PENGARUH PELATIHAN TEKNIS PERPAJAKAN, AKUNTABILITAS DAN BATASAN WAKTU PEMERIKSAAN TERHADAP KINERJA PEMERIKSA PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) DI JAKARTA SELATAN
SKRIPSI Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh: Eko Saputra NIM: 106082002591
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2011 M
PENGARUH PELATIHAN TEKNIS PERPAJAKAN, AKUNTABILITAS, BATASAN WAKTU PEMERIKSAAN TERHADAP KINERJA PEMERIKSA PAJAK PADA KPP DI JAKARTA SELATAN
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
EKO SAPUTRA 106082002591
Di bawah Bimbingan Pembimbing I
DR. Yahya Hamja , MM NIP. 130676334
Pembimbing II
Fitri Damayanti, SE., M.Si NIP. 198107312006042003
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M / 1432 H
Hari Kamis Tanggal Tujuh Belas Bulan Maret Tahun Dua Ribu Sebelas telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Eko Saputra NIM: 106082002591 dengan judul
skripsi
“PENGARUH
AKUNTABILITAS TERHADAP
DAN
KINERJA
PELATIHAN BATASAN
PEMERIKSA
TEKNIS
WAKTU PAJAK
PERPAJAKAN, PEMERIKSAAN
PADA
KANTOR
PELAYANAN PAJAK (KPP) DI JAKARTA SELATAN”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian skripsi berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 17 Maret 2011
Tim Penguji Ujian Skripsi
Dr. Yahya Hamja, MM Pembimbing I
Fitri Damayanti, SE.,M.Si Pembimbing II
Prof. Dr.Abdul Hamid, Ms Ketua
Rahmawati, SE.,MM Sekretaris
Rini. SE,Ak.,MSi Penguji Ahi iii
CURRICULUM VITAE
I. PERSONAL DATA 1. Name
: Eko Saputra
2. Date of Birth
: Jakarta, 8 April 1989
3. Religion
: Islam
4. Gender
: Laki-laki
5. Adress
: Jl. Masjid Rt 001/06 No. 31 Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12230
6. Phone
: 085782540894
7. E-mail
:
[email protected]
8. Hobies
: Music
II. FORMAL EDUCATION : SD 10 Negeri Cipulir, Jakarta Tahun 1993 – 2000
1.
SD
2.
SMP : SLTP 31 Negeri Jakarta Tahun 2000 – 2003
3.
SMA : SMA 32 Negeri Jakarta Tahun 2003 – 2006
4.
S1
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2006 – 2011
III. NON-FORMAL EDUCATION, WORKSHOP AND TRAINING 1. Pelatihan Audit Investigatif di UIN SYAHID Jakarta Tahun 2009 2. Workshop Audit “Fraud Indication and Audit Technique) di UIN SYAHID Jakarta Tahun 2007 3. Kuliah Umum Asuransi JASA RAHARJA di UIN SYAHID Jakarta Tahun 2009 4. Workshop Pengenalan Internet, Email dan Presentasi Interaktif Dengan Mnggunaakan Ms Power Point di STMIK Jakarta Tahun 2006 5. Seminar Desain dan Animasi di UIN SYAHID Jakarta Tahun 2009
v
IV. ORGANIZATIONAL EXPERIENCES 1. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan Akuntansi 2. Wakil Ketua Karang Taruna RT 01/06 Tahun 2008-2009 3. Dapur Seni Fakultas Sains dan Teknologi Divisi Music Talent Tahun 2007-2009
V. WORK EXPERIENCES 1. PT ARTHA JASA KONSULINDO MANAJEMEN CONSULTANT, OCT 2010 - NOW
vi
THE INFLUENCE OF TAXATION TECHNICAL TRAINING, ACCOUNTABILITY AND AUDIT TIME DEADLINE TOWARDS THE WORKS OF TAX AUDITOR AT KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) IN SOUTH JAKARTA
ABSTRACT The research aimed to analyse the influence of taxation technical training, accountability and audit time deadline towards the works of tax auditor at Kantor Pelayanan Pajak (KPP) in South Jakarta. The respondent from this research are auditors that working at KPP in South Jakarta. The retrieval of sample has been using convenience sampling method. The data that used by this research is primary data, it was collected by questionnaires. The questionnaires can be used in analysis are 43 questionnaires from 60 questionnaires were distributed. This research used multiple regression analysis. The result of this research indicates that taxation technical training and accountability have significantly influence to the works of tax auditor at Kantor Pelayanan Pajak (KPP) in South Jakarta, but audit time deadline don’t have significantly influence to the works of tax auditor at Kantor Pelayanan Pajak (KPP) in South Jakarta.
Keywords: Taxation technical training, accountability, audit time deadline and the works of tax auditor at Kantor Pelayanan Pajak (KPP) in South Jakarta. .
vii
PENGARUH PELATIHAN TEKNIS PERPAJAKAN, AKUNTABILITAS DAN BATASAN WAKTU PEMERIKSAAN TERHADAP KINERJA PEMERIKSA PAJAK PADA KANTOR PELAYANANAN PAJAK DI JAKARTA SELATAN ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelatihan teknis perpajakan, akuntabilitas dan batasan waktu pemeriksaan terhadap kinerja pemeriksa pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di Jakarta Selatan. Responden dari penelitian ini adalah pemeriksa pajak yang bekerja pada KPP di wilayah Jakarta Selatan. Penentuan sampel dengan metode convenience sampling. Data yang digunakan adalah data primer yang dikumpulkan melalui kuesioner. Kuesioner yang bisa diolah adalah sejumlah 43 kuesioner dari 60 kuesioner yang disebar. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa pelatihan teknis perpajakan dan akuntablitas berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pemeriksa pajak pada KPP di Jakarta Selatan. Sedangkan batasan waktu pemeriksaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pemeriksa pajak pada KPP di Jakarta Selatan. Kata Kunci: Pelatihan teknis perpajakan, akuntabilitas, batasan waktu pemeriksaan dan kinerja pemeriksa pajak pada KPP di Jakarta Selatan.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan anugerahNya kepada penulis, sehingga penulis diberi kekuatan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pelatihan Teknis Perpajakan, Akuntabilitas dan Batasan Waktu Pemeriksaan Terhadap Kinerja Pemeriksa Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Di Jakarta Selatan”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syaratsyarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan pengharapan sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini kepada: 1. Kedua orang tuaku yang selalu mendoakan dan memberikan semangat. Terima kasih untuk semua yang kalian berikan kepadaku sampai saat ini, semoga aku bisa membahagiakan kalian kelak. Amin. 2. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dan ilmunya dalam penulisan ini. 3. Ibu Fitri Damayanti SE.Ak. M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dan ilmunya dalam penulisan ini. 4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Ibu Rahmawati, SE, MM selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibu Yessi Fitri, SE, Ak., M.Si selaku Sekertaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
ix
8. Adik-adikku yang selalu memberi semangat dan hiburannya. Keluarga besar yang selalu memberikan doa dan dukungan yang tiada henti. Terimakasih semuanya. 9. Sahabat seperjuangan Akuntansi angkatan 2006 dan sahabat-sahabat dari IESP dan Manajemen, senang bisa berteman dengan kalian. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk kritik, saran dan masukan yang membangun dari berbagai pihak agar dapat lebih memberikan manfaat dikemudian hari.
Jakarta, 28 Februari 2011 Wassalam
(Eko Saputra)
x
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi .....................................................
i
Lembar Pengesahan Uji Komprehensif……………………………………..
ii
Lembar Pengesahan Uji Skripsi……………………………………………..
iii
Lembar Pernyataan Bebas Plagiat…………………………………………..
iv
Daftar Riwayat Hidup……………………………………………………….
v
Abstract ............................................................................................................. vii Abstrak .............................................................................................................. viii Kata Pengantar………………………………………………………………. ix Daftar Isi ........................................................................................................... xi Daftar Gambar ................................................................................................. xiv Daftar Tabel...................................................................................................... xv Daftar Lampiran .............................................................................................. xvi BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..........................................................................
1
B. Perumusan Masalah ...................................................................
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian..................................................
9
TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Perpajakan ................................................... 11 B. Pemeriksaan Perpajakan ............................................................ 14 1. Pengertian Pemeriksaan Pajak ............................................ 14 2. Dasar Hukum Pemeriksaan Pajak ....................................... 15
xi
3. Tujuan Pemeriksaan ............................................................ 15 4. Ruang Lingkup dan Jangka Waktu Pemeriksaan ................ 17 5. Metode dan Prosedur Pemeriksaan Pajak ........................... 18 C. Pelatihan Teknis Perpajakan ..................................................... 21 1. Pengertian Pelatihan Teknis Perpajakan............................. 21 2. Jenis Pelatihan Teknis Perpajakan ..................................... 22 D. Akuntabilitas ............................................................................. 24 E. Batasan Waktu Pemeriksaan ..................................................... 28 F. Kinerja ....................................................................................... 30 1. Pengertian Kinerja................................................................ 30 2. Efisiensi ............................................................................... 32 3. Efektifitas ............................................................................. 35 G. Penelitian Terdahulu…………………………………………… 36 H. Keterkaitan Antar Variabel……………………………………. 38 I. Kerangka Pemikiran…………………………………………… 40 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 41 B. Metode Pemilihan Sampel ....................................................... 41 C. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 42 D. Metode Analisis ........................................................................ 43 1. Statistik Deskriptif ............................................................... 43 2. Uji Kualitas Data .................................................................. 44 3. Uji Asumsi Klasik…………………………………………. 45
xii
4. Analisis Data………………………………………………. 47 E. Operasional Variabel dan Pengukurannya ............................... 49 BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .............................. 54 1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 54 2. Karakteristik Profil Responden ........................................... 55 B. Hasil Uji Instrumen Penelitian .................................................. 58 1. Hasil Uji Statisik Deskriptif ................................................ 58 2. Hasil Uji Kualitas Data........................................................ 59 3. Hasil Uji Asumsi Klasik…………………………………… 64 4. Hasil Analisis Data………………………………………… 67 C. Pembahasan ............................................................................... 73
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... 76 B. Implikasi .................................................................................... 77 C. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 78 D. Saran………………………………………………………….. 78
Daftar Pustaka .................................................................................................. 80 Lampiran ......................................................................................................... 85
xiii
DAFTAR GAMBAR
No
Keterangan
Hal
2.1
Skema Kerangka Pemikiran ...................................................................... 40
4.1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ................................... 65
4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas Grafik Scatterplot ...................................... 66
xiv
DAFTAR TABEL
No
Keterangan
Hal
2.1
Tabel Penelitian terdahulu....................................................................... 36
3.1
Pengukuran Terhadap Variabel Independen ........................................... 51
3.2
Tabel Operasional Variabel Penelitian.................................................... 52
4.1
Tabel Data Distribusi Sampel Penelitian ................................................ 54
4.2
Tabel Data Sampel Penelitian ................................................................. 55
4.3
Tabel Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........................ 56
4.4
Tabel Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ....................................... 56
4.5
Tabel Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .............. 57
4.6
Tabel Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Pekerjaan .......... 58
4.7
Tabel Hasil Uji Statistik Deskriptif ......................................................... 59
4.8
Tabel Hasil Uji Validitas ........................................................................ 60
4.9
Tabel Hasil Uji Reliabilitas ..................................................................... 63
4.10
Tabel Hasil Uji Multikolonieritas ........................................................... 64
4.11
Tabel Hasil Uji Koefisien Determinan .................................................... 67
4.12
Tabel Hasil Uji Statistik t ........................................................................ 68
4.13
Tabel Hasil Uji Statistik F ....................................................................... 72
xv
DAFTAR LAMPIRAN No
Keterangan
Hal
Lampiran 1.
Kuesioner Penelitian ................................................................... 86
Lampiran 2.
Daftar Jawaban Responden ........................................................ 93
Lampiran 3.
Hasil Uji Reliabilitas ................................................................. 101
Lampiran 4.
Hasil Uji Validitas ...................................................................... 109
Lampiran 5.
Hasil Uji Asumsi Klasik ............................................................. 117
Lampiran 6.
Hasil Uji Analisi Regresi Berganda............................................ 119
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pemeriksaan pajak merupakan upaya Direktorat Jenderal Pajak untuk menjalankan fungsi pengawasan yang telah diamanatkan oleh UU Perpajakan. Auditor Pajak adalah Direktorat Jenderal Pajak yang berada dibawah Departemen Keuangan Republik Indonesia, bertanggung jawab atas penerimaan Negara dari sektor perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan. Aparat pelaksanaan DJP di lapangan adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang mempunyai auditor-auditor khusus dalam fungsional pajak. Tanggung jawab Fungsional Pajak adalah melakukan audit terhadap para Wajib Pajak tertentu untuk menilai apakah telah memenuhi ketentuan perundangan perpajakan (Gunadi, 2005). Tujuan utama setiap institusi pemungut pajak adalah tercapainya penerimaan pajak yang optimal, yakni berimbangnya tingkat penerimaan pajak aktual (actual revenue) dengan penerimaan pajak potensial. Dengan kata lain, tidak ada selisih antara penerimaan aktual dengan penerimaan potensial, atau sering disebut tax gap. Menurut James (2003) dalam Gunadi (2005) biasanya tax gap ini mencerminkan tingkat kepatuhan membayar pajak (tax compliance). Menurut Simon James dkk (2003) dalam Gunadi (2005) pengertian kepatuhan pajak (tax compliance) dalam hal ini diartikan bahwa Wajib Pajak 1
mempunyai kesediaan untuk mematuhi kewajiban pajaknya sesuai aturan yang berlaku tanpa perlu diadakan pemeriksaan, investigasi seksama (obstrusive investigation), peringatan, ataupun ancaman dan penerapan sangsi baik hukum maupun administrasi, dengan demikian, secara hipotesis bila semua Wajib Pajak mentaati dan patuh terhadap aturan-aturan perpajakan yang berlaku, maka selisih antara penerimaan pajak potensial dengan penerimaan pajak aktual menjadi 0 (nol). Oleh karena itu, dalam konsep yang sederhana, meningkatnya tingkat kepatuhan pajak tercermin pada menyempitnya tax gap, yakni selisih antara penerimaan pajak potensial dengan penerimaan pajak aktual. Kepatuhan pajak juga sering diasosiasikan dengan dua istilah baku yang sudah popular dalam bidang-bidang perpajakan, yakni tax avoidance dan tax evasion. Perbedaan dari kedua istilah ini secara konvensional terletak pada aspek legalitasnya. Tax avoidance terkait dengan upaya-upaya Wajib Pajak secara legal untuk mengurangi kewajiban pajaknya karena adanya kelemahan-kelemahan sistem perpajakan atau tidak adanya aturan yang mengatur dalam ketentuan perpajakan (loop holes), sedangkan tax evasion terkait pada upaya-upaya ilegal Wajib Pajak untuk menghindari kewajiban pajaknya (Alam,(1999) dalam Gunadi (2005)). Pemeriksaan pajak merupakan suatu mekanisme pengawasan dalam penerapan self assestment perpajakan di Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Selain itu, pemeriksaan pajak juga 2
merupakan sarana untuk meningkatkan penerimaan negara dan menciptakan keadilan bagi Wajib Pajak (Maharani, 2006). Dalam beberapa dekade yang telah kita lewati, penyelesaian tindak kriminal di bidang perpajakan belum mendapatkan solusi seperti yang diharapkan pemerintah maupun masyarakat. Di lain pihak, belum ditemukan adanya perbaikan
mental dari para pegawai dilingkungan perpajakan yang
disebabkan oleh pengaruh dari para Wajib Pajak tertentu yang mengarah kepada penyuapan dan pemerasan, sehingga kepatuhan terhadap ketentuan peraturan yang ada tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Dari tahun ke tahun target yang harus dicapai oleh bidang perpajakan mengalami kenaikan yang signifikan. Beberapa kali aparat perpajakan menyesuaikan kondisi dan keadaan tersebut dengan cara ekstensifikasi pajak, yang berarti mencari sumber-sumber baru bagi pajak (Komariah, 2007). Sungguh menarik mencermati kontroversi korupsi di Ditjen Pajak barubaru ini. Kwik Kian Gie sudah meminta maaf atas somasi Ditjen Pajak, sementara Faisal Basri masih bersikukuh menyatakan ada potensi pajak Rp. 40 triliun yang hilang, diantaranya karena korupsi. Memang terdapat kontradiksi besar jika kita melihat kinerja Ditjen Pajak kita. Di satu sisi, pendapatan pajak terus naik. Penerimaan perpajakan selama 1969-1993 sebesar Rp149,46 triliun, 1994-2000 sebesar Rp 520,65 triliun, sementara 2001-2004 mencapai Rp778,112 triliun (Abimanyu, 2004). Di sisi 3
lain, beberapa studi menyatakan bahwa masyarakat dan kalangan bisnis secara konsisten mempersepsikan Ditjen Pajak sebagai salah satu lembaga terkorup, diantaranya penelitian ICW tentang pola korupsi perpajakan (ICW, 2001), survei korupsi nasional Partnership for Governance Reform in Indonesia (Partnership, 2001), terakhir indeks persepsi korupsi Transparency International Indonesia (TII, 2005) dan
Business Environment Report Political Economy Risk
Consultancy (PERC, 2005). Ditjen Pajak bukannya tidak menyadari persepsi diatas. Beberapa langkah sudah diambil. Dari sisi reformasi administratif misalnya diperkenalkan online payment, e-filing, large taxpayer office, dan inovasi sistem informasi lainnya untuk mengurangi kontak langsung pembayar pajak dan petugas pajak (Fatchurrochman, 2005). Sistem self assessment membutuhkan kepatuhan sukarela dari Wajib Pajak yang diwujudkan jika terpenuhi unsur kesadaran perpajakan dan unsur tindakan penegakan hukum. Melihat kenyataan tingkat kesadaran perpajakan masyarakat Wajib Pajak masih relatif rendah maka diperlukan adanya tindakan penegakan hukum yang memadai dengan dilaksanakan melalui tindakan pemeriksaan, penyidikan, dan penagihan pajak. Untuk melaksanakan upaya penegakan hukum sebagai salah satu tindakan pemeriksaan pajak, maka mutlak diperlukan tenaga Pemeriksa Pajak dalam kuantitas dan kualitas
yang memadai
disamping diperlukan prosedur 4
pemeriksaan, norma dan kaidah yang mengatur seseorang Pemeriksa Pajak. Sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh Pemeriksa Pajak, serta melihat luasnya jangkauan tugas, sementara jumlah petugas yang terbatas, maka efisiensi kerja adalah suatu kebutuhan utama. Dengan efisiensi kerja yang tinggi maka pelaksanaan tugas Pemeriksa Pajak akan meningkat, pada akhirnya akan memberikan sumbangan yang tidak kecil terhadap tercapainya tujuan Direktorat Jenderal Pajak (DJP), khusunya di dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak (Djazoeli Sadhani, 1999). Pelaksanaan pemeriksaan diatur dalam serangkaian peraturan mengenai kebijakan pemeriksaan yang bertujuan untuk menjaga kualitas pemeriksaan dan memberikan kepastian hukum dan rasa keadilan bagi Wajib Pajak (Maharani, 2006). Hal ini diungkap dalam Peraturan Menteri Keuangan 202/ PMK.03/ 2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan Bukti Permulaan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan pasal 6 ayat 2a yang menjelaskan syarat Pemeriksa Pajak yaitu telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta memiliki keterampilan
sebagai
pemeriksa
bukti
permulaan
dan
menggunakan
keterampilannya serta cermat dan seksama. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas pemeriksaan, seperti batasan waktu audit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Samekto, Agus dalam (Ventura Vol 4 2001:77) dikemukakan jika waktu aktual yang diberikan tidak cukup, maka auditor dalam melaksanakan tugas tersebut dengan tergesa-gesa 5
sesuai dengan kemampuannya atau mengerjakam hanya sebagian tugasnya. Sebaliknya bila batasan waktu terlalu longgar, maka fokus perhatian auditor akan berkurang pada pekerjaannya sehingga akan cenderung gagal mendeteksi bukti audit yang signifikan. Hasil penelitian tersebut bertentangan dengan eksperimen yang dilakukan oleh Waggoner dan Cashell dalam (Ventura Vol 4 2001:78) yang menunjukkan bahwa semakin banyak waktu yang diberikan, semakin banyak transaksi yang dapat dites oleh auditor. Penelitian lain dilakukan oleh Kelley dan Margheim dalam (Cohn 2001) yang menyebutkan bahwa ketika auditor menetapkan alokasi waktu audit yang sangat ketat, akan mengakibatkan efek samping yang merugikan publik, yaitu memunculkan perilaku yang mengancam kualitas audit antara lain penurunan tingkat pendeteksian dan penyelidikan aspek kualitatif salah saji, gagal meneliti prinsip akuntansi, melakukan review dokumen secara dangkal, menerima penjelasan klien secara lemah dan mengurangi pekerjaan pada salah satu langkah audit di bawah tingkat yang diterima. Dari gambaran di atas, semakin nyata bahwa Pemeriksa Pajak (fiskus) harus memiliki pelatihan teknis, pengalaman dalam perpajakan agar terciptanya efisiensi dan efektifitas dalam Pemeriksa Pajak. Sehingga penerimaan pajak dapat mencapai target yang diinginkan. Penelitian mengenai kinerja aparat pajak telah banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Chairuddin Syah Nasution (2002) yang berjudul “Analisis 6
Hubungan Pendidikan Akademis, Pelatihan Teknis Perpajakan, Penempatan Kerja dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Sekretariat Direktorat Jenderal Pajak”. Hasil penelitian tersebut adalah terdapat hubungan antara pendidikan akademis, pelatihan teknis perpajakan, penempatan kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai pada Sekretariat Direktorat Jenderal Pajak. Penellitian lain terkait kinerja aparat pajak adalah penelitian yang dilakukan oleh Zamal Firdaus (2009), menggunakan tiga variabel independen yaitu pelatihan teknis perpajakan, pengalaman, dan motivasi pemeriksa pajak . sedangkan variabel dependen adalah kinerja pemeriksa pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Di Jakarta Barat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif dan signifikan antara pelatihan teknis perpajakan, pengalaman, dan motivasi pemeriksa pajak dengan kinerja pemeriksa pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Di Jakarta Barat. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang menguji tentang kinerja pemeriksa pajak, penelitian ini merupakan implikasi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Zamal Firdaus (2009). Adapun perbedaan penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Sampel yang digunakan adalah pemeriksa pajak pada Kantor Pelayanan pajak di Jakarta Selatan, sedangkan penelitian sebelumnya adalah pemeriksa pajak pada Kantor Pelayanan pajak di Jakarta Barat. 7
2. Perbedaan selanjutnya adalah penggunaan variabel independen. Penelitian ini menggunakan variable independent pelatihan teknis perpajakan, akuntabilitas dan batasan waktu
pemeriksaan. Sedangkan penelitian sebelumnya
menggunakan variable independen pelatihan teknis perpajakan, pengalaman, dan motivasi pemeriksa pajak. 3. Penelitian terdahulu untuk mengukur korelasi atau hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, sedangkan penelitian ini mengukur pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. 4. Pada penelitian ini menggunakan anaslis regresi berganda, analisi koefisien determinasi, uji t dan uji f. Sedangkan penelitian terdahulu hanya menggunakan analisis koefisien korelasi sederhana. 5. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2011 sedangkan penelitian sebelumnya tahub 2009. Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini bermaksud untuk meneliti kembali faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kinerja
pemeriksa
pajak.
Dengan
menggunakan beberapa variabel yang berbeda dengan penelitian terdahulu diharapkan dapat
memberikan pengetahuan
tentang faktor-faktor
yang
mempengaruhi kinerja pemeriksa pajak. Untuk itu penulis melakukan penelitian yang berjudul : Pengaruh Pelatihan Teknis Perpajakan, Akuntabilitas dan Batasan Waktu Pemeriksaan Pajak Terhadap Kinerja Pemeriksa Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Di Jakarta Selatan.
8
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh signifikan antara pelatihan teknis perpajakan dengan kinerja Pemeriksa Pajak? 2. Apakah terdapat pengaruh signifikan antara akuntabilitas dengan kinerja Pemeriksa Pajak? 3. Apakah terdapat pengaruh signifikan antara batasan waktu pemeriksaan dengan kinerja Pemeriksa Pajak? 4. Apakah secara bersama-sama terdapat pengaruh signifikan antara pelatihan teknis perpajakan, akuntabilitas dan batasan waktu pemeriksaan dengan kinerja Pemeriksa Pajak?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui pengaruh faktor pelatihan teknis perpajakan terhadap kinerja Pemeriksa Pajak. 2) Untuk mengetahui pengaruh faktor akuntabilitas terhadap kinerja Pemeriksa Pajak.
9
3) Untuk mengetahui pengaruh faktor batasan waktu pemeriksaan terhadap kinerja Pemeriksa Pajak. 4) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pelatihan teknis perpajakan, akuntabilitas dan batasan waktu pemeriksaan secara bersama-sama terhadap kinerja Pemeriksa Pajak di Jakarta Selatan. . 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfat untuk : a. Ilmu Akuntansi Untuk menambah referensi ilmiah mengenai masalah perpajakan yang ada di Indonesia b. Peneliti Memperoleh pengetahuan mengenai pengaruh signifikan antara pelatihan teknis perpajakan, pengalaman dan batasan waktu pemeriksaan pajak dengan kinerja Pemeriksa Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak. c. Pemeriksa Pajak (fiskus) Sebagai sarana informasi bahwa pembinaan pendidikan pajak dan pengalaman sangat penting bagi tumbuhnya pemahaman terhadap perencanaan audit pajak dalam efisiensi pemeriksaan. d. Pihak Akademis Memberikan sumbangan pemikiran dan dapat menambah pengetahuan untuk pihak-pihak yang ingin memperdalam ilmu perpajakan. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Perpajakan 1. Definisi Pajak Definisi
pajak
menurut
beberapa
pakar
seperti
yang
diungkapkan oleh Siti Resmi (2008:1) diantaranya sebagai berikut: a. Dr. Soeparman Soemahamidjaja “Pajak adalah iuran wajib, berupa uang, yang dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum”. b. Prof. Dr. M. J. Smeets “Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontrapretasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual, maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah”. c. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra-pretasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”. d. Dr. N. J. Feldmann “Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontrapretasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum”.
Berdasarkan definisi diatas, pengertian pajak adalah adalah iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (wajib 11
pajak)
untuk
menutupi
pengeluaran
rutin
negara
dan
biaya
pembangunan tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung. Pajak juga sebagai pengalihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplus nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment. 2. Fungsi Pajak Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton (2004:8) menyebutkan bahwa fungsi pajak ada 4 (empat), yaitu: fungsi budgeter, fungsi regulerend, fungsi demokrasi, dan fungsi redistribusi. a. Fungsi Budgetair Fungsi budgeteir merupakan fungsi utama pajak dan fungsi fiskal yaitu suatu fungsi dimana pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke kas negara berdasarkan undangundang perpajakan yang berlaku segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang. Yang dimaksud dengan memasukkan kas secara optimal adalah sebagai berikut: a. Jangan sampai ada wajib pajak/subjek pajak yang tidak membayar kewajiban pajaknya. b. Jangan sampai wajib pajak tidak melaporkan objek pajak kepada fiskus. c. Jangan sampai ada objek pajak dari pengamatan dan perhitungan 12
fiskus yang terlepas. Dengan demikian maka optimalisasi pemasukan dana ke kas negara tercipta atas usaha wajib pajak dan fiskus. System pemungutan pajak suatu negara menganut dua system : a. Self assessment system : Menghitung pajak sendiri b. Official assessment system : Menghitung pajak adalah pihak fiskus b. Fungsi Regulerend Fungsi regulerend adalah fungsi pajak yang dipergunakan oleh pemerintah sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu, dan sebagainya. Dan fungsi tambahannya hanya sebagai pelengkap dari fungsi utama pajak. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pajak dipakai sebagai alat kebijakan, misalnya: pajak atas minuman keras ditinggikan untuk mengurangi konsumsi fasilitas perpajakan sehingga perwujudan dari pajak regulerend. Contoh: 1) Bea materai modal 2) Bea masuk dan pajak penjualan 3) Bea balik nama 4) Pajak perseroan 5) Pajak deviden c.
Fungsi Demokrasi Fungsi demokrasi dari pajak adalah fungsi yang merupakan salah satu penjelmaan atau wujud sistem gotong-royong, termasuk kegiatan pemerintahan dan pembangunan.
13
Fungsi demokrasi pada saat ini dikaitkan dengan hak seseorang apabila akan memperoleh pelayanan dari pemerintah. Apabila seseorang telah melakukan kewajibannya membayar pajak kepada negara sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka ia mempunyai hak pula untuk mendapatkan pelayanan yang baik dari pemerintah. d. Fungsi Redistribusi Pendapatan Pajak redistribusi adalah fungsi yang lebih menekankan pada unsure pemerataan dan keadilan dalam masyarakat. Hal ini dapat terlihat dengan adanya tarif progresif yang mengenakan pajak lebih besar kepada masyarakat yang mempunyai penghasilan besar dan pajak yang lebih kecil kepada masyarakat yang mempunyai penghasilan yang lebih kecil.
B. Pemeriksaan Perpajakan 1. Pengertian Pemeriksaan Pajak Menurut Suandy (2005:209-210), pengertian umum pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan. mengolah data dan/atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Objek dari pemeriksaan adalah laporan keuangan Wajib Pajak yang menjadi dasar
dari Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan.
Pemeriksaan pajak adalah suatu Kegiatan pemeriksaan yang dilakukan
14
oleh Direktorat Jenderal Pajak, dalam hal ini petugas pemeriksaan pajak (fiskus) terhadap Wajib Pajak atas pemenuhan kewajiban perpajakannya berdasarkan Undang-Undang pajak untuk berbagai tujuan. 2. Dasar Hukum Pemeriksaan Pajak Berdasarkan ketentuan pasal 29 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1986 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Perpajakan, bahwa tujuan pemeriksaan perpajakan adalah menetapkan jumlah pajak terutang. (Hanantha Bwoga, Yoseph Agus BBN dan Tony Marsyarul, 2005:7). 3. Tujuan Pemeriksaan Dalam melakukan pemeriksaan, Direktorat Jenderal Pajak mempunyai satu atau beberapa tujuan, misalnya untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Adapun tujuan dari pemeriksaan pajak sebagaimana diuraikan menurut Pasal 3 ayat (2) dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007 tentang tata cara pemeriksaan adalah sebagai berikut: a. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada Wajib Pajak. Pemeriksaan untuk tujuan diatas dapat dilakukan dalam hal sebagai berikut:
15
1) Surat Pemberitahuan (SPT) menunjukan kelebihan pembayaran pajak, termasuk yang telah diberikan pengambilan pendahuluan kelebihan pajak. 2) SPT Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) menunjukkan rugi. 3) SPT tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu yang telah ditetapkan. 4) SPT yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. 5) Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban tersebut pada huruf c tidak dipenuhi. 1. Tujuan lain dalam Direktorat Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, antara lain: 1) Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan. 2) Penghapusan NPWP. 3) Wajib Pajak mengajukan keberatan. 4) Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. 5) Pencocokan data atau alat keterangan.
16
6) Pengumpulan
guna
penyusunan
Norma
Penghitungan
Penghasilan Neto. 7) Penentuan Wajib Pajak berlokasi didaerah terpencil. 8) Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak. 9) Pemenuhan permintaan informasi dari Negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda. 4. Ruang Lingkup dan Jangka Waktu Pemeriksaan Menurut Suandy (2006:62) Ruang lingkup pemeriksaan terdiri dari: a. Pemeriksaan Lapangan yang meliputi suatu jenis pajak atau seluruh jenis pajak, untuk tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya dan atau untuk tujuan lain yang dilakukan di tempat Wajib Pajak. b. Pemeriksaan Kantor yang meliputi suatu jenis pajak tertentu untuk tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya y ang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak. Pemeriksaan Lapangan dapat dilaksanakan dengan pemeriksaan lengkap atau pemeriksaan sederhana. Pemeriksaan kantor hanya dapat dilaksanakan dengan pemeriksaan sederhana. Pemeriksaan lengkap dilaksanakan dalam jangka waktu 2 bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 8 bulan. Pemeriksaan Esperanto lapangan dilaksanakn dalam jangka waktu 1 bulan dan dapat diperpanjang paling lama 2 bulan.
17
Pemeriksaan sederhana kantor dilaksanakan dalam jangka waktu 4 minggui dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 6 minggu. Apabila dalam pelaksanaan pemeriksaan kantor ditemukan indikasi adanya transaksi yang mengandur unsur transfer pricing, maka lingkup pemeriksan ditingkatkan menjadi pemeriksaan lapangan. Pemeriksaan lapangan berkenaan dengan ditemukannya indikasi unsur transfer pricing, yang memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam serta memerlikan waktu yang lebih lama dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 2 tahun. Jangka waktu pelaksanaan pemeriksaan paling lama 2 tahun ini tidak berlaku dalam hal pemeriksaan yang dilaksanakan berkenaan dengan Surat Pemberitahuan yang menyatakan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak. 5. Metode dan Prosedur Pemeriksaan Pajak Agar pemeriksaan dapat dilakukan dengan tepat waktu yang telah ditentukan secara efektif dengan laporan yang memadai, maka harus dilaksanakan berdasarkan teknik dan metode seperti pemeriksaan pada umumnya. Menurut T.Tuannakota dalam Himayah (2005:31) dalam buku Auditing: Petunjuk Pemeriksaan Akuntan Publik: Teknik pemeriksaan adalah cara mendapatkan pembuktian dan dikenal
dengan
istilah
memeriksa,
menganalisis,
mengecek,
membandingkan, konfirmasi, footing, menginspeksi, merekonsiliasi, testing, atau sampling, menelusuri dan memeriksa dokumen dasar.
18
Sejalan dengan hal tersebut baik teknik pemeriksaan merupakan cara pembuktian data dari metode pemeriksaan. Teknik pemeriksaan dalam pemeriksaan pajak dengan teknik pemeriksaan yang dilakukan akuntan publik tidak terdapat pemeriksaan yang mendasar (Erly Suandy, 2002:237). Pelaksanaan pemeriksaan dalam Himayah (2005:32) dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu: a. Metode Langsung Yaitu metode yang dilakukan dengan cara menguji kebenaran angkaangka dalam Surat Pemberitahuan (SPT), laporan keuangan, bukubuku,catatan-catatan dan dokumen pendukung sesuai dengan proses pemeriksaan. b. Metode Tidak Langsung Yaitu metode yang dilakukan dengan cara menguji kebenaran angkaangka dalam Surat Pemberitahuan (SPT) secara tidak langsung melalui suatu pendekatan perhitungan tertentu mengenai penghasilan dan biaya. Metode tidak langsung dapat digunakan sebagai pelengkap metode langsung atau sebagai pengganti dalam hal pemakaian metode langsung atau tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan. Metode tidak langsung yang biasa digunakan antara lain metode transaksi tunai, metode perbandingan kekayaan bersih, metode satuan dan volume, metode pendekatan produksi dan metode pendekatan laba kotor (Erly Suandy, 2002:242). Sedangkan prosedur pemeriksaan pajak yaitu terdiri dari:
19
a. Petugas
pemeriksa
harus
dilengkapi
dengan
Surat
Perintah
Pemeriksaan Pajak (SP3) dan harus memperlihatkan kepada Wajib Pajak yang diperiksa. b. Wajib Pajak yang diperiksa harus: 1) Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokuimen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak. 2) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan. 3) Memberikan keterangan yang diperlukan. 4) Apabila dalam mengungkapkan hal-hal dalam angka (1) Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban itu tidak berlaku oleh suatu keperluan pemeriksaan tersebut. c. Direktur Jenderal Pajak berwewenang melakukan penyegelan tempat atau ruangan tertentu, bila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban huruf b diatas (Mardiasmo, 1997:35-36)
20
C. Pelatihan Teknis Perpajakan 1. Pengertian Pelatihan Teknis Pelatihan teknis perpajakan merupakan pelatihan yang ditujukan kepada pegawai-pegawai Direktorat Jenderal Pajak dan bertujuan untuk memberikan ataupun meningkatkan pengetahuan, pemahaman, serta keterampilan khususnya mengenai masalah-masalah perpajakan. Pada hakikatnya pengetahuan, pemahaman, serta keterampilan berkaitan dengan kemampuan penalarannya. Dengan kemampuan menalarnya, manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuan yang kemudian menjadi kekuatan manusia untuk tidak semata-mata tunduk kepada kodrat alam serta selalu sadar dan aktif berupaa untuk menjadikan dirinya mampu beradaptasi terhadap sesuatu yang ada di lingkungannya. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mampu
mengembangkan
pengetahuan
secara
sistematis.
Karena
pengetahuan manusia memikirkan hal-hal baru dalam memanfaatkan sumber daya, mengembangkan kebudayaan dan memberikan makna di dalam kehidupannya. Dengan pengetahuan maka manusia mampu menguasai dan mempengaruhi perilaku lain (Gordon,191:413 dalam Djazoeli Sadhani (1999)). Dikaitkan dengan pengembangan tujuan belajar, terdapat empat ranah (domain) yaitu: (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) penerapan, (4) analisis, (5) sintesis, dan (6) penilaian.(Woolfok (19998:412) dalam Djazoeli Sadhani (1999)).
21
2. Jenis Pelatihan Teknis Perpajakan Menurut Chairudin Syah Nasution (2002:61) berbagai jenis pelatihan teknis perpajakan yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk para pegawainya antara lain sebagai berikut: a. Diklat Penyesuaian Tugas (DPT) Dasar II Perpajakan Merupakan pelatihan yang ditujukan bagi pegawai dengan latar belakang pendidikan paling tinggi Sekolah Menengah Atas (SMA), yang telah memenuhi masa kerja tertentu atau telah memperoleh gelar kesarjanaan pada saat bekerja, untuk diangkat dalam sebuah jabatan struktural b. Diklat Penyesuaian Tugas (DPT) Dasar III Perpajakan Merupakan pendidikan dan pelatihan perpajakan yang khusus bagi pegawai lulusab strata 1 dan 2 yang baru diterima bekerja pada Direktorat Jenderal Pajak melalui kebijakan peenarikan pegawai baru. Setelah mengikuti DPT dasar III ini, barulah pegawai-pegawai tersebut ditempatkan pada unit-unit kerja lingkungan Direktorat Jenderal Pajak. Sementara untuk pegawai lulusan Program Diploma Perpajakan maupun Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) telah mendapat pendidikan dan pelatihan perpajakan pada masa kuliah, sehingga saat lulus kuliah mereka dapat langsung ditempatkan pada unit-unit kerja dilingkungan Direktorat Jenderal Pajak. c. Diklat Teknis fungsional Pemeriksa Pajak Merupakan pendidikan dan pelatihan perpajakan khusus yang
22
diberikan kepada pejabat-pejabat atau pegawai yang diangkat jabatan fungsional pemeriksa pajak. d. Diklat Teknis Substansi (DTS) I dan II Perpajakan Merupakan pendidikan dan pelatihan teknis bagi pegawai honorer (setinggi-tingginya lulusan SMA) untuk diangkat sebagai pegawai tetap Direktorat Jenderal Pajak. e. Diklat Teknis Pemeriksa Lapangan Merupakan pendidikan dan pelatihan teknis mengenai tata cara melakukan pemeriksan pajak atau bagi pegawainya. Dari berbagai pelatihan teknis perpajakan di atas, dapat dilihat bahwa pelatihan tersebut diterapkan untuk seluruh pegawai dari seluruh latar belakang pendidikan. Dengan demikian Direktorat Jenderal Pajak telah
mengusahakan
semaksimal
mungkin
segala
upaya
untuk
meningkatkan pengetahuan serta keterampilan teknis perpajakan bagi pegawainya. Selain itu ada hal yang perlu diperhatikan bagi pegawai pajak terutama pemeriksa pajak adalah Kemampuan Numerik. Pada hakikatnya secara kemampuan manusia diciptakan tidak sama, ada yang memiliki kemampuan tinggi ada yang yang memiliki kemampuan rendah. Setiap manusia pasti mempunyai kekuatan dan kelemahan pada satu atau berbagai bidang aktivitas tertentu. Sebagai mahluk yang mampu mengelola lingkungan hidupnya maka kekuatan dan kelemahan manusia pada masing-masing bidang dapat dioptimalisasikan dengan cara
23
menempatkan individu dengan kemampuan tertentu pada bidang kerja yang tepat sesuai dengan kemampuannya. Sementara itu kemampuan intelektual merupakan suatu daya yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental. Terdapat tujuh dimensi yang menyusunnya yaitu (1) kemampuan numerik, (2) pemahaman verbal, (3) kecepatan perseptual. (4) penalaran induktif, (5) penalaran deduktif, (6) visualisasi ruang dan (7) memori (Robbins,1990:86 dalam Djazoeli Sadhani,1999) Dengan demikian pengertian pelatihan teknis perpajakan dalam penelitian ini adalah upaya pengembangan SDM yang ditujukan bagi Direktorat
Jenderal
Pajak,
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, serta keterampilan teknis dibidang perpajakan, agar dapat menunjang pelaksanaan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.
D. Akuntabilitas Mardiasmo (2009:20) mendefinisikan akuntabilitas adalah kewajiban pihak
pemegang
amanah
untuk
memberikan
pertanggungjawaban,
menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertangungjawaban tersebut. Ulum (2004:31), mendefinisikan akuntabilitas adalah pertanggungjawaban, mempertanggungjawabkan
keberhasilan
atau
kegagalan
kepada
yang
24
mendelegasikan kewenangan dan mereka puas terhadap kinerja pelaksanaan kegiatannya. Tet Clock (1984) dalam Mardisar dan Sari (2007) mendefinisikan akuntabilitas sebagai bentuk dorongan psikologis yang membuat seseorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil kepada lingkungannya. Tan dan Alison (1999) dalam Mardisar dan Sari (2007), melihat ada tiga indikator yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas individu. Pertama, seberapa besar motivasi seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, dimana dalam diri seseorang tersebut terdapat dorongan atau keinginan individu untuk melaksanakan kegiatankegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Kedua, seberapa besar usaha yang diberikan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan, orang dengan akuntabilitas tinggi akan mencurahkan usaha yang lebih besar dibanding orang dengan akuntabilitas rendah ketika menyelesaikan pekerjaan dan ketiga, seberapa yakin bahwa pekerjaan itu akan diperiksa atau dinilai orang lain dapat meningkatkan keinginan dan usaha seseorang untuk menghasilkan pekerjaan yang lebih berkualitas. Seseorang dengan akuntabilitas yang tinggi memiliki keyakinan yang lebih tinggi bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh suprvisor/manajer/pimpinan dibandingkan dengan seseorang yang memiliki akuntabilitas rendah. Akuntabilitas dapat meningkatkan kualitas hasil kerja auditor dalam hal ini kualitas audit yang dilaporkan jika pengetahuan audit tinggi. Sedangkan menurut Ellwood (1993) dalam Malik Imron (2005),
25
terdapat 4 dimensi akuntabilitas yaitu: 1.
Akuntabilitas kejujuran dan hukum. Akuntabilitas
kejujuran
terkait
dengan
penghindaran
penyalahgunaan jabatan, sedangkan akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan kepatuhan terhadap hukum. 2.
Akuntabilitas proyek. Akuntabilitas proses terkait dengan prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas, kecukupan sistem informasi, dan prosedur manajemen.
3.
Akuntabilitas program. Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang akan ditetapkan dapat dicapai atau tidak. Alternatif program yang memberikan hasil yang maksimal dengan biaya yang minimal.
4.
Akuntabilitas kebijakan. Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah atas kebijakan yang telah diambil. Tan dan Alison (1999) dalam Mardisar dan Sari (2007:6), melihat ada
tiga indikator yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas individu, yaitu: 1. Seberapa besar motivasi seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, dimana dalam diri seseorang tersebut terdapat dorongan atau keinginan individu untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.
26
2. Seberapa besar usaha yang diberikan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan, orang dengan akuntabilitas tinggi akan mencurahkan usaha yang lebih besar dibanding orang dengan akuntabilitas rendah ketika menyelesaikan pekerjaan. 3. Seberapa yakin bahwa pekerjaan itu akan diperiksa atau dinilai orang lain dapat meningkatkan keinginan dan usaha seseorang untuk menghasilkan pekerjaan yang lebih berkualitas. Seseorang dengan akuntabilitas yang tinggi memiliki keyakinan yang lebih tinggi bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa
oleh
suprvisor/manajer/pimpinan
dibandingkan
dengan
seseorang yang memiliki akuntabilitas rendah. Tetclock dan Kim (1987) dalam Mardisar dan Sari (2007) juga mengkaji tentang permasalahan akuntabilitas auditor dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan dengan membagi subjek penelitian menjadi tiga kelompok, yaitu: 1. Kelompok yang diberikan instruksi bahwa pekerjaan mereka tidak akan diperiksa oleh atasan (no accountability). 2. Kelompok yang diberikan instruksi di awal (sebelum melaksanakan pekerjaan) bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan (preexposure accountability). 3. Kelompok yang diberikan instruksi bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan, tetapi instruksi ini baru disampaikan setelah mereka menyelesaikan pekerjaan (postexposure accountability), dan memperoleh bukti bahwa subjek penelitian dalam kelompok preexposure
27
accountability menghasilkan pekerjaan yang lebih berkualitas dibanding dengan kelompok lainnya.
E. Batasan Waktu Pemeriksaan Auditor menetapkan alokasi waktu audit yang sangat ketat, tetapi akibatnya memiliki efek samping yang merugikan publik, yaitu memunculkan perilaku yang mengancam kualitas audit, antara lain penurunan tingkat pendeteksian dan penyelidikan aspek kualitatif salah saji, gagal meneliti prinsip akuntansi, melakukan review dokumen secara dangkal, menerima penjelasan klien secara lemah dan mengurangi pekerjaan pada salah satu langkah audit di bawah tingkat yang diterima Kelley dan Margheim dalam (Cohn 2001). Di bawah tekanan-tekanan waktu, perhatian akan lebih terfokus pada tugas yang dominan seperti tugas pengumpulan bukti berkaitan dengan frekuensi dan jumlah salah saji dan mengorbankan perhatian yang diberikan pada tugas tambahan seperti tugas yang memberikan aspek kualitatif atas terjadinya salah saji yang menunjukkan potensial kecurangan pelaporan keuangan. Dalam Ventura (2001:73), disebutkan bahwa penetapan batasan waktu tidak realistis pada tugas audit khusus akan berdampak kurang efektifnya pelaksanaan
audit
atau
auditor
pelaksana
cenderung
mempercepat
pelaksanaan tes. Sebaliknya bila penetapan batasan waktu terlalu lama hal ini akan berdampak negatif pada biaya dan efektivitas pelaksanaan audit.
28
Jadi penetapan waktu untuk auditor dalam melaksanakan tugasnya harus tepat waktu, sehingga hal-hal seperti disebutkan pada uraian diatas dapat dihindari. Hal ini juga akan dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kualitas auditor. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Hendriksen dalam (Balance 2004:43) bahwa informasi mengenai kondisi dan posisi perusahaan harus secara cepat dan tepat waktu sampai ke pemakai laporan keuangan. Ketepatan
waktu
mengimplikasikan
bahwa
laporan
keuangan
seharusnya disajikan pada suatu interval waktu, untuk menjelaskan perubahan dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pemakai informasi dalam membuat prediksi dan keputusan. Menurut Ventura Vol 4 (2001:77), hasil penelitian tentang aplikasi hukum Yerdes-Dodson membuktikan bahwa keputusan optimal dicapai pada kondisi batasan waktu moderat, dibandingkan batasan waktu yang longgar dan ketat. Teori ini mengemukakan jika waktu aktual yang diberikan tidak cukup, maka auditor dalam melaksanakan tugas tersebut dengan tergesa-gesa sesuai dengan kemampuannya atau mengerjakan hanya sebagian tugasnya. Sebaliknya bila batasan waktu terlalu longgar, maka fokus perhatian auditor akan berkurang pada pekerjaannya sehingga akan cenderung gagal mendeteksi bukti audit yang signifikan. Eksperimen yang dilakukan oleh Waggoner dan Cashell dalam (Ventura Vol 4. 2001:78) menunjukkan bahwa semakin banyak waktu yang
29
diberikan, semakin banyak transaksi yang dapat dites oleh auditor. Alokasi waktu penugasan waktu audit biasanya ditentukan diawal penugasan. Auditor bisa menerima penugasan audit beberapa kali. Dalam hal ini pimpinan Kantor Akuntan Publik menetapkan alokasi waktu audit yang sama untuk penugasan pertama maupun penugasan kedua. Saat melakukan audit pertama kali, auditor dapat dikatakan mengalami batasan waktu audit, karena auditor harus mempelajari terlebih dahulu karakteristik perusahaan klien, bagaimana sistem pengendaliannya. Sedangkan saat melakukan penugasan audit untuk yang kedua, dan seterusnya, auditor tidak perlu lagi mempelajari karakteristik perusahaan klien, karena auditor telah mempelajari perusahaan klien saat dia melakukan penugasan pertama kali.
F. Kinerja 1. Pengertian Kinerja Sasaran dan tujuan sebuah organisasi pada akhirnya adalah mencapai hasil yang semaksimal mungkin dengan segala sumber daya yang ada. Dengan demikian organisasi tersebut sedapat mungkin harus meningkatkan kinerjanya terutama kinerja sember daya manusia yang ada guna mencapai sasaran dan tujuannya. Namun demikian kefektifan dan keefisiensian kinerja sumber daya manusia juga tergantung pada organisasi itu sendiri, apakah menyerupai kejelasan misi, strategi dan tujuan. Bila arah organisasi secara keseluruhan jelas maka akan dapat ditentukan sejauh mana kerja organisasi tersebut untuk mencapai
30
tujuannya. Telah disebutkan pula bahwa masalah kinerja ini juga sangat tergantung dari masing-masing individu sumber daya manusia yang ada pada organisasi tersebut. Kinerja mempunyai hubungan erat dengan produktivitas karena merupakan indikator dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai tingkat produktivitas organisasi yang tinggi. Dengan demikian peniaian atas kinerja merupakan hal yang sangat penting. Dalam pengertian kinerja yang lain, menurut Ilyas (2002:7) dalam Yunita Arfiana (2008:38) kinerja adalah hasil karya personil baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personil. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personiil yang mengaku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personil di dalam organisasi. Pendapat lain dikemukakan oleh Tiffin dan Mc Cormick (1979) dalam Wicaksono (2002:25) bahwa individu yang berbeda akan menghasilkan kinerja yang berbeda pula. Hal ini disebabkan kinerja individu berhubungan dengan individual variable dan situational variable. individual variable adalah variabel yang berasal dari dlaam individu yang bersangkutan, misalnya: kemampuan, kepentingan dan kebutuhankebutuhan tertentu. sedangkan situational varible adalah variabel yang bersumber dari situasi pekerjaan yang lebih luas (lingkungan organisasi) misalnya: pelaksanaan, supervisi, iklim organisasi, hubungan dengan
31
rekan kerja dan sistem pemberian imbalan atau kompensasi. 2. Efisiensi Pengertian efisiensi berhubungan erat dengan produktivitas. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost of input). Proses kegiatan operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya (spending well). Efisiensi menurut Djazoeli Sadhani (1999) diartikan bahwa efisiensi adalah cara melakukan proses dan mendapatkan hasil yang diinginkan dengan jumlah output yang paling minimum. Selain itu pernyataan lain oleh Mondy dan Premeaux (1993:20) dalam Djazoeli Sadhani (1999) menjelaskan bahwa efisiensi adalah suatu cara untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari jumlah ouput yang paling minimum, atau dengan kata lain, bagaimana memanfaatkan suatu kapasaitas hasil produksi atau operasi
yang diinginkan dengan
menggunakan energi, waktu, uang, material dan input lain yang minimum. Terdapat
beberapa
konsep
efisiensi
kinerja
diantaranya
dikemukakan oleh Mondy dan Premeaux (1993:20) dalam Djazoeli Sadhani (1999) yang menyatakan bahwa efisiensi adalah suatu cara untuk mendapatkan hasil yanglebih baik dari jumlah iput yang paling minimum, atau dengan kata lain, bagaimana memanfaatkan suatu kapasitas hasil produksi atau operasi yang diinginkan dengan menggunakan energi,
32
waktu, uang, material dan input lain yang minimum. sementara itu Stoner dkk (1955:9) dalam Djazoeli Sadhani (1999) mengemukakan bahwa efisiensi merupakan suatu kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan benar sebagai suatu konsep input-output. Dengan demikian seseorang pengelola dikatakan efisiensi jika mampu mencapai suatu prestasi berupa output atau hasil dengan memanfaatkan biaya seminimum mungkin. Efisiensi dikatakan meningkat apabila dengan menggunakan input yang sama diperoleh output yang lebih besar atau apabila output yang sama tetapi dengan menggunakan input yang lebih kecil (Robbins,1997:45 dalam Djazoeli Sadhani (1999)). Indikator
efisiensi menggambarkan hubungan antara masukan
sumber daya oleh suatu unit organisasi (misalnya: staff, upah, biaya, administratif)
dan
keluaran
yang
dihasilkan.
Indikator
teresebut
menghasilkan informasi tentang konversi masukan menjadi keluaran (yaitu: efisiensi dari proses iinternal) (Mardiasmo,2004:132). Efisiensi diukur dengan rasio antara outout dengan input. Semakin besar output dibandingkan input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi. Penyebut atau input sekunder seringkali diukur dalam bentuk satuan mata uang. Pembiuilang atau output dapat diukur baik dalam jumlah uang maupun satuan fisik. (catatan: efisiensi sering juga dinyatakan dalam bentuk input/output, dengan interprestasi yang sama dengan
bentuk
output/input,
contoh:
biaya
per
unit)
(Mardiasmo,2004:133)
33
Pada organisasi pemerintah pembahasan efisiensi kinerja umumnya dipusatkan pada efisiensi pemakaian sumber daya input yang dapat ditingkatkan secara optimal sekiranya penyediaan sumber pendukung dapat dipertahankan bersamaan dengan upaya untuk terus meningkatkan output. Sumber daya dan dana pemerintah bukan tak terbatas, maka diperlukan pengaturan dalam penggunaannya. Suatu hal yang terjadi hampir semua negara khususnya di negara-negara yang sedang berkembang. Secara khusus peningkatan efisiensi kinerja dalam sistem pemerintahan mempunyai implikasi adanya pergeseran sikap dalam sikap pandang yang semula mengacu pada kegiatan (activity oriented) menjadi mengacu pada hasil (result oriented). Orientasi kegiatan ini berlaku umum di
kalangan
pemerintahan
sehingga
mengakibatkan
tidak
begitu
dihiraukannya output, demikian pula tujuan serta komposisi output yang dihasilkan menjadi samar-samar dan di luar garis pandang. Pemeriksa pajak dapat digolongkan sebagai white collar employee. menurut Lehrer (1983:2) dalam Djazoeli Sadhani (1999) pekerja kerah putihi mempunya peranan yang besar dalam organisasi, tetapi hanya sedikit organisasi yang secara formal dan langsung melakukan peningkatan efisiensi dan produktivitas mereka. Padahal memberikan perhatian pada pekerja jenis ini akan berpengaruh pada efisiensi kinerja dan produktivitas organisasi keseluruhan.
34
3. Efektivitas Pengertian
efektvitas
pada
dasarnya
berhubungan
dengan
pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan opersional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely). Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak (outcome) dari keluaran (output) program dalam mencapai tujuan program. Semakin besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu organisasi (Mardiasmo,2004:132) Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan efektif. Hal terpenting yang perlu dicatat adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Biaya boleh jadi melebihi apa yang telah dianggarkan, boleh jadi dua kali lebih besar ayau bahkan tiga kali lebih besar dari yang dianggarkan. Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Mardiasmo,2004:134).
35
G. Penelitian Terdahulu Penulis merujuk pada beberapa penelitian terdahulu dalam melakukan penelitian ini, yaitu: Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu Peneliti (Tahun) Djazoeli Sadhani (1999)
Judul Penelitian Analisis Hubungan Pengetahuan Dasar, Budaya Organisasi Dan Kemampuan Numerik Dengan Efisiensi Kerja Pemeriksa Pajak
Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Variabel 1. Metode penelitian dependen terkait studi kasus pada tentang satu KPP pemeriksa pajak 2. Pengujian 2. Mengambil hipotesis sampel menggunakan pemeriksa pajak analisis korelasi 3. menggunakan sederhana, parsial data primer dan korelasi ganda berupa kuesioner
Chairuddin Syah Nasution (2002)
Analisis Hubungan Pendidikan Akademis, Pelatihan Teknis Perpajakan, Penempatan Kerja dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Sekretariat Direktorat Jenderal Pajak
1. Metode Pengujian Uji t dan Uji f 2. variabel independen pelatihan teknis perpajakan 3. menggunakan data primer yang berasal dari kuesioner
1. Menggunakan uji BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) 2. Variabel Dependen Kinerja Pegawai Pada Sekretariat Direktorat Jenderal Pajak
Hasil Penelitian Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Pengetahuan Dasar, Budaya Organisasi Dan Kemampuan Numerik Dengan Efisiensi Kerja Pemeriksa Pajak
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pendidikan akademis, pelatihan perpajakan, penempatan kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai pada Sekretariat Direktorat Jenderal Pajak
Bersambung halaman berikuitnya:
36
Lanjutan tabel 2.1 Peneliti (Tahun) Zamal Firdaus (2009)
Judul Penelitian Korelasi antara Pelatihan Teknis Perpajakan, Pengalaman, dan Motivasi Pemeriksa Pajak Dengan Kinerja Pemeriksa Pajak
Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Variabel 1. Menggunakan dependen kinerja sampel pemeriksa pemeriksa pajak pajak pada KPP di 2. Pengambilan Jakarta Barat sampel demgam 2. uji hipotesis metode dengan analisis purpossive koefisien korelasi sampling sederhana
Mardisar dan Sari (2007)
Pengaruh akuntabilitas dan pengetahuan terhadap kualitas hasil kerja auditor
Nataline (2007)
Pengaruh Batasan Waktu Audit, Pengetahuan Akuntansi Dan Auditing, Bonus Serta Pengalaman Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik Di Semarang
1. Menggunakan variabel independen akuntabilitas 2. Menggunakan analisis regresi berganda, uji asumsi klasik, uji t dan uji f 3. Metode pemilihan sampel purposive sampling 1. Variabel independen batasan waktu 2. Menggunakan analisis regresi berganda, uji asumsi klasik, uji t dan uji f 3. Metode pemilihan sampel purposive sampling
Hasil Penelitian Terdapat Korelasi Positif dan Signifikan antara Pelatihan Teknis Perpajakan, Pengalaman, dan Motivasi Pemeriksa Pajak Dengan Kinerja Pemeriksa Pajak
1. Penelitian untuk menguji kualitas audit 2. Objek Penelitian KAP di Semarang 3. Sampel akuntan publik
Akuntabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja dengan kompleksitas tugas yang rendah dan tidak memiliki pengaruh signifikan untuk kompleksitas tugas yang tinggi
1. Penelitian untuk menguji kualitas audit 2. Objek Penelitian KAP di Semarang 3. Sampel akuntan public
Terdapat pengaruh secara simultan batasan waktu audit, pengetahuan akuntansi dan auditing, bonus serta pengalaman terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Semarang
37
H. Keterkaitan Antar Variabel 1. Pelatihan Teknis Perpajakan Dengan Kinerja Pemeriksa Pajak Penelitian dalam Zamal Firdaus (2009), yaitu menguji korelasi antara pelatihan teknis perpajakan, pengalaman dan batasan waktu pemeriksaan pajak dengan kinerja pemeriksa pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di Jakarta Barat. Hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan yang positif dan siknifikan antara pelatihan teknis perpajakan, pengalaman dan batasan waktu pemeriksaan pajak dengan kinerja pemeriksa pajak. Artinya semakin baik pelaksanaan pelatihan teknis, pengalaman dan motivasi maka semakin kuat kinerja pemeriksa pajak. Hal ini sejalan dengan tujuan dilaksanakannya pelatihan teknis itu sendiri yaitu untuk memberikan ataupun meningkatkan pengetahuan, pemahaman, serta keterampilan khususnya mengenai masalah-masalah perpajakan Ha1 : Pelatihan
teknis
perpajakan
berpengaruh
terhadap
kinerja
pemeriksa pajak 2. Akuntabilitas Dengan Kinerja Pemeriksa Pajak Penelitian yang dilakukan dalam Diani Mardisar dan Ria Nelly Sari (2007), yaitu menguji pengaruh akuntabilitas dan pengetahuan terhadap kualitas hasil kerja auditor. Penelitian ini dilakukan pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Pekanbaru dan Riau. Dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk kompleksitas pekerjaan rendah, baik aspek akuntabilitas dan interaksi akuntabilitas dengan pengetahuan memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor. Walaupun jika dilihat dari R squarenya, pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas hasil 38
kerja lebih kuat dibanding pengaruh interaksi akuntabilitas dengan pengetahuan terhadap kualitas hasil kerja. Sedangkan untuk kompleksitas pekerjaan tinggi, kualitas hasil kerja auditor dapat ditingkatkan dengan akuntabilitas tinggi yang didukung oleh pengetahuan audit yang tinggi. Ha2 : Akuntabilitas berpengaruh terhadap kinerja pemeriksa pajak 3. Batasan Waktu Pemeriksaan Dengan Kinerja Pemeriksa Pajak Pada penelitian dalam Nataline (2007), yaitu menguji pengaruh batasan waktu audit, pengetahuan akuntansi dan auditing, bonus serta pengalaman terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Semarang. Kualitas audit yang dijalankan auditor di Kota Semarang tergolong baik. Dari 74 auditor yang diteliti sebanyak 44 auditor atau 59,46% kualitas auditnya tergolong sangat baik dan 23 auditor (31,08%) tergolong baik. Pengujian hipotesis yang menyatakan ada pengaruh secara simultan batasan waktu, pengetahuan auditor tentang akuntansi dan auditing, bonus dan pengalaman terhadap kualitas audit dapat dilihat dari hasil uji F. Hasil uji F diperoleh F hitung = 31,037 dengan nilai p value = 0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, yang berarti ada pengaruh secara simultan batasan waktu, pengetahuan auditor tentang akuntansi dan auditing, bonus dan pengalaman terhadap kualitas audit. Kontribusi batasan waktu audit, pengetahuan di bidang akuntansi dan auditing, pemberian bonus, serta pengalaman kerja terhadap kualitas audit di Kantor Akuntan Publik di Semarang sebesar 62,2%. Ha3 : Batasan
waktu
pemeriksaan
berpengaruh
terhadap
kinerja
pemeriksa pajak
39
I.
Kerangka Pemikiran Model Penelitian dapat ditunjukkan dengan kerangka pemikiran yang dituangkan dalam sebuah model penelitian sebagai berikut:
Pelatihan teknis perpajakan (X1)
Akuntablitas (X2)
Batasan Waktu (X3)
Kinerja Pemeriksa Pajak (Y)
Metodologi Penelitian
Statistik Deskriptif
Uji Kualitas Data Uji Validitas dan Reabilitas
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas, Multikolonieritas, Heteroskedastisitas
Analisis Regresi Berganda, Koefisien Determinan, Uji t dan Uji f
Hasil Dan Kesimpulan
Gambar 2.1 Model Skema Penelitian
40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen, yaitu pelatihan teknis, batasan waktu pemeriksaan dan akuntabilitas pemeriksa pajak terhadap variabel dependen, yaitu kinerja pemeriksa pajak. Populasi dari penelitian ini adalah pemeriksa pajak di Kantor Pelayanan Pajak di Jakarta Selatan.
B. Metode Penentuan Sampel Menurut Indriantoro dan Supomo (1999:115), populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemeriksa pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di Jakarta Selatan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode judgemen sampling atau purposive sampling dimana menurut Hamid (2007) adalah pengumpulan data atas strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata. Teknik pemilihan sample ini dipilih karena peneliti ingin mengetahui informasi yang berkaitan tentang pemeriksaan pajak maka peneliti dapat memilih pemeriksa pajak sebagai sample penelitian. Para pemeriksa pajak merupakan subjek yang tepat
41
untuk
memberikan
informasi
berdasarkan
pertimbangan
tertentu
dibandingkan subyek dalam KPP yang bukan pemeriksa pajak. Faktor kepraktisan
(kecepatan
waktu
dan biaya
yang murah) merupakan
pertimbangan pokok dalam metode pemilihan sampel secara acak ini.
C. Metode Pengumpulan Data 1.
Data Primer Merupakan data yang diperoleh dari pengumpulan langsung dari lapangan (tidak melalui perantara), berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian, atau kegiatan, dan hasil pengujian. Adapun data primer yang digunakan dalam penelitian ini: a. Kuesioner Kuesioner merupakan penelitian dengan cara mengajukan daftar pertanyaan langsung kepada responden, yaitu pemeriksa pajak Kantor Pelayanan Pajak di Kebayoran Lama. Dalam penelitian ini metode
yang dilakukan peneliti
adalah skala linkert
yang
menggunakan ukuran interval sebagai nilai skalanya. b. Wawancara Adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab dengan pemeriksa pajak yang berhubungan dengan penelitian.
42
2.
Data Sekunder Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Adapun data sekunder yang peneliti pakai yaitu: a. Riset Kepustakaan Kepustakaan (library resesearch) adalah penelitian yang datanya diambil terutama atau seluruhnya dari kepustakaan (buku,dokumentasi, artikel, jurnal, laporan, internet dan lain sebagainya). b. Teknik Dokumentasi Teknik
dokumentasi
yang
dilakukan
adalah
dengan
mengumpulkan data dengan cara mengutip langsung data yang diperoleh dari lembaga (instansi) terkait, yang berhubungan dengan penelitian.
D. Metode Analisis Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik, dan analisis data. 1. Statistik Deskriptif Statistik diskriptif
digunakan oleh peneliti untuk memberikan
informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan daftar demografi responden. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat rata-rata (mean), standar deviasi,
43
varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2006:19). 2. Uji Kualitas Data Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka peneliti menggunakan uji validitas dan reliabilitas. a. Uji Validitas Data Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidak suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapakan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas ini menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara nilai yang diperoleh dari pertanyaanpertanyaan. Apabila Pearson Correlation yang didapat memiliki nilai di bawah 0,05 berarti data yang diperoleh adalah valid (Ghozali, 2006:49). b. Uji Reliabilitas Data Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi jawaban responden. Suatu kuesioner dikatakan reliable jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu: 1)
Repeated Measure atau pengukuran ulang.
2) One Shot atau pengukuran sekali saja, pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.
44
Kriteria pengujian dilakukan dengan menggunakan pengujian Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali, 2006:45). 3. Uji Asumsi Klasik Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka peneliti melakukan uji multikolonieritas, uji normalitas, dan uji heteroskedastisitas. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di dalam model regresi variabel independen dan variabel dependen keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan Normal Probability Plot (P-P Plot). Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal (Santoso, 2004:212). b. Uji Multikolonieritas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Uji multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflantion Factor (VIF) (Ghozali, 2006:95). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikoliniearitas (multiko). Model
45
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflantion Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2006:95). Suatu model regresi dapat dikatakan bebas multiko jika mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 dan mempunyai angka tolerance mendekati 1, sedangkan jika dilihat dengan besaran korelasi antar variabel independen, maka suatu model regresi dapat dikatakan bebas multiko jika koefisien korelasi antar variabel independen haruslah lemah (dibawah 0,5). Jika korelasinya kuat, maka terjadi problem multiko (Santoso, 2004:203206). c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu
pengamatan
ke
pengamatan
yang
lain.
Uji
heteroskedastisitas dapat dilihat dengan menggunakan grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). Jika grafik plot menunjukkan suatu pola titik seperti titik yang bergelombang atau melebar kemudian menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika grafik plot tidak membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006:125).
46
4. Analisis Data a. Analisis Regresi Berganda Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya (Santoso, 2004:163). Model ini digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linier
(Indriantoro dan
Supomo,
2002:211). Variabel
independen terdiri dari pelatihan teknis perpajakan, akuntabilitas, dan batasan waktu pemeriksaan. Sedangkan variabel dependennya adalah Kinerja Pemeriksa Pajak. Rumus regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut: 4. Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e 5. Keterangan : Y
: Kinerja Pemeriksa Pajak
a
: Konstanta (harga Y, bila X=0)
b1-b3
: Koefisien regresi (menunjukkan angka peningkatan atau penurunan
variabel
dependen
yang
didasarkan
pada
hubungan nilai variabel independen) X1
: Pelatihan Teknis Perpajakan
X2
: Akuntabilitas
X3
: Batasan Waktu Pemeriksaan
e
: Error
47
b. Analisis Koefisien Determinan Untuk mengetahui besarnya atau kecilnya persentase pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel berikut (Y) dipergunakan koefisien determinan dengan rumus sebagai berikut: KD = r2 x 100%
Keterangan: KD = Koefisien Determinan r
= Koefisien korelasi
c. Uji Hipotesis 1) Uji t Uji t bertujuan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual. Untuk dapat mengetahui apakah ada pengaruh signifikan dari variabel masing-masing independen terhadap variabel dependen, maka nilai signifikannya dibandingkan dengan derajat kepercayaannya. Apabila tingkat signifikan lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima. Demikian pula sebaliknya jika tingkat signifikan lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak. Bila Ha diterima dan Ho ditolak berarti ada hubungan signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen (Ghozali, 2005:84).
48
2) Uji F Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan ke dalam variabel model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005:84). Kriteria yang dipakai untuk membuat keputusan terhadap hasil uji hipotesis yang diuji adalah berdasarkan tingkat signifikansi sebesar 0,05 yang merupakan probabilitas kesalahan sebesar 5 %. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1) Jika Probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak 2) Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima
E. Operasional Variabel dan pengukurannya Operasional variabel penelitian adalah sebuah konsep yang mempunyai penjabaran yang diterapkan dalam suatu penelitian dan dimaksudkan untuk memastikan agar variabel yang ingin
diteliti secara jelas dapat diterapkan
indikatornya (Indrianto,2002:69). Variabel yang terdapat dalam penelitian ini terdiri atas variabel independen dan variabel dependen yaitu: 1. Variabel Independen (X) a.
Pelatihan Teknis Perpajakan (X₁) Pelatihan teknis perpajakan merupakan pelatihan yang
49
ditujukan kepada pegawai Direktorat Jenderal Pajak dan bertujuan untuk memberikan ataupun meningkatkan pngetahuan, pemahaman, serta keterampilan khususnya mengenai masalah perpajakan termasuk didalamnya kemampuan numerik. b.
Akuntabilitas (X₂) Mendefinisikan psikologis
yang
akuntabilitas membuat
sebagai
bentuk
seseorang
dorongan berusaha
mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil kepada lingkungannya terkait pekerjaan yang dilakukan. c.
Batasan Waktu Pemeriksaan (X₃) Batasan waktu pemeriksaan merupakan suatu tolak ukur terhadap kinerja pemeriksa pajak. Dalam waktu yang telah ditentukan seorang pemeriksa pajak harus mampu menyelesaikan tugasnya secara efektif dan efisien. Alat yang digunakan untuk mengukur variabel pelatihan teknis perpajakan, akuntabilitas, dan batasan waktu pemeriksaan adalah dengan menyebarkan kuisioner seperti yang digunakan Nurhayati (2005), Putra Adi Syani (2008), Zamal Firdaus (2009) dan telah dimodifikasi oleh penulis sesuai kebutuhan penelitian. Agar data hasil kuisioner yang terkumpul dapat diolah dan dianalisis diperlukan suatu skala pengkuran atas jawaban setiap responden. Dalam hal ini skala 5 tingkat (linkert) untuk mengukur persepsi pelatihan teknis perpajakan, akuntabilitas, dan batasan waktu
50
pemeriksaan yang terdiri dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju. Kelima penelitian ini diberi bobot sebagai berikut: Tabel 3.1 Pengukuran Terhadap Variabel Independen No.
2.
Uraian
Skala
1.
Sangat Setuju (SS)
5
2.
Setuju (S)
4
3.
Ragu-ragu (RR)
3
4.
Tidak Setuju (TS)
2
5.
Sangat Tidak Setuju (STS)
1
Variabel Dependen (Y) Kinerja pemeriksa pajak adalah hasil pencapaian atas program yang dilaksanakan oleh pemeriksa pajak serta evaluasi atas bagaimana program dilaksanakan melalui tata kelola manajemen yang baik. Variabel ini diukur dengan menggunakan indikator sebagai berikut: efektifitas pelaksanakan kegiatan / program, efisiensi atas penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan kegiatan / program.
51
Variabel 1. Pelatihan Teknis Perpajakan
Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian Dimensi Indikator Optimalisasi Pelatihan Teknis
a. Peningkatan pendidikan b. Peningkatan kepercayaan diri c. Peningkatan pengetahuan dasar perpajakan (X₁) (Sumber: d. Peningkatan pengetahuan teknis dan Zamal Firdaus peraturan perpajakan 2009) e. Peningkatan pemahaman f. Peningkatan kemampuan numerik g. Peningkatan Keterampilan khusus perpajakan h. Peningkatan kemampuan mengatasi masalah 2. Akuntabilitas Motivasi dan a. Berfikir rasional dalam mengambil (X2) (Sumber: Perilaku keputusan Mardisar dan b. Bertanggung jawab dalam Sari, 2007) mengambil tindakan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan c. Motivasi untuk menyelesaikan pekerjaan d. Berfikir secara objektif dan mengambil keputusan dengan analisa yang baik e. Kemampuan untuk memfokuskan pada fakta – fakta yang relevan berfikir secara cepat dan terperinci f. Kemampuan meningkatkan kualitas kerja g. Menggunakan kemampuan profesionalnya dengan cermat dan seksama 3. Batasan Waktu Anggaran a. Waktu cadangan yang disediakan untuk mengaudit hal-hal yang tidak (X₃) (Sumber : waktu audit terduga Nataline 2007) b. Kurangnya anggaran waktu audit c. Penggunaan jam lembur saat mengaudit d. Mengaudit beberapa perusahaan pada periode yang bersamaan e. Melanggar anggaran waktu audit yang telah direncanakan f. Tidak fokus dalam bekerja
Butir Pertanyaan 4,5 6 2
Skala
Ordinal 8 9 7 10 1,3 11 Ordinal 13
14,15 16
12,19
20,17 18
21,22,23 Ordinal 26,27 24 25 28,29 30
Bersambung ke halaman berikutnya.
52
Variabel
Dimensi
Tabel 3.2 (lanjutan) Operasional Variabel Penelitian Indikator
4. Kinerja Efektivitas dan (Y) (Sumber: efiisiensi Yunita Arfiana pemeriksaan 2008)
a. Menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan atau kurang jelas tujuannya b. Menggunakan prosedur kerja yang efisien c. Mengkoordinir program kerja dengan baik d. Menyelesaikan pekerjaan tepat waktu e. Menggunakan sumber daya yang minimum dalam menghasilkan jasa dengan kualitas dan kuantitas yang tepat f. Pelaksanaan pemeriksaan yang sehat dan praktis g. Hasil pelaksanaan suatu program memenuhi tingkat pencapaian yang diinginkan h. Pelaksanaan suatu program dengan program lainnya tidak tumpang tindih atau bertentangan i. Meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pihak terkait dari pekerjaan yang dilakukan j. Tujuan pemeriksaan telah tercapai dengan baik
Butir Pertanyaan 31
Skala
32 Ordinal 33 34 35
36 37
38
39
40
53
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap pemeriksa pajak yang bekerja di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang berada di wilayah Jakarta Selatan. Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara langsung kepada responden yaitu pemeriksa pajak yang bekerja pada KPP di wilayah Jakarta Selatan. Penyebaran serta pengembalian kuesioner dilaksanakan mulai tanggal 27 November 2010 hingga 31 Januari 2011. Peneliti mengambil sampel sebanyak 3 KPP dari keseluruhan KPP yang berada di wilayah Jakarta Selatan, dengan peta distribusi yang terlihat dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian No.
Nama Kantor Pelayanan Pajak
Kuisioner dikirim 20
Kuisioner dikembalikan 18
1.
KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama
2.
KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga
20
12
3.
KPP Pratama Jakarta SetiaBudi Dua
20
14
Sumber: Data Primer Kuesioner yang disebarkan berjumlah 60 buah dan jumlah kuesioner yang kembali adalah sebanyak 44 kuesioner atau 73%. Kuesioner yang tidak kembali
54
sebanyak 16 buah atau 27%. Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 43 buah atau 98%, sedangkan kuesioner yang tidak dapat diolah karena tidak diisi secara lengkap oleh responden sebanyak 1 buah atau 2%. Gambaran mengenai data sampel ini dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Data Sampel Penelitian No. Keterangan 1. Jumlah kuesioner yang disebar
Auditor 60
Persentase 100%
2.
Jumlah kuesioner yang kembali
44
73%
3.
Jumlah kuesioner yang tidak kembali
16
27%
4.
Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah
1
2%
5.
Jumlah kuesioner yang dapat diolah
43
98%
Sumber: Data primer yang diolah 2. Karakteristik Profil Responden Responden dalam penelitian ini adalah pemeriksa pajak yang bekerja pada Kantor Pelayanan Pajak di Jakarta Selatan. Berikut ini adalah deskripsi mengenai identitas responden penelitian yang terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan pengalaman kerja responden. a.
Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini dapat dilihat dari tabel 4.3 berikut ini :
55
Tabel 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Cumulative Frequency Valid
Pria Wanita Total
Percent
Valid Percent
Percent
36
83.7
83.7
83.7
7
16.3
16.3
100.0
43
100.0
100.0
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sekitar 36 orang atau 83,7% responden didominasi oleh jenis kelamin pria, dan sisanya sebesar 7 orang atau 16,3% responden berjenis kelamin wanita. b. Deskripsi responden berdasarkan usia Deskripsi responden berdasarkan usia pada penelitian ini dapat dilihat dari tabel 4.4 berikut ini : Tabel 4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia Cumulative Frequency Percent Valid
Valid Percent
Percent
< 25 Tahun
0
0
0
0
26-35 Tahun
29
67.4
67.4
67.4
> 36 Tahun
14
33.6
33.6
100.0
Total
43
100.0
100.0
Sumber: Data primer yang diolah
56
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden atau sebanyak 67,4% atau sekitar 29 pemeriksa pajak berusia 26-35 tahun, sebanyak 33,6% atau sekitar 14 pemeriksa berusia diatas 36 tahun c. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir Tabel 4.5 berikut ini merupakan data responden berdasarkan pendidikan terakhir sebagai berikut : Tabel 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
D3
7
16.3
16.3
16.3
S1
31
72
72
88.3
S2
5
11.7
11.7
100.0
S3
0
0
0
100.0
43
100.0
100.0
Total
Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan terakhir Strata Satu (S1) dengan jumlah 31 responden atau 72%. Sisanya sebesar 16,3% atau sebanyak 7 orang berpendidikan terakhir Diploma III (D3) dan sebesar 11,7% atau sebanyak 5 orang berpendidikan terakhir Strata Dua (S2).
57
d. Deskripsi responden berdasarkan masa kerja Tabel 4.6 berikut ini merupakan data responden berdasarkan masa kerja sebagai berikut : Tabel 4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Frequency Percent Valid
Valid
Cumulative
Percent
Percent
< 5 Tahun
0
0
0
0
6-10 Tahun
18
41.9
41.9
41.9
> 11 Tahun
25
58.1
58.1
100.0
Total
43
100.0
100.0
Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden atau sebanyak 58,1% atau sekitar 25 responden memiliki pengalaman kerja diatas 11 tahun, sisanya 41,9% atau sekitar 18 auditor memiliki pengalaman kerja 6-10 tahun.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi pelatihan teknis perpajakan, akuntabilitas, batasan waktu pemeriksaan dan
58
kinerja pemeriksa pajak akan diuji secara statistik deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel 4.7. Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
PT
43
30
49
40.21
4.693
AK
43
32
48
38.51
4.574
BAT
43
32
49
39.91
3.999
KIN
43
20
50
37.23
6.164
Valid N (listwise)
43
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.7 menjelaskan bahwa pada variabel kinerja pemeriksa pajak jawaban minimum responden sebesar 20 dan maksimum sebesar 50, dengan rata-rata total jawaban 37,23 dan standar deviasi sebesar 6,16. Variabel pelatihan teknis perpajakan jawaban minimum responden sebesar 30 dan maksimum sebesar 49, dengan rata-rata total jawaban 40,21 dan standar deviasi sebesar 4,69. Pada variabel akuntabilitas jawaban minimum responden sebesar 32 dan maksimum sebesar 48, dengan ratarata total jawaban 38,51 dan standar deviasi sebesar 4,57. Variabel batasan waktu pemeriksaan jawaban minimum responden sebesar 32 dan maksimum sebesar 49, dengan rata-rata total jawaban 39,91 dan standar deviasi sebesar 3,99.
2. Hasil Uji Kualitas Data a. Hasil Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
59
Pearson Corelation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid. Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji validitas dari empat variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pelatihan teknis perpajakan (PT), akuntabilitas (AK), batasan waktu pemeriksaan (BAT) dan kinerja pemeriksa pajak (KIN). Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Butir
Pearson
Sig
Keterangan
Pertanyaan
Corelation
(2-Tailed)
PT1
0,457**
0,002
Valid
PT2
0,462**
0,002
Valid
PT3
0,575*
0,000
Valid
PT4
0,660**
0,000
Valid
PT5
0,547**
0,000
Valid
PT6
0,462*
0,002
Valid
PT7
0,334**
0,029
Valid
PT8
0,627**
0,000
Valid
PT9
0,679**
0,000
Valid
PT10
0,671**
0,000
Valid
AK1
0,557**
0,000
Valid
AK2
0,707**
0,000
Valid
Bersambung pada halaman selanjutnya
60
Tabel 4.8 (lanjutan) Butir
Pearson
Sig
Keterangan
Pertanyaan
Corelation
(2-Tailed)
AK3
0,530**
0,000
Valid
AK4
0,580*
0,000
Valid
AK5
0,366**
0,016
Valid
AK6
0,754**
0,001
Valid
AK7
0,567**
0,000
Valid
AK8
0,465**
0,000
Valid
AK9
0,668**
0,000
Valid
AK10
0,605**
0,000
Valid
BAT1
0,404*
0,007
Valid
BAT2
0,573**
0,000
Valid
BAT3
0,372*
0,014
Valid
BAT4
0,665**
0,000
Valid
BAT5
0,688**
0,000
Valid
BAT6
0,482**
0,001
Valid
BAT7
0,568**
0,000
Valid
BAT8
0,629**
0,000
Valid
BAT9
0,444**
0,003
Valid
BAT10
0,339**
0,026
Valid
Bersambung pada halaman selanjutnya
61
Tabel 4.8 (Lanjutan) Butir
Pearson
Sig
Keterangan
Pertanyaan
Corelation
(2-Tailed)
KIN1
0,632**
0,000
Valid
KIN2
0,670**
0,000
Valid
KIN3
0,817*
0,000
Valid
KIN4
0,791**
0,000
Valid
KIN5
0,753**
0,000
Valid
KIN6
0,642**
0,000
Valid
KIN7
0,662**
0,000
Valid
KIN8
0,699**
0,000
Valid
KIN9
0,735**
0,000
Valid
KIN10
0,772**
0,000
Valid
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.8 menunjukkan variabel pelatihan teknis perpajakan, akuntabilitas, batasan waktu pemeriksaan serta kinerja pemeriksa pajak memiliki kriteria valid untuk setiap item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa semua item pernyataan
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
mampu
mengungkapkan sesuatu yang diukur pada kuesioner tersebut. b. Hasil Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari instrumen penelitian. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan
62
reliabel jika nilai Cronbach Alpha berada diatas 0,6. Tabel 4.9 menunjukkan hasil uji reliabilitas untuk empat variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Cronbach’s
Keterangan
Alpha Pelatihan Tenis Perpajakan
0,745
Reliabel
Akuntabilitas
0,767
Reliabel
Batasan Waktu Pemeriksaan
0,703
Reliabel
Kinerja Pemeriksa Pajak
0,893
Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.9 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel pelatihan teknis perpajakan sebesar 0,745, akuntabilitas sebesar 0,767, batasan waktu pemeriksaan sebesar 0,703, serta kinerja pemeriksa pajak sebesar 0,893. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti bila pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban sebelumnya.
63
3. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Hasil Uji Multikolonieritas Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka dapat dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen. Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa Standard ized Unstandardized
Coeffici
Collinearity
Coefficients
ents
Statistics
Model
B
1
-9.193
7.747
PT
.664
.199
AK
.492
BAT
.019
(Constant)
Std. Error
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
-1.187
.243
.506
3.339
.002
.522 1.914
.159
.365
3.088
.004
.857 1.167
.231
.012
.082
.935
.531 1.882
a. Dependent Variable: KIN
Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.10 diatas terlihat bahwa nilai tolerance mendekati angka 1 dan nilai variance inflation factor (VIF) disekitar angka 1 untuk setiap variabel. Variabel pelatihan teknis perpajakan dengan nilai tolerance sebesar 0,522 dan VIF sebesar 1,914, variabel akuntabilitas dengan nilai tolerance sebesar 0,857 dan VIF sebesar 1,167, serta variabel batasan waktu pemeriksaan dengan nilai tolerance sebesar 0,531 dan VIF sebesar 1,882. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi tidak terdapat problem multiko dan dapat digunakan dalam penelitian ini.
64
b. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
Sumber: Data primer yang diolah Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot Gambar 4.1 memperlihatkan penyebaran data yang berada disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini
65
menunjukkan
bahwa
model
regresi
telah
memenuhi
asumsi
normalitas. c. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, yang diperlihatkan pada gambar 4.2.
Sumber: Data primer yang diolah Gambar 4.2 Grafik Scatterplot
66
Berdasarkan gambar 4.2, grafik scatterplot menunjukkan bahwa data tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model persamaan regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi kinerja pemeriksa pajak berdasarkan variabel yang mempengaruhinya, yaitu pelatihan teknis perpajakan, akuntabilitas dan batasan waktu pemeriksaan. 4. Hasil Analisis Data Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda (multiple regression analysis), yaitu: a. Uji Koefisien Determinasi Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Tabel 4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb Std. Error of the Model 1
R
R Square .730a
Adjusted R Square
.533
.497
Estimate 4.373
Durbin-Watson 2.115
a. Predictors: (Constant), BAT, AK, PT b. Dependent Variable: KIN
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.11 menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,497 atau 49,7%, ini menunjukkan bahwa variabel kinerja pemeriksa pajak
67
yang dapat dijelaskan oleh variabel pelatihan teknis perpajakan, akuntabilitas serta batasan waktu pemeriksaan adalah sebesar 49,7%, sedangkan sisanya sebesar 0,503 atau 50,3% (1-0,497) dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini. Faktor lain yang dapat mempengaruhi diantaranya keahlian, profesionalisme, motivasi, pengalaman dan lain-lain. b. Hasil Uji Statistik t Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05. Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.12, jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan jika nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha. Tabel 4.12 Hasil Uji Statistik t Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant)
B
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
-9.193
7.747
PT
.664
.199
AK
.492
BAT
.019
Collinearity Statistics T
Sig.
Tolerance
VIF
-1.187
.243
.506
3.339
.002
.522
1.914
.159
.365
3.088
.004
.857
1.167
.231
.012
.082
.935
.531
1.882
a. Dependent Variable: KIN
Sumber: Data primer yang diolah
68
Hasil Uji Hipotesis 1: Pengaruh pelatihan teknis perpajakan terhadap kinerja pemeriksa pajak. Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.12, variabel pelatihan teknis perpajakan mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,002. Hal ini berarti menerima Ha1 sehingga dapat dikatakan bahwa pelatihan teknis perpajakan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pemeriksa pajak karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel pelatihan teknis perpajakan lebih kecil dari 0,05. Hasil Uji Hipotesis 2: Pengaruh akuntabilitas terhadap kinerja pemeriksa pajak. Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.12, variabel akuntabilitas mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,004. Hal ini berarti menerima Ha2 sehingga dapat dikatakan bahwa akuntabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pemeriksa pajak karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel akuntabilitas lebih kecil dari 0,05. Hasil Uji Hipotesis 3: Pengaruh batasan waktu pemeriksaan terhadap kinerja pemeriksa pajak.. Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.12, variabel batasan waktu pemeriksaan mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,935. Hal ini berarti menolak Ha3 sehingga dapat dikatakan bahwa batasan waktu pemeriksaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
69
pemeriksa pajak karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel batasan waktu pemeriksaan lebih besar dari 0,05. Berdasarkan tabel 4.12, maka diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut. Y = -9.193 +0,664X₁+0,492X₂+0,019X₃+e
Keterangan: Y = Kinerja Pemeriksa Pajak X₁ = Pelatihan Teknis Perpajakan X₂ = Akuntabilitas X₃ = batasan waktu pemeriksaan e = Error Dari model regresi berganda tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Nilai konstanta (α) model persamaan regresi sebesar -9,193. Hal ini menyatakan bahwa jika variabel pelatihan teknis perpajakan, akuntabilitas dan batasan waktu pemeriksaan pajak dianggap konstan, maka tingkat kemudahan tindakan penagihan tunggakan pajak bersifat negatif. 2) Koefisien regresi pada variabel pelatihan teknis perpajakan bernilai positif sebesar 0,664. Hal ini menunjukkan jika koefisien regresi pada variabel pelatihan teknis perpajakan bernilai positif maka
70
akan terjadi peningkatan kinerja pemeriksa pajak secara positif dengan asumsi variabel lainnya masih tetap konstan. 3) Koefisien regresi pada variabel akuntabilitas bernilai positif sebesar 0,492. Hal ini menunjukkan jika koefisien regresi pada variabel akuntabilitas bernilai positif maka akan terjadi peningkatan kinerja pemeriksa pajak secara positif dengan asumsi variabel lainnya masih tetap konstan. 4) Koefisien regresi pada variabel batasan waktu pemeriksaan bernilai positif sebesar 0,019. Hal ini menunjukkan jika koefisien regresi pada variabel batasan waktu pemeriksaan bernilai positif maka akan terjadi peningkatan kinerja pemeriksa pajak secara positif dengan asumsi variabel lainnya masih tetap konstan.
c. Hasil Uji Statistik F Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05. Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.13, jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha.
71
Tabel 4.13 Hasil Uji Statistik F
ANOVAb
Model Sum of Squares
Df
Mean Square
1 Regression
849.837
3
283.279
Residual
745.837
39
19.124
1595.674
42
Total
F 14.813
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), BAT, PT, AK b. Dependent Variable: KIN
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil Uji Hipotesis 4: Pengaruh pelatihan teknis perpajakan, akuntabilitas serta batasan waktu pemeriksaan terhadap kinerja pemeriksa pajak. Hasil uji hipotesis 4 dapat dilihat pada tabel 4.13 nilai F diperoleh sebesar 16.066 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha4 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa pelatihan teknis perpajakan, akuntabilitas serta batasan waktu pemeriksaan berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kinerja pemeriksa pajak.
72
C. Pembahasan 1. Pengaruh pelatihan teknis perpajakan terhadap kinerja pemeriksa pajak Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel pelatihan teknis perpajakan 0,002 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa pelatihan teknis perpajakan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pemeriksa pajak. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan teknis pepajakan dapat meningkatkan kinerja pemeriksa pajak. Bertambahnya pengetahuan dan pelatihan teknis perpajakan membuat pemeriksa pajak semakin mengerti dan lebih mudah untuk menyelesaikan masalah-masalah terkait dengan pemeriksaan pajak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Djazoeli Sadhani (1999), Chairuddin Syah Nasution (2002), serta Zamal Firdaus (2009) yang menyatakan bahwa pelatihan teknis berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pemeriksa pajak. 2. Pengaruh akuntabilitas terhadap kinerja pemeriksa pajak Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel akuntabilitas
0,004
<
0,05 sehingga dapat
disimpulkan
bahwa
akuntabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pemeriksa pajak. Rasa pertanggungjawaban dan motivasi pemeriksa pajak terhadap semua tindakan dan keputusan yang diambil dalam melaksanakan pemeriksaan pada wajib pajak dapat meningkatkan kinerja pemeriksa pajak. Dalam melaksanakan pemeriksaan harus memiliki akuntabilitas yang tinggi karena dapat meningkatkan performa kinerja pemeriksa. Hasil
73
penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh mardisar dan sari (2007), Pia (2009), serta Prasetio (2010) yang menyatakan bahwa akuntabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. 3. Pengaruh batasan waktu pemeriksaan terhadap kinerja pemeriksa pajak Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel batasan waktu pemeriksaan 0,935 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa batasan waktu pemeriksaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pemeriksa pajak. Hal ini dapat disebabkan karena dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap wajib pajak, seorang pemeriksa pajak dapat memperpanjang masa pemeriksaan jika waktu yang diberikan kurang mencukupi. Hal ini menunjukkan bahwa batasan waktu pemeriksaan tidak dapat meningkatkan kinerja pemeriksa pajak. Selain itu, lama tidaknya pemeriksaan pajak bukanlah salah satu tolak ukur berhasil atau tidaknya tindakan pemeriksaan. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ventura (2001), serta Nataline (2007) yang menyatakan bahwa batasan waktu pemeriksaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja audit. 4. Pengaruh pelatihan teknis perpajakan, akuntabilitas serta batasan waktu pemeriksaan terhadap kinerja pemeriksa pajak Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa pelatihan teknis perpajakan, akuntabilitas dan batasan waktu pemerikksaan berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kinerja pemeriksa pajak. Dengan demikian, pemeriksa pajak yang memiliki pelatihan teknis perpajakan
74
yang cukup, rasa pertanggungjawaban dan motivasi yang tinggi, dan batasan waktu pemeriksaan berpengaruh dan dapat meningkatkan kinerja pemeriksa pajak. Sehingga dapat meningkatkan penerimaan Negara dari sector pajak. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Djazoeli Sadhani (1999), Chairuddin Syah Nasution (2002), Mardisar dan Sari (2007), Nataline (2007), serta Zamal Firdaus (2009).
75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan teknis perpajakan, akuntabilitas dan batasan waktu pemeriksaan terhadap kinerja pemeriksa pajak. Responden penelitian ini berjumlah 43 orang pemeriksa pajak yang bekerja pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang berada di Jakarta Selatan. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan model regresi berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelatihan teknis perpajakan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pemeriksa pajak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Djazoeli Sadhani (1999), Chairuddin Syah Nasution (2002), serta Zamal Firdaus (2009) yang menyatakan bahwa pelatihan teknis perpajakan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pemeriksa pajak. 2. Akuntabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pemeriksa pajak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mardisar dan Sari (2007) yang menyatakan bahwa akuntabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pemeriksa pajak. 3. Batasan waktu pemeriksaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pemeriksa pajak. Hasil penelitian ini menolak penelitian
76
sebelumnya yang dilakukan oleh Ventura (2001) dan Nataline (2007) yang menyatakan bahwa batasan waktu pemeriksaan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pemeriksa pajak. 4. Pelatihan teknis perpajakan, akuntabilitas dan batasan waktu periksaan berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kinerja pemeriksa pajak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Djazoeli Sadhani (1999), Chairuddin Syah Nasution (2002), Mardisar dan Sari (2007), Nataline (2007), serta Zamal Firdaus (2009).
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan diatas menunjukkan bahwa variabel pelatihan teknis perpajakan dan akuntabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pemeriksa pajak. Hal ini menunjukkan bahwa dalam melaksanakan pemeriksaan perpajakan, seorang pemeriksa pajak dituntut untuk memiliki pengetahuan dan pelatihan teknis perpajakan yang mencukupi untuk meningkatkan kinerjanya. Selain itu seorang pemeriksa pajak juga harus memiliki rasa tanggungjawab terhadap semua tindakan dan keputusan yang diambil dalam melaksanakan pemeriksaan baik dalam sikap mental maupun dalam penampilan karena akuntabilitas pemeriksa pajak sangat diperlukan untuk meningkatkan citra aparat pajak dan meyakinkan masyarakat yang saat ini kurang percaya terhadap aparat pajak, seorang pemeriksa pajak dalam melaksanakan tugas auditnya harus memiliki pelatihan teknis perpajakan dan
77
akuntabilitas untuk meningkatkan kinerja pemeriksa pajak agar dapat memaksimalkan pendapatan negara dari sektor pajak. Oleh karena itu Kantor Pelayanan Pajak diharapkan membeikan pelatihan teknis perpajakan yang memadai agar mampu meningkatkan kinerja pemeriksa pajak. Selain itu diperlukan pembentukan mental dan sikap yang baik agar pemeriksa pajak memiliki akuntabilitas yang memadai untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik mungkin. Berbeda dengan variabel batasan waktu pemeriksaan yang menunjukkan bahwa tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemeriksa pajak. Hal ini disebabkan karena tolak ukur berhasil atau tidaknya pemeriksaan pajak bukanlah berdasarkan cepat atau tidaknya pemeriksaan tersebut. Tugas seorang pemeriksa pajak adalah memaksimalkan pendapatan negara dari sektor pajak yang tersembunyi pada wajib pajak yang akan diperiksa.
C. Keterbatasan Penelitian Pada sisi lain, terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, diantaranya peneliti hanya mengambil sampel 43 kuesioner yang disebar kepada 3 KPP dari 11 KPP yang berada di wilayah Jakarta Selatan, peneliti kesulitan dalam memperoleh izin untuk melakukan riset di tempat lain karena pada awal tahun ini merupakan waktu yang sangat padat bagi KPP karena harus mengurus pembayaran dan pelaporan pajak.
78
D. Saran Saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya, adalah sebagai berikut: 1. Penelitian
selanjutnya
diharapkan
dapat
menambahkan
variabel
independen lainnya, baik yang berasal dari faktor eksternal maupun faktor internal pemeriksa pajak atau menambahkan variabel moderating guna mengetahui variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi dan memperkuat atau memperlemah variabel dependen. 2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel penelitian serta memperluas wilayah sampel penelitian, bukan hanya di Jakarta Selatan, sehingga dapat diperoleh hasil penelitian dengan tingkat generalisasi yang lebih tinggi. 3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode penelitian yang berbeda seperti metode wawancara langsung kepada responden untuk memperoleh data yang lebih berkualitas.
79
DAFTAR PUSTAKA Abdurahmat. “Teori: Pengertian Efektivitas”, Artikel diakses tanggal 15 Mei 2010, dari http://othenk.blogspot.com/2008/11/pengertian-tentang-efektivitas Annisa, Nur. "Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan : Kajian Atas Kinerja Manajemen, Kualitas Auditor, dan Opini Audit", Balance Vol 1. 2004. Arfiana, Yulita. "Korelasi Efektifitas Penerapan Teknologi Informasi Dalam Sistem Administrasi Perpajakan Modern Dengan Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan", UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,2008. Bwoga, Hananta. Yoseph Agus dan Tony Masyahrul. “Pemeriksaan Pajak Indonesia”, PT. Grasindo, Jakarta, 2005.
Direktur Jenderal Pajak. Surat Edaran Nomor SE-03/PJ.7/2001, Jakarta, 2001
Farhan, Djuni. "Etika dan Akuntabilitas Profesional Akuntan Publik", Manajemen dan Usahawan, Edisi Feb-Mar, 2002, Hal 30-54.
Fatchurrochman, Agam. "Privatisasi Perpajakan dan Peran Praktisi Pajak ", artikel diakses pada 1 Oktober 2010 dari, (http://kompas.com/utama/news/0503/22/045542.htm).
Firdaus, Ahmad. "Analisis Pengaruh Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL) Terhadap Penerimaan Pajak (studi kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Kebon Jeruk)", UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.
Firdaus, Zamal. "Korelasi Antara Pelatihan Teknis Perpajakan, Pengalaman dan Motivasi Pemeriksa Pajak Terhadap Kinerja Pemeriksa Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Di Jakarta Barat",UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,2009.
80
Gunadi. "Fungsi Pemeriksaan Terhadap Peningkatan Kepatuhan Pajak (Tax Complience)", Jurnal Perpajakan Indonesia Volume 4 Nomor 5, 2005.
Gunadi. " Teknis Pemeriksaan Pajak Untuk Penetapan Surat Ketetapan Pajak (Bagian ` 1)", Jurnal Perpajakan Indonesia Volume 4 Nomor 9, 2005.
Gunadi. " Teknis Pemeriksaan Pajak Untuk Penetapan Surat Ketetapan Pajak (Bagian 2)", Jurnal Perpajakan Indonesia Volume 1 Nomor 10, 2005.
Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulis Skripsi”, Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial, 2007.
Handoko, T. Hani, “Manajemen, Edisi 2”, Artikel diakses tanggal 15 Juni 2010, dari http://dspace.widyatama.ac.id/bitstream/handle/10364/993/bab2a.pdf
Harianto, Totok. “Analisis Atas Pengaruh Efektivitas Pemeriksaan Pajak Terhadap Tingkat Kemudahan Tindakan Penagihan Tunggakan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Madiun”, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Jakarta, 2006.
Hasibuan, SP. “Teori: Pengertian Efisiensi”, artikel diakses tanggal 20 Mei 2010, dari http://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efisiensi/
Himayah, Siti. "Pelaksanaan Pemeriksa Pajak Atas Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus Pada KPP Jakarta Tebet)", UIN Syarief Hidayatullah, Jakarta, 2005.
Ilyas, B Irawan dan Burton Richard. “Hukum Pajak”, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2004. Imron, Malik. ”Prosedur Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) oleh Kantor Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan
81
dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Jawa Tengah”, Universitas Negeri Semarang, 2005
Indriantoro,Nur dan Bambang Supomo. "Metodologi Penelitian Untuk Akuntansi dan Manajemen", BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta, 2002.
Komariah, Rukiah. " Tindak Pidana Perpajakan Dalam Penghindaran, Penyimpangan, Penipuan Dan Pemalsuan Pajak", artikel diakses tanggal 1 Oktober 2010, dari www.legalitas.org.
Maharani, Maria Christin. "Pengaruh Perencanaan Audit Pajak Terhadap Efisiensi Pemeriksa Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di Surabaya", Universitas Airlangga, Surabaya. 2006.
Mardiasmo. "Akuntansi Sektor Publik", Andi Publisher, Yogyakarta, 2004.
Mardisar, Diani dan Ria Nelly Sari. "Pengaruh Akuntabilitas dan Pengetahuan Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor", Universitas Riau, 2007.
Masyarul, Tony. “Pengantar Perpajakan”, PT. Gramedia Widiasana, Jakarta, 2005.
Nasucha. “Efisiensi”, Berita Pajak No. 1410, 2003.
Nasution, Chairuddin Syah. "Analisis Hubungan Pendidikan Akademis, Pelatihan Teknis Perpajakan, Penempatan Kerja dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Sekretariat Direktorat Jenderal Pajak", Jurnal Manajemen dan Fiskal Vol.2 Nomor2, April 2002.
Nataline. "Pengaruh Batasan Waktu Audit, Pengetahuan Akuntansi dan Auditing, Bonus serta Pengalaman Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik di Semarang", Universitas Negeri Semarang, 2007
82
Nugroho, Nhuono Agung, SE, M.Si, Ak. "Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS", Penerbit Andi, Yogyakarta, 2005.
Purnomo, Dwi. “Ekstensifikasi Wajib Pajak Kenapa Tidak?”, Berita Pajak No. 1401, Jakarta, 1999. Resmi, Siti. “Perpajakan: Teori dan Kasus”, Penerbit Salemba Empat,Jakarta, 2008. Rosen, Harvey S. “Public Finance”, McGraw-Hill International Editions, Singapore, 1999. Sadhani, Djazoeli. "Pengetahuan Dasar, Kemampuan Numerik, Dan Efisiensi Kerja (Survei di Kantor Pemeriksa Pajak Khusus II Jakarta ", Jurnal Kipas, Vol 1, Nomor 8, Mei 1999. Samekto, Agus. "Dampak Batasan Waktu Pada Kinerja Auditor", Ventura Vol 4. 2001 Sandra, Buana. “Analisis Efisiensi Pemeriksaan Pajak (Studi Kasus pada Karipa Jayapura)”, Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 2002. Sanguadi, Teddy. “Menyamakan Persepsi Aparat Pajak Dengan Wajib Pajak”, Berita Pajak No.1512, 2004.
Siagian, Sondang P. “Teori: Pengertian Efektivitas”, Artikel diakses tanggal 15 Mei 2010, dari http://othenk.blogspot.com/2008/11/pengertian-tentangefektivitas.html Suandy, Early. “Hukum Pajak”, Edisi 3, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2006 Undang-Undang Undang-Undang 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan
83
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Nomor 62
Wulandari, Sri. “Analisis Efisiensi, Kualitas Dan Komunikasi Pemeriksaan Pajak Terhadap Tingkat Kemudahan Tindakan Penagihan Tunggakan Pajak Di KPP Pratama Pasar Minggu Jakarta Selatan”, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Wicaksono, Fanny. "Pengaruh Persepsi Mengenai Komitmen dan Budaya Organisasi Terhadap Persepsi Mengenai Kinerja Pegawai Pajak di Direktorat Jenderal Pajak", Pasca Sarjana FISIP Universitas Indonesia, Jakarta, 2002.
84
LAMPIRAN-LAMPIRAN
HASIL UJI ANALISIS REGRESI BERGANDA
Variables Entered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables Removed
Method
1
BAT, AK, PTa
.
Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: KIN Descriptive Statistics N
Minimum Maximum
Std. Deviation
Mean
PT
43
30
49
40.21
4.693
AK
43
32
48
38.51
4.574
BAT
43
32
49
39.91
3.999
KIN
43
20
50
37.23
6.164
Valid N (listwise)
43 Model Summaryb
Model
R
1
.730a
R Square
Adjusted R Square
.533
Std. Error of the Estimate
.497
4.373
a. Predictors: (Constant), BAT, AK, PT b. Dependent Variable: KIN ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Df
Mean Square
Regression
849.837
3
283.279
Residual
745.837
39
19.124
1595.674
42
Total
a. Predictors: (Constant), BAT, AK, PT b. Dependent Variable: KIN
F 14.813
Sig. .000a
Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model
B
1
-9.193
7.747
-1.187
.243
PT
.664
.199
.506 3.339
.002
.522
1.914
AK
.492
.159
.365 3.088
.004
.857
1.167
BAT
.019
.231
.012
.935
.531
1.882
(Constant)
Std. Error
Collinearity Statistics
Beta
t
Sig. Tolerance
.082
VIF
a. Dependent Variable: KIN
Coefficient Correlationsa Model 1
BAT Correlations BAT
AK
PT
1.000
-.136
-.634
AK
-.136
1.000
-.187
PT
-.634
-.187
1.000
.054
-.005
-.029
AK
-.005
.025
-.006
PT
-.029
-.006
.040
Covariances BAT
a. Dependent Variable: KIN
Collinearity Diagnosticsa Dimensi Eigenval Model on ue 1
Condition Index
Variance Proportions (Constant)
PT
AK
BAT
1
3.981
1.000
.00
.00
.00
.00
2
.010
20.211
.00
.17
.74
.07
3
.006
25.618
.80
.24
.25
.00
4
.003
34.130
.20
.58
.01
.93
a. Dependent Variable: KIN
HASIL UJI ASUMSI KLASIK 1. UJI MULTIKOLONIERITAS Coefficientsa Unstandardized Coefficients B
1
-9.193
7.747
-1.187
.243
PT
.664
.199
.506 3.339
.002
.522
1.914
AK
.492
.159
.365 3.088
.004
.857
1.167
BAT
.019
.231
.012
.935
.531
1.882
a. Dependent Variable: KIN
2. UJI HETEROSKEDASTISITAS
Beta
Collinearity Statistics
Model (Constant)
Std. Error
Standardized Coefficients t
.082
Sig. Tolerance
VIF
3. NORMALITAS
HASIL UJI RELIABILITAS PELATIHAN TEKNIS PERPAJAKAN
Case Processing Summary N Cases
%
Valid
43
95.6
2
4.4
45
100.0
Excludeda Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Cronbach's Alpha
Items
.745
N of Items .742
10
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
PT1
4.07
.737
43
PT2
4.16
.785
43
PT3
4.33
.644
43
PT4
4.00
.900
43
PT5
3.98
.938
43
PT6
4.05
.785
43
PT7
4.02
.801
43
PT8
4.02
.913
43
PT9
3.88
.956
43
PT10
3.70
.989
43
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Item Deleted
Total Correlation
Correlation
Alpha if Item Deleted
PT1
36.14
19.409
.320
.435
.736
PT2
36.05
19.236
.316
.337
.737
PT3
35.88
18.962
.472
.407
.720
PT4
36.21
17.265
.529
.517
.705
PT5
36.23
18.087
.383
.535
.729
PT6
36.16
19.235
.316
.386
.737
PT7
36.19
20.155
.171
.287
.756
PT8
36.19
17.488
.485
.394
.712
PT9
36.33
16.844
.544
.476
.702
PT10
36.51
16.780
.527
.400
.705
Scale Statistics Mean 40.21
Variance 22.027
Std. Deviation 4.693
N of Items 10
HASIL UJI RELIABILITAS AKUNTABILITAS Case Processing Summary N Cases
%
Valid
43
95.6
2
4.4
45
100.0
Excludeda Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Cronbach's Alpha
Items
.767
N of Items .784
10
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
AK11
4.00
.617
43
AK12
3.70
.741
43
AK13
3.98
.859
43
AK14
4.09
.718
43
AK15
3.49
.985
43
AK16
3.56
.934
43
AK17
3.79
.833
43
AK18
4.02
.831
43
AK19
3.93
.768
43
AK20
3.95
.688
43
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted
Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
Squared Multiple Cronbach's Alpha Correlation
if Item Deleted
AK11
34.51
18.161
.453
.386
.748
AK12
34.81
16.679
.610
.496
.726
AK13
34.53
17.493
.375
.337
.756
AK14
34.42
17.630
.461
.346
.745
AK15
35.02
18.595
.160
.129
.792
AK16
34.95
17.712
.298
.266
.769
AK17
34.72
15.873
.657
.577
.715
AK18
34.49
17.303
.424
.462
.749
AK19
34.58
16.821
.557
.466
.732
AK20
34.56
17.586
.496
.347
.741
Scale Statistics Mean 38.51
Variance 20.922
Std. Deviation 4.574
N of Items 10
HASIL UJI RELIABILITAS BATASAN WAKTU PEMERIKSAAN
Case Processing Summary N Cases
%
Valid
43
95.6
2
4.4
45
100.0
Excludeda Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Cronbach's Alpha
Items
.703
N of Items .696
10
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
BAT21
4.14
.774
43
BAT22
4.00
.655
43
BAT23
3.72
.734
43
BAT24
3.81
.852
43
BAT25
3.81
.824
43
BAT26
4.09
.684
43
BAT27
4.12
.823
43
BAT28
3.91
.868
43
BAT29
4.07
.768
43
BAT30
4.23
.649
43
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted
Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
Squared Multiple Cronbach's Alpha Correlation
if Item Deleted
BAT21
35.77
14.087
.225
.527
.703
BAT22
35.91
13.420
.447
.547
.668
BAT23
36.19
14.346
.199
.320
.706
BAT24
36.09
12.182
.518
.459
.649
BAT25
36.09
12.134
.554
.558
.643
BAT26
35.81
13.822
.335
.377
.684
BAT27
35.79
12.931
.403
.461
.672
BAT28
36.00
12.381
.468
.509
.659
BAT29
35.84
13.854
.271
.664
.695
BAT30
35.67
14.653
.185
.609
.706
Scale Statistics Mean 39.91
Variance 15.991
Std. Deviation 3.999
N of Items 10
HASIL UJI RELIABILITAS KINERJA PEMERIKSA PAJAK Case Processing Summary N Cases
%
Valid
43
95.6
2
4.4
45
100.0
Excludeda Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Cronbach's Alpha
Items
.893
N of Items .896
10
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
KIN31
4.02
.672
43
KIN32
3.91
.718
43
KIN33
3.70
.832
43
KIN34
3.63
.787
43
KIN35
3.21
1.013
43
KIN36
4.09
.684
43
KIN37
3.67
.747
43
KIN38
3.58
.731
43
KIN39
3.28
.959
43
KIN40
4.14
.675
43
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted
Corrected Item-
Item Deleted
Squared Multiple Cronbach's Alpha
Total Correlation
Correlation
if Item Deleted
KIN31
33.21
27.503
.552
.537
.888
KIN32
33.33
26.939
.590
.656
.886
KIN33
33.53
24.874
.757
.904
.874
KIN34
33.60
25.435
.729
.844
.876
KIN35
34.02
24.261
.657
.951
.883
KIN36
33.14
27.361
.562
.843
.888
KIN37
33.56
26.824
.577
.835
.887
KIN38
33.65
26.614
.623
.792
.884
KIN39
33.95
24.807
.641
.940
.884
KIN40
33.09
26.420
.716
.876
.879
Scale Statistics Mean 37.23
Variance 31.849
Std. Deviation 5.644
N of Items 10
JAWABAN RESPONDEN PELATIHAN TEKNIS PERPAJAKAN
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
PT1
PT2
PT3
PT4
PT5
PT6
PT7
PT8
PT9
PT10
4 5 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 3
4 4 5 5 5 5 4 2 3 3 4 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 3
4 5 4 3 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 2
4 5 4 5 5 3 3 4 4 5 5 3 5 5 3 3 5 4 3 5 4 2 4
4 3 4 4 5 4 4 5 3 5 5 4 5 5 3 4 4 4 3 5 4 2 4
4 5 4 3 4 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 3
4 4 5 3 4 5 3 5 3 3 4 4 5 5 3 3 4 5 4 3 4 4 4
3 5 4 4 4 4 3 4 5 5 5 4 5 5 3 5 4 5 4 3 4 2 2
4 4 5 3 5 3 3 4 5 3 5 3 4 5 3 5 5 3 3 5 3 2 3
4 3 4 3 5 4 4 3 3 4 2 5 5 5 3 3 4 3 3 5 4 2 3
Skor 39 43 43 38 47 40 39 40 40 41 43 39 47 49 35 43 42 41 36 46 39 30 31
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
3 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 2 2 5 3 3 4
3 3 5 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 3 4 3
4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4
3 4 4 4 3 5 3 5 5 5 5 4 2 4 4 4 5 4 3 3
5 4 4 4 3 3 3 5 5 5 5 3 2 5 2 5 3 5 4 3
4 5 5 4 3 4 3 5 3 5 3 4 3 5 2 4 3 3 4 4
5 3 5 5 4 4 3 4 5 4 3 4 5 5 5 4 5 3 3 3
4 4 5 5 3 4 3 4 5 5 3 5 4 5 5 3 3 3 3 5
3 4 5 5 5 5 3 3 5 5 3 4 2 4 5 4 4 3 3 4
3 4 5 5 4 4 4 3 5 5 3 4 2 5 2 2 4 5 3 3
37 39 46 44 38 41 35 41 48 48 39 41 33 48 36 36 42 36 34 36
JAWABAN RESPONDEN AKUNTABILITAS Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
AK11
AK12
AK13
AK14
AK15
AK16
AK17
AK18
AK19
AK20
4 3 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 3 3 4 4 4 3
4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 3 3 5 4 3 3 5 4 3 3 4 2 4 3
5 5 4 5 5 4 5 4 3 4 3 3 5 5 4 4 4 4 3 3 4 4 2 3
5 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 3 5 4 4 4
5 3 2 5 3 4 2 2 4 3 3 5 4 5 4 4 4 3 3 4 5 4 4 3
3 4 3 5 3 5 3 2 3 4 3 3 5 5 3 3 3 2 4 4 3 2 4 4
3 2 4 5 5 4 4 3 4 3 3 4 5 4 4 4 4 4 5 3 4 3 4 3
3 3 3 4 5 3 5 4 3 3 3 5 5 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3
4 2 4 4 5 4 5 4 4 3 3 4 5 5 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3
4 3 4 4 5 3 4 3 5 4 3 3 4 5 4 4 5 3 4 3 4 3 4 3
Skor 40 32 38 46 44 40 42 34 38 36 32 38 48 46 38 38 42 36 36 32 40 32 38 32
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 5 4 4 4 4 4 3
4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 2 2 4 4 3 3
4 4 4 5 4 4 2 5 3 2 4 4 5 4 4 5 4 5 4
4 5 4 4 4 4 3 5 3 3 5 3 3 3 5 5 5 3 4
4 3 2 2 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 2 5 5 5 3
2 3 3 4 5 3 4 5 5 4 3 3 4 3 3 5 5 3 3
4 4 5 4 4 4 4 4 3 2 5 4 4 3 2 5 5 3 3
5 5 5 5 5 5 4 5 3 4 5 4 4 4 3 5 5 5 3
3 4 5 4 4 4 3 5 5 3 5 4 3 5 3 4 5 4 4
4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 3 4 4 4 5 4 3 4
38 40 40 40 42 40 36 46 38 32 42 34 38 35 32 47 46 38 34
JAWABAN RESPONDEN BATASAN WAKTU PEMERIKSAAN
Responden BAT21 1 3 2 5 3 5 4 3 5 5 6 4 7 4 8 5 9 4 10 4 11 5 12 4 13 5 14 5 15 4 16 4 17 4 18 5 19 4 20 5 21 4 22 4 23 4
BAT22
BAT23
BAT24
BAT25
BAT26
BAT27
BAT28
BAT29
BAT30
3 4 3 4 5 4 4 4 4 4 3 4 5 5 3 4 4 4 4 5 4 4 4
4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 5 3 3 4 3 3 5 3 4 5
3 3 3 4 4 3 5 2 4 4 3 3 5 5 5 3 4 3 5 5 4 3 4
3 3 3 5 3 4 4 3 3 4 3 4 4 5 3 4 4 3 4 5 4 3 4
4 3 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 5 5 5 5 3 5 4 4 3 5
4 4 5 5 3 4 3 4 5 2 4 3 5 5 4 4 5 4 4 5 5 2 5
4 4 5 3 4 3 5 3 2 3 4 3 4 4 4 3 5 3 4 5 5 2 3
4 5 5 4 4 5 5 3 3 5 5 4 5 5 4 3 4 4 4 5 4 4 2
4 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 2
Skor 36 40 42 40 40 40 43 35 37 38 39 36 47 49 39 37 44 36 41 48 41 33 38
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
3 5 5 4 2 4 4 4 5 5 4 4 2 5 4 4 4 3 4 4
4 5 5 4 3 4 4 4 4 5 5 4 3 5 4 4 4 3 3 3
3 3 5 5 4 3 3 2 3 4 4 4 4 3 4 4 4 5 3 4
3 4 5 4 4 4 2 5 3 4 4 3 3 5 4 4 4 5 3 4
3 4 4 4 5 5 2 5 4 5 5 4 3 5 3 3 4 5 3 3
4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 3 3 5 3 3
4 4 4 4 5 4 3 5 4 4 5 4 3 5 4 5 4 5 3 4
4 4 3 4 5 5 4 5 5 5 5 4 3 5 4 4 3 4 3 4
4 4 3 5 4 4 4 3 5 5 5 4 3 3 4 4 4 3 4 4
4 4 5 5 4 4 4 3 5 5 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4
36 41 43 43 41 41 34 40 42 46 46 40 32 44 39 39 38 42 33 37
JAWABAN RESPONDEN KINERJA PEMERIKSA PAJAK Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
KIN31
KIN32
KIN33
KIN34
KIN35
KIN36
KIN37
KIN38
KIN39
KIN40
4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 3 5 3 4 4 4 4 2 3 4
4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 5 5 4 4 4 4 3 3 4 2 2 4
4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 5 5 3 4 5 3 3 3 3 2 3 4
4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 5 5 3 3 3 3 4 3 3 2 4 4
3 4 2 4 4 3 4 3 3 3 3 3 5 4 3 3 3 4 3 3 2 2 4 3
4 4 5 5 5 4 5 3 4 4 4 4 5 5 3 3 5 4 4 4 4 2 4 5
4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 5 3 4 5 3 3 3 3 2 3 4
4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 5 5 3 3 3 3 4 3 3 2 4 4
3 4 2 4 4 3 4 3 3 3 3 4 5 4 3 3 3 4 3 3 2 2 4 3
4 4 5 5 5 4 5 3 4 4 4 4 5 5 3 3 5 4 4 4 4 2 4 5
Skor 38 33 34 37 42 38 42 34 35 35 38 36 48 48 31 35 39 36 35 33 32 20 35 40
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4
4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4
3 5 4 4 4 4 4 5 5 2 3 5 3 4 4 4 4 2 4
3 5 4 4 4 3 3 5 5 2 4 2 4 4 4 4 4 3 4
2 5 5 4 4 3 4 4 5 1 4 2 3 2 2 4 2 1 3
4 3 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
3 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 5 3 4 4 4 4 2 4
3 5 4 4 4 3 3 5 3 3 4 2 4 4 4 4 4 3 4
2 5 5 4 4 3 4 4 5 3 4 2 3 2 2 4 2 1 3
4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
32 47 43 40 40 36 40 48 48 31 39 36 35 36 36 40 36 26 38
Petunjuk: Mohon jawaban atas pertanyaan berikut ini dengan member tanda silang (X) pada jawaban yang paling tepat menurut pendapat Bapak/Ibu/Saudara
IDENTITAS RESPONDEN
1.
Nama
: ……………………………………
2.
Jenis Kelamin
:
3.
Umur
: ……………………………………
4.
Pendidikan Terakhir :
Pria
Wanita
D3
S1
S2
S3
Lainnya 5.
Lama bekerja
:
< 5 tahun 6-10 tahun >11 tahun
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan keadaan, pendapat dan perasaan Anda yang sebenarnya. Keterangan : SS = Sangat Setuju S = Setuju R = Ragu-ragu TS = Tidak Setuju STS= Sangat Tidak Setuju Catatan : Jawaban apapun yang diberikan tidak akan mempengaruhi apapun terhadap Bapak/Ibu, karena penelitian ini semata-mata digunakan hanya untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
I. Pelatihan Teknis Perpajakan No Daftar Pertanyaan 1 Pendidikan formal diperlukan Pemeriksa Pajak sebagai persyaratan untuk menduduki jabatan tertentu baik struktural maupun fungsional. 2 Pemeriksa pajak wajib mendapatkan pendidikan secara khusus untuk pemeriksaan pajak. 3 Saya akan menerima hampir setiap tugas pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan saya. 4 Perlu tanbahan pengetahuan dan keterampilan dalam pendidikan saya. 5 Pemeriksa pajak wajib mengikuti diklat untuk menambah pengetahuan teknis dari tugas pokoknya. 6 Pelatihan teknis yang diberikan menambah pemahaman saya. 7 Pelatihan yang diberikan menambah kecepatan dan ketepatan numerik. 8 Pelatihan teknis yang diberikan membantu kecermatan dan keseksamaan dalam kesempurnaan hasil kerja saya. 9 Pelatihan yang diberikan memberikan pemahaman pemeriksaan pajak sesuai peraturan perpajakan. 10 Pelatihan yang diberikan dapat menunjang penyelesaian masalah-masalah perpajakan dalam tugas saya.
SS
S
R
TS
STS
II. Akuntabilitas No Daftar Pertanyaan 11 Seorang pemeriksa yang memiliki akuntabilitas tinggi dalam mengambil tindakan lebih berdasarkan alasan-alasan yang rasional 12
Seorang pemeriksa dengan akuntabilitas tinggi akan mencurahkan usaha (daya pikir) yang lebih besar ketika menyelesaikan pekerjaan
13
Seorang pemeriksa harus memiliki tanggungjawab yang tinggi dalam mengambil tindakan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan
14
Seorang pemeriksa yang memiliki akuntabilitas yang tinggi juga memiliki motivasi tinggi dalam mengerjakan sesuatu
15
Seorang pemeriksa tidak memerlukan motivasi untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan
16
Seorang pemeriksa harus berfikir secara objektif dan analisa yang baik dalam mengambil sebuah keputusan untuk menyelesaikan pekerjaan
17
Seorang pemeriksa tidak harus memiliki faktafakta yang relevan dan mengungkapkan suatu hal
18
Akuntabilitas dapat meningkatkan kualitas hasil kerja auditor tanpa didukung dengan pengetahuan yang tinggi
19
Dalam menyelesaikan suatu pekerjaan akuntabilitas cenderung lebih penting jika dibandingkan dengan pengetahuan dan pengalaman
20
Keyakinan bahwa sebuah pekerjaan akan diperiksa oleh atasan dapat meningkatkan keinginan untuk menghasilkan pekerjaan yang lebih berkualitas
SS
S
R
TS
STS
III. Batasan Waktu Pemeriksaan No Daftar Pertanyaan 21
Waktu pemeriksaan yang diberikan saya rasa telah sesuai
22
Waktu pemeriksaan yang cukup membuat pekerjaan saya lebih rapi
23
Saya sering dikejar deadline dalam memeriksa
24
Saya sering lembur untuk menyelesaikan pekerjaan saya
25
Saya sering memeriksa beberapa WP dalam satu waktu.
26
Saya merasa waktu yang dibutuhkan terlalu sempit, sehingga terasa cukup berat atas beban pekerjaan yang saya emban.
27
Dengan waktu yang telah di tentukan, tugas yang diberikan belum sepenuhnya dapat saya kerjakan dengan baik
28
Selama menjalankan tugas, saya kurang mampu memenuhi target waktu yang telah ditentukan
29
Dalam waktu yang ada, ternyata saya kurang memiliki waktu untuk bersantai sejenak
30
Waktu yang diberikan terlalu sempit, maka dalam melaksanakan tugas saya terlalu tergesagesa dan tidak fokus
SS
S
R
TS
STS
IV. Kinerja Pemeriksa Pajak No Daftar Pertanyaan 31 Pekerjaan yang saya lakukan telah menghindari adanya duplikasi pekerjaan. 32
Kegiatan / program pemeriksaan yang kurang jelas tujuannya dapat dihindari.
33
Saya mengkoordinasikan dengan baik dalam melaksanakan pekerjaan.
34
Saya dapat melaksanakan pekerjaan dan dapat membuat laporan tepat waktu.
35
Saya telah menggunakan sumber daya minimum dalam pekerjaan untuk menghasilkan kualitas dan kuantitas yang tepat. Saya telah melakukan pemeriksaan dengan budaya kerja yang sehat dan praktis
36 37
Saya melaksanakan hasil pelaksanaan program memenuhi target yang telah ditetapkan.
38
Pelaksanaan suatu program yang saya lakukan tidak saling bertentangan.
39
Saya telah melakukan pemeriksaan sesuai dengan prosedur.
40
Tujuan dari Pemeriksa pajak dalam melakukan pemeriksaan kepada Wajib Pajak telah tercapai.
SS
S
R
TS
STS
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama Mahasiswa : Eko Saputra NIM
: 106082002591
Jurusan
: Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupkan plagiat, maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 1 Maret 2011
Eko Saputra
HASIL UJI VALIDITAS PELATIHAN TEKNIS PERPAJAKAN Correlations PT1 PT1
PT2
PT7
PT8
PT9
PT10
Skor
.002
.282
-.164
.175
.147
.357*
.457**
.082
.002
.249
.988
.067
.293
.263
.347
.019
.002
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
Pearson Correlation
.268
1
.364*
.202
.005
-.128
.297
.161
.248
.249
.462**
Sig. (2-tailed)
.082
.017
.193
.973
.412
.053
.303
.109
.107
.002
1
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
.453**
.364*
1
.205
.131
.252
-.015
.311*
.411**
.270
.575**
.002
.017
.187
.403
.104
.924
.043
.006
.080
.000
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
Pearson Correlation
.180
.202
.205
1
.536**
.135
.066
.319*
.498**
.348*
.660**
Sig. (2-tailed)
.249
.193
.187
.000
.389
.674
.037
.001
.022
.000
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
Pearson Correlation
.002
.005
.131
.536**
1
.389**
.032
.140
.183
.428**
.547**
Sig. (2-tailed)
.988
.973
.403
.000
.010
.837
.372
.241
.004
.000
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
N PT5
PT6
.180
N
PT4
PT5
.453**
N
PT3
PT4
.268
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
PT2
PT3
N
43
PT6
Pearson Correlation
.282
-.128
.252
.135
.389**
-.040
.331*
.134
.233
.462**
Sig. (2-tailed)
.067
.412
.104
.389
.010
.801
.030
.391
.132
.002
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
-.164
.297
-.015
.066
.032
-.040
1
.325*
.190
.129
.334*
.293
.053
.924
.674
.837
.801
.034
.222
.409
.029
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
Pearson Correlation
.175
.161
.311*
.319*
.140
.331*
.325*
1
.467**
.193
.627**
Sig. (2-tailed)
.263
.303
.043
.037
.372
.030
.034
.002
.216
.000
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
Pearson Correlation
.147
.248
.411**
.498**
.183
.134
.190
.467**
1
.365*
.679**
Sig. (2-tailed)
.347
.109
.006
.001
.241
.391
.222
.002
.016
.000
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
.357*
.249
.270
.348*
.428**
.233
.129
.193
.365*
1
.671**
.019
.107
.080
.022
.004
.132
.409
.216
.016
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
.457**
.462**
.575**
.660**
.547**
.462**
.334*
.627**
.679**
.671**
1
.002
.002
.000
.000
.000
.002
.029
.000
.000
.000
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
N PT7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
PT8
N PT9
N PT10
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Skor
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
1
.000
44
HASIL UJI VALIDITAS AKUNTABILITAS Correlations AK11 AK11 Pearson Correlation
AK12
AK12 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N AK13 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N AK14 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N AK15 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N AK16 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
AK14
AK15
AK16
AK17
AK18
AK19
AK20
Skor
.416**
.404**
.376*
.000
.083
.371*
.139
.402**
.280
.557**
.005
.007
.013
1.000
.598
.014
.373
.008
.069
.000
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
.416**
1
.213
.368*
.109
.387*
.512**
.360*
.338*
.485**
.707**
.170
.015
.486
.010
.000
.018
.026
.001
.000
1
Sig. (2-tailed) N
AK13
.005 43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
.404**
.213
1
.467**
.014
.076
.226
.268
.286
.159
.530**
.007
.170
.002
.930
.628
.145
.083
.063
.308
.000
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
.376*
.368*
.467**
1
.170
.098
.312*
.156
.271
.250
.580**
.013
.015
.002
.276
.530
.041
.318
.079
.106
.000
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
.000
.109
.014
.170
1
.214
.215
.044
.015
.069
.366*
1.000
.486
.930
.276
.167
.167
.779
.926
.658
.016
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
.083
.387*
.076
.098
.214
1
.215
.014
.188
.338*
.478**
.598
.010
.628
.530
.167
.166
.931
.226
.027
.001
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
AK17 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N AK18 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N AK19 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N AK20 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Skor
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.371*
.512**
.226
.312*
.215
.215
.592**
.572**
.356*
.754**
.014
.000
.145
.041
.167
.166
.000
.000
.019
.000
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
.139
.360*
.268
.156
.044
.014
.592**
1
.450**
.252
.567**
.373
.018
.083
.318
.779
.931
.000
.002
.103
.000
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
.402**
.338*
.286
.271
.015
.188
.572**
.450**
1
.444**
.668**
.008
.026
.063
.079
.926
.226
.000
.002
.003
.000
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
.280
.485**
.159
.250
.069
.338*
.356*
.252
.444**
1
.605**
.069
.001
.308
.106
.658
.027
.019
.103
.003
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
.557**
.707**
.530**
.580**
.366*
.478**
.754**
.567**
.668**
.605**
1
.000
.000
.000
.000
.016
.001
.000
.000
.000
.000
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
1
.000
44
HASIL UJI VALIDITAS BATASAN WAKTU PEMERIKSAAN Correlations BAT21 BAT21 Pearson Correlation
BAT22
BAT22 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N BAT23 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N BAT24 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N BAT25 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N BAT26 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
BAT24
BAT25
BAT26
BAT27
BAT28
BAT29
BAT30
Skor
.564**
-.056
.076
-.033
-.115
.049
.126
.304*
.266
.404**
.000
.724
.626
.834
.462
.756
.420
.048
.085
.007
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
.564**
1
.149
.341*
.397**
.160
.133
.126
.142
.056
.573**
.342
.025
.008
.307
.396
.422
.364
.721
.000
1
Sig. (2-tailed) N
BAT23
.000 43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
-.056
.149
1
.295
.188
.053
.213
-.116
.078
.189
.372*
.724
.342
.054
.228
.736
.171
.457
.621
.224
.014
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
.076
.341*
.295
1
.594**
.398**
.405**
.330*
-.016
-.092
.665**
.626
.025
.054
.000
.008
.007
.031
.919
.557
.000
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
-.033
.397**
.188
.594**
1
.454**
.454**
.408**
.059
-.051
.688**
.834
.008
.228
.000
.002
.002
.007
.709
.746
.000
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
-.115
.160
.053
.398**
.454**
1
.446**
.336*
-.149
-.104
.482**
.462
.307
.736
.008
.002
.003
.028
.341
.508
.001
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
BAT27 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N BAT28 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N BAT29 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N BAT30 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Skor
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.049
.133
.213
.405**
.454**
.446**
.416**
-.126
-.186
.568**
.756
.396
.171
.007
.002
.003
.006
.420
.233
.000
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
.126
.126
-.116
.330*
.408**
.336*
.416**
1
.367*
.124
.629**
.420
.422
.457
.031
.007
.028
.006
.015
.428
.000
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
.304*
.142
.078
-.016
.059
-.149
-.126
.367*
1
.731**
.444**
.048
.364
.621
.919
.709
.341
.420
.015
.000
.003
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
.266
.056
.189
-.092
-.051
-.104
-.186
.124
.731**
1
.339*
.085
.721
.224
.557
.746
.508
.233
.428
.000
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
.404**
.573**
.372*
.665**
.688**
.482**
.568**
.629**
.444**
.339*
1
.007
.000
.014
.000
.000
.001
.000
.000
.003
.026
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
1
.026
44
HASIL UJI VALIDITAS KINERJA PEMERIKSA PAJAK Correlations KIN31 KIN31 Pearson Correlation
KIN32
KIN32 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N KIN33 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N KIN34 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N KIN35 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N KIN36 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
KIN34
KIN35
KIN36
KIN37
KIN38
KIN39
KIN40
Skor
.696**
.524**
.467**
.237
.306*
.442**
.408**
.248
.412**
.632**
.000
.000
.002
.125
.046
.003
.007
.109
.006
.000
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
.696**
1
.670**
.401**
.257
.309*
.608**
.332*
.281
.420**
.670**
.000
.008
.097
.044
.000
.029
.068
.005
.000
1
Sig. (2-tailed) N
KIN33
.000 43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
.524**
.670**
1
.551**
.501**
.427**
.834**
.452**
.407**
.543**
.817**
.000
.000
.000
.001
.004
.000
.002
.007
.000
.000
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
.467**
.401**
.551**
1
.607**
.375*
.315*
.881**
.550**
.503**
.791**
.002
.008
.000
.000
.013
.039
.000
.000
.001
.000
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
.237
.257
.501**
.607**
1
.349*
.249
.474**
.943**
.478**
.753**
.125
.097
.001
.000
.022
.107
.001
.000
.001
.000
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
.306*
.309*
.427**
.375*
.349*
1
.434**
.318*
.359*
.899**
.642**
.046
.044
.004
.013
.022
.004
.038
.018
.000
.000
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
KIN37 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N KIN38 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N KIN39 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N KIN40 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Skor
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.442**
.608**
.834**
.315*
.249
.434**
.268
.263
.470**
.662**
.003
.000
.000
.039
.107
.004
.083
.089
.001
.000
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
.408**
.332*
.452**
.881**
.474**
.318*
.268
1
.442**
.458**
.699**
.007
.029
.002
.000
.001
.038
.083
.003
.002
.000
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
.248
.281
.407**
.550**
.943**
.359*
.263
.442**
1
.490**
.735**
.109
.068
.007
.000
.000
.018
.089
.003
.001
.000
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
.412**
.420**
.543**
.503**
.478**
.899**
.470**
.458**
.490**
1
.772**
.006
.005
.000
.001
.001
.000
.001
.002
.001
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
.632**
.670**
.817**
.791**
.753**
.642**
.662**
.699**
.735**
.772**
1
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
1
.000
44