Modul ke:
TEORI KOMUNIKASI Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
Fakultas
ILMU KOMUNIKASI Program Studi
BROADCASTING
www.mercubuana.ac.id
SOFIA AUNUL, M.SI
Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan Ilmu komunikasi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang bersifat multidisipliner. Disebut demikian karena pendekatan-pendekatan yang dipergunakan berasal dari dan menyangkut berbagai bidang keilmuan dan terlihat jelas dalam pembahasan mengenai teori, model, perspektif, dan pendekatan ilmu komunikasi
Istilah Komunikasi • Komunikasi berasal dari bahasa inggris communication, yang bisa dirujuk dari kata latin communis yang berarti “sama”, communico, communication atau istilah communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). • sebagai ilmu telah berkembang sedemikian rupa sehingga tidak lagi bisa dicarikan maknanya hanya dengan merujuk pada akar katanya.
Istilah Komunikasi • Istilah communis adalah istilah yang paling disebut sebagai asal usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip. • Pengertian ini mengartikan bahwa “suatu pikiran, suatu makna”, atau “suatu pesan yang dianut secara sama”, namun perunutan asal kata ini tidak banyak membantu, terutama karena komunikasi
• Thomas M. Scheidel, yang mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang disekitar kita, dan untuk memengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti yang kita inginkan. Tujuan dasar berkomunikasi adalah mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis kita.
Komunikasi dalam Lintasan Sejarah • Zaman Yunani Kuno Retorika Georgias Retorika untuk kemenangan Protagoras Retorika demi keindahan Socrates Retorika untuk kebenaran • Zaman Romawi Kuno Cicero orasi Julius Ceasar acta diurna
KOMUNIKASI SEBAGAI ILMU Persyaratan suatu keterampilan menjadi ilmu itu ialah 1. Objektif, 2. Metodis, 3. Sistematis, dan 4. Universal
Objektif • Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat haikatnya, tampak dari luar maupun dari dalam. Objek dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannyadalam mengkaji objek, yang dicari adahal kebenaran, yakni persesuaian tahu dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif, bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
Metodis • Dalam upaya mencapai kebenaran, selalu terdapat kemungkinan penyimpangan, yang harus diminimalisasi. Konsekuensinya, harus terdapa cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Cara ini disebut metodos dari bahasa Yunani (hodos yang berarti : cara, jalan). Dalam bahasa umum: metodis, yakni metode tertentu yang disebut metode ilmiah. Maka, pengetahuan yang didapat secara metodis merupakan syarat ilmu yang kedua.
Sistematis • Ciri berikutnya adalah sistematis karena mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem (dari bahasa Yunani, sustema) yang berarti: utuh menyeluruh, terpadu, menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Maka pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga
Universal • Kebenaran yang hendak dicapai bukan yang tertentu, melainkan bersifat umum: semua segitiga bersudut 180 derajat. Dengan kata lain, pengetahuan tentang yang khusus, yang tertentu saja, tidak diinginkan. Ilmu alam tidak puas jika tahu logam tertentu mengembang jika dipanasi. Ia berusaha mengetahui bagaimana seluruh jenis logam – bahkan juga benda – benda lain umumnya – jika dipanasi. Kriteria pada ilmu alam inilah yang diadopsi oleh ilmu sosial, membuat pengetahuan yang bersifat umumlah yang dicari. •
Ciri Ilmu Sosial • Alfred Schutz mengajukan ciri ilmu sosial ia memberikan tiga postulat ihwal ilmu: • Pertama, konsistensi logis. Konsistensi logis berarti suatu ilmu haruslah rasional, dapat digeneralisasi, dapat disistematisasi. • Kedua, adanya interpretasi subjektif. • Ketiga, kecukupan (adequacy), menuntut ilmu untuk tetap konsisten dengan “pengalaman awan terhadap realitas sosial”.
Daftar Pustaka • Ardianto, Elvinaro dan Bambang Q-Anees. 2007. Filsafat Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media • Mulyana, Deddy, Pengantar Ilmu Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008 •
Terima Kasih