perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SEJARAH DAN KARAKTER PESERTA DIDIK (Penelitian Tindakan Kelas pada kelas XI IPS 1 SMAN Ajibarang semester 1 tahun 2012/2013 )
TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh Parsini NIM S861108011
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PROGRAM PASCASARJANA Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan, Surakarta 57126, Telp./Fax. (0271) 632450 Website : http://pasca.uns.ac.id E-mail:
[email protected]
2013 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini, saya: Nama
: Parsini
NIM
: S861108011
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang saya susun dengan judul Penerapaan Metode Role Playing
Untuk Meningkatkan Kompetensi
Belajar Sejarah Dan Karakter Peserta Didik (Penelitian Tindakan Kelas pada kelas XI IPS 1 SMAN Ajibarang semester 1 tahun 2012/2013 )
adalah
benar-benar karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya sendiri diberi tanda citasi dan ditunjuk dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tesebut. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Pendidikan Sejarah PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Sejarah PPs UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku. Surakarta, Januari 2013 Mahasiswa Parsini NIM S861108011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalamu,alaikum Wr. Wb Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadlirat Tuhan Yang Maha Esa, yang yang telah melimpahkan karunia, rahmat, taufik serta hidayah-Nya , sehingga dapat terlaksana penelitian tindakan kelas pembelajaran mata pelajaran Penerapaan Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Kompetensi Belajar Sejarah Dan Karakter Peserta Didik
(Penelitian
Tindakan Kelas pada kelas XI IPS 1 SMAN Ajibarang
semester 1 tahun 2012/2013 ) dapat diselesaikan dengan baik berkat dorongan, bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Magister Pendidikan pada program studi Pendidikan Sejarah Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr Ravik Karsidi, MS, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Prof. Dr. Ahmad Yunus, MS, selaku direktur 3. Dr Hermanu Joebagio, M.Pd, Ketua Program studi Pendidikan Sejarah Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Dr Nunuk Suryani, MPd selaku pembimbing I yang masih berkenan meluangkan waktu, pikiran, tenaga dalam
memberikan petunjuk,
bimbingan, arahan dan saran-saran dalam penyusunan tesis ini 5. Prof. Dr Herman J Waluyo selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran dalam penyelesaian tesis ini. 6. Segenap
dosen
program
studi
Pendidikan
Sejarah.
Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta. 7. Kepala SMA Negeri Ajibarang yang telah memberi ijin penelitian 8. Kolaborator yang telah bersedia menjadi observer dan yang telah banyak memberi bantuan dalam penelitian 9. Sumardi (suami) dan anak-anakku (Anindita, Ningrum dan Galih) yang telah banyak memberi dukungan selama kami menempuh studi dan penyususnan tesis 10. Bapak H. Ahmad Soedirto dan ibu Hj. Wasiah (orang tua) yang banyak memberi dukungan dan doa dalam studi dan penyusunan tesis ini Kritik dan saran dari rekan
rekan sangat kami harapkan demi perbaikan
dalam pelaksanaan tindakan kelas dan penyusunan laporan dimasa-masa mendatang Terimakasih.
Surakarta ,
Parsini
commit to user
Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Hal JUDUL PERSETUJUAN PENGESAHAN PERNYATAAN ........................................................................................................ iv KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR
TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
i
ABSTRAK BAB 1 PENDAHULUAN A. B. C. D. E. BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teori 1. 2. 3. 4. 5. Pembelajaran Sejarah dengan metode Role Playing untuk meningkatkan 3 B. Penelitian yang relevan
..
C. Kerangka berf
. 45 ...
D. Hipotesis Tindakan
..
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian
.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Jenis dan Desain Penelitia C.
.. ..
D. Subjek Penelitian E.
..
F.
...
G.
..
H.
...
I.
...
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMABAHASAN A. Profil SMAN Ajibarang B. Deskripsi Kondisi Awal C. Deskripsi Hasil Siklus I D. Deskripsi Hasil Siklus II E. F.
Pembah
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Implikasi C. Daftar Pustaka Lampiran-lampiran
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4
Kerangka Berpikir Alur Penelitian Tindakan Kelas Grafik perolehan nilai sebelum tindakan Grafik perolehan nilai Siklus I
Hal 47 52 67 77
Gambar 5 Gambar 6
Grafik perolehan nilai Siklus II Grafik perolehan nilai Siklus III
89 101
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Hal 1. Tabel 1 Distribusi frekuensi nilai pada kondisi awal (sebelum tindakan)
65
2. Tabel 2 Data skala sikap siswa kl XI IPS 1 kondisi awal
68
3. Tabel 3 Data karakter siswa pada kondisi awal
69
4. Table 4 Skenario Pembelajaran Siklus I, II,III
71
5. Tabel 5 Distribusi frequensi nilai Siklus I
76
6. Table 6 Rekap nilai karakter Siklus I
77
7. Tabel 7 Data karakter karakter XI IPS 1 Siklus I
79
8. Tabel 8 Distribusi Frequensi Nilai Siklus II
87
9. Tabel 9 Rekap Nilai Karakter Siklus II
89
10. Tabel 10 Data karakter karakter Siklus II
91
11. Tabel 11 Distribusi frequensi nilai Siklus III
99
12. Tabel 12 Rekap nilai karakter Siklus III
102
13. Tabel 13 Data karakter kelas XI IPS 1 Siklus III
104
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN 1.
Lampiran 1 Biodata
Hal 122
2.
Lampiran 2 Rincian Jadwal
124
3.
Lampiran 3 Permohonan Menjadi Responden
125
4.
Lampiran 4 Persetujuan Menjadi Responden
126
5.
Lampiran 5 Kuisioner Skala Sikap
127
6.
Lampiran 6 deskripsi dan indiator karakter
129
7.
Lampiran 7 Data Karakter Kondisi Awal
131
8.
Lampiran 8 Tabulasi Skala Sikap
132
9.
Lampiran 9 Data Hasil Belajar Kondisi Awal
134
10. Lampiran 10 Kisi-Kisi Soal Siklus
136
11. Lampiran 11 Butir Soal Tes Dan Pedoman Penskoran
145
12. Lampiran 12 Kunci Jawaban Soal Siklus
164
13. Lampiran 13 RPP Siklus
166
14. Lampiran 14 Daftar hadir siswa
191
15. Lampiran 15 Distribusi Nilai Siklus 1
194
16. Lampiran 16 Lembar Pengamatan Karakter Siswa Dan Pedoman Penskoran Nilai Karakter 196 17. Lampiran 17 Rekap Hasil Observasi Karakter Siklus I
200
18. Lampiran 18. Ditribusi nilai siklus 2
201
19. Lampiran 19 Lembar pengamatan karakter siswa dan Pedoman penskoran nilai karakter 20. Lampiran 20 Rekap hasil observasi karakter Siklus 2
202 206
21. Lampiran 21 Rekap nilai siklus 3
207
22. Lampiran 22 Lembar Pengamatan Karakter Siswa Dan Pedoman Penskoran Nilai Karakter
commit to user
209
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23. Lampiran 23 Rekap hasil observasi karakter Siklus 3
213
24. Lampiran 24 foto situasi/kegiatan pembelajaran
215
25. Lampiran 25 lembar konsultasi pembimbing
218
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Parsini, S861108011. Penerapaan Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Kompetensi Belajar Sejarah Dan Karakter Peserta Didik (Penelitian Tindakan Kelas pada kelas XI IPS 1 SMAN Ajibarang semester 1 tahun 2012/2013 ). Tesis. Komisi Pembimbing I: Dr. Nunuk Suryani, M.Pd, Komisi Pembimbing II: Prof. Dr Herman J Waluyo,M.Pd. Pascasarjana, Program studi Pendidikan Sejarah, Nopember 2012
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah penggunaan metode Role Playing dapat meningkatkan kompetensi belajar dan karakter peserta didik dalam mata pelajaran sejarah pada siswa SMA Negeri Ajibarang kelas XI IS 1 semester 1 tahun 2012/2013, jumlah responden sebanyak Proses Interaksi Antara Budaya Lokal, HinduBuddha, dan Islam di Indonesia dengan aktivitas tindakan meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas. Sumber data yang digunakan peneliti berasal dari siswa yang sering dikenal sebagai sumber primer yang berupa dokumentasi, pengamatan atau observasi dan tes. Sumber data ini diambil hasil test. Untuk karakter siswa diperoleh dari hasil observasi baik yang dilakukan oleh guru yang melakukan penelitian maupun teman sejawat. Berdasarkan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yang berupa teknik dokumentasi, observasi, dan test maka alat yang digunakan dalam pengumpulan data berupa dokumen nilai , butir soal pre test dan post tes siklus I, siklus II dan siklus III. Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan validasi isi. Hasil penelitian adalah (1). Pembelajaran dengan metode Role Playing dapat meningkatkan kompetensi belajar sejarah .Adapun peningkatannya dapat dilihat dari jumlah siswa yang mendapatkan nilai sama atau diatas KKM adalah 100 % dan dari nilai rata-rata terdapat peningkatan sebesar 135 %, dari rerata 35 menjadi 81. (2) Pembelajaran dengan metode Role Playing dapat meningkatkan karakter peserta didik.
Kata Kunci: Tindakan Kelas, metode Role Playing, kompetensi belajar, karakter.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Parsini, S861108011. Penerapaan Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Kompetensi Belajar Sejarah Dan Karakter Peserta Didik (Penelitian Tindakan Kelas pada kelas XI IPS 1 SMAN Ajibarang semester 1 tahun 2012/2013 ). Thesis. Fisrt Advisor: Dr. Nunuk Suryani, M Pd, Second Advisor: Prof. Dr Herman J Waluyo, M.Pd. Graduate , Program study, Education of History, November 2012 Background: This reserach was conducted in order to determine whether learning with role playing method can improve the competence and character of the students in history courses in SMA Negeri Ajibarang XI IS 1 degree semester 1 , 2012/2013, the number of respondents are 26 students, with KD 1.5 mattter Proses Interaksi antara Budaya Lokal, Hindu-Buddha, dan Islam Di Indonesia This research was conducted in three cycles with action activities include planning, action, observation and reflection. Subject and Metods:This type of research is a classroom action research. Source of data used comes from student researchers are often known as the primary source in the form of documentation, observation or observation and tests. The data source is taken the test. For the character of students gained from observations both by teachers who do research or colleagues. Based on techniques used in data collection in the form of technical documentation, observation, and test the tools used in data collection include documents of value, items about the pre-test and post-test cycle, the second cycle and the cycle of this class action III. Classroom Action Research uses content validations Result: were ,(1) learning with role-playing method can improve student learning competencies significantly. learning with role-playing method can improve the competence in history courses The improvement can be seen from the number of students who get the same value or above KKM is 100% and the value o fthe average there is an increase of 135%, from a mean of 35 t o81.(2) learning with role-playing method can also improvethe character rof students. Conclusion: after classroom action research was conduct on three Sycless, learning with role-playing method can improve student learning and improve the characterof students. Keywords: Class Actions, Role Playing method, Competence, Character.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 1 PENDAHULUAN F. Latar Belakang Masalah Pada saat ini yang dijadikan sebagai pedoman dalam proses pembelajaran disekolah adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dimana sebagai dasar acuan adalah kurikulum dari Departemen Nasional ( sekarang Departemen Pendidikan dan Kebudayan),
tetapi kemudian disesuaikan dengan kondisi
setempat. Dalam pelaksanaan pembelajaran. KTSP ini lebih mengutamakan kompetensi siswa sedangkan guru hanyalah berperan sebagai moderator/ fasilitator. Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik, yang tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang masih sangat memprihatinkan. Secara empiris, berdasarkan penelitian, rendahnya hasil belajar peserta didik disebabkan oleh dominannya pembelajaran konvensional dan teacher
centered sehingga siswa
menjadi pasif. Kompetensi guru dituntut untuk meramu wawasan pembelajaran yang lebih menarik dan disukai peserta didik (Triyanto,2010:5). Disamping itu juga banyak permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran dewasa ini, misalnya, sebagian besar siswa masih sering berbicara sendiri dengan teman sebangkunya saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Selain itu apabila guru mengajukan pertanyaan dijawab dengan serempak, hal ini menunjukkan tidak adanya kepercayaan diri pada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Permasalahan tersebut dapat diketahui dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh Evin Tri Rahayu dengan guru yang mengajar pada siswa kelas VIIC SMP Negeri 13 Surakarta ketika melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas guna penyusunan skripsi pada tahun 2009. Selain hasil penelitian tersebut, ditunjukkan pula oleh Leo Agung S (1995, yang dikutip oleh Sudono,2007) dalam penelitiannya di SMU negeri ke-kota Surakarta. Dalam penelitian tersebut dijelaskan
bahwa
siswa kurang tertarik terhadap pembelajaran sejarah,
pembelajaran sejarah oleh siswa dirasakan kurang bermakna. Kemudian berdasarkan observasi yang dilakukan oleh Tirani Widyastuti pada siswa kelas VIII SMP Negeri 15 juga ditemukan beberapa permasalahan seperti
(1)
pembelajaran yang selama ini cenderung ceramah, (2) pelaksanaan pembelajaran yang kurang melibatkan siswa, (3) perhatian siswa terhadap mata pelajaran sejarah yang belum terfokuskan, dan (4) siswa lebih sering mencatat materi yang diberikan oleh guru (Tirani, 2011: 227). Selain permasalahan pengajaran sejarah yang dianggap konvensional meskipun barangkali guru juga telah melakukan variasi metode dengan diskusi, satu hal lagi yang menyebabkan mata pelajaran sejarah kurang diminati oleh siswa karena tidak masuk dalam kelompok mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional. Suatu kenyataan bahwa selama ini mata pelajaran sejarah kurang diminati oleh siswa dengan berbagai alasan seperti sulitnya mempelajari materi sejarah, bukan mata pelajaran yang di UN kan dan dianggap sebagai pelajaran yang membosankan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Disamping itu, beberapa pakar pendidikan sejarah maupun sejarawan memberikan pendapat tentang permasalahan lain dalam pembelajaran sejarah yang terjadi di Indonesia diantaranya masalah model dalam pembelajaran sejarah, kurikulum pendidikan sejarah, masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran dan bahan ajar atau buku teks sebagai sumber belajar, serta profesionalisme guru sejarah Terkait dengan model pembelajaran sejarah, selama ini sebagian guru masih melaksanakan model pembelajaran konvensional dimana guru menjadi sumber pengetahuan utama dalam kegiatan pembelajaran seolah-olah telah menyatu sehingga menjadi sangat sulit untuk dirubah. (Aman, 2011:68). Disamping kemampuan guru dalam menguasai materi yang cukup memadai maka metode mengajar juga perlu mendapat perhatian. Seorang guru wajib meengembangkan metode pembelajaran sejarah karena semakin baik metode yang digunakan maka semakin efektif pula dalam pencapaian tujuan. (Aman, 2011:108). Masalah profesionalisme guru sejarah juga merupakan persoalan dalam pembelajaran sejarah karena sampai saat ini masih ada anggapan dari para guru maupun pemegang kebijakan di sekolah bahwa dalam pembelajaran sejarah tidak begitu penting memperhatikan masalah keprofesian, sehingga tidak jarang tugas mengajar sejarah diberikan kepada guru yang bukan bidangnya. Masih banyak sekolah yang memiliki guru sejarah dengan kualitas rendah dikarenakan guru kurang menguasai metode dalam pembelajaran sejarah, disamping itu masih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
banyak guru sejarah yang tidak memiliki latar belakang disiplin ilmu sejarah (Mustakim, 2011). Dari permasalahan diatas dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang tidak menyenangkan, tidak penting dan kering dalam pempelajaran. Kurangnya minat siswa untuk mempelajari sejarah dapat dilihat dari rendahnya minat, perhatian maupun antusiasme siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Hal ini terjadi pula di SMA Neneri Ajibarang. Ketika pembelajaran sejarah berlangsung nampak pada awal kegiatan pembelajaran siswa kurang antusias, sehingga guru harus berusaha agar pembelajaran lebih menarik dan siswa bisa fokus. Berbagai permasalahan tersebut berdampak pada rendahnya nilai yang diperoleh siswa dalam setiap kali ulangan harian, sebagai contoh nilai yang diperoleh siswa untuk materi KD 1.5 proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia, diperoleh nilai rata-rata 35. Nilai terendah 18 dan nilai tertiggi hanya 50, yang mana nilai ini masih dibawah KKM, yaitu 75, tidak sesuai dengan harapan. Permasalahan lain yang timbul dewasa ini adalah terkait dengan nilai-nilai atau karakter bangsa yang dimiliki oleh generasi sekarang. Belakangan ini pendidikan karakter menjadi pusat perhatian dari berbagai kalangan seperti kalangan pendidik, pengambil kebijakan pendidikan, pengamat pendidikan dan politisi. Perhatian terhadap pendidikan karakter salah penyebabnya adalah adanya kekhawatiran akan terjadinya dekadensi moral dengan berbagai indikator yang nampak akhir-akhir ini. Pemasalahan tersebut muncul sebagai dampak dari arus globalisasi (keterbukaan ) yang membawa perubahan yang begitu cepat (Bambang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Indriyanto, 2012: 21-22). Ditinjau dari hal tersebut nampaknya pembelajaran sejarah selama ini terasa kering karena aspek nilai-nilai hampir tidak tersentuh oleh guru. Guru lebih banyak mengajarkan materi (aspek kognitif), apalagi materi sejarah yang begitu banyak, guru seolah-olah dituntut untuk mengejar materi dengan waktu yang terbatas. Dalam hubungannya dengan karakter, kurikulum sekarang yang disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran tidak hanya mengedepankan aspek kognitif tetapi juga aspek afektif yang sekarang lazim disebut dengan Pendidikan Karakter. Hal ini sesuai dengan permendiknas no. 22 tahun 2006, peranan pembelajaran sejarah adalah pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.dengan kata lain, pembelajaran sejarah berperanan dalam penanaman karakter ( nation building). Juga sejalan dengan tujuan pendidikan sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 (UU Sisdiknas), bahwa pendidikan
nasional
berfungsi mengembangkan
kemampuan
dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehudupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Terkait dengan persoalan karakter, pada siswa SMA negeri Ajibarang boleh dikatakan secara umum sudah memiliki karakter yang baik karena SMA Negeri Ajibarang sebenarnya telah berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pendidikan karakter sebagai budaya sekolah, terutama terkait dengan kedisiplinan dengan tata tertib yang juga harus diikuti oleh guru sebagai suri tauladan yang harus hadir sebelum pukul 07.00 dan menyambut kehadiran siswa di pintu gerbang dan keramahtamahan dengan 3 S-nya (salam, senyum sapa), dan, secara umum dapat dikatakan siswa SMA N Ajibarang telah memiliki karakter yang baik. Dalam hal ini karakter yang dimaksud dalam tesis ini dimaksudkan sebagai upaya peningkatan, bukan pembentukan, khususnya dalam pembelajaran sejarah. Pembelajaran
sejarah memiliki peranan untuk menumbuhkan kesadaran
sejarah, yaitu orientasi intelektual dan sikap jiwa untuk memahami dirinya sebagai anggota masyarakat dan bangsa maka pembelajaran sejarah dituntut dapat mengaktualisasikan dua hal, yakni (1) pendidikan dan pembelajaran intelektual, (2) pendidikan dan pembelajaran moral, civil society yang demokratis dan bertanggung jawab kepada masa depan bangsa (dalam Zuchdi, 2009:74). Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa pembelajaran sejarah memiliki peranan yang cukup besar dalam peningkatan karakter peserta didik. Dan dalam penelitian ini, peneliti menerapkan pembelajaran Role Playing sebagai upaya untuk meningkatkan kemapuan peserta didik dari segi kognitif maupun afektif. Akhirnya dapat ditarik kesimpulan tentang harapan guru/peneliti, dengan menerapkan pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan (terjadi penguatan) kompetensi dan karakter dalam diri peserta didik. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti mengambil judul
Penerapaan Metode Role Playing
Untuk Meningkatkan Kompetensi Belajar Sejarah Dan Karakter Peserta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Didik (Penelitian Tindakan Kelas pada kelas XI IPS 1 SMAN Ajibarang semester 1 tahun pelajaran 2 G. Identifikasi Masalah Banyak sekali
permasalahan yang dihadapi guru pada umumnya leih
khusus di SMAN Ajibarang dalam proses pembelajaran sejarah dikelas namun dari sekian banyak masalah dapat diidentifikasikan, diantaranya : 1.
Keengganan siswa dalam mengikuti pembelajaran sejarah
2.
Kebosanan siswa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya media pembelajaran, metode mengajar, materi yang terlalu banyak dan sulit
3.
Guru belum mengembangkan berbagai model dalam pembelajaran sejarah H. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi tersebut di atas, diajukan
rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah implementasi metode Role Playing untuk meningkatkan kompetensi belajar sejarah bagi siswa kl XI IPS 1 SMA N Ajibarang semester 1 tahun 2012/2013? 2. Bagaimanakah implementasi metode Role Playing untuk meningkatkan nilainilai karakter bagi siswa kl XI IPS 1 SMA N Ajibarang semester 1 tahun 2012/2013? I. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauh mana metode Role Playing dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami mata pelajaran sejarah sehingga mata pelajaran sejarah menjadi mata pelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang tidak membosankan dan menyenangkan bagi siswa dan dapat meningkatkan karakter dikalangan pelajar, khususnya siswa SMA negeri Ajibarang. Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini secara khusus dapat dirinci sebagai berikut: (1) Untuk memperbaiki proses pembelajaran (2) Untuk
mengetahui
bagaimana
pembelajaran
Role
Playing
dapat
meningkatkan kompetensi belajar sejarah bagi siswa kl XI IPS 1 SMA N Ajibarang semester gasal tahun 2012/2013? (3) Untuk
mengetahui
bagaimana
pembelajaran
Role
Playing
dapat
meninggkatkan nilai-nilai karakter bangsa bagi siswa kl XI IPS 1 SMA N Ajibarang semester gasal tahun 2012/2013? J. Manfaat Penelitian Sementara itu hasil peneilitan ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh : 1. Siswa, yakni a. Penggunaan metode Role Playing dalam pembelajaran sejarah dapat digunakan sebagai latihan untuk mengembangkan kompetensinya dalam memahami peristiwa yang terjadi di masa lampau dan merefleksikanya untuk masa yang akan datang. b. Penggunaan metode Role Playing dalam pembelajaran sejarah dapat meningkatkan karakter dalam diri peserta didik dan menerapkannya dalam kehidupan seharai-hari 2. Guru/peneliti, yakni dapat memilih model/metode pembelajaran yang paling sesuai, relevan dan efektif untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempelajari peristiwa masa lampau sehingga siswa dapat menguasai materi sejarah atau mendapatkan nilai yang sesuai dengan harapan, dan dapat meningkatkan nilai-nilai karakter Bangsa bagi peserta didik yang tercermin dalam tingkah lakunya sehari- hari. 3. Pengembang kurikulum, yakni semakin menyempurnakan materi kurikulum yang berguna bagi siswa untuk dapat meningkatkan kompetensinya dan menguatkan karakter bangsa dan pembentukan budi pekerti seperti yang diharapkan dalam kurikulum sekarang yang mengintegrasikan pendidikan karakter dalam setiap mata pelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teori E. Pembelajaran sejarah a. Belajar /Pembelajaran Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang kegiatan belajar mengajar. Ada istilah belajar, ada mengajar dan istilah pembelajaran. Yang pertama istlilah belajar. Terkait dengan belajar ada beberapa pengertian yang dikemukaakan oleh para pakar. Riyanto mengutip pendapat dari Ernest ER Hilgrand dan Winkel, berpendapat bahwa belajar adalah seseorang yang melakukan sesuatu dengan cara latihan-latihan sehingga yang bersangkutan menjadi berubah, yang perubahan-perubahan itu menyangkut pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap (Riyanto, 2009:4-5). Menurut teori belajar behvioristik yang dikemukakan oleh Thorndike (Uno, 2009: 191), belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang juga bisa pikiran, perasaan, atau gerakan). Dari pendapat tersebut maka belajar juga diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Hal ini sejalan dengan pendapat Sardiman yang mengutip pendapat dari Cronbach, Harolr Spears dan Geoch, menerangkan bahwa
belajar
senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, membaca, mendengarkan, meniru dan sebagainya (Sardiman,2011:20). Menurut Slameto (2010:2-5) belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang dimaksud memiliki ciri- ciri : (1) Perubahan terjadi secara sadar (2) Perubahan bersifat kontinyu dan fungsional (3) Perubahan bersifat positif dan aktif (4) Perubahan belajar bukan bersifat sementara (5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah (6) Perubahan mencakp seluruh apek tingkah laku Menurut cara pandang konstruktivisme belajar adalah proses membangun melalui pengalaman nyata di lapangan (Munchith,2008:71). Dengan belajar menurut cara pandang konstruktivisme maka siswa akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas dasar realitas yang ada
di dalam masyarakat. Belajar menurut cara pendang
konstrukrivisme sejalan dengan pendapat Jerome Brunner yang mengatakan belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru didasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki (Triyanto, 2010:15).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang setelah mempelajari suatu objek (pengtetahuan, sikap, atau ketrampilan). Kemudian yang kedua adalah mengajar. Mengajar pada dasarnya merupakan usaha untuk menciptakan kondisi atau system lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar (Sardiman,2011:47). Kalau belajar merupakan kegiatan siswa maka mengajar merupakn kegiatan guru. Dalam mengajar (Nasution, 2005:184) terdapat sejumlah kegiatan, yaitu : (1) membangkitkan dan memelihara perhatian (2) menjelaskan pada siswa hasil apa yang diharapkan dari siswa setelah belajar (3) merangsang siswa untuk mengingat kembali konsep, aturan, dan ketrampilan yang merupakan prasyarat agar memahami apa yang akan diberikan (4) menyajikan stimuli yang berkaitan dengan bahan pelajaran (5) memberikan bimbingan pada murid dalam proses belajar (6) memberikan umpan balik dengan membertahukan apakah hasil belajarnya benar atau tidak (7) menilai hasil belajar (8) mengusahakan transfer (9) memantapkan apa yang telah dipelajari dengan latihan-latihan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut John R Pancella yang dikutip oleh Slameto (2010:33) dalam kegiatan belajar mengajar guru memiliki tangungjawab sebagai berikut: (1) memberikan bantuan kepada siswa dengan menceritakan sesuatu yang baik yang dapat menjamin kehidupannya , itu adalah ide yang bagus (2) memberikan jawaban langsung pada pertanyaan yang diminta oleh siswa (3) memberikan kesempatan untuk berpendapat (4) memberikan evaluasi (5) memberikan kesempatan untuk menghubungkan dengan pengalamannya sendiri. Unsur terpenting dalam mengajar adalah merangsang dan mengarahkan siswa untuk belajar. Mengajar sebenarnya adalah menolong peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap serta ide dan apresiasi yang menjurus kepada perubahan tingkah laku dan pertumbuhan peserta didik itu sendiri. Cara mengajar guru yang baik akan mendorong siswa untuk belajar dengan baik, dengan tolok ukur siswa dapat mempelajari apa yang seharusnya dipelajari sehingga indikator hasil belajar yang diinginkan dapat dicapai oleh siswa (Triyanto, 2010:17 ). Pada pertengahan abad 20, terjadi perkembangan paradigma tentang pengajaran Dari istilah belajar dan mengajar muncullah istilah pembelajaran. Mengajar menunjuk pada kegiatan belajar mengajar dan lebih berpusat pada guru, kemudian berkembang menjadi pembelajaran yang lebih menonjolkan siswa sebagai pusat pembelajaran. Menurut Uno (2009: 153), yang dimaksud pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kalau tujuan pengajaran adalah pernyataan tentang hasil pengajaran yang diharapkan, maka pembelajaran lebih tertuju pada pengelolaan proses. Dengan demikian, agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan hasilnya sesuai seperti
yang
diharapkan
maka
harus
ada peningkatan
kualitas
pembelajaran, dalam arti adanya perbaikan pengajaran kearah pengelolaan proses pembelajaran.
Terkait
dengan
pembelajaran
sebagai
pengelolaan proses
pembelajaran maka ada beberapa variable dalam pembelajaran, yaitu strategi pembelajaran, metode pembelajaran, penggunaan media, kondisi pengajaran, dan hasil belajar (Uno,2009: 153-156). Pendapat lain pengertian pembelajaran berasal dari NASA ( Amerika), bahwa pembelajaran sebagai pengetahuan / pemahaman yang diperoleh melalui pengalaman (Suyono, 2011:16-17). Secara singkat, pembelajaran pada hakekatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran merupakan interaksi dua arah antara seorang guru dengan peserta didik dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya (Triyanto, 2010:17). Terkait dengan belajar dan pembelajaran, dalam menyikapi perkembangan dunia, UNESCO membentuk komisi untuk menggali konsep reformasi dalam bidang pendidikan. Dari penelitian diberbagai Negara anggota, UNESCO
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengidentifikasikan ada empat pilar pendidikan (Widodo,1998:1-5) yang meliputi learning to know, learning to do, learning to live together, learning to be. (1) Learning to know (Belajar untuk mengethui) Learning to know mengandung pengertian bahwa peserta didik harus mampu menumbuhkan kemauan dalam dirinya untuk dapat mempelajari atau mengetahui lebih banyak dari apa yang telah dipelajari atau didapat sebelumnya, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan bukan merupakan satu-satunya sumber belajar. (2) Learning to do ( Belajar untuk melakukan sesuatu) Proses belajar dalam konsep Learning to do adalah peserta didik harus mau dan mampu mengaktualisasikan ketrampilan yang dimilikinya, selain bakat dan minat yang telah dimiliki sejak awal sehingga peserta didik nantinya akan menjadi manusia yang lebih unggul dimasa yang akan datang. (3). Learning to live together ( Belajar untuk menjalani kehidupan bersama) Dalam konsep ini, peserta didik harus diberikan sebuah kesempatan untuk bekerja sama satu dengan yang lain. Adanya kerjasama akan memungkinkan peserta didik untuk menghargai satu sama lain, bersikap terbuka dan mampu berbagi dalam rangka mencapai tujuan bersama, tidak ada yang merasa kalah dan dikalahkan serta tidak ada yang merasa menang dan dimenangkan. (4) Learning to be (belajar untuk menjadi sesuatu atau sesorang) Learning to be memberi kesempatan peserta didik untuk mengembangkan diri dengan diberi kesempatan untuk berkreasi sehingga menjadi lebih kreatif,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjadikan seseorang lebih bermanfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat ditempat dia berada dimasa yang akan datang. Dari empat pilar pendidikan diatas jelaslah bahwa belajar dan mengajar itu bukan hanya kegiatan untuk mentransfer ilmu tetapi juga mengajarkan bagaimana peserta didik dapat hidup bersama dengan orang lain atau dapat bekerja sama dan dapat melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk dirinya sendiri. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses kegiatan membantu orang lain untuk mencapai kemajuan siswa seoptimal mungkin sesuai dengan perkembangan potensi kognitif, afektif maupun psikomotornya.
b. Sejarah Mengenai asal usul kata sejarah , aslinya berasal dari bahasa Arab (syajaroh) yang semula berarti pohon, tetapi dalam perkembangannya mempunyai makna asal usul atau silsilah atau riwayat. Dalam kalangan bangsa Eropa sering dikenal istilah Istoria (bahasa Yunani)
yang artinya ilmu,
penelitian , eksplorasi dan juga informasi tentang sesuatu pengetahuan, yang oleh Aritoteles diartikan sebagai pernyataan sistematis mengenai gejala alam Istilah lain berasal dari bahasa Jerman geschichte yang artinya sesuatu yang telah terjadi, kemudian dalam bahasa Inggris dikenal dengan history yang artinya masa lampau umat manusia (Gottschlak,1986: 27). Ada pula istilah annals, cronika dan commentari yang artinya kurang lebih sama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Lalu apa
digilib.uns.ac.id
sebenarnya pengertian sejarah itu ? Sejarah secara sempit
adalah sebuah peristiwa manusia yang bersumber dari realisasi diri, kebebasan dan keputusan daya rohani. Sedangkan secara luas, sejarah adalah setiap peristiwa (kejadian). Berbicara tentang sejarah berarti berbicara tentang rangkaian perkembangan peristiwa yang menyangkut kehidupan manusia pada masa yang lampau ditinjau dari bebagai aspeknya (Widja, 1989: 95). Menurut Kuntowidjoyo, sejarah adalah rekonstruksi masa lalu mengenai apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan dan dialami oleh seseorang (Biyanto,2004:14). Arnold J Toynbee
yang dikutip Hans Meyerhoff (1959:114-115)
mengatakan history, like Drama and tte novel, grew out of mythology, a primitive form of apprehension and expression in which, in fairy tales listened by children or in dreams dreamt by sophiscated adult, the line between fact and fiction is left undrawn . Jadi Toynbee berpendapat bahwa sejarah seperti halnya drama dan novel tumbuh dari suatu mithologi, seperti ceritera anak-anak, antara fakta dengan fiksi. Disisi lain sejarah juga dtempatkan sebagai ilmu pengetahuan ( sains ) , bukan dalam pengertian masyarakat primitif tetapi sebagai suatu peradaban dimana untuk merangkai fakta-fakta sejarah membutuhkan teknik sejarah berdasarkan data-data yang valid. Kochhar (2008:1-6) yang mengutip pendapat beberapa tokoh/sejarawan seperti Burckhardt, Miller, HG Wells, EH Carr, Pt Nehru tentang pengertian sejarah, sampai pada kesimpulan bahwa hakekat sejarah adalah: (1) Sejarah adalah ilmu tentang manusia
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2) Sejarah mengkaji manusia dalam lingkup waktu (3) Sejarah mengkaji manusia dalam lingkup ruang (4) Sejarah menjelaskan masa kini (5) Sejarah merupakan dialog antara peristiwa masa lampau dan perkembangan masa depan (6) Sejarah merupakan cerita tentang perkembangan kesadaran manusia baik dapam aspek indivisual maupun kolektif (7) Kontinuitas dan keterkaitan adalah hal yang sangat penting dalam sejarah. Menurut Ibnu Khaldun, sejarah adalah :catatan tentang masyarakat umat manusia atau peradaban dunia dan tentang perubahan- perubahan yang terjadi pada watak masyarakat itu. Ibnu Khaldun memandang sejarah sebagai rentetan yang tidak putus-putusnya dari kebangkitan dan kejatuhan Negara, suatu siklus yang tidak habis-habisnya (Zaenuddin,1992:227). Berdasarkan kamus bahasa Indonesia, sejarah mengandung tiga pengertian: (1) Sejarah adalah silsilah atau asal-usul, (2) Sejarah adalah kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau,(3) Sejarah adalah ilmu, pengetahuan, dan cerita pelajaran tentang kejadian atau peristiwa yang benarbenar terjadi di masa lampau. Sejarah juga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu : (1) Sejarah sebagai peristiwa Sejarah merupakan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Sehingga sejarah
sebagai
peristiwa
yaitu
peristiwa
commit to user
yang
sebenarnya
telah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terjadi/berlangsung pada waktu lampau. Ciri utama dari sejarah sebagai peristiwa adalah abadi, unik, penting (Mustopo, 2006: 5). (2) Sejarah sebagai kisah Dalam pengertian ini sejarah dipandang sebagai kisah dari peristiwa-peristiwa masa lampau, yang berarti peristiwa masa lampau dihadirkan kembali sebagai data sejarah (Mustopo,2006:4). Sejarah sebagai kisah merupakan rekonstruksi dari suatu peristiwa yang dituliskan maupun diceritakan oleh seseorang. Sejarah sebagai sebuah kisah dapat berbentuk lisan dan tulisan. (3) Sejarah sebagai ilmu Sejarah dikatakan sebagai lmu karena metode sejarah bersifat ilmilah ,
diperoleh dari hasil penelitian kritis terhadap dokumen sejarah. Metode sejarah inilah yang disebut dengan historiografi (Gottschalk, 1989: 143). Selain memiliki metode, sejarah diakatkan sebagi ilmu karena bersifat empiris, yaitu sejarah disusun berdasarkan fakta yang dteiliti untuk mendapatkan suatu kebenaran. Penulsian sejarah sebagai ilmu dimulai oleh Herodotus yang menceritakan Perang Persia berdasarkan fakta, tidak berdasarkan mitos ( Kochhar, 2008:7). Jadi dapat dikatakan bahwa sejarah merupakan ilmu yang mempelajari masa lampau manusia. Sebagai ilmu, sejarah merupakan ilmu pengetahuan ilmiah yang memiliki seperangkat metode dan teori yang dipergunakan untuk meneliti dan menganalisa serta menjelaskan kerangka masa lampau yang dipermasalahkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(4) Sejarah sebagai Seni Sejarah sebagai seni merupakan suatu kemampuan menulis yang baik dan menarik mengenai suatu kisah/ peristiwa di masa lalu. Ciri sejarah sebagai seni, terdapat Intuisi,
Emosi , Gaya Bahasa, Imajinasi. Hal ini
diungkapkan oleh Collingwood (Ko
-peristiwa
sejarah adalah sesuatu yang dilihat olrh sejarawa, tidak pada peristiwanya,
Dari pernyataan tersebut jelaslah bahwa sejarah dikatakan sebagai seni karena seorang sejarawan harus memiliki kemampuan imajinasi yang tinggi sehingga dapat menghidupkan sesuatu yang terjadi pada masa lampau. Da, masih ada beberapa pendapat lagi tentang pengertian sejarah yang dikemukakan para ahli. Dari berbagai pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa sejarah adalah ilmu yang memperlajari peristiwa yang terjadi pada masa lampau yang mencakup berbagai aspek kehidupan manusi c. Pembelajaran Sejarah Dari pengertian sejarah dan pengertian pembelajaran maka peneliti kemudian menyimpulkan tentang pembelajaran sejarah. Bicara pembelajaran sejarah berarti membawa rangkaian peistiwa dan perkembangan tentang kehidupan manusia dimasa lampau untuk diinformasikan kepada peserta didik. Dalam Seminar Nasional di Yogyakarta tahun 1957,
dikemukakan bahwa
pelajaran disekolah harus dapat menunjukkan pusat-pusat kebesaran dan hasil pekerjaan yang dapat dibanggakan, menekankan perhatian pada peristiwa-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peristiwa dan akibat-akibat yang menunjukkan perkembangan kearah persatuan menghindari perselisihan dan pertentangan. Sejalan dengan hal tersebut maka pelajaran sejarah harus ditujukan pada pembangunan dan pembinaan bangsa (nation and character building (Saeful Bachri, 2010: 94-95). Pentingnya pembelajaran sejarah disekolah-sekolah karena sejarah merupakan dasar bagi terbinanya identitas nasional yang merupakan salah satu modal utama dalam membangun bangsa, masa kini maupun dimasa yang akan datang ( Sudjatmoko dalam I Gede Widja,1989:100). Kartodirdjo (1999),
menguraikan pentingnya pembelajaran sejarah
nasional, bahwa Adapun fungsi pembelajaran sejarah terutama menerangkan eksistensi ataupun sosiogenesisi negara-nasion kita. Ini berarti bahwa identitas nasional kita terikat pada sejarah nasional itu, maka dapat pula sejarah nasional dipandang sebagai lambang identiitas bangsa Indonesia. Dipandang dari kepentingannya dalam pembangunan bangsa, sejarah nasional memiliki peran sangat strategis dan fundamental, terutama dalam membangun kesadaran nasional, khususnya dan pendidikan nasional umumnya. Oleh karena itu tidak berlebihan jika sejarah nasional dipandang sebagai sumber inspirasi dan aspirasi bagi generasi muda yang mencakup heroisme, yaitu cerita-cerita
Pembelajaran sejarah ada relevansinya dengan pendidikan, hal ini sejalan dengan pendapat beberapa tokoh seperti Ali Murtopo, Renier, Collingwood, Rowse dan Perry. Dari pendapat tokoh-tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa dari sejarah dapat dipetik nilai-nilai masa lampau dan dimanfaatkan untuk menghadapi masa kini, untuk kemudian membangun ide-ide dan memungkinkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk mengambil peranan dalam peradaban masa kini dan peradaban masa yang akan datang (Widja,1989: 101-102). Pendapat lain mengatakan pembelajaran sejarah merupakan proses menggali berbagai informasi mengenai berbagai peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan pembelajaran sejarah maka dapat diambil beberapa makna yang terkandung didalamnya ( Siti Waridah, 2004:5-7), yaitu : (1) Memberikan pelajaran, dengan mempelajari sejarah bisa menemukan hukum-hukum yang dapat menguasasi kehidupan manusia, sejarah dapat menmbuat manusia menjadi bijaksana. (2) Sejarah memberikan inspirasi atau ilham pada kita, berbagai peristiwa yang terjadi pada masa lampau termasuk didalamnya tindakan kepahlawanan dan peristiwa gemilang mengilhami perjuangan kita dewasa ini. (3)
Sejarah dapat memberikan rasa senang atau estetis. Dengan belajar sejarah kita dapat terpesona dengan berbagai peristiwa yang terjadi diberbagai belahan dunia. Selain dari berbagai pendapat diatas, pembelajaran sejarah juga merupakan
salah satu tujuan kurikulum, pada tingkat SMA,. Sejarah merupakan cabang ilmu yang menelaah tentang asal usul dan perkembangan serta peranan masyarakat pada masa lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu. Oleh karena itu pelajaran sejarah diberikan pada setiap jenjang pendidikan, karena pengetahuan masa lampau tersebut mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik (Kemendiknas, 2006: 523). Mata pelajaran sejarah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memiliki arti yang strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Sejalan dengan judul tesis Meningkatkan Kompetensi
Penerapaan Metode Role Playing
Belajar
Untuk
Sejarah Dan Karakter Peserta Didik
(Penelitian Tindakan Kelas pada kelas XI IPS 1 SMAN Ajibarang semester 1 tahun pelajaran 2012/2013) , maka dalam penelitian ini, peneliti berupaya selain meningkatkan kompetensi juga adanya peningkatan karakter peserta didik. F. Metode Pembelajaran Role Playing a. Pembelajaran Diatas telah diuraikan tentang pengertian belajar, mengajar dan pembelajaran. Dari berbagai pengertian daiatas maka secara singkat dapat dikatakan
bahwa pembelajaran adalah suatu proses kegiatan
membantu
peserta didik untuk mencapai kemajuan seoptimal mungkin sesuai dengan perkembangan potensi kognitif, afektif maupun psikomotornya. b.
Pendekatan Konstruktivisme Pembelajaran kolaborasi merupakan salah satu implementasi dari
pembelajaran yang konstruktivistik. Konstruktivisme merupakan landasan filosofis dari Contekstual Teaching Learning (CTL). Contekstual teaching lerning (CTL) merupakan suatu proses pengajaran yang membantu siswa memahami materi pelajaran yang sedang mereka pelajari dengan menghubungkan pokok materi pelajaran dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
konstruktivistik terdapat lima komponen, yaitu (1) membuat hubungan yang bermakna, (2) melakukan pekerjaan yang berarti, (3) melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, (4) bekerjasama (Collaborating), (5) berfikir kritis dan kreatif ( Yamin, 2008: 152-153). Pandangan utama mengenai konstruktivisme adalah manusia merupakan siswa aktif yang mengembangkan pengetahuan bagi diri mereka sendiri (Schunk,
2012: 322). Pengaruh besar yang mendorong kemunculan
konstruktivime adalah teori dan penelitian dalam ilmu perkembangan manusia terutama teori-teori dari Piaget, Vygotsky dan John Dewey. Piaget meyakini bahwa manusia belajar melalui proses konstruksi satu struktur logika setelah struktur logika yang lain dicapainya. Jadi pada proses belajar terjadi proses konstruksi pemaknaan oleh siswa bukan secara pasif menerima sesuatu dari guru (Nana Supriatna, 2007: 72). Lev Vygotsky, psikolog, (Gardner, 2004: 242)
mengatakan ada dua
komponen penting dalam pembelajaran. Pertama, bahwa ada banyak pengetahuan tentang konsep-konsep seperti sudah beredar dalam masyarakat dan
bahwa
tantangan
pendidikan
adalah
untuk
membantu
siswa
menginternalisasikan apa yang telah sudah telah dibentuk oleh generasi sebelumnya. Kedua, dukungan yang tepat, untuk anak belajar selalu dianjurkan agar anak dapat mencapai pemahaman dan keterampilan yang lebih tinggi. Dari pendapat tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa Lev Vigotsky menganjurkan supaya peserta didik diberi kesempatan untuk mengembangkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atau membangun sendiri pengetahuan yang telah dimilikinya sehingga dapat mencapai pemahaman yang tinggi. John Dewey menguatkan teori konstruktivisme ini dengan berlandaskan pada keinginan agar pembelajaran dibangun melalui pengalaman nyata (Supriatna 2007:73). Dewey mengatakan bahwa guru harus melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagai proses menyusun atau membina pengalaman secara berkesinambungan. Dewey juga menekankan keterlibatan siswa pada setiap aktivitas proses pembelajaran. Perubahan
terhadap
paradigma
pembelajaran
dari
pembelajaran
konvensional menuju pembelajaran konstruktivistik dipengaruhi oleh berbagai perubahan yang terjadi diberbagai belahan dunia. Perubahan tersebut dapat terjadi sebagai akibat dari pergeseran nilai, temuan-temuan ilmiah yang mengubah pemahaman pikiran manusia atau karena kekuatan-kekuatan sejarah yang lebih luas, seperti globalisasi, yang mempengaruhi wilayah di seluruh dunia (Gardner, 2004: 236). Menurut cara pandang
konstruktivisme, siswa belajar dengan
membangun pengetahuan berlandaskan apa yang telah dimiliki. Dalam pembelajaran sejarah menurut cara pandang konstruktivisme, berarti siswa harus dapat membangun konsep / prinsip sejarah dengan kemampuan yang dimilikinya ( Subakti, 2010). Dalam kegiatan belajar mengajar dewasa ini, pendekatan konstruktivisme sangat penting karena peserta didik didorong untuk
membangun konsep
sendiri dengan menghubungkan materi yang dipelajari dengan pengetahuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang ada pada mereka. Dalam proses ini, peserta didik dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang sesuatu permasalahan. Beberapa kajian seperti yang dilakukan oleh Solomo Sharan, Sachar, Caprio, Nor Aini , Van Drie dan Van Boxtel , Curtis, dan Lieu telah
membuktikan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme berhasil mambawa peserta didik untuk lebih memahami materi dan berhasil mencapai kompetensi yang lebih baik dibanding pembelajaran yang menggunakan pendekatan tradisional (Nair, 2005: 26). Berikut ini dipaparkan gagasan yang menjadi intisari dari berbagai versi konstruktivisme (Joyce,2011:13-14) (1) Gagasan tentang pengetahuan merupakan konstruksi pengetahuan. Dalam proses pembelajaran otak menyimpan informasi, mengolahnya dan mengubah konsepsi-konsepsi yang ada sebelumnya. (2) Otak bekerja sejak lahir (3) Anak mempelajari kebudayaan dan berbagai keragaman yang ada dalam keluarga dan lingkungannya . (4) Pengetahuan tidak sekedar ditransmisikan oleh guru atau orang tua, tetapi harus dibangun dan dimunculkan sendiri olah siswa agar mereka dapat meresposn informasi dalam lingkungan pendidikan. Berdasarkan
pandangan
konstruktivisme,
pembelajaran, guru tidak hanya mentransfer
maka
pengetahuan
didik. dalam bentuk yang serba sempurna tetapi peserta
dalam
proses
kepada peserta didik harus
membangun suatu pengetahuan itu berdasarkan pengalamannya masing
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masing. Fungsi guru mengalami perubahan, dimana pada awalnya peserta didik hanya mencontoh dan mendapatkan pengetahuan dari apa yang disampaikan oleh guru, kemudian menjadi kegiatan pembelajaran yang membawa
peserta
didik
memiliki
kemampuan
dalam
menyusun
pengetahuannya berdasarkan pengalaman yang aktif. Guru berperan sebagai fasilitator dan negosiator dengan para siswanya. (Schunk, 2012: 339) . c. Pembelajaran Kolaborasi Role Playing merupakan salah satu teknik dalam pembelajaran kolaborasi. Pembelajaran
kolaborasi didasarkan pada asumsi epistimologis
yang berasal dari konstruktivisme sosial. Dalam konteks pembelajaran, pembelajaran kolaborasi adalah pembelajaran yang berasaskan kooperatif yang membiasakan siswa untuk saling bekerjasama. Pembelajaran kolaboratif lebih daripada sekadar kooperatif.. dari segi istilah sama-sama menunjuk kerjasama namun ada beberapa perpedaan. Jika pembelajaran kooperatif merupakan teknik untuk mencapai hasil tertentu secara lebih cepat, lebih baik, setiap orang mengerjakan bagian yang lebih sedikit dibandingkan jika semua dikerjakannya sendiri, maka pembelajaran kolaborasi mencakup keseluruhan proses pembelajaran, siswa saling mengajar sesamanya dan dikontrol secara ketat oleh guru. Disamping itu pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berkaitan
erat
dengan
pengetahuan
tradisional
(kanonik)
sedangkan
pembelajaran kolaborasi berasazkan konstruktivisme social. Berkolaborasi berarti bekerja sama. Dalam praktek, pembelajaran kolaborasi berarti mahasiswa/siswa bekerja secara berpasangan atau dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama. Belajar kolaborasi berarti belajar melalui kerja kelompok, bukan belajar dengan bekerja sendirian (Barkley,2012:4). Belajar kolaborasi. ditekankan agar pebelajar mampu berlatih menjadi pimpinan dan membina koordinasi antar teman sekelasnya. Biasanya belajar kolaborasi diarahkan untuk meningkatkan prestasi timnya. Tim yang berprestasi tinggi adalah tim yang mendapat dukungan dan upaya bersama dari anggotanya (Prawiradilaga,2007: 67). Ada beberapa karakteristik sehingga proses pembelajaran disebut pembelajaran kolaborasi yaitu (1) didesain dengan sengaja, maksudnya para pengajar tidak hanya
meminta peserta didik untuk membentuk kelompok
kemudian bekerja tetapi juga merancang desin kegiatan pembelajannya, (2) kerjasama, artinya setiap anggota kelompok harus bekerjasama secara aktif untuk meraih tujuan yang telah ditentukan, semua anggota harus memiliki kontribusi yang setara (3) terjadinya proses pembelajaran penuh makna, dalam pembelajaran kolaborasi setiap anggota kelompok harus mendapatkan peningkatan pengetahuan (Barkley, 2012: 5). Pembelajaran
kolaborasi
boleh
dikatakan
merupakan
falsafah
pembelajaran yang memudahkan peserta didik untuk bekerjasama, saling membina, belajar bersama, berubah bersama dan maju bersama pula. Kualitas pembelajaran kooperatif mensyaratkan bahwa guru dan siswa mengidentifikasi perilaku yang membawa kerja sama yang efektif dan terus memantau dan mengakses seberapa efektif berpasangan atau kelompok bekerja sama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dikatakan dalam kelompok bekerjasama dengan baik apabila: (1) saling membantu dan tidak bertentangan
(2) semua merasakan sama 3) saling
mendorong satu sama lain (4) saling bertukar pikiran dan berbagi ide-ide (5) setiap orang memiliki pekerjaan yang harus dilakukan (6) setiap orang menyumbang dan merasa disertakan (7) saling menghargai (8) saling mendengarkan gagasan dan berbagi diantara anggota kelompok (9)
tidak
melakukan protes, (10) Saling menghormati (Lickona, 2004: 183). Adapun pandangan-pandangan yang mendasari pembelajaran kolaborasi (Joyce,2011:302)
adalah (1) Sinergi yang ditingkatkan dalam bentuk
kerjasama akan meningkatkan motivasi daripada dalam bentuk lingkungan kompetitif individual, (2) Anggota-anggota kelompok dapat saling belajar satu sama lain, (3) Interaksi antara anggota akan menghasilkan aspek kognitif yang dapat mengembangkan pembelajaran ketika dibenturkan pada pembelajaran tunggal (4) Kerjasama akan meningkatkan perasaan positif satu sama lain (5) Kerjasama akan meningkatkan penghargaan diri, (6) Siswa mengalami dan menjalani tugas serta merasa harus bekerjasama dapat meningkatkan kapasitasnya untuk bekerjasama secara produktif, (7) Siswa bisa belajar dari beberapa latihan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam bekerjasama. d. Role Playing Teknik-teknik
dalam
pembelajaran
kolaborasi
disebut
CoLT
(Collaboration Learning Techniue). Salah satu diantara teknik pembelajaran kolaborasi adalah CoLT 10, yaitu Role Playing. Dalam teknik Role Playing dibuatlah skenario dan peserta didik diminta untuk berperan atau mengambil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
identitas
digilib.uns.ac.id
yang
ketrampilan,
mengharuskan
atau
mereka
pemahaman mereka
mengaplikasikan
pengetahuan,
ketika mereka berbicara
dan
memerankannya dari perspektif yang berbeda (Barklay, 2012: 92). Yang dimaksud dengan metode Role Playing atau bermain peran adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi (Yamin,2008:87). Bermain peran sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa menemukan jati diri di dunia sosial dan memecahkan masalah dengan bantuan kelompok. Proses bermain peran ini memberikan contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai sarana bagi siswa untuk (1) menggali perasaannya, (2) memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai dan persepsinya, (3) mengembangkan sikap dan ketrampilan dalam memecahkan masalah, dan (4) mendalami mata pelajaran dengan berbagai macam cara (Uno, 2007:26). Menurut Barkley (2012:226), Role Playing adalah sebuah contoh dari Role playing adalah sebuah situasi yang didesain secara sengaja dimana peserta didik memperagakan atau mengasumsikan karakterkarakter atau identitas-identitas yang biasanya tidak mereka asumsikan untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Zaini dkk (2004:103), Role playing adalah aktivitas pembelajaran yang terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik. Ada tiga aspek yang mendasari Role Playing, ayitu (1) mengambil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perang (role-taking), (2) membuat peran (role-making), dan (3) tawar menawar peran (role-negoziation) Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan metode Role Play adalah sebagai berikut (Barkley,2012:228) : 1. Membentuk kelompok 2. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan dan beri batas waktu untuk mendiskusikan situasi yang dihadapi.. 3. Meminta beberapa siswa untuk memainkan sebuah peran (penjelasan tentang Role playing 4. Informasikan mengenai batas waktu 5. Minta peserta didik untuk membangun permainan 6. Diskusi dalam kelompok-kelompok kecil dengan seluruh anggota kelas 7. Membangun kembali permainan Dari berbagai pendapat dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode Role playing merupakan pembelajaran yang sengaja didesign untuk melibatkan siswa dalm menggali berbagai informasi baik penguasan materi pelajaran maupun karakter-karakter dengan memperagakan suatu peran untuk mencapai tujuan dengan bantuan kelompok. G. Kompetensi Dalam pembelajaran , diharapkan ada hasil berupa kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik, baik kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotor. Dalam pembelajaran sejarah yang dapat diamati atau dinilai adalah kemampuan kognitif dan dan afektif, dengan kata lain dalam pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dimaksudkan pula untuk meningkatkan kompetensi. Kompetensi pada hakekatnya menggambarkan pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai yang harus dikuasasi oleh peserta didik dan direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Pusat kurikulum Depdiknas (2002), mengatakan bahwa kompetensi merupakan pengetahuan, ketrampilan dan nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus (Syaiful Sagala, 2011:157). Kata kompetensi juga diartikan sebagai kecakapan yang mamadai untuk melakuka disyaratkan. Dalam pengertiannya yang lebih luas, setiap cara yang digunakan dalam pembelajaran yang ditujukan untuk mencapai kompetensi adalah untuk mengembangkan manusia yang bermutu yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang disyaratkan. Pengertian yang tidak jauh berbeda tentang kompetensi (HM Zaenuddin , 2008:235), diartikan sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang kebehasilan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, ketrampilan, sikap, dan apresiasi yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu (memenuhi tujuan dalam kondisi yang diinginkan.dikatakan performance yang rasional karena orang yang melakukannya harus mempunyai tujuan atau arah dan ia tahu apa dan mengapa ia berbuat demikian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gulo ( 2002:34-35) mengatakan bahwa konsep mengenai kompetensi ini sangat esensial dalam pengembangan strategi belajar mengajar, dan istilah kompetensi dipahami dalam pengertian yang berbeda-beda. Kemampuan dapat dipahami dalam dua aspek, yaitu aspek yang tampak dan yang tidak tampak. Aspek yang tampak (performance) merupakan kemampuan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati,
dilihat, dan dirasakan. Sedangkan
kompetensi yang tidak tampak disebut dengan kompetensi dalam aspek rasional. Kompetensi ini tidak dapat diamati
karena tidak tampil dalam
perilaku yang empiris. Kompetensi rasional ini yang sering dikenal dalam taxonomi Bloom sebagai kognitif, afektif dan psikomotor. Dari kedua aspek kompetensi tersebut saling berinteraksi, perpaduan antara teori dengan praktik yang dibina sedemikian rupa sehingga merupakan satu system dalam pengembangan pengajaran. Dari pendapat Gordon yang dikutip Zaenuddin, (2008 :236-237), terdapat beberapa ranah atau aspek yang terkandung dalam konsep kompetensi, yaitu : (1) Pengetahuan (knowledge) , yaitu kesadaran dalam bidang kognitif . (2) Pemahaman(understanding) yaitu kedalam kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. (3) Kemampuan (skill) ,yaitu sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. (4) Nilai ( value ) suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang seperti misalnya kejujuran, keterbukaan, demokratis dan lain-lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(5) Sikap (attitude ) yaitu perasaan 9senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau rekasi terhadap suatu rangsangan yang dating dari luar. (6) Minat (interest) , yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Pendapat lain mengenai kompetensi dikemukakan oleh Spencer and Spencer yang dikutip Uno (2009 :78) bahwa kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang berhubungan dengan dengan kinerja efektif dan/atau superior dalam suatu pekerjaan atau situasi. Menurut Suparno (2001:27) kompetensi diartikan sebagai kecakapan yang memadai untuk melakukan suatu tugas atau ketrampilan dan kecakapan yang disyaratkan. Suparno (2001:29) juga mengutip dari pendapat Philipe Pierrenound yang menyatakan kompetensi-kompetensi yang dimiliki seseorang memegang peran strategis dalam mengambil keputusan. Kompetensikompetensi tersebut meliputi : (1) Mampu mengidentifikasi, menilai dan mempertahankan sumber-sumber, keterbatasan, dan hak-hak, serta kebutuhan-kebutuhan. (2) Mampu,
secara
mandiri
maupun
berkelompok
membentuk
dan
melaksanakan proyek serta menyusun strategi (3) Mampu menganalisis situasi, hubungan, dan medan kekuatan secara sistematis (4) Mampu bekerjasama, bertndak sinergik, berpartisipasi dan berbagai tugas kepemimpinan (5) Mampu mengelola dan menyelesaikan konflik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(6) Mampu mengurai atau menyusundalam urutan dan bekerja berdasarkan aturan-aturan (7) Mampu membangun aturan-aturan yang mengatasi perbedaan cultural. Terkait dengan judul penelitian
Penerapaan Metode Role Playing
Untuk Meningkatkan Kompetensi Belajar Sejarah Dan Karakter Peserta Didik (Penelitian Tindakan Kelas pada kelas XI IPS 1 SMAN Ajibarang semester 1 tahun pelajaran 2012/2013) maka yang dimaksud dengan kompetesi adalah kemampuan siswa untuk menguasai meteri pelajaran sejarah dengan materi KD 1.5 proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia. H. Karakter Peserta Didik Dalam Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) bertujuan untuk menciptakan lulusan yang kompeten dan cerdas dalam mengemban identitas budaya dan bangsanya. Kurikulum ini dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman belajar yang membangun integritas sosial,
serta
membudayakan
dan
mewujudkan
karakter
nasional
(Zaeduddin,2008: 94). Kemudian beberapa tujuan pendidikan yang terkait memuat memuat nilai-nilai atau berpikir afektif dikemukakan oleh beberapa tokoh yang dirangkum oleh Sutari Imam Bernadib diantaranya adalah (1) mendorong anak didik untuk berpikir afektif, jernih, dan obyektif, (2) terwujudnya manusia dewasa, (3) membentuk anak didik menjadi anggota masyarakat yang mandiri, (4) tercapai kesempurnaan hidup anak didik , (5) terbentuknya psycho hygiene dan tanggung jawab pada diri peserta didik (Rohman, 2009:92-93).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional seperti yang diuarikan sebelumnya, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Keberhasilan
seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh
pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai kepada peserta didik yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil (Sutjipto, 2011, 506). Pendapat lain mengenai pendidikan karakter dikemukakan oleh Doni Koesoema. Salah satu diantaranya adalah pendidikan karakter sebagai pedagogi, yaitu penanaman nilai dalam diri siswa dan pembaharuan tata kehidupan bersama yang menghargai kebebasan individu (Koesoema, 2007, 134). Pendidikan karakter secara terpadu di dalam pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilainilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku. Dalam struktur kurikulum SMA, pada dasarnya setiap mata pelajaran memuat materi-materi yang berkaitan dengan karakter, salah satu diantaranya adalah mata pelajaran sejarah . Dalam mata pelajaran sejarah peserta didik diperkenalkan dengan berbagai peninggalan budaya dan kehidupan dalam berbagai bidang pada masa lampau sejak masa pra aksara, masa Hindu Budha, masa Islam masa pemerintah Kolonial Hindia Belanda sampai dengan masa pendudukan Jepang. Dari berbagai peritiwa kehidupan masa lampau maka diperkenalkan pula nilai-nilai yang diharapkan dapat mencetak peserta didik sebagai manusia Indonesia seperti yang telah diuraikan diatas dan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional menurut UU no 20 tahun 2003 dan Permendiknas no 41 tahun 2007. Adapun nilai-nilai yang ditanamkan pada siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah nilai nilai yang berupa kebiasaa-kebiasaan berbuat baik dan bertanggung jawab yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai tersebut terdiri atas: (a) reilgiusitas, (b) sosialitas, (c) gender, (d) keadilan, (e) demokrasi, (f) kejujuran, (g) kemandirian, (h) daya juang, (i) tanggungjawab, (j) penghargaan terhadap lingkungan alam (Zuriah, 2007: 56-60).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bicara tentang karakter, memang sulit didefinisikan, tetapi ada beberapa pengertian ysng saling mengisi dan memperjelas pemahaman kita tentang arti
kekuatan moral, nama atau reputasi (Hidayatullah, 2010: 14), sehingga karakter dapat diartikan sebagai kualitas, atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang membedakan dengan individu lain (Hidayatullah, 2009: 11). Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Hidayatullah, 2010: 15), disebutkan bahwa karakter adalah sifatsifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian. Pendapat yang dikemukakan oleh
Soemarno Soedarsono, karakter
merupakan nilai-nilai yang terpateri dalam diri kita malalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan dan pengaruh lingkungan dipadukan dengan nilai-nilai dari dalam diri manusia menjadi semacam nilai intrisik yang mewujud dalam system daya juang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku kita.. Pendapat lain mengenai karakter bangsa
country in form of awareness, understandin, feeling, will and behavior of people in a state and country in all dimensions of life of a country shuch as social, culture, politic, economy,
Karakter bangsa merupakan suatu karakteristik yang khas dari sustu bangsa dalam bentuk saling menghargai, saling pengertian, dan tingkahlaku
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masyarakat suatu negara dalam segala aspek kehidupan seperti aspek social, budaya, politik, ekonomi, pertahanan , keamanan dan lmu pengetahuan dan teknologi. Character is a human behavior values in relation to the Almight God, self, others, environment and nationality realized in the way of thingking, attitude, feeling, expression, and behavior based on religious norms, law, politeness, culture and traditiona (Siskandar,2011: 6) Karakter adalah nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan kepercayaan terhadap Tuhan, percaya pada diri sendiri, percaya pada orang lain, lingkungan , nasionalissasi yang diwujudkan dalam jalan pemikiran, sikap, perasaan, ekspresi, dan tindakan laku yang didasarkan pada normanorma kepercayaan, hukum, politik, budaya dan norma-norma tradisional. Sejak jaman Aristoteles dan Socrates, pembentukan moral dan karakter anak-anak dianggap sebagai fungsi utama dari kedua orang tua memelihara dan formal pendidikan. Tujuan pendidikan, dari Aristoteles, adalah untuk mengajar intelektual dan moral kebajikan. Kebajikan merupakan dasar untuk karakter. Karakter bagaimanapun, melibatkan aktivasi pengetahuan dan nilai-nilai, karena termasuk unsur konatif (berjuang) dan perilaku (Carr dan Mitchell, 2007: 295). Salah seorang pencetus pendidikan karakter adalah Lickona yang mempercayai adanya keberadaan moral absolute., bahwa moral absolute perlu diajarkan pada generasi muda agar mereka paham berul mana yang baik dan benar ( Zuchdi, 2009: 10). Menurut Thomas Lickona, isi dari karakter yang baik adalah kebajikan. Kebajikan , seperti kejujuran, keberanian , keadilan, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kasih sayang yang merupakan tatanan moral yang baik. Ada sepuluh kebajikan yang penting yang meliputi (Lickona, 2004 : 7-10) : (1) Kebijaksanaan adalah menjadi master dari kebajikan, yang mengarahkan kebajikan yang lain. Kebijaksanaan adalah penilaian yang baik (2) Keadilan, berarti menghormati hak-hak orang semua. Keadilan juga termasuk penghormatan diri, hal yang tepat untuk hak-hak dan martabat kita sendiri. Sekolah, dalam upaya pendidikan karakter, lebih berpusat pada keadilan, karena itu termasuk kebajikan interpersonal seperti kesopanan, tanggung jawab, kejujuran, rasa hormat dan toleransi. (3) Ketabahan, memungkinkan kita untuk melakukan apa yang benar dalam menghadapi
kesulitan.
Aspek
ketabahan
menyangkut
keberanian,
ketahanan, kesabaran, ketekunan, daya tahan, dan tingkat kepercayaan diri. (4) Kontrol diri, adalah kemampuan untuk memerintah diri mereka sendiri. (5) Cinta, memberikan lebih dari kebutuhan keadilan. Yang termasuk dalam vistues cinta adalah empati, belas kasih, kebaikan, kemurahan hati, kesetiaan, patriotisme, dan pengampunan. (6) Sikap positif. Kekuatan harapan, fleksibilitas antusiasme, dan rasa humor merupakan bagian dari sikap positif (7) Kerja keras, termasuk didalamnya adalah inisiatif, ketekunan, penetapan tujuan dan sumber daya yang penuh (8) Integritas, adalah mengikuti setia terhadap apa yang menjadi prinsip moral seperti kesadaran moral, menjaga kata-kata kita. (9) Syukur, seperti halnya cinta, tidak terasa tapi tindakan yang diinginkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(10) Kerendahan hati dapat dianggap sebagai fondasi moral keseluruhan, diperlukan untuk akuisisi kebajikan lain karena itu membuat kita sadar akan ketidaksempurnaan kita dan menuntun kita untuk mencoba untuk menjadi orang yang lebih baik. Karakter memiliki dua sisi: perilaku yang tepat dalam kaitannya dengan orang
lain
dan
hubungan
conduction
tepat
untuk
diri
sendiri.
Yang harus dilakukan oleh orang tua dan guru dalam membina karakter menurut Lickona (2004: 22) adalah : (1) memberi kesempatan pada orangorang muda untuk memikirkan dan mengembangkan karakter mereka, (2) menjadi model atau member keteladanan dalam hidup. Lickona menyebutkan enam pilar karakter: kepercayaan, rasa hormat, tanggung jawab, keadilan, peduli, dan kewarganegaraan). Dia menyarankan guru dalam pendidikan karakter, untuk bertindak sebagai pengasuh, model dan mentor, untuk menciptakan sebuah komunitas moral; untuk berlatih disiplin moral, untuk menciptakan lingkungan kelas yang demokratis, untuk mengajarkan nilai-nilai melalui kurikulum; menggunakan pembelajaran kooperatif, dan untuk menciptakan budaya moral yang positif di sekolah perilaku (Carr dan Mitchell, 2007: 297). Sejalan dengan pendapat Lickona, karakter diartikan pula sebagai watak, tabiat, akhlak atau kepribadian yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagi landasan untuk cara pandang berpikir, bersikap dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
moral, norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat pada orang lain (Kemendiknas, 2010: 3). Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter dikembangkan berdasarkan beberapa sumber, yakni agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan keempat sumber landasan terebut maka ada delapan belas nilai yang dapat KTSP , yaitu : (1) religius, (2) kejujuran, (3) toleransi, (4) kedisiplinan ,(5) kerjakeras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) komunikatif/bersahabat, (14) cinta damai, (15) gemar membaca , (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab (Puskur, 2010 :9). Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bawa karakter harus diwujudkan melalui nilai-nilai moral yang dipatrikan untuk menjadi semacam nilai intrisik dalam diri kita dan terwujud dalam suatu sistem daya juang yang akan melandasi pemikiran, sikap dan perilaku kita. Selanjutnya peneliti menyimpulkan sesuai KTSP maka
nilai-nilai dalam pendidikan karakter
dikembangkan berdasarkan beberapa sumber, yakni agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Dalam penelitian ini peneliti mengambil beberapa nilai karakter yang sesuai dengan judul dan sesuai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Nilai-nilai karakter tersebut adalah (1) kejujuran, (2) toleransi, (3) kedisiplinan, (4) menghargai prestasi/menghargai orang lain, (5) komunikatif/ bekarjasama, (6) tanggung-jawab.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I. Pembelajaran Sejarah dengan metode Role Playing untuk meningkatan kompetensi belajar dan Karakter peserta didik Dari beberapa pengertian yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode role playing merupakan pembelajaran yang sengaja didesign untuk melibatkan siswa dalm menggali berbagai informasi baik penguasan materi pelajaran maupun karakter-karakter dengan memperagakan suatu peran untuk mencapai tujuan dengan bantuan kelompok.. Metode role Playing dapat digunakan dalam pembelajaran sejarah karena materi sejarah cukup banyak dan cukup sulit sehingga dengan role Playing diharapkan dapat menggali berbagai informasi mengenai berbagai peristiwa yang terjadi pada masa lampau ( dari segi kognitif) dan menggali nilai-nilai dari berbagai peristiwa yang terjadi pada masa lampau dalam rangka peningkatan karakter peserta didik. Lickona menyarankan guru untuk bertindak sebagai pengasuh, model dan mentor, untuk menciptakan sebuah komunitas moral; untuk berlatih disiplin moral, untuk menciptakan lingkungan kelas yang demokratis, untuk mengajarkan nilai-nilai melalui kurikulum; menggunakan pembelajaran kooperatif, dan untuk menciptakan budaya moral yang positif di sekolah (Gardner, 2004: 242). Terkait dengan nilai-nilai, maka pembelajaran sejarah tidak hanya sebagai upaya untuk menunjukkan kemegahan bangsa pada masa lalu kepada generasi muda, tetapi juga dimaksudkan untuk mewarisan niai-nilai kemanusiaan dan keunggulan yang dimiliki oleh suatu bangsa. Pendidikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sejarah bertujuan untuk membangun kebanggaan bangsa dan pelestarian keunggulan tersebut. Disamping itu pendidikan sejarah pendidikan sejarah merupakan upaya memperkenalkan disiplin ilmu sejarah kepada peserta didik. Dalam hal ini pembelajaran sejarah berusaha mengajak peserta didik untuk berpikir keilmuan, memahami berbagai peristiwa sejarah yang menurut cara pandang keilmuan dan berbagai keterampilan juga diperlukan dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu sejarah (Mustakim, 2011). Adapun peranan pembelajaran sejarah dalam penanaman nilai-nilai karakater, merujuk pendapat
Sartono Kartodirdjo didalam bukunya yang
berjudul Pengantar Sejarah Indonesia baru
(1999) pada bagian pengantar
menjelaskan bahwa dalam rangka pembangunan bangsa, pengajaran sejarah berfungsi sebagai landasan pembentukan identitas bangsa tidak semata-mata mengajarkan ilmu pengetahuan sejarah sebagai kumpulan informasi fakta sejarah tetapi juga bertujuan menyadarkan anak didik atau membangkitkan kesadaran sejarahnya. Seperti halnya yang tertuang dalam Permendiknas no.22 tahun 2006, (Kemendiknas, 2006 : 523) pengetahuan masa lampau mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik. Mata pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Pembelajaran sejarah yang berperan dalam pembentukan sikap maka nilai-nilai sejarah harus tercermin dalam perilaku peserta didik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sejalan dengan pendapat tersebut, Widja (1989: 104) mengungkapkan dalam proses pendidikan, khususnya pengajaran sejarah ibarat mengajak peserta didik untuk menengok kebelakang dengan tujuan untuk melihat ke depan. Disini terkandung makna bahwa dengan mempelajari nilai-nilai kehidupan padaa masa lampau, diharapkan peserta didik mencarai atau mengadakan seleksi terhadap nilai-nilai itu, untuk dapat dikembangkan dalam menghadapi kehidupan pada masa sekarang maupun masa yang akan datang. proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia dapat mengambil nilai-nilai sejarah yang terkandung didalamnya yang kemudian tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pendidikan sejarah tidak hanya untuk menguasai kompetensi atau kemampuan kognitif semata, tetapi penting juga sebagai kemampuan yang dapat digunakan dalam kehidupan pribadi peserta didik dan dalam kehidupan sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Pembelajaran sejarah juga memiliki fungsi edukatif dan inspiratif. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa melalui sejarah dapat dilakukan pewarisan nilai-nilai sehingga dapat menumbuhkan kesadaran sejarah, untuk selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk pembangunan watak bangsa (nation character building) (Kartodirdjo, 1994, dalam Puguh, 2012). Dengan demikian pembelajaran sejarah yang berperan sebagai wahana pewarisan nilai budaya dan keunggulan masa lampau berarti pula pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sejarah berperan dalam penanaman dan penguatan nilai-nilai karakter seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya kepada peserta didik. B. Penelitian yang Relevan 1. Evin Tri Rahayu, 2009 penerapan model pembelajaran kolaboratif disertai metode numbered head together (NHT )dalam meningkatkan hasil belajar biologi. Skripsi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Sumber data berasal dari informasi guru dan siswa; tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran; dan dokumentasi atau arsip. Teknik dan alat pengumpulan data adalah dengan angket, observasi, tes dan wawancara. Validasi data menggunakan teknik triangulasi. Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif. Hasil penelitian tersebut adalah penerapan model pembelajaran kolaboratif disertai metode NHT pada pokok bahasan Pencemaran lingkungan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIC SMP Negeri 13 Surakarta baik hasil belajar ranah kognitif, afektif dan psikomotor. B. Arumingdyah, 2008, Penerapan metode role playing untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Ak-1 SMK Negeri 1 Jombang. Skripsi Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
metode role playing
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar yang cukup signifikan dari siklus I ke siklus II dengan skor hasil belajar pada siklus I mencapai 57,5% sedangkan pada siklus II mencapai 90%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Ibnu Sina, 2008. Implementasi Model Pembelajaran Role Playing Didasari Analisis Swot Pada Materi Peluang: Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas XI SMA N 1 Wanasari. Tesis. Berpendapat bahwa model role playing berbasis analisis SWOT pada materi peluang dapat tercapai dengan optimal. Hal ini dapat dilihat dari (1) hasil belajar mencapai ketuntasan dengan nilai rata-rata 75,55 melebihi KKM 75, (2) keaktifan siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar, (3) keterampilan proses siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar, (4) keaktifan siswa dan ketrampilan proses berpengaruh terhadap prestasi belajar. C. Kerangka Berpikir KONDISI AWAL
TINDAKAN
Belum menggunakan metode Role Playing
Pembelajaran dengan metode Role Playing
Diduga dengan metode Role Playing dapat meningkatkan kompetensi dan karakter pada siswa kelas XI IPS SMAN Ajibarang pada semester 1 tahun 2012/2013
Kompetensi dan karakter masih rendah
Tahap / Siklus I Siswa menggali informasi, diskusi kelompok dan presentasi dengan metode role playing
Siklus berdaur ulang hingga tercapai KKM dan peningkatan nilainilai karakter peserta didik
Gambar 1. Kerangka berpikir dalam penelitian tindakan kelas a. Sebelum menerapkan metode Role Playing kompetensi hasil belajar sejarah
rendah dikarenakan ada rasa jenuh/kebosananan dengan metode
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh guru, tetapi dengan melaksanakan pembelajaran denga metode Role Playing diharapkan siswa jadi bersemangat dalam belajar dan dapat lebih mudah dalam menggali informasi sehingga kompetensi hasil belajar belajar dapat meningkat. b. Sebelum menerapkan metode Role Playing karakter peserta didik masih kurang dikarenakan kurang adanya penguatan dari guru mata pelajaran pada umumnya, guru sejarah khususnya. Dengan dilaksanakannya pembelajaran dengan metode
Role Playing diharapkan siswa dapat
memahami nilai-nilai karakter yang dimiliki bangsa Indonesia sehingga dapat meningkatkan karakter yang ada dalam diri siswa. D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan
kerangka berpikir diatas maka setelah diadakan
penelitian dengan melakukan tindakan sebanya tiga siklus diduga : 1. Dengan
metode Role Playing dapat meningkatkan kompetensi belajar
sejarah bagi siswa kl XI IPS 1 SMAN Ajibarang tahun 2012/2013 dengan kriteria 75 % siswa mencapai KKM. 2. Dengan metode Role Playing dapat meningkatkan karakter siswa kl XI IPS 1 SMA N Ajibarang tahun 2012/2013 dengan kriteria 75 % siswa mencapai skor 75 untuk variable yang ditentukan .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN J. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri Ajibarang yang berlokasi di Jalan Raya Pancurendang, Ajibarang, Kabupaten Banyumas. SMA Negeri Ajibarang merupakan salah satu sekolah menengah tingkat atas yang cukup terpandang oleh masyarakat Ajibarang dan sekitarnya. Disamping itu, menurut informasi sebagian masyarakat disekitar Ajibarang dan asal tempat tinggal dari peserta didik, SMA Negeri Ajibarang termasuk sekolah favorite dari masyarakat Ajibarang dan sekitarnya, termasuk masyarakat eks. Kawedanan Ajibarang seperti Wangon, Lumbir, Purwojati bahkan Paguyangan yang berada di luar Kabupaten Banyumas. Untuk saat ini SMA Negeri Ajibarang dipimpin oleh Bapak Drs H Arif Priadi, M.Ed, selaku Kepala Sekolah yang menjabat sejak bulan Pebruari 2012 menggantikan Drs H.Tohar, M.Si. Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2012/2013. Adapun jadwal kegiatan (rincian waktu) kegiatan peneliian sejak penyusunan proposal hingga pelaporan terlampir. K. Jenis dan Desain Penelitian Jenis dan design penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas ( PTK). Yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian dengan pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan kearah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran (Suharsimi Arikunto ,2007). Pendapat lain dari Suharsimi Arikunto (2007:3), penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tindakan kelas merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkanan danterjadi dalam sebuah kela secara bersama. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas paling sedikit dilakukan dalan dua siklus. Apabila dalam dua siklus indikator kinerja belum tercapai maka harus dilakukan siklus berikutnya sampaii tercapai target perolehan sesuai indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pendapat lain mengenai Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yang dikemukakan oleh Mulyasa (2011:10), Penelitian Tindakan Kelas diartikan sebagai penelitian tindakan (Action research) yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik. Penelitian Tindakan Kelas (PTK), termasuk salah satu jenis penelitian kualitatif. Adapun yang dmaksud dengan penelitian kualitatif adalah sebuah proses inquiri yang menyelidikan masalah-masalah sosial dan kemanusiaan dengan tradisi metodologi yang berbeda (Rochiati Wiriatmadja, 2010: 8). Rancangan utama dalam penelitian tindakan kelas ini memiliki empat tahapan, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observating) dan refleksi (reflecting). L.
Prosedur Tindakan
Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), sehingga yang terlibat didalamnya adalah guru, siswa dan pengamat secara kolaboratif. Adapaun masing
masing komponen berperan sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Guru Guru bertugas untuk merencanakan program pembelajaran yang berupa Program Tahunan, Program Semester, Silabus dan rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Guru juga bertugas melaksanakan program pembelajaran dengan metode Role Playing. Dalam metode Role Playing seorang guru memiliki tanggung jawab untuk membimbing dan mengarahkan siswa agar siswa dapat mengekspos nilai-nilai, solusi masalah dan mengeksplorasi materi mengenai proses interaksi kebudayaan lokal, Hindu Budha dan Islam di Indonesia. Tugas terakhir guru dalam proses pembelajaran
melaksanakan
evaluasi dan menganalisis serta memberikan pengayaan materi terhadap siswa. 2. Siswa Siswa merupakan subyek penelitian yang mana yang dipilih adalah siswa salah satu kelas XI IPS 1 . 3. Pengamat Pengamat bertugas untuk mengamati segala aktivitas siswa selama pelaksanaan penelitian. Semua hasil pengamatan dicatat kemudian hasil pengamatannya didiskusikan dengan guru yang melakukan penelitian. Penelitan ini dilaksanakan dalam tiga silkus yang masing-masing siklus terdiri empat tahap, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observating) dan refleksi (reflecting). Adapun alur penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:
Perencanaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Refleksi
SIKLUS 1
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
Siklus 2
Pengamatan
? dst
Rancangan tindakan dalam penelitian ini terdiri atas dua tahap,yakni rancangan persiapan dan rancangan pelaksanaan. Dalam pelaksanaannya, penelitian tindakan kelas ini untuk tiap siklus terdiri atas empat langkah, yaitu: 1). Perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi/ pengamatan, dan 4) refleksi 1. Tahap Rancangan Persiapan Langkah-langkah yang lakukan pada tahap ini meliputi :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id
Membuat silabus dan satuan acara pembelajaran (SAP) atau RPP dengan Standar Kompetensi Menganalisis perjalanan bangsa Indonesia pada masa negara-negara tradisional. Dan, Kompetensi Dasar menganalisis proses interaksi antara budaya
lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di
Indonesia dalam dalam berbagai bidang kehidupan. b.
Mempersiapkan alat-alat atau media pembelajaran sesuai dengan kebutuhan pada setiap pertemuan
c.
Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana proses kegiatan belajar mengajar (KBM) dikelas ketika program penelitian tindakan kelas ini diaplikasikan
d.
Membuat angket untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap mata pelajaran sejarah. Angket hanya diberikan pada siklus I
e.
Menyiapkan pre test dan pos test
yang dujikan secara tertulis pada
masing-masing siklus f.
Membentuk kelompok untuk kemudian masing-masing kelompok
g.
Menyiapkan tugas untuk evaluasi pertemuan yang bersangkutan.
h.
Merancang dan menyiapkan alat evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran pada setiap pertemuan.
i.
Menyusun skenario pembelajaran
2. Tahap Rancangan Pelaksanaan a. Tahap pelaksanaan tindakan pada siklus I (3 jam pelajaran) 1) Perencanaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menyusun silabus dan satuan acara pembelajaran (SAP) dengan Kompetensi Dasar menganalisis proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia. 2) Pelaksanaan tindakan (a) Melakukan pretest (test awal) (b) Guru memberikan apersepsi tentang tentang proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia (c) Siswa melaksanakan kegiatan setelah mendapatkan pengarahan dari guru/peneliti (d) Melaksanakan diskusi kelas dengan cara mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan metode role playing dengan fokus materi proses interaksi antara budaya lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia dalam bidang bangunan dan tradisi yang berkembang didalam masyarakat. (e) Menjelaskan materi yang telah dipresentasikan oleh siswa (f) Pemberian tugas (g) Melakukan post test ( test akhir )
3) Observasi Observasi dilakukan oleh pengamat terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi 4) Refleksi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Data yang berupa hasil belajar (pre test dan post test , pelaksanaan pembelajaran
dan hasil angket dianalisis. Guru dapat merefleksi diri
dengan mencermati data tersebut . Hasil refleksi pada siklus I digunakan sebagai dasar pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya selanjutnya (Siklus II). b. Tahap Pelaksanaan Tindakan pada Siklus II ( 3 jam pelajaran ) 1) Perencanaan Menyusun silabus dan satuan acara pembelajaran (SAP) dengan pokok bahasan akulturasi antara budaya
lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di
Indonesia dalam bidang kepercayaan, seni/sastra dan politik. 2). Pelaksanaan Tindakan (a) Melakukan pretest (test awal) (b) Guru memberikan apersepsi tentang tentang proses interaksi antara lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia dalam bidang dalam bidang kepercayaan, seni/sastra dan politik. (c) Siswa
melaksanakan
diskusi
kelompok
setelah
mendapatkan
pengarahan dari guru/peneliti (d) Melaksanakan diskusi kelas dengan cara mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan metode role playing materi akulturasi antara budaya lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia dalam bidang bangunan dan kepercayaan.. (e) Pemberian tugas (f) Menjelaskan materi yang telah dipresentasikan oleh siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(g) Melakukan post test ( test akhir ) (h) Menpersiapkan materi untuk siklus berikutnya untuk dipahami siswa 3). Observasi Observasi dilakukan oleh pengamat terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi 4). Refleksi Data yang berupa hasil belajar (pre test dan post test , pelaksanaan pembelajaran
dan hasil angket dianalisis. Guru dapat merefleksi diri
dengan mencermatai data tersebut . Hasil refelksi pada siklus II digunakan sebagai dasar pelaksanaan tindakan pada Siklus III. c. Tahap pelaksanaan tindakan pada siklus selajutnya secara berdaur ulang sesuai kebutuhan sampai tercapainya indikator kenerja dengan rancangan dan pelaksanaan hampir sama dengan siklus sebelumnya. Karena selesai siklus II belum tercapai indikator kinerja dengan capaian baru 50% dari 26 siswa yang mendapatkan nilai sama dengan atau diatas KKM maka kemudian dilaksanakan tindakan pada Siklus III.
M. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, siswa SMA Negeri Ajibarang dengan mengambil sampel kelas XI IPS 1 sebanyak 26 siswa dijadikan sebagai subyek penelitian. N. Sumber Data 1.
Siswa ( sebagai sumber primer)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.
Lokasi penelitian
3.
Observer O. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data Ada beberapa cara untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini, yang
meliputi: a.
Dokumentasi
b.
Pengamatan atau observasi
c.
Test Dalam pengumpulan data melalui studi dokumen yang digunakan
adalah dokumen hasil ulangan sebagai hasil
kondisi awal serta hasil tes
kondisi akhir. Pengamatan atau observasi dilakukan dengan mengamati aktivitas siswa baik dalam proses belajar mengajar didalam kelas, dalam mengerjakan tes maupun dalam mengerjakan tugas kelompok berupa studi pustaka, menggali informasi melalui internet maupun studi lapangan dengan melakukan wawancara dengan masyarakat mengenai kehidupan masyarakat pada masa pendudukan Jepang disekitar lingkungan tempat tinggal siswa. Pengumpulan data melalui tes meliputi pre tes yang dilakukan oleh guru sebelum memulai aktivitas belajar mengajar dan postes yang diberikan setelah selesai mengajar. Dengan pretes dan pos tes diharapkan dapat diketahui perkembangan pengengetahuan siswa mengen antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia 2. Alat Pengumpulan Data
commit to user
Proses interaksi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yang berupan teknik dokumentasi, observasi, dan test maka alat yang digunakan dalam pengumpulan data berupa dokumen untuk mendapatkan kondisi awal ( hasil ulangan ) maka alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah butir soal dengan materi Proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia a.
Untuk mendapatkan data tentang Siklus I maka alat yang digunakan adalah butir soal pre test dan post tes siklus I
b.
Untuk mendapatkan data tentang Siklus II maka alat yang digunakan adalah butir soal pre test dan post tes siklus II
c.
Untuk mendapatkan data tentang Siklus II maka alat yang digunakan adalah butir soal pre test dan post tes siklus II
d.
Disamping butir soal test dan pre test alat pengumpulan data yang lain adalah lembar observasi, angket dan soal-soal untuk tugas
P. Validasi Data Untuk mengetahui ketepatan atau validitas data maka perlu diadakan validasi data. Validasi data (expert/judgment) oleh pakar dalam hal ini adalah pembimbing penelitian. Untuk mencari data dalam penelitian agar valid, maka penyusunan butir soal tes kompetensi diawali dengan penyusunan kisi-kisi. Penyusunan kisi-kisi dimaksudkan agar dalam penyusunan soal terjadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
persebaran yang merata pada seluruh pokok bahan sehingga tidak mengumpul dalam salah satu topik tertentu. Disamping menggunakan kisi-kisi, validasi data juga dilakukan dengan cara trianggulasi, yang merupakan cara menilai data dari berbagai cara atau sumber.
Adapun validasi data dalam penelitian ini meliputi Trianggulasi
data/trianggulasi sumber, Trianggulasi peneliti, Trianggulasi teori,
dan
Trianggulasi metode, serta review informan ( HB Sutopo, 2006; 92-99) 1. Trianggulasi data/trianggulasi sumber, yaitu menggali data yang sejenis dari berbagai sumber data yang berbeda. Peneliti menggali data dari informan yang berbeda posisinya dengan melakukan wawancara sehingga informasi dari informan yang satu dengan informan yang lain dapat dibandingkan. Selain itu untuk menggali data yang sejenis peneliti menggalinya dari berbagai sumber, yaitu dari hasil wawancara dengan informan dalam hal ini adalah observer/ pengamat, berupa hasil observasi mengenai kegiatan pembelajaran yang dilakukan. 2. Trianggulasi peneliti, yaitu hasil penelitian baik data maupun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhan bias diuji validitasnya dari beberapa peneliti yang lain. Dari pandangan dan tafsir yang dilakukan oleh beberapa peneliti terhadap semua informasi yang berhasil digali dan dikumpulkan yang berupa catatan , dan bahkan sampai dengan simpulansimpulan sementara , diharapkan bisa terjadi pertemuan pendapat yang pada akhirnya bisa lebih memantapkan hasil akhir penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Trianggulasi teori. Merupakan trianggulasi yang dilakkan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Dari beberapa teori tersebut akan diperleh pandangan yang lebih lengkap dan mendalam, tidak hanya sepihak sehingga bias dianalisis dan ditark simpulan yang lebih utuh dan menyeluruh. 4. Trianggulasi metode, yaitu menggali data yang sama dengan mrnggunsksn metode pengumpulan data yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk menggali hal tentang pelaksanaanpembelajaran yang diperoleh dari wawancara dengan informan guru dan kepala sekolah, dari analisis dokumen berupa persiapan tertulis yang sudah disiapkan oleh guru dan dari observasi pelaksanaan pembelajaran. Selain menggunakan empat trianggulasi diatas, juga dilakukan review informan, dimana data telah diperoleh mulai disusun sajian datanya, walaupun mungkin masih belum lengkap dan menyeluruh kemudian dikomunikasikan dengan informannya, khususnya yang dipandang sebagai informan pokok (key informan). Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan validasi isi ( content validasi.) Yang divalidasi ada 6 yaitu hasil belajar dan capaian karakter
siswa
dari masing-masing siklus.: 1.
Data siswa diperoleh melalui observasi, dimana yang dijadikan observer adalah teman sejawat dari mata pelajaran yang sama yaitu mapel sejarah dan dari Guru geografi sehingga dikenal dengan kolaborasi teman sejawat. Selain
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
itu juga peneliti menyebarkan angket untuk mengetahui sejauh mana minat siswa terhadap mata pelajaran sejarah. 2.
Sedangkan data hasil/capaian pembelajaran diperoleh melalui test tertulis baik pre test maupun post tes pada masing-masing siklus. Supaya datanya valid maka peneliti juga membuat kisi-kisi yang sesuai
kurikulum yang
dijabarkan dalam silabus dan RPP sebelum menyususn butir soal. Hal ini dilakukan untuk mengetahui validitas isi. Q. Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis diskriptif kualitattif. Teknik analisis deskriptif berkaitan dengan data kualitatif untuk mengungkapkan kelebihan dan kelemahan metode Role Playing, Untuk data hasil observasi, hasil tes dan angket terlebih dahulu dianalisis dengan cara menghitung jumlah dan presentasenya, baru kemudian ditafsirkan dalam bentuk paparan. Sedangkan untuk tugas kelompok dianalisis dengan cara membandingkan hasil kerja kelompok yang satu dengan kelompok lainnya yang diberikan pada setiap siklus. Sedangkan hasil analisis berupa kompetensi belajar siswa dijadikan dasar untuk menyusun rencana tindakan kelas atau siklus berikutnya. Setelah datanya valid maka data dianalisis dengan diskriptif kualitatif . Analisis data komparatif menggunakan data kuantitatif , yakni dengan membandingkan hasil tes masingmasing siklus. Untuk selanjutnya dilakukan refleksi, yaitu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Membandingkan data capaian siswa kondisi awal dengan capaian belajar siswa siklus I dan siklus-silus selajutnya yang berdaur ulang (berkelanjutan) sesuai kebutuhan 2. Membandingkan data capaian siswa siklus I dengan
capaian belajar siswa
data capaian siswa Siklus selanjutnya yeng berdaur ulang ( berkelanjutan) sesuai kebutuhan 3. Untuk selanjutnya dilakukan refleksi berdasarkan diskriptif kualitatif dan membuat ulasan berdasarkan simpulan dan menentukan tindak lanjut . Adapun data yang dibandingkan adalah (1) Data capaian belajar siswa pada kondisi awal, (2) Data hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus-siklus seanjutnya yang berdaur ualng menurut kebutuhan sampai tercapainya indicator kinerja. Dalam melakukan refleksi juga peneliti juga membuat simpulan berdasarkan diskriptif kualitatif serta membuat ulasan berdasarkan simpulan dan melakukan tindak lanjut atas dasar hasil masing-masing siklus.
R. Indikator Kinerja Tindakan dikatakan berhasil apabila setelah dilakukan tindakan yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode Role Playing dalam kegiatan pembelajaran sejarah diharapkan ada hasilnya berupa :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Peningkatan kompetensi ( kognitif) minimal 75 % siswa mencapai KKM pada Kompetensi Dasar Proses Interaksi Budaya Local, Hindu Budha dan Islam di Berbagai Daerah di Indonesia. 2. Terdapat peningkatan karakter , 75% siswa berkarakter sesuai kriteria yang ditentukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah SMA N Ajibarang merupakan salah satu
dari 33 SMA di Kabupaten
Banyumas, yang secara terletak pda 7,24 LS dan 109 BT , berhawa sedang , banyak ditumbuhi pohon-pohon rindang untuk kenyamanan dalam belajar. Secara geografis dijalan raya sehingga memudahkan transportasi SMAN Ajibarang memiliki kelebihan dalam sarsarana prasarana karena bangunan berdiri diatas lahan seluas 2,3 ha. , memiliki lapangan sepak bola dan lapangaan basket. Saat ini memiliki 23 ruang kelas yang semuanya dilengkapi dengan LCD proyektor dan terkoneksi dengan intrnet untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bagi siswasiswi. Kehadiran hotspot dapat memberi peluang pada siswa untuk mencari sumber belajar lebih luas melalui jaringan internet. SMA N Ajibarang juga memberi kesempatan pada guru dan karyawan untuk mengikuti pemanfaatan
ICT
guna
meningkatkan
pelatihaan
keprofesionalismenya
Memliki
laboratorium multimedia, laboratorium komputer, laboratoriun bahasa dan laboratorium
lainnya.
Perpustakaan
SMAN
Ajibarang
sudah
cukup
memadai.dengan dilengkapi perpustakaan digital. Selalu berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah Kabupaten. Banyumas pada hari-har besar nasional, seperti HUT RI. Upacara bendera dilaksanakan setiap hari senin dalam rangka menanamkan nasionalisme, patriotism, dan semangat belanegara.. Jenis kegiatan ekstrakurikulr seperti sepabola, basket, KIR OSN dan ekstrakurikuler lainnya merupakan sarana
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengembangan bakat dan minat siswa. Sebagai wujud partisipasi bakti pada masyarakat PMR
bekerjasama dengan PMI Kabupaten Banyumas selalu
menyelenggarakan kegiatan donor darah secara rutin setiap tiga bulan sekali. B. Deskripsi Kondisi Awal 1. Deskripsi Kompetensi Belajar Sejarah Berdasarkan hasil test pra siklus (kondisi awal) KD 1.5, dengan materi proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia yang diperoleh siswa kelas XI IS 1 SMA Negeri Ajibarang pada semester gasal pada tahun 2012/2013 adalah nilai tertinggi 50, nilai terendah 18 dan rata-rata 35. Jumlah siswa pada kelas tersebut adalah 26 siswa. Adapun distribusi perolehan nilai pada kondisi awal dapat dapa dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1 Distribusi Frequesi Nilai Kondisi Awal No Urut responden Nilai sebelum tindakan 1 46 2 46 3 50 4 38 5 30 6 30 7 30 8 26 9 46 10 36 11 26 12 38 13 22 14 34 15 34 16 30 15 19 18 34 19 38
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
No Urut responden 20 31 22 23 24 25 26 JUMLAH : TERKECIL : TERBESAR : RATA-RATA : <65 65 74 >/= 75 (mencapai KKM)
Nilai sebelum tindakan 46 18 34 46 38 34 30 899 18 50 35 26 siswa (100%) 0 (0%) 0 (0%)
Dari tabel 1 dapat kita ketahui bawah tidak ada siswa mendapat nilai sama dengan atau diatas 75 (0 %) , siswa yang mendapatkan nilai antara 65
74
juga tidak ada (0 %) dan 26 siswa mendapatkan nilai kurang dari 65 ( 100%). Data distribusi frequensi nilai hasil belajar
Tahun 2012/2013 pada kondisi
awal dapat dilihat pada diagram berikut ini
30 25 20 15
Kondisi awal
10 5 0
<65
65-74
>75
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 3 Grafik perolehan nilai pada kondisi awal
Hal ini merupakan keadaan yang harus diperbaiki, oleh karena itu peniliti mengadakan penilitian tindakan kelas pada kelas ini (kelas XI IPS 1) 2.
Deskripsi Karakter Peserta Didik Berdasarkan
pengamatan dan data hasil belajar sejarah pada KD 1.5
Menganalisis proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia pada kelas XI IPS 1 SMA Negeri Ajibarang pada semester gasal tahun 2012/2013 mengalami kesulitan dalam memahami materi tersebut. Pada proses pembelajaran angka partisipasi siswa untuk mengerjakan soal dengan benar ratarata masih dibawah KKM yaitu kurang dari 75, yaitu hanya 3,5. Pada awal pembelajaran minat dan motivasi siswa dalam belajar sejarah kurang memuaskan. Ada sebagian siswa yang kurang memperhatikan ketika guru sedang memberi penjelasan atau pada saat melaksanakan diskusi kelompok pada tahap pra siklus. Dari data observer diketahui dari 26 siswa yang berusaha mengerjakan soal sendiri hanya 13 siswa, 6 siswa berusaha menyontek, 7 siswa berusaha menanyakan jawaban pada temannya dan yang rebut/ramai saat mengejakan soal pra siklus ada 7 siswa. Adapun sikap dan respon siswa terhadap mata pelajaran sejarah pada kondisi awal peneliti hanya dapat menyampaikan informasi berdasarkan kuisioner skala sikap. Hal ini dikarenakan peneliti tidak mengampu mata pelajaran sejarah pada kelas yang bersangkutan. Dari 26 siswa kelas XI IPS1 diperoleh data sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2 Data skala sikap siswa kl XI IPS 1 pada kondisi awal Variable Skor Skor Prosen kategori total maksl tase Perasaan suka 113 130 86 Sangat Baik Nilai kebangsaan 107 130 83 Baik Kedisiplinan 90 130 71 Cukup Motivasi untuk 71 130 55 kurang belajar sejarah Motivasi untuk 87 130 66 Cukup bekerjasama dalam belajar sejarah Kemauan untuk 90 130 69 Cukup menggali informasi
No. 1 2 3 4 5
6
Kriteria : Sangat baik : skor =/> 85 Baik : skor 75-84 Cukup : 65-74 Kurang : 55-64 Kurang : < 55 Pada kondisi awal dapat dikatakan belum meperlihatkan karakter seperti yang diharapkan terutama pada karakter kejujuran yang memiliki karakter sesuai indikator baru 50%, selebihnya belum sesuai. Karakter kerjasama, kedisiplinan, tanggungjawab, toleransi, dan menghargai boleh dikatakan telah mencapai lebih dari 75%. Adapun hasil pengamatan karakter dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3 Data karakter siswa pada kondisi awal MK MB MT BT
No.
Variable
1
Tanggung jawab
19,2
76,9
3,8
0
2
Kedisiplinan
19,2
57,7
23,1
0
3
Toleransi
27,0
73,0
0
0
4
Menghargai prestasi
0
84,6
15,4
0
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
Kerjasama
0
84,6
15,4
0
6
Kejujuran
0
50
23
27
Keterangan : MK : Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indicator scara konsisten MB : Mulai berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten MT : Mulai terlihat (apabila peserta didik sudah muali memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang telah dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten) BT : Belum terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tandatanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator) Sumber : Kemendiknas (2010)
C. Deskripsi Hasil Siklus I Pelaksanaan penelitian ini berlangsung selama 3 siklus, masing-masing siklus terdiri atas tahapan perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Tiap siklus dilaksanakan 2 kali pertemuan (tiga jam pelajaran). Tahap pelaksanaan tindakan pada siklus I (3 jam pelajaran) 1. Perencanaan Tindakan Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di SMA Negeri Ajbarang dengan subjek penelitian kelas XI IPS 1 semester 1 tahun 2012/213. Sebelum pelaksanaan pelaksanaan tindakan kelas dilakukan peneliti melakukan beberapa tindakan sebagai tindakan pra siklus bersama observer ( Bapak Susilarto dan Bapak Lutfi Khumaini) dan siswa agar penelitian atau pelaksanaan pembelajaran berjalan lancar. Tindakan yang dilakukan antara lain :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id
Memberikan informasi pada observer mengenai tindakan apa yang harus dilakukan oleh observer selama penelitian
b.
Mensosialisasikan penerapan metode Role Playing dalam pembelajaran.
c.
Menentukan materi Tindakan pada penelitian Siklus I
d.
Menyiapkan instrumen observasi
e.
Menyusun silabus dan satuan acara pembelajaran (SAP) dengan pokok bahasan KD 1.5, dengan materi proses interaksi antara tradisi lokal, HinduBuddha, dan Islam di Indonesia.
f.
Menunjukkan pada observer tentang kesiapan RPP
g.
Menyusun Skenario Pembelajaran. Skenario pembelajaran untuk Siklus I, Siklus II dan Siklus III tahapantahapan dalam proses pembelajran dapat dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4 Skenario Pembelajaran Siklus I, Siklus II dan Siklus III Tindakan guru Tindakan siswa Tindakan pengamat Kegiatan pra siklus 1. Membagi siswa dalam lima kelompok 2. Mengarahkan siswa untuk menggali informasi dalam sesuai dengan materi kelompok masingmasing 3. Memberikan soal prasiklus 4. Membagikan angket /kuisioner kepada
1. Siswa bergabung dalam kelompok masingmasing 2. Siswa menggali informasi secara berkelompok sesuai dengan materi untuk masing-masing kelompok 3. Mengerjakan soal pra siklus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Tindakan guru
digilib.uns.ac.id
Tindakan siswa
Tindakan pengamat
seluruh siswa Siklus I Pertemuan I (2 jp) 1. Apersepsi : Guru memberikan soal pretest 2. Memberi kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok mengenai proses interaksi kebudayaan lokal, Hindu Budha dan Islam di Indonesia 3. Memberikan tugas
1. Mengerjakan soal pre test 2. Siswa mempresentasikan hasil inquiri kelompok dengan metode Role playing 3. Mendengarkan presentasi kelompok dan masing-masing kelompok audiens menyimpulkan materi yang di presentasikan dengan metode Role Playing 4. Mengerjakan tugas
1. Menjawab pertanyaan Pertemuan 2 (1jp) guru 1. Apersepsi Menyampaikan pokok 2. Mendengarkan materi sebelumnya penjelasan guru dengan tanya jawab 2. Menjelaskan materi dengan pokok bahasan 3. mengerjakan soal postes proses interaksi kebudayaan lokal, Hindu Budha dan Islam di Indonesia 3. Mengadakan post test
commit to user
1. Mengamati siswa yang tengah mengerjakan pre test 2. Mengamati presentasi siswa dengan metode Role Playing 3. Mengamati aktivitas siswa dan guru serta mencatatnya dalam lembar observasi 4. Mengamati siswa saat mengerjakan tugas 1. Mengamati respos siswa 2. Mengamati aktivitas siswa dan guru serta mencatatnya dalam lembar observasi 3. Mengamati siswa mengerjakan post test
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari tabel 4 diatas dapat dilihat penjabaran kegiatan siswa, guru dan observer yang juga dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus I, Siklus II, dan Siklus III. Selain menyiapkan perangkat mengajar, peneliti juga mempersiapkan bebrapa gambar bangunan masa Hindu/Budha dan Islam dan tradisi yang berkembang dimasyarakat dewasa ini dari beberapa daerah untuk diamati dan dianalisis oleh siswa secara kelompok. 2. Pelaksanaan Tindakan Dalam pelasanaan penelitian Tindakan Kelas pada Siklus I dengan Standar kompetensi menganalisis Perjalanan Bangsa Indonesia pada Masa Negara-negara Tradisional dan Kompetensi Dasar
menganalisis proses
interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia, dengan kegiatan pembelajaran menggunakan metode Role Playing dengan rincian kegiatan sebagai berikut: Pertemuan I dilaksanakan pada yang dilaksanakan pada tanggal 6 September 2012, yang merujuk pada
Langkah-langkah pembelajaran yang meliputi
pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Pendahuluan (10 menit) a.
Langkah awal yang dilakukan guru/peneliti pada tahap ini adalah memeriksa kehadiran siswa
b.
Apersepsi dengan menunjukkan tradisi masyarakat sekitar sebagai perpaduan budaya local Hindu Budha dan Islam yang berkembang dewasa ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
c.
digilib.uns.ac.id
Menjelaskan
tujuan
pembelajaran
yaitu
siswa
diharapkan
mampu
mendiskripsikan tradisi masyarakat Indonesia di berbagai daerah sebagai wujud akulturasi budaya lokal, Hindu Budha dan Islam dan mampu memahami nilai-nilai karakter yang terkandung dalam materi terseut dan menerapkannya dalamkehidupan sehari-hari . d.
Memberi
motivasi
dengan
menggali
pemahaman
awal
siswa
perkembangan Islam di Indonesia Kegiatan inti a.
Pada tahap eksplorasi peneliti memberi penjelasan tentang alur yang harus dilakukan
b.
oleh siswa
Tahap elaborasi, guru memberikan kesempatan peserta didik untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak siswa melaksanakan diskusi kelas dengan cara mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan metode Role Playing. Dari hasil penggalian informasi yang dilakukan oleh siswa (proses inquiri) siswa berpendapat bahwa : (1) tradisi yang miliki oleh bangsa Indonesia sebagai proses akulturasi budaya lokal, Hindu Budha dan Islam meliputi tradisi selamatan orang meninggal, tradisi tradisi perkawinan, tradisi selamatan untuk orang yang sedang mengandung. Disamping itu juga terdapat tradisi yang berkembang dalam masyarakat berupa permohonan keselamatan untuk warga dimana untuk masyarakat pedalaman biasa disebut sedekah bumi sedangkan untuk masyarakat pesisir sering menyebutnya sedekah laut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2) interaksi budaya lokal, Hindu Budha dan Islam dalam bidang bangunan nampak dalam bangunan candi yaitu di Borobudur dengan tubuh candi punden berundak dan puncak candi
berbentuk stupa. Juga dalam
bangunan masjid yang nampak sekali bentuk atap tumpang yang menunjukkan ciri budaya lokal. c. Tahap konfirmasi guru menjelaskan materi yang telah dipresentasikan oleh siswa dengan materi proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesi. Penutup a. Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan b. Guru memberi tugas untuk dikerjakan secara kelompok yang digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan pembelajaran pada siklus selanjutnya.
Pertemuan II dilaksanakan dalam 1 jam pelajaran (45 menit) Kegiatan pendahuluan (10 menit) a.
Memeriksa kehadiran siswa
b.
Orientasi : informasi KD dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
c.
persepsi dengan menanyakan materi yang telah dipresentasikan pada pertemuan sebelumya.
d.
Motivasi : menggali pemahaman siswa perkembangan Islam di Indonesia
Kegiatan Inti (15 menit)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id
guru memberi informasi dan tanya jawab mengenai akulturasi tradisi dan kepercayaan Hindu Budha dan Islam melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi .
b.
guru menjelaskan materi yang telah dipresentasikan peda pertemuan sebelumnya tentang tradisi masyarakat
c.
Konfirmasi : guru mengklarifikasi dan memberi pengharagaan pada siswa yang aktif
Penutup (20 menit) a.
Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan materi pelajaran
b.
Melaksanakan post test
3. Hasil Tindakan a. Deskripsi Kompetensi Belajar Sejarah Dalam Siklus I rata-rata nilai ulangan harian KD 1.5, dengan materi proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia yang diperoleh siswa kelas XI IS 1 SMA Negeri Ajibarang pada semester gasal pada tahun 2012/2013 diperoleh nilai tertinggi 76 , nilai terendah 44 dan rata-rata 65. Tabel 5 Distribusi Frequensi Nilai KD 1.5 Siklus I NILAI No Urut Kondisi Siklus I peningkatan responden awal 1 46 68 47,83 2 46 68 47,83 3 50 64 28,00 4 38 68 78,95 5 30 64 113,33 6 30 72 140,00 7 30 60 100,00
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
No Urut responden 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Jumlah : Terkecil : Terbesar : Rata-rata : <65 65 - 74
digilib.uns.ac.id
Kondisi awal 26 46 36 26 38 22 34 34 30 19 34 38 46 18 34 46 38 34 30 899 18 50 35 26 siswa (100%) 0 (0%)
NILAI Siklus I 68 60 68 68 64 72 68 76 44 72 60 68 68 60 60 64 60 68 60 1692 44 76 65 12 (46,2%)
peningkatan 161,54 30,43 88,89 161,54 68,42 227,27 100,00 123,53 46,67 278,95 76,47 78,95 47,83 233,33 76,47 39,13 57,89 100,00 100,00 88,21 144,44 52,00 88,21
13 (50%)
>/= 75 (mencapai 0 (0%) 1 (3,8%) KKM) Data distribusi frequensi nilai hasil belajar materi KD 3.1 Tahun 2012 /2013 dapat dilihat pada diagram berikut ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4 Grafik perolehan nilai Siklus I
b. Karakter Peserta Didik Berdasarkan
pengamatan observer dalam pembelajaran sejarah KD
1.5 Menganalisis proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia pada kelas XI IPS 1 SMA Negeri Ajibarang pada semester gasal tahun 2012/2013 pada Siklus I diperoleh data sebagai berikut.
No. Individu resp onde Obs Obs n erver erve 1 r2 1 18 17 2 21 21 3 18 19 4 18 17 5 18 15 6 18 19 7 22 20
Tabel 6 Rekap nilai karakter Siklus I Nilai Nilai Kelompok Juml kond karakt Obs Obs skor jml i er erver erver indi skor awal Siklus 1 2 vidu klpk I 20 19 17,5 19,5 71 74,6 20 20 21 20 83 86,7 18 19 18,5 18,5 71 77,1 20 20 17,5 20 75 75,0 18 17 16,5 17,5 75 69,6 20 19 18,5 19,5 75 77,9 20 20 21 20 79 86,7
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
No. Individu Kelompok resp Juml onde Obs Obs Obs Obs skor n erver erve erver erver indi 1 r2 1 2 vidu 8 19 19 20 20 19 9 18 18 18 17 18 10 16 15 18 17 15,5 11 16 17 18 17 16,5 12 18 19 18 19 18,5 13 20 19 20 20 19,5 14 18 18 20 19 18 15 20 19 20 19 19,5 16 20 20 20 18 20 17 20 18 20 18 19 18 21 18 20 18 19,5 19 18 19 18 19 18,5 20 18 20 18 19 19 21 20 19 18 17 19,5 22 21 18 20 18 19,5 23 18 19 20 19 18,5 24 18 19 18 19 18,5 25 21 18 20 18 19,5 26 18 19 20 20 18,5 mlah skor Skor maks Prosentase Jumlah siswa yang mendapatkan skor >/=75 Prosentase
jml skor klpk 20 17,5 17,5 17,5 18,5 20 19,5 19,5 19 19 19 18,5 18,5 17,5 19 19,5 18,5 19 20
Nilai kond i awal 79 67 63 63 71 79 67 79 83 71 79 75 75 83 83 75 71 83 58
Nilai karakt er Siklus I 80,0 74,6 66,3 69,6 77,1 81,7 76,3 81,3 82,5 79,2 80,8 77,1 78,8 79,6 80,8 77,9 77,1 80,8 78,3
1933 2026 2600 2600 74,35 77,95 16 23 61,54 88,46
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer, dari 26 anggota kelas XI IPS 1, diperoleh data sebagai berikut: a. Kedisplinan dilihat dari jumlah siswa yang berusaha hadir tepat waktu ada 20 siswa (84%)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Kejujuran (siswa yang berusaha mengerjakan sendiri soal post test) ada 17 siswa (65%) sedangkan yang yang berusaha menyontek ada 4 siswa (15%) dan yang menanyakan jawaban pada temannya ada 5 siswa (19%) c. Aktivitas (siswa yang aktif bartanya) 10 siswa (38,5%) dan yang aktif bertanya pada guru ada 4 siswa (15,4%) d. Kerjasama (siswa membantu memberi jawaban) ada 2 siswa (7,7%) e. Perhatian (siswa memperhatikan dalam kelompok yang sedang presentasi) ada 16 siswa (61,5%) dan siswa yang tidak memperhatikan, ramai sendiri dan mengantuk ada 8 siswa (30,8%) Adapun hasil pengamatan observer terhadap karakter siswa data kelas XI IPS 1 dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 7 Data karakter siswa pada Siklus I MK(%) MB(%) MT(%)
No.
Variable
BT(%)
1
Tanggung jawab
38,5
61,5
0
0
2
Kedisiplinan
77
23
0
0
3
Toleransi
65
19
16
0
4
Menghargai prestasi
0
92,3
7,7
0
5
Kerjasama
0
88,5
11,5
0
6
Kejujuran
65
16
5
Keterangan : MK : Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indicator scara konsisten MB : Mulai berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MT : Mulai terlihat (apabila peserta didik sudah muali memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang telah dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten) BT : Belum terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tandatanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator) Sumber : Kemendiknas (2010) 4.
Refleksi Data yang berupa hasil belajar (pre test dan post test , pelaksanaan
pembelajaran dan hasil pengamatan observer dianalisis. Guru dapat merefleksi diri dengan mencermatai data tersebut . Hasil refelksi pada siklus I digunakan sebagai dasar pelaksanaan tindakan pada Siklus II a. Kompetensi Belajar Sejarah Dari data nilai pada Siklus I diperoleh rerata 65 yang berarti belum mencapai KKM 7,5 dan yang mendapatkan nilai tuntas baru 1 siswa sehingga guru harus berupaya untuk membawa siswa untuk memiliki kemauan belajar yang lebih tinggi terhadap mata pelajaran sejarah dengan metode Role Playing namun juga memotivasi untuk mengulang kembali dirumah materi yang didapat disekolah dengan cara pemberian tugas. Dari presentasi yang dilakukan oleh siswa juga peneliti merasa bahwa siswa belum begitu paham bagaimana melakukan pembelajaran dengan metode Role Playing. Dalam metode Role playing pada siklus I ini semua kelompok memainkan peran yang sama yaitu sebagai guru yang menjelaskan materi dan sebagian sebagai murid yang mendengarkan. Peragaan seperti ini jadi nampak monoton hanya menggantikan peran guru untuk menjelaskan. Hal ini dikarenakan peneliti kurang jelas dalam memberikn arahan bagaimana melaksanakan pembelajaran dengan metode Role Playing. Disamping itu peserta didik juga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masih kurang dalam merespon pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti karena pada waat itu peneliti tidak mengampu kelas yang bersangkutan. Maka untuk fase berikutnya, solusi yang dapat ditawarkan memberi kesempatan pada siswa untuk mengkaji ulang materi yang telah dipresentasikan dengan memberi tugas untuk dikerjakan secara kelompok. Disamping itu juga guru menunjukkan beberapa media berupa gambar/foto-foto tentang bangunan dan tradisi sehingga siswa lebih tertarik untuk belajar. Harapan peneliti siswa dapat melakukan pembelajaran dengan metode Role Playing yang lebih baik pada siklus selanjutnya dan diharapkan ada peningkatan hasil belajar/kompetensi belajar sejarah pada KD 1.5. b. Karakter peserta didik Dengan melihat tabel
diatas yang ditunjukkan dalam kegaitan
pembelajaran pada dalam kondisi awal maka dapat dikatakan bahwa karakter peserta didik untuk beberapa masih belum memenuhi harapan. Hal ini barangkali disebabkan ada keinginan siswa untuk mendapatkan nilai yang baik. Adapun karakter yang belum memuaskan adalah kejujuran karena masih ada beberapa siswa yang berusaha menyontek dan bertanya pada teman dalam mengerjakan soal-soal pre test (pra siklus). Mengenai karakter peserta didik pada Siklus I yang mendapatkan skor 75 mencapai 23 siswa (88%) yang berarti sudah sesuai dengan indikator kinerja, yaitu 75% siswa mendapatkan skor minimal 75. c. Observasi lapangan Observasi lapangan yang dilakukan oleh peneliti dengan mengajukan beberapa pertanyaan pada peserta didik terkait dengan penerapan pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan metode Role Playing. Pertanyaan ditujukan pada beberapa siswa untuk mewakili siswa yang mendapatkan skor tinggi dan skor rendah baik perolehan skor untuk kompetensi atau hasil belajar maupun perolehan skor karakter. Berikut ini disajikan hasil observasi lapangan yang dilakukan peneliti terhadap beberapa siswa. MR. saya suka dengan pelajaran sejarah sehingga saya akan berusaha untuk mendapatkan nilai yang baik, saya berharap dapat memperoleh nilai 100 untuk mata pelajaran sejarah. Pembelajaran dengan metode Role Playing ini bagi saya menyenangkan dan tidak membosankan karena siswa bisa aktif mengemukakan pendapat. Akan tetapi, saya masih belum dapat memahami materi karena boleh dikatakan yang menyajikan materi nampaknya juga belum memahami materi memahami materi. AM. Dalam pembelajaran ini saya masih kurang dapat memahami materi, coba ganti denga metode lain sehingga saya dapat memahami materi. Meskipun demikian saya dapat mengetahui adanya perbedaan antara budaya lokal Hindu Budha dan Islam, sehingga saya dapat memetik nilai untuk mengahgai adanya perbedaan. TW. Dalam mata pelajaran sejarah kadang suka kadang juga tidak tergantung materi dan gurunya. Pembelajaran dengan metode Role Playing tidak membosankan namun saya masih belum dapat memahami materi. Metode pembelajaran Role Playing membuat kiita lebih kreatif dan dapat mengambil dan memahami beberapa nilai/karakter terkait dengan materi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
interaksi budaya lokal, Hindu Budha dan Islam, yaitu nilai nilai religious, moral dan menghargai adanya perbedaan NI. Dalam pembelajaran sejarah dengan metode Role Playing saya tidak memahami materi yang dipersentasikan oleh kelompok karena saya berpikir bahwa yang memahami materi hanya siswa yang melakukan Role playing. Saya menjadi tahu tentang interaksi budaya Hindu Budha dan lokal. Kita juga dilatih untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam kelompok dan membiasakan diri dengan metode pembelajaran yang berbeda. NJ. Pembelajaran dengan metode teknik Role playing memudahkan saya untuk memahami materi tetapi kadang juga membingungka karena yang melakukan
Role Playing
dalam
menyajikan
materi
kurang
rinci.
Pembelajaran dengan metode Role Playing telah menanamkan jiwa untuk bekerjasama dan membiasakan diri dengan media pembelajaran yang berbeda, D. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus II Tahap pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam dua pertemuan (3 jam pelajaran), pertemuan I dilakasanakan dalam 2 jam pelajaran (90 menit) dan pertemuan II dilakasanakan dalam 1 jam pelajaran ( 45 menit) dengan tahapan perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Perencanaan Tindakan a. Menyusun silabus dan satuan acara pembelajaran (SAP) dengan pokok bahasan KD 1.5, dengan materi proses interaksi antara tradisi lokal, HinduBuddha, dan Islam di Indonesia. b. Memberikan pengarahan pada siswa tentang pembelajaran dengan metode Role Playing untuk Siklus II 2. Pelaksanaan Tindakan Dalam pelasanaan penelitian Tindakan Kelas pada Siklus II dengan Standar kompetensi menganalisis Perjalanan Bangsa Indonesia pada masa Negara-negara Tradisional dan Kompetensi Dasar
menganalisis proses
interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia, melalui pembelajaran dengan metode Role playing dengan rincian kegiatan sebagai berikut: Pertemuan I Pendahuluan a. Memeriksa kehadiran siswa b. Menjelaskan
tujuan
pembelajaran
yaitu
siswa
diharapkan
mampu
mendiskripsikan kepercayaan dan seni yang berkembang dalam masyarakat Indonesia di berbagai daerah dewasa ini sebagai wujud akulturasi budaya lokal, Hindu Budha dan Islam. c. Apersepsi dengan menunjukkan kepercayaan masyarakat sekitar sebagai perpaduan budaya local Hindu Budha dan Islam yang berkembang dewasa ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
d. Memberi
digilib.uns.ac.id
motivasi
dengan
menggali
pemahaman
awal
siswa
perkembangan Islam di Indonesia Kegiatan inti (60 menit) a. Pada tahap eksplorasi peneliti memberi penjelasan tentang alur yang harus dilakukan oleh siswa dan memberi informasi dan tanya jawab mengenai akulturasi tradisi dan kepercayaan Hindu Budha dan Islam b. Pada tahap elaborasi guru memberikan kesepatan pada siswa untuk guru memberikan kesempatan peserta didik untuk berpikir, menganalisis, dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan metode Role Playing. Dari hasil penggalian informasi yang dilakukan oleh siswa (proses inquiri) siswa berpendapat bahwa : (1) akulturasi budaya lokal dengan budaya India namapk dalam bangunan Candi Borobudur dimana dari segi fisik
bangunan Candi Borobudur
berbentuk punden berndak yang merupakan budaya lokal sedangkan bagian atas (puncak) berbentuk stupa (2) Pada masa Islam akulturasi budaya Indonsesia lokal, Hindu Budha dan Islam nampak dalam bangunan masjid dengan atap tumpang sebagai budaya lokal, juga menara masjid Kudus yang menunjukkan ciri budaya Hindu (3) dalam bidang seni siswa berpendapat tentang seni ukir pada masa Islam dalam bentuk kaligrafi dan sastra dalam bentuk suluk, babad dan hikayat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(4) dalam bidang pemerintahan perpaduan budaya Indonesia dengan India nampak dalam bentuk kerajaan dengan penguasa urun temurun sedangkan pada masa Islam sebutan raja dengan gelar Sultan. c. Pada tahap konfirmasi guru/peneliti menjelaskan materi yang telah dipresentasikan oleh siswa dengan materi proses interaksi antara budaya lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesi dalam bidang pemerintahan, bangunan,seni dan pemerintahan. Guru menanambahkan/melengkapi materi yang telah dijelaskan oleh kelompok. dan memberi kesempatan pada siswa untuk menanyakan materi yang belum jelas. Penutup Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan Pertemuan II (1 jam pelajaran atau 45 menit) Kegiatan pendahuluan (10 menit) a. Orientasi dengan memeriksa kehadiran siswa dan informasi KD dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai b. Apersepsi dengan menanyakan materi yang telah dipresentasikan pada pertemuan sebelumya. c. Motivasi : menggali pemahaman siswa perkembangan Islam di Indonesia. Kegiatan Inti (15 menit) a. Eksplorasi: guru memberi informasi dan tanya jawab mengenai akulturasii budaya lokal, Hindu Budha dan Islam dalam bidang bangunan, seni/sastra dan pemerintahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Elaborasi :guru menjelaskan materi yang telah dipresentasikan pada pertemuan sebelumnya tentang akulturasi budaya local, Hindu Budha dan Islam dalam bidang bangunan, seni/sastra dan pemerintaha. c. Konfirmasi : guru mengklarifikasi dan memberi pengharagaan pada siswa yang aktif Penutup (20 menit) a.
Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan materi pelajaran
b.
Melaksanakan post test
3. Hasil Tindakan a. Deskripsi Kompetensi Belajar Sejarah Dari perhitungan hasil kompetensi peserta didik pada pada Siklus II diperoleh rata 74 ,nilai terendah 58 dan nilai tertinggi 80 yang dapat dilihat dari table dibawah ini Tabel 8 Distribusi Frequensi Nilai Siklus II NILAI No Urut responden Kondisi Siklus I Siklus II awal 1 46 68 76 2 46 68 74 3 50 64 74 4 38 68 76 5 30 64 74 6 30 72 72 7 30 60 76 8 26 68 68 9 46 60 76 10 36 68 72 11 26 68 76 12 38 64 80 13 22 72 62 14 34 68 76
commit to user
peningkatan 11,76 8,82 15,63 11,76 15,63 0,00 26,67 0,00 26,67 5,88 11,76 25,00 -13,89 11,76
perpustakaan.uns.ac.id
No Urut responden
digilib.uns.ac.id
NILAI Siklus I Siklus II
Kondisi peningkatan awal 15 34 76 76 0,00 16 30 44 76 72,73 17 19 72 76 5,56 18 34 60 76 26,67 19 38 68 72 5,88 20 46 68 74 8,82 21 18 60 76 26,67 22 34 60 58 -3,33 23 46 64 76 18,75 24 38 60 74 23,33 25 34 68 74 8,82 26 30 60 74 23,33 Jumlah : 899 1692 1914 13,12 Terkecil : 18 44 58 31,82 Terbesar : 50 76 80 5,26 Rata-rata : 35 65 74 13,12 <65 26 12 siswa siswa (46,2%) 2 siswa (100%) (7,7%) 65 - 74 0 (0%) 13 siswa 10 (50%) siswa( 42,3%) >/= 75 (mencapai KKM) 0 (0%) 1 siswa 13 siswa (3,8%) (50%)
Tabel 8 tentang hasil belajar siswa materi proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia yang diperoleh siswa kelas XI IS 1 SMA Negeri Ajibarang pada semester gasal pada tahun 2012/2013 ternyata diperoleh rerata dibawah KKM dan yang mencapai ketuntasan hanya 13 siswa (50%) yang berarti indicator kinerja belum terpenuhi. Data distribusi frequensi nilai hasil belajar materi KD 3.1 Tahun 2012 /2013 juga dapat dilihat pada diagram berikut ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 25 20
kondisiawal
15
Siklus I Siklus II
10 5 0 <65
65-74
>/=75
Gambar 5 Grafik perolehan nilai Siklus II
b. Karakter Peserta Didik Berdasarkan
pengamatan pada siklus II berhasil dideskripsikan nilai
karakter yang diperoleh siswa baik nilai individu maupun kelompok. Dari data observer diperoleh dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
No. reso nd,
1 2 3 4 5 6 7
individu Ob ser Obs ver erve 1 r2 18 20 21 19 18 20 18 19 18 18 18 20 23 18
Tabel 9 Rekap Nilai Karakter Siklus II Kelompok jml Jml skor Obse Obs skor kelo niklai nilai rver erve indi mpo kond Siklus 1 r2 vidu k awal I 18 19 19 18,5 71 75 21 18 20 19,5 83 87 19 19 19 19 71 77 21 18 18,5 19,5 75 75 18 18 18 18 75 70 18 19 19 18,5 75 78 21 18 20,5 19,5 79 87
commit to user
Nilai siklus II
79 83 79 78 75 79 85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
No. reso nd,
individu Kelompok jml Ob Jml skor ser Obs Obse Obs skor kelo ver erve rver erve indi mpo 1 r2 1 r2 vidu k 8 20 20 21 18 20 19,5 9 19 19 18 18 19 18 10 18 17 18 18 17,5 18 11 18 19 18 18 18,5 18 12 18 22 19 19 20 19 13 21 18 21 18 19,5 19,5 14 18 18 18 19 18 18,5 15 18 18 18 19 18 18,5 16 21 19 21 19 20 20 17 21 18 21 19 19,5 20 18 21 20 21 19 20,5 20 19 18 19 19 19 18,5 19 20 18 18 19 19 18 19 21 18 18 18 18 18 18 22 18 19 21 19 18,5 20 23 18 19 18 19 18,5 18,5 24 18 19 19 19 18,5 19 25 22 19 21 19 20,5 20 26 18 18 21 18 18 19,5 jumlah skor Skor maks Prosentase Jumlah siswa yang mendapatkan skor >/=75
niklai nilai kond Siklus awal I 79 80 67 75 63 66 63 70 71 77 79 82 67 76 79 81 83 83 71 79 79 81 75 77 75 79 83 80 83 81 75 78 71 77 83 81 58 78 1933 2026 2600 2600 74,35 77,95 16 23
Prosentase
61,54 88,46
Nilai siklus II
83 78 73 77 83 81 75 75 83 82 85 78 76 75 78 77 78 85 76 2056 2600 79,76 26 100
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer, dari 26 angota kelas XI IPS 1, diperoleh data sebagai berikut: a.
Kedisplinan (siswa yang berusaha hadir tepat waktu) ada 26 siswa (100%)
b.
Kejujuran (siswa yang berusaha mengerjakan sendiri soal post test) sebanyak 22 siswa (80,8%) sedangkan siswa yang berusaha menyontek
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ada dua siswa (2%) dan yang berusaha menanyakan jawaban pada temannya ada 2 siswa (7,7%) c.
Aktivitas (siswa yang aktif bartanya) 15 siswa (57%) dan yang aktif bertanya pada guru ada 2 siswa (7,7%)
d.
Kerjasama (siswa membantu memberi jawaban) ada 2 siswa (7,7%) dan kerja sama antar siswa dalam presentasi maupun menjawab pertanyaan audiens
e. Perhatian (siswa memperhatikan dalam kelompok yang sedang presentasi) ada 20 siswa (77%) dan siswa yang tidak memperhatikan, ramai sendiri dan mengantuk ada 4 siswa (15,4%). Hasil pengamatan observer Siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini
No.
Tabel 10 Data karakter kelas XI IPS pada Siklus II Variable MK(%) MB(%) MT(%)
BT(%)
1
tanggung jawab
42,3
57,7
0
0
2
Kedisiplinan
42,3
57,7
0
0
3
toleransi
42,3
57,7
0
0
4
menghargai prestasi
0
100
7,7
0
5
Kerjasama
38,5
61,5
0
0
6
Kejujuran
84,6
15,5
5
Keterangan : MK : Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indicator scara konsisten MB : Mulai berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten MT : Mulai terlihat (apabila peserta didik sudah muali memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang telah dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BT : Belum terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator) Sumber : Kemendiknas (2010) Dari
tabel tersebut dapat dikatakan untuk semua karakter ketecapaian
indikator telah mencapai 75% keatas. 4. Refleksi Data yang berupa hasil belajar (pre test dan post test , pelaksanaan pembelajaran dan hasil pengamatan observer dianalisis. Guru dapat merefleksi diri dengan mencermatai data tersebut . Hasil refelksi pada siklus II digunakan sebagai dasar pelaksanaan tindakan pada Siklus III a. Kompetensi Belajar Sejarah Melihat data tentang hasil belajar pada siklus II ternyata indicator kinerja belum terpenuhi karena yang mencapai KKM (nilai =/> 75) hanya 13 siswa (50%) sedangkan peneliti menetapkan indicator keberhasilan apabila 75% peserta didik telah mencapai ketuntasan. Dalam kegiatan pembelajaran dengan metode Role Playing juga masih belum berjalan sesuai harapan, siswa masih tetap belum memahami pembelajaran dengan mtode role playing. Pada siklus II ini semua kelompok masih memainkan peran yang sama yaitu sebagai guru dan murid namun lebih bervariasi karena dalam metode Role Playing kali ini tidak hanya berperan sebagai guru yang menjelaskan dan murid mendengarkan tetapi juga terjadi dialog diantara mereka. Oleh karena itu guru harus berupaya untuk membawa siswa untuk untuk lebih memahami pembelajaran dengan metode role playing dengan memberikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengarahan lagi dan memberi pedoman dalam membuat dialog untuk pembelajaran pada siklus berikutnya. b. Karakter Peserta Didik Dengan melihat tabel
karakter Siklus II yang dapat ternyata karakter
peserta didik untuk beberapa variable masih belum memenuhi harapan. Adapun karakter yang belum memuaskan adalah kejujuran karena masih ada beberapa siswa yang berusaha menyontek dan bertanya pada teman dalam mengerjakan soal-soal pre test (pra siklus). Dalam hal karakter demokratis sudah cukup bagus, hal ini dapat dilihat dari sikap salah seorang siswa yang tidak setuju kelasnya dijadikan sebagai subyek penelitian namun tetap mengikuti pembelajaran karena untuk menghormati keputusan teman-temannya. Pada kegiatan pembelajaran Sikus II telah tercapai karena sebagian indikator yang telah ditetapkan menjukkan peningkatan yang sangat signifikan dan hamper semua karakter telah tercapai 75%, yang masih belum memenuhi harapan adalah karakter kerjasama dimana dalam setiap presentasi masih didonimasi oleh satu dua siswa yang aktif member penjelasan ataupun menjawab pertanyaan.
c. Observasi lapangan Seperti halnya dalam Siklus I, observasi lapangan juga dilakukan pada Siklus II dengan mengajukan beberapa pertanyaan pada peserta didik terkait dengan penerapan metode Role Playing untuk peningkatan kompetensi belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sejarah dan penguatan karakter peserta didik. Yang jadi responden juga hanya diambil beberapa siswa untuk mewakili siswa yang mendapatkan skor tinggi dan skor rendah baik perolehan skor untuk kompetensi atau hasil belajar maupun perolehan skor karakter. Berikut ini disajikan hasil observasi lapangan yang dilakukan peneliti terhadap beberapa sisiwa. NJ Dibanding pembelajaran pada Siklus I, pada Siklus II ini lebih menyenangkan, lebih mudah memahami materi dan tidak membosankan. Saya juga berharap nilai mata pelajaran sejarah selalu diatss KKM, atau paling tidak diatas 80. Saya lebih mengetahui akulturasi bidang bangunan antara budaya lokal, Hindu Budha dan Islam. NI Saya lebih mudah memahami materi meskipun masih sedikit membingungkan karena belum terbiasa dengan pembelajaran menggunakan metode Role Playing. Pembelajaran dengan metode Role Playing juga membuat siswa percaya diri dan berani mengungkapkan pendapat dan melatih kerjasama dalam kelompoknya. MF Saya sudah lumayan dapat memahami materi dengan metode Role Playing tetapi masih kurang dalam memberi contoh dan penerapannya. Untuk pembelajaran yang akan dating diharapkan materi diperjelas dan disertai contoh yang lebih banyak. TY. Kalau saya masih merasa seperti pada Siklus I, saya masih belum dapat memahami materi karena yang berperan hanya kelompok yang sedang melakukan presentasi, atau barangkali karena saya kurang suka terhadap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pelajaran sejarah. Namun, saya dapat memahami nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran dengan metode Role Playing dengan materi interaksi antara budaya lokal, Hindu Budha dan Islam, yaitu nilai moral, nilai religius, menghargai perbedaan, berlatih menjiwai peran, lebih kreatif dan berani berbaicara didepan umum. MR pembelajaran metode Role Playing tidak membosankan, menyenangkan karena siswa bisa aktif berpendapat, namun dalam hal pemahaman materi saya masih kurang memahami karena siswa yang menyampaikan materi masih kurang memahami materi baru jelas setelah guru menjelaskan kembali. Saya dapat memetik bebrapa nilai seperti nilai moral, religious, nilai social dan berani menungkapkan pendapat.
E. Deskripsi Hasil Siklus III Pelaksanaan pembelajaran/ penelitian pada Siklus III dilaksanakan diluar jam KBM karena guru mata pelajaran sejarah yang mengampu kelas XI IPS 1 hanya memberi waktu dua minggu ( 6 jam pelajaran sesuai dengan RPP). Seperti pada Siklus-siklus sebelumnya, tahap pelaksanaan tindakan pada siklus III juga dilaksanakan dalam dua pertemuan (3 jam pelajaran), pertemuan I dilakasanakan dalam 2 jam pelajaran (90 menit) dan pertemuan II dilakasanakan dalam 1 jam pelajaran ( 45 menit) dengan tahapan perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Adapun tahapan pelaksanaan tindakan pada siklus III (3 jam pelajaran) adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan Tindakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Menyusun silabus dan satuan acara pembelajaran (SAP) dengan pokok bahasan KD 1.5, dengan materi proses interaksi antara tradisi lokal, HinduBuddha, dan Islam di Indonesia. b. Memberi pengarahan pad peserta didik untuk pelaksanaan pembelajaran pada Siklus III 2. Pelaksanaan Tindakan Dalam pelasanaan penelitian Tindakan Kelas pada Siklus III dengan Standar kompetensi menganalisis Perjalanan Bangsa Indonesia pada masa Negara-negara Tradisional dan Kompetensi Dasar
menganalisis proses
interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia, dengan metode role playing dengan rincian kegiatan sebagai berikut: Pertemuan I Pendahuluan a.
Memeriksa kehadiran siswa
b.
Apersepsi dengan menunjukkan kepercayaan masyarakat sekitar sebagai perpaduan budaya lokal Hindu Budha dan Islam yang berkembang dewasa ini.
c.
Memberi motivasi dengan menggali pemahaman siswa mengenai perkembangan Islam di Indonesia
Kegiatan inti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id
Eksplorasi: peneliti memberi penjelasan tentang alur yang harus dilakukan oleh siswa dan memberi informasi dan tanya jawab mengenai akulturasi tradisi dan kepercayaan Hindu Budha dan Islam
a.
Elaborasi :siswa melaksanakan diskusi kelas dengan cara mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan metode Role Playing. Dari hasil penggalian informasi yang dilakukan oleh siswa (proses inquiri). Dalam presentase kelompok mengenai interaksi budaya lokal, Hindu Budha dan Islam pada Siklus III antara kelompok satu dengan kelompok yang lain melakukan permainan yang berbeda beda. Kelompok I memperagakan sekelompok siswa yang sedang belajar bersama, mereka membahas materi dan permasalahan yang dilontarkan oleh guru. Kelompok II memperagakan peran sebagai guru dan murid dimana guru menjelaskan materi dan murid mendengarkan dan sedikit dialog antara siswa yang berperan sebagai dengan siswa lain yang berperan sebagai murid. Kelompok III juga memperagakan guru dan murid tetapi dalam kelompok II yang berperan sebagai guru tidak menjelaskan materi akan tetapi membuat soal yang harus dikerjakan oleh siswa dan dikoreksi secara bersama-sama didalam kelas.sedangkan dua kelmpok yang lain yaitu kelompok IV dan Kelompok V melakukan kegiatan cerdas cermat dimana satu siswa berperan sebagai yuri sedangkan yang lain jadi perserta dalam dua kelompok peserta yang sedang bertanding.adapun materi yang diuraikan atau dipresentasikan dalam Siklus III adalah metri KD 1.5 interaksi budaya lokal, Hindu Budha dan Islam dalam berbagai bidang diberbagai daerah di Indonesia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
Konfirmasi : guru mengklarifikasi dan memberi pengharagaan pada siswa yang aktif
Penutup Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan Pertemuan II Kegiatan pendahuluan (5 menit) a.
Orientasi : informasi KD dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan memeriksa kehadiran siswa
b.
Apersepsi dengan menanyakan materi yang telah dipresentasikan pada pertemuan sebelumya.
c.
Motivasi : menggali pemahaman siswa perkembangan Islam di Indonesia
Kegiatan Inti (15 menit) a.
Eksplorasi : guru memberi informasi dan tanya jawab mengenai akulturasii budaya local, Hindu Budha dan Islam dalam berbagai bidang di berbagai daerah di Indonesia.
b.
Elaborasi : guru menjelaskan materi yang telah dipresentasikan pada pertemuan sebelumnya tentang akulturasi budaya local, Hindu Budha dan Islam dalam bidang bangunan, seni/sastra dan pemeri ntaha.
c.
Konfirmasi : guru mengklarifikasi dan memberi pengharagaan pada siswa yang aktif
Penutup (25 menit) a.
Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan materi pelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b.
Melaksanakan post test
3.
Hasil Tindakan a. Deskripsi Kompetensi Belajar Sejarah Dalam Siklus III perolehan nilai terendah 76, tertinggi 88 dan nilai rata-rata 81, adapun perolehan nilai pada Siklus III dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 11 Distribusi Frequensi Nilai Siklus III NILAI Peningkatan
No Urut responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Kondisi awal
Siklus I
46 46 50 38 30 30 30 26 46 36 26 38 22 34 34 30 19 34 38 46 18 34 46 38 34
68 68 64 68 64 72 60 68 60 68 68 64 72 68 76 44 72 60 68 68 60 60 64 60 68
Siklus II
Siklus III
Dibanding kondisi awal
80 84 84 76 80 80 84 84 84 84 76 80 80 76 84 84 80 80 88 80 80 88 76 80 84
74 83 68 100 167 167 180 223 83 133 192 111 264 124 147 180 321 135 132 74 344 159 65 111 147
76 74 74 76 74 72 76 68 76 72 76 80 62 76 76 76 76 76 72 74 76 58 76 74 74
commit to user
Diban ding Siklus II 5,26 13,51 13,51 0,00 8,11 11,11 10,53 23,53 10,53 16,67 0,00 0,00 29,03 0,00 10,53 10,53 5,26 5,26 22,22 8,11 5,26 51,72 0,00 8,11 13,51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
No Urut responden
NILAI Kondisi awal
Siklus I
26 Jumlah : Terkecil : Terbesar : Rata-rata : <65
30 899 18 50 35 26 siswa (100%)
65 - 74
0 (0%)
60 1692 44 76 65 12 siswa (46,2 %) 13 siswa (50%)
>/= (mencapai KKM)
75
0 (0%)
Siklus II
Peningkatan Siklus III
74 80 1914 2116 58 76 80 88 74 81 2 0 siswa (7,7% ) 10 0 siswa( 42,3 %) 1 26 siswa 13 siswa (3,8%) siswa (100 (50%) %)
Dibanding kondisi awal 167 135 322 76 135
Diban ding Siklus II 8,11 10,55 31,03 10,00 10,55
Tabel 11 tentang hasil belajar siswa materi proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia yang diperoleh siswa kelas XI IS 1 SMA Negeri Ajibarang pada semester gasal pada tahun 2012/2013, semua siswa yang berjumlah 26 (100%) telah mencapai KKM.
Perkembangan jumlah siswa
yang mencapai ketuntasan dari data distribusi frequensi nilai diatas juga dapat dilihat pada diagram berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 25 20
kondisiawal
15
Siklus I Siklus II
10
Siklus III
5 0 <65
65-74
>/=75
Gambar 6 Distribusi Frequensi Nilai Siklus III a. Karakter Peserta Didik Berdasarkan
pengamatan dan data hasil belajar sejarah pada KD
1.5 Menganalisis proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia pada kelas XI IPS 1 SMA Negeri Ajibarang pada semester gasal tahun 2012/2013 pada siklus III, angka partisipasi siswa sudah bagus, demikian juga dengan semangat siswa dalam proses pembelajaran meskipun masih tetap ada siswa yang tidak memperhatikan presentase kelompok dan penjelasan guru saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu kadang-kadang siswa yang sedang presentase masih sedikit kesulitan dalam menjawab pertanyaan dari audiens, namun secara umum dapat dikatakan angka partisipasi siswa sudah bagus. Adapun nilai karakter yang diperoleh siswa baik nilai individu maupun kelompok dari data observer diperoleh dapat dilihat pada tabel dibawah ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 12 Rekap nilai karakter individu dan kelompok pada Siklus III No. Kelompo nilai nilai resp Individu k Siklus Siklus nd Ob Ob Ob Ob II III Jml jml ser ser ser ser skor skor niklai nilai ver ver ver ver indi kelom kond Siklus 1 2 1 2 vidu pok awal I 1 18 18 18 18 18 18 71 75 79 75 2 21 21 21 24 21 22,5 83 87 83 89 3 18 19 18 21 18,5 19,5 71 77 79 78 4 21 21 18 19 21 18,5 75 75 78 85 5 18 19 18 17 18,5 17,5 75 70 75 76 6 18 18 18 19 18 18,5 75 78 79 75 7 21 21 24 20 21 22 79 87 85 88 8 21 21 18 21 21 19,5 79 80 83 86 9 18 19 18 19 18,5 18,5 67 75 78 77 10 18 19 17 19 18,5 18 63 66 73 77 11 18 19 17 18 18,5 17,5 63 70 77 76 12 18 19 18 19 18,5 18,5 71 77 83 77 13 21 21 20 20 21 20 79 82 81 87 14 18 18 18 18 18 18 67 76 75 75 15 18 18 18 18 18 18 79 81 75 75 16 21 18 20 18 19,5 19 83 83 83 81 17 21 18 18 18 19,5 18 71 79 82 80 18 21 18 24 18 19,5 21 79 81 85 83 19 18 19 18 20 18,5 19 75 77 78 78 20 18 19 18 20 18,5 19 75 79 76 78 21 18 19 18 20 18,5 19 83 80 75 78 22 21 18 22 21 19,5 21,5 83 81 78 83 23 18 18 18 19 18 18,5 75 78 77 75 24 18 19 18 20 18,5 19 71 77 78 78 25 21 18 21 19 19,5 20 83 81 85 82 26 21 21 18 19 21 18,5 58 78 76 85 jumlah skor 1933 2026 2056 2077 Skor maks 2600 2600 2600 2600 Prosentase 74,35 77,95 79,76 79,88 Jumlah siswa yang mendapatkan skor >/=75 16 23 26 26 Prosentase 61,54 88,46 100 100
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer dalam proses pembelajaran, dari 26 anggota kelas XI IPS 1, diperoleh data sebagai berikut: b.
Kedisplinan (siswa yang berusaha hadir tepat waktu) ada 26 siswa (100%)
c.
Kejujuran (siswa yang berusaha mengerjakan sendiri soal post test) sebanyak 24 siswa (92%) sedangkan siswa yang berusaha menyontek ada 2 siswa (7%) dan yang berusaha menanyakan jawaban pada temannya ada 2 siswa (7%)
d.
Aktivitas (siswa yang aktif bartanya) 18 siswa (69%) dan yang aktif bertanya pada guru ada 2 siswa (7,7%)
e.
Kerjasama (siswa membantu memberi jawaban) ada 4 siswa (15,4%)
f.
Perhatian (siswa memperhatikan dalam kelompok yang sedang presentasi) ada 20 siswa (77%) dan siswa yang tidak memperhatikan, ramai sendiri 4 siswa (15,4%)dan mengantuk ada2 siswa (7,7%)
Tabel berikut menunjukkan nilai rata-rata dari masing-masing variabel karakter dengan indikatornya yang diperoreh siswa kelas XI IPS 1.
No.
Tabel 13 Data karakter kelas XI IPS 1 siklus III Variable MK(%) MB(%) MT(%)
BT(%)
1
Tanggung jawab
42,3
57,7
0
0
2
Kedisiplinan
42,3
57,7
0
0
3
Toleransi
42,3
57,7
0
0
4
Menghargai prestasi
0
100
0
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
Kerjasama
6
Kejujuran
38,5
61,5
0
92,3
7,7
0
Keterangan : MK : Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indicator scara konsisten MB : Mulai berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten MT : Mulai terlihat (apabila peserta didik sudah muali memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang telah dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten) BT : Belum terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator) Sumber : Kemendiknas (2010) Dari tabel tersebut dapat dikatakan untuk semua karakter ketecapaian indikator telah mencapai 75% keatas 4. Refleksi Dari data yang berupa hasil belajar sejarah, pelaksanaan pembelajaran dan hasil angket dianalisis. Guru dapat merefleksi diri dengan mencermatai data tersebut. Setelah dilakukan tindakan sebanyak tiga siklus, maka melakukan pembahasan dan terdapat data-data sebagai berikut :
a. Kompetensi Belajar Sejarah Dari usaha yang cukup keras yang dilakukan oleh peneliti bagaimana agar siswa memahami pembelajaran
dengan metode Role
Playing (CoLT 10)) dan siswa juga memahami materi KD 1.5 proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia akhirnya tercapailah indikator kinerja dalam siklus III, dengan perolehan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
nilai rata-rata 81, nilai terendah 76 dan nilai tertinggi 88 dan yang mencapai ketuntasan mencapai 100% siswa Dari presentasi yang dilakukan oleh siswa juga peneliti merasa bahwa siswa telah cukup paham bagaimana melakukan pembelajaran dengan metode Role Playing (CoLT 10). Hal ini dapat dilihat dari bagaimana peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan metode Role Playing pada Siklus III. lebih bervariasi karena kali ini antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain memperagakan permainan yang berbeda, yang sama hanya dua kelompok yaitu kelompok IV dan kelompok V. Kelompok I memperagakan sekelompok siswa yang sedang belajar bersama, mereka membahas materi dan permasalahan yang dilontarkan oleh guru. Kelompok II memperagakan peran sebagai guru dan murid dimana guru menjelaskan materi dan murid mendengarkan dan terjadi juga dialog antara siswa yang berperan sebagai dengan siswa lain yang berperan sebagai murid. Kelompok III juga memperagakan guru dan murid tetapi dalam kelompok II yang berperan sebagai guru tidak menjelaskan materi akan tetapi membuat soal yang harus dikerjakan oleh siswa dan dikoreksi secara bersama-sama didalam kelas. Sedangkan dua kelmpok yang lain yaitu kelompok IV dan Kelompok V melakukan kegiatan cerdas cermat dimana satu siswa berperan sebagai yuri sedangkan yang lain jadi perserta dalam dua kelompok peserta yang sedang bertanding. Dengan tanya jawab antar peserta didik dalam kelompok masing-masing dan tanya jawab dari anggota kelompok yang lain maka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
siswa lebih memahami materi sehingga diperoleh kompetensi belajar yang sangat baik. b. Karakter Peserta Didik Berdasarkan data observer, pada Sikus III menunjukkan bahwa hampir semua karakter telah tercapai 75 %. Dalam proeses pembelajaran , kelompok yang sedang presentasi dengan metode Role Playing kelihatan telah merata dalam pembagian tugas diantara mereka. Demikian juga dengan audiens yang mengajukan pertanyaan pada kelompok yang presentasi juga telah merata keterlibatannya. c.
Observasi Lapangan Pada Siklus III juga dilakukan observasi dengan mengajukan beberapa
pertanyaan pada peserta didik terkait dengan penerapan pembelajaran Role Playing untuk peningkatan kompetensi belajar sejarah dan peningkatan karakter peserta didik. Yang jadi responden juga hanya diambil beberapa siswa untuk mewakili siswa dalam satu kelas. Adapun
hasil observasi lapangan yang dilakukan peneliti terhadap
beberapa sisiwa pada Sklus III adalah : MR pembelajaran dengan metode Role Playing dalam Siklus III ini lebih bisa dipahami dan telah dapat berjalan dengan baik, merupakan pembelajaran yang tidak membosankan dan menyenangkan karena aktivitas siswa berjalan dengan baik, bisa aktif dan lebih leluasa untuk mengemukakan pendapat, dan lebih mudah memahami materi seiring dengan perbaikan dalam proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran dengan metode Role Playing. Dapat memahami nilai-nilai seperti nilai religious, nilai moral, dan menghargai perbedaan. SK saya senang dengan metode pembelajaran Role Playing karena lebih menyenangkan, tidak membosankan dan membuat siswa lebih aktif. Siswa lebih
leluasa
mengajukan
pertanyaan
lebih
percaya
diri
dalam
mengemukakan pendapat dan lebih memahami materi. NJ karena sudah bebarapa kali melakukan pembelajaran metode Role Playing, menjadikan saya tidak kesulitan lagi, lebih berani mengungkapkan pendapat dan lebih mudah memahami materi. Saya dapat memahami nilai-nilai karakter yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dengan belajar sejarah materi al, Hindu Budha dan Islam dalam berbagai bidang di dengan metode Role Playing, yaitu menghargai pendapat orang lain. Saya menyarankan sebaiknya dalam pembelajaran sejarah dilakukan dengan metode Role Playing untuk memahami materi. TD karena sudah terbiasa melakukan pembelajaran metode Role Playing, menjadikan saya tidak kesulitan lagi saya merasa telah ada peningkatan dalam penyampaian materi dan lebih mudah dalam memahami materi dibanding siklus sebelumnya. Disamping itu saya juga dilatih untuk berbicara dengan orang banyak dan dilatih untuk bekerjasama dengan orang lain. TY pembelajaran metode Role Playing kali ini cukup menyenangkan karena setiap kelompok menampilkan peran yang berbeda. Saya juga lebih bisa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memahami materi, berani berbicara didepan orang banyak, kreatif, mandiri serta memahami adanya nilai-nilai moral, religious dan sosial. F. Pembahasan / Diskusi 1. Implementasi pembelajaran sejarah dengan metode Role Playing untuk meningkatan kompetensi belajar sejarah Pembelajaran pada hakekatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran merupakan interaksi dua arah antara seorang guru dengan peserta didik dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya (Triyanto, 2010:17). Disamping kemampuan guru dalam menguasai materi yang cukup memadai maka metode mengajar juga perlu mendapat perhatian.
Seorang guru
wajib
mengembangkan metode
pembelajaran sejarah karena semakin baik metode yang digunakan maka semakin efektif pula dalam pencapaian tujuan. Oleh karena itu peneliti mencoba melaksanakan metode pembelajaran Role Playing dengan harapan dapat meningkatkan kompetensi belajar sejarah dan karakter peserta didik. Pembelajaran dengan metode Role Playing adalah sebuah situasi yang didesain secara sengaja dimana peserta didik memperagakan atau mengasumsikan karakter-karakter atau identitas-identitas yang biasanya tidak mereka asumsikan untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Role Playing merupakan pembelajaran yang membantu siswa untuk memecahkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masalah dan memudahkan individu untuk bekerjasama dalam manganalisis keadaan sosial. Pembelajaran dengan metode Role Playing berperan untuk (1)
mengeksplorasi perasan siswa, (2) mentransfer dan mewujudkan
pandangan
mengenai
mengembangkan
perilaku,
nilai,
skill pemecahan
dan
masalah
persepsi
siswa,
(3)
dan tingkah laku,
(4)
mengeksplorasi materi pelajaran dengan cara berbeda (Joyce, 2011: 328329). Dari data yang telah disajikan diatas kalau dibandingkan sejak kondisi awal, setelah dilakukan tindakan dari Siklus I sampai dengan Siklus III diketahui hasilnya ada peningkatan yang cukup signifikan hingga mencapai rata- rata sama atau diatas KKM. Hal
ini dapat dilihat dari
perkembangan perolehan nilai rata-rata, yaitu 35 pada kondisi awal, rerata 65 pada Siklus I mencapai rerata 74 pada Siklus II dan 81 pada Siklus III. Disamping dilihat dari nilai rata-rata, pada prosentase siswa yang mencapai KKM juga mengalami kenaikan yang sangat bagus, yaitu 0% pada kondisi awal, pada siklus I yang memperoleh nilai sesuai KKM ada 1 siswa atau 3,8 %, kemudian 13 siswa atau 50% pada siklus II, sedangkan pada siklus III siswa yang mencapai KKM sebanyak 26 siswa atau 100%. Dari data tersebut
dapat
dikatakan
bahwa
dengan
metode
Role
Playing
dapat.meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil tersebut ada relevansinya dengan teori tentang metode pembelajaran Role Playing yang dikemukakan oleh Uno (2007:26) dan Joyce (Joyce, 2011: 328-329, bahwa Role Playing merupakan model
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa untuk (1) menggali perasaannya, (2) memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai dan persepsinya, (3) mengembangkan sikap dan ketrampilan dalam memecahkan masalah, dan (4) mendalami mata pelajaran dengan berbagai macam cara. Dengan adanya peningkatan hasil/kompetensi belajar pada KD 1.5 Menganalisis proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia berarti salah satu tujuan pembelajaran dengan metode Role Playing yaitu mendalami mata pelajaran tercapai. Hasil tersebut juga relevan dengan penelitian dari Evin Tri Rahayu (2009), Arumingdyah (2008) dan Ibnu Sina (2008). (1) Dari penelitian Evin Tri Rahayu, 2009 penerapan model pembelajaran kolaboratif disertai metode numbered head together (NHT ) dalam meningkatkan hasil belajar biologi. Hasil penelitian tersebut adalah penerapan model pembelajaran kolaboratif disertai metode NHT pada pokok bahasan Pencemaran lingkungan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIC SMP Negeri 13 Surakarta baik hasil belajar ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Relevansinya dengan penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode Role Playing merupakan salah satu metode dalam pembelajaran kolaboratif dan pembelajaran dengan metode Role Playing dapat meningkatkan komptensi belajar sejarah. (2) Arumingdyah, 2008, Penerapan metode role playing untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Ak-1 SMK Negeri 1 Jombang, Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Role Playing dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
meningkatkan hasil belajar siswa (3) Ibnu Sina, 2008. Implementasi Model Pembelajaran Role Playing Didasari Analisis Swot Pada Materi Peluang: Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas XI SMA N 1 Wanasari. model role playing berbasis analisis SWOT pada materi peluang dapat tercapai dengan optimal. Dari hasil penelitian Arumidyah dan Ibnu Sina ternyata pembelajaran Role Playing yang dilaksanakan oleh peneliti juga dapat meningkatkan hasil belajar/kompetensi belajar sejarah. Namun demikian bukan berarti pembelajaran dengan metode Role Playing merupakan metode yang terbaik, untuk itu peneliti kiranya masih dapat melakukan penelitian tindakan kelas lagi pada kesempatan lain dengan metode ataupun model pembelajaran yang berbeda. 2. Implementasi pembelajaran sejarah dengan metode Role Playing untuk Peningkatan karakter Peserta Didik Dengan metode pembelajaran Role Playing dengan materi KD 1.5 proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia, maka
karakter
yang
berusaha
ditingkatkan
adalah
kedisiplinan,
tanggungjwab, kejujuran, kerjasama, mengharagai prestasi/menghargai orang lain dan toleransi. Dari data observer yang direkap peneliti dapat dikatakan ada peningkatan msekipun sedikit tingkat peningkatanya, dimana pada kondisi awal diperoleh nilai rata-rata kelas 76,28% Siklus I perolehan nilai karakter untuk satu kelas diperoleh nilai rata-rata 77,96%, Siklus II dperoleh rerata 79,05% dan pada Siklus III diperoleh rerata 79,69 %.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari hasil observasi diperoleh data jumlah siswa yang mendapatkan skor minimal 75 ada 21 (81%) pada kondisi awal, meningkat menjadi 23 siswa (88%) pada Siklus I, 25 siswa (96%) pada Siklus II. Pada Siklus III jumlah siswa yang mendapatkan skor 75 turun menjadi 24 siswa (92%). Akan tetapi kalau dibandingkan dengan kondisi awal terdapat peningkatan yang cukup signifikan, dari 21 siswa (81%) pada kondisi awal menjadi 24 siswa (92%) sehingga dapat dikatakan ada peningkatan sebanyak 12%. Sedangkan jumlah siswa yang mengalami peningkatan nilai karakter adalah: (1) Dari Siklus I dibanding kondisi awal yang mengalami peningkatan nilai ada 17 siswa (65%), (2) Perbandingan Siklus II dengan kondisi awal maka jumlah siswa yang mengalami peningkatan nilai karakter sebanyak 19 siswa (73%), (3) Perbandingan Siklus III dengan kondisi sebelum tindakan maka yang mengalami peningkatan karakter sebanyak 20 siswa (77%).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam tiga Siklus. Berdasarkan teori, mengacu pada rumusan masalah dan dari hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa : 1) Pembelajaran dengan metode Role Playing dapat meningkatkan kompetensi belajar siswa yang cukup signifikan. Adapun peningkatanya dapat dilihat dari jumlah siswa yang mendapatkan nilai sama atau diatas KKM adalah 100 % dan dari nilai rata-rata terdapat peningkatan sebesar 135 %, dari rerata 35 menjadi 81. 2) Pembelajaran dengan metode Role Playing dapat meningkatkan karakter. Dilihat dari perolehan skor, jumlah siswa yang memperoleh skor 75 pada kondisi awal hanya 16 siswa (61,54%) dan pada Siklus III atau kondisi akhir menjadi 26 siswa (100%).
Kemudian dilihat dari jumlah siswa yang
mengalami peningkatan perolehan nilai karakter, ada 18 siswa (75%) Peniliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan melaksanakan pembelajaran dengan metode Role Playing dengan harapan siswa mampu menggali berbagai informasi akulturasi budaya lokal, Hindu budha dan Islam dalam berbagai bidang di Indonesia. Dalam menggali berbagai informasi dilakukan secara bertahap dari diskusi dalam kelompok untuk menggali informasi dari masing masing anggota kelompok. Setelah informasi dari anggota kelompok diperoleh kemudian tahap berikutnya dilakukan diskusi /
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
presentasi kelas untuk menyampaikan informasi yang telah didapat dari kelompok dengan menggunakan teknik Role Playing. Kesimpulan lebih lanjut tidak ada metode yang paling baik dalam pembelajaran karena hasil belajar siswa tergantung banyak factor. Disamping itu peneliti berpendapat
masih perlu diadakan penelitian kembali yang
barangkali menggunakan metode yang berbeda dengan harapan dapat menerapkan metode dengan tepat sehingga diperoleh hasil seperti yang diharapkan. B. Implikasi Hasil Penelitian 1. Impilkasi Proses Belajar Sesuai dengan kesimpulan yang menyatakan bahwa pembelajaran sejaran dengan menerapkan pembelajaran dengan metode Role Playing ternyata dapat meningkatkan kompetensi belajar siswa pada KD 1.5 proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia dan meningkatkan karakter meski hanya sedikit (5%). Hal ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru untuk mengembangkan dan menggunakan model pembelajaran dengan metode Role Playing pada kompetensi dasar yang lain. Beberapa hal yang dapat disampaikan oleh guru/penelti setelah diadakan Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas XI IPS1 SMA Negeri Ajibarang tahun 2012/2013 semester 1 dengan materi proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia adalah: a. Mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang cukup sulit sehingga guru dituntut untuk menguasai pokok bahasan ini dengan baik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Pembelajaran sejarah secara konvensional yang monoton dan hanya mengandalkan ceramah sudah tidak tepat lagi untuk pembelajran sejarah. Berkenaan dengan itu setiap guru hendaknya membekali diri dengan menguasai dan menerapkan berbagai media dan metode pembelajaran, tidak hanya satu metode tetapi bervariasi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kebosanan siswa dalam belajar sejarah karena materi yang cukup banyak, cukup sulit dan materi mengeai peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau. c. Pembelajaran dengan metode Role Playing menuntut siswa untuk aktif dan kreatif. Hal ini membutuhkan pembelajaran yang variatif atau dengan kata lain guru bisa menerapkan PAIKEM ( Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan), khususnya dalam penggunaan media dan metode. 2. Implikasi Hasil Hasil Belajar/ Kompetensi Dan Karakter Peserta Didik Harapan atau tujuan dari penelitian ini telah terjawab dengan adanya peningkatan kompetensi belajar sejarah dan karakter peserta didik, akan tetapi masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan. C. Saran Berkaitan dengan penelitian pembelajaran dengan metode Role Playing, maka saran yang perlu peneliti sampaikan adalah : 1. Guru
atau
pendidik sebagai pembimbing siswa di sekolah sebaiknya
menggunakan metode pembelajaran yang menarik bagi siswa serta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membekali diri dengan penguasaan materi yang baik sehingga pembelajaran sejarah menjadi menyenangkan. 2.
Guru dan orang tua sebaiknya selalu berkoordinasi dalam memantau perkembangan anak baik di sekolah maupun di rumah, sehingga siswa memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi dan pada gilirannya dapat lebih meningkatkan hasil belajarnya.
commit to user