SKRIPSI
PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU TERHADAP KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR
Oleh RINA NUZULIA FITRI F24102072
2007 DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU TERHADAP KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR
Oleh
RINA NUZULIA FITRI F24102072
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
2007 DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU TERHADAP KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR Oleh RINA NUZULIA FITRI F24102072 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Dilahirkan pada tanggal 16 Juni 1984 Di Sumedang Tanggal lulus : 11 April 2007 Menyetujui, Bogor, 14 Mei 2007
Prof. Dr. Winiati P Rahayu Pembimbing Akademik Mengetahui
Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 16 Juni 1984 di Sumedang, Jawa Barat. Penulis adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara, pasangan keluarga Drs.Agus Salim, AR. MSi dan Emin Rukmini (alm). Riwayat pendidikan penulis dimulai dari TK Pertiwi Merauke (1988–1990), SD Negeri 1 Merauke (1990–1993), SD Negeri Sukatali Sumedang (1993–1996), SMP Negeri 1 Merauke (1996 – 1999) dan SMU Negeri 1 Merauke (1999 – 2002). Penulis kemudian masuk Institut Pertanian Bogor melalui Jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 2002 dan terdaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi Teknologi Pangan, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Penulis pernah mengurus beberapa acara sebagai anggota panitia pelaksana seperti Lepas Landas Sarjana, BAUR dan sebagainya. Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Jawa Barat dengan judul
“Bergerak
Bersama
dalam
Meningkatkan
Kualitas
Pendidikan,
Kewirausahaan serta Kelestarian Lingkungan”. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Penulis melakukan penelitian dengan judul “Persepsi Orang Tua dan Guru Terhadap Keamanan Jajanan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor” di bawah bimbingan Prof. Dr. Winiati P.Rahayu.
Rina Nuzulia Fitri. F24102072. Persepsi Orang Tua dan Guru Terhadap Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor. Dibawah bimbingan: Prof. Dr. Winiati P. Rahayu. 2007. RINGKASAN Anak sekolah dasar merupakan objek yang sangat rentan terhadap penyakit yang ditimbulkan oleh pangan jajanan. Kebiasaan jajan pada anak sangat erat hubungannya dengan kehidupan ekonomi dan kebiasaan makan yang terdapat di lingkungan keluarga. Untuk itu perlu peran orang tua, terutama ibu rumah tangga sebagai penjaga gerbang (gate keeper) yang bertanggung jawab dalam pemilihan dan persiapan hidangan bagi seluruh keluarga (Engel et al., 1994). Selain itu, peran guru tidak dapat dihilangkan. Guru sebagai panutan bagi siswa sekolah diharapkan dapat berperan dalam pengawasan terhadap keamanan pangan jajanan, khususnya yang terdapat di sekolah, baik di kantin sekolah maupun di sekitar sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi orang tua dan guru terhadap keamanan pangan jajanan anak sekolah sebagai dasar pengembangan strategi untuk memasyarakatkan pengetahuan keamanan pangan bagi orang tua dan guru sehingga orang tua dan guru dapat berkontribusi lebih maksimal terhadap keamanan pangan jajanan di sekolah. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan terhadap ibu rumah tangga dan guru yang jumlahnya dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Simamora, 2002) Penelitian dilakukan dengan penyebaran kuisioner sebagai alat pengumpul data pokok. Sebelum dilakukan pengambilan data, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan realibilitas terhadap kuisioner penelitian. Data yang diperoleh dari penelitian kemudian diolah dengan microsoft excel dan program SPSS (Crosstabulation). Dari hasil penelitian diketahui bahwa orang tua (71,98%) dan guru (75,63%) memiliki persepsi yang cukup bagus terhadap keamanan pangan jajanan anak sekolah. Hal ini ditunjang dengan pengetahuan, sikap dan perilaku kedua responden terhadap hal-hal yang menyangkup keamanan pangan jajanan. Sebanyak 85,78% orang tua mengetahui jenis bahan kimia berbahaya untuk pangan dan 94,97% mengetahui pengaruh yang akan timbul akibat bahan kimia berbahaya tersebut. Namun pengetahuan orang tua tentang pengaruh yang akan timbul akibat pangan yang tidak higienis masih kurang (24,57%). Sedangkan guru semuanya telah mengetahui jenis-jenis bahan kimia berbahaya untuk pangan dan 99,38% diantaranya juga mengetahui pengaruh yang akan ditimbulkan akibat pengkonsumsian bahan kimia berbahaya tersebut. Selain itu, sebanyak 70,00% guru mengetahui tentang pengaruh yang akan timbul akibat pangan yang tidak higienis. Informasi tersebut diperoleh orang tua dari media elektronik seperti TV/Radio (53.02%) sedangkan guru memperoleh informasi tersebut dari media cetak seperti: Koran/Majalah (40.00%). Sisanya informasi tentang keamanan pangan diperoleh kedua responden dari puskesmas, dokter/bidan, dan dari sumber lainnya seperti pihak keluarga, pengalaman, teman, dan buku. Namun, menurut orang tua jumlah anak yang mengalami gangguan kesehatan akibat pangan jajanan lebih besar (65.76%) dibandingkan dengan anak yang tidak pernah mengalami gangguan kesehatan akibat pangan jajanan (34,24%), dengan gejala sebagian besar adalah diare dan sakit perut (66,12%) yang terjadi 1 kali setiap tahun (43.81%). Hal ini dapat
terjadi karena menurut guru pangan jajanan yang dijual di sekitar sekolah hanya sebagian yang aman (69,38%) dan kurang bersih (85,00%). Untuk pencegahan baik ibu (96,98%) maupun guru (92,50%) sudah mengingatkan anak untuk mencuci tangan sebelum menyentuh pangan. Dilihat dari korelasi antar parameter dengan menggunakan uji chi-square terhadap responden orang tua diketahui bahwa terdapat hubungan antara profil responden seperti usia, pekerjaan, pengeluaran dan pendidikan dengan beberapa persepsi responden terhadap keamanan pangan. Namun setelah dilakukan regresi di dapatkan bahwa nilai R square rata-rata mendekati 0. Artinya hubungan yang ada sangat lemah. Demikian pula dengan korelasi antar parameter guru. Dari analisis Chi-square terdapat hubungan antara profil guru seperti umur dengan persepsi guru dalam memonitor keamanan pangan jajanan di kantin sekolah dan di sekitar sekolah serta pengaruh yang ditimbulkan oleh bahan kimia berbahaya serta jenis kelamin guru dengan aktivitas guru dalam memonitor keamanan jajanan disekitar sekolah dan gangguan kesehatan anak setelah jajan di sekitar sekolah. Namun setelah dilakukan regresi diperoleh nilai R square mendekati 0.
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah serta nikmat yang telah diberikannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU TERHADAP KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR”. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya untuk semua pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan skripsi ini, terutama kepada: 1. Ayah Drs. Agus Salim Ar, MSi dan Bunda Encum Aan Hasanah S.sos yang selalu memberikan dukungannya berupa doa dan kasih sayang, semangat dan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini. Karya ini kupersembahkan untuk kalian. 2. Prof. Dr. Winiati P. Rahayu selaku Pembimbing Akademik atas bantuan, bimbingan, saran, kritik dan dukungan pada penulis selama penulis menimba ilmu di ITP. 3. Bapak Dr. Ir. Yadi Haryadi, MS dan Ibu Dra. Waysima, MSc yang telah meluangkan waktu serta telah memberikan masukan kepada penulis. 4. Kepala Sekolah dan Para Guru tempat penulis melakukan penelitian serta para orang tua atas bantuan maupun kerjasamanya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir. 5. Seluruh Staf pengajar ITP yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama belajar di ITP. 6. Almarhumah Mamah Mien, Tetehku Revy JuniaSari, ade-adeku: Alfindra Sepalawandika dan Reni Febrianti serta keponakan kecilku Ervian Ikhsandi Sentosa. 7. Seluruh keluarga di Sumedang dan di Aceh yang selalu memberikan semangat agar penulis cepat menyelesaikan tugas akhir dan atas doa yang diberikan selama ini. 8. Sahabat terbaikku: Meilina, Rizky, Dian, Hana, Denok, Retno, Vero, Ira, dan Dikres. Terima kasih atas persahabatan, dukungan, dan candanya.
9. Dadan Moh. Ramdan, SP yang selalu memberi warna dan keceriaan dalam kehidupanku. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya semoga untuk selamanya. 10. Teman-teman sebimbingan: Yayah, Ocha, mba’ Nur, mba’ Anita, mba’ Rini, dan mba Aryani. 11. Anak-anak golongan C ITP 39, khususnya C2 (Arti, Rizky yandi, Aulia, Bekti) dan semua anak-anak ITP 39 lainnya atas kebersamaan selama ini. 12. MrQ crew: Nita, Mega, dan Vivi atas segala dukungan dan persahabatannya. 13. Teman-teman KKN Purwasari (Heri, anggi, Elka, Tuti, Rina, Erik, Dikky). Terima kasih atas persahabatan yang tetap ada hingga saat ini. 14. Teman-teman lain (Dewi, Elis, Dida, Itang, Afriandi, Anggun, dan Dodi,). Atas kebersamaan dan dukungannya. 15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, karenanya saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan dalam perbaikan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis serta pembaca umumnya….amin.
Bogor , 14 Mei 2007
Penulis
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................
iii
DAFTAR ISI ................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ........................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ I.
II.
ix
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ...................................................................
1
B. TUJUAN ........................................................................................
3
C. KEGUNAAN PENELITIAN .........................................................
3
TINJAUAN PUSTAKA A. KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH .............
4
B. KEBIASAAN JAJAN ANAK SEKOLAH.....................................
6
C. RISIKO BAHAYA KERACUNAN PANGAN..............................
8
D. PERSEPSI TERHADAP KEAMANAN PANGAN ......................
13
III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ......................................
15
B. CARA PENENTUAN SAMPEL ...................................................
15
1. Penentuan SD ............................................................................
15
2. Penentuan Orang Tua dan Guru ................................................
16
C. CARA PENGUMPULAN DATA .................................................
17
D. PENYUSUNAN DAN PENGUJIAN KUISIONER ......................
18
1. Validitas ...................................................................................
19
2. Reliabilitas ...............................................................................
20
E. ANALISIS DATA .........................................................................
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KEADAAN UMUM LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN.....
24
B. VALIDITAS KUISIONER ............................................................
26
C. RELIABILITAS KUISIONER ......................................................
28
D. PROFIL RESPONDEN .................................................................
28
1. Orang Tua ................................................................................
28
2. Guru
................................................................................
30
E. PERSEPSI ORANG TUA ..............................................................
34
1. Rutinitas Sarapan .....................................................................
34
2. Kebiasaan Jajan ........................................................................
36
3. Pangan Jajanan di Sekolah .......................................................
38
F. PERSEPSI GURU ..........................................................................
40
1. Aktifitas
Guru
untuk Memonitor Pangan Jajanan dan
Mengingatkan Anak Didik .....................................................
40
2. Pangan Jajanan di Sekolah .......................................................
41
3. Kebersihan Pangan jajanan .......................................................
42
G. PERBANDINGAN ANTARA PERSEPSI ORANG TUA DAN
V.
GURU ............................................................................................
42
1. Gangguan Kesehatan .................................................................
42
2. Bahan Kimia Berbahaya ...........................................................
44
3. Sanitasi dan Higienis .................................................................
45
4. Informasi Tentang Keamanan Pangan ......................................
48
5. Klasifikasi Tingkat Persepsi Responden ...................................
49
H. KORELASI ANTAR PARAMETER TERHADAP PERSEPSI ....
50
1. Orang Tua ................................................................................
50
2. Guru ..........................................................................................
51
KESIMPILAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ..............................................................................
52
B. SARAN ..........................................................................................
53
1. Orang Tua ................................................................................
54
2. Guru .........................................................................................
55
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................
55
LAMPIRAN .......................................................................................
60
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.
Data korban dan penyebab kasus keracunan pangan di lingkungan sekolah pada tahun 2006 .....................................
5
Tabel 2.
Gejala diare akibat bakteri pathogen .......................................
9
Tabel 3.
Pemanis buatan yang diizinkan digunakan oleh Badan POM dan aturannya ..........................................................................
12
Tabel 4.
Distribusi penentuan sampel orang tua dan guru ....................
17
Tabel 5.
Nilai angka kritik r* ................................................................
20
Tabel 6.
Skor beberapa pertanyaan tertutup ..........................................
22
Tabel 7.
Sekolah yang menjadi lokasi penelitian ..................................
24
Tabel 8.
Responden yang mengisi kuisioner secara lengkap ................
25
Tabel 9.
Hasil uji validitas kuisioner responden orang tua ..................
26
Tabel 10.
Hasil uji validitas kuisioner responden guru ...........................
27
Tabel 11
Sebaran orang tua berdasarkan usia ........................................
28
Tabel 12
Sebaran orang tua berdasarkan pekerjaan ...............................
29
Tabel 13
Sebaran orang tua berdasarkan pengeluaran ...........................
30
Tabel 14
Sebaran orang tua berdasarkan pendidikan .............................
31
Tabel 15.
Gangguan kesehatan anak menurut responden orang tua dan guru .........................................................................................
43
Tabel 16.
Pengetahuan orang tua dan guru tentang bahan kimia berbahaya45
Tabel 17.
Respon orang tua dan guru terhadap sanitasi dan higienis .....
46
Tabel 18.
Informasi tentang keamanan pangan .......................................
48
Tabel 19.
Klasifikasi tingkat persepsi responden ....................................
50
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.
Proses terjadinya persepsi .......................................................
13
Gambar 2.
Tabulasi antara umur dan jenis kelamin guru .........................
33
Gambar 3.
Sebaran tingkat pendidikan guru .............................................
34
Gambar 4.
Tabulasi silang antara kebiasaan dan rutinitas sarapan anak ..
35
Gambar 5.
Frekuensi pemberian dan jumlah uang saku anak...................
36
Gambar 6.
Jajanan yang dibeli oleh anak sekolah ....................................
38
Gambar 7.
Tabulasi silang antara gejala gangguan kesehatan anak dan gangguan kesehatan yang dialami anak ..................................
44
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Data sekolah dasar di kota Bogor (Dinas Pendidikan Kota Bogor tahun 2006) ..................................................................
60
Lampiran 2. Contoh kuisioner untuk orang tua .........................................
68
Lampiran 3. Contoh kuisioner untuk guru ..................................................
73
Lampiran 4. Data responden yang melakukan pengujian kuisioner ............
77
Lampiran 5. Pertanyaan yang bersifat tertutup ............................................
77
Lampiran 6. Identifikasi jenis pangan jajanan .............................................
77
Lampiran 7. Hasil uji reliabilitas kuisioner responden orang tua ................
79
Lampiran 8. Hasil uji reliabilitas kuisioner responden guru .......................
80
Lampiran 9. Sebaran orang tua berdasarkan tingkatan kelas anak ..............
81
Lampiran 10. Sebaran guru berdasarkan umur ..............................................
81
Lampiran 11. Sebaran guru berdasarkan jenis kelamin .................................
81
Lampiran 12. Sebaran guru berdasarkan kelas ..............................................
81
Lampiran 13. Rutinitas sarapan pagi anak.....................................................
82
Lampiran 14. Kebiasaan sarapan anak ..........................................................
82
Lampiran 15. Tabulasi silang antara kebiasaan sarapan dengan rutinitasarapan anak .........................................................................................
82
Lampiran 16. Persepsi orang tua tentang kepraktisan membawa bekal ........
82
Lampiran 17. Pemberian uang saku pada anak .............................................
82
Lampiran 18. Jumlah uang saku anak per hari ..............................................
83
Lampiran 19. Tabulasi silang antara pemberian uang saku dan besarnya uang saku .........................................................................................
83
Lampiran 20. Kegunaan uang saku oleh anak ...............................................
83
Lampiran 21. Peran orang tua untuk memonitor jajanan yang dikonsumsi anak .........................................................................................
83
Lampiran 22. Persepsi orang tua tentang pangan jajanan..............................
83
Lampiran 23. Penyajian pangan jajanan yang baik menurut orang tua .........
83
Lampiran 24. Lingkungan penjual pangan jajanan menurut orang tua .........
84
Lampiran 25. Kegiatan guru memonitor jajanan yang dikonsumsi anak ......
84
Lampiran 26. Kegiatan guru menghimbau sarapan pagi pada anak ..............
84
Lampiran 27. Kegiatan guru menghimbau anak agar tidak jajan sembarangan 84 Lampiran 28. Ada/Tidaknya fasilitas kantin .................................................
84
Lampiran 29. Persepsi guru tentang keamanan pangan jajanan ..................
84
Lampiran 30. Persepsi guru tentang pangan yang tidak aman dikonsumsi ...
85
Lampiran 31. Persepsi guru tentang kebersihan jajanan di kantin dan di sekitar sekolah .........................................................................
85
Lampiran 32. Tabulasi silang antara gejala gangguan kesehatan dan waktu gangguan kesehatan yang dialami anak ..................................
85
Lampiran 33. Jenis bahan kimia berbahaya pada pangan jajanan menurut responden ................................................................................
85
Lampiran 34. Hasil analisis statistika persepsi responden orang tua.............
86
Lampiran 35. Hasil analisis statistika responden guru ..................................
87
I.PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang terpenting dalam menjaga kesehatan tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan serta kecerdasan masyarakat. Oleh karena itu, pangan yang dikonsumsi harus dapat memenuhi kebutuhan manusia baik dari segi jumlah, jenis, maupun mutu, sehingga tidak akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya. Pangan aman dikonsumsi apabila pangan tersebut bebas (di bawah toleransi maksimum yang dipersyaratkan) dari cemaran biologis, kimia, dan benda asing yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan manusia. Pangan jajanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Selain harga yang murah dan jenisnya yang beragam, pangan jajanan juga menyumbangkan kontribusi yang cukup penting akan kebutuhan gizi. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang, terutama anak-anak sekolah sangat menyukai pangan jajanan. Oleh sebab itu, para pedagang berupaya untuk memberikan penampilan yang menarik dan rasa yang disenangi anak–anak dengan
menambahkan
bahan–bahan
tertentu
tanpa
memperdulikan
keamanannya (Fardiaz, 1993). Di sisi lain, pangan jajanan dapat menimbulkan berbagai efek yang negatif terhadap kesehatan apabila proses produksinya atau penyajiannya tidak memperhatikan persyaratan keamanan pangan. Sebagian besar pangan jajanan dibuat di lingkungan keluarga sebagai industri rumah tangga, dimana perhatian terhadap praktek sanitasi dan higienitas masih sangat minimal khususnya dalam menangani, mengolah dan menyajikan pangan jajanan. Menurut Rahayu (2006a), kasus keracunan pangan yang paling sering dilaporkan dari tahun 2004-2006 di Indonesia adalah keracunan akibat pangan jajanan dan keracunan akibat pangan olahan. Pengujian yang dilakukan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) tahun 2006 terhadap pangan jajanan diketahui bahwa pada 13.536 sampel menunjukkan 11.871 (87,69%) sampel
memenuhi syarat dan 1.665 (12,31%) sampel tidak memenuhi syarat. Pangan yang tidak memenuhi syarat disebabkan karena menggunakan pemanis buatan bukan untuk makanan diet (31%), menggunakan benzoat melebihi batas (7,93%), menggunakan formalin (8,88%), menggunakan boraks (8,05%), menggunakan pewarna bukan untuk makanan (12,67%), cemaran mikroba (19,10%) dan TMS lainnya (12,13%) (Badan POM, 2007). Berita media massa seringkali memuat terjadinya kasus keracunan pangan serta penggunaan bahan kimia berbahaya yang membahayakan kesehatan. Sebagian masyarakat Indonesia seperti kurang menyadari pentingnya permasalahan keamanan pangan yang dihadapinya. Terjadinya kasus keracunan pangan dianggap sebagai hal yang lumrah bila tidak memakan korban jiwa. Demikian juga penyalahgunaan bahan kimia berbahaya yang tidak memberi efek akut masih banyak terjadi. Ironisnya kasus keracunan pangan tersebut sering kita jumpai terhadap anak sekolah. Pangan jajanan (street food) untuk anak sekolah umumnya dan anak sekolah dasar pada khususnya perlu mendapat perhatian lebih dari semua pihak, baik dari orang tua maupun pihak sekolah. Siswa sekolah dasar merupakan objek yang sangat rentan terhadap penyakit yang ditimbulkan oleh pangan jajanan. Anak sekolah merupakan konsumen makanan jajanan yang cukup besar jumlahnya. Mereka mempunyai sifat yang berubah-ubah terhadap makanan, selalu ingin mencoba makanan yang baru dikenal, dan secara umum nafsu makan mereka tidak mengalami masalah (Komalasari, 1991). Makanan ringan, sirup, bakso, mie ayam dan sebagainya menjadi makanan jajanan sehari-hari di sekolah. Kebiasaan jajan pada anak sangat erat hubungannya dengan kehidupan ekonomi dan kebiasaan makan yang terdapat di lingkungan keluarga. Untuk itu perlu peran orang tua, terutama ibu rumah tangga sebagai penjaga gerbang (gate keeper) yang bertanggung jawab dalam pemilihan dan persiapan hidangan bagi seluruh keluarga (Engel et al., 1994). Selain itu, peran guru tidak dapat dihilangkan dimana guru sebagai panutan bagi siswa sekolah diharapkan dapat berperan dalam pengawas terhadap peredaran pangan jajanan, khususnya yang terdapat di sekolah.
B. TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi orang tua dan guru terhadap keamanan pangan jajanan anak sekolah dasar sebagai dasar pengembangan strategi untuk memasyarakatkan pengetahuan keamanan pangan bagi orang tua dan guru sehingga orang tua dan guru dapat berkontribusi lebih maksimal terhadap keamanan pangan jajanan di sekolah.
C. KEGUNAAN PENELITIAN Diharapkan penelitian ini berguna sebagai masukan bagi : 1. Orang tua untuk lebih waspada terhadap pangan jajanan yang dikonsumsi oleh anak mereka. 2. Guru dan pihak sekolah untuk ikut aktif mengawasi pangan jajanan yang beredar di kantin dan di sekitar sekolah. 3. Instansi Pemerintah yang bertanggung jawab mengawasi jajanan, khususnya yang beredar di sekolah agar dapat aktif memberdayakan orang tua dan guru untuk meningkatkan keamanan pangan jajanan sekolah dan meningkatkan aktifitas pembinaan dan pengawasan keamanan pangan jajanan anak sekolah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH Keamanan pangan atau food safety kini menjadi isu yang sangat popular di dunia. Keamanan pangan diartikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologi, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia (UU RI No 7, 1996). Aspek keamanan pangan bila tidak diperhatikan dapat menjadikan pangan berbalik menjadi sumber malapetaka, sumber penyakit, bahkan kematian (Sulaeman, 1996). Keamanan pangan tercermin dari angka keracunan pangan di suatu negara. Keracunan pangan pada prinsipnya disebabkan karena seseorang memakan pangan yang mengandung senyawa beracun. Senyawa beracun tersebut mungkin saja terkandung dalam pangan secara alami, tercemar lingkungan, terbentuk akibat proses pengolahan, atau terbentuk karena hidupnya mikroba pembentuk racun. Kasus keracunan pangan tampaknya sudah menjadi langganan di Indonesia, namun masih sangat sedikit yang dilaporkan. Hal tersebut mengakibatkan angka keracunan pangan yang tercatat under estimate, jauh lebih kecil dari angka sebenarnya (fakta) (Krisnovitha, 2004). Berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan POM RI, kasus keracunan pangan yang dilaporkan masyarakat dari tahun 2003 hingga tahun 2005 terdapat peningkatan yaitu dari 34 kasus pada tahun 2003 menjadi 164 kasus pada tahun 2004 dan 184 kasus pada tahun 2005. Pada tahun 2006 terjadi penurunan pelaporan kasus keracunan pangan sehingga yang terlaporkan hanya 106 kasus (Rahayu, 2006a). Sedangkan untuk kasus keracunan yang terjadi pada anak sekolah dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data korban dan penyebab kasus keracunan pangan di lingkungan sekolah pada tahun 2006 Tempat Korban Makanan Olahan Jajanan Jasa Boga Lain-lain RT TK
144
SD
584
SLTP
2
6
8
3
78
2
1
SLTA
25
2
1
PT
71
Total
902
1 2
6
12
4
1
Sumber: Rahayu (2006b)
Menurut Rahayu et al. (2005), terjadinya kasus keracunan atau gangguan kesehatan di lingkungan sekolah akibat keamanan pangan dikarenakan oleh: (1) ditemukannya produk pangan olahan di lingkungan sekolah yang tercemar bahan berbahaya (mikrobiologis dan kimia); (2) kantin sekolah dan pangan siap saji di sekolah yang belum memenuhi syarat higienitas; (3) donasi pangan yang bermasalah. Menurut data Badan POM RI, kasus keracunan pangan terbesar di Indonesia salah satunya masih bersumber pada pangan jajanan (Rahayu, 2006a). Pangan jajanan adalah pangan yang diproduksi oleh pengusaha sektor informal dengan modal terbatas atau kecil dan dijajakan di tempat-tempat keramaian, sepanjang jalan serta di pemukiman/perkampungan dengan cara berjualan berkeliling, menetap atau kombinasi dari kedua cara tersebut. Aspek positif dari pangan jajanan yaitu dapat memberikan kontribusi yang nyata terhadap kelompok konsumen tertentu yang pada umumnya tidak mempunyai cukup waktu untuk makan di rumah seperti pelajar, mahasiswa, buruh dan karyawan. Pangan jajanan yang dijual para pedagang umumnya masih rendah dalam hal mutu mikrobiologi dan kimiawi (Fardiaz dan Fardiaz, 1992). Pangan jajanan sering tidak disiapkan secara higienis baik saat pengolahan maupun di tempat berjualan, biasanya dibiarkan terbuka dan dapat terkontaminasi serangga, polusi debu dan asap knalpot kendaraan. Pangan yang terlihat bersih baik penampilan, cara penjualan maupun lingkungan tempat penjualan, biasanya
dianggap aman oleh konsumen untuk di konsumsi (Fardiaz, 1993). Disamping itu, pedagang sering menambah bahan berbahaya dan menggunakan bahan tambahan yang dilarang atau melebihi batas penggunaan yang diizinkan pada pangan jajanan, sehingga cepat atau lambat akan mengakibatkan gangguan kesehatan. Menurut Rahayu et al. (2005), pangan jajanan di sekolah umumnya dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu makanan utama (nasi goreng, nasi soto, mie bakso, mie ayam, gado-gado, siomay, dan sejenisnya), penganan atau kue-kue (tahu goreng, cilok, martabak telur, apem, keripik, jelly, dan sejenisnya), minuman (es campur, es sirup, es teh, es mambo, dan sejenisnya), dan buah-buahan (pepaya potong, melon potong, dan sejenisnya). Pada penelitian yang dilakukan terhadap pangan jajanan di Bogor telah ditemukan Salmonella paratyphi A di 25% - 50% sampel minuman yang dijual oleh pedagang kaki lima. Bakteri ini berasal dari es batu yang tidak dimasak terlebih dahulu. Selain cemaran mikrobiologis, cemaran kimiawi juga ditemukan pada pangan jajanan seperti penyalahgunaan bahan kimia berbahaya seperti Boraks (pengempal yang mengandung logam berat Boron), formalin (pengawet yang digunakan untuk mayat), Rhodamin B ( pewarna merah pada tekstil), dan Methanil Yellow (pewarna kuning pada tekstil) (Judarwanto, 2006). Bahan-bahan ini dapat terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit-penyakit seperti antara lain kanker dan tumor pada organ tubuh manusia. Pengaruh jangka pendek penggunaan bahan kimia berbahaya ini menimbulkan gelajagejala yang sangat umum seperti pusing dan mual.
B. KEBIASAAN JAJAN ANAK SEKOLAH Kebiasaan jajan merupakan salah satu bentuk dari kebiasaan makan. Kebiasaan jajan adalah istilah untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku manusia yang berhubungan dengan makanan dan makan seperti tata krama makan, frekuensi makan, jenis makanan, jumlah makanan, kepercayaan terhadap makanan (misalnya pantangan), distribusi makanan antar anggota
keluarga, penerimaan terhadap makanan (misalnya suka atau tidak suka), dan cara pemilihan makanan yang hendak dimakan (Suhardjo, 1989). Ada banyak faktor yang mempengaruhi kebiasaan jajan. Hasil Penelitian Susanto (1986), menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memilih pangan jajanan adalah faktor psikologi, kesukaan dan pengetahuan. Selain itu terdapat faktor pembatas yaitu uang jajan dan makanan. Kebiasaan jajan ini mempunyai kebaikan dan keburukan. Kebaikan dari jajan adalah jika makanan yang dibeli sudah memenuhi syarat-syarat kesehatan, maka bisa melengkapi atau menambah kebutuhan gizi anak; mengisi kekosongan lambung; dan dapat digunakan untuk mendidik anak dalam memilih jajan menurut standar gizi empat sehat lima sempurna. Sedangkan keburukan dari kebiasaan jajan adalah dapat memboroskan keuangan rumah tangga apabila jajan tanpa perhitungan; jajan yang terlalu banyak bisa mengurangi nafsu makan di rumah; dan membahayakan kesehatan apabila jajanan yang dibeli tidak terjamin kesehatannya (Martoatmodjo et al., 1973). Hasil penelitian Komalasari (1991), menyatakan bahwa alasan anak sekolah mempunyai kebiasaan jajan antara lain : •
Tidak sempat sarapan sebelum pergi sekolah, karena ibu yang tidak sempat menyiapkan makanan, atau anak yang tidak bernafsu untuk makan sehingga suka jajan di luar
•
Alasan psikologi, dimana mereka merasa tidak solider pada teman atau gengsi turun jika tidak jajan
•
Ibu tidak sempat menyiapkan bekal untuk ke sekolah
•
Anak biasa mendapat uang jajan dari orang tua
•
Kebutuhan biologi yang perlu dipenuhi, walaupun anak sudah makan di rumah tetapi tambahan pangan jajanan masih diperlukan karena kegiatan fisik di sekolah yang memang memerlukan tambahan energi. Kebiasaan makan yang teratur dalam keluarga akan membentuk
kebiasaan yang baik bagi anak-anak. Selanjutnya pola makan dalam keluarga harus juga diperhatikan, frekuensi makan bersama dalam keluarga, pembiasaan makan yang seimbang gizinya, tidak membiasakan makanan atau minuman manis, membiasakan banyak makan buah dan sayur diantara waktu-waktu
makan dan sebagainya. Bagi anak sekolah dasar, peranan guru dan kebijaksanaan sekolah sangat berarti, karena mereka sudah tidak diawasi oleh orang tua. Misalnya bagaimana seorang guru memotivasi bahwa membawa bekal dari rumah itu lebih baik daripada jajan, kemudian memberi penerangan bekal yang baik dan sehat untuk dibawa. Hal lain yang dapat dilakukan sekolah, misalnya membatasi, menyeleksi dan memonitor pangan jajanan yang disodorkan penjual baik yang ada di kantin maupun di sekitar sekolah. Selain itu, para guru juga harus memberi teladan yang baik dalam menerapkan kebiasaan makan, misalnya tidak turut mengkonsumsi pangan jajanan sembarangan. C. RISIKO BAHAYA KERACUNAN PANGAN Keracunan pangan (foodborne disease) adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan racunnya, kimia atau racun alami. Penyakit yang ditimbulkan oleh ketiga hal tersebut diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut: (1) penyakit yang disebabkan oleh mikroba yang mencemari pangan dan masuk ke dalam tubuh, kemudian hidup, berkembang biak, dan menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan (food infection), (2) penyakit yang disebabkan oleh racun atau toksin yang dihasilkan oleh mikroba pada pangan (food poisoning), dan (3) penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia dan unsur alami (Badan POM RI, 2003). Tingkat keparahan penyakit foodborne disease tergantung pada jumlah pangan terkontaminasi yang dimakan dan pada besarnya pengaruh pangan tersebut terhadap individu. Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme antara lain berasal dari bakteri patogen. Terdapat jenis penyakit foodborne disease yang disebabkan bakteri patogen yaitu infeksi dan intoksifikasi. Infeksi dihasilkan karena mikroorganisme patogen berkembang biak dalam tubuh dan menghasilkan penyakit, sedangkan intoksifikasi muncul ketika toksin diproduksi oleh patogen yang terkonsumsi. Intoksifikasi tidak memerlukan tumbuhnya bakteri dalam tubuh manusia, sehingga onset time (jarak waktu konsumsi dan timbulnya gejala penyakit) intoksifikasi umumnya lebih singkat daripada infeksi. Intoksifikasi dapat terjadi ketika pangan disimpan pada kondisi yang sesuai untuk
pertumbuhan patogen dan memproduksi toksin. Pengolahan pangan dapat menghancurkan mikroorganisme tapi tidak toksinnya (Supardi dan Sukamto, 1999). Gejala keracunan pangan yang muncul pertama kali yaitu berupa diare yang dapat disebabkan oleh beberapa bakteri patogen.Gejala-gejala tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Gejala diare akibat bakteri patogen Waktu Inkubasi
Penyebab
7 – 12 jam
Toksin bakteri
18 – 72 jam
Bakteri
Virus
> 72 jam cacing
Etiologi Bacillus cereus Clostridium perfringens Campylobacter jejuni Kolera Vibrio cholerae Escherichia coli Salmonellosis Salmonella enteritidis Shigellosis Vibrio parahaemolyticus Yersiniosis Gastroenteritis norwalk Gastroenteritis virus non-spesifik Disenteri amuba (Amebiasis) Anisakiasis Infeksi cacing pita daging (Taeniasis) Infeksi cacing pita babi (Diphyllobothriasis) Giardiasis Infeksi cacing pita daging babi (Taeniasis)
Sumber : Badan POM RI (2006)
Penyakit yang disebabkan kimia berasal dari senyawa atau bahanbahan kimia yang sengaja ditambahkan atau yang telah ada pada bahan pangan itu sendiri. Salah satu cemaran bahan kimia dapat terjadi karena penyalahgunaan bahan berbahaya. Contoh penyalahgunaan bahan berbahaya yang banyak terjadi pada pangan jajanan adalah formalin, boraks, zat pewarna, dan zat pemanis.
Pemerintah Indonesia telah menetapkan sejumlah bahan kimia yang diperbolehkan ditambahkan dalam pangan dan bahan kimia yang dilarang ditambahkan dalam pangan disertai pengaruh yang akan ditimbulkan bahan kimia bagi tubuh. Hal ini diatur di dalam Peraturan Menteri kesehatan No.722/ Menkes/ Per/ IX/ 88 (Syah et al., 2005) Formalin merupakan zat pengawet terlarang yang paling banyak disalahgunakan untuk produk pangan. Zat ini termasuk bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Pemakaian formalin pada pangan akan memberikan efek negatif yang cukup fatal. Sifat formalin sangat mudah diserap melalui saluran pernapasan dan pencernaan sehingga formalin yang dicampurkan dalam pangan, akan bereaksi cepat dengan lapisan lendir di saluran pernapasan dan saluran pencernaan. Pada dosis rendah, formalin dapat menyebabkan sakit perut yang akut disertai muntah-muntah, menimbulkan depresi susunan syaraf, gangguan peredaran darah, iritasi lambung, alergi, bersifat
karsinogenik
(menyebabkan
kanker)
dan
bersifat
mutagen
(menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan). Konsumsi formalin pada dosis tinggi dapat mengakibatkan konvulsi (kejang–kejang), haematuri (kencing darah), dan haematomesis (muntah darah) yang berakhir dengan kematian. Selain itu, penggunaan formalin dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerusakan hati dan ginjal (Syah et al., 2005). Asam borat atau boraks (boric acid) merupakan bahan kimia berbahaya yang tidak diizinkan digunakan sebagai campuran bahan pangan. Boraks adalah senyawa berbentuk kristal, tidak berbau dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Toksisitas boraks tidak langsung dirasakan oleh orang yang mengkonsumsi pangan yang mengandung boraks, akan tetapi boraks dapat diserap oleh tubuh secara komulatif dalam hati, otak, atau testis (buah zakar). Winarno (1997), menyatakan bahwa boraks berpengaruh buruk, seperti mengganggu berfungsinya testis dan metabolisme enzim. Pada dosis tinggi, boraks dalam tubuh akan menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, diare, kram perut, cyanis dan konvulsi. Bagi anak kecil dan bayi, bila dalam tubuhnya terdapat 5 gram atau lebih dapat menyebabkan kematian,
sedangkan untuk orang dewasa, kematian terjadi pada dosis 10-20 gram atau lebih. Penambahan pewarna pada makanan bertujuan untuk membuat makanan lebih menarik. Namun tidak semua pewarna aman untuk dikonsumsi. Peraturan Menteri Kesehatan No: 239/Menkes/per/V/85 menetapkan beberapa pewarna yang dinyatakan berbahaya adalah Alkanet, Auramine, Black 7984, Burnt Umber, Butter Yellow, Chocolate Brown FB, Chrysoidine R, Crysoine S, Citrus Red no. 2, Fast Red E, Fast Yellow AB, Guinea Green B, Indanthrene Blue RS, Magenta, Metanil Yellow, Oil Orange SS, Orcein, Orange G, Orange GGN, Orange RN, Violet dan Rhodamine B. pada jangka waktu lama pewarnapewarna tersebut berisiko merusak organ tubuh dan berpotensi memicu kanker (Syah et al., 2005). Jenis jajanan yang mengandung zat pewarna yang dilarang antara lain pewarna Amaranth yang sering ditambahkan pada pembuatan sirup, minuman ringan/limun, es campur; Auramine pada sirup, limun, saos, es mambo, bakpau, es cendol, es kelapa; Metanil Yellow pada sirup, limun, pisang goreng, manisan mangga/kedondong; Rhodamine B pada sirup, limun, es mambo, bakpao, es cendol, es kelapa, serta beberapa kue basah (Effendy, 2006). Pemanis buatan merupakan bahan tambahan pangan yang dapat menyebabkan rasa manis pada produk pangan yang tidak atau sedikit mempunyai nilai gizi atau kalori, hanya boleh ditambahkan ke dalam produk pangan dalam jumlah tertentu (Badan POM, 2004). Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No.HK.00.05.5.1.4547 tahun 2004 ada 13 jenis pemanis buatan yang diizinkan digunakan dalam produk pangan tertentu. Penentuan izin penggunaan ketiga belas jenis pemanis buatan tersebut didasarkan suatu kajian dan penelitian yang dilakukan oleh Expert Commonitte on Food Additives (JECFA). Kajian dan penelitian yang dilakukan JECFA digunakan untuk menetapkan acceptable daily intake (ADI) atau jumlah batas maksimum konsumsi pemanis buatan dalam satu hari yang aman bagi kesehatan. ADI dinyatakan dalam mg/kg berat badan (mg/kg BB). Ketiga belas pemanis buatan yang diizinkan digunakan tersebut disertai ADI dapat dilihat dalam Tabel 3.
[
Tabel 3. Pemanis buatan yang diizinkan digunakan oleh Badan POM dan aturannya No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Pemanis Buatan Acesulfam-K(Acesulfame-K) Alitam (Alitame) Aspartam (aspartame) Siklamat (Cyclamate) Neotam (Neotame) Sakarin (Saccharin) Sukralosa (Sucralose) Isomalt Laktitol (Lactitol) Maltitol Manitol (Mannitol) sarobitol Xilitol (Xylitol)
mg/kg BB 15 0.34 50 11 2 5 11-15 Not specified Not specified Not specified Not specified Not specified Not specified
Keterangan: Not specified berarti dapat digunakan dalam pangan tanpa pembatas sesuai dengan Cara Produksi Pangan yang Baik (GMP) Sumber: Syah et al. (2005)
Pemanis buatan yang umum digunakan dan menjadi kontroversi di kalangan dunia adalah sakarin, siklamat, dan aspartam. Sakarin merupakan zat pemanis tertua dan biasanya dijual dalam bentuk garam Na atau Ca. Sakarin tidak mengandung kalori tetapi memiliki tingkat kemanisan 300 kali dari gula. Zat pemanis ini larut dalam air dan etanol, berasa pahit dan menimbulkan aftertaste (Varnam dan Sutherland, 1994). Siklamat termasuk pemanis buatan nonkalori yang telah digunakan lebih dari 50 negara. Tingkat kemanisan siklamat adalah 30-80 kali lebih manis dari gula dan siklamat tidak membentuk aftertaste seperti halnya sakarin.Siklamat merupakan garam natrium dan kalsium dari asam siklamat dan berbentuk kristal halus (Varnam dan Sutherland, 1994). Pemakaian siklamat umumnya dicampur dengan sakarin (10:1). Sedangkan Aspartam adalah senyawa metil dipeptida, yaitu L-aspartil-L-phenil-alanin-metil ester yang memiliki tingkat kemanisan 150-200 kali lebih manis daripada gula pasir. Aspartam berupa kristal putih dan tidak memiliki aftertaste pahit seperti sakarin. Aspartam tidak stabil pada temperatur 150oC, namun memiki kestabilan yang tinggi pada produk-produk kering.
D. PERSEPSI TERHADAP KEAMANAN PANGAN Menurut Cohen (1981), persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya rangsangan yang mengenai organ sensori dari seorang individu. Di dalam proses persepsi, seorang individu akan menyusun dan menerjemahkan rangsangan sensori sehingga dikembangkan suatu pengertian tersendiri akan dunia di sekitarnya. Rangsangan (stimulus) adalah energi dari dalam tubuh yang dapat merangsang bagian-bagian tubuh untuk memproduksi suatu efek dalam makhluk hidup itu sendiri. Sedangkan sensasi (sensation) adalah akibat, pengertian atau terjemahan dari rangsangan yang terjadi secara langsung dan cepat menciptakan suatu sikap dan perilaku. Persepsi adalah interpretasi dari sensasi, sehingga persepsi dapat diartikan juga sebagai proses kompleks yang dipilih, disusun dan diterjemahkan oleh individu serta merangsang panca indera untuk menghasilkan gambaran yang mempunyai arti dan saling berhubungan (Gambar 1). Stimulus
Organ Sensori
Persepsi
Sensasi
Pengertian
Sikap dan perilaku
Gambar 1. Proses terjadinya persepsi Persepsi yang dibentuk seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya dan secara substansi bisa sangat berbeda dengan realitas, dengan kata lain persepsi tidak hanya tergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar juga keadaan individu yang bersangkutan. Persepsi memiliki sifat subjektif karena setiap orang akan memandang suatu objek atau situasi dengan cara yang berbeda-beda (Setiadi, 2003).
Menurut Robbins (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dibagi kedalam tiga bagian, yaitu: (1) faktor situasi meliputi waktu, keadaan pekerjaan dan keadaan sosial, (2) faktor si pengamat sendiri seperti sikap/pendirian, alasan yang mendasari/motivasi, perhatian/minat, pengalaman, dan harapan, serta (3) faktor target meliputi sesuatu (kesenangan) yang baru, gerakan dan suara. Ulfa (2002) menambahkan bahwa pengalaman masa lampau mempengaruhi setiap hipotesis persepsi yang dibentuk. Pada penelitian yang dilakukan oleh Pratomo (2002), diketahui bahwa secara umum persepsi konsumen terhadap keamanan pangan jajanan berbedabeda, tergantung pada usia, pekerjaan, jenis kelamin, pendidikan, dan pengeluaran. Dari hasil tersebut juga dapat diketahui bahwa sebagian besar konsumen mengetahui tentang keamanan pangan namun konsumen kurang waspada dan kurang memperhatikan keamanan dan aspek nutrisi dari pangan jajanan.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di enam kecamatan terhadap dua belas Sekolah Dasar (SD) yang berada di wilayah Kota Bogor. Dari setiap kecamatan dipilih dua kategori sekolah yaitu Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Swasta. Penelitian dilaksanakan selama empat bulan dari bulan Juni 2006 sampai Oktober 2006.
B. CARA PENENTUAN SAMPEL Sampel adalah sebagian populasi yang dianggap mewakili seluruh populasi. Populasi adalah jumlah seluruh unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara multistage random sampling, yaitu pengelompokan unit-unit analisa ke dalam gugus–gugus
yang merupakan satuan-satuan pengambilan sampel. Pengambilan sampel dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap pertama ditetapkan wilayah Kota Bogor sebagai daerah penelitian. Dari Kota Bogor diambil kecamatankecamatan yang tersebar di dalam wilayah tersebut yaitu Bogor Utara, Bogor Selatan, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Tengah dan Tanah Sareal, selanjutnya dari kecamatan tersebut diambil beberapa sekolah dasar yang akan dijadikan sebagai sampel. Multistage random sampling merupakan probability sampling, sehingga hasilnya dapat dievaluasi secara objektif (Singarimbun dan Effendi, 1995). 1. Penentuan SD Penentuan sampel SD dilakukan secara purposive (sengaja) dengan memilih sejumlah SD dari 299 SD yang terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor tahun 2006 (Lampiran 1). Kriteria yang digunakan dalam penentuan sekolah adalah (1) mewakili tiap-tiap kecamatan, (2) memiliki jumlah murid minimal 464 anak, (3) memiliki letak dan lokasi yang mudah dijangkau oleh kendaraan umum, (4) memiliki tingkat sosial ekonomi berbeda-beda, (5) jenis pangan jajanan yang dijual pedagang di lokasi penelitian baik di kantin sekolah maupun di sekitar sekolah bervariasi. Pada penelitian ini jumlah sekolah yang digunakan sebagai sampel adalah 12 SD yang terdiri dari SD negeri dan SD swasta yang tersebar di 6 kecamatan di Kota Bogor. 2. Penentuan Sampel Orang Tua dan Guru Orang tua yang digunakan sebagai sampel adalah ibu rumah tangga, dimana ibu rumah tangga memegang peranan penting dalam rumah tangga sebagai penjaga gerbang (gate keeper) yang bertanggung jawab dalam pemilihan dan persiapan hidangan bagi seluruh keluarga. Ibu berperan sebagai penentu dan pembuat keputusan dalam keluarga, khususnya yang menyangkut anak (Engel et al., 1994). Sedangkan Guru bertanggung jawab mengawasi anak selama berada di lingkungan sekolah.
Jumlah Orang tua dan Guru yang akan digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Simamora, 2002):
n =
N 1 + N .e 2
Keterangan : n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan r yang masih dapat ditolelir atau di inginkan (10 %) Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Bogor tahun 20052006, jumlah ibu rumah tangga di Kota Bogor sebanyak 194.357 orang dan jumlah guru di Kota Bogor sebanyak 3.923, sehingga diperoleh jumlah sampel minimal yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang ibu rumah tangga dan 98 orang guru. Namun untuk meningkatkan keakuratan data serta untuk mengantisipasi kemungkinan yang tidak diinginkan saat penelitian di lapangan, pada penelitian jumlah responden yang diambil sebagai sampel sebanyak 250 orang ibu rumah tangga dan 180 orang guru. Distribusi lengkapnya disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Distribusi penentuan sampel orang tua dan guru Persepsi
0rang tua
Guru
Bogor Utara
40
28
Bogor Selatan
40
30
Bogor Timur
40
30
Bogor Barat
44
32
Bogor tengah
42
30
Tanah Sareal
44
30
Total
250
180
C. CARA PENGUMPULAN DATA Data yang dihimpun meliputi identitas responden (usia, pekerjaan, pengeluaran keluarga, pendidikan, dan jenis kelamin), pengetahuan tentang keamanan pangan jajanan, sumber informasi, persepsi tentang keamanan pangan jajanan, dan kebiasaan anak. Hal ini diperoleh dengan jalan penyebaran kuisioner kepada ibu rumah tangga dan guru. Penyebaran kuisioner dilakukan dengan 2 cara yaitu melakukan wawancara langsung dengan responden dan melakukan kerja sama dengan pihak sekolah. Wawancara langsung dengan responden baik orang tua maupun guru dilakukan dilingkungan sekolah sehingga responden mengetahui kondisi jajanan anak sekolah yang ada di kantin dan di sekitar sekolah. Sedangkan kerja sama dengan pihak sekolah dilakukan karena pada saat pengambilan data sedang dilakukan ulangan umum, yang tidak memungkinkan peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan responden orang tua maupun guru. Selain itu, ada pula data pendukung berupa keadaan umum sekolah diperoleh dari pengamatan langsung serta wawancara dengan pihak sekolah yang bersangkutan.
D. PENYUSUNAN DAN PENGUJIAN KUISIONER Pertanyaan dalam kuisioner penelitian ini disusun sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dibagi tiga yaitu pertanyaan bersifat tertutup, pertanyaan semi terbuka dan pertanyaan terbuka (Lampiran 2 dan Lampiran 3). Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang tidak memungkinkan responden untuk memberikan jawaban selain dari pilihan jawaban yang disediakan. Pertanyaan semi terbuka adalah pertanyaan yang memungkinkan responden untuk menjawab dengan memilih salah satu atau lebih alternatif jawaban yang telah disediakan atau menulis jawabannya sendiri jika tidak tersedia pada pilihan jawaban. Sedangkan pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang diisi sendiri oleh responden atau tidak terdapat pilihan jawaban yang harus dipilih. Sebelum daftar pertanyaan (kuisioner) disebarkan kepada responden, kuisioner tersebut diuji terlebih dahulu. Pengujian dilakukan untuk mengetahui
apakah ada pertanyaan yang perlu dihilangkan atau ditambah, apakah responden dapat mengerti arti pertanyaan tersebut, apakah urutan pertanyaan perlu diubah, apakah pertanyaan yang sensitif dapat diperhalus dengan mengubah bahasa dan berapa lama waktu yang diperlukan dalam wawancara. Pengujian kuisioner dilakukan sebelum penelitian. Pengujian ini masingmasing dilakukan terhadap 30 responden. Jumlah responden tidak ada patokan yang pasti dan sangat tergantung pada homogenitas responden. Untuk pengujian kuisioner umumnya digunakan 30-50 kuisioner dan dipilih responden yang keadaannya kurang lebih sama dengan responden yang sesungguhnya akan diteliti (Singarimbun dan Effendi, 1995). Pada penelitian ini, ke tiga puluh responden dipilih berdasarkan kedekatannya dengan karakteristik responden yang akan diuji dan dipilih dari beberapa sekolah yang berada di wilayah Kota Bogor (Lampiran 4). Ketepatan pengujian suatu hipotesa tentang hubungan variabel penelitian sangat tergantung pada kualitas data yang dipakai dalam pengujian tersebut. Pengujian hipotesa penelitian tidak akan tepat mengenai sasarannya bila data yang dipakai untuk menguji hipotesa adalah data yang tidak reliabel dan tidak menggambarkan secara tepat konsep yang diukur atau tidak valid (Singarimbun dan Effendi, 1995). 1.
Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kelebihan suatu instrumen. Suatu instrumen dianggap valid bila mampu mengukur apa yang ingin diukur atau dengan kata lain mampu memperoleh data yang tepat dari variabel yang diteliti (Singarimbun dan Effendi, 1995). Dari jenis pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner, uji validitas hanya dilakukan pada pertanyaan yang bersifat tertutup (Lampiran 5). Pengujian validitas kuisioner dilakukan dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment pada selang 5%, sehingga kemungkinan terjadi kesalahan akan kecil sekali. Adapun rumus product moment yang digunakan adalah sebagai berikut:
r=
[N ∑ X
N (∑ XY ) − (∑ X × ∑ Y ) 2
] [
− (∑ X ) − N ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
2
]
Keterangan: X = Skor pertanyaan Y = Skor total pertanyaan N = Banyaknya responden r = Indeks validitas Secara statistik angka korelasi yang dihasilkan untuk tiap–tiap pertanyaan harus dibandingkan dengan angka kritik tabel nilai korelasi r (Tabel 5). Cara melihat angka kritik adalah dengan melihat baris N-2. Dalam penelitian ini, jumlah N yang digunakan bernilai 30, maka angka kritik yang dilihat adalah melihat baris 30 – 2 = 28. Apabila r hitung lebih besar daripada r tabel, maka pertanyaan tersebut dianggap valid. Demikian sebaliknya, apabila r hitung lebih kecil daripada r tabel, maka pertanyaan tersebut kemungkinan mempunyai susunan kalimat yang kurang baik sehingga
menimbulkan
penafsiran
yang
berbeda
bagi
(Singarimbun dan Effendi, 1995). Tabel 5. Nilai angka kritik r* Derajat bebas
Taraf Kepercayaan 5%
1%
1
0.997
1.000
2
0.950
3
Derajat bebas
Taraf Kepercayaan 5%
1%
16
0.468
0.575
0.990
17
0.456
0.561
0.878
0.959
18
0.444
0.549
4
0.811
0.917
19
0.433
0.537
5
0.754
0.874
20
0.432
0.526
6
0.707
0.834
21
0.413
0.526
7
0.666
0.798
22
0.404
0.515
8
0.632
0.765
23
0.396
0.505
9
0.602
0.735
24
0.338
0.495
10
0.576
0.708
25
0.381
0.485
11
0.553
0.684
26
0.374
0.478
12
0.532
0.661
27
0.367
0.463
13
0.497
0.623
28
0.361
0.463
14
0.497
0.606
29
0.355
0.456
15
0.482
0.590
30
0.349
0.449
*Singarimbun dan Effendi, (1995)
responden
2.
Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Bila alat pengukur tersebut digunakan untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukurannya relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut dinyatakan reliabel (Singarimbun dan Effendi, 1995). Teknik pengukuran reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik pengukuran ulang (test-retest). Dalam teknik ini, responden yang sama menjawab pertanyaan yang sama. Jarak waktu antara pengukuran pertama dan pengukuran kedua adalah selama 2 minggu. Pengukuran pertama dinyatakan sebagai x dan pengukuran kedua dinyatakan sebagai y. Hasil pengukuran pertama dikorelasikan dengan hasil pengukuran kedua dengan menggunakan teknik korelasi product moment.
E. ANALISIS DATA Kuisioner yang didapat dari responden pertama - tama dipilih dengan melihat jawaban yang ada. Kuisioner dinyatakan valid apabila responden menjawab semua pertanyaan secara benar, dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Identitas responden dijawab semua; 2) Untuk jawaban dari pertanyaanpertanyaan tentang persepsi dijawab sesuai perintah; 3) Setiap pertanyaan tertutup jawabannya hanya satu; 4) Setiap pertanyaan semi terbuka jawabannya hanya satu, apabila dijawab lebih dari satu maka dianggap menjawab “lainnya”; 5) Setiap pertanyaan terbuka diisi sesuai pertanyaan. Persepsi terhadap keamanan pangan jajanan anak sekolah diukur dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan aspek keamanan pangan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif dan statistik. Pertama-tama data ditampilkan dalam bentuk tabel kontingensi yang berupa persentase dari kelompok jawaban yang sama dari semua responden pada suatu pertanyaan. Untuk pertanyan yang bersifat terbuka dan semi terbuka, pengolahan data hanya sampai disini. Sedangkan untuk pertanyaan yang bersifat tertutup (Lampiran 5) analisis dilanjutkan ke program
SPSS, yaitu Crosstabulation (tabulasi silang). Keluaran dari Crosstabulation berupa nilai chi-square. Nilai Chi-square berguna untuk melihat ada tidaknya hubungan antar satu parameter dengan parameter yang lain (Santoso, 2001). Dimana hipotesis yang digunakan adalah: H0 : Tidak ada hubungan antara parameter H1 : Ada hubungan antara parameter Dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut: (a) Berdasarkan probabilitas Jika probabilitas < 0.05, maka tolak H0 Jika probabilitas > 0.05, maka terima H0 (b) Berdasarkan perbandingan Chi-square hitung dan tabel Jika chi-square hitung < chi-square tabel, maka terima H0 Jika chi-square hitung > chi-square tabel, maka tolak H0 Keterangan: chi-square tabel dapat dilihat pada tabel chi-square dengan tingkat signifikansi (α) = 5% dan derajat bebas (df) tertentu. Sebelum dimasukkan ke dalam program SPSS, pertanyaan yang bersifat tertutup diolah terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat persepsi responden terhadap keamanan pangan. Skala yang digunakan untuk menentukan tingkatan adalah skala Likert (Khomsan, 2000), masing-masing pertanyaan diberi skor sebagai berikut: Pertanyaan positif
: Ya (3), Kadang-kadang atau sebagian (2),Tidak (1)
Pertanyaan negatif
: Ya (1), Kadang-kadang atau sebagian (2), Tidak (3)
Untuk beberapa pertanyaan tertutup lainnya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Skor beberapa pertanyaan tertutup Responden
Persepsi Kebiasaan Sarapan
Orang tua
Jumlah Uang Saku
Skor 1 2 3 4 1-2 3-5 Setiap kali/minggu kali/minggu hari > Rp Rp > Rp 1.000,00 – 5.000,00 < Rp 10.000 – Rp Rp 1.000,00 10.000,00 5.000,00
Kondisi Kurang jajanan Kotor Bersih Bersih kantin Guru Kondisi Kurang Jajanan Bersih Kotor Bersih Sekitar sekolah Kemudian pertanyaan tertutup tersebut dibuat klasifikasi menjadi tiga kategori, yaitu bagus, sedang dan buruk. Klasifikasi tersebut mengacu pada Slamet (1993) dengan mencari rata-rata dan standar devisiasi: •
Bagus
= Skor > (μ + sd)
•
Sedang
= (μ - sd) < Skor < (μ + sd)
•
Buruk
= Skor < (μ – sd)
Keterangan : μ = Nilai rata-rata sd = Standar devisiasi Setelah diperoleh nilai chi-sguare dan spearman, data tersebut di regresi untuk mengetahui kekuatan hubungan antar dua variabel sehingga akan diperoleh nilai R square. Nilai R square berkisar pada angka 0 sampai 1, dengan catatan semakin kecil angka R square maka semakin lemah hubungan kedua variabel (Santoso, 2001).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KEADAAN UMUM LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN Sekolah Dasar (SD) yang menjadi lokasi penelitian berjumlah 12 sekolah yang berada di 6 kecamatan di wilayah Kota Bogor yaitu Bogor Utara, Bogor Selatan, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Tengah dan Tanah Sareal. Sekolah yang menjadi lokasi penelitian adalah sekolah dasar negeri dan sekolah dasar swasta dari tiap-tiap kecamatan di Kota Bogor yang distribusi lengkapnya ditampilkan pada Tabel 7. Tabel 7. Sekolah yang menjadi lokasi penelitian Kecamatan
Sekolah Dasar
Keberadaab UKS
Negeri
Swasta
Negeri
Swasta
Bogor Utara
Bantarjati 5
Bogor Raya
Ada
Ada
Bogor Selatan
Batu Tulis 2
Mardi Waluya
Ada
Ada
Bogor Timur
Ciheuleut 2
Advent
Ada
Tidak Ada
Bogor Barat
Cilendek 1
Insan Kamil
Ada
Ada
Bogor Tengah
Polisi 4
Regina Pacis
Ada
Ada
Tanah Sareal
Pondok Rumput 1
Bina Insani
Ada
Ada
Dari hasil penelitian diketahui bahwa sekolah yang dijadikan lokasi penelitian memiliki jumlah siswa sebanyak 464 siswa, kecuali SD Bogor Raya. SD Bogor Raya yang dijadikan sampel penelitian memiliki jumlah siswa sebanyak 201 siswa. Pengambilan Sampel SD Bogor Raya disebabkan oleh letak sekolah yang mewakili kecamatan Bogor Utara untuk SD swasta. Kecamatan Bogor Utara hanya memiliki dua SD swasta yaitu SD Bogor Raya (201 siswa) dan SD Hanaeka (58 siswa). Sekolah yang dijadikan lokasi penelitian umumnya berada di wilayah yang mudah dijangkau oleh kendaraan umum, memiliki tingkat sosial ekonomi berbeda-beda, sebagian besar memiliki sarana usaha kesehatan sekolah (UKS) serta jenis pangan jajanan yang dijual
pedagang di lokasi penelitian baik di kantin sekolah maupun di sekitar sekolah bervariasi (Lampiran 6). Dari hasil pengambilan data menunjukan bahwa responden yang mengisi kuisioner secara lengkap adalah sebanyak 232 orang responden ibu rumah tangga dan 160 orang responden guru (Tabel 8). Jumlah tersebut sudah memadai, mengingat jumlah minimal yang harus diambil masing-masing 100 orang ibu rumah tangga dan 98 orang guru. Namun jumlah responden yang diperoleh tersebut lebih kecil dari jumlah awal responden yang akan diuji dalam penelitian, yaitu sebanyak 250 untuk responden ibu rumah tangga dan 180 untuk responden guru. Hal ini disebabkan karena sebanyak 18 responden ibu dan 20 responden guru sisanya tidak mengembalikan kuisioner dikarenakan hilang dan tidak mengisi kuisioner secara lengkap atau tepat sehingga tidak memungkinkan dilakukannya pengolahan data. Sekolah yang diteliti umumnya memiliki koperasi/kantin sekolah selain pedagang yang berjualan di sekitar sekolah. Namun ada satu sekolah yang tidak memiliki kantin sekolah yaitu SDN Pondok Rumput 1 yang terletak di kecamatan Tanah Sareal. Alasan tidak terdapatnya kantin sekolah pada SDN Pondok Rumput 1 tersebut dikarenakan pengelola kantin telah meninggal dunia dan belum ada yang melanjutkan usaha pengelolaan kantin tersebut. Tabel 8. Responden yang mengisi kuisioner secara lengkap 0rang tua
Guru
37
22
Bogor Selatan
38
24
Bogor Timur
36
27
Bogor Barat
41
29
Bogor tengah
40
26
Tanah Sareal
40
32
232
160
Persepsi Bogor Utara
Total
B. VALIDITAS KUISIONER Uji validitas kuisioner dilakukan terhadap 30 responden ibu yang mewakili orang tua dan 30 responden guru. Uji tersebut dilakukan terhadap pertanyaan yang bersifat tertutup, dimana terdapat 14 pertanyaan untuk orang tua dan 15 pertanyaan untuk guru. Nilai korelasi (r) dihitung menggunakan metode one shot (pengukuran hanya sekali) (Prastito, 2004). Validitas kuisioner menghasilkan nilai r hitung seperti yang terlihat pada Tabel 9 dan Tabel 10. Tabel 9. Hasil uji validitas kuisioner responden orang tua No. Pertanyaan
Nilai r hitung
Keterangan
1
0,578
Valid
2
0,376
Valid
3
0,375
Valid
4
0,478
Valid
5
0,433
Valid
8
0,700
Valid
9
0,495
Valid
12
0,743
Valid
14
0,693
Valid
16
0,634
Valid
17
0,383
Valid
19
0,379
Valid
22
0,550
Valid
23
0,651
Valid
Keterangan: ¾ Jumlah responden = 30 orang ¾ Nilai r tabel = 0,361 ¾ Nilai α = 0,05 Hasil uji validitas parameter persepsi orang tua menunjukkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan dinyatakan valid, karena nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel pada selang kepercayaan 95% untuk N-2. Hal ini berarti bahwa pertanyaan pada kuisioner yang digunakan dapat diterima oleh orang tua.
Tabel 10. Hasil uji validitas kuisioner responden guru No. Pertanyaan
Nilai r hitung
Keterangan
1
0,780
Valid
2
0,138
Tidak Valid
3
0,780
Valid
4
0,469
Valid
6
0,362
Valid
8
0,504
Valid
9
0,382
Valid
10
0,448
Valid
12
0,591
Valid
14
0,483
Valid
15
0,480
Valid
16
0,661
Valid
17
0,400
Valid
18
0,422
Valid
21
0,780
Valid
*Keterangan: ¾ Jumlah responden = 30 orang ¾ Nilai r tabel = 0,361 ¾ Nilai α = 0,05 Hasil uji validitas parameter persepsi guru terhadap keamanan jajanan anak sekolah menunjukkan ada pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan nomor 2, dimana nilai r hitung lebih kecil dari nilai r tabel. Pertanyaan yang tidak valid artinya pertanyaan tersebut tidak mengukur aspek yang sama dengan pertanyaan lain, atau menimbulkan penafsiran yang salah bagi responden (Singarimbun dan Effendy, 1995). Pertanyaan nomor 2 yang tidak valid berbunyi “Apakah sekolah memiliki Kantin?”. Namun berdasarkan uji validitas secara subjektif pertanyaan tersebut telah lulus dari uji validitas dan pertanyaan tersebut mudah dimengerti atau tidak menimbulkan bias. Pertanyaan tersebut berupa pertanyaan realita (nyata) yang tidak memerlukan pengetahuan guru sehingga tidak perlu diganti atau dihilangkan. Hal ini berarti bahwa kuisioner
responden guru diterima untuk selanjutkan digunakan dalam penyebaran kuisioner. C. RELIABILITAS KUISIONER Reliabilitas kuisoner dilakukan dengan metode yang sama pada uji validitas. Responden yang digunakan dalam uji reliabilitas berjumlah 30 orang responden dengan teknik pengulangan pertanyaan dalam selang waktu 14 hari antara pengukuran pertama dan kedua. Berdasarkan pengujian reliabilitas persepsi orang tua dan guru terhadap keamanan pangan jajan anak sekolah masing-masing diperoleh nilai r hitung sebesar 0,981 dan 0,975. Nilai r tabel pada selang kepercayaan 95% untuk N-2 adalah 0,361. Hasil uji reliabilitas terhadap kuisioner orang tua dan kuisioner guru menunjukkan bahwa r hitung lebih besar daripada r tabel. Hal ini berarti bahwa kuisioner yang digunakan dalam penelitian telah reliabel atau dapat dipercaya. Data hasil perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8. D. PROFIL RESPONDEN 1.
Orang Tua Profil responden orang tua dibagi menjadi 5 kriteria, yaitu usia, pekerjaan, pengeluaran, pendidikan formal terakhir yang ditamatkan, dan jumlah anak usia sekolah dasar. Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar orang tua berada dalam kisaran usia 36-46 tahun (53,45%). Data sebaran orang tua berdasarkan kelompok usia terdapat pada Tabel 11. Tabel 11. Sebaran orang tua berdasarkan usia Usia < 25 tahun 25 – 35 tahun 36 – 46 tahun > 46 tahun Total
N 21 78 124 9 232
%N 9,05 33,62 53,45 3,88 100,00
Menurut Sumarwan (2003), usia 16-18 tahun termasuk kelompok remaja lanjut, 19-24 tahun termasuk kelompok dewasa awal, 25-35 tahun termasuk kelompok dewasa lanjut dan 36-50 tahun termasuk kelompok paruh baya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa lebih dari 50% responden dalam penelitian ini berdasarkan siklus hidupnya termasuk kelompok ibu rumah tangga dari dewasa lanjut hingga paruh baya. Berdasarkan pekerjaan, lebih dari setengah responden dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga tanpa pekerjaan sambilan atau ibu rumah tangga penuh (63,79%). Sedangkan sisanya sebanyak 27,59% responden ibu rumah tangga memiliki pekerjaan sambilan dan sebanyak 862% responden ibu rumah tangga lainnya bekerja di luar rumah secara penuh. Tabel 12 menyajikan data sebaran orang tua berdasarkan kelompok pekerjaan. Tabel 12. Sebaran orang tua berdasarkan pekerjaan Pekerjaan Ibu RT tanpa pekerjaan sambilan Ibu RT dengan pekerjaan sambilan Ibu RT dengan pekerjaan penuh di luar rumah Total Ibu
rumah
tangga
tanpa
N 148 64
%N 63,79 27,59
20
8,62
232
100,00
pekerjaan
sambilan,
umumnya
mendedikasikan dirinya untuk peran sebagai istri dan ibu bagi anakanaknya dalam rumah tangga. Ibu rumah tangga dengan pekerjaan sambilan dalam penelitian ini berarti selain menjalani perannya sebagai istri dan ibu di keluarga juga memiliki pekerjaan non formal yang menyumbangkan pemasokan untuk keluarga, seperti dengan membuka toko atau kios (berdagang) di rumah atau pasar, menerima jasa jahitan, membuka salon sampai menjadi pembantu atau tukang cuci pakaian. Sedangkan ibu rumah tangga dengan pekerjaan penuh diluar rumah berarti ibu yang bekerja selama periode tertentu (Term-Time Working), dimana ibu bekerja penuh waktu selama periode/waktu tertentu, setelah itu ada jeda untuk beberapa waktu di rumah sebelum kembali bekerja selama periode tertentu. Misalnya, menjadi guru sekolah dan pekerja kantoran (Anonim, 2005a).
Ada perbedaan dalam pembentukan kebiasaan makan bagi anak antara ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga penuh. Ibu yang bekerja berarti sebagian waktunya akan tersita, sehingga peranannya dalam hal mengurus anak terpaksa dikerjakan oleh orang lain (Suhardjo, 1989). Para peneliti seringkali mengalami kesulitan untuk mendapatkan data mengenai pendapatan dari responden. Responden merasa tidak nyaman jika harus mengungkapkan pendapatan yang diterimanya dan sebagian merasa bahwa pendapatan adalah suatu hal yang sangat pribadi sehingga sangat sensitif jika diberitahukan pada orang lain. Untuk mengatasi kesulitan di atas, penelitian ini menggunakan metode lain dalam mengukur pendapatan seseorang konsumen, yakni melalui pendekatan pengeluaran sekeluarga perbulan (Sumarwan, 2003). Berdasarkan pengeluaran sekeluarga perbulan yang ditampilkan pada Tabel 13, diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengeluaran sekeluarga perbulan sebesar Rp 1.000.000,00–Rp 2.500.000,00 (45,26%). Badan Pusat Statistik (BPS) (2006), menetapkan penduduk yang tergolong sangat miskin pendapatannya setara Rp 480.000 per rumah tangga (RT) per bulan, rumah tangga miskin apabila pendapatannya Rp 600.000 per bulan dan mendekati miskin pendapatannya Rp 700.000 per RT per bulan. Dari hasil tersebut diketahui bahwa pendapatan responden dalam penelitian ini yang didekati dengan pengeluaran, umumnya berada pada kelompok pendapatan menengah keatas. Tabel 13. Sebaran orang tua berdasarkan pengeluaran Pengeluaran N %N < Rp 1.000.000 84 36,21 Rp 1.000.000 – Rp 2.500.000 105 45,26 > Rp 2.500.000 – Rp 5.000.000 36 15,52 > Rp 5.000.000 7 3,01 232 100,00 Total Apabila dilihat dari tingkat pendidikan responden, sebanyak 78,45% responden berpendidikan sekolah lanjutan (Tabel 14). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa responden telah memiliki tingkat
pendidikan yang cukup memadai. Sebaran tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini menunjukkan bahwa orang tua dinilai cukup mampu mengakses
informasi
yang
diperlukan
untuk
kelangsungan
dan
kesejahteraan keluarganya. Selain itu, responden juga dinilai cukup mampu memahami instruksi yang diberikan peneliti lewat kuisioner selama pengambilan data, sehingga menunjang pencapaian tujuan penelitian (Mardiyanti, 2005). Tabel 14. Sebaran orang tua berdasarkan pendidikan Pendidikan N %N Sekolah Dasar (SD atau sederajat) 30 12,93 Sekolah lanjutan (SLTP, SLTA atau sederajat) 182 78,45 Perguruan tinggi (Diploma, S-1, S-2, atau S-3) 20 8,62 232 100,00 Total Menurut Sumarwan (2003), pendidikan, pekerjaan dan pengeluaran sangat terkait satu sama lain. Pendidikan yang rendah akan mencerminkan jenis pekerjaan dan pendapatan serta daya beli terhadap pangan. Sedangkan menurut Sanjur (1982), pendidikan ibu memiliki hubungan dengan perbaikan pola konsumsi pangan keluarga. Dengan semakin tinggi tingkat pendidikan ibu dan pengetahuan yang dimiliki maka akan terjadi perbaikan kebiasaan makan, serta perhatian pada kesehatan dan makanan yang bergizi juga bertambah. Pada penelitian dapat dilihat bahwa, responden umumnya memiliki satu orang anak yang berada pada usia sekolah dasar (89,66%) sedangkan responden yang memiliki dua orang anak pada usia sekolah dasar hanya 24 orang (10,34%) (Lampiran 9). Anak usia sekolah dasar memerlukan banyak gizi dimana mereka masih dalam proses pertumbuhan sehingga diperlukan perhatian dari orang tua yang tinggi terhadap kebutuhan pangan baik kuantitas maupun kualitasnya. Jumlah anak usia sekolah dasar yang lebih sedikit pada satu keluarga menyebabkan perhatian orang tua lebih banyak pada anak tersebut sehingga asupan gizi pada anak lebih baik (Khomsan, 2002). Penyebaran terhadap tingkat kelas anak merata pada semua tingkatan yaitu dari kelas 1 sampai kelas 6. Sehingga data yang didapatkan mampu mewakili ibu dari anak usia sekolah dasar.
2.
Guru Guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya mengajar dan mendidik orang lain (Syah, 2000). Guru sebagai pendidik ataupun pengajar merupakan faktor penentu kesuksesan setiap usaha pendidikan. Seorang guru harus mampu menyampaikan pesan-pesan kepada anak didiknya tentang segala suatu yang menyangkut nilai-nilai kehidupan disamping halhal yang terdapat dalam kurikulum pengajaran. Selain itu, guru juga dapat berperan sebagai (a) informator, yaitu sumber penyampaian informasi berupa ilmu pengetahuan, (b) organisator, yaitu menjaga dan mengatur keserasian kegiatan belajar mengajar, (c) katalisator, yaitu mengatur kegiatan belajar mengajar kearah tujuan, (d) inisiator, yaitu mengambil inisiatif pertama sehingga menimbulkan semangat baru untuk melaksanakan semua kegiatan belajar mengajar ke tujuan interaksional, (e) moderator, yaitu sebagai pengantar belajar bagi siswa (Wahab, 1993). Profil responden guru dikelompokkan menjadi usia, jenis kelamin, dan pendidikan formal terakhir yang ditamatkan. Berdasarkan Lampiran 10 dan Lampiran 11 diketahui bahwa profil usia responden guru, yaitu berusia kurang dari 25 tahun (6,88%), berusia 25-35 tahun (51,87%), berusia 36-46 tahun (35.00%), dan berusia diatas 46 tahun (6,25%). Responden tersebut dibagi dua berdasarkan jenis kelamin yaitu 58,12% adalah perempuan dan 41.88% adalah laki-laki. Sebagian besar guru tersebut adalah perempuan dengan usia antara 25 tahun hingga 35 tahun (31,87%) (Gambar 2).
Tabulasi umur guru 31.87
Persentase (%)
35 30 25
20
19.37 15.63
20
Perempuan Laki-laki
15 10 5
3.13 3.75
3.75 2.5
0 < 25 tahun
25-35 tahun
36-46 tahun
>46 tahun
Umur
Gambar 2. Tabulasi antara umur dan jenis kelamin guru Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1979 tentang pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dijelaskan bahwa umur pensiun bagi guru sekolah dasar adalah 60 tahun dan berdasarkan Badan Kepegawaian Negara tahun 2005 diketahui bahwa guru sekolah dasar termuda adalah berumur 21 tahun (Anonim, 2005b). Menurut Sibarani (2006), berdasarkan tingkat produktivitas kerja, kisaran usia produktif adalah 15-64 tahun, sedangkan kisaran usia tidak produktif di atas 64 tahun dan dibawah 15 tahun. Dengan demikian diketahui bahwa responden guru dalam penelitian ini termasuk dalam tangga usia produktif yang cukup tinggi. Usia produktif yang cukup tinggi pada guru dapat menciptakan proses belajar mengajar yang efisien sehingga tujuan pendidikan dapat terlaksana. Dilihat dari tingkat pendidikan pada Gambar 3, responden guru berada pada sebaran pendidikan diploma (34,36%) dan sarjana (65,64%). Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 123/U/2001 tanggal 13 Juli 2001, khususnya Pasal 2 ayat 1, dimana kualifikasi pendidikan untuk guru sekolah dasar minimal adalah lulusan D-II PGSD dan dalam situasi kondisi tertentu dimungkinkan menerima lulusan PGSD, Penyetaraan, SPG dan SGO. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara pandang,
cara berpikir, bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Responden yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi (Sumarwan, 2003). Pendidikan Guru 65.64% Diploma (D1, D2 atau D3) Sarjana (S-1, S2, atau S-3)
34.36%
Gambar 3. Sebaran tingkat pendidikan guru Responden guru yang diambil dalam penelitian ini menyebar merata dari kelas 1 sampai kelas 6 (89,37%) ditambah dengan beberapa guru bidang studi (10,63%) ( Lampiran 12). E. PERSEPSI ORANG TUA 1.
Rutinitas Sarapan Tabel mengenai rutinitas sarapan anak sekolah terdapat pada Lampiran 13, sedangkan kebiasaan sarapan dari anak sekolah dapat dilihat pada Lampiran 14. Dari kedua Lampiran tersebut dapat diketahui seberapa sering anak melakukan sarapan sebelum berangkat ke sekolah serta kebiasaan sarapan itu sendiri. Sebagian besar anak hanya kadang-kadang saja
sarapan sebelum berangkat ke sekolah (64,22%) dan anak yang
melakukan sarapan setiap hari hanya sebesar 32,76%. Akan tetapi ada pula anak yang tidak melakukan sarapan sama sekali sebelum berangkat ke sekolah yaitu sebesar 3,02%. Setiap anak mempunyai pola dan kebiasaan sarapan yang berbedabeda (Gambar 4). Hal ini dapat juga dilihat pada Lampiran 15 yang menunjukkan bahwa anak dari responden yang kadang-kadang sarapan di rumah terbagi menjadi dua frekuensi yaitu kadang sarapan dengan
frekuensi 1-2 kali seminggu (16,38%) dan kadang sarapan dengan frekuensi 3-5 kali seminggu (47,84%). Anak yang melakukan sarapan pagi memiliki stamina yang fit selama mengikuti kegiatan di sekolah. Sedangkan anak yang tidak sarapan pagi akan mengalami kekosongan lambung sehingga kadar gula akan menurun. Gula darah merupakan energi utama bagi otak. Dampak negatifnya adalah ketidakseimbangan sistem syaraf pusat yang diikuti dengan rasa pusing, badan gemetar atau rasa lelah. Dalam keadaan demikian anak akan sulit untuk menerima pelajaran dengan baik (Khomsan, 2002). Ada banyak alasan yang menyebabkan anak tidak sarapan, misalnya tidak disiapkan oleh orang tuanya, bangun kesiangan dan sebagainya. Salah satu solusi dari berbagai alasan tersebut adalah dengan membawakan bekal kepada mereka. Namun berdasarkan penelitian, orang tua menyatakan bahwa jajan lebih praktis daripada membawa bekal dari rumah (83,62%). Hal ini memperkuat dugaan bahwa alasan anak untuk jajan adalah tidak sarapan di rumah (Lampiran 16).
Frekuensi Sarapan
Setiap hari
3-5/minggu
1-2/ minggu
0 32.76 47.84
Kadang
0
Ya 16.38
0 0
10
20
30
40
50
60
Persentase (%)
Gambar 4. Tabulasi silang antara kebiasaan sarapan dengan rutinitas sarapan anak
2.
Kebiasaan Jajan Pada Lampiran 17, diketahui bahwa sebagian besar orang tua memberikan uang saku kepada anak (98,70%) dan hanya 1,30% orang tua yang tidak memberikan uang saku untuk anak. Besarnya uang saku yang diberikan orang tua kepada anak yaitu kurang dari Rp 1.000,00 (3,88%), Rp 1.000,00-Rp 5.000,00 (79,74%) dan Rp 5.000,00-Rp 10.000,00 (15,08%) (Lampiran 18). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratomo (2002), dimana diketahui bahwa rata-rata besarnya uang saku yang diterima oleh siswa sekolah berkisar antara Rp 1.000,00-Rp 5.000,00 per hari (58,02%). Kenaikan harga pada berbagai elemen komoditas pada tahun 2006 tidak merubah besarnya uang saku orang tua kepada anak. Dari tabulasi antara pemberian uang saku dan besarnya uang saku yang diberikan pada anak (Gambar 5 dan Lampiran 19), dapat diketahui bahwa orang tua yang selalu memberikan uang saku tiap hari pada anak berbeda-beda yaitu kurang dari Rp 1.000,00 (3,02%), Rp 1.000,00-Rp 5.000,00 (71,55%), dan lebih dari Rp 5.000,00-Rp 10.000,00 (13,36%). Begitu pula orang tua yang tidak rutin atau kadang-kadang memberikan uang saku pada anak, mereka memberikan jumlah yang berbeda pula yaitu kurang dari Rp 1.000,00 (0,86%), berkisar antara Rp 1.000,00-Rp 5.000,00 (8,19%) dan lebih dari Rp 5.000,00-Rp 10.000,00 (1,72%).
Frekuensi Uang Saku > Rp 5.000 – Rp 10.000
1.72 Kadang
13.36
Ya Rp1000 – Rp 5.000
8.19 71.55 0.86 3.02
< Rp 1000
0
20
40
60
80
Persentase (%)
Gambar 5. Frekuensi pemberian dan jumlah uang saku anak
Uang saku yang diberikan orang tua kepada anak tersebut sebagian besar digunakan untuk membeli jajan (80,35%). Sisanya uang saku tersebut oleh anak digunakan untuk membeli mainan (17,90%) dan keperluan lainnya (1,75%) (Lampiran 20). Keperluan lainnya maksudnya adalah uang saku yang diberikan oleh orang tua kepada anak digunakan untuk menabung, ongkos angkutan, dan uang kas sekolah. Anak yang menggunakan uang saku untuk jajanan umumnya selalu dimonitor oleh orang tua (86,96%) (Lampiran 21). Menurut Sekarsari (2003), faktor utama penyebab anak sekolah membeli jajan adalah mereka merasa lapar lagi walaupun sudah makan di rumah (47,10%), tidak sempat sarapan di rumah (13,17%), tidak membawa bekal dari rumah (18,12%), dan 2,90% menyatakan bahwa jajan dilakukan hanya untuk gengsi atau malu oleh teman jika tidak jajan. Jajanan yang dikonsumsi anak berbeda-beda. Menurut Rahayu et al. (2005), pangan jajanan yang dikonsumsi oleh anak sekolah umumnya dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu 1) Makanan utama (nasi goreng, nasi soto, mie bakso, mie ayam, gado-gado, siomay, dan sejenisnya); 2) Penganan atau kue (tahu goreng, cilok, martabak telur, apem, keripik, jelly, dan sejenisnya); 3) Minuman (es campur, es sirup, es teh, es mambo, dan sejenisnya); 4) Buah-buahan (pepaya potong, melon potong, dan sejenisnya). Dari 184 anak yang menggunakan uang saku untuk membeli jajanan, diketahui bahwa sebanyak 40,76% anak dari responden membeli jajanan berupa penganan, 30,46% anak dari responden membeli jajanan berupa makanan utama. Sisanya anak responden membeli jajanan
berupa
minuman
(23,37%)
Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 6.
dan
buah-buahan
(5,44%).
Jajanan yang sering dikonsumsi anak
5.44% 23.37%
30.43%
Makanan utama Panganan Minuman Buah - buahan
40.76%
Gambar 6. Jajanan yang dibeli oleh anak sekolah Pola makan yang dianjurkan kepada anak seharusnya mengandung karbohidrat berkisar 50-60 persen dari total kalori yang dikonsumsi. "Sementara asupan lemak tidak lebih dari 30 persen dari total kalori, dan protein 20-25 persen. Tambahannya air, mineral, dan vitamin diperlukan meski dalam jumlah kecil, karena merupakan unsur yang menjaga keseimbangan atau membantu metabolisme makanan yang utama tadi (Anonim, 2007). Khusus untuk protein hewani seorang anak dianjurkan agar mengkonsumsi kira-kira 5 gram protein asal ternak ditambah 10 gram protein ikan (Khomsan, 2002). Namun dari sekian banyak jajanan yang dibeli oleh anak umumnya hanya terbuat dari karbohidrat sehingga tidak memenuhi standar gizi anak. 3.
Pangan Jajanan di Sekolah Pangan jajanan anak sekolah beraneka ragam baik jenis, bentuk, warna, rasa dan penampilan. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa menurut orang tua sebanyak 94,97% pangan jajanan yang dikonsumsi anak mengandung bahan kimia berbahaya dan sebanyak 65.52% pangan jajanan di sekolah tidak higienis atau mengandung kuman (Lampiran 22). Dari data tersebut dapat kita ketahui bahwa umumnya orang tua berpendapat bahwa pangan jajanan anak sekolah tidak aman untuk dikonsumsi.
Pangan jajanan di sekolah sangat berisiko terhadap cemaran biologis atau kimiawi yang banyak mengganggu kesehatan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Pangan yang baik dalam penampakan belum tentu aman untuk dikonsumsi.
Dari hasil pengawasan pangan
jajanan anak sekolah tahun 2005 yang dilakukan oleh 18 Balai Besar/Balai POM, dengan cakupan pengambilan sampel makanan jajanan anak sekolah seluruhnya 861 sampel yang memenuhi syarat sebanyak 517 sampel (60,04%), dan yang tidak memenuhi
syarat sebanyak 344 sampel
(39,96%), terdiri dari Benzoat 10 sampel, Siklamat 93 sampel, Sakarin 29 sampel, Rhodamin B 85 sampel, Amaranth 3 sampel, Methanyl yellow 2 sampel, Boraks 34 sampel, Formalin 7 sampel, ALT 60 sampel, MPN Coliform 48 sampel, Kapang/kamir 32 sampel, E. coli 32 sampel, Salmonella thypii 12 sampel, Staphylococcus aureus 12 sampel, dan Vibrio cholerae 2 sampel (Rahayu et al., 2005). Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Agustina (2002) terhadap pangan jajanan seperti mie ayam, mie bakso, mie rebus, pastel, tahu isi, bakso ikan goreng dan sambel di kantin sekolah yang berada di wilayah Bogor, hampir semuanya positif mengandung Salmonella Paratyphi A, Staphylococcus sp, koliform non fekal dan berdasarkan hasil penelitian Nurlaila (2002) terhadap pangan jajanan di kantin sekolah yang berada di wilayah Bogor, diketahui bahwa semua pangan jajanan seperti es teh manis dan es kelapa mengandung zat pemanis seperti sakarin dan siklamat. Pangan jajanan yang baik menurut orang tua adalah pangan yang ditempatkan di tempat yang layak. Sebanyak 96,89% orang tua menyatakan bahwa penyajian pangan yang baik adalah ditempatkan pada wadah yang tertutup/etalase yang tertutup. Sisanya yaitu 3,11% orang tua menyatakan pangan jajanan yang baik yaitu ditempatkan dalam bungkusan plastik (Lampiran 23). Wadah tertutup, etalase tertutup, dan pangan yang dibungkus plastik dapat mencegah kontaminasi silang pada pangan jajanan. Kontaminasi silang adalah kontaminasi pada bahan pangan mentah ataupun bahan pangan masak melalui perantara. Bahan kontaminasi dapat berada dalam
makanan melalui berbagai pembawa antara lain serangga, tikus, peralatan, ataupun manusia yang menangani pangan tersebut Adanya bahan kontaminasi pada pangan dapat menurunkan nilai estetis dari pangan. Selain itu pula adanya bahan kontaminasi pada pangan dapat menimbulkan efek yang lebih merugikan antara lain sakit, bahkan kematian (Purnawijayanti, 2001). Lingkungan penjual pangan jajanan merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung keamanan pangan jajanan anak sekolah. Lingkungan penjual pangan jajanan yang baik menurut responden adalah lingkungan yang bersih, jauh dari tempat sampah, jauh dari sumber polusi, dan jauh dari keramaian. Dari Lampiran 24 diketahui bahwa, responden berpendapat bahwa penjual pangan jajanan seharusnya berada dalam lingkungan yang bersih (80,00%). F.
PERSEPSI GURU 1.
Aktivitas Guru untuk Memonitor Pangan Jajanan dan Mengingatkan Anak Didik Kegiatan mengajar yang dilakukan guru tidak hanya berorientasi pada kecakapan-kecakapan berdimensi ranah cipta saja tetapi kecakapan yang berdimensi ranah rasa dan karsa karena mengajar pada prinsipnya berarti proses perbuatan seseorang (guru) yang membuat orang lain (siswa) belajar, dalam arti mengubah seluruh dimensi perilakunya. Peranan guru dalam memonitor keamanan pangan jajanan, menghimbau sarapan pagi, dan mengajarkan anak untuk tidak jajan sembarangan merupakan sebagian dari kegiatan mengajar. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa guru yang memonitor langsung keamanan jajanan di kantin sekolah adalah sebanyak 64,38% dan yang selalu mengingatkan anak didik untuk sarapan dahulu sebelum berangkat ke sekolah sebanyak 86,87%. Sedangkan guru yang selalu mengajarkan murid untuk tidak mengkonsumsi pangan jajanan sembarangan sebanyak 68,75% (Lampiran 25 sampai Lampiran 27).
Hal ini membuktikan bahwa peran guru sebagai fasilitator, motivator maupun pembimbing dilaksanakan dengan baik oleh guru, namun pada kenyataannya apa yang disampaikan oleh guru belum dilaksanakan dengan baik oleh anak dimana masih banyak anak yang mengkonsumsi jajanan sembarangan dan mengalami gangguan kesehatan akibat pangan jajanan. Dengan demikian diperlukan kerjasama dengan pihak lain seperti orang tua dan pedagang baik yang berjualan di kantin maupun yang di sekitar sekolah agar tercipta keamanan pangan. 2.
Pangan Jajanan di Sekolah [[[
Pangan jajanan di sekolah terbagi dua yaitu pangan jajanan yang dijual di kantin sekolah dan pangan jajanan yang dijual di sekitar sekolah. Pada Lampiran 28 diketahui bahwa, sebagian besar guru menyatakan bahwa sekolah yang dijadikan tempat penelitian memiliki fasilitas kantin (91,25%). Selain itu, di setiap sekolah juga terdapat pedagang pangan jajanan yang berjualan di sekitar sekolah. Dari Lampiran 29, diketahui bahwa guru yang disekolahnya memiliki kantin berpendapat bahwa sebagian besar pangan jajanan yang dijual di kantin sekolah aman untuk dikonsumsi (86,99%) dan ada pula guru yang menyatakan bahwa hanya sebagian pangan jajanan yang dijual di kantin sekolah aman untuk dikonsumsi (13,01%). Sedangkan untuk pangan jajanan yang dijual di sekitar sekolah, lebih dari 50% guru menyatakan hanya sebagian pangan jajanan yang aman untuk dikonsumsi (69,38%). Sisanya guru menyatakan bahwa pangan jajanan yang dijual di sekitar sekolah aman untuk dikonsumsi (22,50%) dan pangan jajanan yang dijual di sekitar sekolah tidak aman untuk dikonsumsi (8,12%). Hasil tersebut mengungkapkan bahwa perlu adanya kerja sama antara pihak sekolah dengan
pedagang
yang
berjualan
disekitar
sekolah
untuk
dapat
meningkatkan keamanan pangan jajanan yang beredar di sekolah. Guru yang menyatakan bahwa pangan jajanan yang dijual di kantin sekolah maupun di sekitar sekolah tidak aman dikonsumsi, disebabkan oleh kurangnya kebersihan pedagang, tempat berjualan yang kotor, pangan yang dijual menggunakan bahan-bahan kimia yang dilarang untuk dikonsumsi
seperti pewarna tekstil, pengawet, formalin, maupun borak,. Selain itu menurut guru pangan yang dijual sebagian tidak diolah secara tepat sehingga berpotensi menimbulkan penyakit. Persentase dari masing-masing penyebab dapat dilihat pada Lampiran 30. 3.
Kebersihan Pangan Jajanan Persepsi guru tentang kebersihan pangan jajanan berbeda-beda. Jika ditinjau dari masing-masing tempat berjualan, menurut guru pangan jajanan yang dijual di kantin sekolah bersih (78,08%) sedangkan pangan jajanan yang dijual di sekitar sekolah kurang bersih (85,00%) (Lampiran 31). Pangan jajanan di kantin sekolah dikatakan bersih karena pengelola kantin menjaga kebersihan pangan jajanan sesuai yang diharapkan pihak sekolah, dimana pangan jajanan tidak dibiarkan terbuka, selalu membersihkan fasilitas dan peralatan kantin, dan tempat berjualan jauh dari tempat sampah. Sedangkan pangan jajanan di sekitar sekolah dikatakan kurang bersih karena banyak pangan jajanan yang dibiarkan terbuka saat disajikan sehingga dapat terkontaminasi oleh mikroba, serangga, maupun debu.
G. PERBANDINGAN ANTARA PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU 1.
Gangguan Kesehatan Dalam Tabel 15 ditampilkan data jawaban responden terhadap gangguan kesehatan anak. Gangguan kesehatan yang dimaksud adalah gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pengkonsumsian pangan jajanan yang dijual di sekolah. Dilihat dari hasil penelitian, menurut orang tua anak yang mengalami gangguan kesehatan lebih banyak dibandingkan dengan anak yang tidak pernah mengalami gangguan kesehatan (65,76%). Sedangkan menurut guru sebagian besar anak didik tidak pernah mengalami gangguan kesehatan (89,11%). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh gejala sakit yang dialami anak baru dirasakan setelah anak berada di rumah sehingga dari kedua responden orang tualah yang mengetahui sakit yang dialami oleh anak. Orang tua lebih komunikatif terhadap anak sehingga lebih detail terhadap segala sesuatu yang dialami anak.
Tabel 15. Gangguan kesehatan anak menurut responden orang tua dan guru Respon
Orang tua N %N
N
Guru %N
Gangguan Kesehatan ● Ya ● Tidak
121 63
65,76 34,24
17 136
10,89 89,11
Gejala Gangguan kesehatan anak ● Demam ● Diare/ sakit perut ● Mual ● Lainnya
10 80 24 7
8,26 66,12 19,83 5,79
0 14 3 0
0,00 82,35 17,65 0,00
Menurut Pratomo (2002), faktor-faktor yang dimungkinkan dapat menyebabkan gangguan kesehatan antara lain adalah jarak waktu antara pembelian pangan jajanan sampai dengan pengkonsumsian pangan jajanan tersebut serta faktor yang berasal dari pangan jajanan itu sendiri. Makanan yang paling banyak menjadi penyebab gangguan kesehatan di kantin kampus dari hasil penelitian Rahayu et al. (2002) adalah gado-gado (54,50%) dan disusul dengan mie ayam (6,80%). Gejala utama gangguan kesehatan yang sering dirasakan anak menurut orang tua maupun guru yaitu diare atau sakit perut. Diare merupakan salah satu sindrom (syndrome) penyakit pangan yang dapat disebabkan oleh berbagai agen penyebab. Sebesar 1.3 milyar kasus nontyphoid di dunia disertai gejala atau sindrom diare/gastroenteritis akut yang menyebabkan kematian (Pang et al., 1995). Gejala gangguan kesehatan tersebut menurut guru banyak terjadi setelah anak mengkonsumsi pangan jajanan yang dijual di sekitar sekolah. Pedagang yang berjualan disekitar sekolah umumnya tidak memperhatikan sanitasi dan higienis saat mengolah pangan jajanan maupun saat berjualan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pratomo (2002), pedagang tidak memperhatikan kualitas dan mutu dari bahan baku pangan jajanan (44,44%). Menurut orang tua, gangguan kesehatan tersebut dapat terjadi dalam jangka waktu 1 kali per bulan (4,95%), 2 kali per bulan (2,48%), 1 kali per
tahun (43,81%), 2 kali per tahun (13,22%) dan 3 kali per tahun (1,65%) (Gambar 7 dan Lampiran 32). Gejala dan Waktu Gangguan Kesehatan 1.65
3 kali/ tahun
0.83
2 kali/ tahun
1.65 0.83
1 kali/ tahun
13.22
4.97
2.48 0.83
Diare/ sakit perut 43.81
9.9
Mual Demam Lainnya
2.48 1.65 1.65 0.83
2 kali/ bulan
4.95 3.31 1.65 3.31
1 kali/ bulan
0
10
20
30
40
50
Persentase (% )
Gambar 7. Tabulasi silang antara gejala gangguan kesehatan anak dan frekuensi gangguan kesehatan yang dialami anak 2.
Bahan Kimia Berbahaya Maraknya fenomena peredaran bahan kimia berbahaya menjadi masalah bagi keamanan pangan khususnya pangan jajanan anak sekolah. Oleh karena itu diperlukan perhatian serius dan konsisten dari semua pihak. Tabel 16 menampilkan data jawaban responden tentang bahan kimia berbahaya. Dari 232 responden orang tua, sebanyak 85,78% menyatakan bahwa mereka mengetahui tentang jenis bahan kimia berbahaya untuk pangan dan sebanyak 94,97% mengetahui pengaruh yang akan timbul akibat bahan kimia berbahaya. Responden guru semuanya mengetahui jenis-jenis bahan kimia berbahaya (100,00%) dan 99,38% mengetahui pengaruh yang akan ditimbulkan akibat pengkonsumsian bahan kimia berbahaya. Jenis bahan kimia berbahaya pada pangan jajanan menurut orang tua antara lain formalin, boraks, penyedap rasa, serta zat pewarna tekstil. Sebagian besar orang tua menyebutkan semua jenis bahan kimia berbahaya tersebut (82,91%). Jawaban tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh guru, namun ada pula jenis bahan kimia lain yang menurut guru dapat membahayakan tubuh yaitu pemanis buatan (Lampiran
33). Kedua responden berpendapat bahwa pengkonsumsian bahan kimia berbahaya dapat menyebabkan kanker, ginjal dan stroke. Tabel 16. Pengetahuan orang tua dan guru tentang bahan kimia berbahaya Orang tua Guru Persepsi N %N N %N Mengetahui Jenis bahan kimia berbahaya 160 100,00 85,78 199 ● Ya 0,00 0 14,22 33 ● Tidak Mengetahui pengaruh bahan kimia berbahaya ● Ya 189 94,97 159 99,38 ● Tidak 10 5,03 1 0,62 Pengetahuan yang dimiliki oleh kedua responden tentang jenis dan pengaruh bahan kimia berbahaya cukup bagus, namun mereka tidak mengetahui secara jelas mana bahan kimia yang dilarang dan mana bahan kimia yang diperbolehkan dengan dosis tertentu. 3.
Sanitasi dan Higienitas Masalah keamanan pangan banyak ditimbulkan karena kondisi sanitasi dan higienitas yang rendah sehingga mengakibatkan terjadinya kontaminasi pada pangan. Pengetahuan yang terbatas merupakan salah satu penyebab timbulnya masalah keamanan pangan tersebut (Winarno et al., 1993). Tabel 17 menampilkan jawaban responden tentang sanitasi dan higienitas. Dari tabel tersebut diketahui bahwa sebagian besar orang tua tidak mengetahui pengaruh yang timbul akibat pangan jajanan yang tidak higienitas (75,43%). Hal ini berbanding terbalik dengan guru, dimana sebagian besar mengetahui pengaruh yang timbul akibat penanganan pangan jajanan yang tidak higienis (70,00%). Penanganan pangan jajanan yang tidak higienis dapat menimbulkan penyakit bagi anak yang mengkonsumsi pangan jajanan tersebut. Dari hasil wawancara dengan guru diketahui bahwa mereka dituntut memiliki wawasan yang luas tentang banyak hal. Menurut Moleong, 2004, guru harus memiliki kompetensi pribadi yang meliputi: (1) beragama dan berbudi luhur; (2) memiliki minat
dan perhatian pada anak; (3) sehat jasmani (tidak memiliki kecacatan yang dapat
menghambat
tugasnya
sebagai
pendidik);
(4)
sabar
dan
menyenangkan; (5) cukup cerdas; (6) kreatif; (7) memiliki komitmen tinggi; (8) cakap berkomunikasi dengan anak; dan (9) berwawasan multi budaya. Tabel 17. Respon orang tua dan guru terhadap sanitasi dan higienitas Respon
Orang tua
Guru
N
%N
N
%N
● Ya
57
24,57
112
70,00
● Tidak
175
75,43
48
30,00
● Ya
179
77,15
47
29,37
● Kadang - kadang
46
19,83
101
63,13
● Tidak
7
3,02
12
7,50
● Ya
125
55,56
68
45,95
● Kadang - kadang
97
43,11
75
50,68
● Tidak
3
1,33
5
3,37
Mengetahui pengaruh penanganan pangan yang tidak higienis
Mengingatkan anak mencuci tangan
Memonitor praktek cuci tangan anak
Higienitas dalam penanganan pangan jajanan merupakan kunci untuk mengontrol pertumbuhan mikroba pada produk pangan. Terjadinya kasus-kasus keracunan sebagian besar disebabkan oleh pangan jajanan yang tidak higienis dan kondisi sanitasi penjual pangan jajanan yang tidak baik dan tidak memadai. Higienitas bukan hanya merupakan tanggung jawab pengolah makanan atau pedagang pangan jajanan saja, melainkan juga merupakan tanggung jawab setiap individu. Penerapan higienitas yang baik dapat memutuskan rantai infeksi terhadap pangan (Hobbs dan Robert, 1989). Higienitas individu merupakan salah satu tindakan melindungi terjadinya penyakit akibat pangan. Manusia dapat berperan sebagai penyebab terjadinya penyakit melalui pangan dan juga sebagai korban dari kejadian
timbulnya
penyakit
melalui
pangan.
Oleh
karena
itu
sebelum
mengkonsumsi pangan diharapkan mencuci tangan terlebih dahulu. Tangan merupakan sumber kontaminasi kuman yang cukup besar. Di dalam tangan terdapat mikroba yang dapat menghasilkan galur-galur toksigenik Staphilococcus aureus yang dapat menghasilkan racun pada tangan (Supardi dan Sukamto, 1999). Sebanyak 96,98% orang tua dan sebanyak 92,50% guru mengingatkan anak untuk mencuci tangan sebelum menyentuh pangan. Umumnya kedua responden mengetahui fungsi mencuci tangan sebelum memegang pangan yaitu mencegah kuman masuk kedalam tubuh yang dapat menimbulkan penyakit. Gerakan mencuci tangan terbukti sangat efektif untuk mencegah masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh seseorang. Menurut Nadesul (2006), terdapat lebih dari 20 penyakit yang timbul akibat tidak cuci tangan. Misalnya, penyakit yang ditimbulkan oleh adanya transmisi kotoran, dalam istilah medis disebut fecal oral. Fecal berasal dari kotoran dan tinja yang mencemari minuman yang tidak dimasak atau tangan yang kotor sehingga dapat menjadi sumber mikroba patogen yang akan menimbulkan diare, typhoid, disentri, hepatitis A, dan tifus. Anak yang mempraktekkan mencuci tangan sebelum menyentuh pangan berbeda-beda yaitu ada yang selalu mempraktekkan sebelum menyentuh pangan, kadang-kadang saja mempraktekkannya dan ada pula yang tidak mempraktekkannya sama sekali. Menurut orang tua anak yang selalu mempraktekkan mencuci tangan sebelum menyentuh pangan sebanyak
55,56%
sedangkan
menurut
guru
anak
yang
selalu
mempraktekkan mencuci tangan sebelum menyentuh pangan sebanyak 45,95%. 4.
Sumber informasi tentang Keamanan Pangan Sumber informasi orang tua dan guru tentang keamanan pangan jajanan
ternyata
berbeda-beda
ada yang berasal dari TV/Radio,
Koran/Majalah, Puskesmas, Dokter/Bidan, serta lainnya seperti: pihak keluarga, pengalaman, dan teman (Tabel 18). Sebagian besar orang tua
mendapatkan informasi tersebut dari media elektronik seperti: TV atau radio (52,58%). Sedangkan guru sebagian besar mendapatkan informasi tentang keamanan pangan dari media cetak seperti: koran atau majalah (40,00%). Perbedaan sumber informasi antara orang tua dan guru disebabkan guru termasuk dalam orang pekerja yang hanya memiliki separuh waktu berada dirumah, sehingga waktu untuk melihat TV atau mendengar radio relatif kecil. Media telah menjadi ciri khas masyarakat modern. Setiap hari masyarakat disajikan beragam informasi dari media yang dapat mempengaruhi persepsi. Tabel 18. Informasi tentang keamanan pangan Informasi tentang pangan
Orang tua
Guru
N
%N
N
%N
TV/ Radio
123
53,02
43
26,87
Koran/ Majalah
53
22,84
64
40,00
Puskesmas
9
3,88
23
14,38
Dokter/ Bidan
17
7,33
16
10,00
Lainnya
30
12,93
14
8,75
Total
232
100,00
160
100,00
Menurut Jahi (1988), TV dan radio merupakan media komunikasi massa yang memiliki kemampuan yang besar untuk mengantarkan dan menyebarkan pesan–pesan. Pesan tersebut disampaikan kepada massa yang berada di tempat terpencar dan tersebar luas, secara serentak dan dengan kecepatan tinggi. TV sebagai salah satu medium komunikasi mempunyai potensi yang cukup besar untuk menghasilkan efek. Hal ini dimungkinkan oleh sifatnya yang audio visual. Penyampaian pesan yang disertai gambargambar dapat bergerak mempunyai daya tarik yang kuat dan dapat memberikan kesan yang mendalam, sehingga memungkinkan untuk menghasilkan efek yang cukup besar. Efek dapat berupa bertambahnya pengetahuan, sikap, persepsi dan bahkan sampai mengubah perilaku (Merril dan Lowenstein, 1971). Radio sebagai salah satu bagian dari sistem penyiaran Indonesia ikut berpartisipasi dalam penyampaian informasi yang
dibutuhkan komunitasnya, baik menyangkut aspirasi warga masyarakat maupun program-program yang dilakukan pemerintah untuk bersama-sama menggali masalah dan mengembangkan potensi yang ada di lingkungannya. Koran dan Majalah merupakan komunikasi massa yang berisikan informasi-informasi kepada masyarakat berbentuk tulisan dan gambar. Puskesmas adalah sarana untuk berobat masyarakat yang di dalamnya terdapat orang-orang yang mengerti tentang kesehatan, contohnya bidan. Dewasa ini fungsi bidan telah bergeser yang dahulu hanya sebagai orang yang membantu persalinan, periksa kehamilan dan imunisasi. Sekarang dapat berfungsi dalam pelayanan umum dan memberikan informasi kesehatan (Manalu di dalam Megasari 2006). Sedangkan dokter merupakan orang yang mengerti akan kesehatan, seorang dokter diharuskan untuk mampu memahami segala sesuatu yang menyangkut kesehatan, sehingga dapat memberikan informasi kepada pasien. 5.
Klasifikasi Tingkat Persepsi Responden Terhadap Keamanan Pangan Pada Tabel 19 diketahui bahwa tingkat persepsi orang tua (71,98%) dan guru (75,63%) berada pada kategori sedang. Sedang disini maksudnya adalah orang tua maupun guru memiliki sikap dan perilaku yang cukup bagus terhadap keamanan pangan. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai elemen seperti usia, pendidikan dan pengetahuan, dimana ketiganya saling mempengaruhi satu sama lain Adanya pengetahuan yang ditunjang dengan usia dan pendidikan akan menyebabkan seseorang mempunyai sikap positif, kemudian akan mempengaruhi niatnya untuk ikut serta dalam suatu kegiatan yang akan diwujudkan dalam suatu tindakan (Noor, 1999). Tabel 19. Klasifikasi tingkat persepsi responden terhadap keamanan pangan Respon
Orang tua
Guru
N
%N
N
%N
Bagus
33
14,22
12
7,50
Sedang
167
71,98
121
75,63
Buruk
32
13,79
27
16,87
Total
232
100,00
160
100,00
H.
KORELASI
ANTAR
PARAMETER
TERHADAP
PERSEPSI
KEAMANAN PANGAN 1.
Orang Tua Berdasarkan Lampiran 34 diketahui bahwa hasil analisis uji Chisquare baik berdasarkan probabilitas maupun dengan membandingkan antara x2 hitung dan x2 tabel mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara profil responden seperti usia dengan kebiasaan anak sarapan sebelum berangkat sekolah dan kebiasaan orang tua memonitor pangan jajanan anak, profil pekerjaan dengan tahu atau tidak orang tua terhadap pengaruh penanganan pangan jajanan yang tidak higienis, profil pengeluaran dengan tahu atau tidak orang tua terhadap pengaruh penanganan pangan jajanan yang tidak higienis, serta profil pendidikan dengan jumlah uang saku anak dan
tahu atau tidak orang tua terhadap pengaruh penanganan pangan
jajanan yang tidak higienis. Namun setelah dilakukan regresi di peroleh bahwa nilai R square menggambarkan bahwa hubungan yang ada adalah lemah, dimana nilai yang diperoleh rata-rata mendekati 0, artinya adanya perbedaan profil responden tidak menjamin perbedaan persepsi. 2.
Guru Dari
uji
Chi-square
secara
probabilitas
maupun
dengan
membandingkan antara x2 hitung dan x2 tabel yang terdapat pada Lampiran 35 diketahui bahwa terdapat korelasi antara umur dengan persepsi guru dalam memonitor keamanan pangan jajanan di kantin sekolah dan di sekitar sekolah serta pengaruh yang ditimbulkan oleh bahan kimia berbahaya. Selain itu, diketahui pula bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin guru dengan aktivitas guru dalam memonitor keamanan jajanan di sekitar sekolah dan gangguan kesehatan anak setelah jajan di sekitar sekolah. Namun setelah dilakukan regresi hasil R square yang diperoleh sama dengan hasil R square orang tua yaitu mendekati 0.
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Orang tua dan guru dalam penelitian ini memiliki persepsi yang cukup bagus terhadap keamanan pangan jajanan anak sekolah. Hal ini ditunjang dengan pengetahuan, sikap dan perilaku kedua responden terhadap hal-hal yang menyangkup keamanan pangan jajanan. Namun dari hasil penelitian, diketahui jumlah anak sekolah yang mengalami gangguan kesehatan menurut orang tua masih lebih besar (65,76%) dibandingkan dengan anak sekolah yang tidak pernah mengalami gangguan kesehatan. Gejala yang banyak dirasakan oleh anak sekolah menurut orang tua dan guru sebagian besar adalah diare. Sebagian besar anak sekolah hanya kadang-kadang saja melakukan sarapan pagi di rumah (47,84%) sehingga lebih banyak yang jajan di sekolah (80,35%). Pangan jajanan disekolah yang dikonsumsi anak menurut orang tua mengandung bahan kimia berbahaya (94,97%) dan mengandung kuman atau tidak higienis (65,52%). Sedangkan menurut guru pangan jajanan disekitar sekolah sebagian besar aman untuk dikonsumsi (69,38%) dan pangan jajanan yang dijual di sekitar sekolah kurang bersih (85,00%) Sumber informasi tentang keamanan pangan umumnya diperoleh orang tua dari media elektronik seperti TV dan Radio (53,02%) sedangkan guru umumnya berasal dari media cetak seperti: koran dan majalah (40,00%). Kedua media tersebut merupakan alat komunikasi yang efisien dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. B. SARAN 1.
Bagi Orang Tua Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa menurut orang tua jumlah anak sekolah yang pernah mengalami gangguan kesehatan (65,76%) lebih banyak dari anak yang tidak mengalami gangguan kesehatan (34,24%). Oleh karena itu, disarankan kepada orang tua:
•
Meningkatkan pengetahuan tentang jenis dan pengaruh bahan kimia berbahaya sehingga orang tua dapat memilih pangan yang aman dan dapat menghindarkan efek bahan kimia tersebut bagi kesehatan.
•
Meningkatkan pengetahuan tentang sanitasi dan higienitas sebab kedua
hal
tersebut
merupakan
pokok
masalah
yang
dapat
menyebabkan makanan tidak aman untuk dikonsumsi karena cemaran mikrobiologis. •
Membiasakan sarapan di keluarga, dimana sarapan merupakan salah satu pencegahan anak melakukan jajan diluar rumah sehingga gangguan kesehatan anak dapat diminimalis.
•
Membawakan bekal kepada anak. Membawa bekal merupakan salah satu cara pengajaran kepada anak sehingga mereka mengerti jajanan apa saja yang boleh mereka beli. Bekal yang dibawa tidak harus dibuat sendiri oleh orang tua tapi dapat dibeli dipasaran asalkan pangan jajanan tersebut aman.
•
Membimbing anak dalam memilih tempat dan lingkungan jajan yang bersih serta memilih pangan jajanan yang aman dan mengajarkan anak untuk menghindari pangan jajanan yang terlalu manis atau berwarna mencolok seperti merah dan kuning.
2.
Bagi Guru Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa menurut guru gangguan kesehatan pada anak banyak terjadi karena pangan jajanan yang dijual di sekitar sekolah hanya sebagian yang aman (69,38%) dan hanya sebagian yang bersih (85,00). Oleh karena itu, guru diharapkan: •
Mengaktifkan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) untuk meningkatkan kondisi lingkungan sekolah agar lebih sehat, bersih dan harmonis.
•
Mengatur pedagang jajanan yang berjualan di sekitar sekolah, sehingga terlihat lebih tertib, bersih, dan aman untuk dikonsumsi.
•
Memonitor keamanan pangan jajanan yang di jual di kantin sekolah dan di sekitar sekolah guna memperkecil jumlah gangguan kesehatan.
•
Melakukan kerjasama dengan dinas terkait demi tercapainya keamanan pangan dan mengurangi tingkat keracunan akibat pangan dikalangan anak sekolah dasar.
•
Melakukan sosialisasi dan penyuluhan keamanan pangan kepada anak sekolah dengan lebih intensif seperti mengajarkan hidup bersih dan sehat dengan menjaga sanitasi dan higienitas dengan cara berkomunikasi melalui poster-poster maupun gambar-gambar.
•
Lebih aktif dalam melaksanakan perannya sebagai pendidik karena jika dilihat dari hasil penelitian masih banyak anak sekolah yang tidak melaksanakan ajaran guru pada bidang keamanan pangan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina C. 2002. Keamanan Mikrobiologis Makanan Jajanan dari Tiga Kantin Sekolah di Bogor. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Anonim. 2005a. Pilihan Pekerjaan Untuk Ibu. http://www.ibudananak.com januari 2007].
[11
_______. 2005b. Kebijakan Pemerintah Dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Bahan Presentasi Departemen Pendidikan [19 Februari Nasional. http://www.aspbae.org/for%20website 2007]. _______. 2007. Plus-Minus Anak Doyan Ngemil. http://www.tabloidnova.com [28 Januari 2007]. Badan POM RI. 2002. Panduan Pengolahan Pangan yang Baik Bagi Industri Rumah tangga: Amankan Dan Bebaskan Produk Dari Bahan Berbahaya. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Deputi Bidang Pengawasan keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. Jakarta. Badan POM RI. 2003. Keamanan Pangan. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan. Deputi Bidang Pengawasan keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. Jakarta. _____________. 2004. Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan dalam Produk pangan. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor: HK.00.05.5.1.4547. www.pom.go.id/nonpublic/makanan/default.asp - 2k [14 Maret 2007]. 2006. Mekanisme dan Prosedur Tetap (PROTAP) Penyelidikan dan Penanggulangan KLB Keracunan Pangan di Indonesia. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan. Deputi Bidang Pengawasan keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. Jakarta.
______________
_____________ 2007. Laporan Tahunan 2006. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan. Deputi Bidang Pengawasan keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. Jakarta Badan Pusat Statistik. 2006. Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2006. Jakarta: BPS Cohen, D. 1981. Cunsumer Behavior. Random House, Inc. New York.
Effendy, HMS. 2006. Waspadailah Penggunaan Bahan Tambahan Makanan. http://www.pikiran-rakyat.com [28 November 2006]. Engel, J.F., R. D. Blackwell, dan P.W. Miniard. 1994. Perilaku Konsumen. Edisi Ke6. Jilid 1. Budiyanto, F. X., penerjemah. Binarupa Aksara. Jakarta. Fardiaz, S. 1993. Keamanan Pangan Jilid I. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Fardiaz, D dan S. Fardiaz. 1992. Makanan Jajanan dan Peluang Peningkatannya. Majalah Gizi Indonesia. 17(1/2) : 105-113. Harper, L. J, B. J Deaton, dan J. A. Driskel. 1985. Pangan, Gizi dan Pertanian. Suhardjo penerjemah. Jakarta: UI Press. Hobbs, B.C. & D. Robert. 1989. Food Poisoning and Food Hygiene (5th ed.). Advision of Noul and Stoughton. London. Jahi, A. 1988. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara Dunia ke-3. PT. Gramedia. Jakarta. Judarwanto,
W. 2006. Antisipasi Perilaku Makan Anak http://www.pdpersi.co.id/pdpersi/artikel.php3?id=956. [19 2007].
Sekolah. Februari
Khomsan, A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi (Diktat). Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. __________. 2002. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Rajagrafindo Persada. Jakarta. Komalasari, Y. 1991. Pengetahuan Gizi, Sikap, dan Kebiasaan Jajan serta Sumbangsihnya terhadap Kecukupun Zat Gizi. Skripsi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Krisnovitha, T. 2004. Mempelajari Penyelidikan Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan Pangan di Indonesia. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Manalu, H. 2004. Persepsi Bidan Desa Terhadap Peran, Tugas dan Fungsinya di Kabupaten Tanggerang Tahun 2004. http://dinkesjatim.go.id/kegukbm.html. [3 Januari 2007].
Mardiyanti, N. 2005. Analisis Persepsi Konsumen Tentang Ikan Laut Segar dan Produk Olahannya di Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Martoadmodjo, M. Khumaidi, dan Husaini. 1973. Pengetahuan Gizi untuk Membina Keluarga Sehat. Persagi Cabang Bogor. Bogor Megasari, D.A. 2006. Materi Pengajaran dan Tingkat Pengetahuan Gizi Kesehatan Guru Taman Kanak-Kanak di Kota Bogor. Skripsi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Merril, C. J & L. R. Lowenstein, 1971. Media, Massage and Man: New Perspective In Communication. David Mckey Co. New York. Nadesul, H. 2006. Cucilah Tangan dengan Sabun. Pontianak Post. Kalimantan Barat. http://www.Gizi.net. [19 Februari 2007]. Noor, H. 1999. Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan tentang Aspek Keamanan Pangan pada Pedagang Makanan Jajanan di Kotamadya Bogor. Skripsi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nurlaila. 2002. Studi Keamanan Kimiawi Minuman Jajanan Pada Tiga Sekolah di Wilayah Bogor. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pang, T., Z.A. Bhutta, B.B Finlay, dan M. Altwegg. 1995. Typhoid fever and other salmonellosis: a continuing challenge.” Trend Microbial., 3(7):253-255. di dalam Cary et al. Microbial Foodborne Disease Mechanisms of Pathogenesis and Toxin Synthesis. Technomic Publishing Company, Inc. Pennsylvania. Prastito, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan Dengan SPSS 12. Elex Media Komputindo. Jakarta. Pratomo, B. 2002. Persepsi Konsumen dan Pedagang Kantin Sekolah Terhadap Keamanan Makanan Jajanan. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Purnawijayanti, H. A. 2001. Sanitasi, Higiene dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan Makanan. Kanisius (Anggota IKAPI). Yogyakarta. Rahayu, W.P., P.B. Hartini, Y. Kuswanti, Y. Syella, dan Y.F. Dewi. 2002. Keamanan Makanan Jajanan di Kantin FATETA-IPB, Bogor. Laporan Penelitian Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fateta, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rahayu, W. P., H. Nababan, D. Syah, L. Nuraida, E. Syamsir, E. Susigandhawati, dan R. Puspitasari. 2005. Penyuluhan Keamanan Pangan di Sekolah. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta.
Rahayu, W.P. 2006a. KLB Keracunan Pangan tahun 2006 (Per Tanggal 19 Desember 2006). Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta. ___________ 2006b. KLB Keracunan Pangan Jajanan anak Sekolah (JAS) tahun 2004-2006. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta. Robbins, S. P. 2002. Prinsip-Prinsip dan Perilaku Organisasi. Ed ke-5. Halida, Sandika D, (penerjemah); Mahanani N (editor). Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Essential of Organization Behaviour (5th ed). Sanjur, D. 1982. Social and Culture Perspective in Nutrition. New York: Prentice Hall. Santoso, S. 2001. Buku Latihan SPSS, Statistik Non Parametik. Elex Media Komputindo. Jakarta. Sekarsari, I. 2003. Studi Perilaku Siswa Sekolah Terhadap Keamanan Makanan Jajanan (Studi Kasus terhadap Siswa Sekolah di Kotamadya Sukabumi). Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Setiadi, N. J. 2003. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Prenada Media. Jakarta. Sibarani, F.V. 2006. Umur Perkawinan. www.asiamaya.com. [16 Oktober 2006]. Singarimbun, M. dan S. Effendy. 1995. Panduan Penelitian Survai. Cetakan Kedua. PT. Pustaka LP3ES. Jakarta. Simamora, B. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Slamet, Y. 1993. Analisis Kuantitatif untuk Data Sosial. Dabara Publisher. Solo. Suhardjo. 1989. Sosial Budaya Gizi. Pusat antar Universitas, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sulaeman, A. 1996. Keamanan Pangan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia, Jakarta. Supardi, I dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi Dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan. Alumni. Bandung.
Susanto, D. 1986. Masalah Kebiasaan Jajan pada Anak Sekolah. Buletin Gizi Vol.3 hlm. 23-26. Syah, M. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (rev.ed). Remaja Rosdakarya. Bandung. Syah, D., U. Syatrya, M. Zuhri, F. Faizah, S. Rinto, O. Onny, S. Salmet, dan K. Wahyu. 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Ulfa, M. 2002. Analisis Hubungan Pola Asuh Makan, Pengetahuan Gizi, Persepsi dan Kebiasan Makan Sayuran Ibu Rumah Tangga di Perkotaan dan Pedesaan Bogor. Skripsi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. UUD RI No. 7 Tahun 1996. Undang-Undang Pangan. Kantor Menpangan. Jakarta. Varnam, A. H dan J. P. Sutherland. 1994. Beverages: Technology, Chemistry, and Microbiology. Chapman and Hall, London. Wahab, A. 1993. Korelasi Persepsi Siswa tentang Pelaksanaan CBSA dalam Proses Belajar Mengajar dengan Hasil Belajar Bidang Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Siswa SD Negeri Kecamatan Talanaipora, Kotamadya Jambi. Dalam M. Utomo Sudrajat, Sudjarwo, & R.G. Sudarmanto (Eds.). Prosiding Seminar Hasil Penelitian Bidang Kependidikan BKS-PTN Bagian Barat ke II. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Lampung. Winarno, F.G., T. Silowati, dan Z. Saidi. 1993. Keamanan Pangan. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi V. LIPI-PERSAGI. Jakarta. Winarno, F.G. 1997. Keamanan Pangan (Naskah Akademis). Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lampiran 1. Data sekolah dasar di kota Bogor (Dinas Pendidikan Kota Bogor tahun 2006) No.
Kecamatan
1
Bogor Utara
SDN Bantarjati 1
Jl. Ceremai Ujug No. 70
Jumlah Siswa 168
2
Bogor Utara
SDN Bantarjati 2
Jl. Ceremai Ujug No. 70
177
3
Bogor Utara
SDN Bantarjati 3
Jl. Bagbarug Raya No. 49 A
231
4
Bogor Utara
SDN Bantarjati 4
Jl. Ceremai Ujug No. 70
148
5
Bogor Utara
SDN Bantarjati 5
Jl. Bagbarug Raya No. 49 B
545
6
Bogor Utara
SDN Bantarjati 6
Jl. Taweura No. 6
176
7
Bogor Utara
SDN Bantarjati 7
Jl. Pamikul No. 2
212
8
Bogor Utara
SDN Bantarjati 8
Jl. Pamikul No. 4
213
9
Bogor Utara
SDN Bantarjati 9
Jl. Darulug No. 20
189
10
Bogor Utara
SDN Kawung Luwuk 1
Jl. Kresna II No. 20
146
11
Bogor Utara
SDN Kawung Luwuk 2
Jl. Kresna I No. 6
244
12
Bogor Utara
SDN Kawung Luwuk 3
Jl. Kresna I RT 04/06
274
13
Bogor Utara
SDN Kawung Luwuk 4
Jl. Perintis Wr. Jambu No. 20
163
14
Bogor Utara
SDN Bogor Baru
Jl. Lodaya Blok B II No. 22
421
15
Bogor Utara
SDN Ceger 1
Jl. Kp. Anyer RT. 05/04
418
16
Bogor Utara
SDN Ceger 2
Jl. Kp. Ceger RT. 03/11
184
17
Bogor Utara
SDN Kedung Halang 1
Jl. Raya Pemda no. 6
365
18
Bogor Utara
SDN Kedung Halang 2
Jl. Pesantren
234
19
Bogor Utara
SDN Kedung Halang 3
Jl. Pesantren
355
20
Bogor Utara
SDN Kedung Halang 4
Jl. Baru Pemda No.13
250
21
Bogor Utara
SDN Kedung Halang 5
Jl. Pangkalan 2
199
22
Bogor Utara
SDN Cibuluh 1
Jl. Raya Cibuluh no 222
914
23
Bogor Utara
SDN Cibuluh 2
Jl. Asr. Btimob KS Tubun
345
24
Bogor Utara
SDN Cibuluh 3
Jl. Pomad RT. 06/02
160
25
Bogor Utara
SDN Cibuluh 4
Jl. Ciburial RT 4/4 No. 10
220
26
Bogor Utara
SDN Cibuluh 5
Jl. Asr. Btimob KS Tubun
149
27
Bogor Utara
SDN Cibuluh 6
Jl. Asr. Btimob KS Tubun
475
28
Bogor Utara
SDN Bhayangkari
Jl. Asr. Btimob KS Tubun
120
29
Bogor Utara
SDN Cimahpar 1
Jl. Raya Cimahpar
526
30
Bogor Utara
SDN Cimahpar 2
Jl. Raya Cimahpar
294
31
Bogor Utara
SDN Cimahpar 3
Jl. Guru Muhtar
298
32
Bogor Utara
SDN Cimahpar 4
Kamp. Belentuk RT 01/01
236
33
Bogor Utara
SDN Cimahpar 5
Jl. Kebon Karet
113
34
Bogor Utara
SDN Kampung Sawah
Jl. Kampung Sawah
280
35
Bogor Utara
SDN Sela Awi
Jl. Pangeran As-Shogiri
257
Nama Sekolah Negeri
Alamat
36
Bogor Utara
SDN Neglasari
Jl. Asr. Btimob KS Tubun
391
37
Bogor Utara
SDN Kaumsari
Jl. Kaumsari RT 02/05
162
38
Bogor Utara
SDN Ciluar 1
Jl. Tarikolot
406
39
Bogor Utara
SDN Ciluar 2
Jl. Sukaraja No. 36
519
40
Bogor Utara
SDN Ciluar 3
Jl. Sukaraja No. 309
308
41
Bogor Utara
SDN Tunggilis
Jl. Pemda Kab. RT 04/13
329
42
Bogor Utara
SDN Ciparigi
Jl. Ciburial No. 10
424
43
Bogor Utara
SDN Sindangsari
Jl. Tanah Baru No. 1
669
44
Bogor Selatan
SDN Bondongan 1
Jl. Pahlawan Blk. 35F
152
45
Bogor Selatan
SDN Bondongan 2
Jl. Pahlawan Blk. 35F
159
46
Bogor Selatan
SDN Bondongan 3
Jl. Pahlawan Blk. 35F
306
47
Bogor Selatan
SDN Bondongan 4
Jl. Pahlawan Blk. 35F
248
48
Bogor Selatan
SDN Batutulis 1
Jl. Batutulis No. 44
445
49
Bogor Selatan
SDN Batutulis 2
Jl. Batutulis No. 137
464
50
Bogor Selatan
SDN Batutulis 3
Jl. Batutulis No. 137
330
51
Bogor Selatan
SDN Batutulis 4
Jl. Batutulis No. 17
217
52
Bogor Selatan
SDN Batutulis 5
Jl. Batutulis No. 137
166
53
Bogor Selatan
SDN Batutulis 8
Jl. Batutulis NO. 44
260
54
Bogor Selatan
SDN Lawang Gintung 1
Jl. Lawanggintung No. 22
603
55
Bogor Selatan
SDN Lawang Gintung 2
Jl. Lawanggintung No. 28
355
56
Bogor Selatan
SDN Lawang Gintung 4
Jl. Lawanggintung No. 20
233
57
Bogor Selatan
SDN Layungsari 1
Jl. Layungsari III No. 43
424
58
Bogor Selatan
SDN Layungsari 2
Jl. Layungsari III No. 43
247
59
Bogor Selatan
SDN Cipaku Perumda
Jl. Perumda II
552
60
Bogor Selatan
SDN Cipaku 1
Jl. Raya Cipaku No. 45
258
61
Bogor Selatan
SDN Cipaku 2
Jl. Gunung Gadung No. 32
222
62
Bogor Selatan
SDN Genteng
Jl. Dekeng No. 42
573
63
Bogor Selatan
SDN Cipaku 4
Kp. Babakan Baru
218
64
Bogor Selatan
SDN Rancamaya
Jl. Rancamaya No. 23
748
65
Bogor Selatan
SDN Kertamaya
Jl. Marga Bhakti No. 24
469
66
Bogor Selatan
SDN Bojongkerta
Jl. Bojong Pesantren
493
67
Bogor Selatan
SDN Harjasari 1
Jl. Rulita No. 40
656
68
Bogor Selatan
SDN Harjasari 2
Kp. Girangsari
163
69
Bogor Selatan
SDN Harjasari 3
Jl. Rulita No. 40
332
70
Bogor Selatan
SDN Muarasari 1
Kp. Anyar Muarasari
500
71
Bogor Selatan
SDN Muarasari 2
Kp. Balubur Sari
306
72
Bogor Selatan
SDN Muarasari 3
Kp. Anyar Muarasari
330
73
Bogor Selatan
SDN Pakuan
Jl. Dahlia No. 1
612
74
Bogor Selatan
SDN Pamoyanan 1
Jl. Desa Rangga Mekar
320
75
Bogor Selatan
SDN Pamoyanan 2
Sawah Bera Pamoyanan
418
76
Bogor Selatan
SDN Pamoyanan 3
Kp. Mekarjaya RT. 01/09
367
77
Bogor Selatan
SDN Pabuaran
Jl. RE. Soemantadireja 102
425
78
Bogor Selatan
SDN Wangunsari
Kp. Wangun Pamoyanan
171
79
Bogor Selatan
SDN Ciranjang
Kp. Ciranjang RT. 05/03
102
80
Bogor Selatan
SDN Rangga Mekar
Kp. Mekarjaya RT. 01/09
433
81
Bogor Selatan
SDN Cibeureum 1
Jl. Cibeureum
440
82
Bogor Selatan
SDN Cibeureum 2
Cibeureum Ds. Mulyaharja
229
83
Bogor Selatan
SDN Cibeureum 4
Cibeureum Pongpok
444
84
Bogor Selatan
SDN Mulyaharja 1
Cibeureum
337
85
Bogor Selatan
SDN Mulyaharja 2
Kp. Pabuaran Pasir
760
86
Bogor Selatan
SDN Cikaret 1
Jl. Amma Sandi Muara
423
87
Bogor Selatan
SDN Cikaret 2
Jl. R. Kosasih
507
88
Bogor Selatan
SDN Cikaret 3
Jl. Amma Sandi Muara
306
89
Bogor Timur
SDN Sukasari 1
Jl. Siliwangi No. 25
211
90
Bogor Timur
SDN Sukasari 2
Jl. Siliwangi No. 25
271
91
Bogor Timur
SDN Sukasari 3
Jl. Siliwangi No. 25
153
92
Bogor Timur
SDN Sukasari 4
Jl. Siliwangi No. 25
251
93
Bogor Timur
SDN Siliwangi
Jl. Siliwangi No. 25
187
94
Bogor Timur
SDN Bangka 1
Jl. Otista No. 78
210
95
Bogor Timur
SDN Bangka 2
Jl. Otista No. 78
121
96
Bogor Timur
SDN Bangka 3
Jl. Otista No. 78
562
97
Bogor Timur
SDN Bangka 4
Jl. Otista No. 78
458
98
Bogor Timur
SDN Ciheuleut 1
Jl. Pakuan No. 42
337
99
Bogor Timur
SDN Ciheuleut 2
Jl. Pakuan No. 42
492
100
Bogor Timur
SDN Tajur 1
Gg. Baledesa
423
101
Bogor Timur
SDN Tajur 2
Gg. Baledesa
323
102
Bogor Timur
SDN Tajur 3
Jl. Raya Tajur
246
103
Bogor Timur
SDN Sindang Sari 1
Jl. Lebak Kongsi Sindangsari
378
104
Bogor Timur
SDN Sindang Sari 2
Jl. Lebak Kongsi Sindangsari
194
105
Bogor Timur
SDN Bantar Kemang 1
Jl. Bantarkemang RT. 1/13
256
106
Bogor Timur
SDN Bantar Kemang 2
Jl. Bantarkemang RT. 1/13
322
107
Bogor Timur
SDN Bantar Kemang 3
Jl. Bantarkemang RT. 1/13
152
108
Bogor Timur
SDN Bantar Kemang 4
Jl. Bantarkemang RT. 1/13
148
109
Bogor Timur
SDN Bantar Kemang 5
Jl. Bantarkemang RT. 1/13
145
110
Bogor Timur
SDN Bantar Kemang 6
Jl. Bantarkemang RT. 1/13
195
111
Bogor Timur
SDN Duta Pakuan
Jl. Baranangsiang Indah V
240
112
Bogor Timur
SDN Babakan Asem
Jl. Babakan Asem
125
113
Bogor Timur
SDN Pajajaran
Jl. Pajajaran No. 26
323
114
Bogor Timur
SDN Katulampa 1
Jl. Katulampa
333
115
Bogor Timur
SDN Katulampa 2
Jl. Griya Katulampa
226
116
Bogor Timur
SDN Katulampa 3
Jl. Babakan No. 7 Katulampa
280
117
Bogor Timur
SDN Katulampa 5
Jl. Pantai Carita 1 Baranangsiang
361
118
Bogor Timur
SDN Sindang Rasa
Kp. Muara Ds. Sindangrasa
334
119
Bogor Barat
SDN Merdeka 1
Jl. Merdeka No. 131
184
120
Bogor Barat
SDN Merdeka 2
Jl. Merdeka No. 131
126
121
Bogor Barat
SDN Merdeka 3
Jl. Merdeka No. 131
147
122
Bogor Barat
SDN Semeru 1
Jl. Dr. Semeru No. 261
611
123
Bogor Barat
SDN Menteng
Jl. Manunggal No. 16
251
124
Bogor Barat
SDN Semeru 4
Jl. Manunggal No. 16
226
125
Bogor Barat
SDN Semeru 5
Jl. Manunggal No. 16
148
126
Bogor Barat
SDN Semeru 6
Jl. Semeru Gg. Kelor
236
127
Bogor Barat
SDN Semeru 7
Jl. Semeru Gg. Kelor
165
128
Bogor Barat
SDN Cibalagung 1
Cibalagung Jl. Banteng Suroso
192
129
Bogor Barat
SDN Cibalagung 2
Cibalagung Jl. Banteng Suroso
179
130
Bogor Barat
SDN Cibalagung 3
Cibalagung Jl. Banteng Suroso
270
131
Bogor Barat
SDN Cibalagung 4
Cibalagung Jl. Banteng Suroso
212
132
Bogor Barat
SDN Cibalagung 5
Cibalagung Jl. Banteng Suroso
323
133
Bogor Barat
SDN Selakopi
Selakopi Komp. Kehutanan
208
134
Bogor Barat
SDN Purbasari 1
Jl. Gunungbatu
280
135
Bogor Barat
SDN Purbasari 2
Jl. Gunungbatu
193
136
Bogor Barat
SDN Purbasari 3
Jl. Gunungbatu
450
137
Bogor Barat
SDN Sindang Rasa
Kp. Sidangrasa
204
138
Bogor Barat
SDN Gunung Batu 1
Jl. Gunungbatu Loji
407
139
Bogor Barat
SDN Gunung Batu 2
Jl. Gunungbatu Loji
441
140
Bogor Barat
SDN Loji 1
Jl. Siaga No. 49
365
141
Bogor Barat
SDN Loji 2
Jl. Komplek IPB
217
142
Bogor Barat
SDN Loji 3
Jl. Sindangbarang Loji
202
143
Bogor Barat
SDN Sindang Barang 1
Jl. Sindangbarang Pilar I
266
144
Bogor Barat
SDN Sindang Barang 2
Jl. Sindangbarang Pilar I
354
145
Bogor Barat
SDN Sindang Barang 3
Jl. Sindangbarang Pilar I
320
146
Bogor Barat
SDN Sindang Barang 4
Jl. Sindangbarang Pilar I
223
147
Bogor Barat
SDN Bubulak 1
Jl. Semplak SBJ
426
148
Bogor Barat
SDN Bubulak 2
Jl. Cipor
228
149
Bogor Barat
SDN Bubulak 3
Jl. Bubulak Gardu
225
150
Bogor Barat
SDN Margajaya 1
Jl. Pemuda No. 6 Margajaya
540
151
Bogor Barat
SDN Margajaya 2
Jl. Pemuda No. 6 Margajaya
491
152
Bogor Barat
SDN Margajaya 3
Jl. Pemuda No. 6 Margajaya
151
153
Bogor Barat
SDN Margajaya 4
Jl. Dramaga Loceng
240
154
Bogor Barat
SDN Balungbang Jaya 1
Jl. Balungbangjaya
247
155
Bogor Barat
SDN Balungbang Jaya 2
Jl. Balungbangjaya
137
156
Bogor Barat
SDN Balungbang Jaya 3
Jl. Cilubang
225
157
Bogor Barat
SDN Situ Gede 1
Jl. Cilubang Tonggoh
241
158
Bogor Barat
SDN Situ Gede 2
Jl. Cilubang Tonggoh
241
159
Bogor Barat
SDN Situ Gede 3
Jl. Cilubang Tonggoh
257
160
Bogor Barat
SDN Situ Gede 4
Jl. Kamp. Jawa
372
161
Bogor Barat
SDN Situ Gede 5
Jl. Rawa Jaha
209
162
Bogor Barat
SDN Semplak 1
Jl. Raya Semplak No. 37
620
163
Bogor Barat
SDN Semplak 2
Jl. Raya Semplak No. 37
853
164
Bogor Barat
SDN Neglasari
Jl. Raya Semplak
178
165
Bogor Barat
SDN Curug 1
Jl. Curug
344
166
Bogor Barat
SDN Curug 2
Jl. Flamboyan Curug
125
167
Bogor Barat
SDN Curug 3
Jl. Garuda Curug Indah
307
168
Bogor Barat
SDN Cijahe Curug
Jl. Cijahe No. 23
311
169
Bogor Barat
SDN Cemplang
Jl. Cemplang Baru
221
170
Bogor Barat
SDN Cilendek 1
Jl. Raya Cilendek
423
171
Bogor Barat
SDN Cilendek 2
Jl. Kp. Pahlawan
203
172
Bogor Barat
SDN Cilendek 3
Jl. Kp. Pahlawan
180
173
Bogor Barat
SDN Cilendek 4
Jl. Gang Kelor
172
174
Bogor Barat
SDN Cilendek Timur 1
Jl. Gang Mesjid
235
175
Bogor Barat
SDN Cilendek Timur 2
Jl. Cilendek Ujung
184
176
Bogor Barat
SDN Pabuaran Cilendek
Jl. Cilendek Timur
125
177
Bogor Barat
SDN Cilendek Tengah
Jl. Kp. Pabuaran
246
178
Bogor Tengah
SDN Pengadilan 1
Jl. Pengadilan No. 04
410
179
Bogor Tengah
SDN Pengadilan 2
Jl. Pengadilan No. 12
744
180
Bogor Tengah
SDN Pengadilan 3
Jl. Pengadilan No. 08
687
181
Bogor Tengah
SDN Pengadilan 4
Jl. Pengadilan No. 02
231
182
Bogor Tengah
SDN Pengadilan 5
Jl. Pengadilan No. 05
569
183
Bogor Tengah
SDN Polisi 1
Jl. Paledang No. 45
963
184
Bogor Tengah
SDN Polisi 2
Jl. Polisi 2 No. 09
370
185
Bogor Tengah
SDN Polisi 3
Jl. Polisi 2 No. 09
350
186
Bogor Tengah
SDN Polisi 4
Jl. Polisi 1 No. 07
1160
187
Bogor Tengah
SDN Polisi 5
Jl. Empang No. 13
683
188
Bogor Tengah
SDN Empang 1
Jl. Empang No. 13
318
189
Bogor Tengah
SDN Empang 2
Jl. Empang No. 13
407
190
Bogor Tengah
SDN Empang 3
Jl. Empang No. 13
346
191
Bogor Tengah
SDN Empang 4
Jl. Empang No. 13
405
192
Bogor Tengah
SDN Empang 5
Jl. Empang No. 13
195
193
Bogor Tengah
SDN Dewi Sartika 1
Jl. RE. Martadinata No. 7
132
194
Bogor Tengah
SDN Dewi Sartika 2
Jl. RE. Martadinata No. 7
127
195
Bogor Tengah
SDN Dewi Sartika 3
Jl. RE. Martadinata No. 7
99
196
Bogor Tengah
SDN Gang Aut
Jl. Surya Kencana No. 02
291
197
Bogor Tengah
SDN Perwira
Jl. Perwira No. 04
122
198
Bogor Tengah
SDN Babakan
Jl. Babakan No. 07
511
199
Bogor Tengah
SDN Gunung Gede
Jl. Raya Pajajaran
488
200
Bogor Tengah
SDN Papandayan 1
Jl. Papandayan No. 25
477
201
Bogor Tengah
SDN Papandayan 2
Jl. Papandayan No. 25
250
202
Bogor Tengah
SDN Papandayan 3
Jl. Papandayan No. 25
152
203
Bogor Tengah
SDN Malabar 1
Jl. Malabar Ujung No 04
283
204
Bogor Tengah
SDN Malabar 2
Jl. Malabar Ujung No 04
161
205
Bogor Tengah
SDN Baranangsiang
Jl. Malabar No. 02
280
206
Bogor Tengah
SDN Roda
Jl. Roda No. 25
205
207
Bogor Tengah
SDN Tegallega 1
Jl. Tegallega 01/01
296
208
Bogor Tengah
SDN Tegallega 2
Jl. Tegallega 16
293
209
Bogor Tengah
SDN Babakansari
Jl. Wuwung
162
210
Bogor Tengah
SDN Sempur Kaler
Jl. Sempur Kaler
330
211
Bogor Tengah
SDN Semput Kidul
Jl. Sempur Kidul
194
212
Bogor Tengah
SDN KMP. Rambutan
Jl. Sempur Kaler
183
213
Bogor Tengah
SDN Panaragan 1
Jl.Veteran No. 37
806
214
Bogor Tengah
SDN Panaragan 2
Jl. Veteran No. 35
591
215
Bogor Tengah
SDN Panaragan 3
Jl. Veteran No. 33
528
216
Bogor Tengah
SDN Pankid 1
Jl. Panaragan Kidul No. 14
128
217
Bogor Tengah
SDN Pankid 2
Jl. Panaragan Kidul No. 14
226
218
Bogor Tengah
SDN Pankid 3
Jl. Panaragan Kidul No. 14
260
219
Bogor Tengah
SDN Kebon Kopi 1
Jl. Kebon Kopi
187
220
Bogor Tengah
SDN Kebon Kopi 2
Jl. Kebon Kopi
153
221
Bogor Tengah
SDN Sindangsari 1
SD Sindangsari RT 03/07
199
222
Bogor Tengah
SDN Sindangsari 2
SD Sindangsari RT 03/07
89
223
Bogor Tengah
SDN Cimanggu Kecil
Jl. Cimanggu Kecil 35
565
224
Bogor Tengah
SDN Pabrik Es 1
Jl. Ciwaringin II No. 20
200
225
Bogor Tengah
SDN Pabrik Es 2
Jl. Ciwaringin II No. 20
110
226
Tanah Sareal
SDN Kebon Pedes 1
Jl. Bondes No. 65
796
227
Tanah Sareal
SDN Kebon Pedes 3
Jl. Kebon Pedes 31
647
228
Tanah Sareal
SDN Kebon Pedes 5
Jl. Kebon Pedes 31
631
229
Tanah Sareal
SDN Kebon Pedes 6
Jl. Kebon Pedes 31
358
230
Tanah Sareal
SDN Kebon Pedes 7
Jl. Nusa Indah No. 18
188
231
Tanah Sareal
SDN Tanah Sareal 1
Jl. A. Yani Blk. No. 56
246
232
Tanah Sareal
SDN Tanah Sareal 2
Jl. A. Yani Blk. No. 56
98
233
Tanah Sareal
SDN Tanah Sareal 4
Jl. Mirah Delima No. 31
263
234
Tanah Sareal
SDN Pondok Rumput 1
Jl. Ponrum No. 44
540
235
Tanah Sareal
SDN Pondok Rumput 2
Jl. Ponrum No. 44
321
236
Tanah Sareal
SDN Bubulak
Jl. Bubulak No. 47
92
237
Tanah Sareal
SDN Haur Jaya
Jl. Nusa Indah No. 18
201
238
Tanah Sareal
SDN Cimanggu 1
Jl. Cibuluh
91
239
Tanah Sareal
SDN Cimanggu 2
Jl. Perikanan Darat No. 68
328
240
Tanah Sareal
SDN Cimanggu 4
Jl. Perikanan Darat No. 68
237
241
Tanah Sareal
SDN Kukupu 1
Jl. Baru Kayumanis
381
242
Tanah Sareal
SDN Kukupu 2
Jl. Kukupu
519
243
Tanah Sareal
SDN Kukupu 3
Jl. Saremped
286
244
Tanah Sareal
SDN Kencana 1
Jl. KH. Achmad Sayani
241
245
Tanah Sareal
SDN Kencana 2
Kp. Kebon Kalapa
429
246
Tanah Sareal
SDN Kencana 3
Cimanggis
240
247
Tanah Sareal
SDN Situ Pete
Jl. Bahagia No. 35
334
248
Tanah Sareal
SDN Julang
Jl. Julang No. 5
83
249
Tanah Sareal
SDN Kedung Badak 1
Jl. Kol Enjo Martadisastra
465
250
Tanah Sareal
SDN Kedung Badak 2
Jl. Kol Enjo Martadisastra
234
251
Tanah Sareal
SDN Kedung Badak 3
Jl. Bhayangkara Raya
125
252
Tanah Sareal
SDN Kedung Badak 4
Jl. Portibi Cimanggu
271
253
Tanah Sareal
SDN Kedung Waringin
Jl. Djohar Gg. Mesjid No. 2
309
254
Tanah Sareal
SDN Kedung Jaya 1
Jl. Cimanggu Permai
320
255
Tanah Sareal
SDN Kedung Jaya 2
Jl. Cimanggu Permai
381
256
Tanah Sareal
SDN Sukaresmi
Jl. Kedung Halang Sentral
270
257
Tanah Sareal
SDN Kayumanis 1
Jl. Pool Binamarga
581
258
Tanah Sareal
SDN Kayumanis 2
Kp. Sumurwangi RT 02/10
178
259
Tanah Sareal
SDN Sukadamai 1
Jl. Situpete Pulo
237
260
Tanah Sareal
SDN Sukadamai 2
Jl. Sukadamai Indah No. 8
605
261
Tanah Sareal
SDN Sukadamai 3
Jl. Perdana 8 Budi Agung
1135
262
Tanah Sareal
SDN Cibadak
Jl. KH. Soleh Iskandar
229
No.
Kecamatan
Nama Sekolah Swasta
Alamat
Jumlah Siswa
263
Bogor Utara
SD Bogor Raya
Perum Danau Bogor Raya
201
264
Bogor Utara
SD Hanaeka
Jl. Pangeret II No. 7 Bantarjati
58
265
Bogor Selatan
SDS Srikandi
Jl. Pahlawan Gg. Rd.Saleh 53
215
266
Bogor Selatan
SDS Muhammadiyah
Jl. Dreded No. 20 A
176
267
Bogor Selatan
SDS Mardi Waluya
Jl. Pahlawan No. 96
769
268
Bogor Selatan
SDS Perwanida
Jl. Sedane No. 11
102
269
Bogor Selatan
SDS Al-Irsyad
Jl. Pahlawan No. 15
353
270
Bogor Selatan
SDS Mardi Yuana
Jl. Siliwangi No. 50
503
271
Bogor Selatan
SDS Ananda
Jl. Lw. Gintung Komp. KPKN
150
272
Bogor Selatan
SDS Tunas Harapan
Jl. Pahlawan
296
273
Bogor Timur
SDS Pertiwi
Jl. Sukasari III No. 4
107
274
Bogor Timur
SDS Advent
Jl. Pajajaran No. 39
468
275
Bogor Timur
SDS Pelangi Kasih
Jl. Siliwangi No. 51
140
276
Bogor Timur
SDS Amal Kasih
Jl. Danau Bogor Raya
69
277
Bogor Barat
SD Dharma Ibu
Jl. Gang Mesjid No. 25
152
278
Bogor Barat
SD Islam Al Mustarih
Jl. Cibalagung No. 111
232
279
Bogor Barat
SD Rimba Putra
Jl. Rimba Mulya I
839
280
Bogor Barat
SD Insan Kamil
Jl. Raya Dramaga Km. 6
1400
281
Bogor Barat
SDIT Aliya
Jl. Gardu Raya Bubulak
148
282
Bogor Barat
SD Titania
Jl. Taman Yasmin
13
283
Bogor Barat
SDIT Insantama
Jl. Kyai Falak Loji Bogor
188
284
Bogor Tengah
SD Regina Pacis
Jl. Ir. Juanda No. 2
1288
285
Bogor Tengah
SD Budi Mulya
Jl. Kapten Muslihat No. 22
829
286
Bogor Tengah
SD Mardiyuana
Jl. Kapten Muslihat No. 22
303
287
Bogor Tengah
SD Kesatuan
Jl. Ranggagading No. 1
995
288
Bogor Tengah
SD BPK Penabur
Jl. Paledang No. 1
307
289
Bogor Tengah
SD Al-Ghazaly
Jl. Cempaka No. 6
370
290
Bogor Tengah
SD Satu Bakti
Jl. Kartini No. 3
102
291
Bogor Tengah
SD Taman Siswa
Jl. Merdeka 172
120
292
Bogor Tengah
MI Al-Muawanah
Tegal Manggah Tegallega
-
293
Bogor Tengah
MI Al-Khoeriah
Lebaksari
-
294
Bogor Tengah
MI YAPNI
Jl. Roda Kebon Jukut
-
295
Bogor Tengah
MI Janatussibyan
Pulo Geulis
-
296
Tanah Sareal
SD Yapis
Jl. A. Yani Blk. No. 18
186
297
Tanah Sareal
SD Bina Insan
Jl. KH. Soleh Iskandar
952
298
Tanah Sareal
SD Tunas Pertiwi
Jl. Bukit Cimanggu Villa
26
299
Tanah Sareal
SD At-Taufiq
Jl. Cimanggu Permai 1
180
Lampiran 2. Contoh kuisioner untuk orang tua
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KUISIONER PENELITIAN PERSEPSI ORANG TUA (IBU) TERHADAP KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR
Hari, tanggal
: ……………………………………………..
Nama
: ibu …………………………………………
Alamat SD anak
: …………………………………………….. ……………………RT …….RW ………… Kelurahan …………………………………. Kecamatan …………………………………
No. Telepon rumah : …………………………………………….. Nama, Alamat, dan Nomor Telepon Hanya Digunakan Untuk Keperluan Penelitian (Pengumpulan Data dan Pengolahan Data)
Oleh : RINA NUZULIA FITRI – F24102072 Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor
Lampiran 2. Contoh kuisioner untuk orang tua (lanjutan)
Petunjuk pengisian: - PILIHLAH JAWABAN Pada Setiap Pertanyaan Dengan MEMBERIKAN TANDA (√) yang anda anggap paling tepat - Pertanyaan berupa ISIAN, harap dijawab dengan singkat dan jelas
- Demi
Kelancaran
Pengisian
Kuisioner,
Ibu
Dimohon
MEMBACA PETUNJUK dan mengisi/menjawab setiap pertanyaan yang diajukan dengan baik.
A. Identitas responden 1.Usia Ibu Pada saat ini : ( ) kurang dari 25 tahun ( ) 25 – 35 tahun
( ) 36 – 46 tahun ( ) Lebih dari 46 tahun
2. Pekerjaan Ibu saat ini: ( ) Ibu rumah tangga tanpa pekerjaan sambilan ( ) Ibu rumah tangga dengan pekerjaan sambilan ( ) Ibu rumah tangga dengan pekerjaan penuh di luar rumah 3. Jumlah Keseluruhan pengeluaran ibu sekeluarga per bulan: ( ) Kurang dari Rp 1.000.000 ( ) Rp. 1.000.000 – Rp 2.500.000 ( ) lebih dari Rp. 2.500.000 – Rp. 5.000.000 ( ) lebih dari Rp. 5.000.000 4. Pendidikan terakhir ibu (Berdasarkan Ijazah Terakhir yang Ibu terima) : ( ) Sekolah Dasar (SD atau Sederajat) ( ) Sekolah lanjutan (SLTP, SLTA atau sederajat) ( ) Perguruan tinggi (Diploma, S-1, S-2 atau S-3) 5. Anak Ibu kelas berapa pada saat ini? ( ) kelas 1 ( ) kelas 3 ( ) kelas 2 ( ) kelas 4
( ) kelas 5 ( ) kelas 6
Lampiran 2. Contoh kuisioner untuk orang tua (lanjutan)
B. Persepsi Responden terhadap keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah 1. Apakah Anak ibu rutin mengkonsumsi sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah ? ( ) Ya ( ) Kadang – kadang ( ) Tidak 2. Kebiasaan Sarapan (1 minggu = 6 hari kerja) ( ) 1- 2 kali per minggu ( ) 3 – 5 kali per minggu ( ) setiap hari 3. Menurut Ibu, Apakah jajan disekolah lebih praktis daripada membawa bekal? ( ) Ya ( ) Tidak 4. Apakah Ibu memberi uang saku pada anak? ( ) Ya ( ) Kadang – kadang
( ) Tidak
APABILA IBU MENJAWAB “TIDAK” MEMBERI UANG SAKU PADA ANAK, MAKA UNTUK SELANJUTNYA IBU LANGSUNG MENJAWAB PERTANYAAN NO.12 DAN SETERUSNYA 5. Berapa jumlah uang saku yang ibu berikan? ( ) Kurang dari Rp 1.000,00 ( ) Lebih dari Rp 5.000,00 – Rp 10.000,00 ( ) Rp 1.000,00 – Rp 5.000,00 ( ) Lebih dari Rp 10.000,00 6. Uang saku tersebut oleh anak digunakan untuk membeli? ( ) Jajanan ( ) Mainan ( ) Lainnya, sebutkan ........................................................ ( Jika menjawab Mainan Lanjut ke NO. 12) 7. Jika jajanan, Jenis jajanan apa yang paling sering anak Ibu konsumsi? ............................................................................................................... .............................................................................................................. .............................................................................................................. 8. Apakah Ibu memonitor jajanan yang dikonsumsi anak setiap hari? ( ) Ya ( ) Kadang – kadang ( ) Tidak 9. Apakah anak Ibu pernah mengalami gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi pangan jajanan? ( ) Ya ( ) Tidak 10. Jika YA, seberapa sering? ......................../ Kali / Minggu / Bulan / Tahun (Coret yang tidak perlu)
Lampiran 2. Contoh kuisioner untuk orang tua (lanjutan) 11.Gejala apa yang pernah anak Ibu rasakan? ( ) Demam ( ) Diare/ sakit perut ( ) Mual ( ) Lainnya, sebutkan ................................................................ 12. Apakah Ibu mengetahui jenis bahan kimia yang berbahaya untuk pangan? ( ) Ya ( ) Tidak APABILA IBU MENJAWAB “TIDAK” MENGETAHUI JENIS BAHAN KIMIA YANG BERBAHAYA UNTUK PANGAN, MAKA UNTUK SELANJUTNYA IBU LANGSUNG MENJAWAB PERTANYAAN NO.17 DAN SETERUSNYA 13. Jika YA, bahan kimia apa yang berbahaya untuk pangan? (sebutkan) ........................................................................................................... ........................................................................................................... ........................................................................................................... 14. Apakah Ibu mengetahui pengaruh bahan kimia berbahaya tersebut bagi tubuh? ( ) Ya ( ) Tidak 15. Jika YA, apakah pengaruhnya? ........................................................................................................... ........................................................................................................... ........................................................................................................... 16. Menurut Ibu apakah pangan jajanan yang dikonsumsi anak mengandung bahan kimia berbahaya? ( ) Ya ( ) Sebagian ( ) Tidak 17. Apakah Ibu mengetahui pengaruh penanganan pangan jajanan yang tidak higienes? ( ) Ya ( ) Tidak 18. Jika YA, apakah pengaruh penanganan pangan jajanan yang tidak higienes tersebut? ........................................................................................................... ........................................................................................................... ........................................................................................................... 19. Menurut Ibu, Apakah pangan jajanan yang dikonsumsi anak bebas dari kuman? ( ) Ya ( ) Sebagian ( ) Tidak 20. Bagaimana pendapat Ibu mengenai penyajian pangan jajanan yang baik? ( ) ditempatkan dalam wadah tertutup ( ) ditempatkan dalam wadah terbuka ( ) ditempatkan dalam etalase tertutup ( ) lainnya, sebutkan ...................................................................................
Lampiran 2. Contoh kuisioner untuk orang tua (lanjutan) 21. Menurut Ibu, bagaimanakah sebaiknya lingkungan penjual pangan yang baik? ( ) Bersih ( ) Jauh dari keramaian ( ) Jauh dari sumber polusi ( ) Jauh dari tempat sampah ( ) lainnya, sebutkan ................................................................................... 22. Apakah Ibu selalu mengingatkan anak untuk mencuci tangan tangan sebelum makan? ( ) Ya
( ) kadang – kadang
( ) Tidak
23. Jika YA, Apakah anak Ibu mempraktekkan mencuci tangan tersebut? ( ) Ya ( ) kadang – kadang ( ) Tidak 24. Menurut Ibu apakah fungsi mencuci tangan tersebut? (sebutkan) ........................................................................................................................ ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... 25. Dari mana Ibu memiliki informasi tentang keamanan pangan? ( ) TV/Radio ( ) Puskesmas ( ) Koran/majalah ( ) dokter/bidan ( ) Lainnya, sebutkan .........................................................
ATAS PERHATIAN DAN KERJASAMA IBU SAYA UCAPKAN TERIMA KASIH
Lampiran 3. Contoh kuisioner untuk guru
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
KUISIONER PENELITIAN PERSEPSI GURU TERHADAP KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR
Hari, tanggal
: ……………………………………………….
Nama
: ……………………………………………….
Nama Sekolah
: .………………………………………………
Alamat Sekolah
: ………………………………………………. Kelurahan…………………………………… Kecamatan …………………………………..
Nama dan alamat hanya Digunakan untuk keperluan penelitian (Pengumpulan Data dan pengolahan data)
Oleh : RINA NUZULIA FITRI – F24102072 Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor
Lampiran 3. Contoh kuisioner untuk guru (lanjutan)
Petunjuk pengisian: - PILIHLAH JAWABAN Pada Setiap Pertanyaan Dengan MEMBERIKAN TANDA (√) yang anda anggap paling tepat - Pertanyaan berupa ISIAN, harap dijawab dengan singkat dan jelas
- Demi
Kelancaran
Pengisian
Kuisioner,
Ibu
Dimohon
MEMBACA PETUNJUK dan mengisi/menjawab setiap pertanyaan yang diajukan dengan baik.
SETIAP PERTANYAAN MOHON DIJAWAB A. Identitas responden 1. Umur : ( ) kurang dari 25 tahun ( ) 25 – 35 tahun
( ) 36 – 46 tahun ( ) Lebih dari 46 tahun
2. Jenis Kelamin: ( ) Perempuan
( ) Laki – laki
3. Guru pada kelas : ( ) Kelas 1 ( ) Kelas 2 ( ) Kelas 3 ( ) Guru bidang studi
( ) Kelas 4 ( ) Kelas 5 ( ) Kelas 6
4. Disamping guru kelas, adakah tugas lain yang dilakukan sehubungan dengan Usaha Kesehatan Sekolah? ( )Ya ( ) Tidak 5. Jika Ya, Sebutkan ; .......................................................................................................... 6. Pendidikan terakhir saudara (Berdasarkan Ijazah Terakhir yang Saudara terima) : ( ) SLTA atau sederajat ( ) Diploma (D1, D2 atau D3) ( ) Sarjana (S1, S2 atau S3)
Lampiran 3. Contoh kuisioner untuk guru (lanjutan) B. Persepsi Responden terhadap keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah 1. Apakah Saudara menghimbau anak didik Saudara untuk sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat sekolah? ( ) Ya ( )Kadang – kadang ( ) Tidak 2. Apakah Sekolah memiliki Kantin ? ( ) Ya ( ) Tidak APABILA SAUDARA MENJAWAB “TIDAK” MEMILIKI KANTIN, MAKA UNTUK SELANJUTNYA SAUDARA LANGSUNG MENJAWAB PERTANYAAN NO.9 DAN SETERUSNYA 3. Jika YA, Apakah Saudara memonitor keamanan jajanan di kantin sekolah? ( ) Ya ( )Kadang – kadang ( ) Tidak 4. Apakah jajanan di kantin sekolah ini aman untuk dikonsumsi? ( ) Ya ( ) Sebagian ( ) Tidak 5. Jika TIDAK, apa alasannya? (sebutkan) .................................................................................................... .................................................................................................... 6. Apakah anak didik saudara pernah mengalami gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi jajanan di kantin sekolah? ( ) Ya ( ) Tidak 7. Jika YA, gejala apa yang pernah dirasakan oleh anak didik saudara? ( ) Demam ( ) Diare/ sakit perut ( ) Mual ( ) Lainnya, sebutkan ................................................................ 8. Menurut Saudara, bagaimana kondisi lingkungan kantin sekolah? ( ) Bersih ( ) kurang bersih ( ) Kotor 9. Apakah Saudara memonitor keamanan jajanan di sekitar sekolah? ( ) Ya ( )Kadang – kadang ( ) Tidak 10. Apakah jajanan di Sekitar sekolah ini aman untuk dikonsumsi? ( ) Ya ( )Sebagian ( ) Tidak 11. Jika TIDAK, apa alasannya? (sebutkan) .................................................................................................... ....................................................................................................
Lampiran 3. Contoh kuisioner untuk guru (lanjutan) 12.Apakah anak didik saudara pernah mengalami gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi jajanan di sekitar sekolah? ( ) Ya ( ) Tidak 13. Jika YA, gejala apa yang pernah dirasakan oleh anak didik saudara? ( ) Demam ( ) Mual
( ) Diare/ sakit perut ( ) Lainnya, sebutkan ................................................................
14. Menurut Saudara, bagaimana kondisi jajanan di sekitar sekolah? ( ) Bersih ( ) kurang bersih ( ) Kotor 15. Apakah Saudara selalu menerangkan pentingnya cuci tangan kepada anak didik? ( ) Ya ( ) kadang – kadang ( ) Tidak 16. Jika YA, apakah anak didik Saudara mempraktekkannya? ( ) Ya ( )Kadang – kadang
( ) Tidak
17.Apakah Saudara selalu mengajarkan anak didik Saudara untuk tidak jajan sembarangan? ( ) Ya ( ) kadang – kadang ( ) Tidak 18. Apakah saudara mengetahui pengaruh yang ditimbulkan oleh bahan kimia yang berbahaya pada pangan? ( ) Ya ( ) Tidak 19. Jika YA, apakah pengaruhnya? (Sebutkan) ........................................................................................................... ........................................................................................................... ............................................................................................................ 20. Sepengetahuan Saudara bahan kimia apakah yang dilarang untuk pangan? ................................................................................................................................... ................................................................................................................................... 21. Apakah Saudara tahu pengaruh penanganan yang tidak higienes pada pangan jajanan? ( ) Ya ( ) Tidak 22. Dari mana Saudara memiliki informasi tentang keamanan pangan? ( ) TV/Radio ( ) Puskesmas ( ) Koran/majalah ( ) dokter/bidan ( ) Lainnya, sebutkan ......................................................... ATAS PERHATIAN DAN KERJASAMA SAUDARA SAYA UCAPKAN TERIMA KASIH
Lampiran 4. Data responden yang melakukan pengujian kuisioner Sekolah Orang Tua SD Cilendek 1 10 SD Pengadilan 2 10 SD Sindang Barang 2 6 SD Bubulak 3 4 30 Total
Guru 10 6 8 6 30
Lampiran 5. Pertanyaan yang bersifat tertutup Responden Orang Tua Guru
Pertanyaan 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 12, 14, 16, 17, 19, 22, dan 23 1, 2, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 17, 18, dan 21
Lampiran 6. Identifikasi jenis pangan jajanan SD Jenis Jajanan Kantin Bantarjati
makanan utama panganan atau kue-kue minuman buah – buahan
Bogor Raya
Batu Tulis 2
makanan utama panganan atau kue-kue minuman buah – buahan makanan utama panganan atau kue-kue minuman
Mardi Waluya
buah – buahan makanan utama panganan atau kue-kue minuman
Ciheuleut 2
buah – buahan makanan utama
nasi uduk, mie rebus, kue apem, gorengan, minuman dingin, es mambo chiky, permen, wafer minuman dingin mie rebus, mie bakso, nasi uduk chiky, gorengan, jajanan pasar minuman dingin, es mambo mie rebus, nasi uduk, bakso gorengan, chiky, wafer, minuman kemasan dingin mie rebus, nasi uduk, nasi goreng
Tempat Sekitar Sekolah siomay, bakso, nasi campur, nasi uduk gorengan, sosis goreng, minuman dingin, es blander Potongan papaya, potongan semangka, potongan melon batagor, mie bakso gorengan bakso, batagor, gorengan, cimol, burger minuman dingin, cendol, rujak, potongan buah siomay, mie ayam burger, sosis goring, cimol es krim, es nong-nong bakso, mie ayam, batagor
panganan atau kue-kue minuman buah – buahan Advent
makanan utama panganan atau kue-kue minuman
Cilendek 1
buah – buahan makanan utama panganan atau kue-kue minuman buah – buahan
Insan Kamil
makanan utama panganan atau kue-kue minuman
Polisi 4
buah – buahan makanan utama panganan atau kue-kue minuman
Regina Pacis
buah – buahan makanan utama
panganan atau kue-kue
gorengan, jajanan pasar, chiky, wafer es mambo, minuman kemasan nasi uduk, mie rebus gorengan, chiky, wafer, minuman dingin, es blander mie gaul, nasi uduk gorengan, chiky, wafer, minuman kemasan dingin, es mambo, bakso, nasi uduk, nasi goreng, mie rebus Jajanan pasar, biskuit, chiky, wafer, gorengan minuman kemasan, es mambo, es teh, es kelapa muda mie rebus, mie bakso chiky, jajanan pasar, wafer, biscuit, gorengan minuman kemasan, es blender bakso, soto, nasi campur, lontong sayur chiky, wafer, gorengan, jajanan pasar
cimol, bakso goring, sosis goreng es doger, es blander, minuman dingin, es krim, potongan melon, potongan semangka, potongan pepaya bakso, siomay, batagor, mie ayam gorengan, burger, sosis goring minuman dingin, es blender, es krim bakso, batagor cimol, sosis goring, bakso goreng, gulali es cendol, es nongnong potongan papaya, potongan melon, rujak mie ayam, batagor, cimol,bakso goring, burger minuman dingin, es blender, es mambo,
mie bakso, mie ayam, ketoprak manisan kolang-kaling, gorengan, burger, kue apem, minuman dingin, es blender, es campur Asinan, rujak batagor ikan, bakso malang, nasi campur, kupat tahu, spagety, mie ayam, ketoprak kue cubit, gorengan, snack, burger, cimol, martabak mini, bakpau
minuman
Pondok Rumput 1
Bina Insani
buah – buahan
minuman kemasan, jus, minuman dingin -
makanan utama
-
panganan atau kue-kue
-
minuman buah – buahan
-
makanan utama
mie ayam, nasi campur, batagor, ketupat sayur, bubur ayam, mie rebus, mie bakso, kupat tahu jajanan pasar, gorengan, chiky, wafer, biskuit milk shake, es jus, es jeruk, es kelapa, es mambo, es buah, es teh -
panganan atau kue-kue minuman
buah – buahan
minuman dingin, es blender, es krim, susu pengalengan, es doger, Rujak, potongan semangka bakso, siomay, mie ayam, nasi uduk cimol, gorengan, chiki, burger, pisang aroma, sosis goreng semangka potong, melon potong, rujak, batagor, bakso, spagety, mie ayam, ketoprak
kue cubit, gorengan, burger, cimol, martabak mini, bakpau minuman dingin, es blender, es krim, susu pengalengan, es doger,
Lampiran 7. Hasil uji reliabilitas kuisioner responden orang tua X 31 30 29 21 29 30 30 31 32 21 28 32 25 16 31 31 31 28
Y 29 29 29 22 31 31 30 31 32 21 28 32 26 16 33 31 31 28
X2 961 900 841 441 841 900 900 961 1024 441 784 1024 625 256 961 961 961 784
Y2 841 841 841 484 961 961 900 961 1024 441 784 1024 676 256 1089 961 961 784
XY 899 870 841 462 899 930 900 961 1024 441 784 1024 650 256 1023 961 961 784
-
24 30 32 26 30 28 24 25 26 27 31 29 838
24 30 33 26 30 28 25 25 26 27 32 30 846
576 900 1024 676 900 784 576 625 676 729 961 841 23834
576 900 1089 676 900 784 625 625 676 729 1024 900 24294
576 900 1056 676 900 784 600 625 676 729 992 870 24054
Contoh perhitungan : N (∑ XY ) − (∑ X × ∑ Y ) r= 2 2 N ∑ X 2 − (∑ X ) − N ∑ Y 2 − (∑ Y )
[
] [
Keterangan : X Y N r r=
]
= Skor pada soal yang ingin diukur = Skor total dari masing-masing soal = Jumlah pengamatan = Indeks validitas 30 (24054 ) − (838 × 846 )
[(30 × 23834) − (838) ] − [(30 × 24294) − (846) ] 2
2
r = 0.981
r tabel = 0.361 karena nilai r hitung > dari r tabel (0.981 > 0.361) maka kuisioner tersebut reliabel Lampiran 8. Hasil uji reliabilitas kuisioner responden guru X 37 32 29 28 33 30 33 35 37 35 32 37 36 29
Y 37 33 29 29 33 30 34 35 37 35 32 37 37 29
X2 1369 1024 841 784 1089 900 1089 1225 1369 1225 1024 1369 1296 841
Y2 1369 1089 841 841 1089 900 1156 1225 1369 1225 1024 1369 1369 841
XY 1369 1056 841 812 1089 900 1122 1225 1369 1225 1024 1369 1332 841
31 36 38 36 31 34 36 36 33 34 34 37 36 35 32 31 1013
32 37 39 38 31 34 36 36 33 35 36 37 36 35 32 32 1026
961 1296 1444 1296 961 1156 1296 1296 1089 1156 1156 1369 1296 1225 1024 961 34427
1024 1369 1521 1444 961 1156 1296 1296 1089 1225 1296 1369 1296 1225 1024 1024 35322
992 1332 1482 1368 961 1156 1296 1296 1089 1190 1224 1369 1296 1225 1024 992 34866
Contoh perhitungan : N (∑ XY ) − (∑ X × ∑ Y ) r= 2 2 N ∑ X 2 − (∑ X ) − N ∑ Y 2 − (∑ Y )
[
] [
Keterangan : X Y N r r=
]
= Skor pada soal yang ingin diukur = Skor total dari masing-masing soal = Jumlah pengamatan = Indeks validitas 30 (34866) − (1013 × 1026 )
[(30 × 34427) − (1013) ] − [(30 × 1026) − (35322) ] 2
2
r = 0.975 r tabel = 0.361 karena nilai r hitung > dari r tabel (0.975 > 0.361) maka kuisioner tersebut reliabel
Lampiran 9. Sebaran orang tua berdasarkan tingkatan kelas anak Kelas Anak Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5 Kelas 6 Kelas 1 dan 4 Kelas 2 dan 3 Kelas 2 dan 4 Kelas 3 dan 6 Total
N 21 38 29 45 48 27 8 8 5 3 232
%N 9,05 16,38 12,50 19,40 20,69 11,64 3,45 3,45 2,15 1,29 100,00
Lampiran 10. Sebaran guru berdasarkan umur Umur N < 25 tahun 11 25-35 tahun 83 36-46 tahun 56 >46 tahun 10 160 Total
%N 6,88 51,87 35,00 6,25 100,00
Lampiran 11. Sebaran guru berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin
N 93 67 160
%N 58,12 41,88 100,00
Lampiran 12. Sebaran guru berdasarkan kelas Guru kelas N Kelas 1 16 Kelas 2 26 Kelas 3 23 Kelas 4 28 Kelas 5 25 Kelas 6 25 Guru bidang studi 17 160 Total
%N 10,00 16,25 14,38 17,50 15,63 15,63 10,63 100,00
Perempuan Laki – laki Total
Lampiran 13. Rutinitas sarapan pagi anak Respon Ya Kadang-kadang Tidak Total
N 76 149 7 232
%N 32,76 64,22 3,02 100,00
N 38 111 76 7 232
%N 16,38 47,84 32,76 3,02 100,00
Lampiran 14. Kebiasaan sarapan anak Respon 1-2 kali per minggu 3-5 kali per minggu Setiap hari Tidak Sarapan Total
Lampiran 15. Tabulasi silang antara kebiasaan sarapan sarapan anak Rutinitas Kebiasaan 1-2/ minggu 3-5/ minggu Setiap hari n %n n %n n %n Ya 0 0,00 0 0,00 76 32,76 Kadang 38 16,38 111 47,84 0 0,00 Tidak 0 0,00 0 0,00 0 0,00 Total 38 16,38 111 47,84 76 32,76
dengan rutinitas Total Tidak n %n 0 0,00 0 0,00 7 3,02 7 3,02
N 76 149 7 232
%n 32,76 64,22 3,02 100,00
[[
Lampiran 16. Persepsi orang tua tentang kepraktisan membawa bekal Respon
N 194 38 232
%N 83,62 16,38 100,00
Lampiran 17. Pemberian uang saku pada anak Respon N Ya 204 Kadang-kadang 25 Tidak 3 232 Total
%N 87,93 10,77 1,30 100,00
Lampiran 18. Jumlah uang saku anak per hari Respon N Tidak membawa uang saku 3 < Rp 1.000,00 9 Rp 1.000,00 – Rp 5.000,00 185 > Rp 5.000,00 – Rp 10.000,00 35 > Rp 10.000,00 0 232 Total
%N 1,30 3,88 79,74 15,08 0,00 100,00
Ya Tidak Total
Lampiran 19. Tabulasi silang antara pemberian uang saku Pemberian uang saku Jumlah Rp1000 – > Rp 5.000 – uang < Rp 1000 Rp 5.000 Rp 10.000 saku n %n n %n n %n Ya 7 3,02 166 71,55 31 13,36 Kadang 2 0,86 19 8,19 4 1,72 Tidak 0 0,00 0 0,00 0 0,00 9 3,88 185 79,74 35 15,08 Total
saku dan besarnya uang
Tidak n 0 0 3 3
%n 0,00 0,00 1,30 1,30
Total n 204 25 3 232
%n 87,93 10,77 1,30 100,00
Lampiran 20. Kegunaan uang saku oleh anak Kegunaan uang saku Jajanan Mainan Lain – lain Total
N 184 41 4 229
%N 80,35 17,90 1,75 100,00
Lampiran 21. Peran orang tua untuk memonitor jajanan yang dikonsumsi anak Respon N %N Ya 160 86,96 Kadang-kadang 22 11,95 Tidak 2 1,09 184 100,00 Total Lampiran 22. Persepsi orang tua tentang pangan jajanan Pangan jajanan Ya Sebagian Tidak n %n n %n n %n Mengandung bahan 107 53,76 82 41,21 10 5,03 kimia berbahaya Bebas kuman 80 34,48 88 37,93 64 27,59 (higienis)
Total n %n 199
100,00
232
100,00
Lampiran 23. Penyajian pangan jajanan yang baik menurut orang tua Persepsi N %N Wadah tertutup 198 88,00 Etalase tertutup 20 8,89 Lan-lain 7 3,11 225 100,00 Total Lampiran 24. Lingkungan penjual pangan jajanan menurut orang tua Persepsi Bersih Jauh dari keramaian Jauh dari sumber polusi Jauh dari tempat sampah Total
N 180 3 20 22 225
%N 80,00 1,33 8,89 9,78 100,00
Lampiran 25. Kegiatan guru memonitor jajanan yang dikonsumsi anak Respon Ya Kadang-kadang Tidak Total
Keamanan Pangan jajanan Kantin Sekolah Sekitar Sekolah N %N N %N 94 64,38 11 6,88 49 33,56 93 58,12 3 2,06 56 35,00 146 100,00 160 100,00
Lampiran 26. Kegiatan guru menghimbau sarapan pagi pada anak Respon Ya Kadang-kadang Tidak Total
N 139 19 2 160
%N 86,87 11,88 1,25 100,00
Lampiran 27. Kegiatan guru menghimbau anak agar tidak jajan sembarangan Respon N %N Ya 110 68,75 Kadang - kadang 41 25,62 Tidak 9 5,63 160 100,00 Total Lampiran 28. Ada/Tidaknya fasilitas kantin Respon Ya Tidak Total
N 146 14 160
%N 91,25 8,75 100,00
Lampiran 29. Persepsi guru tentang keamanan pangan jajanan Respon Ya Sebagian Tidak Total
Keamanan Pangan jajanan Kantin Sekolah Sekitar Sekolah N %N N %N 127 86,99 36 22,50 19 13,01 111 69,38 0 0,00 13 8,12 146 100,00 160 100,00
Lampiran 30. Persepsi guru tentang pangan yang tidak aman dikonsumsi Respon Kurangnya kebersihan pedagang Menggunakan bahan kimia Tidak diolah secara benar Tempat jualan yang kotor Lain-lain Total
Pangan Tidak Aman Kantin Sekolah Sekitar Sekolah N %N N %N 4 21,05 21 16,94 15 78,95 37 29,84 0 0,00 24 19,35 0 0 16 12,90 0 0,00 26 20,97 19 100,00 124 100,00
Lampiran 31. Persepsi guru tentang kebersihan jajanan di kantin dan di sekitar sekolah Keamanan Pangan jajanan Kantin Sekolah Sekitar Sekolah N %N N %N 114 78,08 7 4,38 32 21,92 136 85,00 0 0,00 17 10,62 146 100,00 160 100,00
Respon Bersih Kurang Bersih Kotor Total
Lampiran 32. Tabulasi silang antara gejala gangguan gangguan kesehatan yang dialami anak Gejala Waktu gangguan kesehatan Gangg 1 kali/ 2 kali/ 1 kali/ 2 kali/ uan bulan bulan tahun tahun Keseha n %n n %n n %n n %n tan Demam 2 1,65 2 1,65 3 2,48 2 1,65 Diare/ sakit 6 4,95 3 2,48 53 43,81 16 13,22 perut Mual 4 3,31 2 1,65 12 9,90 6 4,97 Lainnya 4 3,31 1 0,83 1 0,83 1 0,83 16 13,22 8 6,61 69 57,02 25 20,67 Total
kesehatan dan waktu Total
3 kali/ tahun n
%n
n
%n
1
0,83
10
8,26
2
1,65
80
66,11
0 0 3
0,00 0,00 2,48
24 19,83 7 5,80 121 100,00
Lampiran 33. Jenis Bahan kimia berbahaya pada pangan jajanan Keamanan Pangan jajanan Respon Orang Tua Guru N %N N %N Formalin 19 9,55 9 5,63 Boraks 4 2,01 4 2,50 Penyedap rasa 2 1,01 6 3,75 Zat pewarna Tekstil 9 4,52 12 7,50 Pemanis Buatan 0 0,00 8 5,00 semua 165 82,91 121 75,62 199 100,00 160 100,00 Total Lampiran 34. Hasil analisis statistika persepsi responden orang tua Nilai Chi-square Berdasarkan
Usia
Crosstab B1 B2 B3 B4 B5 B8
( < 0.05 ) 0,032 0,061 0,712 0,701 0,088 0,047
X2 hitung 13,782 16,318 1.372 3,817 15,098 17,142
X2 tabel 12,592 16,919 7,815 7,815 16,919 16,919
Hubungan
R-square
Ada
0,002 0,003
Ada
Pekerjaan
Pengeluaran
Pendidikan
Jumlah Anak
B9 B12 B14 B16 B17 B19 B22 B23 persepsi B1 B2 B3 B4 B5 B8 B9 B12 B14 B16 B17 B19 B22 B23 Persepsi B1 B2 B3 B4 B5 B8 B9 B12 B14 B16 B17 B19 B22 B23 Persepsi B1 B2 B3 B4 B5 B8 B9 B12 B14 B16 B17 B19 B22 B23 Persepsi B1
0,574 0,104 0,224 0,152 0,711 0,960 0,951 0,159 0,099 0,287 0,945 0,806 0,988 0,161 0,684 0,638 0,675 0,881 0,656 0,000 0,926 0,237 0,439 0,439 0,201 0,374 0,483 0,760 0,775 0,934 0,666 0,602 0,778 0,928 0,000 0,083 0,188 0,182 0,392 0,441 0,607 0,610 0,080 0,022 0,945 0,600 0,106 0,339 0,465 0,000 0,956 0,071 0,806 0,989 0,806
4,769 6,152 8,193 13,244 1,376 1,487 1,626 13,080 10,673 4,998 1,695 0,431 0,323 9,239 3,947 2,537 0,787 1,183 4,156 41,821 0,892 5,527 5,857 3,787 8,542 9,715 2,460 3,379 5,646 3,629 4,082 1,858 3,243 3,733 33,029 11,196 8,597 12,582 6,282 3,748 4,516 0,990 8,331 14,785 1,702 2,751 4,497 4,533 5,637 32,133 0,660 8,643 3,023 0,310 12,749
12,592 7,815 12,592 16,919 7,815 12,592 12,592 16,919 12,592 9,488 12,592 5,992 9,488 12,592 12,592 9,488 5,992 9,488 12,592 5,992 9,488 9,488 12,592 9,488 12,592 16,919 7,815 12,592 16,919 16,919 12,592 7,815 12,592 16,919 7,815 12,592 12,592 16,919 12,592 9,488 12,592 5,992 9,488 12,592 12,592 9,488 5,992 9,488 12,592 5,992 9,488 9,488 12,592 9,488 28,869
Ada
Ada
Ada
Ada
0.190 0,113 0,044 0,127 -
Usia sekolah dasar
B2 B3 B4 B5 B8 B9 B12 B14 B16 B17 B19 B22 B23 Persepsi
0,747 0,644 0,803 0,455 0,516 0,463 0,142 0,182 0,209 0,209 0,306 0,961 0,770 0,227
21,808 6,935 12,809 27,155 26,047 17,893 13,470 23,219 23,656 12,083 20,496 8,934 21,338 22,102
40,113 16,919 28,869 40,113 40,113 28,869 16,919 28,869 40,113 16,919 28,869 28,869 40,113 28,869
-
Keterangan B1 = kegiatan sarapan pagi anak B2 = kebiasaan sarapan anak B3 = kepraktisan jajan di sekolah B4 = pemberikan uang saku B5 = jumlah uang saku B8 = memonitor jajanan anak B9 = gangguan kesehatan anak B12 = tahu/ tidak tentang bahan kimia berbahaya B14 = tahu/ tidak tentang pengaruh bahan kimia berbahaya B16 = pangan jajanan mengandung bahan kimia berbahaya B17 = tahu/ tidak tentang pengaruh penanganan pangan jajanan yang tidak higienis B19 = pangan jajanan bebas kuman (higienis) B22 = mengingatkan anak cuci tangan B23 = praktek cuci tangan anak B25 = informasi keamanan pangan Lampiran 35. Hasil analisis statistika responden guru Nilai Chi-square Berdasarkan
Umur
Crosstab B1 B2 B3 B4 B6 B8 B9 B10 B12 B14 B15 B16 B17 B18 B21 Persepsi
( < 0.05 ) 0,888 0,851 0,008 0,914 0,695 0,936 0,195 0,027 0,504 0,086 0,494 0,315 0,264 0,003 0,135 0,421
X2 hitung 2,322 0,795 22,226 2,058 3,864 1,817 8,639 14,218 2,345 11,066 5,399 10,451 7,658 13,631 5,563 6,016
X2 tabel 12,592 7,815 12,592 12,592 12,592 12,592 12,592 12,592 7,815 12,592 12,592 16,919 12,592 7,8147 7,815 12,592
Hubungan
Ada
Ada
Ada
R-Square 0,034 0,015 0,025 -
Jenis kelamin Guru Kelas
Pendidikan
B1 B2 B3 B4 B6 B8 B9 B10 B12 B14 B15 B16 B17 B18 B21 Persepsi B1 B2 B3 B4 B6 B8 B9 B10 B12 B14 B15 B16 B17 B18 B21 persepsi B1 B2 B3 B4 B6 B8 B9 B10 B12 B14 B15 B16 B17 B18 B21 Persepsi
0,201 0,637 0,927 0,767 0,369 0,353 0,023 0,871 0,046 0,545 0,710 0,414 0,692 0,395 0,972 0,804 0,354 0,812 0,465 0,611 0,764 0,970 0,814 0,838 0,620 0,797 0,630 0,879 0,971 0,520 0,932 0,802 0,414 0,813 0,585 0,708 0,967 0,592 0,941 0,093 0,687 0,410 0,392 0,084 0,148 0,067 0,111 0,910
3,156 0,222 0,464 0,530 1,994 2,085 7,583 0,277 3,999 1,215 0,684 2,856 0,737 0,725 0,001 0,437 13,212 2,916 17,861 10,055 8,270 4,595 7,620 7,283 4,419 7,853 9,836 11,357 4,577 5,186 1,858 7,779 1,762 0,056 1,941 0,691 0,067 1,049 0,122 4,745 0,13 1,781 1,874 6,651 3,824 3,345 2,546 0,188
5,992 3,842 7,815 5,992 5,9915 5,992 5,992 5,992 3,842 5,992 5,992 7,8147 5,992 3,842 3,842 5,992 21,026 12,592 28,869 21,026 21,026 21,026 21,026 21,026 12,592 21,026 21,026 28,869 21,026 12,592 12,592 21,026 5,992 3,842 7,815 5,991 5,992 5,992 5,992 5,992 3,842 5,992 5,992 7,815 5,992 3,842 3,842 5,9915
Ada Ada
Keterangan : B1 = Menghimbau anak didik untuk sarapan B2 = Fasilitas kantin B3 = Memonitor keamanan jajanan di kantin sekolah B4 = Keamanan jajanan di kantin sekolah B6 = Gangguan kesehatan siswa setelah jajan di kantin sekolah
0,000 0,005 -
B8 B9 B10 B12 B14 B15 B16 B17 B18 B21
= Kondisi lingkungan kantin sekolah = Memonitor keamanan jajanan di sekitar sekolah = Keamanan jajanan di sekitar sekolah = Gangguan kesehatan siswa setelah jajan di sekitar sekolah = Kondisi lingkungan di sekitar sekolah = Menerangkan pentingnya cuci tangan = Praktek cuci tangan oleh siswa = Mengajarkan siswa tidak jajan sembarangan = Mengetahui pengaruh bahan kimia berbahaya pada pangan = Mengetahui pengaruh penanganan yang tidak higienis pada pangan