian……………………………………….
51
G. Definisi Operasional……………………………………..
51
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data…………………..
52
I. Etika Penelitian…………………………………………..
55
J. Jadwal Kegiatan………………………………………….
56
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………………..
57
B. Hasil Penelitian…………………………………………..
57
C. Pembahasan………………………………………………
58
D. Keterbatasan……………………………………………..
60
xi
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………. 62 B. Saran……………………………………………………... 62
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2,1 Kunjungan masa nifas…………………………………........
17
Tabel 3.1 Kisi-kisi kuesioner………………………………………......
48
Tabel 3.2 Definisi operasional penelitian……………………………...
52
Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi……………………………….....
57
Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Hari Ke 1-6 Tentang Senam Nifas Di RSUD Pandan Arang Boyolali……………
xiii
58
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1
Senam kaki…………………………………………….....
Gambar 2.2
Senam tranversus………………………………………… 32
Gambar 2.3
Senam mengangkat panggul……………………………..
34
Gambar 2.4
Senam stabilitas batang tubuh…………………………....
35
Gambar 2.5
Senam stabilitas batang tubuh-menaikkan lutut………....
36
Gambar 2.6
Abduksi paha dalam posisi miring……………………….
36
Gambar 2.7
Memutar lutut ke arah luar sambil mempertahankan tetap diam……………………………………………………...
Gambar 2.8
30
37
Mengencangkan satu kaki sambil mempertahankan panggul dan punggung diam……………………………..
38
Posisi miring yang nyaman………………………………
39
Gambar 2.10 Berbaring telungkup dengan bantal di bawah pinggang…
39
Gambar 2.9
Gambar 2.11 Posisi penyokongan ketika batuk, pada pasca-seksio sesaria…………………………………………………….
40
Gambar 2.12 Dua senam yang tidak boleh dilakukan………………….
41
Gambar 2.13 Kerangka teori…………………………………………....
42
Gambar 2.14 Kerangka konsep…………………………………………
43
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Jadwal Penyusunan KTI
Lampiran 2
Surat Ijin Studi Pendahuluan Kepada Kesbangpol
Lampiran 3
Surat Ijin Studi Pendahuluan Kepada RSUD Pandan Arang Boyolali
Lampiran 4
Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan Dari Kesbangpol
Lampiran 5
Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan Dari RSUD Pandan Arang Boyolali
Lampiran 6
Surat Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas Kepada RSUD Sukoharjo
Lampiran 7
Surat Balasan Ijin Uji Validitas dan Reliabiltas Dari Bappeda
Lampiran 8
Surat Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas Dari RSUD Sukoharjo
Lampiran 9
Surat Permohonan Ijin Penelitian Kepada RSUD Pandan Arang Boyolali
Lampiran 10 Surat Balasan Ijin Penelitian Dari RSUD Pandan Arang Boyolali Lampiran 11 Surat Permohonan Responden Lampiran 12 Lembar Persetujuan Responden Lampiran 13 Kuesioner Penelitian Lampiran 14 Kunci Jawanan Kuesioner Penelitian Lampiran 15 Tabulasi Data Validitas dan Reliabilitas Lampiran 16 Hasil Uji Validitas Lampiran 17 Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 18 Tabulasi Data Hasil Penelitian
xv
Lampiran 19 Perhitungan Mean dan Standar Deviasi Lampiran 20 Perhitungan Skor Prosentase Lampiran 21 Tabel nilai r Product Moment Lampiran 22 Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah Lampiran 23 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Laporan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) terakhir memperkirakan Angka Kematian Ibu adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Bahkan WHO, UNICEF, UNFPA dan World Bank memperkirakan angka kematian ibu yang lebih tinggi, yaitu 420 per 100.000 kelahiran hidup (Prasetyawati, 2012 : 3). Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia sebesar 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan. Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (28%), eklamsia (24%) dan infeksi (11%). Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah Kurang Energi Kronik (KEK) pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%) (Prasetyawati, 2012 : 21). Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Anggraini, 2010 : 1). Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikologis. Sebenarnya sebagian besar bersifat fisiologis, namun jika tidak dilakukan pendampingan melalui asuhan
1
2
kebidanan maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi keadaan patologis (Sulistyawati, 2009 : 1). Pada umumnya, wanita yang setelah melahirkan seringkali mengeluh tentang bentuk tubuhnya yang bertambah lebar yang diakibatkan oleh membesarnya otot rahim karena pembesaran sel maupun pembesaran ukurannya selama hamil. Selain itu, otot perut juga menjadi memanjang sesuai dengan pertumbuhan kehamilan. Setelah melahirkan, otot-otot tersebut akan mengendur. Dan ketika proses melahirkan kondisi tubuh menjadi kurang prima akibat kelelahan, letih, tegang, dan peredaran darah serta pernapasan juga belum kembali normal (Widianti dan Proverawati, 2010 : 1). Oleh karena itu, untuk mengembalikan pada kondisi semula maka diperlukan suatu senam yang dikenal dengan nama senam nifas. Senam nifas memberikan latihan gerak secepat mungkin agar otot-otot yang mengalami pengendoran selama kehamilan dan persalinan kembali normal, seperti sebelum hamil sehingga terhindar dari segala perasaan yang kurang nyaman (Widianti dan Proverawati, 2010 : 1). Senam nifas ini mempunyai manfaat yang berarti bagi ibu setelah melahirkan. Sebagian ibu sangat mengharapkan dapat mengembalikan penampilannya seperti semula. Senam ini berguna untuk mengembalikan kondisi kesehatan dan memperbaiki regangan otot-otot setelah kehamilan (Widianti dan Proverawati, 2010 : 1). Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD Pandan Arang Boyolali yang dilaksanakan pada tanggal 5 November 2012 didapatkan data jumlah ibu nifas
3
pada bulan Januari-September tahun 2012 terdapat sebanyak 1442 ibu nifas. Setelah penulis melakukan wawancara terhadap 8 ibu nifas tentang senam nifas didapatkan hasil bahwa 3 ibu nifas (37,5%) cukup mengetahui tentang senam nifas sedangkan 5 ibu nifas (62,5%) lainnya kurang mengetahui tentang senam nifas. Dari data yang diperoleh oleh peneliti, didapatkan tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali masih kurang. Berdasarkan latar belakang di atas dan masih kurangnya pengetahuan ibu nifas tentang senam nifas serta perlunya peningkatan pemahaman ibu nifas tentang pentingnya senam nifas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas hari ke 1-6 Tentang Senam Nifas”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali pada tingkat baik.
4
b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali pada tingkat cukup. c. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali pada tingkat kurang. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Dapat dijadikan bahan masukan untuk menambah teori atau ilmu pengetahuan dibidang kesehatan khususnya tentang senam nifas. 2. Bagi Penulis Penelitian ini untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh dalam bangku kuliah dan memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian. 3. Bagi Insttitusi a. RSUD Pandan Arang Boyolali Memberi data bagi lembaga pendidikan mengenai aspek tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas sekaligus sebagai bahan masukan pentingnya senam nifas bagi ibu nifas. b. Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam memperkaya bahan pustaka yang berguna bagi pembaca secara keseluruhan dan penelitian selanjutnya.
5
E. Keaslian Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil keaslian dari: Novita Restiana Dewi (2011), dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Senam Nifas Di BPS Supadmi Irianto Bulu Sukoharjo”. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan menggunakan metode penelitian yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang ada di BPS Supadmi Irianto Bulu Sukoharjo pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2011 yang berjumlah 30 ibu nifas. Analisis data dengan analisis univariat, teknik sampling dengan total sampling, instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian ini didapatkan tingkat pengetahuan responden dalam kategori baik (40,0%), kategori cukup (50,0%) dan dalam kategori kurang (10,0%). Kesimpulan dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan ibu nifas tentang senam nifas di BPS Supadmi Irianto Bulu Sukoharjo dalam kategori cukup dengan prosentasi paling banyak. Persamaan keaslian dengan penelitian ini adalah jenis penelitiannya yaitu deskriptif kuantitatif dan analisa data dengan univariat, sedangkan perbedaan keaslian dengan penelitian ini adalah pada judul, lokasi, waktu, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel.
6
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah, terdiri dari 5 (lima) Bab dengan sistematika sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini menjelaskan tentang teori-teori dari masalah yang akan diteliti meliputi pengetahuan yang terdiri dari pengertian, tingkat
pengetahuan,
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan, kriteria pengetahuan. Nifas terdiri dari pengertian, tahapan masa nifas, kunjungan masa nifas perubahan fisiologis pada masa nifas, perubahan psikologis pada masa nifas, kebutuhan dasar ibu masa nifas. Senam nifas terdiri dari pengertian, tujuan senam nifas, manfaat senam nifas, macam-macam senam nifas. Dalam bab ini juga menjalaskan tentang kerangka teori dan kerangka konsep. BAB III
METODE PENELITIAN Dalam bab ini berisikan tentang jenis dan rancangan penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, alat penelitian, metode pengambilan data, jalannya pengolahan data dan analisa data.
7
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian, hasil penelitian, pembahasan, dan keterbatasan penelitian.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007 : 143). Pengetahuan juga merupakan sesuatu yang tertinggal dari hasil pengindraan manusia terhadap dunia luar. Selain itu, pengetahuan merupakan deskripsi arsip informasi konsep dan kenyataan tentang alam semesta, baik yang ada dalam memori perseorangan maupun tertulis (Mahmud, 2011 : 15). b. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007 : 144-146), pengetahuan atau kognitif merupakan domain penting bagi terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan yang mencakup domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni: 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam tingkatan ini adalah 8
9
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui
dan
dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
10
kata-kata
kerja:
dapat
menggambarkan
(membuat
bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan
bagian-bagian
dalam
suatu
bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Dewi dan Wawan (2010 : 16-18), yang dikutip dari Notoatmodjo (2003) dan Nursalam (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut: 1) Faktor internal a) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
11
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. b) Pekerjaan Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. c) Umur Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. 2) Faktor eksternal a) Faktor lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia
dan
pengaruhnya
yang
dapat
mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. b) Sosial budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
12
d. Cara memperoleh pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010 : 10-19), cara memperoleh kebenaran pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1) Cara memperoleh kebenaran nonilmiah a) Cara coba salah (Trial and Error) Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba salah (coba-coba). b) Secara kebetulan Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah penemuan enzim urease oleh Summers pada tahun 1926. c) Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpinpemimpin masyarakat baik formal atau informal, para pemuka agama, pemegang pemerintah, dan sebagainya. Dengan kata lain,
pengetahuan
tersebut
diperoleh
berdasarkan
pada
pemegang otoritas, yakni orang yang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan.
13
d) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman
pribadi
dapat
digunakan
sebagai
upaya
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. e) Cara akal sehat (common sense) Akal
sehat
atau
common
sense
kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran. Misalnya cara menghukum anak dengan dijewer telinganya atau dicubit sampai sekarang berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa hukuman adalah merupakan metode (meskipun bukan yang paling baik) bagi pendidikan anak. Pemberian hadiah dan hukuman merupakakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan. f) Kebenaran melalui wahyu Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan
melalui para Nabi. Kebenaran ini
harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. g) Kebenaran secara intuitif Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses
14
penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif
sukar
dipercaya
karena
kebenaran
ini
tidak
menggunakan cara-cara yang rasional dan yang sistematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja. h) Melalui jalan pikiran Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan
penalarannya
dalam
memperoleh
pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. i) Induksi Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Karena proses berpikir induksi itu beranjak dari hasil pengamatan indra atau hal-hal yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang konkret kepada hal-hal yang abstrak. j) Deduksi Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataanpernyataan umum ke khusus. Aristoteles (384-322 SM) mengembangkan cara berpikir deduksi ini ke dalam suatu cara
15
yang disebut “silogisme”. Silogisme ini merupakan suatu bentuk deduksi yang memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai kesimpulan yang lebih baik. 2) Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research methodology). e. Kriteria tingkat pengetahuan Menurut Riwidikdo (2010 : 17), pengetahuan seseorang dapat diketahui dalam 3 (tiga) kriteria, yaitu: 1) Baik: Bila nilai (x) > mean + 1 SD 2) Cukup: Bila nilai mean – 1 SD ≤ x ≤ mean +1 SD 3) Kurang: Bila nilai (x) < mean ─ 1 SD 2. Nifas a. Pengertian Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009 : 4). Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Ambarwati, 2010 : 1).
16
b. Tahapan masa nifas Menurut Wulandari dan Handayani (2011 : 3), nifas dibagi dalam 3 periode yaitu: 1) Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan, dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. 2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu. 3) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau tahunan. c. Kunjungan masa nifas Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Kunjungan dalam masa nifas antara lain:
17
Table 2.1 Kunjungan Masa Nifas Kunjungan I
Waktu
Asuhan
6-8 jam post 1) Mencegah perdarahan masa nifas partum
karena atonia uteri 2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan,
rujuk
bila
perdarahan berlanjut 3) Memberi konseling pada ibu dan keluarga cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri 4) Pemberian ASI awal 5) Mengajarkan
cara
mempererat
hubungan antara ibu dan bayi baru lahir 6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia 7) Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan,
maka
bidan
harus
menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama
setelah
kelahiran
atau
sampai keadaan ibu dan bayi dalam keadaan baik II
6 hari post partum
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus dan tidak ada perdarahan abnormal 2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan 3) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
18
4) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan 5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tandatanda penyulit 6) Memberikan konseling tentan cara perawatan bayi baru lahir III
2 minggu
Asuhan pada 2 minggu post partum sama
post partum
dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum
IV
6 minggu
1) Menanyakan penyulit-penyulit yang
post partum
dialami ibu selama masa nifas 2) Memberi konseling KB secara dini
Sumber: Marmi (2012 : 13-14) d. Perubahan fisiologis masa nifas Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masa nifas adalah sebagai berikut: 1) Perubahan sistem reproduksi a) Involusi uterus Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram (Anggraini, 2010 : 31).
19
b) Lokia Menurut Saleha (2009 : 56), lokia adalah sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina selama masa nifas. Berikut ini adalah beberapa jenis lokia yang terdapat pada ibu dalam masa nifas: (1) Lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa,
lanugo,
dan
mekonium
selama
2
hari
pascapersalinan. Ini adalah lokia yang keluar selama dua sampai tiga hari postpartum. (2) Lokia sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pasca persalinan. (3) Lokia serosa adalah lokia berikutnya. Dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lokia rubra. Lokia ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke-7 sampai hari ke-14 pascapersalinan. (4) Lokia alba adalah lokia yang terakhir. Dimulai dari hari ke14 kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai satu atau dua minggu berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua.
20
c) Endometrium Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta (Saleha, 2009 : 56). d) Serviks Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Konsistensi lunak, kadang terdapat perlukaan kecil. Muara serviks yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan menutup secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk ke rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke-6 post partum serviks menutup (Wulandari dan Handayani, 2011 : 101-102). e) Vulva, vagina dan perineum Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina berangsur-angsur muncul kembali. Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat
21
perineum mengalami robekan. Pada hari ke-5 post partum, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan (Marmi, 2012 : 90-91). 2) Perubahan sistem pencernaan Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah melahirkan yang disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan serta kurangnya aktifitas tubuh (Sulistyawati, 2009 : 78). 3) Perubahan sistem perkemihan Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat spasine sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu (Anggraini, 2010 : 42).
22
4) Perubahan sistem muskuloskeletal Ligamen-ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamen rotundum mengendur, sehingga uterus jatuh ke belakang. Fasia jaringan penunjang alat genetalia yang mengendur dapat diatasi dengan latihan-latihan tertentu. Mobilitas sendi berkurang dan posisi lordosis kembali secara perlahan-lahan (Saleha, 2009 : 59). 5) Perubahan pada sistem endokrin Saat plasenta terlepas dari dinding uterus, kadar HCG dan HPL (Human Placental Lactogen), estrogen dan progesteron secara berangsur-angsur turun dan normal kembali setelah 7 hari post partum. HCG tidak terdapat dalam urine ibu setelah 2 hari post partum. HPL tidak terdapat dalam plasma (Bahiyatun, 2009 : 61). 6) Perubahan sistem kardiovaskular Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala tiga ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa hari pertama post partum dan akan kembali normal pada akhir minggu ke tiga post partum (Bahiyatun, 2009 : 61-62). 7) Perubahan sistem hematologi Peningkatan sel darah putih pada awal masa nifas barsamaan dengan peningkatan tekanan darah serta volume plasma dan
23
volume sel darah merah. Pada 2-3 hari post partum , konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2% atau lebih. Total kehilangan darah pada saat persalinan dan nifas kira-kira 700-1500 ml (200-500 ml hilang pada saat persalinan, 500-800 ml hilang pada minggu pertama post partum, dan 500 ml hilang pada saat masa nifas (Bahiyatun, 2009 : 62). 8) Perubahan tanda vital Tekanan darah harus dalam keadaan stabil. Suhu turun secara perlahan, dan stabil pada 24 jam post partum. Nadi menjadi normal setelah persalinan (Bahiyatun, 2009 : 62). e. Perubahan psikologis pada masa nifas Menurut Anggraini (2010 : 80-81), yang dikutip dari Rubin dalam Varney (2007), perubahan psikologis ibu pada masa nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu: 1) Taking in (1-2 hari post partum) Wanita menjadi pasif dan sangat tergantung serta berfokus pada dirinya,
tubuhnya
sendiri.
Mengulang-ulang
menceritakan
pengalaman proses bersalin yang dialami. Wanita yang baru melahirkan ini perlu istirahat atau tidur untuk mencegah gejala kurang tidur dengan gejala lelah, cepat tersinggung, yang bercampur dengan proses pemulihan.
24
2) Taking hold (2-4 hari post partum) Ibu khawatir akan kemampuannya untuk merawat bayinya dan khawatir tidak mampu bertanggung jawab untuk merawat bayinya. Wanita post partum ini berpusat pada kemampuannya dalam mengontrol diri, fungsi tubuh. Berusaha untuk menguasai kemampuan untuk merawat bayinya, cara menggendong dan menyusui, memberi minum, mengganti popok. Wanita pada masa ini sangat sensitif akan ketidakmampuannya dan cepat tersinggung. 3) Letting go Pada masa ini pada umumnya ibu sudah pulang dari RS. Ibu mengambil tanggung jawab untuk merawat bayinya, dia harus menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayi, begitu juga adanya grefing karena dirasakan sebagai mengurangi interaksi sosial tertentu. Depresi post partum sering terjadi pada masa ini. f. Kebutuhan dasar ibu masa nifas Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan diet yang cukup kalori dan protein, membutuhkan istirahat yang cukup dan sebagainya. Kebutuhankebutuhan yang dibutuhkan ibu nifas antara lain: 1) Nutrisi dan cairan Nitrisi yang dikonsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Kalori bagus untuk proses metabolisme tubuh, kerja organ tubuh, proses pembentukan ASI. Wanita dewasa memerlukan
25
2.200 kalori. Ibu menyusui memerlukan kalori yang sama dengan wanita dewasa +700 kalori pada 6 bulan pertama kemudian +500 kalori pada bulan selanjutnya. Selain nutrisi, yang tidak kalah penting untuk ibu nifas adalah cairan (air minum). Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolisme tubuh. Minumlah cairan cukup untuk membuat tubuh ibu tidak dehidrasi. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari dan anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui (Marmi, 2012 : 135-137). 2) Ambulasi dini Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing
pasien
keluar
dari
tempat
tidurnya
dan
membimbingnya untuk berjalan (Sulistyawati, 2009 : 100). Mobilisasi perlu dilakukan agar tidak terjadi pembengkakan akibat tersumbatnya pembuluh darah ibu. Pada persalinan normal, biasanya ibu diperbolehkan untuk mandi atau pergi ke kamar mandi dengan dibantu, 1 atau 2 jam setelah melahirkan. Pasien section caesarea biasanya mulai ambulasi 24-36 jam sesudah melahirkan (Marmi, 2012 : 137-138). 3) Eliminasi Dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah harus dapat buang air kecil. Semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih maka dapat mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan, seperti infeksi. Dan dalam 24 jam pertama pasien sudah harus dapat buang
26
air besar karena semakin lama feses tertahan dalam usus maka akan semakin sulit bagi ibu untuk buang air besar secara lancar (Sulistyawati, 2009 : 101). 4) Kebersihan diri Beberapa langkah penting pada perawatan kebersihan diri ibu post partum menurut Sulistyawati (2009 : 102), antara lain: (a) Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi pada kulit bayi. Kulit ibu yang kotor karena keringat atau debu dapat menyebabkan kulit bayi mengalami alergi melalui sentuhan kulit ibu dengan bayi. (b) Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah anus. (c) Mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh atau minimal 2 kali dalam sehari. (d) Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali selesai membersihkan daerah kemaluannya. (e) Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh daerah luka. 5) Istirahat Hal-hal yang bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur adalah menganjurkan ibu supaya istirahat cukup untuk
27
mencegah kelelahan yang berlebihan. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan serta untuk tidur siang atau beristirahat selama bayi tidur. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal antara lain mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uteri dan
memperbanyak
perdarahan,
menyebabkan
deprsi
dan
ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri (Ambarwati, 2010 : 107-108). 6) Seksual Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri (Sulistyawati, 2009 : 102). 7) Latihan/Senam nifas Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah persalinan, setelah keadaan ibu normal (pulih kembali). Senam nifas merupakan latihan yang tepat untuk memulihkan kondisi tubuh ibu dan keadaan ibu secara fisiologis maupun psikologis (Marmi, 2012 : 148). 3. Senam Nifas a. Pengertian Senam nifas adalah latihan jasmani yang dilakukan oleh ibu-ibu setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali, dimana fungsinya adalah untuk mengembalikan kondisi kesehatan, untuk
28
mempercepat
penyembuhan,
mencegah
timbulnya
komplikasi,
memulihkan dan memperbaiki regangan pada otot-otot setelah kehamilan, terutama pada otot-otot bagian punggung, dasar panggul, dan perut (Widianti dan Proverawati, 2010 : 2-3). b. Tujuan senam nifas Tujuan dilakukannya senam nifas pada ibu setelah melahirkan menurut Wulandari dan Handayani (2011 : 134-135), adalah: 1) Mengurangi rasa sakit pada otot-otot 2) Memperbaiki peredaran darah 3) Mengencangkan otot-otot perut dan perineum 4) Melancarkan pengeluaran lokhea 5) Mempercapat involusi 6) Menghindari kelainan, misalnya emboli, thrombosis dan lain-lain 7) Untuk mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi dan meningkatkan otot-otot punggung, pelvis dan abdomen 8) Kegel exercise: untuk membantu penyembuhan luka perineum 9) Meredakan hemoroid dan varikositas vulva 10) Meningkatkan pengendalian atas urine 11) Membangkitkan kembali pengendalian atas otot-otot spinkter 12) Memperbaiki respon seksual
29
c. Manfaat senam nifas Menurut Wulandari dan Handayani (2011 : 135), manfaat senam nifas antara lain: 1) Senam nifas membantu memperbaiki sirkulasi darah 2) Senam nifas membantu memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan 3) Memperbaiki tonus otot 4) Memperbaiki pelvis dan peregangan otot abdomen 5) Memperbaiki juga memperkuat otot panggul 6) Membantu ibu untuk lebih rileks dan segar pasca melahirkan d. Macam-macam senam nifas 1) Senam pascanatal setelah persalinan normal a) Senam sirkulasi Senam
ini
harus
dilakukan
sesering mungkin
setelah
persalinan. Senam ini bertujuan untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan sirkulasi ibu pada masa pascapartus segera ketika ibu mungkin berisiko mengalami thrombosis vena atau komplikasi sirkulasi lain. Senam ini dapat dilakukan di tempat tidur beberapa kali setelah bangun tidur dan harus dilanjutkan sampai ibu mampu mobilisasi total dan tidak ada edema pergelangan kaki (Brayshaw, 2008 : 105).
30
(1) Senam kaki Duduk atau berbaring dengan posisi lutut lurus. Tekuk lalu regangkan secara perlahan sedikitnya 12 kali. Pertahankan posisi lutut dan paha, putar kedua pergelangan sebesar mungkin putarannya, sedikitnya 12 kali untuk satu arah (Brayshaw, 2008 : 106).
Gambar 2.1 Senam kaki (2) Mengencangkan kaki Duduk atau berbaring dengan kaki lurus. Tarik kedua kaki ke atas pada pergelangan kaki dan tekankan bagian belakang lutut ke tempat tidur. Tahan posisi ini dalam hitungan lima, bernafaslah secara normal, lalu rileks. Ulangi gerakan sebanyak 10 kali (Brayshaw, 2008 : 106). (3) Napas dalam Pernapasan diafragma membantu mengembalikan aliran vena melalui kerja pemompaan diafragma pada vena kava inferior dan harus diulangi beberapa kali sehari sampai ibu dapat mobilisasi. Dalam posisi apapun, tarik nafas dalam sebanyak 3 atau 4 kali (tidak lebih) untuk memungkinkan ventilasi penuh paru-paru (Brayshaw, 2008 : 105).
31
b) Senam dasar panggul Senam dasar panggul menguatkan otot dasar panggul pascapartus, tujuannya mengembalikan fungsi penuhnya sesegera mungkin dan membantu mencegah masalah atau prolaps urine jangka panjang. Namun, kontraksi dan relaksasi otot-otot ini juga membantu meredakan ketidaknyamanan pada perineum, rasa ini mungkin timbul akibat persalinan, dan tujuan pemulihan dengan meningkatkan sirkulasi lokal dan mengurangi edema (Brayshaw, 2008 : 106). Menurut Brayshaw (2008 : 107), latihan senam dasar panggul dengan cara: (1) Mengencangkan anus seperti menahan defekasi, kerutkan uretra dan vagina juga seperti menahan berkemih, kemudian lepaskan ketiganya. Tahan dengan kuat selama mungkin sampai 10 detik, bernapas secara normal. Relaks dan istirahat selama tiga detik. Ulangi dengan perlahan sebanyak mungkin sampai maksimum 10 kali. (2) Ulangi senam dengan mengencangkan dan mengendurkan, gerakan lebih cepat sampai 10 kali tanpa menahan kontraksi. Jumlah pengulangan akan bertambah secara bertahap bila ibu hanya menyanggupi beberapa kali melakukan senam ini pada awalnya, namun ibu perlu diberi tahu hal ini normal.
32
c) Senam abdomen Selama kehamilan, otot abdomen mengalami peregangan mencapai kira-kira dua kali lipat dari panjang semula pada akhir minggu masa kehamilan. Seluruh otot abdomen memerlukan latihan untuk mencapai panjang dan kekuatan semula, namun otot yang terpenting karena perannya dalam menjaga kestabilan panggul ialah otot transversus. Latihan transversus dapat dimulai kapan pun ibu merasa mampu dan harus dilakukan sering sambil ibu melakukan aktivitasnya bersama bayi (Brayshaw, 2008 : 108). (1) Senam tranversus Berbaring dan kedua lutut ditekuk dan kaki datar menapak di tempat tidur. Letakkan kedua tangan di abdomen bawah di depan paha. Tarik nafas dan pada saat akhir hembuskan, kencangkan bagian bawah abdomen di bawah umbilikus dan tahan dalam hitungan 10, lanjutkan dengan bernafas normal. Ulangi sampai 10 kali (Brayshaw, 2008 : 108).
Gambar 2.2 Senam tranversus
33
(2) Senam dasar pangul dan tranversus Kerja otot dasar panggul dan transversus akan bertambah dengan mengombinasikan kedua latihan tersebut. Aktivitas bersama ini terutama bermanfaat pada masa pascanatal, khusunya bila gerakan otot dasar panggul sulit dimulai. Caranya ibu dapat mengontraksikan transversus terlebih dahulu lalu otot dasar panggul atau sebaliknya. Penting untuk menggunakan kontraksi kombinasi ini secara fungsional selama melakukan aktivitas untuk melindungi sendi panggul dan tulang belakang. Seorang ibu baru melakukan
banyak
tugas
yang
melibatkan
gerakan
mengangkat, misalnya, ketika sedang mengganti popok bayi, meletakkan bayi ke tempat tidur, menyusui. Ibu juga perlu diingatkan untuk menggunakan otot dasar panggul dan transversus sebelum mulai melakukan tugas apa pun (Brayshaw, 2008 : 109). (3) Mengangkat panggul Senam mengangkat panggul dapat dilakukan pada awal pascapartum, dan khususnya bermanfaat bila ibu memiliki riwayat nyeri punggung postural. Senam ini dilakukan dengan cara berbaring telentang dan kedua lutut ditekuk dan kaki ditapakkan ke lantai, kencangkan otot-otot abdomen, kencangkan juga otot panggul dan tekan sedikit
34
area belakang lantai. Tahan posisi ini sampai hitungan kelima, lalu bernafas dengan irama normal, kemudian relaks seperti biasa. Ulangi gerakan ini gerakan ini 5 kali, tingkatkan hingga pengulangan mencapai hitungan 10 kali atau lebih pada minggu-minggu selanjutnya. Ulangi latihan ini dengan lebih berirama (pelvic rocking), untuk membantu meredakan kekakuan yang timbul akibat pengaruh postural atau nyeri punggung yang mungkin timbul setelah persalinan (Brayshaw, 2008 : 109-110).
Gambar 2.3 Senam mengangkat panggul d) Senam stabilitas batang tubuh Menurut Brayshaw (2008 111-113), untuk memicu tranversus demi menstabilkan panggul sambil menggerakkan tungkai bawah, senam berikut mulai dapat dilakukan kira-kira 5-10 hari setelah
persalinan
normal
muskuloskelatal panggul.
bila
tidak
ada
masalah
35
(1) Dengan posisi duduk dan kaki datar di atas lantai serta tangan di atas otot abdomen bawah, tarik otot dasar panggul dan tranversus serta naikkan satu lutut sehingga kaki beberapa inci di atas lantai. Tahan selama lima detik dengan bagian panggul dan tulang belakang tetap pada posisinya. Ulangi sebanyak lima kali gerakan untuk setiap kaki. Secara bertahap tingkatkan pengulangan, sehinga ibu mampu menahan gerakan tersebut di atas, sampai 10 detik dan ulangi sebanyak 10 kali.
Gambar 2.4 Senam stabilitas batang tubuh (2) Dengan posisi berbaring miring, tekuk kedua lutut kearah atas-depan, tarik otot tranversus dan dasar panggul serta angkat lutut atas, dengan cara memutar paha ke arah luar sementara tumit saling berdekatan. Tahan selama 5 detik, pastikan bahwa posisi panggul dan tulang belakang tidak berotasi. Ulangi 5 kali untuk masing-masing kaki. Secara
36
bertahap tingkatkan penahanan gerakan tersebut sampai 10 detik dan ulangi sebanyak 10 kali.
Gambar 2.5 Senam stabilitas batang tubuh-menaikkan lutut (3) Dalam posisi berbaring miring dan lutut kaki yang bawah ditekuk ke arah belakang, tarik abdomen bagian bawah dan naikkan kaki yang atas ke arah atap sejajar dengan tubuh. Tahan gerakkan ini selama 5 detik, namun tetap pastikan agar posisi punggung dan panggul tidak berotasi. Ulangi selama 5 kali pada masing-masing kaki. Secara perlahan tingkatkan kemampuan menahan gerakan tersebut sampai 10 detik dan ulangi gerakan sebanyak 10 kali.
Gambar 2.6 Abduksi paha dalam posisi miring (4) Dengan posisi berbaring telentang, tekuk kedua lutut ke atas dan kaki datar di atas lantai. Letakkan tangan di atas abdomen depan paha, tarik abdomen bawah dan biarkan lutut
kanan
sedikit
ke
arah
luar
dengan
sedikit
37
mengendalikan untuk memastikan bahwa pelvis tetap pada posisinya dan punggung tetap datar. Secara perlahan kembalikan lutut pada posisi semula yakni posisi tegak lurus. Ulangi gerakan sebanyak 5 kali pada lutut yang lain. Secara bertahap tingkatkan gerakan pengulangan tersebut sampai sebanyak 10 kali.
Gambar 2.7 Memutar lutut ke arah luar sambil mempertahankan tetap diam (5) Dengan posisi berbaring telentang, tekuk kedua lutut ke atas dan kaki datar di atas lantai. Letakkan tangan di atas abdomen depan paha, tarik abdomen bawah dan secara perlahan luruskan tumit salah satu kaki dengan tetap mempertahankan
punggung
datar
setinggi
panggul.
Hentikan bila panggul mulai bergerak. Secara perlahan kembalikan posisi lutut menekuk. Ulangi gerakan 5 kali tiap kali secara bergantian. Secara bertahap tingkatkan pengulangan hingga 10 kali.
38
Gambar 2.8 Mengencangkan satu kaki sambil mempertahankan panggul dan punggung tetap diam 2) Senam pascapartus setelah persalinan dengan bantuan Ibu yang baru menjalani persalinan dengan forcep atau ekstraksi vakum akan mengalami penjahitan dan kemungkinan memar serta edema. Ibu ini akan ragu-ragu melakukan senam, namun harus dianjurkan untuk melakukan senam sirkulasi (khususnya bila mereka pernah mengalami anestesi epidural) dan senam dasar panggul ringan yang akan membantu penyembuhan perineum. Senam transversus harus diperkenalkan kapan pun ibu siap. Posisi istirahat yang nyaman adalah berbaring miring dengan bantal diletakkan di antara kedua kaki (Gambar 2.9) dan posisi berbaring telungkup (banyak ibu lupa bahwa ia sudah bisa telungkup lagi), dengan satu buah bantal diletakkan di bawah pinggang dan lainnya di bawah kepala dan bahu (Gambar 2.10). Menyusui akan lebih nyaman dengan posisi miring daripada duduk (Brayshaw, 2008 : 114).
39
Gambar 2.9 Posisi miring yang nyaman
Gambar 2.10 Berbaring telungkup dengan bantal di bawah pinggang 3) Senam pascanatal dan saran setelah seksio sesaria Ibu diajarkan bagaimana naik turun tempat tidur dengan menekuk kedua lutut terlebih dahulu, tarik otot abdomennya dan berguling ke depan, dengan dorongan tangan dan kaki. Ia akan mampu berpindah ke arah atas atau bawah. Ibu tidak diperkenankan langsung duduk dari posisi berbaring, namun tetap berguling ke samping. Gerakan ini juga cara termudah untuk bangun dari tempat tidur-kencangkan bagian transversus dan dorong ke posisi duduk di samping tempat tidur. Nafas dalam diikuti dengan huffing (ekspirasi paksa singkat), akan membantu mengeluarkan sekresi di paru-paru yang mungkin dapat terjadi setelah pemberian anestesi umum. Bila ibu perlu batuk, ia harus menekuk lututnya dan menahan lukanya dengan tekanan tangan atau bantal, sementara
40
ibu bersandar atau duduk di tepi tempat tidur (Gambar 2.11). Posisi ini mencegah regangan berlebihan pada sutura, meningkatkan rasa percaya diri, mengurangi rasa nyeri (Brayshaw, 2008 : 114-115).
Gambar 2.11 Posisi penyokongan ketika batuk, pada pasca-seksio sesaria 4) Senam pascanatal setelah pesalinan bayi lahir mati atau kematian neonatus Ibu yang baru mengalami kesedihan karena bayi lahir mati atau kematian neonatus, atau mereka yang bayinya menderita sakit parah, mungkin dirawat di ruang khusus dan cenderung tidak mengikuti senam pascanatal. Dukungan yang khusus perlu diberikan agar ibu mau melakukan senam ini serta saran tentang aktivitas normalnya sehari-hari. Mereka biasanya cenderung ingin mempraktekan dalam sesi tunggal. Sediakan leaflet yang tidak menyinggung tentang bayi, misalnya tentang menyusui, mengganti popok. Ibu biasanya kembali bekerja lebih awal dari perencanaan
41
semula dan memerlukan redukasi senam otot dasar panggul dan abdomen, khususnya ketika harus melakukan aktivitas fungsional. Mereka menginginkan pertemuan tindak lanjut dengan ahli fisioterapi setelah beberapa minggu kemudian, karena sangat tidak tepat baginya mengikuti kelas pascanatal (Brayshaw, 2008 : 116). 5) Senam yang harus dihindari Dua latihan yang lazim “senam abdomen”, yaitu menaikkan kedua kaki bersamaan dan sit-up dengan kaki lurus. Latihan ini merupakan latihan yang berisiko tinggi untuk siapa pun dan mungkin dapat mengakibatkan cedera kompresi terhadap diskus vertebralis atau kerusakan otot dan ligament. Terdapat risiko tambahan bagi ibu pascanatal karena terdapat peregangan otot kelenturan ligamen (Brayshaw, 2008 : 119-120).
Gambar 2.12 Dua senam yang tidak boleh dilakukan
42
B. Kerangka Teori Tingkat pengetahuan: a. b. c. d. e. f.
Tahu Memahami Aplikasi Analisis Sintesis Evaluasi
Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan: a. b. c. d. e.
Pendidikan Pekerjaan Umur Lingkungan Sosial budaya
Nifas:
Senam nifas:
a. Pengertian nifas b. Tahapan masa nifas c. Kunjungan masa nifas d. Perubahan fisiologis pada masa nifas e. Perubahan psikologis pada masa nifas f. Kebutuhan dasar ibu masa nifas
a. Pengertian senam nifas b. Tujuan senam nifas c. Manfaat senam nifas d. Macam-macam senam nifas
Gambar 2.13 Kerangka Teori Sumber: Modifikasi oleh Notoatmodjo (2007), Dewi dan Wawan (2010)
43
C. Kerangka Konsep Baik Pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas
Cukup
Kurang
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan: a. b. c. d. e.
Pendidikan Pekerjaan Umur Lingkungan Sosial budaya
Keterangan: = Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti
Gambar 2.14 Kerangka Konsep
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Ditinjau dari tujuan penelitian yang akan dicapai, jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto, 2010 : 3). Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2007 : 23). Penelitian ini mendeskripsikan tentang tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah rencana tentang tempat yang akan digunakan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya (Hidayat, 2011 : 23). Lokasi penelitian ini dilaksanakan di RSUD Pandan Arang Boyolali. 2. Waktu penelitian Waktu penelitian adalah rencana tentang waktu yang akan dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya (Hidayat, 2011 : 23). Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 Maret – 1 April 2013.
44
45
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010 : 115). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas hari ke 1-6 di RSUD Pandan Arang Boyolali dalam kurun waktu Januari-September 2012 yang berjumlah 1442. Populasi rata-rata ibu nifas hari ke 1-6 setiap bulannya berjumlah 160 ibu nifas. 2. Sampel Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2011 : 68). Besarnya sampel yang harus diambil, apabila subjek penelitian kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehinga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya lebih dari 100 bisa 10%-15% atau 20%-25% atau lebih (Arikunto, 2006 : 134). Karena jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 160 ibu nifas, maka penelitian mengambil sampel 25% yaitu sebanyak 40 ibu nifas. 3. Teknik pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel adalah proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2011 : 81). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Non Random Sampling dengan metode Accidental Sampling. Pengambilan
46
sampel secara accidental sampling ini dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010 : 125). Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi maupun ekslusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Sedangkan kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010 : 130). Dalam pengambilan sampel ini peneliti menetapkan beberapa kriteria, antara lain: a. Kriteria inklusi 1) Ibu nifas hari ke 1-6 yang ada di RSUD Pandan Arang Boyolali 2) Ibu nifas hari ke 1-6 yang mempunyai resiko thromboplebitis, mempunyai riwayat nyeri punggung dan varises 3) Ibu nifas hari ke 1-6 yang bersedia menjadi responden b. Kriteria ekslusi 1) Ibu nifas yang kurang dari 1 hari atau lebih dari 6 hari yang ada di RSUD Pandan Arang Boyolali 2) Ibu nifas hari ke 1-6 yang mengalami oedema pergelangan kaki, mempunyai riwayat penyakit jantung dan paru-paru. 3) Ibu nifas hari ke 1-6 yang tidak bersedia menjadi responden
47
D. Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Alat yang dipergunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, di mana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Notoadmodjo, 2010 : 152). Dalam penelitian ini, kuesioner yang akan digunakan untuk mengetahui pengetahuan ibu adalah kuesioner tertutup atau berstruktur dengan jawaban benar dan salah di mana kuesioner tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal memilih atau menjawab pada jawaban yang sudah ada (Hidayat, 2011 : 98). Skala pengukuran yang digunakan dalam pengukuran ini adalah skala Guttman yaitu skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pernyataan: ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah (Hidayat, 2011 : 103). Kuisioner dalam penelitian ini terdapat 2 pernyataan yaitu pernyataan positif dan negatif. Jika jawaban benar dengan pernyataan positif (favorable) dan jawaban salah jika pernyataan negatif (unfavorable) mendapat nilai 1. Jika jawaban yang salah dengan pernyataan positif
(favorable)
dan
jawaban
benar
dengan
pernyataan
negatif
(unfavorable) mendapat nilai 0. Pengisian kuesioner tersebut dengan memberi tanda centang (Ö) pada jawaban yang dianggap benar. Dalam instrumen ini terdapat 25 pernyataan.
48
Tabel 3.1 Kisi-kisi kuesioner Variabel penelitian Tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas
Indikator
1. 2. 3. 4.
Nomor Nomor Jumlah pernyataan pernyataan soal favorable unfavorable Pengertian senam nifas 1,3,4,5,6 2 6 7,9,10 4 Tujuan senam nifas 8 11,13 3 Manfaat senam nifas 12 12 Macam-macam senam 14,15,16,17, 19,21,23,25 18,20,22,24 nifas Jumlah
25
Untuk mengetahui kuesioner dalam penelitian ini berkualitas, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Instrumen penelitian ini telah diuji validitas dan reliabilitas di RSUD Sukoharjo kepada 30 ibu nifas, kemudian diolah dan dianalisa dengan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution). 1. Uji validitas Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010 : 164). Suatu instrumen penelitian dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan atau dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2010 : 211). Untuk mengukur instrumen yang telah dibuat, digunakan rumus pearson product moment. Pernyataan dikatakan valid apabila nilai rhitung > rtabel dimana nilai rtabel untuk n=30 dengan taraf signifikansi 0,05 adalah 0,361 (Riwidikdo, 2012 : 155-156).
49
Rumus Pearson Product Moment adalah:
rxy =
N . SXY - SX.SY {N SX 2 - (SX ) }{N SY 2 - (SY ) } 2
2
Keterangan: rxy
: Koefisien korelasi setiap item dengan skor total
N
: Jumlah responden
X
: Skor pernyataan
Y
: Skor total
XY
: Skor pernyataan dikalikan skor total
Dari uji validitas yang telah dilakukan di RSUD Sukoharjo terhadap 30 responden dan jumlah kuesioner 30 soal diperoleh 25 pernyataan valid dan 5 pernyataan tidak valid yaitu nomor 1, 9, 21, 22, 26. Dan kemudian soal yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian. 2. Uji reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010 : 168). Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan rumus Alpha Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for windows. Angket
50
atau kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7 (Riwidikdo, 2010 : 155). Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut: 2 k é Ssi ù ri = ú ê1 k - 1 ë st 2 û
Keterangan: ri
: Reliabilitas
k
: Banyaknya butir peryataan
∑ݏଶ
: Jumlah varian butir
s t2
instrumen
: Varian total
Dari hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan di RSUD Sukoharjo didapatkan hasil nilai Alpha Chronbach 0,773 > 0,7 sehingga instrument penelitian ini dikatakan reliabel. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar penyataan persetujuan dan membagikan kuesioner atau angket kepada ibu nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden disuruh mengisi kuesioner sampai dengan selesai dan kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti.
51
Data berdasarkan cara memperolehnya menurut Riwidikdo (2012 : 12), terdiri dari: 1. Data primer Data primer adalah secara langsung diambil dari objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari jawaban atas pertanyaan yang disediakan melalui pengisian kuesioner oleh responden tentang senam nifas. 2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang didapatkan tidak secara langsung dari objek penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini didapatkan dari RSUD Pandan Arang Boyolali yang dapat menunjang pelaksanaan penelitian ini, berupa jumlah ibu nifas dalam kurun waktu JanuariSeptember 2012 yang berjumlah 1442 ibu nifas, serta data karakteristik responden menurut umur dan pendidikan. F. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2010 : 103). Variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas. G. Definisi Operasional Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk
52
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2011 : 87). Tabel 3.2 Definisi Operasional Penelitian Variabel
Definisi
Skala
Alat ukur
sesuatu Ordinal
Kuesioner
Kategori
operasional Tingkat
Segala
pengetahuan
yang
diketahui
ibu nifas hari ibu nifas tentang ke 1-6 tentang pengertian, senam nifas
tujuan, manfaat,
1. Baik: Bila nilai
(x) >
mean + 1 SD 2. Cukup: Bila nilai mean – 1 SD ≤ x ≤ mean +1 SD 3. Kurang: Bila nilai (x) <
macam-macam
mean ─ 1 SD
senam nifas
(Riwidikdo, 2010 : 17)
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan data Setelah semua data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Langkah-langkah pengolahan data menurut Notoatmodjo (2010 : 176-178), adalah sebagai berikut: a. Editing Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner. Apabila ada jawaban yang belum lengkap, kalau memungkinkan perlu dilakukan pengambilan data ulang untuk melengkapi jawaban tersebut. Tetapi apabila tidak memungkinkan, maka pertanyaan yang jawabannya tidak lengkap tersebut tidak dimasukkan dalam pengolahan data.
53
b. Coding Pengkodean atau coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Coding atau pembetian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data (data entry). c. Memasukkan data (Data entry) atau processing Data entry yaitu jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software komputer. d. Tabulasi Tabulasi yaitu membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti. e. Pembersihan data (cleansing) Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinankemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. 2. Analisis data Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariate. Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariate tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis
54
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010 : 182). Selanjutnya menurut Riwidikdo (2010 : 17), untuk mengetahui hasil tingkat pengetahuan ibu nifas ditunjukkan dengan prosentase dengan keterangan sebagai berikut: a. Pengetahuan baik: Bila nilai (x) > mean + 1 SD b. Pengetahuan cukup: Bila nilai mean – 1 SD ≤ x ≤ mean +1 SD c. Pengetahuan kurang: Bila nilai (x) < mean ─ 1 SD Untuk mencari nilai rata-rata (mean) diperoleh dengan rumus: n
åx
i
x=
i :1
n
Keterangan:
x
: Rata-rata (mean)
xi
: Besaran/nilai dari data
n
: Jumlah data
Sedangkan untuk mencari SD (standar deviasi) yaitu dengan rumus:
n
n
åx
2 i
SD =
-
( å x1 )2 i =1
i =1
n -1
n
55
Keterangan: SD
: Simpangan baku
xi
: Besaran/nilai dari data
n
: Jumlah data
Rumus untuk memperoleh skor prosentase menurut Riwidikdo (2010 : 19), adalah:
skor prosentase
=
total
skor yang diperoleh responden ´ 100% skor maksimum yang seharusnya diperoleh
I. Etika Penelitian Menurut Hidayat (2011 : 93-95), masalah etika penelitian yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut: 1. Informed Concent Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent
tersebut
diberikan sebelum
penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. 2. Anonymity (tanpa nama) Masalah etika kebidanan adalah merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
56
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 3. Kerahasiaan (confidentiality) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. J. Jadwal Kegiatan Jadwal kegiatan merupakan uraian langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta
waktu
berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut
(Notoatmodjo, 2010 : 88). Jadwal kegiatan penelitian ini terlampir.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di ruang Dahlia RSUD Pandan Arang Boyolali yang beralamat di Jalan Kantil nomor 14 Boyolali. Secara umum jenis pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan masalah kesehatan meliputi ruang poli kandungan, penyakit umum, gigi, mata, penyakit dalam, ruang bersalin, ruang nifas dan rawat inap penyakit umum. Fasilitas untuk mendukung pelayanan rawat inap khususnya persalinan sudah cukup memadai yaitu 1 ruang bersalin dengan 4 tempat tidur, 1 ruang periksa, ruang nifas yang terdiri dari 8 kamar yaitu kelas 1 terdiri dari 4 kamar (4 tempat tidur), kelas 2 terdiri dari 1 kamar (4 tempat tidur) dan kelas 3 terdiri dari 3 kamar (masing-masing 5 tempat tidur). B. Hasil Penelitian Setelah dilakukan analisa data terhadap tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali didapatkan hasil: a. Mean dan Standar Deviasi Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi Variabel
Mean
Standar Deviasi
Pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6
17,575
2,24
tentang senam nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali. Sumber: Data Primer, Maret 2013
57
58
b. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Hari Ke 1-6 Tentang Senam Nifas Di RSUD Pandan Arang Boyolali Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Hari Ke 1-6 Tentang Senam Nifas Di RSUD Pandan Arang Boyolali No.
Tingkat Pengetahuan
Jumlah Responden
Prosentase (%)
1.
Baik
8
20
2.
Cukup
26
65
3.
Kurang
6
15
Total
40
100
Sumber: Data Primer, Maret 2013 Berdasarkan tabel 4.2 dari 40 responden dapat diketahui responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 8 responden (20%), responden dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 26 responden (65%) dan responden dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 6 orang (15%). Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali adalah dalam kategori cukup yaitu sebanyak 26 responden (65%). C. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 40 responden menunjukkan hasil tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2013 terdapat 8 responden (20%) dengan pengetahuan baik, 26 responden (65%) dengan pengetahuan cukup dan 6 orang (15%) dengan pengetahuan kurang. Menurut Notoatmodjo (2007 : 143), pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
59
Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut Dewi dan Wawan (2010 : 16-18), faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain pendidikan karena pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi. Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Bila seseorang memperoleh banyak informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Umur mempengaruhi cara berfikir dan bekerja. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Lingkungan dan sosial budaya juga mempengaruhi perkembangan, perilaku dan sikap seseorang atau kelompok dalam menerima informasi. Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu atau 42 hari (Saleha, 2009 : 4). Senam nifas adalah latihan jasmani yang dilakukan oleh ibu-ibu setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali, dimana fungsinya adalah untuk mengembalikan kondisi kesehatan, untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan memperbaiki regangan pada otot-otot setelah kehamilan, terutama pada otot-otot bagian punggung, dasar panggul, dan perut (Widianti dan Proverawati, 2010 : 2-3).
60
Dari pembahasan diatas dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2013 adalah dalam kategori cukup. Hal ini dikarenakan masih banyak ibu nifas yang menjawab salah pada pernyataan di dalam kuesioner mengenai pengertian dan macam-macam senam nifas. Menurut peneliti hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh umur, semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Serta informasi, semakin banyak memperoleh informasi maka seseorang cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Masih kurangnya informasi yang didapatkan responden kemungkinan berasal dari masih kurangnya penyuluhan oleh tenaga kesehatan tentang senam nifas atau kurangnya responden dalam memanfaatkan media yang ada untuk mendapatkan informasi seperti buku, majalah, internet, dan lain-lain sehingga pengetahuan responden menjadi kurang. D. Keterbatasan Penelitian 1. Kendala Lokasi penelitian yang cukup jauh, sehingga memerlukan lebih banyak waktu oleh karena itu penelitian tidak dapat dilakukan setiap saat. 2. Kelemahan a. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup dimana responden hanya bisa menjawab benar atau salah sehingga belum bisa untuk menggali pengetahuan responden secara mendalam.
61
b. Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal sehingga hasil penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang
senam
nifas
saja
sedangkan
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya tidak diteliti. Penelitian ini akan berbeda hasil jika faktor yang mempengaruhinya diteliti.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 8 responden (20%). 2. Tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 26 responden (65%). 3. Tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 6 responden (15%). B. Saran 1. Bagi responden Diharapkan responden dapat lebih meningkatkan pengetahuan tentang senam nifas dengan cara mencari informasi melalui buku, internet, majalah atau dengan berkonsultasi ke bidan atau tenaga kesehatan lainnya untuk mendapat informasi yang lengkap tentang senam nifas. 2. Bagi tenaga kesehatan Diharapkan dapat lebih meningkatkan lagi penyuluhan tentang pentingnya senam nifas bagi ibu nifas. 62
63
3. Bagi institusi a. RSUD Pandan Arang Boyolali Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan mengenai pentingnya senam nifas bagi ibu nifas sehingga dapat lebih meningkatkan pelayanan kesehatan pada ibu nifas dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang senam nifas. b. STIKes Kusuma Husada Surakarta Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam memperkaya bahan pustaka yang berguna bagi pembaca secara keseluruhan dan penelitian selanjutnya. 4. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan ada penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor .lain dan menambah variabel-variabel penelitian yang berhubungan dengan senam nifas sehingga didapatkan hasil penelitian yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E.R, Diah, W. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika. Anggraini, Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. _______, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC. Brayshaw, E. 2008. Senam Hamil & Nifas Pedoman Praktik Bidan. Jakarta: EGC. Dewi, M, A, Wawan. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. Dewi, N. R. 2011. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Senam Nifas Di BPS Supadmi Irianto Bulu Sukoharjo, Klaten, Stikes Muhammadiyah Klaten. Karya Tulis Ilmiah. Hidayat, A. 2011. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Mahmud, H. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia. Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Puerperium Care”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. ___________, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Prasetyawati, A. K. 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Millenium Development Goals (MDGs). Yogyakarta: Nuha Medika. Proverawati, A, Anggriyana, T.W. 2010. Senam Kesehatan Aplikasi Senam Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Riwidikdo, H. 2010. Statistik Untuk Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi Program R dan SPSS. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Riwidikdo, H. 2012. Statistik Kesehatan Belajar Mudah Teknik Analisis Data Dalam Penelitian Kesehatan (Plus Aplikasi Software SPSS). Yogyakarta: Nuha Medika. Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salmeba Medika. Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA. Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Andi. Wulandari, S.R, Sri, H. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta: Goysen Publishing.