perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR ( Studi Pada Siswa Kelas X1.IPS SMA Negeri 1 Purwokerto Tahun Pelajaran 2012/2013 )
TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sejarah
Disusun Oleh : Erlina Supriyati Martiningrum NIM. S 861108004
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR ( Studi Pada Siswa Kelas X1.IPS SMA Negeri 1 Purwokerto Tahun Pelajaran 2012/2013 ) TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Sejarah
Disusun Oleh : Erlina Supriyati Martiningrum NIM. S 861108004
Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing
Komisi Pembimbing Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Pembimbing I Prof. Dr. H. Mulyoto, M.Pd
Tanggal
.............
.......................
.............
.....................
NIP. 19430712 197301 1 001 Pembimbing II Drs. Leo Agung S, M.Pd NIP.19560515 198203 1 005
Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
Dr. Hermanu Joebagyo, M.Pd NIP.19560303 198603 1 001
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR ( Studi Pada Siswa Kelas X1.IPS SMA Negeri 1 Purwokerto Tahun Pelajaran 2012/2013 )
TESIS Oleh Erlina Supriyati Martiningrum NIM. S 861108004 Tim Penguji
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Ketua
Dr. Hermanu Joebagyo, M.Pd NIP. 19560303 198603 1 001
......................
Januari 2013
Sekertaris
Dr. Sariyatun,M.Pd, M.Hum NIP. 19610318 198903 2 001
......................
Januari 2013
: I. Prof.Dr.H.Mulyoto, M.Pd NIP. 19430712 197301 1 001
.....................
Januari 2013
II. Drs.Leo Agung S, M.Pd NIP.19560515 198203 1 005
......................
Januari 2013
Anggota
Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat pada tanggal ................ 2013
Direktur Program Pascasarjana UNS
Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
Prof.Dr.Ir.Ahmad Yunus,MS NIP. 19610717 198601 1 001
Dr, Hermanu Joebagyo, M.Pd NIP. 19560303 198603 1 001
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: Erlina Supriyati Martiningrum
NIM
: S861108004
Program Studi : Pendidkan Sejarah Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR (STUDI PADA SISWA KELAS XI.IPS SMA NEGERI 1 PURWOKERTO TAHUN PELAJARAN 2012/2013) adalah benar-benar karya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia
menerima
sanksi
sesuai
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
(Permendiknas No.17 tahun 2010).
Surakarta, Januari 2013 Yang membuat pernyataan
Erlina Supriyati Martiningrum NIM. S861108004
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
:
Orang yang segera bertindak akan jauh lebih sukses, dari pada orang yang cepat berkomentar tetapi lamban memulai ( Mario Teguh ) Keberhasilan yang paling manis adalah dapat menggapai yang dikatakan oleh orang lain sebagai tidak mungkin. ( Mario Teguh ) Sekali Layar Terkembang, Surut Kita Berpantang ...!
PERSEMBAHAN : Tesis ini kupersembahkan untuk orang-orang yang kusayangi dan kuhormati yang telah memberikan dukungan dan motivasi : 1.
Ibu Marchamah Soemargo,HS, ibuku tersayang
2.
Drs.Budi Raharjo, suamiku tercinta
3.
Nurlita Permata Dewi dan Agung Budi Prakoso, permata hatiku tersayang
4.
Kakak, adik, dan semua keponakanku tersayang
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang penulis wujudkan dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas dengan judul : Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Dalam
Pembelajaran Sejarah Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar (Studi Pada Siswa Kelas X1.IPS SMA Negeri 1 Purwokerto Tahun Pelajaran 2012/2013). Dalam penyelesaian tesis ini, penulis mengakui telah banyak mendapatkan bantuan , motivasi, dan dukungan dari berbagai pihak, maka dengan penuh santun, hormat, dan kerendahan hati yang mendalam penulis sampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada : 1. Prof.Dr.Ravik Karsidi,MS, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin belajar di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 2. Prof.Dr.Ir.Ahmad
Yunus,MS
selaku
Direktur
Program
Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret, yang memberikan kesempatan untuk melanjutkan studi di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, dan membantu proses ijin penelitian 3. Dr.Hermanu Joebagio,M.Pd, sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah PPS UNS yang telah memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan tesis
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Dr.Sariyatun,M.Pd,M.Hum, sebagai Sekertaris Program Studi Pendidikan Sejarah PPS UNS yang juga telah memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan tesis 5. Prof.Dr.H.Mulyoto,M.Pd selaku dosen pembimbing pertama yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penyusunan tesis 6. Drs.Leo Agung S, M.Pd selaku dosen pembimbing kedua yang juga telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penyusunan tesis 7. Semua dosen di Program Pascasarjana Pendidikan Sejarah yang telah memberikan dukungan moral dan semangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini 8. Drs.H.Dayono,M M selaku Kepala SMA Negeri 1 Purwokerto yang telah memberikan ijin sekaligus membantu penulis dalam memberikan informasi data yang dibutuhkan dalam penyusunan tesis 9. Suami, anak, dan keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan moral dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis 10. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam proses penyusunan tesis Dalam penyusunan tesis ini, penulis sangat menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan karya penulis berikutnya.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Akhirnya penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekhilafan. Semoga laporan ini dapat menambah khasanah atau cakrawala pemikiran penulis khususnya dan pembaca pada umumnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya yang terkait dengan pembelajaran. Amin.
Purwokerto, Januari 2013 Penulis
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... ... i HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. .... ii PENGESAHAN PENGUJI ................................................................................ ...... iii PERNYATAAN .............................................................................................. ......... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... .... v KATA PENGANTAR ....................................................................................... ....... vi DAFTAR ISI ................................................................................................... ....... vii DAFTAR TABEL ............................................................................................... ..... xi DAFTAR BAGAN ............................................................................................. ...... xii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ...... xiii ABSTRAK ......................................................................................................... ...... xvi ABSTRACT ...................................................................................................... ....... xvii BAB I
: PENDAHULUAN ................................................................... ....... 1 A. Latar Belakang ......................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ....................................................... ......... 8 C. PembatasanMasalah ........................................................ ........ 9 D. Rumusan Masalah ............................................................... .... 10 E. Tujuan Penelitian ................................................................. .... 10 F.
BAB II
Manfaat Penelitian .............................................................. .... 11
: LANDASAN TEORI ................................................................... .... 14 A. Kajian Teori .......................................................................... .... 14 1. Model Pembelajaran Problem Based Learning ( PBL) ................................................................................ . 14 2. Pembelajaran Sejarah ...................................................... ... 22 3. Berpikir Kritis ................................................................. .... 33 4. Hasil Belajar ................................................................. ...... 39 B. Penelitian Yang Relevan .................................................. ........ 42 C. Kerangka Berpikir ............................................................. ....... 45 D. Hipotesis Tindakan ............................................................ ....... 46
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
digilib.uns.ac.id
: METODOLOGI PENELITIAN ............................................. ......... 48 A. Jenis dan Desain Penelitian ............................................... ....... 48 B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ ...... 50 C. Subyek Penelitian .............................................................. ....... 51 D. Prosedur Penelitian .................................................................... 52 E. Sumber Data ...................................................................... ....... 59 F. Teknik Pengumpulan Data ................................................. ...... 60 G. Teknik Validasi Data ......................................................... ....... 60 H. Analisis Data ...................................................................... ..... 61 I. Indikator Kinerja ....................................................................... 62
BAB IV
: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................... ........ 63 A. Deskripsi dan Tempat Penelitian ........................................... ..... 63 B. Kondisi awal pelaksanaan kegiatan pembelajaran ...................... 67 C. Pelaksanaan Kegiatan Peneltian ............................................ ..... 71 D. Hasil Penelitian ............................... ............................................ 92 E. Pembahasan ........................................................................... ..... 103
BAB V
: SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................... ... 110 A. Simpulan ............................................................................... ...... 110 B. Implikasi ................................................................................. .... 112 C. Saran ....................................................................................... .... 114
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... ..... 116
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1
Jadwal Kegiatan
..................................................
Tabel 2
Jumlah Siswa SMA Negeri 1 Purwokerto Tahun Pelajaran 2012/2013
Tabel 3
......
65
.....
66
Purwokerto Tahun Pe;ajaran 2012/2013..................................
68
Tingkat PendidikanTenaga Pendidikan dan Kependidikan SMA Negeri 1 Purwokerto Tahun Pelajaran 2012/2013
Tabel 4
Tabel 5
Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) SMA Negeri 1
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Selama .........................................................................
Tabel 6
51
Peningkatan Nilai Ulangan Harian Selama
.
commit to user xi
.....
100 103
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1
Tahapan Tiap
.......
commit to user xii
54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1
Ijin
.......................
Lampiran 2 Lampiran 3
. Rencana Pelaksanaan
123 142
3,1,
.
3.2.
.
3.3. Lampiran 4
120
156 ..
167
.................
179
4.1.
Materi Diskusi Siklus I............................................
180
4.2.
Materi Diskusi Siklus 2...........................................
182
4.3.
Materi Diskusi Siklus 3...........................................
184
Lembar Soal Post Test
186
5.1.
Soal Post Test Pra Siklus ........................................
187
5.2.
Soal Post Test
5.3.
Soal Post Test
197
5.4.
Soal Post Test
201
Lampiran 5
Lampiran 6
Lembar Diskusi
143
..
193
Catatan
205
6.1.
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (CL 01-03)
206
6.4.
Hasil Wawancara dengan Sie Kurikulum (CL 04-05)
210
6.6.
Hasil Wawancara dengan Waka Urusan Sar-Pras ( CL06 ) .....................................................
213
6.7.
Hasil Wawancara dengan Siswa Siklus I (CL 07-08)
214
6.9.
Hasil Wawancara dengan Siswa Siklus 2 (CL 09-10).
217
6.11. Hasil Wawancara dengan Siswa Siklus 3 (CL 11-12)
220
Lampiran 7 7.1.
Catatan Pengamatan Proses
223
Catatan Pengamatan tentang Kondisi Pembelajaran Sejarah Sebelum PTK ( CP 01 )
7.2.
.
224
Pra-Siklus ( CP 02 )...................................................
225
Catatan Pengamatan tentang Pelaksanaan Tes
7.3. Catatan Pengamatan Kegiatan Pembiasaan
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam PTK ( CP 03 )..................................................
226
7.4. Catatan PengamatanTahap-tahap Pembelajaran Model PBL ( CP 04 )..........................................................
228
7.5. Catatan Pengamatan Pembagian Kelompok Siklus 1 Pertemuan Pertama ( CP 05 )
229
7.6. Catatan Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Siklus 1 ( CP 06 ).....................................................
230
7.7. Catatan Pengamatan Pembelajaran Siklus 1 Pertemuan Kedua( CP 07 )
235
7.8. Catatan Pengamatan Pembagian Kelompok Siklus 2 Pertemuan Pertama ( CP 08 )
.
238
7.9. Catatan Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Siklus 2 Pertemuan Pertama ( CP 09 )
.
239
7.10. Catatan Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Siklus 2 Pertemuan Kedua ( CP 10 )
...
245
7.11. Catatan Pengamatan Pembagian Kelompok Siklus 3 Pertemuan Pertama ( CP 11 )
.
248
7.12. Catatan Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Siklus 3 Pertemuan Pertama ( CP 12 )
...
249
7.13. Catatan Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Siklus 3 Pertemuan Kedua ( CP 13 )
....
255
7.14. Catatan Pengamatan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siklus 1 ( CP 14 )
.
258
7..15. Catatan Pengamatan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siklus 2 ( CP 15 )
.
259
7.16. Catatan Pengamatan Peningkatan Kemampuan Berpikir
Lampiran 8
Kritis Siklus 3 ( CP 16 ) ............................................
261
Lembar Data Nilai Post Tes
262
...............................
8.1. Data Nilai Post Tes Pra-
263
8.2. Data Nilai Post Tes Siklus 1
....
265
8.3. Data Nilai Post Tes Siklus 2
....
267
8.4 Data Nilai Post Tes Siklus 3
...
commit to user xiv
269
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 9
digilib.uns.ac.id
Lembar Kisi-Kisi dan Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis .............................................................................
271
Lembar Data Nilai Tes Kemampuan Berpikir Kritis ....
277
Lampiran 11 Lembar Pengamatan Kegiatan Siklus ...........................
284
11.1 Data Hasil Pengamatan Kegiatan Siklus 1 ....................
285
11.2 Data Hasil Pengamatan Kegiatan Siklus 2 ....................
287
11.3 Data Hasil Pengamatan Kegiatan Siklus 3 ....................
289
Lampiran 10
Lampiran 12
Contoh Sintak Kegiatan Pembelajaran ..........................
291
Lampiran 13 Foto Dokumentasi Kegiatan Siklus................................
301
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Erlina Supriyati Martiningrum - S861108004, 2012: Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Dalam Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar : Studi Pada Siswa Kelas X1.IPS SMA Negeri 1 PurwokertoTahun Pelajaran 2012/2013, TESIS. Pembimbing I: Prof.Dr.Muyoto, M.Pd, II: Drs.Leo Agung S,M.Pd. Program Studi Pendidikan Sejarah, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui bagaimanakah penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar Sejarah pada siswa kelas X1.IPS SMA Negeri 1 Purwokerto pada semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dari hasil penelitian tindakan kelas (PTK) berupa perlakuan (treatment) khusus dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Subyek penelitian adalah siswa kelas XI.IPS.2 SMA Negeri 1 Purwokerto, Kabupaten Banyumas, pada semester 1 tahun pelajaran 2012/2013 berjumlah 38 siswa yang terdiri dari 15 siswa lakilaki dan 23 siswa perempuan. Data penelitian diperoleh dari peristiwa selama pembelajaran berlangsung, informan dari siswa, wakil kepala sekolah, kepala sekolah dan warga sekolah lainnya, pengamatan, dokumen arsip dan foto kegiatan. Melalui tahapan planning, acting, observing dan reflecting, penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus dengan langkah-langkah pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) yang terdiri dari orientasi siswa pada masalah (appersepsi), mengorganisasi siswa untuk belajar (elaborasi), membimbing diskusi kelompok (eksplorasi), mengembangkan dan menyajikan hasil karya (eksplorasi), dan kemudian menganalisis serta mengevaluasi proses pemecahan masalah (konfirmasi ). Untuk memperlancar kegiatan pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) dirancang skenario pembelajaran, media pendukung, alat dan bahan yang diperlukan dan instrumen penelitian tindakan. Untuk Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Sejarah kelas XI.IPS di SMAN.1 Purwokerto adalah 79,00 sedangkan prosentasi ketuntasan klasikal minimal 75%. Dan skor minimal untuk kemampuan berpikir kritis adalah 90,00. Setelah pemberian perlakuan (treatment) selama tiga siklus peningkatan yang dicapai antara lain kemampuan berpikir kritis siswa, peningkatan yang dicapai adalah siswa pada siklus 1 memperoleh skor 74, siklus 2 memperoleh 85, dan siklus 3 meningkat pesat yaitu 140. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian siswa pada siklus 1: 75,39 , kemudian pada siklus 2 meningkat menjadi 81,84 dan akhirnya pada siklus 3 meningkat lagi menjadi 83,82. Sedangkan untuk prosentase ketuntasan belajar klasikal pada siklus 1 ; 63,16%, kemudian pada siklus 2 meningkat menjadi 73,68% dan pada siklus 3 meningkat lagi menjadi sebesar 92,11%. Kata Kunci : Pembelajaran Model Problem Based Learning, Kemampuan Berpikir Kritis, dan Hasil Belajar
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Erlina Supriyati Martiningrum - S861108004 : The Implementation of Problem Based Learning (PBL) Model in Teaching History To Improving Critical Thinking Skills and Learning Outcomes: A Study at SMA X1 Social Negeri 1 Purwokerto Period 2012/2013, THESIS. Supervisor I: Prof.Dr.Muyoto, M.Pd, II: Drs.Leo Agung S,M.Pd. Progrm Study of History Education Program, Postgraduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta. The purpose of the research is to determine how the implementation of the Problem Based Learning (PBL) in the teaching of history to promote critical thinking skills and student learning results in the classroom X1 Social of History SMA Negeri 1 Purwokerto in Semester 1 in the Academic Year 2012/2013. The method used in this research is qualitative description of Classroom Action Research (CAR) in which is entitled the treatment of using a particular model of learning Problem Based Learning (PBL). The subjects were XI Social 2 graders SMA Negeri 1 Purwokerto, Banyumas, in the semester 1 of the school year 2012/2013 with 38 students consisting of 15 male and 23 female students. Datas were obtained from the events during the learning process, informants of students, assistant principal, principal and other school communities, observations, archival documents and photograph of activities. Through the stage of planning, acting, observing and reflecting, the research was conducted in three cycles with a model of Problem Based Learning (PBL), which consists of student orientation to the problem (appersepsi), organizing students to learn (elaboration), guided group discussion (exploration), develop and present work (exploration), and then analyze and evaluate the problem solving process (confirmation). To expedite the learning model of Problem Based Learning (PBL) tailored learning scenarios, media support, tools and the necessary materials and instruments of action research. For Completeness Criteria Minimal for history lesson in XI.IPS in SMAN.1 Purwokerto is 79.00 while the classical completeness percentage is 75%. And the minimum score for critical thinking skills is 90.00. After administering treatment for three cycles of improvement achieved include students' critical thinking skills, improvement was achieved in Cycle 1 students scored 74, cycle 2 gained 85, and cycle 3 increased rapidly in 140. Improved student learning outcomes can be seen from the average value of daily tests of students in cycle 1: 75.39, then in cycle 2 increased to 81.84 and finally at cycle 3 increased to 83.82. As for the percentage of mastery learning classical in cycle 1: 63.16%, then in cycle 2 increased to 73.68% and rose again on the third cycle amounted to 92.11%.
Keywords: Learning Problem Based Learning (PBL), Critical Thinking Skills, and Learning Outcomes.
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Masalah mendasar yang dihadapi dunia pendidikan dewasa ini diantaranya
adalah bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kualitas proses pembelajaran di kelas, sedangkan kualitas pembelajaran dapat dilihat dari aspek proses hasil (prestasi) belajar peserta didik. Proses belajar yang baik akan mendorong siswa untuk selalu terlibat secara aktif, kreatif, dan bersikap kritis sehingga dapat mencapai prestasi dan hasil belajar yang maksimal. Sementara itu proses pendidikan di era globalisasi yang bersifat kompetitif diharapkan mampu menghasilkan generasi yang cerdas, kreatif,
memiliki
moralitas yang tinggi,dan bersikap kritis terhadap situasi yang terjadi di sekitarnya. Manusia yang cerdas, kreatif, dan kritis menjadi faktor dominan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi era persaingan global. Dalam pelaksanaan pembelajaran, khususnya pembelajaran di dalam kelas masih banyak sekolah yang masih menggunakan metode pembelajaran konven sional karena guru masih mendominasi dalam kegiatan pembelajaran dengan mengutamakan penggunaan metode yang konvensional. Apabila hal ini dilakukan secara terus menerus maka kondisi pembelajaran di dalam kelas menjadi sulit untuk berkembang. Karena peserta didik dalam proses pembelajaran tidak dapat menyampaikan ide, gagasan maupun pendapatnya ketika dia menemukan suatu permasalahan yang memerlukan pemecahan. Keadaan ini semakin diperburuk lagi
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
dengan penerapan metode pembelajaran yang kurang melibatkan partsipasi peser ta didik. Peserta didik kurang diperlakukan sebagai subyek belajar, namun masih lebih banyak diperlakukan sebagai obyek dalam pembelajaran. Kondisi seperti itu terjadi juga pada kegiatan pembelajaran sejarah, karena sebagian besar masyarakat khususnya peserta didik masih memandang sebelah mata terhadap mata pelajaran sejarah yang dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan, tidak menarik, mengutamakan pembahasan materi yang berkutat pada hafalan rentetan peristiwa saja. Hal ini diperkuat lagi dengan posisi mata pelajaran Sejarah yang bukan termasuk dalam mata pelajaran yang di ujikan secara nasional. Sehingga memperkuat posisi mata pelajaran Sejarah sebagai mata pelajaran yang diremehkan dan dianggap tidak penting oleh siswa. Padahal apabila kita hubungkan dengan isi Permendiknas No.22 Taahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, mata pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat, serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.(Aman, 2011:101). Oleh karena itu pengajaran sejarah harus mampu mendorong siswa untuk berpikir kritis-analisis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang masa lampau untuk memahami kehidupan masa kini dan masa yang akan datang; mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan untuk memahami proses perubahan dalam kehidupan masyarakat melalui dimensi waktu (Djoko Suryo dalam Aman, 2011:71-72). Terkait dengan peran Sejarah dalam kehidupan berbangsa History teaches us the most valuable lessons, how diversity, and
commit to user 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
transfer of ideas bring us to the gate of independence. Through the transfer of ideas we learn much on tolerance and openness performed by the founding fathers to accept various opinion and critics at the time . We are also able to see the willingness of the founding fathers to be united in one nation identity, so that the diversity is not a question for them. Sejarah mengajarkan kepada kita pelajaran yang paling berharga, bagaimana keragaman, dan transfer ide membawa kita ke gerbang kemerdekaan. Melalui transfer ide-ide kita belajar banyak pada toleransi dan keterbukaan yang dilakukan oleh para pendiri untuk menerima pendapat berbagai kritik pada saat itu. Kami juga dapat melihat kesediaan para pendiri untuk bersatu dalam satu identitas bangsa, sehingga keragaman bukan pertanyaan untuk mereka. ( Sumber : Journal of Education Research and Policy , Volume 3, Number 1, 2011 ) Terkait dengan pembelajaran Sejarah, S.K.Kochhar dalam bukunya yang berjudul Teaching of History (2008: 27-37) berpendapat bahwa sasaran umum pembelajaran sejarah adalah : 1. Mengembangkan pemahaman tentang diri sendiri 2.
Memberikan gambaran yang tepat tentang konsep waktu, ruang dan masyarakat
3.
Membuat masyarakat mampu mengevaluasi nilai-nilai dan hasil yang telah dicapai oleh generasinya
4. Mengajarkan toleransi 5.
Menanamkan sikap intelektual (berpikir obyektif dan komprehensif disertai pembuktian yang akurat)
commit to user 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
6. Memperluas cakrawala intelektualitas 7. Mengajarkan prinsip-prinsip moral 8. Menanamkan orientasi ke masa depan 9. Memberikan pelatihan mental 10. Melatih siswa menangani isu-isu kontroversial 11. Membantu mencarikan jalan keluar bagi berbagai masalah sosial dan perseorangan 12. Memperkokoh rasa nasionalisme 13. Mengembangkan pemahaman internasional 14. Mengembangkan keterampilan-keterampilan yang berguna (keterampilan menggunakan,
mengartikan
dan
menyiapkan
media
pembelajaran,
keterampilan membaca maupun berdiskusi) Sementara itu di sisi lain kita juga harus menyadari bahwa kegiatan pembelajaran di sekolah adalah kegiatan pendidikan yang menjadikan peserta didik menuju pada keadaan yang lebih baik. Pendidikan dalam hal ini sekolah tidak dapat lepas dari peran guru sebagai fasilitator dalam penyampaian materi. Profesionalisme seorang guru sangat dibutuhkan untuk terciptanya suasana proses belajar mengajar yang efisien dan efektif dalam pengembangan peserta didik yang memiliki kemampuan beragam. Pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran yang artinya sebelum peserta didik belajar harus melalui sesuatu yang berkaitan dengan
commit to user 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
kehidupan sehari hari yang masalahnya bersifat tertutup maupun terbuka. Oleh karena itu pada proses pembelajaran guru perlu meningkatkan kemampuan untuk menjadi guru yang professional dan kreatif dalam mengembangkan kemampuan mengajar sehingga peserta didik dapat lebih maksimal baik pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran maupun hasil evaluasi pembelajarannya, walaupun dalam kenyataannya guru-guru di Indonesia sebagian besar masih mempertahankan metode-metode pembelajaran lama. Kemampuan guru sebagai salah satu usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah di mana guru merupakan elemen di sekolah yang secara langsung dan aktif bersinggungan dengan peserta didik , kemampuan yang dimaksudkan adalah kemampuan mengajar dengan menerapkan model pembelajarn yang tepat, efisien dan efektif. Terkait dengan harapan kita untuk lebih memposisikan peserta didik sebagai subyek belajar, maka terdapat gagasan invatif dari UNESCO yang disampaikan oleh Delors dalam Hadiwinarto (2009: 1208-1209) tentang empat pilar pendidikan, yakni: learning to know, learning to do, learning to be, and learning to live together. Artinya bahwa dalam proses pendidikan harus mencakup proses belajar mengetahui, belajar berbuat, belajar menjadi diri sendiri dan belajar hidup bersama. Sementara itu menurut Keputusan Menpan No. 26/MENPAN/1989, tanggal 2 Mei 1989 dikemukakan bahwa, guru terlibat langsung dalam proses pendidikan, karena guru memegang peranan yang sangat menentukan bagi tercapainya tujuan pendidikan. Guru selalu harus meningkatkan kemampuan
commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
profesinya agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. (Trianto, 2009: 245246). Di pihak lain dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kita juga menyadari bahwa dalam pembelajaran sejarah, guru mempunyai kewajiban untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan, patriotisme dan cinta tanah air. Pembelajaran sejarah selain bertugas memberikan pengetahuan sejarah (kognitif), juga memperkenalkan nilai-nilai luhur bangsanya. Seperti yang diungkapkan oleh Sartono Kartodirdjo dalam Aman (1982:86) tentang fungsi pembelajaran sejarah, yaitu: 1) untuk membangkitkan minat kepada sejarah tanah airnya , 2) untuk mendapatkan inspirasi dari peristiwa sejarah, baik dari kisah kepahlawanan maupun peristiwa yang merupakan tragedi nasional, 3) memberi pola berpikir ke arah berpikir secara rasional, kritis, dan empiris, dan 4) mengembangkan sikap mau menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Seyogyanya pembelajaran di dalam kelas sekarang ini sudah diarahkan untuk membantu peserta didik untuk menjadi manusia yang mandiri dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang dijumpainya ketika dia dihadapkan
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
pada permasalahan di kehidupan nyata. Banyaknya model pembelajaran pada metode kooperatif dapat menjadi salah satu pilihan seorang pendidik untuk mengurangi dominasi pembelajaran di dalam kelas. Peserta didik sudah harus aktif untuk mengaplikasikan antara materi yang ada dengan permasalahan yang akan dihadapi dalam dunia nyata. Hal ini dapat menguntungkan peserta didik, apabila peserta didik dapat berkreasi dan berpikir kritis dengan ide-ide yang ada dalam setiap permasalahan yang ada, maka seorang peserta didik akan terbiasa menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajarinya secara bijaksana. Menyadari betapa penting dan strategisnya pembelajaran sejarah di negara kita, serta juga dalam rangka menggali dan meningkatkan sikap berpikir kritis, kualitas moral, jati diri dan intelektual bangsa khususnya peserta didik, maka dibutuhkan model dan strategi pembelajaran yang sesuai, salah satunya adalah model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Pembelajaran PBL adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang berdasarkan pada prinsip penggunaan permasalahan sebagai titik awal untuk penggunaan pengetahuan baru. Pendekatan pemecahan masalah ini menempatkan guru sebagai fasilitator di mana kegiatan belajar mengajar akan dititik beratkan pada keaktifan peserta didik, kegiatan belajar ini dapat mengasah kemampuan peserta didik dalam memahami konsep, menggunakan penalaran, memecahkan masalah, mengemukakan gagasan atau ide dan mampu bekerjasama. Proses pembelajaran yang mengikut sertakan peserta didik secara aktif baik diterapkan secara individu maupun kelompok, akan lebih bermakna karena dalam proses pembelajaran peserta didik mempunyai lebih
commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
banyak pengalaman. Dengan menggunakan model pembelajaran PBL peserta didik akan lebih kreatif, aktif, dan juga memacu peserta didik berpikir dan bersikap kritis. Terkait dengan model pembelajaran Problem Based Learning ini, ada pendapat dari Barbara J.Duch dalam tesis yang disusun oleh M.Wijayanto berjudul Pengaruh Penerapan Model Problem Based Learning (PBL)
dan
Cooperative Learning Terhadap Pretasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa, yang menyatakan bahwa PBL adalah satu model yang
kerjasama di dalam kelompok-kelompok untuk mencari pemecahan masalah dalam dunia nyata. Permasalahan ini digunakan untuk menghubungkan pokok materi pelajaran terhadap rasa keingintahuan siswa. PBL mempersiapkan para siswa untuk berpikir kritis dan secara analitis, serta untuk menentukan dan menggunakan sumber belajar yang sesuai. Model pembelajaran PBL dapat mengurangi dominasi guru dalam mengajar di dalam kelas. Model pembelajaran ini juga dapat mengorganisir peserta didik dalam menyelesaikan masalah yang diberikan guru pada kegiatan pembelajaran. Disamping itu model pembelajaran ini dapat membiasakan peserta didik untuk bekerja sama dengan teman dalam sebuah kelompok kecil untuk menyelesaikan masalah yang diberikan guru dalam proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya akan diperoleh hasil belajar yang maksimal. Bila kita cermati model pembelajaran PBL ternyata ada persamaannya dengan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI). Yaitu sama-sama
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
merupakan model pembelajaran yang bersifat student centered. Hal ini dipertegas lagi dari pendapat Janulis P.Purba yang dikutip oleh Prayekti dalam karya tulis Problem Based Instruction sebagai alternatif model pembelajaran fisika
mengatakan bahwa peran guru dalam PBI salah satunya adalah mengajukan masalah dan memfasilitasi penyelidikan serta melakukan dialog dengan siswa, sampai masalah tersebut terselesaikan. Dan diharapkan dengan PBI ini siswa dapat memproses informasi yang baru diperolehnya itu menjadi bermakna. il dan Mc.Mahon (2005) yang dikutip Endang sejak munculnya pendekatan konstruktivisme dalam pendidikan, maka proses belajarmengajar yang secara konvensional berpusat pada guru telah bergeser menjadi berpusat pada siswa. Proses pergeseran tersebut tentunya tidak terjadi secara drastis melainkan sedikit demi sedikit namun kontinue. Peran guru bergeser menja di kolaborator dan fasilitator dalam kegiatan belajar. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan deskripsi singkat yang diuraikan pada latar belakang masalah seperti tesebut diatas, maka dapat diutarakan bahwa menurunnya minat dan kemampuan peserta didik dalam mempelajari dan memahami materi pembelajaran antara lain sebagai berikut: 1.
Kurangnya pengetahuan guru tentang model pembelajaran yang mampu mengembangkan potensi dan kreatifitas peserta didik secara maksimal.
commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
2.
Kurangnya
kemampuan
guru
dalam
mengimplementasikan
teknik
mentransfer ilmu pengetahuan yang bervariasi dalam kegiatan pembelajaran sehingga proses pembelajaran cenderung membosankan. 3.
Sumber belajar yang dimiliki peserta didik masih belum memadai, dan bersifat statis dari waktu ke waktu sehingga berdampak terhadap kurangnya motivasi peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran
4.
Guru jarang melatih peserta didik untuk berpikir kritis dengan memberikan pertanyaan yang diawali dengan kata mengapa, bagaimana, apa sebab melalui proses pembelajaran, sebaliknya masih mendominasi pertanyaan yang diawali dengan kata siapa, kapan, dan di mana, dalam proses pembelajaran.
5.
Hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Purwokerto yang masih rendah dan ini menandakan juga masih rendahnya kualitas sistem pendidikan dan pembelajaran kita.
C. Pembatasan Masalah Dari beberapa masalah yang sudah diidentifikasi tersebut di atas, maka perlu adanya pembatasan masalah agar pelaksanaan dan proses penelitian dapat lebih spesifik dan terarah. Oleh karena itu pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Materi pembelajaran yang diajarkan adalah Perkembangan kehidupan Kerajaan - Kerajaan Hindu-Budha dan Islam di Indonesia. 2. Model pembelajaran yang digunakan adalah Problem Based Learning (PBL) yang dilaksanakan melalui diskusi kelompok
commit to user 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
3. Sikap berpikir kritis dan upaya peningkatan hasil belajar siswa untuk mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Purwokerto D. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan singkat yang disampaikan pada latar belakang masalah dan juga mengacu pada judul penelitian ini, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah implementasi model PBL dalam pembelajaran sejarah ? 2. Apakah model PBL dalam pembelajaran sejarah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik ? 3. Apakah model PBL dalam pembelajaran sejarah dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik ? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dipaparkaan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui efektifitas implementasi model PBL dalam pembelajaran sejarah 2. Untuk mengetahui implementasi model PBL dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. 3. Untuk mengetahui implementasi model PBL dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Teoritis :
commit to user 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Menambah wawasan pengetahuan dan pemahaman guru tentang model pembelajaran PBL yaitu merupakan salah model pembelajaran yang efektif dalam proses pembelajaran tingkat tinggi karena dapat membantu dan melatih peserta didik untuk memproses informasi yang sudah ada dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan lingkungan di sekitarnya 2. Praktis : a.
Siswa, yaitu : 1) Penggunaan model pembelajaran PBL dalam pembelajaran sejarah dapat menggali dan mengembangkan pengetahuan tentang peristiwa masa lampau yang dapat menjadi tolak ukur dalam menentukan sikap dan pemikirannya pada masa sekarang dan yang akan datang. 2) Penggunaan model pembelajaran PBL dalam pembelajaran sejarah dapat menggali dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik sehingga dapat sebagai modal untuk meningkatkan kualitas diri dan lingkungan sekitar. 3) Penggunaan model pembelajaran PBL dalam pembelajaran sejarah dapat meningkatkan hasil prestasi belajar.
b. Guru : 1) Untuk meningkatkan kemampuan dan kreatifitas guru dalam menyusun rancangan program pembelajaran, melaksanakan KBM dan mengevaluasi proses pembelajaran agar seluruh
commit to user 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
domain pembelajaran dapat dikuasai secara maksimal dan menyeluruh. 2) Guru
dapat
memilih
dan
mengembangkan
model
pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakteristik peserta didik sehingga mampu menggali dan mengembangkan sikap berpikir peserta didik serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. c. Sekolah : 1) Untuk dijadikan tolak ukur bagi peningkatan kualitas dan eksistensi lembaga / institusi sekolah. 2) Untuk memberi masukan kepada sekolah tentang model pembelajaran konstruktive yang sesuai dengan kondisi sekolah dan juga peserta didik, sehingga dapat ditularkan kepada guru lain di sekolah tersebut.
commit to user 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) a. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Problem
Based
Learning
(Pembelajaran
berbasis
masalah)
merupakan
pembelajaran terpusat melalui masalah-masalah yang relevan. Terpusat karena berisi scenario, tema, unit yang menempatkan kembali pada pembelajaran yang di inginkan. Tujuan dalam proses pembelajaran ini adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah, menguraikan masalah dan merevisinya ketika melakukan presentasi sehingga akan menambah informasi sesuai kompetensinya. Salah satu metode yang banyak diadopsi untuk menunjang pendekatan pembelajaran Learner Centered (Student Centered) dan yang dapat memberdayakan peserta didik adalah metode Problem Base Learning (M.Taufik Amir, 2011: 12) Terkait dengan pembahasan tentang masalah model pembelajaran ini, maka Howard Barrows dan Kelson dalam M.Taufik Amir, (2011: 21) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan PBL adalah kurikulum dan proses pembelajaran, yang di dalamnya dirancang masalah-masalah yang menuntut mahasiswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karir dan kehidupan sehari-hari. Pendapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Dutch dalam M.Taufik Amir, (2011: 21) menyatakan bahwa PBL merupakan
bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis mahasiswa dan inisiatif atas materi pelajaran. PBL mempersiapkan mahasiswa untuk kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai. Sementara itu Bruner dalam Trianto (2011: 91) mengatakan bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Sedangkan menurut John Dewey dalam Trianto (2011: 91), belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan pada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem syaraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Terkait tentang karakteristik dari model pembelajaran PBL menurut Ong-Seng Tan dalam M.Taufik Amir (2010: 22) telah menyampaikan pendapatnya sebagai berikut : 1.
Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran
2.
Biasanya masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang (ill-srtuctured)
3.
Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple perspektive)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
4.
Masalah membuat pemelajar tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru
5.
Sangat mengutamakan belajar mandiri (self derected learning)
6.
Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja
7.
Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Peserta didik bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching) dan melakukan presentasi.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa tujuan dari pembelajaran berbasis masalah (Problem Base Learning) antara lain adalah : 1. Membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilana memecahkan masalah. 2. Belajar berperan sebagai orang dewasa yang autentik (nyata) 3. Menjadi peserta didik yang mandiri. (Trianto, 2011: 95) Menurut Suparno dalam Aunurrahman (2011: 22-24) peran guru dalam proses pembelajaran, antara lain : 1.
Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan peserta didik
bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses dan penelitian. 2.
Memberikan kegiatan yang merangsang keingintahuan peserta didik dan
membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya serta ide-ide ilmiahnya. 3. Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran-pemikiran peserta didik dapat didorong secara aktif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Adapun manfaat model pembelajaran PBL menurut M.Taufiq Amir (2010: 27-29) antara lain yaitu: 1.
Menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya tentang materi yang diajarkan
2.
Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan
3.
Mendorong untuk berpikir kritis
4.
Membangun kerjasama tim, kepemimpinan dan ketrampilan sosial
5.
Membangun kecakapan belajar (life-long learning skills)
6.
Memotivasi pemelajar untuk menyelesaikan masalah sendiri
Norman & Schmid dalam Dorothy H. Evensen and Cindy E. Hmelo (2000: 6) menyampaikan pendapat bahwa : Research in psychology predicts several advantages for student in PBL curricula compared with those in traditional medical education contexts PBL student may be more highly motivated, betterat problem solving and self-directed learning, better able to learn and recall information (http://www.questia.com/PM.qst?a=o&d=27763577, diunduh tanggal 19 Januari 2013) Maksudnya bahwa menurut hasil penelitian ilmu Psikologi, ada beberapa keuntungan yang diperoleh siswa dalam pembelajaran PBLdibandingkan dengan pada saan mereka masih belajar pada pendidikan kedokteran dalam konteks pembelajaran tradisional. Peserta didik lebih termotivasi pada pemecahan masalah dan belajar mandiri, lebih mampu belajar dan mengingat informasi. Sebenarnya model pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenalkan sejak lama oleh John Dewey. Menurut Dewey dalam Trianto (2009: 91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. Sementara itu menurut Bader Shamsan and AT Syed dalam artikelnya berjudul Evaluation of Problem Based Learning (http://ijhs.org.sa/index.php/journal/article/view/3 diunduh tanggal 19 Januari 2013) yang mengungkap tentang keunggulan model pembelajaran PBL yaitu bahwa : The study reveals that the PBL system helps developing student skill particularly problem solving skill and help sharpening analytic skills . Maksudnya bahwa Model pembelajaran PBL membantu mengembangkan keterampilan peserta didik terutama keteranpilan pemecahan masalahdan membantu mengasah keterampilan analisis. Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan dalam Trianto, 2011: 92). Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi teori konstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan masalah nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama antara siswa, guru memandu siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan, guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselessaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.(Trianto, 2011: 92) Sementara itu seorang psikolog terkenal Gestalt menyarankan bahwa dalam pembelajaran berbasis masalah sebaiknya : a) pada saat membuat tugas belajar atau memberikan masalah sebaiknya dalam situasi yang kongkrit dan aktual, b) pendampingan selama pemecahan masalah tidak boleh berupa prosedur pengulangan atau peniruan, c) pembelajaran tidak boleh berupa seperangkat masalah yang sudah usang yang dapat dipecahkan dengan mempelajari serangkaian langkah hafalan saja.(Margareth E.Gredler, 2011: 74-75). Dengan kata lain dalam memilih materi pembelajaran berbasis masalah materi harus yang aktual dan bersifat problematik, sehingga menarik untuk di diskusikan dalam bentuk model pembelajaran berbasis masalah. Sehingga guru diharapkan selektif dalam memilih materi yang sesuai dengan model pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran. b. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Learning ( PBL ) Setiap model pembelajaran selalu terdapat kelebihan dan kelemahannya. Demikian juga dengan model pembelajaran PBL . Menurut Wina Sanjaya (2011: 220), penerapan model pembelajaran PBL memiliki beberapa keunggulan, antara lain :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
a. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran, sehingga pembelajaran lebih bermakna. b.
Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa
c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa d. Pemecahan
masalah
dapat
membantu
siswa
bagaimana
menstranfer
pengetahuan siswa untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata e. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkankan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang dilakukan. f. Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar dari guru atau dari buku saja. g.
Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa
h. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan menyesuaikan dengan pengetahuan baru. Disamping mengungkapkan tentang kelebihan model PBL, Wina Sanjaya (2011: 221) juga menyampaikan kekurangan dari model pembelajaran PBL, diantaranya yaitu : 1) Manakala siswa tidak tidak memiliki minat atau siswa berasumsi bahwa masalah yang dipelajari sulit dipecahkan, maka akan merasa enggan untuk mencoba.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
2) Keberhasilan model pembelajaran PBL membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. 3) Tanpa pemahaman mengapa siwa berusaha memecahkan masalah yang dipelajari. Maka siswa tidak akan belajar apa yang ingin dipelajari. c. Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Sintaks pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Dalam pembelajaran berdasarkan masalah, ada 5 langkah utama yaitu : (Trianto 2011: 98) Tahapan Tahap-1 Orientasi siswa pada masalah ( Apersepsi )
Tahap-2 Mengorganisasi siswa untuk belajar ( Elaborasi ) Tahap-3 Membimbing kegiatan diskusi kelompok ( Eksplorasi )
Tahap-4 Mengembangkan
Aktifitas Guru
Aktifitas siswa
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan sarana yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau informasi (sesuai KD yang akan diajarkan) untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih. Membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Mendorong/memotifasi siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan diskusi kelompok untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Juga menugaskan untuk mencari sumber data dengan melakukan wawancara dengan nara sumber yang relevan dan juga sumber kapustakan. Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
Menyimak penjelasan guru dan menyiapkan diri untuk membentuk kelompok diskusi dengan arahan guru.
commit to user
Melaksanakan diskui pemecahan masalah yang diberikan guru secara kelompok. Mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas secara kelompok
Melanjutkan mempresentasikan hasil
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
dan menyajikan hasil karya (Eksplorasi ) Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah ( Konfirmasi ) Tahap 6 Penutup
laporan hasil diskusi serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya dalam menyusun dan membuat laporan. Membantu siswa untuk melakukan mempresentasikan hasil diskusi kelompok, melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Memberikan Post Tes tertulis dan langsung dikumpulkan. Menyampaikan tugas untuk pertemuan berikutnya.
diskusi di depan kelas secara kelompok
Bersama-sama guru menyimpulkan materi.
Mengerjakan Post tes
2. Pembelajaran Sejarah a. Pembelajaran Apabila kita akan membahas mengenai istilah pembelajaran, maka kita tidak akan bisa lepas dari pembahasan masalah belajar. Terkait dengan istilah belajar ini, Burton dalam Aunurrahman (2011: 35), merumuskan pengertian belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Pendapat lain dikemukakan oleh Abdillah, dalam Aunurrahman
(2011: 35),
yang mengemukakan bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Gagne,
dalam
Deni
Darmawan
dan
Permasih
(2011:
124),
juga
menyumbangkan pendapatnya dengan menyatakan bahwa belajar adalah suatu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
proses di mana suatu organisme/individu berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dari pengertian tersebut disimpulkan bahwa terdapat tiga unsur pokok dalam belajar, yaitu: (a) proses, (b) perubahan perilaku, (c) pengalaman. (a) Proses, maksudnya belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif. (b)
Perubahan perilaku, maksudnya hasil belajar akan tampak pada perubahan perilaku individu yang belajar.
(c)
Pengalaman, maksudnya belajar dapat dilakukan melalui pengalaman langsung maupun pengalaman tidak langsung.
Selanjutnya Sudjana dalam Deni Darmawan dan Permasih (2011: 127), menyatakan bahwa hakikat belajar adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Sedangkan menurut Degeng dalam La Maskone (2011: 42) belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri sendiri disebabkan adanya interaksi antar individu, dan individu dengan lingkungannya. Belajar menjadi lebih mudah dan menyenangkan bagi siswa apabila dilakukan dengan metode yang lebih efektif, efisien, dan memiliki daya tarik yang tinggi. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa seseorang telah mengalami proses belajar apabila terjadi peerubahan, dari sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui dan juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu, baik dengan bantuan orang lain maupun secara otodidak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
.
Dan kalau kita cermati pada prinsipnya hal-hal yang menyangkut
pengertian belajar diantaranya adalah : 1.
Belajar merupakan suatu proses, yaitu kegiatan yang berkesinambungan yang dimulai sejak lahir dan terus berlangsung seumur hidup
2.
Dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen
3.
Hasil belajar ditunjukkan dengan aktifitas tingkah laku secara keseluruhan
4.
Adanya peranan kepribadian dalam proses belajar, antara lain aspek motivasi, emosional, sikap, dan sebagainya, (Deni Darmawan dan Permasih, 2011: 127)
Adapun ciri-ciri umum kegiatan belajar menurut Wragg, dalam Aunurrahman (2011: 35-37) adalah sebagai berikut : 1.
Belajar
menunjukkan
suatu
aktifitas
pada
diri
seseorang
yang
disadari/disengaja 2.
Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya
3.
Belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku
Terkait tentang masalah belajar, Nana Sudjana (2011: 22) menyampaikan pendapatnya tentang adanya penggolongan atau tingkatan jenis perilaku belajar itu sendiri yang terdiri dari tiga ranah (diambil dari pendapat Benyamin S.Bloom), yaitu ; 1. Ranah kognitif, terdiri dari enam jenis atau tingkatan perilaku : a. Pengetahuan, mencakup kemampuan ingatan tentang hal-hal yang telah dipelajari dan tersimpan di dalam ingatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap sari dan makna tentang hal-hal yang dipelajari. c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode, dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagianbagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. 2. Ranah Afektif menurut Krathwohl & Bloom dkk dalam Aunurrahman (2011: 50-51), terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu : a. Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut. b. Partisipasi,
yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan
berpartisipasi dalam suatu kegiatan c. Penilaian dan penetuan sikap, yang mencakup penerimaan terhadap suartu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap. d. Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. e.
Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai,
dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi. 3. Ranah Psikomotor (Simpson dalam Aunurrahman, 2011: 52), terdiri dari tujuh kemampuan motorik, yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
a. Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milah/mendeskripsikan sesuatu secara khusus dan menyadari adanya perbedaan antara sesuatu tersebut. b. Kesiapan, yang mencakup kemampuan menempatkan diri dalam suatu keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. c. Gerakan terbimbing, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerakan peniruan. d. Gerakan terbiasa, yang mencakup kemampuan gerakan-gerakan tanpa contoh. e. Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan terdiri dari banyak tahap secara lancar, efisien dan tepat. f. Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan melakukan perubahan dan penyesuaian pola gerak dengan persyaratan khusus yang berlaku. g. Kreativitas, yang mencakup kemampuan melahirkan pola-pola gerakan yang baru atas dasar prakarsa sendiri. Aktifitas belajar secara sistematis dan kontinyu dapat kita jumpai dalam proses pembelajaran.
Terkait
dengan
istilah
pembelajaran,
Trianto
(2009:17),
berpendapat bahwa pembelajaran pada hakekatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Jadi dengan kata lain pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduany terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang ditetapkan sebelumnya. Clements & Battista, dalam Trianto (2011:18), menyatakan bahwa pembelajaran hanya sekedar penyampaian fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan kepada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
siswa. Pendapat lain tentang pembelajaran juga didampaikan oleh Margaret E.Gredler (2011: 248), yang menyatakan bahwa proses pembelajaran adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi diri peserta didik tentang kekayaan pengetahuan yang dimiliki dan strategi efektif untuk memahami dan menguasai informasi dalam ranah yang berbeda-beda. Sedangkan komponen utama dalam pembelajaran itu sendiri terdiri dari : a) menstrukturisasi kerangka belajar, maksudnya menangani kerangka belajar yang terdiri pengetahuan peserta didik dan organisasi informasi yang akan dipelajari, b) memfasilitai perhatian pemelajar/peserta didik, maksudnya menciptakan lingkungan yang membuat siswa dapat fokus pada tugasnya dan kemudian memberikan penilaian informal atas persepsi peseta didik, c) memfasilitasi pengkodean informasi, maksudnya riset laboratoris menunjukkan bahwa tes sebelum penilaian akhir akan dapat memperkuat ingatan dan pemahaman peserta didik, dan d) mengajari siswa mengonstruksi makna untuk memperkaya pemahaman mereka atas pengetahuan yang bersifat tekstual maupun kontekstual. Syarifah Mursidah dalam Subiyanto (2007:117) juga memberikan sumbangan pemikirannya dengan mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif, nilai tersebut mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan peserta didik. Interaksi dalam kegiatan pembelajaran dikatakan bernilai edukatif karena diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Dari uraian di atas maka disimpulkan bahwa pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi antara guru dengan peserta didik dalam kegiatan mentransfer ilmu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
pengetahuan di kelas dengan tujuan untuk tercapainya pemahaman dari tidak tahu menjadi tahu dan adanya perubahan sikap dan tingkah laku peserta didik kepada kondisi yang lebih baik dan berkualitas. Sementara itu kita menyadari bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan terencana dan terprogram dengan memiliki ciri-ciri yang spesifik sebagai berikut : 1. Siswa
terlibat
aktif
dalam
belajarnya,
maksudnya
siswa
belajar
materi/pengetahuan yang bermakna dengan bekerja dan berpikir 2. Dalam proses pembelajaran informasi baru harus dikaitkan dengan informasi sebelumnya, sehingga menyatu dengan skemata yang dimiliki siswa. (Hudojo dalam Trianto, 2009:19) Senada dengan hal tersebut, Gagne dalam Margaret E.Gredler (2011: 195) berpendapat bahwa karakter/prinsip-prisip pembelajaran yaitu sebagai berikut : 1.
Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan eksternal yang mempengaruhi pemelajar/peserta didik pada saat melakukan kegiatan belajar
2.
Pembelajaran tidak memiliki tujuan tunggal, sebaliknya pembelajaran memiliki fungsi yang sesuai dengan tahapan pemrosesan informasi dalam belajar.
3.
Keputusan tentang pembelajaran harus dibuat dalam konteks keterampilan atau keterampilan yang akan dipelajari.
Dalam proses pembelajaran guru harus menyiapkan desain pembelajaran agar dalam pelaksanaannya dapat berlangsung lebih baik. Terkait dengan masalah persiapan untuk membuat dan menyusun desain pembelajaran, menurut Gagne
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
dalam Margaret E. Gredler ( 2011:195 ) terdapat lima kriteria dalam desain pembelajaran, yaitu : 1.
Pembelajaran harus dirancang untuk memfailitasi belajar siswa secara individu
2.
Kegiatan pembelajaran jangka panjang maupun menengah harus dimasukkan dalam desain pembelajaran
3.
Perencanaan pembelajaran tidak boleh sembarangan
4.
Pembelajaran harus di desain dengan menggunakan pendekatan sistem
5.
Desain pembelajaran harus didasarkan pada cara manusia belajar
Proses pembelajaran yang kita harapkan adalah bentuk proses pembelajaran yang baik dan ideal serta dapat diimplementasikan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran mereka. Adapun kriteria atau ciri-ciri kegiatan pembelajaran yang baik menurut Toto Fathoni (2011:161-162) adalah : 1) Memiliki tingkat relevansi epistemologi yang tinggi, artinya proses belajar yang dilakukan peserta didik relevan dengan hakekat ilmu yang sedang dipelajari peserta didik. 2) Memiliki tingkat relevansi psikologis; dalam hal ini ilmu dipandang sebagai alat berpikir. Makin tinggi kadar berpikir peserta didik di dalam kegiatan belajar makin berkualitas proses pembelajaran tersebut. 3) Memiliki tingkat relevansi sosiologis, maksudnya proses pembelajaran yang baik akan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menghayati nilai-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
nilai sosial yang ada, seperti saling menghargai pendapat, bekerja sama, dan sebagainya. 4) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi secara optimal. Karena proses pembelajaran yang terlalu didominasi oleh guru dinilai tidak baik. 5) Memiliki tingkat efisiensi dan efektifitas yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pencapaian tujuan yang optimal dan komprehensif serta dengan sumber daya yang relatif hemat. b. Sejarah Kita sudah sering mendengarkan istilah sejarah dalam kehidupan sehari-hari. Terutama apabila kita akan menelusuri asal-usul terjadinya suatu peristiwa yang kita alami atau kita jumpai sekarang ini. Oleh karena itu untuk lebih jelasnya akan penulis sampaikan penjelasan tentang makna sejarah itu sendiri. Menurut Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, menyebutkan bahwa sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau berdasarkan metode tertentu. Disamping itu Kuntowidjojo dalam Aman (2011: 15) menyatakan bahwa sejarah merupakan rekonstruksi masa lampau dan yang direkonstuksi sejarah adalah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami oleh manusia. Sidi Gazalba dalam Aman (2011:15) juga mengemukakan bahwa sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
sosial, yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan, yang memberi pengertian dan kepahaman tentang apa yang telah berlalu itu. Sedangkan menurut Sartono Kartodirdjo dalam Aman ( 2011:22 ) yang dimaksud dengan sejarah adalah cerita tentang pengalaman kolektif suatu komunitas atau bangsa di masa lampau yang akan membentuk kepribadian nasional dan sekaligus menentukan identitas nasional bangsa tersebut. Dari beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah benar-benar terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia. Dalam Permendiknas No.22 tahun 2006
Standar Isi : 523 dijelaskan bahwa mata
pelajaran Sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, karena materi sejarah: 1.
Mengandung
nilai-nilai
kepahlawanan,
keteladanan,
kepeloporan,
patriotisme, nasionalisme, dan semangat pantang menyerah yang mendasari proses pembentukan watak dan kepribadian peserta didik; 2.
Memuat khasanah mengenai peradaban bangsa-bangsa, termasuk peradaban bangsa Indonesia. Materi tersebut merupakan bahan pendidikan yang mendasar bagi proses pembentukan dan penciptaan peradaban bangsa Indonesia di masa depan;
3.
Menanamkan kesadaran persatuan dan persaudaraan serta solidaritas untuk menjadi perekat bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
4.
Sarat dengan ajaran moral dan kearifan yang berguna dalam mengatasi krisis multidimensi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari;
5.
Berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.
Sementara itu mata pelajaran Sejarah juga mempunyai tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Permendiknas No.22 tahun 2006
Standar
Isi : 524) : 1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan 2. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan 3. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau 4. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang 5. Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional. Dari penjelasan diatas maka disimpukan bahwa pembelajaran sejarah adalah proses interaksi antara guru dengan peserta didik dalam kegiatan mentransfer
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
ilmu pengetahuan sejarah di kelas dengan tujuan agar peserta didik dapat menjadi manusia yang mempunyai rasa kebangsaan, patriotisme dan cinta tanah air. 3. Berpikir Kritis a. Pengertian Berpikir Kritis Berpikir kritis bukanlah sesuatu yang sulit dan esoteris yang hanya bisa dilakukan oleh manusia yang memiliki nilai IQ berkategori genius. Sebaliknya, berpikir kritis merupakan sesuatu yang dapat dilakukan oleh semua orang. Berpikir kritis membantu kita memandang diri sendiri, bagaimana kita memandang dunia, dan bagaimana kita berhubungan dengan orang lain. Berpikir kritis membantu kita meneliti perilaku kita dan menilai nilai-nilai kita. Berpikir kritis merupakan sebuah keterampilan hidup, bukan hobi dibidang akademik (Ruggiero dalam Elaine B.Johnson, 2011: 189). Karena berpikir kritis adalah hobi berpikir yang bisa dikembangkan oleh setiap orang, maka hobi ini harus diajarkan siswa di SD,SMP dan SMA. Menurut John Dewey dalam Elaine B.Johnson (2011: 187), berpikir kritis adalah berpikir dengan baik, dan merenungkan tentang proses berpikir merupakan bagian dari berpikir dengan baik. John Dewey juga mengatakan bahwa sekolah harus mengajarkan cara berpikir yang benar pada anak-anak. Sementara itu Vincent Ruggiero dalam Elaine B.Johnson (2011: 187), mengartikan berpikir sebagai
membuat keputusan, atau memenuhi keinginan untuk memahami dan berpikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Terkait dengan kemampuan berpikir kritis, buku Panduan Teknis Pembelajaran Yang Mengembangkan Critical Thinking mengutip pendapat Arthur L.Costa (2009: 11) yang mengatakan bahwa berpikir kritis adalah aktivitas mental yang dilakukan untuk mengevaluasi kebenaran sebuah pernyataan. Pada umumnya evaluasi berakhir dengan keputusan untuk menerima, menyangkal, atau meragukan kebenaran pernyataan yang bersangkutan. Sementara itu Direktur Pusat Bahasa dan Pemikiran Kritis di LaGuardi College, City Unuverity of New York (CUNY), John Chaffee dalam Elaine B.Johnson (2011: 187) menjelaskan bahwa berpikir kritis sebagai berpikir untuk menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri. Maksudnya tidak hanya memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti bagaimana kita dan orang lain menggunakan bukti dan logika. Ada keterkaitan antara berpikir kritis dengan berpikir kreatif. Menurut Filsaime dalam Yuli Nurul Fauziah, Wahyu Sopandi, Mubiar Agustin (2010: 61) berpikir kreatif adalah proses berpikir yang memiliki ciri-ciri kelancaran (fluency), keluwesan (flexibellity), keaslian atau originalitas (originallity) dan merinci atau elaborasi (elaborate). Kelancaran adalah kemampuan mengeluarkan ide atau gagasan yang benar sebanyak
mungkin
secara
jelas.
Keluwesan
adalah
kemampuan
untuk
mengeluarkan banyak ide atau gagasan yang beragam dan tidak monoton dengan melihat
dari
berbagai
sudut
pandang.
Originalitas
adalah
kemampuan
mengeluarkan ide atau gagasan yang unik dan tidak biasa. Elaborasi adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
kemampuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi dan menambah kerincian dari ide atau gagasannya sehingga lebih menjadi lebih bernilai. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah kemampuan mengaplikasikan rasional, dan kegiatan berpikir tingkat tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan dan mengevaluasi. b. Delapan Langkah untuk Menjadi Pemikir Kritis Menurut pendapat Elaine B.Johnson (2011: 192-200) untuk menjadi pemikir kritis sebaiknya melalui tahapan-tahapan sistematis. Menurut beliau ada delapan langkah untuk menjadi pemikir kritis. Kedelapan langkah tersebut disajikan dalam bentuk sebuah pertanyaan karena dengan menjawab pertanyaan, para siswa dilibatkan dalam kegiatan mental yang mereka perlukan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam : 1. Apa sebenarnya isu, masalah, keputusan, atau kegiatan yang sedang dipertimbangkan? Ungkapkan dengan jelas ! Sebuah masalah atau isu mustahil bisa diteliti sebelum masalah atau isu tersebut digambarkan dengan jelas. Oleh karena itu, subyek yang akan diteliti harus dijelaskan dengan setepat-tepatnya. 2. Apa sudut pandangnya ? Sudut pandang, sudut pribadi yang kita gunakan dalam memandang sesuatu, dapat membutakan kita dari kebenaraan. 3. Apa alasan yang diajukan ?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Sebenarnya kita semua percaya bahwa keyakinan dan tindakan kita didasarkan pada alasan yang masuk akal. 4. Asumsi-asumsi apa saja yang dibuat ? Asumsi adalah ide-ide yang kita terima apa adanya. 5. Apakah bahasanya jelas ? Pemikir kritis berusaha untuk memahami. Dalam mencari makna, mereka sangat memperhatikan kata-kata/bahasa. 6. Apakah alasan didasarkan pada bukti-bukti yang meyakinkan ? Bukti adalah informasi yang akurat dan dapat dipercaya. 7. Kesimpulan apa yang ditawarkan ? Setelah mengumpulkan dan mengevaluasi informasi untuk memecahkan masalah, mengembangkan sebuah proyek, atau memutuskan sebuah perkara, pemikir kritis mulai merumuskan kesimpulan yang tepat. 8. Apakah implikasi dari kesimpulan-kesimpulan yang sudah diambil ? Kesimpulan yang menyangkut persoalan pribadi maupun publik hampir selalu memiliki efek samping yang tidak diharapkan c.
Proses Berpikir Kritis
Perilaku berpikir kritis sebaiknya dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun tahapan dalam proses berpikir kritis adalah sebagai berikut : 1)
bermula dari ilmu pengetahuan, semua dimulai dengan mengetahui serta meningkatkan pemahaman mengenai topik yang dipikirkan.
2)
meningkatkan pemahaman, ini adalah tahap seseorang mengerti tentang apa yang dipikirkannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
3)
Aplikasi, jika tidak dapat mengaplikasikan pemikiran dan pengetahuan pada kehidupan nyata, menerapkannya untuk hal yang bermanfaat bagi kehidupan, maka anda
sesungguhnya
tidak
mengehui
pentingnya
memikirkan suatu topik. Oleh karena itu, carilah sesuatu yang bermanfaat untuk anda pikirkan. 4)
Analisis topik yang sedang anda pikirkan, membagi informasi ke dalam kategori dan sub kategori, memilih dan memilah berbagai hal yang masuk ke dalam bagian yang lebih penting.
5)
Sintesis, ini adalah langkah dalam mengorganisir, menyusun konsep, mengubah (menyusun), dan menciptakan hal baru yang anda kembangkan dari yang sudah ada.
6)
Evaluasi, lihat kembali produk akhir anda. Jika anda menyukainya, maka tuntaskan. Jika tidak, kembali ke langkah awal dengan sasaran dan tujuan
yang berbeda. Ingat, jangan menyelesaikan sesuatu yang anda tidak sukai. ( http://gurupembaharu.com/home/berpikir-kritis/ diunduh tgl 7 Januari 2011)
Model di atas menggambarkan tahap-tahap berpikir kritis yang digunakan dalam pentahapan dalam ranah kognitif Benyamin S Bloom. Dalam pengem bangan yang terakhir justru evaluasi tidak menjadi puncak kemampuan berpikir kritis. Puncak yang sesungguhnya adalah kemampuan untuk mengubah ide menjadi karya yang inovatif. Dalam Panduan Teknis Pembelajaran yang Mengembangkan Critical Thinking (2009: 18) dijelaskan bahwa indikator untuk mengukur kemampuan berpikir kritis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
antara lain : 1) membandingkan, 2) hubungan sebab akibat, 3) memberi alasan, 4) meringkas,
5)
menyimpulkan,
6)
berpendapat,7)
mengelompokkan,
8)
menciptakan, 9) menerapkan, 10) analisis, 11) sintesis, 12) evaluasi. Sedangkan karakteristik berpikir kritis menurut Robert Duron, dkk yang dikutip dalam Panduan Teknis Pembelajaran yang Mengembangkan Critical Thinking (2009: 19)
yaitu :1)
kegiatan merumuskan pertanyaan, 2)
membatasi
permasalahan, 3) menguji data, 4) menguji berbagai pendapat dan bias, 5) menghindari pertimbangan yang emosional, 6) menghindari penyederhanaan berlebihan, 7) mempertimbangkan berbagai interpretasi, 8) mempertimbangkan toleransi ambiguitas. Adapun cara untuk mengembangkan kompetensi berpikir kritis, diantaranya adalah : 1) kuasai terlebih dahulu kemampuan-kemampuan berpikir dasar ( induktif, deduktif dan reflektif ) 2)
selalu bersikap skeptis tentang segala sesuatu
3) Tanamkan dalam diri kita bahwa tidak ada kebenaran yang mutlak selain yang datang dari Allah SWT 4) Yakini bahwa selalu ada kemungkinan kekeliruan atau kesalahan dari suatu pernyataan 5) Yakini bahwa tidak ada larangan untuk berpikir kritis dan berpendapat lain 6) Yakini bahwa pendapat orang banyak belum tentu benar 7) Yakini bahwa berpikir kritis adalah juga kunci untuk maju
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
8) Selalu dahului keputusan yang kita ambil sekecil apapun dengan berpikir nalar (menggunakan logika) 9) Jika kita berpikir kritis, jangan lupa bahwa orang lainpun mau. (http://didin-uninus.blogspot.com/2008/03/berpikir-kritis-dan pengembangannya.html) 4. Hasil Belajar Untuk mengetahui efektivitas kegiatan pembelajaran, guru perlu melihat hasil prestasi belajar peserta didik. Pembelajaran adalah pemerolehan pengetahuan tentang sesuatu hal atau keterampilan melalui belajar pengalaman dan pengajaran. Dan yang dimaksud dengan pengajaran itu sendiri adalah usaha untuk menunjukkan atau membantu seseorang untuk menjadi mengerti. ( Brown dalam Darmiyati, 2009: 540). Lebih jauh Brown dalam Darmiyati (2009: 540) mengemukakan bahwa terdapat tujuh macam konsep pembelajaran yaitu: 1) pembelajaran menyangkut hal yang praktis, 2) pembelajaran adalah penyampaian informasi, 3) pembelajaran adalah penyusunan organisasi, 4) pembelajaran memerlukan kearifan dan kesadaran, 5) pembelajaran relatif permanen, 6) pembelajaran menvakup hal yang praktis, 7) pembelajaran adalah perubahan tingkah laku. Sementara itu menurut Dimyati dalam Sri Hastuti Lastyawati ( MIIPS Volume 11 No.2 September 2010 yang dimaksud dengan evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai hasil belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan/atau pengukuran hasil belajar. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai siswa setelah mengikuti suatu kegiatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf , kata atau simbol. Sedangkan menurut Sudjana dalam Sri Hastuti Lastyawati ( MIIPS Volume 11 No.2 September 2010 ) penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa obyek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Sedangkan menurut Gagne dalam Nurdin Ibrahim (2009: 111) yang dimaksud dengan belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi dari lingkungan menjadiyang diperlukan beberapa tahapan pengolahan informasi yang diperlukan untuk memperoleh kapabilitasyang baru. Kapabilitas inilah yang disebut dengan hasi belajar. Menurut Gagne dan Briggs dalam Nurdin Ibrahim (2009: 111) terdapat 5 kategori kapabilitas hasil belajar, yaitu : 1) keterampilan intelektual (intellectual skill), 2) strategi kognitif (cognitive strategies), 3) informasi verbal (verbal information), 4) keterampilan motorik (motor skill), dan 5) sikap (atitudes). Sedangkan menurut Reigeluth dalam Nurdin Ibrahim (2009: 112) yang dimaksud hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh. Terkait dengan masalah hasil belajar, Winkel dalam Mery Noviyanti (2011: 82) menyampaikan pendapatnya tentang prestasi belajar. Menurut mereka yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
dimaksud dengan prestasi belajar adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai peserta didik yang mana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas/spesifik. Senada dengan Winkel, Arikunto dalam Mery Noviyanti (2011: 82-83) mengatakan bahwa pencapaian tujuan pembelajaran yang berupa prestasi belajar merupakan hasil dari kegiatan belajar mengajar semata. Sedangkan Gagne&Briggs dalam Sukiniarti (2006:13) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan internal yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah menjadi milik pribadi sesorang dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu. Jadi pada prinsipnya hasil belajar itu merupakan kemampuan yang diperoleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Sementara itu menurut Djamarah dalam Darmansyah dalam Arlis Efi Adriani (2010: 4) yang dimaksud dengan hasil belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemampuan siswa setelah melakukan aktifitas belajar. Disisi lain Zamroni dalam Zamrefrida dalam Arlis Efi Adriani (2010: 4) mengatakan bahwa hasil belajar dapat digunakan memotivasi peserta didik dan guru agar dapat melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar itu merupakan bentuk perilaku berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, informasi, dan atau strategi kognitif yang baru diperolaeh siswa setelah berinteraksi dengan lingkungan dalam suatu suasana atau kondisi pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
B. Penelitian Yang Relevan 1.
Arinawati Dwi Lestari, 2010 Model Problem Based-Learning (PBL)
Untuk Meningkatkan Partisipasi Dan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Pada Siswa Kelas X1 di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Teknologi Informatika Pelita Nusantara Kediri Tahun Pelajaran 2010/2011. Dalam hasil penelitiannya dibuktikan bahwa : (1) dalam
Pembelajaran dengan model PBL dapat meningkatkan partisipasi siswa menyelesaikan
masalah
yang
dihadapi.
Partisipasi
siswa
dalam
pembelajaran yang menggunakan model PBLdari siklus ke siklus mengalami peningkatan, Pada siklus 1 mencapai 13,3% siklus ke 2 menjadi 40% dan siklus ke 3 meningkat menjadi 83,3% yang berarti telah mencapai batas yang telah ditetapkan yaitu 80%. (2) Pembelajaran dengan model PBL dapat meningkatan prestasi belajar siswa. Prestasi siswa dalam pembelajaran yang menggunakan model PBL dari siklus ke siklus mengalami pengingkatan. Berdasarkan data prestasi belajar, jumlah siswa yang mencapai KKM dalam siklus 1 sejumlah 33,3% pada siklus 2 mengingkat menjadi 53,3% dan pada siklus 3 menjadi 80% yang berarti ketuntasan belajar IPA pada pokok bahasan manajemen limbah telah terpenuhi dan (3) Peningkatan partisipasi siswa dikarenakan siswa menggunakan berbagai sumber informasi diantaranya dengan melaksanakan diskusi antar kelompok, mencari narasumber menyelesaikan
serta mendapatkan informasi secara on-line guna
masalah.
Sedangkan
peningkatan
prestasi
belajar
siswa
dipengaruhi faktor minat , guru dan sumber belajar . Guru sebagai faktor eksternal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
mengembangkan dan memberikan penalaran teknik serta melatih dalam menggunakan berbagai sumber belajar supaya minat siswa dalam pembelajaran meningkat. Para siswa yang kurang mempunyai partisipasi dan prestasi belajar yang baik dikarenakan rasa kurang nyaman dalam proses pengolahan limbah , memiliki sifat mudah menyerah dalam menghadapi masalah dan tidak memiliki kemauan serta kemampuan yang cukup dalam mengikuti pembelajaran . 2.
Gino, 2007 Pengaruh Model Pembelajaran Preoblem Based Learning, Cooperative Learning Dan Ekspositorik Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Ditinjau Dari Tingkat Intelegensi Siswa Smp Di Kec. Jatisrono, Wonogiri.
Berdasar penelitiannya dibuktikan bahwa: (1) Ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran terhadap potensi belajar Pendidikan Kewarganegaraan, Model Problem Based Learning memiliki pengaruh yang paling signifikan, didiikuti Cooperative Learning dan Ekspositori, (2) Ada pengaruh yang signifikan tingkat siswa terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganagaraan. Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa siswa yang memiliki IQ tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang memiliki IQ rendah, (3) Ada interaksi pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran dan tingkat intelegensi siswa terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganagaraan. Berdasar uji penelitian secara umum model PBL memiliki pengaruh signifikan yang paling kuat, diikuti Cooperative Learning dan Ekspositori. Namun bila ditinjau secara khusus pada tingkat IQ rendah, model pembelajaran PBL sama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
pengaruhnya dengan Cooperative Learning dan dengan model Ekspositori, prestasi belajarnya lebih baik. Model pembelajaran PBL menekankan pada pemecahan masalah pada kehidupan nyata. Model Cooperatiove Learning menekankan pada aspek kerja sama kelompok sedangkan model Ekpositori menekankan presentasi. Guru hendaknya mampu menerapkan
model pembelajaran
yang tepat sesuai
karakteristik siswa termasuk tingkat intelegensinya. Guna meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan prestasi belajar siswa, guru disarankan mengembangkan pembelajaran seperti model PBL.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Kerangka Berpikir Judul : Penerapan Model Problem Based Learning ( PBL ) Dalam Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar ( Studi Pada Siswa Kelas X1.IPS. SMA Negeri 1 Purwokerto Tahun Pelajaran 2012/2013 )
Keterangan Skema : 1. Kondisi awal, maksudnya bahwa kondisi peserta didik sebelum diterapkannya model pembelajaran PBL prestasi hasil belajar khususnya untuk mata pelajaran sejarah. Hal ini terjadi antara lain karena kegiatan pembelajaran masih bersifat teacher centered , dan juga metode yang kurang variatif sehingga cenderung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
membosankan. Kondisi ini akhirnya menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi tidak bisa maksimal. 2. Dengan latar belakang tersebut maka guru kemudian melakukan tindakan menerapkan salah satu model pembelajaran yang bersifat student centered, yaitu model pembelajaran PBL dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. 3. Setelah guru menerapkan model pembelajaran PBL maka peserta didik mulai terlatih untuk dapat berpikir kritis dan akhirnya hasil prestasi belajar khususnya mata pelajaran Sejarah menjadi meningkat melampaui batas ketuntasan minimal (KKM). D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori di atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini di rumuskan sebagai berikut: 1.
Penerapan
model
PBL
dalam
pembelajaran
Sejarah,meliputi
tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. 2.
Penerapan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, yaitu apabila nilai hasil pengamatan siswa selama proses pembelajaran
3.
Penerapan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa (diatas Kriteria Ketuntasan Minimal).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Untuk kegiatan penelitian kali ini, peneliti menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan siswa. (Suharsimi Arikunto, 2012: 3) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah juga merupakan penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya (Suhardjono, 2012: 58). Terkait dengan pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Supardi (2012: 104) mengatakan bahwa pada intinya PTK merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya muncul di kelas, dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan sehingga sulit dibenarkan jika ada anggapan bahwa permasalahan dalam penelitian tindakan kelas diperoleh dari persepsi atau lamunan seorang peneliti. Penelitian Tindakan Kelas oleh guru dapat merupakan kegiatan reflektif dalam berpikir dan bertindak dari guru yang bersangkutan. Menurut John Dewey berpikir reflektif dalam pengalaman pendidikan sebagai selalu aktif, ulet, dan selalu mempertimbangkan segala bentuk pengetahuan yang akan diajarkan berdasarkan keyakinan adanya alasan-alasan yang mendukung dan memikirkan
commit to user 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
kesimpulan serta akibat-akibatnya kemana pengetahuan itu akan membawa peserta didik. (Dewey, dalam Rochiati Wiriaatmadja, 2010:12). Sedangkan tindakan reflektif guru dalam praktek sehari-harinya, yang harus banyak melakukan pengambilan kesimpulan, dan untuk mencapai kesimpulan yang benar itu ia perlu bereksperimen dan melakukan tes.(Rochiati Wiriaatmadja, 2010:12). Pengertian lain Penelitian Tindakan Kelas yaitu sebagai suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis, reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru atau orang lain dari perencanaan sampai dengan tahap penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan (Basuki Wibowo, dalam Nunuk Suryani, 2010: 135). Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu jenis penelitian yang dilakukan oleh guru yang dilakukan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran dalam rangka untuk melakukan refleksi dan peningkatan sistem pembelajaran konstruktif sehingga dapat meningkatkan kualitas guru dalam melaksanakan kegiatan pembe lajaran maupun hasil belajar siswa. Menurut Suharsimi Arikunto (2012: 6-8) agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang PTK, maka perlu memahami prinsip-prinsip PTK. Prinsip-prinsip tersebut adalah : 1.
Kegiatan nyata dalam situasi rutin. Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin.
commit to user 49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
2.
Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja PTK didasarkan atas sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka atas hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik.
3.
SWOT sebagai dasar berpijak Penelitian tindakan harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT, terdiri atas unsur S-Strength ( kekuatan ), W-Weaknesses ( kelemahan ), OOpportunity ( kesempatan ), dan T-Threat ( ancaman ).
4.
Upaya empiris dan sistematik, merupakan penerapan dari prinsip ketiga.
5.
Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan -
S (Specific), khusus/spesifik, tidak terlalu luas cakupannya
-
M (Managable), mudah dikelola/dilakukan, tidak berbelit-belit
-
A (Acceptable), dapat diterima oleh lingkungan (subyek, siswa) atau Achievable (dapat dicapai / dijangkau peneliti dan subyeknya)
-
R (Realistic), operasional, tidak menyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi dirinya maupun subyek yang dikenai tindakan
-
T ( Time-bound ), diikat oleh waktu, sudah terencana.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : Penelitian ini dilaksanakan pada kelas XI.IPS SMA Negeri 1 Purwokerto, dengan jumlah siswa sebanyak 38 orang. Waktu : Semester 1 (Agustus Desember 2012) Tahun Ajaran 2012-2013.
commit to user 50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Tabel 1 : Jadwal Kegiatan Penelitian Kegiatan Penelitian
Juli
1. Menyusun Proposal Penelitian 2. Menyusun Instru men Penelitian 3. Melakukan Kegiatan Siklus 1 4. Melakukan Kegiatan Siklus 2 5. Melakukan Kegiatan Siklus 3 6. Menganalisis Data Penelitian 7. Menyusun Laporan Penelitian
Bulan September Oktober
Agustus
Nopember
Desember
X
X
X X X X X X X
C. Subyek Penelitian a. Siswa
:
Aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI.IPS Semester I (Ganjil) Tahun Ajaran 2012/2013. b. Guru
:
Kemampuan guru dalam mengaplikasikan model pembelajaran PBL atau model pembelajaran berbasis pemecahan masalah. Dalam kegiatan ini guru harus menyiapkan instrumen dan program pembelajaran dalam bentuk Silabus, Program Tahunan, Program Semester, dan Rencana Pelaksanaan Pembalajaran (RPP). Disamping itu guru kemudian juga melaksanakan program pembelajaran dengan menggunakan model PBL . Dalam menggunakan model PBL ini guru sebagai fasilitator sekaligus mediator yang membimbing dan mengarahkan peserta didik melalui
commit to user 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
diskusi kelompok untuk dapat bekerja sama dalam memecahkan masalah tentang berbagai peristiwa yang terjadi pada masa kerajaan-kerajaan Hindhu-Budha dan Islam di Indonesia. Tugas akhir guru dalam proses pembelajaran ini adalah melakukanevaluasi dalam bentuk post tes untuk siswa. c. Kolaborator Kolaborator ini bertugas untuk mengamati aktifitas peserta didik maupun guru selama berlangsungnya proses pembelajaran. Dalam penelitian ini yang menjadi kolaborator adalah PD. Beliau merupakan guru PKn di SMA Negeri 1 Purwokerto yang sudah cukup senior dan berpengalaman dalam penerapan
pembelajaran
kreatif.
Kemudian
hasil
pengamatannya
didiskusikan bersama guru yang sedang melakukan praktek penelitian. D. Prosedur Penelitian 1. Menyusun Rancangan Tindakan Pada tahap perencanaan ini, peneliti menyusun menyiapkan rencana program penelitian tindakan kelas, dilanjutkan dengan menyiapkan dan menyusun perangkat pembelajaran. Adapun permasalahan penelitiannya adalah Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar (Studi Pada Kelas X1.IPS. SMA Negeri 1 Purwokerto Tahun Pelajaran 2012/2013)
commit to user 52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
2. Melaksanakan Rancangan Tindakan Peneliti mulai melakukan kegiatan penelitian dan disertai dengan praktek penerapan model PBL di kelas dengan urutan kegiatan sebagai berikut : a) Pelaksanaan siklus l, rincian seperti pada kolom siklus 1 b) Observasi dan refleksi hasil siklus l c) Apabila hasil yang diperoleh dari kegiatan Siklus 1 belum sesuai dengan target yang diinginkan , maka dilaksanaan siklus 2, rinciannya seperti pada kolom siklus 2. i.
Observasi dan refleksi hasil siklus
3. Refleksi Pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini peneliti akan mengulas secara kritis (reflektive) tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa, situasi dan kondisi kelas yang dijadikan obyek penelitian. Siklus I Kompetensi Dasar : Kerajaan-Kerajaan HindhuBudha di Indonesia (Mataram Kuno, Sriwijaya dan Majapahit) 1.Waktu : 2 kali pertemuan ( 2 x 90 menit ) 2.Model Pembelajaran PBL Melalui metode Diskusi Kelompok 3.Lokasi di ruang Kelas X1.IPS.2 4.Evaluasi sikap berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik
Siklus 2 Kompetensi Dasar : Kerajaan-Kerajaan Islam di Indoneia (Samudra Pasai, Aceh dan Demak ). 1.Waktu : 2 kali pertemuan (2 x 90 menit) 2. Model Pembelajaran PBL. Melalui metode Diskusi Kelompok 3. Lokasi di ruang Kelas X1.IPS.2 4. Evaluasi sikap berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik
commit to user 53
Siklus 3 Kompetensi Dasar : Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia (Banten Mataram Islam,TernateTidore) 5.Waktu : 2 kali pertemuan ( 2 x 90 menit ) 6.Model Pembelajaran PBL Melalui metode Diskusi Kelompok 7.Lokasi di ruang Kelas X1.IPS.2 8.Evaluasi sikap berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Diagram Rencana Penelitian Tiap Siklus adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Prosedur Rencana Tindakan Siklus : 1. Tahap Perencanaan Pembelajaran Kegiatan awal yang dilakukan dalam tahap persiapan ini adalah melakukan identifikasi masalah yang dilakukan pada tahap pra penelitian tindakan kelas, peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam
proses
pembelajaran,
kemudian
guru
menjelaskan
tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dan langkah-langkah yang akan dilakukan peserta didik dalam proses pembelajaran tersebut. Rencana kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan
model
pembelajaran PBL, disusun berdasarkan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru pengampu mata pelajaran yaitu penulis sendiri. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) tersebut disusun berdasarkan pada silabus mata pelajaran Sejarah kelas XI.IPS semester 1. 2.
Tahap Pelaksanaan Pembelajaran ( Siklus 1 ) a. Perencanaan Tindakan Dalam tahap ini guru melakukan kegiatan antara lain :
b.
-
Menyusun skenario pembelajaran
-
Membuat lembar pengamatan/observasi
-
Guru menyiapkan alat pembelajaran yang diperlukan
Pelaksanaan tindakan (1) Apersepsi : a) Guru menugaskan ketua kelas untuk memimpin doa bersama, b) Guru mengabsen siswa, c) Guru membagikan lembar masalah yang akan didiskusikan peserta didik dalam
commit to user 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
setiap kelompok, d) Guru menjelaskan cara menyusun format laporan hasil diskusi. (2) Kegiatan Inti Pada tahap ini peserta didik melakukan kegiatan diskusi dengan masalah yang sudah diberikan oleh guru, diteruskan presentasti, dan tanggapan dari dari kelompok lain. Dalam kegiatan inti ini siswa yaitu melakukan diskusi dengan tema yang sudah diarahkan oleh guru yang dituangkan dalam bentuk laporan, dilanjutkan dengan presentasi setiap kelompok dan terakhir adalah tanggapan dari kelompok lain. (3) Penutup a) Guru memberi kesempatan siswa untuk menyampaikan materi yang belum jelas b) Guru melakukan evaluasi terhadap laporan hasil diskusi siswa c.
Pengamatan Pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran pada siklus 1 ini, pengamatan dilakukan secara langsung oleh kolaborator. Adapun obyek yang diamati adalah aktifitas siswa dalam kegiatan diskusi maupun pada saat presentasi kelompok, dengan menggunakan lembar pengamatan/observasi.
commit to user 56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
d.
Refleksi Refleksi dalam Penelitian Tindakan Kelas merupakan upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi dan juga apa yang telah dihasilkan dalam proses pembelajaran tersebut. Kegiatan refleksi dilakukan pada setiap akhir siklus. Setiap selesai melakukan tindakan pembelajaran, guru dibantu oleh teman sejawat yang bertugas sebagai kolaborator menilai dirinya sendiri secara objektif apabila sudah berhasil menerapkan model pembelajaran PBL pada mata pelajaran Sejarah dengan baik dan juga telah menganalisis laporan hasil kerja kelompok peserta didik.
3.
Perencanaan Siklus 2 Siklus
2
merupakan
langkah
berikutnya
setelah
peneliti
melakukan refleksi siklus 1 yang ternyata belum berhasil sesuai target yang diinginkan yaitu : a. Nilai kemampuan berpikir kritis masih < 80,00 b. Nilai hasil belajar siswa masih < 79,00 Tujuan dilaksanakan siklus II adalah mengulangi kegiatan pembelajaran yang sama dengan persiapan dan perencanaan kegiatan pembelajaran yang lebih baik lagi. Sehingga hasilnya diharapkan dapat mencapai target yang diinginkan. Dalam siklus ini guru memberi arahan kepada siswa dan menyampaikan bahwa dalam kegiatan siklus 1 hasilnya belum sesuai yang diinginkan sehingga perlu dilakukan siklus II dengan harapan
commit to user 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
hasilnya lebih baik seperti yang ditargetkan peneliti. Adapaun tindakan yang akan dilakukan peneliti dalam siklus 2 adalah : a.
Perencanaan Tindakan (1)
Menetapkan materi pembelajaran
(2)
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
(3)
Peserta didik diberi penjelasan tentang pelaksanaan diskusi, penyusunan
laporan
hasil
diskusi
dan
kemudian
mempresentasikannya (4) b.
Melaksanakan kegiatan pembelajaran
Pelaksanaan Tindakan (1)
Apersepsi : a) Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan memerintahkan ketua kelas untuk memimpin doa bersama, b) Guru mengabsen siswa, c) Guru menjelaskan kronologi kegiatan pembelajaran
(2)
Kegiatan Inti Pada pelaksanaan kegiatan inti ini siswa melaksanakan kembali kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL
(3)
Penutup a)
Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menanyakan materi pelajaran yang belum jelas
b) Guru mengevaluasi laporan hasil diskusi peserta didik
commit to user 58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
c.
Pengamatan Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus 2 diamati secara langsung oleh kolaborator dengan objek utama aktifitas pserta didik pada saat mengikuti rangkaian pembelajaran.
d.
Refleksi Refleksi dalam Penelitian Tindakan Kelas adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi dan yang telah dihasilkan. Refleksi dilakukan pada setiap akhir kegiatan siklus. Setiap selesai melakukan tindakan siklus, guru dibantu dengan teman sejawat yang bertindak sebagai kolaborator menilai dirinya sendiri secara objektif tentang pelaksanaan penerapan model PBL pada mata pelajaran Sejarah, disertai dengan menilai serta menganalisa hasil diskusi kelompok dan presentasi, sehingga diharapkan dapat mewujudkan hasil pembelajaran yang diiinginkan.
4.
Perencanaan Tindak Lanjut Apabila dalam 2 siklus masalah yang diteliti belum sesuai target yang diinginkan maka penelitian tindakan kelas dilanjutkan pada siklus 3. Jika dalam pelaksanaan siklus 3 pelaksanaan tindakan sudah menyelesaikan masalah, maka kegiatan penelitian selesai.
E. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ; a. Informan (siswa), yang diperoleh melalui kegiatan tes hasil belajar dan quisioner
commit to user 59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
b. Lokasi penelitian yang diperoleh dengan melakukan kegiatan observasi c. Dokumen, berasal dari analisis data, Silabus, dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) F. Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data Jenis data yang dikumpulkan adalah data kuantitatif dan data kualitatif. -
Data kuantitatif diambil dari nilai diskusi kelompok, dan post-test pada akhir kegiatan Pra-Siklus, siklus 1, siklus 2, maupun siklus 3.
-
Data kualitatif diambil dari hasil informasi yang diperoleh melalui kegiatan observasi dan quisioner.
2. Teknik Pengumpulan Data Sumber untuk memperoleh data penelitian diambil dari : a. Wawancara, yang dilakukan dengan siswa, guru, maupun stake holder sekolah (Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah) b. Observasi, meliputi lingkungan sekolah dan kondisi siswa c. Penelitian dokumen, diantaranya silabus, RPP, hasil kuisioner dan nilai hasil kegiatan Post tes. G. Teknik Validasi Data Menurut H.B.Sutopo (2006: 93-96) untuk menjamin kepercayaan data yang diperoleh melalui penelitian maka perlu dilakukan validasi data dengan cara Trianggulasi sumber (Trianggulasi data) maupun Trianggulasi metode. Untuk teknik Trianggulasi sumber bisa dilakukan dengan cara menggali data dari sumber yang berbeda melalui wawancara dengan lebih dari satu informan
commit to user 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
yang berbeda status dan kelompoknya. Sedangkan dalam teknik Trianggulasi metode peneliti menggunakan metode yang berbeda (kuisioner, wawancara dan observasi) untuk memperoleh jenis data yang sejenis, sehingga diharapkan data yang diperoleh akan lebih dapat dipercaya kebenarannya. H. Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan cara : 1. Menjelaskan kondisi hasil belajar siswa pada Pra Siklus Kondisi hasil belajar siswa masih rendah karena kegiatan pembelajaran masih bersifat konvensional (teacher centered) dan metode pembelajaran yang kurang variatif sehingga cenderung membosankan siswa. Oleh karena itu perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), karena tujuan diadakannya PTK pada dasarnya adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional pendidik dalam menangani proses belajar mengajar, melalui berbagai tindakan tindakan alternatif dalam memecahkan berbagai persoalan dalam pembelajaran di kelas. (Supardi, 2012: 106). 2. Membandingkan kondisi hasil belajar siswa pada Pra Siklus dengan Siklus 1. Setelah peneliti melaksanakan kegiatan siklus I, maka pada tahap refleksi dilakukan analisis untuk membandingkan hasil belajar siswa pada Pra Siklus dengan Siklus I. Walaupun hasilnya mungkin lebih baik, tetapi apabila belum memenuhi target yang diinginkan maka dilanjutkan pada Siklus 2. 3. Membandingkan kondisi hasil belajar siswa pada Siklus 1 dengan Siklus 2. Setelah peneliti melaksanakan kegiatan siklus 2, maka pada tahap refleksi dilakukan analisis untuk membandingkan hasil belajar siswa pada Siklus I
commit to user 61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
dengan Siklus II. Walaupun hasilnya mungkin lebih baik, tetapi apabila belum memenuhi target yang diinginkan maka dilanjutkan pada Siklus 3. 4. Membandingkan kondisi hasil belajar siswa pada Siklus 2 dengan Siklus 3. Setelah peneliti melaksanakan kegiatan siklus III, maka pada tahap refleksi dilakukan analisis untuk membandingkan hasil belajar siswa pada Siklus 2 dengan Siklus 3. Apabila sudah memenuhi target ( KKM 79,00 ) yang diinginkan, maka penelitian sudah selesai dan tidak perlu dilanjutkan lagi. I. Indikator Kinerja Yang menjadi tolak ukur atau indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah: 1. Guru dapat menerapkan model PBL pada saat menyajikan materi pembelajaran Sejarah di klas dengan menerapkan tahap 1 (apersepsi): orientasi siswa pada masalah, tahap 2 (Elaborasi): mengorganisai siswa untuk belajar, tahap 3 (Eksplorasi): membimbing kegiatan diskusi kelompok, tahap 4: mengembangkan dan menyajikan hasil karya, tahap 5 (Konfirmasi ): menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah 2. Penerapan model PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada peserta didik apabila nilai kemampuan berpikir kritis berdasarkan
3. Penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik apabila nilai hasil belajar sudah mencapai dan
commit to user 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tempat Penelitian 1. Lokasi Sekolah Lokasi SMA Negeri 1 Purwokerto terletak di Jalan Jendral Gatot Subroto No.73 Purwokerto, kabupaten Banyumas, propinsi Jawa Tengah. SMA Negeri 1 Purwokerto didirikan pada tanggal
1
Agustus 1958
berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No: 4791/B.III Tanggal 21 September 1958, merupakan salah satu SMA negeri dari tiga belas SMA negeri yang ada di Kabupaten Banyumas, dan juga merupakan salah satu sekolah RSBI dari 5 RSBI yang ada di kabupaten Banyumas. Gedung yang digunakan merupakan gedung peninggalan Belanda dan merupakan cagar budaya Pemerintah Kabupaten Banyumas. Sedangkan alamat E-Mail SMA Negeri 1 Purwokerto adalah
:
[email protected],
kemudian
untuk
Website
:
www
sma1purwokerto.sch.id, dan nomor tilpun / Fax : ( 0281 ) 636293. Adapun Visi, Misi, Dan Tujuan dari SMA Negeri 1 Purwokerto adalah sebagai berikut : a. Visi SMA Negeri 1 Purwokerto mempunyai visi menjadikan lulusannya bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (takwa), mempunyai keunggulan dibidang akademik dan nonakedemik (unggul), dan tetap berpegang pada budaya nasional (berbudaya), yang disingkat TANGGUL BUDAYA.
commit to user 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
b. Misi Untuk mewujudkan visi Tanggul Budaya, SMA Negeri 1 Purwokerto memiliki misi sebagai berikut : 1) Menyelenggarakan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah Menyelenggarakan
yang partisipatif, akuntabel, dan pendidikan
keagamaan
yang
transparan, 2) berkualitas,
3)
Menyelenggarakan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan, 4) Mengembangkan kecerdasan spiritual, intelektual dan emosional secara seimbang, 5) Menumbuhkan budaya tertib dan disiplin serta sikap kritis, kreatif, inovatif, sportif dan konstruktif pada seluruh komunitas sekolah, 6) Menerapkan nilai-nilai budi pekerti, moral dan estetika, serta semangat nasionalisme, 7) Meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan, 8) Menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap dan berkualitas, 9) Membangun jaringan dan kerjasama dengan berbagai komponen masyarakat di wilayah sekitar SMA Negeri 1 Purwokerto. c. Tujuan Untuk merealisasikan visi dan misi di atas, maka SMA Negeri 1 Purwokerto merumuskan tujuan sekolah sebagai berikut . 1) Menghasilkan lulusan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2) Menghasilkan lulusan yang dapat diterima di perguruan tinggi dalam dan luar negeri baik melalui tes dan tanpa tes, 3) Memiliki tim Olimpiade Sains secara berkesinambungan untuk menjadi juara dalam Olimpiade tingkat dunia, 4) Memiliki tim lomba karya ilmiah remaja secara berkesinambungan dan menjadi juara dalam lomba tingkat nasional, 5) Memiliki tim debat Bahasa Inggris secara berkesinambungan dan menjadi juara
commit to user 49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
dalam lomba tingkat nasional, 6) Memiliki tim olah raga sekurang-kurangnya tiga cabang dan menjadi juara dalam lomba tingkat propinsi. 7) Memiliki tim kesenian yang siap dipentaskan dan menjadi juara dalam lomba tingkat propinsi, 8) Memilik Menghasilkan lulusan yang berbudi pekerti luhur, bermoral, dan berestetika tinggi, 10) Menghasilkan lulusan yang memiliki budaya tertib dan berdisiplin. 2. Keadaan Siswa Pada Tahun Pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Purwokerto memiliki 996 peserta didik (data per 1 Oktober 2012) . Jumlah tersebut ditampung dalam 29 rombongan belajar (rombel), yang masing-masing berjumlah 10 rombel di kelas X, 9 rombel di kelas XI, dan 10 rombel di kelas XII. Jumlah jurusan di SMA Negeri 1 Purwokerto ada dua, yaitu IPA (tujuh kelas) dan IPS (dua kelas). Berikut ini adalah tabel data tentang jumlah siswa
tiap rombel pada tahun pelajaran
2012/2013 : Tabel 2 : Jumlah Siswa SMA Negeri 1 Purwokerto Tahun Pelajaran 2012/2013 Kelas X.1 X.2 X.3 X.4 X.5 X.6 X.7 X.8 X.9 Kelas X. Akselerasi XI. IPA.1 XI. IPA.2
Laki-Laki 14 14 14 15 14 14 14 14 15 Laki-Laki 6 14 15
Perempuan 24 24 23 22 22 23 22 22 22 Perempuan 17 20 19
commit to user 50
Jumlah 38 38 37 37 36 37 36 36 37 Jumlah 23 34 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
XI. IPA.3 XI. IPA.4 XI. IPA.5 XI. IPA.6 XI. IPA.7 XI. Akselerasi XI. IPS.1 XI. IPS.2 XII. IPA.1 XII. IPA.2 XII. IPA.3 XII. IPA.4 XII. IPA.5 XII. IPA.6 XII. IPA.7 XII. IPS.1 XII. IPS.2 Jumlah
14 14 12 13 12 6 13 15 15 15 16 15 13 14 14 15 13 392
20 18 22 21 22 18 26 22 20 20 19 19 21 20 20 16 17 604
34 32 34 34 34 24 39 37 35 35 35 34 34 34 34 31 30 996
3. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMA Negeri 1 Purwokerto memiliki tenaga pendidik
64 orang, tenaga
kependidikan 29 orang, Sumber daya manusia dari tenaga pendidik di SMA Negeri 1 Purwokerto termasuk relatif tinggi. Hal ini dapat diamati antara lain dari tingkat pendidikan formalnya seperti terdapat dalam tabel berikut ini. Tabel 3 : Tingkat Pendidikan Tenaga Pendidik SMA Negeri 1 Purwokerto Tahun Pelajaran 2012/2013 No 1. 2. 3.
Tingkat Pendidikan < Sarjana ( S1 ) Sarjana ( S1 ) Pascasarjana ( S2 )
Jumlah 4 44 18
Jumlah
64
Keterangan
7 orang dalam proses studi
Dari hasil pengamatan peneliti dan wawancara dengan Kepala Sekolah, guru-guru di SMA Negeri 1 Purwokerto memiliki rasa loyalitas dan tanggung
commit to user 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
jawab yang tinggi terhadap institusi maupun profesinya, serta selalu berusaha untuk meningkatkan pengetahuannya untuk menunjang kualitas profesi. Semua guru aktif dalam organisasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) baik sebagai anggota maupun pengurus pada tingkat Kabupaten. B. Kondisi Awal Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Data yang dikumpulkan untuk menyusun laporan penelitian diperoleh dari wawancara dengan Kepala Sekolah, Waka Sarana Prasarana, Sie Kurikulum. Pembicaraan antara peneliti dengan informan dimulai dengan Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM ) secara umum, kemudian menuju ke arah yang lebih spesifik yaitu pada pembelajaran Sejarah. Kurikulum yang diterapkan di SMA Negeri 1 Purwokerto adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pembelajaran Sejarah pada kurikulum KTSP untuk kelas XI.IPS di SMA Negeri 1 Purwokerto adalah 3 jam untuk 2 kali pertemuan setiap minggu. Adapun sistem penilaian dalam pembelajaran Sejarah pada KTSP meliputi dua aspek yaitu penguasaan konsep dan penerapan (aplikasi). Nilai penguasaan konsep diperoleh dari tingkat pemahaman siswa berkaitan dengan kemampuan kognitif, yang diukur melalui tes tertulis pada ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas. Sedangkan nilai aspek penerapan diperoleh dari tingkat penguasaan siswa pada ranah afektif dan psikomotor, yang diukur melalui penilaian unjuk kerja dan penilaian tugas kokurikuler atau portofolio.Dalam KTSP ketuntasan belajar yang diharapkan secara nasional adalah 75%, tetapi guru dapat menyusun Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sesuai dengan kondisi sekolahnya. KKM disusun berdasarkan 3
commit to user 52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
komponen yaitu kompleksitas (tingkat kesulitan materi), intake (tingkat kemampuan akademik siswa), dan daya dukung (sarana dan prasarana sekolah). KKM ditentukan oleh guru mata pelajaran untuk satu tahun ajaran dan disusun pada setiap awal tahun pelajaran. KKM mata pelajaran Sejarah di kelas XI.IPS pada tahun pelajaran 2012/2013 di SMA Negeri 1 Purwokerto adalah 79 (Lampiran 6.2 CL 05) Untuk lebih jelasnya di bawah ini terdapat tabel Kriteria Ketuntasan Minimal SMA Negeri 1 Purwokerto tahun pelajaran 2012/2013. Tabel 4 : Kriteria Ketuntasan Minimal SMA Negeri 1 Purwokerto Tahun Pelajaran 2012/2013. Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas XI XI XII XII X IPA IPS IPA IPS
Komponen A, Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 2. Pendidikan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Bahasa Inggris 5. Matematika 6. Fisika 7. Biologi 8. Kimia 9. Sejarah 10. Geografi 11. Ekonomi 12. Sosiologi 13. Seni Budaya
78 78 76 78 78 76 78 78 78 76 76 78 76
commit to user 53
78 79 78 79 80 78 79 78 79 78
78 79 78 79 80 79 77 77 79 78
80 80 80 80 80 80 80 78 80 80
80 80 80 80 80 80 78 78 80 80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) Komponen
76
Kelas XI IPA 77
Kelas XI IPS 77
Kelas XII IPA 78
Kelas XII IPS 78
78
78
78
78
78
76 77
77 78
77 78
80 79
80 79
Kelas X
14. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan 15. Teknologi Informasi dan Komunikasi 16. Keterampilan/Bahasa Asing B. Muatan Lokal/Bahasa Jawa
Sarana dan prasarana pembelajaran di SMA Negeri 1 Purwokerto relatif sudah cukup memadai, kecuali untuk mata pelajaran Penjasorkes karena lapangan olah raga relatif sempit. Untuk lebih jelasnya di bawah ini terdapat tabel tentang rincian sarana dan prasarana yang dimiliki SMA Negeri 1 Purwokerto. (Lampiran 6.3 CL 06) Ruang Kelas dengan Fasilitas LCD dan Komputer : 29 ruang Ruang Administrasi Sekolah
: 10 ruang
Ruang Sekretariat Kegiatan Siswa
: 5 ruang
Lab. Fisika
: 1 ruang
Lab. Kimia
: 1 ruang
Lab. Biologi
: 1 ruang
Lab. Bahasa
: 1 ruang
Lab. Komputer (70 Unit Komp)
: 2 ruang
Ruang Kesenian
: 2 ruang
Perpustakaan
: 1 ruang
commit to user 54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Dengan fasilitas untuk kapasitas ruang baca 50 siswa, koleksi buku total terdapat 11346 judul, dan untuk koleksi buku berbahasa Inggris terdapat 527 judul. Ruang Bimbingan dan Konseling
: 1 ruang
Ruang UKS
: 1 ruang
TRRC dilengkapi 5 Unit Komputer
: 1 ruang
Aula
: 1 ruang
Mushola
: 1 ruang
Fasilitas Internet Hotspot Gratis
: 24 jam
Laptop MGMP
: 17 buah
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa secara umum fasilitas penunjang pembelajaran sudah cukup memadai. Demikian juga in put peserta didik yang masuk ke SMA Negeri 1 Purwokerto cukup tinggi. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mencoba menerapkan sistem pembelajaran Sejarah dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah. Karena model pembelajaran ini menuntut kemampuan peserta didik yang relatif tinggi dan sarana pendukung yang memadai. Masalahnya adalah untuk mata pelajaran Sejarah masih banyak peserta didik yang meremehkannya karena dianggap merupakan mata pelajaran yang membosankan. Oleh karena itulah melalui penerapan model pembelajaran PBL ini diharapkan minat belajar peserta didik terhadap mata pelajaran Sejarah meningkat, disamping juga untuk meningkatkan sikap berpikir kritis dan pada akhirnya hasil belajarnyapun dapat meningkat pula.
commit to user 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
C. Pelaksanaan Kegiatan Penelitian I. Siklus 1 Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 29 September dan 6 Oktober 2012
(2 x
pertemuan) 1. Materi : a. Tumbuh dan berkembangnya kerajaan Mataram Kuno b. Runtuhnya kerajaan Mataram Kuno c. Tumbuh dan berkembangnya kerajaan Sriwijaya d. Runtuhnya kerajaan Sriwijaya e. Tumbuh dan berkembangnya Majapahit f. Runtuhnya kerajaan Majapahit 2. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah : a.
Buku Sejarah untuk SMA Kelas XI Program Ilmu Sosial, karangan I Wayan Badrika, Tahun 2006, Penerbit Erlangga, Jakarta
b.
Buku Eksplorasi Sejarah Indonesia dan Dunia Untuk Kelas XI, karangan Ratna Hapsari dan Abdul Syukur, Tahun 2008, Erlangga, Jakarta
c.
Buku Sejarah SMA Kelas XI Program IPS, karangan M.Habib Mustopo, dkk, Tahun 2007, Penerbit Yudhistira, Jakarta
d. Bahan Ajar Siswa Sejarah Untuk Siswa SMA, Penyusun Tim MGMP Sejarah SMA/MA Kelas XI.IPS Semester 1, Penerbit Prasasti, Kudus
commit to user 56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
e. Internet 3. Alat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian tindakan adalah : a. Papan tulis/white board, digunakan untuk membantu guru dan siswa dalam menulis hal-hal penting ketika proses pembelajaran berlangsung. b. Lembar soal yang berisi soal/tugas yang akan didiskusikan oleh peserta didik. c. Nomor kelompok yang digunakan untuk memudahkan guru melakukan penilaian dan pengamatan kelompok dalam kegiatan pembelajaran. d. Kokar absen peserta didik yang dipasang di dada sebelah kiri peserta didik untuk memudahkan guru melakukan proses penilaian dan pengamatan dalam kegiatan pembelajaran secara individu. e. Laptop yang digunakan untuk browsing internet dan menyusun / mencatat laporan kegiatan diskusi untuk dipresentasikan. f.
Layar Kristal (Liquid cristal display atau LCD) yang digunakan peserta didik pada saat mempresentasikan hasil diskusinya.
4. Pelaksanaan kegiatan siklus 1 meliputi : a. Perencanaan Tindakan (Planning) Aktifitas perencanaan dalam kegiatan penelitian tindakan kelas ini diantaranya adalah : 1) Memilih dan menentukan kelas sebagai subyek penelitian yaitu kelas XI.IS.2
commit to user 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
2) Melakukan studi pendahuluan sebelum melaksanakan tindakan yaitu berupa wawancara dengan observer, dan melihat dokumen nilai siswa 3) Menentukan materi pembelajaran yang meliputi Tumbuh dan berkembangnya kerajaan Mataram Kuno, Runtuhnya kerajaan Mataram
Kuno, Tumbuh dan berkembangnya kerajaan
Sriwijaya, Runtuhnya kerajaan Sriwijaya, Tumbuh dan berkembangnya Majapahit, Runtuhnya kerajaan Majapahit. 4) Menentukan alokasi waktu penelitian 5) Pendekatan model pembelajaran yang digunakan adalah Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dan metode lain yang sebagai pendukung kegiatan pembelajaran (ceramah, tanya jawab, dan tugas). b. Pelaksanaan Tindakan (Acting) 1) Pendahuluan (Appersepsi) Dalam kegiatan pendahuluan ini ; -
Guru menyampaikan salam kepada peserta didik
-
Ketua kelas memimpin doa awal kegiatan pembelajaran
- Guru mengecek kehadiran peserta didik dan membimbing siswa dalam kegiatan apersepsi dan motivasi. 2) Kegiatan Inti
commit to user 58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Dalam
kegiatan inti ini dilakukan tindakan khusus
yaitu menerapkan
pembelajaran kooperatif Problem Based Learning (PBL). Model pembelajaran ini dilakukan dengan melalui tahapan sebagai berikut : - Tahap Eksplorasi a)
Guru membagi peserta didik menjadi 6 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6
7 orang (jumlah peserta
didik 38 orang). b) Guru
menjelaskan
langkah-langkah
kegiatan
pembelajaran dilanjutkan dengan membagikan lembar soal yang akan didiskusikan kepada semua kelompok. c)
Guru dibantu peserta didik menyiapkan perangkat LCD dan layarnya.
d) Setiap kelompok menyiapkan buku referensi dan laptop untuk
browsing
internet
dan
menyusun/mencatat
laporan kegiatan diskusi untuk dipresentasikan. - Tahap Elaborasi a)
Ketua kelompok membagi tugas kepada setiap anggota kelompok (membaca dan mencari jawaban soal diskusi yang terdapat dalam buku referensi maupun di internet, menyusun laporan hasil diskusi untuk dipresentasikan)
b) Setelah semua kelompok selesai menyusun laporan hasil diskusi, guru menyilahkan setiap kelompok secara bergilir mempresentasikan hasil diskusinya dengan
commit to user 59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
ketentuan: bila kelompok 1 dan 2 maju untuk mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok 3 dan 4 menanggapi. Berikutnya apabila kelompok 3 dan 4 maju untuk presentasi, maka kelompok 5 dan 6 menanggapi. Sedangkan bila kelompok 5 dan 6 yang maju untuk presentasi, maka kelompok 1 dan 2 yang menanggapi. c)
Pemaparan hasil diskusi kelompok 1 sampai 4 dilaksa nakan pada pertemuan ke 1, sedangkan kelompok 5 sampai 6 dilaksanakan pada pertemuan ke 2
d) Selama kegiatan diskusi dan presentasi berlangsung, guru mencatat dan menilai aktifitas peserta didik dalam lembar pengamatan. - Tahap Konfirmasi a) Guru sebagai nara sumber dan fasilitator menjawab pertanyaan
dari
peserta
didik
yang
menghadapi
kesulitan dalam menyelesaikan soal diskusi. b) Guru memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi. c) Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan maupun tulisan, terhadap peserta didik yang berhasil mencapai target yang ditetapkan
commit to user 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
3) Kegiatan Penutup Kegiatan dalam tahap penutup ini yaitu; a)
Guru bersama-sama dengan peserta didik menyampaikan rangkuman/simpulan
materi
pembelajaran
yang
baru
dilaksanakan. b) Guru melakukan penilaian atau evaluasi dalam bentuk : o Penilaian kognitif berupa Post test untuk menguji peserta didik terhadap penguasaan materi yang sudah selesai dibahas. Post test disampaikan secara tertulis dengan tujuan memacu peserta didik untuk latihan kecepatan dan ketepatan dalam menjawab soal. o Penilaian performance, berupa penilaian melalui sikap kerja sama, tanggung jawab, menghargai teman, dan aktif berpendapat c)
Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
c.
Tahap Observasi ( Observing ) Observasi dilaksanakan oleh observer terhadap kegiatan pembelajaran
sedang berlangsung. Pelaksanaan observasi dilakukan dengan menggunakan panduan lembar observasi/pengamatan dan juga alat evaluasi yang berupa post test.
commit to user 61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
d.
Tahap Refleksi ( Reflecting )
Pada kegiatan pra siklus (diadakan sebelum dilakukan PTK) ketuntasan belajar baru mencapai 34,21%. Hal ini terjadi karena siswa belum siap untuk mengikuti ulangan (guru tidak memberitahu terlebih dulu). Kemudian pada siklus I ketuntasan klasikal relatif masih rendah yaitu baru mencapai 63,16 %. Menurut hasil pengamatan kolaborator/observer pada siklus 1 ; 1. Pada
pertemuan
pertama
sebenarnya
persiapan
guru
sudah
cukup
baik,misalnya lembar diskusi kelompok, kokar absen siswa, nomor meja kelompok maupun persiapan format penilaian. 2. Pengelolaan waktu yang masih belum maksimal. Misalnya pada saat pembagian kelompok sebagian siswa cenderung mau memilih sendiri, sementara sebagian siswa mengusulkan guru saja yang membagi. Sehingga untuk mencari kesepakatan cukup menyita waktu. 3. Kelemahan berikutnya adalah saat acara pemberian tanggapan dari tim penyanggah maupun saat tim penyaji memberikan jawaban. Ini juga cukup menyita waktu karena siswa masih merasa malu atau takut salah dalam menyampaikannya. Diharapkan masalah ini dapat diatasi pada siklus berikutnya. Oleh karena pada siklus I kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Sejarah masih belum mencapai indikator yang telah ditetapkan, maka peneliti akan melanjutkan pada tindakan siklus II.
commit to user 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
2. Siklus 2 Siklus 2 dilaksanakan selama 2 minggu yaitu pada tanggal 13 dan 20 Oktober 2012 (2 x pertemuan) dengan perincian pelaksanaan sebagai berikut : 1.
Materi yang dibahas adalah : Peristiwa yang mendorong kerajaan Islam di Indonesia (Samudera Pasai, Aceh dan Demak) ke masa kejayaan dan keruntuhannya.
2. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian tindakan adalah : a) Buku Sejarah untuk SMA Kelas XI Program Ilmu Sosial, karangan
I
Wayan Badrika, Tahun 2006, Penerbit Erlangga, Jakarta b) Buku Eksplorasi Sejarah Indonesia dan Dunia Untuk Kelas XI, karangan Ratna Hapsari dan Abdul Syukur, Tahun 2008, Erlangga, Jakarta c) Buku Sejarah SMA Kelas XI Program IPS, karangan M.Habib Mustopo, dkk, Tahun 2007, Penerbit Yudhistira, Jakarta d) Bahan Ajar Siswa Sejarah Untuk Siswa SMA, Penyusun Tim MGMP Sejarah SMA/MA Kelas XI.IPS Semester 1, Penerbit Prasasti, Kudus e) Internet 3. Alat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian tindakan adalah : a) Papan tulis/white board, digunakan untuk membantu guru dan siswa dalam menulis hal-hal penting ketika proses pembelajaran berlangsung. b) Lembar soal yang berisi soal/tugas yang akan didiskusikan oleh peserta didik. Nomor kelompok yang digunakan untuk memudahkan guru melakukan penilaian dan pengamatan kelompok dalam kegiatan pembelajaran.
commit to user 63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
c) Kokar absen peserta didik yang dipasang di dada sebelah kiri peserta didik untuk memudahkan guru melakukan proses penilaian dan pengamatan dalam kegiatan pembelajaran secara individu. d) Laptop yang digunakan untuk browsing melalui internet dan menyusun / mencatat laporan kegiatan diskusi untuk dipresentasikan. e) Layar Kristal ( Liquid Cristal Display atau LCD ) yang digunakan peserta didik pada saat mempresentasikan hasil diskusinya. 4. Pelaksanaan kegiatan siklus 2 meliputi : a. Perencanaan Tindakan (Planning) Aktifitas perencanaan dalam kegiatan penelitian tindakan kelas pada siklus 2 ini diantaranya adalah : 1) Memilih dan menentukan kelas sebagai subyek penelitian yaitu kelas XI.IS.2 2) Menentukan materi pembelajaran yaitu Peristiwa yang mendorong kerajaan Islam di Indonesia (Samudera Pasai, Aceh Darussalam dan Demak) ke masa kejayaan dan keruntuhannya. 3) Menentukan alokasi waktu penelitian 4) Melakukan pembagian kelompok yang tidak lagi berdasarkan urutan tempat duduk tetapi berdasarkan pada kemampuan siswa yang diamati dari hasil ulangan harian. Dalam setiap kelompok terdiri dari peserta didik yang masuk dalam kelompok atas (pintar), kelompok tengah (cukup) dan kelompok bawah (kurang pintar). Dengan demikian kemampuan tiap kelompok menjadi relatif berimbang.
commit to user 64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
5) Pendekatan model pembelajaran yang digunakan adalah Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dan metode lain sebagai pendukung kegiatan pembelajaran (ceramah, tanya jawab, dan tugas). b. Pelaksanaan Tindakan (Acting) 1) Pendahuluan (Appersepsi) Dalam kegiatan pendahuluan ini ; - Guru menyampaikan salam kepada peserta didik - Ketua kelas memimpin doa awal kegiatan pembelajaran - Guru mengecek kehadiran peserta didik dan membimbing siswa dalam kegiatan apersepsi dan motivasi. 2) Kegiatan Inti Dalam
kegiatan inti ini dilakukan tindakan khusus
yaitu menerapkan
pembelajaran model PBL . Model pembelajaran ini dilakukan dengan melalui tahapan sebagai berikut : - Tahap Eksplorasi a)
Guru membagi peserta didik menjadi 6 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6
7 orang (jumlah peserta didik
seluruhnya 38 orang). b)
Guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan membagikan lembar soal yang akan didiskusikan kepada semua kelompok.
commit to user 65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
c)
Guru dibantu peserta didik menyiapkan perangkat LCD dan layarnya.
d)
Setiap kelompok menyiapkan buku referensi dan laptop untuk browsing melalui internet dan menyusun/mencatat laporan kegiatan diskusi dalam bentuk power point untuk dipresentasikan.
- Tahap Elaborasi a)
Pelaksanaan pembelajaran pada prinsipnya sama dengan siklus I, namun beberapa hal pelaksanaannya lebih intensif pada siklus II yaitu adanya perbaikan terutama pada kegiatan inti, pada pembentukan kelompok tidak berdasarkan tempat duduk lagi melainkan berdasarkan pada kemampuan siswa yang diamati dari hasil ulangan harian siklus I. Dalam setiap kelompok terdiri dari peserta didik yang masuk dalam kelompok atas (pintar), kelompok tengah (cukup) dan kelompok
bawah
(kurang
pintar).
Dengan
demikian
kemampuan tiap kelompok relatif berimbang. b)
Kemudian ketua kelompok membagi tugas kepada setiap anggota kelompok (membaca dan mencari jawaban soal diskusi yang terdapat dalam buku referensi maupun di internet, menyusun laporan hasil diskusi dalam bentuk power point untuk dipresentasikan)
commit to user 66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
c)
Setelah semua kelompok selesai menyusun laporan hasil diskusi, guru menyilahkan setiap kelompok secara bergilir mempresentasikan hasil diskusinya dengan ketentuan: bila kelompok 1 dan 2 maju untuk mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok 3 dan 4 menanggapi. Berikutnya apabila kelompok 3 dan 4 maju untuk presentasi, maka kelompok 5 dan 6 menanggapi. Sedangkan bila kelompok 5 dan 6 yang maju untuk presentasi, maka kelompok 1 dan 2 yang menanggapi.
d)
Tanggapan disampaikan dalam bentuk menyampaikan kritik, memberikan masukan saran dan pertanyaan yang kemudian langsung ditanggapi atau dijawab oleh kelompok penyaji. o Pemaparan hasil diskusi kelompok 1 sampai 4 dilaksa nakan pada pertemuan ke 1, sedangkan kelompok 5 dan 6 dilaksanakan pada pertemuan ke 2 o Selama kegiatan diskusi dan presentasi berlangsung, guru mencatat dan menilai aktifitas peserta didik dalam lembar pengamatan.
- Tahap Konfirmasi a) Guru sebagai nara sumber dan fasilitator menjawab pertanyaan dari
peserta
didik
yang
menghadapi
menyelesaikan soal diskusi.
commit to user 67
kesulitan
dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
b) Guru memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi. c) Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan maupun tulisan, terhadap peserta didik yang berhasil mencapai target yang ditetapkan 3) Kegiatan Penutup Kegiatan dalam tahap penutup ini yaitu; a) Guru bersama-sama dengan peserta didik menyampaikan rangkuman/ simpulan materi pembelajaran yang baru dilaksanakan. b) Guru melakukan penilaian atau evaluasi dalam bentuk : o Penilaian kognitif berupa Post test untuk menguji peserta didik terhadap penguasaan materi yang sudah selesai dibahas. Post test disampaikan secara tertulis dengan tujuan memacu peserta didik untuk latihan kecepatan dan ketepatan dalam menjawab soal. o Penilaian performance, berupa penilaian melalui sikap kerjasama, tanggungjawab, menghargai teman, dan aktif berpendapat saat diskusi maupun presentasi. c)
Guru merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembela jaran remidi, dan atau program pengayaan,
c. Tahap Observasi (Observing) Observasi
dilaksanakan
oleh
observer
terhadap
kegiatan
pembelajaran yang sedang berlangsung. Pelaksanaan observasi dilakukan dengan
commit to user 68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
menggunakan panduan lembar observasi/pengamatan dan juga alat evaluasi yang berupa post test. d. Tahap Refleksi (Reflecting) Pada siklus 2 ini ketuntasan belajar sudah lebih baik dibandingkan pada siklus 1 yaitu mencapai 73,68%. Hal ini terjadi karena siswa sudah lebih siap dan memahami materi yang dibahas sekaligus untuk mengikuti ulangan. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus 2 ini diperoleh informasi dari hasil pengamatan kolaborator sebagai berikut: 1.
Pada kegiatan pembelajaran siklus 2 sudah lebih baik dibanding siklus 1. Misalnya guru sudah menyiapkan catatan pembagian kelompok berdasarkan kemampuan akademik, perlengkapan pembelajaran juga sudah disiapkan di kelas sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
2.
Pada saat akan presentasi LCD sempat macet sekitar 10 menit. Sehingga mempengaruhi jatah waktu presentasi,
3.
Pada saat menjawab pertanyaan, masih ada anggota tim penyaji yang mendominasi pembicaraan, sehingga teman yang lain merasa kecewa. Diharapkan hal seperti ini tidak terulang kembali pada kegiatan berikutnya.
Walaupun sudah ada peningkatan prosentase ketuntasan, tetapi karena masih dibawah batas minimal ketuntasan minimal klasikal yaitu 75 %, maka peneliti akan melanjutkan pada tindakan siklus 3.
commit to user 69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
3. Siklus 3 Siklus 3 dilaksanakan selama 2 minggu yaitu pada tanggal 27 Oktober dan 3 Nopember 2012 ( 2 x pertemuan ), dengan perincian pelaksanaan : 1.
Materi yang dibahas adalah : Peristiwa yang mendorong kerajaan Islam di Indonesia (Banten, Mataram Islam, Ternate dan Tidore) ke masa kejayaan dan keruntuhannya.
2.
Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian tindakan adalah :
a) Buku Sejarah untuk SMA Kelas XI Program Ilmu Sosial, karangan
I
Wayan Badrika, 2006, Penerbit Erlangga, Jakarta b) Buku Eksplorasi Sejarah Indonesia dan Dunia Untuk Kelas XI, karangan Ratna Hapsari dan Abdul Syukur, 2008, Erlangga, Jakarta c) Buku Sejarah SMA Kelas XI Program IPS, karangan M.Habib Mustopo, dkk, 2007, Penerbit Yudhistira, Jakarta d) Bahan Ajar Siswa Sejarah Untuk Siswa SMA, Penyusun Tim MGMP Sejarah SMA/MA Kelas XI.IPS Semester 1, Penerbit Prasasti, Kudus e) Internet 3.
Alat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian tindakan adalah : a) Papan tulis/white board, digunakan untuk membantu guru dan siswa dalam menulis hal-hal penting ketika proses pembelajaran berlangsung. b) Lembar soal yang berisi soal/tugas yang akan didiskusikan oleh peserta didik. c) Nomor kelompok yang digunakan untuk memudahkan guru melakukan penilaian dan pengamatan kelompok dalam kegiatan pembelajaran.
commit to user 70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
d) Kokar absen peserta didik yang dipasang di dada sebelah kiri peserta didik untuk memudahkan guru melakukan proses penilaian dan pengamatan dalam kegiatan pembelajaran secara individu. e) Laptop yang digunakan untuk browsing internet dan menyusun / mencatat laporan kegiatan diskusi untuk dipresentasikan. f) Layar
Kristal
(LCD)
yang
digunakan
peserta
didik
pada
saat
mempresentasikan hasil diskusi. Adapun pelaksanaan kegiatan siklus 3 meliputi: 1. Perencanaan Tindakan (Planning) Aktifitas perencanaan dalam kegiatan penelitian tindakan kelas pada siklus 3 ini diantaranya adalah : a.
Memilih dan menentukan kelas sebagai subyek penelitian yaitu kelas XI.IPS.2
b.
Menentukan materi pembelajaran yaitu peristiwa yang mendorong kerajaan Islam di Indonesia (Banten, Mataram Islam, Ternate dan Tidore) ke masa kejayaan dan keruntuhannya.
c.
Menentukan alokasi waktu penelitian
d.
Melakukan pembagian kelompok yang tidak lagi berdasarkan urutan tempat duduk tetapi berdasarkan pada kemampuan siswa yang diamati dari hasil ulangan harian. Dalam setiap kelompok terdiri dari peserta didik yang masuk dalam kelompok atas (pintar), kelompok tengah (cukup) dan kelompok bawah (kurang pintar). Dengan demikian kemampuan tiap kelompok menjadi relatif berimbang.
commit to user 71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
e.
Pendekatan model pembelajaran yang digunakan adalah Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dan metode lain sebagai pendukung kegiatan pembelajaran (ceramah, tanya jawab, dan tugas).
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting) a. Pendahuluan (Appersepsi) Dalam kegiatan pendahuluan ini ; -
Guru menyampaikan salam kepada peserta didik
-
Ketua kelas memimpin doa awal kegiatan pembelajaran
-
Guru mengecek kehadiran peserta didik dan membimbing siswa dalam kegiatan apersepsi dan motivasi.
b. Kegiatan Inti Dalam kegiatan inti ini dilakukan tindakan khusus yaitu menerapkan model PBL. Model pembelajaran ini dilakukan dengan melalui tahapan sebagai berikut : - Tahap Eksplorasi 1)
Guru membagi peserta didik menjadi 6 kelompok,
2)
Guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan membagikan lembar soal yang akan didiskusikan kepada semua kelompok.
3)
Guru dibantu peserta didik menyiapkan perangkat LCD dan layarnya.
commit to user 72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
4)
Setiap kelompok menyiapkan buku referensi dan laptop untuk browsing internet dan menyusun/mencatat laporan kegiatan diskusi untuk dipresentasikan.
- Tahap Elaborasi 1)
Pelaksanaan pembelajaran pada prinsipnya sama dengan siklus 2, namun dalam pelaksanaannya lebih intensif pada siklus 3, yaitu pada formasi kelompok diubah agar siswa lebih dapat belajar menyesuaikan diri dengan berbagai karakter teman. Kriteria penetapan anggota kelompok tetap mengacu seperti pada siklus 2.
2)
Kemudian ketua kelompok membagi tugas kepada setiap anggota kelompok (membaca dan mencari jawaban soal diskusi yang terdapat dalam buku referensi maupun di internet, menyusun laporan hasil diskusi dalam bentuk power point untuk dipresentasikan)
3)
Setelah semua kelompok selesai menyusun laporan hasil diskusi, guru menyilahkan setiap kelompok secara bergilir mempresentasikan hasil diskusinya dengan ketentuan: bila kelompok 1 dan 2 maju untuk mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok 3 dan 4 menanggapi. Berikutnya apabila kelompok 3 dan 4 maju untuk presentasi, maka kelompok 5 dan 6 menanggapi. Sedangkan bila kelompok 5
commit to user 73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
dan 6 yang maju untuk presentasi, maka kelompok 1 dan 2 yang menanggapi. 4)
Tanggapan disampaikan dalam bentuk menyampaikan kritik, memberikan masukan saran dan pertanyaan yang kemudian langsung ditanggapi atau dijawab oleh kelompok penyaji.
5)
Pemaparan hasil diskusi kelompok 1 sampai 4 dilaksanakan pada pertemuan ke 1, sedangkan kelompok 5 sampai 6 dilaksanakan pada pertemuan ke 2
6)
Selama kegiatan diskusi dan presentasi berlangsung, guru mencatat dan menilai aktifitas peserta didik dalam lembar pengamatan.
- Tahap Konfirmasi 1)
Guru sebagai nara sumber dan fasilitator menjawab pertanyaan dari peserta didik yang menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan soal diskusi.
2)
Guru memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi.
3)
Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan maupun tulisan, terhadap peserta didik yang berhasil mencapai target yang ditetapkan
commit to user 74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
c. Kegiatan Penutup Kegiatan dalam tahap penutup ini yaitu; 1) Guru
bersama-sama
dengan
peserta
didik
menyampaikan
rangkuman/simpulan materi pembelajaran yang baru dilaksanakan. 2) Guru melakukan penilaian atau evaluasi dalam bentuk : o
Penilaian kognitif berupa Post test untuk menguji peserta didik terhadap penguasaan materi yang sudah selesai dibahas. Post test disampaikan secara tertulis untuk memacu peserta didik latihan kecepatan dan ketepatan dalam menjawab soal.
o
Penilaian performance, berupa penilaian melalui sikap kerjasama, tanggungjawab, menghargai teman, dan aktif berpendapat
3) Guru merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan, d. Tahap Observasi (Observing) Observasi dilaksanakan oleh peneliti. Hal yang di observasi terutama aktivitas peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pada siklus 3 ini hasil penguasaan kompetensi siswa terhadap materi telah tercapai, dan ketuntasan belajar sudah lebih baik dibandingkan pada siklus 2 yaitu mencapai 92,11%. Hal ini terjadi karena siswa sudah lebih siap dan memahami materi yang dibahas sekaligus untuk mengikuti ulangan. Demikian juga untuk peningkatan prosentase ketuntasan, telah melampaui batas minimal ketuntasan klasikal yaitu 75 %. Oleh karena itu kegiatan penelitian tindakan telah dianggap selesai dan berhasil.
commit to user 75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
e. Tahap Refleksi ( Reflecting ) Data yang diperoleh peneliti pada siklus 3, selanjutnya digunakan sebagai bahan refleksi. Nilai rata-rata 83,82 dan ketuntasan belajar klasikal mencapai 92,11 (lihat lampiran). Jika dilihat pada KKM sebesar 79 maka hasil nilai ulangan harian ketiga peningkatannya cukup baik dan sudah mencapai indikator yang ditetapkan. Dalam ketuntasan belajar mengalami peningkatan dari 63,16 menjadi 92,11% dan sudah melampaui indikator yang ditetapkan . Nilai tes akhir tindakan tertinggi 95 dan terendah 60, rata-rata nilai sebesar 92,11% . Berdasarkan pengamatan kolaborator pada siklus 3, disampaikan bahwa : 1.
Kegiatan siklus 3 mengalami peningkatan yang signifikan. Baik guru maupun siswa sudah makin menunjukkan kesiapannya, tanpa banyak dipandu siswa langsung menempati tempat duduk sesuai kelompoknya.
2.
Siswa makin antusias berperan aktif, karena guru selalu memberikan motivasi dan reward saat mereka menjawab maupun menanggapi dengan baik.
3.
Kesiapan ini lebih dibuktikan lagi saat nilai post test diumumkan yaitu nilai rata-rata jauh melampaui batas ketuntasan minimal (92,11).
Karena faktor sikap berpikir kritis dan hasil belajar Sejarah pada siklus 3 telah berhasil dicapai bahkan melampaui indikator yang telah ditetapkan maka siklus 3 tidak diperpanjang lagi dan penelitian diakhiri. Penelitian tindakan kelas ini oleh peneliti dilakukan sampai siklus 3. Hal ini dilakukan karena pada siklus 3 hasil peserta didik dalam mencapai kreatifitas dan
commit to user 76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
hasil belajar telah mengalami peningkatan bahkan telah melampaui indikator kinerja. D. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti, hasil wawancara dengan peserta didik kelas XI IPS-2 dan pengamatan dokumen, dipergunakan peneliti untuk mengambil tindakan. Pelaksanaan pembelajaran meliputi tahap yaitu : (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing) dan (4) refleksi (reflecting). Pelaksanaan tindakan tertuang dalam siklus, untuk permasalahan yang belum dapat diatasi dilakukan tindakan selanjutnya pada siklus berikutnya sampai permasalahan dapat diatasi. Dalam memperoleh data dengan validitas yang baik, diterapkan tindakan dalam tiga siklus. Setelah pelaksanaan tindakan yang berlangsung dalam tiga siklus hasil penelitian tindakan kelas dapat diuraikan sebagai berikut : 1.
Implementasi Pembelajaran Kooperatif Model Problem Based learning (PBL) dalam Pembelajaran.
Sebelum menerapkan tindakan pada siklus I peneliti terlebih dahulu melakukan tindakan pra siklus. Tindakan pra siklus tersebut antara lain adalah : a.
Untuk mengawali pembelajaran, dilaksanakan tes pra siklus bagi peserta didik kelas XI IPS-2. Instrumen yang digunakan adalah soal tes tertulis bentuk pilihan ganda berjumlah 30 nomor. peserta didik diberi waktu mengerjakan 40 menit. Setelah seluruh peserta didik selesai mengerjakan soal dilanjutkan dengan koreksi bersama,
commit to user 77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
jawaban peserta didik ditukar dengan jawaban peserta didik lain. Selanjutnya guru memanggil peserta didik satu persatu, dan nilai peserta didik ditulis pada instrumen penilaian. Hasil yang diperoleh dari nilai pra-siklus digunakan untuk mengetahui salah satu perkembangan hasil belajar peserta didik (Lampiran 7.2 CP 02). b.
Dalam setiap pertemuan kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan pembiasaan dan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Kegiatan pembiasaan yang dilakukan yaitu berdoa, dan mengucap salam. Kegiatan pendahuluan yang dilakukan guru adalah mengabsen siswa, apersepsi dan motivasi. Selanjutnya guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan metode yang diterapkan serta aturan pembelajaran atau tahapan dalam metode tersebut. Kegiatan inti disesuaikan dengan strategi dan metode yang telah direncanakan dalam rencana pelaksanaan tindakan tiap siklus. Pada akhir pertemuan dilakukan kegiatan penutup yang berupa post tes, kesimpulan dan ditutup dengan salam ( Lampiran 7 CP 01 dan 03 ).
Pelaksanaan pembelajaran model PBL dimodifikasi dengan berbagai metode, teknik, dan sumber belajar yang tersedia disekolah. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran yang ditempuh pada intinya adalah sebagai berikut : 1. Appersepsi 2. Kegiatan Inti, yang meliputi tahap Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi 3. Kegiatan Penutup
commit to user 78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
Menurut hasil pengamatan kolaborator/observer pada siklus 1 diperoleh hal-hal sebagai berikut : 1.
Pada
pertemuan
pertama
sebenarnya
persiapan
guru
sudah
cukup
baik,misalnya lembar diskusi kelompok, kokar absen siswa, nomor meja kelompok maupun persiapan format penilaian. 2.
Pengelolaan waktu yang masih belum maksimal. Misalnya pada saat pembagian kelompok sebagian siswa cenderung mau memilih sendiri, sementara sebagian siswa mengusulkan guru saja yang membagi. Sehingga untuk mencari kesepakatan cukup menyita waktu.
3.
Kelemahan berikutnya adalah saat acara pemberian tanggapan dari tim penyanggah maupun saat tim penyaji memberikan jawaban. Ini juga cukup menyita waktu karena siswa masih merasa malu atau takut salah dalam menyampaikannya.
Diharapkan masalah ini dapat diatasi pada siklus berikutnya. Kemudian dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus 2 ini diperoleh informasi dari hasil pengamatan kolaborator sebagai berikut: 1. Pada kegiatan pembelajaran siklus 2 sudah lebih baik dibanding siklus 1. Misalnya guru sudah menyiapkan catatan pembagian kelompok berdasarkan kemampuan akademik, perlengkapan pembelajaran juga sudah disiapkan di kelas sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. 2.
Pada saat akan presentasi LCD sempat macet sekitar 10 menit. Sehingga mempengaruhi jatah waktu presentasi,
commit to user 79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
3.
Pada saat menjawab pertanyaan, masih ada anggota tim penyaji yang mendominasi pembicaraan, sehingga teman yang lain merasa kecewa. Diharapkan hal seperti ini tidak terulang kembali pada kegiatan berikutnya.
Selanjutnya pada kegiatan siklus 3 kolaborator menyampaikan bahwa berdasarkan hasil pengamatannya diperoleh informasi sebagai berikut : 1.
Kegiatan siklus 3 mengalami peningkatan yang signifikan. Baik guru maupun siswa sudah makin menunjukkan kesiapannya, tanpa banyak dipandu siswa langsung menempati tempat duduk sesuai kelompoknya.
2.
Siswa makin antusias berperan aktif, karena guru selalu memberikan motivasi dan reward saat mereka menjawab maupun menanggapi dengan baik.
3.
Kesiapan ini lebih dibuktikan lagi saat nilai post test diumumkan yaitu nilai rata-rata jauh melampaui batas ketuntasan minimal (92,11).
Dengan demikian maka diputuskan kegiatan penelitian selesai, karena kegiaatan penelitian sudah dapat melampaui indikator kinerja. Yaitu untuk kemampuan
Selama kegiatan pembelajaran ini guru/peneliti juga selalu menyempatkan waktu untuk memberikan perhatian kepada peserta didik agar perhatian mereka terpusat pada
kegiatan pembelajaran. Selain itu guru/peneliti juga selalu memberikan
motivasi kepada peserta didik yang masih merasa malu atau enggan untuk berpartsipasi aktif dalam pembelajaran. Dengan tindakan seperti tersebut ternyata banyak membawa manfaat bagi keberhasilan kegiatan pembelajaran.
commit to user 80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
2.
Implementasi Model Problem
Based Learning ( PBL ) dalam
Pembelajaran Sejarah untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Semua komponen sikap berpikir kritis yang terdiri dari kemampuan dalam membuktikan kebenaran, saat melakukan diskusi, mempertahankan pendapat, dan saat menyelesaikan tugas, dan kemampuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru diupayakan meningkat dengan berbagai strategi yang telah dirancang pada tiap siklus.Untuk kemampuan dalam membuktikan kebenaran, pembelajaran kooperatif model PBL dilaksanakan dengan memberikan kesempatan untuk mempelajari sumber-sumber referensi yang lain baik melalui media cetak maupun internet untuk memperkuat bukti kebenaran pernyataan yang disampaikan peserta didik saat berdiskusi untuk memecahkan masalah/soal yang diberikan oleh guru. Pembelajaran seperti ini juga mendorong semangat mengikuti pelajaran dan membuat peserta didik merasa senang serta terpacu untuk memberikan tanggapan terhadap materi pelajaran Sejarah yang sedang dibahas, serta untuk mengubah image yang telah melekat pada diri peserta didik bahwa Sejarah adalah pelajaran yang banyak menuntut kemampuan hafalan yang cenderung membosankan. Kemampuan saat melakukan diskusi, yang diperlihatkan
saat peserta didik
membahas masalah yang didiskusikan maupun saat menjawab atau menanggapi kelompok
penyanggah
setelah
peseta
didik
dari
kelompok
penyaji
mempresentasikan hasil diskusinya. Disini mereka juga dapat termotivasi untuk menjawab pertanyaan secara rasional, karena adanya pemberian penghargaan pada peserta didik yang aktif berupa tambahan nilai dan memberikan peringatan
commit to user 81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
bagi peserta didik yang pasif merupakan langkah yang dilakukan guru dan hasilnya terjadi peningkatan. Kemampuan mempertahankan pendapat dapat dilatih dan dilaksanakan saat berdiskusi maupun presentasi. Hal ini bisa dilaksanakan setelah peserta didik sudah banyak mempelajari materi dari berbagai sumber.. Pembelajaran dengan melontarkan pernasalahan dan penerapan pengalaman belajar yang dipraktekkan menghasilkan sikap peserta didik yang kritis dalam menanggapi permasalahan sehari-hari sehingga peserta didik tahu manfaat mempelajari suatu peristiwa sejarah untuk kehidupan sekarang maupun yang akan datang. Kemampuan saat menyelesaikan tugas diperoleh peserta didik ketika mereka membahas masalah yang diberikan guru dalam kegiatan diskusi. Pencarian jawaban mereka lakukan baik melalui buku pegangan siswa, buku referensi, maupun browsing melalui internet, sehingga hasilnya menjadi maksimal dan membanggakan mereka. Kemampuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru dapat dilakukan peserta didik saat mereka saling bertukar pikiran atau bertukar informasi baik saat penyusunan laporan diskusi dalam bentuk power point maupun saat presentasi. Peningkatan berpikir kritis peserta didik dari tiap siklus dapat dilihat pada uraian berikut : a.
Aspek kemampuan dalam memberikan pertanyaan rasional, hal ini telah dapat dilakukan peserta didik saat tim penyaji menyampaikan hasil diskusinya didepan kelas. Mereka mulai merasa senang pada pelajaran Sejarah yang menerapkan metode diskusi dan merasakan bahwa pelajaran
commit to user 82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Sejarah tidak sulit dan tidak membosankan karena dibahas melalui diskusi yang menyenangkan. b.
Aspek kemampuan mengatasi masalah diperoleh dari pengakuan peserta didik untuk belajar lebih dahulu jika esok hari ada pelajaran Sejarah
c.
Aspek mempunyai rasa ingin tahu tampak pada usaha mencari jawaban yang menjadi tugas kelompok maupun saat menjawab pertanyaan dari kelompok penyanggah.
d.
Aspek kemampuan menyampaikan ide/pendapat peserta didik dapat ditunjukkan baik pada saat saling bekerjasama untuk menyelesaikan masalah yang didiskusikan maupun saat melakukan presentasi.
e.
Aspek dalam menyampaikan saran/kritik konstruktif diamati dari peserta didik mengungkapkan tanggapan atau membuat kesimpulan dengan bahasa sendiri (Lampiran 7 CP 14
CP 16).
Sementara itu berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan peserta didik, peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dapat diuraikan sebagai berikut 1. Aspek kemampuan dalam membuktikan kebenaran, peserta didik mengaku menjadi lebih senang dan tertarik belajar Sejarah karena selama kegiatan tiap pertemuan cara pembelajarannya berbeda dan merasa tertantang untuk dapat menyelesaikan tugas dengan baik sesuai target yang ditentukan oleh guru. 2. Aspek kemampuan melakukan diskusi, peserta didik merasa senang mengerjakan soal diskusi pada saat melakukan diskusi karena komunikasi dengan teman maupun guru dapat dilakukan dengan intensif dan tidak
commit to user 83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
membosankan. Dengan demikian pemahaman tentang materi sejarahpun dapat lebih baik. 3. Aspek kemampuan mempertahankan pendapat, hal ini dapat ditunjukkan saat mereka berdebat atau adu argumentasi baik saat diskusi untuk menyelesaikan masalah maupun saat menjawab pertanyaan ketika mereka melakukan presentasi. 4.
Aspek kemampuan untuk menyelesaikan tugas dibuktikan peserta didik saat menyelesaikan tugas untuk menjawab soal diskusi dengan berusaha menyelesaikannya dengan tepat waktu tetapi tetap mengutamakan kualitas isi dari tugas yang diberikan guru.
5. Aspek kemampuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru, hal ini dibuktikan peserta didik saat mereka saling kerjasama dengan teman satu kelompok untuk menyelesaikan tugas untuk menjawab soal diskusi dengan berusaha menggali potensi kemampuan pengetahuan yang sudah dimiliki maupun saat mencarinya dari buku pegangan siswa maupun dari internet. (Lampiran 6 CL 07- CL 12). Untuk lebih jelasnya peningkatan kemampuan berpikir kritis dari tiap siklus dapat diamati pada tabel berikut ini :
commit to user 84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
Tabel 5: Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
No 1 2 3 4 5
Indikator
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
12
12
23
20
21
34
23
28
38
12
15
29
7
9
16
74
85
140
Mampu menyampaikan pertanyaan Mampu mengatasi masalah Mempunyai rasa ingin tahu Mampu menyampaikan ide/pendapat Mampu menyampaikan saran/kritik konstruktif Jumlah
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sikap kemampuan berpikir kritis peserta didik tiap siklus terus mengalami peningkatan. Pada siklus 1 aspek kemampuan menyampaikan saran/kritik konstruktif paling rendah skornya 7. Hal ini terjadi karena mereka belum terbiasa melakukannya dalam kegiatan pembelajaran. Aspek yang paling tinggi pada aspek rasa ingin tahu yaitu sebesar 23, dan jumlah aspek keseluruhan 74. (Lampiran 9.1). Karena pada siklus 1 kemampuan berpikir kritis peserta didik belum mencapai indikator yang telah ditetapkan maka peneliti melanjutkan tindakan pada siklus 2. Pada siklus 2 aspek yang paling tinggi peningkatannya adalah pada aspek rasa ingin tahu yaitu sebesar yaitu 28 sedangkan aspek yang paling rendah pada kemampuan menyampaikan saran/kritik konstruktif yaitu 9, sedangkan jumlah keseluruhannya adalah 85 (Lampiran 9.2). Walaupun pada siklus 2 kemampuan berpikir kritis peserta didik telah mencapai indikator yang telah ditetapkan yaitu 80, namun peneliti tetap
commit to user 85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
melanjutkan ke siklus 3 karena indikator ketuntasan belajar klasikal nilai ulangan harian dan nilai tugas belum mencapai hasil sesuai yang diharapkan yaitu 75%. Pada siklus 3 tingkat kemampuan berpikir kritis peserta didik skor paling tinggi peningkatannya tetap pada aspek rasa ingin tahu yaitu 38 poin, Sedangkan aspek yang paling rendah pada aspek mampu menyampaikan saran/kritik konstruktif sebesar 16 poin (Lampiran 9.3) sehingga jumlah keseluruhan adalah 140. Karena aspek kemampuan berpikir kritis peserta didik pada siklus 3 telah mancapai bahkan melampaui indikator yang telah ditetapkan, maka penelitian diakhiri. 3. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Dalam pembelajaran model PBL penilaian dilakukan secara intensif dan menyeluruh. Komponen penilaian dilaksanakan pada semua aspek dengan pencatatan
otentik
(authentic
assessment)
selama
proses
pembelajaran,
kemampuan siswa dalam bentuk berpendapat, bertanya, menjawab pertanyaan guru, menyelesaikan tugas diskusi, mempertahankan argumentasi di depan kelas, dan penampilan atau performance ternyata mendorong siswa untuk aktif dan berusaha memperoleh nilai yang baik. Memberikan informasi tentang sistem penilaian dan waktunya yaitu pada setiap akhir siklus berupa ulangan harian, koreksi dan penilaiannya dilakukan bersama peserta didik, sehingga menyebabkan peserta didik bersemangat dan bersaing secara sehat dengan teman-temannya untuk memperoleh nilai yang maksimal. Penilaian juga dilakukan terhadap hasil kerja kelompok yang merupakan komponen evaluasi yang berfungsi sebagai
commit to user 86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
penilaian portofolio yang memiliki bobot 40% dari nilai siswa. Dengan pemberian tugas yang dibatasi waktunya, siswa termotivasi untuk mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya jika ingin nilainya baik. Setelah menerapkan pembelajaran kooperatif model Problem Based Learning (PBL) dalam tiga siklus hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebagai berikut : Hasil post test Pra-Siklus menunjukkan nilai tertinggi 82 dan nilai terendah 50 dan rata-rata kelas sebesar 64,50 dengan ketuntasan klasikal 34,21 % (Lampiran 8.1). Pada post test siklus I nilai tertinggi mencapai 90 (siswa BW,EY,KY, dan KM), nilai terendah 50 (siswa AC) dan rata-rata nilai kelas 75,39 . Dengan ketuntasan 63,16 % (Lampiran 8.2). Nilai tersebut belum mencapai nilai ketuntasan minimal yang telah ditentukan dalam KKM yaitu 79 dan belum mencapai indikator yang ditentukan dalam PTK yaitu nilai rata-rata ketuntasan klasikal sebesar 75%. Pada post test siklus 2 nilai peserta didik kelas XI IPS-2 yang tertinggi 100 (siswa KM) dan terendah 50 (siswa AC). Sedangkan nilai rata-rata klasikal 81,84 dan ketuntasan belajar klasikal mencapai 73,68 % (Lampiran 8.3). Jika dilihat pada nilai KKM sebesar 79 memang sudah melampaui, tetapi nilai ketuntasan klasikal belum mencapai nilai rata-rata sebesar 75%. Pada post test siklus 3 peserta didik kelas XI IPS-2 nilai yang tertinggi 95 (siswa DF) dan yang terendah 65 (siswa AR). Nilai rata-rata 83,82 dan ketuntasan belajar klasikal mencapai. 92,11% (Lampiran 8.4). Jika dilihat pada KKM sebesar 79 maka hasil nilai ulangan harian ketiga peningkatannya cukup baik dan sudah mencapai indikator yang. ditetapkan. Dalam ketuntasan belajar mengalami peningkatan dari 73,68 menjadi 92,11 dan sudah melampaui indikator yang
commit to user 87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
ditetapkan . Nilai tes akhir tindakan (siklus 3) tertinggi 95 dan terendah 65, ratarata nilai sebesar 83,82 (Lampiran 8.4). Hal ini berarti telah mengalami peningkatan sangat maksimal bila dibandingkan dengan sebelum tindakan dan telah melampaui indikator. Nilai KKM kelas XI.IPS adalah 79,00. Untuk lebih memperjelas keterangan tersebut, di bawah ini Peningkatan hasil belajar peserta didik dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 6 : Peningkatan Nilai Ulangan Harian Selama Tindakan No
Nilai
Pra-Siklus
Siklus 1
Silklus 2
Siklus 3
1 Tertinggi
82
90
100
95
2 Terendah
50
50
65
60
3 Rata-rata
64,50
75,39
81,84
83,82
34,21 %
63,16 %
73,68 %
92,11 %
4 Ketuntasan
E. Pembahasan 1. Penerapan Model Problem Based Learning ( PBL ) dalam pembelajaran Sejarah. Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada kelas XI.IPS.2 di SMA Negeri 1 Purwokerto dengan menggunakan pembelajaran model Problem Based Learning ( PBL ) ternyata terdapat beberapa kendala baik dalam perangkat sarana penunjang pembelajaran maupun dalam proses pelaksanaan pembelajarannya. a. Pada awal peserta didik belum bisa menyesuaikan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL), pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered).
commit to user 88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
b. Kemudian untuk sarana penunjang seperti LCD kadang mengalami masalah, juga pemanfaatan hot spot area untuk mencari materi lewat internet juga kadang lambat karena terlalu banyak yang memakai.Tetapi pada siklus 2 dan siklus 3, sudah ada perubahan dalam pembelajaran yaitu pembelajaran kontruktivisme sudah mulai berjalan dengan baik karena siswa sudah mulai dapat beradaptasi dengan pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) ini. Terkait dengan masalah tersebut, dalam teori konstruktivisme dikatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan menstransformasikan informasi yang kompleks, mengecek informasi yang baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benarbenar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, maka mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala ssesuatu, dan berusaha dengan susah payah mengandalkan ide-idenya. (Slavin dalam Nur dalam Trianto : 28). Konstruktivisme menganggap bahwa belajar sama dengan membentuk makna, makna diciptakan pemelajar sendiri, konstruksi makna dipengaruhi oleh pengetahuan yang telah dimiliki, kontruksi pengetahuan baru merupakn proses yang terjadi terus-menerus, dan proses konstruksi pengetahuan baru didahului rasa ingin tahu yang dapat dirangsang dengan penyajian masalah-masalah oleh guru untuk dibahas oleh pemelajar.(Haris Mudjiman, 26-27). Para
konstruktivist
memberikan
kepada
pemelajar
kebebasan
berpikir,
mengajukan pertanyaan, menganalisis jawaban, mencari hubungan berbagai pendapat, memprediksi, memberikan jastivikasi dan berpikir jauh melebihi
commit to user 89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
informasi awal yang masuk ke dalam pikirannya. (Brook & Brook dalam Haris Mudjiman, 29-30). Karena setiap model pembelajaran ada kelebihan dan kekurangannya, maka dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus mampu memadukan dan menciptakan proses pembelajaran yang inovatif yang pada prinsipnya mampu mengaktifkan siswa, sehingga dapat memberi peluang untuk terjadinya proses belajar mengajar yang aktif, inovatif dan menyenangkan. Metode diskusi yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini, memberikan kesempatan kepada siswa/peserta didik untuk menyampaikan pendapat, membuat kesimpulan atau menyampaikan ide dan gagasannya. Sedangkan hasil penelitian dari peneliti sendiri yang tertuang dalam tabel di bagian depan dapat disimpulkn bahwa penerapan model PBL akan dapat bermanfaat secara maksimal apabila dikolaborasikan dengan metode lain untuk meminimalisir kelemahan dari masing-masing metode. Dan untuk menentukan metode dan model pembelajaran yang akan dipakai guru harus mempehatikan antara lain kondisi kemampuan intelegensi peserta didik, sarana dan prasarana sekolah, materi yang akan diajarkan dan pengetahuan guru tentang metode dan model pembelajaran itu sendiri.
2. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis. Dalam penelitian tindakan ini membuktikan bahwa model pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat mempengaruhi upaya untuk menggali kemampuan
commit to user 90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
berpikir kritis siswa. Penerapan model pembelajaran yang menarik akan memotivasi siswa/peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, karena perasaan senang dan penuh antusias sehingga peserta didik akan lebih mudah menerima dan memahami materi pelajaran. Apalagi bila guru mampu memotivasi siswa dengan sering melontarkan permasalahan yang terkait dengan materi pelajaran, maka siswa merasa terpacu untuk berpikir secara kritis untuk dapat menjawab permasalahan tersebut. Apabila kita merujuk pada pendapat Ruggiero (Elaine B.Johnson, 2011: 189) berpikir kritis bukanlah sesuatu yang sulit dan esoteris yang hanya bisa dilakukan oleh manusia yang memiliki nilai IQ berkategori genius. Sebaliknya, berpikir kritis merupakan sesuatu yang dapat dilakukan oleh semua orang. Berpikir kritis membantu kita memandang diri sendiri, bagaimana kita memandang dunia, dan bagaimana kita berhubungan dengan orang lain. Berpikir kritis membantu kita meneliti perilaku kita dan menilai nilai-nilai kita. Berpikir kritis merupakan sebuah keterampilan hidup, bukan hobi dibidang akademik Karena itulah perlu adanya suatu model pembelajaran yang mampu menggali kemampuan berpikir kritis siswa, disamping juga situasi pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Salah satunya adalah model Problem Based Learning (PBL). Menurut Howard Barrows dan Kelson, dalam M.Taufik Amir, ( 2011:21 ) adalah Problem Based Learning adalah kurikulum dan proses pembelajaran, yang di dalamnya dirancang masalah-masalah yang menuntut mahasiswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah,
commit to user 91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karir dan kehidupan sehari-hari. Pada siklus I ini masih ada peserta didik yang merasa tidak percaya diri , tetapi pada siklus 2 dan siklus 3 peserta didik menunjukkan sikap yang baik dan tanggung jawab. Hal ini terlihat dari hasil nilai kempuan berpikir kritis yang dilaksanakan selama proses pembelajaran tiap siklus. Pada siklus I hanya sekitar memperoleh ketuntasan dengan skor 74. Tetapi dalam pembelajaran siklus 2 prestasi siswa yaitu menjadi 85. Kemudian pada pembelajaran siklus 3, guru maupun peserta didik mulai bisa menyesuaikan diri dengan materi, metode dan media dalam pembelajaran sehingga pada pembelajaran siklus 3 kemampuan berpikir kritis peserta didik naik menjadi 140 poin, melewati batas tuntas minimal yaitu skor 80. 3.
Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam Pembelajaran
Sejarah untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Dalam penelitian tindakan ini membuktikan bahwa model pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat mempengaruhi upaya untuk meningkatkan nilai hasil belajar siswa. Penerapan model pembelajaran yang menarik akan memotivasi siswa/peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, karena situasi yang kondusif dan penuh semangat sehingga peserta didik akan lebih mudah menerima dan memahami materi pelajaran. Apalagi bila guru mampu memotivasi siswa dengan sering melontarkan permasalahan yang terkait dengan materi pelajaran,
commit to user 92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
maka siswa merasa terpacu untuk terus belajar. Dan pada akhirnya juga akan memacu nilai hasil belajar siswa. Terkait dengan masalah tersebut, terdapat pendapat dari hasil penelitian Gino ( 2007 ) yang merupakan hasil penelitian tindakan yang juga sudah melalui uji hipotesis disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran PBL
terhadap prestasi belajar. Dan model pembelajaran PBL
menekankan pada pemecahan masalah pada kehidupan nyata. Sementara itu perkembangan kemampuan hasil belajar peserta didik dari siklus 1 sampai siklus 3 terus meningkat. Semula pada siklus 1 ini masih ada peserta didik yang merasa tidak mampu dan cenderung minder , pada siklus 1 hanya sekitar memperoleh rata-rata ketuntasan klasikal 63,16%. Tetapi dalam pembelajaran siklus 2 prestasi hasil belajar siswa naik yaitu menjadi 73,68%. Kemudian pada pembelajaran siklus 3, guru maupun peserta didik mulai bisa menyesuaikan diri dengan materi, metode dan media dalam pembelajaran sehingga pada pembelajaran siklus 3 nilai hasil belajar peserta didik naik menjadi 92,11%, melewati batas tuntas minimal yaitu 79,00. Hal ini terjadi karena potensi kemampuan peserta didik dapat berkembang makin baik. Dan akhirnya dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan benang merah antara teori yang ada, hasil penelitian yang sudah pernah dilaksanakan oleh peneliti lain, maupun hasil penelitian peneliti sendiri yang pada prinsipnya sepakat bahwa penerapan model Problem Based Learning ( PBL ) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik.
commit to user 93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Penelitian tindakan kelas yang menerapkan pembelajaran kooperatif model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran Sejarah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa telah selesai dilaksanakan dalam tiga siklus. Dalam setiap siklusnya ada empat tahapan yaitu perencanaan ( planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Ketidakberhasilan dalam siklus akan diperbaiki pada siklus berikutnya. Adapun hasil penelitian selama tindakan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
Implementasi model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran Sejarah Pelaksanaan pembelajaran kooperatif model Problem Based Learning (PBL) dimodifikasi dengan berbagai metode, teknik, dan sumber belajar yang tersedia di sekolah. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran yang ditempuh adalah sebagai berikut : 4. Appersepsi
(
guru/peneliti
mempersiapkan
siswa
dan
perangkat
pendukung kegiatan pembelajaran sesuai dengan perencanaan ) 5. Kegiatan Inti, yang meliputi tahap Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi 6. Kegiatan Penutup Dalam kegiatan pembelajaran ini guru/peneliti selalu menyempatkan waktu untuk memberikan perhatian kepada peserta didik agar perhatian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
mereka terpusat pada kegiatan pembelajaran. Selain itu guru/peneliti juga selalu memberikan motivasi kepada peserta didik yang masih merasa malu atau enggan untuk berpartsipasi aktif dalam pembelajaran. Dengan tindakan seperti tersebut ternyata banyak membawa manfaat bagi keberhasilan kegiatan pembelajaran. 2.
Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran Sejarah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan berpikir kritis siswa mengalami peningkatan dalam setiap siklus. Komponen kemampuan berpikir kritis terdiri dari kemampuan dalam membuktikan kebenaran, melakukan diskusi, mempertahankan pendapat, menyelesaikan tugas, dan kemampuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru. Selama penelitian tindakan dari siklus pertama sampai siklus ke 3 keberhasilan menerapkan atau mengimplementasikan Kemampuan berpikir kritis siswa terlihat nyata. Setelah melaksanakan PTK, siswa mulai menyukai mata pelajaran Sejarah. Mereka akhirnya menyadari bahwa ternyata mata pelajaran Sejarah ternyata bukan pelajaran yang sulit dan membosankan. Bahkan sikap rasa ingin tahu siswa cukup menonjol, hal ini diperlihatkan terutama dalam menyelesaikan tugas maupun saat presentasi dengan browsing melalui internet. Hal ini memungkinkan karena sekolah sudah memiliki hot spot area.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
3.
Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran Sejarah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran model PBL yang di desain dengan metode yang bervariasi mampu meingkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa diperoleh dan penilaian otentik (authentic assessment) selama proses pembelajaran, penilaian tugas dan penilaian hasil belajar pada tiap selesai siklus. Ketrampilan guru dalam memilih pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran akan menunjang motivasi siswa untuk meningkatkan minat, motivasi dan semangat belajar siswa. Dengan semangat belajar yang tinggi maka iklim belajar menjadi lebih kondusif dan pada akhirnya hasil belajar siswapun menjadi meningkat. Setelah melakukan tindakan dalam tiga siklus maka pada siklus 3 nilai rata-rata ulangan harian Sejarah siswa mencapai 83,82 dan ketuntasan klasikal mencapai 92,11 %. B. Implikasi Berdasarkan hasil temuan dan hasil penelitian tindakan kelas bahwa
dengan penerapan model PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Sejarah di kelas XI IPS-2 SMA Negeri 1 Purwokerto, diimplikasikan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan pembelajaran model PBL berhasil meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa jika dilakukan dengan langkah yang tepat seperti kemampuan memilih dan menyajikan topik yang menarik, adanya kesempatan untuk membimbing dan memberi siswa dalam mengeluarkan potensi dan kemampuannya melalui sistem pembelajaran dua arah (siswa dengan guru dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
siswa dengan siswa) secara kontinyu dan konsisten. Kemampuan berpikir kritis amat cocok untuk meningkatkan aspek afektif dan psikomotor, dengan fungsi guru sebagai fasilitator dan sekaligus sebagai motivator. 2. Pembelajaran PBL dapat meningkatkan basil belajar siswa jika dilaksanakan dengan penilaian yang otentik (authentic assessment). Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oelh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukn oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai ( Nurhadi, 2004 : 172 ). Diunduh tgl 6 mei 2011 : http//akbariskandar.blogspot.com/2011/05/penilaian otentik.html. Penilaian merupakan bagian tak terpisahkan dalam proses pembelajaran, mencerminkan masalah dunia nyata, menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai dengan esensi pengalaman belajar dan bersifat holistik atau menyeluruh pada setiap komponen evaluasi sehingga dapat mengukur berbagai kemainpuan siswa. Hasil belajar dapat diketahui dari perubahan tingkah laku yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang bersifat kontinyu, positif permanen dan terarah. 3. Pembelajaran model PBL kurang berhasil meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar Sejarah pada siswa yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata kelas. Dalam PTK di kelas XI IPS-2 ada 2 orang siswa yang tetap kurang maksimal dalam kemampuan berpikir kritis rnaupun basil belajar (Lampiran 8). Sehingga guru harus dapat memberikan perhatian secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
menyeluruh sehingga peserta didik dari beragam tingkat kecerdasan mampu mengembangkan potensinya secara maksimal. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian, simpulan dan implikasi yang telah diuraikan diatas dapat disampaikan saran sebagai berikut : 1. Seorang guru hendaknya krreatif dan pandai didalam memilih model pembelajaran yang tepat, guna menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran. Guru dapat memilih alternatif pembelajaran model PBL guna meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. 2. Guru dapat menerapkan pembelajaran model PBL dengan dimodifikasi berbagai metode dan teknik tertentu dengan tetap berprinsip pada siswa sebagai subyek belajar (student oriented), masyarakat belajar (learning community), berbasis lingkungan (learning environment) untuk memperkaya pengalaman belajar siswa. 3. Guru hendaknya menerapkan penilaian otentik (authentic assessment), agar mengetahui perkembangan hasil belajar siswa secara menyeluruh yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. 4. Guru hendaknya berusaha melakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa meningkat. 5. Guru hendaknya sabar dan memberi perhatian lebih pada 'siswa yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata karena daya nalar siswa lebih lambat dibanding
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
teman-temannya, sehingga sering minder dan tidak dapat memunculkan kemampuannya. 6. Kepala sekolah hendaknya, memberi kebebasan kepada guru untuk mengembangkan profesi dengan banyak aktif di organisasi seperti MGMP dan forum ilmiah guru serta memberi kesempatan kepada guru untuk mengikuti pelatihan agar tidak ketinggalan informasi tentang sistem pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan. 7. Kepala sekolah bersama komite hendaknya menyediakan sarana dan prasarana serta sumber pembelajaran selaras dengan perkembangan kurikulum dan IP'T'EK. 8. Peneliti
lain
dapat
menerapkan
penelitian
sejenis
untuk
mengatasi
pembelajaran di kelas. 9. Peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut guna menyempurnakan kekurangan pada penelitian ini.
commit to user