perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA BERBASIS KOMPUTER DAN MEDIA TIGA DEMENSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI KECAMATAN GIRIMARTO WONOGIRI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA
TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh : FETY MARHAYUNI NIM : S.811108016
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: FETY MARHAYUNI
NIM
: S 811108016
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA BERBASIS KOMPUTER DAN MEDIA TIGA DEMENSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR
IPA
SISWA
KELAS
IV
SD
NEGERI
KECAMATAN
GIRIMARTO WONOGIRI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA”, benar-benar karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini, diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Demikian pernyataan ini dibuat, apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka Peneliti bersedia menerima sanksi akademik yang berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Desember 2012 Yang Membuat Pernyataan
Fety Marhayuni
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO Ada kalanya Allah memberikan sesuatu yang kita anggap buruk, padahal itulah yang baik bagi kita. Demikian pula Allah memberikan sesuatu yang kita anggap baik, padahal itulah yang buruk bagi kita. (S. Albaqoroh:216)
“Apabila kita memperlakukan seseorang sebagaimana keadaan dirinya, maka ia akan menjadi sebagaimana adanya dia. Tetapi bila kita memperlakukan orang sebagaimana dia seharusnya, maka dia akan menjadi sebenarnya dia, bahkan mungkin luar biasa.
( Goethe )
Belajar itu kebaikan, dan mencari ilmu ibadat, dan ia menghibur diwaktu sendirian, dan kawan dalam pengasingan dan kesepian, dan penunjuk jalan kesenangan, dan penolong menghadapi kesukaran, dan keindahan di tenganh kawan-kawan, dan senjata untuk menghadapi musuh.
(Mu’ad bin Jabal r.a.)
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan kepada : 1. Ibunda dan ayahanda terkasih,
yang dengan segenap
nurani telah memberi arti suatu diri, dan karenanya dapat kuwujudkan impian dan harapan. 2. Suamiku
tercinta
Toto
Triyatmo,
yang
dengan
ketulusannya mendampingiku meniti kehidupan. 3. Anak-anakku tersayang, Nadiya Roisatul Khasanah dan Arifatun Nikmah , yang
selalu menyemangatiku untuk
mewujudkan asa dalam langkah nyata. 4. Rekan-rekan Guru SDN I Girimarto dan SDN II Girimarto serta
handai
taulan,
yang
telah
membantuku dalam segala hal. 5. Para pembaca yang budiman.
commit to user vi
memotivasi
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan
karunia-Nya,
sehingga
tesis
yang
berjudul
“Pengaruh
Penggunaan Media Pembelajaran Multimedia Berbasis Komputer dan Media Tiga Demensi Terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Kelas IV Sekolah Dasar di Girimarto Wonogiri Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa”, peneliti selesaikan dengan lancar. Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Magister pada Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret. Dalam penyusunan tesis ini, penulis memperoleh bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi ,M.S. selaku Rektor Universitas Sebelah Maret yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk dapat menimba ilmu di program pascasarjana. 2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelah Maret yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk dapat menimba ilmu di program pascasarjana. 3. Prof. Dr. H. Mulyoto, M.Pd, selaku ketua Program Studi Teknoloi pendidikan yang telah mencurahkan perhatiannya demi kelancaran studi peneliti pada program studi ini. commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd, selaku pembimbing I yang selalu memberikan arahan, dorongan, baik saat perkuliahan maupun pada saat bimbingan tesis, begitu tulus dan sabar dalam membimbing. 5. Prof. Dr. Sunardi, M. Sc., Selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan, saran dan dorongan yang tulus dalam penulisan tesis ini. 6. Segenap dosen Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNS yang telah banyak memberikan ilmunya pada peneliti selama kuliah. 7. Teman-teman mahasiswa S2 Program Studi Teknologi Pendidikan yang telah sama-sama memberi motivasi, kritikan, dan saran demi sempurnanya tesis ini. 8. Sutrisno, S.Pd, Kepala Sekolah SD Negeri I Girimarto atas pemberian ijin penelitian dan bantuannya demi selesainya tesis ini. 9. Sisdi, S.Pd, Kepala Sekolah SD Negeri II Girimarto atas pemberian ijin penelitian dan bantuannya demi selesainya tesis ini. 10. Para Guru serta karyawan SD Negeri I Girimarto dan SD Negeri II Girimarto yang membantu peneliti dalam mengumpulkan data dan informasi demi terselesaikannya tesis ini. 11. Semua pihak yang yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah membantu penyelesaian tesis ini. Peneliti menyadari dengan setulus-tulusnya bahwa tesis ini jauh dari sempurna, untuk itu masukan, saran, dan kritikan dari siapapun yang sifatnya membangun sangat peneliti harapkan demi lebih baiknya tesis ini. commit to user viii
Surakarta, 20 Desember 2010 Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN DARI TIM PEMBIMBING ............................ii HALAMAN PENGESAHAN TESIS..................................................................iii PERNYATAAN....................................................................................................iv MOTTO..................................................................................................................v PERSEMBAHAN................................................................................................vi KATA PENGANTAR.....................................................................................vii DAFTAR ISI.........................................................................................................ix DAFTAR TABEL...............................................................................................xii DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xvi ABSTRAK..........................................................................................................xvii ABSTRACT.......................................................................................................xviii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1 A. Latar Belakang......................................................................................1 B. Identifikasi Masalah............................................................................11 C. Pembatasan Masalah ..........................................................................12 D. Perumusan Masalah.............................................................................13 E. Tujuan Penelitian.................................................................................14 F. Manfaat Penelitian...............................................................................14 commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Fety Marhayuni. S811108016. Pengaruh Penggunaan Multimedia Berbasis Komputer dan Media Pembelajaran Tiga Demensi Terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Kelas IV Sekolah Dasar di Girimarto Wonogiri Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa. Tesis, Pembimbing I: Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd., II: Prof. Dr. Sunardi, M.Sc. Program Studi teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui : (1) perbedaan pengaruh penggunaan multimedia berbasis komputer dan media pembelajaran tiga demensi terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam. (2) perbedaan pengaruh gaya belajar visual,auditorial, dan kinestetik terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam . (3) interaksi pengaruh penggunaan media pembelajaran dan gaya belajar terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa sekolah dasar di kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Data diambil dengan menggunakan tes prestasi dan angket. Sampel yang diambil dengan multistage cluster random sampling . Sampel penelitian yang terpilih adalah SD Negeri I Girimarto sebagai kelompok eksperimen dan SD Negeri II Girimarto sebagai kelas kontrol. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji prasyarat dan analisis variansi dua jalan. Hasil analisis data pada taraf 𝛼 = 0,05 diperoleh hasil sebagai berikut : (1) ada perbedaan yang signifikan pembelajaran dengan menggunakan multimedia berbasis komputer dan media tiga demensi pada prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Hal ini ditunjukkan dengan hasil 𝐹𝑜𝑏𝑠 (105,482) > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (4,00), skor rata-rata prestasi belajar siswa multimedia berbasis komputer 75,75 dan Media Tiga Demensi 56,5. (2) Terdapat perbedaan antara gaya belajar siswa visual, auditorial, dan kinestetik terhadap prestasi belajar Ilmu pengetahuan Alam. Hal ini ditunjukkan dengan hasil 𝐹𝑜𝑏𝑠 (38,744) > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (3,15), Skor rata-rata gaya belajar visual 75,70; gaya belajar auditorial 62,25 dan gaya belajar kinestetik 57,5. (3) Tidak ada interaksi antara penggunaan multimedia berbasis komputer dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Hal ini ditunjukkan dengan nilai hasil 𝐹𝑜𝑏𝑠 (0,074) < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (3,15). Kata Kunci : Multimedia Berbasis Komputer, Media Tiga Demensi, Gaya Belajar, Prestasi Siswa
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA PIKIR.............................................................................16 A. Kajian Teori........................................................................................16 1. Media Pembelajaran.......................................................................16 2. Masalah Belajar..............................................................................38 3. Gaya Belajar...................................................................................44 4. Prestasi Belajar IPA...................................................................... 59 B. Penelitian yang Relevan......................................................................67 C. Kerangka Pikir....................................................................................69 D. Hipotesis..............................................................................................72 BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................73 A. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................73 B. Metode Penelitian...............................................................................75 C. Populasi, Sampel, dan Sampling...........…………........……………..77 D. Definisi Operasional Variabel Penelitian............................................80 E. Teknik Pengumpulan Data..................................................................81 F.
TeknikAnalisis Data............................................................................95
BAB IV HASIL, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN PENELITIAN............101 A. Deskripsi Data...................................................................................101 B. Pengujian Prasyarat Analisis ............................................................124 C. Analis Data Data ..............................................................................127 D. Pembahasan Hasil Analisis ...............................................................134 E. Keterbatasan Penelitian......................................................................141 commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN................................143 A. Kesimpulan.......................................................................................143 B. Implikasi...........................................................................................144 C. Saran-saran........................................................................................146 DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................148 LAMPIRAN.....................................................................................................152
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1
: Jadwal Penelitian........................................................................... 74
Tabel 2
: Tata letak Data Desain Penelitian ................................................. 76
Tabel 3
: Kriteria Penilaian Angket .............................................................
Tabel 4
: Rangkuman analisis variansi dua jalan...........................................100
Tabel 5
: Skor Angket Gaya Belajar Siswa Kelompok Eksperimen (dengan Multimedia Berbasis Komputer) ......................................102
Tabel 6
: Distribusi Frekuensi Skor Angket Gaya Belajar Siswa Kelompok Kontrol (dengan Multimedia Berbasis Komputer) ........................103
Tabel 7
: Skor Angket Gaya Belajar Siswa Kelompok Kontrol (dengan Media Tiga Demensi) .....................................................................105
Tabel 8
: Distribusi Frekuensi Skor Angket Gaya Belajar Siswa Kelompok Kontrol (dengan Media Tiga Demensi) .........................................106
Tabel 9
: Rangkuman Hasil Analisis Data Skor Prestasi Belajar IPA Siswa ..............................................................................................107
Tabel 10
: Deskripsi Data Skor Prestasi Siswa kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol..........................................................................108
Tabel 11
: Deskripsi Data Skor Prestasi Gaya Belajar Siswa kelompok Eksperimen dan kelompok kontrol.................................................110
Tabel 12
: Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan Multimedia Berbasis Komputer.....................................................110
Tabel 13
: Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan Media Tiga Demensi..................................................................................112
Tabel 14
: Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa Pada Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Visual.................................................113 commit to user xii
82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 15
: Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa Pada Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Auditorial..........................114
Tabel 16
: Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa Pada Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Kinestetik.........................115
Tabel 17
: Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa dengan Multimedi Berbasis Komputer Pada Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Visual.......................................................................116
Tabel 18
: Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa dengan Multimedi Berbasis Komputer Pada Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Auditorial.................................................................118
Tabel 19
: Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa dengan Multimedia Berbasis Komputer Pada Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Kinestetik..................................................................119 : Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa dengan Media Tiga Demensi Pada Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Visual.............................................................................121
Tabel 20
Tabel 21
: Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa dengan Media Tiga Demensi Pada Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Auditorial........................................................................122
Tabel 22
: Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa dengan Media Tiga Demensi Pada Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Kinestetik........................................................................124 : Rangkuman hasil uji normalitas setiap kelompok eksperimen......125
Tabel 23 Tabel 24
: Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi pada Pasangan Kelompok Eksperimen..................................................................126
Tabel 25
: Rangkuman hasil uji normalitas setiap kelompok.........................128
Tabel 26
: Rangkuman Uji Homogenitas Variansi..........................................129
Tabel 27
: Rangkuman Anava Dua Jalan dengan Sel Tak Sama.....................131
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1 : Kerucut Pengalaman Edga Dale.......................................................27 Gambar 2 : Histogram Sebaran Frekuensi Skor Gaya Belajar IPA Siswa dengan Multimedia Berbasis Komputer ......................................104 Gambar 3 : Histogram Sebaran Frekuensi Skor Gaya Belajar IPA Siswa dengan Media Tiga Demensi..........................................................106 Gambar 4 : Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar I PA dengan Multimedia Berbasis Komputer....................................... 111 Gambar 5 : Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan Media Tiga Demensi.....................................................................112 Gambar 6 : Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Pada Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Visual.............................113 Gambar 7 : Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Pada Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar uditorial...........................114 Gambar 8 : Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Pada Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Kinestetik................115 Gambar 9 : Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan Multimedia Berbasis Komputer Pada Kelompok Siswa yang memiliki Gaya Belajar Visual ....................................................117 Gambar 10 : Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan Multimedia Berbasis Komputer Pada Kelompok Siswa yang memiliki Gaya Belajar Auditorial..................................................118 Gambar 11 : Histogram Sebaran Frekuensi Skor P restasi Belajar IPA dengan Multimedia Berbasis Komputer Pada Kelompok Siswa yang memiliki Gaya Belajar Kinestetik..................................................120 commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 12 : Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan Multimedia Berbasis Komputer Pada Kelompok Siswa yang memiliki Gaya Belajar Visual......................................................121 Gambar 13 : Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan Media Tiga Demensi Pada Kelompok Siswa yang memiliki Gaya Belajar Auditorial................................................................123 Gambar 14 : Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan Media Tiga Demensi Pada Kelompok Siswa yang memiliki Gaya Belajar Kinestetik................................................................124
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Instrumen Penelitian 1.1. Contoh Silabus IPA Kelas IV SD.............................................. 152 1.2. RPP dengan Multimedia Berbasis Komputer...........................
158
1.3. RPP dengan Media Tiga Demensi............................................. 185 1.4. Kisi-Kisi Soal Tes Prestasi IPA Try out...................................
206
1.5. Soal IPA Kelas IV Try out.......................................................... 207 1.6. Kisi-Kisi Soal Tes Prestasi.......................................................... 214 1.7. Soal Tes Prestasi.......................................................................... 215 1.8. Kisi-Kisi Angket Gaya Belajar Try Out..................................... 221 1.9. Angket Gaya Belajar Try Out..................................................... 223 1.10. Kisi-Kisi Angket Gaya Belajar.................................................. 228 1.11. Angket Gaya Belajar.................................................................. 230 1.12. Kunci Jawaban............................................................................235 1.13. Lembar Jawab.............................................................................237 Lampiran 2. Uji Coba Instrumen Penelitian 2.1.Skor Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar IPA............................. 241 2.2. Skor Validitas Tes Prestasi Belajar IPA.......................................241 2.3. Uji Reliabilitas Tes Belajar IPA...................................................245 2.4. Skor Taraf Kesukaran dan Daya Beda..........................................248 2.5. Skor Hasil Uji Coba Angket Gaya Belajar...................................251 commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.6. Hasil Uji Validitas Angket Gaya Belajar......................................251 2.7. Hasil Uji Reliabilitas Angket Gaya belajar..................................257 2.8. Lembar Validasi Tes Prestasi Belajar...........................................263 Lampiran 3. Data Hasil Penelitian 3.1. Data Hasil Penelitian Tes Prestasi IPA dengan Multimedia Berbasis Komputer......................................................................267 3.2. Data Hasil Penelitian Tes Prestasi IPA dengan Media Tiga Demensi...................................................................269 3.3. Data Hasil Penelitian Angket Gaya Belajar dengan Multimedia Berbasis Komputer................................................. 271 3.5. Data Hasil Penelitian Angket Gaya Belajar dengan Media Tiga Demensi...............................................................................274 3.6. Transformasi Data Kategori Pembelajaran dengan Multimedia Berbasis Komputer..................................................................... 277 3.7. Transformasi Data Kategori Pembelajaran dengan Media Tiga Demensi............................................................................. 278 Lampiran 4. Pengujian Persyaratan Analisis....................................................... 280 Lampiran 5. Kesimpulan Hasil analisis Data dengan Anava Dua Jalan..............282 Lampiran 6. Perijinan.......................................................................................... 299
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Fety Marhayuni. S811108016. The Effect of the Use of the ComputerBased Multimedia Learning and Media Three-Demensional graphic on the Learning Achievement in Natural Science of Grade IV Primary School in Girimarto Sub-district, Wonogiri viewed From Student Learning Styles. Thesis, Prinsipal Advisor : Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd., Co-Advisor: Prof. Dr. Sunardi, M.Sc. The Study program in Educational Technology, Sebelas Maret University, Surakarta 2012. The purpose of this study was to determine: (1) The difference of effect between using a computer-based multimedia learning and three-dimensional media on the students’ learning achievement in natural sciences.(2) The differences in learning styles influence of visual, auditory, and kinesthetic on the students’ learning achievement in natural science. (3) the interaction effect between the use of instructional media and learning styles on students’ learning achievement in Natural Science among elementary school students in the sub-district Girimarto Wonogiri. The method used in this study is experimental. Data taken using the achievement test and questionnaire. The samples were taken by using multistage cluster random sampling. The samples consisted of State Primary Scool I of Girimarto as the experimental group, and of State Primary School II of Girimarto as the control group. The were then analyzed by using the pre-requisite test of a two –way analysis of variance. The results of data analysis at the level of α = 0.05 is shared the following results: (1) there is a significant difference in effect of learning using multimedia computer-based and three-dimensional media on students’ achievement in the subjects of Natural Science. This is indicated by the results of 𝐹𝑜𝑏𝑠 (105,4820) > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒 (4.00), the average score of student achievement computer-based multimedia 75,75 and Media Three Demensi graphic 56,5. (2) There is a significant difference in effect between students' learning styles visual, auditory, and kinesthetic learning to the of Natural Science achievement. This is indicated by the results of 𝐹𝑜𝑏𝑠 (38.744)> 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒 (3.15), mean score 75.70 visual learning style; 62,25 auditorial learning style and 57,5 kinesthetic learning styles. (3) There is no interaction effect between the use of computer-based multimedia and learning style on achievement of Natural Sciences. This is indicated by the value of the 𝐹𝑜𝑏𝑠 (0.074)> 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒 (3.15). Keywords : Computer-Based Multimedia, Media Three-Demensional graphic, Learning Styles, Student Achievement
commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling mendasar dalam kehidupan manusia dan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hayat. Hal ini dikarenakan pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. Hal ini sesuai dengan bunyi Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1. Proses Belajar Mengajar merupakan proses komunikasi interaktif antara person yang melibatkan pendidik dan peserta
didik dalam mencapai tujuan
belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Arief S. Sadiman, Rahardjo, Anung Haryono, Rahardjito, (2011: 11-12), yang menyatakan bahwa, “Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan”. Kegiatan belajar mengajar di dalam kelas merupakan komunikasi instruksional. Guru sebagai sumber pesan menyampaikan pesan atau bahan commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengajaran yang disertai dengan metode, media, dan teknik menyampaikan kepada siswa. Siswa menyerap pesan atau bahan pengajaran tersebut. Proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi tersendiri antara guru dan siswa, di mana pada dasarnya proses belajar mengajar terdiri dari tiga unsur penting yaitu pengajar ( dosen, guru, instruktur, dan tutor ), siswa yang belajar dan bahan ajar yang diberikan guru. Guru memegang kunci yang dapat mengontrol efektifitas dan efisiensi komunikasi ini, serta guru memegang kendali utama untuk keberhasilan tercapainya tujuan. Menurut Winarno Surachmad (1994:35), ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor dari dalam atau internal dan faktor dari luar individu atau eksternal . Hal ini sejalan dengan pendapat M. Nur Ghufron, Rini Risnawati, (2012:10) yang mengemukakan bahwa”Peningkatan prestasi belajar dapat dicapai dengan memperhatikan beberapa aspek, baik aspek internal maupun aspek eksternal” Pengalaman menunjukkan bahwa dalam komunikasi banyak terjadi penyimpangan, sehingga proses komunikasi menjadi tidak efektif dan efisien karena berbagai sebab. Hambatan dalam proses belajar mengajar antara lain adalah ketidaksiapan siswa, verbalisme, kurang minat, cara belajar yang tidak efisien dan efektif dan lain-lain. Kekurangsiapan siswa dalam proses belajar mengajar mengakibatkan komunikasi yang seharusnya berlangsung dua arah berubah menjadi satu arah. Akibatnya, proses belajar mengajar menjadi tidak efektif dan tidak efisien dalam usaha membangkitkan penalaran anak. commit to user 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Belajar merupakan suatu permasalahan yang sangat komplek dan keberhasilannya sangat individual, seperti yang dikemukakan Yusuf Hadi Miarso (2010:107), dalam tulisannya sebagai berikut : Belajar merupakan suatu proses komplek. Tiap orang mempunyai ciri unik untuk belajar. Hal ini disebabkan oleh efisiensi mekanisme penerimaannya dan kemampuan tanggapannya. Seorang pelajar yang normal akan memperoleh pengertian dengan cara mengolah rangsangan dari luar yang ditangkap inderanya, baik indera penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba. Semakin baik tanggapan seseorang tentang suatu objek, orang, peristiwa, atau hubungan, semakin baik pula hal tersebut dimengerti dan diingat. Pengetahuan yang didapat melalui penginderaan dari lingkungan ditambah pengalaman-pengalaman yang diperoleh sebelumnya akan sangat membantu siswa dalam memberi tanggapan terhadap suatu persoalan. Menurut Yusuf Hadi Miarso kemampuan memberi tanggapan antara anak yang satu dengan anak yang lain tidak sama, meskipun anak tersebut berasal dari lingkungan yang sama. Hal inilah yang terkadang dapat menimbulkan kesalahfahaman atau salah pengertian dalam proses penyerapan pesan dari penyampai pesan kepada penerima pesan. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi hambatan yang timbul dalam proses belajar mengajar. Program pembinaan dan pengembangan pendidikan diarahkan untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul. Salah satu cara untuk menghindari dan mengatasi hambatan yang timbul dalam proses belajar mengajar adalah dengan pemanfaatan media pembelajaran. Pemanfaatan media dalam pembelajaran merupakan sarana yang efektif untuk menggugah totalitas indrawi siswa dalam pembelajaran. Selain itu guru akan mampu menciptakan sebuah pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning). commit to user 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002:1), menyatakan bahwa metodologi pembelajaran adalah suatu teknik yang digunakan guru dalam interaksinya dengan siswa agar bahan pembelajaran sampai kepada siswa, sehingga siswa menguasai tujuan pembelajaran. Salah satu unsur penting dalam metodologi pembelajaran adalah penggunaan media pembelajaran yang tepat dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Variasi pembelajaran dapat ditampilkan dengan mudah dengan memanfaatkan media pembelajaran ini. Penggunaan media pembelajaran yang tepat dapat lebih menarik perhatian siswa dan menumbuhkan gaya belajar yang efektif dan efisien, sehingga bahan belajar yang diterima akan lebih jelas dan bermakna, yang pada akhirnya diharapkan dapat dapat mempertinggi prestasi belajar yang dicapai. Azhar Arsyad (2011:10) mengemukakan bahwa sesuai dengan kerucut pengalaman belajar Edgar Dale, Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (kongkret) berupa berbagai kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang, kemudian melalui benda tiruan , dramatisasi, demonstrasi, karyawisata, pameran, televisi, gambar hidup, gambar diam dan rekaman radio, lambang, visual, sampai kepada lambang verbal atau abstrak berupa kata-kata. Jadi media pembelajaran sangat penting dalam kegiatan belajar guna meningkatkan hasil belajar. Mengingat pentingnya peranan media dalam pembelajaran, maka pengelolaannya harus baik agar memberi kontribusi positif terhadap tujuan pembelajaran. Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 (2006:377) juga disebutkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ada commit to user 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penekanan pembelajaran salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara tepadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Untuk itu dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) guru dituntut untuk menggunakan media
pembelajaran,
baik
media
pembelajaran
visual,
maupun
media
pembelajaran audio visual. Dengan menggunakan media pembelajaran yang sesuai, diharapkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) akan lebih menarik sehingga lebih mudah dipahami oleh peserta didik, dengan ditunjukkan oleh prestasi belajarnya yang tinggi. Kenyataan di lapangan prestasi belajar Ilmu Pangetahuan Alam (IPA) masih rendah. Hal itu dimungkinkan karena pemilihan metode, pendekatan dan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak sesuai tuntutan pokok pembahasan materi pelajaran. Gaya belajar belajar siswa yang tidak baik dan kemungkinan tidak adanya variasi media pembelajaran dari guru. Kegiatan pembelajaran yang berhasil, memerlukan keaktifan seluruh indera peserta didik. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi, maka kegiatan pembelajaran akan semakin berhasil. Informasi yang diserap siswa tersebut dapat dimengerti dan dipertahankan oleh siswa. Pemanfaatan media pembelajaran secara efektif akan berimbas pada peningkatan gaya belajar dan prestasi belajar siswa. Saat ini penggunaan media pembelajaran masih terkesan seadanya bahkan setiap pertemuan hanya memanfaatkan papan tulis dan buku saja sebagai media commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran, jadi penyampaian materi pembelajaran kepada siswa cenderung memilih konvesional agar target materi sesuai dengan tuntutan kurikulum segera tercapai. Sebagian guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) belum memiliki motivasi berprestasi dan menganggap penggunaan media sangat menyita waktu dalam persiapan maupun sesudah proses pembelajaran, sehingga penggunaan media pembelajaran jarang dilakukan bahkan tidak pernah diprogramkan. Sebagian lain pengelola media pembelajaran di sekolah masih banyak yang belum terorganisasikan dan banyak guru IPA yang belum mendapat pelatihan penggunaan media pembelajaran yang efektif, sehingga kompetensi penggunaan media pembelajaran belum memadai. Di samping itu di kalangan guru masih berkembang anggapan bahwa prestasi belajar siswa akan baik jika kemampuan awal dan kecerdasan intelektual siswa tinggi, sebaliknya jika kemampuan awal dan kecerdasan intelektual siswa rendah , prestasi belajar siswa sulit ditingkatkan. Menurut Arief Sadiman dkk, (2011:14), menyatakan bahwa “Perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh, atau hambatan geografis, jarak, waktu, dan lain-lainnya dapat dibantu dan diatasi dengan pemanfaatan media pendidikan dalam Proses belajar mengajar”. Media pendidikan digunakan dalam Proses Belajar Mengajar agar mencapai efektifitas dan efisiensi
pengajaran secara maksimal. Guru dalam
mengajar memerlukan media pendidikan untuk mempertinggi prestasi belajar siswa, karena media pendidikan merupakan bagian yang integral dalam kegiatan instruksional. Hal ini sesuai dengan pendapat Yusuf Hadi Miarso (2010:103), yang mengemukakan bahwa “ Media merupakan bagian yang integral dari commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pelajaran”. Selain itu Proses Belajar mengajar yang menggunakan media akan memberikan variasi dalam cara-cara mengajar, sehingga membangkitkan minat siswa untuk lebih aktif dalam belajar, yang pada akhirnya akan menunjang tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Banyak sekali macam media serta sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar, baik yang secara sengaja diadakan
atau
disediakan, dan diprogramkan, maupun yang secara kebetulan dimanfaatkan dalam membelajarkan anak untuk suatu tujuan tertentu. Melalui media apalagi pembelajaran akan lebih bermakna dan pembelajaran akan lebih bervariasi dan menarik sehingga membangkitkan motivasi
yang pada akhirnya akan
menumbuhkan gaya belajar yang efektif. Media pembelajaran tersebut antara lain multimedia berbasis komputer dan media pendidikan tiga demensi. Keberhasilan Proses Belajar Mengajar, sebagian dipengaruhi oleh ciri-ciri khas yang dimiliki siswa, baik sebagai indiviudu maupun kelompok. Gaya belajar siswa merupakan keadaan awal yang berasal dari pribadi siswa. Menurut W.S. Winkel (1996), mengemukakan sebagai berikut : “Keadaan awal siswa yang mempengaruhi proses belajar mengajar tersebut antara lain ; taraf intelegensi, daya kreatifitas, cara belajar, kecepatan belajar, kadar motivasi belajar, tahap perkembangan, kemampuan berbahasa, sikap terhadap tugas, kebiasaan belajar, perasaan dalam belajar, minat belajar, kondisi mental dan kondisi fisik” (h.82). Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2010:111) “Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, kemudian mengatur serta mengolah informasi. Hal ini mengandung pengertian gaya belajar adalah ciri-ciri khas siswa dalam belajar, cara berpikir, dan selera presentasi pelajaran, yang commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bersifat konsisten, kerapkali tidak disadari yang merupakan kombinasi dari bagaimana siswa tersebut menyerap dan mengatur serta mengolah informasi dari konsep IPA, yang membedakan seorang siswa atau sekelompok siswa dengan yang lainnya. Gaya belajar yang cocok untuk siswa A belum tentu cocok untuk siswa B. Demikian juga sebaliknya, gaya belajar yang cocok untuk siswa B belum tentu cocok untuk siswa A. Siswa yang memperoleh hasil belajar yang baik adalah siswa yang menyadari sepenuhnya apa yang dituntut dalam tugas belajar dan mengetahui bagaimana gaya belajar yang baik. Sebagaimana pendapat C. Van Parreren yang dikutip oleh W.S. Winkel, (1996), dalam Psikologi Pengajaran : “....Hasil belajar yang lebih baik itu bersumber pada cara belajar yang penuh kesadaran, sistematik, dan penuh refleksi diri. Maka, cara belajar demikian ini sebenarnya mencakup sejumlah heuristik mengenai cara belajar yang baik dapat juga diajarkan kepada siswa yang tidak sebegitu pandai. Dengan demikian siswa yang lemah pun dapat maju” (h. 63). Pernyataan C. Van Parraren di atas mengandung maksud bahwa semua siswa baik yang berintelegensi tinggi maupun berintelegensi rendah dapat mencapai kemajuan dalam belajar, asalkan mempraktekkan Gaya belajar yang baik. Gaya belajar yang efektif dan efisien jelas membantu siswa dalam belajar. Namun demikian, banyak siswa yang kurang memperhatikan gaya belajar. Mereka belajar secara acak tanpa mempraktekkan gaya belajar yang baik. Bahkan guru sendiri pun kurang memperhatikan gaya belajar siswa. Padahal gaya belajar siswa mempunyai peran yang cukup penting dalam menentukan prestasi belajar. Kebiasaan untuk memiliki gaya belajar yang efektif dan efisien perlu dipupuk sejak siswa masuk sekolah dasar. Dalam arti, gaya belajar siswa perlu commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dipupuk sedini mungkin. Usaha yang dimulai sewaktu siswa sampai pada jenjang pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas memberikan harapan yang lebih kecil dalam menghasilkan perbaikan yang berarti. Dalam proses belajar mengajar di sekolah dasar, guru mempunyai
kesempatan untuk membantu siswa
meningkatkan penguasaannya terhadap gaya belajar yang efektif dan efisien, sehingga lama kelamaan gaya belajar siswa akan menjadi lebih baik. Dengan demikian siswa memperoleh bekal yang lebih menguntungkan bagi belajar di masa yang akan datang dan siswa sendiri dapat melatih diri di luar proses belajar mengajar. Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Alam dan gaya belajar siswa merupakan 2 faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Mata pelajaran IPA sudah lama diajarkan di tingkat sekolah dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), namun hasilnya belum memuaskan. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memelihara kelestarian
lingkungan.
Pembelajaran
IPA
diharapkan
ada
penekanan
pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Menurut Sutarno, Nono dkk. (2008) mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan hasil observasi dan eksperimen. Pengajaran di kelas umumnya dilakukan dengan teknik tradisional dan konvensional. Hal ini commit to user 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membawa akibat siswa kurang berpikir, kurang beraktifitas, dan kurang berkreatifitas yang mengarah ke tercapainya tujuan pendidikan. Agar di dalam proses belajar mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memberikan kesempatan berpikir, beraktifitas, dan berkreatifitas yang lebih banyak dan lebih luas, maka perlu pemanfaatan media pembelajaran dalam mengajar Ilmu Pengetahuan Alam dan menerapkan gaya belajar siswa yang efektif dan efisien. Dengan memperhatikan kedua faktor tersebut dimungkinkan prestasi belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam mencapai hasil yang optimal. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dimengerti penggunaan media pembelajaran, baik audio, visual maupun audiovisual akan mampu meningkatkan gaya belajar siswa dan diharapkan prestasinya akan baik. Media ini dapat berupa media tiga demensi dan multimedia berbasis komputer. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian eksperimen dengan judul : “Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Multimedia Berbasis Komputer dan Media Pembelajaran Tiga Demensi Terhadap Prestasi Belajar IPA Kelas IV SD Negeri di Kecamatan Girimarto Wonogiri Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah seperti tertulis di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang akan diteliti, yaitu : 1.
Proses
belajar
mengajar
merupakan
commit to user keberhasilannya sangat individual. 11
proses
yang
kompleks
dan
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Media Pembelajaran merupakan bagian yang integral dari proses belajar mengajar, namun guru belum menggunakan media pembelajaran yang efektif dan efisien dan pemanfaatannya belum maksimal.
3.
Kelengkapan media pembelajaran di sekolah untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam menunjang keberhasilan Proses Belajar Mengajar kurang, sehingga menghambat inovasi pembelajaran.
4.
Kurangnya kemauan dan kemampuan guru untuk berkreasi dalam menggunakan media yang inovatif seperti media tiga demensi dan media komputer, sehingga cenderung menggunakan media sederhana.
5.
Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dari dalam individu (faktor internal) maupun faktor dari luar individu (faktor eksternal). Faktor internal siswa cenderung kurang diperhatikan dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah gaya belajar siswa.
6.
Gaya belajar siswa belum mempraktekkan gaya belajar yang baik sehingga dapat menghambat proses penyerapan dan pengelolaan informasi.
7.
Prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar saat ini masih rendah.
C. Pembatasan Masalah Demikian banyaknya masalah yang dapat diidentifikasikan, namun karena keterbatasan kemampuan, waktu, tenaga, dan biaya, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :
commit to user 12
perpustakaan.uns.ac.id
1.
digilib.uns.ac.id
Penggunan multimedia berbasis komputer dan media pembelajaran tiga demensi sebagai media pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD Negeri Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri.
2.
Peningkatan gaya belajar siswa dapat dilakukan dengan penggunaan media belajar yang tepat.
3.
Peningkatan prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan upaya meningkatkan gaya belajar siswa dengan menggunakan multimedia berbasis komputer dan media pembelajaran tiga demensi.
D. Perumusan Masalah Sesuai dengan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagi berikut : 1. Apakah terdapat perbedaan pengaruh penggunaan multimedia berbasis komputer dan media pembelajaran tiga demensi terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas IV sekolah dasar di Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri? 2. Apakah terdapat perbedaan pengaruh gaya belajar auditif, visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa Kelas IV sekolah dasar di Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri?
commit to user 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Apakah ada interaksi pengaruh penggunaan media pembelajaran dan gaya belajar terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetauhan Alam siswa Kelas IV sekolah dasar di Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri?
F. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1.
Mengetahui perbedaan pengaruh penggunaan multimedia berbasis komputer dan media pembelajaran tiga demensi terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas IV sekolah dasar di Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri.
2.
Mengetahui perbedaan pengaruh gaya belajar auditif, visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa sekolah dasar di Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri.
3.
Mengetahui interaksi pengaruh penggunaan media pembelajaran dan gaya belajar terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetauhan Alam siswa sekolah dasar di kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Untuk meningkatkan dan mengembangkan wawasan, ilmu pengetahuan, serta untuk mendukung teori-teori yang relevan yang telah ada sebelumnya. commit to user 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini dalam ruang lingkup yang lebih luas serta pembahasan lebih mendalam. 2. Manfaat Praktis a. Dapat menumbuhkan motivasi dan kreatifitas guru untuk menggunakan media pembelajaran tiga demensi dan media interaktif berbasis komputer dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV sekolah dasar negeri di Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri. b. Dapat berkontribusi meningkatkan prestasi belajar melalui pemilihan media yang tepat dan meningkatkan gaya belajar siswa. c. Memberi masukan kepada guru atau calon guru agar dapat memilih media pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan materi dan mengoptimalkan gaya belajar siswa.
commit to user 15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Masalah Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran Secara harfiah kata „media‟ yang dalam bahasa latin disebut medium berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima. Banyak para pakar yang memberi batasan tentang media. Assosiation of Education and Communication Technology (AECT) membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyampaiakan pesan dan informasi. Selain itu Gagne (1970) dalam Arief S. Sadiman dkk. (2011: 6) menyatakan, bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang kegiatan belajar. Smaldino, Russel, Heinich, dan Molenda (2011: 6) menyebutkan bahwa ”media, the plural of medium,, are means of communication. Derived from the latin medium (“between”) the term refers to anything that carries information between source and a receive. Media (bentuk jamak dari medium) berarti suatu alat penyampai informasi dalam komunikasi, atau dapat disebut sebagai saluran informasi dalam komunikasi. Dapat juga berarti sesuatu yang berada di antara pembawa informasi dan penerima informasi. Arief S. Sadiman, R.Rahardjo, Anung Haryono, dan Rahardjito (2011:7) secara garis besar mengemukakan bahwa media merupakan segala sesuatu yang commit to user dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga 16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi peningkatan proses belajar terjadi. Adapun Azhar Arsyad (2011 : 3) menyatakan bahwa media berasal dari bahasa Latin medius yang berarti „tengah‟, atau „perantara‟, atau „pengantar‟. Azhar Arsyad juga mengutip pernyataan Gerlach & Ely bahwa media secara garis besar berupa manusia, materi, dan kejadian yang dapat membangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Atwi Suparman (2001 : 187) menyatakan bahwa media adalah alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim ke penerima pesan. Pengirim dan penerima pesan itu dapat berbentuk orang atau lembaga, sedangkan media tersebut dapat berupa alat-alat elektronik, gambar, buku dan sebagainya. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa media pembelajaran adalah alat atau bahan yang digunakan dalam proses pengajaran atau pembelajaran (2007 : 726). Menurut Sri Anitah (2008: 2), media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar menerima pengetahuan, ketrampilan dan sikap. commit to user 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari berbagai pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau saluran komunikasi antara guru dan siswa, yang dapat merangsang pikiran, membangkitkan semangat, perasaan, perhatian, dan minat siswa, sehingga meningkatkan proses pembelajaran, dan pencapaian tujuan pembelajaran menjadi lebih mudah dan mempertinggi prestasi belajar siswa. Media pembelajaran terdiri dari dua unsur penting, yaitu peralatan atau perangkat keras (hard ware) dan unsur pesan yang dibawa (message/soft ware). Perangkat lunak (soft ware) adalah informasi atau bahan ajar itu sendiri yang akan disampaikan kepada siswa, sedangkan perangkat keras (hard ware) adalah sarana atau peralatan yang digunakan untuk menyajikan pesan/bahan ajar tersebut. b. Jenis Media Pembelajaran Sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, media pembelajaran juga mengalami perkembanganmenyebutkan. Sejak munculnya gerakan “Visual Educational” tahun 1920-an hingga munculnya istilah “Educational Media” tahun 1950-an, mulai dari hanya berbentuk gambar hingga sekarang sudah berbasis mikroprosesor menunjukkan perkembangan media dalam fungsinya sebagai media komunikasi dalam pendidikan. Heinich, Molenda, Russel, & Smaldino (2011:6) membagi tipe media pembelajaran sebagai berikut: 1) Media cetak , berupa teks yang terdiri dari huruf dan angka yang dapat diperlihatkan pada berbagai format antara lain : buku, komputer, papan tulis, layar komputer. 2) Media audio atau media dengar, yaitu segala sesuatu yang dapat didengar, baik berupa suara asli ataupun suara rekaman antara lain : suara manusia, suara musik, suara mesin mobil yang sedang melaju kencang, commit to user suara bising. 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Media visual atau media pandang, yaitu sesuatu yang dapat dilihat, antara lain : diagram pada sebuah poster, gambar pada sebuah papan tulis, fotografi, grafik pada sebuah buku, kartun pada surat kabar atau majalah. 4) Media bergerak , yaitu media yang ketika dipergunakan terlihat dapat melakukan gerakan, antara lain : gambar pada ”videotape”, gambar animasi. 5) Media manipulatif berupa benda tiga dimensi yang dapat disentuh maupun dipegang oleh siswa, antara lain : obyek sebenarnya, model 6) Media manusia, antara lain : guru, murid, seseorang yang mempunyai keahlian tertentu. Seels & Glasgow (dalam Azhar Arsyad 2011 : 33) menyebutkan bahwa jenis media pembelajaran dibagi ke dalam dua kategori luas yaitu media tradisional dan media teknologi mutakhir sebagai berikut : 1) Media tradisional a) Media visual diam yang diproyeksikan : proyeksi opaque (tak tembus pandang), proyeksi overhead (OHP), slides, film strips. b) Media visual diam yang tak diproyeksikan : gambar, poster, foto, charta, grafik, diagram, papan pameran, papan info, papan bulu. c) Media audio : rekaman piringan, pita kaset, cartridge. d) Multimedia : slide plus suara (tape), multi image. e) Media visual dinamis yang diproyeksikan : film, televisi, video. f) Media cetak : buku teks, modul teks terprogram, workbook, majalah ilmiah berkala, lembaran lepas (hand out). g) Media permainan : teka-teki, simulasi, permainan papan. h) Media realita : model, specimen (contoh), manipulatif (peta, boneka). 2) Media teknologi mutakhir a) Media berbasis telekomunikasi : telekonferens, kuliah jarak jauh. b) Media berbasis mikroprosesor: computer-assisted instruction, permainan computer, sistem tutor intelijen, interaktif, hypermedia, video compact disc (VCD), digital video disc (DVD). Berikut ini beberapa jenis media yang lazim digunakan dalam kegiatan belajar mengajar khususnya di Indonesia yang sesuai dengan pendapat Arief S.Sadiman dkk. (2011 : 28-81) 1) Media grafis, termasuk media visual yang sederhana dan mudah pembuatannya. Banyak jenis media grafis diantaranya : gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chart, grafik, kartun, poster, peta dan globe, papan flanel / flannel board, papan buletin/bulletin board. 2) Media audio berupa radio, alattoperekam pita magnetik, laboratorium commit user bahasa. 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Media proyeksi diam antara lain film bingkai, media transparansi proyektor tak tembus pandang (opaque proyektor), mikrofis, film, film gelang, televisi, video, permainan dan simulasi c. Ciri-ciri Media Pembelajaran Media pembelajaran yang dapat digunakan di dalam kegiatan pembelajaran sangat beraneka ragam. Untuk dapat memilih media pembelajaran yang tepat dengan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, perlu mengetahui ciri-ciri dari media pembelajaran yang diperlukan. Apabila disesuaikan dengan kemampuan media itu dalam membangkitkan rangsangan inderawi, atau disesuaikan dengan kemudahan penggunaan oleh pemakainya atau disesuaikan dengan kemampuan daya beli pemakainya, atau disesuaikan dengan lingkup sasaran penggunaan media tersebut. Azhar Arsyad (2011 : 12-14), mengemukakan pendapat Gerlach & Ely, pada garis besarnya ciri media pembelajaran itu ada tiga macam, yaitu : 1) Ciri Fixsatif (Fixative Property), menggambarkan kemampuan media dalam merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, video tape, audio tape, disket computer, dan film. 2) Ciri Manipulatif (Manipulative Property) Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar „time-lapse recording‟. Di samping dapat dipercepat, suatu kejadian dapat pula diperlambat pada penayangan kembali.. 3) Ciri Distributif (Distributive Property), memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Karakteristik atau ciri-ciri khas suatu media berbeda menurut tujuan dan maksudnya, kemampuan membangkitkan rangsang indera dan sebagainya. to user dkk. (2008), mengatakan bahwa Menurut Kemp dan Dayton dalamcommit Arief Sadiman 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“ The question of what media attributes are necessary for a given learning situation becomes the basis for media selection”. Jadi media, karakteristik media dan pemilihan media merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam penentuan strategi pembelajaran. d. Manfaat Media Pembelajaran Dalam kegiatan pembelajaran, guru berusaha menggunakan media pembelajaran seoptimal mungkin apabila guru tersebut sudah memahami benar manfaat media pembelajaran. Atwi Suparman (2001: 187-188), menyebutkan media digunakan dalam kegiatan pembelajaran karena berbagai kemampuannya sebagai berikut: 1) memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata; 2) menyajikan benda atau peristiwa yang jauh dari hadapan siswa ke hadapan siswa; 3) menyajikan peristiwa yang kompleks, rumit, berlangsung sangat cepat atau sangat lambat menjadi lebih sistematis dan sederhana; 4) menampung sejumlah siswa untuk mempelajari materi pelajaran dalam waktu yang sama; 5) menyajikan benda atau atau peristiwa berbahaya ke hadapan siswa; 6) meningkatkan daya tarik pelajaran dan perhatian siswa; 7) meningkatkan sistematika pengajaran seperti penggunaan transparansi, kaset audio dan grafik dalam mengajar. Adapun manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa menurut Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2001 : 2), adalah : 1) pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi belajarnya; 2) materi pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga lebih dapat dipahami oleh siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik; 3) metode yang digunakan dalam pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi guru mengajar setiap pelajarancommit sehari penuh; to user 21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) siswa lebih banyak melakukan kegiatan dalam mengikuti pembelajaran, di samping mendengarkan uraian guru, juga dapat aktif dalam melakukan pengamatan, dapat melakukan demonstrasi atau ksperimen; 5) sesuai dengan taraf berpikir manusia yaitu dimulai berpikir kongkret menuju ke berpikir abstrak, dimulai berpikir sederhana menuju ke berpikir kompleks. Jadi dengan menggunakan media pembelajaran, hal-hal yang abstrak dapat dikongkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan. Kemp & Dayton dalam Azhar Arsyad, (2011: 1) mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran di kelas/sebagai cara utama pembelajaran langsung sebagai berikut : 1) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang mengikuti pembelajaran yang disajikan melalui media menerima pesan yang sama. 2) Pembelajaran bisa lebih menarik, karena pesan yang disampaikan jelas dan runtut, image berubah-ubah, pengguanan efek khusus dapat menimbulkan keingintahuan siswa sehingga siswa terdorong untuk berpikir. Dengan demikian dapat memotivasi dan meningkatkan minat siswa belajar. 3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan prinsip adanya partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan. 4) Lamanya pembelajaran dapat dipersingkat. 5) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan 6) Pembelajaran dapat diberikan sewaktu-waktu, lebih-lebih yang dirancang untuk penggunaan secara individu. 7) Sikap positif siswa terhadap apa yang sedang dipelajari dan proses belajar, dapat ditingkatkan. 8) Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif. Media Pembelajaran secara umum bermanfaat memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif. Arief S Sadiman,R.Raharjo, Anung Haryono dan Rahardjito (2011 : 17), menjelaskan beberapa manfaat media pembelajaran yaitu : 1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis(dalam bentuk commit to user kata-kata tertulis atau lisan belaka). 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Mengatasi keterbatasan ruang,waktu dan daya indera seperti : a) obyek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau media; b) obyek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film atau gambar; c) gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography; d) kejadian atau peristiwa masa lalu dapat ditampilkan lewat rekaman film, video, film bingkai foto maupun verbal; e) obyek yang terlalu kompleks misalnya mesin-mesin dapat disajikan dengan medi, diagram dan lain-lain; f) konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim dan lainlain dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar dan lain-lain 3) Penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk : a) menimbulkan kegairahan belajar; b) memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan; c) memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya. 4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda sedangkan kurikulum dan materi ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan yaitu dengan kemampuannya dalam : a) memberikan perangsang yang sama; b) mempersamakan pengalaman; c) menimbulkan kesan dan persepsi yang sama bagi semua siswa. Dari uraian para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan beberapa manfaat secara praktis penggunaan media di dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) dapat mengatasi keterbatasan inderawi, ruang, dan waktu sehingga materi pembelajaran menjadi lebih kongkret dan mudah dipahami siswa;
commit to user 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) pembelajaran lebih menarik karena penyajiannya dapat bervariasi, siswa akan lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi lebih tinggi; 3) dapat memberikan kesamaan informasi, pengalaman, dan pengertian kepada siswa yang beraneka ragam latar belakangnya. Dengan demikian penggunaan media bermanfaat untuk mempertinggi proses pembelajaran dan mempertinggi prestasi belajar siswa. e. Pemilihan Media Pembelajaran Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran itu juga memerlukan perencanaan yang baik. Efektifitas penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar pembelajaran di kelas, bergantung pada ketepatan jenis media pembelajaran yang digunakan dengan materi pembelajaran yang diajarkan. Sehubungan dengan itu diperlukan kecermatan dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran. Heinich, dan kawan-kawan dalam Azhar Arsyad (2011: 67) mengajukan model perencanaan penggunaan media yang efektif yang dikenal dengan istilah ASSURE ( ASSURE adalah singkatan dari Analyze learner characteristics, state objective, select, or modify media, Utilize, Require learner respons, and Evaluate). Model ini menyarankan enam kegiatan utama dalam perencanaan pembelajaran. Azhar Arsyad (2011 : 75), menyebutkan beberapa butir pertimbangan commit user media, yaitu : yang dapat digunakan seorang guru dalamtomemilih 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai; 2) tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi; 3) praktis , luwes, dan bertahan; 4) guru terampil menggunakan; 5) pengelompokkan sasaran; 6) mutu teknis ( memenuhi persyaratan teknis tertentu. Atwi Suparman (2001 : 190), menjelaskan proses pemilihan media bagi pengembang
instruksional
dapat
mengidentifikasi
media
sesuai
tujuan
pembelajaran, selanjutnya memilih media atas pertimbangan : 1) 2) 3) 4)
biaya yang lebih murah, baik pada saat pembelian maupun pemeliharaan; kesesuaian dengan metode pembelajaran; kesesuaian dengan karakteristik siswa; perimbangan praktis tidaknya digunakan seperti kemudahannya dipindahkan atau ditempatkan, kesesuaian dengan fasilitas di kelas, keamanan penggunaan, daya tahan, kemudahan perbaikannya; 5) ketersediaan media berikut suku cadangnya. Oemar Hamalik (2006 : 202), menyatakan bahwa untuk memilih media pembelajaran ada dua pendekatan sebagai berikut : 1) memilih media pembelajaran yang telah tersedia di pasaran yang dapat dibeli oleh guru dan langsung dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Cara demikian dapat dilakukan apabila dananya tersedia dengan jumlah yang cukup, namun belum tentu cocok untuk penyampaian materi pembelajaran dengan kegiatan yang dilakukan oleh siswa; 2) memilih media pembelajaran berdasarkan kebutuhan nyata yang telah direncanakan, yaitu disesuaikan dengan tujuan dan materi pembelajaran yang berkaitan. Arief Sukadi Sadiman, R.Rahardjo, Anung Haryono, dan Rahardjito, (2011:85),
mengatakan bahwa beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam pemilihan dan pembelian media pembelajaran : 1) 2) 3) 4) 5)
apakah relevan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai; apakah sesuai dengan karakteristik siswa; jenis rangsangan belajar apa yang diinginkan (audio, visul, animasi); sesuaikah dengan keadaan lingkungan commit to userdan kondisi setempat; seberapa luas jangkauan yang akan dilayani. 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ely (dalam Arief Sukadi Sadiman, R.Rahardjo, Anung Haryono, dan Rahardjito, (2011 : 85), mengatakan bahwa “Dalam memilih media harus dikaitkan dengan sistem pembelajaran keseluruhan. Jadi harus memperhatikan tujuan
pembelajaran,
materi
pembelajaran,
karakteristik
siswa,
strategi
pembelajaran, organisasi kelompok belajar/ organisasi kelas, alokasi waktu, sumber pembelajaran , dan prosedur penilaian”. Dick dan Carey (2001:206), menyebutkan bahwa dalam pemilihan media pembelajaran, di samping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya juga harus mempertimbangkan ketersediaan sumber setempat, kalau harus beli ada dananya apa tidak, kalau harus membuat sendiri apakah ada tenaga dan fasilitasnya, keluwesan dan kepraktisan serta ketahanannya, efektivitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang. ( Robert
M. Gagne, Leslie J. Briggs, Walter W.Wager ,1992 : 207)
menyatakan ciri – ciri situasi pembelajaran yang perlu diperlu di perhitungkan dalam pemilihan media yaitu : 1) komunikasi oleh guru terhadap siswa dan komunikasi melalui media; 2) kemampuan pemahaman verbal oleh siswa memadai atau kurang memahami; 3) komunikasi langsung kepada siswa dan komunikai lewat stasiun sentral; 4) terjadinya kesalahan serius terhadap pembelajaran itu berbahaya, dan ada pembelajaran yang berpotensi kesalahan tetapi tidak serius. Jadi dalam pemilihan media pembelajaran tidak hanya berdasarkan dari salah satu pertimbangan saja, tetapi harus memperhatikan keseluruhan komponen dalam sistem pembelajaran. Komponen pembelajaran tersebut meliputi: tujuan, materi , karakteristik siswa, strategi , organisasi kelompok belajar/ organisasi kelas, alokasi waktu, sumber pembelajaran , dan prosedur penilaian. commit to user 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Penggunaan Media Pembelajaran Media pembelajaran merupakan alat bantu guru dalam menyampaikan pembelajaran (teaching aids). Media gambar atau grafis adalah beberapa alat jenis yang mula-mula digunakan. Penggunaan alat-alat tersebut selain bertujuan meningkatkan motivasi
siswa, juga digunakan sebagai
jembatan
yang
menghubungkan sesuatu yang abstrak menjadi kongkrit. Edgar Dale merumuskan teori Cone of Experience (Kerucut pengalaman belajar dikelompokan menjadi 11 klasifikasi secara gradual dari yang kongkret menuju abstrak.( Sri Anitah, 2008 : 55) Abstrak Verbal Syimbols Visual Syimbols Recording-Radio Still Picture
Motion Picture
Television Exhibits Field Trips
Demonstrations
Dramatized Experiences Contrived Experiences Direct Purposeful Experiences kongkrit
Gambar 1. Kerucut pengalaman Edgar Dale commit to user 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
g. Media Pembelajaran Multimedia Berbasis Komputer dan Media Pembelajaran Tiga Demensi Pada penelitian ini peneliti memfokuskan pada Media Pembelajaran Multi Media Berbasis Komputer dan Media Tiga Demensi. 1) Multimedia Berbasis Komputer Menurut Azhar Arsyad (2011:170) , secara sederhana multimedia dapat diartikan sebagai lebih dari satu media. Kombinasi ini baik berupa grafik, teks, suara, video, dan animasi. Penggabungan ini merupakan satu kesatuan yang secara bersama-sama menampilkan informasi, pesan, atau isi pelajaran. Menurut Smaldino, dkk, ( 2008:141”), berpendapat “ multimedia berkenaan dengan penggunaan berbagai jenis/bentuk media secara berurutan maupun simultan untuk menyajikan materi. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Hefzalah (2004:56) yang mengatakan bahwa multimedia digunakan untuk mendiskripsikan penggunaan berbagai media secara terpadu dalam menyajikan atau mengajarkan suatu topik mata pelajaran. Sesuai pendapat di atas multimedia dapat diartikan penggunaan berbagai jenis media baik secara berurutan maupun secara simultan secara terpadu untuk menyajikan atau mengajarkan materi pelajaran. Sedangkan multimedia berbasis komputer dalam hal ini adalah penggunaan multimedia dimana konsep penggabungan ini dengan sendirinya memerlukan beberapa jenis peralatan perangkat keras yang masing-masing tetap menjalankan fungsi utamanya sebagaimana biasanya, dan komputer merupakan commit to user 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengendali seluruh peralatan itu. Kesemua peralatan itu haruslah kompak dan bekerjasama dalam menyampaikan informasi kepada pemakainya. Informasi yang disajikan melalui multimedia ini berbentuk dokumen yang hidup, dapat dilihat di layar monitor atau ketika diproyeksikan ke layar lebar melalui overhead projector, dan dapat didengar suaranya, dilihat gerakannnya (video atau animasi). Multimedia berbasis komputer bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang menyenangkan, menarik, mudah dimengerti dan jelas. Informasi akan mudah dimengerti karena sebanyak mungkin indera terutama indera telinga dan mata digunakan untuk menyerap informasi. Ada dua aplikasi komputer utama dalam pembelajaran menurut Heinich, Molenda, Russel, dan Smaldino, (2011: 127). Mereka mengatakan dua hal yang utama itu adalah CAI (Computer Assisted Instruction) atau pembelajaran dibantu komputer dan CMI (Computer Managed Instruction) atau pembelajaran diatur oleh komputer. Di dalam CAI siswa berinteraksi secara langsung dengan komputer sebagai bagian dari aktifitas pembelajaran sedangkan pada CMI, komputer membantu baik guru maupun siswa dalam pemeliharaan informasi mengenai siswa dan dalam pencapaian pembelajaran. Multimedia menurut Gayeski (1993: 4) adalah sekelompok sistem komunikasi
interaktif
berbasis
komputer
yang
membuat,
menyimpan,
mengirimkan, dan mengambil jaringan tekstual, grafis dan jaringan informasi audio.
Menurut Mayer (2001:3) jika mengacu pada kata benda, multimedia
adalah sebuah teknologi untuk menampilkan bahan ajar/materi baik secara visual maupun bentuk-bentuk verbal. Apabila menunjuk pada kata sifat multimedia commit to user 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat digunakan dalam konteks ;(1) pembelajaran multimedia, (2) pesan multimedia, dan (3) pesan pembelajaran multimedia yaitu presentasi yang melibatkan kata-kata dan gambar yang dimaksudkan untuk menguatkan belajar. Smaldino, Russell, Heinich, dan Molenda (2005: 141) menyatakan bahwa sistem mutimedia terdiri dari media tradisional dalam suatu kombinasi atau digabungkan dengan komputer sebagai sarana untuk menampilkan teks, gambar, grafik, suara, dan video. Ada lima peranan media komputer dalam pembelajaran ( Heinich, Molenda, Russel, Smalldino, 1996: 230) antara lain : a) Sebagai sebuah obyek pembelajaran. Komputer itu sendiri dapat menjadi obyek pembelajaran. Sebagai contoh, dalam kursus komputer siswa mempelajari komputer dan di sekolah kejuruan siswa mempelajari penggunaan komputer untuk pekerjaan pemrosesan data dan menganalisa tujuan. b) Sebagai sebuah alat. Dalam peranannya sebagai alat, komputer memberikan pelayanan sebagai kalkulator canggih, mesin ketik, komposer multimedia, alat presentasi, alat komunikasi dan sumber data. c) Sebagai sebuah alat pembelajaran. CAI membantu siswa mempelajari ketrampilan khusus. Sebagai contoh, seri The uncher membantu siswa untuk menguasai matematika dan seni bahasa. d) Sebagai katalisator untuk pembentukan sekolah. e) Sebagai sebuah alat pengajaran berpikir logis. Dalam tiap-tiap kategori ini, peranan komputer sangat bervariasi. Multimedia berbasis komputer ini mengintegrasikan beberapa media yang tiap elemennya melengkapi yang lain, sehingga suatu keseluruhan lebih besar daripada bagian-bagiannya. Komputer
multimedia
juga
telah
mempengaruhi
kurikulum
dan
pembelajaran. Ada banyak metode-metode pembelajaran yang dapat terintegrasi dalam komputer multimedia ini. Heinich, Molenda, Russell, dan Smaldino (1996: 243), menjelaskan bahwa adacommit tujuhto user metode pembelajaran yang dapat 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dimanfaatkan dalam mengantarkan pembelajaran yaitu : (1) latihan dan drilling, (2) tutorial, (3) permainan, (4) simulasi, (5) penemuan/discovery, dan (6) pemecahan masalah/problem solving. Yudhi Munadi (2008: 150) menyatakan ada beberapa kelebihan penggunaan multimedia presentasi yaitu : a) Mampu menampilkan objek-objek yang sebenarnya tidak ada secara fisik atau diistilahkan dengan imagery. Secara kognitif pembelajaran dengan mental imagery akan meningkatkan resistensi siswa dalam mengingat materi-materi pelajaran. b) Memiliki kemampuan dalam menggambarkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, image, grafik, dan suara menjadi satu kesatuan penyajian yang terintegrasi. c) Memiliki kemampuan dalam mengakomodasi peserta didik sesuai modalitas belajarnya terutama bagi mereka yang memiliki tipe visual, auditif, kinastetik atau yang lainnya.
Ketika guru hendak mengintegrasikan software dan multimedia dalam pembelajaran, Smaldino, Lowther, dan Russel (2008: 138) mengingatkan pentingnya pertimbangan sebagai berikut : a) Isi harus menyeimbangkan ketrampilan fundamental dengan berpikir runtut dan menyesuaikan dengan standar kurikulum. b) Isi harus merangsang dan harus menarik siswa untuk belajar. c) Isi seharusnya siap dan tersedia kapan saja dan dimanapun diperlukan baik itu di sekolah maupun di rumah. Dalam penelitian ini multimedia berbasis komputer yang digunakan adalah penggunaan komputer, LCD, CD interaktif untuk menampilkan materi pelajaran. Guru menyampaikan materi dengan media pembelajaran tersebut. 2) Media pembelajaran tiga demensi Media pembelajaran tiga demensi merupakan salah satu jenis media commit to user pembelajaran visual. Media pembelajaran tiga demensi dapat memberikan 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perasaan akan realita atau sebenarnya dan sesuai kenyataan. Hal ini karena media ini melibatkan lebih banyak pengertian yang mendalam dan pemahaman yang lebih lengkap akan benda-benda nyata.
Menurut Y. Ngadino, (1986: 47) ,
“pengertian media atau alat-alat pengajaran visual tiga demensi adalah media/ alat pengajaran yang mempunyai bentuk sama dengan sebenarnya dan mempunyai panjang, lebar, dan tinggi”. Adhen Satrini (2012), mengatakan Media pembelajaran tiga dimensi yaitu media pembelajaran yang setidaknya memiliki tiga sisi depan belakang dan samping. Media tiga dimensi ialah sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual tiga dimensional. Kelompok media ini dapat berwujud sebagai benda asli baik hidup maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya. Benda asli ketika akan difungsikan sebagai media pembelajaran dapat dibawa langsung ke kelas, atau siswa sekelas dikerahkan langsung ke dunia sesungguhnya di mana benda asli itu berada. Apabila benda aslinya sulit untuk dibawa ke kelas atau kelas tidak mungkin dihadapkan langsung ke tempat di mana benda itu berada, maka benda tiruannya dapat pula berfungsi sebagai media pembelajaran yang efektif. Media tiga dimensi yang dapat diproduksi dengan mudah adalah tergolong sederhana dalam penggunaan dan pemanfaatannya, karena tanpa harus memerlukan keahlian khusus, dapat dibuat sendiri oleh guru, bahannya mudah diperoleh di lingkungan sekitar Moedjiono (1992), mengatakan bahwa media sederhana tiga dimensi memiliki kelebihan-kelebihan: memberikan pengalaman secara langsung, penyajian secara kongkrit dan menghindari verbalisme, dapat commit to user 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menunjukkan obyek secara utuh baik konstruksi maupun cara kerjanya, dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas, dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas. Sedangkan kelemahan-kelemahannya adalah: tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar, penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan perawatannya rumit. Dengan demikian dapat peneliti simpulkan bahwa media pembelajaran tiga demensi adalah media yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk menyampaikan ide atau gagasan, informasi, dan pesan dengan variasi bendabenda asli dan benda-benda tiruan serta benda-benda lainnya yang mempunyai ukuran panjang, lebar, dan tinggi bertujuan memepertinggi kegiatan belajar mengajar. Media tiga demensi dirancang sedemikian rupa agar dapat ditangani siswa, kecuali media yang terlalu mahal, terlalu besar, dan terlalu, terlalu kecil. Dengan memainkan alat tertentu diharapkan siswa dapat belajar lebih efisien dan efektif. Menurut Y. Ngadino, (1986 : 48-49), media pembelajaran tiga demensi, terdiri dari “ objek (object), model, spesimen (bagian dari benda asli), mock up/alat tiruan, peta timbul, diorama, boneka, topeng, globe, ritatoon, rotatoon, bak/meja pasir, tt. Unit, dan sebagainya”. Menurut Moedjiono (1992), mengklasifikasikan media tiga demensi yaitu media benda sebenarnya melalui widya wisata, media benda sebenarnya melalui specimen, media tiruan, peta timbul, globe, dan boneka.
commit to user 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Objek ( Object ) atau benda asli atau realia Realita atau disebut juga objek adalah benda-benda nyata seperti apa adanya atau benda aslinya, tanpa perubahan, dalam bentuk utuh. Misalnya: orang, binatang, tanaman, mata uang, peralatan, peristiwa, dan sebagainya. Kelebihan realia, dianggap medium yang paling mudah diakses dan lebih menarik perhatian, mampu merangsang imajinasi, memberikan pengalaman belajar langsung (dengan menyentuh dan mengamati bagian-bagiannya), dan pengalaman tentang keindahan. Keterbatasan Realia, karena ukurannya bisa terlalu besar, maka untuk dibawa ke ruangan sangat sulit (lokomotif, buaya, gajah), atau terlalu kecil (kuman), kadang juga bisa membahayakan (ular, buaya), tidak bisa memberikan hasil belajar yang sama, dan informasi yang akan disampaian terkadang tidak sampai kepada audience. b) Model Model adalah suatu media tiga demensi yang mewakili benda sebenarnya. Suatu model mungkin lebih besar, lebih kecil, atau sama dengan benda sebenarnya yang diwakili. Hampir semua objek dapat dibuat modelnya, dapat ditampilkan ke dalam kelas untuk keperluan pembelajaran. Kelebihan Model dianggap medium yang paling mudah diakses dan lebih menarik perhatian, mampu merangsang imajinasi, memberikan pengamalan belajar langsung (dengan menyentuh dan mengamati bagian-bagiannya), dan pengalaman tentang keindahan. Kelebihan lain, medium model bisa dipisahpisah bagian-bagiannya, detail-detail penting bisa diberi warna dan bisa meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotorik. Kelemahan Model untuk merakit sendiri diperlukan biaya yang tidak sedikit, harus memperhitungkan kerusakan, tidak bisa memberikan gambaran keseluruhan objek yang sebenarnya, dan kesulitan untuk mengontrol commit to user pengalaman belajar, 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Spesimen (bagian dari benda asli) Spesimen merupakan bagian dari benda asli atau benda sebenarnya, seperti: pecahan gelas, kulit, mineral, batu-batuan bukit. Ada beberapa alasan orang tidak mempelajari benda sebenarnya, yaitu: bendanya sudah tidak ada lagi, kalaupun ada sangat sulit untuk dijangkau, terlelalu besar atau terlalu kecil, sangat berbahaya untuk dipelajari langsung, tidak boleh dilihat, terlalu cepat atau terlalu lambat gerakannya. d) Mock up/alat tiruan Mock up adalah perwujudan tiruan atau penyederhanaan suatu benda. Susunan bagian pokok dari suatu sistem yang rumit disederhanakan sehingga mudah dimengerti siswa. Misalnya mock up pesawat radio, mock up pembangkit tenaga listrik. Media tiruan sering disebut sebagai model. Belajar melalui model dilakukan untuk pokok bahasan tertentu yang tidak mungkin dapat dilakukan melalui pengalaman langsung atau melalui benda sebenarnya. Ada beberapa tujuan belajar dengan menggunakan model, yaitu: mengatasi kesulitan yang muncul ketika mempelajari obyek yang terlalu besar, untuk mempelajari obyek yang telah menyejarah di masa lampau, untuk mempelajari obyek-obyek yang tak terjangkau secara fisik, untuk mempelajari obyek yang mudah dijangkau tetapi tidak memberikan keterangan yang memadai (misalnya mata manusia, telinga manusia), untuk mempelajari konstruksi-konstruksi yang abstrak, untuk memperlihatkan proses dari obyek yang luas (misalnya proses peredaran planit-planit). Keuntungan-keuntungan menggunakan model adalah: commit to user 35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
belajar dapat difokuskan pada bagian yang penting-penting saja, dapat mempertunjukkan struktur dalam suatu obyek, siswa memperoleh pengalaman yang konkrit. Ditinjau dari cara membuat, bentuk dan tujuan penggunaan model dapat dibedakan atas: model perbandingan (misalnya globe), model yang disederhanakan, model irisan, model susunan, model terbuka, model utuh, boneka, dan topeng. e) Peta timbul Peta ini merupakan suatu peta dalam bentuk tiga demensi dengan perbedaan tinggi rendah tanah yang ditunjukkan dalam relief. Dipergunakan untuk memberi pengertian kepada siswa adanya perbedaan bumi mirip dengan keadaan sebenarnya. Peta timbul yang secara fisik termasuk model lapangan, adalah peta yang dapat menunjukkan tinggi rendahnya permukaan bumi. Peta timbul memiliki ukuran panjang, lebar, dan dalam. Dengan melihat peta timbul, siswa memperoleh gambaran yang jelas tentang perbedaan letak, tepi pantai, dataran rendah, dataran tinggi, pegunungan, gunung berapi, lembah, danau, sungai. Peta timbul dapat dibuat oleh guru bersama siswa sehingga dapat memupuk daya kreasi, daya imajinasi, dan memupuk rasa tanggung jawab bersama terhadap hasil karya bersama. f) Boneka Alat peraga yang berupa tokoh-tokoh tertentu yang menggambarkan keadaan keadaan masyarakat dalam bentuk dongeng atau cerita. Keuntungan menggunakan boneka adalah: efisien terhadap waktu, tempat, biaya, dan persiapan; tidak memerlukan keterampilan yang rumit; dapat mengembangkan commit to user 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
imajinasi dan aktivitas anak dalam suasana gembira. Agar penggunaannya menjadi efektif, maka harus memperhatikan hal-hal: merumuskan tujuan pengajaran secara jelas, didahului dengan pembuatan naskahnya, lebih banyak mementingkan gerak ketimbang verbal, dimainkan sekitar 10-15 menit, diselingi dengan nyanyian, ceritera disesuaikan dengan umur anak, diikuti dengan tanya jawab, siswa diberi peluang memainkannya. g) Topeng Topeng adalah alat peraga yang menggambarkan watak atau ekspresi kejiwaaan seorang tokoh. h) Globe ( model yang bulat dari bumi ) Globe merupakan suatu model bumi yang bulat, dalam bentuk kecil karena bentuknya yang bulat seperti bumi, maka kita dapat melihat pembagian daratan dan lautan secara jelas. i) Ritatoon Ritatoon adalah alat yang terdiri dari sebuah standart dan dengan dipertunjukkan. j) Rotatoon Rotatoon adalah sama dengan ritatoon, tetapi pada standart mempunyai alat pemutar, sehingga gambar-gambar tersebut dapat dipertunjukkan satu persatu. k) Bak/Meja pasir Bak/meja pasir adalah alat pembantu mengajar yang berguna mewujudkan suatu situasi, peristiwa-peristiwa yang sudah lewat dan sebagainya, sehingga siswa-siswa dapat gambaran dengan senyatanya. commit to user 37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
l) TT Unit TT unit yaitu suatu kotak unit terdiri dari beberapa alat peraga yang disusun atau dipersatukan dalam satu set. m) Dan sebagainya : akuarium, herbarium musium science, taxidemi, dan lainlain. Kelebihan dan kekurangan media tiga dimensi menurut Moedjiono (1992) secara keseluruhan adalah sebagai berikut: a. Kelebihan dari media tiga dimensi: memberikan pengalaman secara langsung, penyajian secara konkrit dan menghindari verbalisme, dapat menunjukkan objek secara utuh baik kontruksi maupun cara kerjanya , dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas, dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas. b.
Kelemahan:
tidak
bisa
menjangkau
sasaran
dalam
jumlah
besar,
Penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan perawatan yang rumit, untuk membuat alat peraga ini membutuhkan biaya yang besar, Anak tuna netra sulit untuk membandingkannya. 2. Masalah Belajar Belajar merupakan kemampuan pokok manusia. Berdasarkan kemampuan belajar, manusia telah berkembang
berabad-abad sehingga mencapai taraf
kebudayaan yang tinggi. Dengan demikian belajar merupakan aktifitas manusia yang sangat penting. Manusia selalu dan senantiasa belajar bilamana dan di manapun dia belajar.
Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan. commit to user 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perubahan-perubahan yang diharapkan terjadi adalah perubahan-perubahan yang bercorak positif, yaitu perubahan yang semakin mengarah ke taraf kedewasaan. Walaupun demikian, kita tidak bisa mengingkari bahwa suatu proses belajar juga dapat menghasilkan suatu perubahan dalam sikap dan tingkah laku yang dapat dipandang bercorak negatif. Proses belajar di sekolah diharapkan mencapai hasil positif baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotor. a. Pengertian Belajar Nana Sudjana (2008:28) mengemukakan belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan
dalam
berbagai
bentuk
seperti
berubah
pengetahuannnya,
pemahamannnya, sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapan, dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada diri individu. Menurut pendapat Djamarah (2002:16) belajar pada dasarnya sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang bersifat menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai dengan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Belajar inipun diberi pengertian oleh Winkel (1996: 36) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat relatif konstan dan berbekas.
commit to user 39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengertian belajar juga dapat diperoleh karena adanya hal-hal pokok yang disimpulkan oleh Sumadi Suryabrata (2001: 232), sebagai berikut : 1) Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral change, aktual maupun potensial); 2) Bahwa perubahan itu pada pokonya adalah didapatkannya kecakapan baru (dalam arti ketnnis dan Fertingkeit); 3) Bahwa perubahan ini terjadi karena usaha (dengan sengaja). Berdasarkan uraian mengenai belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan perubahan tingkah laku baik dalam hal pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang diperoleh melalui latihan dan pengalaman dalam berinteraksi. Perubahan-perubahan itu meliputi adanya perubahan sikap, pengetahuan, ketrampilan, informasi, serta pemahaman yang didapat dari pengalaman, perubahan yang dialami bersifat permanen dan tidak mudah hilang. b. Tujuan Belajar Belajar merupakan kegiatan pokok dalam pendidikan, maka belajar inipun mempunyai tujuan seperti yang disebutkan oleh M. Sobry Sutikno (2003: 60) belajar mempunyai tujuan yaitu : “pengumpulan pengetahuan; penanaman konsep dan kecekatan; dan pembentukan sikap dan perbuatan”. Sementara itu, Agus M. Hardjana (1992:82) menyebutkan tujuan belajar yakni : 1) Secara langsung a. Memperoleh informasi dan pemahaman tentang hal-hal tertentu. b. Mendapatkan keahlian dan kecakapan dalam hal atau bidang tertentu. 2) Secara tak langsung a. Mengembangkan diri untuk masuk ke dunia agar mampu hidup, berperan dan menyumbang sesuatu secara nyata. commit to user 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Menyiapkan diri untuk masuk ke dunia agar mampu hidup, berperan dan menyumbang sesuatu secara nyata. Berdasarkan pendapat di atas, dalam proses belajar memiliki dua tujuan yaitu : secara langsung yang menyangkut adanya perolehan informasi, pengetahuan, keahlian, serta kecakapan dan secara langsung yang menyangkut pengembangan diri agar mampu berperan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan tak langsung yang menyangkut pengembangan diri serta
kemampuan untuk
mampu hidup, berperan, dan menyumbang secara nyata dalam kehidupan seharihari. c. Jenis Belajar Berdasarkan pendapat W.S. Winkel jenis-jenis belajar meliputi sebagai berikut : Informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kognitif, ketrampilan motorik, sikap” (h. 71-78). 1) Informasi verbal (verbal information), yaitu pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan, dan tertulis. Pengetahuan itu diperoleh dari sumber yang menggunakan bahasa juga lisan atau tertulis. 2) Kemahiran intelektual (intelektual skill), merupakan kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representatif, khususnya konsep dan berbagai lambang atau simbol (huruf, angka, kata, dan gambar). Kategori kemahiran intelektual terbagi atas empat sub kemampuan yang diurutkan secara hierarkis sebagai berikut: Diskriminasi jamak (multiple discrimination), Konsep (consept), Kaedah (rule), Prinsip (higher-order rule) 3) Pengaturan kegiatan kognitif ( cognitive strategy), merupakan suatu kemahiran seseorang dalam menggunakan konsep dan kaedah yang telah dimiliki, terutama bila seseorang menghadapi problem. 4) Ketrampilan motorik (motorik skill), merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu. commit to user 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5) Sikap (attitude), merupakan kemampuan internal yang berperanan sekali dalam mengambil tindakan lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat penulis simpukan bahwa jenis belajar meliputi ; 1) informasi verbal; 2) Kemahiran intelaktual; 3) pengaturan kegiatan kognitif; 4) Ketrampilan motorik; 5) Sikap. d. Prinsip-prinsip Belajar Menurut S. Nasution (2000: 46-47), prinsip-prinsip belajar adalah sebagai berikut : 1) Agar seseorang benar-benar belajar ia harus mempunyai suatu tujuan; 2) Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan orang lain; 3) Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesukaran dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya; 4) Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannnya; 5) Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil-hasil sambilan atau sampingan. Misalnya ia tidak hanya bertambah terampil membuat soal-soal Ilmu Pengetahuan Alam akan tetapi juga memperoleh minat yang lebih besar untuk bidang studi itu; 6) Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan. Learning by doing, the process of learning is doing, reacting, undergoing, experiencing. Prinsip ini sangat penting; 7) Seorang pelajar sebagai keseluruhan, tidak dengan otaknya atau secara intelektual saja tetapi juga secara sosial, emosional, etis dan sebagainya; 8) Dalam hal belajar seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain; 9) Untuk belajar diperlukan “insight”. Apa yang dipelajari harus benarbenar dipahami. Belajar bukan menghafal fakta lepas secara verbalistik; 10) Di samping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar tujuan-tujuan lain, misalnya: orang yang belajar badminton, juga ingin menjadi juara, mencari keharuman dan nama baik sekolah, dan sebagainya; 11) Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukse yang menyenangkan; 12) Ulangan daln latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman; 13) Belajar hanya mungkincommit kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar. to user 42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berbeda dengan definisi, maka prinsip-prinsip belajar mengetengahkan beberapa pokok permasalahan, agar dapat memperjelas ciri-ciri perbuatan belajar. Menurut Yuni Fitriyah (2012), “prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum berkaitan
dengan
perhatian
dan
motivasi,
keaktifan,
keterlibatan
langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual”. e. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Hasil belajar merupakan out put dari Proses Belajar Mengajar. Proses dan kegiatan belajar ini, keduanya terkait dengan komponen-komponen lain. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut M. Ngalim Purwanto (1994), dapat dibedakan menjadi dua sebagai berikut : 1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual; 2) faktor yang ada di luar individu yang kita sebut sebagai faktor sosial. Yang termasuk faktor individual antara lain : kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya. Alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar. Lingkunagn dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.
Dari pendapat tersebut secara garis besar, faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua faktor dari dalam diri anak dan faktor dari luar diri anak. Faktor dari dalam diri anak, meliputi fisiologis (kondisi fisik dan kondisi pancaindera) dan psikologi ( bakat, minat, kecerdasan, motivasi, kemampuan kognitif). Sedangkan faktor dari luar diri anak, meliputi lingkungan ( lingkungan alam, dan lingkungan sosial) dan instrumental ( kurikulum/bahan commit to user pelajaran, guru/pengajar, sarana dan fasilitas, administrasi/manejemen). 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Masalah Gaya Belajar Gaya belajar siswa merupakan salah satu keadaaan awal yang berasal dari diri siswa. Keberhasilan proses belajar mengajar untuk sebagian dipengaruhi oleh ciri-ciri khas yang dimiliki siswa, baik secara individual maupun secara kelompok. Keadaan awal siswa itu antara lain taraf intelegensi, daya kreatifitas, kadar motivasi belajar, tahap perkembangan, kemampuan berbahasa, sikap terhadap tugas belajar, kebiasaan terhadap gaya belajar, kecepatan belajar, dan kondisi fisik. Dalam hal belajar ada cara yang baik, dimana apabila diterapkan dalam belajar, siswa akan mencapai hasil yang baik. Banyak siswa yang tidak dapat mencapai hasil seperti yang diharapkan dalam belajar di sekolah. Hal ini kemungkinan karena mereka tidak mengetahui gaya belajar yang baik. Gaya belajar belajar bersifat individual artinya tergantung kepada masingmasing individu atau siswa yang bersangkutan. Dengan kata lain, gaya belajar siswa A belum tentu cocok dengan gaya belajar siswa B. Sebaliknya gaya belajar siswa B belum tentu cock dengan gaya belajar siswa A.
a. Pengertian Gaya Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:340), “Gaya adalah kesanggupan untuk berbuat dsb: kekuatan”. Dengan demikian gaya dapat diartikan sebagai metode atau teknik yang digunakan dalam suatu aktivitas untuk mencapai tujuan. commit to user 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan pengertian belajar seperti yang telah dijelaskan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang baru dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut pendapat W.S. Winkel, (1996 : 147), “Gaya belajar merupakan cara khas siswa dalam belajar. Cara khas ini bersifat individual yang kerapkali tidak disadari yang sekali terbentuk dan cenderung bertahan terus. Gaya belajar mengandung beberapa komponen, antara lain gaya kognitif dan tipe belajar. Gunawan , 2006 dalam M. Nur Gufron, (2010: 11) mengatakan bahwa “ Gaya belajar adalah cara-cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi. Definisi lain dikemukakan oleh Reid (2005) dalam M. Nur Gufron, (2010: 11) “ Gaya belajar merupakan cara yang sifatnya individual untuk memperoleh dan menyerap informasi dari lingkungannya, termasuk lingkungan belajar‟. Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki ( 2010: 111) “Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, kemudian mengatur serta mengolah informasi. Pendapat lain juga dinyatakan oleh Nasution (2004: 94) bahwa “Gaya belajar adalah cara yang dengan konsisten dilakukan oleh seorang siswa dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir, dan memecahkan soal” Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa gaya belajar adalah ciri-ciri khas siswa dalam belajar, cara berpikir, dan selera presentasi pelajaran, yang bersifat konsisten, kerapkali tidak disadari yang merupakan kombinasi dari bagaimana siswa tersebut menyerap dan mengatur commit to user 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
serta mengolah informasi dari konsep, dalam hal ini adalah konsep IPA, yang membedakan seorang siswa atau sekelompok siswa dengan yang lainnya. Gaya belajar merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan mengenai bagaimana individu belajar atau cara yang ditempuh oleh masing-masing orang
untuk
berkonsentrasi pada proses, dan menguasai informasi yang sulit dan melalui persepsi yang berbeda. Gaya belajar yang baik adalah gaya belajar yang memperhatikan prinsip efisien dan efektifitas. Jika kita berpola pikir yang berpedoman pada prinsip ekonomi, di mana dengan pengorbanan tertentu untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Hal ini bila diterapkan dalam kegiatan belajar siswa diharapkan dapat menerapkan gaya belajar yang efisien sehingga apa yang mereka lakukan dalam usaha-usaha belajarnya benar-benar dapat menghasilkan sesuatu yang sesuai kehendaknya.
b. Macam-macam gaya belajar Pada awal pengalaman belajar, salah satu langkah yang harus dilakukan adalah mengenali modalitas seseorang yang digolongkan ke dalam tiga tipe, yaitu berdasarkan penglihatan (visual), pendengaran (auditorial), atau sentuhan dan gerakan (kinestetik) yang selanjutnya dikenal dengan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Akan tetapi, sistem pendidikan yang ada telah mengabaikan adanya perbedaan gaya belajar dari setiap siswa, sebagaimana yang dikemukakan Franzoni dan Assar (2009: 15) bahwa : Humans have different styles of learning. Some can assimilate in a better commit to user way the knowledge received visually, auditory or through a certain sense. 46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
However, most educational systems have ignored individual differences that exist between learners, such as the learning ability, the background knowledge, the learning goals and the learning styles. (Manusia mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Sebagian dapat mengerti lebih baik pengetahuan yang diterima secara visual, auditorial atau melalui perasa tertentu. Bagaimanapun juga, sebagian besar sistem pendidikan telah mengabaikan perbedaan individu yang ada di antara pelajar, seperti kemampuan belajar, latar belakang pengetahuan, tujuan pembelajaran dan gaya belajar. Padahal, dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa siswa
cenderung
menggunakan
gaya
belajar
yang
berbeda-beda
dan
membutuhkan sumber belajar yang berbeda-beda pula, sehingga perlu dirancang model pembelajaran yang mampu mengakomodasi semua jenis gaya belajar siswa, sebagaimana yang dikemukakan Franzoni dan Assar (2009: 15) bahwa : Recent research on the learning process has shown that students tend to learn in different styles and that they prefer to use different teaching resources as well. Many researchers agree on the fact that learning materials shouldn’t just reflect of the teacher’s style, but should be designed for all kinds of students and all kind of learning styles. (Penelitian pada proses pembelajaran baru-baru ini telah menunjukkan bahwa siswa cenderung belajar dalam gaya yang berbeda dan mereka lebih suka menggunakan sumber pengajaran yang berbeda yang sesuai dengannya. Banyak peneliti setuju pada fakta bahwa bahan ajar tidak hanya harus mencerminkan gaya guru, tetapi juga harus dirancang untuk semua macam siswa dan semua macam gaya belajar). Michael Grinder, pengarang Righting Education Conveyor, mencatat ada tiga modalitas belajar yaitu Visual , Audiotorial, dan Kinestetik. Modalitas visual yaitu belajar dengan cara
melihat ( menggunakan mata), modalitas belajar
audiotorial yaitu modalitas mendengarkan (menggunakan telinga), sedangkan modalitas kinestetik yaitu belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh (menggunakan tangan). Sebelum proses pembelajaran, sebaiknya langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang guru adalah mengenali modalitas seseorang commit to user 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
siswa apakah sebagai modalitas visual, auditorial, atau kinestetik. Orang visual akan belajar baik melalui apa yang mereka lihat, siswa auditorial akan lebih mengerti melalui apa yang mereka dengar dan siswa kinestetik belajar lewat gerakan dan sentuhan. Walaupun masing-masing dari mereka belajar dengan menggunakan ketiga modalitas ini, pada tahapan tertentu kebanyakan akan lebih cenderung pada salah satu diantara ketiganya. Untuk dapat mengenali dengan baik, berikut ini diuraikan ciri-ciri perilaku yang cocok dengan modalitas belajar seseorang: 1) Gaya Visual/Spatial Modalitas ini menyerap citra terkait dengan visual, warna, gambar, peta, diagram. Model pembelajar visual menyerap informasi dan belajar dari apa yang dilihat mata. Pembelajar gaya visual lebih suka menggunakan foto, membuat gambar, bermain warna, dan peta untuk menyampaikan informasi dan berkomunikasi dengan orang lain. Dia suka membaca, suka menulis, suka mencoret-coret kertas, lebih menyukai membaca cerita dibanding mendengar cerita, cepat dalam melakukan penjumlahanatau perkalian, pintar dalam mengeja kata, dan sering mencata segala yang diperintahkan. Pembelajar tipe ini dapat dengan mudah memvisualisasikan benda, rencana, dan hasil pikiran mata. Juga memiliki kemampuan yang baik tentang tata ruang sehingga mudah memahami peta. Pembelajar tipe ini dapat dengan mudah memvisualisasikan benda, rencana dan hasil pikiran mata. Juga memiliki kemampuan yang baik tentang tata ruang sehingga mudah memahami peta. Untuk commitfoto, to user mengajar pembelajar visual, gunakan gambar, warna, dan media visual 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lainnya untuk membantu belajar. Pakai alat tulis (spidol, kapur dll) minimal empat warna. Banyak menggunakan “kata visual” dalam ungkapan. Contohnya: lihat, gambar, perspektif, visual, dan peta. Gunakan peta pikiran (mind map) untuk memberikan penjelasan atau membuat catatan. Gunakan diagram sistem. Pakailah teknik bercerita tertentu dapat membantu pembelajar tipe ini untuk menghafal materi yang tidak mudah untuk “dilihat”. Beberapa profesi yang sebagian besar menggunakan gaya visual adalah seni visual, arsitektur, fotografi, video atau film, desain, perencanaan (khususnya yang strategis), dan navigasi. Beberapa ciri dari pembelajar visual menurut Akbarzainudin (2009) di antaranya adalah: a) Mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar. b) Suka mencoret-coret sesuatu, yang terkadang tanpa ada artinya saat di dalam kelas c) Pembaca cepat dan tekun d) Lebih suka membaca daripada dibacakan e) Rapi dan teratur f) Mementingkan penampilan, dalam hal pakaian ataupun penampilan keseluruhan g) Teliti terhadap detail h) Pengeja yang baik i) Lebih memahami gambar dan bagan daripada instruksi tertulis. Menurut Deporter (2006: 116-120) ciri-ciri orang yang mempunyai gaya belajar visual adalah sebagai berikut:
a) b) c) d) e) f)
rapi dan teratur; berbicara dengan cepat; perencana dan pengatur jangka panjang yang baik; teliti terhadap detail; mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi; pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka; g) mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar; commit to user h) mengingat dengan asosiasi visual; 49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
i) biasanya tidak terganggu oleh keributan; j) mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal, kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya; k) pembaca cepatdan tekun; l) Lebih suka membaca daripada dibacakan; m) membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh serta bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah; n) mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat; o) lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain; p) sering menjawab dengan jawaban singkat ya atau tidak; q) lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato. r) Lebih suka seni daripada musik. Pada saat seseorang mencapai usia dewasa, kelebihsukaan terhadap gaya belajar visual ternyata lebih mendominasi. Hal ini dapat dipahami bahwa 70% dari reseptor indrawi (sensori) dari tubuh manusia berada di mata, Nicholl (2002: 131).
2) Gaya Belajar Auditorial Siswa dengan gaya belajar auditorial mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat pendengaran). Siswa dengan gaya belajar auditorial lebih suka mendengarkan ceramah atau penjelasan gurunya, atau mendengarkan bahan audio seperti kaset dan sebagainya. Pembelajar tipe ini suka belajar atau bekerja dengan suara atau musik. Memiliki sensifitas dalam nada dan ritme. Biasanya bisa bernyanyi, bermain alat musik atau mengenali suara dari berbagai instrumen musik tertentu memiliki pengaruh kuat ke emosinya. Untuk pembelajar dengan gaya auditorial gunakan banyak suara, irama, dan musik. Bacakan materi menggunakan uara yang keras, membuat sesi tanya jawab, berdiskusi, sambil mendengarkan musik ataupun commitmnemonic to user bekerja secara kelompok. Gunakan (jembatan keledaai) dengan 50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menarik atau jinggle lagu untuk menghafalkan sesuatu. Perlu pemanfaatan konten yang menggunakan suara dalam asosiasi dan visualisasi. Misalnya suara binatang ketika belajar mengenai Biologi, suara mesin ketika belajar kecepatan di Fisika dll. Ciri-ciri gaya belajar auditorial menurut DePorter (2001: 116-120) adalah sebagai berikut : a) Berbicara pada diri sendiri pada saat bekerja. b) Mudah terganggu dengan keributan. c) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca. d) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan. e) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada atau birama, dan warna suara. f) Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita g) Berbicara dalam irama yang berpola. h) Biasanya berbicara fasih. i) Lebih suka musik daripada seni. j) Belajar dengan mendengar dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang dilihat. k) Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar; l) Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai dengan satu sama lain. m) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya. n) Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik. Model pembelajar auditori adalah model di mana seseorang lebih cepat dalam menyerap informasi melalui apa yang ia dengarkan. Penjelasan tertulis akan lebih mudah ditangkap oleh para pembelajar auditori ini. Ciri-ciri orangorang auditorial menurut Akbarzainudin (2009) , di antaranya adalah: a) Lebih cepat menyerap dengan mendengarkan b) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca c) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan d) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara. commit to user e) Bagus dalam berbicara dan bercerita 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f) Berbicara dengan irama yang terpola g) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat h) Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar i) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya j) Suka musik dan bernyanyi k) Tidak bisa diam dalam waktu lama l) Suka mengerjakan tugas kelompok
3) Gaya Belajar Kinestetik Siswa dengan gaya belajar kinestetik secara aktif memanfaatkan gerak bagian-bagian atau seluruh tubuhnya dalam proses pembelajaran, dalam usaha memahami sesuatu dan memecahkan berbagai masalah. Siswa dengan gaya belajar ini umumnya belajar melalui gerak dan sentuhan fisik. Gaya belajar ini lebih banyak belajar melalui melakukan sesuatu secara langsung (bergerak, bekerja, dan menyentuh). Siswa yang memiliki gaya belajar ini mengharuskan individu yang bersangkutan melakukan sesuatu aksi yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingat atau memahami sesuatu. Pembelajar kinestetik tak tahan duduk berlama-lama mendengarkan pelajaran dan merasa bisa belajar lebih baik jika prosesnya disertai kegiatan fisik. Kelebihannya, mereka memiliki kemampuan mengkoordinasikan sebuah tim disamping kemampuan mengendalikan gerak tubuh (athletic ability) . Tak jarang, siswa yang cenderung memiliki karakter ini lebih mudah menyerap dan memahami informasi dengan cara menjiplak gambar atau kata untuk kemudian belajar mengucapkannya atau memahami fakta. Pembelajar puisi, atau permainan sederhana.
Ciri-ciri orang yang memiliki
gaya belajar kinestetik menurut
commit to user DePorter (2001: 116-120) adalah sebagai berikut: 52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) k) l)
Berbicara dengan perlahan. Menanggapi perhatian fisik. Menyentuh orang untuk mendaapatkan perhatian mereka Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang. Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak. Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar. Belajar melalui manipulasi dan praktik Menghafal dengan berjala dan melihat. Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca. Banyak menggunakan isyarat tubuh. Tidak dapat duduk diam dalam waktu lama. Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang telah pernah berada di tempat itu. m) Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi. n) Menyukai buku-buku yang berorientasi plot yang mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca. o) Kemungkinan tulisannya jelek. p) Ingin melakukan segala sesuatu. q) Menyukai permainan yang menyibukkan. Model pembelajar kinestetik adalah pembelajar yang menyerap informasi melalui berbagai gerakan fisik. Karakteristik ini dianjurkan untuk belajar melalui pengalaman dengan menggunakan berbagai model peraga, seperti bekerja di lab atau belajar di alam atau sambil bermain. Perlu juga secara berkala mengalokasikan waktu untuk sejenak beristirahat di tengah waktu belajarnya. Usahakan membuat sesi pembelajaran yang melibatkan kegiatan fisik seperti drama, membaca Selalu berorientasi fisik dan banyak bergerak. Menurut Akbarzainudin (2009), ciri-ciri orang yang mempunyai gaya belajar kinestetik adalah sebagai berikut:
a) b) c) d) e) f) g)
Selalu berorientasi fisik dan banyak bergerak Berbicara dengan perlahan Menanggapi perhatian fisik Suka menggunakan berbagai peralatan dan media Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang commit user yang besar Mempunyai perkembangan awal to otot-otot 53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
h) Belajar melalui praktek i) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat j) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca k) Banyak menggunakan isyarat tubuh l) Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama m) Menggunakan kata-kata yang menandung akso n) Menyukai buku-buku yang berorientasi pada cerita o) Kemungkinan tulisannya jelek p) Ingin melakukan segala sesuatu q) Menyukai permainan dan olah raga Dari uraian dan beberapa pendapat dia atas, maka gaya belajar dalam penelitian ini merupakan cara belajar yang khas bagi siswa yang lebih disukai dalam melakukan kegiatan berpikir dan memproses seperti: menyerap, kemudian mengatur serta mengolah suatu informasi. Model atau metode pembelajaran yang di dalamnya lebih mengakomodasi berbagai gaya belajar siswa dalam pembelajaran akan memberikan hasil atau prestasi yang lebih baik bagi siswa. Berdasarkan berbagai ciri-ciri dari masing-masing gaya belajar di atas, maka indikator pada masing-masing gaya belajar akan dikategorikan dalam kategori yaitu : ciri-ciri umum, kebiasaan sehari-hari, penyelesaian masalah, kemampuan mengeja atau membaca, kemampuan mengingat, kegemaran, dan aktivitas dalam belajar. Kategori dan berbagai indikator dari tiap-tiap gaya belajar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Gaya Belajar Visual 1) Ciri-ciri umum: a) teliti b) Rapi dan menarik c) Perencana yang baik 2) Kebiasaan sehari-hari
commit to user 54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Mencoret-coret saat diterangkan oleh orang lain b) Pada saat berbicara dengan orang lain suka berdiri berdekatan dengan lawan bicara untuk memperhatikan wajahnya c) Bicara dengan cepat d) Saat tidak ada kegiatan suka melamun, melihat ke sekeliling atau ke angkasa. 3) Penyelesaian Masalah a) Suka menghafal dengan membolak-balik buku dan membaca materi b) Lebih suka membaca dan mengikuti instruksi lebih dahulu 4) Kemampuan mengeja dan membaca a) Pembaca yang cepat dan tekun b) Lebih suka membaca daripada dibacakan c) Pengeja yang baik d) Dalam membaca buku bacaan, yang dilihat pertama kali adalah gambargambarnya. 5) Kemampuan mengingat a) Sulit mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis atau diulang b) Biasanya tidak terganggu oleh keributan c) Tidak pandai memilih kata d) Mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar 6) Kegemaran a) Suka menulis b) Suka menggambar
commit to user 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Lebih suka seni daripada musik d) Suka mengisi TTS (Teka Teki Silang) 7) Aktivitas dalam belajar a) Lebih suka menggunakan gambar sebagai visualisasi materi b) Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato b. Gaya Belajar Auditorial 1) Ciri-ciri umum a) Menjelaskan aku secara terperinci b) Berbicara dengan fasih c) Suka berbicara 2) Kebiasaan sehari-hari a) Saat tidak ada kegiatan suka bicara sendiri b) untuk mendapatkan perhatian, suka menimbulkan suara c) mendengarkan dengan cermat 3) Penyelesaian Masalah a) Belajar dengan mendengarkan dan suka dijelaskan b) Suka menghafal dengan mengucapkannya keras-keras 4) Kemampuan mengeja dan membaca a) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya b) Membaca dengan keras dan mendengarkan c) Menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca 5) Kemampuan mengingat a) Mudah terganggu oleh keributan commit to user 56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Mudah mengingat orang melalui namanya c) Lebih mengingat apa yang didiskusikan 6) Kegemaran a) Suka berdebat dan mengobrol b) Suka bercerita c) Suka mendengarkan radio, suka bermain musik d) Suka berdiskusi 7) Aktivitas dalam belajar a) Bermasalah dengan pembelajaran yang melibatkan visualisasi b) Lebih suka mendsengarkan ceramah c) Merasa kesulitan untuk menulis a. Gaya Belajar Kinestetik 1) Ciri-ciri umum a) Rajin b) Biasanya perencana yang kurang baik c) Dalam menjawab pertanyaan, menanggapi dengan perhatian fisik d) Banyak menggunakan isyarat tubuh e) Mempunyai perkembengan otot-otot yang besar 2) Kebiasaan sehari-hari a) Berbicara dengan perlahan b) Suka berdiri berdekatan dengan lawan bicara c) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatiannya d) Suka menggulung lengan commit to user 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e) Saat tidak ada kegiatan merasa gelisah dan tidak bisa duduk dengan tenang f) Tidak bisa diam atau mengerjakan sesuatu 3) Penyelesaian Masalah a) Lebih suka mencoba-coba dan mengerjakan sendiri tanpa pikir panjang 4) Kemampuan mengeja dan membaca a) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca b) Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot yang mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca. 5) Kemampuan mengingat a) Sulit mengingat geografi kecuali pernah berada di tempat itu b) Menghafal dan mengingat sambil berjalan bolak-balik 6) Kegemaran a) Suka olahraga b) Suka seni tari c) Suka kerajinan tangan d) Ingin melakukan segala sesuatu e) Suka berkebun 7) Aktivitas dalam belajar a) Dalam pembelajaran lebih suka praktik b) Lebih suka belajar dengan leluasa melakukan segala sesuatu
commit to user 58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) a. Pengertian Prestasi Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2007: 895 ), bahwa “ Prestasi adalah hasil yang telah dicapai ( dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebaginya)”. Sedangkan pengertian “Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru”. Menurut Daryanto (2004:70) prestasi belajar adalah “penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru”. Depdikbud (1999:6) menyatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu ukuran mengenai kemampuan seseorang pada saat sekarang dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang ilmu dan skor tertentu. Prestasi dapat diartikan sebagai suatu yang dicapai semaksimal mungkin oleh orang yang sedang belajar. Belajar menyebabkan pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, keragaman, dan sikap orang tersebut termodifikasi dan berkembang. Prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai capaian hasil dari suatu yang telah dikerjakan sebelumnya, (Nana Sudjana, 2004: 61). Sedangkan menurut Donaghy, Robert C. (2005: 13) “To learn has the meaning (1) to gain knowledge comprehension, or mastery of through experience or study; (2) to fix in the mind or memory, memorize; (3) to acquine through experience; (4) to become in porme of to find out. Menurut definisi tersebut, belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai commit to user 59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian belajar memiliki arti dasar adanya aktifitas atau kegiatan. Belajar dapat diperoleh melalui pengalaman, dengan pengalaman seseorang dapat mengembangkan dan mengubah cara, dan gaya melihat, mendengar, atau mengerjakan sesuatu. Dari pengalaman itu seseorang mendapatkan atau membentuk pengetahuan, nilai, sikap tertentu tentang dunia dan lingkungan sekitar. Perubahan tingkah laku yang dapat diamati dari penampilan seseorang yang belajar disebut prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan hasil atau kecakapan yang dicapai seseorang setelah melakukan belajar dalam waktu tertentu. Prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu tes yang diadakan setelah program pembelajaran. Dari nilai atau angka tersebut diperoleh informasi tentang pengetahuan dan ketrampilan yang telah diperoleh siswa. Menurut Wahjudi (2003:94), mendefinisikan prestasi belajar adalah hasil maksimum yang dapat dicapai oleh seorang anak setelah melakukan usaha belajar. Sedangkan menurut Win Wenger (2003:34), prestasi belajar adalah hasil perubahan kemampuan kognitif, afektif, dan psikologi. Winkel (1996:161) mendefinisikan prestasi belajar sebagai bukti usaha yang dicapai dalam belajar. Umumnya prestasi belajar di sekolah dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti tes yang dilakukan setelah program pembelajaran selesai diajarkan. commit to user 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar yaitu perubahan tingkah laku baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor yang dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dalam waktu tertentu. Dalam bahasa lebih khusus, prestasi belajar merupakan capaian hasil belajar yang dilakukan secara formal di sekolah. Prestasi belajar dalam proses belajar mengajar dapat dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka. Prestasi belajar dapat diketahui dengan alat ukur berupa butir tes yang telah dirancang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Mengukur prestasi belajar yang merupakan hasil yang tealah dicapai dalam belajar merupakan tugas seorang guru. Dengan pengukuran tersebut dapat diketahui kemajuan dan keberhasilan suatu program pembelajaran. b. Penilaian dan Pengukuran Prestasi Belajar Untuk mengungkap hasil belajar atau mengukur hasil belajar diperlukan evaluasi atau tes prestasi belajar. Menurut Winkel (2001:313), menyatakan bahwa : Evaluasi berarti, penentuan sampai berapa jauh sesuatu berharga, bermutu, atau bernilai. Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan terhadap proses mengajar. Belajar mengandung penilaian terhadap proses belajar atau proses belajar itu, sampai berapa jauh keduanya dapat dinilai baik. Penilaian dapat juga didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi tentang kinerja siswa untuk digunakan sebagai dasar dalam membuat keputusan. Menurut Nana Sudjana (2004), penilaian adalah semua aktifitas yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk menilai diri mereka sendiri, yang commit to sebagai user umpan balik yang selanjutnya memberikan informasi untuk digunakan 61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
digunakan untuk memodifikasi aktifitas belajar dan mengajar. Tujuan penilaian adalah untuk : 1) membantu siswa belajar; 2) mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa; 3) menilai efektifitas strategi pembelajaran; 4) menilai dan meningkatkan program kurikulum; 5) menilai dan meningkatkan efektifitas pembelajaran; 6) menyediakan data yang membantu dalam membuat keputusan; 7) komunikasi dan melibatkan orang tua siswa. Menurut Nana Sudjana (2004), kegiatan penilaian dalam proses belajar mengajar diarahkan pada 4 hal yaitu ; 1) Penelusuran, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menelusuri apakah proses pembelajaran telah berlangsung sesuai dengan yang direncanakan atau tidak. Untuk kepentingan ini, pendidik mengumpulkan berbagai bentuk pengukuran untuk memperoleh gambaran tentang pencapaian kemajuan belajar anak. 2) Pengecekan, yaitu untuk mencari informasi apakah terdapat kekurangankekurangan pada peserta didik selama proses pembelajaran. Dengan melakukan
berbagai
bentuk
pengukuran
pendidik
berusaha
untuk
memperoleh gambaran menyangkut kemampuan, apa yang telah berhasil dikuasai dan apa pula yang belum dikuasai siswa. 3) Pencarian, yaitu untuk mencari dan menemukan penyebab kekurangan yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan jalan ini pendidik dapat segera mencari solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang timbul selam proses belajar berlangsung. commit to user 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Penyimpulan, yaitu untuk menyimpulkan tentang tingkat pencapaian belajar yang telah dimiliki peserta didik. Hal ini sangat penting bagi pendidik untuk mengetahui tingkat pencapaian yang diperoleh peserta didik. Selain itu hasil penyimpulan ini dapat digunakan sebagai laporan hasil tentang kemajuan belajar peserta didik, baik untuk peserta didik sendiri, sekolah, orang tua, maupun pihak-pihak lain yang membutuhkan. Penilaian
selalu
berhubungan
dengan
pengukuran.
Pengukuran
merupakan suatu proses pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan penetuan angka bagi suatu objek secara sistemik. Penentuan angka menggambarkan karakteristik suatu objek. Kemampuan seseorang di bidang tertentu dinyatakan dengan angka. Dalam menentukan karakteristik individu, pengukuran yang dilakukan sedapat mungkin mengandung kesalahan yang kecil (Nana Sudjana, 2004). Dalam prestasi belajar pengukuran merupakan prosedure membandingkan antara kemampuan belajar siswa dengan alat ukur tertentu yaitu tes dan non tes. Hasil pengukuran merupakan data berupa skor. Data tersebut diolah untuk digunakan sebagai dasar membuat judgment dalam penilaian prestasi belajar (Ahmadi, 2008). Adapun jenis penilaian sesuai dengan kurikulum pendidikan dasar adalah Ulangan harian dan ulangan umum. Ulangan harian adalah ulangan yang dilaksanakan setelah selesainya satu atau beberapa satuan bahasan. Sedangkan, commit to user 63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ulangan umum merupakan ulangan yang dilaksanakan pada akhir semester secara bersama. Pada penelitian ini yang akan peneliti lakukan adalah penilaian ulangan harian. c. Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar 1) Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan erat dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip saja, tetapi merupakan proses penemuan. Proses pembelajaran IPA menekankan
pada
pemberian
pengalaman
secara
langsung
untuk
mengembangkan kompetensi siswa agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pengertian IPA menurut Abdullah (1998:18), “IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan yang lain”. Sutarno, Nono dkk. (2008) mendefinisikan IPA sebagai “Pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”. Merujuk pada pengertian IPA, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama, yaitu :
commit to user 64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Sikap, rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat di b) pecahkan melalui prosedur yang benar; c) Proses atau prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; d) Produk, berupa fakta, prinsip, teori dan hukum; e) Aplikasi, penerapan metode ilmiah, dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar bertujuan untuk meletakkan dasardasar, prinsip pemahaman akan IPA, yang nanti akan diaplikasikan dim lingkungan sekitar. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri Ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah. 2) Tujuan Mata Pelajaran IPA Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (depdiknas, 2006: 151-152), mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. commit to user 65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. d) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar , memecahkan masalah dan membuat keputusan. e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.‟ f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. 3) Ruang Lingkup IPA Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (depdiknas, 2006: 151-152), ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut: a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. b) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas. c) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. commit to user 66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. 4) Ruang Lingkup Materi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada kelas IV semester 1, dalam hal ini Standar Kompetensi yang digunakan untuk materi penelitian adalah Struktur Organ Tubuh dengan Fungsinya, beserta Cara Pemeliharaannya. Kompetensi dasarnya adalah sebagai berikut: 1.1. Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya 1.2. Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka tubuh 1.3. Mendeskripsikan hubungan antara struktur panca indera dengan fungsinya 1.4. Menerapkan cara memelihara kesehatan panca Indera B. Penelitian yang Relevan Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan di berbagai tempat tentang pengaruh pemanfatan media pembelajaran dan cara belajar siswa dengan prestasi belajar diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Ari Prasmono, 2011. Pengaruh penggunaan Media pembelajaran Komputer Multimedia dan Digital Video Disc terhadap Prestasi Belajar Listening ditinjau dari
Motivasi Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten
Wonogiri. Berdasarkan analisis data yang dilakukan penulis, menunjukkkan melalui penggunaan pemanfaatan media pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar listening.Dalam pembelajaran listening akan lebih commit to user 67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
baik jika digunakan media komputer multimedia dibandingkan dengan media DVD. 3. Dwi Mulyono (2009). Pengaruh Penggunaan Media Komputer dan OHP terhadap Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA kelas VII di SMP Negeri 2 Dempet Kabupaten Demak. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa penggunaan media komputer dan OHP dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 4. Eka Putra Wahyu Suminar (2011). Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Problem Based Learning dan Cooperatif Learning Tipe STAD ditinjau dari Gaya Belajar Siswa.
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan problem based Learning
untuk tipe auditorioal dan
kinestetik mempunyai prestasi belajar yang sama. Namun siswa yang mempunyai gaya belajar visual prestasi belajar Matematika lebih baik. Pada pembelajaran dengan model Cooperative Learning tipe STAD memberikan prestasi belajar Matematika lebih baik siswa yang mempunyai gaya belajar visual daripada yang mempunyai gaya belajar auditorial dibandingkan dengaqn pembelajaran dengan model Problem Based Learning. Sedangkan untuk gaya belajar kinestetik sama. 5. Uswatun Khasanah (2008). Penggunaan Pendekatan Disertai Media Anomasi dan Non Animasi Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa SMA Tahun Ajaran 2007/2008. pembelajaran
Hasil
penelitian
dengan
disimpulkan
pendekatan
bahwa
kontektual
siswa
melalui
yang
media
diberi animasi
mempunyai kemampuan kognitif lebih baik daripada melalui media non commit to user animasi. Ada perbedaan pengaruh antara gaya belajar visual, auditorial, dan 68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kinestetik. Dan tidak ada interaksi yang signifikan antara mediaa pembelajaran dan gaya belajar siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa. C. Kerangka Berpikir 1. Perbedaan Pengaruh antara Penggunaan Multimedia Berbasis Komputer dan Media Pembelajaran Tiga Demensi terhadap Prestasi Belajar IPA Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain pemanfaatan media pembelajaran. Dengan pemilihan media pembelajaran yang tepat akan dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa merupakan cerminan dari kualitas pembelajaran yang telah mereka ikuti, sehingga prestasi belajar siswa yang baik merupakan salah satu keberhasilan dari sebuah pembelajaran. Pembelajaran tanpa menggunakan media membuat siswa cepat bosan karena tanpa adanya rangsangan. Media pembelajaran merupakan sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran, dan dapat merupakan sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik, sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap
efektifitas
pembelajaran,
dengan
demikian
penggunaan
media
pembelajaran yang tepat kemungkinan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dalam penelitian ini, media yang digunakan untuk mencapai prestasi belajar siswa adalah multimedia berbasis komputer dan media tiga demensi. Sedangkan kedua media pembelajaran yaitu multimedia berbasis komputer dan media tiga commit to user 69
perpustakaan.uns.ac.id
demensi,
digilib.uns.ac.id
ini hampir sama atau tidak ada yang lebih efektif
karena media
pembelajaran tiga demensi tidak lebih baik dari multimedia berbasis komputer. Media pembelajaran dengan aktivitas bervariasi bertujuan agar siswa dengan gaya belajar yang berbeda dapat menerima, mengerti, dan memahami informasi sehingga proses pembelajaran menjadi bermakna serta pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa. Dengan bertolak dari kerangka berpikir tersebut, maka diduga prestasi belajar IPA dipengaruhi penggunaan media pembelajaran. Konsep belajar IPA akan mudah dipahami oleh siswa dengan penggunaan multimedia berbasis komputer dan media tiga demensi. 2. Perbedaan Pengaruh Prestasi Belajar IPA antara kelompok Siswa yang Mempunyai Gaya Belajar Visual, Auditorial, dan Kinestetik Setiap siswa mempunyai cara yang khas dalam menerima materi pelajaran yang disebut gaya belajar. Gaya belajar sangat diperlukan dalam memahami materi pelajaran untuk menghasilkan prestasi belajar yang maksimal. Gaya belajar dikelompokkan menjadi tiga tipe, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Bagi siswa dengan gaya belajar visual dengan kelebihan mengoptimalkan indera penglihatan dapat teroptimalkan dengan pesan-pesan visual yang ditampilkan dalam slide dan gambar pada komputer. Bagi siswa dengan gaya belajar auditorial akan dapat optimal menerima pesan dengan adanya suara yang ada pada pesanpesan yang ditampilkan oleh media. Sedang siswa dengan gaya belajar kinestetik dapat
berpartisipasi
dengan
melibatkan
diri
dalam
penggunaan
media
pembelajaran. Gaya belajar merupakan salah satu faktor akan mempengaruhi commit to user tipe tertentu menjadi pedoman tingkat pencapaian prestasi belajar. Pengkategorian 70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahwa individu memiliki karakteristik cara belajar yang paling menonjol sehingga jika ia mendapat rangsangan yang sesuai dalam belajar maka akan memudahkannya untuk menyerap pelajaran. 3. Interaksi pengaruh penggunaan Multimedia Berbasis Komputer dan Media pembelajaran Tiga Demensi dan Gaya Belajar terhadap Prestasi Belajar Dalam pembelajaran yang efektif, terjadi interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antara siswa dengan siswa, terdapat konsolidasi dan latihan soal, ada kerjasama antara siswa, sehingga diperlukan media yang dapat membantu siswa di dalam menyerap materi pelajaran. Dalam proses belajar, peran media pembelajaran diduga dapat membangkitkan motivasi siswa dalam belajar serta mampu mengoptimalkan gaya belajar yang baik dalam arti gaya belajar yang efektif dan efisien. Multimedia berbasis komputer dan media tiga demensi merupakan
media
pembelajaran
visual.
Multimedia
berbasis
komputer
mempunyai nilai interaktif yang lebih tinggi daripada media pembelajaran yang lain. Media tiga demensi dengan kelebihannya akan menarik motivasi dan minat belajar siswa. Dengan membandingkan pengaruh penggunaan multimedia berbasis komputer dan media pembelajaran tiga demensi , diharapkan dapat diketahui mana yang lebih besar pengaruhnya dalam kaitannya gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik untuk merespon materi pelajaran, sehingga diharapkan commit to user 71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat menghasilkan prestasi belajar yang baik, khususnya pada mata pelajaran Ilmu pengetahuan Alam.
D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut di atas, maka hipotesis yang diajukan penulis adalah sebagai berikut : 1. Ada perbedaan pengaruh penggunaan multimedia
berbasis komputer dan
media pembelajaran tiga demensi dan terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa Kelas IV Sekolah Dasar di kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri. 2. Ada perbedaan pengaruh gaya belajar auditif, visual, dan kinestetik terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas IV sekolah dasar di kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri. 3. Ada interaksi pengaruh penggunaan media pembelajaran dan cara belajar terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetauhan Alam siswa kelas IV Sekoah dasar di kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri.
commit to user 72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri di Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri pada semester satu tahun pelajaran 2012/2013 untuk siswa kelas IV SD selama kurang lebih lima bulan, mulai dari bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2012. Pemilihan tempat penelitian yaitu SDN I Girimarto sebagai sekolah Eksperimen dan SDN II Girimarto sebagai sekolah kontrol dengan pertimbangan bahwa : 1) Mempunyai latar belakang sumber daya manusia yang sama baik dilihat dari jumlah guru dan jumlah siswa yang relatif sama; 2) Tingkat persaingan yang relatif kompetitif terjadi antara SDN I Girimarto dan SDN II Girimarto baik dalam pengembangan sekolah maupun pada even-even lomba. Tahapan pelaksanaan penelitian ini adalah : 1. Tahap persiapan : meliputi pengajuan judul, pembuatan proposal, seminar, penyusunan instrumen penelitian, pengambilan sampel, try out dilaksanakan pada bulan Juni-juli 2012. 2.
Tahap pelaksanaan: meliputi tahapan eksperimen dan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juli-September 2012.
3. Tahap analisis: meliputi analisa data penelitian yang dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2012. 4.
Penyusunan laporan penelitian Nopember 2012
dan revisi laporan pada bulan
commit to user 73
Oktober-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 1: Jadwal Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian tersebut dapat dilihat pada jadwal berikut: Juni 2012
Kegiatan/ Minggu ke
No
1 1 a
23
4 5
Juli 2012
12
3
Agust 2012
4
51
Persiapan Penyusunan Proposal
b
c
d
2 a
b
Seminar Proposal Penyusunan Instrume n Pengambilan sampel dan try out Pelaksanaan Penyusunan pedoman penelitia n Pelaksanaan penelitian
c Pengambilan data 3 a b c d
Penyusunan laporan Analisi Data Penyusunan Laporan Revisi Laporan Penggandaan dan Pengesah an
commit to user 74
2
34
Sept 2012
5
1
2
34
Oktb 2012
5
21
3
4
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Metode Penelitian
Dengan harapan banyak memberi manfaat terutama untuk menentukan media pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam maka penelitian ini didesain dengan metode eksperimen. Hasil penelitian akan ini akan menegaskan bagaimana kedudukan hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti. Tujuannya terletak pada penemuan fakta penyebab dan fakta akibat tentang perbedaan pengaruh penggunaan media pembelajaran tiga demensi dan multimedia berbasis komputer serta pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar IPA. Bentuk desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu ( quasi experimental research), karena dalam desain ini peneliti tidak mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannnya eksperimen. Johnson dan Christesen (2010:319), mengatakan bahwa desain penelitian quasi exsperiment adalah suatu desain penelitian eksperimen yang tidak memberikan kontrol penuh variabel perancu potensial terutama karena tidak menetapkan secara acak partisipan pada kelompok pembanding. Quasi eksperimen atau penelitian semu dimaksudkan untuk memperoleh informasi tertentu, berupa prakiran informasi yang dapat diperoleh pada eksperimen sebenarnya. Penelitian ini dilakukan pada kondisi yang tidak memungkinkan mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan-hubungan, mengklarifikasi mengapa suatu peristiwa terjadi keduanya. commit to user 75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ciri-ciri quasi eksperiment adalah : 1) aspek yang diteliti bersifat praktis dan tidak mungkin mengontrol semua variabel; 2) menggunakan kontrol parsial; 3) sering dilakukan tidak formal ( Sudarwan Danim, 2002:59). Kelompok eksperimen 1 menggunakan media pembelajaran 3 demensi, sedangkan kelompok eksperimen 2 menggunakan media pembelajaran multimedia berbasis komputer. Tabel 2.: Tata letak Data Desain Penelitian
Var 2 Gaya Belajar Siswa (B) Gaya belajar visual ( B1 ) Gaya Belajar auditorial ( B2 ) Gaya Belajar Kinestetik (B3)
Media Pembelajaran (A) Media Interaktif Media Tiga Demensi Berbasis ( A2 ) Komputer ( A1 ) µ A1 B1 µ A2 B1 µ A1 B2
µ A2 B2
µ A1 B3
µ A2 B3
Keterangan : A1.B1 = pembelajaran menggunakan multimedia berbasis komputer dan gaya belajar visual A1.B2 = pembelajaran menggunakan multimedia berbasis komputer dan gaya belajar auditorial A1.B3 = pembelajaran menggunakan multimedia berbasis komputer dan gaya belajar kinestetik. A2.B1 = pembelajaran menggunakan media tiga demensi dan gaya belajar visual. commit to user 76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A2.B2 = pembelajaran menggunakan media tiga demensi dan gaya belajar auditorial. A2.B3 = pembelajaran menggunakan media tiga demensi dan gaya belajar kinestetik. Dalam hal ini kelompok eksperimen 1 adalah SD Negeri I Girimarto di Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri, masing-masing di beri perlakuan pembelajaran dengan multimedia berbasis komputer dan kelompok eksperimen 2 (Kelompok kontrol)
SD Negeri II Girimarto diberi perlakuan pembelajaran
dengan media tiga demensi dengan model pembelajaran kooperatif learning dan Direct Instruction tipe pembelajaran STAD. Siswa tiap kelas dikelompokkan menjadi tiga kelompok gaya belajar auditif, kelompok gaya belajar visual, dan kelompok gaya belajar kinestetik yang diperoleh dengan teknik angket. Di akhir perlakuan diadakan pengambilan tes prestasi siswa dengan alat tes yang sama yaitu yaitu soal-soal tes prestasi belajar. Hasil pengukuran tersebut dianalisis dan dibandingkan dengan tabel uji statistik. C. Populasi ,Sampel dan Sampling 1. Populasi Populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian. Orang-orang, lembaga, organisasi dan benda-benda yang menjadi sasaran penelitian merupakan anggota populasi (Nana Syaodih Sukmadinata, 2000 : 250). Menurut Menurut Furqon (1997 : 135), populasi didefinisikan sebagai commit to user sekumpulan obyek, orang, atau keadaan yang paling tidak memiliki satu 77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karakteristik umum yang sama. Sugiyono (2007: 80) berpendapat bahwa” Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Sejalan dengan pendapat tersebut di atas maka populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV
SD Negeri di Kecamatan Girimarto
Kabupaten
Wonogiri pada Semester I tahun pelajaran 2012/2013. Jumlah SD di kecamatan Girimarto adalah 35 SD , sedangkan jumlah populasi siswa kelas IV adalah 815 siswa. 2. Sampel. Karena
beberapa
keterbatasan
seperti
tenaga,
waktu,
kesulitan
mengumpulkan data, biaya dan sebagainya, penelitian sulit untuk dikenakan kepada seluruh anggota populasi yang sangat besar. Untuk itu penelitian dikenakan kepada kelompok kecil yang mewakili (representatif) dari populasi. (Suharsimi Arikunto 2006 : 131) menyatakan sebagian atau wakil populasi yang di teliti disebut sampel. (Nana Syaodih 2000 : 250-252) menyatakan
kelompok kecil anggota
populasi yang mewakili populasi disebut sampel. Sampel yang secara nyata akan diteliti harus representatif dalam arti mewakili populasi baik dalam karakteristik maupun jumlahnya. Sampel merupakan bagian dari populasi yang ada dalam penelitian. Sampel merupakan representasi populasi (Syaifudin Azwar, 2003 : 34). Dalam commit to user 78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penelitian ini sampel yang diambil adalah siswa-siswi Kelas IV dari tiga SD Negeri di Kecamatan Girimarto , masing- masing sejumlah 1 kelas. 3. Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel (teknik sampling) merupakan cara yang digunakan untuk mengambil sampel ( Sugiyono, 2007:81) . Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Multistage Cluster Random Sampling. Multistage karena pengambilan sampelnya dilakukan dalam beberapa tahap. Cluster karena sampel berbasis dalam kelompok kelas dan Random karena masing-masing penarikan sampel dilakukan secara acak dengan undian (lotre). Langkah-langkah pengambilan sampel sebagai berikut : a. Populasi terdiri dari siswa kelas IV dari 35 SD Negeri di Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri, dipilih sekolah yang setara berdasarkan dokumen hasil USBN sebagai standar Penerimaan Peserta Didik Baru ( PPDB ). b. Dari sekolah yang setara tersebut dilakukan undian secara random
untuk
diambil 2 sekolah untuk diberi perlakuan dan satu sekolah yang dijadikan ujicoba penelitian. c. Dari 3 sekolah terpilih dilakukan undian secara random kembali pada kelas IV untuk menentukan kelas eksperimen, kelas kontrol dan kelas ujicoba penelitian.
SD Negeri I Girimarto sebagai kelas eksperimen diberi
pembelajaran dengan menggunakan multimedia berbasis komputer, SD Negeri II Girimarto sebagai kelas kontrol diberi pembelajaran dengan menggunakan media tiga demensi, dan SD Negeri IV Girimarto sebagai kelas try out. commit to user 79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian Ada tiga variabel dalam penelitian ini yaitu dua variabel bebas atau independen (X) dan satu variabel terikat atau dependen (Y). Secara rinci sebagai berikut: Media Pembelajaran yang difaktorialkan menjadi Multimedia Berbasis Komputer dan Media Tiga Demensi (X1), Tingkat Gaya Belajar Siswa yang difaktorialkan menjadi gaya Belajar Visual, Gaya Belajar Auditorial, dan gaya Belajar Kinestetik (X2) dan Prestasi belajar siswa (Y) Untuk menghindari ambiguitas dan duplikasi penafsiran dalam penelitian ini disajikan definisi operasional variabel sehingga data yang diperoleh memiliki akurasi dan ketepatan yang tinggi. Definisi operasional masing-masing variabel adalah: 1. Dalam penelitian ini Multimedia berbasis komputer adalah penggunaan multimedia dimana konsep penggabungan ini dengan sendirinya memerlukan beberapa jenis peralatan perangkat keras yang masing-masing tetap menjalankan fungsi utamanya sebagaimana biasanya, dan komputer merupakan pengendali seluruh peralatan itu. 2. Sedangkan media pembelajaran tiga demensi adalah media yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk menyampaikan ide atau gagasan, informasi, dan pesan dengan variasi benda-benda asli dan benda-benda tiruan serta benda-benda lainnya yang mempunyai ukuran panjang, lebar, dan tinggi bertujuan memepertinggi kegiatan belajar mengajar. 3. Gaya belajar adalah ciri-ciri khas siswa dalam belajar mencakup berbagai commit to user sikap dan nilai siswa mengenai belajar, cara berpikir, dan selera presentasi, 80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang bersifat konsisten, kerapkali tidak disadari yang merupakan kombinasi dari bagaimana siswa tersebut menyerap dan mengatur serta mengolah informasi dari konsep, yang membedakan seorang siswa atau sekelompok siswa dengan yang lainnya, merupakan komponen yang penting dalam mengaktualisasi kemampuan belajar siswa. Pada penelitian ini gaya belajar siswa dibedakan menjadi 3 yaitu gaya belajar visual ( belajar dengan cara melihat) , auditorial (belajar dengan cara mendengar) dan kinestetik ( belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh). 4. Prestasi belajar adalah keberhasilan penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh suatu mata pelajaran yang merupakan hasil usaha maksimal yang dilakukan oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang diakhiri dengan tes, yang diwujudkan dalam bentuk angka , huruf atau kalimat yang menginformasikan sejauh mana penguasaan dan pemahaman materi pembelajaran yang dimaksud. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumen, angket, dan tes prestasi belajar. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan instrumen sebagai berikut: 1. Instrumen Penelitian a. Pengambilan data dari variabel Tingkat Gaya Belajar siswa
dilakukan
dengan teknik angket. Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini commit to user 81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adalah test skala sikap likert. Angket yang digunakan adalah angket tertutup sebanyak 60 item. Langkah-langkah membuat angket adalah sebagai berikut: 1) Membuat kisi-kisi angket: untuk mendapat gambaran yang jelas indikator-indikator apa saja yang akan diukur. Kisi-kisi angket dapat dilihat pada lampiran 1.8. halaman 221-222. 2) Menentukan jenis dan bentuk angket: jenis angket dan bentuk yang digunakan adalah angket langsung tertutup dalam bentuk pilihan ganda. 3) Menyusun angket: menyusun sejumlah pertanyaan sesuai dengan indikator dalam kisi-kisi dengan skala penskoran tertentu. Kisi-kisi pertanyaan angket dapat dilihat pada lampiran 1.9. halaman 223-227. 4) Menetapkan skor angket: dalam menentukan skor angket setiap alternatif jawaban mempunyai skor yang berbeda-beda. Pemberian untuk tiap-tiap alternatif jawaban disesuaikan dengan kriteria item. Tabel 3: Kriteria Penilaian Angket Pernyataan Positif (+)
Pernyataan Negatif (-)
Alternatif Jawaban
Skor 5 4 3 2 1
Alternatif Jawaban
Skor 1 2 3 4 5
Sangat sering Sering Biasa saja Jarang Tidak Pernah
Sangat sering Sering Biasa saja Jarang Tidak Pernah
5) mengadakan uji coba angket commit to user 82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Pengambilan data dari variabel Prestasi belajar siswa dalam pembelajaran dilakukan dengan teknik test obyektif pilihan ganda empat option yang memenuhi syarat validitas dan reliabilitasnya. Rancangan prosedur pelaksanaan tes prestasi belajar sebagai berikut: 1) Membuat batasan soal, yaitu soal-soal pada standar kompetensi Memahami Struktur organ tubuh manusia dengan
fungsinya, serta
pemeliharaannya. 2) Menentukan tujuan tes, yaitu untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada standar kompetensi Memahami Struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya. 3) Membuat kisi-kisi soal tes berdasarkan batasan soal yang telah dirumuskan. Kisi-kisi soal tes prestasi dapat dilihat pada lampiran 1.4. halaman 206. 4) Menyusun soal-soal tes, meliputi di dalamnya petunjuk pengisian soal, kunci jawaban, skor penilaian. Soal, kunci jawaban dan skor penilaian dapat dilihat pada lampiran 1.5. halaman 207-213. Norma penilaian untuk tes prestasi (try out) adalah nilai akhir = jumlah betul x 2 5) Uji coba tes, sebelum digunakan untuk mengumpulkan data, soal tes terlebih dahulu diujicobakan. Uji coba tes akan diujikan sebanyak 50 butir soal standar kompetensi Memahami Struktur organ tubuh manusia dengan
fungsinya, serta pemeliharaannya., untuk mengantisipasi
banyaknya soal yang gugur dalam uji coba. Uji coba akan dilaksanakan di SDN IV Girimarto.
commit to user 83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Pengambilan data untuk kemampuan awal siswa dilakukan dengan teknik dokumentasi, yaitu melihat data nilai rapor kelas 3 semester 2
mata
pelajaran IPA. Data kemampuan awal siswa dapat dilihat pada lampiran 4. 2. Uji Instrumen Penelitian a. Tes Prestasi Belajar Guna menjamin ketepatan dan keterpercayaan instrumen yang dikembangkan oleh peneliti maka dilakukan analisis untuk mengetahui tingkat kesukaran, daya pembeda serta uji validitas dan uji reliabilitas. Tes terdiri dari 50 soal berbentuk pilihan ganda dengan 4 alternatif pilihan jawaban yaitu a, b, c, dan d. Soal tes tersebut mewakili tiap indikator yang ada pada materi pokok Stuktur Organ tubuh, fungsi dan Cara pemeliharaannya. Uji coba tes dilaksanakan di SDN IV Girimarto kepada 30 responden mulai tanggal 16 Juli sampai 21 Juli 2012. Soal uji coba tes dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 207-2013. Soal tes diujicobakan untuk mengetahui validitas isi dan validitas butir soal, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal tes. Berikut hasil uji coba soal tes prestasi belajar 1) Menghitung Tingkat Kesukaran Butir soal yang baik adalah butir soal yang mmpunyai tingkat kesukaran yang memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk menentukan tingkat kesukaran masing-masing butir soal menggunakan rumus :
commit to user 84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan :
p=
B Js
Pi =
Tingkat Kesukaran butir soal ke i
B =
Jumlah siswa yang menjawab benar
Js = Jumlah Siswa P
= 0,00 – 0,30 : Sukar (Skr)
P
= 0,30 – 0,70 : Sedang (Sdg)
P
= 0,70 – 1,00 : Mudah (Mdh)
(Suharsimi Arikunto, 2006:208) Hasil perhitungan tingkat kesukaran dari 50 soal menunjukkan bahwa tingkat kesukaran sebagian besar butir soal tes tergolong memadai, yaitu 41 butir soal berkisar antara 0,37 sampai dengan 0,77. Sedangkan 9 butir soal yang lain mempunyai tingkat kesukaran kurang dari 0,3 dan pada kategori sukar yaitu butir soal nomer 9, 14, 17, 29, 31, 32, 38, 40 dan 49. Data hasil perhitungan tingkat kesukaran dapat dilihat pada lampiran 2.4. halaman 248250. 2) Menghitung Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Suatu butir soal dikatakan mempunyai daya beda jika kelompok siswa yang pandai menjawab benar lebih banyak dari kelompok siswa yang kurang pandai. Untuk mengetahui daya beda suatu butir soal menggunakan rumus : D=
B A BB = PA - PB JA JB commit to user 85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan : D
:
daya pembeda (DP)
BA/JA :
Tingkat Kesukaran kelompok atas (pandai)
BB/JB :
Tingkat Kesukaran kelompok bawah (kurang pandai)
D = 0.00 – 0,20 : Jelek (Jlk) D = 0,20 – 0,40 : Cukup (Ckp) D = 0,40 – 0,70 : Baik (B) D = 0,70 – 1,00 : Baik Sekali (BS) (Suharsimi Arikunto, 2006:213) Hasil perhitungan daya pembeda dari 50 buti soal menunjukkan bahwa daya pembeda sebagian besar butir soal tes tergolong baik, yaitu sebanyak 41 butir soal memiliki daya pembeda lebih dari 0,3. Sedangkan 9 butir soal yang lain mempunyai daya pembeda kurang dari 0,3 dan dianggap kurang baik, yaitu butir 9 sebesar 0,07, butir 14 sebesar -0,07, butir 17 sebesar -0,07, butir 29 sebesar 0,13, butir 31 sebesar 0,07, butir 38 sebesar -0,03, butir 40 sebesar 0,20 dan butir 49 sebesar 0,00. Data hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 2.4. halaman 248-250. Hasil analisis dari perhitungan tingkat kesukaran dan daya pembeda dari 50 butir soal sebanyak 9 butir soal tes yaitu: butir 9, 14, 17, 29, 31, 32, 38, 40 dan 49 dinyatakan gugur dan harus dibuang, sehingga tersisa 41 butir soal yang layak digunakan untuk mengambil data penelitian. Dari ke-41 butir soal itu diambil 40 soal yang akan digunakan untuk mengambil data yaitu butir nomer 1, 2 , 3 , 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 13, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 33, 34, 35,commit 36, 37, to 38,user 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50. Butir soal nomer 12 tidak digunakan karena indikator yang mencakup butir tersebut telah terwakili oleh beberapa butir soal yang lain. 3) Uji Validitas a) Validitas Isi Validitas isi meliputi aspek afektif, aspek konstruktif, dan aspek bahasa. Uji validitas isi dilakukan oleh dua orang guru yaitu: Tri Warsito, S. Pd., M. Pd. Dan Toto Triyatmo, S.Pd., M. Pd., dengan menggunakan daftar cek list pada daftar validasi isi soal. Berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh dua validator tersebut, diperoleh hasil bahwa butir tes memenuhi semua aspek dan dapat digunakan untuk mengambil data penelitian. Data hasil validasi isi soal tes dapat dilihat pada lampiran 2.8. halaman 263-264.
.
b) Validitas Butir Soal Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang diukur (Arikunto, 2000: 219). Uji validitas instrument dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh instrumen penelitian mampu mencerminkan isi sesuai dengan hal dan sifat yang diukur. Artinya, setiap butir instrumen telah benar-benar menggambarkan keseluruhan isi atau sifat bangun konsep (konstruk teori) yang menjadi dasar penyusunan instrumen (indikator/ variabel). Menurut (Arikunto, 1996: 165) bahwa analisis butir dilakukan untuk mengetahui apakah butir dalam instrumen mencerminkan indikator variabel yang dimaksud atau atribut yang hendak diukur. Instrumen tes prestasi belajar commit to user 87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dihitung adlah validitas butir soal yaitu untuk mencari korelasi antar item dengan keseluruhan tes, maka digunakan korelasi point biseral. Rumus korelasi point biseral adalah sebagai berikut: Rpbi = ( Mt – Mp/SD) ( p/q) Keterangan: rpbis : Koefisien point biseral Mt : Rerata skor total Mp : Rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi ite yang dicari validitasnya p : Proporsi siswa yang menjawab benar( Banyak siswa yang menjawab benar : Jumlah seluruh siswa) SD : Standar Deviasi dari skor total q : Proporsi siswa yang menjawab salah (1-p) (Saifuddin Azwar, 1996:50) Kriteria nilai rpbi adalah sebagai berikut: Item tersebut valid jika harga rpbi ≥ rtabel Item tersebut tidak valid jika harga rpbi ≤ rtabel. Artinya dari hasil perhitungan validitas item tersebut kemudian dikonsultasikan dengan r tabel. Jika r point biseral lebih besar dari harga r tabel, maka korelasi tersebut signifikan, berarti item soal itu valid. Apabila harga r point biseral lebih kecil dari r tabel, berarti korelasi tersebut tidak signifikan, maka item soal tersebut dikatakan tidak valid. Hasil uji coba tes prestasi dari 50 soal setelah dianalisis untuk mengetahui kevalidan dari masing-masing soal diperoleh hasil sebagai berikut: 41 tergolong valid. Sedangkan 9 soal tergolong tidak valid yaitu nomor 9, 14, 17, 29, 31, 32, 38, 40 dan 49. Soal yang dapat dipakai 41 butir, untuk memudahkan commit to user 88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hanya 40 butir soal yang dipakai sebagai tes prestasi belajar IPA. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.1. halaman 241-244. Norma penilaian untuk tes prestasi belajar adalah sebagai berikut: Nilai akhir (NA) = jumlah benar dibagi jumlah soal X 100 4) Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjuk suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik dan dapat dipercaya, sehingga menghasilkan data yang dapat dipercaya juga ,artinya data tersebut betul-betul sesuai dengan kenyataannya (Suharsimi Arikunto, 2008 : 178). Untuk uji reliabilitas instrument penelitian ini, digunakan rumus dari Spearman Brown dengan teknik belah dua sebagai berikut:
1.1
2 1 / 2.1 / 2 1 1 / 2.1 / 2
Keterangan
1 / 2.1 / 2 Reliabilitas Belahan (Separo) = Reliabilitas 1 (total) 1.1
Apabila harga r11 dikonsultasikan dengan r product moment dengan harga semakin mendekati 1,00 atau > rt yang ada, maka dapat dikatakan instrumen tersebut reliabel. Hasil uji reliabilitas penelitian ini menggunakan rumus belah dua dengan menggunakan bantuan SPSS Versi 19 menunjukkan nilai r11 0,92 > 0,70. . (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.3. halaman 245-247. b. Instrumen Angket Gaya Belajar Dalam ujicoba instrumen angket ini menggunakan 60 butir pernyataan commit to user yang dibagi menjadi tiga bagian yang masing-masing bagian berisi 20 89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pernyataan untuk gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik. Hal ini untuk mengantisipasi banyaknya yang gugur dalam uji coba. 1) Uji Validitas Isi Menurut Budiyono (2003:59) untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas isi yang tinggi, biasanya dilakukan adalah melalui expert judgment ( penilaian yang dilakukan oleh para pakar). Dalam penelitian ini instrumen angket dikatakan valid jika kisi-kisi yang telah dibuat menunjukkan bahwa klasifikasi kisi-kisi telah mewakili isi (substansi) yang akan diukur, selanjutnya masing-masing butir tes yang telah disusun relevan dengan klasifikasi kisi-kisi yang telah ditentukan. Sebelum diujicobakan, peneliti meminta dua orang panel untuk menguji validitas angket gaya belajar siswa yaitu Drs. Suharto,M.Pd. pengawas Kecamatan Girimarto dan Sunarto,S.Pd. pengawas di UPT Dinas Pendidikan kecamatan Girimarto yang menguasai bidang ini. Berdasarkan hasil
validator bahwa semua indikator telah terwakili. . (Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.10. halaman 263-264. 2) Validitas Butir Angket Validitas item soal angket dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson, sebagai berikut:
rxy
NX
NXY X Y 2
X 2 NY 2 Y 2 commit to user 90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan: rxy =
Angka indeks korelasi product moment
N =
Jumlah peserta tes
X
= Jumlah seluruh skor x
Y
= Jumlah seluruh skor y
XY
= Jumlah hasil kali antara skor x dan skor y Menurut Saefudin Azwar
(2011
:153) harga koefisien
korelasi untuk penyusunan skala-skala psikhologi minimal sama dengan 0,300. Angket terdiri dari 60 butir pertanyaan yang dibagi menjadi tiga bagian yang masing-masing bagian terdiri dari 20 pertanyaan untuk gaya belajar visual ( nomer 1 sampai 20 ), 20 pertanyaan untuk gaya belaajar auditorial ( nomer 21 sampai 40) dan 20 pertanyaan untuk gaya belajar kinestetik (nomer 41 sampai 60). Angket untuk mengetahui gaya belajar siswa diujicobakan pada kelas yang sama dengan kelas uji coba tes prestasi belajar. Angket uji coba gaya belajar dapat dilihat pada lampiran 2.5. halaman 251-256. Angket gaya belajar diujicobakan untuk mengetahui validitas isi, reliabilitas, dan konsistensi internal. Berikut hasil uji coba angket gaya belajar Uji konsistensi internal : a) Angket gaya belajar visual Hasil perhitungan konsistensi internal pada angket gaya belajar visual user yang gugur indeks konsistensi menunjukkan bahwa 4commit butir to angket 91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
internalnya kurang dari 0,361 butir 10 sebesar 0,340, butir 13 sebesar 0,151, butir 15 sebesar 0,217, butir 17 sebesar 0,209.
Data hasil
perhitungan konsistensi internal gaya belajar visual dapat dilihat pada lampiran 2.5. halaman 251-252. Hasil analisis perhitungan konsistensi internal gaya belajar visual dari 20 butir pertanyaan, sebanyak 4 butir pertanyaan yaitu nomer 10, 13, 15, dan 17 dinyatakan gugur dan harus dibuang, sehingga tersisa 16 butir pertanyaan yang layak digunakan untuk mengungkap gaya belajar siswa dan mengambil data penelitian. Dari ke-16 butir pertanyaan dipilih 15 butir yang akan digunakan untuk mengambil data yaitu butir nomer 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 14, 16, 18, 19, 20. Butir nomer 7 tidak digunakan karena indikaotor yang mencakup butir soal tersebut telah cukup terwakili oleh beberapa butir pertanyaan yang lain. b) Angket gaya belajar auditorial. Hasil perhitungan konsistensi internal pada angket gaya belajar auditorial menunjukkan bahwa 5 butir angket yang gugur indeks konsistensi internalnya kurang dari 0,361 butir 26 sebesar 0,102, butir 28 sebesar 0,053, butir 31 sebesar 0,019, butir 34 sebesar 0,068 dan butir 36 sebesar 0,106. Data hasil perhitungan konsistensi internal gaya belajar visual dapat dilihat pada lampiran 2.6. halaman 253-254. Hasil analisis perhitungan konsistensi internal gaya belajar visual dari 20 butir pertanyaan, sebanyak 5 butir pertanyaan yaitu nomer 26, 28, 31, 34, dan 36 dinyatakan gugur dan harus dibuang, sehingga tersisa 15 commit to user 92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
butir pertanyaan yang layak digunakan untuk mengungkap gaya belajar siswa dan mengambil data penelitian. Dari ke-15 butir pertanyaan dipilih 15 butir yang akan digunakan untuk mengambil data yaitu butir nomer 21, 22, 23, 24, 25, 27, 29, 30,32, 33, 35, 37, 38, 39, 40. c) Angket gaya belajar kinestetik Hasil perhitungan konsistensi internal pada angket gaya belajar kinestetik menunjukkan bahwa 4 butir angket yang gugur indeks konsistensi internalnya kurang dari 0,361 butir 46 sebesar 0,184, butir 48 sebesar 0,217, butir 52 sebesar 0,236, butir 53 sebesar 0,120. Data hasil perhitungan konsistensi internal gaya belajar kinestetik dapat dilihat pada lampiran 2.7. halaman 255-256. Hasil analisis perhitungan konsistensi internal gaya belajar visual dari 20 butir pertanyaan, sebanyak 4 butir pertanyaan yaitu nomer 46, 48, 52, dan 53 dinyatakan gugur dan harus dibuang, sehingga tersisa 16 butir pertanyaan yang layak digunakan untuk mengungkap gaya belajar siswa dan mengambil data penelitian. Dari ke-16 butir pertanyaan dipilih 15 butir yang akan digunakan untuk mengambil data yaitu butir nomer 41, 42, 43, 44, 45, 47, 48, 49, 51, 54, 56, 57, 58, 59, 60. Butir nomer 55 tidak digunakan karena indikaotor yang mencakup butir soal tersebut telah cukup terwakili oleh beberapa butir pertanyaan yang lain. 2. Uji reliabilitas angket Budiyono (2003: 65) menyatakan bahwa suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama commit to user 93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan (tetai mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan. Pengujian reliabilitas dilakukan pada tiap gaya belajar yaitu gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik, sehingga ada tiga kali analisis. Untuk reliabilitas angket menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut :
2 2 k SDt - SD t ralpha = SDt2 k 1
(Saefudin Azwar,2006:184)
keterangan : k
= banyak butir pernyataan yang valid
SDt2 varians skor total SDi2 varians skor butir ke-i
Dalam penelitian ini instrumen angket dikatakan reliabel jika memenuhi kriteria > 0,700. a) Angket gaya belajar visual Hasil uji reliabilitas angket gaya belajar visual dari 15 butir pertanyaan terhadap 30 responden menunjukkan koefisien reliabilitasnya sebesar 0,995. Dengan batas minimal reliabilitas 0,7, maka angket gaya belajar visual layak dan dapat digunakan untuk mengambil data penelitian. Data perhitungan reliabilitas angket gaya belajar visual dapat dilihat pada lampiran 2.7. halaman 257-258. b) Angket gaya belajar auditorial commit to user 94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil uji reliabilitas angket gaya belajar auditorial dari 15 butir pertanyaan terhadap 30 responden menunjukkan koefisien reliabilitasnya sebesar 0,995. Dengan batas minimal reliabilitas 0,7, maka angket gaya belajar visual layak dan dapat digunakan untuk mengambil data penelitian. Data perhitungan reliabilitas angket gaya belajar visual dapat dilihat pada lampiran 2.9. halaman 259-260. c) Angket gaya belajar kinestetik Hasil uji reliabilitas angket gaya belajar kinestetik dari 15 butir pertanyaan terhadap 30 responden menunjukkan koefisien reliabilitasnya sebesar 0,995. Dengan batas minimal reliabilitas 0,7, maka angket gaya belajar visual layak dan dapat digunakan untuk mengambil data penelitian. Data perhitungan reliabilitas angket gaya belajar visual dapat dilihat pada lampiran 2.8. halaman 261-262.
.
F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas (X) adalah media pembelajaran dan Gaya Belajar siswa. Media pembelajaran terdiri dari Multimedia berbasis komputer dan media Tiga Demensi. Gaya Belajar siswa dikelompokkan dalam gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Sedangkan variabel terikat (Y) adalah Prestasi belajar siswa mata pelajaran IPA. Teknik analisis data dalam penelitian ini meliputi Uji Prasarat Analisis dan Pengujian Hipotesis.
commit to user 95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Uji Persyaratan Analisis Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, dilakukan uji prasarat analisis yang meliputi: : a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data mengikuti sebaran baku normal atau tidak. Normalitas data hanya dikenakan terhadap variabel terikat (Y). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Metode Lilliefors. Metode ini digunakan karena datanya tidak dalam distribusi data bergolong (Budiyono, 2009: 170). Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut : 1) Hipotesis H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal 2) Statistik Uji Statistik Uji yang digunakan adalah: L = Maks | F (𝑧𝑖 ) - S(𝑧𝑖 ) | dengan mengambil taraf signifikasi 0,05. Pada metode Lillifefors setiap data xi diubah menjadi bilangan baku zi dengan transformasi: F(𝑧𝑖 )
= P (Z≤ 𝑧𝑖 ) dengan Z ~ N (0,1)
S (𝑧𝑖 )
= proporsi cacah Z ≤ 𝑧𝑖 terhadap seluruh 𝑧𝑖
s
= standart deviasi atau penyimpangan baku
(𝑧𝑖 )
= skor satndar
(𝑧𝑖 )
=
𝑋𝑖 − 𝑋 𝑠
commit to user 96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Taraf signifikasi : α = 0,05 4) Daerah kritik : DK = ( L\L> 𝐿𝛼 :𝑛 ), harga 𝐿𝛼 :𝑛 dapat diperoleh dari tabel liliefors pada tingkat signifikansi α dengan derajat kebebasan n. 5) Keputusan Uji H0 ditolak jika Lmaks
DK ∈ DK, atau H0 diterima jika Lmaks
6) Kesimpulan a) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0 diterima. b) Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0 ditolak.
b. Uji Homogenitas Uji ini untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak (Budiyono, 2009: 175). Dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan untuk menguji variansi masing-masing sel, Sebagai prasarat untuk uji hipotesis. Statistik uji yang digunakan adalah uji Bartllet. Langkah pertama 2 2 2 2 2 dihitung masing-masing variansi S1 , S1 , S1 , S1 ,..., S k .
Kemudian dihitung
S digunakan b
2 n11 1
2 variansi gabungan S p . Statistik uji yang
S S 2 n 2 1 2
2 nk 1 k
1 N k
S p2 commit to user 97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Uji Hipotesis a. Hipotesa dalam penelitian ini adalah : 1) Hipotesis 1
HO : µA1= µA2 H1 : µA1≠ µA2
2) Hipotesis 2
H0 : µB1= µB2 = µB3 H1 : µB1≠ µB2 = µB3
3) Hipotesis 3
H0 : A xB = 0 H1 : A x B≠ 0
b. Komputasi Ada lima komponen yang berturut-turut dikembangkan dengan (1), (2), (3), (4), (5) yang dirumuskan sebagai berikut : 1)
𝐺2 𝑝𝑞
2) ∑𝑖𝑗 𝑆𝑆𝑖𝑗
3) ∑𝑖
𝐴𝑖 2 𝑞
4) ∑𝑖𝑗
𝐵2 𝑖 𝑞
5) ∑𝑖𝑗 𝐴𝐵𝑖𝑗
2
Pada analisis dua jalan dengan sel tak sama, didefinisikan notasi-notasi sebagai berikut: 𝑛𝑖𝑗
= ukuran ij ( sel pada baris ke-i dan kolom ke-j) = banyaknya data amatan pada sel ij = frekuensi sel ij
𝑛ℎ
= rerata harmonik frekuensi seluruh sel
pq 1
nij ij
𝑁
=
∑𝑖𝑗 𝑛 𝑖𝑗 = banyaknya seluruh data amatan ( ∑𝑘 𝑋𝑖𝑗𝑘 ) 2
𝑆𝑆𝑖𝑗 =
2 ∑𝑖𝑗 𝑋𝑖𝑗𝑘
- __________ Nij commit to user = jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij 98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
𝐴𝐵𝑖𝑗 = rerata pada sel ij p
= banyaknya baris
q
= banyaknya kolom
𝐴𝑖
=
∑𝑗 𝐴𝐵𝑖𝑗
= jumlah rerata pada baris ke-i
𝐵𝑗
=
∑𝑖 𝐴𝐵𝑖𝑗
= jumlah rerata pada kolom ke-j
G
=
∑𝑖𝑗 𝐴𝐵𝑖𝑗 = jumlah rerata semua sel
c. Jumlah kuadrat JKA = 𝑛ℎ ((3) – (1) ) JKB = 𝑛ℎ ((4) – (1) ) JKAB = 𝑛ℎ ( (1) + (5) – (3) – (4) ) JKG = (2) JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG d. Derajat kebebasan dkA
=p–1
dk G
dkB
=q–1
dkT
= N – pq =N–1
dkAB = (p – 1) (q – 1) = pq – p – q + 1 e. Rerata kuadrat RKA
JKA dkA
RKB
JKB dkB
RKAB
JKAB dkAB
RKG
JKG dkG
f. Statistik uji
Fa
RKA RKA , Fb RKA , Fab RKG RKG RKG commit to user 99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
g. Daerah kritis Daerah kritis untuk Fa adalah DK = 𝐹 𝐹 > 𝐹𝑎: 𝑝 − 1, 𝑁 − 𝑝𝑞 Daerah kritis untuk Fb adalah DK = 𝐹 𝐹 > 𝐹𝑎: 𝑞 − 1, 𝑁 − 𝑝𝑞 Daerah kritis untuk Fab adalah DK = 𝐹 𝐹 > 𝐹𝑎: 𝑝 − 1 𝑞 − 1 , 𝑁 − 𝑝𝑞 h. Keputusan Uji 𝐻0 ditolak jika 𝐹𝑜𝑏𝑠 terletak di daerah kritis. ( Budiyono, 2009: 229-231) 3. Rangkuman analisis Tabel 4: Rangkuman analisis variansi dua jalan
Sumber Baris(A)
JK JKA
Dk p-1
RK RKA
Fhit Fa
Ftab F*
RKA B
Fab
F*
JKG
(p-1) (q-1) N-pq
RKG
-
-
Keputusan Uji HoA ditolak/diteri ma HoB ditolak/diteri ma HoAB ditolak/diteri ma -
Kolom(B)
JKB
q-1
RKB
Fb
F*
Interaksi(AB)
JKAB
Galat (G) Total
JKT
N–1
-
-
-
-
4. Uji Lanjut Pasca Anava Uji lanjut Anava (komparasi Ganda) merupakan tindak lanjut dari analisis variansi. Tujuan dari komparasi ganda ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut commit to user 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rerata mana yang berbeda dan rerata mana yang sama. Dalam penelitian ini uji komparasi ganda dengan metode scheffe.
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Pada penelitian ini ada 2 variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah penggunaan media pembelajaran multimedia berbasis komputer dan tiga demensi dan gaya belajar, variabel terikatnya adalah prestasi belajar pada mata pelajaran IPA khususnya kompetensi dasar Struktur Rangka dan Panca Indera. Pada penelitian ini jumlah siswa yang dilibatkan sebanyak 60 siswa dari SDN I Girimarto dan SDN II Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013. Data setiap variabel penelitian ini yaitu data skor gaya belajar dan data nilai tes prestasi belajar IPA siswa pada Standar Kompetensi
Struktur Organ Tubuh Manusia
dengan Fungsi serta cara pemeliharaannya. Data yang terkumpul dikelompokkan menjadi dua yaitu kelas eksperimen 1 ( SDN I Girimarto) dan kelas eksperimen 2 atau kelas kontrol ( SDN II Girimarto ). Agar lebih jelas, berikut ini disajikan deskripsi data hasil penelitian masing-masing variabel. 1. Data Skor Angket Gaya Belajar IPA Siswa Data tentang gaya belajar IPA siswa diperoleh dari skor angket. Penggolongan gaya belajar IPA siswa didasarkan pada kecenderungan skor siswa commit to user 101
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tipe yang sesuai. Siswa yang memiliki skor tertinggi pada tipe tertentu menunjukkan bahwa siswa tersebut tergolong tipe tertentu itu. Pengelompokan tipe gaya belajar siswa mengacu pada seperangkat pernyataan dalam angket mengenai ciri-ciri atau kebiasaan pada tipe gaya belajar. Sejumlah 45 butir pernyataan dalam angket gaya belajar terdiri dari 15 butir pernyataan tipe gaya belajar visual, 15 butir pernyataan tipe auditorial, dan 15 butir pernyataan tipe kinestetik. a. Deskripsi Data Gaya Belajar IPA Siswa dengan Media Pembelajaran Multimedia Berbasis Komputer Secara Keseluruhan Berdasarkan data yang telah terkumpul pada penelitian yang dilakukan di SD Negeri I Girimarto, dari 30 siswa kelompok eksperimen ( pembelajaran dengan multimedia berbasis komputer) terdapat 11 siswa kelompok visual, 12 siswa auditorial, dan 7 siswa kinestetik. Perhitungan skor gaya belajar siswa selengkapnya disajikan pada lampiran 3.3. dan 3.5. halaman 271-273.
Tabel 5. Skor Angket Gaya Belajar Siswa Kelompok Eksperimen (dengan Multimedia Berbasis Komputer) No. Resp
Visual
Auditorial
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14
44 38 55 47 40 43 49 55 50 51 43 57 53 45
45 50 44 37 43 56 43 41 42 45 51 44 43 50
Kinestetik
44 45 49 54 38 37 54 58 45 48 42 56 57 commit to40user
102
Kategori Gaya Belajar 2 2 1 3 2 2 3 3 1 1 2 1 3 2
Nilai 70 60 77,5 77,5 80 72,5 62,5 65 90 75 75 97,5 70 72,5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 No. Resp
35 51 53 54 48 39 50 46 45 Visual
40 43 46 41 51 49 40 47 44 Auditorial
37 45 52 47 40 47 43 44 46 Kinestetik
R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30
41 51 48 38 65 52 55
47 46 40 45 43 44 46
40 56 53 36 48 47 47
N. Min N. Maks
38 65
36 56
36 58
2 1 1 1 2 2 1 2 3 Kategori Gaya Belajar 2 3 3 2 1 1 1 Visual = 11 Auditorial = 12 Kinestetik = 7
67,5 80 85 97,5 72,5 67,5 87,5 70 65 Nilai 75 70 70 60 92,5 80 87,5
Berdasarkan data di atas, maka dapat dibuat distribusi frekuensi skor gaya belajar siswa dengan penggunaa multimedia berbasis komputer sebagai berikut :
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Skor Angket Gaya Belajar Siswa Kelompok Eksperimen (dengan Multimedia Berbasis Komputer) Kelas Interval
Frekuensi (F)
Prosentase (%)
Visual
Auditorial
Kinestetik
Visual
Auditorial
Kinestetik
35-39
5
1
4
16,67%
3,33%
13,33%
40-45
6
18
10
20%
60%
33,33
46-49
5
6
8
16,67%
20%
26,67%
50-54
9
4
4
45%
13.33%
13,33%
55-59
4
1
4
13,33%
3,33%
13,33%
60-65
1
0
0
3,33%
0
0
Jumlah
30
30
100
100
100
commit30 to user 103
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan analisis mengenai data gaya belajar siswa dengan multimedia berbasis komputer , diketahui bahwa untuk gaya belajar visual skor tetinggi 65 dan skor terendah 38, sedangkan untuk gaya belajar audotorial skor tertinggi 56 dan skor terendah 36, dan gaya belajar kinestetik skor tertinggi 58 skor terendah 36. Distribusi frekuensi skor gaya belajar siswa dapat dilihat pada tabel 5 dan tabel 6 serta gambar 3 histogram di bawah ini. 20 18 16
Frekuensi
14 12 Visual
10
Audotorial 8
Kinestetik
6 4 2 0 35-39
40-45
46-49
50-54
60-65
Skor Gaya Belajar
Gambar 2. Histogram Sebaran Frekuensi Skor Gaya Belajar IPA Siswa dengan Multimedia Berbasis Komputer b. Deskripsi Data Gaya Belajar IPA dengan Media Pembelajaran Media Tiga Demensi commit to user 104
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SD Negeri II Girimarto dengan penggunaan Media Tiga Demensi, data yang telah terkumpul pada kelompok kontrol yang berjumlah 30 siswa terdapat 11 siswa kelompok visual, 8 siswa auditorial, dan 11 siswa kinestetik. Perhitungan skor gaya belajar siswa selengkapnya disajikan pada lampiran 3.6. halaman 274-276. Tabel 7. Skor Angket Gaya Belajar Siswa Kelompok Kontrol (dengan Media Tiga Demensi)
No. Resp R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30
Visual 58 46 49 52 43 52 44 45 45 53 42 51 46 57 49 35 49 48 41 51 42 46 50 43 41 50 49 40 55 46
Auditorial
Kinestetik
36 45 38 42 45 45 46 53 43 44 49 44 40 47 41 51 44 46 52 38 35 44 49 42 38 36 46 50 40commit to 52 105
53 49 48 50 44 62 43 40 48 46 47 48 45 48 47 38 54 47 48 46 53 51 57 52 47 51 47 46 53 user 48
Kategori Gaya Belajar 1 3 1 1 2 3 2 2 3 1 2 1 1 1 1 2 3 1 2 1 3 3 3 3 3 3 1 2 1 1
Nilai 65 52,5 60 72,5 47,5 57,5 55 45 40 67,5 45 65 72,5 40 75 52,5 60 65 50 60 50 57,5 42,5 40 50 65 62,5 67,5 72,5 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
N. Min N. Maks
35 58
35 53
43 62
Berdasarkan data di atas maka dapat dibuat distribusi frekuensi skor gaya belajar siswa kelompok kontrol dengan penggunaan media tiga demensi sebagai berikut : Tabel 8. Distribusi Frekuensi Skor Angket Gaya Belajar Siswa Kelompok Kontrol (dengan Media Tiga Demensi) Kelas Interv al 35-39 40-45 46-49 50-54 55-59 60-65 Jumlah
Visual 1 10 9 7 3 0 30
Frekuensi Auditorial Kinestetik 6 13 6 5 0 0 30
1 4 14 8 2 1 30
Visual
F(%) Auditorial
Kinestetik
3,33% 33,33% 30% 23,33% 10% 0% 100
20% 43,33 20% 16,67 0% 0% 100
3,33% 13,33 46,67% 26,67% 6,67% 3,33% 100
Berdasarkan analisis mengenai data gaya belajar siswa dengan media tiga demensi , diketahui bahwa untuk gaya belajar visual skor tetinggi 58 dan skor terendah 35, sedangkan untuk gaya belajar audotorial skor tertinggi 53dan skor terendah 35, dan gaya belajar kinestetik skor tertinggi 62 skor terendah 43. Distribusi frekuensi skor gaya belajar siswa dapat dilihat pada tabel 7 dan tabel 8 serta gambar 4 histogram di bawah ini.
commit to user 106
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 14 12 10 Visual
Frekuensi
8
Auditorial
6
Kinestetik
4 2 0 35-39
40-45
46-49
50-54
55-59
60-65
Skor Gaya Belajar
Gambar 3. Histogram Sebaran Frekuensi Skor Gaya Belajar IPA Siswa dengan Media Tiga Demensi
2. Data Prestasi Belajar IPA Siswa dengan Media Pembelajaran Data skor kemampuan menyelesaikan tes prestasi belajar pada kelompok eksperimen 1 (Pembelajaran menggunakan Multimedia Berbasis Komputer) dan kelompok eksperimen 2 atau kelompok kontrol (Pembelajaran dengan Media Tiga Demensi) dapat dilihat pada lampiran 3.1 dan 3.2. Berikut statistik deskriptif dan kemampuan menyelesaikan tes prestasi belajar dan gaya belajar IPA siswa. Tabel 9. Rangkuman Hasil Analisis Data Skor Prestasi Belajar IPA Siswa Media
Sumber
Pembelajaran Statistik MBK (A1)
Gaya Belajar Visual (B1)
Total
Auditorial
Kinestetik
(B2)
(B3)
N
11
12
7
30
∑𝑿
950
842,5
480
2272,5
∑ 𝑿2
82637,5
59531,5
33062,5
175231,25
commit to70,2083 user 86,3636
68,5714
75,7500
𝑋
107
perpustakaan.uns.ac.id
MTD (A2)
digilib.uns.ac.id
SD
7,69445
5,88317
4,97015
10,32135
N
11
8
11
30
∑𝑿
737,5
402,5
555
1695
∑ 𝑿2
49731,25
20743,75
28800
99275
SD
5,34067
8.39191
8.93156
10,99765
50,3125
50,4545
56,5000
𝑋 Total
67,0455
N
22
20
18
60
∑𝑿
1687,5
1245
1035
3967,5
∑ 𝑿2
132368,75
80275
61862,5
274506,25
SD
11,81168
12,08250
11,75735
14,35348
76,7045
62,2500
57,500
66,1250
𝑋
a. Deskripsi Data Prestasi Belajar IPA dengan Multimedia Berbasis Komputer Berdasarkan tes prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelompok eksperimen (dengan multimedia berbasis komputer), jumlah responden (N) adalah 30 siswa dengan skor tertinggi 97,5 dan skor terendah 60, sehingga rentangnya (jangkauan) = 37,5. Berdasarkan perhitungan statistik dasar yang dibantu dengan program SPSS versi 19 kemudian ditentukan ukuran tendensi sentral yang meliputi rerata (𝑋) = 75,75, median ( Me) = 73,75, modus (Mo) = 70, dan ukuran dispersi meliputi jangkauan (J) = 37,5, dan simpangan baku (s) = 10,321 sedangkan standar error of mean (SE) = 1,327 yang dapat dirangkum dalam tabel berikut ini: (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 282). commit to user 108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 10. Deskripsi Data Skor Prestasi Siswa kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. Kelompok
Ukuran Tendensi Sentral
Ukuran Dispersi
𝑋
Mo
Me
Skor min
Skor ma ks
J
s
Eksperimen
75,75
70
73,75
60
97,5
37,5
10,321
Kontrol
56,5
65
57,5
40
75
35
10,997
Keterangan : 𝑋: rataan, J : jangkauan, Mo : Modus, s : standar deviasi, Me : median Jika skor prestasi ≥ skor rata-rata, maka dapat dikatakan bahwa siswa tersebut memiliki prestasi tinggi dan sebaliknya jika skor prestasi ≤ skor rata-rata, maka siswa tersebut memiliki prestasi rendah. b. Deskripsi Data Prestasi Belajar IPA dengan Media Pembelajaran Media Tiga Demensi Berdasarkantes prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelompok kontrol , kemudian ditentukan ukuran tendensi sentral yang meliputi rataan (𝑋) = 56,5, median ( Me) = 57,5, modus (Mo) = 40 dan 65, dan ukuran dispersi meliputi jangkauan (J) = 35, dan simpangan baku (s) = 10,997, sedangkan standar error of mean (SE) = 1,305 yang dapat dirangkum dalam tabel di atas: (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 282).
commit to user 109
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jika skor prestasi ≥ skor rata-rata, maka dapat dikatakan bahwa siswa tersebut memiliki prestasi tinggi dan sebaliknya jika skor prestasi ≤ skor rata-rata, maka siswa tersebut memiliki prestasi rendah. 3. Deskripsi Data Prestasi Belajar IPA dengan Gaya Belajar Siswa Dari angket dan tes prestasi belajar IPA siswa kelompok eksperimen (dengan multimedia berbasis komputer) dan kelompok kontrol (dengan media tiga demensi) , dengan bantuan program SPSS versi 19 kemudian ditentukan ukuran tendensi sentral yang meliputi rerata (𝑋), median ( Me), modus (Mo), dan ukuran dispersi meliputi jangkauan (J), dan simpangan baku (s) yang dapat dirangkum dalam tabel berikut ini (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.2 halaman 288) Tabel 11. Deskripsi Data Skor Prestasi Gaya Belajar Siswa kelompok Eksperimen dan kelompok kontrol. Skor Ukuran Tendensi Ukuran Dispersi Prestasi Sentral Gaya Mo Me Skor Skor J s 𝑋 Belajar min maks Visual 76,70 75 75 60 97,5 37,5 11,812 Auditorial 62,25 70 67,5 40 80 40 12,083 Kinestetik 57,50 65 58,75 40 77,5 37,5 11,757 Keterangan : 𝑋: rataan, J : jangkauan, Mo : Modus, s : standar deviasi, Me : median a. Prestasi Belajar IPA dengan Multimedia Berbasis Komputer (A1) Berdasarkan analisis mengenai prestasi belajar mata pelajaran IPA dengan multimedia berbasis komputer diketahui bahwa jumlah responden (N) adalah 30 commit to user siswa dengan skor tertinggi 97,5 dan skor terendah 60, sehingga rentangnya 37,5. 110
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan perhitungan statistik dasar yang dibantu dengan program SPSS versi 19 kemudian ditentukan ukuran tendensi sentral yang meliputi rerata (𝑋) = 75,5, median ( Me) = 73,75, modus (Mo) = 70, dan ukuran dispersi meliputi jangkauan (J) = 37,5, dan simpangan baku (s) = 10,32. Tabel 12. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan Multimedia Berbasis Komputer Kelas Interval 60 - 66 67 - 73 74 - 80 81 - 87 88 - 94 95 - 100
F 5 10 8 3 2 2 30
F(%) 16,67% 33,33% 26,67% 10% 6,67% 6,67% 100%
12
Frekuensi
10
8
6
4
2
0 60-66
67-73
74-80
81-87
commit to user 111
88-94
95-100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Skor Prestasi Belajar
Gambar 4. Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan Multimedia Berbasis Komputer
b. Prestasi Belajar IPA dengan Media Tiga Demensi (A2) Berdasarkan analisis mengenai prestasi belajar mata pelajaran IPA dengan media tiga demensi, diketahui bahwa jumlah responden (N) adalah 30 siswa kemudian ditentukan ukuran tendensi sentral yang meliputi rataan (𝑋) = 56,5, median ( Me) = 57,5, modus (Mo) = 40 dan 65, dan ukuran dispersi meliputi jangkauan (J) = 35, dan simpangan baku (s) = 10,99 . Tabel 13. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan Media Tiga Demensi Kelas Interval 40 - 45 46-51 52 - 57 58 - 63 64 - 69 70 - 75
F 7 4 5 4 6 4 30
commit to user 112
F(%) 23,33% 13,33% 16,67% 13,33% 20% 13,33% 100%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 7 6
Frekuensi
5 4 3 2 1 0 40 - 45
46 -51
52 - 57
58 - 63
64 - 69
70 - 75
Skor Prestasi Belajar
Gambar 5. Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan Media Tiga Demensi c. Prestasi Belajar IPA Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Visual (B1) Berdasarkan analisis mengenai prestasi belajar mata pelajaran IPA dengan jumlah responden (N) = 60 siswa, maka diketahui jumlah kelompok visual yaitu n = 22, skor tertinggi 97,5 dan skor terendah 60 sehingga rentangnya 37,5. Berdasarkan perhitungan statistik dasar dibantu dengan program SPSS diperoleh rerata 76,70 jangkauan 37,5 dan standar deviasi 11,812. Distribusi frekuensi skor prestasi belajar IPA siswa dengan gaya belajar visual dapat dilihat pada tabel 13 dan gambar 6 histogram di bawah ini : Tabel 14. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa Pada Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Visual Kelas Interval 60 - 66 67 - 73 74 - 80 81 - 87
Frekuensi 6 4 5 commit 3to user 113
F(%) 27,27% 18,18% 22,72% 13,64%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88 - 94 95 - 100
2 2 22
9,09% 9,09% 100%
7 6 6
Frekuensi
5 5 4 4 3 3 2
2
88 - 94
95 - 100
2 1 0 60 - 66
67 - 73
74 - 80
81 - 87
Skor Prestasi Belajar
Gambar 6. Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Pada Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Visual
d. Prestasi Belajar IPA Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Auditorial(B2) Berdasarkan analisis mengenai prestasi belajar mata pelajaran IPA dengan jumlah responden 60 siswa, diketahui bahwa kelompok auditorial n = 20, skor tertinggi 80 dan skor terendah 40 sehingga rentangnya 40. Berdasarkan perhitungan statistik dasar dibantu dengan program SPSS diperoleh rerata 62,25 jangkauan 40 dan standar deviasi 12,08. Distribusi frekuensi skor prestasi belajar IPA siswa dengan gaya belajar visual dapat dilihat pada tabel 18 dan gambar 10 histogram di bawah ini : commit to user Tabel 15. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa Pada 114
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Auditorial Kelas Interval 40 – 46 47 – 52 53 – 59 60 – 66 67 – 73 74 - 80
Frekuensi (F) 3 2 2 2 8 3 20
Prosentase (%) 15% 10% 10% 10% 40% 15% 100%
53-59
67-73
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 40-46
47-52
60-66
74-80
Skor Prestasi Belajar
Gambar 7. Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Pada Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Auditorial e. Prestasi Belajar IPA Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Kinestetik(B3) Berdasarkan analisis mengenai prestasi belajar mata pelajaran IPA dengan jumlah responden 60, maka diketahui bahwa kelompok kinestetik n = 18, skor tertinggi 77,5 dan skor terendah 40 sehingga rentangnya 37,5. Berdasarkan perhitungan statistik dasar dibantu dengan program SPSS diperoleh rerata 57,50 jangkauan 37,5 dan standar deviasi 11,75. Distribusi frekuensi skor prestasi belajar IPA siswa dengan gaya belajar visual dapat dilihat pada tabel 19 dan to user gambar 11 histogram di bawah inicommit : 115
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa Pada Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Kinestetik Kelas Interval 40 – 46 47 – 52 53 – 59 60 – 66 67 – 73 74 - 80
Frekuensi (F) 4 2 3 4 4 1 18
Prosentase (%) 22,22% 11,11% 16,67% 22,22% 22,22% 5,56% 100%
5 4
Frekuensi
3 2 1 0 40-46
47-52
53-59
60-66
67-73
74-80
Skor Prestasi Belajar
Gambar 8. Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Pada Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Kinestetik f. Prestasi Belajar IPA dengan Multimedia Berbasis Komputer Pada Siswa yang Memiliki Gaya Belajar Visual (A1B1) Berdasarkan analisis mengenai prestasi belajar mata pelajaran IPA dengan multimedia berbasis komputer diketahui bahwa jumlah responden (N) adalah 30 diketahui n = 11, siswa dengan skor tertinggi 97,5 dan skor terendah 75, sehingga rentangnya (jangkauan) = 27,5. Berdasarkan hitungan statistik dasar yang dibantu dengan SPSS versi 19 kemudian ditentukan ukuran tendensi sentral yang meliputi commit to user rerata (𝑋) = 86,36 , dan simpangan baku (s) = 10,32. Distribusi frekuensi skor 116
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
prestasi belajar IPA dengan multimedia berbasis komputer pada siswa yang memiliki gaya belajar visual dapat dilihat pada tabel 20 dan gambar 12 histogram di bawah ini: Tabel 17. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa dengan Multimedia Berbasis Komputer Pada Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Visual Kelas Interval
Frekuensi (F)
Prosentase (%)
75 - 78
2
18,18%
79 - 82
2
18,18%
83 - 86
1
9,09%
87 - 90
3
27,27%
91 - 94
1
9,09%
95 - 98
2
18,18%
11
100%
3,5 3 2,5
Frekuensi
2 1,5 1 0,5 0 75-78
79-82
83-86
commit to user 117
87-90
91-94
95-98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Skor Prestasi Belajar
Gambar 9. Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan Multimedia Berbasis Komputer Pada Kelompok Siswa yang memiliki Gaya Belajar Visual
g. Prestasi Belajar IPA dengan Multimedia Berbasis Komputer Pada Siswa yang Memiliki Gaya Belajar Auditorial (A1B2) Berdasarkan analisis mengenai prestasi belajar mata pelajaran IPA dengan multimedia berbasis komputer diketahui bahwa jumlah responden (N) adalah 30 diketahui n = 12, siswa dengan skor tertinggi 80 dan skor terendah 60, sehingg rentangnya (jangkauan) = 20. Berdasarkan perhitungan statistik dasar yang dibantu dengan program SPSS
kemudian ditentukan ukuran tendensi sentral
yang meliputi rerata (𝑋) = 70,20 , dan simpangan baku (s) = 5,88. Distribusi frekuensi skor prestasi belajar IPA dengan multimedia berbasis komputer pada siswa yang memiliki gaya belajar Auditorial dapat dilihat pada tabel 21 dan gambar 13 histogram di bawah ini: Tabel 18. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa dengan Multimedia Berbasis Komputer Pada Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Auditorial Kelas Interval
F
F(%)
60 – 63
2
16,67%
64 – 67
2
16,67%
68 – 71
2
16,7%
72 – 75
5
41,67%
76 - 79
1
8,33%
commit12 to user
100%
118
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 5
Frekuensi
4 3 2 1 0 60-63
64-67
68-71
72-75
76-80
Skor Prestasi Belajar
Gambar 10. Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan Multimedia Berbasis Komputer Pada Kelompok Siswa yang memiliki Gaya Belajar Auditorial h. Prestasi Belajar IPA dengan Multimedia Berbasis Komputer Pada Siswa yang Memiliki Gaya Belajar Kinestetik (A1B3)
Berdasarkan analisis mengenai prestasi belajar mata pelajaran IPA dengan multimedia berbasis komputer diketahui bahwa jumlah responden (N) adalah 30 diketahui n = 7, siswa dengan skor tertinggi 77,5dan skor terendah 60, sehingga rentangnya (jangkauan) = 17,5. Berdasarkan perhitungan statistik dasar yang dibantu dengan SPSS versi 19 kemudian ditentukan ukuran tendensi sentral yang meliputi rerata (𝑋) = 68,57 , dan simpangan baku (s) = 4,97. Distribusi frekuensi to user skor prestasi belajar IPA dengan commit multimedia berbasis komputer pada siswa yang 119
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memiliki gaya belajar Auditorial dapat dilihat pada tabel 22 dan gambar 14 histogram di bawah ini:
Tabel 19. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa dengan Multimedia Berbasis Komputer Pada Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Kinestetik Kelas Interval
F
F(%)
60 – 63
1
14,28%
64 – 67
2
28,57%
68 – 71
3
42,85%
72 – 75
0
0
76 - 79
1
28,57%
7
100%
3,5 3 2,5
Frekuensi
2 1,5 1 0,5 0 60-63
64-67
68-71
72-75
76-80
Skor Prestasi Belajar
Gambar 11. Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan Multimedia Berbasis Komputer Pada Kelompok Siswa yang memiliki Gaya Belajar Kinestetik commit to user 120
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
i. Prestasi Belajar IPA dengan Media Tiga Demensi
Pada Siswa yang
Memiliki Gaya Belajar Visual (A2B1) Berdasarkan analisis mengenai prestasi belajar mata pelajaran IPA dengan menggunakan media tiga demensi diketahui bahwa jumlah responden (N) adalah 30 diketahui n = 11, siswa dengan skor tertinggi 75 dan skor terendah 60, sehingga rentangnya = 15. Berdasarkan perhitungan statistik dasar yang dibantu dengan program SPSS versi 19 kemudian ditentukan ukuran tendensi sentral yang meliputi rerata (𝑋) = 67,04 , dan simpangan baku (s) = 5,34. Distribusi frekuensi skor prestasi belajar IPA dengan media tiga demensi pada siswa yang memiliki gaya belajar Visual dapat dilihat pada tabel 23 dan gambar 15 histogram di bawah ini: Tabel 20. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa dengan Media Tiga Demensi Pada Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Visual Kelas Interval
F
F(%)
60 – 62
2
18,18%
63 – 65
4
36,36%
67 – 69
1
9,09%
70 – 72
3
27,27%
73 – 75
1
9,09%
11
100%
commit to user 121
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4,5 4
Frekuensi
3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 60-62
63-65
67-69
70-72
73-75
Skor Prestasi Belajar
Gambar 12. Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan Media Tiga Demensi Pada Kelompok Siswa yang memiliki Gaya Belajar Visual
j. Prestasi Belajar IPA dengan Media Tiga Demensi
Pada Siswa yang
Memiliki Gaya Belajar Auditorial (A2B2) Berdasarkan analisis mengenai prestasi belajar mata pelajaran IPA dengan menggunakan media tiga demensi diketahui bahwa jumlah responden (N) adalah 30 diketahui n = 8, siswa dengan skor tertinggi 67,5 dan skor terendah 40, sehingga rentangnya (jangkauan) = 27,5. Berdasarkan perhitungan statistik dasar yang dibantu dengan program SPSS versi 19 kemudian ditentukan ukuran tendensi sentral yang meliputi rerata (𝑋) = 50,31 , dan simpangan baku (s) = 8,39. Distribusi frekuensi skor prestasi belajar IPA dengan media tiga demensi pada commit to user 122
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
siswa yang memiliki gaya belajar Visual dapat dilihat pada tabel 24 dan gambar 16 histogram di bawah ini: Tabel 21. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa dengan Media Tiga Demensi Pada Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Auditorial
Kelas Interval
F
F(%)
40 – 45
3
37,5%
46 – 51
2
25%
52 – 57
2
25%
58 – 63
0
0
64 – 69
1
12,5
8
100%
3,5 3
Frekuensi
2,5 2 1,5 1 0,5 0 40-45
46-51
52-57
Skor Prestasi Belajar
58-63
64-69
commit to user Gambar 13. Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA 123
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan Media Tiga Demensi Pada Kelompok Siswa yang memiliki Gaya Belajar Auditorial k. Prestasi Belajar IPA dengan Media Tiga Demensi
Pada Siswa yang
Memiliki Gaya Belajar Kinestetik (A2B3) Berdasarkan analisis mengenai prestasi belajar mata pelajaran IPA dengan menggunakan media tiga demensi diketahui bahwa jumlah responden (N) adalah 30 diketahui n = 11, siswa dengan skor tertinggi 65 dan skor terendah 40, sehingga rentangnya (jangkauan) = 25. Berdasarkan perhitungan statistik dasar yang dibantu dengan program SPSS versi 19 kemudian ditentukan ukuran tendensi sentral yang meliputi rerata (𝑋) = 50,45 , dan simpangan baku (s) = 8,93. Distribusi frekuensi skor prestasi belajar IPA dengan media tiga demensi pada siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik dapat dilihat pada tabel 25 dan gambar 17 histogram berikut ini: Tabel 22. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA Siswa dengan Media Tiga Demensi Pada Kelompok Siswa dengan Gaya Belajar Kinestetik Kelas Interval 40 – 45 46 – 51 52 – 57 58 – 63 64 - 69
F 4 2 2 2 1 11
commit to user 124
F(%) 36,36 18,18 18,18 18,18 9,09 100%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4,5 4 3,5
Frekuensi
3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 40-45
46-51
52-57
58-63
64-69
Skor Prestasi Belajar
Gambar 14. Histogram Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Belajar IPA dengan Media Tiga Demensi Pada Kelompok Siswa yang memiliki Gaya Belajar Kinestetik
B. Pengujian Prasyarat Analisis Uji keseimbangan bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 tersebut seimbang atau mempunyai kemampuan awal sama sebelum eksperimen dilakukan. Secara statistik apakah terdapat perbedaan rataan yang berarti dari kedua kelompok sampel. Statistik uji yang digunakan adalah t. Data yang digunakan untuk uji keseimbangan adalah nilai rapor IPA pada kelas 3, dari dua kelas pada masing-masing SD Negeri yang terpilih Kecamatan Girimarto. Data nilai rapor IPA kelas 3 dari masing-masing sekolah dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 280. Sebelum dilakukan uji keseimbangan, terpilih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis untuk uji -t sebagai berikut:
commit to user 125
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas digunakan metode Liliefors. Uji normalitas dilakukan pada masing-masing kelompok data yaitu kelompok eksperimen 1 (Multi Media Berbasis Komputer) dan kelompok eksperimen 2 (Media Tiga Demensi) atau kelompok kontrol. Berikut rangkuman hasil uji normalitas pada setiap kelompok eksperimen: Tabel 23. Rangkuman hasil uji normalitas setiap kelompok eksperimen. Kelompok 𝐿𝑚𝑎𝑘𝑠 𝐿 0,05;𝑛 Keputusan uji Kesimpulan Eksperimen 1 (Multimedia0,138 0,162 Ho diterima Berdistribusi Berbasis Komputer) normal Eksperimen 2 ( Media Tiga Demensi)
0,098
0,162
Ho diterima
Berdistribusi normal
Berdasarkan uji normalitas yang terangkum pada tabel 4.1 di atas terlihat bahwa 𝐿𝑚𝑎𝑘𝑠 untuk setiap kelompok lebih kecil dari 𝐿 0,05:𝑛 dengan daerah kritik DK = {L|L > 𝐿(0,05;𝑛) }, maka 𝐿𝑚𝑎𝑘𝑠 DK dan keputusan ujinya adalah 𝐻𝑜 diterima. Berdasarkan keputusan uji tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa data pada setiap sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Data hasil perhitungan uji normalitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 281-282. 2. Uji Homogenitas Variansi Uji Homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi mempunyai variansi yang sama. Metode yang digunakan adalah dengan Bartlett. Uji commit to user 126
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
homogenitas variansi dilakukan pada pasangan kelompok eksperimen. Berikut rangkuman hasil uji homogenitas variansi pada pasangan kelompok eksperimen:
Tabel 24. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi pada Pasangan Kelompok Eksperimen Pasangan Kelompok Eksperimen 1 (MBK) vs Eksperimen 2 (MTD)
2 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
2,604
2 𝑋(0,05;𝑘−1)
3,84
Keputusan uji
Kesimpulan
Ho diterima
Variansi homogen
Berdasarkan uji homogenitas variansi yang terangkum pada tabel 27 di 2 atas terlihat bahwa 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 untuk setiap kelompok kurang dari 𝑋 20,05;𝑘−1 . Dengan
daerah kritik DK = { 𝑋 2 | 𝑋 2 >𝑋 20,05;𝑘−1 . }, maka DK dan keputusan ujinya adalah 𝐻𝑜 diterima. Berdasarkan keputusan uji tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa data pada setiap pasangan kelompok mempunyai variansi yang homogen. Data hasil perhitungan uji homogenitas variansi dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 281-282. 3. Uji Keseimbangan Berdasarkan hasil perhitungan uji keseimbangan diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,468 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,67 daerah kritik DK = { t | t < 1,67 atau t > 1,67 }. Dengan demikian 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 DK dan keputusan ujinya 𝐻𝑜 diterima. Berdasarkan keputusan uji tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok dalam keadaan seimbang atau memiliki kemampuan awal sama. Data perhitungan uji commit to user 127
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keseimbangan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 281-282.
C. Analisis Data 1. Hasil Uji Prasyarat Analisis Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi dua jalan ( 2 x 3 ). Prasyarat analisis yang harus dipenuhi untuk menggunakan anava adalah populasi yang homogen dan terdistribusi normal, yang dapat diketahui dengan melakukan uji normalitas dengan teknik uji Lilliefors dan uji homogenitas dengan uji Bartlett. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas digunakan metode Liliefors. Uji normalitas dilakukan pada masing-masing kelompok data yaitu kelompok eksperimen 1 (Multimedia Berbasis Komputer) dan kelompok eksperimen 2 atau kelompok kontrol (Media Tiga Demensi) Berikut rangkuman hasil uji normalitas pada setiap kelompok eksperimen: Tabel 25. Rangkuman hasil uji normalitas setiap kelompok Kelompok Eksperimen 1 (MBK)
𝐿𝑚𝑎𝑘𝑠
𝐿 0,05;𝑛
0,129
0,161
Keputusan uji 𝐻0 diterima
Kesimpulan Berdistribusi normal
Eksperimen 2 (MTD)
0,114
0,161
𝐻0 diterima
Berdistribusi normal
Gaya belajar visual
0,112 0,188 commit to user 128
𝐻0 diterima
Berdistribusi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
normal Gaya belajar auditorial
0,192
0,198
𝐻0 diterima
Berdistribusi normal
Gaya belajar kinestetik
0,127
0,208
𝐻0 diterima
Berdistribusi normal
Berdasarkan uji normalitas yang terangkum pada tabel 28 di atas terlihat bahwa L maks untuk setiap kelompok lebih kecil dari 𝐿(0,05;𝑛) , dengan daerah kritik DK = {L|L >𝐿(0,05;𝑛) }, maka 𝐿𝑚𝑎𝑘𝑠 ɇ DK dan keputusan ujinya adalah 𝐻0 diterima. Berdasarkan keputusan uji tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa data pada setiap sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Data hasil perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 289. b. Uji Homogenitas Variansi Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak homogen. Uji homogenitas menggunakan uji Bartlett. Uji homogenitas variasi dilakukan pada pasangan kelompok model pembelajaran dan gaya belajar. Berikut rangkuman hasil uji homogenitas variansi pada setiap pasangan kelompok : Tabel 26 : Rangkuman Uji Homogenitas Variansi Pasangan kelompok
2 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
2 Keputusan uji Kesimpulan 𝑋(0,05;𝑘−1)
3,841
𝐻0 diterima
Eksperimen 1 (MBK) vs Eksperimen 2 (MTD)
0,108
Gaya belajar visual vs
0,619 commit 5,991 to user 𝐻0 diterima 129
Variansi homogen Variansi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
auditorial vs kinestetik
Homogen
Berdasarkan uji homogenitas variansi yang terangkum pada tabel 29 di 2 2 atas terlihat bahwa 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 untuk setiap kelompok kurang dari𝑋(0,05;𝑘−1) . Dengan 2 daerah kritik DK = { 𝑋 2 | 𝑋 2 >𝑋 20,05;𝑘−1 . }, maka 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 DK dan keputusan
ujinya 𝐻0 diterima. Berdasarkan keputusan uji tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa data pada setiap pasangan kelompok mempunyai variansi yang homogen. Data hasil perhitungan uji homogenitas variansi dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 289. 2. Hasil Pengujian Hipotesis Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas dapat diketahui bahwa prasyarat uji telah dipenuhi, maka data yang telah diperoleh dapat dianalisis dengan anava dua jalan. Ada dua variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran Multimedia Berbasis Komputer dan Media Tiga Demensi, dan Gaya belajar IPA Siswa. Dalam penelitian ini, gaya belajar IPA siswa dibagi dalam tiga tipe, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Prestasi Belajar IPA siswa Kompetensi Dasar Struktur Rangka dan Pancaindera. Dari uji anava dua jalan diperoleh 𝐹𝐴 sebesar 105,482; 𝐹𝐵 sebesar 38,744; dan 𝐹𝐴𝐵 sebesar 0,074 Harga 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf signifikansi ∝ = 0,05 dengan dka = 1, dkb = dkab = 2 dan derajat kebebasan galat (error) = 54 atau 𝐹(0,05;1,54) diperoleh commit todalam user tabel 30 sebagai berikut: harga 3,15 Hasil pengujian ini terangkum 130
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 27. Rangkuman Anava Dua Jalan dengan Sel Tak Sama 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
Sumber
JK
dk
RK
Media Pembelajaran (A) Gaya Belajar (B) Interaksi (AB)
5268,053
1
5268,053
105,482
4,00
Keputusan uji 𝐻0𝐴 ditolak
3869,974
2
1934,987
38,744
3,15
𝐻0𝐵 ditolak
7,391
2
3,695
0,074
3,15
𝐻0𝐴𝐵 diterima
Galat
2696,912
54
49,934
-
-
-
Total
274506,250
60
-
-
-
-
Perhitungan selengkapnya di lampiran 5 halaman 294. Berdasarkan tabel 4.6. analisis variasi dua jalan didapatkan hasil-hasil berikut : a. Uji Hipotesis Pertama 𝐻0𝐴 : Tidak ada perbedaan pengaruh antara penggunaan Multimedia Berbasis Komputer dan Media Tiga Demensi
terhadap prestasi belajar IPA pada
Standar Kompetensi Struktur organ tubuh, dengan fungsinya serta cara pemeliharaannya. 𝐻1𝐴 : Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan Multimedia Berbasis Komputer dan Media Tiga Demensi Kompetensi
Struktur
terhadap prestasi belajar IPA pada Standar
organ
tubuh,
dengan
fungsinya
serta
cara
pemeliharaannya. Setelah dianalisis, faktor penggunaan media pembelajaran yaitu multimedia berbasis komputer dan media tiga demensi, terhadap prestasi belajar IPA commit to user 131
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Standar Kompetensi Struktur organ tubuh, dengan fungsinya serta cara pemeliharaannya. diperoleh harga 𝐹𝐴 =105,482. Nilai tersebut dikonsultasikan dengan harga tabel F untuk taraf signifikansi 5% diperoleh
𝐹(0,05;`1,54) = 4,00 Karena 𝐹𝐴 >
𝐹(0,05;1,54), maka 𝐻0𝐴 ditolak atau 𝐻1𝐴 diterima. Ini berarti Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan Multimedia Berbasis Komputer dan Media Tiga Demensi terhadap prestasi belajar IPA pada Standar Kompetensi Struktur organ tubuh, dengan fungsinya serta cara pemeliharaannya. Perhitungan anava tercantum pada lampiran 5 halaman 273. b. Uji Hipotesis Kedua 𝐻0𝐵 : Tidak ada perbedaan pengaruh antara Gaya belajar IPA Siswa tipe visual, auditorial, dan kinestetik terhadap prestasi belajar IPA pada Standar Kompetensi
Struktur
organ
tubuh,
dengan
fungsinya
serta
cara
pemeliharaannya. 𝐻1𝐵 : Ada perbedaan pengaruh antara Gaya belajar IPA Siswa tipe visual, auditorial, dan kinestetik Kompetensi
Struktur
terhadap prestasi belajar IPA pada Standar
organ
tubuh,
dengan
fungsinya
serta
cara
pemeliharaannya. Setelah dianalisis, faktor gaya belajar IPA siswa terhadap prestasi belajar IPA Standar Kompetensi Struktur organ tubuh, dengan fungsinya serta cara pemeliharaannya, diperoleh harga 𝐹𝐵 =38,744. Nilai tersebut dikonsultasikan dengan harga tabel F untuk taraf signifikansi 5% diperoleh 𝐹(0,05;`2,54) = 3,15 to useratau 𝐻1𝐵 diterima. Ini berarti Ada Karena 𝐹𝐵 > 𝐹(0,05;2,54) , makacommit 𝐻0𝐵 ditolak 132
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perbedaan pengaruh antara gaya belajar IPA siswa terhadap prestasi belajar IPA pada Standar Kompetensi Struktur organ tubuh, dengan fungsinya serta cara pemeliharaannya. Perhitungan anava tercantum pada lampiran 5 halaman 273. c. Uji Hipotesis Ketiga 𝐻0𝐴𝐵 : Tidak ada interaksi antara Penggunaan multimedia berbasis komputer dan media tiga demensi dan gaya belajar IPA Siswa terhadap prestasi belajar IPA pada Standar Kompetensi Struktur organ tubuh, dengan fungsinya serta cara pemeliharaannya. 𝐻1𝐴𝐵 : Ada ada interaksi antara Penggunaan multimedia berbasis komputer dan media tiga demensi dan gaya belajar IPA Siswa terhadap prestasi belajar IPA pada Standar Kompetensi Struktur organ tubuh, dengan fungsinya serta cara pemeliharaannya. Setelah dianalisis, interaksi antara Penggunaan multimedia berbasis komputer dan media tiga demensi dan gaya belajar IPA Siswa terhadap prestasi belajar IPA Standar Kompetensi Struktur organ tubuh, dengan fungsinya serta cara pemeliharaannya, diperoleh harga 𝐹𝐴𝐵 = 0,074 Nilai tersebut dikonsultasikan dengan harga tabel F untuk taraf signifikansi 5% diperoleh 𝐹(0,05;`2,54) = 3,15 Karena 𝐹𝐴𝐵 <
𝐹(0,05;2,54) , maka 𝐻0𝐴𝐵 diterima atau 𝐻1𝐴𝐵 ditolak. Ini berarti
tidak ada interaksi
pengaruh yang signifikan antara penggunaan media
pembelajaran (multimedia berbasis komputer dan media tiga demensi) dan gaya belajar ( visual, auditorial, dan kinestetik) terhadap prestasi belajar IPA yang dicapai siswa pada SD inticommit Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri. to user 133
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penggunaan Media pembelajaran dan gaya belajar siswa diduga sebagai salah satu faktor yang menentukan prestasi belajar IPA. Dengan kata lain bahwa penggunaan media pembelajaran yang diberikan kepada siswa tidak selamanya memberikan hasil yang sama baiknya dalam semua kondisi dan situasi. Dengan demikian untuk mendapatkan prestasi belajar IPA yang optimal perlu adanya kesesuaian antara gaya belajar dan penggunan media pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa dengan gaya belajar visual apabila diberikan pembelajaran dengan penggunaan media pembelajaran multimedia berbasis komputer prestasi belajarnya akan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan media tiga demensi. Hal ini dikarenakan Multimedia Berbasis Komputer adalah media pembelajaran yang menumbuhkan sikap aktif dan interaktif. Sedangkan siswa dengan gaya belajar auditorial dan kinestetik akan mengalami kesulitan dalam penggunaan Multimedia Berbasis Komputer sehingga prestasi belajar akan lebih rendah daripada siswa yang memiliki gaya belajar visual.
E. Pembahasan Hasil Analisis 1. Hipotesis Pertama Smaldino, Russel, Heinich, dan Molenda (2011: 6) menyebutkan bahwa Media (bentuk jamak dari medium) berarti suatu alat penyampai informasi dalam komunikasi, atau dapat disebut sebagai saluran informasi dalam komunikasi. commit to user 134
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dapat juga berarti sesuatu yang berada di antara pembawa informasi dan penerima informasi. Media akan memudahkan penyampaian materi pembelajaran. Arief S Sadiman,R.Raharjo, Anung Haryono dan Rahardjito (2011 : 17), menjelaskan
beberapa manfaat media pembelajaran yaitu :1) Memperjelas
penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka); 2) Mengatasi keterbatasan ruang,waktu dan daya indera; 3) Penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik; 4) Memberi rangsang dan pengalaman yang sama. Berdasarkan hasil analisis variansi diperoleh bahwa untuk hipotesis pertama ada perbedaan pengaruh antara penggunaan Multimedia Berbasis Komputer dan Media Tiga Demensi dalam pembelajaran IPA siswa pada Standar Kompetensi Struktur Organ tubuh,dengan fungsinya, serta cara pemeliharaannya. Dari anava menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan Multimedia Berbasis Komputer lebih efektif daripada menggunakan media tiga demensi. Hasil analisis data hasil tes belajar IPA menunjukkan bahwa dengan menggunakan multimedia berbasis komputer diperoleh rata-rata 75,75 dan dengan media tiga demensi 56,75. Ini berarti bahwa multimedia berbasis komputer memberikan pengaruh yang lebih baik daripada media tiga demensi terhadap prestasi belajar IPA.
Hal ini
dikarenakan siswa dapat mempelajari materi secara lebih aktif karena penyajian media yang lebih interaktif dan dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. Multimedia Berbasis Komputer
mampu menampilkan objek-objek yang
sebenarnya tidak ada secara fisik, dapat menggambarkan semua unsur media dan suara menjadi satu kesatuan penyajian yang terintegrasi serta memiliki commit to user 135
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kemampuan dalam mengakomodasi peserta didik sesuai modalitas belajarnya atau gaya belajarnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Yudhi Munadi (2008: 150) menyatakan ada beberapa kelebihan penggunaan multimedia presentasi yaitu : a) Mampu menampilkan objek-objek yang sebenarnya tidak ada secara fisik atau diistilahkan dengan imagery; b) Memiliki kemampuan dalam menggambarkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, image, grafik, dan suara menjadi satu kesatuan penyajian yang terintegrasi; c) Memiliki kemampuan dalam mengakomodasi peserta didik sesuai modalitas belajarnya terutama bagi mereka yang memiliki tipe visual, auditif, kinastetik atau yang lainnya. Media pembelajaran tiga demensi merupakan salah satu jenis media pembelajaran visual. Media pembelajaran tiga demensi dapat memberikan perasaan akan realita atau sebenarnya dan sesuai kenyataan. Pada Media Tiga Demensi siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran karena siswa hanya mengamati Media Tiga Demensi yang cukup statis dan kurang interaktif. Moedjiono (1992), mengatakan bahwa media sederhana tiga dimensi memiliki kelebihan-kelebihan: memberikan pengalaman secara langsung, penyajian secara kongkrit dan menghindari verbalisme, dapat menunjukkan obyek secara utuh baik konstruksi
maupun cara kerjanya, dapat memperlihatkan struktur organisasi
secara jelas, dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas. Sedangkan kelemahan-kelemahannya adalah: tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar, penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan perawatannya rumit. commit to user 136
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penggunan Multimedia Berbasis Komputer dalam pembelajaran IPA akan menghasilkan suatu konsep yang mudah dipahami siswa. Multimedia berbasis komputer memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan makna konsep pembelajaran sehingga terbentuk struktur kognitif yaitu memaknai sendiri konsep dan jawaban atas masalah yang dihadapi sehingga siswa seolah terlibat langsung yang pada akhirnya berpengaruh pada kemampuan kognitif siswa. Kesimpulan bahwa multimedia berbasis komputer mempunyai pengaruh yang lebih baik daripada media pembelajaran lainnya juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Ari Prasmono (2011:82) yang menyatakan multimedia berbasis komputer adalah merupakan media pembelajaran yang berbasis komputer dan didukung oleh peralatan lainnya sehingga unsur interaktifnya lebih terasa sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar. 2. Hipotesis Kedua Menurut pendapat W.S. Winkel, (1996 : 147), “Gaya belajar merupakan cara khas siswa dalam belajar. Sedangkan Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki ( 2010: 111) “Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, kemudian mengatur serta mengolah informasi. Hal ini mengandung makna bahwa setiap siswa mempunyai gaya belajar yang berbeda dalam menyerap suatu informasi, mengatur, dan mengolah informasi tersebut. Bobbi DePorter (2010) dan Michael Grinder, pengarang Righting Education Conveyor, mencatat ada tiga modalitas belajar yaitu Visual , Audiotorial, dan Kinestetik. Modalitas visual yaitu belajar dengan cara melihat ( menggunakan mata), modalitas belajar audiotorial yaitu modalitas mendengarkan commit to user 137
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(menggunakan telinga), sedangkan modalitas kinestetik yaitu belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh (menggunakan tangan). Sebelum proses pembelajaran, sebaiknya langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang guru adalah mengenali modalitas seseorang siswa apakah sebagai modalitas visual, auditorial, atau kinestetik. Orang visual akan belajar baik melalui apa yang mereka lihat, siswa auditorial akan lebih mengerti melalui apa yang mereka dengar dan siswa kinestetik belajar lewat gerakan dan sentuhan. Walaupun masing-masing dari mereka belajar dengan menggunakan ketiga modalitas ini, pada tahapan tertentu kebanyakan akan lebih cenderung pada salah satu diantara ketiganya. Ada perbedaan pengaruh antara gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik Terhadap prestasi belajar IPA siswa pada Standar kompetensi Struktur Organ tubuh dengan fungsinya serta cara pemeliharaannya. Hasil analisis tes prestasi IPA menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai gaya belajar visual mencapai nilai rata-rata 76,705, siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial mencapai nilai rata-rata 62,250, sedangkan siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik mencapai nilai rata-rata 57,500. Hal ini berarti bahwa faktor gaya belajar terbukti memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pencapaian prestasi belajar IPA.
Hasil analisis terhadap data hasil tes prestasi belajar
menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai gaya belajar visual mempunyai prestasi yang lebih baik dari pada siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial maupun siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik. commit to user 138
Siswa yang mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
gaya belajar auditorial mempunyai kemampuan kognitif
yang sama baiknya
dengan siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik. Siswa yang mempunyai gaya belajar visual dapat menerima dengan baik setiap informasi dengan melihat. Penggunaan media pembelajaran multimedia berbasis komputer
dan media tiga demensi
akan membuat siswa yang
mempunyai gaya belajar visual lebih mudah dalam menerima materi. Sedangkan dengan gaya belajar auditorial terbantu dalam hal penyajian media yang dapat yang dapat dilakukan secara interaktif dalam multimedia berbasis komputer berupa audio. Bagi siswa dengan gaya belajar tipe kinestetik yang seharusnya dapat terbantu dengan penggunaan media secara aktif, namun dalam penelitian ini didapatkan hasil prestasi yang tidak lebih baik dari tipe gaya belajar visual dan auditorial. Hal ini dapat dikarenakan faktor faktor kebiasaan siswa kinestetik lebih suka belajar dengan ketrampilan motorik. Meskipun demikian dilihat dari rataan hasil tes prestasi belajar siswa tipe visual, auditorial, dan kinestetik yang diberi pembelajaran dengan Multimedia Berbasis Komputer tetap lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan Media Tiga Demensi. Dari penggunaan multimedia berbasis komputer menjadikan tipe gaya belajar apapun dapat memahami konsep IPA lebih mudah. Terlebih bagi siswa visual yang cenderung lebih kritis dalam berargumen dan merespon suatu tindakan baru, dengan adanya proses pembelajaran akan dapat terbantu dalam belajar yang pada akhirnya berpengaruh pada prestasi belajar yang terlihat pada prestasi belajar siswa.
commit to user 139
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kesimpulan bahwa prestasi belajar IPA siswa dengan gaya belajar visual lebih baik daripada siswa dengan gaya belajar auditorial atau siswa dengan gaya belajar kinestetik didukung oleh penelitian Eka Putra Wahyu Suminar (2011:109) yang menyatakan bahwa prestasi belajar Matematika siswa dengan gaya belajar visual lebih baik daipada siswa dengan gaya belajar auditorial dan siswa dengan gaya belajar kinestetik tidak lebih baik prestasinya daripada siswa dengan gaya belajar auditorial. 3. Hipotesis Ketiga Prestasi belajar siswa sangat ditentukan oleh kegiatan pembelajaran. Keberhasilan kegiatan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah penggunaan media pembelajaran dan gaya belajar siswa. Guru harus mampu memilih media pembelajaran mana yang paling efektif dan mampu menempatkan siswa sebagai subjek didik untuk berpikir secara kritis dan analitis serta melatih untuk terampil menentukan dan memecahkan masalah. Dalam pembelajara IPA pada standar kompetensi Struktur organ tubuh, dengan fungsinya serta cara pemeliharaannya lebih baik jika pembelajaran menggunakan multimedia berbasis komputer dibandingkan dengan menggunakan media tiga demensi. Hal tersebut dikarenakan multimedia berbasis komputer mempunyai mkelebihan yang tidak dimiliki oleh media tiga demensi. Kelebihan tersebut adalah karena penyajian media yang lebih interaktif dan dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu,
mampu menampilkan objek-objek yang
sebenarnya tidak ada secara fisik, dapat menggambarkan semua unsur media dan suara menjadi satu kesatuan penyajian yang terintegrasi serta memiliki commit to user 140
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kemampuan dalam mengakomodasi peserta didik sesuai modalitas belajarnya atau gaya belajarnya. Tidak ada interaksi pengaruh yang signifikan antara media pembelajaran dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar IPA. Dari hasil perhitungan data menunjukkan bahwa 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
< 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau 0,074 < 3,15. Hal ini berarti bahwa
tidak ada interaksi perbedaan pengaruh antara media pembelajaran dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar IPA. Tidak ada interaksi berarti bahwa semua konsisten atau tidak ada ketergantungan. Perbedaan prestasi belajar IPA antara siswa yang belajar dengan multimedia berbasis komputer konsisten (berlaku sama) pada tiap tipe gaya belajar. Perbedaan prestasi belajar IPA antara siswa dengan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik konsisten (berlaku sama) untuk setiap media pembelajaran. Siswa yang mengikuti pembelajaran melalui penggunaan multimedia Berbasis Komputer mempunyai prestasi yang tidak lebih baik dalam arti tidak berbeda daripada pembelajaran dengan menggunakan Media Tiga Demensi untuk tiap kategori gaya belajar siswa. Hal ini dapat disimpulkan bahwa walaupun diberi perlakuan dengan menggunakan media pembelajaran yang berbeda ditinjau dari gaya belajar maka hasilnya akan tidak berbeda. Tidak ada interaksi antara penggunaan media pembelajaran dengan gaya belajar mungkin dikarenakan oleh karena siswa kurang disiplin dalam mengikuti kegiatan pembelajaran IPA, sehingga ada sebagian siswa yang kurang perhatian terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru; ada variabel bebas lain selain variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini yang mempengaruhi proses pencapaian commit to user 141
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
prestasi belajar IPA, antara lain: faktor intelegensi, latar belakang keluarga, bimbingan belajar, lingkungan, dan lain-lain, serta peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut di luar kegiatan pembelajaran. Akibatnya siswa belum optimal dapat mengikuti proses pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar IPA pada Standar Kompetensi Struktur organ tubuh, dengan fungsinya serta cara pemeliharaannya.
F. Keterbatasan Penelitian Dalam melakukan eksperimen ini peneliti telah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang akurat, yang benar-benar sesuai harapan, namun masih terdapat banyak faktor yang sulit dikendalikan, sehingga membuat penelitian ini mempunyai keterbatasan. Adapun keterbatasan itu diantaranya adalah: 1. Adanya keterbatasan jumlah sampel sehingga sampel kecil. Jumlah sampel yang relatif kecil ada kemungkinan mempengaruhi hasil analisis data dan pengambilan keputusan yang tepat. Oleh karena itu generalisasi temuan penelitian hanya berlaku terbatas. Diperlukan penelitian lebih lanjut, bila akan diterapkan di tempat lain. 2. Pengontrolan hanya dilakukan pada variabel tertentu dalam ini penggunan media pembelajaran dan gaya belajar. Untuk kemampuan subjek penelitian selain gaya belajar tidak dikontrol. commit to user 142
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Lamanya waktu perlakuan relatif
cukup singkat, sehingga mungkin saja
perlakuan belum mencerminkan dengan baik hasil prestasi IPA. 4. Pemilihan variabel media pembelajaran menyebabkan tidak ada interaksi pengaruh antara penggunaan media pembelajaran dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar, dalam hal ini antara multimedia berbasis komputer dan media tiga demensi yang mempunyai karakteristik yang hampir sama, menekankan pada kemampuan indera penglihat (visual) sehingga untuk gaya belajar selain gaya belajar visual ( gaya belajar auditorial dan kinestetik) pengaruhnya tidak efektif.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut commit:to user 143
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Ada perbedaan pengaruh penggunaan media pembelajaran multimedia berbasis komputer dan media tiga demensi terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas IV sekolah dasar di Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri. Hasil analisis data hasil tes belajar IPA menunjukkan bahwa dengan menggunakan multimedia berbasis komputer diperoleh rata-rata yang lebih tinggi daripada pembelajaran dengan menggunakan media tiga demensi. Ini berarti bahwa siswa yang diberi pembelajaran dengan multimedia berbasis komputer mempunyai prestasi yang lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan media tiga demensi. 2. Ada perbedaan pengaruh gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas IV sekolah dasar di Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri. Setelah dilakukan analisis data, diperoleh harga 𝐹𝐵 lebih besar daripada F tabel. Ini berarti Ada perbedaan pengaruh antara gaya belajar IPA siswa terhadap prestasi belajar IPA pada Standar Kompetensi Struktur organ tubuh, dengan fungsinya serta cara pemeliharaannya. Hasil analisis tes prestasi IPA menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai gaya belajar visual mempunyai nilai rata-rata 76,705, siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial mencapai nilai rata-rata 62,250, sedangkan siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik mencapai nilai ratarata 57,500. Hal ini menunjukkkan bahwa siswa yang mempunyai gaya belajar visual mempunyai prestasi belajar IPA yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial. Siswa yang mempunyai gaya belajar Visual juga mempunyai prestasi yang lebih baik daripada siswa yang commit to user 144
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempunyai gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik. Sedangkan siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik mempunyai prestasi belajar yang tidak jauh berbeda. 3. Tidak ada interaksi pengaruh penggunaan media pembelajaran dan gaya belajar terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetauhan Alam siswa kelas IV sekolah dasar di Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri. Dari hasil perhitungan data menunjukkan bahwa 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
< 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Hal ini berarti bahwa tidak ada
interaksi perbedaan pengaruh antara media pembelajaran dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar IPA. Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Multimedia Berbasis Komputer dan Media Tiga Demensi mempunyai prestasi yang berbeda untuk tiap kategori gaya belajar siswa, baik visual, auditorial, maupun kinestetik. B. Implikasi Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ada perbedaan pengaruh pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan multimedia berbasis komputer dan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media tiga demensi terhadap prestasi belajar IPA siswa SD Negeri kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri. Hal ini mempunyai implikasi bahwa guru yang mengajar dengan menggunakan multimedia menghasikan prestasi yang lebih baik daripada menggunakan media tiga demensi. Dengan demikian dalam setiap pembelajaran IPA untuk Kompetensi Dasar tertentu akan lebih baik jika digunakan metode dan media yang tepat. Terdapat perbedaan yang signifikan antara gaya belajar visual, auditorial commit to user dan kinestetik. Gaya belajar IPA siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA. 145
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Siswa yang mempunyai gaya belajar IPA tipe visual memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi dari pada siswa yang mempunyai gaya belajar IPA auditorial dan kinestetik. Siswa dengan gaya belajar
IPA auditorial mempunyai hasil
prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa yang bertipe gaya belajar IPA kinestetik. Gaya belajar adalah ciri-ciri khas siswa dalam belajar, cara berpikir, dan selera presentasi pelajaran, yang bersifat konsisten, kerapkali tidak disadari yang merupakan kombinasi dari bagaimana siswa tersebut menyerap dan mengatur serta mengolah informasi dari konsep, dalam hal ini adalah konsep IPA. Siswa yang mempunyai gaya belajar tipe visual akan mudah mengingat apa yang dilihat, maka penggunaan multimedia berbasis komputer akan berdampak lebih baik daripada penggunaan media tiga demensi. Perbedaan pengaruh ini disebabkan multimedia mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh media tiga demensi, yaitu mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, mempunyai kemampuan untuk menggambarkan semua unsur media, memiliki kemampuan dalam mengakomodasi pesrta didik terutama tipe visual. Siswa yang memiliki gaya belajar auditorial dan kinestetik tidak menunjukkan prestasi yang baik. Siswa dengan gaya belajar tipe auditorial akan mudah mengingat apa yang didengar, sedangkan siswa dengan gaya belajar kinestetik akan mudah mengingat informasi dengan gerakan fisik, maka penggunaan media pembelajaran tidak berpengaruh pada siswa yang mempunyai gaya belajar kedua tipe tersebut. Tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan media pembelajaran dan gaya belajar terhadap prestasi belajar IPA siswa SD Negeri Kecamatan Girimarto commit to user 146
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kabupaten Wonogiri, memberikan implikasi
dalam pembelajaran guru harus
memperhatikan faktor lain selain media pembelajaran dan gaya belajar. Tidak ada interaksi diantara kedua hal tersebut dimungkinkan ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar anak baik faktor internal kecerdasan, motivasi, latihan,
(kematangan,
kondisi fisik, bakat, minat) maupun faktor
eksternal.( lingkungan, guru, metode, sarana, kurikulum dan sebagainya). Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar, guru dapat memilih pendekatan, metode, dan media yang tepat, efektif, dan efisien sehingga dapat menigkatkan prestasi belajar IPA siswa pada Kompetensi Dasar Struktur Rangka dan Pancaindra. Selain itu dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan guru bahwa guru sebaiknya tidak hanya mengoptimalkan usahausaha dalam mengembangkan sarana pembelajaran, tetapi pengenalan gaya belajar dari siswa sehingga pendidik mampu mengembangkan kemampuan siswa secara optimal. C. Saran-saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian ini, serta dalam usaha mengembangkan dan memajukan proses pembelajaran di sekolah makpeneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Saran kepada guru dalam pembelajaran IPA hendaknya guru melakukan inovasi pembelajaran yaitu dapat menerapkan pendekatan dan media yang tepat, efisien, dan efektif. untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa. Selain itu guru hendaknya mengenali gaya belajar dari peserta didik agar lebih mudah untuk memajukan prestasi belajar siswa. Untuk standar kompetensi commit to user 147
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Struktur Rangka dan Pancaindera sebaiknya guru menggunakan multimedia berbasis komputer karena dengan penggunaan media pembelajaran ini dapat membantu siswa untuk memahami konsep dan teori. Multimedia Berbasis Komputer mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh media tiga demensi yaitu bersifat aktif dan interaktif serta mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. 2. Saran kepada pihak sekolah hendaknya mengusahakan terciptanya lingkungan yang konduksif untuk kegiatan pembelajaran siswa memanfaatkan ruang laboratorium komputer untuk bebepara mata pelajaran yang bisa dilaksanakan di ruangan tersebut dan penyediaan sarana dan prasarana yang lengkap dan baik untuk mendukung dan memberi kemudahan dalam proses pembelajaran di sekolah. 3. Saran kepada peneliti lain, agar melakukan kajian yang lebih mendalam tentang pembelajaran dengan multimedia berbasis komputer maupun media tiga demensi terhadap prestasi belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah Aly & Eny Rahma. 1998. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi. Adhen
Satrini. http://fast-blogger.blogspot.com/2012/02/media-pembelajaranvisual-tiga-dimensi.html, Diakses tanggal 3 Agustus 2012.
Ahmadi. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi http://sobatbaru. blogspot.com/2012. Diakses14 Juli 2012. commit to user 148
Belajar.