i
PREFERENSI PANGAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR
YANNI TRIMUR CAHYANING TIYAS
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
ii
ABSTRACT YANNI TRIMUR CAHYANING TIYAS. Food Preference of School Children in Bogor City. Under direction of YAYUK FARIDA BALIWATI. Food preference has an important role in defining children’s food pattern. Food preference that is formed earlier will persist to influence food preference in adult. In the other words, children’s food preference is a critical point in defining adult’s food preference. Thus, study about children’s food preference and many factors that were related is important to do. The general objective of this study was to identified factors that is correlate to food preference of school children in bogor city, and the specific objectivess were to: 1). Identified individual characteristic of subject, 2). Identified Family’s socio economics condition of subject, 3). Identified school children’s food preference, and 4). Analyze correlation between food preference and many factors. This study used crosssectional design and the subject was 90 students from 3 elementary school in Bogor City. The correlation between factors and food preferences analized use inferensia statistics which are: Chi Square and Rank Spearman. Food preference of school children shows that school children tend to like certain kind of food in each food groups. There are several kinds of food in each foods group which is less like by school children. Fruits are liked by most school children. Most of school children like a kind of food because of the organoleptic characteristic of food, especially taste. Individual characteristics and family’s socio economic conditions explained little of the variation in school children’s food preference. The statistic test shows that preference of certain food has correlation with individual and family’s socio economic conditions. School children’s food preference doesn’t not show variety yet. Interventions are needed to direct school children’s food preference become more various. Keywords: food preference, school children
iii
RINGKASAN YANNI TRIMUR CAHYANING TIYAS. Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor. Dibimbing oleh YAYUK FARIDA BALIWATI. Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor, sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi karakteristik individu contoh, (2) Mengidentifikasi keadaan sosial ekonomi keluarga contoh, (3) Mengidentifikasi preferensi pangan contoh terhadap berbagai jenis pangan menurut kelompok pangan serta olahannya, dan (4) Menganalisis hubungan preferensi pangan contoh dengan karakteristik individu dan keadaan sosial ekonomi keluarga contoh. Desain yang digunakan dalam penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di sekolah dengan tingkat sosial ekonomi atas, menengah, dan bawah di Kota Bogor yang terdiri dari tiga sekolah yaitu SD Bina Insani, SDN Gunung Batu I, dan SDN Balungbang Jaya 2. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive berdasarkan hasil konsultasi dengan Dinas Pendidikan Kota Bogor. Penelitian berlangsung dari bulan Mei 2009 sampai dengan Juni 2009. Contoh dari penelitian adalah siswa kelas 5 dan sebagian siswa kelas 4 SDN Balungbang Jaya 2, SDN Gunung Batu I, dan SD Bina Insani Kota Bogor. Pemilihan siswa kelas 4 dan 5 SD disengaja dengan pertimbangan siswa telah mampu menerima arahan dalam pengisian kuesioner, selain itu Hidayat (2004) menyatakan bahwa siswa kelas 4 dan 5 berada pada tahapan perkembangan yang sama yaitu pada masa formal operasional (11 tahun dewasa). Pada tahap tersebut siswa telah mencapai kemampuan untuk berpikir sistematis terhadap hal-hal yang abstrak dan hipotesis, selain itu anak sudah bisa mengambil kesimpulan dari suatu pertanyaan. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui jumlah minimal sampel adalah 84 orang, sehingga ditetapkan jumlah sampel 90 orang yaitu 30 orang dari masing-masing SD terpilih. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan semi terbuka tentang karakteristik individu yaitu jenis kelamin dan pengetahuan gizi; kondisi sosial ekonomi keluarga contoh meliputi besar keluarga dan pendapatan keluarga; serta preferensi pangan, olahan dan alasannya. Kuesioner preferensi pangan contoh mengacu pada pedoman umum pemantauan dan analisis preferensi pangan masyarakat (Deptan 2008). Data sekunder yang dikumpulkan antara lain gambaran umum lokasi penelitian dan data mengenai siswa yang diperoleh dari literatur dan SD yang bersangkutan. Data diolah menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS ver. 16 for Windows dengan analisis deskriptif dan inferensia menggunakan Chi Square dan Rank Spearman. Sebagian besar contoh baik laki-laki maupun perempuan memiliki pengetahuan gizi sedang, dan keluarga contoh termasuk keluarga kecil dengan rata-rata jumlah anggota keluarga contoh adalah empat orang. Sebagian besar orang tua contoh pendidikan terakhirnya adalah perguruan tinggi. Ayah contoh sebagian bekerja sebagai pegawai swasta/BUMN, sementara Ibu contoh sebagian besar adalah ibu rumah tangga. Sebagian besar pendapatan per kapita keluarga contoh sebagian besar termasuk dalam kategori pendapatan tinggi. Hasil uji beda menunjukkan bahwa pengetahuan gizi, besar keluarga, dan pendapatan keluarga tidak berbeda nyata (p>0.05) antara contoh laki-laki dan perempuan.
iv
Preferensi pangan contoh secara umum dapat dikatakan contoh belum menyukai beragam jenis pangan, masih terdapat jenis pangan yang kurang disukai oleh sebagian besar contoh, yaitu pada kelompok sumber karbohidrat yang berasal dari umbi-umbian, sebagian sumber lemak, sebagian kecil sumber protein hewani (ikan asin dan ikan pindang) dan sumber protein nabati serta pada sebagian jenis sayuran. Pada kelompok sumber karbohidrat pangan yang disukai oleh sebagian besar contoh adalah roti, beras, dan Kentang, serta olahan yang disukai adalah roti tawar dan roti manis untuk roti dan nasi serta bubur untuk nasi. Olahan kentang yang paling disukai adalah kentang goreng dan keripik kentang. Sebagian besar contoh menyukai kelapa dan cokelat pada kelompok sumber lemak. Olahan kelapa yang paling disukai adalah minuman kelapa dan santan, olahan coklat adalah coklat batang. Daging ayam dan susu adalah yang paling disukai contoh pada kelompok sumber protein hewani, olahan yang paling disukai adalah ayam goreng dan ayam panggang, serta susu segar dan susu kental manis. Pangan yang paling disukai pada kelompok sumber protein nabati adalah tahu dan tempe. Olahan tahu yang paling disukai adalah tahu goreng dan pepes, sementara olahan tempe adalah tempe goreng dan orek tempe. Mangga dan pisang adalah yang paling disukai oleh contoh pada kelompok buah dan sayur, dengan olahan yang paling disukai contoh adalah sebagai buah dan dalam bentuk jus. Sebagian besar pangan dan olahan tersebut disukai contoh karena rasa yang enak (organoleptik). Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan nyata antara besar keluarga dengan preferensi minyak goreng (p<0.05). Selain itu uji statistik juga menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara pendapatan keluarga dengan preferensi terhadap ubi jalar (p<0.01), margarin (p<0.05), ikan pindang (p<0.01), oncom (p<0.05), kacang hijau (p<0.01), kacang kedelai (p<0.05), nangka (p<0.05), jambu biji (p<0.01), pepaya (p<0.05), buncis (p<0.05), dan kacang panjang (p<0.05). Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara jenis kelamin contoh dengan preferensi bihun (p<0.05). Contoh dengan pengetahuan gizi tinggi tidak menyukai talas, ikan asin, dan oncom. Uji statistik menunjukkan pengetahuan gizi contoh berhubungan dengan preferensi ubi jalar (p<0.05), margarin (p<0.01), dan nangka (p<0.01).
v
PREFERENSI PANGAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR
HALAMAN JUDUL
YANNI TRIMUR CAHYANING TIYAS
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
vi
Judul Skripsi : Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor Nama : Yanni Trimur Cahyaning Tiyas NRP : I14052788
Disetujui: Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS NIP 19630312 198703 2 001
Diketahui, Ketua Departemen Gizi Masyarakat
Dr.Ir. Evy Damayanthi, MS NIP 19621204 198903 2 002
Tanggal Lulus :
vii
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi dengan judul “Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor” dapat diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS selaku Dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan, kritik dan saran, serta dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS selaku Dosen Penguji dan Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN selaku Dosen Pemandu Seminar, yang telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Mat Ali Karjam, S.Pd, SD, Bapak Stevanus Marantika, S.Si, MA, M.Pd, serta Bapak Fachrudin SN, BA selaku kepala sekolah dari SD yang menjadi tempat penelitian serta Ibu Jannah, Bapak Mumu, dan Ibu Yanti yang telah membantu penulis selama proses pengumpulan data serta kemudahan yang diberikan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, serta teman-teman semua atas doa, kasih sayang, serta dukungan yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2009
Yanni Trimur Cahyaning Tiyas
viii
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 6 Januari 1987 dari ayah Heriyono dan Ibu Mudawaningsih. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1999 di SD Cinta Manis Palembang. Kemudian penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 2 Kota Mojokerto hingga tamat pada tahun 2002. Pada tahun yang sama, penulis diterima di SMA Negeri 1 PURI Mojokerto dan tamat pada tahun 2005. Penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2005. Setelah satu tahun menjalani masa Tingkat Persiapan Bersama (TPB), akhirnya penulis memilih dan diterima di mayor Ilmu Gizi dengan minor Pengolahan Pangan (Ilmu Teknologi Pangan), Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti beberapa kegiatan organisasi, antara lain Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu Gizi Pertanian (HIMAGITA), Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia (HMPPI), serta menjadi Koordinator Divisi Kewirausahaan pada Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi (HIMAGIZI). Selain itu juga penulis penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi di Pengasinan, kecamatan Sawangan, Kota Depok pada bulan Juli hingga Agustus 2008 dan Internship bidang Dietetika di Rumah Sakit Salak, Bogor pada bulan Februari hingga Maret 2009. Selain itu, penulis juga menjadi asisten mata kuliah Penilaian Status Gizi serta Perencanaan Pangan dan Gizi pada semester ganjil tahun ajaran 2009/2010.
ix
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL .................................................................................................. x DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii PENDAHULUAN.................................................................................................. 1 Latar Belakang ............................................................................................... 1 Perumusan Masalah ...................................................................................... 3 Tujuan............................................................................................................ 4 Kegunaan ...................................................................................................... 4 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 5 Anak Usia Sekolah Dasar .............................................................................. 5 Preferensi Pangan ......................................................................................... 6 Faktor-faktor yang mempengaruhi Preferensi Pangan Anak .......................... 7 KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................................. 12 METODE ........................................................................................................... 14 Desain, Tempat, dan Waktu ......................................................................... 14 Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ............................................................ 14 Jenis dan Cara Pengumpulan Data.............................................................. 15 Pengolahan dan Analisis Data ..................................................................... 16 HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 19 Gambaran Umum Sekolah ........................................................................... 19 Karakteristik Keluarga Contoh...................................................................... 21 Karakteristik Contoh ..................................................................................... 25 Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar ...................................................... 27 Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar berdasarkan Keadaan Sosial Ekonomi Keluarga ....................................................................... 34 Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar berdasarkan Karakteristik Individu 45 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 57 Kesimpulan .................................................................................................. 57 Saran ........................................................................................................... 58 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 59 LAMPIRAN ........................................................................................................ 62
x
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1
Jenis dan cara pengumpulan data................................................................16
2
Data dan pengolahan data............................................................................17
3
Cara analisis data......................................................................................... 17
4
Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga...............................................22
5
Sebaran contoh berdasarkan pendidikan terakhir orang tua........................ 23
6
Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua.......................................24
7
Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga per kapita per bulan.... 25
8
Sebaran contoh berdasarkan jawaban pengetahuan gizi yang benar..........26
9
Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi................................27
10 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber karbohidrat.................................................................................................... 28 11 Olahan kelompok sumber karbohidrat paling disukai dan alasan................ 29 12 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber lemak............................................................................................................ 30 13 Olahan kelompok sumber lemak paling disukai dan alasan........................ 30 14 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber protein hewani...............................................................................................31 15 Olahan kelompok sumber protein hewani paling disukai dan alasan........... 31 16 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber protein nabati................................................................................................ 32 17 Olahan kelompok sumber protein nabati paling disukai dan alasan.............33 18 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber vitamin dan mineral.......................................................................................33 19 Olahan kelompok sumber vitamin dan mineral paling disukai dan alasan........................................................................................................... 34 20 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber karbohidrat menurut besar keluarga............................................................. 35 21 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber lemak menurut besar keluarga..................................................................... 36 22 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber protein hewani menurut besar keluarga........................................................37 23 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber protein nabati menurut besar keluarga......................................................... 38
xi
24 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber vitamin dan mineral menurut besar keluarga................................................39 25 Sebaran contoh beradasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber karbohidrat menurut pendapatan keluarga................................................... 40 26 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber lemak menurut pendapatan keluarga........................................................... 41 27 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber protein hewani menurut pendapatan keluarga............................................. 42 28 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber protein nabati menurut pendapatan keluarga............................................... 43 29 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber vitamin dan mineral menurut pendapatan keluarga......................................44 30 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber karbohidrat menurut jenis kelamin................................................................ 46 31 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber lemak menurut jenis kelamin........................................................................ 47 32 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber protein hewani menurut jenis kelamin...........................................................48 33 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber protein nabati menurut jenis kelamin............................................................ 49 34 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber vitamin dan mineral menurut jenis kelamin...................................................49 35 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber karbohidrat menurut pengetahuan gizi......................................................... 51 36 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber lemak menurut pengetahuan gizi..................................................................52 37 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber protein hewani menurut pengetahuan gizi.................................................... 53 38 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber protein nabati menurut pengetahuan gizi......................................................54 39 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber vitamin dan mineral menurut pengetahuan gizi............................................ 55
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1
Halaman
Kerangka Pemikiran Penelitian Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor ..................................................................................... 13
2
Pengambilan sampel ................................................................................... 15
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1
Peta Lokasi Penelitian.................................................................................. 63
2
Kuesioner Preferensi Pangan Anak ............................................................. 64
PENDAHULUAN Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembangunan. Kualitas Sumber Daya manusia yang baik salah satunya didukung dengan status gizi yang baik pula. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang, salah satunya adalah konsumsi pangan yang baik, yaitu yang memenuhi kaidah beragam, bergizi, dan berimbang. Menurut Ariani (2008), secara fisiologis manusia memerlukan lebih dari 40 jenis zat gizi yang terdapat pada berbagai jenis makanan untuk dapat hidup aktif dan sehat. Berkaitan dengan hal tersebut maka pangan merupakan kebutuhan dasar manusia dan pemenuhan kebutuhan akan pangan perlu mendapat perhatian. Bahkan arah pembangunan ketahanan pangan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat secara cukup, bergizi, aman, dan bermutu (Adnyana 2009). Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan manusia akan pangan dan gizi baik secara kuantitas maupun kualitas. Secara kuantitas, makanan yang dikonsumsi harus cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi sesuai angka kecukupan yang dianjurkan. Sementara secara kualitas, makanan yang dikonsumsi harus bergizi seimbang dan aman (bebas dari cemaran bahan kimia/ mikroba/ fisik yang berbahaya). Berkaitan dengan hal ini, diversifikasi pangan menjadi salah satu pilar utama dalam mewujudkan ketahanan pangan. Definisi diversifikasi pangan yang telah ditetapkan dalam PP nomor 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan adalah upaya peningkatan konsumsi aneka ragam pangan dengan prinsip gizi seimbang. Program diversifikasi pangan pada dasarnya memiliki dua dimensi pokok yaitu: 1) keragaman pola konsumsi dimana terdapat keanekaragaman bahan makanan yang dikonsumsi sehingga memenuhi kebutuhan gizi yang bermutu dan seimbang (kandungan KH, protein, lemak, vitamin dan mineral), dan 2) keanekaragaman sumber bahan pangan untuk masing-masing jenis gizi, sumber protein dapat diperoleh dari hewan, ikan, maupun nabati dan ini bersifat spesifik lokasi (Adnyana 2009). Penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor internal yaitu preferensi, pendapatan, keyakinan (budaya dan religi), serta pengetahuan gizi, maupun faktor eksternal seperti faktor agroekologi,
2
produksi, ketersediaan dan distribusi, keanekaragaman pangan, serta promosi/ iklan. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Barat (2007) diketahui Kota Bogor memiliki prevalensi BB lebih tertinggi anak laki-laki usia 6 14 tahun (15.3%) dan tertinggi kedua untuk anak perempuan (8.6%) di Provinsi Jawa Barat, hal ini mengindikasikan tingginya konsumsi pangan sumber energi pada anak-anak. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Propinsi Jawa Barat tahun 2007 juga menunjukkan rata-rata konsumsi energi penduduk kota bogor per kapita per hari masih berada di bawah Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIII tahun 2004 sebesar 2000 kkal/kap/hari. Konsumsi energi per kapita per hari masyarakat Kota Bogor adalah sebesar 1674 kkal/kap/hari. Sementara itu ratarata konsumsi protein per kapita per hari masyarakat Kota Bogor (58.6 gram/kap/hari) telah mampu memenuhi bahkan melebihi Angka Kecukupan Protein (AKP) sebesar 52 gram/kap/hari. Selain itu, masih berdasarkan hasil Riskesdas diketahui bahwa prevalensi termasuk tinggi dengan nilai 96.7 % dibandingkan
dengan
prevalensi
nasional
sebesar
93.6
%
hal
ini
menggambarkan bahwa sebagian besar penduduk Kota Bogor yang berusia lebih dari 10 tahun sebagian besar masih belum terbiasa mengkonsumsi buah dan sayur atau konsumsi belum mencapai 5 porsi per hari selama 7 hari. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan konsumsi pangan dan gizi masyarakat Kota Bogor belum memenuhi aspek kuantitas dan kualitas. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi diversifikasi pangan adalah preferensi. Menurut Pilgrim dalam Suhardjo (1989) preferensi makanan (Food Preference) adalah tindakan atau ukuran suka atau tidak suka seseorang terhadap makanan, lebih lanjut preferensi
akan
mempengaruhi
konsumsi
pangan
seseorang.
Informasi
mengenai preferensi makanan ini sangat diperlukan dalam upaya perencanaan dan pembinaan kualitas konsumsi pangan. Sediaoetama (2008) menyebutkan bahwa kelompok anak usia sekolah (usia 6-13 tahun) termasuk ke dalam kelompok rentan gizi, yaitu kelompok yang paling mudah menderita kelainan gizi apabila suatu masyarakat terkena kekurangan penyediaan bahan makanan. Kelompok anak usia sekolah sedang mengalami proses pertumbuhan yang relatif pesat dan memerlukan zat gizi dalam jumlah yang relatif besar, sehingga kelompok anak-anak perlu
3
mendapatkan perhatian yang besar. Perhatian tersebut dapat diberikan dalam bentuk pemenuhan kebutuhan fisik atau pemenuhan kecukupan zat gizi serta pemenuhan kebutuhan psikis. Pemenuhan kebutuhan pangan pada anak-anak tidak hanya sekedar pemenuhan secara kuantitas tetapi juga kualitas. Berdasarkan hasil penelitian Bryan & Lowenberg dalam Sanjur (1982) dinyatakan bahwa kelompok anak-anak memiliki kecenderungan untuk memilihmilih makanan dan hal ini berkaitan dengan karakteristik makanan seperti rasa, tekstur, dan suhu. Pemilihan (preferensi) pangan memiliki peran penting dalam menentukan pola pangan anak (Birch & Fischer 1998). Dickins diacu dalam Sanjur (1982) menambahkan bahwa preferensi pangan sebagian besar ditentukan pada tahap awal kehidupan dan relatif stabil hingga terjadi perubahan pada preferensi kelompok secara keseluruhan. Pilihan makanan yang dibentuk sejak dini dan akan tetap berlaku untuk mempengaruhi preferensi makanannya saat dewasa. Dengan kata lain, preferensi pangan anak merupakan titik kritis atau yang menentukan preferensi pangan saat dewasa. Oleh sebab itu penelitian mengenai pilihan makanan anak-anak dan faktor-faktor yang mempengaruhinya penting untuk dilakukan sehingga dapat menjadi bahan acuan atau rekomendasi dalam perencanaan pendidikan gizi yang efektif dan program intervensi gizi dalam upaya memperbaiki atau mengembangkan pola konsumsi yang bergizi seimbang. Perumusan Masalah Tersedianya Sumber Daya Manusia berkualitas tidak terlepas dari usaha pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup, bergizi, aman, dan bermutu. Kualitas konsumsi pangan secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas Sumber Daya Manusia dan mendukung terciptanya Ketahanan Pangan yang baik. Seperti diketahui bersama, pemenuhan pangan yang baik adalah yang memenuhi baik segi kuantitas maupun kualitas. Namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ketidakteraturan ekonomi menyebabkan pilihan pangan yang juga semakin beranekaragam. Pilihan Pangan atau preferensi pangan adalah sikap individu dalam memilih pangan, pada anak-anak preferensi dipengaruhi oleh karakteristik makanan itu sendiri, pengetahuan gizi, juga karakteristik lingkungan seperti kondisi sosial ekonomi keluarga (Sanjur 1982). Informasi mengenai preferensi pangan pada anak diharapkan dapat menjadi bahan acuan atau rekomendasi dalam perencanaan pendidikan gizi yang efektif dan program intervensi gizi
4
dalam upaya memperbaiki atau mengembangkan pola konsumsi yang bergizi seimbang. Berdasarkan hal tersebut, dapat ditarik perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana preferensi pangan anak sekolah dasar di Kota Bogor? 2. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan keadaan sosial ekonomi keluarga dengan preferensi pangan? Tujuan Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor, sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi karakteristik individu contoh yaitu pengetahuan gizi dan jenis kelamin contoh 2. Mengidentifikasi keadaan sosial ekonomi keluarga contoh 3. Mengidentifikasi preferensi pangan contoh terhadap berbagai jenis pangan dan produk olahannya 4. Menganalisis hubungan preferensi pangan contoh dengan karakteristik individu dan keadaan sosial ekonomi keluarga contoh Kegunaan Hasil penelitian tentang Preferensi Pangan Anak di Kota Bogor diharapkan dapat menyediakan data dan informasi tentang Preferensi Pangan Anak di Kota Bogor kepada pemerintah dan instansi terkait, serta dapat dijadikan sebagai rekomendasi untuk pengembangan pola konsumsi bergizi seimbang melalui pendidikan gizi seimbang.
5
TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Sekolah Dasar Hurlock (1980) menyebutkan bahwa para pendidik memberi label terhadap akhir masa anak-anak (late childhood) sebagai usia sekolah dasar. Usia ini berlansung dari usia enam hingga tiba saat anak menjadi matang secara seksual, yaitu usia 13 tahun untuk perempuan dan 14 tahun untuk laki-laki. Demikian halnya dengan Sumarwan (2002) yang juga menggolongkan anak usia 6-12 tahun ke dalam golongan atau kelompok anak usia sekolah. Suryabrata (1982) membagi anak Sekolah Dasar menjadi dua kelas, yaitu kelas rendah yang berusia 6-9 tahun dan kelas tinggi yang berusia 10-12 tahun. Hidayat (2004) menambahkan bahwa anak usia enam tahun ke atas (usia sekolah) terbagi dalam masa pra remaja (6 – 10 tahun) dan masa remaja (10 – 18 atau 20 tahun). Pada masa sekolah pertumbuhan dan perkembangan anak akan mengalami proses percepatan pada usia 10 – 12 tahun. Secara umum, pada usia ini aktifitas fisik pada anak semakin tinggi dan memperkuat kemampuan
motoriknya.
Kemampuan
kemandirian
anak
akan
semakin
dirasakan dimana lingkungan luar rumah dalam hal ini adalah sekolah cukup besar, sehingga beberapa masalah sudah mampu diatasi dengan sendirinya dan anak sudah mampu menunjukkan penyesuaian diri dengan lingkungan yang ada, rasa tanggung jawab dan percaya diri dalam tugas sudah mulai terwujud sehingga dalam menghadapi kegagalan maka anak seringkali dijumpai reaksi kemarahan atau kegelisahan. Perkembangan kognitif, psikososial, interpersonal, psikoseksual, moral, dan spiritual sudah mulai menunjukkan kematangan secara khusus, pada masa ini anak banyak mengembangkan kemampuan interaksi sosial, belajar tentang nilai moral dan budaya dari lingkungan keluarga serta mulai mencoba mengambil bagian dari keluarga atau berperan. Selain itu juga terjadi perkembangan konsep diri, ketrampilan membaca, menulis serta berhitung, dan belajar menghargai di sekolah. Tahapan perkembangan anak menurut teori perkembangan Piaget dalam Hidayat (2004) dibagi menjadi 4 tahapan sebagai berikut: 1. Tahap sensori motor (usia 0 – 2 tahun) 2. Tahap pra operasional (usia 2 – 7 tahun) 3. Tahap kongkrit (usia 7 – 11 tahun) 4. Tahap formal operasional (lebih dari usia 11 tahun)
6
Berdasarkan tahapan tersebut, maka anak usia 7 – 11 tahun berada pada tahapan perkembangan kongkrit dimana pada tahap ini anak sudah mulai memandang realistis dari dunianya serta mempunyai anggapan yang sama dengan orang lain, sifat egosentrik anak sudah mulai hilang sebab anak mempunyai pengertian tentang keterbatasan diri sendiri. Sifat pikiran anak sudah mempunyai dua pandangan (reversibilitas). Reversibilitas merupakan cara memandang dari arah yang berlawanan atau berkebalikan. Sifat realistik anak belum sampai ke dalam pikiran dalam membuat konsep atau hipotesa. Anak-anak lebih mudah dididik pada usia Sekolah Dasar dibandingkan dengan anak usia sebelum atau sesudahnya. Oleh sebab itu, sangat tepat jika pada siswa SD ditanamkan dasar-dasar pengetahuan gizi dan kebutuhan makanan yang baik. Anak-anak usia Sekolah Dasar perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh karena berada pada masa pertumbuhan yang cepat dan sangat aktif. Karena itu, mereka membutuhkan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi baik dari segi kuantitas maupun kualitas (Wirakusumah & Pranadji 1989). Selain itu, anak-anak yang duduk di Sekolah Dasar merupakan kelompok yang perlu mendapat perhatian lebih dalam hal pembinaan dan pengembangan mengenai cara-cara berpengetahuan, bersikap, dan bertindak dalam pemilihan makanan, baik selama mereka berada di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan masyarakat yang lebih luas. Preferensi Pangan Setiap masyarakat mengembangkan cara yang turun temurun untuk mencari, memilih, menangani, menyiapkan, dan memakan makanan. Adat istiadat menentukan preferensi seseorang terhadap makanan (Suhardjo 1989). Latar belakang sosial budaya mempengaruhi pemilihan jenis pangan melalui dua cara yaitu informasi mengenai gizi dan preferensi. Preferensi terhadap makanan didefinisikan sebagai derajat kesukaan atau ketidaksukaan terhadap makanan dan preferensi ini akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan (Suhardjo 1989). Pengukuran terhadap preferensi pangan dilakukan dengan menggunakan skala, dimana responden ditanya untuk dapat mengindikasikan seberapa besar dia menyukai pangan berdasarkan kriteria. Skala pengukuran dapat dibedakan menjadi sangat tidak suka, tidak suka, netral, suka, dan sangat suka. Skala hedonik adalah salah satu cara untuk mengukur derajat suka maupun tidak suka seseorang. Derajat kesukaan seseorang diperoleh dari pengalamannya terhadap
7
makanan, yang akan memberikan pengaruh yang kuat pada angka preferensinya (Sanjur 1982). Preferensi memainkan suatu peran penting di dalam menjelaskan pola makanan anak-anak, sebagaimana kaitannya dengan penerimaan makanan (Birch & Fischer 1998). Riset menunjukkan bahwa anak-anak mengembangkan pilihan makanan mereka seiring dengan pertumbuhan mereka dan paparan terhadap berbagai karakteristik makanan, antara lain tekstur, rasa dan bumbu (Birch
1999).
Skinner,
et
al.
(1998)
menambahkan
anak-anak
juga
mempelajarinya dari model atau contoh dalam keluarga, orang tua dan saudara kandung, serta dari apa yang mereka alami di rumah, di sekolah bersama temanteman mereka. Preferensi pangan adalah pemilihan satu makanan terhadap makanan lain. Pada anak-anak preferensi pangan kebanyakan dipengaruhi oleh kegemaran pribadi, uang dan pengetahuan mereka tidak diterapkan dalam pemilihan pangan. Maka apa yang dipilih oleh seorang anak untuk dimakan pada umumnya apa yang ia sukai dan apa yang ia inginkan. Preferensi pangan berkembang sangat awal, bahkan sejak dalam kandungan tergantung pada diet ibu (Anonim 2008). Berbagai macam pilihan (preferensi) makanan merupakan hasil interaksi dari kondisi-kondisi saling mempengaruhi yang berbeda, apa yang dipilih seorang anak untuk dimakan atau apa yang membuat makanan menjadi bagian dari konsumsi anak sehari-hari adalah kumpulan atau hasil interaksi dari beberapa faktor, antara lain: keturunan (genetik), budaya, serta status sosial dan ekonomi. Hal Ini merupakan suatu titik kritis sebab pilihan makanan dapat mempunyai konsekuensi kekal, artinya pilihan makanan dibentuk sejak dini dan akan tetap berlaku untuk mempengaruhi preferensi makanannya saat dewasa; sehingga apa yang dipelajari seorang anak pada tahun awal kehidupannya dapat membangun berbagai macam pilihan makanan pada saat dewasa. Inilah alasan kenapa
membentuk
pilihan
makanan
sejak
dini
dalam
hidup
dapat
mempengaruhi kesehatan suatu generasi untuk seumur hidup mereka (Anonim 2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi Preferensi Pangan Anak Bass, Wakelfield dan Kolasa (1980) dalam Pradnyawati (1997) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi pangan yaitu; 1) ketersediaan makanan di suatu tempat, 2) pembelian makanan untuk anggota
8
keluarga yang lain, khususnya orang tua, 3) pembelian makanan dan penyediaannya yang mencerminkan hubungan kekeluargaan dan budaya, 4) rasa makanan, tekstur, dan tempat. Selain itu, menurut Soesanto (1988) diacu dalam Pradnyawati (1997), pengalaman seseorang yang menjadi landasan dalam membeli makanan tertentu yang disukainya bersumber pada beberapa faktor antara lain enak, menyenangkan, memberikan status, tidak membosankan, berharga murah, mudah didapat dan diolah. Besar keluarga akan mempengaruhi pendapatan per kapita dan pengeluaran untuk konsumsi pangan, sehingga akan membatasi pilihan pangan. Keluarga dengan banyak anak dan jarak kelahiran antar anak yang sangat dekat akan menimbulkan lebih banyak masalah. Pangan yang tersedia untuk satu keluarga, mungkin tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga tersebut tetapi hanya mencukupi sebagian dari anggota keluarga itu (Martianto & Ariani 2004). Selain itu, Hartog, Staveren, dan Brouwer (1995) juga menyatakan bahwa besar keluarga akan mempengaruhi kebiasaan makan dan gizi, khususnya pada rumah tangga miskin yang bergantung pada pendapatan tunai untuk membeli bahan pangan. Penelitian Rita (2002) mengenai Preferensi Konsumen terhadap Pangan Sumber Karbohidrat non-beras menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara besar keluarga dengan preferensi konsumen terhadap beberapa pangan sumber karbohidrat non-beras Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya berpengaruh kepada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (Irawati, Damanhuri, dan Fachrurozi 1992). Pranadji (1995) menambahkan bahwa pengetahuan mengenai jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsi pada diri anak-anak sangat erat hubungannya dengan nilai-nilai dan kepercayaan terhadap makanan yang diperoleh melalui pendidikan di sekolah maupun dirumah. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi cara makan anak-anak, diantaranya tiga faktor yang paling penting adalah ketersediaan pangan, pola sosial, dan faktor-faktor pribadi. Khomsan (2000) menyatakan bahwa pengetahuan gizi menjadi landasan penting
yang
menentukan
konsumsi
pangan
keluarga.
Individu
yang
berpengetahuan gizi baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan
9
pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengetahuan pangan sehingga konsumsi pangan yang mencukupi lebih terjamin. Pengetahuan gizi diperoleh melalui pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal adalah jenis pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan dan terdapat kronologis yang ketat untuk tingkatan umur populasi sasarannya. Pendidikan informal adalah jenis pendidikan yang berlangsung seumur hidup yang mempelajari aspek kehidupan (Pranadji 1988). Lebih lanjut Pranadji menjelaskan bahwa materi yang dipelajari dalam pendidikan informal meliputi keterampilan, pengetahuan, sikap, nilai dan cara hidup pada umumnya dan dikategorikan baik secara sosial maupun ekonomis misalnya pergaulan di lingkungan keluarga, teman maupun di masyarakat. Pengukuran pengetahuan gizi dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen berbentuk pertanyaan pilihan berganda (multiple choice). Instrumen ini merupakan bentuk pertanyaan ataupun melanjutkan pertanyaan yang belum selesai. Tingkat pengetahuan dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu baik, sedang dan kurang (Khomsan 2000). Preferensi konsumsi pangan dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi (Variyam & Blayblock 1998). Menurut Sajogjo yang diacu dalam Marud (2008) faktor pendapatan keluarga mempunyai peranan besar dalam masalah gizi dan kebiasaan makan keluarga. Ketersediaan pangan suatu keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan keluarga tersebut. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan orang tidak mampu membeli, memilih pangan yang bermutu gizi baik dan beragam. Tingkat pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi. Pendapatan yang tinggi akan meningkatkan daya beli sehingga keluarga mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan dan akhirnya berdampak positif terhadap status gizi. Menurut Suhardjo (1986), pada umumnya jika pendapatan meningkat maka jumlah dan jenis pangan akan membaik. Pendapatan berhubungan dengan tingkat kesejahteraan keluarga. Keluarga dengan pendapatan terbatas, besar kemungkinan kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya sejumlah yang diperlukan oleh tubuh. Dengan demikian, kondisi ini menyebabkan keanekaragaman bahan makanan kurang terjamin, karena dengan keterbatasan uang itu menyebabkan tidak banyaknya pemilihan dalam hal makanan (Madihah 2002 dalam Ulfah 2008).
10
Penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya antara lain yang dilakukan oleh Cooke dan Wardle (2005) terhadap 1291 orang anak yang berusia 4 sampai 16 tahun di Inggris. Penelitian ini menggunakan desain crosssectional study dan pengumpulan data dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar (di dalam kelas) menggunakan kuesioner yang meliputi 115 jenis pilihan makanan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perempuan menunjukkan tingkat kesukaan yang lebih besar terhadap buah (p<0.05) dan sayur (p<0.001) dibandingkan laki-laki, sedangkan kelompok laki-laki sendiri menunjukkan tingkat kesukaan yang lebih besar terhadap kategori makanan berlemak dan bergula (p<0.005), daging (p<0.001), olahan daging (p<0.001), dan telur (p<0.05) dibandingkan perempuan. Berdasarkan perbandingan usia dan jenis kelamin, tingkat kesukaan anak-anak yang paling tinggi adalah terhadap kategori makanan berlemak dan bergula, meskipun demikian tingkat kesukaan terhadap buah juga tinggi. Pérez-Rodrigo,
Ribas,
Serra-Majem,
dan
Aranceta
(2003)
juga
melakukan penelitian serupa dan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa secara keseluruhan menurut usia dan jenis kelamin, pisang dan apel adalah buah yang paling disukai oleh anak-anak dan dewasa muda di Spanyol. Pada kelompok sayuran, saus tomat dan aneka salad terutama salad selada dan tomat memiliki skor tertinggi, diikuti oleh wortel untuk semua umur dan jenis kelamin. Sebanyak 47% (95% CI 46-48%) sampel dilaporkan tidak menyukai sayuran dan 5.7% (95% CI 4.9-6.5%) sampel tidak menyukai buah. Proporsi individu yang mengkonsumsi buah dan sayur rendah secara signifikan masih lebih tinggi dibandingkan dengan yang dilaporkan tidak menyukai sayur (x2=127.69; p<0.001); buah (x2=24.62; p<0.001); atau keduanya (x2=81.53; p<0.001). Terdapat hubungan yang signifikan antara kesukaan/ketidaksukaan terhadap buah dan sayur dengan kebiasaan mengkonsumsi kelompok ini pada anak-anak dan dewasa muda di Spanyol. Penelitian Caine-Bish dan Scheule (2007) dilakukan terhadap 1818 pelajar kelas 3 hingga kelas 12 di salah satu sekolah di daerah Ohio. Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan rendahnya preferensi terhadap sayuran. Sebaliknya, anak-anak menunjukkan tingkat kesukaan yang tinggi terhadap beberapa produk susu dan turunannya. Hasil uji statistik pada penelitian Rita (2002) menunjukkan preferensi konsumen terhadap poduk pangan sumber karbohidrat non-beras dipengaruhi
11
oleh persepsi rasa (pada semua komoditi), pengetahuan gizi (pada komoditi singkong dan jagung), pendidikan (pada komoditi kentang dan sukun), besar keluarga (pada komoditi sukun), dan status pekerjaan (pada komoditi singkong), sedangkan
frekuensi
konsumsi
pangan
sumber
karbohidrat
non-beras
dipengaruhi oleh preferensi konsumsi (pada komoditas kentang, sukun, ubi, dan pisang), persepsi terhadap harga (pada komoditas singkong, talas, dan jagung), pengetahuan gizi (pada komoditas talas dan pisang), pendidikan (pada komodias talas dan pisang, status pekerjaan (pada komoditas sukun), dan persepsi terhadap harga (pada komoditas sukun). Pengambilan contoh pada penelitian Krisnandika (2003) dilakukan secara purposif dengan metode kuota sampling. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan dengan merk minyak goreng yang sering dibeli. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi jenis minyak goreng yang sering dibeli contoh. Tidak terdapat hubungan yang nyata antara pengetahuan gizi dengan jenis minyak goreng yang dipilih. Tingkat pendapatan tidak memiliki hubungan nyata dengan merk minyak goreng yang dipilih. Dari beberapa analisis hubungan pada penelitian Anjarwati (1998) menunjukkan bahwa pada mahasiswa asrama terlihat ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan alasan preferensi yaitu harga mie instan (p<0.05). berdasarkan jenis kelamin, maka khususnya pada mahasiswa laki-laki menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan gizi dengan alasan preferensi yaitu mencakup kepraktisan dan kemudahan mendapatkan mie instan (berturut-turut p<0.01; p<0.05).
12
KERANGKA PEMIKIRAN Preferensi terhadap makanan didefinisikan sebagai derajat kesukaan atau ketidaksukaan terhadap makanan dan preferensi akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan (Suhardjo 1989). Preferensi pangan berkembang sejak awal kehidupan seseorang dan akan cenderung menetap hingga orang tersebut dewasa. Banyak faktor yang mempengaruhi preferensi seseorang terhadap makanan, antara lain karakteristik individu meliputi jenis kelamin dan pengetahuan gizi yang dimiliki seseorang, karakteristik makanan yaitu terdiri dari rasa, aroma, dan tekstur. Selain itu, preferensi makanan pada anak-anak khususnya juga dipengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah. Lingkungan keluarga terutama terkait kondisi sosial ekonomi keluarga yang mempengaruhi preferensi pangan anak-anak diantaranya pendapatan keluarga dan juga besar keluarga, sedangkan di lingkungan sekolah, preferensi pangan anak banyak dipengaruhi oleh teman sebaya. Untuk lebih jelasnya pengaruh karakteristik Individu, makanan, dan lingkungan terhadap preferensi pangan serta konsumsi pangan dapat digambarkan sebagai berikut (Gambar 1).
13
Karakteristik Makanan
Karakteristik Individu
Rasa Tekstur Aroma
Keadaan Sosial Ekonomi Keluarga Besar Keluarga Pendapatan Keluarga
Pengetahuan Gizi Jenis Kelamin
Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar
Lingkungan Sekolah Teman sebaya
Konsumsi Pangan
Keterangan: Hubungan yang diteliti Hubungan yang tidak diteliti
Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor
14
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei dengan disain penelitian cross sectional study. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun & Effendy 1989). Penelitian ini dilakukan di sekolah dengan tingkat sosial ekonomi menengah atas hingga bawah di Kota Bogor yang terdiri dari tiga sekolah yaitu SD Bina Insani, SDN Gunung Batu I, dan SDN Balungbang Jaya 2. Pemilihan lokasi dilakukan berdasarkan pertimbangan kesediaan sekolah untuk dijadikan lokasi penelitian, serta keterbatasan waktu penelitian karena bertepatan dengan pelaksanaan ujian akhir sekolah siswa kelas 5 khususnya yang dilaksanakan pada bulan Juni. Sehingga penelitian berlangsung dari bulan Mei 2009 sampai dengan Juni 2009. Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Populasi dari penelitian diperoleh setelah terlebih dahulu dilakukan pemilihan Sekolah Dasar. Pemilihan Sekolah Dasar dilakukan secara purposive berdasarkan kriteria kondisi sosial ekonomi rata-rata keluarga siswa yaitu menengah atas hingga bawah dengan asumsi dapat mewakili kondisi masyarakat Bogor pada umumnya. Hal ini diwakili oleh status SD yaitu SDN gratis mewakili kondisi sosial ekonomi menengah ke bawah, kemudian SDN tidak gratis atau mandiri mewakili kondisi sosial ekonomi menengah, dan SD Swasta mewakili kondisi sosial ekonomi menengah atas (Dinas Pendidikan Kota Bogor 2008). Contoh dari penelitian adalah siswa kelas 5 dan sebagian siswa kelas 4 SDN Balungbang Jaya 2, SDN Gunung Batu I, dan SD Bina Insani Kota Bogor. Pemilihan siswa kelas 4 dan 5 SD disengaja dengan pertimbangan siswa telah mampu menerima arahan dalam pengisian kuesioner, selain itu Hidayat (2004) menyatakan bahwa siswa kelas 4 dan 5 berada pada tahapan perkembangan yang sama yaitu pada masa formal operasional (11 tahun – dewasa). Pada tahap tersebut siswa telah mencapai kemampuan untuk berpikir sistematis terhadap hal-hal yang abstrak dan hipotesis, selain itu anak sudah bisa mengambil kesimpulan dari suatu pertanyaan. Setelah itu dilakukan penghitungan jumlah contoh minimal menggunakan rumus Slovin (Umar 2003), yaitu:
15
Keterangan:
n N e
= jumlah sampel = populasi = % kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan contoh yang bisa ditolerir, yaitu 10%.
Berdasarkan perhitungan diketahui jumlah minimal contoh untuk penelitian adalah 84 orang, sehingga contoh yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 90 orang terdiri atas 45 orang laki-laki dan 45 orang perempuan. Pengambilan contoh dilakukan dengan metode acak sederhana serta penentuan proporsi seimbang antara kedua jenis kelamin sengaja dilakukan karena berdasarkan penelitian Cooke dan Wardle (2005) dan juga Drewnowski & Hann (1999) yang menyatakan bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh terhadap preferensi pangan. Secara singkat pengambilan contoh disajikan dalam gambar 2 berikut ini. SD di Kota Bogor Purposive SD Bina Insani
SDN Gunung Batu 1
SDN Balungbang Jaya 2 Simple Random
L
P
L
P
L
P
15 org
15 org
15 org
15 org
15 org
15 org
Gambar 2 Pengambilan sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil penggalian informasi dari contoh yang dilakukan melalui wawancara dan pengisian kuesioner. Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan semi terbuka tentang karakteristik individu yaitu jenis kelamin dan pengetahuan gizi serta karakteristik lingkungan contoh meliputi besar keluarga dan pendapatan keluarga. Kuesioner preferensi pangan contoh mengacu pada Pedoman Umum Pemantauan dan Analisis Preferensi Pangan Masyarakat (Deptan 2008). Pangan olahan yang paling disukai dari masingmasing jenis pangan diperoleh dengan cara mengurutkan berdasarkan kesukaan
16
contoh terhadap produk olahan pangan tersebut, dimulai dari urutan satu sebagai yang paling disukai dan seterusnya sesuai dengan olahan pangan yang tersedia dalam kuesioner. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain gambaran umum lokasi penelitian dan data mengenai siswa yang diperoleh dari literatur dan SD yang bersangkutan. Jenis dan cara pengumpulan data dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data Jenis data Primer
Sekunder
Data Karakteristik individu Karakteristik lingkungan Preferensi Pangan Preferensi Olahan Pangan Gambaran umum lokasi penelitian
Cara Pengumpulan Data Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara Profil sekolah
Alat Ukur Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner -
Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry data ke komputer, cleaning, dan analisis data. Data dianalisis dengan metode deskriptif dan inferensia. Setelah seluruh data dientry ke dalam komputer dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS ver. 16 for Windows untuk penarikan kesimpulan. Analisis data yang dilakukan adalah analisis deskriptif dan inferensia. Teknik pengolahan statistika dasar meliputi frekuensi, distribusi, dan ukuran sebaran (rata-rata dan standar deviasi), dan tabulasi yang kemudian dilakukan penafsiran atau analisis untuk menjawab tujuan yang bersifat deskriptif kualitatif yaitu tujuan nomor 1 sampai dengan 3. Tujuan 4 yang bersifat menganalisis hubungan dijawab menggunakan analisis non parametrik (Chi Square dan Rank Spearman). Preferensi terhadap berbagai jenis pangan dikategorikan menjadi 5 kategori sikap yaitu 1) sangat tidak suka; 2) tidak suka; 3) biasa; 4) suka; 5) sangat
suka,
kemudian
akan
dikelompokkan
frekuensinya
berdasarkan
karakteristik individu dan lingkungan. Produk olahan dari masing-masing pangan yang paling disukai dianalisis berdasarkan data modus untuk dua urutan olahan pangan paling atas (urutan 1 dan urutan 2).
17
Tabel 2 menyajikan berbagai variabel yang diteliti dan cara pengolahan datanya, sedangkan Tabel 3 menyajikan cara analisis hubungan antar variabel yang diteliti. Tabel 2 Data dan pengolahan data No.
Variabel
Kategori
1.
Jenis Kelamin
1. Laki-laki 2. Perempuan
2.
Tingkat pengetahuan gizi
1. Kurang (<60%) 2. Sedang (60-80%) 3. Baik (>80%)
3.
Pendapatan Keluarga (Rp/Kap/Bln)
4.
Besar Keluarga
5.
Pekerjaan orangtua
6.
Pendidikan orangtua
7.
Preferensi Pangan
Skala
1. Rendah (< Rp190 824) 2. Sedang (Rp190 824 s.d. Rp381 648) 3. Tinggi (≥ Rp381 648) 1. Kecil (≤ 4 orang) 2. Sedang (5-7 orang) 3. Besar (> 7 orang) 1. PNS/POLRI/ABRI 2. Pegawai Swasta/BUMN 3. Pedagang 4. Petani 5. Wiraswasta 6. Jasa 7. Ibu Rumah Tangga 8. Lainnya 0. Tidak/belum tamat SD 1. SD/setara 2. SMP/setara 3. SMA/setara 4. Diploma 5. Perguruan Tinggi 1. Sangat tidak suka 2. Tidak suka 3. Biasa 4. Suka 5. Sangat suka
Dasar pengukuran
Nominal
Sebaran contoh
Ordinal
Teknik pengukuran pengetahuan gizi (Khomsan 2000)
Ordinal
BPS, 2008
Ordinal
Hurlock, 1980
Nominal
Sebaran contoh
Nominal
Sebaran contoh
Nominal
Pilihan pangan
Tabel 3 Cara analisis data No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Variabel yang dianalisis Jenis Kelamin Tingkat pengetahuan gizi Pendapatan keluarga Besar keluarga Pekerjaan orangtua contoh Pendidikan orangtua contoh Preferensi pangan dan olahan pangan Hubungan preferensi pangan contoh dengan Jenis Kelamin Hubungan preferensi pangan contoh dengan pengetahuan gizi, pendapatan keluarga, dan besar keluarga
Cara analisis data Deskriptif Deskriptif Deskriptif Deskriptif Deskriptif Deskriptif Deskriptif Inferensia dengan uji Chi Square Inferensia dengan uji Rank Spearman
18
DEFINISI OPERASIONAL Contoh adalah anak yang berusia antara 10 – 12 tahun yang duduk di kelas 5 SD Bina Insani, SD Gunung Batu I, dan SD Balungbang Jaya 2 Kota Bogor pada tahun ajaran 2008/2009. Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar adalah sikap contoh terhadap berbagai jenis pangan yang diukur menggunakan skala sangat suka (5), suka (4), biasa (3), tidak suka (2) serta sangat tidak suka (1) dan juga produk olahannya yang paling disukai. Pangan Olahan adalah makanan dan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan (PP No. 28 Tahun 2004 di dalam Deptan 2008). Jenis kelamin adalah perbedaan contoh berdasarkan ciri biologis dengan kategori. Pengetahuan gizi adalah tingkat pemahaman contoh terhadap gizi yang dilihat dari kemampuan menjawab pertanyaan dengan benar. Besar Keluarga adalah banyaknya anggota dalam keluarga inti contoh. Pendapatan Keluarga adalah jumlah penghasilan yang berasal dari orang tua contoh yang dinilai dengan uang dalam kurun waktu satu bulan terakhir yang dinyatakan dalam rupiah/kapita/bulan.
19
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah Penelitian dilakukan di tiga sekolah dasar yaitu SD Bina Insani, SDN Gunung Batu 1, dan SDN Balungbang Jaya 2 Kota Bogor. Pemilihan sekolah tersebut didasarkan atas pertimbangan kemudahan dalam melakukan penelitian, serta keterbatasan waktu penelitian karena bertepatan dengan pelaksanaan ujian akhir sekolah khususnya siswa kelas 5 yang dilaksanakan pada bulan Juni 2009. Sekolah Dasar Bina Insani Sekolah Dasar Bina Insani berdiri pada tahun 1990 dan terletak di Jalan KH. Sholeh Iskandar, Tanah Sareal Bogor. Sekolah Dasar Bina Insani merupakan organisasi profesional dalam penyelenggaraan pendidikan yang dibentuk oleh Yayasan Bina Insani sebagai upaya merealisasikan visi dan misi yayasan. SD Bina Insani dipimpin oleh kepala sekolah yang bergelar Magister. Jumlah guru/staf pengajarnya ada 53 orang, terdiri atas 22 orang guru laki-laki dan 32 orang guru perempuan. Para guru tersebut dibantu oleh 9 pegawai lakilaki dan 1 orang pegawai perempuan. Sekolah ini memiliki 149 orang siswa kelas 4 yang terdiri dari 65 orang siswa laki-laki dan 76 orang siswa perempuan, serta 124 orang siswa kelas 5 yang terdiri dari 80 orang siswa perempuan dan 68 orang siswa laki-laki. Sekolah ini mempunyai akses yang luas serta dekat dengan perumahan, rumah sakit, dan pusat perbelanjaan. Sekolah ini dapat dilalui oleh beragam alat transportasi, seperti ojek, angkot, dan bis kota. Waktu belajar dimulai pukul 07.15 WIB s.d. 14.00 WIB untuk kelas 4, 5, dan 6. Fasilitas yang dimiliki oleh sekolah meliputi fasilitas edukatif dan fasilitas pendukung. Fasilitas edukatif yang dimiliki meliputi ruang kelas, lapangan olahraga, ruang guru, perpustakaan, dan laboratorium. Fasilitas pendukung yang ada terdiri atas kantin, tempat ibadah, aula, gudang, toilet, UKS, taman, kebun sekolah dan lapangan parkir. Selain itu SD Bina Insani juga memiliki beberapa kegiatan ekstrakurikuler antara lain pramuka, paduan suara, karate, taekwondo, renang, sepak bola, drumband, Kelompok Imiah Anak, melukis, drama, tartil Qur’an, marawis, band cilik, jurnalistik, bahasa inggris, dan seni tari. SD Bina Insani menetapkan biaya SPP sebesar Rp300 000 tiap bulan dan dana kegiatan yang dibayarkan setiap semester sebesar Rp500 000.
20
Sekolah Dasar Gunung Batu 1 Sekolah Dasar Gunung Batu 1 Bogor berdiri pada tahun 1951 dan terletak di Jalan Raya Gunung Batu Loji Nomor 1. Pada awal terbentuk hanya ada satu SD yaitu SD Gunung Batu 1 tetapi kemudian pada tahun 1971 terpecah menjadi SD Gunung Batu 1 dan 2 karena jumlah siswa/peminat terlalu banyak. SD Gunung Batu 1 dipimpin oleh kepala sekolah yang bergelar Magister. SD Gunung Batu 1 memiliki 18 orang guru kelas yang 14 diantaranya bergelar sarjana, selain itu juga memiliki guru mata pelajaran yang terdiri dari mata pelajaran penjaskes, pendidikan agama, bahasa inggris, teknologi informasi dan komunikasi, multimedia bahasa inggris, serta pencak silat keseluruhan berjumlah 8 orang. Pegawai atau selain staf pengajar sebanyak 3 orang terdiri dari penjaga sekolah dan satpam sekolah. Saat ini siswa kelas 4 SD Gunung Batu 1 berjumlah 125 orang terdiri dari 74 orang siswa laki-laki dan 51 orang siswa perempuan, serta 76 orang siswa kelas 5 dengan siswa laki-laki berjumlah 46 orang dan 30 orang siswa perempuan. Akses sekolah sangat luas karena terletak di pinggir jalan raya dan dilalui oleh beragam angkutan kota serta alat transportasi lainnya. Selain itu juga lokasinya dekat dengan perumahan dan hypermarket. Fasilitas yang dimiliki oleh SD Gunung Batu 1 antara lain 11 ruang belajar/kelas, Ruang Kepala sekolah/perpustakaan, ruang guru, ruang UKS, ruang Komputer, ruang Laboratorium Bahasa, dan Koperasi sekolah masingmasing sebanyak 1 ruangan. Selanjutnya terdapat 2 toilet guru dan 4 toilet siswa, dan juga 1 ruang Musholla. Waktu belajar di SD Gunung Batu 1 dimulai pukul 10.00 WIB s.d. pukul 14.30 WIB untuk kelas 5 dari hari Senin hingga Sabtu. Sekolah Dasar Gunung Batu 1 menyediakan kelas bilingual dengan mata pelajaran yang dikembangkan adalah IPA dan Matematika. Sebelum tahun 2009 SD Gunung Batu 1 menetapkan biaya tambahan sebesar Rp20 000 per bulan tetapi sejak tahun 2009 SD Gunung Batu 1 telah menjadi SD Gratis berdasarkan surat keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah kota Bogor. SD Gunung Batu memiliki beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang dapat diikuti oleh siswa kelas 1 hingga kelas 5. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut terbagi menjadi dua berdasarkan waktu pelaksanaannya yaitu yang dilaksanakan pada jam pelajaran dan di luar jam pelajaran. Kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan pada jam pelajaran antara lain Teknologi Informasi dan komunikasi (Komputer),
Pencak
Silat,
dan
Bahasa
Inggris.
Kemudian
kegiatan
21
ekstrakurikuler yang dilaksanakan di luar jam pelajaran selalu dilaksanakan pada hari Kamis dan terbagi lagi menjadi empat bidang yaitu : 1. Bidang Olahraga : Futsal dan Catur 2. Bidang Akademik : Matematika Nalaria Realistik dan Bahasa Inggris 3. Bidang Agama, Kesenian, Keterampilan, dan Kecakapan : Seni gambar/Lukis, Bina Vokalia, Seni Tari, dan pengembangan Agama 4. Bidang Lingkungan Hidup : Dokter Cilik dan Pramuka Sekolah Dasar Balungbang Jaya 2 SD Balungbang Jaya 2 terletak di Jalan Swadaya Babakan Lebak, kecamatan Bogor Barat. SD Balungbang Jaya 2 dipimpin oleh kepala sekolah dengan pendidikan terakhir D3 dan memiliki sembilan orang guru serta satu orang karyawan yang bertugas sebagai penjaga sekolah. Jumlah siswa kelas 4 di SD Balungbang Jaya 2 seluruhnya ada 40 orang terdiri dari 20 orang siswa laki-laki dan 20 orang siswa perempuan, sementara siswa kelas 5 berjumlah 26 orang terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Fasilitas yang dimiliki oleh SD Balungbang Jaya 2 antara lain 6 ruang kelas, 1 kantor yang dilengkapi dengan 1 unit komputer, 1 perpustakaan, 3 kamar mandi, dan 1 ruang Unit Kesehatan sekolah (UKS). Sekolah ini memiliki akses yang terbatas karena lokasi yang relatif terpencil. SD Balungbang Jaya 2 merupakan SD gratis, sehingga untuk bantuan operasional murni didapatkan dari pemerintah antara lain berupa buku paket dan biaya operasional. Biaya operasional berasal dari pusat sebesar Rp100 000 dan propinsi sebesar Rp25 000. Berdasarkan keterangan dari kepala sekolah sekitar 30% orang tua siswa tidak lulus Sekolah Dasar dan bekerja sebagai buruh kasar. Waktu belajar dimulai pukul 07.30 WIB s.d. pukul 12.00 WIB. SD Balungbang Jaya 2 memiliki kegiatan ektrakurikuler yang dapat diikuti oleh siswa antara lain Pramuka dan Bahasa Arab yang dilaksanakan setiap satu minggu sekali, khusus kegiatan Pramuka dilaksanakan pada hari Rabu. Karakteristik Keluarga Contoh Besar Keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota dalam keluarga inti contoh. Besar keluarga dibagi menjadi tiga kategori, yaitu keluarga kecil, keluarga sedang, dan keluarga besar. Keluarga kecil adalah keluarga dengan jumlah anggota keluarga kurang atau sama dengan empat orang. Keluarga sedang yaitu keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga antara lima sampai tujuh orang
22
dan keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga lebih atau sama dengan delapan orang (Hurlock 1980). Menurut Martianto dan Ariani (2004) besar keluarga akan mempengaruhi pendapatan per kapita dan pengeluaran untuk konsumsi pangan. Pangan yang tersedia untuk satu keluarga, mungkin tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga tersebut tetapi hanya mencukupi sebagian dari anggota keluarga itu (Martianto & Ariani 2004). Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa separuh dari keluarga contoh lakilaki atau sebesar 51.1% termasuk dalam golongan keluarga kecil dan hampir setengah dari contoh perempuan atau sebesar 48.9% termasuk dalam keluarga sedang. Secara keseluruhan, rata-rata jumlah anggota keluarga contoh adalah empat orang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga contoh, baik contoh laki-laki maupun perempuan merupakan keluarga kecil. Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Besar Keluarga Keluarga Kecil Keluarga Sedang Keluarga Besar Total Rata-rata ± SD (orang)
Laki-laki n % 23 51.1 20 44.4 2 4.4 45 100 4.82±1.21
Perempuan n % 21 46.7 22 48.9 2 4.4 45 100 4.73±1.18
Total n % 44 48.9 42 46.7 4 4.4 90 100 4.78 ± 1.19
Pendidikan Orangtua Guhardja, Puspitawati, Hartoyo, dan Hastuti (1992) menyatakan bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pendapatan keluarga. Orang dengan tingkat pendidikan tinggi biasanya memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik, sehingga pada umumnya akan mendapatkan gaji atau pendapatan yang tinggi pula. Pendidikan orang tua contoh tersebar pada berbagai tingkat pendidikan antara lain tidak/belum tamat SD, SD/setara, SMP/setara, SMA/setara, Diploma, dan Perguruan Tinggi. Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar ayah contoh laki-laki (37.8%) pendidikan terakhirnya adalah perguruan tinggi, sedangkan pada contoh perempuan sebanyak 33.3% ayahnya berpendidikan terakhir SMA/setara. Demikian halnya dengan ibu contoh, sebanyak 26.7% ibu contoh laki-laki berpendidikan terakhir perguruan tinggi dan 28.9% ibu contoh perempuan berpendidikan terakhir SMA/setara.
23
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan terakhir orang tua Orang tua
Pendidikan terakhir
Ayah
Tidak sekolah/tidak tamat SD SD/setara SMP/setara SMA/setara Diploma Perguruan tinggi Total Tidak sekolah/tidak tamat SD SD/setara SMP/setara SMA/setara Diploma Perguruan tinggi Total
Ibu
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan n % n % 1 2.2 4 8.9 6 13.3 5 11.1 8 17.8 6 13.3 15 33.3 9 20.0 4 8.9 2 4.4 17 37.8 13 28.9 45 100 45 100 2 4.4 4 8.9 11 24.4 9 20.0 4 8.9 5 11.1 13 28.9 8 17.8 8 17.8 3 6.7 12 26.7 11 24.4 45 100 45 100
Total n 5 11 14 24 6 30 90 6 20 9 21 11 23 90
% 5.6 12.2 15.6 26.7 6.6 33.3 100 6.6 22.2 10.0 23.3 12.2 25.7 100
Secara keseluruhan baik pendidikan terakhir ayah maupun ibu contoh adalah Perguruan Tinggi. Hal ini diduga karena lokasi penelitian berada di daerah perkotaan sehingga akses terhadap fasilitas pendidikan sangat luas dan mudah, selain itu juga disebabkan tingginya kesadaran untuk belajar dari orang tua contoh. Pekerjaan Orangtua Pekerjaan
orang
tua
contoh
sangat
beragam,
yaitu
tidak
bekerja/almarhum, Pegawai Negeri Sipil/POLRI/ABRI, Pegawai Swasta/BUMN, Pedagang, Petani, Wiraswasta, Jasa, Ibu Rumah Tangga, dan lainnya. Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa sebanyak 26.7% ayah contoh laki-laki bekerja sebagai pegawai swasta/BUMN, demikian halnya dengan contoh perempuan yaitu sebanyak 28.9% ayah contoh bekerja sebagai pegawai swasta/BUMN. Lebih dari setengah dari ibu contoh baik laki-laki (51.1%) maupun contoh perempuan (57.8%) bekerja sebagai ibu rumah tangga, sehingga dapat dikatakan sebagian besar ayah contoh bekerja sebagai pegawai swasta/BUMN, sementara setengah dari ibu contoh adalah ibu rumah tangga. Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua dapat dilihat pada Tabel 6.
24
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan n % n % Ayah Tidak bekerja/almarhum 2 4.4 2 4.4 Pegawai Negeri Sipil/POLRI/ABRI 8 17.8 3 6.7 12 26.7 13 28.9 Pegawai Swasta/BUMN Pedagang 4 8.9 3 6.7 Petani 1 2.2 2 4.4 Wiraswasta 10 22.2 12 26.7 Jasa 5 11.1 9 20 Lainnya* 3 6.7 1 2.2 Total 45 100 45 100 Ibu Tidak bekerja/almarhum 0 0 1 2.2 Pegawai Negeri Sipil/POLRI/ABRI 4 8.9 4 8.9 Pegawai Swasta/BUMN 4 8.9 2 4.4 Pedagang 4 8.9 3 6.7 Wiraswasta 5 11.1 6 13.3 Jasa 3 6.7 2 4.4 23 51.1 26 57.8 Ibu rumah Tangga Lainnya* 2 4.4 1 2.2 Total 45 100 45 100 Keterangan: * Lainnya termasuk guru, wiraseni, dan pensiunan Orang tua
Pekerjaan Orang tua
Total n 4 11 25 7 3 22 14 4 90 1 8 6 7 11 5 49 3 90
% 4.4 12.2 27.8 7.8 3.3 24.4 15.7 4.4 100 1.1 8.9 6.7 7.8 12.2 5.6 54.4 3.3 100
Pendapatan Keluarga Pendapatan keluarga merupakan jumlah penghasilan yang berasal dari orang tua contoh yang dinilai dengan uang dalam kurun waktu satu bulan terakhir yang dinyatakan dalam rupiah/kapita/bulan. Pendapatan yang tinggi umumnya didukung juga dengan tingkat pendidikan yang tinggi. Sanjur (1982) menyatakan tingkat pendapatan yang tinggi akan memberikan peluang yang lebih besar untuk memilih pangan yang baik. Selain itu juga dikemukakan bahwa pendapatan per kapita berhubungan erat dengan besar keluarga. Semakin besar ukuran keluarga maka pendapatan per kapita yang diterima akan semakin kecil. Penentuan kategori atau penggolongan pendapatan keluarga dilakukan dengan menggunakan dasar garis kemiskinan dari BPS (2008) yaitu sebesar Rp190 824 per kapita/bulan untuk daerah perkotaan. Selanjutnya ditentukan kriteria penggolongan yaitu golongan rendah dengan pendapatan keluarga kurang dari Rp190 824/kap/bln, lalu sedang dengan pendapatan keluarga antara Rp190 824/kap/bln sampai dengan Rp381 648/kap/bln, dan golongan tinggi adalah jika pendapatan keluarga lebih dari atau sama dengan Rp381 648/kap/bln. Rentang pendapatan keluarga contoh per kapita per bulan adalah Rp50 000 Rp4 000 000. Besarnya rentang pendapatan menyebabkan nilai simpangan baku melebihi nilai rata-rata serta menunjukkan pendapatan keluarga yang heterogen.
25
Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa golongan pendapatan keluarga sebagian besar baik contoh laki-laki maupun perempuan termasuk dalam golongan pendapatan tinggi dengan pendapatan per kapita per bulan rata-rata sebesar Rp940 030. Tingginya pendapatan keluarga per kapita contoh disebabkan tingginya tingkat pendidikan dan pekerjaan orangtua contoh. Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa pendapatan keluarga contoh berhubungan dengan pendidikan orang tua contoh dan pekerjaan ayah contoh (p<0.01). Menurut Rita (2002) tingkat pendapatan ditentukan oleh jenis pekerjaan. Pendapatan yang tinggi berarti memiliki pekerjaan yang lebih baik dan membutuhkan tingkat pendidikan yang tinggi pula. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga per kapita per bulan Laki-laki n % 14 31.1 7 15.6 24 53.3 45 100 981 862 ±1 046 373
Golongan Pendapatan Rendah Sedang Tinggi Total Rata-rata ± SB (Rupiah)
Perempuan n % 18 40.0 8 17.8 19 42.2 45 100 898 198 ±1 144 049
Total n % 32 35.6 15 16.7 43 47.8 90 100 940 030 ±1 090 935
Karakteristik Contoh Jenis Kelamin Contoh dalam penelitian ini adalah siswa kelas 5 Sekolah Dasar. Pengambilan proporsi yang sama antara jenis kelamin contoh laki-laki dan perempuan
sengaja
dilakukan
sebab
akan
dijadikan
kelompok
yang
dibandingkan. Keseluruhan contoh terdiri dari 45 contoh laki-laki dan 45 contoh perempuan yang berasal dari tiga sekolah dasar. Tingkat Pengetahuan Gizi Harper, Deaton, dan Driskel (1985) menyatakan bahwa faktor pribadi yang mempengaruhi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi seseorang adalah banyaknya informasi yang dimiliki seseorang mengenai kebutuhan akan gizi dan kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan gizi ke dalam pemilihan pangan. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan, Khomsan (2000) menambahkan Individu yang berpengetahuan gizi baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengetahuan pangan.
26
Pertanyaan gizi yang diajukan kepada contoh seluruhnya berjumlah 20 buah. Terlihat bahwa persentase contoh perempuan yang menjawab pertanyaan dengan benar lebih tinggi dibandingkan dengan contoh laki-laki. Pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar oleh contoh dari semua pertanyaan yang diajukan adalah mengenai konsep makanan dan minuman bergizi (92.2%). Tingginya persentase contoh yang mampu menjawab pertanyaan mengenai konsep makanan dan minuman bergizi dengan benar diduga karena pertanyaan tersebut merupakan hal yang sudah umum diketahui oleh contoh. Sementara itu, pertanyaan yang paling sedikit dijawab dengan benar adalah mengenai fungsi zat gizi protein dalam tubuh (13.3%). Ketidakmampuan contoh dalam menjawab pertanyaan tersebut dengan benar diduga disebabkan pertanyaan tersebut terlalu spesifik dan contoh belum pernah mempelajarinya. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan jawaban pengetahuan gizi yang benar No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pertanyaan Makanan dan minuman bergizi Aneka ragam makanan Jenis zat gizi Sumber karbohidrat Sumber protein Kandungan minyak Kandungan kangkung Sumber lain karbohidrat Sumber lain protein Sumber lemak Sumber serat Sumber vitamin A Fungsi karbohidrat Fungsi protein Fungsi serat Fungsi vitamin A Akibat kurang konsumsi karbohidrat Akibat kurang konsumsi protein Akibat kurang konsumsi serat Akibat kurang konsumsi vitamin A
Laki-laki n % 42 93.3 41 91.1 37 82.2 25 55.6 6 13.3 27 60.0 22 48.9 28 62.2 25 55.6 13 28.9 24 53.3 22 48.9 38 84.4 10 22.2 35 77.8 35 77.8 34 75.6 17 37.8 27 60.0 37 82.2
Perempuan n % 41 91.1 35 77.8 42 93.3 20 44.4 6 13.3 35 77.8 23 51.1 24 53.3 22 48.9 21 46.7 23 51.1 17 37.8 37 82.2 15 33.3 32 71.1 40 88.9 39 86.7 21 46.7 34 75.6 35 77.8
Total n % 83 92.2 76 84.4 79 87.8 45 50.0 12 13.3 62 68.9 45 50.0 52 57.8 47 52.2 34 37.8 47 52.2 39 43.3 75 83.3 25 27.8 67 74.4 75 83.3 73 81.1 38 42.2 61 67.8 72 80.0
Diketahui sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi (Tabel 9) baik contoh laki-laki maupun perempuan sebagian besar dari keduanya termasuk dalam tingkat pengetahuan gizi sedang dengan persentase contoh laki-laki sebanyak 55.6% dan contoh perempuan sebanyak 62.2%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pengetahuan gizi contoh berhubungan nyata dengan pendapatan keluarga (r=0.420, p<0.01), hal ini berarti semakin tinggi pendapatan keluarga maka pengetahuan gizi contoh semakin baik. Keluarga dengan
27
pendapatan yang lebih tinggi diduga memiliki akses terhadap informasi dan pengetahuan yang lebih tinggi pula. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi Tingkat Pengetahuan Gizi Kurang (< 60%) Sedang (60-80 %) Baik (> 80%) Total Rata-rata ± SB
Laki-laki n % 17 37.8 25 55.6 3 6.7 45 100 60.5±15.16
Perempuan n % 14 31.1 28 62.2 3 6.7 45 100 62.4±13.38
Total n % 31 34.4 53 58.9 6 6.7 90 100 61.5±14.25
Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar Preferensi pangan anak sekolah dasar adalah sikap suka atau tidak suka yang ditunjukkan oleh contoh terhadap beberapa jenis pangan. Berdasarkan data yang diperoleh, preferensi pangan contoh dikelompokkan ke dalam lima kelompok pangan menurut sumber zat gizi yaitu kelompok sumber karbohidrat, sumber lemak, sumber protein meliputi protein hewani dan nabati, kemudian sumber vitamin dan mineral. Pengelompokan ini sesuai dengan dua dimensi pokok program diversifikasi pangan yaitu: 1) keragaman pola konsumsi dimana terdapat keanekaragaman bahan makanan yang dikonsumsi sehingga memenuhi kebutuhan gizi yang bermutu dan seimbang (kandungan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral), dan 2) keanekaragaman sumber bahan pangan untuk masing-masing jenis gizi, sumber protein dapat diperoleh dari hewan, ikan, maupun nabati dan ini bersifat spesifik lokasi (Adnyana 2009). Dengan kata lain lima kelompok pangan tersebut yang potensial mendukung penganekaragaman atau diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan dapat dilihat dari sisi preferensi pangan yang mencerminkan permintaan masyarakat 1 . Preferensi pangan merupakan salah satu daya dukung sumber daya pangan dilihat dari aspek sosial bagi terciptanya diversifikasi pangan dan pencapaian ketahanan pangan . Masing-masing kelompok pangan tersebut juga memenuhi kaidah tiga fungsi pangan atau triguna makanan, yaitu kelompok sumber karbohidrat dan lemak sebagai sumber tenaga, kemudian sumber protein hewani dan nabati sebagai sumber zat pembangun, dan kelompok sumber vitamin dan mineral sebagai sumber zat pengatur (Almatsier 2003). Berdasarkan hal tersebut maka 1
Menurut Baliwati (2007) masalah ketahanan pangan terkait dengan permintaan dalam negeri serta kemampuan produksi. Preferensi pangan masyarakat Kabupaten Bogor merupakan cerminan permintaan masyarakat terhadap pangan dilihat dari lingkungan sosial, sedangkan dari lingkungan fisik adalah produksi yang mendukung tercapainya diversifikasi pangan sebagai upaya pencapaian ketahanan pangan.
28
antara karbohidrat dan lemak memiliki fungsi yang dapat saling menggantikan. Hanya saja nilai energi yang dihasilkan keduanya tiap satu gram berbeda. Lemak mengadung lebih banyak energi, sehingga proporsi dalam menu makananpun dibatasi. Selain preferensi terhadap jenis pangan menurut kelompok pangan, penelitian juga dilakukan untuk mengetahui olahan pangan yang paling disukai oleh contoh pada masing-masing jenis pangan serta alasannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum preferensi terhadap kelompok pangan sumber karbohidrat terlihat sebagian besar contoh menyukai jenis pangan pada kelompok ini yaitu: beras, roti, mie, jagung, dan kentang yang rata-rata sebanyak 50%. Sebanyak 37% contoh menyatakan biasa terhadap bihun (Tabel 10). Selanjutnya pada kelompok sumber karbohidrat jenis umbiumbian, kentang adalah yang disukai oleh hampir semua contoh (80%). Sebanyak 38% contoh menyatakan biasa terhadap singkong, dan sebanyak 39% contoh tidak menyukai talas, serta 30% contoh tidak menyukai ubi jalar. Berdasarkan alasan yang disampaikan oleh contoh, kurang disukainya ubi jalar dan talas disebabkan karena kedua jenis pangan tersebut memiliki rasa yang kurang enak serta sebagian contoh menyatakan belum pernah mencobanya. Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber karbohidrat Jenis Pangan Beras Jagung Mie Roti Bihun Singkong Ubi Jalar Kentang Talas
Sangat tidak suka n % 1 1 1 1 1 1 0 0 2 2 5 6 8 9 0 0 24 27
Tidak suka n 1 4 1 1 16 9 27 5 35
% 1 4 1 1 18 10 30 6 39
Biasa n 15 21 21 10 33 34 25 13 12
% 17 23 23 11 37 38 28 14 13
Suka n 46 43 45 46 30 28 24 43 15
% 51 48 50 51 33 31 27 48 17
Sangat suka n % 27 30 21 23 22 24 33 37 9 10 14 16 6 7 29 32 4 4
Total n 90 90 90 90 90 90 90 90 90
% 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Selain preferensi terhadap jenis pangan, perlu diketahui pula olahan yang paling disukai oleh contoh dan alasan dari masing-masing jenis pangan. Berdasarkan Tabel 11 diketahui olahan roti yang paling disukai oleh contoh adalah roti tawar dan selanjutnya roti bakar, keduanya dipilih sebagian besar karena alasan rasa yang enak. Kemudian olahan beras yang paling disukai baik oleh contoh laki-laki maupun perempuan adalah nasi dengan alasan nasi memiliki kandungan gizi yang baik untuk kesehatan. Nasi sebagai makanan pokok memiliki rasa yang netral atau hambar, oleh sebab itu dalam menu
29
makanan selalu dihidangkan bersama dengan lauk baik hewani maupun nabati dan atau sayur, sehingga diduga hal inilah yang menyebabkan sebagian besar contoh memilih alasan kandungan gizi untuk nasi. Kemudian bubur dipilih oleh sebagian besar contoh dengan alasan rasa yang enak. Olahan jagung yang paling disukai adalah jagung rebus dan jagung bakar, sedangkan olahan mie, baik mie rebus maupun goreng keduanya termasuk dalam urutan pertama (paling disukai). Olahan bihun yang paling disukai adalah bihun goreng dan bihun rebus. Ketiga pangan terakhir dipilih karena rasa yang enak. Olahan singkong yang paling disukai oleh contoh adalah keripik singkong dan singkong goreng, keduanya dipilih oleh contoh dengan alasan rasa (enak). Selanjutnya untuk olahan kentang, contoh paling banyak menyukai kentang goreng dan keripik kentang. Alasan dipilihnya kedua olahan kentang tersebut sebagai yang paling disukai adalah karena alasan organoleptik pangan dalam hal ini rasa (enak). Ubi jalar dan talas tidak memiliki olahan yang paling disukai oleh contoh karena jenis pangan tersebut tidak disukai oleh sebagian besar contoh. Tabel 11 Olahan kelompok sumber karbohidrat paling disukai dan alasan Jenis pangan Beras Jagung Mie Roti Bihun
Olahan paling disukai (2 peringkat teratas) 1 Nasi Jagung rebus Rebus/ goreng Roti tawar Bihun goreng
2
Alasan paling banyak dipilih (2 olahan peringkat teratas) 1 2 Tipe* n % Tipe* n 5 31 34.4 1 47 1 44 48.9 1 59 1 49 54.4 1 34 37.8 1 50 1 49 54.4 1 37
Bubur Jagung bakar Roti bakar Bihun rebus Singkong Singkong Keripik singkong 1 goreng Ubi Kentang Kentang goreng Keripik kentang 1 Talas Keterangan Tipe*: 1. Organoleptik 2. Ketersediaan 4. Praktis 5. Gizi dan Kesehatan
42
46.7
1
42
% 52.2 65.6 55.6 41.1 46.7
52 57.8 1 47 52.2 3. Kebiasaan 6. Belum pernah/Psikologis
Lemak merupakan sumber energi paling padat yang menghasilkan 9 kkal untuk tiap gram, yaitu 2½ kali lebih besar dari energi yang dihasilkan oleh karbohidrat dan protein dalam jumlah yang sama. Selain itu, lemak diperlukan oleh tubuh untuk menghemat penggunaan protein untuk sintesis protein, sehingga protein tidak digunakan sebagai sumber energi (Almatsier 2003). Preferensi terhadap pangan sumber lemak menunjukkan sebagian besar contoh menyatakan biasa terhadap margarin, sementara sebanyak 39% contoh menyatakan tidak suka terhadap minyak goreng. Kedua jenis bahan pangan tersebut memang jarang dikonsumsi dalam bentuk aslinya atau tanpa pangan
30
pendamping, oleh sebab itu sebagian besar contoh menyatakan tidak suka terhadapnya. Berbeda dengan preferensi terhadap minyak goreng, maka sebagian besar contoh menyatakan suka terhadap cokelat dan kelapa. Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber lemak Jenis pangan
Minyak Goreng Margarin Kelapa Cokelat
Sangat tidak suka n 14 3 2 0
% 16 3 2 0
Tidak suka n 35 10 14 2
% 39 11 16 2
Biasa n 27 38 20 10
% 30 42 22 11
Suka n 10 32 36 40
% 11 36 40 44
Sangat suka n 4 7 18 38
% 4 8 20 42
Total n 90 90 90 90
% 100 100 100 100
Hasil penelitian menunjukkan olahan minyak yang paling disukai oleh contoh adalah gorengan, sedangkan margarin disukai oleh contoh dalam bentuk aslinya atau digunakan sebagai olesan. Keduanya dipilih sebagian besar karena alasan rasa (enak). Olahan yang paling disukai dari coklat adalah coklat batang karena alasan rasa (enak), sedangkan minuman kelapa dan santan adalah olahan kelapa yang paling disukai oleh contoh dan keduanya disukai sebagian besar contoh karena alasan rasa yang enak (Tabel 13). Tabel 13 Olahan kelompok sumber lemak paling disukai dan alasan Olahan paling disukai (2 peringkat teratas)
Alasan paling banyak dipilih (2 olahan peringkat teratas) Jenis pangan 1 2 1 2 Tipe* n % Tipe* n Minyak Gorengan 1 27 30.0 Margarin/ butter Margarin 1 44 48.9 Kelapa Minuman kelapa santan 1 61 67.8 1 37 Coklat Coklat batang 1 61 67.8 Keterangan Tipe*: 1. Organoleptik 2. Ketersediaan 3. Kebiasaan 4. Praktis 5. Gizi dan Kesehatan 6. Belum pernah/Psikologis
% 41.1 -
Berdasarkan Tabel 14 diketahui hampir semua jenis pangan pada kelompok sumber protein hewani disukai oleh contoh. Protein hewani diperlukan tubuh salah satunya dalam pertumbuhan dan pemeliharaan atau perbaikan sel tubuh yang rusak (Almatsier 2003). Lebih dari separuh contoh menyatakan sangat menyukai daging ayam dan susu. Sebanyak 47% contoh menyukai daging sapi/kerbau/kambing. Telur ayam/bebek dan ikan segar masing-masing disukai oleh sekitar separuh contoh. Ikan segar yang disukai oleh contoh terdiri dari ikan air laut dan air tawar. Selain itu ikan pindang juga disukai, namun hanya oleh 29% contoh. Udang yang disukai oleh sebanyak 41% contoh. Sebagian contoh menyatakan biasa terhadap ikan asin dan 29% lainnya menyatakan tidak
31
suka terhadap ikan asin. Hal ini disebabkan rasa yang terlalu asin dan juga bau yang ditimbulkan, sebagaimana disebutkan dalam Sediaoetama (1993) bahwa pada ikan yang dikeringkan, baik diasinkan ataupun tidak, sedikit banyak terjadi pembusukan dan dapat dikenali dari baunya yang khas. Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber protein hewani Jenis pangan Daging Sapi/Kerbau/Kambing Daging Ayam Telur Ayam/Bebek Ikan Segar Udang/Kerang Ikan Asin Ikan Pindang Susu
sangat tidak suka n %
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
4
4
2
2
17
19
42
47
25
28
90
100
0 1 3 4 5 9 1
0 1 3 4 6 10 1
0 3 3 11 26 25 0
0 3 3 12 29 28 0
5 21 18 18 37 25 7
6 23 20 20 41 28 8
31 47 44 37 17 26 31
34 52 49 41 19 29 34
54 18 22 20 5 5 51
60 20 24 22 6 6 57
90 90 90 90 90 90 90
100 100 100 100 100 100 100
tidak suka
biasa
sangat suka
suka
Total
Berdasarkan Tabel 15 diketahui olahan daging sapi/kerbau/kambing yang paling disukai oleh contoh adalah daging goreng (gepuk atau empal), kemudian daging panggang (steik atau sate), namun tidak hanya pada daging, hampir semua jenis pangan pada kelompok pangan hewani paling disukai dalam bentuk olahan goreng seperti pada daging ayam, ikan segar, udang/kerang, ikan asin, dan ikan pindang. Berdasarkan Tabel 15 terlihat olahan telur ayam/bebek yang paling disukai oleh contoh adalah telur dadar dan telur ceplok dan olahan susu yang paling disukai adalah susu segar dan susu kental manis. Semua jenis pangan tersebut disukai oleh contoh karena alasan rasa (enak). Tabel 15 Olahan kelompok sumber protein hewani paling disukai dan alasan Jenis pangan
Olahan paling disukai (2 peringkat teratas) 1
Daging sapi/kerbau/kambing
Daging goreng
Daging ayam
Ayam goreng
Telur ayam/ bebek Ikan segar Udang/ Kerang
Telur dadar Ikan goreng Udang/ kerang goreng Ikan asin goreng Ikan pindang goreng Susu segar
Ikan asin Ikan pindang
2 Daging panggang Ayam panggang Telur ceplok Ikan bakar Pepes udang/ kerang
Alasan paling banyak dipilih (2 olahan peringkat teratas) 1 2 Tipe* n % Tipe* n
%
1
37
41.1
1
51
56.7
1
49
54.4
1
52
57.8
1 1
42 43
46.7 47.8
1 1
39 42
43.3 46.7
1
41
45.6
1
36
40.0
-
1
33
36.7
-
-
-
-
1
36
40.0
-
-
-
Susu SKM 1 Keterangan Tipe*: 1. Organoleptik 2. Ketersediaan 4. Praktis 5. Gizi dan Kesehatan
37 42.0 1 36 3. Kebiasaan 6. Belum pernah/Psikologis
40.0
32
Secara umum terlihat pada Tabel 16 bahwa preferensi pangan contoh terhadap kelompok sumber protein nabati menunjukkan hampir semua jenis pangan disukai oleh contoh. Rata-rata sekitar separuh contoh menyatakan suka terhadap kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, tahu, tempe, dan kecap. Oncom tidak disukai oleh 34% contoh, tetapi 34% lainnya menyatakan biasa terhadap oncom. Hal ini diduga disebabkan rasa dan aroma oncom yang khas, Sediaoetama (1993) menyebutkan oncom tidak memiliki daya simpan lama oleh karena itu harus segera diperdagangkan dan dikonsumsi. Apabila umur oncom terlalu panjang, proses fermentasi dan putrefaksi akan berlanjut terlalu jauh, sehingga terjadi penguraian protein berupa NH3 dan memberikan bau pesing seperti urin. Oncom yang terlalu lama akan menjadi busuk dan tidak enak lagi untuk dikonsumsi. Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber protein nabati Jenis pangan Kacang Tanah Kacang Kedelai Kacang Hijau Tahu Tempe Oncom
Sangat tidak suka n 4 5 5 0 1 7
% 4 6 6 0 1 8
Tidak suka n 13 24 12 3 6 31
% 14 27 13 3 7 34
Biasa n 28 15 21 21 22 31
% 31 17 23 23 24 34
Suka n 36 33 35 53 47 18
% 40 37 39 59 52 20
Sangat suka n 9 13 17 13 14 3
% 10 14 19 14 16 3
Total n 90 90 90 90 90 90
% 100 100 100 100 100 100
Olahan kacang tanah yang paling disukai contoh adalah kacang rebus dan kacang goreng, begitu pula dengan olahan kedelai yaitu kedelai rebus dan kedelai goreng. Selanjutnya olahan kacang hijau yang paling disukai adalah bubur kacang hijau dan rempeyek kacang hijau. Contoh paling banyak menyukai olahan tahu yaitu tahu goreng dan pepes tahu, sementara tempe olahan yang paling disukai adalah tempe goreng dan orek tempe. Oncom tidak memiliki olahan yang paling disukai, karena preferensi contoh menunjukkan bahwa oncom tidak disukai. Seluruh olahan pangan yang paling disukai karena alasan rasa yang enak. Tidak disukainya oncom dan olahannya adalah karena contoh belum pernah mencobanya atau tidak ingin mencoba karena khawatir rasa tidak enak, serta karena contoh merasa memang karakteristik organoleptik pangan tersebut terutama dalam hal rasa adalah tidak enak.
33
Tabel 17 Olahan kelompok sumber protein nabati paling disukai dan alasan Olahan paling disukai (2 peringkat teratas)
Jenis pangan
1 Kacang tanah Kedelai
Alasan paling banyak dipilih (2 olahan peringkat teratas) 1 2 Tipe* n % Tipe* n
2
Kacang rebus
Kacang goreng
Kedelai rebus
Kedelai goreng Rempeyek Kacang ijo Bubur kacang ijo kacang ijo Tahu Tahu goreng Pepes tahu Tempe Tempe goreng Orek tempe Oncom Keterangan Tipe*: 1. Organoleptik 2. Ketersediaan 4. Praktis 5. Gizi dan Kesehatan
Preferensi
contoh pada kelompok
%
1
41
45.6
1
42
46.7
1
31
34.4
1
31
34.4
1
38
42.2
1
47
52.2
50 55.6 1 52 47 52.2 1 45 3. Kebiasaan 6. Belum pernah/Psikologis
57.8 50.0 -
1 1 -
sumber
vitamin
dan
mineral
menunjukkan sekitar separuh contoh menyatakan suka terhadap hampir semua jenis pangan, namun sebanyak 34% contoh menyatakan tidak suka terhadap kacang panjang. Wortel adalah jenis pangan yang paling disukai oleh contoh. Pisang, pepaya, mangga, dan nangka disukai oleh 44% contoh, sementara jambu biji disukai 49% contoh. Sayuran daun hijau dan buncis hanya disukai oleh sebagian contoh. Meskipun demikian, dapat dikatakan disukainya sebagian buah dan sayur oleh contoh merupakan investasi bagi perbaikan konsumsi pangan sumber serat dalam kaitannya terhadap upaya mengatasi permasalahan tingginya prevalensi kurang makan buah dan sayur pada penduduk berusia 10 tahun ke atas di Kota Bogor. Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber vitamin dan mineral Jenis pangan Sayuran Daun Hijau Kacang Panjang Buncis Wortel Pisang Pepaya Jambu Biji Mangga Nangka
Sangat tidak suka n 4 5 7 3 2 2 3 1 5
% 4 6 8 3 2 2 3 1 6
Tidak suka n 12 31 26 3 5 8 8 3 13
% 13 34 29 3 6 9 9 3 14
Biasa n 21 25 22 17 14 16 15 4 15
% 23 28 24 19 16 18 17 4 17
Suka n 33 23 28 45 40 40 44 40 40
% 37 26 31 50 44 44 49 44 44
Sangat suka n 20 6 7 22 29 24 20 42 17
% 22 7 8 24 32 27 22 47 19
Total n 90 90 90 90 90 90 90 90 90
% 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Terlihat pada Tabel 19 olahan dari sayur daun hijau yang paling disukai oleh contoh adalah sayur daun hijau masak bening/rebus dan masak santan. Urutan pertama dari buncis dan wortel atau yang paling disukai adalah sop, selanjutnya untuk wortel adalah masak santan. Kacang panjang tidak memiliki olahan yang paling disukai, karena preferensi contoh menunjukkan bahwa
34
kacang panjang tidak disukai. Pepaya dan mangga lebih disukai contoh dalam bentuk olahan jus, lalu sebagai buah. Sementara untuk jambu biji, contoh lebih menyukai langsung sebagai buah selanjutnya dalam bentuk olahan seperti jus. Nangka paling disukai sebagai buah, namun untuk pisang, sebagian besar contoh menyukai olahan pisang goreng. Semua kesukaan terhadap olahan pangan dalam kelompok sayur dan buah karena alasan organoleptik pangan (rasa). Tabel 19 Olahan kelompok sumber vitamin dan mineral paling disukai dan alasan Olahan paling disukai (2 peringkat teratas)
Jenis pangan Sayuran daun hijau Kacang panjang Buncis Wortel Pisang
Alasan paling banyak dipilih (2 olahan peringkat teratas) 1 2 Tipe* n % Tipe* n
1
2
Rebus/ bening
Masak santan
1
32
35.6
1
42
46.7
Sop Sop
Masak santan Pisang goreng Buah pepaya
1 1
30 40
33.3 44.4
-
-
-
1
34
37.8
-
Pepaya
-
Jus pepaya 1 Buah Jambu biji Jus jambu biji 1 jambu biji Mangga Jus mangga Buah mangga 1 Nangka Buah nangka 1 Keterangan Tipe*: 1. Organoleptik 2. Ketersediaan 4. Praktis 5. Gizi dan Kesehatan
%
-
-
1
41
45.6
37
41.1
1
58
64.4
47
52.2
1
44
48.9
44 48.9 1 56 44 48.9 3. Kebiasaan 6. Belum pernah/Psikologis
62.2 -
Selanjutnya dilihat pula preferensi pangan contoh berdasarkan beberapa variabel lain yaitu besar keluarga, pendapatan keluarga, pengetahuan gizi, dan jenis kelamin serta hubungan antara variabel tersebut dengan preferensi pangan anak. Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar berdasarkan Keadaan Sosial Ekonomi Keluarga Besar Keluarga Keluarga dengan banyak anak dan jarak kelahiran antar anak yang sangat dekat akan menimbulkan lebih banyak masalah. Pangan yang tersedia untuk satu keluarga, mungkin tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga tersebut tetapi hanya mencukupi sebagian dari anggota keluarga itu (Martianto & Ariani 2004). Oleh sebab itu pilihan pangan pun menjadi terbatas dengan semakin besarnya ukuran keluarga.
35
Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber karbohidrat menurut besar keluarga Besar Keluarga
Jenis pangan
Beras
Jagung
Mie
Roti
Bihun
Singkong
Ubi jalar
Kentang
Talas
1
2
Kecil Sedang Besar Kecil
n 0 1 0 1
% 0.0 2.4 0.0 2.3
n 1 0 0 1
Sedang Besar Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar
0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 0 2 3 0 2 6 0 0 0 0 14 8 2
0.0 0.0 2.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 4.8 0.0 4.5 7.1 0.0 4.5 14.3 0.0 0.0 0.0 0.0 31.8 19.0 50.0
3 0 0 1 0 1 0 0 7 8 1 5 4 0 15 12 0 4 1 0 15 20 0
Keterangan : 1 Sangat tidak suka 2 tidak suka
Tingkat kesukaan 3 % n % n 2.3 5 11.4 21 0.0 10 23.8 22 3 0.0 0 0.0 2.3 10 22.7 23 7.1 0.0 0.0 2.4 0.0 2.3 0.0 0.0 15.9 19.0 25.0 11.4 9.5 0.0 34.1 28.6 0.0 9.1 2.4 0.0 34.1 47.6 0.0
10 1 7 13 1 6 4 0 15 17 1 18 13 3 15 9 1 6 7 0 5 6 1
23.8 25.0 15.9 31.0 25.0 13.6 9.5 0.0 34.1 40.5 25.0 40.9 31.0 75.0 34.1 21.4 25.0 13.6 16.7 0.0 11.4 14.3 25.0
3 biasa 4 Suka
17 3 26 16 3 21 22 3 16 12 2 14 13 1 9 13 2 23 16 4 8 6 1
4
Total
5 % 47.7 52.4 75.0 52.3
n 17 9 1 9
% 38.6 21.4 25.0 20.5
n 44 42 4 44
% 100 100 100 100
40.5 75.0 59.1 38.1 75.0 47.7 52.4 75.0 36.4 28.6 50.0 31.8 31.0 25.0 20.5 31.0 50.0 52.3 38.1 100.0 18.2 14.3 25.0
12 0 10 12 0 16 16 1 6 3 0 5 9 0 3 2 1 11 18 0 2 2 0
28.6 0.0 22.7 28.6 0.0 36.4 38.1 25.0 13.6 7.1 0.0 11.4 21.4 0.0 6.8 4.8 25.0 25.0 42.9 0.0 4.5 4.8 0.0
42 4 44 42 4 44 42 4 44 42 4 44 42 4 44 42 4 44 42 4 44 42 4
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
pvalue (r) 0.097 (-0.176)
0.989 (0.001)
0.426 (-0.085)
0.672 (0.045)
0.158 (-0.150)
0.566 (0.061)
0.531 (0.067)
0.221 (0.130)
0.673 (0.045)
5 Sangat suka
Berdasarkan Tabel 20 nampak sebagian besar contoh dengan ukuran keluarga kecil hingga besar menyatakan suka terhadap beras, jagung, mie, dan roti. Beberapa pangan yaitu talas dan ubi jalar kurang disukai oleh contoh. Talas tidak disukai oleh sebagian contoh dengan ukuran keluarga kecil dan sedang, bahkan pada contoh dengan keluarga besar, talas sangat tidak disukai. Sementara ubi jalar masih disukai oleh sebagian contoh dengan keluarga sedang dan besar. Selain itu sebagian besar contoh menyatakan biasa terhadap singkong. Telah disebutkan sebelumnya, jika ketidaksukaan contoh terhadap talas sebagian besar disebabkan karakteristik talas itu sendiri yang menimbulkan efek gatal ketika dikonsumsi. Selain itu sebagian besar contoh juga mengaku belum mengenal talas. Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa antara besar keluarga dan preferensi terhadap pangan pada kelompok sumber karbohidrat tidak terdapat hubungan nyata (p>0.05). Kelompok sumber lemak menunjukkan bahwa sebagian besar contoh dengan keluarga kecil, sedang, dan besar menyatakan suka terhadap kelapa
36
dan cokelat. Sebagian besar contoh dengan keluarga besar menyatakan tidak menyukai margarin, namun 47% contoh dengan keluarga sedang menyukai margarin dan 38% contoh dengan keluarga kecil menyatakan suka dan 38% lainnya menyatakan biasa. Sebagian besar contoh dengan keluarga kecil tidak menyukai minyak goreng, sementara sebagian besar contoh dengan keluarga besar menyatakan suka terhadap minyak goreng. Sebanyak 35% contoh dengan keluarga sedang menyatakan tidak suka terhadap minyak goreng dan 35% lainnya menyatakan biasa. Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber lemak menurut besar keluarga Jenis pangan Minyak goreng
Margarin
Kelapa
Cokelat
Besar Keluarga
1
2
Kecil Sedang Besar Kecil
n 9 5 0 0
% 20.5 11.9 0.0 0.0
n 19 15 1 7
Sedang Besar Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar
3 0 1 1 0 0 0 0
7.1 0.0 2.3 2.4 0.0 0.0 0.0 0.0
1 2 8 5 1 0 2 0
Keterangan : 1 Sangat tidak suka 2 tidak suka
Tingkat kesukaan 3 4 % n % n % 43.2 11 25.0 4 9.1 35.7 15 35.7 4 9.5 2 50.0 25.0 1 25.0 15.9 17 38.6 17 38.6 2.4 50.0 18.2 11.9 25.0 0.0 4.8 0.0
20 1 8 12 0 7 3 0
47.6 25.0 18.2 28.6 0.0 15.9 7.1 0.0
3 biasa 4 Suka
14 1 18 15 3 21 17 2
33.3 25.0 40.9 35.7 75.0 47.7 40.5 50.0
Total
5 n 1 3 0 3
% 2.3 7.1 0.0 6.8
n 44 42 4 44
% 100 100 100 100
4 0 9 9 0 16 20 2
9.5 0.0 20.5 21.4 0.0 36.4 47.6 50.0
42 4 44 42 4 44 42 4
100 100 100 100 100 100 100 100
pvalue (r) 0.039* (0.218)
0.670 (-0.046)
0.957 (-0.006)
0.260 (0.120)
5 Sangat suka * signifikan pada level 0.05
Hasil uji statistik pada Tabel 21 menunjukkan terdapat hubungan antara besar keluarga dengan preferensi terhadap minyak goreng (r=0.218, p<0.05), artinya semakin besar ukuran keluarga contoh maka minyak goreng semakin disukai. Hal ini diduga pada keluarga besar minyak goreng lebih banyak atau sering digunakan dalam mengolah makanan. Berdasarkan Tabel 22 nampak bahwa preferensi contoh terhadap kelompok pangan hewani menurut besar keluarga secara umum menunjukkan hampir semua jenis pangan pada kelompok ini disukai oleh contoh. Sebagian besar atau lebih dari separuh contoh pada berbagai kategori besar keluarga menyatakan sangat menyukai daging ayam dan susu. Jenis pangan yang kurang disukai adalah ikan asin dan ikan pindang. Sebagian contoh menyatakan biasa terhadap ikan asin, sementara ikan pindang tidak disukai sebagian contoh dengan keluarga kecil, tetapi disukai oleh contoh dengan keluarga besar, dan 33.3% contoh dengan keluarga sedang menyatakan biasa terhadap ikan pindang.
37
Selain itu udang/kerang disukai oleh sebagian contoh dengan keluarga kecil dan sedang, sementara separuh contoh dengan keluarga besar tidak menyukainya. Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber protein hewani menurut besar keluarga Jenis pangan
Besar Keluarga
1
2
Daging sapi/kerbau/ kambing
Kecil Sedang Besar Kecil
n 3 1 0 0
% 6.8 2.4 0.0 0.0
n 2 0 0 0
Daging ayam
Sedang Besar Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar
0 0 0 1 0 0 3 0 1 3 0 2 3 0 5 4 0 0 1 0
0.0 0.0 0.0 2.4 0.0 0.0 7.1 0.0 2.3 7.1 0.0 4.5 7.1 0.0 11.4 9.5 0.0 0.0 2.4 0.0
0 0 0 3 0 2 1 0 7 2 2 10 15 1 14 11 0 0 0 0
Telur ayam/ bebek
Ikan segar
Udang/ kerang
Ikan asin
Ikan pindang
susu
Keterangan : 1 Sangat tidak suka 2 tidak suka
Tingkat kesukaan 3 4 % n % n % 4.5 6 13.6 19 43.2 0.0 11 26.2 21 50.0 0.0 0 0.0 2 50.0 0.0 1 2.3 19 43.2 0.0 0.0 0.0 7.1 0.0 4.5 2.4 0.0 15.9 4.8 50.0 22.7 35.7 25.0 31.8 26.2 0.0 0.0 0.0 0.0
4 0 11 9 1 8 10 0 7 10 1 19 16 2 11 14 0 2 5 0
9.5 0.0 25.0 21.4 25.0 18.2 23.8 0.0 15.9 23.8 25.0 43.2 38.1 50.0 25.0 33.3 0.0 4.5 11.9 0.0
3 biasa 4 Suka
10 2 24 20 3 23 17 4 17 19 1 11 6 0 12 11 3 17 13 1
23.8 50.0 54.5 47.6 75.0 52.3 40.5 100.0 38.6 45.2 25.0 25.0 14.3 0.0 27.3 26.2 75.0 38.6 31.0 25.0
Total
5 n 14 9 2 24
% 31.8 21.4 50.0 54.5
n 44 42 4 44
% 100 100 100 100
28 2 9 9 0 11 11 0 12 8 0 2 2 1 2 2 1 25 23 3
66.7 50.0 20.5 21.4 0.0 25.0 26.2 0.0 27.3 19.0 0.0 4.5 4.8 25.0 4.5 4.8 25.0 56.8 54.8 75.0
42 4 44 42 4 44 42 4 44 42 4 44 42 4 44 42 4 44 42 4
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
pvalue (r) 0.934 (-0.009)
0.548 (0.064)
0.495 (-0.073)
0.551 (-0.064)
0.278 (-0.116)
0.238 (-0.126)
0.180 (0.143)
0.857 (-0.019)
5 Sangat suka
Kurang disukainya ikan asin dan ikan pindang oleh contoh dengan keluarga kecil dan sedang, dan disukainya udang/kerang oleh contoh dengan keluarga kecil menggambarkan pada keluarga besar pilihan makanan dibatasi oleh keadaan ekonomi. Martianto dan Ariani (2004) menyatakan besar keluarga akan mempengaruhi pendapatan per kapita dan pengeluaran untuk konsumsi pangan, sehingga akan membatasi pilihan pangan. Dengan kata lain pilihan pangan pada keluarga besar terbatas pada pangan yang terjangkau secara ekonomi (ikan pindang). Berdasarkan uji Spearman diketahui tidak terdapat hubungan nyata (p>0.05) antara besar keluarga dengan preferensi terhadap pangan pada kelompok pangan protein hewani. Preferensi contoh menurut besar keluarga terhadap pangan pada kelompok protein nabati menunjukkan sebagian besar contoh menyatakan suka terhadap hampir semua jenis pangan. Pangan yang paling disukai oleh contoh adalah tahu dan tempe. Oncom tidak disukai oleh separuh contoh dengan
38
keluarga sedang, sementara sebagian contoh dengan keluarga kecil dan sebagian besar contoh dengan keluarga besar menyatakan biasa terhadap oncom (Tabel 23). Hasil uji Spearman antara pangan pada kelompok pangan protein nabati dengan besar keluarga menunjukkan tidak terdapat hubungan nyata (p>0.05). Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber protein nabati menurut besar keluarga Jenis pangan Kacang tanah Kacang kedelai Kacang hijau
Tahu
Tempe
Oncom
Kecil Sedang Besar Kecil
n 1 3 0 2
% 2.3 7.1 0.0 4.5
n 7 6 0 14
Tingkat kesukaan 3 4 % n % n % 15.9 14 31.8 18 40.9 14.3 12 28.6 16 38.0 2 50.0 2 50.0 0.0 31.8 8 18.2 15 34.1
Sedang Besar Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar
3 0 4 1 0 0 0 0 1 0 0 6 1 0
7.1 0.0 9.1 2.4 0.0 0.0 0.0 0.0 2.3 0.0 0.0 13.6 2.4 0.0
9 1 7 5 0 0 2 1 1 5 0 9 21 1
21.4 25.0 15.9 11.9 0.0 0.0 4.8 25.0 2.3 11.9 0.0 20.5 50.0 25.0
Besar Keluar-ga
1
2
Keterangan : 1 Sangat tidak suka 2 tidak suka
6 1 11 9 1 14 7 0 12 10 0 17 11 3
14.3 25.0 25.0 21.4 25.0 31.8 16.7 0.0 27.3 23.8 0.0 38.6 26.2 75.0
3 biasa 4 Suka
17 1 13 20 2 24 26 3 24 20 3 9 9 0
40.5 25.0 29.5 47.6 50.0 54.5 61.9 75.0 54.5 47.6 75.0 20.5 21.4 0.0
Total
5 n 4 15 0 5
% 9.1 11.9 0.0 11.4
n 44 42 4 44
% 100 100 100 100
7 1 9 7 1 6 7 0 6 7 1 3 0 0
16.7 25.0 20.5 16.7 25.0 13.6 16.7 0.0 13.6 16.7 25.0 6.8 0.0 0.0
42 4 44 42 4 44 42 4 44 42 4 44 42 4
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
pvalue (r) 0.992 (-0.001)
0.312 (0.108)
0.218 (0.131)
0.590 (0.058)
0.782 (0.030)
0.349 (-0.100)
5 Sangat suka
Sebagian besar contoh menyukai sayur daun hijau dan wortel baik pada keluarga kecil, sedang, maupun besar. Contoh dengan keluarga besar menunjukkan preferensi yang tinggi terhadap sayur daun hijau dan wortel. Buncis disukai oleh 31% contoh dengan keluarga kecil dan sedang, serta separuh contoh dengan keluarga besar menyatakan biasa terhadap buncis. Kacang panjang kurang disukai oleh contoh, sebanyak 38.6% dengan keluarga kecil dan 50% contoh dengan keluarga besar tidak menyukainya, tetapi terdapat 33.3% contoh dengan keluarga sedang menyatakan biasa terhadap kacang panjang. Lebih jelasnya, preferensi pangan kelompok sayuran dapat dilihat pada Tabel 24. Uji Spearman menunjukkan antara besar keluarga dengan preferensi terhadap sayur daun hijau, kacang panjang, buncis, dan wortel tidak terdapat hubungan nyata (p>0.05).
39
Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber vitamin dan mineral menurut besar keluarga Jenis pangan Sayur daun hijau Kacang panjang
Buncis
Wortel
Pisang
Pepaya Jambu biji Mangga
Nangka
Besar Keluarga
1
2
Kecil Sedang Besar Kecil
n 0 4 0 2
% 0.0 9.5 0.0 4.5
n 8 4 0 17
% 18.2 9.5 0.0 38.6
Sedang Besar Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar
3 0 3 4 0 0 3 0 0 2 0 0 2 0 2 1 0 0 1 0 2 3 0
7.1 0.0 6.8 9.5 0.0 0.0 7.1 0.0 0.0 4.8 0.0 0.0 4.8 0.0 4.5 2.4 0.0 0.0 2.4 0.0 4.5 7.1 0.0
12 2 13 12 1 2 1 0 2 3 0 2 6 0 4 4 0 2 1 0 5 7 1
28.6 50.0 29.5 28.6 25.0 4.5 2.4 0.0 4.5 7.1 0.0 4.5 14.3 0.0 9.1 9.5 0.0 4.5 2.4 0.0 11.4 16.7 25.0
Keterangan : 1 Sangat tidak suka 2 tidak suka
Tingkat kesukaan 3 n % n 12 27.3 13 9 21.4 17 3 0 0.0 11 25.0 11 14 0 11 9 2 8 9 0 5 9 0 10 6 0 7 8 0 1 3 0 9 5 1
33.3 0.0 25.0 21.4 50.0 18.2 21.4 0.0 11.4 21.4 0.0 22.7 14.3 0.0 15.9 19.0 0.0 2.3 7.1 0.0 20.5 11.9 25.0
3 biasa 4 Suka
10 2 14 13 1 22 20 3 19 18 3 20 17 3 21 19 4 20 18 2 19 19 2
4
Total
5 % 29.5 40.5 75.0 25.0
n 11 8 1 3
% 25.0 19.0 25.0 6.8
n 44 42 4 44
% 100 100 100 100
23.8 50.0 31.8 31.0 25.0 50.0 47.6 75.0 43.2 42.9 75.0 45.5 40.5 75.0 47.7 45.2 100.0 45.5 42.9 50.0 43.2 45.2 50.0
3 0 3 4 0 12 9 1 18 10 1 12 11 1 10 10 0 21 19 2 9 8 0
7.1 0.0 6.8 9.5 0.0 27.3 21.4 25.0 40.9 23.8 25.0 27.3 26.2 25.0 22.7 23.8 0.0 47.7 45.2 50.0 20.5 19.0 0.0
42 4 44 42 4 44 42 4 44 42 4 44 42 4 44 42 4 44 42 4 44 42 4
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
pvalue (r) 0.762 (0.032)
0.768 (0.031)
0.990 (-0.001)
0.543 (-0.065)
0.066 (-0.194)
0.698 (-0.041)
0.885 (0.015)
0.787 (-0.029)
0.567 (-0.061)
5 Sangat suka
Berdasarkan Tabel 24 nampak bahwa sebagian besar contoh pada berbagai besar keluarga menyatakan suka terhadap semua buah pada kelompok pangan sumber vitamin dan mineral. Mangga adalah buah yang paling disukai contoh pada berbagai kategori besar keluarga. Hasil uji Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan nyata antara besar keluarga dengan preferensi terhadap pisang, pepaya, jambu biji, mangga dan nangka (p>0.05). Pendapatan Keluarga Suhardjo (1986) menyatakan bahwa pada umumnya jika pendapatan meningkat maka jumlah dan jenis pangan akan membaik. Apabila penghasilan keluarga meningkat, biasanya penyediaan lauk pauk meningkat mutunya. Dengan meningkatnya pendapatan perorangan, terjadilah perubahan-perubahan dalam susunan makanan.
40
Tabel 25 Sebaran contoh beradasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber karbohidrat menurut pendapatan keluarga Jenis pangan
Beras
Jagung
Mie
Roti
Bihun
Singkong
Ubi jalar
Kentang
Talas
Pendapatan keluarga Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi
1
Tingkat kesukaan 3
2
4
Total
5
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
1 0 0 1
3.1 0.0 0.0 3.1
0 0 1 2
0.0 0.0 2.3 6.2
3 4 8 5
9.4 26.7 18.6 15.6
15 5 26 16
46.9 33.3 60.5 50.0
13 6 8 8
40.6 40.6 18.6 25.0
32 15 43 32
100 100 100 100
0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 2 3 1 0 7 0 0 0 10 3 11
0.0 0.0 0.0 0.0 2.3 0.0 0.0 0.0 3.1 0.0 2.3 0.0 13.3 7.0 3.1 0.0 16.3 0.0 0.0 0.0 31.2 20.0 25.6
0 2 0 1 0 1 0 0 5 3 8 2 1 6 7 1 19 3 0 2 9 6 20
0.0 4.7 0.0 6.7 0.0 3.1 0.0 0.0 15.6 20.0 16.6 6.2 6.7 14.0 21.9 6.7 44.2 9.4 0.0 4.7 28.1 40.0 46.5
3 13 7 3 11 2 2 6 11 6 16 14 3 17 10 6 9 5 3 5 3 2 7
20.0 30.2 21.9 20.0 25.6 6.2 13.3 14.0 34.4 40.0 37.2 43.8 20.0 39.5 31.2 40.0 20.9 15.6 20.0 11.6 9.4 13.3 16.3
7 20 21 9 15 17 6 23 12 6 12 13 7 8 12 8 4 17 8 18 9 3 3
46.7 46.5 65.6 60.0 34.9 53.1 40.0 53.5 37.5 40.0 27.9 40.6 46.7 18.6 37.5 53.3 9.3 53.1 53.3 41.9 28.1 20.0 7.0
5 8 4 2 16 12 7 14 3 0 6 3 2 9 2 0 4 7 4 18 1 1 2
33.3 18.6 12.5 13.3 37.2 37.5 46.7 32.6 9.4 0.0 14.0 9.4 13.3 20.9 6.2 0.0 9.3 21.9 26.7 41.9 3.1 6.7 4.7
15 43 32 15 43 32 15 43 32 15 43 32 15 43 32 15 43 32 15 43 32 15 43
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Keterangan : 1 Sangat tidak suka 3 biasa 2 tidak suka 4 Suka ** signifikan pada level 0.01
pvalue (r) 0.057 (-0.202)
0.362 (-0.097)
0.254 (0.122)
0.537 (-0.066)
0.884 (-0.016)
0.427 (-0.085)
0.001** (-0.334)
0.071 (0.191)
0.471 (-0.077)
5 Sangat suka
Berdasarkan Tabel 25 sebagian besar contoh pada berbagai kategori pendapatan keluarga menyukai hampir semua jenis pangan pada kelompok pangan sumber karbohidrat. Beras, jagung, mie, roti, bihun, dan kentang adalah pangan yang disukai oleh sebagian contoh dengan pendapatan keluarga rendah hingga tinggi. Sebagian besar contoh pada pendapatan keluarga rendah dan tinggi menyatakan biasa terhadap singkong, sementara pada sebagian contoh dengan pendapatan sedang,
singkong
disukai. Tidak
berbeda dengan
pembahasan sebelumnya, preferensi terhadap talas berdasarkan pendapatan keluarga juga menunjukkan talas tidak disukai oleh sebagian besar contoh. Hasil uji Spearman pada Tabel 25 menunjukkan tidak terdapat hubungan nyata (p>0.05) antara pendapatan keluarga dengan preferensi terhadap pangan pada kelompok sumber karbohidrat, kecuali pada ubi jalar, uji statistik menunjukkan terdapat hubungan nyata antara pendapatan keluarga dengan preferensi terhadapnya (r=-0.334, p<0.01), artinya semakin tinggi tingkat
41
pendapatan keluarga, ubi jalar semakin tidak disukai. Hal ini diduga pada keluarga dengan pendapatan rendah atau sedang memiliki keterbatasan dalam menyediakan variasi jenis bahan makanan seperti dinyatakan oleh Sajogjo 1994 diacu dalam Marud (2008) rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan orang tidak mampu membeli, memilih pangan yang bermutu gizi baik dan beragam. Tingkat pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi. Keluarga yang berpenghasilan cukup atau tinggi lebih mudah dalam menentukan pilihan pangan yang baik. Selain itu juga diduga terkait dengan fungsi status ekonomi dari pangan seperti yang disebutkan dalam Almatsier (2003) bahwa makanan sering digunakan untuk menunjukkan prestise dan status ekonomi. Makan beras dianggap lebih berprestise daripada makan jagung dan umbi-umbian. Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber lemak menurut pendapatan keluarga Jenis pangan Minyak goreng
Margarin
Kelapa
Cokelat
Pendapatan keluarga
1
2
Rendah Sedang Tinggi Rendah
n 6 1 7 1
% 18.8 6.7 16.3 3.1
n 15 9 11 8
Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi
0 2 0 0 2 0 0 0
0.0 4.7 0.0 0.0 4.7 0.0 0.0 0.0
1 1 7 1 6 0 1 1
Tingkat kesukaan 3 4 % n % n % 46.9 6 18.8 5 15.6 60.0 2 13.3 2 13.3 25.6 19 44.2 3 7.0 25.0 12 37.5 10 31.2 6.7 2.3 21.9 6.7 14.0 0.0 6.7 2.3
7 19 8 5 7 5 0 5
46.7 44.2 25.0 33.3 16.3 15.6 0.0 11.6
Keterangan : 1 Sangat tidak suka 3 biasa 2 tidak suka 4 Suka * signifikan pada level 0.05
7 15 13 9 14 16 8 16
46.7 34.9 40.6 60.0 32.6 50.0 53.3 37.2
Total
5 n 0 1 3 1
% 0.0 6.7 7.0 3.1
n 32 15 43 32
% 100 100 100 100
0 6 4 0 14 11 6 21
0.0 14.0 12.5 0.0 32.6 34.4 40.0 48.8
15 43 32 15 43 32 15 43
100 100 100 100 100 100 100 100
pvalue (r) 0.161 (0.149)
0.036* (0.221)
0.113 (0.168)
0.298 (0.111)
5 Sangat suka
Tabel 26 menunjukkan cokelat dan kelapa disukai oleh sebagian besar contoh pada berbagai kategori pendapatan keluarga. Sebaliknya, minyak goreng tidak disukai oleh sebagian besar contoh dengan kategori pendapatan keluarga rendah dan sedang. Sebanyak 44.2% contoh dengan pendapatan keluarga tinggi menyatakan biasa terhadap minyak. Sekitar 40% contoh pada berbagai kategori pendapatan keluarga menyatakan biasa terhadap margarin dan sebanyak 46.7% contoh dengan kategori pendapatan keluarga sedang menyukai margarin. Hasil uji statistik pada Tabel 26 menunjukkan hanya terdapat hubungan nyata antara pendapatan keluarga dengan preferensi terhadap margarin (r=0.221, p<0.05), artinya semakin tinggi pendapatan keluarga maka margarin semakin
42
disukai. Hal ini sesuai dengan Suhardjo (1986) yang menyatakan bahwa pada umumnya jika pendapatan meningkat maka jumlah dan jenis pangan akan membaik. Kadang-kadang perubahan utama yang terjadi dalam kebiasaan makanan ialah pangan yang dimakan itu mahal. Tabel 27 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber protein hewani menurut pendapatan keluarga Jenis pangan Daging sapi/ kerbau/ kambing Daging ayam Telur ayam/ bebek Ikan segar Udang/ kerang
Ikan asin Ikan pindang susu
Pendapatan keluarga Rendah Sedang
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
2 0
6.2 0.0
0 0
0.0 0.0
4 2
12.5 13.3
13 11
40.6 73.3
13 2
40.6 13.3
32 15
100 100
Tinggi
2
4.7
2
4.7
11
25.6
18
41.9
10
23.3
43
100
Rendah
0
0.0
0
0.0
0
0.0
10
31.2
22
68.8
32
100
Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi
0 0 1 0 0 1 0 2 1 0 3 2 0 3 1 1 7 0 0 1
0.0 0.0 3.1 0.0 0.0 3.1 0.0 4.7 3.1 0.0 7.0 6.2 0.0 7.0 3.1 6.7 16.3 0.0 0.0 2.3
0 0 0 2 1 0 0 3 4 2 5 8 7 11 7 2 16 0 0 0
0.0 0.0 0.0 13.3 2.3 0.0 0.0 7.0 12.5 13.3 11.6 25.0 46.7 25.6 21.9 13.3 37.2 0.0 0.0 0.0
1 4 8 1 12 3 5 10 6 2 10 14 5 18 9 6 10 2 2 3
6.7 9.3 25.0 6.7 27.9 9.4 33.3 23.3 18.8 13.3 23.3 43.8 33.3 41.9 28.1 40.0 23.3 6.2 13.3 7.0
6 15 20 11 16 19 6 19 14 8 15 7 2 8 13 5 8 10 7 14
40.0 34.9 62.5 73.3 37.2 59.4 40.0 44.2 43.8 53.3 34.9 21.9 13.3 18.6 40.6 33.3 18.6 31.2 46.7 32.6
8 24 3 1 14 9 4 9 7 3 10 1 1 3 2 1 2 20 6 25
53.3 55.8 9.4 6.7 32.6 28.1 26.7 20.9 21.9 20.0 23.3 3.1 6.7 7.0 6.2 6.7 4.7 62.5 40.0 58.1
15 43 32 15 43 32 15 43 32 15 43 32 15 43 32 15 43 32 15 43
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
1
Tingkat kesukaan 3
2
Keterangan : 1 Sangat tidak suka 3 biasa 2 tidak suka 4 Suka * signifikan pada level 0.01
4
Total
5
pvalue (r) 0.059 (-0.200)
0.196 (-0.138)
0.197 (0.137)
0.073 (-0.190)
0.648 (-0.049)
0.936 (0.009)
0.005** (-0.292)
0.758 (-0.033)
5 Sangat suka
Berdasarkan Tabel 27 sebagian besar contoh sangat menyukai daging ayam dan susu pada pendapatan keluarga rendah, sedang, hingga tinggi. Sama halnya dengan preferensi menurut beberapa variabel sebelumnya, preferensi contoh menurut pendapatan keluarga juga menunjukkan ikan asin dan ikan pindang kurang disukai oleh contoh. Sementara daging sapi/kerbau/kambing, telur ayam/bebek, ikan segar, dan udang/kerang disukai oleh sebagian contoh dengan pendapatan keluarga rendah, sedang, dan tinggi. Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan nyata (p>0.05) antara pendapatan keluarga contoh dengan preferensi pangan pada kelompok pangan protein hewani, kecuali pada ikan pindang (r=-0.292, p<0.01). Hal ini berarti semakin tinggi pendapatan keluarga, ikan pindang semakin tidak disukai.
43
Hal ini diduga disebabkan dengan semakin tingginya pendapatan keluarga maka penyediaan bahan pangan akan beragam karena tidak ada batasan secara ekonomi, sementara pada keluarga dengan pendapatan rendah, penyediaan bahan pangan terbatas pada pangan dengan harga terjangkau salah satu contohnya adalah ikan pindang (Tabel 27). Tabel 28 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber protein nabati menurut pendapatan keluarga Jenis pangan Kacang tanah Kacang kedelai Kacang hijau
Tahu
Tempe
Oncom
Rendah Sedang Tinggi Rendah
n 0 0 4 2
% 0.0 0.0 9.3 6.2
n 3 2 8 4
Tingkat kesukaan 3 4 % n % n % 9.4 9 28.1 17 53.1 7 46.7 13.3 6 40.0 18.6 13 30.2 12 27.9 12.5 5 15.6 14 43.8
Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi
0 3 0 0 5 0 0 0 0 1 0 3 0 4
0.0 7.0 0.0 0.0 11.6 0.0 0.0 0.0 0.0 6.7 0.0 9.4 0.0 9.3
5 15 1 1 10 1 0 2 1 2 3 7 4 20
33.3 34.9 3.1 6.7 23.3 3.1 0.0 4.7 3.1 13.3 7.0 21.9 26.7 46.5
Pendapatan keluarga
1
2
1 9 8 4 9 9 1 11 7 1 14 13 6 12
6.7 20.9 25.0 26.7 20.9 28.1 6.7 25.6 21.9 6.7 32.6 40.6 40.0 27.9
8 11 14 7 14 18 13 22 17 10 20 8 4 6
53.3 25.6 43.8 46.7 32.6 56.2 86.7 51.2 53.1 66.7 46.5 25.0 26.7 14.0
5
Total
n 3 0 6 7
% 9.4 0.0 14.0 21.9
n 32 15 43 32
% 100 100 100 100
1 5 9 3 5 4 1 8 7 1 6 1 1 1
6.7 11.6 28.1 20.0 11.6 12.5 6.7 18.6 21.9 6.7 14.0 3.1 6.7 2.3
15 43 32 15 43 32 15 43 32 15 43 32 15 43
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
pvalue (r) 0.087 (-0.182)
0.018* (-0.250)
0.001** (-0.339)
0.760 (0.033)
0.172 (-0.145)
0.048* (-0.209)
Keterangan : 1 Sangat tidak suka 3 biasa 5 Sangat suka 2 tidak suka 4 Suka * signifikan pada level 0.05 ; ** signifikan pada level 0.01
Selanjutnya preferensi contoh terhadap pangan pada kelompok pangan sumber protein nabati juga menunjukkan hampir semuanya disukai oleh sebagian besar contoh pada kategori pendapatan keluarga rendah, sedang, dan tinggi. Terlihat pada Tabel 28 sebagian contoh dengan pendapatan keluarga tinggi tidak menyukai kacang kedelai dan oncom. Hasil uji statistik terhadap jenis pangan pada kelompok sumber protein nabati menunjukkan tidak terdapat hubungan nyata dengan pendapatan keluarga contoh (p>0.05), kecuali pada kacang kedelai (r=-0.250, p<0.05), kacang hijau (r=-0.339, p<0.01), dan oncom (r=-0.209. p<0.05). Hal ini berarti semakin tinggi pendapatan keluarga contoh, maka ketiga pangan tersebut semakin tidak disukai. Peningkatan pendapatan menyebabkan peningkatan dalam hal pilihan pangan sebab tidak lagi dibatasi oleh kondisi ekonomi dalam hal ini harga pangan, sebagaimana dinyatakan oleh
44
Suhardjo (1986) bahwa pada umumnya jika pendapatan meningkat maka jumlah dan jenis pangan akan membaik. Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber vitamin dan mineral menurut pendapatan keluarga
Rendah Sedang Tinggi Rendah
n 1 0 3 1
% 3.1 0.0 7.0 3.1
n 2 2 8 8
Tingkat kesukaan 3 4 % n % n % 6.2 6 18.8 14 43.8 7 46.7 13.3 4 26.7 18.6 11 25.6 12 27.9 25.0 8 25.0 13 40.6
Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi
0 4 2 0 5 2 0 1 0 0 2 0 0 2 1 0 2 0 0 1 1 0 4
0.0 9.3 6.2 0.0 11.6 6.2 0.0 2.3 0.0 0.0 4.7 0.0 0.0 4.7 3.1 0.0 4.7 0.0 0.0 2.3 3.1 0.0 9.3
5 18 5 5 16 0 0 3 1 2 2 0 0 8 1 1 6 0 0 3 3 2 8
33.3 41.9 15.6 33.3 37.2 0.0 0.0 7.0 3.1 13.3 4.7 0.0 0.0 18.6 3.1 6.7 14.0 0.0 0.0 7.0 9.4 13.3 18.6
Pendapatan keluarga
Jenis pangan Sayur daun hijau Kacang panjang
Buncis
Wortel
Pisang
Pepaya Jambu biji Mangga
Nangka
1
2
7 10 6 6 10 3 3 11 1 2 11 5 1 10 2 2 11 0 1 3 3 2 10
46.7 23.3 18.8 40.0 23.3 9.4 20.0 25.6 3.1 13.3 25.6 15.6 6.7 23.3 6.2 13.3 25.6 0.0 6.7 7.0 9.4 13.3 23.3
3 7 16 4 8 19 9 17 21 9 10 18 11 11 18 10 16 18 7 15 17 9 14
20.0 16.3 50.0 26.7 18.6 59.4 60.0 39.5 65.6 60.0 23.3 56.2 73.3 25.6 56.2 66.7 37.2 56.2 46.7 34.9 53.1 60.0 32.6
Total
5 n 9 2 9 2
% 28.1 13.3 20.9 6.2
n 32 15 43 32
% 100 100 100 100
0 4 3 0 4 8 3 11 9 2 18 9 3 12 10 2 8 14 7 21 8 2 7
0.0 9.3 9.4 0.0 9.3 25.0 20.0 25.6 28.1 13.3 41.9 28.1 20.0 27.9 31.2 13.3 18.6 43.8 46.7 48.8 25.0 13.3 16.3
15 43 32 15 43 32 15 43 32 15 43 32 15 43 32 15 43 32 15 43 32 15 43
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
pvalue (r) 0.061 (-0.198)
0.039* (-0.218)
0.010* (-0.269)
0.287 (-0.113)
0.612 (-0.054)
0.032* (-0.226)
0.008** (-0.278)
0.728 (-0.037)
0.019* (-0.247)
Keterangan : 1 Sangat tidak suka 3 biasa 5 Sangat suka 2 tidak suka 4 Suka * signifikan pada level 0.05 ; ** signifikan pada level 0.01
Sebagian besar contoh dengan kategori pendapatan keluarga rendah, sedang, dan tinggi menyukai sayur daun hijau dan wortel. Berdasarkan Tabel 29 nampak bahwa sebagian contoh dengan pendapatan keluarga tinggi tidak menyukai kacang panjang dan buncis. Uji statistik hanya menunjukkan hubungan yang nyata negatif antara pendapatan keluarga dengan preferensi terhadap kacang panjang (r=-0.218, p<0.05) dan buncis (r=-0.269, p<0.05). Hal ini berarti semakin tinggi pendapatan keluarga maka kacang panjang dan buncis semakin tidak disukai. Hal ini diduga disebabkan pada keluarga dengan pendapatan tinggi mampu
menyediakan
berbagai
pilihan
pangan
sehingga
semakin
beranekaragam pula pilihan terhadap sayuran dan berakibat pada menurunnya kesukaan terhadap kacang panjang dan buncis.
45
Preferensi pangan contoh pada kelompok sumber vitamin dan mineral menurut pendapatan keluarga menunjukkan pada pendapatan keluarga contoh rendah hingga tinggi, sebagian besar contoh menyukai semua jenis buah pada kelompok sumber vitamin dan mineral yaitu pisang, pepaya, jambu biji, mangga dan nangka. Hasil uji statistik hanya menunjukkan hubungan yang nyata negatif antara pendapatan keluarga dengan preferensi pepaya (r=-0.226, p<0.05), jambu biji (r=-0.278, p<0.01), dan nangka (r=-0.247, p<0.01). Hasil uji statistik bermakna semakin tinggi pendapatan keluarga, maka pepaya, jambu biji, dan nangka semakin tidak disukai dan sama dengan penjelasan sebelumnya diduga disebabkan dengan semakin tingginya pendapatan keluarga maka akan terjadi peningkatan dalam pemenuhan kebutuhan pangan, khususnya dari segi kualitas atau keragaman karena tidak ada batasan secara ekonomi sehingga menyebabkan semakin beranekaragam pula pilihan pangan. Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar berdasarkan Karakteristik Individu Jenis Kelamin Penelitian Drewnowski & Hann (1999) menyatakan bahwa variabel demografi memiliki pengaruh terhadap preferensi pangan termasuk salah satunya adalah jenis kelamin. Pangan yang termasuk dalam kelompok sumber karbohidrat adalah beras, jagung, mie, roti, bihun, singkong, ubi jalar, kentang, dan talas. Hasil penelitian secara umum menunjukkan jenis pangan yang paling disukai oleh contoh laki-laki adalah roti, kemudian diikuti oleh jagung, beras, dan mie, sedangkan kesukaan terhadap bihun tergolong biasa. Sementara pada contoh perempuan diketahui jenis pangan yang paling disukai adalah roti selanjutnya beras, mie, jagung, dan bihun. Sedikit berbeda dengan contoh lakilaki yang menyatakan biasa terhadap bihun (42%), sebanyak 40% contoh perempuan
menyatakan
suka
terhadap
bihun.
Hasil
uji
statistik
juga
menunjukkan terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan preferensi terhadap bihun (p<0.05). Berdasarkan Tabel 30 terlihat jagung lebih banyak disukai oleh contoh laki-laki (57%) dibandingkan dengan contoh perempuan yang hanya 37% saja.
46
Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber karbohidrat menurut jenis kelamin Jenis pangan Beras Jagung Mie Roti Bihun Singkong Ubi jalar Kentang Talas
Jenis Kelamin L P L P L P L P L P L P L P L P L P
1 n 0 1 0 1 1 0 0 0 0 2 3 2 3 5 0 0 12 12
2 % 0.0 2.2 0.0 2.2 2.2 0.0 0.0 0.0 0.0 4.4 6.7 4.4 6.7 11.1 0.0 0.0 26.7 26.7
n 1 0 1 3 0 1 0 1 12 4 5 4 16 11 3 2 21 14
Tingkat kesukaan 3 4 % n % n % 2.2 7 15.6 24 53.3 0.0 8 17.8 22 48.9 2.2 6 13.3 26 57.8 6.7 15 33.3 17 37.8 0.0 12 26.7 20 44.4 2.2 9 20.0 25 55.6 0.0 6 13.3 23 51.1 2.2 4 8.9 23 51.1 26.7 19 42.2 12 26.7 8.9 14 31.1 18 40.0 11.1 20 44.4 13 28.9 8.9 14 31.1 15 33.3 35.6 10 22.2 12 26.7 24.4 15 33.3 12 26.7 6.7 6 13.3 25 55.6 4.4 7 15.6 18 40.0 46.7 4 8.9 8 17.8 31.1 8 17.8 7 15.6
Keterangan : 1 Sangat tidak suka 3 biasa 2 tidak suka 4 Suka * signifikan pada level 0.05
Total
5 n 13 14 12 9 12 10 16 17 2 7 4 10 4 2 11 18 0 4
% 28.9 31.1 26.7 20.0 26.7 22.2 35.6 37.8 4.4 15.6 8.9 22.2 8.9 4.4 24.4 40.0 0.0 8.9
n 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45
% 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
pvalue (r) 0.701 0.086 0.530 0.698 0.030* 0.395 0.542 0.376 0.147
5 Sangat suka
Berdasarkan Tabel 20 preferensi singkong, ubi jalar, kentang, dan talas secara umum menunjukkan pangan tersebut kurang disukai. Jenis pangan yang paling disukai baik oleh contoh laki-laki maupun perempuan adalah kentang. Sekitar separuh contoh perempuan menyukai singkong (suka dan sangat suka), tetapi sebanyak 44% contoh laki-laki menyatakan biasa terhadap singkong. Ubi jalar dan talas adalah jenis pangan yang kurang disukai oleh contoh. Sebagian contoh laki-laki maupun perempuan menyatakan tidak suka terhadap ubi jalar. Hampir separuh contoh laki-laki menyatakan tidak suka terhadap talas (46.7%) dan contoh perempuan menunjukkan hal yang sama walaupun dengan persentase yang lebih kecil (31.1%). Berdasarkan alasan contoh diketahui rendahnya kesukaan terhadap ubi jalar dan talas disebabkan oleh karakteristik pangan itu sendiri, serta belum pernah mencoba sebelumnya. Uji Chi Square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang nyata antara jenis kelamin contoh dengan preferensi terhadap pangan pada kelompok sumber karbohidrat, kecuali pada bihun (p<0.05). Berdasarkan tabel 20 terlihat contoh perempuan lebih banyak menyukai bihun dibandingkan contoh laki-laki. Sanjur (1982) menyebutkan bahwa perempuan cenderung mempunyai kemauan yang besar dalam mencoba makanan baru, oleh sebab itu perempuan lebih mengenal jenis makanan yang lebih beragam
47
dibandingkan pria. Hal inilah yang diduga menyebabkan lebih banyak contoh perempuan yang menyukai bihun dibandingkan contoh laki-laki. Tabel 31 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber lemak menurut jenis kelamin Jenis pangan
Jenis Kelamin
Minyak goreng Margarin Kelapa Cokelat
L P L P L P L P
1 n 8 6 1 2 0 2 0 0
% 17.8 13.3 2.2 4.4 0.0 4.4 0.0 0.0
2 n 13 22 5 5 7 7 0 2
Tingkat kesukaan 3 4 % n % n % 28.9 15 33.3 7 15.6 48.9 12 26.7 3 6.7 11.1 21 46.7 17 37.8 11.1 17 37.8 15 33.3 15.6 10 22.2 20 44.4 15.6 10 22.2 16 35.6 0.0 4 8.9 22 48.9 4.4 6 13.3 18 40.0
Keterangan : 1 Sangat tidak suka 2 tidak suka
3 biasa 4 Suka
Total
5 n 2 2 1 6 8 10 19 19
% 4.4 4.4 2.2 13.3 17.8 22.2 42.2 42.2
n 45 45 45 45 45 45 45 45
% 100 100 100 100 100 100 100 100
pvalue (r) 0.339 0.348 0.615 0.423
5 Sangat suka
Preferensi contoh terhadap kelompok sumber lemak menunjukkan bahwa sebagian besar contoh laki-laki dan perempuan menyatakan suka terhadap kelapa dan cokelat. Lebih dari 30% contoh laki-laki dan perempuan menyatakan biasa dan tidak suka terhadap minyak goreng dan margarin. Minyak goreng dan margarin tidak pernah dikonsumsi dalam bentuk aslinya, oleh sebab itu kurang disukai oleh contoh. Lebih lanjut preferensi contoh terhadap kelompok sumber lemak dapat dilihat pada Tabel 31. Pangan sumber protein hewani yang paling disukai oleh contoh laki-laki maupun perempuan adalah daging ayam dan susu. Kedua pangan tersebut sangat disukai oleh lebih dari separuh contoh. Pangan hewani yang disukai oleh contoh laki-laki selanjutnya adalah ikan segar, telur ayam/bebek, daging sapi/kerbau/kambing, udang/kerang, dan ikan pindang. Sebagian contoh laki-laki menyatakan biasa terhadap ikan asin. Sementara pada contoh perempuan pangan yang disukai selanjutnya adalah telur ayam, daging sapi/kerbau/kambing, udang/kerang, dan ikan segar. Disukainya ikan segar oleh sebagian besar contoh laki-laki dan perempuan menunjukkan bahwa ikan segar memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai upaya penganekaragaman pangan sumber protein hewani, sebab pada umumnya ikan lebih murah daripada daging dan ayam dengan kandungan gizi yang tidak berbeda, sehingga semua golongan masyarakat dapat memilih dan mengkonsumsinya.
48
Tabel 32 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber protein hewani menurut jenis kelamin Jenis pangan Daging sapi/ kerbau/ kambing Daging ayam Telur ayam/ bebek Ikan segar Udang/ kerang Ikan asin Ikan pindang Susu
L
n 1
% 2.2
n 1
Tingkat kesukaan 3 4 % n % n % 2.2 6 13.3 22 48.9
P
3
6.7
1
2.2
11
24.4
20
L P L
0 0 0
0 0 0
0 0 2
0 0 4.4
2 3 8
4.4 6.7 17.8
P
1
2.2
1
2.2
13
L P L P L P L P L P
1 2 2 2 2 2 6 3 1 0
2.2 4.4 4.4 4.4 4.4 6.7 13.3 6.7 2.2 0
2 1 7 4 15 1 12 13 0 0
4.4 2.2 15.6 8.9 33.3 24.4 26.7 28.9 0 0
4 14 7 11 17 14 9 16 2 5
Jenis Kelamin
1
2
Keterangan : 1 Sangat tidak suka 2 tidak suka
3 biasa 4 Suka
Total
5 n 15
% 33.3
n 45
% 100
44.4
10
22.2
45
100
16 15 25
35.6 33.3 55.6
27 27 10
60.0 60.0 22.2
45 45 45
100 100 100
28.9
22
48.9
8
17.8
45
100
8.9 31.1 15.6 24.4 37.8 31.1 20.0 35.6 4.4 11.1
26 18 18 19 8 18 16 10 16 15
57.8 40.0 40.0 42.2 18.8 40.0 35.6 22.2 35.6 33.3
12 10 11 9 3 10 2 3 26 25
26.7 22.2 24.4 20.0 6.7 4.4 4.4 6.7 57.8 55.6
45 45 45 45 45 45 45 45 45 45
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
pvalue (r) 0.468
0.890 0.568 0.097 0.748 0.858 0.333 0.505
5 Sangat suka
Sebagian contoh perempuan dan laki-laki menyatakan biasa terhadap ikan asin. Sebagian contoh perempuan menyatakan biasa terhadap ikan pindang. Berdasarkan alasan diketahui penyebab kurang disukainya ikan pindang dan ikan asin adalah karena karakteristik pangan itu sendiri antara lain rasa yang terlalu asin dan juga bau yang ditimbulkan. Uji Chi Square juga menunjukkan tidak terdapat hubungan yang nyata antara jenis kelamin dengan preferensi pangan contoh pada kelompok pangan sumber protein hewani (Tabel 32). Berdasarkan Tabel 33 diketahui sekitar separuh dari contoh laki-laki menyukai kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, dan tempe, serta sebagian besar contoh menyukai tahu. Sebagian dari contoh perempuan menyukai kacang hijau, tahu, dan tempe. Sekitar 30% contoh perempuan menyatakan biasa terhadap kacang tanah, dan oncom. Berbeda dengan contoh laki-laki yang sebagian besar menyatakan suka terhadap kedelai, maka sebanyak 28.9% contoh perempuan tidak menyukai kedelai. Hasil uji Chi Square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang nyata antara jenis kelamin contoh dengan preferensi terhadap pangan kelompok sumber protein nabati (p>0.05).
49
Tabel 33 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber protein nabati menurut jenis kelamin Jenis pangan
Jenis Kelamin L P L P L P L P L P L P
Kacang tanah Kacang kedelai Kacang hijau Tahu Tempe Oncom
1 n 2 2 2 3 3 2 0 0 1 0 3 4
2 % 4.4 4.4 4.4 6.7 6.7 4.4 0.0 0.0 2.2 0.0 6.7 8.9
Keterangan : 1 Sangat tidak suka 2 tidak suka
n 6 7 11 13 7 5 2 1 2 4 17 14
% 13.3 15.6 24.4 28.9 15.6 11.1 4.4 2.2 4.4 8.9 37.8 31.1
Tingkat kesukaan 3 4 n % n % 12 26.7 21 46.7 16 35.6 15 33.3 5 11.1 21 46.7 10 22.2 12 26.7 8 17.8 20 44.4 13 28.9 15 33.3 7 15.6 30 66.7 14 31.1 23 51.1 11 24.4 25 55.6 11 24.4 22 48.9 15 33.3 9 20.0 15 33.3 9 20.0
3 biasa 4 Suka
Total
5 n 4 5 6 7 7 10 6 7 6 8 1 2
% 8.9 11.1 13.3 15.5 15.6 22.2 13.3 15.6 13.3 17.8 2.2 4.4
n 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45
% 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
pvalue (r) 0.780 0.335 0.563 0.300 0.709 0.939
5 Sangat suka
Berdasarkan Tabel 34 terlihat sekitar 50% contoh baik laki-laki maupun perempuan menyukai sayur daun hijau, wortel, pisang, pepaya, jambu biji, dan nangka. Namun masih terdapat sebagian contoh baik laki-laki maupun perempuan yang tidak menyukai kacang panjang. Hanya sekitar 31.1% contoh laki-laki dan perempuan menyukai buncis, tetapi 31.1% dari contoh laki-laki lainnya tidak menyukai buncis. Tabel 34 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber vitamin dan mineral menurut jenis kelamin Jenis pangan Sayur daun hijau Kacang panjang Buncis Wortel Pisang Pepaya Jambu biji Mangga Nangka
Jenis Kelamin
1
2
Tingkat kesukaan 3 4 % n % n % 17.8 11 24.4 15 33.3
L
n 1
% 2.2
n 8
P
3
6.7
4
8.9
10
22.2
18
L P L P L P L P L P L P L P L P
1 4 2 5 1 2 0 2 0 2 1 2 0 1 2 3
2.2 8.9 4.4 11.1 2.2 4.4 0.0 4.4 0.0 4.4 2.2 4.4 0.0 2.2 4.4 6.7
15 16 14 12 2 1 1 4 4 4 4 4 2 1 4 9
33.3 35.6 31.1 26.7 4.4 2.2 2.2 8.9 8.9 8.9 8.9 8.9 4.4 2.2 8.9 20.0
15 10 13 9 7 10 8 6 9 7 7 8 1 3 9 6
33.3 22.2 28.9 20.0 15.6 22.2 17.8 13.3 20.0 15.6 15.6 17.8 2.2 6.7 20.0 13.3
10 13 14 14 25 20 18 22 19 21 25 19 23 17 22 18
Keterangan : 1 Sangat tidak suka 2 tidak suka
3 biasa 4 Suka
Total
5 n 10
% 22.2
n 45
% 100
40.0
10
22.2
45
100
22.2 28.9 31.1 31.1 55.6 44.4 40.0 48.9 42.2 46.7 55.6 42.2 51.1 37.8 48.9 40.0
4 2 2 5 10 12 18 11 13 11 8 12 19 23 8 9
8.9 4.4 4.4 11.1 22.2 26.7 40.0 24.4 28.9 24.4 17.8 26.7 42.2 51.1 17.8 20.0
45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
5 Sangat suka
pvalue (r) 0.617 0.421 0.485 0.748 0.186 0.642 0.732 0.461 0.528
50
Berdasarkan Tabel
34
terlihat
separuh
dari
contoh
perempuan
menyatakan sangat menyukai mangga dan separuh contoh laki-laki menyatakan suka terhadap mangga. Uji Chi Square menunjukkan bahwa antara preferensi terhadap kelompok sumber vitamin dan mineral dengan jenis kelamin contoh tidak terdapat hubungan yang nyata (p>0.05). Pengetahuan Gizi Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya berpengaruh kepada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (Irawati, Damanhuri, dan Fachrurozi 1992). Pranadji (1995) menambahkan bahwa pengetahuan mengenai jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsi pada diri anak-anak sangat erat hubungannya dengan nilai-nilai dan kepercayaan terhadap makanan yang diperoleh melalui pendidikan di sekolah maupun dirumah. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi cara makan anak-anak, diantaranya tiga faktor yang paling penting adalah ketersediaan pangan, pola sosial, dan faktor-faktor pribadi. Sebaran preferensi pangan contoh terhadap pangan sumber karbohidrat berdasarkan pengetahuan gizi disajikan pada Tabel 35. Sekitar separuh contoh dengan tingkat pengetahuan gizi rendah dan sedang menyatakan suka terhadap jagung dan sebagian besar contoh dengan pengetahuan gizi baik menyatakan biasa terhadap jagung. Sebagian besar contoh dengan tingkat pengetahuan gizi rendah dan sedang menyukai mie, sedangkan pada responden dengan kategori pengetahuan gizi baik preferensi menyebar pada tingkat kesukaan biasa, suka, dan sangat suka terhadap mie. Sekitar 50% contoh pada kategori pengetahuan gizi rendah hingga baik menyukai roti, demikian halnya dengan kesukaan terhadap kentang. Preferensi contoh terhadap bihun berada pada tingkat kesukaan biasa pada kategori pengetahuan gizi rendah dan baik serta suka pada kategori pengetahuan gizi baik, masing-masing dengan persentase 35.5%, 50%, dan 37.7%. Sebanyak 41.9% contoh dengan tingkat pengetahuan gizi rendah menyatakan suka terhadap singkong, kemudian sebanyak 41.5% contoh dengan pengetahuan gizi sedang serta 33.3% contoh dengan pengetahuan gizi baik menyatakan biasa terhadap singkong. Sementara itu sebagian besar contoh dengan tingkat pengetahuan gizi rendah, sedang, ataupun tinggi tidak menyukai
51
talas. Demikian halnya dengan preferensi ubi jalar, namun berbeda dengan talas, ubi jalar masih dapat diterima pada contoh dengan kategori pengetahuan gizi rendah karena masih terdapat 35.5% contoh yang menyatakan biasa terhadap ubi jalar. Tabel 35 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber karbohidrat menurut pengetahuan gizi Jenis pangan
Beras
Jagung
Mie
Roti
Bihun
Singkong
Ubi jalar
Kentang
Talas
Pengetahuan Gizi
1
2
Rendah Sedang Baik Rendah
n 0 1 0 1
% 0.0 1.9 0.0 3.2
n 1 0 0 1
Sedang Baik Rendah Sedang Baik Rendah Sedang Baik Rendah Sedang Baik Rendah Sedang Baik Rendah Sedang Baik Rendah Sedang Baik Rendah Sedang Baik
0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 1 1 6 1 0 0 0 8 15 1
0.0 0.0 3.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.8 0.0 6.5 3.8 16.7 3.2 11.3 16.7 0.0 0.0 0.0 25.8 28.3 16.7
3 0 0 1 0 1 0 0 7 7 2 3 5 1 6 18 3 2 3 0 14 17 4
Tingkat kesukaan 3 4 % n % n % 3.2 6 19.4 14 45.2 0.0 9 17.0 29 54.7 3 50.0 0.0 0 0.0 3.2 5 16.1 15 48.4 5.7 0.0 0.0 1.9 0.0 3.2 0.0 0.0 22.3 13.2 33.3 9.7 9.4 16.7 19.4 34.0 50.0 6.5 5.7 0.0 45.2 32.1 66.7
12 4 8 11 2 4 5 1 11 19 3 10 22 2 11 14 0 5 8 0 1 10 1
22.6 66.7 25.8 20.8 33.3 12.9 9.4 16.7 35.5 35.8 50.0 32.3 41.5 33.3 35.5 26.4 0.0 16.1 15.1 0.0 3.2 18.9 16.7
Keterangan : 1 Sangat tidak suka 3 biasa 2 tidak suka 4 Suka * signifikan pada level 0.05
27 1 16 27 2 12 31 3 10 20 0 13 14 1 10 13 1 15 25 3 8 7 0
50.9 16.7 51.6 50.9 33.3 38.7 58.5 50.0 32.3 37.7 0.0 41.9 26.4 16.7 32.3 24.5 16.7 48.4 47.2 50.0 25.8 13.2 0.0
Total
5 n 10 14 3 9
% 32.3 26.4 50.0 29.0
n 31 53 6 31
% 100 100 100 100
11 1 6 14 2 14 17 2 3 5 1 3 10 1 3 2 1 9 17 3 0 4 0
20.8 16.7 19.4 26.4 33.3 45.2 32.1 33.3 9.7 9.4 16.7 9.7 18.9 16.7 9.7 3.8 16.7 29.0 32.1 50.0 0.0 7.5 0.0
53 6 31 53 6 31 53 6 31 53 6 31 53 6 31 53 6 31 53 6 31 53 6
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
pvalue (r) 0.583 (0.059)
0.169 (-0.146)
0.440 (0.082)
0.525 (-0.068)
0.914 (-0.012)
0.759 (-0.033)
0.034* (-0.224)
0.361 (0.097)
0.963 (0.005)
5 Sangat suka
Hasil uji statistik pada Tabel 35 menunjukkan adanya hubungan lemah negatif antara pengetahuan gizi contoh dengan preferensi terhadap ubi jalar (r = -0.224, p<0.05). Artinya, semakin baik pengetahuan gizi yang dimiliki, contoh semakin tidak menyukai ubi jalar. Hal ini diduga dengan semakin baiknya pengetahuan gizi, maka seseorang akan memiliki pengetahuan yang lebih mengenai beragam bahan pangan, sehingga pilihan panganpun lebih beragam. Berdasarkan hasil uji statistik juga diketahui jika pengetahuan gizi contoh berhubungan dengan pendapatan keluarga (r=0.420, p<0.01), artinya semakin tinggi pendapatan keluarga, maka pengetahuan gizi contoh semakin baik. Jadi diduga pendapatan keluarga juga memainkan peranan dalam menentukan
52
adanya hubungan antara pengetahuan gizi contoh dengan preferensi terhadap ubi jalar. Ketidaksukaan contoh terhadap talas lebih disebabkan sebagian besar contoh belum mengetahui wujud talas secara fisik serta olahannya, dan juga karakteristik talas yang memberikan efek gatal ketika dikonsumsi. Preferensi
terhadap
kelompok
sumber
lemak
pada
Tabel
36
menunjukkan bahwa sebagian besar contoh dengan berbagai kategori pengetahuan gizi menyatakan suka terhadap kelapa dan cokelat, sementara minyak goreng tidak disukai oleh 35% contoh dengan pengetahuan gizi rendah dan 41% contoh dengan pengetahuan gizi sedang, serta 50% contoh dengan pengetahuan gizi baik menyatakan biasa terhadap minyak goreng. Sebagian besar contoh dengan pegetahuan gizi rendah menyatakan biasa terhadap margarin, sementara contoh dengan pengetahuan gizi sedang dan baik sebagian besar menyatakan suka terhadap margarin. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi contoh dengan preferensi terhadap margarin (r=0.317, p<0.01), artinya semakin baik pengetahuan gizi contoh maka contoh semakin menyukai margarin. Selain itu juga berdasarkan adanya hubungan antara pengetahuan gizi dan pendapatan keluarga, maka preferensi terhadap margarin turut pula berhubungan dengan pendapatan keluarga. Hal ini berarti semakin tinggi pendapatan keluarga maka margarin semakin disukai, sehingga contoh dengan pendapatan keluarga tinggi diduga lebih sering menggunakan margarin dalam mengolah makanan (Tabel 36). Tabel 36 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber lemak menurut pengetahuan gizi Jenis pangan Minyak goreng
Margarin
Kelapa
Cokelat
Pengetahuan Gizi
1
2
Rendah Sedang Baik Rendah
n 6 8 0 1
% 19.4 15.1 0.0 3.2
n 11 22 2 6
Sedang Baik Rendah Sedang Baik Rendah Sedang Baik
2 0 0 1 1 0 0 0
3.8 0.0 0.0 1.9 16.7 0.0 0.0 0.0
4 0 6 8 0 1 1 0
Tingkat kesukaan 3 4 % n % n % 35.5 10 32.3 4 12.9 41.5 14 26.4 6 11.3 3 50.0 33.3 0 0.0 19.4 16 54.6 7 22.6 7.5 0.0 19.4 15.1 0.0 3.2 1.9 0.0
21 1 10 10 0 3 5 2
39.6 16.7 32.3 18.9 0.0 9.7 9.4 33.3
Keterangan : 1 Sangat tidak suka 3 biasa 2 tidak suka 4 Suka ** signifikan pada level 0.01
22 3 11 22 3 15 22 3
41.5 50.0 35.5 41.5 50.0 48.4 41.5 50.0
Total
5 n 0 3 1 1
% 0.0 5.7 16.7 3.2
n 31 53 6 31
% 100 100 100 100
4 2 4 12 2 12 25 1
7.5 33.3 12.9 22.6 33.3 38.7 47.2 16.7
53 6 31 53 6 31 53 6
100 100 100 100 100 100 100 100
5 Sangat suka
pvalue (r) 0.409 (0.088)
0.002** (0.317)
0.114 (0.168)
0.861 (-0.019)
53
Selanjutnya
untuk
preferensi
pangan
sumber
protein
hewani,
berdasarkan Tabel 37 nampak sebagian besar contoh dengan pengetahuan gizi rendah, sedang, dan baik menyukai hampir semua jenis pangan. Lebih dari separuh contoh pada berbagai kategori pengetahuan gizi sangat menyukai daging ayam dan susu. Beberapa pangan yang disukai oleh hampir separuh contoh
pada
berbagai
sapi/kerbau/kambing,
kategori
telur
pengetahuan
ayam/bebek,
ikan
gizi
antara
segar,
dan
lain
daging
udang/kerang.
Sementara ikan pindang kurang disukai oleh sebagian contoh dengan pengetahuan gizi rendah (32.3%) dan baik (33.3%), sebanyak 28.3% contoh dengan pengetahuan gizi sedang menyatakan biasa dan 28.3% lainnya menyukai ikan pindang. Tabel 37 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber protein hewani menurut pengetahuan gizi Jenis pangan Daging sapi/ kerbau/ kambing Daging ayam Telur ayam/ bebek Ikan segar
Udang/ kerang
Ikan asin Ikan pindang Susu
Rendah Sedang
n 3 1
% 9.7 1.9
n 1 1
Tingkat kesukaan 3 4 % n % n % 3.2 5 16.1 14 45.2 1.9 10 18.9 26 49.1
Baik
0
0.0
0
0.0
2
33.3
Rendah
0
0.0
0
0.0
2
Sedang Baik Rendah Sedang Baik Rendah Sedang Baik Rendah Sedang Baik Rendah Sedang Baik Rendah Sedang Baik Rendah Sedang Baik
0 0 0 1 0 0 2 1 1 2 1 2 2 1 2 6 1 0 1 0
0.0 0.0 0.0 1.9 0.0 0.0 3.8 16.7 3.2 3.8 16.7 6.5 3.8 16.7 6.5 11.3 16.7 0.0 1.9 0.0
0 0 2 1 0 1 2 0 4 7 0 10 12 4 10 13 2 0 0 0
0.0 0.0 6.5 1.9 0.0 3.2 3.8 0.0 12.9 13.2 0.0 32.3 22.6 66.7 32.3 24.5 33.3 0.0 0.0 0.0
2 1 8 11 2 7 10 1 7 11 0 13 23 1 9 15 1 2 4 1
Pengetahuan Gizi
1
2
Keterangan : 1 Sangat tidak suka 2 tidak suka
Total
5 n 8 15
% 25.8 28.3
n 31 53
% 100 100
2
33.3
2
33.3
6
100
6.5
9
29.0
20
64.5
31
100
3.8 16.7 25.8 20.8 33.3 22.6 18.9 16.7 22.6 20.8 0.0 41.9 43.4 16.7 29.0 28.3 16.7 6.5 7.5 16.7
21 1 16 29 2 14 28 2 14 19 4 6 11 0 9 15 2 12 18 1
39.6 16.7 51.6 54.7 33.3 45.2 52.8 33.3 45.2 35.8 66.7 19.4 20.8 0.0 29.0 28.3 33.3 38.7 34.0 16.7
30 4 5 11 2 9 11 2 5 14 1 0 5 0 1 4 0 17 30 4
56.6 66.7 16.1 20.8 33.3 29.0 20.8 33.3 16.1 26.4 16.7 0.0 9.4 0.0 3.2 7.5 0.0 54.8 56.6 66.7
53 6 31 53 6 31 53 6 31 53 6 31 53 6 31 53 6 31 53 6
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
3 biasa 4 Suka
pvalue (r) 0.539 (0.066)
0.659 (-0.047)
0.389 (0.092)
0.563 (-0.062)
0.539 (0.066)
0.969 (0.004)
0.966 (-0.005)
0.874 (0.017)
5 Sangat suka
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang nyata antara pengetahuan gizi dengan preferensi pangan sumber protein hewani (Tabel 37). Hal ini diduga disebabkan preferensi pangan pada anak sebagian besar ditentukan oleh pilihan pribadi (psikologis) dan karakteritik pangan itu sendiri sebab dari alasan diketahui sebagian besar bahkan hampir seluruh anak
54
menyatakan suka terhadap pangan karena rasa yang enak. Preferensi pangan pada anak-anak kebanyakan dipengaruhi oleh kegemaran pribadi, maka apa yang dipilih oleh seorang anak untuk dimakan pada umumnya apa yang ia sukai dan apa yang ia inginkan (Anonim 2008). Secara umum terlihat sebagian besar contoh pada berbagai kategori pengetahuan gizi menyukai hampir semua pangan pada kelompok sumber protein nabati (Tabel 38). Tahu dan tempe disukai oleh sebagian besar contoh pada semua kategori pengetahuan gizi. Kacang tanah, kacang kedelai, dan kacang hijau disukai oleh sebagian contoh dengan pengetahuan gizi rendah dan sedang, sementara sebagai besar contoh dengan pengetahuan gizi baik tidak menyukai ketiga pangan tersebut. Preferensi contoh terhadap oncom dapat dikatakan kurang sebab sebagian contoh atau sekitar 35% menyatakan biasa dan tidak suka terhadap oncom, bahkan sebanyak 83% dari contoh dengan pengetahuan gizi baik juga tidak menyukai oncom. Hasil uji statistik pada Tabel 38 menunjukkan tidak terdapat hubungan nyata (p>0.05) antara pengetahuan gizi dengan preferensi pangan pada kelompok sumber protein nabati. Tabel 38 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber protein nabati menurut pengetahuan gizi Jenis pangan Kacang tanah Kacang kedelai Kacang hijau
Tahu
Tempe
Oncom
Pengetahuan Gizi
1
2
Rendah Sedang Baik Rendah
n 0 4 0 1
% 0.0 7.5 0.0 3.2
n 5 5 3 8
% 16.1 9.4 50.0 25.8
Sedang Baik Rendah Sedang Baik Rendah Sedang Baik Rendah Sedang Baik Rendah Sedang Baik
4 0 1 4 0 0 0 0 0 1 0 3 4 0
7.5 0.0 3.2 7.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.9 0.0 9.7 7.5 0.0
12 4 2 7 3 1 1 1 2 2 2 11 15 5
22.6 66.7 6.5 13.2 50.0 3.2 1.9 16.7 6.5 3.8 33.3 35.5 28.3 83.3
Keterangan : 1 Sangat tidak suka 2 tidak suka
Tingkat kesukaan 3 4 n % n % 11 35.5 12 38.7 16 30.2 23 43.4 1 16.7 1 16.7 2 6.5 13 41.9 13 0 8 12 1 8 13 0 5 17 0 11 19 1
24.5 0.0 25.8 22.6 16.7 25.8 24.5 0.0 16.1 32.1 0.0 35.5 35.8 16.7
3 biasa 4 Suka
18 2 15 19 1 17 33 3 17 27 3 5 13 0
34.0 33.3 48.4 35.8 16.7 54.8 62.3 50.0 54.8 50.9 50.0 16.1 24.5 0.0
Total
5 n 3 5 1 7
% 9.7 9.4 16.7 22.6
n 31 53 6 31
% 100 100 100 100
6 0 5 11 1 5 6 2 7 6 1 1 2 0
11.3 0.0 16.1 20.8 16.7 16.1 11.3 33.3 22.6 11.3 16.7 3.2 3.8 0.0
53 6 31 53 6 31 53 6 31 53 6 31 53 6
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
pvalue (r) 0.681 (-0.044)
0.056 (-0.202)
0.274 (-0.117)
0.707 (0.040)
0.117 (-0.166)
0.981 (-0.003)
5 Sangat suka
Preferensi terhadap sumber vitamin dan mineral pada berbagai tingkat pengetahuan gizi pada Tabel 39 menunjukkan hampir semua jenis pangan pada kelompok sumber vitamin dan mineral disukai oleh contoh. Sebagian besar
55
contoh dengan pengetahuan gizi rendah dan sedang menyukai wortel, bahkan 50% contoh dengan pengetahuan gizi baik sangat menyukai wortel. Preferensi sayur daun hijau juga menunjukkan hal yang sama yaitu disukai oleh sebagian contoh dengan pengetahuan gizi rendah hingga baik. Buncis disukai oleh sebagian contoh dengan pengetahuan gizi rendah dan sedang, namun tidak disukai oleh 50 % contoh dengan pengetahuan gizi baik. Sementara kacang panjang kurang disukai oleh contoh, sebanyak 35.5% contoh dengan pengetahuan gizi rendah tidak menyukainya dan 35.5% lainnya menyatakan biasa, kemudian 32.1% contoh dengan pengetahuan gizi sedang serta 50% contoh dengan pengetahuan gizi baik tidak menyukai kacang panjang. Uji statistik
menunjukkan
tidak
terdapat
hubungan
nyata
(p>0.05)
antara
pengetahuan gizi dengan preferensi sayuran pada kelompok sumber vitamin dan mineral (Tabel 39). Tabel 39 Sebaran contoh berdasarkan preferensi pangan pada kelompok sumber vitamin dan mineral menurut pengetahuan gizi Jenis pangan Sayur daun hijau Kacang panjang
Buncis
Wortel
Pisang
Pepaya Jambu biji Mangga
Nangka
Pengetahuan Gizi
1
2
Rendah Sedang Baik Rendah
n 1 3 0 0
% 3.2 5.7 0.0 0.0
n 4 6 2 11
% 12.9 11.3 33.3 35.5
Sedang Baik Rendah Sedang Baik Rendah Sedang Baik Rendah Sedang Baik Rendah Sedang Baik Rendah Sedang Baik Rendah Sedang Baik Rendah Sedang Baik
5 0 2 5 0 1 2 0 0 2 0 0 2 0 2 1 0 0 1 0 0 5 0
9.4 0.0 6.5 9.4 0.0 3.2 3.8 0.0 0.0 3.8 0.0 0.0 3.8 0.0 6.5 1.9 0.0 0.0 1.9 0.0 0.0 9.4 0.0
17 3 9 14 3 1 2 0 1 2 2 1 4 3 2 5 1 1 1 1 1 9 3
32.1 50.0 29.0 26.4 50.0 3.2 3.8 0.0 3.2 3.8 33.3 3.2 7.5 50.0 6.5 9.4 16.7 3.2 1.9 16.7 3.2 17.0 50.0
Tingkat kesukaan 3 4 n % n % 6 19.4 12 38.0 14 26.4 19 35.8 2 33.3 1 16.7 11 35.5 8 25.8 14 0 7 14 1 6 9 2 3 10 1 6 10 0 3 10 2 0 3 1 5 10 0
26.4 0.0 22.6 26.4 16.7 19.4 17.0 33.3 9.7 18.9 16.7 19.4 18.9 0.0 9.7 18.9 33.3 0.0 5.7 16.7 16.1 18.9 0.0
Keterangan : 1 sangat tidak suka 3 biasa 2 tidak suka 4 suka ** signifikan pada level 0.01
13 2 11 15 2 18 26 1 16 22 2 16 22 2 14 28 2 16 22 2 17 21 2
24.5 33.3 35.5 28.3 33.3 58.1 49.1 16.7 51.6 41.5 33.3 51.6 41.5 33.3 45.2 52.8 33.3 51.6 41.5 33.3 54.8 39.6 33.3
Total
5 n 8 11 1 1
% 25.8 20.8 16.7 3.2
n 31 53 6 31
% 100 100 100 100
4 1 2 5 0 5 14 3 11 17 1 8 15 1 10 9 1 14 26 2 8 8 1
7.5 16.7 6.5 9.4 0.0 16.1 26.4 50.0 35.5 32.1 16.7 25.8 28.3 16.7 32.3 17.0 16.7 45.2 49.1 33.3 25.8 15.1 16.7
53 6 31 53 6 31 53 6 31 53 6 31 53 6 31 53 6 31 53 6 31 53 6
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
5 sangat suka
pvalue (r) 0.378 (-0.094)
0.910 (-0.012)
0.690 (-0.043)
0.344 (0.101)
0.107 (-0.171)
0.279 (-0.115)
0.137 (-0.158)
0.568 (-0.061)
0.008** (-0.278)
56
Sementara itu, preferensi terhadap buah-buahan (pisang, pepaya, jambu biji, mangga, dan nangka) juga disajikan pada Tabel 39. Mangga, pisang, dan jambu biji disukai oleh sebagian besar contoh pada semua kategori pengetahuan gizi. Pepaya dan nangka, keduanya disukai oleh sebagian besar contoh dengan kategori pengetahuan gizi rendah dan sedang, serta tidak disukai oleh 50% contoh dengan pengetahuan gizi baik. Uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang nyata negatif antara pengetahuan gizi contoh dengan preferensi terhadap nangka (r=-0.278, p<0.01), artinya semakin baik pengetahuan gizi maka contoh semakin tidak menyukai nangka. Hal ini diduga disebabkan dengan semakin baiknya pengetahuan gizi contoh, maka semakin beranekaragam pula pilihan terhadap buah-buahan dan berakibat pada menurunnya kesukaan terhadap nangka. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pengetahuan gizi contoh berhubungan dengan pendapatan keluarga (p<0.01), oleh sebab itu pendapatan juga turut berhubungan dengan preferensi terhadap nangka. Hubungan yang ditunjukkan adalah dengan semakin tingginya pendapatan keluarga, maka nangka semakin tidak disukai. Peningkatan pendapatan biasanya jumlah dan jenis pangan akan membaik, sehingga dengan meningkatnya pendapatan, terjadilah perubahan-perubahan dalam susunan makanan. Perubahan utama yang terjadi dalam kebiasaan makanan ialah kadang-kadang pangan yang dimakan itu mahal (Suhardjo 1986). Selain itu tidak terdapat hubungan nyata antara pengetahuan gizi dengan preferensi terhadap pisang, jambu biji, mangga, dan pepaya (p>0.05).
57
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Secara umum preferensi menunjukkan belum beragamnya kesukaan pangan contoh atau sebagian besar contoh hanya menyukai sebagian jenis pangan dan sebagian pangan lainnya kurang disukai. Pangan yang kurang disukai contoh pada masing-masing kelompok pangan yaitu jenis umbi-umbian dan bihun pada kelompok sumber karbohidrat, kemudian minyak goreng dan lemak pada kelompok sumber lemak, pada kelompok sumber protein hewani adalah ikan pindang dan ikan asin, kelompok sumber protein nabati adalah oncom, dan terakhir pada kelompok sumber vitamin dan mineral adalah dari jenis sayuran yaitu buncis dan kacang panjang. Preferensi sebagian jenis pangan berhubungan nyata dengan pendapatan keluarga, sementara terhadap variabel lain, yaitu jenis kelamin, pengetahuan gizi, dan besar keluarga menunjukkan adanya hubungan hanya dengan preferensi pangan tertentu atau sebagian kecil. Sebagian besar (48%) contoh termasuk dalam keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga empat orang. Sebagian besar orang tua contoh pendidikan terakhirnya adalah Perguruan Tinggi, yaitu ayah (33.3%) dan ibu (25.7%). Pekerjaan orang tua contoh sangat beragam yaitu PNS/POLRI/ABRI, Pegawai Swasta/BUMN, Pedagang, petani, Wiraswasta, Jasa, Ibu Rumah Tangga, dan Lainnya. Sebanyak 48.9% contoh termasuk dalam kategori pendapatan tinggi. Rata-rata pengetahuan gizi contoh termasuk sedang dengan persentase jawaban benar rata-rata 61.5%. Selanjutnya preferensi terhadap pangan pada
kelompok sumber
karbohidrat menunjukkan yang paling disukai oleh contoh adalah roti dan beras. Olahan roti yang paling disukai adalah roti tawar dan roti bakar, sementara olahan beras adalah nasi dan bubur. Pangan yang paling disukai selanjutnya adalah kentang. Olahan kentang yang paling disukai adalah kentang goreng dan keripik kentang. Pangan pada kelompok sumber lemak yang disukai contoh adalah kelapa dan coklat. Olahan kelapa yang paling disukai adalah minuman kelapa dan santan, olahan coklat adalah coklat batang. Daging ayam dan susu adalah yang paling disukai pada kelompok pangan sumber protein hewani. Olahan ayam yang paling disukai adalah ayam goreng dan ayam panggang, sementara olahan susu yang paling disukai adalah susu segar dan susu kental manis. Pangan yang paling disukai pada kelompok sumber protein nabati adalah tahu dan tempe. Olahan tahu yang paling disukai adalah tahu goreng dan pepes,
58
sementara olahan tempe adalah tempe goreng dan orek tempe. Pada kelompok sumber vitamin dan mineral, jambu biji dan mangga adalah yang paling disukai oleh contoh, dengan olahan yang paling disukai contoh adalah sebagai buah dan dalam bentuk jus. Sebagian besar contoh dengan keluarga besar menunjukkan kesukaan pada hampir semua jenis pangan dibandingkan contoh dengan keluarga kecil dan sedang. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan nyata antara besar keluarga dengan preferensi minyak goreng (p<0.05). Selanjutnya uji statistik juga menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara pendapatan keluarga dengan preferensi terhadap ubi jalar (p<0.01), margarin (p<0.05), ikan pindang (p<0.01), oncom (p<0.05), kacang hijau (p<0.01), kacang kedelai (p<0.05), nangka (p<0.05), jambu biji (p<0.01), pepaya (p<0.05), buncis (p<0.05), dan kacang panjang (p<0.05). Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara jenis kelamin contoh dengan preferensi bihun (p<0.05). Contoh dengan pengetahuan gizi tinggi tidak menyukai talas, ikan asin, dan oncom. Uji statistik menunjukkan pengetahuan gizi contoh berhubungan dengan preferensi ubi jalar (p<0.05), margarin (p<0.01), dan nangka (p<0.01). Saran Secara umum preferensi pangan anak sekolah dasar belum dapat dikatakan baik atau dengan kata lain kesukaan terhadap sebagian jenis pangan perlu ditingkatkan dalam upaya terciptanya diversifikasi pangan dan pencapaian ketahanan pangan. Terutama pada pangan kelompok sumber karbohidrat khususnya yang berasal dari jenis umbi-umbian. Peningkatan preferensi terhadap umbi-umbian dapat ditingkatkan salah satunya melalui pengembangan berbagai teknik pengolahan untuk meningkatkan daya terima. Salah satunya dapat dilakukan dengan cara mengolah umbi-umbian menjadi tepung untuk kemudian dapat digunakan dalam pembuatan roti, sebab berdasarkan hasil penelitian roti merupakan salah satu jenis pangan yang sangat disukai oleh anak-anak. Selain itu juga dapat ditempuh melalui pendidikan gizi di sekolah dengan tujuan agar anak-anak dapat memilih dan menikmati beragam makanan. Pada akhirnya diharapkan anak mampu mempengaruhi pendapat keluarga dan anggotanya mengenai hal ini. Oleh karena preferensi belum menggambarkan konsumsi pangan anak, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui kesesuaian antara preferensi pangan anak dengan konsumsinya.
59
DAFTAR PUSTAKA [Anonim]. 2008. Shaping Food Preference and Taste of Young Children. http://www.knackonline.com [28 Oktober 2008] [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat: Tigkat Kemiskinan Jawa Barat Maret 2008. http://jabar.bps.go.id/Download_files/pr0708miskin.pdf [29 Juni 2009]. [Deptan] Departemen Pertanian. 2008. Pedoman Metode Pemantauan dan Analisis Preferensi Pangan Masyarakat (PPM). Pusat Konsumsi dan Keamanan Pangan, Badan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian Republik Indonesia. [Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2007. Riset Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Barat 2007. http://Riskesdasprov.com [09 April 2009]. Adnyana MO. 2009. Lintasan dan Marka Jalan Menuju Ketahanan Pangan yang Terlanjutkan. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Anjarwati M. 1998. Mempelajari Keragaan serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi dan Konsumsi Mi Instan Mahasiswa Institut Pertanian Bogor [Skripsi]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ariani M. 2007. Diversifikasi konsumsi pangan di Indonesia : antara harapan dan kenyataan. http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/Mono27-7.pdf [3 Februari 2009] Baliwati YF. 2007. Kenali dan kelola sumber daya pangan. Diktat Mata Kuliah Ekologi Pangan dan Gizi (tidak dipublikasikan). Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Birch L dan Fisher J. 1998. Development of eating behaviors among children and adolescents. Pediatrics 101 (suppl), 593–594. Birch L. 1999. Development of food preferences. Annu. Rev. Nutr. 19, 41–62 Caine-Bish N dan Scheule B. 2007. Food Preferences of School Age Children and Adolescents in an Ohio School District. Issue 2, Fall 2007. Cooke LJ dan Wardle J. 2005. Age and Gender Differences in Children’s Food Preferences. British Journal of Nutrition, 93, 741-746. Den Hartog AP, van Staveren WA, dan Brouwer. 1995. Manual for Social Surveys on Food Habits and Consumption in Developing Countries. Germany: Margraf Verlag.
60
Dinas Pendidikan Kota Bogor. 2008. Daftar nama SDN Gratis/Mandiri dan SD Swasta. Bogor Drewnowski A & Hann C. 1999. Food Preference and Reported Frequencies of Food Consumption as Predictors of Current Diet in Young Women. The American Journal of Clinical Nutrition 70:28-36. Guhardja S, Puspitawati H, Hartoyo, dan Hastuti D. 1992. Manajemen Sumber Daya Keluarga [diktat]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Harper, Deaton, Driskel. 1986. Pangan, Gizi, dan Pertanian. Suhardjo, penerjemah. Jakarta: UI Pr. Terjemahan dari: Food, Nutriton, and Agriculture. Hidayat A. 2004. Pengantar Ilmu Keperawatan anak I. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Hurlock E. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga. Irawati, Damanhuri, dan Fachrurozi. 1995. Pengetahuan Gizi Murid SD dan SLTP di Kotamadya Bogor. Pusat Penelitian Gizi Bogor. Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi [Diktat]. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Krisnandika A. 2003. Preferensi dan Persepsi Konsumen terhadap Minyak Goreng Pada Tingkat Rumah Tangga [Skripsi]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Martianto D, M Ariani. 2004. Analisis Konsumsi Pangan Rumah Tangga. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII. Jakarta. Marud UD. 2008. Studi tentang Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya serta Kaitannya dengan Masalah Gizi Kurang di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur [Skripsi]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pérez-Rodrigo, Ribas L, Serra-Majem LI, dan Aranceta J. 2003. Food Preferences of Spanish Children and Young People: The enKid Study. European Journal of Clinical Nutrition 57. Suppl 1, 545-548. Pradnyawati KNA. 1997. Preferensi dan Sikap Remaja di dalam Memilih Makanan Siap Santap Tradisional dan Modern [Skripsi]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pranadji DK. 1988. Pendidikan Gizi (Proses Belajar dan Mengajar). [diktat]. Bogor. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
61
_______. 1995. Adab atau Kebiasaan Makan. Makalah disajikan dalam pelatihan dan penyuluhan pangan dan gizi di kalangan pendidik Sekolah Dasar dan Menengah, Bandar Lampung, 24-28 Oktober. Rita E. 2002. Preferensi konsumen terhadap pangan sumber karbohidrat nonberas. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sanjur D. 1982. Social and Culture Perspective in Nutrition. New York: Prentice Hall. Santoso S. 2008. Panduan Lengkap Menguasai SPSS 16. Jakarta: Elex Media Komputindo Sediaoetama AD. 2008. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia. Jilid I. Jakarta: Dian Rakyat. _______. 1993. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia. Jilid II. Jakarta: Dian Rakyat. Singarimbun, M dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta. Skinner JD, Carruth BR, Moran III JD, Houk K, Schmidhammer J, Reed A, Coletta F, Cotter R & Ott D (1998): Toddlers’ food preferences: concordance with family members’ preferences. J. Nutr. Educ. 30, 17–22 Suhardjo. 1986. Pangan, Gizi, dan Pertanian. Jakarta: UI Press. ______. 1989. Sosio Budaya Gizi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi. Bogor: PAU Pangan dan Gizi IPB. Sumarwan U. 2002. Perilaku Konsumen. Bogor: Ghalia Indonesia. Suryabrata. 1982. Perkembangan Individu. Jakarta: Rajawali. Ulfah IM. 2008. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Pengetahuan Gizi, dan Pola Asuh, Kaitannya dengan Diare Anak Balita [Skripsi]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Umar H. 2004. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi keenam. Jakarta: Raja. Variyam JM dan J Blayblock. 1998. Unlocking the Mystery between Nutrition Knowledge and Diet Quality. The Diet Quality Balancing Act. Wirakusumah E dan Pranadji DK. 1989. Pendidikan Gizi (Proses Belajar Mengajar [Diktat]. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
62
LAMPIRAN
63
Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian
Lampiran 2 Kuesioner Preferensi Pangan Anak A. KARAKTERISTIK INDIVIDU 1. Nama Lengkap
: ...................................................................................................................
2. Tempat/Tanggal Lahir
: ...................................................................................................................
3. Jenis Kelamin
: Laki-laki / Perempuan
4. Suku
: ...................................................................................................................
5. Jumlah anggota keluarga
: ................ orang
6. Uang saku per hari : a. Untuk transportasi
: Rp. ..............................
b. Untuk jajan
: Rp. ..............................
B. PENGETAHUAN GIZI Petunjuk Pengisian : Pilihlah satu jawaban yang kamu anggap paling benar ! Konsep dasar 1. Apakah yang dimaksud dengan makanan/minuman yang bergizi: a. Makanan/minuman yang mengenyangkan b. Makanan/minuman yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh supaya sehat c. Makanan/minuman yang bentuk dan warnanya menarik d. Tidak tahu 2. Mengapa kita perlu makan aneka ragam makanan setiap hari? a. Supaya kita tidak bosan b. Karena zat gizi yang dibutuhkan tubuh beraneka ragam/jenis c. Untuk meningkatkan slera makan d. Tidak tahu
Jenis zat gizi 3. Zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh terdiri dari : a. Karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral b. Karbohidrat dan protein c. Vitamin d. Tidak tahu 4. Makanan berikut yang merupakan sumber karbohidrat adalah : a. Lontong b. Nugget c. Pepaya a. Tidak tahu 5. Makanan di bawah ini yang banyak mengandung protein adalah : a. Bakwan b. Nugget c. Pepaya a. Tidak tahu 6. Minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng bakwan mengandung : a. Karbohidrat c. Lemak a. Protein d. Tidak tahu 7. Sayur kangkung banyak mengandung : b. Serat c. Lemak b. Protein d. Tidak tahu
Substitusi jenis pangan 8. Selain roti manakah makanan yang termasuk sumber karbohidrat? a. Kentang goreng c. Otak-otak b. Sosis d. Bakso tusuk 9. Selain ayam goreng manakah makanan yang termasuk sumber protein? a. Bakwan c. Cakwe b. Sosis d. Martabak mini 10. Manakah di bawah ini yang merupakan sumber lemak selain susu? a. Cakwe b. Mpek-mpek b. Es krim c. Lontong 11. Berikut ini merupakan pangan sumber serat, selain kangkung : a. Gula b. Apel b. Es krim c. Lontong 12. Manakah di bawah ini yang merupakan sumber vitamin A selain wortel? a. Melon b. Semangka b. Bengkoang d. Kedondong
Fungsi zat gizi 13. Roti sebagai sumber karbohidrat memiliki fungsi untuk: a. Menjaga kesehatan mata b. Mengganti bagian tubuh yang rusak c. Menghasilkan energi untuk aktivitas tubuh d. Tidak tahu 14. Ayam goreng sebagai sumber protein berfungsi untuk : a. Sumber energi utama b. Mengganti bagian tubuh yang rusak c. Menjaga kesehatan mata d. Tidak tahu 15. Serat dalam makanan memiliki fungsi untuk : a. Menjaga kesehatan saluran pencernaan b. Sumber energi utama c. Mengganti sel tubuh yang sudah rusak d. Tidak tahu 16. Vitamin A berfungsi memiliki fungsi untuk : a. Menjaga kesehatan mata b. Sumber energi utama c. Mengganti bagian tubuh yang rusak d. Tidak tahu
Dampak 17. Kurang makan makanan yang mengandung sumber karbohidrat dapat mengakibatkan: a. Mudah menyerap pelajaran di sekolah b. Tubuh menjadi lemas dan kurang konsenterasi c. Konsetrasi yang baik saat mendengarkan guru d. Tidak tahu 18. Kekurangan protein dapat menyebabkan penyakit: a. Gondok b. Sariawan c. Busung lapar d. Tidak tahu 19. Kurang makan makanan yang mengandung serat dapat berakibat : a. Gondok c.Susah buang air besar b. Sariawan d. Tidak tahu 20. Kekurangn vitamin A dapat menyebabkan penyakit: a. Gondok c. Rabun senja/ rabun ayam b. Sariawan d. Tidak tahu
C. PREFERENSI PANGAN DAN OLAHANNYA No 1
Kelompok Pangan Padi-padian
Jenis Pangan (Bahan Baku) Beras
Jagung
Mie
Roti
Bihun
2
Umbi-umbian
Singkong
Ubi Jalar
Kentang
Talas
3
Pangan Hewani
Daging sapi/kerbau/kambing
Daging Ayam
Tingkat Kesukaan Sangat tidak suka
Tidak Suka
Biasa
Suka
Sangat Suka
Olahan
Urutan kesukaan
Alasan (Lingkari/pilih salah satu huruf yg sesuai dg alasan kamu)
Nasi Lontong/ketupat Bubur Buras Lainnya .................... Rebus Bakar Berondong/Pop Corn Keripik Lainnya .................... Rebus Goreng Lainnya .................... Tawar Manis lainnya Roti Panggang/Bakar Lainnya .................... Bihun Rebus Bihun Goreng Lainnya .................... Kentang Rebus/Kukus Kentang Goreng Keripik singkong Combro Lainnya .................... Ubi Rebus/Kukus Ubi Goreng Keripik Ubi Lainnya .................... Rebus/kukus Kentang Goreng Keripik kentang Perkedel kentang Lainnya .................... Talas Rebus/kukus Talas Goreng Keripik Talas Lainnya ....................
a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan
Daging Goreng/gepuk/empal
a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan
Daging Panggang/Bakar/Sate Sosis/kornet sapi Baso sapi Lainnya .................... Ayam Goreng Ayam Panggang/Bakar/Sate Pepes ayam
a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan
No
Kelompok Pangan
Jenis Pangan (Bahan Baku)
Telur Ayam/Bebek
Ikan Segar
Udang/Kerang
Ikan Asin Ikan Pindang Susu
4
Minyak dan lemak
Minyak goreng Margarin/mentega/b utter
5
Buah/biji berminyak
Kelapa Coklat
6
Kacang-kacangan
Kacang Tanah
Kacang kedelai
Kacang hijau
Tahu
Tingkat Kesukaan Sangat tidak suka
Tidak Suka
Biasa
Suka
Olahan
Sangat Suka
Urutan kesukaan
Alasan (Lingkari/pilih salah satu huruf yg sesuai dg alasan kamu)
Baso ayam Sosis/ Kornet ayam Lainnya .................... Telur Dadar Telur Ceplok Telur Rebus Lainnya .................... Ikan Goreng Ikan Panggang/Bakar Pepes ikan Lainnya .................... Udang/kerang Goreng Pepes udang/kerang Baso udang Lainnya .................... Ikan asin Goreng Lainnya .................... Ikan Pindang Goreng Lainnya .................... Susu Segar/UHT Susu Kental Manis Susu Bubuk Keju Yoghurt Krim Lainnya .................... Asli Gorengan
a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan
Asli/olesan
a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan
Lainnya .................... Minuman (es kelapa) Santan Coklat batang Lainnya .................... Kacang Rebus Kacang Goreng Bumbu kacang Lainnya .................... Kedelai Rebus/kukus Kedelai Goreng Lainnya .................... Bubur kacang hijau Rempeyek Lainnya .................... Pepes tahu Tahu Goreng
a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan
No
Kelompok Pangan
Jenis Pangan (Bahan Baku)
Tempe
Oncom
Tauco Kecap Emping 7
Gula
Gula Pasir Gula merah
Sirup Minuman jadi
8
Sayur dan Buah
Sayur daun hijau
Kacang panjang
Buncis
Wortel
Pisang
Tingkat Kesukaan Sangat tidak suka
Tidak Suka
Biasa
Suka
Sangat Suka
Olahan Tahu Kukus/bacem Lainnya .................... Tempe Goreng Orek tempe Tempe KukusBacem Lainnya .................... Oncom Goreng Tumis/oseng oncom Lainnya .................... Asli Lainnya .................... Asli Lainnya .................... Emping Goreng Lainnya .................... Asli Lainnya .................... Asli Saus gula merah Lainnya .................... Asli Lainnya .................... Sari buah Softdrink(fanta/sprite/cola) Isotonik (ex: pocari sweat,mizone,dsb) Air kemasan Lainnya .................... Sayur Rebus/Bening Masak santan Tumis sayur Lainnya .................... Rebus/Bening Kacang panjang Masak santan Tumis kacang panjang Lainnya .................... Buncis Rebus/Sop Buncis Masak santan Tumis buncis Lainnya .................... Wortel Rebus/Sop Wortel Masak santan Tumis wortel Lainnya .................... Pisang Kukus/rebus Pisang Goreng Sebagai buah/asli
Urutan kesukaan
Alasan (Lingkari/pilih salah satu huruf yg sesuai dg alasan kamu) a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan
No
Jenis Pangan (Bahan Baku)
Kelompok Pangan
Tingkat Kesukaan Sangat tidak suka
Tidak Suka
Biasa
Suka
Pepaya
Jambu biji
Mangga
Nangka 9
Lain-lain
Teh
Kopi
Sangat Suka
Olahan Lainnya .................... Sebagai buah/rujak Jus/minuman Lainnya .................... Sebagai buah Jus Lainnya .................... Sebagai buah/rujak Jus/minuman Lainnya .................... Sebagai buah Lainnya .................... Teh seduh Teh dalam kemasan Lainnya .................... Kopi seduh Kopi dalam kemasan Lainnya ....................
Urutan kesukaan
Alasan (Lingkari/pilih salah satu huruf yg sesuai dg alasan kamu) a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan a Rasa; b Tersedia; c Kebiasaan; d Praktis; e Gizi dan Kesehatan
Keterangan : Urutan kesukaan : Diisi dengan cara mengurutkan olahan pangan mulai dari olahan yang paling disukai (diberi nomor 1) hingga yang paling tidak disukai pada masing-masing jenis pangan Alasan a. Rasa (enak, manis, gurih, segar, dsb) b. Tersedia (ada dan siap untuk dikonsumsi) c. Kebiasaan (selalu dikonsumsi setiap hari) d. Praktis (siap dan mudah dikonsumsi) e. Gizi dan Kesehatan (Kandungan gizinya baik, alergi, dsb)
E. KUESIONER UNTUK ORANG TUA (dibawa pulang) Kepada
: Yth. Orangtua Siswa
Dengan Hormat, Dengan ini saya, Yanni Trimur mahasiswa Gizi Masyarakat IPB angkatan 2005, memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner penelitian saya yang berjudul “Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor. Data yang dikumpulkan hanya akan dipergunakan untuk keperluan penelitian dan bersifat rahasia (tidak akan dipublikasikan). Penelitian ini telah mendapat izin dari pihak Sekolah, dan putra/putri Bapak/Ibu terpilih sebagai salah satu responden penelitian. Terima kasih atas kerjasama Bapak/Ibu. Nama siswa
: ................................................................................................
Kelas/SD
: ................................................................................................
1. Nama Ayah
: .........................................................................
Ibu
: .........................................................................
2. Pendidikan terakhir Ayah
: a. Tidak/belum tamat SD
b. SD/setara
c. SMP/setara
c. SMP/setara
d. SMA/setara
d. SMA/setara
e. Diploma
e. Diploma
f. Perguruan Tinggi
f. Perguruan Tinggi
: a. Pegawai negeri/Polri/ABRI b. Pegawai Swasta/BUMN c. Pedagang d. Petani e. Wiraswasta f. Lainnya ................................ (sebutkan)
Ibu
: a. Pegawai negeri/Polri/ABRI b. Pegawai Swasta/BUMN c. Pedagang d. Petani e. Wiraswasta f. Lainnya ................................. (sebutkan)
4. Pendapatan per minggu/bulan/tahun Ayah
: Rp. .............................................................
Ibu
: Rp. .............................................................
5. Jumlah anggota keluarga : ......................... orang *) pilih salah satu
: a. Tidak/belum tamat SD
b. SD/setara
3. Pekerjaan Ayah
Ibu